Peranan Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Islam (LKBHI)

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penegakan hukum (law enforcement) merupakan aspek terpenting yang
mendukung proses pembangunan dalam suatu masyarakat dan negara. Penegakan
hukum bukan semata-mata menjadi tugas dan kewajiban aparat penegak hukum,
tetapi juga menjadi tugas dan kewajiban setiap individu dalam masyarakat. Hal ini
sangat penting bagi tujuan terciptanya keadilan dan kedamaian di tengah-tengah
masyarakat.
Sebagai negara hukum, Indonesia hendaknya mampu menegakan hukum
sesuai dengan prinsip keadilan dan hak-hak asasi manusia, karena hal itu
merupakan cita-cita moral yang tertinggi dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Bahkan hal ini telah dimuat dalam konstitusi Indonesia bahwa setiap orang
mendapatkan hak-hak yang sama di depan hukum sesuai dengan perikemanusiaan
dan perikeadilan. Borok-borok yang ada dalam lembaga peradilan dan rapuhnya
sistem pengawasan terhadap lembaga ini, sekurang-kurangnya telah melahirkan
tuntutan bagi upaya penegakan hukum berdasarkan nilai-nilai keadilan dan hakhak asasi manusia.
Prinsip dari bantuan hukum sudah mulai bergeser dari prinsip
menolong kepada prinsip memungut biaya, tendensi ta'awun kepada tendensi
bisnis. Ada suatu kesan yang mencuat ke permukaan yang akhir-akhir ini tidak
asing lagi didengar seperti " membela yang salah ". Agaknya prinsip semacam ini
2
melanda dunia peradilan. Ketika mereka bergumul dalam membela dan
mempertahankan hak mereka masing-masing, di saat itu masing-masing pihak
memperjuangkan rencana dan keinginan mereka meskipun pihak pemberi dan
penerima kuasa mengetahui hal itu tidak benar.
Hukum Islam sangat respon terhadap eksistensi dan realitas kebutuhan
hukum masyarakat, baik dalam bentuk perubahan, maupun perkembangan, karena
hukum merupakan titah Allah yang mengandung aspek pembinaan, aspek
Riyadhah, aspek kerelaan, kesejahteraan, memupuk rasa solider, menumbuhkan
rasa bantu membantu / ta'awun.
Ahli fiqh pada beberapa abad yang silam sudah membicarakan hal ini yang
dikelompokkan kepada bab wakalah. Meskipun diantara mereka telah terjadi
perselisihan pendapat, namun wujud bantuan hukum, mewakilkan atau
mendelegasikan untuk bertindak hukum sudah ada pembicaraan panjang
lebar bahkan sampai kepada pendelegasian mengenai kasus perdata dan pidana.
Pendelegasian yang diberikan seperti tersebut di atas pernah terjadi pada
beberapa orang sahabat seperti Ali bin Abi Thalib, pernah meminta Uqail
mewakilinya dalam sebuah perkara, begitu juga yang dilakukan oleh Abu Bakar
as Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan.1
Pengacara atau pembela dalam
kenyataan dan dalam
pengertian
masyarakat, sampai pada saat ini adalah pemberian jasa bantuan hukum bagi
orang yang memerlukannya dengan imbalan jasa sebagai prestasi. Sifatnya lebih
mirip bisnis dan komersial. Itu sebabnya bantuan jasa hukum yang diberikan
1
Abdul Aziz Dahlan (ed) Ensiklopedi Hukum Islam, ( Jakarta : PT.Ichtiar Barau van
Holve, th. 1997 ) hal. 1913.
3
advokat, pengacara atau pembela merupakan komoditi atau barang mewah yang
hanya dapat dijangkau oleh orang kaya yang banyak duit. Bagi yang tidak punya
uang, yang tergolong rakyat jelata miskin, tidak mungkin didampingi pembela
atau pengacara didalam melindungi atau mempertahankan hak dan martabat
kemanusiannya. Rakyat miskin pada umumnya, sangat kerdil berhadapan dengan
aparat penegak hukum, disebabkan dia sendiri buta hukum dan tidak mengerti
makna dan hakikat hak asai berhadapan seorang diri dengan yang berwenang,
yang mahir akan hukum.
Demikianlan gambaran sekelumi apa yang dijumpai pada masa lalu
mengenai bantuan hukum. Masyarakat dan praktisi hukum belum mengenal istilah
dan pengertian bantuan hukum. Yang mereka kenal ialah advokat, pengacara, atau
pembela yang jam bicaranya harus dibayar bagi orang yang memerlukan jasa dan
bantuannya. Akan tetapi, tanpa mengurangi arti sejarah pekembangan pemberian
jasa bantuan hukum dizaman penjajahan, tendensi perkembangannya
mulai
bergerak pada masa permulaan kemerdekaan. Pada tahun lima puluhan , sampai
menjelang masa orde baru, telah tampil suatu struktur bantuan hukum yang
dikembangkan partai-partai politik dan organisasi buruh.
Kalau menurut pengamatan dan pengalaman penulis, lembaga-lembaga
bantuan hukum tersebut baru taraf konsep dan ide, tetapi program dan
operasionalnya belum menjiwa dengan konsep dan ide sendiri. Kenyataan seharihari menunjukkan, lembaga-lembaga tadi masih lebih cenderung kepada
pemberian jasa bantuan hukum yang berwarna komersial, dan masih jauh jaraknya
dari rakyat miskin, buruh, petani, dan nelayan. Padahal, ditinjau dari segi
4
pengertian dan ide, lembaga bantuan hukum bertujuan mendekatkan diri dengan
rakyat kecil dalam memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma (Predeo).
Sesuai surat edaran Mahkamah Agung (MA) terdiri dari tiga bagian
pemberian bantuan hukum, yakni perkara prodeo berupa penggratisan biaya
perkara dan program sidang keliling yang dilakukan majelis hakim di daerahdaerah terpencil sehingga bagi masyarakat yang jauh dari lembaga peradilan tidak
perlu lagi datang ke Pengadilan untuk berperkara serta pembentukan Pos Bantuan
Hukum (Posbakum) termasuk didalamnya Lembaga konsultasi dan bantuan
hukum Islam (LKBHI).
Lembaga konsultasi dan bantuan hukum Islam ini terlahir dalam rangka
mengembangkan dan meningkatkan pelayanan hukum khususnya hukum Islam
kepada masyarakat. Oleh karena itu, maka LKBHI dipandang perlu didirikan
untuk melayani masyarakat khususnya masyarakat yang masih minim dengan
pengetahuan ketika akan menghadapi perkaranya dipengadilan, dan mambantu
masyarakat yang kurang mampu untuk membayar jasa para advokat atau
pengacara. Sehingga STAIN Kendari perlu untuk mendirikan sebuah lembaga
bantuan hukum yang dapat membantu masyarakat dalam memberikan bantuan
hukum.2
B. Fokus Penelitian
Bertolak dari latar belakang di atas, maka penelitian ini di fokuskan
kepada masalah Peranan Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Islam
2
Muhammad Alwi, Wawancara Tanggal 19 November, (Pengadilan Agama)
5
(LKBHI) Stain Kendari dalam memberikan bantuan hukum pada Pengadilan
Agama kelas 1.a Kendari khususnya yang berkaitan dengan masalah keperdataan.
C. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Adapun yang menjadi batasan masalah dari proposal ini adalah:
a. Menjelaskan secara singkat sejarah berdirinya Lembaga Konsultasi
dan Bantuan Hukum Islam (LKBHI) STAIN Kendari.
b. Menjelaskan Peranan Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Islam
(LKBHI) STAIN Kendari khususnya dalam memberikan bantuan
hukum di pengadilan agama kelas 1 A. kendari.
2. Rumusan Masalah
Dengan mengacu pada batasan masalah di atas, maka penulis
merumuskan beberapa masalah-masalah pokok dalam penelitian ini, antara
lain sebagai berikut:
1. Bagaimana Peranan Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum Islam
(LKBHI) STAIN kendari dalam memberikan bantuan hukum di
Pengadilan Agama Kelas 1. A Kendari?
2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat oleh Lembaga
Konsultsi Dan Bantuan Hukum Islam (LKBHI) dalam pemberian
bantuan hukum?
6
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam menginterprestasikan judul
penelitian ini, maka penulis merasa perlu mengemukakan beberapa kata yang
sukar dipahami, sebagai berikut:
1. Peranan, yaitu bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan3
2. Konsultasi, yaitu pertukaran pikiran untuk mendapatkan kesimpulan
(saran, nasehat dan sebagainya) yang sebaik-baiknya.
3. Bantuan hukum adalah suatu istilah yang sudah dikenal dalam dunia
peradilan yang pada intinya, mengandung makna pembelaan yang
diperoleh
seseorang
dari penasehat
hukum sewaktu
perkaranya
diperiksa, diproses di muka pengadilan.4
4. Hukum Islam (syari’ah), adalah kitab Syari’ (seruan Allah sebagai
pembuat hukum) yng berkaitan dengan perbuatan hamba (manusia), baik
itu ketetapan yang sumbernya pasti (Qathi’ Tsubut) seperti Al-Qur’an dan
as-Sunnah maupun yan sumbernya masihh dugaan yang kuat (Zhani
Tsubut) seperti hadis yang tergolong tidak mutawatir.5
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan tersebut, maka
Dapat disimpulkan bahwa pengertian judul penelitian ini adalah menjelaskan
bagaimana Peranan Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Islam (LKBHI)
dalam pemberian bantuan hukum di Pengadilan Agama kendari khususnya bagi
3
Deprtemen Pendidikan dan kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia,Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Cet. III, Jakarta. 2007. hal. 23
4
Soerjono Soekanto dkk, Bantuan Hukum Suatu Tinjauan Sosial Yuridis, (Jakarta : Pen.
PT. Ghalia Indonesia th. 1983) Cet, Pertama, Hal. 14
5
Taqyuddin an-Nabhani, Peraturan Hidup dalam Islam. (cet. III. Bogor: Pustaka
Tharuqul Izzah), h. 108
7
masyarakat yang miskin dan kurang mampu dengan cara cuma-cuma (Predeo).
Sehingga akan memberikan kesadaran hukum terhadap masyarakat, terbangunnya
ukhuwah Islamiyah antara sesama, terbinanya moral generasi bangsa dan negara ,
kebersamaan, serta kesatuan dan persatuan umat, demi keselamatan diri ataupun
umat secara umum.
E. Tujuan dan kegunaan
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. untuk mengetahui Peranan Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum
Islam (LKBHI) yang didirikan oleh STAIN Kendari bekerja sama
pengadilan Agama kelas 1.a Kendari khususnya dalam memberikan
bantuan hukum bagi orang miskin atau tidak mampu dalam
berperkara secara cuma-cuma (prodeo).
2.
untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi penghambat LKBHI
dalam memberikan bantuan hukum kepada masyarakat.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan dengan pembahasan ini akan memperoleh informasi yang
kongkrit tentang bantuan hukum
pada Pengadilan Agama
serta aplikasinya bagi pengacara / pengacara praktek atau si
penerima kuasa dan sekaligus akan dapat memperbandingkan dengan
ajaran Islam,
apakah
praktek-praktek
bantuan
hukum
yang
8
berkembang di masyarakat sesuai dan sejalan dengan ajaran Islam
atau tidak.
2. Sebagai imformasi bagi seluruh masyarakat mengenai adanya dan
bagaimana kedudukan Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum
Islam (LKBHI).
3. Samping
itu pembahasan ini sebagai sumbangan
pemikiran
dalam menyorot sistim dan aspek-aspek dari bantuan hukum.
4. Selanjutnya penelitian ini adalah sebagai khazanah pemikiran
tentangbantuahukumsetelah memperhatikan fenomena yang berk
embang di tengah masyarakat.
5. Bagi peneliti lain dapat menjadi data dasar untuk mengembangkan
penelitian tentang Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Islam
(LKBHI).
6. Untuk lebih mempererat kerja sama antara STAIN Sultan Qaimuddin
Kendari Khususnya jurusan Syari’ah dengan Pengadilan Agama
dalam memberikan bantuan hukum bagi masyarakat miskin dan yang
kurang mampu dalam berperkara.
F. Sistematika Pembahasan
Adapun
sistematika
pembahasan
dalam
proposal
skripsi
ini
dikelompokkan dalam tiga bab, terdiri dari sub-sub bab masing-masing dan
mempunyai hubungan dengan yang lain serta merupakan rangkaian-rangkaian
yang berkaitan. Adapun sistemtika adalah sebagai berikut:
9
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini disajikan tentang latar belakang masalah, fokus penelitian,
batasan dan rumusan masalah, definisi operasional, tujuan dan kegunaan
penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Selanjutnya dalam bab ini diuraikan mengenai kajian pustaka yang
berkenaan dengan judul dan masalah yang diteliti sehingga memberikan kajian
yang relevan, kerangka teori serta diuraikan juga mengenai kerangka
pemikiran/konsep.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Sedangkan bab ini berisi tentang metode-metode penelitian yang disajikan
dalam jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, objek penelitian, data dan
sumber data, tehnik pengumpulan data, tehnik analisis data.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Relevan
Sejauh penelusuran penulis, bahwa penelitian tentang lembaga bantuan
hukum (LBH) tidak dapat disangkal telah ada peneliti yang pernah melakukan
pemelitian lebih awal, yaitu: Sahrul Ramadan dalam skripsi yang berjudul
“Tinjauan Hukum Islam Tentang Implementasi Hak Tersangka/terdakwa dalam
Bantuan Hukum”. Yang memfokuskan penelitiannya pada hukum positif .Kajian
yang relevan yang di maksud disini ialah keterkaitan antara pengambilan judul
peneliti dengan peneliti sebelumnya dengan upaya untuk menemukan perbedaan
yang mendasar.
Bantuan hukum pada hakekatnya adalah segalah upaya pemberian bantuan
hukum dan pelayanan hukum kepada masyarakat, agar mereka memperoleh dan
menikmati semua haknya yang diberikan oleh hukum dalam suatu proses
peradilan baik pidana maupun perdata. Pembela sebagai pemberi bantuan hukum
berperan sebagai pengontrol agar keputusan yang dijatuhkan pada Kliennya oleh
Hakim adil dan tidak memihak.6
Menegakkan keadilan lewat lembaga peradilan selalu menyandang
konsekuensi
mengorbankan
pemeriksaan.
Khususnya
6
tergugat/terdakwa
dalam
pemeriksaan
untuk
menjadi
pendahuluan,
obyek
dimana
Erni Widhayanti SH, Hak-hak tersangka/terdakwa di Dalam KUHP, (Yogyakarta,
Liberty, 1988 ), hal.1
11
pemohon/terdakwa banyak berhubungan dengan penyidik, sehingga tidak jarang
timbul unsur-unsur yang kemudian memberatkan tergugat/terdakwa itu sendiri.
Penelitian prihal “PERANAN LEMBAGA KONSULTASI DAN BANTUAN
HUKUM ISLAM (LKBHI) STAIN KENDARI DALAM PEMBERIAN BANTUAN
HUKUM PADA PENGADILAN AGAMA KELAS I.A KENDARI “, adalah penelitian
yang terkonsentrasi pada Hukum Islam. Pada dasarnya penelitian ini telah pernah
dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan konsentrasi penelitian melalui kajian
hukum positif dan menemukan bahwa peranan lembaga bantuan hukum dalam
pemberian bantuan didepan peradilan belum berjalan secara optimal sebagaimana
yang tercantum dan diharapkan dalam KUHAP.
Yang membedakan peneliti sebelumnya lebih fokus pada kajian hukum
positif sedangkan peneliti sekarang yaitu peneliti lebih memfokuskan kepada
pendekatan hukum Islam untuk kemudian menjawab seputar permasalahan yang
telah ditetapkan penulis dalam rumusan masalah dengan menggunakan kajian
hukum Islam sebagai landasan.
B.
Kerangka Konsepsional
1. Devinisi Bantuan Hukum
Istilah bantuan hukum sudah lama dikenal dikalangan peradilan baik
peradilan Agama, Militer, Tata Usaha Negara, apalagi pada peradilan Umum.
Bantuan hukum (legal aid) berasal dari kata “bantuan” yang berati
pertolongan dengan tanpa menghadapkan imbalan dan kata “hukum” yang
mengandung pengertian keseluruhan kaidah (norma) nilai mengenai suatu
segi kehidupan masyarakat dengan maksud untuk menciptakan kedamaian.
12
Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat dalam
Pasal 1 angka 9 memberikan pengertian bantuan hukum adalah jasa hukum
yang diberikan oleh Advokat secara cuma-cuma kepada klien yang tidak
mampu.
Bantuan hukum adalah jasa memberi bantuan dengan bertindak sebagai kuasa
dalam perkara perdata atau tata usaha negara di muka pengadilan (litigation)
dan atau memberi nasehat di luar pengadilan (non litigation). Munculnya
gerakan advokasi dan praktik bantuan hukum kepada masyarakat yang
tertindas dan terpinggirkan telah menjadi daya dobrak yang sangat ampuh
dari kalangan praktisi hukum untuk berperan lebih proaktif membela mereka
dalam ranah bantuan hukum dan pemenuhan hak asasi manusia. Namun
sayangnya, bantuan hukum belum maksimal karena masih terhambat masalah
regulasi di mana belum adanya perundang-undangan tersendiri tentang
bantuan hukum. Bantuan hukum kini hanya menjadi sub materi yang dimuat
dalam UU Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat .7 Kemampuan praktisi
bantuan hukum dalam memberikan pelayanan bantuan hukum secara
professional dan dibarengi dengan kekuatan akses pada tingkat birokrasi,
telah memperkokoh eksistensi dan posisi mereka lebih dari sekedar pengacara
dan advokat, tetapi juga mediator dalam penyelesaian kasus-kasus
pelanggaran hukum di dalam peradilan (litigasi) dan di luar peradilan (nonlitigasi). Meskipun dalam kenyataan saat ini, usaha mereka terkadang
7 Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, Cet. I, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2006 ), h. 259.
13
dianggap biasa antara kepentingan membela keadilan dengan tujuan material
atas nama profesionalisme.
Pemberian bantuan diberikan dalam ruang lingkup permasalahan
hukum yang dialami oleh orang yang membutuhkan bantuan karena
keterlibatannya dalam masalah hukum sedangkan orang tersebut kurang
mengerti hukum atau kurang mengetahui hukum
dan termasuk orang yang
tidak mampu dalam segi keuangan.
Tindakan yang dilakukan oleh pemberi bantuan hukum berupa
pembelaan-pembelaan yang dilakukan sebagai pembela/penasehat hukum
dalam perkara pidana yang dilakukan mulai dari tingkat kepolisian, kejaksaan
maupun pengadilan. Tindakan yang dilakukan oleh pemberi bantuan hukum
dalam penanganan perkara perdata/tata usaha negara untuk menjadi kuasa
guna mewakili, bertindak untuk dan atas nama serta guna kepentingan orang
yang membutuhkan bantuan hukum baik di dalam maupun diluar pengadilan.
Memberikan nasehat, pertimbangan, pengertian dan pengetahuan
hukum kepada orang yang membutuhkan bantuan hukum terhadap
permasalahan-permasalahan hukum yang sedang dihadapi. Bantuan hukum
diberikan kepada orang yang tidak mampu tetapi jangan diartikan hanya
sebagai bentuk belas kasihan kepada yang lemah semata. Seharusnya selain
membantu orang miskin, bantuan hukum juga merupakan gerakan moral yang
memperjuangkan hak asasi manusia juga untuk mewujudkan cita-cita negara
kesejahteraan (welfare state) dan keadilan social.
14
2. Pengertian Bantuan Hukum
Secara terminologi bantuan hukum sebagaimana telah dikemukakan
pada paragraph sebelumnya yaitu:
“Bantuan hukum(baik yang berbentuk pemberian nasehat hukum
maupun yang berupa menjadi kuasa daripada seorang yang
berperkara) yang diberikan kepada orang yang tidak mampu
ekonominya, sehingga ia tidak dapat membayar biaya (honorrarium)
kepada seorang pembelah atau pengaraca”.8
Selain itu, Jaksa Agung Republik Indonesia memberikan pengertian
sebagai berikut:
“Yang dimaksud dengan bantuan hukum adalah pembelaan yang
diperoleh seorang terdakwa dari seorang penasehat hukum, suatu
perkaranya diperiksa dalam pemeriksaan pendahuluan atau dalam
proses pemeriksaan perkaranya didepan pengadilan”.9
Dari kedua pengertian di atas, memberikan gambaran yang luas
kepada kita mengenai bantuan hukum, walaupun belum begitu sistematis.
Apabila batasan pengertian dimuka kebanyakan diberikan oleh kalangan
penegak hukum atau para pemberi bantuan, maka pengertian yang diberikan
oleh kalangan Pendidikan Tinggi hukum biasanya dikaitkan dengan Tri
Dharma suatu Perguruan Tinggi, khususnya dibidang hukum. Didalam
seminar yang mengangkat tema : Arti dan Peningkatan Pemberian Bantuan
Hukum oleh suatu Fakultas HukumNegeri pada tahun 1976 (diselenggarakan
oleh Fakultas Hukum Universitas Indonesia), bantuan hukum dikaitkan
dengan Dharma Ketia Perguruan Tinggi yang dlakukan dengan jalan:
8
Soekanto Soerjono, Bantuan Hukum Suatu Tinjauan Sosial Yuridis,(Jakarta, Ghalia
Indonesia , 1983), hal.21.
9
Ibid.,hal.21.
15
a. Memberikan konsultasi hukum serta jasa-jasa lain yang berhubungan
dengan hukum.
b. Memberikan penyuluhan terhadap masyarakat khususnya kepada para
pencari hukum untuk menjunjung tinggi norma-norma hukum.
c. Memberikan bantuan hukum secara aktif dan langsung secara merata
kepada masyarakat, khususnya kepada para pencari hukum.
Diakui atau tidak, istilah bantuan hukum belum banyak dikenal dalam
studi ilmu hukum Islam maupun dalam praktik hukum acara di peradilan
agama. Bahkan dalam kenyataan saat ini, lulusan sarjana Syari’ah yang
berprofesi sebagai pengacara atau advokat di pengadilan dalam lingkungan
Peradilan Agama masih sedikit. Sudah barang tentu perlu diketahui peluang
dan tantangan bagi sarjana syari’ah untuk berprofesi sebagai pengacara atau
advokat di lingkungan Peradilan Agama. Berkenaan dengan hal tersebut,
tulisan ini akan menjelaskan pemenuhan hak azasi manusia dalam penegakan
hukum Islam pada badan Peradilan Agama melalui kajian terhadap konsep
dasar bantuan hukum dalam hukum Islam. Sekurang-kurangnya, melalui
tulisan ini diharapkan memberikan gambaran teoritis tentang konsep bantuan
hukum melalui telaah terhadap aspek-aspek hak asasi manusia yang universal
dengan prinsip-prinsip penegakan hukum Islam.
3. Faktor Penghambat dan Penghalang dalam Pemberian Bantuan
Hukum
Dalam hal beracara pada masa ajudikasi yaitu pada masa persidangan
dipengadilan, bahwa terdakwa pada pemeriksaan pendahuluan dapat meminta
bantuan hukum atau didampingi oleh penasehat hukum, khususnya tersangka
16
atau terdakwa diancam dengan hukuman sebagaimana yang diatur didalam
pasal 56 ayat (1) Bab VI KUHAP, maka bantuan hukum wajib atau
diharuskan atasnya dan apabila dalam hal tersangka atau terdakwa tidak
mampu maka Negara memberikan penesehat hukum baginya, dan apabila
dalam hal diatas terdakwa tidak didampingi oleh penasehat didalam
persidangan pengadilan, maka dakwaan terhadapnya batal demi hukum,
namun dalam prakteknya hal ini belum berjalan sebagaimana mestinya.
Untuk dapat terjaminnya terpenuhinya hak-hak terpidana tersebut
sangat diperlukan adanya program bantuan hukum yang senantiasa memantau
pelaksanaan pemberian hak-hak terpidana tersebut. Pemberian bantuan
hukum pada dasarnya adalah hak asasi semua orang, yang bukan diberikan
oleh negara karena belas kasihan dari negara, hal ini penting, karena sering
kali bantuan hukum diartikan sebagai belas kasihan bagi yang tidak mampu.
Selain membantu orang miskin bantuan hukum juga merupakan gerakan
moral yang memperjuangkan hak asasi manusia. Oleh karena itu, hak tersebut
tidak dapat dikurangi, dibatasi apalagi diambil, karena itu sebuah keharusan.
Namun dalam prakteknya penerapan bantuan hukum sebagai belas
kasihan negara tersebut belum terealisasi sebgai mana yang di cita-citakan
negara dalam Undang-undangnya, adapun permasalahan lain mungkin adalah
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bantuan hukum sebagai hakhaknya yang harus di penuhi dan juga kurangnya pemberitahuan atau
sosialisasi dari pejabat yang berwenang dalam rangka agar tersangka atau
terdakwa mengetahui hak-haknya, sehingga kadang terkesan menghalang-
17
halangi proses pemberian bantuan hukum sebagai hak dari tersangka atau
terdakwa, dalam segala proses pemeriksaan dan dalam segala tingka
peradilan. Pemenuhan hak atas bantuan hukum terhadap terpidana harus
dilakukan oleh pemerintah sedini mungkin hal ini untuk mencegah agar tidak
ada lagi terpidana yang dirampas hak-haknya oleh para aparatur penegak
hukum misalnya dibanyak kasus yang sering dijumpai, banyak terpidana yang
telah ditahan melebihi masa pidana yang semestinya dijalani, kekerasan
sering muncul dalam lembaga pemasyarakatan bahkan intensitasnya menjadi
sangat tinggi, kekerasan menjadi ritual dan mengkristal dalam setiap
pemeriksaan. Kekerasan berlangsung mulai dari yang spesifik, halus, tidak
terasa sampai pada bentuk kekerasan fisik yang menimbulkan cacat
permanen. 10
Perilaku ini tidak dibenarkan dalam aturan tetapi selalu ada dalam
pemeriksaan, bahkan tidak jarang terjadi pelecehan seksual atau perilaku
tidak bermoral lainnya. Serta tidak tidak terpenuhinya hak-hak pemohon
ataupun tergugat sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang.
Pemenuhan hak atas bantuan hukum mempunyai arti bahwa negara harus
menggunakan seluruh sumberdayanya termasuk dalam bidang eksekutif,
legislatif dan administratif untuk mewujudkan hak atas bantuan hukum secara
progresif. Negara seharusnya membuat tindakan dengan membuat kebijakan
bantuan hukum dalam perspektif acces to justice. Sejatinya, sudah seharusnya
pemerintah mulai serius dalam membuat serta menumbuhkan sebuah gerakan
10
Didi kusnadi, bantuan hukum dalam hukum islam, perbit : kementerian agama RI,
2011, h. 141.
18
bantuan hukum, salah satunya dengan membuat regulasi yang mampu
mangatur secara efektif program bantuan hukum terutama terhadap si
terpidana yang cendrung diabaikan bahkan tidak di acuhkan. Dalam rangka
perhormatan, pengakuan dan penegakan atas hukum dan HAM maka arah
kebijakan
ditujukan
kepada
peningkatan
pemahaman,
menciptakan
penegakan dan kepastian hukum yang konsisten terhadap nilai-nilai Hak
Asasi Manusia dengan menunjukan perilaku yang adil dan tidak
diskriminatif. penyelenggaraan bantuan hukum yang tidak serius merupakan
pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berarti bertentangan dengan hak
konstitusional warga negaranya.
Jadi yang menjadi penghambat penerapan bantuan hukum ini
diantaranya juga adanya peranan negara yang kurang menjalankan
kewajibanya, dalam memberikan jaminan atas batuan hukum, jaminan dalam
arti mengawal pelaksanaan hak-hak tersangka atau terdakwa yang terdapat
didalam undang-undang. Jadi walaupun hak-hak atas bantuan hukum ini
sudah ada didalam Undang-undang, tidak semestinya pemerintah lengah
terhadap penerapan bantuan hukum khususnya bagi masyarakat yang tidak
mampu. Disamping adanya faktor penghambat lain yaitu kurangnya
kesadaran hukum aparat penegak hukum dalam menjalankan tugasnya, baik
ditingkat penyidikan, penuntutan, persidangan pengadilan, maupun penerapan
hukuman, yang melakukan tugasnya dengan sewenang-wenang sehingga
banyaknya korban dari perlakukan aparat penegak hukum tersebut.
19
4. Dasar Hukum Pemberian Bantuan Hukum
a. Dasar Hukum Pemberian Bantuan Hukum Menurut Hukum
Positif
Ketentuan
KUHAP
yang
memberikan
jaminan
bagi
hak
tergugat/terdakwa, ialah sebagaimana yang diatur dalam pasal 54 dan 55
KUHAP:
“Bahwa guna kepentingan pembelaan, tergugat/terdakwa berhak
mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebih penasehat hukum”. “
dan untuk mendapatkan penasehat hukum tersebut dalam pasal 54,
tersangka/terdakwa berhak memilih sendiri penasehat hukumnya”.11
Sedangkan dalam pasal 56 ayat (1) KUHAP disebutkan:
“Dalam hal tersangka/terdakwa disangka atau didakwa melakukan
tindak pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasehat
hukum sendiri, maka penjabat yang bersangkutan pada semua tingkat
pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk penasehat
hukum bagi mereka”.12
Ketentuan dalam pasal 56 KUHAP bersifat inferatif, jadi harus
dipenuhi, apabila ketentuan tersebut tidak dipenuhi maka hal itu merupakan
suatu kelalaian yang dapat mengakibatkan hasil pemeriksaan tidak sah dan
batal demi hukum.
Ketidak mampuan terdakwa harus dibuktikan dengan surat keterangan
yang dibuat oleh kepala Desa\lurah yang bersangkutan, surat keterangan itu
harus diserahkan terdakwa kepada majelis hakim, dan pihak terdakwa
tersebut yan tidak mampu maka perkaranya dijadikan perkara proses.
11
12
Erni Widhayanti SH, Hak-hak Tersangka/Terdakwa di Dalam KUHAP, hal. 23
Ibid. h. 20.
20
Adapun tujuan daripada pemberian bantuan hukum adalah untuk
menjamin kedudukan tersangka tersebut baik dalam tingkat pemeriksaan
permulaan (penyidikan) maupun dalam tingkat penuntutan dan pemeriksaan
dimuka persidangan dalam hal tersebut merupakan konsekuensi diberikannya
tempat yang penting dalam KUHAP dalam mengimplementasikan hak-hak
asasi manusia.
Andi Hamzah mengakui hal tersebut dan mengemukakan bahwa:
“Dalam KUHAP pun banyak ketentuan yang khusus menyangkut
perlindungan terhadap Hak Asasi manusia. Sejak orang ditangkap dan
ditahan, tersangka berhak didampingi penasehat hukum. Sistem
pembuktian direnovasi, alat tersangka. Maksud keterangan terakhir
agar tersangka jangan dipaksa untuk mengaku”.13
Penerapan ketentuan pasal 56 ayat 1 KUHAP yang menegaskan hak
tersangka atau terdakwa didampingi penasehat hukum apabila tindak pidana
yang disangkakan atau didakwakan diancam pidana mati atau ancaman
pidana 15 tahun atau lebih yang tidak mampu diancam dengan pidana 5 tahun
atau lebih yang tidak mempunyai penasehat hukum atau Advokat sendiri,
pejabat yang bersangkutan dalam hal proses peradilan wajib menunjuk
penasehat hukum bagi mereka
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pasal27:1
“Setiap warga negara sama kedudukannya dalam hukum, dan
pemerintahan serta wajib menjunjung hukum dan pemerintah tersebut
tanpa terkecuali.”
Setiap warga negara mempunyai kedudukan yang sama di depan
13
Andi Hamzah, Pelaksanaan Peradilan Pidana Berdasarkan Teori Dan Praktek, hal. 7.
21
hukum tanpa terkecuali yang meliputi hak untuk dibela (acces to legal
counsel), diperlakukan sama di depan hukum (equality before the law),
keadilan untuk semua (justice for all).
b.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 4
“Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi,
pikiran dan hari nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak
untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan di hadapan hukum, dan hak
untuk tidak dituntut……..”
c.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat
Pasal 22
ayat
(1)
“Adokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada
pencari keadilan yang tidak mampu.”
d.
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman.
Pasal 56
(1) Setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh bantua
hukum.
(2) Negara menanggung biaya perkara bagi pencari keadilan yang tidak
mampu.
Pasal 57
22
(1) Pada setiap pengadilan negeri dibentuk pos bantuan hukum kepada
pencari
keadilan yang tidak mampu dalam memperoleh bantuan
hukum.
(2) Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan
secara cuma-cuma pada semua tingkat peradilan sampai putusan
terhadap perkara tersebut telah memperoleh kekuatan hukum
tetap.
3)
Bantuan hukum dan pos bantuan hukum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan.14
b. Dasar Hukum Pemberian Bantuan Hukum Perspektif Hukum
Islam
Hukum Islam difahami bukan semata-mata sistem hukum yang
mengajarkan manusia harus tunduk, taat dan patuh kepada hukum Tuhan,
tetapi juga mengatur hubungan antar sesama manusia untuk saling
melindungi, menghormati dan menghargai hak-hak orang lain tanpa
membeda-bedakan status sosialnya. Dari asumsi itu, sistem hukum Islam
diyakini mengandung muatan norma-norma Hak Asasi Manusia (HAM) yang
telah digaransi dalam dua dimensi hukum yakni vertikal dan horizontal.
Dimensi vertikal mengandung pengertian sistem hukum Islam memuat
norma-norma hukum yang erat kaitannya dengan pola hubungan antara
manusia dengan Tuhan. Aspek-aspek hukum yang dikaji pada dimensi
vertikal merupakan wilayah hukum Islam yang sifatnya ibadah (ta’abudi).
14
http://www.bantuanhukum.info/di akses tgl 27/03/2012
23
Sedangkan dimensi horizontal mengandung pengertian muatan normanorma hukum Islam yang berkaitan dengan pola hubungan antara manusia
dengan manusia pada ranah hukum perdata dan hukum publik. Aspek-aspek
hukum yang dikaji pada dimensi horizontal merupakan wilayah hukum Islam
yang sifatnya rasional dan empirik, sehingga perlu diuji lebih dalam melalui
penalaran akal (ta’aquli). Dalam ruang lingkup studi hukum Islam, konstruksi
perumusan norma-norma hukum yang sifatnya ta’abudi dan ta’aquli,
umumnya dapat ditemukan dalam tradisi ijtihad yang dilakukan para ulama
madzhab, sejak periode sahabat hingga periode kontemporer sekarang ini.
Ijtihad diakui oleh para ahli hukum sebagai sumber hukum (dalil aqli) dalam
proses perumusan hukum syara’ untuk menjelaskan aspek-aspek yang tidak
dijelaskan secara rinci di dalam nash. Ijtihad yang oleh para ahli hukum
modern seringkali diidentikan dengan Islamic Jurisprudence membuka ruang
yang cukup luas bagi upaya pengembangan dan penemuan teori-teori hukum
baru, termasuk teori-teori yang erat kaitannya dengan bantuan hukum.15
Bantuan hukum secara cuma-cuma kepada terdakwa adalah untuk
membantu masyarakat yang tidak mampu membayar honorium pembela atau
advokat. Pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma tanpa imbalan adalah
perbuatan yang sangat terpuji dan merupakan perbuatan tolong-menolong,
sebagaimana Allah berFirman dalam surah Al-Maidah ayat 2:



.............., 
15
Muhammad Khidr, Al-Islam wa Huquq al-Insan (Beirut: Dar al-Maktabat al-Hayat,
1980) hlm. 18.
24
Artinya:”Dan
tolong-menolonglah
kamu
dalam
mengerjakan
kebajikan dan takwa”.16
Tolong-menolong memang telah terjadi satu bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari ajaran Islam. Islam mewajibkan umatnya untuk saling tolongmenolong satu dengan yang lainnya, segala bentuk perbuatan yang mewarnai
kehidupan dan merupakan salah satu isyarat kepada umat manusia agar saling
membantu dan tidak saling bermusuhan satu dengan yang lainnya sesuai
dengan aturan Islam.
Mengikat setiap masyarakat, dimanapun didunia termasuk pada
masyarakat Indonesia sebagai komunitas perkumpulan hidup, yang memiliki
kepentingan
yang
berbeda-beda.
Sudah
barang
tentu
akan
selalu
membutuhkan bantuan dari yang lain, dan salah satu bantuan itu adalah
bantuan hukum bagi mereka yang tidak mampu untuk membayar honorium
pembela atau advokat. Dalam menemukan keadilan tidak jarang terdakwa
harus dibantu seorang atau lebih pembela. Karena tidak dapat dipungkiri
masih manusia yang kurang pengetahuan bahkan sama sekali tidak
mengetahui akan aturan hokum, maka diharapkan dengan hadirnya seorang
pembela disamping terdakwa sedikit lebih menjamin akan adanya keadilan
terhadapnya.
Semua itu tidak terlepas dari prinsip tolong-menolong terhadap
sesama. Untuk itu, hendaknya umat islam juga harus mengerti benar
mengenai tlong-menolong yang diajarkan islam tresebut. Aturan pakai untuk
16
Departemen
Agung.2006),hal. 142.
agama,
al-Qur’an
dan
Terjemahannya,
(Surabaya
:
Karya
25
menggunakan atau menjalankan ajaran untuk saling tolong-menolong ini
tentu saja hanya terdapat dalam al-Qur’an dan Hadis, karena Islam adalah
agama yang sumber utamanya adalah al-Qur’an dan Hadis. 17
5. Pembagian Lembaga Bantuan Hukum
Lembaga bantuan hukum atau LBH ini terdiri dari dua kelompok:
a. Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Swasta
Inilah yang telah muncul dan berkembang belakangan ini. Anggotanya
pada umumnya terdiri dari kelompok yang bergerak dalam propesi hukum
sebagai pengacara. Konsep dan programnya jauh lebih luas dari sekedar
memberi bantuan hukum secara formal di depan sidang pengadilan terhadap
rakyat kecil yang miskin dan buta hukum. Konsep dan programnya yang
dapat dikatakan meliputi:
a.
Menitik beratkan bantuan dan nasehat hukum terhadap lapisan
masyarakat kecil yang sama sekali tidak mampu atau masyarakat
miskin.
b.
Memberi nasehat hukum diluar pengadilan terhadap buruh, tani,
nelayan, dan pegawai negeri yang merasa haknya diperkosa.
c.
Mendampingi atau memberi bantuan hukum secara langsung
disidang pengadilan baik yang meliputi perkara perdata maupun
pidana.
d.
Bantuan dan nasehat hukum yang mereka berikan dilakukan
dengan cara cuma-cuma (Predeo).
17
tgl 28
http://politik.kompasiana.com/2010/05/03/profesi-advokasi-menurut Islam/ di akses
26
b. Lembaga Bantuan Hukum (LBH) yang Bernaung di Perguruan
Tinggi
Lembaga bantuan hukum (LBH) yang bernaung diperguruan tinggi
inipun hampir sama konsep dan programnya LBH swasta. Tetapi menurut
pengam atan LBH yang bernaung diperguruan tinggi kurang populer, sebab
pada kenyataannya yang tampil ke depan memberi bantuan hukum terdiri dari
mereka yang masih berstatus mahasiswa, sehingga menimbulkan anggapan
kurang mampu melaksanakan bantuan hukum.
Dari apa yang diuraikan diatas, perundang-undangan yang utuh
mengatur syarat-syarat dan pengawasan serta penyebaran bantuan hukum di
Negara kita, boleh dikatakam masih sangat minim. Akibatnya sangat sulit
melakukan pengawasan terhadap para penasehat hukum dalam melaksanakan
bantuan terhadap kepentingan para pencari keadilan. Seperti yang dikatakan
salah satu mamfaat yang harus dipetik dari para penasehat hukum, ikut serta
memperlancar jalanya proses penegakan hukum. Bukan sebaliknya, seperti
yang sering yang dialami selama ini, disebabkan faktor-faktor tugas rangkap
dan kurang mampu menguasai teknis peradilan bagi sebagian mereka. Karena
itu seyogianya pembuat undang-undang secepat mungkin mengeluarkan
undang-undang yang mengatur persyaratan, pengawasan, penyebaran dan
laini-lain. Dengan undang-undang tersebut dapat memberi batasan agar
mereka yang melakukan kegiatan bantuan hukum sebagai penasehat hukum:
a.
Harus benar-benar kualifaid
Jangan asal sarjana hukum, teus dapat diangkat dan berpraktek
memberi bantuan hukum. Harus lebih dulu aktif mengikuti persidangan pada
27
pengadilan setempat selama satu atau dua tahun di bawah pengawasan ketua
pendagilan setempat. Dengan adanya persyaratan seperti ini, lebih terjamin
kemampuan mereka dalam memberikan bantuan hukum.
b.
Harus bekerja penuh atau full time sebagai penasehat hukum
Syarat ini untuk lebih mendayagunakan waktu, pikiran, dan tenaganya
diarahkan kepada kegiatan memberi bantuan yang sungguh-sungguh. Tugas
rangkap dalam melaksanakan bantuan hukum, menimbulkan hambatan
kelancaran proses penegakan hukum, dan sekaligus mengurangi integritas
yang bersangkutan dalam membela kepentingan pencari keadilan yang
dibantunya. Mereka yang mempunyai tugas rangkap apakah sebagai dosen,
pegawai negeri, dan sebagainya harus melakukan pilihan antara tugas
pokoknya atau sebagai penasehat hukum.
6. Tujuan dan Peranan Lembaga Bantuan Hukum
a. Tujuan Lembaga Bantuan Hukum (LBH)
Tujuan bantuan hukum pada negara-negara berkembang pada
dasarnya mengadopsi tujuan bantuan hukum di negara-negara barat, yaitu
a.
Bantuan hukum merupakan tuntutan keprimanusian
b.
Untuk membangun satu kesatuan sistem hukum hukum nasional
c.
Untuk melaksanakan secara efekif peraturan-peraturan kesejateraan
sosial untuk kepentingan warga yang tidak mampu dan miskin
d.
Untuk menumbuhkan ras tanggung jawab yang lebih besar dari
penjabat-penjabat pemerintah atau birokrasi kepada masyarakat
e.
Untuk meperkuat profesi hukum
28
Di Indonesia, berdasarkan pada anggaran dasar Lembaga Bantuan
Hukum, bantuan hukum mempunyai tiga tujuan yang hendak dicapai oleh
Lembaga Bantuan Hukum yang semuanya merupakan satu kesatuan yang
bulat yang tidak dapat dipisah-pisahkan karena masing-masing adalah
merupakan aspek-aspek problema hukum yang besar yang dihadapi oleh
bangsa dan negara. Tujuan bantuan hukum tersebut adalah:
a. untuk memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat yang
membutuhkan;
b. untuk mendidik masyarakat dalam arti yang seluas-luasnya dengan
menumbuhkan dan membina kesadaran akan hak-hak sebagai subjek
hukum.
c. untuk turut serta mengadakan pembaharuan hukum dan perbaikan
pelaksanaan hukum di segala bidang.18
b. Perenan Lembaga Bantuan Hukum (LBH)
Bantuan hukum (legal aid atau legal service) diidentikan pula dengan
“Para Orator”. Mereka diidentikan dengan dua hal: Pertama, golongan
orang-orang yang memiliki pengetahuan luas, berpendidikan dan selalu
berjuang bukan hanya untuk membela hak-haknya di depan hukum dan
kekuasaan; dan Kedua, dikenal sebagai para legal yang membela orang-orang
lemah dan miskin untuk mendapatkan keadilan di depan hukum dan
pengadilan.19 Kedua aspek tersebut menjadi dasar bagi adanya peran para
advokat (lawyers) dan bantuan
18
hukum dalam praktik peradilan. Bagi negara
http://id.wikipedia.org/wiki/Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia di.undu
Tanggal 28 April 2012
19
http://en.wikipedia.org/ wiki/Lawyer di akses tgl 29
29
berkembang, konsepsi dan peranan dari suatu Lembaga Bantuan Hukum
hampir dapat dipastikan tidak sama dengan konsepsi dan peranan lembaga
bantuan hukum di negara-negara maju, tempat lembaga ini lahir dan
dibesarkan. Juga kadar campur tangan dari pemerintah terhadap eksistensi
lembaga ini akan jelas sekali perbedaannya, suatu hal yang erat hubungannya
dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pertumbuhan masyarakat
setempat. Jika hal ini benar, maka timbul pertanyaan : sampai sejauh mana
sistem kekuasaan di negara berkembang memungkinkan berkembangnya ide
bantuan hukum? Sampai dimana masyarakat setempat membutuhkan bantuan
hukum ? Dalam tulisan ini, kami akan memulai pembahasan dari pertanyaan
yang terakhir sepanjang menyangkut peranan bantuan hukum dan pada
akhirnya menuju kepada pertanyaan pertama. Persoalannya memang begitu
kompleks, menyangkut banyak aspek. Tidak saja dalam proses peradilan,
tetapi justru suatu proses pendidikan hukum (legal education): bagaimana
menumbuhkan suatu kesadaran hukum (legal consciousness) agar masyarakat
mengerti akah hak-hak dan kewajibannya dalam pergaulan hukum
masyarakat. Proses pendidikan hukum ini bisa diartikan sebagai usaha untuk
mengintroduksi nilai-nilai baru yang berguna tidak saja secara hukum, tetapi
menyangkut banyak segi lain, lebih-lebih aspek ekonomis, terutama jika kita
hubungkan dengan kenyataan-kenyataan sosial, bahwa kita memang bercitacita menuju kearah pertumbuhan ekonomi yang sejalan dengan pembagian
pendapatan yang proporsional merata sesuai dengan sila keadilan sosial.
30
Dalam hal ini paling tidak untuk sementara tampaknya peranan
lembaga bantuan hukum telah menampung salah satu usaha untuk menekan
seminimal mungkin akibat-akibat sampingan dari usaha yang keras untuk
menaikkan pendapatan nasional tadi. Dengan demikian, “keadilan” tidak
hanya dapat dikecap oleh mereka yang kebetulan mempunyai uang dan
kekuasaan seperti yang selama ini dikesankan, tetapi juga mereka yang tidak
mampu atau kebetulan tidak punya apa-apa selain sekelumit hak-hak yang
adanya justru sering tidak pula disadari. Bukankah semua orang sama
dihadapan hukum dan kekuasaan ? Kriteria utama bahwa hanya orang yang
tidak mampu dalam arti materiil saja yang dapat memperoleh bantuan hukum
dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) sedikit banyak telah membantu,
bahkan mendorong tegaknya prinsip persamaan dihadapan hukum (equality
before the law) tersebut. Dengan demikian maka dalam usaha yang
dilancarkan dewasa ini untuk mencapai kemakmuran, diharapkan agar segi
keadilan juga mendapatkan tempatnya yang terhormat.
usaha mengejar
kemakmuran sambil membelakangi keadilan, pasti akan makin memperlebar
jurang antara si kaya dan si miskin. Usaha lembaga bantuan hukum bisa
dilihat sebagai usaha untuk mensejajarkan keadilan dan kemakmuran dan
bergerak maju, berjalan bersama-sama menuju masyarakat adil dan makmur.
Walaupun tampaknya sukar untuk menarik kesimpulan usaha lembaga
bantuan hukum telah berhasil menetralisasi akibat-akibat lain dari
pembangunan itu, namun kasus-kasus yang ditangani LBH yang menyangkut
perkara-perkara penggusuran di Jakarta dalam rangka perencanaan kota,
31
rasionalisasi perusahaan atau pengrumahan terhadap sejumlah karyawan oleh
perusahaan atau departemen tertentu sedikitnya bisa disebut sebagai contoh
bantuan hukum dari segi lain itu.20
Kehadiran lembaga bantuan hukum di negara sedang berkembang
tidak saja diterima secara hukum tetapi dapat terjadi diakui pula secara
politik, dimana peranan politiknya bisa amat menonjol terutama dalam
menampung keluhan dan aspirasi dari arus bawah masyarakat. Dengan begitu
ia suatu lembaga yang dekat dengan masyarakat luas lapisan bawah yang
selama ini menimbulkan kesan tersisih, jauh dari tangan-tangan keadilan.
Masalah-masalah hubungan kerja, upah yang memadai, jaminan sosial dan
hak milik tidak semata-mata merupakan masalah ekonomi tetapi sudah
merupakan keputusan-keputusan di bidang hukum.
Peranan lembaga bantuan hukum di Indonesia saat ini diperingan
dengan adanya lembaga Ombudsman, yang merupakan lembaga resmi
pemerintah yang menerima pengaduan-pengaduan mengenai penyalahgunaan
kekuasaan atau wewenang oleh badan atau pejabat-pejabat eksekutif
pemerintahan. Jika pengaduan yang dimaksud benar, maka Ombudsman
membuat rekomendasi untuk menyelesaikan pengaduan tersebut. Lembagai
ini berasal dari Swedia, tercipta pada tahun 1809, kemudian berkembang di
berbagai negara dalam berbagai bentuk dan variasi, dibawah sistem hukum
yang berbeda-beda.
20
http://ermanhukum.com di undu tanggal 28 april 2012.
32
Di negara-negara sedang berkembang, keterlibatan pemerintah yang
terlalu jauh kedalam segala sektor kehidupan, acapkali menimbulkan eksesekses yang membawa kecemasan-kecemasan baru, sehingga apabila
dihubungkan dengan struktur kekuasaan yang ada, maka pertanyaan “siapa
yang memerintah siapa” atau “ siapa yang mengawasi siapa” menjadi amat
relevan.
Dalam prakteknya, lembaga bantuan hukum tidak saja berurusan
dengan soal-soal dimeja pengadilan, tetapi juga tidak dapat menghindarkan
diri untuk menangani pula masalah-masalah penyalahgunaan kekuasaan atau
wewenang dari badan atau pejabat-pejabat pemerintah sendiri, bahkan juga
oleh yang lazim disebut sebagai “oknum” alat negara. Sebagai contoh, sering
terjadi pejabat menggunakan jabatan resmi dari lembaganya, hanya untuk
menyelesaikan soal-soal pribadi. Sebagian besar anggota masyarakat
terutama di masa rezim orde baru, jika ia diharuskan datang ke sebuah kantor
alat negara polisi atau militer dengan surat panggilan resmi, apalagi tanpa
menyebut dalam perkara apa dan untuk apa ia dipanggil. Pernah terjadi,
panggilan semacam itu hanya untuk memaksakan suatu penyelesaian utangpiutang pribadi yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan badan resmi
tersebut. Tidak jarang pula pejabat-pejabat melampaui wewenangnya dalam
menjalankan tindakan-tindakan administratif.
Contoh lain adalah pemecatan-pemecatan yang dilakukan terhadap
para pejabat tanpa melalui prosedur yang telah ditentukan. Ombudsman,
seharusnya bertugas menerima pengaduan dan membuat rekomendasi untuk
33
menyelesaikan masalah-masalah tersebut di atas. Hal lain yang menyebabkan
berperannya lembaga bantuan hukum sebagai semacam Ombudsman, adalah
karena kurang optimalnya peran hukum tata usaha negara. Bilamana hukum
tata usaha negara sudah efektif dan pengadilan tata usaha negara telah
memainkan peranannya, maka kasus-kasus yang menyangkut salah tindak
administrasi yang terkadang amat besar pengaruhnya akan bisa diselesaikan.
Untuk sementara lembaga bantuan hukum membantu menyelesaikan
masalah-masalah tersebut dengan memberikan advis dan nasihat, melakukan
teguran-teguran kepada yang bersangkutan, mengajukan “appeal” kepada
atasannya, atau membuka masalahnya kepada umum melalui bantuan media
pers, dan jika upaya-upaya tersebut tidak berhasil, LBH mengajukan
masalahnya ke depan Pengadilan Tata Usaha Negara sebagimana perkaraperkara lainnya.
Tidak semua orang dalam kenyataannya memanfaatkan bantuan
hukum di luar badan-badan peradilan. Ini banyak terjadi dalam kasus-kasus
pembelian tanah, terutama di desa-desa, dengan dalih akan digunakan untuk
proyek-proyek pembangunan atau mengatasnamakan pembangunan.
Disamping tidak semua orang tahu bahwa bantuan hukum dapat
diperoleh, adakalanya ia memang sadar tetapi tidak mempunyai cukup
keberanian untuk mempergunakan haknya itu, antara lain karena tekanantekanan dari para pejabat setempat. Pejabat-pejabat tertentu seringkali pula
tidak tahu atau pura-pura tidak tahu bahwa setiap orang boleh dan berhak
mendapatkan bantuan dari penasihat-penasihat hukumnya. Dalam keadaan
34
seperti ini, lembaga bantuan hukum sangat sukar untuk mengembangkan
kesadaran masyarakat mengenai hak dan kewajiban mereka sebagai anggota
masyarakat dalam pergaulan hukum, suatu hal yang menjurus pada masalah
pendidikan hukum dalam arti luas.
Disinilah pentingnya lembaga bantuan hukum senantiasa bekerjasama
secara erat dengan media massa, tidak saja untuk menanamkan dan
menyebarluaskan kesadaran hukum dalam masyarakat, tetapi juga untuk
menggugah, mengoreksi dan mengontrol praktek-praktek praktek-praktek
atau perbuatan para pejabat pemerintah dan aparat penegak hukum secara
terbuka. Sebab bukanlah suatu hal yang kebetulan bahwa dewasa ini posisi
pers sekurang-kurangnya di Jakarta secara politis cukup berpengaruh.
Sebaliknya di daerah-daerah, selain sikap dan penguasanya relatif lebih
otoriter sementara media massa daerah justru lebih lemah posisinya, maka
lembaga bantuan hukum bukan saja tidak dapat berkembang bahkan tidak
bisa didirikan.
Faktor sosial ekonomi dapat pula dikatakan sebagai hambatan
berkembangnya gagasan ini. Pendapatan yang relatif kecil dari orang-orang
yang seharusnya menegakkan hukum seperti hakim, jaksa, polisi atau para
pembela bisa menyebabkan peradilan berlangsung menjadi hanya sekedar
formalitas belaka. Sinisme terhadap KUHAP (Kitab Undang-undang Hukum
Acara Perdata), dimanifestasikan dalam versi plesetan “Kasih Uang Habis
Perkara”, ini masih melekat pada sebagian anggota masyarakat, disamping
rahasia umum mengenai adanya “perkara-perkara kering” dan “perkara-
35
perkara basah”. Keadaan sosial-politik pada waktu dan tempat tertentuterutama di masa rezim orde baru- dapat pula dikatakan menjadi penghambat
utama. Dalam praktek, acapkali gagasan bantuan hukum dikorbankan demi
“ketertiban”, “keamanan” dan “pembangunan”. Banyak orang takut untuk
meminta
bantuan
hukum,
ia
akan
mendapatkan
cap
maut
“anti
pembangunan”, apalagi jika cap itu berupa “sisa-sisa G30S/PKI”.
Jika kita boleh mengatakan bahwa ketetapan MPR di bidang hukum
merupakan politik hukum negara kita, maka sebenarnya kita hanya tinggal
menterjemahkan dan menerapkan saja kedalam kenyataan sehari-hari.
Dengan demikian tugas penguasa dan masyarakat tidak hanya sekedar
penerapan undang-undang atau pasal-pasal hukum, tetapi lebih dari itu,
mencakup
masalah
hukum
dalam
hubungannya
dengan
kehidupan
masyarakat luas.
7. Kedudukan, Peran, hak dan Kewajiban Penasehat Hukum
Dalan Hukum Acara
Kedudukan dan peran pembela sebagaimana diatur dalam KUHAP
sangat
erat
kaitannya
dengan
pandangan
tentang
kedudukan
terdakwa/tergugat dalam proses peradialan. Pandangan tersebut belatar
belakang pada system nilai dari para pembuatnya.
Bangsa Indonesia dan pancasilannya, telah menciptakan Kitab
Undang-undang Hukum Perdata. Nilai-nilai pancasila telah tercermin dalam
berbagai pandangan bangsa Indonesia terhadap kedudukan terdakwa/tergugat
dan peranan pembela dalam mendampingi terdakwa/tergugat
untuk
36
memberikan bantuan hukum dalam proses peradilan, dan bersama-sama
penegak hukum yang lain menegakkan hukum dan kebenaran. Pembela
bukanlah “trouble maker” (pembuat onar) atau membenarkan yang salah.
Jadi pada dasarnya pembela adalah pengabdi dan penegak hukum
yang lain seperti Polisi, Jaksa dan Hakim peranannya tentu saja tergantung
dengan yang lain tersebut. Peranan pembela dapat dilihat pula dari segi
perlunya perlindungan hak asasi manusia, bahwa putusan pengadilan yang
akan ditetapkan, akan berakibat nestapa baginya. Dalam pertimbangan
putusan, Hakim dapat saja khilaf dan tidak teliti. Karena pembelah adalah
orang yang berpengetahuan dalam bidangnya, maka kemungkinan akan
kekurangan hakim tersebut dapat dikurangi atau ditiadakan.
Bahwasannya adalah hak setiap orang untuk mendapatkan perlakuan
dan perlindungan yang sama dimata hukum, maka oleh karenanya untuk
setiap pelanggaran hukum yang dituduhkan kepadanya serta belakangan yang
diderita olehnya, ia berhak pula untuk mendapatkan hukum yang diperlukan,
sesuai dengan asas Negara hukum.
Bahwa pembela sebagai bagian dari aparat penegak hukum mutlak
diperlukan kehadirannya dalam mendampingi terdakwa sejak ia ditetapkan
sebagai terdakwa sampai dihadapkan didepan hakim. Sebagaimana telah
disebutkan sebelumnya bahwa salah satu hak terdakwa adalah untuk
memperoleh bantuan hukum.sedangkan pelaksana bantuan hukum itu sendiri
menurut KUHAP disebut sebagai penasehat hukum/Advokat. Menurut pasal
1 angkat 3 KUHAP dirumuskan bahwa:
37
“Penashat hukum/advokat adalah seorang yang memenuhi syarat
yang ditentukan oleh atau berdasarkan Undang-undang untuk
memberikan bantuan hukum”.21
Dalam undang-undang No. 8 tahun 1981 dengan istilah “penasehat
hukum. Sedangkan dalam undang-undang No. 18 tahun 2003 tentang advokat
pasal 1 ayat (1) digunakan istilah advokat adalah orang yang berfrofesi
memberikan jasa hukum, baik didalam maupun diluar pengadilan yang
memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-undang diatas.
Adapun jasa hukum yang diberikan adalah pemberian konsultasi
hukum, bantuan hukum, mewakili, mandampingi, membela dan melakukan
tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum kliennya. Sedangkan bantuan
hukum yang dimaksud adalah jasa hukum yang diberikan advokat secara
cuma-cuma kepada klien yang tidak mampu membayar honorium para
pembela.
Sedangkan yang berhak diangkat menjadi advokat ialah sarjana yang
berlatar belakang pendidikan hukum oleh organisasi advokat (pasal 2 UU No.
18 tahun 2003 tentang advokat). Selain itu ada persyaratan yang harus
dipenuhi oleh seseorang yang dapat di angkat menjadi advokat (pasal 3 UU
No. 13 tentang advokat). Dalam pasal 5 UU No. 18 tahun 2003 tentang
advokat juga disebutkan bahwa status advokat adalah sebagai penegak
hukum, bebas dan mandiri yang dijamin oleh penegak hukum dan peraturan
21
FH UAJY, Kumpulan Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana., hal.6
38
perundang-undangan dimana wilayah kerja advokat meliputi seluruh wilayah
Republik Indonesia.
Selain daripada status keberadaan advokat juga mempunyai hak dan
kewajiban. Adapun hak-hak advokat dalam pasal 14-17 UU No. 18 tahun
2003 tentang advokat disebutkan:
Pasal 14: Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam
pembelaan perkara yang menjadi tanggung jawabnya didalam
sidang pengadilan dengan tetap berpegang pda kode etik profesi
dan peraturan perundang-undangan;
Pasal 15: Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela
perkara yang menjadi tanggung jawabnya tetap berpegang pada
kode etik profesi dan peraturan perundang-undangan;
Pasal 16: Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana
dalam menjalankan tugas profesinya dalam itikad baik untuk
kepentingan pembelaan klien dalam siding pengadilan;
Pasal 17: Dalam menjalankan profesinya, advokat berhak memperoleh
imformasi, data dan dokumen lainnya, baik dari instansi
pemerintah maupun pihak lain yang berkaitan dengan kepentingan
tersebut yang diperlukan untuk pembelaan pepentingsn klien sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.22
Adapun kewajiban dari seorang advokat yang disebutkan didalam
pasal 18-20 antara lain:
Pasal 18 ayat(1):Adokat dalam menjalankan tugas profesinya dilarang
membedakan perlakuan terhadap klien berdasarkan jenis
kelamin, agama, politik keturunan, ras atau latar belakang
sosial dan budaya;
ayat (2):Advokat tidak dapat diidentikan dengan kliennyan dalam
membela perkara klien oleh pihak yang berwenang atau,
masyarakat.
Pasal 19 ayat (1): Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui
dan diperoleh dari kliennya karena hubungan profesinya
kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang;
ayat (2):Advokat berhak atas kerahasian hubengan dengan klien,
termasuk perlindungan atas berkas dan dokumennya
terhadap penyitaan atau pemeriksaan dan perlindungan
22
Laboratorium Pusat Data Hukum Fakultas Hukum UAJY, op.cit., hal.212.
39
terhadap penyadapan atas komunikasi alat elektrinok,
advokat.
Pasal 20 ayat (1):Advokat dilarang memegang jabatan lain yang bertentangan
dengan kepentingan tugas dan martabat profesinya;
ayat (2): Advokat dilarang memegang jabatan lain yangmeminta
pengabdian sedemikian rupa sehingga merugikan profesi
advokat atau memgurangi kebebasan dan kemerdekaan
dalam menjamin tugas profesinya;
ayat (3): Advokat yang menjadi penjabat Negara, tidak
melaksanakan tugas profesinya advokat selama memangku
jabatan tersebut.23
Menurut Sudikno Mertokusumo, ia mengatakan seorang advokat atau
pengacara mempunyai kewajiban terhadap:
1.
Kliennyan, yang berarti ia harus memberikan bantuan hukum dan
menlindungi kliennya dari perlakuan dan tindakan yang semena-mena
yang bertentangan hukum.
2.
Pengadilan, pengacara atau advokat berkewajiban membantu Hakim
mencari kebenaran dan menlancarkan jalannya peradilan serta bersikaf
jujur.ia harus menjunjung tinggi hukum dan agar ia dapat diwujudkan
maka ia harus tahu dam menguasai hukum termasuk hukum acara.
Kurangnya menguasai hukum acara maka akan menghambat jalannya
pemeriksaan perkara dalam persidangan.
3.
Corp atau teman sejawat, di samping advokat atau pengacara harus
jujur, juga harus mempunyai loyalitas dan solidaritas serta menghindari
cara berpraktek yang tidak layak karena hal itu akan menyangkut nama
23
Ibid., hal. 212-213
40
baik dari corp. seorang pengacara juga harus menghormati dan
menghargai teman sejawat,terutama dimuka persidangan.24
24
Sudikno Mertokusumo,
Liberty,Yogyakarta,1988), hal.70-75.
Hukum
Acara
Perdata
Indonesia,
(Penerbit
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian deskriptif
kualitatif, dimana peneliti bertujuan menggambarkan secara sistematis, faktual
dan akurat mengenai sifat tertentu yang telah peneliti dapatkan di lapangan.
Dimana fakta-fakta yang diteliti merupakan realita yang sering kali terjadi dalam
pakteknya dan tidak dapat dipecahkan di dalam laboratorium. Husain Insan di
dalam bukunya menjelaskan:
“Hal-hal tersebut (fakta-fakta kualitatif) tidak bisa diungkapkan oleh
sebuah penelitian yang berlatar belakang labratorium. Kerena itu dalam
khasanah penelitian muncul apa yang disebut dengan penelitian
kualitatif, sebuah penelitian yang berusaha mengungkapkan keadaan
yang bersifat alamiah secara holistik. Penelitian kualitatif bukan hanya
menggambarkan
variabel-variabel
tunggal,
melainkan
dapat
mengungkapkan hubungan antara satu variable dengan variable lain.25
Sudjarwo, dalam bukunya menjelaskan: “Peneltian deskriptif merupakan
penelitian yang berpola menggambarkan apa yang ada di lapangan dan
mengupayakan penggambar data, terlepas apakah itu kualitatif ataupun
kuantitatif’.26
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa penelitian kualitatif
memandang realita sosial sebagai sesuatu yang utuh, kompleks dinamis, penuh
makna dan hubungan gejala yang bersifat interaktif. Penelitian ini dilakukan pada
25
Husain Insawan, Metode Study Multi Pendekatan dan Model, (kendari : Shadra, 2010),
26
Sudjarwo, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: CV Mandar Maju, 2010), h. 51
h. 108.
42
objek yang alamiah, yaitu objek yang berkembang apa adanya tanpa adanya
manipuasi oleh peneliti serta kehadiran peneliti tidak mempengaruhi dinamika
alamiah pada objek penelitian.27
B. Tipologi Penelitian
Adapun tipologi penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah
penelitian hukum non doktrinal yaitu penelitian berupa studi-studi empiris yang
kemudian menemukan teori-teori proses terjadinya serta mengenai proses
bekerjanya hukum dalam masyarakat.28
C. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif Normatif
Empiris yaitu dengan melakukan penalaran secara argumentatif dengan mengacu
pada sejumlah landasan teori yang mendukung. Serta melakukan pengkajian
secara normatif terhadap Peranan Lembaga Bantuan Hukum dalam memberikan
bantuan hukum terhadap masyarakat yang tidak mampu untuk membayar
honorium pembela, dendan meruntunnya pada subtansi yang tercakup dalam
Undang-undang hukum acara perdata. Namun, penelitian ini juga menggunakan
pendekatan empiris guna menjawab permasalahn seputar faktor-faktor sosiologis
yang menjadi kendala bagi para terdakwa/tergugat untuk memperoleh bantuan
hukum.29
27
Kamaruddin, Metode Penelitian Hukum, Cet.I, CV: Shandra, Kendari, 2009, hal. 47
Soerjono Soekanta dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Rajawali Press, Jakarta, 1990, hal. 98
29
Ibid. hal. 101.
28
43
D. Lokasi dan Waktu penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di wilayah Hukum Pengadilan Agama
Kendari Kelas 1.a dan di STAIN Kendari (Kantor LKBHI). Sedangkan waktu
penelitian akan dilaksanakan setelah seminar proposal kira-kira dimulai bulan
Agustus sampai Oktober atau kurang lebih tiga bulan.
E. Objek Penelitian
Yang menjadi objek pada penelitian ini adalah Peranan Lembaga
Konsultasi dan Bantuan Hukum Islam (LKBHI) STAIN Kendari khususnya dalam
membantu pemberian bantuan hukum di pengadilan Agama kelas 1.a Kendari.
F. Data dan Sumber Data
Data yang ditulis melalui pengumpulan data adalah hal-hal yang
berhubungan dengan Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Islam (LKBHI).
Berdasarkan data diatas maka penulis menggunakan dua sumber data
yaitu:
1. Sumber data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data
kepada peneliti yaitu Ketua LKBHI, Ketua Pengadilan Agama, dan staf
yang bertugas di, LKBHI, serta pihak lain yang turut serta mengmbil
bagian dalam pemberian bantuan hukum melalui LKBHI di Pengadilan
Agama Kendari.
2. Sumber data sekunder yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan
data kepada peneliti, tetapi diperolah dari arsip-arsip dan dokumentasi dari
44
instansi yang berwenang dalam hal ini Pengadilan Agama Kelas I.A
Kendari.
G. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh segenap data atau bahan hukum yang diperlukan untuk
menunjang hasil pembahasa dan analisis penelitian, maka pengumpulannya
dilakukan dengan cara:
1.
Wawancara
Teknik ini dijadikan sebagai teknik pengumpulan data kunci (utama)
dalam penelitian ini. Selain teknik pengumpulan data yang lain seperti
observasi dan dokumentasi. Teknik ini di pergunakan untuk mengetahui
secara
mendalam
tentang
berbagai
informasi
yang
sesuai
dengan
permasalahan yang teliti, informasi ini di kaji dan di interprestasikan
berdasarkan pemahaman penulis dengan melakukan Cross Chek dengan teori
yang ada dan penguji informasi dari informan lain. Setelah dipilih
berdasarkan purposif sampling maka informan wawancara antara lain ketua
LKBHI sebagai
informan kunci, dan beserta hakim yang berada di
Pengadilan Agama Kendari.
2.
Dokumentasi/Kepustakaan
Cara ini dilakukan dengan menelusuri bahan-bahan kepustakaan atau
dokumentasi, serta sumber-sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan
topic penelitian
Teknik ini juga di gunakan untuk melengkapi data agar data yang di
dapatkan semakin valid demi mendapatkan hasil penelitian yang maksimal.
45
Data yang akan di dokumentasikan diantaranya data keadaan di Pengadilan
Agama Kendari, serta data lain yang berkenaan dengan penelitian kemudian
akan diseleksi dan di sesuaikan dengan kebutuhan penelitian.
H. Teknik Analisis Data
Seluruh data hasil penelitian, selanjutnya dianalisis dengan cara yang
dicontohkan oleh Miles dan Huberman, yakni: 1) Reduksi data, 2) display data, 3)
penyajian data, 4) Verifikasi data30
Reduksi data, yaitu semua data hasil penelitian lapangan dianalisis
sekaligus dirangkum, kemudian dipilih hal-hal yang urgen, dicari tema dan diolah
sehingga tersusun secara sistematis dan mudah dikendalikan.
Display data, yaitu data yang telah diperoleh dan banyak jumlahnya dibuat
dalam bentuk bagan dan dianalisis dengn menarik kesimpulan. Sedangkan
oenyajian data yang dimaksud adalah menyajikan data untuk melihat gambaran
secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu daru penelitian yang dikumpulkan.
Kemudian yang terakhir penarikan kesimpulan atau veifikasi data yang
dimaksud
adalah
melakukan
interpretasi
data
atau
menafsirkan
dan
mengelompokkan semua data agar tidak terjadi tumpang tindih antara data yang
satu dengan data yang lainnya.
30
Sugino, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung : Al-Fabeta, 2008), h. 92
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian LKBHI diadakan di pengadilan Agama kelas 1.A
Kendari yang merupakan salah satu lembaga peradilan pelaksana tugas
Kehakiman khususnya dalam bidang perdata tingkat pertama yang beragama
Islam dibawah naungan Mahkamah Agung RI yang berada diwilayah kota
Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara.
Pengadilan Agama Kelas 1.A Kendari berdiri pada tahun 1966 di kota
Kendari dibawah pimpinan KH. Hamza Mappa. Pengadilan Agama terbentuk
berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 45 tahun 1957. Peraturan Menteri
Agama RI Nomor 67 tahun 1966 dengan nama pengadilan Agama/Mahkmah
Syari’ah
kelas
1.A
Kabupaten
Kendari
dalam
wilayah
pengadilan
Agama/Mahkamah Syari’ah di Makassar ( PTA Ujung Pandang).
Pada tahun 1977 bertepatan bulan Maret kantor pengadilan Agama Kelas
1.a Kendari dipindahkan kejalan Abunawas Kecamatan Mandonga kota Kendari
setelah mendapat anggaran APBN DIK. Kantor baru Pengadilan Agama kelas 1.
A Kendari dibangun dibawah tanah seluas 800 m dengan luas gedung 244 m dan
diengkspi dengan satu rumah dinas Ketua tipe 70 di atas tanah seluas 200 m.
Pada tahun 1991 pngadilan agama kelas 1.a Kendari mendapat dana bantuan
rehap tahun anggaran 1991/1992 dan pada tahun 1993/1994 mendapat bantuan
dana penambahan balai sidang berukuran 100 m dan ruangan jaru sita pengganti
47
berukuran 5 x 7 m. Pada tanggal 23 April 2007 bertepatan dengan tanggal 5
Rabiul Akhir 1428 H gedung baru pengadilan Agama Kelas 1.A Kendari yang
beralamat dijalan Kapten Pierre Tendean Nomor 45 Baruga Kecamatan Baruga
kota Kendari sulawesi Tenggara resmi ditempati atas izin Ketua Pengadilan
Tinggi Agama.
B. Dasar Pemikiran Lahirnya Lembaga Konsultasi Dan Bantuan
Hukum Islam (LKBHI) Stain Kendari
Sesuai surat edaran Mahkamah Agung (MA) terdiri dari tiga bagian
pemberian bantuan hukum, yakni perkara prodeo berupa penggratisan biaya
perkara dan program sidang keliling yang dilakukan majelis hakim di daerahdaerah terpencil sehingga bagi masyarakat yang jauh dari lembaga peradilan tidak
perlu lagi datang ke Pengadilan untuk berperkara serta pembentukan Pos Bantuan
Hukum (Posbakum) termasuk didalamnya Lembaga konsultasi dan bantuan
hukum Islam (LKBHI).
31
Pada pertengahan 2010 STAIN Kendari mendirikan
sebuah lembaga konsultan dan bantuan hukum, dibawah Pembina ketua STAIN
yang kemudian diamanah kepada ketua jurusan Syari’ah sebagai koordinator.
Selanjutnya STAIN mengadakan menjalin kerja sama dengan pihak pengadilan
agama Kendari dibawah pengelolaan Pos Bantuan Hukum (Posbakum). Dalam
perjalanannya ketua jurusan Syari’ah selanjutnya menugaskan kepada Ahmadi,
S.Hi sebagai ketua LKBHI dan Nur Fadil, S.Hi sebagai pegawai. Lembaga
konsultasi dan bantuan hukum terlahir dalam rangka mengembangkan dan
meningkatkan pelayanan hukum khususnya hukum Islam kepada masyarakat.
Oleh karena itu, maka LKBHI dipandang perlu didirikan untuk melayani
31
Muhammad Alwi, Wawancara Tanggal 19 November, (Pengadilan Agama)
48
masyarakat khususnya masyarakat yang masih minim dengan pengetahuan ketika
akan menghadapi perkaranya dipengadilan, dan mambantu masyarakat yang
kurang mampu untuk membayar jasa para advokat atau pengacara. Sehingga
STAIN Kendari perlu untuk mendirikan sebuah lembaga bantuan hukum yang
dapat membantu masyarakat dalam memberikan bantuan hukum.32
Dalam hal memberikan jasa bantuan hukum, LKBHI tidak kalah dengan
lembaga-lembaga bantuan hukum yang lain baik dalam hal pembuatan surat
gugatan maupun dalam hal beracara atau mendampingi kliennya. Bahkan lebih
unggul dibandingkan dengan lembaga-lembaga bantuan hukum lain.
Ada beberapa yang menjadi visi dan misi LKBHI STAIN Kendari, antara
lain :
1. Menyiapkan formula pelayanan konsultasi dan bantuan hukum Islam.
2. Memberikan advis dan advokasi hukum kepada masyarakat pada jalur
litigasi dan non litigasi.
3. Melakukan pengkajian dan pengembangan praktek hukum Islam di
masyarakat.
4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berkompoten
dibidang advokasi
5. Membina dan mengembangkan insane-insan advokat yang menjunjung
tinggi Syari’ah
6. Menjamin kerjasama yang saling menguntungkan denga lembaga
pemerintah dan non pemerintah.
32
Nur Fadil, Wawancara Tanggal 16 November, 2012
49
Sedangkan yang menjadi visi dan misi dalam memberikan bantuan hukum
diantaranya :
1. Pemberian layanan hukum kepada masyarakat dengan menjunjung
tinggi dan memperhatikan prinsip-prinsip keadilan, non dikriminasi,
keterbukaan, akutabilitas, dan kepekaan jender.
2. Pelaksanaan pemberian layanan hukum dilakukan dengan dengan
penuh rasa tanggung jawab dan professional.33
C. Tinjauan Hukum Islam Tentang Bantuan Hukum
Bantuan hukum diberikan kepada orang yang tidak mampu tetapi jangan
diartikan hanya sebagai bentuk belas kasihan kepada yang lemah semata.
Seharusnya selain membantu orang miskin, bantuan hukum juga merupakan
gerakan moral yang memperjuangkan Hak Asasi Manusia juga untuk
mewujudkan cita-cita negara kesejahteraan (welfare state) dan keadilan sosial.
Pemberian bantuan diberikan dalam ruang lingkup permasalahan hukum
yang dialami oleh orang yang membutuhkan bantuan karena keterlibatannya
dalam masalah hukum sedangkan orang tersebut kurang mengerti hukum atau
kurang mengetahui hukum dan termasuk orang yang tidak mampu dalam segi
keuangan.
Agama manapun di dunia ini selalu mengajarkan ummatnya untuk
membantu orang-orang miskin. Bukan saja membantu dari sisi materi, tetapi juga
membantu mereka menghadapi berbagai persoalan hidup.. Dalam sistim hukum
Barat, Amerika, Yunani Kuno dan negara berkembang seperti Indonesia sudah
33
Fadil,……………..
50
mengenal istilah bantuan hukum. Untuk masyarakat modern hal ini sudah harus
diprogramkan.. Bahkan jauh sebelumnya Islam sudah menerapkan konsep
bantuan hukum Ahli fiqh pada beberapa abad yang silam sudah membicarakan hal
ini yang dikelompokkan kepada bab wakalah Konsep zakat dalam Islam,
misalnya, adalah konsep yang dipersiapkan antara lain untuk membantu fakir
miskin.34
Islam sangat melindungi hak-hak manusia yang diantaranya hak untuk
merdeka, yaitu hak untuk kebesan yakni hak untuk tidak memikul kesalahan yang
dibuat oleh orang lain. Hak ini disebabkan karena adanya asas praduga tak
bersalah dalam hukum Islam yang mendasari bahwa seorang yang ditudh
melakukan kejahatan harus dianggap tidak bersalah sebelum hakim dengan buktibukti meyakinkan menyatakan dengan tegas kesalahn itu.
Realitas demikian secara argumentatif tidak ada lagi pertentangan secara
normatif dengan subtansi produk aturan yang secara filosofis sangat menekan
urgensi bsgi perlundungsn hukum terhadap hak-hak masyarakat atas bantuan
hukum. Perlindungan hukum bagi masyarakat melalui hak-haknya untuk
memperoleh bantuan hukum juga mrupakan salah satu bahagian integral dari
perlindungan Hak Asasi Manusia.
Tinjauan Hukum Islam dalam bantuan hukum, pemberian bantuan hukum
merupakan hal yang sangat tepat, mengingat dalam hukum Islam ada yang
namanya asas praduga tak bersalah begitupula dalam KUHAP, perumusan negara
dalam melindungi hak-hak masyarakat yang dituangkan dalam KUHAP sangat
34
Didi Kusnadi, Bantuan Hukum dalam Islam Profesi Kepengacaraan dalam Islam dan
Praktiknya di Lingkungan Pengadilan,( Cet-1:Penerbit: Pustaka Setia, Bandung, 2012), Hal. 347
51
tidak bertentangan dengan Hukum Islam mengingat pemberian itu adalah untuk
membantu para masyarakat untuk mendapat keadilan tak terkecuali baik itu
masyarakat yang mampu maupun yang kurang mampu. Kata “membantu” disini
peneliti menafsirkan adalah tolong-menolong dalam hal kebaikan. Dalam hukum
Islam pemberian bantuann hukum merupakan perbuatan tolong-menolong yang
memang telah menjadi satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam.
Islam mewajibkan umatnya untuk saling tolong-menolong satu dengan yang
lainnya yang merupakan bagian dari hubungan manusia dengan sesamanya, segala
bentuk perbedaan yang mewarnai kehidupan merupakan salah satu isyarat kepada
umat manusia agar saling membantu satu sama lain dengan ketetapan Islam.
Sebagaimana Firman Allah dalam Surah Al-Maidah ayat 2:
 ..............  

.............
..
Artinya:”Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan
takwa,.”.35
Selain itu dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim secara tegas
menerangkan pentingnya tolong-menolong sesama Muslim. Untuk meringankan
kesusahan yang sedang dialaminya.
‫ من نفس عن مسلم كربة من كرب الد نيا نفس هللا‬: ‫عن ا بي هر يرة عن النبي صلي ا هلل عليه وسلم قال‬
‫عنه كر بة من كر ب يو م القيا مة و من يسر علي مغسر يسر هللا عليه في الد نيا واال خرة ومن سترعلي‬
36‫اخيه‬
35
‫مسلم ستر هللا عليه في الد نيا واال خرة و هللا في عو ن العبد ما كا ن العبد في عو ن‬
Departemen
Agung.2006),hal. 142.
agama,
al-Qur’an
dan
Terjemahannya,
(Surabaya
:
Karya
52
Artinya:" Barangiapa yang meringankan salah satu dari kesusahan seorang
mukmin di dunia, maka Allah akan meringankan salah satu
kesusahannya di hari kiamat. Barangsiapa yang yang memudahkan
(membantu dalam masalah) orang yang mendapat kesusahan, maka Allah
akan memudahkan baginya di dunia dan akhirat. Barang siapa yang
menyembunyikan keaiban seorang muslim lain, makaAllah akan
menyembunyikan keaibannya di dunia dan akhirat. Allah menolong
seorang hamba selagi hamba itu menolong saudaranya.”(225 sunan
ibnu majah)
Tolong-menolong memang telah menjadi satu bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari ajaran Islam. Islam mewajibkan ummatnya untuk saling tolongmenolong satu dengan yang lainnya, segala bentuk perbedaan yang mewarnai
kehidupan manusia merupakan salah satu isyarat kepada ummat manusia agar
saling membantu satu sama lain sesuai dengan ketetapan Islam.
Mengingat setiap masyarakat, dimanapun didunia ini termasuk pada
masyarakat Indonesia sebagai komunitas perkumpulan hidup, yang memiliki
kepentingan berbeda-beda. Sudah barang tentu akan selalu membutuhkan bantuan
dari yangh lain, sala satu bantuan itu adalah bantuan hukum. Dalam menemukan
keadilan tidak jarang masyarakat harus dibantu oleh seorang atau lebih pengacara.
Karena tidak dapat dipungkiri masih banyak manusia yang kurang pengetahuan
atau bahkan sama sekali tidak
mengerti akan aturan hukum. Maka dengan
hadirnya seorang pembelah akan sedikit lebih menjamin adanya keadilan
terhadapnya.
Semua itu tidak terlepas dari prinsip tolong-menolong terhadap sesama.
Untuk itu, hendaknya juga ummat Islam harus mengerti benar mengenai arti
tolong-menolong yang diajarkan dalam Islam. Aturan pakai untuk menggunakan
36
Sunan Ibnu Majah, Abu Abdullah Muhammad Ibn Yasid Al Qaswiny Ibnu Majah, juz.
I (T.t: Darl Al Fikr), h. 82, T,th
53
atau menjalankan ajaran saling tolong-menolong ini tentu saja tidak lepas dari
dalam al-Qur’an dan Hadis, karena Islam adalah agama yang bersumber dari alQur’an dan Hadis.
Pemberian bantuan hukum terhadap masyarakat utamanya mereka yang
kurang mampu untuk membayar jasa para pengacara dan mereka yang tidak
mengerti hukum atau takut akan hukum ini dianggap perlu karena ia wajib diberi
perlindungan sewajarnya, perlu diingat juga ketentuan dalam pasal 8 dimana
seorang tertuduh wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya psutusan
pengadian yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum
tetap.
Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, tugas penegak hukum dan
keadilan merupakan suatu hal yang amat penting. Perihal ini ditegaskan oleh
Allah dalam Surah An-Nisa’ ayat 58:
..........‫اس أَن تَ ْح ُك ُموِاْ بِ ْالعَ ْد ِِل‬
ِ ِ َّ‫إِلَى أ َ ْه ِل َها َوإِذَا َح َك ْمتُم بَيْنَِ الن‬.......
Artinya: “Dan (menyeruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil”.37
Selain itu,ditegaskan-Nya pula dalam ayat 135 Surah An-Nisa’ :
ُ ‫ْط‬
‫علَى أَو أ َ ْنفُ ِس ُك ْم ْال َوا ِلدَي ِْن‬
ِ ‫َيا أَيُّ َها الّذِينَ آ َمنُوا ُكونُوا قَ ّو ِامينَ ِب ْال ِقس‬
َ ‫ش َهدَا َء ِ ّلِلِ َولَ ْو‬
......... َ‫َو ْاْل َ ْق َر ِبين‬
37
hal. 113
Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Karya Agung, Surabaya, 2006,
54
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Jadilah kamu orang yang benar-benar
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu
sendiri ataupun ibu bapak dan kaum kerabatmu”.38
Penegasan tersebut disampaikan, bahwa dalam setiap kehidupan dan
pergaulan masyarakat dalam bernegara, termasuk di Negara Hukum Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang 1945. Keadilan,
kebenaran, dan kepastian hukum dalam sistem menyelenggarakan hukum
merupakan hal yang sangat penting dalam usaha menciptakan kehidupan yang
aman. 39
Bantuan hukum pada hakekatnya adalah segala upaya pemberian bantuan
hukum dan pelayanan hukum kepada masyarakat, agar mereka memperoleh dan
menikmati semua haknya yang diberikan oleh hukum khususnya dalam proses
peradilan. Pembelah sebagai pemberi bantuan hukum berperan sebagai pengontrol
agar keputusan yang dijatuhkan pada Kliennya oleh hakim adil dan tidak
memihak.
Akan tetapi wajah hukum di Indonesia belum menampakkan sosok
sebagaimana yang dikehendaki bersama. Apa saja telah diatur secara tegas oleh
hukum dan perundang-undangan, belum sepenuhnya terwujud sesuai yang diatur
dalam perundang-undangan. Sehingga rasa keadilan didalam masyarakat
khususnya pihak yang berkepentingan belum menikmati.
38
Ibid.,hal. 131
Taufik Hamami, Kedudukan dan Eksitensi Peradilan Agama dalam Sistem Tata Hukum
di indonesi, (Bandung : PT Alumni, 2003), hal. 1
39
55
Pada pokoknya hukum dan perundang-undangan mengatur serta menjamin
hak-hak setiap warga Negara dihadapan hukum tanpa adanya pengecualian. Justru
menurut hukum, seorang belum dianggap bersalah sebelum adanya suatu putusan
pengadilan yang menyatakan kesalahan itu serta yang mempunyai kekuatan
hukum tetap. Paling penting itu perlu didasari para penegak hukum untuk
memandang masyarakat dengan berlandaskan Asas Praduga Tak Bersalah
(Presumption Of Innocence).40
D. Peranan Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Islam
(LKBHI) dalam Pemberian Bantuan Pada Pengadilan Agama
Kendari
Pada umumnya setiap lembaga bantuan hukum sangat membantu
khususnya dalam memberikan bantuan hukum kepada masyarakat baik yang
mampu maupun yang tidak mampu, begitu pula dengan lembaga konsultasi dan
bantuan hukum Islam STAIN Kendari. LKBHI sangat membantu masyarakat baik
dalam hal pemberian konsultasi maupun pembuatan surat gugatan. Kedepan
LKBHI sangat dibutuhkan dalam membantu ,masyarakat yang kurang mampu
membayar jasa advokat atau pengacara
dan masyarakat yang masih minim
dengan pengetahuan hukum.41
Ketua LKBHI STAIN Kendari, Ahmadi, S.Hi,.MH menjelaskan bila
program penggratisan biaya perkara di Pengadilan Agama Kendari bagi warga tak
mampu sudah berlaku sejak 1 Maret lalu. Kami tak sepeserpun memungut dana.
Bahkan konsultasi gratis kami siapkan poskonya.42
40
Lobby logman, Pra Peradilan di Indonesia, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 1987), hal. 10.
Ketua pengadilan,.
42
Ahmadi.Ketua LKBHI Stain Kendari, Minggu Tgl 25 November, 2012
41
56
Hal yang sama juga dikatakan oleh Pak Rahmading sebagai yang
menanggani kontrak antara LKBHI dengan Pengadilan Agama kelas 1.a Kendari.
Bahwa keberadaan LKBHI yang didirikan STAIN Kendari sangat membantu
masyarakat. Sehingga harapannya kedepan pengadilan agama ingin mengadakan
kerja sama lagi dengan lembaga-lembaga bantuan hukum khususnya LKBHI.
Karena LKBHI sudah berakhir kontrak dengan pengadilan agama pada bulan
Oktober 2012 yang seharusnya berakhir pada bulan Desember akan tetapi dana
yang disiapkan sudah habis sehingga kegiatan tersebut berakhir. Dana tersebut
berasal dari lembaga pengadilan yang diberikan apabila menangani perkara, setiap
perkara di bayar seratus ribu dalam setiap bulannya LKBHI cuman menangani
maksimal dua puluh lima perkara.43
Adapun jasa hukum yang diberikan adalah seperti pemberian konsultasi
hukum,
membuat
surat
gugatan
bagi
masyarakat.
Khusus dalam
hal
pendampingan dimuka persidangan LKBHI yang terikat kontrak kerja sama
dengan pengadilan agama Kendari pada posbakum berdasarkan surat edaran
Mahkamah Agung (SEMA) tentang pelayanan bantuan hukum. LKBHI tidak
diatur tentang pendampingan dimuka persidangan. Sehingga LKBHI tidak dapat
mendampingi masyarakat yan berperkara dipersidangan. Apabila ada masyarakat
yang meminta untuk pendampingan dimuka persidangan dibolehkan akan tetapi
dalam hal pembiayaaan tidak ditanggung oleh pengadilan agama semua
ditanggung oleh yang berperkara.44
43
44
Rahmading, Wawancara Tanggal 19 November, 2012 (Pengadilan Agama)
Ketua Pengadilan,.
57
Kedepan pengadilan agama ingin lebih mempererat kerja sama dengan
pihak STAIN Kendari khususnya dalam pengadaan bantuan hukum. Sehingga
memberi peluang bagi para alumni STAIN khususnya jurusan Syari’ah untuk
berkiprah didalamnya, seperti pengacara dan lain sebagainya. Karena tidak
menutup kemungkinan-kemungkinan kedepan alumni Syari’ah akan sangat
dibutuhkan khususnya yang meguasai hukum Islam bagi para pencari keadialan.45
Lembaga bantuan hukum sudah dinaungan Kemeterian Hukum dan
HAM, sehingga semua instansi peradilan tidak dapat lagi mengambil alih daripada
pengadaan bantuan hukum. Tetapi kembali kepada kebijakan dari Kementerian
Hukum dan HAM apabila hal ini kemudian mengamanahkan kembali kepada
lembaga peradilan dalam pengadan lembaga bantuan hukum maka pengadilan
agama khususnya tetap akan terima justru hal ini adalah kesempatan bagi
pengadilan agama dalam membantu masyarakat tentunya atas kerja sama dengan
Kementerian Hukum dan HAM. Sehingga saat ini pengadilan agama lagi
mendekatkan diri denganKementerian Hukum dan HAM bagaimana lembaga
bantuan hukum ini diadakan kembali, sehingga masyarakat yang kurang mampu
dan yang sama sekali tidak tahu mengenai hukum dapat merasakan selayaknya
masyarakat yang mampu membayar dan yang tahu hukum. Karena dengan adanya
LKBHI ini bukan saja membantu masyarakat tetapi membantu juga pengadilan
agama yang dulunya dikerjakan oleh pihak pengadilan atau para pegawai
45
Ketua pengadilan agama.
58
pengadilan agama sekarang diserahkan kepada petugas/pegawai LKBHI
khususnya dalam pemberian konsultasi dan pembuatan surat gugatan.46
Ada beberapa hal yang harus STAIN lakukan untuk mengembangkan
LKBHI sehingga dapat menjadi sebuah lembaga bantuan hukum yang betul-betul
yang bukan hanya dikenal diwilayah kota Kendari tetapi diseluruh Sulawesi
Tenggara. Seperti melakukan training, sosialisasi, kemudian melakukan kerja
sama dengan berbagai pihak dan pelatihan-pelatihan tentang bantuan hukum.47
Selain dari yang dijelaskan diatas ada beberapa lagi yang kemudian harus
diperhatikan. Hal-hal yang harus dilakukan STAIN dalam mengembangkan
LKBHI, sebagai berikut:
1. Memberikan pelatihan bagi petugas/anggota LKBHI guna peningkatan
profesionaliti dan kinerja.
2. Pemberian bantuan dana oprasional atau anggaran kepada LKBHI.
46
47
Rahmading,.
Rusnam, Wawancara Melalui Telepon Seluler Tanggal 2 Desember, 2012
59
E. Alur/Skema
Hukum48
Permohonan
dalam
Pemberian
Layanan
Masyarakat yang mengajukkan perkara : peggugat/tergugat atau
pemohon/termohon
Peggugat/tergugat
pemohon/termohon
1.
2.
3.
4.
atau
Pemberian informasi
Pemberian advis
Advokasi
Pembuatan surat perkara atau
permohonan
Mengisi formulir surat pernyataan
telah diberikan jasa layanan
posbakum
Surat gugatan atau permohonan
diserahkan kemeja 1, yakni registrasi
nomor perkara
48
Fadil.,
60
Apabila telah diterima /dicatat nomor
perkaranya penggugat/tergugat atau
pemohon/termohon menunggu surat
panggilan sidang
F. Faktor yang Mempengaruhi LKBHI dalam Pemberian
Bantuan Hukum
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam memberikan bantuan
hokum. Pertama, faktor ilmu, sebab tidak semua orang tahu dan mengerti dalam
beracara, dan juga kemungkinan faktor psychologis/pubia bantuan hukum,
kemungkinan ada di antara masyarakat yang kurang berani membela dan
mempertahankan haknya di hadapan hakim atau pengadilan.49
Selain yang dijelaskan diatas terdapat juga faktor lain yang mempengaruhi
LKBHI dalam pemberian bantuan hukum kepada masyarakat, tetapi hal ini tidak
terlalu berpengaruh terhadap peran LKBHI sebagai sebuah lembaga konsultan,
diantaranya sebagai berikut :
1. Adanya salah satu lembaga konsultan yang sering tidak sejalan dengan
LKBHI dalam menjalankan tugasnya. Seperti PERADI yang sering
mengambil daripada apa yang menjadi kewenangan LKBHI. Akan
tetapi hal ini tidak terlalu berpengaruh terhadap LKBHI dalam
menjalankan tugas dan fungsinya dan itu merupakan hal yang wajar
selama sifatnya positif. Sebab, ranah dari LKBHI adalah perkaraperkara biasa bukan perkara luar biasa artinya masyarakat yang
49
Rusnam,.
61
berperkara adalah masyrakat menengah kebawah, sebagian besar
adalah masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi dan yang tidak
mengerti tentang hukum.
2. Secara adminitrasi, terdapatnya beberapa peralatan yang belum
dipasilitasi oleh pihak pengadilan agama kendari, seperti pengadaan
komputer atau leptop, printer dan lain sebagainya. Jadi, selama ini
pegawai LKBHI hanya menggunakan peralatan pribadi untuk
mengerjakan tugas-tugas yang ada.
Dikatakan Husain Insawan, sebagai ketua jurusan Syari’ah sekaligus
Koordinator LKBHI mengatakan bahwa LKBHI telah sukses dalam memberikan
bantuan hukum terhadap masyarakat.50
Bahkan dikatakan Muh. Alwi. Ketua pengadilan agama bahwa LKBHI
mempunyai keunggulan tersendiri dibandingkan dengan lembaga bantuan hukum
yang lain. Selain, menguasai hukum Islam juga mampu dalam hal hukum positif
sehingga dalam hal lapangan kerja LKBHI lebih luas dari lembaga-lembaga
bantuan hukum yang lain. Oleh karena itu saya berharap LKBHI ini tidak hanya
bisa membuat surat gugatan tetapi bisa mendampingi masyarakat yang
membutuhkan pendamping baik di pengadilan agama maupun di pengadilan
umum.51
G. Strukruk Kepengurusan Lembaga Konsultasi dan Bantuan
Hukum Islam (LKBHI) Stain Kendari.52
1. Pengarah
: DR. H. Nur Alim, M.Pd
Husain Insawan, Wawancara Tanggal 29 November, ( STAIN, Ruang Kajur Syari’ah)
Ketua pengadilan, wawancara tanggal 28 desember, 2012.
52
Fadil,
50
51
62
2. Pembina
: DR. Abdul Kadir, M.Pd
3. Koordinator
: DR. Husain Insawan, M.Ag
4. Ketua
: Ahmadi, S.Hi., M.H
5. Wakil Ketua
: Muh. Asrianto Zainal, SH., MH
6. Sekretaris
: Ashadi L. Diab, MA., M.Hum
7. Bendahara
: Elvisnawati, S.IP
8. Bidang Litigasi
: Muh. Kamal, SH.,MH
Abdul Razak Niba, SH
L. Suriadin, S.Hi
9. Bidang Non Litigasi
: Drs. Muh. Idris
Manshur Malaka, S.Ag., MA
Rusnam, S.Hi
10. Bidang Penelitian dan Pengembangan
: Abbas, MA
Nur Fadil, S.Hi
Arifuddin, S.Hi
11. Bidang Pelatihan dan Sosialisasi : Asep Kurniawan, S.Hi
M. Nengah Murtadho, S.Hi
Adenisastrawan, S.Hi
Ani Hayati, S.Hi
12. Staf
: Suardi, S.Pd.i
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah diungkapkan dalam
penelitian ini, maka dapat dikemukan penelti dapat mengemukakan yang menjadi
pokok-pokok kesimpulan penelitian ini, dengan tetap berpedoman pada ruang
lingkup pada pokok rumusan masalah, sebagai berikut:
a.
Keberadaan Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Islam (LKBHI)
sangat berperan. Baik dalam hal membantu masyarakat yang kurang
mampu atau masyarakat miskin dan yang tidak tahu sama sekali hukum
tetapi membantu juga bagi pihak pengadilan sendiri. Bahkan sukses
dalam menjalankan peranannya sebagai salah satu lembaga bantuan
hukum. LKBHI merupakan salah satu lembaga bantuan hukum yang
64
didirikan STAIN Kendari atas kerja sama dengan Pengadilan Agama
Kendari.
b.
Ada beberapa yang menjadi faktor penghambat bagi LKBHI dalam hal
pemberian bantuan hukum kepada masyarakat. Pertama, Adanya salah
satu lembaga konsultan yang sering tidak sejalan dengan LKBHI dalam
menjalankan tugasnya. Kedua, Secara adminitrasi, terdapatnya beberapa
peralatan yang belum dipasilitasi oleh pihak Pengadilan Agama Kendari.
Ketiga , faktor ilmu, sebab tidak semua orang tahu dan mengerti dalam
beracara, dan juga kemungkinan faktor psychologis/pubia bantuan
hukum, kemungkinan ada di antara masyarakat yang kurang berani
membela dan mempertahankan haknya di hadapan hakim atau
pengadilan.
B. Saran-Saran
Dari pokok kesimpulan tersebut, peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1. Perlu adanya sosialisai mengenai LKBHI sebagai salah satu lembaga
bantuan yang memberikan bantuan hukum kepada masyarakat, sehingga
dapat menjadi lembaga bantuan hukum yang yang tidak hanya dapat
memberikan bantuan hukum dipengadilan agama tetapi mampu untuk
bersaing di lembaga=lembaga peradilan umum, serta mengadakan kerja
sama dengan instansi-instansi lain baik Pemerintah Kabupaten maupun
Pemerintah Provinsi. Untuk lebih efektifnya dalam memberikan layanan
bantuan hukum, LKBHI perlu lebih mempererat kerja sama dengan
pengadilan agama serta perpanjangan masa kontrak yang lebih panjang.
65
2. Agar dalam menjalankan tugasnya sehingga tidak terjadi tumpah tindih
dengan
lembaga
bantuan
hukum
yang
lain
LKBHI
perlu
mengkomunikasikannya baik dalam hal memberikan konsultasi maupun
dalam pembuatan surat gugatan. LKBHI juga perlu mengadakan
pelatihan-pelatihan atau training khusus bagi petugas LKBHI. Sehingga
menjadi lembaga bantuan hukum bukan hanya mampu dalam membuat
surat gugatan tetapi juga mampu memdampingin pada saat dimuka
persidangan. Dan sosialisasi mengenai hukum juga perlu karena
kebanyakkan masyarakat takut atau kurang berani membela dan
mempertahankan haknya di muka hakim atau pengadilan.
66
67
Hal : Cerai Gugat
Kendari, 26 Juli 2011
Kepada Yth.
Ketua Pengadilan Agama Kendari
Di Tempat
Assalamu ‘Alaikum Wr. Wb.
Yang bertanda tangan di bawah ini
:
Nama
: Hardyana binti Haruna Samri
Umur
: 35 Tahun
Agama
: Islam
Pendidikan Terakhir : S.1
Pekerjaan
: PNS Inspektorat Kota Kendari
Tempat Tingga
: Jalan
Sao-sao Lr. Oleo Nomor 09 RT/RW 025/004
Kelurahan Bende Kecamatan Kadia Kota Kendari;
Selanjutnya di sebut Penggugat,
Mengajukan cerai gugat terhadap suami Penggugat, :
Nama
: Ramdan Ilham Bin M. Ilham
Umur
: 36
68
Agama
:Islam
Pendidikan terakhir
:SMA
Pekerjaan
:Wiraswasta
Tempat Tinggal
: Jl. M. Paleo Lrg Lasuloro No. 3A Kel. Antan Kec.
Manggala Makassar.
Selanjutnya disebut Tergugat,
TENTANG PERMASALAHANNYA
1. Bahwa Penggugat dan tergugat adalah suami istri sah, telah melangsungkan
pernikahan pada tanggal 19 Januari 2002 dihadapan pejabat PPN Kua
Kecamatan Angata sebagaimana buku kutipan Nikah Nomor 19/03/III/2003
tanggal 4 Maret 2003
2. Bahwa setelah menikah Penggugat dan tergugat hidup rukun bersama
sebagaimana layaknya suami istri dengan baik, ba’da dukhul dan memilih
untuk tinggal bersama semula di Jalan Sao-sao Lr. Oleo Nomor 09 RT/RW
025/004 Kelurahan Bende Kecamatan Kadia Kota Kendari
selama 1
(satu)tahun;
3. Bahwa dari pernikahan Penggugat dan tergugat tersebut telah dikaruniai anak 1
(satu) orang yang masing-masing bernama
:
3.1.Nur Aprilia SR lahir tanggal, 22 April 2002
4.
Bahwa kehidupan rumah tangga Penggugat dan tergugat mulai goyah dan
terjadi perselisihan dan pertengkaran secara terus menerus yang sulit diatasi
sejak tanggal 10 bulan Desember tahun 2002 sampai dengan saat ini.
5.
Bahwa perselisihan dan pertengkaran antara Penggugat dengan tergugat
semakin tajam dan memuncak terjadi pada tanggal 27 bulan Januari tahun
2003
6.
Bahwa sebab – sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut
karena :
6.1. Karena sering meninggalkan Istri dan Anaknya dalam waktu yang lama
6.2. Ketidak cocokan dalam Rumah Tangga.
69
7.
Bahwa akibat dari perselisihan dan pertengkaran tersebut, akhirnya sejak
tanggal, 1 bulan, Februari Tahun 2003 hingga sekarang selama kurang lebih
8 tahun 6 bulan, Penggugat dan tergugat telah berpisah tempat
tinggal/berpisah ranjang*) karena tergugat telah pergi meninggalkan tempat
kediaman bersama, yang mana dalam pisah rumah tersebut saat ini Penggugat
bertempat tinggal di Jalan Sao-sao Lr. Oleo Nomor 09 RT/RW 025/004
Kelurahan Bende Kecamatan Kadia Kota Kendari dan tergugat bertempat
tinggal di Jl. M. Paleo Lrg Lasuloro No. 3A Kel. Antan Kec. Manggala
Makassar.
8.
Bahwa sejak berpisah tempat tinggal/berpisah ranjang*) Penggugat dan
tergugat selama 8 tahun 6 bulan, maka hak dan kewajiban suami istri tidak
terlaksana sebagaimana mestinya karena sejak saat itu tergugat tidak lagi
melaksanakan kewajibannya sebagaimana suami terhadap Penggugat sebagai
istri;
9.
Bahwa Penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan
jalan/cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik – baik
dan meminta bantuan kepada orang tua maupun pemuka agama, namun tidak
berhasil;
10. Bahwa untuk gugatan ini, Penggugat sanggup membuktikan dalil-dalil
gugatan dengan mengajukan alat-alat bukti tertulis maupun keterangan saksisaksi;
11. Bahwa dengan sebab-sebab tersebut di atas, maka Penggugat merasa rumah
tangga antara Penggugat dan tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena
perselisihan dan pertengkaran secara terus menerus yang berkepanjangan dan
sulit diatasi dan tidak ada harapan untuk hidup rukun lagi, maka Penggugat
berkesimpulan untuk mengakhiri ikatan perkawinan dan memilih jalan
bercerai dengan tergugat;
12. Bahwa anak-anak Penggugat dan tergugat selama ini tinggal bersama
Penggugat, karena itu untuk kepentingan anak-anak itu sendiri dan rasa kasih
sayang Penggugat terhadap mereka, maka Penggugat mohon agar anak-anak
tersebut ditetapkan dalam pengasuhan dan pemeliharaan Penggugat.
70
Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka Penggugat mohon kepada
Ketua Pengadilan Agama Kendari Cq. Majelis Hakim untuk memeriksa dan
mengadili serta berkenan menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai
berikut :
Primer
:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya*);
2. Menjatuhkan talak satu ba’in sughra tergugat Ramdan Ilham bin M. Ilahm
terhadap Penggugat, Hardyana, S. Sos binti Haruna Samri.
3. Menetapkan anak-anak Penggugat dan tergugat yang bernama Nur Aprilia
SR lahir tanggal, 22 April 2002 berada dalam pengasuhan dan pemeliharan
Penggugat;
4. Menghukum tergugat untuk menyerahkan pengasuhan dan pemeliharaan
anak-anak tersebut kepada Penggugat.;
5. Membebankan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Subsider :
Dan atau jika pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (
ex aequo et bono).
Wasslamu ‘Alaikum
Wr. Wb.
Hormat Penggugat,
Hardyana, S.Sos
71
Hal : Cerai Gugat
Juli 2011
Kendari,
26
Kepada Yth.
Ketua Pengadilan Agama Kendari
Di Tempat
Assalamu ‘Alaikum Wr. Wb.
Yang bertanda tangan di bawah ini
:
Nama
: Hasti Acuarista H Binti Haeruddin Razak M
Umur
: 23 Tahun
Agama
: Islam
Pendidikan Terakhir : SMK
Pekerjaan
: Wiraswasta
Tempat Tinggal
: Jalan Wayong I Nomor 09 RT/RW 001/004 Kelurahan
Tobuuha Kecamatan Puuwatu Kota Kendari;
Selanjutnya di sebut Penggugat,
Mengajukan cerai gugat terhadap suami Penggugat, :
Nama
: Muh. Taufan Octaviano Bin Nurdin Arsyad
Umur
: 26
Agama
:Islam
72
Pendidikan terakhir
:SMA
Pekerjaan
:Wiraswasta
Tempat Tinggal
: Jl. Wijaya Kusuma No. 17 Kel. Lahundape Kec. Kendari
Barat Kota Kendari.
Selanjutnya disebut Tergugat,
TENTANG PERMASALAHANNYA
13.
Bahwa
Penggugat
dan
tergugat
adalah
suami
istri
sah,
telah
melangsungkan pernikahan pada tanggal 07 Januari 2008 dihadapan pejabat
PPN Kua Kecamatan Mandonga sebagaimana buku kutipan Nikah Nomor
041/01/II/2008 tanggal 25 Februari 2008
14.
Bahwa setelah menikah Penggugat dan tergugat hidup rukun bersama
sebagaimana layaknya suami istri dengan baik, ba’da dukhul dan memilih
untuk tinggal bersama semula di Jalan Samratulangi, Kecamatan MAndonga
Kota Kendari selama 3 bulan;
15.
Bahwa dari pernikahan Penggugat dan tergugat tersebut telah dikaruniai
anak 2 (dua) orang yang masing-masing bernama
:
15.1. Muh. Afdal Fadillah lahir tanggal, 11 Maret 2009
15.2. Muh. Rafliyandara lahir 15 Desember 2010
16. Bahwa kehidupan rumah tangga Penggugat dan tergugat mulai goyah dan
terjadi perselisihan dan pertengkaran secara terus menerus yang sulit diatasi
sejak tanggal 15 bulan Juni tahun 2008 sampai dengan saat ini.
17. Bahwa perselisihan dan pertengkaran antara Penggugat dengan tergugat
semakin tajam dan memuncak terjadi pada pertengahan bulan Mei tahun
2009.
18. Bahwa sebab – sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut
karena :
18.1.
Karena sering Mabuk - mabukkan
18.2.
Sering memukuli Penggugat.
18.3.
Tidak menafkahi Penggugat dan anaknya.
73
19. Bahwa akibat dari perselisihan dan pertengkaran tersebut, akhirnya sejak
bulan April Tahun 2010 hingga sekarang selama kurang lebih 1 tahun 3
bulan, Penggugat dan tergugat telah berpisah tempat tinggal. karena tergugat
telah pergi meninggalkan tempat kediaman bersama, yang mana dalam pisah
rumah tersebut saat ini Penggugat bertempat tinggal di Jalan Wayang Nomor
09 RT/RW 001/004 Kelurahan Tobuuha Kecamatan Puuwatu Kota Kendari
dan tergugat bertempat tinggal di Jl. Wijaya Kusuma No. 17 Kemaraya Kota
Kendari.
20. Bahwa sejak berpisah tempat tinggal/berpisah ranjang*) Penggugat dan
tergugat selama 1 tahun 3 bulan, maka hak dan kewajiban suami istri tidak
terlaksana sebagaimana mestinya karena sejak saat itu tergugat tidak lagi
melaksanakan kewajibannya sebagaimana suami terhadap Penggugat sebagai
istri;
21. Bahwa Penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan
jalan/cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik – baik
dan meminta bantuan kepada orang tua maupun pemuka agama, namun tidak
berhasil;
22. Bahwa untuk gugatan ini, Penggugat sanggup membuktikan dalil-dalil
gugatan dengan mengajukan alat-alat bukti tertulis maupun keterangan saksisaksi;
23. Bahwa dengan sebab-sebab tersebut di atas, maka Penggugat merasa rumah
tangga antara Penggugat dan tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena
perselisihan dan pertengkaran secara terus menerus yang berkepanjangan dan
sulit diatasi dan tidak ada harapan untuk hidup rukun lagi, maka Penggugat
berkesimpulan untuk mengakhiri ikatan perkawinan dan memilih jalan
bercerai dengan tergugat;
24. Bahwa anak-anak Penggugat dan tergugat selama ini tinggal bersama
Penggugat, karena itu untuk kepentingan anak-anak itu sendiri dan rasa kasih
sayang Penggugat terhadap mereka, maka Penggugat mohon agar anak-anak
tersebut ditetapkan dalam pengasuhan dan pemeliharaan Penggugat.
74
Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka Penggugat mohon kepada
Ketua Pengadilan Agama Kendari Cq. Majelis Hakim untuk memeriksa dan
mengadili serta berkenan menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai
berikut :
Primer
:
6. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya;
7. Menjatuhkan talak satu ba’in sughra tergugat Muh. Taufan Octaviano Bin
Nurdin Arsyad terhadap Penggugat, Hasti Acuarista H binti Haeruddin
Razak M.
8. Menetapkan anak-anak Penggugat dan tergugat yang bernama Muh. Afdal
Fadillah lahir tanggal11 Maret 2009 dan Muh. Rafliyandara, Lahir 15
Desember 2010 berada dalam pengasuhan dan pemeliharan Penggugat;
9. Menghukum tergugat untuk menyerahkan pengasuhan dan pemeliharaan
anak-anak tersebut kepada Penggugat.;
10. Membebankan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Subsider :
Dan atau jika pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (
ex aequo et bono).
Wassalamu ‘Alaikum Wr. Wb.
Hormat Penggugat,
Hasti Acuarista H Binti Haeruddin Razak M
75
Download