BAB II - Library Binus

advertisement
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Pemasaran
Menurut Kotler dan Armstrong (2012, p.29), pemasaran adalah proses
yang dilakukan oleh setiap perusahaan untuk menciptakan nilai bagi
pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan itu sendiri
dan mendapatkan nilai dari pelanggan sebagai balasannya.
Menurut Kotler dan Keller (2009, p.6), pemasaran adalah satu fungsi
organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan,
dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan
dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya.
Kotler dan Keller (2009, p.6) berpendapat bahwa, manajemen
pemasaran adalah seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan,
menjaga, dan menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan menyerahkan
dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.
Menurut Mohammed et al (2003, p.3), marketing adalah proses
perencanaan dan pelaksanaan, konsepsi penetuan harga, promosi, dan
distribusi ide, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang
memuaskan kebutuhan individu organisasi.
10
Menurut Kurtz (2008, p.7), pemasaran adalah fungsi organisasi dan
sebuah proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan mengirimkan
nilai untuk konsumen dan mengatur hubungan dengan konsumen sebagai cara
menguntungkan perusahaan dan juga pihak berkepentingan.
Untuk membentuk suatu komunikasi pemasaran yang efektif ada
tahapan-tahapan yang dilalui:
Menentukan tujuan komunikasi respon akhir yang diinginkan dari
target audiens tentunya membeli dan puas. Merancang pesan yang akan
disampaikan dalam merancang bentuk pesan.
a) Memilih saluran komunikasi pemasaran yang efektif, yang terdiri dari dua
jenis yaitu: personal dan nonpersonal.
b) Membuat anggaran total untuk promosi.
c) Dalam pemasaran ada empat strategi yaitu: strategi produk, strategi harga,
startegi distribusi, dan strategi promosi. Kombinasi dari keempat strategi
tersebut akan membentuk marketing mix (Swastha, 2000, p.193).
Menurut Tjiptono (2008, p.3) pemasaran adalah upaya mewujudkan
nilai dan kepuasan pelanggan dengan mendapatkan laba (Kotler, Brown,
Adam & Armstrong, 2004).
Keinginan
dan
Kebutuhan
Pemasaran
Gambar 2.1 Fungsi Pemasaran
Pemuasan kebutuhan dan
keinginan melalui gagasan/ideide, produk dan jasa.
11
Pemasaran
harus
memahami
kedua-duanya
“Kebutuhan
dan
Keinginan”. Setiap manusia mempunyai kebutuhan dan keinginan yang tidak
sama satu dengan yang lainnya. Pemasaran berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan para
pembeli melalui ide atau gagasan, produk dan jasa.
2.1.1 Strategi Pemasaran
Pada dasarnya strategi pemasaran memberikan arah dalam kaitannya
dengan variabel-variabel seperti segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran,
positioning, elemen bauran pemasaran, dan biaya bauran pemasaran. Strategi
pemasaran merupakan bagian integral dari strategi bisnis yang memberikan
arah pada semua fungsi manajemen suatu organisasi.
Menurut Corey (dalam Dolan, 1991), strategi pemasaran terdiri atas
lima elemen yang saling berkait. Kelima elemen tersebut adalah :
a) Pemilihan pasar, yaitu memilih pasar yang akan dilayani. Keputusan ini
didasarkan pada faktor-faktor (Jain, 1990):
 Persepsi terhadap fungsi produk dan pengelompokkan teknologi
yang dapat diproteksi dan didominasi.
 Keterbatasan sumber daya internal yang mendorong perlunya
pemusatan (fokus) yang lebih sempit.
12
 Pengalaman komulatif yang didasarkan pada trial-and-error
didalam menanggapi peluang dan tantangan.
 Kemampuan khusus yang berasal dari akses terhadap sumber daya
langka atau pasar yang terproteksi.
Pemilihan pasar dimulai dengan melakukan segmentasi pasar dan
kemudian memilih pasar sasaran yang paling memungkinkan untuk
dilayani oleh perusahaan.
b) Perencanaan produk, meliputi produk spesifik yang dijual, pembentukan
lini produk, dan desain penawaran individual pada masing-masing lini.
Produk itu sendiri menawarkan manfaat total yang dapat diperoleh
pelanggan dengan melakukan pembelian. Manfaat tersebut meliputi
produk itu sendiri, nama merek produk, ketersediaan produk, jaminan atau
garansi, jasa revarasi, dan bantuan teknis yang disediakan penjual, serta
hubungan personal yang mungkin terbentuk diantara pembeli dan penjual.
c) Penetapan harga, yaitu menentukan harga yang dapat mencerminkan nilai
kuantitatif dari produk kepada pelanggan.
d) Sistem distribusi, yaitu saluran perdagangan yang digunakan hingga
mencapai konsumen akhir yang membeli dan menggunakannya.
e) Komunikasi pemasaran (promosi), yang meliputi periklanan, personal
selling, promosi penjualan, direct marketing, dan public relations.
13
Setiap
perusahaan
membutuhkan
strategi
pemasaran
manakala
menghadapi situasi berikut (Jain, 1990) :
 Sumber daya yang dimiliki terbatas.
 Ada ketidakpastian mengenai kekuatan bersaing perusahaan.
 Komitmen terhadap sumber daya tidak dapat diubah lagi
 Keputusan-keputusan
harus
dikoordinasikan
antar
bagian
sepanjang waktu.
 Ada ketidakpastian mengei napengendalian inisiatif.
Menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995), konsep strategi dapat
didefinisikan berdasarkan dua perspektif yang berbeda, yaitu (1) dari
perspektif apa yang suatu organisasi / perusahaan ingin lakukan (intends to
do), dan (2) dari perspektif apa yang organisasi / perusahaan akhirnya lakukan
(eventually does).
Berdasarkan perspektif yang pertama, strategi dapat didefinisikan
sebagai program untuk menentukan dan mencapai tujuan perusahaan dan
mengimplementasikan misinya. Makna yang terkandung dari strategi ini
adalah bahwa para manajer memainkan peranan yang aktif, sadar dan rasional
dalam merumuskan strategi perusahaan. Dalam lingkungan yang turbulen dan
selalu mengalami perubahan, pandangan ini lebih banyak diterapkan.
Sedangkan berdasarkan perspektif kedua, strategi didefinisikan
sebagai pola tanggapan atau respon perusahaan terhadap lingkungannya
14
sepanjang waktu. Pada definisi ini, setiap perusahaan pasti memiliki strategi,
meskipun strategi tersebut tidak pernah dirumuskan secara eksplisit.
Pandangan ini diterapkan bagi para manajer yang bersifat reaktif, yaitu hanya
menanggapi dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan secara pasif
manakala dibutuhkan. Dalam suatu perusahaan terdapat tiga level strategi,
yaitu level korporasi, level unit bisnis atau lini bisnis, dan level fungsional
(Hayes dan Wheelwright, 1995).
a. Strategi level korporasi
Strategi level korporasi dirumuskan oleh manajemen puncak yang
mengatur kegiatan dan operasi yang memiliki lini atau unit bisnis lebih
dari satu. Pertanyaan-pertanyaan pokok yang muncul pada level
korporasi adalah bisnis apa yang seharusnya digeluti perusahaan, apa
sasaran
dan
harapan
atas
masing-masing
bisnis,
bagaimana
mengalokasikan sumber daya yang ada untuk mencapai sasaransasaran tersebut.
b. Strategi level unit bisnis
Strategi level unit bisnis lebih diarahkan pada pengelolaan kegiatan
dan operasi suatu bisnis tertentu. Pada dasarnya strategi level unit
bisnis berupaya menentukan pendekatan yang sebaiknya digunakan
oleh suatu bisnis terhadap pasarnya dan bagaimana melaksanakan
pendekatan tersebut dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dan
dalam kondisi pasar tertentu. Pertanyaan-pertanyaan pokok dalam
15
strategi ini antara lain: Bagaimana bisnis perusahaan bersaing dalam
pasarnya, produk atau jasa apa yang harus ditawarkan, pelanggan
sasaran mana yang ingin dilayani, bagaimana mendistribusikan
sumber daya dalam bisnis tersebut, salah satu contoh strategi level unit
bisnis adalah model yang dikemukakan oleh Porter (1980), dimana ada
tiga strategi generik yang dapat dipilih, yaitu diferensiasi, fokus, dan
cost leadership.
c. Strategi level fungsional
Strategi level fungsional merupakan strategi dalam kerangka fungsifungsi
manajemen
pengembangan,
(secara
keuangan,
tradisional
produksi
terdiri
dan
atas
operasi,
riset
dan
pemasaran,
personalia/sumber daya manusia) yang dapat mendukung strategi level
unit bisnis. Sebagai contoh, bila strategi level unit bisnis menghendaki
agar diadakan pengembangan produk baru, maka departemen riset dan
pengembangan
berupaya
menyusun
rencana
mengenai
cara
mengembangkan produk baru tersebut.
Strategi fungsional umumnya lebih terperinci dan memiliki jangka
waktu yang lebih pendek dari pada strategi organisasi. Tujuan pengembangan
strategi fungsional adalah untuk mengkomunikasikan tujuan jangka pendek,
menentukan tindakan-tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
jangka pendek, dan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
16
pencapaian tujuan tersebut. Strategi fungsional perlu dikoordinasikan satu
sama lain untuk menghindari terjadinya konflik kepentingan dalam
organisasi/perusahaan.
Strategi dalam kontek pemasaran merupakan pernyataan implisit dan
eksplisit mengenai bagaimana suatu merek mencapai tujuan. Strategi
pemasaran juga dapat diartikan sebagai alat fundamental yang direncanakan
secara sistematis untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan
keunggulan bersama yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki
dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran
tersebut.
Pada hakikatnya strategi pemasaran merupakan bagian integral dari
suatu strategi bisnis yang memberikan arah pada semua fungsi pada
manajemen. Pemilihan strategi pada perusahaan tidak terlepas dari tujuan
yang ingin dicapai. Karena tujuan akhir perusahaan sering dipengaruhi oleh
lingkungan internal dan eksternal. Alternatif strategi yang dapat digunakan
adalah :
a. Strategi stabilitas (Stability Strategy)
b. Strategi Ekspansi (Expantion Strategy)
c. Strategi Penciutan (Retrencement Strategy)
d. Strategi Kombinasi (Combination Strategy)
17
2.1.2 Unsur-Unsur Pemasaran
Menurut Freddy Rangkuti (1997, p.48), unsur utama dalam pemasaran
dapat diklasifikasikan menjadi tiga unsur utama, yaitu:
a. Unsur strategi persaingan, meliputi:
1) Segmentasi pasar. Yaitu tindakan mengidentifikasi dan membentuk
kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah. Masing-masing
konsumen ini memiliki karakteristik, kebutuhan produk, dan bauran
peasaran tersendiri.
2) Targetting. Yaitu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang
akan dimasuki.
3) Positioning. Yaitu penetapan posisi pasar. Tujuannya adalah untuk
membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk
yang ada di pasar ke dalam benak konsumen.
b. Unsur taktik pemasaran, meliputi :
1) Differensiasi, yang terkait dengan cara membangun strategi pemasaran
di berbagai aspek perusahaan. Kegiatan membangun strategi pemasaran
inilah yang membedakan differensiasi yang dilakukan suatu perusahaan
dengan perusahaan lainnya.
2) Bauran Pemasaran (marketing mix), terkait dengan kegiatan mengenai
produk, harga, promosi, dan tempat atau yang lebih dikenal dengan
sebutan 4 P, yaitu Product, Price, Promotion, dan Place.
c. Unsur nilai pemasaran, yaitu :
18
1) Merek (Brand)
Merek adalah nama, termin, tanda simbol, atau desain, atau kombinasi
dari semuanya, yang ditujukan untuk mengidentifikasikan barang tau
jasa sebuah/sekelompok penjual dan membedakannya dengan para
pesaing. Merek mempunyai banyak arti penting buat konsumen, yaitu :
a) Sebagai identifikasi untuk membedakan antara satu produk dengan
produk lain. Identifikasi ini diperlukan agar konsumen mempunyai
kebebasan memilih produk dan merek mana yang memenuhi
kebutuhannya.
b) Sebagai garansi atas kualitas dan kinerja dari produk yang akan
dibeli. Merek akan memberikan rasa percaya diri kepada konsumen
bahwa Merek memberi status dan image pada seseorang. Dengan
membeli merek tertentu, sudah menunjukkan bagaimana status
sosial seseorang.
c) Merek memberi arti emosional. Seorang fans sebuah klub
sepakbola
misalnya,
akan
rela
membeli
berbagai
macam
merchandise yang dijual dengan atribut klub tersebut.
2) Pelayanan (Service)
Nilai yang berkaitan dengan pemberian jasa pelayanan kepada
konsumen. Kualitas pelayanan kepada konsumen ini harus terusmenerus ditingkatkan.
3) Proses
19
Nilai yang berkaitan dengan prinsip perusahaan untuk membuat setiap
karyawan terlibat dan merasa bertanggung jawab dalam proses
memuaskan konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung.
2.2 E-Marketing
Menurut Mohammed (2003, p.4), e-marketing adalah suatu proses
membangun dan mempertahankan hubungan dengan pelanggan melalui suatu
kegiatan online untuk memberikan fasilitas pertukaran ide, produk dan
pelayanan untuk memenuhi keinginan dari kedua belah pihak.
Menurut Kotler dan Armstrong (2004, p.74), e-marketing adalah
gambaran usaha-usaha perusahaan untuk menginformasikan, berkomunikasi,
dan memasarkan produk dan jasanya lewat internet.
Menurut Chaffey, Chadwick, Johnston & Mayer (2006, p.9), emarketing (Electronic Marketing) merupakan suatu proses pemasaran yang
menggunakan teknologi komunikasi elektronik khususnya internet.
E-marketing menurut Strauss dan Frost. (2009, p.28) adalah
penggunaan teknologi informasi dalam proses menciptakan komunikasi, dan
memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan dengan
pelanggandengan cara yang menguntungkan organisasi.
Menurut Boone dan Kurtz (2005, p.87), e-marketing adalah salah satu
komponen dalam E-commerce dengan kepentingan khusus oleh marketer,
yakni strategi proses pembuatan, pendistribusian, promosi, dan penetapan
20
harga barang danjasa kepada pangsa pasar internet atau melalui peralatan
digital lain.
2.2.1 Model E-Marketing
Pada jaringan pemasaran yang berbasis internet, pemasaran lebih
banyak diwarnai dengan sistem yang sifatnya langsung (direct marketing).
Dalam hal ini produsen berhubungan langsung dengan konsumen. Karena itu
banyak berbagai macam interaksi yang ada didalam pemasaran berbasis web,
interaksi tersebut antara lain :
a. Business to Business (B2B)
B2B merupakan hubungan antara perusahaan yang satu dengan
perusahaan yang lain. Hubungan ini dapat terjadi antara perusahaan
dengan pemasoknya, perusahaan dengan saluran distribusinya, maupun
antara perusahaan dengan mitra bisnis lainnya.
b. Business to Customer (B2C)
B2C merupakan hubungan antara perusahaan dengan konsumennya yang
merupakan pengguna produk yang ditawarkan. Sistem ini sebenarnya
relatif murah, dengan transaksi yang cukup besar. Alat yang dipergunakan
biasanya berupa e-mail. Beberapa perusahaan retail di Amerika sudah
menggunakan model ini.
c. Customer to Customer (C2C)
21
C2C merupakan hubungan antara konsumen dengan konsumen. Interaksi
semacam ini membutuhkan biaya yang cukup tinggi, dengan nilai
transaksi yang sifatnya kurang menguntungkan. Melalui situs yang ada,
setiap individu bisa berinteraksi dengan individu yang lain secara
langsung. Hal ini juga memungkinkan para konsumen saling bertukar
informasi satu dengan yang lainnya. Tanpa disadari hal ini juga
menciptakan pergeseran dimana konsumen dapat menjadi perantara
perniagaan bahkan menjadi penjual.
d. Customer to Business (C2B)
C2B merupakan hubungan antara perorangan dengan perusahaan.
Biasanya dilakukan dengan oleh pribadi yang melakukan bisnis pada
perusahaan. Model ini juga dapat berupa pengajuan lamaran kerja atau
jasa seperti pembuatan SIM, STNK atau perantara pencari rumah.
e. Business to Government (B2G)
B2G merupakan hubungan antara perusahaan dengan pemerintah, sistem
ini biasanya relatif lebih murah sebab hanya menggunakan e-mail. Namun
demikian, dibutuhkan juga halaman web yang dapat mendukung
terciptanya keyakinan atau kepercayaan sebagai dasar terjadinya transaksi.
f. Business to Family (B2F)
B2F merupakan hubungan antara perusahaan dengan konsumennya yang
biasanya dalam bentuk keluarga. Salah satu faktor yang memungkinkan
hubungan tersebut adalah realitas bahwa perusahaan menjangkau hampir
22
setiap anggota keluarga. Dalam hal ini memang hampir
besar
anggota keluarga merupakan pengguna produk
sebagian
yang
ditawarkan.
2.2.2 Bauran Pemasaran melalui Internet
Mohammed (2003, p.13) menyatakan bahwa elemen-elemen bauran
pemasaran melalui internet terdiri dari lima elemen yaitu :
a. Produk
Layanan atau produk fisik yang ditawarkan oleh perusahaan untuk
ditugaskan kepada pelanggan melalui internet.
b. Harga
Sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh pelanggan apabila ingin
membeli produk yang ditawarkan melalui internet.
c. Komunikasi
Aktivitas dalam pemasaran melalui internet yang menginformasikan
tentang perusahaan dan produknya kepada satu atau lebih kelompok target
pelanggan perusahaan.
d. Komunitas
Sekumpulan hubungan yang terbentuk berdasarkan keinginan yang sama
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dari anggotanya yang tidak dapat
dicapai secara individual.
e. Distribusi
23
Perpindahan konsep tempat pemasaran dari konsep offline, dimana
pelanggan harus bertemu secara langsung dengan penjual menjadi konsep
online, dimana pelanggan dapat melakukan transaksi melalui komputer
tanpa terbatas masalah geografis.
2.2.3 Manfaat E-Marketing
Menurut Strauss dan Frost (2009, p.29), pemasaran online
memberikan manfaat pada konsumen maupun marketer. Keuntungan online
marketing untuk konsumen :
a. Memilih dan mengorder sendiri produk yang diinginkan
Konsumen dapat memilih produk sesuai dengan kebutuhannya dan dapat
langsung mengorder produk terserbut.
b. Satu tempat pemberhentian untuk belanja (one stop jogging)
Konsumen tidak perlu untuk mendatangi dari satu took ke took lain.
Mereka dapat langsung melihat barang-barang yang dibutuhkan dari satu
tempat saja.
c. Mempelajari testimonial dari situs jejaring sosial
Layanan online dan internet memberikan konsumen akses terhadap
perbandingan informasi yang berlimpah terutama pada situs jejaring sosial
sehingga konsumen dapat membandingkan dan melihat testimonial dari
konsumen lain.
d. Kenyamanan 24/7
24
Konsumen dapat berinteraksi dengan situs penjual untuk menemukan
informasi yang tepat mengenai produk atau layanan yang mereka inginkan
kapanpun mereka inginkan dalam 24 jam dan 7 hari seminggu.
e. Pemasaran online merupakan suatu alat yang bagus untuk membangun
hubungan dengan konsumen. Perushaan dapat berinteraksi dengan
konsumen untuk mempelajari tentang kebutuhan dan keinginan konsumen
yang lebih spesifik dan untuk membangun database konsumen.
f. Pemasaran online dapat mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi.
Online marketer dapat menghindari biaya-biaya untuk mempertahankan
tokonya dan biaya dari penyewaan, asuransi, komunikasi, dan peralatan
lainnya.
g. Pemasaran online juga menawarkan fleksibilitas yang besar yang
memungkinkan
marketer
untuk
membuat
penyesuaian
terhadap
penawaran dan programnya.
Dapat
disimpulkan
bahwa
E-Marketing
memiliki
keunggulan
tersendiri dari segi waktu, biaya, informasi dan dalam hal membangun relasi
dengan pelanggan.
2.2.4 Penerapan E-Marketing
Menurut Chaffey & Smith (2008, p451) ada 5 contoh manfaat
diterapkannya e-marketing bagi perusahaan, yang semuanya bisa dirangkum
25
menjadi 5S. 5S ini bisa dijadikan sebagai pedoman penetapan tujuan bagi
perusahaan yang ingin menerapkan e-marketing, yaitu :
a. Sell : Salah satu manfaat dari adanya penerapan e-marketing pada
perusahaan adalah dapat membantu dalam meningkatkan penjualan,
karena promosi yang dilakukan perusahaan secara online bisa menjangkau
masyarakat luas. Jika tujuan perusahaan menerapkan e-marketing ini
adalah untuk meningkatkan penjualan, makan buatlah promosi secara
online yang dapat meyakinkan calon pelanggan untuk membeli produk
perusahaan.
b. Server : Manfaat lain dari adanya penerapan e-marketing adalah
menambah nilai. Jika tujuan perusahaan menerapkan e-marketing adalah
untuk menambah nilai bagi pelanggan, maka buatlah e-marketing yang
dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan customer service.
c. Save : Jika penerapan e-marketing bertujuan untuk mengurangi biaya
promosi maka buatlah e-marketing yang dapat mengurangi anggaran biaya
yang sering dikeluarkan perusahaan sebelum adanya penerapan emarketing (contoh, dengan adanya e-marketing, perusahaan dapat
meminimalkan metode promosi yang kurang efektif, seperti melalui
pencetakan brosur secara berlebihan.
26
d. Speak : Jika penerapan e-marketing pada perusahaan bertujuan untuk bisa
lebih dekat dengan pelanggan, maka buatlah e-marketing menjadi sarana
komunikasi yang efektif antara perusahaan dengan pelanggan.
e. Sizzle : Jika tujuan perusahaan menerapkan e-marketing adalah untuk
meningkatkan brand awareness dan recognition melalui jalur online,
maka buatlah e-marketing yang dapat menyebarkan informasi mengenai
brand, produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan secara cepat
kepada masyarakat luas.
2.2.5 Dimensi E-Marketing
Paradigma baru dalam bauran E-Marketing dirumuskan menjadi 2P +
2C + 3S yaitu :
a. Personalization : pelayanan yang bersifat pribadi akan memberikan
perhatian yang lebih mengena dibandingkan pelayananan secara masal.
b. Privacy : perusahaan harus melindungi kerahasiaan data pribadi pelanggan
dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
c. Customer Service : aktifitas penting yang dibutuhkan dalam mendukung
fungsi pelayanan atau transaksi terhadap pelanggan atau calon pelanggan.
d. Community : membangun komunitas dalam jaringan para pelanggan
dimana mereka saling berinteraksi merupakan suatu yang penting dalam
bisnis.
27
e. Site : Istilah yang popular adalah website, merupakan lokasi maya dalam
media
digital
dimana
para
pelanggan
atau
pengunjung
dapat
mengunjunginya setiap waktu dan dari segala tempat.
f. Security : Keamanan merupakan fungsi yang penting untuk melindungi
data pelanggan yang disimpan termasuk sistem dari gangguan pihak yang
tidak berkepentingan.
g. Sales Promotion : Lazim digunakan dalam pemasaran konvensional
merupakan sarana komunikasi yang baik untuk meraih jumlah target
penjualan.
2.3 CRM
Menurut Turban (2010, p.696), CRM merupakan suatu pendekatan
pelanggan yang berfokus pada pembangunan dan pemeliharaan hubungan
jangka panjang dengan pelanggan yang dapat memberikan nilai tambah bagi
keduanya, baik untuk pelanggan maupun untuk perusahaan.
Menurut Chaffey (2008, p.391), CRM adalah pendekatan untuk
membangun dan mempertahankan hubungan bisnis jangka panjang dengan
pelanggan.
Menurut Chaudhury dan Kuilboer (2002, p.424), CRM adalah
sebuah inisisatif korporat yang secara prinsip mencakup tiga fungsi utama
yaitu penjualan, pemasaran, dan service pelanggan.
28
Menurutu Kotler & Armstrong (2012, p.36), CRM adalah keseluruhan
proses
dari
membangun
dan
mempertahankan
hubungan
yang
menguntungkan dengan pelanggan yaitu dengan memberikan nilai dan
kepuasan bagi pelanggan itu sendiri. Dimana terdiri dari aspek-aspek seperti :
mendapatkan
pelanggan baru,
menjaga,
dan membangun hubungan
berkelanjutan dengan pelanggan. Kotler & Armstrong (2012, p143)
mengungkapkan CRM yaitu mengatur semua informasi mengenai pelanggan
dan secara hati-hati menggunakannya untuk dapat memaksimalkan loyalitas
pelanggan.
2.3.1 Tipe dan Klasifikasi dari CRM
Menurut Turban, King, Viehland & Lee (2008, p.607), mengutip dari
Tan (2002) dan Payne (2005) membedakan klasifikasi berikut program CRM
di mana e-marketing memainkan peran penting :
a. Loyalty Program : Program-program ini mencoba untuk meningkatkan
loyalitas pelanggan. Contohnya adalah poin frequent flyer yang diberikan
oleh maskapai penerbangan.
b. Prospecting : Program-program promosi mencoba untuk memenangkan
pelanggan yang mencoba pertama kali.
c. Save or win back : Program yang mencoba untuk meyakinkan pelanggan
untuk tidak meninggalkan atau jika mereka telah meninggalkan dan
mengajak untuk bergabung kembali. Berbagai jenis insentif yang
29
diberikan kepada orang yang telah meninggalkan perusahaan dan tetap
tinggal dengan perushaaan.
d. Cross-sell or up-sell : Dengan menawarkan produk pelengkap (cross-sell)
atau peningkatan produk (up-sell) yang pelanggan inginkan, perushaan
memastikan bahwa pelanggan senang dan meningkatkan pendapatan
mereka sendiri.
2.4 E-CRM
Menurut Turban, King, Liang, & Turban (2010, p.398), E-CRM
merupakan istilah industri yang mencakup metodologi dan perangkat lunak
yang membantu perusahaan mengelola hubungan pelanggan jangka panjang
yang memiliki segala informasi mengenai pelanggan dan dapat diakses oleh
seluruh bagian dalam perusahaan dan didukung oleh akses mobile.
E-CRM berdasarkan web, dengan aplikasi yang bersifat self-service,
atau CRM yang memiliki portal atau browser-based entry point. E-CRM
adalah sebuah channel yang powerful, fleksibel yang biasa digunakan oleh
customer untuk berinteraksi dengan perusahaan. (Greenberg, 2002, p.49)
2.4.1 Cakupan dalam E-CRM
Menurut Voss (Turban et al., 2004, p.149) terdapat 3 tingkatan CRM yaitu :
30
a. Foundation Services : diperlukan layanan, seperti situ responsiveness
(seberapa cepat dan akurat layanan disediakan), efektivitas situs dan
pemenuhan pesanan.
b. Customer – centered Services : termasuk urutan pelacakan, konfigurasi
dan kustomisasi, dan keamanan. Ini adalah layanan yang paling penting
untuk pelanggan.
c. Value – added services : ini adalah layanan tambahan, seperti percaloan
dinamis, e-auction dan pelatihan secara online dan pendidikan.
2.4.2 Manfaat dan Keterbatasan E-CRM
Menurut Cravens (2006, p.377), keuntungan dari direct marketing
adalah pendekatan pemasaran dengan cara ini memungkinkan penjangkauan
yang selektif dan kesempatan segmentasi. Kebebasan dalam mengakses
konsumen diberikan melalui direct marketing. Hubungan waktu bisa diatur
dan lebih personalized. Lebih penting lagi, keefektifan dari direct marketing
juga bisa diukur melalui direct response.
Direct Marketing juga memiliki keterbatasan. Direct Marketing bisa
menimbulkan image yang jelek contohnya seperti junk mail. Ketepatan dalam
menargetkan konsumen hanya sejauh daftar yang digunakan untuk mengakses
pembeli yang potential. Dan mungkin juga keterbatasan dalam isi di dalam
direct-response advertising. Juga, waktu dalam mengirim surat dapat
memakan waktu yang lebih lama.
31
2.4.3 Standar Pengukuran E-CRM
Menurut Turban et al (2004,p152) Standar terkait web yang dapat
digunakan perusahaan untuk menentukan tingkatan yang tepat untuk
dukungan pelanggan adalah sebagai berikut :
a. Response time : banyak perusahaan yang menargetkan waktu responsenya
24 hingga 48 jam.
b. Site availability : pelanggan dapat mengakses situs web perusahaan setiap
saat.
c. Download time : pengguna biasanya tidak akan mentoleransi waktu
download yang lebih dari 10 hingga 20 detik.
d. Timeliness : informasi pada situs perusahaan haruslah up to date
e. Security and privacy : situs web harus menyediakan pernyataan privasi
yang cukup dan penjelasan terhadap pengkuran keamanan.
f. Ontime order fulfillment : pemenuhan pesanan haruslah cepat dan pada
waktu yang dijanjikan kepada pelanggan.
g. Return policy : memiliki kebijakan retur menambah kepercayaan dan
loyalitas pelanggan. Kemudahan pelanggan dalam mengembalikan barang
penting untuk kepuasan pelanggan
h. Navigability : sebuah situs web harus memberikan kemudahan navigasi.
32
2.5 Kepuasan Pelanggan
2.5.1 Pengertian Kepuasan
Menurut Supranto (2006, p.233), kepuasan adalah tingkat perasaan
seseorang setelah memandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dengan
harapannya. Harapan pelanggan dapat dibentuk dari pengalaman masa lalu,
komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi pemasar dan saingannya.
Pelanggan yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitive terhadap harga
dan memberikan komentar yang baik terhadap perusahaan. Sedangkan
menurut Oliver dalam Kotler (2003, p.69), kepuasan digambarkan sebagai
sesuatu evaluasi terhadap surprise yang melekat pada pengakusisian produk
dan pengalaman mengkonsumsi.
Menurut Supranto (2006, p.233), kepuasan adalah tingkat perasaan
seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dengan
harapannya. Harapan pelanggan dapat di bentuk dari pengalaman masa lalu,
komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi pemasar dan saingannya.
Pelanggan yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitif terhadap harga dan
memberikan komentar yang baik terhadap perusahaan.
2.5.2 Pengertian Pelanggan
Kotler (2003, p.103) berpendapat bahwa pelanggan adalah orang yang
paling penting dalam perusahaan, pelanggan tidak tergantung kepada
perusahaan tetapi perusahaan tergantung pada pelanggan. Pelanggan bukan
33
seseorang untuk menilai atau menghitung, tetapi pelanggan adalah seseorang
yang mengungkapkan apa yang diinginkan, perusahaan adalah untuk
memberikan kepuasan untuk pelanggan dan untuk perusahaan itu sendiri,
pelanggan adalah orang yang paling penting bagi setiap perusahaan itu
sendiri, pelanggan adalah orang yang paling penting bagi setiap perusahaan.
2.5.3 Pengertian Kepuasan Pelanggan
Menurut Kotler (2002, p.42), kepuasan pelanggan adalah perasaan
senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara
persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapanharapannya.
Menurut Irawan (2003, p.2), kepuasan pelanggan adalah hasil
akumulasi dari konsumen atau pelanggan dalam menggunakan produk dan
jasa. Oleh karena itu, setiap transaksi atau pengalaman baru akan memberikan
pengaruh terhadap kepuasan pelanggan, Seorang pelanggan yang puas adalah
pelanggan yang merasa mendapat nilai dari pemasok, produsen atau penyedia
jasa. Nilai ini berasal dari produk, pelayanan, sistem, atau sesuatu yang
bersifat emosi. Ketika pelanggan mengatakan bahwa nilai atau produk yang
berkulitas. Kalau nilai bagi pelanggan adalah kenyamanan, makan kepuasan
akan dating apabila pelayanan dan tempat dikunjungi benar-benar nyaman.
Kalau nilai dari pelanggan adalah harga yang murah, makan pelanggan akan
puas kepada produsen yang memberikan harga paling kompetitif.
34
Menurut Gerson (dalam Arief, 2005, p.167) kepuasan pelanggan
adalah jika harapannya telah terpenuhi atau terlampaui. Menurut Hoffman dan
Beteson (dalam Arief, 2005, p.167) kepuasan atau ketidakpuasan adalah
perbandingan dari ekspektasi konsumen kepada persepsi mengenai interaksi
jasa (service encounter) yang sebenarnya.
Wikkie (dalam Tjiptono, 2007, p.349) mendefinisikan kepuasan
pelanggan sebagai tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman
konsumsi suatu produk atau jasa.
Munurut Wahyuddin dan Muryati (2001, p.191) Ada dua pihak yang
terlibat dalam proses jasa atau pelayanan, yaitu penyedia layanan (pelayan)
dan pelanggan (yang dilayani). Dalam pelayanan yang disebut pelanggan
(customer) adalah masyarakat yang mendapat manfaat dari aktivitas yang
dilakukan oleh organisasi atau petugas dari organisasi pemberi layanan
tersebut.
2.5.4 Implementasi Kepuasan Pelanggan
Menurut
Gerson
(2004,
p.19),
ada
lima
cara
untuk
mengimplementasikan program mutu pelayanan dalam perusahaan anda.
Teknik ini akan memperbaiki mutu produk dan jasa yang akan dijual kepada
pelanggan dan juga meningkatkan pelayanan kepada pelanggan. Ingat bahwa
kunci kepuasan pelanggan adalah persepsi mereka bahwa perusahaan akan
35
memenuhi atau melampaui harapan mereka dalam situasi tertentu. Berikut
adalah 5 cara tersebut :
a. Beri Nilai Tambah
Beri mereka sesuatu melebihi harapannya. Dengan melebihi harapan
mereka, maka pelanggan akan merasa puas.
b. Latih staf anda dalam bidang teknik pengukur mutu internal
Staf harus dilatih untuk mengidentifikasi kapan dan dimana masalah mutu
muncul dan langkah-langkah yang dibutuhkan untuk mengkoreksinya atau
memperbaikinya sebelum pelanggan melihat kesalahan tersebut juga,
mintalah karyawan anda untuk mengecek dan mengecek ulang pekerjaan
mereka sendirim, ketimbang mengangkat pengawas mutu.
c. Kontrak Tetap
Pelanggan yang diajak berkomunikasi secara teratur merasa diperhatikan.
Dengan demikian kemungkinan besar mereka akan memaafkan kesalahankesalahan tertentu pada pekerjaan anda. Lakukan kontak terus-menerus
dengan pelanggan melalui kartu ucapan terima kasih, kartu ulang tahun
atau hari raya, hubungan telepon dan hubungan lainnya.
d. Program Imbalan
Seperti juga karyawan, pelanggan juga akan bahagia jika menerima
imbalan. Hargai dan berikan imbalan pada pelanggan yang membeli
tambahan, membeli dalam jumlah sangat banyak, dan bila mereka
merekomendasikan perusahaan kepada pelanggan baru.
36
e. Aliansi Strategis dan Kemitraan
Semua teknik ini harus proaktif, dan teknik yang kelima ini merupakan
teknik yang paling proaktif. Jadikan pelanggan sebagai mitra, baik dalam
pengertian yang sesungguhnya atau sekedar symbol. Pandangan mereka
akan membantu untuk menjadikan penyedia barang dan jasa yang lebih
baik
Sekarang setelah memiliki kemampuan untuk mengembangkan sistem
pelayanan pelanggan yang baik dan membuatnya bekerja dengan baik pula,
anda telah siap untuk mengukur upaya mutu pelayanan dan tingkat kepuasan
pelanggan.
2.5.5 Dimensi Kepuasan Pelanggan
Menurut Irawan (2002, p.37-40), faktor-faktor pendorong kepuasan
konsumen terbagi atas lima elemen :
1. Kualitas Produk
Konsumen akan merasa puas setelah membeli atau menggunakan produk
yang telah dibelinya ternyata kualitas produk tersebut sangat baik.
2. Harga
Untuk konsumen yang sensitif, biasanya harga yang murah adalah sumber
kepuasan yang penting karena mereka akan mendapatkan nilai uang yang
tinggi, komponen harga ini relatif tidak penting bagi mereka yang tidak
sensitive terhadap harga.
37
3. Kualitas Servis
Kualitas servis sangat bergantung pada tiga hal yaitu sistem, teknologi,
dan manusia. Faktor manusia ini memegang kontribusi sekitar 70%. Maka
dari itu kepuasan terhadap kualitas pelayanan biasanya sulit ditiru.
Pembentukkan attitude dan perilaku yang seiring dengan keinginan
perusahaan menciptakan.
4. Faktor Emosional
Faktor ini relatif penting karena konsumen timbul pada saat ia sedang
mengkonsumsi produk tertentu, hal ini disebabkan karena merek produk
tersebut sudah tercipta dengan baik, tinggi sebaik pelayanan yang
diberikan.
5. Kemudahan
Konsumen akan merasa semakin puas apabila tempat mudah dicapai dan
juga nyaman.
2.5.6 Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Menurut Kotler (2002, p.45), terdapat 4 (empat) metode untuk
melacak dan mengukur kepuasan konsumen, yatiu:
a. Sistem keluhan dan saran
Sebuah perusahaan yang berfokus pada pelanggan mempermudah
pelanggannya untuk memberikan saran dan keluhan.
b. Survey kepuasan pelanggan
38
Perusahaan secara responsif memperoleh ukuran kepuasan konsumen
secara langsung dengan melakukan survey berkala.
c. Belanja siluman
Perusahaan dapat membayar orang-orang untuk bertindak sebagai pembeli
potensial guna melaporkan hasil temuan mereka tentang kekuatan dan
kelemahan yang mereka alami ketika membeli produk perusahaan dan
pesaing.
d. Analisis pelanggan yang hilang
Perusahaan harus menghubungi para pelanggan yang berhenti atau
berganti membeli atau berganti pemasok untuk mempelajari alasannya.
2.6 Kerangka Pemikiran
E-Marketing
(X1)
Kepuasan Pelanggan
(Y)
E-CRM
(X2)
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Sumber : Peneliti (2013)
39
2.7 Hipotesis
Berdasarkan permasalahan yang ada pada bab 1 dan kerangka
pemikiran diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
Hipotesis 1 :
Untuk mengetahui adakah pengaruh yang signifikan antara E-Marketing
terhadap kepuasan pelanggan pada PT. Sienda Unggul Indonesia.
Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara E-Marketing terhadap
kepuasan pelanggan pada PT. Sienda Unggul Indonesia.
Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara E-Marketing terhadap kepuasan
pelanggan pada PT. Sienda Unggul Indonesia.
Hipotesis 2 :
Untuk mengetahui adakah pengaruh yang signifikan antara E-CRM terhadap
kepuasan pelanggan pada PT.Sienda Unggul Indonesia.
Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara E-CRM terhadap kepuasan
pelanggan pada PT.Sienda Unggul Indonesia.
Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara E-CRM terhadap kepuasan
pelanggan pada PT.Sienda Unggul Indonesia.
Hipotesis 3 :
Untuk mengetahui adakah pengaruh yang signifikan antara E-Marketing dan
E-CRM terhadap kepuasan pelanggan pada PT.Sienda Unggul Indonesia.
Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara E-Marketing dan E-CRM
terhadap kepuasan pelanggan pada PT.Sienda Unggul Indonesia.
40
Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara E-Marketing dan E-CRM terhadap
kepuasan pelanggan pada PT.Sienda Unggul Indonesia.
Download