BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Rongga Mulut Mikroorganisme terdiri dari bakteri, virus, jamur dan lain-lain. Didalam rongga mulut manusia terdapat banyak mikroorganisme baik flora normal maupun yang patogen. Menurut Miller dan Cottone yang dikutip oleh Ghahramanloo, setetes saliva mengandung 50.000 bakteri yang berpotensi patogen dan bakteri patogen ini dapat dengan mudah menyebar melalui bahan cetak, terutama bahan cetak alginat yang menjadi tempat berkumpul bakteri lebih banyak dibanding bahan cetak lainnya.20 Kondisi rongga mulut yang berhubungan langsung dengan saluran nafas bagian atas dan rongga hidung (nasal cavity) memungkinkan mikroorganisme dari organ tersebut dapat masuk ke rongga mulut dengan penetrasi maupun kontaminasi lewat dahak (sputum) dan bercampur dengan saliva. Hasil cetakan mengandung mikroba dalam jumlah yang sangat banyak, di antaranya streptococci (100%), staphylococci (65.4%) dan P.aeruginosa (7.7%) yang semuanya telah diketahui bersifat patogen, mengakibatkan nosokomial dan merupakan infeksi yang mengancam nyawa bagi orang yang mempunyai sistem imunitas yang rendah.20 Tipe mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit dibagi menjadi 3 kategori, yaitu: 21,22 1. Bakteri Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang sehat. Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam melindungi tubuh dari datangnya bakteri patogen. Tetapi pada beberapa kasus dapat menyebabkan infeksi jika manusia tersebut mempunyai toleransi yang rendah terhadap mikroorganisme. Bakteri patogen lebih berbahaya dan dapat menyebabkan infeksi baik secara sporadik maupun endemik. Contohnya : Bakteri aerob dan fakultatif anaerob yang dapat berada dirongga mulut : a) Golongan Gram-negatif : (Escherichia coli, Proteus vulgaris, Klebsiella pneumonia, Eikenella corrodens, Bordetellapertussis, Haemophilus influenza, Actinobacillus actinomycetemcomitannc, Campylobacter rectus). b) Golongan Gram negatif diplococcic:(Moraxella catarrhalis, Neisseriameninggitis, Neisseria flavescens, Neisseria gonorrhoeae) c) Golongan Gram-positif dan coryneform bacteria (Lactobacillusacidophilus, Corynebacterium diphteriae) d) Golongan Staphylococci : (Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermis, Staphyloccocus spp.) e) Golongan Streptococci : ( Streptococcus mutans, Streptococcus salivarius, Streptococcus milleri, Streptococcus sangius, Streptococcus pyogenes, Streptpcoccus pneumonia, Streptococcus Spp. Enterococcus faecalis) f) Golongan Enterococcus spp : Spirochetes (Treponema pallidum) Mycoplasmas ( Mycoplasma pneumonia) Bakteri anaerob dirongga mulut meliputi: a) Golongan Gram-negatif : (Prophyromonas Gingivalis, Prevotella Intermedia, Prevotella Melaninogenica, Prevotella Oralis, Prevotella Spp, Fusobacterium Nucleatum, Fusobacterium Spp, Bacteroides Spp, Verillonella Spp) b) Golongan Gram-positif : (Arachnia Spp, Bifidobacterium Spp, Eubacterium Spp,Propionibacterium Spp, Peptostreotococcus Micros, Peptostreptococcus Spp) c) Golongan yang membentuk spora :Actinomycetes( Actinomysesviscosus, Actinomyces Israelii, Actinomyses Spp) d) Bakteri yang terdapat dirongga mulut akibat penyakit gigi dan periodontal : • Bakteri penyebab karies : Streotococcus Mutans, Lactobacillus Acidophilus Dan Actinomyces Viscosus. • Bakteri anaerob yang menyebabkan periodontitis : Porphyromonas Gingivalis, Prevotella Intermedia Dan Peptostreptococcus Micros. 2. Virus Banyak kemungkinan infeksi disebabkan oleh berbagai macam virus, termasuk virus hepatitis B dan C dengan media penularan dari transfusi, suntikan dan endoskopi. Respiratory syncytial virus (RSV), rotavirus, dan enteroviruses yang dapat ditularkan dari kontak tangan ke mulut. Hepatitis dan HIV ditularkan melalui pemakaian jarum suntik, dan transfusi darah. Perjalanan penularan untuk virus sama seperti mikroorganisme lainnya. Virus lain yang sering menyebabkan infeksi adalah cytomegalovirus, Ebola, influenza virus, herpes simplex virus, dan varicella-zoster virus, juga dapat ditularkan. 3. Protozoa dan Jamur Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat menular dengan mudah ke orang dewasa maupun anak-anak. Banyak jamur dan parasit dapat timbul selama pemberian obat antibiotika bakteri dan obat immunosupresan, contohnya infeksi dari Candida albicans, Aspergillus spp, Cryptococcus neoformans, Cryptosporidium. 2.2 Infeksi Silang 2.2.1 Definisi dan Pengertian Banyak mikroorganisme penyebab penyakit yang hidup dalam tubuh kita secara harmonis tanpa menimbulkan gangguan, kita memiliki jutaan tipe bakteri yang berbeda yang hidup pada kulit, dalam saluran pernafasan dan usus besar. Banyak diantara bakteri tersebut menguntungkan kita karena bersifat melindungi dan mencegah bakteri dari luar yang dapat menyebabkan penyakit. Meskipun bakteri ini bersifat menguntungkan, tetapi dapat menimbulkan bahaya jika berada pada tempat yang tidak seharusnya. Sebagai contoh bakteri yang seharusnya tidak berbahaya pada kulit dapat menyebabkan masalah jika memasuki luka. Begitu juga beberapa mikroorganisme yang sudah menimbulkan bahaya pada orang lain dapat menularkan penyakit tersebut ke orang lain, seperti contohnya bakteri yang menyebabkan meningitis. Perpindahan bakteri yang terjadi dari satu orang ke orang lain disebut sebagai infeksi silang. Selain daripada itu, tubuh kita juga memiliki berbagai jenis virus yang hidup tanpa menimbulkan gangguan. Seperti misalnya, virus herpes yang berasal dari sel tubuh akan menjadi aktif apabila sistem imun tubuh menurun.22 Kulit, saluran pernafasan dan usus besar merupakan pertahan pertama tubuh terhadap infeksi, apabila pertahan pertama ini ditembus oleh bakteri maka pertahan berikutnya berupa proses fagositosis oleh sel darah putih dan antibodi akan menjadi aktif untuk membunuh bakteri. Apabila sistem imun tubuh rendah maka seseorang itu akan mengalami infeksi.22 Infeksi silang merupakan perpindahan bakteri yang berbahaya dari satu orang, objek, atau dari suatu tempat ke tempat lain, atau dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lain, seperti misalnya kontak tangan yang terkena infeksi dengan mata. Apabila infeksi silang ini terjadi di rumah sakit atau fasilitas perawatan dalam jangka waktu yang panjang maka infeksi silang ini disebut sebagai infeksi nosokomial. Infeksi silang yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur atau parasit dapat berasal dari tubuh pasien sendiri, atau berasal dari lingkungan, peralatan rumah sakit yang terkontaminasi, pegawai kesehatan, pengunjung atau dari pasien lain. Infeksi lokal terbatas pada bagian tertentu dari tubuh dan memiliki gejala lokal, sebagai contoh infeksi yang terjadi dari tempat pembedahan akan muncul daerah berwarna merah, panas dan terasa sakit pada daerah bekas pembedahan, sedangkan infeksi umum yang masuk melalui pembuluh darah akan menyebabkan gejala sistemik umum seperti misalnya demam, tekanan darah yang rendah, kekacauan mental atau bisul (boils) di atas tubuh.22 Sejumlah ahli telah mendefinisikan infeksi silang, diantaranya Williams G. Kohn dkk (2003) menyatakan bahwa infeksi silang adalah penularan infeksi dari satu pasien di rumah sakit atau di lingkungan pelayanan kesehatan ke pasien lain dengan mikroorganisme patogen yang berbeda dalam lingkungan yang sama. Hal ini sering dilihat pada penyakit autoimun. Infeksi adalah invasi multiplikasi mikroorganisme di dalam jaringan tubuh, seperti pada penyakit menular.23,24 Caroline L. Pankhurst dan Wilson A. Coulter (2009) telah menyatakan bahwa transmisi agen infeksi dari manusia atau benda mati dalam lingkungan klinis sehingga dapat mengakibatkan terjadinya infeksi dikenal sebagai infeksi silang,25 sedangkan menurut Kristeen Cherney (2013) infeksi silang adalah pemindahan mikroorganisme berbahaya seperti bakteri dan virus. Selanjutnya Kristeen Cherney mengatakan bahwa penyebaran infeksi dapat terjadi di antara manusia, peralatan, atau di dalam tubuh, oleh karena itu tenaga medis harus senantiasa memastikan bahwa peralatan dan lingkungannya bersih dan aman. Infeksi silang dapat berasal dari bakteri, jamur, parasit dan virus yang berasal dari peralatan medis yang tidak steril, bakteri dari batuk dan bersin, transmisi, menyentuh benda yang terkontaminasi dan tempat tidur yang kotor. Infeksi dapat menyebar dalam kondisi apapun dan di tempat seperti sekolah, bank, toko, gedunggedung pemerintah dan sebagainya.26 Dari beberapa definisi diatas, dapat ditarik suatu pengertian bahwa yang dimaksudkan dengan infeksi silang adalah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang berasal dari tubuh pasien sendiri, atau berasal dari lingkungan, peralatan rumah sakit yang terkontaminasi, pegawai kesehatan, pengunjung atau dari pasien lain. Infeksi silang yang terjadi dapat menggangu fungsi normal tubuh dan dapat berakibat luka kronik, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian. Pada profesi kedokteran gigi, dokter gigi tidak terlepas dari kemungkinan untuk berkontak secara langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme yang berasal dari saliva dan darah pasien. Penyebaran infeksi dapat terjadi secara inhalasi yaitu melalui proses pernafasan atau secara inokulasi atau melalui transmisi mikroorganisme dari serum dan berbagai substansi lain yang telah terinfeksi. Infeksi silang sering terjadi di praktek dokter gigi karena kemungkinan pasien, dokter gigi maupun stafnya memang sudah membawa suatu penyakit infeksi. Banyak sumber penularan infeksi pada praktek dokter gigi antara lain tangan, saliva, sekresi saluran pernafasan, darah, pakaian, dan rambut, demikian pula instrumen gigi serta peralatan lainnya harus diperhatikan untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi.1 Penyebaran infeksi terjadi disebabkan karena adanya sumber infeksi, yang paling banyak didapat dari pasien saat melakukan perawatan gigi. Pasien dengan infeksi akut biasanya sangat menular dan dapat melepaskan sejumlah besar mikroba ke lingkungan. Selain itu, pasien yang menderita penyakit infeksi serius seperti Hepatitis A, B, C, D, Human Immunodeficiency Virus (HIV), tuberculosis dan sebagainya jarang melakukan pemeriksaan rutin ke dokter gigi, namun dokter gigi harus tetap mampu dan bersedia untuk memberikan perawatan kepada pasien tersebut dengan cara yang dapat menjamin keselamatan dokter gigi, staf maupun pasien dengan melakukan prosedur pencegahan infeksi yang tepat.24 2.2.2 Perjalanan Penyakit pada Infeksi Silang Ditinjau dari perjalanan penyakit, maka infeksi silang dapat terjadi dari pasien ke dokter gigi, dari dokter gigi ke pasien, dari pasien ke pasien lainnya, dari pasien ke perawat dan teknisi laboratorium dan dari saluran air dental unit ke pasien. 2.2.2.1 Dari Pasien ke Dokter Gigi Mikroorganisme dari mulut pasien dapat menyebar ke dokter gigi yang merawatnya baik melalui kontak langsung atau tidak langsung, inhalasi, atau dengan inokulasi. Dokter gigi menghadapi resiko tinggi terkena infeksi terutama melalui jarum suntik dan kecelakaan dari benda tajam yang terkontaminasi lainnya. Pada saat ini, tindakan pencegahan universal yang dilakukan seperti evaluasi pasien, perlindungan diri, sterilisasi instrument, asepsis dan desinfeksi permukaan, penggunaan alat sekali pakai dan pembuangan sampah medis teryata efektif terhadap pencegahan infeksi silang selama melakukan perawatan pada pasien. Prosedur kontrol infeksi silang direkomendasikan harus cukup baik untuk melindungi dokter gigi, pasien dan perawat.27 2.2.2.2 Dari Dokter Gigi ke Pasien Infeksi silang jarang menyebar dari dokter gigi kepada pasien, tetapi hal ini dapat saja terjadi jika prosedur pencegahan yang tepat tidak diikuti. Langkah-langkah yang direkomendasikan untuk pencegahan infeksi silang dalam kedokteran gigi berasal dari epidemi AIDS. Dalam banyak studi kohort transmisi saliva HIV tidak terbukti sedangkan transmisi darah penderita HIV tidak mungkin terjadi dalam jumlah kecil kecuali dalam jumlah besar yang dapat menyebabkan infeksi silang. Terdapat laporan bahwa enam pasien di Florida telah terinfeksi HIV dari seorang dokter gigi di prakteknya saat melakukan perawatan. Selain itu, tidak ada kasus lain yang terdokumentasi tentang penularan infeksi dari dokter gigi ke pasien.27 2.2.2.3 Dari Pasien ke Pasien Lainnya Mikroorganisme dari rongga mulut dapat ditularkan antara pasien yang satu dengan pasien yang lainnya melalui infeksi silang. Terdapat laporan tentang penyebaran HIV dari satu pasien ke pasien yang lain dalam praktek bedah umum swasta di New South Wales, Australia. Lima dari sembilan pasien berada di praktek pada hari yang sama, menjadi HIV-positif sementara ahli bedah tetap HIVnegatif. Empat dari lima pasien HIV-positif tidak memiliki faktor risiko yang jelas untuk tertular penyakit. Pasien kelima mengaku memiliki pasangan pria dengan status HIV yang tidak diketahui menjadi sumber kemungkinan HIV yang menyebabkan kematiannya setahun kemudian. Ini menunjukkan bahwa pasien tersebut sudah terinfeksi dan merupakan sumber penularan HIV ke pasien yang lain.27 2.2.2.4 Dari Pasien ke Perawat dan Teknisi Laboratorium Kontrol infeksi silang adalah tanggungjawab seluruh tim kesehatan gigi dan efektifitas secara keseluruhan dapat dibatasi oleh setiap anggotanya serta sejauh mana mereka dapat bekerjasama. Rekomendasi umum adalah bahwa peralatan di praktek dokter gigi seperti hasil cetakan, gypsum, dan gigitiruan harus didesinfeksi di praktek dokter gigi oleh perawat atau assistan dokter gigi sebelum dikirim ke laboratorium. Kontaminasi di laboratorium dapat terjadi jika kontrol infeksi tidak dilakukan. Dokter gigi harus bekerja sama dengan teknisi laboratorium tentang prosedur infeksi yang efektif dan praktis.27 2.2.2.5 Dari Saluran Air Dental Unit ke Pasien Air yang digunakan selama perawatan gigi dapat menjadi salah satu faktor dalam penularan penyakit. Kolonisasi bakteri pada saluran air di dental unit terjadi dengan pembentukan biofilm, yang melepaskan mikroorganisme planktonik dalam jumlah yang tinggi. Mikroorganisme planktonik ini dapat masuk ke dalam mulut pasien melalui air dari turbin atau melalui semprotan air dari dental unit dan air kumur. Dalam sebuah studi yang dilakukan di Jerman pada tahun 1995 telah menunjukkan bahwa terdapat jumlah yang tinggi mikrobakteri non-tuberculosis (Mycobecterium gordonae, flavescens, chelonae, simiae) yang dapat tertelan, terhirup atau diinokulasi ke dalam luka pada rongga mulut pasien selama perawatan gigi melalui semprotan air atau air pendigin dari dental unit.23,27,28 2.2.3 Cara Penularan Penyakit pada Infeksi Silang Di bidang kedokteran gigi, menurut Kohli dan Puttaiah (2007), terdapat beberapa cara penularan penyakit berdasarkan keparahannya antara lain: 27,28 2.2.3.1 Kontak Langsung Penularan infeksi melalui kontak langsung dapat terjadi apabila tersentuh atau terpaparnya kulit yang tidak utuh terhadap lesi oral yang menginfeksi, permukaan jaringan yang terinfeksi, atau cairan yang terinfeksi dan percikan cairan yang terinfeksi. Selain itu, dapat terjadi penularan secara langsung melalui hasil cetakan yang mengandung saliva yang terinfeksi. Penularan melalui kontak langsung merupakan penularan dengan resiko yang tinggi. (Gambar 1) Gambar 1.Cara penularan infeksi melalui kontak langsung.26 2.2.3.2 Perkutaneus Inokulasi mikroba dari darah dan saliva dapat ditularkan melalui jarum, pisau bedah atau benda tajam lainnya. Penularan melalui perkutaneus merupakan penularan dengan resiko yang tinggi. (Gambar 2) Gambar 2. Cara penularan infeksi melalui Perkutaneus. 26 2.2.3.3 Inhalasi aerosol atau droplet yang patogen Menghirup bioaerosol yang mengandung material infektif saat menggunakan handpiece dan scaler atau droplet nuclei yang berasal dari batuk dapat menyebabkan terjadinya penularan infeksi. Penularan melalui inhalasi aerosol atau droplet yang patogen merupakan penularan dengan resiko sedang.(Gambar 3) Gambar 3. Cara penularan infeksi melalui inhalasi aerosol atau droplet yang patogen.26 2.2.3.4 Kontak Tidak Langsung Penularan melalui kontak tidak langsung dapat terjadi apabila seseorang menyentuh permukaan benda mati yang terkontaminasi pada ruangan perawatan, dental unit atau pada ruang operasi. (Gambar 4) (A) (B) Gambar 4. Cara penularan infeksi melalui kontak tidak langsung. (A) Tersentuh meja yang terkontaminasi. (B) Dental unit yang terkontaminasi (tanda panah).8,26 Resiko transmisi penyakit bervariasi tergantung dari daya tahan tubuh host, virulensi, infektivitas organisme, dosis atau jumlah mikroorganisme, waktu pemaparan, dan cara transmisi. Kontrol terhadap virulensi organisme patogen atau mengurangi kerentanan pasien hampir tidak mungkin dilakukan. Petugas klinis harus mengerti tentang proses penyakit, route transmisi, metode mengontrol transmisi, dan mengimplementasikan proteksi diri selama praktek sebagai pencegahan terhadap infeksi silang.29 2.3 Kontrol Infeksi Dasar pemikiran untuk kontrol infeksi adalah untuk “mengkontrol” infeksi iatrogenik, nosokomial diantara pasien dan paparan potensial pada petugas kesehatan terhadap penyakit selama perawatan. Istilah kontrol infeksi tidak berarti pencegahan total terhadap infeksi iatrogenic dan nosokomial diantara pasien, paparan selama perawatan terhadap darah dan material yang berpotensi menginfeksi lainnya, namun istilah tersebut memiliki pengertian mengurangi resiko transmisi penyakit. Resiko transmisi penyakit bervariasi tergantung dari daya tahan tubuh, virulensi, infektivitas organisme, dosis atau jumlah mikroorganisme, waktu pemaparan, dan cara transmisi. Kontrol terhadap virulensi organisme patogen atau mengurangi kerentanan pasien adalah hampir tidak mungkin. Petugas klinis harus mengerti tentang proses penyakit, route transmisi, metode mengkontrol transmisi, dan mengimplementasikan kontrol infeksi selama perawatan untuk memutus rantai infeksi. Imunisasi terhadap penyakit, penggunaan peralatan pelindung, pengawasan pada teknik dan tempat kerja, desinfeksi permukaan atau peralatan, sterilisasi instrumen, dan penggunaan protokol aspetik selama perawatan harus selalu dilakukan.29 Di bidang kedokteran gigi, protokol dan prosedur yang terlibat dalam pencegahan dan pengendalian infeksi adalah untuk mengurangi kemungkinan risiko atau infeksi silang yang terjadi di prakek dokter gigi, sehingga dapat menghasilkan lingkungan yang aman bagi dokter gigi, staf dan pasien.22 Dokter gigi tidak mungkin yakin bahwa pasien yang datang untuk perawatan giginya adalah carrier mikroorganisme infektif atau bukan, oleh karena itu semua pasien yang datang harus dianggap merupakan carrier dari mikroorganisme patogen. Semua prosedur klinis yang dilakukan pada pasien harus menggunakan kontrol infeksi yang umum.1 2.3.1 Prosedur Kontrol Infeksi Dalam praktek kedokteran gigi, kontrol infeksi meliputi beberapa prosedur penting yaitu : evaluasi pasien, perlindungan diri, sterilisasi, pembuangan sampah bekas praktek dan desinfeksi. 1,29,30 2.3.1.1 Evaluasi Pasien Pasien yang datang berobat harus dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui riwayat kesehatan yang lengkap dan data hasil pemeriksaan tersebut harus diperbaiki pada tiap kunjungan berikutnya, hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui adanya kemungkinan terjadinya infeksi silang pada praktek dokter gigi.1,28,29 2.3.1.2 Perlindungan Diri Terdapat beberapa perlindungan diri di praktek dokter gigi antaranya kebersihan diri, pemakaian baju praktek, proteksi misalnya penggunaan sarung tangan, kacamata, masker, dan imunisasi. Kebersihan diri yang baik dapat mengurangi terjadinya infeksi silang di praktek dokter gigi. Secara umum seorang dokter gigi harus menghindari memegang sesuatu yang tidak dibutuhkan pada waktu merawat pasien, hindari kontak tangan dengan mata, hidung, mulut, dan rambut serta hindari memegang luka. Selain itu, dokter gigi juga harus menutupi luka atau lecetlecet pada jari dengan plester karena luka tersebut dapat merupakan tempat masuknya mikroorganisme pathogen dan mencuci tangan baik sebelum dan sesudah merawat pasien.1,28,29 2.3.1.3 Sterilisasi Alat dan Bahan Sterilisasi adalah proses yang dapat membunuh semua jenis mikroorganisme dan dilakukan dalam empat tahap yaitu pembersihan sebelum sterilisasi, pembungkusan, proses sterilisasi dan penyimpanan yang aseptik. Disamping itu, sistem dental unit air juga harus dibersihkan dan bebas dari biofilm dan kontaminan anorganik lainnya, juga melakukan pembersihan secara berkala. Air atau bahan irigasi yang digunakan untuk perawatan pasien harus bebas dari mikroba.1,28,31 Dalam bidang kedokteran gigi, sterilisasi dapat dicapai melalui beberapa tahap yaitu: a) Autoclave Di antara metode sterilisasi, sterilisasi uap adalah yang paling diandalkan dan ekonomis. Sterilisasi uap digunakan untuk barang-barang kritis dan semikritis yang tidak sensitif terhadap panas dan kelembaban. Sterilisasi uap memerlukan pemaparan langsung dari setiap item untuk langsung menguapnya pada suhu dan tekanan dalam jangka waktu yang tertentu untuk membunuh mikroorganisme.(Gambar 5) Gambar 5. Autoclave 26 b) Dry Heat Strerilisasi dry heat digunakan untuk sterilisasi material yang dapat rusak oleh sterilisasi panas yang lembab (misalnya, bur dan beberapa instrumen ortodontik). Walaupun dry heat memiliki keuntungan biaya operasional yang rendah dan tidak korosif, namum penggunaan alat ini membutuhkan waktu proses yang lama dan temperatur yang tinggi sehingga tidak cocok untuk beberapa barang dan instrumen.(Gambar 6) Gambar 6. Dry Heat.26 c) Unsaturated chemical vapor Sterilisasi unsaturated chemical vapor melibatkan pemanasan larutan kimia alkohol primer dengan 0.23% formaldehyde pada ruangan tertutup bertekanan. Unsaturated chemical vapor mensterilisasi instrumen carbon steel (misal bur dental) dan menghasilkan korosi yang lebih sedikit dibandingkan sterilisasi uap karena rendahnya tingkat air yang terdapat selama siklus. Instrumen harus dalam keadaan kering sebelum melakukan sterilisasi. 2.3.1.4 Pembuangan Sampah Bekas Praktek Pembuangan barang-barang bekas pakai seperti sarung tangan, masker, tisu bekas dan penutup permukaan yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh harus ditangani secara hati-hati dan dimasukkan dalam kantung plastik yang kuat dan tertutup rapat untuk mengurangi kemungkinan orang kontak dengan benda-benda tersebut. Benda-benda tajam seperti jarum atau pisau skalpel harus dimasukkan dalam tempat yang tahan terhadap tusukan sebelum dimasukkan ke dalam kantung plastik.1,28 2.3.1.5 Desinfeksi Desinfeksi adalah proses membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi. Kebanyakan laboratorium teknik gigi tidak akan menerima hasil cetakan kecuali ada garansi dari dokter gigi bahwa hasil cetakan itu telah dilakukan desinfeksi. Hasil cetakan alginat yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi mempunyai potensi kontaminasi mikroorganisme patogen rongga mulut. Berdasarkan hal tersebut, dianjurkan untuk melakukan desinfeksi pada hasil cetakan alginat dengan menggunakan bahan desinfektan.6,22,31 2.3.1.6 Desinfektan Pemakaian desinfektan pada hasil cetakan sangat dianjurkan untuk mencegah terjadinya infeksi silang. Terdapat beberapa jenis bahan desinfektan yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi diantaranya alkohol, aldehid, biguanid, senyawa halogen, fenol, dan klorsilenol. Desinfektan umumnya digunakan untuk benda mati, karena terlalu berbahaya bagi jaringan hidup. Keefektifan dari desinfektan tergantung pada beberapa faktor yaitu konsentrasi dan sifat mikroorganisme yang menyebabkan kontaminasi, konsentrasi larutan kimia dan lamanya waktu perendaman. Kriteria suatu desinfektan yang ideal adalah bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar, harus mempunyai spectrum antimikrobial yang seluas mungkin, aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, tidak toksik pada hewan dan manusia, tidak bersifat korosif, memiliki kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap, tidak meninggalkan noda, mudah digunakan, dan ekonomis.29 Metode dan lamanya perendaman atau penyemprotan larutan desinfektan pada hasil cetakan bergantung kepada kadar penyerapan air hasil cetakan tersebut dan waktu setelah cetakan dibuat. Lama perendaman hasil cetakan dengan larutan desinfaktan dianjurkan tidak lebih dari 10 menit.6,31,32 2.3.1.6.1 Klasifikasi Bahan Desinfektan Terdapat beberapa klasifikasi bahan desinfektan, antaranya:32,33 a) Low Level Disinfectant Desinfektan ini mengeliminasi hampir semua mikroorganisme patogen tetapi tidak dapat mengeliminasi spora. Desinfektan ini digunakan untuk alat-alat seperti dental unit, X-ray heads. Bahan yang termasuk low level disinfectant adalah golongan alkohol dan quats (quaternary ammonium compounds). b) Intermediate Level Disinfectant Desinfektan ini mengeliminasi semua mikroorganisme patogen tetapi tidak dapat mengeliminasi spora. Desinfektan ini juga digunakan untuk alat-alat seperti kaca mulut, sendok cetak. Bahan yang termasuk intermediate level disinfectant adalah golongan fenol dan halogen. Sodium hipoklorit termasuk golongan halogen dan merupakan bahan gemisidal yang kuat dan dapat membunuh sebagian besar bakteri. Sodium hipoklorit berupa larutan berwarna putih agak kekuningan berbau khas. Selain itu, sodium hipoklorit merupakan larutan desinfektan yang paling banyak digunakan dan tersedia dalam bentuk cairan dan memiliki efek anti-mikroba.33 Sodium hipoklorit adalah larutan yang berbahan dasar klorin (CI2). Cairan klorin merupakan desinfektan tingkat tinggi karena sangat aktif pada semua bakteri, virus, fungi, parasit dan berbagai spora. Kemampuan desinfeksi sodium hipoklorit terletak pada kemampuannya membentuk asam hipoklorit (HOCI). Asam hipoklorit akan terbentuk apabila sodium hipoklorit dilarutkan dengan air, setelah itu asam hipoklorit akan melepaskan klorin yang akan menempel pada lipoprotein dinding sel bakteri kemudian membentuk senyawa toksik yaitu N-chloro yang dapat mengganggu pembelahan sel, menghentikan regenerasi sel dan mengakibatkan kematian bakteri.34 Savio Marcelo Leite Moreira da Silva (2004) telah melakukan perendaman hasil cetakan silikon dengan larutan desinfektan sodium hipoklorit 1% selama 10 dan 20 menit dan telah menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan yang signifikan terhadap stabilitas dimensi cetakan silikon.12 Sukhija U, Rathee M dkk (2009) telah melakukan perendaman hasil cetakan alginat dan zinc oxide eugenol dengan menggunakan larutan peracitic acid, sodium hipoklorit 5.25% dan glutaraldehid 2% selama 10 menit dan telah menyatakan bahwa peracitic acid merupakan desinfektan yang paling efektif dibanding sodium hipoklorit 5.25% dan glutaraldehid 2% .17 Wala M. Amin (2009) telah melakukan desinfektan hasil cetakan jenis zinc oxide eugenol, silicon dan juga alginat dengan larutan sodium hipoklorit 0.5% dan 1% selama 10 menit terhadap perubahan dimensi dan telah menyimpulkan bahwa sodium hipoklorit 0.5% telah menghasilkan perubahan dimensi yang paling sedikit pada semua jenis bahan cetak.15 Carmen Dolores V.Soares de Moura dkk (2010) juga telah melakukan perendaman hasil cetakan alginat dengan larutan sodium hipoklorit 2.5% dan 5.25% selama 10 menit terhadap jumlah bakteri.18 Distrina Fitrian Sari,R (2013) telah melakukan desinfektan hasil cetakan alginat dengan larutan sodium hipoklorit 0.5% dengan cara perendaman dan penyemprotan, masing-masing teknik perlakuan dilakukan selama 10 menit untuk melihat pengaruhnya terhadap stabilitas dimensi.4 c) High Level Disinfectant Desinfektan ini mengeliminasi semua mikroorganisme patogen dan mengurangi spora tetapi untuk jumlah yang besar tidak dapat mengeliminasi secara sempurna. Desinfektan ini digunakan untuk alat-alat seperti kaca mulut dan sendok cetak. Bahan yang termasuk high level disinfectant adalah golongan etilen oksida, glutaraldehid dan formaldehid. Aldehida adalah golongan desinfektan yang sangat efektif dan agen yang paling sering digunakan adalah formaldehid dan gluteraldehid. Aldehida adalah bahan efektif terhadap bakteri, jamur, virus, mikroba dan spora. Senyawa turunan aldehid memiliki gugus aldehid (COH) pada struktur kimianya, misalnya formaldehid, paraformaldehid, dan glutaraldehid. Glutaraldehid 2% digunakan sebagai desinfektan untuk alat-alat medis dan larutan desinfektan ini tersedia baik dalam bentuk cairan maupun bubuk. Glutaraldehid digunakan untuk desinfeksikan bahan cair dan peralatan yang tidak dapat disterilkan dengan pemanasan. Glutaraldehid juga mempunyai aktifitas sporosidal yang tinggi, lebih baik bila dibandingkan dengan formaldehyde dalam hal bakterisidal, virusidal dan sporosidal. Merupakan zat yang mempunyai spektrum anti bakteri yang luas dan aktif. Senyawa ini mempunyai keuntungan karena tidak berbau dan efek iritasi terhadap kulit dan mata lebih rendah dibanding formalin. Larutan glutaraldehid 2% efektif sebagai antibakteri dan spora pada pH 7,5 – 8,5.32 Larutan glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri seperti M.tuberculosis, fungi, dan virus akan mati dalam waktu 10-20 menit.1 Savio Marcelo Leite Moreira da Silva dkk (2004) telah melakukan perendaman hasil cetakan silicon dengan larutan desinfektan glutaraldehid 2% selama 10 menit dan 20 menit terhadap stabilitas dimensi.12 Fiona M. Collins dan Bal et al (2007) telah menganjurkan perendaman hasil cetakan dengan larutan desinfektan dilakukan selama 10 menit.8,17 Wala M. Amin dkk (2009) telah melakukan perendaman hasil cetakan alginat, silicon dan zinc oxide eugenol dengan larutan desinfektan glutaraldehid 2% selama 10 menit terhadap perubahan dimensi.15 2.3.1.6.2 Metode Desinfektan Terdapat 2 metode desinfeksi secara kemis yang sering digunakan yaitu :2,5,8,14 a) Penyemprotan Metode penyemprotan dapat dilakukan dengan cara menyemprot larutan desinfektan pada hasil cetakan alginat yang akan didesinfeksi kemudian dimasukkan ke dalam tempat yang tertutup dan dibiarkan dalam waktu tertentu sebelum diisi. Metode penyemprotan merupakan metode pilihan untuk mendesinfeksi beberapa jenis alat kedokteran gigi, oleh karena methode penyemprotan hanya menggunakan volume larutan desinfektan yang sedikit. (Gambar 7) Gambar 7. Desinfeksi dengan cara penyemprotan.35 b) Perendaman Metode perendaman dapat dilakukan dengan cara merendam hasil cetakan alginat pada larutan desinfektan yang disediakan dengan waktu tertentu. Metode perendaman merupakan metode desinfeksi yang paling dipilih oleh karena metode ini memungkinkan larutan desinfektan untuk mencapai seluruh permukaan terutama pada daerah undercut pada hasil cetakan alginat. (Gambar 8) Gambar 8. Desinfeksi dengan cara perendaman.36 Lamanya perendaman atau penyemprotan tergantung dari jenis desinfektan yang digunakan. Durasi dan metode pengaplikasian desinfektan bergantung pada potensi bahan cetak dalam mengabsorbsi air. Keuntungan dan kerugian masing-masing metode akan ditunjukkan pada table yang diberikan berikut ini : Tabel 1. Keuntungan dan Kerugian Metode Penyemprotan dan Perendaman Metode Penyemprotan Keuntungan • Kerugian Lebih sederhana dan • cepat • hasil cetakan terdesinfeksi Memiliki dengan sempurna probabilitas terjadinya distorsi yang • larutan desinfektan yang pada ada di udara dapat terhirup bahan • Lebih efektif • Seluruh hasil cetak cetakan akan dengan sempurna Mengurangi resiko terhirupnya partikel- partikel desinfektan oleh staf atau pasien • permukaan terdesinfeksi • Partikel-partikel dari lebih rendah terutama alginat dan polyeter Perendaman Tidak semua permukaan larutan Dapat menyebabkan distorsi pada hasil cetakan jika desinfektan dilakukan terlalu lama 2.4 Bahan Cetak 2.4.1 Klasifikasi Bahan Cetak Salah satu perawatan di bidang prostodonsia adalah pembuatan gigitiruan, tahap awal dalam pembuatan gigitiruan adalah membuat pencetakan pada rahang pasien untuk mendapatkan hasil cetakan negatif yang selanjutnya diisi dengan gips untuk mendapatkan model studi maupun model kerja. Secara garis besar, bahan yang digunakan untuk melakukan pencetakan dapat diklasifikasikan atas dua jenis yaitu bahan cetak non-elastis dan bahan cetak elastis. Bahan cetak yang bersifat non-elastis adalah impression compound, impression wax, plaster of paris dan zinc oxide eugenol. Bahan cetak elastis terdiri dari reversibel hidrokoloid, irreversibel hidrokoloid (alginat) dan elastomer.37,38 2.4.1.1 Bahan Cetak Non-elastis 1. Impression Compound Impression compound adalah bahan cetak yang terdiri dari campuran malam, resin termoplastik, bahan pengisi dan bahan pewarna. Bahan ini digunakan pada suhu dalam keadaan panas dan kemudian akan kembali keras pada suhu pendinginan sesuai dengan temperatur rongga mulut. Indikasi utama penggunaannya adalah untuk mencetak linggir tanpa gigi dan daerah yang tidak mempunyai undercut. 2. Impression Wax Bahan cetak wax biasa digunakan untuk menghasilkan cetakan yang memerlukan tekanan dalam pembuatan gigitiruan. Bahan ini juga dapat digunakan untuk memperbaiki kesalahan cetakan yang disebabkan karena ukuran sendok cetak yang terlalu kecil sehingga wax dapat ditambahkan pada ujung sendok cetak yang disesuaikan dengan rahang pasien. 3. Impression Plaster Impression plaster atau yang lebih dikenal dengan plaster of paris atau gips cetak merupakan bahan cetak yang berbahan dasar gipsum. Bahan cetak ini bersifat rigid dan lebih mudah patah. Dalam bidang kedokteran gigi bahan ini digunakan untuk membuat model studi. Gips ini harus disimpan dalam kantung kedap udara karena akan menyerap air dari udara dan akan mempengaruhi waktu pengerasan. 4. Zinc Oxide Eugenol Bahan cetak zinc oxide eugenol merupakan bahan cetak berbentuk pasta. Bahan ini dikemas dalam 2 bentuk pasta yang berbeda pada masing-masing tube aselerator yaitu base (basis) dan aselerator. Pada base mengandung zinc oxide eugenol dan minyak mineral sedangkan pada tube aselerator mengandung eugenol dan rosin. Bahan cetak zinc oxide eugenol terutama digunakan sebagai bahan cetak untuk gigitiruan pada linggir edentulus dengan undercut kecil atau tanpa undercut. Bahan ini memiliki keuntungan yaitu mampu mengisi pada bagian yang akurat dari hasil cetakan jaringan lunak oleh karena sifat daya alirnya rendah. 2.4.1.2 Bahan Cetak Elastis 1. Reversibel Hidrokoloid (agar) Komponen dasar bahan cetak hidrokoloid adalah agar. Agar adalah koloid hidrofilik organik yang diekstrak dari rumput laut jenis tertentu. Kandungan utama dalam bahan cetak hidrokoloid berdasarlan berat adalah air. Reversible hydrocolloid merupakan salah satu bahan cetak terakurat. Bahan ini juga sering digunakan untuk mendapatkan hasil cetakan model pada pembuatan gigituran. 2. Irreversible Hidrokoloid (alginat) Alginat merupakan bahan cetak yang penggunannya paling luas dalam bidang kedokteran gigi. Manipulasi bahan ini sangat mudah dan tanpa menggunakan alat khusus yaitu dengan cara mengaduk bahan cetak alginat dengan p/w ratio sesuai dengan petunjuk pabrik. Bahan ini biasa dipakai sebagai cetakan pendahuluan untuk mambuat studi model pada perawatan konservasi, prostodonsia dan orthodonti. 3. Elastomer Elastomer adalah bahan cetak fleksibel dan menyerupai karet setelah proses pengerasan berlangsung. Kebanyakan bahan cetak ini adalah system dua komponen yang dikemas dalam bentuk pasta. Bahan ini terdiri atas empat jenis yaitu polisulfida, polieter, silikon polimerisasi adisi dan silikon polimerisasi kondensasi. 2.4.2 Persyaratan Bahan Cetak Menurut Powers JM, dkk (2008), bahan cetak yang ideal adalah bahan cetak yang memenuhi pensyaratan yaitu :38 1. Mempunyai aroma dan rasa yang menyenangkan serta warna yang baik 2. Tidak mengandung bahan yang beracun dan tidak mengiritasi jaringan 3. Mudah dimanipulasikan dan tidak mempergunakan alat-alat yang rumit 4. Setting time yang tidak terlalu lama 5. Konsistensi (daya alir) yang baik dan permukaan yang halus 6. Tidak terjadi deformasi sesudah dicetak 7. Cukup kuat agar tidak pecah atau koyak sewaktu dikeluarkan dari mulut 8. Tidak terjadi perubahan dimensi 9. Relatif tidak mahal Tidak ada satupun bahan cetak yang memenuhi seluruh pensyaratan diatas, sehingga pemilihan bahan cetak tersebut tergantung pada keadaan klinis dan pilihan masing-masing dokter gigi. 2.4.3 Hasil Cetakan Alginat Alginat merupakan bahan cetak hidrokoloid bersifat ireversibel yang telah diperkenalkan sejak 1940 dan merupakan salah satu bahan cetak gigi yang paling sering digunakan di bidang kedokteran gigi.9 Bahan dasar alginat didapat dari alginat acid yang diambil dari tumbuh-tumbuhan laut dimana substansi alami ini diidentifikasi sebagai suatu polimer linier dengan berbagai kelompok asam karboksil dan dinamakan asam alginik.37,38 Bahan cetak ini memiliki banyak kelebihan, diantaranya manipulasi mudah dan tidak memerlukan banyak peralatan, relatif tidak mahal, dan nyaman bagi pasien. Bahan cetak ini juga mudah ditolerir oleh pasien karena cepat mengeras dan terdapat aroma yang menyegarkan seperti permen karet untuk mengurangi reflek muntah. Kekurangan dari bahan cetak alginat ini adalah mempunyai sifat sineresis dan sifat imbibisi yaitu menyerap air sehingga dapat mengakibatkan perubahan dimensi pada hasil cetakan, selain itu bahan cetak alginat juga mempunyai potensi retensi mikroba lebih kuat dibanding bahan cetak lainnya karena terjadi penyerapan cairan rongga mulut saat dilakukan pencetakan.4,6,8,10 2.4.3.1 Komponen Alginat Komponen aktif utama dari bahan cetak alginat adalah komponen yang larut air, seperti natrium dan kalium. Bila komponen alginat dicampur dengan air, bahan tersebut akan membentuk sol. Sol tersebut sangat kental meskipun dalam konsentrasi rendah. Alginat dapat larut membentuk sol dengan cepat bila bubuk alginat dan air diaduk dengan kuat. Menurut ANSI-American Dental Association (ADA) Specification NO.18 komposisi alginat dan fungsinya dapat dilihat dalam table berikut.37,38 Tabel 2. Komposisi Bahan Cetak Alginat dan Fungsinya. KOMPONEN FUNGSI Sodium atau Potassium alginat Untuk melarutkan bubuk dalam air dan salt bereaksi dengan ion kalsium Calcium Sulfate Untuk bereaksi melarutkan bubuk alginat dari bentuk kalsium alginat yang tidak larut Sodium Phospate Untuk bereaksi dengan kalsium sulfat dan memperlambat setting time. Diatomaceous silicate powder earth atau Untuk kontrol konsistensi pencampuran dan fleksibilitas setting time Potassium sulfate atau Untuk potassium zinc fluoride Quaternary menetralkan efek penghambat kekerasan selama pembuatan model gips ammonium Sebagai self desinfeksi compounds atau klorhexidin Organis glycol Sebagai pelapis partikel-partikel powder untuk meminimalkan debu selama pengadukkan Pigments Untuk memberikan warna Phenylalaine Untuk bahan pemanis Wintergreen, peppermint,anise Untuk memberikan rasa yang nyaman 2.4.3.2 Pemanipulasian Alginat Bubuk alginat dan air harus diukur sesuai dengan yang dianjurkan oleh pabrik dan apabila alginat dan air dicampur akan menghasilkan bentuk pasta. Jumlah relatif air dan bubuk alginat mempengaruhi fleksibilitas alginat dan campuran yang kental akan menghasilkan fleksibilitas yang lebih rendah. Pengadukan dilakukan dengan cepat dan terus-menerus, spatula bersinggungan sempurna dengan dinding rubber bowl serta membentuk angka 8 hingga sepenuhnya homogen. Bila pengadukan tidak sempurna, kekuatan gel akan berkurang sampai 50%. Demikian juga bila pengadukan terlalu lama, gel akan rusak dan kekuatannya akan menurun, sehingga mudah koyak pada saat pencetakan. Waktu pengadukan yang umum adalah 30 detik sampai 1 menit, tergantung tipe alginat yang digunakan. Berdasarkan spesifikasi American Dental Association (ADA) nomor 18 terdapat dua jenis alginat yaitu jenis alginat yang mengeras dengan cepat (1-2 menit) dan yang mengeras dengan kecepatan yang normal (2-5 menit).37,38 Lebih dari 100 tahun yang lalu Professor W.C.Barret dari Buffalo Dentistry School USA menitik beratkan tentang bahaya penularan penyakit infeksi dari rongga mulut pasien semasa proses perawatan gigi. Saat dilakukan prosedur pencetakan, terutama pada pasien yang mempunyai kesehatan rongga mulut yang kurang baik, membran mukosa dan gusi dapat mengalami cedera maka saliva dan darah dengan mudah akan terdapat pada hasil cetakan. Hal ini menyebabkan bakteri dan virus yang berada pada rongga mulut melekat pada hasil cetakan tersebut. Apabila hasil cetakan ini diisi dengan gips maka mikroorganisme ini akan berpindah pula pada permukaan gips dan keadaan ini akan memberi resiko yang tinggi kepada dokter gigi, perawat dan laboran untuk terkontaminasi infeksi melalui sentuhan tangan.39 Menurut beberapa penelitian, hasil cetakan yang terkontaminasi bakteri dapat menularkan penyakit atau menjadi sumber infeksi silang yang dapat menyebar ke dokter gigi, perawat maupun teknisi laboratorium. Untuk mencegah terjadi infeksi silang maka hasil cetakan harus dicuci dibawah air mengalir selama 15 detik dan setelah itu dilakukan desinfeksi supaya dapat meminimalkan jumlah bakteri pada hasil cetakan dan juga dapat mencegah terjadinya infeksi silang.4,8 Desinfeksi pada hasil cetakan dapat dilakukan dengan dua metode yaitu direndam atau disemprot, namun kedua metode ini mempunyai keuntungan dan kerugiannya tersendiri. Metode yang paling sering digunakan adalah metode perendaman karena metode ini memungkinkan larutan desinfektan mencapai seluruh permukaan hasil cetakan terutama pada daerah undercut hasil cetakan alginat dan juga dapat mengurangi resiko terhirupnya partikelpartikel larutan desinfektan. Lama perendaman hasil cetakan harus sesuai dengan jenis larutan desinfektan yang digunakan supaya tidak terjadi distorsi pada hasil cetakan. Perendaman hasil cetakan alginat dalam larutan sodium hipoklorit 0.5% dan glutaraldehid 2% dilakukan selama 10 menit. 2.5 Kerangka Teori Mikroorganisme Virus Bakteri Protozoa dan Jamur Infeksi Silang Perjalanan Penyakit Definisi dan Pengertian Cara Penularan Penyakit Pencegahan Kontrol Infeksi Kontak Langsung Perkutaneus Inhalasi aerosol atau droplet Kontak Tidak Langsung Evaluasi Pasien Perlindungan Diri Sterilisasi Alat dan Bahan Pembuangan Sampah Bekas Praktek Prosedur Kontrol Infeksi Desinfeksi Metode Klasifikasi Low Level Disinfectant Intermediate Level Disinfectant Penyemprotan Perendaman Fenol Alkohol Quats High Level Disinfectant Halogen ( Sodium Hipoklorit) Etilen Oksida Formaldehid Glutaraldehid Penurunan Jumlah Koloni Bakteri 2.6 Kerangka Konsep Cetakan Alginat Perendaman dalam larutan desinfektan Sodium Hipoklorit 0.5% Glutaraldehid 2% (Intermediate Level Desinfektant) (High Level Desinfektant) Memiliki bahan dasar klorin (CI2) yang Memiliki gugus dibentuk oleh asam hipoklorit, dan akan merupakan zat yang mempunyai menempel pada lipoprotein dinding sel spektrum anti bakteri yang luas dan bakteri sehingga akan membentuk senyawa aktif terhadap bakteri, jamur, virus, toksik yaitu N-chloro. mikroba dan spora. Pembelahan sel terganggu, menghentikan regenerasi sel dan mengakibatkan menurunnya jumlah koloni bakteri. Jumlah koloni bakteri pada cetakan alginat menurun aldehid (COH), 2.7 Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut : 1. Terdapat penurunan jumlah koloni bakteri pada cetakan alginat sesudah direndam dalam larutan sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 10 menit. 2. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara perendaman cetakan alginat dalam larutan sodium hipoklorit 0,5% dan glutaraldehid 2% selama 10 menit terhadap penurunan jumlah koloni bakteri