IMPLEMENTASI PROGRAM DINAMIKA KELOMPOK TERHADA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: ISNANIYAH 1110054100011 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2014 M LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat,10 Oktober 2014 Isnaniyah ABSTRAK Isnaniyah Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur Ketika seseorang sudah mencapai usia tua dan mengalami beragam perubahan seperti adanya penurunan kapasitas mental, perubahan peran, serta fungsi-fungsi tubuhnya yang tidak dapat lagi berfungsi dengan baik, maka lanjut usia (lansia) memerlukan perhatian dari semua pihak. Keberadaan lanjut usia yang terus menerus meningkat juga dapat menimbulkan permasalahan yang akan mempengaruhi orang lain. Sehingga membuat mereka sulit berinteraksi satu dengan yang lainnya. Sejalan dengan usianya yang sudah tua kemampuan organ tubuh pun cenderung menurun, salah paham, cemburu sosial, mudah tersinggung dan tidak nyaman dengan kondisinya saat ini merupakan permasalahan yang sering di alami lanjut usia khususnya di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur. Dalam mengatasi permasalahan lansia PSTW Budi Mulia 1 memiliki suatu program kegiatan yang disebut dengan dinamika kelompok. Dinamika kelompok diberikan untuk membantu perkembangan lansia, agar lansia mampu mengembangkan potensi diri secara berkelompok, dapat mengenal dan berinteraksi satu sama lain dalam kerangka kerjasama, serta memiliki inisiatif kepemimpinan melalui media permainan dalam kelompok. Penelitian ini merumuskan beberapa masalah yaitu Bagaimana implementasi program dinamika kelompok terhadap lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur? Dan perubahan apa saja yang dirasakan oleh lanjut usia dari program dinamika kelompok yang telah diberikan oleh Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia dilihat dari aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekaan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan serangkaian observasi, wawancara dan dokumentasi. Prosedur pemilihan informan ini adalah purposive sampling, adapun informan dalam penelitian ini berjumlah 13 orang yaitu 1 pekerja sosial, 2 psikolog dan 4 orang warga binaan sosial (WBS) di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa program kegitan dinamika kelompok, sehubungan dengan pengembangan diri yang diberikan untuk lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 sejak setahun terakhir ini menunjukan perkembangan yang sangat baik. Dalam program dinamika keompok ini juga dapat membuat para WBS memiliki tambahan aktivitas, adanya interaksi dan mau bersosialisasi dengan teman-temannya. i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum Wr. Wb Alhamdulillah, Segala puja dan puji senantiasa penulis panjatkan atas segala karunia Allah SWT, yang telah menciptakan makhluk-Nya dengan penuh cinta dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan besar kita yakni Nabi Muhammad SAW, para keluarga yang suci, para sahabatnya yang mulia serta para umatnya yang isnya Allah hingga kini terus mencintainya. Dalam penulisan skipsi ini penulis masih merasa banyak kekurangankekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih banyak kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada: 1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Bapak Dr. Suparto, M.Ed Ps.D, MA selaku Pudek I, Bapak Dr. Jumroni, M.Si, MA selaku pudek II, dan Bapak Dr. H. Sunandar, MA selaku Pudek III. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 2. Ibu Siti Napsiyah, MSW, selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial sekaligus sebagai Dosen Pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam rangka menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Ahmad Zaky, M. Si, selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial dan juga selaku Pembimbing Akademik angkatan 2010 yang telah meluangkan dan mengorbankan waktunya untuk memberi perhatian, ii bimbingan, arahan, kritik dan saran yang bermanfaat serta motivasi yang sangat besar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Para dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya kepada Bapak/Ibu Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan sumbangan wawasan keilmuan dan membimbing penulis selama melaksanakan perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak Akmal Towe M. Si, selaku ketua PSTW Budi Mulia 1 yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian skripsi dan telah banyak membantu dalam proses penelitian. 6. Ibu Siti Fatonah S. Sos, selaku Pekerja Sosial di PSTW Budi Mulia 1 yang telah banyak membantu penulis dalam mencari informasi dan datadata saat melakukan penelitian mengenai judul yang terkait dengan skripsi penulis. 7. Ibu Siti Masitoh, M. Psi. dan Ibu Rika Fitriyana, M. Psi. selaku psikolog di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 yang telah membantu penulis dalam mencari data terkait dengan skripsi penulis. 8. Terimakasih kepada Staff-Staff dan Tenaga Pelayanan Sosial (TPS) yang turut membatu penulis dalam mencari informasi dan selalu memberikan doa serta dukungannya. 9. Terimakasih kepada kedua orangtuaku tercinta, Bapak Akhyar dan Ibu Siti Aisyah, yang penuh kasih sayang serta perhatiannya untuk memberikan dorongan moril dan materil, serta doa yang senantiasa dipanjatkan demi kesuksesan dan tercapainya cita-cita putrinya. Semoga kelak penulis dapat membahagiakan kalian.. Amiin 10. Untuk kakak dan adikku, Nur Fajriyah, S. Pdi dan Arief Rachman, terimakasih karena selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis. iii 11. Robby Sanjaya, seseorang yang selalu setia dan sabar menemani penulis dimanapun dan kapanpun dalam penelitianku. Terimakasih atas do’a dan dukungan serta selalu memberikan semangat yang luar biasa hingga saat ini. 12. Teman-Teman terbaiku, Fifi Nurmaghfirah Ika Nurjayanti, Siti Jumartina, Pipit Febriyanti, Putera Mahesa, Dysa Restiani, Bani Fauziyyah Jehan, Ulfah Andriani dan Shabrina Dwi Pitarini Putri, Terimakasih atas doa, motivasi, semangat, serta saran yang tidak henti-hentinya mereka berikan untuk penulis, terimakasih karena kalian selalu ikhlas menemani penulis disaat mulai mengalami kebingungan dan kegalauan dalam menyelesaikan skripsi. 13. Teman-teman Praktikum 1, Prapti Anggorowati, Noviani Muslikhah, Lusi Melani dan Hafidz yang juga selalu memberikan dukungan dan motivasi untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 14. Serta teman-teman senasib dan seperjuangan di Jurusan Kesejahteraan Sosial Angkatan 2010 yang lain, atas dukungan, semangat dan juga kesempatan menjadi rekan seperjuangan sejak awal masa perkuliahan hingga akhir masa penulisan skripsi ini. Kalian Luar Biasa.. 15. Sahabat-sahabat terbaiku.. Endah Purnamasari, Presia Angelika, Ristha Indah Angelawati, Sabila Paramadina, Fitri Widiantari, dan Siti Sarah terimakasih kalian telah hadir dalam hidupku, kalian adalah Inspirasi bagiku mengingatkanku disaat aku lupa, selalu memberikan semangat buatku, dan yang selalu mendo’akanku. 16. Teman-teman KPI dan Jurnalistik 2010, Aridiyat Ningrum, Noor Aisyah, Eva Damayanti, Amanda, Alvionita Jayyusarah, Isye Naysila dan temanteman seperjuangan di FIDKOM tidak bisa saya sebutkan satu persatu. iv Penulis tidak mempu memberikan balasan apa-apa atas segala jasa yang diberikan, dan hanya mampu menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya dengan iringan do’a semoga segala pengorbanan dan bantuan dari semua pihak dapat dicatat sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT. Penulis berharap semoga karya ini mampu memberikan manfaat, baik bagi penulis, mahasiswa kesejahteraan sosial juga pembaca lainya. Jakarta , 10 Oktober 2014 Penulis Isnaniyah v DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ......................................................................................................... i KATA PENGANTAR....................................................................................... ii DAFTAR ISI...................................................................................................... vi DAFTAR TABEL……………………………………………………………. BAB I : ix PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ........................ 8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 8 D. Metodelogi Penelitian ............................................................... 10 E. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 17 F. Sistematika Penulisan ............................................................... 19 BAB II : LANDASAN TEORI A. Pengertian Implementasi Program ............................................ 21 B. Dinamika Kelompok 1. Pengertian Dinamika........................................................... 22 2. Pengertian Kelompok.......................................................... 22 3. Jenis-Jenis Kelompok ......................................................... 30 C. Pengertian Dinamika Kelompok 1. Pengertian Dinamika Kelompok ......................................... 32 2. Manfaat Dinamika Kelompok............................................. 34 3. Proses Dinamika Kelompok………………………………. 36 vi 4. Peran Pekerja Sosial…………………………………….... 42 5. Prinsip-prinsip Praktek Pekerja Sosial dengan Orang Tua…………………………………………. 43 D. Lanjut Usia 1. Pengertian Lanjut Usia…………………..……………….. 43 2. Kebutuhan Lanjut Usia…………………..………………. 45 BAB III : PROFIL LEMBAGA A. Latar Belakang Berdirinya PSTW Budi Mulia 1 ...................... 47 B. Visi, Misi dan Tujan.................................................................. 48 C. Falsafah Lembaga…………………………………………….. 49 D. Struktur Organisasi…………………………………………… 50 E. Jagkauan Layanan……………………………………………... 51 F. Sarana dan Prasarana Lembaga………………………………. 52 G. Kemitraan dengan Pihak Luar………………………………… 54 H. Sumber Daya Manusia………………………………………… 55 I. Program………………………………………………………. 57 BAB VI : TEMUAN DAN ANALISA A. Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lansia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung……………………………. . 59 B. Perubahan yang didapatkan lanjut usia dari implementasi dinamika kelompok yang telah diberikan oleh Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia di lihat dari aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual…………................................................................. 77 vii BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................... 97 B. Saran.......................................................................................... 98 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 100 LAMPIRAN-LAMPIRAN viii DAFTAR TABEL Tabel 1. Rancangan Informan……………………………………........... 13 Tabel 2. Struktur Organisasi Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1……………………………………………......... Tabel 3. 50 Staff Yang Terlibat Dalam Pelaksanaan Dinamika Kelompok di PSTW Budi Mulia 1………………………………………. 61 Tabel 4. WBS yang Mengikuti Kegiatan Dinamika Kelompok……….. 77 Tabel 5. Perubahan Aspek Biosikososial Spiritual…..………………. ix 92 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia (lansia) merupakan suatu fase normal dari tahap-tahap perkembangan manusia. Sesungguhnya lansia merupakan proses dan perjalanan hidup secara alami. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua. Selain itu lanjut usia juga memiliki masalah terhadap kesehatan, kehilangan pengalaman antar pribadi, kehilangan status dan peranan sosial. Proses menjadi tua menghadapkan orang pada salah satu tugas kehidupan yang paling sulit dalam perkembangan hidup manusia. Oleh sebab itu lanjut usia sering kali dihadapkan berbagai masalah yang kompleks yang memerlukan pertolongan dan pelayanan sosial yang memadai. 1 Menjadi tua umumnya dipandang sebagai proses penurunan total. Kemampuan pemahaman pada lanjut usia tidak lagi dapat mengembangkan potensi dalam dirinya sampai ke taraf yang dibutuhkan untuk menghadapi tuntutan sosial secara memadai. Menurut seorang ahli psikologi dari Universitas Washington yakni Jack Botwinick, lanjut usia mengalami penurunan kemampuan dalam beberapa hal, misalnya menurunnya kecepatan di mana hilangnya sel-sel pada sumsum tulang belakang yang memperlambat gerak refleks. Seseorang yang berusia 80 tahun berjalan lebih lambat dibandingkan masa mudanya. Penurunan yang kedua terjadi ialah melambatnya proses berfikir. Orang tua 1 Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial Dengan Lanjut Usia” (Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS): Bandung) h. 42. 1 2 yang sehat tidak akan kehilangan kemampuan memberikan pertimbangan dan berfikir abstrak.2 Elizabeth B. Hurlock menggambarkan secara umum kondisi lanjut usia yaitu keadaan fisik lemah dan tak berdaya sehingga harus tergantung pada orang lain, status ekonominya juga sangat terancam sehingga harus melakukan perubahan besar dalam pola hidupnya untuk menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan fisik, lanjut usia juga mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang semakin bertambah, belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagai orang dewasa. Dan merasakan kebahagian dari aktivitas yang sesuai dengan lanjut usia menganti aktivitas yang lama dengan yang cocok. 3 Para lanjut usia seharusnya mendapatkan tempat di mata masyarakat, dihormati dan dibahagiakan. Namun pada kenyataannya, para lanjut usia tidak semuanya dapat tinggal di lingkungan keluarganya dan beberapa lanjut usia ada yang terlantar. Dalam ajaran Islam juga sudah dijelaskan bahwa setiap manusia akan mengalami perubahan hidup, dari keadaan yang lemah menjadi kuat, setelah kuat akan kembali menjadi lemah. Sebagaimana yang tercantum dalam Q.S Ar-Rum 30 ayat 54: 2 Dedy Kurniawan Halim, Psikologi Lingkungan Perkotaan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008) h. 155. 3 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Erlangga, 1984) h. 387. 3 Artinya : “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (Q.S Ar-Rum 30 ayat 54) Dalam ayat ini menjelaskan setiap manusia akan mengalami proses kehidupan, dari masa bayi, masa awal anak-anak, masa akhir anak-anak, masa remaja, masa dewasa, hingga masa lanjut usia. Agama Islam memperlakukan dengan baik para lanjut usia dan mengajarkan metode supaya keberadaan mereka tidak dianggap sia-sia dan tak bernilai oleh masyarakat. “Dukungan terhadap para lansia dan penghormatan terhadap mereka adalah hal yang ditekankan dalam Islam. Nabi Muhammad Saw bersabda, penghormatan terhadap para lansia muslim adalah ketundukan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Beliau mengegaskan, berkah dan kebaikan abadi bersama para lanjut usia kalian.”4 Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2011, pada tahun 2000-2005 Usia Harapan Hidup (UHH) adalah 66,4 tahun (dengan persentase populasi lansia tahun 2000 adalah 7,74%), angka ini di perkirakan akan meningkat pada tahun 2045-2050 yang diperkirakan UHH menjadi 77,6 tahun (dengan persentase populasi lansia tahun 2045 adalah 28,68%). Begitu pula dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi peningkatan UHH. Pada tahun 2000 UHH di Indonesia adalah 64,5 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,18%). Angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 (dengan persentase populasi lansia adalah 7,56%) dan pada tahun 2011 4 Al-Qur’an Online, “Q.S Ar-Rum ayat 54 beserta terjemahannya”, artikel ini di akses pada 31 Januari 2014 pada pukul 12.20 WIB dari http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-ar-ruumayat-46-60.html 4 menjadi 69,65 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,58%). Meningkatnya populasi lanjut usia ini membuat pemerintah perlu merumuskan kebijakan dan program yang ditujukan kepada kelompok penduduk lanjut usia sehingga dapat berperan dalam pembangunan dan tidak menjadi beban bagi masyarakat.5 Di Indonesia sendiri sudah terdapat Undang-Undang mengenai Kesejahteraan Lanjut Usia yakni UU Nomor 13 Tahun 1998 Pasal 1 ayat 1: Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, baik material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaikbaiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai dengan pancasila. Sedangkan pada ayat 2 disebutkan, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Dan mereka dibagi kepada dua kategori potensial (ayat 3) dan lanjut usia yang tidak potensial (ayat 4). Lanjut usia potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa. Sedangkan lanjut usia tidak potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. Bagi lanjut usia tidak potensial (ayat 7) pemerintah dan masyarakat mengupayakan perlindungan sosial sebagai kemudahan pelayanan agar lansia dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar. Selanjutnya pada 5 Kementerian Kesehatan RI, Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia, artikel ini di akses pada 6 Februari 2014 dari http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Lansia.pdf 5 ayat 9 disebutkan bahwa pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial adalah upaya perlindungan dan pelayanan yang bersifat terus-menerus agar lanjut usia dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar.6 Ketika seseorang sudah mencapai usia tua akan mengalami beragam perubahan seperti adanya penurunan kapasitas mental, perubahan peran, serta fungsi-fungsi tubuhnya yang tidak dapat lagi berfungsi dengan baik, maka lanjut usia memerlukan perhatian dari semua pihak, mengingat bahwa keberadaan lanjut usia yang terus menerus meningkat akan menimbulkan permasalahan yang akan mempengaruhi orang lain dikarenakan adanya penurunan kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan dan penurunan untuk melakukan interaksi sosial serta penurunan fisik dan psikis juga akan membawa pengaruh kepada keluarga, lingkungan dan masyarakat. Pada umumnya masyarakat berpendapat bahwa lansia tidak membutuhkan terlalu banyak aktivitas karena kondisi fisik lansia yang mudah lelah, mudah sakit dan juga adanya desakan dari keluarga yang tidak menghendaki lanjut usia untuk berinteraksi di luar rumah. Namun pada kenyataannya lansia sebenarnya masih memerlukan aktivitas rutin yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari seperti kebutuhan bio/fisik, psikologi, sosial dan spiritual. Untuk pemenuhan kebutuhan bio/fisik dapat membuat tubuh lansia menjadi lebih bugar dan tidak mudah jatuh sakit. Untuk pemenuhan psikologis lansia dapat mengisi waktu luangnya seperti bersosialiasi dengan teman sebaya ataupun dengan orang-orang terdekatnya. Untuk pemenuhan sosial lansia dapat berinterkasi dengan baik. Dan untuk 6 Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Kesejahteraan Lansia UU Nomer 13 Tahun 1998 6 pemenuhan spiritual ini merupakan penunjang yang paling penting untuk para lanjut usia, karena di usia mereka yang sudah memasuki fase penutup dalam rentang hidup seseorang maka mereka dapat mengisi waktu luangnya dengan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Apabila pemenuhan kebutuhan bio/fisik, psikologis, sosial dan spiritual lansia tidak dapat terpenuhi maka akan menimbulkan beragam permasalahan terjadi pada kehidupannya sehingga membuat mereka sulit berinteraksi satu dengan yang lainnya. Sejalan dengan usianya yang sudah tua kemampuan organ tubuh pun cenderung menurun, salah paham, cemburu sosial, mudah tersinggung dan tidak nyaman dengan kondisinya saat ini. Adapun lembagalembaga yang peduli terhadap keberadaan lansia dalam peningkatan kesejahteraan sosialnya ini dilakukan oleh Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung, Jakarta Timur. Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung, Jakarta Timur memiliki suatu program kegiatan yang dapat menunjang peningkatan aktivitas lansia yaitu dinamika. Dinamika kelompok ini terbentuk dari beberapa lanjut usia yang memiliki latar belakang sosial yang sama, namun memiliki kepribadian yang bertolak belakang, sehingga dapat menimbulkan tingkat emosional yang tinggi. Hal ini sangat bermanfaat bagi kepercayaan diri dan kepuasan hidup lanjut usia di panti. Dinamika kelompok diberikan untuk membantu perkembangan lansia, agar lansia mampu mengembangkan potensi diri secara berkelompok, mengenal dan berinteraksi satu sama lain dalam kerangka kerjasama serta inisiatif memiliki kepemimpinan melalui media 7 permainan dalam kelompok. 7 Dengan adanya program dinamika kelompok, mereka mampu menerima dirinya selama berada di dalam panti dan dapat menemukan makna hidupnya serta dapat menjalani aktivitas di masa tuanya dengan penuh makna. Hal tersebut dikarenakan agar para lansia mampu memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif, serta mewujudkan kemandirian dan kesejahteraannya, memelihara sistem nilai budaya dan kekerabatan serta lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.8 Seperti yang telah di uraikan sebelumnya tentang lansia beserta dengan permasalahan dan kebutuhannya yang ditinjau dari berbagai aspek. Penanganan lanjut usia ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana yang memungkinkan terpeliharanya kualitas hidup lanjut usia, tetapi juga masyarakat dan keluarga mempunyai peran penting serta dukungan bagi kehidupan lansia. Hal ini yang membuat penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana implementasi program dinamika kelompok terhadap lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur. Penelitian tersebut akan di tuangkan dalam skripsi berjudul “Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur” 7 Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial Dengan Lanjut Usia”, h. 102. 8 Tony Setiabudhi dan Hardywinoto, Panduan Gerontologi Tinjauan dari Berbagai Aspek, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1999), h. 39. 8 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Pada penelitian ini, penulis memberikan batasan permasalahan yang akan dipaparkan dengan tujuan agar terhindar dari perluasan materi yang akan dibahas serta mengingat keterbatasan penulis dalam hal ilmu pengetahuan, waktu, dana dan tenaga. Maka peneliti membatasi permasalahan yang akan di kaji dalam penelitian ini adalah Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung, Jakarta Timur. 2. Perumusan Masalah Sebagaimana dalam pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana implementasi program dinamika kelompok terhadap lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur? b. Perubahan apa saja yang dirasakan oleh lanjut usia dari program dinamika kelompok yang telah diberikan oleh Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia dilihat dari aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan pembatasan dan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah: 9 a. Untuk mengetahui implementasi program dinamika kelompok terhadap lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur. b. Untuk mengetahui perubahan yang dirasakan oleh lansia dari kegiatan dinamika kelompok yang diberikan oleh Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) di lihat dari aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis 1) Menambah informasi bagi pengembangan ilmu kesejahteraan sosial khususnya pada permasalahan lansia. 2) Bermanfaat menjadi dokumen perguruan tinggi, untuk dijadikan rujukan bagi mahasiswa yang berkonsentrasi pada studi sosial yang berfokus pada kesejahteraan lansia. 3) Menjadi bahan pijakan untuk penelitian selanjutnya. b. Manfaat Praktis 1) Diharapkan dapat menambah informasi bagi para pembaca, mengenai program bimbingan sosial yang di berikan oleh Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur. 2) Merupakan masukan untuk penelitian lebih lanjut khusunya penelitian terapan yang berkaitan dengan bimbingan sosial terhadap lansia. 3) Memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuat kebijakan kesejahteraan sosial khususnya yang terfokus pada kesejahteraan lansia. 10 D. Metodologi Penelitian Metode penelitian merupakan suatu proses yang harus dilalui dalam suatu penelitian agar hasil yang diinginkan dapat tercapai. Metode penelitian ini kemudian dibagi menjadi: 1. Pendekatan Penelitian Pada penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, yaitu metode penelitian yang dihasilkan dari data-data yang dikumpulkan dan berupa kata-kata dan merupakan suatu penelitian alamiah. Sebagaimana yang ungkapkan oleh Bogdad dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J. Moleong mendefinisikan metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang mensghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari prilaku orang-orang yang diamati.9 Penelitian kualitatif dieksplorasi dan diperdalam dari fenomena sosial atau lingkungan sosial yang terdiri atas pelaku, kejadian, tempat, dan waktu. Latar sosial tersebut digambarkan sedemikian rupa sehingga dalam melakukan penelitian kualitatif mengembangkan pertanyaan dasar.10 Penelitian kualitatif secara garis besar dibedakan menjadi penelitian kualitatif interaktif yaitu merupakan studi yang mendalam dengan mengunakan teknik pengumpulan data langsung dari subjek dalam lingkungan alamiahnya. Peneliti interaktif mendeskripsikan konteks dari studi, mengilustrasikan pandangan yang berbeda dari fenomena, dan 9 Lexi. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) h. 4. 10 M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almansur, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 25. 11 secara berkelanjutan merevisi pertanyaan berdasarkan pengalaman di lokasi penelitian. Dan penelitian non-interaktif disebut juga penelitian analitis, penelitian non-interaktif menganalisisi dokumen. Peneliti menghimpun, mengidentifikasi, menganalisis dan mengadakan sintesis data untuk kemudian memberikan interpretasi terhadap konsep, kebijakan dan peristiwa yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat diamati.11 Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti memberikan kesempatan pada informan untuk menyampaikan informasi yang sebanyak-banyaknya dan tidak terbatas pada suatu bentuk kuesioner tertutup, melainkan dengan menggunakan wawancara mendalam sesuai dengan metode pengumpulan data yang seringkali digunakan dalam penelitian kualitatif.12 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angkaangka, hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan mungkin menjadi kunci apa yang telah diteliti. Dengan demikian, laporan hasil penelitian akan berisi kutipankutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, video tape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya. Pada 11 12 Ghony dan Almansur, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 65. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV. Alfabeta, 2009), h. 1. 12 penulisan laporan, peneliti menganalisis data yang sangat kaya dan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya.13 3. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung, Jakarta Timur yang berlokasi di Jalan Bina Marga No. 58 Cipayung, Jakarta Timur. Penelitian ini berlangsung dari bulan Maret 2014 sampai Agustus 2014. 4. Teknik Pemilihan Informan Teknik yang digunakan untuk pemilihan informan dalam pengertian ini adalah teknik purposive sampling (tujuan) dimana informan dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai orangorang yang tepat dalam memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Konsep sample dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan bagaimana memilih informan, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang diteliti.14 Penelitian ini menggali data seluas-luasnya dari pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan dinamika kelompok di PSTW Budi Mulia 1, pihak-pihak tersebut antara lain: Pekerja Sosial, Psikolog serta Warga Binaan Sosial (WBS). 13 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 25. 14 Septiawan Santana, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Yayasan Obor, 2007), h. 27. 13 Tabel 1 Rancangan Informan Informan Pekerja Sosial Psikolog Warga Binaan Sosial (WBS) / Lansia Data Yang dicari Jumlah Pelayanan, penggalian dan pemecahan 1 orang masalah melalui program dinamika kelompok, serta tahapan pelaksanaan dinamika kelompok terhadap lansia. Pemhaman tentang perilaku individu 2 orang ataupun kelompok yang menjadi sasaran layanan WBS Dalam hal ini penulis mencari data 4 orang berdasarkan beberapa kategori, diantaranya ialah: gender, usia, suku, dan lain sebagainya. Agar penulis dapat mengetahui manfaat, serta perubahan perilaku dari pelaksanaan dinamika kelompok, serta menggali informasi mengenai implementasi program dinamika kelompok terhadap lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1. 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data diperlukan untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan serta dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan ini. Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan: a. Observasi Obeservasi atau pengamatan merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan atau diperbincangkan para responden dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. 15 Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi, atau pengamatan, 15 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 115. 14 secara langsung kegiatan pembinaan keterampilan. Dalam observasi peneliti melakukan pencatatan apa yang bias dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, diraba oleh tangan kemudian peneliti tuangkan dalam penulisan skripsi sesuai dengan yang dibutuhkan. b. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu untuk memperoleh keterangan dengan tujuan penelitian. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan (interviewer) dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang dilakukannya sambil bertatap muka dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. 16 Dalam penelitian yang dilakukan, teknik wawancara ini merupakan teknik yang terpenting karena dalam penelitiannya peneliti melakukan wawancara dengan Pekerja Sosial, Psikolog dan Warga Binaan Sosial (WBS) PSTW Budi Mulia 1, guna memperoleh data yang diperlukan. c. Teknik dokumentasi Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku yang berkaitan mengenai pendapat, teori, maupun hukum dan lain-lain. Oleh sebab itu dalam setiap penelitian tidak dapat dilepaskan dari literatur-literatur ilmiah, sehingga kegiatan 16 Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 186. 15 kepustakaan ini menjadi sangat penting. 17 Penerapan teknik dokumentasi dalam penelitian ini adalah peneliti mengkaji dokumen-dokumen yang berkaitan dengan permasalahan guna dijadikan sebagai sumber penelitian. 6. Sumber Data Jika dilihat dari sumbernya, teknik pengumpulan data terbagi menjadi dua bagian, yaitu: a. Data primer Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari para informan yang ada di panti pada waktu penelitian. Data primer ini diperoleh melalui pengamatan, dan wawancara. Informan dalam data primer ini adalah Pekerja Sosial, Psikolog, dan Warga Binaan Sosial (WBS di PSTW Budi Mulia 1. b. Data sekunder Data sekunder dalam penelitian ini adalah sumber-sumber pendukung yang berupa catatan atau dokumen yang diambil dari berbagai literatur, buku-buku, internet, tulisan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, seperti brosur, arsip, dan lain-lain. 7. Analisis Data Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat merumuskan hipotesis kerja seperti yang 17 Nawawi Hadari, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2007), h. 133. 16 disarankan oleh data. 18 Metode analisa yang digunakan adalah metode deskripsi analisis yakni dengan cara mengumpulkan data dan kemudian diusun, disajikan, baru kemudian dianalisis untuk mengungkapkan arti dari data tersebut. Cara penafsiran dalam penelitian adalah menelaah seluruh data yang tersedia. Data yang terkumpul tersedia dari berbagai sumber dan terdiri dari wawancara, catatan lapangan dan tanggapa peneliti, gambar, foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel dan sebagainya yang didapatkan di tempat penelitian lalu hasil penelitian serta analisisnya diuraikan dalam suatu tulisan ilmiah yang berbentuk narasi, kemudian dari analisis yang telah dilakukan diambil dari suatu kesimpulan. 8. Keabsahan Data Teknik keabsahan data dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut: a. Kriteria Kredibilitas (derajat kepercayaan), yaitu kriterium ini dapat menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (triangulasi), hal ini dicapai dengan jalan (a) membandingkan dokumen dari Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 dengan hasil wawancara dengan Warga Binaan Sosial (WBS). (b) membandingkan antara jawaban yang diberikan Pekerja Sosial dengan jawaban warga binaan sosial mengenai program dinamika kelompok. 18 Moleong, Metedologi Penelitian Kualitatif, h. 280. 17 b. Kriteria Kepastian, menurut Scriven, yaitu masih ada unsur “kualitas” yang melekat pada objektivitas. Hal itu digali dari pengertian bahwa jika sesuatu itu objektif, berarti dapat dipercaya, faktual, dan dapat dipastikan. 19 Dalam penelitian ini, peneliti dapat membuktikan datadata ini terpercaya yaitu dengan data-data yang didapat dari hasil wawancara terhadap subyek penelitian. Adapun dari segi faktual adalah melihat pada implementasi program dinamika kelompok terhadap lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur. Dalam hal ini peneliti dapat memastikan, bahwa Implementasi Program Dinamika Kelompok terhadap Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur melalui hasil wawancara terhadap subyek penelitian. 9. Pedoman Penulisan Skripsi Penulisan dalam penelitian ini mengacu pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)” karya Hamid Nasuhi yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008. E. Tinjauan Pustaka Setelah penulis melakukan studi kepustakaan telah banyak buku-buku yang berhubungan dengan lansia. Penulis juga melakukan studi kepustakaan terhadap beberapa skripsi terdahulu yang berkaitan, terutama yang melakukan penelitian di Panti Sosial Tresna Werdha: 19 Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, h. 326. 18 1. Dinamika Kelompok Lanjut Usia di Panti Werdha (kasus : Panti Sosial Tresna Werdha Sukma Raharja, Kel Paledang, Kec Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat), oleh: Selfia Kusumawati pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian, ITB. Dalam skripsi ini lebih ditekankan mengenai bagaimana konsep diri yang dapat berdampak terhadap dinamika kelompok, berbeda dengan penelitian penulis yang mengkaji mengenai implementasi program dinamika kelompok dalam meningkatkan aktivitas lanjut usia. 2. Pengembangan Keterampilan Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan, oleh : Siti Barkah pada Program Studi Kesejahteraan Sosial, UIN mengkaji mengenai Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini pengembangan keterampilan terhadap lansia, perbedaannya terletak pada subjek penelitiannya. Inti dari perbedaan skripsi yang penulis buat dengan beberapa skripsi diatas adalah terletak pada subyek dan obyek penelitiannya, dimana penulis melakukan penelitian dengan subyeknya Implementasi program dinamika kelompok, dan obyeknya adalah Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1. 19 F. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pembahasan masalah dalam penelitian ini, penulis berusaha membuat sistematika khusus dengan jalan mengelompokkan berdasarkan kesamaan dan hubungan masalah yang ada. Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab dan masing-masing bab akan di bagi lagi menjadi subbab, yaitu sebagai berikut: BAB I Pendahuluan yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan. BAB II Tinjauan Teoritis yang terdiri dari: Pengertian Implementasi Program, Pengertian Dinamika kelompok: Pengertian Dinamika, Pengertian Kelompok, serta Pengertian Dinamika kelompok, Pengertian Lanjut Usia dan kebutuhannya. BAB III Dalam bab ini yang akan dipaparkan adalah mengenai profil lembaga Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung, Jakarta Timur, yang mencakup: Sejarah Berdirinya Panti, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, Pengasramaan Panti, Proses Pelayanan Program-Program dan Bimbingan Keterampilan PSTW Budi Mulia 1, serta Kerjasama PSTW Budi Mulia 1 BAB IV Hasil analisa dari Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung, Jakarta Timur. 20 BAB V PENUTUP Yang terdiri dari kesimpulan dan sarah terhadap hasil penelitian pada bab-bab sebelumnya, guna menghasilkan masukan terhadap program lembaga. 21 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pengertian Implementasi Program Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi kata implementasi adalah pelaksanaan atau terapan. Sedangkan definisi kata program adalah rancangan mengenai asas serta usaha (dalam ketatanegaraan, perekonomian, dan sebagainya) yang akan dijalankan.1 Program adalah sederetan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh seseorang atau kelompok organisasi, lembaga, bahkan negara. Suharismi Arikunto mengungkapkan bahwa program adalah sederetan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai kegiatan tertentu.2 Program merupakan aktivitas atau kegiatan yang ditunjukan untuk mencapai suatu perubahan terhadap kelompok sasaran tertentu.3 Berdasarkan definisi diatas, maka implementasi program adalah pelaksanaan atau penerapan dari rancangan mengenai usaha yang telah dibuat sebelumnya. Atau dengan kata lain implementasi program adalah pelaksanaan atau perencanaan dari rancangan atau program yang telah disusun atau disepakati bersama. 1 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa IndonesiaEdisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 427. 2 Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Jogjakarta: Bina Aksara. 1998), h.33. 3 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2006), h.120. 21 22 B. Dinamika Kelompok 1. Pengertian Dinamika Secara harfiah dinamika merupakan bagian dari ilmu fisika tetang benda-benda yang bergerak dan tenaga yang menggerakannya. Dinamika berasal dari istilah dinamis yang berarti sifat atau tabiat yang bertenaga atau berkemampuan, serta selalu bergerak dan berubah-ubah. Dinamika menurut Munir adalah suatu sistem ikatan yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi antara unsur satu dengan unsur lainnya karena adanya penelitian langsung di antara unsur-unsur tersebut. Jika salah satu unsur sistem mengalami perubahan maka akan membawa pula pada unsur-unsur lainnya.Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan.Dinamika juga berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok dengan kelompok secara keseluruhan.4 2. Pengertian Kelompok Kelompok merupakan suatu unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi. Dengan demikian kelompok menunjukan pada adanya kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang berinteraksi secara intensif dan teratur, sehingga dalam kelompok tersebutterjadi pembagian tugas, 4 Wildan Zulkarnain, Dinamika Kelompok,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h.25. 23 struktur dan norma tertentu, serta diikat perasaan hangat pada anggotaanggotanya.5 Secara umum kelompok dapat diartikan sebagai kumpulan dari dua orang atau lebih yang membentuk kesepakatan untuk mencapai tujuan tertentu. Hartford mendefinisikan kelompok sebagai kumpulan yang terdiri dari dua orang atau lebih yang bersatu dikarenakan memiliki tujuan yang sama yang kemudian bersepakat untuk merumuskan norma sebagai basis bagi mereka dalam beraktivitas, mencapai tujuan bersama, dan dalam membentuk perasaan kebersamaan.6 Selain itu pula kelompok dapat diartikan sebagai sesuatu yang alami, karena manusia merupakan makhluk sosial yang akan berinteraksi satu dengan yang lain sehingga membentuk kelompokkelompok tertentu. Terdapat banyak definisi dari kelompok.Banyak ahli dari disiplin ilmu yang membahas tentang kelompok namun bila dilihat dari sudut kebenaran, semua definisi tersebut benar karena melihat dari sudut pandang dan penekanan yang berbeda. Berkaitan hal tersebut, Johnson Menjabarkan tujuh definisi yang paling umum tentang kelompok yaitu: a. Tujuan Kelompok dapat diartikan sebagai sejumlah orang yang berkumpul bersama untuk mencapai suatu tujuan.Kelompok 5 Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial Dengan Lanjut Usia”(Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS): Bandung), h.104. 6 Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Industri (Memperkuat Corporate Sosial Responsibility) (Bandung: Alfabeta Bandung, 2009), h.38. 24 tersebut ada karena untuk suatu alasan. Orang membentuk kelompok untuk mencapai tujuan yang tidak dapat mereka capai sendiri. Yang menjadi pertanyaan apakah kelompok tetap ada tanpa adanya tujuan yang menguntungkan yang berusaha dicapai oleh para anggotanya? Freeman, pada awal tahun 1936, mengatakan bahwa orang-orang membentuk kelompok untuk mencapai tujuan umum. b. Ketergantungan Kelompok dapat diartikan sebagai kumpulan orang-orang yang bergantung dalam beberapa hal. Setiap kelompok indvidu bukanlah kelompok sebelum ada sebuah pristiwa yang mempengaruhi mereka satu sama lain. Zanden menyatakan kelompok adalah sekumpulan individu yang memiliki perasaan senasib, sehingga perasaan yang satu dapat dirasakan oleh anggota lain. Ketergantungan ini memang berbeda antara satu anggota dengan anggota yang lainnya, walaupun diakui bahwa keeratan keanggotaan kelompok tergantung dari tingkat ketergantungan anggota satu dengan anggota yang lainnya. c. Interaksi antar Individu Kelompok dapat diartikan sebagai sejumlah individu yang berinteraksi satu sama lain, sehingga kelompok tidak ada sebelum adanya interaksi. Homans menyatakan kelompok adalah sejumlah individu yang melakukan komunikasi selama jangka waktu tertentu secara langsung tanpa melalui perantara. Definisi ini 25 mendeskripsikan pengertian kelompok berdasarkan yang dilihat oleh teori ketergantungan. Bedanya teori ketergantungan dilihat dari sudut vertikal, sedangkan teori interaksi Homans melihat dari sudut horizontal yang menitik beratkan pada jaringan-jaringan sosial yang sekaligus berfungsi sebagai media interaksi dan perekat kelompok. d. Persepsi Keanggotaan Kelompok dapat diartikan sebagai suatu kesatuan sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih yang menganggap diri mereka berada dalam suatu kelompok. Para anggota kelompok masuk ke dalam kelompok kerena memiliki persepsi sendiri tentang kelompok itu. Interaksi di dalam kelompok, terutama tatap muka, akan menimbulkan makna tersendiri. Makna tadi ditangkap melalui indra yang berproses melalui persepsi. Menangkap impresi-impresi melalui persepsi akan dapat melahirkan prilaku kelompok oleh individu sebagai anggota kelompok. e. Hubungan Terstruktur Kelompok diartikan sebagai sekumpulan individu yang interaksinya tersusun oleh serangkaian peran dan norma-norma. Hal ini sesuai dengan para ahli sosiologi yang memandang kelompok sama dengan organisasi. Sehingga para ahli tersebut beranggapan bahwa sesuatu itu dapat dikatakan sebagai kelompok (Soekanto) apabila: 1) Setiap anggota harus sadar bahwa dia merupakan bagian dari kelompok. 26 2) Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan yang lain. 3) Minimal harus terdapat sesuatu faktor yang merupakan milik bersama, sehingga mempererat hubungan antar anggota. 4) Memiliki sistem dan berproses. f. Motivasi Kelompok dapat diartikan sebagai sekelompok individu yang mencoba untuk memuaskan beberapa kebutuhan pribadi melalui kebersamaan mereka. Berdasarkan definisi ini, sekelompok orang bukanlah kelompok sebelum mereka terdorong oleh alas an pribadi untuk bergabung dalam sebuah kelompok. Orang-orang menjadi anggota kelompok untuk mendapatkan penghargaan atau untuk memuaskan keanggotaan mereka. Homans, menyatakan bahwa kelompok akan tetap kompak apabila dalam pertimbangannya selalu memiliki unsur pertimbangan keuntungan dan kerugian. Jika anggota kelompok merasa mendapat keuntungan maka kelompok itu akan tetap utuh. Sebaliknya apabila tidak, maka kelompok tersebut kemungkinan akan bubar. Agar kelompok tetap utuh dan anggotanya merasa mendapatkan keuntungan, maka diperlukan pemimpin.Fungsi pemimpin menjaga keselarasan dan mendistribusikan keuntungan pada seluruh anggota. Keberhasilan pemimpin menjadikan anggota termotivasi untuk bertahan dalam kelompoknya. Sehingga kehendak anggota mendominasi secara kuat terhadap semua gerak kelompok. 27 g. Pengaruh yang Meguntungkan Kelompok diartikan sebagai sekelompok orang yang mempengaruhi satu sama lain. Sekelompok orang bukanlah suatu kelompok, sebelum mereka mempengaruhi dan dipengaruhi satu sama lain dan karakter dasar yang menjelaskan suatu kelompok adalah pengaruh antar pribadi. Selanjutnya Suprihanto dkk, menyatakan kelompok sebagai kumpulan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dengan cara-cara tertentu sehingga perilaku dan atau prestasi seseorang mempengaruhi perilaku dan atau prestasi orang lain. Secara tegas Shaw menyimpulkan kelompok adalah dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dalam hal-hal tertentu sehingga setiap orang akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang lain. Definisi tersebut mencoba mencari kompromi untuk memadukan penekanan pada berbagai macam definisi. Walaupun Shaw tidak menjelaskan interaksi itu sendiri dalam bentuk yang bagaimana. Sebab orang berkelahipun disebut berinteraksi satu dengan lainnya. Hal ini merupakan suatu kelemahan yang perlu diperhatikan. Akhirnya upaya yang dapat dilakukan ialah sekedar mengindentifikasi aspek-aspek yang ditonjolkan oleh masingmasing definisi, kemudian dalam penggunaan tinggal mengadakan penyesuaian dengan apa yang menjadi sasaran. Adapun idetifikasi tersebut menurut Sudjarwo ialah: 28 1) Sesuatu dapat disebut sebagai kelompok apabila memiliki anggota minimal dua orang atau lebih. 2) Setiap anggota memiliki peluang yang sama untuk berinteraksi dan tidak menutup kemungkinan adanya bentuk pola ketergantungan. 3) Kelompok mempunyai tujuan dan semua kegiatan diarahkan pada pencapaian tujuan tersebut. 4) Tujuan kelompok ditetapkan sebagai manifestasi tujuan anggota. 5) Pola interaksi antar anggota kelompok cenderung stabil dan terpelihara serta terbuka terhadap penambahan anggota baru. Pendapat senada dikemukakan Sahertian bahwa kelompok terdiri atas sejumlah individu setidaknya dua atau lebih yang berinteraksi sosial untuk mencapai tujuan yang sama dan bertindak dengan pola yang terorganisir. Berdasarkan pendapat para ahli maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kelompok merupakan suatu perkumpulan antara beberapa individu yang saling bekerja sama dan saling berinteraksi dan memiliki satu tujuan yang sama agar dapat memenuhi kebutuhan pribadi melalui kebersamaan mereka dan dapat mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Selain itu ada pula teori pembentukan kelompok salah satu diantaranya ialah teori Activity Interaction-Sentiment Theory, teori ini sering disebut juga dengan teori AIS dari Homans dengan konsepsi dasar yang berpijak pada dasar pemikiran sebagai berikut: 29 a. Semakin banyak seseorang melakukan aktivitas bersama dengan orang lain, maka semakin banyak interaksi yang dapat menumbuhkan rasa kebersamaan. b. Semakin sering seseorang melakukan interaksi, maka semakin sering seseorang tersebut membagi perasaan dengan orang lain. c. Semakin seseorang memahami perasaan orang lain maka akan semakin tinggi frekuensi interaksi dilakukan, berarti juga semakin sering aktivitas dilakukan.7 Teori ini tampaknya akan mencoba mengembangkan alternarif baru yang mungkin dapat dikembangkan dari aktivitas yang dilakukan, interaksi yang dikembangkan, serta perasaan yang ditimbulkan. Salah satu metode pekerjaan sosial yang menggunakan kelompok sebagai media dalam proses pertolongan professional ialah dengan menggunakan terapi kelompok. Terapi kelompok ditunjukan untuk memfasilitasi individu agar dapat beradaptasi baik secara sosial, tingkah laku, dan emosional melalui proses kelompok. Biasanya, anggota kelompok dari terapi kelompok adalah mereka yang mengalami kesulitan emosional, kesulitan prilaku maupun interaksi dengan orang lain.8 7 Zulkarnain, Dinamika Kelompok,h. 18. Siti Napsiyah dan Lisma Diawati Fuaida, Belajar Teori Pekerjaan Sosial, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) h.18. 8 30 3. Jenis-Jenis Kelompok Adapun beberapa jenis kelompok diantaranya ialah:9 1. Kelompok primer dan sekunder Kelompok primer memiliki ciri-ciri antara lain bahwa setiap anggota melakukan kontak dengan anggota lainnya secara akrab dan berkelanjutan seperti dalam keluarga dan kelompok bermain anak-anak. Sedangkan kelompok sekunder dibentuk atas dasar minat yang sama, misalnya satuan kelas di sekolah dan pencinta alam. 2. Sociogroup dan Psychogroup Kelompok Sociogroup tekanannya pada hal-hal yang harus dikerjakan bersama.Pada kelompok Psychogroup tekanannya pada hubungannya antar pribadi.Namun tekanan itu dapat digeser sehingga kelompok sociogroup menjadi psychogroup dan sebaliknya.Misalnya dalam kelompok yang dibentuk untuk kepentingan kegiatan bimbingan, perbedaan antar kedua macam kelompo itu tidak begitu tajam, karena disamping mengusahakan seuatu bersama, pembinaan hubungan antar pribadi juga harus diperhatikan. 3. Kelompok yang terorganisir dan kelompok yang tidak terorganisir. Kelompok yang terorganisir terdapat diferensiasi yang membedakan antara peranan-peranan yang diperoleh anggota 9 Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial Dengan Lanjut Usia”, h. 104-105. 31 sehingga dapat suatu struktur, misalnya salah seorang berperan sebagai pemimpin atau ketua.Struktur itu dapat bersifat sangat formal dan kompleks. 4. In group dan out group Dalam kelompok ingroup para anggotanya merasa terikat satu sama lain dan menunjukan loyalitas satu sama lainnya. Dalam kelompok out group anggota berasal dari yang bukan anggota kelompok tertentu sehingga diantara mereka tidak terdapat loyalitas, rasa simpati dan rasa keterikatan, bahkan mungkin terdapat rasa antipasti dan rasa benci.Kelompok untuk kepentingan kegiatan bimbingan tidak pernah mengikuti pola perbedaan ini karena kelompok atau gabungan itu tidak pernah menghasilkan perbedaan tajam, antar anggota kelompok. 5. Kelompok yang keanggotaannya bebas serta atas dasar sukarela dan kelompok yang keanggotaannya diwajibkan. Diantara kelompok/group yang dibentuk untuk kegiatan bimbingan ada yang dibentuk atas dasar sukarela, dan ada yang dibentuk atas dasar kewajiban sebagai siswa yang bersekolah/mahasiswa yang kuliah di institut tertentu. 6. Kelompok Tertutup dan Kelompok Yang Terbuka. Kelompok tertutup terdiri dari mereka yang mengikuti kegiatan kelompok sejak permulaan dan tidak menerima anggota baru sampai kegiatan kelompok berhenti. Sedangkan kelompok terbuka memungkinkan ada orang lain masuk selama 32 kelompok berlangsung. Kelompok atau grup kecil yang dibentuk dengan tujuan khusus cenderung bersifat tertutup, misalnya kelompok konseling, sedangkan kelompok atau grup besar lebih bersifat terbuka, misalnya satuan kelas bila ada siswa baru masuk. C. Pengertian Dinamika Kelompok 1. Pengertian Dinamika Kelompok Dalam Kamus Manajemen, dinamika kelompok diartikan sebagai penilaian prilaku kelompok dan perorangan serta interaksi perilaku anggota kelompok; penilaian tersebut di gunakan untuk meningkatkan efektivitas kelompok.10 Pengertian dinamika dan pengertian kelompok apabila digabungkan akan menjadi pengertian dinamika kelompok. Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan lainnya dimana hubungan psikologis tersebut berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama-sama. Dinamika kelompok menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah.11 Johnson mendefinisikan dinamika kelompok sebagai suatu lingkup pengetahuan sosial yang berkosentrasi pada pengetahuan tentang hakikat kehidupan kelompok.dinamika kelompok adalah studi ilmiah tentang perilaku dalam kelompok untuk mengembangkan pengetahuan tentang haikat kelompok, pengembangan kelompok, hubungan kelompok dengan 10 B.N. Marbun, SH., Kamus Manajeman, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005) h. 65. Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial Dengan Lanjut Usia”, 11 h. 104. 33 anggotanya, dan hubungan dengan kelompok lain atau kelompok yang lebih besar. Pengertian dinamika kelompok memiliki beberapa unsur, diantaranya ialah: a. Adanya kumpulan dua orang atau lebih. b. Melakukan interaksi. c. Anggota saling memperngaruhi satu dengan yang lainnya. d. Keadaan kelompok dari waktu ke waktu sering berubah- ubah/bergerak. Berdasarkan pokok pengertian dinamika kelompok dapat ditarik berbagai persoalan yang menjadi objek studi dinamika kelompok. Persoalan dinamika kelompok ialah semua gejala kejiwaan yang disebabkan oleh kehidupan bersama dalam kelompok, yang di uraikan Benedict dalam Santosa sebagai berikut: a) Persatuan; hal ini berkaitan dengan tingkah laku anggota kelompok seperti proses pengelompokam, intensitas anggota, arah pilihan, nilai manfaat kelompok. b) Dorongan; yaitu persoalan minat anggota terhadap kehidupan berkelompok c) Stuktur; yakni persoalan pada bentuk pengelompokan dan bentuk hubungan, perbedaan kedudukan antar anggota, pembagian tugas, keterlibatan kerja. d) Pemimpin; yakni persoalanpada bentuk, tugas, system kepemimpinan dan sebagainya. 34 e) Perkembangan kelompok; persoalannya menentukan kehidupan kelompok yang terlibat pada perubahan dalam kelompok, ketentraman anggota dalam kelompok, perpcahan kelompok dan lain sebagainya. Kurt Lewin sebagai perintis ilmu dinamika kelompok menyatakan bahwa dinamika kelompok sebagai cabang suatu ilmu yang mempelajari tenaga-tenaga yang bekerja dalam kelompok, penyebab terjadinya tenaga tersebut, kondisi yang bisa mengubah tenaga tersebut, serta akibatnya tehadap individu dan kelompok.12 Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat penulis simpulkan bahwa dinamika kelompok merupakan suatu pengetahuan sosial yang menganalisa aktivitas berkelompok dalam hubungan antar anggota kelompok, saling berinteraksi, dan saling mempengaruhi dalam situasi sosial dan kelompok agar mampu bergerak, berkembang dan menyesuaikan diri membangun kelompok dalam satu tujuan. 2. Manfaat Dinamika Kelompok Beberapa pihak menyadari betapa pentingnya mempelajari dinamika kelompok karena beberapa alasan, yaitu individu tidak mungkin hidup sendiri didalam masyarakat, individu tidak dapat bekerja sendiri dalam memenuhi kehidupannya, dan perlu adanya pembagaian kedalam masyarakat yang besar agar pekerjaan dapat terlaksana dengan baik. Fungsi dinamika kelompok menurut Sunarto ialah:13 12 Wildan Zulkarnai, Dinamika Kelompok, h.25. Wildan Zulkarnai, Dinamika Kelompok, h.28. 13 35 a. Individu satu dengan yang lainnya terjadi kerjasama saling membutuhkan sebab individu tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat. b. Melalui dinamika kelompok, segala pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dapat teratasi, mengurangi beban pekerjaan yang besar, sehingga waktu untuk menyelesaikan pekerjaan dapat diatur secara tepat, efektif dan efisien. Sebab dalam dinamika kelompok, pekerjaan besar akan di bagi-bagi sesuai dengan bagian kelompoknya masingmasing. c. Meningkatkan masyarakat yang demokratis, sebab individu satu dengan yang lainnya akan dapat memberikan masukan atau berinteraksi dengan lainnya dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat. Sedangkan tujuan dinamika kelompok antara lain sebagai berikut: a. Membangkitkan kepekaan diri seseorang anggota kelompok terhadap anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai. b. Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling menghormati dan menghargai pendapat orang lain. c. Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok. d. Menimbukan adanya itikad yang baik di antara sesama anggota kelompok. 36 Sehingga manfaat atau faedah mempelajari dinamika kelompok adalah: a. Manfaat bagi perorangan, individu akan memperoleh gambaran tentang partisipasi dari peserta lain, serta dapat menarik pelajaran dan pengalaman berbagai aktifiras yang telah dilakukan dan diceritakan oleh peserta lain. b. Manfaat bagi kelompok, dapat mengetahui cara memecahkan masalah bersama, cara merencanakan bersama, cara menentukan norma bersama, pencapaian konsensus bersama, kerjasama, mengatasi konflik dan cara mengambil keputusan bersama. c. Manfaat bagi organisasi, dapat belajar tentang kerjasama dalam kelompok dan antar kelompok, serta kesatuan bahasa dan komunikasi dalam memecahkan masalah antar kelompok. d. Manfaat bagi pemimpin, dapat menyerasikan antara kepentingan lembaga dan kepentingan anggota organisasi. 3. Proses Dinamika Kelompok Semua kelompok pada hakikatnya memang proses atau dinamika yang dilampaui seseorang dakam rangka menjadi anggota dalam suatu kelompok merupakan hal yang bersifat sangat individual, artinya setiap orang akan berbeda. Semua kelompok pada hakikatnya tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu melalui beberapa tingkatan/tahapan/fase namun bila dilihat secara minimal maka terdapat sejumlah tahapan minimal sebagai berikut: 37 a. Tahap perkenalan. Individu mengadakan orientasi tau perpajakan melalui prilaku yang di tampilkan dan responrespon apa yang diterima. Sedangkan jika kelompok itu baru dibentuk, maka diadakan kesepakatan bersama tentang aturanaturan main yang harus di taati oleh semua anggota. b. Tahap mencari pola. Kelompok masuk ke dalam proses pancaroba, dimana sering terjadi benturan-benturan dalam mencari pola. Sehingga apabila aturan permainan tidak jelas, maka kelompok tersebut akan bubar atau individu yang baru masuk akan vacuum dan kemudian akan keluar. c. Tahap pemantapan norma. Kelompok masuk ke dalam tahap pengakuan akan norma. Benturan-benturan dalam kelompok akan melahirkan norma yang bersifat mengatur atau menata jalannya interaksi dalam kelompok tersebut, serta mengatur peran dan status yang ada. d. Tahap berprestasi. Maksudnya setelah kelompok betul-betul solid maka para anggota mencoba mengembangkan dirinya masing-masing maupun secara bersama-sama, guna mencapai suatu prestasi tertentu sesuai dengan tujuan kelompok tersebut.14 Kondisi fisik lanjut usia sangat berbeda dengan kondisi sebelumnya, keadaaan lanjut usia akan mengalami penurunan baik dari fisik maupun mentalnya. Untuk menumbuhkan semangat hidup lanjut 14 Wildan Zulkarnai, Dinamika Kelompok, h.29. 38 usia, maka diperlukan kegiatan pendamping untuk dapat memilih aktivitas yang sesuai dengan kemampuan dan potensi lanjut usia. Biasanya kegiatan-kegiatan seperti ini diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat rekreatif. Teori aktivitas dikembangkan oleh Palmor dan Lemon et al. yang menyatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan. Dari satu sisi aktivitas lansia dapat menurun, akan tetapi dilain sisi dapat dikembangkan. Dari pihak lansia sendiri terdapat anggapan bahwa proses penuaan merupakan suatu perjuangan untuk tetap muda dan berusaha prilaku mereka semasa mudanya.Pokok-pokok teori aktivitas adalah: a. Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan sepenuhnya dari lansia di masyarakat. b. Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia. Penerapan teori aktivitas ini sangat positif dalam menyusun kebijakan terhadap lansia, karena memungkinkan para lansia untuk berinteraksi sepenuhnya dimasyarakat.15 Perubahan peran dan fungsi sosial memperlihatkan bahwa lanjut usia akan merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari menjadi jauh lebih penting, daripada kuantitas dalam aktivitas yang dilakukan. Keberhasilan lanjut usia dapat dilihat dari aktivitas kesehariannya dan akan terus menunjukan 15 Siti Mariam, Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, (Jakarta: Salemba Medika, 2008), h.50-51. 39 peningkatan apabila lanjut usia melakukan peningkatan mutu dalam aktivitas keseharian dilakukan oleh para lanjut usia. Ketika lansia memiliki aktivitas sehari-hari yang tinggi, maka akan di ikuti dengan meningkatnya keberhasilan di masa tuanya. Begitu pula sebaliknya, apabila aktivitas sehari-harinya rendah maka akan diikuti dengan menurunnya tingkat keberhasilan lansia. Menghadapi kenyataan ini maka seorang pekerja sosial harus mengetahui dan memberikan pelayanan yang memadai agar kegiatan sehari-hari mereka tidak mengalami hambatan. Adapun seorang pekerja sosial mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Pekerja sosial juga menggunakan pendekatan-pendekatan sistematis berdasarkan sejumlah pengetahuan dan penelitian. Pendekatan biopsikososial spiritual pekerjaan sosial menawarkan suatu perspektif yang luas dalam prilaku manusia.pendekatan ini digunakan untuk mengakses berbagai situasi dalam konteks komunitas, keluarga, dan lingkungan sosial yang lebih luas. Situasi ini dipahami sebagai gabungan antara faktor-faktor fisik, psikologi, sosial, dan spiritual. Dengan kata lain kebutuhan manusia dan sumbersumber untuk memenuhi kebutuhan tersebut di pandang sebagai kesatuan yang saling terkait.16 Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologi, teori psikologis, teori sosial dan teori spiritual. 17 16 Albert R. Roberts dan Gilbert J. Greene, Buku Pintar Pekerja Sosial, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2009), h.13-15. 17 Siti Maryam, Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, h.46-54. 40 a) Teori Biologis/Fisik Pada teoribiologidikenal dengan istilah “pemakaian dan perusakan” (wear and tear) yang terjadi karena kelebihan usaha dan stress yang menyebabkam sel-sel tubuhn menjadi lelah.Pada teori ini juga didapatkan terjadinya peningkatan jumlah kolagen dalam tubuh lansia, tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.Pelayanan aspek fisik bertujuan untuk memelihara kondisi fisik dan mempertahankan kebugaran lansia. b) Teori Psikologi Pada lanjut usia, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif.Kepribadian individu yang terdiri atas motovasi dan itelegensi dapat menjadi karakteristik konsep diri yang positif dapat menjadikan seseorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ditunjang dengan status sosialnya.Adanya penurunan intelektualitas yang meliputi presepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi. Persepsi merupakan kemampuan interprestasi pada lingkungan. Dengan adanya penurunan fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi pula penurunan kemampuan untuk menerima, memproses, dan merespon stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi/reaksi yang berbeda dari stimulus yang ada.Kemampuan kognitif dapat dikaitkan dengan penurunan fisiologis 41 organ otak.Selain keadaan fungsional organ otak, kurangnya motivasi pada lansia juga berperan. Motivasi akan semakin menurun dengan menganggap bahwa lansia itu sendiri merupakan beban bagi orang lain. c) Apek Sosial Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan diantaranya yaitu teori interaksi sosial, teori penarikan diri, teori aktivitas, teori kesinambungan, teori perkembangan, dan teori stratifikasi usia.Simmons, mengemukakan bahwa kemampuan lansia akan terus menerus menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya. d) Aspek Spiritual Komponen spiritual merujuk pada pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan.James Fowler meyakini bahwa kepercayaan/ dimensia spiritual adalah suatu kekuatan yang memberi arti kehidupan bagi seseorang.Fowler menggunakan istilah kepercayaan sebagai suatu bentuk pengetahuan dan cara berhubungan dengan kehidupan akhir. Menurutnya, kepercayaan adalah suatu fenomena timbal balik, yaitu suatu hubungan aktif antara seseorang dengan orang lain dalam menanamkan suatu keyakinan, cinta kasih dan harapan. 42 4. Peran Pekerja Sosial Adapun peran pekerja sosial dalam pelaksanaan dinamika kelompok selain menjadi fasilitator ialah sebagai berikut18: a) Fasilitator Melihat bahwa banyak waktu yang digunakan oleh community worker dihabiskan dalam kelompok-kelompok yang ada di masyarakat. Karena itu keefektifan kerja dari community worker juga akan sangat terkait dengan keterampilannya untuk berinteraksi dengan kelompok. b) Pemercepat Perubahan (Enabler) Sebagai enabler seorang community worker membantu masyarakat agar dapat mengartikulasikan mengidentifikasikan masalah mereka, kebutuhan dan mereka, mengembangkan kapasitas mereka agar dapat menangani masalah yang mereka hadapi secara lebih efektif.Peran sebagan enabler ini adalah peran klasik dari seorang pekerja sosial. Dasar filosofis dari peran ini adalah “help people to help themselves” c) Perencana Sosial (Sosial Planner) Seseorang perencana sosial mengumpulkan data mengenai masalah sosial yang terdapat pada komunitas, menganalisisnya dan menyajikan alternative tindakan yang rasional untuk menangani permasalahan tersebut.Setelah itu perencanaan sosial mengembangkan program, mencoba mencari alternatif sumber 18 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis), (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2001) h. 62-65. 43 pendanaan, dan mengembangkan berbagai minat ataupun kepentingan. 5. Prinsip-Prisip Praktek Pekerja Sosial Dengan Orang Tua Menurut Abraham Monk praktek pekerja sosial harus sesuai pada kerangka konseptual sesuai dengan nilai-nilai profesi, prinsip dan tujuan praktek pekerjaan sosial dengan orang yang lebih tua. Adapun prinsipprinsip praktek pekerja sosial dengan orang tua ialah sebagai berikut:19 a. Membantu seseorang dalam memperluas kompetensi mereka dan meningkatkan kemampuan untuk memecahkan permasalahan mereka. b. Membantu seseorang dalam memperoleh pelayanan. c. Membuat organisasi responsive terhadap orang-orang dan pengaruh antara organisasi dengan lembaga. d. Memfasilitasi interaksi lansia dan orang lain dalam lingkungan mereka. e. Mempengaruhi kebijakan sosial dan lingkungan. D. Lanjut Usia 1. Pengertian Lanjut Usia (Lansia) Memasuki masa lanjut usia merupakan periode akhir didalam rentan kehidupan manusia di dunia ini. Banyak hal penting yang perlu diperhatikan guna mempersiapkan masa lanjut usia dengan sebaik-baiknya. Kisaran usia yang ada pada periode ini adalah 60 tahun keatas. Perubahan fisik kearah penurunan fungsi-fungsi organ merupakan indicator utama 19 Diana M. Dinnito and C. Arron McNeece, Social Work Issue and Opportunities in A Challenging Profession, (United States of America: A Viacom Company, 1997), p. 203-204. 44 yang tampak jelas, guna membedakan periode ini dengan periode-periode sebelumnya. Sebagaimana halnya tugas dan perkembangan yang ada dan harus dijalani pada periode-periode sebelumnya, individu-individu yang berada pada periode lanjut usia juga memiliki tugas perkembangan yang harus dilalui dengan sebaik-baiknya. Diantara tugas perkembangan yang hendaknya di lalui oleh para lanjut usia adalah: a. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisikdan kesehatan. b. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income (penghasilan) keluarga. c. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup. d. Menjalin hubungn degan orang-orang seusianya. e. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan. f. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes dan harmonis. 20 Lanjut usia dikategorikan sebagai kelompok lemah atau tidak berdaya, yang dimana sesuai dengan apa yang telah dikatakan Edi Suharto, yang terdapat dalam kelompok-kelompok lemah, yaitu: a. Kelompok lemah secara structural, baik lemah secara kelas, gender, maupun etnis. b. Kelompok lemah secara khusus, seperti manula, anak-anak, dan remaja penyandang cacat, gay, lesban dan masyarakat terasing. c. Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami masalah pribadi atau keluarga.21 20 Dra. Zahrotun, M.Si, Dkk.,Psikologi Perkembangan Tinjauan Psikologi Barat dan Psikologi Islam, ( Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 126. 45 2. Kebutuhan Lanjut Usia Lanjut usia sebagai manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan sebagaimana pada umumnya, yaitu kebutuhan makan, perlindungan, perawatan, kesehatan dan kebutuhan-kebutuhan sosial dalam mengadakan hubungan dengan orang lain. Akibat adanya kurangnya kemampua secara fisik, psikologi, sosial dan ekonomi karena proses ketuaan yang dialami serta perubahan-perubahan peranannya sehingga terjadi kontradiksi, yakni di satu sisi adanya peningkatan kebutuhan, namun di sisi lain beberapa kebutuhan lanjut usia tertentu tidak dapat terpenuhi secara memadai. a. Kebutuhan-kebutuhan utama (primer) lanjut usia meliputi: 1) Kebutuhan biologis/fisik: yang meliputi kebutuhan makanan yang bergizi, pakaian, dan papan (tempat berteduh). 2) Kebutuhan ekonomi: berupa penghasilan yang memadai yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar lansia. 3) Kebutuhan kesehatan: berupa kesehan fisik, mental, perawatan dan kenyamanan. 4) Kebutuhan psikologis: meliputi kasih sayang, adanya tanggapan dari orang lain, ketentraman, merasa berguna, memiliki jati diri serta status yang jelas. 5) Kebutuhan sosial: berupa peranan-peranan dalam hubungan dengan orang lain, hubungan antar pribadi dalam keluarga, temanteman sebaya dan hubungan dengan organisasi-organisasi sosial. b. Kebutuhan-kebutuhan kedua (seknder) lanjut usia antara lain meliputi: 21 Edi Suhatro, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Jakarta: PT Refika Aditama, 2005), h.60. 46 1) Kebutuhan dalam melakukan aktivitas. 2) Kebutuhan dalam pengisian waktu luang. 3) Kebutuhan yang bersifat kebudayaan, seperti informasi dan pengetahuan, keindahan dan lain-lain. 4) Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status, perlindungan hukum, partisipasi dan keterlibatannya didalam kegiatan kemasyarakatan dan negara atau pemerintah. Kebutuhan yang bersifat keagamaan/spiritual seperti memahami akan makna kehadiran dirinya di dunia dan memahami hal-hal yang tidak diketahui atau diluar dari kehidupan termasuk kematian.22 22 Kementerian Sosial RI, Pedoman Pelayanan Sosial Lanjut Usia dalam Situasi Darurat, (Jakarta : Direktorat RESOS dan Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia, 2013), h.10-12. BAB III PROFIL LEMBAGA A. Latar Belakang Berdirinya Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur Keberhasilan pembangunan meningkatkan derajat kesehatan dan gizi masyarakat berpengaruh terhadap meningkatnya usia harapan hidup dan jumlah lanjut usia. Semakin meningkatnya tuntutan kehidupan kebutuhan ekonomi, khususnya di kota-kota besar, menyebabkan terjadinya pergeseran nilai dalam keluarga. Kondisi ini mengarah kepada semakin berkurangnya perhatian keluarga terhadap lanjut usia karena keterbatasan waktu yang tersedia. Akibatnya banyak lanjut usia terlantar dan harus hidup sendiri tanpa perhatian dan pendampingan keluarga serta tidak dapat melakukan aktifitas yang bermakna dalam mengisi hari tuanya, selanjutnya keberadaan lanjut usia menjadi beban bagi keluarga. Kondisi ini menuntut Pemerintah Daerah (PEMDA) untuk memberikan pelayanan sosial kepada lanjut usia sehingga dapat menghindarkan mereka dari keterlantaran dari berbagai aspek. PSTW Budi Mulia 1 merupakan salah satu Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar. Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 yaitu dibangun pada tahun 1968 di atas lahan seluas 9.999 m2 yang dikukuhkan menjadi PANTI WERDHA 1 CIPAYUNG melalui SK Gubernur DKI Jakarta No. CA11/29/1/1972. Selanjutnya mengalami pergantian nama menjadi PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA 47 48 (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung melalui SK Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 736 Tahun 1996. Dengan berlakunya Perda No. 3 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekretaris DPRD, SK Gubernur DKI Jakarta No. 41 Tahun 2002 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kerja Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta, Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung, dikukuhkan kembali nerdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta No. 163 Tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Dinas Bintal dan Kessos Provinsi DKI Jakarta, dan Peraturan Gubernur No. 57 Tahun 2010 tentang Organisasi Tata Kerja PSTW Budi Mulia 1. B. Visi, Misi, dan Tujuan 1. VISI PSTW BM I: “Mengangkat Harkat dan Martabat Lansia Terlantar menuju Kehidupan Layak, Sehat Normatif dan Manusiawi” 2. MISI PSTW BM I: 1. Menyelenggarakan penampungan lansia terlantar dalam rangka perlindungan social. 2. Menyelenggarakan pelayanan sosial, psikologis, perawatan medis, bimbingan fisik, mental spiritual dan bimbingan pemanfaatan waktu luang. 3. Menyelenggarakan penyaluran bina lanjut dan pemulasaran jenazah. 4. Menjalin keterpaduan dan kerjasama lintas sosial. 5. Menggalang peran serta sosial masyarakat dan dunia usaha. 49 3. TUJUAN Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas hidup dan keberfungsian sosial lanjut usia terlantar, sehingga dapat membuat hari tuanya dengan mengikuti ketenteraman lahir dan batin. C. Falsafah Lembaga Adapun dasar-dasar hukum yang dipakai di PSTW BM I, diantaranya: 1. UU no. 13 th 1998 tentang Kesejahteraan Lansia. 2. UU no. 32 th 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 3. UU no. 11 th 2009 tentang Pokok-pokok Kesejahteraan Sosial. 4. Peraturan Pemerintah no. 25 th 2000 tentang Kewenangan Pemeintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom. 5. Peraturan Gubernur no. 104 th 2009 tentang Organisasi dan Kerja Dinas Sosial Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 6. Peraturan Gubernur no. 57 th 2010 tentang Organisasi dan Kerja Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1. 50 D. Struktur Organisasi Lembaga Adapun struktur kepengurusan Panti, yakni: Tabel 2 Struktur Organisasi Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia1 Ketua Panti Bpk. Akmal Towe, M.Si KA.SUBAG Tata Usaha Dra. Susiana, M.Si KA. Sie Perawatan KA. Sie Bimbingan Penyaluran Dra. Hj. Tantri Retno Asep Syahrial, S.Sos Utari Pekerja Sosial Siti Fatonah, S.Sos a. Pembagian Tugas Adapun Job desc yang dilakukan oleh pengurus di PSTW BM I, yaitu: 1. Ketua Panti bertugas memonitoring segala pekerjaan setiap divisi/seksi. Di samping itu, Kepala Panti juga melaksanakan tugas manajerial dan teknis operasional pelayanan dan rehabilitasi sosial sesuai dengan Peraturan Perundang undang undangan yang berlaku. 2. Tata Usaha berperan dalam melakukan urusan surat menyurat, kepegawaian, menyusun laporan keuangan, menginput data-data 51 keuangan, transparansi dana, perlengkapan, serta sarana dan prasarana Panti. 3. Sie. Perawatan merupakan divisi yang membantu pekerja sosial untuk melakukan seleksi tehadap calon WBS berdasarkan segi moralitas dan kesehatannya. Seksi perawatan juga berfungsi sebagai bagian yang mengatur masalah sandang, pangan, kebersihan lingkungan, kerapihan wisma dan WBS, obat-obatan bagi WBS yang sakit, serta pemberian vitamin untuk seluruh WBS. 4. Sie. Bimbingan Penyaluran merupakan divisi yang mengawasi jalannya program yang telah disepakati oleh Dinas dan pihak panti seperti bimbingan rohani, senam, kerajinan tangan dan kesenian, layanan konseling dan case conference. 5. Pekerja Sosial merupakan divisi yang melakukan indentifikasi, registrasi, seleksi dan penerimaan serta penjelasan program kepada WBS. b. Pengambilan Keputusan Dalam hal pengambilan keputusan, PSTW Budi Mulia 1 mengambil keputusan dengan sistem non-direktif (secara tidak langsung) karena pengambilan keputusan dilakukan secara bermusyawarah antara ketua panti dengan para staff panti.1 E. Jangkauan Layanan Adapun target layanan PSTW Budi Mulia 1, diantaranya: 1. Lanjut usia terlantar usia 60 tahun keatas 1 2014) Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah sebagai Pekerja Sosial (Jakarta, 13 Juli 52 2. Penduduk DKI Jakarta 3. Lanjut usia terlantar 4. Ada surat pengantar dari RT/RW dan Kelurahan 5. Rekomendasi dari suku Dinas Sosial wilayah F. Sarana dan Prasarana Lembaga PSTW BM1 merupakan salah satu UPT Dinas Sosial Provisnsi DKI Jakarta dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar. Dibangun pada tahun 1968 di atas lahan milik pemerintah seluas 9.999 m2. Sarana dan prasaran yang ada di PSTW BM 1, terdiri dari : 1. Gedung kantor utama, didalam gedung kantor utama yang berfungsi sebagai ruang kantor dan tempat dilaksanakannya case conference, maupun rapat-rapat untuk para staf. 2. Wisma WBS, wisma WBS terdiri dari : a. Wisma Asoka: dalam wisma Asoka diperuntukkan untuk WBS wanita yang masih sangat mandiri dan potensial. b. Wisma Bougenville: dalam wisma Bougenville diperuntukkan WBS wanita yang masih mandiri dan beberapa potensial. c. Wisma Cempaka: dalam wisma Cempaka diperuntukkan untuk WBS wanita yang setengah renta dan setengah mandiri, tetapi lebih mengarah ke renta. d. Wisma Dahlia: dalam wisma Dahlia diperuntukkan untuk WBS wanita yang sudah renta. e. Wisma Edelweis: dalam wisma Edelweis diperuntukkan untuk WBS pria yang sudah renta. 53 f. Wisma Flamboyan: dalam wisma Flamboyan diperuntukkan untuk WBS yang tidak potensial. g. Wisma Catiliya: wisma ini diperuntukan bagi kakek yang masih potensial 3. Poliklinik : poliklinik ini berfungsi memeriksa kesehatan para WBS yang dilakukan oleh dokter, bidan dan psikiatri (untuk kejiwaan). Poliklinik ini juga dijadikan sebagai posyandu lansia Melati Putih. 4. Aula, aula sebagai tempat berkumpul melakukan kegiatan panti dan tempat penerimaan tamu atau menyelenggarakan kegiatan kunjungan. 5. Ruang konsultasi, ruang ini dijadikan untuk melakukan konseling dengan psikolog maupun dengan pekerja sosial. 6. Ruang taman bacaan 7. Ruang pemulasaran jenazah, ruang ini diperuntukkan untuk mengurus jenazah WBS, dari mulai dimandikan hingga dikafankan. 8. Ruang keterampilan, ruang ini dijadikan tempat melakukan kegiatan keterampilan. 9. Dapur 10. Mushollah 11. Asrama TPS (Tenaga Pelayanan Sosial), ruang ini digunakan untuk tempat istirahat sementara bagi para TPS. 12. Rumah dinas, rumah ini diperuntukkan untuk pegawai PSTW BM 1 yang harus selalu stand by disekitar panti, misalkan perawat yang tiba-tiba dibutuhkan WBS. 54 13. Lapangan, lapangan ini digunakan untuk melakukan kegiatan panti seperti senam, sekaligus dijadikan lahan parkir untuk para tamu atau staf. G. Kemitraan dengan Pihak Luar a. Hubungan Lembaga dengan Masyarakat Hubungan Lembaga dengan masyarakat sekitar dapat dikatakan cukup baik, terbukti dengan adanya PHLU (Pelayanan Harian Lanjut Usia) yang dimana di Panti terdapat Posyandu Lansia yang dapat digunakan oleh warga sekitar Panti khususnya Lansia di RT. 007 karena di daerah sekitar belum memiliki layanan Posyandu Lansia. Maka dari itu, Panti dengan warga sekitar RT 007/06 bekerja sama dalam hal Posyandu. Begitu juga bila ada kegiatan seperti Senam, maka warga sekitar dapat mengikuti senam bersama-sama. b. Kerjasama dengan Jaringan Lembaga Kerjasama yang telah dilakukan oleh PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, dalam rangka pelayanan dan rehabilitasi sosial kepada lansia, yaitu : 1. Dinas sosial, Satpol PP dalam pengiriman calon WBS (lansia terlantar) dan menindaklanjuti hasil razia yang dilaksanakan. 2. RSKD Duren Sawit dan RSKD Satelit dalam bantuan tenaga medis untuk melakukan pemeriksaan kejiwaan terhadap WBS Panti. 3. RSUD Budi Asih dan RSUD Pasar Rebo dalam hal memberikan pelayanan kesehatan pada lansia. 4. Kecamatan Cipayung dalam program Posyandu Lansia yang ditangani oleh Dokter Puskesmas setempat untuk memberikan pelayanan 55 kesehatan pada PHLU (Pelayanan Harian Lanjut Usia), seperti pemeriksaan tinggi badan, berat badan, tensi darah, dsb. 5. PUM (Panti Usada Mulia) dalam bentuk perawatan untuk lansia yang sakit. 6. Dinas Pemakaman, dalam bentuk memberikan fasilitas pemakaman bagi para WBS yang meninggal di Panti. 7. PSBI (Panti Sosial Bina Insan) 2 Cengkareng, dalam bentuk memberikan fasilitas yang sesuai bagi para WBS Panti (khusus lansia) yang mengalami gangguan psikotik. H. Sumber Daya Manusia (SDM) Pembagian kerja setiap kepala seksi sebagian besar tidak berdasarkan kompetensi, melainkan berdasarkan pengabdian dan pengalaman. Misalnya, staf pada bagian keperawatan yang bertugas sebagai pendamping wisma tidak harus berlatar belakang pendidikan perawatan. Tetapi pengabdian dan pengalaman yang dibutuhkan untuk menjadi pendamping wisma. Meskipun seperti itu, ada beberapa posisi yang menghariuskan memiliki latar belakang sesuai dengan bidang yang bersangkutan, seperti untuk mengsisi posisi pekerja sosial di panti harus berlatar belakang kesejahteraan sosial dan memiliki SK (Surat Keputusan). Rasio pekerja sosial yang ada di panti dengan WBS (Warga Binaan Sosial) adalah 3 : 210 yang sudah tersertifikasi dan sudah memiliki Surat Keputusan (SK) ) untuk menjadi peksos. Pekerjaannya pun menjadi jabatan fungsional, seperti assessment, intervensi klien dan lain-lain. Artinya, pekerja 56 sosial di PSTW BM 1 hanya berjumlah 3 orang, sedangkan pekerja sosial tersebut harus menangani kurang lebih 210 WBS yang ada di panti. Pengembangan kompetensi, dalam hal pelatihan untuk para Staff ataupun Tenaga Pelayanan Sosial (TPS) yang ada di PSTW BM 1 diselenggarakan oleh Kementerian Sosial (Kemensos) dan Dinas Sosial (Dinsos) dengan waktu yang tidak menentu tetapi rutin dilaksanakan. Tempat pelaksanaan di BPPKS (Balai Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial) yang terletak di Lembang, Jawa Barat. Untuk biaya pelatihan, jika Kemensos yang menyelenggarakan bebas biaya, tetapi diluar Kemensos seperti Dinas Sosial dikenakan biaya pelatihan. Selain itu untuk menunjang Pengembangan profesi para staff tidak hanya pelatihan tertapi juga ditunjang dengan seminarseminar atau Diklat-diklat dari Universitas atau Institusi lain yang mengadakan. Penilaian kinerja dilakukan setiap bulan, setiap orang ada laporannya, dan yang menilai adalah kepala seksi. Sedangkan kepala panti yang menilai adalah kepala dinas. Apabila kinerjanya bagus, maka akan ada reward berupa TKD (Tunjangan Kinerja Daerah). Sistem Monitoring dan Evaluasi dilaksanakan melalui supervisi setiap seksi. Kepala panti selaku supersivor melakukan supervisi kepada bawahannya yakni Kabag TU dan pekerja sosial. Kabag TU melakukan supervise kepada Kasie Bimlur dan Kasie Perawatan. Kasie Bimlur melakukan supervise kepada staf yang bertugas dalam hal bimbingan dan penyaluran seperti kerajinan tangan dan kesenian. Kasie Perawatan melakukan 57 supervisi kepada staf yang bertugas sebagai penanggung jawab keperawatan di setiap wisma. I. Program Adapun program-program yang terdapat di PSTW Budi Mulia 1, yaitu: 1. Pelatihan-pelatihan seperti keterampilan menjahit, membuat keset dan meronce bunga dari sedotan khusus bagi para lansia yang masih potensial. Hal tersebut berfungsi untuk dapat mengembangkan kreatifitas para lansia yang masih ingin bekerja dan berkarya. 2. Kegiatan bermain Angklung sebagai terapi pemulihan para lansia yang memiliki riwayat penyakit stroke. Disisi lain bermain Angklung juga dapat membantu menggabungkan fungsi otak kiri (lewat syair lagu) dan otak kanan (tangga nada), sehingga dapat menjadi jembatan otak untuk menjadi aktif dan tidak mudah lupa (membantu meningkatkan memori). 3. Kegiatan Bimbingan Rohani seminggu 2 kali setiap hari Senin dan Kamis, baik rohani agama Islam (Pengajian) maupun Kristen (Kebaktian dan Ke Gereja). 4. Kegiatan Panggung Gembira. Disini para lansia dituntut untuk bebas berekspresi, tidak peduli suaranya merdu atau tidak, tujuannya dapat melatih rasa kepercayaan diri lansia untuk mau berjoget dan riang gembira bersama. 5. Pelatihan rebana untuk para lansia kakung dan perempuan (hari berbeda), membantu untuk melatih gerakan otot tangan dan sebagai salah satu tujuan untuk memperkenalkan salah satu alat musik Indonesia. 58 6. Kegiatan Senam yang dilakukan seminggu 2 kali, tujuannya agar dapat memberfungsikan syaraf dan motorik para lansia, terutama bagi mereka yang merupakan penderita jantung, stroke dan diabetes. 7. Program Dinamika Kelompok. Program ini dilaksanakan satu kali dalam seminggu dan kegiatan dinamka kelompok ini dilaksanakan pada hari Rabu ataupun Jum’at. Waktu dalam kegiatan ini tidak ditentukan, karena melihat dari kondisi WBS yang sudah tua dan sudah tidak bisa melakukan aktivitas terlalu lama. Program ini dimaksudkan agar adanya pengembangan diri lansia, adanya interaksi, sosialisasi mereka lebih baik, ada kepercayaan diri mereka dan WBS dapat merasa terhibur. Dinamika kelompok ini menjadi suatu program di PSTW karena adanya pengajuan dari Seksi Bimbingan dan Penyaluran (Bimlur) ke Dinas Sosial. Permintaan program ini sudah di rencanakan sejak tahun 2013 namun dapat terlaksana di tahun 2014. Kegiatan ini sudah berjalan selama 1 tahun. Pada pelaksanaan kegiatan ini WBS didampingi dengan Pekerja Sosial dan Tenaga Pelayanan Sosial (TPS) untuk mengikuti dinamika kelompok. Yang menjadi fasilitator dalam kegiatan ini ialah psikolog. Jumlah peserta tidak di tentukan biasanya Peksos dan psikolog melibatkan WBS yang masih potensial dan mau ikut dalam pelaksanaan kegiatan ini. Dinamika kelompok di PSTW. BAB IV TEMUAN DAN ANALISA A. Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 memberikan pelayanan terhadap lanjut usia atau Warga Binaan Sosial (WBS) dengan adanya program dinamika kelompok. Dalam implementasi program dinamika kelompok di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1, metode dan proses pelaksanaan dinamika kelompok berusaha menumbuhkan dan membangun kelompok dari kumpulan individu-individu yang belum saling mengenal satu sama lain, menjadi satu kesatuan kelompok dengan satu tujuan dan suatu cara pencapaian berusaha yang disepakati bersama. Dinamika kelompok membuat setiap anggota kelompok semakin menyadari siapa dirinya dan siapa orang lain yang hadir bersamaan dalam suatu kelompok, dengan segala kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Hal ini perlu diciptakan karena kelompok akan menjadi efektif apabila memiliki satu tujuan, satu cara tertentu untuk mencapai tujuan tersebut, yang diciptakan dan disepakati bersama dengan melibatkan semua anggota kelompok. Sesuai dengan apa yang di ucapkan oleh Ibu Siti Fatonah selaku Pekerja Sosial sebagai berikut: “Dalam pelaksanaan dinamika kelompok kami membuat perjanjian dengan WBS sesuai dengan yang telah disepakati bersama, tentu saja dengan memberikan beberapa pilihan materi permainan agar pelaksanaannya terarah dan memiliki satu tujuan”1 1 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai Pekerja Sosial (Jakarta, 13 Agustus 2014) 59 60 Implementasi program dinamika kelompok merupakan kegiatan yang bertujuan untuk membantu mengatasi permasalahan lansia secara berkelompok dan dapat membantu mengembangkan potensi lansia secara optimal sesuai dengan kemampuannya. Setelah mengikuti program dinamika kelompok ini diharapkan adanya interaksi dengan para lanisa yang lain, adanya rasa saling menghargai satu dengan yang lain dan timbul rasa solidaritas terhadap sesama WBS sehingga dapat saling menghormati dan saling menghargai pendapat orang lain. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Siti Masitoh, M.Psi sebagai Psikolog: “Tujuan dilaksanakannya dinamika kelompok ini pada dasarnya agar adanya interkasi bersama, bisa having fun, terus setiap kegiatan memang dirancang khusus sesuai dengan kebutuhan WBS. Misalnya sesuai dengam motorik halus, jadi nanti kegiatannya berhubungan dengan itu seperti, mengestafet buku. Mereka kan dibentuk kelompok seperti itu agar ada interaksinya dengan yang lain dan dapat membangun perasaan positive dengan teman-teman.”2 Dalam memberikan materi saat pelaksanaan program dinamika kelompok ialah staff yang memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman yang menyatakan kesesuaian antara kemampuan dan pendidikan yang dimiliki dengan program yang dijalankan. Staff yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan program dinamika kelompok terdiri dari 3 orang yakni dengan 2 Psikolog dan 1 Pekerja Sosial. 2 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Masitoh, M. Psi sebagai Psikolog, (Jakarta, 20 Agustus 2014) 61 Tabel 3 Staff yang terlibat dalam pelaksanaan dinamika kelompok No Nama Jabatan Pendidikan Terakhir 1 Siti Fatonah, S.sos Pekerja Sosial Sarjana Sosial Widuri 2 Rika Fitriyana, M. Psi Psikolog Magister Psikologi YAI 3 Siti Masitoh, M. Psi Psikolog Magister Psikologi YAI Sumber: Hasil Wawancara Pribadi Pengetahuan dalam melakukan kegiatan dinamika kelompok dimiliki oleh kedua Psikolog yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) BM 1. Karena ilmu yang mereka miliki diperoleh dari teori yang didapatkan di bangku kuliah, sedangkan keahlian didapatkan dari pengaplikasian teori serta pengalaman kerja mereka. Sehingga dapat menunjang perbaikan pada diri setiap WBS dengan diberikan kegiatan bagi lanjut usia berupa permainan. Pada pelaksanaan dinamika kelompok ini psikolog dan pekerja sosial berperan sebagai fasilitator. Dalam melaksanakan dinamika kelompok ini psikolog harus berorientasi pada keadaan saat itu atau sekarang. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Rika Fitriyana, M. Psi sebagai Psikolog sebagai berikut: “Kita dapet informasinya selain kita orientasi langsung kita juga diskusi dengan Ibu Siti kemudian juga dengan petugas yang lain. Kalau sekiranya ada info-info yang kita perlukan kemudian kita tanyakan kepada perawat juga. Jadi kita banyak diskusi, jadi kita tidak semata-mata hanya temuan kita aja. Kita kroscek lagi dengan petugas disini yang sehari hari bersama dengan kakek nenek.”3 Kemudian hal serupa juga di ungkapkan oleh Ibu Siti Fatonah, S. Sos sebagai pekerja sosial: 3 Wawancara Pribadi dengan Ibu Rika Fitriyana, M. Psi. sebagai Psikolog (Jakarta, 13 Agustus 2014) 62 “Dalam pelaksanaannya memang di latih oleh orang-orang yang professional yaitu dengan Mba Messi atau Mba Rika, namun tentunya kita berunding terlebih dahulu apa sih materi yang ingin diberikan. Ada koordinasi antara pekerja sosial dengan psikolog. Kita saling berdampingan karena kedua komponen ini tidak dapat terpisahkan.”4 Seperti yang sudah dijelaskan pada Bab II halaman 43-44 dijelaskan mengenai peran pekerja sosial dalam program dinamika kelompok, yakni sebagai fasilitator, sebagai pemercepat perubahan (enabler), perantara (broker), perencana sosial (social planner). Pekerja sosial dalam melakukan peran sebagai fasilitator diharapkan mampu mengajak WBS untuk ikut serta berperan aktif dalam menghadapi permasalahan yang dihadapinya. Dan memfasilitasi WBS dengan suatu program, dapat memberikan manfaat serta menghibur mereka. Salah satunya dengan menggunakan program dinamika kelompok. Selain itu pekerja sosial juga menggunakan peran sebagai pemercepat perubahan (enabler), pekerja sosial diharapkan membantu para WBS agar dapat mengartikulasikan kebutuhan mereka, mengidentifikasikan masalah mereka, dan mengembangkan kemampuan yang WBS miliki agar dapat menangani masalah yang mereka hadapi secara lebih efektif. Salah satunya dengan melakukan program dinamika kelompok. Dalam pelaksanaan dinamika kelompok, pekerja sosial mampu mengidentifikasikan kebutuhan para WBS dengan adanya berbagai macam permainan. Kemudian pekerja sosial juga berperan sebagai perencana sosial (social planner) yakni pekerja sosial merupakan bertugas untuk mengumpulkan data mengenai masalah sosial yang terdapat di dalam 4 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai Pekerja Sosial. (Jakarta, 13 Agustus 2014) 63 lembaga, pekerja sosial menganalisis data tersebut dan menyajikan rencana pemecahan masalah untuk menangani permasalahan WBS. Setelah itu perencanaan sosial mengembangkan program kegiatan serta mengembangkan minat yang dimiliki WBS. Merujuk pada BAB II halaman 43 menurut Abraham Monk prinsipprinsip pada pekerja sosial dengan orang tua (lansia), ialah sebagai berikut: a. Membantu seseorang dalam memperluas kompetensi mereka dan meningkatkan kemampuan untuk memecahkan permasalahan mereka. Dalam hal ini pekerja sosial di PSTW Budi Mulia 1 memberikan pelayanan sosial terhadap lanjut usia agar para WBS dapat mengeksplorasi kemampuan mereka dengan adanya beberapa program. Salah satunya ialah Support group yang ada di dalam program dinamika kelompok. b. Membantu seseorang dalam memperoleh pelayanan. Dalam hal ini pekerja sosial melakukan segala kemungkinan untuk membantu WBS memperoleh pelayanan dengan menjaga harkat dan martabat para WBS serta menerima WBS apa adanya. Kemudian memanfaatkan keterampilan manajeman kasus untuk memastikan bahwa para WBS menerima semua layanan yang di perlukan dengan cara yang paling efektif dan efisien dengan cara membantu masalah WBS dengan tulus ikhlas dan sungguh-sungguh menyelesaikan masalah. Untuk itulah PSTW Budi Mulia 1 memberikan suatu program dinamika kelompok. Sesuai dengan yang Ibu Siti Fatonah, S.sos ungkapkan sebagai berikut: “Dengan adanya dinamika kelompok bertahap akan melihat perubahan prilaku lansia yang awalnya hanya diam saja mulai ada interaksi dengan temannya. Mulai mampu menceritakan 64 hal-hal yang dialami beliau dan intinya dapat membantu orang lain, ada rasa empati dengan teman-temannya”5 c. Membuat organisasi responsive terhadap orang-orang dan pengaruh antara organisasi dengan lembaga. Dalam hal ini PSTW BM 1 mengalami peningkatan jumlah WBS untuk itulah pekerja sosial harus bertanggung jawab lebih untuk meyakinkan bahwa pelayanan di lembaga dirancang untuk mengatasi permasalahan mereka. Pelayanan sangat membantu lansia jika di rancang untuk mengurang perasaan jenuh atau tidak berdaya. Dengan adanya Program dinamika kelompok inilah dapat membuat para WBS merasa terhibur. Sebagaimana yang Ibu Siti Fatonah, S. sos ungkapkan sebagai berikut: “Karena dengan dinamika kelompok sedikit banyak mengurangi rasa kejenuhan lansia yang ada di panti dan untuk meningkatkan aktivitas lansia itu sendiri.”6 d. Memfasilitasi interaksi lansia dan orang lain dalam lingkungan mereka. Pekerja sosial harus terampil dalam membantu WBS bersosialisasi sebagai sarana untuk mengatasi kehilangan, karena mereka yang tinggal di PSTW BM 1 Cipayung memang lansia yang sudah tidak memiliki keluarga. Untuk itulah pekerja sosial harus memfasilitasi interaksi yang saling menguntungkan antar anggota. Sesuai dengan yang Ibu Siti Fatonah, S.sos ungkapkan sebagai berikut: “Dinamika kelompok itu sangat banyak manfaatnya, tentunya ada interaksi, sosialisasi dengan wbs yang lain, pengembangan diri, dimana dinamika kelompok bertahap akan melihat perubahan prilaku lansia yang awalnya hanya diam saja 5 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai Pekerja Sosial. (Jakarta, 13 Agustus 2014) 6 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai Pekerja Sosial. (Jakarta, 13 Agustus 2014) 65 mulai ada interaksi dengan temannya. Mulai mampu menceritakan hal-hal yang dialami beliau dan intinya dapat membantu orang lain, ada rasa empati dengan teman-temannya.7 e. Mempengaruhi kebijakan sosial dan lingkungan. Dalam hal ini pekerja sosial harus memberikan suatu program atau pelayanan yang terbaik untuk lansia. Setiap program harus kritis di periksa untuk memastikan bahwa semua program di PSTW BM 1 mencerminkan maksud yang ingin disampaikan, dan pekerja sosial bertanggung jawab untuk menilai kembali permasalahan atau kebutuhan WBS. Sesuai dengan yang Ibu Siti Fatonah, S.sos ungkapkan sebagai berikut: “Untuk program dinamika kelompok ini kita sudah berjalan 1 tahun. Program ini dapat terlaksana tentu dengan adanya pengajuan dari divisi Bimbingan dan Penyaluran (BIMLUR) ke dinas sosial. Meskipun kita pernah melaksanakan, namun secara administrasi harus di konsep dulu nak. Dilihat dari manfaat untuk lansia bermacam-macam seperti dapat meningkatkan kepercayaan diri, sosialisasinya baik, jadi saya rasa sangat perlu dengan adanya dinamika kelompok ada di semua panti” Pemberian materi dalam dinamika kelompok merupakan hal yang penting dalam proses pelaksanaan program. Adapun materi yang diberikan oleh Psikolog dan Pekerja Sosial ialah berupa suatu permainan. Seperti yang di ungkapkan Ibu Siti Fatonah, S. Sos: “Materi yang kami berikan berbentuk permainan, mengenai pola fikir, motorik kasar atau motorik halus, atau melatih memori. Kita sesuaikan dengan kondisi lansianya intinya yang mudah di tangkap beliau dan menerima apa yang kita sampaikan. Mediasi ini dilakukan pertama, untuk program Panti. Yang kedua melatih diri lansia untuk menjadi mandiri. Dan arti mandiri disini ialah adanya kepercayaan diri. Karena dengan dinamika kelompok sedikit banyak mengurangi rasa kejenuhan lansia yang ada di Panti dan untuk meningkatkan aktivitas lansia 7 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai Pekerja Sosial. (Jakarta, 13 Agustus 2014) 66 itu sendiri. Fungsi dinamika kelompok itu sangat banyak, tentunya ada interaksi, sosialisasi dengan wbs yang lain, pengembangan diri, dimana dinamika kelompok bertahap akan melihat perubahan prilaku lansia yang awalnya hanya diam saja mulai ada interaksi dengan temannya. Mulai mampu menceritakan hal-hal yang dialami beliau dan intinya dapat membantu orang lain, ada rasa empati dengan teman-temannya.”8 Berikut program dinamika kelompok yang di berikan Panti Sosial Tresna Werdha terhadap lanjut usia diantaranya ialah: 1. Dukungan kelompok (Support group) Dalam pelaksanaan support group ini WBS diberikan kesempatan untuk menceritakan pengalaman hidupnya yang sampai saat ini masih terasa sangat berkesan, baik itu sedih ataupun senang. Pada pelaksanaan ini fasilitator mempersilahkan para WBS yang hadir untuk bercerita mengenai pengalaman hidupnya yang masih berkesan sampai saat ini. Kemudian WBS yang hadir dalam support group ini dapat memberikan komentar yang memberi semangat, motivasi ataupun dukungan, dan tidak boleh memberikan kritik yang menjatuhkan, menilai serta menyalahkan.9 Adapun tujuan dari kegiatan ini ialah sebagai berikut: a. Memberikan wadah bagi WBS untuk lebih membuka diri. b. Memberikan wadah bagi WBS untuk melepaskan beban pikirannya. c. Menumbuhkan rasa saling mendukung. 8 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S. Sos. sebagai Pekerja Sosial (Jakarta, 20 Agustus 2014) 9 Observasi kegiatan Support Group di PSTW BM 1, pada tanggal 29 Agutus 2014. 67 d. Membuat satu sama lain saling mengenal dan dapat memahami perasaan serta mengetahui latar belakang kehidupan teman-temannya, Hasil yang dicapai dari kegiatan ini ialah sebagai berikut: a. WBS yang mengikuti kegiatan ini sangat antusias. b. Peserta lebih mengenal dan memahami orang lain dalam suatu kelompok. c. WBS yang bercerita mendapatkan perasaan yang lebih positif, lebih lega dan merasa mendapat dukungan dari teman-temannya. 2. Permainan Kelompok Permainan dalam dinamika kelompok menggunakan 2 metode permainan yaitu berdasarkan memori ataupun motorik lansia. Dalam metode permainan memori biasanya psikolog ataupun pekerja sosial memberikan permainan yang berpengaruh terhadap daya ingat seperti cerdas cermat atau diskusi/sharing. Sedangkan pada motorik lansia biasanya menggunakan berbagai macam media yang dapat dijadikan permainan diantaranya ialah: bola, kertas origami, kelereng, biji-bijian dan lain sebagainya.10 Sedangkan metode permainan motorik terbagi lagi menjadi 2 bagian yaitu: 10 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S. Sos. sebagai Pekerja Sosial (Jakarta, 20 Agustus 2014) 68 a. Motorik halus: Permainan yang digunakan dalam motorik halus yakni sebuah permainan kompetisi. Fasilitator memberikan alat bantu berupa gelas plastik kosong, mangkuk, sendok dan kacang merah. Media ini digunakan untuk suatu permainan mengisi gelas kosong dengan kacang secara estafet. Fasilitator membagi peserta menjadi 2 kelompok, kemudian setelah itu fasilitator memberikan instruksi mengenai cara bermain dan aturan bermainnya. Pada permainan ini tugas kelompok adalah memindahkan kacang secara estafet menggunakan sendok dan dimasukan ke gelas kosong. Adapun tujuan dari kegiatan ini ialah sebagai berikut: 1) Mengakrabkan antar WBS. 2) Melatih konsentrasi. 3) Melatih kerjasama. 4) Melatih motorik halus. 5) Menambah semangat untuk berkegiatan Hasil yang dicapai dari kegiatan ini ialah sebagai berikut: 1) WBS yang mengikuti kegiatan ini sangat antusias, senang dan gembira. 2) Muncul semangat karena suasana kompetisi. 3) Semua WBS yang hadir dapat ikut terlibat, bahkan WBS yang sehari-harinya diam dan pemalu, tidak dapat berjalan, kurang lancar berkomunikasi, dapat ikut serta secara aktif dalam permainan. 69 4) Dari permainan ini, dapat terlihat WBS yang bersemangat ataupun yang kurang bersemangat, dapat didiagnosa juga WBS yang kemampuan dan motorik halusnya baik ataupun kurang baik. 5) Petugas yang berinteraksi sehari-hari dengan WBS, dapat melihat beberapa WBS ada yang mengalami peningkatan dan ada juga yang mengalami penurunan sehingga dapat menjadi perhatian mengenai pendekatan yang akan dilakukan kemudian. 6) Dalam permainan ini interaksi keseharian akan nampak, misalnya yang suka marah-marah, berbicara kasar, mudah patah semangat ataupun kurang sabar.11 b. Motorik kasar Permainan yang dilakukan dalam melatih motorik kasar ini ialah dengan senam otak. Dalam melakukan senam otak, fasilitator mengajarkan sebuah lagu yang akan digunakan dalam kegiatan senam otak. Kemudian fasilitator memandu peserta untuk menyanyikan lagu senam otak bersama-sama. Lalu mempraktekan gerakan senam otak sederhana kepada seluruh peserta. Setelah itu peserta bersama-sama menyanyikan lagu dan melakukan gerakan senam otak secara bersamaan. Adapun tujuan dalam kegiatan ini ialah sebagai berikut: 1) Meningkatkan konsentrasi. 11 2014 Observasi kegiatan Permainan Motorik Halus di PSTW BM 1, pada tanggal 18 Juni 70 2) Melatih koordinasi motorik kasar. 3) Meningkatkan motorik kasar. Hasil yang dicapai dari kegiatan ini ialah sebagai berikut: 1) WBS cukup antusias mengikuti kegiatan ini dan berpartisipasi secara aktif. 2) Saat fasilitator memberikan intruksi sebagian WBS ada yang langsung mengikuti dan yang lainnya bersikap pasif. 3) Pembelajaran yang didapat dari kegiatan ini ialah: daya ingat, konsentrasi, dan koordinasi motorik halus.12 Dari kedua materi yang diberikan oleh psikolog ataupun pekerja sosial memang tidak banyak karena disesuaikan pada implementasinya di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1. Seperti apa yang telah diungkapkan oleh Ibu Rika Fitriyana, M. Psi sebagai berikut: “Sejauh ini sih kita pake itu aja. Dan itu aja udah cukup banyak yah untuk lansia. Karena kita gak perlu cukup banyak teknik menyampaikannya. Yang penting kita konsisten. Menyampaikannya juga kita dengan bahasa yang ringan saja. Yang mudah dimengerti. Kalau dianya belum mau cerita masih blocking jangan dipaksa, karena mereka akan narik diri. Karena dalam kapasitas intelegensy itu kan dibawah rata rata kemudian latar belakang pendidikan itu juga mempengaruhi. Bagaimana mereka menyerap informasi mengelola informasi”13 Dinamika kelompok ini dilaksanakan 1 kali dalam seminggu. Yakni pada hari Rabu ataupun Jum’at. Waktu dalam melakukan kegiatan ini tidak di tentukan karena melihat dari kondisi fisik lansia yang sudah melemah. 12 Observasi kegiatan Support Group di PSTW BM 1,pada tanggal 25 Juni 2014. Wawancara pribadi dengan Ibu Rika Fitriyana, M. Psi. sebagai Psikolog (Jakarta, 29 Agustus 2014) 13 71 Pelaksanaannya dinamika kelompok ini dilakukan di dalam wisma, di taman, ataupun di aula. Tergantung dari jenis kegiatan yang akan dilakukan. Selain itu pula, dalam pelaksanaan dinamika kelompok ini. Lansia yang berada di dalam Panti juga dapat mengembangkan diri mereka melalui aktivitas kelompok. Sehingga mereka dapat beradaptasi baik secara sosial, tingkah laku, dan emosional melalui proses kelompok. Selain itu pula dinamika kelompok merupakan suatu kegiatan yang dapat menunjang aktivitas lansia di Panti menjadi bertambah dan dengan adanya pelaksanaan dinamika kelompok, lansia mampu mengembangkan potensi yang mereka miliki. Adapun teori yang di gunakan dalam pelaksanaan dinamika kelompok yaitu teori pembentukan kelompok dari Homans pada BAB II halaman 2829 yakni teori Activity-Interaction-Sentiment Theory. Dalam teori ini menjelaskan mengenai suatu interaksi dalam kelompok dengan konsepsi dasar yang berpijak pada dasar pemikiran sebagai berikut: a) Semakin banyak seseorang melakukan aktivitas bersama dengan orang lain, maka semakin banyak interaksi yang dapat menumbuhkan rasa kebersamaan. b) Semakin sering seseorang melakukan interaksi, maka semakin sering seseorang tersebut membagi perasaan dengan orang lain. c) Semakin seseorang memahami perasaan orang lain maka semakin tinggi interkasi yang dilakukan, berarti juga semakin sering aktivitas dilakukan. 72 Seperti yang telah peneliti paparkan diatas semakin banyak WBS melakukan aktivitas bersama orang lain, maka semakin banyak pula interaksi yang dapat menumbuhkan kebersamaan. Untuk itulah kegiatan seperti dinamika kelompok sangat dibutuhkan, karena dengan adanya kegiatan ini membuat satu sama lain saling mengenal lebih dalam mengenai perasaan dan latar belakang orang lain, serta dapat menumbuhkan rasa saling mendukung. Selain itu pula telah di jelaskan pada BAB II halaman 38 mengenai teori aktivitas menurut Palmor dan Lemon et al. menyatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan. Dari satu sisi aktivitas lansia dapat menurun, akan tetapi di sisi lain dapat dikembangkan. Selanjutnya peneliti akan memaparkan temuan yang peneliti temukan pada saat peneliti mencoba menganalisis dengan teori tahapan dinamika kelompok, adapun tahapan dinamika kelompok diantaranya ialah: 1) Tahap perkenalan Jika kelompok itu baru dibentuk, maka diadakan kesepakatan bersama tentang aturan-aturan main yang harus di taati oleh semua anggota. Pada tahapan ini pekerja sosial dengan psikolog, melakukan perkenalan awal dengan WBS. Sebelum kegiatan di mulai WBS diberikan penjelasan serta arahan terlebih dahulu mengenai permainan yang akan di lakukan. Kemudian pekerja sosial dengan psikolog melakukan kesepakatan secara bersama sama tentang aturan-aturan main yang harus 73 di taati oleh semua anggota. Hal ini dilakukan agar WBS dapat mengerti setiap permainan yang akan di laksanakan. Berdasarkan pengamatan peneliti, pada tahapan perkenalan ini psikolog didampingi oleh pekerja sosial sebagai fasilitator, melakukan perkenalan dengan para WBS. Kemudian dilanjutkan dengan perkenalan para WBS yang hadir mengikuti kegiatan. Setelah selesai melakukan perkenalan. Psikolog memberikan penjelasan mengenai permainan yang akan dilakukan serta aturan-aturan saat permainan berlangsung.14 2) Tahap mencari pola Kelompok masuk ke dalam proses dimana sering terjadi benturanbenturan dalam mencari pola. Sehingga apabila aturan permainan tidak jelas, maka kelompok tersebut akan bubar atau individu yang baru masuk akan vacuum dan kemudian akan keluar. Tahap mencari pola merupakan suatu aturan dalam sebuah pelaksanaan dinamika kelompok, maksudnya ialah apabila aturan mainnya tidak jelas dan tidak dapat dimengerti WBS, maka kelompok tersebut akan bubar. Sebisa mungkin pekerja sosial tidak akan memberikan suatu program dinamika kelompok yang membuat para WBS menjadi bingung dan merasa tidak nyaman. Sebagaimana yang telah di katakan oleh Ibu Siti Fatonah sebagai berikut: “Dalam tahapan mencari pola di PSTW ini merupakan suatu bentuk model dalam pelaksanaan dinamika kelompok yang dilakukan sesuai perjanjian dengan keinginan WBS, misal WBS ingin menceritkan masa lalu kita membuat pola permainan dengan mengenang masa lalu mereka. Agar mereka merasa nyaman dan berani untuk tampil didepan orang banyak. Jadi apa yang kami 14 Observasi Kegiatan Cerdas Cermat di PSTW BM 1, pada tanggal 20 Agustus 2014 74 lakukan dibuat senyaman mungkin agar mereka tidak merasa jenuh dan dapat terhibur”15 Dalam tahap mencari pola, pada saat pelaksanaan senam otak di wisma dahlia, wisma yang di khususkan untuk lansia yang sudah tidak potensial, peneliti mengamati beberapa WBS yang mengikuti kegiatan ini mereka pergi meninggalkan tempat sebelum kegiatan ini berakhir setelah peneliti mencari tahu penyebabnya rupanya mereka tidak mengerti aturan dari permainan tersebut. Namun dikarenakan usia mereka yang sudah melemah pekerja sosial, psikolog ataupun petugas panti tidak dapat memaksakan mereka untuk selalu ikut dalam berbagai kegiatan.16 3) Tahap Pemantapan Norma Kelompok masuk ke dalam tahap pengakuan akan norma. Benturan-benturan dalam kelompok akan melahirkan peraturan yang bersifat mengatur atau menata jalannya interaksi dalam kelompok tersebut, serta mengatur peran dan status yang ada. Selain itu cakupan tugas tanggung jawab kelompok mulai jelas dan telah disepakati oleh anggota setelah mereka berargumentasi secara sengit dalam tahapan sebelumnya. Seperti yang telah Ibu Siti Fatonah, S. Sos katakan sebagai berikut: “Pemantapan Norma merupakan suatu Kerangka permainan, apabila kerangka permainannya tidak jelas, sulit untuk kakek dan nenek dapet mengerti maksud yang ingin kita sampaikan. misalnya dalam melakukan permainan rantai berbisik ini merupkan sutau permainan yang menggunakan kerjasama antar kelompok. Mau mulai dari mana dulu. apakah dari sebelah kanan atau dari sebelah kiri dulu. Kalau permainan menggenggam bola ada aturannya. Ketika musik berhenti berarti ia yang berhak meceritakan masa lalu atau bernyanyi, sesuai dengan perjanjian 15 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai Pekerja Sosial (Jakarta, 13 Agustus 2014) 16 Observasi kegiatan Support Group di PSTW BM 1,pada tanggal 25 Juni 2014 75 awal di dalam mencari pola. Moment apa dulu itu dibentuk, misalnya kita mau menggambar, atau bermain bola atau bernyanyi. Adanya komitmen dan sesuai kesepakatan.”17 Pada tahap pemantapan norma peneliti mengamati anggota mulai fokus pada proses pelaksanaannya dinamika kelompok. Apabila dalam suatu permainan ada yang tidak sesuai dengan keinginan WBS maka mereka dapat mengungkapkannya dan pada pemantapan norma ini para WBS yang mengikuti kegiatan mulai berusaha secara maksimal dalam menyelesaikan permainan18. 4) Tahap berprestasi Maksudnya setelah kelompok betul-betul solid maka para anggota mencoba mengembangkan dirinya masing-masing maupun secara bersama-sama, guna mencapai suatu prestasi tertentu sesuai dengan tujuan kelompok tersebut. Dalam tahapan ini WBS diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dirinya dalam melakukan permainan yang telah ditentukan. Yang kemudian dapat membentuk kelompok tersebut menjadi lebih solid sehingga dapat mencapai suatu tertentu sesuai dengan tujuan kelompok. “Dalam tahap ini ketika memberikan permainan dengan WBS adanya kekompakan yang terjadi didalam kelompok, adakah salah satu diantara mereka yang dapat mengembangkan diri, artinya mengembangkan diri disini yakni yang bisa menggantikan posisi kami, yang berani untuk tampil didepan, memproyeksikan apa yang kita tampilkan tadi. Itu artinya suatu pengembangan diri. Sehingga apa yang diberikan moderator bisa dipahami WBS. Dan dapat diterapkan didalam kesehariannya”19 17 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai Pekerja Sosial (Jakarta, 13 Agustus 2014) 18 Observasi kegiatan Permainan Motorik Halus di PSTW BM 1, pada tanggal 18 Juni 2014 19 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai Pekerja Sosial (Jakarta, 13 Agustus 2014) 76 Dalam tahapan pelaksanaan dinamika kelompok, peneliti mengamati bahwa adanya dua macam interaksi saat program dinamika kelompok berlangsung. Dua macam interaksi tersebut adalah interaksi inter dan interaksi antar. Interaksi inter yakni antara fasilitator dengan WBS sudah cukup baik karena ada hubungan timbal balik, WBS bertanya kepada fasilitator jika ada sesuatu hal yang ingin ditanyakan, begitu halnya dengan fasilitator bertanya keadaan WBS setiap bertemu sebelum melakukan kegiatan. Sedangkan untuk interaksi antar yakni antara WBS dengan WBS dan fasilitator dengan fasilitator, dalam hal ini WBS dengan WBS dapat berinteraksi dengan baik di sela-sela waktu dan untuk interaksi fasilitator dengan fasilitator berjalan dengan baik karena mereka saling berinteraksi membicarakan mengenai perkembangan WBS.20 20 Observasi Kegiatan Senam Otak di PSTW BM 1, 11 September 2014 77 B. Perubahan yang didapatkan lanjut usia dari implementasi dinamika kelompok yang telah diberikan oleh Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia di lihat dari aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Keberhasilan dalam program kegiatan dinamika kelompok dapat dilihat dari kemajuan dan perubahan yang di capai dibandingkan dengan kondisi WBS sebelumnya, serta manfaat yang dirasakan oleh mereka setelah mengikuti program kegiatan dinamika kelompok. Terkait dengan program kegitan dinamika kelompok, sehubungan dengan pengembangan diri yang diberikan untuk lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 sejak setahun terakhir ini menunjukan perkembangan yang sangat baik. Dengan adanya program kegiatan dinamika kelompok, para WBS dapat mengisi waktu luang mereka untuk ikut serta dalam program ini dan mereka dapat berinteraksi dengan teman-temannya sekaligus dengan petugas Panti. Tabel 4 WBS yang mengikuti program dinamika kelompok No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nama Klien Sri Masnun Sumarni Maria Farida Buyung Lumanow Thamrin Wandi Dasni Nama Wisma Gender Usia Wisma Asoka P 63 thn Wisma Asoka P 89 thn Wisma Asoka P 62 thn Wisma Dahlia P 83 thn Wisma Cempaka P 61 thn Wisma Catiliya L 84 thn Wisma Catiliya L 70 thn Wisma Catiliya L 69 thn Wisma Flamboyan L 65 thn Wisma Flamboyan L 61 thn Sumber: Hasil Wawancara Pribadi Suku Jawa Betawi Betawi Batak Jawa Betawi Batak Kalimantan Sunda Padang Berdasarkan dari tabel di atas merupakan WBS yang menerima program kegiatan dinamika kelompok. Mereka merupakan sebagian dari jumlah WBS yang tinggal di panti yakni sebanyak 210 orang. Dari kesepuluh 78 WBS yang peneliti amati mereka memiliki latar belakang, kondisi fisik, suku, dan usia yang berbeda-beda namun disatukan dalam suatu kondisi yang sama yaitu sama-sama tinggal dan menjalani kehidupan sehari-harinya di dalam Panti. Perbedaan yang terjadi juga dapat menimbulkan suatu permasalahan pada WBS. Perbedaan gender, perbedaan usia, perbedaan bahasa serta berbedaan suku ini dapat menimbulkan kesalahpahaman antar WBS. Misalnya suku Jawa yang memiliki karakter lemah lembut dalam bertutur bahasa bertemu dengan suku Batak yang memiliki karakter yang keras dari nada suaranya ini sering menimbulkan kesalahpahaman yang dapat mengakibatkan perselisihan. Dengan adanya program dinamika kelompok inilah para WBS mengikuti suatu permainan yang dapat membuat mereka lebih akrab, dapat menjalin kebersamaan, dan berbagi pengalaman dengan WBS yang lain sehingga mereka dapat memahami setiap karakter WBS yang tinggal di PSTW BM 1. Selain itu pula yang tinggal di anti merupakan suatu kelompok yang terbentuk secara tidak sengaja, mereka hidup berkelompok dalam suatu panti karena disatukan oleh sebuah nasib. Adapun perubahan yang terjadi pada WBS di PSTW setelah mengikuti program dinamika kelompok berdasarkan aspek Biopsikososial dan spiritual yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut: 1) Aspek Biologis/fisik Dari segi fisik lansia memang memiliki berbagai macam keterbatasan dalam melakukan segala hal. Perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lansia diantaranya ialah penglihatannya yang sudah mulai berkurang, pendengarannya juga mulai melemah dan pada kesehatan juga 79 menurun. Konsekuensi dari penurunan tersebut menjadikan faktor kesehatan sebagai permsalahan utama bagi lansia. Hal ini juga terjadi pada WBS di PSTW BM 1, kondisi seperti ini membuat para WBS yang berada di Panti menjadi malas dalam mengikuti kegiatan yang ada di PSTW, mereka merasa minder, tidak percaya diri dan malu akan kondisi hidupnya saat ini. Seperti yang terjadi pada Nenek Masnun (89 tahun) yang tinggal di Wisma Asoka beliau mengalami penurunan terhadap penglihatannya dan memiliki darah tinggi membuat beliau jarang mengikuti berbagai kegiatan yang ada di Panti. Seperti yang beliau ungkapkan sebagai berikut: “Udah males ikut kegiatan, udah tua. Waktu itu pernah ikut kegiatan itu. Cuma sekarang nenek udah rada males. Badannya udah gampang capek. Paling nenek ngejait aja. Itu juga kalo lagi gak males. Kalo lagi males seminggu baru nenek jait. Mau main angklung matanya udah ga ngeliat. Ya paling kegiatannya ya gitugitu aja. Iyah soalnya matanya udah ngga enak gini.. entar deh kalo udah tua ngerasain deh.”21 Hal serupa juga dialami oleh Nenek Maria (83 tahun) dari wisma dahlia, beliau merupakan WBS yang memiliki kecacatan pada bagian kaki sehingga mengharuskan beliau untuk menggunakan tongkat. Sebagaimana yang beliau ungkapkan: “Nenek jarang ikut kegiatan, ribet kalau memakai tongkat seperti ini. Mungkin kalau kegiatannya yang ringan-ringan nenek masih bisa ikut. Tapi kalau yang berat-berat nenek sudah tidak bisa ikut” Namun berbeda halnya dengan Nenek Sri (63 tahun) yang juga tinggal di Wisma Asoka walaupun beliau mengalami pengapuran pada tulang, penglihatan juga sudah mulai melemah karena memiliki katarak. 21 Wawancara pribadi dengan Nenek Masnun, sebagai Warga Binaan Sosial (WBS) (Jakarta, 14 Agustus 2014) 80 namun beliau masih sering mengikuti setiap kegiatan yang ada di Panti. Menurutnya setelah mengikuti program kegiatan dinamika kelompok dapat menghibur beliau dan juga para WBS yang ada di Panti. Seperti yang beliau ungkapkan sebagai berikut: “Iya, saya semua ikut kegiatan, tapi yang saya mampu, yang saya bisa. Kalo rebana kan memang bukan rombongan saya. Dari gereja semua saya ikuti. Dari semua kegiatan dari gereja seperti kebaktian belum pernah saya absen. Saya selalu ikut. Tapi kalo sekiranya kegiatannya berat ya saya tidak bisa berdiri lama-lama. Karena sering terasa nyeri pada punggung. saya ikut senam kan sambil duduk. jadi saya ikut kegiatan yang memang tidak terlalu berat. Kayak angklung, meronce bunga, senam semua saya ikut. Daripada saya cuma bengang-bengong aja duduk di sini (teras depan Wisma Asoka), ya saya senang kalau ada kegiatan seperti dinamika kelompok. Waktu itu saya ngikut yang rantai berbisik, itu kita ketawa terus. Ada gembiranya lah pokoknya”22 Dengan adanya program dinamika kelompok ini fasilitator selalu memberikan semangat dan selalu memberikan dukungan kepada setiap WBS dengan memberikan materi terkait dengan kebutuhan WBS. Sehingga dengan adanya program ini dapat membangkitkan semangat para WBS yang sudah mulai berkurang . 2) Aspek Psikologi Pada aspek psikologi kepribadian lansia dan perubahan secara biologi dapat mempengaruhi sikap mentalnya yang akan mempengaruhi orang lain selain itu pula banyak WBS yang merasa kesepian, depresi, merasakan kecemasan akan kematian, rasa tidak berdaya, mudah marah karena tidak ada pengakuan dari keluarga ataupun masyarakat, muncul perubahan minat dan terjadi perubahan mental seperti suka lupa, ingatan yang tidak lagi berfungsi dengan baik dan pengetahuan mulai lemah. Hal 22 Wawancara pribadi dengan Nenek Sri, sebagai Warga Binaan Sosial (WBS) (Jakarta, 13 Agustus 2014) 81 ini juga dialami oleh Kakek Lumanow (70 tahun), beliau merupakan WBS yang mengalami masalah kejiwaan atau yang sering disebut dengan ODMK (Orang Dengan Masalah Kejiwaan). Sebelum Kakek Lumanow tinggal di PSTW Budi Mulia 1, beliau tinggal di Panti Sosial Bina Laras (PSBL) Harapan Sentosa 3 yakni panti yang khusus untuk ODMK. Setelah beliau mengikuti kegiatan yang ada di panti kondisinya saat ini sudah mulai stabil dan perubahan kondisinya juga sudah mencapai hampir 90%. Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Ibu Siti Fatonah, S. Sos sebagai berikut: “Kakek Lumanow ini merupakan pribadi yang care terhadap teman-temannya. Suka bantu-bantu petugas di dapur buat ambil nasi. Dia juga rajin bersihin kamar mandi. Nah mungkin karena dia juga lama di PSBL jadi setiap kegiatan yang ada di sini beliau juga selalu ikut. Perubahan yang di alamai saat ini juga sudah membaik, sudah jarang marah-marah. Ya namanya mantan sikotik ya terkadang beliau gak mau diatur”23 Melihat kondisi Kakek Lumanow yang memiliki masalah dengan kejiwaan, beliau tidak bisa di atur-atur dalam melakukan sesuatu karena beliau akan merasa tertekan. Namun, karena beliau sudah terbiasa mengikuti semua kegiatan yang ada di Panti, sehingga membuat beliau sangat antusisas dengan adanya kegiatan dinamika kelompok, sesuai dengan apa yang beliau sampaikan sebagai berikut: “Ya, Kakek senang ikut kegiatan yang ada di sini. Jadi tidak merasa jenuh. Waktu acara lomba 17an saya juga ikut. Kalau ada rame-rame juga saya ikut. Saya juara 3 dapet duit 20.”24 23 Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai pekerja sosial (Jakarta, 22 Agustus 2014) 24 Wawancara Pribadi dengan Kakek Lumanow, sebagai Warga Binaan Sosial (WBS) (Jakarta, 22 Agustus 2014) 82 Selain itu hal yang serupa juga terjadi pada Kakek Wandi (65 tahun) yang mengalami psikotik ringan. Beliau sudah 4 bulan tinggal di PSTW. Awalnya beliau tidak mau berbicara sama sekali, namun setelah mengikuti program dinamika kelompok akhirnya beliau mau untuk berbicara. Seperti pada pengamatan peneliti saat kegiatan support group dan menceritakan tentang pengalaman masa lalunya. Beliau pun menangis tersedu-sedu dan mengatakan bahwa beliau rindu dengan anaknya.25 Dinamika kelompok memang sangat di perlukan karena dengan adanya program ini membuat para WBS dapat lebih membuka diri untuk berinteraksi dengan orang lain. Tidak seperti dulu WBS terkesan lebih menyendiri dan susah diajak berinteraksi dengan orang lain. 3) Aspek Sosial Secara sosial, usia tua akan memngalami perubahan dalam peran sosial di masyarakat. Hal ini menyebabkan lanisa rentan mengalami tindakan diskriminasi dan isolasi oleh lingkungan sekitar, baik di tingkat keluarga, masyarakat maupun Negara. Salah satu faktor utamanya adalah adanya stigma di kalangan masyarakat bahwa lansia sebagai kelompok yang harus tinggal di rumah. Pada aspek sosial pendapat mengenai lanjut usia merupakan seseorang dengan keadaan fisik dan mentalnya lemah, pikun, jalannya membungkuk dan sulit hidup bersama siapapun ini pada akhirnya dapat mempengaruhi sikap sosial para lansia, sehingga membuat lanjut usia menjadi lebih individualis, suka menyendiri, jarang berinterkasi dengan teman-temannya dan tidak ada komunikasi antara satu dengan 25 Observasi kegiatan Support Group di PSTW BM 1, pada tanggal 19 September 2014 83 yang lain. Hal ini juga dapat berpengaruh dan dapat mengalami penurunan kepada aspek-aspek yang lain seperti aspek biologis dan aspek psikologis. Namun untuk menghindari hal-hal tersebut PSTW BM 1 membuat suatu program dinamika kelompok guna meningkatan aktivitas WBS yang tinggal di panti dan mereka dapat berinteraksi serta berkomunikasi dengan baik kepada teman-teman sewismanya. Hal ini juga dirasakan oleh beberapa WBS, setelah mengikuti kegiatan dinamika kelompok seperti yang di ungkapkan oleh Kakek Tamrin (69 tahun) dari Wisma Catilliya sebagai berikut: “Senang, saya juga mengikuti kegiatan seperti angklung, dan olah raga. Waktu itu juga saya ikut Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) yang di berikan perawat. Saya senang dengan kegiatankegiatan seperti ini. Karena dapat mengurangi rasa jenuh saya selama berada disini. Saya baru 6 bulan disini. Dengan adanya TAK saya mempunyai banyak teman”26 Hal serupa juga di ungkapkan oleh Nenek Sumarni (62 tahun) dari Wisma Asoka, sebagai berikut: “Seneng, karena ada hiburan. Biasanya kita main bola, lempar bola. Terus dapet hadiah. Hadiahnya dapet mangkok, dapet uang. Jadinya kan kite semangat. Kita biasanya main di belakang, di aula. Ye bareng sama nenek-nenek yang lain.”27 Selain itu hal yang sama juga di katakana oleh Nenek Farida (61 tahun) dari wisma cempaka sebagai berikut: “Iya, jadi kegiatannya gak cuma itu-itu aja. Lama-lama kan juga saya bosen. Tapi kalo ada permainan kelompok kayak gini ya saya seneng. Bisa cerita ngobrol bareng sama temen-temen” 26 Wawancara Pribadi dengan Kakek Tamrin, sebagai Warga Binaan Sosial (WBS) (Jakarta, 22 Agustus 2014) 27 Wawancara Pribadi dengan Nenek Sumarni, sebagai Warga Binaan Sosial (WBS) (Jakarta, 22 Agustus 2014) 84 4) Aspek Spiritual Peranan agama merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan. Pada aspek spiritualisme merujuk pada pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan. Hal ini lah yang menyebabkan setiap WBS yang ada di PSTW BM 1 wajib mengikuti semua kegiatan keagamaan yang ada seperti pengajian, sholat berjama’ah ataupun kebaktian. Hal ini di maksudkan agar mereka mampu meningkatkan kualitas ibadah mereka dan timbulnya kesadaran dalam diri para lansia untuk menaati perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya. Pada pengamatan peneliti saat kegiatan support group menceritakan tentang pengalaman masa lalu. Kakek Dasni (70 tahun) saat mendengar Adzan Ashar beliau langsung mengangkat tangan dan meminta izin kepada Psikolog maupun Pekerja Sosial untuk melaksanakan ibadah sholat Ashar terlebih dahulu. Dan meminta kegiatan tersebut di lanjutkan setelah melaksanakan sholat ashar berjama’ah. Seperti yang beliau ungkapkan sebagai berikut: “Bu.. sudah Adzan Ashar, saya mau sholat terlebih dahulu. Kalau saya sudah selesai sholat. Nanti saya akan kembali lagi kesini”28 Dengan keterbatasan fisik beliau yang mengalami struk, pelafalan saat beliau berbicara pun sudah tidak terlalu jelas dan memiliki penyakit alzaimar, beliau masih semangat dalam menjalankan setiap aktivitas yang ada di Panti salah satunya dengan mengikuti kegiatan keagamaan. 28 Observasi kegiatan Support Group di PSTW BM 1, pada tanggal 19 September 2014 85 Dari keempat aspek yang sudah peneliti paparkan di atas, para WBS mengalami perubahan cukup baik setelah mengikuti program dinamika kelompok. Namun apabila dilihat berdasarkan usia, pada usia 83-89 tahun dari aspek biologi/fisik mereka sudah mengalami penurunan, membuat mereka menjadi jarang mengikuti program-program yang ada di PSTW BM 1. Berbeda pada usia 60-70 tahun mereka masih memerlukan program-program yang dapat meningkatkan aktivitas dan dapat mengisi waktu luangnya, sehigga mereka mampu berinteraksi serta bersosialisasi dengan baik kepada teman-temannya. Perubahan yang terjadi pada WBS juga bukan merupakan suatu tuntutan yang di haruskan dari pihak panti. Namun dengan adanya program ini diharapkan para WBS dapat merasakan manfaatnya. Seperti yang di ungkapkan oleh Ibu Siti Fatonah, S. Sos sebagai berikut: “Untuk perubahan itu kan kita bertahap yah, kan disini bukan tuntutan mutlak harus bagus. Untuk perubahan itu sendiri kalau di persentasikan kira-kira hampir 60 sampai dengan 70%. Artinya keberhasilan itu tidak menonjol banget. Tapi paling tidak Beliau senang dengan adanya dinamika kelompok. bisa menerima kehadiran kita dan poin yang paling penting disini ialah interaksi beliau lebih bagus. Dan beliau dapat merasakan manfaat yang kita berikan. Pokoknya beliau dapat menerima manfaatnya. Dan sebagai fasilitator kita juga harus terbuka juga dengan mereka. Fungsi kita juga hanya sebagai fasilitator. Jd kita gak bisa memaksakan beliau. Yang penting implementasinya”29 Sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh Ibu Siti Fatonah, S.Sos interaksi sangatlah di perlukan khususnya di dalam sebuah panti sosial, karena dengan adanya interaksi dan sosialisasi, antar WBS dapat menumbuhkan rasa saling mendukung, saling memberi semangat dan dapat menumbuhkan keakraban sehingga dapat mengurangi ketergantungan di masa tuanya. Selain itu 29 Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.Sos sebagai Pekerja Sosial (Jakarta, 22 Agustus 2014) 86 pula dengan adanya program dinamika kelompok di PSTW BM 1 ini dapat meminimalisir adanya ketergantungan fisik atau mental, yaitu merujuk pada ketidakmampuan seorang lansia dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Seperti halnya pada lansia yang tidak potensial (mengalami disability) walaupun perubahan tidak begitu terlihat dikarenakan berdasarkan kondisi beliau sudah renta, namun sebagian dari mereka dapat melakukan aktivitasnya sendiri tanpa di bantu dengan petugas seperti merapihkan tempat tidur, mandi, ataupun mengambil makanan. Sedangkan pada WBS yang masih potensial dapat melakukan kegiatan yang ada di PSTW BM 1 dengan mandiri contohnya ialah membantu petugas dalam menyiapkan membersihkan halaman dan lain sebagainya. makanan, membantu petugas 77 B. Perubahan yang didapatkan lanjut usia dari implementasi dinamika kelompok yang telah diberikan oleh Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia di lihat dari aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Dalam melakukan penelitian keberhasilan dalam program kegiatan dinamika kelompok dapat dilihat dari kemajuan dan perubahan yang di capai dibandingkan dengan kondisi WBS sebelumnya, serta manfaat yang dirasakan oleh mereka setelah mengikuti program kegiatan dinamika kelompok seperti adanya interaksi dengan WBS yang lain dan timbul rasa solidaritas terhadap sesama WBS sehingga dapat saling menghargai dan menghormati pendapat orang lain. Terkait dengan program kegitan dinamika kelompok, sehubungan dengan pengembangan diri yang diberikan untuk lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 sejak setahun terakhir ini menunjukan perkembangan yang sangat baik. Dengan adanya program kegiatan dinamika kelompok, para WBS dapat mengisi waktu luang mereka untuk ikut serta dalam program ini dan mereka dapat berinteraksi dengan teman-temannya sekaligus dengan petugas panti. Adapun beberapa WBS yang mengikuti kegiatan dinamika kelompok diantaranya ialah sebagai berikut: Tabel 4 WBS yang mengikuti program dinamika kelompok No Nama Klien Nama Wisma Gender Usia Suku 1 Masnun Wisma Asoka P 89 thn Betawi 2 Sumarni Wisma Asoka P 62 thn Betawi 3 Lumanow Wisma Catiliya L 70 thn Batak 78 4 Thamrin Wisma Catiliya L 69 thn Kalimantan Sumber: Hasil Wawancara Pribadi Berdasarkan dari tabel di atas merupakan WBS yang menerima program kegiatan dinamika kelompok. Mereka merupakan sebagian dari jumlah WBS yang tinggal di panti yakni sebanyak 210 orang. Dari keempat WBS yang peneliti amati mereka memiliki latar belakang, kondisi fisik, suku, dan usia yang berbeda-beda namun disatukan dalam suatu kondisi yang sama yaitu sama-sama tinggal dan menjalani kehidupan sehari-harinya di dalam Panti. Perbedaan yang terjadi juga dapat menimbulkan suatu permasalahan pada WBS. Perbedaan gender, perbedaan usia, perbedaan bahasa serta berbedaan suku ini dapat menimbulkan kesalahpahaman antar WBS. Misalnya suku Jawa yang memiliki karakter lemah lembut dalam bertutur bahasa bertemu dengan suku Batak yang memiliki karakter yang keras dari nada suaranya ini sering menimbulkan kesalahpahaman yang dapat mengakibatkan perselisihan. Dengan adanya program dinamika kelompok inilah para WBS mengikuti suatu permainan yang dapat membuat mereka lebih akrab, dapat menjalin kebersamaan, dan berbagi pengalaman dengan WBS yang lain sehingga mereka dapat memahami setiap karakter WBS yang tinggal di PSTW BM 1. Selain itu pula yang tinggal di panti merupakan suatu kelompok yang terbentuk secara tidak sengaja, mereka hidup berkelompok dalam suatu panti karena disatukan oleh sebuah nasib. Adapun perubahan yang terjadi pada WBS di PSTW setelah mengikuti program dinamika kelompok berdasarkan aspek Biopsikososial dan spiritual yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut: 79 1) Aspek Biologis/fisik Dari segi fisik lansia memang memiliki berbagai macam keterbatasan dalam melakukan segala hal. Perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lansia diantaranya ialah penglihatannya yang sudah mulai berkurang, pendengarannya juga mulai melemah dan pada kesehatan juga menurun. Konsekuensi dari penurunan tersebut menjadikan faktor kesehatan sebagai permsalahan utama bagi lansia. Hal ini juga terjadi pada WBS di PSTW BM 1, kondisi seperti ini membuat para WBS yang berada di Panti menjadi malas dalam mengikuti kegiatan yang ada di PSTW, mereka merasa minder, tidak percaya diri dan malu akan kondisi hidupnya saat ini. a. Nenek Masnun Nenek Masnun merupakan WBS yang berusia 89 tahun, dari segi usia umur beliau sudah cukup lanjut. Beliau tinggal di wisma asoka. Beliau berasal dari Jakarta (Betawi). Beliau memiliki kulit tubuh sawo matang, dengan rambut yang sudah mulai beruban. Tinggi badan beliau juga mencapai 165 cm. Nenek Masnun juga menggunakan kacamata untuk menujang beliau dalam melakukan aktivitas.21 Kondisi beliau saat ini juga sudah banyak mengalami penurunan seperti penglihatan yang sudah mulai melemah, beliau juga memiliki darah tinggi dan kebiasaan beliau merokok sembunyisembunyi juga sulit dihilangkan hal ini juga dapat menyebabkan beliau mudah sakit sehingga membuat beliau jarang mengikuti berbagai 21 Observasi Nenek Masnun sebagai Warga Binaan Sosial (WBS) di PSTW BM 1, (Jakarta, 22 Agustus 2014) 80 kegiatan yang ada di panti. Seperti yang beliau ungkapkan sebagai berikut: “Udah males ikut kegiatan, udah tua. Waktu itu pernah ikut kegiatan itu. Cuma sekarang nenek udah rada males. Badannya udah gampang capek. Paling nenek ngejait aja. Itu juga kalo lagi gak males. Kalo lagi males seminggu baru nenek jait. Mau main angklung matanya udah ga ngeliat. Ya paling kegiatannya ya gitugitu aja. Iyah soalnya matanya udah ngga enak gini.. entar deh kalo udah tua ngerasain deh.”22 b. Nenek Sumarni Nenek Sumarni saat ini berusia 62 tahun. Nenek Sumarni juga berasal dari Jakarta (Betawi). Beliau memiliki tinggi badan ±168 cm dengan tubuh yang kurus. Kulit tubuhnya berwarna sawo matang dan selalu mengenakan tutup kepala.23 Beliau merupakan WBS yang rajin mengikuti setiap kegiatan yang ada di panti karena kondisi beliau yang masih potensial dan masih mampu melakukan aktivitas secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Beliau juga tidak mengalami kekurangan fisik, hanya saja beliau memiliki darah rendah, selain itu daya ingat beliau terkadang melemah dan beliau juga sering jatuh sakit akibat daya tahan tubuhnya yang menurun, seperti flu, demam atau yang lain sebagainya. c. Kakek Lumanow Pada Kakek Lomanow yang berusia 70 tahun. Beliau berasal dari Medan (Batak) kondisi fisik beliau masih normal, dengan tinggi badan mencapai ±170 cm tubuhnya juga terlihat kurus dan rambut yang sudah beruban. Beliau merupakan perokok 22 23 2014) Wawancara pribadi dengan Nenek Masnun, sebagai WBS (Jakarta, 14 Agustus 2014) Observasi Nenek Sumarni sebagai Sosial WBS di PSTW BM 1, (Jakarta, 22 Agustus 81 aktif hal ini dapat memperngaruhi kondisi fisik beliau mengingat usia beliau yang sudah tidak muda lagi. Beliau adalah pribadi yang rajin, terutama dalam menjaga kebersihan diri maupun kebersihan lingkungan dan beliau juga selalu mengikuti kegiatan senam pagi sehingga beliau selalu terlihat bugar.24 d. Kakek Thamrin Sedangkan untuk Kakek Thamrin yang berusia 69 tahun beliau berasal dari Kalimantan, beliau memiliki tinggi badan sekitar 150 cm dengan berat badan berkisar 45 s/d 50 kg. Kondisi fisiknya sudah mulai melemah beliau memiliki penyakit reumatik hal ini terjadi dikarenakan beliau berjualan koran di daerah Matraman, tidak jarang beliau terkadang kehujanan sampai kedinginan karena tidak adanya tempat untuk berteduh. Karena sakitnya inilah yang mengakibatkan beliau sering kambuh dan beliau tidak dapat mengikuti kegiatan yang ada di panti. Dengan adanya program dinamika kelompok ini fasilitator selalu memberikan semangat dan selalu memberikan dukungan kepada setiap WBS dengan memberikan materi terkait dengan kebutuhan WBS. Sehingga dengan adanya program ini dapat membangkitkan semangat para WBS yang sudah mulai berkurang . 2) Aspek Psikologi Pada aspek psikologi kepribadian lansia dan perubahan secara biologi dapat mempengaruhi sikap mentalnya yang akan mempengaruhi 24 Observasi Kakek Lumanow sebagai WBS di PSTW BM 1, (Jakarta, 22 Agustus 2014) 82 orang lain selain itu pula banyak WBS yang merasa kesepian, depresi, merasakan kecemasan akan kematian, rasa tidak berdaya, mudah marah karena tidak ada pengakuan dari keluarga ataupun masyarakat, muncul perubahan minat dan terjadi perubahan mental seperti suka lupa, ingatan yang tidak lagi berfungsi dengan baik dan pengetahuan mulai lemah. a. Nenek Masnun Dalam aspek ini Nenek Masnun merupakan pribadi yang ceria dan ramah. Emosi beliau juga stabil dan tidak pernah marahmarah, namun terkadang beliau sering merasa kesepian karena sudah tidak memiliki keluarga dan memasrahkan hidupnya untuk tinggal di panti, tetapi beliau selalu dapat membuat orang tersenyum sehingga membuat orang lain merasa nyaman di dekat beliau. Dari segi psikologis beliau tidak terlalu memiliki banyak permasalahan. b. Nenek Sumarni Nenek Sumarni merupakan pribadi yang ramah, namun beberapa tahun yang lalu beliau pernah mengikuti konseling dengan psikiater karena saat itu kondisi beliau sering marah-marah dan sempat mengalami depresi ringan. Hal itu dikarenakan beliau tidak di terima dilingkungan keluarganya. Beliau tidak memiliki suami dan tidak memiliki anak. Beliau hanya memiliki sanak saudara namun keluarga beliau tidak mau menerimanya untuk tinggal bersama karena itulah yang membuat beliau lebih nyaman untuk tinggal di panti. Nenek Sumarni juga memiliki rasa ingin 83 tahu yang berlebihan yang membuat para WBS yang lain merasa tidak nyaman. Dalam hal ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa beliau membutuhkan teman untuk berbagi cerita, bertukar pikiran, membutuhkan perhatian dan perlindungan dari orang lain, melihat dari latar belakang beliau yang tidak memiliki keluarga. Namun setelah beliau mengikuti berbagai macam pelayanan yang ada kondisi psikologis beliau semakin membaik. Beliau tidak mudah marah, beliau juga dapat menerima kondisi beliau untuk tinggal di panti. Beliau juga sering mengikuti kegiatan seperti senam pagi, angklung dan lain sebagainya yang dapat mempengaruhi perubahan psikologis menjadi lebih baik lagi. c. Kakek Lumanow Kakek Lumanow merupakan WBS yang mengalami masalah kejiwaan atau yang sering disebut dengan ODMK (Orang Dengan Masalah Kejiwaan). Sebelum Kakek Lumanow tinggal di PSTW Budi Mulia 1, beliau tinggal di Panti Sosial Bina Laras (PSBL) Harapan Sentosa 3 yakni panti yang khusus untuk ODMK. Setelah beliau mengikuti kegiatan yang ada di panti kondisinya saat ini sudah mulai stabil (tidak mengganggu, tidak agresif dan sudah tenang) dan perubahan kondisinya juga sudah mencapai hampir 90%. Melihat kondisi Kakek Lumanow yang memiliki masalah dengan kejiwaan, beliau tidak bisa di atur-atur dalam melakukan sesuatu karena beliau akan merasa tertekan. Namun, karena beliau sudah terbiasa mengikuti semua kegiatan yang ada di 84 panti. Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Ibu Siti Fatonah, S. Sos sebagai berikut: “Kakek Lumanow ini merupakan pribadi yang care terhadap teman-temannya. Suka bantu-bantu petugas di dapur buat ambil nasi. Dia juga rajin bersihin kamar mandi. Nah mungkin karena dia juga lama di PSBL jadi setiap kegiatan yang ada di sini beliau juga selalu ikut. Perubahan yang di alamai saat ini juga sudah membaik, sudah jarang marah-marah. Ya namanya mantan sikotik ya terkadang beliau gak mau diatur”25 d. Kakek Thamrin Kakek Thamrin merupakan pribadi yang ramah, cara bicaranya juga sangat lembut hanya saja beliau sangat pendiam dan individualis mungkin karena beliau belum terlalu lama tinggal di panti. Beliau berada di panti kurang lebih 6 bulan. Kondisi psikologis beliau juga sangat baik, beliau tidak mengalami gangguan kejiwaan, depresi ataupun dimensia. Beliau WBS yang masih produktif. Dalam aspek ini dinamika kelompok memang sangat di perlukan karena dengan adanya program ini membuat para WBS dapat lebih membuka diri untuk berinteraksi dengan orang lain. Tidak seperti dulu WBS terkesan lebih menyendiri dan susah diajak berinteraksi dengan orang lain. 3) Aspek Sosial Secara sosial, usia tua akan memngalami perubahan dalam peran sosial di masyarakat. Hal ini menyebabkan lanisa rentan mengalami tindakan diskriminasi dan isolasi oleh lingkungan sekitar, baik di tingkat 25 Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai pekerja sosial (Jakarta, 22 Agustus 2014) 85 keluarga, masyarakat maupun Negara. Salah satu faktor utamanya adalah adanya stigma di kalangan masyarakat bahwa lansia sebagai kelompok yang harus tinggal di rumah. Pada aspek sosial pendapat mengenai lanjut usia merupakan seseorang dengan keadaan fisik dan mentalnya lemah, pikun, jalannya membungkuk dan sulit hidup bersama siapapun ini pada akhirnya dapat mempengaruhi sikap sosial para lansia, sehingga membuat lanjut usia menjadi lebih individualis, suka menyendiri, jarang berinterkasi dengan teman-temannya dan tidak ada komunikasi antara satu dengan yang lain. Hal ini juga dapat berpengaruh dan dapat mengalami penurunan kepada aspek-aspek yang lain seperti aspek biologis dan aspek psikologis. Namun untuk menghindari hal-hal tersebut PSTW BM 1 membuat suatu program dinamika kelompok guna meningkatan aktivitas WBS yang tinggal di panti dan mereka dapat berinteraksi serta berkomunikasi dengan baik kepada teman-teman sewismanya. a. Nenek Masnun Nenek Masnun merupakan WBS yang menjalin relasi dengan WBS yang lainnya dengan cukup baik. Interaksi beliau juga sangat bagus, baik kepada teman sesama wisma ataupun dengan petugas panti. Beliau juga tidak pernah memiliki permasalahan yang dengan teman sewismanya selama beliau tinggal di panti. Nenek Masnun merupakan pribadi yang ramah, ceria dan mudah berinteraksi dengan orang baru. Namun dikarenakan usia beliau yang sudah lanjut dan sudah mengalami berbagai macam penurunan. Beliau sudah jarang mengikuti 86 kegiatan yang ada di panti salah satunya program dinamika kelompok. b. Nenek Sumarni Dalam aspek ini Nenek Sumarni sempat mengalami dilema, karena kondisinya dahulu yang mengalami depresi ringan, mudah marah dan mempunyai rasa ingin tahu yang berlebihan membuat beberapa WBS tidak nyaman berada di dekat beliau. Namun setelah beliau mengikuti beragam kegiatan yang ada di panti. interaksi serta sosialisasi beliau menjadi lebih baik. Beliau juga sering mengikuti program dinamika kelompok, karena menurutnya kegiatan seperti ini merupakan suatu permainan yang menyenangkan dan dapat menjalin interaksi dengan WBS yang lain. Seperti yang beliau ungkapkan sebagai berikut: “Seneng, karena ada hiburan. Biasanya kita main bola, lempar bola. Terus dapet hadiah. Hadiahnya dapet mangkok, dapet uang. Jadinya kan kite semangat. Kita biasanya main di belakang, di aula. Ye bareng sama nenek-nenek yang lain.”26 c. Kakek Lumanow Kakek Lumanow adalah WBS yang memiliki interaksi dengan WBS yang lainnya dengan cukup baik, beliau juga memiliki kepedulian yang tinggi kepada teman-temannya. Dengan ikhlas beliau membantu teman-temannya yang tidak dapat melakukan aktivitas dengan baik (tidak potensial) atau temantemannya yang sedang sakit dengan membantu mengambilkan makanan maupun minuman. Selain itu pula beliau juga rajin 26 Wawancara Pribadi dengan Nenek Sumarni, sebagai WBS (Jakarta, 22 Agustus 2014) 87 membantu para petugas panti untuk mengambil makanan didapur, menyapu teras atau halaman panti serta membersihkan kamar mandi. Walaupun mengalami gangguan kejiwaan ringan tetapi beliau dapat melakukan aktivitasnya sendiri tanpa bantuan pendamping. Dan dari segi memori, memori beliau cukup baik. Terlihat pada kegiatan cerdas cermat saat pelaksanaan program dinamika kelompok beliau lebih dominan di bandingkan dengan WBS yang kondisinya masih normal. Beliau juga rajin mengikuti setiap kegiatan yang ada di panti sehingga membuat beliau sangat antusisas dengan adanya kegiatan dinamika kelompok, sesuai dengan apa yang beliau sampaikan sebagai berikut: “Ya, Kakek senang ikut kegiatan yang ada di sini. Jadi tidak merasa jenuh. Waktu acara lomba 17an saya juga ikut. Kalau ada rame-rame juga saya ikut. Saya juara 3 dapet duit 20.”27 d. Kakek Thamrin Kakek Thamrin merupakan pribadi yang pendiam dan agak minder serta sulit untuk melakukan interaksi dengan orang lain. Beliau cenderung individualis. Beliau juga jarang banyak bicara hal ini dikarenakan beliau yang tidak dapat membuka pembicaraan dalam artian jika tidak di ajak berbicara terlebih dahulu beliau sulit untuk berbicara. Namun setelah mendapat pendampingan dari petugas panti interaksi beliau saat ini sudah cukup baik, beliau juga sangat care dengan teman-teman sewismanya. Selain itu beliau juga selalu membantu petugas untuk mengambil nasi didapur dan 27 Wawancara Pribadi dengan Kakek Lumanow, sebagai WBS (Jakarta, 22 Agustus 2014) 88 dibagikan kepada teman-teman di wismanya. Kakek Thamrin juga rajin mengikuti setiap kegiatan yang ada di panti semua kegiatan beliau ikuti seperti bermain catur, bermain angklung dan lain sebagainya. seperti yang beliau ungkapkan sebagai berikut: “Senang, saya juga mengikuti kegiatan seperti angklung, dan olah raga. Waktu itu juga saya ikut Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) yang di berikan perawat. Saya senang dengan kegiatankegiatan seperti ini. Karena dapat mengurangi rasa jenuh saya selama berada disini. Saya baru 6 bulan disini. Dengan adanya TAK saya mempunyai banyak teman”28 4) Aspek Spiritual Peranan agama merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan. Pada aspek spiritualisme merujuk pada pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan. Hal ini lah yang menyebabkan setiap WBS yang ada di PSTW BM 1 wajib mengikuti semua kegiatan keagamaan yang ada seperti pengajian, sholat berjama’ah ataupun kebaktian. Hal ini di maksudkan agar mereka mampu meningkatkan kualitas ibadah mereka dan timbulnya kesadaran dalam diri para lansia untuk menaati perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya. a. Nenek Masnun Kesadaran diri untuk beribadah Nenek Masnun masih kurang. Beliau belum terfikirkan kearah sana. Walaupun beliau sudah sering di berikan bimbingan rohani islam namun beliau masih malas untuk melaksanakan sholat 5 waktu dan dari petugas 28 Wawancara Pribadi dengan Kakek Tamrin, sebagai Warga Binaan Sosial (WBS) (Jakarta, 22 Agustus 2014) 89 panti pun sudah banyak yang mengingatkan beliau untuk mengikuti setiap kegiatan keagamaan dari dirinya belum ada kemauan untuk melaksanakan ibadah. b. Nenek Sumarni Nenek Sumarni merupakan WBS yang memiliki kesadaran diri untuk beribadahnya tinggi. Beliau merupakan WBS yang rajin beribadah, beliau selalu mengikuti sholat berjama’ah di masjid bersama dengan beberapa WBS yang lain. Nenek Sumarni juga sering mengikuti pengajian mingguan dan bimbingan rohani islam hal ini terlihat dari kebiasaan beliau yang selalu datang kemasjid lebih awal untuk melaksanakan sholat berjam’ah.29 c. Kakek Lumanow Kakek Lumanow adalah WBS yang rajin mengikuti kegiatan rohani Kristen. Beliau juga selalu beribadah setiap hari minggu. Kesadaran diri beliau untuk beribadah juga sangat baik, terlihat pada kebiasaan beliau yang selalu berdoa sebelum makan. d. Kakek Thamrin Pada Kakek Thamrin, awalnya beliau tidak pernah melaksanakan ibadah sholat. Setiap petugas mengajak beliau untuk sholat berjama’ah di masjid beliau beralasan bahwa kakinya sakit. Namun sekarang setelah dari Mahasiswa beliau mau menjalankan ibadah sholat meskipun dilakukan dalam posisi 29 2014) Observasi Nenek Sumarni sebagai Sosial WBS di PSTW BM 1, (Jakarta, 22 Agustus 90 duduk. Sehingga sampai saat ini beliau menjadi rajin untuk melakukan ibadah sholat 5 waktu. Dari keempat aspek yang sudah peneliti paparkan di atas, para WBS mengalami perubahan cukup baik setelah mengikuti program dinamika kelompok. Namun apabila dilihat berdasarkan usia, pada usia 83-89 tahun dari aspek biologi/fisik mereka sudah mengalami penurunan, membuat mereka menjadi jarang mengikuti program-program yang ada di PSTW BM 1. Berbeda pada usia 60-70 tahun mereka masih memerlukan program-program yang dapat meningkatkan aktivitas dan dapat mengisi waktu luangnya, sehigga mereka mampu berinteraksi serta bersosialisasi dengan baik kepada teman-temannya. Perubahan yang terjadi pada WBS juga bukan merupakan suatu tuntutan yang di haruskan dari pihak panti. Namun dengan adanya program ini diharapkan para WBS dapat merasakan manfaatnya. Seperti yang di ungkapkan oleh Ibu Siti Fatonah, S. Sos sebagai berikut: “Untuk perubahan itu kan kita bertahap yah, kan disini bukan tuntutan mutlak harus bagus. Untuk perubahan itu sendiri kalau di persentasikan kira-kira hampir 60 sampai dengan 70%. Artinya keberhasilan itu tidak menonjol banget. Tapi paling tidak Beliau senang dengan adanya dinamika kelompok. bisa menerima kehadiran kita dan poin yang paling penting disini ialah interaksi beliau lebih bagus. Dan beliau dapat merasakan manfaat yang kita berikan. Pokoknya beliau dapat menerima manfaatnya. Dan sebagai fasilitator kita juga harus terbuka juga dengan mereka. Fungsi kita juga hanya sebagai fasilitator. Jd kita gak bisa memaksakan beliau. Yang penting implementasinya”30 Sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh Ibu Siti Fatonah, S.Sos interaksi sangatlah di perlukan khususnya di dalam sebuah panti sosial, karena dengan adanya interaksi dan sosialisasi, antar WBS dapat menumbuhkan rasa 30 Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.Sos sebagai Pekerja Sosial (Jakarta, 22 Agustus 2014) 91 saling mendukung, saling memberi semangat dan dapat menumbuhkan keakraban sehingga dapat mengurangi ketergantungan di masa tuanya. Selain itu pula dengan adanya program dinamika kelompok di PSTW BM 1 ini dapat meminimalisir adanya ketergantungan fisik atau mental, yaitu merujuk pada ketidakmampuan seorang lansia dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Seperti halnya pada lansia yang tidak potensial (mengalami disability) walaupun perubahan tidak begitu terlihat dikarenakan berdasarkan kondisi beliau sudah renta, namun sebagian dari mereka dapat melakukan aktivitasnya sendiri tanpa di bantu dengan petugas seperti merapihkan tempat tidur, mandi, ataupun mengambil makanan. Sedangkan pada WBS yang masih potensial dapat melakukan kegiatan yang ada di PSTW BM 1 dengan mandiri contohnya ialah membantu petugas dalam menyiapkan makanan, membantu petugas membersihkan halaman dan lain sebagainya. Tabel 5 Perubahan dari Aspek Biosikososial Spiritual Nama WBS Nenek Masnun Aspek Biologis Aspek Psikologi Aspek Sosial Aspek Spiritual Sebelum : Pada aspek ini Nenek Masnun merupakan seseorang yang rajin mengikuti kegiatan. Beliau mengikuti setiap kegiatan yang ada di panti. seperti menjahit, bermain angklung, senam pagi.dan lain sebagainya. Namun saat ini penglihatan beliau juga sudah mulai melemah. Sebelum: Pada aspek psikologis Nenek Masnun merupakan pribadi yang ramah dan ceria. Beliau juga tidak mengalami permasalahan pada kondisi psikologisnya. Sebelum: Pada aspek sosial Nenek Masnun cukup baik. Beliau mudah berinteraksi dengan orang lain beliau juga tidak pernah memiliki permasalahan dengan teman-temannya. Sebelum: Aspek Spiritual Nenek Masnun kurang begitu baik. Kesadaran diri beliau untuk beribadah juga sangat kurang. Walaupun sesekali beliau mengitu bimbingan rohani islam ataupun pengajian beliau tetap jarang untuk menjalakan ibadah Sholat 5 waktu. Sesudah : Perubahan yang terjadi sejalan usianya yang sudah lanjut dan mengalami beragam penurunan, Nenek Masnun pun menjadi sukar untuk melakukan setiap kegiatan yang ada di panti. beliau hanya mengisi waktu luangnya dengan menjahit. Sesudah: Perubahan psikologis yang terjadi pada Nenek Masnun juga tidak begitu terlihat. Hal ini dikarenakan memang kondisi psikologis beliau yang masih baik. Sesudah: Dalam aspek ini tidak terjadi perubahan pada Nenek Masnun. Karena memang pembawaan diri beliau yang cukup baik. Sesudah: Perubahan pada Nenek Masnun juga tidak terlihat pada aspek spiritualnya. Beliau masih jarang melaksanakan sholat 5 waktu. 92 Nenek sumarni Sebelum: Pada aspek ini sebelum beliau mengikuti kegiatan dinamika kelompok beliau tidak memiliki riwayat kesehatan yang berbahaya. Kondisi fisik beliau juga sangat baik. Beliau juga tidak mengalami kekurangan fisik, hanya saja beliau memiliki darah rendah, Sebelum: namun beberapa tahun yang lalu beliau pernah mengikuti konseling dengan psikiater karena saat itu kondisi beliau sering marah-marah dan sempat mengalami depresi ringan. Hal itu dikarenakan beliau tidak di terima dilingkungan keluarganya. Sebelum: Nenek Sumarni sempat mengalami dilema, karena kondisinya dahulu yang mengalami depresi ringan, mudah marah dan mempunyai rasa ingin tahu yang berlebihan membuat beberapa WBS tidak nyaman berada di dekat beliau. Sebelum: Beliau merupakan WBS yang rajin beribadah, beliau selalu mengikuti sholat berjama’ah di masjid bersama dengan beberapa WBS yang lain. Nenek Sumarni juga sering mengikuti pengajian mingguan dan bimbingan rohani islam. Sesudah: Perubahan yang terjadi pada aspek ini ialah beliau mendapatkan pelayanan kesehatan dari panti beliau sering di berikan vitamin untuk menjaga daya tahan tubuhnya. dan perubahan yang terjadi setelah beliau mengikuti kegiatan dinamika kelompok ialah dapat melatih mental beliau. Sesudah: Namun setelah mengikuti beragam program kegiatan dinamika kelompok yang ada di panti perubahan pun mulai dirasakan oleh Nenek Sumarni. Kondisi psikologis beliau semakin membaik. Beliau tidak mudah marah, beliau juga dapat menerima kondisi beliau untuk tinggal di panti. Beliau juga sering mengikuti kegiatan seperti senam pagi, angklung dan lain sebagainya yang dapat mempengaruhi perubahan Sesudah: Tetapi dengan adanya program dinamika kelompok perubahan yang terjadi pada Nenek Sumarni ialah interaksi serta sosialisasi beliau menjadi lebih baik dan adanya penambahan aktivitas untuknya. Sesudah: Dan pada aspek ini tidak ada perubahan yang terjadi pada Nenek Sumarni karena beliau memiliki kesadaran diri untuk beribadah yang tinggi. 93 Kakek Lumanow Sebelum : Pada aspek ini sebelum kakek Lumanow mengikuti kegiatan dinamika kelompok beliau memiliki kondisi fisik yang baik, beliau juga merupakan pribadi yang rajin dan bersih. Beliau juga tidak memiliki riwayat penyakit yang berbahaya. Hanya saja kebiasaan merokok beliau tidak dapat dihilangkan. Sesudah : Perubahan yang terjadi pada aspek ini setelah Kakek Lumanow mengikuti kegiatan dinamika kelompok tidak terlalu ada perubahan yang signifikan. Karena beliau memang seseorang yang selalu menjaga kebersihan. psikologis menjadi lebih baik lagi Sebelum: Pada aspek psikologis Kakek Lumanow adalah seseorang yang mengalami gangguan kejiwaan. Emosinya juga labil dan tidak bisa mendapat tekanan dari orang lain. Sesudah: Perubahan yang terjadi pada aspek ini setelah Kakek Lumanow mengikuti kegiatan dinamika kelompok beliau menjadi lebih tenang, tidak agresif dan tidak mengganggu orang lain. Dalam kegiatan dinamika kelompok juga terdapat beberapa permainan yang dapat melatih kesabaran para Sebelum: Pada aspek sosial sebelum beliau mengikuti kegiatan dinamika kelompok beliau merupakan seseorang yang memiliki interaksi yang sangat baik dengan orang lain. Beliau juga tidak pernah memiliki permasalahan kepada temanteman sewismanya atau dengan WBS yang lain. Sesudah : Perubahan yang terjadi setelah mengikuti kegiatan dinamika kelompok pada Kakek Lumanow ialah solidaritas beliau terhadap sesama WBS yang lain semakin solid. Kemudian interaksinya juga semakin lebih baik tidak hanya kepada para petugas panti namun kepada sesama WBS yang lain juga, Sebelum: Pada aspek ini Kakek Lumanow merupakan WBS yang rajin beribadah. Baik sebelum ataupun sesudah kegiatan dinamika kelompok. Beliau rajin mengikuti kebakitian dan pebekalan rohani Kristen Sesudah: Pada aspek ini tidak ada perubahan yang signifikan. Beliau memang pribadi yang rajin beribadah. 94 Kakek Thamrin Sebelum: kondisi fisiknya sudah mulai melemah beliau memiliki penyakit reumatik. Karena sakitnya inilah yang mengakibatkan beliau sering kambuh dan beliau tidak dapat mengikuti kegiatan yang ada di panti. Sesudah: Perubahan yang terjadi pada Kakek Thamrin setelah beliau mendapatkan pelayanan. Beliau rajin memeriksakan penyakitnya di klinik PSTW. Selain itu pula banyak perawat yang memberikan obat sehingga kondisinya membaik. WBS. Sebelum: Beliau sangat pendiam dan individualis mungkin karena beliau belum terlalu lama tinggal di panti. Beliau berada di panti kurang lebih 6 bulan. Kondisi psikologis beliau juga sangat baik, beliau tidak mengalami gangguan kejiwaan, depresi ataupun dimensia. Beliau WBS yang masih produktif. Sesudah: Namun dengan adanya dinamika kelompok perubahan yang terjadi pada beliau ialah beliau mau di ajak berinteraksi dengan orang lain. Sebelum: Kakek Thamrin merupakan pribadi yang pendiam dan agak minder serta sulit untuk melakukan interaksi dengan orang lain. Beliau cenderung individualis. Beliau juga jarang banyak bicara. Sebelum: awalnya beliau tidak pernah melaksanakan ibadah sholat. Setiap petugas mengajak beliau untuk sholat berjama’ah di masjid beliau beralasan bahwa kakinya sakit. Kesadaran diri untuk beribadahnya juga masih kurang Sesudah: Namun setelah mendapat pendampingan dari petugas panti dan dengan adanya program dinamika kelompok dapat membuat interaksi beliau saat ini sudah cukup baik, beliau juga sangat care dengan teman-teman sewismanya. Kakek Thamrin juga rajin mengikuti setiap kegiatan yang ada di panti semua kegiatan beliau ikuti seperti bermain catur, bermain Sesudah: Namun sekarang setelah dari Mahasiswa beliau mau menjalankan ibadah sholat meskipun dilakukan dalam posisi duduk. Sehingga sampai saat ini beliau menjadi rajin untuk melakukan ibadah sholat 5 waktu. 95 angklung. Sehingga membuat interaksi beliau dnegan orang lain menjadi lebih baik lagi. 96 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan penjelasan yang telah penulis uraikan pada bab-bab sebelumnya dan telah penulis analisis maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Implementasi program dinamika kelompok merupakan kegiatan yang bertujuan untuk membantu mengatasi permasalahan terhadap WBS secara berkelompok dan dapat membantu mengembangkan potensi lanjut usia secara optimal sesuai dengan kemampuannya. Dimana setelah mengikuti kegiatan dinamika kelompok ini diharapkan adanya rasa saling menghargai satu dengan yang lain, timbul rasa solidaritas terhadap teman sesama WBS sehingga dapat saling menghormati dan saling menghargai pendapat orang lain. 2. Dalam implementasi program dinamika kelompok ini lansia yang berada di dalam panti juga dapat mengembangkan diri mereka melalui aktivitas kelompok. Sehingga dapat beradaptasi baik secara sosial, tingkah laku, dan emosional melalui proses kelompok. Selain itu pula dinamika kelompok merupakan suatu kegiatan yang dapat menunjang aktivitas lansia di panti menjadi bertambah dan dengan adanya pelaksanaan dinamika kelompok, lansia mampu mengembangkan potensi yang mereka miliki. 3. Dalam implementasi dinamika kelompok, metode dan proses pelaksanaan dinamika kelompok dapat menumbuhkan dan membangun kelompok dari semula kumpulan individu-individu yang belum saling mengenal satu 97 98 sama lain, menjadi satu kesatuan kelompok dengan satu tujuan, suatu norma, dan suatu cara pencapaian berusaha yang disepakati bersama. 4. Keberhasilan dalam program kegiatan dinamika kelompok dapat dilihat dari kemajuan dan perubahan yang di capai dibandingkan dengan kondisi kakek dan nenek sebelumnya, serta manfaat yang dirasakan oleh mereka setelah mengikuti program kegiatan dinamika kelompok. Terkait dengan program kegitan dinamika kelompok, sehubungan dengan pengembangan diri yang diberikan untuk lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 sejak setahun terakhir ini menunjukan perkembangan yang sangat baik. B. SARAN Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung memang telah memberikan suatu program atau pelayanan yang optimal kepada para Warga Biaan Sosial (WBS) dalam hal ini ialah lanjut usia. Oleh karena itu, tanpa mengurang rasa hormat atas kerja keras yang telah dilakukan oleh PSTW Budi Mulia 1, sehingga peneliti mencoba untuk memberikan saran yang mudahmudahan dapat memberi masukan untuk PSTW, dan secara khusus dapat lebih bermanfaat untuk para WBS. Saran tersebut antara lain: 1. Sebaiknya pelaksanaan program kegiatan dinamika kelompok seperti ini lebih sering di lakukan, karena dengan adanya kegiatan seperti ini, lanjut usia yang berada di panti merasa terhibur dan mengurangi kejenuhan lansia selama berada dipanti. 2. Dalam pelaksanaan dinamika kelompok di PSTW Budi Mulia 1 dari segi kualitas sebaiknya menggunakan berbagai media yang lebih beragam agar 99 tidak membosankan. Disamping itu dari segi kuantitas dalam pelaksanaan dinamika kelompok di PSTW Budi Mulia 1 juga perlu untuk diperhatikan waktunya. 3. Pada pelaksanaan dinamika kelompok di PSTW Budi Mulia 1 ini, Sebaiknya SDMnya juga ditambahkan, karena dari jumlah WBS mencapai 210 orang dengan 2 orang Psikolog dan 3 orang pekerja sosial dirasa masih kurang dalam memberikan pelayanan yang maksimal untuk para WBS di PSTW Budi Mulia 1 ini. 100 LAMPIRAN-LAMPIRAN 100 DAFTAR PUSTAKA A. Buku-Buku Adi, Isbandi Rukminto, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis), Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2001 Arikunto, Suharsimi. Penilaian Program Pendidikan, Jogjakarta: Bina Aksara. 1998 Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana, 2010 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2007 Dinitto, M. Diana and McNeec, C Aaron. Social Work Issue and Opportunities In A Challenging Profession, United States of America: A Viacom Company, 1997 Ghony, M. Djunaidi dan Almansur, Fauzan. Metodologi Penelitian Kualitatif, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012 Hadari, Nawawi, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2007 Halim, Kurniawan, Dedy. Psikologi Lingkungan Perkotaan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008 Hurlock, Elizabeth B, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, 1984 Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial Dengan Lanjut Usia”, (Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS): Bandung) Kusmana, Bunga Rampai Islam dan Kesejahteraan Sosial, Jakarta: IAIN: Indonesia Social Equity Project, 2006 Mariam, Siti. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Jakarta: Salemba Medika, 2008 Moleong, Lexi, J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007 Napsiyah, Siti. dan Fuaida, Diawati, Lisma. Belajar Teori Pekerjaan Sosial, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011 101 Rakhmat, Jalaludin. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006 Roberts, Albert R. dan Greene, Gilbert J. Buku Pintar Pekerja Sosial, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2009) Santana, Septiawan. Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Yayasan Obor, 2007 Setiabudhi, Tony dan Hardywinoto. Panduan Gerontologi Tinjauan dari Berbagai Aspek, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1999 Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV. Alfabeta, 2009 Suharto, Edi. Pekerjaan Sosial Industri (Memperkuat Corporate Sosial Responsibility), Bandung: Alfabeta Bandung, 2009 Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung: PT Refika Aditama, 2006 Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Kesejahteraan Lansia UU Nomer 13 Tahun 1998 Zahrotun, Dkk. Psikologi Perkembangan Tinjauan Psikologi Barat dan Psikologi Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006 Zulkarnain, Wildan. Dinamika Kelompok, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013 B. Website Al-Qur’an Online, “Q.S Ar-Rum ayat 54 beserta terjemahannya”, artikel ini di akses pada 31 Januari 2014 pada pukul 12.20 WIB dari http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-ar-ruum-ayat-46-60.html Kementerian Kesehatan RI, Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia, artikel ini di akses pada 6 Februari 2014 pada pukul 19.47 WIB dari http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Lansia.pdf HASIL OBSERVASI Tanggal Hasil Obsevasi 18 Juni 2014 Saya datang ke PSTW BM 1 untuk menemui Ibu Siti Fatonah, Pukul : 13.00 kemudian setelah saya bertemu dengan Ibu Siti saya di ajak WIB beliau untuk mengikuti program dinamika kelompok untuk Tempat : Aula lansia dengan didampingi oleh Ibu Messi selaku Psikolog di PSTW BM 1. Pada hari ini Ibu Messi akan memberikan suatu permainan kelompok yang berkaitan dengan motorik halus. Media yang beliau gunakan diantaranya ialah gelas aqua kosong, mangkuk, sendok dan kacang merah. Setelah Ibu Mesi memperkenalkan diri. Beliau kemudian memberikan arahan kepada semua peserta mengenai permainan yang akan dilakukan. Peserta yang hadir berjumlah 40 orang. Dengan dibantu pekerja sosial dan tenaga pelayanan sosial (TPS) peserta di bagi menjadi dua kelompok, setelah terbagi menjadi 2 kelompok Ibu Mesi memberikan intruksi mengenai cara bermain dan aturan permainannya. Masing-masing peserta di berikan 1 buah sendok. Kemudian ke dua kelompok tersebut berbaris dan saling berhadapan. Pada masing-masing kelompok di berikan sebuah gelas kosong dan mangkuk kosong. Tugas kelompok adalah memindahkan kacang secara estafet dengan menggunakan sendok, dan di masukan ke dalam gelas kosong. Dalam pelaksanaannya peneliti mengamati anggota mulai fokus pada permainan. Apabila dalam suatu permainan ada yang tidak sesuai dengan keinginan WBS maka mereka dapat mengungkapkannya dan bagi WBS yang mengikuti kegiatan mulai ini berusaha secara maksimal dalam menyelesaikan permainan. Adapun tujuan yang ingin di capai pada kegiatan ini ialah: mengakrabkan WBS, Melatih Konsentrasi, Melatih kerjasama, Melatih motorik halus dan menambah semangat untuk berkegiatan. 25 Juni 2014 Pada hari ini peneliti mengikuti program dinamika kelompok. Pukul : 13.00 Materi yang disampaikan oleh Ibu Rika yakni dengan WIB melakukan senam otak. Hal ini bertujuan untuk melatih Tempat : Aula motorik kasar lansia. Seluruh peserta yang hadir di atur untuk duduk mebentuk lingkaran. Kemudian Ibu Rika mengajarkan lagu yang akan di gunakan dalam kegiatan senam otak. Setelah peserta memahami lagu tersebut, Ibu Rika mempraktekan gerakan senam otak sederhana kepada seluruh peserta yang kemudian diikuti oleh semua peserta yang hadir. Setelah itu Ibu Rika dan peserta bersama-sama menyanyikan lagu dan melakukan gerakan senam otak secara bersamaan. Namun pada saat pelaksanaan senam otak di wisma dahlia, wisma yang di khususkan untuk lansia yang sudah tidak potensial, peneliti mengamati beberapa WBS yang hadir pada kegiatan ini mereka pergi meninggalkan tempat sebelum kegiatan ini berakhir setelah peneliti mencari tahu penyebabnya rupanya mereka tidak mengerti aturan dari permainan tersebut. Adapun tujuan yang dilakukan dalam kegiatan ini ialah untu meningkatkan konsentrasi, melatih motoric kasar dan dapat meningkatkan semangat serta kesehatan peserta. Pada saat kegiatan ini berlangsung, peneliti melihat saat Ibu Rika memberikan intruksi ada peserta yang langsung mengikuti dan ada juga yang bersikap pasif. 20 Agustus 2014 Pada siang ini peneliti mengikuti program dinamika kelompok Pukul : 13.15 bersama kakek di depan wisma edelwaise. Kegiatan yang akan Tempat : Di dilakukan ialah cerdas cermat. Ibu Mesi bersama dengan Ibu depan wisma Siti, Ibu Tanti dan Ibu dian mengajak beberapa kakek untuk edelwise ikut kegiatan ini. Setelah peserta berkumpul. Saya bersama dengan Ibu Tanti mengatur kakek agar duduk berbaris. Peserta yang hadir ada 10 orang. Setelah semua berkumpul, Ibu Mesi melakukan perkenalan dengan peserta yang hadir. Kemudian dilanjutkan dengan perkenalan peserta yang hadir mengikuti kegiatan. Lalu, Ibu Mesi memberikan penjelasan mengenai permainan yang akan dilakukan serta aturan-aturan saat permainan berlangsung. Contohnya apabila Ibu Mesi memberikan pertanyaan kakek diwajibkan mengangkat tangan terlebih dahulu baru menjawab pertanyaan dan begitu seterusnya. 22 Agustus 2014 Peneliti melakukan pengamatan dan melakukan wawancara Pukul: 10.00- kepada beberapa WBS yang di jadikan informan diantaranya 15.00 WIB ialah : Nenek Masnun, Nenek Sumarni. Kakek Lumanow dan Tempat: Wisma Kakek Thamrin. Peneliti juga mengamati kegiatan beliau hari Asoka dan itu. Wisma Flamboyan 29 Agustus 2014 Pada hari ini praktikan mengikti kegiatan dinamika kelompok Pukul: 14.00 bersama dengan Ibu Siti dan Ibu Rika. Tema kali ini ialah Tempat: di support group dimana para WBS di beri kesempatan untuk wisma asoka menceritakan mengenai pengalaman hidupnya yang masi berkesan sampai saat ini. Dalam pelaksanaannya tidak jarang ada beberapa WBS yang pasif dan juga ada yang mendominan. Untuk itulah psikolog beserta dengan pekerja sosial harus peka terhadap sikap klien. Sehingga mereka mampu mengungkapkan perasaannya dan para staf professional ini mampu mengidentifikasikan permasalahannya. 11 September Pada hari ini pelaksanaan program dinamika kelompok di 2014 lakukan di Wisma Bugenvile. Materi yang di berikan yakni Pukul : 13.30 senam otak. Sebelum Ibu Rika melakukan senam otak, Ibu Tempat : Wisma Rika melakukan Checking feeling. Beliau menanyakan seputar Bugenvile perasaan peserta yang hadir. Dalam melakukan checking feeling penulis mengamati ada dua macam interaksi yakni interaksi antar dan interaksi inter. Dalam interaksi inter, interaksi Ibu Rika dan peserta sudah cukup baik adanya hubungan timbal balik dimana peserta bertanya kepada fasilitator jika ada sesuatu hal yang ingin ditanyakan begitu pula sebaliknya. Sedangkan untuk interaksi antar yakni antara peserta dengan peserta juga sudah cukup baik adanya interaksi yang baik di sela-sela waktu kegiatan. Setelah Ibu Rika melakukan cheking feeling kemudian dilanjutkan dengan melakukan senam otak. 19 September Pada hari ini peneliti mengikuti kegiatan support group 2014 bersama pekerja sosial dan psikolog, WBS yang hadir yakni Pukul: 13.00 para kakek. Namun kali ini yang hadir hanya 3 WBS. Karena Tempat: psikolog dan pekerja sosial tidak dapat memaksakan WBS Halaman untuk ikut kegiatan tersebut. Maka pelaksanaan dinamika belakang PSTW kelompok tetap berjalan sebagaimana mestinya. Saat psikolog memperkenalkan diri dan memberikan kesempatan untuk mengungkapkan perasaan WBS yang hadir. Tiba-tiba kakek Wandi 65 tahun menangis tersedu-sedu. Kemudian psikolog menanyakan mengapa beliau menangis. Beliaupun mengungkapkan bahwa beliau rindu degan anaknya. Beliau merupakan seseorang yang mengalami psikotk ringan. Namun setelah eliau tinggal di PSTW kurang lebih 4 bulan.perubahanperubahan pun mulai dirasakan. Pada awalnya saat pertama kali beliau masuk di PSTW BM 1 beliau tidak mau berbicara sama sekali. Tetapi karena pekeja sosial dan psikolog selalu memberikan motivasi serta dukungan kepada beliau dengan cara sering melakukan konseling dan mengikuti beragam kegiatan maka beliau sudah mau berbicara dan sudah dapat berinteraksi dengan WBS yang lain. Saat kegiatan berlangsung adzan ashar pun terdengar, saat psikolog masih menenangkan perasaan mendadak kakek Dasni mengangkat tangan dan izin untuk melakukan sholat ashar berjamaah. Kemudian beliau juga mengajak kakek Wandi untuk ikut sholat ashar berjam’ah agar hatinya menjadi lebih tenang. Hal inilah yan membuat Ibu Rika selaku Psikolog merasa bangga. PEDOMAN WAWANCARA Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur A. Identitas 1. Nama : 2. Jenis Kelamin : 3. Usia : 4. Asal : 5. Tanggal Wawancara : 6. Tempat Wawancara : 7. Pukul : B. Wawancara Klien 1) Bagaimana menurut Kakek/Nenek dengan program Dinamika kelompok? 2) Bagaimana perasaan kakek/nenek saat mengikuti program dinamika kelompok? 3) Apakah dengan mengikuti program dinamika kelompok ini kawan kakek/nenek menjadi bertambah? 4) Siapa yang mengisi materi saat pelaksanan program dinamika kelompok? 5) Berapa lama waktu dalam pelaksanaan program dinamika kelompok? 6) Apa pesan dan kesan kakek/nenek dalam program dinamika kelompok ini? 7) Apa harapan Kakek/Nenek inginkan selama berada di Panti? PEDOMAN WAWANCARA Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur A. Identitas 1. Nama : 2. Jenis Kelamin : 3. Tanggal Wawancara : 4. Tempat Wawancara : 5. Pukul : B. Wawancara Pekerja Sosial 1) Apa yang dimaksud dengan dinamika kelompok? 2) Apa tujuan yang ingin di capai dari pelaksanaan dinamika kelompok? 3) Materi seperti apa yang di berikan Ibu dalam pelaksanaan dinamika kelompok? 4) Mengapa materi tersebut Ibu gunakan dalam pelaksanaan dinamika kelompok di PSTW? 5) Bagaimana tahapan pelaksanaan dinamika kelompok di PSTW Budi Mulia 1? 6) Apa manfaat dari dari program dinamika kelompok kepada para WBS? 7) Siapa saja yang memberikan materi dalam pelaksanaan dinamika kelompok? 8) Apakah ada hambatan dari program dinamika kelompok ini? PEDOMAN WAWANCARA Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur A. Identitas 1. Nama : 2. Jenis Kelamin : 3. Tanggal Wawancara : 4. Tempat Wawancara : 5. Pukul : B. Wawancara Psikolog 1) Apa yang dimaksud dengan dinamika kelompok? 2) Apa saja manfaat dari kegiatan dinamika kelompok yang Ibu berikan di Panti Sosial Tresna Werdha? 3) Bagaimana tahapan pelaksanaan program dinamika kelompok di PSTW BM 1? 4) Metode seperti apa yang di gunakan Ibu dalam pelaksanaan dinamika kelompok? 5) Materi seperti apa yang Ibu berikan dalam pelaksanaan dinamika kelompok? 6) Biasanya membutuhkan berapa lama waktu pelaksanaan dinamika kelompok? 7) Seberapa besar pengaruh program kegiatan dinamika kelompok ini terhadap kondisi WBS di PSTW BM 1? 8) Apakah ada hambatan dari pelaksanaan dinamika kelompok? TRANSKIP WAWANCARA Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur 1. Nama : Rika Fitriyana, M. Psi 2. Jabatan : Psikolog 3. Jenis Kelamin : Perempuan 4. Tanggal Wawancara : Jum’at, 29 Agustus 2014 5. Tempat Wawancara : Ruang Konseling 6. Pukul No. 1. 2. : 14:30-15.00 WIB Pertanyaan Apa tujuan dari program dinamika kelompok? Jawaban dimana kalau kita sudah memasuki lanjut usia biasanya kan ada penurunan memang secara umum pastinya akan terjadi penurunan-penurunan fungsi. Baik itu dari segi fisik maupun dari proses berfikir atau mentalnya ada penurunan. Nah Dengan melalui berbagai permainan itu kita bisa mempertahankan kemampuan mereka yang sudah ada. Tujuannya sih lebih kesitu, agar mereka bisa tetap berfungsi sebagai manula. Apa saja manfaat dari Kalo manfaatnya sih yang pertama itu, kegiatan dinamika kelompok sebetulnya kalo support group itu ajang yang Ibu berikan di Panti untuk mengenal diri sendiri, kemudian Sosial Tresna Werdha? mengenal orang lain. Kenapa sih step awalnya check feeling karena sebetulnya itu untuk dirinya sendiri, karena banyak orang yang ketika menghadapi masalah jadi bingung. Karena mereka tidak mengenali dirinya sendiri. Sebetulnya kita itu mau memasukan tentang pengenalan diri. Melalui support group ini. Kemudian selain itu kita juga mau menumbuhkan keakraban, kedekatan satu sama lain sehingga mereka bisa saling support. Itu sebetulnya ingin membuat suatu support system. 3. Bagaimana tahapan pelaksanaan program dinamika kelompok di PSTW BM 1? Kalau secara garis besar sih, kita tahapan pertamanya Membina rapot dulu yah, bagaimana menciptakan suasana yang baik, satu sama lain, antara sesama peserta dan antara peserta dengan fasilitator, yakan.. itu dulu. Setelah itu baru tahapan berikutnya kita menyampaikan pesan-pesan yang kita inginkan. Yang mana dulu nih goalsnya apakah kepercayaan dirinya dulu, atau pengenalan dirinya dulu atau misalnya yang lebih urgent itu kerjasamanya dulu satu sama lain. Itu disesuaikan kebutuhan dulu sih. Biasanya kita lihat dilapangan itu seperti apa. Setiap wisma itu kan kemampuannya berbeda beda. Jadi kita sesuaikan perwisma. Karena sebelum melakukan dinamika kelompok saya dan Mba Mesi berorientasi dulu ke setiap wisma jd kita bisa memetakan permasalahannya itu apa? Seperti di asoka dan bugenvile itu kita bisa lebih fokus kepada soft skill itu seperti pengenalan diri, penerimaan diri, kepercayaan diri, tp kalo diwisma cepaka dan dahlia itu kita lebih fokus kepada motorik mereka. Karenakan mereka banyak neneknya yang sudah sepuh dan butuh bantuan maksimal gitu kan. Jd kita lebih ke yang sifatnya motorik atau memori. Kemudian kalau yg dikakek kita lebih ke tim building. Biar satu sama lain itu gak terlalu acuh. Jd mereka juga punya teman untuk berbagi, temen ngobrol dan gak hanya menghabiskan waktu dengan duduk santai saja. Jd kalau misalnya sudah tercipta perasaan sebagai satu kelompok. Itu kan nanti akan lebih hidup kayak gitu. Kita dapet informasinya selain kita orientasi langsung, kita juga diskusi dengan Ibu Siti kemudian juga dengan petugas yang lain. Kalau sekiranya ada info-info yang kita perlukan kemudian kita tanyakan kepada perawat juga. Jd kita banyak diskusi jd kita tidak semata-mata hanya temuan kita aja. 4. Metode seperti apa yang di gunakan Ibu dalam pelaksanaan dinamika kelompok? 5. Materi seperti apa yang Ibu berikan dalam pelaksanaan dinamika kelompok? Kita kroscek lagi dengan petugas disini yang sehari hari bersama dengan kakek nenek. Untuk kegiatan cerdas cermat itu sebetulnya sebuah games, kita melatih memori, ada kalanya kita melatih motorik. Ada motorik kasar kah, atau motorik halus. Seperti senam itu sebetulnya melatih motorik kasarnya. Kalau motorik halusnya biasanya kita pakai alat bantu untuk menggerakan otot mereka. Waktu itu kita menggunakan kacang merah kecil sama sendok. Jadi mereka memindahkan satu orang ke orang yang lain menggnakan sendok. Itu sebetulnya kan untuk melatih motorik halusnya mereka insensory integrasi mereka, mengintegrasikan perintah dari otak dengan gerakan motoriknya. Kemudian disitu kita juga menggunakan soft skillnya itu adalah bagai mana meningkatkan kepercayaan diri mereka, atau namanya self evikasi yakni keyakinan diri bahwa mereka itu masih berdaya, dimana kalau kita sudah memasuki lanjut usia biasanya kana da penurunan memang secara umum pastinya akan terjadi penurunan-penurunan fungsi. Baik itu dari segi fisik maupun darii proses berfikir atau mentalnya ada penurunan. Nah Dengan melalui berbagai permainan itu kita bisa mempertahankan kemampuan mereka yang sudah ada. Tujuannya sih lebih kesitu, agar mereka bisa tetap berfungsi sebagai manula Support group kemudian ice braking (hanya sekedar mencairkan suasana) kalau simulasi itu udah agak lebih dalam pesannya. Sejauh ini sih kita pake itu aja. Dan itu aja udah cukup banyak yah untuk lansia. Karena kita gak perlu cukup banyak teknik menyampaikannya. Yang penting kita konsisten. Menyampaikannya juga kita dengan bahasa yang ringan saja. Yang mduah dimengerti . Kalau dianya belum mau cerita msih blocking jangan dipaksa, karena mereka akan narik diri.karena dalam 6. Biasanya membutuhkan berapa lama waktu pelaksanaan dinamika kelompok? 7. Seberapa besar pengaruh program kegiatan dinamika kelompok ini terhadap kondisi WBS di PSTW BM 1? kapasitas intelegensy itu kan dibawah rata rata kemudian latar belakang pendidikan itu juga mempengaruhi. Bagaimana mereka menyerap informasi mengelola informasi gitu. Jd metode yang kita berikan yang ringan ringan saja. Karena untuk pelaksanaan dinamika kelompok itu normalnya 2 jam (minimal) tp kan tidak memungkinkan untuk kakek dan nenek dipaksakan untuk 2 jam. Karena sebetulnya kalau mau digali kan panjang, kan kita liat juga jumlahnya, situasinya. Sebagai fasilitator kita harus peka kalau sudah liat ada yang terlalu mendominan. Berarti kita harus alihkan. Jd apa yang mau kita masukin pesannya itu tidak hilang. Karena bisa jadi apabila pesannya itu datangnya dari si orang yang mendominasi belum tentu si orang lain bisa memenerima.gitu.. kalo fasilitator kan sifatnya netral. Jd gimana kita menyampaikan suatu pesan yang semuanya bisa terima.jd kita harus kreatifnya kalau dilapangan. Sangat berpengaruh, dengan catatan bahwa pada saat pelaksanaan dinamika kelomok mereka ikut terlibat didalamnya. Makannya kan setiap kali setelah menyelesaikan satu simulasi/ satu permainan. Kita bahas apa sih yang didapat. Apasih tujuannya begitu, mereka tidak hanya mainnya aja tetapi juga maksud dari permainan itu apa, tujuannya apa. Jadi kalo mereka memahami itu nah sebetulnya mereka dapat mempraktekannya dalam kehidupannya sehari hari jadi dapat meningkatkan kepercayaan dirinya, bagaimana cara berkomunikasi, interaksi sosialnya itu kepake karena kalau saat melaksanakan dinamika kelompok, itu kan tanpa mereka sadari mereka sebetulnya menjalakan suatu dinamika, interaksi kemudian komunikasi seperti itu tapi dengan catatan ini harus berkesinambungan pelaksanaannya. Jadi gak putus gitu aja. Bisa jadi nanti lupa, yang namanya skil itu 8. Apakah ada hambatan dari pelaksanaan dinamika kelompok? kan kalo gak diasah bisa menurun kan dan lama-lama akan hilang. Hambatan sih pasti ada yah, 1 dari segi keterbatasan waktu kemudian juga kondisi kakek dan nenek tidak seperti dahulu, terkadang kita suduh menyusun permainan sesederhana mungkin tetapi ternyata simulasi yg kita buat itu membuat kakek dan nenek lebih mudah lelah, nah jadi kita fleksibel. Meskipun kita sudah menyusun, kita udh buat perencanaannya kita fleksibil dengan kondisi dilapangan itu seperti apa. Nanti kalau terlalu bosen, pesan yang mau kita sampaikan itu gak sampe. Karena fokusnya itu sudah hilang. TRANSKIP WAWANCARA Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur 1. Nama : Siti Masitoh, M. Psi 2. Jabatan : Psikolog 3. Jenis Kelamin : Perempuan 4. Tanggal Wawancara : Rabu, 20 Agustus 2014 5. Tempat Wawancara : Teras Wisma Catiliya 6. Pukul No. : 14:00 - 15.00 WIB Pertanyaan 1. Apa tujuan dari program dinamika kelompok ? 2. Apa saja manfaat dari kegiatan dinamika kelompok yang Ibu berikan di Panti Sosial Tresna Werdha? 2. Materi seperti apa yang Ibu berikan dalam pelaksanaan Jawaban Kan ini kegiatan kelompok yah, pada dasarnya agar mereka melakukan kegiatan bersama. Ada interaksinya, interaksi bersama, having fun.. terus setiap kegiatan itu kan memang dirancang untuk apa nih. Misalnya hari ini kita Motorik halus, jadi nanti sasarannya motorik halus. Jd nanti kegiatannya yang berhubungan dengan itu misalnya main-main, atau memindahkan apa, mengestafet buku, misalnya gitu yah. mereka di buat group-group itu kan memang dimaksudkan agar ada interaksi kerja sama satu sama lain. Jadi menumbuhkan perasaan positive dengan teman-teman, kalau hari biasa kan tuh liat saja, mereka kan sendirisendiri aja. Jd interaksinya dibangun Hubungan sosialnya dibangun. Dengan adanya kegiatan ini kan perasaan senang itukan membawa dampak positive. Agar mereka keterusan individualis. Kalo nanti sendiri-sendiri kan jadi pikun. Memang sebenernya bagus lansia-lansia ini memorinya dan lain sebagainya ini di stimulasi lagi jd ngga cepet pikun. Selain permainan, terus sharing, aku nyebutnya checking feeling yah. Kemarin- dinamika kelompok? 3. Seberapa besar pengaruh program kegiatan dinamika kelompok ini terhadap kondisi WBS di PSTW BM 1? 4. Apakah ada hambatan dari pelaksanaan dinamika kelompok? 5. Biasanya membutuhkan berapa lama waktu pelaksanaan dinamika kelompok? 6. Bagaimana sikap mereka saat pelaksanaan dinamika kelompok berlangsung? kemarin ada apa, ada pristiwa apa, ada yang mau cerita atau engga. Kalau ada yang mau cerita, jadi yang lain pada tau gitu kan, jadi ya itu tadi, dinamika kelompok ini merupakan salah satu bentuk untuk mengkoneksikan mereka satu sama lain, jd gak cuek satu sama lain, jadi tahu ooo.. bahwa teman saya kemarin lagi kesal.. ooo yang ini gak suka di giniin, ya walaupun tidak seperti anak muda yah. Padahal dengan mereka duduk melingkar bersama saja itu sudah ada interaksi, jadi membangun perasaan bersama. Kalau di wisma yang kakek & neneknya lebih sehat mereka lebih akrab yaah.. meskipun mereka sehari- hari mereka tinggal bersama tetapi interaksi yamg membuat mereka senang bersama-sama itu kan gak begitu sering dilakukan. Jd dengan adanya permainan seperti dinamika kelompok, misalnya mereka harus berkelompok ber 6, berkompetisi dengan kelompok lain itu akan menimbulkan keakraban. Nenek & Kakek yang gak mau ikut, kadang kita khawatir itu bisa menular ke yang lain yang sudah ikut. Kita memang mengajak mereka main atau berkegiatan sebisa mungkin rileks, santai dan mereka bisa seneng. Besok tetap mau beraktivitas. Itupun kadang2 ada orang yg memang capean, gak mau, gak usah di paksa yang kaya gitu. Melihat dari kondisi kakek dan nenek yang fisiknya mulai lemah, Kalau berjadwal juga takutnya kakek nenek jd bosen yaaah. Jd kalau kita lihat suasana lagi sedang loyo apa itu bisa dilakukan. Jadi kita tentative aja tergantung suasana. Kan memang sudah terjadwalkan kalau tiap minggu. Sikap seneng sih, sejauh ini mereka semangat. Karena ya itu td permainan2nya kan permainan jaman dahulu waktu mereka masih kecil. Merasa kerinduan dimasa kecil tuh keluar lagi. Kayak misalnya kan memindahkan kelereng pakai sendok itu mereka seneng gitu. Mereka ketawa-ketawa sambil konsentrasi di oper ke temennya. Waktu itu kita bikin panjang bangeet sampai 10 orang jaraknya 30 sampai 40 cm. kegiatan di buat sehappy mungkin. TRANSKIP WAWANCARA Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur 1. Nama : Siti Fatonah, S. Sos 2. Jabatan : Pekerja Sosial 3. Jenis Kelamin : Perempuan 4. Tanggal Wawancara : Jum’at, 29 Agustus 2014 5. Tempat Wawancara : Ruang Konseling 6. Pukul No. 1. 2. 3. : 14:30-15.00 WIB Pertanyaan Menurut ibu, apa yang dimaksud dengan dinamika kelompok di PSTW BM 1 Apa tujuan yang ingin di capai dari pelaksanaan dinamika kelompok Sejak kapan proses kegiatan dinamika kelompok ini mulai? Jawaban Sejenis permainan yang menyatukan lebih dari satu atau dua orang, untuk mecapai suatu tujuan yang sama. Dinamika kelompok itu tujuannya sangat banyak, tentunya ada interaksi, sosialisasi dengan wbs yang lain, pengembangan diri, dimana dinamika kelompok bertahap akan melihat perubahan prilaku lansia yang awalnya hanya diam saja mulai ada interaksi dengan temannya. Mulai mampu menceritakan hal-hal yang dialami beliau dan intinya dapat membantu orang lain, ada rasa empati dengan teman-temannya. Untuk program dinamika kelompok ini kita sudah berjalan 1 tahun. Program ini dapat terlaksana tentu dengan adanya pengajuan dari divisi Bimbingan dan Penyaluran (BIMLUR) ke dinas sosial. Meskipun kita pernah melaksanakan, namun secara administrasi harus di konsep dulu nak. Dilihat dari manfaatnya untuk lansia bermacam-macam seperti dapat meningkatkan kepercayaan diri, sosialisasinya baik jadi saya rasa sangat perlu dengan adanya dinamika kelompok ada di semua panti 4. Materi seperti apa yang di berikan Ibu dalam pelaksanaan dinamika kelompok? Berbentuk permainan, mengenai pola fikir, motorik kasar atau motorik halus, atau melatih memori. 5. Mengapa materi tersebut Ibu gunakan dalam pelaksnaan dinamika kelompok di PSTW? 6. Bagaimana tahapan pelaksanaan dinamika kelompok di PSTW Budi Mulia 1 Karena kita sesuaikan dengan kondisi lansianya intinya yang mudah di tangkap beliau dan menerima apa yang kita sampaikan. Mediasi ini dilakukan pertama untuk program panti yang kedua melatih diri lansia untuk menjadi mandiri. Dan arti mandiri disini ialah adanya kepercayaan diri. Karena dengan dinamika kelompok sedikit banyak mengurangi rasa kejenuhan lansia yang ada di panti dan untuk meningkatkan aktivitas lansia itu sendiri. Tahap pertama yaitu perkenalan. Kalau tahap perkenalan itu seperti biasa yah. Kita memperkenalkan diri kita kepada para wbs yang hadir. Kemudian tahap kedua itu tahap mencari pola. Dalam tahapan mencari pola di PSTW ini merupakan suatu bentuk model dalam pelaksanaan dinamika kelompok yang dilakukan sesuai perjanjian dengan keinginan WBS, Misal WBS ingin menceritkan masa lalu kita membuat pola permainan dengan mengenang masa lalu mereka. Agar mereka merasa nyaman dan berani untuk tampil didepan orang banyak. Jadi apa yang kami lakukan dibuat senyaman mungkin agar mereka tidak merasa jenuh dan dapat terhibur. Terus tahapan berikutnya yaitu tahap pemantapan norma. Pemantapan Norma merupakan suatu Kerangka permainan, apabila kerangka permainannya tidak jelas, sulit untuk kakek dan nenek dapet mengerti maksud yang ingin kita sampaikan. misalnya dalam melakukan permainan rantai berbisik ini merupkan suau permainan yang menggunakan kerjasama antar kelompok. Mau mulai dari mana dulu. apakah dari sebelah kanan atau dari sebelah kiri dulu. Kalau permainan menggenggam bola ada aturannya. Ketika musik berhenti 7. Apakah ada perubahan bagi kakek dan nenek setelah mengikuti program dinamika kelomok? 8. Apa manfaat dari dari program dinamika kelompok kepada para WBS? 9. Siapa saja yang memberikan materi dalam program dinamika kelompok? berarti ia yang berhak meceritakan masa lalu atau bernyanyi, sesuai dengan perjanjian awal di dalam mencari pola. Moment apa dulu itu dibentuk, misalnya kita mau menggambar, atau bermain bola atau bernyanyi. Adanya komitmen dan sesuai kesepakatan kemudia yang terakhir tahap berprestasi Dalam tahap ini ketika memberikan permainan dengan WBS adanya kekompakan yang terjadi didalam kelompok, adakah salah satu diantara mereka yang dapat mengembangkan diri, artinya mengembangkan diri disini yakni yang bisa menggantikan posisi kami, yang berani untuk tampil didepan, memproyeksikan apa yang kita tampilkan tadi. Itu artinya suatu pengembangan diri. Sehingga apa yang diberikan moderator bisa dipahami WBS. Dan dapat diterapkan didalam kesehariannya Untuk perubahan itu kan kita bertahap yah, kan disini bukan tuntutan mutlak harus bagus. Untuk perubahan itu sendiri kalau di persentasikan kira-kira hampir 60 sampai dengan 70%. Artinya keberhasilan itu tidak menonjol banget. Tapi paling tidak Beliau senang dengan adanya dinamika kelompok. bisa menerima kehadiran kita dan poin yang paling penting disini ialah interaksi beliau lebih bagus. Dan beliau dapat merasakan manfaat yang kita berikan. Pokoknya beliau dapat menerima manfaatnya. Dan sebagai fasilitator kita juga harus terbuka juga dengan mereka. Fungsi kita juga hanya sebagai fasilitator. Jd kita gak bisa memaksakan beliau. Yang penting implementasinya Untuk pengembangan diri lansia, untuk melatih interaksi sosial menjadi lebih baik, sosialisasi menjadi lebih baik, ada rasa kepercayaan diri juga, terus intinya juga beliau merasa terhibur dan tidak merasa kesepian dengan kondisi seperti ini. Dinamika kelompok memang di latih oleh yang professional yaitu dengan Mba Messi atau Mba Rika, namun tentunya kita berunding terlebih dahulu apa sih materi yang ingin diberikan. Ada koordinasi antara pekerja sosial dengan psikolog. Kita saling berdampingak karena kedua komponen ini tidak dapat terpisahkan. 10. Apakah ada hambatan dari Kalau untuk hambatan itu dari jumlah WBS program dinamika kelompok nya yah dari 210 WBS banyak yang ini? mengalami gangguan kejiwaan dan dimensia. Selain itu kita juga kekurangan pekerja sosial, hanya 3 orang peksos untuk menangani 210 klien. TRANSKIP WAWANCARA Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur 1. Nama : Lumanow 2. Jenis Kelamin : Laki-Laki 3. Usia : 70 tahun 4. Asal : Medan 5. Agama : Kristen Protestan 6. Tanggal Wawancara : 22 Agustus 2014 7. Tempat Wawancara : Wisma Catilliya 8. Pukul No. 1. 2. 2. : 11.00 WIB – 11.30 WIB Pertanyaan Selamat siang Kakek, ini dengan Kakek Lumanow ? Kakek sudah berapa lama tingga di Panti? Kalau boleh tau kenapa kakek bisa tinggal di panti ini? Jawaban Iya. 12 bulan Ohh.. saya kan pernah sakit jiwa. Nah terus dibawa pulang. Tapi sering bolak-balik dibawa lagi, di bawa lagi. Kan kalo nakal dirumah suka ngelayab malem. Terus dari sana saya dibawa kesini Iya, saya senang disini baik-baik semua. 3. Kakek senang tinggal disini? 4. Selama berada di PSTW ini, apakah kakek rutin mengikuti program kegiatan yang ada disini? Yang rame-rame saya ikut. Olah raga ikut, kebaktian, lomba-lomba saya ikut. 5. Dengan adanya kegiatan tersebut apa yang kakek rasakan? Ya, saya senang ikut kegiatan yang ada di sini. Jadi tidak merasa jenuh. Waktu acara lomba 17an saya juga ikut. Kalau ada ramerame juga saya ikut. Saya juara 3 dapet duit 20 6. 7. 8. 9. Apakah dengan mengikuti kegiatan tersebut kawan kakek menjadi bertambah? Bagaimana menurut kakek dengan program kegiatan dinamika kelompok? Dinamika kelompok itu kegiatan yang baru saja kakek lakukan kemarin dengan teman-teman kakek di halaman belakang, permainan cerdas cermat kakek masih ingat? Bagaimana menurut kakek dengan adanya permainan tersebut? Apakah ada harapan yang kakek inginkan selama berada di panti? Iya, bisa kenal temen-temen dari kamar yang lain. Apa itu dinamika kelompok? Ooohh, iya saya tau tentang pengetahuan sejarah. Kemarin saya yang menang. Saya mau pulang. TRANSKIP WAWANCARA Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur 1. Nama : Tamrin 2. Jenis Kelamin : Laki-Laki 3. Usia : 69 tahun 4. Asal : Kalimantan 5. Agama : Islam 6. Tanggal Wawancara : 22 Agustus 2014 7. Tempat Wawancara : Wisma Catilliya 8. Pukul No. 1. : 13.00 WIB – 13.30 WIB Pertanyaan Jawaban Assalamu’alaikum Kakek, ini dengan Kakek Tamrin ? Kakek sudah berapa lama tingga di Panti? Saya dari UIN kek. Kakek kalau boleh tau kenapa siapa yang mengantar Kakek kesini? Iya. 4. Oh Kakek berdagang. Kakek berjualan apa? Saya dagang Koran di daerah Matraman. 5. Saat kakek berdagang, kakek tinggal bersama siapa? Sendiri, ngontrak di Matraman 6. Kakek senang tinggal disini? Engga. Gerah. Di tekan gak bebas keluar 7. Selama berada di PSTW ini, apakah kakek rutin mengikuti program Ya olah raga, semua kegiatan saya ikut 2. 3. 6 bulan, Ibu dari mana? Engga saya lagi dagang di tangkap Satpol PP. kegiatan yang ada disini? 8. Dengan beragam kegiatan yang berada di sini, apa kakek masih merasa tidak nyaman berada disini? Jenuh, gak ada pendapatan 9. Lalu setelah kakek berada di sini, setelah mendapatkan pelayanan apa yang kakek rasakan? 10. Apa harapan kakek selama tinggal disini? Senang, saya juga mengikuti kegiatan seperti angklung, dan olah raga. Waktu itu juga saya ikut Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) yang di berikan perawat. Saya senang dengan kegiatan-kegiatan seperti ini. Karena dapat mengurangi rasa jenuh saya selama berada disini. Saya baru 6 bulan disini. Dengan adanya TAK saya mempunyai banyak teman. Mau keluar, disini gak ada pendapatan TRANSKIP WAWANCARA Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur 1. Nama : Sumarni 2. Jenis Kelamin : Perempuan 3. Usia : 62 tahun 4. Asal : Betawi 5. Agama : Islam 6. Tanggal Wawancara : 22 Agustus 2014 7. Tempat Wawancara : Wisma Asoka 8. Pukul No. 1. 2. : 14.00 WIB – 14.30 WIB Pertanyaan Jawaban Nenek apa kabar ? Kalau boleh tau nenek namanya siapa? Nenek tau kegiatan dinamika kelompok? Bae Nenek Sumarni 3. Kapan pelaksanaan dinamika kelompok dilakukan nek? Ye pokonye tiap minggu aje. Gak tiap hari 4. Biasanya yang memberikan materi siape nek? Mba Rika. Psikolog 5. Kemarin apakah nenek mengikuti kegiatan tersebut? Iyah ikut, main bola. 6. Bagaimana perasaan nenek saat mengikuti program dinamika kelompok tersebut? Seneng, karena ada hiburan. Biasanya kita main bola, lempar bola. Terus dapet hadiah. Hadiahnya dapet mangkok, dapet uang. Jadinya kan kite semangat. Kita biasanya main di belakang, di aula. Ye bareng sama 3. Iya tau. Yang kaya karet di ambil pake lidi 7. 8. 9. 10. Manfaat yang nenek rasakan setelah mengikuti kegiatan tersebut? Tempat saat pelaksanaan dinamika kelompok biasanya dimana nek? Apakah pesertanya dibatasi? Untuk pelaksanaan program dinamika kelompok itu jam berapa nek? Apa harapan yang nenek inginkan selama nenek tinggal di PSTW ini? nenek-nenek yang lain. Seneng aje nenek mah. Kadang di halaman belakang. Terus disini. Kalo peserta mah siapa aje yang mau ikut. Jam 9, kadang-kadang jam 10. Lebih sering-sering diadain lagi, biar ada hiburan. TRANSKIP WAWANCARA Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur 1. Nama : Masnun 2. Jenis Kelamin : Perempuan 3. Usia : 89 tahun 4. Asal : Betawi 5. Agama : Islam 6. Tanggal Wawancara : 14 Agustus 2014 7. Tempat Wawancara : Wisma Asoka 8. Pukul No. 1. : 14.00 WIB – 14.30 WIB Pertanyaan Jawaban Assalamu’alaikum nenek? Nenek sedang apa? Kalau boleh tau nenek namanya siapa? Nenek sudah berapa lama tinggal disini ? Lagi ngga ngapa-ngapain 3. Usia nenek saat ini berapa tahun ? 89 tahun 4. Kalau boleh tau, siapa yang membawa nenek ke sini? Nenek disaranin sama Pak RT, Pak RT yang gurusin surat-suratnya. 5. Apa nenek nyaman tinggal di sini? 6. Apakah nenek mengikuti setiap kegiatan yang ada disini? Ya nyaman-nyaman ajalah. Mau pulang, ya pulang kemana gak punya rumah. Anak udah gak ada. Suami meninggal. Ya nenek ikut kaya senam, ngaji. Waktu itu pernah ikut main angklung tapi sekarang mata nenek udah gak bisa liat angkanya. Tapi dulu mah rajin. Waktu belum sakit. Kan mata nenek abis di oprasi. Kena katarak. Jadi udah ngga terlalu jelas kalo 2. 3. Masnun Nenek mah udah 4 tahun di sini 7. 8. 9. 10. Apakah nenek pernah mengikuti kegiatan dinamika kelompok? Suatu kegiatan yang di damping oleh Ibu Rika, Ibu Messi atau Ibu Siti. Apa nenek pernah mengikuti kegiatan tersebut? Apa nenek tidak merasa jenuh atau bosan karena tidak mengikuti kegiatan yang berada disini? Apa harapan yang nenek inginkan selama nenek tinggal di PSTW ini? ngeliat. Dinamika kelompok apaan tuh? Nenek gak pernah ikut. Engga, pan ngejait. Terus kalo ada lombalomba juga kadang nenek ikut. Jadi ngga bosen-bosen banget. Nenek mah udah males ikut kegiatan, udah tua. Waktu itu pernah ikut kegiatan itu. Cuma sekarang nenek udah rada males. Badannya udah gampang capek. Paling nenek ngejait aja. Itu juga kalo lagi gak males. Kalo lagi males seminggu baru nenek jait. Mau main angklung matanya udah ga ngeliat. Ya paling kegiatannya ya gitu-gitu aja. Iyah soalnya matanya udah ngga enak gini.. entar deh kalo udah tua ngerasain deh Ya apa yah. Ya gini gini aja deh nenek mah. Lampiran-Lampiran DOKUMENTASI SAAT PENULIS MELAKUKAN PENELITIAN (Gambar 1.1: Ibu Rika melakukan Checking Feeling di Wisma Bugenvile) (Gambar 1.2: Ibu Rika bersama dengan Ibu Siti melakukan senam otak di Wisma Bugenvile) (Gambar 1.3: Ibu Mesi dan Ibu Rika beserta dengan peneliti melakukan Support Group di Wisma Cempaka) (Gambar 1.4) (Gambar 1.5) Pada gambar 1.4 dan 1.5 yakni program dinamika kelompok berupa permainan cerdas cermat. Hal ini berguna untuk melatih memori. Karena beberapa pertanyaan yang diberikan berupa pertanyaan mengenai kemerdekaan. (Gambar 1.6: peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Rika Fitriyana, M.Psi) (Gambar 1.7: peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Siti Masitoh, M.Psi)