BAB IV PENATAUSAHAAN PNBP PADA SATUAN KERJA BAB IV PENATAUSAHAAN PNBP PADA SATUAN KERJA A. KEWAJIBAN SATUAN KERJA DALAM PENATAUSAHAAN PNBP Setiap kementerian negara/lembaga wajib melaksanakan penatausahaan dan akuntansi piutang PNBP yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga piutang PNBP dapat disajikan dalam laporan keuangan dan adminsitrasinya seperti penerbitan surat penagihan dan surat keterangan tanda lunas untuk sewa beli rumah dinas. Tujuan penatausahaan dan akuntansi piutang PNBP adalah : 1. Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu mengenai piutang. 2. Mengamankan transaksi piutang PNBP melalui pencatatan, pemrosesan dan pelaporan transaksi keuangan. B. TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENCATATAN B.1. Tata Cara Pemungutan Pemungutan PNBP dilakukan berdasarkan tarif yang telah ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan yang bersangkutan setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan. Sistem pemungutan PNBP mempunyai ciri dan corak tersendiri dan dapat dibagi dalam 2 (dua) kelompok sehubungan dengan penentuan jumlah PNBP yang terhutang, yaitu ditetapkan oleh instansi pemerintah (official assesment) atau dihitung sendiri oleh wajib bayar (self assesment). Untuk jenis PNBP yang menjadi terhutang sebelum wajib bayar menerima manfaat atas kegiatan pemerintah, seperti pemberian hak paten, pelayanan pendidikan, maka penentuan jumlah PNBP yang terhutang dalam hal ini ditetapkan oleh instansi pemerintah. Namun, dalam hal wajib bayar menjadi terhutang setelah menerima manfaat, seperti pemanfaatan sumber daya alam, maka penentuan jumlah PNBP yang terhutang dapat dipercayakan kepada wajib bayar yang bersangkutan untuk menghitung sendiri dalam rangka membayar dan melaporkan sendiri (self assessment). Pemungutan PNBP pada Satuan Kerja kementerian lembaga/negara dapat dilakukan oleh Bendahara Penerimaan yang diangkat oleh Kepala Satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran. Bendahara Penerimaan menagih/memungut, menerima, menyimpan, menyetorkan, mempunyai membukukan fungsi dan melaporkan/mempertanggungjawabkan PNBP. Wewenang bendahara penerimaan adalah menagih/memungut PNBP yang harus dibayar oleh wajib bayar, yang tarif jumlahnya telah ditentukan berdasarkan peraturan yang berlaku. 18 MODUL PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) BAB IV PENATAUSAHAAN PNBP PADA SATUAN KERJA Penunjukan Bendahara Penerimaan dan PNBP dapat disetorkan ke Rekening Bendahara Penerimaan dalam hal didaerah tersebut tidak terdapat Bank/Pos Persepsi atau pelayanan Satuan Kerja pada hari libur yang tidak memungkinkan disetor ke Kas Negara. Bendahara Penerimaan dapat membuka rekening penerimaan pada Bank Umum setelah mendapat persetujuan Bendahara Umum Negara. Saldo pada rekening penerimaan wajib disetorkan ke Rekening Kas Negara pada Bank/Pos Persepsi pada setiap akhir hari kerja. Apabila didaerah tersebut tidak terdapat Bank/Pos Persepsi maka disetorkan pada hari kerja berikutnya. B.2. Tata Cara Pencatatan Satuan Kerja penerima PNBP menerima Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) baik yang berasal dari Wajib Pajak atau melalui potongan SPM maupun dari setoran Bendahara Penerimaan. Satuan Kerja melakukan pencatatan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI). Pencatatan dilakukan sesuai petunjuk yang ada pada aplikasi SAI. Untuk pencatatan setoran PNBP yang dipotong melalui SPM LS kepada Bendahara Pengeluaran, pencatatan adalah sebesar nilai bruto SPM LS pada sisi penerimaan (debet) dan sebesar nilai PNBP pada sisi pengeluaran (kredit). Apabila PNBP dikelola oleh Bendahara Pengeluaran, pencatatan PNBP tersebut dilakukan sebagai berikut: a. Secara prinsip Bendahara Penerima dilarang menerima uang tunai secara langsung dari wajib bayar. b. Dalam hal Bendahara Penerima menerima secara langsung dari wajib bayar, maka Bendahara Penerima memberikan surat bukti. Selanjutnya Bendahara Penerima menyetorkan ke Rekening Kas Negara pada akhir hari kerja. C. TATA CARA PENGEMBALIAN PNBP PNBP yang telah disetor ke Kas Negara oleh Wajib Bayar/Wajib Setor dapat dikembalikan kepada Wajib Bayar/Wajib Setor apabila terdapat kelebihan setor dan/atau kesalahan penyetoran maupun kelebihan/kesalahan pemotongan dalam Surat Perintah Membayar. Tata Cara Pengembalian PNBP berpedoman kepada Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-37/PB/2005 dan petunjuk pelaksanaannya sebagai berikut : 1. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran penerima PNBP mengajukan Surat Permintaan Pembayaran Pengembalian kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) dalam rangkap 3 (tiga) dengan melampirkan: 19 MODUL PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) BAB IV PENATAUSAHAAN PNBP PADA SATUAN KERJA a. Bukti setor (SSBP/fotokopi SPM lembar ke-2) yang telah dilegalisir oleh Kepala Satuan Kerja/Satker yang bersangkutan. b. Surat Ketetapan Pengembalian dari Kepala Satker tentang jumlah yang dimintakan pengembaliannya. 2. Berdasarkan Surat Permintaan Pembayaran Pengembalian tersebut, KPPN cq.Seksi Verifikasi dan Akuntansi memeriksa kebenaran setoran tersebut. Apabila setoran tersebut telah masuk ke Kas Negara, maka Seksi Verifikasi dan Akuntansi menerbitkan Surat Keterangan Telah Dibukukan (SKTB). 3. Berdasarkan SKTB tersebut, Kepala KPPN menerbitkan Surat Persetujuan Pembayaran Pengembalian dalam rangkap 3 (tiga)dengan peruntukan: a. Lembar ke-1 dan ke-2 untuk penerbit SPM. b. Lembar ke-3 sebagai pertinggal KPPN. 4. Apabila setoran diterima dan dibukukan oleh KPPN yang bukan mitra kerja Satker yang bersangkutan, maka KPPN terlebih dahulu meminta SKTB dari KPPN penerima setoran. 5. Kepala KPPN menyampaikan Surat Persetujuan Pembayaran Pengembalian kepada PA/KPA dilampiri SKTB. 6. Satker penerima PNBP menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) Pengembalian PNBP dalam rangkap 3 (tiga) dengan peruntukan : a. Lembar ke-1 dan ke-2 disampaikan ke KPPN. b. Lembar ke-3 sebagai pertinggal Satker. Dilampiri : SKTB dan Surat Persetujuan Pembayaran Pengembalian. 7. Dalam hal PNBP yang dimintakan pengembalian merupakan PNBP yang disetor dalam tahun anggaran berjalan, KPPN menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) sesuai ketentuan. 8. Namun apabila PNBP yang dimintakan pengembalian merupakan PNBP yang disetor tahun anggaran lalu, KPPN meneruskan Surat Permintaan Pembayaran Pengembalian, SKTB dan Surat Persetujuan Pembayaran Pengembalian ke Kantor Pusat cq.Direktorat Pengelolaan Kas Negara. Selanjutnya Direktorat Pengelolaan Kas Negara menerbitkan SPM dan SP2D sesuai ketentuan. D. TATA CARA KOREKSI/PERBAIKAN PNBP 1. Terhadap PNBP yang telah disetor ke Kas Negara dapat dilakukan perbaikan/koreksi. Koreksi/perbaikan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tersebut dilakukan atas: a. Kesalahan kode Akun (Mata Anggaran Penerimaan); 20 MODUL PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) BAB IV PENATAUSAHAAN PNBP PADA SATUAN KERJA b. Kesalahan kode unit organisasi; c. Kesalahan fungsi, subfungsi, dan program; d. Kesalahan lain yang tidak mempengaruhi kas. 2. Permintaan koreksi/perbaikan terkait dengan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) diajukan oleh Satuan Kerja/Kementerian Negara/Lembaga penerima PNBP, Bank/Pos Persepsi, Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan/KPPN atau Direktorat Jenderal Anggaran kepada KPPN. 3. Berdasarkan permintaan koreksi/perbaikan tersebut, Kepala Seksi Persepsi/Bendahara Umum KPPN menerbitkan Nota Penyesuaian untuk mendapatkan persetujuan Kepala KPPN. 4. Nota Penyesuaian yang telah mendapat persetujuan Kepala KPPN berfungsi sebagai dokumen sumber transaksi koreksi/perbaikan. Selanjutnya petugas Supervisor/Operator Seksi Persepsi/Bendahara Umum melakukan perbaikan data. 5. KPPN mengirim hasil perbaikan kepada Satuan Kerja penerima PNBP. 6. Permintaan perbaikan/koreksi PNBP yang diajukan oleh Wajib Bayar/Wajib Setor wajib dilakukan melalui Satker penerima PNBP, untuk selanjutnya Satker mengajukan permintaan perbaikan/koreksi ke KPPN. E. TATA REKONSILIASI DENGAN BUN Dokumen yang harus ditatausahakan oleh Bendahara Penerima penatausahaan pendapatan negara pada kantor/satuan kerja di pada lingkungan kementerian/lembaga adalah dokumen sumber penerimaan. Sesuai Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-78/PB/2006, yang dimaksud dengan dokumen sumber penerimaan yang selanjutnya disebut dokumen sumber adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar pencatatan penerimaan negara. Seluruh dokumen sumber penerimaan negara dinyatakan sah setelah mendapat Nomor transaksi Penerimaan Negara (NTPN) dan Nomor Transaksi Bank (NTB)/Nomor Transaksi Pos (NTP)/Nomor Penerimaan Potongan (NPP). NTPN adalah nomor yang tertera pada bukti penerimaan negara yang diterbitkan melalui MPN. NTB adalah nomor bukti transaksi penyetoran penerimaan negara yang diterbitkan oleh Bank. NTP adalah nomor bukti transaksi penyetoran penerimaan negara yang diterbitkan oleh Kantor Pos. NPP adalah nomor bukti transaksi penerimaan negara yang berasal dari potongan SPM yang diterbitkan oleh KPPN. 21 MODUL PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) BAB IV PENATAUSAHAAN PNBP PADA SATUAN KERJA KPPN mengesahkan data penerimaan yang berasal dari potongan SPM yang sudah diterbitkan SP2D untuk mendapatkan NTPN paling lambat setiap akhir hari kerja. Ketentuan tentang tatacara penyampaian laporan realisasi PNBP diatur dalam pasal 8 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.06/2006 yang menyebutkan bahwa Satuan kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran wajib menyampaikan pertanggungjawaban penerimaan negara dalam bentuk Laporan Realisasi Anggaran yang dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi. Dengan demikian Satuan Kerja PNBP harus melakukan rekonsiliasi PNBP dengan Bendahara Umum Negara/KPPN. 22 MODUL PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP)