Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a928d 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) Kopi tergolong pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae. Tumbuhan ini tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan tumbuh mencapai 12 m, daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing. Daun tumbuh berhadapan pada batang, cabang dan ranting-rantingnya (Najiyati dan Danarti, 2007:7). Menurut Manastas (2013:22) kopi Liberika berasal dari Angola dan masuk ke Indonesia tahun 1965. Beberapa sifat kopi liberika antara lain sebagai berikut : a. Ukuran daun, cabang, bunga, buah dan pohon lebih besar dari kopi Arabika dan kopi Robusta. b. Mempunyai cabang primer yang lebih tahan lama serta dalam satu buku menghasilkan bungadan buah lebih dari satu kali. c. Agak peka terhadap penyakit HV. d. Berbuah sepanjang tahun. e. Mempunyai ukuran buah yang tidak seragam. f. Tumbuh baik di daerah dataran rendah. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a928d 11 Menurut Tjitrosoepomo (2007:337) klasifikasi dari tanaman kopi Liberika adalah sebagai berikut : Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies :Plantae :Spermatophyta :Dicotyledoneae :Rubiales :Rubiaceae :Coffea :Coffea liberica Tanaman kopi mempunyai perakaran yang dangkal dengan akar tunggang sehingga tidak mudah rebah. Panjang akar tunggang ini 45-50 cm, selain itu banyak akar cabang samping yang panjangnya 1-2 m horizontal sedalam 30 cm. Kondisi tanah yang sejuk dan lembap menyebabkan akar cabang dapat berkembang lebih baik. Apabila kondisi tanah kering dan panas menyebabkan akar akan berkembang ke bawah (Budiman, 2015:33). Tanaman kopi liberika var. Tungkal Komposit dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 Tanaman kopi liberika var. Tungkal Komposit (Sumber: Anonim, 2013) Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a928d 12 Najiyati dan Danarti (2007:9) menyatakan kopi mempunyai sistem percabangan agak berbeda dengan tanaman lain. Tanaman kopi mempunyai beberapa jenis cabang dengan sifat dan fungsinya yang berbeda. Cabang reproduksi adalah cabang yang tumbuhnya tegak dan lurus. Saat masih muda, cabang ini sering disebut wiwilan. Cabang primer adalah cabang yang tumbuh pada batang utama atau cabang reproduksi dan berasal dari tunas primer. Cabang sekunder adalah cabang yang tumbuh pada cabang primer dan berasal dari tunas sekunder. Cabang kipas adalah cabang reproduksi yang tumbuh kuat pada cabang primer karena pohon sudah tua. Cabang ini terletak di ujung batang dan pertumbuhannya cepat sehingga mata reproduksi tumbuh pesat menjadi cabang reproduksi. Cabang pecut adalah cabang kipas yang tidak mampu membentuk cabang primer meskipun tumbuhnya kuat. Cabang balik adalah cabang reproduksi yang tumbuh pada cabang primer dan pertumbuhannya menuju ke mahkota tajuk. Cabang air adalah cabang reproduksi yang tumbuh pesat dengan ruas daun relatif panjang dan lunak. Daun kopi berbentuk bulat telur dengan ujungnya yang agak meruncing sampai bulat. Daun tersebut tumbuh pada batang, cabang dan ranting yang tersusun berdampingan. Daun yang tumbuhnya pada batang atau cabang-cabang tegak lurus dan pasangan daun itu berselang seling pada ruas berikutnya. Sedangkan daun yang tumbuhnya pada ranting atau cabang terletak pada bidang yang sama tetapi tidak berselang-seling (Budiman, 2015:31). Daun kopi liberika var. Tungkal Komposit dapat dilihat pada Gambar 2.2. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a928d 13 Gambar 2.2 Daun kopi liberika var. Tungkal Komposit (Sumber: PPKI, 2014) Bunga kopi terbentuk pada ketiak-ketiak daun dengan jumlah yang terbatas. Bunga tersusun dalam kelompok yang terdiri dari 4-6 kuntum bunga. Pada setiap ketiak daun akan menghasilkan 8-18 kuntum bunga atau setiap buku menghasilkan 16-36 kuntum bunga (Budiman, 2015:34). Bunga kopi berukuran kecil dengan mahkotanya berwarna putih dan berbau harum. Kelopak bunga berwarna hijau dengan pangkalnya menutupi bakal buah yang mengandung dua bakal biji. Benang sari terdiri dari 5 -7 tangkai yang berukuran pendek (Najiyati dan Danarti, 2007:13). Bunga kopi liberika var. Tungkal Komposit dapat dilihat pada Gambar 2.3. Gambar 2.3 Bunga kopi liberika var. Tungkal Komposit (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2015 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a928d 14 Buah kopi terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah terdiri dari tiga bagian yaitu lapisan kulit luar (eksokarp), lapisan daging buah (mesokarp) dan lapisan kulit tanduk (endokarp) yang tipis tetapi keras. Pada umumnya buah kopi mengandung dua butir biji tetapi terkadang hanya mengandung satu butir biji atau bahkan tidak berbiji karena bakal biji tidak berkembang secara sempurna. Biji kopi terdiri dari kulit biji dan lembaga (endosperm). Endosperm merupakan bagian yang dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat minuman kopi (Najiyati dan Danarti, 2007:14). Buah kopi Liberika var. Tungkal Komposit dapat dilihat pada Gambar 2.4. Gambar 2.4 Buah kopi liberika var. Tungkal Komposit (Sumber: PPKI, 2014) 2.2 Syarat Tumbuh Kopi Faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman kopi antara lain ketinggian tempat, curah hujan, sinar matahari, angin dan tanah. Tanaman kopi menghendaki ketinggian 400-700 mdpl, tetapi beberapa diantaranya juga masih tumbuh baik pada ketinggian 0–1.000 mdpl. Tanaman kopi tumbuh optimum di daerah dengan curah hujan 2.000–3.000 mm/tahun. Namun, tanaman kopi masih Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a928d 15 tumbuh baik di daerah bercurah hujan 1.300–2.000 mm/tahun (Najiyati dan Danarti, 2007:23). Pada umumnya, tanaman kopi tidak menyukai sinar matahari langsung dalam jumlah banyak tetapi menghendaki sinar matahari teratur. Sinar matahari berpengaruh terhadap proses pembentukan kuncup bunga. Sinar matahari yang cukup akan merangsang terbentuknya kuncup bunga. Tanaman kopi menghendaki sinar matahari dalam jumlah banyak pada awal musim kemarau atau musim hujan untuk menghasilkan kuncup bunga sehingga perlu dirangsang oleh sinar matahari. Tanaman kopi sangat membutuhkan tanaman pelindung untuk mengatur datangnya sinar matahari. Tanaman pelindung ini diatur sehingga tanaman kopi bisa tumbuh di tempat yang teduh dan mendapatkan sinar matahari yang cukup (Najiyati dan Danarti, 2007:24). Angin berpengaruh terhadap jenis kopi yang self steril. Peranan angin untuk membantu berpindahnya serbuk sari bunga dari tanaman satu ke putik bunga kopi yang berbeda klon. Sehingga dengan terjadinya penyerbukan maka akan menghasilkan buah. Tanaman kopi menghendaki tanah yang gembur, subur dan kaya bahan organik. Tanaman kopi juga menghendaki tanah yang agak masam antara pH 4,5 – 6,5 (Najiyati dan Danarti, 2007:25). Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a928d 16 2.3 Perbanyakan Vegetatif dengan Setek Setek merupakan teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif. Perbanyakan tanaman dilakukan dengan cara menumbuhkan akar dan pucuk dari potongan atau bagian tanaman seperti akar, batang dan pucuk daun. Potongan atau bagian tanaman tersebut ditanam dalam media tanam agar tumbuh menjadi tanaman baru (Gunawan, 2014:36). Perlakuan pemisahan atau pemotongan beberapa bagian tanaman seperti akar, batang, daun atau tunas dinamakan penyetekan. Penyetekan dilakukan agar bagian yang dipotong tersebut membentuk akar. Teknik perbanyakan dengan setek tidak memerlukan bantuan dari tanaman induk. Batang yang disetek akan tumbuh akar dan tunas hingga membentuk daun. Kemudian akan menghasilkan tanaman yang sempurna dan menghasilkan bunga dan buah (Pracoyo dan Mujiyanto, 2005:5). Menurut Ariyantoro (2016:8) perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan tanaman secara aseksual tanpa melalui proses perkawinan. Perbanyakan tanaman menggunakan organ-organ vegetatif yaitu akar, batang dan daun. Gunawan (2014:4) menyatakan perbanyakan tanaman secara vegetatif terjadi tanpa adanya penyatuan sel gamet jantan dan sel gamet betina tanaman induk melalui penyerbukan. Perbanyakan tanaman secara vegetatif melibatkan regenerasi sel jaringan vegetatif tanaman dan bagian tanaman yang digunakan adalah pucuk, ranting, cabang, daun, umbi dan akar. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a928d 17 Wijaya dan Budiana (2014:50) menyatakan keuntungan dari perbanyakan tanaman dengan cara setek adalah : a. Teknik pelaksanaannya mudah. b. Waktu yang dibutuhkan relatif singkat. c. Bahan setek yang diperlukan hanya sedikit dan menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak. d. Tanaman baru hasil setek memiliki sifat yang sama dengan induknya seperti ketahanan terhadap serangan penyakit dan keindahan bunga. e. Hasil setek mempunyai persamaan umur dan ketinggiannya. 2.4 Rootone-F sebagai Zat Pengatur Tumbuh Zat pengatur tumbuh dinyatakan sebagai zat yang diproduksi tumbuhan dan pada konsentrasi rendah aktif mengatur proses fisiologi tumbuhan. Zat pengatur tumbuh merupakan bahan kimia yang menghasilkan respon fisiologis pada tumbuhan. Beberapa zat pengatur tumbuh diantaranya adalah auksin, giberelin, sitokinin dan lainnya (Harjadi, 2009:6). Auksin merupakan suatu kelompok senyawa yang merangsang pemanjangan sel pucuk di daerah sub apikal. Auksin terlibat dalam proses fisiologi tumbuhan antara lain pemanjangan sel, dominansi apikal, inisiasi akar dan pembentukan kalus. Auksin sangat berperan dalam proses pemanjangan sel. Asam indol-3-butirat (indole- Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a928d 18 3-butyric acid atau IBA) merupakan salah satu auksin sintetik yang sering digunakan untuk menginisiasi akar terutama pada tanaman setek (Harjadi, 2009: 19). Rootone-F merupakan salah satu zat pengatur tumbuh yang mempunyai kandungan lengkap. Rootone-F adalah ZPT sintetik yang mengandung IBA dan NAA. Rootone-F memiliki komposisi naftalenasetamide 0,067%, metil-1- naftalenasetamida 0,13%, metil-1naftalenasetat 0,033%, indol-3-butirat 0,057% dan tiram 4% (Rahardja dan Wiryanta, 2003:9). Rootone-F merupakan salah satu zat pengatur tumbuh yang biasa digunakan sebagai sumber auksin (NAA dan IBA). IBA adalah salah satu jenis auksin yang mempunyai efek paling baik dalam menginduksi perakaran. IBA mempunyai sifat yang persisten, artinya penguraiannya oleh enzim-enzim tanaman sangat lambat dan juga translokasinya berjalan lambat sehingga IBA tetap berada di sekitar tempat aplikasinya. Hal ini menyebabkan IBA sangat efektif dalam menginduksi perakaran. Sedangkan NAA memiliki tingkat toksisitas lebih tinggi dibandingkan dengan IBA. Pada konsentrasi rendah, NAA sangat efektif pada jenis tanaman tertentu (Harjadi, 2009:33). Salah satu pengaruh fisiologis auksin adalah menginisiasi pembentukan akar. Pembentukan akar dapat terjadi karena pergerakan ke bawah dari auksin, karbohidrat dan rooting kofactor (zat-zat yang berinteraksi dengan auksin yang menyebabkan Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a928d 19 perakaran) baik dari tunas maupun dari daun. Zat-zat ini akan mengumpul di dasar setek dan selanjutnya menstimulir pembentukan akar (Anonim, 2006:2). 2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Setek Menurut Gunawan (2014:51) faktor penunjang keberhasilan setek adalah sebagai berikut: 1. Kelembaban di persemaian Kelembaban udara yang rendah dalam media persemaian dapat menyebabkan bagian setek mengering dan bahkan mati. Permasalahan kelembaban dapat diatasi dengan penyiraman secara intensif untuk mengatasi kekeringan, memangkas daun untuk mengurangi transpirasi serta membentuk uap air di udara disekeliling bibit setek sehingga suhu menjadi turun dan mengurangi terjadinya evapotranspirasi. 2. Kestabilan suhu Kestabilan suhu merupakan salah satu faktor penting bagi keberhasilan setek. Suhu optimal untuk perakaran adalah sekitar 21–270C pada siang hari dan 16– 210C pada malam hari. Suhu yang sejuk dan stabil akan mengurangi proses transpirasi dan respirasi bibit setek. 3. Intensitas cahaya Intensitas cahaya sangat mempengaruhi pertumbuhan setek. Cahaya yang remang diperlukan untuk mempercepat inisiasi perakaran. Auksin bekerja lebih Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a928d 20 efektif untuk merangsang inisiasi akar pada kondisi gelap. Kondisi gelap juga mempengaruhi penumpukan auksin endogen dan zat lain perangsang perakaran. Auksin endogen yang terdapat dalam jaringan tanaman dapat merangsang pertumbuhan akar setek. 4. Media Tanam Media tanam harus terjaga kelembabannya untuk memudahkan pertukaran oksigen yang diperlukan untuk pertumbuhan akar. Media tanam yang porous (berpori) dan memiliki aerasi yang baik sangat cocok untuk pertumbuhan akar setek. Selain itu, media tanam yang bertekstur remah merupakan media yang aerasinya baik sehingga dapat memperhatikan keseimbangan masuknya air dan masuknya udara. Media yang baik sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembentukan akar baru dan pertumbuhan akar. Media yang kurang remah dapat menyebabkan lambatnya pembentukan dan pertumbuhan akar. Media yang kurang remah juga akan mempengaruhi kualitas setek menjadi kurang baik.