pemeliharaan tanaman

advertisement
BUDIDAYA KARET
Indonesia merupakan negara kedua penghasil
karet alami di dunia (sekitar 28 persen dari produksi
karet dunia di tahun 2010), sedikit di belakang
Thailand (sekitar 30 persen).
Pengembangan karet Indonesia dalam kurun
waktu 3 dekade mengalami pertumbuhan yang sangat
pesat. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir,
peningkatan ekspor karet cukup signifikan, dari
volume ekspor tahun 2002 sebesar 1.496 ribu ton
senilai US$ 1.038 juta meningkat menjadi 2.100 ribu
ton pada tahun 2009
Sedangkan dari aspek penyerapan tenaga kerja,
pertanaman karet mampu menyerap lebih dari 2 juta
tenaga kerja, belum termasuk tenaga kerja yang
terserap dalam berbagai sub sistem lainnya.
Tanaman
karet
merupakan
tanaman
tahunan yang mampu memberikan manfaat
dalam
pelestarian
lingkungan,
terutama
dalam hal penyerapan CO2 dan penghasil O2.
Bahkan ke depan, tanaman karet merupakan
sumber kayu yang potensial yang dapat
mensubtitusi kebutuhan kayu hutan alam
yang dari tahun ke tahun ketersediaannya
semakin menurun.
Botani Tanaman Karet
Klasifikasi tanaman karet adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Family : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis Muell Arg.
Tanaman karet memiliki sistem perakaran yang terdiri dari
akar tunggang, akar lateral yang menempel pada akar tunggang
dan akar serabut. Pada tanaman yang berumur 3 tahun kedalaman
akar tunggang sudah mencapai 1,5 m. Apabila tanaman sudah
berumur
7
tahun
maka
akar
tunggangnya
sudah
mencapai
kedalaman lebih dari 2,5 m. Pada konsisi tanah yang gembur akar
lateral dapat berkembang sampai pada kedalaman 40-80 cm. Akar
lateral berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara dari tanah.
Pada tanah yang subur akar serabut masih dijumpai sampai
kedalaman 45 cm. Akar serabut akan mencapai jumlah yang
maksimum pada musim semi dan pada musim gugur mencapai
jumlah minimum (Basuki dan Tjasadihardja, 1995).
Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan betina yang terdapat dalam
malai payung yang jarang. Pada ujungnya terdapat lima taju yang
sempit. Panjang tenda bunga 4-8 mm. Bunga betina berambut,
ukurannya sedikit lebih besar dari bunga jantan dan mengandung bakal
buah yang beruang tiga. Kepala putik yang akan dibuahi dalam posisi
duduk juga berjumlah tiga buah. Bunga jantan mempunyai sepuluh
benang sari yang tersusun menjadi suatu tiang. Kepala sari terbagi
dalam 2 karangan dan tersusun lebih tinggi dari yang lain (Marsono dan
Sigit, 2005).
TEKNOLOGI BUDIDAYA KARET
Untuk membangun kebun karet diperlukan
manajemen dan teknologi budidaya tanaman karet
yang mencakup, kegiatan sbb :
Syarat tumbuh tanaman karet
Klon-klon karet rekomendasi
Bahan tanam/bibit
Persiapan tanam dan penanaman
Pemeliharaan tanaman: pengendalian gulma,
pemupukan dan pengendalian penyakit
Penyadapan/panen
SYARAT TUMBUH TANAMAN KARET
Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi
iklim untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media
tumbuhnya.
Iklim
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan
150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga
memulai produksinya juga terlambat.
Indonesia : 6º LU (Lintang Utara) dan 11º LS (Lintang Selatan
Curah hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000
mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun
demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang.
Tinggi tempat
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan
ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut
tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar
antara 25ºC sampai 35ºC.
Angin
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang
baik untuk penanaman karet
Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya
lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat
kimianya.
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh
tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah
gambut < 2 m.
Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya
terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar
antara pH 3,0 - pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0.
Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet
pada umumnya antara lain :
• Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat
batu-batuan dan lapisan cadas
• Aerase dan drainase cukup
• Tekstur tanah remah, poreus dan dapat
menahan air
• Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
• Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm
• Kandungan hara NPK cukup dan tidak
kekurangan unsur hara mikro
• Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 6,5
• Kemiringan tanah < 16% dan
• Permukaan air tanah < 100 cm.
KLON-KLON KARET REKOMENDASI
Pemerintah telah menetapkan sasaran pengembangan produksi karet
alam Indonesia sebesar 3 - 4 juta ton/tahun pada tahun 2025. Sasaran produksi
tersebut hanya dapat dicapai apabila minimal 85% areal kebun karet (rakyat)
yang saat ini kurang produktif berhasil diremajakan dengan menggunakan klon
karet unggul.
Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet 2005, telah
direkomendasikan klon-klon unggul baru generasi-4 untuk periode tahun 2006 –
2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 104, IRR 112, dan IRR 118.
Klon IRR 42 dan IRR 112 akan diajukan pelepasannya sedangkan klon IRR lainnya
sudah dilepas secara resmi. Klon-klon tersebut menunjukkan produktivitas dan
kinerja yang baik pada berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi karakter agronomi
dan sifat-sifat sekunder lainnya. Oleh karena itu pengguna harus memilih
dengan cermat klon-klon yang sesuai agroekologi wilayah pengembangan dan
jenis-jenis produk karet yang akan dihasilkan.
BAHAN TANAM
Hal yang paling penting dalam penanaman karet adalah
bibit/bahan tanam, dalam hal ini bahan tanam yang baik adalah yang
berasal dari tanaman karet okulasi. Persiapan bahan tanam dilakuka
paling tidak 1,5 tahun sebelum penanaman. Dalam hal bahan tanam
ada tiga komponen yang perlu disiapkan, yaitu: batang bawah (root
stoct), entres/batang atas (budwood), dan okulasi (grafting) pada
penyiapan bahan tanam.
Persiapan batang bawah merupakan suatu kegiatan untuk
memperoleh bahan tanam yang mempunyai perakaran kuat dan daya
serap hara yang baik.
Untuk mencapai kondisi tersebut, diperlukan pembangunan
pembibitan batang bawah yang memenuhi syarat teknis yang
mencakup persiapan tanah pembibitan, penanganan benih,
perkecambahan, penanaman kecambah, serta usaha pemeliharaan
tanaman di pembibitan
ESTIMASI PRODUKSI
Produksi lateks per satuan luas dalam kurun waktu
tertentu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain klon
karet yang digunakan, kesesuaian lahan agroklimatologi,
pemeliharaan tanaman belum menghasilkan, sistem dan
manajemen sadap, dan lainnya. Dengan asumsi bahwa
pengelolaan kebun plasma dapat memenuhi seluruh kriteria
dengan dikemukakan dalam kultur tehnis karet diatas, maka
estimasi produksi dapat dilakukan dengan mengacu pada
standar produksi yang dikeluarkan oleh Dinas Perkebunan
setempat
atau
Balai
Penelitian
Perkebunan
yang
bersangkutan.
Karena produksi kebun karet adalah lateks, maka
estimasi produksi per hektar per tahun dikonversikan ke
dalam satuan getah karet basah seperti pada Tabel berikut :
KEBUTUHAN BIBIT
Dengan jarak tanam 7m x 3m (untuk tanah landai), diperlukan
bibit tanaman karet untuk penanaman sebanyak 476 bibit, dan
cadangan untuk penyulaman sebanyak 47 (10%) untuk setiap
hektar kebun diperlukan sebanyak 523 batang bibit karet.
PENANAMAN
Pada umumnya penanaman karet di lapangan dilaksanakan pada
musim penghujan yakni antara bulan September sampai
Desember dimana curah hujan sudah cukup banyak, dan hari
hujan telah lebih dari 100 hari.
Pada saat penanaman, tanah penutup lubang dipergunakan top
soil yang telah dicampur dengan pupuk RP 100 gram per lubang,
disamping pemupukan dengan urea 50 gram dan SP - 36 sebesar
100 gram sebagai pupuk dasar (RP = Rock Phospate)
PEMELIHARAAN TANAMAN
Pemeliharaan dilakukan pada perkebunan tanaman karet
meliputi
pengendalian
gulma,
pemupukan
dan
pemberantasan penyakit tanaman.
PENGENDALIAN GULMA
Areal pertanaman karet, baik tanaman belum menghasilkan
(TBM) dan tanaman sudah menghasilkan (TM) harus bebas
dari gulma seperti alang-alang, Mekania, Eupatorium, dll
sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Untuk
mencapai hal tersebut, penyiangan pada tahun pertama
dilakukan berdasarkan umur tanaman seperti berikut:
PROGRAM PEMUPUKAN
Program pemupukan secara berkelanjutan pada
tanaman karet harus dilakukan dengan dosis yang seimbang
dua kali pemberian dalam setahun. Jadwal pemupukan
pada semeseter I yakni pada Januari/Februari dan pada
semester II yaitu Juli/Agustus.
Seminggu sebelum pemupukan, gawangan lebih dahulu
digaru dan piringan tanaman dibersihkan. Pemberian SP-36
biasanya dilakukan dua minggu lebih dahulu dari Urea dan
KCl. Dosis pemupukan tanaman karet secara umum dapat
dilihat pada Tabel 5 & 6.
Tabel 5. Rekomendasi Umum Pemupukan Tanaman
Belum Menghasilkan
Umur
Tanaman
Urea
(g/ph/th)
SP 36
(g/ph/th)
KCl
(g/ph/th)
Frekuensi
Pemupukan
Pupuk Dasar
-
125
-
-
1
2
3
4
5
250
250
250
300
300
150
250
250
250
250
100
200
200
250
250
2
2
2
2
2
kali/th
kali/th
kali/th
kali/th
kali/th
Tabel 6. Rekomendasi Umum Pemupukan Tanaman
Menghasilkan
Umur
Tanaman
Urea
(g/ph/th)
SP 36
(g/ph/th)
KCl
(g/ph/th)
Frekuensi
Pemupukan
6 – 15
350
260
300
2 kali/th
16 – 25
300
190
250
2 kali/th
> 25 s/d 2
thn sblm
peremajaan
200
-
150
2 kali/th
MENYADAP KARET
a. Pada awalnya lateks akan mengalir cepat kemudian
lambat, hingga akhirnya berhenti
b. Terhentinya aliran lateks karena terjadi penyumbatan
pada ujung pembuluh lateks karena gumpalan lateks
c. Lateks akan mengalir bila lapisan sumbatan dibuang
dengan mengiris kulit pada sadapan berikutnya
d. Irisan tipis cukup untuk membuang sumbatan tersebut
1) Frekuensi penyadapan: jumlah penyadapan yang dilakukan dalam jangka
waktu tertentu
2) Penentuan frekuensi penyadapan berkaitan dengan panjang irisan dan
intensitas penyadapan
3) Panjang irisan: ½ S (spiral)
4) Frekuensi penyadapan: 2 tahun pertama: d/3 (3 hari sekali) tahun selanjutnya:
d/2 (2 hari sekali) panjang irisan dan frekuensi penyadapan bebas.
Penyadapan
Suatu tindakan membuka pembuluh lateks agar lateks yang
terdapat di dalam tanaman karet keluar.
Syarat Penyadapan yang Baik
? Menghasilkan lateks banyak
? Biayanya rendah
? Tidak mengganggu kesinambungan produksi tanaman.
Matang Sadap Pohon
Tanaman karet siap sadap bila sudah matang sadap pohon.
Matang sadap pohon tercapai apabila sudah mampu
diambil lateksnya tanpa menyebabkan gangguan terh adap
pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Kesanggupan
tanaman untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan
“umur dan lilit batang”.
Umur Tanaman dan Pengukuran Lilit Batang
Penyadapan dapat dilakukan sekitar umur 4.5-6 tahun
tergantung pada klon dan lingkungan. Umur tersebut tidak
dapat dijadikan pedoman baku untuk menentukan matang
sadap, sehingga yang hanya dapat dijadikan pedoman
untuk menentukan matang sadap adalah dengan melakukan
pengukuran lilit batang.
Pengukuran lilit batang terhadap pohon yang sudah masuk
matang sadap dapat dilakukan dengan:
1. Lilit batang 45 cm atau lebih
2. Ketinggian 100 cm dpo (di atas pertautan okulasi).
Penggambaran Bidang Sadap
1) Dilakukan pada pohon dan kebun yang sudah matang sadap
2) Ditetapkan berdasarkan:
a. Tinggi bukaan sadap
b. Arah dan sudut kemiringan irisan sadap
c. Panjang irisan sadap
d. Letak bidang sadap
3) Penggambaran bidang sadap:
a. Tanaman okulasi 130 cm dpo
b. Tanaman seedling 100 cm
c. Arah: dari kiri atas ke kanan bawah
Alasannya:
Pembuluh lateks posisinya dari kanan atas ke kiri
bawah membentuk sudut 3.7° dengan bidang datar.
4) Sudut kemiringan sadap
a. Bidang sadap bawah: 30°-40° terhadap bidang datar.
b. Bidang sadap atas: 45°.
Kedalaman Irisan Sadap
Kedalaman irisan sadap dianjurkan 1–1.5 mm dari kambium
Dasar pemikiran:
1) Di dalam kulit batang terdapat pembuluh lateks,
semakin ke dalam semakin banyak
2) Jangan sampai terjadi kerusakan kambium agar kulit
pulihan dapat terbentuk dengan baik
3) Lamanya penyadapan 25–30 tahun.
Kemiringan Irisan Sadap Berpengaruh pada
1) Jumlah pembuluh lateks yang terpotong
2) Aliran lateks ke arah mangkuk sadap (membeku,
menyimpang dari alur aliran lateks).
Panjang Irisan Sadap (pis) Berpengaruh pada
1) Produksi dan pertumbuhan
2) Konsumsi kulit
3) Keseimbangan produksi jangka panjang
4) Kesehatan tanaman. Anjuran pis: ½ S (irisan miring sepanjang ½ spiral
(lingkaran))
5) Letak bidang sadap
6) Arah Timur Barat (pada jarak antar tanaman yang sempit). Tujuannya:
pelaksanaan penyadapan cepat dan mudah dikontrol.
Pemasangan Talang Sadap dan Mangkuk Sadap
1) Setelah penggambaran bidang sadap
2) Diletakkan di bawah ujung irisan sadap bagian bawah, tujuannya:
a. Agar tidak mengganggu penyadapan
b. Lateks dapat mengalir dengan baik
c. Tidak banyak meninggalkan bekuan.
3) Mangkuk sadap diletakkan di atas cincin mangkuk dan diikat dengan tali
ke batang.
Waktu Penyadapan
Sebaiknya penyadapan dilakukan Jam 5.00-7.30 pagi hari, dengan dasar
pemikirannya:
a. Jumlah lateks yang keluar dan kecepatan aliran lateks dipengaruhi oleh
tekanan turgor sel
b. Tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar,
kemudian menurun bila hari semakin siang
c. Pelaksanaan penyadapan dapat dilakukan dengan
baik bila hari sudah cukup terang
E. SISTEM EKSPLOITASI
1) Kemampuan tanaman karet dalam menghasilkan lateks berubah dari
waktu ke waktu
2) Aturan penyadapan harus disesuaikan. Cara penyadapan menurut
aturan-aturan tertentu yang dilakukan pada suatu periode, tersusun
dalam suatu sistem disebut sistem sadap
3) Beberapa sistem sadap yang dirangkai dan dilakukan
secara berurutan. Sepanjang waktu produksi tanaman.
Cara Menyadap yang baik
Pohon karet segera diremajakan
Penyakit tanaman karet yang umum ditemukan pada
perkebunan adalah :
• Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus)
Penyakit akar putih disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus
(Rigidoporus lignosus). Penyakit ini mengakibatkan kerusakan pada akar
tanaman.
Pengobatan tanaman sakit sebaiknya dilakukan pada waktu serangan dini
untuk mendapatkan keberhasilan pengobatan dan mengurangi resiko
kematian tanaman. Bila pengobatan dilakukan pada waktu serangan
lanjut maka keberhasilan pengobatan hanya mencapai di bawah 80%.
Cara penggunaan dan jenis fungisida anjuran yang dianjurkan adalah :
Pengolesan : Calixin CP, Fomac 2, Ingro Pasta 20 PA dan Shell CP.
Penyiraman : Alto 100 SL, Anvil 50 SC, Bayfidan 250 EC,
Bayleton 250 EC, Calixin 750 EC, Sumiate 12,5 WP dan
Vectra 100 SC.
Penaburan
: Anjap P, Biotri P, Bayfidan 3 G, Belerang dan Triko SP+
Hama bubuk pada karet
Serangan hama bubuk tersebut bermula dari terjadinya KAS total di panel bawah
dan penanggulangan yang terlambat. Pada saat kunjungan tanaman tersebut
tidak disadap lagi. Saran tindakan selanjutnya adalah sebagai berikut ; batang
yang terserang disemprot dengan insektisida ( a.l menggunakan Matador, atau
Decis atau Sumithion 0,3%). Dua hari kemudian kulit kering di panel bawah
dibuang (digebal) sampai ketemu kulit yang sehat, lalu diolesi lagi dengan
insektisida, sebanyak 3 kali dengan interval 5 hari sekali. Setelah itu ditutup
dengan kulter bebas asam atau TB 192. Agar tanaman yang terserang hama bubuk
ini tidak segera tumbang, maka topping pada ketinggian 10-13 m dari permukaan
tanah dilakukan. Tanaman demikian dapat disadap di panel lain yang sehat.
• Kekeringan Alur Sadap (Tapping Panel Dryness, Brown
Bast)
Penyakit kekeringan alur sadap mengakibatkan kekeringan alur sadap
sehingga tidak mengalirkan lateks, namun penyakit ini tidak mematikan
tanaman.
Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan:
Menghindari penyadapan yang terlalu sering dan mengurangi pemakaian
Ethepon terutama pada klon yang rentan terhadap kering alur sadap
yaitu BPM 1, PB 235, PB 260, PB 330, PR 261 dan RRIC 100.
Pengerokan kulit yang kering sampai batas 3-4 mm dari kambium dengan
memakai pisau sadap atau alat pengerok. Kulit yang dikerok dioles
dengan bahan perangsang pertumbuhan kulit NoBB atau Antico F-96
sekali satu bulan. Pengolesan NoBB harus diikuti dengan penyemprotan
pestisida Matador 25 EC pada bagian yang dioles sekali seminggu untuk
mencegah masuknya kumbang penggerek.
Download