2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Musim Penangkapan Ikan Nontji (1987) menyatakan bahwa pola musim penangkapan ikan yang berlangsung di perairan dipengaruhi pola arus dan perubahan pola arah angin. Arus permukaan Indonesia akan selalu berubah setiap tahun akibat adanya arah angin di setiap musimnya (angin muson). Pola angin ini bertiup secara mantap ke arah tertentu pada suatu periode, dan periode lainnya bertiup ke arah yang berlainan pula. Sehingga dikenal musim barat, musim timur, musim peralihan awal, musim peralihan akhir yang mempengaruhi musim penangkapan ikan. Angin berhembus dari daratan Asia ke daratan Australia (bulan Desember sampai Februari), terjadi musim dingin di utara, dan musim panas di selatan, yang mana tekanan tinggi berpusat di daratan Asia dan tekanan rendah berpusat di Australia, hal ini disebut musim/ muson barat di Indonesia. Selama bulan Maret, angin barat masih bertiup tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang. Pada bulan April sampai Mei, arah angin tidak menentu, disebut pancaroba awal atau musim peralihan awal. Musim timur terjadi pada bulan Juni sampai Agustus, terjadi kondisi angin yang berlawanan dengan musim barat. Kemudian musim peralihan akhir terjadi pada bulan Oktober sampai November. Pada daerah di selatan khatulistiwa, musim barat banyak membawa hujan mempengaruhi sebaran salinitas di permukaan lautan. Pada musim barat bertepatan dengan musim hujan, air dari Laut Cina Selatan memasuki Laut Jawa dari arah barat, yang dalam perjalanannya mengalami pengenceran dari sungai-sungai yang berasal dari daratan sekitarnya (Sumatera, Kalimantan, Jawa). Hal ini mengakibatkan salinitas menjadi rendah dan mendorong air yang bersalinitas tinggi ke arah timur. Pada musim timur yang terjadi adalah masuknya air dari Samudera Pasifik dan Samudera Hindia yang bersalinitas tinggi dari arah timur (Selat Makassar, Laut Flores) yang mendorong air bersalinitas rendah kembali ke arah barat (Gunarso, 1985 vide Setiawan, 2006). Chodriyah (2009) menyatakan bahwa berdasarkan wawancara serta datadata, musim barat berlangsung pada bulan Desember sampai Februari. Musim 4 peralihan I terjadi pada bulan Maret sampai Mei. Musim timur terjadi pada bulan Juni sampai Agustus dan musim peralihan II terjadi pada bulan September sampai November. Menurut Wyrtky (1961), pola arah angin erat hubungannya dengan perbedaan suhu antara dua daratan (benua Asia dan Australia) dan dua lautan (Samudera Hindia dan Pasifik). Perubahan pola arah angin musim barat dan musim timur akan berpengaruh terhadap pola arah, kecepatan arus, salinitas, konduktivitas primer perairan. Saat terjadi angin barat, curah hujan meningkat sehingga air banyak memasuki Laut mengakibatkan pengenceran air laut. Sebaliknya, selama angin timur bertiup, terjadi peningkatan salinitas air laut hasil penguapan. Pergerakan arus di Laut Jawa selama musim timur (Juni sampai Agustus) bergerak ke barat, kecepatannya sekitar 0.5 knot pada seluruh area Laut Jawa dan 1 knot di perairan Pulau Belitung (bulan Juni sampai Agustus). Sedangkan pada musim barat (Desember sampai Februari) pola arus berubah secara kompleks, arus akan mengarah ke timur dengan kecepatan 1 - 2 knot. Pola arus pada musim peralihan (April sampai Mei dan Oktober sampai November) mempunyai struktur yang serupa dengan arus yang mengarah ke barat, sementara arus di Laut Jawa biasanya mengalir ke timur. Pergerakan arus pada musim peralihan ini dapat berubah-ubah. Kondisi musim penangkapan ikan di perairan Indonesia selain dipengaruhi pola angin dan arus, juga dipengaruhi oleh adanya makanan bagi ikan, kondisi oseanografi perairan (seperti suhu permukaan laut, salinitas, arus) serta sifat dan kondisi biologis setiap ikan. Musim penangkapan ikan pelagis kecil pada bulan dan daerah penangkapan tertentu mengikuti pola ruaya atau migrasinya. Peristiwa El Nino mempengaruhi sebaran ikan di perairan Indonesia. El Nino merupakan anomali hasil interaksi antara kondisi permukaan samudera dan atmosfer di kawasan pasifik sekitar garis khatulistiwa (tropis) yang dapat menyebabkan penyimpangan iklim global. Syamsudin (2002) vide Astuti (2008) menyimpulkan bahwa selama terjadi El Nino, wilayah umbalan air (naiknya massa air dari bawah permukaan ke atas permukaan yang kaya zat hara) meluas saat musim timur dan lebih meluas lagi saat terjadi El Nino. Sehingga saat musim timur yang dibarengi El Nino merupakan waktu yang ideal untuk menangkap 5 ikan. El Nino yang terjadi pada tahun 2006 menurut Badan Meteorologi dan Geofisika vide Astuti (2008) merupakan El Nino tingkat lemah yang terjadi pada bulan Mei sampai Oktober di bagian selatan khatulistiwa. Penentuan daerah penangkapan nelayan purse seine yang berpangkalan di Tegal, Pekalongan dan Juwana berpedoman pada siklus pergerakan ikan pelagis berdasarkan musim dan ukuran ikan. Hal itu diperoleh nahkoda dari pengalaman tentang fenomena alam (perubahan fisik lingkungan, ruaya, musim) terhadap daerah penangkapan yang dianggap potensial untuk mendapatkan hasil tangkapan yang cukup besar pada masa-masa tertentu, termasuk juga perubahan komposisi jenis ikan menurut daerah penangkapan (Atmaja dan Nugroho, 2003 vide Chodriyah, 2009). 2.2 Unit Penangkapan Purse Seine 2.2.1 Kapal Kapal penangkap ikan menurut Ditjen. Perikanan (1994) vide Sobirin (2004) adalah perahu atau kapal yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan atau binatang air lainnya atau tanaman air, baik langsung maupun tidak langsung. Perahu/ kapal yang digunakan untuk mengangkut nelayan, alat tangkap dan hasil tangkapan dalam rangka penangkapan dari alat tangkap bagan, sero, kelong dan lainnya. Perahu/ kapal yang membawa hasil tangkapan atau daerah penangkapan ikan ke daerah konsumen tidak disebut perahu/ kapal penangkap ikan. Kapal purse seine merupakan kapal yang mempergunakan alat tangkap purse seine/ pukat cincin. Kapal ini harus memiliki kemampuan olah gerak yang tinggi, kecepatan dan stabilitas yang tinggi, fasilitas yang lengkap untuk keamanan pekerja dan untuk penanganan hasil tangkapan dan usaha mempertahankan mutu hasil tangkapan (Paulus, 1986 vide Sobirin, 2004). Kapal purse seine di Indonesia terbuat dari kayu dan memiliki bagian seperti rumah di bagian buritan berdekatan dengan ruang mesin (mesin tempel atau mesin dalam). 2.2.2 Alat tangkap Alat tangkap purse seine dikelompokkan dalam surrounding nets menurut von Brandt (1984). Jaring purse seine berbentuk persegi panjang dengan dinding jaring yang sama panjang. Bagian alat tangkap purse seine antara lain: badan 6 jaring, kantong (bunt), jaring pada pinggir badan jaring (selvedge), tali ris atas (float line) dan tali ris bawah (lead line), pemberat (sinker), pelampung (floats) dan cincin (purse rings) yang tersusun pada tali kolor (purse line) di bagian bawah jaring. Bentuk, ukuran dan bahan yang digunakan purse seine beragam tergantung pada tingkah laku ikan yang menjadi tujuan penangkapan, ukuran kapal, waktu operasi dan target operasi penangkapan. Sadhori (1985) mengelompokkan purse seine menjadi empat kelompok: 1) Berdasarkan bentuk jaring utama: persegi atau segi empat, trapesium atau rentangan dan lekuk; 2) Berdasarkan jumlah kapal yang digunakan sewaktu operasi: tipe satu kapal (one boat system) dan tipe dua kapal (two boat system); 3) Berdasarkan waktu operasi yang dilakukan: purse seine siang hari dan purse seine malam hari; dan 4) Berdasarkan spesies ikan yang tertangkap: purse seine lemuru, purse seine layang dan purse seine cakalang/ tuna. Von Brandt (1984) menyebutkan ada dua tipe purse seine yaitu tipe Amerika dan tipe Jepang. Purse seine tipe Amerika berbentuk persegi panjang dengan pembentuk kantong terletak pada bagian sayap. Purse seine tipe Jepang berbentuk persegi panjang dengan bagian bawah berbentuk busur lingkaran. 2.2.3 Metode dan target operasi Menurut Ayodhyoa (1976; 1981) vide Sudirman dan Mallawa (2004), prinsip menangkap ikan dengan purse seine ialah dengan melingkari gerombolan ikan dengan jaring sehingga jaring membentuk dinding vertikal, dengan demikian gerakan ikan ke arah horizontal dapat dihalangi. Setelah itu, bagian bawah jaring dikerutkan untuk mencegah ikan lolos melalui bawah jaring. Metode operasi ini disesuaikan dengan target operasi purse seine yang merupakan gerombolan spesies ikan pelagis, berada dekat permukaan air laut dengan kepadatan ikan yang tinggi. Berdasarkan pengalaman nelayan, gerombolan ikan dapat diketahui dengan mengamati terjadinya perubahan warna permukaan air laut, ada tidaknya riak atau buih atau burung-burung yang menyambar permukaan air. Dengan bantuan teknologi satelit, keberadaan gerombolan ikan beserta kepadatannya dapat 7 diketahui, yaitu melalui pengamatan suhu, salinitas dan klorofil dalam suatu perairan. Metode operasi penangkapan ikan dengan purse seine terdapat dua teknik: (1) purse seine dioperasikan dengan mengejar gerombolan ikan yang dapat dilakukan pada siang hari, (2) purse seine dioperasikan dengan menggunakan alat bantu seperti rumpon, pencahayaan, fish finder yang dapat dilakukan siang maupun malam hari (Sudirman dan Mallawa, 2004). 2.3 Deskripsi dan Penyebaran Layang Ikan layang (Scads) yang terdapat di PPN Pekalongan antara lain layang deles dan layang biru. Klasifikasi layang adalah sebagai berikut (Saanin, 1984): Kingdom: Animalia Filum: Chordata Sub filum: Vertebrata Kelas: Pisces Sub kelas: Teleostei Ordo: Percomorphii Sub ordo: Percoidea Famili: Carangidae Genus: Decapterus Spesies: Decapterus ruselli Decapterus macrosoma Gambar 1 Ikan layang (Decapterus ruselli). Ikan layang (D. ruselli Cuvier, 1833/ Indian scad) bersifat stenohalin (ikan dengan rentang toleransi yang pendek terhadap salinitas air laut), hidup pada perairan jernih bersalinitas tinggi sebesar 32% - 33% dan senang bergerombol. 8 Bentuk badan memanjang, agak gepeng. Satu bintik hitam pada pinggiran atas tutup insang. Dua sirip punggung, pada sirip punggung pertama terdapat satu jarijari keras yang terbenam dan delapan jari-jari keras sempurna. Sirip punggung kedua terdiri dari satu jari-jari keras dan 30 - 32 jari-jari lemah. Sirip dubur berjari-jari keras 2 (lepas) dan 1 bergabung dengan 22 - 27 jari-jari sirip lemah. Baik di belakang sirip punggung ke dua dan dubur terdapat 1 jari-jari sirip tambahan (finlet). Sirip dada berbentuk falcate dan ujung sirip tersebut mencapai awal dari sirip punggung kedua. Termasuk planktivor, hidup di perairan pantai dengan gerombolan besar. Warna tubuh biru kehijauan pada bagian punggung dan putih perak pada bagian perut, sedangkan sirip-siripnya abu-abu kekuningan atau kuning pucat. Ukuran panjang tubuh bisa mencapai 30 cm, umumnya 20 - 25 cm. Ikan layang tersebar luas di dunia, ikan ini mendiami perairan tropis dan subtropis di Indo-Pasifik dan Lautan Atlantik. Layang jenis ini banyak terdapat di L. Jawa, L. Flores, Arafuru, Selat Bali, Selat Makasar, Selat Karimata, Selat Malaka (PIPP, 2010). Gambar 2 Ikan layang deles (Decapterus macrosoma). Ikan layang deles (D. macrosoma Bleeker, 1855/ Shortfin scad), bentuk badannya memanjang seperti cerutu, sepintas mirip tongkol. Satu bintik hitam pada pinggiran atas tutup insang dan pangkal sirip dada. Dua sirip punggung, pada sirip punggung pertama terdapat 8 jari-jari keras. Sirip punggung kedua terdiri dari satu jari-jari keras dan 32 - 35 jari-jari lemah. Sirip dubur berjari-jari keras 2 (lepas) dan 1 bergabung dengan 26 - 30 jari-jari sirip lemah. Di belakang sirip punggung ke dua dan dubur terdapat 1 jari-jari sirip tambahan (finlet). Sirip dada berbentuk falcate dan ujung sirip tersebut mencapai awal dari sirip punggung kedua. Warna tubuhnya biru kehijauan pada bagian punggung dan putih perak pada bagian perut, sedangkan sirip-siripnya kuning pucat atau kuning kotor. Panjang tubuh bisa mencapai 40 cm, umumnya 25 cm (PIPP, 2010). 9 Ikan layang deles, termasuk pemakan plankton hewani. Hidup bergerombol di perairan lepas pantai/ daerah pantai laut dalam berkadar garam tinggi. Banyak terdapat di Selat Sunda, Teluk Benggala, perairan Philipina dan L. China Selatan, perairan Indonesia Timur (Sulawesi, Selayar, Ambon dan Selat Makassar). Kemudian mulai dari L. Merah, Madagaskar, Selatan Arabia, Singapura dan Malaysia (PIPP 2010). Gerombolan ikan layang saat berada di daerah yang sempit atau di sekitar benda-benda terapung tidak aktif berenang. Selain itu, ikan layang merupakan ikan yang menyenangi daerah pencahayaan yang sangat redup. Ikan layang bermigrasi dipengaruhi arus laut, salinitas, ketersediaan makanan dan kegiatan memijah. Berdasarkan kegiatan migrasinya, kelompok layang terbagi menjadi layang utara, barat dan timur (Soemarto (1958) vide Genisa (1998)). Kelompok layang timur adalah ikan layang dari L. Flores masuk ke L. Jawa dan tertangkap di Pualu Bawean, Kep. Karimunjawa dan perairan Pekalongan, Tegal dan Cirebon pada musim timur. Kelompok layang barat adalah ikan layang dari Samudera Hindia masuk ke L. Jawa melalui Selat Sunda pada musim barat. Pada musim kemarau, ikan layang timur berpindah ke arah barat dan pada musim hujan, kembali ke arah timur. Kelompok layang utara adalah layang dari L. Cina Selatan masuk ke L. Jawa melalui Selat Gaspar dan Selat Karimata pada bulan Desember sampai Maret (Genisa, 1998). 2.4 Deskripsi dan Penyebaran Lemuru Ikan lemuru yang didaratkan di PPN Pekalongan adalah lemuru Sardinella longiceps Valenciennes 1847/ Indian oil sardine dan lemuru siro Amblygaster sirm Walbaum, 1792/ Spotted sardinella. Ikan lemuru, badannya bulat panjang dengan bagian perut agak membulat dan sisik duri agak tumpul serta tidak menonjol. Warna badan biru kehijauan pada bagian atas (punggung), putih keperakan pada bagian bawah. Pada bagian atas penutup insang sampai pangkal ekor terdapat sebaris bulatan-bulatan hitam sebanyak 10 – 20 buah. Siripnya berwarna abu-abu kekuning-kuningan. Warna sirip ekor kehitaman demikian juga pada ujung moncongnya. Termasuk pemakan plankton. Panjang badan dapat mencapai 23 cm dan umumnya antara 17 – 18 cm (PIPP, 2010). 10 Ikan lemuru siro memiliki bentuk badan memanjang, perut agak bulat dengan sisik duri (16 - 18) + (12 - 14). Awal sirip punggung sedikit ke muka dari pertengahan badan, lebih dekat ke arah moncong daripada ke batang sirip ekor. Sirip punggung berjari-jari lemah 15 - 18, sedang sirip duburnya 18 - 20. Terdapat sisik tambahan pada sirip perutnya. Tapis insang halus berjumlah 36 - 42 pada bagian bawah busur insang pertama. Hidup di perairan pantai, lepas pantai. Pemakan plankton halus. Warna tubuh biru kehijauan bagian atas, putih perak bagian bawah. Terdapat 10 – 20 totol-totol gelap pada bagian atas badan, totoltotol ini tidak nyata lagi setelah lama mati. Sirip-siripnya abu-abu kekuningan. Sirip ekor kehitaman sedikit kotor. Panjang tubuhnya dapat mencapai 23 cm, umumnya 17 – 18 cm. Terdapat di seluruh perairan Indonesia dengan kedalaman 10 – 75 m, melebar ke utara sampai Okinawa dan ke selatan sampai ujung utara Australia, ke Barat sampai pantai Afrika Timur (PIPP, 2010). Ikan lemuru siro merupakan pemakan zooplankton. Klasifikasi lemuru dan lemuru siro adalah sebagai berikut (ADW, 2010): Kingdom: Animalia Filum: Chordata Subfilum: Vertebrata Kelas: Actinopterygii Subkelas: Neopterygii Infrakelas: Teleostei Ordo: Clupeiformes Subordo: Clupeoidei Famili: Clupeidae Subfamili: Clupeinae Genus: Sardinella Spesies: Sardinella longiceps Amblygaster sirm Lemuru tergolong ikan oseanodromus, hidup di perairan pelagis-neritik dengan kedalaman perairan 20 – 200 m. Makanan lemuru adalah tanaman dan invertebrata bentos. Puncak memijah pada bulan Agustus sampai September pada 11 salinitas rendah dan suhu 22° – 28° C. Tersebar di perairan Samudera Hindia, L. Cina Selatan, L. Sulu Sulawesi (Fishbase, 2010). Sumber: PPN Pekalongan (2009) Gambar 3 Ikan lemuru (Sardinella longiceps). Sumber: PIPP (2010) Gambar 4 Ikan lemuru siro (Amblygaster sirm). 2.5 Deskripsi dan Penyebaran Banyar Banyar merupakan nama lain ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta Cuvier 1817/ Indian Mackarel). Tubuh ikan banyar relatif langsing, ukuran panjang kepala lebih besar daripada ukuran tinggi kepala. Seluruh tubuh tertutup sisik halus dan terdapat korselet di belakang sirip dada. Terdapat selaput lemak pada kelopak mata. Panjang usus 1.4 – 1.8 kali panjang badan. Tapisan insang panjang, jelas tampak bila mulut dibuka dengan jumlah sebanyak 30 – 46 buah. Sisik garis rusuk berjumlah 120 – 150 buah, sirip punggung pertama berjari-jari keras berjumlah 10 buah, sirip punggung kedua berjari-jari lemah sebanyak 11 12 buah. Sirip dubur berjari-jari lemah sebanyak 11 – 12 buah. Di belakang sirip punggung dan dubur terdapat 5 – 6 buah finlet (Murniyati, 2004 vide Tabali, 2007). Warna tubuh bagian atas biru kehijauan dan bagian bawah putih kekuningan. Dua baris totol hitam pada punggung, satu totol hitam dekat sirip dada. Ban warna gelap memanjang di atas garis rusuk, dua ban warna keemasan di 12 bawah garis rusuk. Sirip punggung abu-abu kekuningan. Sirip ekor dan dada kekuningan. Sirip-sirip lain bening kekuningan. Ikan ini memiliki panjang maksimum 35 cm dengan panjang rata-rata 20 - 25 cm (Murniyati, 2004 vide Tabali, 2007). Klasifikasi ikan banyar adalah sebagai berikut (ADW, 2010): Kingdom: Animalia Filum: Chordata Subfilum: Vertebrata Kelas: Actinopterygii Subkelas: Neopterygii Infrakelas: Teleostei Ordo: Perciformes Subordo: Scombroidei Famili: Scombridae Genus: Rastrelliger Spesies: R. kanagurta Gambar 5 Ikan banyar (Rastrelliger kanagurta). Banyar tergolong spesies neritik di perairan epipelagis bersuhu minimal 17° C, bersalinitas 32‰ sampai 34‰ dan kedalaman >30 m. Banyar hidup bergerombol dalam kelompok padat sebagai plankton feeder, tersebar di perairan Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, L. Jawa, Selat Malaka, Sulawesi Selatan, L. Arafura (PIPP, 2010) dan Samudera Hindia, L. Cina Selatan, L. Sulu Sulawesi (Fishbase, 2010). Ikan ini cenderung berenang mendekati permukaan air pada malam hari dan turun ke lapisan yang lebih dalam pada siang hari. Pola migrasi banyar di L. Jawa mengikuti pola migrasi layang satu atau dua minggu kemudian (Hardenberg, 1938 vide Atmaja et al, 2000). Ikan banyar bersifat fototaksis positif. Migrasi banyar menurut Burhanuddin (1984) vide Widyaningsih (1995) 13 pada awal musim timur saat arus bersalinitas tinggi bergerak ke arah barat di L. Jawa, kemungkinan terus bergerak ke Selat Karimata, dan terjadi kebalikannya pada musim barat mengikuti arus laut, kemudian pemijahan terjadi pada musim barat pada bulan Oktober sampai Februari dan musim timur pada bulan Juni sampai September serta pada suhu 27° – 30° C.