t1*so , ni ffi ii;,#ffiiuffi,ffi:iln:^Jaam CA1. , lt ',. : : :': I :,.;.. 't -.-:':':;l;;i 11:l$1,p'iji":r;i., , " ..-r -. L t buxu AB$tnnx ., *. INTEI?NAL MEDICI NE ASTON HOTEL, 24'26 Agustus 2012 SERTIFIKAT ':'t/ml/6an dzpndn w,&,ffit,it*grlv wyia;'MKes, spPD, K-GH, F|NA$IM EMBICARA 'IMPO'IUM Pertemuan llmiah Tahunan (PlT) lV Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) cabang Makassar Bagian llmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Aston Hotel, Makassar, 25'26Agustus 20'12 Holirt;. Appr ou"h in (ase \zlr,',agement o{ lntern"l \{. di.in" . IDI Akreditasi IDI No. 065/IDI-WIL/SS/UII/2o72lCPD, Peserta 5 SKP IDI, Pembicara 4 SKP IDI, Moderator 2 SKP IDI, Panitia 1 SKP (Y Ketua Umum PAPDI Cabailg Makassar Kepala Bagian llmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNHAS Prof. Dr. dr. Syamsu, SpPD-KA|, Finasim Prof. Dr. dr. Syakib€-akri, SpPD-KGH, Finasim n -4 1A Effect ol Low Protein Diet and Progression of Kidney Disease Haerani Rasyid Divisi Ginjal Hipertensi, Bagian llmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNHAS Makassar PENDAHULUAN Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan masalah kesehatan yang sudah umum, baik di negara maju maupun negara berkembang. Penatalaksanaan yang optimal pada PGK stadium awal dapat memperlambat progresi menjadi gagal ginjal. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap progresi PGK antara lain diabetes, hipertensi, proteinuria, hiperparatiroid sekunder, dislipidemia, asidosis metabolik, dan asupan tinggi protein- Dengan demikian sebagai bagian dari penatalaksanaan PGK adalah pengendalian berbagai faktor tersebut untuk mencegan progresi PGK.1 Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa beban protein tinggi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus (LFG), memperberat mikroalbuminuria (MA) yang selanjutnya dapat menyebabkan sklerosis glomeruler, serta menginduksi stres oksidatif.2 Proteinuria sudah dianggap sebagai petanda PGK sekaligus sebagai faktor risiko progresivitas PGK. Reduksi proteinuria akan memperbaiki outcome ginjal maupun kardiovaskuler.3 Beberapa keuntungan pembatasan protean pada diet pasien PGK antara lain adalah untuk menurunkan akumulasi bahan sampah yang tidak dapat diekskresi ginjal sehingga dapat memperbaiki gejala uremik, menurunkan proteinuria, memperltaiki asidosis dan mengurangi stres oksidatif. Di lain pihak diet rendah protein tetap perlu mendapat pengawasan agar tidak menimbulkan malnutrisi yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas pasien PGK. Untuk itu diperlukan penambahan suplemen asam amino esensial atau ketoacids yang tidak mengandung nitrogen pada diet yang sangat rendah protein sebagai upaya untuk memelihara status nutrisi, mempertahankan keseimbangan nitrogen positif atau netral, menahan laju progresi PGK dan sebagai koreksi terhadap komplikasi metabolik 4 Dalam makalah ini akan dibahas mengenai pengaruh diet rendah protein terhadap progresivitas PGK. PENGARUH ASUPAN PROTEIN TERHADAP FUNGSI GINJAL Hubungan antara kadar protein diet dan laju ekskresi urea awalnya diteliti oleh Addis dan Drury pada tahun 1923, dan selanjutnya ditemukan bahwa peningkatan asupan protein meningkatkan ekskresi kreatinin dan urea pada anjing (dik'r'o o'" o Sarjana Van Slyke dkk menemukan bahwa dasar dari perubahan laju filtrasi glomerulus dan perubahan klirens setelah peningkatan asupan protein adalah peningkatan laju aliran darah ginjal. (dikurip dari s) Pemberian asam amino atau diet tinggi protein waktu singkat atau pun lama meningkatkan LFG antara 22-1o0o/o pada binatang maupun manusia.e pullman dkk menemukan bahwa peningkatan asupan protein meningkatkan LFG dan RpF efektif.Dikurie dari s (6). Hostetter meneliti respon hemodinamik ginjal terhadap diet daging pada 10 sukarelawan normal setelah makan3,5 g/kg BB daging pada satu hari, dan di hari yang lain setelah makan makanan mengandung garam dan air yang sama dengan daging tersebut. Laju filtrasi glomerulus pada subyek yang makan daging 28% lebih tinggi dari subyek yang hanya makan makanan mengandung garam. Setelah makan daging, laju filtrasi glomerulus juga meningkat (e) 15o/o dari basal.Dk"ip aar s Aliran darah ginjal meningkat disebabkan karena penurunan resistensi vaskuler ginjal. Mekanisme bagaimana asupan protein atau infus asam amino menangkatkan LFG dan RPF masih belum jelas, namun diduga akibat perubahan kadar hormon dan/atau produksi eicosanoid oleh ginjal, perubahan umpan balik tubuloglomeruler, perubahan metabolisme ginjal dan pelepasan vasodilator yang belum diketahui apa. Asupan protein atau infus asam amino merangsang pelepasan insulin, growth hormone dan glukagon, yang mana akan meningkatkan LFG dan RPF. Subyek normal yang diberi somatostatin dan asam amino intravena tidak menunjukkan peningkatan LFG dan RPF. Sementara itu infus growth hormone insulin dan glukagon pada kadar yang sama dengan yang dicapai saat infus asam amino, meningkatkan LFG dan RPF.7 Diduga salah satu dari hormon tersebut yang berperan dalam hal tersebut. Insulin telah diketahui dalam kadar fisiologis tidak meningkatkan LFG atau RpF. Kadar farmakologik glukagon dapat meningkatkan LFG dan RPF pada anjing dan lebih nyata bila diberikan langsung ke dalam vena porta. Peningkatan LFG setelah diet protein mungkin dimediasi oleh suatu substansi vasoaktif yang berasal dari hepar.T PENGARUH DIET RENDAH PROTEIN TERHADAP PROGRESI PENYAKIT GINJAL KRONIK Mikroalbuminuria/protenuria selain merupakan petanda adanya dan beratnya kerusakan glomerulus, juga dibuktikan berperan pada patomekanisme perburukan fungsi ginjal pada penderita PGK dan sebagai petanda progresifitas penyakit kardiovaskuler.s Sejumlah penelitian kljnik telah melaporkan hubungan antara restriksi asupan protein dengan perlcaikan proteinuria. Penurunan proteinuria sudah teriihat dalam minggu pertama perubahan diet tapi pada sebagian besar pasien terjadi perbaikan proteinuria setelah 3 bulan mengurangi asupan protein walaupun tetap terdapat variasi yang luas anta. IndNrdu'z Pemberian ketoacid dan asam amino dapat mempengaruhi mekanisme transport tubuler asam amino yaitu meningkatkan reabsorlcsi tubuler. Perbaikan fungsi tubuler ini ikut berpengaruh pada penurunan proteinuria selain juga karena pengaruh perubahan hemodinamik glomeruler dan pe mseleclivity membrcn.o Chaveau dkk3 melaporkan bahwa pasien proteinuria dengan PGK stadium lanjut yang mendapat supplenented very low protein diet (SVLPD) mengalami penurunan proteinuria secara bermakna pada bulan pertama dan prosentase maksimal penurunan terjadi pada bulan ketiga yaitu dai 2,7t1,9 menjadi 1,4J1,1 glhati (47!27o/o). Prosentase penurunan proteinuria antara kelompok yang pada awalnya mengalami peroteinuria 1-3 g/hari dengan >3 g/hari adalah sama, yaitu mendekati 5070, masing-masing 45olo!3oo/o dan 52o/or2'lo/o. Baseline protein uria yang lebih tinggi mengalami reduksi yang lebih besar dan reduksi proteinuria yang lebih besar akan memberi derajat proteksi yang lebih besar pula terhadap ginjal. Perbedaan respon terhadap SVLPD tersebut tidak dapat dijelaskan oleh perbedaan compliance terhadap diet, kontrol tekanan darah, jumlah pasien yang mendapat ACEI maupun oleh baseline LFG oleh karena semua variabel tersebut sama pada kedua kelompok. Dibandingkan kelompok yang mengalami reduksi proteinuria <5070,maka kelompok dengan reduksi proteinuria >50% menunjukkan penurunan LFG yang lebih rendah secara bermakna, dan prosentase pasien yang mengalami end stage renaldisease (ESRD) pada tahun kedua lebih sedikit (progresavitas lebih lambat) dan nedian Enal suNival (pasien meninggal atau fungsi ginjat memburuk atau dialisis) dua kali lebih panjang yaitu 44 bulan. Aparicio melaporkan bahwa dari 41 pasien pGK dengan proteinuria >3,5 g/hari pada saat SVLPD dimulai, terjadi penurunan ekskresi protein urin secara bermakna dari 5,7i2,8 menjadi 3,0t,1 g/hari pada akhir penetitian (30 bulan).10 Mekanisme utama bagaimana asupan protein yang lebih rendah dapat memperiambat progresi PGK yaitu dengan menurunkan derajat proteinuria. Di samping itu, asupan tinggi protein bjasanya disertai dengan asupan fosfor, sodium dan lemak jenuh yang lebih tinggi, yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mengganggu fungsi ginjal.6 Kepustakaan lain melaporkan bahwa ada 1'1 alasan untuk mengontrol asupan protein pasien pGK oleh karena bermanfaat dalam adaptasi adekuat asup.an protein, penurunan beban jumlah nefron sisa, meningkatkan resistensi insulin, menurunkan stress oksidatif, memperbaiki protenuria, penurunan serum hormon PTH, memperlcaiki profil lipid, efek tambahan ACEI, menurunkan angka kematian dan menunda inisiasi dialisis, meningkatkan numbr needed to trcat , kurangnya bukti klinis tentang efektivitas diet protein rendah protein pada pGK e) SUPLEMENTASI ASAM AMINO ESENSIAL DAN KETOANALOG Selama 60 tahun terakhir terdapat berbagai berbagai penelitian untuk menentukan jumlah restriksi protein yang dianjurkan. Attman dkk menemukan bahwa terjadi penurunan LFG pada pasien diabetes dengan insufisiensi ginjal yang berat (LFG 7,5 ml/mnt) yang mendapatkan diet protein 20-30 g/hari dan suplementasi asam amino esensial. Penelitian oleh Barsotti juga melaporkan bahwa diet sangat rendah protein dengan ketoacid dapat memperlambat progresi penyakit glnjal pada pasien yang mengalami perburukan fungsi ginjal saat mendapatkan diet rendah protein yang konvensional.ukurip dari 7 Asam keto dapat digunakan sebagai pengganti asam amino yang tidak menganoung natrogen pada berbagai kelainan yang menyangkut retensi nitrogen atau intoleransi protein. Transaminasi dari sebagian besar asam amino menjadi analog ketonya bersifat reversibel. Keadaan ini menyebabkan dimungkinkannya penggunaan d-keto analoques of bnnch-chain amino acids atau bnnched-chain keto acrds (BCKA) sebagai pengganti diet asam amino pada penderita uremia. Dalam klinik bahan campuran tersebut diberikan bersama-sama dengan pembatasan diet protein untuk memperbaiki compliane pasien serta menigkatkan asupan asam amino esensial. Diet yang membutuhkan BCAA, phenilalanin dan metionin daoat dioenuhi dengan analog mereka yang bebas nitrogen. pasien uremik juga mampu menggunakan derivat alpha-hydroxy acids dari phenilalanin dan metionin sebagai pengganti masing-masing asam aminonya. Mitch dalam studinya memberi pasien uremik dengan protein 2o-2s g/hari beserta analognya dalam periode waktu yang cukup lama yaitu rata-rata g bulan dan mendapatkan bukti klinik dan biokimia pemeliharaan nutrisi yang adekuat. Jadi analog bebas nitrogen dari beberapa asam amino esensial tersebut dapat secara penuh menggantikan asam amrnonya dalam diet dan mampu memelihara nutrisi bila diberikan dengan diet yang mengandung protein amat rendah dalam jangka panjang." Asam keto adalah asam amino yang mengalami deaminasi, dengan rantai karbon yang tidak mengandung gugus amino. Asam keto tidak mengandung nitrogen dan tidak menghasilkan nitrogen sehingga tidak membebani ginjal- Di sisi lainn asam keto juga akseptor gugus amino sehingga dapat membentuk asam aminonya kembali. Branched-chain keto acids (o-keto-isocaproate atau Klc, o-keto-B-methylvalerate atau KMV dan o-keto-isovalerate atau KIV) bisa mengalami aminasi secara reversible menjadi BCAA atau asam aminonya masing- masing (leucin, isoleucine valine) atau bisa juga mengalami dekarboksilasi yang bersifat ineversible.ll l\retabolisme protein pada orang sehat atau pada orang dewasa dengan pGK dapat mentoleransi diet sangat rendah protein 0,3 g/kg/hari, bila diberikan suplai energi dan asam amino esensial yang cukup. Bila diberikan asupan protein kurang dari 0,6 g/kg/hari maka harus diberikan suplementasi asam amino esensial atau ketoanalog untuk menghindari defisiensi asam amino esensial. Setelah transaminasi, ketoanalog akan menangkap nitrogen hasil produk uremik endogen dan mensintesis asam amino esensial yang sesuai. Bila asupan protein lebih besar daripada kebutuhan minimum, misalnya 0,7-0,8 g/kg/hari, penambahan ketoanatog tidak akan diikuti dengan transaminasi, sehingga suptemen tersebut akan dioksidasi dan tidak akan membentuk protein yang baru 6 DAFTAR PUSTAKA 1. NKF 2. K/DOQI Clinical Practice Guidelines For Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classif ication and Stratif ication. 2002. Fouque D, Aparicio M. Eleven reasons to clntrol the protein intake of oatients with chronic krdney disease. Nature Clinical Practrce Nephrology 2007;3 383-9. 3. Chauveau P, Combe C, Rigalleau V, Vendrely B, Aparicio M. Restricted protein diet is associated with decrease in proteinuria: consequences on the progression of renalfailure. J Renal Nutrition 2007;1 7:250-7 4. Prakash S, Pande DP, Sharma S, Bat CS, Kutkami H. Randomized, doubte-btind, ptac€bo controlled trial to evaluate efficacy of ketodiet in predialytic chronic renalfailure J Renal Nutrition 2004; 14:89-96. 5. l\rartin WF, Armstrong LE, Rodriguez NR. Dietary protein intake and renatfunction. Nutrition & Metabolism 2005;2:25. 6. Fouque D, Juillard L. Protein intake. In: Daugirdas JT, ed. Handbook of Chronic Kidney Disease i,lanagement: LippincottWilliams &Witkins; 2011:97-106 7. Klahr S. Effeds of Protein Intake on the progression of Renal Disease. Annu Rev Nutr 1989,9:87-108. 8. Garg JP, Bakris GL. iricroalbuminuria: marker of vasculer dysfunction, risk factor for cardiovasculer disease. Vasc Med 2002;7:35-43. 9. Teplan V. Keto/amino acids in the treatment of chronic kidney disease patients: 30 years experience in 3,000 patients. Am J Nephrot 2005;25:8-9. '10. Aparicio M, Chauveau P, Precigout VD, Bouchet JL, Lasseur C, Combe C. Nutrition and outcome on renal replacement therapy of patients with chronic renal failure treated by a supplemented very low protein diet. J Am Soc NeOhrot 2000i11:708-16. '1'l. Mitch WE. Metabolism and metabolic effects of ketoacids. Am J Clin Nutr 1980:33:1642-8.