BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PROPOSISI PENELITIAN 2.1

advertisement
BAB 2
TINJAUAN TEORETIS DAN PROPOSISI PENELITIAN
2.1 Konsep Dasar Audit Manajemen
2.1.1 Pengertian dan Tujuan Audit Manajemen
Audit manajemen merupakan suatu alat yang digunakan untuk menilai
efisiensi dan efektifitas dalam suatu organisasi. Penekanannya yaitu untuk
mencapai efisiensi dan efektifitas dalam menjalankan aktivitas bisnis. Definisi
audit manajemen menurut Tunggal (2010:10) “merupakan suatu penilaian dari
organisasi manajerial dan efisiensi dari suatu perusahaan, departemen, atau setiap
entitas dan sub-entitas yang dapat di audit. Penekanannya adalah untuk mencapai
efisiensi yang lebih besar, efekifitas dalam suatu usaha dan organisasi yang lain.
Sedangkan menurut
Agoes
(2009:173)
audit
manajemen
adalah suatu
pemeriksaan terhadap kegiatan operasi perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi
dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk
mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut dilakukan secara efektif dan efisien
Definisi lain menurut Bayangkara (2008:2) audit manajemen adalah
pengevaluasian terhadap efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan. Dalam
konteks audit manajemen, manajemen meliputi seluruh operasi internal
perusahaan yang harus dipertanggungjawabkan kepada berbagai pihak yang
memiliki wewenang yang lebih tinggi. Sedangkan pengertian audit manajemen
menurut Mulyadi dan Puradiredja (2009:31) adalah review secara sistematik
kegiatan organisasi, atau bagian daripadanya, dalam hubungannya dengan tujuan
tertentu.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa audit manajemen
adalah suatu proses penelaahan yang sistematis
atas aktivitas, metode atau
prosedur pengelolahan suatu organisasi. Mengevaluasi efektivitas dan efisiensi
dari aktivitas, metode, dan prosedur pengelolahan yang dijalankan oleh organisasi.
Pelaksanaan audit manajemen yang dilaksanakan oleh perusahaan
mempunyai tujuan menjaga keefektifan, efisiensi, dan keekonomisan kegiatan
produksi. Berikut ini adalah tujuan dari audit manajemen menurut beberapa ahli,
antara lain:
1. Akmal (2009:34) merumuskan beberapa tujuan audit manajemen sebagai
berikut:
a. Menilai kecukupan dan keefektivan pengendalian manajemen.
b. Menilai efektivitas, efisiensi, dan ekonomisnya operasi 3E.
c. Menilai dapat diandalkannya informasi.
d. Menilai kepatuhan terhadap peraturan dan perundangan yang berlaku.
2. Agoes (2009:173) Tujuan-tujuan dilakukannya audit manajemen secara umum
adalah sebagai berikut :
a. Untuk menilai kinerja (performance) dari manajemen dan berbagai fungsi
dalam perusahaan.
b. Untuk menilai apakah berbagai sumber daya (manusia, mesin, dana, dan
harta lainnya) yang dimiliki perusahaan digunakan secara efisien dan
ekonomis.
c. Untuk menilai efektifitas perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan oleh manajemen puncak.
d. Untuk dapat memberikan rekomendasi kepada manajemen puncak untuk
memperbaiki
kelemahan-kelemahan
yang
terdapat
dalam
system
pengendalian manajemen dan prosedur-prosedur operasional perusahaan
dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegiatan operasi
perusahaan.
Sedangkan menurut Bayangkara, (2008:3) audit manajemen bertujuan
untuk mengidentifikasi kegiatan, program, dan aktivitas yang masih memerlukan
perbaikan, sehingga dengan rekomendasi yang diberikan nantinya dapat dicapai
perbaikan atas pengelolaan berbagai program dan aktivitas pada perusahaan
tersebut. Berkaitan dengan tujuan ini dititik berat audit diarahkan terutama pada
berbagai objek audit yang diperkirakan dapat diperbaiki dimasa yang akan datang,
disamping itu juga mencegah kemungkinan terjadinya berbagai kerugian.
Menurut Sawyer et., al (2008:61), ada 3 elemen pokok dalam tujuan audit,
sebagai berikut:
1. Kriteria (criteria)
Kriteria merupakan standar (pedoman, norma) bagi setiap individu/kelompok
di dalam perusahaan yang melakukan aktivitasnya.
2. Penyebab (cause)
Penyebab merupakan tindakan (aktvitas) yang dilakukan oleh setiap
individu/kelompok di dalam perusahaan . penyebab dapat bersifat positif, misal
program dapat berjalan dengan tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi,
atau sebaliknya bersifat negatif, misal aktivitas berjalan dengan tingkat efisinsi
dan efektivitas yang lebih rendah dari standar yang telah ditetapkan.
3. Akibat (effect)
Akibat merupakan perbandingan antara penyebab dengan kriteria yang
berhubungan dengan penyebab tersebut. Akibat negatif menunjukkan
program/aktivitas berjalan dengan tingkat pencapaian yang lebih rendah dari
kriteria ynag telah ditetapkan. Sedangkan akibat positif menunjukkan bahwa
program/aktivitas telah terselenggara secara baik dengan tingkat pencapaian
yang lebih tinggi dari kriteria yang telah ditetapkan.
Ada tujuh prinsip dasar dalam Bayangkara (2008:5) yang harus
diperhatikan auditor agar audit manajemen dapat mencapai tujuan dengan baik,
yang meliputi:
1. Audit dititikberatkan pada obyek audit yang mempunyai peluang untuk
diperbaiki.
2. Prasyarat penilaian terhadap kegiatan obyek audit.
3. Pengungkapan dalam laporan tentang adanya temuan- temuan yang bersifat
positif.
4. Identifikasi individu yang bertanggungjawab terhadap kekurangan- kekurangan
yang terjadi.
5. Penentuan tindakan terhadap petugas yang seharusnya bertanggungjawab.
6. Pelanggaran hukum.
7. Penyelidikan dan pencegahan kecurangan.
2.1.2 Tahap Pelaksanaan Audit Manajemen
Keberhasilan suatu audit manajemen sangat ditentukan oleh ketepatan
pengambilan langkah pemeriksaan, oleh karena itu auditor harus merencanakan
tahap-tahap pemeriksaan yang akan dilaksanakan secara sistematis agar dapat
mengkoordinasikan pelaksanaan pemeriksaan sehingga tujuan pemeriksaan
tercapai. Audit manajemen mempunyai lebih banyak fase atau tahapan jika
dibandingkan dengan audit keuangan. Karena dalam audit manajemen hasil akhir
tidak hanya berupa sebuah laporan audit, namun juga berupa rekomendasi untuk
tindak lanjut (Siagian, 2008:25).
Menurut Siagian (2008:25-29) tahap-tahap dari audit manajemen sebagai
berikut:
1. Penentuan cakupan kegiatan audit.
Adanya kesatuan persepsi antara manajemen puncak dan pelaksana audit
tentang cakupan kegiatan audit merupakan hal yang sangat penting, bahkan
dapat dikatakan mutlak. Audit dapat mencakup seluruh perusahaan dan
dengan demikian menyoroti segi operasional perusahaan, atau manajemen
dapat pula berpendapat bahwa pelaksanaan bidang fungsional tertentu harus
mendapat perhatian dan didahulukan
2. Perencanaan kegiatan audit dan pengumpulan data
Hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaa kegiatan audit adalah:
a. Identifikasi komponen perusahaan yang akan menjadi sumber data.
b. Jangka waktu pelaksanaan audit.
c. Pegorganisasian kegiatan audit.
d. Penentuan instrumen pengumpulan data.
e. Teknik analisis yang akan digunakan.
Langkah yang segera mengikuti perencanaan ialah pengumpulan data
yang sama efektifnya untuk semua kegiatan audit. Karena itu pelaksanaan
audit harus mampu memilih dan menggunakan teknik yang dipandang paling
tepat. Bebarapa teknik yang dapat dipertimbangkan untuk digunakan antara
lain:
a. Mempelajari dokumen resmi perusahaan tentang bidang fungsional atau
komponen yang akan diaudit.
b. Melakukan wawancara dengan manajemen dan para karyawan yang
menangani bidang fungsional atau satuan kerja tertentu.
c. Menyusun dan menyebarluaskan kuisioner kepada pihak-pihak tertentu.
d. Melakukan surve langsung dilapangan.
Dapat dikatakan bahwa langkah ini sangat penting karena dapat
memperoleh jaminan bahwa data yang dikumpulkan bermutu tinggi yang akan
menghasilkan informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan oleh
manajemen puncak.
3. Analisis data
Memilih dan menggunakan teknik analisis data yang tepat sehingga
menghasilkan informasi yang relevan, mutakhir, lengkap dan dapat dipercaya
merupakan langkah yang sangat penting dan bahkan kritikal sifatnya.
Penggunaan data yang tepat juga berarti dalam melakukan analisis data:
a. Harus ada jaminan bahwa dalam proses analisis tidak terjadi manipulasi
atau rekayasa.
b. Informasi yang dihasilkan harus mengungkapkan berbagai alternative yang
mungkin ditempuh oleh manajemen puncak.
c. Terlihat dengan jelas keunggulan dan kelemahan setiap alternatif.
4. Penyusunan laporan
Laporan kegiatan audit dikatakan baik apabila :
a. Memuat resume tentang kegiatan yang telah dislenggarakan yang juga
dikenal dengan istilah ringkasan eksekutif yang berarti bahwa dengan
hanya membaca ringkasan itu saja manajemen puncak sudah mempunyai
gambaran menyeluruh tentang isi laporan.
b. Terdapat uraian tentang cakupan kegiatan audit yang mencerminkan
adanya kesatuan persepsi antara manajemen puncak dan pelaksana audit.
c. Batang tubuh laporan mengandung uraian yang rinci tentang temuantemuan dalam melaksanakan audit.
d. Pembahasan yang sistematis tentang berbagai alternatif yang mungkin
ditempuh dengan menunjukkan keunggulan dan atau kelemahan setiap
alternatif, termasuk penghematan yang dapat diwujudkan apabila alternatif
tertentu dianggap lebih unggul dibanding dengan alternative lain.
e. Laporan bersifat faktual dan obyektif.
2.1.3 Standar Penerapan Audit Manajemen
Untuk memberikan informasi pada manajemen, efektivitas suatu fungsi
diperlukan pengukuran efektivitas yang didasarkan pada bukti-bukti dan standarstandar. Menurut Tunggal (2012:5), standar-standar yang digunakan untuk
mengevaluasi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Undang-undang dan peraturan pemerintah.
2. Standar perusahaan.
a. Strategi-strategi, rencana dan program yang disetujui.
b. Kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
c. Struktur organisasi yang telah disetujui
d. Tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
3. Standar dan praktek perusahaan.
4. Prinsip organisasi manajemen.
5. Praktek manajemen yang sehat, proses dan teknik yang digunakan oleh
perusahaan-perusahaan yang maju.
2.2 Audit Manajemen Sumber Daya Manusia
2.2.1 Pengertian Audit Manajemen Sumber Daya Manusia
Definisi audit manajemen sumber daya manusia menurut, Simamora
(2010:818) adalah mengevaluasi aktifitas-aktifitas sumber daya manusia di dalam
sebuah organisasi dengan tujuan memperbaiki aktifitas-aktifitas tersebut.
Pendeknya, audit merupakan kontrol kualitas keseluruhan yang memeriksa
aktifitas sumber daya manusia di dalam departemen, divisi, atau keseluruhan
perusahaan. Sedangkan Siagian (2008:68) menyatakan bahwa audit manajemen
sumber daya manusia adalah seluruh upaya penelitian yang dilakukan terhadap
aktifitas manajemen sumber daya manusia untuk mencari, menemukan, dan
mengevaluasi fakta tentang sejauh mana manajemen berhasil memberikan
dukungan kepada berbagai satuan kerja pelaksanaan tugas pokok perusahaan.
Dengan kata lain, sejauh mana manajemen sumber daya manusia berhasil
menyelenggarakan berbagai fungsinya yang akan membantu meningkatkan
efisiensi, efektifitas, dan produktifitas perusahaan sebagai keseluruhan.
Audit manajemen sumber daya manusia merupakan suatu metode untuk
memastikan bahwa potensial sumber daya manusia yang ada dalam organisasi
dapat dimanfaatkan secara maksimal (Tunggal, 2010:185).
2.2.2 Tujuan Audit Manajemen Sumber Daya Manusia
Adapun tujuan dari audit sumber daya manusia menurut, Hasibuan
(2010:288) adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui apakah pelaksanaan dan hasil kerja karyawan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
2.
Untuk mengetahui apakah semua karyawan dapat menyelesaikan job
discriptionnya dengan baik.
3.
Untuk menjadi pedoman menentukan besarnya balas jasa kepada setiap
karyawan.
4.
Untuk menjadi dasar pertimbangan pelaksanaan mutasi vertikal (promosi dan
demosi), horizontal dan atau ahli tugas bagi karyawan.
5.
Untuk memotivasi semangat kerja, prestasi kerja dan disiplin karyawan.
6.
Untuk menghindari terjadinya kesalahan sedini mungkin dan tindakan
perbaikannya.
7.
Untuk digunakan sebagai dasar pertimbangan ikut sertanya nilai mereka.
8.
Untuk memenuhi ego dan kepuasan dengan memperhatikan serta nilai
mereka.
9.
Untuk menjadi pedoman yang efektif dalam melaksanakan seleksi
penerimaan karyawan di masa datang.
10. Untuk dasar kembali sumber daya manusia apakah sudah baik atau masih
perlu disempurnakan kembali.
2.2.3 Manfaat Audit Manajemen Sumber Daya Manusia
Manfaat-manfaat audit manajemen sumber daya manusia menurut,
Simamora (2010:820) adalah sebagai berikut :
1.
Mengidentifikasi kontribusi-kontribusi departemen sumber daya manusia
bagi organisasi.
2.
Meningkatkan citra protensial departemen sumber daya manusia.
3.
Mendorong tanggung jawab dan profesionalisme yang lebih besar di antara
anggota-anggota departemen sumber daya manusia.
4.
Menjernihkan tugas-tugas dan tanggung jawab departemen sumber daya
manusia.
5.
Merangsang keseragaman berbagai kebijakan dan praktik sumber daya
manusia .
6.
Menemukan masalah-masalah sumber daya manusia yang kritis.
7.
Memastikan ketaatan yang tepat waktu terhadap ketentuan-ketentuan legal.
8.
Mengurangi biaya-biaya sumber daya manusia melalui prosedur personalia
yang efektif.
9.
Menciptakan peningkatan penerimaan terhadap perubahan-perubahan yang
dibutuhkan di dalam departemen sumber daya manusia.
10. Mewajibkan suatu telaah yang cermat atas system informasi departemen.
Manajer sumber daya manusia harus menciptakan dan mengelola system
hubungan karyawan yang memperlakukan karyawan secara positif. System
tersebut harus memelihara dan menghargai perkembangan individu dalam
organisasi.
2.3 Konsep Dasar Pemasaran
Definisi pemasaran menurut Kotler dan Keller (2009:6) adalah pemasaran
berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan
masyarakat. Definisi formal pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan
seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan menyerahkan
nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang
menguntungkan organisasi. Assauri (2007:5) menyatakan pemasaran sebagai
kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan
dan keinginan melalui proses pertukaran. Sedangkan menurut Angipora
(2008:141) keberhasilan suatu perusahaan dalam pemasaran adalah apabila suatu
perusahaan mampu melakukan penjualan produknya sesuai dengan target yang
ditentukan oleh perusahaan, bahkan melebihi target dari volume penjualan yang
telah ditetapkan oleh perusahaan.
2.3.1 Pengertian dan Manfaat Pemasaran
Audit manajemen terhadap fungsi pemasaran atau sering disebut dengan
audit pemasaran merupakan suatu bentuk audit yang dilaksanakan perusahaan
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas kinerja
perusahaan di bidang pemasaran. Menurut penelitian Djanika (2007:276) kinerja
merupakan hasil dari suatu proses yang menggunakan berbagai sumber daya dan
kemampuan secara efektif dan efisien sesuai dengan sasaran yang telah ditentukan
oleh perusahaan baik sasaran jangka pendek maupun jangka panjang.
Selain itu, audit pemasaran juga berfungsi untuk mengukur seberapa baik
manajemen menjalankan fungsi perencanaan, organisasi, pelaksanaan, dan
pengawasan kegiatan pemasaran yang tepat untuk mencapai tujuan pemasaran
yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan hal tersebut, Widodo (2008:155) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa kinerja pemasaran yang baik menunjukkan
tingkat penjualan yang tinggi, meningkatnya jumlah penjualan baik dalam unit
produk maupun dalam satuan moneter. Sebaliknya, rendahnya tingkat penjualan
atau kegagalan dalam mencapai target penjualan yang ditetapkan dapat
memperkecil laba yang diharapkan bahkan dapat menimbulkan kerugian bagi
perusahaan (Djanegara dan Haryadi, 2007:1). Seperti yang dikemukakan oleh
Kotler (2009:4) bahwa keberhasilan keuangan sering tergantung pada kemampuan
pemasaran. Operasi keuangan, akunting, dan fungsi bisnis lainnya sesungguhnya
tidak berarti kalau tidak ada permintaan akan produk dan jasa sehingga
perusahaan menghasilkan laba.
Tunggal (2012:159) mengemukakan bahwa audit manajemen sumbet daya
manusia bagian pemasaran merupakan suatu penelaahan dan penilaian atas semua
operasi pemasaran secara sistematis, kritis dan tidak memihak, dari tujuan dan
kebijakan dasar operasi serta asumsi yang mendasari mereka, dan juga prosedur,
personel serta asumsi yang mendasari mereka, dan juga prosedur, personel dan
organisasi yang berlaku untuk menerapkan kebijakan dan mencapai tujuan. Fungsi
utamanya adalah menguji dan menilai tujuan dan kebijakan pemasaran yang
mengarajkan perusahaan. Sedangkan Bayangkara (2008:115) menyatakan bahwa
audit pemasaran adalah pengujian yang komprehensif, sistematis, independen dan
dilakukan secara periodik terhadap pemasaran, tujuan, strategi, dan aktivitas
perusahaan atau unit bisnis, untuk menentukan peluang dan area pemasaran yang
terjadi, serta merekomendasikan rencana tindakan untuk meningkatkan kinerja
pemasaran perusahaan.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
audit manajemen sumber daya manusia bagian pemasaran bukan suatu proses
pengendalian yang digunakan hanya selama terjadi krisis, akan tetapi dalam bisnis
yang mengalami hambatan mungkin digunakan untuk mengisolasi permasalahan
kemudian mencari solusinya. Audit pemasaran dapat dilakukan secara
menyeluruh dengan melihat semua unsur pemasaran dan dapat pula dilakukan
hanya melihat elemen fungsional tertentu.
2.3.2 Tujuan Audit Manajemen Sumber Daya Manusia Bagian Pemasaran
Tujuan audit menejemen pemasaran menurut Hamilton (2007:94) adalah
untuk menganalisa usaha pemasaran dalam hubungannya untuk mendukung
rencana penjualan. Bayangkara (2008:116) tujuan audit pemasaran adalah untuk
mengidentifikasi ancaman-ancaman pemasaran yang dihadapi perusahaan dan
merencanakan perbaikan yang diperlukan untuk mengeleminasi ancaman tersebut.
Pada saat pemeriksaan yang menyeluruh, penilaian pemeriksaan mencakup
komponen utama bidang pemasaran antara lain (Akmal, 2009:290):
1. Lingkup pemasaran
Untuk menganalisis komponen-komponen seperti pasar, langganan, saingan,
penyalur, dan sebagainya.
2. Strategi pemasaran
Menilai tujuan dan strategi pemasaran apakah sudah sesuai dengan lingkungan
tersebut diatas.
3. Organisasi pemasaran
Menilai kemampuan organisasi pemasaran dalam melaksanakan atau
mengimplementasikan strategi pemasaran yang telah ditetapkan.
4. Sistem pemasaran
Menilai kualitas sistem bidang analisis, perencanaan dan pengendalian.
5. Produktivitas pemasaran
Menilai profitabilitas berbagai produk, pasar, wilayah, efektivitas biaya, dan
sebagainya.
2.4 Penilaian Kinerja
2.4.1 Pengertian Kinerja
Menurut Mulyadi (2009:337) menjelaskan bahwa kinerja adalah
keberhasilan personel, tim atau unit organisasi dalam mewujudkan sasara strategic
yang telah ditetapkan sebelumnya dengan perilaku yang diharapkan. Secara
umum menyatakan bahwa kinerja adalah hasil kerja dari sekelompok orang atau
organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam
upaya mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Sedangkan menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah
gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/
kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi yang tertuang dalam
strategi planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk
menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu.
Kinerja bisa diketahui hanya jika individu maupun kelompok tersebut mempunyai
kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa
tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan
atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui
karena tidak ada tolok ukurnya.
2.4.1 Manfaat Penilaian Kinerja
Pada umumnya orang-orang yang berkecimpung dalam manajemen
sumber daya manusia sependapat bahwa penilaian ini merupakan bagian penting
dari seluruh proses kekaryaan karyawan yang bersangkutan. Hal ini penting juga
bagi perusahaan dimana karyawan tersebut bekerja. Bagi karyawan, penilaian
tersebut berperan sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan,
kelebihan, kekurangan, dan potensi yang pada gilirannya bermanfaat untuk
menentukan tujuan, jalur, rencana dan pengembangan karir.
Menurut Mulyadi dan Setiawan (2009:227) manfaat pengukuran kinerja
adalah untuk memperoleh informasi yang akurat dan valid tentang perilaku dan
kinerja anggota organisasi. Secara lebih lengkap, manfaat kinerja bagi manajemen
maupun karyawan adalah sebagai berikut:
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian
karyawan secara maksimum.
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan,
seperti promosi, transfer dan pemberhentian.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan serta
untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka
menilai kinerja mereka.
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
2.4.2
Tahapan Penilaian Kinerja
Menurut Rudianto (2007:312) penilaian kinerja dilaksankan dalam dua
tahap utama, yang akan diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan, terdiri dari tiga tahapan :
a. Penentuan daerah pertanggungjawaban dan manjer yang bertanggung jawab.
b. Penetapan kriteria yang dipakai untuk mengukur kinerja.
c. Pengukuran kinerja sesungguhnya.
2. Tahap Penelitian, terdiri dari tiga tahapan:
a. Perbandingan kinrja sesungguhnya degan sasaran yang telah ditetapkan
sebelumnya.
b. Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan kinerja sesungguhnya dari
yang telah ditetapkan standar.
c. Penegakkan perilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan untuk
mencegah perilaku yang tidak diinginkan.
2.5 Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian yang menjadi referensi bagi peneliti untuk melakukan
penelitian ini antara lain sebagai berikut:
Penelitian pertama dilakukan oleh Dianti (2009) judul” Audit Pemasaran
Pada PT. Gilland Ganesha Divisi Agrobisnis Kabupaten Bogor”. Berdasarkan
hasil audit pemasaran terkait profil internal dan profil lingkungan bisnis, diketahui
bahwa (a) strategi perusahaan tertinggal, sehingga PT GiGa sebagai Marketing
Oriented Company perlu mempersiapkan diri menjadi Market Driven Company.
(b) Atribut efektivitas pemasaran yaitu filosofi pelanggan, organisasi pemasaran
yang terintegrasi, informasi pasar yang memadai, orientasi strategis, dan efisiensi
operasional telah berjalan sangat baik sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja
sumberdaya pemasaran sangat baik.
Penelitian kedua dilakukan oleh Adhiwirawan (2008) judul “Analisis
Audit Pemasaran PT. Agricon (Studi Kasus Produk Pestisida Merk Spontan di
Wilayah Jawa Barat). Hasil penelitian ini adalah: alternatif strategi pemasaran
yang dapat ditetapkan dan dijalankan perusahaan dalam menghadapi kondisi
persaingan dan perubahan bisnis adalah (1). Segmentasi, yaitu perusahaan dapat
menetapkan segmentasi dengan menggunakan peubah psikografi atau membagi
pasar atas faktor mengapa membeli; (2) Penargetan , yaitu perusahaan memilih
orang-orang hanya dalam segmen pasar yang dianggap paling efektif sebagai
target pasar; (3) Pemosisian, yaitu perusahaan mempertahankan pemosisian “satu
pernyataan” yang dapat melekat pada benak konsumen; (4) Diferensiasi, yaitu
perusahaan dapat mengorganisasikan seluruh aspek operasinya untuk disukai
pelanggan; (5) Bauran Pemasaran, yaitu mempertahankan strategi bauran
pemasarannya yang telah mempergunakan konsep 4P dan diatur secara integratif
sesuai dengan strategi pemasaran yang telah ditetapkan sebelumnya;
Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Sofia (2008) dengan judul
”Penerapan Audit Manajemen Untuk Menilai Produktivitas Pemasaran PT Husada
Surabaya”. Kesimpulan yang dapat diambil adalah manajemen puncak dapat
mengetahui tentang keefektifan suatu unit fungsional atau jika ada sesuatu yang
tidak wajar sedang terjadi. Penerapan audit manajemen dilakukan untuk menilai
produktivitas pemasaran. Penerapan prinsip–prinsip ketepatan, efisiensi dan
efektif yang dipegang perusahaan dilakukan karena perusahaan memiliki
keterbatasan dalam hal perolehan modal dan sumber daya. Selain melakukan
penerapan prinsip-prinsip tersebut perusahaan juga perlu melakukan pengendalian
antara lain pengendalian efektifitas dan pengendalian rentabilitas.
Penelitian yang keempat dilakukan oleh Inarie (2007) melakukan
penelitian mengenai penerapan audit pemasaran Strategic MarketingPlus 2000
pada PT. Zeelandia Indonesia. Alat analisis pada penelitian ini adalah MarkPlus
2000 dan MER. Hasil audit CAP menunjukan bahwa tipe perusahaan adalah
marketingoriented company. Artinya, PT.Zeelandia Indonesia menggunakan
sumber daya pemasaran secara optimal, efisien dan efektif dalam mendukung
kinerja pemasarannya.
Penelitian yang kelima dilakukan oleh Untari (2010) dengan judul
“Peranan Audit Manajemen Atas Sistem Penjualan Pada PD. Kalibata Dalam
Rangka Meningkatkan Efisiensi dan Efektifitas”. Setelah melaksanakan audit
operasional pada PD. Kalibata terdapat struktur organisasi yang belum berubah
untuk mengikuti kondisi yang berubah sehingga pengarahan strategi perusahaan
tidak jelas, dokumen yang hilang sehingga ada beberapa transaksi yang belum di
jurnal dan memakan waktu untuk sampai ke bagian akuntansi, dan tidak
melakukan pengecekan terhadap barang yang ingin dikirim pada bagian gudang
sehingga adanya keluhan dari pelanggan berkaitan dengan masalah tersebut.
Pentingnya pelaksanaan audit operasional dalam sistem penjualan yaitu untuk
mempertahankan prestasi atau menanggualangi kelemahan yang ada dalam upaya
mencapai efektifitas penjualan, untuk meningkatkan volume penjualan, untuk
mengurangi keluhan pelanggan dari prosedur penjualan, untuk meningkatkan
strategi yang ditetapkan oleh perusahaan, untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Penelitian yang keenam dilakukan oleh Jayanti (2011), hasil penelitian
menyimpulkan bahwa (a) audit manajemen fungsi pemasaran dapat digunakan
dalam menilai efektivitas dan efisiensi fungsi pemasaran pada PT Sumber
Rubberindo Jaya Surabaya; (b) secara umum, dapat dikatakan bahwa factor-faktor
yang mempengaethui proses implementasi audit operasional fungsi pemasaran
dalam menilai efektivitas dan efisiensi bagian pemasaran pada PT Sumber
Rubberindo Jaya Surabaya adalah pimpinan, komitmen, motivasi dan tanggung
jawab yang mutlak diberikan untuk mendukung proses tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan
referensi terkait dengan perumusan masalah yang digunakan dalam penelitian ini
dapat diketahui adanya perbedaan yaitu terkait dengan obyek penelitian yang
digunakan dalam penelitian. Sedangkan persamaan adalah untuk menilai kinerja
bagian pemasaran terkait dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan.
2.6 Rerangka Pemikiran
Audit manajemen sumber daya manusia bagian pemasaran merupakan
suatu metode pengevaluasian untuk mengetahui apakah sumber daya manusia
yang terlibat dalamnya telah melaksanakan kewajibannya sesuai prosedur yang
ditetapkan dan telah memanfaatkan segala sumber daya yang ada sesuai dengan
kebutuhan perusahaan. Apabila tingkat kinerja fungsi tersebut belum bisa
dikatakan efektif dan efisien, maka dengan penerapan audit operasional fungsi
pemasaran dapat memberikan suatu hasil dalam bentuk rekomendasi yang harus
dilakukan oleh pihak perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dimasa
yang akan datang.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disusun rerangka pemikiran dalam
gambar 1.
Audit Manajemen BagianPemasaran
pada PT Berlian Mandiri Surabaya
Pelaksanaan Audit Manajemen
Pengumpulan Bukti Audit
Evaluasi Audit Manajemen
Pelaporan
Perbaikan / Rekomendasi
Efisiensi dan Efektivitas Pemasaran
Gambar 1
Rerangka Penelitian
2.7 Proposisi Penelitian
Perumusan proposisi adalah pernyataan yang diterima secara sementara
sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan
merupakan dasar serta kerja panduan dalam verifikasi. Perumusan proposisi
merupakan jawaban sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang
kompleks (Soeratno dan Arsyad, 2008:64). Pada prinsipnya audit operasional
merupakan alat bantu teknis bagi manajemen dalam meningkatkan efektivitas dari
proses kegiatan yang dilakukan. Salah satu aktivitas yang terpenting dalam suatu
perusahaan adalah pemasaran.
Berdasarkan rumusan masalah dan landasan teori yang ada, maka
proposisi penelitian yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
penerapan
audit manajemen sebagai
alat
bantu
untuk
meningkatkan
kinerja
sumber daya manusia
bagian pemasaran
2. Bagaimana
audit
manajemen
mengukur
kinerja bagian pemasaran
Proporsi
Penerapan audit manajemen
sebagai alat bantu untuk
meningkatkan kinerja sumber
daya manusia sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
Pertanyaan Protokol
Apakah audit manajemen
untuk peningkatan kinerja
sumber daya manusia sudah
diterapkan sesuai ketentuan.
Penerapan audit manajemen
dapat digunakan sebagai
pengukuran kinerja bagian
pemasaran dalam
melaksanakan tugas sesuai
dengan fungsinya.
Apakah audit manajemen
sudah
digunakan
oleh
perusahaan dalam menilai
kinerja bagian pemasaran
selama ini.
Download