BAB I - Lumbung Pustaka UNY

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam proses pembelajaran matematika, sebaiknya siswa berperan
aktif, yaitu siswa ditempatkan sebagai subjek pembelajaran dan guru sebagai
pengelola pembelajaran agar tujuan dari pembelajaran tercapai. Kurikulum
satuan pendidikan tahun 2006 menyatakan bahwa tujuan dari pembelajaran
matematika yaitu agar siswa memiliki kemampuan: (1) Memahami konsep
matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan
konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam
pemecahan masalah, (2) Menggunakan penilaian dalam pola dan sifat,
menemukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti atau penjelasan gagasan/pernyataan matematika, (3) Memecahkan
masalah yang meliputi kemampuan memahami soal, merancang model
matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4)
Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk menjelaskan masalah, (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam
mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.
Berdasarkan hasil pengamatan di kelas VIII SMP N 1 Tegalrejo
Magelang, guru matematika SMP N 1 Tegalrejo menggunakan metode
2
ceramah dan metode tanya jawab ketika mengajarkan materi. Meskipun
dilakukan tanya jawab ketika pembelajaran berlangsung, tetapi kegiatan ini
kurang berjalan secara optimal sehingga menyebabkan pembelajaran berpusat
pada guru dan siswa terbiasa menerima apa yang sudah diajarkan oleh guru
tersebut. Pembelajaran yang berpusat pada guru menyebabkan: (1) ketika
pembelajaran berlangsung siswa kurang dapat menyampaikan ide/gagasannya
karena kesempatan yang diberikan kepada siswa dalam menyampaikan
ide/gagasan masih kurang. (2) Siswa hanya mampu menyelesaikan soal-soal
dengan cara penyelesaian yang diajarkan oleh guru dan kurang mampu untuk
mencari alternatif penyelesaian yang lain. (3) Siswa kurang berani mengajukan
pertanyaan ketika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
(4) ketika siswa diberi pertanyaan yang sedikit sulit dan mereka tidak mampu
menyelesaiakannya, siswa berhenti mengerjakan soal itu. (5) Siswa tidak
percaya diri ketika menyelesaikan masalah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VIII SMP
N 1 Tegalrejo, siswa mempunyai kemampuan yang sedang dalam pelajaran
matematika. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa kelas VIII-A pada
ujian semester gasal tahun ajaran 2008/2009 adalah 6,1 , kelas VIII-B nilai
rata-ratanya 6,4, kelas VIII-C nilai rata-ratanya 6,2, dan kelas VIII-D nilai
rata-ratanya 6,3. Ketika siswa diberi permasalahan oleh guru, mereka belum
bisa mengembangkan langkah penyelesaian dengan cara yang mereka temukan
sendiri. Selain itu, permasalahan yang diberikan guru selama ini belum
3
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan masalah dengan
berbagai strategi.
Dari hasil pengamatan dan wawancara tersebut memperlihatkan bahwa
siswa mempunyai kreativitas yang kurang sehingga perlu ditingkatkan.
Kreativitas adalah suatu kemampuan berpikir yang orisinal, fleksibel,
menemukan berbagai cara dalam memecahkan masalah. Begitu juga dengan
kemandirian dan keingintahuan dalam rangka melihat dan memecahkan
berbagai masalah akan berkaitan dengan kreativitas (Agnes Tri Harjaningrum,
2007:117).
Mengembangkan kreativitas siswa dalam pembelajaran matematika
bukan hal yang mudah. Untuk itu diperlukan suatu proses pembelajaran yang
mendukung siswa menjadi kreatif. Dalam proses pembelajaran, guru dapat
mengkombinasikan beberapa metode dari banyak metode yang ada seperti
mengkombinasikan metode diskusi dengan metode penemuan terbimbing.
Menurut Abdul Majid (2007:141), metode diskusi merupakan salah satu cara
mendidik yang berupaya memecahkan masalah yang dihadapi.
Menurut Herman Hudojo (2005:95), metode penemuan merupakan
suatu cara penyampaian topik-topik matematika sedemikian sehingga proses
belajar memungkinkan siswa menemukan sendiri pola-pola atau strukturstruktur melalui serangkaian pengalaman-pengalaman belajar masa lampau.
Dalam penggunaan metode ini, beberapa petunjuk dan instruksi perlu
diberikan kepada siswa. Oleh karena itu, metode ini disebut dengan metode
penemuan terbimbing.
4
Selain menggunakan metode tertentu, di dalam pembelajaran dapat
digunakan
berbagai
pendekatan
seperti
pendekatan
open-ended
dan
pendekatan pemecahan masalah. Erman Suherman (2003:124) mengemukakan
bahwa pembelajaran dengan pendekatan open-ended adalah pembelajaran
yang membangun kegiatan interaktif antara matematika dan siswa sehingga
mengundang siswa untuk menjawab permasalahan dengan berbagai strategi.
Menurut Lalu Muhammad Fauzi (2009), pemecahan masalah
merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena
dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan
memperoleh pengalaman menggunakan kemampuan dan keterampilan yang
sudah dimiliki untuk diterapkan dalam pemecahan masalah yang bersifat tidak
rutin. Melalui kegiatan ini aspek-aspek kemampuan matematika penting
seperti penerapan aturan pada masalah tidak rutin, penemuan pola,
penggeneralisasian, komunikasi matematika dan lain-lain dapat dikembangkan
secara lebih baik.
Melihat masalah tersebut, maka perlu diadakan penelitian tentang
bagaimana meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran matematika di
SMP N 1 Tegalrejo.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang
muncul dapat diidentifikasi sebagai berikut :
5
1. Siswa di SMP N 1 Tegalrejo mempunyai kemampuan yang sedang. Hal ini
dilihat dari nilai rata-rata matematika kelas VIII -A adalah 6,1 , kelas
VIII-B adalah 6,4 , kelas VIII-C adalah 6,2 , dan kelas VIII-D adalah 6,3.
2. Pembelajaran matematika yang dilakukan di SMP N 1 Tegalrejo masih
berpusat kepada guru.
3. Pembelajaran matematika di SMP N 1 Tegalrejo belum memperlihatkan
adanya pengembangan kreativitas siswa.
C. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan tidak meluas dan penelitian lebih terfokus, maka
peneliti membatasi permasalahan pada upaya meningkatkan kreativitas siswa
pada pembelajaran dengan pokok bahasan bangun ruang sisi datar (BRSD)
bertempat di kelas VIII-A SMP N 1 Tegalrejo.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana meningkatkan kreativitas siswa pada pembelajaran dengan
pokok bahasan bangun ruang sisi datar (BRSD) di kelas VIII-A SMP N 1
Tegalrejo?
2. Bagaimana hasil/pencapaian siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran
pokok bahasan bangun ruang sisi datar (BRSD) di kelas VIII-A SMP N 1
Tegalrejo dilihat dari segi kognitif dan afektifnya?
6
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran dengan pokok
bahasan bangun ruang sisi datar (BRSD) di kelas VIII-A SMP N 1
Tegalrejo.
2. Mengetahui tanggapan
siswa terhadap pembelajaran
yang sudah
dilaksanakan dilihat dari segi kognitif dan afektifnya.
F. Manfaat Penelitian
1. Memberdayakan guru dalam mengembangkan kreativitasnya ketika
melaksanakan kegiatan pembelajaran agar kegiatan pembelajaran tidak
hanya berpusat pada guru.
2. Memberdayakan
siswa
dalam
mengembangkan
kreativitas
belajar
matematika agar tujuan dari pembelajaran tercapai.
3. Membantu guru dan pendidik lainnya dalam menciptakan perubahan
dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa lebih kreatif dan merasa
senang dengan kegiatan ini.
4. Memberi informasi dan gambaran kepada peneliti tentang suatu
pembelajaran di sekolah sehingga dapat dijadikan acuan dalam
pelaksanaan pembelajaran jika nantinya terjun menjadi pendidik.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Hakekat Pembelajaran
Sugihartono (2007:81) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan
suatu upaya
yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem
lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan
belajar yang efektif dan efisien.
Menurut Erman Suherman (2003:8), dalam arti sempit pembelajaran
adalah proses sosialisasi individu siswa dengan lingkungan sekolah seperti
guru, sumber/fasilitas, dan teman sesama siswa. Dalam konsep sosiologi,
pembelajaran adalah rekayasa sosio-psikologis untuk memelihara kegiatan
belajar sehingga tiap individu yang belajar akan belajar secara optimal dalam
mencapai tingkat kedewasaan dan dapat hidup sebagai anggota masyarakat
yang baik. Dalam konsep komunikasi, pembelajaran adalah proses komunikasi
fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa dalam rangka
perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang
bersangkutan. Menurut Zainal Muttaqien (2009), pembelajaran adalah proses,
perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.
Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar (Wikipedia).
8
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah proses sosialisasi dan interaksi individu siswa dengan
lingkugan sekolah seperti guru, sumber belajar, dan teman sesama siswa
sehingga siswa mau belajar.
a. Hakekat Pembelajaran Matematika
Menurut Herman Hudojo (2005:35), matematika pada hakekatnya
merupakan suatu ilmu yang cara bernalarnya deduktif. Bernalar deduktif
adalah proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan pada premis-premis
yang kebenarannya telah ditentukan. Secara deduktif, matematika menemukan
pengetahuan yang baru berdasarkan premis-premis yang tertentu. Freudental
dalam A. M Slamet Soewandi (2005:24) menyatakan bahwa matematika
adalah suatu aktivitas manusia. Matematisi menemukan konsep matematika
dengan berbuat, melakukan refleksi terhadap tindakan (aktivitasnya) lalu
menemukan hasilnya berupa konsep-konsep, sifat-sifat konsep, hubungan
antara
konsep-konsep,
aturan-aturan,
dan
prinip-prinsip
lalu
mengkontruksinya. Menurut Erman Suherman (2003:15), matematika adalah
bahasa simbol, bahasa numerik, bahasa yang dapat menghilangkan sifat kabur,
metode berpikir logis, sarana berpikir, logika orang dewasa, sarana dan
sekaligus pelayannya, sains mengenai kuantitas dan besaran, sains yang
bekerja menarik kesimpulan, sains formal yang murni, ilmu tentang bilangan
dan ruang, mempelajari pola (hubungan, bentuk, dan struktur), ilmu abstrak
dan deduktif, dan aktivitas manusia.
9
Belajar matematika adalah suatu proses aktif dalam memperoleh
pengetahuan atau pengalaman baru dengan cara bernalar deduktif yang
melibatkan suatu struktur hierarki (Herman Hudojo, 2005:35). Cobb dalam
Erman Suherman (2003:76) mendefinisikan bahwa belajar matematika
merupakan
proses
mengkonstruksi
pengetahuan
matematika.
Dalam
mengkonstuksi matematika tersebut siswa bertindak secara aktif.
Menurut Herman Hudojo (2005:35), mengajar dilukiskan sebagai suatu
proses interaksi antara guru dan siswa di mana guru mengharapkan siswanya
dapat menguasai pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang benar-benar dipilih
oleh guru. Mengajar sebenarnya memberi kesempatan kepada yang diajar
untuk mencari, bertanya, menebak, menalar, dan bahkan mendebat. Tahun
pertama dari suatu jenis sekolah merupakan tahun genting bagi siswa belajar
matematika lebih lanjut. Sikap siswa selanjutnya terhadap matematika,
umumnya ditentukan pengalaman-pengalaman pertamanya dalam bidang
matematika. Suatu kondisi yang perlu untuk mengajar matematika adalah
bahwa mengajar haruslah didasarkan kepada bagaimana siswa dapat belajar
secara efektif tanpa mencoba memaksa siswa di luar tahap kemampuan
intelektualnya (Herman Hudojo, 2005:71).
Menurut Syarifuddin Asdoris (2008), pembelajaran matematika adalah
proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana
lingkungan memungkinkan seseorang (si pelajar) melaksanakan kegiatan
belajar matematika, dan proses tersebut berpusat pada guru mengajar
matematika. Dalam pembelajaran matematika seharusnya siswa diberi
10
kesempatan mengkonstruksi pengetahuan yang perlu diketahui melalui
berbuat, mengamati, mengklasifikasi, menyelesaikan masalah, berkomunikasi,
berinteraksi atau bernegosiasi dengan yang lain termasuk dengan guru
melakukan
refleksi,
estimasi,
atau
prediksi
mengambil
kesimpulan,
menyelidiki hubungan, keterkaitan, dan sebagainya. (A. M Slamet Soewandi,
2005:25). Pembelajaran matematika diharapkan berakhir dengan sebuah
pemahaman siswa yang komprehensif dan holistik (lintas topik bahkan lintas
bidang studi jika memungkinkan) tentang materi yang telah disajikan (Erman
Suherman, 2003:298). Dalam pembelajaran matematika seharusnya tidak
menyekat secara tegas pelajaran matematika sebagai penyajian materi-materi
matematika belaka. Topik-topik dalam matematika sebaiknya tidak disajikan
sebagai materi secara parsial, tetapi harus diintegrasikan antara satu topik
dengan topik yang lain bahkan dengan bidang lain ( Erman Suherman,
2003:302).
2. Pembelajaran Geometri
a. Pembelajaran Geometri di SMP
Tujuan khusus pembelajaran matematika di Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah mengacu pada Garis-Garis Besar Program
Pengajaran (GBPP) matematika sebagaimana diungkapkan oleh Erman
Suherman, dkk. (2003:58-59) ialah agar:
1) Siswa memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan
matematika.
11
2) Siswa memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan
ke pendidikan menengah.
3) Siswa memiliki ketrampilan matematika sebagai peningkatan dan
perluasan dari matematika sekolah dasar untuk dapat digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
4) Siswa memiliki pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis,
kritis, cermat, dan disipilin serta menghargai kegunaan matematika.
NCTM (2004: 41) mengemukakan bahwa standar pengajaran program
geometri dari jenjang kanak-kanak hingga tingkat 12 (Sekolah Menengah
Atas), mengharapkan siswa dapat:
1) Menganalisis karakteristik dan keberadaan dari bentuk geometri dua
dimensi dan tiga dimensi serta mengembangkan argumen tentang
hubungan geometri.
2) Menyebutkan dengan rinci dan mendeskripsikan hubungan spasial (ruang)
menggunakan koordinat geometri dan representasi yang lainnya.
3) Mengaplikasikan
transformasi
dan
menggunakan
simetri
untuk
menganalisis situasi dan persoalan matematika.
4) Menggunakan visualisasi dan pemodelan matematika untuk menyelesaikan
masalah.
b. Materi Pembelajaran Geometri pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Datar
(BRSD) di SMP Kelas VIII
Sejak di SD para siswa sudah dikenalkan dengan geometri ruang,
kemudian dilanjutkan di SMP maupun SMU. Travers dkk (1987) menyatakan
12
bahwa: ”Geometry is the study of the relationships among points, lines, angels,
surfaces, and solids”. Hal ini menunjukkan bahwa geometri adalah ilmu yang
membahas tentang hubungan antara titik, garis, sudut, bidang, dan bangunbangun ruang. Bangun ruang adalah sejenis benda ruang beraturan yang
memiliki rusuk, sisi dan titik sudut. Ada dua jenis bangun ruang yaitu bangun
ruang sisi datar dan bangun ruang sisi lengkung. Bentuk–bentuk bangun ruang
sisi datar yang sudah dikenal siswa SD kelas V adalah kubus, balok, dan
prisma. Di kelas VIII SMP materi bangun ruang sisi datar (kubus, balok,
prisma) akan dipelajari lagi ditambah satu bangun ruang sisi datar lagi, yaitu
limas. (Crayonpedia: 2008). Berikut ini adalah rincian standar kompetensi dan
kompetensi dasar materi geometri pada pokok bahasan bangun ruang sisi
datar.
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika
Jenjang SMP Kelas VIII
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Memahami sifat-sifat 1.1 mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok,
kubus,balok, prisma,
prisma, dan limas serta bagian-bagiannya.
limas, dan bagian- 1.2 Membuat jaring-jaring kubus, balok,
bagiannya
serta
prisma, dan limas.
menentukan
1.3 Menghitung luas permukaan dan volume
ukurannya
kubus, balok, prisma, dan limas.
Bangun ruang sisi datar seperti kubus, balok, prisma, dan limas dapat
dibuat
medianya.
Media
bangun
ruang
dapat
berfungsi
untuk
mengkongkritkan konsep yang ada dalam pembelajaran. Selain itu, siswa akan
lebih mudah menerima materi luas permukaan dan volume bangun ruang
dengan adanya media tersebut. (Fefi Yulita, 2008).
13
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa geometri adalah ilmu
yang membahas tentang hubungan antara titik, garis, sudut, bidang, dan
bangun-bangun ruang. Sebagian besar dari materi-materi geometri dapat
dibuat medianya seperti materi bangun ruang sisi datar (kubus, balok, prisma,
dan limas). Dengan media ini diharapkan tujuan dari pembelajaran dapat
tercapai.
3. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara menyajikan materi yang masih
bersifat
umum,
misalnya
seorang
guru
menyajikan
materi
dengan
penyampaian dominan secara lisan dan sekali-kali ada tanya jawab (Erman
Suherman, 2003:7). Hamzah B. Uno (2007:2) mendefinisikan metode
pembelajan sebagai cara yang digunakan guru untuk menjalankan fungsinya
sebagai pendidik agar tujuan pembelajaran tercapai. Ada bermacam-macam
metode pembelajaran seperti metode ceramah, metode tanya jawab, metode
diskusi, metode demonstrasi, metode penemuan, metode drill dan metode
latihan, metode inkuiri, metode permainan, dan lain sebagainya yang dapat
digunakan dalam pembelajaran. Masing-masing metode mempunyai kekuatan
dan kelemahan. Pemilihan kombinasi metode mengajar yang tepat dapat lebih
meningkatkan hasil proses belajar-mengajar (Erman Suherman, 2003:201).
Dalam skripsi ini, peneliti mengkombinasikan antara metode diskusi dan
penemuan terbimbing.
14
a. Metode Diskusi
Menurut Sugihartono (2007:83), metode diskusi merupakan metode
pembelajaran melalui pemberian masalah kepada siswa dan siswa diminta
untuk memecahkan masalah secara berkelompok. Metode ini mendorong
siswa untuk mampu mengemukakan pendapat secara konstruktif serta
membiasakan siswa untuk bersikap toleran pada pendapat orang lain.
Syaiful Bahri Djamarah (2002:99), menyatakan bahwa metode diskusi
adalah cara penyajian pelajaran dengan menghadapkan siswa-siswanya kepada
suatu masalah yang bisa merupakan pernyataan atau pertanyaan yang bersifat
problematis untuk dibahas dan dipecahkan.
Menurut Herman Hudojo (2005:85), diskusi dapat dilakukan dengan
menggunakan kelompok-kelompok kecil atau seluruh kelas. Diskusi kelompok
akan lebih bermanfaat bila setiap kelompok melaporkan hasil kegiatannya
kepada kelas secara keseluruhan. Laporan ini bermanfaat bagi siswa sebab
mereka dapat saling mengetahui hasil setiap kelompok, mungkin hasilnya
sama namun cara penyelesaiannya berbeda. Ini berarti pengalaman belajar
para siswa bertambah. Setiap siswa memberikan pendapatnya sehingga
laporan-laporan itu menjadi lebih baik. Demikian pula guru dapat mengetahui
apakah konsep-konsep yang telah diberikan dapat dipahami oleh para
siswanya. Apabila terjadi kesalahpahaman terhadap suatu konsep, guru dapat
segera meluruskan kesalahpahaman pengertian itu.
“Langkah-langkah pembelajaran dengan metode diskusi adalah sebagai
berikut:
15
1) Persiapan
a) Menentukan topik diskusi.
b) Merumuskan TIK.
c) Membagi kelas menjadi kelompok.
d) Merumuskan butir-butir pengarahan, petunjuk, dan antisipasi tindakan
untuk kelancaran diskusi.
2) Pelaksanaan
a) Menjelaskan TIK yang akan dicapai.
b) Mengkomunikasikan topik diskusi.
c) Memberi pengarahan diskusi.
d) Memilih/menetapkan pimpinan diskusi, sekretaris, dan pelapor.
e) Kelompok melaksanakan diskusi.
f) Kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan ditanggapi oleh
kelompok lain.
g) Hasil diskusi kelompok dituliskan dalam laporan dan diberikan kepada
guru.”
(Suparlan, 2007).
“Metode diskusi mempunyai kekuatan dan kelemahan.
Kekuatan metode diskusi :
1) Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan-prakarsa,
dan terobosan baru dalam pemecahan masalah.
2) Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain.
3) Memperluas wawasan.
4) Membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam
memecahkan suatu masalah.
Kelemahan metode diskusi :
1) Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu
yang panjang.
2) Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
3) Peserta mendapat informasi yang terbatas.
4) Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin
menonjolkan diri.”
(Syaiful Bahri Djamarah, 2002:99).
b. Metode Penemuan Terbimbing
Menurut Erman Suherman (2003:212-213), metode penemuan
merupakan cara penyajian pembelajaran dengan siswa menemukan sendiri
hal-hal yang baru. Penemuan yang dilakukan siswa ini tidak lepas dari
bimbingan guru sehingga metode ini disebut metode penemuan
terbimbing. Hal-hal yang ditemukan siswa tersebut tidak benar-benar baru
16
sebab sudah diketahui oleh orang lain. Pembelajaran dengan metode ini
bertujuan agar siswa benar-benar aktif belajar menemukan sendiri bahan
yang dipelajarinya. Untuk melaksanakan pembelajaran dengan metode ini
hendaknya diperhatikan bahwa: aktivitas siswa untuk belajar sendiri sangat
berpengaruh, hasil (bentuk) akhir harus ditemukan sendiri oleh siswa,
prasyarat-prasyarat yang diperlukan sudah dimiliki siswa, guru hanya
bertindak sebagai pengarah dan pembimbing.
“Langkah-langkah
pembelajaran
dengan
metode
penemuan
terbimbing adalah sebagai berikut:
1) Persiapan
a) Guru merumuskan masalah sebagai topik.
b) Guru merumuskan TIK.
c) Guru menjelaskan jalannya penemuan.
d) Menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam proses penemuan.
2) Pelaksanaan
a) Guru mengemukakan masalah tertentu dan siswa diberi
kesempatan bertanya seluas-luasnya tentang masalah yang menjadi
topik.
b) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan
penemuan dan membimbing siswa selama proses penemuan.
c) Guru memberikan pertanyaan pancingan kepada siswa untuk
membantu siswa dalam menganalisis masalah.
d) Guru merangsang adanya interaksi antar siswa.
e) Guru memuji dan membesarkan hati siswa yang tergiat dalam
proses penemuan.
f) Membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi dalam
proses penemuan.
g) Siswa mengemukakan kesimpulan atau pendapat beserta alasanalasannya.
3) Penyelesaian
a) Guru bersama siswa menguji/membahas yang ditemukan siswa atas
dasar bukti yang ada.
b) Pengambilan kesimpulan.”
(Martiningsih, 2007).
“Metode penemuan mempunyai kekuatan dan kelemahan.
Kekuatan metode penemuan terbimbing :
17
1) Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berfikir dan menggunakan
kemampuan untuk menemukan hasil akhir.
2) Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses
menemukannya.
3) Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini
mendorong ingin menemukan penemuan lagi hingga minat belajarnya
meningkat.
4) Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan
lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks.
5) Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
Kelemahan metode penemuan terbimbing :
1) Metode ini banyak menyita waktu.
2) Tidak tiap guru mempunyai selera atau kemampuan mengajar dengan cara
penemuan.
3) Tidak semua anak mampu melakukan penemuan.
4) Metode ini tidak dapat digunakan untuk mengajarkan tiap topik.”
(Erman Suherman, 2003:214).
4. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh guru
dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan
dapat
diadaptasikan oleh siswa. Pendekatan dalam pembelajaran matematika ada 2
jenis yaitu pendekatan metodologik dan pendekatan material. Pendekatan
metodologik berkenaan dengan cara siswa mengadaptasi konsep yang
disajikan ke dalam struktur kognitifnya. Adapun contoh pendekatan
metodologik adalah pendekatan konstruktivisme, pendekatan pemecahan
masalah, pendekatan open-ended, dan pendekatan realistik. Pendekatan
material adalah bagaimana suatu konsep matematika yang satu disajikan
malalui konsep matematika yang lain. Contohnya adalah menyajikan konsep
penjumlahan bilangan menggunakan pendekatan garis bilangan atau himpunan
dan menyajikan konsep titik pada bidang dengan menggunakan pendekatan
vektor atau diagram kartesius (Erman Suherman, 2003:6-7).
18
Dalam skripsi ini, peneliti mengkombinasikan antara pendekatan openended dengan pendekatan pemecahan masalah. Pendekatan tersebut termasuk
ke dalam kategori pendekatan metodologik.
a. Pendekatan Open-ended
Pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan memberikan soal
terbuka kepada siswa sehingga diharapkan siswa akan menjawab pertanyaan
dengan banyak cara dan melatih kemampuan berfikir siswa dalam
menyelesaikan suatu masalah dengan melihat dari segala sudut pandang
disebut dengan pendekatan open-ended (Mumun Syaban, 2008).
Menurut Nohda dalam Erman Suherman (2003:124), tujuan dari
pembelajaran open-ended adalah untuk membantu mengembangkan kegiatan
kreatif dan pola pikir matematis siswa melalui problem solving secara
simultan. Dengan kata lain kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa
harus dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap
siswa.
Menurut Erman Suherman (2003:132-134), dalam pendekatan openended guru memberikan permasalahan kepada siswa yang solusinya atau
jawabannya tidak perlu ditentukan hanya satu cara. Guru harus memanfaatkan
keberagaman cara atau prosedur untuk menyelesaikan masalah itu untuk
memberi pengalaman kepada siswa dalam menemukan sesuatu yang baru
berdasarkan pengetahuan, ketrampilan, dan cara berpikir matematika yang
telah diperoleh sebelumnya. Keunggulan dari pendekatan open ended ini
antara lain:
19
1) Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering
mengekspresikan ide.
2) Siswa
memiliki
kesempatan
lebih
banyak
dalam
memanfaatkan
pengetahuan dan ketrampilan matematik secara komprehensif.
3) Siswa
dengan
kemampuan
matematika
rendah
dapat
merespons
permasalahan dengan cara mereka sendiri.
4) Siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau
penjelasan.
5) Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam
menjawab permasalahan.
Di samping keunggulan yang dapat diperoleh dari pendekatan openended terdapat kelemahan antara lain:
1) Membuat dan menyiapkan masalah matematika yang bermakna bagi siswa
bukanlah pekerjaan mudah.
2) Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit
sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespons
permasalahan yang diberikan.
3) Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan
jawaban mereka.
4) Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka
tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.
20
b. Pendekatan Pemecahan Masalah
Alfred S. Posamentier (1990:109) menyatakan bahwa masalah
merupakan sebuah situasi yang mana ada sesuatu yang diinginkan tetapi
belum tahu bagaimana cara untuk mendapatkannya. Oleh karena tidak semua
soal/pertanyaan masuk ke dalam kategori masalah, maka Herman Hudojo
memberikan beberapa syarat agar suatu soal/pertanyaan masuk ke dalam
kategori masalah. Adapun syarat menjadi masalah menurut Herman
Hudojo(2005:124) adalah sebagai berikut:
1)
Pertanyaan yang dihadapkan kepada siswa harus dapat dimengerti oleh
siswa tersebut, namun pertanyaan ini harus merupakan tantangan
baginya untuk menjawabnya.
2) Pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin yang telah
diketahui siswa, oleh karena itu faktor waktu untuk menyelesaikan
masalah tidak dipandang sebagai hal yang penting.
National Council of Spervisor of Mathematics (NCSM) dalam Alfred S.
Posamentier (1990:109) menyatakan bahwa pembelajaran pemecahan masalah
adalah salah satu tujuan utama untuk belajar matematika. Pemecahan masalah
adalah suatu proses menggunakan pengetahuan yang didapat sebelumnya ke
dalam situasi yang baru dan tidak lazim.
Alfred S. Possamentier (1990:110) mengemukaan bahwa semua
pemecahan masalah meliputi beberapa bentuk informasi dan menggunakan
informasi tersebut untuk mencapai sebuah solusi. Dalam mendapatkan solusi
21
ada lima langkah proses pemecahan masalah menurut John Dewey dalam
Possamentier yaitu:
1) Mengenal bahwa ada sebuah masalah dan menyadari adanya kesulitan
serta mengetahui arti dari sebuah kegagalan, keajaiban, dan keraguan.
2) Mengidentifikasi masalah dengan melakukan klarifikasi terhadap masalah,
memberi tanda dari sasaran yang sudah terlihat, serta penegasan terhadap
situasi yang merupakan masalah.
3) Menggunakan pengalaman sebelumnya seperti informasi yang relevan,
bentuk-bentuk penyelesaian, atau ide-ide untuk merumuskan hipotesis dan
saran-saran pemecahan masalah.
4) Menguji keberhasilan, hipotesis atau solusi yang mungkin. Jika perlu
mengulang perumusan masalah kembali.
5) Melakukan evaluasi terhadap solusi dan kesimpulan disertai fakta.
George Polya dalam Paige (1982:3) mengemukakan empat langkah
penting dalam pemecahan masalah yaitu: (1) memahami masalah dengan
mencari tahu tentang sesuatu hal atau tentang masalah, (2) memikirkan suatu
rencana penyelesaian dengan membayangkan apa yang harus dilakukan, (3)
melakukan apa yang sudah direncanakan dan mencari jalan untuk menghindari
suatu hambatan, (4) melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah
yang telah telah dikerjakan.
Menurut Rahmadi Widiharto (2004:11-12), pendekatan ini mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihannya yaitu:
1) Siswa lebih terlatih dalam problem solving skill.
22
2) Mendorong siswa untuk berpikir alternatif.
3) Melatih keruntutan berpikir logis siswa.
Sedangkan kekurangan dari pendekatan ini yaitu:
1) Kadang siswa belum menyadari akan adanya masalah.
2) Siswa sering mengalami kebingungan strategi atau kiat mana yang akan
digunakan.
Syaiful
Bahri
Djamarah
(2002:104-105)
juga
mengemukakan
kelebihan dan kekurangan dari pendekatan pemecahan masalah. Kelebihan
pendekatan masalah menurut Djamarah adalah sebagai berikut:
1) Pembelajaran melalui pendekatan pemecahan masalah dapat membiasakan
siswa untuk menyelesaikan masalah dengan terampil, baik dalam keluarga,
masyarakat, dan lingkungan kerja.
2) Pembelajaran melalui pendekatan masalah merangsang perkembangan
kemampuan berpikir secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses
belajarnya siswa banyak menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam
rangka mencari penyelesaian.
Sedangkan kekurangan dari pendekatan pemecahan masalah menurut
Djamarah adalah sebagai berikut:
1) Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya relevan dengan
tingkat berpikir sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
2) Pembelajaran dengan pendekatan ini sering memerlukan waktu yang
cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.
23
3) Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima
informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir menyelesaikan
permasalahan sendiri atau kelompok yang kadang-kadang memerlukan
berbagai sumber belajar kesulitan tersendiri bagi siswa.
5. Hakekat Kreativitas
a. Pengertian Kreativitas
Menurut Lorin W. Anderson (2001:84-85), mencipta (create) meliputi
meletakkan elemen-elemen bersama menjadi suatu bentuk yang koheren atau
fungsional yang menyeluruh dan mengorganisasikan elemen-elemen ke dalam
suatu pola atau struktur yang baru. Kreativitas adalah produksi dari hasil-hasil
yang luar biasa, sering kali sebagai akibat dari beberapa kemampuan yang
khusus.
Dedi Supriadi (1994:7), menyatakan bahwa kreativitas adalah
kemampuan seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang baru, baik berupa
gagasan atau karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang ada
sebelumnya.
Kreativitas adalah kemampuan untuk memunculkan ide-ide baru,
menyelesaikan masalah dengan cara yang khas, dan untuk lebih meningkatkan
imajinasi, perilaku, dan produktivitas (Tony Buzan, 2003:4).
Menurut Sugihartono (2007:14 ), kreativitas merupakan salah satu
kemampuan mental yang unik pada manusia. Kreativitas sering melibatkan
kemampuan berpikir. Orang yang kreatif dalam berpikir mampu memandang
sesuatu dari sudut pandang yang baru, dan dapat menyelasaikan masalah
24
dengan cara yang berbeda dari orang pada umumnya. Chandra dalam
Sugihartono (2007:14) mengartikan kreativitas sebagai kemampuan mental
yang khas pada manusia yang melahirkan pengungkapan yang unik, berbeda,
orisinal, baru, indah, efisien, tepat sasaran dan tepat guna.
Kreativitas adalah proses kognitif yang meliputi kemampuan
meletakkan unsur secara bersamaan dalam bentuk kesatuan yang koheren dan
fungsional. Seorang siswa dapat dikategorikan kreatif, apabila secara mental
dapat mengorganisasikan unsur-unsur atau bagian-bagian menjadi struktur
baru yang belum pernah ada sebelumnya. Kreativitas adalah kemampuan
untuk memnyatukan beberapa bagian menjadi satu kesatuan yang sebelumnya
belum pernah disajikan (M. Thohir, 2008).
S.C Utami Munandar (1992:47-50) menyatakan bahwa :
1) Kreativitas
adalah
kemampuan
untuk
membuat
kombinasi
baru,
berdasarkan data informasi, atau unsur-unsur yang ada.
2) Kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan
berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak
kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekannya pada
kuantitas ketepatgunaan, dan keragaman jawaban.
3) Secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang
mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam
berpikir, serta kemampuan untuk mengolaborasi (mengembangkan,
memperkaya, memperinci) suatu gagasan.
25
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas
adalah kemampuan mental yang unik yang ada pada manusia untuk membuat
kombinasi-kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru dalam unsur
berdasarkan informasi yang sudah ada dan berdasarkan informasi tersebut
menemukan banyak penyelesaian masalah yang ditekankan pada kuantitas
ketepatgunaan serta keragaman jawaban. Kemampuan tersebut mencerminkan
kelancaran, keluwesan, dan orosinalitas dalam berpikir serta kemampuan
untuk mengolaborasi suatu gagasan.
Perlunya kreativitas pada pembelajaran geometri adalah siswa dapat
menggunakan daya imajinasinya dalam menganalisis karakteristik dan
keberadaan dari bentuk geometri dua dimensi dan tiga dimensi, siswa dapat
menggunakan kemampuan elaborasinya untuk menyebutkan dengan rinci
tentang bangun-bangun geometri dan mampu menyelesaikan masalah secara
rinci, siswa dapat menggunakan kemampuan berpikir lancarnya untuk
menyelesaikan soal-soal open-ended dan soal-soal pemecahan masalah dengan
berbagai cara.
b. Aspek – aspek Kreativitas
Guilford dalam Dedi Supriadi (1994:7) menyatakan bahwa aspekaspek dari kreativitas adalah :
1) Kelancaran (fluency) adalah kemampuan untuk menghasilkan
banyak
gagasan.
2) Keluwesan
(flexibility)
adalah
kemampuan
untuk
mengemukakan
bermacam-macam pemecahan/pendekatan terhadap suatu masalah.
26
3) Keaslian (orisinalitas) adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan
dengan cara-cara yang asli atau tidak klise.
4) Penguraian (elaborasi) adalah kemampuan untuk menguraikan segala
sesuatu secara rinci.
5) Perumusan kembali (redefinisi) adalah kemampuan untuk meninjau
sesuatu persoalan berdasarkan perspektif yang berbeda dengan apa yang
sudah diketahui oleh orang banyak.
“Menurut S. C. Utami Munandar(1992:88-93), aspek kreativitas terdiri
dari :
1) Ketrampilan Berpikir Lancar (Fluency)
a) Definisi
 Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau
pertanyaan.
 Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.
 Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.
b) Perilaku Siswa
 Mengajukan banyak pertanyaan.
 Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan.
 Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya.
 Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak daripada anak-anak
lainnya.
 Dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada suatu
objek atau situasi.
2) Ketrampilan Berpikir Luwes (Fleksibel)
a) Definisi
 Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi.
 Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda.
 Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda.
 Mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.
b) Perilaku Siswa
 Memberikan aneka ragam penggunaan yang tidak lazim terhadap suatu
objek.
 Memberikan macam-macam penafsiran (interpretasi) terhadap suatu
gambar, cerita, atau masalah.
 Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda.
 Memberikan pertimbangan terhadap situasi yang berbeda dari yang
diberikan orang lain.
27

3)
a)
b)
4)
a)
b)
5)
a)
Dalam membahas atau mendiskusikan suatu situasi selalu mempunyai
posisi yang berbeda atau bertentangan dari mayoritas kelompok.
 Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara
yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya.
 Menggolongkan hal-hal menurut pembagian (kategori yang berbedabeda).
 Mampu mengubah arah pemikiran.
Ketrampilan Berpikir Orisinal
Definisi
 Mampu melahirkan ungkapan baru dan unik.
 Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri.
 Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagianbagian atau unsur-unsur.
Perilaku Siswa
 Memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak terpikirkan oleh
orang lain.
 Mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan caracara baru.
 Memilih a-simetri dalam membuat gambar atau desain.
 Memilih cara berpikir yang lain dari yang lain.
 Memcari pendekatan yang baru dari stereotip.
 Setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk
menemukan penyelesaian yang baru.
 Lebih senang mensintesis daripada menganalisis sesuatu.
Ketrampilan Memperinci (Mengelaborasi)
Definisi
 Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk.
 Menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu objek, gagasan,
atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
Perilaku Siswa
 Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan
masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci.
 Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain.
 Mencoba atau menguji detil-detil untuk melihat arah yang akan
ditempuh.
 Mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan
penampilan yang kosong atau sederhana.
 Menambahkan garis-garis, warna-warna, dan detil-detil (bagianbagian) terhadap gambarnya sendiri atau gambar orang lain.
Ketrampilan Menilai (Mengevaluasi)
Definisi
 Menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu
pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suaut tidakan bijaksana.
 Mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka.
 Tidak hanya mencetuskan gagasan tetapi juga melaksanakannya.
28
b) Perilaku Siswa
 Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandangnya sendiri.
 Menentukan pendapat sendiri mengenai suatu hal.
 Menganalisis masalah atau penyelesaian kritis dengan selalu
menanyakan “mengapa?”.
 Mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai
suatu keputusan.
 Merancang suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan yang tercetus.
 Pada waktu tertentu tidak menghasilkan gagasan-gagasan tetapi
menjadi peneliti atau penilai yang kritis.
 Menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya.
6) Rasa Ingin Tahu
a) Definisi
 Selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak.
 Mengajukan banyak pertanyaan.
 Selalu memperhatikan orang , objek, dan situasi.
 Peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui/meneliti.
b) Perilaku Siswa
 Mempertanyakan segala sesuatu.
 Senang menjajaki buku-buku, peta-peta, gambar-gambar, dan
sebagainya untuk mencari gagasan-gagasan baru.
 Tidak membutuhkan dorongan untuk menjajaki atau mencoba yang
belum dikenal.
 Menggunakan semua panca inderanya untuk mengenal.
 Tidak takut menjajaki bidang-bidang baru.
 Ingin mengamati perubahan-perubahan dari hal-hal atau kejadiankejadian.
 Ingin bereksperimen dengan benda-benda mekanik.
7) Imajinatif
a) Definisi
 Mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang tidak atau
belum pernah terjadi.
 Menggunakan khayalan tetapi mengetahui perbedaan antara khayalan
dan kenyataan.
b) Perilaku Siswa
 Memikirkan/membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi.
 Memikirkan bagaimana jika melakukan sesuatu yang belum pernah
dilakukan orang lain.
 Meramalkan apa yang akan dikatakan atau dilakukan orang lain.
 Mempunyai firasat tentang sesuatu yang belum terjadi.
 Melihat hal-hal dalam suatu gambar yang tidak dilihat orang lain.
 Membuat cerita tentang tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi
atau kejadian-kejadian yang belum pernah dialami.
8) Merasa Tertantang oleh Kemajemukan
29
a) Definisi
 Terdorong untuk mengatasi masalah yang sulit.
 Merasa tertantang oleh situasi-situasi yang rumit.
 Lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit.
b) Perilaku Siswa
 Menggunakan gagasan atau masalah-masalah yang rumit.
 Melibatkan diri dalam tugas-tugas yang majemuk.
 Tertantang oleh situasi yang tidak dapat diramalkan keadaannya.
 Mencari penyelesaian tanpa bantuan orang lain.
 Tidak cenderung mencari cara tergampang.
 Berusaha terus-menerus agar berhasil.
 Mencari jawaban-jawaban yang lebih sulit daripada menerima yang
mudah.
 Senang mennjajaki jalan yang lebih rumit.
9) Sifat Berani Mengambil Resiko
a) Definisi
 Berani memberikan jawaban meskipun belum tentu benar.
 Tidak takut gagal atau mendapat kritik.
 Tidak menjadi ragu-ragu karena ketidakjelasan, hal-hal yang tidak
konvensnional, atau yang kurang bersetruktur.
b) Perilaku Siswa
 Berani mempertahankan gagasan atau pendapatnya walaupun
mendapat tantangan atau kritik.
 Bersedia mengakui kesalahan-kesalahannya.
 Berani menerima tugas yang sulit meskipun ada kemungkinan gagal.
 Berani mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang
tidak dikemukakan orang lain.
 Tidak mudah dipengaruhi orang lain.
 Melakukan hal-hal yang diyakini, meskipun tidak disetujui sebagian
orang.
 Berani mencoba hal-hal baru.
 Berani mengakui kegagalan dan berusaha lagi.
10) Sifat Menghargai
a) Definisi
 Dapat menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup.
 Menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang
berkembang.
b) Perilaku Siswa
 Menghargai hak-hak sendiri dan hak-hak orang lain.
 Menghargai diri sendiri dan prestasi sendiri.
 Menghargai makna orang lain.
 Menghargai keluarga, sekolah dan teman.
 Menghargai kebebasan tetapi tahu bahwa kebebasan menuntut
tanggung jawab.
30



Tahu apa yang betul-betul penting dalam hidup.
Menghargai kesempatan-kesempatan yang diberikan.
Senang dengan penghargaan terhadap dirinya.”
Menurut Tony Buzan (2003:4-6) aspek-aspek dari kreativitas adalah :
a. Otak kiri/kanan yaitu kemampuan untuk menggunakan dalam kerjasama
satu sama lain. Ketrampilan masing-masing otak kiri dan kanan.
b. Pembuatan catatan/mind mapping yaitu kemampuan untuk membuat
pikiran
kita
terlihat
dengan
mengeluarkannya
dari
kepala
dan
menuliskannya sehingga kita dapat menjelajahi dengan cepat.
c. Kelancaran adalah kecepatan mengeluarkan gagasan baru.
d. Fleksibilitas yaitu kemampuan untuk memproduksi berbagai gagasan
kemudian beralih dari satu cara ke cara lain dengan menggunakan berbagai
strategi.
e. Orisinalitas yaitu kemampuan untuk menghasilkan gagasan yang kita
miliki yang tidak biasa, unik, dan eksentrik.
f. Pengembangan gagasan
Pemikir yang kreatif akan memegang gagasan pokok yang kemudian
dijadikan sebagai dasar untuk mengembangkan, memperluas, merancang,
dan biasanya akan menguraikan pemikiran asli secara terperinci.
Silverman dalam Rena B Lewis (2003:380-381) menyatakan bahwa
salah satu komponen dari kreativitas adalah berfikir divergen. Ada empat
aspek dari berfikir divergen yang sangat penting yaitu:
a. Kelancaran (fluency) adalah kemampuan untuk menemukan banyak
jawaban.
31
b. Kelenturan (fleksibilitas) adalah kemampuan untuk mengganti bentuk,
mengembangkan informasi, atau mengubah pandangan.
c. Keaslian (orisinalitas) adalah kemampuan untuk
menemukan jawaban
baru.
d. Elaborasi adalah kemampuan untuk menyampaikan dan mengembangkan
ide secara terperinci.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek dari kreativitas
adalah kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (orisinalitas),
kerincian (elaborasi), dan penilaian (evaluasi). Aspek-aspek tersebut
dipandang dari segi kognitifnya. Aspek lain adalah aspek yang dipandang dari
segi afektifnya yaitu rasa ingin tahu, bersifat imajinatif, merasa tertantang
oleh kemajemukan, berani mengambil resiko, dan bersifat menghargai.
B. Penelitian Yang Relevan
Ismul Farikhah dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Siswa Kelas X MA Wahid Hasyim
Sleman Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Open-Ended”
tahun 2009 mengungkapkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan berpikir
kritis dan kreatif siswa kelas X MA Wahid Hasyim Sleman. Pendekatan openended menjadikan siswa dapat mengkonstruksi sendiri permasalahan,
membawa siswa ke tingkat pemahaman matematika yang lebih tinggi, melatih
siswa mengoreksi kesalahan yang dilakukan, menyampaikan gagasan,
32
mendengarkan dan atau menangapi gagasan orang lain, serta dapat mengambil
kesimpulan.
C. Kerangka Berpikir
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah. Matematika sebagai ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang dengan
amat
pesat
baik
perkembangannya
materi
atau
maupun
kegunaannya
pembelajarannya
kita
harus
sehingga
dalam
memperhatikan
perkembangan-perkembangannya, baik masa lalu, masa sekarang ataupun
kemungkinan-kemungkinannya untuk masa depan. Matematika yang diajarkan
di sekolah dinamakan matematika sekolah. Fungsi dari mata pelajaran
matematika adalah sebagai alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan (Erman
Suherman, 2003:55-56).
Tujuan dari pembelajaran matematika di sekolah mengacu kepada
fungsi matematika serta kepada tujuan pendidikan nasional yang telah
dirumuskan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Diungkap
dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) matematika, bahwa
tujuan umum diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah meliputi dua hal, yaitu:
1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di
dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui bertindak
atas pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan
efisien.
33
2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir
matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai
ilmu pengetahuan (Erman Suherman, 2003:58).
Melihat tujuan di atas, maka ada dua hal penting yang merupakan
bagian dari tujuan pembelajaran matematika yaitu pembentukan pola berpikir
kritis dan berpikir kreatif (Erman Suherman, 2003:62). Pola berpikir kreatif
disebut juga dengan kreativitas. Oleh karena pola berpikir kreatif adalah
merupakan salah satu hal penting yang merupakan bagian dari tujuan
pembelajaran matematika, maka hal tersebut harus ditumbuhkembangkan.
Dalam mengembangkan kreativitas yang perlu diperhatikan adalah aspekaspek dari kreativitas itu sendiri yaitu kemampuan berpikir lancar (fluency),
kemampuan berpikir luwes (flexibility), keaslian (orisinalitas), kemampuan
memperinci/penguraian (elaborasi), kemampuan menilai (evaluasi), rasa
keingintahuan siswa, imajinasi yang dimiliki siswa, ketertarikan siswa
terhadap kemajemukan, keberanian siswa dalam mengambil resiko, serta rasa
menghargai yang tinggi.
Untuk dapat mengembangkan kreativitas, dalam pembelajaran perlu
diberikan soal-soal yang mengasah kemampuan berpikir kreatif siswa seperti
soal-soal pemecahan masalah dan soal-soal open-ended. Sedangkan untuk
peningkatan optimalisasi interaksi dalam pembelajaran digunakan metode
diskusi dan menggunakan metode penemuan terbimbing agar siswa
menemukan sendiri konsep-konsepnya.
34
D. Hipotesis Tindakan
Dari teori-teori yang telah dikemukakan, maka sebelum dilakukan
penelitian, dirumuskan terlebih dahulu hipotesis tindakan sebagai dugaan awal
penelitian, yaitu: “Kreativitas siswa pada pembelajaran dengan pokok bahasan
bangun ruang sisi datar di kelas VIII SMP N 1 Tegalrejo akan meningkat jika
pembelajaran dilaksanakan dengan metode diskusi dan penemuan terbimbing
serta dengan menggunakan pendekatan soal-soal open-ended dan pemecahan
masalah”.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan secara kolaboratif antara guru mata pelajaran matematika kelas
VIII SMP N 1 Tegalrejo dan peneliti. Peran guru di sini adalah sebagai praktisi
pembelajaran, sedangkan peneliti sebagai perancang dan pengamat. Guru
dilibatkan sejak proses perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, hingga
refleksi.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan kegiatan pemecahan
masalah yang terdiri dari empat elemen yaitu perencanaan (planning),
tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting). Hubungan
dari keempat elemen ini dipandang sebagai satu siklus.
2. Setting Penelitian, Objek Penelitian, dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Tegalrejo yang berlokasi di
Jalan Magelang-Kopeng Km 11,4 , Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah.
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret-April 2009. Objek dari
penelitian ini adalah proses pembelajaran matematika di SMP N 1 Tegalrejo
kelas VIII-A dan subjek penelitiannya adalah semua siswa yang ada di kelas
tersebut.
36
B. Prosedur Penelitian
Desain penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian ini akan dilakukan dalam beberapa siklus hingga terjadi
peningkatan. Pada setiap siklusnya direncanakan akan dilaksanakan selama 6
jam pelajaran atau 3 kali pertemuan. Penjabaran kegiatan setiap siklusnya
sebagai berikut :
1. Siklus I
a. Perencanan (Planning)
Pada langkah perencanaan, peneliti membuat rencana tindakan yang akan
dilakukan
dalam
penelitian
yaitu
menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi aktivitas
siswa selama mengikuti pembelajaran, lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran, angket respon siswa, angket aktivitas siswa, pedoman
wawancara dengan guru dan pedoman wawancara dengan siswa. Setelah
instrumen tersebut disusun dan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing,
dilakukan validasi instrumen oleh dosen ahli.
b. Tindakan (Acting)
Tindakan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah
dibuat.
Pembelajaran terdiri dari 3 tahap kegiatan yaitu :
1) Kegiatan Awal
Dalam kegiatan awal ini guru memberikan apersepsi dan juga memotivasi
siswa agar tertarik mengikuti pembelajaran. Selain itu, guru juga
37
menyampaikan tujuan dari pembelajaran yang dilakukan serta materi yang
akan dipelajari. Kegiataan awal ini merupakan tahap persiapan siswa.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti pembelajaran meliputi kegiatan siswa dalam mempelajari
matematika. Guru akan membagi siswa di dalam beberapa kelompok yang tiap
kelompok terdiri dari 6 – 7 orang. Setelah itu siswa diminta untuk
mengerjakan LKS secara berkelompok. Dalam kegiatan kelompok ini siswa
akan mendiskusikan masalah yang ada dalam LKS. Dengan adanya kegiatan
diskusi siswa diharapkan akan mampu mengembangkan kreativitas yang
dimilikinya. Perkembangan kreativitas siswa dapat dilihat dari aspek-aspek
kreativitas yang meliputi kelancaran (kemampuan untuk menghasilkan banyak
gagasan), keluwesan (kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam
pemecahan/pendekatan terhadap suatu masalah), keaslian (kemampuan untuk
mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli atau tidak klise), penguraian
(kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara rinci), perumusan kembali
(kemampuan untuk meninjau suatu persoalan berdasarkan perspektif yang
berbeda dengan apa yang sudah diketahui orang banyak), dan evaluasi
(kemampuan untuk menentukan patokan penilaian sendiri dan mengambil
keputusan terhadap situasi yang terbuka). Setelah siswa dapat melakukan
diskusi, guru memberikan kesempatan kepada beberapa kelompok untuk
mempresentasikan hasilnya di depan kelas. Jika salah satu kelompok
mempresentasikan hasil diskusi mereka, maka kelompok lain mendengarkan
dengan baik dan diberi kesempatan untuk bertanya sebanyak-banyaknya. Jika
38
ada kelompok lain mempunyai solusi yang berbeda, kelompok tersebut bisa
menjelaskan kepada siswa-siswa yang lainnya.
3) Kegiatan Akhir ( Penutup)
Kegiatan akhir pembelajaran meliputi kegiatan guru dan siswa dalam
membuat simpulan materi yang telah dipelajari serta melakukan refleksi.
c. Pengamatan (Observing)
Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan observasi.
Observasi yang dilakukan berupa kegiatan monitoring dan dokumentasi
selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Observasi dilakukan dengan
mengacu pada pedoman yang sudah dibuat.
d. Refleksi (Reflecting)
Kegiatan refleksi merupakan kegiatan penting di dalam PTK. Refleksi
dilakukan pada akhir siklus
I dengan tujuan untuk mengevaluasi
keterlaksanaan setiap tindakan. Kegiatan refleksi diikuti dengan revisi-revisi
untuk memperbaiki atau memodifikasi tindakan pada siklus I yang akan
dilaksanakan pada siklus berikutnya.
2. Siklus II
a. Perencanan (Planning)
Kegiatan pada tahap perencanaan adalah pembuatan instrumen-instrumen
penelitian untuk siklus II. Kekurangan yang ada pada siklus I terkait dengan
instrumen penelitian akan diperbaiki dan dimodifikasi di siklus II ini.
b. Tindakan (Acting)
39
Secara garis besar tindakan yang dilakukan pada siklus II sama dengan siklus I
dengan mengacu pada rencana tindakan yang telah dibuat pada siklus II.
c. Pengamatan (Observing)
Observasi yang dilakukan pada siklus II dilakukan oleh peneliti dengan
mengacu pada pedoman observasi yang sudah dibuat.
d. Refleksi (Reflecting)
Kegiatan ini dilakukan pada akhir siklus II dengan tujuan mengevaluasi
keterlaksanaan setiap tindakan. Refleksi pada siklus II ini merupakan langkah
penting untuk menentukan apakah penelitian akan dihentikan atau diteruskan.
Penelitian akan dilanjutkan ke siklus berikutnya jika belum terjadi
peningkatan atau indikator keberhasilan belum tercapai. Tahap-tahap yang
dilakukan sama dengan tahap-tahap sebelumnya. Revisi dan perbaikan dalam
setiap tindakan akan selalu dilakukan sampai terjadi peningkatan atau
indikatornya tercapai.
C. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara:
1. Observasi
Data yang dikumpulkan melalui teknik observasi ini berdasarkan pada
pedoman observasi yang telah disusun. Ada dua pedoman observasi yang akan
digunakan yaitu pedoman observasi kreativitas siswa dan pedoman observasi
kegiatan pembelajaran.
Pedoman observasi kreativitas siswa disusun berdasarkan aspek–aspek
kreativitas yaitu kelancaran (fluency) yaitu (flexibility) yaitu kemampuan untuk
40
mengemukakan bermacam-macam pemecahan/pendekatan terhadap suatu
masalah, keaslian (orisinalitas) yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan
dengan cara-cara yang asli atau tidak klise, penguraian (elaborasi) yaitu
kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara rinci, dan penilaian (evaluasi)
yaitu kemampuan untuk menentukan patokan penilaian sendiri dan mengambil
keputusan terhadap situasi yang terbuka. Selain itu perkembangan kreativitas
juga dilihat dari segi afektifnya yaitu rasa ingin tahu, imajinatif, merasa
tertantang oleh kemajemukan, keberanian dalam mengambil resiko, dan sifat
menghargai. Pedoman observasi kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan
pedoman pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat.
Pedoman observasi kegiatan pembelajaran digunakan sebagai pedoman
untuk melakukan observasi yang bertujuan untuk mengetahui segala aktivitas
yang terjadi di dalam kelas selama proses belajar mengajar berlangsung.
Pedoman observasi kegiatan pembelajaran digunakan sebagai pedoman untuk
melakukan observasi yang bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan
pembelajaran matematika dengan metode diskusi dan penemuan terbimbing.
Pengamat mencatat segala kegiatan yang terjadi selama proses belajar
mengajar pada lembar observasi yang telah disiapkan.
2. Wawancara Guru
Tujuan dari wawancara guru adalah memperoleh informasi mengenai
pendapat guru tentang proses pembelajaran yang telah berlangsung dan
tentang perkembangan kreativitas siswanya. Perkembangan kreativitas ini
dapat dilihat dari peningkatan aspek-aspek kreativitas yaitu kelancaran
41
(fluency),
keluwesan
(flexibility),
keaslian
(orisinalitas),
penguraian
(elaborasi), penilaian (evaluasi), rasa keingintahuan siswa, imajinasi yang
dimiliki siswa, ketertarikan siswa terhadap kemajemukan, keberanian siswa
dalam mengambil resiko, serta rasa menghargai yang tinggi.
3. Wawancara Siswa
Tujuan wawancara siswa adalah mengetahui bagaimana respons siswa
terhadap pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Sebelum melakukan
wawancara dibuat pedoman yang memuat aspek-aspek kreativitas antara lain
kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (orisinalitas), penguraian
(elaborasi), penilaian (evaluasi), rasa keingintahuan siswa, imajinasi yang
dimiliki siswa, ketertarikan siswa terhadap kemajemukan, keberanian siswa
dalam mengambil resiko, serta rasa menghargai yang tinggi.
4. Tes
Tes digunakan untuk mengetahui perkembangan kreativitas siswa
setelah dilakukan pembelajaran serta untuk mengetahui respons siswa terhadap
pembelajaran. Respons siswa dapat dilihat dari hasil jawaban tes siswa. Soal
yang diberikan dalam tes ini adalah soal uraian. Tes dilakukan pada setiap
akhir siklus.
5. Angket
Angket yang akan diberikan kepada siswa terdiri dari dua buah angket.
Angket kreativitas siswa digunakan untuk mengetahui aktivitas yang
dilakukan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung dan angket respons
siswa digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran
42
yang sudah dilaksanakan. Kedua buah angket tersebut diberikan kepada
seluruh siswa pada akhir siklus pembelajaran.
6. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh dalam
observasi. Untuk memberikan gambaran secara konkret mengenai kegiatan
pembelajaran digunakan dokumentasi foto.
D. Instrumen Penelitian
1. Peneliti
Peneliti merupakan instrumen penelitian yang utama, sebab peneliti
yang berperan sebagai perencana, pelaksana, pengamat segala tindakan,
penganalisis data sekaligus penyusun laporan hasil penelitian.
2. Pedoman Observasi
Pedoman observasi ini terdiri dari dua pedoman observasi yaitu
pedoman observasi kreativitas siswa yang digunakan sebagai panduan peneliti
dalam mengamati segala aktivitas siswa dan guru selama proses belajar
mengajar berlangsung dan pedoman observasi kegiatan pembelajaran yang
digunakan sebagai panduan peneliti dalam mengetahui keterlaksanaan
pembelajaran matematika dengan metode diskusi dan penemuan terbimbing.
Pedoman observasi kreativitas siswa disusun berdasarkan aspek-aspek
kreativitas antara lain kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian
(orisinalitas), penguraian (elaborasi), penilaian (evaluasi), rasa keingintahuan
siswa,
imajinasi
yang
dimiliki
siswa,
ketertarikan
siswa
terhadap
43
kemajemukan, keberanian siswa dalam mengambil resiko, serta rasa
menghargai yang tinggi. Pedoman observasi kegiatan pembelajaran disusun
berdasarkan pedoman pelaksanaan pembelajaran dengan metode diskusi dan
penemuan terbimbing.
Pedoman observasi kreativitas siswa terdiri dari 10 aspek kreativitas
yang harus diamati yang setiap aspeknyanya memiliki kriteria yang berbedabeda. Kriteria dari masing-masing aspek yang akan diamati adalah sebagai
berikut :
a. Kemampuan berpikir lancar (fluency)
Kriteria :
1) Siswa
mampu
mencetuskan
banyak
gagasan,
jawaban,
atau
penyelesaian masalah.
2) Siswa mampu memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan
berbagai hal.
3) Siswa mengajukan banyak pertanyaan.
4) Siswa lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya.
5) Siswa dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada
suatu objek atau situasi.
b. Kemampuan berpikir luwes (fleksibilitas)
Kriteria :
1) Siswa mampu menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang
bervariasi.
44
2) Siswa dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbedabeda.
3) Siswa mampu mnegubah cara pendekatan atau cara pemikiran.
4) Siswa mampu menggolongkan hal-hal menurut pembagian (kategori
yang berbeda-beda).
5) Siswa dapat menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang
berbeda-beda.
c. Kemampuan berpikir orisinil
Kriteria :
1) Siswa mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik.
2) Siswa mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari
bagian-bagian atau unsur-unsur.
3) Siswa mempertanyakan cara-cara yang lama dan memikirkan cara-cara
yang baru.
4) Siswa lebih senang mensintesis daripada menganalisis sesuatu.
5) Setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan, siswa bekerja
untuk menemukan penyelesaian yang baru.
d. Kemampuan memperinci (elaborasi)
Kriteria :
1) Siswa mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau
produk.
2) Siswa mampu menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu
objek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
45
3) Siswa mampu mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban
atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang
terperinci.
4) Siswa mencoba atau menguji detil-detil untuk melihat arah yang akan
ditempuh dalam menyelesaikan masalah.
e. Kemampuan menilai (evaluasi)
Kriteria :
1) Siswa mampu menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan
apakah sesuatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu
tindakan bijaksana.
2) Siswa mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka.
3) Siswa selalu menganalisis masalah atau penyelesaian kritis dengan
selalu menanyakan “mengapa?”
4) Siswa menentukan pendapat dan bertahan terhadap pendapatnya.
5) Siswa merancang suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan yang
tercetus.
f. Rasa ingin tahu
Kriteria :
1) Siswa mengajukan banyak pertanyaan dengan mempertanyakan segala
sesuatu.
2) Siswa selalu memperhatikan orang, objek, dan situasi.
3) Siswa senang mengeksplorasi buku-buku, peta-peta, gambar-gambar,
dan sebagainya untuk mencari gagasan-gagasan baru.
46
4) Siswa menggunakan semua panca inderanya untuk mengenal dan
selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak.
g. Bersifat imajinatif
Kriteria :
1) Siswa mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang tidak
atau belum pernah terjadi.
2) Siswa memikirkan/membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi.
3) Siswa memikirkan bagaimana jika melakukan sesuatu yang belum
pernah dilakukan orang lain.
4) Siswa melihat hal baru dalam suatu gambar yang tidak dilihat orang
lain.
h. Merasa tertantang oleh kemajemukan
Kriteria :
1) Siswa terdorong untuk mengatasi masalah yang sulit.
2) Siswa merasa tertantang oleh situasi-situasi yang rumit dan lebih
tertarik pada tugas-tugas yang sulit.
3) Siswa melibatkan diri dalam tugas-tugas yang majemuk.
4) Siswa mencari penyelesaian tanpa bantuan orang lain dan tidak
cenderung mencari cara tergampang.
i. Berani mengambil resiko
Kriteria :
1) Siswa berani memberikan jawaban meskipun belum tentu benar.
2) Siswa tidak takut gagal atau mendapat kritik.
47
3) Siswa berani mempertahankan gagasan atau pendapatnya walaupun
mendapat tantangan atau kritik.
4) Siswa berani menerima tugas yang sulit meskipun ada kemungkinan
gagal.
5) Siswa tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain.
6) Siswa berani mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah
yang tidak dikemukakan oleh orang lain.
j. Menghargai
Kriteria :
1) Siswa menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang
berkembang.
2) Siswa menghargai hak-hak sendiri dan hak-hak orang lain.
3) Siswa menghargai diri sendiri dan prestasi sendiri.
4) Siswa menghargai kebebasan tetapi tahu bahwa kebebasan menuntut
tanggung jawab serta menghargai kesempatan-kesempatan yang
diberikan.
5) Siswa menghargai makna orang lain(keluarga, guru, dan temantemannya).
Pedoman observasi kegiatan pembelajaran terdiri dari beberapa
pernyataan yang setiap pernyataannya mempunyai dua alternatif jawaban
yaitu “ya” dan “tidak”.
48
3. Angket
Angket merupakan kumpulan pernyataan yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Angket ini terdiri dari dua buah angket. Angket
kreativitas siswa merupakan kumpulan pernyataan yang digunakan untuk
mengumpulkan data mengenai aktivitas siswa yang sudah memenuhi aspekaspek kreativitas dan angket respons siswa merupakan kumpulan pernyataan
yang digunakan untuk mengetahui respons siswa terhadap pembelajaran yang
sudah dilaksanakan. Angket ini terdiri dari butir pernyataan positif dan butir
pernyataan negatif. Masing-masing butir pernyataan mempunyai dua alternatif
jawaban yaitu “ya” dan “tidak”.
4. Soal Tes
Tes digunakan untuk mengetahui perkembangan kreativitas siswa dan
untuk mengetahui respons siswa terhadap pembelajaran yang sudah
dilaksanakan. Respons siswa dapat dilihat dari jawaban tes yang diberikan
kepada siswa. Tes ini akan diberikan pada setiap akhir siklus.
5. Pedoman Wawancara Guru
Pedoman wawancara guru digunakan peneliti sebagai panduan ketika
mewawancarai guru. Pedoman ini berisi kisi-kisi pertanyaan yang akan
ditanyakan kepada guru mata pelajaran matematika terkait dengan proses
pembelajaran yang sudah terjadi dan perkembangan kreativitas siswanya.
6. Pedoman Wawancara Siswa
Pedoman wawancara siswa digunakan peneliti sebagai panduan ketika
mewawancarai siswa. Pedoman ini berisi kisi-kisi pertanyaan yang akan
49
ditanyakan kepada siswa terkait dengan proses pembelajaran yang sudah
terjadi dan bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran tersebut.
7. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan salah satu instrumen yang penting dalam
penelitian ini. Hal-hal yang dicatat antara lain suasana kelas, pengelolaan
kelas, interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa, dan segala
sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.
E. Analisis Data
1. Teknik Analisis Data
Sebelum dilakukan analisis data, akan dilakukan reduksi data yaitu
merangkum, memfokuskan data pada hal-hal yang penting dan menghapus
data-data yang tidak terpakai. Teknik analisis data yang digunakan adalah
sebagai berikut :
a. Data hasil observasi
1. Data hasil observasi kreativitas siswa
Data hasil observasi kreativitas siswa dianalisis sebagai berikut :
a) Jika ada empat atau lebih kriteria
dari setiap aspek yang ada di
pedoman observasi kreativitas siswa yang dipenuhi, maka skornya
adalah 4.
b) Jika hanya tiga kriteria dari setiap aspek yang ada di pedoman
observasi kreativitas siswa yang dipenuhi, maka skornya adalah 3.
50
c) Jika hanya dua kriteria dari setiap aspek yang ada di pedoman
observasi kreativitas siswa yang dipenuhi, maka skornya adalah 2.
d) Jika hanya 1 kriteria dari setiap aspek yang ada di pedoman observasi
kreativitas siswa yang dipenuhi, maka skornya adalah 1.
e) Jika tidak ada satupun kriteria dari setiap aspek yang ada di pedoman
observasi kreativitas siswa yang dipenuhi maka skornya adalah 0.
Cara menghitung persentase skor yaitu :
Jumlah skor yang diperoleh tiap siklus × 100%
Persentase =
Jumlah skor maksimal tiap siklus
Selanjutnya dikategorikan sesuai dengan kualifikasi hasil persentase
observasi sebagai berikut :
Tabel 3.1. Kualifikasi hasil persentase skor observasi kreativitas
siswa
Persentase skor yang diperoleh
Kategori

Tinggi
66, 66 %  x  100 %

Sedang
33,33 %  x  66,65 %

Rendah
0 %  x  33,32 %

x = rata-rata persentase skor observasi
2. Data hasil observasi kegiatan pembelajaran
Data hasil kegiatan pembelajaran dianalisis sebagai berikut :
Untuk jawaban “ya” diberi skor 1 dan untuk jawaban “tidak” diberi skor 0.
Cara menghitung persentase skor yaitu :
Jumlah skor yang diperoleh tiap siklus × 100%
Persentase =
Jumlah skor maksimal tiap siklus
Selanjutnya dikategorikan sesuai dengan kualifikasi hasil persentase
observasi sebagai berikut :
51
Tabel 3.2. Kualifikasi hasil persentase skor observasi kegiatan
pembelajaran
Persentase skor yang diperoleh
Kategori

Baik
66, 66 %  x  100 %

Cukup baik
33,33 %  x  66,65 %

Kurang
0 %  x  33,32 %

x = rata-rata persentase skor observasi
b. Data angket siswa
Pedoman penskoran untuk angket adalah sebagai berikut :
1) Untuk pernyataan positif, ”ya” diberi skor 1 dan ”tidak” diberi skor 0.
2) Untuk pernyataan negatif, ”ya” diberi skor 0 dan ”tidak” diberi skor 1.
Hasil angket akan dianalis sebagai berikut :
1) Masing-masing butir pernyataan dikelompokkan sesuai dengan aspek
yang diamati.
2) Berdasarkan pedoman penskoran yang telah dibuat, kemudian dihitung
jumlah skor tiap butir pernyataan sesuai dengan aspek-aspek yang
diamati. Cara menghitung persentase skor angket yaitu:
Jumlah skor yang diperoleh tiap siklus × 100%
Persentase =
Jumlah siswa × skor maksimal
3) Hasil persentase skor angket kemudian dikategorikan sesuai dengan
kualifikasi hasil angket.
Tabel 3.3. Kualifikasi hasil persentase skor angket kreativitas siswa
Persentase skor yang diperoleh
Kategori

Tinggi
66, 66 %  x  100 %

Sedang
33,33 %  x  66,65 %

Rendah
0 %  x  33,32 %

x = rata-rata persentase skor angket dari tiap indicator
52
Tabel 4. Kualifikasi hasil persentase skor angket respons siswa
Persentase skor yang diperoleh
Kategori

Baik
66, 66 %  x  100 %

Cukup baik
33,33 %  x  66,65 %

Kurang
0 %  x  33,32 %

x = rata-rata persentase skor angket dari tiap indikator
c. Data hasil tes
Soal tes berbentuk uraian dengan jumlah soal tes pada siklus I
adalah 3 soal dan pada siklus II adalah 2 soal. Berdasar hasil tes siswa,
didapat skor total untuk setiap siswa. Setelah itu didapat nilai rata-rata
dengan menjumlahkan semua skor siswa dan membaginya dengan
banyaknya siswa yang mengikuti tes.
Setelah diperoleh skor rata-rata kemudian peneliti menentukan
kriteria skor rata-rata yang diperoleh siswa. Pemberian kriteria bertujuan
untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah
matematika.
Tabel 3.5. Kualifikasi nilai rata-rata tes kelas.
Rentang skor
Kategori
Baik
7,0  x  10
5,5  x  6,9
Cukup
0,0  x  5,4
Kurang
x = rata-rata kelas hasil tes siswa.
Data-data hasil observasi, angket, dan tes disajikan secara deskriptif
maupun tabel agar lebih mudah dianalisis. Langkah selanjutnya yaitu
membandingkan data hasil angket dan observasi untuk mengecek keabsahan
data. Untuk memperkuat data digunakan pula data hasil wawancara dengan
guru maupun siswa serta dokumen yang berupa foto-foto selama proses
53
pembelajaran berlangsung. Data-data yang sudah dianalisis tersebut digunakan
untuk menarik kesimpulan.
2. Indikator keberhasilan
a. Penelitian ini dikatakan berhasil jika kreativitas siswa mengalami
peningkatan dari satu siklus ke siklus selanjutnya dan hasil observasi
kreativitas telah mencapai kategori tinggi, hasil angket kreativitas siswa
mencapai kategori tinggi, serta hasil tes mencapai kategori baik.
Kreativitas tersebut dilihat dari aspek-aspeknya yang meliputi: kelancaran
keluwesan, keaslian, penguraian, penilaian, rasa keingintahuan siswa,
imajinasi yang dimiliki siswa, ketertarikan siswa terhadap kemajemukan,
keberanian siswa dalam mengambil resiko, serta rasa menghargai yang
tinggi.
b. Proses pembelajaran dikatakan berlangsung dengan baik jika persentase
skor hasil observasi kegiatan pembelajaran meningkat dari satu siklus ke
siklus selanjutnya dan mencapai kualifikasi baik.
c. Dilihat dari segi afektifnya, siswa dikatakan memberi tanggapan baik jika
persentase skor hasil angket respons siswa mengalami peningkatan dari
satu siklus ke siklus selanjutnya dan mencapai kualifikasi baik. Dilihat dari
segi kognitifnya, siswa dikatakan memberi tanggapan baik jika rata-rata
hasil tesnya mencapai kategori baik.
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Pelaksanaan tindakan pembelajaran dilakukan selama dua siklus.
Masing-masing siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Tabel di bawah ini
adalah jadwal pelaksanaan penelitian di kelas VIII-A.
Siklus
I
II
Tabel 4.1. Jadwal pelaksanaan penelitian di kelas VIII-A
Pertemuan
Hari/Tanggal
Pukul
Materi
Kamis,
16 10.05 WIB s.d
1
Jaring-jaring Kubus
April 2009
11.25 WIB
Senin,
20 07.10 WIB s.d Jaring-jaring
Balok,
Luas
2
April 2009
08.30 WIB
Permukaan Kubus dan Balok
Kamis,
23 10.05 WIB s.d Volume Kubus dan Balok, Tes
3
April 2009
11.25 WIB
Siklus I
Senin, 4 Mei 07.50 WIB s.d
1
Jaring-jaring Prisma dan Limas
2009
09.10 WIB
Selasa, 5 Mei 11.40 WIB s.d Luas Permukaan Prisma dan
2
2009
13.00 WIB
Limas
Kamis, 7 Mei 10.05 WIB s.d Volume Prisma dan Limas, Tes
3
2009
11.25 WIB
Siklus II
1. Kegiatan pada Siklus I
Siklus I dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Masing-masing
pertemuan mempunyai alokasi waktu 2 x 40 menit.
Pada siklus I, tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menyusun perangkat
pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar
Kegiatan Siswa (LKS), dan soal tes dengan pertimbangan dari dosen
pembimbing dan guru matematika kelas VIII-A. Pada siklus I digunakan tiga
55
buah LKS, yaitu: LKS I tentang jaring-jaring kubus, LKS II tentang jaringjaring balok dan luas permukaan kubus & balok, serta LKS III tentang volume
kubus dan balok. Perangkat pembelajaran tersebut dapat dilihat pada lampiran
A. Selain itu, peneliti membuat media pembelajaran dari kertas asturo berupa
model kubus sebanyak 18 buah, model balok sebanyak 18 buah, 6 paket
potongan persegi yang kongruen (masing-masing paket terdiri dari 6 buah
persegi yang kongruen), dan 6 paket potongan persegi panjang (masingmasing paket terdiri dari 3 pasang persegi panjang yang kongruen). Peneliti
juga menyusun instrumen penelitian berupa pedoman observasi, angket, serta
pedoman wawancara dengan pertimbangan dosen pembimbing dan divalidasi
oleh dosen ahli. Instrumen penelitian dapat dilihat pada lampiran B.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
1) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilakukan pada hari Kamis, 16 April 2009. Materi
yang diajarkan pada pertemuan kali ini mengenai jaring-jaring kubus. Adapun
pembelajaran pada pertemuan kali ini adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan Awal
Kegiatan pembelajaran diawali dengan mengecek kesiapan siswa dan
kehadir
an siswa oleh guru matematika, yaitu Ibu Listyo Wardhani. Setelah
dicek, ternyata ada 5 orang siswa yang tidak hadir karena mengikuti lomba,
sehingga siswa yang hadir adalah 32 orang. Guru kemudian memberikan
apersepsi dan memotivasi siswa. Guru menunjukkan salah satu model kubus
yang terbuat dari kertas asturo dan meminta siswa untuk menunjukkan mana
56
yang disebut rusuk, sisi, dan meminta siswa untuk menunjukkan sisi-sisi yang
kongruen.
b) Kegiatan Inti
Guru menjelaskan bahwa pada pertemuan ini siswa akan belajar
dengan
melakukan
diskusi
kelompok.
Siswa
harus
mendiskusikan
permasalahan yang ada di LKS I. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok.
Kelompok diskusi dibentuk sesuai dengan kelompok piket kelas agar waktu
pembelajaran tidak terbuang hanya untuk pembentukan kelompok diskusi.
Guru kemudian meminta siswa untuk duduk sesuai dengan kelompoknya
masing-masing. Keadaan menjadi gaduh saat siswa mencari teman
kelompoknya. Setelah siswa duduk sesuai dengan kelompoknya masingmasing, guru dibantu peneliti membagikan LKS I, media pembelajaran berupa
kubus dari kertas asturo dan 6 potongan persegi yang kongruen dari asturo,
serta
peralatan
berupa
gunting.
Masing-masing
kelompok
mulai
mendiskusikan permasalahan yang ada pada LKS I setelah semua sumber
belajar mereka terima. Ada beberapa kelompok yang bertanya kepada guru
maupun peneliti ketika ada permasalahan yang belum mereka pahami.
Sebagian kelompok masih bingung bagaimana menggunakan media yang
diberikan untuk menemukan jaring-jaring kubus. Siswa masih bingung
bagaimana cara mengiris model kubus. Akhirnya guru pun menjelaskan
bagaimana caranya kepada salah satu kelompok. Karena tidak hanya satu
kelompok yang kebingungan maka peneliti juga ikut membantu guru
menjelaskan kepada kelompok lain.
57
Siswa kelihatan senang melakukan kegiatan yang ada pada LKS I.
Guru berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lain untuk melihat kegiatan
yang dilakukan siswa dan membantu kelompok yang kesulitan. Peneliti dan
pengamat juga mengamati kegiatan kelompok serta membantu diskusi
kelompok yang mereka amati. Siswa sangat antusias dan tidak ragu-ragu
bertanya. Tapi ada beberapa siswa yang diam saja karena masih takut untuk
bertanya . Ada juga siswa yang asyik bercanda. Guru menegur siswa yang
sedang bercanda. Peneliti mendekati siswa yang diam saja dan memotivasinya
untuk bertanya dan ikut aktif berdiskusi.
Guru memberikan waktu 15 menit untuk mengerjakan LKS I kegiatan
1. Setelah 15 menit berlalu, guru meminta salah satu kelompok untuk
menggambarkan jaring-jaring kubus yang mereka temukan. Setelah salah satu
kelompok menggambar hasil temuannya, guru bertanya: “Apakah ada
kelompok lain yang menemukan jaring-jaring kubus yang berbeda dengan
yang sudah digambar di papan tulis?” ada beberapa kelompok yang menjawab:
“ada bu.” Guru meminta kelompok yang menemukan jaring-jaring yang
berbeda tersebut untuk menggambar hasil temuannya ke papan tulis. Telah
ditemukan lima buah jaring-jaring kubus pada kegiatan ini. Guru
menyampaikan bahwa masih ada enam buah jaring-jaring kubus lagi yang
harus ditemukan. Untuk menemukan jaring-jaring tersebut, guru meminta
masing-masing kelompok untuk mengerjakan LKS I kegiatan 2.
Pada LKS I kegiatan 2 ini siswa diminta untuk menemukan jaringjaring kubus dengan menyusun enam buah persegi yang kongruen pada kain
58
flanel yang sudah ditempelkan di papan tulis. Masing-masing kelompok harus
menemukan sebuah jaring-jaring kubus yang berbeda satu dengan yang lain.
Siswa pun antusias untuk melakukan kegiatan tersebut sehingga kelas pun
gaduh. Setelah semua kelompok selesai melakukan kegiatan 2, guru
membahasnya. Guru bertanya:“Apakah potongan-potongan persegi yang
disusun pada kain flanel yang ditempel di papan tulis merupakan bentuk
jaring-jaring kubus?” Siswa menjawab:”ya”. Guru bertanya lagi:”Apakah dari
keenam bentuk jaring-jaring tersebut ada yang sama bentuknya?” Salah satu
siswa menjawab:”Ada Bu, jaring-jaring hasil kerja kelompok 1 dan kelompok
6 bentuknya sama.” Karena ada yang sama, guru meminta salah satu dari
kelompok tersebut (kelompok 1 atau kelompok 6) harus menyusun kembali
potongan enam persegi yang kongruen sampai ditemukan jaring-jaring kubus
yang berbeda. Dari dua kelompok tersebut, kelompok yang terakhir menyusun
yang harus menemukan jaring-jaring kubus lagi. Gambar berikut diambil
ketika guru membahas hasil kegiatan siswa.
Gambar 1. Guru membahas hasil kegiatan siswa
Akhirnya dari kegiatan 1 dan 2 telah ditemukan 11 jaring-jaring kubus
yang berbeda. Pada waktu kegiatan 2 selesai dibahas, waktu telah
menunjukkan pukul 10.37 WIB. Guru kemudian meminta kelompok untuk
59
menyelesaikan permasalahan yang ada di LKS I sampai pukul 10.55 WIB.
Siswa antusias untuk menyelesaikan LKS 1 kegiatan 3 ini. Mereka bertanya
kepada guru, peneliti, dan teman yang lain jika ada yang belum mereka
pahami. Waktu menunjukkan pukul 10.55 WIB dan guru pun meminta siswa
untuk berhenti mengerjakan LKS I serta meminta 2 kelompok untuk presentasi
di depan kelas. Karena tidak ada kelompok yang mau presentasi, maka guru
menunjuk
2
kelompok
untuk
maju
mempresentasikan
hasil
kerja
kelompoknya. Setelah 2 kelompok tersebut presentasi guru membahasnya.
c) Penutup
Waktu menunjukkan pukul 11.06 WIB, guru meminta siswa untuk
mengumpulkan LKS I dan hasil pekerjaannya serta peralatan yang tadi
dibagikan. Setelah itu guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan
dari pembelajaran yang sudah dilaksanakan yaitu siswa telah berhasil
menemukan 11 bentuk jarring-jaring kubus yang berbeda. Guru kemudian
menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.
2) Pertemuan ke-2
Pembelajaran pertemuan ke-2 dilaksanakan pada hari Senin, 20 April
2009. Materi yang diajarkan pada pertemuan kali ini adalah jaring-jaring balok
dan luas permukaan kubus & balok. Adapun pembelajaran pada pertemuan ke2 ini adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan awal
Ibu Listyo Wardhani memulai pembelajaran dengan berdoa bersama.
Peneliti dan satu pengamat independen duduk dibarisan belakang. Sebagai
60
apersepsi guru menunjukkan sebuah model balok dari kertas asturo kemudian
meminta siswa untuk menyebutkan persegi panjang-persegi panjang yang
saling kongruen. Guru juga menjelaskan bahwa dari model balok tersebut
dapat dibuat jaring-jaring balok. Guru juga mengingatkan tentang luas
permukaan balok dan kubus. Guru bertanya kepada siswa: “Bagaimana cara
mencari luas permukaan balok?” salah satu siswa menjawab: “Luas
permukaan balok dapat dicari dengan menjumlahkan luas 6 sisi balok”. Selain
itu, guru juga bertanya tentang bagaimana mencari luas permukaan kubus dan
siswa menjawab bahwa luas permukaan kubus dapat dicari dengan cara
menjumlahkan luas 6 buah sisi kubus.
b) Kegiatan inti
Guru meminta siswa untuk duduk berkelompok sesuai dengan
kelompoknya masing-masing yaitu kelompok yang telah dibentuk pada
pertemuan sebelumnya. Guru dibantu peneliti membagikan LKS II tentang
jaring-jaring balok dan luas permukaan kubus & balok, model balok dari
kertas asturo, enam potongan persegi panjang yang sepasang-sepasangnya
kongruen, serta gunting. Guru meminta setiap kelompok untuk mendiskusikan
permasalahan yang ada di LKS II kegiatan 1 yaitu menemukan berbagai
bentuk jaring-jaring balok dengan cara mengiris rusuk-rusuk model balok
yang sudah diberikan. Alokasi waktu yang diberikan adalah 10 menit. Siswa
terlihat lancar mengerjakan LKS II kegiatan 1. Mereka tidak bingung tentang
bagaimana menggunakan media yang sudah diberikan. Guru berkeliling dari
satu kelompok ke kelompok lain untuk membimbing jalannya diskusi,
61
sedangkan peneliti dan pengamat independen mengamati setiap kelompok
ketika melakukan diskusi. Setelah siswa selesai mengerjakan LKS II kegiatan
1, guru meminta salah satu kelompok untuk menggambarkan hasil temuannya
di papan tulis. Jika ada kelompok lain yang menemukan jaring-jaring yang
berbeda dengan yang sudah ditemukan, guru juga meminta kelompok tersebut
untuk menggambarnya di papan tulis. Pada kegiatan 1 ini telah dihasilkan
jaring-jaring balok sebanyak enam buah.
Untuk mengerjakan LKS II kegiatan 2, guru meminta masing-masing
kelompok untuk menyusun enam potongan persegi panjang pada kain flanel
yang sudah ditempelkan di papan tulis. Setiap kelompok sangat bersemangat
untuk mengerjakan tugas tersebut. Mereka menempelkan potongan-potongan
persegi panjang yang sudah disediakan tersebut pada kain flannel. Mereka
terus mencoba sampai menemukan bentuk jaring-jaring balok. Setelah masingmasing kelompok selesai menyusunnya, guru membahas hasil pekerjaan siswa
di depan kelas. Guru bertanya:”Apakah jaring-jaring yang ditemukan
merupakan bentuk jaring-jaring balok?” Siswa menjawab:” Iya Bu.” Jaringjaring balok yang berbeda yang ditemukan dengan cara menuyusun potonganpotongan persegi panjang ada 5 buah karena dari 6 kelompok diskusi ada 2
kelompok diskusi yang menemukan jaring-jaring balok yang sama bentuknya.
Dari LKS II kegiatan 1 dan 2 telah ditemukan 11 bentuk jaring-jaring balok.
Setelah selesai membahas LKS II kegiatan 1 dan 2, maka guru
meminta siswa untuk melanjutkan mengerjakan LKS II kegiatan 3 dan 4.
Waktu yang diberikan adalah 20 menit dimulai pada pukul 07.50 WIB. Guru
62
berkeliling kembali untuk membantu jalannya diskusi dan membantu siswa
yang kesulitan. Peneliti dan pengamat independen tetap mengamati jalannya
diskusi. Ketika diskusi berlangsung, ada kelompok yang tampak kebingungan.
Setelah didekati ternyata kelompok tersebut masih bingung bagaimana cara
mengerjakan soal nomor 2 kegiatan 3 tentang berapa jumlah potongan karton
yang harus ditambahkan untuk membuat kotak jika sudah disediakan 4 buah
potongan karton (persegi panjang) yang saling kongruen dan berapa ukuran
karton yang ditambahkan. Ternyata guru juga menemukan bahwa kelompokkelompok lain juga kebingungan ketika mengerjakan soal tersebut. Akhirnya
guru menjelaskan di depan kelas. Masing-masing kelompok diminta untuk
menyusun 4 buah potongan karton yang sudah disediakan dan meminta siswa
melihat berapa sisi yang terbuka. Karena masing-masing kelompok
menemukan ada dua buah sisi yang terbuka, maka banyak karton yang
dibutuhkan adalah dua buah. Siswa diminta mengukur potongan karton yang
harus ditambahkan. Siswa disuruh untuk mengubah posisinya sehingga
ditemukan ukuran yang lain.
Peneliti memperhatikan kerja kelompok yang lain, ternyata ada
kelompok lain yang tampak kebingungan juga. Kelompok tersebut bingung
bagaimana menyelesaikan soal kegiatan 3 nomor 1yaitu tentang bagaimana
cara menyusun kotak minuman, apakah boleh berbeda atau harus sama.
Kelompok tersebut bertanya kepada peneliti dan peneliti menjawab bahwa
cara menyusun kotak minuman tersebut boleh berbeda.
63
Masing-masing kelompok sangat antusias dan sibuk menyelesaikan
soal-soal yang ada pada LKS II. Mereka saling bertukar pikiran dan
berpendapat tentang bagaimana cara menyelesaikan permasalahan tersebut.
Setelah waktu menunjukkan pukul 08.10 WIB, guru meminta 2 kelompok
diskusi yang pada kegiatan 2 menemukan jaring-jaring balok yang sama
bentuknya untuk mempresentasikan di depan kelas hasil pekerjaannya pada
kegiatan 3 dan 4. Kelompok tersebut pada awalnya takut untuk
mempresentasikan hasil pekerjaannya, namun akhirnya mereka mau maju ke
depan kelas untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya. Kelompok yang satu
mempresentasikan 1 buah nomor pada kegitan 3 yaitu nomor 2 dan kelompok
yang lain mempresentasikan satu buah nomor pada kegiatan 4 yaitu nomor 1.
Mereka mempresentasikan soal tersebut secara bergantian. Setelah kelompok
tersebut selesai mempresentasikan hasilnya, guru membahasnya. Guru
bertanya: “Apakah ada cara yang berbeda atau jawaban yang berbeda dengan
yang sudah dikerjakan di depan kelas?”Ada salah satu kelompok yang
mengacungkan tangan dan menjawab: “Iya bu, pada kegiatan 4 nomor 1
kelompok kami berbeda hasil jawabannya.” Guru meminta kelompok tersebut
untuk mempresentasikan hasilnya di depan kelas. Setelah selesai, guru
membahasnya di depan kelas. Variasi jawaban soal LKS II kegiatan 4 nomor 1
dapat dilihat pada lampiran C.8.
c) Penutup
Waktu menunjukkan pukul 08.26 WIB, masing-masing kelompok
diminta untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya, media, dan peralatan yang
64
pada awal pertemuan diberikan. Bel tanda pergantian pelajaran berbunyi,
akhirnya guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.
3) Pertemuan ke-3
Pertemuan ke-3 dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 23 April 2009.
Materi yang akan diajarkan mengenai volume kubus dan balok. Adapun
pembelajaran pada pertemuan ke-3 adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan Awal
Guru matematika Ibu Listyo Wardhani mengawali pembelajaran
dengan mengucapkan salam kemudian mengecek kesiapan siswa. Guru
menyampaikan bahwa pertemuan kali ini akan membahas mengenai volume
kubus dan balok. Guru mengingatkan tentang materi sebelumnya yaitu
mengenai kubus dan balok. Selain itu guru juga memberikan motivasi bahwa
materi yang akan dipelajari kali ini sangat berguna untuk menyelesaikan
masalah dalam kehidupan sehari-hari misalnya untuk menghitung volume
akuarium yang berbentuk balok. Guru meminta siswa untuk memberikan
contoh lain dan ada siswa yang menjawab: “Untuk menghitung volume bak
mandi bu.”
b) Kegiatan Inti
Guru meminta siswa untuk duduk sesuai dengan kelompoknya. Guru
dibantu peneliti membagikan LKS III mengenai volume kubus dan balok.
Setelah semua kelompok mendapatkan LKS III, masing-masing kelompok
diminta untuk mendiskusikan permasalahan yang ada dalam LKS III selama
20 menit. Guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain untuk
65
memantau jalannya diskusi pada masing-masing kelompok. Peneliti dan
pengamat independen mengamati kegiatan yang dilakukan masing-masing
kelompok. Sebagian besar kelompok tidak mengalami kesulitan ketika
mengerjakan LKS III kegiatan 1 yaitu menemukan rumus volume balok dan
kubus.
Pada LKS III Kegiatan 2, ada kelompok yang tampak kebingungan
menyelesaikan soal nomor 1 kegiatan 2. Kelompok tersebut kemudian
bertanya kepada peneliti maksud dari soal tersebut. Peneliti menjelaskan
bahwa mainan berbentuk kubus akan dimasukkan ke dalam kotak
penyimpanan berbentuk kubus. Untuk mencari berapa banyak mainan yang
harus dimasukkan maka harus mencari volume mainan dan volume kotak
penyimpanan terlebih dahulu.Setelah kelompok tersebut paham apa maksud
soalnya, mereka langsung melanjutkan diskusi untuk menyelesaikan soal
tersebut. Hampir semua kelompok bertanya kepada guru, peneliti, pengamat,
atau teman yang lain ketika ada permasalahan yang belum mereka pahami atau
hanya untuk meyakinkan diri bahwa langkah yang mereka lakukan sudah
benar. Ada siswa yang merasa kesulitan ketika mengerjakan LKS III kegiatan
2 nomor 2 tentang bagaimana mencari tinggi air yang naik ketika suatu balok
yang berisi air dimasuki logam berbentuk kubus. Siswa tersebut kemudian
bertanya kepada guru. Guru menjelaskan kepada siswa maksud dari soal
tersebut.
66
Gambar 2. Siswa sedang melakukan diskusi kelompok.
Guru pun melanjutkan berkeliling dari satu kelompok ke kelompok
yang lain. Waktu menunjukkan pukul 10.35 WIB, guru meminta 1 kelompok
untuk mempresentasikan hasil pekerjaan mereka yaitu LKS III kegiatan 1
menemukan rumus volume balok dan kubus. Pada awalnya tidak ada satupun
kelompok yang berani, namun akhirnya ada kelompok yang mau
mempresentasikan hasil pekerjaannya. Kelompok tersebut membacakan
hasilnya yaitu jika balok mempunyai ukuran panjang 3 satuan, lebar 2 satuan,
dan tinggi 1 satuan, maka volume balok tersebut adalah 6 satuan volum. Jika
balok mempunyai ukuran panjang 3 satuan, lebar 2 satuan, dan tinggi 2 satuan,
maka volume balok tersebut adalah 12 satuan volum. Jika balok mempunyai
ukuran panjang p, lebar l, dan tinggi t, maka rumus volume balok yang
ditemukan adalah V  p  l  t . Selanjutnya adalah menemukan rumus volume
kubus. Kubus merupakan balok khusus yaitu balok dengan ukuran panjang,
lebar, dan tinggi yang sama. Rumus volume kubus dengan panjang rusuk s
adalah V  s  s  s
atau
V  s 3 . Setelah selesai, kelompok tersebut
67
menanyakan kepada kelompok lain apakah ada yang hasilnya berbeda dengan
kelompok yang sudah presentasi dan semua kelompok menjawab bahwa
hasilnya sama.
Guru meminta 2 kelompok lain untuk menuliskan hasil pekerjaan LKS
III Kegiatan 2 yaitu menyelesaikan soal-soal terkait dengan volume kubus dan
balok di papan tulis. Satu kelompok mengerjakan 1 nomor. Tapi karena tidak
ada yang mau maju, maka guru menunjukkan 2 kelompok yaitu kelompok 3
dan kelompok 6 untuk maju mengerjakan di papan tulis. Kelompok 3
mengerjakan LKS III kegiatan 2 nomor 1 tentang berapa banyak mainan
berbentuk kubus dengan panjang rusuk 10 cm yang dapat dimasukkan ke
dalam kotak berbentuk kubus dengan panjang rusuk 20 cm. Kelompok 3
mengerjakan soal tersebut dengan cara mencari volume mainan terlebih
dahulu kemudian mencari volume kotak penyimpanan. Setelah itu mencari
banyak mainan yang dapat disimpan ke dalam kotak penyimpanan dengan cara
membagi volume kotak penyimpanan dengan volume mainan. Volume mainan
= 103  1000cm3 . Volume kotak penyimpanan = 203  8000cm3 . Banyak
mainan yang dapat disimpan adalah
8000
 8 buah mainan. Kelompok 6
1000
mengerjakan LKS III kegiatan 2 nomor 2 yaitu tentang berapa tinggi air dalam
bejana yang naik jika sebuah logam berbentuk kubus yang panjang rusuknya 3
cm dimasukkan ke dalam suatu bejana (berisi air) berbentuk balok dengan
ukuran alas 6 cm × 5 cm. Kelompok 6 mengerjakan soal tersebut dengan cara
mencari volume logam kubus terlebih dahulu kemudian membandingkan
volume kubus tersebut dengan volume bejana sehingga ditemukan tinggi air
68
yang naik. Volume kubus= s 3  33  27cm3 . Volume bejana = volume kubus
yaitu 6×5×t=27. Sehingga t 
27
27

 0,9cm . Setelah selesai menuliskan
6  5 30
jawabannya, mereka disuruh untuk presentasi membacakan hasilnya. Guru
bertanya: “Apakah jawabannya sudah benar?” Secara serentak kelompok lain
menjawab: “Benar bu.” Setelah pembahasan selesai, guru meminta siswa
untuk kembali ke tempat duduknya masing-masing dan mengumpulkan LKS
III.
Gambar 3. Siswa sedang menyampaikan hasil diskusi
kelompoknya.
c) Penutup
Pada pertemuan terakhir siklus 1 ini, dilakukan tes siklus 1. Tes akhir
siklus ini dikerjakan secara individu dengan alokasi waktu 30 menit. Guru
membagikan soal tes kepada siswa. Guru mengingatkan siswa agar
mengerjakan soal sendiri-sendiri. Ketika bel tanda pelajaran usai, para siswa
segera mengumpulkan lembar jawabannya. Beberapa anak masih terlihat asyik
69
mengerjakan soal. Guru menegur agar mereka segera mengumpulkan lembar
jawabannya. Pembelajaran diakhiri dengan ucapan salam.
c. Data Hasil Observasi, Angket, Tes, dan Wawancara
1) Data Hasil Observasi
a) Data hasil observasi kreativitas siswa
Pada pertemuan pertama observasi dilakukan oleh peneliti bersama
satu pengamat independen yaitu Supriyono. Observasi ini dilakukan
berdasarkan pedoman observasi kreativitas siswa. Untuk mengamati
kreativitas siswa, setiap pengamat mengamati 3 kelompok diskusi. Hasil
observasi pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut:
1. Keenam kelompok telah mampu menemukan banyak jawaban dan juga
sering mengajukan banyak pertanyaan.
Contohnya: keenam kelompok sudah mampu menemukan berbagai bentuk
jaring-jaring kubus dan menanyakan cara menggunakan media yang
dibagikan.
2. Ada 3 kelompok yang mampu mengganti bentuk serta mengembangkan
informasi.
3. Ada 3 kelompok yang mampu menghasilkan gagasan yang orisinil.
4. Ada 4 kelompok masih menjawab pertanyaan secara langsung dan kurang
rinci.
Contohnya: ketika menjawab pertanyaan siswa tidak menuliskan apa yang
diketahui dan ditanyakan.
70
5. Ada 5 kelompok tampak ragu-ragu terhadap jawabannya dan tidak yakin
terhadap jawabannya.
Contohnya: setelah selesai mengerjakan LKS, siswa bertanya kepada guru
atau peneliti apakah hasil pekerjaannya kelompoknya sudah benar atau
belum.
6. Keenam kelompok menpunyai rasa ingin tahu yang besar dengan bertanya
atau membaca buku.
Contohnya: ketika ada sesuatu yang tidak diketahui, siswa membuka buku
pegangan matematika dan bertanya kepada guru.
7. Ada 3 kelompok yang belum menunjukkan daya imajinasinya.
Contohnya: ada sebagian kelompok yang menemukan jaring-jaring yang
bentuknya sama hanya posisi menggambarnya berbeda.
8. Hanya ada 3 kelompok yang antusias untuk menyelesaikan permasalahan
dalam LKS.
Contohnya: karena siswa belum paham maksud soal-soal yang ada di LKS,
sehingga siswa merasa enggan untuk mengerjakan soal-soal di LKS
tersebut.
9. Keenam kelompok masih takut untuk mempresentasikan jawabannya.
Contohnya: tidak ada siswa yang dengan sukarela mempresentasikan
jawaban kelompoknya sehingga guru harus menunjuk salah satu kelompok
untuk presentasi.
10. Masing-masing kelompok menghargai hasil pekerjaannya dan hasil
pekerjaan kelompok lain serta menghargai keberadaan orang lain.
71
Contohnya: setiap kelompok memperhatikan kelompok lain yang sedang
melakukan presentasi.
Observasi pada pertemuan ke-2 dilakukan oleh peneliti bersama
dengan satu pengamat independen yaitu Supriyono. Hasil pengamatan pada
pertemuan ke-2 adalah sebagai berikut:
1. Keenam kelompok sudah mampu menemukan banyak jawaban dan
mengajukan banyak pertanyaan.
Contohnya: siswa mampu menemukan berbagai bentuk jaring-jaring balok.
2. Tiga kelompok diskusi sudah mampu mengembangkan informasi dan
mengubah bentuk.
Contohnya: sebagian besar siswa sudah mampu memahami soal dan
menggali informasi dari soal tersebut.
3. Empat kelompok diskusi belum mampu menghasilkan jawaban yang lain
daripada yang lain.
Contohnya: siswa masih menggunakan cara yang sama untuk mengerjakan
soal-soal yang ada di LKS.
4. Setiap kelompok memberikan jawaban secara langsung sehingga
jawabannya kurang rinci.
Contohnya: ketika menyelesaikan permasalahan yang ada di LKS, siswa
tidak menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dan penyelesaianya
pun kurang rinci.
5. Ada 2 kelompok yang masih ragu terhadap pekerjaan sehingga belum
mampu menilai pekerjaannya tersebut benar atau salah.
72
Contohnya: siswa belum yakin dengan pekerjaannya sehingga bertanya
hasil pekerjaan kelompok lain.
6. Keenam kelompok mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi (bertanya
dengan guru, teman, atau peneliti serta membaca buku).
7. Ada 5 kelompok yang belum terlihat daya imajinasinya.
Contohnya: dari soal dan gambar yang disajikan, siswa belum mampu
membayangkan langkah-langkah penyelesaian yang harus dilakukan.
8. Ada 5 kelompok yang sangat antusias untuk menyelesaikan permasalahan
yang ada di LKS.
Contohnya: siswa terlihat asyik menggunakan model balok untuk mencari
bentuk jaring-jaring balok serta menyelesaiakan soal-soal yang lain.
9. Ada 3 kelompok yang sudah mulai berani untuk mempresentasikan
jawabannya di depan kelas dan mempertahankan jawabannya tersebut.
Contohnya:
ketika
guru
meminta
salah
satu
kelompok
untuk
mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya, salah satu siswa dari
kelompok tersebut maju dan presentasi di depan kelas.
10. Masing-masing kelompok saling menghargai satu dengan yang lainnya.
Contohnya: setiap kelompok menghargai temannya yang sedang
melakukan presentasi.
Pada pertemuan ke-3, observasi dilakukan oleh peneliti dan 2
pengamat independen yaitu Reni Untarti dan Supriyono. Masing-masing
pengamat mengamati 2 kelompok diskusi. Hasil pengamatan pertemuan ke-3
ini adalah sebagai berikut:
73
1. Keenam kelompok aktif bertanya.
Contohnya: siswa bertanya kepada guru dan peneliti, atau bertanya kepada
kelompok lain.
2. Ada 4 kelompok yang masih belum mampu mengubah bentuk dan
mengembangkan informasi.
Contohnya: karena materi pada pertemuan ke-3 adalah volume kubus dan
balok, sebagian kelompok masih belum mampu menggali informasi yang
ada di LKS dan mengembangkan informasi tersebut.
3. Hanya ada 3 kelompok yang mampu menghasilkan jawaban yang lain dari
pada yang lain.
Contohnya: untuk menyelesaikan soal LKS III kegiatan 2 nomor 2 yaitu
mencari tinggi air yang naik ketika dimasukkan suatu kubus logam
kedalam balok yang berisi air, ada kelompok yang mengerjakan soal
tersebut dengan membandingkan antara volume kubus dan balok secara
langsung dan ada yang mengerjakan dengan mencari volume kubus dulu
kemudian mencari tinggi air yang naik.
4. Ada 4 kelompok yang sudah mampu menjawab pertanyaan secara rinci
tetapi masih ada sebagian lagi yang menjawab pertanyaan secara langsung.
Contohnya: siswa sudah menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan
serta menyelesaikan soal secara runtut.
5. Ada 4 kelompok yang sudah mampu menilai jawabannya dan mengecek
jawabannya tersebut.
74
Contohnya: mereka telah yakin terhadap jawabannya dan mengecek
jawabannya sendiri sehingga tidak mengubah jawabannya ketika melihat
kelompok lain mempunyai jawaban yang berbeda dengan kelompoknya.
6. Keenam kelompok mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi.
Contohnya: siswa membuka buku pegangan matematika atau bertanya
kepada orang lain ketika ada hal yang tidak diketahui atau untuk
mengetahui sesuatu secara lebih mendalam.
7. Daya imajinasi dari setiap kelompok masih rendah.
Contohnya: sebagian siswa belum mampu membayangkan langkahlangkah penyelesaian untuk menyelesaiakan permasalahan yang ada di
LKS.
8. Ada 2 kelompok yang enggan mengerjakan LKS karena soalnya terlalu
susah.
9. Ada 3 kelompok yang sudah berani untuk mempresentasikan hasil
pekerjaannya di depan kelas.
Contohnya: ada kelompok yang mau mempresentasikan hasil pekerjaan
kelompoknya dengan sukarela dan ada beberapa kelompok yang langsung
maju
ke
depan
kelas
untuk
mempresentasikan
hasil
pekerjaan
kelompoknya setelah ditunjuk oleh guru.
10. Masing-masing kelompok menghargai satu dengan yang lain dan
menghargai keberadaan orang lain.
Contohnya: siswa saling bertukar pendapat ketika diskusi berlangsung.
75
Hasil observasi kreativitas siswa siklus I dapat dilihat pada lampiran
C.1. Di bawah ini disajikan tabel analisis hasil observasi kreativitas siswa pada
siklus I.
Tabel 4.2. Hasil observasi kreativitas siswa siklus I
Aspek yang Diamati
Persentase
Kualifikasi
Kemampuan berpikir lancar (fluency)
71,43%
Tinggi
Kemampuan berpikir luwes(fleksibilitas)
60,71%
Sedang
Kemampuan berpikir orisinal (orisinalitas)
57,14%
Sedang
Kemampuan memperinci (elaborasi)
50%
Sedang
Kemampuan menilai (evaluasi)
60,71%
Sedang
Rasa ingin tahu
71,43%
Tinggi
Bersifat imajinatif
35,71%
Sedang
Merasa tertantang oleh kemajemukan
60,71%
Sedang
Berani mengambil resiko
64,29%
Sedang
Menghargai
67,86%
Tinggi
b) Data hasil observasi kegiatan pembelajaran
Pada pertemuan pertama observasi dilakukan oleh peneliti dan satu
pengamat independen selama pembelajaran berlangsung. Observasi ini
dilakukan berdasarkan pedoman observasi kegiatan pembelajaran. Selain itu
peneliti juga membuat catatan lapangan yang dapat dilihat pada lampiran C.7.
Hasil dari pengamatan adalah sebagai berikut:
1. Guru sudah mempersiapkan kegiatan pembelajaran dengan baik karena
guru telah merumuskan topik diskusi, merumuskan tujuan pembelajaran,
dan menyiapkan peralatan dan media yang diperlukan.
2. Pelaksanaan pembelajaran berjalan cukup baik karena meskipun guru lupa
menyampaikan tujuan pembelajaran dan tidak memberikan pertanyaan
pancingan tetapi guru telah mengkomunikasikan topik diskusi, siswa
dalam kelompok leluasa melakukan diskusi serta aktif bertanya, guru
tidak memberikan jawaban secara langsung tetapi mendorong siswa untuk
76
menemukan jawabannya sendiri, dan kelompok diskusi mempresentasikan
hasil diskusi.
3. Penutupan pembelajaran berjalan baik karena guru bersama siswa telah
membuat kesimpulan dari pembelajaran yang sudah dilaksanakan tetapi
lupa melakukan refleksi dan siswa sudah mengumpulkan hasil diskusi.
Observasi pada pertemuan ke-2 dilakukan oleh peneliti bersama satu
pengamat independen. Observasi dilakukan berdasarkan pedoman observasi
kegiatan pembelajaran. Selain itu, peneliti juga membuat catatan lapangan
yang dapat dilihat pada lampiran C.7. Hasil dari pengamatan adalah sebagai
berikut:
1. Guru telah mempersiapkan kegiatan pembelajaran dengan baik yaitu
dengan merumuskan masalah sebagai topik diskusi, merumuskan tujuan
pembelajaran,
merumuskan
petunjuk
atau
pengarahan
kegiatan
pembelajaran, serta menyiapkan peralatan dan media yang diperlukan.
2. pelaksanaan pembelajaran cukup berjalan dengan baik karena meskipun
pada kegiatan pembelajaran ini guru lupa menyampaikan tujuan
pembelajaran dan tidak memberikan pertanyaan pancingan, tetapi guru
telah mengkomunikasikan topik diskusi dan siswa pun dengan leluasa
berdiskusi, bertanya, dan mempresentasikan hasil diskusinya.
3. Pada kegiatan penutup guru dengan siswa lupa membuat kesimpulan dan
melakukan refleksi setelah mereka membahas topik masalah dan
peyelesaiannya.
77
Observasi pada pertemuan ke-3 dilakukan oleh peneliti dan dua
pengamat independen. Selain melakukan observasi, peneliti juga membuat
catatan lapangan yang dapat dilihat pada lampiran C.7. Hasil pengamatannya
adalah sebagai berikut:
1. Guru telah menyiapkan pembelajaran dengan baik yaitu dengan
merumuskan topik permasalahan diskusi, merumuskan tujuan, dan
mempersiapkan peralatan dan media yang diperlukan.
2. Pelaksanaan pembelajaran berjalan cukup baik, hal ini dapat dilihat dari
guru telah manyampaikan topik diskusi, menjelaskan jalannya diskusi,
memberikan pujian terhadap siswa tergiat, dan tidak memberikan jawaban
langsung, siswa juga leluasa berdiskusi dan bertanya, membuat
generalisasi serta mempresentasikan hasil diskusinya.
3. Pembelajaran ditutup dengan membahas masalah serta penyelesaiannya
dan setiap kelompok mengumpulkan hasil diskusi.
Hasil observasi kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada lampiran C.2.
Berikut ini tabel analisis hasil observasi kegiatan pembelajaran siklus I.
Tabel 4.3. Hasil observasi kegiatan pembelajaran siklus I
Aspek yang diamati
Persentase
Kualifikasi
Persiapan pembelajaran
100%
Baik
Pelaksanaan pembelajaran
66,67%
Baik
Penutup pembelajaran
58,33%
Cukup Baik
2) Data Hasil Angket
a) Data hasil angket kreativitas siswa
Angket kreativitas siswa diberikan pada akhir siklus I yaitu pada
pertemuan ketiga. Berdasarkan hasil angket kreativitas siswa dari 38 siswa,
78
menunjukkan bahwa kemampuan berpikir lancar, kemampuan berpikir luwes,
kemampuan berpikir orisinal, kemampuan memperinci, daya imaijinatif, dan
rasa tertantang oleh kemajemukan belum mencapai indikator. Beberapa contoh
hasil angket kreativitas siswa siklus I dapat dilihat pada lampiran C.3. Di
bawah ini adalah tabel analisis hasil angket kreativitas siswa siklus I.
Tabel 4.4. Hasil angket kreativitas siswa siklus I
Aspek yang Diamati
Persentase
Kualifikasi
Kemampuan berpikir lancar (fluency)
57,89%
Sedang
Kemampuan berpikir luwes(fleksibilitas)
56,32%
Sedang
Kemampuan berpikir orisinal (orisinalitas)
61,58%
Sedang
Kemampuan memperinci (elaborasi)
63,82%
Sedang
Kemampuan menilai (evaluasi)
68,95%
Tinggi
Rasa ingin tahu
70,39%
Tinggi
Bersifat imajinatif
66,45%
Sedang
Merasa tertantang oleh kemajemukan
50%
Sedang
Berani mengambil resiko
77,37%
Tinggi
Menghargai
86,84%
Tinggi
b) Data hasil angket respons siswa
Angket respons siswa diberikan pada akhir siklus I yaitu pada
pertemuan ketiga. Berdasarkan hasil angket dari 38 siswa,
menunjukkan
bahwa aspek mengembangkan kemampuan bertanya, berkomunikasi dan
menyimpulkan bahasan serta aspek kemampuan siswa memberikan pendapat
belum memenuhi indikator. Beberapa contoh hasil angket respons siswa siklus
I dapat dilihat pada lampiran C.4. Di bawah ini adalah tabel analisis hasil
angket respons siswa siklus I.
79
Tabel 4.5. Hasil angket respons siswa siklus 1
Aspek yang Diamati
Persentase
Kualifikasi
Mengembangkan kemampuan bertanya,
65,79%
Cukup Baik
berkomunikasi, dan menyimpulkan bahasan.
Mengembangkan kemampuan berpikir sendiri dalam
93,42%
Baik
memecahkan masalah
Kemampuan siswa memberikan pendapat
64,47%
Cukup Baik
Kemampuan menemukan sendiri pola-pola atau
77,63%
Baik
struktur-struktur melalui serangkaian pengalaman
Siswa belajar mandiri
71,05%
Baik
Pemahaman terhadap bahan pelajaran
81,58%
Baik
Minat belajar siswa
72,37%
Baik
3) Data Hasil Tes
Tes yang diberikan pada setiap akhir siklus ini adalah tes dalam bentuk
soal uraian. Tes akhir siklus 1 terdiri dari tiga buah soal uraian. Hasil tes
menunjukan kreativitas siswa mencapai kategori cukup baik. Meskipun
sebagian besar siswa sudah mampu menemukan berbagai jawaban tetapi
dalam menjawab pertanyaan belum dilakukan secara rinci. Selain itu, dari
jawaban siswa belum menampakkan daya imajinasi karena belum mampu
mengilustrasikan masalah ke dalam gambar. Rata-rata nilai tes siklus 1 adalah
6, 13. Hasil tes akhir siklus 1 dapat dilihat pada lampiran D.5.
4) Data Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan dengan guru dan dengan siswa. Dari wawancara
dengan guru didapatkan bahwa guru memandang siswa sangat antusias
terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Selain itu guru memandang bahwa
siswa-siswanya sebenarnya mampu berpikir kreatif jika waktu yang diberikan
dalam
pembelajaran
lama.
Guru
menyadari
bahwa
upaya
untuk
mengembangkan kreativitas siswa masih kurang karena guru menargetkan
materi harus selesai sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat. Guru
80
memandang bahwa siswa sudah mampu mengembangkan gagasan-gagasan
dari suatu permasalahan namun mereka belum berani untuk mengungkapkan
gagasan-gagasan tersebut. Guru memandang dengan adanya media dan
pembelajaran dengan metode diskusi dan penemuan serta dengan adanya soalsoal open-ended dan pemecahan masalah mamacu siswa untuk menemukan
banyak jawaban dan meyelesaikan masalah dengan berbagai cara. Hasil
wawancara dengan guru dapat dilihat pada lampiran C.5.
Dari hasil wawancara dengan siswa didapatkan bahwa mereka senang
dengan pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Mereka merasa senang karena
mereka diberi keleluasaan untuk mengeluarkan pendapat dan saling bertukar
pikiran. Selain itu dengan adanya media mereka jadi bersemangat dan
tertantang untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dalam LKS. Mereka
juga aktif bertanya kepada guru, peneliti, atau teman yang lain jika ada
permasalahan yang belum mereka pahami. Selain bertanya, mereka juga
membaca buku yang mereka miliki. Ketika mereka diberi soal yang sulit,
mereka cenderung menyelesaikan soal itu sendiri meskipun kadang-kadang
mereka juga mencontek jawaban teman. Mereka cenderung senang dan
menghargai hasil kerjanya sendiri serta ikut senang jika temannya mendapat
nilai bagus. Hal ini memacu mereka untuk lebih giat belajar lagi. Hasil
wawancara dengan siswa dapat dilihat pada lampiran C.6.
d. Refleksi
Pelaksanaan tindakan-tindakan yang telah dilakukan pada siklus I
ternyata
masih
mengalami
hambatan-hambatan
yang
menyebabkan
81
pembelajaran tidak berlangsung sesuai dengan rencana. Hal ini berakibat
kreativitas siswa belum mencapai kategori tinggi. Hambatan-hambatan yang
dialami adalah sebagai berikut:
1. Sebagian siswa asyik bercanda ketika berdiskusi sehingga mereka tidak
dapat menyelesaikan LKS tepat waktu.
2. Siswa belum terbiasa dengan penemuan dan soal-soal pemecahan masalah
serta soal-soal open-ended sehingga mereka mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada.
3. Dalam menjawab masalah baik itu masalah dalam LKS maupun tes,
sebagian siswa tidak memberikan penjelasan atau keterangan yang lengkap
tentang langkah-langkah
yang digunakan dan kurang cermat dalam
melakukan perhitungan.
4. Siswa
belum
mampu
menggabungkan
beberapa
konsep
untuk
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di LKS.
5. Siswa masih takut ketika guru meminta untuk presentasi dan siswa juga
takut memberikan tanggapan.
Dilihat dari deskripsi pelaksanaan pembelajaran siklus I dan dari hasil
observasi, angket, tes, dan wawancara serta hasil refleksi siklus I, disimpulkan
bahwa indikator keberhasilan belum tercapai, oleh karena itu perlu dilanjutkan
ke siklus II dengan beberapa perbaikan tindakan yang didasarkan pada refleksi
siklus I.
2. Kegiatan pada siklus II
82
Kegiatan yang dilakukan pada siklus II hampir sama dengan kegiatan
pada siklus I, tetapi telah dilakukan beberapa perbaikan tindakan yang
didasarkan pada hasil refleksi siklus I. Perbaikan tindakan tersebut antara lain:
1. Memberikan penjelasan tentang waktu maksimal yang digunakan saat
diskusi kelompok dan memperingatkan siswa jika ada yang bercanda.
2. Setiap soal yang ada pada LKS diberi ilustrasi gambar agar siswa lebih
mudah dalam memahami soal tersebut serta mendorong siswa agar lebih
imajinatif.
3. Menekankan kepada siswa agar menjawab pertanyaan atau soal secara
lebih rinci, yaitu dengan menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan
dari soal kemudian baru menuliskan langkah-langkah penyelesaian,
memberikan keterangan atas langkah-langkah yang sudah dilaksanakan,
serta mengecek kembali jawaban.
4. Menjelaskan kepada siswa maksud soal dalam LKS dan memberitahu
siswa bahwa dalam menyelesaikan soal siswa harus menguasai beberapa
konsep yang sudah dipelajari terkait dengan materi bangun ruang sisi
datar.
5. Memotivasi siswa agar tidak takut lagi ketika diminta untuk presentasi dan
memberikan tanggapan.
Tindakan yang dilakukan pada siklus II meliputi tahap-tahap berikut:
a. Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti menyusun RPP, LKS IV, LKS V, LKS VI, soal
dan kunci jawaban tes akhir siklus II dengan beberapa revisi yang didasarkan
83
pada refleksi siklus I, serta media pembelajaran berupa model prisma dan
limas dari kertas asturo.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
1) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 04 Mei 2009 pukul
07.50 WIB sampai dengan pukul 09.10 WIB. Pada pertemuan ini membahas
tentang jaring-jaring prisma dan limas. Tujuan pembelajarannya adalah Siswa
mampu menemukan berbagai bentuk jaring-jaring prisma dan limas, siswa
mampu melukis jaring-jaring prisma dan limas, siswa terampil membuat
jaring-jaring prisma dan limas, siswa dapat memberi nama jaring-jaring prisma
dan limas. Adapun pembelajaran pada pertemuan pertama adalah sebagai
berikut:
a) Kegiatan awal
Kegiatan belajar mengajar diawali dengan membaca doa bersama-sama
dipimpin oleh guru matematika ibu Listyo Wardhani tepat pukul 07.50 WIB.
Guru memberitahukan bahwa pada pertemuan kali ini akan membahas tentang
jaring-jaring prisma dan limas. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Untuk memotivasi siswa guru menunjukkan model prisma segitiga dan
bertanya: “manakah 2 bidang yang saling kongruen? Ada beberapa siswa yang
menjawab: “sisi atas dan alas”, dan ada beberapa siswa yang menjawab: “sisisisi yang saling sejajar.” Setelah itu guru mengiris beberapa rusuk prisma
sehingga membentuk jaring-jaring prisma. Guru menunjukkan model limas
dan mengiris beberapa rusuk limas sehingga membentuk jaring-jaring limas.
84
b) Kegiatan inti
Guru meminta siswa untuk duduk sesuai dengan kelompoknya. Guru
dibantu dengan peneliti membagikan LKS IV, media berupa model prisma
segitiga beraturan dan limas segiempat beraturan, serta peralatan lain kepada
masing-masing kelompok. Guru meminta siswa untuk menyelesaikan LKS IV.
Waktu yang diberikan adalah 40 menit. Guru berkeliling untuk memantau
kegiatan diskusi, peneliti dan pengamat independen mengamati kegiatan
diskusi pada masing-masing kelompok yang menjadi objek pengamatan
mereka. Pada pertemuan ini para siswa sudah jarang mengajukan pertanyaan
pada guru maupun peneliti. Mereka sudah paham dengan langkah-langkah
yang ada pada LKS. Namun setelah diskusi berjalan cukup lama ada kelompok
yang tampak kebingungan dan akhirnya bertanya kepada guru. siswa bertanya
apakah membuat jaring-jaringnya terserah mereka dan apakah apakah member
namanya juga terserah mereka. Guru menjawab bahwa membuat jaringjaringnya terserah siswa tetapi namanya sudah ditentukan.
Setelah 40 menit berlalu, guru meminta masing-masing kelompok
untuk menggambar sebuah jaring-jaring prisma di papan tulis dan setiap
kelompok harus menggambar jaring-jaring prisma yang berbeda. Setiap
kelompok sangat antusias untuk menggambar jaring-jaring tersebut di papan
tulis dan beradu cepat. Kemudian guru melihat gambar jaring-jaring prisma
yang ada di papan tulis. Ternyata ada 2 kelompok yang menggambar sama,
sehingga salah satu kelompok harus menggambar bentuk jaring-jaring prisma
yang lain. Ternyata baru ditemukan enam buah jaring-jaring prisma. Karena
85
baru ditemukan enam buah jaring-jaring prisma, maka guru meminta 3
kelompok lagi untuk menggambar jaring-jaring prisma dengan bentuk yang
lain sehingga jaring-jaring prisma yang ditemukan ada sembilan buah.
Setelah semua jaring-jaring prisma ditemukan dan digambar, Guru
meminta tiga kelompok lain yang tidak menggambar jaring-jaring prisma
untuk menggambar jaring-jaring limas. Setelah selesai, baru ditemukan tiga
buah jaring-jaring limas. Guru meminta secara sukarela 4 kelompok untuk
menggambarkan masing-masing sebuah jaring-jaring limas yang berbeda.
Ternyata mereka beradu cepat untuk menggambarkan jaring-jaring tersebut.
Akhirnya jaring-jaring limas yang ditemukan telah tergambar semua di papan
tulis yaitu sebanyak tujuh buah jaring-jaring limas. Setelah itu guru meminta 2
kelompok yang tadi kalah cepat ketika diminta maju menggambar jaringjaring limas untuk menuliskan jawaban kegiatan 3 di depan kelas. Kelompok
tersebut adalah kelompok 2 dan kelompok 5. Kelompok 2 mengerjakan LKS
IV kegiatan 3 nomor 1 yaitu membuat jaring-jaring prisma segilima dan
memberi nama jaring-jaring prisma tersebut. Kelompok 5 mengerjakan LKS
IV kegiatan 3 nomor 2 yaitu membuat jaring-jaring limas segilima dan
memberi
nama
jaring-jaring
limas
tersebut.
Setelah
selesai,
guru
membahasnya. Guru meminta siswa memberikan tanggapan terhadap hasil
yang sudah dituliskan di depan kelas. Kelompok lain menanggapi bahwa
gambar jaring-jaring prisma segilima kelompoknya berbeda dengan gambar di
papan tulis. Ada kelompok yang lainnya menanggapi bahwa gambar jaringjaring limas segilima milik kelompoknya berbeda dengan gambar di papan
86
tulis. Guru meminta kedua kelompok tersebut untuk menuliskan jawabannya
di papan tulis. Ternyata memang keempat gambar yang ada di papan tulis
berbeda satu dengan yang lainnya. Hasil jawaban yang bervariasi tentang
jaring-jaring prisma dan limas tersebut dapat dilihat di lampiran C.8.
c) Penutup
Sebelum menutup pembelajaran guru meminta masing-masing
kelompok untuk mengumpulkan lembar jawaban, media, serta peralatan lain
yang tadi diberikan. Setelah itu, guru menutup pembelajaran dengan
mengucapkan salam.
2) Pertemuan ke-2
Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada hari Selasa, 05 Mei 2009 pukul
11.40 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB. Pada pertemuan ini membahas
mengenai luas permukaan prisma dan limas. Tujuan pembelajarannya adalah
menghitung luas permukaan prisma dan limas. Adapun pembelajaran pada
pertemuan ke-2 ini adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan awal
Guru matematika ibu Listyo Wardhani membuka pembelajaran dengan
salam. Guru menyampaikan bahwa materi yang akan dibahas adalah luas
permukaan prisma dan limas serta menyampaikan tujuan dari pembelajaran.
Setelah itu, guru mengingatkan siswa tentang rumus luas persegi, persegi
panjang dan segitiga. Serta mengingatkan mengenai luas permukaan prisma
dan limas.
b) Kegiatan inti
87
Guru meminta siswa untuk duduk sesuai dengan kelompoknya masingmasing. Guru dibantu dengan peneliti membagikan LKS V kepada masingmasing kelompok. Setelah semua kelompok mendapatkan LKS V, guru
meminta mereka untuk mendiskusikan permasalahan-permasalahan yang ada
di LKS V tersebut selama 40 menit. Diskusi dimulai pada pukul 11.50 WIB.
Meskipun pada pertemuan kali ini tidak ada media pembelajaran, tetapi setiap
kelompok sangat antusias untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada di
LKS V. Guru memantau kegiatan diskusi setiap kelompok dengan berkeliling
dari satu kelompok ke kelompok lainnya. Peneliti dan pengamat independen
mengamati kegiatan diskusi setiap kelompok yang menjadi objek pengamatan
mereka.
Ketika diskusi berlangsung, ternyata masih ada beberapa kelompok
yang lupa rumus menghitung luas permukaan prisma dan limas meskipun pada
awal pertemuan sudah diingatkan oleh guru. Mereka mengingat kembali
dengan membuka buku teks matematika yang mereka punya kemudian mereka
melanjutkan mengerjakan LKS. Ada juga kelompok yang kelihatan ragu
mengambil langkah dalam menyelesaikan soal.
Waktu untuk diskusi masih beberapa menit lagi, ternyata sudah ada
beberapa kelompok yang selesai mengerjakan LKS. Karena sudah selesai, ada
beberapa siswa yang bercanda sehingga membuat gaduh. Melihat hal tersebut,
guru langsung menegur mereka supaya jangan becanda dan tidak mengganggu
kelompok lain yang masih diskusi. Jam menunjukkan pukul 12.30 WIB dan
guru pun memberitahukan bahwa waktu diskusi sudah selesai. Kegiatan
88
selanjutnya dilanjutkan dengan membahas bersama hasil diskusi masingmasing kelompok. Guru membagi papan tulis menjadi 4 bagian. Guru
menawarkan kepada siswa dan bertanya: ”Siapa yang mau menuliskan hasil
diskusi kelompok kalian di depan kelas dan menjelaskan kepada teman-teman
yang lain, angkat tangan?” Siswa berebut untuk menuliskan jawabannya di
depan kelas dengan mengangkat tangan mereka.
Guru kemudian menunjuk 4 kelompok yang berbeda untuk menuliskan
hasil diskusi kelompoknya. Kelompok tersebut adalah kelompok 1, kelompok
3, kelompok 4, dan kelompok 6. Kelompok 1 mengerjakan LKS V kegiatan 1
nomor 1 yaitu mencari luas permukaan lempeng logam yang diperlukan untuk
membuat alat pengumpul sampah yang berbentuk prisma segitiga. Kelompok
3 mengerjakan LKS V kegiatan 1 nomor 2 yaitu mencari tinggi bidang tegak
dan luas permukaan limas segiempat beraturan yang mempunyai panjang
rusuk alas 14 cm dan panjang rusuk tegaknya adalah 25 cm. kelompok 4
mengerjakan LKS V kegiatan 1 nomor 3 yaitu mencari luas permukaan tenda
dan biaya sewa tenda. Kelompok 6 mengerjakan LKS V kegiatan 1 nomor 4
yaitu menentukan banyak genting yang diperlukan untuk menutupi atap rumah
yang berbentuk limas segiempat.
Setelah selesai menuliskan jawabannya, guru meminta keempat siswa
tersebut untuk menjelaskan kepada kelompok yang lain secara bergantian.
Awalnya mereka takut untuk menjelaskan kepada teman yang lain, tapi
akhirnya salah satu siswa yaitu siswa dari kelompok 3 yang berani
mempresentasikan jawabannya. Setelah itu bertanya kepada teman-temannya:
89
“teman-teman, jawaban kelompok saya sudah benar atau belum?” Temantemannya menjawab sudah betul. Siswa dari kelompok satu akhirnya berani
presentasi setelah siswa dari kelompok 3 berani presentasi. Dengan sedikit
malu dia menjelaskan kepada teman yang lain, dan kemudian bertanya apakah
ada kelompok lain yang jawabannya berbeda. Semua siswa menjawab tidak
ada. Tetapi kemudian ada salah satu kelompok yaitu kelompok 5 yang
menjawab bahwa meskipun jaawabannya sama tetapi caranya berbeda. Cara
yang digunakan dari kelompok 1 adalah dengan mencari luas sisi lempeng
logam satu persatu dan cara yang dilakukan oleh kelompok 5 adalah dengan
mencari luas permukaan pengumpul sampah yang berbentuk prisma segitiga
kemudian dikurangi luas sisi prisma yang terbuka. Karena waktu sudah
menunjukkan pukul 12.50 WIB, guru meminta kelompok tersebut untuk
memberitahukan cara yang dilakukan kepada teman yang lain secara lisan.
Setelah itu, guru meminta siswa yang masih ada di depan kelas untuk duduk
kembali di bangkunya meskipun ada 2 siswa yang belum presentasi. Guru
melihat jawaban siswa yang belum presentasi dan menyampaikan bahwa
jawaban mereka sudah benar.
c) Penutup
Guru meminta masing kelompok untuk mengumpulkan LKS mereka.
Guru meminta siswa untuk kemas-kemas dan setelah selesai, guru memimpin
doa. Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.
3) Pertemuan ke-3
90
Pertemuan ke-3 dilaksanakan pada hari Kamis 07 Mei 2009 pukul
10.05 WIB sampai dengan 11.20 WIB. Materi yang diajarkan pada pertemuan
terakhir siklus II ini adalah volume prisma dan limas. Adapun kegiatan pada
pertemuan ke-3 adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Guru
menyampaikan materi yang akan dipelajari yaitu volume prisma dan limas dan
menyampaikan tujuan pembelajarannya. Guru mengingatkan siswa tentang
materi sebelumnya yang berhubungan dengan volume prisma dan limas adalah
rumus volume kubus dan balok.
b) Kegiatan Inti
Guru meminta siswa untuk duduk sesuai dengan kelompoknya.
Kemudian guru membagikan LKS VI kepada masing-masing kelompok dan
meminta mereka untuk mendiskusikan permasalahan yang ada di dalamnya
selama kurang lebih 20 menit. Diskusi dimulai pada pukul 10.12 WIB. Seperti
biasa guru berkeliling dari satu kelompok ke kelompok yang lain untuk
melihat diskusi yang dilakukan oleh tiap-tiap kelompok dan membantu
kelompok yang mengalami kesulitan. Peneliti bersama dengan pengamat
independen mengamati kinerja kelompok yang menjadi objek pengamatan
mereka.
91
Gambar 4. Guru sedang membantu kelompok diskusi dan
pengamat sedang mengamati kerja kelompok.
Siswa mulai sibuk dengan diskusi kelompoknya. Mereka mengerjakan
LKS VI kegiatan 1 yaitu menemukan rumus volume prisma dan limas terlebih
dahulu. Untuk memperjelas ilustrasi gambar yang sudah ada di LKS VI
kegiatan 1 nomor 2, sambil berkeliling guru menunjukkan media berupa
kerangka kubus yang didalamnya terdapat diagonal-diagonal ruang kubus
yang berpotongan di satu titik kepada masing- masing kelompok. Setelah
siswa selesai mengerjakan LKS VI kegiatan 1, siswa melanjutkan
mengerjakan LKS VI kegiatan 2 yaitu menyelesaiakan soal-soal yang
berkaitan dengan volume prisma dan limas. Ada beberapa kelompok yang
tampak lancar mengerjakan soal-soal tersebut tetapi ada juga yang tampak
kebingungan.
Kelompok
tersebut
bertanya
kepada
guru
bagaimana
menyelesaikan soal pada LKS VI kegiatan 2 nomor 1.
Guru mengingatkan siswa bahwa waktu diskusi sudah selesai ketika
jam menunjukkan pukul 10.30 WIB. Guru meminta 2 kelompok untuk
mempresentasikan hasil kegiatan 1 yaitu menentukan rumus volume prisma
dan limas. Masing-masing kelompok mempresentasikan sebuah soal. Setiap
kelompok saling berebut untuk mempresentasikan hasil kelompoknya.
92
Akhirnya guru memilih dua kelompok yaitu kelompok 2 dan kelompok 4
untuk maju ke depan kelas. Mereka mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya secara bergantian.
Kelompok 2 mempresentasikan jawaban LKS VI kegiatan 1 nomor 1
yaitu mencari rumus volume prisma. Rumus volume prisma adalah luas alas
prisma × tinggi prisma. Kelompok 4 mempresentasikan jawaban LKS VI
kegiatan 1 nomor 2 yaitu mencari rumus volume limas. Rumus volume limas
adalah
1
×luas alas limas×tinggi limas. Dari presentasi tersebut ternyata
3
semua kelompok menanggapi bahwa hasilnya sama dengan hasil kerja
kelompoknya. Guru memberikan kesempatan kepada 2 kelompok lagi untuk
menuliskan jawaban LKS VI kegiatan 2. Kelompok yang presentasi LKS VI
kegiatan 2 adalah kelompok 1 dan kelompok 5. Kelompok 1 mengerjakan
LKS VI kegiatan 2 nomor 1 yaitu mencari volume air dalam aquarium
berbentuk prisma yang alasnya trapesium jika aquarium tersebut berisi air 4/5
bagian. Kelompok 5 mengerjakan LKS VI kegiatan 2 nomor 2 yaitu
menentukan volume piramida berbentuk limas segiempat beraturan dengan
rusuk alas 136 m dan tinggi limas 148 m. Guru membagi papan tulis menjadi 2
bagian agar mereka dapat menuliskan jawabannya secara bersamaan. Setelah
mereka selesai menuliskan jawabannya.
Mereka mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya kepada
teman-temannya secara bergantian. Siswa yang mengerjakan kegiatan 2 nomor
1 presentasi terlebih dahulu kemudian menanyakan kepada kelompok lain
apakah ada hasil jawaban yang berbeda dan kelompok lain menanggapi bahwa
93
hasil mereka sama. Ada salah satu siswa menanggapi bahwa hasilnya sama
tetapi caranya sedikit berbeda. Dalam mencari volume air, kelompoknya
mencari volume akuarium dulu baru kemudian mencari volume air dengan
cara mengalikan 4/5 dengan volume akuarium yang sudah ditemukan. Hal ini
sedikit berbeda dengan cara yang dilakukan kelompok yang presentasi.
Kelompok tersebut, dalam mencari volume air tidak mencari volume akuarium
dulu tetapi langsung mencari volume air dengan rumus 4/5 volume akuarium
atau 4/5 kali luas alas akuarium kali tinggi akuarium. Siswa yang presentasi
tampak kebingungan. Untuk mengatasi hal tersebut, guru mengatakan bahwa
pada prinsipnya kedua cara tersebut sebenarnya sama saja, hanya langkahlangkahnya saja yang berbeda dan kedua cara tersebut benar. Setelah selesai,
siswa yang lain mempresentasikan jawaban LKS VI kegiatan 2 nomor 2.
Presentasinya lebih lancar dan tanggapan kelompok lain adalah hasil mereka
sama dan cara yang dilakukan adalah sama.
c) Penutup
Guru meminta setiap kelompok untuk mengumpulkan lembar jawaban
LKS VI dan kemudian siswa diminta untuk duduk di bangkunya sendirisendiri karena akan diadakan tes akhir siklus II. Guru membagikan soal tes
kepada siswa. Siswa mulai mengerjakan. Waktu yang diberikan adalah 30
menit. Setelah 30 menit berlalu bel tanda jam pelajaran berakhir. Guru
meminta siswa untuk segera mengumpulkan lembar jawabannya. Siswa tidak
segera mengumpulkan karena mereka belum selesai. Guru menegaskan lagi
agar segera mengumpulkan jawabannya tersebut. Akhirnya siswa pun maju
94
untuk mengumpulkan lembar jawaban miliknya. Setelah semua siswa
mengumpulkan, guru pun akhirnya menutup pembelajaran dengan salam.
c. Data Hasil Observasi, Angket, Tes, dan Wawancara
1) Data Hasil Observasi
a) Data hasil observasi krestivitas siswa
Pada pertemuan pertama observasi dilakukan oleh peneliti bersama dua
pengamat independen yaitu Supriyono dan Nur Arliana Herawati. Observasi
ini dilakukan berdasarkan pedoman observasi kreativitas siswa. Untuk
mengamati kreativitas siswa, setiap pengamat mengamati 2 kelompok diskusi.
Hasil observasi siklus II pertemuan pertama adalah sebagai berikut:
1. Keenam kelompok telah mampu menemukan banyak jawaban yaitu
menemukan berbagai bentuk jaring-jaring prisma dan limas.
Contohnya: mereka menemukan berbagai bentuk jaring-jaring prisma dan
berbagai bentuk jaring-jaring limas.
2. Ada 3 kelompok yang sudah mampu mengembangkan informasi dan
memahami permasalahan yang disajikan.
Contohnya: siswa sudah paham maksud soal yang ada di LKS dan mampu
menggali informasi dari gambar yang disajikan di LKS atau dari media
yang disediakan.
3. Ada 3 kelompok yang sudah mampu mengembangkan idenya dan
mengusahakan agar hasil kerja kelompoknya berbeda dengan kelompok
lain.
95
Contohnya: ketika menuliskan bentuk jaring-jaring prisma atau limas yang
mereka temukan, mereka berusaha untuk menuliskan jaring-jaring yang
berbeda.
4. Ada 5 kelompok telah menjawab soal dengan rinci yaitu menuliskan apa
yang diketahui dan ditanyakan kemudian menuliskan langkah-langkah
jawabannya secara runtut.
5. Ada 4 kelompok yang aktif bertanya untuk meyakinkan bahwa langkahlangkah untuk mencari jawaban yang dilakukan kelompoknya sudah benar.
Contohnya: siswa menanyakan kepada guru apakah langkah yang
dilakukan untuk mengerjakan soal sudah benar atau belum.
6. keenam kelompok menpunyai rasa ingin tahu yang besar dengan bertanya
atau membaca buku.
7. Ada 3 kelompok yang sudah mulai menunjukkan daya imajinasinya
dengan menuangkan idenya ke dalam gambar.
8. Keenam kelompok antusias untuk menyelesaikan permasalahan dalam
LKS.
Contohnya: setelah LKS dan media pembelajaran dibagikan, siswa
langsung mengerjakan soal-soal yang ada di LKS.
9. Keenam
kelompok sudah mulai
berani
untuk
mempresentasikan
jawabannya.
Contohnya: mereka saling berebut untuk mempresentasikan hasil
pekerjaannya di depan kelas.
96
10. Masing-masing kelompok menghargai hasil pekerjaannya dan hasil
pekerjaan kelompok lain serta menghargai keberadaan orang lain.
Observasi pada pertemuan ke-2 dilakukan oleh peneliti bersama
dengan dua pengamat independen yaitu Supriyono dan Nur Arliana Herawati.
Hasil pengamatannya adalah sebagai berikut:
1. Masing-masing kelompok mempunyai cara tersendiri untuk mengerjakan
soal.
Contohnya: ketika mencari luas permukaan lempeng logam untuk
membuat pengumpul sampah berbentuk prisma segitiga, ada yang
mencarinya dengan mencari luas sisi-sisinya dan ada yang mencari luas
prisma terlebih dahulu kemudian dikurangi dengan luas sisi yang terbuka.
2. Ada 4 kelompok yang sudah mampu mengembangkan informasi dari soal
untuk mencari penyelesaian dan mengubah bentuk soal cerita ke dalam
bentuk matematika.
Contohnya: dengan membaca soal dan melihat gambar, siswa mampu
menggali informasi dari soal tersebut untuk menentukan langkah
penyelesaian.
3. siswa sudah mulai mampu menghasilkan jawaban yang lain daripada yang
lain.
Contohnya: siswa menggunakan caranya sendiri untuk menyelesaikan soal
yang ada.
4. Lima kelompok sudah mampu memberikan jawaban secara rinci atau
detail.
97
Contonya: ketika mengerjakan soal, siswa menuliskan apa yang diketahui
dan apa yang ditanyakan kemudian menuliskan langkah-langkah
penyelesaiannya.
5. Setiap kelompok yakin terhadap pekerjaannya sehingga mampu menilai
pekerjaannya tersebut benar atau salah.
6. Setiap kelompok mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi (bertanya dengan
guru, teman, atau peneliti serta membaca buku).
7. Ada tiga kelompok yang sudah mulai melihatkan daya imajinasinya
dengan melihat gambar sebagai ilustrasi dari soal.
8. Setiap kelompok sangat antusias untuk menyelesaikan permasalahan yang
ada dalam LKS.
Contohnya: masing-masing kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan
soal-soal yang ada.
9. Setiap kelompok sudah mulai berani untuk mempresentasikan jawabannya
di depan kelas dan mempertahankan jawabannya tersebut.
Contohnya: mereka saling berebut untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya.
10. Masing-masing kelompok saling menghargai satu dengan yang lainnya.
Pada pertemuan ke-3, observasi dilakukan oleh peneliti dan satu
pengamat independen yaitu Supriyono. Masing-masing pengamat mengamati
3 kelompok diskusi. Hasil pengamatan pertemuan ke-3 ini adalah :
1. Setiap kelompok aktif bertanya dan menggali berbagai macam ide untuk
menyelesaikan permasalahan.
98
Contohnya: siswa mencari ide-ide penyelesaian yang tepat untuk mencari
volume air yang ada di dalam aquarium berbentu prisma dengan alas
prisma berbentuk trapesium dan untuk menyelesaikan soal-soal yang lain.
2. Setiap kelompok sudah mampu mengubah bentuk soal cerita ke dalam
model matematika dan mengembangkan informasi dari soal tersebut.
Contohnya: dengan melihat media berbentuk kubus yang didalamnya ada
limas, siswa mampu menemukan rumus volume prisma. Dengan membaca
soal dan melihat gambar siswa memahami maksud soal dan segera mencari
langkah penyelesaian.
3. Setengah dari kelompok yang ada mulai mampu menghasilkan jawaban
yang lain dari pada yang lain.
Contohnya: siswa tidak hanya mencontek tapi mereka berusaha sendiri
untuk menyelesaiakan soal yang ada.
4. Setiap kelompok sudah mampu menjawab pertanyaan secara rinci.
Contohnya: ketika menyelesaikan soal, mereka menuliskan apa yang
diketahui dan ditanyakan kemudian menuliskan langkah penyelesaian
secara runtut.
5. Ada 4 kelompok yang sudah mampu menilai jawabannya dan mengecek
jawabannya tersebut.
Contohnya: siswa mengecek jawabannya, jika ada yang salah siswa
kemudian membenarkan jawabannya tersebut.
6. Setiap kelompok mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi.
99
Contohnya: untuk mengetahui sesuatu, siswa bertanya kepada orang lain
atau membaca buku.
7. Setengah dari kelompok yang ada sudah menampakkan daya imajinasinya.
Contohnya: ketika menentukan volume piramida, siswa membayangkan
bentuk piramida.
8. Ada 2 kelompok yang enggan mengerjakan LKS karena soalnya terlalu
susah.
9. Setiap kelompok berani untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya di
depan kelas.
Contohnya: siswa berebut untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya.
10. Masing-masing kelompok menghargai satu dengan yang lain dan
menghargai keberadaan orang lain.
Hasil observasi kreativitas siswa siklus II dapat dilihat pada lampiran
C.1. Dibawah ini disajikan tabel analisis hasil observasi kreativitas siswa pada
siklus II.
Tabel 4.6. Hasil observasi kreativitas siswa siklus II
Aspek yang Diamati
Persentase
Kualifikasi
Kemampuan berpikir lancar (fluency)
81,25%
Tinggi
Kemampuan berpikir luwes(fleksibilitas)
65,63%
Sedang
Kemampuan berpikir orisinal (orisinalitas)
56,25%
Sedang
Kemampuan memperinci (elaborasi)
65,63%
Sedang
Kemampuan menilai (evaluasi)
75%
Tinggi
Rasa ingin tahu
81,25%
Tinggi
Bersifat imajinatif
53,13%
Sedang
Merasa tertantang oleh kemajemukan
71,88%
Tinggi
Berani mengambil resiko
87,50%
Tinggi
Menghargai
71,88%
Tinggi
b) Data hasil observasi kegiatan pembelajaran
100
Pada pertemuan pertama observasi dilakukan oleh peneliti dan dua
pengamat independen yaitu Supriyono dan Nur Arliana Herawati selama
pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan berdasarkan pedoman
observasi kegiatan pembelajaran. Selain itu peneliti juga membuat catatan
lapangan. Hasil dari pengamatan adalah:
1. Guru sudah mempersiapkan kegiatan pembelajaran dengan baik karena
guru telah merumuskan topik diskusi, merumuskan tujuan pembelajaran,
merumuskan petunjuk diskusi, dan menyiapkan peralatan dan media yang
diperlukan.
2. Pelaksanaan pembelajaran sudah baik karena guru menyampaikan tujuan
pembelajaran, mengkomunikasikan topik diskusi, siswa dalam kelompok
leluasa melakukan diskusi serta aktif bertanya, guru tidak memberikan
jawaban secara langsung tetapi mendorong siswa untuk menemukan
jawabannya sendiri, kelompok diskusi mempresentasikan hasil diskusi,
dan siswa mampu membuat generalisasi.
3. Pada penutup pembelajaran guru bersama siswa lupa membuat kesimpulan
dari pembelajaran yang sudah dilaksanakan dan lupa melakukan refleksi.
Siswa sudah mengumpulkan hasil diskusi.
Observasi pada pertemuan ke-2 dilakukan oleh peneliti bersama dua
pengamat independen yaitu Supriyono dan Nur Arliana Herawati. Observasi
dilakukan berdasarkan pedoman observasi kegiatan pembelajaran. Selain itu,
peneliti juga membuat catatan lapangan. Hasil dari pengamatan adalah sebagai
berikut:
101
1. Guru telah mempersiapkan kegiatan pembelajaran dengan baik yaitu
dengan merumuskan masalah sebagai topik diskusi, merumuskan tujuan
pembelajaran,
merumuskan
petunjuk
atau
pengarahan
kegiatan
pembelajaran, serta menyiapkan peralatan dan media yang diperlukan.
2. Pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik karena guru telah
menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa dan menyampaikan
topik pembelajaran, siswa pun secara aktif melakukan diskusi serta
mempresentasikan hasilnya.
3. Pada kegiatan penutup guru dengan siswa lupa membuat kesimpulan dan
melakukan refleksi setelah mereka membahas topik masalah dan
peyelesaiannya.
Observasi pada pertemuan ke-3 dilakukan oleh peneliti dan satu
pengamat independen yaitu Supriyono. Selain melakukan observasi, peneliti
juga membuat catatan lapangan. Hasil pengamatannya adalah sebagai berikut:
1. Guru telah menyiapkan pembelajaran dengan baik yaitu dengan
menetapkan topik permasalahan diskusi, merumuskan tujuan, merumuskan
petunjuk jalannya diskusi, dan mempersiapkan peralatan dan media yang
diperlukan.
2. Pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari
guru telah manyampaikan topik diskusi, menjelaskan jalannya diskusi,
memberikan pujian terhadap siswa tergiat, dan tidak memberikan jawaban
langsung, siswa juga leluasa berdiskusi dan bertanya, membuat
generalisasi serta mempresentasikan hasil diskusinya.
102
3. Pembelajaran ditutup dengan membahas topik masalah dan penyelesaian,
membuat kesimpulan dan melakukan refleksi terhadap pembelajaran, serta
setiap kelompok mengumpulkan hasil diskusi.
Hasil observasi kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada lampiran C.2.
Berikut ini tabel analisis hasil observasi kegiatan pembelajaran siklus II.
Tabel 4.7. Hasil observasi kegiatan pembelajaran siklus II
Aspek yang diamati
Persentase
Kualifikasi
Persiapan pembelajaran
100%
Baik
Pelaksanaan pembelajaran
84,85%
Baik
Penutup pembelajaran
66,67%
Baik
2) Data Hasil Angket
a) Data hasil angket kreativitas siswa
Angket kreativitas siswa diberikan pada akhir siklus II yaitu pada
pertemuan ke-3. Berdasarkan hasil angket kreativitas siswa dari 38 siswa,
menunjukkan kemampuan berpikir lancar, kemampuan berpikie luwes,
kemampuan berpikir orisinal, kemampuan memperinci, kemampuan menilai,
rasa ingin tahu, berani mengambil resiko, dan rasa menghargai sudah
mencapai indikator. Beberapa contoh hasil angket kreativitas siklus II dapat
dilihat dilampiran C.3. Di bawah ini adalah tabel analisis hasil angket
kreativitas siklus II.
Tabel 4.8. Hasil angket kreativitas siswa siklus II
Aspek yang Diamati
Persentase
Kualifikasi
Kemampuan berpikir lancar (fluency)
67,89%
Tinggi
Kemampuan berpikir luwes(fleksibilitas)
71,05%
Tinggi
Kemampuan berpikir orisinal (orisinalitas)
69,47%
Tinggi
Kemampuan memperinci (elaborasi)
76,97%
Tinggi
Kemampuan menilai (evaluasi)
76,32%
Tinggi
Rasa ingin tahu
80,26%
Tinggi
Bersifat imajinatif
65,13%
Sedang
Merasa tertantang oleh kemajemukan
58,55%
Sedang
Berani mengambil resiko
74,74%
Tinggi
Menghargai
89,47%
Tinggi
103
b) Data hasil angket respons siswa
Angket respons siswa diberikan pada akhir siklus II yaitu pada
pertemuan ke-3. Berdasarkan hasil angket dari 38 siswa, menunjukkan bahwa
semua aspek termasuk dalam kategori baik. Beberapa contoh hasil angket
siklus II dapat dilihat di lampiran C.4. Di bawah ini adalah tabel analisis hasil
angket respons siswa siklus II.
Tabel 4.9. Hasil angket respons siswa siklus II
Aspek yang Diamati
Persentase Kualifikasi
Mengembangkan kemampuan bertanya,
77,63%
Baik
berkomunikasi, dan menyimpulkan bahasan.
Mengembangkan kemampuan berpikir sendiri dalam
88,16%
Baik
memecahkan masalah
Kemampuan siswa memberikan pendapat
85,53%
Baik
Kemampuan menemukan sendiri pola-pola atau
88,16%
Baik
struktur-struktur melalui serangkaian pengalaman
Siswa belajar mandiri
84,21%
Baik
Pemahaman terhadap bahan pelajaran
75%
Baik
Minat belajar siswa
80,26%
Baik
3) Data Hasil Tes
Tes yang diberikan pada setiap akhir siklus ini adalah tes dalam bentuk
soal uraian. Tes akhir siklus II terdiri dari dua buah soal uraian. Hasil tes
menunjukan kreativitas siswa mencapai kategori baik. Sebagian besar siswa
sudah mampu menemukan berbagai jawaban. Sebagian besar siswa menjawab
pertanyaan secara rinci dan mampu membuat hubungan-hubungan. Siswa
sudah mampu mengilustrasikan soal ke dalam gambar. Rata-rata nilai tes
siklus II adalah 7,07 dan termasuk dalam kualifikasi baik. Hasil tes akhir
siklus II dapat dilihat pada lampiran D.5.
4) Data Hasil Wawancara
104
Pada akhir siklus II juga diadakan wawancara dengan guru dan dengan
siswa. Dari wawancara dengan guru didapatkan bahwa guru memandang siswa
sangat antusias terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Selain itu guru
memandang
bahwa
siswa-siswanya
sudah
menunjukkan
kemampuan
kreatifnya. Guru menyadari bahwa kreativitas siswa sangat penting dan selama
proses pembelajaran pada siklus II sudah diupayakan untuk mengembangkan
kreativitas siswa tersebut. Guru memandang bahwa siswa sudah mampu
mengembangkan gagasan-gagasan dari suatu permasalahan dan mulai berani
untuk mengungkapkan gagasan-gagasan tersebut. Guru memandang dengan
adanya media, diskusi, dan penemuan serta dengan adanya soal-soal openended dan pemecahan masalah mamacu siswa untuk menemukan banyak
jawaban dan meyelesaikan masalah dengan berbagai cara. Hasil wawancara
dengan guru dapat dilihat di lampiran C.5.
Dari hasil wawancara dengan siswa didapatkan bahwa mereka senang
dengan pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Mereka merasa senang karena
mereka diberi kebebasan untuk mengungkapkan ide dan melakukan kegiatan
sendiri. Selain itu dengan adanya media mereka mampu menemukan konsep
sendiri. Siswa sangat tertantang untuk menyelesaikan permasalahan yang ada
di LKS. Mereka juga aktif bertanya kepada guru, peneliti, atau teman yang
lain jika mereka kesulitan atau ada permasalahan yang belum mereka pahami.
Selain bertanya, mereka juga membaca buku yang mereka miliki. Mereka
berusaha mengerjakaan sendiri soal yang sulit meskipun terkadang kalau
sudah benar-benar tidak bisa mencontek milik temannya. Mereka cenderung
105
senang dan menghargai hasil kerjanya sendiri serta ikut senang jika temannya
mendapat nilai bagus. Hal ini memacu mereka untuk lebih giat belajar lagi.
Hasil wawancara dengan siswa dapat dilihat di lampiran C.6.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan oleh peneliti dengan guru setelah tindakan yang
dilakukan pada siklus II berakhir. Dari hasil diskusi antara guru dengan
peneliti diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran yang sudah dilakukan telah
mampu meningkatkan kreativitas siswa kelas VIII-A SMP N 1 Tegalrejo
Magelang. Para siswa mampu mengembangkan kemampuan kreatifnya dalam
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang diberikan oleh guru.
Pembelajaran yang telah dilakukan juga telah melatih siswa untuk menemukan
sendiri konsep-konsep serta melatih kerja sama diantara siswa tersebut melalui
diskusi kelompok. selain itu, siswa juga lebih berani mengungkapkan ide dan
malakukan presentasi di depan kelas. Meskipun demikian, pembelajaran pada
siklus II juga masih mengalami beberapa hambatan yaitu ada beberapa soal
latihan yang belum sempat dibahas sehingga siswa belum bisa menilai
langkah-langkah untuk mencari jawaban yang dilakukannya sudah benar atau
belum. Soal-soal yang diberikan juga masih kurang karena harus melihat
alokasi waktu yang sudah direncanakan. Selain itu, pada akhir pembelajaran
tidak membuat kesimpulan dan melakukan refleksi sehingga guru tidak
mengetahui sub materi apa yang kurang dipahami oleh siswa.
106
B. Pembahasan
Dari deskripsi hasil penelitian telah dipaparkan bagaimana proses
pembelajaran matematika untuk meningkatkan kreativitas siswa SMP N 1
Tegalrejo Magelang kelas VIII-A pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar.
Pembelajaran matematika tersebut dilakukan dengan metode diskusi.
Penggunaan metode diskusi ini bertujuan agar siswa dapat mengemukakan
pendapatnya dan saling bertukar pikiran serta membiasakan siswa untuk
toleran terhadap pendapat orang lain. Hal ini, sesuai dengan pendapat
Sugihartono (2007:83), bahwa metode diskusi mendorong siswa untuk mampu
mengemukakan pendapat secara konstruktif serta membiasakan siswa untuk
bersikap toleran pada pendapat orang lain. Selain itu dengan adanya diskusi
siswa mampu mengembangkan kreativitas mereka dalam menyelesaikan suatu
masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat Syaiful Bahri Djamarah (2002:99)
bahwa salah satu kekuatan metode diskusi adalah merangsang kreativitas anak
didik dalam bentuk ide, gagasan-prakarsa, dan terobosan baru dalam
pemecahan masalah.
Pembelajaran matematika ini juga dilaksanakan dengan metode
penemuan terbimbing. Dengan metode ini siswa mampu menemukan sendiri
berbagai konsep matematika yang dicari seperti rumus volume kubus dan
balok, rumus volume prisma dan limas, serta mampu menemukan berbagai
macam bentuk jaring-jaring bangun ruang sisi datar. Dalam proses penemuan
tersebut guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Hal ini sesuai dengan
pendapat Erman Suherman (2003: 213), bahwa dalam penemuan terbimbing
107
aktivitas siswa untuk belajar sendiri sangat berpengaruh, hasil (bentuk) akhir
harus ditemukan sendiri oleh siswa, prasyarat-prasyarat yang diperlukan sudah
dimiliki siswa, dan guru hanya bertindak sebagai pengarah dan pembimbing.
Dengan digunakannya metode ini siswa menjadi aktif dalam kegiatan
pembelajaran, lebih memahami materi, mampu mentransfer pengetahuan yang
ia dapatkan, serta puas terhadap apa yang sudah ditemukan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Erman Suherman (2005:14), bahwa kekuatan dari metode
penemuan terbimbing adalah Siswa aktif dalam kegiatan belajar sebab ia
berfikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir, siswa
memahami benar bahan pelajaran sebab
mengalami sendiri proses
menemukannya, siswa merasa puas sebab ia menemukan sendiri, siswa yang
memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu
mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks, dan metode ini melatih
siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
Guru melakukan persiapan-persiapan sebelum pembelajaran dimulai
seperti merumuskan topik pembelajaran, merumuskan tujuan, membuat
petunjuk diskusi, dan mempersiapkan media serta peralatan yang dibutuhkan
selama pembelajaran. Setelah itu, kegiatan pembelajaran dimulai dengan
pemberian apersepsi untuk mengingatkan siswa terhadap materi yang sudah
dipelajari dan berkaitan dengan materi yang akan diajarkan. Setelah itu, guru
membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok untuk mendiskusikan masalah
yang ada. Permasalahan-permasalahan disajikan dalam lembar kegiatan siswa
(LKS).
Siswa
diharapkan
merasa
tertantang
untuk
menyelesaikan
108
permasalahan-permasalahan tersebut. Dalam LKS tersebut diberikan soal-soal
penemuan, soal-soal open-ended, dan soal-soal pemecahan masalah. Soal-soal
penemuan diberikan agar siswa mampu menemukan sendiri konsep-konsepnya
dan hasil temuan siswa tersebut diharapkan lain daripada yang lain. Soal-soal
open-ended diberikan agar siswa mampu mengembangkan kemampuan
berpikir lancarnya seperti siswa mampu menyelesaikan masalah dengan
berbagai cara atau menemukan berbagai jawaban, agar siswa mampu
mengembangkan kemampuan berpikir luwesnya seperti siswa mampu
mengubah cara pendekatan atau pemikiran dalam menyelesaikan masalah, dan
siswa mampu mengembangkan kemampuan menilainya seperti mampu
mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka. Hal ini sesuai dengan
pendapat Nohda dalam Erman Suherman (2003:124), bahwa tujuan dari
pemberian soal open-ended adalah untuk membantu mengembangkan kegiatan
kreatif dan pola pikir matematis siswa.
Soal-soal
mengembangkan
menggolongkan
pemecahan
kemampuan
hal-hal
masalah
diberikan
berpikir
menurut
agar
luwesnya
kategorinya,
agar
siswa
mampu
seperti
mampu
siswa
mampu
mengembangkan kemampuan memerincinya seperti mampu mencari arti yang
lebih mendalam terhadap pemecahan masalah dengan melakukan langkahlangkah yang terperinci. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahmadi Widdiharto
(2004:11-12), bahwa kelebihan soal pemecahan masalah adalah mendorong
siswa lebih terlatih dalam problem solving skill, mendorong siswa untuk
berpikir alternatif, melatih keruntutan berpikir logis siswa.
109
Untuk menyelesaikan permasalahan dalam LKS dan lebih mudah
dalam proses menemukan, digunakan media pembelajaran. Media tersebut
berupa model-model bangun ruang sisi datar yang terbuat dari kertas asturo.
Dengan adanya media tersebut diharapkan siswa mampu mengembangkan
daya imajinasinya. Setelah kegiatan diskusi selesai, dilanjutkan dengan
pembahasan. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya
dan siswa yang lain memberikan tanggapan. Dengan adanya presentasi
diharapkan siswa berani untuk mengemukakan jawabannya dan memberi
alasan yang logis mengapa jawabannya seperti itu. Pada akhir pembelajaran,
siswa membuat laporan hasil diskusi dan mengumpulkannya. Laporan ini
sangat bermanfaat bagi siswa dan juga bagi guru. Dengan adanya laporan
siswa mengetahui hasil setiap kelompok dan guru mengetahui apakah konsep
yang diajarkaan sudah dipahami siswa atau belum. Hal ini sesuai dengan
pendapat Herman Hudojo (2005:85), bahwa diskusi kelompok akan lebih
bermanfaat bila setiap kelompok melaporkan hasil kegiatannya kepada kelas
secara keseluruhan. Laporan ini bermanfaat bagi siswa sebab mereka dapat
saling mengetahui hasil setiap kelompok, mungkin hasilnya sama namun cara
penyelesaiannya berbeda. Ini berarti pengalaman belajar para siswa
bertambah. Setiap siswa memberikan pendapatnya sehingga laporan-laporan
itu menjadi lebih baik. Demikian pula guru dapat mengetahui apakah konsepkonsep yang telah diberikan dapat dipahami oleh para siswanya. Apabila
terjadi kesalahpahaman terhadap suatu konsep, guru dapat segera meluruskan
kesalahpahaman pengertian itu.
110
Berdasarkan hasil observasi kegiatan pembelajaran pada siklus I, 75%
kegiatan pembelajaran sudah terlaksana. Guru telah menyiapkan kegiatan
pembelajaran yaitu dengan merumuskan topik diskusi, merumuskan tujuan
pembelajaran, serta menyiapkan peralatan dan media yang diperlukan.
Kegiatan inti pembelajaran juga berjalan cukup baik. Guru menyampaikan
topik diskusi kepada siswa serta meminta siswa untuk mendiskusikannya.
Kegiatan diskusi berjalan dengan baik. Pada kegiatan penutup, guru
membahas permasalahan yang ada tetapi lupa melakukan refleksi dan
membuat kesimpulan. Sedangkan pada siklus II, persentase hasil observasi
kegiatan pembelajaran terjadi peningkatan menjadi 83,84%. Pada siklus II,
guru
telah
mempersiapkan
pembelajaran
dengan
baik.
Pelaksanaan
pembelajaran juga sudah dilakukan sesuai dengan rencana yang dibuat
meskipun kadang ada hal yang dilupakan ketika pembelajaran berlangsung.
Kegiatan penutup pembelajaran juga sudah dilaksanakan dengan cukup baik
yaitu dengan membahas permasalahan dan melakukan refleksi serta membuat
kesimpulan dari materi yang sudah dipelajari. Siswa juga merespons baik
terhadap pembelajaran yang sudah dilakukan.
Berdasarkan
hasil
wawancara,
siswa
merasa
senang
dengan
pembelajaran yang sudah dilakukan karena mereka diberikan keleluasaan
untuk mengungkapkan ide dan bertukar pikiran. Dengan adanya media,
mereka merasa terbantu untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Dari
hasil angket respons siswa juga dapat dilihat bahwa pada siklus I siswa
merespons baik kegiatan pembelajaran dengan persentase 75,19%. Sebagian
111
besar siswa sudah mampu mengembangkan kemampuan sendiri dalam
memecahkan masalah yaitu siswa mampu menggunakan idenya untuk
menemukan berbagai bentuk jaring-jaring kubus dan balok, menggunakan
berbagai konsep untuk menghitung luas permukaan kubus dan balok serta
untuk menghitung volume kubus dan balok. Sebagian siswa mampu
menemukan sendiri pola-pola atau struktur-struktur melalui serangkaian
pengalaman yaitu siswa mampu menemukan rumus volume kubus dan balok
serta menggunakan rumus tersebut untuk menyelesaikan soal yang terkait
dengan volume kubus dan balok. Ketika tes akhir siklus I berlangsung,
sebagian besar siswa mengerjakan soal tes tersebut sendiri meskipun ada
beberapa siswa yang mencari-cari kesempatan untuk melirik pekerjaan
temannya. Siswa juga mampu mamahami pelajaran dengan baik dan
mempunyai minat untuk belajar. Karena siswa belum terbiasa dengan metode
diskusi, siswa masih ragu-ragu untuk mengemukakan pendapatnya. Pada
siklus II persentase hasil angket respons siswa meningkat menjadi 82,71%.
Hal ini terjadi karena siswa sudah terbiasa dengan kegiatan diskusi sehingga
siswa sudah berani mengemukakan pendapatnya dan melakukan kominukasi
dengan baik. Mereka secara lancar mengungkapkan ide-ide untuk menemukan
berbagai bentuk jaring-jaring prisma dan limas dengan menggunakan media
yang sudah disediakan. Mereka juga mampu menggunakan konsep-konsep
yang mereka miliki untuk menyelesaiakan soal-soal yang terkait dengan luas
permukaan prisma dan limas serta volume prisma dan limas. Mereka semakin
percaya diri ketika mengerjakan tes akhir siklus II.
112
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk meningkatkan kreativitas
siswa, maka pembelajaran matematika dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
dapat mengarahkan siswa agar mengembangkan kreativitasnya yang meliputi
kemampuan berpikir lancar, kemampuan berpikir luwes, kemampuan berpikir
orisinil, kemampuan memperinci, kemampuan menilai, rasa ingin tahu yang
tinggi, bersifat imajinatif, merasa tertantang oleh kemajemukan, berani
mengambil resiko, dan menghargai. Penjelasan akan diuraikan seperti berikut:
1. Kemampuan berpikir lancar (fluency)
Pada setiap pertemuan guru selalu mendorong siswa untuk
mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan
supaya kemampuan berpikir lancar yang dimiliki siswa dapat berkembang. Hal
ini sesuai dengan pendapat Guilford dalam Dedi Supriadi (1994:7) bahwa
kemampuan beripikir lancar adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak
gagasan. Menurut S. C. Utami Munandar (1999:88) perilaku siswa yang
menunjukkan kemampuan berpikir lancar adalah siswa mengajukan banyak
pertanyaan, menjawab dengan sejumlah jawaban, lancar mengungkapkan
gagasan-gagasan, dan dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada
suatu objek atau situasi.
Berdasarkan hasil observasi kreativitas siswa pada siklus I, aspek
kemampuan berpikir lancar (fluency) telah mencapai kategori tinggi dengan
persentase 71,43%. Hasil observasi menunjukkan bahwa ide-ide yang
dikeluarkan para siswa sudah cukup banyak seperti ide-ide untuk menemukan
berbagai bentuk jaring-jaring kubus dan balok, ide-ide untuk menyelesaikan
113
permasalahan yang terkait dengan luas permukaan kubus dan balok, serta ideide untuk menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan volume kubus dan
balok. Untuk menemukan berbagai bentuk jaring-jaring kubus dan balok,
siswa menggunakan media yang sudah disediakan yaitu model kubus dan
balok dari kertas asturo. Selain itu, siswa juga sudah mampu menyelesaikan
permasalahan dengan berbagai cara atau menemukan jawaban yang berbedabeda. Siswa dengan kemampuan lancarnya mampu menemukan sendiri
konsep-konsep matematika seperti menemukan sendiri rumus volume kubus
dan balok.
Berdasarkan angket kreativitas siswa, aspek kemampuan berpikir
lancar (fluency) mencapai kategori sedang dengan persentase 57,89%. Terjadi
selisih yang cukup besar antara persentase hasil observasi kreativitas siswa
dengan persentase hasil angket kreativitas siswa. Hal ini terjadi karena
sebagian siswa masih merasa bahwa mereka memendam gagasan yang
dimilikinya serta sulit melihat kesalahan atau kekurangan dalam suatu objek
atau situasi.
Pada siklus II, aspek kemampuan berpikir lancar (fluency)
mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil observasi, aspek ini tetap dalam
kategori tinggi namun terjadi kenaikan persentase menjadi 81,25%.
Peningkatan ini terjadi karena siswa sudah terbiasa diskusi sehingga mereka
tidak takut untuk mengungkapkan ide-ide mereka. Semakin banyak ide yang
diungkapkan semakin banyak pula cara untuk menyelesaikan permasalahan
114
dan jawaban yang dihasilkan juga bervariasi. Pada siklus II ini, siswa berhasil
menemukan berbagai bentuk jaring-jaring prisma dan limas dengan bantuan
media
yang
sudah
disediakan.
Siswa
juga
mampu
menyelesaikan
permasalahan yang ada di LKS terkait dengan luas permukaan prisma dan
limas serta terkait dengan volume prisma dan limas.
Berdasarkan angket kreativitas siswa, aspek ini mencapai kategori
tinggi dengan persentasenya adalah 67,89%. Peningkatan ini terjadi karena
sebagian besar siswa sudah mampu mengungkapkan gagasan-gagasan yang
dimilikinya, mampu mencetuskan berbagai penyelesaian masalah, serta
memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.
2. Kemampuan berpikir luwes (fleksibilitas)
Menurut Silverman dalam Rena B Lewis (2003:380), kemampuan
berpikir luwes (fleksibilitas) merupakan kemampuan untuk mengganti bentuk,
mengembangkan informasi, atau mengubah pandangan. Perilaku siswa yang
menunjukkan kemampuan berpikir luwes menurut S. C. Utami Munandar
(1999:89) yaitu: siswa memberikan aneka ragam penggunaan tidak lazim
terhadap suatu objek, memberikan macam-macam penafsiran terhadap suatu
gambar, cerita atau masalah, menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara
yang berbeda, memberikan pertimbangan terhadap situasi yang berbeda
dengan yang diberikan dengan orang lain, memikirkan bermacam-macam cara
untuk menyelesaikan permasalah, menggolongkan hal-hal menurut pembagian
(kategori yang berbeda-beda), dan mampu mengubah arah pemikiran. Agar
kemampuan berpikir luwes yang ada pada siswa dapat berkembang, guru
115
memberikan permasalahan dalam bentuk soal pemecahan masalah dan openended.
Berdasarkan hasil observasi kreativitas siswa pada siklus I, aspek
kemampuan berpikir luwes (fleksibilitas) mencapai kategori sedang dengan
persentase 60,71%. Hasil observasi pada siklus I menunjukkan bahwa
sebagian siswa sudah mampu melihat masalah dari sudut pandang yang
berbeda-beda serta mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran ketika
menyelesaikan suatu masalah. Selain itu, mereka sudah mampu menggali
informasi dari permasalahan yang disajikan meskipun terkadang mereka sulit
memahami maksud dari soal-soal yang diberikan.
Data hasil angket kreativitas siswa juga menunjukkan bahwa aspek ini
mencapai kategori sedang dengan persentase 56,32%. Dari angket kreativitas
siswa dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa merasa bahwa mereka mampu
menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi. Selain itu,
mereka juga mampu menerapkan konsep dengan cara yang berbeda-beda dan
mampu mengubah cara pendekatan dan pemikiran tetapi mereka belum
mampu menggolongkan hal-hal menurut pembagian atau kategori yang
berbeda-beda.
Pada siklus II terjadi peningkatan pada aspek kemampuan berpikir
luwes ini. Pada siklus II ini hampir semua siswa sudah mampu melihat
masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mampu mengubah cara
pendekatan atau pemikiran, mengubah soal kedalam model matematika, serta
menggali informasi dari permasalahan yang ada. Berdasarkan hasil observasi,
116
terjadi peningkatan persentase menjadi 65,63% dan termasuk dalam kategori
sedang.
Berdasarkan hasil angket kreativitas siswa, terjadi peningkatan dari
kategori sedang menjadi kategori tinggi dengan persentase 71,05%. Siswa
merasa mereka mampu menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang
berbeda. Mereka juga mampu melihat masalah dari sudut pandang yang
berbeda serta mampu menggolongkan hal-hal menurut pembagian atau
kategori yang berbeda-beda. Selain itu, siswa sudah mampu mengubah soal
cerita ke dalam bentuk matematika.
3. Kemampuan berpikir orisinal (orisinalitas)
Pada pembelajaran matematika ini, guru mendorong siswa untuk
mengeluarkan ide yang orisinil dari dalam diri siswa. Berdasarkan observasi
pada siklus I, sebagian siswa sudah mampu mengeluarkan ide-idenya dalam
menyelesaikan suatu permasalahan dan mampu menghasilkan ungkapan yang
unik. Selain itu, mereka menganalisis permasalahan yang ada ketika
menyelesaikan permasalahan tersebut. Meskipun demikian, siswa masih
kesulitan membuat kombinasi-kombinasi dari unsur-unsur yang sudah ada dan
terkadang masih menggunakan cara-cara yang lama.
Hasil observasi pada siklus I menunjukkan bahwa aspek ini mencapai
kategori sedang dengan persentase 57,14%. Berdasarkan angket kreativitas
siswa, aspek ini mencapai kategori sedang dengan persentase 61,58%. Siswa
merasa bahwa mereka mampu mengungkapkan ide-ide dalam menyelesaikan
117
permasalahan dan menghasilkan sesuatu yang unik tetapi belum mampu
membuat kombinasi dari unsur-unsur yang sudah ada.
Berdasarkan hasil observasi kreativitas, pada aspek ini tidak terjadi
peningkatan pada siklus II bahkan mengalami penurunan persentase. Hal ini
disebabkan ide-ide yang dihasilkan hampir sama dengan ide-ide yang
dikeluarkan sebelumnya. Siswa juga belum mampu membuat kombinasikombinasi dari unsur-unsur yang sudah ada. Pada siklus II aspek ini termasuk
dalam kategori sedang dengan persentase 56,25%. Sedangkan berdasarkan
hasil angket kreativitas siswa, aspek ini mengalami peningkatan pada siklus II.
Hasil angket menunjukkan bahwa aspek ini mencapai kategori tinggi dengan
persentase 69,47%. Peningkatan ini terjadi karena sebagian siswa sudah
merasa mampu mengungkapkan ide-ide mereka dan mampu mengungkapkan
sesuatu yang unik serta mampu membuat kombinasi-kombinasi dari unsurunsur yang sudah ada.
4. Kemampuan memperinci (elaborasi)
Kemampuan memerinci adalah kemampuan untuk menyampaikan dan
mengembangkan ide serta menguraikan ide tersebut secara terperinci. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Silverman dalam Rena B Lewis (2003) bahwa
elaborasi (kemampuan memerinci) adalah kemampuan untuk menyampaikan
dan mengembangkan ide secara terperinci.
Berdasarkan observasi pada siklus I, siswa sudah mampu menguraikan
idenya secara terperinci meskipun terkadang menjawab soal secara langsung
tanpa menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan. Selain itu, sebagian
118
siswa sudah mampu menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu
objek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. Hasil observasi
pada siklus I menunjukkan bahwa aspek kemampuan memperinci ini
mencapai kategori sedang dengan presentase 50%.
Data hasil angket kreativitas juga menunjukkan bahwa aspek
kemampuan memperinci ini mencapai kategori sedang dengan persentase
63,82%. Siswa merasa mereka sudah mampu mengembangkan suatu gagasan
tetapi mereka masih melakukan langkah-langkah secara garis besarnya saja.
Siswa juga mengembangkan atau memperkaya gagasan untuk menyelesaikan
suatu permasalahan.
Pada siklus II terjadi peningkatan pada aspek ini. Berdasarkan hasil
observasi, aspek ini mencapai kategori yang sama dengan siklus I yaitu
kategori sedang namun terjadi peningkatan persentase menjadi 65,63%.
Peningkatan ini terjadi karena berdasarkan hasil observasi kreativitas pada
siklus II, siswa sudah mampu menyelesaikan permasalahan dengan langkahlangkah yang runtut dan rinci. Mereka sudah menuliskan apa yang diketahui
dan ditanyakan kemudian melakukan langkah-langkah penyelesaian. Selain
itu, siswa mampu menambahkan dan memperinci detil-detil suatu objek,
gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. Siswa juga telah mampu
mengembangkan gagasan untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Berdasarkan hasil angket, aspek ini mencapai kategori tinggi dengan
persentase 76,97%. Dari hasil angket diketahui bahwa siswa mampu
menyelesaikan sesuatu secara rinci dengan menuliskan apa yang ditanyakan
119
dan diketahui kemudian melakukan langkah-langkah penyelesaian serta
mampu mengembangkan dan memperkaya suatu gagasan.
5. Kemampuan menilai (evaluasi)
Pada setiap pertemuannya, guru telah mendorong siswa untuk
membuat
rencana
ketika
menyelesaikan
permasalahan
serta
mampu
mengambil langkah terhadap sesuatu yang terbuka. Hal ini sesuai dengan
pernyataan S. C. Utami Munandar (1992) bahwa kemampuan menilai
(evaluasi) adalah kemampuan untuk menentukan patokan penilaian sendiri dan
menentukan apakah suatu pernyatan benar, suatu rencana sehat, atau suatu
tindakan bijakasana. Seseorang yang sudah memiliki kemampuan menilai
maka dia mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka serta
mampu mencetuskan gagasan dan melaksanakan gagasan tersebut. Pada sikus
I para siswa sudah mampu merencanakan sesuatu untuk menyelesaikan
permasalahan.
Mereka
berdiskusi
merencanakan
langkah-langkahnya
kemudian mereka melaksanakan langkah-langkah yang sudah direncanakan
tersebut. Ketika menghadapi suatu soal terbuka, pada awalnya mereka
bingung. Kemudian mereka bertanya kepada peneliti atau guru dan akhirnya
mengetahui bahwa soal terbuka dapat diselesaikan dengan cara yang berbeda
atau dapat menghasilkan jawaban yang berbeda. Setelah itu, mereka mulai
mampu mengambil langkah penyelesaian terhadap permasalahan terbuka
tersebut.
Berdasarkan hasil observasi, aspek kemampuan menilai (evaluasi)
mencapai kategori sedang dengan persentase 60,71%. Sedangkan berdasarkan
120
angket kreativitas siswa, aspek ini mencapai kategori tinggi dengan persentase
68,95%. Dari hasil angket diketahui bahwa siswa telah mampu membuat
rencana penyelesaian dan melaksanakan rencana tersebut.
Pada siklus II terjadi peningkatan pada aspek ini. Peningkatan ini
terjadi karena hampir semua kelompok telah membuat rencana penyelesaian
serta membuat patokan penilaian. Mereka mampu mengambil keputusan
terhadap situasi yang terbuka dan menganalisisnya dengan selalu menanyakan
“mengapa”. Ketika diskusi kelompok, setiap siswa mengemukakan pendapat
dan bertahan terhadap pendapatnya. Berdasarkan hasil observasi, aspek
kemampuan menilai (evaluasi) mencapai kategori tinggi dengan persentase
75%. Data hasil agket kreativitas juga menunjukan bahwa aspek ini mencapai
kategori tinggi dengan persentase 76,32%. Peningkatan ini terjadi karena
hampir semua siswa memenuhi kriteria-kriteria yang ada pada aspek ini yaitu
siswa mampu menganalisis masalah dengan menanyakan “mengapa”,
membuat rencana penyelesaian, membuat patokan penilaian, dan mampu
mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka.
6. Rasa ingin tahu
Pada siklus I rasa ingin tahu yang dimiliki siswa cukup besar. Hal ini
dapat dilihat dari siswa aktif bertanya ketika ada hal yang tidak dipahami atau
untuk meyakinkan bahwa langkah yang mereka lakukan sudah benar atau
belum. Selain itu, mereka juga membaca buku pegangan matematika ketika
ada hal yang belum diketahuinya.
121
Berdasarkan hasil observasi, aspek rasa ingin tahu ini mencapai
kategori tinggi dengan persentase 71,43%. Data hasil angket juga
menunjukkan bahwa aspek rasa ingin tahu ini mencapai kategori tinggi dengan
persentase 70,39%. Selisih antara persentase hasil observasi kreativitas dengan
persentase angket kreativitas hanya sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa ada
kesesuaian antara hasil pengamatan yang dilakukan pengamat dengan
pendapat siswa yang dilihat dari hasil angket.
Pada siklus II terjadi peningkatan pada aspek rasa ingin tahu ini.
Peningkatan ini terjadi karena setiap siswa sering menanyakan hal-hal yang
tidak mereka ketahui atau bertanya untuk meyakinkan apakah langkah-langkah
yang dilakukan sudah benar. Siswa juga membaca-baca buku dan
menggunakan berbagai media pembelajaran untuk memperdalam konsep dan
mencari gagasan-gagasan baru. Hasil observasi menunjukkan bahwa aspek ini
mencapai kategori tinggi dan terjadi kenaikan persentase dari siklus
sebelumnya menjadi 81,25%.
Data hasil angket kreativitas siswa juga menunjukkan adanya kenaikan
persentase dari siklus sebelumnya menjadi 80,26% dan termasuk dalam
kategori tinggi. Pada siklus II ini juga terjadi kesesuaian antara pengamatan
yang dilakukan oleh pengamat dengan pendapat siswa yang diambil lewat
angket karena selisih antara persentase keduanya hanya sedikit. Dari data-data
tersebut dapat dikatakan bahwa siswa telah mempunyai rasa ingin tahu yang
tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat S. C. Utami Munandar (1992) bahwa
definisi dari rasa ingin tahu adalah selalu terdorong untuk mengetahui lebih
122
banyak, mengajukan banyak pertanyaan, selalu memperhatikan orang, objek,
dan situasi, serta peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui atau meneliti.
7. Imajinatif
Pada siklus I daya imajinatif siswa belum tampak. Hal ini dapat dilihat
bahwa siswa belum mampu mengilustrasikan soal dalam bentuk gambar. Dari
media yang digunakan, siswa belum mampu mengekplorasinya.
Berdasarkan hasil observasi, aspek imajinatif ini mencapai kategori
sedang dengan persentase 35,71%. Hal ini terjadi karena pengamat mengalami
kesulitan untuk melihat daya imajinasi yang dimiliki siswa. Pengamat hanya
mampu melihat daya imajinasi siswa dari hasil interpretasi gambar yang
dilakukan dan dari peragaan yang dilakukan siswa.
Data hasil angket kreativitas juga menunjukkan bahwa aspek imajinatif
termasuk dalam kategori sedang dengan persentase 66,45%. Persentase hasil
angket kreativitas siswa lebih tinggi dari persentase hasil observasi kreativitas
dan selisih persentase diantara keduanya cukup banyak. Hal ini terjadi karena,
beberapa kriteria dari aspek tidak dapat terlihat dalam pengamatan tetapi dapat
dilihat lewat angket seperti siswa memikirkan hal-hal yang belum pernah
terjadi dan siswa memikirkan bagaimana jika melakukan sesuatu yang belum
pernah dilakukan orang lain.
Berdasarkan pengamatan, Pada siklus II terjadi peningkatan pada aspek
ini. Siswa sudah mampu mengilustrasikan permasalahan dalam bentuk gambar
dan mampu mengeksplorasi suatu media. Selain itu, siswa sudah mampu
memperagakan sesuatu yang belum pernah terjadi serta mampu mengimpretasi
123
suatu gambar. Hasil observasi menunjukkan bahwa aspek ini termasuk dalam
kategori sedang dan terjadi peningkatan persentase menjadi 53,13%.
Berdasarkan data hasil angket kreativitas, pada aspek ini terjadi
penurunan persentase. Aspek imajinatif ini termasuk dalam kategori yang
sama dengan kategori pada siklus sebelumnya yaitu sedang dengan persentase
65,13%. Penurunan persentase hasil angket ini tidak terlalu signifikan. Dari
data-data di siklus II dapat dikatakan bahwa siswa sudah menampakkan daya
imajinasinya meskipun belum maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat S. C.
Utami Munandar (1992) bahwa definisi dari imajinatif adalah mampu
memperagakan atau membayangkan hal-hal yang tidak atau belum pernah
terjadi dan menggunakan khayalan tetapi mengetahui perbedaan antara
khayalan dan kenyataan.
8. Merasa tertantang oleh kemajemukan
Hasil pengamatan pada siklus I menunjukkan bahwa siswa merasa
tertantang terhadap kemajemukan. Mereka antusias untuk mengerjakan soalsoal yang ada dalam LKS meskipun soal-soal tersebut sulit. Para siswa juga
melibatkan diri dalam kegiatan diskusi meskipun ada siswa yang malah asyik
bercanda atau hanya diam saja. Data hasil observasi pada siklus I ini
menunjukkan bahwa aspek merasa tertantang terhadap kemajemukan
mencapai kategori sedang dengan persentase 60,71%. Data hasil angket
kreativitas siswa juga menunjukkan bahwa aspek merasa tertantang terhadap
kemajemukan ini mencapai kategori sedang dengan persentase 50%.
124
Pada siklus II terjadi peningkatan pada aspek ini. Peningkatan ini
terjadi karena hampir semua siswa terdorong untuk mengatasi masalah yang
sulit dan menerima tugas-tugas yang diberikan guru meskipun tersebut sulit
dan banyak. Berdasarkan data hasil observasi, aspek merasa tertantang oleh
kemajemukan ini mencapai kategori tinggi dengan persentase 71,88%. Data
hasil angket kreativitas siswa juga menunjukkan adanya peningkatan pada
aspek ini. Persentasenya meningkat menjadi 58,55% dan termasuk kategori
sedang.
Terjadi selisih cukup banyak antara persentase hasil observasi
kreativitas siswa dengan persentase hasil angket. Hal ini disebabkan karena
meskipun siswa sudah berusaha untuk menyelesaikan permasalahan tersebut
tetapi mereka tetap merasa kesulitan dalam menyelesaikannya. Dari data-data
tersebut dapat dikatakan bahwa siswa telah merasa tertantang oleh
kemajemukan. Hal ini sesuai dengan pendapat S. C. Utami Munandar (1992)
bahwa definisi dari merasa tertantang oleh kemajemukan adalah terdorong
untuk mengatasi masalah yang sulit, merasa tertantang oleh situasi-situasi
yang rumit, dan lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit.
9. Berani mengambil resiko
Pada
siklus
I,
sebagian
siswa
terlihat
masih
takut
untuk
mempresentasikan hasil diskusinya meskipun sebagian siswa yang lain sudah
mulai berani presentasi. Siswa masih takut mendapatkan kritik ketika sedang
presentasi. Ketika presentasi berlangsung, siswa yang tidak presentasi jarang
memberikan tanggapan. Sebagian siswa masih takut memberikan jawabannya
125
karena takut kalau jawabannya salah. Berdasarkan hasil observasi, aspek
berani mengambil resiko mencapai kategori sedang dengan presentase
64,29%. Sedangkan data hasil angket kreativitas siswa menunjukkan bahwa
aspek berani mengambil resiko ini mencapai kategori tinggi dengan persentase
77,37%.
Berdasarkan hasil observasi pada siklus II, terjadi peningkatan pada
aspek ini. Data hasil observasi menunjukkan bahwa aspek berani mengambil
resiko termasuk ke dalam kategori tinggi dengan persentase 87,50%.
Peningkatan ini terjadi karena hampir semua kelompok berani presentasi di
depan kelas dan tidak mendapatkan kritik. Setiap kelompok berani
memberikan jawaban meskipun jawabannya belum tentu benar. Mereka juga
berani mempertahankan pendapat mereka meskipun mendapat kritik dari
teman yang lain. Sedangkan berdasarkan data angket kreativitas tidak terjadi
peningkatan pada aspek ini.
Data angket kreativitas menunjukkan bahwa aspek berani mengambil
resiko termasuk ke dalam kategori tinggi dengan persentase 74,74%. Terjadi
penurunan persentase hasil angket kreativitas pada siklus II ini. Hal ini terjadi
karena siswa mungkin merasa soal yang diberikan terlalu sulit sehingga
mereka takut mengalami kegagalan ketika mengerjakan soal serta takut
mendapatkan kritik dari teman yang lain. Berdasarkan data-data tersebut dapat
dikatakan bahwa siswa mempunyai sifat berani mengambil resiko. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan S. C. Utami Munandar (1992) bahwa
definisi dari berani mengambil resiko adalah berani memberikan jawaban
126
meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal atau mendapat kritik, dan tidak
menjadi ragu-ragu karena ketidakjelasan, hal-hal yang tidak konvensional,
atau yang kurang bersetruktur.
10. Menghargai
Pada siklus I terlihat bahwa siswa saling menghargai antara yang satu
dengan yang lain, mereka menghargai pendapatnya dan menghargai pendapat
orang lain ketika melakukan diskusi. Mereka menghargai kemampuan yang
dimiliki dengan cara mengeluarkan ide-idenya. Siswa menghargai kebebasan
yang diberikan kepada mereka ketika berdiskusi. Data hasil observasi
menunjukkan bahwa aspek ini mencapai kategori tinggi dengan persentase
67,86%. Data hasil kreativitas siswa juga menunjukkan bahwa aspek
menghargai ini mencapai kategori tinggi dengan persentase 86,84%. Terjadi
selisih cukup banyak antara persentase hasil observasi kreativitas dengan
persentase hasil angket kreativitas. Hal ini terjadi karena pengamat
memandang sebagian siswa belum memenuhi kriteria dari aspek menghargai
tetapi siswa sudah merasa memenuhi kriteria dari aspek tersebut.
Pada siklus II terjadi peningkatan pada siklus ini. Berdasarkan hasil
observasi, aspek ini mengalami peningkatan persentase dari siklus sebelumnya
menjadi 71,88% dan termasuk ke dalam kategori tinggi. Penigkatan terjadi
karena pengamat melihat bahwa hampir semua siswa telah mampu
menghargai bakat yang ada pada dirinya, menghargai hak-hak yang telah
diberikan kepada dirinya dan menghargai hak orang lain, mereka menghargai
127
kesempatan yang telah diberikan kepadanya, serta mereka mneghargai
keberadaan orang lain.
Data hasil angket juga menunjukkan adanya peningkatan persentase
dari siklus sebelumnya menjadi 89,47% dan termasuk ke dalam kategori
tinggi. Peningkatan persentase hasil angket ini terjadi karena hampir semua
siswa memenuhi kriteria dari aspek menghargai. Data-data tersebut
memperlihatkan bahwa siswa memiliki sifat menghargai.
Dari penjelasan diatas diperoleh bahwa kreativitas siswa masih berada
dalam kategori sedang pada siklus I, dan telah mencapai kategori tinggi pada
siklus II. Data tersebut juga didukung oleh rata-rata nilai tes kelas yaitu pada
siklus I sebesar 6,13 dan pada siklus II menjadi 7,07. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada lampiran D. Data-data yang telah dideskripsikan merupakan
implikasi dari tindakan yang telah dilakukan selama pembelajaran matematika
berlangsung. Dalam hal ini peneliti menganggap bahwa hasil yang diperoleh
dapat menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan di SMP N 1 Tegalrejo Magelang ini
memiliki keterbatasan-keterbatasan, diantaranya:
1. Pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan berbeda-beda pada
siklus I dan siklus II karena materi yang dipelajari pada setiap siklusnya
berbeda meskipun pokok bahasannya sama.
128
2. Guru dan siswa terkadang lupa membuat kesimpulan dan melakukan
refleksi sehingga guru tidak mengetahui materi apa yang belum dipahami
oleh siswa.
3. Karena keterbatasan waktu, soal-soal latihan yang diberikan juga masih
kurang sehingga siswa tidak mempunyai kesempatan untuk menyelesaikan
berbagai variasi soal.
129
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Kreativitas siswa mengalami peningkatan serta mencapai kategori tinggi
setelah dilaksanakan pembelajaran matematika di kelas VIII-A SMP N 1
Tegalrejo Magelang pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar (BRSD).
Peningkatan dapat dilihat dari segi afektif dan kognitifnya dengan data
sebagai berikut:
a. Data hasil observasi kreativitas siswa menunjukkan kreativitas siswa
pada siklus I mencapai kategori sedang dengan persentase 60% dan
pada siklus II meningkat menjadi 70,94% dengan kategori tinggi.
b. Data hasil angket kreativitas siswa menunjukkan kreativitas siswa pada
siklus I mencapai kategori sedang dengan persentase 65,96% dan pada
siklus II meningkat menjadi 72,99% dengan kategori tinggi.
c. Data hasil angket respons siswa pada siklus I sebesar 75,19% dengan
kategori baik dan meningkat menjadi 82,71% dengan kategori baik
pada siklus II.
d. Rata-rata nilai tes akhir siklus yaitu sebesar 6,13 dengan kategori
cukup baik pada siklus I dan meningkat menjadi 7,07 dengan kategori
baik pada siklus II.
2. Adapun deskripsi kegiatan pembelajaran matematika untuk meningkatkan
kreativitas siswa adalah sebagai berikut:
130
a. Guru melakukan persiapan dengan merumuskan topik diskusi,
merumuskan
tujuan
pembelajaran,
merumuskan
petunjuk
pembelajaran, dan menyiapkan media pembelajaran yang akan
digunakan.
b. Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan mengingatkan siswa
terhadap materi sebelumnya yang merupakan prasyarat untuk
mempelajari materi yang dipelajari.
c. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok yang terdiri dari 6-7 siswa
dan memberikan Lembar Kegiatan Siswa(LKS) kepada masing-masing
kelompok untuk didiskusikan. LKS yang diberikan berisi soal-soal
penemuan, soal-soal open-ended, dan soal-soal pemecahan masalah.
Dengan adanya soal-soal penemuan, siswa berhasil menemukan
berbagai bentuk jaring-jaring kubus, jaring-jaring balok, jaring-jaring
prisma, dan jaring-jaring limas, serta mampu menemukan rumus
volume kubus, rumus volume balok, rumus volume prisma, dan rumus
volume limas. Dengan adanya soal-soal open-ended, siswa mampu
menentukan berbagai cara untuk menyelesaikan masalah itu atau
menemukan berbagai jawaban. Dengan adanya soal-soal pemecahan
masalah siswa mampu memperinci permasalahan sehingga mampu
mengungkapkan berbagai ide untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut. Siswa juga dapat menggunakan beberapa konsep serta
mengkombinasikan
konsep
tersebut
untuk
menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang diberikan. Hampir semua soal di
131
dalam LKS diberi ilustrasi gambar. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah siswa dalam menyelesaikan soal tersebut dan untuk
melihat seberapa besar daya imajinasi yang dimiliki siswa.
d. Setiap kelompok melakukan diskusi. Dengan adanya diskusi siswa
mampu merencanakan langkah penyelesaian di kelompoknya. Siswa
dapat saling bertukar pikiran dengan teman-teman satu kelompoknya.
Siswa juga tidak takut mendapat soal-soal yang sulit dan akan
menyelesaikan soal-soal. Diskusi adalah wadah bagi siswa untuk
belajar menghargai antara siswa satu dengan yang lainnya.
e. Untuk membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahan tersebut,
guru
memberikan
media
pembelajaran
kepada
masing-masing
kelompok.
f. Guru memberikan bimbingan kepada kelompok ketika berdiskusi.
g. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya kemudian
ditanggapi oleh teman sekelas.
h. Guru bersama siswa melakukan pembahasan terhadap masalah dan
penyelesaiannya.
i. Setiap kelompok membuat laporan hasil diskusi dan dikumpulkan
kepada guru.
3. Proses pembelajaran berlangsung dengan baik, hal ini dapat dilihat dari
hasil observasi kegiatan pembelajaran yang meningkat dari siklus I sebesar
75% dengan kategori baik menjadi 83,84% dengan kategori baik pada
siklus II.
132
B. Saran
Berdasarkan pengalaman peneliti selama pelaksanaan penelitian,
terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:
1. Dalam pembelajaran untuk meningkatkan kreativitas siswa sebaiknya
disediakan alokasi waktu yang cukup sehingga siswa lebih leluasa dalam
menggali kreativitas yang dimilikinya.
2. Memberikan soal-soal dengan variasi yang berbeda-beda sehingga siswa
mempunyai banyak pengalaman dalam menyelesaikan soal. Selain itu,
sediakan pula alat peraga untuk mempermudah siswa dalam memahami
permasalahan dan menumbuhkan daya imajinasinya.
3. Berikan keleluasaan kepada siswa untuk melakukan kegiatan sendiri
sehingga kemampuan kreatifnya muncul.
133
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. (2007). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Agnes Tri Harjaningrum. (2007). Peranan Orang Tua Dan Praktisi Dalam
Membangun Tumbuh Kembang Anak Berbakat Melalui Pemahaman Teori
Dan Teori Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Groop.
Alfred S. Posamentier.(1990). Teaching Secondary School Mathematics Tecniquis
and Enrichment Units Third Edition. Columbus: Ohio Merril Publishing
Company.
A. M. Slamet Soewandi. (2005). Perspektif Pembelajaran Berbagai Bidang Studi.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Conny Semiawan, dkk . (1987). Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah
Menengah. Jakarta: PT. Gramedia.
Crayonpedia.
(2008).
Bangun
Ruang
Sisi
Datar.
http://crayonpedia.com/2008/10/18/bangun ruang sisi datar/. Diakses 10
Februari 2009.
Dedi Supriadi. (1994). Kreativitas, Kebudayaan, Dan Perkembangan IPTEK.
Bandung: Alfabeta.
Donal D. Paige dkk. (1982). Elementary Mathematical Methods Second Edition.
New York: United States of America.
Erman Suherman. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: Jurusan Pendidikan Matematikan, Fakultas Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universita Pendidikan
Indonesia.
Fefi Yulita. (2008). Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VI SD
Melalui Penggunaan Media Bangun Ruang. http://inteplanen.dk/query.
Diakses 10 Februari 2009.
Hamzah B. Uno. (2007). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar
Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Herman Hudojo. (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran
Matematika. Malang: Jurusan Pendidikan Matematika, FMIPA,
Universitas Negeri Malang.
134
Ismul Farikhah. (2009). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan
Kreatif Siswa Kelas X MA Wahid Hasyim Sleman dalam Pembelajaran
Matematika dengan Pendekatan Open-Ended. http://digilib.uin-suka.ac.id
/gdl.php. Diakses 28 Juli 2009.
Lalu Muhammad Fauzi. 2009. Pendekatan Problem Solving Matematika pada
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan
(KTSP).
http://ulfiyahanan.blogspot.com/2009/01/21/pendekatan problem solvingmatematika/. Diakses 01 Mei 2009.
Lorin W. Anderson Ed. (2001). A Taxonomy for Learning, Theaching, and
Assessing, A Revition of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives
Complete Edition. New York: Addison Wesley Longman, Lnc.
Martiningsih.
(2007).
Macam-macam
Metode
Pembelajaran.
http://martiningsih.com/2007/12/18/macam-macam metode pembelajaran/.
Diakses 28 Juli 2009.
Muhammad Ali. (2001). Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Penerbit Sinar Baru Algensindo.
Muhammad Thohir. 2008. Masalah Revisi Ranah Kognitif Dalam Taksonomi
Bloom.
http://mthohir.wordpress.com/2008/10/16/masalah-revisi-ranahkognitif-dalam-taksonomi-bloom/. Diakses 17 Desember 2008.
Muhibbinsyah. (1997). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Mumun Syaban. (2008). Menggunakan Open-Ended untuk Memotivasi Berfikir
Matematika.
http://educare.e-fkipunla.net/index2.php?option=
com_content&do_pdf= 1&id=54. Diakses pada tanggal 01 Mei 2009.
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). (2000). Principles and
Standars for School Mathematics. Reston, VA: NCTM, Inc.
Noeng Muhadjir. (2003). Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial. Yogyakarta:
Rake Sarakin.
Rachmadi Widdiharto. (2004). Model-model Pembelajaran Matematika SMP:
Makalah Diklat Instruktur/Pengembangan Matematika SMP Jenjang
Dasar. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat
Pengembangan Penataran Guru Matematika Yogyakarta.
Rena B Lewis, dkk. (2003). Teaching Special Students in General Education
Classrooms, Sixth Edition. New Jersey: Merrill Prentice Hall.
135
Retno Kusmartarti. (2001). Studi penguasaan konsep segi empat dan jenisjenisnya pada siswa kelas 2 SMP Negeri 2 Mlati, Sleman tahun ajaran
2000/2001. Skripsi Yogyakarta: Program studi pendidikan matematika
FMIPA UNY.
Sardiman A.M. (2005). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Suparlan. (2007). Diskusi: Metode Mengajar untuk Mengasah Otak, Bukan Otot
dan untuk Mengembangkan Sikap Saling Menghormati, Bukan Menang
Sendiri. http://suparlan.com/.../. Diakses 28 Juli 2009.
Sumadi Suryabrata. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Syarifuddin
Asdoris.
(2008).
Pembelajaran
Matematika.
http://syarifartikel.blogspot.com/2008/11/pembelajaran-matematika-disd.html - 84k. Diakses tanggal 10 Februari 2009.
Tony Buzan. (2003). Sepuluh Cara Jadi Orang Yang Jenius Kreatif. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Utami Munandar S. C. (1992). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak
Sekolah. Jakarta: PT. Grasindo.
Utami Munandar S. C. (1999). Kreativitas dan Keberbakatan. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Utami Munandar S. C. (1999). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat .
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Wikipedia. (2008). Pembelajaran. http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran 19k. Diakses tanggal 10 Februari 2009.
Zainal
Mutaqqien. (2009). Pengertian dan Hakekat Pembelajaran.
http://elmuttaqie.wordpress.com/2008/11/18/pengertian-dan-hakekatpembelajaran/ - 13k. Diakses tanggal 10 Februari 2009.
Download