Hipocalcemia Hipocalcemia adalah kondisi yang dikarakterisasikan dengan kurangnya calcium pada Extracelullar Fluid dalam jumlah yang besar. Chronic hypocalcemia dapat diakibatkan : o Kegagalan sekresi PTH o Kegagalan responsive PTH o Defisiensi vitamin D o Resistensi vitamin D Hypocalcemia acute paling sering terjadi akibat konsekuensi dari respon adaptive yang berlebihan seperti pada rhabdomyolysis (putusnya serat otot lurik), dimana phosphate yang putus mengisi ECF dan phosphate akan mengikat calcium, sehingga calcium fungsional dalam darah berkurang. Clinical Features Sebagian besar sign and symptom hypocalsemia terjadi akibat peningkatan exitability neuromuscular, seperti : tetany, paresthesia (perasaan kesemutan), seizure (kejang) dan organic brain syndrome atau karena deposisi kalsium di jaringan lunak (soft tissue), seperti : katarak, kalsifikasi basal ganglia. a. Manifestasi Neuromuskular Perubahan kadar ion calcium dalam ECF menyebabkan efek fisiologis yang ekstrim. Normalnya, homeostasis calcium dijaga dalam rentang yang sangat ketat, sehingga jika terdapat sedikit perubahan, maka efeknya akan sangat ekstrim. Salah satu manifestasi neuromuscular hypocalcemia adalah tetany. Tetany adalah keadaan terjadinya kontraksi tonik dari otot secara spontan. Biasanya terjadi jika kadar kalsium dalam darah < 9 mg/dl. Tetany akan dijelaskan kemudian secara terperinci. Tetany kadang disertai dengan adanya tingling paraesthesia (baal, kesemutan, kebas) di jari dan sekitar mulut, tapi yang paling klasik adalah carpopedal spasm. Carpopedal spasm ini adalah adduksi ibu jari yang diikuti dengan fleksi sendi metacarpophalangeal, ekstensi sendi interphalangeal dan fleksi pergelangan tangan yang menimbulkan postur main d’accoucher. Hal ini menimbulkan rasa sakit. Efek paling berbahaya dari tetany adalah laryngospasm, yang menimbulkan kesulitan dalam bernafas dan dapat menyebabkan kematian. Tetany dapat terlihat dengan electromyography (EMG). Bila kadar kalsium hanya turun sedikit (7-9 mg/dL) maka akan terjadi latent tetany, yang dapat ditest dengan chvostek’s sign dan Trousseau’s sign Hipokalsemia merupakan predisposisi terhadap timbulnya kejang local maupun umum Adapun efek terhadap Central Nerve System : Pseudotumor cerebri Papilledema (edema optic disc) Kebingungan Kelelahan Organic brain syndrome Kalsifikasi basal ganglia Retardasi mental (pada 20% anak dengan chronic hypocalcemia) Manifestasi lain Hipokalsemia (1) Cardiac effects Penundaan repolarisasi dengan perpanjangan interval QT. Dapat terjadi kerusakan excitation-contraction coupling dan gagal jantung. (2) Ophthalmologic effects Dapat menyebabkan subscapsular cataract. Keparahan bergantung pada durasi dan level hypocalsemia. (3) Dermatologic effects Kulit seringkali kering dan rapuh Causes of Hypocalcemia 1. Hypoparathyroidism Dapat disebabkan oleh surgical, autoimmune, familial atau idiopathic Ciri hypoparathyroid : hypocalcemia, hyperphosphatemia dan kadar PTH yang rendah atau tidak ada sama sekali. Surgical Hypoparathyroidism Penyebab paling sering dari hypoparathyroidism adalah operasi di leher, dengan pemindahan atau destruksi kelenjar parathyroid. Operasi tersebut antara lain : operasi kanker, total thyroidectomy dan parathyroidectomy. Tetany muncul setelah 1-2 hari operasi, pada 50% pasien pulih kembali karena devitalized parathyroid remnant telah menerima supply darah lagi dan mensekresi PTH lagi. Pada beberapa pasien, hypocalcemia baru timbul beberapa tahun setelah operasi. Idiopathic Hypoparathyroidism Polyglandular Syndrome Berhubungan dengan chronic mucocutaneus candidiasis dan primary adrenal insufficiency. Syndrome ini dikenal dengan Autoimmune Polyendocrine Syndrome type I (PAS I). Disebabkan oleh mutasi pada autoimmune regulator (AIRE) yang merupakan faktor transkripsi yang terlibat dalam fungsi endokrin dan imunitas. Syndrome ini biasanya muncul pada anak-anak (5-9 tahun), disusul beberapa tahun kemusian dengan onset candidiasis, disusuk beberapa tahun kemudian dengan hypoparathyroidism lalu adrenal insufficiency. Isolated Hypoparathyroidism Adanya circulating parathyroid antibodies (autoimmune disease) pada isolated atrophy parathyroid gland Autoantibody parathyroid ini melawan CaR (calcium sensing receptor) diparathyroid, antibody yang berikatan ke reseptor menyebabkan PTH tidak disekresi. Familial Hypoparathyroidism Jarang terjadi Kelainan ini ditransmisikan secara autosomal dominant atau autosomal rescessive. Pada autosomal recessive, terjadi mutasi pada gen PTH. Pada autosomal dominant, terjadi aktifasi mutasi pada CaR gen yang memediasi supresi sekresi PTH. Neonatal Hypoparathyroidism Merupakan bagian dari DiGeorge Syndome (dysmorphia, cardiac defect, immune deficiency, hypoparathyroid) karena microdelesi pada kromosom 22q11.2 HDR syndrome (hypoparathyroid, sensorineural deafness, renal anomalies) karena kehilangan copy of GATA 3 transcription factor. Magnesium Depletion (Kehilangan Megnesium) Dapat menyebabkan hypoparathyroid karena magnesium dibutuhkan untuk stimulus coupling pada proses sejresi PTH 2. Pseudohypoparathyroidism (PHP) Merupakan heritable disorder dari ketidakresponan sel target terhadap hormon parathyroid. Manifestasinya : hypocalcemia, hyperphosphate tetapi kadar PTH meningkat dan pasien tidak responsive terhadap PTH Terdapat 2 type pseudohypoparathyroidism berdasarkan asal prental mutant allel : (a) PHP type 1A Resistensi multihormonal disertai dengan Albright’s hereditary osteodystrophy (AHO), suatu kelainan somatic fenotip. Kehilangan fungsi satu alel yang mengkode gen pengaktifkan G protein α subunit (Gsα) atau GNASI membuat resistensi yang melibatkan 3 hormon : PTH : memperlihatkan manisfestasi klinis hypocalcemia, hypophosphatemia dan PTH meningkat TSH : biasanya ringan LH/FSH : dimanifetasikan dengan hypergonadotropik hypogonadisme pada wanita Albright Syndrome memiliki karakter : defect skeletal dan pertumbuhan. Seperti : pendek, obesitas, tulang metacarpal atau metacarpal pendek serta mental deficit. (b) PHP type 1B Resistensi terhadap PTH, namun tidak disertai somatic phenotype. Kadar G protein α subunit (Gsα) atau GNASI normal, namun terdapat mutasi. Resistensi hormon yang terjadi hanya pada PTH Manifestasi klinis : hypocalcemia, hyperphosphate dan secondary hyperparathyroidism. 3. Defisiensi vitamin D Terjadi karena tidak cukup terpapar matahari, nutrisi yang tidak cukup atau malabsorbsi. Konsumsi obat-obatan yang dapat mengaktifkan katabolisme vitamin D seperti phenytoin dan Phenobarbital dapat memperparah defisiensi vitamin D 4. Vitamin D-Dependent Rickets (VDDR) Type I Disebut juga pseudovitamin D deficiency Merupakan autosomal recessive disease yang jarang terjadi. Mutasi terjadi pada gen 25(OH)D 1-hydroxylase. Pasien tidak merespon vitamin D pada dosis rendah, tetapi merespon dalam dosis pharmacologic atau calsitriol dalam dosis fisiologis. 5. Vitamin D-Dependent Rickets (VDDR) Type II Disebut juga hereditary 1,25 (OH)2 D3 resistance ricket Disebabkan inaktifasi mutasi pada gen VDR. Lokasi mutasi menentukan keparahan penyakit. Selain menunjukkan defisiensi vitamin D, pasien juga menunjukkan alopecia (kebotakan) 6. Hypocalcemic Disorder lainnya Hypoalbuminemia dapat menyebabkan low total serum calcium. Hal ini dikarenakan penurunan bound fraction dari calcium, namun free calcium tetap normal.