DENGUE dr. Isra Wahid, PhD Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin I . Definisi kasus berat yang lebih dikenal sebagai DBD mulai Dengue adalah penyakit demam akut yang dilaporkan pada tahun 1950an di Filipina dan disebabkan oleh infeksi salah satu atau lebih Thailand, dan sekarang telah menyerang ke hampir serotipe virus dengue. Infeksi dengue dapat semua negara tropis di daerah Asia dan Amerika bermanifestasi sebagai demam dengue dengan Latin, serta merupakan penyebab kesakitan dan gejala klinik ringan dan menyerupai penyakit kematian anak yang penting. flu biasa, atau dalam bentuk yang lebih berat Ada 4 serotipe virus dengue yang dikenal dengan berupa demam berdarah dengue (DBD). Dalam Denv 1 sampai 4, di mana penyebarannya berbeda- kenyataannya, infeksi dengue yang lebih dikenal beda di setiap daerah. Pada tahun 2010 dilaporkan oleh masyarakat adalah DBD yang memberikan bahwa infeksi Denv 1 dan Denv 2 umumnya lebih manifestasi pendarahan ditandai dengan dominan pada kasus-kasus yang terjadi di negara- penurunanan kadar trombosit darah, atau adanya negara Amerika Latin seperti Meksiko, Kolombia tanda kebocoran plasma berupa peningkatan dan Brasil. Makin ke arah timur, proporsi infeksi hematokrit darah. oleh Denv 3 dan Denv 4 semakin banyak seperti di Thailand, Malaysia dan Indonesia. II . Epidemiologi Tren musiman insiden kasus infeksi dengue Infeksi virus dengue umumnya terdapat di negara- umumnya mengikuti turun naiknya curah hujan negara sekitar ekuator yang beriklim tropis di di suatu daerah, di mana puncak kasus DBD yang mana penyebaran kasus berhubungan dengan diamati di Indonesia umumnya terjadi pada bulan daerah penyebaran nyamuk Aedes aegypti yang Januari – April yang merupakan puncak musim menularkan virus dengue dan menjadi vektor hujan, sementara pada musim kemarau, kasus DBD utamanya. Insiden infeksi dengue telah meningkat juga menjadi sangat rendah, walaupun di daerah lebih dari 30 kali dalam 50 tahun terakhir yang endemik kasus tidak pernah benar-benar nol. melibatkan lebih dari 100 negara endemik dengue di mana sekitar 2,5 milyar orang tinggal di daerah III . Faktor yang mempengaruhi endemik dengue tersebut, dengan jumlah kasus Pada prinsipnya, ada 4 faktor yang mempengaruhi mencapai 50-100 juta orang pertahun. Sekitar ge jala d an pen ular an viru s d eng ue, ya itu: 500.000 kasus pertahun bermanifestasi sebagai sebaran virus dengue, tingkat imunitas penderita, dengue dengan gejala klinik yang berat dengan keberadaan nyamuk vektor, serta jenis dan keadaan tingkat kematian sekitar 2.5%. Infeksi dengan lingkungan di suatu tempat. DENGUE 1 pembentukan virus. Pada saat bersamaan RNA Virus dengue(Fig.1) virus akan diduplikasi oleh enzim yang dihasilkan Virus dengue merupakan virus RNA yang sebelumnya untuk membentuk anakan RNA virus. ditularkan oleh nyamuk sebagai vektor penularnya, RNA anakan ini akan bergabung dengan protein sehingga digolongkan ke dalam Arbovirus, virus structural yang dibentuk untuk menghasilkan virus yang ditularkan oleh arthropoda. Virus dengue utuh yang belum aktif. Setelah partikel virus ini termasuk dalam family Flaviviridae, bersama dilepaskan oleh sel yang terinfeksi, mereka menjadi dengan virus Japanese Encephalitis dan virus Yellow virus yang siap menginfeksi sel lain. fever. Virus dengue terdiri dari 4 jenis serotipe seperti disebutkan di atas: serotipe 1-4, di mana terdapat Patogenesis dan imunitas terhadap virus dengue(Fig.2) variasi pada susunan protein pembungkus virus dan Infeksi virus dengue dan replikasinya berperan tingkat virulensi. Struktur virus dengue terdiri dari dalam timbulnya gejala klinik pada penderita. asam nukleat RNA sepanjang 11.000 nukleotida di Partikel virus yang masuk ke dalam tubuh akan bagian inti yang terbungkus oleh protein Capsid, merangsang respon imun dari penderita, baik serta pada bagian luar dibungkus oleh protein respon imun akut yang sifatnya general, maupun Membran dan Envelope. Struktur ini dikode dalam respon imun jangka panjang yang bersifat spesifik. RNA virus yang terdiri dari 3 gene structural: gene Pada infeksi pertama kali (infeksi primer), Envelope (E), Membran (prM) dan Capsid (C), serta respon imun tubuh yang segera bereaksi adalah 7 gene nonstructural: gene NS1, NS2A, NS2B, NS3, sistim innate immunity yang responnya bersifat NS4A, NS4B dan NS5. Setelah di-fagositosis oleh umum untuk antigen asing yang masuk ke dalam makrofag, virus dengue akan melepaskan asam tubuh. Innate immunity ini diperantarai Antigen nukleatnya ke dalam sitoplasma sel inang dan mulai precenting cells (APC) yang akan memfagositosis menginisiasi replikasi untuk membentuk anak- dan memecah virus dengue menjadi bagian-bagian anak virus. Replikasi dimulai dengan RNA virus lebih kecil untuk dipresentasi/disampaikan ke sistem dengue menipu sistem tubuh dengan bertindak imun selanjutnya untuk merangsang pembentukan menyerupai mRNA yang membawa kode protein antibody cepat (IgM) untuk menetralisir partikel untuk gen structural dan non structural. RNA virus virus, pelepasan sitokin dan mediator kimia ini akan diterjemahkan oleh sistem tubuh untuk lain yang medorong rantai reaksi radang, serta membentuk protein structural virus (C, prM dan E) pengaktifan sel sitotoksik yang akan melisiskan sel serta enzim virus (NS1-5) untuk mengkatalisis reaksi yang terinfeksi. Fig.1 Skema replikasi virus dengue di dalam sel makrofag 2 DENGUE Pembentukan antibody akut IgM pada infeksi antibody, respon imun terhadap virus dengue juga primer biasanya dimulai beberapa hari setelah diperantarai oleh sitokin, terutama IFN gamma, TNF terinfeksi dan akan bertahan sekitar 3 bulan untuk alfa, interleukin 6 (IL6) dan sel sitotoksik. Pelepasan memberi perlindungan terhadap virus tersebut, sitokin ini berakibat pada kerusakan sistem kapiler sementara untuk perlindungan jangka panjang, pembuluh darah dan penurunan jumlah trombosit tubuh akan membentuk antibody IgG yang spesifik yang berakibat pada terjadinya kebocoran plasma terhadap serotipe virus yang menginfeksi dan keluar dari sistim pembuluh darah ke jaringan dan memberikan kekebalan seumur hidup terhadap juga terjadinya pendarahan akibat gangguan sistim s e ro t i p e v i r u s y a n g s a m a d a n m e n y i m p a n pembekuan yang diperantarai oleh trombosit. informasinya melalui memory sel. Infeksi berikutnya dengan serotipe yang sama hanya memberikan Gejala klinik gejala ringan atau tanpa gejala. Sementara infeksi Gejala klinik dengue biasanya tidak terlalu jelas oleh serotipe yang berbeda, yang hanya memiliki pada demam dengue, tetapi lebih jelas pada DBD kesamaan epitope antigen akan merangsang berupa demam tinggi mendadak disertai nyeri otot respon imun baru, termasuk untuk pembentukan dan sendi, nyeri retroorbital, mual atau muntah, antibody IgM dan antibody IgG yang sesuai dengan adanya bintik kemerahan pada kulit, dengan type virus yang baru, sehingga antibody IgG lama atau tanpa pendarahan, serta test tourniquet yang dibentuk sebelumnya tidak dapat menetralisir (pembendungan vena) menunjukkan timbulnya virus yang baru tetapi justru mengopsonisasi peteki di bawah daerah bendungan. Gejala dapat virus tersebut untuk mebantu perlekatan ke sel menjadi berat dan menunjukkan tanda-tanda syok, makrofag. Hal ini menyebabkan infeksi berulang pendarahan gusi dan saluran cerna, kegagalan virus dengue oleh tipe virus yang berbeda organ, syok dan bahkan kematian. Kematian oleh cenderung akan meningkatkan tingkat kemampuan dengue umumnya karena syok hipovolemi akibat replikasi virus dan pada akhirnya menghasilkan kebocoran plasma ataupun pendarahan masif gejala yang lebih berat, inilah yang dikenal dengan organ dalam yang berujung ke berhentinya fungsi sebutan antibody dependent enhancement (ADE). organ vital termasuk jantung dan otak. Di samping respon imun yang diperantarai Klasifikasi WHO dan DENCO Fig.2 Respon imun tubuh pada infeksi virus dengue (dikuip dari: Yip WCL. Dengue haemorrhagic fever: current approches to management. Medical Progress, October 1980) DENGUE 3 Menurut WHO infeksi dengue dibedakan menjadi jantung dan organ lain. demam dengue dan demam berdarah dengue (DBD) yang dibedakan oleh terjadinya kebocoran Diagnosis dan prognosis plasma pada penderita DBD, berupa peningkatan Diagnosis demam dengue secara klinis agak hematokrit, kebocoran plasma ke rongga serosa sulit mengingat gejalanya yang mirip banyak berupa ascites, efusi pleura dan bocornya albumin penyakit ringan lain dengan demam. Diagnosis ke luar pembuluh darah dan menyebabkan hanya bisa dikonfirmasi dengan pemeriksaan hipoalbuminemia. laboratorium yang menunjukkan adanya RNA (RT- DBD oleh WHO diklasifikasikan menjadi 4 derajat PCR) atau antigen (Denge NS1) dari virus dengue, berdasarkan tanda pendarahan dan tanda-tanda atau adanya peningkatan antibody akut IgM di syok; dalam darah penderita. Peningkatan antibody IgG •Grade I, hanya ditemukan tanda hemokonsentrasi dan peteki pada tes tourniquet; spesifik terhadap virus dengue biasanya tidak bisa memberikan hasil positif pada infeksi primer, tetapi •Grade II, terdapat tanda pendarahan spontan lebih bermakna pada infeksi ulangan di mana sel berupa peteki, purpura atau ekimosis, dan memory dengan cepat memproduksi antibody dari pendarahan subkonjungtiva; ingatan infeksi sebelumnya. •G rade III, tanda pre-syok berupa nadi cepat, DBD lebih memberikan gejala yang khas seperti pulsasi lemah dan berkeringat dingin, atau adanya kombinasi antara demam akut, tes terjadi pendarahan saluran cerna; tourniquet positif, sakit kepala, nyeri retroorbital •Grade IV, penurunan kesadaran, syok, kegagalan dan nyeri otot dan sendi serta rasa tidak nyaman organ dan kematian. Grade III dan IV dikategorikan di perut. Jika dua dari gejala tersebut dikombinasi sebagai infeksi dengue berat. dengan dua dari penemuan laboratorium berikut: Klasifikasi derajat dengue yang diperbaharui penurunan trombosit <100.000/ul, peningkatan (klasifikasi DENCO, Dengue Control) membagi hematokrit >20%, adanya hipoalbuminemi atau infeksi dengue menjadi: dengue dengan atau tanpa timbul hiperkolesterolemi, maka diagnosis DBD warning sign dan dengue berat: dapat ditegakkan sesuai kriteria WHO. Konfirmasi •D engue tanpa warning sign disebut sebagai DBD tetap ditegakkan dengan pemeriksaan yang probable dengue apabila tidak ada konfirmasi membuktikan adanya RNA atau antigen virus laboratorium tetapi gejala klinis khas ditemui menggunakan metode molecular atau serologis seperti demam akut, arthralgia, nyeri retroorbital, seperti disebutkan diatas. Diagnosis pasti yang sakit kepala, mual, muntah dan adanya peteki dianggap sebagai baku emas adalah ditemukannya pada tourniquet tes; virus dengue pada kultur sel serum penderita. •Dengue dengan warning sign jika detemukan Umumnya infeksi primer yang bermanifestasi nyeri perut, muntah yang persisten, pendarahan sebagai demam dengue memberikan prognosis spontan, efusi pleura atau ascites, pembesaran yang baik, demikian juga DBD grade I dan II, hati, dan peningkatan hematokrit disertai sementara infeksi dengue berat (DBD grade III dan penurunan trombosit; IV, atau dengue dengan warning sign dan dengue •Dengue berat, jika ditemukan kebocoran plasma yang berat berupa syok dan penumpukan cairan berat pada klasifikasi DENCO) memberi prognosis yang kurang baik. di paru-paru, pendarahan berat, gangguan organ yang berat berupa gangguan kesadaran, kenaikan nilai ALT / AST > 1000, kegagalan 4 DENGUE Managemen infeksi dengue Sampai saat ini belum ada vaksin maupun untuk mencegah dan melawan infeksi virus dengue. untuk menghisap darah kembali. Siklus sejak Penanganan pasien terutama berupa terapi menghisap darah dan bertelur kembali ini disebut simptomatik untuk meringankan gejala, dan siklus gonodotropik dan menentukan berapa kali terapi suportif berupa rehidrasi untuk mengganti nyamuk betina dewasa yang terinfeksi virus dapat kebocoran plasma. Jika terjadi pendarahan dapat menularkan virus tersebut ke manusia. Telur yang diberikan transfusi darah, baik whole blood diletakkan di permukaan wadah ini cukup tahan maupun untuk komponen darah tertentu saja terhadap kekeringan, sehingga daerah tropis seperti eritrosit maupun trombosit. Penanganan dengan siklus kering–basah yang cukup sangat utama untuk penderita DBD adalah diagnosis mendukung populasi nyamuk Aedes ini. Telur akan yang tepat dan penanganan yang cepat disertai menetas dalam masa 1-2 jam setelah terendam air, monitoring tanda vital sesering mungkin, karena lalu akan menghasilkan jentik nyamuk Aedes yang penderita dapat masuk ke fase berat dengan tiba- akan berganti kulit sebanyak 4 kali sampai menjadi tiba, baik oleh karena syok hipovolemik akibat pupa (kepompong air) di mana mereka tidak lagi kebocoran plasma maupun karena pendarahan makan tetapi melakukan proses pematangan masif. Rehidrasi pada penderita DBD dapat menjadi nyamuk dewasa. Dibutuhkan waktu sekitar dilakukan secara oral maupun intravena, jika seminggu untuk larva yang baru menetas menjadi pemberian oral tidak cukup cepat mengganti pupa dan nyamuk dewasa. Dalam 1-2 hari setelah kehilangan cairan. menetas, nyamuk akan kawin dan nyamuk betina siap menghisap darah. Dengue vektor(Fig.3) Jika nyamuk betina Aedes menghisap darah Virus dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes penderita DBD, maka virus dengue akan ikut aegypti sebagai vektor utama dan nyamuk Ae. t e r i s a p k e d a l a m p ro b o s c i s n y a m u k u n t u k albopictus sebagai vektor alternatif. Masa hidup selanjutnya masuk ke dalam usus nyamuk. Di sini nyamuk di alam berkisar 2 minggu – 2 bulan, virus akan menembus dinding usus dan menyebar umumnya dapat bertahan hidup sekitar satu bulan. ke seluruh jaringan tubuh nyamuk, termasuk Hanya nyamuk betina yang menghisap darah untuk kelenjar ludah. Virus dengue akan ditemukan pada memperoleh protein dalam rangka pembentukan kelenjar ludah nyamuk Aedes betina dalam waktu telur. Dalam masa 3 hari setelah menghisap darah, 4-7 hari setelah menghisap darah terinfeksi. Inilah nyamuk betina akan menghasilkan telur yang yang disebut masa inkubasi ekstrinsik virus yang diletakkan di dinding wadah air tepat di atas garis terjadi di dalam tubuh nyamuk. Panjangnya masa permukaan air. Setelah bertelur, nyamuk ini siap inkubasi dari menghisap darah sampai timbulnya virus di kelenjar ludah sangat dipengaruhi oleh suhu sekitar, makin tinggi suhu makin singkat masa inkubasi ekstrinsiknya. Begitu virus sudah sampai di kelenjar ludah nyamuk, maka nyamuk tersebut akan menjadi infektif dan dapat menularkan virus dengue seumur hidupnya setiap kali ia mengsekresikan ludahnya saat menggigit dan menghisap darah untuk mencegah terjadi Fig.3 Nyamuk Aedes aegypti (kiri) dan Aedes albopictus (kanan) sebagai vektor penular virus dengue (dikutip dari: ©1999 University of Florida, Florida Medical Entomology Laboratory) pembukuan darah selama dalam proses menghisap tersebut. Nyamuk Aedes betina yang infektif dapat menularkan virus dengue sebanyak 5-10 kali dalam DENGUE 5 masa hidupnya. dalam darah, dan pasien menjadi infektif terhadap Habitat nyamuk Aedes paling sering ditemukan gigitan nyamuk berikutnya. Siklus penularan pada tempat-tempat atau wadah berukuran virus dari orang sehat ke nyamuk melewati masa kecil yang menyimpan air, karena wadah-wadah inkubasi ekstrinsik di tubuh nyamuk. Perpindahan berukuran kecil ini (beberapa cm – beberapa m, dari nyamuk infektif ke orang sehat berikutnya, biasanya <10m) memudahkan nyamuk betina siklus intrinsik di tubuh pasien, sampai siap yang akan bertelur menemukan dinding untuk menginfeksi nyamuk berikutnya merupakan siklus meletakkan telurnya. Pemilihan tempat bertelur perjalan virus yang perlu diperhatikan dalam hal pada wadah kecil menyebabkan nyamuk Aedes pencegahan penularan virus dengue di masyarakat. menyukai kontainer artifisial buatan manusia untuk K a re n a s e b a g i a n b e s a r p e n a n g a n a n k a s u s bertelur, karena itu air yang terdapat di dalamnya penularan DBD dilakukan setelah pasien pergi umumnya kelihatan bersih dan tidak berhubungan berobat dan didiagnosis oleh dokter menderita langsung dengan tanah. Wadah yang disukai DBD. Umumnya tindakan pencegahan penularan adalah wadah yang terletak di tempat-tempat melalui vektor control menjadi terlambat karena tersembunyi dan tersimpan tidak terganggu dalam nyamuk terinfeksi telah menggigit banyak orang masa paling sedikit 3-5 hari, sehingga tempat selama masa inkubasi intrinsik pada manusia yang perindukan Aedes selalu kelihatan menampung tanpa gejala sebelum datangnya upaya pemutusan air yang jernih karena telah terjadi pengendapan rantai penularan / vektor control oleh petugas selama beberapa hari sebelum digunakan untuk kesehatan. bertelur. Prinsip penanganan penularan(Fig.4) Prinsip penangan atau pencegahan penularan IV . Penularan virus dengue Penularan virus dengue dimulai saat nyamuk menghisap darah orang yang terinfeksi. Setelah virus DBD sebenarnya meliputi pemotongan dari siklus virus pada tahap mana saja dalam siklus penularannya sebagaimana terlihat pada gambar. melewati masa inkubasi ekstrinsik selama 4-7 hari Dalam gambar di tersebut, rantai penularan di tubuh nyamuk, virus dengue dapat ditemukan virus dengue dapat dilakukan pada 5 tempat: 1) pada cairan ludah nyamuk yang dikeluarkan mematikan virus pada saat masih di dalam tubuh melalui saluran pada hypofaring saat melakukan penderita, namun sampai sekarang belum ada obat gigitan berikutnya. Orang sehat menerima virus yang efektif terhadap virus dengue; 2) mencegah dengue saat menerima gigitan infektif dari virus keluar dari tubuh orang sakit dan kontak nyamuk yang terinfeksi tersebut. Virus yang dengan nyamuk sehingga penularan melalui gigitan masuk ke dalam aliran darah akan bereplikasi di nyamuk tidak terjadi. Dalam hal ini penderita dalam sel-sel makrofag jaringan dan darah, lalu yang infektif seharusnya ditempatkan di ruang selanjutnya keluar dari sel dan menginfeksi sel- isolasi yang bebas nyamuk, atau menggunakan sel berikutnya. Dibutuhkan waktu sekitar 5-7 hari perlindungan yang menghalangi gigitan nyamuk, untuk menghasilkan jumlah virus yang cukup agar misalnya penderita DBD harus memakai kelambu dapat menyebabkan munculnya gejala. Periode di dalam rumah sakit, atau menggunakan baju sejak mendapat gigitan nyamuk terinfeksi sampai khusus yang menolak nyamuk; 3) melindungi timbulnya gejala yang pertama dikenal sebagai orang sehat dari gigitan nyamuk yang infektif masa inkubasi intrinsik di dalam tubuh manusia. dengan cara menggunakan proteksi personal yang Setelah timbul gejala inilah virus dapat terdeteksi di melindunginya dari gigitan nyamuk, misalnya 6 DENGUE Fig.4 Skema penularan virus dengue dan kemungkinan tempat-tempat pemutusan rantai penularan. Fig.5 Grafik kasus DBD dan curah hujan di Kota Makassar tahun 2001-2014 penggunaan pakaian lengan panjang, penggunaan vektor control ini dapat langsung ditujukan kepada lotion penolak nyamuk, tidak mengunjungi pasien nyamuknya dengan menggunakan insektisida dan DBD yang tidak ditempatkan dalam ruang isolasi larvasida, juga dapat dilakukan dengan melakukan yang baik; 4) mencegah infeksi virus dengue modifikasi lingkungan yang mengurangi tempat walaupun tergigit nyamuk infektif. Hal ini dapat peridukan nyamuk dan perencanaan arsitektur dilakukan jika dengan mengembangkan kekebalan yang mengurangi struktur yang menyimpan air yang efektif terhadap virus dengue dari serotipe sebagai tempat perindukan nyamuk. tertentu melalui vaksinasi. Sayangnya, sampai saat ini belum ada vaksinasi terhadap virus dengue yang Inovasi di Kota Makassar(Fig.5) lengkap melindungi dari keempat serotipe yang Untuk mengurangi kasus DBD, Dinas Kesehatan beredar; dan 5) melakukan kegiatan vektor control kota Makassar membuat inovasi vektor control yang mengurangi populasi nyamuk Aedes yag akan dengan melakukan kegiatan fogging fokus daerah menularkan virus di daerah endemis. Kegiatan padat nyamuk di bulan-bulan kering sekitar DENGUE 7 Agustus – Oktober setiap tahun, di mana kasus belum muncul atau masih sangat sedikit. Dasar dari pendekatan ini adalah mencegah populasi nyamuk yang akan memasuki musim hujan dan menekan tingkat kepadatan populasi serendah mungkin sebelum memasuki musim hujan. Penentuan daerah fokus kepadatan nyamuk dilakukan V .Daftar Pustaka 1. WHO. dengue fact sheet. 2014. 2. WHO. Global Strategy for Dengue Prevention and Control. 2012. 3. W HO. Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention, and Control. 2009. dengan surveillans jentik nyamuk di wadah- 4. G ubler JD. Dengue and dengue hemorrhagic wadah air sekitar rumah oleh kader posyandu fever. Clin Microbiol Rev 1998, 11(3):480-96. atau kader jumantik yang meliputi suluruh kota, 5. Halstead SB. The XXth century dengue pandemic: dengan melibatkan seluruh kader posyandu di tiap need for surveillance and research. World Health kelurahan dan RW. Pendekatan ini memberikan Stat -Q1992,45: 292-98. hasil baik dengan berkurangnya kasus DBD sampai sepesepuluhnya sejak mulai dilakukan pada tahun 2006 sebagaimana terlihat pada gambar: 8 DENGUE 6. Simmons PC et al. Dengue. N Engl J Med 2012, 366:1423-32.