ANALISIS PENGARUH FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI), INFTASTRUKTUR DAN PENGANGGURAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PROPINSI JAWA TENGAH (PERIODE TAHUN 2000-2012) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Disusun oleh: Miftachul Ulum 1110084000019 JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 / 1436H ANALISIS PENGARUH FOREIGN DIRECT INYESTMENTGDI), INFRASTRUKTUR DAN PENGANGGURAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PROPTNSI JAWA TENGAH (PERIODE TAHUN 2000 -2012) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat meraih Gelar Sarjana Ekonomi Disusun Oleh: Miftachul Ulum NIM: 1l10084000019 Di Bawah Bimbingan: tu Pembimbing 2 Dr. Lu[<man. M.Si Fi,tri Amali? S.Pd. M.Si NIP. 19640607 200302 t 002 NIP. 19820710 2009122 002 JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435H/2014M LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini Selasa, 11 Maret 2014 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa: I. Nama Miftachul Ulum : 2. NIM 3. Jurusan 4. Judul Skripsi :1110084000019 : Ilmu Ekonomi dan Studi pembangunan : Analisis Pengaruh Foreign Direct Investment (FDI), Infrastruktur dan pengangguran Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Jawa Tengah (periode Tahun 2000-2012) setelah mencermati dan memperhatikan penampilan bersangkutan selama proses mahasiswa tersebut di ujian komprehensif, dan kemampuan yang maka diputuskan bahwa atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. J akarta, Selasa 1 1 Maret 201 4 1. Dr. Lukman, M.Si NIP. 19640607 2003021 002 2. M. Hartana I.P, M.Si NIP. 150409s04 -1. Zaenal Muttaqin, MPP NrP. 19790s03 201101 1 006 LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI Hari ini Senin, 24 November 2014 telatr dilalcukan Ujian Skripsi atas mahasiswa 1. Nama 2. NIM 3. Jurusan 4. Judul Skripsi : Miftachul Ulum I 10084000019 Ilmu Ekonomi dan Studi Pernbanguran 1 Analisis Pengaruh Foreign Direct Investment (FDI), Infrastruktur dan Pengangguran Terhadap Produk Domestik Regional Bruto SDRB) Propinsi Jawa Tengah (Periode Tahun 2ooo - 2012). Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Saqana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakart4 Senin 24 November 2014 l. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. NIP. 19570617 198503 I 002 2. Zuhuran Y. Yunan M.Sc. NrP. 19800416 200912 I 002 3. Zaenal Muttaqin, MPP. NrP. 19790503 201101 I 006 4. Dr. Lukman, M.Si NIP. 19640607 200302 5. Fitri Amatia S.Pd, M.Si NIP. 1 98207 t0 200912 2 002 I 002 4wb Pembimbing II LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertandatangan di bawah ini, Nama Miftachul Ulum NIM 11 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan 10084000019 Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi 1. ini saya : Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungi awabkan 2. f idak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya 4. 5. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu hertanggungiawab atas karya ini Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 29 September 2014 Miftachul Ulum I 1 10084000019 DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS PRIBADI 1. Nama Lengkap : Miftachul Ulum 2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 27 November 1991 3. Alamat : Jl. Kair RT 001/04 No. 4 Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12550 4. Telepon : 081314649776 5. E-mail : [email protected] II. PENDIDIKAN FORMAL 1. SD Negeri 011 Ragunan Tahun 1997-2003 2. SMP Negeri 41 Jakarta Tahun 2003-2006 3. SMA Negeri 97 Jakarta Tahun 2006-2009 4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakata Tahun 2010-2014 III. PENGALAMAN ORGANISASI 1. Ekstrakurikuler Badminton SMAN 97 Jakarta 2007-2008 IV. SEMINAR DAN WORKSHOP 1. Seminanr Outlook Peran Otoritas Jasa Keuangan terhadap Industri Keuangan dan Perbakan Syariah, UIN Jakarta 2012 2. Studium General Jurusan IESP, UIN Jakarta 2012 3. Pelatihan Alat Analisis Location Quotient, Shift Share & Tipologi Sektoral, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Jakarta 2012 V. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah : Agus Sudaryono 2. Tempat/Tanggal lahir : Ujung Pandang, 2 Agustus 1965 3. Ibu : Norma Ermawati i 4. Tempat/tanggal Lahir : Jakarta, 30 November 1967 5. Alamat : Jl. Kair RT 001/04 No. 4 Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12550 6. Telepon : (021) 7818348 7. Anak ke dari : Anak ke 1 dari 3 bersaudara ii ABSTRACT Regional autonomy imposed in Indonesia is demanding the regional government to be able to maximize the economic potential in the region in order to make its development and economic growth runs well. This study aims to analyze the influence of Foreign Direct Investment, Infrastructure and Unemployment on Gross Regional Domestic Product(GRDP) of the province of Central Java. The data used in this study was obtained from the Central Bureau of Statistics of Central Java Province, BKPM and PT PLN(Persero) in the period 2000-2012. The analytical method used in this research is Ordinary Least Square(OLS). The regression analysis shows that 49.59% of Central Java GRDP is explained by the variable FDI, Infrastructure and Unemployment while 50.41% of the GRDP of Central Java is explained by other variables. Other results from the regression analysis shows that the variables FDI have no sognificant and positive impact on thr GDRP of Central Java. Infrastructure have a significant and positive impact on the GRDP of Central Java. While the unemployment variable has a significant and negative effect on GRDP of Central Java province. Keywords: Gross Regional Domestic Product, infrastructure and unemployment. iii foreign direct investment, ABSTRAK Otonomi daerah yang diberlakukan di Indonesia menuntut pemerintah daerah untuk dapat memaksimalkan segala potensi ekonomi yang ada di daerahnya agar pembangunan dan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut berjalan dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Foreign Direct Investment, Infrastruktur dan Pengangguran terhadap Produk Domestic Regional Bruto (PDRB) propinsi Jawa Tengah. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Tengah, BKPM dan PT.PLN(persero) periode 2000-2012. Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan software Eviews 7.0. Hasil regresi menunjukan bahwa 49.59 % PDRB Jawa Tengah dijelaskan oleh variabel FDI, Infrastruktur dan Pengangguran. Sedangkan 50.41 % PDRB Jawa Tengah dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian. Hasil analisis menunjukan variabel FDI berpengaruh tidak signifikan dan positif terhadap PDRB Jawa Tengah. Infrastruktur berpengaruh signifikan dan positif terhadap PDRB Jawa Tengah. Sedangkan variabel Pengangguran berpengaruh signifikan dan negatif terhadap PDRB propinsi Jawa Tengah. Kata Kunci: Produk Domestik Regional Bruto, foreign direct investment, Infrastruktur dan Pengangguran. iv KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puja dan puji badi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ” Analisis Pengaruh Foreign Direct Investment (FDI), Infrastruktur dan Pengangguran terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Jawa Tengah (Periode Tahun 2000-2012) ”. Shalaawat serta salam tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW serta para sahabat yang telah membimbing umatnya dari zaman yang gelam ke zaman yang terang benderang. Skripsi ini disusun sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini dapat terwujud berkat dukungan, bantuan dan doa dari orang-orang baik yang menemani penulis selama proses pengerjaan skripsi ini. Oleh karenanya, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Allah SWT, yang dengan Ridho dan Karunia-Nya penulis tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini. Puji Syukur atas segala nikmat islam, iman dan sehat yang telah Allah berikan kepada penulis. 2. Keluarga tercinta yang selalu ada untuk saya, mamah Norma tercinta yang selalu memberikan segalanya dan selalu mendoakan yang terbaik. Nyai bule atik, dan adik kembar saya tercinta Anin dan Alda yang telah v mendukung kelancaran kuliah saya. Tanpa kalian semua saya tidak akan bisa menjadi seperti sekarang ini. 3. Bapak Prof. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memimpin Fakultas ini dengan baik dan memberikan ilmu yang sangat berharga selama perkuliahan. Semoga Allah SWT mambalas semua kebaikan bapak. 4. Bapak Zuhairan Y. Yunan, S.E, M.Sc dan bapak Zaenal Muttaqin, MPP selaku Ketua dan Sekertaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memimpin Jurusan IESP dengan baik dan memberikan ilmu yag sangat berharga selama perkuliahan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan bapak. 5. Bapak Dr. Lukman, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi 1 yang dengan keikhlasnnya memberikan pengarahan, ilmu yang berharga, serta bimbingan yang berarti selama proses penyelesaian skripsi. Terima kasih atas bimbingannya. Semoga Allah SWT membalas kebaikan bapak. 6. Ibu Fitri Amalia S.Pd, M.Si selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan serta bimbingan yang sangat berarti selama ini. Terima kasih atas semua bimbingan dan arahan yang telah ibu berikan sehingga skripsi ini dapat terselasaikan. Semoga Allah SWT membalas kebaikan ibu. 7. Bapak Pheni Chalid S.F, M.A, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Akademik yang dengan segala perhatiannya selalu memperhatikan perkembangan vi akademik dan memberikan arahan yang terbaik selama masa kuliah. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan bapak. 8. Seluruh jajaran dosen, staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan berharga bagi saya serta kelancaran selama perkuliahan yang saya jalani. Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian semua. 9. Sahabat terbaik yang selalu ada dan menemani saya selama masa kuliah. Oblak’s Squad ( Alfian Isnan, Hadi Setiawan, Bagus Adetya Akbar, Ravindra Bramastyo, Muhammad Burhanuddin, M.Reza Hermanto, M. Adi Rahman) yang dalam suka dan duka selalu menghibur dan memberikan dukungan walaupun saya sering merepotkan kalian semua. Tempat dimana kita saling melepas canda dan tawa. Terima kasih sahabat terbaik, semoga persahabatan ini selalu terjalin hingga akhir jaman! 10. Seluruh teman-teman IESP 2010, Hadi Setiawan, Alfian Isnan, Ravindra B, Bagus Adetya, Yusran Rafiqie, M.Burhanuddin, Fita Rahmawati, Noni Setianingsih, Agus Setiawan, Ricky Fajar, M.Yusuf Azhar, Reza Hermanto, Adi Rahman, Deni Iswanto, Umar Adi Syahputra. Mohon maaf untuk yang namanya tidak dapat saya tuliskan semuanya. Salam IESP 2010, semoga sukses menyertai kita semua. 11. Teman-teman Futsal IESP 2010, Ridho Alfin, Hadi Setiawan, Bagus Adetya, M. Yusuf Adzhar, Agus Setiwan, Pebi Riswadi, Dykhalfath, Dio Syahrullah, Ali Murtadho, Rifki Hasan, Mas’ud dan kawan-kawan yang lain. Salam Juara (2) hahaha. vii 12. Kelompok KKN 55 Mentari, Desa Mekarjaya, Cigudeg, Bogor yang telah bersama-sama selama satu bulan menghabiskan waktu bercanda dan bekerja yyang memberikan pelajaran hidup yang tidak tenilai harganya. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk masukan, baik kritik maupun saran yang menbangun dari berbagai pihak. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Jakarta, 29 September 2012 Miftachul Ulum viii DAFTAR ISI DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... i ABSTRACT ................................................................................................................... iii ABSTRAK ..................................................................................................................... iv KATA PENGANTAR ................................................................................................... v DAFTAR ISI.................................................................................................................. ix DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 A. Latar Belakang .............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 13 C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 13 D. Kegunaan Penelitan ...................................................................................... 14 E. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 15 A. Landasan Teori .............................................................................................. 15 1. Pertumbuhan Ekonomi............................................................................ 15 a. Pengertian Petumbuhan Ekonomi ..................................................... 15 b. Teori Pertumbuhan Ekonomi ............................................................ 16 c. Faktor-faktor Pertumbuhan Ekonomi ............................................... 19 d. Pertumbuhan Ekonomi Daerah ......................................................... 22 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ............................................. 23 a. Pengertian PDRB .............................................................................. 23 b. Metode Penghitungan PDRB ............................................................ 23 3. Investasi .................................................................................................. 26 4. Foreign Direct Investment (FDI) ............................................................ 30 a. Pengertian Foreign Direct Investment .............................................. 30 b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi (FDI) ......................... 32 5. Infrastruktur ............................................................................................ 33 ix a. Pengertian Infrastruktur .................................................................... 33 b. Penggolongan Infrastruktur............................................................... 35 6. Pengangguran .......................................................................................... 37 a. Pengertian Pengangguran.................................................................. 37 b. Jenis dan Macam Pengangguran ....................................................... 38 B. Hubungan Antar Variabel ............................................................................. 41 C. Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 44 D. Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 49 E. Hipotesis ....................................................................................................... 52 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 53 A. Ruang Lingkup Penelitian............................................................................. 53 B. Metode Penentuan Sampel ............................................................................ 53 C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 54 D. Metode Analisis Data .................................................................................... 54 1. Model Analisis ........................................................................................ 54 2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 55 a. Uji Normalitas ................................................................................... 55 b. Uji Multikolinearitas ......................................................................... 56 c. Uji Heteroskedastisitas...................................................................... 57 d. Uji Autokorelasi ................................................................................ 57 3. Uji Hipotesis ........................................................................................... 59 a. Uji – t ................................................................................................ 59 b. Uji – F ............................................................................................... 59 c. Koefisien Determinasi ...................................................................... 60 E. Operasional Variabel Penelitian.................................................................... 60 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................................ 63 A. Gambaran Umum Objek Penelitian .............................................................. 63 B. Analisa Deskriptif ......................................................................................... 64 1. Analisis Deskriptif Produk Domestik Regional Bruto Di Jawa Tengah ..................................................................................................... 65 x 2. Analisis Deskriptif Foreign Direct Investment Di Jawa Tengah ............ 67 3. Analisis Deskriptif Infrastruktur Di Jawa Tengah .................................. 68 4. Analisis Deskriptif Pengangguran Di Jawa Tengah ............................... 70 C. Uji Asumsi Klasik ......................................................................................... 72 1. Uji Normalitas ......................................................................................... 72 2. Uji Multikolinearitas ............................................................................... 73 3. Uji Heteroskedastisitas............................................................................ 73 4. Uji Autokorelasi ...................................................................................... 74 D. Uji Hipotesis ................................................................................................. 75 1. Interpretasi hasil Uji-t dan Analisis Ekonomi ......................................... 77 2. Interpretasi hasil Uji-F dan Analisis Ekonomi........................................ 82 3. Koefisien Determinasi dan Analisis Hasil .............................................. 84 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 85 A. Kesimpulan ................................................................................................... 85 B. Saran ............................................................................................................. 86 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 87 LAMPIRAN ................................................................................................................... 90 xi DAFTAR TABEL No. Keterangan Halaman 1.1 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Propinsi di Pulau Jawa 2008- 3 2012 1.2 Perkembangan Realisasi FDI Propinsi di Pulau Jawa 2010-2012 7 1.3 Penjualan Tenaga Listrik untuk sector industri Propinsi Jawa tengah 10 tahun 2008-2012 1.4 Jumlah Pengangguran Propinsi Jawa Tengah tahun 2008-2012 12 2.1 Penelitian Terdahulu 46 3.1 Operasional Variabel Penelitian 60 4.1 Correlation Matrix 73 4.2 Uji-t 77 xii DAFTAR GAMBAR No. Keterangan Halaman 2.1 Fungsi Produksi Neoklasik 18 2.2 Skema Hubungan Infrastruktur dan Sistem Ekonomi 34 2.3 Kerangka Pemikiran 51 4.1 Perkembangan PDRB Propinsi Jawa Tengah tahun 2000-2012 66 4.2 Perkembangan Realisasi FDI Propinsi Jawa Tengah tahun 2000- 67 2012 4.3 Perkembangan penjualan energi listrik untuk sektor industri 69 Propinsi Jawa Tengah tahun 2000-2012 4.4 Perkembangan Jumlah Pengangguran Propinsi Jawa Tengah tahun 71 2000-2012 4.5 Uji Normalitas 72 4.6 Uji Heterokedastisitas 74 4.7 Hasil Regresi Linear Berganda 75 4.8 Uji F 83 xiii DAFTAR LAMPIRAN No. Keterangan Halaman 1 Data Penelitian 90 2 Uji Normalitas 91 3 Uji Multikoliniaritas 91 4 Uji Heteroskedastisitas 92 5 Uji Autokorelasi 93 6 Regresi Linear Berganda 94 xiv BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang menunjukan bagus atau tidaknya kinerja perekonomian dan pembangunan ekonomi di sebuah negara. Pertumbuhan ekonomi secara sempit dapat kita artikan sebagai peningkatan produksi total baik barang maupun jasa di suatu negara atau daerah. Dalam arti lainnya pertumbuhan dapat diartikan dengan meningkatnya pendapatan perkapita dan kesejahteraan masyarakat suatu daerah atau negara. Indonesia belakangan ini merupakansalah satu negara dengan angka pertumbuhan ekonomi yang tinggi diantara negara-negara lain. Saat ini Indonesia terdaftar sebagai salah satu negara anggota G20 dimana memiliki kondisi perekonomian yang selalu positif dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi 6 persen setiap tahunnya. Hal ini tentunya merupakan kondisi yang diharapkan pemerintah Indonesia dan akan terus berlanjut demi tercapainya kesejahteraan masyarakat Indonesia. Bank Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2014 diantara 5,5 persen hingga 5,9 persen, meskipun target pertumbuhan ekonomi tersebut dianggap beberapa ekonom dan Bank Dunia sangat berat untuk tercapai. Bank Dunia sendiri memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3 persen pada tahun 2014. 1 Pada hakikatnya pertumbuhan ekonomi tidak dapat dipisahkan dari peran pemerintah selaku pengambil kebijakan baik itu kebijakan fiskal maupun moneter, dan peran masyarakat sebagai sumber dan pengembang investasi yang bertugas sebagai faktor produksi dalam menjalankan roda perekonomian. Oleh karenanya pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat bergantung kepada kemampuan masyarakat dalam menghasilkan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut atau produk domestik regional bruto (PDRB) apabila dalam lingkup daerah/regional di negara tersebut. Menurut Mankiw (2006:6) PDB adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam sebuah negara pada suatu periode. Sedangkan PDRB merupakan jumlah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu (Badan Pusat Staristik, RI). Total dari PDRB seluruh wilayah yang ada di suatu negara adalah total PDB yang dihasilkan negara tersebut. Hingga saat ini Propinsi di pulau Jawa masih menjadi penyumbang terbesar kontribusi PDRB terhadap PDB Indonesia. Hal ini terjadi salah satunya karena ketimpangan akan potensi yang dimiliki suatu wilayah, pembangunan ekonomi dan infrastruktur antara pulau yang belum merata. Oleh sebab itu pada awal tahun 2000an pemerintah pusat melakukan desentralisasi pemerintahan atau yang biasa kita kenal dengan otonomi daerah guna mengefektifkan pembangunan ekonomi masingmasing propinsi di Indonesia agar pembangunan ekonomi semakin merata. Tujuan utama dari otonomi daerah adalah agar setiap pemerintah daerah dalam hal ini propinsi di Indonesia mampu untuk mengelola potensi yang dimiliki 2 daerahnya guna membangun dan mensejahterakan daerahnya. Jawa Tengah sebagai salah satu propinsi besar yang ada di Indonesia memiliki banyak potensi baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia guna meningkatkan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi daerahnya. Namun dibandingkan bebarapa propinsi di pulau Jawa, kondisi ekonomi Jawa Tengah masih dapat dikatakan tertinggal dibanding DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur. Hal ini bisa kita ketahui dengan melihat kondisi PDRB Jawa Tengah yang disajikan dalam tabel 1.1 dibawah ini: Tabel 1.1 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Propinsi di Pulau Jawa Periode 2008-2012 (milyar Rupiah) Provinsi 2008 2009 2010 2011 2012 DKI Jakarta 353,723 371,469 395,622 422,237 449,821 Jawa Barat 291,206 303,405 322,224 343,111 364,405 Jawa Tengah 168,034 176,673 186,993 198,270 210,848 DI.Yogyakarta 19,212 20,064 21,044 22,132 23,309 Jawa Timur 305,539 320,861 342,281 366,983 393,666 Banten 79,701 83,454 88,552 94,207 100,000 Sumber: BPS, Republik Indonesia Melihat data diatas, secara umum PDRB Jawa Tengah selalu meningkat setiap tahunnya. Namum jumlah tersebut masih tergolong kecil dan jauh tertinggal jika dibanding dengan propinsi lain di pulau Jawa seperti Jawa Timur dan Jawa Barat. Dengan kondisi ini diperlukan keseriusan pemerintah daerah Jawa Tengah dalam menggali dan memanfaatkan sumber-sumber potensial untuk meningkatkan pendapatan daerah dan kondisi keuangan daerahnya. 3 Seperti yang kita ketahui, bahwasanya pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat terkait erat dengan kemampuan suatu negara dalam meningkatkan kapasitas produksi baik barang maupun jasa serta kenaikan pendapatan perkapita penduduknya. Menurut Kuznets dalam Todaro (2000:115) ada tiga komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap negara, yaitu akumulasi modal, pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi. Akumulasi modal (capital acccumulation) terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di kemudian hari. Akumulasi modal meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, modal atau sumber daya manusia. Investasi produktif bersifat langsung tersebut harus dilengkapi dengan berbagai investasi penunjang ekonomi dan sosial berupa pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur tersebut meliputi jalan, penyediaan listrik, persediaan air bersih dan perbaikan sanitasi serta pembangunan fasilitas komunikasi. Dalam teori pertumbuhan Harod-Domar (1946), kenaikan kapasitas produksi dan pendapatan nasional suatu negara juga ditentukan oleh kenaikan pengeluaran masyarakat yaitu yang dapat berupa investasi. Menurut Dewi Ernita dkk (2013:2) pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan adalah pertumbuhan yang ditopang oleh investasi. Pertumbuhan ekonomi yang ditopang investasi dianggap akan meningkatkan produktivitas suatu negara atau daerah. Investasi adalah pembelian barang yang nantinya akan digunakan untuk memproduksi lebih banyak barang dan jasa (Mankiw, 2007:12). 4 Sebagai salah satu komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi, investasi tentunya akan sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya PDB/PDRB yang dihasilkan suatu negara atau daerah. Return atau hasil dari investasi yang ditanamkan disebuah wilayah adalah output berupa barang maupun jasa. Semakin tinggi atau besar investasi yang ditanamkan akan membuat produktivitas suatu wilayah dalam menghasilkan output semakin tinggi. Ini berarti akan meningkatkan PDRB yang dihasilkan suatu daerah, begitupun sebaliknya. Dalam realisasinya dalam perekonomian nasional, investasi dibagi menjadi dua jenis yaitu penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA) atau yang dalam penelitian ini kita sebut sebagai Foreign Direct Investment (FDI). Yang dimaksud dengan PMDN menurut UU No.6 tahun 1968 dan UU no.12 tahun 1970 adalah penggunaan kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda baik yang dimiliki Negara maupun swasta asing yang berdomisili di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menjalankan usaha menurut ketentuan undang-undang ini. Sedangkan menurut UU no. 1 Th. 1967 dan UU no 11 Th. 1970 tentang PMA, yang dimaksud dengan Penanaman Modal Asing (PMA) adalah kegiatan penanaman modal asing yang secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan Perusahaan di Indonesia, dan pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut. Dalam pengertian lain FDI adalah arus modal 5 internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan atau memperluas perusahaannya di negara lain. Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan positif setiap tahunnya, tentu akan menarik banyak investor baik itu asing maupun domestik untuk menanamkan investasinya. Jawa Tengah merupakan propinsi yang memiliki potensi yang besar dalam jumlah tenaga kerja dan kekayaan alam pastinya membutuhkan investasi yang besar pula, baik itu PMDN maupun FDI, untuk kegiatan perekonomiannya. Namun pada kenyataannya para investor domestic maupun asing masih belum melirik Jawa Tengah sebagai propinsi yang baik dan menguntungkan untuk berinvestasi, sehingga investasi yang masuk masih sedikit dan lebih kecil dibanding propinsi lain di pulau Jawa. Disiniah diperlukan peran pemerintah Jawa Tengah untuk menciptakan iklim investasi yang baik guna menarik kepercayaan investor untuk memanamkan modal atau investasinya agar produktivitas dan output yang dihasilkan di Jawa Tengah semakin besar. Kondisi FDI yang terealisasi di Jawa Tengah selalu fluktuatif setiap tahunnya. Berikut merupakan perkembangan investasi Indonesia dan Jawa Tengah berdasarkan data BKPM: 6 Tabel 1.2 Perkembangan Realisasi FDI Propinsi di Pulau Jawa 2010– 2012 (juta US$) Lokasi 2010 2011 2012 DKI Jakarta 6.429,3 4.824,1 4.107,7 Jawa barat 1.692,0 3.839,4 4.210,7 59,1 175,0 241,5 Yogyakarta 4,9 2,4 84,9 Jawa Timur 1.769,2 1.312,0 2.298,8 Banten 1.544,2 2.171,7 2.716,3 Jawa tengah Sumber: BKPM, Republik Indonesia Tabel 1.2 diatas menggambarkan pekembangan realisasi PMA/FDI di propinsi di pulau Jawa. Dari tahun 2010 sampai 2012 nilai FDI Jawa tengah selalu meningkat. Namun diantara 6 propinsi yang ada di pulau Jawa realisasi FDI Jawa Tengah terlihat kecil. Hal ini yang menjadi tanda tanya, mengapa dengan potensi sumberdaya alam dan tenaga kerja yang besar, nilai investasi asing yang masuk ke Jawa Tengah masih kalah dibanding propinsi Banten yang notabene propinsi baru dan sedikit potensi ekonominya. Seperti yang sudah kita bahas diawal bab tadi, besar kecilnya PDRB yang dimiliki suatu daerah sangat bergantung pada besar kecilnya investasi yang ditanamkan di suatu wilayah. Investasi produktif yang bersifat langsung tersebut harus dilengkapi dengan berbagai Investasi penunjang ekonomi dan sosial berupa pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur tersebut meliputi jalan, penyediaan listrik, persediaan air bersih dan perbaikan sanitasi serta pembangunan fasilitas komunikasi. 7 Secara mikro, infastruktur dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan produktivitas. Infrastruktur memiliki peran yang sangat vital terhadap kelancaran kegiatan perekonomian yang terjadi di suatu wilayah. Dalam model neoklasik Solow, pertumbuhan ekonomi berasal dari tiga faktor berikut: kenaikan kualitas dan kuantitas pekerja, kenaikan dalam kapital dan peningkatan teknologi. Dalam model ini investasi fisik seperti infrastruktur penunjang kegiatan ekonomi dimasukan kedalam faktor kapital. Sehingga kenaikan dalam kapital akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi/PDRB. Sedangkan Kuznetz menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara atau wilayah dipengaruhi oleh akumulasi modal, sumberdaya manusia, sumberdaya alam, baik dari jumlah maupun kualitasnya. Dalam teori ini kita dapat mengkategorikan infrastruktur sebagai akumulasi modal. Karena infrastruktur dapat secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kegiatan ekonomi. Secara langsung infrastruktur dapat dijadikan sebagai input kegiatan produksi, contohnya infrastruktur penyediaan energi listrik. Secara tidak langsung infrastruktur berperan sebagai pendukung kegiatan distribusi output barang dan jasa suatu daerah, contohnya infrastruktur jalan dan pelabuhan baik itu air maupun udara. Ketimpangan kondisi infrastruktur yang terjadi antar wilayah di Indonesia menjadi kendala utama dalam pemerataan ekonomi bagi masyarakat. Wilayah barat Indonesia memiliki kondisi infrastruktur yang baik sementara di wilayah timur masih buruk kualitas dan kuantitasnya. Di Jawa Tengah sendiri kondisi infrastruktur penunjang kegiatan ekonomi dapat dikatakan sudah memadai yaitu dengan 8 tersediannya akses jalan nasional dan propinsi yang layak, baik itu jalan umum maupun jalan tol, dan juga tersedia pelabuhan udara/bandara, pelabuhan laut Tanjung Mas di Semarang yang berskala nasional dan internasional. Disamping itu infrastruktur penyediaan energi listrik juga sudah tersedia lewat PLTU Semarang dan beberapa pembangkit listrik lainnya, selain itu penyediaan sarana irigasi tersedia dari sejumlah waduk salah satunya waduk gajah mungkur yang terdapat di Wonogiri. Namun dari sisi kualitas dan kuantitas, infrastruktur di Jawa Tengah masih belum dapat dikatakan baik, malah cenderung masih buruk. Hal inilah yang terkadang masih di keluhkan oleh pelaku usaha dan investor yang telah berinvestasi dan hendak menanamkan investasinya di Jawa Tengah. Dalam penelitian ini, akan dikonsentrasikan pada infrastuktur energi listrik yang ada di Jawa Tengah. Tersediannya energi listrik tentu sangat memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam melakukan kegiatan produksi baik barang maupun jasa. Namun sampai saat ini masih sering kita dengar banyak wilayah di Indonesia yang belum teraliri listrik. Bahkan di pulau Jawa sendiri yang notabene memiliki kondisi infrastruktur yang lebih baik dari wilayah lainnya, masih memiliki kendala dalam penyediaan energi listrik bagi pendudukya. Penyedia energi listrik di Indonesia tentunya memiliki tugas yang besar untuk memberikan pelayanan yang maksimal terhadap penduduk Indonesia. Dalam kegiatan perekonomian tersediannya energi listrik dapat dimasukan ke dalam input dalam kegiatan produksi baik barang maupun jasa di suatu perusahaan. Listrik dapat membantu peran manusia dalam memproduksi barang, seperti 9 menghidupkan mesin produksi. Semakin meratanya penyaluran/jaringan energy listrik di suatu dareah akan meningkatkan produktivitas masyarakat di daerah tersebut. Ini menandakan bahwa infrastruktur energi listrik berpengaruh terhadap produktifitas dan pertumbuhan ekonomi. Di Jawa Tengah sendiri kondisi penjualan energy listrik untuk sektor industry selalu meningkat setiap tahun. Berikut merupakan tabel penjualan energi listrik untuk sektor industry diJawa Tengah: Tabel 1.3 Penjualan Tenaga Listrik untuk Sektor Industri Propinsi Jawa Tengah Tahun 2008 – 2012 Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 Energi Jual (MWH) 4.466.481 4.527.129 4.890.775 5.235.817 5.738.430 Sumber: PT. PLN (persero), Distribusi Jawa Tengah Data diatas menunjukan bahwa penggunaan energi listrik untuk sektor industri Jawa Tengah selalu meningkat setiap tahun. Melihat data ini menandakan bahwa listrik memiliki peran yang besar terhadap kegiatan industri pada masyarakat sehari-hari. Oleh karena itu dibutuhkan pembangunan infrastruktur energi listrik yang 10 lebih merata guna meningkatkan kualitas hidup dan produktifitas masyarakat di Jawa Tengah. Besar kecilnya PDRB yang dimiliki suatu daerah sangat bergantung pada produktifitas masyarakat daerah tersebut dalam menghasilkan barang atau jasa. Salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas masyarakat suatu daerah adalah adalah pengangguran. Pengangguran merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi pemerintah dalam tujuannya untuk memperbaiki kondisi perekonomian masyarakatnya. Pengangguran adalah masyarakat yang masuk dalam angkatan kerja yang tidak memiliki pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan. Dalam teori pertumbuhan ekonomi Solow, pengangguran bisa dikategorikan ke dalam kuantitas tenaga kerja, sehingga jumlah penduduk yang mengganggur akan mempengaruhi produktifitas dan pertumbuhan ekonomi. Masyarakat yang mengganggur berarti mereka tidak dapat menghasilkan produksi atau output baik barang maupun jasa. Hal ini pastinya akan amat sangat mempengaruhi PDRB daerah tersebut. Semakin tinggi atau banyak masyarakat yang mengganggur di suatu daerah makan akan menyebabkan PDRB semakin kecil. Sebaliknya, semakin sedikit masyarakat yang menganggur menandakan produktifitas masyarakat daerah tersebut yang tinggi dan otomatis PDRB di daerah tersebut tinggi. Dengan melihat data tingkat pengangguran terbuka, kondisi pengangguran Jawa Tengah selalu menurun setiap tahun. Ini menandakan membaiknya kondisi perekonomian di Jawa Tengah. Namun dengan angka pengangguran yang termasuk kecil, produktifitas penduduk Jawa Tengah masih jauh tertinggal jika dibanding 11 dengan propinsi lain di pulau Jawa. Ada beberapa penyebab yang mungkin menyebabkan masalah tesebut salah satunya adalah kualitas pendidikan tenaga kerja di Jawa Tengah. Berikut merupakan jumlah penduduk yang menganggur di Jawa Tengah: Table 1.4 Jumlah Pengangguran Propinsi Jawa tengah tahun 2008-2012 Tahun Jumlah Tingkat Pengangguran Pengangguran Terbuka (%) 2008 1.227.308 7,35 2009 1.252.267 7,33 2010 1.046.883 6,21 2011 1.002.662 5,93 2012 962.141 5,63 Sumber : BPS, Prov. Jawa Tengah Tabel 1.4 menunjukan jumlah pengangguran di propinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah pengangguran dibanding tahun 2008 yang berjumlah 1.252.267 orang. Hal ini terjadi karena adanya dampak dari krisis ekonomi yang melanda dunia pada tahun 2008 yang sedikit banyak mempengaruhi perekonomian di tahah air. Pada tahun-tahun berikutnya jumlah pengangguran Jawa tengah terus menurun sejalan dengan membaiknya kondisi ekonomi nasional. Hingga pada tahun 2012 hanya berjumlah 962.141 orang penduduk Jawa tengah yang menganggur. 12 Dengan diberlakukannya otonomi daerah, diharapkan tiap-tiap daerah mampu menggali dan mengelola sumber-sumber ekonomi agar dapat menigkatkan produktifitasnya. Sehingga pada akhirnya pertumbuhan ekonomi daerahnya. akan meningkatkan PDRB dan Faktor-faktor seperti investasi, kondisi infrastruktur dan kondisi pengangguran memiliki peran dan pengaruh dalam penigkatan PDRB yang dihasilkan propinsi Jawa tengah. B. RUMUSAN MASALAH Melihat permasalahan yang telah dijelaskan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh Foreign Direct Investment, Infrastruktur dan Pengangguran terhadap PDRB Jawa Tengah periode tahun 2000-2012 secara parsial? 2. Bagaimana pengaruh Foreign Direct Investment, Infrastruktur dan Pengangguran terhadap PDRB Jawa Tengah periode tahun 2000-2012 secara simultan? C. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan permasalahan yang sudah dijabarkan di atas. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Mengetahui bagaimana pengaruh Foreign Direct Investment, Infrastruktur dan Pengangguran terhadap PDRB di Jawa Tengah periode tahun 2000-2012 secara parsial. 13 b. Mengetahui bagaimana pengaruh Foreign Direct Investment, Infrastruktur dan Pengangguran terhadap PDRB di Jawa Tengah periode tahun 2000-2012 secara simultan. D. KEGUNAAN PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan akademis dan praktis. Adapun kegunaan hasil penelitian ini dapat penulis uraikan antara lain : 1. Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah pengetahuan, pengalaman, dan sebagai tempat mempraktekan ilmu pengetahuan serta menerapkan dan membandingkan teori-teori yang diperoleh di bangku kuliah. 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk mengkaji lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mepengaruhi perolehan PDRB di suatu negara atau daerah. E. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan informasi bagi masyarakat pada umumnya dan khususnya untuk pemerintah baik itu pusat maupun daerah, mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi/PDRB suatu daerah. Disamping itu sebagai pertimbangan bagi pemerintah dalam pengambilan kebijakan ekonomi daerahnya. 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pertumbuhan Ekonomi a. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi secara umum dapat diartikan sebagai kenaikan pendapatan nasional secara berarti dalam suatu periode perhitungan tertentu. Sedangkan menurut Kutnets, pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan kapasitas produksi dalam jangka panjang dari suatu negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas tersebut dapat terjadi karena adanya kemajuan teknologi, institusi dan idiologi terhadap berbagai keadaan yang ada (Todaro,2000:144). Asfia Murni (2006:173) mengartikan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu kondisi terjadinya perkembangan GDP/PDB potensial yang mencerminkan adanya pertumbuhan output perkapita dan meningkatnya standar hidup masyarakat. Menurut Boediono (1992:9), pertumbuhan ekonomi adalah proses dari kenaikan output per kapita dalam jangka waktu yang panjang. Pertumbuhan ekonomi meliputi 3 aspek, yaitu: 1) Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses (aspek perekonomian yang berkembang, berubah dari waktu ke waktu. 15 ekonomis) 2) Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan adanya kenaikan output perkapita dalam hal ini ada 2 aspek penting yaitu, output total dan jumlah penduduk. Output perkapita adalah pembagian antara output total dengan jumlah penduduk. 3) Pertumbuhan ekonomi dikaitkan dengan perspektif waktu jangka panjang yang dikatakan tumbuh jika dalam jangka waktu 5 tahun mengalami kenaikan output. Angka pertumbuhan ekonomi umumnya dalam bentuk persentase dan bernilai positif, tetapi mungkin juga bernilai negatif. Negatifnya pertumbuhan ekonomi disebabkan adanya penurunan yang lebih besar daripada pendapatan nasional tahun berikutnya dibandingkan dengan tahun sebelumnya. b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Teori dibangun berdasarkan pengalaman empiris, sehingga teori dapat dijadikan sebagai dasar untuk memprediksi dan membuat suatu kebijakan. Terdapat beberapa teori yang mengungkapkan tentang konsep pertumbuhan ekonomi, secara umum teori tersebut sebagai berikut: 1) Teori Adam Smith Adam Smith beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi sebenarnya bertumpu pada adanya pertambahan penduduk. Dengan adanya pertambahan penduduk maka akan terdapat pertambahan output atau hasil. Jumlah penduduk akan meningkat jika tingkat upah yang berlaku lebih tinggi dari tingkat upah subsisten yaitu tingkat upah yang pas-pasan untuk hidup. 16 Tingkat upah yang berlaku menurut Adam Smith di tentukan oleh tarik menarik antara kekuatan permintaan dan penawaran tenaga kerja. Sementara itu permintaan akan tenaga kerja akan ditentukanoleh stok modal dan tingkat output masyarakat. Oleh karena itulaju pertumbuhan permintaan tenaga kerja di tentukan oleh lajupertumbuhan stok modal (akumulasi modal) dan laju pertumbuhan output. Teori Adam Smith ini tertuang dalam bukunya yang berjudul An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations. Adam Smith juga beranggapan bahwasannya sumber daya alam adalah faktor utama dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Jumlah sumberdaya alam yang ada adalah batas maksimum pertumbuhan ekonomi. Jika sumberdaya alam tersebut belum dimanfaatkan sepenuhnya maka jumlah penduduk dan modal lah yang menjadi faktor utama dalam pertumbuhan output. Namun pertumbuhan output tersebut akan berhenti dikala semua sumber daya alam yang ada telah digunakan seluruhnya. 2) Teori Neoklasik Solow-Swam Pertumbuhan ekonomi neo klasik berkembang sejak tahun 1950-an. Teori ini berkembang berdasarkan analisis-analisis mengenai pertumbuhan ekonomi menurut pandangan ekonomi klasik. Ekonom yang menjadi perintis dalam mengembangkan teori tersebut adalah Robert sollow dan Trevir swan (Arsyad,2010:61). Teori ini didasarkan kepada anggapan teori klasik dimana diasumsikan bahwa perekonomian akan tetap mengalami keadaan full employment dan peralatan modal akan tetap digunakan sepanjang waktu. 17 Dalam model neoklasik ini rasio modal output (capital output ratio) dapat berubah. Dalam artian apabila lebih banyak modal yang digunakan maka jumlah tenaga kerja yang digunakan sedikit, begitupun sebaliknya. Dengan adanya fleksibilitas ini, suatu perekonomian mempunyai kebebasan yang tidak terbatas dalam menentukan kombinasi antara modal (K) dan tenaga kerja (L) yang akan digunakan untuk menghasilkan output tertentu. Berikut ini adalah grafik fungsi produksi neoklasik yang menampilkan kombinasi antara modal/Capital dan tenaga kerja/labor : Gambar 2.1 Fungsi Produksi Neoklasik Fungsi produksi neoklasik diatas menunjukan suatu tingkat output tertantu dapat diciptakan dengan menggunakan berbagai kombinasi modal dan tenaga kerja. Dengan kombinasi jumlah modal dan tenaga kerja yang dapat diubahubah, terdapat kemungkinan bahwa output tidak mengalami perubahan. 18 Disamping itu, tingkat output tetap dapat mengalami perubahan meskipun jumlah modalnya konstan. 3) Teori Harrod-Domar (Keynesian) Teori Harrod Domar merupakan perluasan dari analisis keynesian mengenai kegiatan ekonomi secara nasional dan masalah tenaga kerja. HarrodDomar beranggapan bahwa modal harus dipakai secara efektif, karena pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh peranan pembentukan modal tersebut. Pembentukan modal dapat tersebut dapat diperoleh melalui akumulasi modal. Pembentukan modal tidak hanya dipandang sebagai pengeluaran yang akan menambah kemampuan suatu perekonomian untuk berproduksi, tetapi juga dapat meningkatkan permintaan masyarakat. Teori ini mengganggap bahwa kenaikan kapasitas produksi dan pendapatan nasional suatu negara juga ditentukan oleh kenaikan pengeluaran masyarakat yaitu yang dapat berupa investasi. Oleh karena itu, meskipun kapasitas produksi meningkat, pendapatan nasional baru akan naik hanya jika pengeluaran masyarakat juga meningkat. c. Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi Dalam prosesnya pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh faktor-faktor pendukung, yaitu faktor ekonomis dan non ekonomis. Faktor tersebut adalah sebagai berikut: 19 1) Faktor Ekonomi Menurut pandangan beberapa ahli faktor produksi adalah faktor atau kekuatan utama dalam pertumbuhan ekonomi. Faktor produksi tersebut terdiri atas: a) Faktor Sumberdaya Alam Sumberdaya alam merupakan salah satu faktor utama dalam produksi yang berperan sebagai input. Sumberdaya alam dibagi atas SDA yang dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui. b) Faktor Akumulasi Modal Pembentukan atau akumulasi modal memerlukan pengorbanan melalui pengurangan konsumsi masyarakat dalam jangka waktu tertentu. Masyarakat mengalihkan sebagian uangnya ke dalam bentuk tabungan maupun investasi yang nantinya digunakan sebagai sumber untuk kemajuan perekonomian suatu wilayah. c) Faktor Organisasi Organisasi merupakan faktor yang bersifat pelengkap. Fungsinya membantu masyarakat dalam meningkatkan produktifitasnya. Melalui organisasi tugas dan peran seseorang dalam kegiatan ekonomi menjadi jelas, siapa yang menjadi policy maker dan siapa yang jadi pelaku usaha. d) Faktor Kemajuan Teknologi Kemajuan teknologi dianggap sebagai faktor paling penting dalam kegiatan ekonomi. Perubahan teknologi akan berpengaruh terhadap perubahan metode produksi sehingga produktifitas akan meningkat. 20 e) Pembagian Kerja dan Skala Produksi Spesialisasi dan pembagian kerja dapat mengingkatkan produktivitas. Melalui spesialisasi keberagaman produk hasil kegiatan produksi menjadi tinggi. Dengan keberagaman tersebut menjadikan skala produksi masyarakat semakin besar dan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 2) Faktor Non Ekonomi Faktor non ekonomi secara bersama-sama mempengaruhi kemajuan perekonomian. Faktor tersebut tidak secara langsung berengaruh terhadap perekonomian. Namun faktor tersebut juga memiliki peran yang penting dalam pertumbuhan ekonomi. Beberapa faktor tesebut adalah sebagai berikut: a) Faktor Sosial Faktor sosial dan budaya menghasilkan perubahan pandangan dan harapan, struktur dan nilai-nilai sosial di masyarakat sehingga akan mempengaruhi arah dan tujuan dari perkonomian suatu negara. b) Faktor Sumberdaya Manusia Faktor SDM memiliki peran yang vital dan penting dalam kegiatan ekonomi. Kualitas SDM sangat berpengaruh dalam keberhasilan satu negara dalam meningkatkan kualitas perekonomiannya. c) Faktor Politik dan Administratif Struktur dan kondisi politik yang tidak stabil merupakan pennghambat bagi pembangunan ekonomi, terutama di negara berkembang. Sedangkan 21 administrasi yang kuat, efisien dan tidak korup sangat penting dalam peningkatan kondisi ekonomi suatu negara. d. Pertumbuhan Ekonomi Daerah Dalam konsep dasar ekonomi makro indikator yang digunakan dalam mengukur pertumbuhan ekonomi, adalah produk domestik bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu (Mankiw, 2006: 19). Dalam konsep regional Produk Domestik Bruto dikenal sebagai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan indikator ekonomi makro suatu daerah, yang menggambarkan ada atau tidaknya perkembangan perekonomian daerah. Dengan menghitung PDRB secara teliti dan akurat baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai keberhasilan pembangunan di suatu daerah, mewakili yang memperlihatkan laju pertumbuhan ekonomi yang peningkatan produksi di berbagai sektor lapangan usaha yang ada (Saggaf, 1999: 15). Berdasarkan rumusan pengertian di atas, maka dalam konsep regional, pertumbuhan ekonomi daerah adalah angka yang ditunjukkan oleh besarnya tingkat pertumbuhan produk domestik regional bruto suatu daerah yang diukur atas dasar harga konstan. Bagi suatu daerah provinsi, kabupaten/kota gambaran PDRB yang mencerminkan adanya laju pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dalam data sektor-sektor ekonomi yang meliputi pertanian, pertambangan dan 22 penggalian, industri pengolahan, listrik gas dan air bersih, bangunan, perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan persewaan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa lainnya. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari data konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal bruto, perubahan persediaan, ekspor dan impor. 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) a. Pengertian PDRB PDRB adalah jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan pekonomian diseluruh daerah dalam tahun tertentu atau perode tertentu dan biasanya satu tahun. BPS (2007:2) membedakan perhitungan PDRB ke dalam dua dasar, yaitu PDRB atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga Berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun yang berlaku. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu. PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. b. Metode penghitungan PDRB Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan tiga cara pendekatan yaitu : 23 1) Pendekatan Produksi (Production Approach) PDRB menurut pendekatan produksi diartikan bahwa PDRB dihitung berdasarkan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi atau sector ekonomi dalam suatu wilayah atau region pada suatu jangka waktu tertentu. Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan pada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi sebagai input antara nilai yang ditambahkan sama dengan balas jasa faktor produksi atas ikut sertanya dalam proses produksi. Sector-sektor ekonomi tersebut adalah : a) Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan, b) Pertambangan dan penggalian c) Industry pengelolaan d) Listrik, gas, dan Air bersih e) Konstruksi f) Perdagangan, hotel,dan restoran g) Pengangkutan dan komunikasi h) Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, i) Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah. 2) Pendekatan Pendapatan (Income Approach) PDRB menurut pendapatan merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu yaitu satu tahun. Pada pendekatan ini, nilai tambah dari kegiatan-kegiatan ekonomi dihitung dengan cara 24 menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto. Untuk sektor Pemerintahan dan usaha yang sifatnya tidak mencari keuntungan, surplus usaha (bunga neto, sewa tanah dan keuntungan) tidak diperhitungkan. Jumlah nilai balas jasa faktor produksi tersebut sama dengan produk domestik regional bruto dari sudut pendapatan dan disebut Pendapatan Regional. 3) Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach) Salah satu cara/pendekatan untuk mengetahui nilai PDRB adalah dengan melihat sisi pengeluaran. Pos pendapatan nasional membagi GDP menjadi 4 kelompok pengeluaran (Mankiw. 2000 ; 24) a) Konsumsi b) Investasi c) Pembelian pemerintah d) Ekspor bersih (NX) Jadi dengan menggunakan symbol Y untuk GDP menjadi : Y = (C + I +G +NX). Persamaan ini disebut national income account adentity. Persamaan ini menegaskan bahwa PDRB merupakan total pengeluaran dari konsumsi rumah tangga (C) Investasi perusahaan (I) pembelian pemerintah (G) dan Ekspor Neto (NX). Konsumsi terdiri dari barang dan jasa yang di beli rumah tangga. Konsumsi di bagi menjadi 3 kelompok yaitu : antara lain barang tidak tahan 25 lama dan barang tahan lama dan jasa (service). Konsumsi dalam perekonomian memegang peranan penting dalam pembentukan GDP, karena hampir 70% GDP berasal dari konsumsi. Investasi terdiri dari barang-barang yang di beli untuk penggunaan masa depan. Investasi juga di bagi 3 kelompok 1.)investasi tetap bisnis (Bussines Fixed Investment) 2.) investasi tetap residensi (Residential Fixed Investment) 3.) dan investasi persediaan (Inventory Investment). Investasi tetap bisnis adalah peralatan dan struktur yang di beli perusahaan untuk penggunaan dalam produksi mendatang, misalnya pembelian pabrik. Investasi tetap residensi adalah perumahan yang baru yang di beli seseorang untuk di tinggali atau untuk disewakan. Sedangkan investasi persediaan adalah perubahan dalam kuantitas barang yang disimpan perusahaan di gudang termasuk bahan baku dan perlengkapan barang jadi dan barang setengah jadi. Investasi persediaan ini akan meningkatkan persedian barang perusahaan. Pembelian pemerintah (government purchases) adalah barang dan jasa yang di beli oleh pemerintah pusat, negara bagian, dan daerah. Ekspor bersih adalah nilai barang dan jasa yang di ekspor ke negara lain di kurangi nilai barang dan jasa yang diimpor dari negara lain yang merupakan cerminan neraca perdagangan suatu negara. 3. Investasi Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan26 peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa di masa depan (Sukirno, 2000:69). Sedangkan Todaro (2000:388) mendefinisikan investasi atau penanaman modal sebagai bagian dari pendapatan nasional (national income) atau pengeluaran nasional (national expenditure) yang secara khusus diperuntukan memproduksi barang kapital atau modal pada periode waktu tertentu. Samuelson (2003:137) menjelaskan bahwa investasi sering kali mengarah pada perubahan dalam keseseluruhan permintaan dan mempengaruhi siklus bisnis, selain itu investasi mengarah kepada akumulasi modal yang bisa meningkatkan output potensial negara dan mengembangkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Ketika pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan produksi tersebut diperkirakan akan mendatangkan keuntungan berupa hasil penjualan yang lebih besar dari pengeluaran yang untuk investasi, maka investor akan memutuskan untuk melakukan investasi atau penanaman modal. Investasi pada hakekatnya merupakan awal kegiatan pembangunan ekonomi. Investasi dapat dilakukan oleh swasta, pemerintah atau kerjasama antara pemerintah dan swasta. Investasi merupakan suatu cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan untuk jangka panjang dapat menaikan standar hidup masyarkatnya (Mankiw, 2003: 62). 27 Peranan investasi terhadap kapasitas produksi memang sangat besar, karena investasi merupakan penggerak perekonomian, baik untuk penambahan faktor produksi maupun berupa peningkatan kualitas faktor produksi, investasi ini nantinya akan memperbesar pengeluaran masyarakat melalui peningkatan pendapatan masyarakat dengan cara multiplier effect. Faktor produksi akan mengalami penyusutan, sehingga akan mengurangi produktivitas dari faktorfaktor produksi tersebut. Supaya tidak terjadi penurunan produktivitas harus diimbangi dengan investasi baru yang lebih besar dari penyusutan faktor produksi tersebut. Teori pertumbuhan Harod-Domar dijelaskan bahwa kenaikan kapasitas produksi dan pendapatan nasional dapat ditingkatkan dengan memperbesar pengeluaran masyarakat dalam bentuk investasi. Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, adapun tujuan penyelenggaraan penanaman modal antara lain adalah untuk : a) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional; b) Menciptakan lapangan kerja; c) Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan; d) Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional; e) Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional; f) Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan; 28 g) Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri; dan h) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Investasi merupakan komponen utama dalam menggerakan roda perekonomian suatu negara. Secara teori peningkatan investasi akan mendorong volume perdagangan dan volume produksi yang selanjutnya akan memperluas kesempatan kerja yang produktif dan berarti akan meningkatkan pendapatan perkapita sekaligus bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam teori pertumbuhan Harod-Domar (1946), kenaikan kapasitas produksi dan pendapatan nasional suatu negara juga ditentukan oleh kenaikan pengeluaran masyarakat yaitu yang dapat berupa investasi. Artinya investasi yang dikeluarkan masyarakat akan mempengaruhi kapasitas produksi daerah melalui peningkatan akumulasi modal, maupun peningkatan teknologi. Penggairahan iklim investasi di Indonesia dijamin keberadaannya sejak dikeluarkannya Undang-Undang No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-Undang No.6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Kedua undang-undang ini kemudian dilengkapi dan disempurnakan, dimana UU No. 1 Tahun 1967 tentang PMA disempurnakan dengan UU No. 11 Tahun 1970 dan UU No. 6 Tahun 1968 tentang PMDN disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 1970. 29 Menurut UU no. 1 Th. 1967 dan UU no 11 Th. 1970 tentang PMA, yang dimaksud dengan Penanaman Modal Asing (PMA) adalah penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuanketentuan Undang-undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan Perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut. 4. Foreign Direct Ivestment (FDI) a. Pengertian Foreign direct Investment FDI adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan atau memperluas perusahaannya di negara lain. Oleh karena itu tidak hanya terjadi pemindahan sumber daya, tetapi juga terjadi pemberlakuan control terhadap perusahaan di luar negeri. FDI (Foreign Direct Investment) atau investasi langsung luar negeri adalah salah satu ciri penting dari sistem ekonomi yang kian mengglobal. Hal ini bermula saat sebuah perusahaan dari satu negara menanamkan modalnya dalam jangka panjang ke sebuah perusahaan di negara lain. Dengan cara ini perusahaan yang ada di negara asal (biasa disebut 'home country') bisa mengendalikan perusahaan yang ada di negara tujuan investasi (biasa disebut 'host country') baik sebagian atau seluruhnya. Caranya dengan si penanam modal membeli perusahaan di luar negeri yang sudah ada atau menyediakan modal untuk membangun perusahaan baru di sana atau membeli sahamnya sekurangnya 10%. 30 Panayotou (1998) menjelaskan bahwa FDI lebih penting dalam menjamin kelangsungan pembangunaan dibandingkan dengan aliran bantuan atau modal portofolio, sebab terjadinya FDI disuatu negara akan diikuti dengan transfer of technology, know-how, management skill, resiko usaha relatif kecil dan lebih profitable. FDI dapat memberikan beragam manfaat ekonomi dan lainnya untuk lokasi tuan rumah, manfaat ini termasuk meningkatkan lapangan kerja, peningkatan pendapatan, dampak menguntungkan untuk investasi lokal, alih teknologi, membaiknya keterampilan buruh, meningkatnya ekspor, meningkatkan kebersaingan internasional dari perusahaan-perusahaan lokal dan meningkatnya persaingan domestik. Pemerintah sangat memberi perhatiaan pada FDI karena aliran investasi masuk dan keluar dari negara mereka bisa mempunyai akibat yang signifikan. Para ekonom menganggap FDI sebagai salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi karena memberi kontribusi pada ukuran-ukuran ekonomi nasional seperti Produk Domestik Bruto (PDB/GDP), Gross Fixed Capital Formation (GFCF, total investasi dalam ekonomi negara tuan rumah) dan saldo pembayaran. Mereka juga berpendapat bahwa FDI mendorong pembangunan karena bagi negara tuan rumah atau perusahaan lokal yang menerima investasi itu, FDI menjadi sumber tumbuhnya teknologi, proses, produk sistem organisasi, dan ketrampilan manajemen yang baru. Lebih lanjut, FDI juga membuka pasar dan jalur pemasaran yang baru bagi perusahaan, fasilitas produksi yang lebih 31 murah dan akses pada teknologi, produk, keterampilan, dan pendanaan yang baru. b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Investasi Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi investasi (FDI) adalah sebagai berikut: 1) Tingkat suku bunga, terdapat hubungan negatif antara jumlah investasi dan tingkat bunga. Jika tingkat suku bunga naik maka investasi akan berkurang, begitupun sebaliknya. 2) Inovasi dan teknologi, perusahaan perlu menanamkan investasi untuk membeli mesin-mesin baru dan canggih agar produksinya jadi lebih efisien. 3) Kondisi perekonomian, semakin besar pendapatan nasional akan membuat semakin banya bagian pendapatan yang ditabung. Yang nantinya akan diinvestasikan pada usaha yang menguntungkan. 4) Ramalan atau harapan akan konsidi perekonomian dimasa yang akan datang 5) Tingkat keuntungan perusahaan, makin banyak keuntungan yang diperoleh makin banya bagian dari laba yang ditahan untuk tujuan investasi selanjutnya. 6) Situasi politik dan birokrasi, jika situasi politik aman serta mudahnya birokrasi akan membuat investor merasa aman untuk melakukan investasi. 32 5. Infrastruktur a. Pengertian Infrastruktur Secara bahasa dalam kamus besar bahasa Indonesia, infrastruktur dapat diartikan sebagai sarana dan prasarana. Definisi lainnya mengenai infrastruktur, adalah bahwasannya infrastruktur mengacu pada fasilitas fisik dan termasuk pula kerangka kerja organisaional, pengetahuan dan teknologi yang penting untuk organisasi masarakat dan pembangunan ekonomi. Infrastruktur meliputi undangundang, sistem pendidikan dan kesehatan publik, sistim distribusi dan perawatan air, pengumpulan sampah dan limbah, pengolahan dan pembuangannya, sisten komunikasi, sistem transportasi dan utilitas publik (Tatom, 1993:124) Dalam perekonomian infrastruktur merupakan wujud dari modal publik yang terbentuk dari investasi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Familoni (2004:16) menyebut infrastruktur sebagai Basic essential service dalam proses pembangunan. Maksudnya adalah pembangunan sosial dan ekonomi akan dapat terjadi dan dipercepat dengan adanya infrastruktur sosial serta infrastruktur fisik pendukung perekonomian. Infrastruktur merupakan elemen yang berfungsi sebagai sarana dan prasarana yang memudahkan mobilitas dan kegiatan manusia. Bagi perekonomian infrastruktur berfungsi sebagai input dalam kegiatan produksi dan sarana dalam mendistribusikan hasil produksi barang dan jasa. Infrastruktur mengacu kepada sistem fisik yang menyediakan transportasi, air, listrik dan fasilitas publik lain yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia 33 secara ekonomi maupun sosial (Grigg dalam Kodoatie, 2003:8). Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan ekonomidalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Gambar 2.2 Skema Hubungan Infrastruktur dan Sistem ekonomi Sumber : Grigg, 1988 Gambar diatas menunjukan bahwa infrastruktur merupakan pendukung dari sistem sosial dan ekonomi. Ketersedian infrastruktur meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber daya sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas yang berujung pada pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Oleh karena itu penting untuk memperhatikan konsisi infrastruktur terutama fisik untuk mendukung kegiatan ekonomi di suatu daerah. Menurut Canning dan Pedroni (2004:11) infrastruktur memiliki sifat externalitas. Infrastruktur berupa jalan, pendidikan, listrik dan kesehatan memiliki sifat eksternalitas yang positif. Ini menggambarkan bahwa fasilitas yang diberikan pemerintah berupa infrastruktur merupakan eksternalitas positif yang dapat meningkatkan produktifitas semua input dalam proses produksi. 34 Eksternalitas positif yang di peroleh dari infrastruktur yaitu berupa efek limpahan (Spillover effect) dalam bentuk peningkatan kapasitas produksi perusahaan dan pertanian tanpa harus meningkatkan input modal dan tenaga kerja. Teori Pertumbuhan Endogeneus yang diperkenalkan oleh Romer memasukan peranan infrastruktur dalam pertumbuhan ekonomi. Teori ini menyatakan bahwa kemajuan ekonomi tidak dapat dikatakan eksogen, melainkan endogen karena kemajuan teknologi sangan ditentukan oleh investasi dari sumberdaya manusia dan industri berbasis ilmu pengetahuan. Konsekuensi lebih lanjut dari teori endogeneus ini adalah pentingnya penyediaan infrastruktur yang dapat meningkatkan efisiensi alokasi sumberdaya sehingga menghasilkan increasing return to scale dalam suatu kegiatan prosuksi (Meiningtyas, 2007:10). b. Penggolongan Infrastruktur Menurut Grigg dalam Kodoatie (2003:101), infrastuktur dapat dibagi kedalam 13 kategori, yaitu: 1) Sistem penyediaan air: waduk, penampungan air, transmisi dan distribusi, fasilitas pengelolaan air (treatment plant) 2) Sistem pengelolaan air limbah: pengumpulan, pengolahan, pembuangan, daur ulang 3) Fasilitas pengelolaan limbah padat 4) Fasilitas pengendali banjir, berupa drainase dan irigasi 5) Fasilitas lintas air dan navigasi 35 6) Fasilitas transportasi: jalan, rel, bandar udara. Termasuk didalamnya adalah tanda-tanda lalu lintas, fasilitas pengontrol. 7) Sistem transit publik 8) Sistem kelistrikan: produksi dan distribusi 9) Fasilitas gas alam 10) Gedung publik: sekolah, rumah sakit 11) Fasilitas perumahan publik 12) Taman kota sebagai daerah resapan, tempat bermain teermasuk stadion 13) Komunikasi Sedangkan The World Bank (1994) membagi infrastruktur menjadi tiga, yaitu: 1) Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan untuk menunjang aktivitas ekonomi, meliputi publicutilities (tenaga, telekomunikasi, air, sanitasi, gas), public work (jalan, bendungan, kanal, irigasi dan drainase) dan sector transportasi (jalan, rel, pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya). 2) Infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan dan rekreasi. 3) Infrastruktur administrasi, meliputi penegakan hukum, kontrol administrasi dan koordinasi. Pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2005 Tentang Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur, menjelaskan beberapa jenis infrastruktur yang penyediaannya diatur pemerintah yaitu: infrastruktur 36 transportasi, infrastruktur jalan, infrastruktur pengairan, infrasruktur air minum dan sanitasi, infrasruktur telematika, infrastruktur ketenagalistrikan, dan infrastruktur pengangkutan gas dan minyak bumi.. 6. Pengangguran a. Pengertian Pengangguran Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yangmampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan 37 pendapatan perkapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang. Dalam teori pertumbuhan ekonomi Solow, pengangguran bisa dikategorikan ke dalam kuantitas tenaga kerja, sehingga jumlah penduduk yang mengganggur akan mempengaruhi produktifitas dan pertumbuhan ekonomi. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. b. Jenis dan Macam Pengangguran 1) Berdasarkan jam kerja Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam: a) Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu. b) Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu. c) Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal. 38 2) Berdasarkan penyebab terjadinya Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi 7 macam: a) Pengangguran friksional (frictional unemployment) Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerja tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya. Proses dalam memperoleh pekerjaan ini yang meyebabkan para pekerja tersebut tergolong sebagai pengangguran dalam hal ini pengangguran normal. b) Pengangguran konjungtural (cycle unemployment) Pengangguran konjungtoral adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus ekonomi. c) Pengangguran struktural (structural unemployment) Pengangguran struktural adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang. Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, seperti: 39 i. Akibat permintaan berkurang ii. Akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi iii. Akibat kebijakan pemerintah d) Pengangguran musiman (seasonal Unemployment) Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat tanam, pedagang durian yang menanti musim durian. e) Pengangguran siklikal imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja f) Pengangguran teknologi Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin. g) Pengangguran siklus Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian karena terjadi resesi. Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerate demand). 40 B. Hubungan Antar Variabel a. Hubungan Foreign Direct Investment dengan PDRB Teori Harrod-Domar mengemukakan model pertumbuhan ekonomi yang merupakan pengembangan dari teori Keynes. Teori tersebut menitik beratkan pada peranan tabungan dan investasi sangat menentukan dalam pertumbuhan ekonomi/PDRB daerah (Arsyad, 1997 : 44). Menurut Dewi Ernita dkk (2013:2) pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan adalah pertumbuhan yang ditopang oleh investasi. Pertumbuhan ekonomi yang ditopang investasi dianggap akan meningkatkan productivitas suatu negara/ daerah. Investasi adalah pembelian barang yang nantinya akan digunakan untuk memproduksi lebih banyak barang dan jasa (Mankiw, 2007:12). Sebagai salah satu komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi, investasi tentunya akan sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya PDB/PDRB yang dihasilkan suatu negara atau wilayah. Return atau hasil dari investasi yang ditanamkan disebuah wilayah adalah output berupa barang maupun jasa. Semakin tinggi atau besar investasi yang ditanamkan akan membuat produktivitas suatu wilayah dalam menghasilkan output semakin tinggi. Ini berarti akan meningkatkan PDRB yang dihasilkan suatu wilayah/daerah, begitupun sebaliknya. b. Hubungan Infrastruktur dengan PDRB Investasi produktif yang bersifat langsung tersebut harus dilengkapi dengan berbagai Investasi penunjang ekonomi dan sosial berupa pembangunan 41 infrastruktur. Pembangunan infrastruktur tersebut meliputi jalan, penyediaan listrik, persediaan air bersih dan perbaikan sanitasi serta pembangunan fasilitas komunikasi. Infrastruktur merupakan salah satu roda penggerak kegiatan ekonomi di suatu negara yang perannya sangat vital. Dalam model neoklasik Solow, pertumbuhan ekonomi berasal dari tiga faktor berikut: kenaikan kualitas dan kuantitas pekerja, kenaikan dalam kapital dan peningkatan teknologi. Dalam model ini investasi fisik seperti infrastruktur penunjang kegiatan ekonomi dimasukan kedalam faktor kapital. Sehingga kenaikan dalam kapital akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi/PDRB. Sedangkan menurut Kuznetz (Todaro,2000) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara atau wilayah dipengaruhi oleh akumulasi modal(tanah, prasarana/infrastrukur), sumberdaya manusia, sumber daya alam baik dari jumlah maupun kualitasnnya. Dari penjelasan tersebut menunjukan bahwa kondisi infrastruktur yang baik kualitas dan kuantitasnya tentu akan meningkatkan kinerja perekonomian yang pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi/PDRB suatu negara/wilayah. Menurut Canning dan Pedroni (2004:11) infrastruktur memiliki sifat externalitas. Infrastruktur berupa jalan, pendidikan , listrik dan kesehatan memiliki sifat eksternalitas yang positif. Ini menggambarkan bahwa fasilitas yang diberikan pemerintah berupa infrastruktur merupakan eksternalitas positif yang dapat meningkatkan produktifitas semua input dalam proses produksi. Eksternalitas positif yang di peroleh dari infrastruktur yaitu berupa efek limpahan 42 (Spillover effect) dalam bentuk peningkatan kapasitas produksi perusahaan dan pertanian tanpa haru meningkatkan input modal dan tenaga kerja. c. Hubungan Pengangguran dengan PDRB Besar kecilnya PDRB yang dimiliki suatu daerah sangat bergantung pada produktifitas masyarakat daerah tersebut dalam menghasilkan barang atau jasa. Banyak faktor yang mempengaruhi produktifitas masyarakat suatu negara atau daerah dalam menghasilkan barang dan jasa, salah satunya adalah tingkat pengangguran. Pengangguran merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi pemerintah dalam tujuannya untuk memperbaiki kondisi perekonomian masyarakatnya. Pengangguran adalah masyarakat yang masuk dalam angkatan kerja yang tidak memiliki pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan. Dalam teori pertumbuhan ekonomi Solow, pengangguran bisa dikategorikan ke dalam kuantitas tenaga kerja, sehingga jumlah penduduk yang mengganggur akan mempengaruhi produktifitas dan pertumbuhan ekonomi. Masyarakat yang mengganggur berarti mereka tidak dapat menghasilkan produksi baik barang maupun jasa. Hal ini pastinya akan amat sanagt mempengaruhi PDRB daerah tersebut. Semakin tinggi atau banyak masyarakat yang mengganggur di suatu daerah makan akan menyebabkan PDRB semakin kecil. Sebaliknya, semakin sedikit masyarakat yang menganggur menandakan produktifitas masyarakat daerah tersebut yang tinggi dan otomatis PDRB di daerah tersebut tinggi. 43 C. Penelitian Terdahulu 1. Srinivasu dan Srinivasa (2013). Infrastructur Development and Economic Growth: Prospect and Perspective. Mereka meneliti pengaruh Innfastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara di dunia. Hasil dari penelitian tersebut menjelaskan bahwasanya Infrastruktur memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi yang menjadi pendorong utama adalah infrastruktur sosial seperti faktor kesehatan dan pendidikan. Infrastruktur fisik hanya menjadi roda penggerak kegiatan perekonomian. 2. Iuga I and Cioca I.C (2013). Meneliti korelasi antara tingkat pengangguran dan Produk Domestik Bruto di negara yang tergabung dalam Uni Eropa. Variabel dan data yang digunakan adalah tingkat pengangguran dan PDB di 27 negara Uni Eropa termasuk Rumania periode 2005-2011. Metode analisis yang digunakan adalah Pearson Correlations Coeficiens. Hasil dari analisis yang dilakukan adalah terdapat korelasi antara tingkat pengagguran terhadap PDB namun tidak terlalu kuat/signifikan. 3. Wolassa L. Kumo (2012) dalam jurnalnnya Infrastructure Investment and Economic Growth in South Africa: A Granger Causality Analysis, meneliti pegaruh investasi infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di afrika selatan. Data yang digunakan periode tahun 1960-2009. motodoligi yang digunakan adalah Vector AutoReression (VAR) Model. Hasilnya mengindikasikan bahwa ada ada pengaruh yang kuat antara investasi infrastruktur terhadap perumbuhan ekonomi Afrika Selatan. 44 4. Jurnal yang meneliti Dampak Foreign Direct Investment Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia yang dibuat oleh Muhammad Kholis (2012). Jurnal ini meneliti pengaruh investasi asing terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Penelitian ini menggunakan sampel 15 propinsi di Indonesia dan menggunakan data tahun 2006-2010. metode yang digunakan adalah Pooled Least Square. Hasilnya menunjukan bahwa FDI memberikan pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kondisi ini didasari oleh kenyataan bahwa investasi di Indonesia masih sangat fluktuatif. Indonesia belum menjadi prioritas sebagai tempat untuk berinvestasi bagi para investor asing. 5. Ali A. Naji Maidani dan Maryam Zabihi (2011) meneliti tentang “The Dynamic Effect of Unemployment Rate on Per Capita Real GDP in Iran”. Variabel dan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pengagguran dan GDP riil per capita Iran. Metode yang digunakkan dalam penelitaian ini adalah AutoRegressive Distributed Lag (ADRL). Hasilnya menggambarkan bahwa tingkat pengagguran memiliki pengaruh negatif dan signifikan baik itu jangka panjang maupun jangka pendek terhadap GDP real per kapita di Iran. 6. Suindyah (2009) meneliti Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Jawa Timur. Hipotesis dalam penelitian ini diduga investasi, tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa timur. Metode yang digunakan adalah Analisis Regresi Linear Berganda. Hasilnya 45 adalah Variabel Investasi, Tenaga Kerja dan Pengeluaran Pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di propinsi Jawa timur baik secara parsial maupun simultan. 7. Rindang Bangun dan Muhammad Firdaus (2009) meneliti Pengaruh Infrastruktur Pada Pertumbuhan Ekonomi Wilayah di Indonesia. Data yang digunakan adalah data infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi 26 propinsi di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah Fixed Effect Method dan Regresi data panel. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa Variabel infrastruktur baik listrik, jalan maupun air bersih memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Penulis Tahun Judul Variabel 1 Dr.B.Srinivasu dan P. Srinivasa, PhD 2013 Inftastructure Development and Economic Growth: Prospect and Perspective Infrastructure and Economic Growth 2 Iuga I and Cioca 2013 I.C Analysis of Correlation Between the Tingkat pengagguran dan PDB 46 Alat Analisis Hasil Infrastruktur memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi yang menjadi pendorong utama adalah infrastruktur sosial seperti faktor kesehatan dan pendidikan. Infrastruktur fisik hanya menjadi roda penggerak kegiatan perekonomian. Pearson Correlations Coeficiens Hasilnya adalah terdapat korelasi antara tingkat Unemployment Rate and Gross Domestic Product in Europen Union pengagguran terhadap PDB namun tidak terlalu kuat/signifikan 3 Muhammad Kholis 2012 Dampak Foreign Direct Investment terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia FDI dan Pertumbuhan ekonomi Pooled Least Square 4 Wolassa L. Kumo 2012 Infrastructure Investment and Economic Growth in South Africa: A Granger Causality Analysis Infrastrcture Investment and Economic Growth VAR Model 5 Ali A. Naji 2011 Maidani dan Maryam Zabihi The Dynamic Effect of Unemployment Rate on Per Capita Real GDP in Iran Tingkat pengangguran dan GDP riil per kapita AutoRegressive Distributed Lag (ADRL) 47 FDI memberikan pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kondisi ini didasari oleh kenyataan bahwa investasi di Indonesia masih sangat fluktuatif. Indonesia belum menjadi prioritas sebagai tempat untuk berinvestasi bagi para investor asing. Hasilnya mengindikasikan bahwa ada ada pengaruh yang kuat antara invetasi infrastruktur terhadap perumbuhan ekonomi Afrika Selatan. Hasilnya menunjukan bahwa Tingkat pengagguran memiliki pengaruh negatif dan signifikan baik itu jangka panjang maupun jangka pendek terhadap GDP real per kapita di Iran. 6 Rindang Bangun 2009 Prasetyo dan Muhammad Firdaus Pengaruh Infrastruktur pada Pertumbuhan ekonomi Wilayah di Indonesia Infrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi Fixed Effects Model, regresi data panel 7 Sayekti Suindyah 2009 D Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Timur Dependen: Pertumbuhan Ekonomi Analisis Regresi Linear Berganda Independen: Investasi, Tenaga Kerja, dan Pengeluaran Pemerintah Variabel infrastruktur baik listrik, jalan maupun air bersih memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Variabel Investasi, Tenaga Kerja dan Pengeluaran Pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di propinsi Jawa timur baik secara parsial maupun simultan. Sumber: Berbagai Jurnal Berdasakan beberapa penelitian terdahulu yang dijelaskan diatas, persamaan yang dapat dilihat adalah pada variabel yang digunakan dalam penelitan tersebut. Dari jurnal-jurnal tersebut dapat diketahui bahwa tidak semua hasil dari penelitian tersebut sejalan dengan teori yang ada. Hal dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu perbedaan wilayah/ lokasi yang diteliti dan tahun yang diteliti. Ini menggambarkan bahwa tidak selamanya teori dapat berlaku di semua keadaan dan lokasi, terdapat faktor lain yang mempengaruhinya. 48 D. Kerangka Pemikiran Dalam rumusan pemasalahan yang sudah ditetapkan pada bab sebelumnya yang akan menganalisis pengaruh Foreign Direct Investment, Infrastruktur dan Pengangguran terhadap PDRB propinsi Jawa Tengah periode tahun 2000-2012. Berdasarkan masalah tersebut dapat dijelaskan kaitan antar variabel dalam penelitian ini, diduga variabel PDRB dipengaruhi oleh FDI, Infrastruktur dan Pengangguran. Foreign direct investment sebagai pembentuk modal dalam perekonomian tentunya diduga dapat mempengaruhi kondisi perekonomian suatu dareah. Investasi yang masuk akan sangat mempengaruhi perkembangan PDRB suatu daerah. Semakin besar investasi yang masuk diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Sedangkan infrastruktur merupakan faktor pendukung yang diharapkan dapat memperlancar jalannya kegiatan perekonomian. Kondisi infrastruktur yang memadai dan kondisi yang baik tentu akan mempengaruhi kegiatan perekonomian yang nantinya kan meningkatkan produktifitas masyarakat dan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Kondisi pengangguran yang tinggi di suatu daerah akan mengurangi produktifitas daerah tersebut dalam menghasilkan barang dan jasa. Hal ini akan berimbas pada perkembangan PDRB dan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Dari uraian tersebut dapat dibuat persamaan seperti berikut ini: 49 Y = f (X1,X2,X3) Dimana: Y = PDRB X1 = Foreign Direct Investment X2 = Inftasruktur X3 = Pengangguran Untuk lebih jelasnya mengenai pengaruh FDI, Infrastruktur dan pengangguran terhadap PDRB propinsi Jawa Tengah, dapat dilihat pada gambar 2.3 kerangka pemikiran dibawah ini: 50 Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Latar Belakang Penelitian Rumusan Masalah Variabel Independen: - Foreign Direct Investment - Infrastruktur -Pengangguran Variable Dependen: Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Model Ekonometrika Uji Asumsi Klasik: - Uji Normalitas - Uji Multikolinearitas - Uji Hetrokedastisitas - Uji Autokorelasi Regresi Linier Berganda: - Uji t - Uji F - Koefisien Determinasi Interpretasi dan Hasil Kesimpulan dan Saran 51 E. Hipotesis Dengan mengacu pada dasar pemikiran teoritis dan studi empiris yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian di bidang ini, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. H0 : Diduga tidak ada pengaruh yang signifikan antara FDI, Infrastruktur dan Pengangguran terhadap angka PDRB Jawa tengah secara parsial. H1 : Diduga ada pengaruh yang signifikan antara FDI, Infrastruktur dan Pengangguran terhadap angka PDRB Jawa tengah secara parsial. 2. H0 : Diduga tidak ada pengaruh yang signifikan antara FDI, Infrastruktur dan Pengangguran terhadap angka PDRB Jawa tengah secara simultan. H1 : Diduga ada pengaruh yang signifikan antara FDI, Infrastruktur dan Pengangguran terhadap angka PDRB Jawa tengah secara simultan. 52 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini digunakan empat variabel dimana terdapat satu variabel terikat (Dependen Variabel) dan tiga variabel bebas (Independen Variabel), yang terdiri atas: Variabel dependen : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Variabel independen : Foreign Direct Investment, Infrastruktur dan Pengangguran. B. Metode Penentuan Sampel Dalam peneelitian ini sampel yang digunakan adalah propinsi Jawa Tengah. Metode pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, yaitu suatu cara pengambilan sampel dimana anggota sampel diserahkan pada pertimbangan pengumpulan data yang berdasarkan atas pertimbangan yang sesuai dengan maksud dan tujuan tertentu. Cirinya antara lain: sampel sesuai tujuan, jumlah sampel tidak dipermasalahkan, dan unit sampel disesuaikan dengan kriteria tertentu berdasarkan tujuan penelitian. Pertimbanganya adalah dengan membandingkan PDRB tertinggi dan terendah. Dalam penelitian ini populasi penelitian adalah 6 propinsi di Pulau Jawa yaitu, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. 53 C. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan hal yang harus dilakukan dalam penyusunan penelitian ini untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian ini. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui studi pustaka sebagai metode pengumpulan data. Periode data yang digunakan adalah data sekunder berupa data semesteran tahun 2000 – 2012 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia dan Provinsi Jawa Tengah, Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM), dan PT. PLN (Persero). Dan sebagai bahan pendukung digunakan buku referensi, jurnal, surat kabar elektronik, dan beberapa situs resmi yang terkait dengan objek penelitian PDRB/pertumbuhan ekonomi. D. Metode Analisis Data 1. Model Analisis Dalam pengolahan data, digunakan penerapan metode kuadrat terkecil biasa atau biasa disebut dengan Ordinary Least Square/OLS untuk model regresi linier berganda. Didukung oleh analisis kuantitatif dengan menggunakan model ekonometrik untuk mendapatkan gambaran hubungan antara variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini. Penulis menggunakan alat bantu ekonometrika (software) yaitu eviews. Faktor-faktor yang mempengaruhi PDRB Propinsi Jawa Tengah, FDI, Infrastruktur dan Pengangguran yang dinyatakan dalam fungsi : Y = f(X1, X2, X3) 54 Fungsi yang telah dijabarkan sebelumnya dimasukan dalam bentuk model regresi linier berganda pada ekonometrika sebagai berikut : PDRB= β + β1FDI+ β2ELC + β3UEM +μ Keterangan: PDRB = PDRB ELC = Infrastruktur β = Konstanta UEM = Pengangguran β1β2β3 = Koefisien Regresi μ FDI = FDI = Standar Eror 2. Uji Asumsi Klasik Model regresi yang baik adalah model regresi yang menghasilkan estimasi linier tidak bias (Best Linear Unbias Estimator/BLUE). Kondisi ini akan terjadi jika dipenuhi beberapa asumsi, yang disebut dengan asumsi klasik. Asumsi klasik selengkapnya adalah sebagai berikut : a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak pada variabel terikat dan variabel bebas. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Untuk melihat data terdistribusi normal atau tidak adalah dengan melihat probabilitas jarque- 55 berra. Bila probabilitas lebih besar dari 5 %, maka data terdistribusi normal. (Wing Wahyu, 2011 : 5.37-5.39) b. Uji Multikolinieritas Multikoliniearitas adalah kondisi adanya hubungan linier antarvariabel independen. Karena melibatkan beberapa variabel independen, maka multikolinieartias tidak akan terjadi pada persamaan regresi sederhana (yang terdiri atas satu variabel dependen dan satu variabel independen). Wing Wahyu, 2011 : 5.1) Menurut Singgih Santoso (2010:206), Multikoliniearitas mengandung arti bahwa antar variabel independen yang terdapat dalam model memiliki hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1). (Gery Wibisono, 2013 : 65) Untuk mengetahui gejala multikolinearitas dapat dilihat dari nilai correlation matrix. Apabila hasil dari correlation matrix barada diantara 0,8 hingga 1, maka data terindikasi gejala multikolinearitas. Apabila hasilnya dibawah 0,8 maka data terbebas gejala multikolinearitas (wing wahyu, 2011:5.5). Indikasi multikoliniearitas ditunjukan dengan beberapa informasi antara lain : 1) Nilai R2 tinggi, tetapi variabel independen banyak yang yang tidak signifikan. 2) Dengan menghitung koefisien korelasi antarvariabel independen,apabila koefisien rendah maka tidak terdapat multikoliniearitas. 56 3) Dengan melakukan regresi auxiliary. Yaitu regresi yang dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua (atau lebih) variabel independen yang secara bersama-sama mempengaruhi satu variabel independen lainnya. Sedangkan alternative menghilangkan multikoliniearitas antara lain bisa dengan menambahkan data penelitian bila memungkinkan, karena masalah multikoliniearitas biasanya muncul karena jumlah observasi yang sedikit. Selain itu dapat dengan menghilangkan salah satu variabel independen terutama yang memiliki hubungan linier yang kuat dengan variabel lain. Namun jika tidak mungkin dihilangkan maka tetap harus dipakai. Selanjutnya bisa dengan mentransformasikan salah satu (atau beberapa) variabel dengan melakukan diferensiasi. (Wing Wahyu, 2011 : 5.7-5.8) c. Uji Heteroskedastisitas Asumsi dalam model regresi adalah dengan memenuhi (1) residual memiliki nilai rata-rata nol, (2) residual memiliki varian yang konstan,dan (3) residual suatu observasi tidak saling berhubungan dengan residual observasi lainnya sehingga menghasilkan estimator yang BLUE. Apabila asumsi (1) terpenuhi yang terpengaruh hanyalah slope estimator dan ini tidak membawa koefisien serius dalam analisis ekonometrik. Sedangkan jika asumsi (2) dan (3) tidak terpenuhi, maka akan berdampak pada prediksi dengan model yang dibangun. Dalam kenyataannya, nilai residual sulit memiliki varian yang 57 konstan. Hal ini sering terjadi pada data yang bersifat cross section dibanding time series. (Wing Wahyu, 2011 : 5.8) Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi ada tidaknya masalah heterokedastisitas. Diantaranya dapat menggunakan Uji White. Untuk mengetahuinya yaitu dengan membandingkan nilai probabilitas dari obs*R-Squared. Apabila nilai probabilitas obs*R-Squared lebih besar dari 0,05 maka dapat dikatakan data terbebas dari geala Heterokedastisias (Wing Wahyu, 2011:5.16) d. Uji Autokorelasi Autokolerasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-i (sebelumnya). Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi bebas dari autokolerasi. (Gujarati 2007:112). Autokorelasi menurut Wing Wahyu Winarno (2011 : 5.26) dapat berbentuk autokorelasi posiif dan autokorelasi negatif. Mengidentifikasi adanya autokorelasi dapat dilakukan dengan melakukan Uji Durbin-Watson.Apabila D-W berada diantara 1,54 hingga 2,46 maka model tersebut tidakterdapat autokolerasi. Sebaliknya, jika DW tidak berada diantara 1,54 hingga 2,46 maka model tersebut terdapat autokolerasi. (Wing Wahyu, 2009:5.27) 58 3. Uji Hipotesis a. Uji-t Uji t biasanya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variabel terikat. Untuk mengetahui kebenaran hipotesis digunakan kriteria bila t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan derajat keyakinan yang digunakan sebesar α = 1%, α = 5% dan α = 10% begitu pula sebaliknya bila t hitung < t tabel maka menerima H 0 dan menolak H1 artinya tidak ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Selain itu untuk mengetahui kebenaran hipotesis dapat juga dilihat melalui nilai probabilitas t-statistic yang lebih kecil atau lebih besar dari α. b. Uji F Uji F atau uji model secara keseluruhan dilakukan untuk melihat apakah semua koefisien regresi berbeda dengan nol atau model diterima. Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan F-tabel. Jika nilai F-stat > F-tabel maka dapat dikatakan terdapat hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Namun, jika nilai F-stat < F-tabel maka tidak terdapat hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Selain itu, pengujian hipotesis dapat juga dilakukan dengan melihat p-value atau nilai probabilitas dari F-statistic. Konsep ini membandingkan α dengan nilai probabilitas. Jika p-value lebih kecil dari α maka dapat dikatakan bahwa 59 pada taraf keyakinan pada α yang ditetapkan (1 %, 5 %, atau 10 %), variabel dependen dan independen memiliki hubungan. (Shochrul dkk, 2011 : 34) c. Koefisien Determinasi (R2) Uji ini digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan dari model yang dipakai. Koefisien determinasi (R2) merupakan angka yang menunjukkan besarnya kemampuan varian atau penyebaran dari variabel-variabel independen yang menerangkan variabel dependen atau angka yang menunjukkan seberapa besar variasi variabel dependen dipengaruhi oleh variabel-variabel independen. Besarnya koefisien determinasi berkisar antara 0 sampai dengan 1 atau 0 R2 1, yang berarti variasi dari variabel bebas semakin dapat menjelaskan variasi dari variabel tidak bebas bila angkanya semakin mendekati 1. Pada penelitian ini juga akan digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan dengan jumlah variabel dan jumlah observasinya (adjusted R2) atau dilambangkan dengan adj R2), karena lebih menggambarkan kemampuan yang sebenarnya dari variabel independen untuk menjelaskan variabel dependen. E. Operasional Variabel Penelitian Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian Variabel Definisi Satuan Produk Domestik PDRB adalah jumlah nilai tambah barang Juta Rupiah Regional Bruto dan jasa yang dihasilkan dari seluruh (PDRB) kegiatan pekonomian diseluruh daerah dalam tahun tertentu atau perode tertentu dan biasanya satu tahun. BPS (2007:2) 60 membedakan perhitungan PDRB ke dalam dua dasar, yaitu PDRB atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga Berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun yang berlaku. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah PDRB propinsi Jawa Tengah. Foreign Direct FDI adalah arus modal internasional Ribu US Investment (FDI) dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan atau Dollar memperluas perusahaannya di negara lain. Dalam inestasi ini tidak hanya terjadi pemindahan sumber daya, tetapi juga terjadi pemberlakuan control terhadap perusahaan di luar negeri. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah nilai realisasi FDI propinsi Jawa Tengah. Infrastruktur Secara bahasa dalam kamus besar bahasa M W H Indonesia, infrastruktur dapat diartikan sebagai sarana dan prasarana. Definisi lainnya mengenai infrastruktur, adalah bahwasannya infrastruktur mengacu pada fasilitas fisik dan termasuk pula kerangka kerja organisaional, 61 pengetahuan dan teknologi yang penting untuk organisasi masarakat dan pembangunan ekonomi. Dalam perekonomian infrastruktur merupakan wujud dari modal publik yang terbentuk dari investasi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah total penggunaan energi listrik untuk sektor industri propinsi Jawa Tengah. Pengangguran Pengangguran adalah istilah untuk orang Jiwa yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah jumlah pengangguran propinsi Jawa Tengah. 62 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Provinsi Jawa Tengah terletak 5’40' dan 8’30' Lintang Selatan dan antara 108’30' dan 111’30' Bujur Timur. Provinsi Jawa Tengah letaknya diapit oleh dua propinsi besar, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur. Berdasarkan administrasi wilayah, Propinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 Kabupaten dan 6 Kota. Luas Wilayah Jawa Tengah sebesar 3,25 juta hektar atau sekitar 25,04 persen dari luas pulau Jawa (1,70 persen luas Indonesia). Luas yang ada terdiri dari 1,00 juta hektar (30,80 persen) lahan sawah dan 2,25 juta hektar (69,20 persen) bukan lahan sawah. Jumlah penduduk di wilayah Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebanyak 33.270.207 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 1.003 jiwa per km2. Penyebaran penduduk di Provinsi Jawa Tengah masih bertumpu di Kabupaten Brebes yakni sebesar 5,35 persen dan Kabupaten Cilacap sebesar 5,1 persen sedangkan yang terendah Kota Magelang sebesar 0,4 persen . Sementara dilihat dari kepadatan penduduk Kabupaten/Kota yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kota Surakarta yakni sebanyak 11.393 jiwa per Km2 dan yang paling rendah adalah Kabupaten Blora dengan tingkat kepadatan penduduk sebanyak 465 jiwa per Km2. 63 Dari jumlah penduduk ini, 47 persen di antaranya merupakan angkatan kerja. Mata pencaharian paling banyak adalah di sektor pertanian (42,34 persen), diikuti dengan perdagangan (20,91 persen), industri (15,71 persen), dan jasa (10,98 persen). Pertanian merupakan sektor utama perekonomian Jawa Tengah, dimana mata pencaharian di bidang ini digeluti hampir separuh dari angkatan kerja terserap. Kawasan hutan meliputi 20 persen wilayah provinsi, terutama di bagian utara dan selatan. Daerah Rembang, Blora, Grobogan merupakan penghasil kayu jati. Jawa Tengah juga terdapat sejumlah industri besar dan menengah. Daerah Semarang-Ungaran-Demak-Kudus merupakan kawasan industri utama di Jawa Tengah. Kudus dikenal sebagai pusat industri rokok. Di Cilacap terdapat industri semen. Solo, Pekalongan, dan Lasem dikenal sebagai kotaBatik yang kental dengan nuansa klasik. Blok Cepu di pinggiran Kabupaten Blora (perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah) terdapat cadangan minyak bumi yang cukup signifikan, dan kawasan ini sejak zaman Hindia Belanda telah lama dikenal sebagai daerah tambang minyak. B. Analisis Deskriptif Penelitian ini menganalisis pengaruh foreign direct investment, Infrastruktur dan pengangguran terhadap produk domestik regional bruto propinsi Jawa tengah. Data yang digunakan dalam menganalisis adalah rentang waktu tahun 2000-2012. Alat pengolahan data yang digunakan adalah perangkat lunak (software) Eviews 7.0 dengan metode análisis OLS. Maka dari itu, perlu dilihat perkembangan 64 secara umum nilai foreign direct investment, infrastruktur, pengangguran dan produk domestik regional bruto propinsi JawaTengah. 1.Analisa deskriptif Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Jawa Tengah Salah satu tujuan penting dari pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dalam konteks ekonomi regional atau daerah, pertumbuhan ekonomi juga mejadi target atau tujuan utama setiap pemerintah daerah dalam meningkatkan pembangunan baik sosial maupun ekonomi di daerahnnya. PDRB menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam menciptakan nilai tambah/ output baik barang maupun jasa dalam periode waktu tertentu yang biasanya satu tahun. PDRB dapat dihitung dengan tiga pendekatan yaitu pendekatan produksi, pengeluaran dan pendapatan. Ketiga pendekatan ini menyajikan komposisi data nilai tambah yang disajikan menurut sektor ekonomi, komponen penggunaan dan sumber pendapatan. Perhitungan PDRB dari sisi produksi adalah dengan menjumlahkan seluruh nilai tambah bruto yang mampu dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya. Sedangkan dari sisi pengeluaran menjelaskan tentang penggunaan dari nilai tambah tesebut. Berikutnya dari sisi pendapatan PDRB dihitung atas nilai tambah yang merupakan upah/gaji, suplus udaha, penyusutan dan pajak tak langsung netto yang diperoleh. PDRB disajikan dalam dua versi penilaian, yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. 65 Berikut ini adalah data perkembangan PDRB propinsi Jawa Tengah periode tahun 2000-2012: Gambar 4.1 Perkembangan PDRB Propinsi Jawa Tengah Tahun 2000-2012 atas dasar harga konstan PDRB (Juta Rupiah) 250,000,000 200,000,000 150,000,000 100,000,000 PDRB (Juta Rupiah) 50,000,000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 0 Sumber: BPS Propinsi Jawa Tengah, data diolah Gambar 4.1 diatas menggambarkan perkembangan PDRB Jawa Tengah dalam kurun waktu 2000-2012 yang memiliki pergerakan yang signifikan dan positif, dimana nilai PDRB selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Angka PDRB tersebut menggunakan atas dasar harga konstan tahun 2000. Pada tahun 2000 PDRB Jawa tengah yaitu sebesar Rp 114,701,305,000,000 mengalami peningkatan pada tahun 2001 menjadi Rp 118,816,400,000,000. bagitupun pada tahun tahun berikutnya, PDRB Jawa Tengah selalu meningkat. Pertumbuhan PDRB yang positif ini mencerminkan kondisi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang baik di Jawa Tengah. Hal ini diharapkan akan 66 mencerminkan kondisi ekonomi masyarakat yang sejahtera, serta menjadi pertimbangan untuk menari para investor untuk berinvestasi di Jawa tengah. 2. Analisa destkriptif Foreign Direct Investment propinsi JawaTengah. Investasi merupakan salah satu faktor pendukung kegiatan perekonomian di suatu negara/daerah. Dengan adanya investasi kemampuan suatu daerah dalam membangun ekonomi akan lebih mudah. Investasi yang ada akan meningkatkan kapasitas produksi barang dan jasa di daerah tersebut serta akan meningkatkan produktifitas masyarakat yang berujung pada kesejahteraan ekonomi. Investasi dibagi kedalam Investasi domestik dan Foreign direct Investment. FDI adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan atau memperluas perusahaannya di negara lain. Berikut ini adalah perkembangan realisasi FDI yang masuk di propinsi Jawa Tengah. Gambar 4.2 Perkembangan Realisasi FDI Propinsi Jawa Tengah periode Tahun 2000-2012 FDI (ribu USD) 600,000 500,000 400,000 300,000 FDI (ribu USD) 200,000 100,000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 0 Sumber: BKPM, data diolah 67 Gambar 4.2 tersebut menggambarkan perkembangan nilai realisasi FDI yang masuk ke propinsi Jawa Tengah. Tahun 2000 total realisasi FDI Jawa tengah sebesar 163.590 ribu US$. Tahun 2001-2003 nilainya terus menurun sebagai dampak dari krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 19971998 dan imbas itu terorisme di Indonesia sebagai dampak bom Bali 1. Peningkatan nilai FDI Jawa Tengah yang cukup besar terjadi pada tahun 2004 dan 2005 yang mencapai 550.502,44 ribu US$ sebagai indikasi bahwa kondisi perekonomian Indonesia pada umumnya dan Jawa Tengah pada khususnya dinilai makin kondusif oleh para investor asing. Namun pada tahun 2006 hingga 2008 terjadi penurunan nilai FDI yang drastis sebagai imbas dari situasi politik yang kurang kondusif pasca pemilu tahun 2004 dan juga krisis ekonomi global yang terjadi pada 2008 yang menyebabkan investor asing kurang berminat untuk berinvestasi di Jawa tengah. Pada 2009 nilai FDI kembali meningkat menjadi sebesar 83.142,8 ribu US$, ini terjadi karena para investor asing melihat kondisi ekonomi Indonesia yang tidak begitu terpengaruh dan mampu bertahan terhadap krisis ekonomi global tahun 2008. Namun nilainya kembali menurun pada 2010 menjadi sebesar 59.100 ribu US$. Pada tahun 2011 dan 2012 nilai realisasi FDI Jawa tenga kembali mengalami peningkatan. 3. Analisis deskriptif Infrastruktur Listrik di propinsi Jawa Tengah. Infrastruktur merupakan salah satu faktor pendukung yang penting dalam kegiatan perekonomian suatu daerah. Tanpa tersedianya infrastruktur yang baik 68 maka kegiatan ekonomi suatu aerah akan mengalami hambatan. Secara mikro, infastruktur dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi memalui peningkatan produktivitas. Infrastruktur tersebut meliputi jalan, penyediaan listrik, persediaan air bersih dan perbaikan sanitasi serta pembangunan fasilitas komunikasi. Salah satu infrastruktur yang paling vital peranya terhadap kegiatan perekonomian adalah infrastruktur penyediaan listrik. Tersediannya jaringan listrik tentu sangat memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam melakukan kegiatan produksi baik barang maupun jasa. Berikut ini merupakan perkembangan penjualan energi listrik untuk sektor industri di propinsi Jawa tengah: Gambar 4.3 Perkembangan penjualan energy listrik untuk sector industri Propinsi Jawa Tengah tahun 2000-2012 Penggunaan energi listrik (MWH) 7,000,000 6,000,000 5,000,000 4,000,000 infrastruktur energi listrik (MWH) 3,000,000 2,000,000 1,000,000 2012 2011 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000 0 Sumber: PT.PLN (persero), data diolah Gambar 4.3 menunjukan perkembangan total penggunaan energi listrik untuk sektor industri di propinsi Jawa Tengah tahun 2000 hingga 2012 secara 69 umum terus mengalami peningkatan. Hal ini mencerminkan bahwa pola penggunaan energi listrik baik itu untuk keperluan produksi barang dan jasa semakin meningkat sejalan dengan kemajuan teknologi dan penyebaran jaringan listrik di propinsi Jawa Tengah. Sehingga diharapkan dengan penggunaan energi listrik yang tinggi ditujukan untuk kegiatan yang produktif agar membuat pertumbuhan ekonomi Jawa tengah kearah yang positif. 4. Analisis deskriptif Pengangguran di propinsi Jawa Tengah. Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Masyarakat yang mengganggur berarti mereka tidak dapat menghasilkan produksi atau output baik barang maupun jasa. Hal ini pastinya akan amat sangat mempengaruhi PDRB daerah tersebut. Semakin tinggi atau banyak masyarakat yang mengganggur di suatu daerah makan akan menyebabkan PDRB semakin kecil. Sebaliknya, semakin sedikit masyarakat yang menganggur menandakan produktifitas masyarakat daerah tersebut yang tinggi dan otomatis PDRB di daerah tersebut tinggi. Berikut ini adalah tabel perkembangan jumlah pengangguran propinsi Jawa Tengah: 70 Gambar 4.4 Perkembangan jumlah pengangguran propinsi Jawa Tengah tahun 2000-2012 pengangguran 1,600,000 1,400,000 1,200,000 1,000,000 800,000 600,000 400,000 200,000 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 pengangguran Sumber: BPS, Propinsi Jawa tengah Gambar 4.4 diatas menunjukan perkembangan jumlah penduduk Jawa Tengah yang menganggur pada tahun 2000 hingga 2012. Jumlah pengagguran cenderung fluktuatif. Pada 2001 jumlah pengagguran 578.190 jiwa menurun dari tahun sebelumnya. Kemudian pada tahun 2002 hingga 2004 jumlah pengagguran Jawa Tengah mengalami peningkatan. Namun kembali menurun pada tahun 2005 sejumlah 978.952 jiwa. Pada 2007 pengangguran kembali meningkat menjadi 1.360.219 jiwa. Dan pada tahun 2009 hingga 2012 jumlah pengagguran terus menurun menjadi 962.141 jiwa pada 2012. 71 C. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Untuk menguji adakah variabel pengganggu atau residual terdistribusi normal dalam model regresi dilakukan dengan uji normalitas. Bila dilihat dari probabilitasnya lebih besar dari 5 % maka data terdistribusi normal.(Winarno, 2011 : 5.37-5.39) Gambar 4.5 Uji Normalitas 6 Series: Residuals Sample 2000S1 2012S2 Observations 26 5 4 3 2 1 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis -8.27e-09 270199.4 3447198. -4198529. 2049304. -0.347593 2.148962 Jarque-Bera Probability 1.308179 0.519915 0 -3999990 -1999990 10 2000010 4000010 Gambar 4.5 menunjukan nilai probabilitas Jarque-Bera yaitu 0.519915 yang lebih besar dari α = 5 %, maka dapat diketahui bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi normal. 72 2. Uji Multikoliniearitas Tabel 4.1 Correlation Matrix FDI ELC UEM FDI 1.000000 -0.096782 0.192324 ELC -0.096782 1.000000 0.452107 UEM 0.192324 0.452107 1.000000 Multikoliniearitas adalah kondisi adanya hubungan linier antar variabel independen. Masalah multikoliniearitas biasanya ditemukan jika matriks korelasi dari semua variabel lebih dari 0,8. Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa tidak terdapat masalah multikoliniearitas, karena tidak ada nilai matrik korelasi antar variabel independen yang diatas 0,8. Menurut Winarno (2007 : 5.8) model yang terdapat gejala multikoliniearitas dapat dibiarkan saja karena estimator yang digunakan masih dapat bersifat BLUE. Sifat BLUE tidak terpengaruh oleh ada tidaknya korelasi antar variabel independen. Meskipun multikoliniearitas dapat menyebabkan standard error yang besar. 3. Uji Heterokedastisitas Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengidentifikasikan ada tidaknya masalah heterokedastisitas seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Dalam pengujian heterokedastisitas penelitian ini menggunakan uji white. Masalah heterokedastisitas pada data dapat dilihat dari nilai Obs*R- 73 Squared pada output. Jika nilai probabilitasnya lebih kecil dari α = 5 % maka data yang digunakan bersifat heterokedastisitas. Gambar 4.6 Uji Heterokedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic 3.169351 Obs*R-squared 16.65676 Scaled explained SS 6.851170 Prob. F(9,16) 0.0214 Prob. Chi-Square(9) 0.0544 Prob. Chi-Square(9) 0.6526 Pada gambar 4.6 diperoleh nilai probabilitas Obs*R-Squared yaitu 0.0544 lebih besar dari α = 5 %, sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini bebas dari masalah heterokedastisitas. 4. Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi dengan residual observasi lainnya. Dalam mengidentifikasi autokorelasi dapat diketahui dengan melakukan uji Durbin-Watson. Uji D-W merupakan uji yang banyak dipakai untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi pada model yang digunakan. Pada uji D-W adanya autokorelasi positif jika nilai D-W berada diantara 0 sampai dengan 1,10, serta autokorelasi negative jika nilai DW berada diatas 2,90. Sedangkan jika model terbebas dari masalah autokorelasi, nilai D-W berada diantara 1,54 sampai dengan 2,46. Model tidak dapat diputuskan terdapat autokorelasi jika nilai D-W berada diantara 1,10 sampai dengan 1,54, dan 2,46 sampai dengan 2,90. (Winarno, 2009 : 5.28) 74 Gambar 4.7 Hasil Regresi Linier Berganda R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.558892 0.495876 10769431 2.44E+15 -438.0996 8.869125 0.000542 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 78354391 15167859 35.36797 35.56299 35.42206 0.773920 Pada hasil regresi diatas, didapatkan bahwa nilai D-W sebesar 0.773920. Hasil tersebut menjelaskan bahwa nilai D-W berada diantara 0 sampai 1,10, yang berarti terdapat masalah autokorelasi positif dalam penelitian ini. Selanjutnya dalam menguji masalah autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test. (Winarno, 2009 : 5.33). Setelah dilakukan uji tersebut kita bisa melihat nilai D-W sebesar 1.595401 yang berarti model ini terbebas dari masalah autokorelasi (lampiran 5). D. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakan hipotesis yang telah ditetapkan diterima atau ditolak secara statistic. Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan uji statistic t, uji F serta Uji Adj R2 (Adjusted R Square). Model penelitian yang menggunakan Ordinary Least Square ini dapat dijelaskan melalui persamaan sebagai berikut: 75 PDRB= 68355248.1971 + 32.3165835529*D(FDI) + 191.120205382*D(ELC) - 136.543920144*D(UEM) Dimana : PDRB = Produk Domestik Regional Bruto FDI = Foreign Direct Investment ELC = Infrastruktur UEM = Pengangguran Dari persamaan regresi yang telah diuraikan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Jika variabel-variabel independen dianggap konstan atau bernilai nol, artinya variabel independen tidak terjadi peningkatan atau penurunan maka besarnya PDRB adalah sebesar 68355248.1971. b. Nilai koefisien regresi variabel FDI sebesar 32.3165835529,atau dibulatkan menjadi 32.32 , yang berarti setiap peningkatan FDI sebesar 1 ribu USD akan meningkatkan PDRB sebesar 32.32juta rupiah. c. Nilai koefisien regresi variabel Infrastruktur sebesar191.120205382atau dibulatkan menjadi 191 , yang berarti setiap peningkatan Infrastruktur (penggunaan energi listrik) sebesar 1 MWH akan meningkatkan PDRB sebesar 191juta rupiah. d. Nilai koefisien regresi variabel nilai Pengangguran sebesar 136.543920144 atau dibulatkan menjadi -136.54 , yang berarti setiap 76 peningkatan Pengangguran sebesar 1 jiwa akan menurunkan PDRB sebesar 136.54 juta rupiah. 1. Interpretasi hasil Uji-t dan Analisis Ekonomi Uji - t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu Foreign Direct Investment, Infrastruktur dan Pengangguran terhadap Produk Domestik Regional Bruto propinsi Jawa Tengah secara parsial. Uji-t digunakan untuk membuktikan hipotesis yang telah dibuat. Selain melihat ujit dari nilai t-statistic, uji-t dapat dilihat melalui nilai probabilitas t-statistic. Jika nilai probabilitas t-statistic lebih besar dari α = 5% maka Ho diterima H1 ditolak, namun jika lebih kecil dari α = 5% maka Ho ditolak H1 diterima. Tabel 4.2 Uji-t Variable C D(FDI) D(ELC) D(UEM) Coefficient 68355248 32.31658 191.1202 -136.5439 Std. Error 3081544. 46.06788 40.37649 44.48797 t-Statistic 22.18214 0.701499 4.733453 -3.069232 Prob. 0.0000 0.4907 0.0001 0.0058 Tabel 4.2 merupakan hasil dari pengujian variabel independen yaitu Foreign Direct Investment, Infrastruktur dan Pengangguran secara parsial. Penelitian ini menggunakan α = 5 % atau α = 0,05. Adapun hipotesisnya sebagai berikut : 77 H0 : Diduga tidak ada pengaruh yang signifikan antara FDI, Infrastruktur dan Pengangguran terhadap angka PDRB Jawa tengah secara parsial. H1 : Diduga ada pengaruh yang signifikan antara FDI, Infrastruktur dan Pengangguran terhadap angka PDRB Jawa tengah secara parsial. Berdasarkan hasil regresi yang diperoleh pada tabel 4.2 maka pembuktian dari hipotesis yang telah dipaparkan adalah sebagai berikut : 1) Nilai probabilitas t-Statistic variabel FDI sebesar 0.4907 lebih besar dari 0,05 yang berarti Ho diterima dan H1 ditolak. 2) Nilai probabilitas t-Statistic variable Infrastruktur sebesar 0.0001 lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ho ditolak dan H1 diterima. 3) Nilai probabilitas t-Statistic variabel Pengangguran sebesar 0.0058 lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ho ditolak dan H1 diterima. Pada variabel FDI, berdasarkan tabel 4.2 yang menunjukan nilai koefisien sebesar 32.31658 dengan tingkat signifikansi 0.4907. Tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0,05 dan koefisien yang bernilai positif menunjukan bahwa secara parsial FDI berpengaruh tidak signifikan dan positif terhadap PDRB Jawa Tengah. Kondisi ini didasari karena nilai FDI setiap tahun yang masuk ke Jawa Tengah kecil dan cenderung fluktuatif. Propinsi Jawa Tengah belum menjadi prioritas sebagai tempat untuk menginvestasikan modal bagi para investor asing. Banyaknya hambatan 78 masuk bagi para investor asing, seperti masalah keamanan, birokrasi yang kurang efisien dan konsisi infrastruktur yang kurang mendukung menjadi beberapa faktor yang menyebabkan nilai FDI yang masuk ke Jawa Tengah sedikit dan fluktuatif. Hasil estimasi tersebut sejalan dengan teori pertumbuhan Harrod-Domar yang menjelaskan bahwa kenaikan kapasitas produksi dan pendapatan nasional/daerah ditentukan juga oleh pengeluaran masyarakat dalam bentuk investasi. Investasi yang dikeluarkan masyarakat ini masuk ke dalam kategori investasi dalam negeri/ domestic.Teori tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Dewi Ernita ( 2013:2) dimana pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dalah pertumbuhan yang ditopang oleh investasi. Pertumbuhan yang ditopang investasi tersebut akan meningkatkan produktifitas suatu negara/daerah. Penelitian lainya dilakukan oleh Suyekti Suindyah (2009) menunjukan hasil bahwa vareiabel investasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di propinsi Jawa Timur. Pada variabel Infrastruktur berdasarkan tabel 4.2 yang menunjukan koefisien statistic sebesar 191.1202 dengan tingkat signifikansi 0.0001. Tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 dan koefisien yang bernilai positif menunjukan bahwa secara parsial variabel Infrastruktur berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap PDRB Jawa Tengah. Hal ini berarti kondisi Infrastruktur akan berbanding lurus dengan PDRB Jawa Tengah, 79 dimana peningkatan kualitas dan kuantitas Infrastruktur akan meningkatkan nilai PDRB Jawa Tengah. Hasil tersebut menggambarkan betapa vitalnya peran infrastruktur energy listrik dalam menunjang kegiatan ekonomi berupa produksi yang dilakukan masyarakat di Jawa Tengah, baik itu dalam skala UMKM maupun Industri yang berskala besar. Dalam teori pertumbuhan baru (new growth theory) infrastruktur dimasukan sebagai input yang mempengaruhi output agregat, infrastruktur juga merupakan sumber yang mungkin meningkatkan batas-batas kemajuan teknologi yang didapat dari munculnya eksternalitas pada pembangunan infrastruktur. Artinya infrastruktur energi listrik dalam penelitian ini merupakan input dalam faktor produksi yang akan mempengaruhi nilai output barupa barang dan jasa yang dihasilkan dari kegiatan produksi tersebut. Ketersedian kuantitas infrastruktur yang diikuti oleh kualitas yang baik akan memperlancar jalannya kegiatan ekonomi di suatu daerah. Mulai dari kegiatan, produksi , distribusi hingga konsumsi barang dan jasa yang diproduksi sangat dipengaruhi oleh infrastruktur yang ada. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rindang Bangun dan M.Firdaus (2009) yang hasilnya menunjukan bahwa variable infrastruktur (listrik,jalan dan air) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Srinivasu dan Srinivasa (2013) dalam jurnalnya juga memperoleh 80 hasil yang menjelaskan bahwa infrastruktur baik fisik maupun social berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan variabel Pengangguran, berdasarkan tabel 4.2 menunjukan nilai koefisien sebesar -136.5439 dengan tingkat signifikansi 0.0058. Tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 dan koefisien yang bernilai negatif menunjukan bahwa secara parsial variabel Pengangguran berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap PDRB Jawa Tengah. Hal ini berarti peningkatan Jumlah Pengagguran akan menurunkan PDRB propinsi Jawa Tengah. Hasil tersebut mencerminkan bahwa jumlah pengangguran yang ada di Jawa Tengah berpengaruh terhadap rendahnya nilai PDRB yang dihasilkan masyarakat jawa tengah. Dengan banyaknya jumlah pengangguran, masyarakat yang seharusnya bekerja dan menghasilkan output guna meningkatkan PDRB malah hanya menjadi beban masyarkat yang bekerja. Hasil ini didukung oleh teori pertumbuhan Sollow-swan yang menjelasakan tentang pengaruh kuantitas dan kualitas tenaga kerja, capital dan teknologi terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini pengangguran dapat kita masukan kedalam factor kuantitas tenaga kerja, dimana peningkatan jumlah pengangguran akan menurunkan nilai PDRB atau pertumbuhan ekonomi daerah. Sebaliknya, apabila jumlah pengangguran menurun, maka PDRB dan pertumbuhan ekonomi daerah akan meningkat. Jumlah pengangguran yang tinggi akan berakibat pada kecilnya produktifitas suatu daerah dalam 81 menghasilkan output. Disamping itu pengangguran juga menjadi beban masyarakat yang bekerja dan juga pemerintah daerah semakin meningkat yang berakibat juga pada menurunya kualitas perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat. Senada dengan teori yang ada, Maidani dan Maryam (2011) dalam penelitiannya memperoleh hasil bahwa tingkat pengangguran memiliki pengaruh yang negative dan signifikan baik itu jangka panjang maupun jangka pendek terhadap PDB perkapita di negara Iran. 2. Interpretasi hasil Uji F dan Analisis Ekonomi Untuk menguji apakah variabel bebas berpengaruh secara simultan terhadap variabel terikatnya, maka digunakan uji-F dengan cara melihat nilai probabilitas dari F-statistic. Dari hasil regresi FDI, Infrastruktur dan Pengangguran terhadap PDRB Jawa Tengah diperoleh F-Statistic sebesar 8.869125 dengan nilai probabilitas F-Statistic sebesar 0.00000 yang berarti lebih kecil dari α = 5 %. Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut : H0 : Diduga tidak ada pengaruh yang signifikan antara FDI, Infrastruktur dan Pengangguran terhadap angka PDRB Jawa tengah secara simultan. 82 H1 : Diduga ada pengaruh yang signifikan antara FDI, Infrastruktur dan Pengangguran terhadap angka PDRB Jawa tengah secara simultan. Gambar 4.8 Uji F R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.558892 0.495876 10769431 2.44E+15 -438.0996 8.869125 0.000542 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 78354391 15167859 35.36797 35.56299 35.42206 0.773920 Melihat nilai probabilitas dari F-statistic pada gambar 4.8 yang lebih kecil dari α = 5 %, maka H0 ditolak dan H1 diterima dan dapat disimpulkan bahwa variabel FDI (X1), Infrastruktur(X2), dan Pengangguran (X3) berpengaruh signifikan sebesar 8.9 persen terhadap PDRB Jawa Tengah (Y) secara simultan. HasIL ini menggambarkan bahwa ketiga variabel ini berperan terhadap pembentukan PDRB suatu daerah yang dalam penelitian ini adalah propinsi Jawa Tengah. Sehingga pemerintah daerah harus memberikan perhatian lebih terhadap investasi asing yang masuk serka konsisi infrastruktur dan ketenagakerjaan yang ada di Jawa tengah 83 3. Koefisien Determinasi (R2) Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda pada gambar 4.8 diatas didapatkan koefisien determinasi atau Adjusted R-squared sebesar 0.495876. Hal ini berarti 49.59% PDRB Jawa Tengah pada periode 2000 – 2012 dapat dijelaskan oleh variable Foreign Direct Investment, Infrastruktur dan Pengangguran. Sedangkan 50.41% variabel PDRB Jawa Tengah dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini atau variable lain diluar penelitian ini. 84 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisis atas hasil estimasi data, diperoleh kesimpulan atas penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Foreign Direct Investment(FDI), Infrastruktur dan Pengangguran Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Jawa Tengah (Periode tahun 2000-2012), sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil estimasi regresi linear berganda dapat diketahui dan dijelaskan bahwa secara bersama-sama (simultan) variable Foreign Direct Investment, Infrastruktur dan Pengangguran berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Tengah periode tahun 2000-2012 pada tingkat kepercayaan 95 persen atau α = 5%. 2. Secara parsial berdasarkan hasil estimasi regresi linier berganda diketahui bahwa variable Foreign Direct Investment berpengaruh tidak signifikandan positif terhadap PDRB Propinsi Jawa Tengah periode tahun 2000-2012. Variable Infrastruktur berpengaruh signifikan dan positif terhadap PDRB Propinsi Jawa tengah periode tahun 2000-2012. Sedangkan variable Pengangguran berpengaruh signifikan dan negatif terhadap PDRB Propinsi Jawa Tengah periode tahun 2000-2012. 85 B. Saran 1. Pemerintah daerah Jawa Tengah diharapkan dapat menciptakan iklim investasi yang baik serta perbaikan system birokrasi guna menarik para investor baik asing maupun domestic untuk menanamkan investasinya di JawaTengah. Karena dengan semakin banyaknya investasi yang masuk ke suatu daerah akan meningkatkan akumulasi modal yang ada sehingga akan menigkatkan output barang maupunjasa yang dihasilkan suatu daerah. 2. Kondisi infrastruktur yang baik akan menciptakan suatu kondisi perekonomian daerah yang baik pula. Dengan kualitas dan kuantitas yang baik, infrastruktur akan mempermudah dan memperlancar kegiatan ekonomi baik itu kegiatan produksi maupun distribusi barang dan jasa. Oleh karena itu, pemerintah daerah Propinsi Jawa Tengah diharapkan dapat membangun dan memelihara infrastruktur penunjang kegiatan ekonomi dengan baik dan berkelanjutan. 3. Jumlah pengangguran yang ada di suatu daerah sangat mempengaruhi kuantitas output yang dihasilkan daerah tersebut. Disamping itu juga akan membebani kinerja perekonomian daerah. Pemerintah daerah dituntut untuk dapat mengendalikan jumlah pengangguran ini dengan menciptakan lapangan kerja baru dan memberikan pelatihan kepada masyarakat agar dapat meningkatkan produktifitas yang dimilikinya. 86 DAFTAR PUSTAKA Ali, A.N Miadani, Maryam N. 2011. “The Dynamic Effect of Unemployment Rate on Per Capita Real GDP in Iran” Arsyad, Lincolin. 2010 . ”Ekonomi Pembangunan “. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yogyakarta.2010 Ariefianto, Moch. Doddy., 2012, Ekonometrika, Esensi dan Aplikasi dengan Menggunakan EViews. Penerbit Erlangga, Jakarta Azwar,Saifudin. 2001.”Metode Penelitian”. Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset, Indonesia (UI-Press). Bangun, Rindang Prasetyo.2009. Pengaruh Infrastruktur Pada Pertumbuhan Ekonomi Wilayah di Indonesia. Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. BKPM, Perkembangan Realisasi PMA Menurut Lokasi. Jakarta. BPS, Jawa Tengah dalam Angka 2001-2013. Brata, Aloysius Gunadi, 2004. “Analisis Hubungan Imbal Balik Antara Pembangunan Manusia dan Kinerja Ekonomi Daerah Tingkat II di Indonesia”. Yogyakarta: Lembaga Penelitian – Universitas Atma Jaya Canning, David, and Peter Pedroni. “Infrastructure and Long Run Economic Growth.” University of Belfast. 2004. Chalid, Pheni. 2005, “ Keuangan Daerah Investasi dan Desentralisasi “. Kemitraan.Jakarta Darise, Nurlan.2009. ”Pengelolaan Keuangan Daerah. Edisi 2”. Indeks:Jakata. Ernita, Dewi et.al, 2013. “Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Investasi dan Konsumsi di Indonesia”. Jurnal Kajian Ekonomi Vol.1. Familoni,K.A. 2004. “The Role of Economic and Social Infrastructure in Economic Development: A Global View”. Gujarati, Damodar.2006. “Dasar-dasar Ekonometrika”. Edisi III. Jilid 1. Erlangga. Jakarta. 87 Hamja, Yahya. 2012. Materi Kuliah Ekonometrik. UIN Jakarta Iuga I, Cioca I.C. 2013. Analysis of Correlation Between The Unemployment Rate and Gross Domestic Product in The Europen Union. Polish Journal of Management Studies vol.7. Kholis, Muhammad. “Dampak Foreign Direct Investment Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Jurnal Organisasi dan Manajemen Vol 8. 2012. Kodoatie, R.J. 2003. Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Kumo, Wolassa. “Infrastructure Investment an Economic Growth in South Africa: A Granger Causality Analysis”. ADB Working Paper. 2012. Mankiw, N. Greorgy. 2000. Teori Makor Ekonomi. Edisi Keempat. Alih Bahasa : Imam Nurmawam. Jakarta : Erlangga Mankiw, Gregory.2003. “Teori Makroekonomi Edisi Kelima”. Jakarta. Erlangga Mankiw, Gregory. 2006. “Makroekonomi”. Erlangga, Jakarta. Meiningtyas,Dwi. 2007. Peranan Infrastruktur Bagi Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Pulau Jawa. Universitas Indonesia. Murni, Asfia. 2006. Ekonomika Makro. Yogyakarta; Refika Aditama. Nachrowi D. Nachrowi dan Hardius Usman. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta : FE-UI Prasetyo, Rindang Bangun dan Muhammad Firdaus.”Pengaruh Infrastruktur Pada Pertumbuhan Ekonomi Wilayah di Indonesia” Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan. 2009. Santoso, Singgih. 2010. Statistik Multivariat, Jakarta : PT Gramedia. Samuelson. (2003). Ilmu Mikro Ekonomi, edisi bahasa Indonesia. Media Global Edukasi, Jakarta. Sitinjak, Robudi Musa. 2011. Analisa Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing Langsung di Indonesia. Jakarta. Srinivasu, B. And Srinivasa Rao. “Infrastructure Development and Economic Growth: Prospect and Perspective”. JMB & SSR Volume 2. 2013. 88 Suindyah, Sayekti D. 2009. “ Pengaruh Investasi, tenaga Kerja Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Jawa Timur”. Ekuitas. Suryono, Wiratno Bagus. 2010. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Tingkat Investasi dan Tenaga Kerja terhadap PDRB Jawa Tengah. Universitas Diponegoro Sukirno, Sadono. 2000. Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan Pembangunan. UI-Pres. Jakarta. Sukirno, Sadono. 2006. Ekonomi Pembangunan (Edisi Kedua). Jakarta: Kencana. Sukirno,Sadono. 2008. ”Makro Ekonomi Teori Pengantar”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sukirnao,Sadono.2007. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan. Kencana: Jakarta. Todaro, Michael. 2000 .” Ekonomi Pembangunan Edisi ke 6” Erlangga, Jakarta Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi kedelapan. Erlangga: Jakarta. Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-undang no. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Undang-Undang no.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. Undang-undang nomor 11 tahun 1970 tentang Penanaman Modal Asing. Undang-undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Winaryo, Wing, Wahyu.2007. Analisis ekonometrika dan statistika denganEviews. Sekolah Tinggi Ilmu Menejemen YKPN :Yogyakarta 89 LAMPIRAN Lampiran 1 Data Penelitian PDRB (Juta Rp) 2000S1 2000S2 2001S1 2001S2 2002S1 2002S2 2003S1 2003S2 2004S1 2004S2 2005S1 2005S2 2006S1 2006S2 2007S1 2007S2 2008S1 2008S2 2009S1 2009S2 2010S1 2010S2 2011S1 2011S2 2012S1 2012S2 56,842,956 57,858,349 58,887,123 59,929,277 60,872,392 62,166,149 63,786,273 65,380,189 67,027,139 68,762,733 70,594,746 72,456,468 74,338,138 76,345,518 78,470,700 80,639,554 82,919,541 85,114,942 87,151,822 89,521,635 92,146,701 94,846,284 97,644,094 101,000,000 104,000,000 107,000,000 FDI Infrastruktur (Ribu USD) (MWH) 100,346 63,244 39,058 27,789 37,103 36,332 3,390 57,290 221,701 282,929 282,936 267,566 205,418 176,251 179,969 137,196 33,996 5,493 43,346 45,797 24,186 34,914 76,079 98,881 115,518 125,992 90 1,552,019 1,500,732 1,490,571 1,521,536 1,641,495 1,658,975 1,576,463 1,575,485 1,617,257 1,675,388 1,771,789 1,845,205 1,900,064 1,979,913 2,091,236 2,164,549 2,216,282 2,250,200 2,237,046 2,290,083 2,401,095 2,489,681 2,564,930 2,670,887 2,796,540 2,941,890 Pengangguran (Jiwa) 355,523 282,377 267,449 310,741 471,222 513,012 452,485 460,028 518,134 526,439 479,934 499,018 574,793 622,451 678,231 681,989 620,401 606,907 637,410 614,857 539,042 507,841 506,627 496,035 485,904 476,237 Lampiran 2 Uji Normalitas 6 Series: Residuals Sample 2000S1 2012S2 Observations 26 5 4 3 2 1 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis -8.27e-09 270199.4 3447198. -4198529. 2049304. -0.347593 2.148962 Jarque-Bera Probability 1.308179 0.519915 0 -3999990 -1999990 10 2000010 4000010 Lampiran 3 Uji Multikolinearitas FDI ELC UEM FDI 1.000000 -0.096782 0.192324 ELC -0.096782 1.000000 0.452107 UEM 0.192324 0.452107 1.000000 91 Lampiran 4 Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic 3.169351 Obs*R-squared 16.65676 Scaled explained SS 6.851170 Prob. F(9,16) Prob. Chi-Square(9) Prob. Chi-Square(9) 0.0214 0.0544 0.6526 Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 12/03/14 Time: 18:31 Sample: 2000S1 2012S2 Included observations: 26 Variable C FDI FDI^2 FDI*ELC FDI*UEM ELC ELC^2 ELC*UEM UEM UEM^2 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. 2.11E+14 1.98E+08 -472.1364 -20.26104 -50.65066 -2.35E+08 26.70758 228.2095 59903236 -444.7621 1.850364 1.420301 -3.270084 -0.396110 -0.232363 -2.114889 2.367299 1.476542 1.015433 -1.608849 0.0828 0.1747 0.0048 0.6973 0.8192 0.0505 0.0309 0.1592 0.3250 0.1272 0.640645 0.438507 3.31E+12 1.75E+26 -780.0896 3.169351 0.021365 1.14E+14 1.39E+08 144.3805 51.14999 217.9808 1.11E+08 11.28188 154.5568 58992779 276.4474 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 92 4.04E+12 4.41E+12 60.77612 61.26001 60.91547 1.949904 Lampiran 5 Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared 6.699450 10.33901 Prob. F(2,19) Prob. Chi-Square(2) 0.0063 0.0057 Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 12/03/14 Time: 18:28 Sample: 2000S2 2012S2 Included observations: 25 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable C D(FDI) D(ELC) D(UEM) RESID(-1) RESID(-2) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. 712956.2 -13.39116 -12.40376 23.10281 0.763630 -0.211514 0.252840 -0.322244 -0.312203 0.482481 3.487156 -0.694628 0.8031 0.7508 0.7583 0.6350 0.0025 0.4957 0.413560 0.259234 8670363. 1.43E+15 -431.4285 2.679780 2819792. 41.55598 39.72983 47.88339 0.218984 0.304500 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 93 -4.17E-09 10073881 34.99428 35.28681 35.07542 1.595401 Lampiran 6 Regresi Linear Berganda Dependent Variable: PDRB Method: Least Squares Date: 12/03/14 Time: 18:28 Sample (adjusted): 2000S2 2012S2 Included observations: 25 after adjustments Variable Coefficient C D(FDI) D(ELC) D(UEM) 68355248 32.31658 191.1202 -136.5439 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.558892 0.495876 10769431 2.44E+15 -438.0996 8.869125 0.000542 Std. Error 3081544. 46.06788 40.37649 44.48797 t-Statistic 22.18214 0.701499 4.733453 -3.069232 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 94 Prob. 0.0000 0.4907 0.0001 0.0058 78354391 15167859 35.36797 35.56299 35.42206 0.773920