PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP N 12 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: Sisko Ariza1, Anna Fauziah2, Dona Ningrum 3 Program Studi Pendidikan Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Student Facilitator And Explaining Pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII SMP N 12 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016”. Rumusan masalah “Apakah hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP N 12 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016 setelah penerapan model Sudent Facilitator And Explaining sudah tuntas?” . Tujuan diadakannya penelitian untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP N 12 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016 setelah penerapan model Student Facilitator And Explaining. Jenis penelitian yang digunakan berbentuk eksperimen semu yang dilaksanakan tanpa adanya kelas pembanding dengan desain Pre-test dan Post-test Group. Populasinya seluruh siswa kelas VII SMP N 12 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 berjumlah 195 siswa dan sebagai sampel siswa kelas VII.1 berjumlah 33 siswa, diambil secara acak dengan teknik random sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes berbentuk uraian sebanyak 6 soal. Data terkumpul dianalisis menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis uji-t pada taraf signifikan ๐ผ = 0,05, diperoleh ๐กโ๐๐ก๐ข๐๐ (3,75) > ๐ก๐ก๐๐๐๐ (1,697), sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP N 12 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016 setelah penerapan model Student Facilitator and Explaining secara signifikan tuntas. Ratarata nilai tes akhir yaitu 77,73 dengan persentase jumlah siswa yang tuntas sebesar 69, 70%. Kata Kunci: Student Facilitator and Explaining, Pembelajaran Matematika, Hasil Belajar Matematika PENDAHULUAN Penerapan keterampilan proses dalam pembelajaran bukan merupakan hal yang tidak penting, akan tetapi merupakan hal yang wajar dan harus dilaksanakan oleh setiap guru dalam pembelajarannya (Dimyati dan Mudjiono 2006:151). Pembelajaran adanya dua pelaku, guru berinteraksi dengan siswa, yang kedua 1 Alumni Prodi Matematika STKIP PGRI lubuklinggau Dosen Prodi Matematika STKIP PGRI Lubuklinggau 3 Dosen Prodi Matematika STKIP PGRI Lubuklinggau 2 mencapai tujuan pembelajaran atau sasaran belajar. Dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat terjadi pengembangan lebih dari satu macam keterampilan proses. Berkaitan dengan hal di atas, menurut informasi yang diterima dari salah satu guru mata pelajaran matematika kelas VII SMP N 12 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016, rata-rata hasil ulangan harian siswa yaitu 62,83. Hasil ini masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 70. Sebanyak 120 siswa atau 61,54% dari siswa kelas VII masih di bawah KKM dan yang mencapai KKM sebanyak 75 siswa atau 38,46%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP N 12 Lubuklinggau tergolong rendah. Rendahnya hasil belajar matematika siswa juga disebabkan karena kurangnya keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dan model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi. Pembelajaran berjalan satu arah dan terkesan monoton.Siswa pasif dalam proses pembelajaran. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), standar proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan minat siswa belajar matematika menjadi berkurang dan matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit. Oleh karena itu diperlukan perhatian dan perbaikan dalam proses pembelajaran matematika di sekolah melalui model atau strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan peran aktif dan kreatif siswa dalam belajar sehingga bermuara pada peningkatan hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran adalah model StudentFacilitator And Explaining. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP N 12 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016 setelah diterapkan model Student Facilitator and Explaining secara signifikan tuntas?” DESKRIPSI TEORITIK Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining Menurut Hamzah (2011:88) Model Student Facilitator and Explaining merupakan suatu model pembelajaranyangsiswa/peserta yang mempersentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta lainnya. Sedangkan menurut Lestari (2014:10) model pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan suatu model yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan ide atau pendapat pada siswalainnya. Menurut Irlinawati (2013:39) model Student Facilitator and Explaining adalah suatu model pembelajaran dimana peserta didik belajar mempresentasikan ideatau pendapatnya pada rekan peserta lain. Langkah-langkah Model Pembelajaran Student Fasilitator and Explaining Menurut Suprijono (2009:128) langkah-langkah pembelajaran Student Facilitator and Explaining yaitu: (1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai; (2) Guru mendemonstrasikan / menyampaikan materi; (3) Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya misalnya melalui peta konsep; (4) Guru menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa; (5) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu; (6) Penutup. Menurut Hamzah (2011:88) langkah-langkah pembelajaran Student Facilitator And Explaining adalah : (1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai; (2) Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi; (3) Memberikan kesempatan siswa/peserta untuk menjelaskan kepada peserta lainnya, baik melalui bagan, peta, konsep maupun yang lainnya (4) Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa; (5) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu; (6) Penutup. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining Menurut Lestari (2014) kelebihan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining yaitu: 1) Siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain. 2) Dapat mengeluarkan ide-ide yang ada dipikirannya sehingga lebih dapat memahami materi tersebut. 3) Materi yang disampaikan lebih jelas dan konkrit. 4) Dapat meningkatkan daya serap siswa karena pembelajaran dilakukan dengan demostrasi. 5) Melatih siswa untuk menjadi guru 6) Memacu motivasi siswa untuk menjadi yang terbaik dalam menjelaskan materi ajar. 7) Mengetahui kemampuan siswa dalam menyampaikan ide/gagasan. Menurut Lestari (2014) kelemahan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining yaitu: (1) Siswa yang malu tidak mau mendemonstrasikan apa yang diperintahkan oleh guru kepadanya atau banyak siswa yang kurang aktif. (2) Tidak semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk melakukannya (menjelaskan kembali kepada temannya karena keterbatasan waktu pembelajaran). (3) Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang terampil Tidak mudah bagi siswa menerangkan materi ajar secara ringkas. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimentatau eksperimen semu atau sebuah eksperimen yang dilaksanakan tanpa adanya kelas pembanding (Arikunto, 2010:123). 01 X 02 (Arikunto, 2010:124) Keterangan: 01 : Pre-test X : Pembelajaran dengan model Student Facilitator and Explainig 02 : Post-test Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP N 12 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016, yang terdiri dari 6 kelas yang berjumlah 195 siswa. Tabel Jumlah Siswa Kelas VIISMP N12 Lubuklinggau No 1 2 3 4 5 6 Kelas VII.1 VII.2 VII.3 VII.4 VII.5 VII.6 Jumlah Laki-laki 16 19 19 17 18 19 108 Perempuan 16 13 15 15 14 14 87 Jumlah 32 32 34 32 32 33 195 Sumber : Tata Usaha SMP N 12 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random atau acak dengan cara pengundian. Dari hasil pengundian terpilih kelas VII.6 dengan jumlah siswa 33 orang sebagai sampel yang akan dijadikan kelas eksperimen (diberi perlakuan pembelajaran model Student Facilitator and Explaining). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2 April 2016 sampai dengan 21 Mei 2016 di kelas VII SMP N 12 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan uraian materi pokok yaitu segi empat. Sebelum pelaksanaan penelitian ini dimulai, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen yang dilaksanakan tanggal 2 April 2016 di kelas VIII.1 SMP N 12 Lubuklinggau yang berguna untuk mengetahui kualitas soal yang akan digunakan. Data hasil penelitian diperoleh dari data hasil tes kemampuan kognitif siswa yang berbentuk uraian sebanyak lima soal. Tes yang dilakukan adalah tes awal (Pre-test) pada tanggal 23 April 2016 untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan tes akhir (Post-test) pada tanggal 21 Mei 2016 untuk mengetahui kemampuan akhir siswa. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan sebanyak lima kali pertemuan dengan rincian satu kali pemberian tes awal (Pre-test), tiga kali proses pembelajaran dengan penerapan modelStudent Facilitator and Explainingdan satu kali pemberian tes akhir (Post-test). Kemampuan awal Pemberian pre-test dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan dengan model Student Facilitator and Explaining pada materi segi empat. Tes awal dilaksanakan pada pada tanggal 23April 2016 dengan jumlah siswa 33 orang di kelas VII.6. Tabel Rekapitulasi Hasil Analisis Data Pre-test Skor Rata-rata Nilai Ratarata Simpangan Baku 12,24 24,12 10,49 Siswa yang Tuntas 0 Orang (0%) Siswa yang Belum Tuntas 33 Orang (100%) Berdasarkan hasil penelitian data hasil tes awal pada tabel dapat dilihat bahwa tidak ada siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 70 (tuntas). Ratarata (๐ฅฬ ) nilai secara keseluruhan sebesar 24,12. Kemampuan akhir Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi segi empat merupakan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang menggunakan model Student Facilitator and Explaining.Pelaksanaan tes akhir (post-test) dilaksanaka pada tanggal 21 Mei 2016. Tabel Rekapitulasi Hasil Analisis Data Post-test Skor Rata-rata Nilai Ratarata Simpangan Baku 39,64 77,73 11,82 Siswa yang Tuntas 25 Orang (75,76 %) Siswa yang Belum Tuntas 8 Orang (24,24 %) Berdasarkan hasil perhitungan data post-test tabel dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 70 (tuntas) sebanyak 23 siswa (69,70 %). Rata-rata (๐ฅฬ ) nilai secara keseluruhan sebesar 77,73. Jika dibandingkan dengan data pre-test maka rata-rata nilai yang diperoleh siswa terdapat peningkatan sebesar 53,61. Tidak ada siswayang tuntas pada(pre-tes) dan pada(post-test) terdapat 23 orang (69,70%) siswa yang tuntas. Hal ini menunjukkan terdapat peningkatan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika menggunakan model Student Facilitator and Explaining. Peningkatan rata-rata nilai dan ketuntasan belajar dapat dilihat pada grafik Peningkatan Rata-rata Nilai dan Ketuntasan Belajar 80 60 Pre test 40 Post test 20 0 Rata-rata Nilai Ketuntasan Belajar PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan di SMP N 12Lubuklinggau ini termasuk penelitian eksperimen semu dengan tujuan untuk mengetahui apakah model Student Facilitator and Explainingdapat meningkatkan hasil belajar siswadalam pembelajaran matematika. Pelaksanaan penelitian dimulai dengan pemberian tes awal (pre-test) dilanjutkan dengan pembelajaran menggunakanmodel Student Facilitator and Explainingdan diakhiri dengan pemberian tes akhir (post-test).Hasil belajar siswa dari kelas penelitian yang dijadikan sampel dapat diketahui setelah diberikan pre-test dan post-test. Tahap pelaksanaan proses pembelajaran dengan model Student Facilitator and Explainingpada pertemuan pertama dilaksanakan tanggal 30April 2016 guru memberikan kesempatan siswa untuk memahami materi persegi dan persegi panjang. Pada pertemuan pertama hanya 6 siswa yang dapat menyajikan materi di depan kelas. Hal ini disebabkan karena siswa belum benar-benar memahami materi dan proses pembelajaran menggunakan model Student Facilitator and Explaining. Pada pertemuan ini masih ada sedikit kegaduhan dikarenakan adanya perubahan cara mengajar guru dirasakan siswa sebagai hal yang baru dan memerlukan penyesuaian terhadap pembelajaran matematika yang akan dilakukan. Pada pertemuan kedua pada tanggal 7 Mei 2016, guru kembali menyajikan materi jajargenjang dan belah ketupat, dalam pertemuan kedua ini terdapat 12 siswa yang dapat menyajikan/ menjelaskan materi di depan kelas secara tepat. Disini terdapat peningkatan dalam penerapan model Student Facilitator and Explaining dari pertemuan pertama.Hal ini disebabkan siswa mulai berminat dan terbiasa dengan model pembelajaran yang digunakan. Pertemuan ketiga pada tanggal 14 Mei 2016, guru kembali menerapkan model Student Facilitator and Explaining dan guru menyiapkan materi layang-layang dan transpesium. Dalam pertemuan ketiga ini terdapat 20 siswa yang dapat menyajikan/menjelaskan materi secara tepat. Hal ini disebabkan karena siswa sudah memahami proses pembelajaran menggunakan model Student Facilitator and Explaining, siswa merasa senang dan tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran matematika menggunakan model Student Facilitator and Explainingdan membantu siswa mengingat materi yang dipelajari yaitu tentang segi empat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti, diperoleh bahwa penggunaan model Student Facilitator and Explainingdapat dijadikan alternatif dalam proses pembelajaran ketika siswa mengalami kebosanan dan kesulitan dalam belajar matematika. Sehingga siswa dapat lebih aktif mencari informasi tentang materi yang akan dipelajari dari berbagai sumber yang memungkinkan siswa dapat menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri dan dapat bekerja sama dengan temantemannya serta tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan. Sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator, memonitor, dan memotivasi tentang apa yang mereka ketahui dan apa yang siswa perlukan untuk mengerjakan dan bagaimana untuk melakukannya. Sehingga guru dapat membimbing siswa saat kesulitan dan membantu siswa untuk mengembangkan materi. Hasil penelitian ini, didukung oleh oleh temuan peneliti di lapangan selama proses pembelajaran menggunakan model Student Facilitator and Explaining, berdasarkan analisis data pret-tes dapat dilihat bahwa tidak ada siswa yang mendapatkan nilai lebih dari 70 (tuntas). Rata-rata nilai siswa secara keseluruhan 24,12.Sedangkan setelah mengikuti pembelajaran matematika menggunakan model Student Facilitator and Explainingmeningkat menjadi 77,73. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa menggunakan model Student Facilitator and Explainingsebesar 53,61. Dan ada peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 69, 70%. Setelah dilakukan uji normalitas, ternyata data berdistribusi normal sehingga uji hipotesis yang digunakan adalah uji t. Berdasarkan hasil uji t mengenai kemampuan akhir siswa dengan taraf signifikan α = 0,05 dengan dk = ๐ – 1 = 33 – 1 = 32 diperoleh bahwa ๐ก โ๐๐ก๐ข๐๐ > ๐ก๐ก๐๐๐๐ yaitu 3, 75 > 1,697 sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya. Hal ini berarti hasil belajar Matematika siswa kelas VII SMPN 12 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016 setelah mengikuti pembelajaran matematika menggunakan model Student Facilitator and Explainingtuntas. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa “Hasil belajar Matematika siswa kelas VII SMPN 12 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016 setelah penerapan model Student Facilitator and Explaining secara signifikan sudah tuntas”. Rata-rata nilai tes akhir sebesar 77,73dengan persentase jumlah siswa yang tuntas sebesar 69, 70%. SARAN Berdasarkan hasil penelitian serta kesimpulan, maka saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Dengan model pembelajaran Student Facilitator And Explaining dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Model pembelajaran Student Facilitator And Explaining dapat dijadikan sebagai alternatif dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah. 3. Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman peeneliti tentang pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Student Facilitator And Explaining. DAFTAR PUSTAKA Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta Jakarta: Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Irlinawati, Dewik. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitatorand Explainingpada Perkalian Bilangan Bulat. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo. 1(2); 37-66. Lestari, Indah. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap Hasil Belajar IPA Kelas V. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD. 2(1); 4-10. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar