Tahun 2009 Masih Riskan Selasa, 7 Juli 2009 | 04:16 WIB Geneva

advertisement
Tahun 2009 Masih Riskan
Selasa, 7 Juli 2009 | 04:16 WIB
Geneva, Senin - Perbankan harus cepat membersihkan neraca mereka. Tahun 2009 masih
tergolong sebagai tahun yang riskan. Negara maju sebaiknya tidak terlalu cepat berkesimpulan
bahwa pemulihan ekonomi global telah benar-benar terjadi agar tidak salah dalam mengambil
keputusan.
Demikian disampaikan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Dominique StraussKahn dan Presiden Bank Dunia Robert Zoellick di Geneva, Swiss, Senin (6/7).
”Keadaan tidak akan pulih hingga Anda membersihkan neraca perbankan. Sejauh ini masalah itu
belum diselesaikan,” ujar Strauss-Kahn pada konferensi Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Strauss-Kahn mengatakan bahwa sejumlah bank sentral telah bertindak untuk mengatasi krisis
finansial. Sejumlah pemerintah juga telah merespons seruan IMF pada awal 2008 agar
menyediakan 2 persen dari produk domestik bruto (PDB) untuk untuk stimulus ekonomi.
Strauss-Kahn juga menyatakan masih ada upaya pemulihan yang masih terpotong terutama
pembersihan neraca. ”Masih banyak lagi yang harus dilakukan. Pemulihan bergantung pada
kecepatan pembersihan sektor keuangan,” tambahnya.
Pada April lalu, IMF memproyeksikan perekonomian global akan melemah dengan pertumbuhan 1,3
persen pada tahun 2009 dan akan mulai bertumbuh pada tahun 2010 dengan kisaran 1,9 persen.
Negara-negara anggota Kelompok 8 (G-8) juga diminta agar tidak beranggapan bahwa pemulihan
ekonomi telah dekat. Presiden Bank Dunia Robert Zoellick mengatakan itu dalam suratnya kepada
Perdana Menteri Italia Silvio Berluconi, tuan rumah pada pertemuan G-8 mendatang. G-8 terdiri atas
Italia, Perancis, Jepang, Jerman, Inggris, Kanada, Rusia, dan AS.
Surat tertanggal 1 Juli dan ditembuskan kepada semua pemimpin G-8 itu menyatakan bahwa
intervensi yang dilakukan bank sentral dan pemerintah tampaknya telah menghalangi jatuhnya
perekonomian global dengan stabilitas pasar finansial dan terjadinya peningkatan permintaan.
Sebuah tembusan juga dikirimkan kepada Sekjen Perserikatan Bangsa-bangsa Ban Ki-moon.
Penurunan perekonomian global bisa menyebabkan lebih dari 90 juta orang menjadi sangat miskin
di seluruh penjuru dunia. ”Walaupun demikian, tahun 2009 masih merupakan tahun yang
berbahaya. Perbaikan yang sudah terjadi dapat berbalik dengan mudah dan langkah perbaikan
pada tahun 2010 masih jauh dari pasti,” tulis Zoellick.
”Saya menyadari bahwa beberapa negara berkembang sekarang ini tengah mempertimbangkan
kebijakan berdasarkan asumsi bahwa pemulihan sudah berada dalam genggaman. Akan tetapi
untuk negara maju, saat ini masih jauh untuk mempertimbangkan langkah seperti itu,” tulisnya.
Kaum miskin
Dalam surat itu, Zoellick juga menegaskan, pertemuan pada 8-10 Juli itu harus fokus mengenai
masyarakat miskin di negara berkembang.
”Penurunan rata-rata pertumbuhan PDB di negara berkembang sebesar 1 persen dapat
memerangkap 20 juta orang menjadi lebih miskin lagi,” tulis Zoellick. Dia menekankan, penurunan
pengiriman uang, ekspor, serta investasi dan pendapatan pariwisata akan terus membuat susah
warga di negara miskin.
”Negara-negara di Afrika paling menderita. Mereka terpukul dengan tingginya pengangguran,
khususnya di kalangan anak muda. Selain itu, Afrika juga berpotensi terjebak konflik yang lebih
dalam,” ujarnya.
Hingga 30 Juni, Bank Dunia telah berkomitmen menyalurkan dana 60 miliar dollar AS sebagai
bantuan kepada negara berkembang. Sebagian besar dari dana itu digunakan untuk proyek
infrastruktur.
Zoellick mengatakan pula, negara-negara kaya harusnya tidak menunda-nunda komitmen soal
pemberian bantuan kepada negara-negara miskin di tengah kondisi perekonomian yang belum
menentu seperti sekarang ini.
”Investasi ini juga akan bisa membantu rakyat di negara Anda lewat peningkatan permintaan global
dan dengan meningkatkan pembangunan di kutub yang berbeda sehingga terdapat keseimbangan
pertumbuhan lebih baik lagi,” demikian tulis Zoellick.
Seruan ini dia sampaikan sehubungan posisi sejumlah negara berkembang yang tak punya banyak
dana untuk mengatasi krisis ekonomi. (AP/AFP/joe)
Download