BAB IV ANALISIS URGENSI PENGENALAN BUKU SEJAK USIA DINI DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA ANAK A. Analisis Tentang Pengenalan Buku Pada Anak Membaca bagi sebagian besar anak-anak mungkin menjadi kegiatan yang membosankan dibanding dengan kegiatan bermain mereka. Memang untuk membangun kecintaan anak pada kegiatan membaca bukanlah perkara mudah. Namun hobby membaca pada anak mempunyai nilai manfaat yang luar biasa bagi proses kecerdasan dan kelangsungan hidup sang anak dikemudian hari. Kecintaan anak pada kegiatan membaca merupakan modal awal dalam proses belajar mengajar yang akan dilaluinya kelak. Lebih dari itu, melalui kegiatan membaca anak juga dapat mengembangkan imajinasinya dan mengenal lebih banyak karakter-karakter kepribadian. Maka pengenalan buku pada anak sangatlah penting terlebih dikenalkan sejak usia dini. Buku adalah lembar kertas yang berjilid, begisi tulisan, gambar, atau kosong.1 Buku merupakan jendela dunia, buku juga berfungsi sebagai salah satu sarana komunikasi. Dengan semakin sering anak berkomunikasi dengan buku, semakin banyak pula pengetahuan yang didapat. Itulah mengapa para ahli selalu menganjurkan agar sejak dini anak diperkenalkan dengan buku. 1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hlm.133. 57 58 Berkaitan dengan pentingnya buku maka bagi orang tua untuk mengajarkan anak-anaknya mengenal buku sejak sedini mungkin agar anak terbiasa setelah dewasa kelak sehingga bisa menumbuhkan minat baca pada anak. Dalam pengenalan buku juga harus memandang perkembangan kecerdasan anak karena perkembangan tersebut anak juga berpengaruh pada kecerdasan otak anak itu sendiri. Menurut psikolog terkemuka Rose Mini Adi Prianto, kecerdasan otak anak dapat dioptimalkan dengan berbagai cara. Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk menstimulus anak sesuai dengan perkembangannya. Stimulus atau rangsangan bagi perkembangan anak merupakan salah satu hal terpenting yang harus diberikan orang tua. Terutama di 5 tahun pertama awal kehidupan si kecil, otak anak layaknya spons. Semakin banyak pengetahuan yang diberikan, semakin banyak pula hal yang diserap. Semakin banyak pengetahuan dan pengalaman yang didapat, semakin cerdas pula otak anak. Untuk mendukung proses perkembangan kecerdasan anak, selain mencukupi kebutuhan nutrisi, orang tua juga harus memberikan stimulus yang cukup kepada anak. Stimulus yang seimbang bagi otak kiri dan kanannya akan membantu anak memiliki kemampuan yang seimbang. Maka berdasarkan pendapat Rose di atas jelaslah bahwa anak membutuhkan stimulus yang sesuai dengan tingkat perkembangan kecerdasan otak anak agar apa yang diberikan bisa berdampak dengan maksimal dan seimbang sesuai dengan usia yang dimilikinya, jadi perlu diperhatikan tingkat pembelajarannya terlebih dalam pengenalan buku pada anak. 59 Adapun prinsip yang harus dipahami ketika mengenalkan buku pada anak adalah bagaimana membuat anak tertarik dengan buku. Anak dikondisikan dengan lingkungan buku dan hendaknya selalu bersinggungan dengan buku. Bila tertarik pada tahapan ini, anak biasanya merespon dengan memegang-megang buku atau membolak-balikkan buku. Tujuan dari langkah ini adalah memberikan polesan pada anak dengan buku, agar dalam memori dan emosi anak mulai terekam dan tertanam tentang buku. 2 Berkaitan dengan metode pengenalan buku pada anak Dwi Sunar Prasetyono menjelaskan bahwa dengan cara memberi buku bergambar kepada anak sejak usia dini, misalnya tentang binatang. Si anak segera melihatnya dengan antusias, mulai menunjuk salah satu gambar, lalu menanyakan gambar yang dimaksud. Dalam hal ini, orang tua harus mendampingi dan siap diberondong sejumlah pertanyaan oleh si anak. Hal ini merupakan konsekuensi orang tua dalam proses pembelajaran pada si anak. 3 Hal serupa juga dijelaskan oleh Elly Damaiwati beliau menyebutkan bahwa metode pengenalan buku sejak usia dini yaitu ada 3 macam yaitu: 1. Membacakan cerita untuk anak Membacakan cerita untuk anak akan membuat anak mengalami perasaan positif. Perasaan positif akan mendorong anak untuk lebih cepat menguasai buku, sehingga ketertarikan terhadap buku sebagai piranti utama membaca dapat timbul secara dinamis. Selain itu, pembacaan cerita 2 Elly Damaiwati, Karena Buku Senikmat Susu, (Solo: Afra Publishing, 2007), hlm. 139– 140. 3 Dwi Sunar Prasetyono, Rahasia Mengajarkan Gemar Membaca pada Anak Sejak Usia Dini, (Yogyakarta: Think, 2008), hlm. 47. 60 juga dapat mengembangkan daya kognitif anak karena pembacaan cerita akan memperkaya kosakata. 2. Menyediakan waktu yang cukup untuk anak Pada tahap awal, dalam mengembangkan kecintaan anak pada buku, orang tua wajib menyediakan waktunya untuk mendampingi anaknya membacakan buku secara rutin, membacakan cerita, mengajaknya berdialog tentang isi buku, mengajak berjalan-jalan ke took buku, perpustakaan, atau ke pameran buku. Langkah menyediakan waktu yang cukup pada anak ini sebagai upaya agar anak terbiasa dengan buku. 3. Orang tua menjadi teladan Masa kanak-kanak adalah masa di mana anak sering meniru orang tua yang berada di sekitarnya. Orang tua menjadi contoh yang utama dan pertama bagi anak. Orang tua yang suka membaca, selain bisa sebagai contoh bagi anak-anaknya, juga mempunyai arti sebagai konsekuensi perintah yang diberikan orang tua kepada anaknya. Berdasarkan pendapat di atas jadi jelaslah bahwa mengenalkan buku perlu adanya pelaksanaan metode yang dilakukan karena biasanya orang tua binggung bagaimana cara untuk mengenalkan buku kepada anak agar bisa menumbuhkan minat anak dalam membaca buku sehingga jarang orang tua yang melakukannya. Jadi berdasarkan beberapa penjelasan di atas bahwa pengenalan buku pada anak sangatlah penting supaya bisa menumbuhkan minat baca anak kelak kalau sudah dewasa, sehingga kecerdasan anak akan terasah dan menjadi suatu 61 kebiasaan pada dirinya. Pengenalan buku juga harus memandang dan memperhatikan perkembangan kecerdasan anak agar orang tua bisa memilih cara yang tepat dan disesuaikan dengan kemampuan anak. Dan juga memerlukan metode yang tepat dalam mengajarkan buku pada anak agar apa yang diinginkan bisa tercapai dengan maksimal. B. Analisis Tentang Pertumbuhan Minat Membaca Anak Secara garis besar pertumbuhan dan perkembangan pada anak dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu: perkembangan intelektual (intellectual development), perkembangan fisik (physical development), perkembangan sosial-emosional (social-emotional development), dan perkembangan kemampuan anak dalam berkomunikasi untuk mengekspresikan keinginannya (language development).4 Dwi Sunar Prasetyono menjelaskan bahwa perkembangan berlangsung terus menerus sepanjang hidup seseorang. Perkembangan itu berlangsung secara bertahap. Setiap tahap terdiri atas beberapa periode umur tertentu. Dalam setiap periode, perkembangan tertentu akan memunculkan suatu kemampuan tingkah laku tertentu. Setiap Anak yang berada dalam periode perkembangan, akan memperoleh kemampuan bertingkah laku yang sesuai dengan ciri-ciri khas kemampuan bertingkah laku pada periode itu. Kemampuan bertingkah laku yang seharusnya dicapai oleh anak pada periode perkembangan tertentu disebut dengan tugas perkembangan. 4 Imas Kurniasih, Pendidikan Usia Dini, (Edukasia: 2009), hlm. 14. 62 Tugas perkembangan pada masa bayi dan masa awal kanak-kanak tidak sama dengan tugas perkembangan di akhir masa kanak-kanak. Tugas perkembangan pokok pada masa awal kanak-kanak antara lain adalah belajar berbicara, belajar mengembangkan kemampuan motorik, persiapan untuk menerima pengenalan simbol-simbol, dan membaca. Tugas perkembangan masa akhir kanak-kanak antara lain adalah belajar kecakapan fisik yang diperlukan untuk permainan yang umum, membangun sikap yang sesuai dengan tahap pertumbuhan fisik, belajar menyesuaikan diri dengan teman sebaya, mengembangkan ketrampilan dasar untuk menulis, membaca, dan berhitung.5 Jadi jelaslah bahwa tugas perkembangan manusia berbeda tergantung dari perkembangan fisiknya atau tingkatan usianya. Maka berdasarkan perkembangan masa kanak-kanak harus dimanfaatkan untuk menumbuhkan minat membaca agar ditanamkan sejak dini sehingga bisa tertanam sampai saat dewasa kelak. Berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan minat membaca anak Dwi Sunar Prasetyono menjelaskan bahwa dalam masa kanak-kanak adalah mempersiapkan diri untuk mengajarkan anak membaca. Oleh karena itu, sejak anak lahir, orang tua harus dapat mengajarkan hal-hal yang mengarahkan anak untuk belajar membaca dan memahamkan kepada anak tentang kegunaan membaca. Anak harus diberi kesempatan yang seluasluasnya untuk memahami arti penting membaca. Kegiatan yang dapat membantu anak untuk mengembangkan kemampuan berbahasa dan minat membaca adalah mendengarkan dan membaca cerita, membaca puisi, atau 5 Dwi Sunar Prasetyono, op.cit., hlm. 66–67. 63 melihat berbagai tulisan dan gambar. Orang tua dapat mengajari anak dengan mengeja kata-kata dalam sebuah buku. Hal ini karena masa depan anak ditentukan oleh sejumlah informasi yang diterimanya sejak ia masih kanakkanak. Hal ini dijelaskan pula oleh Rizem Aizid bahwa mendongeng membantu meningkatkan kecerdasan anak. Membacakan cerita yang sama secara rutin kepada seorang anak yang baru belajar bicara, dapat mengajarkan kemampuan bahasa anak dan meningkatkan memori otaknya. Anak-anak juga dapat mengembangkan imajinasi dan kemampuan daya pahamnya. 6 Maka orang tua atau keluarga punya peran penting dalam pendidikan anaknya agar bisa menumbuhkan minat membaca. Keluarga dianggap sebagai pihak yang mampu merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak karena keluarga merupakan tempat yang pertama dan utama bagi terlaksanaya proses pendidikan anak. Keluarga menjadi awadah bagi persemaian, pemupukan, dan pengembangan minat anak sejak dini hingga dewasa. Ini berarti, keluarga sekaligus menjadi tempat yang potensial untuk mengembangkan minat baca anak. Kemampuan baca seseorang dipengaruhi oleh kesiapan membacanya. Dwi Sunar Prasetyono menjelaskan bahwa ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan minat pada anak yang didasarkan pendapat Hurlock yaitu: a. Minat Tumbuh Bersama dengan Perkembangan Fisik dan Mental Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental, minat anak di semua bidang juga ikut tumbuh. Pertumbuhan dan 6 Rizim Aizid, Tips Ampuh Menyiapkan Anak Gemar Baca Sejak dalam Kandungan sampai Masa Pengasuhan, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), hlm. 103. 64 perkembangan fisik dan mental yang tidak berjalan normal akan mempengaruhi minat anak terhadap sesuatu. b. Minat Tergantung pada Kesiapan Belajar Kesiapan dan kematan anak, menumbuhkan minat pada anak untuk diajak belajar membaca. c. Minat Tergantung pada Kesempatan Belajar Keluarga sebagai faktor pendukung tumbuh dan berkembangnya minat anak harus memberi kesempatan, memberi perhatian, serta menyediakan sarana dan prasarana. d. Pengaruh Budaya Budaya membaca di tengah keluarga dapat merangsang anak untuk ikut membaca. Dukungan berbagai pihak serta tersedianya sarana dan prasarana turut merangsang perkembangan minat membaca pada anak. e. Minat Berkaitan dengan Emosional Minat berkaitan dengan faktor emosi anak. Hal ini berarti asepk afektif dari minat akan menentukan minat. Bila aktivitas membaca menimbulkan perasaan senang atau asyik, maka hal ini akan menambah kekuatan minat membaca pad diri seorang anak Selain itu juga beliaupun menjelaskan bahwa cara-cara menemukan minat anak yaitu : 1. Mengamati Kesukaan 2. Bermain Tanya Jawab 3. Melibatkan Anak pada Setiap Pembicaraan 65 4. Bahan Bacaan yang Disukai Anak 5. Tindakan Mencoret-Coret 6. Keinginan7 Maka berdasarkan pendapat Dwi Sunar Prasetyono tersebut bahwa minat anak tidak bisa tumbuh dengan baik bila hal-hal di atas tidak mendukung di dalam diri anak itu sendiri dan juga cara yang ditempuh oleh orang tua. Oleh karena itu, orang tua harus ikut berperan dalam menemukan minat anak agar diaplikasikan dengan baik sesuai apa yang diharapkannya. Orang tua harus selalu memperhatikan anaknya baik dalam psikologis, fisik, maupun lingkungannya sehingga orang tua bisa lebih tepat dalam menerapkan minat membaca kepada anaknya. Sehingga minat baca pada anak pun akan tumbuh dan menjadikan kebiasaan sehari-hari dengan baik hingga dewasa. C. Analisis Tentang Urgensi Pengenalan Buku Sejak Usia Dini dalam Menumbuhkan Minat Baca Anak Dwi Sunar Prasetyono berpendapat bahwa seorang anak harus sudah diberi buku segera setelah ia dilahirkan. Tentunya, orang tualah yang harus menyampaikan informasi yang terdapat dalam buku kepada anak melalui proses mendengar. Saat anak berusia enam tahun dan mulai bersekolah, ia sudah bisa menyerap sejumlah informasi yang sangat banyak. Bahkan, mungkin lebih banyak daripada yang akan anak pelajari selama hidupnya. 8 7 8 Dwi Sunar Prasetyono, loc.cit., hlm. 71–75. Ibid., hlm. 44. 66 Pendapat beliau ini sesuai dengan teori masa usia dini sebagai masa keemasaan yang tepat untuk memberikan bentuk pengajaran awal yang baik. Sebagaimana dari hasil penelitian menyebutkan bahwa masa usia dini merupakan periode emas bagi perkembangan anak di mana 50% perkembangan kecerdasan terjadi pasa usia 0 – 4 tahun, 30% berikutnya hingga usia 8 tahun. Periode emas ini sekaligus merupakan periode kritis bagi anak anak di mana perkembangan yang didapatkan pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan pada periode berikutnya hingga masa dewasanya. Periode ini hanya datang sekali dan tidak dapat ditunda kehadirannya, sehingga apabila terlewat berarti habislah peluangnya. 9 Melihat nilai pentingnya masa usia dini maka sebaiknya orang tua memanfaatkan waktu-waktu yang tepat ini yang bisa digunakan dalam berbagai hal pendidikan untuk anaknya. Orang tua hendaknya menyiapkan berbagai pengajaran kepada anaknya agar bisa mengembangkan bakat dan kecerdasan yang dimiliki oleh anak, salah satunya adalah dengan mengenalkan buku sejak usia dini. Berkaitan dengan buku yang diberikan kepada anak usia dini Dwi Sunar Prasetyono berpendapat bahwa anak sebaiknya diberi buku bergambar, misalnya gambar tentang binatang. Si anak segera melihatnya dengan antusias, mulai menunjuk salah satu gambar, lalu menanyakan gambar yang dimaksud. Dalam hal ini, orang tua harus mendampingi dan siap diberondong sejumlah pertanyaan oleh si anak. Hal ini merupakan konsekuensi orang tua dalam proses pembelajaran pada si anak. 10 9 Imas Kurniasih, op.cit., hlm. 9–11. Ibid., hlm. 47. 10 67 Melihat dari pendapat beliau sangatlah relevan karena anak usia dini cenderung masih berfikir abstrak dan sangat tertarik pada gambar dibandingkan dengan tulisan-tulisan. Anak sangat suka dengan hal-hal yang mencolok termasuk gambar dengan adanya gambar maka anak akan menjadi tertarik dan senang untuk melihatnya. Maka dengan menarik simpati anak terhadap sesuatu akan menumbuhkan rasa minat yang tinggi. Sebagaimana dikatakan Elly Damaiwati bahwa prinsip yang harus dipahami, ketika mengenalkan buku pada anak saat anak masih bayi adalah membuat bagaimana anak tertarik dengan buku.11 Bila anak bebas melihat buku untuk dibaca atau dibacakan, anak memilih yang membahas topik yang diminatinya. Hal ini sebagai petunjuk terhadap jenis bacaan yang disukainya. Bila anakanak membaca buku atau bacaan sesuai yang diinginkannya tentunya akan menambah minatnya. Dwi Sunar Prasetyonopun menjelaskan bahwa tujuan memberikan cerita bergambar kepada anak yaitu: 1. Menarik perhatian anak. 2. Menimbulkan motivasi atau merangsang anak. 3. Merangsang percakapan (ekspresi dan diskusi). 4. Mendidik sifat kritis pada anak. 5. Memperkenalkan kata-kata baru. 6. Menyajikan pola-pola kalimat.12 11 12 Elly Damaiwati, loc.cit., hlm. 139. Dwi Sunar Prasetyono, loc.cit., 83 68 Maka dengan manfaat membaca, maka tidak ada alasan untuk seseorang tidak mau membaca. Selain itu, dapat juga dijadikan motivasi seseorang agar menjadikan membaca sebagai kegiatan rutin harian sehingga menumbuhkan minat membaca pada anak. Menurut Singert minat itu berkembang tergantung pada pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama 6 tahun dengan baik pada masa kanak-kanak. Pendapat itu juga diperkuat oleh Hurlock, yang menyatakan bahwa sepanjang masa anak-anak minat menjadi sumber motivasi yang kuat dan akan berkembang dengan baik pada masa ini. Minat akan mempengerahui perilaku sesorang tidak hanya pada masa anakanak tetapi berkembang baik sepanjang usia. Minat akan berkembang baik bila ternyata minat itu dapat memuaskan kebutuhan sesorang dan akan padam bila ternyata minat itu tidak disalurkan. Maka dengan mengenalkan buku sejak usia dini melalui membacakan kepada anak menjadikan anak akan terangsang akan kecerdasannya sehingga anak menjadi lebih pintar serta terbiasa. Hal ini sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh Hurlock bahwa perkembangan dipengaruhi oleh rangsangan. Rangsangan paling efektif diberikan pada saat kemampuan sedang berkembang secara noraml. Ini berarti, bila sejak usia dini anak sudah mendapat rangsangan dari orang tuanya, tentunya anak mengalami perkembangan dengan lebih baik. Semakin orang tua mengajak anak-anak untuk membaca bersama, semakin cepat anak itu belajar membaca, dan semakin besar pula anak-anak itu mempunyai motivasi untuk belajar membaca.13 13 Elly Damaiwati, loc.cit., hlm. 57–58. 69 Jadi berdasarkan analisis terhadap pendapat Dwi Sunar Prasetyono di atas jelaslah bahwa mengenalkan buku sejak usia dini sangat penting dalam menumbuhkan minat baca anak sehingga menjadikan suatu kebiasaan yang akan tertanam sampai dewasa. Usia dini merupakan usia paling tepat dalam mengembangkan kecerdasan yang dimiliki anak dan akan tertanam dengan baik sebagai modal awal pembelajaran yang diperolehnya sebelum pengetahuan dari lingkungan luar atau masyarakat mempengaruhinya.