MODUL 1 Mengenal arkeologi visual "kemunculan kajian visual dalam arkeologi" Arkeologi visual lahir dari “rahim” teknologi visual yang terwakilkan dalam beragam media visual alias media yang tampak, suatu media yang dapat ditangkap oleh panca indera penglihatan yaitu mata. Segala sesuatu yang nampak itulah visual, dan seiring dengan perkembanan teknologi, serba serbi visual merambah ke berbagai lini, termasuk dibidang ilmu pengetahuan. Maka dalam ranah keilmuan kita mengenal istilah antropologi visual, yang merupakan bagian dari ilmu antropologi. Antropologi visual menawarkan pendekatan secara visual yang berbeda dari karya-karya etnografi yang biasanya dihasilkan oleh ahli-ahli antropologi dalam bentuk tulisan. Antropologi visual memandang bahwa budaya diwijudkan melalui simbol-simbol yang terlihat terwujud dalam suatu gerakan, ritual, upacara, serta materi/artefak yang ada yang dibangun secara alami. Secara umum kajian antropologi visual memfokuskan pada dua hal yang berbeda, pertama kajian antropologi yang konsen pada bahan-bahan visual dalam penelitian arkeologi, dan yang kedua kajian yang konsen terhadap sistem-sistem visual dan budaya visible. Itulah sebabnya produk yang dihasilkan dari kajian antropologi visual didominasi tayangan visual berupa foto dalam bentuk essai ataupun film-film antropologi. 1Visual “menjangkiti” ranah keilmuan dalam beragam cara dan bentuk yang dipicu oleh perkembangan teknologi visualisasi baik itu berupa kamera foto, kamera video dan teknologi digital informasi yang semakin berkembang pesat. Antropologi dalam hal ini mengadopsi perkembangan teknologi visual, dengan memanfaatkan beragam teknologi misalnya kamera untuk memotret dan merekam fenomena budaya di masyarakat. Sedangkan dalam disiplin ilmu arkeologi “virus” visual mulai merasuki ranah metodologi khususnya terkait dengan perekaman data. Sebagaimana kita ketahui, dalam arkeologi, 1 Dalam KBBI Online: visual/vi·su·al/ a dapat dilihat dng indra penglihat (mata); berdasarkan penglihatan: bentuk -sebuah metode pengajaran bahasa; sedangkan memvisualkan/mem·vi·su·al·kan/ v menjadikan suatu konsep dapat dilihat dng indra penglihatan. perekaman data merupakan tahapan penting proses penelitian. Perekaman data di arkeologi berupa data verbal, piktorial dan audio visual. Data verbal berupa rekaman data dalam bentuk deskripsi teks, sedangkan data piktorial berupa gambar atau foto yang notabene merupakan data visual. Dalam fase ini, visual menjadi salah satu bentuk data dalam perekaman data arkeologi. Pemanfaatan visual dalam arkeologi baru sebatas dalam ranah penelitian arkeologi, dimana penggunaan perangkat untuk merekam data secara masih terbatas pada kamera foto dan penggambaran manual. Lalu seiring perkembangan teknologi dan paradigma arkeologi, yaitu dengan munculnya kajian arkeologi publik, visual dalam arkeologi tidak lagi sebatas pada perekaman data semata, tetapi sampai pada upaya pempublikasian arkeologi pada masyarakat. Arkeologi visual diarahkan untuk menghasilkan dokumen visual yang dapat diakses oleh masyarakat agar mereka lebih memahami arkeologi dan hasil penelitian arkeologi yang telah dihasilkan. Kajian arkeologi visual berkembang pesat seiring dengan perkembangan teknologi informasi baik yang terkait dengan teknologi komputer maupun software yang dapat dipergunakan untuk mengelola data visual. Kini beragam software dapat dipergunakan oleh akeolog untuk mengoptimalka data visual baik dalam tahap penelitian yaitu untuk kepentingan perekaman data sampai analisis data, serta tahap pempublikasian hasil penelitian arkeologi pada masyarakat yang merupakan tanggung jawab arkeolog . Bacaan lebih lanjut: Using Computers in Archaeology by Garry Lock diterbitkan oleh Routledge tahun 2003