Yaze IU| Treatment of Premature Rupture of the Membranes on Pregnant Woman 37 Years Old Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini pada Perempuan Hamil Usia 37 Tahun Igus Ulfa Yaze, Ratna Dewi Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstrak Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan penyebab terjadi infeksi. Dilaporkan seorang perempuan 37 tahun G3P2A0 hamil aterm didiagnosis dengan ketuban pecah dini. Penengakkan diagnosis didapatkan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Tatalaksana persalinan pervaginam secara spontan menjadi pilihan pada pasien ini atas indikas usia kehamilan dan kemajuan persalinan. Ketuban pecah dini memerlukan adanya penatalaksanaan yang tepat sehingga komplikasi yang membahayakan ibu dan janin dapat dicegah. Kata kunci: Ketuban Pecah Dini, Wanita Hamil, cukup bulan Treatment of Premature Rupture of the Membranes on Pregnant Woman 37 Years Old Abstract Premature rupture of membranes (PROM) is an important issue in obstetric complications related to premature births and cause an infection. Reported a 37-year-G3P2A0 pregnant aterm is diagnosed with premature rupture of membranes. Penengakkan diagnosis obtained from the history and physical examination and investigation. Management of spontaneous vaginal delivery be an option in these patients over age indikas pregnancy and childbirth progress. Premature rupture of membranes requires the handling and quick response so that the complications that endanger the mother and fetus. Keywords: premature rupture of membranes, Pregnant Women, Aterm Korespodensi: Igus Ulfa Yaze | 1018011012 | [email protected] Pendahuluan Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dankomplikasi infeksi korioamnionitis hingga sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.1 Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput korioamnionik sebelum terjadi proses persalinan. Secara klinis diagnosa KPD ditegakkan bila seorng ibu hamil mengalami pecah selaput ketuban dan dalam satu jam kemudian tidak terdapat tanda awal persalinan. 2,3 Insidensi ketuban pecah dini terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi 6-19%, sedangkan pada kehamilan pretem insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua ketuban pecah dini pada pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. 70% kasus ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan cukup bulan. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas. Ketuban pecah dini berhubungan dengan penyebab kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40%.4 Penyebab ketuban pecah dini pada sebagian kasus tidak diketahui. Banyak penelitian yang telah dilakukan beberapa dokter menunjukkan infeksi sebagai penyebabnya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi sosial ekonomi rendah yang berhubungan dengan rendahnya kualitas perawatan antenatal, penyakit menular seksual misalnya desebabkan oleh chlamydia trachomatis dan nischeria gonorrhea. Selain itu infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban, fisiologi selaput amnion/ketuban yang abnormal, serviks yang inkompetensi, serta trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisposisi atau penyebab terjadinya ketuban pecah dini. Trauma yang menyebabkan KPD misalnya hubungan seksual dan pemeriksaan dalam.5 Komplikasi paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernafasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. J Medula Unila | Volume 4| Nomor 4| Januari 2016 | 76 Yaze IU| Treatment of Premature Rupture of the Membranes on Pregnant Woman 37 Years Old Resiko infeksi meningkat pada kejadian ketuban pecah dini. Semua ibu hamil dengan ketuban pecah dini prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusat dapat terjadi pada ketuban pecah dini.6 Kasus Ny. J usia 37 tahun G3P2A0 datang dengan keluhan ± 6 jam yang lalu keluar airair, banyaknya ± 2x ganti kain, warna jernih tidak berbau. Os mengeluh perut mules yang menjalar ke pinggang hilang timbul, makin lama makin sering dan kuat, riwayat keluar darah dan lendir (+), riwayat trauma (-), riwayat post coital (-), Os mengaku hamil dengan cukup bulan. Gerakan anak masih dirasakan. Riwayat penyakit dahulu seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, DM dan asma tidak ada, riwayat adanya tumor pada otot rahim tidak ada. Sering lebam dan luka sukar sembuh tidak ada. Riwayat penyakit keluarga seperti penyakit darah tinggi, kelainan jantung, DM, asma, dan kelainan darah dalam keluarga tidak ada. Riwayat operasi di daerah pinggul tidak ada, Riwayat menstruasi, menarche di usia 13 tahun, siklus haid + 28 hari setiap haid selama + 5 – 7 hari. Hari pertama hadi terakhir tanggal 7 Juli 2013 dengan taksiran persalinan 14 April 2014. Riwayat obstetri, hamil 2 kali tanpa ada riwayat keguguran. Anak pertama lahir tahun 2004. Lahir pervaginam spontan di RS dibantu oleh bidan dengan melahirkan bayi laki – laki sehat cukup bulan berat badan lahir 3300 gram. Anak kedua lahir tahun 2011. Lahir pervaginam spontan di RS dibantu oleh bidan dengan melahirkan bayi laki – laki sehat cukup bulan berat badan lahir 3600 gram. Pasien rutin melakukan antenatal care sebanyak 6 kali di bidan. Riwayat pernikahan 1 kali, saat menikah pasien berusia 26 tahun. Riwayat KB menggunakan IUD spiral sejak tahun 2004 setelah anak pertama lahir sampai akhir tahun 2009. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum compos mentis, tampak sakit sedang. Tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 82 kali/menit, frekuensi pernapasan 20 kali/menit dan suhu 36,50 Celcius. Pemeriksaan obstetri dilakukan pemeriksaan luar inspeksi simetris, cembung, striae gravidarum (+), chloasma gravidarum (+). Pemeriksaan leopold I teraba bagian bokong, leopold II memanjang punggung kanan, leopold III teraba bagian kepala dan leopold IV sudah masuk pintu atas panggul dengan hasil divergen. Tinggi fundus uteri 30 cm dan denyut jantung janin 144 kali/menit reguler. Pemeriksaan dalam dilakukan inspekulo hasil OUE terbuka, fluksus (+), flour (+), erosi/polip/laserasi tidak ada. Pemeriksaan vaginal toucher didapatkan porsio lunak, pendataran 100%, pembukaan serviks 6 cm, ketuban (-), bagian terendah kepala, penurunan Hodge II dan penunjuk ubun – ubun kecil. Tes nitrazin untuk memeriksa kadar keasaman cairan vagina. Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan laboratorium hematologi, antara lain hemoglobin 12,2 g/dl, hematokrit 36%, leukosit 13.800/ul, trombosit 215.000/ul, masa perdarahan 2 menit 30 detik, masa pembeuan 10 menit. Diagnosis kerja pada pasien ini adalah G3P2A0 hami aterm inpartu kala I fase aktif dengan riwayat pecah ketuban 6 jam JTH preskep Tatalaksana dengan observasi tanda vital ibu, observasi denyut jantung janin, His, pemberian cairan RL 20 tetes/menit, injeksi ampicilin 1 g / 8 jam IV dan direncanakan untuk terminasi per vaginam. Pembahasan Studi kasus dilakukan pada pasien Ny. J usia 37 tahun G3P2A0 dengan keluhan keluar air – air sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit. Anamnesa pada pasien sudah baik dalam memberikan informasi untuk menentukan arah diagnosis. Dari anamnesis dapat menegakkan 90% dari diagnosis. Kadang kala cairan seperti urin dan vaginal discharge bisa dianggap cairan amnion. Penderita merasa basah dari vaginanya atau mengeluarkan cairan banyak dari jalan lahir.7 Perlu ditanyakan juga apa warna, konsistensi, dan bau dari cairan yang keluar, sehingga dapat dibedakan dengan kemungkinan inkontinensia urin pada ibu hamil maupun untuk membedakan dengan darah dan sekret J Medula Unila | Volume 4| Nomor 4| Januari 2016 | 77 Yaze IU| Treatment of Premature Rupture of the Membranes on Pregnant Woman 37 Years Old vagina.8 Penting juga untuk menanyakan sudah berapa lama ibu tersebut mengalami ketuban pecah dini, dikarenakan pada umumnya 24 jam setelah terjadi KPD ibu akan merasakan tanda-tanda inpartu sebagai akibat dari rangsangan kontraksi uterus.9 Pemeriksaan tanda-tanda vital seperti tekanan darah, frekuensi napas, frekuensi nadi dan suhu tubuh. Suhu dan keadaan umum dapat menunjukan indikasi adanya infeksi atau tidak, tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38° C serta air ketuban keruh dan berbau. 10 Pemeriksaan leopold dilakukan apabila pasien menunjukan adanya tanda inpartu sehingga dapat menentukan posisi janin untuk melakukan persalianan pada kehamilan aterm. Manuver ini merupakan teknik tambahan yang penting pada palpasi abdomen yang gravid dengan usia kehamilan mulai dari 28 minggu. Manuver tersebut membantu kita dalam menentukan letak janin terhadap punggung ibu (letak membujur atau melintang), bagian janin manakah yang merupakan bagian terendah janin (presenting part) pada pintu atas panggul (kepala atau bokong), tempat punggung janin berada, berapa jauh presenting partsudah turun ke dalam rongga panggul ibu, dan juga untuk memperkirakan berat badan janin.11 Diagnosis KPD prematur dengan inspekulo dilihat adanya cairan ketuban keluar dari kavum uteri. 12 Pada pasien dilakukan inspekulo didapatkan OUE terbuka, fluksus (+), flour (+), erosi/polip/laserasi tidak ada. Pemeriksaan vaginal toucher didapatkan porsio lunak, pendataran 100%, pembukaan serviks 6 cm, ketuban (-), bagian terendah kepala, penurunan Hodge II dan penunjuk ubun – ubun kecil. Pada pasien ini, untuk memastikan diagnosis dilakukan pemeriksaan tes nitrazin. Tes ini memeriksa kadar keasaman cairan vagina. Kertas mustard emas yang sensitive, pH ini akan berubah menjadi biru tua pada keberadaan bahan basa. pH normal vagina selama kehamilan adalah 4,5-5,5, pH cairan amniotik adalah 7-7,5. Tempatkan sepotong kertas nitrazin pada mata pisau spekulum setelah menarik spekulum dari vagina, jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.13 Pemeriksaan laboratorium darah digunakan untuk melihat apakah ada tanda – tanda infeksi pada pasien ini. Pada pasien ini terjadi leukositosis dengan nilai leukosit 13.800/ul yang menunjukan adanya infeksi bakteri. Nilai leukosit yang tinggi dapat digunakan sebagai alternatif pemberian antiobiotik.14 Pemeriksaan USG bisa diperlukan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban sedikit (Oligohidramnion) atau jumlah ketuban negatif (anhidramnion). Oligohidramnion ditambah dengan hasil anamnesis dapat membantu diagnosis tetapi bukan untuk menegakkan diagnosis rupturnya membran amnion. Selain itu dinilai amniotic fluid index (AFI), presentasi janin, berat janin, dan usia janin.15 Penatalaksanaan pasien KPD harus dilakukan perawatan untuk djperiksa lebih lanjut. Jika pada perawatan air ketuban berhenti keluar, pasien dapat pulang untuk rawat jalan. Bila KPD terjadi pada kehamilan prematur, diperlukan penatalaksanaan yang komprehensif.16 Penatalaksaan pada kasus pasien ini dilakukan observasi tanda vital ibu, observasi denyut jantung janin, His, pemberian cairan manitenance RL 20 tetes/menit, injeksi ampicilin 1 g / 8 jam IV dan direncanakan untuk terminasi per vaginam. Tatalaksana pasien ini sudah tepat. Observasi dan pemantauan terhadap pasien tetap dilakukan sampai pembukaan lengkap. Pemberian cairan RL dengan tetesan 20 tetes/menit sudah tepat. Penggunaan antibiotik diberikan pada keadaan ketuban pecah lebih dari 6 jam untuk mencegah terjadinya infeksi dalam kandungan. Pilihan antibiotik golongan penicillin, seperti ampicillin merupakan pilihan pertama pada kasus – kasus infeksi dalam kehamilan. Antibiotik alternatif dapat diberikan golongan cepalosporin seperti cefotaxime atau ceftriaxone dapat mencegah dan mengatasi terjadinya infeksi sistemik.18 Komplikasi pecahnya ketuban terhadap ibu dan bayi dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas perinatal. Komplikasi ketuban pecah dini pada bayi adalah persalinan prematur, hipoksia/asfiksia, sindrim deformitas janin, dan infeksi antenatal. Komplikasi pada ibu adalah infeksi puerpuralis (nifas), peritonitis dan septikemia. J Medula Unila | Volume 4| Nomor 4| Januari 2016 | 78 Yaze IU| Treatment of Premature Rupture of the Membranes on Pregnant Woman 37 Years Old Pencegahan dapat dilakukan untuk mengurangi kejadian ketuban pcah dini antara lain menghentikan kebiasaan merokok dan menghindari lingkungan perokok agar tidak menjadi perokok pasi, tidak mengkonsumsi alkohol, mengkonsumsi makanan dengan gizi yang baik dan sesuai, dan memeriksakan kandungan secara rutin, motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil, anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trimester akhir.22 Prognosis pada ketuban pecah dini sangat bervariatif tergantung pada usia kehamilan, ada tidaknya infeksi atau sepsis, faktor resiko atau penyebab, dan ketepatan diagnosis awal dan penatalaksanaannya.23 Prognosis dari KPD pada janin tergantung pada waktu terjadinya KPD, waktu terjadinya persalinan. Bagaimanapun, umumnya bayi yang lahir antara 34 sampai 37 minggu mempunyai prognosis lebih baik dibandingkan prematur. 24,25 Simpulan Ketuban pecah dini memerlukan adanya penanganan yang tepat sehingga komplikasi yang membahayakan ibu dan janin dapat dicegah. Pemeriksaan yang teliti perlu dilakukan sehingga dapat mendeteksi komplikasi dengan baik. Jika terjadi komplikasi janin maupun pada ibu maka pilihanya terbaik adalah terminasi kehamilan. Daftar Pustaka 1. Prawirohardjo , Sarwono. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo; 2007. 2. The Medscape Journal of Medicine. Premature rupture of membrane [Online Journal] 2011 [diakses 12 Mei 2015]. Tersedia dari: emedicine.medscape.com. 3. Manuaba, Ida Bagus Gede. Pengantar kulyah obstetri. Jakarta: EGC; 2009. 4. Gabbe, SG. Niebyl, JR. Simpson, JL. Landon, MB. Galan, HL et al. Obstetrics : Normal and Problem Pregnancies. Edisi 6. Philadelpia : Saunder Elsevier; 2012. 5. Morgan Geri, Hamilton Carole, Pandua n Praktik Obstetri dan Ginekologi, Buku Kedokteran Jakarta: EGC; 2009. 6. Chan, Paul D. Johnson, Susan M. Current Clinical Strategies Gy necology and Obstetrics. California:Current Clini cal Strategies Publishing; 2006. 7. Cunningham Gary F, Leveno J Kenneth , Bloom L Steven , Hauth C John , III Gilstrap Larry , Wenstrom D Katharine . Williams Obstetrics Edisi 22. New York : Mac Graw Hill; 2005. 8. Saifudin A.B. Ketuban Pecah Dini, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal . Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2006. Hlm. 218-220. 9. Gopar, Adul. Ketuban Pecah Dini. 2009 [Diakses tanggal 12 Mei 2015] Tersedia dari: adul gopar.files.wordpress.com/2009/12/k etuban-pecah-dini.pdf 10. Bickley, Lynn S. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan Bates. Edisi 8. Jakarta: Penerbit EGC; 2009. hlm. 421-35. 11. Gleadle J. At a glance. Anamnesis dan pemeriksaan fisik dalam: ketuban pecah dini.Edisi 2. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007. hlm. 121-22. 12. Arias F. Premature rupture of the membranes. Dalam: Fernando A, penyunting. Practical guide to high risk pregnancy and delivery. Edisi ke 3. New York: Mosby; 1993. hlm. 100-13. 13. Gibbs RS. Danforth’s Obstetrics and Gynecology. 10th edition. United Stated of America: Lippincott Williams and Wilkins (China); 2003. hlm. 18696. 14. Barus RP. Infeksi dalam kehamilan dan persalinan. Cermin Dunia Kedokteran. 1992; 80:57-9. 15. Manuaba, Ida, Bagus. Et all. Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC; 2002. 16. Prawirahardjo, S. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Penerbit PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo; 2007. 17. Prawirahardjo, S. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo; 2009. J Medula Unila | Volume 4| Nomor 4| Januari 2016 | 79 Yaze IU| Treatment of Premature Rupture of the Membranes on Pregnant Woman 37 Years Old 18. Norwitz ER, Schorge JO. At a glance obstetri dan ginekologi. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2008. hlm. 118-9. 19. Hidayati, Ratna. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis. Salemba Medika : Jakarta; 2009 20. Moeloek, Farid Anfasa. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: POGI; 2006. 21. Nugroho, Taufan. Kasus Emergency Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010. J Medula Unila | Volume 4| Nomor 4| Januari 2016 | 80 22. Sastrawinata, Sulaiman. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC; 2004. 23. Achadiat, CM. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC; 2004. 24. Hecker, M. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Edisi 2. Jakarta : Hipokrates; 2001. 25. Current diagnosis and treatment obstetrics and gynecology. In editor: Edmoson K, Sydor AM. United Stated of America: McGraw-Hill; 2007. hlm. 279-81.