SKRIPSI HUBUNGAN SOSIAL KAUM REMAJA DALAM JAMA’AH SHALAWAT (PECINTA RASUL) DI DESA MEJING KEC. BANDUNGAN KAB. SEMARANG Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh : FAHRUR ROZI NIM. 11107055 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA TAHUN 2012 PERSETUJUAN PEMBIMBING Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara: Nama : Fahrur Rozi NIM : 11107055 Jurusan : Tarbiyah Program Studi : Pendidikan Agama Islam Judul : HUBUNGAN SOSIAL KAUM REMAJA DALAM JAMA’AH SHALAWAT (PECINTA RASUL) DI DESA MEJING KEC. BANDUNGAN KAB. SEMARANG. Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan. Salatiga, 11 Februari 2012 Pembimbing Yedi Efriadi, M. Ag NIP. 197207212001121002 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Fahrur Rozi NIM : 11107055 Jurusan : Tarbiyah Program Studi : Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Salatiga, 13 februari 2012 Yang menyatakan Fahrur Rozi MOTO “Jadilah diri sendiri, karena Aku bukanlah Dia dan Dia bukanlah Aku. Dan jangan pernah lupa akan jati dirimu sendiri” PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada: Ø Untuk Ibuku Siti Fatimah dan Bapakku Sodaqoh yang senantiasa memberikan do’a. Ø Untuk adikku tercinta Muthoharoh. Ø Dosen Pembimbingku Bapak Yedi Efriadi, M. Ag. Ø Teman-temanku kelas PAI B 2007 seperjuangan. Ø Pengurus Jama’ah Shalawat (Pecinta Rasul) yang telah memberikan ijin dan dukungannya. Ø Untuk “Princes Kecilku” yang selalu memberikan semangat kepadaku. KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Dengan menyabut nama Allah dzat yang Maha Menguasai seluruh alam, segala puji dan syukur selalu tertuju pada-Nya, dengan segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada seluruh alam dan umat manusia. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, serta kepada para keluarga, sahabat dan umat yang senantiasa berada dalam tuntunannya, yang telah membawa kebebasan dari belenggu kejahiliahan, dan selalu kita nanti syafa’atnya baik dimasa sekarang sampai akhir zaman. Skripsi yang berjudul “Hubungan Sosial Kaum Remaja Dalam Jama’ah Shalawat (Pecinta Rasul) Di Desa Mejing Kec. Bandungan Kab. Semarang” ini, diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. PdI) pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dalam skripsi ini, penulis akan memaparkan bagaimana tingkat hubungan sosial kaum remaja dalam jama’ah shalawat (Pecinta Rasul) di Desa Mejing Kec. Bandungan Kab. Semarang, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat hubungan sosial kaum remaja dalam jama’ah shalawat (Pecinta Rasul) di Desa Mejing Kec. Bandungan Kab. Semarang, mengapa kaum remaja tertarik mengikuti jama’ah shalawat, bagaimana tanggapan warga masyarakat terhadap jama’ah shalawat. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Yang terhormat Ketua STAIN Salatiga Bpk. DR. Imam Sutomo, M. Ag. 2. Yang terhormat Bpk. Yedi Efriadi, M. Ag selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini. 3. Orang tuaku tercinta, yang telah mendidik dan mengasuhku dengan tiada henti. 4. Adikku tercinta yang selalu memberikan motivasinya. 5. Teman-temanku dan pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Pengurus jama’ah shalawat (Pecinta Rasul) yang telah memberikan ijin dan dukungannya. 7. “Princes Kecilku” yang selalu memberikan semangat kepadaku. Semoga amal dan niat baik diterima Allah SWT dan menjadi amal untuk bekal di akhirat kelak. Amin. Harapan penulis semoga skripsi ini menjadi bermanfaat dan berguna bagi semua pihak dan kemajuan pedidikan kita. Salatiga, 2012 Penulis Fahrur Rozi NIM. 11107055 ABSTRAKSI Fahrur rozi. 2012: Hubungan Sosial Kaum Remaja Dalam Jama’ah Shalawat (Pecinta Rasul) Di Desa Mejing Kec. Bandungan Kab. Semarang. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Yedi Efriadi, M. Ag. Kata Kunci : Hubungan Sosial Kaum Remaja Dalam Jama’ah Shalawat (Pecinta Rasul) Di Desa Mejing Kec. Bandungan Kab. Semarang. Penelitian ini membahas tentang Hubungan Sosial Kaum Remaja Dalam Jama’ah Shalawat (Pecinta Rasul) Di Desa Mejing Kec. Bandungan Kab. Semarang. Fokus penelitian yang dikakaji dalam skripsi ini adalah bagaimana tingkat hubungan sosial kaum remaja dalam jama’ah shalawat (Pecinta Rasul) di Desa Mejing Kec. Bandungan Kab. Semarang, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat hubungan sosial kaum remaja dalam jama’ah shalawat (Pecinta Rasul) di Desa Mejing Kec. Bandungan Kab. Semarang, mengapa kaum remaja tertarik mengikuti jama’ah shalawat, bagaimana tanggapan warga masyarakat terhadap jama’ah shalawat. Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat hubungan sosial kaum remaja, untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi tingkat hubungan sosial kaum remaja. untuk mengetahui peran kaum remaja dalam jama’ah shalawat, untuk mengetahui tanggapan kaum remaja tentang jama’ah shalawat. Sesuai dengan pendekatan kualitatif, maka kehadiran peneliti di lapangan sangat penting sekali mengingat peneliti bertindak langsung sebagai instrumen langsung dan sebagai pengumpul data dari observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diambil dari para informan atau responden pada waktu mewawancarai. Selain itu, keseluruhan data tersebut juga diperoleh dari observasi dan dokumentasi. Dari hasil analisis yang ada dapat diperoleh data mengenai hubungan sosial kaum remaja, dimana dalam jama’ah ini memberikan peran yang cukup positif untuk mrngarahkan kehidupan mereka. Masyarakatpun merespon baik dengan adanya kegiatan ini, karena disamping melakukan kegiatan shalawat yang intinya adalah memanjatkan pujian kepada Rasulullah SAW, dalam kegiatan ini juga memasukkan adanya unsur keberagamaan yang dapat mengarahkan terbentuknya kepribadian dalam diri remaja yang sesuai dengan ajaran Islam. DAFTAR INFORMAN · Bapak Kholidun · Bapak Khoiri · Bapak Maftukh Gunadi · Bapak Lasipan DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii NOTA PEMBIMBING..................................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN.......................................................................... iv HALAMAN MOTTO....................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... vi KATA PENGANTAR...................................................................................... vii ABSTRAKSI.................................................................................................... ix DAFTAR INFORMAN.................................................................................... x DAFTAR ISI..................................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1 B. Rumusan Masalah.......................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian........................................................................... 7 D. Kegunaan Penelitian...................................................................... 7 E. Kerangka Teoritik.......................................................................... 8 F. Indikator Penelitian....................................................................... 10 G. Penegasan Istilah........................................................................... 10 H. Metode Penelitian.......................................................................... 14 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian...................................... 14 2. Kehadiran Penelitian........................................................ 15 3. Lokasi Penelitian.............................................................. 15 4. Sumber Data..................................................................... 15 5. Prosedur Pengumpilan Data............................................. 16 6. Analisis Data.................................................................... 18 7. Tahap-tahap Penelitian..................................................... 18 I. Sistematika Penulisan..................................................................... 19 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Shalawat................. ....................................................................... 21 1. Pengertian Shalawat........................................................ 21 2. Manfaat Shalawat............................................................. 26 3. Shalawat Dalam Kehidupan Masyarakat.......................... 28 B. Hubungan Sosial Remaja................................................................ 31 1. Pengertian Hubungan Sosial Remaja............................... 31 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Hubungan Sosial.............................................................. 39 3. Pengaruh Perkembangan Hubungan Sosial terhadap Tingkah Laku................................................................... 47 4. Perkembangan Keberagamaan Pada Remaja................... 48 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN A. Paparan Data.................................................................................. 51 1. Gambaran Umum Lokasi................................................. 51 2. Latar Belakang Didirikannya Jamaah Shalawat (Pecinta Rasul) .............................................................................. 52 3. Tujuan Adanya Jamaah Shalawat (Pecinta Rasul)............ 56 4. Unsur-Unsur Dalam Jama’ah Shalawat (Pecinta Rasul).. 65 B. Temuan Penelitian........................................................................... 67 1. Jama’ah Shalawat (Pecinta Rasul) Dalam Pandangan Masyarakat........................................................................ 67 2. Pengaruh Terhadap Masyarakat........................................ 68 3. Pengaruh Terhadap Pergaulan Sosial Remaja................... 69 4. Remaja Dalam Jamaah Shalawat (Pecinta Rasul)............. 70 BAB IV PEMBAHASAN................................................................................... 72 BAB V PENUTUP............................................................................................... 78 A. Kesimpulan...................................................................................... 78 B. Saran............................................................................................... 81 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam lingkungan masyarakat pada umumnya tidak terlepas dari adanya pengaruh dan peran kaum remaja atau pemuda yang menjadi penggerak perkembangan kehidupan yang ada saat ini. Dalam kata lain, pemuda atau remaja merupakan elemen penting yang dapat dijadikan sebagai generasi penerus dalam masa yang akan datang. Sehubungan dengan hal itu, maka para remaja harus selalu diberikan arahan dan bimbingan supaya mereka tidak terjerumus ke dalam perbuatan yang menyimpang dari aturan maupun norma-norma agama yang dapat mengakibatkan kerusakan baik itu dalam diri pemuda itu sendiri maupun dalam lingkungan masyarakat pada umumnya. Dalam rangka meningkatkan kompetensi dari pemuda dan remaja, dapat dilakukan beberapa hal maupun kegiatan yang mengacu kepada pemberian motivasi kepada remaja supaya mereka dapat secara aktif mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada remaja untuk melakukan kegiatan apapun itu asalkan masih dalam konteks yang positif. Kegiatan dari remaja itu sendiri saat ini dapat dialokasikan kepada kegiatan yang bermacam-macam, baik itu dalam kegiatan yang mengarah kepada aspek keolahragaan, kesenian, keagamaan, keorganisasian maupun dalam aspek- aspek lain di mana semua itu merupakan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan remaja baik itu secara individu maupun secara bersama-sama. Akan tetapi semua itu tidak akan terwujud tanpa adanya peran dan bantuan dari para orang tua yang selalu memberikan arahan maupun melakukan pemantauan dari setiap kegiatan yang dilakukan oleh remaja saat ini. Orang tua masih memiliki peran yang sangat penting dalam mengarahkan dam membimbing kepada remaja supaya tidak salah arah. Melalui kegiatan yang positif, remaja dan orang tua juga dapat bekerja sama dalam melakukan setiap kegiatannya. Dalam mewujudkan adanya kerja sama tersebut, harus dilakukan adanya hubungan sosial yang menghilangkan adanya faktor kesenjangan sosial, yaitu dalam arti ketika remaja melakukan kegiatan seharusnya melibatkan adanya peran dari orang tua dan juga sebaliknya, ketika orang tua atau masyarakat pada umumnya melakukan kegiatan, maka mereka juga tidak ragu untuk melibatkan remaja yang hal itu setidaknya dapat memberikan pengalaman kepada remaja dalam melakukan hubungan sosial. Semua hal tersebut juga harus berdasarkan pertimbangan dan perhitungan yang tepat, karena pada umumnya remaja merupakan individu yang sedang berada pada tingkat perkembangan anak yang telah mencapai jenjang menjelang dewasa. Pada jenjang ini, kebutuhan remaja telah cukup kompleks, cakrawala interaksi sosial dan pergaulan remaja telah cukup luas. Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja telah mulai memperlihatkan dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya di dalam keluarganya. Remaja menghadapi berbagai lingkungan, bukan saja bergaul dengan berbagai kelompok umur. Dengan demikian, remaja mulai memahami norma pergaulan dengan kelompok remaja, kelompok anak-anak, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua. Pergaulan dengan sesama remaja lawan jenis dirasakan yang paling penting tetapi cukup sulit, karena di samping harus memperhatikan norma pergaulan sesama remaja, juga terselip pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk memilih teman hidup dan menentukan jalan arah tujuan hidupnya yang harus disesuaikan dengan perkembangan zaman yang ada pada era modernisasi saat ini yang penuh dengan tantangan. Selain itu tak kalah pentingnya lagi yaitu mengenai faktor keberagamaan yang menjadi menjadi faktor penting dalam membimbing dan mengarahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi, sebelum menginjak masa remaja pasti mereka merasakan masa anak-anak, meskipun masih dalam konteks anak-anak mereka juga secara dini harus dikenalkan dengan agama. Meskipun kebanyakan anak belum tau dan faham dengan yang disebut agama. ”Oleh karena itu pengembangan perasaan ketuhanan anak dapat dimulai sedini mungkin melalui tanggapan, dan bahasa anak. Mula-mula anak mungkin akan selalu kagum terhadap orang tuanya yang selalu sayang dan lain-lain. Hal tersebut sangatlah penting untuk pembinaan kejiwaan anak, untuk nantinya dibawa kepada pemahaman, kekaguman tarhadap yang lebih sayang lagi, maha kasih, maha sayang yakni Tuhan Allah SWT” (Abu Ahmadi, 2005: 109). Pada masa remaja, anak mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan. Pergaulan sesama teman lawan jenis dirasakan sangat penting, tetapi cukup sulit, karena di samping harus memperhatikan norma pergaulan sesama remaja juga terselip pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk memilih teman hidup. Kehidupan sosial remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional. Remaja sering mengalami sikap hubungan sosial yang tertutup sehubungan dengan masalah yang dialaminya. Pada masa remaja terjadi masa krisis, yaitu masa pencarian jati diri. Dia berpendapat bahwa penemuan jati diri seseorang didorong oleh sosiokultural ataupun pengaruh dari lingkungan sosial yang ada disekitarnya. Kehidupan sosial remaja didorong dan berorientasi pada kepentingan seksual dan egoisme yang masih tinggi. Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok-kelompok, baik kelompok besar maupun kelompok kecil. Di mana pada masing-masing kelompok memiliki karakter tersendiri yang dapat mempengaruhi emosional pada masing-masing kelompok ataupun individu tersebut. Akan tetapi di samping bertolak belakang pada kelemahan maupun kekurangan dari karakter dan sifat remaja tersebut, hal itu tidak menutupi kemungkinan terbesar juga bahwa remaja pada dasarnya memiliki andil yang cukup besar dalam menjalankan proses interaksi dan sosialisasi yang ada dalam suatu lingkungan masyarakat. Pada hakikatnya potensi dari remaja itu sendiri sebenarnya lebih mudah untuk digali dan dikeluarkan dengan mengapresiasikannya kedalam berbagai bidang, hal ini terjadi karena pada diri seorang remaja masih memiliki semangat yang cukup besar ketika mendapatkan rangsangan dengan memperhatikan keaktifan dan kreatifitas remaja dalam mengeluarkan potensi dalam dirinya yang penuh dengan unsur kreatif dan inovatif yang dimiliki oleh setiap remaja. Dalan hal tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa sebenarnya dengan semangat yang tinggi dan jiwa kepemudaannya, remaja memiliki peran yang sangat aktif dalam membantu dan mewujudkan dalam setiap kegiatan yang ada di lingkungan masyarakatnya. Dalam lingkungan masyarakat tidak akan mampu berjalan sendiri tanpa adanya peran dari remaja dengan kreatifitas yang dimilikinya. Selain itu, dalam suatu lingkungan masyarakat sebagian kegiatan yang berjalan merupakan hasil kreatifitas dari remaja yang menjadi motor penggerak dan pelopor dari kegiatan-kegiatan tersebut, misalnya ketika ada kegiatan kerja bakti atau gotong royong, peringatan hari besar keagamaan, ataupun kegiatan yang dalam hal ini memerlukan tenaga ekstra, maka remaja menjadi sangat membantu dan menjadi inovator dari setiap kegiatan yang akan dijalankan. Dengan demikian dapat dijadikan sebagai acuan bahwa remaja merupakan faktor penting dalam lingkungan masyarakat. Seperti halnya kegiatan yang ada di Desa Mejing Kec. Bandungan Kab. Semarang. Di Desa mejing terdapat terdapat kegiatan keberagamaan yang berupa kegiatan jama’ah shalawat yang di dalamnya melibatkan remaja untuk mengikuti kegiatan shalawat tersebut. Dan pada kenyataannya, kegiatan itu dapat menyatukan remaja dengan jama’ah shalawat lain yang pada awalnya kegiatan ini hanya identik dengan warga masyarakat yang sudah berumur (tua), akan tetapi di samping remaja adalah individu yang semangat dan derjiwa keras, remaja juga dapat menjadi sosok insan religius seperti halnya para orang tua pada umumnya. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang akan mengangkat peranan remaja yang ada di lingkungan Desa Mejing Kec. Bandungan Kab. Semarang. Adapun peranan remaja yang diangkat oleh peneliti ke dalam skripsi dalam hal ini adalah yang berkaitan dengan hubungan sosial dari kaum remaja dalam kalangan masyarakat itu sendiri, yaitu yang menyangkut tentang “ HUBUNGAN SOSIAL KAUM REMAJA DALAM JAMA’AH SHALAWAT (PECINTA RASUL) DI DESA MEJING KEC. BANDUNGAN KAB. SEMARANG “. B. Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan pokok dari skripsi ini adalah bagaimana tingkat hubungan sosial kaum remaja dalam jama’ah shalawat (Pecinta Rasul) yang ada di Desa Mejing Kec. Bandungan Kab. Semarang. Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, dapat dibagi menjadi beberapa sub pokok masalah, yaitu: 1. Bagaimana tingkat hubungan sosial kaum remaja dalam jama’ah shalawat (Pecinta Rasul) di Desa Mejing Kec. Bandungan Kab. Semarang? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat hubungan sosial kaum remaja dalam jama’ah shalawat (Pecinta Rasul) di Desa Mejing Kec. Bandungan Kab. Semarang? 3. Mengapa kaum remaja tertarik mengikuti jama’ah shalawat? 4. Bagaimana tanggapan warga masyarakat terhadap jama’ah shalawat? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah: 1. Untuk mengetahui tingkat hubungan sosial kaum remaja. 2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi tingkat hubungan sosial kaum remaja. 3. Untuk mengetahui peran kaum remaja dalam jama’ah shalawat. 4. Untuk mengetahui tanggapan kaum remaja tentang jama’ah shalawat. D. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian dalam penulisan skripsi ini dimaksudkan antara lain sebagai berikut: 1. Untuk pihak warga masyarakat di Desa Mejing, agar mendukung untuk terus melanjutkan kegiatan jama’ah shalawat tersebut. 2. Untuk pihak orang tua, agar terus mendukung dan berpartisipasi dalam mengikuti kegiatan jama’ah shalawat. 3. Untuk pihak kaum remaja agar lebih termotivasi untuk mengikuti kegiatan jama’ah shalawat tersebut. 4. Bagi penulis sebagai bekal untuk mengarahkan dan menjalankan kegiatan setelah lulus dari bangku perkuliah. E. Kerangka Teoritik Hubungan sosial individu dimulai sejak individu berada di lingkungan rumah bersama keluarganya, segera setelah lahir hubugan bayi dengan orang di sekitarnya terutama ibu pada saat menyusui memiliki arti yang sangat penting. Perkembangan sosial anak semakin berkembang ketika anak mulai memasuki masa prasekolah, kira- kira usia 18 bulan. Pada usia ini dimulai dengan tumbuhnya kesadaran diri atau yang dikenal dengan kesadaran akan dirinya dan kepemilikannya. Pada masa ini sampai akhir masa sekolah anak mulai mendekatkan diri pada orang-orang lain di sekitarnya. Sehingga lingkungan terutama teman sebaya mempunyai pengaruh yang sangat besar. Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangan itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Interaksi sosial merupakan proses sosialisasi yang mendudukan anak sebagai insan yang secara aktif melakukan proses sosialisasi. Bersosialisasi pada dasarnya merupakan proses penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan sosial. Dengan keadaan zaman yang seperti sekarang ini pasti akan sulit ketika kita mengajak kepada hal yang berbau religi, terlebih lagi ketika yang menjadi sasarannya adalah kalangan remaja, hal ini akan menjadi semakin sulit karena remaja pada masa sekarang ini cenderung sudah terpengaruh dengan adanya budaya barat, yaitu apabila dibiarkan lama-kelamaan hal itu akan menimbulkan efek negatif bagi para remaja itu sendiri. Akan tetapi semua itu dapat diantisipasi ketika remaja diarahkan untuk menjalankan kegiatan-kegiatan yang sekiranya sesuai dengan ajaran agama. Diantaranya dengan merangkul mereka untuk melakukan shalat jamaah, tadarus al-qur’an dan kegiatan keagamaan lainnya. Hal semacam itulah yang dapat membantu remaja dalam mengontrol dirinya sendiri. Hal ini dapat terbukti ketika orang mendengarkan musik, mereka bisa menangis dan tertawa, bersedih dan bersuka ria. Nah, yang berupa benda saja bisa menghasilkan efek semacam itu. Lantas bagaimana kalau kita tengah mendengar lantunan ayat Al-Qur’an sedang dibacakan? Pasti akan jauh lebih dari itu. Masa remaja merupakan masa pencerian jati diri, dan ketika seorang remaja sudah menemukan jati dirinya, maka remaja tersebut akan senantiasa berusaha menunjukan potensi apa yang ada dalam dirinya tersebut. Dalam hal ini, jika perilaku remaja didasarkan sesuai dengan ajaran-ajaran Islam, niscaya akan meuntun remaja tersebut kearah yang lebih baik. Remaja akan lebih memiliki tingkat ketakwaan dan rasa religiusitas yang tinngi dan selalu berada di jalan Allah SWT. F. Indikator Penelitian Indikator penelitian dari penulisan skripsi ini adalah: 1. Remaja memiliki penyesuaian sosial yang baik. 2. Remaja mampu berinteraksi dengan teman sebaya maupun dalam jama’ah shalawat. 3. Berpart isipasi dalam set iap kegiatan yang dilaksanakan dalm jama’ah shalawat ini. 4. Memahami dan mau bekerja sama dengan orang lain. 5. Berusaha memahami dan menerima pandangan orang lain dalam kelompok. G. Penegasan Istilah Untuk menghindari pengertian dan penafsiran judul diatas dan membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa pengertian yang terkandung, yaitu: 1. Hubungan Sosial Manusia tumbuh dan berkembang pada masa bayi ke masa dewasa melalui beberapa langkah dan jenjang. Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangan itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Interaksi sosial merupakan proses sosialisasi yang mendudukan anak sebagai insan yang secara aktif melakukan proses sosialisasi. Bersosialisasi pada dasarnya merupakan proses penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan sosial yang ada disekitarnya. Hubungan sosial merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. “Hubungan sosial yaitu hubungan antar-manusia yang menghasilkan adanya proses pengaruh-mempengaruhi” (Astrid S. Susanto, 1977:16). Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian, tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi amat kompleks. Pada jenjang perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain demi memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi mengandung maksud untuk disimpulkan bahwa pengertian perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antar manusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia. Karena itu proses ini dapat menjurus menjadi proses sosialisasi, “sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan penyesuaian diri – bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berfikir kelompoknya, agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Proses ini dapat berjalan dengan serasi dapat pula terjadi melalui pertentangan, akan tetapi selama individu merasa memerlukan kelompoknya maka ia bersedia untuk mengadakan beberapa kompromi terhadap tuntutan kelompok.” (Astrid S. Susanto, 1977:16). Hubungan sosial dapat diartikan sebagai cara-cara individu bereaksi terhadap dirinya, hubungan sosial ini menyangkut juga penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti makan sendiri, berpakaian sendiri, patuh pada peraturan dan lain sebagainya. Hubungan sosial diawali dari rumah sendiri yang kemudian berkembang dalam lingkup sosial yang lebih luas, seperti sekolah dan teman sebaya, kesulitan anak berhubungan sosial dengan teman sebaya ini biasanya disebabkan oleh pola asuh yang penuh dengan unjuk kuasa oleh orang tua. Pada dasarnya situasi kehidupan dalam keluarga berupa pola asuh orang tua yang salah, pada umumnya masih bisa di perbaiki oleh orang tua itu sendiri, akan tetapi situasi pergaulan dengan teman-teman sebaya dan lingkungan sekitarnyalah yang cenderung sulit untuk di perbaiki. Karena faktor inilah yang pada kehidupan kesehariannya selalu dijalani yang dapat mempengaruhi adanya pola kehidupan sosial yang ada pada diri seorang anak. 2. Remaja Pengertian remaja secara harfiahnya dapat didefinisikan melalui beberapa pengertian, diantaranya ada yang mendefinisikan bahwa remaja merupakan seorang individu yang sedang dalam masa transisi atau peralihan dimana yang awalnya merupakan seorang anak-anak kemudian menuju atau beralih kejenjang dewasa, oleh karena itu definisi dari remaja itu sendiri dapat disebutkan melalui pendapat ataupun gagasan yang bermacam-macam. Dalam konteks ini, R. E . Muss (Sarlito W. Sarwono, 1997: 22-23) mendefinisikan pengertian remaja berdasarkan umur yaitu umur 15-20 Tahun. Dinamakan masa kesempurnaan remaja (adolescence proper) dan merupakan puncak perkembangan emosi. Dalam tahap ini terjadi perubahan dari kecenderungan mementingkan diri sendiri kepada kecenderungan memperhatikan kepentingan orang lain dan kecenderungan memperhatikan harga diri. Para ahli filosofi pun mengemukakan pendapat dan gagasan mengenai definisi remaja itu sendiri dengan caranya masing-masing, dengan gagasan yang kuat serta disesuaikan dengan fakta dan kondisi sejalan dengan perubahan dan perkembangan zaman dan seiring dengan berjalannya waktu. Kemudian Hall (Sarlito W. Sarwono, 1997: 23) juga mengatakan, “masa remaja (adolescence): 12-25 tahun, yaitu masa topanbadai (strum und drang), yang mencerminkan kebudayaan modern yang penuh gejolak akibat pertentangan nilai-nilai”. Dari beberapa macam gagasan tersebut, masa remaja merupakan masa yang kritis akan segala macam perubahan yang terjadi, yaitu masa peralihan yang masih memiliki emosional dan egoisitas yang masih labil, sehingga perlu adanya pengontrolan akan hal tersebut. 3. Jama’ah Shalawat Makna shalawat secara umum adalah pernyatan kasih dan cinta. Setiap orang yang berakal dan berilmu, pastilah mewajibkan dirinya memperbanyak sholawat Nabi SAW. Sebesar-besar cinta-kasih orang tua kepada anaknya, takkan pernah lebih besar dari cinta Beliau SAW kepada kita. Sebesar-besar cinta seseorang kepada orang lainnya, takkan pernah lebih besar dari cinta Beliau SAW kepada kita. Kemudian makna dari Jamaah sendiri merupakan suatu perkumpulan, mengumpulakn atau menjadikan satu. Maka dapat diartikan bahwa jamaah shalawat merupakan suatu kegiatan keberagamaan yang menyatukan atau mengumpulkan warga untuk melakukan ibadah bershalawat secara bersama-sama, yaitu wujud dari pernyataan kasih dan cinta kepada Rasulullah SAW dengan melakukan pujian-pujian kepada Rasulullah SAW. H. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Untuk pemecahan masalah ini, peneliti menggunakan dokumen yang berupa skripsi, tesis, dan literatur-literatur untuk ditelaah secara komprehensif, khususnya yang berkaitan dengan hubungan sosial kaum remaja di jamaah shalawat. Dalam melakukan penelitian ini, bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Strategi pendekatan yang digunakan untuk menjawab semua permasalahan ini adalah strategi terpancang, yaitu penelitian dengan melakukan telaah secara seksama terhadap dokumen-dokumen atau data-data yang sudah diperoleh. Selain itu, penulis juga menggunakan jenis pendekatan penelitian kasus dan penelitian lapangan “(case study and field research) yaitu jenis pendekatan penelitian yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial: individu, kelompok, lembaga, atau masyarakat” (Sumadi Suryabrata, 2009: 80). 2. Kehadiran Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data sekaligus sebagai sebagai instrument aktif dalam upaya pencarian dan pengumpulan data-data di lapangan. Sedangkan instrument pendukung dari proses pengumpulan data penelitian lainnya selain manusia (peneliti) adalah berbagai bentuk alat-alat bantu yaitu berupa dokumen-dokumen lain yang dapat digunakan sebagai penunjang keabsahan dari penelitian dan sebagai instrument pendukung. Secara berkesinambungan peneliti melakukan beberapa langkah penelitian yang membutuhkan ketelitian baik itu dalam melakukan pengumpulan data-data maupun dalam proses pelaksanaan ketika proses penelitian berlangsung. 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Mejing, merupakan desa yang terletak di Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Dalam desa ini semua masyarakatnya adalah pemeluk agama Islam yang kental dengan nuansa tradisional maupun modern. Di desa ini terdapat berbagai macam kegiatan keagamaan yang salah satunya adalah kegiatan keagamaan yang akan diteliti yaitu adanya kegiatan keagamaan Jamaah Shalawat. 4. Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yaitu data yang berbentuk kalimat, kata, atau gambar. Data kualitatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen yang berisi tentang nilai-nilai sosial dari kaum remaja dalam jamah shalawat. Oleh karena itu, data yang diperlukan adalah data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dan bersumber dari pihak pertama baik berupa catatan, laporan, maupun data-data lainnya. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak kedua yang dalam hal ini adalah berupa hasil dari observasi dan wawancara. Dalam hal ini kedua data tersebut manjadi sangat penting, karena dari masing-masing data baik primer maupun sekunder memiliki keabsahan data yang kuat. 5. Prosedur Pengumpulan Data a. Metode Observasi Dalam mencari dan melakukan pengumpulan data, penulis menggunakan metode observasi, yaitu dengan melakukan survey lapangan ataupun sumber dari data yang akan diteliti baik itu berupa objek maupun sumber-sumber data yang akan diperlukan ketika proses penelitian berlangsung. “Observasi adalah pengamatan dan pencatatan suatu obyek dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Dalam observasi melibatkan 2 komponen yaitu si pelaku obsravasi yang lebih dikenal sebagai observer dan obyek yang diobservasi yang dikenal sebagai observee” (Sukandarrumidi, 2004: 69). Ketika peneliti melakukan observasi maka secara langsung dapat mengetahui gambaran dan dapat membantu dalam menentukan langkah-langkah apa saja yang akan ditempuh ketika melakukan proses penelitian. b. Metode Wawancara “Metode wawancara atau dikenal pula dengan istilah interview adalah proses tanya jawab lesan, dalam mana 2 orang atau lebih berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengar dengan telinga sendiri dari suaranya” (Sukandarrumidi, 2004: 88). Wawancara merupakan suatu metode yang dalam melakukan dan mencari data dari penelitiannya adalah melalui proses interaksi langsung kepada narasumber, yaitu dengan melakukan dialog ataupun dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan mengenai masalahmasalah yang akan diteliti dan diperlukan sebagai bahan untuk mendapatkan data-data penelitian kepada narasumber yang dalam hal ini dilakukan melalui proses wawancara. Kemudian hasil dari proses wawancara tersebut yaitu dapat berupa tulisan maupun berupa rekaman. c. Metode Dokumentasi Menurut Irawan (Sukandarrumidi, 2004: 100-101) mengemukakan bahwa “metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang ditujukan kepada subyek penelitian. Dokumen yang diketik dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi. Dokumen dapat berupa catatan pribadi, surat pribadi, buku harian, laporan kerja, notulen rapat, catatan kasus, rekaman kaset, rekaman video, foto dan lain sebagainya”. Metode dokumentasi merupakan metode yang dalam pencarian datanya menggunakan dokumen-dokumen baik itu berupa foto-foto kegiatan maupun bahan- bahan penelitian yang membantu selama dalam proses penelitian berlangsung. 6. Analisis Data Dalam melakukan proses penelitian, penulis melakukan beberapa langkah kegiatan yang ditempuh selama penelitian berlangsung. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh penulis selama proses analisis dalam pengumpulan data penelitian tersebut adalah: a. Menetapkan fokus penelitian. b. Menyusun temuan-temuan sementara berdasarkan data yang telah terkumpul selama proses pencarian data, baik itu yang berasal dari responden maupun narasumber yang ada selama dalam proses penelitian. c. Pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan temuantemuan pengumpulan data sebelumnya baik itu yang masih bersifat temuan sementara maupun temuan data yang baru. d. Pengembangan pertanyaan-pertanyaan analitik dalam rangka pengumpulan data berikutnya; dan e. Penetapan sasaran-sasaran pengumpulan data berikutnya. 7. Tahap-Tahap Penelitian Berikut ini merupakan beberapa urutan kegiatan yang dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses penelitian yaitu sebagai berikut: a. Persiapan, meliputi: penyusunan proposal, pengurusan perijinan, dan penyusunan jadwal kegiatan. b. Pencarian sumber data, meliputi: observasi, wawancara, dan dokumentasi. c. Pengumpulan data, meliputi: pengumpulan dokumen-dokumen dan penelaahan dari dokumen yang terkumpul. d. Analisis data, meliputi: analisis awal, reduksi data, analisis data temuan, pengayaan dan pendalaman, dan merumuskan kesimpulan. e. Penyusunan laporan, meliputi: penyusunan laporan sementara (draft), penelitian laporan penelitian sementara, perbaikan laporan dan penyusunan laporan akhir. I. Sistematika Penulisan Dalam skripsi yang penulis susun terdiri dari 5 (lima) bab yang rinciannya adalah sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka teoritik, penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II Kajian Pustaka Dalam bab ini diuraikan: A. Shalawat yang meliputi: Pengertian shalawat, manfaat shalawat dan shalawat dalam kehidupan masyarakat. B. Hubungan sosial remaja yang meliputi: Pengertian hubungan sosial remaja, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan hubungan sosial, pengaruh perkembangan hubungan sosial terhadap tingkah laku dan perkembangan keberagamaan pada remaja. BAB III Paparan Data dan Temuan Dalam bab ini akan diuraikan mengenai: C. Paparan data, yaitu gambaran umum lokasi, latar belakang didirikannya Jamaah Shalawat (Pecinta Rasul), tujuan Adanya Jamaah Shalawat (Pecinta Rasul) dan unsur-unsur dalam Jama’ah Shalawat (Pecinta Rasul). D. Temuan penelitian, yaitu Jama’ah Shalawat (Pecinta Rasul) dalam pandangan masyarakat, pengaruh terhadap masyarakat, pengaruh terhadap pergaulan sosial remaja dan remaja dalam Jamaah Shalawat (Pecinta Rasul). BAB IV Pembahasan BAB V Penutup Dalam bab ini diuraikan tentang: Kesimpulan dan saran. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Shalawat 1. Pengertian Shalawat Shalawat adalah bentuk jamak dari bentuk tunggal shalah ()اﻟﺼﻼة yang berarti doa, shalawat memiliki sejumlah pengertian antara lain sebagai berikut: a. Shalawat dari Allah kepada manusia yang bermakna memberi rahmat seperti dalam QS Al-Ahzab 33:43. 4Í‘q–Y9$# ’n<Î) ÏM »yJ è=—à 9$# z̀ ÏiB /ä3 y_ Ì÷‚ ã‹Ï9 ¼çmçGs3 Í́¯»n=tBur öN ä3 ø‹n=tæ ’Ìj?|Á ム“ Ï%©!$# uqèd .$V J ŠÏm u‘ tûüÏZÏB÷sßJ ø9$Î/ tb %Ÿ2 ur “Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.”(Q. S. Al-Ahzab:43). b. Shalawat dari seorang muslim kepada muslim yang lain yang bermakna doa seperti dalam QS At-Taubah 9:103. y7 s?4qn=|¹ b̈ Î)(öN Îgø‹n=tæ Èe@ |¹ ur $pkÍ5 NÍkŽÏj.t“è?ur öN èd ãÎdgsÜ è? Zps%y‰ |¹ öN ÏlÎ;ºuqøBr&ồ ÏB õ‹ è{ .í O ŠÎ=tæ ì ‹ÏJ y™ ª! $#ur 3öN çl°;Ö̀ s3 y™ “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”(Q. S. At-Taubah:103) c. Shalawat dari manusia kepada Allah yang bermakna ibadah khusus pada Allah dalam waktu dan cara tertentu sesuai syariah seperti dalam QS Al-Kautsar 108:2. . öptùU$#ur y7 În/tÏ9 Èe@ |Á sù “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.” Shalawat adalah permohonan kepada Allah SWT agar memberikan berkah dan rahmat kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Dalam shalawat itu terkandung doa, pujian dan cinta. Karenanya, shalawat adalah salah satu jalan menuju cinta kepada rasul, yang pada tingkat tertinggi menyebabkan seseorang lebur dalam totalitas eksistensi, atau hakikat Muhammad, atau Nur Muhammad. Shalawat adalah “berkah” yang biasanya disandingkan dengan kedamaian (salam). Shalawat memiliki manfaat dan berfungsi sebagai berkah dari Tuhan untuk “menghidupkan” hati dan membersihkan hati agar terserap dalam Nur Muhammad dan sekaligus sebagai kedamaian yang menenteramkan. Dengan demikian, shalawat menjadi pembuka pintu keterkabulan doa seseorang Apabila shalawat diucapkan sebelum atau sesudah berdoa, Insya Allah menjadikan doa segera naik ke langit. Semua shalawat mengalirkan barakah kepada pembacanya sebab dengan shalawat seseorang “terhubung” dengan “Perbendaharaan Tersembunyi” yang kandungannya tiada batasnya, atau dengan kata lain, dengan shalawat seseorang berarti akan memperoleh berkah “kunci” dari Perbendaharaan Tersembunyi yang gaib sekaligus nyata (yakni dalam wujud Muhammad saw) Dalam ibadah-ibadah lain, Allah SWT memerintahkan kepada hamba-hambaNya untuk mengerjakannya, namun khusus dalam perintah membaca shalawat, Allah SWT menyebutkan bahwa Allah sendiri bershalawat atasnya, kemudian memerintahkan kepada malaikatNya, baru kemudian pada orang-orang yang beriman untuk bershalawat atasnya. “Nabi Muhammad SAW Adalah penutup para Nabi dan Rasul, beliau adalah seorang hamba yang tidak boleh disembah dan seorang Rasul yang tidak boleh didustakan. Beliau adalah sebaik-baiknya makhluk di hadapan Allah SWT, derajatnya paling tinggi, dan kedudukannya paling dekat kepada-Nya” (Alaika Salamullah, 2008: 33). Dengan hal ini semakin menunjukkan bahwasannya melakukan shalawat atas Nabi muhammad SAW, tidak cuma sekedar ungkapan terima kasih, tetapi ini juga menjadi salah satu ibadah yang utama. (Http://cahyaislam.wordpress.com. 14/10/2011) Bila kita ingin mengetahui bahwa shalawat termasuk ibadah yang utama, maka perhatikan dan renungkanlah firman Allah SAW dalam alQuran, surat Al-Ahzab ayat 56 sebgai berikut: Ïmø‹n=tã (#q=|¹ (#qãZtB#uä šú ïÏ%©!$# $pkš‰r'¯»tƒ 4ÄcÓÉ<Z̈9$# ’n?tã tb q=|Á ム¼çmtGx6 Í́¯»n=tBur ©! $# b̈ Î) ÇÎÏÈ $J̧ ŠÎ=ó¡ n@(#qßJ Ïk=y™ ur ”Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzab 56). Adapun dasar hadisnya adalah sebagai berikut: Uoyx y¹ c’s=|ã &NÜd 6Þ‘sYO2 q#Ï'yBy$ŠÎ)O9#pPfqƒ ‘ Î0ÉÇ̈ ÁÊ_s$^<#‘ s<'rs# “Sebaik-baik manusia padaku di hari kiamat adalah yang paling banyak membaca shalawat.” (HR Tirmidzi) «’n|=ã Q@ yÁ æƒ'N n=nùæny‰ '^Ïã ßN 'Å2 èŒ&` yBy@ &Ï‚ y;9# “Orang yang pelit adalah orang yang tidak mengucapkan shalawat saat namaku disebut.” (HR Ahmad bin Hanbal dalam Musnad) “Bershalawat” artinya: kalau dari Allah berarti memberi rahmat: dari Malaikat berarti memintakan ampunan dan kalau dari orang-orang mukmin berarti berdoa supaya diberi rahmat seperti dengan perkataan: Allahuma shalli ala Muhammad. Dengan mengucapkan “Perkataan” seperti: Assalamu'alaika ayyuhan Nabi artinya: semoga keselamatan tercurah kepadamu Hai Nabi. Dari ayat tersebut kita mengetahui, Allah Swt saja sang Pencipta jagad raya dan mahkluk seluruh dunia termasuk diri kita yang kecil ini, mau bershalawat terhadap Nabi Muhammad Saw, dan juga para malaikat yang telah dijamin tak akan berbuat kesalahan turut bershalawat terhadap nabi, mengapa diri kita yang telah diselamatkan beliau masih melupakan ibadah yang teramat mulia ini. Sesungguhnya perbuatan seseorang menunjukkan pada perangai dirinya. Selain itu, dalam kitab Riyadhus Shalihin (Imam An Nawawi, 1965:384) menjelaskan tentang perintah untuk bershalawat kepada Rasulullah SAW, adapun shalawat yang diajarkan beliau adalah sebagai berikut: “Ya Allah, wahai Tuhanku, muliakanlah oleh-Mu akan Muhammad dan akan keluarganya, sebagaimana Engkau telah memuliakan keluarga Ibrahim bahwasanya Engkau sangat terpuji dan sangat mulia. Ya Allah, wahai Tuhanku, berikan berkat oleh-Mu akan Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah memberi berkat kepada Ibrahim; bahwasanya Engkau sangat terpuji dan sangat mulia.” (HR. Bukhârî dari Abû Sa’îd, Ka’ab Ibn ‘Ujrah). Shalawat adalah sebuah ibadah yang tidak berbatas alam, jarak ataupun waktu. Artinya bila diucapkan maka akan menembus alam langit yang sangat jauh, didengar para malaikat, lalu turut menyampaikan do’a bagi manusia yang mengucapkannya, dan menembus Alam kubur menyampaikan salam yang diucapkan manusia kepada Nabi Muhammad SAW. 2. Manfaat Shalawat Dalam melakukan setiap ibadah pastinya tidak terlepas dari akan adanya manfaat dari ibadah tersebut, banyak manfaat yang dapat kita rasakan ketika kita melakukan hal yang sifatnya adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjalankan segala perintah dari Allah SWT. Salah satunya yaitu dengan melakukan shalawat yang kita tujukan kepada baginda Rasulullah SAW. Dengan bershalawat kepada Rasulullah pasti juga memiliki begitu banyaknya manfaat dan keutamaan Shalawat, adapun diantara manfaat dan keutamaan tersebut adalah sebagai berikut: · Setiap bershalawat satu kali, Allah SWT bershalawat sepuluh kali untuknya. · Allah meninggikan derajat 10 kali, memberikan 10 kebajikan, menghapuskan 10 kejahatan, dan membebaskan dari kemunafikan. Dalam sebuah hadist Rasulullah SAW bersabda: #Yǵ ã t$kÅó Ïm6Š=tã ª! 4Qœ‘ =ˆ¹ ºo ox ˆ¹ œ‘ =ˆã œ‘ =ˆ¹ g̀ H “Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali, bershalawat kepadanya sepuluh kali”.(HR. Muslim). Allah akan · Mendapatkan tempat yang paling utama bersama Rasulullah SAW di hari kiamat, mendapatkan tempat di surga bersama syuhada, dan jauh dari api neraka. · Mendapatkan syafaat Rasulullah SAW di hari kiamat. · Mendapatkan pengampunan dosa. · Mendapatkan keberkahan dalam setiap urusan dan terpelihara dari kesusahan. (Http://ferrydjajaprana.multiply.com.19/12/2011). Jika kita melihat dari begitu banyaknya manfaat dari bershalawat, maka sudah tentu setiap umat muslim akan merasa termotivasi untuk melakukan shalawat kepada Nabi Muhammad saw. Seperti halnya bershalawat, masih banyak lagi ibadah-ibadah lain yang dapat kita lakukan untuk senantiasa melakukan segala perintah dan anjuran dari Allah swt untuk senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah swt. Oleh karena itu di samping manfaat-manfaat yang tertera di atas, tentunya masih banyak manfaat-manfaat dari bershalawat yang tidak dapat kita sebutkan satu persatu. Anjuran melakukan shalawat yang kita tujukan kepada Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu ibadah yang memiliki berbagai macam keutamaan, hati kita yang dulunya kotor akan segala perbuatan buruk misalnya kedengkian, iri, sombong, takabur, dan sifat buruk lainnya dengan bershalawat insyaallah semua sifat tersebut akan semakin berkurang, karena bershalawat merupakan sarana kita untuk senantiasa lebih mendekatkan diri kita kepada Allah swt. 3. Shalawat Dalam Kehidupan Masyarakat Dalam tradisi masyarakat kegiatan bershalawat kepada Rasulullah dapat diwujudkan ke dalam berbagai macam kegiatan, misalnya saja dalam kegiatan berjanji, shalawat mauludan, dan bahkan ketika dalam acara keagamaan lainnya juga bershalawat dalam masyarakat dapat apat dilakukan yang dalam hal ini adalah semata-mata untuk mendapatkan limpahan rahmat dari Allah swt. Dalam kegiatan keagamaan yang bermacam-macam jenisnya setiap umat dapat menapresiasikan betapa cintanya umat manusia kepada Rasulullah saw yang sudah membawa kebebasan dari belenggu yang ada. Jika melihat fakta yang ada pada masyarakat saat ini, makin lama kegiatan keberagamaan semakin terlupakan, jangankan untuk bershalawat setiap hari, untuk mengikuti kegiatan shalawat maulud yang notabennya itu dilaksanakan selama satu tahun sekalipun terkadang masih banyak yang merasa kalau kegiatan tersebut tidaklah begitu penting dan bahkan dengan sengaja untuk lebih memilih untuk tidak mengikutinya. Hal semacam inilah yang perlu dihilangkan dalam kehidupan masyarakat dan perlu ditanamkan kembali motivasi-motivasi yang akan memberikan rangsangan kepada masyarakat untuk memberikan arahan akan pentingnya melakukan shalawat. Akan tetapi semua itu tidaklah mudah, karena pada kenyataanya setiap orang memiliki pemikiran yang berbeda-beda, jangnkan untuk kegiatan shalawat yang sekiranya merupakan kegiatan sunnah, kegiatan wajibpun seprti halnya shalat sekarang ini juga sudah sering terabaikan. Inilah yang menjadi kelemahan dalam tubuh manusia dimana ketika kita melihat perjuangan dari Rasulullah untuk mencurahkan segala hidupnya bagi umat-umatnya apakah cuma seperti ini balasannya. Maka dari itu kita harus senantiasa menjaga dan memberikan segala limpahan do’a kepada Rasulullah atas segala pengorbanannya demi umat-umatnya, salah satu cara yang dapat kita lakukan adalah dengan menghaturkan shalawat yang dkhususkan kepada Rasulullah, hal semacam inilah yang sangat diperlukan dan harus ditanamkan dalam masyarakat. Dan menghapuskan segala perbedaan yang ada diantara umat Islam saat ini. Terlebih lagi dalam kehidupan remaja, hal semacam ini sulit untuk diterapkan karena secara umum dapat dilihat bahwa remaja masa sekarang ini sudah banyak terpengaruh akan adanya budaya-budaya dan kebiasaan yang melenceng jauh dari apa yang diharapkan. Perlu adanya pengarahan yang harus diperhatikan dengan adanya penyimpangan yang sudah umum terjadi dalam kepribadian remaja. Sudah banyak contoh kasus yang memberikan catatan tentang remaja yang melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan norma dan ajaran Islam, terlebih lagi ketika remaja tidak memiliki kontrol akan semua aktifitasnya,ini akan semakin mempercepat masuknya pengaruh-pengaruh negatif yang ada. Seiring dengan adanya fakta yang semacam itu mungkin peran dari masyarakat menjadi faktor yang penting, remaja yang semacam ini harus senantiasa diarahkan sesuai dengan norma yang ada, mungkin dengan kegiatan shalawat dapat membantu ramaja untuk membersihkan segala virus, penyakit, racun dan kotoran-kotoran yang ada dalam diri remaja, dengan bershalawat dapat membersihkan hati yang kotor akan segala perbuatan yang dilakukan. Maka dari itu, jika melihat kondisi yang sedemikian rupa shalawat dapat menjadi sebuah kegiatan yang perlu diutamakan selain kegiatan-kegiatan wajib yang harus dilakukan. Shalawat juga dapat mempersatukan masyarakat dalam suatu majlis yang dimana sangat bermanfaat dan memberikan arahan yang positif, dalam melakukan kegiatan shalawat masyarakat tidak memandang tinggi rendahnya pangkat dan golongan yang ada, disisi Allah semua manusia itu sama, hanya keimanan dan ketaqwaannyalah yang membedakannya, selain itu semua umat manusia sebenarnya adalah sama dari meskipun berasal dari berbagai golongan yang ada. “Dalam perspektif bahasa, sebagaimana ditulis Ali Jabir, umat didefinisikan sebagai jamaah yang disatukan oleh suatu hal: satu agama, sat zaman, atau satu tempat, baik faktor pemersatu itu dipaksakan maupun berdasarkan pilihan. Umat Islam, dengan demikian, adalah jamaah yang disatukan atas dasar kesamaan akidah” (Nanih Machendrawaty, 2001: 13). B. Hubungan Sosial Remaja 1. Pengertian Hubungan Sosial Remaja Hubungan sosial individu dimulai sejak individu berada di lingkungan rumah bersama keluarganya, segera setelah lahir hubungan bayi dengan orang di sekitarnya terutama ibu pada saat menyusui memiliki arti yang sangat penting. Setelah itu dimulailah adanya suatu perubahan yang merupakan awal dari proses interaksi antara sang anak dengan dunia luar selain lingkungan keluarga, di masa ini ketika anak bisa berinteraksi dengan orang lain dan melakukan hubungan yang bersifat saling mengenal, maka inilah yang menjadi titik awal dari adanya masa hubungan sosial dari anak tersebut. Akan tetapi, sesuai dengan pengertian hubungan sosial diatas, sudah disebutkan bahwa hubungan sosial merupakan hubungan antarmanusia yang menghasilkan adanya proses pengaruh-mempengaruhi, adapun kaitannya dengan hasrat dan tujuan perasaan dan pemikirannya, semua itu juga pasti memiliki sisi positif maupun negatif yang ada dalam proses hubungan sosial ini. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut: a. Hubungan sosial positif: Merupakan proses kontak sosial yang di dalamnya terdapat unsur pengaruh-mempengaruhi dimana dalam dampaknya adalah mewujudkan hasil yang positif. Misalnya, adanya suatu komunitas atau kelompok tertentu yang membawa dampak positif dalam kelangsungan kehidupan suatu masyarakat. Selanjutnya mengenai adanya hasrat dan tujuan perasaan dan pemikiran, apabila seseorang bertujuan untuk tidak memaksakan pendapatnya dalam suatu kelompok, maka dengan sendirinya ia akan lebih toleran dalam suatu kelompok tersebut. b. Hubungan sosial negatif: Merupakan proses kontak sosial yang di dalamnya terdapat unsur pengaruh-mempengaruhi, akan tetapi dalam hal ini bertolak belakang dengan hasrat dan tujuan perasaan dan pemikiran yang ada. Dimana proses interaksi di dalamnya cenderung mengakibatkan terjadinya konflik, hal semacam ini dapat dilihat apabila seseorang bertujuan untuk memaksakan pendapatnya dalam suatu kelompok, maka dengan sendirinya tidak dapat diharapkan darinya bahwa ia akan bersifat toleran, dan bahkan menimbulkan adanya suatu perpecahan dalam suatu kelompok tersebut. (Astrid S. Susanto, 1977:34). Keseluruhan dari hubungan sosial (sosial relations) membentuk struktur sosial dalam kelompok maupun masyarakat yang akhirnya akan menentukan corakdari masyarakatnya. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa melalui hubungan antar manusia di dalam kelompok atau masyarakat, maka: a. Hubungan sosial adalah sebenarnya suatu interaksi lambang. b. Hubungan sosial mencerminkan dan menjelaskan bagaimana situasi dari setiap pihak yang terlibat dalam interaksi tersebut. c. Hubungan sosial dapat menjelaskan apa yang menjadi dasar pengertian bersama (shared understanding) dan kebiasaan bersama (conventions). d. Hubungan sosial menjelaskan bagaimana peranan dan bagian yang diperankan oleh setiap anggota dalam kelompoknya, seperti juga sehubungan dengan perbedaan peranan ini, menjelaskan apa yang merupakan tujuan objektif setiap kelompok, yang telah menjadi penyebab ikatan ini. (Astrid S. Susanto, 1977:34). Hubungan sosial ini dapat juga dikaitkan dengan adanya perkembangan sosial remaja dimana ketika anak menginjak masa remaja, di mana masa ini adalah ketika anak memiliki kemampuan untuk mengenal karakteristik dan kepribadian dari teman sebaya maupun mengenal lawan jenisnya. Akan tetapi semua itu harus melalui pengawasan dari pihak orang tua, seperti halnya mendidik dari usia dini sampai mengantarkannya kemasa dewasa, karena “pendidikan tidak mengenal batas usia, dengan kata lain bahwa proses pendidikan berlangsung sepanjang hidup manusia, dalam konsep pendidikan Islam, Islam mengajarkan pendidikan terhadap anak yang baru lahir, bahkan jauh sebelum ia lahir” (Moh Roqib, 2009:63). Setelah sampai pada fase Dewasa (Remaja), dari sinilah anak tersebut mulai memiliki kemampuan untuk berinteraksi antara satu sama lain, saling mengenal dan dimulailah adanya suatu hubungan sosial antar remaja. Setelah itu, barulah remaja mampu untuk berbaur dengan kalangan yang lebih tinggi dari sebelumnya, dalam hal ini adalah kalangan masyarakat umum. Ketika remaja mampu untuk melekukan interaksi dengan masyarakat umum, maka hubungan sosial dari remaja tersebut menjadi semakin luas, bukan hanya di kalangan teman sebayanya saja akan tetapi sudah merambah ke kalangan masyarakat pada umumnya. Hal inilah yang dinamakan sebagai hubungan sosial remaja, dimana dalam fase atau masa ini remaja akan semakin teruji dan terasah kematangannya dalam hal kemampuan dan dapat memacu untuk mengeluarakan segala potensi yang ada dalam diri remaja tersebut. Akan tetapi semua itu juga tidak terlepas dari tantangan dan rintangan yang harus dihadapi oleh pribadi seorang remaja itu sendiri, karena masa remaja merupakan masa yang sangat rentan akan adanya pengaruh dari luar, karena pada masa ini seorang remaja masih berada dalam masamasa labil dalan mengendalikan setiap emosi yang dimilikinya. Remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial dan budaya. Pada masa remaja, terdapat banyak hal baru yang terjadi, dan biasanya lebih bersifat menantang, mnggoda, dan menggairahkan, karena hal baru yang mereka alami merupakan tanda-tanda menuju kedewasaan. Dari masalah yang timbul akibat pergaulan, keingin tahuan tentang asmara dan seks, hingga masalah-masalah yang bergesekan dengan hukum dan tatanan sosial yang berlaku di sekitar remaja. Hal-hal yang terakhir ini biasanya terjadi karena banyak faktor, tetapi berdasarkan penelitian, jumlah yang terbesar adalah karena "tingginya" rasa solidaritas antar teman, pengakuan kelompok, atau ajang penunjukkan identitas diri. Masalah akan timbul pada saat remaja salah memilih arah dalam berkelompok. Banyak ahli psikologi yang menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa yang penuh masalah, penuh gejolak, penuh emosi, penuh resiko (secara psikologis), over energi, dan lain sebagainya, yang disebabkan oleh aktifnya hormon-hormon tertentu. Tetapi statement yang timbul akibat pernyataan yang searah dengan pernyataan di atas membuat remaja pun merasa bahwa apa yang terjadi, apa yang mereka lakukan adalah suatu hal yang biasa dan wajar. Untuk berkelompok menjadi bagian dari proses tumbuh kembang yang remaja alami. Yang dimaksud di sini bukan sekadar kelompok biasa, melainkan sebuah kelompok yang memiliki kekhasan orientasi, nilai-nilai, norma, dan kesepakatan yang secara khusus hanya berlaku dalam kelompok tersebut. Atau yang biasa disebut “geng”. Biasanya kelompok semacam ini memiliki usia sebaya atau bisa juga disebut peer group. Demi kawan yang menjadi anggota kelompok ini, remaja bisa melakukan dan mengorbankan apa pun, dengan satu tujuan, Solidaritas. Geng, menjadi suatu wadah yang luar biasa apabila bisa mengarah terhadap hal yang positif. Tetapi terkadang solidaritas menjadi hal yang bersifat semu, buta dan tidak jelas arah dan tujuannya, yang pada akhirnya merusak arti dari solidaritas itu sendiri. Demi alasan solidaritas, sebuah geng sering kali memberikan tantangan atau tekanan-tekanan kepada anggota kelompoknya (peer pressure) yang terkadang berlawanan dengan hukum atau tatanan sosial yang ada. Tekanan itu bisa saja berupa paksaan untuk menggunakan narkoba, mencium pacar, melakukan hubungan seks, melakukan penodongan, bolos sekolah, tawuran, merokok, corat-coret tembok, dan masih banyak lagi yang pada akhirnya akan merugikan dan merusak remaja itu sendiri. Secara individual, remaja sering merasa tidak nyaman dalam melakukan apa yang dituntutkan pada dirinya. Namun, karena besarnya tekanan atau besarnya keinginan untuk diakui, ketidak berdayaan untuk meninggalkan kelompok, dan ketidak mampuan untuk mengatakan "tidak", membuat segala tuntutan yang diberikan kelompok secara terpaksa dilakukan. Lama kelamaan prilaku ini menjadi kebiasaan, dan melekat sebagai suatu karakter yang diwujudkan dalam berbagai prilaku negatif. Kelompok atau teman sebaya memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menentukan arah hidup remaja. Jika remaja berada dalam lingkungan pergaulan yang penuh dengan "energi negatif" seperti yang terurai di atas, segala bentuk sikap, perilaku, dan tujuan hidup remaja menjadi negatif. Sebaliknya, jika remaja berada dalam lingkungan pergaulan yang selalu menyebarkan "energi positif", yaitu sebuah kelompok yang selalu memberikan motivasi, dukungan, dan peluang untuk mengaktualisasikan diri secara positif kepada semua anggotanya, remaja juga akan memiliki sikap yang positif. Prinsipnya, perilaku kelompok itu bersifat menular. Motivasi dalam kelompok (peer motivation) adalah salah satu contoh energi yang memiliki kekuatan luar biasa, yang cenderung melatarbelakangi apa pun yang remaja lakukan. Dalam konteks motivasi yang positif, seandainya ini menjadi sebuah budaya dalam geng, barangkali tidak akan ada lagi kata-kata "kenakalan remaja" yang dialamatkan kepada remaja. Lembaga pemasyarakatan juga tidak akan lagi dipenuhi oleh penghuni berusia produktif, dan di negeri tercinta ini akan semakin banyak orang sukses berusia muda. Remaja juga tidak perlu lagi merasakan peer pressure, yang bisa membuat mereka stres. Secara teori diatas, remaja akan menjadi pribadi yang diinginkan masyarakat. Tetapi tentu saja hal ini tidak dapat hanya dibebankan pada kelompok ataupun geng yang dimiliki remaja. Karena remaja merupakan individu yang bebas dan masing-masing tentu memiliki keunikan karakter bawaan dari keluarga. Banyak faktor yang juga dapat memicu hal buruk terjadi pada remaja. Oleh karena itu dalam kepribadian remaja (pemuda) perlu ditanamkan adanya kepribadian keberagamaan yang matang, karena kepada remajalah harapan dan tumpuhan masa depan dapat diharapkan, “pemudalah yang dicintai Nabi Muhammad saw. Kebanyakan anggota pasukan beliau adalah para pemuda, dan kebanyakan penceramah beliau di atas mimbar adalah pemuda. Demikian pula delegasi beliau, adalah pemuda” (‘aidh al-qarny, 2006: 87). Dalam Al-qur’an juga disebutkan bahwa pemuda atau remaja akan mendapat perlindungan dari Allah swt selama mereka ada dijalan yang benar, dalam Q.S. Al-Kahfi : 13 Allah swt berfirman: ÇÊÌÈ “ W‰ èd óO ßg»tR÷ŠÎ—ur óO ÎgÎn/tÎ/ (#qãZtB#uä îpu‹÷FÏù öN åkẌÎ)4Èd, ys ø9$Î/ Nèd r't7tR y7 ø‹n=tã È à)tR ß̀ øtªU “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk”. Seperti yang telah diuraikan diatas, kelompok remaja merupakan sekelompok remaja dengan nilai, keinginan dan nasib yang sama. Contoh, banyak sorotan yang dilakukan publik terhadap kelompok remaja yang merupakan kumpulan anak dari keluarga broken home. Kekerasan yang telah mereka alami sejak masa kecil, trauma mendalam dari perpecahan keluarga, akan kembali menjadi pencetus kenakalan dan kebrutalan remaja. Tetapi, masa remaja memang merupakan masa dimana seseorang belajar bersosialisasi dengan sebayanya secara lebih mendalam dan dengan itu pula mereka mendapatkan jati diri dari apa yang mereka inginkan. Hingga terlepas dari itu semua, remaja merupakan masa yang indah dalam hidup manusia, dan dalam masa yang akan datang, akan menjadikan masa remaja merupakan tempat untuk memacu landasan dalam menggapai kedewasaan. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Hubungan Sosial Perkembangan hubungan sosial khususnya pada remaja tidak terlepas dari adanya pengaruh-pengaruh yang ada di lingkungan sekelilingnya, baik itu pengaruh yang berasal dari faktor internal maupun eksternal dari remaja itu sendiri. Sebagaimana telah banyak dijelaskan bahwa masa remaja merupakan masa yang rentan akan segala pengaruh yang ada di sekitarnya dan emosi mereka juga masih labil, baik itu dalam kehidupannya dalam berperilaku, bergaul, bersosialisasi dan masih banyak hal lainnya. Tidak terlepas juga mengenai perkembangan sosial remaja yang pastinya memiliki banyak faktor yang mempengaruhinya, dalam hubungan sosial tersebut remaja dapat merubah ataupun menentukan apa yang akan dipilih dan dilakukannya. Adapuan perkembangan sosial remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor baik intern maupun ekstern, adapun faktor tersebut yaitu: faktor intern yang meliputi dari keluarga, kematangan anak dan kemampuan mental terutama emosi dan inteligensi, adapun faktor eksternnya meliputi status ekonomi keluarga dan tingkat pendidikan. Dari beberapa faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. Faktor Intern 1) Faktor Keluarga Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh dan memiliki andil yang cukup besar terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Keluarga merupakan suatu organisasi kecil, dimana “dalam organisasi terkecil yang membentuk bangsa ini, terdapat berbagai instrumen. Instrumen-instrumen itu harus berfungsi secara sistematik dan organik, baik yang menyangkut hak maupun kewajiban, guna menopang laju dan berkembangnya organisasi terkecil tersebut. Jika instrumeninstrumen itu tidak berjalan sebagaimana mestinya, perjalanan keluarga akan mengalami goncangan yang bisa mempengaruhi keajegan masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, setiap anngota yang terlibat di dalamnya, yaitu suami, istri, dan anak harus mengetahui dan menjalankan hak dan kewajiban mereka masing-masingsecara fungsional” (Atang Abd Hakim, 2009: 214). Kondisi dan tata cara kehidupan yang ada dalam lingkungan keluarga ini merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan budaya anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga. Dalam lingkungan keluarga, faktor utama yang dapat menentukan perkembangan anak terlebih lagi dalan hal perkembanhan daan hubungan sosial adalah peran dari kedua orang tua. Orang tua adalah sebagai penentu akan dijadikan seperti apa kehidupan dari anak tersebut, oleh karena itu perlu ditanamkan sejak dini bahwa pendidikan kepribadian anak sangatlah penting dan menjadi perhatian khusus yang harus dilakukan oleh orang tua. Terlebih lagi ketika anak sudah menginjak ke dalam usia remaja, orang tua harus lebih bisa mengontrol setiap perbuatan dari anak tersebut, dan ketika anak tersebut adalah tipe anak yang keras, maka perlu adanya ketegasan yang harus diterapkan dalam memberikan pengawasan supaya anak menjadi tidak salah arah. Akan tetapi tegas disini bikan bararti melakukan hal yang berbau kekerasan fisik, karena hal itu bukan memberikan efek jera tetapi malah akan menjadikan anak yang bertipe keras dan bahkan berontak akan semua hal. 2) Kematangan Anak Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Dalam arti memiliki kemampuan untuk siap menerima segala sesuatu yang akan terjadi. Untuk mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan berbahasa ikut pula menentukan. Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Ketika remaja sudah memiliki kematangan yang cukup kuat, maka pendirian yang ada dalam dirinyapun tidak akan mudah goyah oleh pengaruh yang ada di sekitarnya, remaja akan semakin kokoh dengan adanya benteng pertahanan yang ada dalam dirinya baik itu berupa fisik maupun non fisik yang dapat membantu remaja dalam mengeksplor segala potensi yang dimilikinya. 3) Kapasitas Mental, Emosi, dan kemampuan Intelegensi Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak. Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemamapun intelektual tinggi. Kemampuan mental dan emosi yang dimiliki oleh anak jika dapat dikondisikan dengan baik hal ini akan semakin mempermudah dalam melakukan proses interaksi sosial, terlebih lagi jika didukung dengan kemampuan intelegensi yang mumpuni dan menjadi suatu kemampuan yang dapat bermanfaat baik itu untuk individu maupun soial pada umumnya. Selain dari beberapa faktor diatas, menurut pandangan Gunarsa (Agoes Dariyo, 2004: 14) bahwa secara umum ada 2 faktor yang mempengaruhi perkembangan individu (bersifat dichotomi), yaitu (1) endogen dan (2) exogen. a. Faktor endogen (nature). Dalam pandangan ini dinyatakan bahwa perubahan-perubahan fisik maupun psikis dipengaruhi oleh faktor internal yang bersifat herediter yaitu yang diturunkan oleh orang tuanya, misalnya: postur tubuh (tinggi badaan), sebagainya. bakat-minat, kecerdasan, kepribadian dan b. Faktor exogen (nurture). Pandangan faktor exogen menyatakan bahwa perubahan dan perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu itu sendiri. c. Interaksi antara endogen dan exogen. Dalam kenyataannya, masing-masing faktor tersebut tak dapat dipisahkan. Kedua faktor itu saling berpengaruh, sehingga terjadi interaksi antara faktor internal maupun eksternal, yang kemudian membentuk dan mempengaruhi perkembangan individu. Dengan demikian, sebenarnya faktor yang ketiga ialah kombinasi dari kedua faktor itu. b. Faktor Ekstern 1) Status Sosial Ekonomi Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “dia anak siapa?”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri. Oleh karena itu perlu dihilangkan adanya pandangan ataupun anggapan yang akan mengakibatkan kesenjangan sebagai akibat dari penilaian berdasarkan status sosial. Maksutnya adalah masyarakat harus mampu untuk meninggalkan segala status sosialnya ketika berada dalam suatu lingkungan atau kelompok, hal ini akan membantu sekaliuntuk menghilangkan adanya kesenjangan sosial antara satu sama lain. Dalam hubungan sosial tidak perlu memandang dari keluarga siapakah mereka barasal, akan tetapi bagaimana caranya kita untuk menerima segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing individu. Hal semacam ini sangat perlu ditanamkan kedalam diri remaja, karena pada dasarnya remaja masih memiliki sifat yang cenderung memilih-milih atau berkelompok, ketika mereka merasa asing maka mereka akan menjauh, tetapi ketika mereka merasa nyaman maka dengan mudah akan masuk dan diterimanya. Maka sebisa mungkin dalam melakukan suatu hubungan sosial di kalangan remaja perlu ditanamkan adanya rasa kenyamanan yang akan membuat remaja menjadi mudah untuk menerima segala masukan maupun segala instruksi yang diberikan. 4) Pedidikan Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. “Pendidikan merupakan suatu proses terhadap anak didik berlangsung terus sampai anak didik mencapai pribadi dewasa susila. Proses ini berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Bila anak didik sudah mencapai pribadi dewasa susila, maka ia sepenuhnya mampu bertindak sendiri bagi kesejahteraan hidupnya dan masyarakatnya” (Hasbullah, 2009: 5). Pendidikan dalam arti luas dapat diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah). Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa (nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etika pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pendidikan mengarahkan anak dari yang awalnya belum tahu menjadi tahu, dari yang belum bisa menjadi bisa, dan yang terpenting dan utama adalah mencerdaskan anak baik itu dari segi emosional maupun intelektualnya. Oleh karena itu pendidikan merupakan faktor terpenting yang dapat menentukan perilaku anak untuk mengarah kepada yang baik dan sesuai dengan norma-norma ataupun aturanaturan yang berlaku. 3. Pengaruh Perkembangan Hubungan Sosial terhadap Tingkah Laku Perilaku sosial remaja memiliki beberapa aspek yang menjadi pandangan dalam berbagai macam hal, hubungan sosial remaja pada umumnya merupakan hasil dari beberapa pangaruh baik itu dari dalam dirinya sendiri maupun dari faktor lingkungan sekitar. Akan tetapi kebanyakan perilaku sosial remaja merupakan hasil dari interaksi antara diri remaja dengan lingkungan yang ada di sekitarnya yang dapat membawa remaja tersebut terbawa arus yang belum tentu apakah itu baik atau tidak terhadap diri remaja itu sendiri. “Selama proses sosialisasi memerlukan dimensi-dimensi penunjang, yaitu emosi, sosial, kognisi, persepsi, intelektual, dan perilaku individu. Tentu seorang individu akan menyerap dan mempelajari nilai-nilai, pengetahuan, sikap, motif, kebiasaan, keyakinan, kebutuhan, minat maupun gagasan yang berkembang dalam lingkungan sosial” (Agoes Dariyo, 2004: 112). Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori – teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain. Pengaruh individual yang sering terlihat pada pemikiran remaja, yaitu : a. Cita-cita dan idealisme yang baik , terlalu menitik beratkan pikiran sendiri tanpa memikirkan akibat jauh dan kesulitan-kesuliatn praktis. b. Kemampuan berpikir dengan pendapat sendiri belum disertai pendapat orang lain. Pencerminan sifat egois dapat menyebabkan dalam menghadapi pendapat oaring lain, maka sifat ego semakin kecil sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang semakin baik dan matang. 4. Perkembangan Keberagamaan Pada Remaja Remaja merupakan suatu golongan yang masih rentan dan labil akan segala sesuatunya, dimana remaja adalah masa peralihan dari anakanak, jika dikatakn dewasa remaja belum mampu dan jika dikatakan anak-anak remaja sudah lebih dari itu, “anak remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas, ia tidak termasuk golongan anak, tetapi ia tidak pula termasuk golongan orang dewasa atau golongan tua. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Remaja masih belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya” (Siti Rahayu Haditono, 1985: 216). Seperti halnya kepribadiannya remaja yang masih rentan dan labil, faktor keberagamaannyapun tidak jauh beda. Jika melihat dari keberagamaaan remaja masih cenderung mengikuti dan belum bsa menentukan kenapa remaja beragama. Remaja memeluk suatu agama ketika sudah mendapat didikan dan arahan dari orang tuanya, ketika orang tuanya memeluk suatu agama maka remaja pun mengikutinya. Seperti halnya telah dikatakan oleh Jersild dkk (Siti Rahayu Haditono, 1985: 261), bahwa “biasanya orang beragama, karena orang tuanya beragama atau menirukan orang tuanya yang beragama”. Oleh karena itu perlu ditanamkan adanya arahan yang baik kepada remaja yang pada fase tersebut juga merupakan fase yang tepat untuk memberikan arahan dan ditanamkan kepribadian dalam diri remaja terlebih lagi dalam faktor agama. Agama merupakan suatu pegangan yang menjadi tumpuan dan dasar bagi setiap manusia dalam menjalankan setiap kehidupannya. Menurut E. K. Nottingham (Ishomuddin, 2002: 51), “bahwa secara empiris, agama dapat berfungsi di dalam masyarakat antara lain sebagai (1) faktor yang mengintegrasikan masyarakat; (2) faktor yang mendisintegrasikan masyarakat; (3) faktor yang bisa melestarikan nilai-nilai sosial; dan (4) faktor yang bisa memainkan peran yang bersifat kreatif, inovatif dan bahkan bersifat revolusioner. Tanpa agama manusia seakan-akan tidak memiliki arah dan tujuan hidup, akan tetapi dalam agama juga memiliki norma,aturan dan ajaran-ajaran yang harus dijalankan, diikuti dan dilaksanakan bahkan sudah menjadi suatu kewajiban bagi setiap pemeluk agama untuk menjalankan semua kewajiban yang sudah di perintahkan dan menjauhi segala yang dilarang. Allah swt telah memerintahkan semua umatnya untuk beribadah, tidak terkecuali remaja yang notabennya adalah yang sudah diwajibkan karena pada umumnya menginjak remaja juga sudah memasuki baligh, jadi sudah menjadi suatu kewajiban bagi remaja untuk senantiasa menjalankan segala perintah dari Allah SWT. Keberagamaan remaja itu sendiri dapat terbentu ketika mereka mendapat perhatian penuh dan arahan dari orang-orang sekitarnya yang selalu memberikan pengaruh dalam kehidupannya. BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN A. Paparan Data 1. Gambaran Umum Lokasi Batas-batas administrasi Desa Mejing Kecamatan Bandungan berbatasan dengan Kecamatan Ambarawa di sebelah timur dan Kecamatan Sumowono di sebelah barat, pada mulanya Bandungan menjadi bagian dari Kecamatan Ambarawa, akan tetapi pada saat sekarang ini Bandungan sudah menjadi suatu kecamatan sendiri. Bandungan adalah sebuah kecamatan baru yang merupakan pemekaran dari sebagian Kecamatan Ambarawa dan Kecamatan Jambu. Kecamatan ini merupakan salah satu dari 19 kecamatan di Kabupaten Semarang. Mejing sendiri merupakan salah satu Desa yang ada di kecamatan Bandungan. Kependudukan Desa Mejing merupakan salah satu Desa yang masih berada dalam kawasan pegunungan dan pedesaan, Desa Mejing memiliki jumlah penduduk sebanyak 1026, dengan penduduk laki-laki berjumlah 522 dan penduduk perempuan sebanyak 504. Kemudian semua itu masuk ke dalam jumlah kepala keluarga sebanyak 265 dan dengan 204 rumah yang dimilikinya. Mayoritas pekerjaan dari penduduknya adalah sebagai petani. Geografi Mejing Bandungan adalah sebuah Desa di Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah yang sekaligus menjadi ibu kota kecamatan. Bandungan terletak di sebelah selatan kota semarang dapat ditempuh dari arah Semarang, Temanggung, Boja, Ambarawa. Kondisi alamnya berupa pegunungan dengan udara yang sejuk dan pemandangan yang indah di semua penjuru jalan menuju kesana. Bandungan dijadikan sebagai salah satu andalan wisata alam di Kab. Semarang yang menyajikan wisata alam, hiburan, kuliner dan sebagainya yang didukung potensi wisata disekitarnya yaitu candi gedong songo dan mata air umbul sidomukti. Karena kondisi alamnya yang nyaman itulah maka Bandungan sangat cocok untuk dijadikan tempat peristirahatan, melepaskan penatnya kesibukan dan untuk sarana hiburan yang lain. 2. Latar Belakang Didirikannya Jamaah Shalawat (Pecinta Rasul) Jama’ah Shalawat (Pecinta Rasul). Itulah nama jama’ah shalawat yang saat ini dikenal oleh masyarakat Desa Mejing Kec. Bandungan. Jama’ah shalawat ini tidak langsung berdiri begitu saja, ada berbagai macam tahapan dan masa-masa transisi yang kemudian menjadikan jama’ah shalawat ini memiliki nama Jama’ah shalawat (Pecinta Rasul). Pada tahun 80-an di mana Desa Mejing merupakan desa yang menjadi salah satu pusat shalawat dari beberapa Desa bahkan dalam satu Kecamatan yang dulunya masih dalam Kecamatan Ambarawa, pada masa itu dalam Desa Mejing memiliki beberapa ulama yang menjadi motor utama dari adanya jama’ah shalawat ini yang pada masanya dinamakan dengan kegiatan Berjanjenan. Di dalam Desa Mejing ini terdapat dua tokoh Agama yang sangat dikenal bukan hanya dalam ruang lingkup desa Mejing, akan tetapi merambah ke Desa lain bahkan sampai Kecamatan. Dua tokoh ini adalah Kyai Damsuki dan Kyai Ahmad Khudhori, dua tokoh ini memperkenalkan jama’ah shalawat secara umum dengan melakukan jama’ah berjanjen dengan menggunakan pedoman kitab Nashor yang isinya adalah mengenai riwayat, risalah Nabi Muhammad saw. Seiring berjalannya waktu, kemudian di Desa mejing kedatangan salah satu tokoh Agama yakni Kyai Khusnan yang kemudian melakukan perkembangan menyangkut adanya kegiatan shalawat berjanjen ini. Dalam masa transisi ini Kyai Khusnan membawa kitab Dhiba’ sebagai bahan dalam kegiatan berjanjen ini. Setelah masa Kyai Damsuki, Kyai Ahmad Khudhori dan Kyai Khusnan berjalan, kemudian beralih lagi atau mengalami masa transisi lagi ketika Habib Thahir datang ke Desa Mejing dengan membawa kitab Burdah kedalam kegiatan jama’ah shalawat atau berjanjen. Dari ketiga kitab tersebut, yakni Nashor, Dhiba’ dan burdah ketiganya merupakan kitab karangan dari Imam Hasan Abu Syairi. Setelah itu berjalanlah kegiatan berjanjen dengan menggunakan berbagai macam kitab yang digunakan yang awalnya adalah dari beberapa tokoh Islam yang membawa dan mengembangkan jama’ah shalawat (berjanjen) di Desa Mejing. Pada awal mulanya jama’ah shalawat ini berasal dari salah satu kelompok rebana yang disebut dengan “Nurul Dholam”, yaitu salah satu kelompok rebana yang didirikan di suatu pondok Pesantren Al-Khusnan yaitu pondok pesantren yang didirikan oleh Kyai Khusnan yang ada di Desa Mejing. Kemudian setelah sekian lama vakum, muncul adanya kegiatan jama’ah shalawat yang beranggotakan warga masyarakat Desa Mejing, meskipun hanya sebagian kecil pengikutnya. Akan tetapi, meskipun hanya sebagian kecil jama’ah shalawat ini dapat berlangsung dengan memiliki kegiatan secara rutin. Pada awalnya kegiatan shalawat ini masih berjalan dengan sederhana dan apa adanya, kemudian beberapa dari anggota shalawat ini menemukan suatu ide untuk menggunakan peralatan rebana yang dulunya dari anggota rebana Nurul Dholam yang saat itu sudah lama vakum. Dari situlah dimulai dengan adanya penggabungan antara jama’ah shalawat dengan menggunakan iringan musik rebana sebagai pelengkap dari kegiatan shalawat tersebut. Setelah kegiatan itu sudah berjalan lama, kemudian kegiatan tersebut diubah namanya menjadi “Jama’ah Maulid”. Dan seiring berjalannya waktu kegiatan tersebut semakin berkembang terlebih lagi setelah bergabungnya Habib Muhammad Umar Idrus bin Habib Thohir bin Habib Umar bin Abdurrahman Asy Syegaf yang menjadi magnet dari adanya jama’ah maulid ini. Setelah kedatangan beliau, makin lama perkembangan jama’ah maulid menjadi semakin pesat dan dikenal oleh masyarakat. Kemudian dari situlah keadaan jama’ah maulid diubah namanya menjadi Jama’ah Shalawat (Pecinta Rasul). Dimana dengan kewibawaan beliau yang begitu besar dapat merangkul masyarakat dari berbagai kalangan dan golongan baik itu dari kalangan orang tua maupun muda. Kegiatan shalawat yang pada awalnya hanya sederhana, kemudian dirubah dengan sentuhan yang begitu dingin dan ringan untuk didengarkan. Sehingga menarik masyarakat untuk mengikuti jama’ah shalawat ini. Dalam jama’ah shalawat ini, kitab yang digunakan adalah kitab shalawat Buduroh yakni salah satu kitab shalawat yang berisikan riwayat Rasulullah SAW karangan dari AlHabib Al-Imam Al-Allamah Ali bin Muhammad bin Husain AlHabsyi, kemudian diterbitkan cetakan kedua oleh Habib Anis bin Alwi bin Ali-Al-Habsyi. Dalam shalawat ini, tidak hanya dilakukan dengan membaca kitab Buduroh itu saja akan tetapi juga dikolaborasikan dengan menggunakan alunan iringan rebana model Banjar yang menggunakan terbang sebagai alat musiknya. Peralatan musik yang pada awalnya hanya berasal dari anggota Nurul Dholam kemudian makin bertambah dengan peralatan terbang yang lain. sampai saat ini, jama’ah shalawat tersebut sudah mulai dikenal sampai keluar Desa bahkan sampai Kecamatan dan sering juga untuk diundang ke lain daerah. Itulah sejarah singkat dari keberadaan jama’ah shalawat (Pecinta Rasul) yang sampai saat ini masih berjalan dan semakin bertambah anggotanya yang pada awal mulanya hanya berasal dari suatu jama’ah shalawat kecil kemudian menjadi jama’ah shalawat yang sampai saat ini sudah memiliki puluhan jama’ah yang ikut serta dalam jama’ah ini. 3. Tujuan Adanya Jamaah Shalawat (Pecinta Rasul) Seperti halnya dalam suatu kegiatan yang ada baik itu dalam suatu lembaga ataupun masyarakat, kegiatan jama’ah shalawat (Pecinta Rasul) pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai, terlebih lagi dalam hal melakukan pendekatan kepada Allah SWT. “Tiap tindakan yang dilakukan oleh Muslim, wajiblah menurut atau sesuai atau tidak bertentangan dengan suruhan (syari’at) Allah. Jadi ia berlaku-berbuat karena Allah. Tetapi akibat, hasil atau hikmah tindakannya itu dinikmati atau dimanfaatinya sendiri. Jadi manusia berlaku-berbuat untuk dirinya sendiri. Bertemulah kita dengan hukum asas yang mendasari tiap laku-perbuatan Muslim: karena Allah, untuk manusiaí” (Sidi Gazalba, 1976: 111). Oleh karena itu, perlu adanya suatu tujuan yang jelas akan setiap perbuatan yang akan dilakukan. Seperti halnya tujuan yang dimiliki pada jama’ah shalawat (Pecinta Rasul) dimana merupakan salah satu pedoman bagi setiap jama’ahnya untuk mewujudkan dari visi-missi yang ada. Kemudian dari beberapa tujuan tersebut adalah sebagai berikut: a. Ibadah Dalam jama’ah shalawat ini bertujuan untuk melakukan ibadah yang semata-mata dilakukan untuk mendapatkan limpahan rahmat dari Allah SWT. Seperti halnya takdir dari manusia diciptakan adalah hanya untuk beribadah kepada Allah swt. Allah menciptakan manusia tidak terkecuali adalah hanya semata-mata untuk menyembah dan beripadah kepada Allah SWT. Seperti halnya telah dikatakan dalam Q.S. Adz-Dzariyat: 56, Allah berfirman: ÇÎÏÈ Èb r߉ ç7÷èu‹Ï9 žw Î)}§ RM} $#ur £̀ Ågø:$#àM ø)n=yz $tBur “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. “Ibadah dalam syari’ah Islam mempunyai dua posisi. Posisi pertama sebagai kewajiban, karena titah ibadah itu berasal dari Allah SWT. Yang aturannya wajib diikuti secara apa adanya, dan manusia tidak berhak membuat aturan sendiri tentang tata cara ibadah. Posisi kedua dipandang sebagai kebutuhan, karena pelaksanaan ibadah pada dasarnya memenuhi hajat hidup manusia yang mempunyai pengaruh positif dan dapat menjaga eksistensi manusia sebagai makhluk unik yang menerima amanah dari Allah SWT” (Muhaimin, 2005: 292). Maka dari itulah dalam jama’ah shalawat ini juga bertujuan untuk senantisa beribadah kepada Allah SWT. “Dasar ‘ibadah adalah kenyataan bahwa manusia adalah makhluk Allah dan karenanya adalah juga budak Allah, Pencipta dan Raja, kepada siapa manusia ditakdirkan untuk kembali. Jadi berpalingnya manusia kepada Allah, dalam komuni yang intim, penuh hormat, dan dalam semangat pengabdian serta penyerahan yang rendah hati, disebut ‘ibadah” (Khursid Ahmad, 1983:126). Meskipun shalawat merupakan suatu ibadah yang dalam hukumnya adalah sunnah, akan tetapi semua itu tidak menutup kemungkinan agar kita selalu ingat kepada Rasulullah dan mengetahui betapa begitu besarnya pengorbanan dan pengabdian beliau kepada umatnya dalam mengembangkan ajaran Agama Islam dan supaya mereka senantiasa berada di jalan yang diridhoi dan mendapatkan rahmat dari Allah SWT. b. Syi’ar Islam Dalam kaitannya dengan istilah Syi’ar Islam, maka dapat diartikan bahwa dalam jama’ah shalawat ini mengutamakan adanya syi’ar atau dakwah islamiyah yang berusaha mengajak setiap umat islam yang khususnya ada di Desa Mejing ini untuk bersama-sama mewujudkan supaya syiar Islam agar tidak pernah mati dan berhenti begitu saja. Dalam artian bahwa mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjalankan ibadah dan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Syi’ar disini bukan diartikan sebagai paksaan kepada masyarakat untuk mengikuti jama’ah shalawat ini, akan tetapi memberikan suatu pandangan bahwa shalawat merupakan suatu ibadah yang amat sangat besar manfaatnya baik itu dalam kehidupan maupun lain sebagainya. Oleh karena itu syi’ar disini berupaya untuk memberikan sentuhan kepada setiap individu supaya dapat terpanggil dalam dirinya untuk kemudian ikut dalam jama’ah shalawat ini. c. Ukhuwah Islamiyah Dalam jama’ah shalawat ini juga mengandung unsur Ukhuwah Islamiyah, yaitu menjalin persaudaraan antar sesama umat Islam. Persaudaraan antar sesama muslim sangatlah diperlukan dalam kaitannya kita hidup sebagai makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari orang lain. Hal semacam ini juga dapat diartikan sebagai menjalin tali silaturrahmi yang secara terusmenerus tidak akan terputus. Dalam kaitannya dengan apa yang disebut dengan istilah Ukhuwah Islamiyah, dalm jama’ah shalawat ini juga memiliki istilah “Siapa kenal siapa?” yaitu dalam jama’ah shalawat ini ditekankan untuk saling mengenal satu sama lain. Hal ini dilakukan karena pada dasarnya manusia hidup itu tidak misa lepas dari manusia lainnya, meskipun dengan manusia lainnya terkadang menimbulkan adanya konflik, akan tetapi hal itulah yang bisa memberikan kita acuan atau suatu usaha untuk suatu kebaikan. Manusia tidak akan pernah lepas dari adany masalah, akan tetapi tinggal bagaimana cara kita untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah tersebut. Meskipun kita menutup diri di dalam rumah atau kamar semua itu tidak dapat mencegah atau menghilangkan masalah yang akan kita miliki, manusia yang hidup secara individualpun juga pasti memiliki masalah, oleh karena itu akan lebih baik jika kita mau untuk berbagi satu sama lain dan perlahan-lahan satu per-satu dari masalah kita akan dapat terselesaikan. d. Syafa’at Rasulullah SAW. Syafa’at berasal dari kata asy-syafa’ (ganda) yang merupakan lawan kata dari Al-witru (tunggal), yaitu menjadikan sesuatu yang tunggal menjadi ganda, seperti membagi satu menjadi dua, tiga menjadi empat, dan sebagainya. Ini pengertian secara bahasa. Sedangkan secara istilah, syafa’at berarti menjadi penengah bagi orang lain dengan memberikan manfaat kepadanya atau menolak mudharat, yakni pemberi syafa’at itu memberikan manfaat kepada orang itu atau menolak mudharatnya. Syafaat terdiri dari dua macam: Pertama , Syafaat yang didasarkan pada dalil yang kuat dan shahih, yaitu yang ditegaskan Allah SWT dalam Kitab-Nya , atau dijelaskan Rasulullah. Syafaat tidak diberikan kecuali kepada orang-orang yang bertauhid dan ikhlas. Syafaat mempunyai tiga syarat: 1) Allah meridhai orang yang memberi syafaat. 2) Allah meridhai orang yang diberi syafaat. 3) Allah mengizinkan pemberi syafaat untuk memberi syafaat. Syarat-syarat di atas secara global dijelaskan Allah dalam firman-Nya; b r& ω ÷èt/ .̀ ÏB žw Î)$º«ø‹x© öN åkçJyè»xÿx© ÓÍ_øóè? Ÿw ÏN ºuq»yJ ¡ 9$# ’Îû7 n=B̈ ` ÏiB /x.ur #ÓyÌ ötƒur âä!$t± o„` yJ Ï9 ª! $#tb sŒù'tƒ “Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikitpun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya).” (Q. S. An- Najm:26) Agar syafaat seseorang diterima, maka harus memenuhi ketiga syarat di atas. Menurut penjelasan para ulama, syafaat yang diterima, dibagi menjadi dua macam: 1) Syafaat umum. Makna umum, Allah mengizinkan kepada salah seorang dari hamba-hamba-Nya yang shalih untuk memberikan syafaat kepada orang-orang yang diperkenankan untuk diberi syafaat. Syaaat ini diberikan kepada Nabi Muhammad saw, nabi-nabi lainnya, orang-orang jujur, para syuhada, dan orangorang shalih. Mereka memberikan syafaat kepada penghuni neraka dari kalangan orang-orang beriman yang berbuat maksiat agar mereka keluar dari neraka. 2) Syafaat khusus, yaitu syafaat yang khusus diberikan kepada Nabi Muhammad saw dan merupakan syafaat terbesar yang terjadi pada hari Kiamat. Tatkala manusia dirundung kesedihan dan bencana yang tidak kuat mereka tahan, mereka meminta kepada orangorang tertentu yang diberi wewenang oleh Allah untuk memberi syafaat. Mereka pergi kepada Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa. Tetapi mereka semua tidak bisa memberikan syafaat hingga mereka datang kepada Nabi saw, lalu beliau berdiri dan memintakan syafaat kepada Allah, agar menyelamatkan hamba-hamba-Nya dari adzab yang besar ini. Allah pun memenuhi permohonan itu dan menerima syafaatnya. Ini termasuk kedudukan terpuji yang dijanjikan Allah di dalam firman-Nya : $YB$s)tB y7 •/u‘ y7 sWyèö7tƒ b r&#Ó|¤ tã y7 ©9 \'s#Ïù$tR ¾ÏmÎ/ ô‰ ¤f ygtFsù È@ ø‹©9$#z̀ ÏBur #YŠqßJ øt¤C “Dan pada sebagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah- mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (Q. S. Al-Israa’:79) Di antara syafa’at khusus yang diberikan kepada Rasulullah Saw adalah syafa’atnya kepada penghuni syurga agar mereka segera masuk surga, karena penghuni surga ketika melewati jembatan, mereka diberhentikan di tengah jembatan yang ada di antara surga dan neraka. Hati sebagian mereka bertanya-tanya kepada sebagian lain, hingga akhirnya mereka bersih dari dosa. Kemudian mereka baru diizinkan masuk surga. Pintu surga itu bisa terbuka karena syafaat Nabi saw. Kedua, Syafa’at batil yang tidak berguna bagi pemiliknya, yaitu anggapan orang-orang musyrik bahwa tuhantuhan mereka dapat memintakan syafa’at kepada Allah. Syafa’at semacam ini tidak bermanfaat bagi mereka seperti yang difirmankan-Nya; tûüÏèÏÿ»¤± 9$#èpyè»xÿx© óO ßgãèxÿZs? $yJ sù “Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat dari orang-orang yang memberikan syafaat.” (Q. S. Al-Mudatstsir : 48) Demikian itu karena Allah tidak rela kepada kesyirikan yang dilakukan oleh orang-orang musyrik itu dan tidak mungkin Allah memberi izin kepada para pemberi syafaat itu, untuk memberikan syafaat kepada mereka; karena tidak ada syafaat kecuali bagi orang yang diridhai Allah. Allah tidak meridhai hamba-hamba-Nya yang kafir dan Allah tidak senang kepada kerusakan.(http://majalahtauhid.wordpress.com.syafaatrasulullahsaw. 13/3/2012). Seperti halnya telah kita ketahui bahwa Rasulullah SAW adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang paling mulia dan sempurna di dunia ini. Tidak seperti manusia pada umumnya yang diciptakan oleh Allah SWT, Rasulullah memiliki Nur yang diciptakan sebelum Allah SWT menciptakan semua makhluk yang ada di dunia ini, itu dikarenakan karena begitu mulianya Rasulullah SAW. “Muhammad sebagi ekspresi “ilmu” yang sedang bekerja menuju kebudayaan adiluhung masih tetap hidup saat ini, di mana individu-individu dapat berkembang. Maka, ada semacam metamorfosa berkesinambungan pada individu di bawah kekuasaan nabi” (Amin Abdullah, 2002: 79). Oleh karena itu manusia yang ada di dunia ini pasti berharap dan menjadi sangatlah wajar jika kita menantikan dan mengharapkan syafa’at yang dimiliki oleh Rasulullah saw. Begitu halnya dalam jama’ah shalawat ini yang memiliki tujuan untuk senantiasa mengharapkan syafa’at dari Rasulullah SAW supaya kita mendapatkan perlindungan besok pada hari akhir yang hanya syafa’at beliaulah yang dapat menolong kita dari belenggu api neraka. Kemudian dengan membaca shalawat kita juga dapat mengingat jasa-jasa beliau yang telah menyebarkan agama Islam ke seluruh dunia termasuk kepada kita. Ingat juga pada sifatsifatnya yang luhur budi, penyabar dan rendah hati. Sikapnya yang tegas menyebarkan dakwah Islam patut kita teladani. 4) Unsur-Unsur Dalam Jama’ah Shalawat (Pecinta Rasul) Dalam jama’ah shalawat yang ada di Desa Mejing ini memiliki beberapa unsur-unsur yang ada di dalamnya. Unsur-unsur tersebut merupakan gambaran dari beberapa nilai yang terkandung dalam kegiatan tersebut, adapun unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut: a. Unsur Keagamaan Unsur keagamaan yang dimaksut adalah bahwa dalam kegiatan jama’ah shalawat ini tidak terlepas dari adanya unsur yang mengarah kepada kegiatan keagamaan, secara langsung sudah jelas bahwa dalam kegiatan jama’ah shalawat ini mengutamakan ibadah yang ditujukan untuk mendapatkan syafa’at Rasulullah dan rahmat dari Allah SWT. Dalam kegiatan ini, seperti halnya ketika melakukan kegiatan keagamaan lainnya yang didasarkan untuk berbuat kebaikan. Kegiatan shalawat ini menekankan dengan adanya unsur beribadah kepada Allah SWT dengan menjalankan salah satu kegiatan yang pada intinya adalah melakukan membaca riwayat Nabi yang kemudian disertai membaca sya’ir dan puji-pujian atas Rasulullah SAW. Dengan mengikuti jama’ah shalawat ini, diharapkan agar bisa mengingatkan kita untuk selalu membaca shalawat (doa keselamatan untuk Nabi) karena membaca shalawat mengandung manfaat dan keutamaan. b. Unsur Kesenian Dalam shalawat ini dikatakn mengandung unsur kesenian karena dalam pelaksanaan kegiatan shalawat ini bukan hanya bershalawat saja, akan tetapi juga diiringi dengan adanya alunan tabuhan terbang (rebana). Terbang merupakan suatu alat musik yang berasal dari Madinah yang dimana pada awal mulanya digunakan sebagai alat pengiring ataupun suatu kesenian yang ada. Seperti halnya dengan berbagai macam jenis musik dan alirannya, iringan terbang juga dapat terbagi kedalam bermacammacam jenis dan alirannya. Beberapa macam diantaranya ada yang disebut dengan aliran terbang Salafi dan ada juga yang disebut dengan model aliran Banjari, model Salafi merupakan suatu macam iringan terbang yang klasik atau sudah ada dari dulu, kemudian model iringan terbang Banjari merupakan model iringan terbang yang bersal dari kawasan Banjar (Banjarmasin), maka dari itulah dinamakan juga dengan sebutan iringan terbang Banjari. Dalam jama’ah shalawat ini, model iringan terbang yang dipakai adalah model Banjari. Dari peralatan iringan musik terbang inilah yang dapat dijadikan sebagai salah satu unsur kesenian yang bukan hanya digunakan sebagai pengiring dalam setiap shalawat yang dilantunkan, akan tetapi juga dapat digunakan sebagai salah satu sarana yang dapat menarik masyarakat untuk dapat mengikuti jama’ah shalawat ini setelah mendengar alunan shalawat yang merdu dengan diiringi oleh tabuhan suara terbang. B. Temuan Penelitian 1. Jama’ah Shalawat (Pecinta Rasul) Dalam Pandangan Masyarakat Menurut pandangan dari masyarakat, dengan keberadaan kegiatan jama’ah shalawat (Pecinta Rasul) yang ada di Desa Mejing sangatlah memberikan efek yang positif. Masyarakat sangat merespon dengan adanya kegiatan shalawat saat ini, terlebih lagi ketika melihat dari manfaat yang diberikan bagi masyarakat, dalam hal ini masyarakat merasakan perubahan yang begitu berarti dan sangat signifikan. Maksutnya adalah bahwa jama’ah sahalawat tersebut telah memberikan manfaat dalam masyarakat baik itu dari intern maupun eksternnya. Dari internnya dapat terlihat bahwa dalam Desa Mejing memiliki salah satu kegiatan keagamaan yang dapat mempersatukan umat baik itu dari berbagai kalangan yang ada maupun dari komponen masyarakatnya. Selain itu juga dari eksternnya adalah dengan adanya jama’ah shalawat yang sekarang sudah merambah ke tingkat kelurahan dan bahkan sampai tingkat kecamatan, dapat memberikan pandangan kepada khalayak umum bahwa Desa Mejing juga memiliki andil yang cukup besar dalam pengembangan kegiatan keagamaan yang ada di wilayah Kecamatan Bandungan pada umumnya. 2. Pengaruh Terhadap Masyarakat Dengan adanya jama’ah shalawat ini, memiliki andil yang cukup besar dalam mempengaruhi, mengarahkan ataupun membawa baik itu dari segi pandangan masyarakat maupun kehidupan dalam lingkungan masyarakat itu sendiri. Dengan adanya kegiatan ini, masyarakat Mejing pada khususnya yang dalam segi keagamaannya menjadi semakin terarah. Karena seperti halnya telah dikemukakan bahwa salah satu tujuan dari jama’ah tersebut adalah mengutamakan dari adanya kegiatan yang mengarah untuk dakwah Islamiah. Hal ini dilakukan karena pada saat itu keadaan Desa Mejing yang dikatakan dan dikenal oleh masyarakat luas adalah sebagai pusatnya shalawat sedang carut marut. Banyak komponen yang bercerai berai, terlebih lagi dengan adanya pengaruh partai yang ada pada saat itu. Akan tetapi Setelah adanya jama’ah shalawat ini, setiap komponen masyarakat yang awal mulanya berbeda dan cenderung carut-marut menjadi semakin terarah. Memang pada awalnya sangat sulit untuk memasukkan image atau pandangan yang baik terhadap keberadaan jama’ah shalawat ini. Akan tetapi, dengan perjuangan dan ketelatenan dari setiap anggota jama’ah shalawat yang ingin memperbaiki dan mengangkat derajat atau mengembalikan pandangan masyarakat terhadap keberadaan Desa Mejing yang kondisinya lagi terpuruk, hal ini akhirnya dapat terwujud meskipun tidak terlepas dari adanya cobaan yang bermacam-macam dan pastinya tidak lepas dari adanya pro-kontra yang ada. 3. Pengaruh Terhadap Pergaulan Sosial Remaja Kaitannya dalam hubungan sosial remaja yang ada di lingkungan Desa Mejing, kegiatan ini memilki peran dan pengaruh yang cukup besar terlebih lagi ketika mengacu pada kehidupan sosial kaum remaja yang ada saat ini banyak mengarah kepada perbuatanperbuatan negatif dan cenderung menyimpang dari aturan maupun syari’ah agama Islam. Selain itu pengaruh yang terlihat cukup besar khususnya bagi kalangan remaja adalah dengan kegiatan tersebut remaja yang awal mulanya tidak memiliki kegiatan yang bersifat keagamaan dapat dirangkul dan diajak untuk ikut serta dalam kegiatan shalawat ini. Akan tetapi semua itu tidak mudah, tidah semua remaja mau ikut serta dalam kegiatan ini. Terlebih lagi ketika melihat pada kenyataan yang ada bahwa remaja sekarang ketika diajak untuk hal yang bersifat religius akan cenderung menolak. Jangankan untuk kegiatan yang bersifat tambahan atau sunnah seperti halnya kegiatan shalawat semacam ini, untuk melakukan kegiatan keagamaan yang sifatnya wajibpun seperti halnya shalat, puasa sudah semakin sulit untuk diwujudkan. Setelah adanya jama’ah shalawat ini, sedikit demi sedikit dapat memberikan perubahan yang lebih positif. Terlebih lagi ketika remaja yang awalnya sulit dan bahkan menolak, dengan adanya jama’ah shalawat ini sekarang menjadi simpati dan bahkan sudah mau untuk ikut serta dalam jama’ah shalawat. Dari adanya jama’ah ini, juga dapat memberikan efek yang positif terhadap kehidupan sosial para remaja yang awalnya hanya nongkrong, kumpul-kumpul yang tidak jelas tujaunnya, sekarang kehidupan mereka dapat diubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. 4. Remaja Dalam Jamaah Shalawat (Pecinta Rasul) Dalam jama’ah shalawat (pecinta Rasul) ini, jama’ahnya merata dari tiap golongan ada. Tidak seperti biasanya dimana kegiatan yang mengarah kepada keagamaan atau religi itu identik dengan kaum tua, akan tetapi dalam jama’ah ini terdapat bermacam-macam golongan baik itu tua maupun muda. Begitu pula dengan remaja, dalam jama’ah shalawat ini remaja tentunya tidak kalah akan halnya semangat yang dimilikinya. Meskipun tidak semua remaja yang ada di Desa Mejing ikut, akan tetapi setidaknya sudah banyak remaja yang sadar dan merasakan pengaruh yang positif dari adanya jama’ah shalawat yang ada saat ini. Remaja memiliki peran sebagai penerus dan harapan dari semua komponen yang ada. Karena remaja merupakan suatu bagian dari masyarakat yang masih sangat dibutuhkan. Jika remaja sudah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat, maka kehidupan dari warga masyarakat yang ada akan semakin baik dan keresahankeresahan yang ada mengenai kehidupan remaja yang semakin cenderung awut-awutan akan terhapuskan. Maka dari itulah kegiatan dari jama’ah shalawat yang seperti inilah yang sangat dibutuhkan, karena bukan hanya mementingkan keperluan pribadi golongan saja akan tetapi juga merambah kepada kpentingan umum baik itu dari segi kemasyarakatan maupun dalam hal membimbing remaja kearah yang sesuai dengan syari’at dan tuntunan Agama Islam. BAB IV PEMBAHASAN Kumpulan data yang dianalisa dalam skripsi ini bersumber dari hasil wawancara dengan beberapa pengurus dari Jama’ah shalawat (Pecinta Rasul) dan sebagian masyarakat Desa Mejing yang kemudian dilengkapi dengan dokumendokumen yang ada. Mengacu pada fokus penelitian ini, maka penulis akan menyajikan berikut dari analisis data dan secara sistematis tentang keberadaan jama’ah shalawat (Pecinta Rasul) beserta dengan hubungan sosial kaum remaja yang ada di dalamnya. Keberadaan dari adanya jama’ah shalawat yang ada di Desa Mejing merupakan salah satu fenomena dari berkembangnya ragam kegiatan keberagamaan yang ada saat ini. Kegiatan ini megacu kepada asas religius yang menekankan kepada kegiatan ibadah dan pendekatan diri kepada Allah SWT. “Bila di hati merasakan kepedihan cinta Allah, maka iapun terbebas dari tumpukan kesedihan dan kedukaan lainnya di dunia dan sepenuhnya tenggelam dalam memikirkan Sang Kekasih Hakiki, serta menemukan kedamaian dan kesenangan di dalamnya” (Mir Valiuddin, 1996: 193). Hal inilah yang berusaha untuk diwujudkan dalam jama’ah shalawat ini, yaitu melakukan pendekatan kepada Allah dengan jalan mencurahkan segala pujian kepada kekasih-Nya yaitu Rasulullah SAW. Dalam kegiatan tersebut memiliki beberapa acuan tujuan yang dijadikan sebagai pedoman dalam mewujudkan kegiatan ini. Kemudian dalam analisis dari skripsi ini, lebih ditekankan dari adanya hubungan sosial dari kaum remaja yang ada di jama’ah shalawat tersebut dengan melihat pada kondisi dan keprihatinan masyarakat dari adanya perkembangan kehidupan sosial masyarakat khususnya remaja yang semakin mengkhawatirkan. Dalam pelaksanaan kegiatan yang ada dalam jama’ah shalawat ini, berlangsung kegiatan rutinan yang dilaksanakan beberapa hari dalam seminggu, dalam kegiatan ini juga sering disebut juga dengan kegiatan shalawat maulid atau dalam masyarakat desa Mejing juga dinamakan dengan sebutan kegiatan berjanjen. Yaitu intinya membaca riwayat Nabi Muhammad SAW yang disertai dengan iringan musik terbang atau rebana. Dalam mengiringi shalawat terdapat beberapa macam aliran atau modelnya, dan yang dipakai dalam shalawat ini adalah aliran terbang Banjari dengan menggunakan kitab Buduroh. Aliran terbang Banjari merupakan salah satu model dari beberapa aliran alunan terbang yang ada. Selain Banjari ada juga aliran terbang Salafi atau disebut juga dengan model aliran klasik. Kenapa disebut Banjari, karena aliran terbang ini bersasal dan dibawa dari daerah Banjarmasin. Maka dari itu disebut dengan sebutan Banjari atau Banjar. Kemudian istilah kitab Buduroh merupakan salah satu kitab yang sering digunakan dalam kegiatan shalawat yang isinya adalah mengenai riwayat dan risalah dari Nabi Muhammad SAW. Selain kitab Buduroh masih ada banyak kitab yang isinya tentang riwayat Nabi Muhammad SAW yaitu misalnya kitab Nashor, kitab dhiba’ dan kitab Burdah. Semua kitab tersebut berisikan tetntang riwayat Nabi Muhammad SAW yang sering di baca dalam kegiatan shalawatan. Kegiatan dalam djama’ah shalawat ini, disamping dapat mewujudkan terbentuknya aspek religius, juga diperkaya dengan adanya pengaruh dari unsurunsur atau nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai keagamaan yang dianggap paling penting dapat diterapkan dan tidak lupa ditambah dengan unsur kesenian yang dapat dijadikan sebagai daya tarik tersendiri dari keberadaan jama’ah shalawat ini. Selanjutnya, kaitannya dalam hubungan sosial kaum remaja yang ada di jama’ah shalawat ini, dapat diartikan sebagai salah satu usaha untuk menuntun dan mengarahkan kaum remaja khususnya yang ada di Desa Mejing untuk menuju kehidupan yang sesuai dengan tuntunan dan ajaran Islam. Dimana pada kenyataan yang dapat kita lihat sekarang ini bahwa kehidupan remaja pada umumnya tidak pernah lepas dari asas modernisasi yang terkadang jika kita tidak jeli untuk memilahnya maka kita akan terjerumus ke arah yang salah. Jika kita melihat kehidupan remaja yang kebanyakan masih dalam usia labil dan mudah terpengaruh, maka ini menjadi suatu masalah penting yang harus diperhatikan. Salah satu usaha untuk menjaga agar kaum remaja tidak mudah terpengaruh dengan adanya perkembangan kehidupan saat ini, maka jama’ah shalawat ini juga dapat dijadikan sebagai solusi untuk senantiasa menjaga dan mengarahkan kehidupan dari remaja itu sendiri. Faktor keagamaan menjadi sangat penting ketika remaja dalam usia labil seperti ini. “Agama adalah suatu keinginan akan suatu cara hidup yang benar dan keinginan untuk meratakan cara hidup sedemikian, dan keinginan itu adalah desakan atau tuntutan alam semesta. Dan Agama itu bersifat pribadi dan mengenai manusia seseorang, tetapi dalam pada itu bersifat universal pula. Agama itu suatu pengalamam seseorang, tetapi sesuai pula dengan kebutuhan dan keinginan umum (universal) dari hati manusia” (Mukti Ali, 1996:59). Karena agama merupakan salah satu faktor penting yang dapat memberikan arahan kepada remaja dalam melakukan kehidupannya. Karena pa kenyataannya bahwa “para penganut agama sesuai dengan ajaran agama yang dipeluknya terkait batin kepada tuntunan ajaran tersebut, baik secara pribadi maupun secara kelompok. Ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai norma, sehingga dalam hal ini agama dapat berfungsi sebagai pengawasan sosial secara individu maupun kelompok karena; pertama, agama secara instansi, merupakan norma bagi pengikutnya, kedua, agama secara dogmatis (ajaran) mempunyai fungsi kritis yang bersifat profetis (wahyu,kenabian)”. (Ishomuddin, 2002: 55). Dalam kehidupan sosialnya, remaja akan cenderung melakukan interaksi kepada sesama golongannya. Remaja akan sulit masuk kedalam lingkungan yang tidak sesuai dengan kawasan kehidupannya. Akan tetapi, dalam jama’ah shalawat ini semuanya dapat terhapuskan, tidak ada kesenjangan yang terjadi meskipun anggota dari jama’ah shalawat ini beraneka macam kalangan baik iti tua, muda bahkan anak-anak kecilpun dapat masuk ke dalamnya. Hal inilah yang menjadi acuan bahwa kegiatan jama’ah shalawat ini dapat menjadi suatu solusi dimana remaja yang pada umumnya hanya melakukan kegiatan yang semaunya sendiri menjadi bisa terkontrol dan terkendali dengan adanya penanaman karakter yang religius. Dalam membaca shalawat, selain aspek religius yang ditekankan dapat juga melihat dari isi dari kegiatan shalawat ini, yaitu dengan membaca shalawat diharapkan agar kita dapat mengetahui perjalanan dari Rasulullah dalam mengembangkan ajaran Agama Islam dan melihat dari suri tauladan beliau yang begitu mulia. Teladan inilah yang diharapkan dapat diwujudkan kedalam diri remaja saat ini. Keteladanan beliau menjadi sumber inspirasi bagi setiap umatnya dan inilah yang sangat diharapkan supaya dimiliki oleh setiap remaja. Remaja yang memiliki kepribadian baik diharapkan dapat menjadi pemimpin masa depan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Terlebih lagi jika remaja dapat melakukan perbuatan yang berada di jalan Allah SWT dan senantiasa mengacu pada suri tauladan dari Nabi Muhammad SAW. Hubungan sosial kaum remaja yang baik tidak akan pernah terwujud tanpa adanya dukungan baik itu yang berasal dari dalam maupun dari luar kehidupannya. Maksutnya adalah bahwa kehidupan dalam diri remaja merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan, kepribadian remaja merupakan hasil dari pengaruh yang ada dalam lingkungan masyarakat sekitar. Apabila kepribadian remaja itu baik, akan tetapi lingkungan pergaulannya cenderung tidak baik maka tidak menutup kemungkinan bahwa remaja tersebut akan terjerumus ke dalam perilaku yang negatif. Akan tetapi begitu pula sebaliknya, jika dalam pribadi remaja tersebut awalnya memiliki kepribadian yang kurang baik, akan tetapi lingkungan sekitar dan pergaulannya baik, maka perlahan-lahan kepribadiannya juga akan semakin dapat diperbaiki. Oleh jarena itu, kehidupan sosial remaja haruslah diisi dengan kegiatan yang positif. Salah satu langkah atau usaha yang dapat dilakukan adalah seperti halnya yang ada dalam lingkungan Desa Mejing ini. Yaitu dengan mengajak kaum remaja ikut serta dalam jama’ah shalawat (Pecinta Rasul) yang dalam tujuannya selain untuk beribadah tetapi juga dapat membawa pergaulan hubungan sosial remaja semakin membaik. Di dalam kegiatan jama’ah shalawat ini tidak ada kesenjangan satu sama lain dan tanpa memandang status yang dimiliki oleh setiap anggota jama’ahnya, dan inilah yang menjadi salah satu tujuan yang diharapkan supaya setiap warga masyarakat dapat mengenal shalawat dan lebih termotivasi untuk memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dalam jama’ah shalawat (Pecinta Rasul) ini, kaitannya dengan hubungan sosial kaum remaja, mereka memiliki suatu rasa kekeluargaan yang sangat kuat. Karena masing-masing remaja dengan beberapa karakter dan kepribadian yang dimilikinya, ketika semua menjadi satu dalam majlis ini, maka antara satu dengan yang lainnya dapat saling mengisi. Sebagaimana tujuan dari jama’ah shalawat ini yang berkaitan dengan Ukhuwah Islamiyah yaitu menjalin persaudaraan antar sesama umat manusia, maka dalam jama’ah shalawat ini menanggalkan dengan berbagai macam perbedaan maupun egoisitas baik dalam kepribadian, golongan dan profesi yang disandangnya. Anggota dalam jama’ah shalawat ini berasal dari berbagai macam golongan, baik itu orang tua, remaja, dan bahkan anak kecil. Khusus bagi anggota remajanya juga berasal dari berbagai macam golongan, baik itu pelajar, maupun remaja lain yang dengan profesinya masingmasing. Akan tetapi hubungan sosial remaja dalam shalawat ini menjadi semakin erat dengan adanya istilah “Siapa kenal siapa”, maksutnya adalah bahwa setiap remaja menjadi tahu dan saling mengenal satu sama lain, bahkan mereka juga mampu mengisi satu sama lain dan tali silatirahmi yang ada menjadi semakin erat. 2. Dalam hubungan sosial kaum remaja yang ada dalam jama’ah shalawat ini tidak terlepas akan adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: a. Adanya rasa kekeluargaan: Dalam jama’ah ini dapat tercipta adanya suasana kekeluargaan yang kuat meskipun setiap remaja memiliki berbagai macam perbedaan yang ada. Akan tetapi semua itu dapat disatukan ke dalam satu wadah dan dalam satu kesatuan yang erat seperti halnya dalam sebuah satu keluarga. b. Rasa saling memiliki satu sama lain: Dalam jama’ah ini semuanya adalah sama , semua yang ada di dalamnya adalah milik bersama, jadi ketika ada suatu kekurangan ataupun kelebihan itu juga dirasakan bersama-sama dan tidak mementingkan adanya kebutuhan individu semata. c. Memiliki tujuan yang sama: Dalam jama’ah shalawat ini semuanya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT. Maka rasa persatuan dan solidaritasnya dapat terjaga dalam rangka untuk bersama-sama mencapai tujuan tersebut. d. Adanya rasa persatuan dan saling menjaga: Tidak adanya kesenjangan yang dapat menimbulkan adanya perpecahan, tidak saling menyalahkan satu sama lain. karena yang ada dalam jama’ah ini selalu dijaga dan baik maupun buruknya juga untuk bersama, ketika ada salah satu yang sedang membutuhkan maka yang lain mampu untuk saling mengisi dan melengkapi. 3. Yang menjadi daya tarik tersendiri bagi kaum remaja adalah bahwa dalam jama’ah shalawat ini bukan hanya kegiatan bershalawat saja, akan tetapi di dalamnya juga memilikibeberapa unsur yang dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi remaja. Dalam jama’ah shalawat ini dapat ditemukan adanya unsur kesenian yang menarik, yaitu dengan adanya perpaduan antara shalawat dengan alunan tabuhan terbang modern. Selain itu juga adanya salah satu tokoh yang menjadi magnet tersendiri dalam jama’ah ini, yaitu keberadaan dari Habib Muhammad Umar Idrus bin Habib Thohir bin Habib Umar bin Abdurrahman Asy Syegaf. Beliau adalah salah satu tokoh yang dapat memberikan teladan dan menjadi motivator bagi remaja yang ada di Desa Mejing. 4. Mengenai pendapat masyarakat akan keberadaan jama’ah shalawat ini juga mendapatkan respon yang sangat baik dari warga Desa Mejing dan sekitarnya. Karena dengan adanya jama’ah ini keberadaan warga khususnya remaja yang sebelumnya cenderung carut marut menjadi dapat semakin membaik dan membawa hasil yang positif. Dan bagi warga, mereka juga dapat merasakan adanya perubahan yang positif yang terjadi setelah adanya kegiatan shalawat ini baik itu dilihat dari faktor intern ataupun eksternnya. Selain itu, jama’ah ini juga dipandang dapat merangkul dari berbagai macam golongan yang ada, terlebih lagi kepada remaja yang memang sangat membutuhkan bimbingan dan arahan yang benar sesuai dengan norma-norma Agama. B. Saran Diharapkan studi tentang hubungan sosial kaum remaja di jama’ah shalawat (Pecinta Rasul) ini, dapat disempurnakan dengan mengadakan penelitian lebih lanjut dari pembahasan dan topik masalah yang sudah ada. Sehingga dapat memberikan gaambaran secara lengkap tentang tradisi keagamaan yang berupa kegiatan shalawat yang sudah berlangsung. Bukan hanya kegiatan shalawat saja akan tetapi dapat merambah pada kegiatan keberagamaan lainnya. Sebagai generasi muda dan menjadi harapan bagi penerus citacita bangsa berkepribadian muslim dan berakhlak yang sesuai dengan tuntunan syari’ah Islam, maka dengan sendirinya harus mempunyai suatu kewajiban dan tanggung jawab akan kelangsungan agama, umat maupun masa depan bangsa. Hal ini dilakukan adalah demi tegaknya Ukhuwah Islamiyah dan ajaran Islam terutama bagi kelangsungan hidup masyarakat supaya tidak terjerumus kedalam perbuatan yang melanggar dari normanorma maupun ajaran dan syari’ah agama Islam yang sudah ada.