Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015 STUDI RISIKO TSUNAMI DI WILAYAH PESISIR SELATAN KABUPATEN MALANG Arwi Yudhi Koswaraa1,*), Wahyudi2), dan Kriyo Sambodho3) Program Magister Teknik dan Manajemen Pantai, Jurusan Teknik Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60117 2,3) Jurusan Teknik Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember 1) ABSTRAK Wilayah pesisir selatan Kabupaten Malang berkembang menjadi sentra kegiatan perikanan tangkap, budidaya perikanan, perumahan, industri kecil dan kegiatan wisata (Perda No. 10 Tahun 2014 RTRW Kabupaten Malang 2028). Di selatan wilayah ini memiliki riwayat gempa bumi di Samudra Hindia. Berkumpulnya penduduk di wilayah pesisir selatan Kabupaten Malang berisiko mengalami bencana karena adanya ancaman gempadan tsunami. Berdasarkan keadaan di atas, pengembangan wilayah pesisir selatan di Kabupaten Malang memerlukan studi risiko tsunami karena lokasinya berada pada wilayah bahaya bencana. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui risiko tsunami di wilayah pesisir selatan Kabupaten Malang. Sasaran penelitian ini adalah identifikasi ancaman di wilayah penelitian (bahaya tsunami) dan kerentanan wilayah pesisir di wilayah penelitian,dan menghitung tingkat risiko tsunami. Alat analisis yang digunakan mengidentifikasi ancaman adalah hitungan probabilitas gempa bumi dan overlay peta risiko tsunami. Sedangkan untuk mengetahui tingkat kerentanan digunakan scala lingkert. Berdasarkan hasil perhitungan tinggi tsunami m=2,26M – 14,8 + log D - 5,14 (Bambang Triadmojo, 2007) dapat diketahui tinggi tsunami (m) yang diakibatkan gempa bumi (M dalam skala richter) dan dengan kedalaman D tinggi tsunami mencapai 11 meter. Hitungan ini sesuai kejadian tsunami di Banyuwangi 25 juli 2006 dengan kepercayaan 87,2%. Tingkat kerentanan wilayah terhadap tsunami tsunami dihasilkan dari jumlah pendudk yang tinggal dipesisir, jumlah bangunan rumah penduduk dan jumlah fasilitas ekonomi seperti pasar. Dengan ketingggian tsunami 11 meter ini dibobot masing-masing kecamatan kerentanan sosial, fisik dan ekonominya. Berurutan dari yang paling rendah ke tinggi di wilayah pesisir selatan Kabupaten Malang tingkat kerentanannya adalah Gedangan (7,6=rendah), Donomulyo (8,1=sedang), Tirtoyudo (8,5=sedang), Ampelgading (9=tinggi), Bantur (11,3=tinggi) dan Sumbermanjing Wetan (11,5%=tinggi). Tingkat risiko tsunami diketahui dengan perkalian adanya ancaman dengan kerentanan. Tingkat ancaman tinggi di Kecamatan Donomulyo, Bantur dan Sumbermanjing wetan. Tingkat ancaman sedang di Kecamatan Gedangan dan Ampelgading dan rendah di Keacamatan Tirtoyudo. Tiga Kecamatan di Kabupaten Malang masuk kategori risiko tinggi (ancaman tinggi dan kerentanan tinggi ) yaitu Donomulyo, Bantur dan Sumbermanjing Wetan, satu Kecamatan Tirtoyudo kategori risiko sedang dan dua di Kecamaan Gedangan dan Ampelgading kategori risiko rendah. Kata kunci: Wilayah Pesisir, Risiko Bencana, Tsunami PENDAHULUAN Pesisir Selatan Pulau Jawa termasuk dalam titik pertemuam lempeng Indo-Australia. Disisi lain wilayah pesisir selatan Kabupaten Malang berkembang menjadi pusat kegiatan pertanian, perikanan tangkap, budidaya perikanan, perumahan, industri kecil, dan juga ISBN: 978-602-70604-2-5 A-29-1 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015 kegiatan wisata bahari (RTRW Kabupaten Malang 2028). Disekitar wilayah ini memiliki riwayat gempa bumi di Samudra Hindia. Berkumpulnya penduduk di wilayah Pesisir Selatan Kabupaten Malang berisiko mengalami bencana karena adanya ancaman tsunami yang timbul setelah gempa. Kondisi ini diperlukan kajian yang memperhatikan tingginya risiko tsunami di wilayah Pesisir Selatan Kabupaten Malang sebagai bahan pertimbangan pembangunan di wilayah selatan Kabupaten Malang. Pengembangan wilayah pesisir di Kabupaten Malang memerlukan kajian risiko tsunami karena adanya gempa bumi di Samudra Hindia yang menimbulkan tsunami. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat risiko tsunami di wilayah pesisir selatan Kabupaten Malang. Sedangkan sasaran penelitian ini: Analisis tinggi tsunami di wilayah pesisir Kabupaten Malang, Analisis kerentanan di wilayah Pesisir Kabupaten Malang, Memetakan tingkat risiko tsunami di wilayah pesisir Kabupaten Malang. Dalam realisasi penelitian ini, wilayah penelitian difokuskan pada pantai yang berpenduduk paling padat untuk diteliti yaitu pantai Ngliyep, Balekambang, Bajulmati, Sendang Biru, Sipelot dan Licin. Sedangkan ruang lingkup pembahasan penelitian ini adalah membahas potensi wilayah pesisir di Kabupaten Malang, identifikasi gempa bumi yang menimbulkan tsunami di wilayah pesisir, dan substansi kebencanaan terkait konsep risiko (risk) yang meliputi bahaya (hazard) dan kerentanan (vulnerability). Dari hasil prakiraan tinggi tsunami dan kerentanan wilayah, kemudian dipetakan tingkat risiko tsunami di wilayah pesisir Kabupaten Malang. Wilayah penelitian secara detail bisa dilihat pada Gambar. Gambar 1. Peta Wilayah Studi Pesisir Selatan Kabupaten Malang METODE Tahapan analisis ini meliputi analisis ancaman, kerentanan dan hitungan risiko bencana studi ini hanya menggunakan ancaman dan kerentanan sebagai penentu risiko, sehingga penentuan indikator yang diambil dari sintesa tinjauan pustaka adalah ancaman (hazard) dan kerentanan (vulnerability). Hubungan antara tingkat risiko dengan kerentanan dan ancaman ditampilkan pada matriks berikut. ISBN: 978-602-70604-2-5 A-29-2 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015 Gambar 2. Matriks Risiko Analisis Ancaman Untuk mengetahui ancaman tsunami didasarkan pada identifikasi sumber gempa yang menyebabkan tsunami. Selain itu juga data sejarah kejadian tsunami dan ketinggian tsunami yaitu dengan rekaman tsunami terbesar yang pernah terjadi. Secara umum cara ini dikelompokkan kedalam: 1. Deterministik Assesment yaitu dengan memasukan data tsunami terbesar yang terjadi pada suatu wilayah dan diprediksi akan menimbulkan kerusakan terbesar, hasilnya didapatkan risiko tertinggi. 2. Probabilitic Assesment yaitu dengan memasukan data kemungkinan yang menimbulkan tsunami disuatu wilayah, kemudian dianalisis kemungkinan suatu wilayah terkena tsunami dengan kekuatan tertentu. Kemungkinan terjadinya tsunami akibat gempa bumi dibawah laut secara sederhana dirumuskan: (1) dimana nilai m memperkirakan tinggi tsunami, sedangkan M menunjukan kekuatan gempa. Besaran m tsunami juga dipengaruhi kedalaman laut (d) di lokasi terbentuknya gempa. Persamaan tsunami berdasarkan kedalaman laut di lokasi gempa dirumuskan: (2) dimana m adalah tinggi tsunami sedangkan d adalah kedalaman laut di lokasi terbentuknya gempa (Triatmodjo, 1999). Analisis Kerentanan Analisis identifikasi kerentanan, dimulai dengan memberikan bobot pada masingmasing faktor kerentanan. Teknik Analisis yang digunakan pada tahapan ini adalah lingkert scale. Faktor kerentanan yang dibobotkan adalah kerentanan fisik, ekonomi, serta kependudukan. Skala pengukuran likert dilakukan per kecamatan. Kerentanan yang diukur adalah kerentanan fisik, ekonomi, serta sosial kependudukan. Kerentanan fisik menggambarkan tingkat kerusakan fisik dan lingkungan akibat bencana yang dinyatakan oleh indikator tingkat kawasan terbangun dan bangunan fasilitas umum. Kerentanan ekonomi menggambarkan besarnya kerugian kegiatan ekonomi (aktivitas ekonomi) bila terjadi bencana. Indikator kerentanan ekonomi adalah presentasi rumah tangga disektor kelautan/pesisir/nelayan, adanya sentra produksi sektoral, dan keberadaan pasar di wilayah penelitian. Kerentanan kepedudukan menggambarkan besarnya kerugian korban jiwa bila terjadi bencana. Indikator kerentanan sosial kependudukan adalah jumlah penduduk dan kepadatan penduduk. ISBN: 978-602-70604-2-5 A-29-3 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015 Pelaksanaan pengambilan data di lapangan, merupakan kegiatan yang dilakukan di lokasi yang disarankan oleh Badan Penanggulangan Bencana daerah Kabupaten Madang untuk disurvey profil wilayahnya. Selain ke lingkungan panatai survey dilakukan ke instansi instansi yang relevan dengan studi ini. Hasil dari peta risiko tsunami dilanjutkan dengan analisis kerentanan tsunami, menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kerentanan bencana tsunami. Analisis ini melihat apa saja yang rusak akibat tsunami. Di data kerentanan wilayah ditemukan adanya rumah penduduk, fasilitas, kegiatan ekonomi berupa penangkapan ikan, pariwisata, dan perdagangan. Selain itu juga ada jumlah dan kepadatan penduduk yang tinggi rentan terhadap tsunami. Disini didapatkan wilayah berisiko tsunami di Pesisir Selatan Kabupaten Malang Tabel 1. Kerentanan Per Kecamatan No. A 1 2 B 3 4 5 C 6 7 Kerentanan Sumber Manjing Wetan Donomulyo Bantur Ampelgading Gedangan Tirtoyudo Faktor Kerentanan Fisik Kawasan terbangun Bangunan fasilitas umum. Sub Total Kerentanan Fisik Kerentanan Ekonomi Sentra perikanan Sentra wisata Keberadaan pasar Sub Total Kerentanan Ekonomi Kerentanan Kependudukan Jumlah penduduk Kepadatan penduduk SubTotal Kerentanan Kependudukan TOTAL BOBOT Sumber: Koswara, 2014 HASIL DAN PEMBAHASAN Secara geografis Kabupaten Malang terletak antara 112°17’10,90” sampai dengan 122°57’00,00” Bujur Timur dan 7°44’55,11” sampaidengan 8°26’35,45” Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Malang mencapai 3.534,86 km2. Batas wilayah Kabupaten Malang adalah di sebelah Timur Laut berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo, di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lumajang, di sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Blitar, di sebelah Barat Laut berbatasan dengan Kabupaten Kediri, Kabupaten Jombang, dan Mojokerto, sedangkan bagian tengah wilayah Kabupaten Malang dibatasi dengan Kota Malang dan Kota Batu. Hubungan tingkat risiko dengan kerentanan dan ancaman ditampilkan pada gambar 3. Gambar 3. Hubungan antara Tingkat Risiko dengan Kerentanan dan Ancaman ISBN: 978-602-70604-2-5 A-29-4 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015 Untuk mengetahui bahaya tingginya tsunami digunakan data deterministik dan data probabilitas. Data deterministik gelombang tinggi di pesisir malang diketahui mencapai 5 meter (BPBD Kab Malang, 2013). Data probabilitas didapatkan dengan menghitung timbulan tsunami akibat gempa bumi. Berdasarkan hasil perhitungan prakiraan (m = 2,26M – 14,18), data terlampir, tinggi tsunami di pesisir selatan Kabupaten Malang didapatkan tinggi gelombang tsunami bisa 11 meter sepanjang 102,65 km yang berada di 6 (enam) wilayah kecamatan. Tsunami masuk ke wilayah daratan rata-rata mencapai 2,314 Km. 1. Kecamatan Donomulyo memiliki garis pantai kurang lebih 17,6 Km sepanjang Pantai Mondangan, Ngebros, Menjangan, Jonggring saloko, Nglurung, dan Ngliyep. 2. Kecamatan Bantur memiliki garis panjang kurang lebih 17,4 Km sepanjang Pantai Konang Iwak, Kondang Merak, Balekambang, dan Wonogoro. 3. Kecamatan Gedangan memiliki garis pantai kurang lebih 16,7 Km di sebelah kanan dan kiri Pantai Bajulmati. 4. Kecamatan Sumbermanjing Wetan memiliki garis pantai kurang lebih 34,7 Km di sepanjang Pantai Sendangbiru, Tamban, dan Tambaksari. 5. Kecamatan Tirtoyudo memiliki garis pantai kurang lebih 14,45 Km di sepanjang Pantai Wediaawu dan Teluk Sipelot. 6. Kecamatan Ampelgading memiliki garis pantai kurang lebih 6,3 Km di Pantai Licin. Perbandingan luas sapuan tsunami di pesisir Malang digambarkan pada Gambar 4. Dari hasil tinggi probabilitas tsunami dapat diketahui tingkat bahayanya. 35 (Km) 34,7 30 25 20 17,6 17,4 15 16,7 14,45 10 5 Km Kecamatan 6,3 Donomulyo Bantur Gedangan Sumbermanjing Wetan Tirtoyudo Ampelgading Gambar 4. Perbandingan luas sapuan tsunami dan tingkat bahayanya Faktor kerentanan yang dibobotkan adalah kerentanan fisik, ekonomi, serta kependudukan. Skala pengukuran likert dilakukan per kecamatan. Kerentanan yang diukur adalah kerentanan fisik, ekonomi, serta sosial kependudukan. 1. Kerentanan fisik menggambarkan tingkat kerusakan fisik dan lingkungan akibat bencana yang dinyatakan oleh indikator tingkat kawasan terbangun, dan bangunan fasilitas umum. 2. Kerentanan ekonomi menggambarkan besarnya kerugian kegiatan ekonomi (aktivitas ekonomi) bila terjadi bencana. Indikator kerentanan ekonomi adalah presentasi rumah tangga disektor kelautan/pesisir/nelayan, adanya sentra produksi sektoral, dan keberadaan pasar di wilayah penelitian. 3. Kerentanan kepedudukan menggambarkan besarnya kerugian korban jiwa bila terjadi bencana. Indikator kerentanan sosial kependudukan adalah jumlah penduduk dan kepadatan penduduk. Kerentanan yang dianalisis meliputi kerentanan fisik yang menghitung kondisi terbangun dan banyaknya fasilitas, kerentanan ekonomi meliputi sentra perikanan, pariwisata, ISBN: 978-602-70604-2-5 A-29-5 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015 dan pasar. Sedangkan kerentanan kependudukan menghitung bobot jumlah penduduk dan kepadatan penduduk. Tabel 2. Analisis Kerentanan Wilayah Donomulyo Bantur Gedangan Sumber manjing Wetan Tirto yudo Ampel gading (1 s.d 5 ) (1s.d 5) (1 s.d 5 ) (1 s.d 5 ) (1 s.d 5) (1 s.d 5 ) 4 2 3 4 3 3,5 3 1 2 4 1 2,5 3 2 2,5 3,8 1,8 2,8 Kerentanan Ekonomi Donomulyo Bantur Gedangan Tirto yudo Ampel gading rata rata 3 4 5 Sentra Perikanan Sentra Wisata Keberadaan Pasar Sub Total Kerentanan Ekonomi 1 2 2 1,6 3 4 3 3,3 2 2 1 1,6 3 2 1 2 3 1 2 2 2,8 2,6 1,8 2,4 C Kerentanan Kependudukan Donomulyo Bantur Gedangan Tirto yudo Ampel gading rata rata 6 7 Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk Sub Total Kerentanan Kependudukan Rata-rata Total Bobot 4 3 3,5 2,7 8,1 5 4 4,5 3,76 11,3 4 4 4 2,53 7,6 5 2 3,5 Sumber manjing Wetan 5 5 2 4 Sumber manjing Wetan 5 3 4 3,83 11,5 4 4 4 2,83 8,5 4 5 4,5 3 9 4,3 3,8 4,05 3,08 No. Kerentanan A 1 2 Faktor Kerentanan Fisik Kawasan Terbangun Bangunan Fasilitas Umum. Sub Kerentanan Fisik B rata rata Sumber: Koswara. 2014 Dari paling rendah tingkat kerentanannya di pesisir Kab. Malang adalah Gedangan (7,6), Donomulyo (8,1) Tirtoyudo (8,5) Ampelgading (9) Bantur (11,3) dan Sumbermanjing wetan (11,5). Dari tabel 3, dapat diketahui tingkat kerentanan masing-masing kecamatan. Tabel 3. Tingkat Kerentanan Masing-masing Kecamatan 8,1 Donomulyo Bantur Gedangan Sumbermanjing Wetan Tirtoyudo Ampelgading Kerentanan 11,3 7,6 11,5 8,5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 9 10 11 Tingkat risiko tsunami berdasarkan ancaman tsunami dan kerentanan didapatkan untuk Kecamatan Sumbermanjing Wetan; ancaman kategori tinggi dan kerentanan tinggi, Kecamatan Bantur ancaman kategori tinggi dan kerentanan tinggi. Donomulyo ancaman kategori tinggi dan kerentanan sedang. Sedangkan Kecamatan Kecamatan Tirtoyudo ancaman kategori sedang dan kerentanan sedang. Kecamatan Gedangan ancaman kategori sedang dan kerentanan rendah, kemudian Kecamatan Ampelgading ancaman kategori rendah dan kerentanan sedang, ISBN: 978-602-70604-2-5 A-29-6 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015 Tabel 4. Tingkat Risiko Tsunami Kerentanan tsunami tinggi - - Kerentanan tsunami sedang Kerentanan tsunami rendah Ampelgading Ancaman tsunami Rendah Tirtoyudo Gedangan Ancaman tsunami Sedang Sumbermanjing Wetan dan Bantur Donomulyo Ancaman tsunami Tinggi Tingkat risiko bencana tsunami di Kecamatan Donomulyo, Kecamatan Bantur dan Kecamatan Sumbermanjing Wetan tinggi karena jumlah pendudukanya besar, kepadatan pendudukanya tinggi dan kawasan terbangunnya luas. Gambar 5. Risiko bencana tsunami di Kecamatan Donomulyo 11 meter Gambar 6. Risiko bencana tsunami di Kecamatan Bantur 11 meter ISBN: 978-602-70604-2-5 A-29-7 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015 Gambar 7. Risiko bencana tsunami di Kecamatan Sumbermanjing Wetan 11 meter KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil perhitungan probabilitas tinggi tsunami, dapat diketahui tinggi tsunami yang diakibatkan gempa bumi mencapai 11 meter. Ancaman terbesar akibat tsunami berurutan dari yang paling tinggi ke rendah adalah: Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Bantur, Donomulyo, Gedangan, Tirtoyudo, dan Ampelgading berdasaran luasan yang tergenang tsunami. 2. Tingkat kerentanan wilayah terhadap tsunami dengan ketingggian 11 meter ini berurutan dari yang paling rendah ke tinggi di wilayah pesisir selatan Kabupaten Malang adalah Gedangan (7,6), Donomulyo (8,1), Tirtoyudo (8,5), Ampelgading (9), Bantur (11,3), dan Sumbermanjing Wetan (11,5%). Kecamatan Donomulyo, Bantur, dan Sumbermanjing Wetan memiliki tingkat risiko terhadap bencana tsunami tinggi. Kecamatan Bantur tinggi tsunami sama 11 meter, namun jumlah dan kepadatan penduduknya tinggi (jumlah penduduk 64.069 jiwa dan kepadatan penduduk 454 jiwa/km2). Begitu juga dengan Kecamatan Donomulyo jumlah penduduknya besar yakni 18.502 jiwa. Kecamatan Sumbermanjing Wetan tinggi tsunami sama 11 meter, jumlah penduduknya mencapai 89.807 jiwa dan merupakan lokasi sentra perikanan tangkap di TPI Sendang Biru dan kegiatan wisata di sekitar Pantai Sendang Biru. Kerentanan tsunami tinggi Kerentanan tsunami sedang - - Ampelgading Kerentanan tsunami rendah Ancaman Rendah Tirtoyudo Sumbermanjing Wetan dan Bantur Donomulyo Gedangan tsunami Ancaman Sedang ISBN: 978-602-70604-2-5 A-29-8 tsunami Ancaman Tinggi tsunami Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015 3. Tingkat risiko bencana tsunami di Kecamatan Donomulyo, Kecamatan Bantur dan Kecamatan Sumbermanjing Wetan tinggi karena jumlah pendudukanya besar, kepadatan pendudukanya tinggi dan kawasan terbangunnya luas. Peneliti menyarankan adanya penelitian lanjutan kebutuhan mitigasi, utamanya penelitian penentuan lokasi bangunan evakuasi di Kecamatan Bantur dan Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Selama ini telah dipasang Early Warning System (EWS) di pantai Tamban di Kecamatan Sumbermanjing Wetan, karena telah diketahui bahwa Kecamatan Donomulyo dan Bantur juga masuk dalam wilayah dengan risiko tinggi terhadap bencana tsunami, peneliti menyarankan agar segera dipasang EWS tsunami oleh BPBD Kabupaten Malang. DAFTAR PUSTAKA Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang 2008-2028, Bappeda Kabupaten Malang. 2008 Kabupaten Malang Dalam Angka 2013. Terbitan terbatas Bappeda Kabupaten Malang 2013. Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Permendagri No. 33 Tahun 2006 tentang Panduan Mitigasi Bencana. Binas, Rusty. Hazard Assesment. IIRR,2007 Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2010 tentang Mitigasi Bencana Di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Tuwo, A. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut. Brillian Internasional. Surabaya Fahmi, M Yusqi. 2010. Prioritas Lokasi Mitigasi Bencana Banjir Di Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan. Prodi PWK ITS. Surabaya Mukhtasor, 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Pradnya Paramita.Jakarta UN-HABITAT.1992. Planning For Climate Change: A Strategic, Values-Based Approach For Planner. Widodo, Amien. 2010. Mitigasi Bencana Di Kawasan Pesisir. Proseeding Seminar Planopolis PWK ITS Surabaya 2010. Yustiarini, Dewi. 2009. Mitigasi Bencana Dalam Penataan Ruang Kelas Untuk Meningkatkan Keamanan Sekolah Dasar Terhadap Bahaya Gempa. Proseding Seminar Nasional Implikasi Undang-Undang Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 Terhadap Konsep Pengembangan Kota dan Wilayah Berwawasan Lingkungan. Universitas Brawijaya. Malang Koswara, Arwi Yudhi. 2009. Arahan Mitigasi Banjir di Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik. Proseeding Seminar Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia-ASPI. Universitas Diponegoro. Semarang. ISBN: 978-602-70604-2-5 A-29-9