9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori dan Kajian Penelitian yang Relevan 2.1.1 Landasan Teori 2.1.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Untoro dalam Purnamasari, 2011:10). Pertumbuhan ekonomi juga merupakan kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya (Kuznets dalam Purnamasari, 2009:11). Pertumbuhan merupakan gambaran dari kenaikan keadaan ekonomi suatu negara. Pertumbuhan ekonomi juga merupakan gambaran dari keadaan suatu masyarakat. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negara maka dapat disimpulkan bahwa keadaan ekonomi negara tersebut baik, sedangkan apabila pertumbuhan ekonomi suatu negara rendah maka itu menggambarkan keadaan ekonomi negara tersebut buruk. Berdasarkan pengertian tersebut dapa disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan proses darin kenaikan produk domestik 10 bruto. Sehingga dalam pertumbuhan ekonomi diukur dari perkembangan produk domestik bruto suatu negara dengan rumus berikut: 2.1.1.2 Pengertian PDB Menurut McEachern (2000: 146) Gross Domestik Product artinya mengukur nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. GDP juga dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat. Gross domestic product hanya mencakup barang dan jasa akhir, yaitu barang dan jasa yang dijual kepada pengguna yang terakhir .Untuk barang dan jasa yang dibeli untuk diproses dan kemudian dijual lagi tidak dimasukkan dalam hitungan GDP, hal ini dilakukan untuk menghindari masalah penghitungan ganda (McEachern, 2000: 147). Perhitungan ganda dapat menyebabkan hasil dari perhitungan GDP tidak menunjukan hasil yang sebenarnya, sehingga dalam perhitungan tersebut hanya dilakukan perhitungan satu kali untuk setiap produk. Menurut Mankiw (2007: 23) ada dua tipe Gross Domestik Produk, yaitu sebagai berikut: 1. GDP dengan harga berlaku atau GDP nominal, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada tahun tersebut. 11 2. GDP dengan harga tetap atau GDP riil, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun lain. 2.1.1.2.1 Perhitungan PDB PDB dapat dihitung dengan memakai tiga pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan dan pendekatan produksi (Kunawangsih dan Antyo, 2006: 35). Rumus umum untuk PDB dengan pendekatan pengeluaran adalah: PDB = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + (ekspor – impor). Di mana konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, investasi oleh sektor usaha, pengeluaran pemerintah oleh pemerintah, dan ekspor dan impor melibatkan sektor luar negeri. Sementara pendekatan pendapatan menghitung pendapatan yang diterima faktor produksi: PDB = sewa + upah + bunga + laba. Di mana sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha. Secara teori PDB dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus menghasilkan angka yang sama (Kunawangsih dan Antyo, 2006: 35). Sehingga walaupun menggunakan dua metode dan data berbeda namun hasil akhirnya tetap menunjukan 12 PDB dari negara tersebut. Hal ini yang kemudian menjadi alasan mengapa PDB biasanya digunakan sebagai tolak ukur kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat dalam suatu negara. Pendekatan yang ketiga adalah pendekatan produksi, menurut metode ini, PDB adalah total output (produksi) yang dihasilkan oleh suatu perekonomian. Cara penghitungan dalam praktik adalah dengan membagi-bagi perekonomian menjadi beberapa sektor produksi (industrial origin). Jumlah output masing-masing sektor merupakan jumlah output seluruh perekonomian. Hanya saja, ada kemungkinan bahwa output yang dihasilkan suatu sektor perekonomian berasal dari output sektor lain. Atau bisa juga merupakan input bagi sektor ekonomi yang lain lagi. Dengan kata lain, jika tidak berhati-hati akan terjadi penghitungan ganda (double counting) atau bahkan multiple counting. Akibatnya angka PDB bisa menggelembung beberapa kali lipat dari angka yang sebenarnya. Untuk menghindari hal tersebut, maka dalam perhitungan PDB dengan metode produksi, yang dijumlahkan adalah nilai tambah (value added) masingmasing sektor. Rumus perhitungan PDB pendekatan produksi adalah: Y = (PXQ)1 + (PXQ)2 +.....(PXQ)n Ket: Y = Pendapatan Nasional P = harga Q = kuantitas 13 2.1.1.3 Pendapatan per Kapita Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu negara (Untoro, 2010: 13). Pendapatan perkapita menunjukan tingkat pendapatan masyarakat dalam suatu negara. Variable yang digunakan untuk menghitung pendapatan per kapita adalah produk nasional bruto dan jumlah penduduk. Secara matematis, rumus perhitungan pendapatan per kapita adalah sebagai berikut: Pendapatan per kapita = Produk Nasional Bruto (GNP) / Jumlah Penduduk. Menurut Rakiman (2011: 80) Pendapatan Perkapita suatu negara merupaka tolak ukur kemajuan dari negara tersebut , apabila pendapatan perkapita suatu negara rendah dapat dipastikan mekanisme ekonomi masyarakat di negara tersebut mengalami penurunan , dan begitu pula sebaliknya apabila pendapatan perkapita suatu negara tinggi maka dapat dipastikan mekanisme ekonomi masyarakat tersebut mengalami peningkatan , tapi pendapatan tersebut bukan hanya didapat / diperoleh dari mekanisme ekonomi masyarakatnya saja , banyak faktor yang mempengaruhi penurunan / peningkatan pendapatan tersebut seperti keadaan alam yang tidak dapat diperkirakan keadaannya, kondisi alam ini dapat berubah sewaktu-waktu yang dapat menimbulkan bencana alam yang akan membuat pendapatan suatu negara akan mengalami penurunan . Hal ini berlaku bagi seluruh negara di belahan dunia tidak terkecuali di negara Indonesia. 14 2.1.1.3.1 Manfaat Perhitungan Pendapatan Perkapita Manfaat perhitungan pendapatan perkapita sebagai indikator ekonomi yang mengukur tingkat kemakmuran penduduk suatu negara, pendapatan per kapita dihitung secara berkala , biasanya 1 tahun. Manfaat dari perhitungan pendapatan per kapita antara lain sebagai berikut (Alam, 2007: 50) : a. Untuk melihat tingkat perbandingan kesejahteraan masyarakat suatu negara dari tahun ke tahun. b. Sebagai data perbandingan tingkat kesehjateraan suatu negara dengan negara lain. c. Sebagai perbandingan tingkat standar hidup suatu negara dengan negara lainnya. d. Sebagai data untuk mengambil kebijakan di bidang ekonomi. Pendapatan per kapita dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil lahan pertimbangan untuk mengambil langkah di bidang ekonomi. 2.1.3 Penerimaan Pajak Pajak adalah suatu pungutan yang merupakan hak preogratif pemerintah dimana pungutan tersebut didasarkan pada undang-undang dan pemungutannya dapat dipaksakan kepada subyek dan obyek pajak (Rahmanta, 2011: 28 ). Sudut pandang ekonomi menilai pajak sebagai salah satu primadona penerimaan negara yang paling pontesial, sebab 15 peningkatan penerimaan dalam negeri dari sektor pajak adalah suatu yang wajar karena secara logis jumlah pembayaran pajak dari tahun ke tahun akan semakin besar berbanding lurus dengan peningkatan ekonomi masyarakat. Sehingga penerimaan negara dari sektor pajak adalah pendapatan yang diterima negara dari kontribusi masyarakat kepada negara, diluar pendapatan dari sektor migas. Pajak yang merupakan sumber penerimaan negara memiliki 2 fungsi (Mardiasmo, 2013:2), yakni fungsi budgetair, yaitu pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran- pengeluarannya dan fungsi mengatur (regulerend), yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Pajak juga memiliki beberapa syarat pemungutan agar tidak menimbulkan hambatan dan perlawanan dalam pemungutan yaitu: a. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan) Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undangundang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sedang adil dalam pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak. 16 b. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat Yuridis) Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun warganya. c. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis) Pemungutan tidak boleh menganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat. d. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansiil) Sesuai fungsi budgeter, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana Sistem pemungutan yang sedehana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi oleh undang-undang perpajakan yang baru. Terdapatnya berbagai macam jenis pajak maka dikelompokkan menurut golongannya, sifatnya dan menurut lembaga pemungutnya (Mardiasmo, 2013:5). a. Menurut Golongannya a) Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: pajak penghasilan. 17 b) Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Pajak tidak langsung ini terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa, perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak. Contoh: pajak pertambahan nilai. b. Menurut Sifatnya a) Pajak subjektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subyeknya. Contoh: pajak penghasilan b) Pajak objektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan pada objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak (wajib pajak) maupun tempat tinggal. Contoh: pajak penjualan atas barang mewah dan pajak bumi dan bangunan. c. Menurut Lembaga Pemungutnya 1. Pajak pusat (negara) adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang hasilnya digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya. Contoh: pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan barang mewah, pajak bumi dan bangunan, dan bea materai. 2. Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I maupun daerah tingkat ll yang hasilnya 18 digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing. Contoh: pajak kendaraan bermotor dan pajak reklame. 2.1.2 Hubungan Antar Variabel 2.1.2.1 Hubungan Pendapatann Perkapita dan Penerimaan Pajak Pada umumnya di negara berkembang, sebagian besar penerimaan pajaknya berasal dari jenis pajak tidak langsung. Hal ini disebabkan pada negara berkembang golongan berpenghasilan tinggi lebih rendah persentasenya. Namun dalam jangka panjang akan terjadi pergeseran dari dominasi pajak tak langsung menjadi pajak langsung sesuai dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan pendapatan perkapita masyarakat setempat (Hasan, 2009). Pendapatan perkapita merupakan gambaran kemampuan dari masyarakat suatu negara. Tingkat pendapatan perkapita suatu negara menjadi tolak ukur kemakmuran negara tersebut. Peningkatan kemampuan ekonomi biasanya diiringi dengan ketaatan terhadap pembayaran pajak, karena bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tinggi pajak tidak menjadi beban yang begitu berat. Berdasarkan uraian tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa peningkatan pendapatan perkapita nasyarakat dalam suatu negara akan sangat mempengaruhi besarnya penerimaan pajak. 2.1.2.2 Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dan Penerimaan Pajak Pertumbuhan ekonomi juga merupakan salah satu tolak ukur perkembangan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negara maka semakin bagus tingkat perekonomiannya. 19 Pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya (Kuznets dalam Purnamasari, 2009:11). Sehubungan dengan hal ini Fuad Rahmany dalam antaranews (2012) mengemukakan perlambatan pertumbuhan ekonomi akan menurunkan penerimaan pajak. Selain itu Bruckner (2011: 9) dalam penelitianya menemukan bahwa kenaikan produk domestik bruto dalam suatu negara dapat mempengaruhi penerimaan pajak negara tersebut. Berdasarkan urian tersebut dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh positif terhadap penerimaan pajak, artinya semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin besar penerimaan dari sektor perpajakan. 2.1.2 Kajian Penelitian yang Relevan Pengembangan materi dalam penelitian ini penulis lakukan dengan mencantumkan beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh orang lain dan relevan dengan judul penelitian ini. Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut : 20 Tabel 3 : Penelitian yang Relevan No 1 Nama Prastyo Bangun Nuswantara Judul Penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Penghasilan (Pph) Di Kota Surabaya Variabel Penelitian Jumlah Wajib Pajak, Upah Minimum Regional, Pendapatan Perkapitan dan Jumlah Penduduk sebagai variabel bebas. Sedangkan variabel terikatnya adalah penerimaan pajak pengahsilan. 2 Rahmanta Pengaruh produk domestik bruto dan sbi terhadap Penerimaan pajak di indonesia Produk Domestik Bruto dan Tingkat suku bunga SBI menjadi variabel bebas dalam penelitian ini. Sedangkan Penerimaan Pajak menjadi variabel terikatnya. 3 Gita Purnamasari Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap penerimaan Pajak Indonesia Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penerimaan pajak, sedangkan variabel bebasnya adalah pertumbuhan ekonomi. 4 Rakiman Sarsiti Pengaruh pendapatan perkapita dan jumlah wajib Pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan Di kabupaten sukoharjo periode 2002-2010 Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penerimaan pajak penghasilan, sedangkan variabel bebasnya adalah pendapatan perkapita dan jumlah wajib Pajak. 5 Markus Brucner An Instrumental Variables Approach to Estimating Tax Revenue Elasticities: Evidence from SubSaharan Africa Penerimaan Pajak Hasil Penelitian Hasil dari penelitian tersebut menyatkan bahwa terdapat pengaruh antara Wajib Pajak (X1), Upah Minimum Regional (X2), Pendapatan Perkapita (X3),dan Jumlah Penduduk (X4), berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (Y). kesimpulan penelitian ini produk domestik bruto dan tingkat suku bunga SBI mampu menjelaskan variasi penerimaan pajak secara simultan. Dan berdasarkan hasil uji parsial diperoleh bahwa produk domestik bruto berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak, dan tingkat suku bunga SBI berpengaruh negatif dan signifkan terhadap penerimaan pajak. Berdasarkan penelitian ini dibuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pajak di indonesia. Berdasarkan penelitian ini dibuktikan bahwa pendapatan perkapita dan jumlah wajib Pajak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan. Peningkatan GDP pada suatu negara dapat mempengaruhi penerimaan pajak negara tersebut. 21 2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis Pajak merupakan pendapatan utama negara saat ini dengan kontribusi mencapai 70-75%. Besar kecilnya jumlah pajak yang diterima oleh negara akan mempengaruhi besar kecilnya jumlah kas negara. Hal ini menyebabkan perlunya memperhatikan jumlah penerimaan pajak dari tiap wilayah. Pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi diprediksikan merupakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan pajak. Hal ini diungkapkan oleh beberapa peneliti sebelumnya melalui hasil penelitianya. Dalam penelitian ini akan berusaha dijelaskan mengenai pengaruh dari pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi terhadap penerimaan pajak di Indonesia selama 6 tahun terakhir. Pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi diduga memberi pengaruh terhadap jumlah penerimaan pajak di Indonesia. Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini disajikan dalam gambar berikut ini: 22 Gambar 1 : Kerangka Pemikiran Teoritis 1. Dalam jangka panjang penerimaan pajak akan didominasi oleh pajak langsung sesuai dengan peningkatan pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi (Hasan, 2009). 2. Pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya (Kuznets dalam Purnamasari, 2009:11). 3. perlambatan pertumbuhan ekonomi akan menurunkan penerimaan pajak (Rahmany, 2012). Pertumbuhan Ekonomi Penelitian yang Relevan : 1. 2. 3. Rahmanta (2011) SBI dan PDB berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pajak. Gita Anggraeni Purnama Sari (2011) Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi penerimaan pajak. Marcus Bruckner (2011) Peningkatan GDP pada suatu negara dapat mempengaruhi penerimaan pajak negara .tersebut Pendapatan perkapita Penerimaan Pajak di Indonesia Pengaruh Pendapatan Perkapita dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap penerimaan pajak di Indonesia 2.3 Pengembangan Hipotesis 2.3.1 Pertumbuhan Ekonomi Purnamasari (2011) melakukan penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi dalam pengaruhnya terhadap penerimaan pajak di Indonesia. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa variabel tersebut dapat mempengaruhi penerimaan pajak di Indonesia. Hal serupa juga dikemukakan oleh Brucner (2011) dalam kesimpulan penelitianya. 23 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi tersebut terhadap penerimaan pajak setelah terjadinya perkembangan ekonomi Indonesia beberapa tahun ini. Perkembangan ini menunjukan bahwa masyarakat Indonesia memiliki kemampuan ekonomi yang lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya, sehingga perlu dilakukan kembali penelitian mengenai faktor tersebut. Berdasarkan uraian diatas peneliti membuat suatu hipotesa penelitian yaitu serbagai berikut: H1 : Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak di Indonesia. 2.3.2 Pendapatan Perkapita Prastyo (2011) dalam kesimpulan penelitianya menjelaskan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak di Surabaya adalah pendapatan perkapita. Hasil penelitian serupa juga yang dilakukan oleh Sethy dan Rimpy (2007) memperoleh kesimpulan bahwa peningkatan pendapatan perkapita suatu negara berhubungan erat dengan peningkatan pendapatan masyarakatnya. Hal ini akan memberikan pengaruh positif dalam penerimaan suatu negara khususnya penerimaan dalam bidang perpajakan. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti membuat hipotesa sebagai berikut: H2 : Pendapatan perkapita berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak.