BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mikroorganisme Rongga Mulut
Mikroorganisme terdiri dari bakteri, virus, jamur dan lain-lain. Didalam
rongga mulut manusia terdapat banyak mikroorganisme baik flora normal maupun
yang patogen. Menurut Miller dan Cottone yang dikutip oleh Ghahramanloo, setetes
saliva mengandung 50.000 bakteri yang berpotensi patogen dan bakteri patogen ini
dapat dengan mudah menyebar melalui bahan cetak, terutama bahan cetak alginat
yang menjadi tempat berkumpul bakteri lebih banyak dibanding bahan cetak
lainnya.20 Kondisi rongga mulut yang berhubungan langsung dengan saluran nafas
bagian atas dan rongga hidung (nasal cavity) memungkinkan mikroorganisme dari
organ tersebut dapat masuk ke rongga mulut dengan penetrasi maupun kontaminasi
lewat dahak (sputum) dan bercampur dengan saliva. Hasil cetakan mengandung
mikroba dalam jumlah yang sangat banyak, di antaranya streptococci (100%),
staphylococci (65.4%) dan P.aeruginosa (7.7%) yang semuanya telah diketahui
bersifat patogen, mengakibatkan nosokomial dan merupakan infeksi yang
mengancam nyawa bagi orang yang mempunyai sistem imunitas yang rendah.20
Tipe mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit dibagi menjadi 3
kategori, yaitu: 21,22
1. Bakteri
Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang
sehat. Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam melindungi tubuh dari
datangnya bakteri patogen. Tetapi pada beberapa kasus dapat menyebabkan infeksi
jika manusia tersebut mempunyai toleransi yang rendah terhadap mikroorganisme.
Bakteri patogen lebih berbahaya dan dapat menyebabkan infeksi baik secara sporadik
maupun endemik. Contohnya :
Bakteri aerob dan fakultatif anaerob yang dapat berada dirongga mulut :
a) Golongan Gram-negatif : (Escherichia coli, Proteus vulgaris,
Klebsiella pneumonia, Eikenella corrodens, Bordetellapertussis,
Haemophilus
influenza,
Actinobacillus
actinomycetemcomitannc,
Campylobacter rectus).
b) Golongan
Gram
negatif
diplococcic:(Moraxella
catarrhalis,
Neisseriameninggitis, Neisseria flavescens, Neisseria gonorrhoeae)
c) Golongan
Gram-positif
dan
coryneform
bacteria
(Lactobacillusacidophilus, Corynebacterium diphteriae)
d) Golongan Staphylococci : (Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermis, Staphyloccocus spp.)
e) Golongan Streptococci : ( Streptococcus mutans, Streptococcus
salivarius,
Streptococcus
milleri,
Streptococcus
sangius,
Streptococcus pyogenes, Streptpcoccus pneumonia, Streptococcus
Spp. Enterococcus faecalis)
f) Golongan Enterococcus spp : Spirochetes (Treponema pallidum)
Mycoplasmas ( Mycoplasma pneumonia)
Bakteri anaerob dirongga mulut meliputi:
a) Golongan Gram-negatif : (Prophyromonas Gingivalis, Prevotella
Intermedia, Prevotella Melaninogenica, Prevotella Oralis, Prevotella
Spp, Fusobacterium Nucleatum, Fusobacterium Spp, Bacteroides Spp,
Verillonella Spp)
b) Golongan Gram-positif : (Arachnia Spp, Bifidobacterium Spp,
Eubacterium Spp,Propionibacterium Spp, Peptostreotococcus Micros,
Peptostreptococcus Spp)
c) Golongan
yang
membentuk
spora
:Actinomycetes(
Actinomysesviscosus, Actinomyces Israelii, Actinomyses Spp)
d) Bakteri yang terdapat dirongga mulut akibat penyakit gigi dan
periodontal :
•
Bakteri penyebab karies : Streotococcus Mutans, Lactobacillus
Acidophilus Dan Actinomyces Viscosus.
•
Bakteri anaerob yang menyebabkan periodontitis : Porphyromonas
Gingivalis, Prevotella Intermedia Dan Peptostreptococcus Micros.
2. Virus
Banyak kemungkinan infeksi disebabkan oleh berbagai macam virus,
termasuk virus hepatitis B dan C dengan media penularan dari transfusi, suntikan dan
endoskopi. Respiratory syncytial virus (RSV), rotavirus, dan enteroviruses yang
dapat ditularkan dari kontak tangan ke mulut. Hepatitis dan HIV ditularkan melalui
pemakaian jarum suntik, dan transfusi darah. Perjalanan penularan untuk virus sama
seperti mikroorganisme lainnya. Virus lain yang sering menyebabkan infeksi adalah
cytomegalovirus, Ebola, influenza virus, herpes simplex virus, dan varicella-zoster
virus, juga dapat ditularkan.
3. Protozoa dan Jamur
Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat menular dengan mudah ke
orang dewasa maupun anak-anak. Banyak jamur dan parasit dapat timbul selama
pemberian obat antibiotika bakteri dan obat immunosupresan, contohnya infeksi dari
Candida albicans, Aspergillus spp, Cryptococcus neoformans, Cryptosporidium.
2.2 Infeksi Silang
2.2.1 Definisi dan Pengertian
Banyak mikroorganisme penyebab penyakit yang hidup dalam tubuh kita
secara harmonis tanpa menimbulkan gangguan, kita memiliki jutaan tipe bakteri yang
berbeda yang hidup pada kulit, dalam saluran pernafasan dan usus besar. Banyak
diantara bakteri tersebut menguntungkan kita karena bersifat melindungi dan
mencegah bakteri dari luar yang dapat menyebabkan penyakit. Meskipun bakteri ini
bersifat menguntungkan, tetapi dapat menimbulkan bahaya jika berada pada tempat
yang tidak seharusnya. Sebagai contoh bakteri yang seharusnya tidak berbahaya pada
kulit dapat menyebabkan masalah jika memasuki luka. Begitu juga beberapa
mikroorganisme yang sudah menimbulkan bahaya pada orang lain dapat menularkan
penyakit tersebut ke orang lain, seperti contohnya bakteri yang menyebabkan
meningitis. Perpindahan bakteri yang terjadi dari satu orang ke orang lain disebut
sebagai infeksi silang. Selain daripada itu, tubuh kita juga memiliki berbagai jenis
virus yang hidup tanpa menimbulkan gangguan. Seperti misalnya, virus herpes yang
berasal dari sel tubuh akan menjadi aktif apabila sistem imun tubuh menurun.22
Kulit, saluran pernafasan dan usus besar merupakan pertahan pertama tubuh
terhadap infeksi, apabila pertahan pertama ini ditembus oleh bakteri maka pertahan
berikutnya berupa proses fagositosis oleh sel darah putih dan antibodi akan menjadi
aktif untuk membunuh bakteri. Apabila sistem imun tubuh rendah maka seseorang itu
akan mengalami infeksi.22
Infeksi silang merupakan perpindahan bakteri yang berbahaya dari satu orang,
objek, atau dari suatu tempat ke tempat lain, atau dari satu bagian tubuh ke bagian
tubuh lain, seperti misalnya kontak tangan yang terkena infeksi dengan mata. Apabila
infeksi silang ini terjadi di rumah sakit atau fasilitas perawatan dalam jangka waktu
yang panjang maka infeksi silang ini disebut sebagai infeksi nosokomial. Infeksi
silang yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur atau parasit dapat berasal dari tubuh
pasien sendiri, atau berasal dari lingkungan, peralatan rumah sakit yang
terkontaminasi, pegawai kesehatan, pengunjung atau dari pasien lain. Infeksi lokal
terbatas pada bagian tertentu dari tubuh dan memiliki gejala lokal, sebagai contoh
infeksi yang terjadi dari tempat pembedahan akan muncul daerah berwarna merah,
panas dan terasa sakit pada daerah bekas pembedahan, sedangkan infeksi umum yang
masuk melalui pembuluh darah akan menyebabkan gejala sistemik umum seperti
misalnya demam, tekanan darah yang rendah, kekacauan mental atau bisul (boils) di
atas tubuh.22
Sejumlah ahli telah mendefinisikan infeksi silang, diantaranya Williams G.
Kohn dkk (2003) menyatakan bahwa infeksi silang adalah penularan infeksi dari satu
pasien di rumah sakit atau di lingkungan pelayanan kesehatan ke pasien lain dengan
mikroorganisme patogen yang berbeda dalam lingkungan yang sama. Hal ini sering
dilihat pada penyakit autoimun. Infeksi adalah invasi multiplikasi mikroorganisme di
dalam jaringan tubuh, seperti pada penyakit menular.23,24 Caroline L. Pankhurst dan
Wilson A. Coulter (2009) telah menyatakan bahwa transmisi agen infeksi dari
manusia atau benda mati dalam lingkungan klinis sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya infeksi dikenal sebagai infeksi silang,25 sedangkan menurut Kristeen
Cherney (2013) infeksi silang adalah pemindahan mikroorganisme berbahaya seperti
bakteri dan virus. Selanjutnya Kristeen Cherney mengatakan bahwa penyebaran
infeksi dapat terjadi di antara manusia, peralatan, atau di dalam tubuh, oleh karena itu
tenaga medis harus senantiasa memastikan bahwa peralatan dan lingkungannya bersih
dan aman. Infeksi silang dapat berasal dari bakteri, jamur, parasit dan virus yang
berasal dari peralatan medis yang tidak steril, bakteri dari batuk dan bersin, transmisi,
menyentuh benda yang terkontaminasi dan tempat tidur yang kotor. Infeksi dapat
menyebar dalam kondisi apapun dan di tempat seperti sekolah, bank, toko, gedunggedung pemerintah dan sebagainya.26
Dari beberapa definisi diatas, dapat ditarik suatu pengertian bahwa yang
dimaksudkan dengan infeksi silang adalah masuknya mikroorganisme ke dalam
tubuh yang berasal dari tubuh pasien sendiri, atau berasal dari lingkungan, peralatan
rumah sakit yang terkontaminasi, pegawai kesehatan, pengunjung atau dari pasien
lain. Infeksi silang yang terjadi dapat menggangu fungsi normal tubuh dan dapat
berakibat luka kronik, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian.
Pada profesi kedokteran gigi, dokter gigi tidak terlepas dari kemungkinan
untuk berkontak secara langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme
yang berasal dari saliva dan darah pasien. Penyebaran infeksi dapat terjadi secara
inhalasi yaitu melalui proses pernafasan atau secara inokulasi atau melalui transmisi
mikroorganisme dari serum dan berbagai substansi lain yang telah terinfeksi. Infeksi
silang sering terjadi di praktek dokter gigi karena kemungkinan pasien, dokter gigi
maupun stafnya memang sudah membawa suatu penyakit infeksi. Banyak sumber
penularan infeksi pada praktek dokter gigi antara lain tangan, saliva, sekresi saluran
pernafasan, darah, pakaian, dan rambut, demikian pula instrumen gigi serta peralatan
lainnya harus diperhatikan untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi.1
Penyebaran infeksi terjadi disebabkan karena adanya sumber infeksi, yang
paling banyak didapat dari pasien saat melakukan perawatan gigi. Pasien dengan
infeksi akut biasanya sangat menular dan dapat melepaskan sejumlah besar mikroba
ke lingkungan. Selain itu, pasien yang menderita penyakit infeksi serius seperti
Hepatitis A, B, C, D, Human Immunodeficiency Virus (HIV), tuberculosis dan
sebagainya jarang melakukan pemeriksaan rutin ke dokter gigi, namun dokter gigi
harus tetap mampu dan bersedia untuk memberikan perawatan kepada pasien tersebut
dengan cara yang dapat menjamin keselamatan dokter gigi, staf maupun pasien
dengan melakukan prosedur pencegahan infeksi yang tepat.24
2.2.2 Perjalanan Penyakit pada Infeksi Silang
Ditinjau dari perjalanan penyakit, maka infeksi silang dapat terjadi dari pasien
ke dokter gigi, dari dokter gigi ke pasien, dari pasien ke pasien lainnya, dari pasien ke
perawat dan teknisi laboratorium dan dari saluran air dental unit ke pasien.
2.2.2.1 Dari Pasien ke Dokter Gigi
Mikroorganisme dari mulut pasien dapat menyebar ke dokter gigi yang
merawatnya baik melalui kontak langsung atau tidak langsung, inhalasi, atau dengan
inokulasi. Dokter gigi menghadapi resiko tinggi terkena infeksi terutama melalui
jarum suntik dan kecelakaan dari benda tajam yang terkontaminasi lainnya. Pada saat
ini, tindakan pencegahan universal yang dilakukan seperti evaluasi pasien,
perlindungan diri, sterilisasi instrument, asepsis dan desinfeksi permukaan,
penggunaan alat sekali pakai dan pembuangan sampah medis teryata efektif terhadap
pencegahan infeksi silang selama melakukan perawatan pada pasien. Prosedur
kontrol infeksi silang direkomendasikan harus cukup baik untuk melindungi dokter
gigi, pasien dan perawat.27
2.2.2.2 Dari Dokter Gigi ke Pasien
Infeksi silang jarang menyebar dari dokter gigi kepada pasien, tetapi hal ini
dapat saja terjadi jika prosedur pencegahan yang tepat tidak diikuti. Langkah-langkah
yang direkomendasikan untuk pencegahan infeksi silang dalam kedokteran gigi
berasal dari epidemi AIDS. Dalam banyak studi kohort transmisi saliva HIV tidak
terbukti sedangkan transmisi darah penderita HIV tidak mungkin terjadi dalam
jumlah kecil kecuali dalam jumlah besar yang dapat menyebabkan infeksi silang.
Terdapat laporan bahwa enam pasien di Florida telah terinfeksi HIV dari seorang
dokter gigi di prakteknya saat melakukan perawatan. Selain itu, tidak ada kasus lain
yang terdokumentasi tentang penularan infeksi dari dokter gigi ke pasien.27
2.2.2.3 Dari Pasien ke Pasien Lainnya
Mikroorganisme dari rongga mulut dapat ditularkan antara pasien yang satu
dengan pasien yang lainnya melalui infeksi silang. Terdapat laporan tentang
penyebaran HIV dari satu pasien ke pasien yang lain dalam praktek bedah umum
swasta di New South Wales, Australia. Lima dari sembilan pasien berada di praktek
pada hari yang sama, menjadi HIV-positif sementara ahli bedah tetap HIVnegatif. Empat dari lima pasien HIV-positif tidak memiliki faktor risiko yang jelas
untuk tertular penyakit. Pasien kelima mengaku memiliki pasangan pria dengan status
HIV yang tidak diketahui menjadi sumber kemungkinan HIV yang menyebabkan
kematiannya setahun kemudian. Ini menunjukkan bahwa pasien tersebut sudah
terinfeksi dan merupakan sumber penularan HIV ke pasien yang lain.27
2.2.2.4 Dari Pasien ke Perawat dan Teknisi Laboratorium
Kontrol infeksi silang adalah tanggungjawab seluruh tim kesehatan gigi dan
efektifitas secara keseluruhan dapat dibatasi oleh setiap anggotanya serta sejauh mana
mereka dapat bekerjasama. Rekomendasi umum adalah bahwa peralatan di praktek
dokter gigi seperti hasil cetakan, gypsum, dan gigitiruan harus didesinfeksi di praktek
dokter gigi oleh perawat atau assistan dokter gigi sebelum dikirim ke laboratorium.
Kontaminasi di laboratorium dapat terjadi jika kontrol infeksi tidak dilakukan. Dokter
gigi harus bekerja sama dengan teknisi laboratorium tentang prosedur infeksi yang
efektif dan praktis.27
2.2.2.5 Dari Saluran Air Dental Unit ke Pasien
Air yang digunakan selama perawatan gigi dapat menjadi salah satu faktor
dalam penularan penyakit. Kolonisasi bakteri pada saluran air di dental unit terjadi
dengan pembentukan biofilm, yang melepaskan mikroorganisme planktonik dalam
jumlah yang tinggi. Mikroorganisme planktonik ini dapat masuk ke dalam mulut
pasien melalui air dari turbin atau melalui semprotan air dari dental unit dan air
kumur. Dalam sebuah studi yang dilakukan di Jerman pada tahun 1995 telah
menunjukkan bahwa terdapat jumlah yang tinggi mikrobakteri non-tuberculosis
(Mycobecterium gordonae, flavescens, chelonae, simiae) yang dapat tertelan, terhirup
atau diinokulasi ke dalam luka pada rongga mulut pasien selama perawatan gigi
melalui semprotan air atau air pendigin dari dental unit.23,27,28
2.2.3 Cara Penularan Penyakit pada Infeksi Silang
Di bidang kedokteran gigi, menurut Kohli dan Puttaiah (2007), terdapat
beberapa cara penularan penyakit berdasarkan keparahannya antara lain: 27,28
2.2.3.1 Kontak Langsung
Penularan infeksi melalui kontak langsung dapat terjadi apabila tersentuh atau
terpaparnya kulit yang tidak utuh terhadap lesi oral yang menginfeksi, permukaan
jaringan yang terinfeksi, atau cairan yang terinfeksi dan percikan cairan yang
terinfeksi. Selain itu, dapat terjadi penularan secara langsung melalui hasil cetakan
yang mengandung saliva yang terinfeksi. Penularan melalui kontak langsung
merupakan penularan dengan resiko yang tinggi. (Gambar 1)
Gambar 1.Cara penularan infeksi melalui
kontak langsung.26
2.2.3.2 Perkutaneus
Inokulasi mikroba dari darah dan saliva dapat ditularkan melalui jarum, pisau
bedah atau benda tajam lainnya. Penularan melalui perkutaneus merupakan penularan
dengan resiko yang tinggi. (Gambar 2)
Gambar 2. Cara penularan infeksi melalui
Perkutaneus. 26
2.2.3.3 Inhalasi aerosol atau droplet yang patogen
Menghirup bioaerosol yang mengandung material infektif saat menggunakan
handpiece dan scaler atau droplet nuclei yang berasal dari batuk dapat menyebabkan
terjadinya penularan infeksi. Penularan melalui inhalasi aerosol atau droplet yang
patogen merupakan penularan dengan resiko sedang.(Gambar 3)
Gambar 3. Cara penularan infeksi melalui inhalasi aerosol atau droplet yang
patogen.26
2.2.3.4 Kontak Tidak Langsung
Penularan melalui kontak tidak langsung dapat terjadi apabila seseorang
menyentuh permukaan benda mati yang terkontaminasi pada ruangan perawatan,
dental unit atau pada ruang operasi. (Gambar 4)
(A)
(B)
Gambar 4. Cara penularan infeksi melalui kontak tidak langsung. (A) Tersentuh
meja yang terkontaminasi. (B) Dental unit yang terkontaminasi (tanda panah).8,26
Resiko transmisi penyakit bervariasi tergantung dari daya tahan tubuh host,
virulensi, infektivitas organisme, dosis atau jumlah mikroorganisme, waktu
pemaparan, dan cara transmisi. Kontrol terhadap virulensi organisme patogen atau
mengurangi kerentanan pasien hampir tidak mungkin dilakukan. Petugas klinis harus
mengerti tentang proses penyakit, route transmisi, metode mengontrol transmisi, dan
mengimplementasikan proteksi diri selama praktek sebagai pencegahan terhadap
infeksi silang.29
2.3 Kontrol Infeksi
Dasar pemikiran untuk kontrol infeksi adalah untuk “mengkontrol” infeksi
iatrogenik, nosokomial diantara pasien dan paparan potensial pada petugas kesehatan
terhadap penyakit selama perawatan. Istilah kontrol infeksi tidak berarti pencegahan
total terhadap infeksi iatrogenic dan nosokomial diantara pasien, paparan selama
perawatan terhadap darah dan material yang berpotensi menginfeksi lainnya, namun
istilah tersebut memiliki pengertian mengurangi resiko transmisi penyakit. Resiko
transmisi penyakit bervariasi tergantung dari daya tahan tubuh, virulensi, infektivitas
organisme, dosis atau jumlah mikroorganisme, waktu pemaparan, dan cara transmisi.
Kontrol terhadap virulensi organisme patogen atau mengurangi kerentanan pasien
adalah hampir tidak mungkin. Petugas klinis harus mengerti tentang proses penyakit,
route transmisi, metode mengkontrol transmisi, dan mengimplementasikan kontrol
infeksi selama perawatan untuk memutus rantai infeksi. Imunisasi terhadap penyakit,
penggunaan peralatan pelindung, pengawasan pada teknik dan tempat kerja,
desinfeksi permukaan atau peralatan, sterilisasi instrumen, dan penggunaan protokol
aspetik selama perawatan harus selalu dilakukan.29
Di bidang kedokteran gigi, protokol dan prosedur yang terlibat dalam
pencegahan dan pengendalian infeksi adalah untuk mengurangi kemungkinan risiko
atau infeksi silang yang terjadi di prakek dokter gigi, sehingga dapat menghasilkan
lingkungan yang aman bagi dokter gigi, staf dan pasien.22 Dokter gigi tidak mungkin
yakin bahwa pasien yang datang untuk perawatan giginya adalah carrier
mikroorganisme infektif atau bukan, oleh karena itu semua pasien yang datang harus
dianggap merupakan carrier dari mikroorganisme patogen. Semua prosedur klinis
yang dilakukan pada pasien harus menggunakan kontrol infeksi yang umum.1
2.3.1 Prosedur Kontrol Infeksi
Dalam praktek kedokteran gigi, kontrol infeksi meliputi beberapa prosedur
penting yaitu : evaluasi pasien, perlindungan diri, sterilisasi, pembuangan sampah
bekas praktek dan desinfeksi. 1,29,30
2.3.1.1 Evaluasi Pasien
Pasien yang datang berobat harus dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui
riwayat kesehatan yang lengkap dan data hasil pemeriksaan tersebut harus diperbaiki
pada tiap kunjungan berikutnya, hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui adanya
kemungkinan terjadinya infeksi silang pada praktek dokter gigi.1,28,29
2.3.1.2 Perlindungan Diri
Terdapat beberapa perlindungan diri di praktek dokter gigi antaranya
kebersihan diri, pemakaian baju praktek, proteksi misalnya penggunaan sarung
tangan, kacamata, masker, dan imunisasi. Kebersihan diri yang baik dapat
mengurangi terjadinya infeksi silang di praktek dokter gigi. Secara umum seorang
dokter gigi harus menghindari memegang sesuatu yang tidak dibutuhkan pada waktu
merawat pasien, hindari kontak tangan dengan mata, hidung, mulut, dan rambut serta
hindari memegang luka. Selain itu, dokter gigi juga harus menutupi luka atau lecetlecet pada jari dengan plester karena luka tersebut dapat merupakan tempat masuknya
mikroorganisme pathogen dan mencuci tangan baik sebelum dan sesudah merawat
pasien.1,28,29
2.3.1.3 Sterilisasi Alat dan Bahan
Sterilisasi adalah proses yang dapat membunuh semua jenis mikroorganisme
dan dilakukan dalam empat tahap yaitu pembersihan sebelum sterilisasi,
pembungkusan, proses sterilisasi dan penyimpanan yang aseptik. Disamping itu,
sistem dental unit air juga harus dibersihkan dan bebas dari biofilm dan kontaminan
anorganik lainnya, juga melakukan pembersihan secara berkala. Air atau bahan
irigasi yang digunakan untuk perawatan pasien harus bebas dari mikroba.1,28,31
Dalam bidang kedokteran gigi, sterilisasi dapat dicapai melalui beberapa tahap
yaitu:
a) Autoclave
Di antara metode sterilisasi, sterilisasi uap adalah yang paling diandalkan dan
ekonomis. Sterilisasi uap digunakan untuk barang-barang kritis dan semikritis yang
tidak sensitif terhadap panas dan kelembaban. Sterilisasi uap memerlukan pemaparan
langsung dari setiap item untuk langsung menguapnya pada suhu dan tekanan dalam
jangka waktu yang tertentu untuk membunuh mikroorganisme.(Gambar 5)
Gambar 5. Autoclave 26
b) Dry Heat
Strerilisasi dry heat digunakan untuk sterilisasi material yang dapat rusak oleh
sterilisasi panas yang lembab (misalnya, bur dan beberapa instrumen ortodontik).
Walaupun dry heat memiliki keuntungan biaya operasional yang rendah dan tidak
korosif, namum penggunaan alat ini membutuhkan waktu proses yang lama dan
temperatur yang tinggi sehingga tidak cocok untuk beberapa barang dan
instrumen.(Gambar 6)
Gambar 6. Dry Heat.26
c) Unsaturated chemical vapor
Sterilisasi unsaturated chemical vapor melibatkan pemanasan larutan kimia
alkohol primer dengan 0.23% formaldehyde pada ruangan tertutup bertekanan.
Unsaturated chemical vapor mensterilisasi instrumen carbon steel (misal bur dental)
dan menghasilkan korosi yang lebih sedikit dibandingkan sterilisasi uap karena
rendahnya tingkat air yang terdapat selama siklus. Instrumen harus dalam keadaan
kering sebelum melakukan sterilisasi.
2.3.1.4 Pembuangan Sampah Bekas Praktek
Pembuangan barang-barang bekas pakai seperti sarung tangan, masker, tisu
bekas dan penutup permukaan yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh harus
ditangani secara hati-hati dan dimasukkan dalam kantung plastik yang kuat dan
tertutup rapat untuk mengurangi kemungkinan orang kontak dengan benda-benda
tersebut. Benda-benda tajam seperti jarum atau pisau skalpel harus dimasukkan dalam
tempat yang tahan terhadap tusukan sebelum dimasukkan ke dalam kantung
plastik.1,28
2.3.1.5 Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses membunuh mikroorganisme penyebab penyakit
dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi
infeksi. Kebanyakan laboratorium teknik gigi tidak akan menerima hasil cetakan
kecuali ada garansi dari dokter gigi bahwa hasil cetakan itu telah dilakukan
desinfeksi. Hasil cetakan alginat yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi
mempunyai potensi kontaminasi mikroorganisme patogen rongga mulut. Berdasarkan
hal tersebut, dianjurkan untuk melakukan desinfeksi pada hasil cetakan alginat
dengan menggunakan bahan desinfektan.6,22,31
2.3.1.6 Desinfektan
Pemakaian desinfektan pada hasil cetakan sangat dianjurkan untuk mencegah
terjadinya infeksi silang. Terdapat beberapa jenis bahan desinfektan yang digunakan
dalam bidang kedokteran gigi diantaranya alkohol, aldehid, biguanid, senyawa
halogen, fenol, dan klorsilenol. Desinfektan umumnya digunakan untuk benda mati,
karena terlalu berbahaya bagi jaringan hidup. Keefektifan dari desinfektan tergantung
pada beberapa faktor yaitu konsentrasi dan sifat mikroorganisme yang menyebabkan
kontaminasi, konsentrasi larutan kimia dan lamanya waktu perendaman. Kriteria
suatu desinfektan yang ideal adalah bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi
mikroorganisme pada suhu kamar, harus mempunyai spectrum antimikrobial yang
seluas mungkin, aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, tidak toksik pada
hewan dan manusia, tidak bersifat korosif, memiliki kemampuan menghilangkan bau
yang kurang sedap, tidak meninggalkan noda, mudah digunakan, dan ekonomis.29
Metode dan lamanya perendaman atau penyemprotan larutan desinfektan pada hasil
cetakan bergantung kepada kadar penyerapan air hasil cetakan tersebut dan waktu
setelah cetakan dibuat. Lama perendaman hasil cetakan dengan larutan desinfaktan
dianjurkan tidak lebih dari 10 menit.6,31,32
2.3.1.6.1 Klasifikasi Bahan Desinfektan
Terdapat beberapa klasifikasi bahan desinfektan, antaranya:32,33
a) Low Level Disinfectant
Desinfektan ini mengeliminasi hampir semua mikroorganisme patogen tetapi
tidak dapat mengeliminasi spora. Desinfektan ini digunakan untuk alat-alat seperti
dental unit, X-ray heads. Bahan yang termasuk low level disinfectant adalah golongan
alkohol dan quats (quaternary ammonium compounds).
b) Intermediate Level Disinfectant
Desinfektan ini mengeliminasi semua mikroorganisme patogen tetapi tidak
dapat mengeliminasi spora. Desinfektan ini juga digunakan untuk alat-alat seperti
kaca mulut, sendok cetak. Bahan yang termasuk intermediate level disinfectant
adalah golongan fenol dan halogen.
Sodium hipoklorit termasuk golongan halogen dan merupakan bahan
gemisidal yang kuat dan dapat membunuh sebagian besar bakteri. Sodium hipoklorit
berupa larutan berwarna putih agak kekuningan berbau khas. Selain itu, sodium
hipoklorit merupakan larutan desinfektan yang paling banyak digunakan dan tersedia
dalam bentuk cairan dan memiliki efek anti-mikroba.33 Sodium hipoklorit adalah
larutan yang berbahan dasar klorin (CI2). Cairan klorin merupakan desinfektan
tingkat tinggi karena sangat aktif pada semua bakteri, virus, fungi, parasit dan
berbagai
spora.
Kemampuan
desinfeksi
sodium
hipoklorit
terletak
pada
kemampuannya membentuk asam hipoklorit (HOCI). Asam hipoklorit akan terbentuk
apabila sodium hipoklorit dilarutkan dengan air, setelah itu asam hipoklorit akan
melepaskan klorin yang akan menempel pada lipoprotein dinding sel bakteri
kemudian membentuk senyawa toksik yaitu N-chloro yang dapat mengganggu
pembelahan sel, menghentikan regenerasi sel dan mengakibatkan kematian bakteri.34
Savio Marcelo Leite Moreira da Silva (2004) telah melakukan perendaman hasil
cetakan silikon dengan larutan desinfektan sodium hipoklorit 1% selama 10 dan 20
menit dan telah menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan yang signifikan terhadap
stabilitas dimensi cetakan silikon.12 Sukhija U, Rathee M dkk (2009) telah melakukan
perendaman hasil cetakan alginat dan zinc oxide eugenol dengan menggunakan
larutan peracitic acid, sodium hipoklorit 5.25% dan glutaraldehid 2% selama 10 menit
dan telah menyatakan bahwa peracitic acid merupakan desinfektan yang paling
efektif dibanding sodium hipoklorit 5.25% dan glutaraldehid 2% .17 Wala M. Amin
(2009) telah melakukan desinfektan hasil cetakan jenis zinc oxide eugenol, silicon
dan juga alginat dengan larutan sodium hipoklorit 0.5% dan 1% selama 10 menit
terhadap perubahan dimensi dan telah menyimpulkan bahwa sodium hipoklorit 0.5%
telah menghasilkan perubahan dimensi yang paling sedikit pada semua jenis bahan
cetak.15 Carmen Dolores V.Soares de Moura dkk (2010) juga telah melakukan
perendaman hasil cetakan alginat dengan larutan sodium hipoklorit 2.5% dan 5.25%
selama 10 menit terhadap jumlah bakteri.18 Distrina Fitrian Sari,R (2013) telah
melakukan desinfektan hasil cetakan alginat dengan larutan sodium hipoklorit 0.5%
dengan cara perendaman dan penyemprotan, masing-masing teknik perlakuan
dilakukan selama 10 menit untuk melihat pengaruhnya terhadap stabilitas dimensi.4
c) High Level Disinfectant
Desinfektan ini mengeliminasi semua mikroorganisme patogen dan
mengurangi spora tetapi untuk jumlah yang besar tidak dapat mengeliminasi secara
sempurna. Desinfektan ini digunakan untuk alat-alat seperti kaca mulut dan sendok
cetak. Bahan yang termasuk high level disinfectant adalah golongan etilen oksida,
glutaraldehid dan formaldehid.
Aldehida adalah golongan desinfektan yang sangat efektif dan agen yang
paling sering digunakan adalah formaldehid dan gluteraldehid. Aldehida adalah
bahan efektif terhadap bakteri, jamur, virus, mikroba dan spora. Senyawa turunan
aldehid memiliki gugus aldehid (COH) pada struktur kimianya, misalnya
formaldehid, paraformaldehid, dan glutaraldehid. Glutaraldehid 2% digunakan
sebagai desinfektan untuk alat-alat medis dan larutan desinfektan ini tersedia baik
dalam bentuk cairan maupun bubuk. Glutaraldehid digunakan untuk desinfeksikan
bahan cair dan peralatan yang tidak dapat disterilkan dengan pemanasan.
Glutaraldehid juga mempunyai aktifitas sporosidal yang tinggi, lebih baik bila
dibandingkan dengan formaldehyde dalam hal bakterisidal, virusidal dan sporosidal.
Merupakan zat yang mempunyai spektrum anti bakteri yang luas dan aktif. Senyawa
ini mempunyai keuntungan karena tidak berbau dan efek iritasi terhadap kulit dan
mata lebih rendah dibanding formalin. Larutan glutaraldehid 2% efektif sebagai
antibakteri dan spora pada pH 7,5 – 8,5.32 Larutan glutaraldehid 2% efektif terhadap
bakteri seperti M.tuberculosis, fungi, dan virus akan mati dalam waktu 10-20 menit.1
Savio Marcelo Leite Moreira da Silva dkk (2004) telah melakukan perendaman hasil
cetakan silicon dengan larutan desinfektan glutaraldehid 2% selama 10 menit dan 20
menit terhadap stabilitas dimensi.12 Fiona M. Collins dan Bal et al (2007) telah
menganjurkan perendaman hasil cetakan dengan larutan desinfektan dilakukan
selama 10 menit.8,17 Wala M. Amin dkk (2009) telah melakukan perendaman hasil
cetakan alginat, silicon dan zinc oxide eugenol dengan larutan desinfektan
glutaraldehid 2% selama 10 menit terhadap perubahan dimensi.15
2.3.1.6.2 Metode Desinfektan
Terdapat 2 metode desinfeksi secara kemis yang sering digunakan yaitu :2,5,8,14
a) Penyemprotan
Metode penyemprotan dapat dilakukan dengan cara menyemprot larutan
desinfektan pada hasil cetakan alginat yang akan didesinfeksi kemudian dimasukkan
ke dalam tempat yang tertutup dan dibiarkan dalam waktu tertentu sebelum diisi.
Metode penyemprotan merupakan metode pilihan untuk mendesinfeksi beberapa
jenis alat kedokteran gigi, oleh karena methode penyemprotan hanya menggunakan
volume larutan desinfektan yang sedikit. (Gambar 7)
Gambar 7. Desinfeksi dengan cara
penyemprotan.35
b) Perendaman
Metode perendaman dapat dilakukan dengan cara merendam hasil cetakan
alginat pada larutan desinfektan yang disediakan dengan waktu tertentu. Metode
perendaman merupakan metode desinfeksi yang paling dipilih oleh karena metode ini
memungkinkan larutan desinfektan untuk mencapai seluruh permukaan terutama
pada daerah undercut pada hasil cetakan alginat. (Gambar 8)
Gambar 8. Desinfeksi dengan cara
perendaman.36
Lamanya
perendaman
atau
penyemprotan
tergantung
dari
jenis
desinfektan yang digunakan. Durasi dan metode pengaplikasian desinfektan
bergantung pada potensi bahan cetak dalam mengabsorbsi air.
Keuntungan dan kerugian masing-masing metode akan ditunjukkan pada
table yang diberikan berikut ini :
Tabel 1. Keuntungan dan Kerugian Metode Penyemprotan dan Perendaman
Metode
Penyemprotan
Keuntungan
•
Kerugian
Lebih sederhana dan
•
cepat
•
hasil cetakan terdesinfeksi
Memiliki
dengan sempurna
probabilitas
terjadinya distorsi yang
•
larutan desinfektan yang
pada
ada di udara dapat terhirup
bahan
•
Lebih efektif
•
Seluruh
hasil
cetak
cetakan
akan
dengan
sempurna
Mengurangi
resiko
terhirupnya
partikel-
partikel
desinfektan
oleh staf atau pasien
•
permukaan
terdesinfeksi
•
Partikel-partikel dari
lebih rendah terutama
alginat dan polyeter
Perendaman
Tidak semua permukaan
larutan
Dapat menyebabkan
distorsi pada hasil cetakan
jika desinfektan dilakukan
terlalu lama
2.4 Bahan Cetak
2.4.1 Klasifikasi Bahan Cetak
Salah satu perawatan di bidang prostodonsia adalah pembuatan gigitiruan,
tahap awal dalam pembuatan gigitiruan adalah membuat pencetakan pada rahang
pasien untuk mendapatkan hasil cetakan negatif yang selanjutnya diisi dengan gips
untuk mendapatkan model studi maupun model kerja. Secara garis besar, bahan yang
digunakan untuk melakukan pencetakan dapat diklasifikasikan atas dua jenis yaitu
bahan cetak non-elastis dan bahan cetak elastis. Bahan cetak yang bersifat non-elastis
adalah impression compound, impression wax, plaster of paris dan zinc oxide
eugenol. Bahan cetak elastis terdiri dari reversibel hidrokoloid, irreversibel
hidrokoloid (alginat) dan elastomer.37,38
2.4.1.1 Bahan Cetak Non-elastis
1. Impression Compound
Impression compound adalah bahan cetak yang terdiri dari campuran malam, resin
termoplastik, bahan pengisi dan bahan pewarna. Bahan ini digunakan pada suhu
dalam keadaan panas dan kemudian akan kembali keras pada suhu pendinginan
sesuai dengan temperatur rongga mulut. Indikasi utama penggunaannya adalah untuk
mencetak linggir tanpa gigi dan daerah yang tidak mempunyai undercut.
2. Impression Wax
Bahan cetak wax biasa digunakan untuk menghasilkan cetakan yang
memerlukan tekanan dalam pembuatan gigitiruan. Bahan ini juga dapat digunakan
untuk memperbaiki kesalahan cetakan yang disebabkan karena ukuran sendok cetak
yang terlalu kecil sehingga wax dapat ditambahkan pada ujung sendok cetak yang
disesuaikan dengan rahang pasien.
3. Impression Plaster
Impression plaster atau yang lebih dikenal dengan plaster of paris atau gips
cetak merupakan bahan cetak yang berbahan dasar gipsum. Bahan cetak ini bersifat
rigid dan lebih mudah patah. Dalam bidang kedokteran gigi bahan ini digunakan
untuk membuat model studi. Gips ini harus disimpan dalam kantung kedap udara
karena akan menyerap air dari udara dan akan mempengaruhi waktu pengerasan.
4. Zinc Oxide Eugenol
Bahan cetak zinc oxide eugenol merupakan bahan cetak berbentuk pasta.
Bahan ini dikemas dalam 2 bentuk pasta yang berbeda pada masing-masing tube
aselerator yaitu base (basis) dan aselerator. Pada base mengandung zinc oxide
eugenol dan minyak mineral sedangkan pada tube aselerator mengandung eugenol
dan rosin. Bahan cetak zinc oxide eugenol terutama digunakan sebagai bahan cetak
untuk gigitiruan pada linggir edentulus dengan undercut kecil atau tanpa undercut.
Bahan ini memiliki keuntungan yaitu mampu mengisi pada bagian yang akurat dari
hasil cetakan jaringan lunak oleh karena sifat daya alirnya rendah.
2.4.1.2 Bahan Cetak Elastis
1. Reversibel Hidrokoloid (agar)
Komponen dasar bahan cetak hidrokoloid adalah agar. Agar adalah koloid
hidrofilik organik yang diekstrak dari rumput laut jenis tertentu. Kandungan utama
dalam bahan cetak hidrokoloid berdasarlan berat adalah air. Reversible hydrocolloid
merupakan salah satu bahan cetak terakurat. Bahan ini juga sering digunakan untuk
mendapatkan hasil cetakan model pada pembuatan gigituran.
2. Irreversible Hidrokoloid (alginat)
Alginat merupakan bahan cetak yang penggunannya paling luas dalam bidang
kedokteran gigi. Manipulasi bahan ini sangat mudah dan tanpa menggunakan alat
khusus yaitu dengan cara mengaduk bahan cetak alginat dengan p/w ratio sesuai
dengan petunjuk pabrik. Bahan ini biasa dipakai sebagai cetakan pendahuluan untuk
mambuat studi model pada perawatan konservasi, prostodonsia dan orthodonti.
3. Elastomer
Elastomer adalah bahan cetak fleksibel dan menyerupai karet setelah proses
pengerasan berlangsung. Kebanyakan bahan cetak ini adalah system dua komponen
yang dikemas dalam bentuk pasta. Bahan ini terdiri atas empat jenis yaitu polisulfida,
polieter, silikon polimerisasi adisi dan silikon polimerisasi kondensasi.
2.4.2 Persyaratan Bahan Cetak
Menurut Powers JM, dkk (2008), bahan cetak yang ideal adalah bahan cetak
yang memenuhi pensyaratan yaitu :38
1. Mempunyai aroma dan rasa yang menyenangkan serta warna yang baik
2. Tidak mengandung bahan yang beracun dan tidak mengiritasi jaringan
3. Mudah dimanipulasikan dan tidak mempergunakan alat-alat yang rumit
4. Setting time yang tidak terlalu lama
5. Konsistensi (daya alir) yang baik dan permukaan yang halus
6. Tidak terjadi deformasi sesudah dicetak
7. Cukup kuat agar tidak pecah atau koyak sewaktu dikeluarkan dari mulut
8. Tidak terjadi perubahan dimensi
9. Relatif tidak mahal
Tidak ada satupun bahan cetak yang memenuhi seluruh pensyaratan diatas,
sehingga pemilihan bahan cetak tersebut tergantung pada keadaan klinis dan pilihan
masing-masing dokter gigi.
2.4.3 Hasil Cetakan Alginat
Alginat merupakan bahan cetak hidrokoloid bersifat ireversibel yang telah
diperkenalkan sejak 1940 dan merupakan salah satu bahan cetak gigi yang paling
sering digunakan di bidang kedokteran gigi.9 Bahan dasar alginat didapat dari alginat
acid yang diambil dari tumbuh-tumbuhan laut dimana substansi alami ini
diidentifikasi sebagai suatu polimer linier dengan berbagai kelompok asam karboksil
dan dinamakan asam alginik.37,38 Bahan cetak ini memiliki banyak kelebihan,
diantaranya manipulasi mudah dan tidak memerlukan banyak peralatan, relatif tidak
mahal, dan nyaman bagi pasien. Bahan cetak ini juga mudah ditolerir oleh pasien
karena cepat mengeras dan terdapat aroma yang menyegarkan seperti permen karet
untuk mengurangi reflek muntah. Kekurangan dari bahan cetak alginat ini adalah
mempunyai sifat sineresis dan sifat imbibisi yaitu menyerap air sehingga dapat
mengakibatkan perubahan dimensi pada hasil cetakan, selain itu bahan cetak alginat
juga mempunyai potensi retensi mikroba lebih kuat dibanding bahan cetak lainnya
karena terjadi penyerapan cairan rongga mulut saat dilakukan pencetakan.4,6,8,10
2.4.3.1 Komponen Alginat
Komponen aktif utama dari bahan cetak alginat adalah komponen yang larut
air, seperti natrium dan kalium. Bila komponen alginat dicampur dengan air, bahan
tersebut akan membentuk sol. Sol tersebut sangat kental meskipun dalam konsentrasi
rendah. Alginat dapat larut membentuk sol dengan cepat bila bubuk alginat dan air
diaduk dengan kuat.
Menurut ANSI-American Dental Association (ADA) Specification NO.18
komposisi alginat dan fungsinya dapat dilihat dalam table berikut.37,38
Tabel 2. Komposisi Bahan Cetak Alginat dan Fungsinya.
KOMPONEN
FUNGSI
Sodium atau Potassium alginat Untuk melarutkan bubuk dalam air dan
salt
bereaksi dengan ion kalsium
Calcium Sulfate
Untuk bereaksi melarutkan bubuk alginat
dari bentuk kalsium alginat yang tidak
larut
Sodium Phospate
Untuk bereaksi dengan kalsium sulfat dan
memperlambat setting time.
Diatomaceous
silicate powder
earth
atau Untuk kontrol konsistensi pencampuran
dan fleksibilitas setting time
Potassium
sulfate
atau Untuk
potassium zinc fluoride
Quaternary
menetralkan
efek
penghambat
kekerasan selama pembuatan model gips
ammonium Sebagai self desinfeksi
compounds atau klorhexidin
Organis glycol
Sebagai pelapis partikel-partikel powder
untuk
meminimalkan
debu
selama
pengadukkan
Pigments
Untuk memberikan warna
Phenylalaine
Untuk bahan pemanis
Wintergreen, peppermint,anise
Untuk memberikan rasa yang nyaman
2.4.3.2 Pemanipulasian Alginat
Bubuk alginat dan air harus diukur sesuai dengan yang dianjurkan oleh pabrik
dan apabila alginat dan air dicampur akan menghasilkan bentuk pasta. Jumlah relatif
air dan bubuk alginat mempengaruhi fleksibilitas alginat dan campuran yang kental
akan menghasilkan fleksibilitas yang lebih rendah. Pengadukan dilakukan dengan
cepat dan terus-menerus, spatula bersinggungan sempurna dengan dinding rubber
bowl serta membentuk angka 8 hingga sepenuhnya homogen. Bila pengadukan tidak
sempurna, kekuatan gel akan berkurang sampai 50%. Demikian juga bila pengadukan
terlalu lama, gel akan rusak dan kekuatannya akan menurun, sehingga mudah koyak
pada saat pencetakan. Waktu pengadukan yang umum adalah 30 detik sampai 1
menit, tergantung tipe alginat yang digunakan. Berdasarkan spesifikasi American
Dental Association (ADA) nomor 18 terdapat dua jenis alginat yaitu jenis alginat
yang mengeras dengan cepat (1-2 menit) dan yang mengeras dengan kecepatan yang
normal (2-5 menit).37,38
Lebih dari 100 tahun yang lalu Professor W.C.Barret dari Buffalo Dentistry
School USA menitik beratkan tentang bahaya penularan penyakit infeksi dari rongga
mulut pasien semasa proses perawatan gigi. Saat dilakukan prosedur pencetakan,
terutama pada pasien yang mempunyai kesehatan rongga mulut yang kurang baik,
membran mukosa dan gusi dapat mengalami cedera maka saliva dan darah dengan
mudah akan terdapat pada hasil cetakan. Hal ini menyebabkan bakteri dan virus yang
berada pada rongga mulut melekat pada hasil cetakan tersebut. Apabila hasil cetakan
ini diisi dengan gips maka mikroorganisme ini akan berpindah pula pada permukaan
gips dan keadaan ini akan memberi resiko yang tinggi kepada dokter gigi, perawat
dan laboran untuk terkontaminasi infeksi melalui sentuhan tangan.39 Menurut
beberapa penelitian, hasil cetakan yang terkontaminasi bakteri dapat menularkan
penyakit atau menjadi sumber infeksi silang yang dapat menyebar ke dokter gigi,
perawat maupun teknisi laboratorium. Untuk mencegah terjadi infeksi silang maka
hasil cetakan harus dicuci dibawah air mengalir selama 15 detik dan setelah itu
dilakukan desinfeksi supaya dapat meminimalkan jumlah bakteri pada hasil cetakan
dan juga dapat mencegah terjadinya infeksi silang.4,8 Desinfeksi pada hasil cetakan
dapat dilakukan dengan dua metode yaitu direndam atau disemprot, namun kedua
metode ini mempunyai keuntungan dan kerugiannya tersendiri. Metode yang paling
sering digunakan adalah metode perendaman karena metode ini memungkinkan
larutan desinfektan mencapai seluruh permukaan hasil cetakan terutama pada daerah
undercut hasil cetakan alginat dan juga dapat mengurangi resiko terhirupnya partikelpartikel larutan desinfektan. Lama perendaman hasil cetakan harus sesuai dengan
jenis larutan desinfektan yang digunakan supaya tidak terjadi distorsi pada hasil
cetakan. Perendaman hasil cetakan alginat dalam larutan sodium hipoklorit 0.5% dan
glutaraldehid 2% dilakukan selama 10 menit.
2.5 Kerangka Teori
Mikroorganisme
Virus
Bakteri
Protozoa dan Jamur
Infeksi Silang
Perjalanan
Penyakit
Definisi dan
Pengertian
Cara Penularan
Penyakit
Pencegahan
Kontrol Infeksi
Kontak
Langsung
Perkutaneus
Inhalasi aerosol
atau droplet
Kontak Tidak
Langsung
Evaluasi
Pasien
Perlindungan
Diri
Sterilisasi Alat
dan Bahan
Pembuangan Sampah Bekas
Praktek
Prosedur Kontrol Infeksi
Desinfeksi
Metode
Klasifikasi
Low Level
Disinfectant
Intermediate Level
Disinfectant
Penyemprotan
Perendaman
Fenol
Alkohol
Quats
High Level
Disinfectant
Halogen ( Sodium
Hipoklorit)
Etilen Oksida
Formaldehid
Glutaraldehid
Penurunan Jumlah Koloni Bakteri
2.6 Kerangka Konsep
Cetakan Alginat
Perendaman dalam larutan
desinfektan
Sodium Hipoklorit 0.5%
Glutaraldehid 2%
(Intermediate Level Desinfektant)
(High Level Desinfektant)
Memiliki bahan dasar klorin (CI2) yang
Memiliki
gugus
dibentuk oleh asam hipoklorit, dan akan
merupakan zat yang mempunyai
menempel pada lipoprotein dinding sel
spektrum anti bakteri yang luas dan
bakteri sehingga akan membentuk senyawa
aktif terhadap bakteri, jamur, virus,
toksik yaitu N-chloro.
mikroba dan spora.
Pembelahan sel terganggu, menghentikan regenerasi sel dan
mengakibatkan menurunnya jumlah koloni bakteri.
Jumlah koloni bakteri pada cetakan alginat
menurun
aldehid
(COH),
2.7 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat disusun hipotesis penelitian
sebagai berikut :
1. Terdapat penurunan jumlah koloni bakteri pada cetakan alginat sesudah
direndam dalam larutan sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 10
menit.
2. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara perendaman cetakan alginat
dalam larutan sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 10 menit
terhadap penurunan jumlah koloni bakteri
Download