Judul masih dalam tahap pencarian semoga dapat judul yang baguss

advertisement
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Gelas (Glass)
Gelas adalah material non-kristalin yang memiliki struktur amorf setelah
mengalami proses pembentukan[8].
Gambar 2.1 Struktur amorf gelas silica (SiO2)
Gelas sintesis atau yang sering juga disebut biogelass dapat dibuat jika dilakukan
proses pendinginan cepat (quenching) yang dimulai dari temperatur pada saat
gelas tersebut mengalami pelehan hingga mencapai temperatur gelas transisi,
kemudian dilakukan proses heat treatment pada temperatur rekristalisasinya
(growth) yaitu pada temperatur seperti pada Tabel 3.2[1]. Biogelas dapat berfungsi
sebagai biomaterial jika memiliki struktur yang menyerupai jaringan tubuh
manusia. Biomaterial adalah material yang bersifat natural maupun yang dibuat
oleh manusia (sintetik) baik sebagian ataupun seluruhnya yang digunakan sebagai
alat medik (Madical Device) yang dimaksudkan dapat menggantikan fungsi kerja
jaringan tubuh awal[9].
Josafat sianturi 13703032
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Ferimagnetik Biogelas Ceramics (FBC)
Ferimagnetic Bioglas Ceramics (FBC) adalah multifasa, biocompatible, dan
bioaktif komposit yang diproduksi dari bioglas murni dengan penambahan
senyawa kimia Fe2O3 pada senyawa – senyawa utama (SiO2, CaO, P2O5)
penyusun gelas[2]. Proses ini diperkenalkan pada treatment hipertermia
(hyperthermic treatment) kanker tulang dikarenakan bahan gelas yang
ditambahkan dengan Fe2O3 telah diakui mampu dikendalikan dalam sistem terapi
kanker karena memiliki kekuatan magnet yang sangat baik.
Sifat magnetik bahan Ferrimagnetic Bioglas Ceramics (FBC) ini didapatkan dari
kehadiran senyawa magnetite - Fe3O4 yang dihasilkan dari hematite - Fe2O3 ketika
terjadinya oksidasi saat pembakaran gelas[2].
2.3
Hyperthermic Treatment (Hipertermia)
Hipertermia adalah metode penyembuhan penyakit dengan mengkondisikan
tubuh/bagian tubuh pada temperatur tertentu yang diinginkan[5]. Di Indonesia
terapi ini belum banyak dilakukan. Namun, di luar negeri telah banyak dibuktikan
bahwa metode ini dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, diantaranya
kanker. Pengobatan dengan cara hipertermia ini memanfaatkan gelombang
elektromagnetik atau radiasi gelombang mikro untuk meningkatkan temperatur
pada suatu sasaran yang akan di treatment. Sehingga penyakit tersebut dapat
dikenai radiasi gelombang mikro tanpa harus mengenai sel – sel sehat yang
disekitarnya. Bagian tubuh yang sering sekali ditreatment menggunakan system
ini adalah otak, tulang, liver, kelenjar tiroid, pancreas, usus besar, ovarium,
uterus, kulit, paru – paru, kanker payudara, kerongkongan dan banyak lagi[6].
Beberapa jenis tumor penyebab kanker yang dapat di treatment adalah
Adenocarcinoma,
Carcinoma,
Thymoma,
Squamous
Cell,
Mesothelioma,
Sarcoma, Melanoma, Lymphoma, Basal Cell.
Josafat sianturi 13703032
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.4
Biogelas
Biogelas adalah suatu material yang terdiri dari bahan dasar SiO2, CaO,
Na2O dan P2O5 yang lapisannya menyerupai struktur jaringan tubuh manusia
sehingga sangat mungkin sekali untuk dipergunakan dalam pengobatan penyakit
atau terapi penyakit yang ada di dalam tubuh manusia. Biogelas keramik (biogelas
yang telah diheat treatment) sudah banyak digunakan sebagai bahan untuk
membantu pengobatan dalam bidang kedokteran khususnya digunakan di dalam
tubuh manusia sebagai bioaktif. Hal ini disebabkan karena lapisan pada biogelas
tersebut selain menyerupai struktur jaringan tubuh manusia juga disebabkan
ketahanan terhadap korosi. Hal ini perlu diperhatikan dengan baik karena tubuh
manusia mengandung garam, dimana garam tersebut dapat mempercepat
terjadinya proses korosi. Selain itu, biogelas dapat diatur komposisi kimianya agar
sesuai dengan kegunaan yang diinginkan. Contohnya untuk pengobatan kanker
liver, maka biogelas yang akan digunakan harus sesuai dengan kondisi liver
tersebut[9].
Proses pembuatan bioaktif gelas ini sangat sederhana. Pada dasarnya dari semua
bahan yang telah tersedia tersebut langsung dicampurkan, kemudian dimasukkan
ke dalam krusibel alumina lalu dibakar pada temperatur lelehnya. Pada penelitian
ini menggunakan temperatur leleh yang ada pada literatur[1].
Bahan – bahan pembuat biogelas ini sebenarnya tidak murni didapatkan langsung
atau dapat dibeli di toko kimia. Karena jika bahan – bahan tersebut langsung jadi,
maka harganya sangat mahal. Sehingga dibuat alternatif lain dengan cara
mensintesa beberapa bahan menggunakan persamaan stoikiometri untuk
mendapatkan bahan – bahan yang diinginkan. Proses ini menggunakan prinsip –
prinsip reaksi kimia.
Sebagai contoh untuk mendapatkan CaO dari bahan CaCO3, maka CaCO3
dipanaskan hingga suhu dia atas 850oC. Kalsium karbonat (CaCO3) akan
Josafat sianturi 13703032
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
membentuk CaO dan CO2. Secara singkat dapat dilihat pada persmaan reaksi
berikut ini :
CaCO3
> 850oC
CaO(s) + CO2 (g)
Proses ini berlangsung secara reversibel[9]. Artinya jika proses ini sudah selesai
kemudian dingin kembali, maka CaO yang terbentuk akan menyerap CO2 kembali
dari udara bebas sehingga akan membentuk CaCO3 seperti semula. Untuk
mengatasi hal ini maka penulis mengacu kepada literatur yang ada yang
menuliskan bahwa, untuk bahan – bahan yang sifatnya reversibel seperti ini, maka
bahan – bahan tersebut dapat langsung dipanaskan untuk menghasilkan gelas.
Sehingga untuk bahan – bahan Na2O dari Na2CO3, CaO dari CaCO3, P2O5 dari
CaHPO4 . 2H2O (Hidrat), dan B2O3 dari H3BO3 langsung dibakar pada temperatur
pembuatan gelasnya sekaligus juga dimasukkan bahan – bahan seperti Fe2O3 dan
SiO2 sesuai dengan komposisi yang sudah ditentukan. Biogelas keramik dapat
digolongkan menurut cara kerjanya terhadap sistem tubuh manusia yaitu[9,11] :
1.
Bioinert (Tidak terlalu interaktif dengan sistem tubuh manusia)
2.
Bioaktif (Dapat berinteraksi pada sekeliling jaringan yang diterapi)
3.
Biodegradabel (Dapat bergabung dengan jaringan)
Pada penelitian – penelitian yang sudah ada sebelumnya, beberapa gelas dan gelas
keramik yang terdiri dari bahan Ca, Si dan Mg sangat memiliki kemampuan
sebagai bahan bioaktif yang baik untuk aplikasi pada bidang kedokteran.
Biokeramik adalah keramik yang digunakan pada tubuh manusia (biologi) sebagai
penjukung jaringan lain. Contoh biokeramik adalah bioreaktor, biosensor, alat –
alat kedokteran (pompa jantung), implan tulang dan lain – lain.
2.5 Radiotherapy Glasses
Radiotherapy glasses adalah radioaktif gelass yang digunakan pada
penyinaran in situ sebagai terapi penyakit kanker dan tumor pada tubuh manusia
Josafat sianturi 13703032
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
yang memanfaatkan gelombang radio aktifnya[9]. Aplikasi Radiotherapy glasses
ini pada umumnya terdapat pada organ – organ seperti liver, limpa, hati, paru –
paru, usus besar, kelenjar tiroid dan lain sebagainya[9].
Secara umum pembuatan bahan radiotherapy glasses ini dapat dilihat pada
gambar berikut ini :
Gambar 2.2 Skema pembuatan bahan radiotherapy glass[9]
Secara singkat bagan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : bahan gelas
dimeltingkan pada temperatur 1550oC – 1650oC agar homogen[9] kemudian
diquenching (pendinginan cepat dengan udara) di atas pelat baja[9]. Selanjutnya
bahan gelas tersebut dihaluskan menggunakan mesin milling (High Energy
Milling) untuk membentuk microsphere formation. Kemudian diayak sesuai
dengan ukuran yang diinginkan. Langkah terakhir yang dilakukan adalah
melakukan penyinaran terhadap microsphere formation pada reaktor nuklir dalam
beberapa hari sampai batas radioaktifitas yang diinginkan[9]. Setelah itu bahan
radioaktif tersebut dapat digunakan. Akan tetapi cara seperti ini sudah tidak
digunakan lagi karena penggunaan bahan radioaktif membawa dampak negatif
bukan hannya pada lingkungan sekitar tetapi juga kepada pasien penderita yang
akan diterapai. Oleh karena itu dilakukanlah inovasi baru dalam hal bioaktif gelas
keramik
akan
tetapi
tanpa
menggunakan
bahan
radioaktif,
melainkan
menggunakan kekuatan magnet yang ditimbulkan dari bioaktif gelas tersebut.
Josafat sianturi 13703032
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Cara kerja Radiotherapy glasses ini sebenarnya sangat sederhana yaitu dengan
cara seperti pada gambar berikut ini :
Gambar 2.3 Sel kanker sebelum dan setelah mengalami treatment[9]
Bahan radioaktif yang diinjeksikan kedalam tubuh manusia akan mengalir melalui
darah, kemudian bahan Radiotherapy glasses tersebut akan menempel pada sel
kanker yang tidak stabil seperti terlihat pada Gambar 2.3 selanjutnya bahan
Radiotherapy glasses tersebut akan mentreatment sel kanker dengan bahan
radioaktif yang dimilikinya tersebut, hingga sel kanker tersebut mengalami
kerusakan tanpa merusak jaringan yang sehat. Akan tetapi karena bahan ini
mengandung unsur radioaktif, maka pada kenyataannya sel – sel yang sehat juga
mengalami kerusakan dan gangguan. Itulah sebabnya bahan ini tidak
dipergunakan lagi.
Gambar 2.4 Skema cara kerja Radiotherapy glasses
Josafat sianturi 13703032
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Radiotherapy glasses tidak bersifat racun pada tubuh manusia (non-toxic) atau
disebut sebagai bahan yang biokompatibel[9], memiliki kemurnian bahan kimia
yang murni (mengalami proses pemanasan) serta senyawa kimia tersebut tidak
dapat dipecahkan atau dilarutkan selama bahan tersebut dalam bentuk senyawa
radio aktif[9], akan tetapi bahan ini bersifat karsinogenik.
2.6 Simulated Body Fluid (SBF)
2.6.1 Definisi Simulated Body Fluid (SBF)
Simulated Body Fluid yang juga dikenal sebagai Synthetic Body Fluid adalah
suatu larutan yang dibuat menyerupai kondisi tubuh (darah) manusia yang
sebenarnya, dengan cara mengatur konsentrasi ion – ion seperti yang terkandung
di dalam tubuh manusia sehingga pH (Derajat Keasaman) nya menyerupai
kondisi tubuh manusia. Pada penelitian ini penulis menggunakan standard Kokubo
et al[4,11,12]. Hal ini dikarenakan pada penelitian tugas akhir salah satu seorang
mahasiswa yang dibimbing oleh pembimbing penulis, sebelumnya telah
menggunakan standard HBSS (Human Body Solid State) atau yang sering dikenal
sebagai standard Hank’s[12]. Ada beberapa standard yang lazim digunakan untuk
mengatur konsentrasi ion – ion tersebut agar menyerupai kondisi tubuh manusia.
Beberapa standard yang sering digunakan adalah blood plasma, HBSS, ringer’s
solution dan kokubo et al[4,11,12] . Konsentrasi ion – ion penyusunnya dapat dilihat
seperti tabel di bawah ini[4] :
Tabel 2.1 Konsentrasi ion pada SBF (mM)
ION
Blood Plasma
HBSS
Ringer's sol
Kokubo et al
+
Na
K+
Mg+
130 - 155
4.0 - 5.6
1.6 - 2.2
141,7
5,7
0,8
39,1
1,4
0
142
5,0
1,5
Ca+
4.0 - 5.5
1,7
0,4
2,5
Cl
HCO3-
100 - 110
24 - 30
145,6
4,2
40,7
0,6
147,8
4,2
HPO42-
1.6 - 2.7
0.7
0
1.0
0.7 - 1.5
0.8
0
0.5
-
2-
SO4
Josafat sianturi 13703032
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.6.2 Simulated Body Fluid (SBF) Kokubo et al
Untuk menghasilkan konsentrasi ion dengan standard yang sesuai pada
kokubo et al[4,11,12], maka dibutuhkan reagent – reagent sebagai prekursor untuk
mengontrol konsentrasi ion – ion pada larutan SBF tersebut seperti NaCl, KCl,
HCl, dan tris-hidroksi methil aminomethan (CH2OH)3CNH2, seperti tertera pada
tabel berikut :
Tabel 2.2 Komposisi penyusun konsentrasi ion SBF
Nomor
Reagent
1
2
3
4
5
6
7
8
9
NaCl
NaHCO3
KCl
K2HPO4
MgCl2
CaCl2
Na2SO4
(CH2OH)3CNH2
1 mol/dm3 HCl
Banyaknya
7,996 gram
0,350 gram
0,224 gram
0,228 gram
0,305 gram
0,278 gram
0,071 gram
6,057 gram
40 mL
Simulated Body Fluid ini dibuat dengan cara mencampurkan semua bahan –
bahan di atas ke dalam satu liter air pada temperatur 36.5oC, kemudian distir
menggunakan stirer magnetik. Untuk mendapatkan pH 7,4 dilakukan dengan cara
melarutkan zat HCl sedikit demi sedikit untuk menambah kadar asam pada SBF
tersebut. Biasanya jika tanpa HCl, larutan tersebut akan bersifat basa hingga
mencapai pH > 11. Oleh karena itu dengan penambahan HCl akan menurunkan
sifat basa larutan tersebut. Secara sederhana pembuatan larutan SBF ini dapat
dilihat pada gambar berikut ini :
Josafat sianturi 13703032
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.5 Proses pembuatan larutan SBF standard Kokubo et al[4][11][12]
2.7 Heat Treatment
Heat treatment adalah metode yang digunakan untuk mengubah sifat
fisika dan kimia dari suatu material dengan memfariasikan temperaturnya[7].
Sebagian besar proses heat treatment ini diaplikasikan pada ilmu metalurgi
(logam). Akan tetapi perkembangan dalam bidang keramik yang pesat juga
membutuhkan proses heat treatment ini untuk meningkatkan kualitas serta nilai
tambah (added value) dari material keramik. Tidak hanya pada bidang kedokteran
atau pengobatan, saat ini sudah banyak perlakuan heat treatment yang dibuat
untuk menghasilkan keramik – keramik dengan mutu tinggi.
2.8 X-ray
Sinar-X atau yang sering dikenal dengan X-Ray merupakan gelombang
elektromagnetik dengan panjang gelombang (λ) yang pendek sekitar 10
Angstorm, dan mendekati jarak antar atom kristal. Apabila berkas sinar-X yang
sejajar dan monokromatik ditembakkan pada permukaan material, maka atomatom dalam kristal akan menyerap energi dan menghamburkan kembali sinar ke
segala arah. Berkas sinar yang dihamburkan oleh atom yang sefasa akan terjadi
interferensi saling menguatkan, tetapi apabila tidak sefasa maka akan saling
meniadakan atau menghilangkan.
Josafat sianturi 13703032
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.6 Ilustrasi hukum bragg[14]
Dari gambar 2.5 diatas dapat dilihat, garis-garis horizontal adalah bidang Kristal
yang terpisah oleh jarak antara bidang (d). Bidang ABC tegak lurus pada berkas
sinar-X yang datang, sedangkan bidang LMN adalah tegak lurus pada berkas yang
dihamburkan. Perbedaan jarak antar bidang ABC dan LMN yang diukur
sepanjang sinar yang direfleksikan memenuhi:
PQ + QR = n λ
(2.1)
dimana: PQ = QR = d Sinθ
(2.2)
Maka persamaannya dapat ditulis :
2d Sinθ = n λ
(2.3)
Persamaan diatas ini dikenal dengan Hukum Bragg yang memberikan hubungan
jarak antar bidang (d) dalam kristal dengan sudut hamburan (θ). Dalam
penggunaannya, panjang gelombang (λ) sinar-X ditentukan sesuai dengan target
yang digunakan. Setiap material yang diidentifikasi mempunyai nilai d tertentu
dan harganya bergantung pada posisi bidang kristal tersebut.
Untuk mengetahui fasa dan struktur material yang diamati dapat dilakukan dengan
cara sederhana dengan membandingkan nilai d dan 2θ yang terukur dengan nilai d
dan 2θ pada data standar. Data standar ini dapat diperoleh melalui Joint
Committee On Powder Diffraction Standard (JCPDS), dengan Hanawalt File.
Josafat sianturi 13703032
14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Sinar-x merupakan suatu radiasi gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang yang sangat kecil. Oleh karena itu sinar-x memenuhi sifat umum dari
radiasi gelombang elektromagnetik, misalnya absorbsi, interferensi dan lain-lain.
Suatu berkas gelombang elektromagnetik, misalnya cahaya tampak yang melewati
suatu bahan akan mengalami absorbsi, sehingga intensitasnya berkurang menurut
hubungan :
I = Io e-μx
(2.2)
Dimana : I = Intensitas setelah menembus bahan setebal x/rapat massa
bahan (dB)
Io = Intensitas mula-mula (dB)
μ = koefisien absorbsi linear
Dengan konsep yang sama untuk sinar-x juga memenuhi hubungan di atas.
Selanjutnya dari percobaan diperoleh, bahwa koefisien absorbsi massa bahan
ditentukan oleh jenis bahan dan panjang gelombang berkas radiasi.
Prinsip kerja XRD adalah sebagai berikut :
1.
Sinar-X mono kromatik dipancarkan dari tabung sinar-X
2.
Sinar tersebut melewati celah soller
3.
Kemudian diteruskan melalui celah penyebar
4.
Sinar monokromatik tersebut mengenai sampel
5.
Pantulan sinar yang mengenai sampel keluar melalui celah
anti menyebar
6.
Selanjutnya sinar melewati celah penerima
7.
Diteruskan ke celah soller
8.
Sinar yang melalui celah soller tersebut dibelokkan
menggunakan monokromator grafit
9.
Sinar ditangkap oleh detektor melalui celah detektor
Josafat sianturi 13703032
15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Skema sederhana cara kerja XRD adalah sebagai berikut:
Gambar 2.7 Cara kerja XRD[14]
2.9
Scanning Elecron Microscope (SEM)
Scanning Electron Microscope (SEM) adalah mikroskop yang menggunakan
hamburan elektron dalam membentuk bayangan[15]. SEM memiliki banyak
keuntungan jika dibandingkan dengan mikroskop cahaya. SEM menghasilkan
bayangan dengan resolusi tinggi. Artinya pada jarak yang sangat dekat dapat
menghasilkan perbesaran yang maksimal tanpa memecahkan gambar dan gambar
bisa terlihat dengan jelas. SEM merupakan suatu metode karakterisasi yang
digunakan untuk melihat struktur mikro (micro structure) dari suatu material.
SEM dengan perbesaran yang maksimal, dan merupakan perkembangan dari
mikroskop optik (perbesaran maksimal 1000x)[16]. Pada dasarnya, karakterisasi
SEM merupakan karakterisasi pada permukaan sample. Berikut adalah skema
prinsip kerja Scanning Electron Microscope (SEM).
Josafat sianturi 13703032
16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.8 Cara kerja SEM[15]
Data yang diperoleh pada metode SEM adalah data dari permukaan atau dari
lapisan yang tebalnya 20µm dari permukaan. Gambar yang dihasilkan dari SEM
adalah gambar topografi dari permukaan yang diperoleh dari berkas elektron yang
dipancarkan oleh spesimen. Terdapat dua jenis berkas elektron yang dipancarkan
oleh spesimen, yaitu secondary electron (SE) dan back scattered electron (BSE).
Secondary electron (SE) terbentuk akibat interaksi yang terjadi antara primary
electron (PE) dengan spesimen. Berkas elektron akan menyapu permukaan
spesimen, memancarkan sinyal yang selanjutnya ditangkap oleh detector dan
menghasilkan gambar yang ditampilkan pada layar.
Back scattered electron akan menghasilkan intensitas yang berbeda pada masingmasing unsur dengan nomor atom yang berbeda. Akibatnya, akan dihasilkan
gambar yang menyatakan perbedaan unsur kimia akibat perbedaan intensitas dari
masing-masing unsur yang ditangkap oleh Back Scattered Electron detector.
Warna yang lebih terang akan dihasilkan oleh unsur kimia yang lebih tinggi
nomor atomnya.
Josafat sianturi 13703032
17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Spesimen yang akan dikarakterisasi dengan menggunakan SEM harus
dipersiapkan terlebih dahulu sama seperti ketika akan menyiapkan sampel untuk
metalografi menggunakan mikroskop optik. Permukaan spesimen harus bebas dari
kotoran dan dietsa, tetapi permukaan spesimen dapat juga langsung diamati tanpa
perlu pengetsaan. Karena prinsip kerja SEM yang menggunakan elektron, maka
setiap sampel yang akan diuji dengan metoda ini harus bersifat konduktif. Jika
sampel uji bukan konduktor yang baik, maka perlu dilakukan pelapisan terlebih
dahulu dengan menggunakan emas (CVD). Contohnya sampel yang terbuat dari
keramik, perlu dilakukan pelapisan dengan emas. Beberapa contoh sampel SEM
adalah sebagai berikut:
Gambar 2.9 Beberapa contoh hasil SEM
SEM banyak digunakan untuk berbagai aplikasi yaitu :
1.
Pemeriksaan struktur mikro spesimen metalografi dengan magnifikasi
(perbesaran) yang jauh melebihi mikroskop optik biasa.
2.
Pemeriksaan permukaan patahan dan permukaan yang memiliki
kedalaman tertentu yang tidak mungkin diperiksa dengan mikroskop
optik.
Josafat sianturi 13703032
18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3.
Evaluasi orientasi kristal dari permukaan spesimen metalografi seperti,
butir individual, fasa presipitat, dan dendrit (struktur khas dari proses
pengecoran logam).
4.
Analisis unsur pada objek dalam range mikron pada permukaan bulk
spesimen,. misalnya, inklusi, fasa presipitat.
5.
Distribusi komposisi kimia pada permukaan bulk spesimen sampai
jarak mendekati 1 mikron.
Keterbatasan SEM :
1.
Kualitas gambar spesimen yang permukaannya relatif rata kurang baik
bila dibandingkan dengan mikroskop optik pada perbesaran dibawah
300-400 x
2.
Resolusi gambar jauh lebih baik dibandingkan dengan mikroskop
optik, tetapi masih kurang bila dibandingkan dengan TEM.
2.10
Sel kanker (cancer cell)
Kanker adalah istilah umum untuk pertumbuhan sel yang tidak normal.
Artinya sel tersebut tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol, dan tidak berirama
dalam pertumbuhannya yang dapat menyusup ke jaringan tubuh normal dan
menekan jaringan tubuh yang normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh[19].
Kanker bukan merupakan penyakit yang menular. Kanker tidak sama dengan
tumor. Tumor adalah istilah umum untuk setiap benjolan abnormal sedangkan
kanker adalah tumor yang bersifat ganas. Tahap terjadinya kanker adalah sebagai
berikut :
Josafat sianturi 13703032
19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.10 Tahap terjadinya sel kanker[19]
Terjadinya sel kanker simulai dari induksi. Yaitu terjadinya perubahan pada sel
yang sering disebut dengan displasia. Sementara pada saat hyperplasia sel hanya
berupa benjolan kecil saja yang tidak bahaya. Selanjutnya pertumbuhan kanker
terbatas pada jaringan tempat asalnya tumbuh (kanker in situ). Setelah mengalami
in situ sel kanker menembus membran basal dan masuk ke jaringan atau organ
sekitarnya. Tahap ini sering disebut sebagai tahap kanker invasif. Tahap terakhir
adalah tahap metastasis. Tahap ini sering disebut sebagai tahap penyebaran kanker
ke kelenjar getah bening atau organ lainnya yang letaknya jauh. Misalnya kanker
usus besar menyebar ke hati. Penyebaran ini dapat melalui aliran darah, aliran
getah bening atau langsung dari tumor.
Penyebab kanker secara umum adalah terjadinya kerusakan struktur genetik yang
mengakibatkan pertumbuhan sel tersebut tidak terkontrol[19]. Beberapa penyebab
kerusakan gen tersebut adalah[19] :
1.
Kelainan genetik bawaan (± 5 %)
2.
Karsinogen (zat – zat kimia, radiasi sinar UV, asap rokok)
3.
Pengaruh linkungan hidup
Jenis – jenis pengobatan kanker adalah sebagai berikut :
Josafat sianturi 13703032
20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.
Bedah
2.
Radiasi
3.
Kemoterapi
4.
Terapi biologi
5.
Kombinasi
Terapi biologi inilah yang menggunakan bahan – bahan bioaktif gelas
untuk pencegahan dini maupun terapi awal agar sel kanker tersebut
dapat dimatikan. Proses kerjanya dapat dilihat seperti pada gambar 2.3.
Josafat sianturi 13703032
21
Download