Document

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Konsep Belajar dan Pembelajaran
Dari buku yang ditulis Trianto (2007 : 5), Joice berpendapat bahwa yang di maksud
dengan model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas, atau pembelajaran tutorial, ditambah
program penetuan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film,
komputer, kurikulum, dan lain-lain. Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model
pembelajaran mengarahkan kita untuk masuk ke dalam pendesainan pembelajaran untuk
membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
Proses pembelajaran atau pengajaran kelas, menurut Dukin dan Biddle (1974:38) berada
pada empat variabel interaksi yaitu, (1) variabel pertanda berupa pendidik ; (2) variabel konteks
berupa peserta didik, sekolah dan masyarakat; (3) variabel proses berupa interaksi peserta didik
dengan pendidik; (4) variabel produk berupa perkembangan peserta didik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.
Untuk memperlancar proses belajar dan memperoleh mutu yang diharapkan, maka
diperlukan pengetahun mengenai ciri-ciri, prinsip-prinsip dan teori belajar. Pengetahun ini
penting guna menentukan pendekatan yang sesuai, baik dilihat dari bidang keilmuan maupun
anak didik sebagai subjek belajar. Teori dan konsep-konsep belajar tersebut memberikan
konstribusi bagi para pendidik dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Karena itu belajar
yang teratur dan terarah sesuai prinsip-prinsip belajar dapat dikatakan sebagai upaya menuntut
ilmu untuk meningkatkan kemampuan sebagai hasil belajar.
B. Konsep Pembelajaran Solfegio
Solfegio adalah istilah yang mengacu pada menyanyikan tangga nada, interval dan
latihan-latihan melodi dengan sillaby zolmization, yaitu menyanyikan nada musik dengan
menggunakan suku kata (Stanly, 1980:454). Dalam perkembangan selanjutnya, solfegio tidak
hanya menyanyikan saja tetapi juga mendengar nada.
Prinsip belajar dalam sistim pembelajaran cara membaca notasi angka adalah
kemampuan mendengar not (ear training) dan kemampuan membaca nada (sight reading. Hak
pokok yang harus diperhatikan adalah bahwa aktivitas musikal melibatkan aspek pendengaran
(auditif) sebagai dasarnya. Jamalus (1988:44) mengemukakan bahwa semua bentuk kegiatan
musik memerlukan kemampuan mendengar, oleh karena itu kegiatan musik didasarkan pada dua
kemampuan penting, yaitu penguasaan unsur-unsur musik dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan pendengaran.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat ditegaskan bahwa musik mempunyai
ciri-ciri : 1) adanya unsur bunyi, 2) adanya pengorganisasian bunyi, 3) adanya makna musikal.
Untuk menguasai sight reading dibutuhkan latihan yang teratur. Namun demikian bukan
banyaknya latihan yang penting melainkan latihan-latihan (meskipun sedikit) yang dilakukan
tiap hari secara teratur dan terus menerus akan lebih dirasakan manfaatnya (Last 1980:136).
Kemampuan medengar not disebut dengan istilah ear training, dan kemampuan
membaca nada disebut sight reading.
Ear training adalah latihan kemampuan pendengaran atau ketajaman pendengaran musik,
baik ketetapan ritmik maupun ketetapan nadanya. Kemampuan ini merupakan gabungan dari dua
faktor; yaitu faktor kebiasaan dan faktor pembawaan (Bernard 1989:9). Faktor kebiasaan dapat
dikembangkan melalui latihan teratur. Disamping faktor lain yang tidak dapat dipisahkan darinya
yaitu faktor pembawaan atau musikalitas.
Proses mempelajari sebuah lagu untuk dapat dinyanyikan atau dimainkan perlu
ditanamkan pengertian tentang rasa irama atau ritme. Hal ini amat penting agar seseorang dengan
tepat menyanyikan atau memainkan suatu karya musik dalam irama yang sesuai. Selain itu perlu
juga ditanamkan pengertian tentang bayangan nada, interval dan melodi, terasa sulit bagi
seseorang untuk menyanyikan atau memainkan karya musik.
Musik adalah bahasa emosi yang bersifat universal. Melalui pendengaran musik dapat
dimengerti dan dirasakan makna dan kesan yang terkandung di dalamnya. Manusia normal sejak
lahir sudah terbebani dengan kemampuan reaksi terhadap bunyi atau musik, sehingga tanpa
kegiatan mendengar, manusia-manusia tidak dapat memberikan reaksi terhadap rangsangan yang
berbentuk bunyi. (Qamalus, 1991 : 49) selanjutnya dikemukakan pula bahwa mempelajari teori
musik, harus diberikan melalui bunyinya, sehingga siswa dapat mendengar menghayati apa yang
dapat disebut dengan tangga nada, interval, melodi dan akor. Selain bunyi, kegiatan mendengar
merupakan hal yang sangat penting dalam belajar musik, karena kegiatan mendengar dapat
dilihat sebagai kegiatan yang harus dilaksanakan dengan baik.
Latihan pendengaran musik biasanya dilakukan dalam bentuk dikte berupa nada yang
dinyanyikan dan kemudian ditulis atau ditirukan. Pelajaran dikte harus didahului dengan latihan
pendengaran dan latihan daya ingat. Dikte tersebut berupa melodi, akor dan ritme.
Mempelajari lagu melalui mendengar secara berulang-ulang dapat dijadikan dasar
menuju tahap pelajaran membaca notasi musik. Menurut Latifah Kodiyat (1983:68) Ear training
adalah latihan pendengaran secara sistimatis, latihan vokal tanpa perkataan dan hanya dengan
suku kata terbuka. Pendengaran tersebut dapat dilatih dengan cara menyelaraskan dengan not-not
yang dihadapi semakin banyak siswa berlatih akan semakin tinggi pula kemampuan siswa dalam
membayangkan nada, tepat atau tidaknya lompatan nada dan interval.
Sight reading adalah membaca not tanpa persiapan
(Last 1980:135). Selanjutnya
dinyatakan bahwa sight reading adalah kesanggupan sekaligus untuk membaca dan memainkan
notasi musik yang belum pernah dikenal sebelumnya. Hal ini sering disebut istilah Prima Vista.
Michael Kennedy (1985:667) mendefenisikan sight reading sebagai berikut : the reading of
musik at first sight in order to performance it. Selain berfungsi untuk meningkatkan kemampuan
membaca dan menambah pengetahuan tentang bahasa musik, sigh reading juga berfungsi untuk
menemukan hal-hal baru dalam musik dan memberikan kenikmatan dalam bermusik bagi
pemain atau penyanyi musik hingga pada tingkat ketrampilan (kemahiran) yang tinggi.
Florentinus (1997 : 60) membagi lebih lanjut kemampuan membaca not (sight reading)
ke dalam tiga indicator kemampuan yaitu : 1) kemampuan membaca ritme/irama, 2) kemampuan
membaca melodi atau rangkaian nada, dan 3) kemampuan membaca akor atau keselarasan
gabungan nada.
Berdasarkan penjelasan di atas yang dimaksud dengan kemampuan membaca not (sight
reading) adalah tingkat kelancaran atau kesanggupan sekaligus untuk membaca dan memainkan
atau menyanyikan unsur-unsur musikal tanpa persiapan sebelumnya.
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah :
1) Penggunaan metode solfegio dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran ketrampilan
dasar membaca notasi angka pada lagu model di kelas VII B SMPN 1 Fatuleu.
2) Penggunaan ear training dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran ketrampilan dasar
membaca notasi angka pada lagu model di kelas VII B SMPN 1 Fatuleu.
3) Penggunaan sight reading dapat meningkatkan pembelajaran ketrampilan dasar membaca
notasi angka pada lagu model di kelas VII B SMPN 1 Fatuleu.
Pembalajaran mempunyai dua karakteristik yaitu: pertama, proses pembelajaran
melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar
mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir. Kedua,
dalam pembelajaran membangun suasana dialogis, dan proses tanya jawab terus menerus yang
diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada
gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang
mereka konstruksi sendiri. Berdasarkan penelitian para ahli, seni atau karya seni sudah ada sejak
± 60.000 tahun yang lampau.
Bukti ini terdapat pada dinding-dinding gua di Perancis Selatan berupa lukisan/torehantorehan pada dinding dengan menggunakan warna yang menggambarkan kehidupan manusia
purba dengan tujuan dan atau fungsi semata-mata untuk kepentingan sosioreligi karena manusia
purba masih terkungkung oleh kekuatan-kekuatan di sekitarnya. Sedangkan manusia modern
membuat karya seni/penanda kebudayaan yang pada masanya digunakan untuk kepuasan
pribadinya dan menggambarkan kondisi lingkungannya.
Dengan kata lain manusia modern ingin menemukan hal-hal yang baru dalam rangka
membuka cakrawala berpikir yang lebih luas. Semua bentuk kesenian pada jaman dahulu selalu
ditandai dengan kesadaran magis; karena memang demikian awal kebudayaan manusia. Dari
kehidupan yang sederhana yang memuja alam sampai pada kesadaran terhadap keberadaan alam
(Syawir, 2006 :3).
Dalam perkembangan selanjutnya seni dibedakan atas lima cabang yakni :
Seni musik, seni tari, seni sastra, seni teater, seni rupa.
C. Notasi.
Notasi merupakan sistim penulisan lagu sedangkan not merupakan satuan penulisan nada.
Harry Sulistianto dalam Buku Seni Budaya untuk kelas VII SMP menulis: notasi dalam musik
pada
dasarnya
memiliki
fungsi
sebagai
alat
untuk
membaca
sebuah
lagu
dan
mendokumentasikan karya yang dibuat. Lebih lanjut beliau mengatakan jika menyajikan karya
seorang seniman secara benar, kamu harus bisa membaca notasi dari karya tersebut. Oleh sebab
itu mempelajari karya seni musik dengan mambaca notasi sangatlah penting.
Dalam musik daerah terdapat juga notasi khas daerah yang biasa digunakan. Dengan
adanya notasi, karya-karya seniman terdahulu akan dapat dibaca dan dinikmati kembali.
Bentuk, nama notasi dan lambang-lambang setiap musik daerah memiliki perbedaan
antara daerah yang satu dengan yang lain. Contoh: di Bali terdapat notasi dong-ding, di Jawa
digunakan notasi kepatihan dan Sunda (Jawa Barat) di kenal notasi damina.
Ada dua macam notasi yaitu notasi angka dan notasi balok.
a. Notasi balok
Notasi balok istilah lainnya adalah nama mutlak yaitu penulisan lagu dengan
menggunakan gambar not pada garis paranada.
Sistim nama mutlak : c – d – e – f – g – a – b
Di dalam musik, nada-nada yang di gunakan di lambangkan dalam berbagai bentuk not. Dengan
melihat benuk not, kita dapat menentukan panjang suatu not dinyanyikan, yaitu dengan
membandingkan not itu dengan not lain
Bentuk dan nilai not dapat dilihat pada tabel di bawah.
Bentuk Not
Tanda Diam
Nama Not
Nilai
Utuh / penuh
4 ketuk
Setengah (½)
2 ketuk
Seperempat (¼)
1 ketuk
Seperdelapan
½ ketuk
(1/8)
Seperenambelas
¼ ketuk
(1/16)
1/8 ketuk
Sepertiga puluh dua
(1/32)
b. Notasi Angka
Notasi angka adalah cara penulisan lagu dengan menggunakan angka :
1 – 2 – 3– 4– 5– 6– 7
do re mi fa sol la si
Istilah lain dari not angka adalah solmisasi.
Bentuk not angka tidak di tulis pada sangkar nada tetapi di tulis secara biasa. Nama not, bentuk
not, tanda diam dan nilai not angka dapat dilihat pada tabel berikut
Bentuk Not
Tanda Diam
Nama
Nilai
1•••
0000
1 •
1
Penuh / utuh
4 ketuk
00
Setengah (1/2)
2 ketuk
0
Seperempat (1/4)
1 ketuk
Seperdelapan (1/8)
½ ketuk
0
1
Nilai titik pada notasi angka memiliki nilai 1 ketuk. Dengan demikian not penuh ditulis
satu nada di tambah tiga titik dibelakangnya sehingga menjadi empat ketuk, not setengah
ditandai satu nada ditambah satu titik dibelakangnya sehingga menjadi dua ketuk. Pada nada
tinggi atau rendah dapat dilihat dari titik yang ditempatkan di bawah dan di atas nada. Titik di
bawah not menunjukan nada tersebut dibidik satu oktaf lebih rendah sebaliknya nada yang
bertitik di atas not menunjukkan nada tersebut lebih tinggi satu oktaf dari nada biasa.
Untuk membaca lagu model dalam bentuk not angka menggunakan konsep musik Barat.
membaca lagu modelNotasi angka pertama kali ditemukan oleh Guido D’Arezzo (990-1050)
seorang ahli teori musik berkebangsaan Perancis yang lama di Arezzo, Italia. Guido D’Arezzo
adalah orang yang menciptakan suatu metode membaca notasi musik dengan menggunakan
suara manusia.
Untuk membaca lagu model dalam bentuk not angka menggunakan konsep musik barat.
Dalam perkembangan selanjutnya, Emilie Cheve (1804-1864) tokoh musik pendidikan bangsa
Perancis menerbitkan tulisan-tulisan tentang metode pengajaran musik untuk pendidikan musik.
Not Cheve berkembang dengan pesat, di Indonesia dikenal dengan sebutan solmisasi.
Solmisasi sebenarnya merupakan sistim membaca nada, dengan suku kata yang diambil
dari teks doa, yaitu Ut queant laxis, Resonare fibris, Miragestorum, Famulituorum, Solve poluti,
Labireatum dan Sancto Johanes. Tetapi kenyataan yang sebenarnya menunjukkan bahwa
solmisasi tersebut merupakan hasil penemuan para ilmuwan muslim. Solmisasi tersebut awalnya
berupa notasi dalam abjad Arab yang terdiri dari Mi Fa Shad La Sin Dal Ra. Kemudian notasi ini
ditransliterasikan ke dalam bahasa Latin menjadi Mi Fa Sol La Ti Ut Re dan dikenal sebagai
himne St. John.
Transliterasi ini selanjutnya pertama kali digunakan oleh Guido Arezzo sehingga terkenal
menjadi notasi Guido’s Hand. Kemudian notasi ini berkembang menjadi notasi musik yang
digunakan hingga saat ini ; yaitu Mi Fa Sol La Si Do Re. Jadi dapat disimpulkan ternyata notasi
Guido’s Hand milik Guido Arezzo hanyalah jiplakan dari notasi Arab yang telah ditemukan dan
digunakan sejak abad ke-9 oleh para ilmuwan muslim.
Perkembangan seni musik yang menggunakan notasi angka di Indonesia sangat pesat
melalui lembaga pendidikan dan agama. Pada era tahun enam puluhan pelajaran notasi angka
menjadi unsur utama Matapelajaran kesenian mulai tingkat SD sampai SMA. Sedangkan notasi
balok lebih merupakan konsumsi para pemusik. Namun demikian dalam kurikulum selanjutnya
pelajaran seni suara dilebur dalam pelajaran seni secara luas mencakup seni musik, seni tari ,
drama dan seni suara sehingga keharusan untuk menguasai notasi angka memudar.
Berdasarkan pengalaman dan melalui pengamatan, penulis melihat bahwa anak didik saat
ini lebih mengandalkan pendengaran dalam menghafal lagu melalui tuturan (contoh dari guru),
mendengar dari TV dan radio. Dari sisi penguasaan materi dan tangga nada lagu metode tuturan
atau meniru dapat dikatakan sempurna tetapi banyak anak didik yang tidak bisa memberikan
notasi angka jika diminta oleh guru karena tidak memahami notasi angka secara bai
Download