Laporan Studi Pustaka (KPM 403) PENGARUH INDUSTRIALISASI PEDESAAN TERHADAP STRATEGI NAFKAH PETANI DIJAKO RIZKI JULISTIANTO DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016 i PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang berjudul “Pengaruh Industrialisasi Pedesaan Terhadap Strategi Nafkah Petani” benar-benar hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan pernyataan ini. Bogor, Januari 2016 Dijako Rizki Julistianto NIM. I34120028 ii ABSTRAK DIJAKO RIZKI JULISTIANTO. Pengaruh Industrialisasi Pedesaan Terhadap Strategi Nafkah Petani. Di bawah bimbingan MURDIANTO Pertumbuhan ekonomi yang lambat banyak disebabkan oleh kemiskinan, untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan mempercepat pembangunan kawasan industri strategis. Meningkatnya pertumbuhan sektor industri berdampak terhadap peningkatan permintaan lahan baru dan dampak lainnya. Tujuan penulisan ini menelusuri lebih jauh mengenai dampak-dampak apa saja yang terpengaruh akibat adanya industrialisasi pedesaan yang selanjutnya mempengaruhi perubahan strategi nafkah petani di pedesaan. Metode penulisan ini dilakukan dengan cara studi literatur yaitu pengumpulan data sekunder dari sumber-sumber yang terkait dengan topik industrialisasi pedesaan. Hasil penulisan ini menunjukkan bahwa dalam mengurangi jumlah penduduk miskin di Indonesia, pemerintah membuat kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Terdapat empat golongan perusahaan industri antara lain antara lain industri besar, industri sedang, industri kecil, dan industri rumah tangga. Perusahaan industri yang dibangun di desa berdapampak pada fisik lingkungan, struktur sosial dan ekonomi masyarakat, kemudian dampak-dampak tersebut membuat petani mengubah strategi nafkah Kata kunci: industrialisasi pedesaan, konversi lahan, strategi nafkah. ABSTRACT DIJAKO RIZKI JULISTIANTO. The Influence of Rural Industrialization on Farmer’s livelihood strategies. Supervised by MURDIANTO The Economic growth is slowing down caused by proverty, to overcome the problem is to speeding up the constuction of strategy industries. The increasing Industry sectors have an impact on increasing demand for land and the other impact. The purpose of this writing is to explore on impacts of rural industrilization and then affect to farmer’s livelihood strategies. The method used in the writing of this literature study is the method of analysis of secondary data that is relevant to the topic of rural industrialization. Results of the writing of this literature study revealed that efforts to reduce poor people is to make the policy on rural industrialization. There ari for types of industrial companies which is large Industry, medium Industry, small industry, and houshold Industry. Industry that was built in the village have impacts on environment, Social structure, and economic Community, then these impcats make farmer changes their livelihood strategies. Key words: rural industrialization, land conversion, livelihood strategies. iii PENGARUH INDUSTRIALISASI PEDESAAN TERHADAP STRATEGI NAFKAH PETANI Oleh Dijako Rizki Julistianto I34120028 Laporan Studi Pustaka sebagai syarat kelulusan KPM 403 pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016 iv LEMBAR PENGESAHAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang disusun oleh: Nama Mahasiswa : Dijako Rizki Julistianto Nomor Pokok : I34120028 Judul : Pengaruh Industrialisasi Pedesaan Terhadap Strategi Nafkah Petani dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Disetujui oleh Ir. Murdianto, MSi Dosen Pembimbing Diketahui oleh Dr. Ir. Siti Amanah, MSc Ketua Departemen Tanggal Pengesahan: _______________ v PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Studi Pustaka berjudul “Pengaruh Industrialisasi Pedesaan Terhadap Strategi Nafkah Petani” ini dengan baik. Penulisan Laporan Studi Pustaka ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan MK. Studi Pustaka (KPM 403) di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Laporan ini secara umum membahas tentang industrialisasi pedesaan, namun laporan ini juga membahas konversi lahan, strategi nafkah, dan dampak-dampak industrialisasi. Atas dasar itu penulis berharap laporan ini dapat berkontribusi dalam penentuan kebijakan pembangunan pedesaan. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Murdianto, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian laporan Studi Pustaka ini. Penulis juga menyampaikan hormat dan terimakasih kepada Ibu Robi’ah dan Bapak Sugeng Riadi selaku orangtua yang selalu memberikan saran, masukan, dukungan dan doa yang sangat bermanfaat untuk penulis dalam menyelesaikan Studi Pustaka ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman mahasiswa Departemen SKPM seluruh angkatan, khususnya SKPM 49, yang selalu menemani dalam proses perkuliahan selama beberapa tahun ini dan memberikan pelajaran bermakna kepada penulis. Akhirnya penulis berharap, semoga laporan studi pustaka ini bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Januari 2016 Dijako Rizki Julistianto NIM. I34120028 vi DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................. vii PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1 Latar Belakang .......................................................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ...................................................................................................................... 2 Metode Penulisan ...................................................................................................................... 2 RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA ............................................................................... 4 Perkembangan Industri di Pedesaan dan Perubahan Karakteristik Wilayah Desa di Desa Nguwet Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung .......................................................... 4 Modal Sosial Petani dan Perkembangan Industri di Desa Sentra Pertanian Kabupaten Subang dan Kabupaten Karawang ......................................................................................................... 6 Pengaruh Industrialisasi Terhadap Pergeseran Nilai Sosial Pada Masyarakat Desa Tegal Rejo Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten Tahun 2012 .................................................................... 7 Pengaruh Industrialisasi Terhadap Migrasi Per Provinsi Di Indonesia Pada Tahun 2010 ........ 9 Pengaruh Industrialisasi Pedesaan Terhadap Taraf Hidup Masyarakat .................................. 11 Pengaruh Industrialisasi Terhadap Kehidupan Ekonomi dan Sosial Masyarakat Petani di Kabupaten Karawang (1989-1997) ......................................................................................... 13 Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani (Kasus di Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi) ...................................................................................... 15 Industrialisasi Pertambangan dan Deagrarianisasi Masyarakat Desa ..................................... 17 Industrialisasi Pedesaan dan Pemberdayaan Ekonomi Petani Desa Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta ................................................................................................................. 19 Dampak Industrialisasi Terhadap Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat................................... 22 Dampak Pengembangan Lokasi Perumahan Sederhana Sehat Terhadap Kehidupan Ekonomi Petani di Pinggiran Kota Palu ................................................................................................. 23 Perempuan Madura Antara Tradisi dan Industrialisasi ........................................................... 24 Lapisan Atas Desa dalam Pembangunan Industri Besar ......................................................... 26 RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN .................................................................................... 29 Industrialisasi Pedesaan .......................................................................................................... 29 Dampak Industrialisasi Pedesaan ............................................................................................ 30 Strategi Nafkah ....................................................................................................................... 31 SIMPULAN ................................................................................................................................ 34 Hasil Rangkuman dan Pembahasan ........................................................................................ 34 Perumusan Masalah dan Pertanyaan Analisis Baru ................................................................ 34 Usulan Kerangka Analisis ....................................................................................................... 35 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 36 RIWAYAT HIDUP..................................................................................................................... 39 vii DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Usulan Kerangka Analisis ......................................................................................... 35 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Melambatnya pertumbuhan ekonomi di daerah lebih banyak disebabkan kemiskinan yang merupakan keadaan masyarakat yang tidak mampu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sebagai akibat yang timbul dari tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia, yaitu berkurangnya pendapatan masyarakat secara riil, masyarakat pun menurunkan daya beli barang kebutuhan pokok. Rekomendasi yang dapat diberikan untuk mengatasi permasalahan tersebut antara lain, akselerasi pembangunan kawasan–kawasan industri strategis yang dapat meningkatkan kemampuan interaksi antar kabupaten/kota, sehingga semuanya dapat mendorong perekonomian secara bersama, dan meningkatkan kualitas pertumbuhan melalui pengembangan industri pengolahan berbasis pertanian dan terjadi peningkatan nilai tambah yang dapat dinikmati lebih banyak masyarakat dan pelaku ekonomi rakyat (BAPPENAS 2015). Sayogyo (1990) dikutip oleh Wijaya (2001) menyatakan posisi dan peranan industri kecil di pedesaan maka industri kecil merupakan bentuk yang membawa benih kemantapan dalam perekonomian uang yang meluas dan lebih lanjut mekanisme kaitan antara industri kecil dengan industri rumah tangga berperan penting di dalam menggerakkan dinamika ekonomi pedesaan. Berhubungan dengan industrialisasi pedesaan, menurut Tambunan (1990) dikutip oleh Wijaya (2001) mengungkapkan fungsi industrialisasi pedesaan antara lain mendorong pertumbuhan pedesaan dengan mendiversivikasikan sumber pendapatan, meningkatkan dampak pertumbuhan permintaan di dalam atau di luar suuatu daerah, meningkatkan kesempatan kerja baru, mendekatkan hubungan fungsional antara setor pertanian dengan sektor perindustrian, meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan industri, mengurangi kemiskinan di pedesaan. Menurut Sastrosoenarto (2006), karakteristik yang dimiliki Indonesia saat ini amat memungkinkan untuk mengembangkan sektor industri-pertanian secara simultan diikuti dengan pengembangan sektor jasa. Berkembangnya sektor pertanian yang kuat akan memberi landasan bagi pengembangan industri berdaya saing tinggi dengan dukungan sektor pertnian sekaligus meningkatkan nilai tambahnya. Perkembangan industri dan pertanian pada akhirnya juga akan mendorong tumbuhnya sektor jasa dalam arti yang luas, karena industri membutuhkan dukungan perbankan, asuransi, periklanan, akuntansi, pelatihan, pemasaran, distribusi, pengangkutan dan berbagai jasa lainnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2015) menyatakan bahwa selama setahun terakhir kenaikan penyerapan tenaga kerja terjadi hampir di semua sektor, kecuali sektor pertanian dan sektor jasa kemasyarakatan. Kenaikan penyerapan terutama terjadi pada sektor konstruksi (930 ribu orang), sektor perdagangan (730 ribu orang), dan sektor Industri (300 ribu orang). Kemudian menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2015), peningkatan jumlah tenaga kerja di sektor Jasa, Perdagangan, dan Industri Manufaktur memberikan dampak positif 2 bagi penurunan TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) di Kepulauan Riau. Pada periode 2009-2013 tren TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) di Kepulauan Riau terus menurun seiring tingginya penyerapan tenaga kerja di tiga sektor teresebut. Namun, ada juga dampak negatif yang disebabkan oleh industrialisasi di Kabupaten Tuban menyebutkan permasalahan lingkungan akibat industri semen di Kabupaten Tuban yaitu Problem lingkungan industri semen bukan saja terkait dengan kerusakan tanah yang tak dapat diperbaharui (unrenewable), tetapi polusi yang menimpa penduduk dan taman di sekitar industri semen (Mochtar 2011). Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2013), meningkatnya pertumbuhan sektor industri berdampak terhadap peningkatan permintaan lahan baru. Hal ini diperlukan untuk mendukung kebutuhan infrastruktur industri. Peningkatan pertumbuhan luas lahan industri untuk wilayah Jabodebek meningkat setiap tahunnya dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 4,03 persen. Jika dilihat kembali dari tahun 2007 hingga 2012, luas lahan industri di Jabodebek meningkat sebesar 1.214 Ha, dengan persentase pertumbuhan sebesar 21,8 persen. Sedangkan untuk wilayah Banten, pertumbuhan lahan industri tidak begitu mencolok dari tahun ke tahunnya, pertumbuhan luas lahan tertinggi dari tahun 2007 hingga 2012 yaitu sebesar 0,5 persen yang terjadi pada tahun 2011. Tujuan Penelitian Salah satu fungsi industrialisasi pedesaan menurut Tambunan (1990) yang dikutip oleh Wijaya (2001) adalah untuk mendorong pertumbuhan pedesaan dengan mendiversivikasikan sumber pendapatan, maka penulisan studi pustaka mengenai “Pengaruh Industrialisasi Pedesaan Terhadap Strategi Nafkah Petani” adalah untuk menelusuri lebih jauh mengenai faktor-faktor apa saja yang terpengaruh akibat adanya industrialisasi yang selanjutnya mempengaruhi perubahan strategi nafkah petani di pedesaan. Tujuan selanjutnya yang ingin dicapai adalah untuk menelusuri kajian-kajian sebelumnya dan ada yang belum pernah diteliti untuk dijadikan penulis sebagai rencana penelitian selanjutnya. Dengan demikian, diharapkan kajian yang telah dibuat dapat memberikan sumbangan lebih untuk dunia ilmu sosial ke depannya terkait dengan industrialisasi pedesaan. Metode Penulisan Pembuatan tulisan ini dilakukan dengan cara studi literatur atau studi pustaka yaitu pengumpulan data sekunder dari sumber-sumber yang terkait dengan topik industrialisasi pedesaan. Data tersebut diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, hasil penelitian, maupun skripsi yang relevan dengan topik yang diangkat. Studi literatur ini dilakukan melaui beberapa tahap. Pertama, dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan tulisan yang terkait dengan topik yang akan dibahas. Kedua, mempelajari dan meringkas sumber-sumber tersebut dan disajikan dalam bentuk ringkasan studi pustaka yang relevan dengan topik. Ketiga, adalah 3 menganalisis ringkasan studi pustaka tersebut. Keempat, menarik kesimpulan dan membuat hubungan dari hasil ringkasan dan analisis tulisan-tulisan yang digunakan sebagai sumber tersebut sehingga memunculkan sebuah kerangka teoritis yang menjadi dasar perumusan masalah untuk penelitian yang akan dilakukan. 4 RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA 1. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis : : : : Nama Editor Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL : : : : : Tanggal Unduh : Perkembangan Industri di Pedesaan dan Perubahan Karakteristik Wilayah Desa di Desa Nguwet Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung 2014 Jurnal Elektronik Feptian Kuni Rahmawati dan Jawoto Sih Setyono Semarang dan Universitas Diponegoro Jurnal Teknik PWK Volume 3 Nomor 4 Halaman 792-806 http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/pwk/article/downlo ad/6736/pdf_70 2 Oktober 2015 Proses pembangunan di Indonesia dewasa ini lebih mengarah pada proses pembangunan desa yang didorong untuk bertransformasi menjadi penyangga perekonomian, pembangunan tersebut sikonseptualisasikan sebagai satu proses perbaikan menuju kehidupan yang lebih baik. Upaya yang dilakukan dalam proses pembangunan ini adalah dengan peningkatan pemanfaatan sumber daya alam maupun sumber daya manusia lebih efektif dan efisien. Pengembangan industri pedesaan sendiri dapat dikarenakan oleh berbagai faktor seperti ketersediaan lokasi sumberdaya dan akses, sehingga tidak semua industri begitu saja dibangun di pedesaan. Industrialisasi pedesaan disatu sisi dapat menjadi solusi penyelesaian permasalahan ekonomi desa, namun disisi lain dapat mengubah fungsi dan tata guna lahan pertanian di pedesaan serta membawa perubahan pada struktur sosial dan ekonomi pedesaan. Lokasi pada penelitian ini adalah Desa Nguwet, dimana berdasarkan RTRW Kabupaten Temanggung Tahn 2011-2032 dirujuk sebgai kawasan industri skala besar dan menengah. Proses pengembangan industri di Desa Nguwet adalah menempatkan wilayah pedesaan sebagai tempat memproduksi barang dan jasa untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor dengan sektor utama adalah industri pengolahan kayu. Penelitian ini diarahkan pada hubungan antara keberadaan industri di pedesaan yang dikaitkan dengan adanya transformasi dari desa menjadi kota yaitu pada perubahan guna lahan, struktur social dan ekonomi di Desa Nguwet. Perubahan struktur ekonomi adalah perubahan variasi mata pencaharian, pendapatan, pola konsumsi dan belanja. Sedangkan perubahan struktur sosial adalah perubahan karakter masyarakat pedesaan menjadi masyarakat perkotaan. Penelitian ini mengutip pernyataan Raharjo (2004) yakni pembangunan merupakan perubahan yang disengaja atau direncanakan dengan tujuan untuk mengubah keadaan yang tidak dikehendaki ke arah yang dikehendaki. Modernisasi sering diartikan identik dengan pembangunan, yakni mengingat artinya sebagai proses penerapan pengetahuan dan teknologi modern pada berbagai segi kehidupan 5 masyarakat. Sehingga, pembangunan dapat didefinisikan sebagai usaha yang dilakukan secara sadar untuk menciptakan perubahan sosial melalui modernisasi. Penelitian ini juga mengutip pernyataan Chandra (1992) yang berbunyi proses industrialisasi dalam arti luas adalah proses transformasi sosial yang melibatkan ekonomi, peruahan politik, sosial, dan budaya. Menurut Purwanto (2003), pembangunan industri di pedesaan akan membawa dampak seperti penyempitan lahan pertanian, peningkatan arus migrasi, terbukanya desa bagi kegiatan ekonomi dan munculnya peluang kerja dan berusaha di bidang non pertanian. Hal tersebut berdampak pada makin banyaknya pendatang yang bekerja di pabrik-pabrik. Di kawasan industri sendiri, hal ini menyebabkan kepadatan penduduk meningkat. Pengumpulan data menggunakan pendekatan kuantitatif dilakukan melalui kuesioner dan melakukan wawancara mendalam terkait hal-hal diluar kuesioner. Peneliti juga menggunakan teknik recall untuk mengetahui keadaan responden sebelum terjadinya industri. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, analisis overlay dan analisis keterkaitan. Persebaran industri di Kecamatan Kranggan hanya terdapat di Desa Nguwet dan Desa Badran. Hal tersebut karena adanya lokasi sumber bahan baku diantaranya adalah sengon, selain itu karena adanya jalan alternatif dan harga lahan di Kecamatan Kranggan lebih murah dibandingkan Kecamatan Pringsurat dan topografi yang relatif datar. Perkembangan industri di Desa Nguwet mempengaruhi perubahan pola tanam petani dari tanaman pangan menjadi tanaman hutan. Hasil dan pembahasan penelitian ini juga membahas variabel yang terpengaruh (fisik, sosial, dan ekonomi) dan tidak terpengaruh (fisik, sosial, dan ekonomi) akibat perkembangan industri di Desa Nguwet. Analisis: Proses pembangunan di Indonesia lebih mengarah pada proses pembangunan desa yang kemudian didorong menjadi penyangga perekonomian. Proses pembangunan tersebut salah satunya melalui proses industrialisasi pedesaan, dimana sektor industri dianggap mampu memberikan dampak yang lebih besar dalam mempengaruhi perkembangan ekonomi dibandingkan dengan sektor lain di pedesaan. Desa Nguwet merupakan salah satu desa yang mengalami proses industrialisasi dimana desa ini dirujuk sebagai kawasan industri skala besar dan menengah. Industri di Desa Nguwet mampu mengubah karakteristik pedesaan menjadi karakteristik kota. Penelitian ini merupakan penelitian yang lihat perubahan-perubahan dari karakteristik wilayah pedesaan menjadi perkotaan karena adanya pengembangan industri di Desa Nguwet. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan industri di pedesaan adalah desa tersebut menyediakan sumberdaya dan akses yang bisa dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Industri di Kabupaten Temanggung didominasi oleh industri pengolahan kayu, secara tidak langsung memberikan dampak pada perkembangan industri penyediaan bahan baku kayu yaitu kayu sengon. Pada penelitian tersebut terdapat variabel yang mengalami perubahan dan terdapat variabel yang tidak mengalami perubahan karena adanya perkembangan industri di Desa Nguwet. 6 2. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL : : : : : : : : : Tanggal Unduh : Modal Sosial Petani dan Perkembangan Industri di Desa Sentra Pertanian Kabupaten Subang dan Kabupaten Karawang 2014 Jurnal Elektronik Dewi Sawitri dan Ishma F. Soepriadi Bandung dan Institut Teknologi Bandung Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Volume 25 Nomor 1 Halaman 17-36 http://www.sappk.itb.ac.id/jpwk/wpcontent/uploads/2014/03/2.-DewiSawitri1.pdf 2 Oktober 2015 Latar belakang penilitian ini menjelaskan bahwa pertanian mulai dianggap kurang penting dan tersisihkan oleh industrialisasi, padahal produk pertanian sangat dibutuhkan untuk ketahanan pangan dan masukan industri. Industri juga mengurangi keberadaan pertanian yang bersifat fisik (lahan pertanian) dan non-fisik (faktor yang berhubungan dengan kapasitas manusia sebagai pelaku kegiatan pertanian). Kemudian dalam latar belakang penilitian ini menjelaskan bahwa pentingnya modal sosial dalam kegiatan pertanian. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk menentukan dampak perkembangan industri pada modal sosial petani di sentra pertanian yang sedang mengalami industrialisasi, serta menentukan faktor yang menentukan terjadinya dampak perkembangan industri pada modal sosial petani. Pendekatan penelitian ini bersifat campuran antara pendekatan kuantitatif untuk memahami perkembangan industri dan pendekatan kualitatif untuk memahami keberadaan modal social petani. Proposisi dari penelitian ini adalah semakin besar perkembangan industri, maka keberadaan modal sosial petani akan semakin lemah. Penelitian dilakukan di dua sentra produksi pertanian padi atau lumbung padi di Provinsi Jawa Barat, yaitu di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Subang, yang terus mengalami perkembangan industri, mengikuti perkembangan industri yang terjadi di Kabupaten Bekasi. Penelitian ini membahas modal sosial dalam kegiatan usaha pertanian, modal sosial dalam perkebangan industri, dampak perkembangan industri di Kabupaten Karawang dan Subang pada modal sosial petani, dan hubungan perkembangan industri dengan modal sosial petani. Penelitian ini juga mengutip beberapa faktor yang mampu memupuk dan mengikis modal sosial suatu komunitas dan mengutip kaitan industrialisasi terhadap modal sosial terjadi dalam 3 hal yakni terjadinya migrasi, peningkatan pendapatan dan kesenjangan ekonomi, serta terjadinya kemunduran akibat industrialisasi itu sendiri. Proporsi sektor industri pada PDRB Kabupaten Karawang berada pada kisaran kurang dari 50 persen yang menunjukkan bahwa peran sektor industry, edangkan proporsi sektor industri di Kabupaten Subang kurang dari 20 persen. Terjadi kasus kehidupan ekonomi yang sama antara Desa Beledung, Kecamatan Klari Kabupaten Karawang dengan Desa Gempolsari, Kecamatan Patokbeusi, 7 Kabupaten Subang yaitu areal pertanian didominasi oleh areal persawahan irigasi teknis dan sebagian besar berprofesi sebagai petani, namun banyak generasi muda lebih memilih bekerja di sektor industri karena memberikan pendapatan yang lebih baik daripada bekerja di bidang pertanian, namun perbedaannya ialah generasi muda di Desa Gempolsari yang bekerja di industri hanya pemudi karena industri yang berkembang memperkerjakan tenaga kerja wanita dan pemudanya menganggur. Kemudian penelitian tersebut melihat interaksi sosial di Desa Beledung dan Desa Gempolsari melalui komponen modal sosial antara lain kerjasama, kepedulian, dan hubungan timbal balik. Sedangkan untuk melihat kepercayaan petani melalui komponen modal sosial yaitu kepercayaan. Berdasarkan pencocokkan antara proposisi dan kondisi empiris pada kedua kasus studi, diketahui bahwa modal sosial petani pada wilayah yang mengalami industrialisasi relatif lebih intensif, yaitu Kabupaten Karawang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan modal sosial pada wilayah yang tingkat industrialisasinya masih relatif rendah. Kondisi empiris dari industrialisasi dan modal sosial petani serta kehidupan masyarakat petani pada kedua wilayah studi menunjukkan bahwa pengaruh industrialisasi terhadap modal social petani terjadi dalam bentuk ada atau tidaknya migrasi penduduk. Analisis: Penelitian ini dilakukan di dua lokasi, yaitu Desa Beledung, Kecamatan Klari Kabupaten Karawang dengan Desa Gempolsari, Kecamatan Patokbeusi, Kabupaten Subang dan penelitian ini terlihat perbandingan antara kedua lokasi tersebut. Hasil dan pembahasan penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan penjelasan, sehingga membuat pembaca mudah memahaminya. Temuan penelitian ini tidak mendukung proposisi, namun sebaliknya mendukung studi skala nasional, bahwa ternyata wilayah dengan tingkat perkembangan industri yang lebih tinggi justru memiliki modal. Namun tidak terlihat dengan jelas jumlah responden yang digunakan pada penelitian ini dan antara tujuan dan kesimpulan penelitian ini sesuai. 3. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL : : : : : : : : : Tanggal Unduh : Pengaruh Industrialisasi Terhadap Pergeseran Nilai Sosial Pada Masyarakat Desa Tegal Rejo Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten Tahun 2012 2013 Jurnal Elektronik Sigit Dwi Nuridha Solo dan Universitas Sebelsa Maret Jurnal Educitizen Volume 1 Nomor 1 Halaman 78-86 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/civi c/article/viewFile/2981/2043 27 Oktober 2015 8 Latar belakang penilitian ini melihat dari sisi sistem nilai yang merupakan konsensus yang dijadikan pegangan hidup untuk bersosialisasi oleh masyarakat dan dapat disimpulkan bahwa masyarakat tidak bisa lepas dari sistem nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat. Namun, banyak perubahan yang terjadi di masyarakat salah satunya disebabkan oleh industrialisasi dimana industrialisasi merupakan hal yang dianggap penting untuk pertumbuhan ekonomi. Kemudian industri memunculkan dampak yang sangat beragam bagi kehidupan masyarakat desa, baik dampak social maupun dampak nonsosial. Desa Tegalrejo adalah kawasan industri terbesar di kota Klaten Kebanyakan didominasi oleh industri penngecoran dan permesinan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan industrialisasi terhadap pereseran nilai sosial pada masyarakat Desa Tegalrejo, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten Tahun 2012. Metode penelitian yang digunakan menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan menggunakan sampel 74 jiwa. Teknik pengumpulan data untuk variabel Industrialisasi dan pergeseran nilai sosial pada masyarakat desa menggunakan angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi satu predikator dan teknik untuk mengambil sampel adalah Cluster Random Sampling. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data menggunakan teknik statistik karena data diambil merupakan data kuantitatif. Adapun prosedur analisis data dalam penelitian ini: 1. Uji prasyarat analisis 2. Pengujian hipotesis. Data yang diperoleh tentang industrialisasi menggunakan teknik angket, angket industrialisasi terdiri atas 10 pertanyaan yang mempunyai jumlah skor 1 dan 0. Angket variabel industrialisasi disebarkan kepada 74 warga di desa Tegalrejo. Data hasil pengumpulan data tentang pergeseran nilai sosial pada masyarakat desa diketahio jumlah responden (N) = 74, nilai tertinggi adalah 103 sedangkan nilai terendah adalah 55. Pada uji prasyarat analisis, data yang telah terkumpul disusun secara sistematis, selanjutnya di analisis untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan. Syarat analisis data digunakan analisis regresi linier adalah sebaran populasi data harus berdistribusi normal dan variabel bebas harus linier terhadap variabel terikat. Setelah melakukan uji prasyaratan analisis selanjutnya menganalisis data untuk mengetahui hipotesis yang dirumuskan diterima atau ditolak. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis korelasi sederhana. Pergeseran nilai sosial pada masyarakat Desa Tegalrejo Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten Tahun 2012 akan tetap atau konstan apabila tidak ada peningkatan industrialisasi sebesar 65.36 dan setiap ada kenaikan satu satuan pergeseran nilai sosial pada masyarakat Desa Tegalrejo Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten Tahun 2012 akan diikuti dengan kenaikan Industrialisasi sebesar 1.59 satuan. Hipotesis yang berbunyi “Ada pengaruh yang positif dan signifikan industrialisasi terhadap pergeseran nilai sosial pada masyarakat Desa Tegalrejo Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten pada Tahun 2012” dapat diterima Analsis: Penelitian ini berlokasi di Desa Tegalrejo Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten. Kasus pada penelitian ini, industrialisasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pergeseran nilai sosial yang terjadi.Variabel pada penelitian ini adalah industrialisasi dan pergeseran nilai sosial masyarakat. Industrialisasi pada penelitian ini merupakan variabel bebas (X) dan diperoleh menggunakan metode 9 angket yang berbentu tertutup. Pada hasil penelitian dan pembahasan dibahas dengan jelas serta dijelaskan lebih spesifik dan dibuat subbab seperti deskripsi data industrialisasi, deskripsi data pergeseran nilai sosial pada masyarakat, uji prasyarat analisis, pengujian hipotesis, dan kesimpulan pengujian hipotesis. Pada jurnal tersebut hasil uji prasyarat data dapat diperinci dengan menjelaskan melalui uji moralitas dan uji linearitas. Hasil penelitian dan pembahasan yang dibuat lebih spesifik akan lebih mudah mencerna informasi yang diberikan. Ada pengaruh yang positif dan signifikan industrialisasi terhadap pergeseran nilai sosial pada masyarakat, untuk mengetahui signifikansinya didasarkan pada perolehan perhitungan uji t dengan thitung>ttabel atau 3.015>1.98 dengan db=n-2=72 dan pada taraf signifikan 5%, sehingga hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (H0) ditolak maka dapat disimpulkan bahwa industrialisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pergeseran nilai sosial pada masyarakat desa. 4. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL : : : : : : : : : Tanggal Unduh : Pengaruh Industrialisasi Terhadap Migrasi Per Provinsi Di Indonesia Pada Tahun 2010 2010 Jurnal Elektronik Tatik Mariyanti Jakarta dan Universitas Trisakti Media Ekonomi Volume 18 Nomor 1 Halaman 3-26 http://www.online.fe.trisakti.ac.id/publika si_ilmiah/Jurnal%20Media%20Ekonomi/ Vol.%2018%20No.%201%20APRIL%20 2010/TATIK%20MARYATI.pdf 22 September 2015 Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ketempat lain melampaui batas politik/negara ataupun batas administrasi/ batas bagian dalam suatu negara. Jika penduduk bertambah banyak, sedangkan lingkungan atau tempat tinggal tidak mampu mencukupi kebutuhan penduduk, maka jalan keluarnya adalah dengan bermigrasi. Karena adanya kemajuan ekonomi dan globalisasi membuat pasar kerja makin kompleks baik bagi negara-negara yang tengah melakukan proses pembangunan ekonomi maupun yang telah maju kondisi perekonomiannya. Tapi dalam hal ini umumnya mereka mengalami beberapa perubahan dalam struktur perekonomian yang biasanya meliputi perubahan dalam struktur produksi, atau komposisi PDB menurut lapangan usaha,perubahan dalam struktur permintaan barang dan jasa, perubahan dalam struktur ketenaga kerjaan baik menurut lapangan usaha maupun status dan jenis pekerjaan Pada beberapa provinsi menunjukkan bahwa terjadinya migrasi berkaitan dengan berlangsungnya industrialisasi. Penduduk pindah kedaerah perkotaan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kerja disektor industri, karena lapangan pekerjaan disektor tersebut memang menciptakan nilai tambah yang lebih besar 10 dibandingkan dengan sektor lainnya seperti sektor pertanian. Tulisan ini bermaksud membahas mengenai pengaruh industrialisai terhadap migrasi per provinsi pada tahun 2010. Penulis mengutip pengertian industrialisasi menurut Wiradi (1989) bahwa industrialisasi adalah proses perkembangan teknologi dengan bantuan ilmu pengetahuan yang dicirikan oleh ekspansi secara besar-besaran. Penggunaan mesin–mesin secara luas untuk pasar, memproduksikan alat-alat produksi maupun barang-barang konsumsi, dengan bantuan angkatan kerja yang dispesialisasi dalam hal mana terlihat adanya urbanisasi atau migrasi yang semakin bertambah. Dalam model Lewis (2003), perekonomian terdiri dari dua sektor, yaitu sektor tradisional di wilayah pedesaan dan sektor modern di wilayah perkotaan. Kerangka pemikiran penelitian ini adalah Perkembangan sektor industri yang terdiri dari kontribusi sektor industri dalam PDRB kontribusi sektor industri dalam penyerapan tenaga kerja, dan Upah Tenaga kerja di sector industri mempengaruhi angka migrasi masuk dan angka migrasi keluar. Metodologi penelitian ini mengiakan data Indonesia per-provinsi yang bersumber dari Statistik Indonesia Per-Provinsi dan statistik nasional 2010 dan keadaan angkatan kerja di Indonesia dari BPS 2010. Metode analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah statistik deskriptif dan analisa inferensial dengan mengiakan model regresi linear. Dalam menentukan variabel bebas yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan variabel tidak bebas dalam studi ini diperhatikan 2 macam signifikansi yaitu Signifikansi statistik dan Signifikansi Substansi. Dalam gambaran umum ini akan di jelaskan secara diskriptif tentang variabel-variable yang mempengaruhi Industrialisasi terhadap migrasi per provinsi di Indonesia pada tahun 2010 yaitu antara lain In-migrasi dan out–migrasi menurut provinsi di Indonesia tahun 2010, Kontribusi sektor industri dalam PDRB per provinsi pada tahun 2010, Kontribusi sektor industri terhadap Tenaga Kerja per provinsi pada tahun 2010 dan UMR per provinsi pada tahun 2010. Berdasarkan tabel IN-Migrasi dan Out-Migrasi tersebut dapat dilihat bahwa provinsi yang paling besar Out Migrasinya adalah Provinsi DI Yogyakarta 21.9 persen dan Sumataera barat 19 persen. Sedangkan DKI, Kaltim Dan Riau merupakan tujuan utama para migran dikarenakan di DKI merupakan kota metropolitan dan kota industri, sedangkan untuk Kaltim dan Riau merupakan kota penghasil minyak terbesar di Indonesia. Pada tabel Kontribusi sektor industri dalam PDRB per provinsi pada tahun 2010 dapat dijelaskan bahwa DKI merupakan provinsi dimana kontribusi sektor industri dalam PDRB lebih besar dibandingkan provinsi lain yaitu sebesar 99,81 persen, berikutnya Jawa Barat dimana kontribusi sektor industri dalam PDRB di provinsinya sebesar 91,21 persen. Hal ini dapat dimaklumi bahwa untuk DKI memang merupakan provinsi yang paling besar persentase penduduk yang bekerja disektor non pertanian di bandingkan dengan sektor pertanian. Pada tabel Kontribusi sektor industri terhadap Tenaga Kerja per provinsi pada tahun 2010 disajikan tentang persentase kontribusi sektor industri terhadap tenaga kerja di Indonesia pada tahun 2003 per propinsi dimana propinsi yang paling besar kontribusi sektor industri terhadap tenaga kerja adalah propinsi Jawa Barat sebesar 99,53 persen, berikutnya daerah Banten yaitu sebesar 76,08 persen setelah Banten kontribusi sektor industri terhadap tenaga kerja yang persentasenya besar adalah Bali sebesar 62,52 persen. Sedangkan pada tabel UMR per provinsi pada 11 tahun 2010 disajikan upah minimum rata-rata per propinsi pada tahun 2010 dimana upah minimum rata rata terbesar per propinsi di Indonesia terdapat pada propinsi Aceh dan DKI Jakarta yaitu sebesar, Rp 1.300.000 dan sebesar Rp 1.290.000 perbulan daerah berikutnya yaitu Propinsi Papua Barat sebesar Rp 1.210.000 rupiah. Kontribusi sektor industri terhadap PDRB berpengaruh positif terhadap migrasi per propinsi di Indonesia pada tahun 2010, dengan berkembangnya sektor industri yang akan menambah pendapatan daerah maka hal ini akan berpengaruh terhadap migrasi masuk kedaerah tersebut, dan mendorong migrasi keluar kedaerah lain untuk meningkatkan pendapatan daerah asal. Kontribusi sektor industri terhadap penyerapan tenaga kerja berpengaruh secara statistik maupun secara substansi terhadap migrasi antar propinsi, hal ini dengan banyaknya sektor industri akan banyak pula menyerap tenaga kerja yang dimungkinkan akan menarik penduduk untuk pindah dari propinsi yang satu ke propinsi yang lain. Upah Minimum Rata-Rata sangat berpengaruh baik secara substansi maupun secara statistik terhadap migrasi dimana, dengan meningktnya UMR suatu propinsi menunjukkan kondisi kesejahteraan masyarakat di propinsi tersebut tinggi akibatnya maka akan menarik penduduk dari propinsi lain untuk pindah ke propinsi dimana tingkat upahnya lebih besar. Analisis: Metode analisa penelitian ini adalah statistik deskriptif dan analisa inferensial. Analisa deskriptif merupakan analisa untuk mempelajari karakteristikkarakterisik provinsi yang berkaitan dengan Migrasi dan perkembangan sektor Industri tahun 2010. Analisa Inferensial digunakan untuk mempelajari asosiasi ganda antara variabel tidak bebas dengan masing-masing variabel bebas yang diperhatikan. Signifikansi statistik diukur berdasarkan parameter yang ditaksir sedangkan Signifikansi substansi adalah kesesuaian hubungan yang di dapatkan secara statistik dengan teori yang sudah ada atau sesuai dengan logika. Penelitian tersebut menganalisa megenai kontribusi sektor industri dalam PDRB, kontribusi sektor industri dalam penyerapan tenaga kerja, upah tenaga kerja di sektor industri terhadap angka migrasi masuk dan angka migrasi keluar ke asing-masing provinsi pada tahun 2010. Kontribusi sektor industri terhadap PDRB berpengaruh positif terhadap migrasi per propinsi di Indonesia Kontribusi sektor industri terhadap penyerapan tenaga kerja berpengaruh secara statistik maupun secara substansi terhadap migrasi antar Provinsi Upah Minimum Rata-Rata sangat berpengaruh baik secara substansi maupun secara statistik terhadap migrasi. Penulis membahas hasil dengan sangat rinci dan jelas serta pembaca dengan mudah memahami hasil penelitian ini. 5. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor : : : : : : Pengaruh Industrialisasi Pedesaan Terhadap Taraf Hidup Masyarakat 2011 Skripsi Elektronik Rajib Gandi - 12 Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL : : : : Tanggal Unduh : Bogor Institut Pertanian Bogor http://repository.ipb.ac.id/bitstream/hand le/123456789/51851/I11rga.pdf?sequence =1&isAllowed=y 12 September 2015 Latar belakang penelitian ini melihat bahwa Indonesia sebagai negara agraris sebagai pengerak utama perekonomiannya, namun tiga puluh terakhir pengembangan pada bidang non pertanian ditingkatkan sebagai upaya memacu perekonomian negara yang berimbas pada kebijakan pembangunan nasional. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UndangUndang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah memiliki pengaruh kuat dalam mengubah kegiatan pembangunan dan peningkatan ekonomi di daerah. Telah banyak muncul industri baik dalam skala kecil, sedang maupun besar. Kehadiran industri tersebut tentu membawa beragam perubahan pada kondisi sosial ekonomi masyarakat serta lingkungan. Rumusan masalah penelitian ini antara lain: Sejauhmana pengaruh dampak industri terhadap respons masyarakat? Dan Sejauhmana pengaruh respons masyarakat terhadap taraf hidup masyarakat?. Tinjauan pustaka penelitian ini antara lain industrialisasi, dampak industrialisasi, respons masyarakat terhadap industrialisasi, dan taraf hidup masyarakat industri. Hipotesis penelitian ini adalah 1) Jika dampak industri meningkat maka respons masyarakat meningkat. 2) Jika respons masyarakat meningkat maka taraf hidup masyarakat meningkat. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang didukung oleh data-data kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di RW 01 dan RW 09 Desa Benda, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Terdapat dua metode analisis yang digunakan, yaitu metode analisis deskriptif parametrik secara kuantitatif dan metode analisis deskriptif secara kualitatif. Kehadiran industri menimbulkan beragam perubahan-perubahan di bidang social ekonomi masyarakat. Pada penelitian ini perubahan yang dimaksud adalah kesempatan kerja non pertanian serta migrasi masuk yang meningkat. Adanya industri di Desa Benda membuka kesempatan kerja di luar sektor industri. Industri membutuhkan ribuan pegawai membuat terserapnya masyarakat yang sebelumnya tidak memiliki pekerjaan untuk bekerja di pabrik ataupun masyarakat yang sebelumnya sudah bekerja di luar sektor pertanian. Jumlah migran semakin meningkat di Desa Benda, sebagian besar bertujuan untuk bekerja di pabri-pabrik. Salah satu dampak masuknya industri adalah terjadinya jual-beli lahan, baik lahan pekarangan maupun sawah oleh penduduk asli kepada pendatang baru ataupun tetangga. Aktivitas jual-beli lahan pada kelompok responden industri hanya terjadi bagi peruntukan perumahan. Dampak kehadiran industri tersebut membuat beberapa respons kepada masyarakat Desa Benda, respon masyarakatnya dalam kegiatan jual-beli lahan dan peningkatan SDM yang berupa peningkatan pendidikan dan kesehatan. Taraf hidup yang terjadi pada dua kelompok responden sudah mengalami perubahan yang meningkat, sudah tidak ada lagi responden yang taraf hidupnya menurun saat ini. 13 Analisis: Penelitian pada skripsi ini lebih membahas bahwa dulu penggerak perekonomian di Indonesia adalah dari sektor pertanian, namun sekarang telah berubah, sektor industri merupakan salah satu penggerak perekonomian di Indonesia sekarang dengan didukung oleh Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah yang telah dijelaskan oleh penulis. Penelitian ini telah menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang telah disajikan di pendahuluan. Penelitian ini juga memberikan masukan agar para pekerja di pabrik lebih kritis terhadap kebijakan perusahaan, dan masyarakat harus menigkatkan pendidikan serta keterampilan agar masyarakat tidak ketergantungan terhadap keberadaan perusahaan-perusaan tersebut. 6. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL : : : : : : : : : Tanggal Unduh : Pengaruh Industrialisasi Terhadap Kehidupan Ekonomi dan Sosial Masyarakat Petani di Kabupaten Karawang (1989-1997) 2012 Skripsi Elektronik Aniek Nurfitriani Depok Universitas Indonesia http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2030963 4-S42918Pengaruh%20industrialisasi.pdf 12 September 2015 Latar belakang penelitian ini melihat bahwa beras merupakan makanan pokok, terutama di Indonesia, di daerah pedesaan Indonesia beranggapan kenaikan nilai sosial dihubungkan dengan konsumsi beras, dengan anggapan tersebut kebutuhan beras terus meningkat. Sebagian besar penduduk Indonesia terutama Jawa dan Bali bermatapencaharian sebagai petani. Krisis pangan terjadi di seluruh dunia, terutama di negara berkembang yang diakibatkan oleh pertambahan penduduk, peningkatan jumlah produksi pertanian tidak sebanding dengan pertambahan penduduk. Kemudian dilakukan peningkatan produksi pangan dengan cara rekayasa genetik dan pengembangan teknologi tanaman. Indonesia melakukan swasembada pangan, usaha pemerintah dalam sektor pertanian untuk mencapai swasembada terwujud pada tahun 1985 dan memakan waktu sekitar 20 tahun. Karawang dikenal sebagai kota lumbung padi sejak Sultan Agung melakukan penyerangan terhadap VOC di Batavia. Pada tahun 1989 pemerintah mengeluarkan Keppres No. 53 mengenai kebijakan kawasan industri dan Karawang dipilih menjadi salah satu kawasan industri. Rumusan masalah penelitian ini antara lain: 1) apa yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang dalam menyikapi pesatnya laju industrialisasi demi ketahanan pangan dan kesejahteraan petani, khususnya buruh tani?; 2) Bagaimana pengaruh perindustrian terhadap kehidupan sosial dan ekonomi 14 masyarakat Kabupaten Karawang; 3) Apakah pengaruh industrialisasi tersebut menyebar ke seluruh daerah di Kabupaten Karawang? Penelitian ini menggunakan metode sejarah dan menggunakan proses historiografi. Petani Kabupaten Karawang terbagi menjadi empat kelompok antara lain, petani pemilik, petani pemilik penggarap, petani penggarap, dan buruh tani. Empat kelompok petani tersebut menyebabkan munculnya sistem patron-klien. Terdapat tiga bentuk penyewaan yaitu bagi hasil, penyewaan dengan pembayaran uang, dan penggadaian. Pendidikan menjadi faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat agar mudah meneruma perubahan yang terjadi. Akibat swasembada pangan, ada petani yang kesejahteraannya meningkat terlihat dari mereka mampu membeli motor atau mobil, namun hanya untuk petani yang memiliki lahan yang luas. Swasembada beras tidak bertahan lama, dibebabkan beberapa faktor yaitu pertambahan penduduk dan alih fungsi lahan pertanian menjadi penggunaan nonpertanian dan pada akhirnya Indonesia mengimpor beras tahun 1990-an. Dari datadata yang didapat, masyarakat petani di Kabupaten Karawang mengalami penurunan tingkat kesejahteraan sejak tahun 1989. Kawasan industri yang dimaksud dalam keppres adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri pengolahan yan dilenkapi dengan prasarana, sarana, dan fasilitas penunjang yang disediakan dan dikelolah oleh pengusaha Pengelola Industri. Kegiatan perindustrian pada awalnya ditangani oleh Pemerintah Pusat dan Provinsi sebelum terjadi otonomi daerah. Faktor-faktor pendorong berkembangnya kegiatan perindustrian di Kabupaten Karawang dibedakan menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Terdapat tiga ukuran terjadinya perubahan menurut Pearse yaitu, dimensi ekonomi, dimensi struktural, dan dimensi kultural. Pada dimensi ekonomi terjadi perubahan penggunaan lahan dan masyarakat lebih memilih berdagang. Pada dimensi Struktural, perubahan disebabkan arus migrasi penduduk. Sedangkan pada dimensi kultural disebabkan oleh urbanisasi, komposisi masyarakat Karawang yang mayoritas suku Sunda berangsur-angsur berubah menjadi bermacam suku bangsa. Analisis: Penelitian ini menjelaskan latar belakang peneltian dengan menjelaskan permasalahan pertanian di dunia, terutama di Indonesia dan menjelaskan sejarah terjadinya krisis pangan dan selanjutnya menjelaskan sejarah swasembada pangan di Indonesia juga menjelaskan tentang sumbangan satu daerah terhadap stok pangan nasional. Latar belakang penelitian ini juga mengaitkan dengan kebijakankebijakan tentang industri. Penelitian ini telah menjawab semua pertanyaanpertanyaan yang telah disajikan di pendahuluan. Namun cakupan penelitian ini terlalu luas, yaitu cakupan Kabupaten bukan cakupan Kecamatan ataupun Desa, sehingga pada pembahasan penelitian ini kurang terlihat dengan jelas pembahasan untuk setiap daerah. Penelitian tersebut lebih banyak mengkaji mengenai sejarahsejarah atau kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan mengenai industrialisasi di Kabupaten Karawang. Terlihat pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena hanya menggunakan panduan wawancara dan dokumen-dokumen Kabupaten Karawang. 15 7. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis : : : : Nama Editor Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL : : : : : Tanggal Unduh : Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani (Kasus di Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi) 2013 Jurnal Elektronik Nana Danapriatna dan Yunita Utami Panuntun Bekasi dan Universitas Islam Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah Volume 4 Nomor 2 Halaman 1-10 https://qjournal.id/jurnal/download/000490001 6/PENGARUH-KONVERSI-LAHANPERTANIAN-TERHADAP-TINGKATKESEJAHTERAAN-PETANI-Kasus-diKecamatan-Setu-Kabupaten-Bekasi 22 September 2015 Luas lahan sawah secara keseluruhan pada tahun 2010 terkonversi menjadi 3,5 juta hektar dari 4,1 juta hektar pada tahun 2007. Pada periode 2007-2010, konversi lahan mencapai 600.000 ha. Tingginya konversi lahan di Pulau Jawa umumnya digunakan untuk kepentingan pembangunan jalan tol, industri, perumahan, pusat perbelanjaan, dan fasilitas umum lainnya. Konversi lahan pertanian, dapat berdampak positif sekaligus berdampak negatif terhadap aspek sosial ekonomi. Dampak positif dirasakan pada sektor non pertanian yang semakin maju dengan berdirinya berbagai bangunan dan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain itu, pendapatan yang diperoleh dari sektor non pertanian lebih besar dibanding sektor pertanian apalagi pada masa awal industrialisasi. Konversi lahan pertanian juga berdampak negatif terhadap sektor pertanian karena dapat menyebabkan hilangnya kesempatan dan peluang kerja di sektor pertanian, hilangnya manfaat investasi dari lahan yang terkonversi, perekonomian wilayah di bidang pertanian menurun, semakin bertambahnya pengangguran akibat petani beralih ke pekerjaan di luar sektor pertanian, terjadinya penurunan luas lahan usahatani rumah tangga pertanian, dan terancamnya ketersediaan pangan dan ketahanan pangan. Selain itu, pada aspek ekologi konversi lahan dapat menimbulkan terjadinya fenomena degradasi lingkungan seperti banjir, longsor dan kebisingan, akses terhadap sumberdaya air, dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap sikap warga dalam membuang limbah rumah tangga. Aspek ekologi konversi lahan dapat menimbulkan terjadinya fenomena degradasi lingkungan seperti banjir, longsor dan kebisingan, akses terhadap sumberdaya air, dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap sikap warga dalam membuang limbah rumah tangga. Ada 3 (tiga) faktor penting yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan sawah yaitu: (1) Faktor Eksternal. Merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya dinamika pertumbuhan perkotaan (fisik maupun spasial), demografi maupun ekonomi; (2) Faktor Internal. Faktor ini lebih melihat sisi yang disebabkan oleh kondisi sosial-ekonomi rumah tangga pertanian pengguna lahan; (3) Faktor 16 Kebijakan. Merupakan aspek regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan petani untuk mengkonversi lahan pertanian dan pengaruh konversi lahan pertanian terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga petani. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian survei dengan mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional dimana deskriptif korelasional adalah bentuk penelitian untuk mempelajari pengaruh satu variabel terhadap variabel lain, data yang terkumpul kemudian dianalisis keterhubungannya dengan menggunakan metode korelasional. Data yang digunakan adalah data kuantitatif yang diperoleh melalui hasil kuesioner sebagai instrumen utama. Wawancara mendalam dilakukan untuk menggali informasi dari informan. Data dalam penelitian ini dibagi menjadi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengisian kuesioner dan hasil wawancara mendalam. Sementara data sekunder diperoleh dari laporan kecamatan, data PLKB, data BP33K dan Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi. Data kuantitatif yang telah terkumpul kemudian dianalisis secara statistik dengan menggunakan program komputer SPSS. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square dan rank spearman. Uji chi square digunakan untuk melihat adanya hubungan antara variabel-variabel dengan besarnya konversi, sedangkan rank spearman digunakan untuk melihat adanya hubungan antara besar konversi lahan terhadap tingkat kesejahteraan petani. Pada penelitian pada uji Chi square tersebut terlihat bahwa tidak ada ketergantungan yang signifikan antara jumlah tanggungan keluarga dengan luasan lahan. Pendidikan terakhir responden tidak berpengaruh signifikan dengan luas tanah yang dikonversi. Tingkat ketergantungan pada lahan juga tidak ada korelasi yang signifikan dengan luasan tanah yang dikonversi. Pada dugaan jumlah tetangga mengkonversi lahan tidak ada ketergantungan yang signifikan antara jumlah tetangga yang mengkonversi lahan dengan luasan tanah yang dikonversi. Berbeda dengan sebelumnya, terdapat ketergatungan yang signifikan antara frekuensi kedatangan pengusaha dengan luasan tanah yang dikonversi, banyaknya luasan konversi lahan di Desa Lubang Buaya disebabkan karena pengaruh dari pengusaha dalam mebujuk petani untuk melakukan konversi lahan. Berdasarkan uji rank spearman’s, terlihat korelasi antara konversi lahan dengan tingkat kesejahteraan bernilai negatif (-0,387). Semakin besar konversi lahan yang dilakukan maka tingkat kesejahteraan petani semakin menurun. Semakin luas lahan yang dikonversi tingkat kecukupan petani dalam pemenuhan kebutuhan hidup semakin menurun. Analisis: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan petani untuk mengkonversi lahan pertanian dan pengaruh konversi lahan pertanian terhadap tingkat kesejahteraan rumahtangga petani. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada responden dan wawancara mendalam kepada informan kunci (PPL Pertanian, Aparat Desa dan PLKB), sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait, baik dokumen 17 pemerintah desa maupun tokoh dan lembaga desa yang ada. Responden penelitian dipilih secara purposive sebanyak 34 responden di Desa Lubang Buaya, Kecamatan Setu. Dugaan-dugaan yang mampu mempengaruhi terjadinya konversi lahan pada penelitian tersebut antara lain jumlah tanggungan keluarga, pendidikan terakhir responden, tingkat ketergantungan pada lahan, jumlah tetangga yang mengkonversi lahan, dan pengaruh pengusaha. Pada kasus di Desa Lubang Buaya terlihat bahwa faktor yang dominan mempengaruhi petani melakukan konversi lahan adalah pengaruh pengusaha dan frekuensi kedatangan pengusaha. Semakin besar luasan konversi lahan, pendapatan petani setelah melakukan konversi lahan menjadi berkurang. Semakin banyak lahan yang dikonversi, tingkat kesejahteraan petani semakin menurun. 8. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis : : : : Nama Editor Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL : : : : : Tanggal Unduh : Industrialisasi Pertambangan dan Deagrarianisasi Masyarakat Desa 2015 Jurnal Elektronik Rajib G, Satyawan Sunito, dan Rilus A. Kinseng Bogor dan Institut Pertanian Bogor Jurnal Sosiologi Pedesaan Volume 3 Nomor 2 Halaman 50-62 http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality /article/viewFile/9431/7394 17 November 2015 Kegiatan tambang sebenarnya bukan merupakan hal baru di Indonesia. Di daerah-daerah, kegiatan tambang telah berlangsung sejak jaman kerajaan. Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki frekuensi kegiatan tambang tinggi, sekaligus sebagai ‘motor’ utama ekonomi daerahnya adalah Provinsi Kalimantan Timur dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Hingga Agustus 2014 tercatat Ijin Usaha Pertambangan (IUP) yang telah diterbitkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur mencapai 1192 buah. Kabupaten Kutai Kartanegara adalah daerah yang tercatat terbanyak mengeluarkan IUP yaitu sebanyak 407 perusahaan, dimana 218 perusahaan telah melakukan kegiatan produksi, sedangkan sisanya 189 masih beradampada tahap eksplorasi. Kehadiran industri pertambangan pasti menimbulkan dampak bagi masyarakat yang berada di dekatnya. Industri yang ditempatkan di desa dan memperkejakan banyak warga desa sebagai buruh industri menurut status kerja, waktu kerja dan tingkat upah kerja tertentu, maka pola hubungan keluarga serta ketetanggaan berubah sesuai status dan waktu kerja buruh industri yang menjadi warga desa tersebut, diferensiasi institusi ekonomi desa meningkat, serta pola produksi pertanian berubah lebih komersial (Agusta, 1997). Menurut Redclift (1984) Industri tambang juga menimbulkan masalah sosial berupa kesehatan dan gizi buruk, perang, bencana alam, kelaparan, pertumbuhan penduduk dan tekanan pada sumber daya, degradasi lingkungan, dampak yang tidak ‘pantas’ dari 18 teknologi padat modal dan kegagalan pelayanan pemerintah untuk menyediakan kebutuhan dasar. General Research Question penelitian ini adalah seperti apa industrialisasi pertambangan yang mendorong perkembangan desa, serta konsekuensinya terhadap pola nafkah pertanian masyarakat desa? Sedangkan Specific Research Question penelitian ini adalah 1. Seperti apa proses berkembangnya industrialisasi pertambangan di desa? 2. Sejauhmana industrialisasi pertambangan memiliki konsekuensi terhadap perubahan struktur agraria dan sistem nafkah masyarakat desa? Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bangunrejo dan Embalut, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Waktu penelitian ini sendiri dilaksanakan pada Bulan Juli sampai Agustus Tahun 2014. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan data primer. Untuk pendekatan kualitatif penentuan informan dilakukan secara purposive dan melalui teknik bola salju. Lebih khusus, informan yang dipilih disesuaikan dengan pertanyaan penelitian, dan informasi awal yang diperoleh. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, diskusi kelompok, observasi, dan studi literature/dokumen. Proses tumbuh kembang industi tambang, dimulai dari tahap pra kontruksi, kontruksi, operasi sampai pasca operasi. Beranjak dari Wilayah Usaha Pertambangan (WUP) pemerintah daerah menetapkan wilayah wilayah mana yang akan diberikan kepada pemegang Ijin Usaha Pertambangan (IUP) yang akhirnya ditetapkan sebagai Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP). Pengontrolan IUP yang lemah hanya akan menciptakan masalah yang lebih besar. Kehadiran tambang harus memperhatikan berbagai aspek karena berkaitan dengan ekosistem dan makhluk hidup di dalamnya seperti aspek sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan. Kabupaten Kutai Kartanegara adalah daerah yang tercatat terbanyak mengeluarkan IUP yaitu sebanyak 407 perusahaan, dimana 218 perusahaan telah melakukan kegiatan produksi, sedangkan sisanya 189 masih berada pada tahap eksplorasi. Di Kabupaten Kutai Kartanegara terdapat dua lokasi utama yang direncanakan sebagai daerah tambang yang terletak di dominan bagian ilir Sungai Mahakan, dan sebagian kecil di wilayah bagian tengah kabupaten. Sisa wilayah tersebut direncanakan menjadi daerah perkebunan (Kinseng et all, 2013). Kehadiran undang-undang desentralisasi dengan serta merta membawa pengaruh besar dalam mengubah kegiatan pembangunan dan peningkatan ekonomi di daerah, termasuk perkembangan industri tambang. Lahan-lahan yang akan digunakan PT. Kitadin sebagian besar telah dilakukan pembebasan lahan oleh pihak perusahaan. Pembebasan lahan dilakukan dengan dua tipe, yaitu pinjam pakai dengan masyarakat dan ada yang ganti putus. Tipe ke dua, ganti putus menjadi mekanisme yang paling umum digunakan. Pada PT. Kitadin tenaga kerja pada proyek penambangan dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap. Di Desa Embalut pemanfaatan lahan bekas tambang ada yang sudah dijadikan sebagai Kebun Pertanian Terpadu yang kurang lebih luasnya mencapai 15 Ha. Sedangkan di Desa Bangunrejo sudah ada kolam ex galian batubara yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai budi daya ikan keramba dan akan di dorong untuk objek wisata. Berbicara mengenai pertanian maka kita tidak bisa lepaskan dari persoalan tanah. Tanah bisa dikatakan sebagai moda produksi utama dalam pertanian. 19 Konversi lahan pertanian yang terjadi secara besar-besaran di Tenggarong Seberang adalah karena tekanan dari hadir dan berkembangnya industri tambang. Sedangkan Struktur pertanahan di Desa Embalut dan Desa Bangunrejo tidak dipungkiri sebagian besar penguasaan tanah dikuasai oleh perusahaan-perusahaan pertambangan batu-bara. Konversi lahan pertanian ke aktivitas tambang yang tinggi menjadi faktor utama atas perubahan struktur agraria yang terjadi. Pertanian menetap mulai dilakukan sekitar tahun 1990. Berpindahnya pola bertani ini sangat dipengaruhi oleh kedatangan para transmigaran yang lebih dulu menerapkan pertanian menetap. Mekanisme bertani yang baru dan lebih modern ini akhirnya mempengaruhi cara bertani orang-orang Kutai termasuk BUS (46) yang merupakan petani asli Embalut. Analisis: Penelitian ini dengan jelas menggambarkan General Research Question juga dengan jelas menuliskan Specific Research Question. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja, karena mempertimbangkan aktivitas pertambangan yang sangat tinggi di kedua desa tersebut. Penelitian ini hanya menggunakan pendekatan kualitatif terlihat dari teknik yang digunakan oleh peneliti yaitu wawancara mendalam, diskusi kelompok, observasi, dan studi literature/dokumen. Penelitian ini banyak menggambarkan keadaan serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh PT. Kitadin yang berada di Kabupaten Kutai Kartanegara. Bekas hasil pertambangan di dekat PT Kitadin mampu dimanfaatkan masyarakat di dua desa sehingga mampu meningkatkan sektor ekonomi. Pada pembahasan dinamika pertanian, secara tersirat menerangkan bahwa petani yang berasal dari Jawa lebih mau dibandingkan pertanian di Embalut. Gambar-gambar yang disajikan dalam jurnal tersebut kualitasnya kurang baik dan terlihat tidak jelas. Berdasarkan penelitian terlihat bahwa Industrialisasi pertambangan telah merubah struktur pertanahan di Desa Embalut dan Desa Bangunrejo dimana penguasaan tanah di kedua desa tersebut telah terkonsentrasi pada perusahaanperusahaan pertambangan batubara; (2) Industrialisasi pertambangan semakin mendorong masyarakat untuk bekerja atau bermatapencaharian di luar pertanian (deagrarianisasi). 9. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL : : : : : : : : : Tanggal Unduh : Industrialisasi Pedesaan dan Pemberdayaan Ekonomi Petani Desa Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta 2013 Jurnal Elektronik Sulistyaningsih YogyakartaUIN Sunan Kalijaga Sosiologi Reflektif Volume 8 Nomor 1 Halaman 109-131 http://journal.uinsuka.ac.id/media/artikel/SR130801Sulistyaningsih.pdf 22 September 2015 20 Indonesia menjadi negara yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang tinggi akibat pembangunan pada masa orde baru. Namun ada banyak yang belum terselesaikan salah satunya terkait dengan persoalan industrialisasi pedesaan dan pemberdayaan ekonomi petani. Kemiskinan sebenarnya merupakan gejala nyata dari ketidakberdayaan masyarakat secara ekonomi, politik, sosial, budaya di Indonesia. Kemiskinan terbesar ditemui di pedesaan. Kemiskinan dan marginalisasi petani di pedesaan disebabkan karena kebijakan pemerintah tentang pembangunan pertanian dan pedesaan yang kurang berpihak pada petani dan komunitas desa. Pembangunan pertanian hanya difokuskan pada upaya pencapaian peningkatan produksi pertanian guna mencapai swasembada beras. Orientasi kebijakan yang demikian, jelas menempatkan petani dan sektor pertanian hanya menjadi obyek pembangunan. Marginalisasi pembangunan sektor pertanian selama 32 tahun telah menempatkan para pelaku di sektor pertanian (petani) dalam kondisi terpuruk dan menjadi kaum marjinal. Fenomena petani tersebut di atas juga dialami oleh petani Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kabupaten Bantul terletak di bagian selatan Provinsi DIY. Perekonomian Kabupaten Bantul diwarnai tiga sektor secara berimbang, yaitu pertanian, industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Kabupaten Bantul mempunyai jumlah penduduk 910.572 jiwa yang tersebar di 17 kecamatan. Adapun mata pencaharian penduduk kabupaten Bantul sebagaian besar adalah sebagai petani (25,56 persen). Sektor industri di Kabupaten Bantul mayoritas merupakan industri kecil. Pada Kecamatan Bantul terdapat Kecamatan Piyungan yang memiliki 3 desa yaitu Desa Sitimulyo, Desa Srimartini, dan Desa Srimulyo. Sebagian besar penduduk Kecamatan Piyungan bermata pencaharian sebagai petani. Adapun desa yang menjadi kawasan pengembangan industri atau Sub Wilayah Pengembangan (SWP) VI di Kecamatan Piyungan adalah Desa Sitimuyo. Desa Sitimulyo menjadi kawasan Perindustrian dan Pertanian yang meliputi: (1) Kawasan Hutan Lindung (disekitar permukiman) dengan pengembangan hutan rakyat dan agroforesty, (2) Kawasan Pariwisata (wisata alam, wisata budaya, wisata Industri), (3) Kawasan pengembangan industri kecil (home Industri), (4) Kawasan Pengembangan kawasan Industri besar. Adanya kebijakan ini mempunyai dampak baik secara langsung atau tidak terhadap pemberdayaan ekonomi petani di Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan. Lahan-lahan pertanian yang ada di Desa Sitimulyo berhimpitan dengan adanya perusahaan-perusahaan seperti perusahaan PT Perwita Karya, CV Aneka Darma, PT Pengolahan Plastik, PT Adi Satria Abadi, PT Don Young, Koperasi Umbul Jaya (Relokasi IKM Alumunium), dan KidsFun. Rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana dampak industrialisasi pedesaan terhadap upaya pemberdayaan ekonomi petani di Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta? dan Upaya apa saja yang dilakukan oleh pemerintah Desa dan kelompok tani agar para petani di Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan Bantul Yogyakarta bisa berdaya secara ekonomi di tengah industrialiasi yang ada? Industrialisasi menurut Boediono dalam Tadjudin Noer Effendi adalah proses pertumbuhan yang dilaksanakan di dalam negeri dan diimbangi dengan pertumbuhan permintaannya baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Ginneken dan Hoven dalam Tadjudin Noer Effendi 14 mengatakan bahwa 21 tingkat industrialisasi di sebuah negara dapat diukur dengan menggunakan dua indikator yaitu sumbangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan tingkat penyerapan tenaga kerja oleh sektor tersebut. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung. Pemberdayaan merupakan proses di mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam pengontrolan dan mempengaruhi kejadian-kejadian yang ada dalam kehidupannya. Industrialisasi di Desa Sitimulyo berhasil melakukan penyerapan tenaga kerja lokal dan memberikan sumbangan terhadap peningkatan pendapatan pemerintah desa Sitimulyo, namun belum memberikan dampak secara signifikan terhadap pemberdayaan ekonomi petani. Terdapat Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah serta gabungan kelompok tani di Desa Sitimulyo untuk mendorong pemberdayaan ekonomi. Pemberdayaan dalam konteks ini dimaknai petani mempunyai kekuatan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga bisa menjadi petani yang mampu menyampaikan pendapat, terbebas dari kebodohan dan kemiskinan. Analisis: Penelitian ini banyak menceritakan sejarah-sejarah terjadinya industrialisasi di Indonesia sejak sebelum Indonesia merdeka. Keberadaan industrialisasi pedesaan ditandai dengan masuknya perusahaan-perusahaan yang ada di Desa Sitimulyo. Sektor struktural dimarginalkan secara struktural dimana kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak berpihak kepada sektor pertanian, seperti banyaknya alih fungsi lahan pertanian subur ke kegunaan non pertanian. Desa Sitimulo mempunyai kebijakan khusus terkait dengan pengembangan industri sehingga mampu menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat Desa Sitimulyo. Banyak juga perusahaan yang menyewa tanah di Desa Sitimulyo untuk membangun industri, sekitar 7 perusahaan yang didirikan di Desa Sitimulyo. Dalam konteks penelitian ini, industrialisasi pedesaan yang terjadi di Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan kabupaten Bantul Yogyakarta mempunyai dampak pada bidang ekonomi, sosial, politik, budaya baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pemberdayaan ekonomi petani di Desa Sitimulyo. Sedangkan pemberdayaan petani dalam konteks penelitian ini adalah petani diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam mengelola pertanian sehingga bisa meningkatkan daya saing. Petani juga diharapkan bisa melakukan penguatan kelembagaan melalui kelompok tani yang ada. Pada penelitian ini dampak positif dari industrialisasi pedesaan adalahn adanya penyerapan tenaga lokal di perusahaan yang ada, adanya warung-warung di sekitar perusahaan, adanya tempat kos di sekitar perusahaan, ada jasa penitipan sepeda motor dan sebagianya. Sedangkan dampak negatif adalah adanya polusi limbah, air tercemar, udara tercemar oleh asap produksi perusahaan, debit air berkurang karena tersedot oleh perusahaan, pengairan sawah mengalami kesulitan dan sebagianya. Juga terdapatd dampak langsung terkait dengan alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan industri dan akibat polusi atau limbah industri. Meskipun penulis mengungkapkan bahwa ada pengaruh tidak langsung, namun pada jurnal tidak tersurat dan menurut analisis saya dampak tidak langsung pada penelitian tesebut adalah pekerjaan menjadi petani berubah menjadi pekerjaan 22 sampingan bukan pekerjaan utama, hal ini diakibatkan karena produktifitas panen menurun karena masalah air dan minimnya lahan. 10. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (edisi): hal : : : : : : : : Alamat URL : Tanggal Unduh : Dampak Industrialisasi Terhadap Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat 2008 Jurnal Elektronik Endang Sutrisna Riau dan Universitas Riau Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XII Nomor 22 Halaman 17431753 http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JIP/a rticle/viewFile/575/568 27 Oktober 2015 Latar belakang penelitian ini melihat dari sebagian besar bangsa di dunia tergolong terbelakang, terutama pada bidang ekonomi. Salah satu usaha mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi melalui sektor industri. Ada 2 pendekatan yang dilakukan dalam pelaksanaan pembangunan pada sektor industri, pertama merangsang sektor industri yang sedang tumbuh, dan kedua memobilisasi sektor tradisional dalam perekonomian untuk melayani tugas industri. Penulis menguraikan dampak industrialisasi pada penelitiannya seperti industrialisasi bukan hanya mampu menaikkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, melainkan juga menimbulkan hal-hal lain pada kehidupan masyarakat seperti pertambahan penduduk yang cukup tinggi sebagai akibat datangnya penduduk dari daerah lain yang berfungsi sebagai tenaga kerja di pabrik-pabrik, terjadi pola pergeseran ekonomi masyarakat, pergeseran dalam pola hidup serta masalah-masalah lain yang secara nyata merupakan interelasi dan akumulasi dari ketiga masalah tersebut. Terdapat masalah industri lainnya bagi kehidupan sosial ekonomi, pertama menuntut berbagai fasilitas antara lain perumahan dan sarana transportasi. Namun, Mereka yang merupakan pendatang dan berfungsi sebagai karyawan pabrik tidak diberikan fasilitas perumahan oleh perusahaan di mana mereka bekerja. Kedua, mengandung konotasi bahwa dengan adanya pabrik-pabrik yang dibangun menyebabkan terjadinya perubahan pekerjaan dari sebagian besar warga masyarakat (terutama yang tinggal di pedesaan) dari pekerjaan sebagai buruh tani menjadi buruh bangunan. Pekerjan ini hanya sementara dan pada akhirnya mereka kehilangan pekerjaan, untuk menjadi karyawan pabrik mereka tidak diterima karena skill mereka tidak sesuai. Ketiga, pola hidup konsumtif. Masyarakat yang menjual tanahnya kepada usahawan untuk membangun pabrik secara cepat merubah pola hidupnya. Pada dasarnya perubahan dalam masyarakat menyangkut dua bentuk umum, yaitu perubahan struktural dan perubahan proses. Industrialisasi dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang banyak, baik dari dalam maupun dari luar daerah. Oleh sebab itu sebagai konsekuensinya jumlah penduduk semakin meningkat dalam 23 waktu yang relatif singkat. Kondisi seperti ini jelas menuntut pemenuhan berbagai fasilitas seperti perumahan, transportasi dan lain-lain. Penulis menjelaskan peran serta swasta dalam pembangunan perumahan pada jurnal ini tergolong lemah. Kemudian untuk mengatasi masalah-masalah sebagai dampak industrialisasi penulis meninja melalui teori-teori berikikut: 1. Teori keseimbangan agrarisindustrial dalam pembangunan, 2. Teori terhadap Agricultural Development, dan 3. Meminjau keadaan ekonomi internasional dan nasional. Sesuai dengan paradigma pembanguna yang berorientasi kepada manusia, maka solusi terhadap masalahmasalah yang terjadi sebagai dampak industrialisasi harus sesuai dengan kondisi serta kapabilitas manusianya, misalnya dengan menghidupkan kembali industri kecil, seperti industri rumahtangga, industri kerajinan tangan dan lain sebagainya. Analisis: Pada penelitian ini tidak terlihat lokasi penelitiannya, hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini general dan tidak spesifik, mencakup keseluruhan dampak sosial ekonomi pada semua lokasi yang terkena dampak industrialisasi. Penelitian ini tidak menjelaskan teknik pengumpulan data dan tidak menyebutkan jumlah responden terlihat dengan tidak ada tabel hasil olahan dari dari responden, dan penelitian ini hanya kualitatif. Pada penelitian ini tidak terdapat kerangka pemikiran dan urutan bahasannya kurang jelas sehingga sulit untuk pembaca memahami maksud inti dari penelitian ini. 11. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL : : : : : : : : : Tanggal Unduh : Dampak Pengembangan Lokasi Perumahan Sederhana Sehat Terhadap Kehidupan Ekonomi Petani di Pinggiran Kota Palu 2011 Jurnal Elektronik Abdul Gani Akhmad Palu dan Universitas Tadulako Jurnal “ruang” Volume 3 Nomor 1 Halaman 63-70 http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php /RUANG/article/viewFile/738/636 12 September 2015 Latar belakang penelitian ini memperlihatkan bahwa kebutuhan perumahan pada daerah perkotaan belum tercukupi dan pembangunan perumahan RSH meunjukkan pola perkembangan yang cukup pesat. Pembangunan RSH tersebut memilih di daerah pinggiran kota yang merupakan kawasan pertanian dan masyarakat dengan mata pencaharian sebagai petani. Adanya pengembangan lokasi perumahan RSH tersebut ada kemungkinan mempercpat proses terjadinya pengalihan fungsi lahan pertanian menjadi lahan perumahan, jika benar tejadi maka akan berdampak pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat petani yang dulunya pemilik lahan tersebut. Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana dampak 24 ekonom yang dialami petani mantan pemilik lahan akibat alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pengembangan lokasi perumahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak ekonomi yang dialami petani akibat alih fungsi lahan pertanian mereka menjadi lokasi pembangunan perumahan RSH. Hipotesis penelitian ini adalah “Pendapatan petani tidak mengalami peningkatan antara sebelum menjual tanah dengan sesudah menjual tanah”. Penelitian ini merupakan penelitian survei yang tujuannya menguji hipotesis yang ada dengan menggali data di lapangan. Teknik analisa data menggunakan paired t-test dan metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua kepala keluarga petani yang lahan pertaniannya telah beralih fungsi lahan perumahan RSH di Pinggiran Kota Palu, khususnya kelurahan Petobo Kecamatan Palu Selatan dengan 69 responden. Sumber data pada penelitian ini adalah kepala keluarga petani mantan pemilik lahan, pengembang perumahan RSH, Dinas Pertanian, Dinas Perindagkop, Bank BTN, dan BPS. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pendapatan petani berbeda antara sebelum dan sesudah melepaskan tanah pertaniannya, yang terjadi adalah berkurangnya bahkan hilangnya pendapatan petani. Pendapatan petani/mantan pemilik lahan sebelum melepaskan lahan pertaniannya, rata-ratanya adalah Rp 210.025,18 per bulan, sedangkan pendapatan petani/mantan pemilik lahan sesudah melepaskan lahan pertaniannya, rata-ratanya adalah Rp 17.559,40 per bulan. Kemudian untuk tujuan pemberdayaan petani kecil, maka perlu dilakukan penerapan konsep Perakitan Tanah dan Bank Tanah sehingga diharapkan petani kecil dapat mengalami transformasi sosial sejalan dengan adanya transformasi tanah, dan dapat memanfaatkan kekayaan dalam bentuk uang untuk membiayai diri untuk masuk ke dalam ekonomi non pertanian atau ekonomi urban secara efektif. Analisis: Kerangka penelitian pada jurnal ini hanya menggunakan penjelasan dan tidak menggunakan tabel sehingga lebih sulit untuk memahami kerangka pemikirannya. Penelitian ini tidak membutuhkan sampel karena dengan pertimbangan relatif kecilnya anggota populasi. Penelitian tersebut menyajikan hasil penelitian dengan tabel maupun gambar dan menjelaskannya juga dengan beberapa paragraf, namun dalam hasil penelitian masih terlalu banyak angka dibandingkan penjelasan dalam bentuk kalimat. Adanya relevansi antara tujuan penelitian dan kesimpulan pada penelitian tersebut. 12. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL : : : : : : : : : : Perempuan Madura Antara Tradisi dan Industrialisasi 2009 Jurnal Elektronik Tatik Hidayati Yogyakarta dan UIN Sunan Kalijaga Karsa Volume 16 Nomor 2 Halaman 3-26 http://citation.itb.ac.id/pdf/JURNAL/KA RSA,JurnalSosialdanBudayaKeislaman/ 25 Tanggal Unduh : Vol%2016,%20No%202%20(2009)/6973-1-PB.pdf 17 November 2015 Islam dilahirkan dengan visi rahmatan lil-alamien. Dalam sejarah Islam visi ini dapat dibaca pada peristiwa Siti Khatijah, istri Nabi Muhammad SAW sebagai perempuan yang tangguh dalam berbisnis. Bidang yang jarang dimiliki perempuan lain pada masanya. Dalam sejarah ditegaskan bahwa Siti Khatijah sebagai istri Nabi Muhammad SAW memiliki peran besar dalam menyiarkan agama Islam. Keberlangsungan dakwah ditopang oleh bisnis Siti Khatijah yang berkembang pesat dalam berbagai aktivitas perdagangan. Ajaran keagamaan yang mensyaratkan toleransi dan kemanusiaan terhadap martabat perempuan ini menjadi bagian yang menarik karena masing-masing masyarakat memiliki pandangan dan norma sendiri dalam memperlakukan perempuan yang dianggap “sesuai dan tidak sesuai” dengan ajaran keagamaan (Islam). Dalam masyarakat Madura yang taat dalam keberagamaan, dialektika antara ajaran dengan kebudayaan menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam masyarakat. Dialektika antara ajaran (Islam) dengan kebudayaan menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam ajaran-ajaran keagamaan. Masyarakat Madura menempatkan perempuan ditempatkan pada ruang yang suci dan terpisah dari ranah laki-laki. Dimensi ini menunjukkan ruang diterjemahkan sebagai bagian antara tradisi yang bersandarkan kepada ajaran keagamaan dengan dialektika kebudayaan dalam masyarakat. Pada satu sisi agama seringkali merupakan sandaran yang kuat dalam aktivitas sosial, budaya, ekonomi serta relasi sosial antar masyarakat. Beberapa decade terakhir dinamika peran perempuan Madura semakin menemukan eksistensi sejak arus besar politik Nasional yang mengalami perubahan yang ditandai dengan tumbangnya Orde Baru, 21 Mei 1998 (Denny JA, 2006; Nordholt, 2006). Meskipun, gerak transformasi spiritual di kalangan perempuan pedesaan terjadi sebelum adanya momentum keruntuhan rezim Orde Baru, beberapa kalangan menilai konstribusi besar adalah kesadaran akan hak komunitas perempuan untuk memperoleh hak sosial, ekonomi dan politik. Aktivitas perempuan Madura terbagi dalam dua wilayah penting sekaligus, private dan public. Pada wilayah private, perempuan bisa menjadi ibu rumah tangga yang memasak, mencuci ataupun melengkapi kebutuhan dalam rumah tangga, sementara pada wilayah publik terutama berkenaan dengan sosial keagamaan seorang istri adalah aktifis di berbagai morok dan burda. Gerakan kultural keagamaan berubah menjadi gerakan politik seiring dengan momentum pergeseran kekuasaan yang sejak reformasi bergulir, timbul pergeseran kekuasaan elit kepada kekuatan kaum alit. Kekuasaan yang terpusat menjadi menyebar pada kalangan kaum alit, yang berasal dari kalangan pesantren, masyarakat pedesaan, dan kaum perempuan yang selama ini mengalami marginalisasi peran. Kekuasaan patriarkhal yang didominasi kaum lakilaki bergeser pada eksistensi kaum perempuan. Pada jalur kultural, jejaring ini semakin menguat dengan organisasiorganisasi perempuan independen dan terlepas dari aktivitas politik struktural, aktivitas sosial keagamaan yang banyak diikuti oleh kalangan perempuan seperti berbagai acara kompolan dan pengajianpengajian morok (Koran recital). Pada jalur struktural, perempuan Madura memiliki perjuangan relatif elitis namun memiliki 26 makna populis. Keberlangsungan eksistensi mereka terlihat dari berbagai perjuangan untuk memberikan ruang yang lebih besar bagi perempuan pada ranah publik. Pendidikan di Madura dimulai dari pendidikan langgar (pesantren). Pendidikan formal dimulai dari sekolahsekolah agama (pesantren) yang tersebar di seluruh penjuru Madura, yakni dengan cara mengaji, “tradisi yang cukup lama dan satu-satunya pendidikan formal yang ada” (Kuntowijoyo, 2002).Beberapa lulusan pesantren menyebar dan mengabdi pada masyarakat, mendirikan pengajian menjadi melingkupi hampir seluruh pelosok pedesaaan di Madura, persebaran pengajian serta bentuk pendidikan ini merata pada seluruh lapisan masyarakat. Bagi masyarakat Madura, pesantren merupakan tempat yang aman bagi perempuan terutama dengan segala arus dan persoalan modernisasi dan industrialisasi. Industrialisasi yang menunjukkan perbedaan dengan tradisi mengibaratkan arus informasi dan teknologi yang berkembang cepat. Dalam konteks ini industrialisasi menjadi bagian penting bagi pengembangan potensi perempuan. Meskipun pada sisi lain, perempuan Madura memiliki keterikatan kultural dengan tradisi yang ketat namun tradisi yang tidak dinamis akan ditinggalkan oleh industri. Analisis: Penelitin ini tidak menjelaskan metode penelitiannya, menurut analisis saya, penelitian ini menggunakan metode kualitatif, karena tidak terlihat pengukuran hasil penelitian pada penelitian ini. Penelitian ini menjelaskan dengan membuat 3 sub-bab bahasan antara lain, Pertama Perempuan Madura: Dialektika Agama dan Kebudayaan, kedua Tradisi dan Elit Perempuan Madura, dan ketiga Tradisi Keagamaan dan Industrialisasi. Pada penelitian ini, hubungan antara perempuan dengan industrialisasi dibahas sangat sedikit dan tidak rinci. Hubungan antara perempuan dengan industrialisasi pada penelitian ini adalah industrialisasi menjadi bagian penting bagi pengembangan potensi perempuan dan industrialisasi yang menunjukkan perbedaan dengan tradisi mengibaratkan arus informasi dan teknologi yang berkembang cepat. 13. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL Tanggal Unduh : : : : : : : : : : : Lapisan Atas Desa dalam Pembangunan Industri Besar 1994 Jurnal Elektronik BS Sulasmo Majalah Bina Dharma Nomor 45 - Peluang-peluang ekonomis yang ditawarkan melalui berbagai program pembangunan pertanian lebih mampu dimanfaatkan oleh elit desa. Menurut Husken dan white (1989), para pemilik lahan luas di pedesaan mendominasi struktur kekuasaan atas desa dan mempunyai akses patronase negara. Penelitian Tornquist 27 (1990) mencatat bahwa para pejabat pemerintahan aras desa berperan sebagai client sekaligus patron di desanya. Mereka adalah client dari para pejabat pemerintahan aras atas desa, tetapi mereka juga sebagai patron bagi warga desa. Peluang tersebut juga diperoleh para elit desa dalam proses pembangunan industri di desa. Hal tersebut dapat dilihat dari fenomena pengusahan untuk mengamankan kepentingan industrinya, elit desa terlibat dalam struktur jabatan dan pekerjaan di pabrik. Pengusaha tersebut juga memanfaatkan kekuasaan dari elit tersebut untuk mengendalikan perilaku buruh maupun menjaga keamanan sekitar pabrik. Juga ditemukan dalam studi Wolf di Ungaran (Semarang, Jawa Tengah) menurut Wolf (1986) lurah dan carik di desa memainkan peran penting atau menentukan dalam proses jual beli tanah untuk kepentingan pabrik. Kemudian berusaha menekan harga tanah dengan aneka bujukan, ancaman maupun intimidasi terhadap pemilik tanah. Para elit desa melakukan strategi modal dengan cara wajar dan tidak wajar. Cara yang wajar dengan menyewakan tempat tinggal bagi para buruh migran. Sedangkan cara yang tidak wajar dengan menggelapkan uang jual beli tanah yang dipergunakan untuk lahan pabrik. Seluruh transaksi jual-beli tanah (baik penetapan harga maupun pembayarannya) harus melewati kepala desa. Monopoli transaksi ini tampaknya juga didukung oleh camat setempat. Hal ini terbukti dari praktik “devide et impera” yang mereka jalankan bersama (lurah-camat). Peran dominan kepala desa juga tampak dalam proses pemanfaatan peluang kerja di pabrik oleh warga desa setempat atau penduduk luar desa. Dari sisi ekonomi ditemukan bahwa dalam menanggapi berbagai peluang yang muncul seiring kehadiran pabrik, lapisan atas masyarakat menampilkan perilaku ekonomi kapitalis. Warga lapisan atas yang menjual tanah menggunakan sebagian uangnya untuk membeli sawah yang lebih luas di daerah sekitar rawa pening, atau di desa-desa pertanian lainnya, kemudian lapisan atas tersebut menjual ke pabrk dan kedapatan lapisan atas meningkat. Dengan uang hasil pejualan tanah itu, lapisan atas mengembangkan atau membangun usaha non pertanian. Pada lapisan bawah, berbeda kondisi dengan lapisan atas, akibat dari alih fungsi lahan pertanian menjadi lokasi pabrik menghilangkan mata pencaharian pada lapisan bawah. Terdapat peluang kerja di pabrik seperti petugas kebersihan, tukang kebun, atau pengantar minuman. Namun peluang itu sangat terbatas sifatnya baik dari segi jumlah maupun kelompok usia kerja yang diperlukan. Peluang tersebut juga hanya terjadi pada awal-awal beroperasinya perusahaan. Kehadiran industri besar di pedesaan memang tidak bertujuan utama untuk mensejahterakan penduduk desa setempat. Kehadiran tersebut hanyalah merupakan bagian dari strategi pemupukan laba oleh pengusaha. Kaharusan tata ruang wilayah, tersedianya lahan luas dan murah, dan tersedianya tenaga kerja yang murah dan melimpah, umumnya merupakan alasan mengapa industri besar masuk ke pedesaan. Analisis: Penelitian ini melihat dampak dari dua sudut pandang yaitu antara lapisan atas dan lapisan bawah. Pihak pengusaha memanfaatkan jabatan dan keuasaan elit desa dalam proses jual beli lahan yang akan digunakan untuk kepentingan 28 pengusaha tersebut. Elit desa tidak memperoleh imbalan langsung dari pengusaha, namun elit desa mencari imbalan pribadi. Dilihat dari kasus pada lapisan atas tersebut, lapisan atas membeli tanah atau sawah kemudian lapisan atas tersebut menjual lahan tersebut kepada pengusaha dengan harga yang lebih tinggi, hasil dari penjualan lahan tersebut dimanfaatkan lapisan atas untuk membangun usaha nonpertanian seperti rumah untuk disewakan pada masyarakat yang bermigrasi yang bertujuan untuk bekerja di pabrik. Lapisan bawah juga tidak mempunya modal atau keterampilan dalam membuka usaha. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tujuan pembangunan industri di desa tersebut bukan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, namun hanya meningkatkan perekonomian lapisan atas saja. 29 RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN Industrialisasi Pedesaan Salah satu usaha guna mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi adalah sektor industri. Sektor ini diarahkan untuk menciptakan struktur ekonomi yang lebih kokoh dan seimbang yaitu struktur ekonomi dengan titik berat industri yang maju didukung oleh sector pertanian yang tangguh. Dengan pemahaman tersebut berarti industrialisasi merupakan satu fase dari keseluruhan pembangunan ekonomi (Kindelberger (1958) dikutip Sutrisna 2008). Dengan kata lain, industrialisasi merupakan satu proses dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan permbangunan ekonomi serta pembangunan ekonomi tersebut bukan membangun pabrik-pabrik saja, tapi membangun masyarakat industri yang luas. Menurut Sastrosoenarto (2006) menjelaskan bahwa bagi Indonesia pengertian industrialisasi tidak hanya mambangun pabrik-pabrik, melainkan masyarakat industri yang luas. Hal ini mengandung makna adanya transformasi masyarakat menuju masyarakat yang sejahtera dan maju secara struktural dan kultural. Dimensi struktural tampak pada upaya mengubah sikap masyarakat agraris menjadi masyarakat industri dikarenakan produk-produk pertanian sebagian besar terkait dengan sektor industri. Dimensi Kultural tampak tumbuh dan berkembangnya nilainilai baru, antara lain sikap tingkah laku yang rasional, etos kerja, menghargai waktu, hemat kompetensi menata masa depan, produktif, disiplin dan lain-lain. Industrialisasi merupakan proses modernisasi pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri pengolahan dan pembangunan industri berkaitan dengan perubahan struktur ekonom, hal tersebut dimaksudkan Indonesia mandiri pada sektor ekonomi dalam proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi negara. Menurut Hanum (2010) industrialisasi dalam pengertian lain adalah proses modernisasi ekonomi yang mencakup seluruh sektor ekonomi yang mempunyai kaitan satu sama lain dengan industri pengolahan. Artinya industrialisasi bertujuan meningkatkan nilai tambah seluruh sektor ekonomi dengan sektor industri pengolahan sebagai leading setor. Menurut Simandjorang (2010) dikutip Rahmawati dan Setyono (2014) pembangunan industri adalah meliputi aspek-aspek perubahan struktur ekonomi, perluasan kesempatan kerja, pemerataan kesempatan berusaha, pengurangan ketergantungan pada impor, peningkatan ekspor hasil-hasil industri, peningkatan perangkat lunak termasuk rancang bangun dan perekayasaan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan industri di daerah-daerah dan pemanfaatan sumber alam dan energi serta sumber daya manusia. Badan Pusat Statistik (2012), menetapkan perusahaan Industri atau Industri Pengolahan dibagi dalam empat golongan yaitu: 1. Industri Besar (Banyaknya tenaga kerja 100 orang atau lebih) 2. Industri Sedang (Banyaknya tenaga kerja 20-99 orang) 3. Industri Kecil (Banyaknya tenaga kerja 5-19 orang) 4. Industri Rumah Tangga (Banyaknya tenaga kerja 1-4 orang) Berdasarkan prioritasnya industri kecil dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, diantaranya (BPS, 2012): 30 1. Industri kecil yang menghasilkan barang-barang konsumsi; 2. Industri kecil tradisional yang menghasilkan barang kerajinan; 3. Industri kecil modern yang menghasilkan komponen/peralatan teknik untuk keperluan produksi dari sektor industri. Industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan ekonomi yang dianggap penting untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Industrialisasi Indonesia sudah merambah dikawasan pedesaan (Nuridha 2013). Penyataan tersebut merupakan pengertian dari industrialisasi pedesaan. Proses pengembangan industri di Desa menempatkan wilayah pedesaan salah satunya sebagai tempat untuk memproduksi barang dan jasa karena tempat tersebut memiliki sumberdaya yang dibutuhkan. Menurut Rahmawati dan Setyono (2014), proses pengembangan industri di Desa Nguwet adalah industrialisasi yang menempatkan wilayah pedesaan sebagai tempat untuk memproduksi barang dan jasa baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor dengan sektor utama adalah industri pengolahan kayu. Dampak Industrialisasi Pedesaan Seiring perkembangan zaman, banyak perubahan yang terjadi di masyarakat khususnya adalah masyarakat desa. Perubahan itu salah satunya disebabkan oleh industrialisasi. Sebagai sesuatu yang baru, industri memunculkan dampak yang sangat beragam bagi kehidupan masyarakat desa, baik dampak sosial maupun dampak nonsosial seperti pada perubahan fisik desa, pencemaran lingkungan, dan sebagainya (Nuridha 2013). Perubahan-perubahan pasti terjadi, karena perubahan adalah abadi, sehingga dampak dari industrialisasi pasti akan menciptakan perubahan-perubahan baik perubahan fisik dan non-fisik, perubahan sosial dan nonsosial. Kemudian menurut Rahmawati dan Setyono (2014), terjadi perubahan karakteristik dari pedesaan ke perkotaan akibat industrialisasi, perubahan tersebut meliputi fisik lingkungan, struktur sosial, dan ekonomi masyarakat aspek ini saling terkait untuk mendorong perubahan karakteristik wilayah. Industrialisasi bukan hanya mampu menaikkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, melainkan juga menimbulkan hal-hal lain pada kehidupan masyarakat seperti pertambahan penduduk yang cukup tinggi sebagai akibat datangnya penduduk dari daerah lain yang berfungsi sebagai tenaga kerja di pabrik-pabrik, terjadi pola pergeseran ekonomi masyarakat, pergeseran dalam pola hidup serta masalah-masalah lain yang secara nyata merupakan interelasi dan akumulasi dari ketiga masalah tersebut (Sutrinsa 2008). Kuznets (1986) dikutip oleh Mariyanti (2010) bahwa modernisasi pertanian akan mengakibatkan perubahan struktur ekonomi, yaitu para petani akan meninggalkan pekerjaan agrarisnya menuju ke sector industri atau jasa di kota-kota sejalan dengan proses industrialisasi. Menurut Mariyanti (2010) kontribusi sektor industri terhadap penyerapan tenaga kerja berpengaruh secara statistik maupun secara substansi terhadap migrasi antar provinsi, hal ini dengan banyaknya sektor industri maka akan banyak menyerap tenaga kerja yang memungkinkan untuk menarik penduduk untuk pindah dari satu provinsi ke provinsi lainnya. 31 Banyak penelitian yang membahas tentang dampak industrialisasi pedesaan dan dampak-dampak tersebut berkaitan dengan permasalahan di kehidupan seharihari mereka. Sulistyaningsih (2013) industrialisasi pedesaan berdampak kepada pemberdayaan ekonomi petani di Desa Sitimulyo, baik secara langsung atau tidak, baik dampak positif ataupun negative. Dampak positifnya berupa adanya penyerapan tenaga lokal ke dalam perusahaan-perusahaan yang ada di Desa Sitimulyo. Dampak negatifnya adalah, sebagaian petani merasakan kesulitan mencari air untuk irigasi lahan pertanian. Dampak negatif lainnya adanya polusi yang dihasilkan oleh perusahaan, yang tentu saja berdampak pada kesuburan tanamanan. Kondisi ini berdampak pada aspek kuantitas dan kualitas produktivitas tanaman yang menyebabkan pendapatan petani hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan subsistensi. Menurut Gandi, Sunito, Kinseng (2015) Industrialisasi pertambangan telah merubah struktur pertanahan di Desa Embalut dan Desa Bangunrejo dimana penguasaan tanah di kedua desa tersebut telah terkonsentrasi pada perusahaanperusahaan pertambangan batubara; (2) Industrialisasi pertambangan semakin mendorong masyarakat untuk bekerja atau bermatapencaharian di luar pertanian (deagrarianisasi) Kehadiran industri pertambangan pasti menimbulkan dampak bagi masyarakat yang berada di dekatnya. Industri yang ditempatkan di desa dan memperkejakan banyak warga desa sebagai buruh industri menurut status kerja, waktu kerja dan tingkat upah kerja tertentu, maka pola hubungan keluarga serta ketetanggaan berubah sesuai status dan waktu kerja buruh industri yang menjadi warga desa tersebut, diferensiasi institusi ekonomi desa meningkat, serta pola produksi pertanian berubah lebih komersial (Agusta (1997) dikutip oleh Gandi, Sunito, dan Kinseng 2015). Pada sisi lain, industri tambang juga menimbulkan masalah sosial berupa kesehatan dan gizi buruk, perang, bencana alam, kelaparan, pertumbuhan penduduk dan tekanan pada sumber daya, degradasi lingkungan, dampak yang tidak ‘pantas’ dari teknologi padat modal dan kegagalan pelayanan pemerintah untuk menyediakan kebutuhan dasar (Redclift (1984) dikutip oleh Gandi, Sunito, dan Kinseng 2015). Industrialisasi pedesaan disatu sisi dapat menjadi solusi penyelesaian permasalahan ekonomi desa, namun disisi lain dapat mengubah fungsi dan tata guna lahan pertanian di pedesaan serta membawa perubahan pada struktur sosial dan ekonomi pedesaan (Rahmawati dan Setyono 2014). Strategi Nafkah Perubahan struktur ekonomi pedesaan adalah dalam hal perubahan variasi mata pencaharian, pendapatan, pola konsumsi dan belanja serta tumbuhnya sektor informal di pedesaan yang erat kaitanya dengan adanya proses industrialisasi pedesaan. Alih fungsi lahan atau konversi lahan merupakan salah satu dampak dari proses transformasi struktur ekonomi nasional sehingga menyebabkan petani yang menjual atau mengalih fungsi lahan akan merubah pekerjaannya. Menurut Rahmawati dan Setyono (2014) pada penelitiannya, perubahan yang terjadi di Desa Nguwet karena adanya industri juga terjadi pada struktur sosial masyarakat. Perubahan struktur sosial masyarakat ini yaitu pada perubahan struktur biososial, 32 gaya hidup masyarakat, penggunaan telepon genggam, dan mobilitas penduduk, sedangakan perubahan pada struktur ekonomi penduduk yaitu pada perubahan variasi mata pencaharian, sumber pendapatan dan jumlah aktivitas ekonomi informal baru. Menurut Nugroho dan Dahuri (2004) dikutip oleh Akhmad (2011), fenomena alih fungsi lahan adalah bagian dari perjalanan transformasi struktur ekonomi nasional. Dampak alih fungsi lahan pertanian menjadi terhadap petani pemilik lahan antara lain pendapatan petani tidak mengalami peningkatan sesudah melepaskan tanah pertaniannya, yang terjadi justru berkurangnya bahkan hilangnya pendapatan petani. Tingginya konversi lahan di Pulau Jawa umumnya digunakan untuk kepentingan pembangunan jalan tol, industri, pusat perbelanjaan dan fasilitas umum lainnya (BPS 2010). Wilayah yang mengalami proses industrialisasi dengan lebih intensif mampu menyediakan kesempatan kerja bagi tenaga kerja lokal, khususnya anggota keluarga petani sehingga mampu menjaga mereka untuk tetap tinggal di desanya. Sedangkan wilayah dengan industrialisasi yang kurang intensif tidak mampu memberikan pekerjaan pada tenaga kerja lokal sehingga mereka meninggalkan desanya, khususnya menuju kota besar (Sawitri dan Soepriadi 2014). Industrialisasi pedesaan akan mengakibatkan kebutuhan akan lahan semakin tinggi sehingga banyak petani yang memilih untuk mengkonversi lahan. Akibat dari mengkonversi lahan tersebut, petani kehilangan matapencaharian sehingga akan bekerja pada selain sektor pertanian ataupun menerapkan pola nafkah ganda. Menurut Rusli (2011) menggolongkan kesempatan kerja yang bekerja yang ada di satu negara ataupun daerah tertentu menjadi sektor-sektor A (Agriculture), M (Manufacturing), dan S (Service). Sektor A (“Pertanian”), merupakan kategori yang mengandung pengertian pertanian dalam arti luas. Sektor M (“Industri”/Manufaktur”) mencakup lapangan pekerjaan seperti pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas, dan air, dan bangunan. Sedangkan sektor S (“Jasa”) terdiri dari lapangan pekerjaan lainnya. Rohmadiani (2011) menjelaskan konversi lahan menyebabkan perubahan struktur mata pencaharian rumahtangga petani dari sektor primer menjadi ke sektor sekunder dan tersier, jumlah petani pemilik lahan semakin berkurang dan menjadi petani non lahan semakin bertambah, dan banyak migrasi keluar daerah untuk mencari lapangan pekerjaan baru sebagai TKI maupun menjadi buruh bangunan. White (1990) dikutip oleh Widiyanto, Dharmawan, dan Prasodjo (2010) menggolongkan rumah tangga petani ke dalam tiga kelompok dengan strategi nafkah yang berbeda yaitu: bertahan hidup, konsolidasi, dan akumulasi. Ellis (2000) dikutip oleh Saraswati (2014) menuturkan bahwa Strategi nafkah merupakan serangkaian pilihan sumber nafkah dan aktivitas nafkah yang meliputi beragam tindakan rasional yang diambil rumahtangga untuk mencapai tujuan yang dirumuskan. Tindakan yang dilakukan berkaitan dengan pemanfaatan penggunaan sumberdaya atau Asset. Kemudian menurut Prasetya (2013) dikutip oleh Saraswati (2014) menyatakan struktur nafkah adalah komposisi pendapatan rumahtangga petani dari berbagai aktifitas nafkah yang dilakukan oleh seluruh anggota rumahtangga. 33 Menurut Sayogjo (1978) dikutip oleh Subali (2005) dalam konteks pola nafkah ganda, strategi hidup rumahtangga berbeda antara lapisan bawah, lapisan tengah, dan lapisan atas. Bagi lapisan atas, pola nafkah ganda merupakan strategi akumulasi di mana surplus pertanian mampu membesarkan usaha luar pertaniannya, dan sebaliknya pada lapisan tengah pola nafkah ganda merupakan strategi bertahan di mana sektor luar pertanian dipertimbangkan sebagai potensi untuk perkembangan ekonomi. Bagi lapisan bawah, pola nafkah ganda merupakan strategi survival di mana sektor luar pertanian merupakan sumber nafkah penting untuk menutupi kekurangan dari sektor pertanian. 34 SIMPULAN Hasil Rangkuman dan Pembahasan Berdasarkan hasil rangkuman dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Indonesia termasuk negara yang memiliki banyak penduduk yang miskin, penduduk miskin di Indonesia terbanyak terdapat di desa, untuk mengurangi jumlah penduduk miskin tersebut pemerintah membuat kebijakan untuk meningkatkan pembangunan dan peningkatan ekonomi, Salah satu usaha dalam mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi adalah sektor industri. Industrialisasi Indonesia sudah merambah dikawasan pedesaan, salah satu tujuan dibangun perusahaan industri di desa karena desa tersebut memiliki sumberdaya yang dibutuhkan dalam usaha industri tersebut. Industrialisasi tidak hanya mambangun pabrik-pabrik, melainkan masyarakat industri yang luas. Terdapat empat golongan perusahaan industri menurut BPS (2012), antara lain industri besar, industri sedang, industri kecil, dan industri rumah tangga. Banyak dampak yang diciptakan dengan adanya industrialisasi di pedesaan, menurut Rahmawati dan Setyono (2014) terjadi perubahan karakteristik dari pedesaan ke perkotaan akibat industrialisasi, perubahan tersebut meliputi fisik lingkungan, struktur sosial, dan ekonomi masyarakat aspek ini saling terkait untuk mendorong perubahan karakteristik wilayah. Dengan adanya industri di pedesaan, akan mempengaruhi masyarakat terutama petani untuk alih fungsi lahan dikarenakan banyak migrasi yang masuk dan petani lebih tertarik bekerja di luar sektor pertanian. Permintaan lahan semakin meningkat di pedesaan akibat pembangunan industri, lebih lagi jika di desa tersebut memiliki sumberdaya alam yang dibutuhkan oleh industri tersebut. Berpindahnya hak kepemilikan lahan dilakukan dengan banyak cara seperti keinginan petani tersebut untuk menjual lahan karena membutuhkan uang maupun persuasi dari pihak industri baik secara langsung atau tidak langsung agar petani menjual lahannya. Setelah menjual lahan tersebut, tidak sedikit petani yang kehilangan matapencaharian, maka petani beralih matapencaharian ke luar sektor pertanian. Maka, fenomena alih fungsi lahan tersebut mempengaruhi petani dalam strategi nafkah mereka. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Analisis Baru Berdasarkan ringkasan dan analisis pustaka, rangkuman dan pembahasan serta kesimpulan yang dibuat, maka munculah pertanyaan analisis baru yang akan dijadikan dasar penelitian selanjutnya, pertanyaan tersebut diantaranya: 1. Bagaimana pengaruh industrialisasi pedesaan terhadap strategi nafkah petani? 2. Bagaimana skala industri yang terdapat di desa berpengaruh terhadap laju konversi lahan pertanian ? 35 3. Bagaimana pengaruh konversi lahan terhadap strategi nafkah petani? Usulan Kerangka Analisis Indonesia memiliki jumlah penduduk miskin yang banyak dan penduduk miskin tersebut banyak terdapat di desa. Dalam upaya mengurangi penduduk miskin di Indonesia, pemerintah membuat kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan melakukan pembangunan ekonomi di pedesaan. Seiring berjalannya waktu, sudah banyak dibangun industri-industri di pedesaan, mulai dari industri skala rumah tangga yang bercurikan jumlah tenaga kerja 1-4 oranng, industri skala kecil dengan banyaknya tenaga kerja 5-19 orang, industri skala sedang dengan banyaknya anggota 20-99 orang, sampai industri skala besar dengan banyaknya tenaga kerja lebih dari 100 orang. Kemudian, hadirnya industri tersebut membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan migrasi penduduk merupakan hal yang tidak bisa dihindari, masyarakat dari luar daerah melakukan migrasi hanya untuk mencari pekerjaan. Orang-orang yang melakukan migrasi tersebut membutuhkan tempat tinggal sehingga banyak petani-petani tertarik untuk mengalih fungsikan lahan pertaniannya untuk membuat kos-kosan ataupun membuka usaha seperti berdagang. Petani-petani tersebut secara tidak langsung merubah matapencahariannya dengan adanya industri yang dibangun di pedesaan. Strategi Nafkah Petani Skala Industri Industri Besar Industri Sedang Industri Kecil Industri Rumah Tangga Keterangan Konversi Lahan : : Hubungan pengaruh Gambar 1. Usulan Kerangka Analisis Pola Nafkah Ganda Pindah mata pencaharian dari sektor pertanian ke non-pertanian 36 DAFTAR PUSTAKA Akhmad AG. 2011. Dampak Pengembangan Lokasi Perumahan Sederhana Sehat Terhadap Kehidupan Ekonomi Petani di Pinggiran Kota Palu. Jurnal “ruang”. [internet]. [diunduh pada tanggal 12 September 2015]. 3(1): 63-70. Dapat diakses pada: http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/RUANG/article/viewFile/738/63 6. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). 2013. Perkembangan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013. [Internet]. [Diakses tanggal 13 Oktober 2015]. Dapat diunduh pada: http://www.bappenas.go.id/files/5313/8078/7636/Laporan_Triwulan_I_Ta hun_2013_Deputi_Ekonomi_Bappenas.pdf. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). 2015. Laporan Nasional: Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah di 33 Provinsi Tahun 2014. [Internet]. [Diakses tanggal 13 Oktober 2015]. Dapat diunduh pada: http://www.bappenas.go.id/files/4714/2776/9796/laporan_nasional_ekpd_ 2015_Oke.pdf Badan Pusat Statistik. 2012. Statistik Indonesia 2012. BPS-Statistics Indonesia. Badan Pusat Statistik. 2015. Laporan Perekonomian Indonesia 2015. [Internet]. [Diakses tanggal 13 Oktober 2015]. Dapat diunduh pada: http://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Laporan-PerekonomianIndonesia-2015.pdf Danapriatna N dan Utami Y. 2013. Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani (Kasus di Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi). Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah. [internet]. [diunduh pada tanggal 22 September 2015]. 4(2): 1-10. Dapat diakses pada: https://qjournal.id/jurnal/download/0004900016/PENGARUHKONVERSI-LAHAN-PERTANIAN-TERHADAP-TINGKATKESEJAHTERAAN-PETANI-Kasus-di-Kecamatan-Setu-KabupatenBekasi. Gandi R. 2011. Pengaruh Industrialisasi Pedesaan Terhadap Taraf Hidup Masyarakat. [Skripsi]. [internet]. [diunduh pada tanggal 12 September 2015]. Dapat diakses pada: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51851/I11rga.pdf?s equence=1&isAllowed=y. Gandi R, Sunito S, dan Kinseng RA. 2015. Industrialisasi Pertambangan dan Deagrarianisas Masyrarakat Desa. Jurnal Sosiologi Pedesaan. [internet]. [diunduh pada tanggal 17 November 2015]. 3(2): 50-62. Dapat diakses pada: http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/viewFile/9431/7394 . 37 Hanum W. 2010. Analisis Pengaruh Perkembangan Industri UKM Terhadap Pertumbuhan Sektor Industri Sumatera Utara. [Internet]. [diakses tanggal 8 Oktober 2014]. Dapat diakses pada: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18003/4/Chapter%20II.pd f. Hidayati T. 2009. Perempuan Madura Antara Tradisi dan Industrialisasi. Karsa. [internet]. [diunduh pada tanggal 17 November 2015]. 16(2): 3-26. Dapat diakses pada: http://citation.itb.ac.id/pdf/JURNAL/KARSA,JurnalSosialdanBudayaKeisl aman/Vol%2016,%20No%202%20(2009)/69-73-1-PB.pdf. Mariyanti T. 2010. Pengaruh Industrialisasi Terhadap Migrasi Per Provinsi Di Indonesia Pada Tahun 2010. Media Ekonomi. [internet]. [diunduh pada tanggal 22 September 2015]. 18(1): 3-26. Dapat diakses pada: http://www.online.fe.trisakti.ac.id/publikasi_ilmiah/Jurnal%20Media%20 Ekonomi/Vol.%2018%20No.%201%20APRIL%202010/TATIK%20MA RYATI.pdf. Mochtar H. 2011. Politik Lokal dan Industrialisasi. Malang: UB Press. Nurfitriani A. 2012. Pengaruh Industrialisasi Terhadap Kehidupan Ekonomi dan Sosial Masyarakat Petani di Kabupaten Karawang (1989-1997). [Skripsi]. [internet]. [diunduh pada tanggal 12 September 2015]. Dapat diakses pada: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20309634-S42918Pengaruh%20industrialisasi.pdf. Nuridha SD. 2013. Pengaruh Industrialisasi Terhadap Pergeseran Nilai Sosial Pada Masyarakat Desa Tegal Rejo Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten Tahun 2012. Jurnal Educitizen. [internet]. [diunduh pada tanggal 27 Oktober 2015]. 1(1): 78-86. Dapat diakses pada: http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/civic/article/viewFile/2981/2043. Rahmawati FK dan Setyono JS. 2014. Perkembangan Industri di Pedesaan dan Perubahan Karakteristik Wilayah Desa di Desa Nguwet Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung. Jurnal Teknik PWK. [internet]. [diunduh pada tanggal 2 Oktober 2015]. 3(4): 792-806. Dapat diakses pada: http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/pwk/article/download/6736/pdf_70 Rohmadiani LD. 2011. Dampak Konversi Lahan Pertanian Terhadap Ekonomi Petani. [Internet]. [diakses tanggal 3 Oktober 2014]. Dapat diunduh pada: http://digilib.unipasby.ac.id/files/disk1/6/gdlhub--indahnurha-270-1linda2.pdf. Rusli S. 2011. Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta [ID]: LP3ES Saraswati Y. 2014. Resiliensi Nafkah Rumahtangga Sekitar Hutan Rakyat Di Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri. [Internet]. [diakses tanggal 22 Oktober 2014]. Dapat diunduh pada: 38 http://skpm.ipb.ac.id/karyailmiah/index.php/kolokuim/article/downloadSu ppFile266/. Sastrosoenarto H. 2006. Industrialisasi Serta Pembangunan Sektor Pertanian Dan Jasa Menuju Visi Indonesia 2030. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sawitri D dan Soepriadi IF. 2014. Modal Sosial Petani dan Perkembangan Industri di Desa Sentra Pertanian Kabupaten Subang dan Kabupaten Karawang. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. [internet]. [diunduh pada tanggal 2 Oktober]. 25 (1): 17-36. Dapat diunduh pada: http://www.sappk.itb.ac.id/jpwk/wp-content/uploads/2014/03/2.-DewiSawitri1.pdf. Subali A. 2005. Pengaruh Konversi Lahan Terhadap Pola Nafkah Rumah Tangga Petani. [Internet]. [diakses tanggal 3 Oktober 2014]. Dapat diunduh pada: http://repository.ipb.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/12745/A05s ag.pdf?sequence=2. Sulasmo BS. 1994. Lapisan Atas Desa dalam Pembangunan Industri Besar. Majalah Bina Dharma nomor 45. Sulistyaningsih. 2013. Industrialisasi Pedesaan dan Pemberdayaan Ekonomi Petani Desa Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta. Sosiologi Reflektif. [internet]. [diunduh pada tanggal 22 September 2015]. 8(1): 109-131. Dapat diakses pada: http://journal.uin-suka.ac.id/media/artikel/SR130801Sulistyaningsih.pdf. Sutrisna E. 2008. Dampak Industrialisasi Terhadap Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat. Jurnal Industri dan Perkotaan. [internet]. [diunduh pada tanggal 27 Oktober 2015]. 7(22): 1743-1753. Dapat diakses pada: http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JIP/article/viewFile/575/568. Widiyanto, Dharmawan AH, Prasodjo NW. 2010. Strategi Rumahtangga Petani Tembakau di Lereng Gunung Sumbing. [Internet]. [diakses tanggal 22 Oktober 2014]. Dapat diunduh pada: http://download.portalgaruda.org/article.php?article=83590&val=223&titl e=. Wijaya M. 2001. Prospek Industrialisasi Pedesaan. Surakarta: Pustaka Cakra. 39 RIWAYAT HIDUP Dijako Rizki Julistianto dilahirkan di Palembang pada tanggal 27 Juli 1995. Penulis adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sugeng Riadi dan Ibu Robi’ah. Pendidikan formal yang pernah dijalani penulis adalah SD Negeri 23 Palembang pada periode 2001-2007, SMP Negeri 3 Palembang periode 20072010, dan MAN 3 Palembang selama dua tahun karena mengikuti program akselerasi periode 2010-2012. Pada tahun 2012, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti berbagai macam kegiatan, UKM, dan organisasi di kampus. Penulis aktif dalam Unit Kegiatan Kampus Lingkung Seni Sunda Gentra Kaheman pada tahun 2013. Selain itu penulis juga aktif dalam Forum Syiar Fakultas Ekologi Manusia (FORSIA) sebagai Wakil Ketua pada periode 2013-2014. Penulis juga aktif menjadi pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA) sebagai anggota Depantemen Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa tahun 2014-2015. Serta aktif menjadi pengurus Unit Kegiatan Mahaiswa Lises Gentra Kaheman sebagai anggota departemen Fasilitas dan Properti tahun 2014-2015. Selain itu penulis juga mendapatkan peringkat pertama lomba Vocal Group tingkat fakultas dalam acara E’SPENT.