Kondisi Darah ikan toman (Channa micropeltes) di Perairan Sungai Siak dan Sungai Kampar Provinsi Riau Blood condition of Channa micropeltes from the Kampar and Siak Rivers, Riau Province By Yusron Rasyid ,Windarti 2) ,Ridwan Manda Putra2) Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Riau 1) Abstract Siak River is one of the most polluted rivers in Riau and its low water quality may negatively affects the health status of fish that inhabit that river. The Kampar River in contrast, is in good condition. To understand blood condition of C. micropeltes living in both rivers, this study was conducted. Totally 6 fishes from Siak and 6 fishes from Kampar were studied. Blood was obtained from vena caudalis and then was checked using a binocular microscope for erythrocyte and leukocyte number. Haematocrite and leucocrite levels and type of leukocyte were also studied. Results shown that blood condition of fish taken from both sampling sites were different. The erythrocyte of the fish from the Siak River was 1,786,667 cells / ml and that of the Kampar River was 2,306,667 cells / ml. While the number of the leukocytes of the Siak’s fish was 196,167 cells / ml and that of the Kampar’s fish was 227,250 cells / ml. There were 4 types of white blood cells in C. micropeltes, namely lymphocytes, basophiles, neutrophils and monocytes. The thrombocyte, however, was not be found. The water quality of both sampling sites were rather different, but their general condition is fair and able to support the life of the C. micropeltes . Key word: Kampar river, Siak river, Channa micropeltes, blood 1) Student of the Fisheries and Marine Sciences Faculty, Riau University 2) Lecture of the Fisheries and Marine Sciences Faculty, Riau University PENDAHULUAN Latar Belakang Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi yang terdapat di wilayah Republik Indonesia dengan luas wilayah + 111.228,65 km2. Provinsi Riau memiliki + 139 pulau, 4 sungai besar dan sejumlah sungai kecil (Wikipedia, 2010) antara lain Sungai Siak dan Sungai Kampar. Sungai Siak dan Sungai Kampar merupakan sungai di provinsi Riau yang memiliki potensi sebagai habitat ikan, salah satunya adalah ikan toman (Channa micropeltes) yang merupakan ikan yang hidup di sekitar aliran Sungai Siak dan Sungai Kampar maupun anak-anak Sungai Siak dan Sungai Kampar. Salah satu perairan yang masih bersih dan masih layak mendukung untuk kehidupan organisme seperti ikan adalah perairan Sungai Kampar. Hal tersebut disebabkan karena sedikitnya pengaruh polutan dan pengaruh dari aktifitas masyarakat, sehingga kadar pencemar yang masuk kedalam perairan relatif sedikit. Sungai Siak merupakan salah satu dari empat sungai besar di Provinsi Riau dan merupakan sungai terdalam di Indonesia yang saat ini sedang mengalami tekanan akibat intensitas pemanfaatan sumber daya yang cukup tinggi. Penyebab utama penurunan kualitas air Sungai Siak adalah masukan limbah industri baik industri besar, menengah maupun kecil yang berada di sepanjang alur sungai Siak, seperti industri minyak, industri pengolahan, sawmill, industri pulp. Selain dari limbah industri limbah yang terdapat di sungai Siak berasal dari pembuangan sampah (60% berasal dari rumah tangga). Selain itu tingginya erosi akibat semakin intensif pengelolaan sumberdaya alam yang ada di hulu, seperti adanya penebangan liar (illegal logging), penebangan hutan oleh Hak Pengusahaan Hutan (HPH), konversi hutan menjadi kawasan perkebunan (besar dan kecil), kegiatan pertambangan dan kegiatan budidaya lainnya (Marini dan Husnah dalam Nurullah 2012). Perubahan lingkungan pada suatu perairan sangat mempengaruhi kondisi kesehatan ikan, adanya perubahan kondisi kesehatan ikan yang mengakibatkan adanya perbedaan kondisi darah ikan yang ada di Sungai Siak dan Sungai Kampar. Hal ini menyebabkan penulis tertarik melakukan penelitian tentang kondisi darah ikan toman (Channa micropeltes) yang terdapat di Sungai Siak dan Sungai Kampar Provinsi Riau agar dapat mengetahui kondisi darah ikan toman (Channa micropeltes) yang ada di kedua Sungai tersebut. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2012 dan tempat pengambilan sampel adalah Perairan Sungai Siak (Kelurahan Air hitam) dan Sungai Kampar (Desa Koto Teratak Buluh). Pengamatan dan analisis darah ikan toman di Laboratorium Biologi Perikanan dan Laboratorium Terpadu Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Bahan penelitian terdiri ikan toman dari hasil tangkapan nelayan Sungai Siak dan Sungai Kampar. Ikan yang tertangkap langsung diambil darahnya dan dibuat preparat ulas selanjutnya dibawa ke Laboratorium Biologi Perikanan dan Laboratorium Terpadu kemudian diamati. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah ember untuk penyimpanan ikan, jarum suntik, minyak cengkeh, EDTA, preparat ulas, kamera digital, dan alat tulis. Metode penelitian ini adalah metode survei dimana Perairan Sungai Siak dan Sungai Kampar dijadikan sebagai lokasi survei dan ikan toman dijadikan sampel penelitian. Perhitungan Sel Darah Merah Total sel darah merah dihitung menurut Schaperclaus (1992) yaitu: sampel darah dihisap dengan batu merah sampai skala 0,5, kemudian dilanjutkan dengan menghisap larutan hayem sampai skala 101, lalu diaduk atau dikocok dengan menggoyang – goyangkan pipet membentuk angka delapan. Kemudian dimasukan kedalam haecytometer, kemudian dihitung menggunakan rumus berikut : N= n x 104 keterangan : n = jumlah sel darah merah yang terdapat pada 5 kotak kecil. N = jumlah sel darah merah dalam 1 mililiter darah Faktor pengenceran dilakukan 200 kali Perhitungan Sel Darah Putih Total sel darah putih dihitung menurut Schaperclaus (1992) yaitu: sampel darah dihisap dengan batu merah sampai skala 0,5, kemudian dilanjutkan dengan menghisap larutan hayem sampai skala 101, lalu di aduk atau dikocok dengan menggoyang – goyangkan pipet membentuk angka delapan. Kemudian dimasukan kedalam haecytometer, kemudian dihitung menggunakan rumus berikut : N = jumlah total sel terhitung (n) x 500 Dimana : n = jumlah sel darah putih yang terdapat pada 4 kotak besar yang terletak pada sudut kamar hitung N = jumlah sel darah putih dalam 1 mililiter darah Pengenceran 200 kali Penghitungan Hematokrit dan Leukrit Kadar hematokrit diukur mengikuti Anderson dan Siwicki (1996), dengan cara sebagai berikut : sampel darah dimasukan kedalam tabung mikro hematokrit kira kira 4/5 bagian tabung, ujungnya disumbat yang bertanda merah dengan vitrex kemudian sentrifuse selama 3 menit dengan kecepatan 11.000 rpm. Setelah sentrifuse, persentase volume eritrosit dihitung dengan menerapkan pada skala hematokrit. Rumus hematokrit dan leukrit : H = Panjang endapan eritrosit pada pipa kapiler (mm) x 100% Panjang total (mm) L = Panjang endapan leukosit pada pipa kapiler (mm) x 100% Panjang total (mm) Identifikasi Jenis Leukosit Perhitungan total leukosit dihitung menurut Blaxhall dan Daisley (1973) dalam Isnansetyo (2006). Sampel darah diteteskan pada objek glass kemudian dibuat preparat ulas darah dengan cara menyentuhkan objek glass pada tetesan darah tadi dengan membentuk sudut 450, hal ini dilakukan agar darah menyebar merata pada objek glass, selanjutnya dikeringkan dengan udara, kemudian darah difiksasi dengan ethanol, selama 5 menit ,dibilas dengan air bersih dan dikeringkan dengan udara dan diwarnai giemsa selama 5 menit, sampel dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan, kemudian diidentifikasi jenis-jenis leukositnya di bawah mikroskop. Analisis data Pengamatan data yang terkumpul ada 2 macam yaitu, data kuantitatif meliputi kadar haemotokrit, kadar leukokrit, jumlah eritrosit,jumlah leukosit, dan perhitungan jenis-jenis leukosit dan data kualitatif meliputi identifikasi jenis-jenis leukosit dan abnormalitas pada sel darah merah. Data yang didapat kemudian dibahas secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Sampling Area Provinsi Riau memiliki perairan umum yang cukup luas. Perairan umum tersebut meliputi 4 sungai besar yaitu Sungai Rokan, Sungai Indragiri, Sungai Siak dan Sungai Kampar. Sungai Siak merupakan salah satu sungai terdalam di Indonesia yang saat ini mengalami penurunan kualitas air akibat intensitas pemanfaatan sumber daya yang cukup tinggi. Sedangkan Sungai Kampar merupakan salah satu perairan yang masih bersih dan masih layak untuk mendukung kehidupan organisme seperti ikan. Hal tersebut disebabkan karena sedikitnya pengaruh polutan dan pengaruh dari aktifitas masyarakat, sehingga kadar pencemar yang masuk kedalam perairan relatif sedikit. Lokasi pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dua tempat yang berbeda yaitu perairan Sungai Kampar dan Perairan Sungai Siak. Di perairan Sungai Siak, sampel ikan toman ditangkap di bagian hulu Sungai Siak Kelurahan Air Hitam Pekanbaru, dan pengambilan sampel ikan toman dari Sungai Kampar terletak di Desa Teratak Buluh, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Kelurahan Air Hitam, terletak pada posisi geografis 00031’10’’00034’50’’LU dan 101023.’07’’0 101 28’09’’BT. Lokasi penelitian ini jaraknya dari Ibu Kota Pekanbaru sekitar 4,60 Km. Sedangkan Desa Koto Teratak Buluh terletak pada posisi geografis 101˚ 28’ 14” - 101˚ 36’ 18” BT dan 0˚ 16’ 08” - 0˚ 32’ 16” LU. Biologi ikan Toman (Channa micropeltes) Berdasarkan hasil identifikasi Klasifikasi ikan toman adalah sebagai berikut: Kelas : Osteichthyes, Ordo : Labyrinthici, Famili : Channidae, Genus: Channa dan Spesies : Channa micropeltes (Kotellat,1993) Gambar 1. Ikan toman (Channa micropeltes) Pada penelitian ini ikan toman yang didapat sebanyak 12 ekor. mempunyai ukuran Panjang Total (TL) berkisar antara 175-350 mm, dan kisaran panjang baku (SL) berkisar antara 145-290 mm. Ikan toman memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berkut : Ikan ini memiliki alat pernafasan tambahan yang disebut diverticula. Bentuk mulut ikan ini protractile (dapat disembulkan). Moncong agak runcing, gigi taring tajam, bentuk tubuh silindris. Ikan toman pada bagian perut berwarna terang. Dan pada badan terdapat garis, berwarna hitam yang agak kemerahan. Berdasarkan hasil penelitian Putra (1995), ikan toman dikenal dengan nama red snakehead mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut: moncong agak runcing, gigi taring tajam dan berkembang dengan baik, bentuk tubuh selindris, ikan dewasa kelihatan bewarna hitam dengan warna hijau violet yang berkilau dan bagian perut bewarna terang (putih), pada sisi tubuhnya terdapat dua garis hitam yang memanjang dari ujung kepala sampai ke ujung ekor, tubuh ditutupi oleh sisik yang berbentuk sikloid, sirip tidak memiliki duri. Darah Ikan Toman (Channa micropeltes) Secara umum kondisi darah ikan toman dari Sungai Siak dan Sungai Kampar hampir sama. Jumlah eritrosit pada ikan toman dari Sungai Kampar tidak jauh berbeda dibandingkan dengan eritrosit pada ikan toman dari Sungai Siak. Jumlah eritrosit ikan toman dari Sungai Siak adalah 1.786.667 sel/ml dan dari Sungai Kampar adalah 2.306.667 sel/ml. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rerata Jumlah Eritrosit, Leukosit, Hematokrit dan Leukokrit Ikan Toman di Perairan Siak dan Kampar Parameter Kadar Hematokrit Kadar Leukokrit Jumlah Eritrosit Jumlah Leukosit Siak Kampar 27,57% 31,00% 0,91 % 1,38 % 2.306.667 1.786.667 196.167 227.250 Sumber : Data Primer Dari Tabel 1 dapat dilihat jumlah eritrosit ikan toman dari Sungai Siak dan Sungai Kampar masih dikatakan normal, hal ini sesuai dengan pendapat Bond (1977) yang mengatakan bahwa jumlah eritrosit ikan normal berkisar antara 1.000.000 – 3.000.000 sel/ml. Ini juga didukung hasil penelitian Lukistyowati et al. (2007) yang mengatakan bahwa jumlah eritrosit ikan masih dikatakan normal jika berkisar antara 880.000 – 2.270.000 sel/ml. Gambar 2. Jumlah eritrosit dan leukosit ikan toman dari Sungai Siak dan Sungai Kampar. Dari Gambar 2 dapat dilihat jumlah leukosit ikan toman dari Sungai Siak dan Sungai Kampar berbeda, dimana jumlah leukosit ikan toman dari Sungai Kampar lebih tinggi dari Sungai Siak. Jumlah leukosit ikan toman dari Sungai Kampar 227.250 sel/ml sedangkan jumlah leukosit ikan toman dari Sungai Siak 196.167 sel/ml. Jumlah leukosit pada ikan toman dari Sungai Siak dan Sungai Kampar dikatakan normal, hal ini sesuai dengan pendapat Lukistyowati et al. (2007) yang menyatakan bahwa jumlah leukosit pada ikan budidaya yang sehat di Pekanbaru berkisar antara 190.000 – 240.000 sel/ml. Selanjutnya dinyatakan pula bahwa tingginya jumlah leukosit pada ikanikan di Pekanbaru ini disebabkan oleh daya adaptasi ikan terhadap kondisi lingkungan tropis yang hangat dan merupakan tempat berkembang biak yang baik bagi mikroorganisme. (Moyle dan Cech dalam Vonti 2008) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah leukosit adalah kondisi dan kesehatan tubuh ikan. Identifikasi Jenis - jenis Leukosit Sel darah putih (Leukosit) pada ikan toman dari Sungai Siak dan Kampar ada 4 jenis, yaitu monosit, limfosit, netrofil dan basofil. Pada ikan toman, monosit dan limfosit sangat banyak dijumpai, sedangkan jenis lainnya sangat sedikit dijumpai (Tabel 2). Kondisi ini wajar dan sesuai dengan pendapat Lukistyowati et al. (2007) yang menyatakan bahwa limfosit merupakan jenis sel darah putih yang paling banyak dijumpai, ini dapat dilihat pada ikan mas budidaya di Pekanbaru jumlah limfosit berkisar 36-80%. Rendahnya nilai neutrofil, basofil, dan eosinofil pada penelitian ini menunjukkan gejala normal. Dikarenakan fungsi neutrofil dalam sel darah putih sebagai pengrusakan bakteri, neutrofil akan meningkat jika terjadinya serangan bakteri. Pada penelitian ini, persentase neutrofil berkisar antara 3.89 - 6.14%. Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Lukistyowati et al. (2007) yang menyatakan bahwa persentase neutrofil pada ikan-ikan budidaya di Pekanbaru berkisar antara 0,47-7,38%. Lestari (2011) juga mendapatkan jumlah neutrofil yang tidak jauh berbeda, persentase neutrofil pada ikan motan berkisar antara 1,93-3,95%. Sementara itu ada ditemukan 1 sel basofil pada ikan toman dari Sungai Siak, ini menunjukan bahwa ada gejala stress pada ikan toman dari Sungai Siak. Lebih jelasnya proporsi tiapjenis sel darah putih ikan toman dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Proporsi tiap jenis sel darah putih ikan toman dari Sungai Siak dan Sungai Kampar Jenis darah putih Limfosit Kampar 49.39% Monosit 35.83% Eosinofil 0.00% Basofil 0.00% Netrofil 6.14% Sumber : Data primer Siak 45.56 % 43.33 % 0.00% 0.56% 3.89% Berdasarkan hasil pengamatan, monosit pada ikan toman berukuran rata-rata 0,0118 mm (11,8 m), berbentuk bulat tidak beraturan. Dengan pewarnaan HE sitoplasma bewarna ungu dan inti berwarna ungu pekat (Gambar 3). Proporsi rata-rata monosit yang ditemukan pada darah ikan toman dari Sungai Siak berkisar 43,33% dan pada ikan toman dari Sungai Kampar adalah 35,83%. Monosit berperan sebagai makrofag dan banyak dijumpai pada daerah peradangan atau infeksi (Dellman dan Brown dalam Erika, 2008). Limfosit ikan toman yang ditemukan berukuran rata-rata 0,0044 mm (4,4 m) berbentuk bulat. Dengan pewarnaan HE inti limfosit terwarna berwarna ungu pekat, sedangkan sitoplasma nampak sebagai lingkaran tipis yang mengelilingi inti, berwarna biru cerah (Gambar 3). proporsi rata- rata limfosit yang ditemukan pada ikan toman dari Sungai Siak adalah 45,56% dan limfosit ikan dari Sungai Kampar adalah 49,39%. Limfosit mampu menerobos jaringan atau organ tubuh yang lunak karena menyediakan zat kebal untuk pertahanan tubuh (Dellman dan Brown dalam Erika , 2008). Neutrofil ikan toman yang telah diamati rata-rata berukuran 0,0080 mm atau (8,0 m). Neutrofil pada ikan toman berbentuk bulat dengan inti yang bercabang (2 lobus) (Gambar 3). Dengan pewarnaan HE inti netrofil berwarna ungu dan sitoplasma berwarna bening. Netrofil sangat sedikit dijumpai pada ikan toman, jumlah rata-rata neutrofil pada ikan toman dari Sungai Siak berkisar 3,89% dan neutrofil ikan toman dari Sungai Kampar berkisar 6,14%. Seperti yang dikatakan oleh (Anonim dalam Lukistyowati et al, 2007) bahwa jumlah neutrofil dalam darah putih ikan relative sedikit, bahkan kadangkadang kurang dari 1% sehingga dalam perhitungan data sering diabaikan. Pada ikan toman ditemukan basofil yang rata-rata berukuran 0,0115 mm (11,5 m). Basofil pada ikan toman berbentuk bulat dengan inti bulat (Gambar 3). Dengan pewarnaan HE inti basofil berwarna ungu terang dan sitoplasma berwarna biru atau ungu pekat. Proporsi rata-rata basofil yang ditemukan pada ikan toman dari Sungai Siak adalah 0,56% sedangkan pada ikan toman dari Sungai Kampar tidak ditemukan adanya basofil. Basofil pada darah ikan toman sangat langka ditemukan. Hal ini senada dengan pernyataan (Nabib dan Pasaribu dalam Erika, 2008) bahwa eosinofil dan basofil sangat jarang terlihat di dalam sirkulasi darah ikan. Eosinofil dan basofil berperan dalam infeksi parasit dan respon alergi, yang dihubungkan dengan penyakit yang bersifat akut. Untuk lebih jelasnya ukuran dan bentuk jenis sel darah putih dapat dilihat pada Gambar. 3 Gambar 3. Jenis sel darah putih pada ikan toman Kualitas Air Sungai Siak dan Sungai Kampar Hasil pengukuran kualitas Sungai Siak dan Sungai Kampar selama penelitian dapat dilihat secara fisika (suhu, kecerahan, kedalaman) dan kimia (derajat keasaman, oksigen terlarut, karbondioksida bebas). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Pengukuran Kualitas Perairan Sungai Siak dan Kampar No 1 2 3 4 5 Parameter Siak Kampar Suhu (0C) Kecerahan(Cm) pH DO (mg/l) CO₂ Bebas (mg/l) 28,8 24 4,5-5 1,32 3 28,8 54,5 5,5-6 1,08 6 Standar Baku 5-8 2* 12* Kualitas air merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi keberhasilan produksi perikanan. Jika kualitas air baik, maka produksi pertumbuhan ikan akan baik pula (Susanto dalam Nurullah, 2012). Ketidaksesuaian berbagai parameter kualitas air pada ikan, seperti pH dan zat-zat kimia lainnya dapat menyebabkan stres (Hoole et al dalam Vonti, 2008). Kondisi stress akan meningkatkan kadar kortisol di dalam darah, dan akan menyebabkan depresi pada sistem kekebalan (Van Muiswinkel dan Vervoorn dalam Vonti, 2008). Suhu perairan Sungai Siak dan Sungai Kampar selama penelitian adalah 28,80C, waktu pengukuran dilakukan pada tengah hari. Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa suhu perairan di kedua sungai tersebut masih mendukung kelangsungan hidup ikan-ikan yang ada didalamnya. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ghufron (2007) yang menyatakan bahwa kehidupan dan pertumbuhan biota air sangat dipengaruhi oleh suhu air, dimana kisaran suhu optimal bagi kehidupan ikan diperairan tropis antara 200-320C. Nilai pH yang diperoleh dari Sungai Siak berkisar 4,5-5, sedangkan di Sungai Kampar berkisar 5,5-6. Nilai tersebut menunjukkan angka yang normal dan kehidupan organisme yang ada didalamnya dalam keadaan baik. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Cahyono (2001) yang menyatakan untuk mendukung kehidupan suatu organisme perairan secara wajar diperlukan nilai pH antara 5 sampai 8,7. Kecerahan perairan juga mendukung kehidupan ikan, terutama ikan toman. Nilai kecerahan pada perairan Sungai Siak adalah 24 cm, sedangkan pada Sungai Kampar adalah 54,5 cm. Adanya perbedaan nilai kecerahan pada kedua lokasi ini kemungkinan disebabkan oleh warna perairan, dimana air Sungai Kampar lebih jernih dibandingkan Sungai Siak. Menurut (Harahap, 2000) kecerahan yang rendah menandakan banyaknya partikel-partikel yang melayang dan larut dalam air sehingga menghalangi penetrasi cahaya matahari yang menembus perairan. Kecerahan produktif berkisar 20-60 cm, dimana proses fotosintesis dapat berlangsung dengan baik. Dilihat dari Parameter DO di kedua lokasi penelitian didapatkan hasilnya hampir sama dimana DO di Sungai Siak berkisar 1,32 mg/l, dan DO di Sungai Kampar (1,04 mg/l). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi perairan di Sungai Kampar tidak jauh berbeda dengan perairan di Sungai Siak, terutama bagian hulu siak tepatnya Kelurahan Air Hitam. Ikan toman bisa bertahan hidup pada kondisi ini, karena toman mempunyai alat pernapasan tambahan dan temasuk kelompok ikan blackfish. Ikan blackfish mempunyai modifikasi pada perkembangan organ pernafasan tambahannya, yang memungkinkan ikan dapat bernafas atau menghirup udara. Modifikasi yang berhubungan dengan organ respirasi meliputi tiga sistem anatomi utama yaitu mulut dan alat pencernaan, insang serta gelembung renang. Pola adaptasi ini memungkinkan ikan ini masih ditemukan pada daerah rawa banjiran ketika air surut (Welcomme, 1979 dalam Kottelat et al., 1993). Karbondioksida bebas yang didapat dari Sungai Siak dan dari Sungai Kampar adalah 3 dan 6 ppm. Kondisi perairan di kedua sungai ini masih bisa dikatakan normal. Hal ini merujuk pendapat Wardoyo (1981), menyatakan bahwa kandungan karbondioksida bebas dalam air tidak boleh lebih dari 25 ppm. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kondisi darah ikan toman dari Sungai Siak dan Sungai Kampar tidak sama, dimana jumlah eritrosit ikan toman dari Sungai Siak adalah 1.786.667 sel/ml dan dari Sungai Kampar adalah 2.306.667 sel/ml. Sementara jumlah leukosit ikan dari Sungai Siak dan Sungai Kampar berbeda. Dimana jumlah leukosit sungai Siak adalah 196.167 sel/ml dan jumlah leukosit ikan dari Sungai Kampar adalah 227.250 sel/ml. Meskipun berbeda, tetapi kondisi darah ikan dari kedua sungai tersebut masih normal. Pada ikan toman ditemukan 4 jenis sel darah putih yaitu limfosit, basofil, netrofil dan monosit, sedangkan trombosit tidak ditemukan. Kualitas Perairan Sungai Kampar dan Sungai Siak berbeda, kondisi perairan di kedua tempat tersebut masih mendukung kehidupan ikan toman. Saran Perlunya penelitian lanjutan tentang darah ikan yang satu Genus dengan ikan toman (Chana micropeltes) seperti ikan gabus (Chana striata) dan ikan bujuk (Chana lucius) dari Perairan Sungai Siak dan Sungai Kampar. Ini bertujuan agar dapat diketahui apakah ada persamaan kondisi darah ikan yang satu Genus. DAFTAR PUSTAKA Kuswardani, Y. 2006. Pengaruh pemberian Resin Lebah Terhadap Gambaran Darah Maskoki Carassius auratus yang terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Lesmana, D.S., 2001. Kualitas Air Ikan Tawar. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta 88 hal Lukistyowati, I. , Windarti dan Morina Riauwaty. 2007. Analisis Hematologi Sebagai Penentu Status Kesehatan Ikan Air Tawar di Pekanbaru. Laporan Hasil Penelitian. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. Moyle, P.B. and Cech J.J. 2004. Fish and Introduction to Ichthyology Fifth Edition. Prentice Hall: Upper Saddle River. Mulyadi, A. 2005. Hidup Bersama Sungai. Kasus Provinsi Riau. Penerbit Unri Press. Pekanbaru. 136 halaman. Mulyani, S. 2006. Gambaran Darah Ikan Gurame Osphronemus gouramy yang Terinfeksi Cendawan Achlya sp. pada Kepadatan 320 dan 720 Spora per mL. Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Lingkungan PPLH-UNDPPUSDI-PSL, IPB Bogor. 40 halaman. Pemerintah Provinsi Riau. 2006. Profil Riau.www.riau.go.id/ index. php?module=articles and funcs=display&aid=147 dikunjungi pada tanggal 18 Maret 2009 Widayati, E.H. 2010. Buku Biologi SMU. Intan Pariwara. Solo Schaperclaus, W. 1992. Fish diseases. Vol I. A.A. Balkema. Rotterdam. 594 p. Susanto, H. 2004. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hal. Vonti, O. 2008. Gambaran Darah Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn) Strain Sinyonya yang berasal dari Ciampea-Bogor. Wardoyo, S. T. H. 1981. Kriteria Kualitas Air untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan Training. Analisis Dampak Wikipedia Perikanan Indonesia. 2010. http//www.wikipedia.com.Di kunjungi 16 Oktober 2010. Windarti. 2010. Fisiologi Hewan Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru Http://rinifitria88.blogspot.com/2011/0 4/sungai-kampar.html. dikunjungi pada tanggal 26 April 2012. Pukul 13.00 WIB.