BBLR - Jurnal Dinamika Kebidanan

advertisement
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG BBRT RSUP Dr.
KARIADI SEMARANG TAHUN 2010
NINING HASANAH
TITIK KURNIAWATI *)
LINGGA KURNIATI *)
*) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang
Korespondensi : [email protected]
ABSTRAK
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor resiko yang mempunyai
kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. BBLR hingga saat ini masih
merupakan masalah di seluruh dunia karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada
masa bayi baru lahir.
Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram,
tanpa memperhatikan lama kehamilan. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan faktor-faktor
yang mempengaruhi kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di ruang BBRT RSUP Dr. Kariadi
Semarang tahun 2010.
Penelitian ini menggunakan rancangan case control. Dengan jenis penelitian korelasi
dilaksanakan pada bulan Maret 2011. Instrument menggunakan checklist dengan melihat Rekam
Medik. Data diolah dengan langkah editing, coding, tabulating dan entry. Populasinya pasien yang
melahirkan bayi dengan BBLR bulan Januari sampai Juni 2010 di RSUP Dr. Kariadi Semarang
sebanyak 85 responden. Sampel dalam penelitian sebanyak 46 responden diambil secara
Purposive sampling. Pengujian hipotesisnya menggunakan uji Chi Square.
Hasil penelitian menunjukkan umur ibu pada responden sebagian besar umur > 35 tahun
sebanyak 14 responden (60,9%). Jumlah anak (paritas) pada responden sebagian besar pada ibu
grandemultipara sebanyak 17 responden (74,0%). Sedangkan tingkat pendidikan pada responden
sebagian besar pada ibu dengan pendidikan dasar sebanyak 18 responden (78,3%). Menurut uji
statistik Chi Square menunjukkan adanya hubungan antara umur ibu dengan kejadian bayi BBLR
(p = 0,000 < 0,05). Menurut uji statistik Chi Square menunjukkan adanya hubungan antara jumlah
anak dengan kejadian bayi BBLR (p = 0,000 < 0,05). Sedangkan menurut uji statistik Chi Square
menunjukkan adanya hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian bayi BBLR (p =
0,001 < 0,05).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara umur ibu,
jumlah anak, dan tingkat pendidikan ibu dengan kejadian bayi BBLR, sehingga adanya pengaruh
antara umur ibu, paritas, dan tingkat pendidikan ibu dengan kejadian BBLR di ruang BBRT RSUP
Dr. Kariadi Semarang tahun 2010. Saran untuk masyarakat khususnya perempuan untuk
meningkatkan pengetahuan tentang bayi dengan BBLR sehingga dapat melakukan pencegahan
resiko melahirkan bayi dengan BBLR.
Kata kunci
: Umur Ibu, Jumlah Anak (Paritas), Tingkat Pendidikan Ibu dan BBLR
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian masyarakat dari waktu ke waktu dapat memberi
gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat. Di samping itu
kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian
keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan
lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan
berbagai survei dan penelitian (Depkes RI 2008:19). Menurut Ambarwati dan
Rismintari (2009:9), Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator
penting untuk menilai tingkat kesejahteraan suatu negara dan status kesehatan
masyarakat. AKB di Indonesia sebesar 35/1000 kelahiran hidup (Depkes RI
2008:21).
AKB merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan
derajat kesehatan masyarakat, baik di provinsi maupun nasional. Selain itu,
program pembangunan kesehatan di Indonesia banyak menitik beratkan pada
upaya penurunan AKB. Angka kematian bayi merujuk kepada jumlah bayi
yang meninggal pada fase antara kelahiran hingga bayi belum mencapai
umur 1 tahun per 1000 kelahiran hidup (Syafei, 2010).
Sebagian besar angka kematian neonatus terjadi pada minggu pertama
kehidupan dengan penyebab terbesar di Indonesia adalah bayi berat lahir
rendah/premature (29%), asfiksia (27%), tetanus neonatorum (10%), masalah
gangguan pemberian ASI (9.5%), masalah hematologi (5.6%), infeksi (5.4%)
dan lain-lain (13.5%) (Djaja, 2010).
2
Kasus Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yang didapatkan di provinsi
Jawa Tengah tahun 2007 sebanyak 644 kasus (Dinkes Jateng, 2007),
sedangkan tahun 2008 sebanyak 600 kasus (Dinkes Jateng, 2008).
Prevalensi kasus BBLR dari tahun ke tahun mengalami penurunan
yaitu pada tahun 2007 2,26% menjadi 2.08% pada tahun 2008. Prevalensi
tertinggi kedua yaitu di Kabupaten Semarang tahun 2007 4,61% dan tahun
2008 sebanyak 4.21% (Dinkes Jateng, 2008).
Bayi BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus dengan
berat badan lahir kurang dari 2.500 gram atau sama dengan 2.500 gram
disebut prematur (Proverawati dan Ismawati 2010:1).
Data yang didapat dari RSUP Dr. Kariadi Semarang didapatkan jumlah
BBLR dari tahun 2007 sampai 2009 mengalami kenaikan. Pada tahun 2007
jumlah pasien BBLR sebanyak 150 kasus (23.29%) meninggal 9 orang (9%).
Tahun 2008 sebanyak 161 kasus (26.83%) meninggal 12 orang (7.45%). Pada
tahun 2009 sebanyak 163 kasus meninggal 7 orang. Pada tahun 2010 per
bulan Juni didapatkan jumlah BBLR sebanyak 85 kasus dan meninggal 3
orang (Bagian Rekam Medik, 2010).
Studi pendahuluan yang dilakukan berdasarkan data dari rekam medik
di RSUP Dr. Kariadi Semarang pada tahun 2009 sebanyak 163 kasus tentang
faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR yaitu terdiri dari
umur ibu < 20 tahun ada 20 kasus (12.26%), 20–35 tahun ada 57 kasus
(34.96%), dan > 35 tahun ada 86 kasus (52.76%). Jumlah anak (Paritas) 1
3
orang ada 34 kasus (20.85%), jumlah anak 2–5 orang ada 48 kasus (29.44%),
dan jumlah anak > 5 orang ada 81 pasien (49.69%). Tingkat pendidikan SDSMP ada 95 kasus (58.28%), SMA ada 41 kasus (25.15%), dan Perguruan
Tinggi ada 27 kasus (16.56%).
BBLR merupakan salah satu faktor resiko yang mempunyai kontribusi
terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi BBLR
dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang
selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi. BBLR
hingga saat ini masih merupakan masalah di seluruh dunia karena merupakan
penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi baru lahir (Proverawati dan
Ismawati, 2010).
Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu–ibu muda berusia kurang
dari 20 tahun. Remaja seringkali melahirkan bayi dengan berat lebih rendah.
Hal ini terjadi karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki
sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Pada ibu yang tua meskipun
mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya
sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi janin intra uterin dan
dapat menyebabkan kelahiran BBLR. Faktor usia ibu bukanlah faktor utama
kelahiran BBLR, tetapi kelahiran BBLR tampak meningkat pada wanita yang
berusia di luar usia 20 sampai 35 tahun (Wikipedia, 2010).
Penyebab lain yaitu karena ibu menderita penyakit infeksi saluran
kencing, suka merokok atau minum–minuman keras, penyakit malaria,
anemia, persalinan prematur. Berat badan bayi yang lahir dari ibu merokok
4
lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan oleh ibu yang tidak
merokok (Ilmu Kesehatan Anak FK-UI, 2005). Disamping faktor tersebut
faktor perilaku juga mempengaruhi kejadian BBLR, Tinuk Istiarti (2000)
menemukan bahwa ada hubungan yang positif antara pengetahuan, sikap,
praktek ibu hamil dalam pelayanan antenatal dan BBLR. Pengetahuan yang
rendah mengenai pelayanan antenatal akan berisiko 3,43 kali lebih tinggi
untuk melahirkan BBLR, sikap yang kurang baik terhadap pelayanan
antenatal akan berisiko 8,62 kali lebih tinggi untuk melahirkan BBLR.
Faktor – faktor lain yang mempengaruhi BBLR adalah status gizi ibu
sebelum dan selama hamil, karakteristik sosial ekonomi (pendidikan ibu,
pekerjaan ibu, status ekonomi), biomedis ibu dan riwayat persalinan (umur
ibu, urutan anak, keguguran/lahir mati) dan pelayanan antenatal (frekuensi
periksa hamil, tenaga periksa hamil, umur kandungan saat memeriksakan
kehamilannya (Setyowati, 2004).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai Faktor–Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian BBLR di
RSUP Dr. Kariadi Semarang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka masalah yang dapat dirumuskan
sebagai berikut : Faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian BBLR
di RSUP Dr. Kariadi Semarang?
5
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR di
RSUP Dr. Kariadi Semarang.
2.
Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan tentang BBLR.
b. Mengetahui faktor umur ibu dengan kejadian BBLR.
c. Mengetahui faktor paritas dengan kejadian BBLR.
d. Mengetahui faktor tingkat pendidikan ibu dengan kejadian BBLR.
e. Mengetahui hubungan faktor umur ibu dengan kejadian BBLR.
f. Mengetahui hubungan faktor paritas dengan kejadian BBLR.
g. Mengetahui hubungan faktor tingkat pendidikan ibu dengan kejadian
BBLR.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
1. Lingkup Keilmuan
Dalam penelitian ini lingkup keilmuannya yaitu kompetensi bidan dalam
asuhan kebidanan pada BBLR di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
2. Lingkup Masalah
Masalah yang diteliti yaitu faktor–faktor yang berhubungan dengan
kejadian bayi BBLR.
3. Lingkup Sasaran
6
Sasaran dalam penelitian ini adalah ibu yang melahirkan bayi dengan
BBLR dan bayinya dirawat di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
4. Lingkup Wilayah Penelitian
Wilayah penelitian ini dilaksanakan di ruang Bayi Baru Lahir Resiko
Tinggi (BBRT) dengan menggunakan Catatan Medik (CM) di Rekam
Medik RSUP Dr. Kariadi Semarang.
5. Lingkup Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2011.
B. Rancangan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan case control yaitu suatu
penelitian (survey) analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko
dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif. Dengan kata lain,
efek (penyakit atau status kesehatan) diindentifikasikan saat ini, kemudian
faktor risiko diidentifikasikan adanya atau terjadinya pada waktu yang lalu
(Notoatmojo 2005:150). Pengukuran variabel independent yaitu umur ibu,
paritas dan tingkat pendidikan sedangkan variabel dependentnya adalah
BBLR.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian korelasi yang
bertujuan untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara faktor ibu (umur
ibu dan paritas) dan faktor lain (tingkat pendidikan ibu) yang mempengaruhi
kejadian bayi BBLR (Arikunto 2006:270).
7
C. Populasi, Sampel dan Sampling Penelitian
1.
Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau seluruh objek
yang diteliti (Notoatmojo 2005:79). Populasi penelitian ini adalah
keseluruhan bayi dengan BBLR yang dirawat di RSUP Dr. Kariadi
Semarang pada bulan Januari – Juni 2010 sebanyak 85 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto
2006:131). Menurut Azwar (2010:79), populasi adalah sebagian dari
populasi.
Rumus untuk menentukan besar sampel menurut Nursalam
(2008:92), adalah sebagai berikut :
n
N
1  N d 
2

85
1  85 (0,1) 2

85
1  85 0,01
 45,94
 46orang
Dari data tersebut sampel yang digunakan sebanyak 46 orang.
Keterangan :
N = Besar populasi
n = Besar sampel
8
d = Tingkat kepercayaan atau ketetapan yang diinginkan (0,1)
(Nursalam 2008:92).
Dalam penelitian ini menggunakan rancangan case control jadi
pengambilan sampel bayi BBLR sebagai case (kasus) dan bayi berat
lahir normal sebagai control (kontrol). Atas dasar formula tersebut data
diperkirakan pada saat penelitian akan didapatkan kasus 23 responden
yaitu bayi BBLR dan kontrol 23 responden yaitu bayi lahir normal.
3. Tekhnik sampling
Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang
jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber
data sebenarnya dengan memperhatikan sifat dan penyebaran populasi
agar diperoleh sampel yang representative atau benar–benar mewakili
populasi (Hidayat 2010:81).
Dalam
penelitian
sampling.
Purposive
pertimbangan
tertentu
ini
menggunakan
sampling
yang
teknik
didasarkan
dibuat
oleh
purposive
pada
peneliti
suatu
sendiri,
berdasarkan ciri dan sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya (Notoatmodjo, 2005).
Sampel bertujuan atau purposive sample yang dilakukan
dengan cara mengambil subyek stata, random atau daerah tetapi
didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya
dilakukan karena beberapa
9
pertimbangan,
misalnya
alasan
keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat
mengambil sampel yang besar atau jauh (Arikunto, 2006).
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Faktor–Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di
Ruang BBRT RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2010. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Maret 2011 di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Berdasarkan hasil pengumpulan data dan pengolahan data terhadap 46
responden sebagai sampel penelitian yang terbagi dalam kelompok bayi
dengan BBLR sebanyak 23 responden dan kelompok bayi dengan berat
lahir normal sebanyak 23 responden. Melalui catatan medik selanjutnya
hasil pengolahan data disajikan dan dianalisis dalam uraian berikut.
2. Analisa Univariat
a.
Umur Ibu
Berdasarkan data yang diperoleh dari umur ibu dapat dilihat dalam
tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Ibu
Umur Ibu
Frekuensi
< 20 tahun
7
20–35 tahun
25
10
Prosentase (%)
15,2
54,3
> 35 tahun
Total
14
46
30,5
100,0
48
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diperoleh hasil bahwa responden
berdasarkan kategori umur ibu paling banyak yaitu umur dewasa
(20–35 tahun) sebanyak 25 responden (54,3%) dan paling sedikit
umur muda (< 20 tahun) sebanyak 7 responden (15,2%).
b.
Jumlah Anak (Paritas)
Berdasarkan data yang diperoleh dari jumlah anak (paritas) dapat
dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak (Paritas)
Jumlah Anak
Frekuensi
Prosentase (%)
Primipara
16
34,8
Multipara
12
26,1
Grandemultipara
18
39,1
Total
46
100,0
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diperoleh hasil bahwa responden
berdasarkan kategori jumlah anak (paritas) paling banyak yaitu
grandemultipara (> 5 anak) sebanyak 18 responden (39,1%) dan
paling sedikit multipara (2–5 anak) sebanyak 12 responden (26,1%).
c.
Tingkat Pendidikan Ibu
Berdasarkan data yang diperoleh dari tingkat pendidikan ibu dapat
dilihat dalam tabel berikut ini :
11
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu
Tingkat Pendidikan Ibu
Frekuensi
Prosentase (%)
Dasar
20
43,5
Menengah
19
41,3
Tinggi
7
15,2
Total
46
100,0
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diperoleh hasil bahwa responden
berdasarkan kategori tingkat pendidikan ibu paling banyak yaitu
pendidikan dasar (SD–SMP) sebanyak 20 responden (43,5%) dan
paling sedikit yaitu pendidikan tinggi (perguruan tinggi) sebanyak 7
responden (15,2%).
d.
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Berdasarkan data yang diperoleh pengambilan sampel kejadian bayi
berat lahir rendah antara kasus dan kontrol proposi kategorinya sama.
Secara rinci dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Bayi Berat Lahir
Rendah
Kejadian BBLR
Frekuensi
Prosentase (%)
BBLR
23
50,0
Tidak BBLR
23
50,0
Total
46
100,0
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa pengambilan
sampel kejadian bayi dengan BBLR antara kasus dan kontrol
perbandingannya sama, yaitu sebesar 50,0%.
3. Analisa Bivariat
a.
Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian BBLR
12
Hubungan umur ibu dengan kejadian BBLR dalam penelitian ini
dapat dilihat dari tabel berikut ini :
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Umur Ibu dengan Kejadian BBLR
Umur Ibu
< 20 tahun
20–35 tahun
>35 tahun
Total
X2 = 37,765
Kejadian BBLR
Total
BBLR
Tidak BBLR
n
%
n
%
n
%
4
17,4
3
13,0
7
15,2
5
21,7
20
87,0
25
54,4
14
60,9
0
0
14
30,4
23
100
23
100
46
100
df = 6
p = 0,000
Dari tabel 4.5 dapat diketahui dari 23 responden yang melahirkan
bayi dengan BBLR paling banyak pada ibu dengan umur > 35 tahun
sebanyak 14 responden (60,9%) dan paling sedikit pada ibu umur <
20 tahun sebanyak 4 responden (17,4%). Perbedaan proporsi tersebut
setelah dilakukan uji Chi-Square didapatkan p value 0,000. Angka
ini memberikan arti bahwa ada hubungan umur ibu dengan kejadian
BBLR. Makna hubungan tersebut menunjukkan bahwa umur ibu
dapat berpengaruh terhadap kejadian BBLR.
b.
Hubungan Jumlah Anak (Paritas) dengan Kejadian BBLR
Hubungan jumlah anak dengan kejadian BBLR dalam penelitian ini
dapat dilihat dari tabel berikut ini :
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Jumlah Anak (Paritas) dengan Kejadian BBLR
Kejadian BBLR
Total
Jumlah Anak
BBLR
Tidak BBLR
(Paritas)
n
%
n
%
n
%
13
Primipara
Multipara
Grandemultipara
Total
X2 = 26,173
4
2
17
23
17,3
8,7
74,0
100
df = 6
12
10
1
23
52,1
43,5
4,4
100
p = 0,000
16
12
18
46
34,8
26,1
39,1
100
Dari tabel 4.6 dapat diketahui dari 23 responden yang melahirkan
bayi dengan BBLR paling banyak pada ibu dengan jumlah anak
grandemultipara sebanyak 17 responden (74,0%) dan paling sedikit
pada ibu dengan jumlah anak multipara sebanyak 2 responden
(8,7%). Perbedaan proporsi tersebut setelah dilakukan uji Chi-Square
didapatkan p value 0,000. Angka ini memberikan arti bahwa ada
hubungan jumlah anak (paritas) dengan kejadian BBLR. Makna
hubungan tersebut menunjukkan jumlah anak (paritas) dapat
berpengaruh terhadap kejadian BBLR.
c.
Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian BBLR
Hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kejadian BBLR dalam
penelitian ini dapat dilihat dari tabel berikut ini :
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian BBLR
Tingkat
Pendidikan
Ibu
Dasar
Menengah
Tinggi
Total
X2 = 23,883
Kejadian BBLR
Total
BBLR
Tidak BBLR
n
%
n
%
n
%
18
78,3
2
8,7
20
43,5
3
13,0
16
69,6
19
41,3
2
8,7
5
21,7
7
15,2
23
100
23
100
46
100
df = 6
p = 0,001
14
Dari tabel 4.7 dapat diketahui dari 23 responden yang melahirkan
bayi dengan BBLR paling banyak pada ibu dengan pendidikan dasar
sebanyak 18 responden (78,3%) dan paling sedikit pada ibu dengan
pendidikan tinggi sebanyak 2 responden (8,7%). Perbedaan proporsi
tersebut setelah dilakukan uji Chi-Square didapatkan p value 0,001.
Angka ini memberikan arti bahwa ada hubungan tingkat pendidikan
ibu dengan kejadian BBLR. Makna hubungan tersebut menunjukkan
tingkat pendidikan ibu dapat berpengaruh terhadap kejadian BBLR.
B. Pembahasan
Dari analisis yang telah dilakukan diatas, maka untuk memperoleh
gambaran yang lebih spesifik maka diperlukan pembahasan yang bertahap
dan terarah. Pada pembahasan ini akan dibahas mengenai hasil penelitian
terhadap 46 responden yang terkait dengan faktor–faktor yang berhubungan
dengan kejadian BBLR di ruang BBRT RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun
2010.
1. Analisa Univariat
a.
Umur Ibu
Berdasarkan hasil penelitian umur ibu dari 46 responden 23
diantaranya melahirkan bayi dengan BBLR dan sebagian besar
adalah responden dengan kategori umur > 35 tahun sebanyak 14
responden (60,9%) dan paling sedikit pada ibu umur < 20 tahun
sebanyak 4 responden (17,4%). Hal ini menunjukkan bahwa semakin
15
tua ibu melahirkan, semakin besar resiko melahirkan bayi dengan
BBLR.
Menurut pendapat Wikipedia (2010) persentase tertinggi bayi
dengan berat badan lahir rendah terdapat pada kelompok wanita
berusia lebih dari 35 tahun. Pada ibu yang tua meskipun mereka
telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya
sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi janin intra
uterin dan dapat menyebabkan kelahiran BBLR.
b.
Jumlah Anak (Paritas)
Berdasarkan hasil penelitian jumlah anak yang paling banyak
mengalami kejadian bayi BBLR adalah jumlah anak grandemultipara
sebanyak 17 responden (74,0%) dan paling sedikit pada ibu dengan
jumlah anak multipara sebanyak 2 responden (8,7%). Hal ini
menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah anak yang dilahirkan,
semakin besar resiko melahirkan bayi dengan BBLR.
Menurut pendapat Wikipedia (2010) jumlah anak lebih dari 3
dapat
menimbulkan
gangguan
pertumbuhan
janin
sehingga
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
c.
Tingkat Pendidikan Ibu
Berdasarkan hasil penelitian tingkat pendidikan yang paling
banyak pada ibu dengan pendidikan dasar sebanyak 18 responden
(78,3%) dan paling sedikit pada ibu dengan pendidikan tinggi
16
sebanyak 2 responden (8,7%). Hal ini menunjukkan bahwa semakin
rendah pendidikan tingkat pendidikan ibu, semakin besar resiko
melahirkan bayi BBLR.
Pendidikan ibu yang rendah berpengaruh terhadap pengetahuan
yang dimiliki ibu, sehingga ibu terpengaruh dengan kebiasaan hidup
yang tidak menunjang gaya hidup seperti makanan tidak bergizi
(hanya berkarbohidrat, sedikit sayur, sedikit daging) dan banyaknya
pantangan – pantangan makanan ibu hamil oleh peraturan adat nenek
moyang. Makanan yang tidak bergizi membuat berat badan ibu hamil
tidak mengalami peningkatan atau tetap dan mempengaruhi
pertumbuhan janin, sehingga bayi yang dilahirkan mempunyai berat
lahir dibawah berat normal (Wikipedia, 2010).
2. Analisa Bivariat
a.
Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian BBLR
Berdasarkan analisa data yang telah dilakukan, bahwa
responden yang melahirkan bayi dengan BBLR lebih banyak pada
ibu kategori umur > 35 tahun sebanyak 14 responden (60,9%).
Sementara responden dengan kategori < 20 tahun memiliki resiko
lebih rendah melahirkan bayi dengan BBLR.
Hal ini karena pada ibu umur tua, sangat beresiko untuk memicu
kelahiran prematur, karena pada usia tersebut kondisi kesehatan ibu
mulai menurun, juga fungsi alat reproduksi menurun dan kualitas sel
17
telur berkurang, sehingga meningkatkan komplikasi medis pada
kehamilan dan persalinan (BKKBN Provinsi Papua, 2007).
Hal ini memberikan gambaran bahwa umur ibu > 35 tahun
memiliki resiko melahirkan bayi dengan BBLR dibandingkan umur
ibu < 20 tahun, karena umur ibu > 35 tahun memicu kelahiran bayi
BBLR, karena pada usia tersebut kondisi kesehatan ibu mulai
menurun.
Dengan demikian dari hasil penelitian ini setelah dilakukan uji
Chi-Square didapatkan nilai p value 0,000, menunjukkan bahwa ada
hubungan umur ibu dengan kejadian bayi BBLR pada bayi secara
statistik bermakna, dan makna hubungan umur ibu dapat
berpengaruh terhadap kejadian BBLR.
b.
Hubungan Jumlah Anak (Paritas) dengan Kejadian BBLR
Berdasarkan analisa data yang telah dilakukan, bahwa
responden yang melahirkan bayi dengan BBLR lebih banyak pada
ibu kategori jumlah anak grandemultipara sebanyak 17 responden
(74,0%). Sementara responden dengan kategori jumlah anak
multipara sebanyak 2 responden (8,7%) memiliki resiko lebih rendah
melahirkan bayi dengan BBLR.
Jumlah anak yang dilahirkan lebih dari 3 orang dapat
menurunkan kesehatan reproduksi dengan resiko antara lain :
keguguran anemia, perdarahan hebat, melahirkan bayi dengan
BBLR, dan dapat menambah beban ekonomi keluarga sehingga
18
pertumbuhan dan perkembangan anak kurang optimal (BKKBN
Provinsi Papua, 2007).
Hal
ini
memberikan
gambaran
bahwa
jumlah
anak
grandemultipara memiliki resiko melahirkan bayi dengan BBLR
dibandingkan
jumlah
anak
multipara,
karena
jumlah
anak
grandemultipara dapat menurunkan kesehatan reproduksi pada ibu.
Dengan demikian dari hasil penelitian ini setelah dilakukan uji
Chi-Square didapatkan nilai p value 0,000, menunjukkan bahwa ada
hubungan jumlah anak (paritas) dengan kejadian bayi BBLR pada
bayi secara statistik bermakna, dan makna hubungan jumlah anak
(paritas) dapat berpengaruh terhadap kejadian BBLR.
c.
Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian Bayi BBLR
Berdasarkan analisa data yang telah dilakukan, bahwa
responden yang melahirkan bayi dengan BBLR lebih banyak pada
ibu kategori pendidikan dasar sebanyak 18 responden (78,3%).
Sementara responden dengan kategori pendidikan tinggi sebanyak 2
responden (8,7%) memiliki resiko lebih rendah melahirkan bayi
dengan BBLR.
Pendidikan ibu yang rendah berpengaruh terhadap pengetahuan
yang dimiliki ibu, sehingga ibu terpengaruh dengan kebiasaan hidup
yang tidak menunjang gaya hidup seperti makanan tidak bergizi
(hanya berkarbohidrat, sedikit sayur, sedikit daging) dan banyaknya
pantangan–pantangan makanan ibu hamil oleh peraturan adat nenek
19
moyang. Makanan yang tidak bergizi membuat berat badan ibu hamil
tidak mengalami peningkatan atau tetap dan mempengaruhi
pertumbuhan janin, sehingga bayi yang dilahirkan mempunyai berat
lahir dibawah berat normal (Wikipedia, 2010).
Hal ini memberikan gambaran bahwa tingkat pendidikan dasar
memiliki resiko melahirkan bayi dengan BBLR dibandingkan tingkat
pendidikan menengah, karena tingkat pendidikan dasar berpengaruh
terhadap pengetahuan yang dimiliki ibu, sehingga ibu terpengaruh
dengan kebiasaan hidup yang tidak menunjang gaya hidup seperti
makanan tidak bergizi.
Dengan demikian dari hasil penelitian ini setelah dilakukan uji
Chi-Square didapatkan nilai p value 0,001, menunjukkan bahwa ada
hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kejadian bayi BBLR pada
bayi secara statistik bermakna, dan makna hubungan tingkat
pendidikan ibu dapat berpengaruh terhadap kejadian BBLR.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diruang Rekam Medik
RSUP Dr. Kariadi Semarang tentang faktor–faktor yang berhubungan dengan
kejadian BBLR, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
20
1.
Sebagian besar dari responden yaitu bayi dengan BBLR sebanyak 23
responden (50%).
2.
Sebagian besar dari responden dengan umur ibu yang melahirkan bayi
dengan BBLR yaitu kategori umur > 35 tahun sebanyak 14 responden
(60,9%).
3.
Sebagian besar dari responden dengan jumlah anak (paritas) yang
melahirkan
bayi
dengan
BBLR
yaitu
dengan
jumlah
anak
grandemultipara sebanyak 17 responden (74,0%).
4.
Sebagian besar dari responden dengan tingkat pendidikan ibu yang
melahirkan bayi dengan BBLR yaitu pendidikan dasar sebanyak 18
responden (78,3%).
5.
Secara statistik ada hubungan antara Umur Ibu dengan Kejadian Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR), didapatkan p value 0,000 dengan dilakukan
uji Chi Square.
6.
Secara statistik ada hubungan antara Jumlah Anak (Paritas) dengan
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), didapatkan p value 0,000
dengan dilakukan uji Chi Square.
59
7.
Secara statistik ada hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), didapatkan p value 0,001
dengan dilakukan uji Chi Square.
21
B. Saran
1.
Pemerintah (Dinas Kesehatan)
Bagi pemerintah agar dapat membuat kebijakan tentang program usia
sehat untuk melahirkan anak dalam rangka pencegahan terhadap faktor
resiko melahirkan bayi dengan BBLR.
2.
Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi pendidikan dapat menambah literatur yang dapat
menambah wawasan tentang kejadian bayi BBLR.
3.
Tenaga Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan dapat meningkatkan kualitas pelayanan
khususnya penanganan bayi baru lahir dengan berat lahir rendah.
4.
Peneliti
Diharapkan bagi penelitian berikutnya perlu diteliti lebih lanjut faktor–
faktor lain yang dapat berhubungan dengan terjadinya bayi baru lahir
rendah dengan menggunakan metode dan jumlah sampel yang lebih luas.
5.
Masyarakat
Diharapkan masyarakat khususnya perempuan untuk meningkatkan
pengetahuan tentang bayi dengan BBLR sehingga dapat melakukan
pencegahan resiko melahirkan bayi dengan BBLR.
22
DAFTAR PUSTAKA
Akbid Abdi Husada. 2009. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Semarang:
Akbid Abdi Husada.
Ambarwati dan Rismintari. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta:
Rineka Cipta.
_________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka
Cipta.
Azwar, Saifuddin. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar .
Budiarto, eko. 2001. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC.
BKKBN Provinsi Papua. 2007. Ingin Memiliki Kesehatan Reproduksi Prima.
http://pikas.bkkbn.go.id.
Depkes RI. 2006. Modul Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) untuk
Bidan Desa. Jakarta: Depkes.
_________. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes.
Dinkes Jateng. 2007. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.: Semarang:
Dinkes.
___________. 2008. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Semarang: Dinkes.
Djaja, Sarimawar. 2010. Penyakit Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir
(Neonatal) dan Sistem Pelayanan Kesehatan yang Berkaitan di
Indonesia. JKPKBPPK.
Hassan dan Alatas. 2005. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak.
Infomedika.
Jakarta:
Hidayat, Alimul, A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Istiarti, Tinuk. 2000. Menanti Buah Hati Kaitan antara Kemiskinan dan
Kesehatan. Yogyakarta: Media Pressindo.
Juantara, Rudi. 2010. Kurang Energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil.
http://www.digilib.litbang.
23
Manuaba, I. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan.: Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Notoatmodjo, S. 2005. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
____________. 2010. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Pantiawati, Ika. 2010. Bayi dengan Badan Lahir Rendah (BBLR). Yogyakarta:
Nuha Medika.
Proverawati dan Ismawati. 2010. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Yogyakarta:
Nuha Medika.
Saifuddin, A.B. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: YBPSP.
Setyowati, T. 2004. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan Berat
Badan Rendah. http://www.digilib.litbang.
Syafei,
Candra. 2010. Penurunan AKI/AKB
http://www.waspada.co.id.
Secara
Wikipedia. 2010. Bayi. http//id.wikipedia.org.
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPS
24
Komprehensif.
Download