BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pola interaksi sosial Manusia sebagai

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Pola interaksi sosial
Manusia sebagai individu hidup dalam sebuah lingkungan sosial, dimana
diantara individu saling berkomunikasi dengan sesamanya baik itu secara personal
(dengan individu lain) maupun secara kelompok. Komunikasi yang terjalin sematamata tidak hanya satu arah, tetapi juga saling memberikan respon terhadap satu sama
lain. Sehingga dari peristiwa semacam itu muncullah interaksi diantara kedua pihak.
Sebagai mahluk sosial, manusia dalam kehidupan sehari-hari membutuhkan hubungan
dengan manusia yang lain. Hubungan tersebut terjadi karena manusia saling
membutuhkan untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Karena manusia tidak bisa lepas
dari manusia lainnya dan tidak bisa melakukan seorang diri. Kecenderungan manusia
berhubungan melahirkan komunikasi dengan manusia yang lainnya. Komunikasi
terjadi karena saling membutuhkan melalui sebuah interaksi.
Interaksi sosial merupakan bentuk umum dari proses sosial. Sementara itu
proses sosial merupakan hubungan antar sesama manusia dalam suatu lingkungan
masyarakat yang menciptakan suatu keterikatan kepentingan yang membentuk status
sosial. Dalam kehidupan bermasyarakat, proses sosial merupakan kunci dari
kehidupan bermasyarakat karena tanpa adanya proses sosial tidak mungkin adanya
jalinan hubungan antar individu itu sendiri. Karena interaksi sosial merupakan bentuk
umum dari proses sosial maka interaksi adalah syarat utama terjadinya aktivitasaktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang perorangan, antar kelompok-kelompok manusia,
Universitas Sumatera Utara
maupun antara orang perorangan dengan kelompok individu. Syarat utama terjadinya
interaksi sosial adalah terjadinya kontak sosial serta adanya komunikasi.
a.
Kontak sosial adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang
merupakan awal dari interaksi sosial, dan masing-masing pihak saling bereaksi
satu dengan yang lain baik secara langsung maupun tidak. Kontak sosial dapat
dibedakan berdasarkan sifatnya yaitu kontak sosial primer, yaitu apabila kontak
sosial terjadi secara langsung atau tatap muka tampa melalui perantara ataupun
media. Yang kedua adalah kontak sosial bersifat sekunder dimana kontak sosial
terjadi didukung oleh media atau perantara. Individu saling berhubungan dapat
menggunakan bahasa gestural atau verbal seperti berjabat tangan dan
nongesturan atau nonverbal seperti lambangian tangan dsb.
b.
Komunikasi yaitu aksi antara dua individu atau lebih yang melakukan hubungan
yang memberi tafsiran atas pesan yang diberikan oleh masing-masing pihak
(setiadi dan usman 2011: 75). Manusia tidak lepas dari individu lainnya, ketika
satu individu dengan individu lainnya berhubungan mereka menggunakan
bahasa-bahasa, symbol-simbol tertentu sehingga individu lain mengerti.
Dalam komunikasi terdapat empat unsur yaitu:
a.
Pengirim (sender) atau yang biasa disebut communicator adalah pihak yang
mengirimkan pesan kepada orang lain.
b.
Penerima (receiver) yang biasa disebut communicant adalah pihak yang
menerima pesan dari sender.
c.
Pesan (message) adalah isi atau informasi yang disampakan pengirim kepada
penerima.
Universitas Sumatera Utara
d.
Media adalah alat / sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan
komunikator kepada khalayak. Media digolongkan menjadi 4, yaitu : media
antar pribadi, media kelompok, media publik, dan media massa. Umpan balik
(feed back) adalah reaksi dari penerima atas pesan yang diterima.
Individu merupakan mahluk sosial sehingga tidak bisa hidup sendiri, maka
manusia hidup secara berkelompok yaitu bermasyarakat. Dalam pergaulan hidup
manusia didalam masyarakat setiap individu menduduki fungsi yang bermacammacam, dan dalam keadaan seperti
inilah terjadinya interaksi sosial baik antar
individu antar kelompok-kelompok manusia yang terdapat didalam masyarakat.
Interaksi ini akan jauh jelas terlihat apabila terjadi benturan antara kepetingan
kelompok dengan kepentingan perorangan. Berlangsungnya suatu interaksi sosial
didukung oleh berbagai faktor antara lain faktor imitasi, sugesti, identifikasi. Faktor
imitasi merupakan memiliki peranan yang penting dalam interaksi sosial. Faktor
imitasi mampu memberikan faktor positif yaitu mendorong seseorang mematuhi
kaidah-kaidah atau nilai-nilai yang berlaku. Sementara itu faktor sugesti terjadi
apabila yang memberikan adalah orang yang berwibawa atau seorang pemimpin, dan
faktor identifikasi sebenarnya adanya kecenderungan seseorang ingin sama dengan
pihak lain. Faktor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri secara terpisah, maupun
dalam keadaan bergabung.
Bentuk-bentuk interaksi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu
a.
Kerja sama (corporation)
Kerja sama merupakan usaha bersama antar-manusia untuk mencapai tujuan
bersama. Dengan perkataan lain, kerja sama adalah suatu bentuk interaksi sisosial
individu individu atau kelompok-kelompok berusaha saling menolong untuk
Universitas Sumatera Utara
mencapai tujuan bersama atau mengoordinasikan kegiatan mereka guna mencapai
tujuan bersama. Kerja sama merupakan proses sosial yang paling banyak terjadi di
masyarakat. Masyarakat yang sangat kompetitif pun tidak akan dapat berjalan jika
tidak ada kerja sama di dalamnya. Kerja sama dapat terjadi dengan sendirinya, tanpa
disadari oleh pihak-pihak yang bekerja sama. Kerja sama merupakan suatu bentuk
interaksi yang paling pokok, dan merupakan proses utamanya.
Bentuk dan pola interaksi dapat dijumpain pada semua kelompok manusia.
Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya, dan
kelompok lainnya. Menurut Charles Cooley (dalam Soekanto, 2012: 66), “Kerja sama
timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan
yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan
pengendalian terhadap diri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut;
kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi
merupakan fakta- fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna”. Kerja sama
dapat berupa kerja sama spontan yang merupakan kerja sama serta merta, kerja sama
langsung merupakan hasil dari perintah atasan atau penguasa, kerja sama kontrak
merupakan atas dasar-dasar tertentu, dan kerja sama tradisonal merupakan bagian atau
unsur dari sistem.
b.
Pertikaian (Konflik)
Konflik adalah proses dimana orang atau kelompok berusaha memperoleh
sesuatu (imbalan tertentu) dengan cara melemahkan atau menghilangkan pesaing atau
kompetitor lain, bukan hanya mencoba tampil lebih baik seperti dalam kompetisi.
Menurut Soekonto (2012:91) faktor-faktor permasalahan konflik adalah pertama
perbedaan antar orang- perorangan atau antar kelompok yang menimbulkan benturan-
Universitas Sumatera Utara
benturan antar individu ataupun kelompok. Kedua perbedaan kebudayaan, yang
mempengaruhi pada perbedaan kepribadian seseorang atau kelompok sebab karakter
kebudayaan akan mempengaruhi kepribadian manusia. Ketiga bentrokan antar
kepentingan, bentrokan atau benturan kepentingan dilatarbelakangi oleh pertentangan
hal ini karena adapun kepetingan manusia baik secara individu maupun kelompok
beragam. Keempat perubahan sosial, perubahan sosial dapat menimbulkan
pertentangan didalam kelompok masyarakat yang diakibatkan karena ketidaksiapan
kelompok tersebut terhadap perubahan sosial. Secara garis besar akibat dari konflik
sosial adalah pertama bertambahnya solidaritas antar individu dalam kelompok atau
retaknya kelompok tersebut, hal ini disebut juga akibat ganda. Kedua perubahan
kepribadian seseorang, jika bentuk pertentang terjadi karena dominasi satu individu
atau kelompok. Ketiga hancurnya harta benda atau korban manusia (Soekanto, 2012:
95).
Dalam proses interaksi sosial, satu individu memiliki pengaruh terhadap
perubahan yang terjadi disetiap lapisan masyarakat, baik itu perubahan ke arah yang
lebih maju ataupun tetap. Faktor pendukung terjadinya interaksi adalah kedekatan
sosial, dan kedekatan geografis, kedekatan menumbuhkan interaksi yang memainkan
peranan penting terhadap terbentuknya kelompok sosial. Pembentukan kelompok
sosial tidak hanya dipengaruhi oleh kedekatan tetapi juga karena adanya persamaan
baik itu terkait dengan kepercayaan, pekerjaaan, usia, tingkat intelejensi,dll. Interaksi
sosial terjadi diberbagai lapisan masyarakat, seperti halnya pada masyarakat desa dan
masyarakat kota. Dalam masyarakat perkebunan interaksi terjalin antara masyarakat
perkebunan maupun dengan masyarakat bukan perkebunan. Masyarakat perkebunan
memiliki keterikatan. Selain itu terdapat pengelompokan—pengelompokan didalam
Universitas Sumatera Utara
struktur anggota masyarakat perkebunan yang mempengaruhi proses interaksi (Kaus,
2012: 9).
Uraian diatas menjelaskan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan timbal
balik antara manusia dalam kehidupan sosial yang didorong oleh motif-motif internal
yaitu kepentingan dan tujuan. Didalam masyarakat terdapat keberagaman tujuan dan
kepentingan maka hal ini menyebabkan terjadinya pola-pola hubungan sosial yang
melahirkan pertentangan antar individu maupun kelompok, dimana pola hubungan
timbal balik seperti ini menimbulkan pertikaian, perselisihan dan konflik. Proses
sosial ini akan menghasilkan interaksi sosial yang bersifat disosiatif. Serta pola-pola
sosial yang yang melahirkan kerja sama antar individu ataupun antar kelompok.
Dilatar belakangi oleh sifat manusia sebagai mahluk sosial yang satu dengan yang lain
bersifat komplementer (saling membutuhkan). Proses sosial ini akan menciptakan
proses sosial asosiatif, yaitu interaksi yang mengidentifikasikan adanya persatuan
diantara masyarakat.
2.2
Masyarakat Desa
Menurut Paul. H Landis (dalam Setiadi dan Usman, 2011:838) “Desa sebagai
wilayah yang penduduknya kurang dari 2500 jiwa dengan ciri-ciri mempunyai
pergaulan hidup yang saling kenal, adanya pertalian perasaan yang sama tentang
kesukaan terhadap kesamaan dan cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang
dipengaruhi oleh alam”. Dalam ketentuan umum yang dimuat dalam pasal 10 undangundang nomor 22 tahun 1999 disebutkan bahwa desa adalah kesatuan masyarakat
hokum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat. Kepentingan masyarakat
setempat yang diakui dalam sitem pemerintahan nasional dan berada di daerah
Universitas Sumatera Utara
kabupaten. Desa merupakan bagian vital bagi keberadaan bangsa Indonesia, vital
karena desa merupakan satuan terkecil dari bangsa ini yang menunjukkan keragaman
Indonesia. Selama ini terbukti keragaman tersebut telah menjadi kekuatan penyokong
bagi bangsa. Dengan demikian penguatan desa menjadi hal yang tak bisa ditawar dan
tak bisa dipisahkan dari pembangunan bangsa ini secara menyeluruh.
Masyarakat desa terbentuk adanya persekutuan hidup manusia dalam suatu
kelompok dalam masyarakat tradisional yang dalam hidupan social. Menurut
Koentjaraningrat (dalam Setiadi dan Usman, 2011: 841) “Persekutuan hidup manusia
dalam kelompok sosial didasarkan pada beberapa prinsip, yaitu hubungan kekerabatan
dan hubungan tempat tinggal”. Masyarakat pedesaan tinggal dilingkungan alamiah
sehingga berkegantungan pada keadaan alam secara menyeluruh, serta adanya
kedekatan bahkan kepercayaan masyarakat terhadap alam. Karena ketergantungan
masyarakat desa terhadap alam, hal ini juga menyebabkan pekerjaan masyarakat
pedesaan secara mayoritas adalah petani yang secara langsung berhungan denga
alam, Sementara masyarakat yang bekerja dibidang lainnya relative sedikit.
Sementara dalam pelapisan sosial yang
terdapat dalam masyarakat pedesaan
umumnya disebabkan oleh kepemilikan tanah. Yang umumnya terdiri antara tuan
tanah dan buruh tani yang menjadi pekerja. Selain kepemilikan tanah, status dan
peranan juga menjadi faktor pendukung pelapisan sosial seperti kepala desa,
pemangku adat, dll. Dalam masyarakat pedesaan defrensiasi sosial sangatlah rendah,
karena adanya keseragaman agama, adat istiadat, bahasa, dan budaya.
Sehingga
kesamaan ciri-ciri sosial, psikologis, agama, adat istiadat, budaya sering kali tampak
dalam struktur masyarakat pedesaan.
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat desa bersifat gemainschaft yaitu memiliki kehidupan bersama dimana
setiap anggota memiliki hubungan batin yang bersifat alamiah dan kekal, serta tidak
adanya spesialisasi. Menurut Ferdinan Tonnies (dalam Narwoko dan bagong, 2010:
34) gemainschaft dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
•
Gemainschaft by blood, yaitu gemainschaft yang mendasarkan diri pad ikatan
darah atau keturunan. Didalam pertumbuhan masyarakat hal ini semakin lama
semakin menipis.
•
Gemainschaft of placo (locality), yaitu gemainschaft yang mendasarkan diri
pada tempat tinggal yang saling berdekatan. Contoh RT dan RW.
•
Gemainschaft of mind, yaitu gemainschaft yang didasarkan pada ideology atau
pikiran yang sama.
2.3
Perkebunan Inti Rakyat
Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada
tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan
memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat. Perkebunan terdiri atas
perkebunan besar, perkebunan rakyat, dan perkebunan inti rakyat. Perkebunan besar
adalah
perkebunan yang diselenggarakan atau dikelola secara komersial oleh
perusahaan yang berbadan hukum. Perkebunan besar, terdiri dari : Perkebunan Besar
Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS) Nasional/Asing, perkebunan
rakyat adalah (tidak berbadan hukum), dan perkebunan yang diselenggarakan atau
dikelola oleh rakyat/pekebun yang dikelompokkan dalam usaha kecil tanaman
Universitas Sumatera Utara
perkebunan rakyat dan usaha rumah tangga perkebunan rakyat. Serta Perkebunan
Perusahaan Inti Rakyat (PIR), yaitu suatu usaha budidaya tanaman, dimana
perusahaan besar (pemerintah atau swasta) bertindak sebagai inti sedangkan rakyat
merupakan plasma.
Sistem perkebunan inti rakyat mulai dikenal pada tahun 1970-an, dengan
nama nucleus estate small holding (NES) yang merupakan bantuan dari bank dunia,
pada awal pengembangan pola pir dilaksanakan oleh 7 PTP atau yang sekarang
dikenal dengan PTPN. Bantuan dari bank dunia dilakukan dengan tiga tahap, yaitu :
•
Tahapan pertama (1969-1972), Memberikan bantuan Kredit Bank Dunia
kepada 7 PTP.
•
Tahapan kedua (mulai 1973), Merintis proyek pola Unit Pelayanan
Pengembangan (UPP) dan pola PIR yang dimulai dengan pembentukan
Proyek Pengembangan Perkebunan Rakyat Sumatera Utara (P3RSU) dan
Proyek Pengembangan Teh Rakyat dan Perkebunan Swasta Nasional
(P2TRSN).
•
Tahapan ketiga (mulai 1973), Penandatanganan perjanjian pinjaman proyek
NES I dilakukan pada tahun 1977 untuk pengembangan karet di Aloimerah,
Aceh dan Tebenan, Sumatera Selatan. Sedangkan proyek NES untuk
pengembangan perkebunan kelapa sawit baru dimulai sekitar awal tahun 80an, yaitu proyek NES IV Betung.
Namun penggunaan system perkebunan inti rakyat pada perkebunan kelapa
sawit baru pada akhir tahun 80-an yang pertama kali dilakukan di betung proyek
tahapan ke IV NES. Tetapi pada tahun 1986 mengalami perkembangan menjadi Pirtrasmigrasi dan terus berlanjut sampai dengan KKPA (koperasi kredit primer
Universitas Sumatera Utara
anggota).
Dan
mengalami
revisi
dan
menjadi
keputusan
menteri
no.26/permentari/OT.104/2/2007. Tentang kewajiban BUMN unuk membangun
kebun plasma disekitar perkebunan minimal 20 % dari luas perkebunan (Fadjar,
2006:48).
Pembangunan perkebunan dengan pola PIR-BUN sampai dengan saat ini telah
dikembangkan 562.156 Ha terdiri dari 397.762 ha kebun plasma dan 164.394 ha
kebun inti dengan berbagai macam komoditas yakni karet, kelapa sawit, tebu, kapas,
kelapa hibrida dan kakao yang tersebar di 20 propinsi, yang meliputi 381.227 Ha
komoditas kelapa sawit. Program pembangunan perkebunan melalui pola PIR
didasarkan pada Kepres No. 1 tahun 1986, pola ini bertujuan sama yaitu
meningkatkan produksi non migas, meningkatkan pendapatan petani, membantu
pengembangan wilayah serta menunjang pengembangan perkebunan, meningkatkan
serta memberdayakan KUD di wilayah plasma, (Mudjiati, 2004:4). Pengelolaan
perkebunan dengan sistem pola perkebunan inti rakyat telah mengalami banyak
perbaikan, selain itu sumber dana yang digunakan juga beragam, antara lain berasal
dari luar negeri (world bank), disebut pola PIR Berbantuan seperti: PIR-Bun atau
NESS. Dan dari dalam negeri (APBN/APBD) disebut pola PIR Swadana, seperti: PIR
Khusus (PIR-Sus) PIR-Lokal.
Selain itu dalam rangka meningkatkan pemerataan kesejahteraan penduduk,
maka proyek PIR melibatkan semua penduduk baik penduduk lokal maupun
pendatang (transmigran), sehingga dikenal proyek PIR-Lokal, jika sebagian besar
pesertanya adalah penduduk lokal dan PIR-Transmigrasi (PIR-Trans), jika sebagian
besar pesertanya adalah penduduk pendatang atau transmigran. Pola PIR-Bun kelapa
sawit di Sumatera Selatan dimulai tahun 1980, dimana pola PIR-Sus atau NESS sejak
Universitas Sumatera Utara
tahun 1980/1981, pola PIR-Trans sejak tahun 1987/1988, dan pola PIR-KKPA dan
PIR-KUK (Perusahaan Inti Rakyat Kredit Koperasi kepada Petani Anggota Koperasi
dan Perusahaan Inti Rakyat Kredit Usaha Kecil) sejak tahun 1994. ( Laila, 2007.)
Perusahaan inti dan petani plasma saling membutuhkan dalam menjalankan
pola pengelolaan perkebunan inti rakyat, dimana pihak perusahaan inti membutuhkan
petani plasma dalam hal penyediaan lahan dan petani plasma membutuhkan
perusahaan inti dalam hal penanaman modal, perawatan tanaman, dan penyediaan
tenaga kerja, yang bertujuan untuk mencari keuntungan. Tolak ukur keberhasilan pola
perkebunan inti rakyat adalah dilihat dari kinerja perkebunan, produksi perkebunan,
kualitas hasil perkebunan, dan stabilnya harga hasil perkebunan. Selain untuk
membantu masyarakat dengan adanya system perkebunan inti rakyat diharapkan tidak
akan menimbulkan konflik yang sering terjadi di Indonesia, yaitu konflik agrarian
antara perusahaan perkebunan besar dengan masyarakat disekitar berdirinya
perkebunan tersebut. Pembangunan perkebunan inti rakyat dilakukan melalui tiga
tahap, yaitu tahan pertama yaitu tahap konstruksi meliputi persiapan pengurusan
legalitas lahan, perencanaan lokasi perkebunan, serta peninjauan lokasi perkebunan.
Tahap kedua adalah pembangunan fisik, yang meliputi pemberdayaan atau pelatihan
yang dilakukan perusahaan inti kepada petani plasma serta pembangunan sarana
pendukung. Tahap ketiga adalah masa penyerahan kebun sampai dengan pelunasan
kebun, hal ini meliputi pembentukan kelompok tani, pengundian blok, pengukuran
kavling pembuatan sertifikat, pelunasan meliputi pelunasan kredit.
Perkebunan inti rakyat dikembangkan dengan tujuan utamanya untuk
membantu masyarakat dalam pengelolaan dan perawatan perkebunan, selain itu
pengembangan perkebunan dengan pola perkebunan inti rakyat juga diharapkan
Universitas Sumatera Utara
mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, pembukaan lapangan pekerjaan,
pengembangan wilayah dan mendukung program trasmigrasi serta terlaksananya
reforma agraria melalui perkebunan inti rakyat, karena tanah yang semula tidak
produktif dan tidak jelas pemiliknya dapat diusahakan lebih produktif dan lebih jelas
statusnya. Untuk pencapaian tujuan ini maka kerja sama yang terjalin antara
perusahaan atau perkebunan inti dengan petani plasma memiliki kontrak yang
disetujui oleh kedua belah pihak yang memuat tentang hak dan kewajiban kedua belah
pihak. Pola kerja sama yang dilakukan adalah pemberian bantuan yang akan
dikembalikan oleh petani plasma setiap bulannya selama kurun waktu yang
ditentukan dengan besaran yang telah disepakati oleh kedua belah pihak atau
dilakukan pembagian hasil secara langsung oleh perkebunan inti dengan petani
plasma dengan pemotongan utang modal.
2.4
Modal Sosial
Modal sosial pertama kali dikemukakan oleh Bourdieu yang sering digunakan
acuan oleh tokoh-tokoh lain dalam mendefiniskan modal sosial. Menurut Bourdieu
(1992) definisi modal sosial adalah jumlah sumber-sumber daya, aktual atau virtual
(tersirat) yang berkembang pada seorang individu atau sekelompok individu karena
kemampuan untuk memiliki suatu jaringan yang dapat bertahan lama dalam
hubungan-hubungan yang lebih kurang telah diinstitusikan berdasarkan pengetahuan
dan pengenalan timbal balik. Sementara itu menurut seorang ilmuwan politik Robert
Putnam (dalam Damsar, 2009:210) memberi definisi modal sosial sebagai “jaringanjaringan, nilai-nilai, dan kepercayaan yang timbul di antara para anggota
perkumpulan, yang memfasilitasi koordinasi dan kerjasama untuk manfaat bersama”.
Universitas Sumatera Utara
Modal sosial dapat timbul dari adanya interaksi antara orang-orang dalam
suatu komunitas. Pengukuran modal sosial dapat dilihat dari interaksi baik indiviual
maupun instutisional, seperti terciptanya atau terpeliharanya kepercayaan antar warga
masyarakat. Secara individual interaksi terjadi jika relasi intim antara individu
terbentuk satu sama lain kemudian melahirkan ikatan emosional. Sedangkan secara
instutisional yaitu lahir pada visi dan misi atau tujuan satu organisasi memiliki
kesamaan dengan visi dan tujuan organisasi lainnya. Modal sosial menunjuk pada
ciri-ciri pada organisasi sosial yang berbentuk jaringan-jaringan horisontal yang di
dalamnya berisi norma-norma yang memfasilitasi koordinasi, kerja sama, dan saling
mengendalikan yang manfaatnya bisa dirasakan bersama anggota organisasi (Putnam,
dalam Siisiäinen, 2000).
Modal sosial merupakan syarat yang harus dipenuhi bagi pembangunan
manusia, pembangunan ekonomi, sosial, politik dan stabilitas demokrasi, Berbagai
permasalahan dan penyimpangan yang terjadi di berbagai negara determinan
utamanya adalah kerdilnya modal sosial yang tumbuh di tengah masyarakat. Modal
sosial yang lemah akan meredupkan semangat gotong royong, memperparah
kemiskinan, dan menghalangi upaya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk.
Ada tiga unsur utama dalam dalam modal sosial yaitu kepercayaan, jaringan, nilai dan
kepercayaan.
1.
Jaringan
Menurut Robert M.Z Lawang (dalam Damsar, 2009:67) jaringan merupakan
terjemahan dari network, yang merupakan berasal dari dua suku kata yaitu net dan
work. Net diartikan sebagai jaring, dank work berarti kerja. Jadi network adalah jadi
penekannya terletak pada kerja bukan jaring. Jaringan sosial merupakan
suatu
Universitas Sumatera Utara
jaringan dimana terdiri dari ikatan-ikatan yang menghubungkan antara satu titik
dengan titik lain di dalam suatu hubungan sosial. Berdasar pada jenis ikatan ini,
maka secara langsung atau tidak langsung menjadi anggota suatu jaringan sosial
adalah manusia. Jaringan sosial muncul karena adanya interaksi sosial dan
kepercayaan yang besar yang meluas menimbulkan jaringan sosial diantara
masyarakat tersebut. Jaringan ini bisa dibentuk karena berasal dari daerah yang sama,
kesamaan kepercayaan politik atau agama, hubungan genealogis, dll. Jaringan sosial
yang tercipta antara masyarakat desa mahato dengan pihak perkebunan terjalin karena
adanya persamaan kepentingan. Hubungan dapat terjadi di tingkat struktur sosial
skala luas maupun tingkat yang lebih mikroskopik” (Ritzer, Douglas, 2004: 383).
Pada jaringan sosial terdapat tiga tingkatan, yaitu:
a. Jaringan mikro: yaitu suatu jaringan yang terjadi karena adanya hubungan
sosial yang terus-menerus antar individu atau antar pribadi. Jaringan ini selalu
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Jaringan meso: yaitu suatu ikatan yang di bangun dari hubungan para aktor,
dengan atau di dalam kelompok. Jaringan ini ditemui dalam berbagai
kelompok sosial.
c. Jaringan makro: yaitu suatu ikatan yang terbentuk karena terjalinnya simpulsimpul dari beberapa kelompok. Kelompok dapat berbentuk organisasi,
institusi, dan negara.
2.
Kepercayaan
Dikemukakan Giddens Kepercayaan merupakan keyakinan akan reliabilitas
seseorang atau sistem, terkait dengan berbagai hasil atau peristiwa, dimana
Universitas Sumatera Utara
keyakinan itu mengekspresikan suatu iman (faith) terhadap integritas atau cinta
kasih orang lain, atau terhadap ketepatan prinnsip abstrak (Damsar, 2009:186).
Kepercayaan merupakan sebuah harapan yang tumbuh di dalam masyarakat,
organisasi dan perusahaan yang ditujukan dengan perilaku jujur, teratur dan
kerjasama
berdasarkan
norma-norma
yang
dianut
secara bersama demi
kepentingan anggota didalamnya (Fukuyama, 2002: 36). Tindakan kolektif yang
didasari saling percaya akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai
bentuk dan dimensi terutama dalam konteks kemajuan bersama. Hal ini
memungkinkan masyarakat untuk bersatu dan memberikan kontribusi pada
peningkatan modal sosial. Kepercayaan dalam modal sosial sangatlah diperlukan oleh
masyarakat desa mahato timur kepada perusahaan perkebunan torganda dalam
pengelolaan perkebunan sawit dengan sistem pola inti rakyat. Kepercayaan yang
diberikan oleh masyarakat desa mahato timur maupun sebaliknya mampu
meningkatan kerja sama yang ada diantara kedua belah pihak, dan tidak ada
kecurigaan antara kedua belah pihak.
Bentuk kepercayaan dapat dilihat dari bentuk kemunculan kepercayaan itu,
yaitu terdiri atas:
a) Kepercayaan askriptif: yaitu muncul dari hubungan yang diperoleh
berdasarkan ciri-ciri yang melekat pada pribadi, seperti latar belakang
kekerabatan, etnis, dan keturunan yang dimiliki.
b) Kepercayaan prosesual: yaitu muncul melalui proses interaksi sosial yang
dibangun oleh para aktor yang terlibat.
Hubungan kerja sama yang terjalin antara masyarakat desa Mahato Timur
dengan pihak PT.Torganda didasari oleh rasa kepercayaan. Rasa
percaya yang
Universitas Sumatera Utara
tumbuh antara masyarakat desa Mahato Timur dengan Pihak PT.Torganda didasari
oleh kepercayaan prosesual yaitu muncul karena proses interaksi sosial yang dibangun
oleh semua pihak yang terlibat, karena adanya interaksi sosial yang terjadi secara
langsung maka rasa percaya dalam pengelolaan perkebunan antara masyarakat desa
Mahato Timur semakin besar. Sementara untuk rasa kepercayaan antara sesame
petani plasma desa Mahato Timur didasarkan pada kepercayaan askriptif dimana
didasari oleh ciri-ciri yang melekat pada pribadi dan kepercayaan prosesual.
3.
Nilai dan Norma
Nilai dipahami
sebagai
gagasan
mengenai
apakah
suatu pengalaman
berarti, berharga, bernilai, dan pantas untuk tidak berarti, tidak berharga, tidak
bernilai dan tidak pantas. Nilai merupakan hal yang penting dalam kebudayaan,
biasanya tumbuh dan berkembang dalam mendominasi kehidupan kelompok
masyarakat tertentu serta mempengaruhi aturan-aturan bertindak dan berperilaku
masyarakat yang pada akhirnya membentuk pola kultural. Berdasarkan ciri-cirinya,
nilai dapat dibagi menjadi:
a. Nilai dominan: yaitu nilai yang dianggap penting dari nilai lainnya, penentuan
nilai dominan dengan kriteria sebagai berikut: banyak orang yang menganut
nilai tersebut, sudah berapa lama nilai tersebut telah dianut oleh anggota
masyarakat, tinggi rendahnya usaha orang untuk dapat melaksanakan nilai
tersebut, dan prestise atau kebanggaan bagi orang yang melaksanakan nilai
tersebut.
b. Nilai mendarah daging (internalized value): adalah nilai yang menjadi
kepribadian dan kebiasaan sehingga ketika seseorang melakukannya kadang
Universitas Sumatera Utara
tidak melalui proses berpikir atau pertimbangan lagi. Biasanya nilai ini
tersosialisasi sejak seseorang masih kecil.
Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam
segala tingkah laku dan perbuatannya. Menurut Notonegoro dalam (Setiadi, Usman,
2011: 124) nilai sosial terbagi atas 3, yaitu:
1.
Nilai material: segala sesuatu yang berguna bagi fisik atau jasmani seseorang.
2.
Nilai vital: segala sesuatu yang mendukung aktivitas seseorang.
3.
Nilai kerohanian: segala sesuatu yang berguna bagi jiwa atau psikis seseorang.
Norma-norma sosial akan sangat berperan dalam mengontrol bentuk-bentuk
perilaku yang tumbuh dalam masyarakat. Norma adalah sekumpulan aturan yang
diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh anggota masyarakat pada suatu entitas sosial
tertentu. Norma terbentuk melalui tradisi, sejarah, tokoh kharismatik yang
membangun sesuatu tata cara perilaku seseorang atau sesuatu kelompok masyarakat,
didalamnya kemudian akan timbul modal sosial secara spontan dalam kerangka
menentukan tata aturan yang dapat mengatur kepentingan pribadi dan kepentingan
kelompok. Ciri-ciri norma sosial adalah:
1. Tidak tertulis: norma hanya diingat dan diserap serta dipraktekkan dalam
interaksi masyarakat.
2. Hasil kesepakatan bersama: norma dibentuk dan disepakati bersama seluruh
warga masyarakat.
3. Ditaati bersama: untuk mengarahkan dan menertibkan perilaku anggota
masyarakat dari keinginan bersama.
4. Ada sanksi: bagi yang melanggar norma akan dikenakan sanksi yang tegas,
oleh sebab itu norma bersifat memaksa.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Penelitian Relevan
Pembahasan tentang perkebunan inti rakyat bukan ini kali pertama diangkat
dalam penyusunan skripsi, namun sebalumnya telah banyak dibahas oleh peneliti
lainnya. Salah satunya yaitu yang disusun oleh Laila Husin Bakri, dimana dia meneliti
mengenai “Kinerja Perusahaan Inti Rakyat di Sumatra Selatan”. Proyek perusahaan
inti rakyat (proyek PIR) kelapa sawit di Indonesia dimulai sejak tahun 1977 (khusus
perkebunan karet), yaitu berupa proyek NES I di
Kabupaten Musi Banyuasin
Sumatera Selatan dan di Kabupaten Alue Merah, Daerah Istimewa Aceh. Pelaksanaan
proyek PIR perkebunan (PIR-Bun) ini diatur dalam Keputusan Presiden RI No. 11
tahun 1974 tertanggal 11 Maret 1974, nama PIR-Bun untuk membedakan dengan pola
PIR pada sub sektor lainnya. Proyek PIR ini dikenal juga dengan nama pola PIRKhusus (PIR-Sus).
Di Sumatra selatan proyek perkebunan inti rakyat dimiliki oleh PTP Nusantara
VII berupa PIR IV betung dan tebanan, serta Pir-Sus di Muara Enim. PTPN VII
hanya mengelola dua kebun di Sumatera Selatan, kinerja pada proyek PIR-Bun ini
cukup baik terutama jika dibandingkan dengan kebun di Provinsi lain (terutama
proyek PIR-Bun di Aceh dan Sumatera Utara) dalam hal kondisi tanaman kelapa
sawit dan target realisasi kebun plasma. Target luas areal kebun plasma yang sudah
dibuka mencapai 100% dengan luas 8 023.15 ha di Kabupaten Musi Banyuasin (tahun
tanam sejak tahun 1982) dan 12 040.54 ha di Kabupaten Muara Enim (tahun tanam
sejak tahun 1984). Semua kebun kelapa sawit dalam kondisi tanaman menghasilkan,
yang mana hampir 50% kondisi kebun plasma di Musi Banyuasin dalam katagori
kelas A (baik).
Universitas Sumatera Utara
Struktur kemitraan dalam pola perusahaan inti rakyat (pola PIR) dan perilaku
peserta PIR kelapa sawit di Sumatera Selatan (inti, petani plasma dan koperasi)
umumnya telah sesuai dengan pedoman tentang tugas peserta proyek PIR serta
kewajiban dan hak sebagai peserta proyek perusahaan inti rakyat yang dikeluarkan
oleh Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2000, sehingga dapat
dikatakan bahwa program perkebunan inti rakyat berjalan dengan baik, dimana hal ini
juga berpengaruh pada
pendapatan petani plasma yang menyebabkan pada
peningkatan kesejahteraan petani plasma. Keberhasilan program perkebunan inti di
Sumatra selatan juga dipengaruhi oleh tingkat interaksi antara perusahaan inti dengan
petani plasma.
Universitas Sumatera Utara
Download