gambaran pemberian mp-asi pada bayi usia kurang dari 6 bulan di

advertisement
GAMBARAN PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI USIA KURANG DARI
6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN
PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN
TAHUN 2014
Oleh:
RITA RAHMAWATI
NIM: 107101001522
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M/1435 H
GAMBARAN PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI USIA KURANG
DARI 6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN
TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh:
RITA RAHMAWATI
NIM: 107101001522
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M/1435 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
KesehatanUniversitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
KesehatanUniversitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUniversitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juli 2014
Rita Rahmawati
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, Juli 2014
Rita Rahmawati, NIM : 107101001522
Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
ABSTRAK
Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang
mengandung gizi diberikan pada bayi atau anak yang berumur 6-24 bulan untuk
memenuhi kebutuhan gizinya. Akan tetapi, angka pemberian pada bayi usia kurang dari
6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pesanggrahan masih tinggi yaitu sebesar 51,2%.
Hal ini menunjukkan angka cakupan nasional ASI eksklusif yang 80% masih belum
tercapai. Sebagian besar kegagalan pemberian ASI eksklusif ini dikarenakan pemberian
MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat
gambaran pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2014.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2014 di Wilayah Kecamatan
Pesanggrahan Jakarta Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif dan menggunakan desain penelitian Cross Sectional Study.
Dengan sampel sebanyak 64 ibu yang memiliki bayi berusia 6 – 12 bulan.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian MP-ASI pada bayi usia
kurang dari 6 bulan masih sangat tinggi yaitu sebesar 67,3%. Adapun gambaran
pemberian MP-ASI berdasarkan Modifying Factor (umur, pendidikan, pekerjaan,
pengetahuan, suku, pengalaman, adat/ kebiasaan), Persepsi ibu (kerentanan, keparahan,
ancaman, manfaat, kendala, petunjuk untuk bertindak, dan kepercayaan diri)
menunjukkan persentase yang beragam. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya
perlu dilakukan penelitian yang serupa dengan desain yang berbeda dan jumlah sampel
mewakili yang lebih banyak, sehingga bisa lebih menggambarkan keadaan masyarakat
di wilayah Kecamatan Pesanggrahan dengan lebih akurat.
Daftar Bacaan : 47 (1998-2012)
i
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH
MAJOR OF PUBLIC NUTRITION
Undergraduated Thesis, July 2014
Rahmawati, Rita, NIM: 107101001522
Description of Giving Weaning Food (MP-ASI) on Age Infants less than 6 months
in the Work Area of Hospital Health Center District Pesanggrahan in 2014
ABSTRACT
Weaning Food (MP-ASI) is a food or beverage containing nutrient fed to infants
or children aged 6-24 months to meet their nutritional needs. However, the rate of
administration in infants aged less than 6 months in the Work Area of Hospital Health
Center District Pesanggrahan are still high at 51.2%. This figure shows a national
coverage of 80% exclusive breastfeeding is still not achieved. Most of the failures of
exclusive breastfeeding is because the provision of complementary feeding in infants
aged less than 6 months. This study was conducted to see the picture of the provision of
complementary feeding in infants aged less than 6 months in the Work Area of Hospital
Health Center District Pesanggrahan in 2014.
This study was conducted in May 2014 at the Regional District of Pesanggrahan
South Jakarta. This study is a descriptive study with a quantitative approach and using
cross sectional study research design. With a sample of 64 mothers of infants aged 6-12
months.
The results of this study concluded that the provision of giving weaning food in
infants aged less than 6 months is still very high at 67.3%. The picture of the provision
of giving weaning food by Modifying Factor (age, education, occupation, knowledge,
ethnicity, experience, custom / habit), Perception mother (susceptibility, severity,
threats, benefits, bariers, cues to action, and self-efficacy) shows the percentage diverse.
Therefore, further research needs to be done similar studies with different designs and
number of samples representing the more, so that it can better describe the state of
society in the District Houses with more accuracy.
Reading List: 47 (1998-2012)
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi
GAMBARAN PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI USIA KURANG DARI 6
BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN
PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2014
Telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program
Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 14 Juli 2014
Mengetahui
Pembimbing I
Pembimbing II
Minsarnawati, SKM, M.Kes
Febrianti, SP, M.Si
NIP. 19750215 200901 2 005
NIP. 19710221 200501 2 004
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi ini dengan judul GAMBARAN PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI USIA
KURANG DARI 6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN
PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 telah diujikan dalam sidang
skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada 14 Juli 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi
Kesehatan Masyarakat.
Jakarta, 14 Juli 2014
Sidang Ujian Skripsi
Ketua
Ratri Ciptaningtyas, MHS
NIP. 19840404 200912 2 007
Anggota,
Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph.D
NIP. 19761209 200604 2 003
LEMBAR PERSEMBAHAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Lengkap
: Rita Rahmawati, SKM
Tempat & Tanggal Lahir
: Kuningan, 25 Agustus 1989
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Rusun Boing 1A/519 Rt 001/013, Kelurahan Kebon
Kosong, Kemayoran, Jakrta Pusat
Hp
: 083897040079
Email
: [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SDN 2 Kasturi Tahun 1995-2001
2. SMPN 1 Kuningan Tahun 2001-2004
3. SMAN 2 Kuningan Tahun 2004-2007
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007-2014
Pengalaman Organisasi
1.
PMR (Palang Merah Remaja) SMPN 1 Kuningan Tahun 2002
2.
BEMJ (Badan Eksekutif Mahasiswa Jakarta) Tahun 2008
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan rahmat
dan hidayah−Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
skripsi berjudul
“Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2014”. Shalawat dan salam
semoga tercurah Nabiyullah panutan dan junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallahu
‘alayhi wa sallam.
Pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Ayah dan Ummi tercinta yang selalu menjadi semangat dan selalu menaburkan doadoa di setiap langkah putra-putrinya.
2.
Bapak Prof. Dr. dr. Hc. M. K. Tadjudin Spd. Md. selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
3.
Ibu Febrianti, SP, M.Si, selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat dan
dosen pembimbing pertama saya yang senantiasa memberikan waktu dan
bimbingannya kepada penulis selama penyusunan laporan skripsi ini. Terima kasih
ibu telah memberikan waktu dan membimbing saya dengan sabar hingga proses
pembuatan skripsi saya selesai.
4.
Ibu Minsarnawati, SKM, M.Kes, selaku dosen pembimbing satu saya, yang juga
senantiasa memberikan waktu dan bimbingannya serta ilmu dan nasehat-nasehat
yang berguna kepada saya selama penyusunan laporan skripsi ini.
5.
Bapak/Ibu Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat, yang telah memberikan
ilmu yang sangat berguna khususnya bagi penulis dan mahasiswa Kesehatan
Masyarakat pada umumnya.
6.
Bapak dan ibu guru saya dari SDN Kasturi 2, SMPN 1 Kuningan, dan SMAN 2
Kuningan, yang telah membimbing saya hingga akhirnya saya bisa melanjutkan
pendidikan di Perguruan Tinggi.
vii
7.
Orang tua ku tercinta, bapak dan mamah. Rita mengucapkan beribu-ribu maaf
karena sudah banyak merepotkan bapak dan mamah. Rita juga mengucapkan
banyak terima kasih atas semua dukungan dan motivasi dari bapak dan mamah,
hingga akhirnya Rita bisa menyelesaikan skripsi ini hingga selesai.
8.
Suamiku tercinta yang sudah sabar dan terus memberikan semangat pada saat Rita
down serta turut membantu Rita hingga bisa menyelesaikan skripsi ini.
9.
Kakakku tercinta, the Asri dan suaminya a’yusuf yang tidak pernah lelah
mengingatkan saat kakaknya lalai dan malas.
10. Keluarga besar tercinta yang selalu menjadi bara dan pemanas agar skripsi ini
segera terwujud.
11. Sahabat-sahabat OPUS yang senantiasa memberi samangat, khusus para “veteran”
yang berjuang hingga titik penghabisan bersama-sama, dan Ami yang selalu kita
bebani menjadi pembimbing ketiga kita.
12. Sahabatku dan teman-temanku tersayang, adit, sri, hani-kun, dan sri, terimakasih
atas dukungan dan dorongann kalian selama ini.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua khususnya penulis.
‫ﺍ ﻟﺴﻼ ﻡ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻭﺭﺣﻤﺔ ﺍ ہﻠﻟ ﻭ ﺑﺮ ﻛﺎ ﺗﻪ‬
Ciputat, Juli 2014
Rita Rahmawati
viii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ……………………………………………………..
i
ABSTRAK .............................................................................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................
iv
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………...
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP …………………………………………………..
vi
KATA PENGANTAR …………………………………………………………...
vii
DAFTAR ISI ........................................................... ..............................................
viii
DAFTAR TABEL ...................................... ....................... ...................................
xiii
DAFTAR BAGAN ............................................................. ...................................
xvii
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................
xviii
PENDAHULUAN............................................................. ................
1
1.1.
Latar Belakang.................................... .................. ...............
1
1.2.
Rumusan Masalah ................. .................. ............................
7
1.3.
Pertanyaan Penelitian.................. .................. ......................
8
1.4.
Tujuan Penelitian.................. .................. .................. ..........
10
1.5
Manfaat Penelitian.................. .................. .................. ........
12
1.6.
Ruang Lingkup Penelitian .................. .................. ..............
13
TINJAUAN PUSATAKA.................. .................. .................. .........
14
ASI Eksklusif............. .................. .................. ........ .............
14
BAB I
BAB II
2.1.
viii
2.2.
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)................. ...............
18
2.3.
Teori Health Belief Model............ .................. .................. ...
33
2.4.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI
pada bayi usia kurang dari 6 bulan................... ..................
38
Kerangka Teori......... .................. .................. ........ .............
47
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ........
49
3.1.
Kerangka Konsep .................. .................. .................. .........
49
3.2.
Definisi Operasional .................. .................. .................. .....
52
METODOLOGI PENELITIAN .................. .................. ................
57
4.1.
Jenis Penelitian ..................... .................. .................. ..........
57
4.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian .................. .................. .........
57
4.3.
Populasi dan Sampel.................. .................. .................. .....
57
4.4.
Teknik Sampling (Cara Pengambilan Sampel)...................
59
4.5.
Instrumen Penelitian.................. .................. .................. .....
59
4.6.
Pengumpulan Data ................. .................. .................. ........
60
4.7.
Pengolahan dan Analisis Data ....... .................. ..................
62
HASIL PENELITIAN.................. .................. .................. ..... ........
65
2.5
BAB III
BAB IV
BAB V
5.1.
Gambaran Frekuensi Pemberian MP-ASI Pada Bayi
Usia Kurang dari 6 Bulan... .................. .................. ...........
5.2.
Gambaran Modifying Factos rPemberian MP-ASI pada
bayi usia.Kurang dari 6 Bulan.................. .................. ........
5.3.
65
Gambaran persepsi ibu tentang kerentanan pemberian
ix
67
MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan.................. ...
5.4.
Gambaran persepsi ibu tentang keparahan pemberian
MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan....................
5.5.
77
Gambaran Petunjuk untuk Bertindak bagi Ibu dalam
Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 Bulan
5.9.
75
Gambaran Persepsi Ibu tentang Kendala Pemberian
MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan ...................
5.8.
75
Gambaran Persepsi Ibu tentang Manfaat Pemberian
MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan.....................
5.7.
73
Gambaran Persepsi Ibu tentang Ancaman Pemberian
MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan ..................
5.6.
73
78
Gambaran Kepercayaan Diri Ibu dalam Pemberian ASI
secara Eksklusif ..................... ................ ... ... ... ..................
82
5.10. Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Uisa Kurang
dari 6 Bulan Berdasarkan Modifying Factors ……………
83
5.11. Gambaran Pemberian ,P-ASI pada Bayi Usia Kurang
dari
BAB VI
6
Bulan
Berdasarkan
Persepsi
Kerentanan,
Keparahan, Ancaman, Manfaat, dan Kendala …………..
84
PEMBAHASAN .................. .................. .................. ..... .................
86
6.1.
Keterbatasan penelitian .................. .................. .................
86
6.2.
Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang
dari 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
x
Pesanggrahan Tahun 2014.................. .................. ..............
6.3.
Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang
dari 6 Bulan Berdasarkan Usia Ibu.................. ...................
6.4.
94
Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang
dari 6 Bulan Berdasarkan Pengetahuan........ ... ... ... .........
6.8.
93
Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang
dari 6 Bulan Berdasarkan Status Pekerjaan Ibu ..............
6.7.
91
Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang
dari 6 Bulan Berdasarkan Pendidikan Ibu .........................
6.6.
89
Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang
dari 6 Bulan Berdasarkan Suku Ibu.................. .................
6.5.
86
96
Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang
dari 6 Bulan Berdasarkan Pengalaman Ibu Memberikan
MP-ASI Sebelumnya ….................. .................. ..................
6.9.
Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang
dari 6 Bulan Berdasarkan Adat/Kebiasaan.................. ......
6.10.
97
98
Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang
dari 6 Bulan berdasarkanPersepsi Kerentanan,
Keparahan, Ancaman, Manfaat, Kendala .................. .......
100
6.11. Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang
dari 6 Bulan Berdasarkan Petunjuk uutuk Bertindak .....
6.12. Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang
xi
104
BAB VII
dari 6 Bulan Berdasarkan Kepercayaan Diri ....................
108
KESIMPULAN DAN SARAN .................. .................. ..................
110
7.1.
Simpulan .................. .................. .................. ..... .............
110
7.2.
Saran .................. .................. .................. ..... .................. …
112
DAFTAR PUSTAKA .................. .................. .................. ..... .................. ..........
114
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Nomer Tabel
Halaman
Tabel 2.1.
Pedoman Pembarian Makanan Sehat
25
Tabel 3.1
Definisi Operasional
52
Tabel 4.1
Gambaran Rincian Variabel Penelitian dalam Kuesioner
61
Tabel 5.1
Distribusi Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 bulan
di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
65
Tabel 5.2
Distribusi Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 bulan
Berdasarkan Usia Pertama Kali Pemberian MP-ASI di Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
65
Tabel 5.3
Distribusi Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 bulan
Berdasarkan Jenis MP-ASI yang Diberikan di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
66
Tabel 5.4
Distribusi Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 bulan
Berdasarkan Alasan Ibu dalam Pemberian MP-ASI di Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
67
Tabel 5.5
Distribusi Ibu Berdasarkan Usia Ibu yang Memiliki Bayi Berusia 6
– 12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
Tahun 2014
67
Tabel 5.6
Distribusi Ibu Berdasarkan Suku Ibu yang Memiliki Bayi Berusia 6
– 12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
Tahun 2014
68
Tabel 5.7
Distribusi Ibu Berdasarkan Pendidikan Ibu yang Memiliki Bayi
Berusia 6 – 12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan Tahun 2014
69
xiii
Tabel 5.8
Distribusi Ibu Berdasarkan Pekerjaan Ibu yang Memiliki Bayi
Berusia 6 – 12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan Tahun 2014
69
Tabel 5.9
Distribusi Ibu Berdasarkan Jenis Pekerjaan Ibu yang Memiliki Bayi
Berusia 6 – 12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan Tahun 2014
70
Tabel 5.10
Distribusi Ibu Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Pemberian
MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
70
Tabel 5.11
Distribusi Ibu Berdasarkan Pengalaman Ibu tentang Pemberian
MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
71
Tabel 5.12
Distribusi Ibu Berdasarkan Adat/ Kebiasaan Pemberian MP-ASI
pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
72
Tabel 5.13
Distribusi Ibu Berdasarkan Jenis Makanan yang di Berikan dalam
Adat/ Kebiasaan Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6
Bulan
72
Tabel 5.14
Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Kerentanan
Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
73
Tabel 5.15
Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Keparahan
Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
74
Tabel 5.16
Distribusi Ibu Berdasarkan Jenis Keparahan dalam Pemberian MPASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
74
Tabel 5.17
Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Ancaman dari
Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
75
Tabel 5.18
Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Manfaat dari
Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
76
xiv
Tabel 5.19
Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Jenis Manfaat dari
Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
76
Tabel 5.20
Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Kendala dari
Pemberian ASI Eksklusif pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
77
Tabel 5.21
Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Kendala dari
Pemberian ASI Eksklusif pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
78
Tabel 5.22
Distribusi Ibu Berdasarkan Dukungan Orang Terdekat Pemberian
MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
79
Tabel 5.23
Distribusi Ibu Berdasarkan Dukungan Orang Terdekat yang
Menganjurkan Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6
Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
Tahun 2014
79
Tabel 5.24
Distribusi Ibu Berdasarkan Dukungan Orang Terdekat yang
Meminta Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 Bulan
di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
80
Tabel 5.25
Distribusi Ibu Berdasarkan Dukungan Orang Terdekat yang
Menyuruh Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 Bulan
di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
81
Tabel 5.26
Distribusi Ibu Berdasarkan Riwayat ANC Ibu dalam Pemberian
MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
81
Tabel 5.27
Distribusi Ibu Berdasarkan Kepercayaan Ibu dalam Pemberian MPASI pada bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
82
Tabel 5.28
Distribusi Ibu Berdasarkan Alasan Ibu Tidak Percaya Diri dalam
Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
82
Tabel 5.29
Distribusi Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 Bulan
Berdasarkan Modifying Factors di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
83
xv
Tabel 5.30
Distribusi Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan
Berdasarkan Persepsi Kerentanan, Keparahan, Ancaman, Manfaat,
dan Kendala di Wilayah Kerja Puskesms Kecamatan Pesanggrahan
Tahun 2014
xvi
85
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan
Halaman
Bagan 2.1.
Kerangka Teori
48
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
54
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Kuesioner Penelitian
Lampiran 2.
Surat Izin Penelitian
Lampiran 3.
Output SPSS
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kelompok bayi usia 0-12 bulan menjadi salah satu fase yang sangat
menentukan kelangsungan hidup seseorang di masa yang akan datang. Menurut
Depkes RI (2006), usia 0 – 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat, sehingga sering diistilahkan sebagai periode emas
sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini,
bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang
optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh
makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi
periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada
saat ini maupun masa selanjutnya (Depkes RI, 2006).
Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, dalam Global Strategy for
Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal
penting yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan yang tepat untuk bayi
dan anak dibawah usia dua tahun yaitu : pertama, memberikan air susu ibu kepada
bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir. Kedua, memberikan hanya
air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi
berusia 6 bulan. Ketiga, memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang
1
2
tepat dan adekuat sejak 6 bulan sampai 24 bulan. Dan keempat, melanjutkan
pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih (Depkes, 2006).
Banyak manfaat yang didapatkan dari pemberian ASI ekslusif, diantaranya
dapat mempercepat penurunan angka kematian bayi dan sekaligus meningkatkan
status gizi balita yang pada akhirnya akan meningkatkan status gizi masyarakat
menuju tercapainya kualitas sumber daya manusia yang memadai (Depkes RI,
2007). UNICEF menambahkan bahwa pemberian ASI eksklusif sampai bayi
berusia 6 bulan dapat mencegah kematian 1,3 juta anak berusia dibawah lima
tahun (Rahmadhanny, 2011).
Pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan pada kenyataannya masih
sulit untuk dilaksanakan. Berdasarkan laporan Biro Pusat Statistik (2008), pada
hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan
bahwa bayi berumur di bawah lima tahun yang mendapatkan ASI eksklusif selama
6 bulan adalah sebesar 32%. Padahal hasil SDKI tahun 2002-2003 sebelumnya
sebesar 40%. Selain itu, hasil survei terbaru dari data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2010 juga menunjukkan cakupan pemberian ASI di Indonesia
sangat memprihatinkan, yaitu persentase bayi yang menyusui eksklusif sampai
dengan 6 bulan hanya 15,3 %.
Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya pemberian ASI eksklusif
adalah praktek pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi usia
kurang dari 6 bulan, termasuk didalamnya praktek pemberian makanan prelakteal.
3
Seperti yang dilansir dalam penelitian Fikawati dan Syafiq (2003) dalam Nelvi
(2004) menemukan kegagalan pelaksanaan ASI Eksklusif telah dimulai sejak 3
hari pertama kelahiran yaitu, lebih dari 80% responden yang tidak ASI ekslusif 4
bulan telah memberikan makanan/minuman prelakteal dalam tiga hari pertama
kepada bayinya. Hal ini diperkuat dengan data Litbangkes yang menemukan
pemberian makanan bayi di Indonesia masih banyak yang belum sesuai dengan
umurnya, terutama di daerah pedesaan. Bahkan hasil penelitian yang dilakukan
Irawati (2007) menunjukkan bahwa lebih dari 50% bayi di Indonesia mendapat
makanan pendamping ASI dengan usia kurang dari satu bulan.
Makanan pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan atau minuman
yang mengandung gizi diberikan pada bayi atau anak yang berumur 6-24 bulan
untuk memenuhi kebutuhan gizinya (Depkes, 2006). Sedangkan makanan
prelakrteal adalah makanan yang diberikan kepada bayi sebelum ASI keluar yang
biasanya diberikan. Makanan prelakteal ini menjadi salah satu masalah dalam
pemberian MP-ASI (Depkes, 2000).
Masalah lainnya dalam pemberian MP-ASI yaitu ketepatan waktu.
Kebiasaan pemberian makan yang tidak tepat, salah satunya pemberian makanan
terlalu dini pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Hal ini dapat berdampak pada
gangguan sistem pencernaan bayi, seperti diare, muntah, sulit buang air besar,
menyebabkan banyak infeksi, kenaikan berat badan berlebih, dan alergi terhadap
salah satu zat gizi makanan (Cott, 2003; Pudjiadi, 2003). Oleh karena itu, pada saat
bayi berusia 0 – 6 bulan pemberian ASI saja sudah cukup, dimana komposisi ASI
4
ibu masih bisa mencukupi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi apabila ASI
diberikan secara tepat dan benar sampai bayi berusia 6 bulan.
Banyak beredarnya beragam jenis makanan yang mudah didapatkan di
masyarakat juga menjadi salah satu masalah dalam pemberian MP-ASI. Hasil
penelitian Irawati tahun 2004 menyatakan bahwa, jenis makanan pendamping ASI
dini yang dikonsumsi bayi antara lain pisang, susu formula (bubuk dan kental
manis), biskuit, bubur beras, makanan bayi produk industri (SUN, Promina dan
Milna), dan nasi lumat. Sedangkan untuk jenis makanan prelakteal yang diberikan
kepada bayi baru lahir meliputi: susu formula, susu non-formula, air putih, air gula
(gula pasir/gula kelapa/gula aren), air tajin, air kelapa, sari buah, teh manis, madu,
pisang, nasi/bubur. Dan jenis makanan prelakteal yang paling banyak diberikan
berdasarkan hasil survei Riskesdas (2010) yaitu susu formula (71,3%), madu
(19,8%) dan air putih (14,6%). Jenis yang termasuk kategori lainnya meliputi air
kopi, santan, biskuit, kelapa muda, air daun pare, dan kurma (Riskesdas, 2010).
Makan-makanan tersebut banyak beredar dan mudah didapatkan di masyarakat
bahkan ibu bisa membuatnya sendiri di rumah.
Kemudahan ini menjadi salah satu alasan ibu untuk memberikan MP-ASI
pada bayinya. Sedangkan alasan lain yang mendorong ibu untuk memberikan MPASI diantaranya, produksi ASI sedikit, supaya bayi cepat besar, adanya anjuran
dari keluarga, orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaan diluar rumah dan
pengasuhan anak diserahkan kepada orang lain, bayi rewel dan menangis terus,
pemberian makanan pada bayinya akan membuat tidurnya nyenyak, kebutuhan
5
nutrisi bayi tidak cukup hanya dengan ASI, anak orang tua dulu yang diberi
makanan pada umur 2 bulan sampai sekarang dapat hidup sehat, serta gencarnya
promosi makanan bayi yang belum mengindahkan ASI eksklusif sampai 6 bulan
(Lily, 2005; Orzy, 2008; Rahmadhanny, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya menyebutkan
faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian MP-ASI adalah pengetahuan ibu
(Wahyu, 2007; Martini, 2009), sosial budaya (Kirana et.al, 2006; Wahyu, 2007),
promosi susu formula (Wahyu, 2007; Widiyati et.al, 2009), umur, pendidikan,
paritas (Sutrisno, 2007). Selain itu keberhasilan pemberian makanan pendamping
ASI (MP-ASI) tidak bisa terlepas dari emik yang ada di suatu masyarakat.
Menurut Mead (Gidden, 1995 dalam Jompa 2003) perilaku individu itu ditentukan
dari internalisasi perilaku-perilaku sebelumnya yang dilihat dan atau dialami oleh
individu dari orang tuanya (significant other) dan dari masyarakatnya (generalized
other) (Jompa, 2003).
Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tahun 2009,
diketahui bahwa jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif di Provinsi DKI Jakarta
sebesar 34%. Angka ini belum sesuai dengan target ASI eksklusif nasional yaitu
sebesar 80%. Data per-wilayah Kota Provinsi DKI Jakarta menunjukkan cakupan
ASI eksklusif tertinggi yaitu Jakarta Utara 60%. Kemudian tertinggi kedua Jakarta
Selatan dan Kepulauan Seribu 46% (Dinkes DKI Jakarta, 2009).
6
Di wilayah Jakarta Selatan cakupan ASI eksklusif tahun 2011 tertinggi
berada di puskesmas Kecamatan Setia Budi (107,6%), kemudian puskesmas Pasar
Minggu (68,4%), puskesmas Kebayoran Baru (52,6%), puskesmas Cilandak
(52%), puskesmas Pesanggrahan (51,2%), dan puskesmas Pancoran (51%).
Sedangkan cakupan ASI eksklusif terendah berada di puskesmas Mampang
Prapatan (Sudinkes Jaksel, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2012) di Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan menunjukkan hasil gambaran perilaku pemberian ASI eksklusif
pada ibu yang melahirkan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan
tahun 2012 hanya sebesar 8,9% dan sebesar 91,1% perilaku ibu yang tidak
memberikan ASI eksklusif. Angka ini sangat jauh dari angka cakupan Nasional
yang sebesar 80%. Dalam penelitian ini diketahui bahwa penyebab kegagalan
pemberian ASI Eksklusif di puskesmas Kecamatan Pesanggrahan adalah karena
adanya praktek pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan.
Studi yang sama dilakukan Chairani (2013) di Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan dengan pendekatan kualitatif pada ibu-ibu yang melahirkan di
Rumah Bersalin Puskesmas yang merupakan sampel dari penelitian sebelumnya
untuk menemukan alasan ibu memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI)
dini dengan pendekatan teori Health Belief Model, menunjukkan ada beberapa
alasan yang mendasari ibu memberikan makanan tambahan pada bayi usia kurang
dari 6 bulan, diantaranya : 1) Pemberian ASI saja tidak bisa mencukupi kebutuhan
gizi bayinya, 2) ASI belum keluar, 3) Meningkatkan berat badan bayi, 3) Agar
7
anak tidak rewel, anteng dan kenyang, 4) Putting sakit atau lecet, 5) Ibu mengidap
penyakit tertentu, 6) Adanya pengalaman sebelumnya (baik anaknya sendiri
ataupun anak saudaranya), 7) Adanya dukungan orang terdekat (Suami, Ibu, Ibu
mertua, dan tetangga), dan 8) Sudah menjadi kebiasaan turun temurun dalam
keluarga.
Chairani (2013) juga menyebutkan bahwa pemberian makanan pendamping
ASI dini melalui pendekatan teori health belief model, dipengaruhi adanya
pengetahuan, pengalaman memberikan makanan pendamping ASI dini kepada
anak kelahiran sebelumnya, kebiasaan/tradisi dalam memberikan makanan
pendamping ASI dini, dan faktor-faktor eksternal dalam mendukung memberikan
makanan pendamping ASI dini.
Berdasarkan uraian-uraian di atas tentang bagaimana pentingnya pemberian
ASI ekslusif dan bahayanya pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan
disertai dengan beberapa penelitian yang dilakukan, akhirnya peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian lanjutan dari Chairani (2013), yaitu untuk melihat
gambaran pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Pesanggrahan Jakrta Selatan Tahun 2014.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Anggraeni (2012)
di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan didapatkan gambaran
perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di Puskesmas
8
Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2012 hanya sebesar 8,9% dan
sebesar 91,1% perilaku ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif. Penelitian yang
sama yang dilakukan oleh Chairani (2013) dengan sampel yang sama menemukan
bahwa dari seluruh ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif, sudah mulai
memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan disertai dengan beragam
alasan.
Dengan demikian, temuan di masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan menunjukkan bahwa pemberian MP-ASI yang tidak
tepat, seperti pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan, justru
merupakan suatu tindakan yang dapat membahayakan kesehatan bayi. Karena
pada bayi usia kurang dari 6 bulan organ pencernaan bayi belum siap untuk
mencerna makanan yang bentuknya lebih padat. Akibatnya jika MP-ASI diberikan
pada masa ini bisa menyebabkan gangguan pencernaan, seperti diare, alergi,
muntah, dan susah buang air besar.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai gambaran pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahann Jakarta Selatan Tahun 2014.
1.3
Pertanyaan Penelitian
1.3.1
Bagaimana gambaran pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6
bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta
Selatan tahun 2014?
9
1.3.2
Bagaimana gambaran frekuensi pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang
dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
Jakarta Selatan tahun 2014?
1.3.3
Bagaimana gambaran Modifiying Factor Ibu (Umur Ibu, Suku, Pendidikan,
pekerjaan, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, pengalaman, kebiasaan/
adat istiadat) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
Jakarta Selatan tahun 2014?
1.3.4
Bagaimana gambaran persepsi kerentanan ibu dalam pemberian MP-ASI,
pada bayi usia kurang dari 6 bulan di di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014?
1.3.5
Bagaimana gambaran persepsi ibu terhadap keseriusan yang ditimbulkan
oleh pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulang di di Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014?
1.3.6
Bagaimana gambaran persepsi ibu tentang ancaman dari pemberian MPASI kepada bayi usia kurang dari 6 bulan di di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014?
1.3.7
Bagaimana gambaran persepsi ibu tentang manfaat dari pemberian MP-ASI
kepada bayi usia kurang dari 6 bulan di di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014?
1.3.8
Bagaimana gambaran persepsi kendala ibu terhadap pemberian ASI
Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta
Selatan tahun 2014?
10
1.3.9
Bagaimana gambaran Isyarat untuk bertindak dalam pemberiaan MP-ASI
pada bayi usia kurang dari 6 bilan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014?
1.3.10 Bagaimana gambaran persepsi ibu terhadap keberhasilan diri dalam
pemberian ASI secara Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014?
1.3.11 Bagaimana gambaran pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6
bulan jika dibandingkan dengan Modifying Factors (umur ibu, suku,
pendidikan, pekerjaan, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, pengalaman,
kebiasaan/ adat istiadat) dan persepi ibu di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014?
1.4
Tujuan Penelitian
1.4.1
Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang
dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
Jakarta Selatan tahun 2014.
1.4.2
Tujuan Khusus
1)
Diketahuinya gambaran frekuensi pemberian MP-ASI pada bayi usia
kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014.
2)
Diketahuinya gambarkan Modifiying Factor Ibu (Umur Ibu, Suku,
Pendidikan,
pekerjaan,
pendidikan,
pekerjaan,
pengetahuan,
11
pengalaman, kebiasaan/ adat istiadat) di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014.
3)
Diketahuinya gambaran Persepsi kerentanan ibu dalam pemberian
MP-ASI, pada bayi usia kurang dari 6 bulan di di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014.
4)
Diketahuinya gambaran persepsi ibu terhadap keseriusan yang
ditimbulkan dari pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6
bulang di di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
Jakarta Selatan tahun 2014.
5)
Diketahuinya gambaran persepsi ibu tentang manfaat dari pemberian
MP-ASI kepada bayi usia kurang dari 6 bulan di di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014.
6)
Diketahuinya gambaran persepsi kendala ibu terhadap pemberian
ASI
Eksklusif
di
Wilayah
Kerja
Puskesmas
Kecamatan
Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014.
7)
Diketahunya gambaran gambaran Isyarat untuk bertindak dalam
pemberiaan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bilan di Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun
2014.
8)
Diketahuinya persepsi ibu terhadap keberhasilan diri dalam
pemberian ASI secara Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014.
12
9)
Diketahuinya gambaran pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang
dari 6 bulan jika dibandingkan dengan Modifying Factors (umur ibu,
suku, pendidikan, pekerjaan, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan,
pengalaman, kebiasaan/ adat istiadat) dan persepi ibu di Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun
2014
1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1
Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman mengenai
permasalahan yang berkaitan dengan ASI eksklusif dan MP-ASI yang
terjadi dilingkungan sekitar dan sebagai bentuk penerapan ilmu yang telah
didapatkan di bangku perkuliahan.
1.5.2
Bagi
Fakultas
Kedokteran
dan
Ilmu
Kesehatan
UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta
Sebagai sumber refrensi dan bahan bacaan di perpustakaan dan
sebagai bahan bagi peneliti selanjutnya.
1.5.3
Bagi Instansi Terkait
Diharapkan dapat menjadi informasi penting yang dibutuhkan sebagai
masukan dan bahan pertimbangan bagi instansi terkait dalam menentukan
kebijakan dan program perencanaan selanjutnya, dalam rangka peningkatan
dan pengembangan pemberian ASI eksklusif dan pemberian MP-ASI yang
tepat.
13
1.5.4
Bagi Ibu dan Masyarakat
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan dan
wawasan ibu dan orang-orang terdekatnya tentang pemberian MP-ASI
yang tepat sehingga kedepannya ibu bisa menerapkannya dengan baik
dengan mendapat dukungan juga dari keluarga atau masyarakat sekitar.
1.6
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta selama bulan Juni 2014 di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
melihat gambaran pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan desain penelitian
crossectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai
bayi usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk melihat
gambaran pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan dengan
pendekatan teori Health Belief Model.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
ASI Ekslusif
2.2.1
Definisi ASI (Air Susu Ibu)
ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan terbaik dan paling sempurna
untuk bayi karena didalamnya terkandung zat gizi yang sesuai dengan
kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Depkes, 2002;
WHO, 2003). Sedangkan menurut Roesli (2005), definisi ASI adalah air
susu yang keluar dari seorang ibu pasca melahirkan bukan sekedar sebagai
makanan, tetapi juga sebagai salah satu cairan yang terdiri dari sel-sel yang
hidup seperti sel darah putih, antibodi, hormon, faktor-faktor pertumbuhan
enzim, serta zat yang dapat membunuh bakteri dan virus
2.1.2
ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah
persalinan, diberikan tanpa terjadwal dan tanpa memberikan makanan lain,
seperti susu formula, madu, jeruk, air teh, air putih dan tambahan makanan
padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi tim, sampai
bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan
makanan lain dan tetap diberi ASI sampai berumur dua tahun (Purwanti,
2004).
14
15
Menurut WHO, ASI eksklusif adalah bahwa bayi hanya menerima
ASI dari ibu atau pengasuh yang diminta memberikan ASI dari ibu, tanpoa
penambahan cairan atau makanan padat lain, kecuali sirup yang berisi
vitamin, suplemen minaral atau obat (Riskesdas, 2010).
Pemberian ASI eksklusif kepada bayi meliputi hal-hal berikut: a)
setelah bayi dilahirkan segera diberikan ASI (dalam waktu ½ - 1 jam)
untuk memberikan kolostrum (ASI yang keluar pada hari-hari pertama). b)
tidak memberikan makanan atau minuman (seperti air kelapa, air tajin, air
the, madu, pisang) kepada bayi sebelum diberikan ASI. c) ASI diberikan
sesuai kemauan bayi tanpa perlu dibatasi waktu dan frekuensinya (pagi,
siang dan malam hari) dan memberikan ASI saja sampai bayi berusia 6
bulan (Riskesdas, 2010).
2.1.3
Manfaat ASI Eksklusif
1)
Manfaat ASI bagi Bayi
a. ASI sebagai nutrisi
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan
komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan
pertumbuhan bayi (Perinasia, 2003; Roesli, 2004; Prasetyono,
2009).
b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
Bayi
yang
baru
lahir
secara
alamiah
mendapat
immunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui
16
plasenta, namun kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera
setelah bayi lahir. Badan bayi sendiri baru membuat zat kekebalan
cukup banyak sehingga mencapai kadar protektif pada waktu
berusia sekitar Sembilan sampai dua belas bulan. Pada saat itu zat
kekebalan menurun, sedangkan yang dibentuk badan bayi belum
mencukupi, maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada
bayi. Kesenjangan akan hilang atau berkurang apabila bayi diberi
ASI, karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat
kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit
infeksi bakteri, virus, parasit dan jamur. Misalnya, ketika ibu
tertular penyakit melalui makanan, seperti gastroenteritis atau
polio, maka antibodi ibu terhadap penyakit akan diberikan kepada
bayi (Roesli, 2004; Prasetyono, 2009).
c. ASI meningkatkan kecerdasan
ASI mengandung nutrient khusus yang diperlukan otak
bagi bayi agar tumbuh optimal. Nutrient-nutrien khusus tersebut
tidak terdapat atau hanya sedikit sekali terdapat pada susu sapi,
nutrient tersebut adalah: taurin, laktosa, asam lemak ikatan
panjang (AA, DHA, omega-3, omega-6). Dengan demikian
pertumbuhan otak bayi yang diberi ASI secara eksklusif selama
enam bulan akan tumbuh optimal dengan kualitas yang optimal
pula (Roesli, 2000; Perinasia; Suradi 2004). IQ pada bayi yang
memperoleh ASI lebih tinggi 7-9 poin ketimbang bayi yang tidak
17
diberi ASI. Berdasarkan hasil penelitian pada tahun 1997,
keopandaian anak yang diberi ASI pada usia 9,5 tahun mencapai
12,9 poin lebih tinggi daripada anak yang minum susu formula
(Prasetyono, 2009).
d. ASI adalah makanan yang terbaik untuk diberikan kepada bayi
saat bayi sakit, karena ASI sangat mudah dicerna. Dengan
menkonsumsi ASI, bayi semakin cepat sembuh (Praetyono,
2009).
2)
Manfaat ASI bagi Ibu
a. Menjarangkan kehamilan.
Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang murah, aman,
dan cukup berhasil. Hal ini terjadi melalui mekanisme hormone
untuk ovulasi sehingga terjadi Lactational Amenorrhea (LAM).
LAM memberikan efek pencegahan yang baik terhadap
kemungkinan terjadinya kehamilan, selama klien belum mendapat
haid dan waktunya kurang dari enam bulan pasca persalinan.
Efektifnya dapat mencapai 98%.
LAM efektif bila menyusui
lebih dari delapan kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan per
laktasi (Perinasia, 2003; Saifuddin, 2003; Roesli, 2004).
b. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan.
Pada ibu yang menyusui terjadi peningkatan kadar
oksitosin yang berguna unuk meningkatkan konstriksi/penutupan
pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti,
18
mengurangi perdarahan, sehingga mengurangi kemungkinan
terjadinya kekurangan darah atau anemia karena kekurangan besi.
Hal ini akan menurunkan angka kematian ibu melahirkan
(Perinasia, 2003; Roesli, 2004; Suradi, 2004).
c. Ibu lebih cepat kembali ke BB semula
Lemak disekitar panggul dan paha yang ditimbun pada
masa kehamilan berpindah ke dalam ASI. Selain itu, karena
menyusui
juga
memerlukan
energi
maka
tubuh
akan
mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil. Dengan
demikian berat badan ibu yang menyusui akan lebih cepat
kembali ke berat badan sebelum hamil (Roesli, 2004; Prasetyono,
2009).
d. ASI tidak merepotkan dan menghemat waktu, lebih ekonomis dan
murah, serta lebih praktis dan mudah dibawa kemana-mana
(Roesli, 2004; Prasetyono, 2009).
2.2. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
ASI dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai bayi berumur 6 bulan.
Semakin meningkat umur bayi atau anak, maka kebutuhan akan zat gizi pun
semakin bertambah atau meningkat karena proses tumbuh kembang. Sedangkan
ASI yang dihasilkan kurang memenuhi kebutuhan gizi. Selanjutnya bayi perlu
makanan tambahan yang gizinya setara dengan ASI atau lebih dikenal dengan
istilah MP-ASI
19
2.2.1. Definisi MP-ASI
Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman
yang mengandung gizi diberikan pada bayi atau anak yang berumur 6-24
bulan untuk memenuhi kebutuhan gizinya (Depkes, 2006).
Istilah untuk makanan pendamping ASI bermacam-macam yakni
makanan pelengkap, makanan tambahan, makanan padat, makanan
sapihan, weaning food, makanan peralihan, beiskot (istilah dalam bahasa
jerman yang berarti makanan selain dari susu yang diberikan kepada bayi).
Keseluruhan istilah ini menunjuk pada pengertian bahwa ASI maupun
pengganti ASI (PASI) sebagai peralihan untuk berangsur berubah ke
makanan keluarga atau orang dewasa (Depkes RI, 2004).
2.2.2. Tujuan dan Manfaat Pemberian MP-ASI
Tujuan pemberian MP-ASI menurut Depkes RI (2004) adalah
melengkapi zat gizi ASI yang kurang, mengembangkan kemampuan bayi
untuk menerima macam-macam makanan dengan berbagai rasa dan bentuk,
serta mengembangkan kemampuan bayi untuk emngunyah dan menelan.
Sedangkan menurut Husaini (2001), tujuan pemberian makanan
pendamping ASI adalah untuk menambah energy dan zat-zat gizi yang
diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara
terus-menerus, untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal, menghindari terjadinya kekurangan gizi, mencegah resiko masalah
gizi, defesiensi zat gizi mikro (zat besi, zink, kalsium, vitamin A, vitamin C
20
dan folat), menyediakan makanan ekstra yang dibutuhkan untuk mengisi
kesenjangan energi dengan nutrisi, memelihara kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan bila sakit, membantu perkembangan jasmani, rohani,
psikomotor, mendidik kebiasaan yang baru tentang makanan dan
memperkenalkan bermacam-macam bahan makanan yang sesuai dengan
keadaan fisiologis bayi.
Menurut Suharjo (1999) dalam Pardosi (2009), pemberian MP-ASI
bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan zat gizi anak, menyesuaikan
kemampuan alat cerna dalam menerima makanan tambahan dan merupakan
masa peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Selain untuk memenuhi
kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi, pemberian makanan tambahan
merupakan salah satu proses pendidikan dimana bayi diajar untuk
mengunyah dan menelan makanan padat, serta membiasakan selera-selera
baru.
2.2.3
Jenis-Jenis MP-ASI
Jenis makanan pendamping ASI (MP-ASI) baik tekstur, frekuensi,
dan porsi makan harus disesuaikan dengan tahap perkembangan dan
pertumbuhan bayi dan anak usia 6-24 bulan. Kebutuhan energi dari
makanan adalah sekitar 200 kkal per hari untuk bayi usia 6-8 bulan, 300
kkal per hari untuk bayi usia 9- 11 bulan, dan 550 kkal per hari untuk anak
usia 12-23 bulan (Depkes RI, 2000).
21
MP-ASI pertama sebaiknya adalah golongan beras dan serealia,
karena berdaya alergi rendah. Secara berangsur-angsur, diperkenalkan
sayuran yang dikukus dan dihaluskan, buah yang dihaluskan, kecuali
pisang dan alpukat matang dan yang harus diingat adalah jangan berikan
buah atau sayuran mentah. Setelah bayi dapat menerima beras atau sereal,
sayur dan buah dengan baik, berikan sumber protein (tahu, tempe, daging
ayam, hati ayam dan daging sapi) yang dikukus dan dihaluskan. Setelah
bubur dibuat lebih kental (kurangi campuran air), kemudian menjadi lebih
kasar (disaring kemudian di cincang halus), lalu menjadi kasar (cincang
kasar), dan akhirnya bayi siap menerima makanan pada yang dikonsumsi
keluarga. Menyapih anak harus bertahap, dilakukan tidak secara tiba-tiba.
Kurangi frekuensi pemberian ASI sedikit demi sedikit (Depkes RI, 2000).
Menurut Muchtadi (2004), makanan pendamping untuk bayi
sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut: nilai energi dan
kandungan proteinnya cukup tinggi, dapat diterima dengan baik, harganya
relatif murah, dan dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara
lokal. Makanan pendamping bagi bayi hendaknya bersifat padat gizi, dan
tidak banyak mengandung serat kasar serta bahan lain yang sukar dicerna
yang dapat mengganggu proses pencernaan.
1) Makanan Tambahan Lokal
Makanan tambahan local adalah makanan tambahan yang diolah
di rumah tangga atau posyandu, terbuat dari bahan makanan yang
tersedia setempat, mudah diperoleh dengan harga terjangkau oleh
22
masyarakat, dan memerlukan pengolahan sebelum dikonsumsi oleh
bayi.Makanan tambahan local ini disebut juga dengan makanan
pendamping ASI lokal (MP-ASI Lokal) (Depkes RI, 2006).
Pemberian makanan tambahan lokal memiliki beberapa dampak
positif, antara lain ibu lebih memahami dan terampil dalam membuat
makanan tambahan dari pangan local sesuai dengan kebiasaan dan
social budaya setempat, sehingga ibu dapat melanjutkan pemberian
makanan tambahan secara mandiri, meningkatkan partisipasi dan
pemberdayaan masyarakat serta memperkuat kelembagaan seperti
posyandu,
memiliki potensi meningkatkan pendapatan masyarakat
melaui penjualan hasil pertanian, dan sebagai sarana dalam pendidikan
atau penyuluhan gizi (Depkes RI, 2006).
2) Makanan Tambahan Olahan Pabrik
Menurut Depkes RI (2006), makanan tambahan hasil olahan pabrik
adalah makanan yang disediakan dengan olahan dan bersifat instan dan
beredar dipasaran untuk menambah energy dan zat-zat gizi esensial
pada bayi.
Makanan tambahan pabrikan disebut juga makanan pendamping
ASI pabrikan (MP-ASI Pabrikan) atau makanan komersial.Secara
komersial, makanan bayi tersedia dalam bentuk tepung campuran
onstan atau biskuiy yang dapat dimakan secara langsung atau dapat
dijadikan bubur (Krisnatuti, 2000).
23
Makanan tambahan pabrikan seperti bubur susu, diperdagangkan
dalam keadaan yang kering dan pre-cooked, sehingga tidak perlu
dimasak lagi dan dapat diberikan pada bayi setelah ditambah air matang
secukupnya. Bubur susu terdiri dari tepung serealia seperti beras,
maizena, terigu ditambah susu dan gula, dan bahan perasa lainnya.
Makanan tambahan pabikan yang lain seperti nasi tim yakni bubur
beras dengan tambahan daging, ikan atau hati serta sayuran wortel dan
bayam, dimana untuk bayi kurang dari 10 bulan nasi tim harus disaring
atau di blender terlebih dahulu. Selain makanan bayi lengkap (bubur
susu dan nasi tim) beredar pula berbagai macam tepung baik tepung
mentah maupun yang sudah matang (pre-cooked) (Pudjiadi, 2000).
2.2.4
Pola Pemberian Makanan pada Bayi
Menurut Kartini (2006), yang mengutip langsung dari Lie goan
hong menyatakan bahwa pola makan adalah bebagai informasi yang
memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang
dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk satu
kelompok masyarakat tertentu. Sedangkan menurut baliwati (2004) pola
makan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi
seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu.
Utuk kelompok bayi, pada tahun pertama khususnya enam bulan
pertama, adalah masa yang sangat kritis dalam kehidupan bayi. Bukan
hanya pertumbuhan fisik yang berlangsung dengan cepat, tetapi juga
24
pembentukan psikomotor dan akulturasi terjadi dengan cepat. ASI harus
merupakan makanan utama pada masa ini. Dengan demikian berikanlah
ASI saja sampai bayi berumur 6 bulan (ASI Eksklusif) (Depkes, 2000).
Pada umumnya bayi yang baru lahir mempunyai jadwal makan
yang tidak teratur, bayi bisa makan sebanyak 6-12 kali atau lebih dalam 24
jam tanpa jadwal yang teratur. Menyusui bayi dapat dilakukan setiap 3 jam
alasannya karena lambung bayi akan kosong dalam waktu 3 jam sehabis
menyusui. Sejalan dengan bertambahnya usia jarak antara waktu menyusui
menjadi lebih lama, karena kapasitas lambungnya membesar dan produksi
susu ibu meningkat (Steven, 2005).
Kemudian, setelah bayi beruumur 6 bulan produksi ASI semakin
berkurang. Sedangkan kebutuhan bayi semakin meningkat seiring
bertambah umur dan berat badannya. sehingga asupan makanan dari ASI
saja tidak bisa mencukupi kebutuhan zat gizi bayi. Oleh karena itu, mulai
dari sini bayi membutuhkan makanan tambahan atau pendamping lain.
Walaupun bayi telah diperkenalkan dengan makanan tambahan
sebagai tahap awal, perkenalkan dengan bubur dan sari buah dua kali sehari
sebanyak 1-2 sendok makan penuh. Frekuensi pemberian bubur ini, lambat
laun harus ditingkatkan. Menginjak umur 7-9 bulan porsi kebutuhannya
dapat ditingkatkan lagi yaitu sebanyak 3-6 sendok penuh tiap kali makan,
paling tidak empat kali sehari keadaan bubur harus tetap disaring, apabila
bayi masih tampak lapar dapat diberi makanan kecil misalnya roti kering,
25
pisang. Pada umur 9 bulan berikan bubur yang tidak disaring atau nasi tim
yang dibuat dari bahan makanan bergizi tinggi (WHO, 2004).
Menginjak usia 10-12 bulan bayi sudah dapat diberi bubur yang
dicacah untuk mempermudah proses penelanan. Setelah berumur satu tahun
bayi mulai mengenal makanan yang dimakan oleh seluruh anggota
keluarga.Seorang bayi harus makan 4-5 kali sehari.Makanan anak harus
terdiri dari makanan pokok, kacang-kacangan, pangan hewani, minyak,
santan atau lemak, buah-buahan (Krisnatuti, 2006).
Sedangkan pola pemberian makanan yang sehat mneurut Depkes RI
(2003), dirangkum dalam table 2.1 adalah sebagai berikut :
Umur
Tabel 2.1
Pedoman Pemberian Makanan Sehat
Jenis Makanan
Makanan
Makanan
Makanan
Lunak
Lembek/lunak
Keluarga
(bulan)
ASI
0-6
√
6-8
√
√
8-12
√
√
√
12-24
√
√
√
>24
√
√
Sumber : Depkes RI (2003)
2.2.5 Masalah-masalah dalam pemberian MP-ASI
Masalah dalam pemberian MP-ASI pada bayi/anak umur 0-24 bulan
menurut Depkes (2000) adalah sebagai berikut :
1)
Pemberian makanan prelakteal (makanan sebelum ASI keluar)
26
Menurut Suhardjo (1998) dalam Wulandari (2011), makanan
prelakteal adalah makanan yang diberikan kepada bayi sebelum
diberikan ASI. Makanan prelakteal diberikan pada 1-3 hari pertama
setelah
kelahiran.
masaprelakteal
Makanan
tersebut
yang
adalah
madu,
umum
kelapa
diberikan
muda,
pada
pisang
dihaluskan, pap aya dihaluskan,air gula. Hal ini sangat berbahaya
bagi kesehatan bayi, dan mengganggu keberhasilan menyusui.
2)
Kolostrum dibuang
Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama,
kental dan berwarna kekuning-kuningan. Kolostrum mengandung zat
kekebalan yang dapat melindungi bayi dari penyakit dan mengandung
zat gizi tinggi.
3) Pemberian MP-ASI terlalu dini atau terlambat
Pemberian MP-ASI yang terlalu dini (sebelum bayi berumur 6
bulan) menurunkan konsumsi ASI dan meningkatkan terjadinya
gangguan percernaan/diare. Kalau pemberian MP-ASI terlambat, bayi
sudah
lewat
usia
6
bulan,
dapat,
menyebabkan
hambatan
pertumbuhan anak.
4) MP-ASI yang diberikan tidak cukup
Pemberian MP-ASI pada periode umur 6-24 bulan sering tidak
tepat dan tidak cukup baik kualitasnya meupun kuantitasnya. Adanya
kepercayaan bahwa anak tidak boleh makan ikan dan kebiasaan tidak
menggunakan santan atau minyak pada makanan anak, dapat
27
menyebabkan anak menderita kurang gizi terutama energi dan protein
serta beberapa vitamin penting yang larut dalam lemak.
5) Pemberian MP-ASI sebelum ASI
Pada usia 6 bulan, pemberian ASI yang dilakukan sesudah MPASI dapat menyebabkan ASI kurang dikonsumsi. Pada periode ini
zat-zat yang diperlukan bayi terutama diperoleh dari ASI. Dengan
memberikan MP-ASI terlebih dahulu berarti kemampuan bayi untuk
mengkonsumsi ASI berkurang, yang berakibat menurunnya produksi
ASI. Hal ini dapat berakibat anak menderita kurang gizi. seharusnya
ASI diberikan dahulu baru MP-ASI.
6) Frekuensi Pemberian MP-ASI kurang
Frekuensi pemberian MP-ASI dalam sehari kurang akan
berakibat kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi.
7) Pemberian ASI terhenti karena ibu kembali bekeja
Di daerah kota dan semi perkotaan, ada kecenderungan
rendahnya frekuensi menyusui dan ASI dihentikan terlalu dini pada
ibu-ibu yang bekerja karena kurangnya pemahaman tentang
manajemen laktasi pada ibu bekerja. Hal ini menyebabkan konsumsi
zat gizi rendah apalagi pemberian MP-ASI pada anak kurang
diperhatikan.
8) Kebersihan kurang
Pada umumnya ibu kurang menjaga kebersihan terutama pada
saat menyediakan dan memberikan makanan pada anak. Masih
28
banyak ibu yang menyuapi anak dengan tangan, menyimpan makanan
matang tanpa tutup makanan/tudung saji dan kurang mengamati
perilaku kebersihan dari pengasuh anaknya. Hal ini memungkinkan
timbulnya penyakit infeksi seperti diare (mencret) dan lain-lain.
9) Prioritas gizi yang salah pada keluarga
Banyak keluarga yang memprioritaskan makanan untuk anggota
keluarga yang lebih besar, seperti ayah atau kakak tertua
dibandingkan untuk anak baduta dan bila makan bersama-sama anak
baduta selalu kalah.
2.2.6
Alasan – alasan ibu memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6
bulan
Menurut Gibney tahun 2009 dalam buku “Gizi Kesehatan
Masyarakat” mengatakan bahwa banyak kepercayaan dan sikap yang tidak
mendasar terhadap makna pemberian ASI yang membuat para ibu tidak
melakukan pemberian ASI secara eksklusif kepada bayi mereka dalam
periode 6 bulan pertama. Alasan umum mengapa mereka memberikan MPASI secara dini meliputi :
1)
Rasa takut bahwa ASI yang mereka hasilkan tidak cukup dan atau
kualitasnya buruk. Hal ini dikaitkan dengan pemberian ASI pertama
(kolostrum) yang terlihat encer dan menyerupai air. Ibu harus
memahami bahwa perubahan pada komposisi ASI akan terjadi ketika
bayinya mulai menghisap puting mereka.
29
2)
Keterlambatan memulai pemberian ASI dan praktek membuang
kolostrum. Banyak masyakarat di negara berkembang percaya bahwa
kolostrum yang berwarna kekuningan merupakan zat beracun yang
harus dibuang.
3)
Teknik pemberian ASI yang salah. Jika bayi tidak digendong dan
dipeluk dengan posisi tepat, kemungkinan ibu akan mengalami nyeri,
lecet pada puting susu, pembengkakan payudara dan mastitis karena
bayi tidak mampu meminum ASI secara efektif. Hal ini akan
berakibat ibu menghentikan pemberian ASI.
4)
Kebiasaan yang keliru bahwa bayi memerlukan cairan tambahan.
Pemberian cairan seperti ait teh dan air putih dapat meningkatkan
risiko diare pada bayi. Bayi akan mendapat ASI yang lebih rendah
dan frekuensi menyusu yang lebih singkat karena adanya tambahan
cairan lain.
5)
Dukungan yang kurang dari pelayanan kesehatan. Dirancangnya
rumah sakit sayang bayi akan meningkatkan inisiasi dini ASI
terhadap bayi. Sebaliknya tidak adanya fasilitas rumah sakit dengan
rawat gabung dan disediakannnya dapur susu formula akan
meningkatkan praktek pemberian MP-ASI predominan kepada bayi
yang lahir di rumah sakit.
6)
Pemasaran formula pengganti ASI. Hal ini telah menimbulkan
anggapan bahwa formula PASI lebih unggul daripada ASI sehingga
30
ibu akan lebih tertarik dengan iklan PASI dan memberikan MP-ASI
secara dini.
2.2.7
Akibat/ Resiko MP-ASI Diberikan Teralu Cepat
Banyak resiko yang dapat ditimbulkan oleh pemberian MP-ASI
yang terlalu dini. Dalam jangka pendek, pemberian MP-ASI terlalu dini
kepada bayi akan menurunkan frekuensi dan intensitas pengisapan ASI
oleh bayi. Hal ini akan menjadi resiko untuk terjadinya penurunan produksi
ASI. Dalam kondisi demikian, makanan yang diberikan akhirnya tidak
akan berperan sebagai makanan pendamping ASI tetapi sebagai makanan
pengganti ASI, karena ASI yang diberikan berkurang.
Tidak hanya itu, jika ternyata makanan yang diberikan mempunyai
nilai gizi yang lebih rendah dari ASI, maka hal ini akan merugikan bayi
karena bayi dapat menderita defisiennsi zat gizi, missal zat besi (fe). Pada
bayi-bayi muda, keseimbangan zat besinya masih rawan dan hanya zat besi
yang terdapat pada ASI yang lebih mudah diserap (Ebrahim, 1986 dalam
Hernawati, 2008).
Menurut Lubis (2003) dalam Hernawati (2008), resiko pemberian
MP-ASI dini adalah sebagai berikut :
1).
Resiko Jangka Pendek
Pemberian makanan selain ASI akan mengurangi keinginan
bayi untuk menyusui, sehingga frekuensi dari kekuatan bayi
menyusui berkurang. Akibat produksi ASI berkurang.Pemberian
31
makanan dini seperti pisang nasi di daerah pedesaan di Indonesia
sering menyebabkan penyumbatan saluran cerna disebabkan karena
strukturnya liat dan tidak bisa dicerna yang disebut phyto bezoar yang
dapat menyebabkan kematian.
2).
Resiko Jangka Panjang
Resiko jangka panjang yang dihubungkan dengan pemberian
makanan tambahan yang cepat diberikan adalah obesitas, hipertensi,
arterioklorosis dan alergi makanan. Meyer et.al melaporkan 2-26 %
diabetes mellitus disebabkan oleh pemberian susu formula terlalu
dini.
Sedangkan menurut Suhardjo (1992) dalam Padang (2007), ada
beberapa akibat kurang baik dari pengenalan makanan dini, yaitu:
gangguan
menyusui,
beban
ginjal
yang
terlalu
berat
sehingga
mengakibatkan hyperosmolitas plasma, alergi terhadap makanan, dan
mungkin gangguan terhadap pengaturan selera makanan. Berikut ini akan
dijelaskan mengenai akibat-akibat yang ditimbulkan:
1)
Gangguan Penyusuan
Suatu hubungan sebab akibat antara pengenalan/pemberian
makanan tambahan yang dini dan penghentian penyusuan, belum
dibuktikan. Pada umumnya bayi-bayi yang menyusui mendapat
makanan tambahan pada umur yang lebih dan dalam jumlah yang
lebih kecil daripada bayi-bayi yang mendapat susu formula.
2)
Beban Ginjal yang Berlebihan dan Hyperosmolitas
32
Makanan padat, baik yang dibuat sendiri di pabrik, cenderung
untuk mengandung kadar natrium klorida (NaCl) tinggi yang akan
menambah beban ginjal. Beban tersebut masih ditambah oleh
makanan tambahan yang mengandung daging.
Bayi-bayi yang mendapat makanan padat pada umur yang dini,
mempunyai osmolitas plasma yang lebih tinggi daripada bayi-bayi
yang 100% mendapat ASI dan karena itu mudah mendapat
hyperosmolitas dehidrasi penyebab haus yang berlebihan.
3)
Alergi Terhadap Makanan
Belum matangnya sIstem kekebalan dari susu pada umur yang
dini, dapat menyebabkan banyak terjadinya alergi terhadap makanan
pada masa kanak-kanak. Alergi pada susu sapi dapat terjadi sebanyak
7,5% dan telah diingatkan, bahwa alergi terhadap makanan lainnya,
seperti jeruk, tomat, ikan, telur dan serealia, bahkan mungkin lebih
sering terjadi.
4)
Gangguan pengaturan selera makanan
Makanan padat telah dianggap sebagai penyebab kegemukan
pada bayi-bayi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bayi-bayi
yang diberi susu formula lebih berat daripada bayi-bayi yang
mendapat air susu ibu.
5)
Bahan-bahan makanan tambahan yang merugikan
Makanan
tambahan
mungkin
mengandung
komponen-
komponen alamiah yang jika diberikan pada waktu dini dapat
33
merugikan, seperti sukrosa. Gula ini dapat penyebab kebusukan pada
gigi, dan telah dikemukakan bahwa penggunaan gula pada umur yang
dini dapat membuat anak terbiasa akan makanan yang rasanya manis.
2.2.8
Akibat/ Resiko MP-ASI Diberikan Terlalu Lambat
Bila bayi tidak dilatih pada umur 6 bulan biasanya tidak mau
makanan lain selain ASI, susu formula atau minuman cair sesudah berumur
1 tahun sehingga akan mnenyebabkan bayi kekurangan gizi (Albar, 2004
dalam kalsum, 2005, dalam hernawati, 2008).
2.3
Teori Health Belief Model
Teori health belief model merupakan teori yang mengarahkan pada proses
berfikir yang dialami seseorang sebelum melakukan suatu tindakan yang berkaitan
dengan kesehatan. Meskipun teori ini diarahkan pada apa yang terjadi pada
seseorang, juga perlu diingat konteksnya. Keputusan untuk melakukan ataupun
tidak melakukan suatu tindakan didasarkan pada petunjuk, rujukan dan informasi
yang berasal dari lingkungan, baik fisik, sosial, maupun budaya seseorang tersebut
(Edberg, 2009).
Konsep dasar health belief model yaitu menjelaskan faktor determinan dari
perilaku kesehatan yang berorientasi pada personal belief atau persepsi dan
keyakinan mengenai suatu penyakit atau kejadian tertentu dan cara yang akan
dilakukan untuk mengurangi kejadian tersebut. Proses kognitif dari health belief
model dipengaruhi oleh berbagai informasi yang datang, kemungkinan individu
akan melakukan tindakan pencegahan tergantung pada keyakinan atau penilaian
34
kesehatan yaitu ancaman yang dirasakan individu dari sakit dan pertimbangan
antara keuntungan dan kerugian yang didapat (Smet, 1994).
Penilaian pertama adalah ancaman yang dirasakan terhadap resiko yang akan
muncul. Hal ini mengacu pada sejauh mana seorang berfikir penyakit atau
kesakitan betul-betul merupakan ancaman kepada dirinya. Asumsinya adalah
bahwa bila ancaman yang dirasakan tersebut meningkat maka perilaku pencegahan
juga akan meningkat. Penilaian tentang ancaman yang dirasakan ini berdasarkan
pada: (a) ketidak-kekebalan yang dirasakan (perceived vulnerability) yang
merupakan kemungkinan bahwa orang-orang dapat mengembangkan masalah
kesehatan menurut kondisi mereka. (b) keseriusan yang dirasakan (perceived
severity). Orang-orang yang mengevaluasi seberapa jauh keseriusan penyakit
tersebut apabila mereka mengembangkan masalah kesehatan mereka atau
membiarkan penyakitnya tidak ditangani. Penilaian yang kedua yang dibuat adalah
perbandingan antara keuntungan dengan kerugian dari perilaku dalam usaha untuk
memutuskan melakukan tindakan pencegahan atau tidak (Smet, 1994)
Health belief model merupakan konsep utama yang memprediksikan
mengapa seseorang mengambil suatu tindakan untuk pencegahan penyakit yang
dilihat dari seberapa rentan penyakit menimbulkan keseriusan, manfaat serta
kendala yang dihadapi dalam
pengambilan
tindakan, ditambah
dengan
kepercayaan individu dalam mengambil tindakan untuk pencegahan penyakit
(Glanz, 2008).
35
1. Persepsi kerentanan (Perceived Susceptibility)
Persepsi kerentanan terhadap suatu penyakit agar bertindak untuk
mengobati atau mencegah penyakitnya. Pemberian ASI secara eksklusif dapat
mencegah bayi terserang penyakit infeksi, dan akan berpotensi berisiko terkena
penyakit apabila pemberian ASI tidak sampai 6 bulan.
2. Persepsi keseriusan (Perceived Seriousness)
Persepsi keseriusan penyakit apabila terkena maka konsekuensinya juga
berat. Bayi yang tidak mendapatkan ASI secara eksklusif dapat menurunkan
daya tahan tubuh bayi sehingga mudah terserang penyakit-penyakit dan
berdampak kepada kegagalan pertumbuhan bayi.
Kombinasi persepsi
kerentanan dan persepsi keseriusan akan menghasilkan persepsi ancaman.
Individu akan mengubah perilaku mereka berdasarkan persepsi ancaman yang
berasal dari keseriusan penyakit tersebut (Glanz, 2008).
3. Persepsi manfaat (Perceived Benefits)
Melakukan tindakan pencegahan akan bermanfaat jika merasa sangat
rentan terhadap penyakit-penyakit, persepsi positif ini sangat berperan penting
pada perilaku seseorang dalam mengambil suatu keputusan kesehatan atas
dirinya ataupun lingkungannya. Besarnya keuntungan ataupun manfaat yang
didapat dari suatu tindakan pencegahan maka akan semakin besar peluang
individu tersebut menjalankan tindakan pencegahan penyakit. Akan tetapi bila
manfaat yang dirasakan kecil dari suatu tindakan yang akan dilakukan untuk
pencegahan akan semakin kecil.
36
Pemberian
ASI
eksklusif
memiliki
manfaat
bagi
bayi
seperti
meningkatkan daya tahan tubuh bayi, meningkatkan kecerdasan bayi, dengan
pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, akan terjamin
tercapainya pengembangan potensi kecerdasan anak secara optimal, ASI
mengandung nutrien-nutrien khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh
optimal.
4. Persepsi kendala (Perceived Barrier)
Persepsi individu bahwa tidak terlalu banyak konsekuensi negatif bila
mengambil tindakan pencegahan dan tidak banyak kendala dalam prosesnya.
Adanya kendala dalam pemberian ASI eksklusif seperti puting susu yang
pendek/terbenam, payudara bengkak, puting susu yang lecet, produksi ASI
kurang, dan ibu bekerja, membuat ibu langsung menganggap bahwa hilangnya
peluang untuk menyusui secara eksklusif sehingga dengan alasan kendala ini,
ibu memberikan selingan ASI yaitu makanan pendamping ASI dini
5. Kepercayaan diri (Self efficacy)
Kepercayaan seseorang akan kemampuan untuk melakukan suatu
tindakan dengan berhasil. Konsep ini ditambahkan oleh Rosenstock, Strecher,
dan Becker tahun 1988 untuk menyempurnakan teori health belief model agar
sesuai dengan tantangan perubahan perilaku atau kebiasaan yang tidak sehat
(Glanz, 2008).
Ibu memiliki kepercayaan diri dalam memberikan ASI eksklusif, tetapi
pada kenyataannya banyak ibu merasa khawatir pemberian ASI saja selama 6
bulan tidak cukup ini disebabkan oleh bayi masih rewel setelah diberikan ASI,
37
maka ibu mulai memperkenalkan makanan pendamping ASI dini dimaksudkan
agar bayi tidak rewel setelah diberi makanan.
6. Petunjuk untuk bertindak (Cues to action)
Peristiwa eksternal yang memotivasi seseorang untuk bertindak. Adanya
dukungan dari keluarga terdekat, dukungan tenaga kesehatan, serta media
masaa seperti majalah, televisi, dan radio dalam melakukan tindakan pemberian
makanan pendamping ASI dini.
7. Modifying factors (karakteristik individu yang dapat mempengaruhi
persepsi)
Variabel demografi, sosiopsikologi dan struktur yang berbeda dapat
mempengaruhi persepsi individu dan secara tidak langsung juga dapat
mempengaruhi perilaku kesehatan individu tersebut. Secara spesifik, faktor
sosiodemografi,
khususnya
tercapai
pendidikan
yang
diyakini
akan
memberikan efek secara tidak langsung dalam mempengaruhi persepsi individu
dalam persepsi kerentanan, keseriusan, manfaat dari tindakan pencegahan,
kendala dalam pencapaian tindakan dan kepercayaan diri dalam melakukan
tindakan pencegahan.
Variabel ini terdiri dari 3 variabel, yaitu :
a. Variabel demografi, dimana pada variabel ini meliputi (usia, suku keturunan,
adat/istiadat dan jumlah anak ibu)
b. Variabel sosiopsikologi, yang meliputi (pendidikan, pekerjaan dan
pengalaman ibu dalam praktek pemberian makanan pendamping ASI dini
baik kepada anak sebelumnya maupun anak saudaranya)
38
c. Variabel struktural, meliputi (pengetahuan ibu mengenai pemberian
makanan pendamping ASI dini).
2.4
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia
kurang dari 6 Bulan
Penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya menyebutkan
faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian MP-ASI adalah sebagai berikut :
2.4.1
Umur Ibu
Usia dapat mempengaruhi cara berfikir, bertindak, dan emosi
seseorang. Usia yang lebih dewasa umumnya memiliki emosi yang lebih
stabil dibandingkan usia yang lebih muda. Usia ibu akan mempengaruhi
kesiapan emosi ibu. Misalnya pada ibu yang usianya terlalu muda ketika
hamil bisa menyebabkan kondisi fisiologis dan psikologisnya belum siap
menjadi ibu. Hal ini dapat mempengaruhi kehamilan dan pengasuhan anak
(Hurlock 1995, dalam Chairani 2013).
Kondisi psikologis dari usia dapat menentukan tingkat kematangan
dalam berpikir dan bekerja. Hal ini berkaitan dengan pengetahuan dan
pengalaman yang diperoleh selama hidup. Saat seseorang mencapai usia
dewasa, barulah rasa menjadi orang tua tercapai. Kematangan jiwa ini
dapat membantu ibu dalam menyelesaikan tugas perkembangannya seperti
mengasuh anak misalnya memberikan MP-ASI pada bayi dengan baik.
Hasil uji statistik dalam penelitian Khairunnisa (2013) dengan uji
Chi-Square menunjukkan probabilitas (p) sebesar 0,045 atau p<0,05. Hal
ini menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara umur ibu dengan
39
pemberian MP-ASI pada bayi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Rebhan et al (2009) yang melaporkan bahwa terdapat hubungan antara
umur ibu dengan pemberian makanan pada bayi. Namun, hasil penelitian
ini tidak sejalan dengan penelitian Padang (2007) yang melaporkan bahwa
tidak ada pengaruh umur terhadap pemberian MP-ASI.
2.4.2
Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah hasil tahu dan ini
terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap subyek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (overt behavior) sebelum orang mengadopsi perilaku
baru dalam diri orang tersebut sehingga terjadi suatu proses berurutan
(Roger, 1974 dalam Mutmainnah, 2010), yaitu :
1)
Kesadaran (Awarnes), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
2)
Tertarik (Interest), yakni orang mulai tertarik pada stimulus.
3)
Mempertimbangkan (Evaluation), menimbang-nimbang baik tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya.
40
4)
Mencoba (Trial), yakni dimana orang mulai mencoba perilaku baru.
5)
Mengadaptasi (Adoptation), dimana subyek telah berperilaku baru
sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap
stimulus.
Pengetahuan ibu adalah faktor yang penting dalam pemberian
makanan tambahan pada bayi karena dengan pengetahuan yang baik, ibu
tahu kapan waktu pemberian makanan yang tepat. Namun sebaliknya,
ketidaktahuan tentang akibat pemberian makanan pendamping ASI dini dan
cara pemberian nya serta kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara
langsung maupun tidak langsung menjadi penyebab masalah gizi kurang
pada anak, khususnya pada anak dibawah 2 tahun (Depkes, 2000).
Pengetahuan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua
ketegorik yaitu kurang baik dan baik, dikatakan kurang baik apabila
mendapat skor jawaban yang benar < 70%. Sedangkan responden dikatakan
baik apabila skor jawaban yang benar ≥70% (Hartuti, 2006).
2.4.3
Suku Ibu
Anggota suatu suku bangsa pada umumnya ditentukan menurut garis
keturunan ayah (patrilinial) seperti suku bangsa Batak, menurut garis
keturunan ibu (matrilineal) seperti suku Minang, atau menurut keduanya
seperti suku Jawa. dalam penelitian ini garis keturunan informan (ibu)
dimaksudkan
berhubungan
dengan
pendamping ASI dini (Chairani, 2013).
kebiasaan
pemberian
makanan
41
Pada suku Sasak di Lombok, ibu yang baru bersalin memberikan
nasi pakpak (nasi yang telah dikunyah oleh ibunya lebih dahulu dan
didiamkan selama satu malam) kepada bayinya agar bayinya tumbuh sehat
dan kuat. Mereka percaya bahwa apa yang keluar dari mulut ibu merupakan
yang terbaik untuk bayi. Sementara pada masyarakat Kerinci di Sumatera
Barat, pada usia sebulan bayi sudah diberi bubur tepung, bubur nasi nasi,
pisang dan lain-lain. Ada pula kebiasaan memberi roti, pisang, nasi yang
sudah dilumatkan ataupun madu, teh manis kepada bayi baru lahir sebelum
ASI keluar (Maas, 2004 dalam Afifah 2007).
2.4.4
Adat/ Kebiasaan
Tradisi merupanakan satu kebudayaan yang sudah turun-temurun
yang akan sangat mendarah daing dalam kehidupan seseorang sehingga
sangat berpengaruh terhadap tindakan perilaku seseorang. Tradisi adalah
sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan
suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan,
waktu atau agama yang sama dan adanya informasi yang diteruskan dari
generasi ke generasi, baik tertulis maupun lisan.
Pengetahuan secara budaya tentang pangan adalah salah satu faktor
yang menentukan apa yang dapat dimakan dan apa yang tidak. Sering kali
inipun masih dibatasi adanya kemungkinan kepercayaan agama ataupun
tradisi mengenai apa yang boleh dan yang tidak boleh dimakan, apa yang
baik dan apa yang tidak baik secara sosial. Semua itu diperoleh melalui
42
proses pewarisan dari generasi tua kepada generasi muda secara terus
menerus.
Lewat proses enkulturasi dan sosialisaai tiap individu
membiasakan diri dalam apa yang patut dimakan (Puslitbang Gizi Depkes
RI,1985 dalam Kholifah 2008).
Kebudayaan setempat dan kebisaan dalam keluarga mempengaruhi
pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu (Mutmainnah,
2010). Dan jenis makanan tambahan lain yang biasa diberikan adalah buah
pisang lumat, bubur bayi, dan nasi yang dilumatkan bersama pisang
(Kholifah, 2008; Chairani 2013).
2.2.5
Pendidikan Ibu
Soerjono Soekanto dalam Kasnodihardjo, dkk (1996) dalam Hidayat
(2013) mengemukakan bahwa pendidikan akan memberikan kesempatan
kepada orang untuk membuka jalan fikiran dalam menerima ide-ide atau
nilai-nilai baru. Sedangkan menurut Kusmiati pendidikan mempengaruhi
proses belajar, makin tinggi pendidikan makin mudah seseorang menerima
dan mendapatkan informasi melalui berbagai media.
Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan mutu hidup
manusia. Secara umum pendidikan meningkatkan keperibadian manusia,
aspek jasmani, aspek rohani, pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam
rangka menciptakan kepribadian yang mantap dan mandiri.
Dari hasil penelitian Ginting, et al (2012), Ibu yang mempunyai
tingkat pendidikan dalam kategori “rendah” sebanyak 29 orang, 21 orang
43
(72,4 %) diantaranya telah memberikan MP-ASI dini kepada bayi usia <6
bulan. Sedangkan ibu yang mempunyai tingkat pendidikan dalam kategori
“tinggi”, hanya 47 orang (66,2 %) yang telah memberikan MP-ASI dini
kepada bayinya. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,360 (p>0,05) maka
dapat disimpulkan tidak ada pengaruh secara bermakna antara tingkat
pendidikan ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi usia <6 bulan.
Akan tetapi, hasil analisis ini berbeda dengan hasil penelitian
Kingsley E. Agho di Nigeria, yang menyatakan bahwa ada pengaruh
tingkat pendidikan ibu terhadap pemberian MP-ASI dini pada bayi usia <6
bulan. Kingsley E. Agho, mengatakan bahwa ibu yang memiliki tingkat
pendidikan rendah memiliki risiko lebih besar untuk memberikan MP-ASI
dini kepada bayinya. Hal ini didukung oleh pernyataan Suradi (2004),
bahwa pada ibu yang berpendidikan tinggi ia lebih sadar akan keunggulan
ASI dan dampak dari pemberian MP-ASI secara dini dan menimbulkan
motivasi yang kuat pada diri ibu.
Menurut Suhardjo (1992), semakin tinggi pendidikan dapat
menimbulkan kekhawatiran terhadap kemungkinan bayi menderita kurang
gizi tertentu karena konsentrasinya dalam ASI menurun jumlahnya
sehingga ibu cenderung memberikan makanan tambahan.
2.4.6
Pekerjaan Ibu
Dari hasil penelitian Ginting (2012), menurut status pekerjaan, dari 71
orang ibu yang bekerja, 56 orang (78,9 %) diantaranya telah memberikan
MP-ASI dini kepada bayi usia <6 bulan. Sedangkan ibu yang tidak bekerja,
44
hanya 12 orang (41,4%) yang telah memberikan MP-ASI dini kepada
bayinya. Hasil uji statistik diperoleh nilai p < 0,001 maka dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh secara bermakna antara status pekerjaan
ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi usia <6 bulan. Hasil analisis
diperoleh pula nilai RP=1,91, artinya ibu yang bekerja mempunyai risiko
sebesar 1,91 kali untuk memberikan MP-ASI dini pada bayi usia <6 bulan.
Beberapa hasil penelitian terdahulu diantaranya penelitian Jane A Scott
dkk. di Perth Australia; Kok Leong Tan di Peninsular Malaysia; dan juga
hasil penelitian Wahyu, menyatakan bahwa ada pengaruh status pekerjaan
ibu terhadap pemberian MP-ASI dini pada bayi usia <6 bulan.
2.4.7
Pengalaman Ibu
Pengalaman kata dasarnya ”alami” yang artinya mengalami,
melakoni, menempuh, menemui, mengarungi, menghadapi, menyeberangi,
menanggung,
mendapat, menyelami, mengenyam, menikmati, dan
merasakan (Endarmoko, 2006).
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
masa lalu (Sudijono, 2012). Pengalaman ibu saat memberi makanan
pendamping ASI pada anak pertama dapat mempengaruhi pemberian MPASI untuk anak selanjutnya (Susila, 2005).
45
2.4.8
Dukungan Orang Terdekat
Pada dasarnya, siapapun yang berada dekat dan sering berinteraksi
dengan ibu menyusui, sangat berpotensi untuk memberikan dukungan, baik
dukungan emosional maupun dukungan praktek (WHO,2004).
Peran anggota keluarga, seperti orang tua dan mertua terhadap
berhasil tidaknya subyek memberikan ASI eksklusif sangat besar. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa subyek yang tinggal serumah dengan ibu
(nnenek) mempunyai peluang sangat besar untuk memberikan MP-ASI dini
pada bayi (Roesli, 2005 dalam Afifah, 2007). Hal ini sejalan dengan
penelitian Chairani (2013), di mana hampir dari semua informan yang
memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan dipengaruhi oleh
dukungan suami, ibu, ibu mertua ataupun temannya.
2.4.9
Riwayat Antenatal Care (ANC)
Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan
guna mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu
menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan
kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2008).
Pemeriksaan ANC dilakukan dengan melakukan kunjungan Antenatal
Care (ANC) atau dengan sebutan lain kunjungan ibu hamil. Menurut
Depkes RI (2002) yang dimaksud dengan kunjungan ibu hamil adalah
kontak antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang memberikan
pelayanan antenatal standar untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan.
46
Istilah kunjungan disini dapat diartikan ibu hamil yang datang ke fasilitas
pelayanan kesehatan atau sebaliknya petugas kesehatan yang mengunjungi
ibu hamil di rumahnya atau posyandu.
Menurut Depkes (2002), kunjungan ibu hamil dilakukan secara
berkala yang dibagi menjadi beberapa tahap, seperti :
1) Kunjungan ibu hamil yang pertama (K1)
Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan
petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan
pelayanan kesehatan trimester I, dimana usia kehamilan 1 sampai 12
minggu. Kunjungan Pertama (K1) Meliputi : (1) Identitas/biodata, (2)
Riwayat kehamilan, (3) Riwayat kebidanan, (4) Riwayat kesehatan, (5)
Riwayat sosial ekonomi, (6) Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan
kesehatan, (7) Penyuluhan dan konsultasi.
2) Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)
Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih
dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan
dan pelayanan kesehatan pada trimester III, usia kehamilan > 24
minggu. Kunjungan Keempat (K4) Meliputi : (1) Anamnese
(keluhan/masalah)
(2)
Pemeriksaan
kehamilan
dan
pelayanan
kesehatan, (3) Pemeriksaan psikologis, (4) Pemeriksaanlaboratorium
bila ada indikasi/diperlukan, (5) Diagnosa akhir (kehamilan normal,
terdapat penyulit, terjadi komplikasi, atau tergolong kehamilan risiko
47
tinggi (6) Sikap dan rencana tindakan (persiapan persalinan dan
rujukan).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kunjungan
antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama masa
kehamilan dengan distribusi kontak sebagai berikut :
a. Minimal 1 kali pada trimester I (K1), usia kehamilan 1-12 minggu
b. Minimal 1 kali pada trimester II (K2), usia kehamilan 13-24 minggu
c. Minimal 2 kali pada trimester III, (K3-K4), usia ke hamilan > 24
minggu
2.5
Kerangka Teori
Berdasarkan teori-teori yang sudah dipaparkan maka kerangka teori pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
48
Bagan 2.1
Kerangka Teori
Modifying factor
ActionUmur
Suku keturunan
Adat/istiadat
Pendidikan
Pekerjaan
Pengetahuan
Pengalaman
(jumlah anak)
Individual Beliefs
Persepsi ibu
mengenai
kerentanan dan
keseriusan penyakit
yang ditimbulkan
dari pemberian
makanan
pendamping ASI
Ancaman
dari
pemberian
makanan
pendampi
ng ASI
dini
Persepsi ibu
mengenai manfaat
pemberian ASI
eksklusif
Action
Pemberian
ASI
Eksklusif
Faktor
eksternal
• Dukungan
keluarga
• Dukungan
tenaga
kesehatan
Persepsi ibu
mengenai kendala
pemberian ASI
eksklusif
Kepercayaan diri
ibu dalam
pemberian ASI
eksklusif
Sumber : Modifikasi Teori Health Belief Model (Hochbaum 1958;
Rosenstock, 1960, 1974, 1988 dalam Chairani, 2013)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep yang dipakai pada penelitian ini merupakan kerangka
konsep dari teori dasar Health Belief Model yang dirumuskan oleh Rosenstock.
Penelitian ini mengenai gambaran pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari
6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan
tahun 2014. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah Modifying factor
(Umur ibu, pekerjaan ibu, pendidikan ibu, pengetahuan ibu, suku ibu,
pengalaman sebelumnya ibu, adat/ kebiasaan), persepsi kerentanan, persepsi
keparahan, persepsi ancaman, persepsi manfaat, persepsi kendala/ hambatan,
kepercayaan diri ibu, dan petunjuk untuk bertindak (dukungan orang terdekat,
riwayat ANC, sumber informasi).
Penelitian ini adalah penelitian lanjutan dari penelitian Chairani (2013),
variabel yang diteliti sama dengan variabel sebelumnya namun ada beberapa
redaksinya yang dirubah. Pada penelitian ini variabel dukungan tenaga kesehatan
dirubah redaksinya jadi riwayat kunjungan ANC, karena dalam pmeneriksaan
ANC itu sendiri ada kontak langsung dengan tenaga kesehatan, sehingga
setidaknya ada informasi dari tenaga kesehatan yang disampaikan kepadan
ibu.Selain itu variabel dukungan orang terdekat disini terbagi dalam tiga bentuk,
yaitu dukungan dalam bentuk anjuran, dukungan dalam bentuk permintaan, dan
49
50
dukungan dalam bentuk suruhan. Pembagian bentuk dukungan ini karena makna
dukungan itu bisa berbeda-beda, sehingga perlu ada pemisahan.
Variabel lain yang digunakan dalam peneliti ini adalah variabel persepsi
Ibu. Variabel persepsi ibu terdiri atas 6 variabel, yaitu persepsi kerentanan,
persepsi keseriusan, persepsi ancaman persepsi manfaat, persepsi kendala, dan
petunjuk untuk bertindak. Persepsi kerentanan adalah anggapan ibu tentang
keadaan atau kondisi yang rentan setelah pemberian MP-ASI pada bayi usia
kurang dari 6 bulan. Persepsi keseriusan merupakan keyakinan ibu mengenai
efek dari pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang. Persepsi Ancaman adalah
anggapan ibu tentang keadaal yang timbul dari pemberian MP-ASI dapat
menjadi sebuah ancaman terhadap kesehatan bayi. Selanjutnya, yang dimaksud
dengan persepsi manfaat merupakan keyakinan ibu terhadap manfaat yang
diperoleh dari pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan, seperti
bisa membantu pemenuhan zat gizi bayi, dapat menambah berat badan bayi, dll.
Persepsi Kendala/ hambatan adalah anggapan dimana ibu merasa ada kendala
yang menghalangi ibu untuk memberikan ASI secara Eksklusif. Dan terakhir
cues to action (petunjuk untuk bertindak) adalah peristiwa eksternal yang
memotivasi seseorang untuk bertindak. Seperti dukungan dari keluarga terdekat,
dukungan tenaga kesehatan, serta media masaa seperti majalah, televisi, dan
radio dalam melakukan tindakan pemberian makanan pendamping ASI dini
Berdasarkan kerangka teori yang ada maka kerangka konsep yang
digunakan untuk penelitian ini dapat dilihat pada bagan 3.1 sebagai berikut.
51
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Persepsi manfaat dan
Persepsi kendala
Pemberian
MP-ASI pada
bayi usia
kurang dari 6
bulan
Modifying Factors :
-
umur
suku
pendidikan
pekerjaan
pengetahuan
pengalaman
adat/ kebiasaan
Persepsi
kerentanan
Persepsi Ancaman
Persepsi
keseriusan
Pendorong (cues)
untuk bertindak
52
3.2
Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel
Pemberian MP-ASI
Definisi Oprtasional
Cara Ukur
Ibu yang memberikan MP-ASI Wawancara
Alat Ukur
Kuesioner
pada bayi usia kurang dari 6 bulan
Hasil Ukur
0. Memberi MP-ASI
1. Tidak
Skala Ukur
Ordinal
memberi
MP-ASI
Umur Ibu
Lama waktu hidup ibu sejak Wawancara
Kuesioner
dilahirkan sampai dengan saat
0. <20 atau > 30 Ordinal
tahun
pengisian kuesioner
1. 20-30 tahun
Suku Ibu
Suku asal ibu
Wawancara
Kuesioner
Suku asal ibu
Nominal
Adat/Kebiasaan
Adat/ Kebiasaan keluarga terkait Wawancara
Kuesioner
0.ada kebiasaan
Ordinal
pemberian MP-ASI pada bayi usia
kurang dari 6 bulan
1.jika tidak ada adat/
kebiasaan
52
Tabel 3.1
Definisi Operasional (Lanjutan)
Variabel
Pendidikan
Definisi Oprtasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Pengalaman mengikuti pendidikan
Wawancara
Kuesioner
0. Tidak Sekolah
formal dinilai berdasarkan ijazah
1. SD
terakhir
2. SMP
Skala Ukur
Ordinal
3. SMA
4. Perguruan Tinngi
Pekerjaan
Segala Kegiatan yang ibulakukan
secara
rutin
Wawancara
Kuesioner
yangmenghasilkan
0. Bekerja
Ordinal
1. Tidak Bekerja
uang untukmemenuhi kebutuhan
hidupkeluarga.
Pengetahuan
Kemapuan ibu menjawab
Wawancara
Kuesioner
0. Kurang baik, jika
pertanyaan yang menggambarkan
jawaban
apa yang ibu ketahui mengenai
benar <70%
pemberian MP-ASI
yang
1. Baik, jika jawaban
yang benar ≥70%
Ordinal
52
Tabel 3.1
Definisi Operasional (Lanjutan)
Variabel
Pengalaman Ibu
Definisi Oprtasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Pengalaman ibu sebelumnya terkait
Wawancara
Kuesioner
Hasil Ukur
0. Ya,
jika
pemberian MP-ASI pada bayi usia
sebelumnya
kurang dari 6 bulan baik pada anak
pengalaman
kandung,
maupun
pada
anak
Ordinal
ada
1. Tidak,
saudaranya.
Skala Ukur
jika
sebelumnya
tidak
ada pengalaman
Jumlah pemeriksaan kehamilan ibu
Riwayat ANC
sejak
mulai
hamis
Wawancara
Kuesioner
sampai
terdekat
orang
Bentuk
perhatian,
Ordinal
kali
1. Baik, jika ≥ 4 kali
melahirkan
Dukungan
0. Kurang, jika < 4
nasihat,
dan
dorongan,yang dirasa didapatkan
ibu dari suami, orang tua, keluarga
dekat (kakak, bibi/ paman, dll) atau
Wawancara
Kuesioner
Ordinal
0. Ada
dukungan
orang terdekat
1. Tidak
teman untuk memberikan MP-ASI
dukungan
pada bayi usia kurang dari 6 bulan
terdekat
ada
orang
52
Tabel 3.1
Definisi Operasional (Lanjutan)
Variabel
Persepsi Kerentanan
Definisi Oprtasional
Cara Ukur
Anggapan ibu tentang keadaan atau Wawancara
kondisi
yang
rentan
Alat Ukur
Kuesioner
setelah
Hasil Ukur
0. Ada kerentanan
1. Tidak
pemberian MP-ASI pada bayi usia
Skala Ukur
Ordinal
ada
kerentanan
kurang dari 6 bulan
Persepsi Keparahan
Merupakan keyakinan ibu mengenai Wawancara
Kuesioner
efek dari pemberian MP-ASI pada
1. Tidak
bayi usia kurang
Persepsi Ancaman
Anggapan ibu tentang ancaman yang Wawancara
Kuesioner
diperoleh
dari
pemberian MP-ASI pada bayi usia
kurang dari 6 bulan
Ordinal
ada
ancaman
Merupakan keyakinan ibu terhadap Wawancara
yang
ada
0. Ada ancaman
1. Tidak
bayi usia kurang dari 6 bulan
manfaat
Ordinal
keparahan
timbul dari pemberian MP-ASI pada
Perspsi Manfaat
0. Ada keparahan
Kuesioner
0. Ada manfaat
1. Tidak
manfaat
Ordinal
ada
52
Tabel 3.1
Definisi Operasional (Lanjutan)
Variabel
Persepsi Kendala
Definisi Oprtasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Anggapan dimana ibu merasa ada
Wawancara
Kuesioner
kendala
untuk
yang
menghalangi
memberikan
ASI
ibu
Hasil Ukur
Skala Ukur
0. Ada kendala
Ordinal
1. Tidak ada kendala
secara
Eksklusif
Sumber informasi
Sumber informasi yang didapatkan
Wawancara
Kuesioner
ibu terkait pemberian MP-ASI pada
0. Ada
dukungan
Ordinal
orang terdekat
bayi usia kurang dari 6 bulan
1. Tidak
dukungan
ada
orang
terdekat
Kepercayaan diri
Kepercayaan
ibu
terhadap
diri
sendiri terhadap kemampuan ibu
memberikan ASI eksklusif
Wawancara
Kuesioner
0. Ya, Ibu merasa
yakin
1. Tidak, ibu merasa
kurang rapih
Ordinal
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif
dengan rancangan penelitian menggunakan desain cross sectional,
sehingga pengambilan variabel dependen dan independen dilakukan pada saat
yang bersamaan dan satu kali.
4.2
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan Jakarta Selatan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei 2014.
4.3
Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1
Populasi
Populasi dalam penelitian ini seluruh ibu yang pada bulan Mei
memiliki bayi berusia 6-12 bulan di wilayah kerja puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014.
4.3.2
Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia 6- 12
bulan. Jumlah sampel dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil
perhitungan dengan menggunakan rumus besar sampel untuk penelitian
dengan jumlah populasi diketahui dengan rumus penelitian cross sectional.
57
58
Dengan asumsi dari penelitian sebelumnya yaitu proporsi ibu yang
memberikan MP-ASI sebesar 89,8% dan proporsi ibu yang tidak
memberikan MP-ASI sebesar 10,2% (Padang, 2007). Pada penelitian ini
peneliti menginginkan tingkat kepercayaan sebesar 95% dengan derajat
kemaknaan 5%.
Perhitungan besar sampel
Keterangan :
n = jumlah sampel minimal yang diperlukan
α = derajat kepercayaan
p = proporsi anak yang diberi MP-ASI
q = 1-p (proporsi anak yang tidak diberi MP-ASI
d = limit dari error atau presisi absolut
Jika ditetapkan =0,05 atau Z1- α/2 = 1,96 atau Z2 1- α/2 = 1,962
Setelah dilakukan perhitungan dengan rumus di atas, maka
didapatkan jumlah sampel minimal yaitu 72 orang dan penambahan 10%
untuk kemungkinan adanya kesalahan pada sampel, sehingga jumlahnya
menjadi 79 orang. Karena jumlah ibu yang mempunyai bayi 6 – 10 bulan
jumlahnya kurang dari jumlah perhitungan sampel, maka semua ibu yang
59
masuk kriteria sampel diambil sebagai sampel penelitian. Sehingga jumlah
sampelnya adalah 64 orang,
4.4
Teknik Sampling (Cara Pengambilan Sampel)
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik
Cluster Samplng dan Simple Random Sampling. Karena daerah penelitian ini
cukup luas yaitu mencakup tingkat kecamatan. Maka langkah pertama peneliti
menentukan sampel kelurahan untuk dipilih sebagai perwakilan dari populasi
dengan cara memilih tiga kelurahan yang dianggap bisa mewakili kelurahan lain
yang ada, yaitu berdasarkan kepadatan penduduk dari masing-masing kelurahan.
Langkah selanjutnya peneliti menentukan unit sampel dari masing-masing
kelurahan terpilih dengan cara simple random sampling, sehingga bisa diambil
untuk sampel penelitian. Akhirnya peneliti memilih 2 posyandu dari masingmasing kelurahan. Selanjtnya penelitian dilakukan pada lokasi-lokasi posyandu
yang terpilih dari masing-masing kelurahan.
4.5
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner. Kuesioner
digunakan untuk melihat gambaran pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari
6 bulan, umur, paritas/jumlah anak, suku keturunan, pendidikan ibu, pekerjaan ibu,
pengetahuan, pengalaman, adat/kebiasaan, riwayat ANC, dan dukungan orang
terdekat, serta gambaran persepsi ibu. Masing – masing variable diukur dengan
masing-masing kuesioner terkait.
60
Jumlah kuesionernya terdiri atas 43 pertanyaan, dimana masing-masing
variabel diwakili dengan beberapa pertanyaan. Beberapa pertanyaan dari varibelvariabel dalam kuesioner penelitian ini diambil dari penelitian sebelumnya
penjelasannya. Adapun rinciannya bisa dilihat pada table 4.1.
4.6
Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam pengumpulan data penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Data primer diperoleh melalui wawancara terstruktur menggunakan kuesioner
secara langsung.
2. Data sekunder diperoleh dari penelusuran dokumen serta catatan berupa jumlah
ibu yang memiliki bayi berusia 6 – 12 bulan di puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan di masing-masing kelurahan, data-data jumlah dan nama
posyandu di masing-masing kelurahan posyandu, jadwal posyandu, serta data
profil dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan Sudin Jakarta Selatan.
61
Tabel 4.1
Gambaran Rincian Variabel Penelitian dalam Kuesioner
No
Variabel
Jumlah
Pertanyaan
Kuesioner
1
Umur Ibu
1
2
Pendidikan
Ibu
1
3
Pekerjaan Ibu
2
4
Pengetahuan
Ibu
9
5
Pengalaman
Ibu
Suku Ibu
3
7
Adat/
Kebiasaan
3
8
Dukungan
Orang
terdekat
6
9
Riwayat
ANC
4
6
1
Uji
Validitas
Penelitian Sebelumnya
&
Reabilitas
Faktor-faktor
yang Berhubungan
dengan
√
Pemberian Makanan Prelateal pada Bayi Baru
Lahir di Desa Supat Timur Kabupaten Musi
Banyu Asin Sumatera Selatan Tahun 2011
Faktor-faktor
yang Berhubungan
dengan
√
Pemberian Makanan Prelateal pada Bayi Baru
Lahir di Desa Supat Timur Kabupaten Musi
Banyu Asin Sumatera Selatan Tahun 2011
Faktor-faktor
yang Berhubungan
dengan
√
Pemberian Makanan Prelateal pada Bayi Baru
Lahir di Desa Supat Timur Kabupaten Musi
Banyu Asin Sumatera Selatan Tahun 2011
Faktor-faktor
yang Berhubungan
dengan
√
Pemberian Makanan Prelateal pada Bayi Baru
Lahir di Desa Supat Timur Kabupaten Musi
Banyu Asin Sumatera Selatan Tahun 2011
Faktor ibu yang berhubungan dengan pemberian
√
ASI Eksklusif di Indonesia Tahun 2007
Analisa faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu
√
dalam Pemberian MP-ASI Dini di Kecamatan
Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2007
Faktor-faktor
yang Berhubungan
dengan
√
Pemberian Makanan Prelateal pada Bayi Baru
Lahir di Desa Supat Timur Kabupaten Musi
Banyu Asin Sumatera Selatan Tahun 2011
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
√
Pemberian Makanan Prelateal pada Bayi Baru
Lahir di Desa Supat Timur Kabupaten Musi
Banyu Asin Sumatera Selatan Tahun 2011
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian
√
ASI Eksklusif pada Ibu yang Melahirkan di
Rumah
Bersalin
Puskesmas
Kecamatan
Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2012
62
4.7
Pengolahan Data dan Analisis Data
4.7.1
Pengolahan Data
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data primer
dari variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Mengkode data (data coding)
Yaitu membuat klasifikasi data dan memberi kode pada jawaban
dari setiap pertanyaan dalam kuisioner. Kegunaannya adalah untuk
analisi data dan mempermudah pada saat entry data. Dalam kuesioner
penelitian ini masing-masing dari variabel yang diteliti diberikan
kode dengan menggunakan huruf abjad, yaitu variabel pemberian
MP-ASI (A), umur (C), jumlah anak (D), suku keturunan (E),
pendidikan ibu (F), pekerjaan ibu (G), pengetahuan (H), pengalaman
(I), adat/kebiasaan (J), riwayat ANC (K), dan dukungan orang
terdekat (L), persepsi ibu (M)
Apabila dalam kuesioner dari masing-masing variabel terdapat
lebih dari satu pertanyaan, maka pertanyaan-pertanyaan tersebut akan
diberi kode dengan di tambahkan angka (1, 2, 3, dst) dibelakang
hurufnya. Misal variabel pengetahuan (H) ada 10 pertanyaan, maka
kodenya adalah H1, H2 sampai H10.
63
2). Menyunting data (data editing)
Setelah proses pengumpulan data dilapangan, data-data yang
sudah terkumpul kembali diperiksa. Jika ternyata pada data-data
tersebut ada data yang salah atau data yang tidak terisi, maka akan
kembali ditanyakan kepada responden penelitian. Apabila dalam
kegiatan penyuntingan data ini dilakukan dilapangan, maka akan
langsung ditanyakan pada responden yang bersangkutan. Namun
apanila kejadian ini baru ditemukan diluar lapangan/ lokasi penelitian
maka bisa ditanyakan melalui nomor telpon responden yang
dicantumkan dalam lembar kuesioner. Sehingga pada saat proses
pemasukan data (entry data) tidak ada lagi data yang missing atau
yang lainnya.
3). Memasukan data (entry data)
Setelah data di-edit dan diperiksa, selanjutnya daftar pertanyaan
dan jawabannya dimasukkan ke dalam komputer. Langkah pertama
yang dilakukan adalah dengan memasukkan daftar-daftar pertanyaan
beserta jawabannya dalam bentu koding-koding yang sudah
ditentukan ke dalam Microsoft Excel. Hal ini dilakukan guna
mempermudah peneliti untuk memasukkan data ke dalam program
SPSS.
64
Langkah selanjutnya membuka program SPSS dan mulai
membuat nama-nama variabel penelitian. Selanjtnya untuk mengisi
masing-masing variabel dengan data-data yang sebelumnya sudah
dimasukka di Microsoft Excel, di copy dan di paste di SPSS.
4). Membersihkan data (data cleaning)
Data yang telah di entry dicek kembali untuk memastikan
bahwa data tersebut bersih dari kesalahan, baik kesalahan pengkodean
maupun kesalahan dalam membaca kode. Setelah semua data
dimasukkan ke dalam program SPSS, data-data tersebut kembali
diperiksa untuk menghindari adanya kesalahan yang mungkin
terlewatkan di tahapan pemeriksaan sebelumnya. Jika tahapan ini
sudah selesai, maka tinggal dilakukan analisis data sesuai tujuan dari
penelitian
4.7.2
Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini berupa analisis univariat, dimana
analisis yang dilakukan ini adalah untuk melihat gambaran, distribusi,
frekuensi dan presentase dari alasan pemberian MP-ASI pada bayi usia
kurang dari 6 bulan berikut variabel-variabel yang diteliti : umur,
paritas/jumlah anak, suku keturunan, pendidikan ibu, pekerjaan ibu,
pengetahuan, pengalaman, adat/kebiasaan, riwayat ANC, dan dukungan
orang terdekat.
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1. Gambaran Frekuensi Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6
Bulan
Tabel 5.1
Distribusi Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
Frekuensi
Pemberian MP-ASI
N
%
Ya
43
67.2
Tidak
21
32.8
Total
64
100
Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukan bahwa 43 ibu (67,2%) memberikan
MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan.
Tabel 5.2
Distribusi Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 bulan
Berdasarkan Usia Pertama Kali Pemberian MP-ASI di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
Frekuensi
Usia awal Pemberian MP-ASI
(Bulan)
N
%
0
9
20.9
1
8
18.6
2
6
14
3
6
14
4
8
19
5
6
14
Total
43
100
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa usia awal pemberian MP-ASI
pada bayi oleh ibu, sebanyak 9 ibu (20,9%) mulai memberikan MP-ASI untuk saat
bayi berusia 0 bulan, 8 ibu (18,6%) saat bayi berusia 1 bulan, 6 ibu (14%) saat bayi
65
66
berusia 2 bulan, 6 ibu (14%) saat bayi berusia 3 bulan, 8 ibu (19%) saat bayi
berusia 4 bulan, dan 6 ibu (14%) pada saat bayi berusia 5 bulan. Adapaun jenis
MP-ASI yang diberikan digambarkan pada tabel 5.3 dibawah ini.
Tabel 5.3
Distribusi Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 bulan
Berdasarkan Jenis MP-ASI yang Diberikan Saat Pemberian MP-ASI di
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
Frekuensi
Jenis MP-ASI
N
%
Pisang
11
25.6
Madu
4
9.3
Bubur
10
23.3
Susu Formula
5
11.6
Pisang, bubur
8
18.6
Susu Formula, bubur
3
7
Pisang, Susu Formula
1
2.3
Sayuran, buah-buahan
1
2.3
Total
43
100
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 43 ibu yang memberikan
MP-ASI, sebesar 25,6% ibu memberikan pisang, madu 9,3%, bubur 23,3%, susu
formula 11,6%, pisang dan bubur 18,6%, susu formula dan bubur 7%, pisang dan
susu formula 2,3%, sayuran dan buah-buahan 2,3%.
Pemberian bermacam jenis MP-ASI oleh ibu disertai dengan beragam alasan
yang diungkapkan ibu pada tabel 5.4. Berdasarkan tabel 5.4, alasan ibu
memberikan MP-ASI untuk menambah berat badan (14%), agar anak tidak
kekurangan gizi (9,3%), karena ASI saja tidak akan cukup (4,7%), anak rewel/
menangis (27,9%), ibu dalam kondisi sakit (2,3%), supaya anak lebih sehat (4,7%),
putting terluka (2,3%), tradisi keluarga (2,3%), agar anak cepat besar 4,7%, ASI
67
yang keluar sedikit (2,3 %), agar bibir tidak kering dan sariawan (4,7%), untuk
menambah BB dan ibu bekerja (4,7%), dan untuk memenuhi kebutuhan gizi
(16,3%).
Tabel 5.4
Distribusi Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 bulan
Berdasarkan Alasan Ibu dalam Pemberian MP-ASI di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
Frekuensi
Alasan MP-ASI
n
%
Menambah BB
6
14
Agar tidak kekuranga gizi
11
25.6
Asi saja tidak cukup
2
4.7
Anak rewel/ menangis
12
27.9
Ibu dalam Kondisi sakit
1
2.3
agar anak sehat
2
4.7
Puting Luka
1
2.3
Sudah tradisi Keluarga
1
2.3
Cepat Besar
2
4.7
Asi keluar sedikit
1
2.3
Agar bibir tidak kering, sariawan
2
4.7
Menambah BB dan ibu bekerja
2
4.7
43
100
Total
5.2. Gambaran Modifiying Factor Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang
dari 6 Bulan
5.2.1. Gambaran Usia ibu
Tabel 5.5
Distribusi Ibu Berdasarkan Usia Ibu yang Memiliki Bayi Berusia 6 –
12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
Tahun 2014
Frekuensi
Usia Ibu (Thn)
n
%
<20 atau >30
43
67.2
20 – 30
21
9.3
Total
64
100
68
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 64 ibu, sebanyak 43
ibu (67,2%) berusia < 20 atau > 30 tahun dan 21 ibu (9,3%) berusia antara
20 – 30 tahun.
5.2.2
Gambaran Suku Ibu
Tabel 5.6
Distribusi Ibu Berdasarkan Suku Ibu yang Memiliki Bayi Berusia 6 –
12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
Tahun 2014
Frekuensi
Suku Ibu
n
%
Betawi
26
40.6
Jawa
24
37.5
Sunda
11
17.2
Minang
2
3.1
Batak
1
1.6
Total
64
100
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa 40,6% ibu berasal dari
suku betawi, jawa 37,5%, sunda 17,2%, minang 3,1 % dan 1,6% dari
minang.
5.2.3. Gambaran Pendidikan Ibu
Pendidikan ibu dalam penelitian ini dikategorikan ke dalam 5
kategori, tidak sekolah, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, dan tamat
Perguruan Tinggi. Adapun gambaran pendidikan ibu digambarkan dalam
gambar 5.5 di bawah ini.
69
Tabel 5.7
Distribusi Ibu Berdasarkan Pendidikan Ibu yang Memiliki Bayi
Berusia 6 – 12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan Tahun 2014
Frekuensi
Pendidikan Ibu
n
%
Tamat SD
10
15.6
Tamata SMP
19
29.7
Tamat SMA
27
42.2
Tamat PT
8
12.5
Total
64
100
Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 64 ibu, 9%
diantaranya tamat SD, 38% tamat SMP, tamat SMA 34%, dan tamat PT
19%.
5.2.4. Gambaran Pekerjaan Ibu
Tabel 5.8
Distribusi Ibu Berdasarkan Pekerjaan Ibu yang Memiliki Bayi Berusia
6 – 12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
Tahun 2014
Frekuensi
Pekerjaan Ibu
n
%
Ya
10
15.6
Tidak
54
84.4
Total
64
100
Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari 64 ibu, sebagian
besar ibu tidak bekerja 84,4%, dan 15,6% ibu bekerja. Rincian jenis
pekerjaan ibu digambarkan dalam tabel 5.9 berikut ini.
70
Tabel 5.9
Distribusi Ibu Berdasarkan Jenis Pekerjaan Ibu yang Memiliki Bayi
Berusia 6 – 12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan Tahun 2014
Frekuensi
Jenis Pekerjaan Ibu
n
%
PNS
9
56.2
Karyawan swasta
3
18.8
Pedagang
1
6.2
PRT
3
18.8
Total
16
100
Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan bahwa dari 10 orang ibu yang
bekerja, ibu yang bekerja sebagai PNS 20%, Karyawan swasta 50%,
pedagang 20%, dan 10% PRT.
5.2.5. Gambaran Pengetahuan Ibu
Tabel 5.10
Distribusi Ibu Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Pemberian MPASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
Frekuensi
Pengetahuan
N
%
Kurang
15
23.4
Baik
49
76.6
Total
64
100
Berdasarkan tabel 5.10 menunjukkan bahwa dari 64 ibu 15 ibu
(23.4%) memiliki pengetahuan yang kurang, sedangkan 49 ibu (76.6%)
memiliki pengetahuan yang baik terkait MP-ASI.
71
5.2.6. Gambaran Pengalaman Ibu Terkait Pemberian MP-ASI pada Bayi
Usia Kurang dari 6 Bulan
Pengalaman ibu terkait pemberian MP-ASI yang dimaksud adalah
apakah sebelumnya ibu pernah memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang
dari 6 bulan, baik kepada anak ibu sebelumnya atau pengalaman
memberikan pada anak saudaranya atau anak yang pernah diasuhnya.
Pengalaman ibu terkait pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6
bulan ditunjukkan pada tabel 5.11.
Tabel 5.11
Distribusi Ibu Berdasarkan Pengalaman Ibu tentang Pemberian MPASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
Frekuensi
Pengalaman
N
%
Ya
38
59.4
Tidak
26
40.6
Total
64
100
.Berdasarkan tabel 5.11 menunjukan bahwa, ibu menyatakan ada
pengalaman beri MP-ASI sebelumnya (59,4%) dan ibu yang menyatakan
tidak ada pengalaman beri MP-ASI (40,6%).
5.2.7. Gambaran Adat/ Kebiasaan Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia
Kurang dari 6 Bulan
Adat kebiasaan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu
kebiasaan dari ibudalam memberikan MP-ASI pada bayi baru usia kurang
dari 6 bulan yang dilakukansejak lama secara turun temurun.Adat
kebiasaan ibu dalam penelitian ini dikategorikkan menjadi dua yaitu ada
72
adat/kebiasaan dan tidak ada adat/kebiasaan dalam memberikan MP-ASI.
Gambaran adat/ kebisaan digambarkan pada tabel 5.12 berikut ini.
Tabel 5.12
Distribusi Ibu Berdasarkan Adat/ Kebiasaan Pemberian MP-ASI
pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
Frekuensi
Adat/ Kebiasaan
N
%
Ada
43
67.2
Tidak Ada
21
32.8
Total
64
100
Berdasarkan tabel 5.12 menunjukan bahwa dari 64 ibu, sebanyak
43 ibu menyatakan ada adat/kebiasaan(67,2%) dan 21 ibu menyatakan
tidak ada kebiasaan. (32,8%)
Tabel 5.13
Distribusi Ibu Berdasarkan Jenis Makanan yang di Berikan dalam
Adat/ Kebiasaan Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6
Bulan
Frekuensi
Jenis Makanan
n
%
Pisang
24
55.8
Madu
8
18.6
Bubur
6
14
Pisang, bubur
3
7
Pisang, Susu Formula
1
2.3
Madu, Pisang
1
2.3
Total
43
100
Berdasarkan tabel 5.13 menunjukkan bahwan jenis makanan yang
biasanya diberikan dalam adat/ kebiasaan dalam keluarga adalah pisang
(55,8%), madu (18,6%), bubur (14%), pisang dan bubur (7%), pisang dan
susu formula (2,3%), madu dan pisang (2,3%).
73
5.3
Gambaran Persepsi Ibu tentang Kerentanan Pemberian MP-ASI pada bayi
Usia Kurang dari 6 bulan
Persepsi Kerentanan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penilaian
ibu tentang adanya peluang atau kemungkinan terkena suatu penyakit karena
pemberian MP-ASI yang diberikan pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Persepsi
kerentanan dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua kategori, ya dan
tidak.Adapun gambaran persepsi kerentanan ibu dapat dililihat pada tabel 5.14 di
bawah ini.
Tabel 5.14
Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Kerentanan Pemberian MPASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
Frekuensi
Persepsi Kerentanan
n
%
Ya
37
57.8
Tidak
27
42.2
Total
64
100
Berdasarkan tabel 5.14 menunjukkan bahwa 22 ibu (34,4%) menyatakan
ada kerentanan pada bayi yang diberi MP-ASI dan 42 ibu (65,6%) menyatakan
tidak ada kerentanan dari pemberian MP-ASI.
5.4. Gambaran Persepsi Ibu tentang Keparahan Pemberian MP-ASI pada bayi
Usia Kurang dari 6 bulan
Persepsi keparahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapat
ibu tentang keparahan dari suatu penyakit yang ditimbulkan dari pemberian MPASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Persepsi keparahan pada penelitian ini
dikategorikan menjadi dua kategori, ya dan tidak.
74
Tabel 5.15
Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Keparahan Pemberian MPASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
Frekuensi
Persepsi Keparahan
n
%
Ya
20
34.4
Tidak
44
65.6
Total
64
100
Berdasarkan tabel 5.15 menunjukan bahwa dari 64 ibu, 22 ibu (34,4%)
menyatakan bahwa keparahan akibat pemberian MP-ASI dan 42 ibu (65,6%)
menyatakan tidak ada keparahan.
Anggapan jenis keparahan yang dimaksud ibu adalah diare (50%),
gangguan pencernaan (25%), radang usus (5%), rentan terkena penyakit (10%),
dan muntah (10%). Gambaran jenis keparahan ditunjukka pada tabel 5.16 di
bawah ini.
Tabel 5.16
Distribusi Ibu Berdasarkan Jenis Keparahan dalam Pemberian MP-ASI
pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan Tahun 2014
Frekuensi
Jenis Keparahan
N
%
Diare
10
50
gangguan pencernaan
5
25
Radang usus
1
5
Rentan terkena penyakit
2
10
Muntah
2
10
Total
64
100
75
5.5. Gambaran Persepsi Ibu tentang Ancaman Pemberian MP-ASI pada bayi Usia
Kurang dari 6 bulan
Persepsi Ancaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana
ibu melihat akibat/penyakit yang ditimbulkan dari pemberian MP-ASI pada bayi
usia kurang dari 6 bulan bisa menjadi sebuah ancaman bagi bayi atau tidak.
Tabel 5.17
Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Ancaman dari Pemberian
MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
Frekuensi
Persepsi Ancaman
n
%
Ya
20
34.4
Tidak
44
65.6
Total
64
100
Berdasarkan tabel 5.17 menunjukkan bahwa dari 64 ibu, 20 ibu (34,4%)
menyatakan bisa menjadi ancaman untuk bayi dan 44 ibu (65,6%) menyatakan
tidak akan menjadi sebuah ancaman pada bayi.
5.6. Gambaran Persepsi Ibu tentang Manfaat Pemberian MP-ASI pada bayi Usia
Kurang dari 6 bulan
Persepsi manfaat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anggapan ibu
bahwa ada manfaat yang didapatkan dari pemberian MP-ASI pada bayi usia
kurang dari 6. Dalam penelitian ini Persepsi manfaat dikategorikan dalam 2
kategori, ya, jika ibu beranggapan ada manfaat dari pemberian MP-ASI dan tidak,
jika ibu menganggap tidak ada manfaat dari pemberian MP-ASI. Gambaran
persepsi manfaat dapat dilihat pada tabel 5.18 di bawah ini.
76
Tabel 5.18
Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Manfaat dari Pemberian
MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
Frekuensi
Persepsi Manfaat
n
%
Ya
45
70.3
Tidak
19
29.7
Total
64
100
Berdasarkan gambar 5.18 menunjukkan bahwa dari 64 ibu, 45 ibu (70,3%)
menyatakan ada manfaat dari pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6
bulan, dan 19 ibu (29,7%) menyatakan tidak ada manfaat dari pemberian MP-ASI.
Sejumlah 45 Ibu yang menyatakan ada manfaat dari pemberian MP-ASI
pada bayi usi kurang dari 6 bulan, menyebutkan bahwa manfaatnya adalah
menambah BB, memenuhi kebutuhan gizi, bayi menjadi sehat, bayi lebih kenyang,
tidak rewel/ menangis, bayi cepat besar dan bayi tidak mudah terserang penyakit.
Lebih jelasnya manfaat tersebut digambarkan dalam tabel 5.19.
Tabel 5.19
Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Jenis Manfaat dari
Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
Frekuensi
Manfaat MP-ASI
n
%
Menambah BB
3
6.5
Memenuhi kebutuhan gizi
12
26.1
Bayi menjadi sehat
18
39.1
Bayi lebih kenyang
2
4.3
Bayi tidak rewel
2
4.3
Bayi cepat besar
6
13
Bayi tidak terserang penyakit
2
4.3
Total
45
100
77
5.7. Gambaran Persepsi Ibu tentang Kendala Pemberian MP-ASI pada bayi Usia
Kurang dari 6 bulan
Persepsi kendala yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anggapan ibu
tentang adanya hambatan-hambatan yang bisa mencegah ibu untuk memberikan
ASI eksklusif sehingga pada akhirnya ibu memutuskan untuk memberikan MPASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Persepsi kendala dibagi dalam dua
kategori. Jawaban ya, jika ibu merasa ada hambatan dalam meberikan ASI
eksklusif dan tidak, jika ibu merasa tidak ada hambatan atau kendala dalam
memberikan ASI eksklusif. Gambaran persepsi kendala dapat dilihat pada gambar
5.20 di bawah ini.
Tabel 5.20
Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Kendala dari Pemberian
ASI Eksklusif pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
Frekuensi
Persepsi Manfaat
n
%
Ya
15
23.8
Tidak
49
76.2
Total
64
100
Berdasarkan gambar 5.20 menunjukkan bahwa dari 64 ibu, 15 ibu (23,4%)
menyatakan ada kendala dan 49 ibu (76,6) menyatakan tidak ada kendala.
Dari sebanyak 15 ibu yang menyatakan ada kendala menyebutkan Jenis
kendala yang dihadapinya.Jenis kendala yang dimaksud dapat dilihat pada gambar
5.21 di bawah ini.
78
Tabel 5.21
Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Kendala dari Pemberian ASI
Eksklusif pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
Frekuensi
Jenis Kendala
n
%
Puting Luka
4
26.7
Ibu dalam keadaan sakit
1
6.7
Ibu bekerja
2
13.3
Asi sedikit
8
53.3
Total
15
100
Berdasarkan gambar 5.21 menunjukan bahwa jenis hambatan yang
dihadapi ibu, Puting luka (26%), ibu dalam keadaan sakit (6,7%), ibu bekerja
13,3%) dan ASI sedikit (1,2%).
5.8. Gambaran Petunjuk untuk Bertindak bagi Ibu dalam Pemberian MP-ASI
pada bayi Usia Kurang dari 6 Bulan
Petunjuk untuk bertindak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
peristiwa eksternal yang memotivasi seseorang untuk bertindak.Dalam penelitian
ini Petunjuk untuk bertindak di gambarkan dengan dukungan orang terdekat dan
riwayat ANC (sebagi salah satu bentuk pelayanan kesehatan untuk ibu hamil).
5.8.1. Gambaran Dukungan Orang Terdekat Ibu dalam Pemberian MP-ASI
pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan
Dukungan orang terdekat yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah dorongan keluarga kepada ibu untuk memberikan MP-ASI pada
bayi usia kurang dari 6 bulan dalam bentuk anjuran, permintaan, dan
suruhan. Dukungan orang terdekat dalam penelitian ini dikategorikan
menjadi dua kategori. Ya, jika ada dukungan dari orang terdekat dan tidak,
79
jika tidak ada dukungan orang terdekat.Gambaran dukungan orang terdekat
dalam bentuk anjuran, permintaan, dan suruhan dapat dilihat pada tabel
5.22 dibawah ini.
Tabel 5.22
Distribusi Ibu Berdasarkan Dukungan Orang Terdekat Pemberian
MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
Frekuensi
Dukungan Orang terdekat
n
%
Ya
41
64.1
Menganjurkan
Tidak
23
35.9
Ya
16
25
Meminta
Tidak
48
75
Ya
37
57.8
Menyuruh
Tidak
27
42.2
Berdasarkan gambar 5.22 menunjukan bahwa dari 64 ibu, 41 ibu
(64,1%) menyatakan ada anjuran dari orang terdekat dan 23 ibu (35,9%)
menyatakan tidak ada anjuran dari orang terdekat.
Tabel 5.23
Distribusi Ibu Berdasarkan Dukungan Orang Terdekat yang
Menganjurkan Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6
Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun
2014
Frekuensi
Orang yang Menganjurkan
N
%
Ibu kandung
23
56.1
Ibu Mertua
7
17.1
Suami
2
4.9
Saudara
1
2.4
Teman
4
9.8
Ibu Kandung, Ibu Mertua
3
7.3
Ibu Kandung, Suami
1
2.4
Total
41
100
80
Berdasarkan tabel 5.23 dapat diketahui bahwa dari 41 ibu yang
menyatakan ada anjuran dari orang terdekat, 23 ibu (56,1%) mendapat
anjuran dari ibu kandung, 7 ibu (17,1%) dari ibu mertua, 2 ibu (4,9%) dari
suami, saudara 1 ibu (2,4%), teman 4 ibu (9,8%), ibu kandung dan ibu
mertua 3 ibu (7,3%), 1 ibu (2,4%) dari ibu kandung dan suami.
Ibu yang mendapat dukungan orang terdekat berupa permintaan,
berdasarkan tabel 5.22 menunjukkan, 16 ibu (25%) menyatakan ada
permintaan dari orang terdekat dan 48 ibu (75%) menyatakan tidak ada
orang terdekat yang meminta.
Tabel 5.24
Distribusi Ibu Berdasarkan Dukungan Orang Terdekat yang Meminta
Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
Frekuensi
Orang yang Meminta
n
%
Ibu kandung
12
75
Ibu Mertua
1
6.2
Suami
2
12.5
Teman
1
6.2
Total
16
100
Berdasarkan gambar 5.24 menunjukkan bahwa dari 16 ibu yang
menyatakan ada yang meminta ibu untuk memberikan MP-ASI, 12 ibu
(75%) menyatakan yang meminta itu adalah ibu kandung, 1 ibu (6,2%) ibu
mertua, 2 ibu (12,5%) suami, dan teman 1 ibu (6,2%).
81
Tabel 5.25
Distribusi Ibu Berdasarkan Dukungan Orang Terdekat yang
Menyuruh Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
Frekuensi
Orang yang Menyuruh
n
%
Ibu kandung
14
21.9
Ibu Mertua
12
18.8
Suami
8
12.5
Saudara
3
4.7
Tidak ada yg menyuruh
27
42.2
Total
64
100
Berdasarkan tabel 5.25 menunjukkan bahwa dari 64 ibu, 27 ibu
(42,2%) menyatakan tidak ada yang menyuruh, 14 ibu (21,9%) menyatakan
yang menyuruh memberikan MP-ASI adalah ibu kandung, 12 ibu (18,8%)
ibu mertua, 8 ibu (12,5%) suami, 3 ibu (4,7%) dari saudara.
5.8.2. Gambaran Riwayat ANC (Antenatal Care)
Tabel 5.26
Distribusi Ibu Berdasarkan Riwayat ANC Ibu dalam Pemberian MPASI pada bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
Frekuensi
Riwayat ANC
N
%
Kurang
15
23.4
Baik
49
76.6
Total
64
100
Berdasarkan tabel 5.26 menunjukan bahwa dari 64 ibu yang sudah
pernah melakukan pemeriksaan selama kehamilan, 77% ibu melakukan
pemeriksaan 4 kali atau lebih, 17% ibu melakukan pemeriksaan 3 kali, 3%
82
ibu melakukan pemeriksaan 2 kali, dan 3% ibu melakukan pemeriksaan 1
kali selama kehamilan.
5.9. Gambaran Kepercayaan Diri Ibu dalam Pemberian ASI secara Eksklusif
Tabel 5.27
Distribusi Ibu Berdasarkan Kepercayaan Ibu dalam Pemberian MP-ASI
pada bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan Tahun 2014
Frekuensi
Kepercayaan Diri
N
%
Ya
42
65.6
Tidak
22
34.4
Total
64
100
Berdasarkan tabel 5.27 menunjukkan bahwa 42 ibu (65,6%) memiliki
kepercayaan diri bisa berhasil menyusui ASI secara ekskslusif dan 22 ibu (34,4%)
menyatakan tidak memiliki kepercayaan untuk bisa menyusui ASI Eksklusif.
Tabel 5.28
Distribusi Ibu Berdasarkan Alasan Ibu Tidak Percaya Diri dalam Pemberian
MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
Frekuensi
Alasan Tidak Percaya Diri
N
%
Asi semakin sedikit dr hari ke hari
12
54.5
Asi saja tidak cukup
8
36.4
Puting Luka
2
9.1
Total
22
100
Alasan yang melatarbelakangi ibu tidak memiliki kepercayaan diri,
digambarkan pada table 5.28. dari 22 ibu yang tidak percaya diri, 12 ibu (55,4%)
berasalasan karena ASI dari hari ke hari semakin sedikit, ASI saja tidak cukup 8
ibu (36,4%), dan puting luka 2 ibu (9,1%).
83
5.10. Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan
Berdasarkan Modifying Factors
Tabel 5.29
Distribusi Pemberian MP-ASI pada bayi Usia Kurang dari 6 Bulan
Berdasarkan Modifying Factors di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan Tahun 2014
Modifying Factors
Usia Ibu
Suku
Pendidikan
Pekerjaan
Pengetahuan
Pengalaman
Adat/ Kebiasaan
<20 atau >30
20 – 30
Betawi
Jawa
Sunda
Minang
Batak
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat PT
Ya
Tidak
Kurang Baik
Baik
Ya
Tidak
Ya
Tidak
n
17
26
17
16
8
1
1
9
15
18
1
6
37
12
31
31
12
33
10
Pemberian MP-ASI
Ya
Tidak
%
n
65.4
9
68.4
12
65.4
9
66.7
8
72.7
3
50
1
100
0
90
1
78.9
4
66.7
9
12.5
7
60
4
68.5
17
80
3
63.3
18
81.6
7
46.2
14
76.7
10
47.6
11
%
34.6
31.6
34.6
33.3
27.3
50
0
10
21.1
33.3
87.5
40
31.5
20
36.7
18.4
53.8
23.3
52.4
Berdasarkan tabel 5.29 menunjukan bahwa distribusi pemberian MP-ASI
pada variabel usia ibu, pada kelompok usia ibu <20 atau >30 tahun sebanyak 17
dan pada kelompok usia ibu 20 – 30 tahun 26 ibu (68,4%).
Variabel suku ibu menunjukkan, bahwa ibu yang memberikan MP-ASI
yang berasal dari suku betawi dari sebanyak 26 ibu, 17 ibu (65,4%), suku jawa 16
84
ibu (66,7%), suku sunda 8 ibu (72,7%), suku minang 1 ibu (50%), suku batak 1 ibu
(100%).
Berdasarkan variabel pendidikan ibu pada tabel 5.29, ibu yang memberikan
MP-ASI pada kelompok ibu dengan pendidikan tamat SD (90%), tamat SMP
(78,9%), tamat SMA (66,7%), dan tamat PT (12,5%).
Berdasarkan variabel pekerjaan, pemberian MP-ASI pada kelompok ibu
yang bekerja (60%) dan ibu yang tidak bekerja (68,5%).
Berdasarkan variabel pengetahuan, pemberian MP-ASI pada ibu yang
memiliki pengetahuan baik (80%) dan ibu yang memiliki pengetahuan kurang
baik (63,3%).
Berdasarkan variabel pengalaman, pemberian MP-ASI pada kelompok ibu
yang memiliki pengalaman (81,6%) dan ibu yang tidak memiliki pengalaman
(46,2%).
Berdasarkan variabel adat/ kebiasaan, pemberian MP-ASI pada kelompok
ibu yang menyatakan ada adat/kebiasaan (76,7%) dan ibu yang menyatakan tidak
ada pengalaman (47,6%).
5.11 Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan
Berdasarkan Persepsi Ibu
Berdasarkan tabel 5.30 menunjukkan, bahwa dari sebnyak 22 ibu yg
menyatakan ada kerentanan, sebanyak 6 ibu (27,3%) memberikan MP-ASI.
Sedangkan dari 42 ibu yg menyatakn tidak ada kerentanan, sebanyak 6 reponden
(88,1%) memberikan MP-ASI. Untuk variabel keparahan dan pada tabel 5.30
menunjukan angka yang sama. sebanyak 20 ibu yang menyatakan ada keparahan
85
dan ancaman, 6 ibu (30%) memberikan MP-ASI dan sebanyak 44 ibu yang
menyatakan tidak ada keparahan dan ancaman, 37 ibu (84,1%) memberikan MPASI. Pada variabel persepsi manfaat, Sebanyak 45 ibu yang menyatakan ada
manfaat pemberian MP-ASI, sebanyak 38 ibu (84,4%) memberikan MP-ASI,
sedangkan sebanyak 19 ibu yang menyatakan tidak ada manfaat dari pemberian
MP-ASI, 5 ibu (26,3%) memberikan MP-ASI. Selanjutnya untuk variabel persepsi
kendala ibu, dari 15 ibu yang menyatakan ada kendala dalam membrikan ASI
Eksklusif, sebanyak 13 ibu (86,7%) memberikan MP-ASI. Sedangkan 49 ibu yang
menyatakan ti dak ada hambatan, 30 ibu (61,2%) meberikan MP-ASI.
Tabel 5.30
Distribusi Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan
Berdasarkan Persepsi Kerentanan, Keparahan, Ancaman, Manfaat, dan
Kendala di Wilayah Kerja Puskesms Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
Pemberian MP-ASI
Persepsi Ibu
Ya
Tidak
Total
N
%
n
%
n
%
Ya
6
27.3
16
72.7
22
100
Persepsi
37
88.1
5
11.9
42
100
Kerentanan Tidak
Ya
6
30
14
70
20
100
Persepsi
Tidak
37
84.1
7
15.9
44
100
Keparahan
Ya
6
30
14
70
20
100
Persepsi
Tidak
37
84.1
7
15.9
44
100
Ancaman
Ya
38
84.4
7
15.6
45
100
Persepsi
Tidak
5
26.3
14
73.7
19
100
Manfaat
Ya
13
86.7
2
13.3
15
100
Persepsi
Kendala/
Tidak
30
61.2
19
38.8
49
100
Hambatan
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1
Keterbatasan Penelitian
1. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan secara langsung dan
serentak, sehingga pengisian kuesioner dilakukan sendiri oleh responden dan
tidak semua responden bisa diwawancara langsung. Adapun untuk responden
yang tidak bisa peneliti wawancara langsung, apabila ada pertanyaan dalam
kuesioner yang tidak dimengerti, responden bisa menanyakannya langsung
kepada peneliti.
2. Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif, sehingga penjabaran hasil
penelitian hanya berupa penggambaran saja tanpa mengetahui hubungan dari
variabel-variabel yang di teliti.
6.2
Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
Dari hasil penelitian di wilayah kerja puskesmas kecamatan diperoleh
hasil, bahwa dari 64 ibu, sebanyak 43 ibu (67,2%) memberikan MP-ASI pada
bayi Usia kurang dari 6 bulan. Sedangkan 21 ibu (32,8%) mulai memberikan
MP-ASI pada bayi usia 6 bulan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Anggraeni (2012) dan
Hidayat (2013) di Wilayah Kerja Puskesmams Kecamatan yang menemukan
bahwa kegagalan pemberian ASI eksklusif pada ibu adalah karena masih
86
87
tingginya praktek pemberian MP-ASI yang tidak tepat atau pemberian MP-ASI
pada bayi usia kurang dari 6 bulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyak ibu yang masih
belum memahami betapa pentingnya memberikan ASI eksklusif saja hingga bayi
berusia 6 bulan. Dan betapa berbahayanya memberikan MP-ASI pada bayi usia
kurang dari 6 bulan. Pada saat bayi masih berusia 0 – 6 bulan, pemberian ASI
saja sudah cukup. karena dari hasil penelitian jumlah komposisi ASI masih
mencukupi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi apabila ASI diberikan
secara tepat dan benar sampai bayi berusia enam bulan, sehingga pemberian
makanan dan mi numan selain ASI akan memungkinkan protein maupun kuman
dapat masuk ke dalam usus bayi (Purwanti, 2003)
Hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa rata-rata rata-rata ibu mulai
memberikan MP-ASI untuk pertama kali pada bayinya adalah saat bayi berusia 2
bulan, dengan usia termuda 0 bulan dan usia tertinggi 5 bulan. Hasil ini sejalan
dengan hasil penelitian Chairani (2013) yang menyatakan bahwa pemberian
makanan diberikan pada umur bayi yang bervariasi yaitu pada umur 1 bulan, 2
bulan, 3 bulan dan 5 bulan. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
Penelitian Fikawati dan Syafiq (2003) dalam Nelvi (2004), menemukan
kegagalan pelaksanaan ASI Ekslusif telah dimulai sejak 3 hari pertama kelahiran,
yaitu lebih dari 80% responden yang tidak ASI ekslusif 4 bulan, telah
memberikan makanan/minuman prelakteal dalam tiga hari pertama kepada
bayinya. Bahkan hasil penelitian yang dilakukan Irawati (2007) diperoleh bahwa
88
lebih dari 50% bayi di Indonesia mendapat makanan pendamping ASI dengan
usia kurang dari satu bulan.
Pemberian makanan tambahan pada usia dini dapat menimbulkan
gangguan pada pencernaan sepeti diare, muntah, dan sulit buang air besar,
menyebabkan banyak infeksi, kenaikan berat badan (obesitas), dan alergi
terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan.
World
Health
Organization
(2008)
menambahkan,
bayi
yang
mendapatkan makanan pendamping ASI sebelum berusia enam bulan akan
mempunyai resiko 17 kali lebih besar mengalami diare dan 3 kali lebih besar
kemungkinan terkena infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dibandingkan bayi
yang hanya mendapat ASI eksklusif dan mendapatkan MP ASI dengan tepat
waktu.
Selain masalah ketepatan waktu, gambaran jenis MP-ASI yang diberikan
ibu pada bayi usia kurang dari 6 bulan pada penelitian ini yaitu, pisang 25,6%,
madu 9,3%, bubur 23,3%, susu formula 11,6%, pisang dan bubur 18,6%, susu
formula dan bubur 7%, pisang dan susu formula 2,3%, sayuran dan buah-buahan
2,3%. Dan ternyata hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian
Irawati tahun 2004, dimana jenis makanan pendamping ASI dini yang
dikonsumsi bayi antara lain pisang, susu formula (bubuk dan kental manis),
biskuit, bubur beras, makanan bayi produk industri (SUN, Promina dan Milna),
dan nasi lumat.
89
Jenis-jenis MP-ASI yang mudah didapatkan atau bahkan dibuat sendiri
oleh ibu menjadi salah satu alasan ibu mmberikan MP-ASI. Alasan lain ibu
dalam memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan pada penelitian
ini yaitu, ibu memberikan MP-ASI untuk menambah berat badan (14%), agar
anak tidak kekurangan gizi (25,6%), karena ASI saja tidak akan cukup (4,7%),
anak rewel/ menangis (27,9%), Ibu dalam kondisi sakit (2,3%), supaya anak
lebih sehat (4,7%), puting luka (2,3%), tradisi keluarga (2,3%), agar anak cepat
besar (4,7%), ASI yang keluar sedikit (2,3 %), agar bibir tidak kering dan
sariawan (4,7%), untuk menambah BB dan ibu bekerja (4,7%).
Berdasarkan alasan-alasan yang diungkapkan oleh ibu tergambar jelas
bahwa ada anggapan yang masih keliru tentang manfaat dari pemberian MP-ASI
yang sebenarnya. Sepertinya anggapan tentang manfaat pemberian MP-ASI pada
bayi usia kurang 6 bulan masih sangat melekat pada sebagian besar masyarakat.
Sehingga disini perlu ada pelurusan lagi mengenai anggapan ibu yang salah
terkait paraktek pemberian MP-ASI selama ini, termasuk menjelaskan tentang
bagaimana berbahayanya memberikan MP-ASI dini pada bayi.
6.3
Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan
Berdasarkan Usia Ibu
Menurut Hurlock (1995), usia dapat mempengaruhi cara berfikir,
bertindak, dan emosi seseorang. Usia yang lebih dewasa umumnya memiliki
emosi yang lebih stabil dibandingkan usia yang lebih muda. Usia ibu akan
mempengaruhi kesiapan emosi ibu, misalnya usia ibu yang terlalu muda ketika
90
hamil bisa menyebabkan kondisi fisiologis dan psikologisnya belum siap
menjadi ibu. Hal ini dapat mempengaruhi kehamilan dan pengasuhan anak.
Gambaran pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan
berdasarkan usia ibu di wilayah kerja puskesmas kecamatan pesanggrahan,
menunjukkan bahwa ibu yang memberikan MP-ASI pada kelompok usia antara
20 – 30 tahun sebanyak 68,4% dan pada ibu dengan usia > 31 tahun sebanyak
65.4%. Jika kita melihat antara 2 kelompok usia ibu di atas, tidak ditemukan
perbedaan yang signifikan dalam jumlah ibu yang memberikan MP-ASI.
Keduanya sama-sama memiliki angka di atas 50%.
Penelitian serupa yang dilakukan oleh Chairani (2013) dengan metode
penelitian kualitatif juga menyatakan tidak ada hubungannya antara faktor usia
ibu dengan pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Hasil
penelitian Loanita di Kabupaten Tangerang (2002) juga menunjukkan tidak ada
hubungan bermakna antara usia ibu dengan praktek pemnerian MP-ASI.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Khairunisa
(2011) dan Rebhan et al (2009) yang melaporkan bahwa terdapat hubungan
antara usia ibu dengan pemberian makanan pada bayi.
Ibu yang berusia 20 – 30 tahun sebenarnya memiliki peluang yang lebih
besar untuk dapat menyusui bayinya secara eksklusif, mengingat pada rentang
usia 20-30 tahun tersebut ibu mempunyai peluang dan keadaan biologis yang
baik untuk menyusui. Seperti yang diungkapkan oleh Nuryanto (2002) dalam
91
Wulandari (2011) yang menyatakan bahwa kurun waktu 20-30 tahun secara
biologis merupakan usia paling aman untuk reproduksi karena terjadi
kematangan pertumbuhan organ genitalia interna dan perkembangan hormonal
yang stabil sehingga air susu ibu masih dapat diperoduksi.
Namun demikian dalam penelitian ini ada faktor-faktor lain yang turut
mempengaruhi ibu untuk membuat keputusan terkait pemberian MP-ASI pada
bayi usia kurang dari 6 bulan. Seperti adat/ kebiasaan, pengalaman ibu terkait
pemberian MP-ASI dan faktor dukungan orang terdekat yang sepertinya cukup
bisa memberi pengaruh yang besar terkait pemberian MP-ASI.
6.4
Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan
Berdasarkan Suku Ibu
Anggota suatu suku bangsa pada umumnya ditentukan menurut garis
keturunan ayah (patrilinial) seperti suku bangsa Batak, menurut garis keturunan
ibu (matrilineal) seperti suku Minang, atau menurut keduanya seperti suku Jawa
(Chairani, 2013).
Maing-masing suku biasanya memiliki suatu kebudayaan yang khas.
Budaya mempengaruhi seseorang dalam menentukan jenis, cara pengolahan,
persiapan serta penyajian makanan. Selain itu, budaya juga menentukan individu
yang boleh dan tidak boleh makan makanan tersebut (Wulandari, 2011).
Suku-suku di daerah tertentu memilki kebiasaan yang berbeda dengan
suku lainnya. Di Jawa Timur, ada sebagian ibu-ibu yang memberikan susu sapi
sebagai makanan prelakteal, di Nusa Tenggara barat ibu-ibu Suku Sasak juga
92
memberikan nasi papak, nasi masam, bubur tepung dan teh kepada bayi baru
lahir, selain itu sebagian ibu-ibu Suku Bali memberikan susu bubuk sebelum
mulai memberikan ASI. Alasan memberikan makanan prelakteal adalah supaya
bayi berhenti menangis, karena bayi belum bisa menghisap ASI, bayi
membutuhkan makanan dan ASI belum keluar.
Berdasarkan tabel 5.29 menunjukkan bahwa ibu dari suku betawi sebesar
65.4% memebrikan MP-ASI, suku jawa 66,7%, sunda 72,7% minang 50% dan
batak 100%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir dari semua suku
ibu, persentase pemberian MP-ASI masih cukup tinggi dan hampir merata dan
disini belum bisa dilihat bagaimana kaitannya pemberian MP-ASI dengan suku
ibu
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian khairunnisa (2013)
yang menyatakan tidak terdapat hubungan bermakna antara suku ibu dengan
pemberian MP-ASI pada bayi. Adapun penelitian lain terkait pengaruh suku ibu
dengan pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan, peneliti belum
menemukannya.
Kebiasaan pemberian MP-ASI pada suku-suku tertentu sebaiknya
dilakukan penyaringan lagi dalam proses pengaplikasiaanya dalam pemberian
MP-ASI. Apabila ibu sudah memiliki pengetahuan yang benar, serta persepsi
yang benar, pengalaman sebelumnya yang mendukung serta ada dukungan dari
orang sekitar, maka pengaruh suku tidak akan terlalu signifikan.
93
6.5
Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan
Berdasarkan Pendidikan Ibu
Gambaran pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan
berdasarkan pendidikan ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan tahun 2014, yang dapat dilihat dalam tabel 5.29 menunjukkan
bahwa 90% ibu dengan pendidikan tamat SD memberikan MP-ASI, ibu dengan
pendidikan tamat SMP sebesar 78,9% beri MP-ASI, ibu dengan pendidikan
tamat SMA sebesar 66,7% beri MP-ASI, dan terakhir ibu dengan pendidikan
tamat Perguruan Tinggi sebesar 12,5% memberikan MP-ASI pada bayinya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Kingsley (2011) di
Nigeria, yang menyatakan bahwa ada pengaruh tingkat pendidikan ibu terhadap
pemberian MP-ASI dini pada bayi usia < 6 bulan. Kingsley E. Agho,
mengatakan bahwa ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah memiliki risiko
lebih besar untuk memberikan MP-ASI dini kepada bayinya. Hal ini didukung
oleh pernyataan Suradi (2004), bahwa pada ibu yang berpendidikan tinggi ia
lebih sadar akan keunggulan ASI dan dampak dari pemberian MP-ASI secara
dini dan menimbulkan motivasi yang kuat pada diri ibu.
Akan tetapi, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Padang (2007)
yang menyatakan pendidikan ibu tidak ada hubungannya dengan pemberian MPASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Penelitian padang sejalan dengan hasil
penelitian Alam (2003) menyatakan bahwa ibu yang berpendidikan tinggi
biasanya banyak kesibukan di luar rumah, sehingga cenderung sering
94
meninggalkan bayinya. Sedangkan ibu yang berpendidikan rendah lebih banyak
di rumah dan cenderung lebih mempunyai kesempatan untuk menyusui bayinya.
Pendidikan pada satu sisi mempunyai dampak positif yaitu ibu semakin
mengerti akan pentingnya pemeliharaan kesehatan termasuk pemberian ASI
eksklusif, tetapi di sisi lain, pendidikan yang semakin tinggi juga akan
berdampak adanya perubahan nilai-nilai sosial seperti adanya anggapan bahwa
menyusui bayi dianggap tidak modern dan dapat menpengaruhi bentuk payudara
ibu (Roesli, 2001).
Selain itu menurut Suhardjo (1992), semakin tinggi
pendidikan dapat menimbulkan kekhawatiran terhadap kemungkinan bayi
menderita kurang gizi tertentu karena konsentrasinya dalam ASI menurun
jumlahnya sehingga ibu cenderung memberikan makanan tambahan.
Dalam penelitian ini kita akan melihat kecenderungan hasil penelitian ini
menunjukkan semakin tinggi tingkat pendidikan ibu semakin kecil atau
berkurang jumlah ibu yang memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6
bulan. Sebaliknya semakin rendah pendidikan ibu, semakin banyak ibu yang
memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan.
6.6
Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan
Berdasarkan Status Pekerjaan Ibu
Berdasarkan
tabel 5.29 variabel pekerjaan, pemberian MP-ASI pada
kelompok ibu yang bekerja (60%) dan ibu yang tidak bekerja (68,5%)..
95
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Dari hasil
penelitian Ginting (2012), menurut status pekerjaan, dari 71 orang ibu yang
bekerja, 56 orang (78,9 %) diantaranya telah memberikan MP-ASI dini kepada
bayi usia <6 bulan. Sedangkan ibu yang tidak bekerja, hanya 12 orang (41,4%)
yang telah memberikan MP-ASI dini kepada bayinya. Hasil uji statistik diperoleh
nilai p < 0,001 maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh secara bermakna
antara status pekerjaan ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi usia<6
bulan. Hasil analisis diperoleh pula nilai RP=1,91, artinya ibu yang bekerja
mempunyai risiko sebesar 1,91 kali untuk memberikan MP-ASI dini pada bayi
usia <6 bulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan ibu yang memberikan MP-ASI pada
bayi usia kurang dari 6 bulan lebih banyak diberikan oleh ibu yang tidak bekerja
dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Jika kita melihat dari hasil penelitian
Ginting (2012), kita bisa menyimpulkan bahwa ibu yang tidak bekerja
mempunyai peluang jauh lebih besar untuk bisa memberikan ASI secara
eksklusif, karena ibu yang bekerja memiliki resiko jauh lebih besar untuk
memberikan MP-ASI dini pada bayi usia kurang dari 6 bulan.
Akan tetapi, terrnyata tidak demikian dengan hasil peneilitian ini, dimana
pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan sebagian besar dilakukan
oleh ibu yang tidak bekerja, yaitu sebesar 70,4%. Hal ini menunjukan, bahwa
meskipun sebagian ibu yang tidak bekerja dan memiliki waktu luang lebih
banyak untuk mengasuh anaknya dengan baik, terutama dalam pemberian ASI
96
Eksklusif dan MP-ASI, namun kenyataannya ada faktor-faktor lain yang
menyebabkan ibu untuk tetap memberikan MP-ASI pada bayinya dan tidak
menggunakan kesempatan mengasuh anaknya dengan baik.
6.7
Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan
Berdasarkan Pengetahuan
Pengetahuan ibu adalah faktor yang penting dalam pemberian makanan
tambahan pada bayi karena dengan pengetahuan yang baik, ibu tahu kapan waktu
pemberian makanan yang tepat. Pengetahuan dapat diperoleh dari informasi yang
disampaikan orang lain, media cetak media elektronik, atau penyuluhanpenyuluhan.
Ketidaktahuan tentang akibat pemberian makanan pendamping ASI dini
dan cara pemberian nya serta kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara
langsung maupun tidak langsung menjadi penyebab masalah gizi kurang pada
anak, khususnya pada anak dibawah 2 tahun (Depkes, 2000).
Berikut ini gambaran pengetahuan ibu yang sebelumnya telah
dikelompokkan dulu menjadi dua kategorik, ibu dengan pengetahuan baik dan
kurang baik. Dari 49 ibu yang berpengetahuan baik, sebanyak 31 ibu (63,3%)
memberikan MP-ASI dan dari 15 ibu yang pengetahuannya kurang baik, 12 ibu
(80%) memberikan MP-ASI.
Hasil sejalan dengan penelitian Padang (2007) yang menyatakan bahwa
pengetahuan ibu tidak ada hubunggannya dengan pemberian MP-ASI. Namun
97
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Wulandari (2011), bahwa terdapat
hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian makanan prelakteal pada
bayi baru lahir. Semakin baik pengetahuan ibu maka semakin sedikt bayi yang
mendapatkan makanan prelakteal, begitupun sebaliknya semakin kurang baik
pengetahuan ibu maka semakin banyak bayi yang mendapatkan makanan
prelakteal.
Hasil penelitian ini menunjukkan dari segi presentasenya memang
pemberian MP-ASI lebih banyak dilakukan oleh ibu dengan pengetahuan kurang
baik, namun angka dari jumlah ibu yang memberikan MP-ASI dengan
pengetahuan baik pun masih sangat tinggi. Padahal menurut
Notoatmodjo
(2003), pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Perilaku akan lebih bertahan lama bila didasari oleh
pengetahuan dibandingkan perilaku yang tidak berdasarkan pengetahuan.
walaupun ternyata pengetahuan yang mendasari perilaku seseorang tersebut
masih dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sangat kompleks untuk sampai
terbentuk perilaku yang nyata.
6.8
Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan
Berdasarkan Pengalaman Ibu Memberikan MP-ASI Sebelumnya
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh
kebenaran
pengetahuan
dengan
cara
mengulang
kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa
lalu (Sudijono, 2012). Pengalaman ibu saat memberi makanan pendamping ASI
98
pada anak pertama dapat mempengaruhi pemberian MP-ASI untuk anak
selanjutnya (Susila, 2005).
Berdasarkan tabel 5.29 menunjukkan bahwa ibu yang sebelumnya
memiliki pengalaman memberikan MP-ASI sebesar 82% meberikan MP-ASI
pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Sedangkan ibu yang tidak memiliki
pengalaman memberikan MP-ASI sebesar 46,2% memberikan MP-ASI pada
bayi usia kurang dari 6 bulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki pengalaman
memebrikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan baik pada anak
sebelumnya atau anak saudara yang diasuhnya akan mempengaruhi pemberian
MP-ASI pada anaknya atau pada anak yang diasuh berikutnya. Grant (1989)
dalam Hermasyah (2010), mengemukakan bahwa kebiasaan yang salah pada
pemberian makanan pada bayi disebabkan kurangnya pengetahuansebagian besar
orang tua tentang pentingnya pemberian ASI dan pemberian makananpada usia
tambahan pada usia 4-6 bulan.
6.9
Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan
Berdasarkan Adat Kebiasaan
Tradisi merupanakn satu kebudayaan yang sudah turun-temurun yang
akansangat mendarah daing dalam kehidupan seseorang sehingga sangat
berpengaruh terhadap tindakan perilaku seseorang. Tradisi adalah sesuatu yang
telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu
kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu atau
99
agama yang sama dan adanya informasi yang diteruskan dari generasi baik
tertulis maupun (seringkali) lisan.
Pengetahuan secara budaya tentang pangan adalah salah satu faktor
yangmenentukan apa yang dapat dimakan dan apa yang tida. Sering kali inipun
masih dibatasi adanya kemungkinan kepercayaan agam ataupun tradisi mengenai
apayang boleh dan yang tidak boleh dimakan, apa yang baik dan apa yang tidak
baiksecara sosial. Semua itu diperoleh melalui proses pewarisan dari generasi
tuakepada generasi muda secara terus menerus. Lewat proses enkulturasi dan
sosialisasi
tiap
individu
membiasakan
diri
dalam
apa
yang
patut
dimakan(Puslitbang Gizi Depkes RI,1985 dalam Kholifah 2008).
Berdasarkan tabel 5.29 menunjukkan bahwa Ibu yang ada memiliki
adat/kebiasaan dalam pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan
77%
ibu memebrikan MP-ASI pada bayinya. Sedangkan ibu yang tidak
memiliki adat/ kebiasaan dalam pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6
bulan, sebessar 47,6% ibu memberikan MP-ASI pada bayinya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Suhardjo (2000), yang
menyatakan adat istiadat mempengaruhi pola pemberian MP-ASI pada bayi.
Mardiyana (2003) juga menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
pemberian makan pendamping ASI adalah adat istiadat dan kebiasaan
masyarakat yang turun temurun. Adapun untuk penelitian yang tidak sejalan
dengan penelitian ini terkaot adat/kebiasaan yang tidak mempengaruhi
pemberian MP-ASI, peneliti belum menemukannya.
100
Dari hasil penelitian ini terlihat, bahwa ibu yang meiliki adat/ kebiasaan
dalam pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan dikeluarganya
cenderung akan membuat ibu untuk turut mengikuti adat/ kebiasaan tersebut.
Kholifah (2008) dalam Chairani (2013) mengatakan bahwa kebudayaan setempat
dan kebiasaan dalam keluarga mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap
seseorang terhadap sesuatu. Dan kebaisaan pemberian makanan tambahan
lainnya adalah pemberian buah pisang lumat, bubur bayi, dan nasi yang
dilumatkan bersama pisang.
6.10
Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan
Berdasarkan Persepsi Kerentanan, Keparahan, Ancaman, Manfaat,
Kendala.
Berdasarkan tabel 5.30 menunjukkan, pada persepsi kerentanan ibu yang
menyatakan ada kerentanan jika ibu memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang
dari 6 bulan, sebesar 27.3% memberikam MP-ASI pada bayinya. Dan ibu yang
menyatakan tidak ada kerentanan jika ibu memberikan MP-ASI pada bayi USIA
kurang dari 6 bulan, sebesar 88,1% memberikan MP-ASI. Disini menunjukkan
bahwa kerentanan belum cukup membuat ibu tergerak untuk melakukan sebuah
tindakan pencegahan, yaitu tidak memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang
dari 6 bulan. Bahkan sebagian besar ibu beranggapan bahwa memberikan MPASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan tidak akan menimbulkan kondisi yang
rentan pada bayinya. Sehingga ibu tidak khawatir jika kondisi anaknya akan
mudah terkena penyakit, dll.
101
Untuk persepsi keparahan pada table 5.30 menunjukkan dari 20 ibu yang
menyatakan akibat dari pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan
bisa menyebabkan kondisi yang lebih parah, sebesar 30% masih meberikan MPASI pada bayinya. Jenis keparahan yang mungkin timbul menurut ibu adalah
diare, gangguan pencernaan, radang usus, rentan terkena penyakit, dan
muntah.Namun sangat disayangkan ibu yang beranggapan adanya kondisi
keparahan jika ibu memberikan MP-ASI pada bayinya, masih saja pada
kenyataannya ibu memberikan MP-ASI juga.
Kemudian dari 44 responden yang menyatakan tidak ada keparahan dari
kondisi yang disebabkan oleh pemberian MP-ASI, sebesar 84,1% memberikan
MP-ASI. Dari hasil penelitian ini dapat kita simpulkan bahwa keparahan belum
cukup membuat ibu tergerak untuk melakukan sebuah tindakan pencegahan,
yaitu tidak memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Bahkan
sebagian besar ibu beranggapan bahwa memberikan MP-ASI pada bayi usia
kurang dari 6 bulan tidak akan menimbulkan kondisi yang lebih parah pada
bayinya. Sehingga ibu tidak khawatir jika kondisi anaknya akan semakin
meburuk jika terus diberikan MP-ASI pada waktu yang tidak tepat, dll.
Untuk persepsi manfaat yang digambarkan pada table 5.30 menunjukkan
dari 64 ibu, sebesar 45 ibu (70,3%) menyatakan ada manfaat yang didapatkan
dari pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Dari ibu yang
menyatakan adanya manfaat pemberian MP-ASI, sebesar 84,4% memberikan
MP-ASI pada anaknya. Sedangkan dari 19 ibu (29,7%) yang menyatakan tidak
102
ada manfaat dari pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan, hanya
sebesar 26,3% memberikan MP-ASI pada bayinya. Manfaat-manfaat yang
menurut sebagian ibu bisa didapatkan dari pemberian MP-ASI pada bayi usia
kurang dari 6 bulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Menambah
berat badan, memenuhi kebutuhan gizi, bayi menjadi lebih sehat, bayi lebih
kenyang, bayi tidak rewel, bayi cepat besar, dan bayi tidak terserang penyakit.
Sebenarnya anggapan manfaat yang diperoleh dari pemebrian MP-ASI
pada bayi usia kurang dari 6 bulan termasuk anggapan yang salah. Dalam usia ini
ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi. Kontak fisik dan hisapan bayi akan
merangsang produksi ASI terutama 30 menit pertama setelah lahir. Pada periode
ini ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi (Depkes, 2000). Justru
pemberian MP-ASI pada bayi usia tersebut malah akan menimbulkan keriguan
pada bayi itu sendiri. Disamping saluran cerna yang belum siap untuk mencerna
makanan-makanan yang diberikan.
World Health Organization (2008) menyatakan, bayi yang mendapatkan
makanan pendamping ASI sebelum berusia enam bulan akan mempunyai resiko
17 kali lebih besar mengalami diare dan 3 kali lebih besar kemungkinan terkena
infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dibandingkan bayi yang hanya mendapat
ASI eksklusif dan mendapatkan MP ASI dengan tepat waktu. Pemberian
makanan prelakteal seperti madu juga berbahaya karena di dalam madu terdapat
kandungan colustrum botulinum spora yang dapat membahayakan dan
mematikan.
103
Untuk persepsi kendala yang digambarkan pada table 5.30 menunjukkan
bahwa dari 64 ibu yang menyatakan adanya kendala dalam memberikan ASI
secara eksklusif hanya sebanyak 15 ibu (23,4%). Dan dari 15 ibu yang
menyatakan ada kendala, sebanyak 13 ibu (86,7%) memberikan MP-ASI pada
bayinya. Kendala-kendala yang dihadapi ibu dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut : putting luka, ibu dalam kondisi sakit, ibu bekerja, dan ASI yang
diproduksi sedikit. Kemudian dari 49 ibu (76,6%) yang menyatakan tidak ada
kendala dalam memberikan ASI eksklusif , sebanyak 30 ibu (61,2%)
memberikan MP-ASI pada bayinya.
Dari hasil penelitian ini dapat kita lihat bahwa hanya sebagian kecil saja
ibu yang menyatakan adanya kendala dalam memberikan ASI, dan kendala ini
membuat hampir semua ibu pada akhirnya memutuskan untuk memberikan MPASI pada bayinya.Akan tetapi sebenarnya, apapun jenis kendala yang dihadapi
ibu untuk dapat memberikan ASI secara eksklusif masih bisa di atasi ada baiknya
ibu berusaha untuk mengatasinya sehingga ibu tetap bisa memberika ASI secara
eksklusif pada bayinya.
Namun, lain halnya dengan ibu yang menyatakan tidak ada kendala
dalam pemberian ASI eksklusif akan tetapi malah sebagian besar ibu (61,2%)
memberikan MP-ASI pada bayinya. Dari hasil penelitian ini peneliti menduga
ada faktor-faktor lain, atau hal-hal lain yang jadi pertimbangan ibu sehingga
akhirnya meskipun tidak ada kendala dalam memberikan ASI eksklusif, ibu tetap
memberikan MP-ASI pada bayinya pada usia yang tidak tepat.
104
6.11
Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan
Berdasarkan Petunjuk untuk Bertindak
Peristiwa eksternal yang memotivasi seseorang untuk bertindak.
Termasuk adanya dukungan dari keluarga terdekat, dukungan tenaga kesehatan,
serta media masaa seperti majalah, televisi, dan radio dalam melakukan tindakan
pemberian makanan pendamping ASI
6.11.1
Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6
Bulan Berdasarkan Dukungan Orang Terdekat
Pada dasarnya, siapapun yang berada dekat dan sering
berinteraksi dengan ibu menyusui, sangat berpotensi untuk memberikan
dukungan, baik dukungan emosional maupun dukungan praktek
(WHO,2004).
Dalam memberikan ASI Ekslusif dukungan keluarga merupakan
faktorpendukung yang pada prinsipnya adalah suatu kegiatan yang
bersifat emosionalmaupun psikologi yang diberikan kepada ibu
menyusui (Roesli, 2000).Padaminggu pertama setelah persalinan
seorang ibu lebih peka dalam emosi.Untuk ituseorang ibu butuh
seseorang yang dapat membimbingnya dalam merawat bayitermasuk
dalam memberikan makanan pada bayi.Orang yang dapatmembantunya
terutama adalah orang yang berpengaruh besar dalamkehidupannya
atau
yang
disegani,
seperti
suami,
keluarga/kerabat
terdekat,
ataukelompok ibu-ibu pendukung ASI dan dokter/tenaga kesehatan
(Soetjiningsih,1997).
105
Menurut Iskandar (1998) dalam Kholifah (2008) setelah masa
kelahiran suami perlu membantu merawat istri/ibu baru melahirkan
dengan cara memotivasi ibu menyusui untuk memberikan ASI secara
ekslusif dan tidakmemberikan makanan prelakteal pada bayinya serta
tidak memberikan makanantambahan selama empat bulan. Selain suami
anggota keluarga lainnya juga dapat membantu merawat ibu yang baru
melahirkan.
Berdasarkan table 5.23 menunjukkan bahwa dukungan orang
terdekat yang dieroleh oleh ibu untuk memebrikan MP-ASI pada bayi
usia kurang dari 6 bulan, baik itu berupa anjuran, permintaan ataupun
suruhan, meunjukkan hasil yang hampir sama. Ibu yang mendapatkan
anjuran dari orang terdekat dari sebesar 73,2% memberikan MP-ASI.
Kemudian Ibu yang mendapatkan dukungan berupa bentuk permintaan
sebesar 81,2% memberikan MP-ASI, dan ibu yang mendapatkan
dukungan berupa suruhan dari orang terdekat sebesar 83,8%
memberikan MP-ASI pada bayinya.
Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa sebagian besar ibu
yang mendapat dukungan dari orang terdekat untuk memberikan MPASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan, cenderung akan memberikan
MP-ASI. Hal ini sejalan dengan penelitian Roesli (2005) dalam Afifah
(2007), yang menunjukkan bahwa subyek yang tinggal serumah dengan
ibu (nnenek) mempunyai peluang sangat besar untuk memberikan MP-
106
ASI dini pada bayi. Hal ini sejalan dengan penelitian Chairani (2013),
dimana hampir dari semua informan yang memberikan MP-ASI pada
bayi usia kurang dari 6 bulan dipengaruhi oleh dukungan suami, ibu,
ibu mertua ataupun temannya.
6.11.2
Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6
Bulan Berdasarkan Kunjungan ANC
Melaui pemeriksaan ANC ini diharapakan ibu juga akan
mendapatkan informasi terkait kehamilan, persalinan, dan paska
persalinan, seperti Pemberian ASI Eksklusif, MP-ASI, dll, seperti yang
diungkapkan oleh Hederson (2006). Menurutnya kunjungan ANC
adalah kontak ibu hamil dengan pemberi perawatan/asuhan dalam hal
mengkaji kesehatan dan kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk
memperoleh informasi dan memberi informasi bagi ibu dan petugas
kesehatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan Riwayat
kunjungan ANC baik sebanyak 49 ibu (76,6%) dan 15 ibu (23,4%)
memiliki riwayat ANC yang kurang.
Dalam penelitian ini semua ibu pernah melakukan pemeriksaan
kehamilan
atau
100%
ibu
melakukan
pemeriksaan
selama
kehamilanpada bidan atau dokter di puskesmas dan tempat lainnya.
Dari sini dapat diketahui bahwa ada kontak langsung antara ibu dengan
petugas kesehatan. Sehingga semua ibu berpeluang untuk mendapatkan
107
informasi terkait kehamilan, persalinan, dan paska persalinan. Sehingga
peluang ibu untuk menerapkannya pun semakin bemakin besar. Namun
nampaknya beragamnya jumlah kunjungan pun turut andil dalam
masalah ini. Karena pada satu kali kunjungan tidak mungkin semua
informasi yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan paska
persalinan bisa disampaikan sekaligus. Butuh beberapa kali pertemuan
untuk menyampaikannya.
Dalam penelitian ini pemberian MP-ASI berdasarkan kunjungan
ANC masih cukup tinggi. Pada ibu yang kunjungannya 1 kali (50%),
kunjungan 2 kali (100%), kunjungan 3 kali (81,8%) dan kunjungan 4
kali atau lebih (63,3%). Dari sini dapat disimpulkan bahwa tidak ada
bedanya antara ibu yang melakukan pemeriksaan 1 kali, 2 kali, 3 kali
bahkan 4 kali dalam hal pemberian MP-ASI.
6.11.3
Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6
Bulan Berdasarkan Sumber Informasi Tetang Pemberian MP-ASI
Menurut Hary A (1996) informasi akan memberikan pengaruh
pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan
yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari
berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar, tenaga kesehatan
dan teman maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan
seseorang.
108
Dalam hasil penelitian ini, dari 64 ibu yang menyatakan
mendapat informasi terkait pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang
dari 6 bulan adalah sebanyak 25 ibu atau sebesar 39,1%. Adapun
sumber informasinya berasal dari bidan, televisi, majalah, ibu kandung,
teman, dan tetangga. Lalu dari ke 25 ibu tersebut ibu yang memberikan
MP-ASI sebanyak 21 ibu atau sebesar 84,0%. Dari sini dapat dilihat
bahwa informasi yang didapatkan oleh seseorang turut menyumbang
dalam memutuskan untuk mengambil suatu tindakan tertentu. Biasanya
ibu yang mengetahui suatu informasi dimana, sang ibu awalnya tidak
mengetahui hal tersebut. Maka informasi yang didapatkan, baik itu
informasi
yang
benar
maupun
yang
salah,
akan
cenderung
mempengaruhi pengetahuan dan persepsi ibu terhadap sesuatu.
6.12
Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan
Berdasarkan Kepercayaan Diri
Kepercayaan seseorang akan kemampuan untuk melakukan suatu
tindakan dengan berhasil. Kurangnya rasa percaya diri ibu bisa menyebabkan
kegagalan dalam praktik pemberian ASI.
Dalam penelitian ini dari 42 ibu yang menyatakan memiliki kepercayaan
diri untuk bisa memberikan ASI Eksklusif pada bayinya, sebanyak 24 ibu
(57,1%) ternyata memberikan MP-ASI pada bayinya. Sedangkan ibu yang
menyatakan tidak memiliki kepercayaan diri untuk memberikan ASI secara
eksklusif ternyata sebanyak 19 ibu (86,4%) memberikan MP-ASI pada bayinya.
109
Sebagian ibu yang menyatakan tidak memiliki rasa pecaya diri dalam penelitian
ini merasa Asi yang diproduksi semakin sedikit dari hari ke hari, ASI saja tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi, dan putting payudara ibu luka.
Dari hasil analisis tersebut memang terdapat perbedaan antara ibu yang
memberikan MP-ASI pada ibu yang memiliki kepercayaan diri dan ibu yang
tidak. Namun ternyata ibu memiliki kepercayaan diri dalam memberikan ASI
eksklusif, tetapi pada kenyataannya masih memberikan MP-ASI pada bayinya,
banyak ibu merasa khawatir pemberian ASI saja selama 6 bulan tidak cukup ini
disebabkan oleh bayi masih rewel setelah diberikan ASI, maka ibu mulai
memperkenalkan makanan pendamping ASI dini dimaksudkan agar bayi tidak
rewel setelah diberi makanan.
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 64 ibu yang memiliki
bayi usia 6 – 12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
Tahun 2014, tentang gambaran pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6
bulan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Frekuensi pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan oleh ibu
masih cukup tinggi (67,2 %).
2.
Pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan oleh ibu paling
banyak dilakukan pada kelompok usia ibu 20 – 30 tahun (68,4%)
3.
Pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan berdasarkan suku ibu,
hampir tidak ada perbedaan dari masing-masing kelompok suku dan
pemberian MP-ASI masih tinggi pada tiap-tiap suku.
4.
Pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan berdasarkan
pendidikan ibu, tertinggi pada kelompok pendidikan ibu yang tamat SD
(90%).
5.
Berdasarkan status bekerja ibu, kelompok yang paling besar memberikan
MP-ASI adalah pada kelompok ibu yang tidak bekerja (70,4%).
110
111
6.
Berdasarkan pengetahuan, pemberian MP-ASI paling besar diberikan oleh
ibu yang pengetahuannya kurang baik (80%).
7.
Berdasarkan pengalaman ibu, pemberian MP-ASI paling banyak dilakukan
oleh ibu yang memiliki pengalaman sebelumnya (82%).
8.
Berdasarkan adat/kebiasaan, pemberian MP-ASI paling banyak dilakukan
oleh ibu yang menyatakan ada adat/ kebiasaan (77%).
9.
Berdasarkan persepsi keparahan, pemberian MP-ASI paling banyak
dilakukan oleh ibu yang menyatakan tidak ada keparahan akibat dari
pemberian MP-ASI (84,1%).
10.
Berdasarkan persepsi ancaman, pemberian MP-ASI paling banyak dilakukan
oleh ibu yang menyatakan tidak ada ancaman akibat dari pemberian MP-ASI
(84,1%).
11.
Berdasarkan persepsi manfaat, pemberian MP-ASI paling banyak dilakukan
oleh ibu yang menyatakan ada manfaat dari pemberian MP-ASI pada bayi
usia kurang dari 6 bulan (84,4%).
12.
Berdasarkan persepsi kendala, pemberian MP-ASI paling banyak dilakukan
oleh ibu yang menyatakan ada kendala pemberian ASI (86,7%).
13.
Berdasarkan dukungan orang terdekat, baik dukungan dalam bentuk anjuran,
permintaan, atau suruhan, paling banyak dilakukan oleh ibu yang
menyatakan adanya dukungan orang terdekat (anjuran 73,2%, permintaan
81,2% dan suruhan 83,8%).
112
14.
Berdasarkan kunjungan ANC, frekuensi pemberian MP-ASI masih cukup
tinggi. Pada ibu yang kunjungannya 1 kali (50%), kunjungan 2 kali (100%),
kunjungan 3 kali (81,8%) dan kunjungan 4 kali atau lebih (63,3%).
7.2
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran sebagai
berikut :
1. Bagi Ibu
a.
Lebih aktif lagi untuk mencari informasi-informasi yang benar terkait
praktek pemberian ASI eksklusif dan pemberian MP-ASI kepada
petugas-petugas kesehatan yang kompeten dibidangnya. Sehingga ibu
tidak meyakini bahkan mengaplikasikan begitu saja informasi yang
didapatkan dari orang-orang sekitar ibu tanpa ibu tahu apakah itu akan
baik untuk bayi ibu atau malah sebaliknya.
b.
Berusaha
menanggulangi
kendala-kendala
atau
hambatan
yang
menghalangi ibu untuk bisa memberikan ASI secara eksklusif dengan
cara mengkonsultasikannya kepada petugas kesehatan.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
a.
Petugas kesehatan di Puskesmas harus memberikan dukungan penuh
kepada ibu agar memberikan memberikan ASI saja pada bayi hingga bayi
berusia 6 bulan pada saat kunjungan-kunjungan yang dilakukan ibu hamil
dan menyusui.
113
b.
Selaim kepada ibu, petugas kesehatan juga perlu melakukan penyuluhan
kepada orang-orang terdekat ibu untuk memberikan informasi seputar
praktek pemberian ASI Eksklusif dan pemberian MP-ASI yang benar, hal
ini dikarenakan pengetahuan yang benar tentang pemberian ASI
Eksklusif dan pemberian MP-ASI dari orang terdekat ibu juga sangat
mempengaruhi keberhasilan ibu dalam mempraktekan kedua hal tersebut.
c.
Petugas kesehatan juga perlu melakukan sebuah kegiatan khusus ibu
hamil dan menyusui untuk meluruskan persepsi-persepsi yang tidak benar
mengenai praktek pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan.
3. Bagi Peneliti Lain
a.
Perlu ada penambahan variabel yang yang mendukung variable-variabel
yang sudah ada, guan memperkuat hasil penelitian, dan menjelaskan
fenomena yang sebenarnya terjadi di masyarakat. Seperti variabel
pengetahuan tentang MP-ASI dari orang-orang terdekat ibu, seperti
seuami, ibu kandung, ibu mertua, dll.
b.
Perlu adanya penggalian lebih dalam lagi dari masing-masing variabel
memalui perwakilan dari masing-masing pertanyaan pada kuesioner,
sehingga informasi yang didapatkan lebih akurat lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Annisa. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian Asi
eksklusif pada ibu yang melahirkan di rumah Bersalin puskesmas kecamatan
pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 201. FKIK UIN. Jakarta
Asdan, Padang. 2008. Analisa Faktor-Faktor yang mempengaruhi Ibu dalam Pemberian
MP ASI dini di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah
BKKBN. 2006. Deteksi Dini Komplikasi Persalinan. BKKBN. Jakarta.
Budiarto,Eko, 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran:SebuahPengantar, Jakarta, EGC.
Perinasia, 2003. BahanBacaan Manajemen Laktasi. Jakarta : Program Manajemen
Laktasi Perkumpulan Perinatologi Indonesia.
Chairani, kiki. 2013. Alasan ibu memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) dini
dengan pendekatan teori Health Belief Model di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013. FKIK UIN. Jakarta
Cott, P.W. 2003.Seri Budaya Anak, Makanan Sehat Untuk Bayi dan Balita. Dian
Rakyat, Jakarta.
Danim, Sudarwan dan Darwis.2003. Metode Penelitian Kebidanan : prosedur, kebijakan
dan etik. Jakarta, EGC.
Departemen Kesehatan RI. 2007.Panduan Peserta Pelatihan Konseling Menyusui,
Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Jakarta
Departemen Kesehatan RI. Desember , 2008.Pesan-pesan Tenaga Inisiasi Menyusui
Dini (IMD) dan Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif untuk Tenaga Keshatan dan Keluarga
Indonesia.Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi
Masyarakat, Jakarta
Departemen Kesehatan RI.2001.ASI Eksklusif dan penatalaksanaannya,Jakarta
114
115
DepKes RI, (2007), Buku Kesehatan Ibudan Anak, Jakarta :Departemen Kesehatan
Ebrahim GJ. 1999. Perawatan Anak.Yayasan Essentia Medica. Jakarta.
Fikawati, Sandra dan Ahmad Syafiq.2003. Hubungan Antara Menyusui Segera
(Immediate Breastfeeding) dan Pemberian ASI Eksklusif sampai Empat Bulan.
Jakarta: Kedokteran Trisakti. Mei-Agustus Vol.22 No.2: Hal.47-55
Ginting, Daulat. Sekarwana, Nanan. Sukandar, Hadyana, 2012. Pengaruh Karakteristik,
Faktor Internal dan Eksternal IbuTerhadap Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi
Usia<6 Bulan Di Wilayah Kerja puskesmas barus jahe Kabupaten karo Provinsi
sumaterautara.
Universitas
Padjadjaran.
Bandung.
Sumber
:http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2013/01/pustaka_unpad_pengaruh_karakteristik_faktor_internal.p
df
Hartuti, 2006.Pemberian ASI Ekslusif dan Fakator-Faktor yang Berhubungan di
Puskesmas Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan Pripinsi Sumatera Barat Tahun
2006.Tesis.FKMUI.Depok
Husaini, Y. K. dan Husaini M.N. 1998.Makanan Bayi Bergizi. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press. Yogyakarta
IrawatiIstadi. (2007). Istimewakan Setiap Anak.Bekasi: PustakaInti.
Irawati, A. 2007. Stop MP-ASI terlalu Dini dalam http:/www.parenting.co.ida/tanggal
12 Mei 2013
Kirana, et al. 2006. Faktor-faktorkarakteristik Ibu Yang Mempengaruhi Pemberian MPASI
LINKAGES.2002. sumber :http://www.linkagesproject.org/media/publications/ENAReferences/Indonesia/Ref4.7%20.pdfdiaksespdtanggal 28 maret 2013
Martini. 2009. Tingkat Pengetahuan ibu Terhadap Pelaksanaan Dan Pemberian MPASI,
Muchtadi, D. 2004. Gizi untuk Bayi, ASI,
Tambahan.Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Susu
formula
dan
Makanan
Nasution, S. 2003. MetodeResearch :PenelitianIlmiah, Jakarta, PT. BumiAksara.
116
Notoatmojo, Soekidjo. 2002..Metodologi Penelitian Kesehatan,Jakarta, Rineka Cipta.
Notoadmojdo, S. 2002. Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan (EdisiRevisi). Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo.S, 2003.Ilmu Kesehatan Masyarakat. RinekaCipta, Jakarta.
Notoatmodjo,S. 2007, Promosi Kesehatandan Ilmu Perilaku, Jakarta : RinekaCipta
Oryz, 2008.Promosi Susu Formula Menghambat Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi 611 Bulan Di Kelurahan Pa’baeng-Baeng Makassar Tahun 2007. from :http://lkpkindonesia.blogspot.com/2007/03diaksespadatanggal 14 Juli 2013
Prasetyono, DS. 2009. BukuPintar ASI Eksklusif. Jogjakarta: DIVA Press
Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu
Prawirohardjo. Jakarta.
Kebidanan.
Yayasan
Bina
Pustaka
Sarwono
Rahmadhanny, Ratih.2011.Faktor penyebab putusnya ASI eksklusif pada Ibu menyusui
di Puskesmas Rumbai Kecamatan Rumbai Pesisir tahun 2011. FKM UI. Jakarta
Roesli, Utami, 2001.Mengenal ASI Eksklusif . Jakarta: PT. Niaga Swadaya
Roesli, U.2005. Seri 1 Mengenal ASI Eklusif. Trubus Agriwidya. Jakarta
Roesli, Utami. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus Asi Eksklusif. Jakarta :Pustaka Bunda.
Sandjaja dan Heriyanto, Albertus. 2006. Panduan Penelitian, Jakarta, Prestasi Pustaka.
Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan : penuntun praktis bagi pemula,
Jogjakarta, Mitra Cendikia Offset.
Solihin, Pudjiadi. 2003. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta: BalaiPenerbit FKUI.
117
Varney,H., 2006. Buku ajar Asuhan KebidananEdisi 4. Jakarta: EGC.
Wulandari, Melly. 2011.Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian makanan
prelakteal. FKIK UIN. Jakarta.
Wahyu. 2007. Gambaran Krakteristik Ibu Yang Memberikan MP-ASI Pada Bayi
Kurang dari 6 Bulan Di posyandu Cirumpak Tengah.
Watik, Ahmad, 2007. Dasar – DasarMetodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan,
Jakarta, Raja GrafindoPersada
World Health Organization. 2001. Exclusive breastfeeding. (On-Line). Available:
http://www.who.int/nutrition/topics/
exclusive_breastfeeding/en/
(DiaksesbulanJanuari 2013)
Widiyati, Wahyu et al. 2009. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemberian MPASI
Pada Anak Yang Berkunjung di Poli Imunisasi,
WHO.2005. Pemberian Makanan Tambahan.EGC. Jakarta.
Wiryo. H. 1998. Dampak pemberian pisang terhadap timbulnya sumbatan saluran
cernaneonatus. Majalah Kedokteran Indonesia.
LAMPIRAN - LAMPIRAN
LEMBAR PERNYATAAN PENELITIAN
GAMBARAN PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI USIA KURANG DARI 6 BULAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA
SELATAN TAHUN 2014
Pengantar
Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Saya Rita Rahmawati mahasiswi Peminatan Gizi, Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya ingin
melakukan penelitian yang berjudul alasan dan
faktor-faktor yang mempengaruhi
pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014. Penelitian ini sebagai tahap akhir
dari penyelesaian studi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Untuk itu, saya mohon bantuan dan kesediaan ibu untuk menjadi Responden saya dengan
mengisi kuesioner ini dengan lebgkap dan jujur. Jawaban dari ibu sangat bermanfaat bagi
penelitian saya. Dalam penelitian ini tidak ada paksaan dari pihak manapun dan merupakan
kerelaan anda untuk menjadi responden. Demikianlah penjelasan tertulis yang disampaikan oleh
peneliti. Atas kesediaan Ibu dan partisipasinya, saya ucapkan terima kasih.
Peneliti
Rita Rahmawati.
KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI USIA KURANG DARI 6 BULAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA
SELATAN TAHUN 2014
Tanggal Wawancara :
:
No. Responden
Identitas Responden
1. Nama Ibu
:
2. Nomor Telepon/ HP
:
3. Alamat/ Kelurahan
:
4. Usia Bayi
:
bulan
DIIISI
VARIABEL YANG DIUKUR
OLEH
PENELITI
A. Pemberian MP-ASI
A.1. Apakah ibu memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan?
0. Ya
[
] A1
[
] A2
[
] A3
[
] B1
[
] C1
1. Tidak
A.2. Jika ya, pada saat bayi berusia berapa ibu memberikannya?
Sebutkan …………………….
A.3. Makanan apa yang ibu berikan?
Sebutkan ………………………
B. Alasan pemberian MP-ASI
B.1. Jika ibu memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan, Apa alasan
ibu memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan?
Sebutkan …………………………………………
C. UMUR IBU
C.1. Berapa umur ibu saat ini? (…….. tahun)
D. JUMLAH ANAK
D.1. Berapa jumlah anak ibu saat ini? ( ……… anak)
[
] D1
[
] E1
[
] F1
[
] G1
[
] G2
[
] H1
E. SUKU KETURUNAN
E.1. Dari keturunan suku apa ibu berasal?
Sebutkan ………………
F. PENDIDIKAN IBU
F.1. Apa pendidikan terakhir ibu?
a. Tidak sekolah
b. Tidak tamat SD
c. Tamat SD
d. Tamat SMP/ Sederajat
e. Tamat SMA/ Sederajat
f. Tamat Perguruan Tinggi
G. PEKERJAAN IBU
G.1. Apakah ibu bekerja?
0. Bekerja
1. Tidak Bekerja
G.2. Jika bekerja, apa pekerjaan ibu?
Sebutkan, ……………………..
H. PENGETAHUAN
H.1. Apakah pengertian dari makanan pendamping ASI (MP ASI) itu?
a. Makanan yang diberikan kepada bayi/anak disamping ASI untuk memenuhi
kebutuhan gizi.
b. Makanan yang diberikan kepada bayi segera setelah lahir
c. Makanan pengganti ASI
d. Tidak tahu
H.2. Apakah ibu tahu kapan waktu yang tepat untuk pemberian MP-ASI?
a. 6 – 24 bulan
b. Kurang dari 6 bulan
c. Sewaktu-waktu bila anak membutuhkan
[
] H2
[
] H3
[
] H4
[
] H5
[
] H6
[
] H7
d. Tidak tahu
f. Lainnya, sebutkan …………..
H.3. Apa saja jenis-jenis MP-ASI?
a. MP-ASI lokal dan MP-ASI pabrikan
b. MP-ASI lokal
c. MP-ASI pabrikan
d. Tidak tahu
H.4. Apa ibu tahu manfaat dari pemberian MP-ASI?
a. Untuk memenuhi kebutuhan zat gizi anak
b. Supaya anak cepat besar
c. Tidak tahu
H.5. Apakah ibu tahu tujuan dari pemberian MP-ASI?
a. Untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal
b. Agar anak cepat kenyang
c. Tidak tahu
H.6. Apakah ibu tahu dampak MP-ASI yang diberikan terlalu dini kepada bayi?
a. Menyebabkan sistem pencernaan bayi terlalu berisiko terserang infeksi
sehigga bayi mudah terserang penyakit
b. Bayi menjadi gemuk dan sehat
c. Tidak tahu
H.7. Apakah ibu tahu dampak MP-ASI yang diberikan terlalu lambat kepada bayi?
a. Bayi menjadi sering rewel
b. Bisa menyebabkan bayi kekurangan gizi
c. Tidak tahu
H.8. Apakah ibu tahu cara yang tepat pemberian makanan yang berkala pada bayi?
a. Dimulai dari makanan cair(murni), makanan lunak(bubur susu), makanan
lembek(tim saring), makanan agak kasar dan makanan padat.
b. Dimulai dari pemberian nasi pisang, nasi tim dan nasi biasa
[
] H8
[
] I9
[
] I1
[
] I2
[
] J1
[
] J2
c. Disesuaikan dengan selera anak
d. Tidak tahu
H.9. Pada usia berapakah sebaiknya bayi disapih?
a. Pada usia kurang dari 24 bulan
b. Pada usia lebih dari 24 bulan
c. Pada usia kurang dari 12 bulan
d. Pada usia lebih dari 12 bulan
e. Tidak tahu
I. PENGALAMAN
I.1. Apakah ibu sebelumnya pernah memberikan makanan tambahan lain selain ASI
pada bayi usia kurang dari 6 bulan ?
0. Ya
1. Tidak
I.2. Jika ya, kepada siapa ibu pernah memberikannya?
a..Anak ibu sebelumnya
b. Anak saudara
c. Lainnya, sebutkan ……………..
J. ADAT/ KEBIASAAN
J.1. Apakah orang tua/ mertua (keluarga) ibu biasa memberikan makanan tambahan
lain selain ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan?
0. Ya
1. Tidak
J.2. Jika ya, makanan apa yang biasanya dianjurkan untuk diberikan?
Sebutkan, …………..
J.3. Apakah pemberian makanan seperti itu telah dilakukan/ ada secara turun
temurun (nenek, orang tua)?
0. Ya
[
] J3
[
] K1
[
] K2
[
] K3
[
] K4
[
] L1
[
] L2
1. Tidak
K. RIWAYAT ANC (Antenatal Care)
K.1. Selama kehamilan, apakah ibu pernah memeriksakan kandungan?
0. Ya
1. Tidak
K.2. Jika ya, kemana ibu memeriksakan kandungan ibu?
a. Bidan
b. Dokter
c. Puskesmas
d. Rumah Sakit
e. Lainnya (sebutkan) …………………..
K.3. Jika ya, kapan pertamakali ibu memeriksakan kehamilan?
a. Trimester 1 (usia kandungan 1 – 3 bulan)
b. Trimester 2 (usia kandungan 4 – 6 bulan)
c. Trimester 3 (usia kandungan 7 – 9 bulan)
K.4. Berapakali ibu memeriksakan kandungan selama kehamilan?
a. 1 kali
b. 2 – 3 kali
c. ≥ 4 kali
L. DUKUNGAN ORANG TERDEKAT
L.1. Apakah orang terdekat ibu pernah menganjurkan/menyarankan ibu untuk
memberikan makanan tambahan lain selain ASI pada bayi usia kurang dari 6
bulan?
0. Ya
1. Tidak
L.2. Jika ya, siapa orang terdekat ibu yang menganjurkan itu?
a. Suami
b. Ibu kandung
c. Ibu mertua
d. Teman
e. Lainnya, sebutkan ………………..
L.3. Apakah orang terdekat ibu pernah meminta ibu untuk memberikan MP-ASI
pada bayi usia kurang dari 6 bulan?
0. Ya
[
] L3
[
] L4
[
] L5
[
] L6
1. Tidak
L.4. Jika ya, siapa orang terdekat ibu yang meminta itu?
a. Suami
b. Ibu kandung
c. Ibu mertua
d. Teman
e. Lainnya, sebutkan ………………..
L.5. Apakah orang terdekat ibu pernah menyuruh/ mendorong ibu untuk
memberikan makanan tambahan lain selain ASI pada bayi usia kurang dari 6
bulan?
0. Ya
1. Tidak
L.6. Jika ya, siapa orang tedekat ibu yang melakukan itu?
a. Suami
b. Ibu kandung
c. Ibu mertua
d. Teman
e. Lainnya, sebutkan ………………..
M. Health Belief Models
Perceived Susceptibility (persepsi kerentanan)
M.1.Menurut ibu adakah resiko terserang penyakit jika ibu memberikan makanan/
minuman MP-ASI kepada bayi usia kurang dari 6 bulan?
0. Ya
[
] M1
[
] M2
[
] M3
[
] M4
[
] M5
[
] M6
[
] M7
1. Tidak
Perceived Severity (persepsi keparahan/kegawatan)
M.2.Menurut ibu apakah dengan memberikan MP-ASI tersebut dapat menimbulkan
penyakit atau dampak yang serius?
0. Ya
1. Tidak
M.3.Jika Ya, penyakit atau dampak apa itu?
Sebutkan …………………………………………….
Perceived Benefit (persepsi keuntungan/manfaat)
M.4.Menurut ibu adakah manfaat yang didapatkan dengan memberikan MP-ASI
pada bayi usia kurang dari 6 bulan?
0. Ya
1. Tidak
M.5.Jika Ya, apa manfaatnya?
Sebutkan ………………………………………………………
Perceived Barrier (persepsi hambatan/halangan)
M.6.Apakah ada kendala yang menyebabkan ibu memberikan MP-ASI pada bayi
usia kurang dari 6 bulan?
0. Ya
1. Tidak
M.7. Jika Ya, apa kendalanya?
Sebutkan …………………………………………………………..
Cues to action (isyarat tindakan)
M.8. Apakah sebelumnya ibu pernah mendapatkan informasi untuk meberikan
[
] M8
[
] M9
[
] M10
[
] M11
makanan/ minuman (MP-ASI) pada bayi usia kurang dari 6 bulan?
M.9 Jika Ya, dari mana ibu mendapatkan informasi tersebut?
Sebutkan ………………………………………………….
Self efficacy (kemajuran/keberhasilan diri)
M.10.Apakah ibu memiliki kepercayaan diri untuk dapat menyusui ASI secara
Eksklusif pada bayi ibu?
1. Ya
0. Tidak
M.11.Jika Tidak kenapa?
Sebutkan …………………………………………….
OUTPUT SPSS
Pemberian MP-ASI
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Percent
Ya
43
67.2
67.2
67.2
Tidak
21
32.8
32.8
100.0
Total
64
100.0
100.0
Crosstab___TingkatPendidikan * BeriMPASI Crosstabulation
BeriMPASI
Ya
TingkatPendidikan
Tamat SD
Count
% within TingkatPendidikan
Tamata SMP
Count
% within TingkatPendidikan
Tamat SMA
Count
% within TingkatPendidikan
Tamat PT
Count
% within TingkatPendidikan
Total
Count
% within TingkatPendidikan
Tidak
9
1
10
90.0%
10.0%
100.0%
15
4
19
78.9%
21.1%
100.0%
18
9
27
66.7%
33.3%
100.0%
1
7
8
12.5%
87.5%
100.0%
43
21
64
67.2%
32.8%
100.0%
Crosstab___StatusKerja * BeriMPASI Crosstabulation
BeriMPASI
Ya
StatusKerja
Ya
Count
% within StatusKerja
Tidak
Count
% within StatusKerja
Total
Count
% within StatusKerja
Tidak
Total
Total
5
5
10
50.0%
50.0%
100.0%
38
16
54
70.4%
29.6%
100.0%
43
21
64
67.2%
32.8%
100.0%
PengalamanberiMPASI * BeriMPASI Crosstabulation
BeriMPASI
Ya
PengalamanberiMPASI
Ya
Count
% within
PengalamanberiMPASI
Tidak
7
38
81.6%
18.4%
100.0%
12
14
26
46.2%
53.8%
100.0%
43
21
64
67.2%
32.8%
100.0%
Count
% within
PengalamanberiMPASI
Total
31
Count
% within
PengalamanberiMPASI
Total
Tidak
AdatKebiasaan * BeriMPASI Crosstabulation
BeriMPASI
Ya
AdatKebiasaan
Ya
Count
% within AdatKebiasaan
Tidak
Total
33
10
43
23.3%
100.0%
10
11
21
47.6%
52.4%
100.0%
Count
% within AdatKebiasaan
Total
76.7%
Count
% within AdatKebiasaan
Tidak
43
21
64
67.2%
32.8%
100.0%
DukunganMenganjurkan * BeriMPASI Crosstabulation
BeriMPASI
Ya
DukunganMenganjurkan
Ya
Count
% within
DukunganMenganjurkan
Tidak
Count
% within
DukunganMenganjurkan
Total
Count
% within
DukunganMenganjurkan
Tidak
Total
30
11
41
73.2%
26.8%
100.0%
13
10
23
56.5%
43.5%
100.0%
43
21
64
67.2%
32.8%
100.0%
KlpUmur * BeriMPASI Crosstabulation
BeriMPASI
Ya
KlpUmur
<20 atau >30 tahun
Count
% within KlpUmur
20 – 30 tahun
Total
12
38
68.4%
31.6%
100.0%
17
9
26
65.4%
34.6%
100.0%
43
21
64
67.2%
32.8%
100.0%
Count
% within KlpUmur
Total
26
Count
% within KlpUmur
Tidak
KlpPengetahuan * BeriMPASI Crosstabulation
BeriMPASI
Ya
KlpPengetahuan
baik
Count
% within KlpPengetahuan
Kurang baik
30
80.0%
20.0%
100.0%
19
15
34
55.9%
44.1%
100.0%
43
21
64
67.2%
32.8%
100.0%
Count
% within KlpPengetahuan
Suku * BeriMPASI Crosstabulation
BeriMPASI
Ya
Suku
Betawi
Count
% within Suku
Jawa
Count
% within Suku
Sunda
Count
% within Suku
Minang
Count
% within Suku
Batak
Count
% within Suku
Total
Count
% within Suku
Tidak
Total
6
Count
% within KlpPengetahuan
Total
Tidak
24
Total
17
9
26
65.4%
34.6%
100.0%
16
8
24
66.7%
33.3%
100.0%
8
3
11
72.7%
27.3%
100.0%
1
1
2
50.0%
50.0%
100.0%
1
0
1
100.0%
.0%
100.0%
43
21
64
67.2%
32.8%
100.0%
Download