1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penegakan hukum (law enforcement) merupakan aspek terpenting yang mendukung proses pembangunan dalam suatu masyarakat dan negara. Penegakan hukum bukan semata-mata menjadi tugas dan kewajiban aparat penegak hukum, tetapi juga menjadi tugas dan kewajiban setiap individu dalam masyarakat. Hal ini sangat penting bagi tujuan terciptanya keadilan dan kedamaian di tengah-tengah masyarakat. Sebagai negara hukum, Indonesia hendaknya mampu menegakan hukum sesuai dengan prinsip keadilan dan hak-hak asasi manusia, karena hal itu merupakan cita-cita moral yang tertinggi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Bahkan hal ini telah dimuat dalam konstitusi Indonesia bahwa setiap orang mendapatkan hak-hak yang sama di depan hukum sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Borok-borok yang ada dalam lembaga peradilan dan rapuhnya sistem pengawasan terhadap lembaga ini, sekurang-kurangnya telah melahirkan tuntutan bagi upaya penegakan hukum berdasarkan nilai-nilai keadilan dan hakhak asasi manusia. Prinsip dari bantuan hukum sudah mulai bergeser dari prinsip menolong kepada prinsip memungut biaya, tendensi ta'awun kepada tendensi bisnis. Ada suatu kesan yang mencuat ke permukaan yang akhir-akhir ini tidak asing lagi didengar seperti " membela yang salah ". Agaknya prinsip semacam ini 2 melanda dunia peradilan. Ketika mereka bergumul dalam membela dan mempertahankan hak mereka masing-masing, di saat itu masing-masing pihak memperjuangkan rencana dan keinginan mereka meskipun pihak pemberi dan penerima kuasa mengetahui hal itu tidak benar. Hukum Islam sangat respon terhadap eksistensi dan realitas kebutuhan hukum masyarakat, baik dalam bentuk perubahan, maupun perkembangan, karena hukum merupakan titah Allah yang mengandung aspek pembinaan, aspek Riyadhah, aspek kerelaan, kesejahteraan, memupuk rasa solider, menumbuhkan rasa bantu membantu / ta'awun. Ahli fiqh pada beberapa abad yang silam sudah membicarakan hal ini yang dikelompokkan kepada bab wakalah. Meskipun diantara mereka telah terjadi perselisihan pendapat, namun wujud bantuan hukum, mewakilkan atau mendelegasikan untuk bertindak hukum sudah ada pembicaraan panjang lebar bahkan sampai kepada pendelegasian mengenai kasus perdata dan pidana. Pendelegasian yang diberikan seperti tersebut di atas pernah terjadi pada beberapa orang sahabat seperti Ali bin Abi Thalib, pernah meminta Uqail mewakilinya dalam sebuah perkara, begitu juga yang dilakukan oleh Abu Bakar as Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan.1 Pengacara atau pembela dalam kenyataan dan dalam pengertian masyarakat, sampai pada saat ini adalah pemberian jasa bantuan hukum bagi orang yang memerlukannya dengan imbalan jasa sebagai prestasi. Sifatnya lebih mirip bisnis dan komersial. Itu sebabnya bantuan jasa hukum yang diberikan 1 Abdul Aziz Dahlan (ed) Ensiklopedi Hukum Islam, ( Jakarta : PT.Ichtiar Barau van Holve, th. 1997 ) hal. 1913. 3 advokat, pengacara atau pembela merupakan komoditi atau barang mewah yang hanya dapat dijangkau oleh orang kaya yang banyak duit. Bagi yang tidak punya uang, yang tergolong rakyat jelata miskin, tidak mungkin didampingi pembela atau pengacara didalam melindungi atau mempertahankan hak dan martabat kemanusiannya. Rakyat miskin pada umumnya, sangat kerdil berhadapan dengan aparat penegak hukum, disebabkan dia sendiri buta hukum dan tidak mengerti makna dan hakikat hak asai berhadapan seorang diri dengan yang berwenang, yang mahir akan hukum. Demikianlan gambaran sekelumi apa yang dijumpai pada masa lalu mengenai bantuan hukum. Masyarakat dan praktisi hukum belum mengenal istilah dan pengertian bantuan hukum. Yang mereka kenal ialah advokat, pengacara, atau pembela yang jam bicaranya harus dibayar bagi orang yang memerlukan jasa dan bantuannya. Akan tetapi, tanpa mengurangi arti sejarah pekembangan pemberian jasa bantuan hukum dizaman penjajahan, tendensi perkembangannya mulai bergerak pada masa permulaan kemerdekaan. Pada tahun lima puluhan , sampai menjelang masa orde baru, telah tampil suatu struktur bantuan hukum yang dikembangkan partai-partai politik dan organisasi buruh. Kalau menurut pengamatan dan pengalaman penulis, lembaga-lembaga bantuan hukum tersebut baru taraf konsep dan ide, tetapi program dan operasionalnya belum menjiwa dengan konsep dan ide sendiri. Kenyataan seharihari menunjukkan, lembaga-lembaga tadi masih lebih cenderung kepada pemberian jasa bantuan hukum yang berwarna komersial, dan masih jauh jaraknya dari rakyat miskin, buruh, petani, dan nelayan. Padahal, ditinjau dari segi 4 pengertian dan ide, lembaga bantuan hukum bertujuan mendekatkan diri dengan rakyat kecil dalam memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma (Predeo). Sesuai surat edaran Mahkamah Agung (MA) terdiri dari tiga bagian pemberian bantuan hukum, yakni perkara prodeo berupa penggratisan biaya perkara dan program sidang keliling yang dilakukan majelis hakim di daerahdaerah terpencil sehingga bagi masyarakat yang jauh dari lembaga peradilan tidak perlu lagi datang ke Pengadilan untuk berperkara serta pembentukan Pos Bantuan Hukum (Posbakum) termasuk didalamnya Lembaga konsultasi dan bantuan hukum Islam (LKBHI). Lembaga konsultasi dan bantuan hukum Islam ini terlahir dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan pelayanan hukum khususnya hukum Islam kepada masyarakat. Oleh karena itu, maka LKBHI dipandang perlu didirikan untuk melayani masyarakat khususnya masyarakat yang masih minim dengan pengetahuan ketika akan menghadapi perkaranya dipengadilan, dan mambantu masyarakat yang kurang mampu untuk membayar jasa para advokat atau pengacara. Sehingga STAIN Kendari perlu untuk mendirikan sebuah lembaga bantuan hukum yang dapat membantu masyarakat dalam memberikan bantuan hukum.2 B. Fokus Penelitian Bertolak dari latar belakang di atas, maka penelitian ini di fokuskan kepada masalah Peranan Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Islam 2 Muhammad Alwi, Wawancara Tanggal 19 November, (Pengadilan Agama) 5 (LKBHI) Stain Kendari dalam memberikan bantuan hukum pada Pengadilan Agama kelas 1.a Kendari khususnya yang berkaitan dengan masalah keperdataan. C. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Adapun yang menjadi batasan masalah dari proposal ini adalah: a. Menjelaskan secara singkat sejarah berdirinya Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Islam (LKBHI) STAIN Kendari. b. Menjelaskan Peranan Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Islam (LKBHI) STAIN Kendari khususnya dalam memberikan bantuan hukum di pengadilan agama kelas 1 A. kendari. 2. Rumusan Masalah Dengan mengacu pada batasan masalah di atas, maka penulis merumuskan beberapa masalah-masalah pokok dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut: 1. Bagaimana Peranan Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum Islam (LKBHI) STAIN kendari dalam memberikan bantuan hukum di Pengadilan Agama Kelas 1. A Kendari? 2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat oleh Lembaga Konsultsi Dan Bantuan Hukum Islam (LKBHI) dalam pemberian bantuan hukum? 6 D. Definisi Operasional Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam menginterprestasikan judul penelitian ini, maka penulis merasa perlu mengemukakan beberapa kata yang sukar dipahami, sebagai berikut: 1. Peranan, yaitu bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan3 2. Konsultasi, yaitu pertukaran pikiran untuk mendapatkan kesimpulan (saran, nasehat dan sebagainya) yang sebaik-baiknya. 3. Bantuan hukum adalah suatu istilah yang sudah dikenal dalam dunia peradilan yang pada intinya, mengandung makna pembelaan yang diperoleh seseorang dari penasehat hukum sewaktu perkaranya diperiksa, diproses di muka pengadilan.4 4. Hukum Islam (syari’ah), adalah kitab Syari’ (seruan Allah sebagai pembuat hukum) yng berkaitan dengan perbuatan hamba (manusia), baik itu ketetapan yang sumbernya pasti (Qathi’ Tsubut) seperti Al-Qur’an dan as-Sunnah maupun yan sumbernya masihh dugaan yang kuat (Zhani Tsubut) seperti hadis yang tergolong tidak mutawatir.5 Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan tersebut, maka Dapat disimpulkan bahwa pengertian judul penelitian ini adalah menjelaskan bagaimana Peranan Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Islam (LKBHI) dalam pemberian bantuan hukum di Pengadilan Agama kendari khususnya bagi 3 Deprtemen Pendidikan dan kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia,Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Cet. III, Jakarta. 2007. hal. 23 4 Soerjono Soekanto dkk, Bantuan Hukum Suatu Tinjauan Sosial Yuridis, (Jakarta : Pen. PT. Ghalia Indonesia th. 1983) Cet, Pertama, Hal. 14 5 Taqyuddin an-Nabhani, Peraturan Hidup dalam Islam. (cet. III. Bogor: Pustaka Tharuqul Izzah), h. 108 7 masyarakat yang miskin dan kurang mampu dengan cara cuma-cuma (Predeo). Sehingga akan memberikan kesadaran hukum terhadap masyarakat, terbangunnya ukhuwah Islamiyah antara sesama, terbinanya moral generasi bangsa dan negara , kebersamaan, serta kesatuan dan persatuan umat, demi keselamatan diri ataupun umat secara umum. E. Tujuan dan kegunaan 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. untuk mengetahui Peranan Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Islam (LKBHI) yang didirikan oleh STAIN Kendari bekerja sama pengadilan Agama kelas 1.a Kendari khususnya dalam memberikan bantuan hukum bagi orang miskin atau tidak mampu dalam berperkara secara cuma-cuma (prodeo). 2. untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi penghambat LKBHI dalam memberikan bantuan hukum kepada masyarakat. 2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Diharapkan dengan pembahasan ini akan memperoleh informasi yang kongkrit tentang bantuan hukum pada Pengadilan Agama serta aplikasinya bagi pengacara / pengacara praktek atau si penerima kuasa dan sekaligus akan dapat memperbandingkan dengan ajaran Islam, apakah praktek-praktek bantuan hukum yang 8 berkembang di masyarakat sesuai dan sejalan dengan ajaran Islam atau tidak. 2. Sebagai imformasi bagi seluruh masyarakat mengenai adanya dan bagaimana kedudukan Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Islam (LKBHI). 3. Samping itu pembahasan ini sebagai sumbangan pemikiran dalam menyorot sistim dan aspek-aspek dari bantuan hukum. 4. Selanjutnya penelitian ini adalah sebagai khazanah pemikiran tentangbantuahukumsetelah memperhatikan fenomena yang berk embang di tengah masyarakat. 5. Bagi peneliti lain dapat menjadi data dasar untuk mengembangkan penelitian tentang Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Islam (LKBHI). 6. Untuk lebih mempererat kerja sama antara STAIN Sultan Qaimuddin Kendari Khususnya jurusan Syari’ah dengan Pengadilan Agama dalam memberikan bantuan hukum bagi masyarakat miskin dan yang kurang mampu dalam berperkara. F. Sistematika Pembahasan Adapun sistematika pembahasan dalam proposal skripsi ini dikelompokkan dalam tiga bab, terdiri dari sub-sub bab masing-masing dan mempunyai hubungan dengan yang lain serta merupakan rangkaian-rangkaian yang berkaitan. Adapun sistemtika adalah sebagai berikut: 9 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini disajikan tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, batasan dan rumusan masalah, definisi operasional, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II KAJIAN PUSTAKA Selanjutnya dalam bab ini diuraikan mengenai kajian pustaka yang berkenaan dengan judul dan masalah yang diteliti sehingga memberikan kajian yang relevan, kerangka teori serta diuraikan juga mengenai kerangka pemikiran/konsep. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Sedangkan bab ini berisi tentang metode-metode penelitian yang disajikan dalam jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, objek penelitian, data dan sumber data, tehnik pengumpulan data, tehnik analisis data. 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Relevan Sejauh penelusuran penulis, bahwa penelitian tentang lembaga bantuan hukum (LBH) tidak dapat disangkal telah ada peneliti yang pernah melakukan pemelitian lebih awal, yaitu: Sahrul Ramadan dalam skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Tentang Implementasi Hak Tersangka/terdakwa dalam Bantuan Hukum”. Yang memfokuskan penelitiannya pada hukum positif .Kajian yang relevan yang di maksud disini ialah keterkaitan antara pengambilan judul peneliti dengan peneliti sebelumnya dengan upaya untuk menemukan perbedaan yang mendasar. Bantuan hukum pada hakekatnya adalah segalah upaya pemberian bantuan hukum dan pelayanan hukum kepada masyarakat, agar mereka memperoleh dan menikmati semua haknya yang diberikan oleh hukum dalam suatu proses peradilan baik pidana maupun perdata. Pembela sebagai pemberi bantuan hukum berperan sebagai pengontrol agar keputusan yang dijatuhkan pada Kliennya oleh Hakim adil dan tidak memihak.6 Menegakkan keadilan lewat lembaga peradilan selalu menyandang konsekuensi mengorbankan pemeriksaan. Khususnya 6 tergugat/terdakwa dalam pemeriksaan untuk menjadi pendahuluan, obyek dimana Erni Widhayanti SH, Hak-hak tersangka/terdakwa di Dalam KUHP, (Yogyakarta, Liberty, 1988 ), hal.1 11 pemohon/terdakwa banyak berhubungan dengan penyidik, sehingga tidak jarang timbul unsur-unsur yang kemudian memberatkan tergugat/terdakwa itu sendiri. Penelitian prihal “PERANAN LEMBAGA KONSULTASI DAN BANTUAN HUKUM ISLAM (LKBHI) STAIN KENDARI DALAM PEMBERIAN BANTUAN HUKUM PADA PENGADILAN AGAMA KELAS I.A KENDARI “, adalah penelitian yang terkonsentrasi pada Hukum Islam. Pada dasarnya penelitian ini telah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan konsentrasi penelitian melalui kajian hukum positif dan menemukan bahwa peranan lembaga bantuan hukum dalam pemberian bantuan didepan peradilan belum berjalan secara optimal sebagaimana yang tercantum dan diharapkan dalam KUHAP. Yang membedakan peneliti sebelumnya lebih fokus pada kajian hukum positif sedangkan peneliti sekarang yaitu peneliti lebih memfokuskan kepada pendekatan hukum Islam untuk kemudian menjawab seputar permasalahan yang telah ditetapkan penulis dalam rumusan masalah dengan menggunakan kajian hukum Islam sebagai landasan. B. Kerangka Konsepsional 1. Devinisi Bantuan Hukum Istilah bantuan hukum sudah lama dikenal dikalangan peradilan baik peradilan Agama, Militer, Tata Usaha Negara, apalagi pada peradilan Umum. Bantuan hukum (legal aid) berasal dari kata “bantuan” yang berati pertolongan dengan tanpa menghadapkan imbalan dan kata “hukum” yang mengandung pengertian keseluruhan kaidah (norma) nilai mengenai suatu segi kehidupan masyarakat dengan maksud untuk menciptakan kedamaian. 12 Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat dalam Pasal 1 angka 9 memberikan pengertian bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Advokat secara cuma-cuma kepada klien yang tidak mampu. Bantuan hukum adalah jasa memberi bantuan dengan bertindak sebagai kuasa dalam perkara perdata atau tata usaha negara di muka pengadilan (litigation) dan atau memberi nasehat di luar pengadilan (non litigation). Munculnya gerakan advokasi dan praktik bantuan hukum kepada masyarakat yang tertindas dan terpinggirkan telah menjadi daya dobrak yang sangat ampuh dari kalangan praktisi hukum untuk berperan lebih proaktif membela mereka dalam ranah bantuan hukum dan pemenuhan hak asasi manusia. Namun sayangnya, bantuan hukum belum maksimal karena masih terhambat masalah regulasi di mana belum adanya perundang-undangan tersendiri tentang bantuan hukum. Bantuan hukum kini hanya menjadi sub materi yang dimuat dalam UU Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat .7 Kemampuan praktisi bantuan hukum dalam memberikan pelayanan bantuan hukum secara professional dan dibarengi dengan kekuatan akses pada tingkat birokrasi, telah memperkokoh eksistensi dan posisi mereka lebih dari sekedar pengacara dan advokat, tetapi juga mediator dalam penyelesaian kasus-kasus pelanggaran hukum di dalam peradilan (litigasi) dan di luar peradilan (nonlitigasi). Meskipun dalam kenyataan saat ini, usaha mereka terkadang 7 Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, Cet. I, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2006 ), h. 259. 13 dianggap biasa antara kepentingan membela keadilan dengan tujuan material atas nama profesionalisme. Pemberian bantuan diberikan dalam ruang lingkup permasalahan hukum yang dialami oleh orang yang membutuhkan bantuan karena keterlibatannya dalam masalah hukum sedangkan orang tersebut kurang mengerti hukum atau kurang mengetahui hukum dan termasuk orang yang tidak mampu dalam segi keuangan. Tindakan yang dilakukan oleh pemberi bantuan hukum berupa pembelaan-pembelaan yang dilakukan sebagai pembela/penasehat hukum dalam perkara pidana yang dilakukan mulai dari tingkat kepolisian, kejaksaan maupun pengadilan. Tindakan yang dilakukan oleh pemberi bantuan hukum dalam penanganan perkara perdata/tata usaha negara untuk menjadi kuasa guna mewakili, bertindak untuk dan atas nama serta guna kepentingan orang yang membutuhkan bantuan hukum baik di dalam maupun diluar pengadilan. Memberikan nasehat, pertimbangan, pengertian dan pengetahuan hukum kepada orang yang membutuhkan bantuan hukum terhadap permasalahan-permasalahan hukum yang sedang dihadapi. Bantuan hukum diberikan kepada orang yang tidak mampu tetapi jangan diartikan hanya sebagai bentuk belas kasihan kepada yang lemah semata. Seharusnya selain membantu orang miskin, bantuan hukum juga merupakan gerakan moral yang memperjuangkan hak asasi manusia juga untuk mewujudkan cita-cita negara kesejahteraan (welfare state) dan keadilan social. 14 2. Pengertian Bantuan Hukum Secara terminologi bantuan hukum sebagaimana telah dikemukakan pada paragraph sebelumnya yaitu: “Bantuan hukum(baik yang berbentuk pemberian nasehat hukum maupun yang berupa menjadi kuasa daripada seorang yang berperkara) yang diberikan kepada orang yang tidak mampu ekonominya, sehingga ia tidak dapat membayar biaya (honorrarium) kepada seorang pembelah atau pengaraca”.8 Selain itu, Jaksa Agung Republik Indonesia memberikan pengertian sebagai berikut: “Yang dimaksud dengan bantuan hukum adalah pembelaan yang diperoleh seorang terdakwa dari seorang penasehat hukum, suatu perkaranya diperiksa dalam pemeriksaan pendahuluan atau dalam proses pemeriksaan perkaranya didepan pengadilan”.9 Dari kedua pengertian di atas, memberikan gambaran yang luas kepada kita mengenai bantuan hukum, walaupun belum begitu sistematis. Apabila batasan pengertian dimuka kebanyakan diberikan oleh kalangan penegak hukum atau para pemberi bantuan, maka pengertian yang diberikan oleh kalangan Pendidikan Tinggi hukum biasanya dikaitkan dengan Tri Dharma suatu Perguruan Tinggi, khususnya dibidang hukum. Didalam seminar yang mengangkat tema : Arti dan Peningkatan Pemberian Bantuan Hukum oleh suatu Fakultas HukumNegeri pada tahun 1976 (diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Indonesia), bantuan hukum dikaitkan dengan Dharma Ketia Perguruan Tinggi yang dlakukan dengan jalan: 8 Soekanto Soerjono, Bantuan Hukum Suatu Tinjauan Sosial Yuridis,(Jakarta, Ghalia Indonesia , 1983), hal.21. 9 Ibid.,hal.21. 15 a. Memberikan konsultasi hukum serta jasa-jasa lain yang berhubungan dengan hukum. b. Memberikan penyuluhan terhadap masyarakat khususnya kepada para pencari hukum untuk menjunjung tinggi norma-norma hukum. c. Memberikan bantuan hukum secara aktif dan langsung secara merata kepada masyarakat, khususnya kepada para pencari hukum. Diakui atau tidak, istilah bantuan hukum belum banyak dikenal dalam studi ilmu hukum Islam maupun dalam praktik hukum acara di peradilan agama. Bahkan dalam kenyataan saat ini, lulusan sarjana Syari’ah yang berprofesi sebagai pengacara atau advokat di pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama masih sedikit. Sudah barang tentu perlu diketahui peluang dan tantangan bagi sarjana syari’ah untuk berprofesi sebagai pengacara atau advokat di lingkungan Peradilan Agama. Berkenaan dengan hal tersebut, tulisan ini akan menjelaskan pemenuhan hak azasi manusia dalam penegakan hukum Islam pada badan Peradilan Agama melalui kajian terhadap konsep dasar bantuan hukum dalam hukum Islam. Sekurang-kurangnya, melalui tulisan ini diharapkan memberikan gambaran teoritis tentang konsep bantuan hukum melalui telaah terhadap aspek-aspek hak asasi manusia yang universal dengan prinsip-prinsip penegakan hukum Islam. 3. Faktor Penghambat dan Penghalang dalam Pemberian Bantuan Hukum Dalam hal beracara pada masa ajudikasi yaitu pada masa persidangan dipengadilan, bahwa terdakwa pada pemeriksaan pendahuluan dapat meminta bantuan hukum atau didampingi oleh penasehat hukum, khususnya tersangka 16 atau terdakwa diancam dengan hukuman sebagaimana yang diatur didalam pasal 56 ayat (1) Bab VI KUHAP, maka bantuan hukum wajib atau diharuskan atasnya dan apabila dalam hal tersangka atau terdakwa tidak mampu maka Negara memberikan penesehat hukum baginya, dan apabila dalam hal diatas terdakwa tidak didampingi oleh penasehat didalam persidangan pengadilan, maka dakwaan terhadapnya batal demi hukum, namun dalam prakteknya hal ini belum berjalan sebagaimana mestinya. Untuk dapat terjaminnya terpenuhinya hak-hak terpidana tersebut sangat diperlukan adanya program bantuan hukum yang senantiasa memantau pelaksanaan pemberian hak-hak terpidana tersebut. Pemberian bantuan hukum pada dasarnya adalah hak asasi semua orang, yang bukan diberikan oleh negara karena belas kasihan dari negara, hal ini penting, karena sering kali bantuan hukum diartikan sebagai belas kasihan bagi yang tidak mampu. Selain membantu orang miskin bantuan hukum juga merupakan gerakan moral yang memperjuangkan hak asasi manusia. Oleh karena itu, hak tersebut tidak dapat dikurangi, dibatasi apalagi diambil, karena itu sebuah keharusan. Namun dalam prakteknya penerapan bantuan hukum sebagai belas kasihan negara tersebut belum terealisasi sebgai mana yang di cita-citakan negara dalam Undang-undangnya, adapun permasalahan lain mungkin adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bantuan hukum sebagai hakhaknya yang harus di penuhi dan juga kurangnya pemberitahuan atau sosialisasi dari pejabat yang berwenang dalam rangka agar tersangka atau terdakwa mengetahui hak-haknya, sehingga kadang terkesan menghalang- 17 halangi proses pemberian bantuan hukum sebagai hak dari tersangka atau terdakwa, dalam segala proses pemeriksaan dan dalam segala tingka peradilan. Pemenuhan hak atas bantuan hukum terhadap terpidana harus dilakukan oleh pemerintah sedini mungkin hal ini untuk mencegah agar tidak ada lagi terpidana yang dirampas hak-haknya oleh para aparatur penegak hukum misalnya dibanyak kasus yang sering dijumpai, banyak terpidana yang telah ditahan melebihi masa pidana yang semestinya dijalani, kekerasan sering muncul dalam lembaga pemasyarakatan bahkan intensitasnya menjadi sangat tinggi, kekerasan menjadi ritual dan mengkristal dalam setiap pemeriksaan. Kekerasan berlangsung mulai dari yang spesifik, halus, tidak terasa sampai pada bentuk kekerasan fisik yang menimbulkan cacat permanen. 10 Perilaku ini tidak dibenarkan dalam aturan tetapi selalu ada dalam pemeriksaan, bahkan tidak jarang terjadi pelecehan seksual atau perilaku tidak bermoral lainnya. Serta tidak tidak terpenuhinya hak-hak pemohon ataupun tergugat sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang. Pemenuhan hak atas bantuan hukum mempunyai arti bahwa negara harus menggunakan seluruh sumberdayanya termasuk dalam bidang eksekutif, legislatif dan administratif untuk mewujudkan hak atas bantuan hukum secara progresif. Negara seharusnya membuat tindakan dengan membuat kebijakan bantuan hukum dalam perspektif acces to justice. Sejatinya, sudah seharusnya pemerintah mulai serius dalam membuat serta menumbuhkan sebuah gerakan 10 Didi kusnadi, bantuan hukum dalam hukum islam, perbit : kementerian agama RI, 2011, h. 141. 18 bantuan hukum, salah satunya dengan membuat regulasi yang mampu mangatur secara efektif program bantuan hukum terutama terhadap si terpidana yang cendrung diabaikan bahkan tidak di acuhkan. Dalam rangka perhormatan, pengakuan dan penegakan atas hukum dan HAM maka arah kebijakan ditujukan kepada peningkatan pemahaman, menciptakan penegakan dan kepastian hukum yang konsisten terhadap nilai-nilai Hak Asasi Manusia dengan menunjukan perilaku yang adil dan tidak diskriminatif. penyelenggaraan bantuan hukum yang tidak serius merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berarti bertentangan dengan hak konstitusional warga negaranya. Jadi yang menjadi penghambat penerapan bantuan hukum ini diantaranya juga adanya peranan negara yang kurang menjalankan kewajibanya, dalam memberikan jaminan atas batuan hukum, jaminan dalam arti mengawal pelaksanaan hak-hak tersangka atau terdakwa yang terdapat didalam undang-undang. Jadi walaupun hak-hak atas bantuan hukum ini sudah ada didalam Undang-undang, tidak semestinya pemerintah lengah terhadap penerapan bantuan hukum khususnya bagi masyarakat yang tidak mampu. Disamping adanya faktor penghambat lain yaitu kurangnya kesadaran hukum aparat penegak hukum dalam menjalankan tugasnya, baik ditingkat penyidikan, penuntutan, persidangan pengadilan, maupun penerapan hukuman, yang melakukan tugasnya dengan sewenang-wenang sehingga banyaknya korban dari perlakukan aparat penegak hukum tersebut. 19 4. Dasar Hukum Pemberian Bantuan Hukum a. Dasar Hukum Pemberian Bantuan Hukum Menurut Hukum Positif Ketentuan KUHAP yang memberikan jaminan bagi hak tergugat/terdakwa, ialah sebagaimana yang diatur dalam pasal 54 dan 55 KUHAP: “Bahwa guna kepentingan pembelaan, tergugat/terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebih penasehat hukum”. “ dan untuk mendapatkan penasehat hukum tersebut dalam pasal 54, tersangka/terdakwa berhak memilih sendiri penasehat hukumnya”.11 Sedangkan dalam pasal 56 ayat (1) KUHAP disebutkan: “Dalam hal tersangka/terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasehat hukum sendiri, maka penjabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk penasehat hukum bagi mereka”.12 Ketentuan dalam pasal 56 KUHAP bersifat inferatif, jadi harus dipenuhi, apabila ketentuan tersebut tidak dipenuhi maka hal itu merupakan suatu kelalaian yang dapat mengakibatkan hasil pemeriksaan tidak sah dan batal demi hukum. Ketidak mampuan terdakwa harus dibuktikan dengan surat keterangan yang dibuat oleh kepala Desa\lurah yang bersangkutan, surat keterangan itu harus diserahkan terdakwa kepada majelis hakim, dan pihak terdakwa tersebut yan tidak mampu maka perkaranya dijadikan perkara proses. 11 12 Erni Widhayanti SH, Hak-hak Tersangka/Terdakwa di Dalam KUHAP, hal. 23 Ibid. h. 20. 20 Adapun tujuan daripada pemberian bantuan hukum adalah untuk menjamin kedudukan tersangka tersebut baik dalam tingkat pemeriksaan permulaan (penyidikan) maupun dalam tingkat penuntutan dan pemeriksaan dimuka persidangan dalam hal tersebut merupakan konsekuensi diberikannya tempat yang penting dalam KUHAP dalam mengimplementasikan hak-hak asasi manusia. Andi Hamzah mengakui hal tersebut dan mengemukakan bahwa: “Dalam KUHAP pun banyak ketentuan yang khusus menyangkut perlindungan terhadap Hak Asasi manusia. Sejak orang ditangkap dan ditahan, tersangka berhak didampingi penasehat hukum. Sistem pembuktian direnovasi, alat tersangka. Maksud keterangan terakhir agar tersangka jangan dipaksa untuk mengaku”.13 Penerapan ketentuan pasal 56 ayat 1 KUHAP yang menegaskan hak tersangka atau terdakwa didampingi penasehat hukum apabila tindak pidana yang disangkakan atau didakwakan diancam pidana mati atau ancaman pidana 15 tahun atau lebih yang tidak mampu diancam dengan pidana 5 tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasehat hukum atau Advokat sendiri, pejabat yang bersangkutan dalam hal proses peradilan wajib menunjuk penasehat hukum bagi mereka a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal27:1 “Setiap warga negara sama kedudukannya dalam hukum, dan pemerintahan serta wajib menjunjung hukum dan pemerintah tersebut tanpa terkecuali.” Setiap warga negara mempunyai kedudukan yang sama di depan 13 Andi Hamzah, Pelaksanaan Peradilan Pidana Berdasarkan Teori Dan Praktek, hal. 7. 21 hukum tanpa terkecuali yang meliputi hak untuk dibela (acces to legal counsel), diperlakukan sama di depan hukum (equality before the law), keadilan untuk semua (justice for all). b. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 4 “Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hari nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut……..” c. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat Pasal 22 ayat (1) “Adokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu.” d. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Pasal 56 (1) Setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh bantua hukum. (2) Negara menanggung biaya perkara bagi pencari keadilan yang tidak mampu. Pasal 57 22 (1) Pada setiap pengadilan negeri dibentuk pos bantuan hukum kepada pencari keadilan yang tidak mampu dalam memperoleh bantuan hukum. (2) Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan secara cuma-cuma pada semua tingkat peradilan sampai putusan terhadap perkara tersebut telah memperoleh kekuatan hukum tetap. 3) Bantuan hukum dan pos bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.14 b. Dasar Hukum Pemberian Bantuan Hukum Perspektif Hukum Islam Hukum Islam difahami bukan semata-mata sistem hukum yang mengajarkan manusia harus tunduk, taat dan patuh kepada hukum Tuhan, tetapi juga mengatur hubungan antar sesama manusia untuk saling melindungi, menghormati dan menghargai hak-hak orang lain tanpa membeda-bedakan status sosialnya. Dari asumsi itu, sistem hukum Islam diyakini mengandung muatan norma-norma Hak Asasi Manusia (HAM) yang telah digaransi dalam dua dimensi hukum yakni vertikal dan horizontal. Dimensi vertikal mengandung pengertian sistem hukum Islam memuat norma-norma hukum yang erat kaitannya dengan pola hubungan antara manusia dengan Tuhan. Aspek-aspek hukum yang dikaji pada dimensi vertikal merupakan wilayah hukum Islam yang sifatnya ibadah (ta’abudi). 14 http://www.bantuanhukum.info/di akses tgl 27/03/2012 23 Sedangkan dimensi horizontal mengandung pengertian muatan normanorma hukum Islam yang berkaitan dengan pola hubungan antara manusia dengan manusia pada ranah hukum perdata dan hukum publik. Aspek-aspek hukum yang dikaji pada dimensi horizontal merupakan wilayah hukum Islam yang sifatnya rasional dan empirik, sehingga perlu diuji lebih dalam melalui penalaran akal (ta’aquli). Dalam ruang lingkup studi hukum Islam, konstruksi perumusan norma-norma hukum yang sifatnya ta’abudi dan ta’aquli, umumnya dapat ditemukan dalam tradisi ijtihad yang dilakukan para ulama madzhab, sejak periode sahabat hingga periode kontemporer sekarang ini. Ijtihad diakui oleh para ahli hukum sebagai sumber hukum (dalil aqli) dalam proses perumusan hukum syara’ untuk menjelaskan aspek-aspek yang tidak dijelaskan secara rinci di dalam nash. Ijtihad yang oleh para ahli hukum modern seringkali diidentikan dengan Islamic Jurisprudence membuka ruang yang cukup luas bagi upaya pengembangan dan penemuan teori-teori hukum baru, termasuk teori-teori yang erat kaitannya dengan bantuan hukum.15 Bantuan hukum secara cuma-cuma kepada terdakwa adalah untuk membantu masyarakat yang tidak mampu membayar honorium pembela atau advokat. Pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma tanpa imbalan adalah perbuatan yang sangat terpuji dan merupakan perbuatan tolong-menolong, sebagaimana Allah berFirman dalam surah Al-Maidah ayat 2: .............., 15 Muhammad Khidr, Al-Islam wa Huquq al-Insan (Beirut: Dar al-Maktabat al-Hayat, 1980) hlm. 18. 24 Artinya:”Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa”.16 Tolong-menolong memang telah terjadi satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam. Islam mewajibkan umatnya untuk saling tolongmenolong satu dengan yang lainnya, segala bentuk perbuatan yang mewarnai kehidupan dan merupakan salah satu isyarat kepada umat manusia agar saling membantu dan tidak saling bermusuhan satu dengan yang lainnya sesuai dengan aturan Islam. Mengikat setiap masyarakat, dimanapun didunia termasuk pada masyarakat Indonesia sebagai komunitas perkumpulan hidup, yang memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Sudah barang tentu akan selalu membutuhkan bantuan dari yang lain, dan salah satu bantuan itu adalah bantuan hukum bagi mereka yang tidak mampu untuk membayar honorium pembela atau advokat. Dalam menemukan keadilan tidak jarang terdakwa harus dibantu seorang atau lebih pembela. Karena tidak dapat dipungkiri masih manusia yang kurang pengetahuan bahkan sama sekali tidak mengetahui akan aturan hokum, maka diharapkan dengan hadirnya seorang pembela disamping terdakwa sedikit lebih menjamin akan adanya keadilan terhadapnya. Semua itu tidak terlepas dari prinsip tolong-menolong terhadap sesama. Untuk itu, hendaknya umat islam juga harus mengerti benar mengenai tlong-menolong yang diajarkan islam tresebut. Aturan pakai untuk 16 Departemen Agung.2006),hal. 142. agama, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya : Karya 25 menggunakan atau menjalankan ajaran untuk saling tolong-menolong ini tentu saja hanya terdapat dalam al-Qur’an dan Hadis, karena Islam adalah agama yang sumber utamanya adalah al-Qur’an dan Hadis. 17 5. Pembagian Lembaga Bantuan Hukum Lembaga bantuan hukum atau LBH ini terdiri dari dua kelompok: a. Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Swasta Inilah yang telah muncul dan berkembang belakangan ini. Anggotanya pada umumnya terdiri dari kelompok yang bergerak dalam propesi hukum sebagai pengacara. Konsep dan programnya jauh lebih luas dari sekedar memberi bantuan hukum secara formal di depan sidang pengadilan terhadap rakyat kecil yang miskin dan buta hukum. Konsep dan programnya yang dapat dikatakan meliputi: a. Menitik beratkan bantuan dan nasehat hukum terhadap lapisan masyarakat kecil yang sama sekali tidak mampu atau masyarakat miskin. b. Memberi nasehat hukum diluar pengadilan terhadap buruh, tani, nelayan, dan pegawai negeri yang merasa haknya diperkosa. c. Mendampingi atau memberi bantuan hukum secara langsung disidang pengadilan baik yang meliputi perkara perdata maupun pidana. d. Bantuan dan nasehat hukum yang mereka berikan dilakukan dengan cara cuma-cuma (Predeo). 17 tgl 28 http://politik.kompasiana.com/2010/05/03/profesi-advokasi-menurut Islam/ di akses 26 b. Lembaga Bantuan Hukum (LBH) yang Bernaung di Perguruan Tinggi Lembaga bantuan hukum (LBH) yang bernaung diperguruan tinggi inipun hampir sama konsep dan programnya LBH swasta. Tetapi menurut pengam atan LBH yang bernaung diperguruan tinggi kurang populer, sebab pada kenyataannya yang tampil ke depan memberi bantuan hukum terdiri dari mereka yang masih berstatus mahasiswa, sehingga menimbulkan anggapan kurang mampu melaksanakan bantuan hukum. Dari apa yang diuraikan diatas, perundang-undangan yang utuh mengatur syarat-syarat dan pengawasan serta penyebaran bantuan hukum di Negara kita, boleh dikatakam masih sangat minim. Akibatnya sangat sulit melakukan pengawasan terhadap para penasehat hukum dalam melaksanakan bantuan terhadap kepentingan para pencari keadilan. Seperti yang dikatakan salah satu mamfaat yang harus dipetik dari para penasehat hukum, ikut serta memperlancar jalanya proses penegakan hukum. Bukan sebaliknya, seperti yang sering yang dialami selama ini, disebabkan faktor-faktor tugas rangkap dan kurang mampu menguasai teknis peradilan bagi sebagian mereka. Karena itu seyogianya pembuat undang-undang secepat mungkin mengeluarkan undang-undang yang mengatur persyaratan, pengawasan, penyebaran dan laini-lain. Dengan undang-undang tersebut dapat memberi batasan agar mereka yang melakukan kegiatan bantuan hukum sebagai penasehat hukum: a. Harus benar-benar kualifaid Jangan asal sarjana hukum, teus dapat diangkat dan berpraktek memberi bantuan hukum. Harus lebih dulu aktif mengikuti persidangan pada 27 pengadilan setempat selama satu atau dua tahun di bawah pengawasan ketua pendagilan setempat. Dengan adanya persyaratan seperti ini, lebih terjamin kemampuan mereka dalam memberikan bantuan hukum. b. Harus bekerja penuh atau full time sebagai penasehat hukum Syarat ini untuk lebih mendayagunakan waktu, pikiran, dan tenaganya diarahkan kepada kegiatan memberi bantuan yang sungguh-sungguh. Tugas rangkap dalam melaksanakan bantuan hukum, menimbulkan hambatan kelancaran proses penegakan hukum, dan sekaligus mengurangi integritas yang bersangkutan dalam membela kepentingan pencari keadilan yang dibantunya. Mereka yang mempunyai tugas rangkap apakah sebagai dosen, pegawai negeri, dan sebagainya harus melakukan pilihan antara tugas pokoknya atau sebagai penasehat hukum. 6. Tujuan dan Peranan Lembaga Bantuan Hukum a. Tujuan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Tujuan bantuan hukum pada negara-negara berkembang pada dasarnya mengadopsi tujuan bantuan hukum di negara-negara barat, yaitu a. Bantuan hukum merupakan tuntutan keprimanusian b. Untuk membangun satu kesatuan sistem hukum hukum nasional c. Untuk melaksanakan secara efekif peraturan-peraturan kesejateraan sosial untuk kepentingan warga yang tidak mampu dan miskin d. Untuk menumbuhkan ras tanggung jawab yang lebih besar dari penjabat-penjabat pemerintah atau birokrasi kepada masyarakat e. Untuk meperkuat profesi hukum 28 Di Indonesia, berdasarkan pada anggaran dasar Lembaga Bantuan Hukum, bantuan hukum mempunyai tiga tujuan yang hendak dicapai oleh Lembaga Bantuan Hukum yang semuanya merupakan satu kesatuan yang bulat yang tidak dapat dipisah-pisahkan karena masing-masing adalah merupakan aspek-aspek problema hukum yang besar yang dihadapi oleh bangsa dan negara. Tujuan bantuan hukum tersebut adalah: a. untuk memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat yang membutuhkan; b. untuk mendidik masyarakat dalam arti yang seluas-luasnya dengan menumbuhkan dan membina kesadaran akan hak-hak sebagai subjek hukum. c. untuk turut serta mengadakan pembaharuan hukum dan perbaikan pelaksanaan hukum di segala bidang.18 b. Perenan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bantuan hukum (legal aid atau legal service) diidentikan pula dengan “Para Orator”. Mereka diidentikan dengan dua hal: Pertama, golongan orang-orang yang memiliki pengetahuan luas, berpendidikan dan selalu berjuang bukan hanya untuk membela hak-haknya di depan hukum dan kekuasaan; dan Kedua, dikenal sebagai para legal yang membela orang-orang lemah dan miskin untuk mendapatkan keadilan di depan hukum dan pengadilan.19 Kedua aspek tersebut menjadi dasar bagi adanya peran para advokat (lawyers) dan bantuan 18 hukum dalam praktik peradilan. Bagi negara http://id.wikipedia.org/wiki/Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia di.undu Tanggal 28 April 2012 19 http://en.wikipedia.org/ wiki/Lawyer di akses tgl 29 29 berkembang, konsepsi dan peranan dari suatu Lembaga Bantuan Hukum hampir dapat dipastikan tidak sama dengan konsepsi dan peranan lembaga bantuan hukum di negara-negara maju, tempat lembaga ini lahir dan dibesarkan. Juga kadar campur tangan dari pemerintah terhadap eksistensi lembaga ini akan jelas sekali perbedaannya, suatu hal yang erat hubungannya dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pertumbuhan masyarakat setempat. Jika hal ini benar, maka timbul pertanyaan : sampai sejauh mana sistem kekuasaan di negara berkembang memungkinkan berkembangnya ide bantuan hukum? Sampai dimana masyarakat setempat membutuhkan bantuan hukum ? Dalam tulisan ini, kami akan memulai pembahasan dari pertanyaan yang terakhir sepanjang menyangkut peranan bantuan hukum dan pada akhirnya menuju kepada pertanyaan pertama. Persoalannya memang begitu kompleks, menyangkut banyak aspek. Tidak saja dalam proses peradilan, tetapi justru suatu proses pendidikan hukum (legal education): bagaimana menumbuhkan suatu kesadaran hukum (legal consciousness) agar masyarakat mengerti akah hak-hak dan kewajibannya dalam pergaulan hukum masyarakat. Proses pendidikan hukum ini bisa diartikan sebagai usaha untuk mengintroduksi nilai-nilai baru yang berguna tidak saja secara hukum, tetapi menyangkut banyak segi lain, lebih-lebih aspek ekonomis, terutama jika kita hubungkan dengan kenyataan-kenyataan sosial, bahwa kita memang bercitacita menuju kearah pertumbuhan ekonomi yang sejalan dengan pembagian pendapatan yang proporsional merata sesuai dengan sila keadilan sosial. 30 Dalam hal ini paling tidak untuk sementara tampaknya peranan lembaga bantuan hukum telah menampung salah satu usaha untuk menekan seminimal mungkin akibat-akibat sampingan dari usaha yang keras untuk menaikkan pendapatan nasional tadi. Dengan demikian, “keadilan” tidak hanya dapat dikecap oleh mereka yang kebetulan mempunyai uang dan kekuasaan seperti yang selama ini dikesankan, tetapi juga mereka yang tidak mampu atau kebetulan tidak punya apa-apa selain sekelumit hak-hak yang adanya justru sering tidak pula disadari. Bukankah semua orang sama dihadapan hukum dan kekuasaan ? Kriteria utama bahwa hanya orang yang tidak mampu dalam arti materiil saja yang dapat memperoleh bantuan hukum dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) sedikit banyak telah membantu, bahkan mendorong tegaknya prinsip persamaan dihadapan hukum (equality before the law) tersebut. Dengan demikian maka dalam usaha yang dilancarkan dewasa ini untuk mencapai kemakmuran, diharapkan agar segi keadilan juga mendapatkan tempatnya yang terhormat. usaha mengejar kemakmuran sambil membelakangi keadilan, pasti akan makin memperlebar jurang antara si kaya dan si miskin. Usaha lembaga bantuan hukum bisa dilihat sebagai usaha untuk mensejajarkan keadilan dan kemakmuran dan bergerak maju, berjalan bersama-sama menuju masyarakat adil dan makmur. Walaupun tampaknya sukar untuk menarik kesimpulan usaha lembaga bantuan hukum telah berhasil menetralisasi akibat-akibat lain dari pembangunan itu, namun kasus-kasus yang ditangani LBH yang menyangkut perkara-perkara penggusuran di Jakarta dalam rangka perencanaan kota, 31 rasionalisasi perusahaan atau pengrumahan terhadap sejumlah karyawan oleh perusahaan atau departemen tertentu sedikitnya bisa disebut sebagai contoh bantuan hukum dari segi lain itu.20 Kehadiran lembaga bantuan hukum di negara sedang berkembang tidak saja diterima secara hukum tetapi dapat terjadi diakui pula secara politik, dimana peranan politiknya bisa amat menonjol terutama dalam menampung keluhan dan aspirasi dari arus bawah masyarakat. Dengan begitu ia suatu lembaga yang dekat dengan masyarakat luas lapisan bawah yang selama ini menimbulkan kesan tersisih, jauh dari tangan-tangan keadilan. Masalah-masalah hubungan kerja, upah yang memadai, jaminan sosial dan hak milik tidak semata-mata merupakan masalah ekonomi tetapi sudah merupakan keputusan-keputusan di bidang hukum. Peranan lembaga bantuan hukum di Indonesia saat ini diperingan dengan adanya lembaga Ombudsman, yang merupakan lembaga resmi pemerintah yang menerima pengaduan-pengaduan mengenai penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang oleh badan atau pejabat-pejabat eksekutif pemerintahan. Jika pengaduan yang dimaksud benar, maka Ombudsman membuat rekomendasi untuk menyelesaikan pengaduan tersebut. Lembagai ini berasal dari Swedia, tercipta pada tahun 1809, kemudian berkembang di berbagai negara dalam berbagai bentuk dan variasi, dibawah sistem hukum yang berbeda-beda. 20 http://ermanhukum.com di undu tanggal 28 april 2012. 32 Di negara-negara sedang berkembang, keterlibatan pemerintah yang terlalu jauh kedalam segala sektor kehidupan, acapkali menimbulkan eksesekses yang membawa kecemasan-kecemasan baru, sehingga apabila dihubungkan dengan struktur kekuasaan yang ada, maka pertanyaan “siapa yang memerintah siapa” atau “ siapa yang mengawasi siapa” menjadi amat relevan. Dalam prakteknya, lembaga bantuan hukum tidak saja berurusan dengan soal-soal dimeja pengadilan, tetapi juga tidak dapat menghindarkan diri untuk menangani pula masalah-masalah penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang dari badan atau pejabat-pejabat pemerintah sendiri, bahkan juga oleh yang lazim disebut sebagai “oknum” alat negara. Sebagai contoh, sering terjadi pejabat menggunakan jabatan resmi dari lembaganya, hanya untuk menyelesaikan soal-soal pribadi. Sebagian besar anggota masyarakat terutama di masa rezim orde baru, jika ia diharuskan datang ke sebuah kantor alat negara polisi atau militer dengan surat panggilan resmi, apalagi tanpa menyebut dalam perkara apa dan untuk apa ia dipanggil. Pernah terjadi, panggilan semacam itu hanya untuk memaksakan suatu penyelesaian utangpiutang pribadi yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan badan resmi tersebut. Tidak jarang pula pejabat-pejabat melampaui wewenangnya dalam menjalankan tindakan-tindakan administratif. Contoh lain adalah pemecatan-pemecatan yang dilakukan terhadap para pejabat tanpa melalui prosedur yang telah ditentukan. Ombudsman, seharusnya bertugas menerima pengaduan dan membuat rekomendasi untuk 33 menyelesaikan masalah-masalah tersebut di atas. Hal lain yang menyebabkan berperannya lembaga bantuan hukum sebagai semacam Ombudsman, adalah karena kurang optimalnya peran hukum tata usaha negara. Bilamana hukum tata usaha negara sudah efektif dan pengadilan tata usaha negara telah memainkan peranannya, maka kasus-kasus yang menyangkut salah tindak administrasi yang terkadang amat besar pengaruhnya akan bisa diselesaikan. Untuk sementara lembaga bantuan hukum membantu menyelesaikan masalah-masalah tersebut dengan memberikan advis dan nasihat, melakukan teguran-teguran kepada yang bersangkutan, mengajukan “appeal” kepada atasannya, atau membuka masalahnya kepada umum melalui bantuan media pers, dan jika upaya-upaya tersebut tidak berhasil, LBH mengajukan masalahnya ke depan Pengadilan Tata Usaha Negara sebagimana perkaraperkara lainnya. Tidak semua orang dalam kenyataannya memanfaatkan bantuan hukum di luar badan-badan peradilan. Ini banyak terjadi dalam kasus-kasus pembelian tanah, terutama di desa-desa, dengan dalih akan digunakan untuk proyek-proyek pembangunan atau mengatasnamakan pembangunan. Disamping tidak semua orang tahu bahwa bantuan hukum dapat diperoleh, adakalanya ia memang sadar tetapi tidak mempunyai cukup keberanian untuk mempergunakan haknya itu, antara lain karena tekanantekanan dari para pejabat setempat. Pejabat-pejabat tertentu seringkali pula tidak tahu atau pura-pura tidak tahu bahwa setiap orang boleh dan berhak mendapatkan bantuan dari penasihat-penasihat hukumnya. Dalam keadaan 34 seperti ini, lembaga bantuan hukum sangat sukar untuk mengembangkan kesadaran masyarakat mengenai hak dan kewajiban mereka sebagai anggota masyarakat dalam pergaulan hukum, suatu hal yang menjurus pada masalah pendidikan hukum dalam arti luas. Disinilah pentingnya lembaga bantuan hukum senantiasa bekerjasama secara erat dengan media massa, tidak saja untuk menanamkan dan menyebarluaskan kesadaran hukum dalam masyarakat, tetapi juga untuk menggugah, mengoreksi dan mengontrol praktek-praktek praktek-praktek atau perbuatan para pejabat pemerintah dan aparat penegak hukum secara terbuka. Sebab bukanlah suatu hal yang kebetulan bahwa dewasa ini posisi pers sekurang-kurangnya di Jakarta secara politis cukup berpengaruh. Sebaliknya di daerah-daerah, selain sikap dan penguasanya relatif lebih otoriter sementara media massa daerah justru lebih lemah posisinya, maka lembaga bantuan hukum bukan saja tidak dapat berkembang bahkan tidak bisa didirikan. Faktor sosial ekonomi dapat pula dikatakan sebagai hambatan berkembangnya gagasan ini. Pendapatan yang relatif kecil dari orang-orang yang seharusnya menegakkan hukum seperti hakim, jaksa, polisi atau para pembela bisa menyebabkan peradilan berlangsung menjadi hanya sekedar formalitas belaka. Sinisme terhadap KUHAP (Kitab Undang-undang Hukum Acara Perdata), dimanifestasikan dalam versi plesetan “Kasih Uang Habis Perkara”, ini masih melekat pada sebagian anggota masyarakat, disamping rahasia umum mengenai adanya “perkara-perkara kering” dan “perkara- 35 perkara basah”. Keadaan sosial-politik pada waktu dan tempat tertentuterutama di masa rezim orde baru- dapat pula dikatakan menjadi penghambat utama. Dalam praktek, acapkali gagasan bantuan hukum dikorbankan demi “ketertiban”, “keamanan” dan “pembangunan”. Banyak orang takut untuk meminta bantuan hukum, ia akan mendapatkan cap maut “anti pembangunan”, apalagi jika cap itu berupa “sisa-sisa G30S/PKI”. Jika kita boleh mengatakan bahwa ketetapan MPR di bidang hukum merupakan politik hukum negara kita, maka sebenarnya kita hanya tinggal menterjemahkan dan menerapkan saja kedalam kenyataan sehari-hari. Dengan demikian tugas penguasa dan masyarakat tidak hanya sekedar penerapan undang-undang atau pasal-pasal hukum, tetapi lebih dari itu, mencakup masalah hukum dalam hubungannya dengan kehidupan masyarakat luas. 7. Kedudukan, Peran, hak dan Kewajiban Penasehat Hukum Dalan Hukum Acara Kedudukan dan peran pembela sebagaimana diatur dalam KUHAP sangat erat kaitannya dengan pandangan tentang kedudukan terdakwa/tergugat dalam proses peradialan. Pandangan tersebut belatar belakang pada system nilai dari para pembuatnya. Bangsa Indonesia dan pancasilannya, telah menciptakan Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Nilai-nilai pancasila telah tercermin dalam berbagai pandangan bangsa Indonesia terhadap kedudukan terdakwa/tergugat dan peranan pembela dalam mendampingi terdakwa/tergugat untuk 36 memberikan bantuan hukum dalam proses peradilan, dan bersama-sama penegak hukum yang lain menegakkan hukum dan kebenaran. Pembela bukanlah “trouble maker” (pembuat onar) atau membenarkan yang salah. Jadi pada dasarnya pembela adalah pengabdi dan penegak hukum yang lain seperti Polisi, Jaksa dan Hakim peranannya tentu saja tergantung dengan yang lain tersebut. Peranan pembela dapat dilihat pula dari segi perlunya perlindungan hak asasi manusia, bahwa putusan pengadilan yang akan ditetapkan, akan berakibat nestapa baginya. Dalam pertimbangan putusan, Hakim dapat saja khilaf dan tidak teliti. Karena pembelah adalah orang yang berpengetahuan dalam bidangnya, maka kemungkinan akan kekurangan hakim tersebut dapat dikurangi atau ditiadakan. Bahwasannya adalah hak setiap orang untuk mendapatkan perlakuan dan perlindungan yang sama dimata hukum, maka oleh karenanya untuk setiap pelanggaran hukum yang dituduhkan kepadanya serta belakangan yang diderita olehnya, ia berhak pula untuk mendapatkan hukum yang diperlukan, sesuai dengan asas Negara hukum. Bahwa pembela sebagai bagian dari aparat penegak hukum mutlak diperlukan kehadirannya dalam mendampingi terdakwa sejak ia ditetapkan sebagai terdakwa sampai dihadapkan didepan hakim. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa salah satu hak terdakwa adalah untuk memperoleh bantuan hukum.sedangkan pelaksana bantuan hukum itu sendiri menurut KUHAP disebut sebagai penasehat hukum/Advokat. Menurut pasal 1 angkat 3 KUHAP dirumuskan bahwa: 37 “Penashat hukum/advokat adalah seorang yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh atau berdasarkan Undang-undang untuk memberikan bantuan hukum”.21 Dalam undang-undang No. 8 tahun 1981 dengan istilah “penasehat hukum. Sedangkan dalam undang-undang No. 18 tahun 2003 tentang advokat pasal 1 ayat (1) digunakan istilah advokat adalah orang yang berfrofesi memberikan jasa hukum, baik didalam maupun diluar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-undang diatas. Adapun jasa hukum yang diberikan adalah pemberian konsultasi hukum, bantuan hukum, mewakili, mandampingi, membela dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum kliennya. Sedangkan bantuan hukum yang dimaksud adalah jasa hukum yang diberikan advokat secara cuma-cuma kepada klien yang tidak mampu membayar honorium para pembela. Sedangkan yang berhak diangkat menjadi advokat ialah sarjana yang berlatar belakang pendidikan hukum oleh organisasi advokat (pasal 2 UU No. 18 tahun 2003 tentang advokat). Selain itu ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh seseorang yang dapat di angkat menjadi advokat (pasal 3 UU No. 13 tentang advokat). Dalam pasal 5 UU No. 18 tahun 2003 tentang advokat juga disebutkan bahwa status advokat adalah sebagai penegak hukum, bebas dan mandiri yang dijamin oleh penegak hukum dan peraturan 21 FH UAJY, Kumpulan Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana., hal.6 38 perundang-undangan dimana wilayah kerja advokat meliputi seluruh wilayah Republik Indonesia. Selain daripada status keberadaan advokat juga mempunyai hak dan kewajiban. Adapun hak-hak advokat dalam pasal 14-17 UU No. 18 tahun 2003 tentang advokat disebutkan: Pasal 14: Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam pembelaan perkara yang menjadi tanggung jawabnya didalam sidang pengadilan dengan tetap berpegang pda kode etik profesi dan peraturan perundang-undangan; Pasal 15: Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan perundang-undangan; Pasal 16: Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam menjalankan tugas profesinya dalam itikad baik untuk kepentingan pembelaan klien dalam siding pengadilan; Pasal 17: Dalam menjalankan profesinya, advokat berhak memperoleh imformasi, data dan dokumen lainnya, baik dari instansi pemerintah maupun pihak lain yang berkaitan dengan kepentingan tersebut yang diperlukan untuk pembelaan pepentingsn klien sesuai dengan peraturan perundang-undangan.22 Adapun kewajiban dari seorang advokat yang disebutkan didalam pasal 18-20 antara lain: Pasal 18 ayat(1):Adokat dalam menjalankan tugas profesinya dilarang membedakan perlakuan terhadap klien berdasarkan jenis kelamin, agama, politik keturunan, ras atau latar belakang sosial dan budaya; ayat (2):Advokat tidak dapat diidentikan dengan kliennyan dalam membela perkara klien oleh pihak yang berwenang atau, masyarakat. Pasal 19 ayat (1): Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui dan diperoleh dari kliennya karena hubungan profesinya kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang; ayat (2):Advokat berhak atas kerahasian hubengan dengan klien, termasuk perlindungan atas berkas dan dokumennya terhadap penyitaan atau pemeriksaan dan perlindungan 22 Laboratorium Pusat Data Hukum Fakultas Hukum UAJY, op.cit., hal.212. 39 terhadap penyadapan atas komunikasi alat elektrinok, advokat. Pasal 20 ayat (1):Advokat dilarang memegang jabatan lain yang bertentangan dengan kepentingan tugas dan martabat profesinya; ayat (2): Advokat dilarang memegang jabatan lain yangmeminta pengabdian sedemikian rupa sehingga merugikan profesi advokat atau memgurangi kebebasan dan kemerdekaan dalam menjamin tugas profesinya; ayat (3): Advokat yang menjadi penjabat Negara, tidak melaksanakan tugas profesinya advokat selama memangku jabatan tersebut.23 Menurut Sudikno Mertokusumo, ia mengatakan seorang advokat atau pengacara mempunyai kewajiban terhadap: 1. Kliennyan, yang berarti ia harus memberikan bantuan hukum dan menlindungi kliennya dari perlakuan dan tindakan yang semena-mena yang bertentangan hukum. 2. Pengadilan, pengacara atau advokat berkewajiban membantu Hakim mencari kebenaran dan menlancarkan jalannya peradilan serta bersikaf jujur.ia harus menjunjung tinggi hukum dan agar ia dapat diwujudkan maka ia harus tahu dam menguasai hukum termasuk hukum acara. Kurangnya menguasai hukum acara maka akan menghambat jalannya pemeriksaan perkara dalam persidangan. 3. Corp atau teman sejawat, di samping advokat atau pengacara harus jujur, juga harus mempunyai loyalitas dan solidaritas serta menghindari cara berpraktek yang tidak layak karena hal itu akan menyangkut nama 23 Ibid., hal. 212-213 40 baik dari corp. seorang pengacara juga harus menghormati dan menghargai teman sejawat,terutama dimuka persidangan.24 24 Sudikno Mertokusumo, Liberty,Yogyakarta,1988), hal.70-75. Hukum Acara Perdata Indonesia, (Penerbit 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif, dimana peneliti bertujuan menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai sifat tertentu yang telah peneliti dapatkan di lapangan. Dimana fakta-fakta yang diteliti merupakan realita yang sering kali terjadi dalam pakteknya dan tidak dapat dipecahkan di dalam laboratorium. Husain Insan di dalam bukunya menjelaskan: “Hal-hal tersebut (fakta-fakta kualitatif) tidak bisa diungkapkan oleh sebuah penelitian yang berlatar belakang labratorium. Kerena itu dalam khasanah penelitian muncul apa yang disebut dengan penelitian kualitatif, sebuah penelitian yang berusaha mengungkapkan keadaan yang bersifat alamiah secara holistik. Penelitian kualitatif bukan hanya menggambarkan variabel-variabel tunggal, melainkan dapat mengungkapkan hubungan antara satu variable dengan variable lain.25 Sudjarwo, dalam bukunya menjelaskan: “Peneltian deskriptif merupakan penelitian yang berpola menggambarkan apa yang ada di lapangan dan mengupayakan penggambar data, terlepas apakah itu kualitatif ataupun kuantitatif’.26 Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa penelitian kualitatif memandang realita sosial sebagai sesuatu yang utuh, kompleks dinamis, penuh makna dan hubungan gejala yang bersifat interaktif. Penelitian ini dilakukan pada 25 Husain Insawan, Metode Study Multi Pendekatan dan Model, (kendari : Shadra, 2010), 26 Sudjarwo, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: CV Mandar Maju, 2010), h. 51 h. 108. 42 objek yang alamiah, yaitu objek yang berkembang apa adanya tanpa adanya manipuasi oleh peneliti serta kehadiran peneliti tidak mempengaruhi dinamika alamiah pada objek penelitian.27 B. Tipologi Penelitian Adapun tipologi penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian hukum non doktrinal yaitu penelitian berupa studi-studi empiris yang kemudian menemukan teori-teori proses terjadinya serta mengenai proses bekerjanya hukum dalam masyarakat.28 C. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif Normatif Empiris yaitu dengan melakukan penalaran secara argumentatif dengan mengacu pada sejumlah landasan teori yang mendukung. Serta melakukan pengkajian secara normatif terhadap Peranan Lembaga Bantuan Hukum dalam memberikan bantuan hukum terhadap masyarakat yang tidak mampu untuk membayar honorium pembela, dendan meruntunnya pada subtansi yang tercakup dalam Undang-undang hukum acara perdata. Namun, penelitian ini juga menggunakan pendekatan empiris guna menjawab permasalahn seputar faktor-faktor sosiologis yang menjadi kendala bagi para terdakwa/tergugat untuk memperoleh bantuan hukum.29 27 Kamaruddin, Metode Penelitian Hukum, Cet.I, CV: Shandra, Kendari, 2009, hal. 47 Soerjono Soekanta dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali Press, Jakarta, 1990, hal. 98 29 Ibid. hal. 101. 28 43 D. Lokasi dan Waktu penelitian Lokasi penelitian ini bertempat di wilayah Hukum Pengadilan Agama Kendari Kelas 1.a dan di STAIN Kendari (Kantor LKBHI). Sedangkan waktu penelitian akan dilaksanakan setelah seminar proposal kira-kira dimulai bulan Agustus sampai Oktober atau kurang lebih tiga bulan. E. Objek Penelitian Yang menjadi objek pada penelitian ini adalah Peranan Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Islam (LKBHI) STAIN Kendari khususnya dalam membantu pemberian bantuan hukum di pengadilan Agama kelas 1.a Kendari. F. Data dan Sumber Data Data yang ditulis melalui pengumpulan data adalah hal-hal yang berhubungan dengan Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Islam (LKBHI). Berdasarkan data diatas maka penulis menggunakan dua sumber data yaitu: 1. Sumber data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada peneliti yaitu Ketua LKBHI, Ketua Pengadilan Agama, dan staf yang bertugas di, LKBHI, serta pihak lain yang turut serta mengmbil bagian dalam pemberian bantuan hukum melalui LKBHI di Pengadilan Agama Kendari. 2. Sumber data sekunder yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti, tetapi diperolah dari arsip-arsip dan dokumentasi dari 44 instansi yang berwenang dalam hal ini Pengadilan Agama Kelas I.A Kendari. G. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh segenap data atau bahan hukum yang diperlukan untuk menunjang hasil pembahasa dan analisis penelitian, maka pengumpulannya dilakukan dengan cara: 1. Wawancara Teknik ini dijadikan sebagai teknik pengumpulan data kunci (utama) dalam penelitian ini. Selain teknik pengumpulan data yang lain seperti observasi dan dokumentasi. Teknik ini di pergunakan untuk mengetahui secara mendalam tentang berbagai informasi yang sesuai dengan permasalahan yang teliti, informasi ini di kaji dan di interprestasikan berdasarkan pemahaman penulis dengan melakukan Cross Chek dengan teori yang ada dan penguji informasi dari informan lain. Setelah dipilih berdasarkan purposif sampling maka informan wawancara antara lain ketua LKBHI sebagai informan kunci, dan beserta hakim yang berada di Pengadilan Agama Kendari. 2. Dokumentasi/Kepustakaan Cara ini dilakukan dengan menelusuri bahan-bahan kepustakaan atau dokumentasi, serta sumber-sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan topic penelitian Teknik ini juga di gunakan untuk melengkapi data agar data yang di dapatkan semakin valid demi mendapatkan hasil penelitian yang maksimal. 45 Data yang akan di dokumentasikan diantaranya data keadaan di Pengadilan Agama Kendari, serta data lain yang berkenaan dengan penelitian kemudian akan diseleksi dan di sesuaikan dengan kebutuhan penelitian. H. Teknik Analisis Data Seluruh data hasil penelitian, selanjutnya dianalisis dengan cara yang dicontohkan oleh Miles dan Huberman, yakni: 1) Reduksi data, 2) display data, 3) penyajian data, 4) Verifikasi data30 Reduksi data, yaitu semua data hasil penelitian lapangan dianalisis sekaligus dirangkum, kemudian dipilih hal-hal yang urgen, dicari tema dan diolah sehingga tersusun secara sistematis dan mudah dikendalikan. Display data, yaitu data yang telah diperoleh dan banyak jumlahnya dibuat dalam bentuk bagan dan dianalisis dengn menarik kesimpulan. Sedangkan oenyajian data yang dimaksud adalah menyajikan data untuk melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu daru penelitian yang dikumpulkan. Kemudian yang terakhir penarikan kesimpulan atau veifikasi data yang dimaksud adalah melakukan interpretasi data atau menafsirkan dan mengelompokkan semua data agar tidak terjadi tumpang tindih antara data yang satu dengan data yang lainnya. 30 Sugino, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung : Al-Fabeta, 2008), h. 92 46 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian LKBHI diadakan di pengadilan Agama kelas 1.A Kendari yang merupakan salah satu lembaga peradilan pelaksana tugas Kehakiman khususnya dalam bidang perdata tingkat pertama yang beragama Islam dibawah naungan Mahkamah Agung RI yang berada diwilayah kota Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara. Pengadilan Agama Kelas 1.A Kendari berdiri pada tahun 1966 di kota Kendari dibawah pimpinan KH. Hamza Mappa. Pengadilan Agama terbentuk berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 45 tahun 1957. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 67 tahun 1966 dengan nama pengadilan Agama/Mahkmah Syari’ah kelas 1.A Kabupaten Kendari dalam wilayah pengadilan Agama/Mahkamah Syari’ah di Makassar ( PTA Ujung Pandang). Pada tahun 1977 bertepatan bulan Maret kantor pengadilan Agama Kelas 1.a Kendari dipindahkan kejalan Abunawas Kecamatan Mandonga kota Kendari setelah mendapat anggaran APBN DIK. Kantor baru Pengadilan Agama kelas 1. A Kendari dibangun dibawah tanah seluas 800 m dengan luas gedung 244 m dan diengkspi dengan satu rumah dinas Ketua tipe 70 di atas tanah seluas 200 m. Pada tahun 1991 pngadilan agama kelas 1.a Kendari mendapat dana bantuan rehap tahun anggaran 1991/1992 dan pada tahun 1993/1994 mendapat bantuan dana penambahan balai sidang berukuran 100 m dan ruangan jaru sita pengganti 47 berukuran 5 x 7 m. Pada tanggal 23 April 2007 bertepatan dengan tanggal 5 Rabiul Akhir 1428 H gedung baru pengadilan Agama Kelas 1.A Kendari yang beralamat dijalan Kapten Pierre Tendean Nomor 45 Baruga Kecamatan Baruga kota Kendari sulawesi Tenggara resmi ditempati atas izin Ketua Pengadilan Tinggi Agama. B. Dasar Pemikiran Lahirnya Lembaga Konsultasi Dan Bantuan Hukum Islam (LKBHI) Stain Kendari Sesuai surat edaran Mahkamah Agung (MA) terdiri dari tiga bagian pemberian bantuan hukum, yakni perkara prodeo berupa penggratisan biaya perkara dan program sidang keliling yang dilakukan majelis hakim di daerahdaerah terpencil sehingga bagi masyarakat yang jauh dari lembaga peradilan tidak perlu lagi datang ke Pengadilan untuk berperkara serta pembentukan Pos Bantuan Hukum (Posbakum) termasuk didalamnya Lembaga konsultasi dan bantuan hukum Islam (LKBHI). 31 Pada pertengahan 2010 STAIN Kendari mendirikan sebuah lembaga konsultan dan bantuan hukum, dibawah Pembina ketua STAIN yang kemudian diamanah kepada ketua jurusan Syari’ah sebagai koordinator. Selanjutnya STAIN mengadakan menjalin kerja sama dengan pihak pengadilan agama Kendari dibawah pengelolaan Pos Bantuan Hukum (Posbakum). Dalam perjalanannya ketua jurusan Syari’ah selanjutnya menugaskan kepada Ahmadi, S.Hi sebagai ketua LKBHI dan Nur Fadil, S.Hi sebagai pegawai. Lembaga konsultasi dan bantuan hukum terlahir dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan pelayanan hukum khususnya hukum Islam kepada masyarakat. Oleh karena itu, maka LKBHI dipandang perlu didirikan untuk melayani 31 Muhammad Alwi, Wawancara Tanggal 19 November, (Pengadilan Agama) 48 masyarakat khususnya masyarakat yang masih minim dengan pengetahuan ketika akan menghadapi perkaranya dipengadilan, dan mambantu masyarakat yang kurang mampu untuk membayar jasa para advokat atau pengacara. Sehingga STAIN Kendari perlu untuk mendirikan sebuah lembaga bantuan hukum yang dapat membantu masyarakat dalam memberikan bantuan hukum.32 Dalam hal memberikan jasa bantuan hukum, LKBHI tidak kalah dengan lembaga-lembaga bantuan hukum yang lain baik dalam hal pembuatan surat gugatan maupun dalam hal beracara atau mendampingi kliennya. Bahkan lebih unggul dibandingkan dengan lembaga-lembaga bantuan hukum lain. Ada beberapa yang menjadi visi dan misi LKBHI STAIN Kendari, antara lain : 1. Menyiapkan formula pelayanan konsultasi dan bantuan hukum Islam. 2. Memberikan advis dan advokasi hukum kepada masyarakat pada jalur litigasi dan non litigasi. 3. Melakukan pengkajian dan pengembangan praktek hukum Islam di masyarakat. 4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berkompoten dibidang advokasi 5. Membina dan mengembangkan insane-insan advokat yang menjunjung tinggi Syari’ah 6. Menjamin kerjasama yang saling menguntungkan denga lembaga pemerintah dan non pemerintah. 32 Nur Fadil, Wawancara Tanggal 16 November, 2012 49 Sedangkan yang menjadi visi dan misi dalam memberikan bantuan hukum diantaranya : 1. Pemberian layanan hukum kepada masyarakat dengan menjunjung tinggi dan memperhatikan prinsip-prinsip keadilan, non dikriminasi, keterbukaan, akutabilitas, dan kepekaan jender. 2. Pelaksanaan pemberian layanan hukum dilakukan dengan dengan penuh rasa tanggung jawab dan professional.33 C. Tinjauan Hukum Islam Tentang Bantuan Hukum Bantuan hukum diberikan kepada orang yang tidak mampu tetapi jangan diartikan hanya sebagai bentuk belas kasihan kepada yang lemah semata. Seharusnya selain membantu orang miskin, bantuan hukum juga merupakan gerakan moral yang memperjuangkan Hak Asasi Manusia juga untuk mewujudkan cita-cita negara kesejahteraan (welfare state) dan keadilan sosial. Pemberian bantuan diberikan dalam ruang lingkup permasalahan hukum yang dialami oleh orang yang membutuhkan bantuan karena keterlibatannya dalam masalah hukum sedangkan orang tersebut kurang mengerti hukum atau kurang mengetahui hukum dan termasuk orang yang tidak mampu dalam segi keuangan. Agama manapun di dunia ini selalu mengajarkan ummatnya untuk membantu orang-orang miskin. Bukan saja membantu dari sisi materi, tetapi juga membantu mereka menghadapi berbagai persoalan hidup.. Dalam sistim hukum Barat, Amerika, Yunani Kuno dan negara berkembang seperti Indonesia sudah 33 Fadil,…………….. 50 mengenal istilah bantuan hukum. Untuk masyarakat modern hal ini sudah harus diprogramkan.. Bahkan jauh sebelumnya Islam sudah menerapkan konsep bantuan hukum Ahli fiqh pada beberapa abad yang silam sudah membicarakan hal ini yang dikelompokkan kepada bab wakalah Konsep zakat dalam Islam, misalnya, adalah konsep yang dipersiapkan antara lain untuk membantu fakir miskin.34 Islam sangat melindungi hak-hak manusia yang diantaranya hak untuk merdeka, yaitu hak untuk kebesan yakni hak untuk tidak memikul kesalahan yang dibuat oleh orang lain. Hak ini disebabkan karena adanya asas praduga tak bersalah dalam hukum Islam yang mendasari bahwa seorang yang ditudh melakukan kejahatan harus dianggap tidak bersalah sebelum hakim dengan buktibukti meyakinkan menyatakan dengan tegas kesalahn itu. Realitas demikian secara argumentatif tidak ada lagi pertentangan secara normatif dengan subtansi produk aturan yang secara filosofis sangat menekan urgensi bsgi perlundungsn hukum terhadap hak-hak masyarakat atas bantuan hukum. Perlindungan hukum bagi masyarakat melalui hak-haknya untuk memperoleh bantuan hukum juga mrupakan salah satu bahagian integral dari perlindungan Hak Asasi Manusia. Tinjauan Hukum Islam dalam bantuan hukum, pemberian bantuan hukum merupakan hal yang sangat tepat, mengingat dalam hukum Islam ada yang namanya asas praduga tak bersalah begitupula dalam KUHAP, perumusan negara dalam melindungi hak-hak masyarakat yang dituangkan dalam KUHAP sangat 34 Didi Kusnadi, Bantuan Hukum dalam Islam Profesi Kepengacaraan dalam Islam dan Praktiknya di Lingkungan Pengadilan,( Cet-1:Penerbit: Pustaka Setia, Bandung, 2012), Hal. 347 51 tidak bertentangan dengan Hukum Islam mengingat pemberian itu adalah untuk membantu para masyarakat untuk mendapat keadilan tak terkecuali baik itu masyarakat yang mampu maupun yang kurang mampu. Kata “membantu” disini peneliti menafsirkan adalah tolong-menolong dalam hal kebaikan. Dalam hukum Islam pemberian bantuann hukum merupakan perbuatan tolong-menolong yang memang telah menjadi satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam. Islam mewajibkan umatnya untuk saling tolong-menolong satu dengan yang lainnya yang merupakan bagian dari hubungan manusia dengan sesamanya, segala bentuk perbedaan yang mewarnai kehidupan merupakan salah satu isyarat kepada umat manusia agar saling membantu satu sama lain dengan ketetapan Islam. Sebagaimana Firman Allah dalam Surah Al-Maidah ayat 2: .............. ............. .. Artinya:”Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa,.”.35 Selain itu dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim secara tegas menerangkan pentingnya tolong-menolong sesama Muslim. Untuk meringankan kesusahan yang sedang dialaminya. من نفس عن مسلم كربة من كرب الد نيا نفس هللا: عن ا بي هر يرة عن النبي صلي ا هلل عليه وسلم قال عنه كر بة من كر ب يو م القيا مة و من يسر علي مغسر يسر هللا عليه في الد نيا واال خرة ومن سترعلي 36اخيه 35 مسلم ستر هللا عليه في الد نيا واال خرة و هللا في عو ن العبد ما كا ن العبد في عو ن Departemen Agung.2006),hal. 142. agama, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya : Karya 52 Artinya:" Barangiapa yang meringankan salah satu dari kesusahan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan meringankan salah satu kesusahannya di hari kiamat. Barangsiapa yang yang memudahkan (membantu dalam masalah) orang yang mendapat kesusahan, maka Allah akan memudahkan baginya di dunia dan akhirat. Barang siapa yang menyembunyikan keaiban seorang muslim lain, makaAllah akan menyembunyikan keaibannya di dunia dan akhirat. Allah menolong seorang hamba selagi hamba itu menolong saudaranya.”(225 sunan ibnu majah) Tolong-menolong memang telah menjadi satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam. Islam mewajibkan ummatnya untuk saling tolongmenolong satu dengan yang lainnya, segala bentuk perbedaan yang mewarnai kehidupan manusia merupakan salah satu isyarat kepada ummat manusia agar saling membantu satu sama lain sesuai dengan ketetapan Islam. Mengingat setiap masyarakat, dimanapun didunia ini termasuk pada masyarakat Indonesia sebagai komunitas perkumpulan hidup, yang memiliki kepentingan berbeda-beda. Sudah barang tentu akan selalu membutuhkan bantuan dari yangh lain, sala satu bantuan itu adalah bantuan hukum. Dalam menemukan keadilan tidak jarang masyarakat harus dibantu oleh seorang atau lebih pengacara. Karena tidak dapat dipungkiri masih banyak manusia yang kurang pengetahuan atau bahkan sama sekali tidak mengerti akan aturan hukum. Maka dengan hadirnya seorang pembelah akan sedikit lebih menjamin adanya keadilan terhadapnya. Semua itu tidak terlepas dari prinsip tolong-menolong terhadap sesama. Untuk itu, hendaknya juga ummat Islam harus mengerti benar mengenai arti tolong-menolong yang diajarkan dalam Islam. Aturan pakai untuk menggunakan 36 Sunan Ibnu Majah, Abu Abdullah Muhammad Ibn Yasid Al Qaswiny Ibnu Majah, juz. I (T.t: Darl Al Fikr), h. 82, T,th 53 atau menjalankan ajaran saling tolong-menolong ini tentu saja tidak lepas dari dalam al-Qur’an dan Hadis, karena Islam adalah agama yang bersumber dari alQur’an dan Hadis. Pemberian bantuan hukum terhadap masyarakat utamanya mereka yang kurang mampu untuk membayar jasa para pengacara dan mereka yang tidak mengerti hukum atau takut akan hukum ini dianggap perlu karena ia wajib diberi perlindungan sewajarnya, perlu diingat juga ketentuan dalam pasal 8 dimana seorang tertuduh wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya psutusan pengadian yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, tugas penegak hukum dan keadilan merupakan suatu hal yang amat penting. Perihal ini ditegaskan oleh Allah dalam Surah An-Nisa’ ayat 58: ..........اس أَن تَ ْح ُك ُموِاْ بِ ْالعَ ْد ِِل ِ ِ َّإِلَى أ َ ْه ِل َها َوإِذَا َح َك ْمتُم بَيْنَِ الن....... Artinya: “Dan (menyeruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil”.37 Selain itu,ditegaskan-Nya pula dalam ayat 135 Surah An-Nisa’ : ُ ْط علَى أَو أ َ ْنفُ ِس ُك ْم ْال َوا ِلدَي ِْن ِ َيا أَيُّ َها الّذِينَ آ َمنُوا ُكونُوا قَ ّو ِامينَ ِب ْال ِقس َ ش َهدَا َء ِ ّلِلِ َولَ ْو ......... ََو ْاْل َ ْق َر ِبين 37 hal. 113 Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Karya Agung, Surabaya, 2006, 54 Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri ataupun ibu bapak dan kaum kerabatmu”.38 Penegasan tersebut disampaikan, bahwa dalam setiap kehidupan dan pergaulan masyarakat dalam bernegara, termasuk di Negara Hukum Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang 1945. Keadilan, kebenaran, dan kepastian hukum dalam sistem menyelenggarakan hukum merupakan hal yang sangat penting dalam usaha menciptakan kehidupan yang aman. 39 Bantuan hukum pada hakekatnya adalah segala upaya pemberian bantuan hukum dan pelayanan hukum kepada masyarakat, agar mereka memperoleh dan menikmati semua haknya yang diberikan oleh hukum khususnya dalam proses peradilan. Pembelah sebagai pemberi bantuan hukum berperan sebagai pengontrol agar keputusan yang dijatuhkan pada Kliennya oleh hakim adil dan tidak memihak. Akan tetapi wajah hukum di Indonesia belum menampakkan sosok sebagaimana yang dikehendaki bersama. Apa saja telah diatur secara tegas oleh hukum dan perundang-undangan, belum sepenuhnya terwujud sesuai yang diatur dalam perundang-undangan. Sehingga rasa keadilan didalam masyarakat khususnya pihak yang berkepentingan belum menikmati. 38 Ibid.,hal. 131 Taufik Hamami, Kedudukan dan Eksitensi Peradilan Agama dalam Sistem Tata Hukum di indonesi, (Bandung : PT Alumni, 2003), hal. 1 39 55 Pada pokoknya hukum dan perundang-undangan mengatur serta menjamin hak-hak setiap warga Negara dihadapan hukum tanpa adanya pengecualian. Justru menurut hukum, seorang belum dianggap bersalah sebelum adanya suatu putusan pengadilan yang menyatakan kesalahan itu serta yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Paling penting itu perlu didasari para penegak hukum untuk memandang masyarakat dengan berlandaskan Asas Praduga Tak Bersalah (Presumption Of Innocence).40 D. Peranan Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Islam (LKBHI) dalam Pemberian Bantuan Pada Pengadilan Agama Kendari Pada umumnya setiap lembaga bantuan hukum sangat membantu khususnya dalam memberikan bantuan hukum kepada masyarakat baik yang mampu maupun yang tidak mampu, begitu pula dengan lembaga konsultasi dan bantuan hukum Islam STAIN Kendari. LKBHI sangat membantu masyarakat baik dalam hal pemberian konsultasi maupun pembuatan surat gugatan. Kedepan LKBHI sangat dibutuhkan dalam membantu ,masyarakat yang kurang mampu membayar jasa advokat atau pengacara dan masyarakat yang masih minim dengan pengetahuan hukum.41 Ketua LKBHI STAIN Kendari, Ahmadi, S.Hi,.MH menjelaskan bila program penggratisan biaya perkara di Pengadilan Agama Kendari bagi warga tak mampu sudah berlaku sejak 1 Maret lalu. Kami tak sepeserpun memungut dana. Bahkan konsultasi gratis kami siapkan poskonya.42 40 Lobby logman, Pra Peradilan di Indonesia, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 1987), hal. 10. Ketua pengadilan,. 42 Ahmadi.Ketua LKBHI Stain Kendari, Minggu Tgl 25 November, 2012 41 56 Hal yang sama juga dikatakan oleh Pak Rahmading sebagai yang menanggani kontrak antara LKBHI dengan Pengadilan Agama kelas 1.a Kendari. Bahwa keberadaan LKBHI yang didirikan STAIN Kendari sangat membantu masyarakat. Sehingga harapannya kedepan pengadilan agama ingin mengadakan kerja sama lagi dengan lembaga-lembaga bantuan hukum khususnya LKBHI. Karena LKBHI sudah berakhir kontrak dengan pengadilan agama pada bulan Oktober 2012 yang seharusnya berakhir pada bulan Desember akan tetapi dana yang disiapkan sudah habis sehingga kegiatan tersebut berakhir. Dana tersebut berasal dari lembaga pengadilan yang diberikan apabila menangani perkara, setiap perkara di bayar seratus ribu dalam setiap bulannya LKBHI cuman menangani maksimal dua puluh lima perkara.43 Adapun jasa hukum yang diberikan adalah seperti pemberian konsultasi hukum, membuat surat gugatan bagi masyarakat. Khusus dalam hal pendampingan dimuka persidangan LKBHI yang terikat kontrak kerja sama dengan pengadilan agama Kendari pada posbakum berdasarkan surat edaran Mahkamah Agung (SEMA) tentang pelayanan bantuan hukum. LKBHI tidak diatur tentang pendampingan dimuka persidangan. Sehingga LKBHI tidak dapat mendampingi masyarakat yan berperkara dipersidangan. Apabila ada masyarakat yang meminta untuk pendampingan dimuka persidangan dibolehkan akan tetapi dalam hal pembiayaaan tidak ditanggung oleh pengadilan agama semua ditanggung oleh yang berperkara.44 43 44 Rahmading, Wawancara Tanggal 19 November, 2012 (Pengadilan Agama) Ketua Pengadilan,. 57 Kedepan pengadilan agama ingin lebih mempererat kerja sama dengan pihak STAIN Kendari khususnya dalam pengadaan bantuan hukum. Sehingga memberi peluang bagi para alumni STAIN khususnya jurusan Syari’ah untuk berkiprah didalamnya, seperti pengacara dan lain sebagainya. Karena tidak menutup kemungkinan-kemungkinan kedepan alumni Syari’ah akan sangat dibutuhkan khususnya yang meguasai hukum Islam bagi para pencari keadialan.45 Lembaga bantuan hukum sudah dinaungan Kemeterian Hukum dan HAM, sehingga semua instansi peradilan tidak dapat lagi mengambil alih daripada pengadaan bantuan hukum. Tetapi kembali kepada kebijakan dari Kementerian Hukum dan HAM apabila hal ini kemudian mengamanahkan kembali kepada lembaga peradilan dalam pengadan lembaga bantuan hukum maka pengadilan agama khususnya tetap akan terima justru hal ini adalah kesempatan bagi pengadilan agama dalam membantu masyarakat tentunya atas kerja sama dengan Kementerian Hukum dan HAM. Sehingga saat ini pengadilan agama lagi mendekatkan diri denganKementerian Hukum dan HAM bagaimana lembaga bantuan hukum ini diadakan kembali, sehingga masyarakat yang kurang mampu dan yang sama sekali tidak tahu mengenai hukum dapat merasakan selayaknya masyarakat yang mampu membayar dan yang tahu hukum. Karena dengan adanya LKBHI ini bukan saja membantu masyarakat tetapi membantu juga pengadilan agama yang dulunya dikerjakan oleh pihak pengadilan atau para pegawai 45 Ketua pengadilan agama. 58 pengadilan agama sekarang diserahkan kepada petugas/pegawai LKBHI khususnya dalam pemberian konsultasi dan pembuatan surat gugatan.46 Ada beberapa hal yang harus STAIN lakukan untuk mengembangkan LKBHI sehingga dapat menjadi sebuah lembaga bantuan hukum yang betul-betul yang bukan hanya dikenal diwilayah kota Kendari tetapi diseluruh Sulawesi Tenggara. Seperti melakukan training, sosialisasi, kemudian melakukan kerja sama dengan berbagai pihak dan pelatihan-pelatihan tentang bantuan hukum.47 Selain dari yang dijelaskan diatas ada beberapa lagi yang kemudian harus diperhatikan. Hal-hal yang harus dilakukan STAIN dalam mengembangkan LKBHI, sebagai berikut: 1. Memberikan pelatihan bagi petugas/anggota LKBHI guna peningkatan profesionaliti dan kinerja. 2. Pemberian bantuan dana oprasional atau anggaran kepada LKBHI. 46 47 Rahmading,. Rusnam, Wawancara Melalui Telepon Seluler Tanggal 2 Desember, 2012 59 E. Alur/Skema Hukum48 Permohonan dalam Pemberian Layanan Masyarakat yang mengajukkan perkara : peggugat/tergugat atau pemohon/termohon Peggugat/tergugat pemohon/termohon 1. 2. 3. 4. atau Pemberian informasi Pemberian advis Advokasi Pembuatan surat perkara atau permohonan Mengisi formulir surat pernyataan telah diberikan jasa layanan posbakum Surat gugatan atau permohonan diserahkan kemeja 1, yakni registrasi nomor perkara 48 Fadil., 60 Apabila telah diterima /dicatat nomor perkaranya penggugat/tergugat atau pemohon/termohon menunggu surat panggilan sidang F. Faktor yang Mempengaruhi LKBHI dalam Pemberian Bantuan Hukum Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam memberikan bantuan hokum. Pertama, faktor ilmu, sebab tidak semua orang tahu dan mengerti dalam beracara, dan juga kemungkinan faktor psychologis/pubia bantuan hukum, kemungkinan ada di antara masyarakat yang kurang berani membela dan mempertahankan haknya di hadapan hakim atau pengadilan.49 Selain yang dijelaskan diatas terdapat juga faktor lain yang mempengaruhi LKBHI dalam pemberian bantuan hukum kepada masyarakat, tetapi hal ini tidak terlalu berpengaruh terhadap peran LKBHI sebagai sebuah lembaga konsultan, diantaranya sebagai berikut : 1. Adanya salah satu lembaga konsultan yang sering tidak sejalan dengan LKBHI dalam menjalankan tugasnya. Seperti PERADI yang sering mengambil daripada apa yang menjadi kewenangan LKBHI. Akan tetapi hal ini tidak terlalu berpengaruh terhadap LKBHI dalam menjalankan tugas dan fungsinya dan itu merupakan hal yang wajar selama sifatnya positif. Sebab, ranah dari LKBHI adalah perkaraperkara biasa bukan perkara luar biasa artinya masyarakat yang 49 Rusnam,. 61 berperkara adalah masyrakat menengah kebawah, sebagian besar adalah masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi dan yang tidak mengerti tentang hukum. 2. Secara adminitrasi, terdapatnya beberapa peralatan yang belum dipasilitasi oleh pihak pengadilan agama kendari, seperti pengadaan komputer atau leptop, printer dan lain sebagainya. Jadi, selama ini pegawai LKBHI hanya menggunakan peralatan pribadi untuk mengerjakan tugas-tugas yang ada. Dikatakan Husain Insawan, sebagai ketua jurusan Syari’ah sekaligus Koordinator LKBHI mengatakan bahwa LKBHI telah sukses dalam memberikan bantuan hukum terhadap masyarakat.50 Bahkan dikatakan Muh. Alwi. Ketua pengadilan agama bahwa LKBHI mempunyai keunggulan tersendiri dibandingkan dengan lembaga bantuan hukum yang lain. Selain, menguasai hukum Islam juga mampu dalam hal hukum positif sehingga dalam hal lapangan kerja LKBHI lebih luas dari lembaga-lembaga bantuan hukum yang lain. Oleh karena itu saya berharap LKBHI ini tidak hanya bisa membuat surat gugatan tetapi bisa mendampingi masyarakat yang membutuhkan pendamping baik di pengadilan agama maupun di pengadilan umum.51 G. Strukruk Kepengurusan Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Islam (LKBHI) Stain Kendari.52 1. Pengarah : DR. H. Nur Alim, M.Pd Husain Insawan, Wawancara Tanggal 29 November, ( STAIN, Ruang Kajur Syari’ah) Ketua pengadilan, wawancara tanggal 28 desember, 2012. 52 Fadil, 50 51 62 2. Pembina : DR. Abdul Kadir, M.Pd 3. Koordinator : DR. Husain Insawan, M.Ag 4. Ketua : Ahmadi, S.Hi., M.H 5. Wakil Ketua : Muh. Asrianto Zainal, SH., MH 6. Sekretaris : Ashadi L. Diab, MA., M.Hum 7. Bendahara : Elvisnawati, S.IP 8. Bidang Litigasi : Muh. Kamal, SH.,MH Abdul Razak Niba, SH L. Suriadin, S.Hi 9. Bidang Non Litigasi : Drs. Muh. Idris Manshur Malaka, S.Ag., MA Rusnam, S.Hi 10. Bidang Penelitian dan Pengembangan : Abbas, MA Nur Fadil, S.Hi Arifuddin, S.Hi 11. Bidang Pelatihan dan Sosialisasi : Asep Kurniawan, S.Hi M. Nengah Murtadho, S.Hi Adenisastrawan, S.Hi Ani Hayati, S.Hi 12. Staf : Suardi, S.Pd.i 63 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah diungkapkan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukan penelti dapat mengemukakan yang menjadi pokok-pokok kesimpulan penelitian ini, dengan tetap berpedoman pada ruang lingkup pada pokok rumusan masalah, sebagai berikut: a. Keberadaan Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Islam (LKBHI) sangat berperan. Baik dalam hal membantu masyarakat yang kurang mampu atau masyarakat miskin dan yang tidak tahu sama sekali hukum tetapi membantu juga bagi pihak pengadilan sendiri. Bahkan sukses dalam menjalankan peranannya sebagai salah satu lembaga bantuan hukum. LKBHI merupakan salah satu lembaga bantuan hukum yang 64 didirikan STAIN Kendari atas kerja sama dengan Pengadilan Agama Kendari. b. Ada beberapa yang menjadi faktor penghambat bagi LKBHI dalam hal pemberian bantuan hukum kepada masyarakat. Pertama, Adanya salah satu lembaga konsultan yang sering tidak sejalan dengan LKBHI dalam menjalankan tugasnya. Kedua, Secara adminitrasi, terdapatnya beberapa peralatan yang belum dipasilitasi oleh pihak Pengadilan Agama Kendari. Ketiga , faktor ilmu, sebab tidak semua orang tahu dan mengerti dalam beracara, dan juga kemungkinan faktor psychologis/pubia bantuan hukum, kemungkinan ada di antara masyarakat yang kurang berani membela dan mempertahankan haknya di hadapan hakim atau pengadilan. B. Saran-Saran Dari pokok kesimpulan tersebut, peneliti memberikan saran sebagai berikut : 1. Perlu adanya sosialisai mengenai LKBHI sebagai salah satu lembaga bantuan yang memberikan bantuan hukum kepada masyarakat, sehingga dapat menjadi lembaga bantuan hukum yang yang tidak hanya dapat memberikan bantuan hukum dipengadilan agama tetapi mampu untuk bersaing di lembaga=lembaga peradilan umum, serta mengadakan kerja sama dengan instansi-instansi lain baik Pemerintah Kabupaten maupun Pemerintah Provinsi. Untuk lebih efektifnya dalam memberikan layanan bantuan hukum, LKBHI perlu lebih mempererat kerja sama dengan pengadilan agama serta perpanjangan masa kontrak yang lebih panjang. 65 2. Agar dalam menjalankan tugasnya sehingga tidak terjadi tumpah tindih dengan lembaga bantuan hukum yang lain LKBHI perlu mengkomunikasikannya baik dalam hal memberikan konsultasi maupun dalam pembuatan surat gugatan. LKBHI juga perlu mengadakan pelatihan-pelatihan atau training khusus bagi petugas LKBHI. Sehingga menjadi lembaga bantuan hukum bukan hanya mampu dalam membuat surat gugatan tetapi juga mampu memdampingin pada saat dimuka persidangan. Dan sosialisasi mengenai hukum juga perlu karena kebanyakkan masyarakat takut atau kurang berani membela dan mempertahankan haknya di muka hakim atau pengadilan. 66 67 Hal : Cerai Gugat Kendari, 26 Juli 2011 Kepada Yth. Ketua Pengadilan Agama Kendari Di Tempat Assalamu ‘Alaikum Wr. Wb. Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Hardyana binti Haruna Samri Umur : 35 Tahun Agama : Islam Pendidikan Terakhir : S.1 Pekerjaan : PNS Inspektorat Kota Kendari Tempat Tingga : Jalan Sao-sao Lr. Oleo Nomor 09 RT/RW 025/004 Kelurahan Bende Kecamatan Kadia Kota Kendari; Selanjutnya di sebut Penggugat, Mengajukan cerai gugat terhadap suami Penggugat, : Nama : Ramdan Ilham Bin M. Ilham Umur : 36 68 Agama :Islam Pendidikan terakhir :SMA Pekerjaan :Wiraswasta Tempat Tinggal : Jl. M. Paleo Lrg Lasuloro No. 3A Kel. Antan Kec. Manggala Makassar. Selanjutnya disebut Tergugat, TENTANG PERMASALAHANNYA 1. Bahwa Penggugat dan tergugat adalah suami istri sah, telah melangsungkan pernikahan pada tanggal 19 Januari 2002 dihadapan pejabat PPN Kua Kecamatan Angata sebagaimana buku kutipan Nikah Nomor 19/03/III/2003 tanggal 4 Maret 2003 2. Bahwa setelah menikah Penggugat dan tergugat hidup rukun bersama sebagaimana layaknya suami istri dengan baik, ba’da dukhul dan memilih untuk tinggal bersama semula di Jalan Sao-sao Lr. Oleo Nomor 09 RT/RW 025/004 Kelurahan Bende Kecamatan Kadia Kota Kendari selama 1 (satu)tahun; 3. Bahwa dari pernikahan Penggugat dan tergugat tersebut telah dikaruniai anak 1 (satu) orang yang masing-masing bernama : 3.1.Nur Aprilia SR lahir tanggal, 22 April 2002 4. Bahwa kehidupan rumah tangga Penggugat dan tergugat mulai goyah dan terjadi perselisihan dan pertengkaran secara terus menerus yang sulit diatasi sejak tanggal 10 bulan Desember tahun 2002 sampai dengan saat ini. 5. Bahwa perselisihan dan pertengkaran antara Penggugat dengan tergugat semakin tajam dan memuncak terjadi pada tanggal 27 bulan Januari tahun 2003 6. Bahwa sebab – sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : 6.1. Karena sering meninggalkan Istri dan Anaknya dalam waktu yang lama 6.2. Ketidak cocokan dalam Rumah Tangga. 69 7. Bahwa akibat dari perselisihan dan pertengkaran tersebut, akhirnya sejak tanggal, 1 bulan, Februari Tahun 2003 hingga sekarang selama kurang lebih 8 tahun 6 bulan, Penggugat dan tergugat telah berpisah tempat tinggal/berpisah ranjang*) karena tergugat telah pergi meninggalkan tempat kediaman bersama, yang mana dalam pisah rumah tersebut saat ini Penggugat bertempat tinggal di Jalan Sao-sao Lr. Oleo Nomor 09 RT/RW 025/004 Kelurahan Bende Kecamatan Kadia Kota Kendari dan tergugat bertempat tinggal di Jl. M. Paleo Lrg Lasuloro No. 3A Kel. Antan Kec. Manggala Makassar. 8. Bahwa sejak berpisah tempat tinggal/berpisah ranjang*) Penggugat dan tergugat selama 8 tahun 6 bulan, maka hak dan kewajiban suami istri tidak terlaksana sebagaimana mestinya karena sejak saat itu tergugat tidak lagi melaksanakan kewajibannya sebagaimana suami terhadap Penggugat sebagai istri; 9. Bahwa Penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan/cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik – baik dan meminta bantuan kepada orang tua maupun pemuka agama, namun tidak berhasil; 10. Bahwa untuk gugatan ini, Penggugat sanggup membuktikan dalil-dalil gugatan dengan mengajukan alat-alat bukti tertulis maupun keterangan saksisaksi; 11. Bahwa dengan sebab-sebab tersebut di atas, maka Penggugat merasa rumah tangga antara Penggugat dan tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena perselisihan dan pertengkaran secara terus menerus yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan tidak ada harapan untuk hidup rukun lagi, maka Penggugat berkesimpulan untuk mengakhiri ikatan perkawinan dan memilih jalan bercerai dengan tergugat; 12. Bahwa anak-anak Penggugat dan tergugat selama ini tinggal bersama Penggugat, karena itu untuk kepentingan anak-anak itu sendiri dan rasa kasih sayang Penggugat terhadap mereka, maka Penggugat mohon agar anak-anak tersebut ditetapkan dalam pengasuhan dan pemeliharaan Penggugat. 70 Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka Penggugat mohon kepada Ketua Pengadilan Agama Kendari Cq. Majelis Hakim untuk memeriksa dan mengadili serta berkenan menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut : Primer : 1. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya*); 2. Menjatuhkan talak satu ba’in sughra tergugat Ramdan Ilham bin M. Ilahm terhadap Penggugat, Hardyana, S. Sos binti Haruna Samri. 3. Menetapkan anak-anak Penggugat dan tergugat yang bernama Nur Aprilia SR lahir tanggal, 22 April 2002 berada dalam pengasuhan dan pemeliharan Penggugat; 4. Menghukum tergugat untuk menyerahkan pengasuhan dan pemeliharaan anak-anak tersebut kepada Penggugat.; 5. Membebankan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Subsider : Dan atau jika pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya ( ex aequo et bono). Wasslamu ‘Alaikum Wr. Wb. Hormat Penggugat, Hardyana, S.Sos 71 Hal : Cerai Gugat Juli 2011 Kendari, 26 Kepada Yth. Ketua Pengadilan Agama Kendari Di Tempat Assalamu ‘Alaikum Wr. Wb. Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Hasti Acuarista H Binti Haeruddin Razak M Umur : 23 Tahun Agama : Islam Pendidikan Terakhir : SMK Pekerjaan : Wiraswasta Tempat Tinggal : Jalan Wayong I Nomor 09 RT/RW 001/004 Kelurahan Tobuuha Kecamatan Puuwatu Kota Kendari; Selanjutnya di sebut Penggugat, Mengajukan cerai gugat terhadap suami Penggugat, : Nama : Muh. Taufan Octaviano Bin Nurdin Arsyad Umur : 26 Agama :Islam 72 Pendidikan terakhir :SMA Pekerjaan :Wiraswasta Tempat Tinggal : Jl. Wijaya Kusuma No. 17 Kel. Lahundape Kec. Kendari Barat Kota Kendari. Selanjutnya disebut Tergugat, TENTANG PERMASALAHANNYA 13. Bahwa Penggugat dan tergugat adalah suami istri sah, telah melangsungkan pernikahan pada tanggal 07 Januari 2008 dihadapan pejabat PPN Kua Kecamatan Mandonga sebagaimana buku kutipan Nikah Nomor 041/01/II/2008 tanggal 25 Februari 2008 14. Bahwa setelah menikah Penggugat dan tergugat hidup rukun bersama sebagaimana layaknya suami istri dengan baik, ba’da dukhul dan memilih untuk tinggal bersama semula di Jalan Samratulangi, Kecamatan MAndonga Kota Kendari selama 3 bulan; 15. Bahwa dari pernikahan Penggugat dan tergugat tersebut telah dikaruniai anak 2 (dua) orang yang masing-masing bernama : 15.1. Muh. Afdal Fadillah lahir tanggal, 11 Maret 2009 15.2. Muh. Rafliyandara lahir 15 Desember 2010 16. Bahwa kehidupan rumah tangga Penggugat dan tergugat mulai goyah dan terjadi perselisihan dan pertengkaran secara terus menerus yang sulit diatasi sejak tanggal 15 bulan Juni tahun 2008 sampai dengan saat ini. 17. Bahwa perselisihan dan pertengkaran antara Penggugat dengan tergugat semakin tajam dan memuncak terjadi pada pertengahan bulan Mei tahun 2009. 18. Bahwa sebab – sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut karena : 18.1. Karena sering Mabuk - mabukkan 18.2. Sering memukuli Penggugat. 18.3. Tidak menafkahi Penggugat dan anaknya. 73 19. Bahwa akibat dari perselisihan dan pertengkaran tersebut, akhirnya sejak bulan April Tahun 2010 hingga sekarang selama kurang lebih 1 tahun 3 bulan, Penggugat dan tergugat telah berpisah tempat tinggal. karena tergugat telah pergi meninggalkan tempat kediaman bersama, yang mana dalam pisah rumah tersebut saat ini Penggugat bertempat tinggal di Jalan Wayang Nomor 09 RT/RW 001/004 Kelurahan Tobuuha Kecamatan Puuwatu Kota Kendari dan tergugat bertempat tinggal di Jl. Wijaya Kusuma No. 17 Kemaraya Kota Kendari. 20. Bahwa sejak berpisah tempat tinggal/berpisah ranjang*) Penggugat dan tergugat selama 1 tahun 3 bulan, maka hak dan kewajiban suami istri tidak terlaksana sebagaimana mestinya karena sejak saat itu tergugat tidak lagi melaksanakan kewajibannya sebagaimana suami terhadap Penggugat sebagai istri; 21. Bahwa Penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan/cara bermusyawarah atau berbicara dengan tergugat secara baik – baik dan meminta bantuan kepada orang tua maupun pemuka agama, namun tidak berhasil; 22. Bahwa untuk gugatan ini, Penggugat sanggup membuktikan dalil-dalil gugatan dengan mengajukan alat-alat bukti tertulis maupun keterangan saksisaksi; 23. Bahwa dengan sebab-sebab tersebut di atas, maka Penggugat merasa rumah tangga antara Penggugat dan tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena perselisihan dan pertengkaran secara terus menerus yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan tidak ada harapan untuk hidup rukun lagi, maka Penggugat berkesimpulan untuk mengakhiri ikatan perkawinan dan memilih jalan bercerai dengan tergugat; 24. Bahwa anak-anak Penggugat dan tergugat selama ini tinggal bersama Penggugat, karena itu untuk kepentingan anak-anak itu sendiri dan rasa kasih sayang Penggugat terhadap mereka, maka Penggugat mohon agar anak-anak tersebut ditetapkan dalam pengasuhan dan pemeliharaan Penggugat. 74 Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka Penggugat mohon kepada Ketua Pengadilan Agama Kendari Cq. Majelis Hakim untuk memeriksa dan mengadili serta berkenan menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut : Primer : 6. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya; 7. Menjatuhkan talak satu ba’in sughra tergugat Muh. Taufan Octaviano Bin Nurdin Arsyad terhadap Penggugat, Hasti Acuarista H binti Haeruddin Razak M. 8. Menetapkan anak-anak Penggugat dan tergugat yang bernama Muh. Afdal Fadillah lahir tanggal11 Maret 2009 dan Muh. Rafliyandara, Lahir 15 Desember 2010 berada dalam pengasuhan dan pemeliharan Penggugat; 9. Menghukum tergugat untuk menyerahkan pengasuhan dan pemeliharaan anak-anak tersebut kepada Penggugat.; 10. Membebankan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Subsider : Dan atau jika pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya ( ex aequo et bono). Wassalamu ‘Alaikum Wr. Wb. Hormat Penggugat, Hasti Acuarista H Binti Haeruddin Razak M 75