K ESEHATAN RABU, 4 MEI 2011 Lindungi Buah Hati dari Bahaya Meningitis MENINGITIS PADA BAYI Gejala Demam tinggi Kehilangan selera makan dan minum Kesadaran menurun dan kejang Diare atau tidak buang air kecil selama 4-6 jam Napas pendek-pendek atau sesak napas Menggigil Bercak pada kulit Pencegahan Dini Imunisasi Hib Pemberian ASI eksklusif Menerapkan gaya hidup sehat Infeksi meningitis pada bayi dapat menimbulkan gangguan mental dan pendengaran, bahkan bisa berujung pada kematian. CORNELIUS EKO P ENYAKIT radang selaput otak (meningitis) sempat mencuat namanya, saat pemerintah Arab Saudi mewajibkan setiap calon jemaah haji dan umrah mendapat imunisasi meningitis sebagai syarat untuk mendapatkan visa. Vaksinasi meningitis diperlukan untuk melindungi jemaah dari ancaman penyakit meningitis yang endemis di Arab Saudi dan menghindari penularan penyakit itu dari jemaah haji lain, dari kawasan ‘Sabuk Meningitis’ di Afrika. Sejatinya meningitis bukanlah penyakit yang baru muncul di dunia. Tidak hanya menyerang orang dewasa, penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri ini juga kerap menyasar bayi. Spesialis Infeksi Tropis FKUI RSCM Dr Hindra Irawan Satari, SpA(K) mengingatkan, jika bayi sampai terjangkit penyakit yang menyerang selaput yang melindungi otak (meningen) dan sumsum tulang belakang ini, niscaya dampaknya bakal fatal. ‘’Infeksi meningitis pada bayi, bisa berujung pada kematian. Bahkan, bila sembuh pun, tidak sedikit bayi itu cacat, seperti gangguan mental atau pendengaran,’’ kata Hindra dalam peringatan Hari Meningitis, di Jakarta, Sabtu (30/4) lalu. Peringatan Hindra perihal kefatalan akibat penyakit ra- dang selaput otak itu selaras dengan data badan kesehatan dunia (WHO). Di dunia, ratarata setiap tahunnya terdapat 170 ribu anak dan bayi di bawah usia 2 tahun meninggal akibat penyakit tersebut. Meningitis merupakan infeksi pada lapisan otak dan urat saraf tulang belakang. Meningitis biasanya terjadi apabila bakteri yang menyerang menjadi ganas ditambah pula dengan faktor kondisi daya tahan tubuh anak yang tidak baik, lalu masuk ke aliran darah, dan berlanjut ke selaput otak. Ketika sudah menyerang selaput otak (meningen) dan infeksi, itulah yang disebut meningitis. Apabila sel otak rusak, tidak dapat lagi membentuk sel baru atau berekonstruksi. Sebaliknya, sel otak tersebut akan mati, padahal otak adalah pusat penglihatan, pendengaran, pergerakan, dan lain-lain. Penyebab meningitis pun bermacam-macam, di antaranya virus, bakteri, jamur, dan parasit. Tetapi, di Indonesia sendiri meningitis umumnya ditimbulkan bakteri dan virus. Bakteri yang bisa menyebabkan meningitis itu antara lain, Streptococcus pneumoniae, Haemophyllus influenzae, Neisseria meningitidis, Listeria monocytogenes, dan masih banyak lagi. Meningitis yang disebabkan bakteri Haemophyllus influenzae tipe B atau bakteri Hib B merupakan penyebab tersering meningitis pada anak berusia kurang dari lima tahun. Infeksi Sumber: Spesialis Infeksi Tropik FKUI RSCM/ www.meningitia.org AP/BUMGENIUS MENYERANG BAYI: Penyakit meningitis tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga kerap menyasar bayi melalui infeksi virus atau bakteri. Sebab itu, orang tua harus jeli ketika bayi mereka menampakkan gejala-gejala meningitis dan segera berkonsultasi ke dokter spesialis. akut Hib ini juga dapat menyerang bayi berusia di bawah enam bulan. Tak dimungkiri pula, penyakit meningitis sering mengelabui para orang tua. Sebab, gejala meningitis umumnya seperti gejala flu dan muntaber. Lantaran itu, tak jarang dokter kerap mendiagnosis bayi yang sebenarnya terkena meningitis dicurigai menderita flu atau muntaber. Sebab itu, orang tua seharusnya jeli ketika si kecil menampakkan gejala-gejala meningi- tis, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter spesialis. ‘’Tindakan cepat dan tepat jadi kunci keberhasilan penyembuhan,’’ ujar Hindra. Hindra menyebut, gejala meningitis yang menyerang anak biasanya berupa demam tinggi, kehilangan selera makan dan minum, kesadaran menurun dan kejang, serta diare atau tidak buang air kecil selama 4-6 jam. Selain itu, lantaran meningitis bersifat menular, Hindra menyarankan, amat penting bagi anak yang terkena meningitis (khususnya bacterial meningitis) untuk dirawat di rumah sakit, serta diberi tindakan isolasi (satu kamar sendiri). Cegah dini meningitis Kendati meningitis jadi momok bagi kesehatan bayi, beberapa tahun lalu, para ahli kesehatan telah menemukan pencegah meningitis yang disebabkan bakteri Hib melalui imunisasi Hib. Dr Hardiono Pusponegoro, SpA(K), dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI divisi Neurologi, mengatakan vaksinasi Hib adalah cara praktis dan efektif guna mencegah terjadinya penyakit akibat bakteri Hib. Pasalnya, imunisasi Hib tersebut dapat melindungi bayi dari kemungkinan terkena meningitis hingga 97%. Menurut aturan pakainya, bayi berusia 2-6 bulan diberi imunisasi Hib sebanyak tiga dosis dengan interval satu bulan. Bayi berusia 7-12 bulan diberi sebanyak dua dosis dengan interval waktu satu bulan. Adapun anak berumur 1-5 tahun cukup diberi satu dosis. Mengingat Hib lebih sering menyerang bayi kecil (26% terjadi pada bayi berumur 2-6 bulan dan 25% pada bayi berumur 7-11). Namun, lanjut Hardiono, jenis imunisasi ini tidak dianjurkan diberikan pada bayi di bawah usia dua bulan, karena dinilai belum dapat membentuk antibodi. Di samping vaksinasi, radang selaput otak pada bayi juga bisa ditangkal dengan memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif. Pasalnya, ASI mengandung zat-zat yang mampu merangsang pembentukan imunitas atau kekebalan alami pada bayi. ‘’Cara pencegahan yang lainnya yakni dengan menerapkan gaya hidup sehat seperti menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar,’’ pungkasnya. (*/H-2) [email protected] Awas, si Anak Gembul Rentan Sakit BANYAK ibu merasa bangga ketika buat hati mereka tumbuh gendut. Kerap kali, pipi anak-anak gembul itu menjadi sasaran cubitan kecil para ibu yang gemas menggoda. Padahal faktanya, kelebihan gizi pada anak yang ditandai dengan berat badan berlebih ternyata sama bahayanya bila dibandingkan dengan anak bergizi gizi buruk. Pasalnya, gizi berlebih dapat menyebabkan obesitas yang ujungnya bakal berdampak buruk bagi kesehatan tubuh. Sebuah penelitian yang pernah dipublikasikan dalam jurnal Pediatrics menunjukkan mereka yang kelebihan berat badan atau obesitas saat usia kanak-kanak cenderung kelebihan berat badan saat dewasa. Kelebihan gizi pada anak telah menyebabkan lebih banyak anak menderita penyakit yang umumnya diderita orang dewasa, seperti diabetes tipe dua, kelebihan kolesterol, dan tekanan darah tinggi. Yang mencemaskan, di Indonesia kelebihan gizi pada anak menjadi sebuah fenomena yang kian kerap terjadi di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Kementerian Kesehatan menunjukkan 14% anak Indonesia mengalami gizi lebih. Prevalensi gizi lebih itu mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2007, yakni sebesar 12,2%. Perlu digarisbawahi, kasus gizi berlebih tidak hanya terjadi pada keluarga kaya, tapi juga terdapat pada keluarga miskin. Selisih prevalensinya pun tidak terlalu jauh berbeda. Penduduk kaya prevalensinya Pola makan yang tidak seimbang serta pemberian susu formula kepada bayi juga menjadi penyebab kegemukan pada anak.” Endang R Sedyaningsih Menteri Kesehatan sebesar 14,9%, sedangkan pada penduduk miskin sebesar 12,4%. Prevalensi anak gemuk paling tinggi terjadi di Jakarta. Provinsi lain yang tinggi prevalensi kegemukannya ialah Sumatra Utara, Sulawesi Tenggara, Bali, Jawa Timur, Sumatra Selatan, Lampung, Aceh, Riau, Bengkulu, Papua Barat, dan Jawa Barat. ‘’Fenomena gi zi lebih ini menjadi ancaman serius karena terjadi di berbagai strata ekonomi, pendidikan, serta desa dan kota,’’ ujar Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih pada puncak peringatan Hari Gizi Nasional (HGN) 2011, pekan lalu, di Jakarta. Minim aktivitas fisik Kemiskinan disertai lingkungan padat penduduk yang tidak menyisakan ruang untuk permainan anak yang melibatkan gerak fisik dituding sebagai penyebab utama terjadinya fenomena kelebihan gizi pada anak. ‘’Anak-anak zaman sekarang lebih senang menonton televisi dan main video games,’’ keluh Menkes. Selain itu, pola makan yang tidak seimbang serta pemberian susu formula kepada bayi juga menjadi penyebab kegemukan pada anak. Sebagai upaya penanggulangan, Kemenkes telah menerapkan strategi dasar per- baikan gizi masyarakat. Antara lain, melalui upaya pemberdayaan dan pendidikan gizi masyarakat. Adapun Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) bakal mengawasi kualitas jajanan anak sekolah yang diduga menjadi salah satu pendorong faktor risiko gizi berlebih. Pasalnya, hasil pengawasan Badan POM periode 2008-2010 menunjukkan 40% sampai 44% jajanan anak sekolah tidak memenuhi syarat kesehatan makanan. Padahal, jajanan anak sekolah diperkirakan menyumbang sekitar 36% asupan energi anak. (Tlc/S-3) 13 INFO Melatih Keterampilan Oromotor Bayi DATA Badan Kesehatan Dunia (WHO) 2003 menunjukkan 60% kematian anak di bawah usia lima tahun disebabkan malnutrisi dan dua pertiganya berhubungan dengan praktik pemberian makan yang salah di tahun pertama. Di antaranya pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini atau terlambat, dan cara pemberian makan yang keliru. ‘’Setelah usia enam bulan, bayi makin aktif, sementara pada saat yang sama produksi ASI (air susu ibu) berkurang. Mestinya, selama fase ini orang tua perlu mengenalkan makanan semi padat berupa bubur halus,’’ ujar dr Damayanti R Sjarif SpA(K), dalam diskusi bertemakan Stimulasi keterampilan oromotor pada anak, di Jakarta, beberapa waktu lalu. Ketika bayi berusia 7-9 bulan, mereka sudah bisa mengendalikan tubuh dan duduk sendiri, sehingga orang tua perlu mengenalkan makanan semipadat yang bisa dikunyah. Lalu, pada usia 9-12 bulan bayi perlu diberi makanan yang bisa dipegang dan dimasukkan ke mulut oleh bayi sendiri. ‘’Cara pemberian dan jenis makanan yang tepat sesuai dengan usia bayi diperlukan untuk mengembangkan kemampuan sistem gerak otot rongga mulut (oromotor) bayi dalam proses makan.’’ Perlu diingat, meskipun makan dimulai sebagai refleks, keterampilan makan harus dipelajari bertahap. Jika perkembangan salah satu gerakan oral terlambat, bisa berpengaruh pada seluruh kemampuan oromotor bayi. (*/H-2) Ipkasi Luncurkan Situs Kanker Serviks INISIATIF Pencegahan Kanker Serviks Indonesia (Ipkasi) m e l u n c u r k a n s i t u s w w w. kankerserviks.com, Kamis (28/4). Situs yang memuat halaman konsultasi dengan para dokter itu diharapkan dapat menjadi sumber referensi yang terpercaya bagi masyarakat mengenai masalah kanker serviks. ‘’Banyak mitos yang berkembang di masyarakat. Seperti, tidak semua perempuan berisiko, kanker serviks disebabkan keturunan, gaya hidup sehat dapat mencegah, dan vaksin tidak efektif bagi perempuan sudah menikah. Mitos tersebut perlu diluruskan,’’ ujar dr Sigit Purbadi SpOG(K), anggota Dewan Komite Ipkasi, di sela peluncuran. Karena itu, Sigit mengimbau agar kaum perempuan aktif mencari informasi melalui situs itu agar informasi yang sering diterimanya bisa diketahui secara benar dan akurat. Ketua Pelaksana Ipkasi dr Fredrico Patria SpOG menambahkan, melalui situs itu, masyarakat dapat bertanya secara online dan akan dijawab dokter ahli. ‘’Pertanyaan memang tidak akan ditampilkan semua secara langsung, tapi jawaban akan diberikan berdasarkan pengelompokan pertanyaan yang masuk.” (*/H-2) Penyakit Malaria Ganggu Kehamilan MALARIA termasuk salah satu penyakit yang berbahaya bagi ibu hamil. Pasalnya, menderita malaria pada saat hamil bisa memicu anemia berat yang akan berujung pada kehamilan berisiko bayi lahir prematur, dan berat badan rendah atau kurang gizi. ‘’Pada penderita malaria, sel-sel darah merah dirusak plasmodium sehingga terjadi anemia,’’ ujar Direktur Pengen dalian Penyakit Bersumber Binatang Kemenkes Rita Kusriastuti pada acara Hari Malaria Sedunia, di Jakarta, pekan lalu. Selain anemia, penyakit malaria juga bisa memengaruhi kecerdasan pada bayi yang dilahirkan ibu hamil tersebut serta berimbas pada masa bayi itu tumbuh hingga remaja. ‘’Anak yang dilahirkan ibu hamil yang menderita penyakit malaria biasanya kurang cerdas ketika masuk usia sekolah, dan produktivitasnya pun kurang baik dalam bekerja,’’ tandas Rita. Rita amat prihatin karena di beberapa wilayah Indonesia, prevalensi ibu hamil yang menderita malaria mencapai 18%, antara lain di kawasan timur seperti Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur. ‘’Memang yang amat menonjol di wilayah timur Indonesia ini, sering kali ibu hamil men- derita penyakit malaria pada dua atau tiga kehamilannya.’’ Hal itu juga dibenarkan Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih, bahwa angka penyakit malaria masih tinggi di Indonesia. Dari data Kementerian Kesehatan, hingga 2007 terdapat 396 kabupaten (80%) yang termasuk daerah endemis malaria. Artinya, kata Endang, penyakit yang ditularkan nyamuk anopheles betina itu masih jadi ancaman serius bagi Indonesia, meskipun pemerintah sudah berhasil menekan jumlah kasus malaria dari 4,96 per 1.000 penduduk pada 1990 menjadi 1,96 per 1.000 penduduk pada 2010. ‘’Karena itu, peran keterlibatan masyarakat sangat dibutuhkan,’’ ujar Endang. Selain mengimbau, Endang juga mengatakan pemerintah akan bekerja sama dengan bidan atau tenaga kesehatan yang selama ini berhubungan dengan kesehatan ibu hamil. ‘’Setiap ibu hamil, khususnya di wilayah timur Indonesia, nantinya wajib dicek bebas penyakit malaria. Ini penting k a re n a p e n y a k i t m a l a r i a amat berdampak pada penurunan kualitas sumber daya manusia,” kata Endang. Dirjen Pengendalian Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes Tjandra Yoga Adhitama menambah- kan, masyarakat hendaknya mendukung upaya pemerintah membebaskan Indonesia dari malaria dengan membatasi kembang biak nyamuk. ‘’Cara yang efektif yakni menjaga kebersihan lingkungan di sumber nyamuk,’’ kata Tjandra. Kemudian, jika ada yang terjangkit malaria, khususnya ibu hamil, segera obati dengan obat yang paling efektif. Dalam hal ini, dapat diberi obat golongan artemisinin, baik yang tanpa kombinasi (misalnya suntikan) maupun yang dikombinasikan dengan obat malaria lainnya (biasa disebut artemisinin based combination therapy/ACT). (Tlc/H-2) ANTARA/AHMAD SUBAIDI PENGASAPAN: Seorang petugas dinas kesehatan melakukan pengasapan guna mencegah penyebaran nyamuk, di Mataram, NTB, beberapa waktu lalu. Penyakit malaria yang ditularkan nyamuk anopheles bisa mengganggu kesehatan ibu hamil.