Pengaruh Industrialisasi Pedesaan Terhadap Strategi

advertisement
Laporan Studi Pustaka (KPM 403)
PENGARUH INDUSTRIALISASI PEDESAAN TERHADAP STRATEGI
NAFKAH PETANI
DIJAKO RIZKI JULISTIANTO
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
i
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang berjudul “Pengaruh
Industrialisasi Pedesaan Terhadap Strategi Nafkah Petani” benar-benar hasil karya
saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau
lembaga manapun dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia
mempertanggungjawabkan pernyataan ini.
Bogor, Januari 2016
Dijako Rizki Julistianto
NIM. I34120028
ii
ABSTRAK
DIJAKO RIZKI JULISTIANTO. Pengaruh Industrialisasi Pedesaan Terhadap Strategi
Nafkah Petani. Di bawah bimbingan MURDIANTO
Pertumbuhan ekonomi yang lambat banyak disebabkan oleh kemiskinan, untuk
mengatasi permasalahan tersebut dengan mempercepat pembangunan kawasan industri
strategis. Meningkatnya pertumbuhan sektor industri berdampak terhadap peningkatan
permintaan lahan baru dan dampak lainnya. Tujuan penulisan ini menelusuri lebih jauh
mengenai dampak-dampak apa saja yang terpengaruh akibat adanya industrialisasi
pedesaan yang selanjutnya mempengaruhi perubahan strategi nafkah petani di pedesaan.
Metode penulisan ini dilakukan dengan cara studi literatur yaitu pengumpulan data
sekunder dari sumber-sumber yang terkait dengan topik industrialisasi pedesaan. Hasil
penulisan ini menunjukkan bahwa dalam mengurangi jumlah penduduk miskin di
Indonesia, pemerintah membuat kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Terdapat empat golongan perusahaan industri antara lain antara lain industri besar,
industri sedang, industri kecil, dan industri rumah tangga. Perusahaan industri yang
dibangun di desa berdapampak pada fisik lingkungan, struktur sosial dan ekonomi
masyarakat, kemudian dampak-dampak tersebut membuat petani mengubah strategi
nafkah
Kata kunci: industrialisasi pedesaan, konversi lahan, strategi nafkah.
ABSTRACT
DIJAKO RIZKI JULISTIANTO. The Influence of Rural Industrialization on Farmer’s
livelihood strategies. Supervised by MURDIANTO
The Economic growth is slowing down caused by proverty, to overcome the problem is
to speeding up the constuction of strategy industries. The increasing Industry sectors have
an impact on increasing demand for land and the other impact. The purpose of this
writing is to explore on impacts of rural industrilization and then affect to farmer’s
livelihood strategies. The method used in the writing of this literature study is the method
of analysis of secondary data that is relevant to the topic of rural industrialization.
Results of the writing of this literature study revealed that efforts to reduce poor people
is to make the policy on rural industrialization. There ari for types of industrial
companies which is large Industry, medium Industry, small industry, and houshold
Industry. Industry that was built in the village have impacts on environment, Social
structure, and economic Community, then these impcats make farmer changes their
livelihood strategies.
Key words: rural industrialization, land conversion, livelihood strategies.
iii
PENGARUH INDUSTRIALISASI PEDESAAN TERHADAP STRATEGI
NAFKAH PETANI
Oleh
Dijako Rizki Julistianto
I34120028
Laporan Studi Pustaka
sebagai syarat kelulusan KPM 403
pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang disusun oleh:
Nama Mahasiswa
: Dijako Rizki Julistianto
Nomor Pokok
: I34120028
Judul
: Pengaruh Industrialisasi Pedesaan Terhadap Strategi Nafkah
Petani
dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Disetujui oleh
Ir. Murdianto, MSi
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Pengesahan: _______________
v
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Studi Pustaka berjudul “Pengaruh Industrialisasi Pedesaan Terhadap Strategi
Nafkah Petani” ini dengan baik. Penulisan Laporan Studi Pustaka ini ditujukan untuk
memenuhi syarat kelulusan MK. Studi Pustaka (KPM 403) di Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Laporan ini secara umum membahas tentang industrialisasi pedesaan, namun
laporan ini juga membahas konversi lahan, strategi nafkah, dan dampak-dampak
industrialisasi. Atas dasar itu penulis berharap laporan ini dapat berkontribusi dalam
penentuan kebijakan pembangunan pedesaan.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Murdianto, MSi selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan
hingga penyelesaian laporan Studi Pustaka ini. Penulis juga menyampaikan hormat dan
terimakasih kepada Ibu Robi’ah dan Bapak Sugeng Riadi selaku orangtua yang selalu
memberikan saran, masukan, dukungan dan doa yang sangat bermanfaat untuk penulis
dalam menyelesaikan Studi Pustaka ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan
kepada teman-teman mahasiswa Departemen SKPM seluruh angkatan, khususnya SKPM
49, yang selalu menemani dalam proses perkuliahan selama beberapa tahun ini dan
memberikan pelajaran bermakna kepada penulis.
Akhirnya penulis berharap, semoga laporan studi pustaka ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Bogor, Januari 2016
Dijako Rizki Julistianto
NIM. I34120028
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................. vii
PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1
Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ...................................................................................................................... 2
Metode Penulisan ...................................................................................................................... 2
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA ............................................................................... 4
Perkembangan Industri di Pedesaan dan Perubahan Karakteristik Wilayah Desa di Desa
Nguwet Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung .......................................................... 4
Modal Sosial Petani dan Perkembangan Industri di Desa Sentra Pertanian Kabupaten Subang
dan Kabupaten Karawang ......................................................................................................... 6
Pengaruh Industrialisasi Terhadap Pergeseran Nilai Sosial Pada Masyarakat Desa Tegal Rejo
Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten Tahun 2012 .................................................................... 7
Pengaruh Industrialisasi Terhadap Migrasi Per Provinsi Di Indonesia Pada Tahun 2010 ........ 9
Pengaruh Industrialisasi Pedesaan Terhadap Taraf Hidup Masyarakat .................................. 11
Pengaruh Industrialisasi Terhadap Kehidupan Ekonomi dan Sosial Masyarakat Petani di
Kabupaten Karawang (1989-1997) ......................................................................................... 13
Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani (Kasus di
Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi) ...................................................................................... 15
Industrialisasi Pertambangan dan Deagrarianisasi Masyarakat Desa ..................................... 17
Industrialisasi Pedesaan dan Pemberdayaan Ekonomi Petani Desa Sitimulyo, Piyungan,
Bantul, Yogyakarta ................................................................................................................. 19
Dampak Industrialisasi Terhadap Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat................................... 22
Dampak Pengembangan Lokasi Perumahan Sederhana Sehat Terhadap Kehidupan Ekonomi
Petani di Pinggiran Kota Palu ................................................................................................. 23
Perempuan Madura Antara Tradisi dan Industrialisasi ........................................................... 24
Lapisan Atas Desa dalam Pembangunan Industri Besar ......................................................... 26
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN .................................................................................... 29
Industrialisasi Pedesaan .......................................................................................................... 29
Dampak Industrialisasi Pedesaan ............................................................................................ 30
Strategi Nafkah ....................................................................................................................... 31
SIMPULAN ................................................................................................................................ 34
Hasil Rangkuman dan Pembahasan ........................................................................................ 34
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Analisis Baru ................................................................ 34
Usulan Kerangka Analisis ....................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 36
RIWAYAT HIDUP..................................................................................................................... 39
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Usulan Kerangka Analisis ......................................................................................... 35
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Melambatnya pertumbuhan ekonomi di daerah lebih banyak disebabkan
kemiskinan yang merupakan keadaan masyarakat yang tidak mampu dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, sebagai akibat yang timbul dari tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia, yaitu berkurangnya pendapatan masyarakat secara riil,
masyarakat pun menurunkan daya beli barang kebutuhan pokok. Rekomendasi
yang dapat diberikan untuk mengatasi permasalahan tersebut antara lain, akselerasi
pembangunan kawasan–kawasan industri strategis yang dapat meningkatkan
kemampuan interaksi antar kabupaten/kota, sehingga semuanya dapat mendorong
perekonomian secara bersama, dan meningkatkan kualitas pertumbuhan melalui
pengembangan industri pengolahan berbasis pertanian dan terjadi peningkatan nilai
tambah yang dapat dinikmati lebih banyak masyarakat dan pelaku ekonomi rakyat
(BAPPENAS 2015). Sayogyo (1990) dikutip oleh Wijaya (2001) menyatakan
posisi dan peranan industri kecil di pedesaan maka industri kecil merupakan bentuk
yang membawa benih kemantapan dalam perekonomian uang yang meluas dan
lebih lanjut mekanisme kaitan antara industri kecil dengan industri rumah tangga
berperan penting di dalam menggerakkan dinamika ekonomi pedesaan.
Berhubungan dengan industrialisasi pedesaan, menurut Tambunan (1990)
dikutip oleh Wijaya (2001) mengungkapkan fungsi industrialisasi pedesaan antara
lain mendorong pertumbuhan pedesaan dengan mendiversivikasikan sumber
pendapatan, meningkatkan dampak pertumbuhan permintaan di dalam atau di luar
suuatu daerah, meningkatkan kesempatan kerja baru, mendekatkan hubungan
fungsional antara setor pertanian dengan sektor perindustrian, meningkatkan
produktivitas tenaga kerja dan industri, mengurangi kemiskinan di pedesaan.
Menurut Sastrosoenarto (2006), karakteristik yang dimiliki Indonesia saat ini amat
memungkinkan untuk mengembangkan sektor industri-pertanian secara simultan
diikuti dengan pengembangan sektor jasa. Berkembangnya sektor pertanian yang
kuat akan memberi landasan bagi pengembangan industri berdaya saing tinggi
dengan dukungan sektor pertnian sekaligus meningkatkan nilai tambahnya.
Perkembangan industri dan pertanian pada akhirnya juga akan mendorong
tumbuhnya sektor jasa dalam arti yang luas, karena industri membutuhkan
dukungan perbankan, asuransi, periklanan, akuntansi, pelatihan, pemasaran,
distribusi, pengangkutan dan berbagai jasa lainnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2015) menyatakan bahwa selama
setahun terakhir kenaikan penyerapan tenaga kerja terjadi hampir di semua sektor,
kecuali sektor pertanian dan sektor jasa kemasyarakatan. Kenaikan penyerapan
terutama terjadi pada sektor konstruksi (930 ribu orang), sektor perdagangan (730
ribu orang), dan sektor Industri (300 ribu orang). Kemudian menurut Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (2015), peningkatan jumlah tenaga kerja di
sektor Jasa, Perdagangan, dan Industri Manufaktur memberikan dampak positif
2
bagi penurunan TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) di Kepulauan Riau. Pada
periode 2009-2013 tren TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) di Kepulauan Riau
terus menurun seiring tingginya penyerapan tenaga kerja di tiga sektor teresebut.
Namun, ada juga dampak negatif yang disebabkan oleh industrialisasi di Kabupaten
Tuban menyebutkan permasalahan lingkungan akibat industri semen di Kabupaten
Tuban yaitu Problem lingkungan industri semen bukan saja terkait dengan
kerusakan tanah yang tak dapat diperbaharui (unrenewable), tetapi polusi yang
menimpa penduduk dan taman di sekitar industri semen (Mochtar 2011).
Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2013), meningkatnya
pertumbuhan sektor industri berdampak terhadap peningkatan permintaan lahan
baru. Hal ini diperlukan untuk mendukung kebutuhan infrastruktur industri.
Peningkatan pertumbuhan luas lahan industri untuk wilayah Jabodebek meningkat
setiap tahunnya dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 4,03 persen. Jika dilihat
kembali dari tahun 2007 hingga 2012, luas lahan industri di Jabodebek meningkat
sebesar 1.214 Ha, dengan persentase pertumbuhan sebesar 21,8 persen. Sedangkan
untuk wilayah Banten, pertumbuhan lahan industri tidak begitu mencolok dari
tahun ke tahunnya, pertumbuhan luas lahan tertinggi dari tahun 2007 hingga 2012
yaitu sebesar 0,5 persen yang terjadi pada tahun 2011.
Tujuan Penelitian
Salah satu fungsi industrialisasi pedesaan menurut Tambunan (1990) yang
dikutip oleh Wijaya (2001) adalah untuk mendorong pertumbuhan pedesaan dengan
mendiversivikasikan sumber pendapatan, maka penulisan studi pustaka mengenai
“Pengaruh Industrialisasi Pedesaan Terhadap Strategi Nafkah Petani” adalah untuk
menelusuri lebih jauh mengenai faktor-faktor apa saja yang terpengaruh akibat
adanya industrialisasi yang selanjutnya mempengaruhi perubahan strategi nafkah
petani di pedesaan. Tujuan selanjutnya yang ingin dicapai adalah untuk menelusuri
kajian-kajian sebelumnya dan ada yang belum pernah diteliti untuk dijadikan
penulis sebagai rencana penelitian selanjutnya. Dengan demikian, diharapkan
kajian yang telah dibuat dapat memberikan sumbangan lebih untuk dunia ilmu
sosial ke depannya terkait dengan industrialisasi pedesaan.
Metode Penulisan
Pembuatan tulisan ini dilakukan dengan cara studi literatur atau studi
pustaka yaitu pengumpulan data sekunder dari sumber-sumber yang terkait dengan
topik industrialisasi pedesaan. Data tersebut diperoleh dari berbagai sumber seperti
buku, jurnal, hasil penelitian, maupun skripsi yang relevan dengan topik yang
diangkat. Studi literatur ini dilakukan melaui beberapa tahap. Pertama, dilakukan
dengan mencari dan mengumpulkan tulisan yang terkait dengan topik yang akan
dibahas. Kedua, mempelajari dan meringkas sumber-sumber tersebut dan disajikan
dalam bentuk ringkasan studi pustaka yang relevan dengan topik. Ketiga, adalah
3
menganalisis ringkasan studi pustaka tersebut. Keempat, menarik kesimpulan dan
membuat hubungan dari hasil ringkasan dan analisis tulisan-tulisan yang digunakan
sebagai sumber tersebut sehingga memunculkan sebuah kerangka teoritis yang
menjadi dasar perumusan masalah untuk penelitian yang akan dilakukan.
4
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA
1. Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
:
:
:
:
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL
:
:
:
:
:
Tanggal Unduh
:
Perkembangan Industri di Pedesaan dan
Perubahan Karakteristik Wilayah Desa di
Desa
Nguwet
Kecamatan
Kranggan
Kabupaten Temanggung
2014
Jurnal
Elektronik
Feptian Kuni Rahmawati dan Jawoto Sih
Setyono
Semarang dan Universitas Diponegoro
Jurnal Teknik PWK
Volume 3 Nomor 4 Halaman 792-806
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/pwk/article/downlo
ad/6736/pdf_70
2 Oktober 2015
Proses pembangunan di Indonesia dewasa ini lebih mengarah pada proses
pembangunan desa yang didorong untuk bertransformasi menjadi penyangga
perekonomian, pembangunan tersebut sikonseptualisasikan sebagai satu proses
perbaikan menuju kehidupan yang lebih baik. Upaya yang dilakukan dalam proses
pembangunan ini adalah dengan peningkatan pemanfaatan sumber daya alam
maupun sumber daya manusia lebih efektif dan efisien. Pengembangan industri
pedesaan sendiri dapat dikarenakan oleh berbagai faktor seperti ketersediaan lokasi
sumberdaya dan akses, sehingga tidak semua industri begitu saja dibangun di
pedesaan. Industrialisasi pedesaan disatu sisi dapat menjadi solusi penyelesaian
permasalahan ekonomi desa, namun disisi lain dapat mengubah fungsi dan tata
guna lahan pertanian di pedesaan serta membawa perubahan pada struktur sosial
dan ekonomi pedesaan.
Lokasi pada penelitian ini adalah Desa Nguwet, dimana berdasarkan RTRW
Kabupaten Temanggung Tahn 2011-2032 dirujuk sebgai kawasan industri skala
besar dan menengah. Proses pengembangan industri di Desa Nguwet adalah
menempatkan wilayah pedesaan sebagai tempat memproduksi barang dan jasa
untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor dengan sektor utama adalah industri
pengolahan kayu. Penelitian ini diarahkan pada hubungan antara keberadaan
industri di pedesaan yang dikaitkan dengan adanya transformasi dari desa menjadi
kota yaitu pada perubahan guna lahan, struktur social dan ekonomi di Desa Nguwet.
Perubahan struktur ekonomi adalah perubahan variasi mata pencaharian,
pendapatan, pola konsumsi dan belanja. Sedangkan perubahan struktur sosial
adalah perubahan karakter masyarakat pedesaan menjadi masyarakat perkotaan.
Penelitian ini mengutip pernyataan Raharjo (2004) yakni pembangunan
merupakan perubahan yang disengaja atau direncanakan dengan tujuan untuk
mengubah keadaan yang tidak dikehendaki ke arah yang dikehendaki. Modernisasi
sering diartikan identik dengan pembangunan, yakni mengingat artinya sebagai
proses penerapan pengetahuan dan teknologi modern pada berbagai segi kehidupan
5
masyarakat. Sehingga, pembangunan dapat didefinisikan sebagai usaha yang
dilakukan secara sadar untuk menciptakan perubahan sosial melalui modernisasi.
Penelitian ini juga mengutip pernyataan Chandra (1992) yang berbunyi proses
industrialisasi dalam arti luas adalah proses transformasi sosial yang melibatkan
ekonomi, peruahan politik, sosial, dan budaya. Menurut Purwanto (2003),
pembangunan industri di pedesaan akan membawa dampak seperti penyempitan
lahan pertanian, peningkatan arus migrasi, terbukanya desa bagi kegiatan ekonomi
dan munculnya peluang kerja dan berusaha di bidang non pertanian. Hal tersebut
berdampak pada makin banyaknya pendatang yang bekerja di pabrik-pabrik. Di
kawasan industri sendiri, hal ini menyebabkan kepadatan penduduk meningkat.
Pengumpulan data menggunakan pendekatan kuantitatif dilakukan melalui
kuesioner dan melakukan wawancara mendalam terkait hal-hal diluar kuesioner.
Peneliti juga menggunakan teknik recall untuk mengetahui keadaan responden
sebelum terjadinya industri. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah deskriptif kuantitatif, analisis overlay dan analisis keterkaitan.
Persebaran industri di Kecamatan Kranggan hanya terdapat di Desa Nguwet
dan Desa Badran. Hal tersebut karena adanya lokasi sumber bahan baku
diantaranya adalah sengon, selain itu karena adanya jalan alternatif dan harga lahan
di Kecamatan Kranggan lebih murah dibandingkan Kecamatan Pringsurat dan
topografi yang relatif datar. Perkembangan industri di Desa Nguwet mempengaruhi
perubahan pola tanam petani dari tanaman pangan menjadi tanaman hutan. Hasil
dan pembahasan penelitian ini juga membahas variabel yang terpengaruh (fisik,
sosial, dan ekonomi) dan tidak terpengaruh (fisik, sosial, dan ekonomi) akibat
perkembangan industri di Desa Nguwet.
Analisis:
Proses pembangunan di Indonesia lebih mengarah pada proses
pembangunan desa yang kemudian didorong menjadi penyangga perekonomian.
Proses pembangunan tersebut salah satunya melalui proses industrialisasi pedesaan,
dimana sektor industri dianggap mampu memberikan dampak yang lebih besar
dalam mempengaruhi perkembangan ekonomi dibandingkan dengan sektor lain di
pedesaan. Desa Nguwet merupakan salah satu desa yang mengalami proses
industrialisasi dimana desa ini dirujuk sebagai kawasan industri skala besar dan
menengah. Industri di Desa Nguwet mampu mengubah karakteristik pedesaan
menjadi karakteristik kota. Penelitian ini merupakan penelitian yang lihat
perubahan-perubahan dari karakteristik wilayah pedesaan menjadi perkotaan
karena adanya pengembangan industri di Desa Nguwet. Salah satu faktor yang
mempengaruhi perkembangan industri di pedesaan adalah desa tersebut
menyediakan sumberdaya dan akses yang bisa dimanfaatkan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi. Industri di Kabupaten Temanggung didominasi oleh
industri pengolahan kayu, secara tidak langsung memberikan dampak pada
perkembangan industri penyediaan bahan baku kayu yaitu kayu sengon. Pada
penelitian tersebut terdapat variabel yang mengalami perubahan dan terdapat
variabel yang tidak mengalami perubahan karena adanya perkembangan industri di
Desa Nguwet.
6
2. Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Tanggal Unduh
:
Modal Sosial Petani dan Perkembangan
Industri di Desa Sentra Pertanian
Kabupaten Subang dan Kabupaten
Karawang
2014
Jurnal
Elektronik
Dewi Sawitri dan Ishma F. Soepriadi
Bandung dan Institut Teknologi Bandung
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Volume 25 Nomor 1 Halaman 17-36
http://www.sappk.itb.ac.id/jpwk/wpcontent/uploads/2014/03/2.-DewiSawitri1.pdf
2 Oktober 2015
Latar belakang penilitian ini menjelaskan bahwa pertanian mulai dianggap
kurang penting dan tersisihkan oleh industrialisasi, padahal produk pertanian sangat
dibutuhkan untuk ketahanan pangan dan masukan industri. Industri juga
mengurangi keberadaan pertanian yang bersifat fisik (lahan pertanian) dan non-fisik
(faktor yang berhubungan dengan kapasitas manusia sebagai pelaku kegiatan
pertanian). Kemudian dalam latar belakang penilitian ini menjelaskan bahwa
pentingnya modal sosial dalam kegiatan pertanian. Sehingga penelitian ini
bertujuan untuk menentukan dampak perkembangan industri pada modal sosial
petani di sentra pertanian yang sedang mengalami industrialisasi, serta menentukan
faktor yang menentukan terjadinya dampak perkembangan industri pada modal
sosial petani.
Pendekatan penelitian ini bersifat campuran antara pendekatan kuantitatif
untuk memahami perkembangan industri dan pendekatan kualitatif untuk
memahami keberadaan modal social petani. Proposisi dari penelitian ini adalah
semakin besar perkembangan industri, maka keberadaan modal sosial petani akan
semakin lemah. Penelitian dilakukan di dua sentra produksi pertanian padi atau
lumbung padi di Provinsi Jawa Barat, yaitu di Kabupaten Karawang dan Kabupaten
Subang, yang terus mengalami perkembangan industri, mengikuti perkembangan
industri yang terjadi di Kabupaten Bekasi. Penelitian ini membahas modal sosial
dalam kegiatan usaha pertanian, modal sosial dalam perkebangan industri, dampak
perkembangan industri di Kabupaten Karawang dan Subang pada modal sosial
petani, dan hubungan perkembangan industri dengan modal sosial petani.
Penelitian ini juga mengutip beberapa faktor yang mampu memupuk dan
mengikis modal sosial suatu komunitas dan mengutip kaitan industrialisasi terhadap
modal sosial terjadi dalam 3 hal yakni terjadinya migrasi, peningkatan pendapatan
dan kesenjangan ekonomi, serta terjadinya kemunduran akibat industrialisasi itu
sendiri. Proporsi sektor industri pada PDRB Kabupaten Karawang berada pada
kisaran kurang dari 50 persen yang menunjukkan bahwa peran sektor industry,
edangkan proporsi sektor industri di Kabupaten Subang kurang dari 20 persen.
Terjadi kasus kehidupan ekonomi yang sama antara Desa Beledung, Kecamatan
Klari Kabupaten Karawang dengan Desa Gempolsari, Kecamatan Patokbeusi,
7
Kabupaten Subang yaitu areal pertanian didominasi oleh areal persawahan irigasi
teknis dan sebagian besar berprofesi sebagai petani, namun banyak generasi muda
lebih memilih bekerja di sektor industri karena memberikan pendapatan yang lebih
baik daripada bekerja di bidang pertanian, namun perbedaannya ialah generasi
muda di Desa Gempolsari yang bekerja di industri hanya pemudi karena industri
yang berkembang memperkerjakan tenaga kerja wanita dan pemudanya
menganggur. Kemudian penelitian tersebut melihat interaksi sosial di Desa
Beledung dan Desa Gempolsari melalui komponen modal sosial antara lain
kerjasama, kepedulian, dan hubungan timbal balik. Sedangkan untuk melihat
kepercayaan petani melalui komponen modal sosial yaitu kepercayaan.
Berdasarkan pencocokkan antara proposisi dan kondisi empiris pada kedua
kasus studi, diketahui bahwa modal sosial petani pada wilayah yang mengalami
industrialisasi relatif lebih intensif, yaitu Kabupaten Karawang relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan modal sosial pada wilayah yang tingkat industrialisasinya
masih relatif rendah. Kondisi empiris dari industrialisasi dan modal sosial petani
serta kehidupan masyarakat petani pada kedua wilayah studi menunjukkan bahwa
pengaruh industrialisasi terhadap modal social petani terjadi dalam bentuk ada atau
tidaknya migrasi penduduk.
Analisis:
Penelitian ini dilakukan di dua lokasi, yaitu Desa Beledung, Kecamatan
Klari Kabupaten Karawang dengan Desa Gempolsari, Kecamatan Patokbeusi,
Kabupaten Subang dan penelitian ini terlihat perbandingan antara kedua lokasi
tersebut. Hasil dan pembahasan penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan
penjelasan, sehingga membuat pembaca mudah memahaminya. Temuan penelitian
ini tidak mendukung proposisi, namun sebaliknya mendukung studi skala nasional,
bahwa ternyata wilayah dengan tingkat perkembangan industri yang lebih tinggi
justru memiliki modal. Namun tidak terlihat dengan jelas jumlah responden yang
digunakan pada penelitian ini dan antara tujuan dan kesimpulan penelitian ini
sesuai.
3. Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Tanggal Unduh
:
Pengaruh
Industrialisasi
Terhadap
Pergeseran Nilai Sosial Pada Masyarakat
Desa Tegal Rejo Kecamatan Ceper
Kabupaten Klaten Tahun 2012
2013
Jurnal
Elektronik
Sigit Dwi Nuridha
Solo dan Universitas Sebelsa Maret
Jurnal Educitizen
Volume 1 Nomor 1 Halaman 78-86
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/civi
c/article/viewFile/2981/2043
27 Oktober 2015
8
Latar belakang penilitian ini melihat dari sisi sistem nilai yang merupakan
konsensus yang dijadikan pegangan hidup untuk bersosialisasi oleh masyarakat dan
dapat disimpulkan bahwa masyarakat tidak bisa lepas dari sistem nilai yang ada
dalam kehidupan masyarakat. Namun, banyak perubahan yang terjadi di
masyarakat salah satunya disebabkan oleh industrialisasi dimana industrialisasi
merupakan hal yang dianggap penting untuk pertumbuhan ekonomi. Kemudian
industri memunculkan dampak yang sangat beragam bagi kehidupan masyarakat
desa, baik dampak social maupun dampak nonsosial. Desa Tegalrejo adalah
kawasan industri terbesar di kota Klaten Kebanyakan didominasi oleh industri
penngecoran dan permesinan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh yang signifikan industrialisasi terhadap pereseran nilai sosial pada
masyarakat Desa Tegalrejo, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten Tahun 2012.
Metode penelitian yang digunakan menggunakan metode deskriptif
kuantitatif dan menggunakan sampel 74 jiwa. Teknik pengumpulan data untuk
variabel Industrialisasi dan pergeseran nilai sosial pada masyarakat desa
menggunakan angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
regresi satu predikator dan teknik untuk mengambil sampel adalah Cluster Random
Sampling. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data menggunakan teknik
statistik karena data diambil merupakan data kuantitatif. Adapun prosedur analisis
data dalam penelitian ini: 1. Uji prasyarat analisis 2. Pengujian hipotesis.
Data yang diperoleh tentang industrialisasi menggunakan teknik angket,
angket industrialisasi terdiri atas 10 pertanyaan yang mempunyai jumlah skor 1 dan
0. Angket variabel industrialisasi disebarkan kepada 74 warga di desa Tegalrejo.
Data hasil pengumpulan data tentang pergeseran nilai sosial pada masyarakat desa
diketahio jumlah responden (N) = 74, nilai tertinggi adalah 103 sedangkan nilai
terendah adalah 55. Pada uji prasyarat analisis, data yang telah terkumpul disusun
secara sistematis, selanjutnya di analisis untuk membuktikan hipotesis yang telah
dirumuskan. Syarat analisis data digunakan analisis regresi linier adalah sebaran
populasi data harus berdistribusi normal dan variabel bebas harus linier terhadap
variabel terikat. Setelah melakukan uji prasyaratan analisis selanjutnya
menganalisis data untuk mengetahui hipotesis yang dirumuskan diterima atau
ditolak. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis korelasi sederhana.
Pergeseran nilai sosial pada masyarakat Desa Tegalrejo Kecamatan Ceper
Kabupaten Klaten Tahun 2012 akan tetap atau konstan apabila tidak ada
peningkatan industrialisasi sebesar 65.36 dan setiap ada kenaikan satu satuan
pergeseran nilai sosial pada masyarakat Desa Tegalrejo Kecamatan Ceper
Kabupaten Klaten Tahun 2012 akan diikuti dengan kenaikan Industrialisasi sebesar
1.59 satuan. Hipotesis yang berbunyi “Ada pengaruh yang positif dan signifikan
industrialisasi terhadap pergeseran nilai sosial pada masyarakat Desa Tegalrejo
Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten pada Tahun 2012” dapat diterima
Analsis:
Penelitian ini berlokasi di Desa Tegalrejo Kecamatan Ceper Kabupaten
Klaten. Kasus pada penelitian ini, industrialisasi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pergeseran nilai sosial yang terjadi.Variabel pada penelitian ini
adalah industrialisasi dan pergeseran nilai sosial masyarakat. Industrialisasi pada
penelitian ini merupakan variabel bebas (X) dan diperoleh menggunakan metode
9
angket yang berbentu tertutup. Pada hasil penelitian dan pembahasan dibahas
dengan jelas serta dijelaskan lebih spesifik dan dibuat subbab seperti deskripsi data
industrialisasi, deskripsi data pergeseran nilai sosial pada masyarakat, uji prasyarat
analisis, pengujian hipotesis, dan kesimpulan pengujian hipotesis. Pada jurnal
tersebut hasil uji prasyarat data dapat diperinci dengan menjelaskan melalui uji
moralitas dan uji linearitas. Hasil penelitian dan pembahasan yang dibuat lebih
spesifik akan lebih mudah mencerna informasi yang diberikan. Ada pengaruh yang
positif dan signifikan industrialisasi terhadap pergeseran nilai sosial pada
masyarakat, untuk mengetahui signifikansinya didasarkan pada perolehan
perhitungan uji t dengan thitung>ttabel atau 3.015>1.98 dengan db=n-2=72 dan
pada taraf signifikan 5%, sehingga hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis
nol (H0) ditolak maka dapat disimpulkan bahwa industrialisasi memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap pergeseran nilai sosial pada masyarakat desa.
4. Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Tanggal Unduh
:
Pengaruh
Industrialisasi
Terhadap
Migrasi Per Provinsi Di Indonesia Pada
Tahun 2010
2010
Jurnal
Elektronik
Tatik Mariyanti
Jakarta dan Universitas Trisakti
Media Ekonomi
Volume 18 Nomor 1 Halaman 3-26
http://www.online.fe.trisakti.ac.id/publika
si_ilmiah/Jurnal%20Media%20Ekonomi/
Vol.%2018%20No.%201%20APRIL%20
2010/TATIK%20MARYATI.pdf
22 September 2015
Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari
suatu tempat ketempat lain melampaui batas politik/negara ataupun batas
administrasi/ batas bagian dalam suatu negara. Jika penduduk bertambah banyak,
sedangkan lingkungan atau tempat tinggal tidak mampu mencukupi kebutuhan
penduduk, maka jalan keluarnya adalah dengan bermigrasi. Karena adanya
kemajuan ekonomi dan globalisasi membuat pasar kerja makin kompleks baik bagi
negara-negara yang tengah melakukan proses pembangunan ekonomi maupun yang
telah maju kondisi perekonomiannya. Tapi dalam hal ini umumnya mereka
mengalami beberapa perubahan dalam struktur perekonomian yang biasanya
meliputi perubahan dalam struktur produksi, atau komposisi PDB menurut
lapangan usaha,perubahan dalam struktur permintaan barang dan jasa, perubahan
dalam struktur ketenaga kerjaan baik menurut lapangan usaha maupun status dan
jenis pekerjaan
Pada beberapa provinsi menunjukkan bahwa terjadinya migrasi berkaitan
dengan berlangsungnya industrialisasi. Penduduk pindah kedaerah perkotaan dalam
rangka memenuhi kebutuhan tenaga kerja disektor industri, karena lapangan
pekerjaan disektor tersebut memang menciptakan nilai tambah yang lebih besar
10
dibandingkan dengan sektor lainnya seperti sektor pertanian. Tulisan ini bermaksud
membahas mengenai pengaruh industrialisai terhadap migrasi per provinsi pada
tahun 2010.
Penulis mengutip pengertian industrialisasi menurut Wiradi (1989) bahwa
industrialisasi adalah proses perkembangan teknologi dengan bantuan ilmu
pengetahuan yang dicirikan oleh ekspansi secara besar-besaran. Penggunaan
mesin–mesin secara luas untuk pasar, memproduksikan alat-alat produksi maupun
barang-barang konsumsi, dengan bantuan angkatan kerja yang dispesialisasi dalam
hal mana terlihat adanya urbanisasi atau migrasi yang semakin bertambah. Dalam
model Lewis (2003), perekonomian terdiri dari dua sektor, yaitu sektor tradisional
di wilayah pedesaan dan sektor modern di wilayah perkotaan.
Kerangka pemikiran penelitian ini adalah Perkembangan sektor industri
yang terdiri dari kontribusi sektor industri dalam PDRB kontribusi sektor industri
dalam penyerapan tenaga kerja, dan Upah Tenaga kerja di sector industri
mempengaruhi angka migrasi masuk dan angka migrasi keluar. Metodologi
penelitian ini mengiakan data Indonesia per-provinsi yang bersumber dari Statistik
Indonesia Per-Provinsi dan statistik nasional 2010 dan keadaan angkatan kerja di
Indonesia dari BPS 2010. Metode analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah
statistik deskriptif dan analisa inferensial dengan mengiakan model regresi linear.
Dalam menentukan variabel bebas yang mempunyai hubungan yang signifikan
dengan variabel tidak bebas dalam studi ini diperhatikan 2 macam signifikansi yaitu
Signifikansi statistik dan Signifikansi Substansi.
Dalam gambaran umum ini akan di jelaskan secara diskriptif tentang
variabel-variable yang mempengaruhi Industrialisasi terhadap migrasi per provinsi
di Indonesia pada tahun 2010 yaitu antara lain In-migrasi dan out–migrasi menurut
provinsi di Indonesia tahun 2010, Kontribusi sektor industri dalam PDRB per
provinsi pada tahun 2010, Kontribusi sektor industri terhadap Tenaga Kerja per
provinsi pada tahun 2010 dan UMR per provinsi pada tahun 2010.
Berdasarkan tabel IN-Migrasi dan Out-Migrasi tersebut dapat dilihat bahwa
provinsi yang paling besar Out Migrasinya adalah Provinsi DI Yogyakarta 21.9
persen dan Sumataera barat 19 persen. Sedangkan DKI, Kaltim Dan Riau
merupakan tujuan utama para migran dikarenakan di DKI merupakan kota
metropolitan dan kota industri, sedangkan untuk Kaltim dan Riau merupakan kota
penghasil minyak terbesar di Indonesia. Pada tabel Kontribusi sektor industri dalam
PDRB per provinsi pada tahun 2010 dapat dijelaskan bahwa DKI merupakan
provinsi dimana kontribusi sektor industri dalam PDRB lebih besar dibandingkan
provinsi lain yaitu sebesar 99,81 persen, berikutnya Jawa Barat dimana kontribusi
sektor industri dalam PDRB di provinsinya sebesar 91,21 persen. Hal ini dapat
dimaklumi bahwa untuk DKI memang merupakan provinsi yang paling besar
persentase penduduk yang bekerja disektor non pertanian di bandingkan dengan
sektor pertanian.
Pada tabel Kontribusi sektor industri terhadap Tenaga Kerja per provinsi
pada tahun 2010 disajikan tentang persentase kontribusi sektor industri terhadap
tenaga kerja di Indonesia pada tahun 2003 per propinsi dimana propinsi yang paling
besar kontribusi sektor industri terhadap tenaga kerja adalah propinsi Jawa Barat
sebesar 99,53 persen, berikutnya daerah Banten yaitu sebesar 76,08 persen setelah
Banten kontribusi sektor industri terhadap tenaga kerja yang persentasenya besar
adalah Bali sebesar 62,52 persen. Sedangkan pada tabel UMR per provinsi pada
11
tahun 2010 disajikan upah minimum rata-rata per propinsi pada tahun 2010 dimana
upah minimum rata rata terbesar per propinsi di Indonesia terdapat pada propinsi
Aceh dan DKI Jakarta yaitu sebesar, Rp 1.300.000 dan sebesar Rp 1.290.000
perbulan daerah berikutnya yaitu Propinsi Papua Barat sebesar Rp 1.210.000
rupiah.
Kontribusi sektor industri terhadap PDRB berpengaruh positif terhadap
migrasi per propinsi di Indonesia pada tahun 2010, dengan berkembangnya sektor
industri yang akan menambah pendapatan daerah maka hal ini akan berpengaruh
terhadap migrasi masuk kedaerah tersebut, dan mendorong migrasi keluar kedaerah
lain untuk meningkatkan pendapatan daerah asal.
Kontribusi sektor industri terhadap penyerapan tenaga kerja berpengaruh
secara statistik maupun secara substansi terhadap migrasi antar propinsi, hal ini
dengan banyaknya sektor industri akan banyak pula menyerap tenaga kerja yang
dimungkinkan akan menarik penduduk untuk pindah dari propinsi yang satu ke
propinsi yang lain.
Upah Minimum Rata-Rata sangat berpengaruh baik secara substansi
maupun secara statistik terhadap migrasi dimana, dengan meningktnya UMR suatu
propinsi menunjukkan kondisi kesejahteraan masyarakat di propinsi tersebut tinggi
akibatnya maka akan menarik penduduk dari propinsi lain untuk pindah ke propinsi
dimana tingkat upahnya lebih besar.
Analisis:
Metode analisa penelitian ini adalah statistik deskriptif dan analisa
inferensial. Analisa deskriptif merupakan analisa untuk mempelajari karakteristikkarakterisik provinsi yang berkaitan dengan Migrasi dan perkembangan sektor
Industri tahun 2010. Analisa Inferensial digunakan untuk mempelajari asosiasi
ganda antara variabel tidak bebas dengan masing-masing variabel bebas yang
diperhatikan. Signifikansi statistik diukur berdasarkan parameter yang ditaksir
sedangkan Signifikansi substansi adalah kesesuaian hubungan yang di dapatkan
secara statistik dengan teori yang sudah ada atau sesuai dengan logika. Penelitian
tersebut menganalisa megenai kontribusi sektor industri dalam PDRB, kontribusi
sektor industri dalam penyerapan tenaga kerja, upah tenaga kerja di sektor industri
terhadap angka migrasi masuk dan angka migrasi keluar ke asing-masing provinsi
pada tahun 2010. Kontribusi sektor industri terhadap PDRB berpengaruh positif
terhadap migrasi per propinsi di Indonesia Kontribusi sektor industri terhadap
penyerapan tenaga kerja berpengaruh secara statistik maupun secara substansi
terhadap migrasi antar Provinsi Upah Minimum Rata-Rata sangat berpengaruh baik
secara substansi maupun secara statistik terhadap migrasi. Penulis membahas hasil
dengan sangat rinci dan jelas serta pembaca dengan mudah memahami hasil
penelitian ini.
5. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
:
:
:
:
:
:
Pengaruh
Industrialisasi
Pedesaan
Terhadap Taraf Hidup Masyarakat
2011
Skripsi
Elektronik
Rajib Gandi
-
12
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL
:
:
:
:
Tanggal Unduh
:
Bogor Institut Pertanian Bogor
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/hand
le/123456789/51851/I11rga.pdf?sequence
=1&isAllowed=y
12 September 2015
Latar belakang penelitian ini melihat bahwa Indonesia sebagai negara
agraris sebagai pengerak utama perekonomiannya, namun tiga puluh terakhir
pengembangan pada bidang non pertanian ditingkatkan sebagai upaya memacu
perekonomian negara yang berimbas pada kebijakan pembangunan nasional.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UndangUndang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan
Daerah memiliki pengaruh kuat dalam mengubah kegiatan pembangunan dan
peningkatan ekonomi di daerah. Telah banyak muncul industri baik dalam skala
kecil, sedang maupun besar. Kehadiran industri tersebut tentu membawa beragam
perubahan pada kondisi sosial ekonomi masyarakat serta lingkungan.
Rumusan masalah penelitian ini antara lain: Sejauhmana pengaruh dampak
industri terhadap respons masyarakat? Dan Sejauhmana pengaruh respons
masyarakat terhadap taraf hidup masyarakat?. Tinjauan pustaka penelitian ini
antara lain industrialisasi, dampak industrialisasi, respons masyarakat terhadap
industrialisasi, dan taraf hidup masyarakat industri. Hipotesis penelitian ini adalah
1) Jika dampak industri meningkat maka respons masyarakat meningkat. 2) Jika
respons masyarakat meningkat maka taraf hidup masyarakat meningkat. Penelitian
ini menggunakan metode kuantitatif yang didukung oleh data-data kualitatif.
Penelitian ini dilaksanakan di RW 01 dan RW 09 Desa Benda, Kecamatan Cicurug,
Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Terdapat dua metode analisis yang
digunakan, yaitu metode analisis deskriptif parametrik secara kuantitatif dan
metode analisis deskriptif secara kualitatif.
Kehadiran industri menimbulkan beragam perubahan-perubahan di bidang
social ekonomi masyarakat. Pada penelitian ini perubahan yang dimaksud adalah
kesempatan kerja non pertanian serta migrasi masuk yang meningkat. Adanya
industri di Desa Benda membuka kesempatan kerja di luar sektor industri. Industri
membutuhkan ribuan pegawai membuat terserapnya masyarakat yang sebelumnya
tidak memiliki pekerjaan untuk bekerja di pabrik ataupun masyarakat yang
sebelumnya sudah bekerja di luar sektor pertanian. Jumlah migran semakin
meningkat di Desa Benda, sebagian besar bertujuan untuk bekerja di pabri-pabrik.
Salah satu dampak masuknya industri adalah terjadinya jual-beli lahan, baik lahan
pekarangan maupun sawah oleh penduduk asli kepada pendatang baru ataupun
tetangga. Aktivitas jual-beli lahan pada kelompok responden industri hanya terjadi
bagi peruntukan perumahan.
Dampak kehadiran industri tersebut membuat beberapa respons kepada
masyarakat Desa Benda, respon masyarakatnya dalam kegiatan jual-beli lahan dan
peningkatan SDM yang berupa peningkatan pendidikan dan kesehatan. Taraf hidup
yang terjadi pada dua kelompok responden sudah mengalami perubahan yang
meningkat, sudah tidak ada lagi responden yang taraf hidupnya menurun saat ini.
13
Analisis:
Penelitian pada skripsi ini lebih membahas bahwa dulu penggerak
perekonomian di Indonesia adalah dari sektor pertanian, namun sekarang telah
berubah, sektor industri merupakan salah satu penggerak perekonomian di
Indonesia sekarang dengan didukung oleh Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah yang telah dijelaskan oleh
penulis. Penelitian ini telah menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang telah
disajikan di pendahuluan. Penelitian ini juga memberikan masukan agar para
pekerja di pabrik lebih kritis terhadap kebijakan perusahaan, dan masyarakat harus
menigkatkan pendidikan serta keterampilan agar masyarakat tidak ketergantungan
terhadap keberadaan perusahaan-perusaan tersebut.
6. Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Tanggal Unduh
:
Pengaruh
Industrialisasi
Terhadap
Kehidupan
Ekonomi
dan
Sosial
Masyarakat Petani di Kabupaten
Karawang (1989-1997)
2012
Skripsi
Elektronik
Aniek Nurfitriani
Depok Universitas Indonesia
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2030963
4-S42918Pengaruh%20industrialisasi.pdf
12 September 2015
Latar belakang penelitian ini melihat bahwa beras merupakan makanan
pokok, terutama di Indonesia, di daerah pedesaan Indonesia beranggapan kenaikan
nilai sosial dihubungkan dengan konsumsi beras, dengan anggapan tersebut
kebutuhan beras terus meningkat. Sebagian besar penduduk Indonesia terutama
Jawa dan Bali bermatapencaharian sebagai petani. Krisis pangan terjadi di seluruh
dunia, terutama di negara berkembang yang diakibatkan oleh pertambahan
penduduk, peningkatan jumlah produksi pertanian tidak sebanding dengan
pertambahan penduduk. Kemudian dilakukan peningkatan produksi pangan dengan
cara rekayasa genetik dan pengembangan teknologi tanaman. Indonesia melakukan
swasembada pangan, usaha pemerintah dalam sektor pertanian untuk mencapai
swasembada terwujud pada tahun 1985 dan memakan waktu sekitar 20 tahun.
Karawang dikenal sebagai kota lumbung padi sejak Sultan Agung melakukan
penyerangan terhadap VOC di Batavia. Pada tahun 1989 pemerintah mengeluarkan
Keppres No. 53 mengenai kebijakan kawasan industri dan Karawang dipilih
menjadi salah satu kawasan industri.
Rumusan masalah penelitian ini antara lain: 1) apa yang dilakukan
Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang dalam menyikapi pesatnya laju
industrialisasi demi ketahanan pangan dan kesejahteraan petani, khususnya buruh
tani?; 2) Bagaimana pengaruh perindustrian terhadap kehidupan sosial dan ekonomi
14
masyarakat Kabupaten Karawang; 3) Apakah pengaruh industrialisasi tersebut
menyebar ke seluruh daerah di Kabupaten Karawang? Penelitian ini menggunakan
metode sejarah dan menggunakan proses historiografi.
Petani Kabupaten Karawang terbagi menjadi empat kelompok antara lain,
petani pemilik, petani pemilik penggarap, petani penggarap, dan buruh tani. Empat
kelompok petani tersebut menyebabkan munculnya sistem patron-klien. Terdapat
tiga bentuk penyewaan yaitu bagi hasil, penyewaan dengan pembayaran uang, dan
penggadaian. Pendidikan menjadi faktor yang mempengaruhi partisipasi
masyarakat agar mudah meneruma perubahan yang terjadi. Akibat swasembada
pangan, ada petani yang kesejahteraannya meningkat terlihat dari mereka mampu
membeli motor atau mobil, namun hanya untuk petani yang memiliki lahan yang
luas. Swasembada beras tidak bertahan lama, dibebabkan beberapa faktor yaitu
pertambahan penduduk dan alih fungsi lahan pertanian menjadi penggunaan nonpertanian dan pada akhirnya Indonesia mengimpor beras tahun 1990-an. Dari datadata yang didapat, masyarakat petani di Kabupaten Karawang mengalami
penurunan tingkat kesejahteraan sejak tahun 1989.
Kawasan industri yang dimaksud dalam keppres adalah kawasan tempat
pemusatan kegiatan industri pengolahan yan dilenkapi dengan prasarana, sarana,
dan fasilitas penunjang yang disediakan dan dikelolah oleh pengusaha Pengelola
Industri. Kegiatan perindustrian pada awalnya ditangani oleh Pemerintah Pusat dan
Provinsi sebelum terjadi otonomi daerah. Faktor-faktor pendorong berkembangnya
kegiatan perindustrian di Kabupaten Karawang dibedakan menjadi dua, yaitu faktor
eksternal dan faktor internal. Terdapat tiga ukuran terjadinya perubahan menurut
Pearse yaitu, dimensi ekonomi, dimensi struktural, dan dimensi kultural. Pada
dimensi ekonomi terjadi perubahan penggunaan lahan dan masyarakat lebih
memilih berdagang. Pada dimensi Struktural, perubahan disebabkan arus migrasi
penduduk. Sedangkan pada dimensi kultural disebabkan oleh urbanisasi, komposisi
masyarakat Karawang yang mayoritas suku Sunda berangsur-angsur berubah
menjadi bermacam suku bangsa.
Analisis:
Penelitian ini menjelaskan latar belakang peneltian dengan menjelaskan
permasalahan pertanian di dunia, terutama di Indonesia dan menjelaskan sejarah
terjadinya krisis pangan dan selanjutnya menjelaskan sejarah swasembada pangan
di Indonesia juga menjelaskan tentang sumbangan satu daerah terhadap stok pangan
nasional. Latar belakang penelitian ini juga mengaitkan dengan kebijakankebijakan tentang industri. Penelitian ini telah menjawab semua pertanyaanpertanyaan yang telah disajikan di pendahuluan. Namun cakupan penelitian ini
terlalu luas, yaitu cakupan Kabupaten bukan cakupan Kecamatan ataupun Desa,
sehingga pada pembahasan penelitian ini kurang terlihat dengan jelas pembahasan
untuk setiap daerah. Penelitian tersebut lebih banyak mengkaji mengenai sejarahsejarah atau kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan mengenai industrialisasi di
Kabupaten Karawang. Terlihat pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
karena hanya menggunakan panduan wawancara dan dokumen-dokumen
Kabupaten Karawang.
15
7. Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
:
:
:
:
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL
:
:
:
:
:
Tanggal Unduh
:
Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Terhadap
Tingkat Kesejahteraan Petani (Kasus di
Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi)
2013
Jurnal
Elektronik
Nana Danapriatna dan Yunita Utami
Panuntun
Bekasi dan Universitas Islam
Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah
Volume 4 Nomor 2 Halaman 1-10
https://qjournal.id/jurnal/download/000490001
6/PENGARUH-KONVERSI-LAHANPERTANIAN-TERHADAP-TINGKATKESEJAHTERAAN-PETANI-Kasus-diKecamatan-Setu-Kabupaten-Bekasi
22 September 2015
Luas lahan sawah secara keseluruhan pada tahun 2010 terkonversi menjadi
3,5 juta hektar dari 4,1 juta hektar pada tahun 2007. Pada periode 2007-2010,
konversi lahan mencapai 600.000 ha. Tingginya konversi lahan di Pulau Jawa
umumnya digunakan untuk kepentingan pembangunan jalan tol, industri,
perumahan, pusat perbelanjaan, dan fasilitas umum lainnya. Konversi lahan
pertanian, dapat berdampak positif sekaligus berdampak negatif terhadap aspek
sosial ekonomi. Dampak positif dirasakan pada sektor non pertanian yang semakin
maju dengan berdirinya berbagai bangunan dan fasilitas untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Selain itu, pendapatan yang diperoleh dari sektor non
pertanian lebih besar dibanding sektor pertanian apalagi pada masa awal
industrialisasi. Konversi lahan pertanian juga berdampak negatif terhadap sektor
pertanian karena dapat menyebabkan hilangnya kesempatan dan peluang kerja di
sektor pertanian, hilangnya manfaat investasi dari lahan yang terkonversi,
perekonomian wilayah di bidang pertanian menurun, semakin bertambahnya
pengangguran akibat petani beralih ke pekerjaan di luar sektor pertanian, terjadinya
penurunan luas lahan usahatani rumah tangga pertanian, dan terancamnya
ketersediaan pangan dan ketahanan pangan. Selain itu, pada aspek ekologi konversi
lahan dapat menimbulkan terjadinya fenomena degradasi lingkungan seperti banjir,
longsor dan kebisingan, akses terhadap sumberdaya air, dan secara tidak langsung
berpengaruh terhadap sikap warga dalam membuang limbah rumah tangga. Aspek
ekologi konversi lahan dapat menimbulkan terjadinya fenomena degradasi
lingkungan seperti banjir, longsor dan kebisingan, akses terhadap sumberdaya air,
dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap sikap warga dalam membuang
limbah rumah tangga.
Ada 3 (tiga) faktor penting yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan
sawah yaitu: (1) Faktor Eksternal. Merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya
dinamika pertumbuhan perkotaan (fisik maupun spasial), demografi maupun
ekonomi; (2) Faktor Internal. Faktor ini lebih melihat sisi yang disebabkan oleh
kondisi sosial-ekonomi rumah tangga pertanian pengguna lahan; (3) Faktor
16
Kebijakan. Merupakan aspek regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat
maupun daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan pertanian. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
pengambilan keputusan petani untuk mengkonversi lahan pertanian dan pengaruh
konversi lahan pertanian terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga petani.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian survei
dengan mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai
alat pengumpulan data. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional
dimana deskriptif korelasional adalah bentuk penelitian untuk mempelajari
pengaruh satu variabel terhadap variabel lain, data yang terkumpul kemudian
dianalisis keterhubungannya dengan menggunakan metode korelasional. Data yang
digunakan adalah data kuantitatif yang diperoleh melalui hasil kuesioner sebagai
instrumen utama. Wawancara mendalam dilakukan untuk menggali informasi dari
informan.
Data dalam penelitian ini dibagi menjadi data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengisian kuesioner dan hasil
wawancara mendalam. Sementara data sekunder diperoleh dari laporan kecamatan,
data PLKB, data BP33K dan Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi. Data kuantitatif
yang telah terkumpul kemudian dianalisis secara statistik dengan menggunakan
program komputer SPSS. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square dan
rank spearman. Uji chi square digunakan untuk melihat adanya hubungan antara
variabel-variabel dengan besarnya konversi, sedangkan rank spearman digunakan
untuk melihat adanya hubungan antara besar konversi lahan terhadap tingkat
kesejahteraan petani.
Pada penelitian pada uji Chi square tersebut terlihat bahwa tidak ada
ketergantungan yang signifikan antara jumlah tanggungan keluarga dengan luasan
lahan. Pendidikan terakhir responden tidak berpengaruh signifikan dengan luas
tanah yang dikonversi. Tingkat ketergantungan pada lahan juga tidak ada korelasi
yang signifikan dengan luasan tanah yang dikonversi. Pada dugaan jumlah tetangga
mengkonversi lahan tidak ada ketergantungan yang signifikan antara jumlah
tetangga yang mengkonversi lahan dengan luasan tanah yang dikonversi. Berbeda
dengan sebelumnya, terdapat ketergatungan yang signifikan antara frekuensi
kedatangan pengusaha dengan luasan tanah yang dikonversi, banyaknya luasan
konversi lahan di Desa Lubang Buaya disebabkan karena pengaruh dari pengusaha
dalam mebujuk petani untuk melakukan konversi lahan.
Berdasarkan uji rank spearman’s, terlihat korelasi antara konversi lahan
dengan tingkat kesejahteraan bernilai negatif (-0,387). Semakin besar konversi
lahan yang dilakukan maka tingkat kesejahteraan petani semakin menurun.
Semakin luas lahan yang dikonversi tingkat kecukupan petani dalam pemenuhan
kebutuhan hidup semakin menurun.
Analisis:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan pengambilan keputusan petani untuk mengkonversi lahan pertanian dan
pengaruh konversi lahan pertanian terhadap tingkat kesejahteraan rumahtangga
petani. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada responden dan
wawancara mendalam kepada informan kunci (PPL Pertanian, Aparat Desa dan
PLKB), sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait, baik dokumen
17
pemerintah desa maupun tokoh dan lembaga desa yang ada. Responden penelitian
dipilih secara purposive sebanyak 34 responden di Desa Lubang Buaya, Kecamatan
Setu. Dugaan-dugaan yang mampu mempengaruhi terjadinya konversi lahan pada
penelitian tersebut antara lain jumlah tanggungan keluarga, pendidikan terakhir
responden, tingkat ketergantungan pada lahan, jumlah tetangga yang mengkonversi
lahan, dan pengaruh pengusaha.
Pada kasus di Desa Lubang Buaya terlihat bahwa faktor yang dominan
mempengaruhi petani melakukan konversi lahan adalah pengaruh pengusaha dan
frekuensi kedatangan pengusaha. Semakin besar luasan konversi lahan, pendapatan
petani setelah melakukan konversi lahan menjadi berkurang. Semakin banyak lahan
yang dikonversi, tingkat kesejahteraan petani semakin menurun.
8. Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
:
:
:
:
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL
:
:
:
:
:
Tanggal Unduh
:
Industrialisasi
Pertambangan
dan
Deagrarianisasi Masyarakat Desa
2015
Jurnal
Elektronik
Rajib G, Satyawan Sunito, dan Rilus A.
Kinseng
Bogor dan Institut Pertanian Bogor
Jurnal Sosiologi Pedesaan
Volume 3 Nomor 2 Halaman 50-62
http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality
/article/viewFile/9431/7394
17 November 2015
Kegiatan tambang sebenarnya bukan merupakan hal baru di Indonesia. Di
daerah-daerah, kegiatan tambang telah berlangsung sejak jaman kerajaan. Salah
satu daerah di Indonesia yang memiliki frekuensi kegiatan tambang tinggi,
sekaligus sebagai ‘motor’ utama ekonomi daerahnya adalah Provinsi Kalimantan
Timur dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Hingga Agustus 2014 tercatat Ijin Usaha
Pertambangan (IUP) yang telah diterbitkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi
Kalimantan Timur mencapai 1192 buah. Kabupaten Kutai Kartanegara adalah
daerah yang tercatat terbanyak mengeluarkan IUP yaitu sebanyak 407 perusahaan,
dimana 218 perusahaan telah melakukan kegiatan produksi, sedangkan sisanya 189
masih beradampada tahap eksplorasi.
Kehadiran industri pertambangan pasti menimbulkan dampak bagi
masyarakat yang berada di dekatnya. Industri yang ditempatkan di desa dan
memperkejakan banyak warga desa sebagai buruh industri menurut status kerja,
waktu kerja dan tingkat upah kerja tertentu, maka pola hubungan keluarga serta
ketetanggaan berubah sesuai status dan waktu kerja buruh industri yang menjadi
warga desa tersebut, diferensiasi institusi ekonomi desa meningkat, serta pola
produksi pertanian berubah lebih komersial (Agusta, 1997). Menurut Redclift
(1984) Industri tambang juga menimbulkan masalah sosial berupa kesehatan dan
gizi buruk, perang, bencana alam, kelaparan, pertumbuhan penduduk dan tekanan
pada sumber daya, degradasi lingkungan, dampak yang tidak ‘pantas’ dari
18
teknologi padat modal dan kegagalan pelayanan pemerintah untuk menyediakan
kebutuhan dasar.
General Research Question penelitian ini adalah seperti apa industrialisasi
pertambangan yang mendorong perkembangan desa, serta konsekuensinya
terhadap pola nafkah pertanian masyarakat desa? Sedangkan Specific Research
Question penelitian ini adalah 1. Seperti apa proses berkembangnya industrialisasi
pertambangan di desa? 2. Sejauhmana industrialisasi pertambangan memiliki
konsekuensi terhadap perubahan struktur agraria dan sistem nafkah masyarakat
desa?
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bangunrejo dan Embalut, Kecamatan
Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.
Waktu penelitian ini sendiri dilaksanakan pada Bulan Juli sampai Agustus Tahun
2014. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan data primer. Untuk
pendekatan kualitatif penentuan informan dilakukan secara purposive dan melalui
teknik bola salju. Lebih khusus, informan yang dipilih disesuaikan dengan
pertanyaan penelitian, dan informasi awal yang diperoleh. Teknik yang digunakan
dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, diskusi kelompok, observasi,
dan studi literature/dokumen.
Proses tumbuh kembang industi tambang, dimulai dari tahap pra kontruksi,
kontruksi, operasi sampai pasca operasi. Beranjak dari Wilayah Usaha
Pertambangan (WUP) pemerintah daerah menetapkan wilayah wilayah mana yang
akan diberikan kepada pemegang Ijin Usaha Pertambangan (IUP) yang akhirnya
ditetapkan sebagai Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP). Pengontrolan IUP
yang lemah hanya akan menciptakan masalah yang lebih besar. Kehadiran tambang
harus memperhatikan berbagai aspek karena berkaitan dengan ekosistem dan
makhluk hidup di dalamnya seperti aspek sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan.
Kabupaten Kutai Kartanegara adalah daerah yang tercatat terbanyak
mengeluarkan IUP yaitu sebanyak 407 perusahaan, dimana 218 perusahaan telah
melakukan kegiatan produksi, sedangkan sisanya 189 masih berada pada tahap
eksplorasi. Di Kabupaten Kutai Kartanegara terdapat dua lokasi utama yang
direncanakan sebagai daerah tambang yang terletak di dominan bagian ilir Sungai
Mahakan, dan sebagian kecil di wilayah bagian tengah kabupaten. Sisa wilayah
tersebut direncanakan menjadi daerah perkebunan (Kinseng et all, 2013).
Kehadiran undang-undang desentralisasi dengan serta merta membawa pengaruh
besar dalam mengubah kegiatan pembangunan dan peningkatan ekonomi di daerah,
termasuk perkembangan industri tambang.
Lahan-lahan yang akan digunakan PT. Kitadin sebagian besar telah
dilakukan pembebasan lahan oleh pihak perusahaan. Pembebasan lahan dilakukan
dengan dua tipe, yaitu pinjam pakai dengan masyarakat dan ada yang ganti putus.
Tipe ke dua, ganti putus menjadi mekanisme yang paling umum digunakan. Pada
PT. Kitadin tenaga kerja pada proyek penambangan dibagi menjadi dua yaitu
tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap. Di Desa Embalut pemanfaatan lahan
bekas tambang ada yang sudah dijadikan sebagai Kebun Pertanian Terpadu yang
kurang lebih luasnya mencapai 15 Ha. Sedangkan di Desa Bangunrejo sudah ada
kolam ex galian batubara yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai budi daya
ikan keramba dan akan di dorong untuk objek wisata.
Berbicara mengenai pertanian maka kita tidak bisa lepaskan dari persoalan
tanah. Tanah bisa dikatakan sebagai moda produksi utama dalam pertanian.
19
Konversi lahan pertanian yang terjadi secara besar-besaran di Tenggarong Seberang
adalah karena tekanan dari hadir dan berkembangnya industri tambang. Sedangkan
Struktur pertanahan di Desa Embalut dan Desa Bangunrejo tidak dipungkiri
sebagian besar penguasaan tanah dikuasai oleh perusahaan-perusahaan
pertambangan batu-bara. Konversi lahan pertanian ke aktivitas tambang yang tinggi
menjadi faktor utama atas perubahan struktur agraria yang terjadi. Pertanian
menetap mulai dilakukan sekitar tahun 1990. Berpindahnya pola bertani ini sangat
dipengaruhi oleh kedatangan para transmigaran yang lebih dulu menerapkan
pertanian menetap. Mekanisme bertani yang baru dan lebih modern ini akhirnya
mempengaruhi cara bertani orang-orang Kutai termasuk BUS (46) yang merupakan
petani asli Embalut.
Analisis:
Penelitian ini dengan jelas menggambarkan General Research Question
juga dengan jelas menuliskan Specific Research Question. Lokasi penelitian dipilih
secara sengaja, karena mempertimbangkan aktivitas pertambangan yang sangat
tinggi di kedua desa tersebut. Penelitian ini hanya menggunakan pendekatan
kualitatif terlihat dari teknik yang digunakan oleh peneliti yaitu wawancara
mendalam, diskusi kelompok, observasi, dan studi literature/dokumen. Penelitian
ini banyak menggambarkan keadaan serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
PT. Kitadin yang berada di Kabupaten Kutai Kartanegara. Bekas hasil
pertambangan di dekat PT Kitadin mampu dimanfaatkan masyarakat di dua desa
sehingga mampu meningkatkan sektor ekonomi. Pada pembahasan dinamika
pertanian, secara tersirat menerangkan bahwa petani yang berasal dari Jawa lebih
mau dibandingkan pertanian di Embalut. Gambar-gambar yang disajikan dalam
jurnal tersebut kualitasnya kurang baik dan terlihat tidak jelas. Berdasarkan
penelitian terlihat bahwa Industrialisasi pertambangan telah merubah struktur
pertanahan di Desa Embalut dan Desa Bangunrejo dimana penguasaan tanah di
kedua desa tersebut telah terkonsentrasi pada perusahaanperusahaan pertambangan
batubara; (2) Industrialisasi pertambangan semakin mendorong masyarakat untuk
bekerja atau bermatapencaharian di luar pertanian (deagrarianisasi).
9. Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Tanggal Unduh
:
Industrialisasi
Pedesaan
dan
Pemberdayaan Ekonomi Petani Desa
Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta
2013
Jurnal
Elektronik
Sulistyaningsih
YogyakartaUIN Sunan Kalijaga
Sosiologi Reflektif
Volume 8 Nomor 1 Halaman 109-131
http://journal.uinsuka.ac.id/media/artikel/SR130801Sulistyaningsih.pdf
22 September 2015
20
Indonesia menjadi negara yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang
tinggi akibat pembangunan pada masa orde baru. Namun ada banyak yang belum
terselesaikan salah satunya terkait dengan persoalan industrialisasi pedesaan dan
pemberdayaan ekonomi petani. Kemiskinan sebenarnya merupakan gejala nyata
dari ketidakberdayaan masyarakat secara ekonomi, politik, sosial, budaya di
Indonesia. Kemiskinan terbesar ditemui di pedesaan. Kemiskinan dan marginalisasi
petani di pedesaan disebabkan karena kebijakan pemerintah tentang pembangunan
pertanian dan pedesaan yang kurang berpihak pada petani dan komunitas desa.
Pembangunan pertanian hanya difokuskan pada upaya pencapaian peningkatan
produksi pertanian guna mencapai swasembada beras. Orientasi kebijakan yang
demikian, jelas menempatkan petani dan sektor pertanian hanya menjadi obyek
pembangunan. Marginalisasi pembangunan sektor pertanian selama 32 tahun telah
menempatkan para pelaku di sektor pertanian (petani) dalam kondisi terpuruk dan
menjadi kaum marjinal.
Fenomena petani tersebut di atas juga dialami oleh petani Kabupaten
Bantul, Yogyakarta. Kabupaten Bantul terletak di bagian selatan Provinsi DIY.
Perekonomian Kabupaten Bantul diwarnai tiga sektor secara berimbang, yaitu
pertanian, industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran.
Kabupaten Bantul mempunyai jumlah penduduk 910.572 jiwa yang tersebar di 17
kecamatan. Adapun mata pencaharian penduduk kabupaten Bantul sebagaian besar
adalah sebagai petani (25,56 persen). Sektor industri di Kabupaten Bantul
mayoritas merupakan industri kecil. Pada Kecamatan Bantul terdapat Kecamatan
Piyungan yang memiliki 3 desa yaitu Desa Sitimulyo, Desa Srimartini, dan Desa
Srimulyo. Sebagian besar penduduk Kecamatan Piyungan bermata pencaharian
sebagai petani. Adapun desa yang menjadi kawasan pengembangan industri atau
Sub Wilayah Pengembangan (SWP) VI di Kecamatan Piyungan adalah Desa
Sitimuyo.
Desa Sitimulyo menjadi kawasan Perindustrian dan Pertanian yang
meliputi: (1) Kawasan Hutan Lindung (disekitar permukiman) dengan
pengembangan hutan rakyat dan agroforesty, (2) Kawasan Pariwisata (wisata alam,
wisata budaya, wisata Industri), (3) Kawasan pengembangan industri kecil (home
Industri), (4) Kawasan Pengembangan kawasan Industri besar. Adanya kebijakan
ini mempunyai dampak baik secara langsung atau tidak terhadap pemberdayaan
ekonomi petani di Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan. Lahan-lahan pertanian
yang ada di Desa Sitimulyo berhimpitan dengan adanya perusahaan-perusahaan
seperti perusahaan PT Perwita Karya, CV Aneka Darma, PT Pengolahan Plastik,
PT Adi Satria Abadi, PT Don Young, Koperasi Umbul Jaya (Relokasi IKM
Alumunium), dan KidsFun.
Rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana dampak industrialisasi
pedesaan terhadap upaya pemberdayaan ekonomi petani di Desa Sitimulyo
Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta? dan Upaya apa saja yang
dilakukan oleh pemerintah Desa dan kelompok tani agar para petani di Desa
Sitimulyo Kecamatan Piyungan Bantul Yogyakarta bisa berdaya secara ekonomi di
tengah industrialiasi yang ada?
Industrialisasi menurut Boediono dalam Tadjudin Noer Effendi adalah
proses pertumbuhan yang dilaksanakan di dalam negeri dan diimbangi dengan
pertumbuhan permintaannya baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar
negeri. Ginneken dan Hoven dalam Tadjudin Noer Effendi 14 mengatakan bahwa
21
tingkat industrialisasi di sebuah negara dapat diukur dengan menggunakan dua
indikator yaitu sumbangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan tingkat
penyerapan tenaga kerja oleh sektor tersebut. Pemberdayaan bertujuan untuk
meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung.
Pemberdayaan merupakan proses di mana orang menjadi cukup kuat untuk
berpartisipasi dalam pengontrolan dan mempengaruhi kejadian-kejadian yang ada
dalam kehidupannya.
Industrialisasi di Desa Sitimulyo berhasil melakukan penyerapan tenaga
kerja lokal dan memberikan sumbangan terhadap peningkatan pendapatan
pemerintah desa Sitimulyo, namun belum memberikan dampak secara signifikan
terhadap pemberdayaan ekonomi petani. Terdapat Berbagai upaya telah dilakukan
oleh pemerintah serta gabungan kelompok tani di Desa Sitimulyo untuk mendorong
pemberdayaan ekonomi. Pemberdayaan dalam konteks ini dimaknai petani
mempunyai kekuatan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya
sehingga bisa menjadi petani yang mampu menyampaikan pendapat, terbebas dari
kebodohan dan kemiskinan.
Analisis:
Penelitian ini banyak menceritakan sejarah-sejarah terjadinya industrialisasi
di Indonesia sejak sebelum Indonesia merdeka. Keberadaan industrialisasi
pedesaan ditandai dengan masuknya perusahaan-perusahaan yang ada di Desa
Sitimulyo. Sektor struktural dimarginalkan secara struktural dimana kebijakan yang
dibuat oleh pemerintah tidak berpihak kepada sektor pertanian, seperti banyaknya
alih fungsi lahan pertanian subur ke kegunaan non pertanian. Desa Sitimulo
mempunyai kebijakan khusus terkait dengan pengembangan industri sehingga
mampu menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
masyarakat Desa Sitimulyo. Banyak juga perusahaan yang menyewa tanah di Desa
Sitimulyo untuk membangun industri, sekitar 7 perusahaan yang didirikan di Desa
Sitimulyo.
Dalam konteks penelitian ini, industrialisasi pedesaan yang terjadi di Desa
Sitimulyo Kecamatan Piyungan kabupaten Bantul Yogyakarta mempunyai dampak
pada bidang ekonomi, sosial, politik, budaya baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam pemberdayaan ekonomi petani di Desa Sitimulyo. Sedangkan
pemberdayaan petani dalam konteks penelitian ini adalah petani diharapkan bisa
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam mengelola pertanian sehingga
bisa meningkatkan daya saing. Petani juga diharapkan bisa melakukan penguatan
kelembagaan melalui kelompok tani yang ada.
Pada penelitian ini dampak positif dari industrialisasi pedesaan adalahn
adanya penyerapan tenaga lokal di perusahaan yang ada, adanya warung-warung di
sekitar perusahaan, adanya tempat kos di sekitar perusahaan, ada jasa penitipan
sepeda motor dan sebagianya. Sedangkan dampak negatif adalah adanya polusi
limbah, air tercemar, udara tercemar oleh asap produksi perusahaan, debit air
berkurang karena tersedot oleh perusahaan, pengairan sawah mengalami kesulitan
dan sebagianya. Juga terdapatd dampak langsung terkait dengan alih fungsi lahan
dari lahan pertanian menjadi lahan industri dan akibat polusi atau limbah industri.
Meskipun penulis mengungkapkan bahwa ada pengaruh tidak langsung, namun
pada jurnal tidak tersurat dan menurut analisis saya dampak tidak langsung pada
penelitian tesebut adalah pekerjaan menjadi petani berubah menjadi pekerjaan
22
sampingan bukan pekerjaan utama, hal ini diakibatkan karena produktifitas panen
menurun karena masalah air dan minimnya lahan.
10. Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
:
:
:
:
:
:
:
:
Alamat URL
:
Tanggal Unduh
:
Dampak Industrialisasi Terhadap Aspek
Sosial Ekonomi Masyarakat
2008
Jurnal
Elektronik
Endang Sutrisna
Riau dan Universitas Riau
Jurnal Industri dan Perkotaan
Volume XII Nomor 22 Halaman 17431753
http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JIP/a
rticle/viewFile/575/568
27 Oktober 2015
Latar belakang penelitian ini melihat dari sebagian besar bangsa di dunia
tergolong terbelakang, terutama pada bidang ekonomi. Salah satu usaha
mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi melalui sektor industri. Ada
2 pendekatan yang dilakukan dalam pelaksanaan pembangunan pada sektor
industri, pertama merangsang sektor industri yang sedang tumbuh, dan kedua
memobilisasi sektor tradisional dalam perekonomian untuk melayani tugas industri.
Penulis menguraikan dampak industrialisasi pada penelitiannya seperti
industrialisasi bukan hanya mampu menaikkan pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi, melainkan juga menimbulkan hal-hal lain pada kehidupan masyarakat
seperti pertambahan penduduk yang cukup tinggi sebagai akibat datangnya
penduduk dari daerah lain yang berfungsi sebagai tenaga kerja di pabrik-pabrik,
terjadi pola pergeseran ekonomi masyarakat, pergeseran dalam pola hidup serta
masalah-masalah lain yang secara nyata merupakan interelasi dan akumulasi dari
ketiga masalah tersebut.
Terdapat masalah industri lainnya bagi kehidupan sosial ekonomi, pertama
menuntut berbagai fasilitas antara lain perumahan dan sarana transportasi. Namun,
Mereka yang merupakan pendatang dan berfungsi sebagai karyawan pabrik tidak
diberikan fasilitas perumahan oleh perusahaan di mana mereka bekerja. Kedua,
mengandung konotasi bahwa dengan adanya pabrik-pabrik yang dibangun
menyebabkan terjadinya perubahan pekerjaan dari sebagian besar warga
masyarakat (terutama yang tinggal di pedesaan) dari pekerjaan sebagai buruh tani
menjadi buruh bangunan. Pekerjan ini hanya sementara dan pada akhirnya mereka
kehilangan pekerjaan, untuk menjadi karyawan pabrik mereka tidak diterima
karena skill mereka tidak sesuai. Ketiga, pola hidup konsumtif. Masyarakat yang
menjual tanahnya kepada usahawan untuk membangun pabrik secara cepat
merubah pola hidupnya.
Pada dasarnya perubahan dalam masyarakat menyangkut dua bentuk umum,
yaitu perubahan struktural dan perubahan proses. Industrialisasi dapat menyerap
tenaga kerja dalam jumlah yang banyak, baik dari dalam maupun dari luar daerah.
Oleh sebab itu sebagai konsekuensinya jumlah penduduk semakin meningkat dalam
23
waktu yang relatif singkat. Kondisi seperti ini jelas menuntut pemenuhan berbagai
fasilitas seperti perumahan, transportasi dan lain-lain. Penulis menjelaskan peran
serta swasta dalam pembangunan perumahan pada jurnal ini tergolong lemah.
Kemudian untuk mengatasi masalah-masalah sebagai dampak industrialisasi
penulis meninja melalui teori-teori berikikut: 1. Teori keseimbangan agrarisindustrial dalam pembangunan, 2. Teori terhadap Agricultural Development, dan 3.
Meminjau keadaan ekonomi internasional dan nasional. Sesuai dengan paradigma
pembanguna yang berorientasi kepada manusia, maka solusi terhadap masalahmasalah yang terjadi sebagai dampak industrialisasi harus sesuai dengan kondisi
serta kapabilitas manusianya, misalnya dengan menghidupkan kembali industri
kecil, seperti industri rumahtangga, industri kerajinan tangan dan lain sebagainya.
Analisis:
Pada penelitian ini tidak terlihat lokasi penelitiannya, hal ini menunjukkan
bahwa penelitian ini general dan tidak spesifik, mencakup keseluruhan dampak
sosial ekonomi pada semua lokasi yang terkena dampak industrialisasi. Penelitian
ini tidak menjelaskan teknik pengumpulan data dan tidak menyebutkan jumlah
responden terlihat dengan tidak ada tabel hasil olahan dari dari responden, dan
penelitian ini hanya kualitatif. Pada penelitian ini tidak terdapat kerangka pemikiran
dan urutan bahasannya kurang jelas sehingga sulit untuk pembaca memahami
maksud inti dari penelitian ini.
11. Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Tanggal Unduh
:
Dampak
Pengembangan
Lokasi
Perumahan Sederhana Sehat Terhadap
Kehidupan Ekonomi Petani di Pinggiran
Kota Palu
2011
Jurnal
Elektronik
Abdul Gani Akhmad
Palu dan Universitas Tadulako
Jurnal “ruang”
Volume 3 Nomor 1 Halaman 63-70
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php
/RUANG/article/viewFile/738/636
12 September 2015
Latar belakang penelitian ini memperlihatkan bahwa kebutuhan perumahan
pada daerah perkotaan belum tercukupi dan pembangunan perumahan RSH
meunjukkan pola perkembangan yang cukup pesat. Pembangunan RSH tersebut
memilih di daerah pinggiran kota yang merupakan kawasan pertanian dan
masyarakat dengan mata pencaharian sebagai petani. Adanya pengembangan lokasi
perumahan RSH tersebut ada kemungkinan mempercpat proses terjadinya
pengalihan fungsi lahan pertanian menjadi lahan perumahan, jika benar tejadi maka
akan berdampak pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat petani yang dulunya
pemilik lahan tersebut. Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana dampak
24
ekonom yang dialami petani mantan pemilik lahan akibat alih fungsi lahan
pertanian menjadi lahan pengembangan lokasi perumahan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak ekonomi yang dialami
petani akibat alih fungsi lahan pertanian mereka menjadi lokasi pembangunan
perumahan RSH. Hipotesis penelitian ini adalah “Pendapatan petani tidak
mengalami peningkatan antara sebelum menjual tanah dengan sesudah menjual
tanah”. Penelitian ini merupakan penelitian survei yang tujuannya menguji
hipotesis yang ada dengan menggali data di lapangan. Teknik analisa data
menggunakan paired t-test dan metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua kepala keluarga petani yang lahan pertaniannya telah beralih fungsi
lahan perumahan RSH di Pinggiran Kota Palu, khususnya kelurahan Petobo
Kecamatan Palu Selatan dengan 69 responden. Sumber data pada penelitian ini
adalah kepala keluarga petani mantan pemilik lahan, pengembang perumahan RSH,
Dinas Pertanian, Dinas Perindagkop, Bank BTN, dan BPS.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pendapatan petani berbeda antara
sebelum dan sesudah melepaskan tanah pertaniannya, yang terjadi adalah
berkurangnya bahkan hilangnya pendapatan petani. Pendapatan petani/mantan
pemilik lahan sebelum melepaskan lahan pertaniannya, rata-ratanya adalah Rp
210.025,18 per bulan, sedangkan pendapatan petani/mantan pemilik lahan sesudah
melepaskan lahan pertaniannya, rata-ratanya adalah Rp 17.559,40 per bulan.
Kemudian untuk tujuan pemberdayaan petani kecil, maka perlu dilakukan
penerapan konsep Perakitan Tanah dan Bank Tanah sehingga diharapkan petani
kecil dapat mengalami transformasi sosial sejalan dengan adanya transformasi
tanah, dan dapat memanfaatkan kekayaan dalam bentuk uang untuk membiayai diri
untuk masuk ke dalam ekonomi non pertanian atau ekonomi urban secara efektif.
Analisis:
Kerangka penelitian pada jurnal ini hanya menggunakan penjelasan dan
tidak menggunakan tabel sehingga lebih sulit untuk memahami kerangka
pemikirannya. Penelitian ini tidak membutuhkan sampel karena dengan
pertimbangan relatif kecilnya anggota populasi. Penelitian tersebut menyajikan
hasil penelitian dengan tabel maupun gambar dan menjelaskannya juga dengan
beberapa paragraf, namun dalam hasil penelitian masih terlalu banyak angka
dibandingkan penjelasan dalam bentuk kalimat. Adanya relevansi antara tujuan
penelitian dan kesimpulan pada penelitian tersebut.
12. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Perempuan Madura Antara Tradisi dan
Industrialisasi
2009
Jurnal
Elektronik
Tatik Hidayati
Yogyakarta dan UIN Sunan Kalijaga
Karsa
Volume 16 Nomor 2 Halaman 3-26
http://citation.itb.ac.id/pdf/JURNAL/KA
RSA,JurnalSosialdanBudayaKeislaman/
25
Tanggal Unduh
:
Vol%2016,%20No%202%20(2009)/6973-1-PB.pdf
17 November 2015
Islam dilahirkan dengan visi rahmatan lil-alamien. Dalam sejarah Islam visi
ini dapat dibaca pada peristiwa Siti Khatijah, istri Nabi Muhammad SAW sebagai
perempuan yang tangguh dalam berbisnis. Bidang yang jarang dimiliki perempuan
lain pada masanya. Dalam sejarah ditegaskan bahwa Siti Khatijah sebagai istri Nabi
Muhammad SAW memiliki peran besar dalam menyiarkan agama Islam.
Keberlangsungan dakwah ditopang oleh bisnis Siti Khatijah yang berkembang
pesat dalam berbagai aktivitas perdagangan. Ajaran keagamaan yang mensyaratkan
toleransi dan kemanusiaan terhadap martabat perempuan ini menjadi bagian yang
menarik karena masing-masing masyarakat memiliki pandangan dan norma sendiri
dalam memperlakukan perempuan yang dianggap “sesuai dan tidak sesuai” dengan
ajaran keagamaan (Islam).
Dalam masyarakat Madura yang taat dalam keberagamaan, dialektika antara
ajaran dengan kebudayaan menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam
masyarakat. Dialektika antara ajaran (Islam) dengan kebudayaan menjadi bagian
yang tidak bisa dipisahkan dalam ajaran-ajaran keagamaan. Masyarakat Madura
menempatkan perempuan ditempatkan pada ruang yang suci dan terpisah dari ranah
laki-laki. Dimensi ini menunjukkan ruang diterjemahkan sebagai bagian antara
tradisi yang bersandarkan kepada ajaran keagamaan dengan dialektika kebudayaan
dalam masyarakat. Pada satu sisi agama seringkali merupakan sandaran yang kuat
dalam aktivitas sosial, budaya, ekonomi serta relasi sosial antar masyarakat.
Beberapa decade terakhir dinamika peran perempuan Madura semakin
menemukan eksistensi sejak arus besar politik Nasional yang mengalami perubahan
yang ditandai dengan tumbangnya Orde Baru, 21 Mei 1998 (Denny JA, 2006;
Nordholt, 2006). Meskipun, gerak transformasi spiritual di kalangan perempuan
pedesaan terjadi sebelum adanya momentum keruntuhan rezim Orde Baru,
beberapa kalangan menilai konstribusi besar adalah kesadaran akan hak komunitas
perempuan untuk memperoleh hak sosial, ekonomi dan politik. Aktivitas
perempuan Madura terbagi dalam dua wilayah penting sekaligus, private dan
public. Pada wilayah private, perempuan bisa menjadi ibu rumah tangga yang
memasak, mencuci ataupun melengkapi kebutuhan dalam rumah tangga, sementara
pada wilayah publik terutama berkenaan dengan sosial keagamaan seorang istri
adalah aktifis di berbagai morok dan burda.
Gerakan kultural keagamaan berubah menjadi gerakan politik seiring
dengan momentum pergeseran kekuasaan yang sejak reformasi bergulir, timbul
pergeseran kekuasaan elit kepada kekuatan kaum alit. Kekuasaan yang terpusat
menjadi menyebar pada kalangan kaum alit, yang berasal dari kalangan pesantren,
masyarakat pedesaan, dan kaum perempuan yang selama ini mengalami
marginalisasi peran. Kekuasaan patriarkhal yang didominasi kaum lakilaki bergeser
pada eksistensi kaum perempuan.
Pada jalur kultural, jejaring ini semakin menguat dengan organisasiorganisasi perempuan independen dan terlepas dari aktivitas politik struktural,
aktivitas sosial keagamaan yang banyak diikuti oleh kalangan perempuan seperti
berbagai acara kompolan dan pengajianpengajian morok (Koran recital). Pada jalur
struktural, perempuan Madura memiliki perjuangan relatif elitis namun memiliki
26
makna populis. Keberlangsungan eksistensi mereka terlihat dari berbagai
perjuangan untuk memberikan ruang yang lebih besar bagi perempuan pada ranah
publik.
Pendidikan di Madura dimulai dari pendidikan langgar (pesantren).
Pendidikan formal dimulai dari sekolahsekolah agama (pesantren) yang tersebar di
seluruh penjuru Madura, yakni dengan cara mengaji, “tradisi yang cukup lama dan
satu-satunya pendidikan formal yang ada” (Kuntowijoyo, 2002).Beberapa lulusan
pesantren menyebar dan mengabdi pada masyarakat, mendirikan pengajian menjadi
melingkupi hampir seluruh pelosok pedesaaan di Madura, persebaran pengajian
serta bentuk pendidikan ini merata pada seluruh lapisan masyarakat. Bagi
masyarakat Madura, pesantren merupakan tempat yang aman bagi perempuan
terutama dengan segala arus dan persoalan modernisasi dan industrialisasi.
Industrialisasi yang menunjukkan perbedaan dengan tradisi mengibaratkan
arus informasi dan teknologi yang berkembang cepat. Dalam konteks ini
industrialisasi menjadi bagian penting bagi pengembangan potensi perempuan.
Meskipun pada sisi lain, perempuan Madura memiliki keterikatan kultural dengan
tradisi yang ketat namun tradisi yang tidak dinamis akan ditinggalkan oleh industri.
Analisis:
Penelitin ini tidak menjelaskan metode penelitiannya, menurut analisis saya,
penelitian ini menggunakan metode kualitatif, karena tidak terlihat pengukuran
hasil penelitian pada penelitian ini. Penelitian ini menjelaskan dengan membuat 3
sub-bab bahasan antara lain, Pertama Perempuan Madura: Dialektika Agama dan
Kebudayaan, kedua Tradisi dan Elit Perempuan Madura, dan ketiga Tradisi
Keagamaan dan Industrialisasi. Pada penelitian ini, hubungan antara perempuan
dengan industrialisasi dibahas sangat sedikit dan tidak rinci. Hubungan antara
perempuan dengan industrialisasi pada penelitian ini adalah industrialisasi menjadi
bagian penting bagi pengembangan potensi perempuan dan industrialisasi yang
menunjukkan perbedaan dengan tradisi mengibaratkan arus informasi dan
teknologi yang berkembang cepat.
13. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL
Tanggal Unduh
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Lapisan Atas Desa dalam Pembangunan
Industri Besar
1994
Jurnal
Elektronik
BS Sulasmo
Majalah Bina Dharma
Nomor 45
-
Peluang-peluang ekonomis yang ditawarkan melalui berbagai program
pembangunan pertanian lebih mampu dimanfaatkan oleh elit desa. Menurut Husken
dan white (1989), para pemilik lahan luas di pedesaan mendominasi struktur
kekuasaan atas desa dan mempunyai akses patronase negara. Penelitian Tornquist
27
(1990) mencatat bahwa para pejabat pemerintahan aras desa berperan sebagai client
sekaligus patron di desanya. Mereka adalah client dari para pejabat pemerintahan
aras atas desa, tetapi mereka juga sebagai patron bagi warga desa.
Peluang tersebut juga diperoleh para elit desa dalam proses pembangunan
industri di desa. Hal tersebut dapat dilihat dari fenomena pengusahan untuk
mengamankan kepentingan industrinya, elit desa terlibat dalam struktur jabatan dan
pekerjaan di pabrik. Pengusaha tersebut juga memanfaatkan kekuasaan dari elit
tersebut untuk mengendalikan perilaku buruh maupun menjaga keamanan sekitar
pabrik. Juga ditemukan dalam studi Wolf di Ungaran (Semarang, Jawa Tengah)
menurut Wolf (1986) lurah dan carik di desa memainkan peran penting atau
menentukan dalam proses jual beli tanah untuk kepentingan pabrik. Kemudian
berusaha menekan harga tanah dengan aneka bujukan, ancaman maupun intimidasi
terhadap pemilik tanah.
Para elit desa melakukan strategi modal dengan cara wajar dan tidak wajar.
Cara yang wajar dengan menyewakan tempat tinggal bagi para buruh migran.
Sedangkan cara yang tidak wajar dengan menggelapkan uang jual beli tanah yang
dipergunakan untuk lahan pabrik. Seluruh transaksi jual-beli tanah (baik penetapan
harga maupun pembayarannya) harus melewati kepala desa. Monopoli transaksi ini
tampaknya juga didukung oleh camat setempat. Hal ini terbukti dari praktik “devide
et impera” yang mereka jalankan bersama (lurah-camat). Peran dominan kepala
desa juga tampak dalam proses pemanfaatan peluang kerja di pabrik oleh warga
desa setempat atau penduduk luar desa.
Dari sisi ekonomi ditemukan bahwa dalam menanggapi berbagai peluang
yang muncul seiring kehadiran pabrik, lapisan atas masyarakat menampilkan
perilaku ekonomi kapitalis. Warga lapisan atas yang menjual tanah menggunakan
sebagian uangnya untuk membeli sawah yang lebih luas di daerah sekitar rawa
pening, atau di desa-desa pertanian lainnya, kemudian lapisan atas tersebut menjual
ke pabrk dan kedapatan lapisan atas meningkat. Dengan uang hasil pejualan tanah
itu, lapisan atas mengembangkan atau membangun usaha non pertanian.
Pada lapisan bawah, berbeda kondisi dengan lapisan atas, akibat dari alih
fungsi lahan pertanian menjadi lokasi pabrik menghilangkan mata pencaharian pada
lapisan bawah. Terdapat peluang kerja di pabrik seperti petugas kebersihan, tukang
kebun, atau pengantar minuman. Namun peluang itu sangat terbatas sifatnya baik
dari segi jumlah maupun kelompok usia kerja yang diperlukan. Peluang tersebut
juga hanya terjadi pada awal-awal beroperasinya perusahaan. Kehadiran industri
besar di pedesaan memang tidak bertujuan utama untuk mensejahterakan penduduk
desa setempat. Kehadiran tersebut hanyalah merupakan bagian dari strategi
pemupukan laba oleh pengusaha. Kaharusan tata ruang wilayah, tersedianya lahan
luas dan murah, dan tersedianya tenaga kerja yang murah dan melimpah, umumnya
merupakan alasan mengapa industri besar masuk ke pedesaan.
Analisis:
Penelitian ini melihat dampak dari dua sudut pandang yaitu antara lapisan
atas dan lapisan bawah. Pihak pengusaha memanfaatkan jabatan dan keuasaan elit
desa dalam proses jual beli lahan yang akan digunakan untuk kepentingan
28
pengusaha tersebut. Elit desa tidak memperoleh imbalan langsung dari pengusaha,
namun elit desa mencari imbalan pribadi. Dilihat dari kasus pada lapisan atas
tersebut, lapisan atas membeli tanah atau sawah kemudian lapisan atas tersebut
menjual lahan tersebut kepada pengusaha dengan harga yang lebih tinggi, hasil dari
penjualan lahan tersebut dimanfaatkan lapisan atas untuk membangun usaha nonpertanian seperti rumah untuk disewakan pada masyarakat yang bermigrasi yang
bertujuan untuk bekerja di pabrik. Lapisan bawah juga tidak mempunya modal atau
keterampilan dalam membuka usaha. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
tujuan pembangunan industri di desa tersebut bukan untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat, namun hanya meningkatkan perekonomian lapisan atas
saja.
29
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN
Industrialisasi Pedesaan
Salah satu usaha guna mendukung pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi adalah sektor industri. Sektor ini diarahkan untuk menciptakan struktur
ekonomi yang lebih kokoh dan seimbang yaitu struktur ekonomi dengan titik berat
industri yang maju didukung oleh sector pertanian yang tangguh. Dengan
pemahaman tersebut berarti industrialisasi merupakan satu fase dari keseluruhan
pembangunan ekonomi (Kindelberger (1958) dikutip Sutrisna 2008). Dengan kata
lain, industrialisasi merupakan satu proses dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan permbangunan ekonomi serta pembangunan ekonomi tersebut bukan
membangun pabrik-pabrik saja, tapi membangun masyarakat industri yang luas.
Menurut Sastrosoenarto (2006) menjelaskan bahwa bagi Indonesia pengertian
industrialisasi tidak hanya mambangun pabrik-pabrik, melainkan masyarakat
industri yang luas. Hal ini mengandung makna adanya transformasi masyarakat
menuju masyarakat yang sejahtera dan maju secara struktural dan kultural. Dimensi
struktural tampak pada upaya mengubah sikap masyarakat agraris menjadi
masyarakat industri dikarenakan produk-produk pertanian sebagian besar terkait
dengan sektor industri. Dimensi Kultural tampak tumbuh dan berkembangnya nilainilai baru, antara lain sikap tingkah laku yang rasional, etos kerja, menghargai
waktu, hemat kompetensi menata masa depan, produktif, disiplin dan lain-lain.
Industrialisasi merupakan proses modernisasi pada sektor ekonomi yang
berkaitan dengan industri pengolahan dan pembangunan industri berkaitan dengan
perubahan struktur ekonom, hal tersebut dimaksudkan Indonesia mandiri pada
sektor ekonomi dalam proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi negara.
Menurut Hanum (2010) industrialisasi dalam pengertian lain adalah proses
modernisasi ekonomi yang mencakup seluruh sektor ekonomi yang mempunyai
kaitan satu sama lain dengan industri pengolahan. Artinya industrialisasi bertujuan
meningkatkan nilai tambah seluruh sektor ekonomi dengan sektor industri
pengolahan sebagai leading setor. Menurut Simandjorang (2010) dikutip
Rahmawati dan Setyono (2014) pembangunan industri adalah meliputi aspek-aspek
perubahan struktur ekonomi, perluasan kesempatan kerja, pemerataan kesempatan
berusaha, pengurangan ketergantungan pada impor, peningkatan ekspor hasil-hasil
industri, peningkatan perangkat lunak termasuk rancang bangun dan perekayasaan
pengembangan pusat-pusat pertumbuhan industri di daerah-daerah dan
pemanfaatan sumber alam dan energi serta sumber daya manusia.
Badan Pusat Statistik (2012), menetapkan perusahaan Industri atau Industri
Pengolahan dibagi dalam empat golongan yaitu:
1. Industri Besar (Banyaknya tenaga kerja 100 orang atau lebih)
2. Industri Sedang (Banyaknya tenaga kerja 20-99 orang)
3. Industri Kecil (Banyaknya tenaga kerja 5-19 orang)
4. Industri Rumah Tangga (Banyaknya tenaga kerja 1-4 orang)
Berdasarkan prioritasnya industri kecil dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa kategori, diantaranya (BPS, 2012):
30
1. Industri kecil yang menghasilkan barang-barang konsumsi;
2. Industri kecil tradisional yang menghasilkan barang kerajinan;
3. Industri kecil modern yang menghasilkan komponen/peralatan teknik untuk
keperluan produksi dari sektor industri.
Industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan ekonomi yang
dianggap penting untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Industrialisasi
Indonesia sudah merambah dikawasan pedesaan (Nuridha 2013). Penyataan
tersebut merupakan pengertian dari industrialisasi pedesaan. Proses pengembangan
industri di Desa menempatkan wilayah pedesaan salah satunya sebagai tempat
untuk memproduksi barang dan jasa karena tempat tersebut memiliki sumberdaya
yang dibutuhkan. Menurut Rahmawati dan Setyono (2014), proses pengembangan
industri di Desa Nguwet adalah industrialisasi yang menempatkan wilayah
pedesaan sebagai tempat untuk memproduksi barang dan jasa baik untuk kebutuhan
dalam negeri maupun ekspor dengan sektor utama adalah industri pengolahan kayu.
Dampak Industrialisasi Pedesaan
Seiring perkembangan zaman, banyak perubahan yang terjadi di masyarakat
khususnya adalah masyarakat desa. Perubahan itu salah satunya disebabkan oleh
industrialisasi. Sebagai sesuatu yang baru, industri memunculkan dampak yang
sangat beragam bagi kehidupan masyarakat desa, baik dampak sosial maupun
dampak nonsosial seperti pada perubahan fisik desa, pencemaran lingkungan, dan
sebagainya (Nuridha 2013). Perubahan-perubahan pasti terjadi, karena perubahan
adalah abadi, sehingga dampak dari industrialisasi pasti akan menciptakan
perubahan-perubahan baik perubahan fisik dan non-fisik, perubahan sosial dan nonsosial. Kemudian menurut Rahmawati dan Setyono (2014), terjadi perubahan
karakteristik dari pedesaan ke perkotaan akibat industrialisasi, perubahan tersebut
meliputi fisik lingkungan, struktur sosial, dan ekonomi masyarakat aspek ini saling
terkait untuk mendorong perubahan karakteristik wilayah.
Industrialisasi bukan hanya mampu menaikkan pertumbuhan ekonomi yang
cukup tinggi, melainkan juga menimbulkan hal-hal lain pada kehidupan masyarakat
seperti pertambahan penduduk yang cukup tinggi sebagai akibat datangnya
penduduk dari daerah lain yang berfungsi sebagai tenaga kerja di pabrik-pabrik,
terjadi pola pergeseran ekonomi masyarakat, pergeseran dalam pola hidup serta
masalah-masalah lain yang secara nyata merupakan interelasi dan akumulasi dari
ketiga masalah tersebut (Sutrinsa 2008). Kuznets (1986) dikutip oleh Mariyanti
(2010) bahwa modernisasi pertanian akan mengakibatkan perubahan struktur
ekonomi, yaitu para petani akan meninggalkan pekerjaan agrarisnya menuju ke
sector industri atau jasa di kota-kota sejalan dengan proses industrialisasi. Menurut
Mariyanti (2010) kontribusi sektor industri terhadap penyerapan tenaga kerja
berpengaruh secara statistik maupun secara substansi terhadap migrasi antar
provinsi, hal ini dengan banyaknya sektor industri maka akan banyak menyerap
tenaga kerja yang memungkinkan untuk menarik penduduk untuk pindah dari satu
provinsi ke provinsi lainnya.
31
Banyak penelitian yang membahas tentang dampak industrialisasi pedesaan
dan dampak-dampak tersebut berkaitan dengan permasalahan di kehidupan seharihari mereka. Sulistyaningsih (2013) industrialisasi pedesaan berdampak kepada
pemberdayaan ekonomi petani di Desa Sitimulyo, baik secara langsung atau tidak,
baik dampak positif ataupun negative. Dampak positifnya berupa adanya
penyerapan tenaga lokal ke dalam perusahaan-perusahaan yang ada di Desa
Sitimulyo. Dampak negatifnya adalah, sebagaian petani merasakan kesulitan
mencari air untuk irigasi lahan pertanian. Dampak negatif lainnya adanya polusi
yang dihasilkan oleh perusahaan, yang tentu saja berdampak pada kesuburan
tanamanan. Kondisi ini berdampak pada aspek kuantitas dan kualitas produktivitas
tanaman yang menyebabkan pendapatan petani hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan subsistensi. Menurut Gandi, Sunito, Kinseng (2015) Industrialisasi
pertambangan telah merubah struktur pertanahan di Desa Embalut dan Desa
Bangunrejo dimana penguasaan tanah di kedua desa tersebut telah terkonsentrasi
pada perusahaanperusahaan pertambangan batubara; (2) Industrialisasi
pertambangan semakin mendorong masyarakat untuk bekerja atau
bermatapencaharian di luar pertanian (deagrarianisasi)
Kehadiran industri pertambangan pasti menimbulkan dampak bagi
masyarakat yang berada di dekatnya. Industri yang ditempatkan di desa dan
memperkejakan banyak warga desa sebagai buruh industri menurut status kerja,
waktu kerja dan tingkat upah kerja tertentu, maka pola hubungan keluarga serta
ketetanggaan berubah sesuai status dan waktu kerja buruh industri yang menjadi
warga desa tersebut, diferensiasi institusi ekonomi desa meningkat, serta pola
produksi pertanian berubah lebih komersial (Agusta (1997) dikutip oleh Gandi,
Sunito, dan Kinseng 2015). Pada sisi lain, industri tambang juga menimbulkan
masalah sosial berupa kesehatan dan gizi buruk, perang, bencana alam, kelaparan,
pertumbuhan penduduk dan tekanan pada sumber daya, degradasi lingkungan,
dampak yang tidak ‘pantas’ dari teknologi padat modal dan kegagalan pelayanan
pemerintah untuk menyediakan kebutuhan dasar (Redclift (1984) dikutip oleh
Gandi, Sunito, dan Kinseng 2015). Industrialisasi pedesaan disatu sisi dapat
menjadi solusi penyelesaian permasalahan ekonomi desa, namun disisi lain dapat
mengubah fungsi dan tata guna lahan pertanian di pedesaan serta membawa
perubahan pada struktur sosial dan ekonomi pedesaan (Rahmawati dan Setyono
2014).
Strategi Nafkah
Perubahan struktur ekonomi pedesaan adalah dalam hal perubahan variasi
mata pencaharian, pendapatan, pola konsumsi dan belanja serta tumbuhnya sektor
informal di pedesaan yang erat kaitanya dengan adanya proses industrialisasi
pedesaan. Alih fungsi lahan atau konversi lahan merupakan salah satu dampak dari
proses transformasi struktur ekonomi nasional sehingga menyebabkan petani yang
menjual atau mengalih fungsi lahan akan merubah pekerjaannya. Menurut
Rahmawati dan Setyono (2014) pada penelitiannya, perubahan yang terjadi di Desa
Nguwet karena adanya industri juga terjadi pada struktur sosial masyarakat.
Perubahan struktur sosial masyarakat ini yaitu pada perubahan struktur biososial,
32
gaya hidup masyarakat, penggunaan telepon genggam, dan mobilitas penduduk,
sedangakan perubahan pada struktur ekonomi penduduk yaitu pada perubahan
variasi mata pencaharian, sumber pendapatan dan jumlah aktivitas ekonomi
informal baru. Menurut Nugroho dan Dahuri (2004) dikutip oleh Akhmad (2011),
fenomena alih fungsi lahan adalah bagian dari perjalanan transformasi struktur
ekonomi nasional. Dampak alih fungsi lahan pertanian menjadi terhadap petani
pemilik lahan antara lain pendapatan petani tidak mengalami peningkatan sesudah
melepaskan tanah pertaniannya, yang terjadi justru berkurangnya bahkan hilangnya
pendapatan petani. Tingginya konversi lahan di Pulau Jawa umumnya digunakan
untuk kepentingan pembangunan jalan tol, industri, pusat perbelanjaan dan fasilitas
umum lainnya (BPS 2010).
Wilayah yang mengalami proses industrialisasi dengan lebih intensif
mampu menyediakan kesempatan kerja bagi tenaga kerja lokal, khususnya anggota
keluarga petani sehingga mampu menjaga mereka untuk tetap tinggal di desanya.
Sedangkan wilayah dengan industrialisasi yang kurang intensif tidak mampu
memberikan pekerjaan pada tenaga kerja lokal sehingga mereka meninggalkan
desanya, khususnya menuju kota besar (Sawitri dan Soepriadi 2014). Industrialisasi
pedesaan akan mengakibatkan kebutuhan akan lahan semakin tinggi sehingga
banyak petani yang memilih untuk mengkonversi lahan. Akibat dari mengkonversi
lahan tersebut, petani kehilangan matapencaharian sehingga akan bekerja pada
selain sektor pertanian ataupun menerapkan pola nafkah ganda. Menurut Rusli
(2011) menggolongkan kesempatan kerja yang bekerja yang ada di satu negara
ataupun daerah tertentu menjadi sektor-sektor A (Agriculture), M (Manufacturing),
dan S (Service). Sektor A (“Pertanian”), merupakan kategori yang mengandung
pengertian pertanian dalam arti luas. Sektor M (“Industri”/Manufaktur”) mencakup
lapangan pekerjaan seperti pertambangan dan penggalian, industri pengolahan,
listrik, gas, dan air, dan bangunan. Sedangkan sektor S (“Jasa”) terdiri dari lapangan
pekerjaan lainnya. Rohmadiani (2011) menjelaskan konversi lahan menyebabkan
perubahan struktur mata pencaharian rumahtangga petani dari sektor primer
menjadi ke sektor sekunder dan tersier, jumlah petani pemilik lahan semakin
berkurang dan menjadi petani non lahan semakin bertambah, dan banyak migrasi
keluar daerah untuk mencari lapangan pekerjaan baru sebagai TKI maupun menjadi
buruh bangunan.
White (1990) dikutip oleh Widiyanto, Dharmawan, dan Prasodjo (2010)
menggolongkan rumah tangga petani ke dalam tiga kelompok dengan strategi
nafkah yang berbeda yaitu: bertahan hidup, konsolidasi, dan akumulasi. Ellis (2000)
dikutip oleh Saraswati (2014) menuturkan bahwa Strategi nafkah merupakan
serangkaian pilihan sumber nafkah dan aktivitas nafkah yang meliputi beragam
tindakan rasional yang diambil rumahtangga untuk mencapai tujuan yang
dirumuskan. Tindakan yang dilakukan berkaitan dengan pemanfaatan penggunaan
sumberdaya atau Asset. Kemudian menurut Prasetya (2013) dikutip oleh Saraswati
(2014) menyatakan struktur nafkah adalah komposisi pendapatan rumahtangga
petani dari berbagai aktifitas nafkah yang dilakukan oleh seluruh anggota
rumahtangga.
33
Menurut Sayogjo (1978) dikutip oleh Subali (2005) dalam konteks pola
nafkah ganda, strategi hidup rumahtangga berbeda antara lapisan bawah, lapisan
tengah, dan lapisan atas. Bagi lapisan atas, pola nafkah ganda merupakan strategi
akumulasi di mana surplus pertanian mampu membesarkan usaha luar
pertaniannya, dan sebaliknya pada lapisan tengah pola nafkah ganda merupakan
strategi bertahan di mana sektor luar pertanian dipertimbangkan sebagai potensi
untuk perkembangan ekonomi. Bagi lapisan bawah, pola nafkah ganda merupakan
strategi survival di mana sektor luar pertanian merupakan sumber nafkah penting
untuk menutupi kekurangan dari sektor pertanian.
34
SIMPULAN
Hasil Rangkuman dan Pembahasan
Berdasarkan hasil rangkuman dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
Indonesia termasuk negara yang memiliki banyak penduduk yang miskin,
penduduk miskin di Indonesia terbanyak terdapat di desa, untuk mengurangi jumlah
penduduk miskin tersebut pemerintah membuat kebijakan untuk meningkatkan
pembangunan dan peningkatan ekonomi, Salah satu usaha dalam mendukung
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi adalah sektor industri. Industrialisasi
Indonesia sudah merambah dikawasan pedesaan, salah satu tujuan dibangun
perusahaan industri di desa karena desa tersebut memiliki sumberdaya yang
dibutuhkan dalam usaha industri tersebut. Industrialisasi tidak hanya mambangun
pabrik-pabrik, melainkan masyarakat industri yang luas. Terdapat empat golongan
perusahaan industri menurut BPS (2012), antara lain industri besar, industri sedang,
industri kecil, dan industri rumah tangga.
Banyak dampak yang diciptakan dengan adanya industrialisasi di pedesaan,
menurut Rahmawati dan Setyono (2014) terjadi perubahan karakteristik dari
pedesaan ke perkotaan akibat industrialisasi, perubahan tersebut meliputi fisik
lingkungan, struktur sosial, dan ekonomi masyarakat aspek ini saling terkait untuk
mendorong perubahan karakteristik wilayah. Dengan adanya industri di pedesaan,
akan mempengaruhi masyarakat terutama petani untuk alih fungsi lahan
dikarenakan banyak migrasi yang masuk dan petani lebih tertarik bekerja di luar
sektor pertanian.
Permintaan lahan semakin meningkat di pedesaan akibat pembangunan
industri, lebih lagi jika di desa tersebut memiliki sumberdaya alam yang dibutuhkan
oleh industri tersebut. Berpindahnya hak kepemilikan lahan dilakukan dengan
banyak cara seperti keinginan petani tersebut untuk menjual lahan karena
membutuhkan uang maupun persuasi dari pihak industri baik secara langsung atau
tidak langsung agar petani menjual lahannya. Setelah menjual lahan tersebut, tidak
sedikit petani yang kehilangan matapencaharian, maka petani beralih
matapencaharian ke luar sektor pertanian. Maka, fenomena alih fungsi lahan
tersebut mempengaruhi petani dalam strategi nafkah mereka.
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Analisis Baru
Berdasarkan ringkasan dan analisis pustaka, rangkuman dan pembahasan
serta kesimpulan yang dibuat, maka munculah pertanyaan analisis baru yang akan
dijadikan dasar penelitian selanjutnya, pertanyaan tersebut diantaranya:
1. Bagaimana pengaruh industrialisasi pedesaan terhadap strategi nafkah
petani?
2. Bagaimana skala industri yang terdapat di desa berpengaruh terhadap
laju konversi lahan pertanian ?
35
3. Bagaimana pengaruh konversi lahan terhadap strategi nafkah petani?
Usulan Kerangka Analisis
Indonesia memiliki jumlah penduduk miskin yang banyak dan penduduk
miskin tersebut banyak terdapat di desa. Dalam upaya mengurangi penduduk
miskin di Indonesia, pemerintah membuat kebijakan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan melakukan pembangunan ekonomi di pedesaan.
Seiring berjalannya waktu, sudah banyak dibangun industri-industri di pedesaan,
mulai dari industri skala rumah tangga yang bercurikan jumlah tenaga kerja 1-4
oranng, industri skala kecil dengan banyaknya tenaga kerja 5-19 orang, industri
skala sedang dengan banyaknya anggota 20-99 orang, sampai industri skala besar
dengan banyaknya tenaga kerja lebih dari 100 orang. Kemudian, hadirnya industri
tersebut membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan migrasi penduduk
merupakan hal yang tidak bisa dihindari, masyarakat dari luar daerah melakukan
migrasi hanya untuk mencari pekerjaan. Orang-orang yang melakukan migrasi
tersebut membutuhkan tempat tinggal sehingga banyak petani-petani tertarik
untuk mengalih fungsikan lahan pertaniannya untuk membuat kos-kosan ataupun
membuka usaha seperti berdagang. Petani-petani tersebut secara tidak langsung
merubah matapencahariannya dengan adanya industri yang dibangun di pedesaan.
Strategi Nafkah Petani
Skala Industri




Industri Besar
Industri Sedang
Industri Kecil
Industri Rumah Tangga
Keterangan
Konversi Lahan


:
: Hubungan pengaruh
Gambar 1. Usulan Kerangka Analisis
Pola Nafkah Ganda
Pindah mata pencaharian
dari sektor pertanian ke
non-pertanian
36
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad AG. 2011. Dampak Pengembangan Lokasi Perumahan Sederhana Sehat
Terhadap Kehidupan Ekonomi Petani di Pinggiran Kota Palu. Jurnal
“ruang”. [internet]. [diunduh pada tanggal 12 September 2015]. 3(1): 63-70.
Dapat
diakses
pada:
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/RUANG/article/viewFile/738/63
6.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). 2013. Perkembangan
Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013. [Internet]. [Diakses tanggal 13
Oktober
2015].
Dapat
diunduh
pada:
http://www.bappenas.go.id/files/5313/8078/7636/Laporan_Triwulan_I_Ta
hun_2013_Deputi_Ekonomi_Bappenas.pdf.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). 2015. Laporan Nasional:
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah di 33 Provinsi Tahun 2014.
[Internet]. [Diakses tanggal 13 Oktober 2015]. Dapat diunduh pada:
http://www.bappenas.go.id/files/4714/2776/9796/laporan_nasional_ekpd_
2015_Oke.pdf
Badan Pusat Statistik. 2012. Statistik Indonesia 2012. BPS-Statistics Indonesia.
Badan Pusat Statistik. 2015. Laporan Perekonomian Indonesia 2015. [Internet].
[Diakses tanggal 13 Oktober 2015]. Dapat diunduh pada:
http://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Laporan-PerekonomianIndonesia-2015.pdf
Danapriatna N dan Utami Y. 2013. Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Terhadap
Tingkat Kesejahteraan Petani (Kasus di Kecamatan Setu, Kabupaten
Bekasi). Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah. [internet]. [diunduh
pada tanggal 22 September 2015]. 4(2): 1-10. Dapat diakses pada:
https://qjournal.id/jurnal/download/0004900016/PENGARUHKONVERSI-LAHAN-PERTANIAN-TERHADAP-TINGKATKESEJAHTERAAN-PETANI-Kasus-di-Kecamatan-Setu-KabupatenBekasi.
Gandi R. 2011. Pengaruh Industrialisasi Pedesaan Terhadap Taraf Hidup
Masyarakat. [Skripsi]. [internet]. [diunduh pada tanggal 12 September
2015].
Dapat
diakses
pada:
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51851/I11rga.pdf?s
equence=1&isAllowed=y.
Gandi R, Sunito S, dan Kinseng RA. 2015. Industrialisasi Pertambangan dan
Deagrarianisas Masyrarakat Desa. Jurnal Sosiologi Pedesaan. [internet].
[diunduh pada tanggal 17 November 2015]. 3(2): 50-62. Dapat diakses
pada: http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/viewFile/9431/7394
.
37
Hanum W. 2010. Analisis Pengaruh Perkembangan Industri UKM Terhadap
Pertumbuhan Sektor Industri Sumatera Utara. [Internet]. [diakses tanggal 8
Oktober
2014].
Dapat
diakses
pada:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18003/4/Chapter%20II.pd
f.
Hidayati T. 2009. Perempuan Madura Antara Tradisi dan Industrialisasi. Karsa.
[internet]. [diunduh pada tanggal 17 November 2015]. 16(2): 3-26. Dapat
diakses
pada:
http://citation.itb.ac.id/pdf/JURNAL/KARSA,JurnalSosialdanBudayaKeisl
aman/Vol%2016,%20No%202%20(2009)/69-73-1-PB.pdf.
Mariyanti T. 2010. Pengaruh Industrialisasi Terhadap Migrasi Per Provinsi Di
Indonesia Pada Tahun 2010. Media Ekonomi. [internet]. [diunduh pada
tanggal 22 September 2015]. 18(1): 3-26. Dapat diakses pada:
http://www.online.fe.trisakti.ac.id/publikasi_ilmiah/Jurnal%20Media%20
Ekonomi/Vol.%2018%20No.%201%20APRIL%202010/TATIK%20MA
RYATI.pdf.
Mochtar H. 2011. Politik Lokal dan Industrialisasi. Malang: UB Press.
Nurfitriani A. 2012. Pengaruh Industrialisasi Terhadap Kehidupan Ekonomi dan
Sosial Masyarakat Petani di Kabupaten Karawang (1989-1997). [Skripsi].
[internet]. [diunduh pada tanggal 12 September 2015]. Dapat diakses pada:
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20309634-S42918Pengaruh%20industrialisasi.pdf.
Nuridha SD. 2013. Pengaruh Industrialisasi Terhadap Pergeseran Nilai Sosial Pada
Masyarakat Desa Tegal Rejo Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten Tahun
2012. Jurnal Educitizen. [internet]. [diunduh pada tanggal 27 Oktober
2015].
1(1):
78-86.
Dapat
diakses
pada:
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/civic/article/viewFile/2981/2043.
Rahmawati FK dan Setyono JS. 2014. Perkembangan Industri di Pedesaan dan
Perubahan Karakteristik Wilayah Desa di Desa Nguwet Kecamatan
Kranggan Kabupaten Temanggung. Jurnal Teknik PWK. [internet].
[diunduh pada tanggal 2 Oktober 2015]. 3(4): 792-806. Dapat diakses pada:
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/pwk/article/download/6736/pdf_70
Rohmadiani LD. 2011. Dampak Konversi Lahan Pertanian Terhadap Ekonomi
Petani. [Internet]. [diakses tanggal 3 Oktober 2014]. Dapat diunduh pada:
http://digilib.unipasby.ac.id/files/disk1/6/gdlhub--indahnurha-270-1linda2.pdf.
Rusli S. 2011. Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta [ID]: LP3ES
Saraswati Y. 2014. Resiliensi Nafkah Rumahtangga Sekitar Hutan Rakyat Di
Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri. [Internet]. [diakses tanggal 22
Oktober
2014].
Dapat
diunduh
pada:
38
http://skpm.ipb.ac.id/karyailmiah/index.php/kolokuim/article/downloadSu
ppFile266/.
Sastrosoenarto H. 2006. Industrialisasi Serta Pembangunan Sektor Pertanian Dan
Jasa Menuju Visi Indonesia 2030. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sawitri D dan Soepriadi IF. 2014. Modal Sosial Petani dan Perkembangan Industri
di Desa Sentra Pertanian Kabupaten Subang dan Kabupaten Karawang.
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. [internet]. [diunduh pada tanggal 2
Oktober].
25
(1):
17-36.
Dapat
diunduh
pada:
http://www.sappk.itb.ac.id/jpwk/wp-content/uploads/2014/03/2.-DewiSawitri1.pdf.
Subali A. 2005. Pengaruh Konversi Lahan Terhadap Pola Nafkah Rumah Tangga
Petani. [Internet]. [diakses tanggal 3 Oktober 2014]. Dapat diunduh pada:
http://repository.ipb.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/12745/A05s
ag.pdf?sequence=2.
Sulasmo BS. 1994. Lapisan Atas Desa dalam Pembangunan Industri Besar.
Majalah Bina Dharma nomor 45.
Sulistyaningsih. 2013. Industrialisasi Pedesaan dan Pemberdayaan Ekonomi Petani
Desa Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta. Sosiologi Reflektif.
[internet]. [diunduh pada tanggal 22 September 2015]. 8(1): 109-131. Dapat
diakses
pada:
http://journal.uin-suka.ac.id/media/artikel/SR130801Sulistyaningsih.pdf.
Sutrisna E. 2008. Dampak Industrialisasi Terhadap Aspek Sosial Ekonomi
Masyarakat. Jurnal Industri dan Perkotaan. [internet]. [diunduh pada tanggal
27 Oktober 2015]. 7(22): 1743-1753. Dapat diakses pada:
http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JIP/article/viewFile/575/568.
Widiyanto, Dharmawan AH, Prasodjo NW. 2010. Strategi Rumahtangga Petani
Tembakau di Lereng Gunung Sumbing. [Internet]. [diakses tanggal 22
Oktober
2014].
Dapat
diunduh
pada:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=83590&val=223&titl
e=.
Wijaya M. 2001. Prospek Industrialisasi Pedesaan. Surakarta: Pustaka Cakra.
39
RIWAYAT HIDUP
Dijako Rizki Julistianto dilahirkan di Palembang pada tanggal 27 Juli 1995.
Penulis adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sugeng Riadi
dan Ibu Robi’ah. Pendidikan formal yang pernah dijalani penulis adalah SD Negeri
23 Palembang pada periode 2001-2007, SMP Negeri 3 Palembang periode 20072010, dan MAN 3 Palembang selama dua tahun karena mengikuti program
akselerasi periode 2010-2012. Pada tahun 2012, penulis diterima sebagai
mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN
(Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).
Selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti berbagai
macam kegiatan, UKM, dan organisasi di kampus. Penulis aktif dalam Unit
Kegiatan Kampus Lingkung Seni Sunda Gentra Kaheman pada tahun 2013. Selain
itu penulis juga aktif dalam Forum Syiar Fakultas Ekologi Manusia (FORSIA)
sebagai Wakil Ketua pada periode 2013-2014. Penulis juga aktif menjadi pengurus
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA) sebagai
anggota Depantemen Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa tahun 2014-2015.
Serta aktif menjadi pengurus Unit Kegiatan Mahaiswa Lises Gentra Kaheman
sebagai anggota departemen Fasilitas dan Properti tahun 2014-2015. Selain itu
penulis juga mendapatkan peringkat pertama lomba Vocal Group tingkat fakultas
dalam acara E’SPENT.
Download