SKRIPSI HUBUNGAN SOSIAL KAUM REMAJA DALAM JAMA`AH

advertisement
SKRIPSI
HUBUNGAN SOSIAL KAUM REMAJA DALAM JAMA’AH
SHALAWAT (PECINTA RASUL) DI DESA MEJING KEC.
BANDUNGAN KAB. SEMARANG
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh :
FAHRUR ROZI
NIM. 11107055
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
TAHUN
2012
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:
Nama
: Fahrur Rozi
NIM
: 11107055
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Judul
:
HUBUNGAN SOSIAL KAUM REMAJA
DALAM JAMA’AH SHALAWAT (PECINTA
RASUL)
DI
DESA
MEJING
KEC.
BANDUNGAN KAB. SEMARANG.
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 11 Februari 2012
Pembimbing
Yedi Efriadi, M. Ag
NIP. 197207212001121002
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Fahrur Rozi
NIM
: 11107055
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah.
Salatiga, 13 februari 2012
Yang menyatakan
Fahrur Rozi
MOTO
“Jadilah diri sendiri, karena Aku bukanlah Dia dan Dia bukanlah Aku. Dan
jangan pernah lupa akan jati dirimu sendiri”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
Ø
Untuk Ibuku Siti Fatimah dan Bapakku Sodaqoh yang senantiasa
memberikan do’a.
Ø
Untuk adikku tercinta Muthoharoh.
Ø
Dosen Pembimbingku Bapak Yedi Efriadi, M. Ag.
Ø
Teman-temanku kelas PAI B 2007 seperjuangan.
Ø
Pengurus Jama’ah Shalawat (Pecinta Rasul) yang telah memberikan ijin
dan dukungannya.
Ø
Untuk “Princes Kecilku” yang selalu memberikan semangat kepadaku.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan menyabut nama Allah dzat yang Maha Menguasai seluruh alam,
segala puji dan syukur selalu tertuju pada-Nya, dengan segala limpahan rahmat
dan hidayah-Nya kepada seluruh alam dan umat manusia.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, serta kepada para keluarga, sahabat dan umat yang senantiasa berada dalam
tuntunannya, yang telah membawa kebebasan dari belenggu kejahiliahan, dan
selalu kita nanti syafa’atnya baik dimasa sekarang sampai akhir zaman.
Skripsi yang berjudul “Hubungan Sosial Kaum Remaja Dalam Jama’ah
Shalawat (Pecinta Rasul) Di Desa Mejing Kec. Bandungan Kab. Semarang” ini,
diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. PdI) pada Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.
Dalam skripsi ini, penulis akan memaparkan bagaimana tingkat hubungan
sosial kaum remaja dalam jama’ah shalawat (Pecinta Rasul) di Desa Mejing Kec.
Bandungan Kab. Semarang, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat
hubungan sosial kaum remaja dalam jama’ah shalawat (Pecinta Rasul) di Desa
Mejing Kec. Bandungan Kab. Semarang, mengapa kaum remaja tertarik
mengikuti jama’ah shalawat, bagaimana tanggapan warga masyarakat terhadap
jama’ah shalawat.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Yang terhormat Ketua STAIN Salatiga Bpk. DR. Imam Sutomo, M. Ag.
2. Yang terhormat Bpk. Yedi Efriadi, M. Ag selaku Dosen Pembimbing yang
telah berkenan meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis
dalam penulisan skripsi ini.
3. Orang tuaku tercinta, yang telah mendidik dan mengasuhku dengan tiada
henti.
4. Adikku tercinta yang selalu memberikan motivasinya.
5. Teman-temanku dan pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
skripsi ini.
6. Pengurus jama’ah shalawat (Pecinta Rasul) yang telah memberikan ijin
dan dukungannya.
7. “Princes Kecilku” yang selalu memberikan semangat kepadaku.
Semoga amal dan niat baik diterima Allah SWT dan menjadi amal untuk
bekal di akhirat kelak. Amin. Harapan penulis semoga skripsi ini menjadi
bermanfaat dan berguna bagi semua pihak dan kemajuan pedidikan kita.
Salatiga, 2012
Penulis
Fahrur Rozi
NIM. 11107055
ABSTRAKSI
Fahrur rozi. 2012: Hubungan Sosial Kaum Remaja Dalam Jama’ah Shalawat
(Pecinta Rasul) Di Desa Mejing Kec. Bandungan Kab.
Semarang.
Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama
Islam.
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
Dosen Pembimbing Yedi Efriadi, M. Ag.
Kata Kunci : Hubungan Sosial Kaum Remaja Dalam Jama’ah Shalawat (Pecinta
Rasul) Di Desa Mejing Kec. Bandungan Kab. Semarang.
Penelitian ini membahas tentang Hubungan Sosial Kaum Remaja Dalam
Jama’ah Shalawat (Pecinta Rasul) Di Desa Mejing Kec. Bandungan Kab.
Semarang. Fokus penelitian yang dikakaji dalam skripsi ini adalah bagaimana
tingkat hubungan sosial kaum remaja dalam jama’ah shalawat (Pecinta Rasul) di
Desa Mejing Kec. Bandungan Kab. Semarang, faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi tingkat hubungan sosial kaum remaja dalam jama’ah shalawat
(Pecinta Rasul) di Desa Mejing Kec. Bandungan Kab. Semarang, mengapa kaum
remaja tertarik mengikuti jama’ah shalawat, bagaimana tanggapan warga
masyarakat terhadap jama’ah shalawat. Adapun tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui tingkat hubungan sosial kaum remaja, untuk mengetahui faktor yang
mempengaruhi tingkat hubungan sosial kaum remaja. untuk mengetahui peran
kaum remaja dalam jama’ah shalawat, untuk mengetahui tanggapan kaum remaja
tentang jama’ah shalawat.
Sesuai dengan pendekatan kualitatif, maka kehadiran peneliti di lapangan
sangat penting sekali mengingat peneliti bertindak langsung sebagai instrumen
langsung dan sebagai pengumpul data dari observasi yang mendalam serta terlibat
aktif dalam penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diambil dari para informan
atau responden pada waktu mewawancarai. Selain itu, keseluruhan data tersebut
juga diperoleh dari observasi dan dokumentasi.
Dari hasil analisis yang ada dapat diperoleh data mengenai hubungan
sosial kaum remaja, dimana dalam jama’ah ini memberikan peran yang cukup
positif untuk mrngarahkan kehidupan mereka. Masyarakatpun merespon baik
dengan adanya kegiatan ini, karena disamping melakukan kegiatan shalawat yang
intinya adalah memanjatkan pujian kepada Rasulullah SAW, dalam kegiatan ini
juga memasukkan adanya unsur keberagamaan yang dapat mengarahkan
terbentuknya kepribadian dalam diri remaja yang sesuai dengan ajaran Islam.
DAFTAR INFORMAN
· Bapak Kholidun
· Bapak Khoiri
· Bapak Maftukh Gunadi
· Bapak Lasipan
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
NOTA PEMBIMBING..................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN.......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO....................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... vi
KATA PENGANTAR...................................................................................... vii
ABSTRAKSI.................................................................................................... ix
DAFTAR INFORMAN.................................................................................... x
DAFTAR ISI..................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 7
D. Kegunaan Penelitian...................................................................... 7
E. Kerangka Teoritik.......................................................................... 8
F. Indikator Penelitian....................................................................... 10
G. Penegasan Istilah........................................................................... 10
H. Metode Penelitian.......................................................................... 14
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian...................................... 14
2. Kehadiran Penelitian........................................................ 15
3. Lokasi Penelitian.............................................................. 15
4. Sumber Data..................................................................... 15
5. Prosedur Pengumpilan Data............................................. 16
6. Analisis Data.................................................................... 18
7. Tahap-tahap Penelitian..................................................... 18
I. Sistematika Penulisan..................................................................... 19
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Shalawat................. ....................................................................... 21
1. Pengertian Shalawat........................................................ 21
2. Manfaat Shalawat............................................................. 26
3. Shalawat Dalam Kehidupan Masyarakat.......................... 28
B. Hubungan Sosial Remaja................................................................ 31
1. Pengertian Hubungan Sosial Remaja............................... 31
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Hubungan Sosial.............................................................. 39
3. Pengaruh Perkembangan Hubungan Sosial terhadap
Tingkah Laku................................................................... 47
4. Perkembangan Keberagamaan Pada Remaja................... 48
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Paparan Data.................................................................................. 51
1. Gambaran Umum Lokasi................................................. 51
2. Latar Belakang Didirikannya Jamaah Shalawat (Pecinta
Rasul) .............................................................................. 52
3. Tujuan Adanya Jamaah Shalawat (Pecinta Rasul)............ 56
4. Unsur-Unsur Dalam Jama’ah Shalawat (Pecinta Rasul).. 65
B. Temuan Penelitian........................................................................... 67
1. Jama’ah Shalawat (Pecinta Rasul) Dalam Pandangan
Masyarakat........................................................................ 67
2. Pengaruh Terhadap Masyarakat........................................ 68
3. Pengaruh Terhadap Pergaulan Sosial Remaja................... 69
4. Remaja Dalam Jamaah Shalawat (Pecinta Rasul)............. 70
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................... 72
BAB V PENUTUP............................................................................................... 78
A. Kesimpulan...................................................................................... 78
B. Saran............................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam lingkungan masyarakat pada umumnya tidak terlepas dari
adanya pengaruh dan peran kaum remaja atau pemuda yang menjadi
penggerak perkembangan kehidupan yang ada saat ini. Dalam kata lain,
pemuda atau remaja merupakan elemen penting yang dapat dijadikan sebagai
generasi penerus dalam masa yang akan datang. Sehubungan dengan hal itu,
maka para remaja harus selalu diberikan arahan dan bimbingan supaya
mereka tidak terjerumus ke dalam perbuatan yang menyimpang dari aturan
maupun norma-norma agama yang dapat mengakibatkan kerusakan baik itu
dalam diri pemuda itu sendiri maupun dalam lingkungan masyarakat pada
umumnya.
Dalam rangka meningkatkan kompetensi dari pemuda dan remaja,
dapat dilakukan beberapa hal maupun kegiatan yang mengacu kepada
pemberian motivasi kepada remaja supaya mereka dapat secara aktif
mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara memberikan kesempatan kepada remaja untuk melakukan
kegiatan apapun itu asalkan masih dalam konteks yang positif. Kegiatan dari
remaja itu sendiri saat ini dapat dialokasikan kepada kegiatan yang
bermacam-macam, baik itu dalam kegiatan yang mengarah kepada aspek
keolahragaan, kesenian, keagamaan, keorganisasian maupun dalam aspek-
aspek lain di mana semua itu merupakan kegiatan-kegiatan yang dapat
dilakukan remaja baik itu secara individu maupun secara bersama-sama.
Akan tetapi semua itu tidak akan terwujud tanpa adanya peran dan
bantuan dari para orang tua yang selalu memberikan arahan maupun
melakukan pemantauan dari setiap kegiatan yang dilakukan oleh remaja saat
ini. Orang tua masih memiliki peran yang sangat penting dalam mengarahkan
dam membimbing kepada remaja supaya tidak salah arah. Melalui kegiatan
yang positif, remaja dan orang tua juga dapat bekerja sama dalam melakukan
setiap kegiatannya. Dalam mewujudkan adanya kerja sama tersebut, harus
dilakukan adanya hubungan sosial yang menghilangkan adanya faktor
kesenjangan sosial, yaitu dalam arti ketika remaja melakukan kegiatan
seharusnya melibatkan adanya peran dari orang tua dan juga sebaliknya,
ketika orang tua atau masyarakat pada umumnya melakukan kegiatan, maka
mereka juga tidak ragu untuk melibatkan remaja yang hal itu setidaknya dapat
memberikan pengalaman kepada remaja dalam melakukan hubungan sosial.
Semua hal tersebut juga harus berdasarkan pertimbangan dan
perhitungan yang tepat, karena pada umumnya remaja merupakan individu
yang sedang berada pada tingkat perkembangan anak yang telah mencapai
jenjang menjelang dewasa. Pada jenjang ini, kebutuhan remaja telah cukup
kompleks, cakrawala interaksi sosial dan pergaulan remaja telah cukup luas.
Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja telah mulai
memperlihatkan dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda
dengan norma yang berlaku sebelumnya di dalam keluarganya. Remaja
menghadapi berbagai lingkungan, bukan saja bergaul dengan berbagai
kelompok umur. Dengan demikian, remaja mulai memahami norma
pergaulan dengan kelompok remaja, kelompok anak-anak, kelompok dewasa,
dan kelompok orang tua. Pergaulan dengan sesama remaja lawan jenis
dirasakan yang paling penting tetapi cukup sulit, karena di samping harus
memperhatikan norma pergaulan sesama remaja, juga terselip pemikiran
adanya kebutuhan masa depan untuk memilih teman hidup dan menentukan
jalan arah tujuan hidupnya yang harus disesuaikan dengan perkembangan
zaman yang ada pada era modernisasi saat ini yang penuh dengan tantangan.
Selain itu tak kalah pentingnya lagi yaitu mengenai faktor
keberagamaan yang menjadi menjadi faktor penting dalam membimbing dan
mengarahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi, sebelum menginjak masa
remaja pasti mereka merasakan masa anak-anak, meskipun masih dalam
konteks anak-anak mereka juga secara dini harus dikenalkan dengan agama.
Meskipun kebanyakan anak belum tau dan faham dengan yang disebut
agama. ”Oleh karena itu pengembangan perasaan ketuhanan anak dapat
dimulai sedini mungkin melalui tanggapan, dan bahasa anak. Mula-mula anak
mungkin akan selalu kagum terhadap orang tuanya yang selalu sayang dan
lain-lain. Hal tersebut sangatlah penting untuk pembinaan kejiwaan anak,
untuk nantinya dibawa kepada pemahaman, kekaguman tarhadap yang lebih
sayang lagi, maha kasih, maha sayang yakni Tuhan Allah SWT” (Abu
Ahmadi, 2005: 109).
Pada masa remaja, anak mulai memperhatikan dan mengenal
berbagai norma pergaulan. Pergaulan sesama teman lawan jenis dirasakan
sangat penting, tetapi cukup sulit, karena di samping harus memperhatikan
norma pergaulan sesama remaja juga terselip pemikiran adanya kebutuhan
masa depan untuk memilih teman hidup. Kehidupan sosial remaja ditandai
dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional. Remaja sering
mengalami sikap hubungan sosial yang tertutup sehubungan dengan masalah
yang dialaminya. Pada masa remaja terjadi masa krisis, yaitu masa pencarian
jati diri. Dia berpendapat bahwa penemuan jati diri seseorang didorong oleh
sosiokultural ataupun pengaruh dari lingkungan sosial yang ada disekitarnya.
Kehidupan sosial remaja didorong dan berorientasi pada kepentingan seksual
dan egoisme yang masih tinggi. Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam
bentuk kelompok-kelompok, baik kelompok besar maupun kelompok kecil.
Di mana pada masing-masing kelompok memiliki karakter tersendiri yang
dapat mempengaruhi emosional pada masing-masing kelompok ataupun
individu tersebut.
Akan tetapi di samping bertolak belakang pada kelemahan maupun
kekurangan dari karakter dan sifat remaja tersebut, hal itu tidak menutupi
kemungkinan terbesar juga bahwa remaja pada dasarnya memiliki andil yang
cukup besar dalam menjalankan proses interaksi dan sosialisasi yang ada
dalam suatu lingkungan masyarakat. Pada hakikatnya potensi dari remaja itu
sendiri sebenarnya lebih mudah untuk digali dan dikeluarkan dengan
mengapresiasikannya kedalam berbagai bidang, hal ini terjadi karena pada
diri seorang remaja masih memiliki semangat yang cukup besar ketika
mendapatkan rangsangan dengan memperhatikan keaktifan dan kreatifitas
remaja dalam mengeluarkan potensi dalam dirinya yang penuh dengan unsur
kreatif dan inovatif yang dimiliki oleh setiap remaja.
Dalan hal tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa sebenarnya dengan
semangat yang tinggi dan jiwa kepemudaannya, remaja memiliki peran yang
sangat aktif dalam membantu dan mewujudkan dalam setiap kegiatan yang
ada di lingkungan masyarakatnya. Dalam lingkungan masyarakat tidak akan
mampu berjalan sendiri tanpa adanya peran dari remaja dengan kreatifitas
yang dimilikinya. Selain itu, dalam suatu lingkungan masyarakat sebagian
kegiatan yang berjalan merupakan hasil kreatifitas dari remaja yang menjadi
motor penggerak dan pelopor dari kegiatan-kegiatan tersebut, misalnya ketika
ada kegiatan kerja bakti atau gotong royong, peringatan hari besar
keagamaan, ataupun kegiatan yang dalam hal ini memerlukan tenaga ekstra,
maka remaja menjadi sangat membantu dan menjadi inovator dari setiap
kegiatan yang akan dijalankan.
Dengan demikian dapat dijadikan sebagai acuan bahwa remaja
merupakan faktor penting
dalam lingkungan masyarakat. Seperti halnya
kegiatan yang ada di Desa Mejing Kec. Bandungan Kab. Semarang. Di Desa
mejing terdapat terdapat kegiatan keberagamaan yang berupa kegiatan
jama’ah shalawat yang di dalamnya melibatkan remaja untuk mengikuti
kegiatan shalawat tersebut. Dan pada kenyataannya, kegiatan itu dapat
menyatukan remaja dengan jama’ah shalawat lain yang pada awalnya
kegiatan ini hanya identik dengan warga masyarakat yang sudah berumur
(tua), akan tetapi di samping remaja adalah individu yang semangat dan
derjiwa keras, remaja juga dapat menjadi sosok insan religius seperti halnya
para orang tua pada umumnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang akan mengangkat peranan remaja yang ada di lingkungan
Desa Mejing Kec. Bandungan Kab. Semarang. Adapun peranan remaja yang
diangkat oleh peneliti ke dalam skripsi dalam hal ini adalah yang berkaitan
dengan hubungan sosial dari kaum remaja dalam kalangan masyarakat itu
sendiri, yaitu yang menyangkut tentang “ HUBUNGAN SOSIAL KAUM
REMAJA DALAM JAMA’AH SHALAWAT (PECINTA RASUL) DI
DESA MEJING KEC. BANDUNGAN KAB. SEMARANG “.
B. Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
dapat dirumuskan permasalahan pokok dari skripsi ini adalah bagaimana
tingkat hubungan sosial kaum remaja dalam jama’ah shalawat (Pecinta Rasul)
yang ada di Desa Mejing Kec. Bandungan Kab. Semarang.
Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, dapat dibagi menjadi
beberapa sub pokok masalah, yaitu:
1. Bagaimana tingkat hubungan sosial kaum remaja dalam jama’ah shalawat
(Pecinta Rasul) di Desa Mejing Kec. Bandungan Kab. Semarang?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat hubungan sosial kaum
remaja dalam jama’ah shalawat (Pecinta Rasul) di Desa Mejing Kec.
Bandungan Kab. Semarang?
3. Mengapa kaum remaja tertarik mengikuti jama’ah shalawat?
4. Bagaimana tanggapan warga masyarakat terhadap jama’ah shalawat?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat hubungan sosial kaum remaja.
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi tingkat hubungan sosial
kaum remaja.
3. Untuk mengetahui peran kaum remaja dalam jama’ah shalawat.
4. Untuk mengetahui tanggapan kaum remaja tentang jama’ah shalawat.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian dalam penulisan skripsi ini dimaksudkan antara
lain sebagai berikut:
1. Untuk pihak warga masyarakat di Desa Mejing, agar mendukung untuk
terus melanjutkan kegiatan jama’ah shalawat tersebut.
2. Untuk pihak orang tua, agar terus mendukung dan berpartisipasi dalam
mengikuti kegiatan jama’ah shalawat.
3. Untuk pihak kaum remaja agar lebih termotivasi untuk mengikuti kegiatan
jama’ah shalawat tersebut.
4. Bagi penulis sebagai bekal untuk mengarahkan dan menjalankan kegiatan
setelah lulus dari bangku perkuliah.
E. Kerangka Teoritik
Hubungan sosial individu dimulai sejak individu berada di
lingkungan rumah bersama keluarganya, segera setelah lahir hubugan bayi
dengan orang di sekitarnya terutama ibu pada saat menyusui memiliki arti
yang sangat penting. Perkembangan sosial anak semakin berkembang ketika
anak mulai memasuki masa prasekolah, kira- kira usia 18 bulan. Pada usia ini
dimulai dengan tumbuhnya kesadaran diri atau yang dikenal dengan
kesadaran akan dirinya dan kepemilikannya. Pada masa ini sampai akhir masa
sekolah anak mulai mendekatkan diri pada orang-orang lain di sekitarnya.
Sehingga lingkungan terutama teman sebaya mempunyai pengaruh yang
sangat besar. Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangan itu pada
dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan.
Interaksi sosial merupakan proses sosialisasi yang mendudukan anak sebagai
insan yang secara aktif melakukan proses sosialisasi. Bersosialisasi pada
dasarnya merupakan proses penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan
sosial.
Dengan keadaan zaman yang seperti sekarang ini pasti akan sulit
ketika kita mengajak kepada hal yang berbau religi, terlebih lagi ketika yang
menjadi sasarannya adalah kalangan remaja, hal ini akan menjadi semakin
sulit karena remaja pada masa sekarang ini cenderung sudah terpengaruh
dengan adanya budaya barat, yaitu apabila dibiarkan lama-kelamaan hal itu
akan menimbulkan efek negatif bagi para remaja itu sendiri. Akan tetapi
semua itu dapat diantisipasi ketika remaja diarahkan untuk menjalankan
kegiatan-kegiatan yang sekiranya sesuai dengan ajaran agama. Diantaranya
dengan merangkul mereka untuk melakukan shalat jamaah, tadarus al-qur’an
dan kegiatan keagamaan lainnya. Hal semacam itulah yang dapat membantu
remaja dalam mengontrol dirinya sendiri. Hal ini dapat terbukti ketika orang
mendengarkan musik, mereka bisa menangis dan tertawa, bersedih dan
bersuka ria. Nah, yang berupa benda saja bisa menghasilkan efek semacam
itu. Lantas bagaimana kalau kita tengah mendengar lantunan ayat Al-Qur’an
sedang dibacakan? Pasti akan jauh lebih dari itu.
Masa remaja merupakan masa pencerian jati diri, dan ketika seorang
remaja sudah menemukan jati dirinya, maka remaja tersebut akan senantiasa
berusaha menunjukan potensi apa yang ada dalam dirinya tersebut. Dalam hal
ini, jika perilaku remaja didasarkan sesuai dengan ajaran-ajaran Islam,
niscaya akan meuntun remaja tersebut kearah yang lebih baik. Remaja akan
lebih memiliki tingkat ketakwaan dan rasa religiusitas yang tinngi dan selalu
berada di jalan Allah SWT.
F. Indikator Penelitian
Indikator penelitian dari penulisan skripsi ini adalah:
1. Remaja memiliki penyesuaian sosial yang baik.
2. Remaja mampu berinteraksi dengan teman sebaya maupun dalam
jama’ah shalawat.
3. Berpart isipasi dalam set iap kegiatan yang dilaksanakan dalm
jama’ah shalawat ini.
4. Memahami dan mau bekerja sama dengan orang lain.
5. Berusaha memahami dan menerima pandangan orang lain dalam
kelompok.
G. Penegasan Istilah
Untuk menghindari pengertian dan penafsiran judul diatas dan
membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, maka perlu
dijelaskan beberapa pengertian yang terkandung, yaitu:
1. Hubungan Sosial
Manusia tumbuh dan berkembang pada masa bayi ke masa
dewasa melalui beberapa langkah dan jenjang. Kehidupan anak dalam
menelusuri perkembangan itu pada dasarnya merupakan kemampuan
mereka berinteraksi dengan lingkungan. Interaksi sosial merupakan proses
sosialisasi yang mendudukan anak sebagai insan yang secara aktif
melakukan proses sosialisasi. Bersosialisasi pada dasarnya merupakan
proses penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan sosial yang ada
disekitarnya. Hubungan sosial merupakan hubungan antar manusia yang
saling membutuhkan. “Hubungan sosial yaitu hubungan antar-manusia
yang menghasilkan adanya proses pengaruh-mempengaruhi” (Astrid S.
Susanto, 1977:16).
Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana yang
didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa, kebutuhan
manusia menjadi kompleks dan dengan demikian, tingkat hubungan sosial
juga berkembang menjadi amat kompleks. Pada jenjang perkembangan
remaja, seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain demi memenuhi
kebutuhan pribadinya, tetapi mengandung maksud untuk disimpulkan
bahwa pengertian perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat
hubungan antar manusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan
hidup manusia. Karena itu proses ini dapat menjurus menjadi proses
sosialisasi,
“sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar
dan penyesuaian diri – bagaimana cara hidup dan bagaimana cara
berfikir kelompoknya, agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam
kelompoknya. Proses ini dapat berjalan dengan serasi dapat pula
terjadi melalui pertentangan, akan tetapi selama individu merasa
memerlukan kelompoknya maka ia bersedia untuk mengadakan
beberapa kompromi terhadap tuntutan kelompok.” (Astrid S. Susanto,
1977:16).
Hubungan sosial dapat diartikan sebagai cara-cara individu
bereaksi terhadap dirinya, hubungan sosial ini menyangkut juga
penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti makan sendiri, berpakaian
sendiri, patuh pada peraturan dan lain sebagainya. Hubungan sosial
diawali dari rumah sendiri yang kemudian berkembang dalam lingkup
sosial yang lebih luas, seperti sekolah dan teman sebaya, kesulitan anak
berhubungan sosial dengan teman sebaya ini biasanya disebabkan oleh
pola asuh yang penuh dengan unjuk kuasa oleh orang tua. Pada dasarnya
situasi kehidupan dalam keluarga berupa pola asuh orang tua yang salah,
pada umumnya masih bisa di perbaiki oleh orang tua itu sendiri, akan
tetapi situasi pergaulan dengan teman-teman sebaya dan lingkungan
sekitarnyalah yang cenderung sulit untuk di perbaiki. Karena faktor inilah
yang pada kehidupan kesehariannya selalu
dijalani yang dapat
mempengaruhi adanya pola kehidupan sosial yang ada pada diri seorang
anak.
2. Remaja
Pengertian remaja secara harfiahnya dapat didefinisikan melalui
beberapa pengertian, diantaranya ada yang mendefinisikan bahwa remaja
merupakan seorang individu yang sedang dalam masa transisi atau
peralihan dimana yang awalnya merupakan seorang anak-anak kemudian
menuju atau beralih kejenjang dewasa, oleh karena itu definisi dari remaja
itu sendiri dapat disebutkan melalui pendapat ataupun gagasan yang
bermacam-macam. Dalam konteks ini, R. E . Muss (Sarlito W. Sarwono,
1997: 22-23) mendefinisikan pengertian remaja berdasarkan umur yaitu
umur 15-20 Tahun. Dinamakan masa kesempurnaan remaja (adolescence
proper) dan merupakan puncak perkembangan emosi. Dalam tahap ini
terjadi perubahan dari kecenderungan mementingkan diri sendiri kepada
kecenderungan memperhatikan kepentingan orang lain dan kecenderungan
memperhatikan harga diri.
Para ahli filosofi pun mengemukakan pendapat dan gagasan
mengenai definisi remaja itu sendiri dengan caranya masing-masing,
dengan gagasan yang kuat serta disesuaikan dengan fakta dan kondisi
sejalan dengan perubahan dan perkembangan zaman dan seiring dengan
berjalannya waktu. Kemudian Hall (Sarlito W. Sarwono, 1997: 23) juga
mengatakan, “masa remaja (adolescence): 12-25 tahun, yaitu masa topanbadai (strum und drang), yang mencerminkan kebudayaan modern yang
penuh gejolak akibat pertentangan nilai-nilai”. Dari beberapa macam
gagasan tersebut, masa remaja merupakan masa yang kritis akan segala
macam perubahan yang terjadi, yaitu masa peralihan yang masih memiliki
emosional dan egoisitas yang masih labil, sehingga perlu adanya
pengontrolan akan hal tersebut.
3. Jama’ah Shalawat
Makna shalawat secara umum adalah pernyatan kasih dan cinta.
Setiap orang yang berakal dan berilmu, pastilah mewajibkan dirinya
memperbanyak sholawat Nabi SAW. Sebesar-besar cinta-kasih orang tua
kepada anaknya, takkan pernah lebih besar dari cinta Beliau SAW kepada
kita. Sebesar-besar cinta seseorang kepada orang lainnya, takkan pernah
lebih besar dari cinta Beliau SAW kepada kita. Kemudian makna dari
Jamaah sendiri merupakan suatu perkumpulan, mengumpulakn atau
menjadikan satu. Maka dapat diartikan bahwa jamaah shalawat merupakan
suatu kegiatan keberagamaan yang menyatukan atau mengumpulkan
warga untuk melakukan ibadah bershalawat secara bersama-sama, yaitu
wujud dari pernyataan kasih dan cinta kepada Rasulullah SAW dengan
melakukan pujian-pujian kepada Rasulullah SAW.
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Untuk pemecahan masalah ini, peneliti menggunakan dokumen
yang berupa skripsi, tesis, dan literatur-literatur untuk ditelaah secara
komprehensif, khususnya yang berkaitan dengan hubungan sosial kaum
remaja di jamaah shalawat. Dalam melakukan penelitian ini, bentuk
penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Strategi pendekatan
yang digunakan untuk menjawab semua permasalahan ini adalah strategi
terpancang, yaitu penelitian dengan melakukan telaah secara seksama
terhadap dokumen-dokumen atau data-data yang sudah diperoleh. Selain
itu, penulis juga menggunakan jenis pendekatan penelitian kasus dan
penelitian lapangan “(case study and field research) yaitu jenis pendekatan
penelitian yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif tentang latar
belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial:
individu, kelompok, lembaga, atau masyarakat” (Sumadi Suryabrata,
2009: 80).
2. Kehadiran Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data
sekaligus sebagai sebagai instrument aktif dalam upaya pencarian dan
pengumpulan data-data di lapangan. Sedangkan instrument pendukung
dari proses pengumpulan data penelitian lainnya selain manusia (peneliti)
adalah berbagai bentuk alat-alat bantu yaitu berupa dokumen-dokumen
lain yang dapat digunakan sebagai penunjang keabsahan dari penelitian
dan sebagai instrument pendukung. Secara berkesinambungan peneliti
melakukan beberapa langkah penelitian yang membutuhkan ketelitian baik
itu dalam melakukan pengumpulan data-data maupun dalam proses
pelaksanaan ketika proses penelitian berlangsung.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Mejing, merupakan desa yang
terletak di Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Dalam desa ini
semua masyarakatnya adalah pemeluk agama Islam yang kental dengan
nuansa tradisional maupun modern. Di desa ini terdapat berbagai macam
kegiatan keagamaan yang salah satunya adalah kegiatan keagamaan yang
akan diteliti yaitu adanya kegiatan keagamaan Jamaah Shalawat.
4. Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
kualitatif yaitu data yang berbentuk kalimat, kata, atau gambar. Data
kualitatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen
yang berisi tentang nilai-nilai sosial dari kaum remaja dalam jamah
shalawat. Oleh karena itu, data yang diperlukan adalah data primer dan
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dan bersumber dari
pihak pertama baik berupa catatan, laporan, maupun data-data lainnya.
Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak kedua
yang dalam hal ini adalah berupa hasil dari observasi dan wawancara.
Dalam hal ini kedua data tersebut manjadi sangat penting, karena dari
masing-masing data baik primer maupun sekunder memiliki keabsahan
data yang kuat.
5. Prosedur Pengumpulan Data
a. Metode Observasi
Dalam mencari dan melakukan pengumpulan data, penulis
menggunakan metode observasi, yaitu dengan melakukan survey
lapangan ataupun sumber dari data yang akan diteliti baik itu berupa
objek maupun sumber-sumber data yang akan diperlukan ketika proses
penelitian berlangsung. “Observasi adalah pengamatan dan pencatatan
suatu obyek dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Dalam
observasi melibatkan 2 komponen yaitu si pelaku obsravasi yang lebih
dikenal sebagai observer dan obyek yang diobservasi yang dikenal
sebagai observee” (Sukandarrumidi, 2004: 69). Ketika peneliti
melakukan observasi maka secara langsung dapat mengetahui
gambaran dan dapat membantu dalam menentukan langkah-langkah apa
saja yang akan ditempuh ketika melakukan proses penelitian.
b. Metode Wawancara
“Metode wawancara atau dikenal pula dengan istilah
interview adalah proses tanya jawab lesan, dalam mana 2 orang atau
lebih berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain
dan mendengar dengan telinga sendiri dari suaranya” (Sukandarrumidi,
2004: 88). Wawancara merupakan suatu metode yang dalam melakukan
dan mencari data dari penelitiannya adalah melalui proses interaksi
langsung kepada narasumber, yaitu dengan melakukan dialog ataupun
dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan mengenai masalahmasalah yang akan diteliti dan diperlukan sebagai bahan untuk
mendapatkan data-data penelitian kepada narasumber yang dalam hal
ini dilakukan melalui proses wawancara. Kemudian hasil dari proses
wawancara tersebut yaitu dapat berupa tulisan maupun berupa rekaman.
c. Metode Dokumentasi
Menurut
Irawan
(Sukandarrumidi,
2004:
100-101)
mengemukakan bahwa “metode dokumentasi merupakan teknik
pengumpulan data yang ditujukan kepada subyek penelitian. Dokumen
yang diketik dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen
resmi. Dokumen dapat berupa catatan pribadi, surat pribadi, buku
harian, laporan kerja, notulen rapat, catatan kasus, rekaman kaset,
rekaman video, foto dan lain sebagainya”. Metode dokumentasi
merupakan metode yang dalam pencarian datanya menggunakan
dokumen-dokumen baik itu berupa foto-foto kegiatan maupun bahan-
bahan penelitian yang membantu selama dalam proses penelitian
berlangsung.
6. Analisis Data
Dalam melakukan proses penelitian, penulis melakukan beberapa
langkah kegiatan yang ditempuh selama penelitian berlangsung. Adapun
kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh penulis selama proses analisis
dalam pengumpulan data penelitian tersebut adalah:
a. Menetapkan fokus penelitian.
b. Menyusun temuan-temuan sementara berdasarkan data yang telah
terkumpul selama proses pencarian data, baik itu yang berasal dari
responden maupun narasumber yang ada selama dalam proses
penelitian.
c. Pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan temuantemuan pengumpulan data sebelumnya baik itu yang masih bersifat
temuan sementara maupun temuan data yang baru.
d. Pengembangan
pertanyaan-pertanyaan
analitik
dalam
rangka
pengumpulan data berikutnya; dan
e. Penetapan sasaran-sasaran pengumpulan data berikutnya.
7. Tahap-Tahap Penelitian
Berikut ini merupakan beberapa urutan kegiatan yang dijadikan
sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses penelitian yaitu sebagai
berikut:
a. Persiapan, meliputi: penyusunan proposal, pengurusan perijinan, dan
penyusunan jadwal kegiatan.
b. Pencarian sumber
data,
meliputi:
observasi,
wawancara,
dan
dokumentasi.
c. Pengumpulan data, meliputi: pengumpulan dokumen-dokumen dan
penelaahan dari dokumen yang terkumpul.
d. Analisis data, meliputi: analisis awal, reduksi data, analisis data
temuan, pengayaan dan pendalaman, dan merumuskan kesimpulan.
e. Penyusunan laporan, meliputi: penyusunan laporan sementara (draft),
penelitian laporan penelitian sementara, perbaikan laporan dan
penyusunan laporan akhir.
I.
Sistematika Penulisan
Dalam skripsi yang penulis susun terdiri dari 5 (lima) bab yang
rinciannya adalah sebagai berikut:
BAB I
Pendahuluan
Bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka teoritik,
penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II Kajian Pustaka
Dalam bab ini diuraikan:
A. Shalawat yang meliputi: Pengertian
shalawat, manfaat
shalawat dan shalawat dalam kehidupan masyarakat.
B. Hubungan sosial remaja yang meliputi: Pengertian hubungan
sosial
remaja,
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
perkembangan hubungan sosial, pengaruh perkembangan
hubungan sosial terhadap tingkah laku dan perkembangan
keberagamaan pada remaja.
BAB III Paparan Data dan Temuan
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai:
C. Paparan data, yaitu gambaran umum lokasi, latar belakang
didirikannya Jamaah Shalawat (Pecinta Rasul), tujuan Adanya
Jamaah Shalawat (Pecinta Rasul) dan unsur-unsur dalam
Jama’ah Shalawat (Pecinta Rasul).
D. Temuan penelitian, yaitu Jama’ah Shalawat (Pecinta Rasul)
dalam pandangan masyarakat, pengaruh terhadap masyarakat,
pengaruh terhadap pergaulan sosial remaja dan remaja dalam
Jamaah Shalawat (Pecinta Rasul).
BAB IV Pembahasan
BAB V Penutup
Dalam bab ini diuraikan tentang: Kesimpulan dan saran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Shalawat
1.
Pengertian Shalawat
Shalawat adalah bentuk jamak dari bentuk tunggal shalah (‫)اﻟﺼﻼة‬
yang berarti doa, shalawat memiliki sejumlah pengertian antara lain
sebagai berikut:
a. Shalawat dari Allah kepada manusia yang bermakna memberi rahmat
seperti dalam QS Al-Ahzab 33:43.
4Í‘q–Y9$# ’n<Î) ÏM »yJ è=—à 9$# z̀ ÏiB /ä3 y_ ̍÷‚ ã‹Ï9 ¼çmçGs3 Í́¯»n=tBur öN ä3 ø‹n=tæ ’Ìj?|Á ム“ Ï%©!$# uqèd
.$V
J ŠÏm u‘ tûüÏZÏB÷sßJ ø9$Î/ tb %Ÿ2
ur
“Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya
(memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu
dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). dan adalah Dia Maha
Penyayang kepada orang-orang yang beriman.”(Q. S. Al-Ahzab:43).
b. Shalawat dari seorang muslim kepada muslim yang lain yang
bermakna doa seperti dalam QS At-Taubah 9:103.
y7 s?4qn=|¹ b̈ Î)(öN Îgø‹n=tæ Èe@ |¹ ur $pkÍ5 NÍkŽÏj.t“è?ur öN èd ãÎdgsÜ è? Zps%y‰ |¹ öN ÏlÎ;ºuqøBr&ồ ÏB õ‹ è{
.í
O ŠÎ=tæ ì ‹ÏJ y™ ª! $#ur 3öN çl°;Ö̀ s3 y™
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”(Q. S.
At-Taubah:103)
c. Shalawat dari manusia kepada Allah yang bermakna ibadah khusus
pada Allah dalam waktu dan cara tertentu sesuai syariah seperti dalam
QS Al-Kautsar 108:2.
. öptùU$#ur y7 În/tÏ9 Èe@ |Á sù
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.”
Shalawat
adalah
permohonan
kepada
Allah
SWT
agar
memberikan berkah dan rahmat kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan para sahabatnya. Dalam shalawat itu terkandung doa,
pujian dan cinta. Karenanya, shalawat adalah salah satu jalan menuju
cinta kepada rasul, yang pada tingkat tertinggi menyebabkan seseorang
lebur dalam totalitas eksistensi, atau hakikat Muhammad, atau Nur
Muhammad. Shalawat adalah “berkah” yang biasanya disandingkan
dengan kedamaian (salam). Shalawat memiliki manfaat dan berfungsi
sebagai
berkah
dari
Tuhan
untuk
“menghidupkan”
hati
dan
membersihkan hati agar terserap dalam Nur Muhammad dan sekaligus
sebagai kedamaian yang menenteramkan. Dengan demikian, shalawat
menjadi pembuka pintu keterkabulan doa seseorang Apabila shalawat
diucapkan sebelum atau sesudah berdoa, Insya Allah menjadikan doa
segera naik ke langit.
Semua shalawat mengalirkan barakah kepada pembacanya sebab
dengan shalawat seseorang “terhubung” dengan “Perbendaharaan
Tersembunyi” yang kandungannya tiada batasnya, atau dengan kata lain,
dengan shalawat seseorang berarti akan memperoleh berkah “kunci” dari
Perbendaharaan Tersembunyi yang gaib sekaligus nyata (yakni dalam
wujud Muhammad saw)
Dalam ibadah-ibadah lain, Allah SWT memerintahkan kepada
hamba-hambaNya untuk mengerjakannya, namun khusus dalam perintah
membaca shalawat, Allah SWT menyebutkan bahwa Allah sendiri
bershalawat atasnya, kemudian memerintahkan kepada malaikatNya,
baru kemudian pada orang-orang yang beriman untuk bershalawat
atasnya. “Nabi Muhammad SAW Adalah penutup para Nabi dan Rasul,
beliau adalah seorang hamba yang tidak boleh disembah dan seorang
Rasul yang tidak boleh didustakan. Beliau adalah sebaik-baiknya
makhluk di hadapan Allah SWT, derajatnya paling tinggi, dan
kedudukannya paling dekat kepada-Nya” (Alaika Salamullah, 2008: 33).
Dengan hal ini semakin menunjukkan bahwasannya melakukan shalawat
atas Nabi muhammad SAW, tidak cuma sekedar ungkapan terima kasih,
tetapi
ini
juga
menjadi
salah
satu
ibadah
yang
utama.
(Http://cahyaislam.wordpress.com. 14/10/2011)
Bila kita ingin mengetahui bahwa shalawat termasuk ibadah yang
utama, maka perhatikan dan renungkanlah firman Allah SAW dalam alQuran, surat Al-Ahzab ayat 56 sebgai berikut:
Ïmø‹n=tã (#q=|¹ (#qãZtB#uä šú
ïÏ%©!$# $pkš‰r'¯»tƒ 4ÄcÓÉ<Z̈9$# ’n?tã tb q=|Á ム¼çmtGx6 Í́¯»n=tBur ©! $# b̈ Î)
ÇÎÏÈ $J̧ ŠÎ=ó¡ n@(#qßJ Ïk=y™ ur
”Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat
untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk
Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzab
56).
Adapun dasar hadisnya adalah sebagai berikut:
Uoyx y¹ c’s=|ã &NÜd 6Þ‘sYO2 q#Ï'yBy$ŠÎ)O9#pPfqƒ ‘ Î0ÉÇ̈ ÁÊ_s$^<#‘ s<'rs#
“Sebaik-baik manusia padaku di hari kiamat adalah yang paling banyak
membaca shalawat.” (HR Tirmidzi)
«’n|=ã Q@ yÁ æƒ'N n=nùæny‰ '^Ïã ßN 'Å2 èŒ&` yBy@ &Ï‚ y;9#
“Orang yang pelit adalah orang yang tidak mengucapkan shalawat saat
namaku disebut.” (HR Ahmad bin Hanbal dalam Musnad)
“Bershalawat” artinya: kalau dari Allah berarti memberi rahmat:
dari Malaikat berarti memintakan ampunan dan kalau dari orang-orang
mukmin berarti berdoa supaya diberi rahmat seperti dengan perkataan:
Allahuma shalli ala Muhammad. Dengan mengucapkan “Perkataan”
seperti: Assalamu'alaika ayyuhan Nabi artinya: semoga keselamatan
tercurah kepadamu Hai Nabi.
Dari ayat tersebut kita mengetahui, Allah Swt saja sang Pencipta
jagad raya dan mahkluk seluruh dunia termasuk diri kita yang kecil ini,
mau bershalawat terhadap Nabi Muhammad Saw, dan juga para malaikat
yang telah dijamin tak akan berbuat kesalahan turut bershalawat terhadap
nabi, mengapa diri kita yang telah diselamatkan beliau masih melupakan
ibadah yang teramat mulia ini. Sesungguhnya perbuatan seseorang
menunjukkan pada perangai dirinya.
Selain itu, dalam kitab Riyadhus Shalihin (Imam An Nawawi,
1965:384) menjelaskan tentang perintah untuk bershalawat kepada
Rasulullah SAW, adapun shalawat yang diajarkan beliau adalah sebagai
berikut:
“Ya Allah, wahai Tuhanku, muliakanlah oleh-Mu akan Muhammad dan
akan keluarganya, sebagaimana Engkau telah memuliakan keluarga
Ibrahim bahwasanya Engkau sangat terpuji dan sangat mulia. Ya Allah,
wahai Tuhanku, berikan berkat oleh-Mu akan Muhammad dan
keluarganya, sebagaimana Engkau telah memberi berkat kepada
Ibrahim; bahwasanya Engkau sangat terpuji dan sangat mulia.” (HR.
Bukhârî dari Abû Sa’îd, Ka’ab Ibn ‘Ujrah).
Shalawat adalah sebuah ibadah yang tidak berbatas alam, jarak
ataupun waktu. Artinya bila diucapkan maka akan menembus alam langit
yang sangat jauh, didengar para malaikat, lalu turut menyampaikan do’a
bagi manusia yang mengucapkannya, dan menembus Alam kubur
menyampaikan salam yang diucapkan manusia kepada Nabi Muhammad
SAW.
2.
Manfaat Shalawat
Dalam melakukan setiap ibadah pastinya tidak terlepas dari akan
adanya manfaat dari ibadah tersebut, banyak manfaat yang dapat kita
rasakan ketika kita melakukan hal yang sifatnya adalah mendekatkan diri
kepada Allah SWT dan menjalankan segala perintah dari Allah SWT.
Salah satunya yaitu dengan melakukan shalawat yang kita tujukan
kepada baginda Rasulullah SAW. Dengan bershalawat kepada Rasulullah
pasti juga memiliki begitu banyaknya manfaat dan keutamaan Shalawat,
adapun diantara manfaat dan keutamaan tersebut adalah sebagai berikut:
· Setiap bershalawat satu kali, Allah SWT bershalawat sepuluh kali
untuknya.
· Allah meninggikan derajat 10 kali, memberikan 10 kebajikan,
menghapuskan 10 kejahatan, dan membebaskan dari kemunafikan.
Dalam sebuah hadist Rasulullah SAW bersabda:
#Yǵ ã t$kÅó Ïm6Š=tã ª! 4Qœ‘ =ˆ¹ ºo ox ˆ¹ œ‘ =ˆã œ‘ =ˆ¹ g̀ H
“Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali,
bershalawat kepadanya sepuluh kali”.(HR. Muslim).
Allah akan
· Mendapatkan tempat yang paling utama bersama Rasulullah SAW di
hari kiamat, mendapatkan tempat di surga bersama syuhada, dan jauh
dari api neraka.
· Mendapatkan syafaat Rasulullah SAW di hari kiamat.
· Mendapatkan pengampunan dosa.
· Mendapatkan keberkahan dalam setiap urusan dan terpelihara dari
kesusahan. (Http://ferrydjajaprana.multiply.com.19/12/2011).
Jika kita melihat dari begitu banyaknya manfaat dari bershalawat,
maka sudah tentu setiap umat muslim akan merasa termotivasi untuk
melakukan shalawat kepada Nabi Muhammad saw. Seperti halnya
bershalawat, masih banyak lagi ibadah-ibadah lain yang dapat kita
lakukan untuk senantiasa melakukan segala perintah dan anjuran dari
Allah swt untuk senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kita kepada
Allah swt.
Oleh karena itu di samping manfaat-manfaat yang tertera di atas,
tentunya masih banyak manfaat-manfaat dari bershalawat yang tidak
dapat kita sebutkan satu persatu. Anjuran melakukan shalawat yang kita
tujukan kepada Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu ibadah
yang memiliki berbagai macam keutamaan, hati kita yang dulunya kotor
akan segala perbuatan buruk misalnya kedengkian, iri, sombong, takabur,
dan sifat buruk lainnya dengan bershalawat insyaallah semua sifat
tersebut akan semakin berkurang, karena bershalawat merupakan sarana
kita untuk senantiasa lebih mendekatkan diri kita kepada Allah swt.
3.
Shalawat Dalam Kehidupan Masyarakat
Dalam tradisi masyarakat kegiatan bershalawat kepada Rasulullah
dapat diwujudkan ke dalam berbagai macam kegiatan, misalnya saja
dalam kegiatan berjanji, shalawat mauludan, dan bahkan ketika dalam
acara keagamaan lainnya juga bershalawat dalam masyarakat dapat apat
dilakukan yang dalam hal ini adalah semata-mata untuk mendapatkan
limpahan rahmat dari Allah swt. Dalam kegiatan keagamaan yang
bermacam-macam jenisnya setiap umat dapat menapresiasikan betapa
cintanya umat manusia kepada Rasulullah saw yang sudah membawa
kebebasan dari belenggu yang ada.
Jika melihat fakta yang ada pada masyarakat saat ini, makin lama
kegiatan
keberagamaan
semakin
terlupakan,
jangankan
untuk
bershalawat setiap hari, untuk mengikuti kegiatan shalawat maulud yang
notabennya itu dilaksanakan selama satu tahun sekalipun terkadang
masih banyak yang merasa kalau kegiatan tersebut tidaklah begitu
penting dan bahkan dengan sengaja untuk lebih memilih untuk tidak
mengikutinya. Hal semacam inilah yang perlu dihilangkan dalam
kehidupan masyarakat dan perlu ditanamkan kembali motivasi-motivasi
yang
akan
memberikan
rangsangan
kepada
masyarakat
untuk
memberikan arahan akan pentingnya melakukan shalawat. Akan tetapi
semua itu tidaklah mudah, karena pada kenyataanya setiap orang
memiliki pemikiran yang berbeda-beda, jangnkan untuk kegiatan
shalawat yang sekiranya merupakan kegiatan sunnah, kegiatan wajibpun
seprti halnya shalat sekarang ini juga sudah sering terabaikan.
Inilah yang menjadi kelemahan dalam tubuh manusia dimana
ketika kita melihat perjuangan dari Rasulullah untuk mencurahkan segala
hidupnya bagi umat-umatnya apakah cuma seperti ini balasannya. Maka
dari itu kita harus senantiasa menjaga dan memberikan segala limpahan
do’a kepada Rasulullah atas segala pengorbanannya demi umat-umatnya,
salah satu cara yang dapat kita lakukan adalah dengan menghaturkan
shalawat yang dkhususkan kepada Rasulullah, hal semacam inilah yang
sangat diperlukan dan harus ditanamkan dalam masyarakat. Dan
menghapuskan segala perbedaan yang ada diantara umat Islam saat ini.
Terlebih lagi dalam kehidupan remaja, hal semacam ini sulit
untuk diterapkan karena secara umum dapat dilihat bahwa remaja masa
sekarang ini sudah banyak terpengaruh akan adanya budaya-budaya dan
kebiasaan yang melenceng jauh dari apa yang diharapkan. Perlu adanya
pengarahan yang harus diperhatikan dengan adanya penyimpangan yang
sudah umum terjadi dalam kepribadian remaja. Sudah banyak contoh
kasus yang memberikan catatan tentang remaja yang melakukan tindakan
yang tidak sesuai dengan norma dan ajaran Islam, terlebih lagi ketika
remaja tidak memiliki kontrol akan semua aktifitasnya,ini akan semakin
mempercepat masuknya pengaruh-pengaruh negatif yang ada. Seiring
dengan adanya fakta yang semacam itu mungkin peran dari masyarakat
menjadi faktor yang penting, remaja yang semacam ini harus senantiasa
diarahkan sesuai dengan norma yang ada, mungkin dengan kegiatan
shalawat dapat membantu ramaja untuk membersihkan segala virus,
penyakit, racun dan kotoran-kotoran yang ada dalam diri remaja, dengan
bershalawat dapat membersihkan hati yang kotor akan segala perbuatan
yang dilakukan.
Maka dari itu, jika melihat kondisi yang sedemikian rupa
shalawat dapat menjadi sebuah kegiatan yang perlu diutamakan selain
kegiatan-kegiatan wajib yang harus dilakukan. Shalawat juga dapat
mempersatukan masyarakat dalam suatu majlis yang dimana sangat
bermanfaat dan memberikan arahan yang positif, dalam melakukan
kegiatan shalawat masyarakat tidak memandang tinggi rendahnya
pangkat dan golongan yang ada, disisi Allah semua manusia itu sama,
hanya keimanan dan ketaqwaannyalah yang membedakannya, selain itu
semua umat manusia sebenarnya adalah sama dari meskipun berasal dari
berbagai golongan yang ada. “Dalam perspektif bahasa, sebagaimana
ditulis Ali Jabir, umat didefinisikan sebagai jamaah yang disatukan oleh
suatu hal: satu agama, sat zaman, atau satu tempat, baik faktor pemersatu
itu dipaksakan maupun berdasarkan pilihan. Umat Islam, dengan
demikian, adalah jamaah yang disatukan atas dasar kesamaan akidah”
(Nanih Machendrawaty, 2001: 13).
B. Hubungan Sosial Remaja
1.
Pengertian Hubungan Sosial Remaja
Hubungan sosial individu dimulai sejak individu berada di
lingkungan rumah bersama keluarganya, segera setelah lahir hubungan
bayi dengan orang di sekitarnya terutama ibu pada saat menyusui
memiliki arti yang sangat penting. Setelah itu dimulailah adanya suatu
perubahan yang merupakan awal dari proses interaksi antara sang anak
dengan dunia luar selain lingkungan keluarga, di masa ini ketika anak
bisa berinteraksi dengan orang lain dan melakukan hubungan yang
bersifat saling mengenal, maka inilah yang menjadi titik awal dari adanya
masa hubungan sosial dari anak tersebut.
Akan tetapi, sesuai dengan pengertian hubungan sosial diatas,
sudah disebutkan bahwa hubungan sosial merupakan hubungan antarmanusia yang menghasilkan adanya proses pengaruh-mempengaruhi,
adapun kaitannya dengan hasrat dan tujuan perasaan dan pemikirannya,
semua itu juga pasti memiliki sisi positif maupun negatif yang ada dalam
proses hubungan sosial ini. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut:
a. Hubungan sosial positif: Merupakan proses kontak sosial yang di
dalamnya terdapat unsur pengaruh-mempengaruhi dimana dalam
dampaknya adalah mewujudkan hasil yang positif. Misalnya, adanya
suatu komunitas atau kelompok tertentu yang membawa dampak
positif dalam kelangsungan kehidupan suatu masyarakat. Selanjutnya
mengenai adanya hasrat dan tujuan perasaan dan pemikiran, apabila
seseorang bertujuan untuk tidak memaksakan pendapatnya dalam
suatu kelompok, maka dengan sendirinya ia akan lebih toleran dalam
suatu kelompok tersebut.
b. Hubungan sosial negatif: Merupakan proses kontak sosial yang di
dalamnya terdapat unsur pengaruh-mempengaruhi, akan tetapi dalam
hal ini bertolak belakang dengan hasrat dan tujuan perasaan dan
pemikiran yang ada. Dimana proses interaksi di dalamnya cenderung
mengakibatkan terjadinya konflik, hal semacam ini dapat dilihat
apabila seseorang bertujuan untuk memaksakan pendapatnya dalam
suatu kelompok, maka dengan sendirinya tidak dapat diharapkan
darinya bahwa ia akan bersifat toleran, dan bahkan menimbulkan
adanya suatu perpecahan dalam suatu kelompok tersebut. (Astrid S.
Susanto, 1977:34).
Keseluruhan dari hubungan sosial (sosial relations) membentuk
struktur sosial dalam kelompok maupun masyarakat yang akhirnya akan
menentukan corakdari masyarakatnya. Akhirnya dapat disimpulkan
bahwa melalui hubungan antar manusia di dalam kelompok atau
masyarakat, maka:
a. Hubungan sosial adalah sebenarnya suatu interaksi lambang.
b. Hubungan sosial mencerminkan dan menjelaskan bagaimana situasi
dari setiap pihak yang terlibat dalam interaksi tersebut.
c. Hubungan sosial dapat menjelaskan apa yang menjadi dasar
pengertian bersama (shared understanding) dan kebiasaan bersama
(conventions).
d. Hubungan sosial menjelaskan bagaimana peranan dan bagian yang
diperankan oleh setiap anggota dalam kelompoknya, seperti juga
sehubungan dengan perbedaan peranan ini, menjelaskan apa yang
merupakan tujuan objektif setiap kelompok, yang telah menjadi
penyebab ikatan ini. (Astrid S. Susanto, 1977:34).
Hubungan sosial ini dapat juga dikaitkan dengan adanya
perkembangan sosial remaja dimana ketika anak menginjak masa remaja,
di mana masa ini adalah ketika anak memiliki kemampuan untuk
mengenal karakteristik dan kepribadian dari teman sebaya maupun
mengenal lawan jenisnya. Akan tetapi semua itu harus melalui
pengawasan dari pihak orang tua, seperti halnya mendidik dari usia dini
sampai mengantarkannya kemasa dewasa, karena “pendidikan tidak
mengenal batas usia, dengan kata lain bahwa proses pendidikan
berlangsung sepanjang hidup manusia, dalam konsep pendidikan Islam,
Islam mengajarkan pendidikan terhadap anak yang baru lahir, bahkan
jauh sebelum ia lahir” (Moh Roqib, 2009:63).
Setelah sampai pada fase Dewasa (Remaja), dari sinilah anak
tersebut mulai memiliki kemampuan untuk berinteraksi antara satu sama
lain, saling mengenal dan dimulailah adanya suatu hubungan sosial antar
remaja. Setelah itu, barulah remaja mampu untuk berbaur dengan
kalangan yang lebih tinggi dari sebelumnya, dalam hal ini adalah
kalangan masyarakat umum. Ketika remaja mampu untuk melekukan
interaksi dengan masyarakat umum, maka hubungan sosial dari remaja
tersebut menjadi semakin luas, bukan hanya di kalangan teman
sebayanya saja akan tetapi sudah merambah ke kalangan masyarakat
pada umumnya.
Hal inilah yang dinamakan sebagai hubungan sosial remaja,
dimana dalam fase atau masa ini remaja akan semakin teruji dan terasah
kematangannya dalam hal kemampuan dan dapat memacu untuk
mengeluarakan segala potensi yang ada dalam diri remaja tersebut. Akan
tetapi semua itu juga tidak terlepas dari tantangan dan rintangan yang
harus dihadapi oleh pribadi seorang remaja itu sendiri, karena masa
remaja merupakan masa yang sangat rentan akan adanya pengaruh dari
luar, karena pada masa ini seorang remaja masih berada dalam masamasa labil dalan mengendalikan setiap emosi yang dimilikinya.
Remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang
jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial dan budaya. Pada
masa remaja, terdapat banyak hal baru yang terjadi, dan biasanya lebih
bersifat menantang, mnggoda, dan menggairahkan, karena hal baru yang
mereka alami merupakan tanda-tanda menuju kedewasaan. Dari masalah
yang timbul akibat pergaulan, keingin tahuan tentang asmara dan seks,
hingga masalah-masalah yang bergesekan dengan hukum dan tatanan
sosial yang berlaku di sekitar remaja. Hal-hal yang terakhir ini biasanya
terjadi karena banyak faktor, tetapi berdasarkan penelitian, jumlah yang
terbesar adalah karena "tingginya" rasa solidaritas antar teman,
pengakuan kelompok, atau ajang penunjukkan identitas diri. Masalah
akan timbul pada saat remaja salah memilih arah dalam berkelompok.
Banyak ahli psikologi yang menyatakan bahwa masa remaja
merupakan masa yang penuh masalah, penuh gejolak, penuh emosi,
penuh resiko (secara psikologis), over energi, dan lain sebagainya, yang
disebabkan oleh aktifnya hormon-hormon tertentu. Tetapi statement yang
timbul akibat pernyataan yang searah dengan pernyataan di atas membuat
remaja pun merasa bahwa apa yang terjadi, apa yang mereka lakukan
adalah suatu hal yang biasa dan wajar. Untuk berkelompok menjadi
bagian dari proses tumbuh kembang yang remaja alami. Yang dimaksud
di sini bukan sekadar kelompok biasa, melainkan sebuah kelompok yang
memiliki kekhasan orientasi, nilai-nilai, norma, dan kesepakatan yang
secara khusus hanya berlaku dalam kelompok tersebut. Atau yang biasa
disebut “geng”. Biasanya kelompok semacam ini memiliki usia sebaya
atau bisa juga disebut peer group.
Demi kawan yang menjadi anggota kelompok ini, remaja bisa
melakukan dan mengorbankan apa pun, dengan satu tujuan, Solidaritas.
Geng, menjadi suatu wadah yang luar biasa apabila bisa mengarah
terhadap hal yang positif. Tetapi terkadang solidaritas menjadi hal yang
bersifat semu, buta dan tidak jelas arah dan tujuannya, yang pada
akhirnya merusak arti dari solidaritas itu sendiri. Demi alasan solidaritas,
sebuah geng sering kali memberikan tantangan atau tekanan-tekanan
kepada
anggota
kelompoknya
(peer
pressure)
yang
terkadang
berlawanan dengan hukum atau tatanan sosial yang ada. Tekanan itu bisa
saja berupa paksaan untuk menggunakan narkoba, mencium pacar,
melakukan hubungan seks, melakukan penodongan, bolos sekolah,
tawuran, merokok, corat-coret tembok, dan masih banyak lagi yang pada
akhirnya akan merugikan dan merusak remaja itu sendiri.
Secara individual, remaja sering merasa tidak nyaman dalam
melakukan apa yang dituntutkan pada dirinya. Namun, karena besarnya
tekanan atau besarnya keinginan untuk diakui, ketidak berdayaan untuk
meninggalkan
kelompok,
dan
ketidak
mampuan
untuk
mengatakan "tidak", membuat segala tuntutan yang diberikan kelompok
secara terpaksa dilakukan. Lama kelamaan prilaku ini menjadi kebiasaan,
dan melekat sebagai suatu karakter yang diwujudkan dalam berbagai
prilaku negatif.
Kelompok atau teman sebaya memiliki kekuatan yang luar biasa
untuk menentukan arah hidup remaja. Jika remaja berada dalam
lingkungan pergaulan yang penuh dengan "energi negatif" seperti yang
terurai di atas, segala bentuk sikap, perilaku, dan tujuan hidup remaja
menjadi negatif. Sebaliknya, jika remaja berada dalam lingkungan
pergaulan yang selalu menyebarkan "energi positif", yaitu sebuah
kelompok yang selalu memberikan motivasi, dukungan, dan peluang
untuk mengaktualisasikan diri secara positif kepada semua anggotanya,
remaja juga akan memiliki sikap yang positif. Prinsipnya, perilaku
kelompok itu bersifat menular. Motivasi dalam kelompok (peer
motivation) adalah salah satu contoh energi yang memiliki kekuatan luar
biasa, yang cenderung melatarbelakangi apa pun yang remaja lakukan.
Dalam konteks motivasi yang positif, seandainya ini menjadi sebuah
budaya dalam geng, barangkali tidak akan ada lagi kata-kata "kenakalan
remaja" yang dialamatkan kepada remaja. Lembaga pemasyarakatan
juga tidak akan lagi dipenuhi oleh penghuni berusia produktif, dan di
negeri tercinta ini akan semakin banyak orang sukses berusia muda.
Remaja juga tidak perlu lagi merasakan peer pressure, yang bisa
membuat mereka stres.
Secara teori diatas, remaja akan menjadi pribadi yang diinginkan
masyarakat. Tetapi tentu saja hal ini tidak dapat hanya dibebankan pada
kelompok ataupun geng yang dimiliki remaja. Karena remaja merupakan
individu yang bebas dan masing-masing tentu memiliki keunikan
karakter bawaan dari keluarga. Banyak faktor yang juga dapat memicu
hal buruk terjadi pada remaja. Oleh karena itu dalam kepribadian remaja
(pemuda) perlu ditanamkan adanya kepribadian keberagamaan yang
matang, karena kepada remajalah harapan dan tumpuhan masa depan
dapat diharapkan, “pemudalah yang dicintai Nabi Muhammad saw.
Kebanyakan anggota pasukan beliau adalah para pemuda, dan
kebanyakan penceramah beliau di atas mimbar adalah pemuda. Demikian
pula delegasi beliau, adalah pemuda” (‘aidh al-qarny, 2006: 87). Dalam
Al-qur’an juga disebutkan bahwa pemuda atau remaja akan mendapat
perlindungan dari Allah swt selama mereka ada dijalan yang benar,
dalam Q.S. Al-Kahfi : 13 Allah swt berfirman:
ÇÊÌÈ “ W‰ èd óO ßg»tR÷ŠÎ—ur óO ÎgÎn/tÎ/ (#qãZtB#uä îpu‹÷FÏù öN åkẌÎ)4Èd, ys ø9$Î/ Nèd r't7tR y7 ø‹n=tã È à)tR ß̀ øtªU
“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar.
Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada
Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk”.
Seperti yang telah diuraikan diatas, kelompok remaja merupakan
sekelompok remaja dengan nilai, keinginan dan nasib yang sama.
Contoh, banyak sorotan yang dilakukan publik terhadap kelompok
remaja yang merupakan kumpulan anak dari keluarga broken home.
Kekerasan yang telah mereka alami sejak masa kecil, trauma mendalam
dari perpecahan keluarga, akan kembali menjadi pencetus kenakalan dan
kebrutalan remaja. Tetapi, masa remaja memang merupakan masa
dimana seseorang belajar bersosialisasi dengan sebayanya secara lebih
mendalam dan dengan itu pula mereka mendapatkan jati diri dari apa
yang mereka inginkan. Hingga terlepas dari itu semua, remaja merupakan
masa yang indah dalam hidup manusia, dan dalam masa yang akan
datang, akan menjadikan masa remaja merupakan tempat untuk memacu
landasan dalam menggapai kedewasaan.
2.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Hubungan
Sosial
Perkembangan hubungan sosial khususnya pada remaja tidak
terlepas dari adanya pengaruh-pengaruh yang ada di lingkungan
sekelilingnya, baik itu pengaruh yang berasal dari faktor internal maupun
eksternal dari remaja itu sendiri. Sebagaimana telah banyak dijelaskan
bahwa masa remaja merupakan masa yang rentan akan segala pengaruh
yang ada di sekitarnya dan emosi mereka juga masih labil, baik itu dalam
kehidupannya dalam berperilaku, bergaul, bersosialisasi dan masih
banyak hal lainnya. Tidak terlepas juga mengenai perkembangan sosial
remaja yang pastinya memiliki banyak faktor yang mempengaruhinya,
dalam hubungan sosial tersebut remaja dapat merubah ataupun
menentukan apa yang akan dipilih dan dilakukannya.
Adapuan perkembangan sosial remaja dipengaruhi oleh beberapa
faktor baik intern maupun ekstern, adapun faktor tersebut yaitu: faktor
intern yang meliputi dari keluarga, kematangan anak dan kemampuan
mental terutama emosi dan inteligensi, adapun faktor eksternnya meliputi
status ekonomi keluarga dan tingkat pendidikan. Dari beberapa faktor
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a.
Faktor Intern
1) Faktor Keluarga
Keluarga
merupakan
lingkungan
pertama
yang
memberikan pengaruh dan memiliki andil yang cukup besar
terhadap
berbagai
aspek
perkembangan
anak,
termasuk
perkembangan sosialnya. Keluarga merupakan suatu organisasi
kecil, dimana “dalam organisasi terkecil yang membentuk
bangsa ini, terdapat berbagai instrumen. Instrumen-instrumen itu
harus berfungsi secara sistematik dan organik, baik yang
menyangkut hak maupun kewajiban, guna menopang laju dan
berkembangnya organisasi terkecil tersebut. Jika instrumeninstrumen itu tidak berjalan sebagaimana mestinya, perjalanan
keluarga akan mengalami goncangan yang bisa mempengaruhi
keajegan masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, setiap
anngota yang terlibat di dalamnya, yaitu suami, istri, dan anak
harus mengetahui dan menjalankan hak dan kewajiban mereka
masing-masingsecara fungsional” (Atang Abd Hakim, 2009:
214).
Kondisi dan tata cara kehidupan yang ada dalam
lingkungan keluarga ini merupakan lingkungan yang kondusif
bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma
kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya
keluarga merekayasa perilaku kehidupan budaya anak. Proses
pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak
lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan
bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan
yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.
Dalam lingkungan keluarga, faktor utama yang dapat
menentukan perkembangan anak terlebih lagi dalan hal
perkembanhan daan hubungan sosial adalah peran dari kedua
orang tua. Orang tua adalah sebagai penentu akan dijadikan
seperti apa kehidupan dari anak tersebut, oleh karena itu perlu
ditanamkan sejak dini bahwa pendidikan kepribadian anak
sangatlah penting dan menjadi perhatian khusus yang harus
dilakukan oleh orang tua. Terlebih lagi ketika anak sudah
menginjak ke dalam usia remaja, orang tua harus lebih bisa
mengontrol setiap perbuatan dari anak tersebut, dan ketika anak
tersebut adalah tipe anak yang keras, maka perlu adanya
ketegasan
yang
harus
diterapkan
dalam
memberikan
pengawasan supaya anak menjadi tidak salah arah. Akan tetapi
tegas disini bikan bararti melakukan hal yang berbau kekerasan
fisik, karena hal itu bukan memberikan efek jera tetapi malah
akan menjadikan anak yang bertipe keras dan bahkan berontak
akan semua hal.
2) Kematangan Anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis.
Dalam arti memiliki kemampuan untuk siap menerima segala
sesuatu yang akan terjadi. Untuk mampu mempertimbangan
dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang
lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di
samping itu, kemampuan berbahasa ikut pula menentukan.
Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik
diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah
mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
Ketika remaja sudah memiliki kematangan yang cukup
kuat, maka pendirian yang ada dalam dirinyapun tidak akan
mudah goyah oleh pengaruh yang ada di sekitarnya, remaja akan
semakin kokoh dengan adanya benteng pertahanan yang ada
dalam dirinya baik itu berupa fisik maupun non fisik yang dapat
membantu remaja dalam mengeksplor segala potensi yang
dimilikinya.
3) Kapasitas Mental, Emosi, dan kemampuan Intelegensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal,
seperti
kemampuan
belajar,
memecahkan
masalah,
dan
berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan
berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu
kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan
pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan
keberhasilan dalam perkembangan sosial anak. Sikap saling
pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan
modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan
mudah dicapai oleh remaja yang berkemamapun intelektual
tinggi.
Kemampuan mental dan emosi yang dimiliki oleh anak
jika dapat dikondisikan dengan baik hal ini akan semakin
mempermudah dalam melakukan proses interaksi sosial, terlebih
lagi jika didukung dengan kemampuan intelegensi yang
mumpuni dan menjadi suatu kemampuan yang dapat bermanfaat
baik itu untuk individu maupun soial pada umumnya.
Selain dari beberapa faktor diatas, menurut pandangan
Gunarsa (Agoes Dariyo, 2004: 14) bahwa secara umum ada 2
faktor yang mempengaruhi perkembangan individu (bersifat
dichotomi), yaitu (1) endogen dan (2) exogen.
a. Faktor endogen (nature). Dalam pandangan ini dinyatakan
bahwa perubahan-perubahan fisik maupun psikis dipengaruhi
oleh faktor internal yang bersifat herediter yaitu yang
diturunkan oleh orang tuanya, misalnya: postur tubuh (tinggi
badaan),
sebagainya.
bakat-minat,
kecerdasan,
kepribadian
dan
b.
Faktor
exogen
(nurture).
Pandangan
faktor
exogen
menyatakan bahwa perubahan dan perkembangan individu
sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari luar
diri individu itu sendiri.
c.
Interaksi antara endogen dan exogen. Dalam kenyataannya,
masing-masing faktor tersebut tak dapat dipisahkan. Kedua
faktor itu saling berpengaruh, sehingga terjadi interaksi
antara faktor internal maupun eksternal, yang kemudian
membentuk dan mempengaruhi perkembangan individu.
Dengan demikian, sebenarnya faktor yang ketiga ialah
kombinasi dari kedua faktor itu.
b. Faktor Ekstern
1) Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi
atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan
masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan
sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang
dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “dia
anak siapa?”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial
anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan
norma
yang
berlaku
di
dalam
keluarganya.
Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak
memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh
keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial
anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi
keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status
sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya
dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat
berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari
kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok
elit dengan normanya sendiri.
Oleh karena itu perlu dihilangkan adanya pandangan
ataupun anggapan yang akan mengakibatkan kesenjangan
sebagai akibat dari penilaian berdasarkan status sosial.
Maksutnya
adalah
masyarakat
harus
mampu
untuk
meninggalkan segala status sosialnya ketika berada dalam
suatu lingkungan atau kelompok, hal ini akan membantu
sekaliuntuk menghilangkan adanya kesenjangan sosial antara
satu sama lain. Dalam hubungan sosial tidak perlu
memandang dari keluarga siapakah mereka barasal, akan
tetapi bagaimana caranya kita untuk menerima segala
kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing
individu.
Hal semacam ini sangat perlu ditanamkan kedalam diri
remaja, karena pada dasarnya remaja masih memiliki sifat
yang cenderung memilih-milih atau berkelompok, ketika
mereka merasa asing maka mereka akan menjauh, tetapi
ketika mereka merasa nyaman maka dengan mudah akan
masuk dan diterimanya. Maka sebisa mungkin dalam
melakukan suatu hubungan sosial di kalangan remaja perlu
ditanamkan adanya rasa kenyamanan yang akan membuat
remaja menjadi mudah untuk menerima segala masukan
maupun segala instruksi yang diberikan.
4) Pedidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang
terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian
ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan
sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di
masa yang akan datang. “Pendidikan merupakan suatu proses
terhadap anak didik berlangsung terus sampai anak didik
mencapai pribadi dewasa susila. Proses ini berlangsung
dalam jangka waktu tertentu. Bila anak didik sudah mencapai
pribadi dewasa susila, maka ia sepenuhnya mampu bertindak
sendiri bagi kesejahteraan hidupnya dan masyarakatnya”
(Hasbullah, 2009: 5).
Pendidikan dalam arti luas dapat diartikan bahwa
perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga,
masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku
yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik
yang belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah). Kepada
peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma
lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan
bangsa (nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etika
pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
Pendidikan mengarahkan anak dari yang awalnya
belum tahu menjadi tahu, dari yang belum bisa menjadi bisa,
dan yang terpenting dan utama adalah mencerdaskan anak
baik itu dari segi emosional maupun intelektualnya. Oleh
karena itu pendidikan merupakan faktor terpenting yang
dapat menentukan perilaku anak untuk mengarah kepada
yang baik dan sesuai dengan norma-norma ataupun aturanaturan yang berlaku.
3.
Pengaruh Perkembangan Hubungan Sosial terhadap Tingkah Laku
Perilaku sosial remaja memiliki beberapa aspek yang menjadi
pandangan dalam berbagai macam hal, hubungan sosial remaja pada
umumnya merupakan hasil dari beberapa pangaruh baik itu dari dalam
dirinya sendiri maupun dari faktor lingkungan sekitar. Akan tetapi
kebanyakan perilaku sosial remaja merupakan hasil dari interaksi antara
diri remaja dengan lingkungan yang ada di sekitarnya yang dapat
membawa remaja tersebut terbawa arus yang belum tentu apakah itu baik
atau tidak terhadap diri remaja itu sendiri. “Selama proses sosialisasi
memerlukan dimensi-dimensi penunjang, yaitu emosi, sosial, kognisi,
persepsi, intelektual, dan perilaku individu. Tentu seorang individu akan
menyerap dan mempelajari nilai-nilai, pengetahuan, sikap, motif,
kebiasaan, keyakinan, kebutuhan,
minat
maupun gagasan yang
berkembang dalam lingkungan sosial” (Agoes Dariyo, 2004: 112).
Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori – teori
yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain. Pengaruh
individual yang sering terlihat pada pemikiran remaja, yaitu :
a. Cita-cita dan idealisme yang baik , terlalu menitik beratkan pikiran
sendiri tanpa memikirkan akibat jauh dan kesulitan-kesuliatn praktis.
b. Kemampuan berpikir dengan pendapat sendiri belum disertai
pendapat orang lain. Pencerminan sifat egois dapat menyebabkan
dalam menghadapi pendapat oaring lain, maka sifat ego semakin
kecil sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang semakin baik dan
matang.
4.
Perkembangan Keberagamaan Pada Remaja
Remaja merupakan suatu golongan yang masih rentan dan labil
akan segala sesuatunya, dimana remaja adalah masa peralihan dari anakanak, jika dikatakn dewasa remaja belum mampu dan jika dikatakan
anak-anak remaja sudah lebih dari itu, “anak remaja sebetulnya tidak
mempunyai tempat yang jelas, ia tidak termasuk golongan anak, tetapi ia
tidak pula termasuk golongan orang dewasa atau golongan tua. Remaja
ada diantara anak dan orang dewasa. Remaja masih belum mampu untuk
menguasai fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya” (Siti Rahayu Haditono,
1985: 216).
Seperti halnya kepribadiannya remaja yang masih rentan dan
labil, faktor keberagamaannyapun tidak jauh beda. Jika melihat dari
keberagamaaan remaja masih cenderung mengikuti dan belum bsa
menentukan kenapa remaja beragama. Remaja memeluk suatu agama
ketika sudah mendapat didikan dan arahan dari orang tuanya, ketika
orang tuanya memeluk suatu agama maka remaja pun mengikutinya.
Seperti halnya telah dikatakan oleh Jersild dkk (Siti Rahayu Haditono,
1985:
261), bahwa “biasanya orang beragama, karena orang tuanya
beragama atau menirukan orang tuanya yang beragama”.
Oleh karena itu perlu ditanamkan adanya arahan yang baik
kepada remaja yang pada fase tersebut juga merupakan fase yang tepat
untuk memberikan arahan dan ditanamkan kepribadian dalam diri remaja
terlebih lagi dalam faktor agama. Agama merupakan suatu pegangan
yang menjadi tumpuan dan dasar bagi setiap manusia dalam menjalankan
setiap kehidupannya. Menurut E. K. Nottingham (Ishomuddin, 2002: 51),
“bahwa secara empiris, agama dapat berfungsi di dalam masyarakat
antara lain sebagai (1) faktor yang mengintegrasikan masyarakat; (2)
faktor yang mendisintegrasikan masyarakat; (3) faktor yang bisa
melestarikan nilai-nilai sosial; dan (4) faktor yang bisa memainkan peran
yang bersifat kreatif, inovatif dan bahkan bersifat revolusioner.
Tanpa agama manusia seakan-akan tidak memiliki arah dan
tujuan hidup, akan tetapi dalam agama juga memiliki norma,aturan dan
ajaran-ajaran yang harus dijalankan, diikuti dan dilaksanakan bahkan
sudah menjadi suatu kewajiban bagi setiap pemeluk agama untuk
menjalankan semua kewajiban yang sudah di perintahkan dan menjauhi
segala yang dilarang.
Allah swt telah memerintahkan semua umatnya untuk beribadah,
tidak terkecuali remaja yang notabennya adalah yang sudah diwajibkan
karena pada umumnya menginjak remaja juga sudah memasuki baligh,
jadi sudah menjadi suatu kewajiban bagi remaja untuk senantiasa
menjalankan segala perintah dari Allah SWT. Keberagamaan remaja itu
sendiri dapat terbentu ketika mereka mendapat perhatian penuh dan
arahan dari orang-orang sekitarnya yang selalu memberikan pengaruh
dalam kehidupannya.
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Paparan Data
1.
Gambaran Umum Lokasi
Batas-batas administrasi
Desa Mejing Kecamatan Bandungan berbatasan dengan
Kecamatan Ambarawa di sebelah timur dan Kecamatan Sumowono di
sebelah barat, pada mulanya Bandungan menjadi bagian dari
Kecamatan Ambarawa, akan tetapi pada saat sekarang ini Bandungan
sudah menjadi suatu kecamatan sendiri.
Bandungan adalah sebuah kecamatan baru yang merupakan
pemekaran dari sebagian Kecamatan Ambarawa dan Kecamatan
Jambu. Kecamatan ini merupakan salah satu dari 19 kecamatan di
Kabupaten Semarang. Mejing sendiri merupakan salah satu Desa yang
ada di kecamatan Bandungan.
Kependudukan
Desa Mejing merupakan salah satu Desa yang masih berada
dalam kawasan pegunungan dan pedesaan, Desa Mejing memiliki
jumlah penduduk sebanyak 1026, dengan penduduk laki-laki
berjumlah 522 dan penduduk perempuan sebanyak 504. Kemudian
semua itu masuk ke dalam jumlah kepala keluarga sebanyak 265 dan
dengan 204 rumah yang dimilikinya. Mayoritas pekerjaan dari
penduduknya adalah sebagai petani.
Geografi
Mejing Bandungan adalah sebuah Desa di Kecamatan
Bandungan Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah yang
sekaligus menjadi ibu kota kecamatan. Bandungan terletak di sebelah
selatan kota semarang dapat ditempuh dari arah Semarang,
Temanggung, Boja, Ambarawa. Kondisi alamnya berupa pegunungan
dengan udara yang sejuk dan pemandangan yang indah di semua
penjuru jalan menuju kesana. Bandungan dijadikan sebagai salah satu
andalan wisata alam di Kab. Semarang yang menyajikan wisata alam,
hiburan, kuliner dan sebagainya yang didukung potensi wisata
disekitarnya yaitu candi gedong songo dan mata air umbul sidomukti.
Karena kondisi alamnya yang nyaman itulah maka Bandungan sangat
cocok untuk dijadikan tempat peristirahatan, melepaskan penatnya
kesibukan dan untuk sarana hiburan yang lain.
2.
Latar Belakang Didirikannya Jamaah Shalawat (Pecinta Rasul)
Jama’ah Shalawat (Pecinta Rasul). Itulah nama jama’ah
shalawat yang saat ini dikenal oleh masyarakat Desa Mejing Kec.
Bandungan. Jama’ah shalawat ini tidak langsung berdiri begitu saja,
ada berbagai macam tahapan dan masa-masa transisi yang kemudian
menjadikan jama’ah shalawat ini memiliki nama Jama’ah shalawat
(Pecinta Rasul). Pada tahun 80-an di mana Desa Mejing merupakan
desa yang menjadi salah satu pusat shalawat dari beberapa Desa
bahkan dalam satu Kecamatan yang dulunya masih dalam Kecamatan
Ambarawa, pada masa itu dalam Desa Mejing memiliki beberapa
ulama yang menjadi motor utama dari adanya jama’ah shalawat ini
yang pada masanya dinamakan dengan kegiatan Berjanjenan.
Di dalam Desa Mejing ini terdapat dua tokoh Agama yang
sangat dikenal bukan hanya dalam ruang lingkup desa Mejing, akan
tetapi merambah ke Desa lain bahkan sampai Kecamatan. Dua tokoh
ini adalah Kyai Damsuki dan Kyai Ahmad Khudhori, dua tokoh ini
memperkenalkan jama’ah shalawat secara umum dengan melakukan
jama’ah berjanjen dengan menggunakan pedoman kitab Nashor yang
isinya adalah mengenai riwayat, risalah Nabi Muhammad saw. Seiring
berjalannya waktu, kemudian di Desa mejing kedatangan salah satu
tokoh Agama yakni Kyai Khusnan yang kemudian melakukan
perkembangan menyangkut adanya kegiatan shalawat berjanjen ini.
Dalam masa transisi ini Kyai Khusnan membawa
kitab Dhiba’
sebagai bahan dalam kegiatan berjanjen ini.
Setelah masa Kyai Damsuki, Kyai Ahmad Khudhori dan
Kyai Khusnan berjalan, kemudian beralih lagi atau mengalami masa
transisi lagi ketika Habib Thahir datang ke Desa Mejing dengan
membawa kitab Burdah kedalam kegiatan jama’ah shalawat atau
berjanjen. Dari ketiga kitab tersebut, yakni Nashor, Dhiba’ dan burdah
ketiganya merupakan kitab karangan dari Imam Hasan Abu Syairi.
Setelah itu berjalanlah kegiatan berjanjen dengan menggunakan
berbagai macam kitab yang digunakan yang awalnya adalah dari
beberapa tokoh Islam yang membawa dan mengembangkan jama’ah
shalawat (berjanjen) di Desa Mejing.
Pada awal mulanya jama’ah shalawat ini berasal dari salah
satu kelompok rebana yang disebut dengan “Nurul Dholam”, yaitu
salah satu kelompok rebana yang didirikan di suatu pondok Pesantren
Al-Khusnan yaitu pondok pesantren yang didirikan oleh Kyai
Khusnan yang ada di Desa Mejing. Kemudian setelah sekian lama
vakum,
muncul
adanya
kegiatan
jama’ah
shalawat
yang
beranggotakan warga masyarakat Desa Mejing, meskipun hanya
sebagian kecil pengikutnya. Akan tetapi, meskipun hanya sebagian
kecil jama’ah shalawat ini dapat berlangsung dengan memiliki
kegiatan secara rutin.
Pada awalnya kegiatan shalawat ini masih berjalan dengan
sederhana dan apa adanya, kemudian beberapa dari anggota shalawat
ini menemukan suatu ide untuk menggunakan peralatan rebana yang
dulunya dari anggota rebana Nurul Dholam yang saat itu sudah lama
vakum. Dari situlah dimulai dengan adanya penggabungan antara
jama’ah shalawat dengan menggunakan iringan musik rebana sebagai
pelengkap dari kegiatan shalawat tersebut. Setelah kegiatan itu sudah
berjalan lama, kemudian kegiatan tersebut diubah namanya menjadi
“Jama’ah Maulid”. Dan seiring berjalannya waktu kegiatan tersebut
semakin berkembang terlebih lagi setelah bergabungnya Habib
Muhammad Umar Idrus bin Habib Thohir bin Habib Umar bin
Abdurrahman Asy Syegaf yang menjadi magnet dari adanya jama’ah
maulid ini.
Setelah kedatangan beliau, makin lama perkembangan
jama’ah maulid menjadi semakin pesat dan dikenal oleh masyarakat.
Kemudian dari situlah keadaan jama’ah maulid diubah namanya
menjadi Jama’ah Shalawat
(Pecinta Rasul).
Dimana dengan
kewibawaan beliau yang begitu besar dapat merangkul masyarakat
dari berbagai kalangan dan golongan baik itu dari kalangan orang tua
maupun muda. Kegiatan shalawat yang pada awalnya hanya
sederhana, kemudian dirubah dengan sentuhan yang begitu dingin dan
ringan untuk didengarkan. Sehingga menarik masyarakat untuk
mengikuti jama’ah shalawat ini. Dalam jama’ah shalawat ini, kitab
yang digunakan adalah kitab shalawat Buduroh yakni salah satu kitab
shalawat yang berisikan riwayat Rasulullah SAW karangan dari AlHabib Al-Imam Al-Allamah Ali bin Muhammad bin Husain AlHabsyi, kemudian diterbitkan cetakan kedua oleh Habib Anis bin
Alwi bin Ali-Al-Habsyi.
Dalam shalawat ini, tidak hanya dilakukan dengan
membaca kitab Buduroh itu saja akan tetapi juga dikolaborasikan
dengan menggunakan alunan iringan rebana model Banjar yang
menggunakan terbang sebagai alat musiknya. Peralatan musik yang
pada awalnya hanya berasal dari anggota Nurul Dholam kemudian
makin bertambah dengan peralatan terbang yang lain. sampai saat ini,
jama’ah shalawat tersebut sudah mulai dikenal sampai keluar Desa
bahkan sampai Kecamatan dan sering juga untuk diundang ke lain
daerah.
Itulah sejarah singkat dari keberadaan jama’ah shalawat
(Pecinta Rasul) yang sampai saat ini masih berjalan dan semakin
bertambah anggotanya yang pada awal mulanya hanya berasal dari
suatu jama’ah shalawat kecil kemudian menjadi jama’ah shalawat
yang sampai saat ini sudah memiliki puluhan jama’ah yang ikut serta
dalam jama’ah ini.
3.
Tujuan Adanya Jamaah Shalawat (Pecinta Rasul)
Seperti halnya dalam suatu kegiatan yang ada baik itu
dalam suatu lembaga ataupun masyarakat, kegiatan jama’ah shalawat
(Pecinta Rasul) pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai, terlebih lagi
dalam hal melakukan pendekatan kepada Allah SWT. “Tiap tindakan
yang dilakukan oleh Muslim, wajiblah menurut atau sesuai atau tidak
bertentangan dengan suruhan (syari’at) Allah. Jadi ia berlaku-berbuat
karena Allah. Tetapi akibat, hasil atau hikmah tindakannya itu
dinikmati atau dimanfaatinya sendiri. Jadi manusia berlaku-berbuat
untuk dirinya sendiri. Bertemulah kita dengan hukum asas yang
mendasari tiap laku-perbuatan Muslim: karena Allah, untuk manusiaí”
(Sidi Gazalba, 1976: 111).
Oleh karena itu, perlu adanya suatu tujuan yang jelas akan
setiap perbuatan yang akan dilakukan. Seperti halnya tujuan yang
dimiliki pada jama’ah shalawat (Pecinta Rasul) dimana merupakan
salah satu pedoman bagi setiap jama’ahnya untuk mewujudkan dari
visi-missi yang ada. Kemudian dari beberapa tujuan tersebut adalah
sebagai berikut:
a.
Ibadah
Dalam jama’ah shalawat ini bertujuan untuk melakukan
ibadah yang semata-mata dilakukan untuk mendapatkan limpahan
rahmat dari Allah SWT. Seperti halnya takdir dari manusia
diciptakan adalah hanya untuk beribadah kepada Allah swt. Allah
menciptakan manusia tidak terkecuali adalah hanya semata-mata
untuk menyembah dan beripadah kepada Allah SWT. Seperti
halnya telah dikatakan dalam Q.S. Adz-Dzariyat: 56, Allah
berfirman:
ÇÎÏÈ Èb r߉ ç7÷èu‹Ï9 žw Î)}§ RM} $#ur £̀ Ågø:$#àM ø)n=yz $tBur
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku”.
“Ibadah dalam syari’ah Islam mempunyai dua posisi.
Posisi pertama sebagai kewajiban, karena titah ibadah itu berasal
dari Allah SWT. Yang aturannya wajib diikuti secara apa adanya,
dan manusia tidak berhak membuat aturan sendiri tentang tata
cara ibadah. Posisi kedua dipandang sebagai kebutuhan, karena
pelaksanaan ibadah pada dasarnya memenuhi hajat hidup manusia
yang mempunyai pengaruh positif dan dapat menjaga eksistensi
manusia sebagai makhluk unik yang menerima amanah dari Allah
SWT” (Muhaimin, 2005: 292).
Maka dari itulah dalam jama’ah shalawat ini juga
bertujuan untuk senantisa beribadah kepada Allah SWT. “Dasar
‘ibadah adalah kenyataan bahwa manusia adalah makhluk Allah
dan karenanya adalah juga budak Allah, Pencipta dan Raja,
kepada
siapa
manusia
ditakdirkan
untuk
kembali.
Jadi
berpalingnya manusia kepada Allah, dalam komuni yang intim,
penuh hormat, dan dalam semangat pengabdian serta penyerahan
yang rendah hati, disebut ‘ibadah” (Khursid Ahmad, 1983:126).
Meskipun shalawat merupakan suatu ibadah yang dalam
hukumnya adalah sunnah, akan tetapi semua itu tidak menutup
kemungkinan agar kita selalu ingat kepada Rasulullah dan
mengetahui betapa begitu besarnya pengorbanan dan pengabdian
beliau kepada umatnya dalam mengembangkan ajaran Agama
Islam dan supaya mereka senantiasa berada di jalan yang diridhoi
dan mendapatkan rahmat dari Allah SWT.
b. Syi’ar Islam
Dalam kaitannya dengan istilah Syi’ar Islam, maka dapat
diartikan bahwa dalam jama’ah shalawat ini mengutamakan
adanya syi’ar atau dakwah islamiyah yang berusaha mengajak
setiap umat islam yang khususnya ada di Desa Mejing ini untuk
bersama-sama mewujudkan supaya syiar Islam agar tidak pernah
mati dan berhenti begitu saja. Dalam artian bahwa mengajak
masyarakat untuk bersama-sama menjalankan ibadah dan
bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Syi’ar disini bukan diartikan sebagai paksaan kepada
masyarakat untuk mengikuti jama’ah shalawat ini, akan tetapi
memberikan suatu pandangan bahwa shalawat merupakan suatu
ibadah yang amat sangat besar manfaatnya baik itu dalam
kehidupan maupun lain sebagainya. Oleh karena itu syi’ar disini
berupaya untuk memberikan sentuhan kepada setiap individu
supaya dapat terpanggil dalam dirinya untuk kemudian ikut dalam
jama’ah shalawat ini.
c.
Ukhuwah Islamiyah
Dalam jama’ah shalawat ini juga mengandung unsur
Ukhuwah Islamiyah, yaitu menjalin persaudaraan antar sesama
umat Islam. Persaudaraan antar sesama muslim sangatlah
diperlukan dalam kaitannya kita hidup sebagai makhluk sosial
yang tidak bisa lepas dari orang lain. Hal semacam ini juga dapat
diartikan sebagai menjalin tali silaturrahmi yang secara terusmenerus tidak akan terputus.
Dalam kaitannya dengan apa yang disebut dengan istilah
Ukhuwah Islamiyah, dalm jama’ah shalawat ini juga memiliki
istilah “Siapa kenal siapa?” yaitu dalam jama’ah shalawat ini
ditekankan untuk saling mengenal satu sama lain. Hal ini
dilakukan karena pada dasarnya manusia hidup itu tidak misa
lepas dari manusia lainnya, meskipun dengan manusia lainnya
terkadang menimbulkan adanya konflik, akan tetapi hal itulah
yang bisa memberikan kita acuan atau suatu usaha untuk suatu
kebaikan. Manusia tidak akan pernah lepas dari adany masalah,
akan tetapi tinggal bagaimana cara kita untuk menghadapi dan
menyelesaikan masalah tersebut. Meskipun kita menutup diri di
dalam rumah atau kamar semua itu tidak dapat mencegah atau
menghilangkan masalah yang akan kita miliki, manusia yang
hidup secara individualpun juga pasti memiliki masalah, oleh
karena itu akan lebih baik jika kita mau untuk berbagi satu sama
lain dan perlahan-lahan satu per-satu dari masalah kita akan dapat
terselesaikan.
d. Syafa’at Rasulullah SAW.
Syafa’at
berasal dari kata asy-syafa’ (ganda)
yang
merupakan lawan kata dari Al-witru (tunggal), yaitu menjadikan
sesuatu yang tunggal menjadi ganda, seperti membagi satu
menjadi dua, tiga menjadi empat, dan sebagainya. Ini pengertian
secara bahasa. Sedangkan secara istilah, syafa’at berarti menjadi
penengah bagi orang lain dengan memberikan manfaat kepadanya
atau menolak mudharat, yakni pemberi syafa’at itu memberikan
manfaat kepada orang itu atau menolak mudharatnya.
Syafaat terdiri dari dua macam: Pertama , Syafaat yang
didasarkan pada dalil yang kuat dan shahih, yaitu yang ditegaskan
Allah SWT dalam Kitab-Nya , atau dijelaskan Rasulullah. Syafaat
tidak diberikan kecuali kepada orang-orang yang bertauhid dan
ikhlas.
Syafaat mempunyai tiga syarat:
1) Allah meridhai orang yang memberi syafaat.
2) Allah meridhai orang yang diberi syafaat.
3) Allah mengizinkan pemberi syafaat untuk memberi syafaat.
Syarat-syarat di atas secara global dijelaskan Allah
dalam firman-Nya;
b r& ω ÷èt/ .̀ ÏB žw Î)$º«ø‹x© öN åkçJyè»xÿx© ÓÍ_øóè? Ÿw ÏN ºuq»yJ ¡ 9$# ’Îû7 n=B̈ ` ÏiB /x.ur
#ÓyÌ ötƒur âä!$t± o„` yJ Ï9 ª! $#tb sŒù'tƒ
“Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka
sedikitpun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi
orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya).” (Q. S. An- Najm:26)
Agar syafaat seseorang diterima, maka harus memenuhi
ketiga syarat di atas. Menurut penjelasan para ulama, syafaat yang
diterima, dibagi menjadi dua macam:
1) Syafaat umum. Makna umum, Allah mengizinkan kepada
salah seorang dari hamba-hamba-Nya yang shalih untuk
memberikan syafaat kepada orang-orang yang diperkenankan
untuk diberi syafaat. Syaaat ini diberikan kepada Nabi
Muhammad saw, nabi-nabi lainnya, orang-orang jujur, para
syuhada, dan orangorang shalih. Mereka memberikan syafaat
kepada penghuni neraka dari kalangan orang-orang beriman
yang berbuat maksiat agar mereka keluar dari neraka.
2) Syafaat khusus, yaitu syafaat yang khusus diberikan kepada
Nabi Muhammad saw dan merupakan syafaat terbesar yang
terjadi pada hari Kiamat. Tatkala manusia dirundung
kesedihan dan bencana yang tidak kuat mereka tahan, mereka
meminta kepada orangorang tertentu yang diberi wewenang
oleh Allah untuk memberi syafaat. Mereka pergi kepada Nabi
Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa. Tetapi mereka semua
tidak bisa memberikan syafaat hingga mereka datang kepada
Nabi saw, lalu beliau berdiri dan memintakan syafaat kepada
Allah, agar menyelamatkan hamba-hamba-Nya dari adzab
yang besar ini. Allah pun memenuhi permohonan itu dan
menerima syafaatnya. Ini termasuk kedudukan terpuji yang
dijanjikan Allah di dalam firman-Nya :
$YB$s)tB y7 •/u‘ y7 sWyèö7tƒ b r&#Ó|¤ tã y7 ©9 \'s#Ïù$tR ¾ÏmÎ/ ô‰ ¤f ygtFsù È@ ø‹©9$#z̀ ÏBur
#YŠqßJ øt¤C
“Dan pada sebagian malam hari bersembahyang tahajudlah
kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-
mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang
terpuji.” (Q. S. Al-Israa’:79)
Di antara syafa’at khusus yang diberikan kepada
Rasulullah Saw adalah syafa’atnya kepada penghuni syurga
agar mereka segera masuk surga, karena penghuni surga
ketika melewati jembatan, mereka diberhentikan di tengah
jembatan yang ada di antara surga dan neraka. Hati sebagian
mereka bertanya-tanya kepada sebagian lain, hingga akhirnya
mereka bersih dari dosa. Kemudian mereka baru diizinkan
masuk surga. Pintu surga itu bisa terbuka karena syafaat Nabi
saw.
Kedua, Syafa’at
batil
yang
tidak
berguna
bagi
pemiliknya, yaitu anggapan orang-orang musyrik bahwa tuhantuhan mereka dapat memintakan syafa’at kepada Allah. Syafa’at
semacam ini tidak bermanfaat bagi mereka seperti yang
difirmankan-Nya;
tûüÏèÏÿ»¤± 9$#èpyè»xÿx© óO ßgãèxÿZs? $yJ sù
“Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat dari orang-orang
yang memberikan syafaat.” (Q. S. Al-Mudatstsir : 48)
Demikian itu karena Allah tidak rela kepada kesyirikan
yang dilakukan oleh orang-orang musyrik itu dan tidak mungkin
Allah memberi izin kepada para pemberi syafaat itu, untuk
memberikan syafaat kepada mereka; karena tidak ada syafaat
kecuali bagi orang yang diridhai Allah. Allah tidak meridhai
hamba-hamba-Nya yang kafir dan Allah tidak senang kepada
kerusakan.(http://majalahtauhid.wordpress.com.syafaatrasulullahsaw. 13/3/2012).
Seperti halnya telah kita ketahui bahwa Rasulullah SAW
adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT sebagai
makhluk yang paling mulia dan sempurna di dunia ini. Tidak
seperti manusia pada umumnya yang diciptakan oleh Allah SWT,
Rasulullah memiliki Nur yang diciptakan sebelum Allah SWT
menciptakan semua makhluk yang ada di dunia ini, itu
dikarenakan
karena
begitu
mulianya
Rasulullah
SAW.
“Muhammad sebagi ekspresi “ilmu” yang sedang bekerja menuju
kebudayaan adiluhung masih tetap hidup saat ini, di mana
individu-individu dapat berkembang. Maka, ada semacam
metamorfosa
berkesinambungan
pada
individu
di
bawah
kekuasaan nabi” (Amin Abdullah, 2002: 79).
Oleh karena itu manusia yang ada di dunia ini pasti
berharap dan menjadi sangatlah wajar jika kita menantikan dan
mengharapkan syafa’at yang dimiliki oleh Rasulullah saw. Begitu
halnya dalam jama’ah shalawat ini yang memiliki tujuan untuk
senantiasa mengharapkan syafa’at dari Rasulullah SAW supaya
kita mendapatkan perlindungan besok pada hari akhir yang hanya
syafa’at beliaulah yang dapat menolong kita dari belenggu api
neraka. Kemudian dengan membaca shalawat kita juga dapat
mengingat jasa-jasa beliau yang telah menyebarkan agama Islam
ke seluruh dunia termasuk kepada kita. Ingat juga pada sifatsifatnya yang luhur budi, penyabar dan rendah hati. Sikapnya
yang tegas menyebarkan dakwah Islam patut kita teladani.
4) Unsur-Unsur Dalam Jama’ah Shalawat (Pecinta Rasul)
Dalam jama’ah shalawat yang ada di Desa Mejing ini
memiliki beberapa unsur-unsur yang ada di dalamnya. Unsur-unsur
tersebut merupakan gambaran dari beberapa nilai yang terkandung
dalam kegiatan tersebut, adapun unsur-unsur tersebut adalah sebagai
berikut:
a.
Unsur Keagamaan
Unsur keagamaan yang dimaksut adalah bahwa dalam
kegiatan jama’ah shalawat ini tidak terlepas dari adanya unsur
yang mengarah kepada kegiatan keagamaan, secara langsung
sudah jelas bahwa dalam kegiatan jama’ah shalawat ini
mengutamakan ibadah yang ditujukan untuk mendapatkan
syafa’at Rasulullah dan rahmat dari Allah SWT. Dalam kegiatan
ini, seperti halnya ketika melakukan kegiatan keagamaan lainnya
yang didasarkan untuk berbuat kebaikan.
Kegiatan shalawat ini menekankan dengan adanya unsur
beribadah kepada Allah SWT dengan menjalankan salah satu
kegiatan yang pada intinya adalah melakukan membaca riwayat
Nabi yang kemudian disertai membaca sya’ir dan puji-pujian atas
Rasulullah SAW. Dengan mengikuti jama’ah shalawat ini,
diharapkan agar bisa mengingatkan kita untuk selalu membaca
shalawat (doa keselamatan untuk Nabi) karena membaca shalawat
mengandung manfaat dan keutamaan.
b. Unsur Kesenian
Dalam shalawat
ini dikatakn
mengandung
unsur
kesenian karena dalam pelaksanaan kegiatan shalawat ini bukan
hanya bershalawat saja, akan tetapi juga diiringi dengan adanya
alunan tabuhan terbang (rebana). Terbang merupakan suatu alat
musik yang berasal dari Madinah yang dimana pada awal
mulanya digunakan sebagai alat pengiring ataupun suatu kesenian
yang ada. Seperti halnya dengan berbagai macam jenis musik dan
alirannya, iringan terbang juga dapat terbagi kedalam bermacammacam jenis dan alirannya. Beberapa macam diantaranya ada
yang disebut dengan aliran terbang Salafi dan ada juga yang
disebut dengan model aliran Banjari, model Salafi merupakan
suatu macam iringan terbang yang klasik atau sudah ada dari
dulu, kemudian model iringan terbang Banjari merupakan model
iringan terbang yang bersal dari kawasan Banjar (Banjarmasin),
maka dari itulah dinamakan juga dengan sebutan iringan terbang
Banjari. Dalam jama’ah shalawat ini, model iringan terbang yang
dipakai adalah model Banjari.
Dari peralatan iringan musik terbang inilah yang dapat
dijadikan sebagai salah satu unsur kesenian yang bukan hanya
digunakan sebagai pengiring dalam setiap shalawat yang
dilantunkan, akan tetapi juga dapat digunakan sebagai salah satu
sarana yang dapat menarik masyarakat untuk dapat mengikuti
jama’ah shalawat ini setelah mendengar alunan shalawat yang
merdu dengan diiringi oleh tabuhan suara terbang.
B. Temuan Penelitian
1. Jama’ah Shalawat (Pecinta Rasul) Dalam Pandangan Masyarakat
Menurut pandangan dari masyarakat, dengan keberadaan
kegiatan jama’ah shalawat (Pecinta Rasul) yang ada di Desa
Mejing sangatlah memberikan efek yang positif. Masyarakat
sangat merespon dengan adanya kegiatan shalawat saat ini,
terlebih lagi ketika melihat dari manfaat yang diberikan bagi
masyarakat, dalam hal ini masyarakat merasakan perubahan yang
begitu berarti dan sangat signifikan. Maksutnya adalah bahwa
jama’ah sahalawat tersebut telah memberikan manfaat dalam
masyarakat baik itu dari intern maupun eksternnya.
Dari internnya dapat terlihat bahwa dalam Desa Mejing
memiliki
salah
satu
kegiatan
keagamaan
yang
dapat
mempersatukan umat baik itu dari berbagai kalangan yang ada
maupun dari komponen masyarakatnya. Selain itu juga dari
eksternnya adalah dengan adanya jama’ah shalawat yang
sekarang sudah merambah ke tingkat kelurahan dan bahkan
sampai tingkat kecamatan, dapat memberikan pandangan kepada
khalayak umum bahwa Desa Mejing juga memiliki andil yang
cukup besar dalam pengembangan kegiatan keagamaan yang ada
di wilayah Kecamatan Bandungan pada umumnya.
2. Pengaruh Terhadap Masyarakat
Dengan adanya jama’ah shalawat ini, memiliki andil yang
cukup besar dalam mempengaruhi, mengarahkan ataupun membawa
baik itu dari segi pandangan masyarakat maupun kehidupan dalam
lingkungan masyarakat itu sendiri. Dengan adanya kegiatan ini,
masyarakat Mejing pada khususnya yang dalam segi keagamaannya
menjadi semakin terarah. Karena seperti halnya telah dikemukakan
bahwa salah satu tujuan dari jama’ah tersebut adalah mengutamakan
dari adanya kegiatan yang mengarah untuk dakwah Islamiah.
Hal ini dilakukan karena pada saat itu keadaan Desa Mejing
yang dikatakan dan dikenal oleh
masyarakat luas adalah sebagai
pusatnya shalawat sedang carut marut. Banyak komponen yang
bercerai berai, terlebih lagi dengan adanya pengaruh partai yang ada
pada saat itu. Akan tetapi Setelah adanya jama’ah shalawat ini, setiap
komponen masyarakat yang awal mulanya berbeda dan cenderung
carut-marut menjadi semakin terarah. Memang pada awalnya sangat
sulit untuk memasukkan image atau pandangan yang baik terhadap
keberadaan jama’ah shalawat ini. Akan tetapi, dengan perjuangan dan
ketelatenan dari setiap anggota jama’ah shalawat yang ingin
memperbaiki dan mengangkat derajat atau mengembalikan pandangan
masyarakat terhadap keberadaan Desa Mejing yang kondisinya lagi
terpuruk, hal ini akhirnya dapat terwujud meskipun tidak terlepas dari
adanya cobaan yang bermacam-macam dan pastinya tidak lepas dari
adanya pro-kontra yang ada.
3. Pengaruh Terhadap Pergaulan Sosial Remaja
Kaitannya dalam hubungan sosial remaja yang ada di
lingkungan Desa Mejing, kegiatan ini memilki peran dan pengaruh
yang cukup besar terlebih lagi ketika mengacu pada kehidupan sosial
kaum remaja yang ada saat ini banyak mengarah kepada perbuatanperbuatan negatif dan cenderung menyimpang dari aturan maupun
syari’ah agama Islam. Selain itu pengaruh yang terlihat cukup besar
khususnya bagi kalangan remaja adalah dengan kegiatan tersebut
remaja yang awal mulanya tidak memiliki kegiatan yang bersifat
keagamaan dapat dirangkul dan diajak untuk ikut serta dalam kegiatan
shalawat ini.
Akan tetapi semua itu tidak mudah, tidah semua remaja
mau ikut serta dalam kegiatan ini. Terlebih lagi ketika melihat pada
kenyataan yang ada bahwa remaja sekarang ketika diajak untuk hal
yang bersifat religius akan cenderung menolak. Jangankan untuk
kegiatan yang bersifat tambahan atau sunnah seperti halnya kegiatan
shalawat semacam ini, untuk melakukan kegiatan keagamaan yang
sifatnya wajibpun seperti halnya shalat, puasa sudah semakin sulit
untuk diwujudkan.
Setelah adanya jama’ah shalawat ini, sedikit demi sedikit
dapat memberikan perubahan yang lebih positif. Terlebih lagi ketika
remaja yang awalnya sulit dan bahkan menolak, dengan adanya
jama’ah shalawat ini sekarang menjadi simpati dan bahkan sudah mau
untuk ikut serta dalam jama’ah shalawat. Dari adanya jama’ah ini,
juga dapat memberikan efek yang positif terhadap kehidupan sosial
para remaja yang awalnya hanya nongkrong, kumpul-kumpul yang
tidak jelas tujaunnya, sekarang kehidupan mereka dapat diubah
menjadi lebih baik dari sebelumnya.
4. Remaja Dalam Jamaah Shalawat (Pecinta Rasul)
Dalam jama’ah shalawat (pecinta Rasul) ini, jama’ahnya
merata dari tiap golongan ada. Tidak seperti biasanya dimana kegiatan
yang mengarah kepada keagamaan atau religi itu identik dengan kaum
tua, akan tetapi dalam jama’ah ini terdapat bermacam-macam
golongan baik itu tua maupun muda. Begitu pula dengan remaja,
dalam jama’ah shalawat ini remaja tentunya tidak kalah akan halnya
semangat yang dimilikinya. Meskipun tidak semua remaja yang ada di
Desa Mejing ikut, akan tetapi setidaknya sudah banyak remaja yang
sadar dan merasakan pengaruh yang positif dari adanya jama’ah
shalawat yang ada saat ini.
Remaja memiliki peran sebagai penerus dan harapan dari
semua komponen yang ada. Karena remaja merupakan suatu bagian
dari masyarakat yang masih sangat dibutuhkan. Jika remaja sudah
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat, maka kehidupan
dari warga masyarakat yang ada akan semakin baik dan keresahankeresahan yang ada mengenai kehidupan remaja yang semakin
cenderung awut-awutan akan terhapuskan. Maka dari itulah kegiatan
dari jama’ah shalawat yang seperti inilah yang sangat dibutuhkan,
karena bukan hanya mementingkan keperluan pribadi golongan saja
akan tetapi juga merambah kepada kpentingan umum baik itu dari segi
kemasyarakatan maupun dalam hal membimbing remaja kearah yang
sesuai dengan syari’at dan tuntunan Agama Islam.
BAB IV
PEMBAHASAN
Kumpulan data yang dianalisa dalam skripsi ini bersumber dari hasil
wawancara dengan beberapa pengurus dari Jama’ah shalawat (Pecinta Rasul) dan
sebagian masyarakat Desa Mejing yang kemudian dilengkapi dengan dokumendokumen yang ada. Mengacu pada fokus penelitian ini, maka penulis akan
menyajikan berikut dari analisis data dan secara sistematis tentang keberadaan
jama’ah shalawat (Pecinta Rasul) beserta dengan hubungan sosial kaum remaja
yang ada di dalamnya.
Keberadaan dari adanya jama’ah shalawat yang ada di Desa Mejing
merupakan
salah
satu
fenomena
dari
berkembangnya
ragam
kegiatan
keberagamaan yang ada saat ini. Kegiatan ini megacu kepada asas religius yang
menekankan kepada kegiatan ibadah dan pendekatan diri kepada Allah SWT.
“Bila di hati merasakan kepedihan cinta Allah, maka iapun terbebas dari
tumpukan kesedihan dan kedukaan lainnya di dunia dan sepenuhnya tenggelam
dalam memikirkan Sang Kekasih Hakiki, serta menemukan kedamaian dan
kesenangan di dalamnya” (Mir Valiuddin, 1996: 193). Hal inilah yang berusaha
untuk diwujudkan dalam jama’ah shalawat ini, yaitu melakukan pendekatan
kepada Allah dengan jalan mencurahkan segala pujian kepada kekasih-Nya yaitu
Rasulullah SAW. Dalam kegiatan tersebut memiliki beberapa acuan tujuan yang
dijadikan sebagai pedoman dalam mewujudkan kegiatan ini. Kemudian dalam
analisis dari skripsi ini, lebih ditekankan dari adanya hubungan sosial dari kaum
remaja yang ada di jama’ah shalawat tersebut dengan melihat pada kondisi dan
keprihatinan masyarakat dari adanya perkembangan kehidupan sosial masyarakat
khususnya remaja yang semakin mengkhawatirkan.
Dalam pelaksanaan kegiatan yang ada dalam jama’ah shalawat ini,
berlangsung kegiatan rutinan yang dilaksanakan beberapa hari dalam seminggu,
dalam kegiatan ini juga sering disebut juga dengan kegiatan shalawat maulid atau
dalam masyarakat desa Mejing juga dinamakan dengan sebutan kegiatan
berjanjen. Yaitu intinya membaca riwayat Nabi Muhammad SAW yang disertai
dengan iringan musik terbang atau rebana. Dalam mengiringi shalawat terdapat
beberapa macam aliran atau modelnya, dan yang dipakai dalam shalawat ini
adalah aliran terbang Banjari dengan menggunakan kitab Buduroh.
Aliran terbang Banjari merupakan salah satu model dari beberapa aliran
alunan terbang yang ada. Selain Banjari ada juga aliran terbang Salafi atau disebut
juga dengan model aliran klasik. Kenapa disebut Banjari, karena aliran terbang ini
bersasal dan dibawa dari daerah Banjarmasin. Maka dari itu disebut dengan
sebutan Banjari atau Banjar. Kemudian istilah kitab Buduroh merupakan salah
satu kitab yang sering digunakan dalam kegiatan shalawat yang isinya adalah
mengenai riwayat dan risalah dari Nabi Muhammad SAW. Selain kitab Buduroh
masih ada banyak kitab yang isinya tentang riwayat Nabi Muhammad SAW yaitu
misalnya kitab Nashor, kitab dhiba’ dan kitab Burdah. Semua kitab tersebut
berisikan tetntang riwayat Nabi Muhammad SAW yang sering di baca dalam
kegiatan shalawatan.
Kegiatan dalam djama’ah shalawat ini, disamping dapat mewujudkan
terbentuknya aspek religius, juga diperkaya dengan adanya pengaruh dari unsurunsur atau nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai keagamaan yang
dianggap paling penting dapat diterapkan dan tidak lupa ditambah dengan unsur
kesenian yang dapat dijadikan sebagai daya tarik tersendiri dari keberadaan
jama’ah shalawat ini.
Selanjutnya, kaitannya dalam hubungan sosial kaum remaja yang ada di
jama’ah shalawat ini, dapat diartikan sebagai salah satu usaha untuk menuntun
dan mengarahkan kaum remaja khususnya yang ada di Desa Mejing untuk menuju
kehidupan yang sesuai dengan tuntunan dan ajaran Islam. Dimana pada kenyataan
yang dapat kita lihat sekarang ini bahwa kehidupan remaja pada umumnya tidak
pernah lepas dari asas modernisasi yang terkadang jika kita tidak jeli untuk
memilahnya maka kita akan terjerumus ke arah yang salah. Jika kita melihat
kehidupan remaja yang kebanyakan masih dalam usia labil dan mudah
terpengaruh, maka ini menjadi suatu masalah penting yang harus diperhatikan.
Salah satu usaha untuk menjaga agar kaum remaja tidak mudah terpengaruh
dengan adanya perkembangan kehidupan saat ini, maka jama’ah shalawat ini juga
dapat dijadikan sebagai solusi untuk senantiasa menjaga dan mengarahkan
kehidupan dari remaja itu sendiri.
Faktor keagamaan menjadi sangat penting ketika remaja dalam usia labil
seperti ini. “Agama adalah suatu keinginan akan suatu cara hidup yang benar dan
keinginan untuk meratakan cara hidup sedemikian, dan keinginan itu adalah
desakan atau tuntutan alam semesta. Dan Agama itu bersifat pribadi dan mengenai
manusia seseorang, tetapi dalam pada itu bersifat universal pula. Agama itu suatu
pengalamam seseorang, tetapi sesuai pula dengan kebutuhan dan keinginan umum
(universal) dari hati manusia” (Mukti Ali, 1996:59).
Karena agama merupakan salah satu faktor penting yang dapat
memberikan arahan kepada remaja dalam melakukan kehidupannya. Karena pa
kenyataannya bahwa “para penganut agama sesuai dengan ajaran agama yang
dipeluknya terkait batin kepada tuntunan ajaran tersebut, baik secara pribadi
maupun secara kelompok. Ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai
norma, sehingga dalam hal ini agama dapat berfungsi sebagai pengawasan sosial
secara individu maupun kelompok karena; pertama, agama secara instansi,
merupakan norma bagi pengikutnya, kedua, agama secara dogmatis (ajaran)
mempunyai fungsi kritis yang bersifat profetis (wahyu,kenabian)”. (Ishomuddin,
2002: 55).
Dalam kehidupan sosialnya, remaja akan cenderung melakukan interaksi
kepada sesama golongannya. Remaja akan sulit masuk kedalam lingkungan yang
tidak sesuai dengan kawasan kehidupannya. Akan tetapi, dalam jama’ah shalawat
ini semuanya dapat terhapuskan, tidak ada kesenjangan yang terjadi meskipun
anggota dari jama’ah shalawat ini beraneka macam kalangan baik iti tua, muda
bahkan anak-anak kecilpun dapat masuk ke dalamnya. Hal inilah yang menjadi
acuan bahwa kegiatan jama’ah shalawat ini dapat menjadi suatu solusi dimana
remaja yang pada umumnya hanya melakukan kegiatan yang semaunya sendiri
menjadi bisa terkontrol dan terkendali dengan adanya penanaman karakter yang
religius.
Dalam membaca shalawat, selain aspek religius yang ditekankan dapat
juga melihat dari isi dari kegiatan shalawat ini, yaitu dengan membaca shalawat
diharapkan agar kita dapat mengetahui perjalanan dari Rasulullah dalam
mengembangkan ajaran Agama Islam dan melihat dari suri tauladan beliau yang
begitu mulia. Teladan inilah yang diharapkan dapat diwujudkan kedalam diri
remaja saat ini. Keteladanan beliau menjadi sumber inspirasi bagi setiap umatnya
dan inilah yang sangat diharapkan supaya dimiliki oleh setiap remaja. Remaja
yang memiliki kepribadian baik diharapkan dapat menjadi pemimpin masa depan
yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Terlebih lagi jika remaja dapat melakukan
perbuatan yang berada di jalan Allah SWT dan senantiasa mengacu pada suri
tauladan dari Nabi Muhammad SAW.
Hubungan sosial kaum remaja yang baik tidak akan pernah terwujud
tanpa adanya dukungan baik itu yang berasal dari dalam maupun dari luar
kehidupannya. Maksutnya adalah bahwa kehidupan dalam diri remaja merupakan
salah satu aspek yang harus diperhatikan, kepribadian remaja merupakan hasil
dari pengaruh yang ada dalam lingkungan masyarakat sekitar. Apabila
kepribadian remaja itu baik, akan tetapi lingkungan pergaulannya cenderung tidak
baik maka tidak menutup kemungkinan bahwa remaja tersebut akan terjerumus ke
dalam perilaku yang negatif. Akan tetapi begitu pula sebaliknya, jika dalam
pribadi remaja tersebut awalnya memiliki kepribadian yang kurang baik, akan
tetapi lingkungan sekitar dan pergaulannya baik, maka perlahan-lahan
kepribadiannya juga akan semakin dapat diperbaiki.
Oleh jarena itu, kehidupan sosial remaja haruslah diisi dengan kegiatan
yang positif. Salah satu langkah atau usaha yang dapat dilakukan adalah seperti
halnya yang ada dalam lingkungan Desa Mejing ini. Yaitu dengan mengajak
kaum remaja ikut serta dalam jama’ah shalawat (Pecinta Rasul) yang dalam
tujuannya selain untuk beribadah tetapi juga dapat membawa pergaulan hubungan
sosial remaja semakin membaik. Di dalam kegiatan jama’ah shalawat ini tidak ada
kesenjangan satu sama lain dan tanpa memandang status yang dimiliki oleh setiap
anggota jama’ahnya, dan inilah yang menjadi salah satu tujuan yang diharapkan
supaya setiap warga masyarakat dapat mengenal shalawat dan lebih termotivasi
untuk memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Dalam jama’ah shalawat (Pecinta Rasul) ini, kaitannya dengan
hubungan
sosial
kaum
remaja,
mereka
memiliki
suatu
rasa
kekeluargaan yang sangat kuat. Karena masing-masing remaja dengan
beberapa karakter dan kepribadian yang dimilikinya, ketika semua
menjadi satu dalam majlis ini, maka antara satu dengan yang lainnya
dapat saling mengisi. Sebagaimana tujuan dari jama’ah shalawat ini
yang berkaitan dengan Ukhuwah Islamiyah yaitu menjalin persaudaraan
antar sesama umat manusia, maka dalam jama’ah shalawat ini
menanggalkan dengan berbagai macam perbedaan maupun egoisitas
baik dalam kepribadian, golongan dan profesi yang disandangnya.
Anggota dalam jama’ah shalawat ini berasal dari berbagai macam
golongan, baik itu orang tua, remaja, dan bahkan anak kecil. Khusus
bagi anggota remajanya juga berasal dari berbagai macam golongan,
baik itu pelajar, maupun remaja lain yang dengan profesinya masingmasing. Akan tetapi hubungan sosial remaja dalam shalawat ini
menjadi semakin erat dengan adanya istilah “Siapa kenal siapa”,
maksutnya adalah bahwa setiap remaja menjadi tahu dan saling
mengenal satu sama lain, bahkan mereka juga mampu mengisi satu
sama lain dan tali silatirahmi yang ada menjadi semakin erat.
2. Dalam hubungan sosial kaum remaja yang ada dalam jama’ah shalawat
ini tidak terlepas akan adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya,
dan faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a. Adanya rasa kekeluargaan: Dalam jama’ah ini dapat tercipta adanya
suasana kekeluargaan yang kuat meskipun setiap remaja memiliki
berbagai macam perbedaan yang ada. Akan tetapi semua itu dapat
disatukan ke dalam satu wadah dan dalam satu kesatuan yang erat
seperti halnya dalam sebuah satu keluarga.
b. Rasa saling memiliki satu sama lain: Dalam jama’ah ini semuanya
adalah sama , semua yang ada di dalamnya adalah milik bersama,
jadi ketika ada suatu kekurangan ataupun kelebihan itu juga
dirasakan bersama-sama dan tidak mementingkan adanya kebutuhan
individu semata.
c. Memiliki tujuan yang sama: Dalam jama’ah shalawat ini semuanya
memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk beribadah kepada Allah
SWT. Maka rasa persatuan dan solidaritasnya dapat terjaga dalam
rangka untuk bersama-sama mencapai tujuan tersebut.
d. Adanya rasa persatuan dan saling menjaga: Tidak adanya
kesenjangan yang dapat menimbulkan adanya perpecahan, tidak
saling menyalahkan satu sama lain. karena yang ada dalam jama’ah
ini selalu dijaga dan baik maupun buruknya juga untuk bersama,
ketika ada salah satu yang sedang membutuhkan maka yang lain
mampu untuk saling mengisi dan melengkapi.
3. Yang menjadi daya tarik tersendiri bagi kaum remaja adalah bahwa
dalam jama’ah shalawat ini bukan hanya kegiatan bershalawat saja,
akan tetapi di dalamnya juga memilikibeberapa unsur yang dapat
menjadi daya tarik tersendiri bagi remaja. Dalam jama’ah shalawat ini
dapat ditemukan adanya unsur kesenian yang menarik, yaitu dengan
adanya perpaduan antara shalawat dengan alunan tabuhan terbang
modern. Selain itu juga adanya salah satu tokoh yang menjadi magnet
tersendiri dalam jama’ah ini, yaitu keberadaan dari Habib Muhammad
Umar Idrus bin Habib Thohir bin Habib Umar bin Abdurrahman Asy
Syegaf. Beliau adalah salah satu tokoh yang dapat memberikan teladan
dan menjadi motivator bagi remaja yang ada di Desa Mejing.
4. Mengenai pendapat masyarakat akan keberadaan jama’ah shalawat ini
juga mendapatkan respon yang sangat baik dari warga Desa Mejing dan
sekitarnya. Karena dengan adanya jama’ah ini keberadaan warga
khususnya remaja yang sebelumnya cenderung carut marut menjadi
dapat semakin membaik dan membawa hasil yang positif. Dan bagi
warga, mereka juga dapat merasakan adanya perubahan yang positif
yang terjadi setelah adanya kegiatan shalawat ini baik itu dilihat dari
faktor intern ataupun eksternnya. Selain itu, jama’ah ini juga dipandang
dapat merangkul dari berbagai macam golongan yang ada, terlebih lagi
kepada remaja yang memang sangat membutuhkan bimbingan dan
arahan yang benar sesuai dengan norma-norma Agama.
B. Saran
Diharapkan studi tentang hubungan sosial kaum remaja di
jama’ah shalawat (Pecinta Rasul) ini, dapat disempurnakan dengan
mengadakan penelitian lebih lanjut dari pembahasan dan topik masalah
yang sudah ada. Sehingga dapat memberikan gaambaran secara lengkap
tentang tradisi keagamaan yang berupa kegiatan shalawat yang sudah
berlangsung. Bukan hanya kegiatan shalawat saja akan tetapi dapat
merambah pada kegiatan keberagamaan lainnya.
Sebagai generasi muda dan menjadi harapan bagi penerus citacita bangsa berkepribadian muslim dan berakhlak yang sesuai dengan
tuntunan syari’ah Islam, maka dengan sendirinya harus mempunyai suatu
kewajiban dan tanggung jawab akan kelangsungan agama, umat maupun
masa depan bangsa. Hal ini dilakukan adalah demi tegaknya Ukhuwah
Islamiyah dan ajaran Islam terutama bagi kelangsungan hidup masyarakat
supaya tidak terjerumus kedalam perbuatan yang melanggar dari normanorma maupun ajaran dan syari’ah agama Islam yang sudah ada.
Download