BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK STOP AN AN G PERDAG ANAK Pesan ini disampaikan atas kerjasama : HENTIKAN PERDAGANGAN ANAK Indonesia ACTS Against Child Trafficking Buku Saku Pencegahan Perdagangan Anak LINDUNGI KAMI DARI JERAT PERDAGANGAN ANAK Penulis: Nurhamidah Penyunting : Muhammad Jailani Desain/Layout : Nurhamidah Cetak: Restu Printing-Indonesia Diterbitkan oleh: Yayasan KKSP- Pusat Pendidikan dan Informasi Hak Anak Jln. Stella III No. 88 Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan Telp. 061 – 836 7438 Fax. 061 – 836 7412 Email : [email protected] Kata Pengantar Persoalan perdagangan anak merupakan tanggungjawab Negara untuk menyelesaikannya. Namun pada sisi lain, masyarakat memiliki hak untuk berpartisipasi aktif dalam melakukan penghapusan perdagangan anak. Melakukan penghapusan perdagangan anak bukan saja menangani anak-anak yang menjadi korban perdagangan anak, namun juga melakukan pencegahan agar anak-anak tidak diperdagangkan. Diantara langkah pencegahan adalah melakukan pendidikan penyadaran kepada masyarakat tentang perdagangan anak dan bahayanya bila anak-anak menjadi korban perdagangan. BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK 1 Karena itu, buku saku ini disusun untuk menjadi pegangan bagi masyarakat,khususnya orang dewasa, untuk mengetahui apa, bagaimana perdagangan anak dan siapa yang menjadi korban dan pelakunya. Buku ini juga dimaksudkan untuk menjelaskan secara sederhana perbedaan-perbedaan pengertian perdagangan anak dengan perdagangan manusia, penjualan anak atau pun penyelundupan anak. Selanjutnya, buku ini menjelaskan dengan lugas caracara yang harus dilakukan baik oleh anak sendiri, orang tua, masyarakat hingga Negara untuk mencegah tindak pidana perdagangan anak. Disamping itu, dijelaskan juga apa yang dapat dilakukan pembaca bila menemukan kasus indikasi anak yang diperdagangkan di wilayah asal dan persinggahan/transit, ataupun kasus anak yang menjadi korban perdagangan di wilayah tujuan. Dengan adanya buku saku ini, diharapkan keluarga dan masyarakat memiliki tambahan pengetahuan dalam melindungi anak-anak dari tindak pidana perdagangan anak. Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua. Terimakasih pada pihak-pihak yang telah mendukung dan memberikan input tersusunnya buku saku ini. Salam, Penulis 2 BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK Isi Siapa yang dimaksud dengan anak? 5 Apa yang dimaksud dengan perdagangan manusia? 5 1. Apa yang dimaksud dengan Perdagangan Anak 7 2. Bagaimana kita membedakan perdagangan orang dewasa dengan perdagangan anak 8 3. Bagaimana Proses Perdagangan Anak 9 4. Apa saja bentuk eksploitasi yang dialami anak korban perdagangan? 11 5. Apa beda perdagangan anak dengan penjualan anak? 13 6. Apa perbedaan perdagangan anak dengan penyelundupan anak? 13 Apa faktor-faktor penyebab terjadinya perdagangan anak? 15 Dampak yang terjadi pada korban perdagangan 1. Dampak fisik 2. Dampak sosial dan emosional 17 17 18 Anak yang berisiko menjadi korban perdagangan 19 Siapa yang dapat menjadi pelaku perdagangan anak? 21 Kapan dan di mana perdagangan anak terjadi? 22 Bagaimana cara kerja pelaku perdagangan anak? 22 Mengenal daerah-daerah Perdagangan Anak 1. Daerah Asal atau Daerah Pengirim 2. Daerah Transit atau Persinggahan Sementara 3. Daerah Penerima atau Daerah Tujuan 23 23 23 24 BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK 3 Siapa yang dimaksud dengan anak? Menurut Konvensi Hak Anak yang dimaksud dengan anak adalah setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun. Hal yang harus diingat saat menangani korban perdagangan 25 Hal yang harus kita ingat saat menangani korban perdagangan anak 25 Hal yang sebaiknya TIDAK dilakukan saat menangani korban 26 Apa yang kita lakukan jika kita menemukan korban perdagangan di wilayah asal atau sending area? 27 Apa yang kita lakukan jika kita menemukan korban perdagangan di wilayah transit? 28 Apa yang harus kita lakukan jika menemukan korban perdagangan di wilayah penerimaan atau receiving area? 28 Apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya tindak perdagangan anak? 29 Hukuman bagi pelaku perdagangan anak 31 Apa yang dimaksud dengan perdagangan manusia? “ Tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi “ 4 BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK 5 Apa yang dimaksud dengan Perdagangan Anak? Jadi untuk perdagangan manusia terdapat 3 unsur, yaitu PROSES, CARA dan TUJUAN. Unsur Proses meliputi perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang. Unsur CARA meliputi ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut. Unsur TUJUAN yaitu; tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi. Eksploitasi adalah tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi tetapi tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik serupa perbudakan, penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual, organ reproduksi, atau secara melawan hukum memindahkan atau mentransplantasi organ tubuh dan/atau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan baik materil maupun immateril. Menurut UU No.14 Tahun 2009. (UU mengenai ratifikasi Protokol untuk Mencegah dan Menghukum Perdagangan Manusia, terutama Perempuan dan Anak, atau yang dikenal dengan Protokol Palermo) memberikan penjelasan mengenai perdagangan anak, yaitu; “ perekrutan, transportasi, transfer, penyembunyian atau penerimaan seseorang anak untuk maksud eksploitasi harus dianggap “memperdagangkan manusia” bahkan bila hal ini tidak melibatkan semua cara kekerasan atau bentuk pemaksaan lainnya, penculikan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau penyalahgunaan posisi rentan atau memberikan atau menerima pembayaran, atau keuntungan untuk mendapat izin dari orang yang memegang kendali atas orang lain. “ 6 BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK 7 Bagaimana kita membedakan perdagangan orang dewasa dengan perdagangan anak? Seperti telah dijelaskan di atas bahwa perdagangan orang memiliki 3 unsur yaitu unsur proses, cara dan tujuan. Pada perdagangan anak cukup 2 unsur saja. Yaitu proses dan tujuan, sementara unsur cara (ancaman atau paksaan atau bentuk-bentuk lain seperti bujuk rayu, penculikan, penipuan, tipu muslihat atau penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan atau memberi atau menerima pembayaran atau keuntungan untuk mendapatkan persetujuan dari seseorang yang memegang kendali atas seorang anak) adalah tidak relevan digunakan didalam kejahatan perdagangan anak. Prinsip ini menjadi pedoman bagi negara dalam memperlakukan anak-anak korban perdagangan manusia. Prinsip ini memandu upaya-upaya, terutama polisi yang terlibat dalam identifikasi dan bila relevan, kemudian mewawancarai para korban anak. Prinsip utama bagi petugas kepolisian adalah bahwa manusia berusia di bawah 18 tahun, memenuhi unsur direkrut, dipindahkan dan diterima untuk tujuan eksploitasi adalah korban perdagangan anak. Dengan demikian pertanyaan-pertanyaan yang berkenan dengan ijin seorang anak, keterlibatan dalam atau pemahaman atas proses yang mengakibatkan mereka diperdagangkan, hanya boleh digunakan sebagai sarana untuk menggali informasi umum, dan dengan cara apapun, tidak diperbolehkan untuk menentukan apakah seorang anak merupakan korban perdagangan. Demikian pula. Perekrutan, transportasi, transfer, penyembunyian atau penerimaan seorang anak dengan cara adopsi atau pernikahan dini untu tujuan eksploitasi juga dianggap sebagai perdagangan anak. 8 BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK Bagaimana Proses Perdagangan Anak? Anak yang diperdagangkan setidaknya mengalami proses: • DIREKRUT. Pada proses ini anak direkrut dari desa atau daerah asalnya dengan cara bujuk rayu, pemaksaan, penculikan, penyekapan, baik oleh orang yang dikenal maupun tidak dikenal. • DIPINDAHKAN. Pemindahan ini dilakukan dari satu tempat ke tempat yang lain baik masih berada di dalam negeri maupun di luar negeri. Pemindahan ini dilakukan dengan menggunakan berbagai angkutan, baik darat, laut maupun udara. Pada proses ini, anak dipindahkan ke daerah yang tidak dikenal anak sebelumnya, sehingga anak tidak bisa kembali atau mengetahui jalan pulang ke daerah asalnya. • DITAMPUNG. Proses pemindahan seringkali melibatkan banyak tempat. Sebelum anak diserahterimakan kadangkala anak-anak ditampung dulu, baik di rumah pelaku, maupun tempat lainnya seperti hotel, tempat penampungan lain atau di satu komunitas. Di tempat ini anak diawasi gerak-geriknya sehingga sulit untuk melarikan diri. Pada proses ini anak sudah mendapatkan perlakuan eksploitasi. • DIPINDAHTANGANKAN atau diserahterimakan dari seseorang ke orang lain. Pemindahtangan ini biasanya dilakukan ketika anak sudah berada di daerah tujuan. Anak diserahkan oleh pelaku yang membawa anak dari daerah asal kepada pelaku yang berada di daerah tujuan untuk dipekerjakan dan dieksploitasi. BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK 9 Bentuk Eksploitasi Anak Apa saja bentuk eksploitasi yang dialami anak korban perdagangan? Bentuk eksploitasi yang dialami anak korban perdagangan adalah eksploitasi ekonomi dan seksual. Akan tetapi banyak anak yang mengalami eksploitasi ekonomi dan seksual sekaligus. Eksploitasi seksual adalah segala bentuk pemanfaatan organ tubuh seksual atau organ tubuh lain dari korban untuk mendapatkan keuntungan, tetapi tidak terbatas untuk kegiatan pelacuran dan pencabulan. Contoh eksploitasi seksual adalah anak yang dilacurkan dan anak dikawinkan secara kontrak. Pada kenyataannya anak yang dilacurkan dan seringkali mengalami eksploitasi seksual dan ekonomi sekaligus. Eksploitasi ekonomi adalah, bentuk-bentuk pemanfaatan tenaga untuk keuntungan pribadi maupun kelompok. Beberapa contoh dari eksploitasi ekonomi: • Pembantu Rumah Tangga Anak (PRTA). Anak yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga bekerja dengan jam kerja yang panjang yang menghalangi anak untuk sekolah dan beristirahat. Anak yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga seringkali mendapatkan gaji yang lebih rendah dari PRT dewasa, sementara pekerjaannya sama dengan PRT dewasa. PRT anak rentan untuk tidak dibayar karena anak lebih patuh pada majikan. Selain itu, anak juga beresiko mendapat tindak kekerasan, baik kekerasan fisik, mental ,maupun seksual karena mereka bekerja pada tempat yang terisolir, yaitu rumah pribadi majikan. Kejadian kekerasan pada rumah majikan tersebut sulit terlihat oleh orang lain. Pemerintah sendiri mengalami 10 BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK 11 kesulitan dalam penanggulangan jenis pekerjaan yang terburuk bagi anak ini karena tingginya permintaan dan penyediaan pembantu rumah tangga anak. • Kawin Kontrak. Kawin kontrak ini tidak ubahnya seperti praktek prostitusi karena dalam praktek kawin kontrak terjadi transaksi seksual. Uang kawin kontrak ini tidak diterima oleh perempuan akan tetapi diterima oleh keluarga dan pihak-pihak lainnya. Praktek ini masih dilakukan dibeberapa wilayah, terutama didaerah terpencil dan penduduknya miskin, dan didaerah wisata. Persoalan yang muncul kemudian sebagai dampak dari praktek kawin kontrak ini adalah pihak perempuan sangat rentan menjadi korban kekerasan seksual, kekerasan ekonomi, stigmatisasi, diskrimasi dan sulitnya keluar dari lingkaran praktek kawin kontrak. • Penghibur kafe. Anak yang menjadi penghibur di kafe seringkali dibayar rendah sementara pekerjaannya berat karena dilakukan pada malam hari dengan resiko yang tinggi seperti kekerasan fisik. Seksual dan mental. Pekerjaan ini merusak moral dan membahayakan diri anak. • Dilibatkan dalam perdagangan narkoba. Banyak sindikat maupun jaringan narkoba melibatkan anak-anak sebagai pembuat, perantara bahkan sebagai pemakai. Beberapa aspek yang menyebabkan anak terlibat adalah karena kemiskinan, tekanan teman sebaya, peran keluarga, peran bandar serta masalah yang dihadapi disekolah termasuk putus sekolah. Semakin banyak bandar memakai anak sebagai pengedar maka semakin kecil peluang bandar untuk tercium aktivitasnya oleh aparat kepolisian. 12 BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK Apa beda perdagangan anak dengan penjualan anak? Penjualan anak adalah tindakan atau transaksi dimana seorang anak dipindahkan kepada orang lain oleh siapapun atau kelompok demi keuntungan keuangan atau keuntungan bentuk lain. Penjualan anak bukan tindakan perdagangan anak atau child trafficking tetapi ini adalah tindakan pelanggaran hak anak yang harus diberantas. Penjualan anak tidak saja selalu terindikasi dengan eksploitasi tetapi dalam penjualan anak ada transaksi yang menguntungkan pihak lain. Apa perbedaan perdagangan anak dengan penyelundupan anak? Penyelundupan anak adalah lebih menekankan pada pengadaan atau pengangkutan secara illegal dari satu negara ke negara lain yang menghasilkan keuntungan bagi penyelundup dan atau orang yang menyetujui anak diselundupkan . Penyelundupan tidak mengandung unsur eksploitasi di dalamnya. BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK 13 Faktor Penyebab terjadinya Perdagangan Anak Apa faktor-faktor penyebab terjadinya perdagangan anak? Selama ini di benak orang dewasa selalu menganggap anak adalah sebagai komoditi atau aset yang bisa mendatangkan keuntungan. Anggapan-anggapan seperti ini menempatkan posisi anak sangat rentan untuk menjadi korban. Selain itu ada faktor-faktor penyebab terjadinya perdagangan anak yaitu: 14 BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK • Kemiskinan. Penyebab paling besar anak menjadi korban perdagangan adalah kemiskinan. Selama ini anak selalu didokrin dengan wejangan bahwa anak harus membantu perekonomian keluarga terutama bagi anak perempuan. Pendapat- pendapat seperti ini yang menyebabkan anak ingin membantu keluarga dengan bekerja tanpa memikirkan bahaya yang akan dihadapi dengan pekerjaan yang dipilih. • Tidak memiliki akte kelahiran. Anak-anak yang tidak memiliki akte akan lebih mudah untuk dimanipulasi umurnya, biasanya ini dilakukan untuk pengurusan dokumen seperti KTP, Pasport, jika anak akan dipekerjakan baik didalam negeri mapun di luar negeri untuk menjadi buruh migran atau tenaga kerja wanita. • Anak-anak yang menikah dan bercerai usia dini. Perkawinan dan perceraian yang melibatkan anak berusia dibawah 18 tahun. Menikah pada usia belia sangat rentan dengan perceraian karena perbedaan-perbedaan antara 2 individu yang belum matang. Pernikahan dini jelas melanggar hak azasi seorang anak, seperti hak mereka atas pendidikan, kesehatan yang layak dan kebebasan berekspresi. Pada kenyataannya, sejak seorang anak menikah, mereka dianggap telah dewasa dan mandiri sehingga tidak menjadi tanggungan orang tuanya. Dan secara otomatis mereka akan kehilangan status mereka sebagai anak. Akibatnya ketika anak perempuan bercerai BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK 15 hak mereka sebagai seorang anak hilang, dan mereka harus tetap memenuhi kebutuhan hidupnya, jadi orang tua tidak akan menanggung beban hidup anak perempuan tersebut walau dia masih berusia dibawah 18 tahun. Untuk itu mereka memberanikan diri untuk pergi ke kota-kota besar untuk mendapatkan kesempatan kerja yang lebih baik untuk bertahan hidup tanpa pendidikan formal, mereka tidak mempunyai ijazah dan ketrampilan yang memungkinkan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Banyak dari mereka akhirnya yang terbujuk dan terperangkap dalam industri seks komersial. • • • 16 Yatim Piatu. Kondisi anak yang tidak mempunyai keluarga akan menjadi sangat rentan untuk menjadi korban perdagangan. Terutama terhadap pelaku yang membujuk mereka dengan dalih untuk dipelihara, disekolahkan tetapi sebenarnya anak-anak tersebut akan dieksploitasi baik secara ekonomi maupun seksual. Kurangnya pendidikan dan informasi. Kemiskinan menjadi satu penyebab kenapa banyak anak-anak yang putus sekolah baik ditingkat Sekolah Dasar (SD) , Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ( SLTP) maupun Sekolah Menengah Umum (SMU). Informasi mengenai bahaya perdagangan anak tidak sampai pada aparat pemerintah lokal. Dalam banyak kasus korban perdagangan anak sebagian adalah anak-anak yang usianya dimanipulasi, baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja oleh aparat pemerintah desa. Hal ini dapat terjadi dalam pengurusan dokumen legal seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP), akte kelahiran, Kartu Keluarga ( KK). Kurangnya informasi menyebabkan anak menjadi korban. Perilaku konsumtif (bergaya hidup mewah). Perilaku komsumtif dan pengaruh teman sebaya menjadi pendorong anak untuk rela melakukan apa saja agar diterima oleh lingkungan sekitarnya, termasuk jika mereka harus bekerja sebagai pekerja seks komersial, maupun menjajakan narkoba. BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK • Terjerat hutang. Jeratan hutang ini biasanya terjadi pada orang tua. Ketika mereka tidak bisa melunasi hutangnya maka mereka menyerahkan anaknya untuk melunasi hutang tersebut. Posisi anak disini sebagai pembayar hutang orang tua. Suka tidak suka anak harus menjalaninya. Selama rentang waktu tersebut, tidak jarang anak mendapatkan perlakuan eksploitasi. • Tingginya permintaan prostitusi anak. Ada mitos di masyarakat, jika melakukan hubungan seksual dengan anak dibawah umur maka akan awet muda dan bertambah perkasa. Mitos ini mendorong semakin gencarnya perekrutan terhadap anak-anak untuk dijadikan pekerja seks komersial. Perekrutan dilakukan dengan berbagai upaya antara lain penculikan, penipuan dan bujuk rayu. • Kehancuran keluarga (broken home). Hubungan keluarga yang tidak harmonis juga menjadi pemicu dan menyebabkan anak menjadi korban untuk diperdagangkan. Anak yang menjadi korban ketidakharmonisan keluarga cenderung mempunyai jiwa yang labil sehingga akan sangat mudah untuk dipengaruhi dan menjadi korban. Dampak yang terjadi pada korban perdagangan Korban perdagangan anak akan mengalami dampak fisik. Dampak fisik • Korban akan mengalami luka-luka disekujur tubuh akibat kekerasan yang diterimanya dari pelaku. • Korban akan mengalami kerusakan organ reproduksi akibat pemerkosaan dan kekerasan seksual. • Kehamilan yang tidak diinginkan akibat dari pemerkosaan BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK 17 • • atau tindakan seksual lainnya dari pelaku maupun orang lain. Terinfeksi penyakit menular (spilis, raja singa) dan HIVAIDS.Korban akan mengalami cacat fisik dan penderitaan ini akan ditanggung korban seumur hidup. Bahkan tidak jarang berakibatkan kematian Dampak sosial dan emosional yang mungkin dialami oleh korban perdagangan • Perasaan kehilangan kontrol dan kurangnya rasa aman, kejadian yang traumatis dapat merampas perasaan kontrol seseorang sehingga perasaan tidak nyaman dan kurang aman. Perasaan ini dapat menjadi lebih besar jika proses hukum yang dijalani oleh korban berada diluar kontrol, dan mereka dipaksa berpisah dari orang-orang, tempat dan kegiatan yang membuat mereka merasa aman dan bahagia. • Hilang kepercayaan, perdagangan anak sering melibatkan korban di khianati, dibohongi oleh orang-orang yang mereka percayai, sehingga hal ini membuat korban sulit mempercayai orang lain atau membina hubungan dengan orang lain. • Stigma sosial dan rasa malu. Korban perdagangan akan memiliki rasa malu karena pengalaman yang dialami selama proses perdagangan misalnya diperkosa, mendapat kekerasan, pelecehan seksual, hamil, tidak berhasil mengumpulkan uang banyak untuk keluarga, pandangan masyarakat yang selalu jelek terhadap korban perdagangan. • Rasa rendah diri/hilang kepercayaan diri. Biasanya ini terjadi pada korban yang mengalami kekerasan dan penyiksaan. Ini dapat ditunjukan dalam berbagai tingkah laku termasuk depresi, rasa malu, respon emosional yang kuat dan kelesuan. • Respon emosional yang kuat. Trauma perdagangan anak dapat menghasilkan berbagai macam respon termasuk 18 BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK • • kemarahan, histeria, mudah menangis, diam, mimpi buruk atau flashback (ingatan yang kuat tentang masa lalu). Menunjukan tingkah laku seksual. Korban kekerasan seksual memiliki kecenderungan untuk menunjukkan tingkah laku seksual. Ini dapat ditunjukan lewat tingkah laku seperti merayu dan mencolek-colek, ini terjadi jika korban dipekerjakan sebagai pekerja seks komersial. Tingkah laku seperti ini cerminan kejadian yang dialami, korban menerima perhatian dalam bentuk interaksi seksual dan mungkin dia merasa bahwa itu salah-satunya untuk dapat mengekspresikan kontrol diri atau mendapatkan perhatian dan respek. Tingkah laku tersebut seringkali terjadi pada situasi dimana korban merasa tidak aman. Mempunyai perasaan tertekan dan cenderung melakukan tindak bunuh diri akibat trauma dan perasaan bersalah yang selalu menghantui pikiran korban. Anak yang berisiko menjadi korban perdagangan Semua anak, baik laki-laki maupun perempuan berisiko menjadi korban perdagangan karena anak lebih rentan dibanding orang dewasa. Anak sering dianggap lebih lemah, baik secara fisik maupun mental.Di samping itu, ada kelompokkelompok anak yang lebih berisiko diperdagangkan, diantaranya adalah: 1. Anak jalanan. Anak yang hidup di jalanan tidak ada yang mengawasi. Umumnya anak jalanan menentukan sendiri segala sesuatu untuk dirinya sendiri. Selain itu, anak jalanan lebih rentan terhadap penculikan, ancaman atau tindak kekerasan lain dimana masyarakat tidak terlalu merespon. Hal ini memudahkan pelaku menjerat atau menculik anak-anak yang hidup di jalanan. BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK 19 2. 3. 4. 5. 6. 20 Anak yang mengalami kekerasan seksual. Ini terjadi karena secara psikologis, anak korban kekerasan seksual bahwa dirinya sudah tidak berharga lagi, karena hilangya keperawanan. Nilai-nilai yang berlaku di masyarakat tentang arti keperawanman membuat anak tidak nyaman dan rentan dibujuk rayu untuk meninggalkan lingkungan tempat tinggalnya. Anak yang dilacurkan, atau korban eksploitasi seksual juga sering menjadi target dari pelaku. Hal Ini terjadi anak yang dilacurkan seringkali dikucilkan dari masyarakatnya. Secara psikologis anak tertekan sehingga mudah percaya pada orang lain yang memberikan perhatian. Padahal perhatian ini seringkali semu dan hanya digunakan oleh pelaku perdagangan untuk menjerat anak. Anak yang berasal dari keluarga miskin. Kebutuhan yang mendesak bagi keluarga miskin, terkadang mendorong orang tua memberi ijin anaknya untuk bekerja di daerah lain. Kondisi seperti ini menjadi peluang besar pelaku untuk memberikan iming-iming gaji yang besar serta penghidupan yang layak bagi anak dan keluarganya. Harapan orang tua kepada anaknya ini menjadi pertimbangan bagi anak menerima ajakan pelaku untuk bekerja. Anak yang hanya berpendidikan rendah dan atau putus sekolah. Dalam kondisi seperti ini anak mudah ditipu dengan cara diiming-imingi pekerjaan dengan imbalan besar. Anak korban kekerasan. Yang terjadi, baik di dalam rumah maupun diluar rumah memicu anak untuk menjadi korban perdagangan. Anak korban kekerasan yang tidak mendapat dukungan, baik oleh lingkungan sekitar maupun keluarganya cenderung mencari dukungan dari pihak lain. Dan kondisi ini seringkali dimanfaatkan oleh pelaku perdagangan anak dengan cara memberikan perhatian dan bujuk rayu. BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK 7. Anak yang kecanduan minuman keras dan narkoba. Anak yang sudah mengalami kecanduan, akan melakukan apa saja untuk mendapatkan uang guna membeli obat-obatan tersebut. Dalam kondisi ini anak mudah dibujuk rayu untuk bekerja apa saja, termasuk menjadi kurir dalam perdagangan narkoba. Jasa anak sebagai kurir dianggap sangat menguntungkan bagi pihak pengebar, dimana secara materi dengan mempekerjakan anak, imbalan yang diberikan tidak sebesar jika orang dewasa yang melakukan pekerjaan tersebut. Selain itu secara hukum, jika anak tertangkap, pengedar akan sangat mudah melarikan diri agar tidak terjerat secara hukum dalam penyelidikan, dimana selama anak bekerja dengan pengedar/pelaku telah terdokrin untuk upaya tutup mulut dengan berbagai ancaman. Dengan pekerjaan ini, anak rentan mengalami kekerasan fisik, seksual dan mental dari pelaku. Siapa yang dapat menjadi pelaku perdagangan anak? Pelaku perdagangan anak tidak saja melibatkan individu, organisasi/sindikat lintas negara, baik yang terorganisir maupun tidak terorganisir. Orang tua atau suami dapat menjadi pelaku perdagangan anak manakala mereka secara sadar/tidak sadar menawarkan, memberi ijin, menerima uang atas penyerahan anak atau istrinya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pelaku perdagangan anak yang terorganisir diantaranya adalah agen, calo atau sindikat yang merekrut anak. Agen atau calo dapat merupakan teman, tetangga, keluarga, pacar atau bahkan guru. Perusahaan perekrut tenaga kerja (PJTKI) dengan agen atau calo di daeah tersebut juga dapat menjadi pelaku perdagangan anak, manakala mereka memfasilitasi pemalsuan BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK 21 Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan paspor serta secara ilegal, menyekap calon pekerja di penampungan dan menempatkan mereka dalam pekerjaan yang berbeda dengan yang mereka janjikan. Selain itu, calo pernikahan yang merekrut korban dimana pernikahan yang diaturnya menjerumuskan perempuan dalam kondisi perbudakan dan eksploitatif. Aparat pemerintah dapat menjadi pelaku perdagangan anak ketika mereka menyalahgunakan kekuasaan dengan memalsukan dokumen secara illegal sehingga mengakibat-kan terjadinya tindak pidana perdagangan orang.Sementara itu majikan, pengelola dan pelanggan tempat hiburan merupakan pelaku eksploitasi anak. Kapan dan di mana perdagangan anak terjadi? Perdagangan anak dapat terjadi kapan saja tanpa mengenal waktu. Akan tetapi pada saat-saat dimana kebutuhan akan tenaga kerja meningkat, baik di dalam atau di luar negeri, maka perekrutan anak akan menjadi lebih gencar. Perdagangan anak dapat terjadi di mana saja tanpa mengenal tempat, bahkan di tempat yang dianggap paling aman, misalnya di rumah atau di sekolah. Tempat umum lainnya seperti mall, terminal bus dan stasiun juga dapat menjadi tempat terjadinya perdagangan anak. Bagaimana cara kerja pelaku perdagangan anak? Pelaku Pelaku perdagangan anak bekerja dengan berbagai cara mulai dari bujuk rayu hingga menggunakan kekerasan. Bujuk 22 BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK rayu/iming-iming yang biasa dipakai antara lain: • Menjanjikan kerja dengan gaji yang besar di dalam maupun di luar negeri. • Menjanjikan pengasuhan yang baik, misalnya anak dipelihara dan disekolahkan. • Menjanjikan kehidupan yang lebih baik, misalnya dengan cara kawin kontrak. Sedangkan kekerasan yang biasa dipakai untuk menjerat korban antara lain kekerasan fisik, mental dan seksual serta penculikan, penyekapan, penipuan dan penjeratan hutang. Mengenal daerah-daerah Perdagangan Anak Perdagangan anak melibatkan banyak daerah. Daerah perdagangan anak dibagi menjadi: • Sending Area atau daerah asal • Transit Area atau daerah persinggahan sementara • Receiving Area atau daerah tujuan. Daerah Asal atau Daerah Pengirim Daerah asal atau pengirim merupakan daerah dimana anak berasal atau daerah sebelum anak dikirimkan kedaerah tujuan. Biasanya daerah asal atau pengirim ini adalah wilayah dimana tingkat kemiskinan dan tingkat anak putus sekolah tinggi sehingga orang tua mengijinkan anaknya bekerja keluar daerah untuk membantu perekonomian keluarga. Segala upaya, misalnya bujuk rayu, pemalsuan dokumen, penculikan terjadi pada daerah asal atau daerah pengirim. Daerah Transit atau Persinggahan Sementara Daerah transit dalam perdagangan anak adalah merupakan daerah persinggahan yang menampung anak-anak yang BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK 23 direkrut sebelum mencapai daerah tujuan. Pada daerah transit ini, biasanya korban sudah dieksploitasi baik secara ekonomi maupun seksual. Beberapa ciri anak korban perdagangan di wilayah transit yang bisa dikenali adalah: • Anak berkelompok dan dalam kondisi kebingungan, ketakutan dan defresi. • Anak ditempatkan dirumah yang tertutup dan tidak bisa didatangi oleh orang lain atau masyarakat, tempat tinggal tersembunyi atau dirahasiakan. • Korban tidak memiliki cukup uang, sehingga tidak bisa pulang ke daerahnya. • Tidak mengetahui alamat dan tujuan perjalanan korban tidak membawa KTP, akte kelahiran, paspor atau identitas lainnya. Daerah Penerima atau Daerah Tujuan Daerah penerima atau daerah tujuan adalah daerah akhir dimana anak ditempatkan. Pada daerah ini anak mengalami eksploitasi baik itu secara ekonomi maupun seksual. Bentukbentuk kekerasan yang dialami anak didaerah tujuan antara lain : • Anak tidak boleh bersosialisasi atau berkomunikasi dengan masyarakat sekitar tempat anak bekerja. • Anak dipaksa hidup dalam komunitas terpantau oleh pelaku perdagangan anak. Identitas anak (KTP, pasport) ditahan oleh pelaku. • Anak mengalami kekerasan fisik, emosional maupun seksual. • Anak seringkali tidak mendapatkan perlindungan dan terlantar akibat pemerintah dan aparat penegak hukum belum berperspektif korban. Untuk kasus perdagangan anak lintas negara, penanganan kasus belum maksimal karena kerjasama antara negara belum berjalan dengan baik. 24 BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK Hal yang harus diingat saat menangani korban perdagangan Saat bekerjasama dengan orang yang pernah menjadi korban perdagangan berarti kita akan menggali topik yang sangat sensitif, pribadi dan sulit. Untuk itu harus diingat bagaimana sikap kita saat menangani korban perdagangan anak. Dalam konvensi Hak Anak tertulis 4 prinsip umum tentang hak anak : 1. Non Diskriminasi, dimana anak tidak dibedakan dari ras, suku, agama, kemampuan dan pandangan politik. 2. Yang terbaik bagi anak. 3. Kelangsungan hidup dan perkembangan anak. 4. Penghargaan terhadap pendapat anak, dimana anak berhak untuk mengatakan apa yang mereka pikirkan, apa yang seharusnya ketika orang dewasa membuat keputusan yang berdampak terhadap mereka, dan agar pendapat mereka juga dipertimbangkan. Hal yang harus kita ingat saat menangani korban perdagangan anak • • • Lindungi keanonimusan atau kerahasiaan korban. Kerahasiaan korban berarti bahwa referensi apapun sebaiknya tidak mencantumkan nama korban kecuali jika korban memberikan ijin. Pastikan semua arsip disimpan pada lokasi yang aman. Kerahasiaan berarti bahwa korban harus mendapatkan layanan secara pribadi tanpa ada yang mengetahui layanan yang dia terima. Identitas korban khususnya yang bekerja pada industri seks harus disimpan sebagai rahasia. Jika anda perlu bicara dengan orang lain mengenai kasus ini minta persetujuan korban. BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK 25 • • • • • • • Mengadakan pertemuan ditempat yang sepi, tanpa diketahui oleh orang lain dan tanpa gangguan. Menghargai korban. Memperhatikan dan menjadi pendengar yang baik. Beritahu korban bahwa dia dapat mengakhiri pembicaraan kapan saja. Cari tahu apa yang bisa membuat korban merasa nyaman.Bantu korban untuk sembuh dari rasa malu dengan memberikan keyakinan bahwa kekerasan yang dialami bukan kesalahannya. Bantu korban untuk mengenali kekuatan dan kenyakinanya sendiri, puji keberaniannya untuk bicara mengenai pengalamannya. Pastikan kata-kata anda tidak menstigma korban atau membuatnya merasa lebih malu. Hal yang sebaiknya TIDAK dilakukan saat menangani korban perdagangan • • • • • • 26 Menggunakan metode komunikasi yang tidak sensitif anak, misalnya hanya dilakukan komunikasi secara verbal/lisan dan sebagainya. Menggali hal-hal detail dari kejadian yang bertujuan untuk memuaskan rasa ingin tahu petugas, sehingga berakibat korban menjadi korban untuk yang kedua kalinya, sebab korban diminta untui mengingat kembali detail kejadian yang menyakitkan. Sibuk dengan penggalian masalah/peristiwa traumatis korban. Tidak menunjukan empaty dan kepedulian kepada korban. Tidak membuat korban merasa tidak didengarkan atau diperhatikan. Terkesan menasehati/menggurui/mengarahkan ataupun menyalahkan. BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK • • • • • Mengambil jarak dan memperlakukan korban sebagai pasien. Memberikan janji-janji yang tidak dipikirkan secara matang oleh petugas. Mengambil foto tanpa ijin. Menawarkan bantuan yang tidak realistis atau tidak dapat direalisasikan. Memvonis korban dengan argumen yang buruk. Apa yang kita lakukan jika kita menemukan anak yang terindikasi menjadi korban perdagangan di wilayah asal atau sending area 1. Memberikan pemahaman pada orang tua dan anak bahwa anak rentan menjadi korban perdagangan 2. Membangun komunikasi dengan sumber berita, hal ini bisa dilakukan dengan tetangga sekitar lokasi. 3. Menghubungi pihak kepolisian atau aparat desa setempat bahwa ada anak yang terindikasi menjadi korban perdagangan. 4. Berpartisipasi dan mendorong pemerintah setempat untuk meningkatkan pendapatan orang tua anak. 5. Memberikan pemahaman pada masyarakat bahwa anak yang menjadi korban perdagangan adalah korban bukan aib. 6. Membantu integrasi anak pada keluarganya. BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK 27 Apa yang kita lakukan jika kita menemukan korban perdagangan di wilayah transit? • • • • • • Menggali informasi sebanyak mungkin untuk menginformasikan kecurigaan akan adanya anak korban perdagangan. Membangun komunikasi dengan sumber berita. Hal ini bisa dilakukan dengan tetangga sekitar lokasi atau akan lebih baik lagi jika membangun komunikasi tersebut dengan korban langsung. Menghubungi pihak kepolisian untuk menyelamatkan anak dari penampungan Menghubungi rumah aman, baik yang dikelola oleh pemerintah daerah maupun dikelola oleh LSM Bekerjasama dengan polisi untuk membawa korban ketempat yang lebih aman Bekerjasama dengan pemerintah untuk memulangkan korban. Apa yang kita lakukan jika kita menemukan korban perdagangan diwilayah penerimaan atau receiving area? 1. Membangun komunikasi dengan korban tentang keberadaannya dan atau kemungkinan adanya korban lain. 2. Membangun komunikasi dengan sumber berita bila informasi didapat di pihak ketiga dan dilanjutkan dengan investigasi. 28 BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK 3. Menghubungi kepolisian dan aparat terkait setempat untuk penyelamatan anak 4. Membantu anak dalam pemulihan kesehatan phisik dan mental, baik bekerjasama dengan pemerintah terkait, LSM, rumah aman mapupun P2TP2A 5. Membantu proses layanan lanjutan pada anak termasuk reintegrasi anak dengan keluarga. Apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya tindak perdagangan anak? Pencegahan tindakan perdagangan anak harus dilakukan, sebab mencegah perdagangan anak adalah tugas bersama semua pihak, mulai dari anak, orang tua, guru, masyarakat dan negara harus berperan secara aktif. Peran Negara • Melakukan sosialisasi Undang-undang Perlindungan Anak (UU PA) dan Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (UU PTPPO) baik dikalangan pemerintah, aparat penegak hukum maupun masyarakat. • Memberikan registrasi penduduk termasuk anak-anak secara berkala dengan gratis. • Menyediakan pendidikan gratis minimal 9 tahun Peran Masyarakat • Tidak mempekerjakan anak sebagai pembantu rumah tangga, buruh pabrik, buruh perkebunan, dll. • Bila ingin menjadi tenaga kerja diluar negeri, haruslah usianya diatas 18 tahun,mencari informasi yang benar ke Dinas Tenaga Kerja setempat, terutama memastikan tempat atau tujuan atau alamat tempat pekerjaan. BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK 29 • • Jangan biarkan PJTKI/sponsor/calo/orang lain memalsukan identitas anak. Jangan pernah meminta orang lain untuk menyimpan paspor/KTP/kontrak kerja dan dokumen penting lainnya. Peran orang tua • Orangtua bertanggungjawab memenuhi hak-hak anak seperti hak untuk pendidikan, didengarkan pendapatnya, dll. • Waspada dengan orang yang membujuk dengan imimgiming gaji tinggi, pekerjaan yang enak, kehidupan yang lebih baik bagi anak, baik oleh orang yang dikenal baik maupun oleh orang yang tidak dikenal. • Jangan menjadikan anak sebagai aset keluarga untuk membantu perekonomian keluarga dengan membiarkan anak menjadi pekerja di bawah umur. Peran anak • Jangan mudah dibujuk dengan iming-iming gaji tinggi, pekerjaan yang enak, kehidupan yang lebih baik maupun hal-hal yang disukai anak seperti mainan/permen baik oleh orang yang dikenal baik maupun oleh orang yang tidak dikenal; • Bila mengetahui adanya tanda-tanda temannya akan diperdagangkan maka anak dapat memberitahu temannya dan orang terdekatnya akan bahaya perdagangan. • Melakukan sosialisasi kepada teman sebaya tentang bahaya perdagangan anak. 30 BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK Hukuman bagi pelaku perdagangan anak • Ancaman hukuman 15 tahun penjara atau paling singkat 3 tahun penjara dan denda paling banyak Rp. 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah), atau paling sedikit Rp. 60.000.000 (enam puluh juta rupiah) berdasarkan pasal 81 ayat (2) Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. • Ancaman hukuman paling singkat 3 tahun penjara dan paling lama 15 tahun penjara dan denda paling banayak Rp. 600.000.000 (enam ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp. 120.000.000 (seratus dua puluh juta rupiah) berdasarkan pasal 2 ayat (1) Undang-undang No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak pidana Perdagangan Orang.Ancaman hukuman penjara 9 tahun, berdasarkan pasal 287 ayat (1) KUHP. • Ancaman hukuman 5 tahun penjara, berdasarkan pasal 293 KUHP. BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK 31 1. Medan, Yayasan KKSP (061) 8367438 2. Jakarta, Yayasan Jurnal Perempuan (021) 8300211, Yayasan Anak dan Perempuan (021) 93430154, YKB (021) 8296337, 8312467 3. Bandung, Institut Perempuan (022) 2516378, Pratista Indonesia (0251) 8318344, 7167141 4. Semarang, KJHAM (024) 6723083, YayasanSetara (024) 8445138) 5. Solo, Yayasan KAKAK (0271) 716347, SARI (0271) 7074500, Isya Grobogan 081575010491, KPI Rembang (0295) 5503569 6. Yogyakarta, Yayasan SAMIN (0274) 41230, Rifka Annisa (0274) 554039 7. Surabaya, Kawan Kami (031) 7406674, KPI Jatim 081330742822 8. Kupang, Rumah Perempuan (0380) 823117, Inkasih Soe 081339327415, Yabiku Kefa (0388) 31691, KiperHAM SIKKA 081339449809, YS3L Lembata 085239242661 9. Pontianak, LBH-APIK (0561)766349 10. Mataram, Perkumpulan Panca Karsa (0370) 624304 32 BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK Printed by: restuprinting-Indonesia Jika anda mendengar, melihat, mengetahui kasus-kasus perdagangan anak atau anak yang terindikasi untuk diperdagangkan, dapat menghubungi Partner Indonesia Acts dan TdH Netherlands yang tersebar di 10 kota: