View/Open - Repository -- University of Riau

advertisement
Kondisi Darah ikan toman (Channa micropeltes) di Perairan Sungai Siak dan
Sungai Kampar Provinsi Riau
Blood condition of Channa micropeltes from the Kampar and Siak Rivers,
Riau Province
By
Yusron Rasyid ,Windarti 2) ,Ridwan Manda Putra2)
Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Riau
1)
Abstract
Siak River is one of the most polluted rivers in Riau and its low water quality may
negatively affects the health status of fish that inhabit that river. The Kampar River in
contrast, is in good condition. To understand blood condition of C. micropeltes
living in both rivers, this study was conducted. Totally 6 fishes from Siak and 6
fishes from Kampar were studied. Blood was obtained from vena caudalis and then
was checked using a binocular microscope for erythrocyte and leukocyte number.
Haematocrite and leucocrite levels and type of leukocyte were also studied. Results
shown that blood condition of fish taken from both sampling sites were different. The
erythrocyte of the fish from the Siak River was 1,786,667 cells / ml and that of the
Kampar River was 2,306,667 cells / ml. While the number of the leukocytes of the
Siak’s fish was 196,167 cells / ml and that of the Kampar’s fish was 227,250 cells /
ml. There were 4 types of white blood cells in C. micropeltes, namely lymphocytes,
basophiles, neutrophils and monocytes. The thrombocyte, however, was not be found.
The water quality of both sampling sites were rather different, but their general
condition is fair and able to support the life of the C. micropeltes .
Key word: Kampar river, Siak river, Channa micropeltes, blood
1) Student of the Fisheries and Marine Sciences Faculty, Riau University
2) Lecture of the Fisheries and Marine Sciences Faculty, Riau University
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Provinsi Riau merupakan salah
satu provinsi yang terdapat di wilayah
Republik Indonesia dengan luas
wilayah + 111.228,65 km2. Provinsi
Riau memiliki + 139 pulau, 4 sungai
besar dan sejumlah sungai kecil
(Wikipedia, 2010) antara lain Sungai
Siak dan Sungai Kampar. Sungai Siak
dan Sungai Kampar
merupakan
sungai di provinsi Riau yang memiliki
potensi sebagai habitat ikan, salah
satunya adalah ikan toman (Channa
micropeltes) yang merupakan ikan
yang hidup di sekitar aliran Sungai
Siak dan Sungai Kampar maupun
anak-anak Sungai Siak dan Sungai
Kampar.
Salah satu perairan yang masih
bersih dan masih layak mendukung
untuk kehidupan organisme seperti
ikan adalah perairan Sungai Kampar.
Hal tersebut disebabkan karena
sedikitnya pengaruh polutan dan
pengaruh dari aktifitas masyarakat,
sehingga kadar pencemar yang masuk
kedalam perairan relatif sedikit.
Sungai Siak merupakan salah
satu dari empat sungai besar di
Provinsi Riau dan merupakan sungai
terdalam di Indonesia yang saat ini
sedang mengalami tekanan akibat
intensitas pemanfaatan sumber daya
yang cukup tinggi. Penyebab utama
penurunan kualitas air Sungai Siak
adalah masukan limbah industri baik
industri besar, menengah maupun kecil
yang berada di sepanjang alur sungai
Siak, seperti industri minyak, industri
pengolahan, sawmill, industri pulp.
Selain dari limbah industri limbah
yang terdapat di sungai Siak berasal
dari pembuangan sampah (60% berasal
dari rumah tangga). Selain itu
tingginya erosi akibat semakin intensif
pengelolaan sumberdaya alam yang
ada di hulu, seperti adanya penebangan
liar (illegal logging), penebangan
hutan oleh Hak Pengusahaan Hutan
(HPH), konversi hutan menjadi
kawasan perkebunan (besar dan kecil),
kegiatan pertambangan dan kegiatan
budidaya lainnya (Marini dan Husnah
dalam Nurullah 2012).
Perubahan lingkungan pada
suatu perairan sangat mempengaruhi
kondisi kesehatan ikan, adanya
perubahan kondisi kesehatan ikan yang
mengakibatkan adanya perbedaan
kondisi darah ikan yang ada di Sungai
Siak dan Sungai Kampar. Hal ini
menyebabkan
penulis
tertarik
melakukan penelitian tentang kondisi
darah
ikan
toman
(Channa
micropeltes) yang terdapat di Sungai
Siak dan Sungai Kampar Provinsi Riau
agar dapat mengetahui kondisi darah
ikan toman (Channa micropeltes) yang
ada di kedua Sungai tersebut.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Mei-Agustus 2012 dan
tempat pengambilan sampel adalah
Perairan Sungai Siak (Kelurahan Air
hitam) dan Sungai Kampar (Desa Koto
Teratak Buluh). Pengamatan dan
analisis darah ikan toman di
Laboratorium Biologi Perikanan dan
Laboratorium
Terpadu
Fakultas
Perikanan
dan
Ilmu
Kelautan
Universitas Riau.
Bahan penelitian terdiri ikan
toman dari hasil tangkapan nelayan
Sungai Siak dan Sungai Kampar. Ikan
yang tertangkap langsung diambil
darahnya dan dibuat preparat ulas
selanjutnya dibawa ke Laboratorium
Biologi Perikanan dan Laboratorium
Terpadu kemudian diamati.
Alat yang digunakan dalam
penelitian adalah ember untuk
penyimpanan ikan, jarum suntik,
minyak cengkeh, EDTA, preparat ulas,
kamera digital, dan alat tulis.
Metode penelitian ini adalah
metode survei dimana Perairan Sungai
Siak dan Sungai Kampar dijadikan
sebagai lokasi survei dan ikan toman
dijadikan sampel penelitian.
Perhitungan Sel Darah Merah
Total sel darah merah dihitung
menurut Schaperclaus (1992) yaitu:
sampel darah dihisap dengan batu
merah sampai skala 0,5, kemudian
dilanjutkan dengan menghisap larutan
hayem sampai skala 101, lalu diaduk
atau dikocok dengan menggoyang –
goyangkan pipet membentuk angka
delapan.
Kemudian
dimasukan
kedalam haecytometer, kemudian
dihitung menggunakan rumus berikut :

N= n x 104
keterangan :
 n = jumlah sel darah merah
yang terdapat pada 5 kotak
kecil.
 N = jumlah sel darah merah
dalam 1 mililiter darah
 Faktor pengenceran dilakukan
200 kali
Perhitungan Sel Darah Putih
Total sel darah putih dihitung
menurut Schaperclaus (1992) yaitu:
sampel darah dihisap dengan batu
merah sampai skala 0,5, kemudian
dilanjutkan dengan menghisap larutan
hayem sampai skala 101, lalu di aduk
atau dikocok dengan menggoyang –
goyangkan pipet membentuk angka
delapan.
Kemudian
dimasukan
kedalam haecytometer, kemudian
dihitung menggunakan rumus berikut :

N = jumlah total sel
terhitung (n) x 500
Dimana :

n = jumlah sel darah
putih yang terdapat pada 4 kotak besar
yang
terletak pada sudut kamar
hitung

N = jumlah sel darah
putih dalam 1 mililiter darah

Pengenceran 200 kali
Penghitungan
Hematokrit
dan
Leukrit
Kadar
hematokrit
diukur
mengikuti Anderson dan Siwicki
(1996), dengan cara sebagai berikut :
sampel darah dimasukan kedalam
tabung mikro hematokrit kira kira 4/5
bagian tabung, ujungnya disumbat
yang bertanda merah dengan vitrex
kemudian sentrifuse selama 3 menit
dengan kecepatan 11.000 rpm. Setelah
sentrifuse, persentase volume eritrosit
dihitung dengan menerapkan pada
skala hematokrit.
Rumus hematokrit dan leukrit :
H = Panjang endapan eritrosit pada
pipa kapiler (mm) x 100%
Panjang total (mm)
L = Panjang endapan leukosit pada
pipa kapiler (mm) x 100%
Panjang total (mm)
Identifikasi Jenis Leukosit
Perhitungan total leukosit
dihitung menurut Blaxhall dan Daisley
(1973) dalam Isnansetyo (2006).
Sampel darah diteteskan pada objek
glass kemudian dibuat preparat ulas
darah dengan cara menyentuhkan
objek glass pada tetesan darah tadi
dengan membentuk sudut 450, hal ini
dilakukan agar darah menyebar merata
pada
objek
glass,
selanjutnya
dikeringkan dengan udara, kemudian
darah difiksasi dengan ethanol, selama
5 menit ,dibilas dengan air bersih dan
dikeringkan dengan udara dan
diwarnai giemsa selama 5 menit,
sampel dicuci dengan air mengalir dan
dikeringkan, kemudian diidentifikasi
jenis-jenis leukositnya di bawah
mikroskop.
Analisis data
Pengamatan data yang terkumpul
ada 2 macam yaitu, data kuantitatif
meliputi kadar haemotokrit, kadar
leukokrit, jumlah eritrosit,jumlah
leukosit, dan perhitungan jenis-jenis
leukosit dan data kualitatif meliputi
identifikasi jenis-jenis leukosit dan
abnormalitas pada sel darah merah.
Data yang didapat kemudian dibahas
secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampling Area
Provinsi Riau memiliki perairan
umum yang cukup luas. Perairan
umum tersebut meliputi 4 sungai besar
yaitu Sungai Rokan, Sungai Indragiri,
Sungai Siak dan Sungai Kampar.
Sungai Siak merupakan salah satu
sungai terdalam di Indonesia yang saat
ini mengalami penurunan kualitas air
akibat intensitas pemanfaatan sumber
daya yang cukup tinggi. Sedangkan
Sungai Kampar merupakan salah satu
perairan yang masih bersih dan masih
layak untuk mendukung kehidupan
organisme seperti ikan. Hal tersebut
disebabkan
karena
sedikitnya
pengaruh polutan dan pengaruh dari
aktifitas masyarakat, sehingga kadar
pencemar yang masuk kedalam
perairan relatif sedikit.
Lokasi pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah dua tempat
yang berbeda yaitu perairan Sungai
Kampar dan Perairan Sungai Siak. Di
perairan Sungai Siak, sampel ikan
toman ditangkap di bagian hulu Sungai
Siak Kelurahan Air Hitam Pekanbaru,
dan pengambilan sampel ikan toman
dari Sungai Kampar terletak di Desa
Teratak Buluh, Kecamatan Kampar
Kiri, Kabupaten Kampar Provinsi
Riau.
Kelurahan Air Hitam, terletak
pada posisi geografis 00031’10’’00034’50’’LU
dan
101023.’07’’0
101 28’09’’BT. Lokasi penelitian ini
jaraknya dari Ibu Kota Pekanbaru
sekitar 4,60 Km. Sedangkan Desa
Koto Teratak Buluh terletak pada
posisi geografis 101˚ 28’ 14” - 101˚
36’ 18” BT dan 0˚ 16’ 08” - 0˚ 32’ 16”
LU.
Biologi ikan Toman (Channa
micropeltes)
Berdasarkan hasil identifikasi
Klasifikasi ikan toman adalah sebagai
berikut: Kelas : Osteichthyes, Ordo :
Labyrinthici, Famili : Channidae,
Genus: Channa dan Spesies : Channa
micropeltes (Kotellat,1993)
Gambar 1. Ikan toman (Channa
micropeltes)
Pada penelitian ini ikan toman
yang didapat sebanyak 12 ekor.
mempunyai ukuran Panjang Total (TL)
berkisar antara 175-350 mm, dan
kisaran panjang baku (SL) berkisar
antara 145-290 mm. Ikan toman
memiliki ciri-ciri morfologi sebagai
berkut : Ikan ini memiliki alat
pernafasan tambahan yang disebut
diverticula. Bentuk mulut ikan ini
protractile
(dapat
disembulkan).
Moncong agak runcing, gigi taring
tajam, bentuk tubuh silindris. Ikan
toman pada bagian perut berwarna
terang. Dan pada badan terdapat garis,
berwarna hitam yang agak kemerahan.
Berdasarkan hasil penelitian
Putra (1995), ikan toman dikenal
dengan
nama
red
snakehead
mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai
berikut: moncong agak runcing, gigi
taring tajam dan berkembang dengan
baik, bentuk tubuh selindris, ikan
dewasa kelihatan bewarna hitam
dengan warna hijau violet yang
berkilau dan bagian perut bewarna
terang (putih), pada sisi tubuhnya
terdapat dua garis hitam yang
memanjang dari ujung kepala sampai
ke ujung ekor, tubuh ditutupi oleh sisik
yang berbentuk sikloid, sirip tidak
memiliki duri.
Darah Ikan Toman (Channa
micropeltes)
Secara umum kondisi darah ikan
toman dari Sungai Siak dan Sungai
Kampar hampir sama. Jumlah eritrosit
pada ikan toman dari Sungai Kampar
tidak jauh berbeda dibandingkan
dengan eritrosit pada ikan toman dari
Sungai Siak. Jumlah eritrosit ikan
toman dari Sungai Siak adalah
1.786.667 sel/ml dan dari Sungai
Kampar adalah 2.306.667 sel/ml.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Rerata Jumlah Eritrosit,
Leukosit, Hematokrit dan Leukokrit
Ikan Toman di Perairan Siak dan
Kampar
Parameter
Kadar
Hematokrit
Kadar
Leukokrit
Jumlah
Eritrosit
Jumlah
Leukosit
Siak
Kampar
27,57%
31,00%
0,91 %
1,38 %
2.306.667
1.786.667
196.167
227.250
Sumber : Data Primer
Dari Tabel 1 dapat dilihat
jumlah eritrosit ikan toman dari Sungai
Siak dan Sungai Kampar masih
dikatakan normal, hal ini sesuai
dengan pendapat Bond (1977) yang
mengatakan bahwa jumlah eritrosit
ikan normal berkisar antara 1.000.000
– 3.000.000 sel/ml. Ini juga didukung
hasil penelitian Lukistyowati et al.
(2007) yang mengatakan bahwa
jumlah eritrosit ikan masih dikatakan
normal jika berkisar antara 880.000 –
2.270.000 sel/ml.
Gambar 2. Jumlah eritrosit dan
leukosit ikan toman dari Sungai Siak
dan Sungai Kampar.
Dari Gambar 2 dapat dilihat
jumlah leukosit ikan toman dari
Sungai Siak dan Sungai Kampar
berbeda, dimana jumlah leukosit ikan
toman dari Sungai Kampar lebih tinggi
dari Sungai Siak. Jumlah leukosit ikan
toman dari Sungai Kampar 227.250
sel/ml sedangkan jumlah leukosit ikan
toman dari Sungai Siak 196.167
sel/ml. Jumlah leukosit pada ikan
toman dari Sungai Siak dan Sungai
Kampar dikatakan normal, hal ini
sesuai dengan pendapat Lukistyowati
et al. (2007) yang menyatakan bahwa
jumlah leukosit pada ikan budidaya
yang sehat di Pekanbaru berkisar
antara 190.000 – 240.000 sel/ml.
Selanjutnya dinyatakan pula bahwa
tingginya jumlah leukosit pada ikanikan di Pekanbaru ini disebabkan oleh
daya adaptasi ikan terhadap kondisi
lingkungan tropis yang hangat dan
merupakan tempat berkembang biak
yang baik bagi mikroorganisme.
(Moyle dan Cech dalam Vonti 2008)
menyatakan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi jumlah leukosit adalah
kondisi dan kesehatan tubuh ikan.
Identifikasi Jenis - jenis Leukosit
Sel darah putih (Leukosit) pada
ikan toman dari Sungai Siak dan
Kampar ada 4 jenis, yaitu monosit,
limfosit, netrofil dan basofil. Pada
ikan toman, monosit dan limfosit
sangat banyak dijumpai, sedangkan
jenis lainnya sangat sedikit dijumpai
(Tabel 2). Kondisi ini wajar dan
sesuai dengan pendapat Lukistyowati
et al. (2007) yang menyatakan bahwa
limfosit merupakan jenis sel darah
putih yang paling banyak dijumpai, ini
dapat dilihat pada ikan mas budidaya
di Pekanbaru jumlah limfosit berkisar
36-80%.
Rendahnya nilai neutrofil,
basofil, dan eosinofil pada penelitian
ini menunjukkan gejala normal.
Dikarenakan fungsi neutrofil dalam sel
darah putih sebagai pengrusakan
bakteri, neutrofil akan meningkat jika
terjadinya serangan bakteri. Pada
penelitian ini, persentase neutrofil
berkisar antara 3.89 - 6.14%. Hal ini
tidak jauh berbeda dengan penelitian
Lukistyowati et al. (2007) yang
menyatakan
bahwa
persentase
neutrofil pada ikan-ikan budidaya di
Pekanbaru berkisar antara 0,47-7,38%.
Lestari (2011) juga mendapatkan
jumlah neutrofil yang tidak jauh
berbeda, persentase neutrofil pada ikan
motan berkisar antara 1,93-3,95%.
Sementara itu ada ditemukan 1 sel
basofil pada ikan toman dari Sungai
Siak, ini menunjukan bahwa ada gejala
stress pada ikan toman dari Sungai
Siak. Lebih jelasnya proporsi tiapjenis sel darah putih ikan toman dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Proporsi tiap jenis sel
darah putih ikan toman dari Sungai
Siak dan Sungai Kampar
Jenis darah
putih
Limfosit
Kampar
49.39%
Monosit
35.83%
Eosinofil
0.00%
Basofil
0.00%
Netrofil
6.14%
Sumber : Data primer
Siak
45.56
%
43.33
%
0.00%
0.56%
3.89%
Berdasarkan hasil pengamatan,
monosit pada ikan toman berukuran
rata-rata 0,0118 mm (11,8 m),
berbentuk bulat
tidak beraturan.
Dengan pewarnaan HE sitoplasma
bewarna ungu dan inti berwarna ungu
pekat (Gambar 3). Proporsi rata-rata
monosit yang ditemukan pada darah
ikan toman dari Sungai Siak berkisar
43,33% dan pada ikan toman dari
Sungai Kampar adalah 35,83%.
Monosit berperan sebagai makrofag
dan banyak dijumpai pada daerah
peradangan atau infeksi (Dellman dan
Brown dalam Erika, 2008).
Limfosit
ikan toman yang
ditemukan berukuran rata-rata 0,0044
mm (4,4 m) berbentuk bulat. Dengan
pewarnaan HE inti limfosit terwarna
berwarna ungu pekat, sedangkan
sitoplasma nampak sebagai lingkaran
tipis yang mengelilingi inti, berwarna
biru cerah (Gambar 3). proporsi rata-
rata limfosit yang ditemukan pada ikan
toman dari Sungai Siak adalah 45,56%
dan limfosit ikan dari Sungai Kampar
adalah 49,39%. Limfosit mampu
menerobos jaringan atau organ tubuh
yang lunak karena menyediakan zat
kebal
untuk
pertahanan
tubuh
(Dellman dan Brown dalam Erika ,
2008).
Neutrofil ikan toman yang
telah diamati rata-rata berukuran
0,0080 mm atau (8,0 m). Neutrofil
pada ikan toman berbentuk bulat
dengan inti yang bercabang (2 lobus)
(Gambar 3). Dengan pewarnaan HE
inti netrofil berwarna ungu dan
sitoplasma berwarna bening. Netrofil
sangat sedikit dijumpai pada ikan
toman, jumlah rata-rata neutrofil pada
ikan toman dari Sungai Siak berkisar
3,89% dan neutrofil ikan toman dari
Sungai Kampar berkisar 6,14%.
Seperti yang dikatakan oleh (Anonim
dalam Lukistyowati et al, 2007) bahwa
jumlah neutrofil dalam darah putih
ikan relative sedikit, bahkan kadangkadang kurang dari 1% sehingga
dalam perhitungan data sering
diabaikan.
Pada ikan toman ditemukan
basofil yang rata-rata berukuran
0,0115 mm (11,5 m). Basofil pada
ikan toman berbentuk bulat dengan inti
bulat (Gambar 3). Dengan pewarnaan
HE inti basofil berwarna ungu terang
dan sitoplasma berwarna biru atau
ungu pekat. Proporsi rata-rata basofil
yang ditemukan pada ikan toman dari
Sungai Siak adalah 0,56% sedangkan
pada ikan toman dari Sungai Kampar
tidak ditemukan adanya basofil.
Basofil pada darah ikan toman sangat
langka ditemukan. Hal ini senada
dengan pernyataan (Nabib dan
Pasaribu dalam Erika, 2008) bahwa
eosinofil dan basofil sangat jarang
terlihat di dalam sirkulasi darah ikan.
Eosinofil dan basofil berperan dalam
infeksi parasit dan respon alergi, yang
dihubungkan dengan penyakit yang
bersifat akut. Untuk lebih jelasnya
ukuran dan bentuk jenis sel darah putih
dapat dilihat pada Gambar. 3
Gambar 3. Jenis sel darah putih pada
ikan toman
Kualitas Air Sungai Siak dan Sungai
Kampar
Hasil pengukuran kualitas
Sungai Siak dan Sungai Kampar
selama penelitian dapat dilihat secara
fisika (suhu, kecerahan, kedalaman)
dan kimia (derajat keasaman, oksigen
terlarut, karbondioksida bebas). Lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengukuran Kualitas
Perairan Sungai Siak dan Kampar
No
1
2
3
4
5
Parameter
Siak
Kampar
Suhu (0C)
Kecerahan(Cm)
pH
DO (mg/l)
CO₂ Bebas
(mg/l)
28,8
24
4,5-5
1,32
3
28,8
54,5
5,5-6
1,08
6
Standar
Baku
5-8
2*
12*
Kualitas air merupakan faktor
yang penting dalam mempengaruhi
keberhasilan produksi perikanan. Jika
kualitas air baik, maka produksi
pertumbuhan ikan akan baik pula
(Susanto dalam Nurullah, 2012).
Ketidaksesuaian berbagai parameter
kualitas air pada ikan, seperti pH dan
zat-zat
kimia
lainnya
dapat
menyebabkan stres (Hoole et al dalam
Vonti, 2008). Kondisi stress akan
meningkatkan kadar kortisol di dalam
darah, dan akan menyebabkan depresi
pada
sistem
kekebalan
(Van
Muiswinkel dan Vervoorn dalam
Vonti, 2008).
Suhu perairan Sungai Siak dan
Sungai Kampar selama penelitian
adalah 28,80C, waktu pengukuran
dilakukan pada tengah hari. Hasil
pengamatan memperlihatkan bahwa
suhu perairan di kedua sungai tersebut
masih mendukung kelangsungan hidup
ikan-ikan yang ada didalamnya. Hal ini
sesuai dengan yang diungkapkan oleh
Ghufron (2007) yang menyatakan
bahwa kehidupan dan pertumbuhan
biota air sangat dipengaruhi oleh suhu
air, dimana kisaran suhu optimal bagi
kehidupan ikan diperairan tropis antara
200-320C.
Nilai pH yang diperoleh dari
Sungai Siak berkisar 4,5-5, sedangkan
di Sungai Kampar berkisar 5,5-6. Nilai
tersebut menunjukkan angka yang
normal dan kehidupan organisme yang
ada didalamnya dalam keadaan baik.
Hal ini senada dengan yang
diungkapkan Cahyono (2001) yang
menyatakan
untuk
mendukung
kehidupan suatu organisme perairan
secara wajar diperlukan nilai pH antara
5 sampai 8,7.
Kecerahan
perairan
juga
mendukung kehidupan ikan, terutama
ikan toman. Nilai kecerahan pada
perairan Sungai Siak adalah 24 cm,
sedangkan pada
Sungai Kampar
adalah 54,5 cm. Adanya perbedaan
nilai kecerahan pada kedua lokasi ini
kemungkinan disebabkan oleh warna
perairan, dimana air Sungai Kampar
lebih jernih dibandingkan Sungai Siak.
Menurut (Harahap, 2000) kecerahan
yang rendah menandakan banyaknya
partikel-partikel yang melayang dan
larut dalam air sehingga menghalangi
penetrasi cahaya matahari yang
menembus
perairan.
Kecerahan
produktif berkisar 20-60 cm, dimana
proses fotosintesis dapat berlangsung
dengan baik.
Dilihat dari Parameter DO di
kedua lokasi penelitian didapatkan
hasilnya hampir sama dimana DO di
Sungai Siak berkisar 1,32 mg/l, dan
DO di Sungai Kampar (1,04 mg/l).
Hal ini menunjukkan bahwa kondisi
perairan di Sungai Kampar tidak jauh
berbeda dengan perairan di Sungai
Siak, terutama bagian hulu siak
tepatnya Kelurahan Air Hitam. Ikan
toman bisa bertahan hidup pada
kondisi ini, karena toman mempunyai
alat pernapasan tambahan dan temasuk
kelompok ikan blackfish. Ikan
blackfish mempunyai modifikasi pada
perkembangan
organ
pernafasan
tambahannya, yang memungkinkan
ikan dapat bernafas atau menghirup
udara. Modifikasi yang berhubungan
dengan organ respirasi meliputi tiga
sistem anatomi utama yaitu mulut dan
alat
pencernaan,
insang
serta
gelembung renang. Pola adaptasi ini
memungkinkan ikan ini masih
ditemukan pada daerah rawa banjiran
ketika air surut (Welcomme, 1979
dalam Kottelat et al., 1993).
Karbondioksida bebas yang
didapat dari Sungai Siak dan dari
Sungai Kampar adalah 3 dan 6 ppm.
Kondisi perairan di kedua sungai ini
masih bisa dikatakan normal. Hal ini
merujuk pendapat Wardoyo (1981),
menyatakan
bahwa
kandungan
karbondioksida bebas dalam air tidak
boleh lebih dari 25 ppm.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kondisi darah ikan toman dari
Sungai Siak dan Sungai Kampar tidak
sama, dimana jumlah eritrosit ikan
toman dari Sungai Siak adalah
1.786.667 sel/ml dan dari Sungai
Kampar
adalah 2.306.667 sel/ml.
Sementara jumlah leukosit ikan dari
Sungai Siak dan Sungai Kampar
berbeda. Dimana jumlah leukosit
sungai Siak adalah 196.167 sel/ml dan
jumlah leukosit ikan dari Sungai
Kampar adalah 227.250 sel/ml.
Meskipun berbeda, tetapi kondisi
darah ikan dari kedua sungai tersebut
masih normal. Pada ikan toman
ditemukan 4 jenis sel darah putih yaitu
limfosit, basofil, netrofil dan monosit,
sedangkan trombosit tidak ditemukan.
Kualitas Perairan Sungai Kampar dan
Sungai Siak berbeda, kondisi perairan
di kedua tempat tersebut masih
mendukung kehidupan ikan toman.
Saran
Perlunya
penelitian
lanjutan
tentang darah ikan yang satu Genus
dengan
ikan
toman
(Chana
micropeltes) seperti ikan gabus (Chana
striata) dan ikan bujuk (Chana lucius)
dari Perairan Sungai Siak dan Sungai
Kampar. Ini bertujuan agar dapat
diketahui apakah ada persamaan
kondisi darah ikan yang satu Genus.
DAFTAR PUSTAKA
Kuswardani, Y. 2006. Pengaruh
pemberian Resin Lebah Terhadap
Gambaran
Darah
Maskoki Carassius auratus yang
terinfeksi Bakteri
Aeromonas
hydrophila. Skripsi.
Program
Studi Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Lesmana, D.S., 2001. Kualitas Air
Ikan Tawar. Penerbit Penebar
Swadaya, Jakarta 88 hal
Lukistyowati, I. , Windarti dan Morina
Riauwaty.
2007.
Analisis
Hematologi Sebagai Penentu
Status Kesehatan Ikan Air Tawar
di Pekanbaru. Laporan Hasil
Penelitian. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas
Riau. Pekanbaru.
Moyle, P.B. and Cech J.J. 2004. Fish
and Introduction to Ichthyology
Fifth Edition. Prentice Hall:
Upper Saddle River.
Mulyadi, A. 2005. Hidup Bersama
Sungai. Kasus Provinsi Riau.
Penerbit Unri Press. Pekanbaru.
136 halaman.
Mulyani, S. 2006. Gambaran Darah
Ikan
Gurame Osphronemus
gouramy
yang
Terinfeksi
Cendawan Achlya sp. pada
Kepadatan 320 dan 720 Spora
per mL. Skripsi. Program Studi
Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Lingkungan
PPLH-UNDPPUSDI-PSL, IPB Bogor. 40
halaman.
Pemerintah Provinsi Riau. 2006. Profil
Riau.www.riau.go.id/ index.
php?module=articles
and
funcs=display&aid=147
dikunjungi pada tanggal 18
Maret 2009
Widayati, E.H. 2010. Buku Biologi
SMU. Intan Pariwara. Solo
Schaperclaus, W. 1992. Fish diseases.
Vol I. A.A. Balkema.
Rotterdam. 594 p.
Susanto, H. 2004. Budidaya Ikan di
Pekarangan.
Penebar
Swadaya. Jakarta. 150 hal.
Vonti, O. 2008. Gambaran Darah Ikan
Mas (Cyprinus carpio Linn)
Strain Sinyonya yang berasal
dari Ciampea-Bogor.
Wardoyo, S. T. H. 1981. Kriteria
Kualitas Air untuk Keperluan
Pertanian dan Perikanan
Training. Analisis Dampak
Wikipedia Perikanan Indonesia. 2010.
http//www.wikipedia.com.Di
kunjungi 16 Oktober 2010.
Windarti. 2010. Fisiologi Hewan Air.
Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau.
Pekanbaru
Http://rinifitria88.blogspot.com/2011/0
4/sungai-kampar.html.
dikunjungi pada tanggal 26
April 2012. Pukul 13.00 WIB.
Download