BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian emosi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah (1) luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat; (2) keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis seperti: kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan, keberanian yang bersifat subjektif [1]. Emosi juga sering didefinisikan sebagai suatu keadaan yang kompleks dari perasaan yang menghasilkan perubahan fisik dan psikologis yang mempengaruhi pemikiran dan perilaku. Emosi mengacu pada strategi kognitif dan perilaku yang digunakan seseorang untuk mempengaruhi pengalaman emosional mereka sendiri. Ini merupakan istilah umum untuk subjektif, pengalaman sadar yang ditandai terutama oleh ekspresi psychophysiological, reaksi biologis dan kondisi mental. Psychophysiological merupakan cabang psikologi yang bersangkutan dengan basis fisiologis dari proses psikologis. Emosi sering dikaitkan dan dianggap saling berpengaruh dengan suasana hati, kepribadian, watak dan dorongan. Proses kemunculan emosi melibatkan faktor psikologis maupun faktor fisiologis. Emosi pertama kali muncul akibat adanya rangsangan atau sebuah peristiwa, yang bisa bersifat netral, positif, ataupun negatif. Rangsangan tersebut kemudian ditangkap oleh reseptor seseorang, lalu melalui otak seseorang dapat menginterpretasikan kejadian tersebut sesuai dengan kondisi pengalaman dan kebiasaannya dalam mempersepsikan sebuah kejadian. Interpretasi yang telah dibuat seseorang akan memunculkan perubahan secara internal dalam tubuh. Perubahan tersebut misalnya: napas tersengal, mata memerah, keluar air mata, dada menjadi sesak, perubahan raut wajah, intonasi suara, cara menatap dan perubahan tekanan darah. Pemodelan dan pengenalan tentang emosi telah menarik perhatian luas dari berbagai disiplin ilmu seperti: psikologi, kedokteran, dan teknik. Para peneliti dapat mengidentifikasi emosi melalui: ekspresi wajah, cara berbicara dan isyarat 1 fisiologis. Gambar 1.1 menunjukkan beberapa contoh ekspresi wajah seorang individu yang sedang mengalami emosi seperti: marah, bahagia, jijik dan terkejut. Intonasi suara pada saat seseorang sedang berbicara juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi emosi. Salah satu contoh isyarat suara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi emosi ditunjukkan pada Gambar 1.2. Netral Senang Terkejut Takut Gambar 1.1 Contoh ekspresi wajah berbagai emosi. Gambar 1.2 Isyarat suara kondisi netral. Isyarat fisiologis merupakan tanda-tanda yang sangat penting dari tubuh manusia. Contoh yang termasuk dalam kategori isyarat fisiologis antara lain: 2 isyarat Elektrokardiogram (EKG), isyarat Elektroensefalogram (EEG), isyarat Elektromiogram (EMG), volume tekanan darah (Blood Volume Pressure), variabilitas denyut jantung (HRV), Galvanic Skin Response (GSR), suhu kulit (Skin Temperature), konduktivitas kulit (Skin Conductivity) dan laju pernapasan (Respiration Rate). Gambar 1.3 menunjukkan beberapa jenis isyarat fisiologis yang sering digunakan untuk mengidentifikasi kondisi emosi. Isyarat-isyarat tersebut secara tradisional telah digunakan untuk diagnosis klinis, tetapi ada bukti yang signifikan yang menunjukkan bahwa mereka peka dan dapat menyampaikan informasi tentang kondisi emosional. Salah satu alasan mendeteksi emosi menggunakan isyarat fisiologis adalah sifat isyarat fisiologis merupakan reaksi tak sadar dari tubuh, dan dengan demikian sangat sulit untuk menutupi kondisi yang sedang dialami oleh tubuh [2]. Gambar 1.3 Posisi dan bentuk gelombang khas dari biosensor. (a) EKG (b) Respiration Rate (c) Skin Conductivity (d) EMG. Indera manusia menghasilkan tanggapan fisiologis yang unik yang ditimbulkan oleh rangsangan dan yang pada gilirannya menyebabkan emosi yang terkait. Hal ini memicu beberapa kepentingan dalam menyelidiki apakah kombinasi unik tanggapan fisiologis dapat mencerminkan emosi tertentu, yang berarti jika emosi dapat dikenali hanya dengan melihat tanggapan fisiologis, 3 kemungkinan juga dapat mengukur emosi dengan menggunakan isyarat-isyarat tubuh. Kepentingan yang lebih besar mendorong sebagian peneliti untuk meneliti keunikan bentuk gelombang EKG yang menjadi salah satu isyarat biomedis dalam memberikan wawasan ke dalam emosi manusia [3]. EKG adalah grafik yang merekam perubahan potensial listrik jantung yang dihubungkan dengan waktu. Jantung menghasilkan serangkaian denyutan elektromagnetik terus-menerus dengan interval waktu antara setiap denyut bervariasi secara dinamis dan kompleks. Medan elektromagnetik jantung bertindak sebagai gelombang pembawa informasi yang memberikan isyarat sinkronisasi global untuk seluruh tubuh. Ketika denyutan gelombang memancarkan energi keluar dari jantung, denyutan-denyutan tersebut berinteraksi dengan organ-organ dan struktur lainnya. Gelombang-gelombang tersebut terkodekan atau merekam ciri dan aktivitas dinamis dari struktur-struktur dalam pola energi gelombang yang didistribusikan ke seluruh tubuh. Dengan cara ini, informasi yang dikodekan bertindak sebagai bentuk kegiatan semua fungsi tubuh untuk mengkoordinasikan dan mensinkronisasikan proses-proses dalam tubuh secara keseluruhan. Gambar 1.4 menunjukkan salah satu contoh hasil perekaman EKG yang dicetak menggunakan kertas EKG. Kurva EKG menggambarkan proses listrik yang terjadi di atrium dan ventrikel. Gambar 1.4 Hasil perekaman denyut jantung pada kertas EKG. 4 Penelitian dasar di Institut HeartMath menunjukkan bahwa informasi yang berkaitan dengan keadaan emosi seseorang juga dikomunikasikan ke seluruh tubuh melalui medan elektromagnetik jantung [4]. Pola-pola denyut irama jantung akan berubah secara signifikan saat mengalami emosi yang berbeda. Emosi negatif, seperti marah atau frustrasi, akan berhubungan dengan pola irama jantung yang tidak menentu, tidak teratur, dan tidak koheren. Sebaliknya, emosi positif, seperti cinta atau bahagia, mempunyai pola irama jantung yang halus, teratur, dan koheren. Lebih khusus lagi, mereka telah menunjukkan bahwa emosi positif yang berkelanjutan tampaknya menimbulkan modus yang memiliki fungsi berbeda, yang disebut koherensi psychophysiological. Selama mode ini, irama jantung menunjukkan pola semacam gelombang sinus dan medan elektromagnetik jantung menjadi secara bersamaan lebih terorganisir. Di tingkat fisiologis, mode ini ditandai dengan peningkatan efisiensi dan harmoni dalam aktivitas dan interaksi dari sistem tubuh. Secara psikologis, mode ini terkait dengan penurunan penting dalam dialog mental internal, persepsi stres yang berkurang, meningkatkan keseimbangan emosional, dan kejernihan mental yang lebih sempurna, kearifan intuitif, dan kinerja kognitif. Berdasarkan uraian tersebut dan dengan mempertimbangkan aspek psikologis seseorang, baik untuk mengidentifikasi penyakit serta mengidentifikasi dan pengembangan potensi seseorang, dapat menjadi pelengkap yang sangat efektif untuk meningkatkan, tidak hanya kualitas hidup seseorang, tetapi juga kesehatan fisik, khususnya bagi kesehatan jantung, sehingga menjadi sangat penting untuk melakukan penelitian dalam menganalisis kondisi emosi melalui hasil pengukuran dan rekam EKG. 1.2 Perumusan masalah EKG merupakan isyarat yang dihasilkan oleh aktivitas listrik otot jantung yang mengandung informasi kondisi jantung. Berdasarkan penelitian sebelumnya, informasi yang berkaitan dengan kondisi emosi seseorang dapat diperoleh melalui isyarat EKG. Pola irama denyut jantung akan berubah secara signifikan saat mengalami emosi yang berbeda. Ciri isyarat EKG yang menunjukkan kondisi 5 emosi belum diketahui karena tidak dapat dilihat secara visual oleh mata manusia. Untuk mengatasi permasalahan ini diperlukan pemilihan dan ekstraksi ciri untuk memperoleh ciri dari isyarat EKG yang dapat mengidentifikasi kondisi emosi. Apabila ciri kondisi emosi telah diketahui, permasalahan berikutnya adalah menentukan teknik yang tepat untuk melakukan identifikasi agar dapat membedakan tiga jenis emosi, yaitu kondisi emosi netral, emosi negatif dan emosi positif secara optimal. 1.3 Batasan Masalah Subjek penelitian dibatasi hanya pada pengukuran dan perekaman EKG bagi wanita berusia 17–25 tahun dan berstatus sebagai mahasiswa. Hal ini dikarenakan rentang usia tersebut mudah untuk diberikan stimulus/ rangsangan agar dapat menganalisis kondisi emosi. Penentuan kondisi emosi dibedakan menjadi tiga yaitu emosi positif, emosi negatif dan kondisi netral. Kondisi senang dikategorikan sebagai emosi positif. Kondisi sedih, kegalauan, resah, dan bingung dikategorikan sebagai emosi negatif. Jika tidak merasakan kedua kondisi tersebut atau merasakan biasa-biasa saja, maka kondisi ini dikategorikan sebagai emosi netral. 1.4 Keaslian penelitian Beberapa karya penelitian telah dilakukan pada pengenalan emosi menggunakan ekspresi wajah maupun isyarat fisiologis. Klasifikasi emosi menggunakan media web blog corpora (gambar emoticons) dengan metode Support Vector Machine (SVM) menunjukkan tingkat akurasi yang rendah yaitu sebesar 55,8% untuk emosi positif dan 21,6% untuk emosi negatif [5]. Berarti bahwa untuk membedakan jenis emosi menggunakan web blog corpora tidak disarankan karena hasilnya kurang akurat. Penelitian yang telah dilakukan dalam mengklasifikasikan berbagai macam emosi menggunakan ekspresi wajah dengan metode yang berbeda-beda dalam melakukan ekstraksi ciri dan klasifikasi memiliki tingkat akurasi yang baik. Beszedes dkk. [6] menggunakan metode ekstraksi ciri Active Appearance Models 6 (AAM) dan Support Vector Machine (SVM) sebagai klasifikatornya menunjukkan hasil dengan tingkat akurasi klasifikasi emosi dari 36 tipe data latih yang berbeda sebesar 93%. Hasil penelitian Siraj dkk. [7] menggunakan metode Neural Network (NN) dengan algoritme pembelajaran backpropagation dan analisis regresi mengungkapkan bahwa kesalahan klasifikasi menggunakan NN 2,5%, sedangkan kesalahan klasifikasi menggunakan analisis regresi sebesar 33,33%. Rizon dkk. [8] dapat mengklasifikasikan emosi dengan mengoptimalkan ciri bentuk bibir atas, bibir bawah dan mata menggunakan Genetic Algorithm – Neural Network memperlihatkan tingkat akurasi antara 83% - 90%. Hal ini menunjukkan bahwa ekspresi wajah baik untuk dijadikan sebagai bahan untuk mengklasifikasikan berbagai jenis emosi. Dalam membedakan jenis emosi juga dapat dapat dilakukan dengan menggunakan isyarat suara yang berasal dari tutur/ ucapan seseorang. Ciri dilihat dari intonasi tiap kata yang dituturkan. Dari hasil rekam tutur kata inilah emosi dapat dibedakan. Fukuda dkk. [9] telah membuktikan bahwa emosi dari suara dapat diekstraksi dengan menentukan koefisien emosi yaitu perasaan emosional sesaat manusia, sebagai salah satu kriteria evaluasinya. Tin Lay dkk. [10] menggunakan metode Me1-frequency short time speech power coefficients untuk ekstraksi ciri dan Discrete Hidden Markov Model sebagai klasifikatornya memiliki tingkat akurasi antara 70% - 94% dalam mengklasifikasikan emosi. Penelitian yang paling banyak dilakukan dalam klasifikasi emosi yaitu menggunakan isyarat fisiologis yaitu isyarat EKG, isyarat EEG, isyarat EMG, volume tekanan darah, HRV, GSR, suhu kulit (Skin Temperature), konduktivitas kulit (Skin Conductivity) dan laju pernapasan (Respiration Rate). Alasannya karena isyarat fisiologis merupakan reaksi tak sadar dari tubuh, dan dengan demikian sangat sulit untuk menutupinya sehingga emosi yang muncul tidak ada kesan dibuat-buat. Dengan metode ekstraksi ciri dan klasifikasi yang berbedabeda, hasil penelitian menunjukkan tingkat akurasi yang tinggi dengan rata-rata akurasi klasifikasinya 62% - 95% [2, 11-31]. Seperti banyak penelitian pemrosesan isyarat biomedis lainnya, pengenalan emosi juga dimulai dengan 7 pendekatan pada pengguna dependen yang mana sangat bergantung pada subjek. Dalam kasus sistem pengguna dependen, akurasi maksimum 95% telah diperoleh untuk mengenali empat macam emosi (senang, marah, sedih dan tertekan) dan 92% untuk mengenali enam macam emosi (senang/terhibur, kepuasan, jijik, takut, sedih, dan netral) [13, 29]. Pendekatan pada pengguna independen diperoleh akurasi 86% untuk klasifikasi dua emosi (senang dan sedih), 70% untuk klasifikasi empat macam emosi (senang, marah, sedih dan tertekan), dan 50% untuk klasifikasi sembilan macam emosi (marah, perhatian, penghinaan, jijik, dukacita, takut, senang, malu, dan terkejut) [11, 13, 29, 30]. Pada pengenalan emosi subjektif diperoleh akurasi klasifikasi untuk emosi elisitasi visual [32]. Ragam audio emosi elisitasi diperoleh akurasi klasifikasi 95% ketika ciri-ciri dari empat isyarat fisiologis (EKG, EMG, SC dan RSP) digunakan untuk klasifikasi [13]. Namun ketika hanya satu isyarat fisiologis yang digunakan (EMG) dianggap akurasi klasifikasinya 83% [25, 27]. Rangsangan audio visual menggunakan klip film memunculkan target emosi yang lebih baik, akurasi klasifikasi hanya 86% yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan ragam emosi elisitasi lainnya [13, 29, 33]. Hal ini juga harus dicatat bahwa metode ekstraksi ciri yang digunakan oleh para peneliti dalam emosi elisitasi menggunakan ragam audio visual relatif sederhana [20, 29]. Hal ini menunjukkan bahwa algoritme sederhana juga memberikan ketepatan klasifikasi yang cukup dalam emosi elisitasi audio visual. Pada saat isyarat EKG saja yang digunakan untuk pengenalan emosi, menunjukkan tingkat akurasi klasifikasi yang lebih baik yaitu di atas 85% [12, 26, 30, 31]. Tabel 1.1 menunjukkan rincian penelitian yang telah dilakukan dalam mengindetifikasi dan mengklasifikasikan berbagai jenis emosi menggunakan media ekspresi wajah, suara (tutur/ ucapan) maupun isyarat fisiologis. Tabel 1.1 Review penelitian sebelumnya pada pengenalan emosi. No 1 Peneliti Yang dkk. [5] Media yang digunakan web blog corpora Ekstraksi Ciri - Klasifikasi Support Vector Machine (SVM) 8 Hasil 55,8% (emosi positif) dan 21,6% (emosi negatif). 2 Beszedes dkk. [6] Gambar ekpresi wajah Active Appearance Models (AAM) Support Vector Machines (SVM) Tingkat akurasi klasifikasi emosi dari 36 tipe data latih yang berbeda menggunakan proses pembelajaran SVM diperoleh 93%. 3 Siraj dkk. [7] Gambar ekpresi wajah - Neural Network (NN) dengan algoritme pembelajaran backpropaga tion dan analisis regresi Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kesalahan klasifikasi menggunakan NN 2,5%, sedangkan kesalahan klasifikasi menggunakan analisis regresi sebesar 33,33%. 4 Rizon dkk. [8] Gambar ekpresi wajah Ciri bentuk bibir dan mata Algoritme Genetik dan Neural Network (NN) Klasifikasi emosi dengan mengoptimalkan ciri bentuk bibir atas, bibir bawah dan mata menggunakan GA-NN memperlihatkan tingkat akurasi antara 83% 90%. 5 Tin Lay dkk. [10] Isyarat audio tutur/ ucapan dari dua pembicara Me1 frequency short time speech power coefficients Discrete Hidden Markov Model Klasifikasi emosi yang tidak dikelompokkan diperoleh tingkat akurasi rata-rata 72,22% dan 60% untuk tutur dari dua pembicara. Sedangkan klasifikasi emosi yang dikelompokkan akurasi tertinggi yang diperoleh adalah 94% dan 70%. 9 6 Fukuda dkk. [9] Suara (berdasarkan survey pada 50 orang Jepang dan 20 orang bukan Jepang yang berbeda latarbelakang umur, jenis kelamin dan pendidikan) Daubechies Wavelet/ Cepstrum 7 Baby dkk. [2] EKG Hilbert Huang Transform (HHT) Fast Fourier Transform (FFT) - Membedakan tiga kondisi emosi (senang, sedih, takut) berdasarkan amplitudo dan frekuensi sesaat. 8 Kim dkk. [11] EKG, ST, Aktivitas Elektrodermal Mean, Standar deviasi dari isyarat asli dan turunan pertamanya, Daya frekuensi tinggi dan frekuensi rendah Support Vector System (SVS) 78,4% (pengguna independe dengan 3 jenis emosi) dan 61,8% (pengguna independen dengan 4 jenis emosi). 9 Agrafioti dkk. [12] EKG HilbertHuang transform Feeltrace Mampu membedakan antara rangsangan aktif dan pasif 89%. 10 Jonghwa dkk. [13] EMG, EKG, SC, RSP Statistik dan Energi ciri berbasis Sub Band Spectrum, Entropy Linear Discriminant Analysis 95% (pengguna dependen) dan 70% (pengguna independen). 11 Jerritta dkk. [14] EKG Hilbert Huang Transform (HHT)normalisasi K-Nearest Neighbor (KNN) Frekuensi rendah Intrinsic Mode Functions (IMF) berisi informasi emosional yang 10 Dengan menerapkan perasaan emosional sesaat dari manusia, sebagai salah satu kriteria evaluasi lainnya, maka emosi dari suara dapat diekstraksi dengan menentukan koefisien emosi. isyarat turunan QRS 12 Changchun dkk. [15] EKG, EMG lebih dibandingkan dengan rentang frekuensi lain. Transformasi Fourier, Transformasi Wavelet, Nilai ambang, Deteksi puncak K Nearest Neighbor (KNN) Regression Tree Bayesian Networks 75,6% (pengguna dependen) 83,5% (pengguna dependen) 74,03% (pengguna dependen) 13 Bong Siao dkk. [16] EKG, EMG Elliptic Filter dan Discrete Wavelet Transform (DWT) K Nearest Neighbor (KNN) Tingkat maksimum klasifikasi 93,1% (emosi positif), 85,1% (emosi negatif) dan 71,7% (keadaan netral). Emosi negatif lebih dikategorikan sebagai emosional tekanan dan emosional nontekanan yang mencapai tingkat klasifikasi maksimum 82,9% dan 86,9%. 14 Kulic dan Croft [17] SC, HR, EMG - Hidden Markov Model 83% Arousal , 80% Valance (pengguna dependen) dan 66% Arousal, 66% Valance (pengguna independen) 15 Picard dkk. [18] EMG, BVP, SC, RSP Ciri statistik, Seleksi pencarian sekuensial, Proyeksi Fischer Hybrid Linear Discriminant Analysis 81% (pengguna dependen) 16 Rigas dkk. [19] EKG, EMG, aktivitas elektrodermal, Mean, Standar deviasi, K Nearest Neighbor (KNN) 62,70% (pengguna independen) 11 RSP Difference Simba Algorithm, Principal Component Analysis (PCA) Random Forest 62,41% (pengguna independen) 17 Lan dan Jihua [20] EKG, ST, SC, RSP Mean, Difference, Daya frekuensi rendah, Daya frekuensi tinggi, Rasio daya Canonical Correlation Analysis 85,3% (pengguna dependen) 18 Nasoz dkk. [21] GSR, HR Tidak ada ciri spesifik K Nearest Neighbor (KNN) 71% (pengguna dependen) 74% (pengguna dependen) 83% (pengguna dependen) Discriminant Function Analysis Marquardt Backpropaga tion 19 Murugappan [23] EMG Discrete Wavelet Transform (DWT) K Nearest Neighbor (KNN) dan Linear Discriminant Analysis Perbandingan klasifikasi maksimum 90,83% (jijik), 100% (bahagia), 94,17% (takut), 90,28% (netral), dan 43,89% (sedih). 20 Cong dan Chetouani [24] EKG, EMG, SC, RSP Hilbert Huang Transform (Pemecahan dan peleburan) Support Vector Machine (SVM) 76% (pemecahan, pengguna dependen) dan 62% (peleburan, pengguna dependen) 21 Cheng dan Guangyuan [25] EMG Daubechies5 Wavelet Transform Neural Network (NN) 82,29% (pengguna dependen) 22 Ma dan Guang-Yuan EKG Ant Colony System K Nearest Neighbor Perbandingan pengenalan 12 [26] (ACS) (KNN) terbesar diperoleh 92,73% dan rata-ratanya sebesar 88,88%. 23 Xizhi Zhu [27] EMG Six scale Daubechies Wavelet Transform Support Vector Machines (SVM) 83,30% (pengguna dependen) 24 F. Honig dkk. [28] EKG, EMG, SC, RSP Ciri perpindahan dan ciri pergeseran (rekursif) Linear Discriminant Analysis 83,4% (pengguna dependen) 25 Choubeila Maaoui dan Alain Pruski [29] BVP, EMG, ST, SC, RSP Ciri statistik dalam kawasan waktu (mean, standar deviasi dari isyarat asli, nilai mutlak diferensial orde pertama dan kedua dari isyarat asli) Support Vector Machine (SVM) dan Fisher Linear Discriminant Analysis 90% (pengguna dependen) dan 92% (pengguna dependen) 26 Wen dkk. [30] EKG Fast Fourier Transform (FFT) Tabu search 86% (pengguna independen) 27 Jing dkk. [31] EKG Discrete Wavelet Transform (DWT) Tabu Search dan K Nearest Neighbor (KNN) Total laju rata-rata 94,59% dan 85,78% untuk dua kondisi emosi (senang dan sedih). 28 Murugappan [22] EEG “db4”, “db8”, “sym8” dan “coif5” Wavelet Transform K Nearest Neighbor (KNN) Rata-rata klasifikasi 82,87% pada 64 channel dan 78,57% pada 24 channel. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan, data yang paling banyak digunakan untuk pengenalan atau identifikasi kondisi emosi adalah isyarat fisiologis, khususnya EKG. Metode ekstraksi ciri sebagian besar menggunakan 13 HHT, wavelet dan FFT karena mampu menyediakan alternatif data waktufrekuensi-energi, nonlinearitas dan nonstasioneritas dapat ditangani dengan lebih baik dibandingkan dengan frekuensi dan amplitude konstan. Akan tetapi metode tersebut juga mempunyai kekurangan yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan algoritme terlalu lama sehingga kurang efektif. Metode klasifikasi yang banyak digunakan adalah NN, SVM dan KNN. Klasifikasi menggunakan metode NN mempunyai kinerja baik, fitur masukan sedikit, memiliki tingkat keakuratan yang tinggi, dan memiliki kemampuan pembelajaran yang baik, tetapi membutuhkan sampel yang banyak, waktu pembelajaran yang lama, dan waktu operasi yang tidak terlalu baik. Teknik klasifikasi menggunakan metode SVM umumnya mempunyai tingkat akurasi prediksi tinggi dan evaluasi cepat dari fungsi target belajar. Kelemahan umum dari teknik non-parametrik seperti SVM adalah kurangnya transparansi hasil. Sedangkan klasifikasi menggunakan KNN lebih efektif digunakan pada data pelatihan yang besar, dapat menghasilkan data yang lebih akurat, dan tangguh terhadap pelatihan data yang noisy. Akan tetapi, perlu ditentukan nilai k yang paling optimal yang menyatakan jumlah tetangga terdekat, pembelajaran berdasarkan jarak tidak jelas mengenai jenis jarak apa yang harus digunakan dan atribut mana yang harus digunakan untuk mendapatkan hasil yang terbaik, biaya komputasi cukup tinggi karena perhitungan jarak harus dilakukan pada setiap query instance bersama-sama dengan seluruh instance dari sampel latih. Pada penelitian ini, metode yang diusulkan untuk melakukan ekstraksi ciri adalah sebuah metode baru untuk permasalahan pengenalan emosi yaitu Independent Component Analysis (ICA) dengan algoritme FastICA tetapi sudah banyak digunakan untuk pengolahan isyarat EKG. Alasan pemilihan metode ini adalah untuk mendapatkan persamaan linier yang saling bebas satu sama lainnya dari suatu persamaan yang ada, dapat didefinisikan dengan menggunakan model statistik yang umum digunakan, tidak lagi menggunakan komponen kawasan waktu t pada persamaannya sehingga lebih mudah. Algoritme FastICA mewarisi sebagian besar kelebihan algoritme neural seperti: paralel, terdistribusi, komputasi sederhana, dan membutuhkan ruang memori yang kecil. FastICA menggunakan 14 konsep dasar variabel acak kompleks, sehingga data yang dihasilkan selalu berubah. Dengan demikian data dapat diperoleh dalam jumlah banyak. Kemudian proses identifikasi emosi dilakukan dengan pengembangan metode klasifikasi emosi yaitu Random Forest. Random Forest merupakan salah satu algoritme pembelajaran yang paling akurat bagi banyak set data. 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengimplementasikan teknik ekstraksi ciri untuk pengenalan emosi melalui analisis isyarat EKG yang dapat merepresentasikan dan mendeskripsikan karakteristik isyarat dengan kondisi emosi yang berbeda-beda. Penggunaan metode berbasis komputer dalam mengidentifikasi kondisi emosi seseorang secara optimal akan merevolusi aplikasi dalam bidang kedokteran, pendidikan, keamanan, dan lainnya. 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat dilaksanakannya penelitian ini yaitu sebagai alternatif untuk proses analisis isyarat EKG. Selain itu dapat mengembangkan analisis emosi berbasis komputer dan membantu memudahkan proses identifikasi emosi untuk kepentingan di bidang kedokteran, pendidikan, keamanan, dan lainnya. Emosi dapat memberikan kegairahan dan penyeimbang dalam kehidupan sehingga seseorang dapat bertahan hidup. Emosi juga dapat memperkuat pesan atau informasi yang disampaikan. Dengan kata lain, emosi memungkinkan manusia dalam menjaga proses homeostasis dalam diri manusia itu sendiri. 15