ANALISIS KEPADATAN TOTAL BAKTERI DAN Escherichia coli

advertisement
Prosiding Seminar Nasional I Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 22 Agustus 2015
ANALISIS KEPADATAN TOTAL BAKTERI DAN Escherichia coli
PADA AIR MINUM ISI ULANG YANG DIPEROLEH DARI
DEPO PENGISIAN DI KOTA SAMARINDA
Didimus Tanah Boleng
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman Samarinda
[email protected]
ABSTRAK
Kesehatan lingkungan perlu selalu diperhatikan dalam pengelolaan air minum isi ulang.
Informasi secara berkala tentang kepadatan bakteri dan Eschericia coli, pada air minum isi
ulang, yang diproduksi oleh depo-depo di Kota Samarinda; belum ada. Penelitian deskriptif
yang dilakukan di Kota Samarinda, bertujuan untuk mengetahui kepadatan total bakteri dan E.
Coli pada air minum isi ulang yang diproduksi oleh depo-depo pengisian di Kota Samarinda.
Ada enam sampel air minum isi ulang yang diambil secara pusposive sampling. Analisis data
menggunakan teknik deskriptif yaitu dengan membandingkan hasil pemeriksaan bakteriologis
dengan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009 tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan
Kimia Dalam Makanan (untuk kepadatan total bakteri atau Angka Lempeng Total/ALT), dan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010 tahun 2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum (untuk kepadatan E. coli). Hasil analisis data
menunjukkan bahwa tiga sampel (50%) tidak memenuhi syarat berdasarkan ALT. Sedangkan
berdasarkan kepadatan E. coli, 100% sampel memenuhi syarat. Air minum isi ulang sampel,
sebagian tidak memenuhi syarat untuk dikonsumsi berdasarkan ALT; sedangkan berdasarkan
kepadatan E. coli, semua air minum isi ulang sampel memenuhi syarat untuk dikonsumsi.
Sanitasi lingkungan (bahan baku air, wadah, peralatan mesin, dan higiene diri) dalam
pengelolaan air minum isi ulang perlu ditingkatkan agar dapat menurunkan ALT dan tetap
mempertahankan kepadatan E.coli. Pihak terkait (Dinas Kesehatan Kota Samarinda, dan
pengelola depo-depo pengisian air minum isi ulang di Kota Samarinda), perlu memonitor, dan
memperhatikan kondisi sanitasi lingkungan dalam pengelolaan air minum isi ulang.
Kata Kunci: Kepadatan Bakteri, Escherichia coli, Air Minum Isi Ulang
LATAR BELAKANG
Kesehatan manusia, ditentukan oleh kondisi internal dan eksternal tubuh.
Kondisi internal antara lain, seluruh komponen dari sistem yang melaksanakan proses
metabolisme tubuh. Sedangkan kondisi eksternal, ditentukan oleh makanan dan
minuman, serta bahan-bahan lain, yang masuk ke dalam tubuh.
Air minum isi ulang, minuman yang sangat vital, dan selalu dibutuhkan tubuh
manusia. Manusia membutuhkan air minum antara lain untuk mengisi sitoplasma sel,
serta sebagai bahan reaktan dalam tubuh. Kondisi kesehatan air minum isi ulang, yang
diindikasikan dengan air yang bebas dari komponen mikrobiologi, fisika yang sesuai,
dan bahan-bahan kimia yang dipersyaratkan. Oleh karena itu, keberadaan dan
kepadatan bahan-bahan tersebut dalam air minum harus diperiksa secara berkala.
Kepadatan total bakteri dan E coli, merupakan komponen mikrobiologik dalam
air minum, yang secara berkala juga perlu dimonitor. Upaya monitoring secara berkala,
agar dapat diperoleh data yang lebih dini, tentang kepadatan total bakteri, dan E. coli.
Dengan demikian, air minum isi ulang yang selalu dimonitor semua komponen yang
dipersyaratkan, khususnya komponen mikrobiologik, aman untuk dikonsumsi.
Hasil survei dan wawancara dengan petugas Kesehatan Lingkungan, Dinas
Kesehatan Kota Samarinda (Maret, 2015), terungkap bahwa monitoring terhadap
“Peran Pendidikan Biologi Dalam Menyiapkan Generasi Cerdas di Abad 21”
72
Prosiding Seminar Nasional I Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 22 Agustus 2015
depo-depo air isi ulang terus dilakukan. Pihak Dinas Kesehatan Kota Samarinda, juga
melakukan pemeriksaan bakteriologik terhadap air minum isi ulang yang diproduksi
oleh depo-depo pengisian air minum. Pemeriksaan segera akan dilakukan terhadap air
minum isi ulang oleh Dinas Kesehatan, jika ada laporan masyarakat terkait dengan
dugaan pencemaran bakteriologis pada air minum isi ulang. Jika dalam pemeriksaan
tersebut, ditemukan adanya bakteri yang dipersyaratkan, maka akan dilakukan
pembinaan dan bimbingan terhadap pengelola depo pengisian air minum isi ulang,
agar memperbaiki sanitasi depo tersebut. Pemeriksaan air minum isi ulang pada depodepo yang dilaporkan masyarakat, terus dilakukan, sampai tidak ditemukan lagi
bakteri-bakteri yang dipersyaratkan dalam air minum.
Upaya monitoring seluruh komponen dalam air isi ulang, khsususnya
komponen bakteriologi, secara berkala masih belum dilaksanakan oleh pihak-pihak
terkait. Dengan demikian, data terkini tentang komponen bakteriologik dalam air minum
isi ulang, masih belum dimiliki.
Analisis laboratorium, terkait dengan kepadatan bakteriologi, memungkinkan
tersedianya informasi terkini tentang kepadatan bakteri tertentu. Kepadatan total
bakteri dan Escherichia coli, dan diketahui di dalam suatu sampel air minum, dengan
melakukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan bakteriologis secara berkala,
memungkinkan terungkapnya kepadatan dan keberadaan bakteri yang dipersaratkan
dan air minum sampel.
Teknik pemeriksaan bakteriologis untuk mengetahui kepadatan total bakteri
dalam suatu sampel adalah dengan metode tuang (pour plate). Teknik pour plate,
mampu memberikan informasi tentang kepadatan bakteri tertentu. Sedangkan teknik
pemeriksaan untuk mengetahui kepadatan E. coli, adalah dengan menggunakan teknik
pemeriksaan Angka Perkiraan Terdekat (Most Probable Number/MPN). Teknik MPN,
mampu memberikan informassi tentang kepadatan E. coli, dalam suatu contoh
pemeriksaan, termasuk dalam air minum isi ulang sampel.
Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian, dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah kepadatan total bakteri pada dalam air minum isi ulang yang
diperoleh dari depo pengisian di Kota Samarinda?
2. Bagaimanakan kepadatan E. Coli pada air minum isi ulang yang diperoleh dari
depo pengisian di Kota Samarinda?
Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui.
1. Kepadatan total bakteri pada dalam air minum isi ulang yang diperoleh dari depo
pengisian di Kota Samarinda.
2. Kepadatan E. Coli pada air minum isi ulang yang diperoleh dari depo pengisian di
Kota Samarinda.
Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan diharap berkontribusi untuk:
1. Dinas Kesehatan Kota Samarinda, agar dengan informasi yang diperoleh dari
penelitian, dapat dilakukan pembimbingan, penyluhan; dan monitoring secara
berkala terhadap kepadatan bakteri dalam air minum isi ulang.
“Peran Pendidikan Biologi Dalam Menyiapkan Generasi Cerdas di Abad 21”
73
Prosiding Seminar Nasional I Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 22 Agustus 2015
2. Pengelola depo-depo pengisian air minum isi ulang, agar lebih memperhatikan
kondisi sanitasi peralatan, higiene diri, dalam proses penyiapan air minum isi
ulang.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian termasuk dalam penelitian deskriptif. Peneliti berupaya untuk
mengetahui kepadatan total bakteri, dan E. coli di dalam air minum isi ulang, yang
diperoleh dari depo-depo pengisian di Kota Samarinda.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei sampai dengan Juni 2015. Proses
survei ke tempat-tempat (depo) pengolahan air isi ulang, dilakukan pada bulan Mei
sampai Juni 2015. Pemeriksaan laboraotrium, dilakukan pada bulan Juni 2015.
Tempat pengambilan sampel air minum isi ulang adalah: wilayah Kecamatan
Samarinda Utara (dua sampel), Kecamatan Samarinda Ulu (dua sampel), dan
Kecamatan Samarinda Ilir (dua sampel). Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui
kepadatan bakteri dan E. coli, dilakukandi di Laboratorium Mikrobiologi Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Mulawarman, Samarinda.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah seluruh air isi ulang yang diproduksi dari depo-depo
pengisian wilayah Kota Samarinda. Depo-depo pengisian air isi ulang statusnya adalah
masih berporesi dalam memproses air minum.
Sampel penelitian berupa air minum yang diperoleh dari depo-depo pengisian
di wilayah Kota Samarinda. Pengambilan sampel dilakukan secara pusposive
sampling. Pertimbangan air minum isi ulang yang dijadikan sampel adalah: 1) air
tersebut dapat langsung diminum tanpa terlebih dahulu mengalami perlakuan, 2) air
minum tersebut diperoleh dari depo-depo pengisian air minum yang masih beroperasi
di wilayah kota Samarinda, 3) air minum tersebut harus diproduksi saat itu, ketika
pengambilan sampel dilakukan. Wilayah pengambilan sampel air minum adalah pada
kecamatan-kecamatan yang memiliki pendudukan, dan konsumen yang lebih besar
dibandingkan dengan wilayah kecamatan lain. Kecamatan-kecamatan yang dipilih
sebagai tempat pengambilan air minum isi ulang sampel adalah: Kecamatan
Samarinda Utara (ada dua sampel air minum, yaitu: di Jalan. Pramuka, dan di Jalan
Perjuangan), Kecamatan Samarinda Ulu (ada dua sampel air minum, semuanya
beralamat di jalanP. Suryanata), Kecamatan Samarinda Ilir (ada dua sampel air
minum, yaitu semuanya diambil di Kelurahan Sungai Pinang Luar). Dengan demikian,
sampel dalam penelitian berjumlah enam buah, yang masing-masing sebanyak 500
mililiter).
Prosedur Pengambilan Data
Prosedur pengambilan daTA dalam penelitian adalah:
1. Melakukan survei. Survei dilakukan di depo-depo pengisian air minum isi ulang di
tiga kecamatan di wilayah Kota Samarinda. Ketiga kecamatan tersebut adalah:
Kecamatan Samarinda Utara, Kecamatan Samarinda Ulu, dan Kecamatan
Samarinda Ilir. Kegiatan survei di depo-depo pengisian air minum isi ulang, selain
“Peran Pendidikan Biologi Dalam Menyiapkan Generasi Cerdas di Abad 21”
74
Prosiding Seminar Nasional I Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 22 Agustus 2015
mengamati kondisi depo, juga dilakukan wawancara terkait dengan sumber air
baku, dan cara-cara sterilisasi air hingga layak dikonsumsi (diminum).
2. Menetapkan depo-depo, yang berdasarkan kriteria atau pertimbangan, masuk
sebagai depo tempat pengambilan sampel air minum.
3. Melakukan pengambilan air minum isi ulang sampel. Wadah untuk mengambil air
minum sampel adalah erlenmeyer 500 ml steril. Sampel selanjutnya dibawa ke
laboratorium untuk segera dilakuka pemeriksaan bakteriologik (ALT, dan E. coli).
Sampel untuk masing-masing kecamatan, berjumlah dua buah.
4. Melakukan pencatatan data angka kepadatan ALT untuk seluruh jenis bakteri, dan
E. coli untuk seluruh air minum isi ulang sampel yang diperiksa.
5. Membandingkan data hasil pemeriksaan bakteriologik, dengan batas cemaran
maksimum mikroba dan kimia dalam makanan (untuk ALT), dan persyaratan
kualitas air minum (untuk Escherichia coli).
Analisis Data
Proses analisis data penelitian adalah dengan membandingkan hasil
pemeriksaan bakteriologik laboratorium dengan keterantuan batas cemaran
mikrobiologi. Untuk mengetahui air minum sampel memenuhi syarat atau tidak
berdasarkan kepadatan total bakteri (Angka Lempeng Total/ALT), maka data hasil
pemeriksaan laboratorium dibandingkan dengan Peraturan Kepala Badan
Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, Nomor: HK.00.06.1.52.4011,
tahun 2009, tentang: Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia Dalam
Makanan. Sedangkan untuk mengetahui air minum isi ulang sampel memenuhi syarat
atau tidak berdasarkan kepadatan E. coli, maka data hasil pemeriksaan laboratorium
dibandingkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor:
492/Menkes/PER/IV/2010, tahun 2010, tentang: Persyaratan Kualitas Air Minum.
HASIL PENELITIAN
Hasil Survei di Depo-depo Pengisian Air Minum Isi Ulang
Hasil wawancara (Juni, 2015) dengan pemilik depo pengisian air minum isi
ulang terkait dengan sumber air bersih, terungkap bahwa semua sumber air adalah
dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Samarinda. Namun demikian terkait
dengan wadah penampungan, ada depo yang menggunakan dua sampai tiga tandon
penampungan air baku.
Umumnya, dari semua depo pengisian air minum isi ulang yang dijadikan
tempat pengambilan ari sampel, sebelum air dikonsumsi, air baku harus melewati
tahap sterilisasi. Cara sterilisasi, umumnya menggunakan dua teknik, yaitu filtrasi, dan
sinar ultraviolet. Hasil wawancara, terungkap bahwa semua depo pengolahan air
minum isi ulang, selalu menggunakan teknik filtrasi dan ultraviolet. Dengan demikian,
diharapkan, agar air minum isi ulang sebelum dikonsumsi, harus dalam keadaan steril.
Kepadatan Total Bakteri (Angka Lempeng Total/ALT) dan Escherichia coli
Pemeriksaan bakteriologis terkait dengan kepadatan total bakteri (ALT)
terhadap enam sampel air minum isi ulang, menunjukkan angka bervariasi. Sebagian
sampel air minum isi ulang (50%), mengandung ALT lebih besar dari 1 X 102 koloni/ml
(angka 1 X 102 adalah batas maksimum ALT yang dipersyaratkan untuk air minum isi
ulang). Sedangkan sebagian sampel lainnya (50%), memiliki ALT di bawah 1 X 102.
“Peran Pendidikan Biologi Dalam Menyiapkan Generasi Cerdas di Abad 21”
75
Prosiding Seminar Nasional I Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 22 Agustus 2015
Tabel 1 berikut, memuat data yang lebih rinci terkait dengan ALT pada air minum isi
ulang.
Tabel 1 Angka Lempeng Total (ALT) pada Sampel Air Minum Isi Ulang
No.
Kode
ALT (per ml)
Standar (koloni/ml)
Keterangan
2
2
1
SA 1
0,76 X 10
1X10
Memenuhi syarat
2
2
2
SA 2
0,46 X 10
1X10
Memenuhi syarat
2
2
3
SB 1
1,52 X 10
1X10
Tidak memenuhi syarat
2
2
4
SB 2
6030 X 10
1X10
Tidak memenuhi syarat
2
2
5
SC 1
0,39 X 10
1X10
Memenuhi syarat
2
2
6
SC 2
8,3 X 10
1X10
Tidak memenuhi syarat
Sumber: Hasil Penelitian (2015)
Standar menurut Penetapan Batas Cemaran Maksimum Mikroba dan Kimia dalam Makanan, Balai
Pemeriksaan Obat dan Makanan, RI, Nomor: HK.00.06.1.52.4011, tahun 2009.
Keterangan:
SA= Sampel A
SB= Sampel B
SC= Sampel C
Selain pemeriksaan sampel untuk mengetahui ALT, pemeriksaan lainnya
dilakukan untuk mengetahui kepadatan E. coli. Hasil pemeriksaan bakteriologis yang
ditujukan untuk mengetahui kepadatan E. coli pada air minum isi ulang sampel, adalah
semua sampel (enam buah sampel air minum isi ulang) tidak ditemukan E. coli (jumlah
sel E. coli dalam semua sampel adalah 0). Data yang lebih rinci terkait dengan hasil
pemeriksaan bakteriologis pada air minum isi ulang untuk mengetahui kepadatan E.
coli, dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2 Kepadatan Escherichia coli pada Air Minum Isi Ulang
Standar
Escherichia coli
No.
Kode
Keterangan
(Jumlah per 100 ml sampel)
1
SA 1
0
0
Memenuhi syarat
2
SA 2
0
0
Memenuhi syarat
3
SB 1
0
0
Memenuhi syarat
4
SB 2
0
0
Memenuhi syarat
5
SC 1
0
0
Memenuhi syarat
6
SC 2
0
0
Memenuhi syarat
Sumber: Hasil Penelitian (2015)
Standar menurut Peraturan Menerti Kesehatan Nomor: HK.00.06.1.52.4011, tahun 2009.
Keterangan:
SA= Sampel A
SB= Sampel B
SC= Sampel C
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil perbandingan dengan Batas Cemaran Mikroba dan Kimia
dalam Makanan, Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan, Nomor: HK.00.06.1.52.4011,
tahun 2009; diketahui bahwa ada 50% sampel air minum memiliki kandungan
kepadatan bakteri (Angka Lempeng Total/ALT) di atas 1 X 102; dan sisanya (50%),
mengandung ALT di bawah 1 X 102). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 50%
persen sampel air minum isi ulang, tidak memenuhi syarat berdasarkan ALT.
Terkait dengan kepadatan E. coli, berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor: HK.00.06.1.52.4011, tahun 2009; diketahui bahwa semua air minum isi ulang
sampel (enam buah sampel), sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan (hasil
pemeriksaan menunjukkan angka 0 sel E. Coli/100 ml). Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa 100% sampel air minum isi ulang, memenuhi syarat berdasarkan
kepadatan E. Coli.
“Peran Pendidikan Biologi Dalam Menyiapkan Generasi Cerdas di Abad 21”
76
Prosiding Seminar Nasional I Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 22 Agustus 2015
PEMBAHASAN
Hasil analisis data menunjukkan bahwa, 5% persen sampel air minum isi ulang,
tidak memenuhi syarat untuk dikonsumsi, berdasarkan ATL. Kondisi sanitasi
lingkungan, termasuk, air bersih (air baku), wadah (termasuk tandon-tandon
penampungan), peralatan pemrosesan air minum isi ulang, higiene diri/perorangan
(personal higiene), jika tidak diperhatikan dengan baik, akan menyumbang angka total
bakteri di dalam air minum tersebut. Oleh karena itu, pengelola depo-depo pengisian
air minum, harus selalu memperhatikan kondisi sanitasi lingkungan, dan higiene diri.
Terkait dengan kondisi air, Supritahtin (2008) menegaskan bahwa tingkat kejernihan
air baku akan mempengaruhi filter, semakin keruh air baku, semakin berat beban kerja
filter sehingga sehingga hasil proses penyaringan dapat kurang optimal. Oleh karena
itu, perlu diperhatikan kondisi air baku yang digunakan. Selanjutnya, Wandrivel (2012),
Pelczar (1988) menambahkan bahwa kualitas air baku tentu sangat menentukan
kualitas produk air minum yang dihasilkan. Bagaimanapun juga, air berkualitas baik,
diharapkan menunjukkan hitungan cawan yang rendah, yaitu kurang dari 100 per
mililiter.
Wadah-wadah penampungan (tandon) yang digunakan untuk menampung air,
harus dalam keadaan bersih, yang selalu termonitor. Kondisi wadah penampungan
yang mengandung bakteri, akan mempengaruhi hasil sterilisasi. Semakin banyak
bakteri yang ada dalam air baku yang asalnya dari wadah-wadah penampungan, akan
mempangaruhi angka bakteri di dalam air sebelum masuk dalam tahap seterilisasi.
Dengan demikian, semakin banyak angka bakteri yang ada dalam air bersih, akan
mempengaruhi angka sel bakteri hasil sterilisasi. Terkait dengan wadah penampungan,
Wandrivel (2012) menjelaskan bahwa proses yang dimaksud di sini meliputi
penampungan/penyimpanan bahan baku, penyaringan, desinfeksi, dan sanitasi tempat
pengolahan air minum, serta kondisi peralatan yang digunakan pada proses tersebut.
Selanjutnya, Bambang, dkk. (2014) menjelaskan bahwa banyaknya jumlah bakteri
pada air minum isi ulang dipengaruhi oleh proses pengolahan depot air minum isi
ulang.
Air yang tercemar oleh bakteri (terutama patogenik), akan menimbulkan
penyakit pada manusia atau hewan yang mengkonsumsinya. Oleh karena itu, sebelum
air minum isi ulang dikonsumsi oleh masyarakat, perlu diperhatikan keberadaan dan
angka bakteri yang dipersyaratkan di dalam air minum tersebut. Terkait dengan
penyakit bawaan air, Slamet (1994) menjelaskan bahwa air minum yang ideal
seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Air minumpun
seharusnya tidak mengandung kuman patogen dan segala makhluk yang
membahayakan kesehatan manusia.
Bakteri-bakteri patogenik yang ada dalam air minum, perlu selalu dicurigai. E.
coli, merupakan bakteri yang dipersyaratkan dalam air minum. Bakteri ini akan
menimbulkan penyakit diare pada manusia atau hewan, yang mengkonsumsi air yang
mengandung bakteri ini. Terkait dengan penyakit diare yang disebabkan oleh E. coli,
Entjang (2003), Pelczar et al. (1988), Jawetz et al. (1991), Entjang (2003)
menjelaskan bahwa E. coli merupakan flora normal di dalam usus manusia dan akan
menimbulkan penyakit bila masuk ke dalam organ atau jaringan lain. Strain (jenis)
tertentu dari E. coli (enteropathogenik E. coli) dapat menyebabkan penyakit diare pada
anak-anak. Selanjutnya, Mukono (2000) menambahkan bahwa mikroorganisme
“Peran Pendidikan Biologi Dalam Menyiapkan Generasi Cerdas di Abad 21”
77
Prosiding Seminar Nasional I Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 22 Agustus 2015
heterotropik akan menggunakan bahan organik tersebut untuk metabolisme, misalnya
bakteri coliform.
Hasil pemeriksaan bakteriologik terhadap enam sampel air minum isi ulang,
semuanya menunjukkan hasil yang negatif. Keadaan ini sesuai dengan kandungan E.
coli dalam air minum isi ulang yang dipersyaratkan. Kandungan E. coli yang negatif di
dalam semua sampel menunjukkan bahwa kondisi pengolahan air minum isi ulang di
depo-depo pengisian air minum, cukup baik. Kondisi sanitasi lingkungan, dan higiene
diri, serta pemroses air baku menjadi air yang layak untuk dikonsumsi, cukup baik.
Namun demikian, keadaan ini perlu terus dipertahankan, ditingkatkan, dan dimonitor
secara berkala. Dengan demikian, diperoleh data terkini tentang kerberadaan dan
angka E. coli dalam sampel air minum. Pelczar et al. (1988) menegaskan bahwa air
permukaan tidak boleh diminum, kecuali bila diberi perlakuan (atau dididihkan)
sebelumnya untuk menghilangkan kontaminan. Air yang berasal dari sumber-sumber
teresebut sebaiknya diperiksakan secara berkala di laboratorium untuk memperoleh
kepastian bahwa air tersebut aman untuk diminum.
E. coli, dalam pemeriksaan terhadap keenam sampel air minum, tidak
ditemukan satu sel pun. Keadaan ini menunjukkan sanitasi lingkungan yang baik pada
depo-depo pengolahan air minum. Selain itu, kontaminasi tinja terhadap seluruh
proses pengolahan air minum isi ulang, sangat diminimalkan. Jika ditemukan adanya
E. coli, menunjukkan bahwa telah terjadinya kontaminasi tinja pada air tersebut, karena
bakteri ini ditemukan dalam tinja manusia atau hewan.
Terkait dengan keberadaan E. coli dalam tubuh manusia, Fardiaz (1992);
Widiyanti dkk. (2004 menjelaskan bahwa E. coli dan disebut koliform fekal karena
ditemukan di dalam saluran usus hewan dan manusia, sehingga sering terdapat di
dalam feses. Lebih lanjut, Widiyanti dkk. (2004) melaporkan juga dari hasil
penelitiannya bahwa tidak ditemukan adanya E. coli, dan semua sampel air minum isi
ulang yang diperiksa memenuhi syarat mikrobiologi air minum. Keadaan ini
menunjukkan bahwa, sanitasi lingkungan dan higiene perorangan pada depo pengisian
air minum isi ulang yang dijadikan tempat pengambilan sampel di Kota Samarinda,
terjaga dengan baik.
Terkait dengan penyakit yang ditimbulkan E. coli, Entjang (2003) menegaskan
bahwa E. coli digunakan untuk menilai tentang baik tidaknya persediaan air untuk
keperluan rumah tangga sering kali menyebabkan terjadinya epidemi penyakit-penyakit
saluran pencernaan makanan, seperti cholera, typhus, disenteri, dan penyakit cacing.
Selanjutnya Joklik et al. (1988) menambahkan bahwa E. coli dapat juga menyebabkan
infeksi paru-paru.
Pengelola depo air minum isi ulang, perlu selalu memperhatikan sanitasi
peralatan pengolahan air minum. Demikian juga, kebersihan diri (personal hygiene)
pekerja yang terlibat dalam pengelohan air minum isi ulang harus selalu dimonitor dan
dikendalikan agar tetap bersih, dan tidak menularkan bakteri-bakteri dan E. coli ke
dalam air (baik air baku maupun air minum isi ulang yang dihasilkan). Peralatanperalatan pengolahan air minum isi ulang diupayakan selalu bersih dan jauh dari
tempat pembuangan air besar maupun air kecil. Selain itu, pengelola air minum isi
ulang hendaknya juga selalu mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar
maupun air kecil. Dengan demikian, maka kondisi air minum isi ulang yang dihasilkan,
“Peran Pendidikan Biologi Dalam Menyiapkan Generasi Cerdas di Abad 21”
78
Prosiding Seminar Nasional I Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 22 Agustus 2015
selalu menunjukkan angka E. coli negatif seperti yang ditunjukkan dalam pemeriksaan
air minum isi ulang sampel dalam penelitian.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Sebanyak tiga dari enam sampel air minum yang diteliti, ALT-nya melebihi angka
yang dipersyaratkan. Dengan demikian, sampel air minum tersebut, disimpulkan
tidak layak untuk dikonsumsi berdasarkan ALT. Sedangkan tiga sampel lainnya,
dinyatakan layak dikonsumsi berdasarkan ALT.
2. Semua sampel air minum yang diteliti (enam sampel air minum), tidak mengandung
E. coli (angka kepadatan E. coli untuk semua sampel = 0). Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa semua sampel air minum isi ulang yang diteliti, layak untuk
dikonsumsi berdasarkan kepadatan E. Coli.
SARAN
Saran-saran yang dapat dikemukakan dalam penelitian adalah untuk:
1. Dinas Kesehatan Kota Samarinda, agar secara berkala memonitor kepadatan
bakteri dan E. coli pada air minum isi ulang, agar diperoleh data terkini.
2. Pengelola depo pengolahan air minum isi ulang, agar lebih memperhatikan tingkat
sanitasi lingkungan (sumber air, wadah, peralatan mesin, higiene diri), dalam
pengelolaan air minum isi ulang, sehingga lebih menurunkan angka lempeng total
bakteri.
3. Masyarakat, pelanggan air minum isi ulang, agar lebih selektif dalam pemilihan
depo-depo air minum isi ulang, agar dapat memperoleh air minum yang sehat,
berdasarkan persyaratan bakteriologis.
DAFTAR RUJUKAN
Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2009. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia, Nomor: HK.00.06.1.52.4011, Tentang:
Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia Dalam Makanan.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Bambang, A.G., Fatimawati, Kojong, N.S., 2014. Analisis Cemaran Bakteri Coliform
dan Identifikasi Escherichia coli Pada Air Isi Ulang Dari Depot di Kota Manado.
Pharmagon, Jurnal Ilmiah Farmasi, 3(3): 325-334.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, Nomor. 492/Menkes/PER/IV/2010, Tentang: Persyaratan
Kualitas Air Minum. Jakarta.
Entjang, I., 2003. Mikrobiologi & Parasitologi. Jakarta: PT. Citra Aditya Bakti.
Fardiaz, S., 1992. Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jawetz, E., Melnick, J.L., Adelberg, E.A., 199. Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan.
Jakarta: EGC.
Joklik, W.K., Willet, H.P., Amos, D.B., Wilfert, C.M., 1988. Zinsser Microbiology. USA:
Prentice-Hall International Inc.
Mukono, 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga University
Press.
Pelczar, M.J., Chan, E.C.S., 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Alih Bahasa: Ratna Siri
Hadiaetomo, dkk. Jakarta: UI Press.
“Peran Pendidikan Biologi Dalam Menyiapkan Generasi Cerdas di Abad 21”
79
Prosiding Seminar Nasional I Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 22 Agustus 2015
Slamet, J.S., 1994. Kesehatan Laingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Suprihatin, B., Andriyani, R., 2008. Higiene Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang di
Kecamatan Tanjung Redep Kabupaten Berau Kalimantan Timur. Jurnal
Kesehatan Lingkungan, 4(2): 81- 88.
Wandrivel, R., Suharti, N., Lestari, Y., 2012. Kualitas Air Minum yang Diproduksi Depot
Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Bungus Padang Berdasarkan Persyaratan
Mikrobiologi. Jurnal Kesehatan, 1(3): 129-133.
Widiyanti, N.L.PM., Ristianti., 2004. Analisis Kualitas Bakteri Koliform pada Depo Air
Minum Isi Ulang di Kota Singaraja Bali. Jurnal Ekologi Kesehatan, 3(1): 64-73
“Peran Pendidikan Biologi Dalam Menyiapkan Generasi Cerdas di Abad 21”
80
Download