BAB 10. DAYA TARIK INTERPERSONAL

advertisement
KETERTARIKAN ANTAR PRIBADI:
Dari Kesan Pertama Hingga Hubungan Erat
APA YANG MENYEBABKAN KETERTARIKAN?
Ellen Berscheid (Berscheid, 1985; Berscheid & Peplau 1983; Berscheid & Reis, 1998)
menyatakan bahwa apa yang membuat orang-orang dari berbagai usia merasa bahagia,
dari daftar jawaban yang ada, yang tertinggi atau mendekati tertinggi adalah
membangun dan mengelola persahabatan dan memiliki hubungan yang positif serta
hangat. Tiadanya hubungan yang bermakna dengan orang-orang lain membuat
individu merasa kesepian, kurang berharga, putus asa, tak berdaya, dan keterasingan.
Ahli Psikologi Sosial, Arthur Aron menyatakan bahwa motivasi utama manusia adalah
’ekspresi diri’ (self expression). Pada bab ini didiskusikan penyebab keteratrikan, dimulai
dari awal rasa suka hingga cinta berkembang dalam hubungan yang erat.
1. Efek Kedekatan
Salah satu yang menentukan ketertarikan interpersonal adalah kedekatan
(proximity, propinquity). Orang yang mempunyai kesempatan paling sering kita lihat dan
kita jumpai, sangat mungkin menjadi sahabat kita atau kita cintai (Berscheid & Reis,
1998).
Pada tahun 1950, satu tim psikolog sosial (Leon Festinger, Stanley Schachter, dan
Kurt Back) meneliti efek kedekatan di sebuah apartemen besar yang dikenal sebagai
Westgate West. Apartemen ini memiliki 17 bangunan terpisah dua lantai, masingmasing memiliki 10 apartemen. Penghuni apartemen adalah mahasiswa MIT yang telah
berkeluarga. Mereka menempati apartemen tsb secara acak, tidak memilih sendiri,
sehingga tidak saling mengenal pada awalnya. Dalam penelitian tersebut para penghuni
diminta menyebutkan 3 orang teman dekatnya yang ada di sekitar tempat tinggalnya
(apartemen). Hasilnya menunjukkan adanya ‚propinquity effect‛: Sebanyak 65%
menyebutkan sahabat yang tinggal dalam gedung yang sama, meskipun gedung yang
lain tidak jauh.
Handout Psi Sosial II: KETERATARIKAN INTERPERSONAL/ MM. Nilam Widyarini
1
Propinquity effect: Semakin sering kita melihat dan berinteraksi dengan
seseorang, semakin besar kemungkinan orang itu menjadi sahabat kita.
Lebih khusus, pola persahabatan di dalam gedung dapat digambarkan sbb:
mereka yang merupakan teman dekat, sebanyak 41% tinggal bersebelahan; 22%
tinggalnya terpisah dua pintu, dan hanya 10 persen yang tinggal di ujung lorong
berlawanan.
Festinger dkk (1950) menunjukkan bahwa ketertarikan dan kedekatan hubungan
tidak hanya tergantung pada jarak fisik yang nyata, melainkan juga karena ‘jarak
fungsional’. Jarak fungsional menunjuk pada aspek desain arsitektur yang
memungkinkan beberapa orang bertemu lebih sering.
Efek keakraban terjadi karena familiaritas (efek eksposur semata-mata). Semakin
sering kita mengalami eksposur suatu stimulus, semakin besar kecenderungan kita
menyukainya.
Komputer: Keakraban Jarak Jauh
Komputer merupakan media komunikasi yang memberikan tempat baru bagi
pengaruh keakraban. Kenyataannya, seseorang dengan jarak ribuan mil menjadi tidak
berarti dengan adanya internet walau tidak bisa bertemu. Keakraban dan jarak
fungsional ditentukan oleh layar komputer. Apakah terdapat perbedaan antara
hubungan yang dijalin via computer dibanding dengan yang dibentuk dalam kehidupan
sehari-hari? Berbagai riset telah dilakukan untuk menjawab pertanyaan tsb.
Dalam salah satu penelitian, partisipan secara random dirancang untuk bertemu
dengan salah satu cara: bertatap muka atau melalui internet. Surprise, hasilnya
menunjukkan bahwa mereka yang berkenalan melalui internet lebih saling tertarik
dibanding mereka yang berjumpa secara langsung (tatap muka). Bagaimanapun, ketika
berjumpa melalui internet, ketertarikan berkembang melalui kualitas percakapan,
sedangkan mereka yang berjumpa secara langsung dengan tatap muka ketertarikannya
lebih tergantung pada daya tarik fisik (Mc Kenna, Green, & Gleason, 2002).
Jika kita bertemu dengan orang baru secara tatap muka kita segera melihat
penampilan fisiknya. Sebaliknya, ketika orang bertemu online, mereka dapat
menyembunyikan tampangnya dan ciri lain yang mungkin menurunkan daya tariknya,
seperti rasa gugup saat berada dalam situasi sosial. Anonimitas internet dapat
memudahkan orang untuk mengungkapkan informasi personalnya. Sebagai akibatnya,
individu mungkin merasa bahwa mereka lebih mampu mengekspresikan aspek-aspek
penting dari diri riil mereka saat berinteraksi melalui internet. Katelyn McKenna dan
rekannya (2002) memperkirakan bahwa orang mungkin menjalin persahabatan awal
dengan cepat secara online ketimbang melalui tatap muka.
2. Kesamaan
Bagaimana awal berkembangnya suatu hubungan? Para peneliti membedakan
adanya dua jenis situasi sosial: situasi yang tertutup (close-field situations) atau situasi
yang terbuka (open-field situations) yang mendukung perkembangan hubungan. Closefield situations: situasi yang mendorong orang untuk berinteraksi satu sama lain.
Misalnya, di kompleks perumahan, di tempat kerja, dsb. Open-field situations : situasi di
Handout Psi Sosial II: KETERATARIKAN INTERPERSONAL/ MM. Nilam Widyarini
2
mana orang bebas untuk merinteraksi maupun tidak, sesuai pilihan pribadi mereka.
Bagaimanapun situasinya, kadang dibutuhkan hal yang dapat melumasi hubungan
untuk berkembang menjadi lebih erat atau menjadi hubungan percintaan. ‛Minyak
pelumas‛ itu adalah kesamaan, seperti kesamaan kepribadian, minat, dsb.
Kesamaan Opini dan Kepribadian
Berbagai hasil eksperimen telah menunjukkan bahwa bila kita mengetahui
pendapat/opini seseorang mengenai suatu isu, meskipun kita belum pernah bertemu,
semakin sama opini tsb dg opini kita (misalnya, Birne & Nelson, 1965). Bagaimana bila
dalam kondisi bertemu? Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kesamaan demografis,
nilai-nilai, sikap, dan kepribadian, merupakan hal yang menentukan ketertarikan untuk
mengembangkan hubungan lebih lanjut, menuju persahabatan ataupun hubungan
percintaan.
Kesamaan Gaya Interpersonal
Kita juga cenderung tertarik dengan orang yang memiliki gaya interpersonal dan
keterampilan komunikasi seperti kita. Hasil penelitian Burleson dan Samter (1996)
menunjukkan bahwa orang-orang cenderung tertarik dengan teman sepermainan yang
sama dalam berpikir mengenai orang-orang dan bagaimana mereka menyukai
percakapan mengenai hubungan antar pribadi. Orang yang memiliki keterampilan
interpersonal tinggi (fokus pada aspek psikologis relasi sosial dan memandang relasi
sosial sebagai hal yang kompleks) merasa cocok dengan orang yang keterampilan
interpersonalnya juga tinggi, demikian pula orang yang memiliki keterampilan
interpersonal rendah (fokus pada aspek instrumental/ apa yang terjadi secara aktual)
merasa cocok dengan orang yang keterampilan interpersonalnya rendah.
Kesamaan Minat dan Pengalaman
Berbagai riset menunjukkan bahwa kita cenderung menyukai orang yang
memiliki minat dan pengalaman yang sama. Misalnya, penelitian Kubitscheck dan
Hallinan (1998) mengenai pola persahabatan pada mahasiswa, mereka cenderung lebih
memilih teman yang memiliki pengalaman dan minat yang sama dengannya dibanding
yang berbeda.
3. Kesukaan Timbal-balik
Kita semua merasa senang disukai. Hal ini cukup kuat menimbulkan
ketertarikan, tanpa harus ada kesamaan. Kesukaan timbal-balik kadang terjadi karena
self-fulfilling prophecy. Hal ini ditunjukkan dalam eksperimen yang dilakukan oleh Curtis
dan Miller (1986) dengan subjek mahasiswa. Partisipan dipasangkan dengan orang yang
belum dikenal sebelumnya, dan selanjutnya salah satu diantaranya menerima pesan
khusus: sebagian partisipan diberi pesan yang meyakinkan dirinya bahwa mahasiswa
pasangannya (dalam eksperimen) menyukainya, dan sebagian partisipan lainnya diberi
pesan yang meyakinkan dirinya bahwa mahasiswa pasangannya tidak menyukainya.
Ketika kemudian pasangan tersebut diberi kesempatan untuk bertemu kembali, satu
sama lain saling berbicara, hasilnya seperti yang diduga, yaitu bahwa mereka yang
yakin disukai pasangannya berperilaku dengan cara yang lebih disukai pasangannya,
lebih membuka diri, lebih sedikit ketidaksetujuan dalam mendiskusikan suatu isu, lebih
hangat, dan lebih menyenangkan dibanding dengan individu yang berpikir dirinya
Handout Psi Sosial II: KETERATARIKAN INTERPERSONAL/ MM. Nilam Widyarini
3
tidak disukai. Akibatnya, mahasiswa yang yakin dirinya disukai menjadi jauh lebih
disukai oleh pasangannya bila dibanding mahasiswa yang yakin dirinya tidak disukai.
4. Ketertarikan Fisik dan Kesukaan
Selain kedekatan (propinquity), kesamaan, dan rasa suka timbal-balik,
keteratrikan juga ditentukan oleh penampilan fisik. Seberapa penting penampilan fisik
dalam menentukan kesan pertama kita mengenai seseorang? Suatu penelitian klasik
yang dilakukan oleh Walster, Aronseon, Abrahams, dan Rottman (1996) menunjukkan
pentingnya penampilan fisik dalam pembentukan kesan pertama. Penelitian dilakukan
dengan memasangkan secara acak (random) 752 mahasiswa baru di Unversitas
Minesota, dalam acara dansa pada masa orientasi mahasiswa baru. Pada malam ’kencan
buta’ tersebut tiap pasangan mendapat kesempatan beberapa jam untuk berdansa dan
mengobrol. Setelah itu kencan mereka dievaluasi untuk mengetahui seberapa besar
keinginan mereka untuk kembali berkencan dengan orang yang sama. Beberapa hal
yang menjadi alasan keinginan berkencan antara lain kecerdasan, kemandirian,
sensitivitas (kepekaan), atau ketulusan, namun yang paling utama adalah ketertarikan
fisik.
Daya tarik fisik merupakan hal yang menentukan kesan pertama baik pada lakilaki maupun perempuan. Namun berbagai penelitian menunjukkan bahwa dibanding
perempuan, laki-laki menilai daya tarik fisik lebih penting. Hasil penelitian meta-analisis
(penelitian yang menganalisis lebih lanjut berbagai hasil penelitian yang topiknya sama)
yang dilakukan oleh Feingold, 1990) menunjukkan bahwa bila yang diukur sikapnya,
dibanding pada perempuan pada umumnya laki-laki menilai penampilan fisik leih
penting; bagaimanapun juga bila yang diukur adalah perilaku aktual, antara laki-laki
dan perempuan memberikan respon yang sama terhadap daya tarik fisik pihak lain.
Apakah yang Menarik?
Ciri-ciri fisik seperti apakah yang menimbulkan daya tarik? Media massa telah
mendikte kita untuk mendefinisikan apa yang disebut cantik (beauty) dan tampan
(handsome). Misalnya, dalam film atau buku anak-anak, tokoh yang menjadi pahlawan
perempuan, selalu digambarkan serupa: mungil, hidung mancung, mata lebar, bibir
yang indah, langsing, tubuh atletis, yang secara keseluruhan seperti boneka-boneka
barbie.
Pada orang dewasa, hasil penelitian kreatif yang dilakukan oleh Cunningham
(1986) menunjukkan kriteria dari yang disebut cantik dan tampan pada budaya Barat. Ia
meminta mahasiswa laki-laki untuk menilai (rating) daya tarik 50 foto wajah perempuan
yang diambil dari buku tahunan kampus dan juga dari kontes-kontes kecantikan.
Hasilnya menunjukkan bahwa penilaian tinggi diberikan untuk wajah perempuan yang
memiliki
ciri-ciri:
mata
besar,
hidung
mungil,
dagu kecil,
tulang
pipi menonjol, pipi sempit, alis tinggi, pupil mata besar, dan senyum lebar.
Penelitian pada subjek perempuan (Cunningham dkk, 1990), dengan meminta
mereka menilai daya tarik fisik foto-foto wajah laki-laki, hasilnya menunjukkan kriteria
wajah laki-laki yang tampan adalah sbb: mata lebar, tulang pipi menonjol, dagu besar,
dan senyum yang lebar.
Handout Psi Sosial II: KETERATARIKAN INTERPERSONAL/ MM. Nilam Widyarini
4
Standar Budaya Mengenai Keindahan
Persepsi mengenai wajah cantik dan ganteng antar berbagai budaya apakah
sama? Hasil penelitian lebih lanjut oleh Cunningham (1995) maupun beberapa
penelitian lain memberikan jawaban ’ya’, bahwa dalam berbagai budaya terdapat
kesamaan persepsi mengenai kriteria cantik dan ganteng. Hal ini diperkuat dengan hasil
meta-analisis oleh Judith Langlois dkk (2000).
Kekuatan dari Familiaritas (familiarity)
Salah satu variabel yang menentukan ketertarikan adalah familiaritas
(banyaknya eksposur). Hal ini perlu dicatat sebagai hal yang menentukan ketika
partisipan memberikan rating terhadap sekumpulan foto wajah. Mereka memilih satu
wajah yang nampak secara tipikal, familiar, dan menarik secara fisik.
Asumsi Mengenai Orang yang Menarik
Pada umumnya kita menyukai keindahan. Hal ini dapat menimbulkan
ketidakseimbangan dalam menilai seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai
penelitian menemukan bahwa ketertarikan fisik mempengaruhi atribusi orang mengenai
apa yang menarik. Secara khusus, orang cenderung memberikan atribut kualitas yang
positif (yang tidak ada hubungannya dengan apa yang terlihat) terhadap orang yang
nampak cantik/tampan. Hal ini disebut sebagai stereotip ’apa yang baik dari
keindahan’.
Hasil meta-analisis menunjukkan bahwa ketertarikan fisik berpengaruh sangat
besar terhadap subjek laki-laki maupun perempuan ketika melakukan penilaian
terhadap kompetensi seseorang: Mereka yang lebih menarik secara fisik dianggap lebih
mampu bersosialisasi, ekstrovert, dan populer dibanding yang kurang menarik. (Eagly
dkk, 1991; Faingold, 1992b). Mereka juga dinilai lebih menarik secara seksual, lebih
bahagia, dan lebih asertif.
Namun demikian, menarik bahwa stereotip di atas menjadi kenyataan. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa mereka yang lebih menarik (secara fisik) juga
mengembangkan keterampilan sosial yang lebih baik dan memiliki kepuasan lebih
tinggi dalam interaksi sosial bila dibanding mereka yang kurang menarik. Mengapa
demikian? Tidak diragukan lagi, hal ini terjadi melalui self-fulfilling prophecy: cara kita
memperlakukan seseorang mempengaruhi bagaimana ia berperilaku dan juga
bagaimana ia mempersepsi dirinya.
TEORI-TEORI KETERTARIKAN INTERPERSONAL
Di atas telah diuraikan mengenai penentu ketertarikan antara pribadi yang
memperhatikan aspek situasi (propinquity, familiarity), atribut-atribut (daya tarik fisik,
kesamaan, self-esteem), dan perilaku individu (kesukaan). Selanjutnya, berikut ini
diuraikan mengenai teori-teori ketertarikan antar pribadi.
Social Exchange Theory
Teori ini mengacu pada pernyataan sederhana bahwa relasi berlangsung
mengikuti model ekonomi ‘costs and benefits’ seperti kondisi pasar, yang telah diperluas
oleh para psikolog dan sosiolog menjadi teori pertukaran sosial (social exchange theory)
yang lebih kompleks.
Teori pertukaran sosial menyatakan bahwa perasaan orang tentang suatu
hubungan tergantung pada persepsinya mengenai hasil positif (rewards) dan ongkos
Handout Psi Sosial II: KETERATARIKAN INTERPERSONAL/ MM. Nilam Widyarini
5
(costs) hubungan, jenis hubungan yang mereka jalani, dan kesempatan mereka untuk
memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang lain.
Social Exchange Theory: Gagasan bahwa perasaan orang tentang suatu
hubungan tergantung pada persepsinya mengenai hasil positif (rewards) dan
ongkos (costs) hubungan, jenis hubungan yang mereka jalani, dan kesempatan
mereka untuk memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang lain.
Konsep-konsep dasar teori pertukaran sosial terdiri dari rewards, costs, outcomes,
dan comparison level.
- Rewards adalah aspek positif yang memuaskan dalam hubungan, yang
memberikan manfaat dan memperkuat hubungan tsb.
- Costs adalah sisi lain dari rewards yang ada dalam semua hubungan persahabatan
maupun hubungan romantik, misalnya berhadapan dengan kebiasaan dan
karakteristik negatif pada orang lain.
- Outcomes (perolehan) dalam hubungan merupakan selisih antara rewards dan
costs. Bila rewards dikurangi cost hasilnya minus, maka hubungan cenderung
berakhir.
- Comparison level (standar pembanding), yaitu harapan individu mengenai tingkat
rewards dan costs yang mereka inginkan dalam hubungan tertentu. Banyak orang
memiliki standar pembanding yang tinggi dengan banyak rewards dan sedikit
costs. Jika apa yang diterima dalam hubungan tidak sesuai dengan standar
pembanding, maka individu akan kecewa dalam hubungan. Sebaliknya bila
standar pembanding rendah, maka individu cenderung bahagia dengan berbagai
hubungan yang dijalin.
Equity Theory
Beberapa peneliti mengritik teori pertukaran sosial yang mengabaikan
pentingnya keadilan atau keseimbangan dalam hubungan. Para pendukung teori ini
berpendapat bahwa orang tidak sekedar berusaha mendapatkan rewards sebanyakbanyaknya dan mengurangi costs, melainkan juga peduli mengenai keseimbangan
dalam hubungan, yaitu bahwa rewards dan costs yang mereka alami dan kontribusi yang
mereka berikan dalam hubungan tersebut kira-kira seimbang dengan pihak lain. Teori
ini menggambarkan bahwa hubungan yang seimbang adalah yang membahagiakan dan
relatif stabil.
Equity Theory: Gagasan bahwa orang akan bahagia dengan hubungan yang
dijalinnya bila pengalaman rewards dan costs dan kontribusi antara dua belah
pihak diperkirakan seimbang.
HUBUNGAN ERAT
Mendefinisikan Cinta
Apakah yang dimaksud dengan ’cinta’? Usaha awal yang dilakukan ahli
psikologi sosial untuk mendefinisikan cinta adalah membedakan antara ’cinta’ dengan
Handout Psi Sosial II: KETERATARIKAN INTERPERSONAL/ MM. Nilam Widyarini
6
’suka’ (Rubin, 1970). Seorang psikolog sosial, Zick Rubin (1970, 1973) telah
mengembangkan dua kuesioner, masing-masing untuk mengukur kondisi suka dan
cinta. Menurut Rubin :
- Kesukaan, lebih didasarkan pada afeksi dan respek. Item-item skala ini dikaitkan
dengan kesepakatan tentang kualitas positif seorang teman dan kebutuhan untuk
menjadi sama dengan teman tersebut.
- Kecintaan, bersandar pada keintiman, kelekatan, dan peduli terhadap kesejahteraan
pihak lain. Item untuk skala ini dihubungkan dengan kesedihan karena tidak adanya
seseorang yang dicintai, pemaafan terhadap kesalahan, dan tingginya tingkat
keterbukaan diri.
Selanjutnya dalam mendefinisikan cinta secara umum membedakan antara
companionate love dan passionate love (Hartfield, 1988; Hardfield & Rapson, 1993; Hardfild &
Walster, 1978).
Companionate love adalah keintiman dan afeksi yang dirasakan seseorang ketika
ia sangat peduli terhadap seseorang yang lain, tetapi tidak mengalami gairah atau
bangkitan fisiologis (arousal) saat kehadiran orang lain tsb.
Passionate love adalah kerinduan yang sangat kuat yang dirasakan seseorang,
disertai arousal; bila cinta itu berbalas maka ada rasa kepenuhan yang sangat besar,
tetapi bila tak berbalas maka terjadi rasa sedih dan putus asa.
Penelitian lintas budaya yang membandingkan budaya Amerika Serikat
(individualistik) dan China (kolektivistik) menunjukkan bahwa pasangan di Amerika
cenderung menghargai psionate love daripada pasangan China, dan pasangan China
cenderung menghargai companionate love daripada pasangan Amerika (Gao, 1993;
Jankowiak, 1995; Ting-Toomey & Chung, 1996). Di sisi lain, pasangan di Kenya, Afrika
Timur menilai keduanya secar se.imbang, mereka mengonsepkan cinta romantik sebagai
kombinasi psionate love dan companionate love. Mereka beranggapan gabungan keduanya
merupakan jenis cinta yang terbaik, dan menjadi tujuan utama dalam masyarakat (Bell,
1995).
CINTA DAN RELASI SOSIAL
Apakah penyebab cinta sama dengan penyebab saat ketertarikan awal? Adakah
variabel lain yang ikut menentukan ketika kita mengembangkan dan mengelola
hubungan erat?
Pendekatan Evolusioner dalam hal Cinta: Memilih Pasangan
Pendekatan evolusioner ini merupakan konsep biologis yang diterapkan untuk
perilaku sosial oleh para ahli psikologi. Evolutionary Psychology didefinisikan sebagai
usaha untuk menjelaskan perilaku sosial dalam konteks faktor genetik yang berevolusi
sepanjang waktu sesuai dengan prinsip seleksi alami. Evolutionary psychology
berpandangan bahwa manusia berevolusi untuk memaksimalkan kesuksesan
reproduksi, bahwa laki-laki dan perempuan memiliki agenda yang berbeda atas peran
yang berbeda dalam menghasilkan keturunan.
Dalam dunia binatang, kesuksesan reproduksi pejantan diukur dari kuantitas
keturunannya sehingga mereka sering berganti pasangan untuk itu. Di sisi lain
kesuksesan reproduksi makhluk betina bergantung pada kesuksesan meningkatkan
tiap-tiap keturunanya menuju kematangan sehingga mereka hanya berpasangan
dengan pejantan pilihan, mengingat bahwa untuk mematangkan tiap keturunan
Handout Psi Sosial II: KETERATARIKAN INTERPERSONAL/ MM. Nilam Widyarini
7
memerlukan ongkos yang tinggi (Berkow, 1989; Symons,1979). Pendekatan evolusioner
dalam hal cinta dikembangkan berdasarkan konsep ini.
Pendekatan evolusioner dalam hal cinta merupakan teori yang diturunkan dari
teori biologi evolusioner yang mendukung pandangan bahwa laki-laki dan perempuan
tertatrik satu sama lain dengan karakteristik yang berbeda: laki-laki tertarik pada
penampilan fisik perempuan; perempuan tertarik pada sumber daya yang dimiliki lakilaki. Hal ini untuk memaksimalkan kesuksesan reproduksi.
Beberapa penelitian hasilnya mendukung pendekatan evolusioner tersebut.
Misalnya hasil penelitian Bush dkk (Bus 1989; Buss dkk, 1990) dengan subjek dari 37
negara yang menanyakan berbagai kriteria pemilihan pasangan (untuk menikah) dan
seberapa penting kriteria tsb, pada umumnya perempuan menilai kriteria ambisius,
rajin, penghasilan yang baik lebih tinggi (penting) daripada subjek laki-laki, dan subjek
laki-laki menilai lebih penting daya tarik fisik. Bagaimanapun perlu dicatat bahwa
berbagai penelitian menyatakan bahwa karakteristik paling tinggi pada laki-laki
maupun perempuan adalah kejujuran, dapat dipercaya, dan kepribadian yang baik.
Gaya Kelekatan dalam Hubungan Erat
Teori lain mengenai cinta menyatakan bahwa relasi kita pada masa dewasa
didasari oleh pengalaman pada awal kehidupan kita (masa kanak-kanak) dengan orang
tua atau pengasuh kita. Pendekatan ini berfokus pada gaya kelekatan (attachment style)
dan bersandar pada karya John Bowlby (1969, 1973, 1980) dan Mary Ainsworth
(Ainsworth dkk, 1978) mengenai bagaimana bayi membentuk ikatan
dengan
pengasuhnya (orang tua, dsb). Menurut teori gaya kelekatan, jenis kelekatan yang kita
bentuk pada awal kehidupan memengaruhi jenis kelekatan yang kita bentuk pada masa
dewasa.
Ainsworth (1978) mengidentifikasi adanya tiga tipe hubungan antara bayi dan
pengasuhnya: secure attachment style, avoidant attachment style, dan anxious attachment
style.
- Secure attachment style adalah gaya kelekatan yang ditandai oleh rasa percaya, tidak
kuatir ditinggalkan, dan memandang dirinya layak dan disukai.
- Avoidant attachment style adalah gaya kelekatan yang ditandai dengan menekan
(suppression) kebutuhan kelekatan, karena upaya untuk intim telah ditolak; orangorang dengan gaya ini sulit untuk membangun hubungan intim.
- Anxious attachment style adalah gaya kelekatan yang ditandai oleh kekhawatiran
bahwa orang lain tidak akan membalas keinginan diri untuk intiman, dihasilkan oleh
kecemasan yang cenderung tinggi.
Hasil survei yang dilakukan oleh Hazan dan Shaver (1987) dengan responden
orang dewasa menunjukkan bahwa 56% responden memiliki secure style, 25% avoidant
style, dan 19% anxious style. Hasil-hasil penelitian lain (Feeney dkk, 2000; Hazan &
Shaver, 1994a, 1994b; Shaver dkk, 1998; Simpson & Rholes, 1994) menggambarkan
bahwa responden dengan secure style mengaku diri mereka mudah untuk menjalin
hubungan dekat dengan orang lain, mudah percaya, dan memiliki hubungan romantik
yang memuaskan. Responden dengan avoidant style mengaku dirinya tidak nyaman
menjalin hubungan dekat dengan orang lain, sulit untuk memercayai orang lain, dan
kurang puas dalam hubungan romantik. Responden dengan anxious/ambivalent style
cenderung memiliki hubungan yang tidak memuaskan, namun dengan gambaran
Handout Psi Sosial II: KETERATARIKAN INTERPERSONAL/ MM. Nilam Widyarini
8
khusus: cenderung obsesif dan asyik dalam menjalin hubungan, takut bahwa
pasangannya tidak menginginkan keintiman seperti dirinya menginginkan.
Adanya teori kelekatan tidak berarti bahwa orang yang memiliki hubungan
tidak membahagiakan dengan orang tuanya akan mengulang ketidakbahagiaan tsb
dalam tiap-tiap hubungan (Slimms, 2002). Hasil penelitian longitudinal (beberapa
peneliti kembali menghubungi partisipan penelitiannya dalam hitungan bulan atau
tahun setelah penelitian awalnya dan kembali mengukur gaya kelekatan mereka)
menunjukkan bahwa 25-30% partisipan telah berubah gaya kelekatannya (Feeney &
Noller, 1996; Kirkpatrick & Hazan, 1994). Hal tersebut terjadi karena pengalaman
mereka dalam hubungan membantu mereka untuk mempelajari perilaku yang lebih
sehat.
Pertukaran Sosial dalam Relasi Jangka Panjang
Teori pertukaran sosial menjelaskan bahwa kelangsungan hubungan ditentukan
oleh perolehan (outcomes) dalam hubungan, dan bahwa rewards merupakan hal yang
penting menentukan outcomes. Teori ini mendapatkan dukungan hasil-hasil penelitian
mengenai hubungan erat pada masyarakat yang berbeda budaya seperti Taiwan dan
Belanda (Lin & Rusbult, 1995; Rusbuld & Van Lange, 1996; Van Lange, 19970. Beberapa
hasil penelitian yang dilakukan dengan partisipan pasangan mahasiswa menunjukkan
bahwa tiga bulan pertama dalam hubungan mereka banyak diwarnai dengan rewards,
namun makin lama makin berkurang, dan semakin banyak costs. Akibatnya, banyak
hubungan yang semula intim kemudian berakhir. Tetapi bagaimanapun kita
mengetahui bahwa banyak orang tidak meninggalkan pasangannya meskipun
hubungannya tidak memuaskan, dan nampak memiliki alternatif yang menarik.
Berkaitan dengan kenyataan tersebut, para ahli mempertimbangkan adanya
faktor tambahan untuk memahami hubungan erat, yaitu tingkat investasi (level
investment) dalam hubungan (Impett dkk, 2001-2002; Rusbult dkk, 2001; Rusbult dkk,
1998). Dalam model teori investasi (investmen model) mengenai hubungan erat ini
Cheryl Rusbult (1983) mendefinisikan investasi sebagai segala sesuatu yang telah
dimasukkan seseorang ke dalam hubungan dengan orang lain, yang akan hilang jika
mereka meninggalkan hubungan tsb. Investasi mencakup sesuatu yang tangible (dapat
dilihat) seperti sumber daya finansial dan kepemilikan (misalnya rumah), maupun yang
intangible (tak dapat dilihat) seperti kesejahteraan emosi anak, waktu dan energy emosi
untuk membangun hubungan, dan rasa integritas pribadi, yang akan hilang bila terjadi
perpisahan.
Investmen Model: Teori yang menyatakan bahwa komitmen seseorang
untuk sebuah hubungan tidak hanya tergantung pada kepuasan dalam
hal imbalan (rewards), biaya (costs), dan tingkat perbandingan (level
comparison), dan tingkat perbandingan alternatif, melainkan juga seberapa
banyak mereka telah berinvestasi dalam hubungan yang akan hilang bila ia
meninggalkan hubungan itu.
Handout Psi Sosial II: KETERATARIKAN INTERPERSONAL/ MM. Nilam Widyarini
9
Berikut ini gambar lengkap model teori investasi dalam hubungan erat (The
Investment Model of Commitement, diadaptasi dari Rusbult, 1983):
Hasil penelitian Rusbult (1983):
Equity dalam Relasi Jangka Panjang
Apakah teori keadilan/keseimbangan (equity theory) berlaku untuk hubungan
jangka panjang sama seperti yang berlaku dalam hubungan yang baru atau kurang erat?
Menurut Margaret Clark dan Judson Mills, interaksi antara orang yang baru saling
mengenal berlangsung dengan kepedulian terhadap keadilan/keseimbangan yang
disebut hubungan pertukaran (exchange relationship). Dalam hubungan pertukaran,
orang melacak, siapa memberikan kontribusi apa, dan merasa dimanfaatkan ketika ia
merasa memberi lebih daripada yang mereka dapatkan dari hubungan itu.
Di sisi lain, dalam hubungan dengan teman dekat, anggota keluarga, dan
pasangan romantik, norma keadilan/keseimbangan kurang berlaku dan lebih
dipengaruhi kebutuhan untuk saling membantu saat dibutuhkan. Dalam hubungan
komunal (communal), orang memberikan respon terhadap kebutuhan pihak lain,
terlepas apakah mereka dibayar kembali (Clark, 1994, 1986; Clark & Mills, 1993; Milss &
Clark, 1982,1994, 2001; Vaananen dkk, 2005).
Handout Psi Sosial II: KETERATARIKAN INTERPERSONAL/ MM. Nilam Widyarini
10
BERAKHIRNYA HUBUNGAN ERAT
Di berbagai belahan dunia (Amerika, Inggris, Indonesia, dsb), kasus perceraian
semakin lama semakin banyak. Bagaiamana terjadinya perpisahan dijelaskan sbb:
Proses Putus Hubungan
Duck (1982) menjelaskan bahwa perceraian merupakan proses dengan beberapa
tahap: fase interpersonal, fase dyadic, fase sosial, dan fase interpersonal:
Handout Psi Sosial II: KETERATARIKAN INTERPERSONAL/ MM. Nilam Widyarini
11
Pengalaman Perpisahan
Akert (1998) dan yang lain menemukan bahwa peran orang dalam perpisahan
menentukan bagaimana perasaan mereka tentang hal ini: mereka yang diputus
(breakees) yang paling sedih-bingung, pemutus (breakers) hanya sedikit sedih-bingung,
dan bila timbal-balik (saling memutus) kesediahan-kebingungannya menengah.
Wanita mengalami emosi negatif agak lebih daripada laki-laki. Bila perpisahan itu
keputusan bersama, dua
belah
pihak
ini
lebih
mungkin
untuk tetap
berteman setelah hubungan berakhir.
.
________________________________________________________________________
Sumber: Aronson, E., Wilson. T.D., & Akert, R.M. (2007). Social Psychology (6 th edition).
Singapore: Pearson Prentice Hall.
Handout Psi Sosial II: KETERATARIKAN INTERPERSONAL/ MM. Nilam Widyarini
12
Download