analisis pengaruh foreign direct investment (fdi)

advertisement
ANALISIS PENGARUH FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI),
INFTASTRUKTUR DAN PENGANGGURAN TERHADAP PRODUK
DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PROPINSI JAWA TENGAH
(PERIODE TAHUN 2000-2012)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
untuk memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh:
Miftachul Ulum
1110084000019
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 / 1436H
ANALISIS PENGARUH FOREIGN DIRECT INYESTMENTGDI),
INFRASTRUKTUR DAN PENGANGGURAN TERHADAP PRODUK
DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PROPTNSI JAWA TENGAH
(PERIODE TAHUN 2000 -2012)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
Miftachul Ulum
NIM: 1l10084000019
Di Bawah Bimbingan:
tu
Pembimbing 2
Dr. Lu[<man. M.Si
Fi,tri Amali? S.Pd. M.Si
NIP. 19640607 200302
t 002
NIP. 19820710 2009122 002
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435H/2014M
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 11 Maret 2014 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
I.
Nama
Miftachul Ulum
:
2. NIM
3. Jurusan
4. Judul Skripsi
:1110084000019
:
Ilmu Ekonomi dan Studi pembangunan
:
Analisis Pengaruh Foreign Direct Investment
(FDI), Infrastruktur dan
pengangguran
Terhadap Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Propinsi Jawa Tengah (periode Tahun
2000-2012)
setelah mencermati dan memperhatikan penampilan
bersangkutan selama proses
mahasiswa tersebut
di
ujian komprehensif,
dan kemampuan yang
maka diputuskan bahwa
atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
J
akarta, Selasa 1 1 Maret 201 4
1.
Dr. Lukman, M.Si
NIP. 19640607 2003021 002
2.
M. Hartana I.P, M.Si
NIP. 150409s04
-1.
Zaenal Muttaqin, MPP
NrP. 19790s03 201101 1 006
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Senin, 24 November 2014 telatr dilalcukan Ujian Skripsi atas mahasiswa
1.
Nama
2. NIM
3. Jurusan
4. Judul Skripsi
:
Miftachul Ulum
I 10084000019
Ilmu Ekonomi dan Studi Pernbanguran
1
Analisis Pengaruh Foreign Direct Investment
(FDI),
Infrastruktur dan Pengangguran Terhadap Produk Domestik
Regional Bruto SDRB) Propinsi Jawa Tengah (Periode Tahun
2ooo
-
2012).
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan
selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan
LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Saqana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakart4 Senin 24 November 2014
l.
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS.
NIP. 19570617 198503 I 002
2.
Zuhuran Y. Yunan M.Sc.
NrP. 19800416 200912 I 002
3.
Zaenal Muttaqin, MPP.
NrP. 19790503 201101 I 006
4.
Dr. Lukman, M.Si
NIP. 19640607 200302
5.
Fitri Amatia S.Pd, M.Si
NIP. 1 98207 t0 200912 2 002
I 002
4wb
Pembimbing
II
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertandatangan di bawah ini,
Nama
Miftachul Ulum
NIM
11
Fakultas
Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
10084000019
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi
1.
ini saya :
Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungi awabkan
2. f idak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya
4.
5.
Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu hertanggungiawab atas karya
ini
Jika
di kemudian hari
ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui
pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan ternyata memang ditemukan bukti
bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenai sanksi
berdasarkan aturan yang berlaku
di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta,
29
September 2014
Miftachul Ulum
I 1 10084000019
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap
: Miftachul Ulum
2. Tempat/Tanggal Lahir
: Jakarta, 27 November 1991
3. Alamat
: Jl. Kair RT 001/04 No. 4 Ragunan, Pasar
Minggu, Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12550
4. Telepon
: 081314649776
5. E-mail
: [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Negeri 011 Ragunan
Tahun 1997-2003
2. SMP Negeri 41 Jakarta
Tahun 2003-2006
3. SMA Negeri 97 Jakarta
Tahun 2006-2009
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakata
Tahun 2010-2014
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Ekstrakurikuler Badminton SMAN 97 Jakarta 2007-2008
IV. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Seminanr Outlook Peran Otoritas Jasa Keuangan terhadap Industri Keuangan
dan Perbakan Syariah, UIN Jakarta 2012
2. Studium General Jurusan IESP, UIN Jakarta 2012
3. Pelatihan Alat Analisis Location Quotient, Shift Share & Tipologi Sektoral,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Jakarta 2012
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah
: Agus Sudaryono
2. Tempat/Tanggal lahir
: Ujung Pandang, 2 Agustus 1965
3. Ibu
: Norma Ermawati
i
4. Tempat/tanggal Lahir
: Jakarta, 30 November 1967
5. Alamat
: Jl. Kair RT 001/04 No. 4 Ragunan, Pasar
Minggu, Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12550
6. Telepon
: (021) 7818348
7. Anak ke dari
: Anak ke 1 dari 3 bersaudara
ii
ABSTRACT
Regional autonomy imposed in Indonesia is demanding the regional
government to be able to maximize the economic potential in the region in order to
make its development and economic growth runs well. This study aims to analyze the
influence of Foreign Direct Investment, Infrastructure and Unemployment on Gross
Regional Domestic Product(GRDP) of the province of Central Java. The data used in
this study was obtained from the Central Bureau of Statistics of Central Java
Province, BKPM and PT PLN(Persero) in the period 2000-2012. The analytical
method used in this research is Ordinary Least Square(OLS). The regression analysis
shows that 49.59% of Central Java GRDP is explained by the variable FDI,
Infrastructure and Unemployment while 50.41% of the GRDP of Central Java is
explained by other variables. Other results from the regression analysis shows that
the variables FDI have no sognificant and positive impact on thr GDRP of Central
Java. Infrastructure have a significant and positive impact on the GRDP of Central
Java. While the unemployment variable has a significant and negative effect on
GRDP of Central Java province.
Keywords:
Gross Regional Domestic Product,
infrastructure and unemployment.
iii
foreign
direct
investment,
ABSTRAK
Otonomi daerah yang diberlakukan di Indonesia menuntut pemerintah daerah
untuk dapat memaksimalkan segala potensi ekonomi yang ada di daerahnya agar
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut berjalan dengan baik.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Foreign Direct Investment,
Infrastruktur dan Pengangguran terhadap Produk Domestic Regional Bruto (PDRB)
propinsi Jawa Tengah. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Tengah, BKPM dan PT.PLN(persero) periode
2000-2012. Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS)
dengan menggunakan software Eviews 7.0. Hasil regresi menunjukan bahwa 49.59
% PDRB Jawa Tengah dijelaskan oleh variabel FDI, Infrastruktur dan Pengangguran.
Sedangkan 50.41 % PDRB Jawa Tengah dijelaskan oleh variabel lain diluar
penelitian. Hasil analisis menunjukan variabel FDI berpengaruh tidak signifikan dan
positif terhadap PDRB Jawa Tengah. Infrastruktur berpengaruh signifikan dan positif
terhadap PDRB Jawa Tengah. Sedangkan variabel Pengangguran berpengaruh
signifikan dan negatif terhadap PDRB propinsi Jawa Tengah.
Kata Kunci: Produk Domestik Regional Bruto, foreign direct investment,
Infrastruktur dan Pengangguran.
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puja dan puji badi Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis
mampu menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ” Analisis Pengaruh Foreign Direct
Investment (FDI), Infrastruktur dan Pengangguran terhadap Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Propinsi Jawa Tengah (Periode Tahun 2000-2012) ”.
Shalaawat serta salam tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW serta
para sahabat yang telah membimbing umatnya dari zaman yang gelam ke zaman yang
terang benderang.
Skripsi ini disusun sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini dapat
terwujud berkat dukungan, bantuan dan doa dari orang-orang baik yang menemani
penulis selama proses pengerjaan skripsi ini. Oleh karenanya, penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
1. Allah SWT, yang dengan Ridho dan Karunia-Nya penulis tidak akan
mampu menyelesaikan skripsi ini. Puji Syukur atas segala nikmat islam,
iman dan sehat yang telah Allah berikan kepada penulis.
2. Keluarga tercinta yang selalu ada untuk saya, mamah Norma tercinta yang
selalu memberikan segalanya dan selalu mendoakan yang terbaik. Nyai
bule atik, dan adik kembar saya tercinta Anin dan Alda yang telah
v
mendukung kelancaran kuliah saya. Tanpa kalian semua saya tidak akan
bisa menjadi seperti sekarang ini.
3. Bapak Prof. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memimpin Fakultas ini
dengan baik dan memberikan ilmu yang sangat berharga selama
perkuliahan. Semoga Allah SWT mambalas semua kebaikan bapak.
4. Bapak Zuhairan Y. Yunan, S.E, M.Sc dan bapak Zaenal Muttaqin, MPP
selaku Ketua dan Sekertaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memimpin Jurusan IESP dengan baik dan memberikan
ilmu yag sangat berharga selama perkuliahan. Semoga Allah SWT
membalas semua kebaikan bapak.
5. Bapak Dr. Lukman, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi 1 yang
dengan keikhlasnnya memberikan pengarahan, ilmu yang berharga, serta
bimbingan yang berarti selama proses penyelesaian skripsi. Terima kasih
atas bimbingannya. Semoga Allah SWT membalas kebaikan bapak.
6. Ibu Fitri Amalia S.Pd, M.Si selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan serta bimbingan yang
sangat berarti selama ini. Terima kasih atas semua bimbingan dan arahan
yang telah ibu berikan sehingga skripsi ini dapat terselasaikan. Semoga
Allah SWT membalas kebaikan ibu.
7. Bapak Pheni Chalid S.F, M.A, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang dengan segala perhatiannya selalu memperhatikan perkembangan
vi
akademik dan memberikan arahan yang terbaik selama masa kuliah.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan bapak.
8. Seluruh jajaran dosen, staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan berharga bagi
saya serta kelancaran selama perkuliahan yang saya jalani. Semoga Allah
SWT membalas kebaikan kalian semua.
9. Sahabat terbaik yang selalu ada dan menemani saya selama masa kuliah.
Oblak’s Squad ( Alfian Isnan, Hadi Setiawan, Bagus Adetya Akbar,
Ravindra Bramastyo, Muhammad Burhanuddin, M.Reza Hermanto, M.
Adi Rahman) yang dalam suka dan duka selalu menghibur dan
memberikan dukungan walaupun saya sering merepotkan kalian semua.
Tempat dimana kita saling melepas canda dan tawa. Terima kasih sahabat
terbaik, semoga persahabatan ini selalu terjalin hingga akhir jaman!
10. Seluruh teman-teman IESP 2010, Hadi Setiawan, Alfian Isnan, Ravindra
B, Bagus Adetya, Yusran Rafiqie, M.Burhanuddin, Fita Rahmawati, Noni
Setianingsih, Agus Setiawan, Ricky Fajar, M.Yusuf Azhar, Reza
Hermanto, Adi Rahman, Deni Iswanto, Umar Adi Syahputra. Mohon maaf
untuk yang namanya tidak dapat saya tuliskan semuanya. Salam IESP
2010, semoga sukses menyertai kita semua.
11. Teman-teman Futsal IESP 2010, Ridho Alfin, Hadi Setiawan, Bagus
Adetya, M. Yusuf Adzhar, Agus Setiwan, Pebi Riswadi, Dykhalfath, Dio
Syahrullah, Ali Murtadho, Rifki Hasan, Mas’ud dan kawan-kawan yang
lain. Salam Juara (2) hahaha.
vii
12. Kelompok KKN 55 Mentari, Desa Mekarjaya, Cigudeg, Bogor yang telah
bersama-sama selama satu bulan menghabiskan waktu bercanda dan
bekerja yyang memberikan pelajaran hidup yang tidak tenilai harganya.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang penulis miliki. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk masukan, baik kritik maupun
saran yang menbangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 29 September 2012
Miftachul Ulum
viii
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................................... iii
ABSTRAK ..................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 13
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 13
D. Kegunaan Penelitan ...................................................................................... 14
E. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 15
A. Landasan Teori .............................................................................................. 15
1. Pertumbuhan Ekonomi............................................................................ 15
a. Pengertian Petumbuhan Ekonomi ..................................................... 15
b. Teori Pertumbuhan Ekonomi ............................................................ 16
c. Faktor-faktor Pertumbuhan Ekonomi ............................................... 19
d. Pertumbuhan Ekonomi Daerah ......................................................... 22
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ............................................. 23
a. Pengertian PDRB .............................................................................. 23
b. Metode Penghitungan PDRB ............................................................ 23
3. Investasi .................................................................................................. 26
4. Foreign Direct Investment (FDI) ............................................................ 30
a. Pengertian Foreign Direct Investment .............................................. 30
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi (FDI) ......................... 32
5. Infrastruktur ............................................................................................ 33
ix
a. Pengertian Infrastruktur .................................................................... 33
b. Penggolongan Infrastruktur............................................................... 35
6. Pengangguran .......................................................................................... 37
a. Pengertian Pengangguran.................................................................. 37
b. Jenis dan Macam Pengangguran ....................................................... 38
B. Hubungan Antar Variabel ............................................................................. 41
C. Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 44
D. Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 49
E. Hipotesis ....................................................................................................... 52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 53
A. Ruang Lingkup Penelitian............................................................................. 53
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................................ 53
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 54
D. Metode Analisis Data .................................................................................... 54
1. Model Analisis ........................................................................................ 54
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 55
a. Uji Normalitas ................................................................................... 55
b. Uji Multikolinearitas ......................................................................... 56
c. Uji Heteroskedastisitas...................................................................... 57
d. Uji Autokorelasi ................................................................................ 57
3. Uji Hipotesis ........................................................................................... 59
a. Uji – t ................................................................................................ 59
b. Uji – F ............................................................................................... 59
c. Koefisien Determinasi ...................................................................... 60
E. Operasional Variabel Penelitian.................................................................... 60
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................................ 63
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .............................................................. 63
B. Analisa Deskriptif ......................................................................................... 64
1. Analisis Deskriptif Produk Domestik Regional Bruto Di Jawa
Tengah ..................................................................................................... 65
x
2. Analisis Deskriptif Foreign Direct Investment Di Jawa Tengah ............ 67
3. Analisis Deskriptif Infrastruktur Di Jawa Tengah .................................. 68
4. Analisis Deskriptif Pengangguran Di Jawa Tengah ............................... 70
C. Uji Asumsi Klasik ......................................................................................... 72
1. Uji Normalitas ......................................................................................... 72
2. Uji Multikolinearitas ............................................................................... 73
3. Uji Heteroskedastisitas............................................................................ 73
4. Uji Autokorelasi ...................................................................................... 74
D. Uji Hipotesis ................................................................................................. 75
1. Interpretasi hasil Uji-t dan Analisis Ekonomi ......................................... 77
2. Interpretasi hasil Uji-F dan Analisis Ekonomi........................................ 82
3. Koefisien Determinasi dan Analisis Hasil .............................................. 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 85
A. Kesimpulan ................................................................................................... 85
B. Saran ............................................................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 87
LAMPIRAN ................................................................................................................... 90
xi
DAFTAR TABEL
No.
Keterangan
Halaman
1.1
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Propinsi di Pulau Jawa 2008-
3
2012
1.2
Perkembangan Realisasi FDI Propinsi di Pulau Jawa 2010-2012
7
1.3
Penjualan Tenaga Listrik untuk sector industri Propinsi Jawa tengah
10
tahun 2008-2012
1.4
Jumlah Pengangguran Propinsi Jawa Tengah tahun 2008-2012
12
2.1
Penelitian Terdahulu
46
3.1
Operasional Variabel Penelitian
60
4.1
Correlation Matrix
73
4.2
Uji-t
77
xii
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan
Halaman
2.1
Fungsi Produksi Neoklasik
18
2.2
Skema Hubungan Infrastruktur dan Sistem Ekonomi
34
2.3
Kerangka Pemikiran
51
4.1
Perkembangan PDRB Propinsi Jawa Tengah tahun 2000-2012
66
4.2
Perkembangan Realisasi FDI Propinsi Jawa Tengah tahun 2000-
67
2012
4.3
Perkembangan penjualan energi listrik untuk sektor industri
69
Propinsi Jawa Tengah tahun 2000-2012
4.4
Perkembangan Jumlah Pengangguran Propinsi Jawa Tengah tahun
71
2000-2012
4.5
Uji Normalitas
72
4.6
Uji Heterokedastisitas
74
4.7
Hasil Regresi Linear Berganda
75
4.8
Uji F
83
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Keterangan
Halaman
1
Data Penelitian
90
2
Uji Normalitas
91
3
Uji Multikoliniaritas
91
4
Uji Heteroskedastisitas
92
5
Uji Autokorelasi
93
6
Regresi Linear Berganda
94
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang menunjukan bagus atau
tidaknya kinerja perekonomian dan pembangunan ekonomi di sebuah negara.
Pertumbuhan ekonomi secara sempit dapat kita artikan sebagai peningkatan produksi
total baik barang maupun jasa di suatu negara atau daerah. Dalam arti lainnya
pertumbuhan dapat diartikan dengan meningkatnya pendapatan perkapita dan
kesejahteraan masyarakat suatu daerah atau negara.
Indonesia belakangan ini merupakansalah satu negara dengan angka
pertumbuhan ekonomi yang tinggi diantara negara-negara lain. Saat ini Indonesia
terdaftar sebagai salah satu negara anggota G20 dimana memiliki kondisi
perekonomian yang selalu positif dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi 6 persen
setiap tahunnya. Hal ini tentunya merupakan kondisi yang diharapkan pemerintah
Indonesia dan akan terus berlanjut demi tercapainya kesejahteraan masyarakat
Indonesia.
Bank Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun
2014 diantara 5,5 persen hingga 5,9 persen, meskipun target pertumbuhan ekonomi
tersebut dianggap beberapa ekonom dan Bank Dunia sangat berat untuk tercapai.
Bank Dunia sendiri memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3
persen pada tahun 2014.
1
Pada hakikatnya pertumbuhan ekonomi tidak dapat dipisahkan dari peran
pemerintah selaku pengambil kebijakan baik itu kebijakan fiskal maupun moneter,
dan peran masyarakat sebagai sumber dan pengembang investasi yang bertugas
sebagai faktor produksi dalam menjalankan roda perekonomian. Oleh karenanya
pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat bergantung kepada kemampuan
masyarakat dalam menghasilkan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut
atau produk domestik regional bruto (PDRB) apabila dalam lingkup daerah/regional
di negara tersebut.
Menurut Mankiw (2006:6) PDB adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa
akhir yang diproduksi dalam sebuah negara pada suatu periode. Sedangkan PDRB
merupakan jumlah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha
dalam suatu daerah tertentu (Badan Pusat Staristik, RI). Total dari PDRB seluruh
wilayah yang ada di suatu negara adalah total PDB yang dihasilkan negara tersebut.
Hingga saat ini Propinsi di pulau Jawa masih menjadi penyumbang terbesar
kontribusi PDRB terhadap PDB Indonesia. Hal ini terjadi salah satunya karena
ketimpangan akan potensi yang dimiliki suatu wilayah, pembangunan ekonomi dan
infrastruktur antara pulau yang belum merata. Oleh sebab itu pada awal tahun 2000an pemerintah pusat melakukan desentralisasi pemerintahan atau yang biasa kita
kenal dengan otonomi daerah guna mengefektifkan pembangunan ekonomi masingmasing propinsi di Indonesia agar pembangunan ekonomi semakin merata.
Tujuan utama dari otonomi daerah adalah agar setiap pemerintah daerah
dalam hal ini propinsi di Indonesia mampu untuk mengelola potensi yang dimiliki
2
daerahnya guna membangun dan mensejahterakan daerahnya. Jawa Tengah sebagai
salah satu propinsi besar yang ada di Indonesia memiliki banyak potensi baik
sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia guna meningkatkan pembangunan
dan pertumbuhan ekonomi daerahnya. Namun dibandingkan bebarapa propinsi di
pulau Jawa, kondisi ekonomi Jawa Tengah masih dapat dikatakan tertinggal
dibanding DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur. Hal ini bisa kita ketahui dengan
melihat kondisi PDRB Jawa Tengah yang disajikan dalam tabel 1.1 dibawah ini:
Tabel 1.1
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Propinsi di Pulau Jawa
Periode 2008-2012 (milyar Rupiah)
Provinsi
2008
2009
2010
2011
2012
DKI Jakarta
353,723
371,469
395,622
422,237
449,821
Jawa Barat
291,206
303,405
322,224
343,111
364,405
Jawa Tengah
168,034
176,673
186,993
198,270
210,848
DI.Yogyakarta
19,212
20,064
21,044
22,132
23,309
Jawa Timur
305,539
320,861
342,281
366,983
393,666
Banten
79,701
83,454
88,552
94,207
100,000
Sumber: BPS, Republik Indonesia
Melihat data diatas, secara umum PDRB Jawa Tengah selalu meningkat setiap
tahunnya. Namum jumlah tersebut masih tergolong kecil dan jauh tertinggal jika
dibanding dengan propinsi lain di pulau Jawa seperti Jawa Timur dan Jawa Barat.
Dengan kondisi ini diperlukan keseriusan pemerintah daerah Jawa Tengah dalam
menggali dan memanfaatkan sumber-sumber potensial untuk meningkatkan
pendapatan daerah dan kondisi keuangan daerahnya.
3
Seperti yang kita ketahui, bahwasanya pertumbuhan ekonomi suatu negara
sangat terkait erat dengan kemampuan suatu negara dalam meningkatkan kapasitas
produksi baik barang maupun jasa serta kenaikan pendapatan perkapita penduduknya.
Menurut Kuznets dalam Todaro (2000:115) ada tiga komponen utama dalam
pertumbuhan ekonomi dari setiap negara, yaitu akumulasi modal, pertumbuhan
penduduk dan kemajuan teknologi.
Akumulasi modal (capital acccumulation) terjadi apabila sebagian dari
pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output
dan pendapatan di kemudian hari. Akumulasi modal meliputi semua bentuk atau jenis
investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, modal atau sumber daya
manusia. Investasi produktif bersifat langsung tersebut harus dilengkapi dengan
berbagai investasi penunjang ekonomi dan sosial berupa pembangunan infrastruktur.
Pembangunan infrastruktur tersebut meliputi jalan, penyediaan listrik, persediaan air
bersih dan perbaikan sanitasi serta pembangunan fasilitas komunikasi.
Dalam teori pertumbuhan Harod-Domar (1946), kenaikan kapasitas produksi
dan pendapatan nasional suatu negara juga ditentukan oleh kenaikan pengeluaran
masyarakat yaitu yang dapat berupa investasi. Menurut Dewi Ernita dkk (2013:2)
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan adalah pertumbuhan yang ditopang oleh
investasi.
Pertumbuhan
ekonomi
yang
ditopang
investasi
dianggap
akan
meningkatkan produktivitas suatu negara atau daerah. Investasi adalah pembelian
barang yang nantinya akan digunakan untuk memproduksi lebih banyak barang dan
jasa (Mankiw, 2007:12).
4
Sebagai salah satu komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi, investasi
tentunya akan sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya PDB/PDRB yang
dihasilkan suatu negara atau daerah. Return atau hasil dari investasi yang ditanamkan
disebuah wilayah adalah output berupa barang maupun jasa. Semakin tinggi atau
besar investasi yang ditanamkan akan membuat produktivitas suatu wilayah dalam
menghasilkan output semakin tinggi. Ini berarti akan meningkatkan PDRB yang
dihasilkan suatu daerah, begitupun sebaliknya.
Dalam realisasinya dalam perekonomian nasional, investasi dibagi menjadi
dua jenis yaitu penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing
(PMA) atau yang dalam penelitian ini kita sebut sebagai Foreign Direct Investment
(FDI). Yang dimaksud dengan PMDN menurut UU No.6 tahun 1968 dan UU no.12
tahun 1970 adalah penggunaan kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan
benda-benda baik yang dimiliki Negara maupun swasta asing yang berdomisili di
Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menjalankan usaha
menurut ketentuan undang-undang ini.
Sedangkan menurut UU no. 1 Th. 1967 dan UU no 11 Th. 1970 tentang PMA,
yang dimaksud dengan Penanaman Modal Asing (PMA) adalah kegiatan penanaman
modal asing yang secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan
ketentuan-ketentuan Undang-undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan
Perusahaan di Indonesia, dan pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari
penanaman modal tersebut. Dalam pengertian lain FDI adalah arus modal
5
internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan atau memperluas
perusahaannya di negara lain.
Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi
yang tinggi dan positif setiap tahunnya, tentu akan menarik banyak investor baik itu
asing maupun domestik untuk menanamkan investasinya. Jawa Tengah merupakan
propinsi yang memiliki potensi yang besar dalam jumlah tenaga kerja dan kekayaan
alam pastinya membutuhkan investasi yang besar pula, baik itu PMDN maupun FDI,
untuk kegiatan perekonomiannya. Namun pada kenyataannya para investor domestic
maupun asing masih belum melirik Jawa Tengah sebagai propinsi yang baik dan
menguntungkan untuk berinvestasi, sehingga investasi yang masuk masih sedikit dan
lebih kecil dibanding propinsi lain di pulau Jawa. Disiniah diperlukan peran
pemerintah Jawa Tengah untuk menciptakan iklim investasi yang baik guna menarik
kepercayaan investor untuk memanamkan modal atau investasinya agar produktivitas
dan output yang dihasilkan di Jawa Tengah semakin besar.
Kondisi FDI yang terealisasi di Jawa Tengah selalu fluktuatif setiap tahunnya.
Berikut merupakan perkembangan investasi Indonesia dan Jawa Tengah berdasarkan
data BKPM:
6
Tabel 1.2
Perkembangan Realisasi FDI Propinsi di Pulau Jawa 2010– 2012
(juta US$)
Lokasi
2010
2011
2012
DKI Jakarta
6.429,3
4.824,1
4.107,7
Jawa barat
1.692,0
3.839,4
4.210,7
59,1
175,0
241,5
Yogyakarta
4,9
2,4
84,9
Jawa Timur
1.769,2
1.312,0
2.298,8
Banten
1.544,2
2.171,7
2.716,3
Jawa tengah
Sumber: BKPM, Republik Indonesia
Tabel 1.2 diatas menggambarkan pekembangan realisasi PMA/FDI di
propinsi di pulau Jawa. Dari tahun 2010 sampai 2012 nilai FDI Jawa tengah selalu
meningkat. Namun diantara 6 propinsi yang ada di pulau Jawa realisasi FDI Jawa
Tengah terlihat kecil. Hal ini yang menjadi tanda tanya, mengapa dengan potensi
sumberdaya alam dan tenaga kerja yang besar, nilai investasi asing yang masuk ke
Jawa Tengah masih kalah dibanding propinsi Banten yang notabene propinsi baru
dan sedikit potensi ekonominya.
Seperti yang sudah kita bahas diawal bab tadi, besar kecilnya PDRB yang
dimiliki suatu daerah sangat bergantung pada besar kecilnya investasi yang
ditanamkan di suatu wilayah. Investasi produktif yang bersifat langsung tersebut
harus dilengkapi dengan berbagai Investasi penunjang ekonomi dan sosial berupa
pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur tersebut meliputi jalan,
penyediaan listrik, persediaan air bersih dan perbaikan sanitasi serta pembangunan
fasilitas komunikasi.
7
Secara mikro, infastruktur dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui
peningkatan produktivitas. Infrastruktur memiliki peran yang sangat vital terhadap
kelancaran kegiatan perekonomian yang terjadi di suatu wilayah. Dalam model
neoklasik Solow, pertumbuhan ekonomi berasal dari tiga faktor berikut: kenaikan
kualitas dan kuantitas pekerja, kenaikan dalam kapital dan peningkatan teknologi.
Dalam model ini investasi fisik seperti infrastruktur penunjang kegiatan ekonomi
dimasukan kedalam faktor kapital. Sehingga kenaikan dalam kapital akan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi/PDRB.
Sedangkan Kuznetz menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara
atau wilayah dipengaruhi oleh akumulasi modal, sumberdaya manusia, sumberdaya
alam, baik dari jumlah maupun kualitasnya. Dalam teori ini kita dapat
mengkategorikan infrastruktur sebagai akumulasi modal. Karena infrastruktur dapat
secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kegiatan ekonomi. Secara
langsung infrastruktur dapat dijadikan sebagai input kegiatan produksi, contohnya
infrastruktur penyediaan energi listrik. Secara tidak langsung infrastruktur berperan
sebagai pendukung kegiatan distribusi output barang dan jasa suatu daerah,
contohnya infrastruktur jalan dan pelabuhan baik itu air maupun udara.
Ketimpangan kondisi infrastruktur yang terjadi antar wilayah di Indonesia
menjadi kendala utama dalam pemerataan ekonomi bagi masyarakat. Wilayah barat
Indonesia memiliki kondisi infrastruktur yang baik sementara di wilayah timur masih
buruk kualitas dan kuantitasnya. Di Jawa Tengah sendiri kondisi infrastruktur
penunjang kegiatan ekonomi dapat dikatakan sudah memadai yaitu dengan
8
tersediannya akses jalan nasional dan propinsi yang layak, baik itu jalan umum
maupun jalan tol, dan juga tersedia pelabuhan udara/bandara, pelabuhan laut Tanjung
Mas di Semarang yang berskala nasional dan internasional.
Disamping itu infrastruktur penyediaan energi listrik juga sudah tersedia lewat
PLTU Semarang dan beberapa pembangkit listrik lainnya, selain itu penyediaan
sarana irigasi tersedia dari sejumlah waduk salah satunya waduk gajah mungkur yang
terdapat di Wonogiri. Namun dari sisi kualitas dan kuantitas, infrastruktur di Jawa
Tengah masih belum dapat dikatakan baik, malah cenderung masih buruk. Hal inilah
yang terkadang masih di keluhkan oleh pelaku usaha dan investor yang telah
berinvestasi dan hendak menanamkan investasinya di Jawa Tengah.
Dalam penelitian ini, akan dikonsentrasikan pada infrastuktur energi listrik
yang ada di Jawa Tengah. Tersediannya energi listrik tentu sangat memberikan
kemudahan bagi masyarakat dalam melakukan kegiatan produksi baik barang
maupun jasa. Namun sampai saat ini masih sering kita dengar banyak wilayah di
Indonesia yang belum teraliri listrik. Bahkan di pulau Jawa sendiri yang notabene
memiliki kondisi infrastruktur yang lebih baik dari wilayah lainnya, masih memiliki
kendala dalam penyediaan energi listrik bagi pendudukya. Penyedia energi listrik di
Indonesia tentunya memiliki tugas yang besar untuk memberikan pelayanan yang
maksimal terhadap penduduk Indonesia.
Dalam kegiatan perekonomian tersediannya energi listrik dapat dimasukan ke
dalam input dalam kegiatan produksi baik barang maupun jasa di suatu perusahaan.
Listrik dapat membantu peran manusia dalam memproduksi barang, seperti
9
menghidupkan mesin produksi. Semakin meratanya penyaluran/jaringan energy
listrik di suatu dareah akan meningkatkan produktivitas masyarakat di daerah
tersebut. Ini menandakan bahwa infrastruktur energi listrik berpengaruh terhadap
produktifitas dan pertumbuhan ekonomi. Di Jawa Tengah sendiri kondisi penjualan
energy listrik untuk sektor industry selalu meningkat setiap tahun.
Berikut merupakan tabel penjualan energi listrik untuk sektor industry diJawa
Tengah:
Tabel 1.3
Penjualan Tenaga Listrik untuk Sektor Industri Propinsi Jawa Tengah
Tahun 2008 – 2012
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
Energi Jual
(MWH)
4.466.481
4.527.129
4.890.775
5.235.817
5.738.430
Sumber: PT. PLN (persero), Distribusi Jawa Tengah
Data diatas menunjukan bahwa penggunaan energi listrik untuk sektor
industri Jawa Tengah selalu meningkat setiap tahun. Melihat data ini menandakan
bahwa listrik memiliki peran yang besar terhadap kegiatan industri pada masyarakat
sehari-hari. Oleh karena itu dibutuhkan pembangunan infrastruktur energi listrik yang
10
lebih merata guna meningkatkan kualitas hidup dan produktifitas masyarakat di Jawa
Tengah.
Besar kecilnya PDRB yang dimiliki suatu daerah sangat bergantung pada
produktifitas masyarakat daerah tersebut dalam menghasilkan barang atau jasa. Salah
satu faktor yang mempengaruhi produktifitas masyarakat suatu daerah adalah adalah
pengangguran. Pengangguran merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi
pemerintah
dalam
tujuannya
untuk
memperbaiki
kondisi
perekonomian
masyarakatnya. Pengangguran adalah masyarakat yang masuk dalam angkatan kerja
yang tidak memiliki pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan. Dalam teori
pertumbuhan ekonomi Solow, pengangguran bisa dikategorikan ke dalam kuantitas
tenaga kerja, sehingga jumlah penduduk yang mengganggur akan mempengaruhi
produktifitas dan pertumbuhan ekonomi.
Masyarakat yang mengganggur berarti mereka tidak dapat menghasilkan
produksi atau output baik barang maupun jasa. Hal ini pastinya akan amat sangat
mempengaruhi PDRB daerah tersebut. Semakin tinggi atau banyak masyarakat yang
mengganggur di suatu daerah makan akan menyebabkan PDRB semakin kecil.
Sebaliknya, semakin sedikit masyarakat yang menganggur menandakan produktifitas
masyarakat daerah tersebut yang tinggi dan otomatis PDRB di daerah tersebut tinggi.
Dengan melihat data tingkat pengangguran terbuka, kondisi pengangguran
Jawa Tengah selalu menurun setiap tahun. Ini menandakan membaiknya kondisi
perekonomian di Jawa Tengah. Namun dengan angka pengangguran yang termasuk
kecil, produktifitas penduduk Jawa Tengah masih jauh tertinggal jika dibanding
11
dengan propinsi lain di pulau Jawa. Ada beberapa penyebab yang mungkin
menyebabkan masalah tesebut salah satunya adalah kualitas pendidikan tenaga kerja
di Jawa Tengah. Berikut merupakan jumlah penduduk yang menganggur di Jawa
Tengah:
Table 1.4
Jumlah Pengangguran Propinsi Jawa tengah tahun 2008-2012
Tahun
Jumlah
Tingkat Pengangguran
Pengangguran
Terbuka (%)
2008
1.227.308
7,35
2009
1.252.267
7,33
2010
1.046.883
6,21
2011
1.002.662
5,93
2012
962.141
5,63
Sumber : BPS, Prov. Jawa Tengah
Tabel 1.4 menunjukan jumlah pengangguran di propinsi Jawa Tengah. Pada
tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah pengangguran dibanding tahun 2008 yang
berjumlah 1.252.267 orang. Hal ini terjadi karena adanya dampak dari krisis ekonomi
yang melanda dunia pada tahun 2008 yang sedikit banyak mempengaruhi
perekonomian di tahah air. Pada tahun-tahun berikutnya jumlah pengangguran Jawa
tengah terus menurun sejalan dengan membaiknya kondisi ekonomi nasional. Hingga
pada tahun 2012 hanya berjumlah 962.141 orang penduduk Jawa tengah yang
menganggur.
12
Dengan diberlakukannya otonomi daerah, diharapkan tiap-tiap daerah mampu
menggali dan mengelola sumber-sumber ekonomi agar dapat menigkatkan
produktifitasnya. Sehingga pada akhirnya
pertumbuhan
ekonomi
daerahnya.
akan meningkatkan PDRB dan
Faktor-faktor
seperti
investasi,
kondisi
infrastruktur dan kondisi pengangguran memiliki peran dan pengaruh dalam
penigkatan PDRB yang dihasilkan propinsi Jawa tengah.
B. RUMUSAN MASALAH
Melihat permasalahan yang telah dijelaskan diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana
pengaruh
Foreign
Direct
Investment,
Infrastruktur
dan
Pengangguran terhadap PDRB Jawa Tengah periode tahun 2000-2012 secara
parsial?
2. Bagaimana
pengaruh
Foreign
Direct
Investment,
Infrastruktur
dan
Pengangguran terhadap PDRB Jawa Tengah periode tahun 2000-2012 secara
simultan?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan permasalahan yang sudah dijabarkan di atas. Tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui bagaimana pengaruh Foreign Direct Investment, Infrastruktur dan
Pengangguran terhadap PDRB di Jawa Tengah periode tahun 2000-2012
secara parsial.
13
b. Mengetahui bagaimana pengaruh Foreign Direct Investment, Infrastruktur dan
Pengangguran terhadap PDRB di Jawa Tengah periode tahun 2000-2012
secara simultan.
D. KEGUNAAN PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan akademis dan praktis.
Adapun kegunaan hasil penelitian ini dapat penulis uraikan antara lain :
1. Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah pengetahuan,
pengalaman, dan sebagai tempat mempraktekan ilmu pengetahuan serta
menerapkan dan membandingkan teori-teori yang diperoleh di bangku kuliah.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk mengkaji lebih
lanjut tentang faktor-faktor yang mepengaruhi perolehan PDRB di suatu
negara atau daerah.
E. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan informasi
bagi masyarakat pada umumnya dan khususnya untuk pemerintah baik itu pusat
maupun daerah, mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi/PDRB suatu daerah. Disamping itu sebagai pertimbangan bagi pemerintah
dalam pengambilan kebijakan ekonomi daerahnya.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pertumbuhan Ekonomi
a. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi secara umum dapat diartikan sebagai kenaikan
pendapatan nasional secara berarti dalam suatu periode perhitungan tertentu.
Sedangkan menurut Kutnets, pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan
kapasitas produksi dalam jangka panjang dari suatu negara yang bersangkutan
untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan
kapasitas tersebut dapat terjadi karena adanya kemajuan teknologi, institusi dan
idiologi terhadap berbagai keadaan yang ada (Todaro,2000:144).
Asfia Murni (2006:173) mengartikan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu
kondisi terjadinya perkembangan GDP/PDB potensial yang mencerminkan
adanya pertumbuhan output perkapita dan meningkatnya standar hidup
masyarakat.
Menurut Boediono (1992:9), pertumbuhan ekonomi adalah proses dari
kenaikan output per kapita dalam jangka waktu yang panjang. Pertumbuhan
ekonomi meliputi 3 aspek, yaitu:
1) Pertumbuhan
ekonomi
merupakan
suatu
proses
(aspek
perekonomian yang berkembang, berubah dari waktu ke waktu.
15
ekonomis)
2)
Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan adanya kenaikan output perkapita
dalam hal ini ada 2 aspek penting yaitu, output total dan jumlah penduduk.
Output perkapita adalah pembagian antara output total dengan jumlah
penduduk.
3) Pertumbuhan ekonomi dikaitkan dengan perspektif waktu jangka panjang
yang dikatakan tumbuh jika dalam jangka waktu 5 tahun mengalami kenaikan
output.
Angka pertumbuhan ekonomi umumnya dalam bentuk persentase dan
bernilai positif, tetapi mungkin juga bernilai negatif. Negatifnya pertumbuhan
ekonomi disebabkan adanya penurunan yang lebih besar daripada pendapatan
nasional tahun berikutnya dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
b. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori dibangun berdasarkan pengalaman empiris, sehingga teori dapat
dijadikan sebagai dasar untuk memprediksi dan membuat suatu kebijakan.
Terdapat beberapa teori yang mengungkapkan tentang konsep pertumbuhan
ekonomi, secara umum teori tersebut sebagai berikut:
1) Teori Adam Smith
Adam Smith beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi sebenarnya
bertumpu pada adanya pertambahan penduduk. Dengan adanya pertambahan
penduduk maka akan terdapat pertambahan output atau hasil. Jumlah penduduk
akan meningkat jika tingkat upah yang berlaku lebih tinggi dari tingkat upah
subsisten yaitu tingkat upah yang pas-pasan untuk hidup.
16
Tingkat upah yang berlaku menurut Adam Smith di tentukan oleh tarik
menarik antara kekuatan permintaan dan penawaran tenaga kerja. Sementara itu
permintaan akan tenaga kerja akan ditentukanoleh stok modal dan tingkat
output masyarakat. Oleh karena itulaju pertumbuhan permintaan tenaga kerja di
tentukan oleh lajupertumbuhan stok modal (akumulasi modal) dan laju
pertumbuhan output. Teori Adam Smith ini tertuang dalam bukunya yang
berjudul An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations.
Adam Smith juga beranggapan bahwasannya sumber daya alam adalah
faktor utama dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Jumlah sumberdaya alam
yang ada adalah batas maksimum pertumbuhan ekonomi. Jika sumberdaya alam
tersebut belum dimanfaatkan sepenuhnya maka jumlah penduduk dan modal lah
yang menjadi faktor utama dalam pertumbuhan output. Namun pertumbuhan
output tersebut akan berhenti dikala semua sumber daya alam yang ada telah
digunakan seluruhnya.
2) Teori Neoklasik Solow-Swam
Pertumbuhan ekonomi neo klasik berkembang sejak tahun 1950-an. Teori
ini berkembang berdasarkan analisis-analisis mengenai pertumbuhan ekonomi
menurut pandangan ekonomi klasik. Ekonom yang menjadi perintis dalam
mengembangkan teori tersebut adalah Robert sollow dan Trevir swan
(Arsyad,2010:61). Teori ini didasarkan kepada anggapan teori klasik dimana
diasumsikan bahwa perekonomian akan tetap mengalami keadaan full
employment dan peralatan modal akan tetap digunakan sepanjang waktu.
17
Dalam model neoklasik ini rasio modal output (capital output ratio) dapat
berubah. Dalam artian apabila lebih banyak modal yang digunakan maka
jumlah tenaga kerja yang digunakan sedikit, begitupun sebaliknya. Dengan
adanya fleksibilitas ini, suatu perekonomian mempunyai kebebasan yang tidak
terbatas dalam menentukan kombinasi antara modal (K) dan tenaga kerja (L)
yang akan digunakan untuk menghasilkan output tertentu.
Berikut ini adalah grafik fungsi produksi neoklasik yang menampilkan
kombinasi antara modal/Capital dan tenaga kerja/labor :
Gambar 2.1
Fungsi Produksi Neoklasik
Fungsi produksi neoklasik diatas menunjukan suatu tingkat output tertantu
dapat diciptakan dengan menggunakan berbagai kombinasi modal dan tenaga
kerja. Dengan kombinasi jumlah modal dan tenaga kerja yang dapat diubahubah, terdapat kemungkinan bahwa output tidak mengalami perubahan.
18
Disamping itu, tingkat output tetap dapat mengalami perubahan meskipun
jumlah modalnya konstan.
3) Teori Harrod-Domar (Keynesian)
Teori Harrod Domar merupakan perluasan dari analisis keynesian
mengenai kegiatan ekonomi secara nasional dan masalah tenaga kerja. HarrodDomar beranggapan bahwa modal harus dipakai secara efektif, karena
pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh peranan pembentukan modal
tersebut. Pembentukan modal dapat tersebut dapat diperoleh melalui akumulasi
modal. Pembentukan modal tidak hanya dipandang sebagai pengeluaran yang
akan menambah kemampuan suatu perekonomian untuk berproduksi, tetapi
juga dapat meningkatkan permintaan masyarakat.
Teori ini mengganggap bahwa kenaikan kapasitas produksi dan
pendapatan nasional suatu negara juga ditentukan oleh kenaikan pengeluaran
masyarakat yaitu yang dapat berupa investasi. Oleh karena itu, meskipun
kapasitas produksi meningkat, pendapatan nasional baru akan naik hanya jika
pengeluaran masyarakat juga meningkat.
c.
Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi
Dalam prosesnya pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh faktor-faktor
pendukung, yaitu faktor ekonomis dan non ekonomis. Faktor tersebut adalah
sebagai berikut:
19
1) Faktor Ekonomi
Menurut pandangan beberapa ahli faktor produksi adalah faktor atau
kekuatan utama dalam pertumbuhan ekonomi. Faktor produksi tersebut terdiri
atas:
a) Faktor Sumberdaya Alam
Sumberdaya alam merupakan salah satu faktor utama dalam produksi yang
berperan sebagai input. Sumberdaya alam dibagi atas SDA yang dapat
diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui.
b) Faktor Akumulasi Modal
Pembentukan atau akumulasi modal memerlukan pengorbanan melalui
pengurangan konsumsi masyarakat dalam jangka waktu tertentu. Masyarakat
mengalihkan sebagian uangnya ke dalam bentuk tabungan maupun investasi
yang nantinya digunakan sebagai sumber untuk kemajuan perekonomian
suatu wilayah.
c) Faktor Organisasi
Organisasi merupakan faktor yang bersifat pelengkap. Fungsinya membantu
masyarakat dalam meningkatkan produktifitasnya. Melalui organisasi tugas
dan peran seseorang dalam kegiatan ekonomi menjadi jelas, siapa yang
menjadi policy maker dan siapa yang jadi pelaku usaha.
d) Faktor Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi dianggap sebagai faktor paling penting dalam kegiatan
ekonomi. Perubahan teknologi akan berpengaruh terhadap perubahan metode
produksi sehingga produktifitas akan meningkat.
20
e) Pembagian Kerja dan Skala Produksi
Spesialisasi dan pembagian kerja dapat mengingkatkan produktivitas. Melalui
spesialisasi keberagaman produk hasil kegiatan produksi menjadi tinggi.
Dengan keberagaman tersebut menjadikan skala produksi masyarakat semakin
besar dan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
2) Faktor Non Ekonomi
Faktor non ekonomi secara bersama-sama mempengaruhi kemajuan
perekonomian. Faktor tersebut tidak secara langsung berengaruh terhadap
perekonomian. Namun faktor tersebut juga memiliki peran yang penting dalam
pertumbuhan ekonomi. Beberapa faktor tesebut adalah sebagai berikut:
a) Faktor Sosial
Faktor sosial dan budaya menghasilkan perubahan pandangan dan harapan,
struktur dan nilai-nilai sosial di masyarakat sehingga akan mempengaruhi arah
dan tujuan dari perkonomian suatu negara.
b) Faktor Sumberdaya Manusia
Faktor SDM memiliki peran yang vital dan penting dalam kegiatan ekonomi.
Kualitas SDM sangat berpengaruh dalam keberhasilan satu negara dalam
meningkatkan kualitas perekonomiannya.
c) Faktor Politik dan Administratif
Struktur dan kondisi politik yang tidak stabil merupakan pennghambat bagi
pembangunan ekonomi, terutama di negara berkembang. Sedangkan
21
administrasi yang kuat, efisien dan tidak korup sangat penting dalam
peningkatan kondisi ekonomi suatu negara.
d. Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Dalam konsep dasar ekonomi makro indikator yang digunakan dalam
mengukur pertumbuhan ekonomi, adalah produk domestik bruto (PDB).
Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa
akhir yang
diproduksi dalam perekonomian
selama kurun waktu tertentu
(Mankiw, 2006: 19). Dalam konsep regional Produk Domestik Bruto dikenal
sebagai
Produk
Domestik
Regional
Bruto
(PDRB). PDRB merupakan
indikator ekonomi makro suatu daerah, yang menggambarkan ada atau tidaknya
perkembangan perekonomian daerah. Dengan menghitung PDRB secara teliti
dan akurat baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan
dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai keberhasilan pembangunan di
suatu
daerah,
mewakili
yang memperlihatkan
laju
pertumbuhan
ekonomi
yang
peningkatan produksi di berbagai sektor lapangan usaha yang ada
(Saggaf, 1999: 15).
Berdasarkan rumusan pengertian di atas, maka dalam konsep regional,
pertumbuhan ekonomi daerah adalah angka yang ditunjukkan oleh besarnya
tingkat pertumbuhan produk domestik regional bruto suatu daerah yang diukur
atas dasar harga konstan. Bagi suatu daerah provinsi, kabupaten/kota gambaran
PDRB yang mencerminkan adanya laju pertumbuhan ekonomi dapat dilihat
dalam data sektor-sektor ekonomi yang meliputi pertanian, pertambangan dan
22
penggalian, industri pengolahan, listrik
gas dan air bersih, bangunan,
perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan
persewaan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa lainnya. Pertumbuhan ekonomi
dapat dilihat dari data
konsumsi
rumah
tangga,
konsumsi
pemerintah,
pembentukan modal bruto, perubahan persediaan, ekspor dan impor.
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
a. Pengertian PDRB
PDRB adalah jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari
seluruh kegiatan pekonomian diseluruh daerah dalam tahun tertentu atau perode
tertentu dan biasanya satu tahun. BPS (2007:2) membedakan perhitungan PDRB
ke dalam dua dasar, yaitu PDRB atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga
konstan. PDRB atas dasar harga Berlaku menggambarkan nilai tambah barang
dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun yang berlaku. PDRB atas
dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi.
Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah
barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu. PDRB
atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari
tahun ke tahun.
b. Metode penghitungan PDRB
Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan tiga cara pendekatan yaitu :
23
1) Pendekatan Produksi (Production Approach)
PDRB menurut pendekatan produksi diartikan bahwa PDRB dihitung
berdasarkan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
berbagai unit produksi atau sector ekonomi dalam suatu wilayah atau region
pada suatu jangka waktu tertentu. Nilai tambah merupakan nilai yang
ditambahkan pada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi sebagai
input antara nilai yang ditambahkan sama dengan balas jasa faktor produksi atas
ikut sertanya dalam proses produksi. Sector-sektor ekonomi tersebut adalah :
a) Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan,
b) Pertambangan dan penggalian
c) Industry pengelolaan
d) Listrik, gas, dan Air bersih
e) Konstruksi
f) Perdagangan, hotel,dan restoran
g) Pengangkutan dan komunikasi
h) Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan,
i) Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah.
2) Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
PDRB menurut pendapatan merupakan jumlah balas jasa yang
diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di
suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu yaitu satu tahun. Pada pendekatan
ini, nilai tambah dari kegiatan-kegiatan ekonomi dihitung dengan cara
24
menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi yaitu upah dan gaji, surplus
usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto.
Untuk sektor Pemerintahan dan usaha yang sifatnya tidak mencari
keuntungan, surplus usaha (bunga neto, sewa tanah dan keuntungan) tidak
diperhitungkan. Jumlah nilai balas jasa faktor produksi tersebut sama dengan
produk domestik regional bruto dari sudut pendapatan dan disebut Pendapatan
Regional.
3) Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)
Salah satu cara/pendekatan untuk mengetahui nilai PDRB adalah dengan
melihat sisi pengeluaran. Pos pendapatan nasional membagi GDP menjadi 4
kelompok pengeluaran (Mankiw. 2000 ; 24)
a) Konsumsi
b) Investasi
c) Pembelian pemerintah
d) Ekspor bersih (NX)
Jadi dengan menggunakan symbol Y untuk GDP menjadi : Y = (C + I +G
+NX). Persamaan ini disebut national income account adentity. Persamaan ini
menegaskan bahwa PDRB merupakan total pengeluaran dari konsumsi rumah
tangga (C) Investasi perusahaan (I) pembelian pemerintah (G) dan Ekspor Neto
(NX).
Konsumsi terdiri dari barang dan jasa yang di beli rumah tangga.
Konsumsi di bagi menjadi 3 kelompok yaitu : antara lain barang tidak tahan
25
lama dan barang tahan lama dan jasa (service). Konsumsi dalam perekonomian
memegang peranan penting dalam pembentukan GDP, karena hampir 70%
GDP berasal dari konsumsi.
Investasi terdiri dari barang-barang yang di beli untuk penggunaan masa
depan. Investasi juga di bagi 3 kelompok 1.)investasi tetap bisnis (Bussines
Fixed Investment) 2.) investasi tetap residensi (Residential Fixed Investment) 3.)
dan investasi persediaan (Inventory Investment). Investasi tetap bisnis adalah
peralatan dan struktur yang di beli perusahaan untuk penggunaan dalam
produksi mendatang, misalnya pembelian pabrik. Investasi tetap residensi
adalah perumahan yang baru yang di beli seseorang untuk di tinggali atau untuk
disewakan. Sedangkan investasi persediaan adalah perubahan dalam kuantitas
barang yang disimpan perusahaan di gudang termasuk bahan baku dan
perlengkapan barang jadi dan barang setengah jadi. Investasi persediaan ini
akan meningkatkan persedian barang perusahaan.
Pembelian pemerintah (government purchases) adalah barang dan jasa
yang di beli oleh pemerintah pusat, negara bagian, dan daerah. Ekspor bersih
adalah nilai barang dan jasa yang di ekspor ke negara lain di kurangi nilai
barang dan jasa yang diimpor dari negara lain yang merupakan cerminan neraca
perdagangan suatu negara.
3. Investasi
Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai
pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan26
peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah
barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk
memproduksikan barang dan jasa di masa depan (Sukirno, 2000:69).
Sedangkan Todaro (2000:388) mendefinisikan investasi atau penanaman modal
sebagai bagian dari pendapatan nasional (national income) atau pengeluaran
nasional (national expenditure) yang secara khusus diperuntukan memproduksi
barang kapital atau modal pada periode waktu tertentu.
Samuelson (2003:137) menjelaskan bahwa investasi sering kali mengarah
pada perubahan dalam keseseluruhan permintaan dan mempengaruhi siklus
bisnis, selain itu investasi mengarah kepada akumulasi modal yang bisa
meningkatkan output potensial negara dan mengembangkan pertumbuhan
ekonomi jangka panjang. Ketika pengeluaran untuk membeli barang-barang
modal dan peralatan produksi tersebut diperkirakan akan mendatangkan
keuntungan berupa hasil penjualan yang lebih besar dari pengeluaran yang
untuk investasi, maka investor akan memutuskan untuk melakukan investasi
atau penanaman modal.
Investasi pada hakekatnya merupakan awal kegiatan pembangunan
ekonomi. Investasi dapat dilakukan oleh swasta, pemerintah atau kerjasama
antara pemerintah dan swasta. Investasi merupakan suatu cara yang dapat
dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
untuk jangka panjang dapat menaikan standar hidup masyarkatnya (Mankiw,
2003: 62).
27
Peranan investasi terhadap kapasitas produksi memang sangat besar,
karena investasi merupakan penggerak perekonomian, baik untuk penambahan
faktor produksi maupun berupa peningkatan kualitas faktor produksi, investasi
ini nantinya akan memperbesar pengeluaran masyarakat melalui peningkatan
pendapatan masyarakat dengan cara multiplier effect. Faktor produksi akan
mengalami penyusutan, sehingga akan mengurangi produktivitas dari faktorfaktor produksi tersebut. Supaya tidak terjadi penurunan produktivitas harus
diimbangi dengan investasi baru yang lebih besar dari penyusutan faktor
produksi tersebut. Teori pertumbuhan Harod-Domar dijelaskan bahwa kenaikan
kapasitas produksi dan pendapatan nasional dapat ditingkatkan dengan
memperbesar pengeluaran masyarakat dalam bentuk investasi.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, adapun tujuan penyelenggaraan penanaman modal antara
lain adalah untuk :
a) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional;
b) Menciptakan lapangan kerja;
c) Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan;
d) Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional;
e) Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional;
f) Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan;
28
g) Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar
negeri; dan
h) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Investasi merupakan komponen utama dalam menggerakan roda
perekonomian suatu negara. Secara teori peningkatan investasi akan mendorong
volume perdagangan dan volume produksi yang selanjutnya akan memperluas
kesempatan kerja yang produktif dan berarti akan meningkatkan pendapatan
perkapita sekaligus bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam teori
pertumbuhan
Harod-Domar
(1946),
kenaikan
kapasitas
produksi
dan
pendapatan nasional suatu negara juga ditentukan oleh kenaikan pengeluaran
masyarakat yaitu yang dapat berupa investasi. Artinya investasi yang
dikeluarkan masyarakat akan mempengaruhi kapasitas produksi daerah melalui
peningkatan akumulasi modal, maupun peningkatan teknologi.
Penggairahan iklim investasi di Indonesia dijamin keberadaannya sejak
dikeluarkannya Undang-Undang No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal
Asing (PMA) dan Undang-Undang No.6 Tahun 1968 tentang Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN). Kedua undang-undang ini kemudian dilengkapi
dan disempurnakan, dimana UU No. 1 Tahun 1967 tentang PMA
disempurnakan dengan UU No. 11 Tahun 1970 dan UU No. 6 Tahun 1968
tentang PMDN disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 1970.
29
Menurut UU no. 1 Th. 1967 dan UU no 11 Th. 1970 tentang PMA, yang
dimaksud dengan Penanaman Modal Asing (PMA) adalah penanaman modal
asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuanketentuan Undang-undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan
Perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung
menanggung resiko dari penanaman modal tersebut.
4. Foreign Direct Ivestment (FDI)
a. Pengertian Foreign direct Investment
FDI adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara
mendirikan atau memperluas perusahaannya di negara lain. Oleh karena itu tidak
hanya terjadi pemindahan sumber daya, tetapi juga terjadi pemberlakuan control
terhadap perusahaan di luar negeri.
FDI (Foreign Direct Investment) atau investasi langsung luar negeri adalah
salah satu ciri penting dari sistem ekonomi yang kian mengglobal. Hal ini
bermula saat sebuah perusahaan dari satu negara menanamkan modalnya dalam
jangka panjang ke sebuah perusahaan di negara lain. Dengan cara ini perusahaan
yang ada di negara asal (biasa disebut 'home country') bisa mengendalikan
perusahaan yang ada di negara tujuan investasi (biasa disebut 'host country') baik
sebagian atau seluruhnya. Caranya dengan si penanam modal membeli
perusahaan di luar negeri yang sudah ada atau menyediakan modal untuk
membangun perusahaan baru di sana atau membeli sahamnya sekurangnya 10%.
30
Panayotou (1998) menjelaskan bahwa FDI lebih penting dalam menjamin
kelangsungan pembangunaan dibandingkan dengan aliran bantuan atau modal
portofolio, sebab terjadinya FDI disuatu negara akan diikuti dengan transfer of
technology, know-how, management skill, resiko usaha relatif kecil dan lebih
profitable.
FDI dapat memberikan beragam manfaat ekonomi dan lainnya untuk lokasi
tuan rumah, manfaat ini termasuk meningkatkan lapangan kerja, peningkatan
pendapatan, dampak menguntungkan untuk investasi lokal, alih teknologi,
membaiknya
keterampilan
buruh,
meningkatnya
ekspor,
meningkatkan
kebersaingan internasional dari perusahaan-perusahaan lokal dan meningkatnya
persaingan domestik.
Pemerintah sangat memberi perhatiaan pada FDI karena aliran investasi
masuk dan keluar dari negara mereka bisa mempunyai akibat yang signifikan.
Para ekonom menganggap FDI sebagai salah satu pendorong pertumbuhan
ekonomi karena memberi kontribusi pada ukuran-ukuran ekonomi nasional
seperti Produk Domestik Bruto (PDB/GDP), Gross Fixed Capital Formation
(GFCF, total investasi dalam ekonomi negara tuan rumah) dan saldo
pembayaran. Mereka juga berpendapat bahwa FDI mendorong pembangunan
karena bagi negara tuan rumah atau perusahaan lokal yang menerima investasi
itu, FDI menjadi sumber tumbuhnya teknologi, proses, produk sistem organisasi,
dan ketrampilan manajemen yang baru. Lebih lanjut, FDI juga membuka pasar
dan jalur pemasaran yang baru bagi perusahaan, fasilitas produksi yang lebih
31
murah dan akses pada teknologi, produk, keterampilan, dan pendanaan yang
baru.
b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Investasi
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi investasi (FDI) adalah sebagai
berikut:
1) Tingkat suku bunga, terdapat hubungan negatif antara jumlah investasi dan
tingkat bunga. Jika tingkat suku bunga naik maka investasi akan berkurang,
begitupun sebaliknya.
2) Inovasi dan teknologi, perusahaan perlu menanamkan investasi untuk
membeli mesin-mesin baru dan canggih agar produksinya jadi lebih efisien.
3) Kondisi perekonomian, semakin besar pendapatan nasional akan membuat
semakin banya bagian pendapatan yang ditabung. Yang nantinya akan
diinvestasikan pada usaha yang menguntungkan.
4) Ramalan atau harapan akan konsidi perekonomian dimasa yang akan datang
5) Tingkat keuntungan perusahaan, makin banyak keuntungan yang diperoleh
makin banya bagian dari laba yang ditahan untuk tujuan investasi
selanjutnya.
6) Situasi politik dan birokrasi, jika situasi politik aman serta mudahnya
birokrasi akan membuat investor merasa aman untuk melakukan investasi.
32
5. Infrastruktur
a. Pengertian Infrastruktur
Secara bahasa dalam kamus besar bahasa Indonesia, infrastruktur dapat
diartikan sebagai sarana dan prasarana. Definisi lainnya mengenai infrastruktur,
adalah bahwasannya infrastruktur mengacu pada fasilitas fisik dan termasuk pula
kerangka kerja organisaional, pengetahuan dan teknologi yang penting untuk
organisasi masarakat dan pembangunan ekonomi. Infrastruktur meliputi undangundang, sistem pendidikan dan kesehatan publik, sistim distribusi dan perawatan
air, pengumpulan sampah dan limbah, pengolahan dan pembuangannya, sisten
komunikasi, sistem transportasi dan utilitas publik (Tatom, 1993:124)
Dalam perekonomian infrastruktur merupakan wujud dari modal publik
yang terbentuk dari investasi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Familoni
(2004:16) menyebut infrastruktur sebagai Basic essential service dalam proses
pembangunan. Maksudnya adalah pembangunan sosial dan ekonomi akan dapat
terjadi dan dipercepat dengan adanya infrastruktur sosial serta infrastruktur fisik
pendukung perekonomian.
Infrastruktur merupakan elemen yang berfungsi sebagai sarana dan
prasarana
yang
memudahkan
mobilitas
dan
kegiatan
manusia.
Bagi
perekonomian infrastruktur berfungsi sebagai input dalam kegiatan produksi dan
sarana dalam mendistribusikan hasil produksi barang dan jasa. Infrastruktur
mengacu kepada sistem fisik yang menyediakan transportasi, air, listrik dan
fasilitas publik lain yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia
33
secara ekonomi maupun sosial (Grigg dalam Kodoatie, 2003:8). Sistem
infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan
ekonomidalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Gambar 2.2
Skema Hubungan Infrastruktur dan Sistem ekonomi
Sumber : Grigg, 1988
Gambar diatas menunjukan bahwa infrastruktur merupakan pendukung dari
sistem sosial dan ekonomi. Ketersedian infrastruktur meningkatkan akses
masyarakat terhadap sumber daya sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas yang berujung pada pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Oleh
karena itu penting untuk memperhatikan konsisi infrastruktur terutama fisik
untuk mendukung kegiatan ekonomi di suatu daerah.
Menurut Canning dan Pedroni (2004:11) infrastruktur memiliki sifat
externalitas. Infrastruktur berupa jalan, pendidikan, listrik dan kesehatan
memiliki sifat eksternalitas yang positif. Ini menggambarkan bahwa fasilitas
yang diberikan pemerintah berupa infrastruktur merupakan eksternalitas positif
yang dapat meningkatkan produktifitas semua input dalam proses produksi.
34
Eksternalitas positif yang di peroleh dari infrastruktur yaitu berupa efek limpahan
(Spillover effect) dalam bentuk peningkatan kapasitas produksi perusahaan dan
pertanian tanpa harus meningkatkan input modal dan tenaga kerja.
Teori
Pertumbuhan
Endogeneus
yang
diperkenalkan
oleh
Romer
memasukan peranan infrastruktur dalam pertumbuhan ekonomi. Teori ini
menyatakan bahwa kemajuan ekonomi tidak dapat dikatakan eksogen, melainkan
endogen karena kemajuan teknologi sangan ditentukan oleh investasi dari
sumberdaya manusia dan industri berbasis ilmu pengetahuan. Konsekuensi lebih
lanjut dari teori endogeneus ini adalah pentingnya penyediaan infrastruktur yang
dapat meningkatkan efisiensi alokasi sumberdaya sehingga menghasilkan
increasing return to scale dalam suatu kegiatan prosuksi (Meiningtyas, 2007:10).
b. Penggolongan Infrastruktur
Menurut Grigg dalam Kodoatie (2003:101), infrastuktur dapat dibagi
kedalam 13 kategori, yaitu:
1) Sistem penyediaan air: waduk, penampungan air, transmisi dan distribusi,
fasilitas pengelolaan air (treatment plant)
2) Sistem pengelolaan air limbah: pengumpulan, pengolahan, pembuangan, daur
ulang
3) Fasilitas pengelolaan limbah padat
4) Fasilitas pengendali banjir, berupa drainase dan irigasi
5) Fasilitas lintas air dan navigasi
35
6) Fasilitas transportasi: jalan, rel, bandar udara. Termasuk didalamnya adalah
tanda-tanda lalu lintas, fasilitas pengontrol.
7) Sistem transit publik
8) Sistem kelistrikan: produksi dan distribusi
9) Fasilitas gas alam
10) Gedung publik: sekolah, rumah sakit
11) Fasilitas perumahan publik
12) Taman kota sebagai daerah resapan, tempat bermain teermasuk stadion
13) Komunikasi
Sedangkan The World Bank (1994) membagi infrastruktur menjadi tiga,
yaitu:
1) Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan untuk
menunjang
aktivitas
ekonomi,
meliputi
publicutilities
(tenaga,
telekomunikasi, air, sanitasi, gas), public work (jalan, bendungan, kanal,
irigasi dan drainase) dan sector transportasi (jalan, rel, pelabuhan, lapangan
terbang dan sebagainya).
2) Infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan dan rekreasi.
3) Infrastruktur administrasi, meliputi penegakan hukum, kontrol administrasi
dan koordinasi.
Pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2005 Tentang
Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur, menjelaskan beberapa jenis
infrastruktur
yang penyediaannya diatur pemerintah yaitu: infrastruktur
36
transportasi, infrastruktur jalan, infrastruktur pengairan, infrasruktur air minum
dan sanitasi, infrasruktur telematika, infrastruktur ketenagalistrikan, dan
infrastruktur pengangkutan gas dan minyak bumi..
6. Pengangguran
a. Pengertian Pengangguran
Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali,
sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau
seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para
pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada
yangmampu
menyerapnya.
Pengangguran
seringkali
menjadi
masalah
dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan
pendapatan masyarakat akan
berkurang
sehingga
dapat
menyebabkan
timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah
pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran
konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan
kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek
psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat
pengangguran
yang
terlalu
tinggi
juga
dapat
menyebabkan
kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan
37
pendapatan
perkapita
suatu negara.
Di
negara-negara
berkembang
seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan
yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih
banyak orang.
Dalam
teori
pertumbuhan
ekonomi
Solow,
pengangguran
bisa
dikategorikan ke dalam kuantitas tenaga kerja, sehingga jumlah penduduk yang
mengganggur akan mempengaruhi produktifitas dan pertumbuhan ekonomi.
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak
sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya.
b. Jenis dan Macam Pengangguran
1) Berdasarkan jam kerja
Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam:
a) Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment) adalah tenaga
kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
b) Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang
tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan,
biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja
yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
c) Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang
sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini
cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah
berusaha secara maksimal.
38
2) Berdasarkan penyebab terjadinya
Berdasarkan
penyebab
terjadinya,
pengangguran
dikelompokkan
menjadi 7 macam:
a) Pengangguran friksional (frictional unemployment)
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang
disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara
pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerja tidak mampu memenuhi
persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja.
Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan
kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih
baik dari sebelumnya. Proses dalam memperoleh pekerjaan ini yang
meyebabkan para pekerja tersebut tergolong sebagai pengangguran dalam
hal ini pengangguran normal.
b) Pengangguran konjungtural (cycle unemployment)
Pengangguran konjungtoral adalah pengangguran yang diakibatkan oleh
perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus
ekonomi.
c) Pengangguran struktural (structural unemployment)
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang diakibatkan oleh
perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang.
Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan,
seperti:
39
i. Akibat permintaan berkurang
ii. Akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi
iii. Akibat kebijakan pemerintah
d) Pengangguran musiman (seasonal Unemployment)
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya
fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang
harus
nganggur.
Contohnya
seperti petani yang
menanti
musim
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur
akibat
tanam, pedagang durian yang menanti musim durian.
e) Pengangguran siklikal
imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih
rendah daripada penawaran kerja
f) Pengangguran teknologi
Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan
atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin.
g) Pengangguran siklus
Pengangguran
siklus
adalah
pengangguran
yang diakibatkan
oleh
menurunnya kegiatan perekonomian karena terjadi resesi. Pengangguran
siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerate
demand).
40
B. Hubungan Antar Variabel
a. Hubungan Foreign Direct Investment dengan PDRB
Teori Harrod-Domar mengemukakan model pertumbuhan ekonomi yang
merupakan pengembangan dari teori Keynes. Teori tersebut menitik beratkan
pada peranan tabungan dan investasi sangat menentukan dalam pertumbuhan
ekonomi/PDRB daerah (Arsyad, 1997 : 44).
Menurut Dewi Ernita dkk (2013:2) pertumbuhan ekonomi
yang
berkelanjutan adalah pertumbuhan yang ditopang oleh investasi. Pertumbuhan
ekonomi yang ditopang investasi dianggap akan meningkatkan productivitas
suatu negara/ daerah. Investasi adalah pembelian barang yang nantinya akan
digunakan untuk memproduksi lebih banyak barang dan jasa (Mankiw, 2007:12).
Sebagai salah satu komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi, investasi
tentunya akan sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya PDB/PDRB yang
dihasilkan suatu negara atau wilayah. Return atau hasil dari investasi yang
ditanamkan disebuah wilayah adalah output berupa barang maupun jasa. Semakin
tinggi atau besar investasi yang ditanamkan akan membuat produktivitas suatu
wilayah dalam menghasilkan output semakin tinggi. Ini berarti akan
meningkatkan
PDRB
yang
dihasilkan
suatu
wilayah/daerah,
begitupun
sebaliknya.
b. Hubungan Infrastruktur dengan PDRB
Investasi produktif yang bersifat langsung tersebut harus dilengkapi dengan
berbagai Investasi penunjang ekonomi dan sosial berupa pembangunan
41
infrastruktur. Pembangunan infrastruktur tersebut meliputi jalan, penyediaan
listrik, persediaan air bersih dan perbaikan sanitasi serta pembangunan fasilitas
komunikasi. Infrastruktur merupakan salah satu roda penggerak kegiatan ekonomi
di suatu negara yang perannya sangat vital.
Dalam model neoklasik Solow, pertumbuhan ekonomi berasal dari tiga
faktor berikut: kenaikan kualitas dan kuantitas pekerja, kenaikan dalam kapital
dan peningkatan teknologi. Dalam model ini investasi fisik seperti infrastruktur
penunjang kegiatan ekonomi dimasukan kedalam faktor kapital. Sehingga
kenaikan dalam kapital akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi/PDRB.
Sedangkan
menurut
Kuznetz
(Todaro,2000)
menyatakan
bahwa
pertumbuhan ekonomi suatu negara atau wilayah dipengaruhi oleh akumulasi
modal(tanah, prasarana/infrastrukur), sumberdaya manusia, sumber daya alam
baik dari jumlah maupun kualitasnnya. Dari penjelasan tersebut menunjukan
bahwa kondisi infrastruktur yang baik kualitas dan kuantitasnya tentu akan
meningkatkan kinerja perekonomian yang pada akhirnya akan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi/PDRB suatu negara/wilayah.
Menurut Canning dan Pedroni (2004:11) infrastruktur memiliki sifat
externalitas. Infrastruktur berupa jalan, pendidikan , listrik dan kesehatan
memiliki sifat eksternalitas yang positif. Ini menggambarkan bahwa fasilitas yang
diberikan pemerintah berupa infrastruktur merupakan eksternalitas positif yang
dapat meningkatkan produktifitas semua input dalam proses produksi.
Eksternalitas positif yang di peroleh dari infrastruktur yaitu berupa efek limpahan
42
(Spillover effect) dalam bentuk peningkatan kapasitas produksi perusahaan dan
pertanian tanpa haru meningkatkan input modal dan tenaga kerja.
c. Hubungan Pengangguran dengan PDRB
Besar kecilnya PDRB yang dimiliki suatu daerah sangat bergantung pada
produktifitas masyarakat daerah tersebut dalam menghasilkan barang atau jasa.
Banyak faktor yang mempengaruhi produktifitas masyarakat suatu negara atau
daerah dalam menghasilkan barang dan jasa, salah satunya adalah tingkat
pengangguran. Pengangguran merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi
pemerintah dalam tujuannya untuk memperbaiki kondisi perekonomian
masyarakatnya. Pengangguran adalah masyarakat yang masuk dalam angkatan
kerja yang tidak memiliki pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan. Dalam teori
pertumbuhan ekonomi Solow, pengangguran bisa dikategorikan ke dalam
kuantitas tenaga kerja, sehingga jumlah penduduk yang mengganggur akan
mempengaruhi produktifitas dan pertumbuhan ekonomi.
Masyarakat yang mengganggur berarti mereka tidak dapat menghasilkan
produksi baik barang maupun jasa. Hal ini pastinya akan amat sanagt
mempengaruhi PDRB daerah tersebut. Semakin tinggi atau banyak masyarakat
yang mengganggur di suatu daerah makan akan menyebabkan PDRB semakin
kecil. Sebaliknya, semakin sedikit masyarakat yang menganggur menandakan
produktifitas masyarakat daerah tersebut yang tinggi dan otomatis PDRB di
daerah tersebut tinggi.
43
C. Penelitian Terdahulu
1. Srinivasu dan Srinivasa (2013). Infrastructur Development and Economic
Growth: Prospect and Perspective. Mereka meneliti pengaruh Innfastruktur
terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara di dunia. Hasil dari penelitian
tersebut menjelaskan bahwasanya Infrastruktur memiliki pengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi, tetapi yang menjadi pendorong utama adalah
infrastruktur sosial seperti faktor kesehatan dan pendidikan. Infrastruktur fisik
hanya menjadi roda penggerak kegiatan perekonomian.
2. Iuga I and Cioca I.C (2013). Meneliti korelasi antara tingkat pengangguran dan
Produk Domestik Bruto di negara yang tergabung dalam Uni Eropa. Variabel
dan data yang digunakan adalah tingkat pengangguran dan PDB di 27 negara
Uni Eropa termasuk Rumania periode 2005-2011. Metode analisis yang
digunakan adalah Pearson Correlations Coeficiens. Hasil dari analisis yang
dilakukan adalah terdapat korelasi antara tingkat pengagguran terhadap PDB
namun tidak terlalu kuat/signifikan.
3. Wolassa L. Kumo (2012) dalam jurnalnnya Infrastructure Investment and
Economic Growth in South Africa: A Granger Causality Analysis, meneliti
pegaruh investasi infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di afrika selatan.
Data yang digunakan periode tahun 1960-2009. motodoligi yang digunakan
adalah Vector AutoReression (VAR) Model. Hasilnya mengindikasikan bahwa
ada ada pengaruh yang kuat antara investasi infrastruktur terhadap perumbuhan
ekonomi Afrika Selatan.
44
4. Jurnal
yang
meneliti
Dampak
Foreign
Direct
Investment
Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia yang dibuat oleh Muhammad Kholis (2012).
Jurnal ini meneliti pengaruh investasi asing terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Penelitian ini menggunakan sampel 15 propinsi di Indonesia dan
menggunakan data tahun 2006-2010. metode yang digunakan adalah Pooled
Least Square. Hasilnya menunjukan bahwa FDI memberikan pengaruh yang
negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kondisi ini didasari oleh
kenyataan bahwa investasi di Indonesia masih sangat fluktuatif. Indonesia
belum menjadi prioritas sebagai tempat untuk berinvestasi bagi para investor
asing.
5. Ali A. Naji Maidani dan Maryam Zabihi (2011) meneliti tentang “The Dynamic
Effect of Unemployment Rate on Per Capita Real GDP in Iran”. Variabel dan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pengagguran dan GDP
riil per capita Iran. Metode yang digunakkan dalam penelitaian ini adalah AutoRegressive Distributed Lag (ADRL). Hasilnya menggambarkan bahwa tingkat
pengagguran memiliki pengaruh negatif dan signifikan baik itu jangka panjang
maupun jangka pendek terhadap GDP real per kapita di Iran.
6. Suindyah (2009) meneliti Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja dan Pengeluaran
Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Jawa Timur. Hipotesis
dalam penelitian ini diduga investasi, tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa timur.
Metode yang digunakan adalah Analisis Regresi Linear Berganda. Hasilnya
45
adalah Variabel Investasi, Tenaga Kerja dan Pengeluaran Pemerintah
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di propinsi
Jawa timur baik secara parsial maupun simultan.
7. Rindang Bangun dan Muhammad Firdaus (2009) meneliti Pengaruh
Infrastruktur Pada Pertumbuhan Ekonomi Wilayah di Indonesia. Data yang
digunakan adalah data infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi 26 propinsi di
Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah Fixed Effect Method dan
Regresi data panel. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa Variabel
infrastruktur baik listrik, jalan maupun air bersih memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
Penulis
Tahun
Judul
Variabel
1
Dr.B.Srinivasu
dan
P. Srinivasa, PhD
2013
Inftastructure
Development
and Economic
Growth:
Prospect and
Perspective
Infrastructure
and Economic
Growth
2
Iuga I and Cioca 2013
I.C
Analysis of
Correlation
Between the
Tingkat
pengagguran
dan PDB
46
Alat
Analisis
Hasil
Infrastruktur
memiliki pengaruh
terhadap
pertumbuhan
ekonomi, tetapi
yang menjadi
pendorong utama
adalah infrastruktur
sosial seperti faktor
kesehatan dan
pendidikan.
Infrastruktur fisik
hanya menjadi roda
penggerak kegiatan
perekonomian.
Pearson
Correlations
Coeficiens
Hasilnya adalah
terdapat korelasi
antara tingkat
Unemployment
Rate and Gross
Domestic
Product in
Europen Union
pengagguran
terhadap PDB
namun tidak terlalu
kuat/signifikan
3
Muhammad
Kholis
2012
Dampak
Foreign Direct
Investment
terhadap
pertumbuhan
ekonomi di
Indonesia
FDI dan
Pertumbuhan
ekonomi
Pooled
Least
Square
4
Wolassa L. Kumo
2012
Infrastructure
Investment and
Economic
Growth in South
Africa: A
Granger
Causality
Analysis
Infrastrcture
Investment
and Economic
Growth
VAR Model
5
Ali
A.
Naji 2011
Maidani
dan
Maryam Zabihi
The Dynamic
Effect of
Unemployment
Rate on Per
Capita Real
GDP in Iran
Tingkat
pengangguran
dan GDP riil
per kapita
AutoRegressive
Distributed
Lag
(ADRL)
47
FDI memberikan
pengaruh yang
negatif terhadap
pertumbuhan
ekonomi di
Indonesia. Kondisi
ini didasari oleh
kenyataan bahwa
investasi di
Indonesia masih
sangat fluktuatif.
Indonesia belum
menjadi prioritas
sebagai tempat
untuk berinvestasi
bagi para investor
asing.
Hasilnya
mengindikasikan
bahwa ada ada
pengaruh yang kuat
antara invetasi
infrastruktur
terhadap
perumbuhan
ekonomi Afrika
Selatan.
Hasilnya
menunjukan bahwa
Tingkat
pengagguran
memiliki pengaruh
negatif dan
signifikan baik itu
jangka panjang
maupun jangka
pendek terhadap
GDP real per kapita
di Iran.
6
Rindang Bangun 2009
Prasetyo
dan
Muhammad
Firdaus
Pengaruh
Infrastruktur
pada
Pertumbuhan
ekonomi
Wilayah di
Indonesia
Infrastruktur
dan
Pertumbuhan
Ekonomi
Fixed
Effects
Model,
regresi data
panel
7
Sayekti Suindyah 2009
D
Pengaruh
Investasi,
Tenaga Kerja
dan Pengeluaran
Pemerintah
Terhadap
Pertumbuhan
ekonomi di
Propinsi Jawa
Timur
Dependen:
Pertumbuhan
Ekonomi
Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Independen:
Investasi,
Tenaga Kerja,
dan
Pengeluaran
Pemerintah
Variabel
infrastruktur baik
listrik, jalan
maupun air bersih
memiliki pengaruh
yang positif dan
signifikan terhadap
pertumbuhan
ekonomi Indonesia.
Variabel Investasi,
Tenaga Kerja dan
Pengeluaran
Pemerintah
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi di
propinsi Jawa timur
baik secara parsial
maupun simultan.
Sumber: Berbagai Jurnal
Berdasakan beberapa penelitian terdahulu yang dijelaskan diatas, persamaan
yang dapat dilihat adalah pada variabel yang digunakan dalam penelitan tersebut.
Dari jurnal-jurnal tersebut dapat diketahui bahwa tidak semua hasil dari penelitian
tersebut sejalan dengan teori yang ada. Hal dapat terjadi karena beberapa faktor
yaitu perbedaan wilayah/ lokasi yang diteliti dan tahun yang diteliti. Ini
menggambarkan bahwa tidak selamanya teori dapat berlaku di semua keadaan
dan lokasi, terdapat faktor lain yang mempengaruhinya.
48
D. Kerangka Pemikiran
Dalam rumusan pemasalahan yang sudah ditetapkan pada bab sebelumnya
yang akan menganalisis pengaruh Foreign Direct Investment, Infrastruktur dan
Pengangguran terhadap PDRB propinsi Jawa Tengah periode tahun 2000-2012.
Berdasarkan masalah tersebut dapat dijelaskan kaitan antar variabel dalam
penelitian ini, diduga variabel PDRB dipengaruhi oleh FDI, Infrastruktur dan
Pengangguran.
Foreign direct investment sebagai pembentuk modal dalam perekonomian
tentunya diduga dapat mempengaruhi kondisi perekonomian suatu dareah.
Investasi yang masuk akan sangat mempengaruhi perkembangan PDRB suatu
daerah. Semakin besar investasi yang masuk diharapkan dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Sedangkan infrastruktur merupakan faktor
pendukung
yang
diharapkan
dapat
memperlancar
jalannya
kegiatan
perekonomian. Kondisi infrastruktur yang memadai dan kondisi yang baik tentu
akan mempengaruhi kegiatan perekonomian yang nantinya kan meningkatkan
produktifitas masyarakat dan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.
Kondisi pengangguran yang tinggi di suatu daerah akan mengurangi
produktifitas daerah tersebut dalam menghasilkan barang dan jasa. Hal ini akan
berimbas pada perkembangan PDRB dan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.
Dari uraian tersebut dapat dibuat persamaan seperti berikut ini:
49
Y = f (X1,X2,X3)
Dimana:
Y = PDRB
X1 = Foreign Direct Investment
X2 = Inftasruktur
X3 = Pengangguran
Untuk lebih jelasnya mengenai pengaruh FDI, Infrastruktur dan
pengangguran terhadap PDRB propinsi Jawa Tengah, dapat dilihat pada gambar
2.3 kerangka pemikiran dibawah ini:
50
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran
Latar Belakang Penelitian
Rumusan Masalah
Variabel Independen:
- Foreign Direct Investment
- Infrastruktur
-Pengangguran
Variable Dependen:
Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB)
Model Ekonometrika
Uji Asumsi Klasik:
- Uji Normalitas
- Uji Multikolinearitas
- Uji Hetrokedastisitas
- Uji Autokorelasi
Regresi Linier Berganda:
- Uji t
- Uji F
- Koefisien Determinasi
Interpretasi dan Hasil
Kesimpulan dan Saran
51
E. Hipotesis
Dengan mengacu pada dasar pemikiran teoritis dan studi empiris yang pernah
dilakukan berkaitan dengan penelitian di bidang ini, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
1. H0 : Diduga tidak ada pengaruh yang signifikan antara FDI, Infrastruktur
dan Pengangguran terhadap angka PDRB Jawa tengah secara parsial.
H1 : Diduga ada pengaruh yang signifikan antara FDI, Infrastruktur
dan Pengangguran terhadap angka PDRB Jawa tengah secara parsial.
2. H0 : Diduga tidak ada pengaruh yang signifikan antara FDI, Infrastruktur dan
Pengangguran terhadap angka PDRB Jawa tengah secara simultan.
H1 : Diduga ada pengaruh yang signifikan antara FDI, Infrastruktur dan
Pengangguran terhadap angka PDRB Jawa tengah secara simultan.
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan empat variabel dimana terdapat satu
variabel terikat (Dependen Variabel) dan tiga variabel
bebas (Independen
Variabel), yang terdiri atas:
Variabel dependen
: Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Variabel independen
: Foreign Direct Investment, Infrastruktur dan
Pengangguran.
B. Metode Penentuan Sampel
Dalam peneelitian ini sampel yang digunakan adalah propinsi Jawa Tengah.
Metode pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, yaitu
suatu cara pengambilan sampel dimana anggota sampel diserahkan pada
pertimbangan pengumpulan data yang berdasarkan atas pertimbangan yang
sesuai dengan maksud dan tujuan tertentu. Cirinya antara lain: sampel sesuai
tujuan, jumlah sampel tidak dipermasalahkan, dan unit sampel disesuaikan
dengan kriteria tertentu berdasarkan tujuan penelitian. Pertimbanganya adalah
dengan membandingkan PDRB tertinggi dan terendah.
Dalam penelitian ini populasi penelitian adalah 6 propinsi di Pulau Jawa
yaitu, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa
Timur.
53
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan hal yang harus dilakukan dalam penyusunan
penelitian ini untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian ini.
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui studi pustaka sebagai metode
pengumpulan data. Periode data yang digunakan adalah data sekunder berupa data
semesteran tahun 2000 – 2012 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS)
Indonesia dan Provinsi Jawa Tengah, Badan Koordinator Penanaman Modal
(BKPM), dan PT. PLN (Persero). Dan sebagai bahan pendukung digunakan buku
referensi, jurnal, surat kabar elektronik, dan beberapa situs resmi yang terkait
dengan objek penelitian PDRB/pertumbuhan ekonomi.
D. Metode Analisis Data
1. Model Analisis
Dalam pengolahan data, digunakan penerapan metode kuadrat terkecil
biasa atau biasa disebut dengan Ordinary Least Square/OLS untuk model
regresi linier berganda. Didukung oleh analisis kuantitatif dengan menggunakan
model ekonometrik untuk mendapatkan gambaran hubungan antara variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini. Penulis menggunakan alat bantu
ekonometrika (software) yaitu eviews.
Faktor-faktor yang mempengaruhi PDRB Propinsi Jawa Tengah, FDI,
Infrastruktur dan Pengangguran yang dinyatakan dalam fungsi :
Y = f(X1, X2, X3)
54
Fungsi yang telah dijabarkan sebelumnya dimasukan dalam bentuk model
regresi linier berganda pada ekonometrika sebagai berikut :
PDRB= β + β1FDI+ β2ELC + β3UEM
+μ
Keterangan:
PDRB
= PDRB
ELC
= Infrastruktur
β
= Konstanta
UEM = Pengangguran
β1β2β3
= Koefisien Regresi
μ
FDI
= FDI
= Standar Eror
2. Uji Asumsi Klasik
Model regresi yang baik adalah model regresi yang menghasilkan estimasi
linier tidak bias (Best Linear Unbias Estimator/BLUE). Kondisi ini akan terjadi
jika dipenuhi beberapa asumsi, yang disebut dengan asumsi klasik. Asumsi
klasik selengkapnya adalah sebagai berikut :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah nilai residual terdistribusi
normal atau tidak pada variabel terikat dan variabel bebas. Model regresi yang
baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Untuk melihat
data terdistribusi normal atau tidak adalah dengan melihat probabilitas jarque-
55
berra. Bila probabilitas lebih besar dari 5 %, maka data terdistribusi normal.
(Wing Wahyu, 2011 : 5.37-5.39)
b. Uji Multikolinieritas
Multikoliniearitas adalah kondisi adanya hubungan linier antarvariabel
independen.
Karena
melibatkan
beberapa
variabel
independen,
maka
multikolinieartias tidak akan terjadi pada persamaan regresi sederhana (yang
terdiri atas satu variabel dependen dan satu variabel independen). Wing Wahyu,
2011 : 5.1)
Menurut Singgih Santoso (2010:206), Multikoliniearitas mengandung arti
bahwa antar variabel independen yang terdapat dalam model memiliki
hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien korelasinya
tinggi atau bahkan 1). (Gery Wibisono, 2013 : 65)
Untuk mengetahui gejala multikolinearitas dapat dilihat dari nilai
correlation matrix. Apabila hasil dari correlation matrix barada diantara 0,8
hingga 1, maka data terindikasi gejala multikolinearitas. Apabila hasilnya
dibawah 0,8 maka data terbebas gejala multikolinearitas (wing wahyu,
2011:5.5).
Indikasi multikoliniearitas ditunjukan dengan beberapa informasi antara lain :
1) Nilai R2 tinggi, tetapi variabel independen banyak yang yang tidak
signifikan.
2) Dengan menghitung koefisien korelasi antarvariabel independen,apabila
koefisien rendah maka tidak terdapat multikoliniearitas.
56
3) Dengan melakukan regresi auxiliary. Yaitu regresi yang dapat digunakan
untuk mengetahui hubungan antara dua (atau lebih) variabel independen
yang secara bersama-sama mempengaruhi satu variabel independen
lainnya.
Sedangkan alternative menghilangkan multikoliniearitas antara lain bisa
dengan menambahkan data penelitian bila memungkinkan, karena masalah
multikoliniearitas biasanya muncul karena jumlah observasi yang sedikit. Selain
itu dapat dengan menghilangkan salah satu variabel independen terutama yang
memiliki hubungan linier yang kuat dengan variabel lain. Namun jika tidak
mungkin dihilangkan maka tetap harus dipakai. Selanjutnya bisa dengan
mentransformasikan salah satu (atau beberapa) variabel dengan melakukan
diferensiasi. (Wing Wahyu, 2011 : 5.7-5.8)
c. Uji Heteroskedastisitas
Asumsi dalam model regresi adalah dengan memenuhi (1) residual
memiliki nilai rata-rata nol, (2) residual memiliki varian yang konstan,dan (3)
residual suatu observasi tidak saling berhubungan dengan residual observasi
lainnya sehingga menghasilkan estimator yang BLUE. Apabila asumsi (1)
terpenuhi yang terpengaruh hanyalah slope estimator dan ini tidak membawa
koefisien serius dalam analisis ekonometrik. Sedangkan jika asumsi (2) dan (3)
tidak terpenuhi, maka akan berdampak pada prediksi dengan model yang
dibangun. Dalam kenyataannya, nilai residual sulit memiliki varian yang
57
konstan. Hal ini sering terjadi pada data yang bersifat cross section dibanding
time series. (Wing Wahyu, 2011 : 5.8)
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi ada
tidaknya masalah heterokedastisitas. Diantaranya dapat menggunakan Uji
White. Untuk mengetahuinya yaitu dengan membandingkan nilai probabilitas
dari obs*R-Squared. Apabila nilai probabilitas obs*R-Squared lebih besar dari
0,05 maka dapat dikatakan data terbebas dari geala Heterokedastisias (Wing
Wahyu, 2011:5.16)
d. Uji Autokorelasi
Autokolerasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-i (sebelumnya). Tentu saja model regresi yang baik
adalah regresi bebas dari autokolerasi. (Gujarati 2007:112). Autokorelasi
menurut Wing Wahyu Winarno (2011 : 5.26) dapat berbentuk autokorelasi
posiif dan autokorelasi negatif.
Mengidentifikasi adanya autokorelasi dapat dilakukan dengan melakukan
Uji Durbin-Watson.Apabila D-W berada diantara 1,54 hingga 2,46 maka model
tersebut tidakterdapat autokolerasi. Sebaliknya, jika DW tidak berada diantara
1,54 hingga 2,46 maka model tersebut terdapat autokolerasi. (Wing Wahyu,
2009:5.27)
58
3. Uji Hipotesis
a. Uji-t
Uji t biasanya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas
secara individual dalam menerangkan variabel terikat. Untuk mengetahui
kebenaran hipotesis digunakan kriteria bila t hitung > t tabel maka H0 ditolak
dan H1 diterima, artinya ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel
terikat dengan derajat keyakinan yang digunakan sebesar α = 1%, α = 5% dan α
= 10% begitu pula sebaliknya bila t hitung < t tabel maka menerima H 0 dan
menolak H1 artinya tidak ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel
terikat. Selain itu untuk mengetahui kebenaran hipotesis dapat juga dilihat
melalui nilai probabilitas t-statistic yang lebih kecil atau lebih besar dari α.
b. Uji F
Uji F atau uji model secara keseluruhan dilakukan untuk melihat apakah
semua koefisien regresi berbeda dengan nol atau model diterima. Uji F dapat
dilakukan dengan membandingkan F-tabel. Jika nilai F-stat > F-tabel maka
dapat dikatakan terdapat hubungan antara variabel dependen dan variabel
independen. Namun, jika nilai F-stat < F-tabel maka tidak terdapat hubungan
antara variabel dependen dan variabel independen.
Selain itu, pengujian hipotesis dapat juga dilakukan dengan melihat p-value
atau nilai probabilitas dari F-statistic. Konsep ini membandingkan α dengan
nilai probabilitas. Jika p-value lebih kecil dari α maka dapat dikatakan bahwa
59
pada taraf keyakinan pada α yang ditetapkan (1 %, 5 %, atau 10 %), variabel
dependen dan independen memiliki hubungan. (Shochrul dkk, 2011 : 34)
c. Koefisien Determinasi (R2)
Uji ini digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan dari model yang
dipakai. Koefisien determinasi (R2) merupakan angka yang menunjukkan
besarnya kemampuan varian atau penyebaran dari variabel-variabel independen
yang menerangkan variabel dependen atau angka yang menunjukkan seberapa
besar variasi variabel dependen dipengaruhi oleh variabel-variabel independen.
Besarnya koefisien determinasi berkisar antara 0 sampai dengan 1 atau 0
R2
1, yang berarti variasi dari variabel bebas semakin dapat menjelaskan variasi
dari variabel tidak bebas bila angkanya semakin mendekati 1. Pada penelitian
ini juga akan digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan dengan
jumlah variabel dan jumlah observasinya (adjusted R2) atau dilambangkan
dengan adj R2), karena lebih menggambarkan kemampuan yang sebenarnya dari
variabel independen untuk menjelaskan variabel dependen.
E. Operasional Variabel Penelitian
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
Variabel
Definisi
Satuan
Produk Domestik
PDRB adalah jumlah nilai tambah barang Juta Rupiah
Regional Bruto
dan jasa yang dihasilkan dari seluruh
(PDRB)
kegiatan pekonomian diseluruh daerah
dalam tahun tertentu atau perode tertentu
dan biasanya satu tahun. BPS (2007:2)
60
membedakan perhitungan PDRB ke dalam
dua dasar, yaitu PDRB atas dasar harga
berlaku dan atas dasar harga konstan.
PDRB
atas
dasar
harga
Berlaku
menggambarkan nilai tambah barang dan
jasa yang dihitung menggunakan harga
pada tahun yang berlaku. PDRB atas dasar
harga berlaku digunakan untuk melihat
pergeseran dan struktur ekonomi. Dalam
penelitian ini data yang digunakan adalah
PDRB propinsi Jawa Tengah.
Foreign Direct
FDI adalah arus modal internasional Ribu US
Investment (FDI)
dimana perusahaan dari suatu negara
mendirikan
atau
Dollar
memperluas
perusahaannya di negara lain. Dalam
inestasi ini tidak hanya terjadi pemindahan
sumber
daya,
tetapi
juga
terjadi
pemberlakuan control terhadap perusahaan
di luar negeri. Dalam penelitian ini data
yang digunakan adalah nilai realisasi FDI
propinsi Jawa Tengah.
Infrastruktur
Secara bahasa dalam kamus besar bahasa M W H
Indonesia, infrastruktur dapat diartikan
sebagai sarana dan prasarana. Definisi
lainnya mengenai infrastruktur, adalah
bahwasannya infrastruktur mengacu pada
fasilitas fisik dan termasuk pula kerangka
kerja
organisaional,
61
pengetahuan
dan
teknologi yang penting untuk organisasi
masarakat dan pembangunan ekonomi.
Dalam
perekonomian
infrastruktur
merupakan wujud dari modal publik yang
terbentuk dari investasi yang dikeluarkan
oleh pemerintah. Dalam penelitian ini data
yang digunakan adalah total penggunaan
energi listrik untuk sektor industri propinsi
Jawa Tengah.
Pengangguran
Pengangguran adalah istilah untuk orang Jiwa
yang tidak bekerja sama sekali, sedang
mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari
selama seminggu, atau seseorang yang
sedang berusaha mendapatkan pekerjaan
yang layak. Dalam penelitian ini data yang
digunakan adalah jumlah pengangguran
propinsi Jawa Tengah.
62
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Provinsi Jawa Tengah terletak 5’40' dan 8’30' Lintang Selatan dan antara
108’30' dan 111’30' Bujur Timur. Provinsi Jawa Tengah letaknya diapit oleh dua
propinsi besar, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur.
Berdasarkan administrasi wilayah, Propinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29
Kabupaten dan 6 Kota. Luas Wilayah Jawa Tengah sebesar 3,25 juta hektar atau
sekitar 25,04 persen dari luas pulau Jawa (1,70 persen luas Indonesia). Luas yang
ada terdiri dari 1,00 juta hektar (30,80 persen) lahan sawah dan 2,25 juta hektar
(69,20 persen) bukan lahan sawah. Jumlah penduduk di wilayah Provinsi Jawa
Tengah tahun 2012 sebanyak 33.270.207 jiwa dengan tingkat kepadatan
penduduk 1.003 jiwa per km2. Penyebaran penduduk di Provinsi Jawa Tengah
masih bertumpu di Kabupaten Brebes yakni sebesar 5,35 persen dan Kabupaten
Cilacap sebesar 5,1 persen sedangkan yang terendah Kota Magelang sebesar 0,4
persen .
Sementara dilihat dari kepadatan penduduk Kabupaten/Kota yang paling
tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kota Surakarta yakni sebanyak
11.393 jiwa per Km2 dan yang paling rendah adalah Kabupaten Blora dengan
tingkat kepadatan penduduk sebanyak 465 jiwa per Km2.
63
Dari jumlah penduduk ini, 47 persen di antaranya merupakan angkatan kerja.
Mata pencaharian paling banyak adalah di sektor pertanian (42,34 persen), diikuti
dengan perdagangan (20,91 persen), industri (15,71 persen), dan jasa (10,98
persen). Pertanian merupakan sektor utama perekonomian Jawa Tengah, dimana
mata pencaharian di bidang ini digeluti hampir separuh dari angkatan kerja
terserap.
Kawasan hutan meliputi 20 persen wilayah provinsi, terutama di bagian utara
dan selatan. Daerah Rembang, Blora, Grobogan merupakan penghasil kayu jati.
Jawa Tengah juga terdapat sejumlah industri besar dan menengah. Daerah
Semarang-Ungaran-Demak-Kudus merupakan kawasan industri utama di Jawa
Tengah. Kudus dikenal sebagai pusat industri rokok. Di Cilacap terdapat industri
semen. Solo, Pekalongan, dan Lasem dikenal sebagai kotaBatik yang kental
dengan nuansa klasik.
Blok Cepu di pinggiran Kabupaten Blora (perbatasan Jawa Timur dan Jawa
Tengah) terdapat cadangan minyak bumi yang cukup signifikan, dan kawasan ini
sejak zaman Hindia Belanda telah lama dikenal sebagai daerah tambang minyak.
B. Analisis Deskriptif
Penelitian ini menganalisis pengaruh foreign direct investment, Infrastruktur
dan pengangguran terhadap produk domestik regional bruto propinsi Jawa tengah.
Data yang digunakan dalam menganalisis adalah rentang waktu tahun 2000-2012.
Alat pengolahan data yang digunakan adalah perangkat lunak (software) Eviews
7.0 dengan metode análisis OLS. Maka dari itu, perlu dilihat perkembangan
64
secara umum nilai foreign direct investment, infrastruktur, pengangguran dan
produk domestik regional bruto propinsi JawaTengah.
1.Analisa deskriptif Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Jawa
Tengah
Salah satu tujuan penting dari pembangunan nasional adalah pertumbuhan
ekonomi yang tinggi. Dalam konteks ekonomi regional atau daerah,
pertumbuhan ekonomi juga mejadi target atau tujuan utama setiap pemerintah
daerah dalam meningkatkan pembangunan baik sosial maupun ekonomi di
daerahnnya.
PDRB menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam menciptakan nilai
tambah/ output baik barang maupun jasa dalam periode waktu tertentu yang
biasanya satu tahun. PDRB dapat dihitung dengan tiga pendekatan yaitu
pendekatan produksi, pengeluaran dan pendapatan. Ketiga pendekatan ini
menyajikan komposisi data nilai tambah yang disajikan menurut sektor
ekonomi, komponen penggunaan dan sumber pendapatan.
Perhitungan PDRB dari sisi produksi adalah dengan menjumlahkan seluruh
nilai tambah bruto yang mampu dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi atas
berbagai aktivitas produksinya. Sedangkan dari sisi pengeluaran menjelaskan
tentang penggunaan dari nilai tambah tesebut. Berikutnya dari sisi pendapatan
PDRB dihitung atas nilai tambah yang merupakan upah/gaji, suplus udaha,
penyusutan dan pajak tak langsung netto yang diperoleh. PDRB disajikan dalam
dua versi penilaian, yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan.
65
Berikut ini adalah data perkembangan PDRB propinsi Jawa Tengah periode
tahun 2000-2012:
Gambar 4.1
Perkembangan PDRB Propinsi Jawa Tengah Tahun 2000-2012
atas dasar harga konstan
PDRB (Juta Rupiah)
250,000,000
200,000,000
150,000,000
100,000,000
PDRB (Juta Rupiah)
50,000,000
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
0
Sumber: BPS Propinsi Jawa Tengah, data diolah
Gambar 4.1 diatas menggambarkan perkembangan PDRB Jawa Tengah
dalam kurun waktu 2000-2012 yang memiliki pergerakan yang signifikan dan
positif, dimana nilai PDRB selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Angka PDRB tersebut menggunakan atas dasar harga konstan tahun 2000. Pada
tahun 2000 PDRB Jawa tengah yaitu sebesar Rp 114,701,305,000,000
mengalami peningkatan pada tahun 2001 menjadi Rp 118,816,400,000,000.
bagitupun pada tahun tahun berikutnya, PDRB Jawa Tengah selalu meningkat.
Pertumbuhan PDRB yang positif ini mencerminkan kondisi pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi yang baik di Jawa Tengah. Hal ini diharapkan akan
66
mencerminkan kondisi ekonomi masyarakat yang sejahtera, serta menjadi
pertimbangan untuk menari para investor untuk berinvestasi di Jawa tengah.
2. Analisa destkriptif Foreign Direct Investment propinsi JawaTengah.
Investasi merupakan salah satu faktor pendukung kegiatan perekonomian di
suatu negara/daerah. Dengan adanya investasi kemampuan suatu daerah dalam
membangun ekonomi akan lebih mudah. Investasi yang ada akan meningkatkan
kapasitas produksi barang dan jasa di daerah tersebut serta akan meningkatkan
produktifitas masyarakat yang berujung pada kesejahteraan ekonomi.
Investasi dibagi kedalam Investasi domestik dan Foreign direct Investment.
FDI adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara
mendirikan atau memperluas perusahaannya di negara lain. Berikut ini adalah
perkembangan realisasi FDI yang masuk di propinsi Jawa Tengah.
Gambar 4.2
Perkembangan Realisasi FDI Propinsi Jawa Tengah
periode Tahun 2000-2012
FDI (ribu USD)
600,000
500,000
400,000
300,000
FDI (ribu USD)
200,000
100,000
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
0
Sumber: BKPM, data diolah
67
Gambar 4.2 tersebut menggambarkan perkembangan nilai realisasi FDI
yang masuk ke propinsi Jawa Tengah. Tahun 2000 total realisasi FDI Jawa
tengah sebesar 163.590 ribu US$. Tahun 2001-2003 nilainya terus menurun
sebagai dampak dari krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 19971998 dan imbas itu terorisme di Indonesia sebagai dampak bom Bali 1.
Peningkatan nilai FDI Jawa Tengah yang cukup besar terjadi pada tahun 2004
dan 2005 yang mencapai 550.502,44 ribu US$ sebagai indikasi bahwa kondisi
perekonomian Indonesia pada umumnya dan Jawa Tengah pada khususnya
dinilai makin kondusif oleh para investor asing. Namun pada tahun 2006 hingga
2008 terjadi penurunan nilai FDI yang drastis sebagai imbas dari situasi politik
yang kurang kondusif pasca pemilu tahun 2004 dan juga krisis ekonomi global
yang terjadi pada 2008 yang menyebabkan investor asing kurang berminat
untuk berinvestasi di Jawa tengah.
Pada 2009 nilai FDI kembali meningkat menjadi sebesar 83.142,8 ribu
US$, ini terjadi karena para investor asing melihat kondisi ekonomi Indonesia
yang tidak begitu terpengaruh dan mampu bertahan terhadap krisis ekonomi
global tahun 2008. Namun nilainya kembali menurun pada 2010 menjadi
sebesar 59.100 ribu US$. Pada tahun 2011 dan 2012 nilai realisasi FDI Jawa
tenga kembali mengalami peningkatan.
3. Analisis deskriptif Infrastruktur Listrik di propinsi Jawa Tengah.
Infrastruktur merupakan salah satu faktor pendukung yang penting dalam
kegiatan perekonomian suatu daerah. Tanpa tersedianya infrastruktur yang baik
68
maka kegiatan ekonomi suatu aerah akan mengalami hambatan. Secara mikro,
infastruktur dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi memalui peningkatan
produktivitas.
Infrastruktur tersebut meliputi jalan, penyediaan listrik, persediaan air
bersih dan perbaikan sanitasi serta pembangunan fasilitas komunikasi. Salah
satu infrastruktur yang paling vital peranya terhadap kegiatan perekonomian
adalah infrastruktur penyediaan listrik. Tersediannya jaringan listrik tentu
sangat memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam melakukan kegiatan
produksi baik barang maupun jasa. Berikut ini merupakan perkembangan
penjualan energi listrik untuk sektor industri di propinsi Jawa tengah:
Gambar 4.3
Perkembangan penjualan energy listrik untuk sector industri
Propinsi Jawa Tengah tahun 2000-2012
Penggunaan energi listrik (MWH)
7,000,000
6,000,000
5,000,000
4,000,000
infrastruktur energi
listrik (MWH)
3,000,000
2,000,000
1,000,000
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
0
Sumber: PT.PLN (persero), data diolah
Gambar 4.3 menunjukan perkembangan total penggunaan energi listrik
untuk sektor industri di propinsi Jawa Tengah tahun 2000 hingga 2012 secara
69
umum terus mengalami peningkatan. Hal ini mencerminkan bahwa pola
penggunaan energi listrik baik itu untuk keperluan produksi barang dan jasa
semakin meningkat sejalan dengan kemajuan teknologi dan penyebaran jaringan
listrik di propinsi Jawa Tengah. Sehingga diharapkan dengan penggunaan
energi listrik yang tinggi ditujukan untuk kegiatan yang produktif agar membuat
pertumbuhan ekonomi Jawa tengah kearah yang positif.
4. Analisis deskriptif Pengangguran di propinsi Jawa Tengah.
Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali,
sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau
seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.
Masyarakat yang mengganggur berarti mereka tidak dapat menghasilkan
produksi atau output baik barang maupun jasa. Hal ini pastinya akan amat
sangat mempengaruhi PDRB daerah tersebut. Semakin tinggi atau banyak
masyarakat yang mengganggur di suatu daerah makan akan menyebabkan
PDRB semakin kecil. Sebaliknya, semakin sedikit masyarakat yang
menganggur menandakan produktifitas masyarakat daerah tersebut yang tinggi
dan otomatis PDRB di daerah tersebut tinggi.
Berikut ini adalah tabel perkembangan jumlah pengangguran propinsi Jawa
Tengah:
70
Gambar 4.4
Perkembangan jumlah pengangguran propinsi Jawa Tengah
tahun 2000-2012
pengangguran
1,600,000
1,400,000
1,200,000
1,000,000
800,000
600,000
400,000
200,000
0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
pengangguran
Sumber: BPS, Propinsi Jawa tengah
Gambar 4.4 diatas menunjukan perkembangan jumlah penduduk Jawa
Tengah yang menganggur pada tahun 2000 hingga 2012. Jumlah pengagguran
cenderung fluktuatif. Pada 2001 jumlah pengagguran 578.190 jiwa menurun
dari tahun sebelumnya. Kemudian pada tahun 2002 hingga 2004 jumlah
pengagguran Jawa Tengah mengalami peningkatan. Namun kembali menurun
pada tahun 2005 sejumlah 978.952 jiwa. Pada 2007 pengangguran kembali
meningkat menjadi 1.360.219 jiwa. Dan pada tahun 2009 hingga 2012 jumlah
pengagguran terus menurun menjadi 962.141 jiwa pada 2012.
71
C. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Untuk menguji adakah variabel pengganggu atau residual terdistribusi
normal dalam model regresi dilakukan dengan uji normalitas. Bila dilihat dari
probabilitasnya lebih besar dari 5 % maka data terdistribusi normal.(Winarno,
2011 : 5.37-5.39)
Gambar 4.5
Uji Normalitas
6
Series: Residuals
Sample 2000S1 2012S2
Observations 26
5
4
3
2
1
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
-8.27e-09
270199.4
3447198.
-4198529.
2049304.
-0.347593
2.148962
Jarque-Bera
Probability
1.308179
0.519915
0
-3999990
-1999990
10
2000010
4000010
Gambar 4.5 menunjukan nilai probabilitas Jarque-Bera yaitu
0.519915 yang lebih besar dari α = 5 %, maka dapat diketahui bahwa data
dalam penelitian ini terdistribusi normal.
72
2. Uji Multikoliniearitas
Tabel 4.1
Correlation Matrix
FDI
ELC
UEM
FDI
1.000000
-0.096782
0.192324
ELC
-0.096782
1.000000
0.452107
UEM
0.192324
0.452107
1.000000
Multikoliniearitas adalah kondisi adanya hubungan linier antar
variabel independen. Masalah multikoliniearitas biasanya ditemukan jika
matriks korelasi dari semua variabel lebih dari 0,8. Dari tabel 4.1 dapat
diketahui bahwa tidak terdapat masalah multikoliniearitas, karena tidak ada
nilai matrik korelasi antar variabel independen yang diatas 0,8. Menurut
Winarno (2007 : 5.8) model yang terdapat gejala multikoliniearitas dapat
dibiarkan saja karena estimator yang digunakan masih dapat bersifat BLUE.
Sifat BLUE tidak terpengaruh oleh ada tidaknya korelasi antar variabel
independen. Meskipun multikoliniearitas dapat menyebabkan standard error
yang besar.
3. Uji Heterokedastisitas
Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengidentifikasikan
ada tidaknya masalah heterokedastisitas seperti yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya. Dalam pengujian heterokedastisitas penelitian ini menggunakan
uji white. Masalah heterokedastisitas pada data dapat dilihat dari nilai Obs*R-
73
Squared pada output. Jika nilai probabilitasnya lebih kecil dari α = 5 % maka
data yang digunakan bersifat heterokedastisitas.
Gambar 4.6
Uji Heterokedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic
3.169351
Obs*R-squared
16.65676
Scaled explained SS 6.851170
Prob. F(9,16)
0.0214
Prob. Chi-Square(9) 0.0544
Prob. Chi-Square(9) 0.6526
Pada gambar 4.6 diperoleh nilai probabilitas Obs*R-Squared yaitu
0.0544 lebih besar dari α = 5 %, sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang
digunakan dalam penelitian ini bebas dari masalah heterokedastisitas.
4. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi dengan
residual observasi lainnya. Dalam mengidentifikasi autokorelasi dapat
diketahui dengan melakukan uji Durbin-Watson. Uji D-W merupakan uji
yang banyak dipakai untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi pada model
yang digunakan. Pada uji D-W adanya autokorelasi positif jika nilai D-W
berada diantara 0 sampai dengan 1,10, serta autokorelasi negative jika nilai DW berada diatas 2,90. Sedangkan jika model terbebas dari masalah
autokorelasi, nilai D-W berada diantara 1,54 sampai dengan 2,46. Model tidak
dapat diputuskan terdapat autokorelasi jika nilai D-W berada diantara 1,10
sampai dengan 1,54, dan 2,46 sampai dengan 2,90. (Winarno, 2009 : 5.28)
74
Gambar 4.7
Hasil Regresi Linier Berganda
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.558892
0.495876
10769431
2.44E+15
-438.0996
8.869125
0.000542
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
78354391
15167859
35.36797
35.56299
35.42206
0.773920
Pada hasil regresi diatas, didapatkan bahwa nilai D-W sebesar
0.773920. Hasil tersebut menjelaskan bahwa nilai D-W berada diantara 0
sampai 1,10, yang berarti terdapat masalah autokorelasi positif dalam
penelitian ini. Selanjutnya dalam menguji masalah autokorelasi dapat
dilakukan dengan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test. (Winarno,
2009 : 5.33). Setelah dilakukan uji tersebut kita bisa melihat nilai D-W
sebesar 1.595401 yang berarti model ini terbebas dari masalah autokorelasi
(lampiran 5).
D. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakan hipotesis
yang telah ditetapkan diterima atau ditolak secara statistic. Pengujian hipotesis
ini dilakukan dengan uji statistic t, uji F serta Uji Adj R2 (Adjusted R Square).
Model penelitian yang menggunakan Ordinary Least Square ini dapat
dijelaskan melalui persamaan sebagai berikut:
75
PDRB=
68355248.1971
+
32.3165835529*D(FDI)
+
191.120205382*D(ELC) - 136.543920144*D(UEM)
Dimana :
PDRB
= Produk Domestik Regional Bruto
FDI
= Foreign Direct Investment
ELC
= Infrastruktur
UEM
= Pengangguran
Dari persamaan regresi yang telah diuraikan sebelumnya, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
a. Jika variabel-variabel independen dianggap konstan atau bernilai nol,
artinya variabel independen tidak terjadi peningkatan atau penurunan
maka besarnya PDRB adalah sebesar 68355248.1971.
b. Nilai koefisien regresi variabel FDI sebesar 32.3165835529,atau
dibulatkan menjadi 32.32 , yang berarti setiap peningkatan FDI sebesar
1 ribu USD akan meningkatkan PDRB sebesar 32.32juta rupiah.
c. Nilai koefisien regresi variabel Infrastruktur sebesar191.120205382atau
dibulatkan menjadi 191 , yang berarti setiap peningkatan Infrastruktur
(penggunaan energi listrik) sebesar 1 MWH akan meningkatkan PDRB
sebesar 191juta rupiah.
d.
Nilai koefisien regresi variabel nilai Pengangguran sebesar 136.543920144 atau dibulatkan menjadi -136.54 , yang berarti setiap
76
peningkatan Pengangguran sebesar 1 jiwa akan menurunkan PDRB
sebesar 136.54 juta rupiah.
1. Interpretasi hasil Uji-t dan Analisis Ekonomi
Uji - t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu
Foreign Direct Investment, Infrastruktur dan Pengangguran terhadap Produk
Domestik Regional Bruto propinsi Jawa Tengah secara parsial. Uji-t
digunakan untuk membuktikan hipotesis yang telah dibuat. Selain melihat ujit dari nilai t-statistic, uji-t dapat dilihat melalui nilai probabilitas t-statistic.
Jika nilai probabilitas t-statistic lebih besar dari α = 5% maka Ho diterima H1
ditolak, namun jika lebih kecil dari α = 5% maka Ho ditolak H1 diterima.
Tabel 4.2
Uji-t
Variable
C
D(FDI)
D(ELC)
D(UEM)
Coefficient
68355248
32.31658
191.1202
-136.5439
Std. Error
3081544.
46.06788
40.37649
44.48797
t-Statistic
22.18214
0.701499
4.733453
-3.069232
Prob.
0.0000
0.4907
0.0001
0.0058
Tabel 4.2 merupakan hasil dari pengujian variabel independen yaitu
Foreign Direct Investment, Infrastruktur dan Pengangguran secara parsial.
Penelitian ini menggunakan α = 5 % atau α = 0,05. Adapun hipotesisnya
sebagai berikut :
77
H0 : Diduga tidak ada pengaruh yang signifikan antara FDI,
Infrastruktur dan Pengangguran terhadap angka PDRB Jawa
tengah secara parsial.
H1 :
Diduga ada pengaruh yang signifikan antara FDI, Infrastruktur
dan Pengangguran terhadap angka PDRB Jawa tengah secara
parsial.
Berdasarkan hasil regresi yang diperoleh pada tabel 4.2 maka
pembuktian dari hipotesis yang telah dipaparkan adalah sebagai berikut :
1) Nilai probabilitas t-Statistic variabel FDI sebesar 0.4907 lebih
besar dari 0,05 yang berarti Ho diterima dan H1 ditolak.
2) Nilai probabilitas t-Statistic variable Infrastruktur sebesar 0.0001
lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ho ditolak dan H1 diterima.
3) Nilai probabilitas t-Statistic variabel Pengangguran sebesar 0.0058
lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ho ditolak dan H1 diterima.
Pada variabel FDI, berdasarkan tabel 4.2 yang menunjukan nilai
koefisien sebesar 32.31658 dengan tingkat signifikansi 0.4907. Tingkat
signifikansi yang lebih besar dari 0,05 dan koefisien yang bernilai positif
menunjukan bahwa secara parsial FDI berpengaruh tidak signifikan dan
positif terhadap PDRB Jawa Tengah. Kondisi ini didasari karena nilai FDI
setiap tahun yang masuk ke Jawa Tengah kecil dan cenderung fluktuatif.
Propinsi Jawa Tengah belum menjadi prioritas sebagai tempat untuk
menginvestasikan modal bagi para investor asing. Banyaknya hambatan
78
masuk bagi para investor asing, seperti masalah keamanan, birokrasi yang
kurang efisien dan konsisi infrastruktur yang kurang mendukung menjadi
beberapa faktor yang menyebabkan nilai FDI yang masuk ke Jawa Tengah
sedikit dan fluktuatif.
Hasil estimasi tersebut sejalan dengan teori pertumbuhan Harrod-Domar
yang menjelaskan bahwa kenaikan kapasitas produksi dan pendapatan
nasional/daerah ditentukan juga oleh pengeluaran masyarakat dalam bentuk
investasi. Investasi yang dikeluarkan masyarakat ini masuk ke dalam kategori
investasi dalam negeri/ domestic.Teori tersebut didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Dewi Ernita ( 2013:2) dimana pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan dalah pertumbuhan yang ditopang oleh investasi. Pertumbuhan
yang ditopang investasi tersebut akan meningkatkan produktifitas suatu
negara/daerah. Penelitian lainya dilakukan oleh Suyekti Suindyah (2009)
menunjukan hasil bahwa vareiabel investasi berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi di propinsi Jawa Timur.
Pada variabel Infrastruktur berdasarkan tabel 4.2 yang menunjukan
koefisien statistic sebesar 191.1202 dengan tingkat signifikansi 0.0001.
Tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 dan koefisien yang bernilai
positif menunjukan bahwa secara parsial variabel Infrastruktur berpengaruh
secara signifikan dan positif terhadap PDRB Jawa Tengah. Hal ini berarti
kondisi Infrastruktur akan berbanding lurus dengan PDRB Jawa Tengah,
79
dimana peningkatan kualitas dan kuantitas Infrastruktur akan meningkatkan
nilai PDRB Jawa Tengah.
Hasil tersebut menggambarkan betapa vitalnya peran infrastruktur
energy listrik dalam menunjang kegiatan ekonomi berupa produksi yang
dilakukan masyarakat di Jawa Tengah, baik itu dalam skala UMKM maupun
Industri yang berskala besar. Dalam teori pertumbuhan baru (new growth
theory) infrastruktur dimasukan sebagai input yang mempengaruhi output
agregat, infrastruktur juga merupakan sumber yang mungkin meningkatkan
batas-batas kemajuan teknologi yang didapat dari munculnya eksternalitas
pada pembangunan infrastruktur. Artinya infrastruktur energi listrik dalam
penelitian ini merupakan input dalam faktor produksi yang akan
mempengaruhi nilai output barupa barang dan jasa yang dihasilkan dari
kegiatan produksi tersebut. Ketersedian kuantitas infrastruktur yang diikuti
oleh kualitas yang baik akan memperlancar jalannya kegiatan ekonomi di
suatu daerah. Mulai dari kegiatan, produksi , distribusi hingga konsumsi
barang dan jasa yang diproduksi sangat dipengaruhi oleh infrastruktur yang
ada.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Rindang Bangun dan M.Firdaus (2009) yang hasilnya
menunjukan bahwa variable infrastruktur (listrik,jalan dan air) memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Srinivasu dan Srinivasa (2013) dalam jurnalnya juga memperoleh
80
hasil yang menjelaskan bahwa infrastruktur baik fisik maupun social
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Sedangkan variabel Pengangguran, berdasarkan tabel 4.2 menunjukan
nilai koefisien sebesar -136.5439 dengan tingkat signifikansi 0.0058. Tingkat
signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 dan koefisien yang bernilai negatif
menunjukan bahwa secara parsial variabel Pengangguran berpengaruh secara
signifikan dan negatif terhadap PDRB Jawa Tengah. Hal ini berarti
peningkatan Jumlah Pengagguran akan menurunkan PDRB propinsi Jawa
Tengah.
Hasil tersebut mencerminkan bahwa jumlah pengangguran yang ada di
Jawa Tengah berpengaruh terhadap rendahnya nilai PDRB yang dihasilkan
masyarakat
jawa tengah. Dengan banyaknya jumlah pengangguran,
masyarakat yang seharusnya bekerja dan menghasilkan output guna
meningkatkan PDRB malah hanya menjadi beban masyarkat yang bekerja.
Hasil ini didukung oleh teori pertumbuhan Sollow-swan yang menjelasakan
tentang pengaruh kuantitas dan kualitas tenaga kerja, capital dan teknologi
terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini pengangguran dapat kita
masukan kedalam factor kuantitas tenaga kerja, dimana peningkatan jumlah
pengangguran akan menurunkan nilai PDRB atau pertumbuhan ekonomi
daerah. Sebaliknya, apabila jumlah pengangguran menurun, maka PDRB dan
pertumbuhan ekonomi daerah akan meningkat. Jumlah pengangguran yang
tinggi akan berakibat pada kecilnya produktifitas suatu daerah dalam
81
menghasilkan output. Disamping itu pengangguran juga menjadi beban
masyarakat yang bekerja dan juga pemerintah daerah semakin meningkat
yang berakibat juga pada menurunya kualitas perekonomian daerah dan
kesejahteraan masyarakat. Senada dengan teori yang ada, Maidani dan
Maryam (2011) dalam penelitiannya memperoleh hasil bahwa tingkat
pengangguran memiliki pengaruh yang negative dan signifikan baik itu
jangka panjang maupun jangka pendek terhadap PDB perkapita di negara
Iran.
2. Interpretasi hasil Uji F dan Analisis Ekonomi
Untuk menguji apakah variabel bebas berpengaruh secara simultan
terhadap variabel terikatnya, maka digunakan uji-F dengan cara melihat nilai
probabilitas dari F-statistic. Dari hasil regresi FDI, Infrastruktur dan
Pengangguran terhadap PDRB Jawa Tengah diperoleh F-Statistic sebesar
8.869125 dengan nilai probabilitas F-Statistic sebesar 0.00000 yang berarti
lebih kecil dari α = 5 %.
Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut :
H0 : Diduga tidak ada pengaruh yang signifikan antara FDI,
Infrastruktur dan Pengangguran terhadap angka PDRB Jawa
tengah secara simultan.
82
H1 : Diduga ada pengaruh yang signifikan antara FDI, Infrastruktur
dan Pengangguran terhadap angka PDRB Jawa tengah secara
simultan.
Gambar 4.8
Uji F
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.558892
0.495876
10769431
2.44E+15
-438.0996
8.869125
0.000542
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
78354391
15167859
35.36797
35.56299
35.42206
0.773920
Melihat nilai probabilitas dari F-statistic pada gambar 4.8 yang lebih
kecil dari α = 5 %, maka H0 ditolak dan H1 diterima dan dapat disimpulkan
bahwa variabel FDI (X1), Infrastruktur(X2), dan Pengangguran (X3)
berpengaruh signifikan sebesar 8.9 persen terhadap PDRB Jawa Tengah (Y)
secara simultan. HasIL ini menggambarkan bahwa ketiga variabel ini berperan
terhadap pembentukan PDRB suatu daerah yang dalam penelitian ini adalah
propinsi Jawa Tengah. Sehingga pemerintah daerah harus memberikan
perhatian lebih terhadap investasi asing yang masuk serka konsisi
infrastruktur dan ketenagakerjaan yang ada di Jawa tengah
83
3.
Koefisien Determinasi (R2)
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda pada gambar 4.8
diatas didapatkan koefisien determinasi atau Adjusted R-squared sebesar
0.495876. Hal ini berarti 49.59% PDRB Jawa Tengah pada periode 2000 –
2012 dapat dijelaskan oleh variable Foreign Direct Investment, Infrastruktur
dan Pengangguran. Sedangkan 50.41% variabel PDRB Jawa Tengah
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini atau
variable lain diluar penelitian ini.
84
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis atas hasil estimasi data, diperoleh kesimpulan atas
penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Foreign Direct Investment(FDI),
Infrastruktur dan Pengangguran Terhadap Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Propinsi Jawa Tengah (Periode tahun 2000-2012), sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil estimasi regresi linear berganda dapat diketahui dan
dijelaskan bahwa secara bersama-sama (simultan) variable Foreign Direct
Investment, Infrastruktur dan Pengangguran berpengaruh signifikan
terhadap Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Tengah periode
tahun 2000-2012 pada tingkat kepercayaan 95 persen atau α = 5%.
2. Secara parsial berdasarkan hasil estimasi regresi linier berganda diketahui
bahwa
variable
Foreign
Direct
Investment
berpengaruh
tidak
signifikandan positif terhadap PDRB Propinsi Jawa Tengah periode tahun
2000-2012. Variable Infrastruktur berpengaruh signifikan dan positif
terhadap PDRB Propinsi Jawa tengah periode tahun 2000-2012.
Sedangkan variable Pengangguran berpengaruh signifikan dan negatif
terhadap PDRB Propinsi Jawa Tengah periode tahun 2000-2012.
85
B. Saran
1. Pemerintah daerah Jawa Tengah diharapkan dapat menciptakan iklim
investasi yang baik serta perbaikan system birokrasi guna menarik para
investor baik asing maupun domestic untuk menanamkan investasinya di
JawaTengah. Karena dengan semakin banyaknya investasi yang masuk ke
suatu daerah akan meningkatkan akumulasi modal yang ada sehingga akan
menigkatkan output barang maupunjasa yang dihasilkan suatu daerah.
2. Kondisi
infrastruktur
yang
baik
akan
menciptakan
suatu
kondisi
perekonomian daerah yang baik pula. Dengan kualitas dan kuantitas yang
baik, infrastruktur akan mempermudah dan memperlancar kegiatan ekonomi
baik itu kegiatan produksi maupun distribusi barang dan jasa. Oleh karena itu,
pemerintah daerah Propinsi Jawa Tengah diharapkan dapat membangun dan
memelihara infrastruktur penunjang kegiatan ekonomi dengan baik dan
berkelanjutan.
3. Jumlah pengangguran yang ada di suatu daerah sangat mempengaruhi
kuantitas output yang dihasilkan daerah tersebut. Disamping itu juga akan
membebani kinerja perekonomian daerah. Pemerintah daerah dituntut untuk
dapat mengendalikan jumlah pengangguran ini dengan menciptakan lapangan
kerja baru dan memberikan pelatihan kepada masyarakat agar dapat
meningkatkan produktifitas yang dimilikinya.
86
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A.N Miadani, Maryam N. 2011. “The Dynamic Effect of Unemployment Rate on
Per Capita Real GDP in Iran”
Arsyad, Lincolin. 2010 . ”Ekonomi Pembangunan “. Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Yogyakarta.2010
Ariefianto, Moch. Doddy., 2012, Ekonometrika, Esensi dan Aplikasi dengan
Menggunakan EViews. Penerbit Erlangga, Jakarta
Azwar,Saifudin. 2001.”Metode Penelitian”. Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset,
Indonesia (UI-Press).
Bangun, Rindang Prasetyo.2009. Pengaruh Infrastruktur Pada Pertumbuhan Ekonomi
Wilayah di Indonesia. Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
BKPM, Perkembangan Realisasi PMA Menurut Lokasi. Jakarta.
BPS, Jawa Tengah dalam Angka 2001-2013.
Brata, Aloysius Gunadi, 2004. “Analisis Hubungan Imbal Balik Antara
Pembangunan Manusia dan Kinerja Ekonomi Daerah Tingkat II di Indonesia”.
Yogyakarta: Lembaga Penelitian – Universitas Atma Jaya
Canning, David, and Peter Pedroni. “Infrastructure and Long Run Economic
Growth.” University of Belfast. 2004.
Chalid, Pheni. 2005, “ Keuangan Daerah Investasi dan Desentralisasi “.
Kemitraan.Jakarta
Darise, Nurlan.2009. ”Pengelolaan Keuangan Daerah. Edisi 2”. Indeks:Jakata.
Ernita, Dewi et.al, 2013. “Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Investasi dan Konsumsi di
Indonesia”. Jurnal Kajian Ekonomi Vol.1.
Familoni,K.A. 2004. “The Role of Economic and Social Infrastructure in Economic
Development: A Global View”.
Gujarati, Damodar.2006. “Dasar-dasar Ekonometrika”. Edisi III. Jilid 1. Erlangga.
Jakarta.
87
Hamja, Yahya. 2012. Materi Kuliah Ekonometrik. UIN Jakarta
Iuga I, Cioca I.C. 2013. Analysis of Correlation Between The Unemployment Rate
and Gross Domestic Product in The Europen Union. Polish Journal of
Management Studies vol.7.
Kholis, Muhammad. “Dampak Foreign Direct Investment Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia”. Jurnal Organisasi dan Manajemen Vol 8. 2012.
Kodoatie, R.J. 2003. Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Kumo, Wolassa. “Infrastructure Investment an Economic Growth in South Africa: A
Granger Causality Analysis”. ADB Working Paper. 2012.
Mankiw, N. Greorgy. 2000. Teori Makor Ekonomi. Edisi Keempat. Alih Bahasa :
Imam Nurmawam. Jakarta : Erlangga
Mankiw, Gregory.2003. “Teori Makroekonomi Edisi Kelima”. Jakarta. Erlangga
Mankiw, Gregory. 2006. “Makroekonomi”. Erlangga, Jakarta.
Meiningtyas,Dwi. 2007. Peranan Infrastruktur Bagi Pertumbuhan Ekonomi Daerah di
Pulau Jawa. Universitas Indonesia.
Murni, Asfia. 2006. Ekonomika Makro. Yogyakarta; Refika Aditama.
Nachrowi D. Nachrowi dan Hardius Usman. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta : FE-UI
Prasetyo, Rindang Bangun dan Muhammad Firdaus.”Pengaruh Infrastruktur Pada
Pertumbuhan Ekonomi Wilayah di Indonesia” Jurnal Ekonomi dan Kebijakan
Pembangunan. 2009.
Santoso, Singgih. 2010. Statistik Multivariat, Jakarta : PT Gramedia.
Samuelson. (2003). Ilmu Mikro Ekonomi, edisi bahasa Indonesia. Media Global
Edukasi, Jakarta.
Sitinjak, Robudi Musa. 2011. Analisa Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penanaman
Modal Asing Langsung di Indonesia. Jakarta.
Srinivasu, B. And Srinivasa Rao. “Infrastructure Development and Economic
Growth: Prospect and Perspective”. JMB & SSR Volume 2. 2013.
88
Suindyah, Sayekti D. 2009. “ Pengaruh Investasi, tenaga Kerja Dan Pengeluaran
Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Jawa Timur”. Ekuitas.
Suryono, Wiratno Bagus. 2010. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Tingkat
Investasi dan Tenaga Kerja terhadap PDRB Jawa Tengah. Universitas
Diponegoro
Sukirno, Sadono. 2000. Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah dan Dasar
Kebijakan Pembangunan. UI-Pres. Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2006. Ekonomi Pembangunan (Edisi Kedua). Jakarta: Kencana.
Sukirno,Sadono. 2008. ”Makro Ekonomi Teori Pengantar”. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sukirnao,Sadono.2007. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar
Kebijakan. Kencana: Jakarta.
Todaro, Michael. 2000 .” Ekonomi Pembangunan Edisi ke 6” Erlangga, Jakarta
Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia
Ketiga, Edisi kedelapan. Erlangga: Jakarta.
Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-undang no. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri.
Undang-Undang no.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing.
Undang-undang nomor 11 tahun 1970 tentang Penanaman Modal Asing.
Undang-undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Winaryo, Wing, Wahyu.2007. Analisis ekonometrika dan statistika denganEviews.
Sekolah Tinggi Ilmu Menejemen YKPN :Yogyakarta
89
LAMPIRAN
Lampiran 1
Data Penelitian
PDRB
(Juta Rp)
2000S1
2000S2
2001S1
2001S2
2002S1
2002S2
2003S1
2003S2
2004S1
2004S2
2005S1
2005S2
2006S1
2006S2
2007S1
2007S2
2008S1
2008S2
2009S1
2009S2
2010S1
2010S2
2011S1
2011S2
2012S1
2012S2
56,842,956
57,858,349
58,887,123
59,929,277
60,872,392
62,166,149
63,786,273
65,380,189
67,027,139
68,762,733
70,594,746
72,456,468
74,338,138
76,345,518
78,470,700
80,639,554
82,919,541
85,114,942
87,151,822
89,521,635
92,146,701
94,846,284
97,644,094
101,000,000
104,000,000
107,000,000
FDI
Infrastruktur
(Ribu USD)
(MWH)
100,346
63,244
39,058
27,789
37,103
36,332
3,390
57,290
221,701
282,929
282,936
267,566
205,418
176,251
179,969
137,196
33,996
5,493
43,346
45,797
24,186
34,914
76,079
98,881
115,518
125,992
90
1,552,019
1,500,732
1,490,571
1,521,536
1,641,495
1,658,975
1,576,463
1,575,485
1,617,257
1,675,388
1,771,789
1,845,205
1,900,064
1,979,913
2,091,236
2,164,549
2,216,282
2,250,200
2,237,046
2,290,083
2,401,095
2,489,681
2,564,930
2,670,887
2,796,540
2,941,890
Pengangguran
(Jiwa)
355,523
282,377
267,449
310,741
471,222
513,012
452,485
460,028
518,134
526,439
479,934
499,018
574,793
622,451
678,231
681,989
620,401
606,907
637,410
614,857
539,042
507,841
506,627
496,035
485,904
476,237
Lampiran 2
Uji Normalitas
6
Series: Residuals
Sample 2000S1 2012S2
Observations 26
5
4
3
2
1
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
-8.27e-09
270199.4
3447198.
-4198529.
2049304.
-0.347593
2.148962
Jarque-Bera
Probability
1.308179
0.519915
0
-3999990
-1999990
10
2000010
4000010
Lampiran 3
Uji Multikolinearitas
FDI
ELC
UEM
FDI
1.000000
-0.096782
0.192324
ELC
-0.096782
1.000000
0.452107
UEM
0.192324
0.452107
1.000000
91
Lampiran 4
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic
3.169351
Obs*R-squared
16.65676
Scaled explained SS 6.851170
Prob. F(9,16)
Prob. Chi-Square(9)
Prob. Chi-Square(9)
0.0214
0.0544
0.6526
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 12/03/14 Time: 18:31
Sample: 2000S1 2012S2
Included observations: 26
Variable
C
FDI
FDI^2
FDI*ELC
FDI*UEM
ELC
ELC^2
ELC*UEM
UEM
UEM^2
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
Coefficient Std. Error
t-Statistic
Prob.
2.11E+14
1.98E+08
-472.1364
-20.26104
-50.65066
-2.35E+08
26.70758
228.2095
59903236
-444.7621
1.850364
1.420301
-3.270084
-0.396110
-0.232363
-2.114889
2.367299
1.476542
1.015433
-1.608849
0.0828
0.1747
0.0048
0.6973
0.8192
0.0505
0.0309
0.1592
0.3250
0.1272
0.640645
0.438507
3.31E+12
1.75E+26
-780.0896
3.169351
0.021365
1.14E+14
1.39E+08
144.3805
51.14999
217.9808
1.11E+08
11.28188
154.5568
58992779
276.4474
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
92
4.04E+12
4.41E+12
60.77612
61.26001
60.91547
1.949904
Lampiran 5
Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
6.699450
10.33901
Prob. F(2,19)
Prob. Chi-Square(2)
0.0063
0.0057
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 12/03/14 Time: 18:28
Sample: 2000S2 2012S2
Included observations: 25
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable
C
D(FDI)
D(ELC)
D(UEM)
RESID(-1)
RESID(-2)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Coefficient Std. Error
t-Statistic
Prob.
712956.2
-13.39116
-12.40376
23.10281
0.763630
-0.211514
0.252840
-0.322244
-0.312203
0.482481
3.487156
-0.694628
0.8031
0.7508
0.7583
0.6350
0.0025
0.4957
0.413560
0.259234
8670363.
1.43E+15
-431.4285
2.679780
2819792.
41.55598
39.72983
47.88339
0.218984
0.304500
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
93
-4.17E-09
10073881
34.99428
35.28681
35.07542
1.595401
Lampiran 6
Regresi Linear Berganda
Dependent Variable: PDRB
Method: Least Squares
Date: 12/03/14 Time: 18:28
Sample (adjusted): 2000S2 2012S2
Included observations: 25 after adjustments
Variable
Coefficient
C
D(FDI)
D(ELC)
D(UEM)
68355248
32.31658
191.1202
-136.5439
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.558892
0.495876
10769431
2.44E+15
-438.0996
8.869125
0.000542
Std. Error
3081544.
46.06788
40.37649
44.48797
t-Statistic
22.18214
0.701499
4.733453
-3.069232
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
94
Prob.
0.0000
0.4907
0.0001
0.0058
78354391
15167859
35.36797
35.56299
35.42206
0.773920
Download