BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zakat merupakan rukun

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Zakat merupakan rukun Islam yang keempat dan merupakan salah satu
unsur pokok bagi tegaknya syari’at agama Islam. Menurut Mutia dan Anzu (2009)
zakat diyakini mampu mengatasi masalah sosial yang terjadi di masyarakat, di
antaranya mengentaskan kemiskinan dan mengurangi kesenjangan pendapatan
masyarakat. Zakat itu mempunyai dua fungsi, Pertama adalah untuk membersihkan
harta benda dan jiwa manusia supaya senantiasa dalam keadaan fitrah. Kedua, zakat
itu juga berfungsi sebagai dana masyarakat yang dimanfaatkan untuk kepentingan
sosial guna mengurangi kemiskinan. Secara etimologis, zakat memiliki arti kata
berkembang (an-namaa), mensucikan (at-thaharatu) dan berkah (al- barakatu).
Sedangkan secara terminologis, zakat mempunyai arti mengeluarkan sebagian
harta dengan persyaratan tertentu untuk diberikan kepada kelompok tertentu
(Mustahik) dengan persyaratan tertentu pula. (Hafidhuddin, 2002).
Islam melarang menumpukan harta, menahannya dari peredaran dan
pengembangan. Sesuai dengan Firman Allah SWT: Dan orang-orang yang
menyimpan emas dan perak serta tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka
beritahukanlah pada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.
(Q.S At-Taubah: 34) Pelaksanaan zakat erat hubungannya dengan suatu ekonomi
karena dapat mendorong kehidupan ekonomi hingga orang-orang dapat
menunaikan zakat. Dalam sistem perekonomian Islam uang itu tidak akan
mempunyai kebaikan dan laba yang halal bila ia dibiarkan saja tanpa dioperasikan,
tetapi ia harus terpotong oleh zakat manakala masih mencapai satu nisab dan
1
khaulnya sedangkan Islam mengharamkan riba. Karena itulah ekonomi Islam yang
berlandaskan pada pengarahan zakat akan memberi dorongan terhadap terwujudnya
pertumbuhan ekonomi yang pesat. Pada umumnya harta yang wajib dizakatkan
adalah mempunyai sifat berkembang atau sudah menjadi harta simpanan, dan zakat
dikeluarkan dari hasil pertumbuhannya, bukan dari modalnya. Dengan demikian
harta itu akan tetap sehat, masyarakatpun sehat dan ekonomi nasionalpun sehat,
berkat harta itu berkembang dengan pesat dan seproduktif mungkin.
Qadir (2001) menjelaskan bahwa pengelolaan distribusi zakat yang
diterapkan di Indonesia terdapat dua macam, yaitu distribusi secara konsumtif dan
produktif. Zakat pruduktif ini lebih kepada tata cara pengelolaan zakat, dari yang
sebelumya hanya digunakan untuk hal-hal yang bersifat konsumtif dan pemenuhan
kebutuhan sesaat saja, lalu diubah penyaluran dana zakat yang telah dihimpun itu
kapada hal-hal yang bersifat produktif dalam rangka pemberdayaan umat. Dengan
kata lain dana zakat tidak lagi diberikan kepada mustahik lalu habis dikonsumsi.
Zakat produktif diberikan kepada masyarakat miskin yaitu masyarakat yang
memiliki pekerjaan namun penghasilannya tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Zakat yang bersifat konsumtif adalah harta zakat secara langsung
diperuntukkan bagi mereka yang tidak mampu dan sangat membutuhkan, terutama
fakir miskin. Harta zakat diarahkan terutama untuk memenuhi kebutuhan pokok
hidupnya, seperti kebutuhan makanan, pakaian dan tempat tinggal secara wajar.
Kebutuhan pokok yang bersifat primer ini terutama dirasakan oleh kelompok fakir,
dan cacat fisik yang tidak bisa berbuat apapun untuk mencari nafkah demi
kelangsungan hidupnya. Serta bantuan-bantuan lain yang bersifat temporal seperti
2
zakat fitrah. Kebutuhan mereka memang nampak hanya bisa diatasi dengan
menggunakan harta zakat secara konsumtif, umpama untuk makan dan minum pada
waktu jangka tertentu, pemenuhan pakaian, tempat tinggal dan kebutuhan hidup
lainnya yang bersifat mendesak.
Program pemberian dana bantuan modal usaha dapat berjalan secara lancar
dan efektif, tergantung dari banyaknya dana zakat yang terkumpul dan
pendistribusian yang dilakukan oleh BAZ haruslah diprioritaskan kepada usaha
yang produktif dan tepat sasaran. Yaitu memang pelaku usaha yang memiliki hak
untuk mendapatkan dana tersebut dan diperkirakan usahanya dapat berkembang
dengan adanya dana bantuan modal ini. Zakat diberikan langsung kepada mustahik
atau disalurkan melalui pengelola zakat yang ada. Dalam UU no 23 tahun 2011
disebutkan bahwa pengelolaan zakat bertujuan untuk: Pertama, meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat. Kedua, meningkatkan
manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan
kemiskinan. (Hafidhuddin, 2014).
Berdasarkan UU No: 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat bahwa
organisasi yang berhak mengelola zakat terbagi menjadi dua yaitu: organisasi yang
dibentuk oleh pemerintah yang disebut dengan Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) dan Organisasi yang dibentuk atas prakarsa masyarakat yang disebut
Lembaga Amil Zakat (LAZ). (Ashif, 2014).
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan satusatunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8
Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat,
infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional. Dengan tugasnya tersebut, lembaga
3
ini dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat dan meningkatkan
solidaritas umat, terutama bagi penerima zakat. Orang-orang yang berhak
menerima zakat itu tergolong kepada asnaf yang delapan, seperti yang terdapat pada
surat At-Taubah ayat 60.
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) terdapat hampir diseluruh
Kabupaten/Kota di setiap provinsi di Indonesia. Di Kota Sawahlunto BAZNAS
beralamat Jl. Kubang Sirakuk Bawah. BAZNAS Kota Sawahlunto memiliki
program yang beragam, salah satunya adalah program zakat produktif, yang biasa
dikenal dengan zakat Dana Bina Usaha (DBU). Program ini bertujuan agar
mustahik dapat menjadi muzakki di kemudian hari.
Terdapat 70 mustahik yang menjadi penerima zakat modal usaha di
BAZNAS Kota Sawahlunto dengan jumlah total dana sebesar Rp 210.000.000,-.
Jumlah zakat yang diberikan kepada mustahik beragam, dimulai dari Rp
1.000.000,- hingga Rp 8.000.000,-. Selain dari pemberian modal yang berbentuk
uang, BAZNAS juga memberikan pelatihan kewirausahaan dan perbaikan tempat
usaha kepada para mustahik. Mutia dan Anzu (2009) mengatakan bahwa zakat yang
dapat meningkatkan ekonomi mustahik adalah zakat produktif dan zakat menjadi
salah satu faktor penunjang peningkatan pendapatan mustahik. Penelitian juga
menganalisis faktor-faktor lain yang mempengaruhi pendapatan penerima zakat
(mustahik), yaitu menggunakan variable-variabel ekonomi Variabel yang dimaksud
adalah variabel jumlah zakat yang diterima, usia mustahik dan pendidikan terakhir
yang dimiliki mustahik terdapat hubungan yang positif terhadap peningkatan
pendapatan mustahik.
4
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian di
BAZNAS Kota Sawahlunto, karena lembaga ini merupakan satu-satunya lembaga
milik Pemerintah yang tidak hanya memberikan zakat berupa uang untuk biaya
konsumsi sehari-hari, melainkan juga untuk memberikan modal usaha agar
mustahik dapat bekerja dan meningkatkan pendapatannya. Maka dari itu, penulis
mengambil judul “Pengaruh Jumlah Dana Zakat, Tingkat Pendidikan dan Usia
Tehadap Pendapatan Penerima Zakat (Studi Kasus: Penyaluran Zakat Modal
Usaha Oleh Baznas Kota Sawahlunto)”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh jumlah dana zakat yang diterima mustahik terhadap
pendapatan mustahik setelah menerima zakat?
2. Bagaimana pengaruh pendidikan tertinggi yang dimiliki mustahik terhadap
pendapatan mustahik setelah menerima zakat?
3. Bagaimana pengaruh usia mustahik terhadap pendapatan mustahik setelah
menerima zakat?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang disebutkan di atas, tujuan dari penelitian
ini adalah:
1. Menganalisis seberapa besar pengaruh jumlah dana zakat yang diterima
mustahik terhadap pendapatan setelah menerima zakat.
2. Menganalisis pengaruh pendidikan tertinggi yang dimiliki oleh
mustahik terhadap pendapatannya setelah menerima zakat.
3. Menganalisis seberapa besar pengaruh usia mustahik terhadap
pendapatannya setelah menerima zakat modal usaha.
5
1.4 Manfaat Penelitian
Sesuai perumusan masalah yang disebutkan di atas, maka penelitian ini
diharapkan dapat memberi manfaat seperti:
1)
Bagi Penulis
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan memberi pengetahuan
mengenai peranan zakat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2)
Bagi BAZNAS Kota Sawahlunto
Dapat dijadikan sebagai masukan dan pertimbangan bagi pengurus dalam
mengembangkan pengelolaan dana zakat agar dapat berkontribusi dengan
lebih baik dalam meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian di daerah
Sawahlunto.
3)
Bagi Pembaca
Diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah wawasan serta
referensi bagi akademisi.
1.5 Hipotesa
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut:
1.
Diduga jumlah zakat yang diterima mustahik mempengaruhi
pendapatan mustahik setelah menerima zakat.
2.
Diduga pendidikan tertinggi yang dimiliki mustahik mempengaruhi
pendapatan mustahik setelah menerima zakat.
3.
Diduga usia mustahik mempengaruhi pendapatannya setelah
menerima zakat modal usaha.
1.6 Sistematika Penulisan
6
Skripsi ini terdiri dari enam bab. Untuk memberikan gambaran yang lebih
jelas secara sistematis mengenai masalah yang dibahas, maka sistematika penulisan
adalah sebagai berikut:
Bab I
Pendahuluan
Bab ini berisikan tentang uraian mengenai latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan
sistematika penulisan skripsi.
Bab II
Tinjauan Teoritis
Bab ini mengemukakan tentang landasan teori-teori dan penelitian terdahulu
yang melandasi penelitian ini.
Bab III Metodologi Penelitian
Bab ini menguraikan tentang jenis penelitian, lokasi, populasi penelitian dan
sumber data, teknik pengumpulan data, pembentukan model, definisi operasional
variabel, metode analisis data dan metode pengujian statistik.
Bab IV
Gambaran Umum
Bab ini membahas tentang gambaran umum daerah penelitian, keadaan
geografis daerah penelitian, kondisi daerah penelitian dan data responden.
Bab V
Penemuan Studi
Berisi tentang hasil analisa kuesioner dan hasil dari penelitian yang telah
dilakukan berdasarkan koefisien determinasi uji F, uji T, analisa koefisien regresi.
Bab VI
Kesimpulan dan Saran
Bab yang berisikan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian dan saran
mengenai penelitian.
7
Download