MODUL PERKULIAHAN Pendidikan Agama Islam Bab : 3 Peradaban Islam Fakultas Program Studi Modul Teknik Elektro Pendidikan Agama Islam 04 Kode MK Disusun Oleh 90002 Alimudin,S.Pd.I, M.Si Abstract Kompetensi Peradaban yang dibangun oleh Nabi Muhammad Saw. adalah peradaban yang dibangun di atas pijakan pandangan dunia agama bukan materi. Islam lebih mengedepankan nilai-nilai ruhani dan kemanusiaan. Materi termasuk teknologi - bukan tujuan utama tetapi hanya aksidental. Keberhasilan menurut Islam tidak diukur dengan perolehan materi yang banyak tetapi diukur dengan pendekatan diri kepada Allah dan memperbanyak bekal untuk hari akhir. Mahasiswa mampu menjelaskan, Peradaban Islam dan sekaligus sebagai pembelajaran supaya mahasiswa mampu memberikan kontribusi terhadap perkembangan dan kemajuan Islam Pengantar Berbicara tentang peradaban sangat menarik (interestable), karena ia menjadi bagian dari kehidupan umat manusia yang signifikan. Sejarah manusia penuh dengan berbagai peradaban yang silih berganti, tergantung para penguasa dan para pemimpin dunia. Mereka yang kuat akan menentukan model peradaban umat manusia. Apalagi di era global ini, model peradaban hampir menjadi seragam karena sekat-sekat teritorial, nasional, budaya, agama, dan ras tidak mampu membentengi dirinya dari upaya memasarkan model peradaban yang menjadi trend di pihak-pihak yang kuat dan berkuasa. Sehingga pada gilirannya, corak-corak budaya, agama, nasional, dan ras menjadi luntur dan akhirnya hancur, kemudian diganti dengan model paradaban yang mendunia. Pergulatan peradaban dan budaya selalu terjadi sepanjang zaman. pergulatan ini meninggalkan eksesekses bagi yang menang maupun yang kalah. Sebagian dari pihak yang kalah hanyut dan serta merta mengikuti pihak yang menang agar dikatakan beradab dan maju (baca : modern) dan sebagian tetap bertahan dengan budaya lokal dan agamanya sehingga siap untuk dikatakan kolot dan ketinggalan zaman. Pandangan Dunia Peradaban umat manusia tidak bisa dipisahkan dari pandangan-dunia (world view) mereka, karena pandangan-dunialah yang akan membentuk ideologi dan kemudian ideologi yang akan melandasi peradaban mereka. Pandangan-dunia yakni bagaimana manusia melihat dunia atau seperti apakah dunia ini. Seorang manusia dalam menjalankan aktivitas-aktivitasnya ingin mencapai apa yang ia dambakan dan cita-citakan. Cita-cita seseorang dipengaruhi oleh pandangannya tentang dunia. Ketika ia melihat dunia sebagai sesuatu (baca :materi )yang akan memberikan segala sesuatu, maka ia berusaha mendapatkan materi itu. Secara general dan global pandangan dunia manusia dibagi menjadi dua, pandangan dunia materialis dan pandangan dunia agama. Yang pertama memandang dunia sebagai sesuatu yang hanya materi. Maka orang-orang yang berpandangan semacam ini akan melandaskan segala aktivitasnya di atas materi dan pemuasan kebutuhan-kebutuhan materi (yang dimaksud dengan materi tidak terbatas pada benda saja, tetapi termasuk kebutuhan biologis, nafsu, dan kebutuhan-kebutuhan yang dapat dipenuhi hanya dengan materi saja). Dan pandangan dunia agama melihat dunia bukan hanya materi saja tetapi juga mengandung nuansa dan muatan akhirat. Oleh karena itu, mereka yang mempunyai pandangan semacam ini, mencari kepuasan yang sifatnya non-materi, seperti kepuasan ruhani. Mereka lebih mencari dan mengejar kebutuhan dan kepuasan ruhani. Dunia hanya sebagai jembatan yang menghubungkan mereka ke alam akhirat. Idiom-idiom mereka akan bertolak belakang dengan idiom-idiom kaum materialis. Mereka mengorbankan dunia demi meraih kebahagiaan ruhani, seperti mati syahid, mendahulukan kepentingan orang lain, yang dalam pandangan kaum materialis dianggap tindakan yang konyol karena tidak akan mendatangkan keuntungan materi apapun. 2016 2 Pendidikan Agama Islam: Modul Peradaban Islam Alimudin S,Pd.I, M,Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Model Peradaban Islam Peradaban yang dibangun oleh Nabi Muhammad Saw. adalah peradaban yang dibangun di atas pijakan pandangan dunia agama bukan materi. Islam lebih mengedepankan nilai-nilai ruhani dan kemanusiaan. Materi - termasuk teknologi - bukan tujuan utama tetapi hanya aksidental. Keberhasilan menurut Islam tidak diukur dengan perolehan materi yang banyak tetapi diukur dengan pendekatan diri kepada Allah dan memperbanyak bekal untuk hari akhir. Imam Ali as. di saat kepalanya ditebas oleh seorang Khawarij secara spontan berkata, "Demi Tuhan Ka'bah, aku telah berhasil !". Sampainya seseorang kepada Allah Swt dan berkhidmat kepada manusia adalah prestasi yang dituntut oleh Islam. Materi sebagai materi tidak mempunyai nilai apapun di mata Islam. Materi akan berarti jika dimaknai dengan tujuan-tujuan akhirat. Dalam tulisan ringkas ini, saya tidak perlu mengutip ayat maupun hadis tentang iman dan amal kebaikan, karena sangat banyak ayat dan hadis yang menjelaskan hal tersebut. Nabi Muhammad Saww. dengan peradaban yang berdasarkan nilai-nilai agama dan kemanusiaan berhasil mengalahkan dua kekuatan yang kuat; Persia dan Romawi yang membangun peradaban dengan kekuatan materi. Meskipun pada perkembangan berikutnya para pemimpin Islam, khususnya khilafah Abbasiyyah, lebih concern pada pembangunan materi bukan pengembangan nilai-nilai agama dan kemanusiaan. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa kenyataan umat Islam dewasa ini, individual dan komunal, karena posisinya yang terbelakang tidak lagi melihat dunia dengan pandangan dunia agama dan mereka ingin bangkit membangun peradaban berdasarkan kemajuan teknologi. Umat Islam lebih terobsesi untuk meraih materi ketimbang nilai-nilai agama dan kemanusiaan. Malah sebagian besar, mengukur keberhasilan seseorang dengan sejauh mana ia mendapatkan materi. Pujian si fulan berhasil disebabkan ia menjadi pengusaha. Lebih tragis lagi lembaga-lembaga keagamaan pun dianggap maju kalau telah memiliki fasilitasfasilitas yang maju, mutu pendidikan yang dihasilkannya dipandang dengan sebelah mata. Sehingga pada gilirannya lembaga pendidikan lebih mengutamakan unsur komersilnya ketimbang mutu pendidikannya. Dan dalam skala yang lebih besar, pengelompokkan negara dengan negara maju, negara berkembang dan negara terbelakang berdasarkan teknologi yang materialis. Sebuah negara yang memiliki teknologi yang canggih adalah negara yang menjadi idola negara-negara berkembang, tanpa melihat sejauh mana kehancuran moral di negeri itu. Sebaliknya negara yang tidak memiliki teknologi yang maju dianggap terbelakang meskipun negara itu menjaga nilai-nilai kemanusiaan. Barat dengan teknologinya menjadi panutan bagi negara-negara Islam dan tidak jarang mereka mendikte negara-negara Islam. Dan itu suatu hal yang wajar, karena yang menjadi trend sekarang adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Umat Islam pun agar tidak dikatakan ketinggalan zaman berusaha untuk mengikuti dan mengekor Barat. Padahal umat Islam untuk tampil sebagai kekuatan yang disegani seharusnya kembali kepada ajaran Islam yang telah membangun peradaban berdasarkan nilai-nilai agama dan kemanusiaan bukan teknologi yang materialis. Teknologi bukan dasar maupun ukuran untuk menilai kemajuan di hadapan Allah Swt. Karena setinggi apapun peradaban yang berdasarkan teknologi hanya akan meninggalkan kenangan sejarah dan menjadi obyek wisata untuk masa yang akan datang, sebagaimana kita saksikan sisa-sisa peradaban umat-umat terdahulu yang sekarang tinggal puing-puingnya saja. 2016 3 Pendidikan Agama Islam: Modul Peradaban Islam Alimudin S,Pd.I, M,Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Peradaban Islam, meskipun tidak meninggalkan peninggalan teknologi yang sangat berarti, telah berhasil mewariskan ajaran-ajaran yang benar dan suci yang dapat membentuk insan-insan yang bersih, jujur, dan berkemanusiaan sepanjang zaman. Oleh karena itu untuk menghadapi hegemoni dan supremasi Barat tidak dengan mengejar mereka dengan ilmu pengetahun dan teknologi, tetapi menghadapinya dengan mengembangkan nilai-nilai agama dan kemanusiaan. Dan dengan nilai-nilai itu Nabi Muhammad mampu mengalahkan peradaban Persia dan Romawi pada waktu itu. Peradaban Islam dapat mengacu kepada beberapa hal berikut: - Masa Keemasan Islam - Dunia Islam - Kekhalifahan 1. Zaman Kejayaan Islam Zaman Kejayaan Islam (sek. 750 M - sek. 1258 M) adalah masa ketika para filsuf, ilmuwan, dan insinyur di Dunia Islam menghasilkan banyak kontribusi terhadap perkembangan teknologi dan kebudayaan, baik dengan menjaga tradisi yang telah ada ataupun dengan menambahkan penemuan dan inovasi mereka sendiri. Banyak dari perkembangan dan pembelajaran ini dapat dihubungan dengan geografi. Bahkan sebelum kehadiran Islam, kota Mekah merupakan pusat perdagangan di Jazirah Arab dan Nabi Muhammad SAW sendiri merupakan seorang pedagang. Tradisi ziarah ke Mekah menjadi pusat pertukaran gaagasan dan barang. Pengaruh yang dipegang oleh para pedagang Muslim atas jalur perdagangan Afrika-Arab dan ArabAsia sangat besar sekali. Akibatnya, peradaban Islam tumbuh, berkembang, dan meluas dengan berdasarkan pada ekonomi dagangnya, berkebalikan dengan orang-orang Kristen, India, dan Cina yang membangun masyarakat dengan berdasarkan kebangsawanan kepemilikan tanah pertanian. Pedagang membawa barang dagangan dan menyebarkan agama mereka ke Cina (berujung pada banyaknya penduduk Islam di Cina dengan perkiraan jumlah sekitar 37 juta orang, yang terutama merupakan etnis Uyghur Turk yang wilayahnya dikuasai oleh Cina), India, Asia tenggara, dan kerajaan-kerajaan di Afrika barat. Ketika para pedagang itu kembali ke Timur Tengah, mereka membawa serta penemuan-penemuan dan ilmu pengetahuan baru dari tempat-tempat tersebut. a. Filsafat Hanya dalam bidang filsafat, para ilmuwan Islam relatif dibatasi dalam menerapkan gagasan-gagasan nonortodoks mereka. Meskipun demikian, Ibnu Rushd dan polimat Persia Ibnu Sina membberikan kontribusi penting dalam melanjutkan karya-karya Aristoteles, yang gagasan-gagasannya mendominasi pemikiran nonkeagamaan dunia Islam dan Kristen. Mereka juga mengadopsi gagasan-gagasan dari Cina dan India, yang dengan demikian menambah pengetahuan mereka yang sudah ada sebelumnya. Ibnu Sina dan para pemikir spekulatif lainnya seperti al-Kindi dan al-Farabi menggabungkan Aristotelianisme dan Neoplatonisme dengan gagasan-gagasan lainnya yang diperkenalkan melalui Islam. 2016 4 Pendidikan Agama Islam: Modul Peradaban Islam Alimudin S,Pd.I, M,Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Literatur filsafat Arab diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan bahasa Ladino, yang ikut membantu perkembangan filsafat Eropa modern. Sosiolog-sejarawan Ibnu Khaldun, warga Kartago Konstantinus orang Afrika yang menerjemahkan naskah-naskah kedokteran Yunani dan kumpulan teknik matematika AlKhwarzimi adalah tokoh-tokoh penting pada Zaman Kejayaan Islam. Pada masa ini juga terjadi perkembangan filsuf non-Muslim. Filsuf Yahudi Moses Maimonides yang tinggal di Andalusia adalah salah satu contohnya. b. Sains Banyak ilmuwan penting Islam yang hidup dan berkegiatan selama Zaman Kejayaan Islam. Di antara pencapaian para ilmuwan pada periode ini antara lain perkembangan trigonometri ke dalam bentuk modernnya (sangat menyederhanakan penggunaan praktiknya untuk memperhitungkan fase bulan), kemajuan pada bidang optik pada Cammera Obscura 200 tahun sebelum Leonardo Da Vinci, memberi komentar pada Euklides dan Ptolomeus perihal penembusan dan perjalanan sinar,[1] dan kemajuan pada bidang astronomi. Kedokteran Kedokteran adalah bagian penting dari kebudayaan Islam Abad Pertengahan. Sebagai tanggapan atas keadaan pada waktu dan tempat mereka, para dokter Islam mengembangkan literature medis yang kompleks dan banyak yang meneliti dan menyintesa teori dan praktik kedokteran. Kedokteran Islam dibangun dari tradisi, terutama pengetahuan teoretis dan praktis yang telah berkembang sebelumnya di Yunani, Romawi, dan Persia. Bagi para ilmuwan Islam, Galen dan Hippokrates adalah orang-orang yang unggul, disusul oleh para ilmuwan Hellenik di Iskandariyah. Para ilmuwan Islam menerjemahkan banyak sekali tulisan-tulisan Yunani ke bahasa Arab dan kemudian menghasilkan pengetahuan kedokteran baru dari naskah-naskah tersebut. Untuk menjadikan tradisi Yunani lebih mudah diakses, dipahami, dan diajarkan, para ilmuwan islam mengusulkan dan menjadikan lebih sistematis pengetahuan kedokteran Yunani-Romawi yang luas dan kadang inkonsisten dengan cara menulis ensikolpedia dan ikhtisar. Pembelajaran Yunani dan Latin dipandang sangat jelek di Eropa Kristen Abad Pertengahan Awal, dan baru pada abad ke-12, setelah adanya penerjemahan dari bahasa Arab membuat Eropa Abad Pertengahan kembali mempelajari kedokteran Hellenik, termasuk karya-karya Galen dan Hippokrates. Jauh sebelum itu, bangsa Eropa telah banyak belajar dengan umat Islam dalam hal kedokteran. Di Sisilia, sebuah sekolah kedokteran dengan dokter-dokter Muslim sebagai pengajarnya, menjadi sumber ilmu kedokteran di Eropa.[2] Dengan memberikan pengaruh yang setara atau mungkin lebih besar di Eropa Barat adalah Kanon Kedokteran karya Ibnu Sina, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan dibuat manuskrip lalu dicetak dan disebarkan ke seluruh Eropa. Selama abad kelima belas dan keenam belas saja, karya tersebut diterbitkan lebih dari lima kali. Sejarah mencatat, ada sekitar 300 buku kedokteran yang diterjemahkan bangsa Eropa. Di dunia Islam Abad Pertengahan, rumah sakit mulai dibangun di semua kota besar, misalnya di Kairo, rumah sakit Qalawun memiliki staf pegawai yang terdiri dari dokter, apoteker, dan suster. Orang juga dapat mengakses apotek, dan fasilitas penelitian yang menghasilkan kemajuan pada pemahaman mengenai penyakit menular, dan penelitian mengenai mata serta mekanisme kerja mata. 2016 5 Pendidikan Agama Islam: Modul Peradaban Islam Alimudin S,Pd.I, M,Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id c. Perdagangan Selain di sungai Nil, Tigris dan Efrat, sungai-sungai yang dapat dilalui tidaklah banyak, jadi perjalanan lewat laut menjadi sangat penting. Ilmu navigasi amat sangat berkembang, menghasilkan penggunaan sekstan dasar (dikenal sebagai kamal). Ketika digabungankna dengan peta terinci pada periode ini, para pelaut berhasil berlayar menjelajahi samudara dan tak lagi perlu bersusah payah melalui gurun pasir. Para pelaut muslim juga berhasil menciptakan kapal dagang besar bertiang tiga ke Laut Tengah. Nama karavel kemungkinan berasal dari perahu terawal Arab yang dikenal sebagai qārib.[3] Sebuah kanal buatan yang menghubungkan sungai Nil dengan Terusan Suez dibangun, menghubungkan Laut Merah dengan Laut Tengah meskipun itu sering berlumpur. 2. Dunia Muslim Dunia Muslim merupakan istilah yang memiliki beberapa arti. Dari segi budaya, istilah ini merujuk pada komunitas Muslim sedunia, pengikut ajaran Islam. Komunitas ini berjumlah kira-kira 1.8 miliar orang. Komunitas ini tersebar luas di banyak negara dan kumpulan etnis yang dihubungkan dengan agama. Dari segi sejarah atau geopolitik , istilah ini biasanya merujuk kepada negara mayoritas Muslim atau negara yang Islam menonjol dalam politiknya. Komunitas Muslim sedunia juga dikenal secara kolektif sebagai "ummah". Islam menekankan perpaduan dan pembelaan sesama Muslim, walaupun terdapat beberapa pembagian Islam (seperti pemisahan Sunni-Syiah). Dulu, ideologi "pan-Islamisme" dan nasionalisme pernah mempengaruhi Dunia Islam.Dunia Muslim juga merupakan istilah untuk negara-negara yang memiliki polulasi muslim terbanyak. 3. Kekhalifahan Khalifah (Arab: خ ل ي فةKhalīfah) adalah gelar yang diberikan untuk pemimpin umat Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW (570–632). Khalifah juga sering disebut sebagai Amīr al-Mu'minīn (أم ير )ال مؤم ن ينatau "pemimpin orang yang beriman", atau "pemimpin orang-orang mukmin", yang kadang-kadang disingkat menjadi "amir". Setelah kepemimpinan Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib), kekhalifahan yang dipegang berturut-turut oleh Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, dan Kesultanan Utsmaniyah, dan beberapa negara kecil dibawah kekhilafahan, berhasil meluaskan kekuasaannya sampai ke Spanyol, Afrika Utara, dan Mesir. Khalifah berperan sebagai pemimpin ummat baik urusan negara maupun urusan agama. Mekanisme pemilihan khalifah dilakukan baik dengan wasiat ataupun dengan majelis Syura' yang merupakan majelis Ahlul Halli wal Aqdi yakni para ahli ilmu (khususnya keagamaan) dan mengerti permasalahan ummat. Sedangkan mekanisme pengangkatannya dilakukan dengan cara bai'at yang merupakan perjanjian setia antara Khalifah dengan ummat. Khalifah memimpin sebuah Khilafah, yaitu sebuah sistem kepemimpinan umat, dengan menggunakan Islam sebagai Ideologi serta undang-undangnya mengacu kepada Al-Quran, Hadist, Ijma dan Qiyas. Jabatan dan pemerintahan kekhalifahan terakhir, yaitu kekhalifahan Utsmani berakhir dan dibubarkan dengan pendirian Republik Turki pada tanggal 3 Maret 1924 ditandai dengan pengambilalihan kekuasaan dan wilayah 2016 6 Pendidikan Agama Islam: Modul Peradaban Islam Alimudin S,Pd.I, M,Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kekhalifahan oleh Majelis Besar Nasional Turki, yang kemudian digantikan oleh Kepresidenan Masalah Keagamaan (The Presidency of Religious Affairs) atau sering disebut sebagai Diyainah. Etimologi Kata "Khalifah" sendiri dapat diterjemahkan sebagai "pengganti" atau "perwakilan". Dalam Al-Qur'an, manusia secara umum merupakan khalifah Allah di muka bumi untuk merawat dan memberdayakan bumi beserta isinya. Sedangkan khalifah secara khusus maksudnya adalah pengganti Nabi Muhammad saw sebagai Imam umatnya, dan secara kondisional juga menggantikannya sebagai penguasa sebuah entitas kedaulatan Islam (negara). Sebagaimana diketahui bahwa Muhammad saw selain sebagai Nabi dan Rasul juga sebagai Imam, Penguasa, Panglima Perang, dan lain sebagainya. RINGKASAN SEJARAH KEKHALIFAHAN ISLAM Secara sangat ringkas sejarah politik Islam itu bisa dibagi menjadi seperti ini: - Masa Rasulullah - Masa Khulafaur Rasyidin (632M – 661M) - Masa Khilafah Bani Umayah (661M – 750M) - Masa Khilafah Bani Abbasiyah: - Bani Abbasiyah (750M – 1258M) - Bani Abbasiyah di Kesultanan Mamluk Mesir (1261M – 1517M) - Masa Khilafah Utsmaniyah ( 1517M – 1924M) - Masa Kontemporer Tapi benarkah seringkas itu dan hanya ada satu kekhalifahan di setiap masa? Berikut ini adalah ringkasan beberapa yang berperan penting dalam sejarah kekhalifahan Islam: MASA DUA KEKHILAFAHAN: ABBASIYAH (BAGHDAD) & UMAYYAH ANDALUSIA Setelah Bani Umayah berkuasa selama sekitar 89 tahun, terjadilah revolusi Abbasiyah, tepatnya pada tahun 132 H (750 M). Melihat rentang waktu kejadiannya yaitu 132 tahun setelah Hijrah Nabi, saat itu kemungkinan sebagian tokoh pengikut tabiut tabiin ada yang masih hidup. Beberapa Ulama Mazhab juga masih hidup pada masa ini. Pada saat itu Dinasti Abbasiyah berhasil menggulingkan pemerintahan Dinasti Umayyah. Mereka berhasil hampir di semua wilayah Umayah sebelumnya, kecuali di Andalusia (Spanyol dan Portugal sekarang), mereka gagal. Ditambah lagi dengan lolosnya Abdurrahman Ad-Dakhil Al-Umawi (salah satu calon penerus Dinasti Umayah terakhir yang selamat) yang melarikan diri dari Syam ke Andalusia. Di sana Abdurrahman mengkonsolidasikan kekuatan dan memproklamirkan diri sebagai Khalifah penerus dinasti Umayyah. Kekhilafahan Ummayah di Andalusia ini bertahan sampai tahun 1027 M/ 418H atau bertahan selama hampir 3 abad saja. Setelah tahun 1027M, Andalusia terpecah-pecah dalam dinasti-dinasti kecil. Jadi saat itu ada dua kekhalifahan Islam yaitu: Khilafah Abbasiyah di Baghdad dan Khilafah Umayah di Andalusia. 2016 7 Pendidikan Agama Islam: Modul Peradaban Islam Alimudin S,Pd.I, M,Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Nah bagaimana kita menyikapi dan memahami fenomena ini? Mana yang sah menurut syariah dan bagaimana hukumnya jika salah satunya dianggap tidak sah? Ataukah keduanya sah? Ini membutuhkan pembahasan khusus yang mendalam. Di masa selanjutnya peristiwa justru lebih pelik lagi. MASA TIGA KEKHALIFAHAN: ABBASIYAH, UMAYYAH ANDALUSIA & FATHIMIYAH Pada tahun 909M Dinasti Fathimiyah yang awalnya hanya kesultanan kecil di Afrika Utara, setelah berhasil menguasai wilayah yang terbentang dari Tunisia sampai Syam dan kemudian memindahkan pusat kekuasaannya ke Mesir, kemudian menyatakan diri sebagai Kekhalifahan Islam tersendiri yang independen, bebas dari Kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad atau Kekhalifahan Umayah di Andalusia. Dinasti ini beraliran Syiah Ismailiyah (Sab’iyah). Jadi saat itu ada 3 Kekhalifahan sekaligus: Abbasiyah di Baghdad, Umayyah di Andalusia dan Fatimiyah di Mesir. Selesai di sana kerumitan? Ternyata tidak. Seikitar tahun 1100-an Masehi kekuasaan Fathimiyah dihancurkan oleh Panglima Shalahudin Al-Ayubi (mewakili Khilafah Abbasiyah) di Syam dan Mesir. Ada pun sisa wilayah Fathimiyah di Barat kemudian dikuasai oleh Dinasti Muwahidun dari Afrika Utara. Dengan demikian kisah Kekhilafahan Fathimiyah tamat sudah. MASA 2 KEKHALIFAHAN LAGI: ABBASIYAH & MUWAHIDUN Dinasti Muwahidun (1130 – 1269) yang awalnya berpusat di Marakesy ini kemudian menguasai Andalusia (Spanyol dan Portugal sekarang) setelah melibas kesultanan-kesultanan lokal di sana. Dan inilah intinya: Dinasti Muwahidun juga menyatakan diri sebagai Kekhilafahan Islam. Dinasti ini beraliran Sunni dan menekankan pada Tauhid. Jadi ada dua kekhalifahan sejak tahun 1130-an di dunia Islam yaitu Abbasiyah di Baghdad (wilayahnya termasuk Mesir) dan Kekhilafahan Muwahidun di Afrika Utara dan Andalusia. Masa selanjutnya bahkan lebih rumit. Sejak tahun 1269-an Masehi Kekhilafahan Muwahidun bisa dibilang tamat. Wilayahnya di Afrika terbagi menjadi 3 kerajaan besar yaitu Dinasti Hasfiyah (di wilayah Libya dan Tunisia sekarang), Dinasti Ziyanyah (di wilayah Aljazair sekarang) dan Dinasti Mariniyah (di wilayah Maroko sekarang). Bekas wilayahnya di Andalusia kembali hanya dikuasai sultan-sultan kecil yang terpecahpecah. Semua daulah sisa Kekhalifahan Muwahidun pada awalnya tak ada yang mendaulat diri sebagai Khilafah. Pada saat yang hampir sama dengan keruntuhan Kekhilafahan Dinasti Muwahidun, yaitu pada tahun 1269-an, Kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad juga dihancurkan oleh serangan Mongol, tepatnya pada tahun 1258. Mongol terus merangsek menuju Mesir sampai akhirnya mampu dikalahkan oleh tentara Mamluk dari Mesir dalam perang Ain Jalut (dekat Palestina). Kesultanan Mamluk merupakan Kesultanan bawahan Abbasiyah di Mesir setelah sebelumnya berhasil menjungkalkan Dinasti Ayyubiyah dari Mesir. Seorang keturunan Abbasiyah berhasil meloloskan diri ke Mesir dan ditampung oleh Sultan Mamluk ketika keluarganya dibantai Mongol di Baghdad. 2016 8 Pendidikan Agama Islam: Modul Peradaban Islam Alimudin S,Pd.I, M,Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id MASA 2 KEKHALIFAHAN: ABBASIYAH (MAMLUK) & HASFIYAH Di Mesir, keturunan Abbasiyah ini diangkat oleh sultan Mamluk sebagai Khalifah, tetapi fungsinya hanya sebagai simbol negara, pemersatu negara serta fungsi keagamaan saja, sedangkan fungsi pemerintahan dan kekuasaan sehari-hari dijalankan oleh para Sultan Mamluk. Kondisi ini terus berlangsung sampai dua abad. Ini terjadi sejak tahun 1261 sampai tahun 1517. Pada saat yang sama, Dinasti Hafsiyah yang merupakan bekas pecahan Kekhilafahan Muwahidun juga mendeklarasikan diri sebagai kekhilafahan Islam setelah berhasil melebarkan kekuasaannya di Afrika Utara. Selain itu, secara nasab penguasa Bani Hafsiyah juga diakui masih keturunan dari khalifah Abbasiyah Baghdad yang sudah hancur itu. Wilayah Kekhalifahan Bani Hafsiyah meliputi sebagian besar Afrika Utara. Wilayah Mamluk meliputi Mesir, sebagian wilayah Syam (terus saling berebut dengan Dinasti Ilkhaniyah Mongol yang menguasai Irak), dan Hijaz (termasuk Mekah dan Madinah). Di wilayah Asia Kecil (Turki sekarang) berdiri Kesultanan Utsmani yang sibuk berperang dan mengambil wilayah kekuasaan Kekaisaran Bizantium (Romawi Timur). Lalu Bagaimana Nasib Wilayah Irak, Persia dan Asia Tengah Paska Serbuan Mongol? Bangsa Mongol yang menguasai Baghdad, sebagian Suriah, Persia, Russia Selatan, Asia Tengah (Transoxiana), India, wilayah Mongol (mainland mereka), Siberia sampai China kemudian membagi-bagi wilayah tersebut diantara keturunan mereka sendiri. Tetapi semuanya tak mulus, wilayah-wilayah yang telah dibagi itu kemudian saling berselisih dan bermusuhan. Salah satu kerajaan Mongol yang besar di wilayah Islam adalah Kerajaan Dinasti Il-Khaniyah yang berpusat di Irak. Para rajanya (disebut Khan) awalnya belum masuk Islam (ada yang masih beragama nenek moyangnya ada juga yang sudah pindah ke agama Budha). Penguasa Il-khaniyah kedua, yaitu Abaqa bahkan bersekutu dengan tentara Salib untuk melawan Mamluk Mesir dan Utsmani yang masih bayi. Meskipun demikian, Mamluk juga bersekutu dengan kerajaan Mongol lain yang menguasai Russia selatan yaitu Dinasti Horde Keemasan untuk melawan persekutuan Il-Khaniyah dan Salib. Barulah pada masa penguasa Ilkhaniyah ketiga yang bernama Takudar, akibat pergaulan dengan para pegawainya yang beragama Islam ia kemudian masuk Islam. Sayang dia dibunuh oleh saudaranya yaitu Argun yang benci Islam. Tak hanya itu Argun juga membunuh banyak pejabat penting yang notabene merupakan Muslim dan beberapa yang Yahudi. Pada masa Il-khaniyah dipimpin Ghazan Khan, atas pengaruh dakwah dari mentrinya yang bernama Rasyiduddin akhirnya dia masuk Islam. Keislamannya ini diikuti oleh keturunannya serta orang-orang Mongol lainnya yang sudah berasimilasi dengan budaya Islam (sebenarnya sudah banyak orang Mongol yang masuk Islam sebelum Ghazan masuk islam). Sejak saat itu Ilkhaniyah mulai menerapkan syariah islam. Lalu penguasa Ilkhaniyah terakhir, yaitu Abu Said berdamai dengan Mamluk setelah sekian lama konflik memperebutkan Suriah. Namun Ilkhaniyah kemudian mengalami konflik internal dan wilayahnya terpecahpecah menjadi kesultanan-kesultanan kecil. Kesultanan-kesultanan pecahan Ilkhaniyah itu ada yang menganut Sunni dan ada pula yang Syiah. Tak hanya Ilkhaniyah yang masuk Islam, para penguasa Mongol dan orang-orang Mongol di Asia Tengah, sekitar wilayah Kaspia, Russia Selatan sampai India pun kemudian berbondong-bondong masuk Islam. Mereka turut menyebarkan Islam ke wilayah asli Mongol dan ke wilayah China (khususnya China 2016 9 Pendidikan Agama Islam: Modul Peradaban Islam Alimudin S,Pd.I, M,Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id bagian Barat). Ini keunikan sejarah. Pihak penakluk justru mengikuti agama dan budaya pihak yang ditaklukannya. Tragedi Andalusia 1492 Sekitar tahun 1400an, kekuatan besar dunia Islam itu meliputi Mamluk (sisa Kekhalifahan Bani Abbasiyah) di Mesir, Kekhalifahan Bani Hafsiyah yang sedang melemah di Afrika Utara lalu Kesultanan Utsmani yang saat itu sudah sukses menguasai Eropa timur dan menjadi kekuatan besar (namun status Utsmani saat itu masih berupa kesultanan). Di Irak dan Persia juga terdapat Kerajaan Ilkhaniyah yang sudah menjadi kerajaan Islam. Lalu bagaimana dengan nasib Andalusia? Sejak Kekhalifahan Muwahidun menarik diri dari Andaluisa pada tahun 1235M, wilayah Muslim di Andalusia terpecah dan dikuasai oleh sultan-sultan kecil yang tak jarang saling berselisih diantara mereka sendiri. Pada saat yang sama, raja-raja kristen Spanyol mulai terus mengkonsolidasikan diri. Meskipun demikian, kekuatan Islam di Andalusia (Spanyol) masih bertahan sampai sekitar 3 abad kemudian. Puncaknya pada tahun 1492M koalisi Raja Ferdinand dan Ratu Isabela berhasil menamatkan sejarah Islam di semenanjung Spanyol. Umat Islam dan Yahudi yang tidak sempat menyelamatkan diri hanya diberi dua pilihan: masuk Kristen atau dibunuh. Kekhalifahan Hafsiyah dan Mamluk (sisa Kekhalifahan Abbasiyah) tampak tak berdaya. Mereka hanya mampu mengirim kapal-kapal untuk membantu kaum muslimin dan Yahudi menyelamatkan diri ke Afrika Utara atau Mesir. Tetapi yang ditakuti pihak Kristen Spanyol sebanarnya bukan dua Kekhalifahan yang sedang kesusahan dan kekuatannya sudah ompong tersebut, yang dikhawatirkan justru datangnya bantuan dari Kesultanan Utsmani. Meskipun Utsmani saat itu belum menjadi kekhilafahan, tapi sepak terjangnya di Eropa begitu menakutkan Raja Spanyol. Sayangnya, Utsmani juga tidak berbuat banyak. Di masa-masa akhir mereka pun hanya membantu pelarian Muslim dan Yahudi dari Spanyol atau dari Afrika utara yang mau hijrah ke wilayah kekuasaan mereka. MASA KHILAFAH UTSMANIAH (MASA 3 DAULAH BESAR) Selanjutnya kesultanan Utsmani yang sudah menuai keberhasilan-keberhasilan besar dengan mengalahkan Bizantium, menguasai sebagian besar Eropa timur (Yunani, Bulgaria, Balkan dan lainnya) ternyata kemudian mengalami kemandegan setelah gagal merebut Vienna (Austria). Setelah itu penaklukan ke Eropa seolah terhenti. Tetapi Utsmani mulai mengalihkan fokusnya ke dunia Islam. Pada tahun 1517, Kesultanan Utsmani di bawah kepemimpinan Sultan Salim 1 berhasil menaklukan Mesir, lalu dilanjutkan dengan penaklukan Afrika Utara. Dengan demikian, Kesultanan Utsmani berhasil mengalahkan dua kekhalifahan sekaligus, yaitu Mamluk (sisa Kekhalifahan Abbasiyah) dan Kekhalifahan Bani Hafsiyah. Sejak saat itu, Sultan Salim 1 dan penerusnya mulai menggunakan dua gelar sekaligus yaitu: Sultan dan Khalifah (lihat Sejarah Kebudayaan Islam, DR Jaih Mubarok). Hanya saja, Utsmani pun tetap wilayahnya terbatas. Saat itu di dunia Islam dikenal 3 kerajaan besar, yaitu Daulah Khilafah Utsmani, Kerajaan Syafawi dan Kerajaan Mughal. Utsmani wilayahnya meliputi Asia Kecil, Irak, Syam, Hijaz, Yaman, pantai timur jazirah Arab (tetapi wilayah pedalaman Najed tetap tak terkontrol 2016 10 Pendidikan Agama Islam: Modul Peradaban Islam Alimudin S,Pd.I, M,Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id bahkan memang sering tak terkontrol sejak akhir era Umayah sekalipun), Mesir dan sebagian besar Afrika Utara, Eropa Tenggara (Balkan), Yunani, Bulgaria, Hongaria dan sebagian wilayah Eropa timur lainnya. Kerajaan Syafawi berpusat di wilayah Iran sekarang berhasil menyatukan wilayah yang cukup luas pula yang meliputi sebagian wilayah Irak, Persia, Transoxiana (Asia Tengah: Turkmenistan, Uzbekistan, Kirgiztan, Tajikistan, sebagian kecil Kazakhstan dan Afghanistan. Kerajaan Syafawi menjadikan Syiah Imamiyah sebagai mazhab resmi negara. Kerajaan besar ketiga adalah kerajaan Mughal yang berpusat di India Utara. Mughal berhasil menguasai hampir semua wilayah anak benua India, wilayah Pakistan, Kashmir dan Bangladesh. Sisa-sisa peninggalannya masih bisa kita jumpai. Diantara ketiga daulah besar di dunia Islam sejak tahun 1500an tersebut, Daulah Khilafah Utsmani dianggap paling jago dalam soal militer. Perkembangan senjata dan ilmu kemiliteran pada awalnya sangat mengagumkan. Tetapi soal ilmu pengetahuan (baik syariah maupun umum) dianggap kurang berkembang. Apalagi saat itu memang merupakan masa krisis ilmu syariah dan matinya ijtihad di dunia Islam secara umum. Masyarakat Islam secara umum yang tadinya sangat berfikiran maju mulai cenderung pada takhayul, khurafat dan mistik. Sedangkat Barat mulai mengalami masa kebangkitan (renaisance). Masyarakatnya mulai berubah dari kecenderungan padlebia takhayul dan khurafat menjadi rasional dan gemar ilmu pengetahuan. Akhirnya mereka bisa mngungguli kemajuan militer Utsmani dengan cepat. Kerajaan Syafawi tidak begitu unggul dalam bidang militer, tetapi pada awalnya pengembangan ilmu pengetahuan (termasuk syariah dan pengetahuan umum), sastra serta seni dianggap cukup menonjol. Adapun Kerajaan Mughal dianggap sedang-sedang saja baik di bidang militer maupun bidang ilmu pengetahuan. Tetapi pada akhirnya ketiga kerajaan besar ini hampir mengalami kemandegan di segala bidang dan diungguli oleh Eropa yang kian berkibar. JUMLAH DAULAH ISLAM SEBENARNYA SANGAT BANYAK Demikianlah secara ringkas gambaran sejarah dinasti-dinasti dan kekhalifahan yang pernah eksis dalam sejarah Islam. Pada tiap masa yang sama, umumnya terdapat lebih dari satu daulah yang mendeklarasikan diri sebagai khilafah. Adapun yang tidak mendeklarasikan diri sebagai khilafah, jumlahnya lebih banyak lagi. Berbagai dinasti yang diceritakan diatas hanya dinasti-dinasti yang penting saja. Kalau seluruh dinasti yang pernah eksis diceritakan pasti akan panjang lebar. Belum lagi kalau kita coba sebutkan kerajaan atau kesultanan yang lahir tanpa pena klukan seperti di Afrika Timur, Sub-Sahara dan Afrika Barat, lalu di wilayah Samudra India, di Asia Tenggara, Asia Tengah dan Tempat-tempat lainnya. Akan lebih rempong lagi bila wilayah kesukuan, kota kecil independen, desa independen yang tersebar di pedalaman Arabia, di Asia Tengah atau Afrika juga kita masukan. Jumlahnya bisa jadi ratusan. Inilah secara ringkas sejarah kita. 2016 11 Pendidikan Agama Islam: Modul Peradaban Islam Alimudin S,Pd.I, M,Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kelahiran Kekhalifahan Islam Kekhalifahan Islam, 622-750 Kebanyakan akademisi menyetujui bahwa Nabi Muhammad tidak secara langsung menyarankan atau memerintahkan pembentukan kekhalifahan Islam setelah kematiannya. Permasalahan yang dihadapi ketika itu adalah: siapa yang akan menggantikan Nabi Muhammad, dan sebesar apa kekuasaan yang akan didapatkannya? Pengganti Nabi Muhammad Fred M. Donner, dalam bukunya The Early Islamic Conquests (1981), berpendapat bahwa kebiasaan bangsa Arab ketika itu adalah untuk mengumpulkan para tokoh masyarakat dari suatu keluarga (bani dalam bahasa arab), atau suku, untuk bermusyawarah dan memilih pemimpin dari salah satu di antara mereka. Tidak ada prosedur spesifik dalam syuro atau musyawarah ini. Para kandidat biasanya memiliki garis keturunan dari pemimpin sebelumnya, walaupun hanya merupakan keluarga jauh. Hingga pada tiba saatnya Nabi Muhammad meninggal, kaum Muslim berdebat tentang siapa yang berhak untuk menjadi penerus kepemimpinan Islam setelah wafatnya rasul, hingga saat ini apa yang dibicarakan di dalam masa tenggang itu masih menjadi kontroversi di kalangan kaum Muslim, namun dapat dipastikan bahwa mayoritas kaum muslim yang hadir dalam musyawarah saat itu meyakini bahwa Abu Bakar AshShiddiq adalah penerus kepemimpinan Islam yang akan menggantikan rasul karena sebelum Nabi Muhammad meninggal, ia dipercaya untuk menggantikan posisi Nabi Muhammad sebagai imam shalat, dan akhirnya Abu Bakar pun terpilih menjadi Khalifah pertama dalam sejarah Islam pasca wafatnya Nabi Muhammad. Namun beberapa kalangan dari kaum Muslim Mekkah dan Madinah saat itu meyakini bahwa Nabi Muhammad telah memberikan banyak indikasi yang menunjukan bahwa Ali bin Abi Thalib, sepupu sekaligus menantunya, sebagai pengganti dirinya. Mereka mengatakan bahwa Abū Bakar merebut kekuasaan dengan kekuatan dan kelicikan]. Semua Khalifah sebelum Ali juga dianggap melakukan hal yang sama oleh kalangan ini, hal inilah yang memicu munculnya kaum Syiah belakangan pada masa kekhalifahan Muawiyah, lebih tepatnya setelah masa kekuasaan Ali bin Abi Thalib berakhir. Kekuasaan khalifah "Siapa yang akan menggantikan Nabi Muhammad" bukanlah satu-satunya masalah yang dihadapi umat Islam saat itu; mereka juga perlu mengklarifikasi seberapa besar kekuasaan pengganti sang nabi. Muhammad, selama masa hidupnya, tidak hanya berperan sebagai pemimpin umat islam, tetapi sebagai nabi dan pemberi keputusan untuk umat Islam. Semua hukum dan praktik spiritual ditentukan sesuai dengan yang disampaikan Nabi Muhammad. Musyawarah dilakukan pada persoalan ini untuk menentukan seberapa besar kekuasaan seorang Khalifah. Tidak satu pun dari para khalifah yang mendapatkan wahyu dari Allah, karena Nabi Muhammad adalah nabi dan penyampai wahyu terakhir di muka bumi, tidak satu pun di antara mereka yang menyebut diri mereka sendiri sebagai nabī atau rasul. Untuk mengatasinya, wahyu Allah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad kemudian ditulis dan dikumpulkan menjadi Al-quran, dijadikan patokan dan sumber utama hukum Islam, dan menjadi batas kekuasaan khalifah Islam. Artinya, Khalifah adalah seseorang pemimpin yang tunduk pada AlQur'an dan Hadis, dan kekuasaannya pun dibatasi oleh Al-Qur'an dan Hadis. 2016 12 Pendidikan Agama Islam: Modul Peradaban Islam Alimudin S,Pd.I, M,Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Bagaimanapun, ada beberapa bukti yang menunjukan bahwa khalifah mempercayai bahwa mereka mempunyai otoritas untuk memutuskan beberapa hal yang tidak tercantum dalam al-Quran. Mereka juga mempercayai bahwa mereka adalah pempimpin spiritual umat islam, dan mengharapkan "kepatuhan kepada khalifah" sebagai ciri seorang muslim sejati. Sarjana modern Patricia Crone dan Martin Hinds, dalam bukunya God's Caliph, menggarisbawahi bahwa fakta tersebut membuat khalifah menjadi begitu penting dalam pandangan dunia Islam ketika itu. Mereka berpendapat bahwa pandangan tersebut kemudian hilang secara perlahan-lahan seiring dengan bertambah kuatnya pengaruh ulama di kalangan umat Islam. Kaum Muslim beranggapan bahwa ulama sama berhaknya menentukan apa yang dianggap legal dan baik di kalangan umat, sesuai dengan hadis yang menyebutkan bahwa suatu kaum akan ditinggalkan oleh Allah ketika mereka meninggalkan para ulama. Pemimpin umat Islam yang paling tepat, menurut pendapat para ulama, adalah pemimpin yang menjalankan saran-saran spiritual dari para ulama, sementara para khilafah hanya mengurusi hal-hal yang bersifat duniawi sehingga mengakibatkan perdebatan di antara keduanya. Perselisihan pendapat antara Khalifah dan para ulama tersebut menjadi konflik yang berlarut-larut dalam beberapa bagian sejarah kekhalifahan Islam. Namun akhirnya, konflik ini berakhir dengan kemenangan para ulama. [butuh rujukan] Kekuasaan Khalifah selanjutnya menjadi terbatas pada hal yang bersifat keduniawian. Khalifah hanya dapat dianggap menjadi "Khalifah yang benar" apabila ia menjalankan saran spiritual para ulama.[butuh rujukan] Patricia Crone dan Martin Hinds juga berpendapat bahwa muslim Syiah, dengan pandangan yang berlebihan kepada para imam, tetap menjaga kepercayaan murni umat islam, namun tidak semua ilmuwan setuju akan hal ini. Kebanyakan Muslim Sunni saat ini mempercayai bahwa para khalifah tidak selamanya hanya menjadi pemimpin masalah duniawi, dan ulama sepenuhnya bertanggung jawab atas arah spiritual umat islam dan hukum syariah umat islam. Mereka menyebut empat Khalifah pertama sebagai Khulafa'ur Rosyidin, Khalifah yang diberi petunjuk, karena mereka menjalankan dan berpegang pada hukum yang terdapat pada Al-Quran dan sunnah Nabi Muhammad dalam segala hal. Mereka juga mempercayai bahwa sekali khalifah dipilih untuk memimpin, maka sepanjang hidupnya ia akan memerintah kecuali jika ia keluar dari aturan syariat. Karakter kepemimpinan Kekhalifahan Islam Ibnu Taymiyah mengatakan bahwa karakter pemimpin Islam ialah menganggap bahwa otoritas dan kekuasaan yang dimilikinya adalah sebuah kepercayaan (amanah) dari umat Islam dan bukan kekuasaan yang mutlak dan absolut. Hal ini didasarkan pada hadist yang berbunyi: "It (sovereignty) is a trust, and on the Day of Judgment it will be a thing of sorrow and humiliation except for those who were deserving of it and did well." Hal ini sangat kontras dengan keadaan Eropa saat itu di mana kekuasaan raja sangat absolut dan mutlak.[1] Peranan seorang kalifah telah ditulis dalam banyak sekali literatur oleh teolog islam. Imam Najm al-Din alNasafi menggambarkan khalifah sebagai berikut: "Umat Islam tidak berdaya tanpa seorang pemimpin (imam, dalam hal ini khalifah) yang dapat memimpin mereka untuk menentukan keputusan, memelihara dan menjaga daerah perbatasan, memperkuat angkatan bersenjata (untuk pertahanan negara), menerima zakat mereka (untuk kemudian dibagikan), menurunkan tingkat perampokan dan pencurian, menjaga ibadah di hari jumat (salat jumat) dan hari raya, menghilangkan perselisihan di antara sesama, menghakimi dengan adil, menikahkan wanita yang tak memiliki 2016 13 Pendidikan Agama Islam: Modul Peradaban Islam Alimudin S,Pd.I, M,Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id wali. Sebuah keharusan bagi pemimpin untuk terbuka dan berbicara di depan orang yang dipimpinnya, tidak bersembunyi dan jauh dari rakyatnya. Ia sebaiknya berasal dari kaum Quraish dan bukan kaum lainnya, tetapi tidak harus dikhususkan untuk Bani Hasyim atau anak-anak Ali. Pemimpin bukanlah seseorang yang suci dari dosa, dan bukan pula seorang yang paling jenius pada masanya, tetapi ia adalah seorang yang memiliki kemampuan administratif dan memerintah, mampu dan tegas dalam mengeluarkan keputusan dan mampu menjaga hukum-hukum Islam untuk melindungi orang-orang yang terzalimi. Dan mampu memimpin dengan arif dan demokratif. Ibnu Khaldun kemudian menegaskan hal ini dan menjelaskan lebih jauh tentang kepemimpinan kekhahalifah secara lebih singkat: "Kekhalifahan harus mampu menggerakan umat untuk bertindak sesuai dengan ajaran Islam dan menyeimbangkan kewajiban di dunia dan akhirat. (Kewajiban di dunia) harus seimbang (dengan kewajiban untuk akhirat), seperti yang diperintahkan oleh Nabi Muhammad, semua kepentingan dunia harus mempertimbangkan keuntungan untuk kepentingan akhirat. Singkatnya, (Kekhalifahan) pada kenyataannya menggantikan Nabi Muhammad, beserta sebagian tugasnya, untuk melindungi agama dan menjalankan kekuasaan politik di dunia." Pencabutan gelar Khalifah Kebanyakan ulama menolak pencabutan gelar Khalifah apabila sudah terpilih. Tetapi fakta yang terjadi adalah sebaliknya, banyak pemberontakan pada masa kekhalifahan, seperti Imam Husain yang melakukan revolusi di Karbala melawan tirani Yazid atau pengkhianatan Ibnu al-Zubayr kepada Yazid, untuk kebanyakan bagian telah terbatas keberadaannya. Dr. Abdul Aziz Islahi berpendapat dalam masalah ini: Mengikuti para filsuf Yunani, St. Thomas Aquinas juga menggunakan sudut pandang ini, William Archibald Dunning berkomentar: "Berhubungan dengan aksi-aksi individual dalam menjatuhkan pemerintahan tirani, dia (Aquinas) menemukan bahwa lebih sering orang jahat melakukan pemberontakan dibandingkan orang baik. Karena orang-orang jahat berpendapat bahwa pemerintahan raja-raja tidak kurang beratnya daripada para tiran (raja lalim, penindas), pengakuan hak-hak pribadi warga untuk membunuh para tiran lebih menyangkut lebih besarnya peluang untuk kehilangan seorang raja daripada membebaskan diri dari seorang tiran." Keruntuhan kekhalifahan Tepatnya pada tanggal 23 Maret 1924, keruntuhan kekhalifahanan terakhir, Kekhalifahan Turki Usmaniyah, terjadi akibat adanya perseteruan di antara kaum nasionalis dan agamais dalam masalah kemunduran ekonomi Turki. Setelah menguasai Istambul pasca-Perang Dunia I, Inggris menciptakan sebuah kevakuman politik dengan menawan banyak pejabat negara dan menutup kantor-kantor dengan paksa sehingga bantuan khalifah dan pemerintahannya tersendat. Kekacauan terjadi di dalam negeri, sementara opini umum mulai menyudutkan pemerintahan khalifah yang semakin lemah dan memihak kaum nasionalis. Situasi ini dimanfaatkan Mustafa Kemal Pasha untuk membentuk Dewan Perwakilan Nasional - dan ia menobatkan diri sebagai ketuanya 2016 14 Pendidikan Agama Islam: Modul Peradaban Islam Alimudin S,Pd.I, M,Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id sehingga ada dua pemerintahan saat itu; pemerintahan khilafah di Istambul dan pemerintahan Dewan Perwakilan Nasional di Ankara. Walau kedudukannya tambah kuat, Mustafa Kemal Pasha belum berani membubarkan khilafah. Dewan Perwakilan Nasional hanya mengusulkan konsep yang memisahkan khilafah dengan pemerintahan. Namun, setelah perdebatan panjang di Dewan Perwakilan Nasional, konsep ini ditolak. Pengusulnya pun mencari alasan membubarkan Dewan Perwakilan Nasional dengan melibatkannya dalam berbagai kasus pertumpahan darah. Setelah memuncaknya krisis, Dewan Perwakilan Nasional ini diusulkan agar mengangkat Mustafa Kemal Pasha sebagai ketua parlemen, yang diharap bisa menyelesaikan kondisi kritis ini. Setelah resmi dipilih jadi ketua parlemen, Pasha mengumumkan kebijakannya, yaitu mengubah sistem khilafah dengan republik yang dipimpin seorang presiden yang dipilih lewat Pemilu. Tanggal 29 November 1923, ia dipilih parlemen sebagai presiden pertama Turki. Namun ambisinya untuk membubarkan khilafah saat itu, yang telah lemah dan digerogoti korupsi, terintangi; Ia dianggap murtad, dan beberapa kelompok pendukung Sultan Abdul Mejid II terus berusaha mendukung pemerintahannya. Ancaman ini tak menyurutkan langkah Mustafa Kemal Pasha. Malahan, ia menyerang balik dengan taktik politik dan pemikirannya yang menyebut bahwa penentang sistem republik ialah pengkhianat bangsa dan ia kemudian melakukan beberapa langkah kontroversial untuk mempertahankan sistem pemerintahannya. Misalnya, Khalifah digambarkan sebagai sekutu asing yang harus dienyahkan. Setelah suasana negara kondusif, Mustafa Kemal Pasha mengadakan sidang Dewan Perwakilan Nasional (yang kemudian disebut dengan "Kepresidenan Urusan Agama" atau sering disebut dengan "Diyaniah"). Pada tanggal 3 Maret 1924, ia memecat khalifah sekaligus membubarkan sistem kekhalifahan dan menghapuskan hukum Islam dari negara. Hal inilah yang kemudian dianggap sebagai keruntuhan kekhalifahan Islam. Saat ini, Diyaniah berfungsi sebagai entitas dari lembaga Shaikh al-Islam/Kekhalifahan. Mereka bertugas untuk: "memberikan pelayanan religius kepada orang Turki dan Muslim di dalam dan di luar negara Turki". Diyainah memiliki kantor pusat di Ankara, Turki. Diyaniah adalah sebuah lembaga yang mewarisi semua sumber-sumber yang berhubungan dengan hal-hal religius dari Kekaisaran Ottoman, termasuk semua arsip kekhalifahan yang telah runtuh tersebut. Saat ini, Diyainah merupakan otoritas tertinggi Muslim Sunni. Diyainah juga memiliki kantor cabang di Eropa (Jerman). Perbedaan utama antara kekhalifahan dengan Diyainah adalah Dinaiyah, tidak seperti kekhalifahan yang mengurusi masalah negara, hanya berfungsi sebagai lembaga keagamaan. Hal ini sesuai dengan prinsip sekularisme Turki yang memisahkan urusan Agama dengan urusan negara. Sempat muncul keinginan dan gerakan untuk mengendirikan kembali kekhalifahan setelah runtuhnya Kekaisaran Ottoman, tetapi tak ada satupun yang berhasil. Hussein bin Ali, seorang gubernur Hejaz pada masa Kekaisaran Ottoman yang pernah membantu Britania raya pada masa Perang Dunia I serta melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Istambul, mendeklarasikan dirinya sebagai khalifah dua hari setelah keruntuhan Ottoman. Tetapi klaimnya tersebut ditolak, dan tak lama kemudian ia di usir dari tanah Arab. Sultan Ottoman terakhir Mehmed VI juga melakukan hal yang sama untuk mengangkat kembali dirinya sebagai Khalifah di Hejaz, tetapi lagi-lagi usaha tersebut gagal. Sebuah pertemuan diadakan di Kairo pada 2016 15 Pendidikan Agama Islam: Modul Peradaban Islam Alimudin S,Pd.I, M,Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id tahun 1926 untuk mendiskusikan pendirian kembali kekhalifahan. Tetapi, hanya sedikit negara Muslim yang berpartisipasi dan mengimplentasikan hasil dari pertemuan tersebut. Gerakan Khilafat Pada tahun 1920-an "gerakan Khilafat", sebuah gerakan yang bertujuan untuk mendirikan kembali kekhalifahan, menyebar diseluruh daerah jajahan Inggris di Asia. Gerakan ini sangat kuat di India, yang saat itu menjadi pusat komunitas Islam. Sebuah pertemuan kemudian diadakan di Kairo pada tahun 1926 untuk mendiskusikan pendirian Kekhalifahan. Tapi sayang, sebagian besar negara mayoritas Muslim tidak berpartisipasi dan mengambil langkah untuk mengimplentasikan hasil dari pertemuan ini. Meskipun gelar Amir al-Mukmin dipakai oleh Raja Maroko dan Mullah Mohammed Omar, pemimpin rezim Taliban di Afganistan, kebanyakan Muslim di luar daerah kekuasaan mereka menolak untuk mengakuinya. Saat ini banyak pecahan negara-negara muslim yang membentuk Organisasi Konferensi Islam atau OKI, sebuah organisasi internasional dengan pengaruh yang terbatas yang didirikan pada tahun 1969 beranggotakan negara-negara mayoritas Muslim. Tujuh Kota sebagai bukti berbagai peristiwa Peradaban Islam Sejarah perkembangan peradaban Islam yang panjang meninggalkan banyak kisah yang menarik untuk diketahui. 7 kota berikut ini merupakan dari berbagai kisah dan peristiwa bersejarah dalam perkembangan Islam: 1.Alexandria,Mesir Alexandria yang dahulunya dikenal dengan nama Iskandariyah terletak 225 kilometer dari Kairo, Mesir. Kota ini dijuluki The Pearl of the Mediterranean. Di kota ini terdapat Masjid Attarine yang semula merupakan gereja, kemudian diubah menjadi masjid ketika Arab berkuasa. Di kota ini terdapat pula masjid bersejarah, Masjid Abu Al Abbas Mursi yang merupakan masjid terbesar di kota itu. Ada pula Benteng Qaitbay yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Qaitbay tahun 1480, serta perpustakaan Universitas Iskandariyah yang merupakan perpustakaan tertua dan super besar. 2.Yerussalem,Israel Kota ini merupakan kota penting bagi umat Islam, Yahudi dan Kristen. Bagi umat Muslim, bagian yang paling penting dari kota ini adalah Masjid Al Aqsa dan Masjid Qubbat As Sakhrah atau Dome of the Rock yang terdapat di wilayah Haram Al Syarif. Masjid Al Aqsa menjadi saksi penting dalam peristiwa Isra Miraj. Sementara itu Masjid Qubbat As Sakhrah dahulunya merupakan Masjid Khalifah Umar yang kemudian dipugar dan diperluas oleh Khalifah Al Malik. Namun sayangnya, masjid ini hancur akibat gempa dan digantikan dengan Masjid Fatimiyah yang dibangun pada awal abad ke-10. 3.Amman,Yordania Di Kota Amman terdapat peninggalan Nabi Musa AS dan Nabi Syuaib AS. Ada pula makam Abdul Rahman 2016 16 Pendidikan Agama Islam: Modul Peradaban Islam Alimudin S,Pd.I, M,Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Ibn Awf Al Zuhri yang merupakan peninggalan masa perang Islam, seperti Perang Badar, Uhud, dan Mekah. Makam muazin yang terkenal pada masa Rasulullah SAW, Bilal Ibn Rabah serta Gua Ashabul Kahfi yang disebut dalam Al Quran juga terdapat di kota ini. 4.Maroko Kota Fes sering dijuluki sebagai Mecca of West. Kota ini merupakan salah satu kota kerajaan tertua di dunia. Kawasan kota tuanya yang disebut sebagai Fes El Bali ditetapkan sebagai situs warisan dunia UNESCO. Salah satu yang menarik, di kota ini terdapat University of Al Kairaouine yang didirikan sejak 859 sebelum Masehi, dan Masjid Kairaouine yang bisa menampung hingga 20 ribu jamaah. 5.Qom,Iran Kota Qom terletak sekitar 35 km dari ibukota Teheran. Kota ini disebut kota suci karena terdapat makam putri kesayangan Nabi Muhammad SAW, Fatimah. Selain itu, Banyak pula ulama dan ilmuwan Islam yang tinggal ataupun dimakamkan di tempat ini. Pemimpin revolusi Iran, Imam Khoeini pun menuntut ilmu di kota ini. 6.Granada,Spanyol Kota yang terletak di sebelah selatan Madrid ini dahulunya pernah menjadi pusat ilmu keislaman terbesar dan merupakan pusat perkembangan kebudayaan Islam pada masa kekuasaan Bani Ahmar. Pada masa itu dibangun pula sebuah istana indah bernama Al Hambra yang hingga kini masih berdiri kokoh di Granada. 7.Istanbul,Turki Kota ini dulu bernama Konstantinopel sebelum akhirnya diubah menjadi Istanbul oleh Kerajaan Ottoman di bawah pimpinan Sultan Muhammad II. Nama Istanbul berarti 'kota Islam'. Sejumlah bangunan menjadi saksi kejayaan Islam pada masa Ottoman. Contohnya Hagia Sophia, sebuah bangunan peninggalan zaman Bizantium yang awalnya merupakan gereja, kemudian diubah menjadi masjid, dan kini menjadi museum. Kemudian di kota ini ada pula Topkapi Palace, istana raja pada abad ke-15 sampai 17 yang ditetapkan sebagai situs warisan budaya dunia UNESCO dan kini berfungsi sebagai museum. Topkapi Palace menyimpan banyak benda peninggalan Rasulullah SAW, seperti pedang, mantel, gigi hingga jejak telapak kaki. (Berbagai Sumber) 2016 17 Pendidikan Agama Islam: Modul Peradaban Islam Alimudin S,Pd.I, M,Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka - GAUDAH, MUHAMMAD GHARIB; RIDA, MUHYIDDIN MAS (PENERJEMAH) (2012). 147 Ilmuwan Terkemuka dalam Sejarah Islam. J akarta: Al-Kautsar. ISBN 978-979-592-410-4. - TANZANIA, TANZIL (2010). Stop Kristenisasi: Membongkar Gerakan Pemurtadan & Mencari Solusi Menghadapi Program Kristenisasi. Klaten: Al-Fajr Media. ISBN 978-602827962-5. 2016 - "History of the caravel". Nautarch.tamu.edu. Diakses tanggal 2011-04-13. - Purwanto dan Wahyudi P. 2007. Etika Membangun masyarakat Islam Modern. Graha Ilmu 18 Pendidikan Agama Islam: Modul Peradaban Islam Alimudin S,Pd.I, M,Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id