PANEL DISKUSI Tinjauan Aspek Hazards di Dasar Laut Oleh: Wahyudi (Oceanographer/marine geologist) Jurusan Teknik Kelautan, FTK-ITS [email protected] [email protected] 1. Topografi Dasar Laut Ada tiga satuan utama topografi dasar laut 1. Continental margin 2. Ocean basin floor (deep sea basin) 3. Mid-oceanic ridges Hanya sedikit dari dasar laut yang diketahui, mungkin dasar laut yang sudah terpetakan secara akurat hanya 5%. Karena butuh waktu sangat lama, mahal, dan teknologi saat ini baru dapat dimanfaatkan untuk mencapai beberapa km. Teknologi saat ini menyediakan echo-sounding, yang lambat dan menguras tenaga. Dinamika di kedalaman lautan Topografi Dasar Laut 1. Continental margin meliputi: a. Continental shelf kemiringan sangat landai (daratan yang terendam = submerged land) b. Continental slope kemiringan curam pada pinggir continental shelf. c. Continental rise kemiringan landai, tidak ada palung Deep sea fans terbentuk jika tumpukan sedimen yang terendapkan longsor pada contunental slope. Longsoran ini akan menimbulkan arus turbidit. Topografi Dasar Lautan Seamount 2. Deep Sea Basin meliputi: a. Deep ocean trenches (bagian terdalam dari laut) b. Abyssal plains bagian deep ocean yang datar, sepertinya bagian paling datar dari permukaan bumi. c. Seamounts: puncak gunung berapi yang terisolasi (isolated volcanic peaks) atau mantle hot spots. Puncah gunung berapi di dekat mid oceanic ridge juga disebut sebagai yang disebut sebagai seamounts, dan ada ahli yang menyebut sebagai “guyots”. d. Mid-oceanic ridges pematang tengah samudra: terbentuk pada batas plate divergen (Mid-Atlantic) dan bagian terdangkal dari puncak pematang disebut sebagai rift zone. e. Coral reefs dan atolls terbentuk di dasar laut yang relatif dangkal sehingga sinar matahari dapat mencapai kedalaman untuk tumbuhnya organisme. Atoll terbentuk berhubungan dengan penurunan kerak samudra karena proses tektonik. Fisiografi dasar laut Atlantik continental margins deep ocean basins midoceanic ridges Continental margin deep sea basins deep sea trench continental shelf Morfologi Dasar Laut Continental margins adalah bagian ujung/pinggir benua yang terendam laut, tersusun oleh blok sedimen hasil erosi benua yang diendapkan di sepanjang pinggir benua. Continental margin dapat dibagi menjadi tiga bagian: continental shelf, continental slope, dan continental rise. Continental Margin Daerah laut dalam (Deep Ocean Province): terletak di antara continental margins dan midoceanic ridge dan meliputi topografi bergunung sampai dataran: abyssal plains, abyssal hills, seamounts, dan deep sea trenches. Daerah laut dalam 3. Daerah pematang tengah samudra (Midoceanic Ridge Province): tersusun oleh rangkaian pegunungan bawah laut, melingkupi 1/3 dari dasar laut memanjang sekitar 60.000 km di seluruh permukaan bumi. Pematang tengah samudra Ilustrasi model dari seafloor spreading (divergen), subduction zone (konvergen) dan transform fault sebagai batas lempeng tektonik Perbandingan daratan dan lautan 2. Marine Survey Kebutuhan dan Kegunaan Survei Laut - Seleksi Rute Pipa/Kabel Bawah Laut - Inspeksi Pemeliharaan Pipa/Kabel Bawah Laut – Survei Eksplorasi – Site Surveys untuk Rig – Site Surveys untuk Instalasi Platform – Survei untuk Field Development – Survei untuk Clearance, Abandonment and Inspection – Survei Wind Farm (energi angin lepas pantai) Data yang Dibutuhkan – – – – – – – – Data Oseanografi: Kedalaman Air Laut Relief Dasar Laut Gradien/kemiringan Dasar Laut Obstructions, debris/fragmen, benda karam di dasar laut Tipe Sedimen Dasar Laut Instalasi Existing Kondisi Geologi Dasar Laut untuk Fondasi, Trenching – Potensi Geohazards TUJUAN SURVEI RENCANA DASAR (item, lokasi, waktu) Survei Lokasi Pendahuluan – Survei Perancangan Struktur Pantai – Survei Rute Pipa Bawah Laut – Survei Eksplorasi – Site Surveys untuk Rig – Site Surveys untuk Instalasi Platform – Survei untuk Field Development – Survei untuk Clearance, Abandonment and Inspection – Survei Wind Farm (energi angin lepas pantai) Hasil Survei Sebelumnya Akses lokasi Tingkat kesulitan Ketersediaan bahan logistik, dll Kerangka & Tahapan Survei Laut RENCANA EKSEKUSI LAPANGAN •Tanggal, periode, Areal Survei •Metode Survei, Peralatan •Skedul, Pengalokasiamn Staf •Safety Measures •Beaya/RAB Pelaksanaan Survei Removal/ Demobilisasi PERSIAPAN EKSEKUSI (Prosedur Birokrasi, Suplai Bahan Kebutuhan) Pengolahan & Analisis of Data Mobilisasi/Pemasangan Alat Ukur di Lokasi PELAPORAN SURVEI angin gelombang pasang surut arus Geofisika batimetri Geoteknik Marine Survey HidroOseanografi ASPEK PARAMETER beban lingkungan Scouring dasar laut side scan sonar morfologi gambaran dasar Laut SBP gambaran magnetik sub surface Sedimen permukaan inti sedimen CPT soil boring tipe dan properti tanah dasar Laut KEGUNAAN Analisis: free span stabilitas pipa Analisis: freespan, debri, obstruction Analisis: freespan & kekuatan tanah dasar laut Pemilihan Rute Kriteria dasar pemilihan rute pipa/kabel bawah laut terutama pada sea-bottom yang unstable Hindari bottom obstruction Hindari kemungkinan adanya crossing Hindari anchoring area Minimalkan panjang pipa pada unstable seafloors, bila teridentifikasi pilih rute yg relatif stable Hindari depression Dalam area mudflow, minimalkan resiko kerusakan pipa oleh gerakan tanah dg memilih rute sejajar dg arah mudflow Hindari daerah fault zone/tegak lurus garis patahan Kondisi pipa bawah laut Sub-marine hazards Hazards di dasar laut yang mungkin mengenai struktur, pipa dan kabel bawah laut, berasal dari: – Struktur buatan manusia – Kondisi dasar laut – Kondisi bawah permukaan dasar laut Kondisi (hazards) di laut/dasar laut yang harus dipertimbangkan (OGP, 2013) Hazards dan impact (OGP, 2013) Lanjutan.. Hazards dan impact (OGP, 2013) Lanjutan.. Hazards dan impact (OGP, 2013) Environmental Data Hazards Identification Bathymetry Seabed Scouring Oceanography Soil investigation Risk Assessment Soil Liquefaction Subsurface features Consequences Earthquakes Side scan sonar Sub bottom profiler Magnetometer Geological Map Natural & Manmade features Submarine Landslide Submarine Fault Probability of Occurrence Hazards Characterization Analysis of Frequency Hazards Analysis Characterization of Consequence Analysis of Probability and Severity of Consequence Risk Estimation Values Judgments & Tolerance Criteria Risk Evaluation VS Tolerance Criteria & Value Judgments Final Risk Pictures Consequence Analysis Risk Reducing Measures 3.1 Submarine Landslides Longsoran Bawah Laut Submarine Landslides Terminologi umum: gerakan ke arah lereng (downslope movement) dari material sedimen, tanah, & batuan di bawah pengaruh gaya gravitasi. Gerakan spontan dari tanah, regolith, & batuan di bawah pengaruh gaya gravitasi. Jenis: • • Slides: displasemen terjadi sepanjang satu lereng (single slope). Flows: displasemen terjadi pada seluruh tubuh material yang bergerak. Mengapa Terjadi? Mekanisme proses gerakan tanah tergantung pada perkembangan instabilitas sistem kelerengan Lereng akan stabil bila ketahanannya lebih besar dari gaya. Lereng tidak stabil jika gaya lebih besar drpd ketahanan lereng. Gempabumi memicu gerakan awal Mudflows (Aliran Lumpur) o Mudflows terjadi bila material yg menempati lereng menjadi sangat jenuh sehingga ikatan antar partikel hilang. o Material yg jenuh seperti fluida kental kemudian mengalir ke arah downslope. Aliran berhenti bila air hilang atau keluar dari sedimen saat sedimen mengendap. o Saat lereng menjadi curam, percepatan karena gravitasi bekerja menggerakkan massa ke arah down slope. o Sebagian besar lereng < 30o, ini karena lereng > 30o tidak stabil. o Gerakan lebih cepat terjadi bila dipicu oleh getaran gempabumi Triggering mechanism of submarine landslides (Coleman, 1984) Lingkungan Terjadinya Submarine Landslides Lingkungan Uraian Contoh Kasus Indonesia Delta Sungai Sedimen dalam jumlah yg sangat besar terendapkan dalam waktu yg cepat di mulut sungai pertemuan dg laut Delta Bengawan Solo Ujung Pangkah, dll. Submarine Canyon Sedimen terendapkan (secara tidak stabil) saat tertransport dari continental shelf ke perairan yang lebih dalam Perairan sebelah selatan Jawa Pulau Gunung Berapi Daerah di bawah laut di dekat gunung berapi Pantai timur P. Lombok, sekitar Krakatau, dll. Open Continental Slope Sedimen terendapkan di daerah lereng kontinen Perairan sebelah selatan Jawa 2.2 Patahan Bawah Laut Submarine Fault Deformasi di kulit bumi yang terjadi (di darat maupun di laut) menghasilkan fracture pada batuan/sedimen/tanah dan menyebabkan offset 1. Dip-slip faults: berasosiasi dengan gerakan vertikal – Normal fault (patahan turun) – dihasilkan oleh gaya tension – Reverse fault (patahan naik) – oleh gaya kompresi 2. Strike-slip faults: berasosiasi dengan gerakan horizontal – Right-lateral strike-slip fault – blok bagian kanan bergerak mendekati pengamat – Left-lateral strike-slip fault -- blok bagian kiri bergerak mendekati pengamat Identifikasi Submarine Fault Untuk menentukan epicenter gempa dalam analisis soil liquefaction Pengamatan visual • Peta batimetri regional • Peta geologi • Peta tektonik • Sub-bottom profiling 2.3 Soil Liquefaction • Fenomena alam yang menunjukkan tanah kehilangan kekuatan serta kekakuan dalam jumlah sangat besar dalam waktu yang relatif singkat (Jefferies dan Been, 2006) • Fenomena yang menunjukkan bahwa massa tanah kehilangan kekuatan gesernya dalam persentase yang sangat besar. Hal ini terjadi ketika lapisan tanah dikenai beban monotik, siklik, maupun beban kejut dimana beban tersebut mengalir seperti sebuah cairan yang menyebabkan tegagan geser partikel tanah tersebut berkurang sehingga mengurangi kekuatan geser (Sladen et al., 1985) • Penyebab: Beban gelombang gempa atau gelombang laut yang menyebabkan terlalu besarnya tekanan air pori pada material, dan terjadinya perubahan struktur pada tanah Dampak Soil Liquefaction o Pada umumnya soil liquefaction dapat menyebabkan penurunan tanah, karena hilangnya daya dukung tanah akibat hilangnya kohesivitas tanah. Penurunan tanah yang disebabkan oleh pembebanan yang terjadi di atas permukaan tanah dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu penurunan konsolidasi dan penurunan segera. 2.4 Seabed scouring pada pipa dan kabel bawah laut • Scouring disebabkan oleh aliran air laut (arus dan gelombang) • Scouring juga dapat disebabkan oleh elemen struktur yang berada di sekitar dasar laut. • Scouring banyak terjadi pada material tanah silt atau sand, tetapi juga dapat terjadi pada keadaan berbatu atau berkarang dengan kondisi tertentu Dampak scour sedimen dasar laut terhadap pipa bawah laut • Scour pada sedimen dasar laut menghasilkan free-span • Free-span menyebabkan gangguan stabilitas pipa • Panjang bentangan bebas yang melebihi batas yang diijinkan dapat menyebabkan pipa mengalami retak, pecah, yang berisiko fatal panjang bagian tak-tersuport Berbagai kondisi freespan Contoh kasus: Tata Ruang Laut di Perairan Arafura Map of the Timor-Tanimbar Trough showing the location of seismic sections discussed. AP = Ashmore Platform; SP = Sahul Platform; VG = Vulcan Graben; MG = Malita Graben; CG = Calder Graben; GG = Gouburn Graben; MH = Mereuke High; MSP = Money Shoal Platform; BA=Barakan Basin; BB = Bonaparte Basin. Modified after Charlton, 2004 and Carter et al., 2003. Seismic Section 4, composite seismic sections showing the tectonic units in the south of Tanimbar Trough such as the Banda Arc accretionary wedge, Tanimbar trough, northeastern Abadi High and the Calder Graben (after Carter et al, 2003).. Sekian Terima kasih Dr. Wahyudi Jurusan Teknik Kelautan, FTK-ITS [email protected] [email protected]