GAMBARAN PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI USIA KURANG DARI 6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 Oleh: RITA RAHMAWATI NIM: 107101001522 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/1435 H GAMBARAN PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI USIA KURANG DARI 6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Oleh: RITA RAHMAWATI NIM: 107101001522 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/1435 H LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUniversitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUniversitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUniversitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, Juli 2014 Rita Rahmawati FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, Juli 2014 Rita Rahmawati, NIM : 107101001522 Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 ABSTRAK Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan pada bayi atau anak yang berumur 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Akan tetapi, angka pemberian pada bayi usia kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pesanggrahan masih tinggi yaitu sebesar 51,2%. Hal ini menunjukkan angka cakupan nasional ASI eksklusif yang 80% masih belum tercapai. Sebagian besar kegagalan pemberian ASI eksklusif ini dikarenakan pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2014. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2014 di Wilayah Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan desain penelitian Cross Sectional Study. Dengan sampel sebanyak 64 ibu yang memiliki bayi berusia 6 – 12 bulan. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan masih sangat tinggi yaitu sebesar 67,3%. Adapun gambaran pemberian MP-ASI berdasarkan Modifying Factor (umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, suku, pengalaman, adat/ kebiasaan), Persepsi ibu (kerentanan, keparahan, ancaman, manfaat, kendala, petunjuk untuk bertindak, dan kepercayaan diri) menunjukkan persentase yang beragam. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan penelitian yang serupa dengan desain yang berbeda dan jumlah sampel mewakili yang lebih banyak, sehingga bisa lebih menggambarkan keadaan masyarakat di wilayah Kecamatan Pesanggrahan dengan lebih akurat. Daftar Bacaan : 47 (1998-2012) i FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH MAJOR OF PUBLIC NUTRITION Undergraduated Thesis, July 2014 Rahmawati, Rita, NIM: 107101001522 Description of Giving Weaning Food (MP-ASI) on Age Infants less than 6 months in the Work Area of Hospital Health Center District Pesanggrahan in 2014 ABSTRACT Weaning Food (MP-ASI) is a food or beverage containing nutrient fed to infants or children aged 6-24 months to meet their nutritional needs. However, the rate of administration in infants aged less than 6 months in the Work Area of Hospital Health Center District Pesanggrahan are still high at 51.2%. This figure shows a national coverage of 80% exclusive breastfeeding is still not achieved. Most of the failures of exclusive breastfeeding is because the provision of complementary feeding in infants aged less than 6 months. This study was conducted to see the picture of the provision of complementary feeding in infants aged less than 6 months in the Work Area of Hospital Health Center District Pesanggrahan in 2014. This study was conducted in May 2014 at the Regional District of Pesanggrahan South Jakarta. This study is a descriptive study with a quantitative approach and using cross sectional study research design. With a sample of 64 mothers of infants aged 6-12 months. The results of this study concluded that the provision of giving weaning food in infants aged less than 6 months is still very high at 67.3%. The picture of the provision of giving weaning food by Modifying Factor (age, education, occupation, knowledge, ethnicity, experience, custom / habit), Perception mother (susceptibility, severity, threats, benefits, bariers, cues to action, and self-efficacy) shows the percentage diverse. Therefore, further research needs to be done similar studies with different designs and number of samples representing the more, so that it can better describe the state of society in the District Houses with more accuracy. Reading List: 47 (1998-2012) ii PERNYATAAN PERSETUJUAN Judul Skripsi GAMBARAN PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI USIA KURANG DARI 6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 Telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jakarta, 14 Juli 2014 Mengetahui Pembimbing I Pembimbing II Minsarnawati, SKM, M.Kes Febrianti, SP, M.Si NIP. 19750215 200901 2 005 NIP. 19710221 200501 2 004 PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi ini dengan judul GAMBARAN PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI USIA KURANG DARI 6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 telah diujikan dalam sidang skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 14 Juli 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat. Jakarta, 14 Juli 2014 Sidang Ujian Skripsi Ketua Ratri Ciptaningtyas, MHS NIP. 19840404 200912 2 007 Anggota, Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph.D NIP. 19761209 200604 2 003 LEMBAR PERSEMBAHAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI Nama Lengkap : Rita Rahmawati, SKM Tempat & Tanggal Lahir : Kuningan, 25 Agustus 1989 Jenis Kelamin : Perempuan Status : Menikah Agama : Islam Alamat : Jl. Rusun Boing 1A/519 Rt 001/013, Kelurahan Kebon Kosong, Kemayoran, Jakrta Pusat Hp : 083897040079 Email : [email protected] RIWAYAT PENDIDIKAN 1. SDN 2 Kasturi Tahun 1995-2001 2. SMPN 1 Kuningan Tahun 2001-2004 3. SMAN 2 Kuningan Tahun 2004-2007 4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007-2014 Pengalaman Organisasi 1. PMR (Palang Merah Remaja) SMPN 1 Kuningan Tahun 2002 2. BEMJ (Badan Eksekutif Mahasiswa Jakarta) Tahun 2008 vi KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan rahmat dan hidayah−Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi berjudul “Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2014”. Shalawat dan salam semoga tercurah Nabiyullah panutan dan junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alayhi wa sallam. Pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ayah dan Ummi tercinta yang selalu menjadi semangat dan selalu menaburkan doadoa di setiap langkah putra-putrinya. 2. Bapak Prof. Dr. dr. Hc. M. K. Tadjudin Spd. Md. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. 3. Ibu Febrianti, SP, M.Si, selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat dan dosen pembimbing pertama saya yang senantiasa memberikan waktu dan bimbingannya kepada penulis selama penyusunan laporan skripsi ini. Terima kasih ibu telah memberikan waktu dan membimbing saya dengan sabar hingga proses pembuatan skripsi saya selesai. 4. Ibu Minsarnawati, SKM, M.Kes, selaku dosen pembimbing satu saya, yang juga senantiasa memberikan waktu dan bimbingannya serta ilmu dan nasehat-nasehat yang berguna kepada saya selama penyusunan laporan skripsi ini. 5. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat, yang telah memberikan ilmu yang sangat berguna khususnya bagi penulis dan mahasiswa Kesehatan Masyarakat pada umumnya. 6. Bapak dan ibu guru saya dari SDN Kasturi 2, SMPN 1 Kuningan, dan SMAN 2 Kuningan, yang telah membimbing saya hingga akhirnya saya bisa melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi. vii 7. Orang tua ku tercinta, bapak dan mamah. Rita mengucapkan beribu-ribu maaf karena sudah banyak merepotkan bapak dan mamah. Rita juga mengucapkan banyak terima kasih atas semua dukungan dan motivasi dari bapak dan mamah, hingga akhirnya Rita bisa menyelesaikan skripsi ini hingga selesai. 8. Suamiku tercinta yang sudah sabar dan terus memberikan semangat pada saat Rita down serta turut membantu Rita hingga bisa menyelesaikan skripsi ini. 9. Kakakku tercinta, the Asri dan suaminya a’yusuf yang tidak pernah lelah mengingatkan saat kakaknya lalai dan malas. 10. Keluarga besar tercinta yang selalu menjadi bara dan pemanas agar skripsi ini segera terwujud. 11. Sahabat-sahabat OPUS yang senantiasa memberi samangat, khusus para “veteran” yang berjuang hingga titik penghabisan bersama-sama, dan Ami yang selalu kita bebani menjadi pembimbing ketiga kita. 12. Sahabatku dan teman-temanku tersayang, adit, sri, hani-kun, dan sri, terimakasih atas dukungan dan dorongann kalian selama ini. Akhirnya penulis berharap semoga laporan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua khususnya penulis. ﺍ ﻟﺴﻼ ﻡ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻭﺭﺣﻤﺔ ﺍ ہﻠﻟ ﻭ ﺑﺮ ﻛﺎ ﺗﻪ Ciputat, Juli 2014 Rita Rahmawati viii DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………………….. i ABSTRAK ............................................................................................................. ii LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iv LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………... v DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………………………………………………….. vi KATA PENGANTAR …………………………………………………………... vii DAFTAR ISI ........................................................... .............................................. viii DAFTAR TABEL ...................................... ....................... ................................... xiii DAFTAR BAGAN ............................................................. ................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xviii PENDAHULUAN............................................................. ................ 1 1.1. Latar Belakang.................................... .................. ............... 1 1.2. Rumusan Masalah ................. .................. ............................ 7 1.3. Pertanyaan Penelitian.................. .................. ...................... 8 1.4. Tujuan Penelitian.................. .................. .................. .......... 10 1.5 Manfaat Penelitian.................. .................. .................. ........ 12 1.6. Ruang Lingkup Penelitian .................. .................. .............. 13 TINJAUAN PUSATAKA.................. .................. .................. ......... 14 ASI Eksklusif............. .................. .................. ........ ............. 14 BAB I BAB II 2.1. viii 2.2. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)................. ............... 18 2.3. Teori Health Belief Model............ .................. .................. ... 33 2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan................... .................. 38 Kerangka Teori......... .................. .................. ........ ............. 47 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ........ 49 3.1. Kerangka Konsep .................. .................. .................. ......... 49 3.2. Definisi Operasional .................. .................. .................. ..... 52 METODOLOGI PENELITIAN .................. .................. ................ 57 4.1. Jenis Penelitian ..................... .................. .................. .......... 57 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................. .................. ......... 57 4.3. Populasi dan Sampel.................. .................. .................. ..... 57 4.4. Teknik Sampling (Cara Pengambilan Sampel)................... 59 4.5. Instrumen Penelitian.................. .................. .................. ..... 59 4.6. Pengumpulan Data ................. .................. .................. ........ 60 4.7. Pengolahan dan Analisis Data ....... .................. .................. 62 HASIL PENELITIAN.................. .................. .................. ..... ........ 65 2.5 BAB III BAB IV BAB V 5.1. Gambaran Frekuensi Pemberian MP-ASI Pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan... .................. .................. ........... 5.2. Gambaran Modifying Factos rPemberian MP-ASI pada bayi usia.Kurang dari 6 Bulan.................. .................. ........ 5.3. 65 Gambaran persepsi ibu tentang kerentanan pemberian ix 67 MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan.................. ... 5.4. Gambaran persepsi ibu tentang keparahan pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan.................... 5.5. 77 Gambaran Petunjuk untuk Bertindak bagi Ibu dalam Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 Bulan 5.9. 75 Gambaran Persepsi Ibu tentang Kendala Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan ................... 5.8. 75 Gambaran Persepsi Ibu tentang Manfaat Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan..................... 5.7. 73 Gambaran Persepsi Ibu tentang Ancaman Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan .................. 5.6. 73 78 Gambaran Kepercayaan Diri Ibu dalam Pemberian ASI secara Eksklusif ..................... ................ ... ... ... .................. 82 5.10. Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Uisa Kurang dari 6 Bulan Berdasarkan Modifying Factors …………… 83 5.11. Gambaran Pemberian ,P-ASI pada Bayi Usia Kurang dari BAB VI 6 Bulan Berdasarkan Persepsi Kerentanan, Keparahan, Ancaman, Manfaat, dan Kendala ………….. 84 PEMBAHASAN .................. .................. .................. ..... ................. 86 6.1. Keterbatasan penelitian .................. .................. ................. 86 6.2. Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan x Pesanggrahan Tahun 2014.................. .................. .............. 6.3. Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Berdasarkan Usia Ibu.................. ................... 6.4. 94 Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Berdasarkan Pengetahuan........ ... ... ... ......... 6.8. 93 Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Berdasarkan Status Pekerjaan Ibu .............. 6.7. 91 Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Berdasarkan Pendidikan Ibu ......................... 6.6. 89 Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Berdasarkan Suku Ibu.................. ................. 6.5. 86 96 Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Berdasarkan Pengalaman Ibu Memberikan MP-ASI Sebelumnya ….................. .................. .................. 6.9. Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Berdasarkan Adat/Kebiasaan.................. ...... 6.10. 97 98 Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan berdasarkanPersepsi Kerentanan, Keparahan, Ancaman, Manfaat, Kendala .................. ....... 100 6.11. Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Berdasarkan Petunjuk uutuk Bertindak ..... 6.12. Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang xi 104 BAB VII dari 6 Bulan Berdasarkan Kepercayaan Diri .................... 108 KESIMPULAN DAN SARAN .................. .................. .................. 110 7.1. Simpulan .................. .................. .................. ..... ............. 110 7.2. Saran .................. .................. .................. ..... .................. … 112 DAFTAR PUSTAKA .................. .................. .................. ..... .................. .......... 114 LAMPIRAN xii DAFTAR TABEL Nomer Tabel Halaman Tabel 2.1. Pedoman Pembarian Makanan Sehat 25 Tabel 3.1 Definisi Operasional 52 Tabel 4.1 Gambaran Rincian Variabel Penelitian dalam Kuesioner 61 Tabel 5.1 Distribusi Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 65 Tabel 5.2 Distribusi Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 bulan Berdasarkan Usia Pertama Kali Pemberian MP-ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 65 Tabel 5.3 Distribusi Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 bulan Berdasarkan Jenis MP-ASI yang Diberikan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 66 Tabel 5.4 Distribusi Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 bulan Berdasarkan Alasan Ibu dalam Pemberian MP-ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 67 Tabel 5.5 Distribusi Ibu Berdasarkan Usia Ibu yang Memiliki Bayi Berusia 6 – 12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 67 Tabel 5.6 Distribusi Ibu Berdasarkan Suku Ibu yang Memiliki Bayi Berusia 6 – 12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 68 Tabel 5.7 Distribusi Ibu Berdasarkan Pendidikan Ibu yang Memiliki Bayi Berusia 6 – 12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 69 xiii Tabel 5.8 Distribusi Ibu Berdasarkan Pekerjaan Ibu yang Memiliki Bayi Berusia 6 – 12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 69 Tabel 5.9 Distribusi Ibu Berdasarkan Jenis Pekerjaan Ibu yang Memiliki Bayi Berusia 6 – 12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 70 Tabel 5.10 Distribusi Ibu Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 70 Tabel 5.11 Distribusi Ibu Berdasarkan Pengalaman Ibu tentang Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 71 Tabel 5.12 Distribusi Ibu Berdasarkan Adat/ Kebiasaan Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 72 Tabel 5.13 Distribusi Ibu Berdasarkan Jenis Makanan yang di Berikan dalam Adat/ Kebiasaan Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan 72 Tabel 5.14 Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Kerentanan Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 73 Tabel 5.15 Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Keparahan Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 74 Tabel 5.16 Distribusi Ibu Berdasarkan Jenis Keparahan dalam Pemberian MPASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 74 Tabel 5.17 Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Ancaman dari Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 75 Tabel 5.18 Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Manfaat dari Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 76 xiv Tabel 5.19 Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Jenis Manfaat dari Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 76 Tabel 5.20 Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Kendala dari Pemberian ASI Eksklusif pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 77 Tabel 5.21 Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Kendala dari Pemberian ASI Eksklusif pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 78 Tabel 5.22 Distribusi Ibu Berdasarkan Dukungan Orang Terdekat Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 79 Tabel 5.23 Distribusi Ibu Berdasarkan Dukungan Orang Terdekat yang Menganjurkan Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 79 Tabel 5.24 Distribusi Ibu Berdasarkan Dukungan Orang Terdekat yang Meminta Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 80 Tabel 5.25 Distribusi Ibu Berdasarkan Dukungan Orang Terdekat yang Menyuruh Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 81 Tabel 5.26 Distribusi Ibu Berdasarkan Riwayat ANC Ibu dalam Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 81 Tabel 5.27 Distribusi Ibu Berdasarkan Kepercayaan Ibu dalam Pemberian MPASI pada bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 82 Tabel 5.28 Distribusi Ibu Berdasarkan Alasan Ibu Tidak Percaya Diri dalam Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 82 Tabel 5.29 Distribusi Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Berdasarkan Modifying Factors di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 83 xv Tabel 5.30 Distribusi Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Berdasarkan Persepsi Kerentanan, Keparahan, Ancaman, Manfaat, dan Kendala di Wilayah Kerja Puskesms Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 xvi 85 DAFTAR BAGAN Nomor Bagan Halaman Bagan 2.1. Kerangka Teori 48 Bagan 3.1 Kerangka Konsep 54 xvii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Lampiran 2. Surat Izin Penelitian Lampiran 3. Output SPSS xviii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelompok bayi usia 0-12 bulan menjadi salah satu fase yang sangat menentukan kelangsungan hidup seseorang di masa yang akan datang. Menurut Depkes RI (2006), usia 0 – 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga sering diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini, bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya (Depkes RI, 2006). Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan yang tepat untuk bayi dan anak dibawah usia dua tahun yaitu : pertama, memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir. Kedua, memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan. Ketiga, memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang 1 2 tepat dan adekuat sejak 6 bulan sampai 24 bulan. Dan keempat, melanjutkan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih (Depkes, 2006). Banyak manfaat yang didapatkan dari pemberian ASI ekslusif, diantaranya dapat mempercepat penurunan angka kematian bayi dan sekaligus meningkatkan status gizi balita yang pada akhirnya akan meningkatkan status gizi masyarakat menuju tercapainya kualitas sumber daya manusia yang memadai (Depkes RI, 2007). UNICEF menambahkan bahwa pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan dapat mencegah kematian 1,3 juta anak berusia dibawah lima tahun (Rahmadhanny, 2011). Pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan pada kenyataannya masih sulit untuk dilaksanakan. Berdasarkan laporan Biro Pusat Statistik (2008), pada hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan bahwa bayi berumur di bawah lima tahun yang mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan adalah sebesar 32%. Padahal hasil SDKI tahun 2002-2003 sebelumnya sebesar 40%. Selain itu, hasil survei terbaru dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 juga menunjukkan cakupan pemberian ASI di Indonesia sangat memprihatinkan, yaitu persentase bayi yang menyusui eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3 %. Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya pemberian ASI eksklusif adalah praktek pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi usia kurang dari 6 bulan, termasuk didalamnya praktek pemberian makanan prelakteal. 3 Seperti yang dilansir dalam penelitian Fikawati dan Syafiq (2003) dalam Nelvi (2004) menemukan kegagalan pelaksanaan ASI Eksklusif telah dimulai sejak 3 hari pertama kelahiran yaitu, lebih dari 80% responden yang tidak ASI ekslusif 4 bulan telah memberikan makanan/minuman prelakteal dalam tiga hari pertama kepada bayinya. Hal ini diperkuat dengan data Litbangkes yang menemukan pemberian makanan bayi di Indonesia masih banyak yang belum sesuai dengan umurnya, terutama di daerah pedesaan. Bahkan hasil penelitian yang dilakukan Irawati (2007) menunjukkan bahwa lebih dari 50% bayi di Indonesia mendapat makanan pendamping ASI dengan usia kurang dari satu bulan. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan pada bayi atau anak yang berumur 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizinya (Depkes, 2006). Sedangkan makanan prelakrteal adalah makanan yang diberikan kepada bayi sebelum ASI keluar yang biasanya diberikan. Makanan prelakteal ini menjadi salah satu masalah dalam pemberian MP-ASI (Depkes, 2000). Masalah lainnya dalam pemberian MP-ASI yaitu ketepatan waktu. Kebiasaan pemberian makan yang tidak tepat, salah satunya pemberian makanan terlalu dini pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Hal ini dapat berdampak pada gangguan sistem pencernaan bayi, seperti diare, muntah, sulit buang air besar, menyebabkan banyak infeksi, kenaikan berat badan berlebih, dan alergi terhadap salah satu zat gizi makanan (Cott, 2003; Pudjiadi, 2003). Oleh karena itu, pada saat bayi berusia 0 – 6 bulan pemberian ASI saja sudah cukup, dimana komposisi ASI 4 ibu masih bisa mencukupi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi apabila ASI diberikan secara tepat dan benar sampai bayi berusia 6 bulan. Banyak beredarnya beragam jenis makanan yang mudah didapatkan di masyarakat juga menjadi salah satu masalah dalam pemberian MP-ASI. Hasil penelitian Irawati tahun 2004 menyatakan bahwa, jenis makanan pendamping ASI dini yang dikonsumsi bayi antara lain pisang, susu formula (bubuk dan kental manis), biskuit, bubur beras, makanan bayi produk industri (SUN, Promina dan Milna), dan nasi lumat. Sedangkan untuk jenis makanan prelakteal yang diberikan kepada bayi baru lahir meliputi: susu formula, susu non-formula, air putih, air gula (gula pasir/gula kelapa/gula aren), air tajin, air kelapa, sari buah, teh manis, madu, pisang, nasi/bubur. Dan jenis makanan prelakteal yang paling banyak diberikan berdasarkan hasil survei Riskesdas (2010) yaitu susu formula (71,3%), madu (19,8%) dan air putih (14,6%). Jenis yang termasuk kategori lainnya meliputi air kopi, santan, biskuit, kelapa muda, air daun pare, dan kurma (Riskesdas, 2010). Makan-makanan tersebut banyak beredar dan mudah didapatkan di masyarakat bahkan ibu bisa membuatnya sendiri di rumah. Kemudahan ini menjadi salah satu alasan ibu untuk memberikan MP-ASI pada bayinya. Sedangkan alasan lain yang mendorong ibu untuk memberikan MPASI diantaranya, produksi ASI sedikit, supaya bayi cepat besar, adanya anjuran dari keluarga, orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaan diluar rumah dan pengasuhan anak diserahkan kepada orang lain, bayi rewel dan menangis terus, pemberian makanan pada bayinya akan membuat tidurnya nyenyak, kebutuhan 5 nutrisi bayi tidak cukup hanya dengan ASI, anak orang tua dulu yang diberi makanan pada umur 2 bulan sampai sekarang dapat hidup sehat, serta gencarnya promosi makanan bayi yang belum mengindahkan ASI eksklusif sampai 6 bulan (Lily, 2005; Orzy, 2008; Rahmadhanny, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya menyebutkan faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian MP-ASI adalah pengetahuan ibu (Wahyu, 2007; Martini, 2009), sosial budaya (Kirana et.al, 2006; Wahyu, 2007), promosi susu formula (Wahyu, 2007; Widiyati et.al, 2009), umur, pendidikan, paritas (Sutrisno, 2007). Selain itu keberhasilan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) tidak bisa terlepas dari emik yang ada di suatu masyarakat. Menurut Mead (Gidden, 1995 dalam Jompa 2003) perilaku individu itu ditentukan dari internalisasi perilaku-perilaku sebelumnya yang dilihat dan atau dialami oleh individu dari orang tuanya (significant other) dan dari masyarakatnya (generalized other) (Jompa, 2003). Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tahun 2009, diketahui bahwa jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif di Provinsi DKI Jakarta sebesar 34%. Angka ini belum sesuai dengan target ASI eksklusif nasional yaitu sebesar 80%. Data per-wilayah Kota Provinsi DKI Jakarta menunjukkan cakupan ASI eksklusif tertinggi yaitu Jakarta Utara 60%. Kemudian tertinggi kedua Jakarta Selatan dan Kepulauan Seribu 46% (Dinkes DKI Jakarta, 2009). 6 Di wilayah Jakarta Selatan cakupan ASI eksklusif tahun 2011 tertinggi berada di puskesmas Kecamatan Setia Budi (107,6%), kemudian puskesmas Pasar Minggu (68,4%), puskesmas Kebayoran Baru (52,6%), puskesmas Cilandak (52%), puskesmas Pesanggrahan (51,2%), dan puskesmas Pancoran (51%). Sedangkan cakupan ASI eksklusif terendah berada di puskesmas Mampang Prapatan (Sudinkes Jaksel, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2012) di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan menunjukkan hasil gambaran perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2012 hanya sebesar 8,9% dan sebesar 91,1% perilaku ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif. Angka ini sangat jauh dari angka cakupan Nasional yang sebesar 80%. Dalam penelitian ini diketahui bahwa penyebab kegagalan pemberian ASI Eksklusif di puskesmas Kecamatan Pesanggrahan adalah karena adanya praktek pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Studi yang sama dilakukan Chairani (2013) di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan dengan pendekatan kualitatif pada ibu-ibu yang melahirkan di Rumah Bersalin Puskesmas yang merupakan sampel dari penelitian sebelumnya untuk menemukan alasan ibu memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) dini dengan pendekatan teori Health Belief Model, menunjukkan ada beberapa alasan yang mendasari ibu memberikan makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan, diantaranya : 1) Pemberian ASI saja tidak bisa mencukupi kebutuhan gizi bayinya, 2) ASI belum keluar, 3) Meningkatkan berat badan bayi, 3) Agar 7 anak tidak rewel, anteng dan kenyang, 4) Putting sakit atau lecet, 5) Ibu mengidap penyakit tertentu, 6) Adanya pengalaman sebelumnya (baik anaknya sendiri ataupun anak saudaranya), 7) Adanya dukungan orang terdekat (Suami, Ibu, Ibu mertua, dan tetangga), dan 8) Sudah menjadi kebiasaan turun temurun dalam keluarga. Chairani (2013) juga menyebutkan bahwa pemberian makanan pendamping ASI dini melalui pendekatan teori health belief model, dipengaruhi adanya pengetahuan, pengalaman memberikan makanan pendamping ASI dini kepada anak kelahiran sebelumnya, kebiasaan/tradisi dalam memberikan makanan pendamping ASI dini, dan faktor-faktor eksternal dalam mendukung memberikan makanan pendamping ASI dini. Berdasarkan uraian-uraian di atas tentang bagaimana pentingnya pemberian ASI ekslusif dan bahayanya pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan disertai dengan beberapa penelitian yang dilakukan, akhirnya peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan dari Chairani (2013), yaitu untuk melihat gambaran pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pesanggrahan Jakrta Selatan Tahun 2014. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Anggraeni (2012) di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan didapatkan gambaran perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di Puskesmas 8 Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2012 hanya sebesar 8,9% dan sebesar 91,1% perilaku ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif. Penelitian yang sama yang dilakukan oleh Chairani (2013) dengan sampel yang sama menemukan bahwa dari seluruh ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif, sudah mulai memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan disertai dengan beragam alasan. Dengan demikian, temuan di masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan menunjukkan bahwa pemberian MP-ASI yang tidak tepat, seperti pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan, justru merupakan suatu tindakan yang dapat membahayakan kesehatan bayi. Karena pada bayi usia kurang dari 6 bulan organ pencernaan bayi belum siap untuk mencerna makanan yang bentuknya lebih padat. Akibatnya jika MP-ASI diberikan pada masa ini bisa menyebabkan gangguan pencernaan, seperti diare, alergi, muntah, dan susah buang air besar. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahann Jakarta Selatan Tahun 2014. 1.3 Pertanyaan Penelitian 1.3.1 Bagaimana gambaran pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014? 9 1.3.2 Bagaimana gambaran frekuensi pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014? 1.3.3 Bagaimana gambaran Modifiying Factor Ibu (Umur Ibu, Suku, Pendidikan, pekerjaan, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, pengalaman, kebiasaan/ adat istiadat) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014? 1.3.4 Bagaimana gambaran persepsi kerentanan ibu dalam pemberian MP-ASI, pada bayi usia kurang dari 6 bulan di di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014? 1.3.5 Bagaimana gambaran persepsi ibu terhadap keseriusan yang ditimbulkan oleh pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulang di di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014? 1.3.6 Bagaimana gambaran persepsi ibu tentang ancaman dari pemberian MPASI kepada bayi usia kurang dari 6 bulan di di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014? 1.3.7 Bagaimana gambaran persepsi ibu tentang manfaat dari pemberian MP-ASI kepada bayi usia kurang dari 6 bulan di di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014? 1.3.8 Bagaimana gambaran persepsi kendala ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014? 10 1.3.9 Bagaimana gambaran Isyarat untuk bertindak dalam pemberiaan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bilan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014? 1.3.10 Bagaimana gambaran persepsi ibu terhadap keberhasilan diri dalam pemberian ASI secara Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014? 1.3.11 Bagaimana gambaran pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan jika dibandingkan dengan Modifying Factors (umur ibu, suku, pendidikan, pekerjaan, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, pengalaman, kebiasaan/ adat istiadat) dan persepi ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Diketahuinya gambaran pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014. 1.4.2 Tujuan Khusus 1) Diketahuinya gambaran frekuensi pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014. 2) Diketahuinya gambarkan Modifiying Factor Ibu (Umur Ibu, Suku, Pendidikan, pekerjaan, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, 11 pengalaman, kebiasaan/ adat istiadat) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014. 3) Diketahuinya gambaran Persepsi kerentanan ibu dalam pemberian MP-ASI, pada bayi usia kurang dari 6 bulan di di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014. 4) Diketahuinya gambaran persepsi ibu terhadap keseriusan yang ditimbulkan dari pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulang di di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014. 5) Diketahuinya gambaran persepsi ibu tentang manfaat dari pemberian MP-ASI kepada bayi usia kurang dari 6 bulan di di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014. 6) Diketahuinya gambaran persepsi kendala ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014. 7) Diketahunya gambaran gambaran Isyarat untuk bertindak dalam pemberiaan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bilan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014. 8) Diketahuinya persepsi ibu terhadap keberhasilan diri dalam pemberian ASI secara Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014. 12 9) Diketahuinya gambaran pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan jika dibandingkan dengan Modifying Factors (umur ibu, suku, pendidikan, pekerjaan, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, pengalaman, kebiasaan/ adat istiadat) dan persepi ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Peneliti Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman mengenai permasalahan yang berkaitan dengan ASI eksklusif dan MP-ASI yang terjadi dilingkungan sekitar dan sebagai bentuk penerapan ilmu yang telah didapatkan di bangku perkuliahan. 1.5.2 Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sebagai sumber refrensi dan bahan bacaan di perpustakaan dan sebagai bahan bagi peneliti selanjutnya. 1.5.3 Bagi Instansi Terkait Diharapkan dapat menjadi informasi penting yang dibutuhkan sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi instansi terkait dalam menentukan kebijakan dan program perencanaan selanjutnya, dalam rangka peningkatan dan pengembangan pemberian ASI eksklusif dan pemberian MP-ASI yang tepat. 13 1.5.4 Bagi Ibu dan Masyarakat Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan dan wawasan ibu dan orang-orang terdekatnya tentang pemberian MP-ASI yang tepat sehingga kedepannya ibu bisa menerapkannya dengan baik dengan mendapat dukungan juga dari keluarga atau masyarakat sekitar. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta selama bulan Juni 2014 di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan desain penelitian crossectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk melihat gambaran pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan dengan pendekatan teori Health Belief Model. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ASI Ekslusif 2.2.1 Definisi ASI (Air Susu Ibu) ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan terbaik dan paling sempurna untuk bayi karena didalamnya terkandung zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Depkes, 2002; WHO, 2003). Sedangkan menurut Roesli (2005), definisi ASI adalah air susu yang keluar dari seorang ibu pasca melahirkan bukan sekedar sebagai makanan, tetapi juga sebagai salah satu cairan yang terdiri dari sel-sel yang hidup seperti sel darah putih, antibodi, hormon, faktor-faktor pertumbuhan enzim, serta zat yang dapat membunuh bakteri dan virus 2.1.2 ASI Eksklusif ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa terjadwal dan tanpa memberikan makanan lain, seperti susu formula, madu, jeruk, air teh, air putih dan tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi tim, sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberi ASI sampai berumur dua tahun (Purwanti, 2004). 14 15 Menurut WHO, ASI eksklusif adalah bahwa bayi hanya menerima ASI dari ibu atau pengasuh yang diminta memberikan ASI dari ibu, tanpoa penambahan cairan atau makanan padat lain, kecuali sirup yang berisi vitamin, suplemen minaral atau obat (Riskesdas, 2010). Pemberian ASI eksklusif kepada bayi meliputi hal-hal berikut: a) setelah bayi dilahirkan segera diberikan ASI (dalam waktu ½ - 1 jam) untuk memberikan kolostrum (ASI yang keluar pada hari-hari pertama). b) tidak memberikan makanan atau minuman (seperti air kelapa, air tajin, air the, madu, pisang) kepada bayi sebelum diberikan ASI. c) ASI diberikan sesuai kemauan bayi tanpa perlu dibatasi waktu dan frekuensinya (pagi, siang dan malam hari) dan memberikan ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan (Riskesdas, 2010). 2.1.3 Manfaat ASI Eksklusif 1) Manfaat ASI bagi Bayi a. ASI sebagai nutrisi ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi (Perinasia, 2003; Roesli, 2004; Prasetyono, 2009). b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat immunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui 16 plasenta, namun kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Badan bayi sendiri baru membuat zat kekebalan cukup banyak sehingga mencapai kadar protektif pada waktu berusia sekitar Sembilan sampai dua belas bulan. Pada saat itu zat kekebalan menurun, sedangkan yang dibentuk badan bayi belum mencukupi, maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi. Kesenjangan akan hilang atau berkurang apabila bayi diberi ASI, karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit dan jamur. Misalnya, ketika ibu tertular penyakit melalui makanan, seperti gastroenteritis atau polio, maka antibodi ibu terhadap penyakit akan diberikan kepada bayi (Roesli, 2004; Prasetyono, 2009). c. ASI meningkatkan kecerdasan ASI mengandung nutrient khusus yang diperlukan otak bagi bayi agar tumbuh optimal. Nutrient-nutrien khusus tersebut tidak terdapat atau hanya sedikit sekali terdapat pada susu sapi, nutrient tersebut adalah: taurin, laktosa, asam lemak ikatan panjang (AA, DHA, omega-3, omega-6). Dengan demikian pertumbuhan otak bayi yang diberi ASI secara eksklusif selama enam bulan akan tumbuh optimal dengan kualitas yang optimal pula (Roesli, 2000; Perinasia; Suradi 2004). IQ pada bayi yang memperoleh ASI lebih tinggi 7-9 poin ketimbang bayi yang tidak 17 diberi ASI. Berdasarkan hasil penelitian pada tahun 1997, keopandaian anak yang diberi ASI pada usia 9,5 tahun mencapai 12,9 poin lebih tinggi daripada anak yang minum susu formula (Prasetyono, 2009). d. ASI adalah makanan yang terbaik untuk diberikan kepada bayi saat bayi sakit, karena ASI sangat mudah dicerna. Dengan menkonsumsi ASI, bayi semakin cepat sembuh (Praetyono, 2009). 2) Manfaat ASI bagi Ibu a. Menjarangkan kehamilan. Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang murah, aman, dan cukup berhasil. Hal ini terjadi melalui mekanisme hormone untuk ovulasi sehingga terjadi Lactational Amenorrhea (LAM). LAM memberikan efek pencegahan yang baik terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan, selama klien belum mendapat haid dan waktunya kurang dari enam bulan pasca persalinan. Efektifnya dapat mencapai 98%. LAM efektif bila menyusui lebih dari delapan kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan per laktasi (Perinasia, 2003; Saifuddin, 2003; Roesli, 2004). b. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan. Pada ibu yang menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna unuk meningkatkan konstriksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti, 18 mengurangi perdarahan, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya kekurangan darah atau anemia karena kekurangan besi. Hal ini akan menurunkan angka kematian ibu melahirkan (Perinasia, 2003; Roesli, 2004; Suradi, 2004). c. Ibu lebih cepat kembali ke BB semula Lemak disekitar panggul dan paha yang ditimbun pada masa kehamilan berpindah ke dalam ASI. Selain itu, karena menyusui juga memerlukan energi maka tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil. Dengan demikian berat badan ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan sebelum hamil (Roesli, 2004; Prasetyono, 2009). d. ASI tidak merepotkan dan menghemat waktu, lebih ekonomis dan murah, serta lebih praktis dan mudah dibawa kemana-mana (Roesli, 2004; Prasetyono, 2009). 2.2. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) ASI dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai bayi berumur 6 bulan. Semakin meningkat umur bayi atau anak, maka kebutuhan akan zat gizi pun semakin bertambah atau meningkat karena proses tumbuh kembang. Sedangkan ASI yang dihasilkan kurang memenuhi kebutuhan gizi. Selanjutnya bayi perlu makanan tambahan yang gizinya setara dengan ASI atau lebih dikenal dengan istilah MP-ASI 19 2.2.1. Definisi MP-ASI Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan pada bayi atau anak yang berumur 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizinya (Depkes, 2006). Istilah untuk makanan pendamping ASI bermacam-macam yakni makanan pelengkap, makanan tambahan, makanan padat, makanan sapihan, weaning food, makanan peralihan, beiskot (istilah dalam bahasa jerman yang berarti makanan selain dari susu yang diberikan kepada bayi). Keseluruhan istilah ini menunjuk pada pengertian bahwa ASI maupun pengganti ASI (PASI) sebagai peralihan untuk berangsur berubah ke makanan keluarga atau orang dewasa (Depkes RI, 2004). 2.2.2. Tujuan dan Manfaat Pemberian MP-ASI Tujuan pemberian MP-ASI menurut Depkes RI (2004) adalah melengkapi zat gizi ASI yang kurang, mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima macam-macam makanan dengan berbagai rasa dan bentuk, serta mengembangkan kemampuan bayi untuk emngunyah dan menelan. Sedangkan menurut Husaini (2001), tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah untuk menambah energy dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus-menerus, untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, menghindari terjadinya kekurangan gizi, mencegah resiko masalah gizi, defesiensi zat gizi mikro (zat besi, zink, kalsium, vitamin A, vitamin C 20 dan folat), menyediakan makanan ekstra yang dibutuhkan untuk mengisi kesenjangan energi dengan nutrisi, memelihara kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan bila sakit, membantu perkembangan jasmani, rohani, psikomotor, mendidik kebiasaan yang baru tentang makanan dan memperkenalkan bermacam-macam bahan makanan yang sesuai dengan keadaan fisiologis bayi. Menurut Suharjo (1999) dalam Pardosi (2009), pemberian MP-ASI bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan zat gizi anak, menyesuaikan kemampuan alat cerna dalam menerima makanan tambahan dan merupakan masa peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Selain untuk memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi, pemberian makanan tambahan merupakan salah satu proses pendidikan dimana bayi diajar untuk mengunyah dan menelan makanan padat, serta membiasakan selera-selera baru. 2.2.3 Jenis-Jenis MP-ASI Jenis makanan pendamping ASI (MP-ASI) baik tekstur, frekuensi, dan porsi makan harus disesuaikan dengan tahap perkembangan dan pertumbuhan bayi dan anak usia 6-24 bulan. Kebutuhan energi dari makanan adalah sekitar 200 kkal per hari untuk bayi usia 6-8 bulan, 300 kkal per hari untuk bayi usia 9- 11 bulan, dan 550 kkal per hari untuk anak usia 12-23 bulan (Depkes RI, 2000). 21 MP-ASI pertama sebaiknya adalah golongan beras dan serealia, karena berdaya alergi rendah. Secara berangsur-angsur, diperkenalkan sayuran yang dikukus dan dihaluskan, buah yang dihaluskan, kecuali pisang dan alpukat matang dan yang harus diingat adalah jangan berikan buah atau sayuran mentah. Setelah bayi dapat menerima beras atau sereal, sayur dan buah dengan baik, berikan sumber protein (tahu, tempe, daging ayam, hati ayam dan daging sapi) yang dikukus dan dihaluskan. Setelah bubur dibuat lebih kental (kurangi campuran air), kemudian menjadi lebih kasar (disaring kemudian di cincang halus), lalu menjadi kasar (cincang kasar), dan akhirnya bayi siap menerima makanan pada yang dikonsumsi keluarga. Menyapih anak harus bertahap, dilakukan tidak secara tiba-tiba. Kurangi frekuensi pemberian ASI sedikit demi sedikit (Depkes RI, 2000). Menurut Muchtadi (2004), makanan pendamping untuk bayi sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut: nilai energi dan kandungan proteinnya cukup tinggi, dapat diterima dengan baik, harganya relatif murah, dan dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara lokal. Makanan pendamping bagi bayi hendaknya bersifat padat gizi, dan tidak banyak mengandung serat kasar serta bahan lain yang sukar dicerna yang dapat mengganggu proses pencernaan. 1) Makanan Tambahan Lokal Makanan tambahan local adalah makanan tambahan yang diolah di rumah tangga atau posyandu, terbuat dari bahan makanan yang tersedia setempat, mudah diperoleh dengan harga terjangkau oleh 22 masyarakat, dan memerlukan pengolahan sebelum dikonsumsi oleh bayi.Makanan tambahan local ini disebut juga dengan makanan pendamping ASI lokal (MP-ASI Lokal) (Depkes RI, 2006). Pemberian makanan tambahan lokal memiliki beberapa dampak positif, antara lain ibu lebih memahami dan terampil dalam membuat makanan tambahan dari pangan local sesuai dengan kebiasaan dan social budaya setempat, sehingga ibu dapat melanjutkan pemberian makanan tambahan secara mandiri, meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat serta memperkuat kelembagaan seperti posyandu, memiliki potensi meningkatkan pendapatan masyarakat melaui penjualan hasil pertanian, dan sebagai sarana dalam pendidikan atau penyuluhan gizi (Depkes RI, 2006). 2) Makanan Tambahan Olahan Pabrik Menurut Depkes RI (2006), makanan tambahan hasil olahan pabrik adalah makanan yang disediakan dengan olahan dan bersifat instan dan beredar dipasaran untuk menambah energy dan zat-zat gizi esensial pada bayi. Makanan tambahan pabrikan disebut juga makanan pendamping ASI pabrikan (MP-ASI Pabrikan) atau makanan komersial.Secara komersial, makanan bayi tersedia dalam bentuk tepung campuran onstan atau biskuiy yang dapat dimakan secara langsung atau dapat dijadikan bubur (Krisnatuti, 2000). 23 Makanan tambahan pabrikan seperti bubur susu, diperdagangkan dalam keadaan yang kering dan pre-cooked, sehingga tidak perlu dimasak lagi dan dapat diberikan pada bayi setelah ditambah air matang secukupnya. Bubur susu terdiri dari tepung serealia seperti beras, maizena, terigu ditambah susu dan gula, dan bahan perasa lainnya. Makanan tambahan pabikan yang lain seperti nasi tim yakni bubur beras dengan tambahan daging, ikan atau hati serta sayuran wortel dan bayam, dimana untuk bayi kurang dari 10 bulan nasi tim harus disaring atau di blender terlebih dahulu. Selain makanan bayi lengkap (bubur susu dan nasi tim) beredar pula berbagai macam tepung baik tepung mentah maupun yang sudah matang (pre-cooked) (Pudjiadi, 2000). 2.2.4 Pola Pemberian Makanan pada Bayi Menurut Kartini (2006), yang mengutip langsung dari Lie goan hong menyatakan bahwa pola makan adalah bebagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk satu kelompok masyarakat tertentu. Sedangkan menurut baliwati (2004) pola makan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Utuk kelompok bayi, pada tahun pertama khususnya enam bulan pertama, adalah masa yang sangat kritis dalam kehidupan bayi. Bukan hanya pertumbuhan fisik yang berlangsung dengan cepat, tetapi juga 24 pembentukan psikomotor dan akulturasi terjadi dengan cepat. ASI harus merupakan makanan utama pada masa ini. Dengan demikian berikanlah ASI saja sampai bayi berumur 6 bulan (ASI Eksklusif) (Depkes, 2000). Pada umumnya bayi yang baru lahir mempunyai jadwal makan yang tidak teratur, bayi bisa makan sebanyak 6-12 kali atau lebih dalam 24 jam tanpa jadwal yang teratur. Menyusui bayi dapat dilakukan setiap 3 jam alasannya karena lambung bayi akan kosong dalam waktu 3 jam sehabis menyusui. Sejalan dengan bertambahnya usia jarak antara waktu menyusui menjadi lebih lama, karena kapasitas lambungnya membesar dan produksi susu ibu meningkat (Steven, 2005). Kemudian, setelah bayi beruumur 6 bulan produksi ASI semakin berkurang. Sedangkan kebutuhan bayi semakin meningkat seiring bertambah umur dan berat badannya. sehingga asupan makanan dari ASI saja tidak bisa mencukupi kebutuhan zat gizi bayi. Oleh karena itu, mulai dari sini bayi membutuhkan makanan tambahan atau pendamping lain. Walaupun bayi telah diperkenalkan dengan makanan tambahan sebagai tahap awal, perkenalkan dengan bubur dan sari buah dua kali sehari sebanyak 1-2 sendok makan penuh. Frekuensi pemberian bubur ini, lambat laun harus ditingkatkan. Menginjak umur 7-9 bulan porsi kebutuhannya dapat ditingkatkan lagi yaitu sebanyak 3-6 sendok penuh tiap kali makan, paling tidak empat kali sehari keadaan bubur harus tetap disaring, apabila bayi masih tampak lapar dapat diberi makanan kecil misalnya roti kering, 25 pisang. Pada umur 9 bulan berikan bubur yang tidak disaring atau nasi tim yang dibuat dari bahan makanan bergizi tinggi (WHO, 2004). Menginjak usia 10-12 bulan bayi sudah dapat diberi bubur yang dicacah untuk mempermudah proses penelanan. Setelah berumur satu tahun bayi mulai mengenal makanan yang dimakan oleh seluruh anggota keluarga.Seorang bayi harus makan 4-5 kali sehari.Makanan anak harus terdiri dari makanan pokok, kacang-kacangan, pangan hewani, minyak, santan atau lemak, buah-buahan (Krisnatuti, 2006). Sedangkan pola pemberian makanan yang sehat mneurut Depkes RI (2003), dirangkum dalam table 2.1 adalah sebagai berikut : Umur Tabel 2.1 Pedoman Pemberian Makanan Sehat Jenis Makanan Makanan Makanan Makanan Lunak Lembek/lunak Keluarga (bulan) ASI 0-6 √ 6-8 √ √ 8-12 √ √ √ 12-24 √ √ √ >24 √ √ Sumber : Depkes RI (2003) 2.2.5 Masalah-masalah dalam pemberian MP-ASI Masalah dalam pemberian MP-ASI pada bayi/anak umur 0-24 bulan menurut Depkes (2000) adalah sebagai berikut : 1) Pemberian makanan prelakteal (makanan sebelum ASI keluar) 26 Menurut Suhardjo (1998) dalam Wulandari (2011), makanan prelakteal adalah makanan yang diberikan kepada bayi sebelum diberikan ASI. Makanan prelakteal diberikan pada 1-3 hari pertama setelah kelahiran. masaprelakteal Makanan tersebut yang adalah madu, umum kelapa diberikan muda, pada pisang dihaluskan, pap aya dihaluskan,air gula. Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan bayi, dan mengganggu keberhasilan menyusui. 2) Kolostrum dibuang Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan berwarna kekuning-kuningan. Kolostrum mengandung zat kekebalan yang dapat melindungi bayi dari penyakit dan mengandung zat gizi tinggi. 3) Pemberian MP-ASI terlalu dini atau terlambat Pemberian MP-ASI yang terlalu dini (sebelum bayi berumur 6 bulan) menurunkan konsumsi ASI dan meningkatkan terjadinya gangguan percernaan/diare. Kalau pemberian MP-ASI terlambat, bayi sudah lewat usia 6 bulan, dapat, menyebabkan hambatan pertumbuhan anak. 4) MP-ASI yang diberikan tidak cukup Pemberian MP-ASI pada periode umur 6-24 bulan sering tidak tepat dan tidak cukup baik kualitasnya meupun kuantitasnya. Adanya kepercayaan bahwa anak tidak boleh makan ikan dan kebiasaan tidak menggunakan santan atau minyak pada makanan anak, dapat 27 menyebabkan anak menderita kurang gizi terutama energi dan protein serta beberapa vitamin penting yang larut dalam lemak. 5) Pemberian MP-ASI sebelum ASI Pada usia 6 bulan, pemberian ASI yang dilakukan sesudah MPASI dapat menyebabkan ASI kurang dikonsumsi. Pada periode ini zat-zat yang diperlukan bayi terutama diperoleh dari ASI. Dengan memberikan MP-ASI terlebih dahulu berarti kemampuan bayi untuk mengkonsumsi ASI berkurang, yang berakibat menurunnya produksi ASI. Hal ini dapat berakibat anak menderita kurang gizi. seharusnya ASI diberikan dahulu baru MP-ASI. 6) Frekuensi Pemberian MP-ASI kurang Frekuensi pemberian MP-ASI dalam sehari kurang akan berakibat kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi. 7) Pemberian ASI terhenti karena ibu kembali bekeja Di daerah kota dan semi perkotaan, ada kecenderungan rendahnya frekuensi menyusui dan ASI dihentikan terlalu dini pada ibu-ibu yang bekerja karena kurangnya pemahaman tentang manajemen laktasi pada ibu bekerja. Hal ini menyebabkan konsumsi zat gizi rendah apalagi pemberian MP-ASI pada anak kurang diperhatikan. 8) Kebersihan kurang Pada umumnya ibu kurang menjaga kebersihan terutama pada saat menyediakan dan memberikan makanan pada anak. Masih 28 banyak ibu yang menyuapi anak dengan tangan, menyimpan makanan matang tanpa tutup makanan/tudung saji dan kurang mengamati perilaku kebersihan dari pengasuh anaknya. Hal ini memungkinkan timbulnya penyakit infeksi seperti diare (mencret) dan lain-lain. 9) Prioritas gizi yang salah pada keluarga Banyak keluarga yang memprioritaskan makanan untuk anggota keluarga yang lebih besar, seperti ayah atau kakak tertua dibandingkan untuk anak baduta dan bila makan bersama-sama anak baduta selalu kalah. 2.2.6 Alasan – alasan ibu memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan Menurut Gibney tahun 2009 dalam buku “Gizi Kesehatan Masyarakat” mengatakan bahwa banyak kepercayaan dan sikap yang tidak mendasar terhadap makna pemberian ASI yang membuat para ibu tidak melakukan pemberian ASI secara eksklusif kepada bayi mereka dalam periode 6 bulan pertama. Alasan umum mengapa mereka memberikan MPASI secara dini meliputi : 1) Rasa takut bahwa ASI yang mereka hasilkan tidak cukup dan atau kualitasnya buruk. Hal ini dikaitkan dengan pemberian ASI pertama (kolostrum) yang terlihat encer dan menyerupai air. Ibu harus memahami bahwa perubahan pada komposisi ASI akan terjadi ketika bayinya mulai menghisap puting mereka. 29 2) Keterlambatan memulai pemberian ASI dan praktek membuang kolostrum. Banyak masyakarat di negara berkembang percaya bahwa kolostrum yang berwarna kekuningan merupakan zat beracun yang harus dibuang. 3) Teknik pemberian ASI yang salah. Jika bayi tidak digendong dan dipeluk dengan posisi tepat, kemungkinan ibu akan mengalami nyeri, lecet pada puting susu, pembengkakan payudara dan mastitis karena bayi tidak mampu meminum ASI secara efektif. Hal ini akan berakibat ibu menghentikan pemberian ASI. 4) Kebiasaan yang keliru bahwa bayi memerlukan cairan tambahan. Pemberian cairan seperti ait teh dan air putih dapat meningkatkan risiko diare pada bayi. Bayi akan mendapat ASI yang lebih rendah dan frekuensi menyusu yang lebih singkat karena adanya tambahan cairan lain. 5) Dukungan yang kurang dari pelayanan kesehatan. Dirancangnya rumah sakit sayang bayi akan meningkatkan inisiasi dini ASI terhadap bayi. Sebaliknya tidak adanya fasilitas rumah sakit dengan rawat gabung dan disediakannnya dapur susu formula akan meningkatkan praktek pemberian MP-ASI predominan kepada bayi yang lahir di rumah sakit. 6) Pemasaran formula pengganti ASI. Hal ini telah menimbulkan anggapan bahwa formula PASI lebih unggul daripada ASI sehingga 30 ibu akan lebih tertarik dengan iklan PASI dan memberikan MP-ASI secara dini. 2.2.7 Akibat/ Resiko MP-ASI Diberikan Teralu Cepat Banyak resiko yang dapat ditimbulkan oleh pemberian MP-ASI yang terlalu dini. Dalam jangka pendek, pemberian MP-ASI terlalu dini kepada bayi akan menurunkan frekuensi dan intensitas pengisapan ASI oleh bayi. Hal ini akan menjadi resiko untuk terjadinya penurunan produksi ASI. Dalam kondisi demikian, makanan yang diberikan akhirnya tidak akan berperan sebagai makanan pendamping ASI tetapi sebagai makanan pengganti ASI, karena ASI yang diberikan berkurang. Tidak hanya itu, jika ternyata makanan yang diberikan mempunyai nilai gizi yang lebih rendah dari ASI, maka hal ini akan merugikan bayi karena bayi dapat menderita defisiennsi zat gizi, missal zat besi (fe). Pada bayi-bayi muda, keseimbangan zat besinya masih rawan dan hanya zat besi yang terdapat pada ASI yang lebih mudah diserap (Ebrahim, 1986 dalam Hernawati, 2008). Menurut Lubis (2003) dalam Hernawati (2008), resiko pemberian MP-ASI dini adalah sebagai berikut : 1). Resiko Jangka Pendek Pemberian makanan selain ASI akan mengurangi keinginan bayi untuk menyusui, sehingga frekuensi dari kekuatan bayi menyusui berkurang. Akibat produksi ASI berkurang.Pemberian 31 makanan dini seperti pisang nasi di daerah pedesaan di Indonesia sering menyebabkan penyumbatan saluran cerna disebabkan karena strukturnya liat dan tidak bisa dicerna yang disebut phyto bezoar yang dapat menyebabkan kematian. 2). Resiko Jangka Panjang Resiko jangka panjang yang dihubungkan dengan pemberian makanan tambahan yang cepat diberikan adalah obesitas, hipertensi, arterioklorosis dan alergi makanan. Meyer et.al melaporkan 2-26 % diabetes mellitus disebabkan oleh pemberian susu formula terlalu dini. Sedangkan menurut Suhardjo (1992) dalam Padang (2007), ada beberapa akibat kurang baik dari pengenalan makanan dini, yaitu: gangguan menyusui, beban ginjal yang terlalu berat sehingga mengakibatkan hyperosmolitas plasma, alergi terhadap makanan, dan mungkin gangguan terhadap pengaturan selera makanan. Berikut ini akan dijelaskan mengenai akibat-akibat yang ditimbulkan: 1) Gangguan Penyusuan Suatu hubungan sebab akibat antara pengenalan/pemberian makanan tambahan yang dini dan penghentian penyusuan, belum dibuktikan. Pada umumnya bayi-bayi yang menyusui mendapat makanan tambahan pada umur yang lebih dan dalam jumlah yang lebih kecil daripada bayi-bayi yang mendapat susu formula. 2) Beban Ginjal yang Berlebihan dan Hyperosmolitas 32 Makanan padat, baik yang dibuat sendiri di pabrik, cenderung untuk mengandung kadar natrium klorida (NaCl) tinggi yang akan menambah beban ginjal. Beban tersebut masih ditambah oleh makanan tambahan yang mengandung daging. Bayi-bayi yang mendapat makanan padat pada umur yang dini, mempunyai osmolitas plasma yang lebih tinggi daripada bayi-bayi yang 100% mendapat ASI dan karena itu mudah mendapat hyperosmolitas dehidrasi penyebab haus yang berlebihan. 3) Alergi Terhadap Makanan Belum matangnya sIstem kekebalan dari susu pada umur yang dini, dapat menyebabkan banyak terjadinya alergi terhadap makanan pada masa kanak-kanak. Alergi pada susu sapi dapat terjadi sebanyak 7,5% dan telah diingatkan, bahwa alergi terhadap makanan lainnya, seperti jeruk, tomat, ikan, telur dan serealia, bahkan mungkin lebih sering terjadi. 4) Gangguan pengaturan selera makanan Makanan padat telah dianggap sebagai penyebab kegemukan pada bayi-bayi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bayi-bayi yang diberi susu formula lebih berat daripada bayi-bayi yang mendapat air susu ibu. 5) Bahan-bahan makanan tambahan yang merugikan Makanan tambahan mungkin mengandung komponen- komponen alamiah yang jika diberikan pada waktu dini dapat 33 merugikan, seperti sukrosa. Gula ini dapat penyebab kebusukan pada gigi, dan telah dikemukakan bahwa penggunaan gula pada umur yang dini dapat membuat anak terbiasa akan makanan yang rasanya manis. 2.2.8 Akibat/ Resiko MP-ASI Diberikan Terlalu Lambat Bila bayi tidak dilatih pada umur 6 bulan biasanya tidak mau makanan lain selain ASI, susu formula atau minuman cair sesudah berumur 1 tahun sehingga akan mnenyebabkan bayi kekurangan gizi (Albar, 2004 dalam kalsum, 2005, dalam hernawati, 2008). 2.3 Teori Health Belief Model Teori health belief model merupakan teori yang mengarahkan pada proses berfikir yang dialami seseorang sebelum melakukan suatu tindakan yang berkaitan dengan kesehatan. Meskipun teori ini diarahkan pada apa yang terjadi pada seseorang, juga perlu diingat konteksnya. Keputusan untuk melakukan ataupun tidak melakukan suatu tindakan didasarkan pada petunjuk, rujukan dan informasi yang berasal dari lingkungan, baik fisik, sosial, maupun budaya seseorang tersebut (Edberg, 2009). Konsep dasar health belief model yaitu menjelaskan faktor determinan dari perilaku kesehatan yang berorientasi pada personal belief atau persepsi dan keyakinan mengenai suatu penyakit atau kejadian tertentu dan cara yang akan dilakukan untuk mengurangi kejadian tersebut. Proses kognitif dari health belief model dipengaruhi oleh berbagai informasi yang datang, kemungkinan individu akan melakukan tindakan pencegahan tergantung pada keyakinan atau penilaian 34 kesehatan yaitu ancaman yang dirasakan individu dari sakit dan pertimbangan antara keuntungan dan kerugian yang didapat (Smet, 1994). Penilaian pertama adalah ancaman yang dirasakan terhadap resiko yang akan muncul. Hal ini mengacu pada sejauh mana seorang berfikir penyakit atau kesakitan betul-betul merupakan ancaman kepada dirinya. Asumsinya adalah bahwa bila ancaman yang dirasakan tersebut meningkat maka perilaku pencegahan juga akan meningkat. Penilaian tentang ancaman yang dirasakan ini berdasarkan pada: (a) ketidak-kekebalan yang dirasakan (perceived vulnerability) yang merupakan kemungkinan bahwa orang-orang dapat mengembangkan masalah kesehatan menurut kondisi mereka. (b) keseriusan yang dirasakan (perceived severity). Orang-orang yang mengevaluasi seberapa jauh keseriusan penyakit tersebut apabila mereka mengembangkan masalah kesehatan mereka atau membiarkan penyakitnya tidak ditangani. Penilaian yang kedua yang dibuat adalah perbandingan antara keuntungan dengan kerugian dari perilaku dalam usaha untuk memutuskan melakukan tindakan pencegahan atau tidak (Smet, 1994) Health belief model merupakan konsep utama yang memprediksikan mengapa seseorang mengambil suatu tindakan untuk pencegahan penyakit yang dilihat dari seberapa rentan penyakit menimbulkan keseriusan, manfaat serta kendala yang dihadapi dalam pengambilan tindakan, ditambah dengan kepercayaan individu dalam mengambil tindakan untuk pencegahan penyakit (Glanz, 2008). 35 1. Persepsi kerentanan (Perceived Susceptibility) Persepsi kerentanan terhadap suatu penyakit agar bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya. Pemberian ASI secara eksklusif dapat mencegah bayi terserang penyakit infeksi, dan akan berpotensi berisiko terkena penyakit apabila pemberian ASI tidak sampai 6 bulan. 2. Persepsi keseriusan (Perceived Seriousness) Persepsi keseriusan penyakit apabila terkena maka konsekuensinya juga berat. Bayi yang tidak mendapatkan ASI secara eksklusif dapat menurunkan daya tahan tubuh bayi sehingga mudah terserang penyakit-penyakit dan berdampak kepada kegagalan pertumbuhan bayi. Kombinasi persepsi kerentanan dan persepsi keseriusan akan menghasilkan persepsi ancaman. Individu akan mengubah perilaku mereka berdasarkan persepsi ancaman yang berasal dari keseriusan penyakit tersebut (Glanz, 2008). 3. Persepsi manfaat (Perceived Benefits) Melakukan tindakan pencegahan akan bermanfaat jika merasa sangat rentan terhadap penyakit-penyakit, persepsi positif ini sangat berperan penting pada perilaku seseorang dalam mengambil suatu keputusan kesehatan atas dirinya ataupun lingkungannya. Besarnya keuntungan ataupun manfaat yang didapat dari suatu tindakan pencegahan maka akan semakin besar peluang individu tersebut menjalankan tindakan pencegahan penyakit. Akan tetapi bila manfaat yang dirasakan kecil dari suatu tindakan yang akan dilakukan untuk pencegahan akan semakin kecil. 36 Pemberian ASI eksklusif memiliki manfaat bagi bayi seperti meningkatkan daya tahan tubuh bayi, meningkatkan kecerdasan bayi, dengan pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, akan terjamin tercapainya pengembangan potensi kecerdasan anak secara optimal, ASI mengandung nutrien-nutrien khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal. 4. Persepsi kendala (Perceived Barrier) Persepsi individu bahwa tidak terlalu banyak konsekuensi negatif bila mengambil tindakan pencegahan dan tidak banyak kendala dalam prosesnya. Adanya kendala dalam pemberian ASI eksklusif seperti puting susu yang pendek/terbenam, payudara bengkak, puting susu yang lecet, produksi ASI kurang, dan ibu bekerja, membuat ibu langsung menganggap bahwa hilangnya peluang untuk menyusui secara eksklusif sehingga dengan alasan kendala ini, ibu memberikan selingan ASI yaitu makanan pendamping ASI dini 5. Kepercayaan diri (Self efficacy) Kepercayaan seseorang akan kemampuan untuk melakukan suatu tindakan dengan berhasil. Konsep ini ditambahkan oleh Rosenstock, Strecher, dan Becker tahun 1988 untuk menyempurnakan teori health belief model agar sesuai dengan tantangan perubahan perilaku atau kebiasaan yang tidak sehat (Glanz, 2008). Ibu memiliki kepercayaan diri dalam memberikan ASI eksklusif, tetapi pada kenyataannya banyak ibu merasa khawatir pemberian ASI saja selama 6 bulan tidak cukup ini disebabkan oleh bayi masih rewel setelah diberikan ASI, 37 maka ibu mulai memperkenalkan makanan pendamping ASI dini dimaksudkan agar bayi tidak rewel setelah diberi makanan. 6. Petunjuk untuk bertindak (Cues to action) Peristiwa eksternal yang memotivasi seseorang untuk bertindak. Adanya dukungan dari keluarga terdekat, dukungan tenaga kesehatan, serta media masaa seperti majalah, televisi, dan radio dalam melakukan tindakan pemberian makanan pendamping ASI dini. 7. Modifying factors (karakteristik individu yang dapat mempengaruhi persepsi) Variabel demografi, sosiopsikologi dan struktur yang berbeda dapat mempengaruhi persepsi individu dan secara tidak langsung juga dapat mempengaruhi perilaku kesehatan individu tersebut. Secara spesifik, faktor sosiodemografi, khususnya tercapai pendidikan yang diyakini akan memberikan efek secara tidak langsung dalam mempengaruhi persepsi individu dalam persepsi kerentanan, keseriusan, manfaat dari tindakan pencegahan, kendala dalam pencapaian tindakan dan kepercayaan diri dalam melakukan tindakan pencegahan. Variabel ini terdiri dari 3 variabel, yaitu : a. Variabel demografi, dimana pada variabel ini meliputi (usia, suku keturunan, adat/istiadat dan jumlah anak ibu) b. Variabel sosiopsikologi, yang meliputi (pendidikan, pekerjaan dan pengalaman ibu dalam praktek pemberian makanan pendamping ASI dini baik kepada anak sebelumnya maupun anak saudaranya) 38 c. Variabel struktural, meliputi (pengetahuan ibu mengenai pemberian makanan pendamping ASI dini). 2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia kurang dari 6 Bulan Penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya menyebutkan faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian MP-ASI adalah sebagai berikut : 2.4.1 Umur Ibu Usia dapat mempengaruhi cara berfikir, bertindak, dan emosi seseorang. Usia yang lebih dewasa umumnya memiliki emosi yang lebih stabil dibandingkan usia yang lebih muda. Usia ibu akan mempengaruhi kesiapan emosi ibu. Misalnya pada ibu yang usianya terlalu muda ketika hamil bisa menyebabkan kondisi fisiologis dan psikologisnya belum siap menjadi ibu. Hal ini dapat mempengaruhi kehamilan dan pengasuhan anak (Hurlock 1995, dalam Chairani 2013). Kondisi psikologis dari usia dapat menentukan tingkat kematangan dalam berpikir dan bekerja. Hal ini berkaitan dengan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama hidup. Saat seseorang mencapai usia dewasa, barulah rasa menjadi orang tua tercapai. Kematangan jiwa ini dapat membantu ibu dalam menyelesaikan tugas perkembangannya seperti mengasuh anak misalnya memberikan MP-ASI pada bayi dengan baik. Hasil uji statistik dalam penelitian Khairunnisa (2013) dengan uji Chi-Square menunjukkan probabilitas (p) sebesar 0,045 atau p<0,05. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara umur ibu dengan 39 pemberian MP-ASI pada bayi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rebhan et al (2009) yang melaporkan bahwa terdapat hubungan antara umur ibu dengan pemberian makanan pada bayi. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Padang (2007) yang melaporkan bahwa tidak ada pengaruh umur terhadap pemberian MP-ASI. 2.4.2 Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap subyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut sehingga terjadi suatu proses berurutan (Roger, 1974 dalam Mutmainnah, 2010), yaitu : 1) Kesadaran (Awarnes), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. 2) Tertarik (Interest), yakni orang mulai tertarik pada stimulus. 3) Mempertimbangkan (Evaluation), menimbang-nimbang baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. 40 4) Mencoba (Trial), yakni dimana orang mulai mencoba perilaku baru. 5) Mengadaptasi (Adoptation), dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Pengetahuan ibu adalah faktor yang penting dalam pemberian makanan tambahan pada bayi karena dengan pengetahuan yang baik, ibu tahu kapan waktu pemberian makanan yang tepat. Namun sebaliknya, ketidaktahuan tentang akibat pemberian makanan pendamping ASI dini dan cara pemberian nya serta kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara langsung maupun tidak langsung menjadi penyebab masalah gizi kurang pada anak, khususnya pada anak dibawah 2 tahun (Depkes, 2000). Pengetahuan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua ketegorik yaitu kurang baik dan baik, dikatakan kurang baik apabila mendapat skor jawaban yang benar < 70%. Sedangkan responden dikatakan baik apabila skor jawaban yang benar ≥70% (Hartuti, 2006). 2.4.3 Suku Ibu Anggota suatu suku bangsa pada umumnya ditentukan menurut garis keturunan ayah (patrilinial) seperti suku bangsa Batak, menurut garis keturunan ibu (matrilineal) seperti suku Minang, atau menurut keduanya seperti suku Jawa. dalam penelitian ini garis keturunan informan (ibu) dimaksudkan berhubungan dengan pendamping ASI dini (Chairani, 2013). kebiasaan pemberian makanan 41 Pada suku Sasak di Lombok, ibu yang baru bersalin memberikan nasi pakpak (nasi yang telah dikunyah oleh ibunya lebih dahulu dan didiamkan selama satu malam) kepada bayinya agar bayinya tumbuh sehat dan kuat. Mereka percaya bahwa apa yang keluar dari mulut ibu merupakan yang terbaik untuk bayi. Sementara pada masyarakat Kerinci di Sumatera Barat, pada usia sebulan bayi sudah diberi bubur tepung, bubur nasi nasi, pisang dan lain-lain. Ada pula kebiasaan memberi roti, pisang, nasi yang sudah dilumatkan ataupun madu, teh manis kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar (Maas, 2004 dalam Afifah 2007). 2.4.4 Adat/ Kebiasaan Tradisi merupanakan satu kebudayaan yang sudah turun-temurun yang akan sangat mendarah daing dalam kehidupan seseorang sehingga sangat berpengaruh terhadap tindakan perilaku seseorang. Tradisi adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu atau agama yang sama dan adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi, baik tertulis maupun lisan. Pengetahuan secara budaya tentang pangan adalah salah satu faktor yang menentukan apa yang dapat dimakan dan apa yang tidak. Sering kali inipun masih dibatasi adanya kemungkinan kepercayaan agama ataupun tradisi mengenai apa yang boleh dan yang tidak boleh dimakan, apa yang baik dan apa yang tidak baik secara sosial. Semua itu diperoleh melalui 42 proses pewarisan dari generasi tua kepada generasi muda secara terus menerus. Lewat proses enkulturasi dan sosialisaai tiap individu membiasakan diri dalam apa yang patut dimakan (Puslitbang Gizi Depkes RI,1985 dalam Kholifah 2008). Kebudayaan setempat dan kebisaan dalam keluarga mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu (Mutmainnah, 2010). Dan jenis makanan tambahan lain yang biasa diberikan adalah buah pisang lumat, bubur bayi, dan nasi yang dilumatkan bersama pisang (Kholifah, 2008; Chairani 2013). 2.2.5 Pendidikan Ibu Soerjono Soekanto dalam Kasnodihardjo, dkk (1996) dalam Hidayat (2013) mengemukakan bahwa pendidikan akan memberikan kesempatan kepada orang untuk membuka jalan fikiran dalam menerima ide-ide atau nilai-nilai baru. Sedangkan menurut Kusmiati pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan makin mudah seseorang menerima dan mendapatkan informasi melalui berbagai media. Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan mutu hidup manusia. Secara umum pendidikan meningkatkan keperibadian manusia, aspek jasmani, aspek rohani, pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam rangka menciptakan kepribadian yang mantap dan mandiri. Dari hasil penelitian Ginting, et al (2012), Ibu yang mempunyai tingkat pendidikan dalam kategori “rendah” sebanyak 29 orang, 21 orang 43 (72,4 %) diantaranya telah memberikan MP-ASI dini kepada bayi usia <6 bulan. Sedangkan ibu yang mempunyai tingkat pendidikan dalam kategori “tinggi”, hanya 47 orang (66,2 %) yang telah memberikan MP-ASI dini kepada bayinya. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,360 (p>0,05) maka dapat disimpulkan tidak ada pengaruh secara bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi usia <6 bulan. Akan tetapi, hasil analisis ini berbeda dengan hasil penelitian Kingsley E. Agho di Nigeria, yang menyatakan bahwa ada pengaruh tingkat pendidikan ibu terhadap pemberian MP-ASI dini pada bayi usia <6 bulan. Kingsley E. Agho, mengatakan bahwa ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah memiliki risiko lebih besar untuk memberikan MP-ASI dini kepada bayinya. Hal ini didukung oleh pernyataan Suradi (2004), bahwa pada ibu yang berpendidikan tinggi ia lebih sadar akan keunggulan ASI dan dampak dari pemberian MP-ASI secara dini dan menimbulkan motivasi yang kuat pada diri ibu. Menurut Suhardjo (1992), semakin tinggi pendidikan dapat menimbulkan kekhawatiran terhadap kemungkinan bayi menderita kurang gizi tertentu karena konsentrasinya dalam ASI menurun jumlahnya sehingga ibu cenderung memberikan makanan tambahan. 2.4.6 Pekerjaan Ibu Dari hasil penelitian Ginting (2012), menurut status pekerjaan, dari 71 orang ibu yang bekerja, 56 orang (78,9 %) diantaranya telah memberikan MP-ASI dini kepada bayi usia <6 bulan. Sedangkan ibu yang tidak bekerja, 44 hanya 12 orang (41,4%) yang telah memberikan MP-ASI dini kepada bayinya. Hasil uji statistik diperoleh nilai p < 0,001 maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh secara bermakna antara status pekerjaan ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi usia <6 bulan. Hasil analisis diperoleh pula nilai RP=1,91, artinya ibu yang bekerja mempunyai risiko sebesar 1,91 kali untuk memberikan MP-ASI dini pada bayi usia <6 bulan. Beberapa hasil penelitian terdahulu diantaranya penelitian Jane A Scott dkk. di Perth Australia; Kok Leong Tan di Peninsular Malaysia; dan juga hasil penelitian Wahyu, menyatakan bahwa ada pengaruh status pekerjaan ibu terhadap pemberian MP-ASI dini pada bayi usia <6 bulan. 2.4.7 Pengalaman Ibu Pengalaman kata dasarnya ”alami” yang artinya mengalami, melakoni, menempuh, menemui, mengarungi, menghadapi, menyeberangi, menanggung, mendapat, menyelami, mengenyam, menikmati, dan merasakan (Endarmoko, 2006). Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu (Sudijono, 2012). Pengalaman ibu saat memberi makanan pendamping ASI pada anak pertama dapat mempengaruhi pemberian MPASI untuk anak selanjutnya (Susila, 2005). 45 2.4.8 Dukungan Orang Terdekat Pada dasarnya, siapapun yang berada dekat dan sering berinteraksi dengan ibu menyusui, sangat berpotensi untuk memberikan dukungan, baik dukungan emosional maupun dukungan praktek (WHO,2004). Peran anggota keluarga, seperti orang tua dan mertua terhadap berhasil tidaknya subyek memberikan ASI eksklusif sangat besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subyek yang tinggal serumah dengan ibu (nnenek) mempunyai peluang sangat besar untuk memberikan MP-ASI dini pada bayi (Roesli, 2005 dalam Afifah, 2007). Hal ini sejalan dengan penelitian Chairani (2013), di mana hampir dari semua informan yang memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan dipengaruhi oleh dukungan suami, ibu, ibu mertua ataupun temannya. 2.4.9 Riwayat Antenatal Care (ANC) Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan guna mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2008). Pemeriksaan ANC dilakukan dengan melakukan kunjungan Antenatal Care (ANC) atau dengan sebutan lain kunjungan ibu hamil. Menurut Depkes RI (2002) yang dimaksud dengan kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal standar untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. 46 Istilah kunjungan disini dapat diartikan ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan atau sebaliknya petugas kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya atau posyandu. Menurut Depkes (2002), kunjungan ibu hamil dilakukan secara berkala yang dibagi menjadi beberapa tahap, seperti : 1) Kunjungan ibu hamil yang pertama (K1) Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan trimester I, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu. Kunjungan Pertama (K1) Meliputi : (1) Identitas/biodata, (2) Riwayat kehamilan, (3) Riwayat kebidanan, (4) Riwayat kesehatan, (5) Riwayat sosial ekonomi, (6) Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan, (7) Penyuluhan dan konsultasi. 2) Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4) Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan pada trimester III, usia kehamilan > 24 minggu. Kunjungan Keempat (K4) Meliputi : (1) Anamnese (keluhan/masalah) (2) Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan, (3) Pemeriksaan psikologis, (4) Pemeriksaanlaboratorium bila ada indikasi/diperlukan, (5) Diagnosa akhir (kehamilan normal, terdapat penyulit, terjadi komplikasi, atau tergolong kehamilan risiko 47 tinggi (6) Sikap dan rencana tindakan (persiapan persalinan dan rujukan). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama masa kehamilan dengan distribusi kontak sebagai berikut : a. Minimal 1 kali pada trimester I (K1), usia kehamilan 1-12 minggu b. Minimal 1 kali pada trimester II (K2), usia kehamilan 13-24 minggu c. Minimal 2 kali pada trimester III, (K3-K4), usia ke hamilan > 24 minggu 2.5 Kerangka Teori Berdasarkan teori-teori yang sudah dipaparkan maka kerangka teori pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 48 Bagan 2.1 Kerangka Teori Modifying factor ActionUmur Suku keturunan Adat/istiadat Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Pengalaman (jumlah anak) Individual Beliefs Persepsi ibu mengenai kerentanan dan keseriusan penyakit yang ditimbulkan dari pemberian makanan pendamping ASI Ancaman dari pemberian makanan pendampi ng ASI dini Persepsi ibu mengenai manfaat pemberian ASI eksklusif Action Pemberian ASI Eksklusif Faktor eksternal • Dukungan keluarga • Dukungan tenaga kesehatan Persepsi ibu mengenai kendala pemberian ASI eksklusif Kepercayaan diri ibu dalam pemberian ASI eksklusif Sumber : Modifikasi Teori Health Belief Model (Hochbaum 1958; Rosenstock, 1960, 1974, 1988 dalam Chairani, 2013) BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Kerangka konsep yang dipakai pada penelitian ini merupakan kerangka konsep dari teori dasar Health Belief Model yang dirumuskan oleh Rosenstock. Penelitian ini mengenai gambaran pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah Modifying factor (Umur ibu, pekerjaan ibu, pendidikan ibu, pengetahuan ibu, suku ibu, pengalaman sebelumnya ibu, adat/ kebiasaan), persepsi kerentanan, persepsi keparahan, persepsi ancaman, persepsi manfaat, persepsi kendala/ hambatan, kepercayaan diri ibu, dan petunjuk untuk bertindak (dukungan orang terdekat, riwayat ANC, sumber informasi). Penelitian ini adalah penelitian lanjutan dari penelitian Chairani (2013), variabel yang diteliti sama dengan variabel sebelumnya namun ada beberapa redaksinya yang dirubah. Pada penelitian ini variabel dukungan tenaga kesehatan dirubah redaksinya jadi riwayat kunjungan ANC, karena dalam pmeneriksaan ANC itu sendiri ada kontak langsung dengan tenaga kesehatan, sehingga setidaknya ada informasi dari tenaga kesehatan yang disampaikan kepadan ibu.Selain itu variabel dukungan orang terdekat disini terbagi dalam tiga bentuk, yaitu dukungan dalam bentuk anjuran, dukungan dalam bentuk permintaan, dan 49 50 dukungan dalam bentuk suruhan. Pembagian bentuk dukungan ini karena makna dukungan itu bisa berbeda-beda, sehingga perlu ada pemisahan. Variabel lain yang digunakan dalam peneliti ini adalah variabel persepsi Ibu. Variabel persepsi ibu terdiri atas 6 variabel, yaitu persepsi kerentanan, persepsi keseriusan, persepsi ancaman persepsi manfaat, persepsi kendala, dan petunjuk untuk bertindak. Persepsi kerentanan adalah anggapan ibu tentang keadaan atau kondisi yang rentan setelah pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Persepsi keseriusan merupakan keyakinan ibu mengenai efek dari pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang. Persepsi Ancaman adalah anggapan ibu tentang keadaal yang timbul dari pemberian MP-ASI dapat menjadi sebuah ancaman terhadap kesehatan bayi. Selanjutnya, yang dimaksud dengan persepsi manfaat merupakan keyakinan ibu terhadap manfaat yang diperoleh dari pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan, seperti bisa membantu pemenuhan zat gizi bayi, dapat menambah berat badan bayi, dll. Persepsi Kendala/ hambatan adalah anggapan dimana ibu merasa ada kendala yang menghalangi ibu untuk memberikan ASI secara Eksklusif. Dan terakhir cues to action (petunjuk untuk bertindak) adalah peristiwa eksternal yang memotivasi seseorang untuk bertindak. Seperti dukungan dari keluarga terdekat, dukungan tenaga kesehatan, serta media masaa seperti majalah, televisi, dan radio dalam melakukan tindakan pemberian makanan pendamping ASI dini Berdasarkan kerangka teori yang ada maka kerangka konsep yang digunakan untuk penelitian ini dapat dilihat pada bagan 3.1 sebagai berikut. 51 Bagan 3.1 Kerangka Konsep Bagan 3.1 Kerangka Konsep Persepsi manfaat dan Persepsi kendala Pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan Modifying Factors : - umur suku pendidikan pekerjaan pengetahuan pengalaman adat/ kebiasaan Persepsi kerentanan Persepsi Ancaman Persepsi keseriusan Pendorong (cues) untuk bertindak 52 3.2 Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Pemberian MP-ASI Definisi Oprtasional Cara Ukur Ibu yang memberikan MP-ASI Wawancara Alat Ukur Kuesioner pada bayi usia kurang dari 6 bulan Hasil Ukur 0. Memberi MP-ASI 1. Tidak Skala Ukur Ordinal memberi MP-ASI Umur Ibu Lama waktu hidup ibu sejak Wawancara Kuesioner dilahirkan sampai dengan saat 0. <20 atau > 30 Ordinal tahun pengisian kuesioner 1. 20-30 tahun Suku Ibu Suku asal ibu Wawancara Kuesioner Suku asal ibu Nominal Adat/Kebiasaan Adat/ Kebiasaan keluarga terkait Wawancara Kuesioner 0.ada kebiasaan Ordinal pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan 1.jika tidak ada adat/ kebiasaan 52 Tabel 3.1 Definisi Operasional (Lanjutan) Variabel Pendidikan Definisi Oprtasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Pengalaman mengikuti pendidikan Wawancara Kuesioner 0. Tidak Sekolah formal dinilai berdasarkan ijazah 1. SD terakhir 2. SMP Skala Ukur Ordinal 3. SMA 4. Perguruan Tinngi Pekerjaan Segala Kegiatan yang ibulakukan secara rutin Wawancara Kuesioner yangmenghasilkan 0. Bekerja Ordinal 1. Tidak Bekerja uang untukmemenuhi kebutuhan hidupkeluarga. Pengetahuan Kemapuan ibu menjawab Wawancara Kuesioner 0. Kurang baik, jika pertanyaan yang menggambarkan jawaban apa yang ibu ketahui mengenai benar <70% pemberian MP-ASI yang 1. Baik, jika jawaban yang benar ≥70% Ordinal 52 Tabel 3.1 Definisi Operasional (Lanjutan) Variabel Pengalaman Ibu Definisi Oprtasional Cara Ukur Alat Ukur Pengalaman ibu sebelumnya terkait Wawancara Kuesioner Hasil Ukur 0. Ya, jika pemberian MP-ASI pada bayi usia sebelumnya kurang dari 6 bulan baik pada anak pengalaman kandung, maupun pada anak Ordinal ada 1. Tidak, saudaranya. Skala Ukur jika sebelumnya tidak ada pengalaman Jumlah pemeriksaan kehamilan ibu Riwayat ANC sejak mulai hamis Wawancara Kuesioner sampai terdekat orang Bentuk perhatian, Ordinal kali 1. Baik, jika ≥ 4 kali melahirkan Dukungan 0. Kurang, jika < 4 nasihat, dan dorongan,yang dirasa didapatkan ibu dari suami, orang tua, keluarga dekat (kakak, bibi/ paman, dll) atau Wawancara Kuesioner Ordinal 0. Ada dukungan orang terdekat 1. Tidak teman untuk memberikan MP-ASI dukungan pada bayi usia kurang dari 6 bulan terdekat ada orang 52 Tabel 3.1 Definisi Operasional (Lanjutan) Variabel Persepsi Kerentanan Definisi Oprtasional Cara Ukur Anggapan ibu tentang keadaan atau Wawancara kondisi yang rentan Alat Ukur Kuesioner setelah Hasil Ukur 0. Ada kerentanan 1. Tidak pemberian MP-ASI pada bayi usia Skala Ukur Ordinal ada kerentanan kurang dari 6 bulan Persepsi Keparahan Merupakan keyakinan ibu mengenai Wawancara Kuesioner efek dari pemberian MP-ASI pada 1. Tidak bayi usia kurang Persepsi Ancaman Anggapan ibu tentang ancaman yang Wawancara Kuesioner diperoleh dari pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan Ordinal ada ancaman Merupakan keyakinan ibu terhadap Wawancara yang ada 0. Ada ancaman 1. Tidak bayi usia kurang dari 6 bulan manfaat Ordinal keparahan timbul dari pemberian MP-ASI pada Perspsi Manfaat 0. Ada keparahan Kuesioner 0. Ada manfaat 1. Tidak manfaat Ordinal ada 52 Tabel 3.1 Definisi Operasional (Lanjutan) Variabel Persepsi Kendala Definisi Oprtasional Cara Ukur Alat Ukur Anggapan dimana ibu merasa ada Wawancara Kuesioner kendala untuk yang menghalangi memberikan ASI ibu Hasil Ukur Skala Ukur 0. Ada kendala Ordinal 1. Tidak ada kendala secara Eksklusif Sumber informasi Sumber informasi yang didapatkan Wawancara Kuesioner ibu terkait pemberian MP-ASI pada 0. Ada dukungan Ordinal orang terdekat bayi usia kurang dari 6 bulan 1. Tidak dukungan ada orang terdekat Kepercayaan diri Kepercayaan ibu terhadap diri sendiri terhadap kemampuan ibu memberikan ASI eksklusif Wawancara Kuesioner 0. Ya, Ibu merasa yakin 1. Tidak, ibu merasa kurang rapih Ordinal BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian menggunakan desain cross sectional, sehingga pengambilan variabel dependen dan independen dilakukan pada saat yang bersamaan dan satu kali. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei 2014. 4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini seluruh ibu yang pada bulan Mei memiliki bayi berusia 6-12 bulan di wilayah kerja puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014. 4.3.2 Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia 6- 12 bulan. Jumlah sampel dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus besar sampel untuk penelitian dengan jumlah populasi diketahui dengan rumus penelitian cross sectional. 57 58 Dengan asumsi dari penelitian sebelumnya yaitu proporsi ibu yang memberikan MP-ASI sebesar 89,8% dan proporsi ibu yang tidak memberikan MP-ASI sebesar 10,2% (Padang, 2007). Pada penelitian ini peneliti menginginkan tingkat kepercayaan sebesar 95% dengan derajat kemaknaan 5%. Perhitungan besar sampel Keterangan : n = jumlah sampel minimal yang diperlukan α = derajat kepercayaan p = proporsi anak yang diberi MP-ASI q = 1-p (proporsi anak yang tidak diberi MP-ASI d = limit dari error atau presisi absolut Jika ditetapkan =0,05 atau Z1- α/2 = 1,96 atau Z2 1- α/2 = 1,962 Setelah dilakukan perhitungan dengan rumus di atas, maka didapatkan jumlah sampel minimal yaitu 72 orang dan penambahan 10% untuk kemungkinan adanya kesalahan pada sampel, sehingga jumlahnya menjadi 79 orang. Karena jumlah ibu yang mempunyai bayi 6 – 10 bulan jumlahnya kurang dari jumlah perhitungan sampel, maka semua ibu yang 59 masuk kriteria sampel diambil sebagai sampel penelitian. Sehingga jumlah sampelnya adalah 64 orang, 4.4 Teknik Sampling (Cara Pengambilan Sampel) Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik Cluster Samplng dan Simple Random Sampling. Karena daerah penelitian ini cukup luas yaitu mencakup tingkat kecamatan. Maka langkah pertama peneliti menentukan sampel kelurahan untuk dipilih sebagai perwakilan dari populasi dengan cara memilih tiga kelurahan yang dianggap bisa mewakili kelurahan lain yang ada, yaitu berdasarkan kepadatan penduduk dari masing-masing kelurahan. Langkah selanjutnya peneliti menentukan unit sampel dari masing-masing kelurahan terpilih dengan cara simple random sampling, sehingga bisa diambil untuk sampel penelitian. Akhirnya peneliti memilih 2 posyandu dari masingmasing kelurahan. Selanjtnya penelitian dilakukan pada lokasi-lokasi posyandu yang terpilih dari masing-masing kelurahan. 4.5 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner. Kuesioner digunakan untuk melihat gambaran pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan, umur, paritas/jumlah anak, suku keturunan, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan, pengalaman, adat/kebiasaan, riwayat ANC, dan dukungan orang terdekat, serta gambaran persepsi ibu. Masing – masing variable diukur dengan masing-masing kuesioner terkait. 60 Jumlah kuesionernya terdiri atas 43 pertanyaan, dimana masing-masing variabel diwakili dengan beberapa pertanyaan. Beberapa pertanyaan dari varibelvariabel dalam kuesioner penelitian ini diambil dari penelitian sebelumnya penjelasannya. Adapun rinciannya bisa dilihat pada table 4.1. 4.6 Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data primer diperoleh melalui wawancara terstruktur menggunakan kuesioner secara langsung. 2. Data sekunder diperoleh dari penelusuran dokumen serta catatan berupa jumlah ibu yang memiliki bayi berusia 6 – 12 bulan di puskesmas Kecamatan Pesanggrahan di masing-masing kelurahan, data-data jumlah dan nama posyandu di masing-masing kelurahan posyandu, jadwal posyandu, serta data profil dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan Sudin Jakarta Selatan. 61 Tabel 4.1 Gambaran Rincian Variabel Penelitian dalam Kuesioner No Variabel Jumlah Pertanyaan Kuesioner 1 Umur Ibu 1 2 Pendidikan Ibu 1 3 Pekerjaan Ibu 2 4 Pengetahuan Ibu 9 5 Pengalaman Ibu Suku Ibu 3 7 Adat/ Kebiasaan 3 8 Dukungan Orang terdekat 6 9 Riwayat ANC 4 6 1 Uji Validitas Penelitian Sebelumnya & Reabilitas Faktor-faktor yang Berhubungan dengan √ Pemberian Makanan Prelateal pada Bayi Baru Lahir di Desa Supat Timur Kabupaten Musi Banyu Asin Sumatera Selatan Tahun 2011 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan √ Pemberian Makanan Prelateal pada Bayi Baru Lahir di Desa Supat Timur Kabupaten Musi Banyu Asin Sumatera Selatan Tahun 2011 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan √ Pemberian Makanan Prelateal pada Bayi Baru Lahir di Desa Supat Timur Kabupaten Musi Banyu Asin Sumatera Selatan Tahun 2011 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan √ Pemberian Makanan Prelateal pada Bayi Baru Lahir di Desa Supat Timur Kabupaten Musi Banyu Asin Sumatera Selatan Tahun 2011 Faktor ibu yang berhubungan dengan pemberian √ ASI Eksklusif di Indonesia Tahun 2007 Analisa faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu √ dalam Pemberian MP-ASI Dini di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2007 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan √ Pemberian Makanan Prelateal pada Bayi Baru Lahir di Desa Supat Timur Kabupaten Musi Banyu Asin Sumatera Selatan Tahun 2011 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan √ Pemberian Makanan Prelateal pada Bayi Baru Lahir di Desa Supat Timur Kabupaten Musi Banyu Asin Sumatera Selatan Tahun 2011 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian √ ASI Eksklusif pada Ibu yang Melahirkan di Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2012 62 4.7 Pengolahan Data dan Analisis Data 4.7.1 Pengolahan Data Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data primer dari variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Mengkode data (data coding) Yaitu membuat klasifikasi data dan memberi kode pada jawaban dari setiap pertanyaan dalam kuisioner. Kegunaannya adalah untuk analisi data dan mempermudah pada saat entry data. Dalam kuesioner penelitian ini masing-masing dari variabel yang diteliti diberikan kode dengan menggunakan huruf abjad, yaitu variabel pemberian MP-ASI (A), umur (C), jumlah anak (D), suku keturunan (E), pendidikan ibu (F), pekerjaan ibu (G), pengetahuan (H), pengalaman (I), adat/kebiasaan (J), riwayat ANC (K), dan dukungan orang terdekat (L), persepsi ibu (M) Apabila dalam kuesioner dari masing-masing variabel terdapat lebih dari satu pertanyaan, maka pertanyaan-pertanyaan tersebut akan diberi kode dengan di tambahkan angka (1, 2, 3, dst) dibelakang hurufnya. Misal variabel pengetahuan (H) ada 10 pertanyaan, maka kodenya adalah H1, H2 sampai H10. 63 2). Menyunting data (data editing) Setelah proses pengumpulan data dilapangan, data-data yang sudah terkumpul kembali diperiksa. Jika ternyata pada data-data tersebut ada data yang salah atau data yang tidak terisi, maka akan kembali ditanyakan kepada responden penelitian. Apabila dalam kegiatan penyuntingan data ini dilakukan dilapangan, maka akan langsung ditanyakan pada responden yang bersangkutan. Namun apanila kejadian ini baru ditemukan diluar lapangan/ lokasi penelitian maka bisa ditanyakan melalui nomor telpon responden yang dicantumkan dalam lembar kuesioner. Sehingga pada saat proses pemasukan data (entry data) tidak ada lagi data yang missing atau yang lainnya. 3). Memasukan data (entry data) Setelah data di-edit dan diperiksa, selanjutnya daftar pertanyaan dan jawabannya dimasukkan ke dalam komputer. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan memasukkan daftar-daftar pertanyaan beserta jawabannya dalam bentu koding-koding yang sudah ditentukan ke dalam Microsoft Excel. Hal ini dilakukan guna mempermudah peneliti untuk memasukkan data ke dalam program SPSS. 64 Langkah selanjutnya membuka program SPSS dan mulai membuat nama-nama variabel penelitian. Selanjtnya untuk mengisi masing-masing variabel dengan data-data yang sebelumnya sudah dimasukka di Microsoft Excel, di copy dan di paste di SPSS. 4). Membersihkan data (data cleaning) Data yang telah di entry dicek kembali untuk memastikan bahwa data tersebut bersih dari kesalahan, baik kesalahan pengkodean maupun kesalahan dalam membaca kode. Setelah semua data dimasukkan ke dalam program SPSS, data-data tersebut kembali diperiksa untuk menghindari adanya kesalahan yang mungkin terlewatkan di tahapan pemeriksaan sebelumnya. Jika tahapan ini sudah selesai, maka tinggal dilakukan analisis data sesuai tujuan dari penelitian 4.7.2 Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini berupa analisis univariat, dimana analisis yang dilakukan ini adalah untuk melihat gambaran, distribusi, frekuensi dan presentase dari alasan pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan berikut variabel-variabel yang diteliti : umur, paritas/jumlah anak, suku keturunan, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan, pengalaman, adat/kebiasaan, riwayat ANC, dan dukungan orang terdekat. BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Frekuensi Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Tabel 5.1 Distribusi Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 Frekuensi Pemberian MP-ASI N % Ya 43 67.2 Tidak 21 32.8 Total 64 100 Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukan bahwa 43 ibu (67,2%) memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Tabel 5.2 Distribusi Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 bulan Berdasarkan Usia Pertama Kali Pemberian MP-ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 Frekuensi Usia awal Pemberian MP-ASI (Bulan) N % 0 9 20.9 1 8 18.6 2 6 14 3 6 14 4 8 19 5 6 14 Total 43 100 Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa usia awal pemberian MP-ASI pada bayi oleh ibu, sebanyak 9 ibu (20,9%) mulai memberikan MP-ASI untuk saat bayi berusia 0 bulan, 8 ibu (18,6%) saat bayi berusia 1 bulan, 6 ibu (14%) saat bayi 65 66 berusia 2 bulan, 6 ibu (14%) saat bayi berusia 3 bulan, 8 ibu (19%) saat bayi berusia 4 bulan, dan 6 ibu (14%) pada saat bayi berusia 5 bulan. Adapaun jenis MP-ASI yang diberikan digambarkan pada tabel 5.3 dibawah ini. Tabel 5.3 Distribusi Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 bulan Berdasarkan Jenis MP-ASI yang Diberikan Saat Pemberian MP-ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 Frekuensi Jenis MP-ASI N % Pisang 11 25.6 Madu 4 9.3 Bubur 10 23.3 Susu Formula 5 11.6 Pisang, bubur 8 18.6 Susu Formula, bubur 3 7 Pisang, Susu Formula 1 2.3 Sayuran, buah-buahan 1 2.3 Total 43 100 Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 43 ibu yang memberikan MP-ASI, sebesar 25,6% ibu memberikan pisang, madu 9,3%, bubur 23,3%, susu formula 11,6%, pisang dan bubur 18,6%, susu formula dan bubur 7%, pisang dan susu formula 2,3%, sayuran dan buah-buahan 2,3%. Pemberian bermacam jenis MP-ASI oleh ibu disertai dengan beragam alasan yang diungkapkan ibu pada tabel 5.4. Berdasarkan tabel 5.4, alasan ibu memberikan MP-ASI untuk menambah berat badan (14%), agar anak tidak kekurangan gizi (9,3%), karena ASI saja tidak akan cukup (4,7%), anak rewel/ menangis (27,9%), ibu dalam kondisi sakit (2,3%), supaya anak lebih sehat (4,7%), putting terluka (2,3%), tradisi keluarga (2,3%), agar anak cepat besar 4,7%, ASI 67 yang keluar sedikit (2,3 %), agar bibir tidak kering dan sariawan (4,7%), untuk menambah BB dan ibu bekerja (4,7%), dan untuk memenuhi kebutuhan gizi (16,3%). Tabel 5.4 Distribusi Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 bulan Berdasarkan Alasan Ibu dalam Pemberian MP-ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 Frekuensi Alasan MP-ASI n % Menambah BB 6 14 Agar tidak kekuranga gizi 11 25.6 Asi saja tidak cukup 2 4.7 Anak rewel/ menangis 12 27.9 Ibu dalam Kondisi sakit 1 2.3 agar anak sehat 2 4.7 Puting Luka 1 2.3 Sudah tradisi Keluarga 1 2.3 Cepat Besar 2 4.7 Asi keluar sedikit 1 2.3 Agar bibir tidak kering, sariawan 2 4.7 Menambah BB dan ibu bekerja 2 4.7 43 100 Total 5.2. Gambaran Modifiying Factor Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan 5.2.1. Gambaran Usia ibu Tabel 5.5 Distribusi Ibu Berdasarkan Usia Ibu yang Memiliki Bayi Berusia 6 – 12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 Frekuensi Usia Ibu (Thn) n % <20 atau >30 43 67.2 20 – 30 21 9.3 Total 64 100 68 Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 64 ibu, sebanyak 43 ibu (67,2%) berusia < 20 atau > 30 tahun dan 21 ibu (9,3%) berusia antara 20 – 30 tahun. 5.2.2 Gambaran Suku Ibu Tabel 5.6 Distribusi Ibu Berdasarkan Suku Ibu yang Memiliki Bayi Berusia 6 – 12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 Frekuensi Suku Ibu n % Betawi 26 40.6 Jawa 24 37.5 Sunda 11 17.2 Minang 2 3.1 Batak 1 1.6 Total 64 100 Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa 40,6% ibu berasal dari suku betawi, jawa 37,5%, sunda 17,2%, minang 3,1 % dan 1,6% dari minang. 5.2.3. Gambaran Pendidikan Ibu Pendidikan ibu dalam penelitian ini dikategorikan ke dalam 5 kategori, tidak sekolah, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, dan tamat Perguruan Tinggi. Adapun gambaran pendidikan ibu digambarkan dalam gambar 5.5 di bawah ini. 69 Tabel 5.7 Distribusi Ibu Berdasarkan Pendidikan Ibu yang Memiliki Bayi Berusia 6 – 12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 Frekuensi Pendidikan Ibu n % Tamat SD 10 15.6 Tamata SMP 19 29.7 Tamat SMA 27 42.2 Tamat PT 8 12.5 Total 64 100 Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 64 ibu, 9% diantaranya tamat SD, 38% tamat SMP, tamat SMA 34%, dan tamat PT 19%. 5.2.4. Gambaran Pekerjaan Ibu Tabel 5.8 Distribusi Ibu Berdasarkan Pekerjaan Ibu yang Memiliki Bayi Berusia 6 – 12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 Frekuensi Pekerjaan Ibu n % Ya 10 15.6 Tidak 54 84.4 Total 64 100 Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari 64 ibu, sebagian besar ibu tidak bekerja 84,4%, dan 15,6% ibu bekerja. Rincian jenis pekerjaan ibu digambarkan dalam tabel 5.9 berikut ini. 70 Tabel 5.9 Distribusi Ibu Berdasarkan Jenis Pekerjaan Ibu yang Memiliki Bayi Berusia 6 – 12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 Frekuensi Jenis Pekerjaan Ibu n % PNS 9 56.2 Karyawan swasta 3 18.8 Pedagang 1 6.2 PRT 3 18.8 Total 16 100 Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan bahwa dari 10 orang ibu yang bekerja, ibu yang bekerja sebagai PNS 20%, Karyawan swasta 50%, pedagang 20%, dan 10% PRT. 5.2.5. Gambaran Pengetahuan Ibu Tabel 5.10 Distribusi Ibu Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Pemberian MPASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 Frekuensi Pengetahuan N % Kurang 15 23.4 Baik 49 76.6 Total 64 100 Berdasarkan tabel 5.10 menunjukkan bahwa dari 64 ibu 15 ibu (23.4%) memiliki pengetahuan yang kurang, sedangkan 49 ibu (76.6%) memiliki pengetahuan yang baik terkait MP-ASI. 71 5.2.6. Gambaran Pengalaman Ibu Terkait Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Pengalaman ibu terkait pemberian MP-ASI yang dimaksud adalah apakah sebelumnya ibu pernah memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan, baik kepada anak ibu sebelumnya atau pengalaman memberikan pada anak saudaranya atau anak yang pernah diasuhnya. Pengalaman ibu terkait pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan ditunjukkan pada tabel 5.11. Tabel 5.11 Distribusi Ibu Berdasarkan Pengalaman Ibu tentang Pemberian MPASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 Frekuensi Pengalaman N % Ya 38 59.4 Tidak 26 40.6 Total 64 100 .Berdasarkan tabel 5.11 menunjukan bahwa, ibu menyatakan ada pengalaman beri MP-ASI sebelumnya (59,4%) dan ibu yang menyatakan tidak ada pengalaman beri MP-ASI (40,6%). 5.2.7. Gambaran Adat/ Kebiasaan Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Adat kebiasaan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kebiasaan dari ibudalam memberikan MP-ASI pada bayi baru usia kurang dari 6 bulan yang dilakukansejak lama secara turun temurun.Adat kebiasaan ibu dalam penelitian ini dikategorikkan menjadi dua yaitu ada 72 adat/kebiasaan dan tidak ada adat/kebiasaan dalam memberikan MP-ASI. Gambaran adat/ kebisaan digambarkan pada tabel 5.12 berikut ini. Tabel 5.12 Distribusi Ibu Berdasarkan Adat/ Kebiasaan Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 Frekuensi Adat/ Kebiasaan N % Ada 43 67.2 Tidak Ada 21 32.8 Total 64 100 Berdasarkan tabel 5.12 menunjukan bahwa dari 64 ibu, sebanyak 43 ibu menyatakan ada adat/kebiasaan(67,2%) dan 21 ibu menyatakan tidak ada kebiasaan. (32,8%) Tabel 5.13 Distribusi Ibu Berdasarkan Jenis Makanan yang di Berikan dalam Adat/ Kebiasaan Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Frekuensi Jenis Makanan n % Pisang 24 55.8 Madu 8 18.6 Bubur 6 14 Pisang, bubur 3 7 Pisang, Susu Formula 1 2.3 Madu, Pisang 1 2.3 Total 43 100 Berdasarkan tabel 5.13 menunjukkan bahwan jenis makanan yang biasanya diberikan dalam adat/ kebiasaan dalam keluarga adalah pisang (55,8%), madu (18,6%), bubur (14%), pisang dan bubur (7%), pisang dan susu formula (2,3%), madu dan pisang (2,3%). 73 5.3 Gambaran Persepsi Ibu tentang Kerentanan Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan Persepsi Kerentanan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penilaian ibu tentang adanya peluang atau kemungkinan terkena suatu penyakit karena pemberian MP-ASI yang diberikan pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Persepsi kerentanan dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua kategori, ya dan tidak.Adapun gambaran persepsi kerentanan ibu dapat dililihat pada tabel 5.14 di bawah ini. Tabel 5.14 Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Kerentanan Pemberian MPASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 Frekuensi Persepsi Kerentanan n % Ya 37 57.8 Tidak 27 42.2 Total 64 100 Berdasarkan tabel 5.14 menunjukkan bahwa 22 ibu (34,4%) menyatakan ada kerentanan pada bayi yang diberi MP-ASI dan 42 ibu (65,6%) menyatakan tidak ada kerentanan dari pemberian MP-ASI. 5.4. Gambaran Persepsi Ibu tentang Keparahan Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan Persepsi keparahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapat ibu tentang keparahan dari suatu penyakit yang ditimbulkan dari pemberian MPASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Persepsi keparahan pada penelitian ini dikategorikan menjadi dua kategori, ya dan tidak. 74 Tabel 5.15 Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Keparahan Pemberian MPASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 Frekuensi Persepsi Keparahan n % Ya 20 34.4 Tidak 44 65.6 Total 64 100 Berdasarkan tabel 5.15 menunjukan bahwa dari 64 ibu, 22 ibu (34,4%) menyatakan bahwa keparahan akibat pemberian MP-ASI dan 42 ibu (65,6%) menyatakan tidak ada keparahan. Anggapan jenis keparahan yang dimaksud ibu adalah diare (50%), gangguan pencernaan (25%), radang usus (5%), rentan terkena penyakit (10%), dan muntah (10%). Gambaran jenis keparahan ditunjukka pada tabel 5.16 di bawah ini. Tabel 5.16 Distribusi Ibu Berdasarkan Jenis Keparahan dalam Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 Frekuensi Jenis Keparahan N % Diare 10 50 gangguan pencernaan 5 25 Radang usus 1 5 Rentan terkena penyakit 2 10 Muntah 2 10 Total 64 100 75 5.5. Gambaran Persepsi Ibu tentang Ancaman Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan Persepsi Ancaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana ibu melihat akibat/penyakit yang ditimbulkan dari pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan bisa menjadi sebuah ancaman bagi bayi atau tidak. Tabel 5.17 Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Ancaman dari Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 Frekuensi Persepsi Ancaman n % Ya 20 34.4 Tidak 44 65.6 Total 64 100 Berdasarkan tabel 5.17 menunjukkan bahwa dari 64 ibu, 20 ibu (34,4%) menyatakan bisa menjadi ancaman untuk bayi dan 44 ibu (65,6%) menyatakan tidak akan menjadi sebuah ancaman pada bayi. 5.6. Gambaran Persepsi Ibu tentang Manfaat Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan Persepsi manfaat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anggapan ibu bahwa ada manfaat yang didapatkan dari pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6. Dalam penelitian ini Persepsi manfaat dikategorikan dalam 2 kategori, ya, jika ibu beranggapan ada manfaat dari pemberian MP-ASI dan tidak, jika ibu menganggap tidak ada manfaat dari pemberian MP-ASI. Gambaran persepsi manfaat dapat dilihat pada tabel 5.18 di bawah ini. 76 Tabel 5.18 Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Manfaat dari Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 Frekuensi Persepsi Manfaat n % Ya 45 70.3 Tidak 19 29.7 Total 64 100 Berdasarkan gambar 5.18 menunjukkan bahwa dari 64 ibu, 45 ibu (70,3%) menyatakan ada manfaat dari pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan, dan 19 ibu (29,7%) menyatakan tidak ada manfaat dari pemberian MP-ASI. Sejumlah 45 Ibu yang menyatakan ada manfaat dari pemberian MP-ASI pada bayi usi kurang dari 6 bulan, menyebutkan bahwa manfaatnya adalah menambah BB, memenuhi kebutuhan gizi, bayi menjadi sehat, bayi lebih kenyang, tidak rewel/ menangis, bayi cepat besar dan bayi tidak mudah terserang penyakit. Lebih jelasnya manfaat tersebut digambarkan dalam tabel 5.19. Tabel 5.19 Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Jenis Manfaat dari Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 Frekuensi Manfaat MP-ASI n % Menambah BB 3 6.5 Memenuhi kebutuhan gizi 12 26.1 Bayi menjadi sehat 18 39.1 Bayi lebih kenyang 2 4.3 Bayi tidak rewel 2 4.3 Bayi cepat besar 6 13 Bayi tidak terserang penyakit 2 4.3 Total 45 100 77 5.7. Gambaran Persepsi Ibu tentang Kendala Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan Persepsi kendala yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anggapan ibu tentang adanya hambatan-hambatan yang bisa mencegah ibu untuk memberikan ASI eksklusif sehingga pada akhirnya ibu memutuskan untuk memberikan MPASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Persepsi kendala dibagi dalam dua kategori. Jawaban ya, jika ibu merasa ada hambatan dalam meberikan ASI eksklusif dan tidak, jika ibu merasa tidak ada hambatan atau kendala dalam memberikan ASI eksklusif. Gambaran persepsi kendala dapat dilihat pada gambar 5.20 di bawah ini. Tabel 5.20 Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Kendala dari Pemberian ASI Eksklusif pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 Frekuensi Persepsi Manfaat n % Ya 15 23.8 Tidak 49 76.2 Total 64 100 Berdasarkan gambar 5.20 menunjukkan bahwa dari 64 ibu, 15 ibu (23,4%) menyatakan ada kendala dan 49 ibu (76,6) menyatakan tidak ada kendala. Dari sebanyak 15 ibu yang menyatakan ada kendala menyebutkan Jenis kendala yang dihadapinya.Jenis kendala yang dimaksud dapat dilihat pada gambar 5.21 di bawah ini. 78 Tabel 5.21 Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Kendala dari Pemberian ASI Eksklusif pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 Frekuensi Jenis Kendala n % Puting Luka 4 26.7 Ibu dalam keadaan sakit 1 6.7 Ibu bekerja 2 13.3 Asi sedikit 8 53.3 Total 15 100 Berdasarkan gambar 5.21 menunjukan bahwa jenis hambatan yang dihadapi ibu, Puting luka (26%), ibu dalam keadaan sakit (6,7%), ibu bekerja 13,3%) dan ASI sedikit (1,2%). 5.8. Gambaran Petunjuk untuk Bertindak bagi Ibu dalam Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Petunjuk untuk bertindak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peristiwa eksternal yang memotivasi seseorang untuk bertindak.Dalam penelitian ini Petunjuk untuk bertindak di gambarkan dengan dukungan orang terdekat dan riwayat ANC (sebagi salah satu bentuk pelayanan kesehatan untuk ibu hamil). 5.8.1. Gambaran Dukungan Orang Terdekat Ibu dalam Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Dukungan orang terdekat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dorongan keluarga kepada ibu untuk memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan dalam bentuk anjuran, permintaan, dan suruhan. Dukungan orang terdekat dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua kategori. Ya, jika ada dukungan dari orang terdekat dan tidak, 79 jika tidak ada dukungan orang terdekat.Gambaran dukungan orang terdekat dalam bentuk anjuran, permintaan, dan suruhan dapat dilihat pada tabel 5.22 dibawah ini. Tabel 5.22 Distribusi Ibu Berdasarkan Dukungan Orang Terdekat Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 Frekuensi Dukungan Orang terdekat n % Ya 41 64.1 Menganjurkan Tidak 23 35.9 Ya 16 25 Meminta Tidak 48 75 Ya 37 57.8 Menyuruh Tidak 27 42.2 Berdasarkan gambar 5.22 menunjukan bahwa dari 64 ibu, 41 ibu (64,1%) menyatakan ada anjuran dari orang terdekat dan 23 ibu (35,9%) menyatakan tidak ada anjuran dari orang terdekat. Tabel 5.23 Distribusi Ibu Berdasarkan Dukungan Orang Terdekat yang Menganjurkan Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 Frekuensi Orang yang Menganjurkan N % Ibu kandung 23 56.1 Ibu Mertua 7 17.1 Suami 2 4.9 Saudara 1 2.4 Teman 4 9.8 Ibu Kandung, Ibu Mertua 3 7.3 Ibu Kandung, Suami 1 2.4 Total 41 100 80 Berdasarkan tabel 5.23 dapat diketahui bahwa dari 41 ibu yang menyatakan ada anjuran dari orang terdekat, 23 ibu (56,1%) mendapat anjuran dari ibu kandung, 7 ibu (17,1%) dari ibu mertua, 2 ibu (4,9%) dari suami, saudara 1 ibu (2,4%), teman 4 ibu (9,8%), ibu kandung dan ibu mertua 3 ibu (7,3%), 1 ibu (2,4%) dari ibu kandung dan suami. Ibu yang mendapat dukungan orang terdekat berupa permintaan, berdasarkan tabel 5.22 menunjukkan, 16 ibu (25%) menyatakan ada permintaan dari orang terdekat dan 48 ibu (75%) menyatakan tidak ada orang terdekat yang meminta. Tabel 5.24 Distribusi Ibu Berdasarkan Dukungan Orang Terdekat yang Meminta Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 Frekuensi Orang yang Meminta n % Ibu kandung 12 75 Ibu Mertua 1 6.2 Suami 2 12.5 Teman 1 6.2 Total 16 100 Berdasarkan gambar 5.24 menunjukkan bahwa dari 16 ibu yang menyatakan ada yang meminta ibu untuk memberikan MP-ASI, 12 ibu (75%) menyatakan yang meminta itu adalah ibu kandung, 1 ibu (6,2%) ibu mertua, 2 ibu (12,5%) suami, dan teman 1 ibu (6,2%). 81 Tabel 5.25 Distribusi Ibu Berdasarkan Dukungan Orang Terdekat yang Menyuruh Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 Frekuensi Orang yang Menyuruh n % Ibu kandung 14 21.9 Ibu Mertua 12 18.8 Suami 8 12.5 Saudara 3 4.7 Tidak ada yg menyuruh 27 42.2 Total 64 100 Berdasarkan tabel 5.25 menunjukkan bahwa dari 64 ibu, 27 ibu (42,2%) menyatakan tidak ada yang menyuruh, 14 ibu (21,9%) menyatakan yang menyuruh memberikan MP-ASI adalah ibu kandung, 12 ibu (18,8%) ibu mertua, 8 ibu (12,5%) suami, 3 ibu (4,7%) dari saudara. 5.8.2. Gambaran Riwayat ANC (Antenatal Care) Tabel 5.26 Distribusi Ibu Berdasarkan Riwayat ANC Ibu dalam Pemberian MPASI pada bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 Frekuensi Riwayat ANC N % Kurang 15 23.4 Baik 49 76.6 Total 64 100 Berdasarkan tabel 5.26 menunjukan bahwa dari 64 ibu yang sudah pernah melakukan pemeriksaan selama kehamilan, 77% ibu melakukan pemeriksaan 4 kali atau lebih, 17% ibu melakukan pemeriksaan 3 kali, 3% 82 ibu melakukan pemeriksaan 2 kali, dan 3% ibu melakukan pemeriksaan 1 kali selama kehamilan. 5.9. Gambaran Kepercayaan Diri Ibu dalam Pemberian ASI secara Eksklusif Tabel 5.27 Distribusi Ibu Berdasarkan Kepercayaan Ibu dalam Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 Frekuensi Kepercayaan Diri N % Ya 42 65.6 Tidak 22 34.4 Total 64 100 Berdasarkan tabel 5.27 menunjukkan bahwa 42 ibu (65,6%) memiliki kepercayaan diri bisa berhasil menyusui ASI secara ekskslusif dan 22 ibu (34,4%) menyatakan tidak memiliki kepercayaan untuk bisa menyusui ASI Eksklusif. Tabel 5.28 Distribusi Ibu Berdasarkan Alasan Ibu Tidak Percaya Diri dalam Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 Frekuensi Alasan Tidak Percaya Diri N % Asi semakin sedikit dr hari ke hari 12 54.5 Asi saja tidak cukup 8 36.4 Puting Luka 2 9.1 Total 22 100 Alasan yang melatarbelakangi ibu tidak memiliki kepercayaan diri, digambarkan pada table 5.28. dari 22 ibu yang tidak percaya diri, 12 ibu (55,4%) berasalasan karena ASI dari hari ke hari semakin sedikit, ASI saja tidak cukup 8 ibu (36,4%), dan puting luka 2 ibu (9,1%). 83 5.10. Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Berdasarkan Modifying Factors Tabel 5.29 Distribusi Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Berdasarkan Modifying Factors di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 Modifying Factors Usia Ibu Suku Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Pengalaman Adat/ Kebiasaan <20 atau >30 20 – 30 Betawi Jawa Sunda Minang Batak Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat PT Ya Tidak Kurang Baik Baik Ya Tidak Ya Tidak n 17 26 17 16 8 1 1 9 15 18 1 6 37 12 31 31 12 33 10 Pemberian MP-ASI Ya Tidak % n 65.4 9 68.4 12 65.4 9 66.7 8 72.7 3 50 1 100 0 90 1 78.9 4 66.7 9 12.5 7 60 4 68.5 17 80 3 63.3 18 81.6 7 46.2 14 76.7 10 47.6 11 % 34.6 31.6 34.6 33.3 27.3 50 0 10 21.1 33.3 87.5 40 31.5 20 36.7 18.4 53.8 23.3 52.4 Berdasarkan tabel 5.29 menunjukan bahwa distribusi pemberian MP-ASI pada variabel usia ibu, pada kelompok usia ibu <20 atau >30 tahun sebanyak 17 dan pada kelompok usia ibu 20 – 30 tahun 26 ibu (68,4%). Variabel suku ibu menunjukkan, bahwa ibu yang memberikan MP-ASI yang berasal dari suku betawi dari sebanyak 26 ibu, 17 ibu (65,4%), suku jawa 16 84 ibu (66,7%), suku sunda 8 ibu (72,7%), suku minang 1 ibu (50%), suku batak 1 ibu (100%). Berdasarkan variabel pendidikan ibu pada tabel 5.29, ibu yang memberikan MP-ASI pada kelompok ibu dengan pendidikan tamat SD (90%), tamat SMP (78,9%), tamat SMA (66,7%), dan tamat PT (12,5%). Berdasarkan variabel pekerjaan, pemberian MP-ASI pada kelompok ibu yang bekerja (60%) dan ibu yang tidak bekerja (68,5%). Berdasarkan variabel pengetahuan, pemberian MP-ASI pada ibu yang memiliki pengetahuan baik (80%) dan ibu yang memiliki pengetahuan kurang baik (63,3%). Berdasarkan variabel pengalaman, pemberian MP-ASI pada kelompok ibu yang memiliki pengalaman (81,6%) dan ibu yang tidak memiliki pengalaman (46,2%). Berdasarkan variabel adat/ kebiasaan, pemberian MP-ASI pada kelompok ibu yang menyatakan ada adat/kebiasaan (76,7%) dan ibu yang menyatakan tidak ada pengalaman (47,6%). 5.11 Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Berdasarkan Persepsi Ibu Berdasarkan tabel 5.30 menunjukkan, bahwa dari sebnyak 22 ibu yg menyatakan ada kerentanan, sebanyak 6 ibu (27,3%) memberikan MP-ASI. Sedangkan dari 42 ibu yg menyatakn tidak ada kerentanan, sebanyak 6 reponden (88,1%) memberikan MP-ASI. Untuk variabel keparahan dan pada tabel 5.30 menunjukan angka yang sama. sebanyak 20 ibu yang menyatakan ada keparahan 85 dan ancaman, 6 ibu (30%) memberikan MP-ASI dan sebanyak 44 ibu yang menyatakan tidak ada keparahan dan ancaman, 37 ibu (84,1%) memberikan MPASI. Pada variabel persepsi manfaat, Sebanyak 45 ibu yang menyatakan ada manfaat pemberian MP-ASI, sebanyak 38 ibu (84,4%) memberikan MP-ASI, sedangkan sebanyak 19 ibu yang menyatakan tidak ada manfaat dari pemberian MP-ASI, 5 ibu (26,3%) memberikan MP-ASI. Selanjutnya untuk variabel persepsi kendala ibu, dari 15 ibu yang menyatakan ada kendala dalam membrikan ASI Eksklusif, sebanyak 13 ibu (86,7%) memberikan MP-ASI. Sedangkan 49 ibu yang menyatakan ti dak ada hambatan, 30 ibu (61,2%) meberikan MP-ASI. Tabel 5.30 Distribusi Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Berdasarkan Persepsi Kerentanan, Keparahan, Ancaman, Manfaat, dan Kendala di Wilayah Kerja Puskesms Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 Pemberian MP-ASI Persepsi Ibu Ya Tidak Total N % n % n % Ya 6 27.3 16 72.7 22 100 Persepsi 37 88.1 5 11.9 42 100 Kerentanan Tidak Ya 6 30 14 70 20 100 Persepsi Tidak 37 84.1 7 15.9 44 100 Keparahan Ya 6 30 14 70 20 100 Persepsi Tidak 37 84.1 7 15.9 44 100 Ancaman Ya 38 84.4 7 15.6 45 100 Persepsi Tidak 5 26.3 14 73.7 19 100 Manfaat Ya 13 86.7 2 13.3 15 100 Persepsi Kendala/ Tidak 30 61.2 19 38.8 49 100 Hambatan BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Keterbatasan Penelitian 1. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan secara langsung dan serentak, sehingga pengisian kuesioner dilakukan sendiri oleh responden dan tidak semua responden bisa diwawancara langsung. Adapun untuk responden yang tidak bisa peneliti wawancara langsung, apabila ada pertanyaan dalam kuesioner yang tidak dimengerti, responden bisa menanyakannya langsung kepada peneliti. 2. Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif, sehingga penjabaran hasil penelitian hanya berupa penggambaran saja tanpa mengetahui hubungan dari variabel-variabel yang di teliti. 6.2 Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 Dari hasil penelitian di wilayah kerja puskesmas kecamatan diperoleh hasil, bahwa dari 64 ibu, sebanyak 43 ibu (67,2%) memberikan MP-ASI pada bayi Usia kurang dari 6 bulan. Sedangkan 21 ibu (32,8%) mulai memberikan MP-ASI pada bayi usia 6 bulan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Anggraeni (2012) dan Hidayat (2013) di Wilayah Kerja Puskesmams Kecamatan yang menemukan bahwa kegagalan pemberian ASI eksklusif pada ibu adalah karena masih 86 87 tingginya praktek pemberian MP-ASI yang tidak tepat atau pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyak ibu yang masih belum memahami betapa pentingnya memberikan ASI eksklusif saja hingga bayi berusia 6 bulan. Dan betapa berbahayanya memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Pada saat bayi masih berusia 0 – 6 bulan, pemberian ASI saja sudah cukup. karena dari hasil penelitian jumlah komposisi ASI masih mencukupi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi apabila ASI diberikan secara tepat dan benar sampai bayi berusia enam bulan, sehingga pemberian makanan dan mi numan selain ASI akan memungkinkan protein maupun kuman dapat masuk ke dalam usus bayi (Purwanti, 2003) Hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa rata-rata rata-rata ibu mulai memberikan MP-ASI untuk pertama kali pada bayinya adalah saat bayi berusia 2 bulan, dengan usia termuda 0 bulan dan usia tertinggi 5 bulan. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Chairani (2013) yang menyatakan bahwa pemberian makanan diberikan pada umur bayi yang bervariasi yaitu pada umur 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 5 bulan. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Penelitian Fikawati dan Syafiq (2003) dalam Nelvi (2004), menemukan kegagalan pelaksanaan ASI Ekslusif telah dimulai sejak 3 hari pertama kelahiran, yaitu lebih dari 80% responden yang tidak ASI ekslusif 4 bulan, telah memberikan makanan/minuman prelakteal dalam tiga hari pertama kepada bayinya. Bahkan hasil penelitian yang dilakukan Irawati (2007) diperoleh bahwa 88 lebih dari 50% bayi di Indonesia mendapat makanan pendamping ASI dengan usia kurang dari satu bulan. Pemberian makanan tambahan pada usia dini dapat menimbulkan gangguan pada pencernaan sepeti diare, muntah, dan sulit buang air besar, menyebabkan banyak infeksi, kenaikan berat badan (obesitas), dan alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan. World Health Organization (2008) menambahkan, bayi yang mendapatkan makanan pendamping ASI sebelum berusia enam bulan akan mempunyai resiko 17 kali lebih besar mengalami diare dan 3 kali lebih besar kemungkinan terkena infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dibandingkan bayi yang hanya mendapat ASI eksklusif dan mendapatkan MP ASI dengan tepat waktu. Selain masalah ketepatan waktu, gambaran jenis MP-ASI yang diberikan ibu pada bayi usia kurang dari 6 bulan pada penelitian ini yaitu, pisang 25,6%, madu 9,3%, bubur 23,3%, susu formula 11,6%, pisang dan bubur 18,6%, susu formula dan bubur 7%, pisang dan susu formula 2,3%, sayuran dan buah-buahan 2,3%. Dan ternyata hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian Irawati tahun 2004, dimana jenis makanan pendamping ASI dini yang dikonsumsi bayi antara lain pisang, susu formula (bubuk dan kental manis), biskuit, bubur beras, makanan bayi produk industri (SUN, Promina dan Milna), dan nasi lumat. 89 Jenis-jenis MP-ASI yang mudah didapatkan atau bahkan dibuat sendiri oleh ibu menjadi salah satu alasan ibu mmberikan MP-ASI. Alasan lain ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan pada penelitian ini yaitu, ibu memberikan MP-ASI untuk menambah berat badan (14%), agar anak tidak kekurangan gizi (25,6%), karena ASI saja tidak akan cukup (4,7%), anak rewel/ menangis (27,9%), Ibu dalam kondisi sakit (2,3%), supaya anak lebih sehat (4,7%), puting luka (2,3%), tradisi keluarga (2,3%), agar anak cepat besar (4,7%), ASI yang keluar sedikit (2,3 %), agar bibir tidak kering dan sariawan (4,7%), untuk menambah BB dan ibu bekerja (4,7%). Berdasarkan alasan-alasan yang diungkapkan oleh ibu tergambar jelas bahwa ada anggapan yang masih keliru tentang manfaat dari pemberian MP-ASI yang sebenarnya. Sepertinya anggapan tentang manfaat pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang 6 bulan masih sangat melekat pada sebagian besar masyarakat. Sehingga disini perlu ada pelurusan lagi mengenai anggapan ibu yang salah terkait paraktek pemberian MP-ASI selama ini, termasuk menjelaskan tentang bagaimana berbahayanya memberikan MP-ASI dini pada bayi. 6.3 Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Berdasarkan Usia Ibu Menurut Hurlock (1995), usia dapat mempengaruhi cara berfikir, bertindak, dan emosi seseorang. Usia yang lebih dewasa umumnya memiliki emosi yang lebih stabil dibandingkan usia yang lebih muda. Usia ibu akan mempengaruhi kesiapan emosi ibu, misalnya usia ibu yang terlalu muda ketika 90 hamil bisa menyebabkan kondisi fisiologis dan psikologisnya belum siap menjadi ibu. Hal ini dapat mempengaruhi kehamilan dan pengasuhan anak. Gambaran pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan berdasarkan usia ibu di wilayah kerja puskesmas kecamatan pesanggrahan, menunjukkan bahwa ibu yang memberikan MP-ASI pada kelompok usia antara 20 – 30 tahun sebanyak 68,4% dan pada ibu dengan usia > 31 tahun sebanyak 65.4%. Jika kita melihat antara 2 kelompok usia ibu di atas, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan dalam jumlah ibu yang memberikan MP-ASI. Keduanya sama-sama memiliki angka di atas 50%. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Chairani (2013) dengan metode penelitian kualitatif juga menyatakan tidak ada hubungannya antara faktor usia ibu dengan pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Hasil penelitian Loanita di Kabupaten Tangerang (2002) juga menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara usia ibu dengan praktek pemnerian MP-ASI. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Khairunisa (2011) dan Rebhan et al (2009) yang melaporkan bahwa terdapat hubungan antara usia ibu dengan pemberian makanan pada bayi. Ibu yang berusia 20 – 30 tahun sebenarnya memiliki peluang yang lebih besar untuk dapat menyusui bayinya secara eksklusif, mengingat pada rentang usia 20-30 tahun tersebut ibu mempunyai peluang dan keadaan biologis yang baik untuk menyusui. Seperti yang diungkapkan oleh Nuryanto (2002) dalam 91 Wulandari (2011) yang menyatakan bahwa kurun waktu 20-30 tahun secara biologis merupakan usia paling aman untuk reproduksi karena terjadi kematangan pertumbuhan organ genitalia interna dan perkembangan hormonal yang stabil sehingga air susu ibu masih dapat diperoduksi. Namun demikian dalam penelitian ini ada faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi ibu untuk membuat keputusan terkait pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Seperti adat/ kebiasaan, pengalaman ibu terkait pemberian MP-ASI dan faktor dukungan orang terdekat yang sepertinya cukup bisa memberi pengaruh yang besar terkait pemberian MP-ASI. 6.4 Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Berdasarkan Suku Ibu Anggota suatu suku bangsa pada umumnya ditentukan menurut garis keturunan ayah (patrilinial) seperti suku bangsa Batak, menurut garis keturunan ibu (matrilineal) seperti suku Minang, atau menurut keduanya seperti suku Jawa (Chairani, 2013). Maing-masing suku biasanya memiliki suatu kebudayaan yang khas. Budaya mempengaruhi seseorang dalam menentukan jenis, cara pengolahan, persiapan serta penyajian makanan. Selain itu, budaya juga menentukan individu yang boleh dan tidak boleh makan makanan tersebut (Wulandari, 2011). Suku-suku di daerah tertentu memilki kebiasaan yang berbeda dengan suku lainnya. Di Jawa Timur, ada sebagian ibu-ibu yang memberikan susu sapi sebagai makanan prelakteal, di Nusa Tenggara barat ibu-ibu Suku Sasak juga 92 memberikan nasi papak, nasi masam, bubur tepung dan teh kepada bayi baru lahir, selain itu sebagian ibu-ibu Suku Bali memberikan susu bubuk sebelum mulai memberikan ASI. Alasan memberikan makanan prelakteal adalah supaya bayi berhenti menangis, karena bayi belum bisa menghisap ASI, bayi membutuhkan makanan dan ASI belum keluar. Berdasarkan tabel 5.29 menunjukkan bahwa ibu dari suku betawi sebesar 65.4% memebrikan MP-ASI, suku jawa 66,7%, sunda 72,7% minang 50% dan batak 100%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir dari semua suku ibu, persentase pemberian MP-ASI masih cukup tinggi dan hampir merata dan disini belum bisa dilihat bagaimana kaitannya pemberian MP-ASI dengan suku ibu Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian khairunnisa (2013) yang menyatakan tidak terdapat hubungan bermakna antara suku ibu dengan pemberian MP-ASI pada bayi. Adapun penelitian lain terkait pengaruh suku ibu dengan pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan, peneliti belum menemukannya. Kebiasaan pemberian MP-ASI pada suku-suku tertentu sebaiknya dilakukan penyaringan lagi dalam proses pengaplikasiaanya dalam pemberian MP-ASI. Apabila ibu sudah memiliki pengetahuan yang benar, serta persepsi yang benar, pengalaman sebelumnya yang mendukung serta ada dukungan dari orang sekitar, maka pengaruh suku tidak akan terlalu signifikan. 93 6.5 Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Berdasarkan Pendidikan Ibu Gambaran pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan berdasarkan pendidikan ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2014, yang dapat dilihat dalam tabel 5.29 menunjukkan bahwa 90% ibu dengan pendidikan tamat SD memberikan MP-ASI, ibu dengan pendidikan tamat SMP sebesar 78,9% beri MP-ASI, ibu dengan pendidikan tamat SMA sebesar 66,7% beri MP-ASI, dan terakhir ibu dengan pendidikan tamat Perguruan Tinggi sebesar 12,5% memberikan MP-ASI pada bayinya. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Kingsley (2011) di Nigeria, yang menyatakan bahwa ada pengaruh tingkat pendidikan ibu terhadap pemberian MP-ASI dini pada bayi usia < 6 bulan. Kingsley E. Agho, mengatakan bahwa ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah memiliki risiko lebih besar untuk memberikan MP-ASI dini kepada bayinya. Hal ini didukung oleh pernyataan Suradi (2004), bahwa pada ibu yang berpendidikan tinggi ia lebih sadar akan keunggulan ASI dan dampak dari pemberian MP-ASI secara dini dan menimbulkan motivasi yang kuat pada diri ibu. Akan tetapi, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Padang (2007) yang menyatakan pendidikan ibu tidak ada hubungannya dengan pemberian MPASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Penelitian padang sejalan dengan hasil penelitian Alam (2003) menyatakan bahwa ibu yang berpendidikan tinggi biasanya banyak kesibukan di luar rumah, sehingga cenderung sering 94 meninggalkan bayinya. Sedangkan ibu yang berpendidikan rendah lebih banyak di rumah dan cenderung lebih mempunyai kesempatan untuk menyusui bayinya. Pendidikan pada satu sisi mempunyai dampak positif yaitu ibu semakin mengerti akan pentingnya pemeliharaan kesehatan termasuk pemberian ASI eksklusif, tetapi di sisi lain, pendidikan yang semakin tinggi juga akan berdampak adanya perubahan nilai-nilai sosial seperti adanya anggapan bahwa menyusui bayi dianggap tidak modern dan dapat menpengaruhi bentuk payudara ibu (Roesli, 2001). Selain itu menurut Suhardjo (1992), semakin tinggi pendidikan dapat menimbulkan kekhawatiran terhadap kemungkinan bayi menderita kurang gizi tertentu karena konsentrasinya dalam ASI menurun jumlahnya sehingga ibu cenderung memberikan makanan tambahan. Dalam penelitian ini kita akan melihat kecenderungan hasil penelitian ini menunjukkan semakin tinggi tingkat pendidikan ibu semakin kecil atau berkurang jumlah ibu yang memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Sebaliknya semakin rendah pendidikan ibu, semakin banyak ibu yang memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan. 6.6 Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Berdasarkan Status Pekerjaan Ibu Berdasarkan tabel 5.29 variabel pekerjaan, pemberian MP-ASI pada kelompok ibu yang bekerja (60%) dan ibu yang tidak bekerja (68,5%).. 95 Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Dari hasil penelitian Ginting (2012), menurut status pekerjaan, dari 71 orang ibu yang bekerja, 56 orang (78,9 %) diantaranya telah memberikan MP-ASI dini kepada bayi usia <6 bulan. Sedangkan ibu yang tidak bekerja, hanya 12 orang (41,4%) yang telah memberikan MP-ASI dini kepada bayinya. Hasil uji statistik diperoleh nilai p < 0,001 maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh secara bermakna antara status pekerjaan ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi usia<6 bulan. Hasil analisis diperoleh pula nilai RP=1,91, artinya ibu yang bekerja mempunyai risiko sebesar 1,91 kali untuk memberikan MP-ASI dini pada bayi usia <6 bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan ibu yang memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan lebih banyak diberikan oleh ibu yang tidak bekerja dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Jika kita melihat dari hasil penelitian Ginting (2012), kita bisa menyimpulkan bahwa ibu yang tidak bekerja mempunyai peluang jauh lebih besar untuk bisa memberikan ASI secara eksklusif, karena ibu yang bekerja memiliki resiko jauh lebih besar untuk memberikan MP-ASI dini pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Akan tetapi, terrnyata tidak demikian dengan hasil peneilitian ini, dimana pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan sebagian besar dilakukan oleh ibu yang tidak bekerja, yaitu sebesar 70,4%. Hal ini menunjukan, bahwa meskipun sebagian ibu yang tidak bekerja dan memiliki waktu luang lebih banyak untuk mengasuh anaknya dengan baik, terutama dalam pemberian ASI 96 Eksklusif dan MP-ASI, namun kenyataannya ada faktor-faktor lain yang menyebabkan ibu untuk tetap memberikan MP-ASI pada bayinya dan tidak menggunakan kesempatan mengasuh anaknya dengan baik. 6.7 Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Berdasarkan Pengetahuan Pengetahuan ibu adalah faktor yang penting dalam pemberian makanan tambahan pada bayi karena dengan pengetahuan yang baik, ibu tahu kapan waktu pemberian makanan yang tepat. Pengetahuan dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, media cetak media elektronik, atau penyuluhanpenyuluhan. Ketidaktahuan tentang akibat pemberian makanan pendamping ASI dini dan cara pemberian nya serta kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara langsung maupun tidak langsung menjadi penyebab masalah gizi kurang pada anak, khususnya pada anak dibawah 2 tahun (Depkes, 2000). Berikut ini gambaran pengetahuan ibu yang sebelumnya telah dikelompokkan dulu menjadi dua kategorik, ibu dengan pengetahuan baik dan kurang baik. Dari 49 ibu yang berpengetahuan baik, sebanyak 31 ibu (63,3%) memberikan MP-ASI dan dari 15 ibu yang pengetahuannya kurang baik, 12 ibu (80%) memberikan MP-ASI. Hasil sejalan dengan penelitian Padang (2007) yang menyatakan bahwa pengetahuan ibu tidak ada hubunggannya dengan pemberian MP-ASI. Namun 97 penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Wulandari (2011), bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian makanan prelakteal pada bayi baru lahir. Semakin baik pengetahuan ibu maka semakin sedikt bayi yang mendapatkan makanan prelakteal, begitupun sebaliknya semakin kurang baik pengetahuan ibu maka semakin banyak bayi yang mendapatkan makanan prelakteal. Hasil penelitian ini menunjukkan dari segi presentasenya memang pemberian MP-ASI lebih banyak dilakukan oleh ibu dengan pengetahuan kurang baik, namun angka dari jumlah ibu yang memberikan MP-ASI dengan pengetahuan baik pun masih sangat tinggi. Padahal menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku akan lebih bertahan lama bila didasari oleh pengetahuan dibandingkan perilaku yang tidak berdasarkan pengetahuan. walaupun ternyata pengetahuan yang mendasari perilaku seseorang tersebut masih dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sangat kompleks untuk sampai terbentuk perilaku yang nyata. 6.8 Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Berdasarkan Pengalaman Ibu Memberikan MP-ASI Sebelumnya Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu (Sudijono, 2012). Pengalaman ibu saat memberi makanan pendamping ASI 98 pada anak pertama dapat mempengaruhi pemberian MP-ASI untuk anak selanjutnya (Susila, 2005). Berdasarkan tabel 5.29 menunjukkan bahwa ibu yang sebelumnya memiliki pengalaman memberikan MP-ASI sebesar 82% meberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Sedangkan ibu yang tidak memiliki pengalaman memberikan MP-ASI sebesar 46,2% memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki pengalaman memebrikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan baik pada anak sebelumnya atau anak saudara yang diasuhnya akan mempengaruhi pemberian MP-ASI pada anaknya atau pada anak yang diasuh berikutnya. Grant (1989) dalam Hermasyah (2010), mengemukakan bahwa kebiasaan yang salah pada pemberian makanan pada bayi disebabkan kurangnya pengetahuansebagian besar orang tua tentang pentingnya pemberian ASI dan pemberian makananpada usia tambahan pada usia 4-6 bulan. 6.9 Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Berdasarkan Adat Kebiasaan Tradisi merupanakn satu kebudayaan yang sudah turun-temurun yang akansangat mendarah daing dalam kehidupan seseorang sehingga sangat berpengaruh terhadap tindakan perilaku seseorang. Tradisi adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu atau 99 agama yang sama dan adanya informasi yang diteruskan dari generasi baik tertulis maupun (seringkali) lisan. Pengetahuan secara budaya tentang pangan adalah salah satu faktor yangmenentukan apa yang dapat dimakan dan apa yang tida. Sering kali inipun masih dibatasi adanya kemungkinan kepercayaan agam ataupun tradisi mengenai apayang boleh dan yang tidak boleh dimakan, apa yang baik dan apa yang tidak baiksecara sosial. Semua itu diperoleh melalui proses pewarisan dari generasi tuakepada generasi muda secara terus menerus. Lewat proses enkulturasi dan sosialisasi tiap individu membiasakan diri dalam apa yang patut dimakan(Puslitbang Gizi Depkes RI,1985 dalam Kholifah 2008). Berdasarkan tabel 5.29 menunjukkan bahwa Ibu yang ada memiliki adat/kebiasaan dalam pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan 77% ibu memebrikan MP-ASI pada bayinya. Sedangkan ibu yang tidak memiliki adat/ kebiasaan dalam pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan, sebessar 47,6% ibu memberikan MP-ASI pada bayinya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Suhardjo (2000), yang menyatakan adat istiadat mempengaruhi pola pemberian MP-ASI pada bayi. Mardiyana (2003) juga menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian makan pendamping ASI adalah adat istiadat dan kebiasaan masyarakat yang turun temurun. Adapun untuk penelitian yang tidak sejalan dengan penelitian ini terkaot adat/kebiasaan yang tidak mempengaruhi pemberian MP-ASI, peneliti belum menemukannya. 100 Dari hasil penelitian ini terlihat, bahwa ibu yang meiliki adat/ kebiasaan dalam pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan dikeluarganya cenderung akan membuat ibu untuk turut mengikuti adat/ kebiasaan tersebut. Kholifah (2008) dalam Chairani (2013) mengatakan bahwa kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu. Dan kebaisaan pemberian makanan tambahan lainnya adalah pemberian buah pisang lumat, bubur bayi, dan nasi yang dilumatkan bersama pisang. 6.10 Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Berdasarkan Persepsi Kerentanan, Keparahan, Ancaman, Manfaat, Kendala. Berdasarkan tabel 5.30 menunjukkan, pada persepsi kerentanan ibu yang menyatakan ada kerentanan jika ibu memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan, sebesar 27.3% memberikam MP-ASI pada bayinya. Dan ibu yang menyatakan tidak ada kerentanan jika ibu memberikan MP-ASI pada bayi USIA kurang dari 6 bulan, sebesar 88,1% memberikan MP-ASI. Disini menunjukkan bahwa kerentanan belum cukup membuat ibu tergerak untuk melakukan sebuah tindakan pencegahan, yaitu tidak memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Bahkan sebagian besar ibu beranggapan bahwa memberikan MPASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan tidak akan menimbulkan kondisi yang rentan pada bayinya. Sehingga ibu tidak khawatir jika kondisi anaknya akan mudah terkena penyakit, dll. 101 Untuk persepsi keparahan pada table 5.30 menunjukkan dari 20 ibu yang menyatakan akibat dari pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan bisa menyebabkan kondisi yang lebih parah, sebesar 30% masih meberikan MPASI pada bayinya. Jenis keparahan yang mungkin timbul menurut ibu adalah diare, gangguan pencernaan, radang usus, rentan terkena penyakit, dan muntah.Namun sangat disayangkan ibu yang beranggapan adanya kondisi keparahan jika ibu memberikan MP-ASI pada bayinya, masih saja pada kenyataannya ibu memberikan MP-ASI juga. Kemudian dari 44 responden yang menyatakan tidak ada keparahan dari kondisi yang disebabkan oleh pemberian MP-ASI, sebesar 84,1% memberikan MP-ASI. Dari hasil penelitian ini dapat kita simpulkan bahwa keparahan belum cukup membuat ibu tergerak untuk melakukan sebuah tindakan pencegahan, yaitu tidak memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Bahkan sebagian besar ibu beranggapan bahwa memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan tidak akan menimbulkan kondisi yang lebih parah pada bayinya. Sehingga ibu tidak khawatir jika kondisi anaknya akan semakin meburuk jika terus diberikan MP-ASI pada waktu yang tidak tepat, dll. Untuk persepsi manfaat yang digambarkan pada table 5.30 menunjukkan dari 64 ibu, sebesar 45 ibu (70,3%) menyatakan ada manfaat yang didapatkan dari pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Dari ibu yang menyatakan adanya manfaat pemberian MP-ASI, sebesar 84,4% memberikan MP-ASI pada anaknya. Sedangkan dari 19 ibu (29,7%) yang menyatakan tidak 102 ada manfaat dari pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan, hanya sebesar 26,3% memberikan MP-ASI pada bayinya. Manfaat-manfaat yang menurut sebagian ibu bisa didapatkan dari pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Menambah berat badan, memenuhi kebutuhan gizi, bayi menjadi lebih sehat, bayi lebih kenyang, bayi tidak rewel, bayi cepat besar, dan bayi tidak terserang penyakit. Sebenarnya anggapan manfaat yang diperoleh dari pemebrian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan termasuk anggapan yang salah. Dalam usia ini ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi. Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama 30 menit pertama setelah lahir. Pada periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi (Depkes, 2000). Justru pemberian MP-ASI pada bayi usia tersebut malah akan menimbulkan keriguan pada bayi itu sendiri. Disamping saluran cerna yang belum siap untuk mencerna makanan-makanan yang diberikan. World Health Organization (2008) menyatakan, bayi yang mendapatkan makanan pendamping ASI sebelum berusia enam bulan akan mempunyai resiko 17 kali lebih besar mengalami diare dan 3 kali lebih besar kemungkinan terkena infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dibandingkan bayi yang hanya mendapat ASI eksklusif dan mendapatkan MP ASI dengan tepat waktu. Pemberian makanan prelakteal seperti madu juga berbahaya karena di dalam madu terdapat kandungan colustrum botulinum spora yang dapat membahayakan dan mematikan. 103 Untuk persepsi kendala yang digambarkan pada table 5.30 menunjukkan bahwa dari 64 ibu yang menyatakan adanya kendala dalam memberikan ASI secara eksklusif hanya sebanyak 15 ibu (23,4%). Dan dari 15 ibu yang menyatakan ada kendala, sebanyak 13 ibu (86,7%) memberikan MP-ASI pada bayinya. Kendala-kendala yang dihadapi ibu dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : putting luka, ibu dalam kondisi sakit, ibu bekerja, dan ASI yang diproduksi sedikit. Kemudian dari 49 ibu (76,6%) yang menyatakan tidak ada kendala dalam memberikan ASI eksklusif , sebanyak 30 ibu (61,2%) memberikan MP-ASI pada bayinya. Dari hasil penelitian ini dapat kita lihat bahwa hanya sebagian kecil saja ibu yang menyatakan adanya kendala dalam memberikan ASI, dan kendala ini membuat hampir semua ibu pada akhirnya memutuskan untuk memberikan MPASI pada bayinya.Akan tetapi sebenarnya, apapun jenis kendala yang dihadapi ibu untuk dapat memberikan ASI secara eksklusif masih bisa di atasi ada baiknya ibu berusaha untuk mengatasinya sehingga ibu tetap bisa memberika ASI secara eksklusif pada bayinya. Namun, lain halnya dengan ibu yang menyatakan tidak ada kendala dalam pemberian ASI eksklusif akan tetapi malah sebagian besar ibu (61,2%) memberikan MP-ASI pada bayinya. Dari hasil penelitian ini peneliti menduga ada faktor-faktor lain, atau hal-hal lain yang jadi pertimbangan ibu sehingga akhirnya meskipun tidak ada kendala dalam memberikan ASI eksklusif, ibu tetap memberikan MP-ASI pada bayinya pada usia yang tidak tepat. 104 6.11 Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Berdasarkan Petunjuk untuk Bertindak Peristiwa eksternal yang memotivasi seseorang untuk bertindak. Termasuk adanya dukungan dari keluarga terdekat, dukungan tenaga kesehatan, serta media masaa seperti majalah, televisi, dan radio dalam melakukan tindakan pemberian makanan pendamping ASI 6.11.1 Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Berdasarkan Dukungan Orang Terdekat Pada dasarnya, siapapun yang berada dekat dan sering berinteraksi dengan ibu menyusui, sangat berpotensi untuk memberikan dukungan, baik dukungan emosional maupun dukungan praktek (WHO,2004). Dalam memberikan ASI Ekslusif dukungan keluarga merupakan faktorpendukung yang pada prinsipnya adalah suatu kegiatan yang bersifat emosionalmaupun psikologi yang diberikan kepada ibu menyusui (Roesli, 2000).Padaminggu pertama setelah persalinan seorang ibu lebih peka dalam emosi.Untuk ituseorang ibu butuh seseorang yang dapat membimbingnya dalam merawat bayitermasuk dalam memberikan makanan pada bayi.Orang yang dapatmembantunya terutama adalah orang yang berpengaruh besar dalamkehidupannya atau yang disegani, seperti suami, keluarga/kerabat terdekat, ataukelompok ibu-ibu pendukung ASI dan dokter/tenaga kesehatan (Soetjiningsih,1997). 105 Menurut Iskandar (1998) dalam Kholifah (2008) setelah masa kelahiran suami perlu membantu merawat istri/ibu baru melahirkan dengan cara memotivasi ibu menyusui untuk memberikan ASI secara ekslusif dan tidakmemberikan makanan prelakteal pada bayinya serta tidak memberikan makanantambahan selama empat bulan. Selain suami anggota keluarga lainnya juga dapat membantu merawat ibu yang baru melahirkan. Berdasarkan table 5.23 menunjukkan bahwa dukungan orang terdekat yang dieroleh oleh ibu untuk memebrikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan, baik itu berupa anjuran, permintaan ataupun suruhan, meunjukkan hasil yang hampir sama. Ibu yang mendapatkan anjuran dari orang terdekat dari sebesar 73,2% memberikan MP-ASI. Kemudian Ibu yang mendapatkan dukungan berupa bentuk permintaan sebesar 81,2% memberikan MP-ASI, dan ibu yang mendapatkan dukungan berupa suruhan dari orang terdekat sebesar 83,8% memberikan MP-ASI pada bayinya. Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa sebagian besar ibu yang mendapat dukungan dari orang terdekat untuk memberikan MPASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan, cenderung akan memberikan MP-ASI. Hal ini sejalan dengan penelitian Roesli (2005) dalam Afifah (2007), yang menunjukkan bahwa subyek yang tinggal serumah dengan ibu (nnenek) mempunyai peluang sangat besar untuk memberikan MP- 106 ASI dini pada bayi. Hal ini sejalan dengan penelitian Chairani (2013), dimana hampir dari semua informan yang memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan dipengaruhi oleh dukungan suami, ibu, ibu mertua ataupun temannya. 6.11.2 Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Berdasarkan Kunjungan ANC Melaui pemeriksaan ANC ini diharapakan ibu juga akan mendapatkan informasi terkait kehamilan, persalinan, dan paska persalinan, seperti Pemberian ASI Eksklusif, MP-ASI, dll, seperti yang diungkapkan oleh Hederson (2006). Menurutnya kunjungan ANC adalah kontak ibu hamil dengan pemberi perawatan/asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi informasi bagi ibu dan petugas kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan Riwayat kunjungan ANC baik sebanyak 49 ibu (76,6%) dan 15 ibu (23,4%) memiliki riwayat ANC yang kurang. Dalam penelitian ini semua ibu pernah melakukan pemeriksaan kehamilan atau 100% ibu melakukan pemeriksaan selama kehamilanpada bidan atau dokter di puskesmas dan tempat lainnya. Dari sini dapat diketahui bahwa ada kontak langsung antara ibu dengan petugas kesehatan. Sehingga semua ibu berpeluang untuk mendapatkan 107 informasi terkait kehamilan, persalinan, dan paska persalinan. Sehingga peluang ibu untuk menerapkannya pun semakin bemakin besar. Namun nampaknya beragamnya jumlah kunjungan pun turut andil dalam masalah ini. Karena pada satu kali kunjungan tidak mungkin semua informasi yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan paska persalinan bisa disampaikan sekaligus. Butuh beberapa kali pertemuan untuk menyampaikannya. Dalam penelitian ini pemberian MP-ASI berdasarkan kunjungan ANC masih cukup tinggi. Pada ibu yang kunjungannya 1 kali (50%), kunjungan 2 kali (100%), kunjungan 3 kali (81,8%) dan kunjungan 4 kali atau lebih (63,3%). Dari sini dapat disimpulkan bahwa tidak ada bedanya antara ibu yang melakukan pemeriksaan 1 kali, 2 kali, 3 kali bahkan 4 kali dalam hal pemberian MP-ASI. 6.11.3 Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Berdasarkan Sumber Informasi Tetang Pemberian MP-ASI Menurut Hary A (1996) informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar, tenaga kesehatan dan teman maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. 108 Dalam hasil penelitian ini, dari 64 ibu yang menyatakan mendapat informasi terkait pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan adalah sebanyak 25 ibu atau sebesar 39,1%. Adapun sumber informasinya berasal dari bidan, televisi, majalah, ibu kandung, teman, dan tetangga. Lalu dari ke 25 ibu tersebut ibu yang memberikan MP-ASI sebanyak 21 ibu atau sebesar 84,0%. Dari sini dapat dilihat bahwa informasi yang didapatkan oleh seseorang turut menyumbang dalam memutuskan untuk mengambil suatu tindakan tertentu. Biasanya ibu yang mengetahui suatu informasi dimana, sang ibu awalnya tidak mengetahui hal tersebut. Maka informasi yang didapatkan, baik itu informasi yang benar maupun yang salah, akan cenderung mempengaruhi pengetahuan dan persepsi ibu terhadap sesuatu. 6.12 Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Berdasarkan Kepercayaan Diri Kepercayaan seseorang akan kemampuan untuk melakukan suatu tindakan dengan berhasil. Kurangnya rasa percaya diri ibu bisa menyebabkan kegagalan dalam praktik pemberian ASI. Dalam penelitian ini dari 42 ibu yang menyatakan memiliki kepercayaan diri untuk bisa memberikan ASI Eksklusif pada bayinya, sebanyak 24 ibu (57,1%) ternyata memberikan MP-ASI pada bayinya. Sedangkan ibu yang menyatakan tidak memiliki kepercayaan diri untuk memberikan ASI secara eksklusif ternyata sebanyak 19 ibu (86,4%) memberikan MP-ASI pada bayinya. 109 Sebagian ibu yang menyatakan tidak memiliki rasa pecaya diri dalam penelitian ini merasa Asi yang diproduksi semakin sedikit dari hari ke hari, ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi, dan putting payudara ibu luka. Dari hasil analisis tersebut memang terdapat perbedaan antara ibu yang memberikan MP-ASI pada ibu yang memiliki kepercayaan diri dan ibu yang tidak. Namun ternyata ibu memiliki kepercayaan diri dalam memberikan ASI eksklusif, tetapi pada kenyataannya masih memberikan MP-ASI pada bayinya, banyak ibu merasa khawatir pemberian ASI saja selama 6 bulan tidak cukup ini disebabkan oleh bayi masih rewel setelah diberikan ASI, maka ibu mulai memperkenalkan makanan pendamping ASI dini dimaksudkan agar bayi tidak rewel setelah diberi makanan. BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 64 ibu yang memiliki bayi usia 6 – 12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014, tentang gambaran pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Frekuensi pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan oleh ibu masih cukup tinggi (67,2 %). 2. Pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan oleh ibu paling banyak dilakukan pada kelompok usia ibu 20 – 30 tahun (68,4%) 3. Pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan berdasarkan suku ibu, hampir tidak ada perbedaan dari masing-masing kelompok suku dan pemberian MP-ASI masih tinggi pada tiap-tiap suku. 4. Pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan berdasarkan pendidikan ibu, tertinggi pada kelompok pendidikan ibu yang tamat SD (90%). 5. Berdasarkan status bekerja ibu, kelompok yang paling besar memberikan MP-ASI adalah pada kelompok ibu yang tidak bekerja (70,4%). 110 111 6. Berdasarkan pengetahuan, pemberian MP-ASI paling besar diberikan oleh ibu yang pengetahuannya kurang baik (80%). 7. Berdasarkan pengalaman ibu, pemberian MP-ASI paling banyak dilakukan oleh ibu yang memiliki pengalaman sebelumnya (82%). 8. Berdasarkan adat/kebiasaan, pemberian MP-ASI paling banyak dilakukan oleh ibu yang menyatakan ada adat/ kebiasaan (77%). 9. Berdasarkan persepsi keparahan, pemberian MP-ASI paling banyak dilakukan oleh ibu yang menyatakan tidak ada keparahan akibat dari pemberian MP-ASI (84,1%). 10. Berdasarkan persepsi ancaman, pemberian MP-ASI paling banyak dilakukan oleh ibu yang menyatakan tidak ada ancaman akibat dari pemberian MP-ASI (84,1%). 11. Berdasarkan persepsi manfaat, pemberian MP-ASI paling banyak dilakukan oleh ibu yang menyatakan ada manfaat dari pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan (84,4%). 12. Berdasarkan persepsi kendala, pemberian MP-ASI paling banyak dilakukan oleh ibu yang menyatakan ada kendala pemberian ASI (86,7%). 13. Berdasarkan dukungan orang terdekat, baik dukungan dalam bentuk anjuran, permintaan, atau suruhan, paling banyak dilakukan oleh ibu yang menyatakan adanya dukungan orang terdekat (anjuran 73,2%, permintaan 81,2% dan suruhan 83,8%). 112 14. Berdasarkan kunjungan ANC, frekuensi pemberian MP-ASI masih cukup tinggi. Pada ibu yang kunjungannya 1 kali (50%), kunjungan 2 kali (100%), kunjungan 3 kali (81,8%) dan kunjungan 4 kali atau lebih (63,3%). 7.2 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut : 1. Bagi Ibu a. Lebih aktif lagi untuk mencari informasi-informasi yang benar terkait praktek pemberian ASI eksklusif dan pemberian MP-ASI kepada petugas-petugas kesehatan yang kompeten dibidangnya. Sehingga ibu tidak meyakini bahkan mengaplikasikan begitu saja informasi yang didapatkan dari orang-orang sekitar ibu tanpa ibu tahu apakah itu akan baik untuk bayi ibu atau malah sebaliknya. b. Berusaha menanggulangi kendala-kendala atau hambatan yang menghalangi ibu untuk bisa memberikan ASI secara eksklusif dengan cara mengkonsultasikannya kepada petugas kesehatan. 2. Bagi Tenaga Kesehatan a. Petugas kesehatan di Puskesmas harus memberikan dukungan penuh kepada ibu agar memberikan memberikan ASI saja pada bayi hingga bayi berusia 6 bulan pada saat kunjungan-kunjungan yang dilakukan ibu hamil dan menyusui. 113 b. Selaim kepada ibu, petugas kesehatan juga perlu melakukan penyuluhan kepada orang-orang terdekat ibu untuk memberikan informasi seputar praktek pemberian ASI Eksklusif dan pemberian MP-ASI yang benar, hal ini dikarenakan pengetahuan yang benar tentang pemberian ASI Eksklusif dan pemberian MP-ASI dari orang terdekat ibu juga sangat mempengaruhi keberhasilan ibu dalam mempraktekan kedua hal tersebut. c. Petugas kesehatan juga perlu melakukan sebuah kegiatan khusus ibu hamil dan menyusui untuk meluruskan persepsi-persepsi yang tidak benar mengenai praktek pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan. 3. Bagi Peneliti Lain a. Perlu ada penambahan variabel yang yang mendukung variable-variabel yang sudah ada, guan memperkuat hasil penelitian, dan menjelaskan fenomena yang sebenarnya terjadi di masyarakat. Seperti variabel pengetahuan tentang MP-ASI dari orang-orang terdekat ibu, seperti seuami, ibu kandung, ibu mertua, dll. b. Perlu adanya penggalian lebih dalam lagi dari masing-masing variabel memalui perwakilan dari masing-masing pertanyaan pada kuesioner, sehingga informasi yang didapatkan lebih akurat lagi. DAFTAR PUSTAKA Anggraini, Annisa. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian Asi eksklusif pada ibu yang melahirkan di rumah Bersalin puskesmas kecamatan pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 201. FKIK UIN. Jakarta Asdan, Padang. 2008. Analisa Faktor-Faktor yang mempengaruhi Ibu dalam Pemberian MP ASI dini di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah BKKBN. 2006. Deteksi Dini Komplikasi Persalinan. BKKBN. Jakarta. Budiarto,Eko, 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran:SebuahPengantar, Jakarta, EGC. Perinasia, 2003. BahanBacaan Manajemen Laktasi. Jakarta : Program Manajemen Laktasi Perkumpulan Perinatologi Indonesia. Chairani, kiki. 2013. Alasan ibu memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) dini dengan pendekatan teori Health Belief Model di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013. FKIK UIN. Jakarta Cott, P.W. 2003.Seri Budaya Anak, Makanan Sehat Untuk Bayi dan Balita. Dian Rakyat, Jakarta. Danim, Sudarwan dan Darwis.2003. Metode Penelitian Kebidanan : prosedur, kebijakan dan etik. Jakarta, EGC. Departemen Kesehatan RI. 2007.Panduan Peserta Pelatihan Konseling Menyusui, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Jakarta Departemen Kesehatan RI. Desember , 2008.Pesan-pesan Tenaga Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif untuk Tenaga Keshatan dan Keluarga Indonesia.Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Jakarta Departemen Kesehatan RI.2001.ASI Eksklusif dan penatalaksanaannya,Jakarta 114 115 DepKes RI, (2007), Buku Kesehatan Ibudan Anak, Jakarta :Departemen Kesehatan Ebrahim GJ. 1999. Perawatan Anak.Yayasan Essentia Medica. Jakarta. Fikawati, Sandra dan Ahmad Syafiq.2003. Hubungan Antara Menyusui Segera (Immediate Breastfeeding) dan Pemberian ASI Eksklusif sampai Empat Bulan. Jakarta: Kedokteran Trisakti. Mei-Agustus Vol.22 No.2: Hal.47-55 Ginting, Daulat. Sekarwana, Nanan. Sukandar, Hadyana, 2012. Pengaruh Karakteristik, Faktor Internal dan Eksternal IbuTerhadap Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi Usia<6 Bulan Di Wilayah Kerja puskesmas barus jahe Kabupaten karo Provinsi sumaterautara. Universitas Padjadjaran. Bandung. Sumber :http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2013/01/pustaka_unpad_pengaruh_karakteristik_faktor_internal.p df Hartuti, 2006.Pemberian ASI Ekslusif dan Fakator-Faktor yang Berhubungan di Puskesmas Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan Pripinsi Sumatera Barat Tahun 2006.Tesis.FKMUI.Depok Husaini, Y. K. dan Husaini M.N. 1998.Makanan Bayi Bergizi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Yogyakarta IrawatiIstadi. (2007). Istimewakan Setiap Anak.Bekasi: PustakaInti. Irawati, A. 2007. Stop MP-ASI terlalu Dini dalam http:/www.parenting.co.ida/tanggal 12 Mei 2013 Kirana, et al. 2006. Faktor-faktorkarakteristik Ibu Yang Mempengaruhi Pemberian MPASI LINKAGES.2002. sumber :http://www.linkagesproject.org/media/publications/ENAReferences/Indonesia/Ref4.7%20.pdfdiaksespdtanggal 28 maret 2013 Martini. 2009. Tingkat Pengetahuan ibu Terhadap Pelaksanaan Dan Pemberian MPASI, Muchtadi, D. 2004. Gizi untuk Bayi, ASI, Tambahan.Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Susu formula dan Makanan Nasution, S. 2003. MetodeResearch :PenelitianIlmiah, Jakarta, PT. BumiAksara. 116 Notoatmojo, Soekidjo. 2002..Metodologi Penelitian Kesehatan,Jakarta, Rineka Cipta. Notoadmojdo, S. 2002. Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan (EdisiRevisi). Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo.S, 2003.Ilmu Kesehatan Masyarakat. RinekaCipta, Jakarta. Notoatmodjo,S. 2007, Promosi Kesehatandan Ilmu Perilaku, Jakarta : RinekaCipta Oryz, 2008.Promosi Susu Formula Menghambat Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi 611 Bulan Di Kelurahan Pa’baeng-Baeng Makassar Tahun 2007. from :http://lkpkindonesia.blogspot.com/2007/03diaksespadatanggal 14 Juli 2013 Prasetyono, DS. 2009. BukuPintar ASI Eksklusif. Jogjakarta: DIVA Press Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Prawirohardjo. Jakarta. Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Rahmadhanny, Ratih.2011.Faktor penyebab putusnya ASI eksklusif pada Ibu menyusui di Puskesmas Rumbai Kecamatan Rumbai Pesisir tahun 2011. FKM UI. Jakarta Roesli, Utami, 2001.Mengenal ASI Eksklusif . Jakarta: PT. Niaga Swadaya Roesli, U.2005. Seri 1 Mengenal ASI Eklusif. Trubus Agriwidya. Jakarta Roesli, Utami. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus Asi Eksklusif. Jakarta :Pustaka Bunda. Sandjaja dan Heriyanto, Albertus. 2006. Panduan Penelitian, Jakarta, Prestasi Pustaka. Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan : penuntun praktis bagi pemula, Jogjakarta, Mitra Cendikia Offset. Solihin, Pudjiadi. 2003. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta: BalaiPenerbit FKUI. 117 Varney,H., 2006. Buku ajar Asuhan KebidananEdisi 4. Jakarta: EGC. Wulandari, Melly. 2011.Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian makanan prelakteal. FKIK UIN. Jakarta. Wahyu. 2007. Gambaran Krakteristik Ibu Yang Memberikan MP-ASI Pada Bayi Kurang dari 6 Bulan Di posyandu Cirumpak Tengah. Watik, Ahmad, 2007. Dasar – DasarMetodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Jakarta, Raja GrafindoPersada World Health Organization. 2001. Exclusive breastfeeding. (On-Line). Available: http://www.who.int/nutrition/topics/ exclusive_breastfeeding/en/ (DiaksesbulanJanuari 2013) Widiyati, Wahyu et al. 2009. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemberian MPASI Pada Anak Yang Berkunjung di Poli Imunisasi, WHO.2005. Pemberian Makanan Tambahan.EGC. Jakarta. Wiryo. H. 1998. Dampak pemberian pisang terhadap timbulnya sumbatan saluran cernaneonatus. Majalah Kedokteran Indonesia. LAMPIRAN - LAMPIRAN LEMBAR PERNYATAAN PENELITIAN GAMBARAN PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI USIA KURANG DARI 6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 Pengantar Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh Saya Rita Rahmawati mahasiswi Peminatan Gizi, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya ingin melakukan penelitian yang berjudul alasan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014. Penelitian ini sebagai tahap akhir dari penyelesaian studi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk itu, saya mohon bantuan dan kesediaan ibu untuk menjadi Responden saya dengan mengisi kuesioner ini dengan lebgkap dan jujur. Jawaban dari ibu sangat bermanfaat bagi penelitian saya. Dalam penelitian ini tidak ada paksaan dari pihak manapun dan merupakan kerelaan anda untuk menjadi responden. Demikianlah penjelasan tertulis yang disampaikan oleh peneliti. Atas kesediaan Ibu dan partisipasinya, saya ucapkan terima kasih. Peneliti Rita Rahmawati. KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI USIA KURANG DARI 6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 Tanggal Wawancara : : No. Responden Identitas Responden 1. Nama Ibu : 2. Nomor Telepon/ HP : 3. Alamat/ Kelurahan : 4. Usia Bayi : bulan DIIISI VARIABEL YANG DIUKUR OLEH PENELITI A. Pemberian MP-ASI A.1. Apakah ibu memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan? 0. Ya [ ] A1 [ ] A2 [ ] A3 [ ] B1 [ ] C1 1. Tidak A.2. Jika ya, pada saat bayi berusia berapa ibu memberikannya? Sebutkan ……………………. A.3. Makanan apa yang ibu berikan? Sebutkan ……………………… B. Alasan pemberian MP-ASI B.1. Jika ibu memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan, Apa alasan ibu memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan? Sebutkan ………………………………………… C. UMUR IBU C.1. Berapa umur ibu saat ini? (…….. tahun) D. JUMLAH ANAK D.1. Berapa jumlah anak ibu saat ini? ( ……… anak) [ ] D1 [ ] E1 [ ] F1 [ ] G1 [ ] G2 [ ] H1 E. SUKU KETURUNAN E.1. Dari keturunan suku apa ibu berasal? Sebutkan ……………… F. PENDIDIKAN IBU F.1. Apa pendidikan terakhir ibu? a. Tidak sekolah b. Tidak tamat SD c. Tamat SD d. Tamat SMP/ Sederajat e. Tamat SMA/ Sederajat f. Tamat Perguruan Tinggi G. PEKERJAAN IBU G.1. Apakah ibu bekerja? 0. Bekerja 1. Tidak Bekerja G.2. Jika bekerja, apa pekerjaan ibu? Sebutkan, …………………….. H. PENGETAHUAN H.1. Apakah pengertian dari makanan pendamping ASI (MP ASI) itu? a. Makanan yang diberikan kepada bayi/anak disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizi. b. Makanan yang diberikan kepada bayi segera setelah lahir c. Makanan pengganti ASI d. Tidak tahu H.2. Apakah ibu tahu kapan waktu yang tepat untuk pemberian MP-ASI? a. 6 – 24 bulan b. Kurang dari 6 bulan c. Sewaktu-waktu bila anak membutuhkan [ ] H2 [ ] H3 [ ] H4 [ ] H5 [ ] H6 [ ] H7 d. Tidak tahu f. Lainnya, sebutkan ………….. H.3. Apa saja jenis-jenis MP-ASI? a. MP-ASI lokal dan MP-ASI pabrikan b. MP-ASI lokal c. MP-ASI pabrikan d. Tidak tahu H.4. Apa ibu tahu manfaat dari pemberian MP-ASI? a. Untuk memenuhi kebutuhan zat gizi anak b. Supaya anak cepat besar c. Tidak tahu H.5. Apakah ibu tahu tujuan dari pemberian MP-ASI? a. Untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal b. Agar anak cepat kenyang c. Tidak tahu H.6. Apakah ibu tahu dampak MP-ASI yang diberikan terlalu dini kepada bayi? a. Menyebabkan sistem pencernaan bayi terlalu berisiko terserang infeksi sehigga bayi mudah terserang penyakit b. Bayi menjadi gemuk dan sehat c. Tidak tahu H.7. Apakah ibu tahu dampak MP-ASI yang diberikan terlalu lambat kepada bayi? a. Bayi menjadi sering rewel b. Bisa menyebabkan bayi kekurangan gizi c. Tidak tahu H.8. Apakah ibu tahu cara yang tepat pemberian makanan yang berkala pada bayi? a. Dimulai dari makanan cair(murni), makanan lunak(bubur susu), makanan lembek(tim saring), makanan agak kasar dan makanan padat. b. Dimulai dari pemberian nasi pisang, nasi tim dan nasi biasa [ ] H8 [ ] I9 [ ] I1 [ ] I2 [ ] J1 [ ] J2 c. Disesuaikan dengan selera anak d. Tidak tahu H.9. Pada usia berapakah sebaiknya bayi disapih? a. Pada usia kurang dari 24 bulan b. Pada usia lebih dari 24 bulan c. Pada usia kurang dari 12 bulan d. Pada usia lebih dari 12 bulan e. Tidak tahu I. PENGALAMAN I.1. Apakah ibu sebelumnya pernah memberikan makanan tambahan lain selain ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan ? 0. Ya 1. Tidak I.2. Jika ya, kepada siapa ibu pernah memberikannya? a..Anak ibu sebelumnya b. Anak saudara c. Lainnya, sebutkan …………….. J. ADAT/ KEBIASAAN J.1. Apakah orang tua/ mertua (keluarga) ibu biasa memberikan makanan tambahan lain selain ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan? 0. Ya 1. Tidak J.2. Jika ya, makanan apa yang biasanya dianjurkan untuk diberikan? Sebutkan, ………….. J.3. Apakah pemberian makanan seperti itu telah dilakukan/ ada secara turun temurun (nenek, orang tua)? 0. Ya [ ] J3 [ ] K1 [ ] K2 [ ] K3 [ ] K4 [ ] L1 [ ] L2 1. Tidak K. RIWAYAT ANC (Antenatal Care) K.1. Selama kehamilan, apakah ibu pernah memeriksakan kandungan? 0. Ya 1. Tidak K.2. Jika ya, kemana ibu memeriksakan kandungan ibu? a. Bidan b. Dokter c. Puskesmas d. Rumah Sakit e. Lainnya (sebutkan) ………………….. K.3. Jika ya, kapan pertamakali ibu memeriksakan kehamilan? a. Trimester 1 (usia kandungan 1 – 3 bulan) b. Trimester 2 (usia kandungan 4 – 6 bulan) c. Trimester 3 (usia kandungan 7 – 9 bulan) K.4. Berapakali ibu memeriksakan kandungan selama kehamilan? a. 1 kali b. 2 – 3 kali c. ≥ 4 kali L. DUKUNGAN ORANG TERDEKAT L.1. Apakah orang terdekat ibu pernah menganjurkan/menyarankan ibu untuk memberikan makanan tambahan lain selain ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan? 0. Ya 1. Tidak L.2. Jika ya, siapa orang terdekat ibu yang menganjurkan itu? a. Suami b. Ibu kandung c. Ibu mertua d. Teman e. Lainnya, sebutkan ……………….. L.3. Apakah orang terdekat ibu pernah meminta ibu untuk memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan? 0. Ya [ ] L3 [ ] L4 [ ] L5 [ ] L6 1. Tidak L.4. Jika ya, siapa orang terdekat ibu yang meminta itu? a. Suami b. Ibu kandung c. Ibu mertua d. Teman e. Lainnya, sebutkan ……………….. L.5. Apakah orang terdekat ibu pernah menyuruh/ mendorong ibu untuk memberikan makanan tambahan lain selain ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan? 0. Ya 1. Tidak L.6. Jika ya, siapa orang tedekat ibu yang melakukan itu? a. Suami b. Ibu kandung c. Ibu mertua d. Teman e. Lainnya, sebutkan ……………….. M. Health Belief Models Perceived Susceptibility (persepsi kerentanan) M.1.Menurut ibu adakah resiko terserang penyakit jika ibu memberikan makanan/ minuman MP-ASI kepada bayi usia kurang dari 6 bulan? 0. Ya [ ] M1 [ ] M2 [ ] M3 [ ] M4 [ ] M5 [ ] M6 [ ] M7 1. Tidak Perceived Severity (persepsi keparahan/kegawatan) M.2.Menurut ibu apakah dengan memberikan MP-ASI tersebut dapat menimbulkan penyakit atau dampak yang serius? 0. Ya 1. Tidak M.3.Jika Ya, penyakit atau dampak apa itu? Sebutkan ……………………………………………. Perceived Benefit (persepsi keuntungan/manfaat) M.4.Menurut ibu adakah manfaat yang didapatkan dengan memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan? 0. Ya 1. Tidak M.5.Jika Ya, apa manfaatnya? Sebutkan ……………………………………………………… Perceived Barrier (persepsi hambatan/halangan) M.6.Apakah ada kendala yang menyebabkan ibu memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan? 0. Ya 1. Tidak M.7. Jika Ya, apa kendalanya? Sebutkan ………………………………………………………….. Cues to action (isyarat tindakan) M.8. Apakah sebelumnya ibu pernah mendapatkan informasi untuk meberikan [ ] M8 [ ] M9 [ ] M10 [ ] M11 makanan/ minuman (MP-ASI) pada bayi usia kurang dari 6 bulan? M.9 Jika Ya, dari mana ibu mendapatkan informasi tersebut? Sebutkan …………………………………………………. Self efficacy (kemajuran/keberhasilan diri) M.10.Apakah ibu memiliki kepercayaan diri untuk dapat menyusui ASI secara Eksklusif pada bayi ibu? 1. Ya 0. Tidak M.11.Jika Tidak kenapa? Sebutkan ……………………………………………. OUTPUT SPSS Pemberian MP-ASI Frequency Valid Percent Cumulative Percent Valid Percent Ya 43 67.2 67.2 67.2 Tidak 21 32.8 32.8 100.0 Total 64 100.0 100.0 Crosstab___TingkatPendidikan * BeriMPASI Crosstabulation BeriMPASI Ya TingkatPendidikan Tamat SD Count % within TingkatPendidikan Tamata SMP Count % within TingkatPendidikan Tamat SMA Count % within TingkatPendidikan Tamat PT Count % within TingkatPendidikan Total Count % within TingkatPendidikan Tidak 9 1 10 90.0% 10.0% 100.0% 15 4 19 78.9% 21.1% 100.0% 18 9 27 66.7% 33.3% 100.0% 1 7 8 12.5% 87.5% 100.0% 43 21 64 67.2% 32.8% 100.0% Crosstab___StatusKerja * BeriMPASI Crosstabulation BeriMPASI Ya StatusKerja Ya Count % within StatusKerja Tidak Count % within StatusKerja Total Count % within StatusKerja Tidak Total Total 5 5 10 50.0% 50.0% 100.0% 38 16 54 70.4% 29.6% 100.0% 43 21 64 67.2% 32.8% 100.0% PengalamanberiMPASI * BeriMPASI Crosstabulation BeriMPASI Ya PengalamanberiMPASI Ya Count % within PengalamanberiMPASI Tidak 7 38 81.6% 18.4% 100.0% 12 14 26 46.2% 53.8% 100.0% 43 21 64 67.2% 32.8% 100.0% Count % within PengalamanberiMPASI Total 31 Count % within PengalamanberiMPASI Total Tidak AdatKebiasaan * BeriMPASI Crosstabulation BeriMPASI Ya AdatKebiasaan Ya Count % within AdatKebiasaan Tidak Total 33 10 43 23.3% 100.0% 10 11 21 47.6% 52.4% 100.0% Count % within AdatKebiasaan Total 76.7% Count % within AdatKebiasaan Tidak 43 21 64 67.2% 32.8% 100.0% DukunganMenganjurkan * BeriMPASI Crosstabulation BeriMPASI Ya DukunganMenganjurkan Ya Count % within DukunganMenganjurkan Tidak Count % within DukunganMenganjurkan Total Count % within DukunganMenganjurkan Tidak Total 30 11 41 73.2% 26.8% 100.0% 13 10 23 56.5% 43.5% 100.0% 43 21 64 67.2% 32.8% 100.0% KlpUmur * BeriMPASI Crosstabulation BeriMPASI Ya KlpUmur <20 atau >30 tahun Count % within KlpUmur 20 – 30 tahun Total 12 38 68.4% 31.6% 100.0% 17 9 26 65.4% 34.6% 100.0% 43 21 64 67.2% 32.8% 100.0% Count % within KlpUmur Total 26 Count % within KlpUmur Tidak KlpPengetahuan * BeriMPASI Crosstabulation BeriMPASI Ya KlpPengetahuan baik Count % within KlpPengetahuan Kurang baik 30 80.0% 20.0% 100.0% 19 15 34 55.9% 44.1% 100.0% 43 21 64 67.2% 32.8% 100.0% Count % within KlpPengetahuan Suku * BeriMPASI Crosstabulation BeriMPASI Ya Suku Betawi Count % within Suku Jawa Count % within Suku Sunda Count % within Suku Minang Count % within Suku Batak Count % within Suku Total Count % within Suku Tidak Total 6 Count % within KlpPengetahuan Total Tidak 24 Total 17 9 26 65.4% 34.6% 100.0% 16 8 24 66.7% 33.3% 100.0% 8 3 11 72.7% 27.3% 100.0% 1 1 2 50.0% 50.0% 100.0% 1 0 1 100.0% .0% 100.0% 43 21 64 67.2% 32.8% 100.0%