EFEKTIVITAS BIBLIOKONSELING UNTUK MENINGKATKAN EMPATI REMAJA DI RUMAH PINTAR “BUNGA PADI” KECAMATAN BALEREJO, KABUPATEN MADIUN Dahlia Novarianing Asri* Tyas Martika Anggriana* Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas bibliokonseling untuk meningkatkan empati remaja di Rumah Pintar “Bunga Padi” Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (quasi experiment). Desain penelitian yang digunakan adalah rancangan pre-test dan posttest. Subjek penelitian ini adalah remaja di Rumah Pintar “Bunga Padi” di Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun. Subjek penelitian dipilih secara purposive. dari 28 remaja di Rumah Pintar “Bunga Padi” Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun diperoleh 8 orang remaja yang dijadikan sebagai subjek penelitian dengan rincian terdapat 75% (6 orang) remaja yang memiliki tingkat empati rendah dan 25 % (2 orang) remaja memiliki tingkat empati sangat rendah. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan analisis statistik non-parametrik, yaitu dengan uji wilcoxon. Berdasarkan uji hipotesis diperoleh hasil bahwa hipotesis diterima, artinya teknik bibliokonseling efektif untuk meningkatkan empati remaja di Rumah Pintar “Bunga Padi” Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun. Skor subjek pada saat pretest dan posttest menunjukkan perbedaan. Skor pretest subjek masuk dalam kategori sangat rendah dan rendah, setelah diberikan treatment bibliokonseling skor subjek masuk dalam kategori tinggi dan sangat tinggi Kata Kunci: Bibliokonseling, Empati * Dahlia Novarianing Asri dan Tyas Martika Anggriana adalah Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Madiun orang-orang di lingkungan sekitarnya. Pendahuluan Empati dapat diartikan Empati ini akan membuat individu kesanggupan untuk turut merasakan terbiasa melihat sesuatu dari sisi apa yang dirasakan orang lain dan individu lain. Empati akan membuat kesanggupan untuk menempatkan diri individu bisa memisahkan orang dan dalam keadaan orang lain. Empati masalahnya, empati akan mendorong membuat kita dapat turut merasa individu senang dengan kesenangan orang lain, bagaimana turut merasa sakit dengan penderitaan daripada bagaimana menyerang orang orang lain, dan turut berduka dengan lain. Empati menjadi suatu yang harus kedukaan orang lain. Rasa empati dimiliki oleh setiap individu karena perlu dengan dikembangkan pada masa untuk lebih melihat menyelesaikan berempati, masalah menunjukkan sekarang, karena dalam lingkungan bahwa individu adalah manusia yang masyarakat berperasaan, dan akhirnya menuntun telah mulai terjadi pergeseran nilai menjadi masyarakat individu yang egois individualistis. Kodrat bermanfaat untuk sesama. manusia sebagai makhluk sosial perlu dikembangkan lagi, karena pada menjadi Batson Brigham, & 1991) Coke yang (dalam mendefinisikan dasarnya manusia tidak akan mampu empati hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. emosional yang dimiliki seseorang Empati di butuhkan oleh setiap individu dalam berinteraksi dengan yang sebagai manusia sesuai suatu dengan keadaan apa yang dirasakan oleh orang lain. Eisenberg dan Faber (dalam Baron dan Byne, yaitu kecenderungan seseorang untuk 1994) mendefinisikan empati sebagai mengalami respon individu terhadap keadaan emosional orang lain. Lebih lanjut, emosional seolah Davis (dalam Latifah, 2002) membuat bersangkutan skala empati dengan menjabarkan mengalami sendiri keadaan emosi kedua komponen empati di atas ke serupa yang dialami orang tersebut, dalam empat aspek yaitu 1) aspek misalnya perspective orang individu merasa lain, yang seorang sedih individu ikut melihat kesedihan perasaan-perasaan taking, kecenderungan yaitu seseorang untuk orang lain. Ahli lain, Brammer dan mengambil sudut pandang psikologis MacDonald menekankan orang lain secara spontan; 2) aspek empati, seseorang fantasy, yaitu kemampuan seseorang mencoba dengan usaha aktif untuk untuk mengubah diri mereka secara menempatkan imajinatif bahwa (1996) dengan diri pada internal dalam mengalami frame of reference orang lain tanpa perasaan dan tindakan dan karakter kehilangan obyektivitasnya. khayal Menurut pendapat ahli, respon dalam buku, film atau sandiwara yang dibaca atau ditonton, empati dibagi menjadi dua komponen, 3) aspek yaitu a) komponen kognitif, yaitu perasaan simpatik yang berorientasi proses-proses pada memahami intelektual perspektif untuk emphatic orang lain concern, yaitu dan perhatian orang lain terhadap kemalangan orang lain, dan secara tepat, dan b) komponen afektif, 4) aspek personal distress, yaitu kecemasan pribadi yang berorientasi (2) sadar akan pengaruh seseorang pada diri sendiri serta kegelisahan terhadap orang lain; (3) kemampuan dalam setting mengevaluasi motif-motif orang lain; tidak (4) pengetahuan tentang motif-motif menghadapi interpersonal yang menyenangkan. dan Tidak semua individu mudah perilaku orang lain; (5)mempunyai rasa pengertian social. berempati dengan orang lain. Reaksi Menumbuhkan rasa empati harus empati terhadap orang lain berbeda dimulai sejak kecil, mulai dari dalam antara individu satu dengan individu keluarga, sekolah, dan lingkungan. lain oleh Lingkungan yang penuh perhatian, pengalaman masa lalunya. Individu kasih sayang dan rasa aman adalah yang memiliki rasa empati yang tinggi prasyarat penting bagi tumbuhnya ditunjukkan empati pada anak. Apabila sejak kecil yang dipengaruhi dengan kebiasaan melukiskan dirinya sebagai orang yang anak-anak lebih toleran, mampu mengendalikan “mendengar, melihat, dan merasakan” diri, ramah, mempunyai pengaruh dengan perspektif orang lain, maka serta bersifat humanistik. Menurut akan tumbuh menjadi individu yang Hogan (dalam Latifah, 2002) lima bisa karakteristik sebagaimana orang yang disebut mempunyai rasa empati yang tinggi yaitu: (1) kemampuan dalam berperan imajinatif bersandiwara dan humor; sudah terbiasa memahami orang dirinya untuk lain memahami dirinya sendiri. Sesuai dengan tahap perkembangan moral individu, remaja yang berada pada rentang usia 13–16 digunakan dapat membantu siswa tahun memasuki masa caring, yaitu menganalisis saatnya mengembangkan sifat ramah, menstimulasi peduli kepada orang lain, memaafkan mengembangkan dan meningkatkan membantu orang lain yang nilai moral dan pemikiran kritis, kesadaran konsep diri, diri, dan kesulitan. Sifat dan perilaku moral memperbaiki penilaian pribadi dan tersebut tidak dengan mudah dapat sosial (Dhani M. Handarini, 2011). tumbuh dalam diri siswa, namun perlu dilakukan proses penumbuhan, akhirnya penanaman, pengembangan menjadi perilaku Bibliokonseling merupakan suatu teknik pendekatan konseling yang dan diadaptasi dari teknik biblioterapi. yang Jachna (dalam Yossy Suparyo, 2011) menetap yang melekat dalam diri mengemukakan siswa. adalah dukungan psikoterapi melalui Langkah nyata yang dapat bahan bahwa bacaan untuk membantu dilakukan untuk menumbuhkan rasa seseorang empati siswa adalah melalui pelayanan permasalahan Bimbingan dan Konseling. Salah satu biblioterapi dapat digunakan untuk alternatif teknik membantu klien Konseling yang kesulitan untuk Bimbingan dapat dan digunakan adalah teknik bibliokonseling. Melalui yang biblioterapi mengalami personal. yang Metode mengalami mengungkapkan permasalahannya secara verbal. teknik bibliokonseling yang berjalan Jika diterapkan dalam Bimbingan secara sistematis, terencana dan mudah dan Konseling, bibliokonseling dapat dikatakan sebagai pendekatan informasi lengkap tanpa harus merasa Bimbingan dan Konseling dengan malu. Kelebihan lain bibliokonseling menggunakan adalah siswa merasa lebih aman. informasi atau pengetahuan yang terdapat dalam buku Pemanfaatan pustaka, misalnya dari komik, buku mencari alternatif solusi atas masalah cerita, artikel dari koran atau majalah, yang dihadapi, membuat siswa tidak novel, maupun tulisan ilmiah. Buku khawatir masalahnya diketahui oleh pustaka yang ditunjuk harus sesuai orang lain. dengan masalah siswa. Setelah buku bacaan untuk Oslen (dalam Yossy Suparyo, membaca buku tersebut, diharapkan 2011) menyarankan siswa terbantu menyelesaikan masalah penerapan Bibliokonseling, yaitu : yang dihadapi. Selain itu, buku yang 1. Motivasi, lima konselor tahap dapat digunakan harus sesuai dengan usia memberikan perkembangan siswa, sehingga bahasa pendahuluan seperti permainan dalam buku tersebut dapat dipahami yang dapat memotivasi peserta dengan mudah. untuk terlibat secara aktif dalam Dengan menggunakan buku sebagai media untuk membantu siswa, kegiatan kegiatan konseling 2. Berikan waktu yang cukup. guru dapat menghindari kemungkinan Konselor mengajak peserta untuk munculnya kesenjangan yang terjadi. membaca bahan bacaan yang Dari telah disiapkan hingga selesai. buku yang diberikan oleh konselor, siswa terbantu mendapatkan 3. Lakukan inkubasi. Konselor 4. memberikan waktu pada peserta digunakan untuk merenungkan materi yang empati baru saja dibaca. difokuskan untuk mengukur efektifitas Tindak lanjut. Tindak lanjut dilakukan dengan metode diskusi. Lewat diskusi, mengembangkan remaja? Penelitian bibliokonseling ini untuk mengembangkan empati remaja. Empati adalah kemampuan mendapatkan ruang untuk saling individu dalam menempatkan diri tukar pada pikiran dan perasaan orang lain pandangan memunculkan 5. peserta untuk sehingga gagasan baru. sehingga mampu merasakan keadaan Selanjutnya, konselor membantu emosi orang tersebut. Bibliokonseling peserta adalah pendekatan dalam Bimbingan untuk merealisasikan pengetahuan itu dalam hidupnya. dan Konseling dengan menggunakan Evaluasi. informasi Sebaiknya evaluasi atau pengetahuan yang dilakukan secara mandiri oleh terdapat dalam buku pustaka, misalnya peserta. memancing dari komik, buku cerita, artikel dari memperoleh koran atau majalah, novel, maupun tuntas tulisan ilmiah. Hal peserta ini untuk kesimpulan yang dan memahami arti pengalaman yang dialami Berdasarkan Metode Penelitian uraian diatas, Penelitian ini eksperimen menggunakan muncul pertanyaan penelitian seberapa metode semu (quasi efektif teknik bibliokonseling dapat experiment). Desain penelitian yang digunakan adalah rancangan pre-test pengukuran dan diketahui nilai pre-test dan ini dan post-testnya, langkah selanjutnya menggunakan satu variable terikat adalah membandingkan antar skor yaitu empati. Subjek penelitian ini apakah ada kenaikan skor atau tidak. post-test. Penelitian adalah remaja di Rumah Pintar “Bunga Padi” di Kecamatan Instrumen penelitian yang Balerejo, digunakan untuk mengukur empati Kabupaten Madiun. Subjek penelitian berupa skala pengukuran yang disusun dipilih secara purposive, yaitu dengan berdasarkan aspek yang dikemukakan cara mengukur tingkat empati siswa oleh Davis (dalam Latifah, 2002): (1) dengan menggunakan skala empati. perspective taking; (2) fantasy; (3) Prosedur intervensi dilakukan emphatic concern, (4) personal melalui langkah-langkah sebagai berikut: (1) bacaan Data yang terkumpul kemudian bertema empati; Melakukan dianalisis dengan analisis statistik non- Memberikan (2) refleksi isi bacaan dan refleksi diri; (3) distress. parametrik, yaitu dengan uji wilcoxon. Uji coba komitmen; (4) Refleksi pengalaman; (5) Pengembangan Hasil Penelitian komitmen. Pemberian Berdasarkan intervensi berupa data pretest empati siswa, dari 28 remaja di Rumah bacaan dilakukan 8 kali untuk melihat Pintar secara jelas hasil pengukuran pre-test Balerejo, Kabupaten Madiun diperoleh dan 8 orang remaja yang dijadikan sebagai post-test. Setelah dilakukan “Bunga Padi” Kecamatan subjek penelitian dengan rincian treatment dan mengetahui perubahan terdapat 75% (6 orang) remaja yang tingkat empati remaja. Penelitian ini memiliki tingkat empati rendah dan 25 hanya % (2 orang) remaja memiliki tingkat eksperimen dan tidak menggunakan empati sangat rendah. kelompok kontrol. Pengumpulan kelompok posttest Perbandingan skor kelompok dilakukan di akhir pertemuan untuk eksperimen pada pretest dan posttest mengetahui dijabarkan dalam tabel berikut ini: tingkat data menggunakan keberhasilan Tabel 4. Data Skor Pretest dan Posttest Empati Siswa Inisial Subjek Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Subjek 4 Subjek 5 Subjek 6 Subjek 7 Subjek 8 Skor Kategori Skor Kategori Perbedaan Pretest Posttest Skor 40 Sangat 80 Tinggi 40 Rendah 64 Rendah 100 Tinggi 36 Rendah Sangat 65 109 44 Tinggi Rendah Sangat 67 106 39 Tinggi 36 Sangat 78 Tinggi 42 Rendah Rendah Sangat 70 110 40 Tinggi Rendah Sangat 68 108 40 Tinggi Rendah 72 108 Sangat 36 Tinggi Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa skor tiap pretest dan posttest menunjukkan subjek perbedaan. Skor pretest subjek masuk bervariasi. Skor subjek pada saat dalam kategori sangat rendah dan rendah, setelah diberikan treatment untuk meningkatkan empati remaja di bibliokonseling skor subjek masuk Rumah dalam kategori tinggi dan sangat Kecamatan tinggi. Madiun. Pengujian hipotesis dilakukan Pintar “Bunga Balerejo, Empati Padi” Kabupaten merupakan dengan menggunakan uji wilcoxon mampu untuk mengetahui ada atau tidaknya sebagaimana kondisi yang sedang perbedaan remaja dialami oleh orang lain. Masa remaja diberikan adalah periode perkembangan moral sebelum tingkat dan empati sesudah treatmen bibliokonseling. Hipotesis masa penelitian ini menempatkan sikap caring yaitu diri saatnya adalah teknik mengembangkan sifat ramah, peduli efektif untuk kepada orang lain, memaafkan dan meningkatkan empati remaja. Uji membantu orang lain yang kesulitan. hipotesis dengan Pada kondisi awal terlihat bahwa menggunakan bantuan program SPSS subjek memiliki tingkat empati rendah for windows 16.0. dan bahkan sangat rendah. Hal ini bibliokonseling dilakukan Berdasarkan hasil uji hipotesis berarti bahwa subjek kurang memiliki pada kolom Asymp. Sig. (2-tailed) kemampuan untuk turut merasakan apa atau asymtotic significance untuk uji yang dirasakan oleh orang lain serta dua sisi adalah 0,017 (nilai Sig. < α = belum dapat menempatkan diri dalam 0,05), berarti bahwa hipotesis diterima, keadaan orang lain. artinya teknik bibliokonseling efektif telah Teknik bibliokonseling yang dapat dilakukan keadaan orang lain. efektif digunakan untuk meningkatkan empati remaja. Hal ini terjadi Hasil diri penelitian dalam ini dapat didalam disimpulkan bahwa Bibliokonseling subjek efektif untuk meningkatkan empati memiliki kesempatan untuk membaca remaja di Rumah Pintar “Bunga Padi” bahan bacaan yang telah disediakan, Kecamatan memahami isi bacaan, mendiskusikan Madiun. pelaksanaan karena menempatkan bibliokonseling dan merefleksikan isi bacaan. Bahan Balerejo, Kabupaten Berdasarkan simpulan di atas, bacaan yang dipilih berisikan pesan dapat diberikan saran sebagai berikut: moral 1. Manfaat Teoretis tentang pentingnya empati. Dengan demikian, subjek dapat belajar Untuk tentang empati dari alur cerita, sikap diharapkan melakukan penelitian tokoh dalam karakter bacaan, mendalami serupa tokoh dan teknik mengidentifikasikannya ke dalam kehidupan pribadinya. Pada akhir treatmen terlihat menunjukkan artinya bahwa subjek peningkatan empati, subjek sudah memiliki penelitian selanjutnya, dengan lain, menggunakan misalnya Video- konseling, Cinema-konseling. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran bagi: a) Subjek Penelitian kemampuan untuk turut merasakan apa Hendaknya remaja yang dirasakan oleh orang lain serta memanfaatkan dapat kegiatan bibliokonseling untuk meningkatkan sikap empati, baik di lingkungan rumah, sekolah, maupun masyarakat. b) Pendamping di Rumah Pintar Hendaknya para pendamping dapat menggunakan teknik bibliokonseling secara maksimal sehingga remaja yang didampingi memahami meningkatkan empatinya. dirinya dapat dan sikap Daftar Pustaka Baron, R. A and Byne, D. 1994. Social Psychology (9t'). Singapore: Allyn Bacon. Brammer, L. M and MacDonald, G. 1996. The Helping Relationships Process and Skills (6h ed) Boston: Allyn & Bacon. Brigham, J.C. 1991. Social Psychology. Second Edition. New York : HarperCollins Publisher Inc. Dhani M. Handarani. 2011. Teknik dan Strategi Bimbingan dan Konseling untuk Pendidikan Karakter. Materi Seminar dan Lokakarya Nasional, 15 – 18 Juni 2011. Universitas Negeri Malang Latifah Tri Wardhati. 2002. Pemaafan ditinjau dari empati dan penilaian terhadap peristiwa yang menyakitkan dalam hubungan interpersonal yang erat. Tesis. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Yossy Suparyo. 2011. Biblioterapi, kekuatan penyembuhan lewat pengetahuan. Web.kombinasi.net/Biblioterapikekuatan-penyembuhan-lewatpengetahuan.pdf. Diakses tanggal 3 Oktober 2011.