1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses pembelajaran matematika, sebaiknya siswa berperan aktif, yaitu siswa ditempatkan sebagai subjek pembelajaran dan guru sebagai pengelola pembelajaran agar tujuan dari pembelajaran tercapai. Kurikulum satuan pendidikan tahun 2006 menyatakan bahwa tujuan dari pembelajaran matematika yaitu agar siswa memiliki kemampuan: (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) Menggunakan penilaian dalam pola dan sifat, menemukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau penjelasan gagasan/pernyataan matematika, (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami soal, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan masalah, (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Berdasarkan hasil pengamatan di kelas VIII SMP N 1 Tegalrejo Magelang, guru matematika SMP N 1 Tegalrejo menggunakan metode 2 ceramah dan metode tanya jawab ketika mengajarkan materi. Meskipun dilakukan tanya jawab ketika pembelajaran berlangsung, tetapi kegiatan ini kurang berjalan secara optimal sehingga menyebabkan pembelajaran berpusat pada guru dan siswa terbiasa menerima apa yang sudah diajarkan oleh guru tersebut. Pembelajaran yang berpusat pada guru menyebabkan: (1) ketika pembelajaran berlangsung siswa kurang dapat menyampaikan ide/gagasannya karena kesempatan yang diberikan kepada siswa dalam menyampaikan ide/gagasan masih kurang. (2) Siswa hanya mampu menyelesaikan soal-soal dengan cara penyelesaian yang diajarkan oleh guru dan kurang mampu untuk mencari alternatif penyelesaian yang lain. (3) Siswa kurang berani mengajukan pertanyaan ketika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. (4) ketika siswa diberi pertanyaan yang sedikit sulit dan mereka tidak mampu menyelesaiakannya, siswa berhenti mengerjakan soal itu. (5) Siswa tidak percaya diri ketika menyelesaikan masalah. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VIII SMP N 1 Tegalrejo, siswa mempunyai kemampuan yang sedang dalam pelajaran matematika. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa kelas VIII-A pada ujian semester gasal tahun ajaran 2008/2009 adalah 6,1 , kelas VIII-B nilai rata-ratanya 6,4, kelas VIII-C nilai rata-ratanya 6,2, dan kelas VIII-D nilai rata-ratanya 6,3. Ketika siswa diberi permasalahan oleh guru, mereka belum bisa mengembangkan langkah penyelesaian dengan cara yang mereka temukan sendiri. Selain itu, permasalahan yang diberikan guru selama ini belum 3 memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan masalah dengan berbagai strategi. Dari hasil pengamatan dan wawancara tersebut memperlihatkan bahwa siswa mempunyai kreativitas yang kurang sehingga perlu ditingkatkan. Kreativitas adalah suatu kemampuan berpikir yang orisinal, fleksibel, menemukan berbagai cara dalam memecahkan masalah. Begitu juga dengan kemandirian dan keingintahuan dalam rangka melihat dan memecahkan berbagai masalah akan berkaitan dengan kreativitas (Agnes Tri Harjaningrum, 2007:117). Mengembangkan kreativitas siswa dalam pembelajaran matematika bukan hal yang mudah. Untuk itu diperlukan suatu proses pembelajaran yang mendukung siswa menjadi kreatif. Dalam proses pembelajaran, guru dapat mengkombinasikan beberapa metode dari banyak metode yang ada seperti mengkombinasikan metode diskusi dengan metode penemuan terbimbing. Menurut Abdul Majid (2007:141), metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan masalah yang dihadapi. Menurut Herman Hudojo (2005:95), metode penemuan merupakan suatu cara penyampaian topik-topik matematika sedemikian sehingga proses belajar memungkinkan siswa menemukan sendiri pola-pola atau strukturstruktur melalui serangkaian pengalaman-pengalaman belajar masa lampau. Dalam penggunaan metode ini, beberapa petunjuk dan instruksi perlu diberikan kepada siswa. Oleh karena itu, metode ini disebut dengan metode penemuan terbimbing. 4 Selain menggunakan metode tertentu, di dalam pembelajaran dapat digunakan berbagai pendekatan seperti pendekatan open-ended dan pendekatan pemecahan masalah. Erman Suherman (2003:124) mengemukakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan open-ended adalah pembelajaran yang membangun kegiatan interaktif antara matematika dan siswa sehingga mengundang siswa untuk menjawab permasalahan dengan berbagai strategi. Menurut Lalu Muhammad Fauzi (2009), pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan kemampuan dan keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan dalam pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Melalui kegiatan ini aspek-aspek kemampuan matematika penting seperti penerapan aturan pada masalah tidak rutin, penemuan pola, penggeneralisasian, komunikasi matematika dan lain-lain dapat dikembangkan secara lebih baik. Melihat masalah tersebut, maka perlu diadakan penelitian tentang bagaimana meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran matematika di SMP N 1 Tegalrejo. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang muncul dapat diidentifikasi sebagai berikut : 5 1. Siswa di SMP N 1 Tegalrejo mempunyai kemampuan yang sedang. Hal ini dilihat dari nilai rata-rata matematika kelas VIII -A adalah 6,1 , kelas VIII-B adalah 6,4 , kelas VIII-C adalah 6,2 , dan kelas VIII-D adalah 6,3. 2. Pembelajaran matematika yang dilakukan di SMP N 1 Tegalrejo masih berpusat kepada guru. 3. Pembelajaran matematika di SMP N 1 Tegalrejo belum memperlihatkan adanya pengembangan kreativitas siswa. C. Pembatasan Masalah Agar pembahasan tidak meluas dan penelitian lebih terfokus, maka peneliti membatasi permasalahan pada upaya meningkatkan kreativitas siswa pada pembelajaran dengan pokok bahasan bangun ruang sisi datar (BRSD) bertempat di kelas VIII-A SMP N 1 Tegalrejo. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana meningkatkan kreativitas siswa pada pembelajaran dengan pokok bahasan bangun ruang sisi datar (BRSD) di kelas VIII-A SMP N 1 Tegalrejo? 2. Bagaimana hasil/pencapaian siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran pokok bahasan bangun ruang sisi datar (BRSD) di kelas VIII-A SMP N 1 Tegalrejo dilihat dari segi kognitif dan afektifnya? 6 E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran dengan pokok bahasan bangun ruang sisi datar (BRSD) di kelas VIII-A SMP N 1 Tegalrejo. 2. Mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang sudah dilaksanakan dilihat dari segi kognitif dan afektifnya. F. Manfaat Penelitian 1. Memberdayakan guru dalam mengembangkan kreativitasnya ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran agar kegiatan pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru. 2. Memberdayakan siswa dalam mengembangkan kreativitas belajar matematika agar tujuan dari pembelajaran tercapai. 3. Membantu guru dan pendidik lainnya dalam menciptakan perubahan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa lebih kreatif dan merasa senang dengan kegiatan ini. 4. Memberi informasi dan gambaran kepada peneliti tentang suatu pembelajaran di sekolah sehingga dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan pembelajaran jika nantinya terjun menjadi pendidik. 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakekat Pembelajaran Sugihartono (2007:81) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar yang efektif dan efisien. Menurut Erman Suherman (2003:8), dalam arti sempit pembelajaran adalah proses sosialisasi individu siswa dengan lingkungan sekolah seperti guru, sumber/fasilitas, dan teman sesama siswa. Dalam konsep sosiologi, pembelajaran adalah rekayasa sosio-psikologis untuk memelihara kegiatan belajar sehingga tiap individu yang belajar akan belajar secara optimal dalam mencapai tingkat kedewasaan dan dapat hidup sebagai anggota masyarakat yang baik. Dalam konsep komunikasi, pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan. Menurut Zainal Muttaqien (2009), pembelajaran adalah proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Wikipedia). 8 Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses sosialisasi dan interaksi individu siswa dengan lingkugan sekolah seperti guru, sumber belajar, dan teman sesama siswa sehingga siswa mau belajar. a. Hakekat Pembelajaran Matematika Menurut Herman Hudojo (2005:35), matematika pada hakekatnya merupakan suatu ilmu yang cara bernalarnya deduktif. Bernalar deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan pada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan. Secara deduktif, matematika menemukan pengetahuan yang baru berdasarkan premis-premis yang tertentu. Freudental dalam A. M Slamet Soewandi (2005:24) menyatakan bahwa matematika adalah suatu aktivitas manusia. Matematisi menemukan konsep matematika dengan berbuat, melakukan refleksi terhadap tindakan (aktivitasnya) lalu menemukan hasilnya berupa konsep-konsep, sifat-sifat konsep, hubungan antara konsep-konsep, aturan-aturan, dan prinip-prinsip lalu mengkontruksinya. Menurut Erman Suherman (2003:15), matematika adalah bahasa simbol, bahasa numerik, bahasa yang dapat menghilangkan sifat kabur, metode berpikir logis, sarana berpikir, logika orang dewasa, sarana dan sekaligus pelayannya, sains mengenai kuantitas dan besaran, sains yang bekerja menarik kesimpulan, sains formal yang murni, ilmu tentang bilangan dan ruang, mempelajari pola (hubungan, bentuk, dan struktur), ilmu abstrak dan deduktif, dan aktivitas manusia. 9 Belajar matematika adalah suatu proses aktif dalam memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru dengan cara bernalar deduktif yang melibatkan suatu struktur hierarki (Herman Hudojo, 2005:35). Cobb dalam Erman Suherman (2003:76) mendefinisikan bahwa belajar matematika merupakan proses mengkonstruksi pengetahuan matematika. Dalam mengkonstuksi matematika tersebut siswa bertindak secara aktif. Menurut Herman Hudojo (2005:35), mengajar dilukiskan sebagai suatu proses interaksi antara guru dan siswa di mana guru mengharapkan siswanya dapat menguasai pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang benar-benar dipilih oleh guru. Mengajar sebenarnya memberi kesempatan kepada yang diajar untuk mencari, bertanya, menebak, menalar, dan bahkan mendebat. Tahun pertama dari suatu jenis sekolah merupakan tahun genting bagi siswa belajar matematika lebih lanjut. Sikap siswa selanjutnya terhadap matematika, umumnya ditentukan pengalaman-pengalaman pertamanya dalam bidang matematika. Suatu kondisi yang perlu untuk mengajar matematika adalah bahwa mengajar haruslah didasarkan kepada bagaimana siswa dapat belajar secara efektif tanpa mencoba memaksa siswa di luar tahap kemampuan intelektualnya (Herman Hudojo, 2005:71). Menurut Syarifuddin Asdoris (2008), pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan memungkinkan seseorang (si pelajar) melaksanakan kegiatan belajar matematika, dan proses tersebut berpusat pada guru mengajar matematika. Dalam pembelajaran matematika seharusnya siswa diberi 10 kesempatan mengkonstruksi pengetahuan yang perlu diketahui melalui berbuat, mengamati, mengklasifikasi, menyelesaikan masalah, berkomunikasi, berinteraksi atau bernegosiasi dengan yang lain termasuk dengan guru melakukan refleksi, estimasi, atau prediksi mengambil kesimpulan, menyelidiki hubungan, keterkaitan, dan sebagainya. (A. M Slamet Soewandi, 2005:25). Pembelajaran matematika diharapkan berakhir dengan sebuah pemahaman siswa yang komprehensif dan holistik (lintas topik bahkan lintas bidang studi jika memungkinkan) tentang materi yang telah disajikan (Erman Suherman, 2003:298). Dalam pembelajaran matematika seharusnya tidak menyekat secara tegas pelajaran matematika sebagai penyajian materi-materi matematika belaka. Topik-topik dalam matematika sebaiknya tidak disajikan sebagai materi secara parsial, tetapi harus diintegrasikan antara satu topik dengan topik yang lain bahkan dengan bidang lain ( Erman Suherman, 2003:302). 2. Pembelajaran Geometri a. Pembelajaran Geometri di SMP Tujuan khusus pembelajaran matematika di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah mengacu pada Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) matematika sebagaimana diungkapkan oleh Erman Suherman, dkk. (2003:58-59) ialah agar: 1) Siswa memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika. 11 2) Siswa memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke pendidikan menengah. 3) Siswa memiliki ketrampilan matematika sebagai peningkatan dan perluasan dari matematika sekolah dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. 4) Siswa memiliki pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis, kritis, cermat, dan disipilin serta menghargai kegunaan matematika. NCTM (2004: 41) mengemukakan bahwa standar pengajaran program geometri dari jenjang kanak-kanak hingga tingkat 12 (Sekolah Menengah Atas), mengharapkan siswa dapat: 1) Menganalisis karakteristik dan keberadaan dari bentuk geometri dua dimensi dan tiga dimensi serta mengembangkan argumen tentang hubungan geometri. 2) Menyebutkan dengan rinci dan mendeskripsikan hubungan spasial (ruang) menggunakan koordinat geometri dan representasi yang lainnya. 3) Mengaplikasikan transformasi dan menggunakan simetri untuk menganalisis situasi dan persoalan matematika. 4) Menggunakan visualisasi dan pemodelan matematika untuk menyelesaikan masalah. b. Materi Pembelajaran Geometri pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (BRSD) di SMP Kelas VIII Sejak di SD para siswa sudah dikenalkan dengan geometri ruang, kemudian dilanjutkan di SMP maupun SMU. Travers dkk (1987) menyatakan 12 bahwa: ”Geometry is the study of the relationships among points, lines, angels, surfaces, and solids”. Hal ini menunjukkan bahwa geometri adalah ilmu yang membahas tentang hubungan antara titik, garis, sudut, bidang, dan bangunbangun ruang. Bangun ruang adalah sejenis benda ruang beraturan yang memiliki rusuk, sisi dan titik sudut. Ada dua jenis bangun ruang yaitu bangun ruang sisi datar dan bangun ruang sisi lengkung. Bentuk–bentuk bangun ruang sisi datar yang sudah dikenal siswa SD kelas V adalah kubus, balok, dan prisma. Di kelas VIII SMP materi bangun ruang sisi datar (kubus, balok, prisma) akan dipelajari lagi ditambah satu bangun ruang sisi datar lagi, yaitu limas. (Crayonpedia: 2008). Berikut ini adalah rincian standar kompetensi dan kompetensi dasar materi geometri pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar. Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika Jenjang SMP Kelas VIII Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Memahami sifat-sifat 1.1 mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, kubus,balok, prisma, prisma, dan limas serta bagian-bagiannya. limas, dan bagian- 1.2 Membuat jaring-jaring kubus, balok, bagiannya serta prisma, dan limas. menentukan 1.3 Menghitung luas permukaan dan volume ukurannya kubus, balok, prisma, dan limas. Bangun ruang sisi datar seperti kubus, balok, prisma, dan limas dapat dibuat medianya. Media bangun ruang dapat berfungsi untuk mengkongkritkan konsep yang ada dalam pembelajaran. Selain itu, siswa akan lebih mudah menerima materi luas permukaan dan volume bangun ruang dengan adanya media tersebut. (Fefi Yulita, 2008). 13 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa geometri adalah ilmu yang membahas tentang hubungan antara titik, garis, sudut, bidang, dan bangun-bangun ruang. Sebagian besar dari materi-materi geometri dapat dibuat medianya seperti materi bangun ruang sisi datar (kubus, balok, prisma, dan limas). Dengan media ini diharapkan tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. 3. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah cara menyajikan materi yang masih bersifat umum, misalnya seorang guru menyajikan materi dengan penyampaian dominan secara lisan dan sekali-kali ada tanya jawab (Erman Suherman, 2003:7). Hamzah B. Uno (2007:2) mendefinisikan metode pembelajan sebagai cara yang digunakan guru untuk menjalankan fungsinya sebagai pendidik agar tujuan pembelajaran tercapai. Ada bermacam-macam metode pembelajaran seperti metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode demonstrasi, metode penemuan, metode drill dan metode latihan, metode inkuiri, metode permainan, dan lain sebagainya yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Masing-masing metode mempunyai kekuatan dan kelemahan. Pemilihan kombinasi metode mengajar yang tepat dapat lebih meningkatkan hasil proses belajar-mengajar (Erman Suherman, 2003:201). Dalam skripsi ini, peneliti mengkombinasikan antara metode diskusi dan penemuan terbimbing. 14 a. Metode Diskusi Menurut Sugihartono (2007:83), metode diskusi merupakan metode pembelajaran melalui pemberian masalah kepada siswa dan siswa diminta untuk memecahkan masalah secara berkelompok. Metode ini mendorong siswa untuk mampu mengemukakan pendapat secara konstruktif serta membiasakan siswa untuk bersikap toleran pada pendapat orang lain. Syaiful Bahri Djamarah (2002:99), menyatakan bahwa metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran dengan menghadapkan siswa-siswanya kepada suatu masalah yang bisa merupakan pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan. Menurut Herman Hudojo (2005:85), diskusi dapat dilakukan dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil atau seluruh kelas. Diskusi kelompok akan lebih bermanfaat bila setiap kelompok melaporkan hasil kegiatannya kepada kelas secara keseluruhan. Laporan ini bermanfaat bagi siswa sebab mereka dapat saling mengetahui hasil setiap kelompok, mungkin hasilnya sama namun cara penyelesaiannya berbeda. Ini berarti pengalaman belajar para siswa bertambah. Setiap siswa memberikan pendapatnya sehingga laporan-laporan itu menjadi lebih baik. Demikian pula guru dapat mengetahui apakah konsep-konsep yang telah diberikan dapat dipahami oleh para siswanya. Apabila terjadi kesalahpahaman terhadap suatu konsep, guru dapat segera meluruskan kesalahpahaman pengertian itu. “Langkah-langkah pembelajaran dengan metode diskusi adalah sebagai berikut: 15 1) Persiapan a) Menentukan topik diskusi. b) Merumuskan TIK. c) Membagi kelas menjadi kelompok. d) Merumuskan butir-butir pengarahan, petunjuk, dan antisipasi tindakan untuk kelancaran diskusi. 2) Pelaksanaan a) Menjelaskan TIK yang akan dicapai. b) Mengkomunikasikan topik diskusi. c) Memberi pengarahan diskusi. d) Memilih/menetapkan pimpinan diskusi, sekretaris, dan pelapor. e) Kelompok melaksanakan diskusi. f) Kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan ditanggapi oleh kelompok lain. g) Hasil diskusi kelompok dituliskan dalam laporan dan diberikan kepada guru.” (Suparlan, 2007). “Metode diskusi mempunyai kekuatan dan kelemahan. Kekuatan metode diskusi : 1) Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan-prakarsa, dan terobosan baru dalam pemecahan masalah. 2) Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain. 3) Memperluas wawasan. 4) Membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam memecahkan suatu masalah. Kelemahan metode diskusi : 1) Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang. 2) Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar. 3) Peserta mendapat informasi yang terbatas. 4) Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri.” (Syaiful Bahri Djamarah, 2002:99). b. Metode Penemuan Terbimbing Menurut Erman Suherman (2003:212-213), metode penemuan merupakan cara penyajian pembelajaran dengan siswa menemukan sendiri hal-hal yang baru. Penemuan yang dilakukan siswa ini tidak lepas dari bimbingan guru sehingga metode ini disebut metode penemuan terbimbing. Hal-hal yang ditemukan siswa tersebut tidak benar-benar baru 16 sebab sudah diketahui oleh orang lain. Pembelajaran dengan metode ini bertujuan agar siswa benar-benar aktif belajar menemukan sendiri bahan yang dipelajarinya. Untuk melaksanakan pembelajaran dengan metode ini hendaknya diperhatikan bahwa: aktivitas siswa untuk belajar sendiri sangat berpengaruh, hasil (bentuk) akhir harus ditemukan sendiri oleh siswa, prasyarat-prasyarat yang diperlukan sudah dimiliki siswa, guru hanya bertindak sebagai pengarah dan pembimbing. “Langkah-langkah pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing adalah sebagai berikut: 1) Persiapan a) Guru merumuskan masalah sebagai topik. b) Guru merumuskan TIK. c) Guru menjelaskan jalannya penemuan. d) Menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam proses penemuan. 2) Pelaksanaan a) Guru mengemukakan masalah tertentu dan siswa diberi kesempatan bertanya seluas-luasnya tentang masalah yang menjadi topik. b) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan dan membimbing siswa selama proses penemuan. c) Guru memberikan pertanyaan pancingan kepada siswa untuk membantu siswa dalam menganalisis masalah. d) Guru merangsang adanya interaksi antar siswa. e) Guru memuji dan membesarkan hati siswa yang tergiat dalam proses penemuan. f) Membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi dalam proses penemuan. g) Siswa mengemukakan kesimpulan atau pendapat beserta alasanalasannya. 3) Penyelesaian a) Guru bersama siswa menguji/membahas yang ditemukan siswa atas dasar bukti yang ada. b) Pengambilan kesimpulan.” (Martiningsih, 2007). “Metode penemuan mempunyai kekuatan dan kelemahan. Kekuatan metode penemuan terbimbing : 17 1) Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berfikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir. 2) Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. 3) Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin menemukan penemuan lagi hingga minat belajarnya meningkat. 4) Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks. 5) Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri. Kelemahan metode penemuan terbimbing : 1) Metode ini banyak menyita waktu. 2) Tidak tiap guru mempunyai selera atau kemampuan mengajar dengan cara penemuan. 3) Tidak semua anak mampu melakukan penemuan. 4) Metode ini tidak dapat digunakan untuk mengajarkan tiap topik.” (Erman Suherman, 2003:214). 4. Pendekatan Pembelajaran Pendekatan pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan dapat diadaptasikan oleh siswa. Pendekatan dalam pembelajaran matematika ada 2 jenis yaitu pendekatan metodologik dan pendekatan material. Pendekatan metodologik berkenaan dengan cara siswa mengadaptasi konsep yang disajikan ke dalam struktur kognitifnya. Adapun contoh pendekatan metodologik adalah pendekatan konstruktivisme, pendekatan pemecahan masalah, pendekatan open-ended, dan pendekatan realistik. Pendekatan material adalah bagaimana suatu konsep matematika yang satu disajikan malalui konsep matematika yang lain. Contohnya adalah menyajikan konsep penjumlahan bilangan menggunakan pendekatan garis bilangan atau himpunan dan menyajikan konsep titik pada bidang dengan menggunakan pendekatan vektor atau diagram kartesius (Erman Suherman, 2003:6-7). 18 Dalam skripsi ini, peneliti mengkombinasikan antara pendekatan openended dengan pendekatan pemecahan masalah. Pendekatan tersebut termasuk ke dalam kategori pendekatan metodologik. a. Pendekatan Open-ended Pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan memberikan soal terbuka kepada siswa sehingga diharapkan siswa akan menjawab pertanyaan dengan banyak cara dan melatih kemampuan berfikir siswa dalam menyelesaikan suatu masalah dengan melihat dari segala sudut pandang disebut dengan pendekatan open-ended (Mumun Syaban, 2008). Menurut Nohda dalam Erman Suherman (2003:124), tujuan dari pembelajaran open-ended adalah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa melalui problem solving secara simultan. Dengan kata lain kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa harus dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap siswa. Menurut Erman Suherman (2003:132-134), dalam pendekatan openended guru memberikan permasalahan kepada siswa yang solusinya atau jawabannya tidak perlu ditentukan hanya satu cara. Guru harus memanfaatkan keberagaman cara atau prosedur untuk menyelesaikan masalah itu untuk memberi pengalaman kepada siswa dalam menemukan sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan, ketrampilan, dan cara berpikir matematika yang telah diperoleh sebelumnya. Keunggulan dari pendekatan open ended ini antara lain: 19 1) Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan ide. 2) Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan ketrampilan matematik secara komprehensif. 3) Siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat merespons permasalahan dengan cara mereka sendiri. 4) Siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan. 5) Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan. Di samping keunggulan yang dapat diperoleh dari pendekatan openended terdapat kelemahan antara lain: 1) Membuat dan menyiapkan masalah matematika yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan mudah. 2) Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespons permasalahan yang diberikan. 3) Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka. 4) Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi. 20 b. Pendekatan Pemecahan Masalah Alfred S. Posamentier (1990:109) menyatakan bahwa masalah merupakan sebuah situasi yang mana ada sesuatu yang diinginkan tetapi belum tahu bagaimana cara untuk mendapatkannya. Oleh karena tidak semua soal/pertanyaan masuk ke dalam kategori masalah, maka Herman Hudojo memberikan beberapa syarat agar suatu soal/pertanyaan masuk ke dalam kategori masalah. Adapun syarat menjadi masalah menurut Herman Hudojo(2005:124) adalah sebagai berikut: 1) Pertanyaan yang dihadapkan kepada siswa harus dapat dimengerti oleh siswa tersebut, namun pertanyaan ini harus merupakan tantangan baginya untuk menjawabnya. 2) Pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin yang telah diketahui siswa, oleh karena itu faktor waktu untuk menyelesaikan masalah tidak dipandang sebagai hal yang penting. National Council of Spervisor of Mathematics (NCSM) dalam Alfred S. Posamentier (1990:109) menyatakan bahwa pembelajaran pemecahan masalah adalah salah satu tujuan utama untuk belajar matematika. Pemecahan masalah adalah suatu proses menggunakan pengetahuan yang didapat sebelumnya ke dalam situasi yang baru dan tidak lazim. Alfred S. Possamentier (1990:110) mengemukaan bahwa semua pemecahan masalah meliputi beberapa bentuk informasi dan menggunakan informasi tersebut untuk mencapai sebuah solusi. Dalam mendapatkan solusi 21 ada lima langkah proses pemecahan masalah menurut John Dewey dalam Possamentier yaitu: 1) Mengenal bahwa ada sebuah masalah dan menyadari adanya kesulitan serta mengetahui arti dari sebuah kegagalan, keajaiban, dan keraguan. 2) Mengidentifikasi masalah dengan melakukan klarifikasi terhadap masalah, memberi tanda dari sasaran yang sudah terlihat, serta penegasan terhadap situasi yang merupakan masalah. 3) Menggunakan pengalaman sebelumnya seperti informasi yang relevan, bentuk-bentuk penyelesaian, atau ide-ide untuk merumuskan hipotesis dan saran-saran pemecahan masalah. 4) Menguji keberhasilan, hipotesis atau solusi yang mungkin. Jika perlu mengulang perumusan masalah kembali. 5) Melakukan evaluasi terhadap solusi dan kesimpulan disertai fakta. George Polya dalam Paige (1982:3) mengemukakan empat langkah penting dalam pemecahan masalah yaitu: (1) memahami masalah dengan mencari tahu tentang sesuatu hal atau tentang masalah, (2) memikirkan suatu rencana penyelesaian dengan membayangkan apa yang harus dilakukan, (3) melakukan apa yang sudah direncanakan dan mencari jalan untuk menghindari suatu hambatan, (4) melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah telah dikerjakan. Menurut Rahmadi Widiharto (2004:11-12), pendekatan ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihannya yaitu: 1) Siswa lebih terlatih dalam problem solving skill. 22 2) Mendorong siswa untuk berpikir alternatif. 3) Melatih keruntutan berpikir logis siswa. Sedangkan kekurangan dari pendekatan ini yaitu: 1) Kadang siswa belum menyadari akan adanya masalah. 2) Siswa sering mengalami kebingungan strategi atau kiat mana yang akan digunakan. Syaiful Bahri Djamarah (2002:104-105) juga mengemukakan kelebihan dan kekurangan dari pendekatan pemecahan masalah. Kelebihan pendekatan masalah menurut Djamarah adalah sebagai berikut: 1) Pembelajaran melalui pendekatan pemecahan masalah dapat membiasakan siswa untuk menyelesaikan masalah dengan terampil, baik dalam keluarga, masyarakat, dan lingkungan kerja. 2) Pembelajaran melalui pendekatan masalah merangsang perkembangan kemampuan berpikir secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya siswa banyak menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari penyelesaian. Sedangkan kekurangan dari pendekatan pemecahan masalah menurut Djamarah adalah sebagai berikut: 1) Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya relevan dengan tingkat berpikir sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru. 2) Pembelajaran dengan pendekatan ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain. 23 3) Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir menyelesaikan permasalahan sendiri atau kelompok yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar kesulitan tersendiri bagi siswa. 5. Hakekat Kreativitas a. Pengertian Kreativitas Menurut Lorin W. Anderson (2001:84-85), mencipta (create) meliputi meletakkan elemen-elemen bersama menjadi suatu bentuk yang koheren atau fungsional yang menyeluruh dan mengorganisasikan elemen-elemen ke dalam suatu pola atau struktur yang baru. Kreativitas adalah produksi dari hasil-hasil yang luar biasa, sering kali sebagai akibat dari beberapa kemampuan yang khusus. Dedi Supriadi (1994:7), menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan atau karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang ada sebelumnya. Kreativitas adalah kemampuan untuk memunculkan ide-ide baru, menyelesaikan masalah dengan cara yang khas, dan untuk lebih meningkatkan imajinasi, perilaku, dan produktivitas (Tony Buzan, 2003:4). Menurut Sugihartono (2007:14 ), kreativitas merupakan salah satu kemampuan mental yang unik pada manusia. Kreativitas sering melibatkan kemampuan berpikir. Orang yang kreatif dalam berpikir mampu memandang sesuatu dari sudut pandang yang baru, dan dapat menyelasaikan masalah 24 dengan cara yang berbeda dari orang pada umumnya. Chandra dalam Sugihartono (2007:14) mengartikan kreativitas sebagai kemampuan mental yang khas pada manusia yang melahirkan pengungkapan yang unik, berbeda, orisinal, baru, indah, efisien, tepat sasaran dan tepat guna. Kreativitas adalah proses kognitif yang meliputi kemampuan meletakkan unsur secara bersamaan dalam bentuk kesatuan yang koheren dan fungsional. Seorang siswa dapat dikategorikan kreatif, apabila secara mental dapat mengorganisasikan unsur-unsur atau bagian-bagian menjadi struktur baru yang belum pernah ada sebelumnya. Kreativitas adalah kemampuan untuk memnyatukan beberapa bagian menjadi satu kesatuan yang sebelumnya belum pernah disajikan (M. Thohir, 2008). S.C Utami Munandar (1992:47-50) menyatakan bahwa : 1) Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data informasi, atau unsur-unsur yang ada. 2) Kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekannya pada kuantitas ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. 3) Secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengolaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. 25 Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan mental yang unik yang ada pada manusia untuk membuat kombinasi-kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru dalam unsur berdasarkan informasi yang sudah ada dan berdasarkan informasi tersebut menemukan banyak penyelesaian masalah yang ditekankan pada kuantitas ketepatgunaan serta keragaman jawaban. Kemampuan tersebut mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orosinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengolaborasi suatu gagasan. Perlunya kreativitas pada pembelajaran geometri adalah siswa dapat menggunakan daya imajinasinya dalam menganalisis karakteristik dan keberadaan dari bentuk geometri dua dimensi dan tiga dimensi, siswa dapat menggunakan kemampuan elaborasinya untuk menyebutkan dengan rinci tentang bangun-bangun geometri dan mampu menyelesaikan masalah secara rinci, siswa dapat menggunakan kemampuan berpikir lancarnya untuk menyelesaikan soal-soal open-ended dan soal-soal pemecahan masalah dengan berbagai cara. b. Aspek – aspek Kreativitas Guilford dalam Dedi Supriadi (1994:7) menyatakan bahwa aspekaspek dari kreativitas adalah : 1) Kelancaran (fluency) adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan. 2) Keluwesan (flexibility) adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan/pendekatan terhadap suatu masalah. 26 3) Keaslian (orisinalitas) adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli atau tidak klise. 4) Penguraian (elaborasi) adalah kemampuan untuk menguraikan segala sesuatu secara rinci. 5) Perumusan kembali (redefinisi) adalah kemampuan untuk meninjau sesuatu persoalan berdasarkan perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah diketahui oleh orang banyak. “Menurut S. C. Utami Munandar(1992:88-93), aspek kreativitas terdiri dari : 1) Ketrampilan Berpikir Lancar (Fluency) a) Definisi Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan. Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal. Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. b) Perilaku Siswa Mengajukan banyak pertanyaan. Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan. Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak daripada anak-anak lainnya. Dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada suatu objek atau situasi. 2) Ketrampilan Berpikir Luwes (Fleksibel) a) Definisi Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi. Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda. Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda. Mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran. b) Perilaku Siswa Memberikan aneka ragam penggunaan yang tidak lazim terhadap suatu objek. Memberikan macam-macam penafsiran (interpretasi) terhadap suatu gambar, cerita, atau masalah. Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda. Memberikan pertimbangan terhadap situasi yang berbeda dari yang diberikan orang lain. 27 3) a) b) 4) a) b) 5) a) Dalam membahas atau mendiskusikan suatu situasi selalu mempunyai posisi yang berbeda atau bertentangan dari mayoritas kelompok. Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya. Menggolongkan hal-hal menurut pembagian (kategori yang berbedabeda). Mampu mengubah arah pemikiran. Ketrampilan Berpikir Orisinal Definisi Mampu melahirkan ungkapan baru dan unik. Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri. Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagianbagian atau unsur-unsur. Perilaku Siswa Memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak terpikirkan oleh orang lain. Mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan caracara baru. Memilih a-simetri dalam membuat gambar atau desain. Memilih cara berpikir yang lain dari yang lain. Memcari pendekatan yang baru dari stereotip. Setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk menemukan penyelesaian yang baru. Lebih senang mensintesis daripada menganalisis sesuatu. Ketrampilan Memperinci (Mengelaborasi) Definisi Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk. Menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. Perilaku Siswa Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci. Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain. Mencoba atau menguji detil-detil untuk melihat arah yang akan ditempuh. Mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosong atau sederhana. Menambahkan garis-garis, warna-warna, dan detil-detil (bagianbagian) terhadap gambarnya sendiri atau gambar orang lain. Ketrampilan Menilai (Mengevaluasi) Definisi Menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suaut tidakan bijaksana. Mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka. Tidak hanya mencetuskan gagasan tetapi juga melaksanakannya. 28 b) Perilaku Siswa Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandangnya sendiri. Menentukan pendapat sendiri mengenai suatu hal. Menganalisis masalah atau penyelesaian kritis dengan selalu menanyakan “mengapa?”. Mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan. Merancang suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan yang tercetus. Pada waktu tertentu tidak menghasilkan gagasan-gagasan tetapi menjadi peneliti atau penilai yang kritis. Menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya. 6) Rasa Ingin Tahu a) Definisi Selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak. Mengajukan banyak pertanyaan. Selalu memperhatikan orang , objek, dan situasi. Peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui/meneliti. b) Perilaku Siswa Mempertanyakan segala sesuatu. Senang menjajaki buku-buku, peta-peta, gambar-gambar, dan sebagainya untuk mencari gagasan-gagasan baru. Tidak membutuhkan dorongan untuk menjajaki atau mencoba yang belum dikenal. Menggunakan semua panca inderanya untuk mengenal. Tidak takut menjajaki bidang-bidang baru. Ingin mengamati perubahan-perubahan dari hal-hal atau kejadiankejadian. Ingin bereksperimen dengan benda-benda mekanik. 7) Imajinatif a) Definisi Mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang tidak atau belum pernah terjadi. Menggunakan khayalan tetapi mengetahui perbedaan antara khayalan dan kenyataan. b) Perilaku Siswa Memikirkan/membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi. Memikirkan bagaimana jika melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan orang lain. Meramalkan apa yang akan dikatakan atau dilakukan orang lain. Mempunyai firasat tentang sesuatu yang belum terjadi. Melihat hal-hal dalam suatu gambar yang tidak dilihat orang lain. Membuat cerita tentang tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi atau kejadian-kejadian yang belum pernah dialami. 8) Merasa Tertantang oleh Kemajemukan 29 a) Definisi Terdorong untuk mengatasi masalah yang sulit. Merasa tertantang oleh situasi-situasi yang rumit. Lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit. b) Perilaku Siswa Menggunakan gagasan atau masalah-masalah yang rumit. Melibatkan diri dalam tugas-tugas yang majemuk. Tertantang oleh situasi yang tidak dapat diramalkan keadaannya. Mencari penyelesaian tanpa bantuan orang lain. Tidak cenderung mencari cara tergampang. Berusaha terus-menerus agar berhasil. Mencari jawaban-jawaban yang lebih sulit daripada menerima yang mudah. Senang mennjajaki jalan yang lebih rumit. 9) Sifat Berani Mengambil Resiko a) Definisi Berani memberikan jawaban meskipun belum tentu benar. Tidak takut gagal atau mendapat kritik. Tidak menjadi ragu-ragu karena ketidakjelasan, hal-hal yang tidak konvensnional, atau yang kurang bersetruktur. b) Perilaku Siswa Berani mempertahankan gagasan atau pendapatnya walaupun mendapat tantangan atau kritik. Bersedia mengakui kesalahan-kesalahannya. Berani menerima tugas yang sulit meskipun ada kemungkinan gagal. Berani mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang tidak dikemukakan orang lain. Tidak mudah dipengaruhi orang lain. Melakukan hal-hal yang diyakini, meskipun tidak disetujui sebagian orang. Berani mencoba hal-hal baru. Berani mengakui kegagalan dan berusaha lagi. 10) Sifat Menghargai a) Definisi Dapat menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup. Menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang. b) Perilaku Siswa Menghargai hak-hak sendiri dan hak-hak orang lain. Menghargai diri sendiri dan prestasi sendiri. Menghargai makna orang lain. Menghargai keluarga, sekolah dan teman. Menghargai kebebasan tetapi tahu bahwa kebebasan menuntut tanggung jawab. 30 Tahu apa yang betul-betul penting dalam hidup. Menghargai kesempatan-kesempatan yang diberikan. Senang dengan penghargaan terhadap dirinya.” Menurut Tony Buzan (2003:4-6) aspek-aspek dari kreativitas adalah : a. Otak kiri/kanan yaitu kemampuan untuk menggunakan dalam kerjasama satu sama lain. Ketrampilan masing-masing otak kiri dan kanan. b. Pembuatan catatan/mind mapping yaitu kemampuan untuk membuat pikiran kita terlihat dengan mengeluarkannya dari kepala dan menuliskannya sehingga kita dapat menjelajahi dengan cepat. c. Kelancaran adalah kecepatan mengeluarkan gagasan baru. d. Fleksibilitas yaitu kemampuan untuk memproduksi berbagai gagasan kemudian beralih dari satu cara ke cara lain dengan menggunakan berbagai strategi. e. Orisinalitas yaitu kemampuan untuk menghasilkan gagasan yang kita miliki yang tidak biasa, unik, dan eksentrik. f. Pengembangan gagasan Pemikir yang kreatif akan memegang gagasan pokok yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk mengembangkan, memperluas, merancang, dan biasanya akan menguraikan pemikiran asli secara terperinci. Silverman dalam Rena B Lewis (2003:380-381) menyatakan bahwa salah satu komponen dari kreativitas adalah berfikir divergen. Ada empat aspek dari berfikir divergen yang sangat penting yaitu: a. Kelancaran (fluency) adalah kemampuan untuk menemukan banyak jawaban. 31 b. Kelenturan (fleksibilitas) adalah kemampuan untuk mengganti bentuk, mengembangkan informasi, atau mengubah pandangan. c. Keaslian (orisinalitas) adalah kemampuan untuk menemukan jawaban baru. d. Elaborasi adalah kemampuan untuk menyampaikan dan mengembangkan ide secara terperinci. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek dari kreativitas adalah kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (orisinalitas), kerincian (elaborasi), dan penilaian (evaluasi). Aspek-aspek tersebut dipandang dari segi kognitifnya. Aspek lain adalah aspek yang dipandang dari segi afektifnya yaitu rasa ingin tahu, bersifat imajinatif, merasa tertantang oleh kemajemukan, berani mengambil resiko, dan bersifat menghargai. B. Penelitian Yang Relevan Ismul Farikhah dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Siswa Kelas X MA Wahid Hasyim Sleman Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Open-Ended” tahun 2009 mengungkapkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa kelas X MA Wahid Hasyim Sleman. Pendekatan openended menjadikan siswa dapat mengkonstruksi sendiri permasalahan, membawa siswa ke tingkat pemahaman matematika yang lebih tinggi, melatih siswa mengoreksi kesalahan yang dilakukan, menyampaikan gagasan, 32 mendengarkan dan atau menangapi gagasan orang lain, serta dapat mengambil kesimpulan. C. Kerangka Berpikir Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Matematika sebagai ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang dengan amat pesat baik perkembangannya materi atau maupun kegunaannya pembelajarannya kita harus sehingga dalam memperhatikan perkembangan-perkembangannya, baik masa lalu, masa sekarang ataupun kemungkinan-kemungkinannya untuk masa depan. Matematika yang diajarkan di sekolah dinamakan matematika sekolah. Fungsi dari mata pelajaran matematika adalah sebagai alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan (Erman Suherman, 2003:55-56). Tujuan dari pembelajaran matematika di sekolah mengacu kepada fungsi matematika serta kepada tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Diungkap dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) matematika, bahwa tujuan umum diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi dua hal, yaitu: 1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui bertindak atas pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien. 33 2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan (Erman Suherman, 2003:58). Melihat tujuan di atas, maka ada dua hal penting yang merupakan bagian dari tujuan pembelajaran matematika yaitu pembentukan pola berpikir kritis dan berpikir kreatif (Erman Suherman, 2003:62). Pola berpikir kreatif disebut juga dengan kreativitas. Oleh karena pola berpikir kreatif adalah merupakan salah satu hal penting yang merupakan bagian dari tujuan pembelajaran matematika, maka hal tersebut harus ditumbuhkembangkan. Dalam mengembangkan kreativitas yang perlu diperhatikan adalah aspekaspek dari kreativitas itu sendiri yaitu kemampuan berpikir lancar (fluency), kemampuan berpikir luwes (flexibility), keaslian (orisinalitas), kemampuan memperinci/penguraian (elaborasi), kemampuan menilai (evaluasi), rasa keingintahuan siswa, imajinasi yang dimiliki siswa, ketertarikan siswa terhadap kemajemukan, keberanian siswa dalam mengambil resiko, serta rasa menghargai yang tinggi. Untuk dapat mengembangkan kreativitas, dalam pembelajaran perlu diberikan soal-soal yang mengasah kemampuan berpikir kreatif siswa seperti soal-soal pemecahan masalah dan soal-soal open-ended. Sedangkan untuk peningkatan optimalisasi interaksi dalam pembelajaran digunakan metode diskusi dan menggunakan metode penemuan terbimbing agar siswa menemukan sendiri konsep-konsepnya. 34 D. Hipotesis Tindakan Dari teori-teori yang telah dikemukakan, maka sebelum dilakukan penelitian, dirumuskan terlebih dahulu hipotesis tindakan sebagai dugaan awal penelitian, yaitu: “Kreativitas siswa pada pembelajaran dengan pokok bahasan bangun ruang sisi datar di kelas VIII SMP N 1 Tegalrejo akan meningkat jika pembelajaran dilaksanakan dengan metode diskusi dan penemuan terbimbing serta dengan menggunakan pendekatan soal-soal open-ended dan pemecahan masalah”. 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan secara kolaboratif antara guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMP N 1 Tegalrejo dan peneliti. Peran guru di sini adalah sebagai praktisi pembelajaran, sedangkan peneliti sebagai perancang dan pengamat. Guru dilibatkan sejak proses perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, hingga refleksi. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan kegiatan pemecahan masalah yang terdiri dari empat elemen yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting). Hubungan dari keempat elemen ini dipandang sebagai satu siklus. 2. Setting Penelitian, Objek Penelitian, dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Tegalrejo yang berlokasi di Jalan Magelang-Kopeng Km 11,4 , Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret-April 2009. Objek dari penelitian ini adalah proses pembelajaran matematika di SMP N 1 Tegalrejo kelas VIII-A dan subjek penelitiannya adalah semua siswa yang ada di kelas tersebut. 36 B. Prosedur Penelitian Desain penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini akan dilakukan dalam beberapa siklus hingga terjadi peningkatan. Pada setiap siklusnya direncanakan akan dilaksanakan selama 6 jam pelajaran atau 3 kali pertemuan. Penjabaran kegiatan setiap siklusnya sebagai berikut : 1. Siklus I a. Perencanan (Planning) Pada langkah perencanaan, peneliti membuat rencana tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian yaitu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, angket respon siswa, angket aktivitas siswa, pedoman wawancara dengan guru dan pedoman wawancara dengan siswa. Setelah instrumen tersebut disusun dan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, dilakukan validasi instrumen oleh dosen ahli. b. Tindakan (Acting) Tindakan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Pembelajaran terdiri dari 3 tahap kegiatan yaitu : 1) Kegiatan Awal Dalam kegiatan awal ini guru memberikan apersepsi dan juga memotivasi siswa agar tertarik mengikuti pembelajaran. Selain itu, guru juga 37 menyampaikan tujuan dari pembelajaran yang dilakukan serta materi yang akan dipelajari. Kegiataan awal ini merupakan tahap persiapan siswa. 2) Kegiatan Inti Kegiatan inti pembelajaran meliputi kegiatan siswa dalam mempelajari matematika. Guru akan membagi siswa di dalam beberapa kelompok yang tiap kelompok terdiri dari 6 – 7 orang. Setelah itu siswa diminta untuk mengerjakan LKS secara berkelompok. Dalam kegiatan kelompok ini siswa akan mendiskusikan masalah yang ada dalam LKS. Dengan adanya kegiatan diskusi siswa diharapkan akan mampu mengembangkan kreativitas yang dimilikinya. Perkembangan kreativitas siswa dapat dilihat dari aspek-aspek kreativitas yang meliputi kelancaran (kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan), keluwesan (kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan/pendekatan terhadap suatu masalah), keaslian (kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli atau tidak klise), penguraian (kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara rinci), perumusan kembali (kemampuan untuk meninjau suatu persoalan berdasarkan perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah diketahui orang banyak), dan evaluasi (kemampuan untuk menentukan patokan penilaian sendiri dan mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka). Setelah siswa dapat melakukan diskusi, guru memberikan kesempatan kepada beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasilnya di depan kelas. Jika salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka, maka kelompok lain mendengarkan dengan baik dan diberi kesempatan untuk bertanya sebanyak-banyaknya. Jika 38 ada kelompok lain mempunyai solusi yang berbeda, kelompok tersebut bisa menjelaskan kepada siswa-siswa yang lainnya. 3) Kegiatan Akhir ( Penutup) Kegiatan akhir pembelajaran meliputi kegiatan guru dan siswa dalam membuat simpulan materi yang telah dipelajari serta melakukan refleksi. c. Pengamatan (Observing) Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan observasi. Observasi yang dilakukan berupa kegiatan monitoring dan dokumentasi selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Observasi dilakukan dengan mengacu pada pedoman yang sudah dibuat. d. Refleksi (Reflecting) Kegiatan refleksi merupakan kegiatan penting di dalam PTK. Refleksi dilakukan pada akhir siklus I dengan tujuan untuk mengevaluasi keterlaksanaan setiap tindakan. Kegiatan refleksi diikuti dengan revisi-revisi untuk memperbaiki atau memodifikasi tindakan pada siklus I yang akan dilaksanakan pada siklus berikutnya. 2. Siklus II a. Perencanan (Planning) Kegiatan pada tahap perencanaan adalah pembuatan instrumen-instrumen penelitian untuk siklus II. Kekurangan yang ada pada siklus I terkait dengan instrumen penelitian akan diperbaiki dan dimodifikasi di siklus II ini. b. Tindakan (Acting) 39 Secara garis besar tindakan yang dilakukan pada siklus II sama dengan siklus I dengan mengacu pada rencana tindakan yang telah dibuat pada siklus II. c. Pengamatan (Observing) Observasi yang dilakukan pada siklus II dilakukan oleh peneliti dengan mengacu pada pedoman observasi yang sudah dibuat. d. Refleksi (Reflecting) Kegiatan ini dilakukan pada akhir siklus II dengan tujuan mengevaluasi keterlaksanaan setiap tindakan. Refleksi pada siklus II ini merupakan langkah penting untuk menentukan apakah penelitian akan dihentikan atau diteruskan. Penelitian akan dilanjutkan ke siklus berikutnya jika belum terjadi peningkatan atau indikator keberhasilan belum tercapai. Tahap-tahap yang dilakukan sama dengan tahap-tahap sebelumnya. Revisi dan perbaikan dalam setiap tindakan akan selalu dilakukan sampai terjadi peningkatan atau indikatornya tercapai. C. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara: 1. Observasi Data yang dikumpulkan melalui teknik observasi ini berdasarkan pada pedoman observasi yang telah disusun. Ada dua pedoman observasi yang akan digunakan yaitu pedoman observasi kreativitas siswa dan pedoman observasi kegiatan pembelajaran. Pedoman observasi kreativitas siswa disusun berdasarkan aspek–aspek kreativitas yaitu kelancaran (fluency) yaitu (flexibility) yaitu kemampuan untuk 40 mengemukakan bermacam-macam pemecahan/pendekatan terhadap suatu masalah, keaslian (orisinalitas) yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli atau tidak klise, penguraian (elaborasi) yaitu kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara rinci, dan penilaian (evaluasi) yaitu kemampuan untuk menentukan patokan penilaian sendiri dan mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka. Selain itu perkembangan kreativitas juga dilihat dari segi afektifnya yaitu rasa ingin tahu, imajinatif, merasa tertantang oleh kemajemukan, keberanian dalam mengambil resiko, dan sifat menghargai. Pedoman observasi kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan pedoman pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Pedoman observasi kegiatan pembelajaran digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi yang bertujuan untuk mengetahui segala aktivitas yang terjadi di dalam kelas selama proses belajar mengajar berlangsung. Pedoman observasi kegiatan pembelajaran digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi yang bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran matematika dengan metode diskusi dan penemuan terbimbing. Pengamat mencatat segala kegiatan yang terjadi selama proses belajar mengajar pada lembar observasi yang telah disiapkan. 2. Wawancara Guru Tujuan dari wawancara guru adalah memperoleh informasi mengenai pendapat guru tentang proses pembelajaran yang telah berlangsung dan tentang perkembangan kreativitas siswanya. Perkembangan kreativitas ini dapat dilihat dari peningkatan aspek-aspek kreativitas yaitu kelancaran 41 (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (orisinalitas), penguraian (elaborasi), penilaian (evaluasi), rasa keingintahuan siswa, imajinasi yang dimiliki siswa, ketertarikan siswa terhadap kemajemukan, keberanian siswa dalam mengambil resiko, serta rasa menghargai yang tinggi. 3. Wawancara Siswa Tujuan wawancara siswa adalah mengetahui bagaimana respons siswa terhadap pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Sebelum melakukan wawancara dibuat pedoman yang memuat aspek-aspek kreativitas antara lain kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (orisinalitas), penguraian (elaborasi), penilaian (evaluasi), rasa keingintahuan siswa, imajinasi yang dimiliki siswa, ketertarikan siswa terhadap kemajemukan, keberanian siswa dalam mengambil resiko, serta rasa menghargai yang tinggi. 4. Tes Tes digunakan untuk mengetahui perkembangan kreativitas siswa setelah dilakukan pembelajaran serta untuk mengetahui respons siswa terhadap pembelajaran. Respons siswa dapat dilihat dari hasil jawaban tes siswa. Soal yang diberikan dalam tes ini adalah soal uraian. Tes dilakukan pada setiap akhir siklus. 5. Angket Angket yang akan diberikan kepada siswa terdiri dari dua buah angket. Angket kreativitas siswa digunakan untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung dan angket respons siswa digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran 42 yang sudah dilaksanakan. Kedua buah angket tersebut diberikan kepada seluruh siswa pada akhir siklus pembelajaran. 6. Dokumentasi Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh dalam observasi. Untuk memberikan gambaran secara konkret mengenai kegiatan pembelajaran digunakan dokumentasi foto. D. Instrumen Penelitian 1. Peneliti Peneliti merupakan instrumen penelitian yang utama, sebab peneliti yang berperan sebagai perencana, pelaksana, pengamat segala tindakan, penganalisis data sekaligus penyusun laporan hasil penelitian. 2. Pedoman Observasi Pedoman observasi ini terdiri dari dua pedoman observasi yaitu pedoman observasi kreativitas siswa yang digunakan sebagai panduan peneliti dalam mengamati segala aktivitas siswa dan guru selama proses belajar mengajar berlangsung dan pedoman observasi kegiatan pembelajaran yang digunakan sebagai panduan peneliti dalam mengetahui keterlaksanaan pembelajaran matematika dengan metode diskusi dan penemuan terbimbing. Pedoman observasi kreativitas siswa disusun berdasarkan aspek-aspek kreativitas antara lain kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (orisinalitas), penguraian (elaborasi), penilaian (evaluasi), rasa keingintahuan siswa, imajinasi yang dimiliki siswa, ketertarikan siswa terhadap 43 kemajemukan, keberanian siswa dalam mengambil resiko, serta rasa menghargai yang tinggi. Pedoman observasi kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan pedoman pelaksanaan pembelajaran dengan metode diskusi dan penemuan terbimbing. Pedoman observasi kreativitas siswa terdiri dari 10 aspek kreativitas yang harus diamati yang setiap aspeknyanya memiliki kriteria yang berbedabeda. Kriteria dari masing-masing aspek yang akan diamati adalah sebagai berikut : a. Kemampuan berpikir lancar (fluency) Kriteria : 1) Siswa mampu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, atau penyelesaian masalah. 2) Siswa mampu memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal. 3) Siswa mengajukan banyak pertanyaan. 4) Siswa lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya. 5) Siswa dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada suatu objek atau situasi. b. Kemampuan berpikir luwes (fleksibilitas) Kriteria : 1) Siswa mampu menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi. 44 2) Siswa dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbedabeda. 3) Siswa mampu mnegubah cara pendekatan atau cara pemikiran. 4) Siswa mampu menggolongkan hal-hal menurut pembagian (kategori yang berbeda-beda). 5) Siswa dapat menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda. c. Kemampuan berpikir orisinil Kriteria : 1) Siswa mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik. 2) Siswa mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. 3) Siswa mempertanyakan cara-cara yang lama dan memikirkan cara-cara yang baru. 4) Siswa lebih senang mensintesis daripada menganalisis sesuatu. 5) Setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan, siswa bekerja untuk menemukan penyelesaian yang baru. d. Kemampuan memperinci (elaborasi) Kriteria : 1) Siswa mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk. 2) Siswa mampu menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. 45 3) Siswa mampu mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci. 4) Siswa mencoba atau menguji detil-detil untuk melihat arah yang akan ditempuh dalam menyelesaikan masalah. e. Kemampuan menilai (evaluasi) Kriteria : 1) Siswa mampu menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah sesuatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana. 2) Siswa mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka. 3) Siswa selalu menganalisis masalah atau penyelesaian kritis dengan selalu menanyakan “mengapa?” 4) Siswa menentukan pendapat dan bertahan terhadap pendapatnya. 5) Siswa merancang suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan yang tercetus. f. Rasa ingin tahu Kriteria : 1) Siswa mengajukan banyak pertanyaan dengan mempertanyakan segala sesuatu. 2) Siswa selalu memperhatikan orang, objek, dan situasi. 3) Siswa senang mengeksplorasi buku-buku, peta-peta, gambar-gambar, dan sebagainya untuk mencari gagasan-gagasan baru. 46 4) Siswa menggunakan semua panca inderanya untuk mengenal dan selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak. g. Bersifat imajinatif Kriteria : 1) Siswa mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang tidak atau belum pernah terjadi. 2) Siswa memikirkan/membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi. 3) Siswa memikirkan bagaimana jika melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan orang lain. 4) Siswa melihat hal baru dalam suatu gambar yang tidak dilihat orang lain. h. Merasa tertantang oleh kemajemukan Kriteria : 1) Siswa terdorong untuk mengatasi masalah yang sulit. 2) Siswa merasa tertantang oleh situasi-situasi yang rumit dan lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit. 3) Siswa melibatkan diri dalam tugas-tugas yang majemuk. 4) Siswa mencari penyelesaian tanpa bantuan orang lain dan tidak cenderung mencari cara tergampang. i. Berani mengambil resiko Kriteria : 1) Siswa berani memberikan jawaban meskipun belum tentu benar. 2) Siswa tidak takut gagal atau mendapat kritik. 47 3) Siswa berani mempertahankan gagasan atau pendapatnya walaupun mendapat tantangan atau kritik. 4) Siswa berani menerima tugas yang sulit meskipun ada kemungkinan gagal. 5) Siswa tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain. 6) Siswa berani mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang tidak dikemukakan oleh orang lain. j. Menghargai Kriteria : 1) Siswa menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang. 2) Siswa menghargai hak-hak sendiri dan hak-hak orang lain. 3) Siswa menghargai diri sendiri dan prestasi sendiri. 4) Siswa menghargai kebebasan tetapi tahu bahwa kebebasan menuntut tanggung jawab serta menghargai kesempatan-kesempatan yang diberikan. 5) Siswa menghargai makna orang lain(keluarga, guru, dan temantemannya). Pedoman observasi kegiatan pembelajaran terdiri dari beberapa pernyataan yang setiap pernyataannya mempunyai dua alternatif jawaban yaitu “ya” dan “tidak”. 48 3. Angket Angket merupakan kumpulan pernyataan yang digunakan untuk mengumpulkan data. Angket ini terdiri dari dua buah angket. Angket kreativitas siswa merupakan kumpulan pernyataan yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas siswa yang sudah memenuhi aspekaspek kreativitas dan angket respons siswa merupakan kumpulan pernyataan yang digunakan untuk mengetahui respons siswa terhadap pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Angket ini terdiri dari butir pernyataan positif dan butir pernyataan negatif. Masing-masing butir pernyataan mempunyai dua alternatif jawaban yaitu “ya” dan “tidak”. 4. Soal Tes Tes digunakan untuk mengetahui perkembangan kreativitas siswa dan untuk mengetahui respons siswa terhadap pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Respons siswa dapat dilihat dari jawaban tes yang diberikan kepada siswa. Tes ini akan diberikan pada setiap akhir siklus. 5. Pedoman Wawancara Guru Pedoman wawancara guru digunakan peneliti sebagai panduan ketika mewawancarai guru. Pedoman ini berisi kisi-kisi pertanyaan yang akan ditanyakan kepada guru mata pelajaran matematika terkait dengan proses pembelajaran yang sudah terjadi dan perkembangan kreativitas siswanya. 6. Pedoman Wawancara Siswa Pedoman wawancara siswa digunakan peneliti sebagai panduan ketika mewawancarai siswa. Pedoman ini berisi kisi-kisi pertanyaan yang akan 49 ditanyakan kepada siswa terkait dengan proses pembelajaran yang sudah terjadi dan bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran tersebut. 7. Catatan Lapangan Catatan lapangan merupakan salah satu instrumen yang penting dalam penelitian ini. Hal-hal yang dicatat antara lain suasana kelas, pengelolaan kelas, interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa, dan segala sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. E. Analisis Data 1. Teknik Analisis Data Sebelum dilakukan analisis data, akan dilakukan reduksi data yaitu merangkum, memfokuskan data pada hal-hal yang penting dan menghapus data-data yang tidak terpakai. Teknik analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Data hasil observasi 1. Data hasil observasi kreativitas siswa Data hasil observasi kreativitas siswa dianalisis sebagai berikut : a) Jika ada empat atau lebih kriteria dari setiap aspek yang ada di pedoman observasi kreativitas siswa yang dipenuhi, maka skornya adalah 4. b) Jika hanya tiga kriteria dari setiap aspek yang ada di pedoman observasi kreativitas siswa yang dipenuhi, maka skornya adalah 3. 50 c) Jika hanya dua kriteria dari setiap aspek yang ada di pedoman observasi kreativitas siswa yang dipenuhi, maka skornya adalah 2. d) Jika hanya 1 kriteria dari setiap aspek yang ada di pedoman observasi kreativitas siswa yang dipenuhi, maka skornya adalah 1. e) Jika tidak ada satupun kriteria dari setiap aspek yang ada di pedoman observasi kreativitas siswa yang dipenuhi maka skornya adalah 0. Cara menghitung persentase skor yaitu : Jumlah skor yang diperoleh tiap siklus × 100% Persentase = Jumlah skor maksimal tiap siklus Selanjutnya dikategorikan sesuai dengan kualifikasi hasil persentase observasi sebagai berikut : Tabel 3.1. Kualifikasi hasil persentase skor observasi kreativitas siswa Persentase skor yang diperoleh Kategori Tinggi 66, 66 % x 100 % Sedang 33,33 % x 66,65 % Rendah 0 % x 33,32 % x = rata-rata persentase skor observasi 2. Data hasil observasi kegiatan pembelajaran Data hasil kegiatan pembelajaran dianalisis sebagai berikut : Untuk jawaban “ya” diberi skor 1 dan untuk jawaban “tidak” diberi skor 0. Cara menghitung persentase skor yaitu : Jumlah skor yang diperoleh tiap siklus × 100% Persentase = Jumlah skor maksimal tiap siklus Selanjutnya dikategorikan sesuai dengan kualifikasi hasil persentase observasi sebagai berikut : 51 Tabel 3.2. Kualifikasi hasil persentase skor observasi kegiatan pembelajaran Persentase skor yang diperoleh Kategori Baik 66, 66 % x 100 % Cukup baik 33,33 % x 66,65 % Kurang 0 % x 33,32 % x = rata-rata persentase skor observasi b. Data angket siswa Pedoman penskoran untuk angket adalah sebagai berikut : 1) Untuk pernyataan positif, ”ya” diberi skor 1 dan ”tidak” diberi skor 0. 2) Untuk pernyataan negatif, ”ya” diberi skor 0 dan ”tidak” diberi skor 1. Hasil angket akan dianalis sebagai berikut : 1) Masing-masing butir pernyataan dikelompokkan sesuai dengan aspek yang diamati. 2) Berdasarkan pedoman penskoran yang telah dibuat, kemudian dihitung jumlah skor tiap butir pernyataan sesuai dengan aspek-aspek yang diamati. Cara menghitung persentase skor angket yaitu: Jumlah skor yang diperoleh tiap siklus × 100% Persentase = Jumlah siswa × skor maksimal 3) Hasil persentase skor angket kemudian dikategorikan sesuai dengan kualifikasi hasil angket. Tabel 3.3. Kualifikasi hasil persentase skor angket kreativitas siswa Persentase skor yang diperoleh Kategori Tinggi 66, 66 % x 100 % Sedang 33,33 % x 66,65 % Rendah 0 % x 33,32 % x = rata-rata persentase skor angket dari tiap indicator 52 Tabel 4. Kualifikasi hasil persentase skor angket respons siswa Persentase skor yang diperoleh Kategori Baik 66, 66 % x 100 % Cukup baik 33,33 % x 66,65 % Kurang 0 % x 33,32 % x = rata-rata persentase skor angket dari tiap indikator c. Data hasil tes Soal tes berbentuk uraian dengan jumlah soal tes pada siklus I adalah 3 soal dan pada siklus II adalah 2 soal. Berdasar hasil tes siswa, didapat skor total untuk setiap siswa. Setelah itu didapat nilai rata-rata dengan menjumlahkan semua skor siswa dan membaginya dengan banyaknya siswa yang mengikuti tes. Setelah diperoleh skor rata-rata kemudian peneliti menentukan kriteria skor rata-rata yang diperoleh siswa. Pemberian kriteria bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Tabel 3.5. Kualifikasi nilai rata-rata tes kelas. Rentang skor Kategori Baik 7,0 x 10 5,5 x 6,9 Cukup 0,0 x 5,4 Kurang x = rata-rata kelas hasil tes siswa. Data-data hasil observasi, angket, dan tes disajikan secara deskriptif maupun tabel agar lebih mudah dianalisis. Langkah selanjutnya yaitu membandingkan data hasil angket dan observasi untuk mengecek keabsahan data. Untuk memperkuat data digunakan pula data hasil wawancara dengan guru maupun siswa serta dokumen yang berupa foto-foto selama proses 53 pembelajaran berlangsung. Data-data yang sudah dianalisis tersebut digunakan untuk menarik kesimpulan. 2. Indikator keberhasilan a. Penelitian ini dikatakan berhasil jika kreativitas siswa mengalami peningkatan dari satu siklus ke siklus selanjutnya dan hasil observasi kreativitas telah mencapai kategori tinggi, hasil angket kreativitas siswa mencapai kategori tinggi, serta hasil tes mencapai kategori baik. Kreativitas tersebut dilihat dari aspek-aspeknya yang meliputi: kelancaran keluwesan, keaslian, penguraian, penilaian, rasa keingintahuan siswa, imajinasi yang dimiliki siswa, ketertarikan siswa terhadap kemajemukan, keberanian siswa dalam mengambil resiko, serta rasa menghargai yang tinggi. b. Proses pembelajaran dikatakan berlangsung dengan baik jika persentase skor hasil observasi kegiatan pembelajaran meningkat dari satu siklus ke siklus selanjutnya dan mencapai kualifikasi baik. c. Dilihat dari segi afektifnya, siswa dikatakan memberi tanggapan baik jika persentase skor hasil angket respons siswa mengalami peningkatan dari satu siklus ke siklus selanjutnya dan mencapai kualifikasi baik. Dilihat dari segi kognitifnya, siswa dikatakan memberi tanggapan baik jika rata-rata hasil tesnya mencapai kategori baik. 54 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Pelaksanaan tindakan pembelajaran dilakukan selama dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Tabel di bawah ini adalah jadwal pelaksanaan penelitian di kelas VIII-A. Siklus I II Tabel 4.1. Jadwal pelaksanaan penelitian di kelas VIII-A Pertemuan Hari/Tanggal Pukul Materi Kamis, 16 10.05 WIB s.d 1 Jaring-jaring Kubus April 2009 11.25 WIB Senin, 20 07.10 WIB s.d Jaring-jaring Balok, Luas 2 April 2009 08.30 WIB Permukaan Kubus dan Balok Kamis, 23 10.05 WIB s.d Volume Kubus dan Balok, Tes 3 April 2009 11.25 WIB Siklus I Senin, 4 Mei 07.50 WIB s.d 1 Jaring-jaring Prisma dan Limas 2009 09.10 WIB Selasa, 5 Mei 11.40 WIB s.d Luas Permukaan Prisma dan 2 2009 13.00 WIB Limas Kamis, 7 Mei 10.05 WIB s.d Volume Prisma dan Limas, Tes 3 2009 11.25 WIB Siklus II 1. Kegiatan pada Siklus I Siklus I dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Masing-masing pertemuan mempunyai alokasi waktu 2 x 40 menit. Pada siklus I, tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menyusun perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan soal tes dengan pertimbangan dari dosen pembimbing dan guru matematika kelas VIII-A. Pada siklus I digunakan tiga 55 buah LKS, yaitu: LKS I tentang jaring-jaring kubus, LKS II tentang jaringjaring balok dan luas permukaan kubus & balok, serta LKS III tentang volume kubus dan balok. Perangkat pembelajaran tersebut dapat dilihat pada lampiran A. Selain itu, peneliti membuat media pembelajaran dari kertas asturo berupa model kubus sebanyak 18 buah, model balok sebanyak 18 buah, 6 paket potongan persegi yang kongruen (masing-masing paket terdiri dari 6 buah persegi yang kongruen), dan 6 paket potongan persegi panjang (masingmasing paket terdiri dari 3 pasang persegi panjang yang kongruen). Peneliti juga menyusun instrumen penelitian berupa pedoman observasi, angket, serta pedoman wawancara dengan pertimbangan dosen pembimbing dan divalidasi oleh dosen ahli. Instrumen penelitian dapat dilihat pada lampiran B. b. Pelaksanaan Pembelajaran 1) Pertemuan Pertama Pertemuan pertama dilakukan pada hari Kamis, 16 April 2009. Materi yang diajarkan pada pertemuan kali ini mengenai jaring-jaring kubus. Adapun pembelajaran pada pertemuan kali ini adalah sebagai berikut: a) Kegiatan Awal Kegiatan pembelajaran diawali dengan mengecek kesiapan siswa dan kehadir an siswa oleh guru matematika, yaitu Ibu Listyo Wardhani. Setelah dicek, ternyata ada 5 orang siswa yang tidak hadir karena mengikuti lomba, sehingga siswa yang hadir adalah 32 orang. Guru kemudian memberikan apersepsi dan memotivasi siswa. Guru menunjukkan salah satu model kubus yang terbuat dari kertas asturo dan meminta siswa untuk menunjukkan mana 56 yang disebut rusuk, sisi, dan meminta siswa untuk menunjukkan sisi-sisi yang kongruen. b) Kegiatan Inti Guru menjelaskan bahwa pada pertemuan ini siswa akan belajar dengan melakukan diskusi kelompok. Siswa harus mendiskusikan permasalahan yang ada di LKS I. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok. Kelompok diskusi dibentuk sesuai dengan kelompok piket kelas agar waktu pembelajaran tidak terbuang hanya untuk pembentukan kelompok diskusi. Guru kemudian meminta siswa untuk duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Keadaan menjadi gaduh saat siswa mencari teman kelompoknya. Setelah siswa duduk sesuai dengan kelompoknya masingmasing, guru dibantu peneliti membagikan LKS I, media pembelajaran berupa kubus dari kertas asturo dan 6 potongan persegi yang kongruen dari asturo, serta peralatan berupa gunting. Masing-masing kelompok mulai mendiskusikan permasalahan yang ada pada LKS I setelah semua sumber belajar mereka terima. Ada beberapa kelompok yang bertanya kepada guru maupun peneliti ketika ada permasalahan yang belum mereka pahami. Sebagian kelompok masih bingung bagaimana menggunakan media yang diberikan untuk menemukan jaring-jaring kubus. Siswa masih bingung bagaimana cara mengiris model kubus. Akhirnya guru pun menjelaskan bagaimana caranya kepada salah satu kelompok. Karena tidak hanya satu kelompok yang kebingungan maka peneliti juga ikut membantu guru menjelaskan kepada kelompok lain. 57 Siswa kelihatan senang melakukan kegiatan yang ada pada LKS I. Guru berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lain untuk melihat kegiatan yang dilakukan siswa dan membantu kelompok yang kesulitan. Peneliti dan pengamat juga mengamati kegiatan kelompok serta membantu diskusi kelompok yang mereka amati. Siswa sangat antusias dan tidak ragu-ragu bertanya. Tapi ada beberapa siswa yang diam saja karena masih takut untuk bertanya . Ada juga siswa yang asyik bercanda. Guru menegur siswa yang sedang bercanda. Peneliti mendekati siswa yang diam saja dan memotivasinya untuk bertanya dan ikut aktif berdiskusi. Guru memberikan waktu 15 menit untuk mengerjakan LKS I kegiatan 1. Setelah 15 menit berlalu, guru meminta salah satu kelompok untuk menggambarkan jaring-jaring kubus yang mereka temukan. Setelah salah satu kelompok menggambar hasil temuannya, guru bertanya: “Apakah ada kelompok lain yang menemukan jaring-jaring kubus yang berbeda dengan yang sudah digambar di papan tulis?” ada beberapa kelompok yang menjawab: “ada bu.” Guru meminta kelompok yang menemukan jaring-jaring yang berbeda tersebut untuk menggambar hasil temuannya ke papan tulis. Telah ditemukan lima buah jaring-jaring kubus pada kegiatan ini. Guru menyampaikan bahwa masih ada enam buah jaring-jaring kubus lagi yang harus ditemukan. Untuk menemukan jaring-jaring tersebut, guru meminta masing-masing kelompok untuk mengerjakan LKS I kegiatan 2. Pada LKS I kegiatan 2 ini siswa diminta untuk menemukan jaringjaring kubus dengan menyusun enam buah persegi yang kongruen pada kain 58 flanel yang sudah ditempelkan di papan tulis. Masing-masing kelompok harus menemukan sebuah jaring-jaring kubus yang berbeda satu dengan yang lain. Siswa pun antusias untuk melakukan kegiatan tersebut sehingga kelas pun gaduh. Setelah semua kelompok selesai melakukan kegiatan 2, guru membahasnya. Guru bertanya:“Apakah potongan-potongan persegi yang disusun pada kain flanel yang ditempel di papan tulis merupakan bentuk jaring-jaring kubus?” Siswa menjawab:”ya”. Guru bertanya lagi:”Apakah dari keenam bentuk jaring-jaring tersebut ada yang sama bentuknya?” Salah satu siswa menjawab:”Ada Bu, jaring-jaring hasil kerja kelompok 1 dan kelompok 6 bentuknya sama.” Karena ada yang sama, guru meminta salah satu dari kelompok tersebut (kelompok 1 atau kelompok 6) harus menyusun kembali potongan enam persegi yang kongruen sampai ditemukan jaring-jaring kubus yang berbeda. Dari dua kelompok tersebut, kelompok yang terakhir menyusun yang harus menemukan jaring-jaring kubus lagi. Gambar berikut diambil ketika guru membahas hasil kegiatan siswa. Gambar 1. Guru membahas hasil kegiatan siswa Akhirnya dari kegiatan 1 dan 2 telah ditemukan 11 jaring-jaring kubus yang berbeda. Pada waktu kegiatan 2 selesai dibahas, waktu telah menunjukkan pukul 10.37 WIB. Guru kemudian meminta kelompok untuk 59 menyelesaikan permasalahan yang ada di LKS I sampai pukul 10.55 WIB. Siswa antusias untuk menyelesaikan LKS 1 kegiatan 3 ini. Mereka bertanya kepada guru, peneliti, dan teman yang lain jika ada yang belum mereka pahami. Waktu menunjukkan pukul 10.55 WIB dan guru pun meminta siswa untuk berhenti mengerjakan LKS I serta meminta 2 kelompok untuk presentasi di depan kelas. Karena tidak ada kelompok yang mau presentasi, maka guru menunjuk 2 kelompok untuk maju mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Setelah 2 kelompok tersebut presentasi guru membahasnya. c) Penutup Waktu menunjukkan pukul 11.06 WIB, guru meminta siswa untuk mengumpulkan LKS I dan hasil pekerjaannya serta peralatan yang tadi dibagikan. Setelah itu guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan dari pembelajaran yang sudah dilaksanakan yaitu siswa telah berhasil menemukan 11 bentuk jarring-jaring kubus yang berbeda. Guru kemudian menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam. 2) Pertemuan ke-2 Pembelajaran pertemuan ke-2 dilaksanakan pada hari Senin, 20 April 2009. Materi yang diajarkan pada pertemuan kali ini adalah jaring-jaring balok dan luas permukaan kubus & balok. Adapun pembelajaran pada pertemuan ke2 ini adalah sebagai berikut: a) Kegiatan awal Ibu Listyo Wardhani memulai pembelajaran dengan berdoa bersama. Peneliti dan satu pengamat independen duduk dibarisan belakang. Sebagai 60 apersepsi guru menunjukkan sebuah model balok dari kertas asturo kemudian meminta siswa untuk menyebutkan persegi panjang-persegi panjang yang saling kongruen. Guru juga menjelaskan bahwa dari model balok tersebut dapat dibuat jaring-jaring balok. Guru juga mengingatkan tentang luas permukaan balok dan kubus. Guru bertanya kepada siswa: “Bagaimana cara mencari luas permukaan balok?” salah satu siswa menjawab: “Luas permukaan balok dapat dicari dengan menjumlahkan luas 6 sisi balok”. Selain itu, guru juga bertanya tentang bagaimana mencari luas permukaan kubus dan siswa menjawab bahwa luas permukaan kubus dapat dicari dengan cara menjumlahkan luas 6 buah sisi kubus. b) Kegiatan inti Guru meminta siswa untuk duduk berkelompok sesuai dengan kelompoknya masing-masing yaitu kelompok yang telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Guru dibantu peneliti membagikan LKS II tentang jaring-jaring balok dan luas permukaan kubus & balok, model balok dari kertas asturo, enam potongan persegi panjang yang sepasang-sepasangnya kongruen, serta gunting. Guru meminta setiap kelompok untuk mendiskusikan permasalahan yang ada di LKS II kegiatan 1 yaitu menemukan berbagai bentuk jaring-jaring balok dengan cara mengiris rusuk-rusuk model balok yang sudah diberikan. Alokasi waktu yang diberikan adalah 10 menit. Siswa terlihat lancar mengerjakan LKS II kegiatan 1. Mereka tidak bingung tentang bagaimana menggunakan media yang sudah diberikan. Guru berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lain untuk membimbing jalannya diskusi, 61 sedangkan peneliti dan pengamat independen mengamati setiap kelompok ketika melakukan diskusi. Setelah siswa selesai mengerjakan LKS II kegiatan 1, guru meminta salah satu kelompok untuk menggambarkan hasil temuannya di papan tulis. Jika ada kelompok lain yang menemukan jaring-jaring yang berbeda dengan yang sudah ditemukan, guru juga meminta kelompok tersebut untuk menggambarnya di papan tulis. Pada kegiatan 1 ini telah dihasilkan jaring-jaring balok sebanyak enam buah. Untuk mengerjakan LKS II kegiatan 2, guru meminta masing-masing kelompok untuk menyusun enam potongan persegi panjang pada kain flanel yang sudah ditempelkan di papan tulis. Setiap kelompok sangat bersemangat untuk mengerjakan tugas tersebut. Mereka menempelkan potongan-potongan persegi panjang yang sudah disediakan tersebut pada kain flannel. Mereka terus mencoba sampai menemukan bentuk jaring-jaring balok. Setelah masingmasing kelompok selesai menyusunnya, guru membahas hasil pekerjaan siswa di depan kelas. Guru bertanya:”Apakah jaring-jaring yang ditemukan merupakan bentuk jaring-jaring balok?” Siswa menjawab:” Iya Bu.” Jaringjaring balok yang berbeda yang ditemukan dengan cara menuyusun potonganpotongan persegi panjang ada 5 buah karena dari 6 kelompok diskusi ada 2 kelompok diskusi yang menemukan jaring-jaring balok yang sama bentuknya. Dari LKS II kegiatan 1 dan 2 telah ditemukan 11 bentuk jaring-jaring balok. Setelah selesai membahas LKS II kegiatan 1 dan 2, maka guru meminta siswa untuk melanjutkan mengerjakan LKS II kegiatan 3 dan 4. Waktu yang diberikan adalah 20 menit dimulai pada pukul 07.50 WIB. Guru 62 berkeliling kembali untuk membantu jalannya diskusi dan membantu siswa yang kesulitan. Peneliti dan pengamat independen tetap mengamati jalannya diskusi. Ketika diskusi berlangsung, ada kelompok yang tampak kebingungan. Setelah didekati ternyata kelompok tersebut masih bingung bagaimana cara mengerjakan soal nomor 2 kegiatan 3 tentang berapa jumlah potongan karton yang harus ditambahkan untuk membuat kotak jika sudah disediakan 4 buah potongan karton (persegi panjang) yang saling kongruen dan berapa ukuran karton yang ditambahkan. Ternyata guru juga menemukan bahwa kelompokkelompok lain juga kebingungan ketika mengerjakan soal tersebut. Akhirnya guru menjelaskan di depan kelas. Masing-masing kelompok diminta untuk menyusun 4 buah potongan karton yang sudah disediakan dan meminta siswa melihat berapa sisi yang terbuka. Karena masing-masing kelompok menemukan ada dua buah sisi yang terbuka, maka banyak karton yang dibutuhkan adalah dua buah. Siswa diminta mengukur potongan karton yang harus ditambahkan. Siswa disuruh untuk mengubah posisinya sehingga ditemukan ukuran yang lain. Peneliti memperhatikan kerja kelompok yang lain, ternyata ada kelompok lain yang tampak kebingungan juga. Kelompok tersebut bingung bagaimana menyelesaikan soal kegiatan 3 nomor 1yaitu tentang bagaimana cara menyusun kotak minuman, apakah boleh berbeda atau harus sama. Kelompok tersebut bertanya kepada peneliti dan peneliti menjawab bahwa cara menyusun kotak minuman tersebut boleh berbeda. 63 Masing-masing kelompok sangat antusias dan sibuk menyelesaikan soal-soal yang ada pada LKS II. Mereka saling bertukar pikiran dan berpendapat tentang bagaimana cara menyelesaikan permasalahan tersebut. Setelah waktu menunjukkan pukul 08.10 WIB, guru meminta 2 kelompok diskusi yang pada kegiatan 2 menemukan jaring-jaring balok yang sama bentuknya untuk mempresentasikan di depan kelas hasil pekerjaannya pada kegiatan 3 dan 4. Kelompok tersebut pada awalnya takut untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya, namun akhirnya mereka mau maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya. Kelompok yang satu mempresentasikan 1 buah nomor pada kegitan 3 yaitu nomor 2 dan kelompok yang lain mempresentasikan satu buah nomor pada kegiatan 4 yaitu nomor 1. Mereka mempresentasikan soal tersebut secara bergantian. Setelah kelompok tersebut selesai mempresentasikan hasilnya, guru membahasnya. Guru bertanya: “Apakah ada cara yang berbeda atau jawaban yang berbeda dengan yang sudah dikerjakan di depan kelas?”Ada salah satu kelompok yang mengacungkan tangan dan menjawab: “Iya bu, pada kegiatan 4 nomor 1 kelompok kami berbeda hasil jawabannya.” Guru meminta kelompok tersebut untuk mempresentasikan hasilnya di depan kelas. Setelah selesai, guru membahasnya di depan kelas. Variasi jawaban soal LKS II kegiatan 4 nomor 1 dapat dilihat pada lampiran C.8. c) Penutup Waktu menunjukkan pukul 08.26 WIB, masing-masing kelompok diminta untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya, media, dan peralatan yang 64 pada awal pertemuan diberikan. Bel tanda pergantian pelajaran berbunyi, akhirnya guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam. 3) Pertemuan ke-3 Pertemuan ke-3 dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 23 April 2009. Materi yang akan diajarkan mengenai volume kubus dan balok. Adapun pembelajaran pada pertemuan ke-3 adalah sebagai berikut: a) Kegiatan Awal Guru matematika Ibu Listyo Wardhani mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam kemudian mengecek kesiapan siswa. Guru menyampaikan bahwa pertemuan kali ini akan membahas mengenai volume kubus dan balok. Guru mengingatkan tentang materi sebelumnya yaitu mengenai kubus dan balok. Selain itu guru juga memberikan motivasi bahwa materi yang akan dipelajari kali ini sangat berguna untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari misalnya untuk menghitung volume akuarium yang berbentuk balok. Guru meminta siswa untuk memberikan contoh lain dan ada siswa yang menjawab: “Untuk menghitung volume bak mandi bu.” b) Kegiatan Inti Guru meminta siswa untuk duduk sesuai dengan kelompoknya. Guru dibantu peneliti membagikan LKS III mengenai volume kubus dan balok. Setelah semua kelompok mendapatkan LKS III, masing-masing kelompok diminta untuk mendiskusikan permasalahan yang ada dalam LKS III selama 20 menit. Guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain untuk 65 memantau jalannya diskusi pada masing-masing kelompok. Peneliti dan pengamat independen mengamati kegiatan yang dilakukan masing-masing kelompok. Sebagian besar kelompok tidak mengalami kesulitan ketika mengerjakan LKS III kegiatan 1 yaitu menemukan rumus volume balok dan kubus. Pada LKS III Kegiatan 2, ada kelompok yang tampak kebingungan menyelesaikan soal nomor 1 kegiatan 2. Kelompok tersebut kemudian bertanya kepada peneliti maksud dari soal tersebut. Peneliti menjelaskan bahwa mainan berbentuk kubus akan dimasukkan ke dalam kotak penyimpanan berbentuk kubus. Untuk mencari berapa banyak mainan yang harus dimasukkan maka harus mencari volume mainan dan volume kotak penyimpanan terlebih dahulu.Setelah kelompok tersebut paham apa maksud soalnya, mereka langsung melanjutkan diskusi untuk menyelesaikan soal tersebut. Hampir semua kelompok bertanya kepada guru, peneliti, pengamat, atau teman yang lain ketika ada permasalahan yang belum mereka pahami atau hanya untuk meyakinkan diri bahwa langkah yang mereka lakukan sudah benar. Ada siswa yang merasa kesulitan ketika mengerjakan LKS III kegiatan 2 nomor 2 tentang bagaimana mencari tinggi air yang naik ketika suatu balok yang berisi air dimasuki logam berbentuk kubus. Siswa tersebut kemudian bertanya kepada guru. Guru menjelaskan kepada siswa maksud dari soal tersebut. 66 Gambar 2. Siswa sedang melakukan diskusi kelompok. Guru pun melanjutkan berkeliling dari satu kelompok ke kelompok yang lain. Waktu menunjukkan pukul 10.35 WIB, guru meminta 1 kelompok untuk mempresentasikan hasil pekerjaan mereka yaitu LKS III kegiatan 1 menemukan rumus volume balok dan kubus. Pada awalnya tidak ada satupun kelompok yang berani, namun akhirnya ada kelompok yang mau mempresentasikan hasil pekerjaannya. Kelompok tersebut membacakan hasilnya yaitu jika balok mempunyai ukuran panjang 3 satuan, lebar 2 satuan, dan tinggi 1 satuan, maka volume balok tersebut adalah 6 satuan volum. Jika balok mempunyai ukuran panjang 3 satuan, lebar 2 satuan, dan tinggi 2 satuan, maka volume balok tersebut adalah 12 satuan volum. Jika balok mempunyai ukuran panjang p, lebar l, dan tinggi t, maka rumus volume balok yang ditemukan adalah V p l t . Selanjutnya adalah menemukan rumus volume kubus. Kubus merupakan balok khusus yaitu balok dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi yang sama. Rumus volume kubus dengan panjang rusuk s adalah V s s s atau V s 3 . Setelah selesai, kelompok tersebut 67 menanyakan kepada kelompok lain apakah ada yang hasilnya berbeda dengan kelompok yang sudah presentasi dan semua kelompok menjawab bahwa hasilnya sama. Guru meminta 2 kelompok lain untuk menuliskan hasil pekerjaan LKS III Kegiatan 2 yaitu menyelesaikan soal-soal terkait dengan volume kubus dan balok di papan tulis. Satu kelompok mengerjakan 1 nomor. Tapi karena tidak ada yang mau maju, maka guru menunjukkan 2 kelompok yaitu kelompok 3 dan kelompok 6 untuk maju mengerjakan di papan tulis. Kelompok 3 mengerjakan LKS III kegiatan 2 nomor 1 tentang berapa banyak mainan berbentuk kubus dengan panjang rusuk 10 cm yang dapat dimasukkan ke dalam kotak berbentuk kubus dengan panjang rusuk 20 cm. Kelompok 3 mengerjakan soal tersebut dengan cara mencari volume mainan terlebih dahulu kemudian mencari volume kotak penyimpanan. Setelah itu mencari banyak mainan yang dapat disimpan ke dalam kotak penyimpanan dengan cara membagi volume kotak penyimpanan dengan volume mainan. Volume mainan = 103 1000cm3 . Volume kotak penyimpanan = 203 8000cm3 . Banyak mainan yang dapat disimpan adalah 8000 8 buah mainan. Kelompok 6 1000 mengerjakan LKS III kegiatan 2 nomor 2 yaitu tentang berapa tinggi air dalam bejana yang naik jika sebuah logam berbentuk kubus yang panjang rusuknya 3 cm dimasukkan ke dalam suatu bejana (berisi air) berbentuk balok dengan ukuran alas 6 cm × 5 cm. Kelompok 6 mengerjakan soal tersebut dengan cara mencari volume logam kubus terlebih dahulu kemudian membandingkan volume kubus tersebut dengan volume bejana sehingga ditemukan tinggi air 68 yang naik. Volume kubus= s 3 33 27cm3 . Volume bejana = volume kubus yaitu 6×5×t=27. Sehingga t 27 27 0,9cm . Setelah selesai menuliskan 6 5 30 jawabannya, mereka disuruh untuk presentasi membacakan hasilnya. Guru bertanya: “Apakah jawabannya sudah benar?” Secara serentak kelompok lain menjawab: “Benar bu.” Setelah pembahasan selesai, guru meminta siswa untuk kembali ke tempat duduknya masing-masing dan mengumpulkan LKS III. Gambar 3. Siswa sedang menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. c) Penutup Pada pertemuan terakhir siklus 1 ini, dilakukan tes siklus 1. Tes akhir siklus ini dikerjakan secara individu dengan alokasi waktu 30 menit. Guru membagikan soal tes kepada siswa. Guru mengingatkan siswa agar mengerjakan soal sendiri-sendiri. Ketika bel tanda pelajaran usai, para siswa segera mengumpulkan lembar jawabannya. Beberapa anak masih terlihat asyik 69 mengerjakan soal. Guru menegur agar mereka segera mengumpulkan lembar jawabannya. Pembelajaran diakhiri dengan ucapan salam. c. Data Hasil Observasi, Angket, Tes, dan Wawancara 1) Data Hasil Observasi a) Data hasil observasi kreativitas siswa Pada pertemuan pertama observasi dilakukan oleh peneliti bersama satu pengamat independen yaitu Supriyono. Observasi ini dilakukan berdasarkan pedoman observasi kreativitas siswa. Untuk mengamati kreativitas siswa, setiap pengamat mengamati 3 kelompok diskusi. Hasil observasi pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut: 1. Keenam kelompok telah mampu menemukan banyak jawaban dan juga sering mengajukan banyak pertanyaan. Contohnya: keenam kelompok sudah mampu menemukan berbagai bentuk jaring-jaring kubus dan menanyakan cara menggunakan media yang dibagikan. 2. Ada 3 kelompok yang mampu mengganti bentuk serta mengembangkan informasi. 3. Ada 3 kelompok yang mampu menghasilkan gagasan yang orisinil. 4. Ada 4 kelompok masih menjawab pertanyaan secara langsung dan kurang rinci. Contohnya: ketika menjawab pertanyaan siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan. 70 5. Ada 5 kelompok tampak ragu-ragu terhadap jawabannya dan tidak yakin terhadap jawabannya. Contohnya: setelah selesai mengerjakan LKS, siswa bertanya kepada guru atau peneliti apakah hasil pekerjaannya kelompoknya sudah benar atau belum. 6. Keenam kelompok menpunyai rasa ingin tahu yang besar dengan bertanya atau membaca buku. Contohnya: ketika ada sesuatu yang tidak diketahui, siswa membuka buku pegangan matematika dan bertanya kepada guru. 7. Ada 3 kelompok yang belum menunjukkan daya imajinasinya. Contohnya: ada sebagian kelompok yang menemukan jaring-jaring yang bentuknya sama hanya posisi menggambarnya berbeda. 8. Hanya ada 3 kelompok yang antusias untuk menyelesaikan permasalahan dalam LKS. Contohnya: karena siswa belum paham maksud soal-soal yang ada di LKS, sehingga siswa merasa enggan untuk mengerjakan soal-soal di LKS tersebut. 9. Keenam kelompok masih takut untuk mempresentasikan jawabannya. Contohnya: tidak ada siswa yang dengan sukarela mempresentasikan jawaban kelompoknya sehingga guru harus menunjuk salah satu kelompok untuk presentasi. 10. Masing-masing kelompok menghargai hasil pekerjaannya dan hasil pekerjaan kelompok lain serta menghargai keberadaan orang lain. 71 Contohnya: setiap kelompok memperhatikan kelompok lain yang sedang melakukan presentasi. Observasi pada pertemuan ke-2 dilakukan oleh peneliti bersama dengan satu pengamat independen yaitu Supriyono. Hasil pengamatan pada pertemuan ke-2 adalah sebagai berikut: 1. Keenam kelompok sudah mampu menemukan banyak jawaban dan mengajukan banyak pertanyaan. Contohnya: siswa mampu menemukan berbagai bentuk jaring-jaring balok. 2. Tiga kelompok diskusi sudah mampu mengembangkan informasi dan mengubah bentuk. Contohnya: sebagian besar siswa sudah mampu memahami soal dan menggali informasi dari soal tersebut. 3. Empat kelompok diskusi belum mampu menghasilkan jawaban yang lain daripada yang lain. Contohnya: siswa masih menggunakan cara yang sama untuk mengerjakan soal-soal yang ada di LKS. 4. Setiap kelompok memberikan jawaban secara langsung sehingga jawabannya kurang rinci. Contohnya: ketika menyelesaikan permasalahan yang ada di LKS, siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dan penyelesaianya pun kurang rinci. 5. Ada 2 kelompok yang masih ragu terhadap pekerjaan sehingga belum mampu menilai pekerjaannya tersebut benar atau salah. 72 Contohnya: siswa belum yakin dengan pekerjaannya sehingga bertanya hasil pekerjaan kelompok lain. 6. Keenam kelompok mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi (bertanya dengan guru, teman, atau peneliti serta membaca buku). 7. Ada 5 kelompok yang belum terlihat daya imajinasinya. Contohnya: dari soal dan gambar yang disajikan, siswa belum mampu membayangkan langkah-langkah penyelesaian yang harus dilakukan. 8. Ada 5 kelompok yang sangat antusias untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di LKS. Contohnya: siswa terlihat asyik menggunakan model balok untuk mencari bentuk jaring-jaring balok serta menyelesaiakan soal-soal yang lain. 9. Ada 3 kelompok yang sudah mulai berani untuk mempresentasikan jawabannya di depan kelas dan mempertahankan jawabannya tersebut. Contohnya: ketika guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya, salah satu siswa dari kelompok tersebut maju dan presentasi di depan kelas. 10. Masing-masing kelompok saling menghargai satu dengan yang lainnya. Contohnya: setiap kelompok menghargai temannya yang sedang melakukan presentasi. Pada pertemuan ke-3, observasi dilakukan oleh peneliti dan 2 pengamat independen yaitu Reni Untarti dan Supriyono. Masing-masing pengamat mengamati 2 kelompok diskusi. Hasil pengamatan pertemuan ke-3 ini adalah sebagai berikut: 73 1. Keenam kelompok aktif bertanya. Contohnya: siswa bertanya kepada guru dan peneliti, atau bertanya kepada kelompok lain. 2. Ada 4 kelompok yang masih belum mampu mengubah bentuk dan mengembangkan informasi. Contohnya: karena materi pada pertemuan ke-3 adalah volume kubus dan balok, sebagian kelompok masih belum mampu menggali informasi yang ada di LKS dan mengembangkan informasi tersebut. 3. Hanya ada 3 kelompok yang mampu menghasilkan jawaban yang lain dari pada yang lain. Contohnya: untuk menyelesaikan soal LKS III kegiatan 2 nomor 2 yaitu mencari tinggi air yang naik ketika dimasukkan suatu kubus logam kedalam balok yang berisi air, ada kelompok yang mengerjakan soal tersebut dengan membandingkan antara volume kubus dan balok secara langsung dan ada yang mengerjakan dengan mencari volume kubus dulu kemudian mencari tinggi air yang naik. 4. Ada 4 kelompok yang sudah mampu menjawab pertanyaan secara rinci tetapi masih ada sebagian lagi yang menjawab pertanyaan secara langsung. Contohnya: siswa sudah menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan serta menyelesaikan soal secara runtut. 5. Ada 4 kelompok yang sudah mampu menilai jawabannya dan mengecek jawabannya tersebut. 74 Contohnya: mereka telah yakin terhadap jawabannya dan mengecek jawabannya sendiri sehingga tidak mengubah jawabannya ketika melihat kelompok lain mempunyai jawaban yang berbeda dengan kelompoknya. 6. Keenam kelompok mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Contohnya: siswa membuka buku pegangan matematika atau bertanya kepada orang lain ketika ada hal yang tidak diketahui atau untuk mengetahui sesuatu secara lebih mendalam. 7. Daya imajinasi dari setiap kelompok masih rendah. Contohnya: sebagian siswa belum mampu membayangkan langkahlangkah penyelesaian untuk menyelesaiakan permasalahan yang ada di LKS. 8. Ada 2 kelompok yang enggan mengerjakan LKS karena soalnya terlalu susah. 9. Ada 3 kelompok yang sudah berani untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas. Contohnya: ada kelompok yang mau mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya dengan sukarela dan ada beberapa kelompok yang langsung maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya setelah ditunjuk oleh guru. 10. Masing-masing kelompok menghargai satu dengan yang lain dan menghargai keberadaan orang lain. Contohnya: siswa saling bertukar pendapat ketika diskusi berlangsung. 75 Hasil observasi kreativitas siswa siklus I dapat dilihat pada lampiran C.1. Di bawah ini disajikan tabel analisis hasil observasi kreativitas siswa pada siklus I. Tabel 4.2. Hasil observasi kreativitas siswa siklus I Aspek yang Diamati Persentase Kualifikasi Kemampuan berpikir lancar (fluency) 71,43% Tinggi Kemampuan berpikir luwes(fleksibilitas) 60,71% Sedang Kemampuan berpikir orisinal (orisinalitas) 57,14% Sedang Kemampuan memperinci (elaborasi) 50% Sedang Kemampuan menilai (evaluasi) 60,71% Sedang Rasa ingin tahu 71,43% Tinggi Bersifat imajinatif 35,71% Sedang Merasa tertantang oleh kemajemukan 60,71% Sedang Berani mengambil resiko 64,29% Sedang Menghargai 67,86% Tinggi b) Data hasil observasi kegiatan pembelajaran Pada pertemuan pertama observasi dilakukan oleh peneliti dan satu pengamat independen selama pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan berdasarkan pedoman observasi kegiatan pembelajaran. Selain itu peneliti juga membuat catatan lapangan yang dapat dilihat pada lampiran C.7. Hasil dari pengamatan adalah sebagai berikut: 1. Guru sudah mempersiapkan kegiatan pembelajaran dengan baik karena guru telah merumuskan topik diskusi, merumuskan tujuan pembelajaran, dan menyiapkan peralatan dan media yang diperlukan. 2. Pelaksanaan pembelajaran berjalan cukup baik karena meskipun guru lupa menyampaikan tujuan pembelajaran dan tidak memberikan pertanyaan pancingan tetapi guru telah mengkomunikasikan topik diskusi, siswa dalam kelompok leluasa melakukan diskusi serta aktif bertanya, guru tidak memberikan jawaban secara langsung tetapi mendorong siswa untuk 76 menemukan jawabannya sendiri, dan kelompok diskusi mempresentasikan hasil diskusi. 3. Penutupan pembelajaran berjalan baik karena guru bersama siswa telah membuat kesimpulan dari pembelajaran yang sudah dilaksanakan tetapi lupa melakukan refleksi dan siswa sudah mengumpulkan hasil diskusi. Observasi pada pertemuan ke-2 dilakukan oleh peneliti bersama satu pengamat independen. Observasi dilakukan berdasarkan pedoman observasi kegiatan pembelajaran. Selain itu, peneliti juga membuat catatan lapangan yang dapat dilihat pada lampiran C.7. Hasil dari pengamatan adalah sebagai berikut: 1. Guru telah mempersiapkan kegiatan pembelajaran dengan baik yaitu dengan merumuskan masalah sebagai topik diskusi, merumuskan tujuan pembelajaran, merumuskan petunjuk atau pengarahan kegiatan pembelajaran, serta menyiapkan peralatan dan media yang diperlukan. 2. pelaksanaan pembelajaran cukup berjalan dengan baik karena meskipun pada kegiatan pembelajaran ini guru lupa menyampaikan tujuan pembelajaran dan tidak memberikan pertanyaan pancingan, tetapi guru telah mengkomunikasikan topik diskusi dan siswa pun dengan leluasa berdiskusi, bertanya, dan mempresentasikan hasil diskusinya. 3. Pada kegiatan penutup guru dengan siswa lupa membuat kesimpulan dan melakukan refleksi setelah mereka membahas topik masalah dan peyelesaiannya. 77 Observasi pada pertemuan ke-3 dilakukan oleh peneliti dan dua pengamat independen. Selain melakukan observasi, peneliti juga membuat catatan lapangan yang dapat dilihat pada lampiran C.7. Hasil pengamatannya adalah sebagai berikut: 1. Guru telah menyiapkan pembelajaran dengan baik yaitu dengan merumuskan topik permasalahan diskusi, merumuskan tujuan, dan mempersiapkan peralatan dan media yang diperlukan. 2. Pelaksanaan pembelajaran berjalan cukup baik, hal ini dapat dilihat dari guru telah manyampaikan topik diskusi, menjelaskan jalannya diskusi, memberikan pujian terhadap siswa tergiat, dan tidak memberikan jawaban langsung, siswa juga leluasa berdiskusi dan bertanya, membuat generalisasi serta mempresentasikan hasil diskusinya. 3. Pembelajaran ditutup dengan membahas masalah serta penyelesaiannya dan setiap kelompok mengumpulkan hasil diskusi. Hasil observasi kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada lampiran C.2. Berikut ini tabel analisis hasil observasi kegiatan pembelajaran siklus I. Tabel 4.3. Hasil observasi kegiatan pembelajaran siklus I Aspek yang diamati Persentase Kualifikasi Persiapan pembelajaran 100% Baik Pelaksanaan pembelajaran 66,67% Baik Penutup pembelajaran 58,33% Cukup Baik 2) Data Hasil Angket a) Data hasil angket kreativitas siswa Angket kreativitas siswa diberikan pada akhir siklus I yaitu pada pertemuan ketiga. Berdasarkan hasil angket kreativitas siswa dari 38 siswa, 78 menunjukkan bahwa kemampuan berpikir lancar, kemampuan berpikir luwes, kemampuan berpikir orisinal, kemampuan memperinci, daya imaijinatif, dan rasa tertantang oleh kemajemukan belum mencapai indikator. Beberapa contoh hasil angket kreativitas siswa siklus I dapat dilihat pada lampiran C.3. Di bawah ini adalah tabel analisis hasil angket kreativitas siswa siklus I. Tabel 4.4. Hasil angket kreativitas siswa siklus I Aspek yang Diamati Persentase Kualifikasi Kemampuan berpikir lancar (fluency) 57,89% Sedang Kemampuan berpikir luwes(fleksibilitas) 56,32% Sedang Kemampuan berpikir orisinal (orisinalitas) 61,58% Sedang Kemampuan memperinci (elaborasi) 63,82% Sedang Kemampuan menilai (evaluasi) 68,95% Tinggi Rasa ingin tahu 70,39% Tinggi Bersifat imajinatif 66,45% Sedang Merasa tertantang oleh kemajemukan 50% Sedang Berani mengambil resiko 77,37% Tinggi Menghargai 86,84% Tinggi b) Data hasil angket respons siswa Angket respons siswa diberikan pada akhir siklus I yaitu pada pertemuan ketiga. Berdasarkan hasil angket dari 38 siswa, menunjukkan bahwa aspek mengembangkan kemampuan bertanya, berkomunikasi dan menyimpulkan bahasan serta aspek kemampuan siswa memberikan pendapat belum memenuhi indikator. Beberapa contoh hasil angket respons siswa siklus I dapat dilihat pada lampiran C.4. Di bawah ini adalah tabel analisis hasil angket respons siswa siklus I. 79 Tabel 4.5. Hasil angket respons siswa siklus 1 Aspek yang Diamati Persentase Kualifikasi Mengembangkan kemampuan bertanya, 65,79% Cukup Baik berkomunikasi, dan menyimpulkan bahasan. Mengembangkan kemampuan berpikir sendiri dalam 93,42% Baik memecahkan masalah Kemampuan siswa memberikan pendapat 64,47% Cukup Baik Kemampuan menemukan sendiri pola-pola atau 77,63% Baik struktur-struktur melalui serangkaian pengalaman Siswa belajar mandiri 71,05% Baik Pemahaman terhadap bahan pelajaran 81,58% Baik Minat belajar siswa 72,37% Baik 3) Data Hasil Tes Tes yang diberikan pada setiap akhir siklus ini adalah tes dalam bentuk soal uraian. Tes akhir siklus 1 terdiri dari tiga buah soal uraian. Hasil tes menunjukan kreativitas siswa mencapai kategori cukup baik. Meskipun sebagian besar siswa sudah mampu menemukan berbagai jawaban tetapi dalam menjawab pertanyaan belum dilakukan secara rinci. Selain itu, dari jawaban siswa belum menampakkan daya imajinasi karena belum mampu mengilustrasikan masalah ke dalam gambar. Rata-rata nilai tes siklus 1 adalah 6, 13. Hasil tes akhir siklus 1 dapat dilihat pada lampiran D.5. 4) Data Hasil Wawancara Wawancara dilakukan dengan guru dan dengan siswa. Dari wawancara dengan guru didapatkan bahwa guru memandang siswa sangat antusias terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Selain itu guru memandang bahwa siswa-siswanya sebenarnya mampu berpikir kreatif jika waktu yang diberikan dalam pembelajaran lama. Guru menyadari bahwa upaya untuk mengembangkan kreativitas siswa masih kurang karena guru menargetkan materi harus selesai sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat. Guru 80 memandang bahwa siswa sudah mampu mengembangkan gagasan-gagasan dari suatu permasalahan namun mereka belum berani untuk mengungkapkan gagasan-gagasan tersebut. Guru memandang dengan adanya media dan pembelajaran dengan metode diskusi dan penemuan serta dengan adanya soalsoal open-ended dan pemecahan masalah mamacu siswa untuk menemukan banyak jawaban dan meyelesaikan masalah dengan berbagai cara. Hasil wawancara dengan guru dapat dilihat pada lampiran C.5. Dari hasil wawancara dengan siswa didapatkan bahwa mereka senang dengan pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Mereka merasa senang karena mereka diberi keleluasaan untuk mengeluarkan pendapat dan saling bertukar pikiran. Selain itu dengan adanya media mereka jadi bersemangat dan tertantang untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dalam LKS. Mereka juga aktif bertanya kepada guru, peneliti, atau teman yang lain jika ada permasalahan yang belum mereka pahami. Selain bertanya, mereka juga membaca buku yang mereka miliki. Ketika mereka diberi soal yang sulit, mereka cenderung menyelesaikan soal itu sendiri meskipun kadang-kadang mereka juga mencontek jawaban teman. Mereka cenderung senang dan menghargai hasil kerjanya sendiri serta ikut senang jika temannya mendapat nilai bagus. Hal ini memacu mereka untuk lebih giat belajar lagi. Hasil wawancara dengan siswa dapat dilihat pada lampiran C.6. d. Refleksi Pelaksanaan tindakan-tindakan yang telah dilakukan pada siklus I ternyata masih mengalami hambatan-hambatan yang menyebabkan 81 pembelajaran tidak berlangsung sesuai dengan rencana. Hal ini berakibat kreativitas siswa belum mencapai kategori tinggi. Hambatan-hambatan yang dialami adalah sebagai berikut: 1. Sebagian siswa asyik bercanda ketika berdiskusi sehingga mereka tidak dapat menyelesaikan LKS tepat waktu. 2. Siswa belum terbiasa dengan penemuan dan soal-soal pemecahan masalah serta soal-soal open-ended sehingga mereka mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada. 3. Dalam menjawab masalah baik itu masalah dalam LKS maupun tes, sebagian siswa tidak memberikan penjelasan atau keterangan yang lengkap tentang langkah-langkah yang digunakan dan kurang cermat dalam melakukan perhitungan. 4. Siswa belum mampu menggabungkan beberapa konsep untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di LKS. 5. Siswa masih takut ketika guru meminta untuk presentasi dan siswa juga takut memberikan tanggapan. Dilihat dari deskripsi pelaksanaan pembelajaran siklus I dan dari hasil observasi, angket, tes, dan wawancara serta hasil refleksi siklus I, disimpulkan bahwa indikator keberhasilan belum tercapai, oleh karena itu perlu dilanjutkan ke siklus II dengan beberapa perbaikan tindakan yang didasarkan pada refleksi siklus I. 2. Kegiatan pada siklus II 82 Kegiatan yang dilakukan pada siklus II hampir sama dengan kegiatan pada siklus I, tetapi telah dilakukan beberapa perbaikan tindakan yang didasarkan pada hasil refleksi siklus I. Perbaikan tindakan tersebut antara lain: 1. Memberikan penjelasan tentang waktu maksimal yang digunakan saat diskusi kelompok dan memperingatkan siswa jika ada yang bercanda. 2. Setiap soal yang ada pada LKS diberi ilustrasi gambar agar siswa lebih mudah dalam memahami soal tersebut serta mendorong siswa agar lebih imajinatif. 3. Menekankan kepada siswa agar menjawab pertanyaan atau soal secara lebih rinci, yaitu dengan menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal kemudian baru menuliskan langkah-langkah penyelesaian, memberikan keterangan atas langkah-langkah yang sudah dilaksanakan, serta mengecek kembali jawaban. 4. Menjelaskan kepada siswa maksud soal dalam LKS dan memberitahu siswa bahwa dalam menyelesaikan soal siswa harus menguasai beberapa konsep yang sudah dipelajari terkait dengan materi bangun ruang sisi datar. 5. Memotivasi siswa agar tidak takut lagi ketika diminta untuk presentasi dan memberikan tanggapan. Tindakan yang dilakukan pada siklus II meliputi tahap-tahap berikut: a. Perencanaan Pada tahap ini, peneliti menyusun RPP, LKS IV, LKS V, LKS VI, soal dan kunci jawaban tes akhir siklus II dengan beberapa revisi yang didasarkan 83 pada refleksi siklus I, serta media pembelajaran berupa model prisma dan limas dari kertas asturo. b. Pelaksanaan Pembelajaran 1) Pertemuan Pertama Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 04 Mei 2009 pukul 07.50 WIB sampai dengan pukul 09.10 WIB. Pada pertemuan ini membahas tentang jaring-jaring prisma dan limas. Tujuan pembelajarannya adalah Siswa mampu menemukan berbagai bentuk jaring-jaring prisma dan limas, siswa mampu melukis jaring-jaring prisma dan limas, siswa terampil membuat jaring-jaring prisma dan limas, siswa dapat memberi nama jaring-jaring prisma dan limas. Adapun pembelajaran pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut: a) Kegiatan awal Kegiatan belajar mengajar diawali dengan membaca doa bersama-sama dipimpin oleh guru matematika ibu Listyo Wardhani tepat pukul 07.50 WIB. Guru memberitahukan bahwa pada pertemuan kali ini akan membahas tentang jaring-jaring prisma dan limas. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Untuk memotivasi siswa guru menunjukkan model prisma segitiga dan bertanya: “manakah 2 bidang yang saling kongruen? Ada beberapa siswa yang menjawab: “sisi atas dan alas”, dan ada beberapa siswa yang menjawab: “sisisisi yang saling sejajar.” Setelah itu guru mengiris beberapa rusuk prisma sehingga membentuk jaring-jaring prisma. Guru menunjukkan model limas dan mengiris beberapa rusuk limas sehingga membentuk jaring-jaring limas. 84 b) Kegiatan inti Guru meminta siswa untuk duduk sesuai dengan kelompoknya. Guru dibantu dengan peneliti membagikan LKS IV, media berupa model prisma segitiga beraturan dan limas segiempat beraturan, serta peralatan lain kepada masing-masing kelompok. Guru meminta siswa untuk menyelesaikan LKS IV. Waktu yang diberikan adalah 40 menit. Guru berkeliling untuk memantau kegiatan diskusi, peneliti dan pengamat independen mengamati kegiatan diskusi pada masing-masing kelompok yang menjadi objek pengamatan mereka. Pada pertemuan ini para siswa sudah jarang mengajukan pertanyaan pada guru maupun peneliti. Mereka sudah paham dengan langkah-langkah yang ada pada LKS. Namun setelah diskusi berjalan cukup lama ada kelompok yang tampak kebingungan dan akhirnya bertanya kepada guru. siswa bertanya apakah membuat jaring-jaringnya terserah mereka dan apakah apakah member namanya juga terserah mereka. Guru menjawab bahwa membuat jaringjaringnya terserah siswa tetapi namanya sudah ditentukan. Setelah 40 menit berlalu, guru meminta masing-masing kelompok untuk menggambar sebuah jaring-jaring prisma di papan tulis dan setiap kelompok harus menggambar jaring-jaring prisma yang berbeda. Setiap kelompok sangat antusias untuk menggambar jaring-jaring tersebut di papan tulis dan beradu cepat. Kemudian guru melihat gambar jaring-jaring prisma yang ada di papan tulis. Ternyata ada 2 kelompok yang menggambar sama, sehingga salah satu kelompok harus menggambar bentuk jaring-jaring prisma yang lain. Ternyata baru ditemukan enam buah jaring-jaring prisma. Karena 85 baru ditemukan enam buah jaring-jaring prisma, maka guru meminta 3 kelompok lagi untuk menggambar jaring-jaring prisma dengan bentuk yang lain sehingga jaring-jaring prisma yang ditemukan ada sembilan buah. Setelah semua jaring-jaring prisma ditemukan dan digambar, Guru meminta tiga kelompok lain yang tidak menggambar jaring-jaring prisma untuk menggambar jaring-jaring limas. Setelah selesai, baru ditemukan tiga buah jaring-jaring limas. Guru meminta secara sukarela 4 kelompok untuk menggambarkan masing-masing sebuah jaring-jaring limas yang berbeda. Ternyata mereka beradu cepat untuk menggambarkan jaring-jaring tersebut. Akhirnya jaring-jaring limas yang ditemukan telah tergambar semua di papan tulis yaitu sebanyak tujuh buah jaring-jaring limas. Setelah itu guru meminta 2 kelompok yang tadi kalah cepat ketika diminta maju menggambar jaringjaring limas untuk menuliskan jawaban kegiatan 3 di depan kelas. Kelompok tersebut adalah kelompok 2 dan kelompok 5. Kelompok 2 mengerjakan LKS IV kegiatan 3 nomor 1 yaitu membuat jaring-jaring prisma segilima dan memberi nama jaring-jaring prisma tersebut. Kelompok 5 mengerjakan LKS IV kegiatan 3 nomor 2 yaitu membuat jaring-jaring limas segilima dan memberi nama jaring-jaring limas tersebut. Setelah selesai, guru membahasnya. Guru meminta siswa memberikan tanggapan terhadap hasil yang sudah dituliskan di depan kelas. Kelompok lain menanggapi bahwa gambar jaring-jaring prisma segilima kelompoknya berbeda dengan gambar di papan tulis. Ada kelompok yang lainnya menanggapi bahwa gambar jaringjaring limas segilima milik kelompoknya berbeda dengan gambar di papan 86 tulis. Guru meminta kedua kelompok tersebut untuk menuliskan jawabannya di papan tulis. Ternyata memang keempat gambar yang ada di papan tulis berbeda satu dengan yang lainnya. Hasil jawaban yang bervariasi tentang jaring-jaring prisma dan limas tersebut dapat dilihat di lampiran C.8. c) Penutup Sebelum menutup pembelajaran guru meminta masing-masing kelompok untuk mengumpulkan lembar jawaban, media, serta peralatan lain yang tadi diberikan. Setelah itu, guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam. 2) Pertemuan ke-2 Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada hari Selasa, 05 Mei 2009 pukul 11.40 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB. Pada pertemuan ini membahas mengenai luas permukaan prisma dan limas. Tujuan pembelajarannya adalah menghitung luas permukaan prisma dan limas. Adapun pembelajaran pada pertemuan ke-2 ini adalah sebagai berikut: a) Kegiatan awal Guru matematika ibu Listyo Wardhani membuka pembelajaran dengan salam. Guru menyampaikan bahwa materi yang akan dibahas adalah luas permukaan prisma dan limas serta menyampaikan tujuan dari pembelajaran. Setelah itu, guru mengingatkan siswa tentang rumus luas persegi, persegi panjang dan segitiga. Serta mengingatkan mengenai luas permukaan prisma dan limas. b) Kegiatan inti 87 Guru meminta siswa untuk duduk sesuai dengan kelompoknya masingmasing. Guru dibantu dengan peneliti membagikan LKS V kepada masingmasing kelompok. Setelah semua kelompok mendapatkan LKS V, guru meminta mereka untuk mendiskusikan permasalahan-permasalahan yang ada di LKS V tersebut selama 40 menit. Diskusi dimulai pada pukul 11.50 WIB. Meskipun pada pertemuan kali ini tidak ada media pembelajaran, tetapi setiap kelompok sangat antusias untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada di LKS V. Guru memantau kegiatan diskusi setiap kelompok dengan berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lainnya. Peneliti dan pengamat independen mengamati kegiatan diskusi setiap kelompok yang menjadi objek pengamatan mereka. Ketika diskusi berlangsung, ternyata masih ada beberapa kelompok yang lupa rumus menghitung luas permukaan prisma dan limas meskipun pada awal pertemuan sudah diingatkan oleh guru. Mereka mengingat kembali dengan membuka buku teks matematika yang mereka punya kemudian mereka melanjutkan mengerjakan LKS. Ada juga kelompok yang kelihatan ragu mengambil langkah dalam menyelesaikan soal. Waktu untuk diskusi masih beberapa menit lagi, ternyata sudah ada beberapa kelompok yang selesai mengerjakan LKS. Karena sudah selesai, ada beberapa siswa yang bercanda sehingga membuat gaduh. Melihat hal tersebut, guru langsung menegur mereka supaya jangan becanda dan tidak mengganggu kelompok lain yang masih diskusi. Jam menunjukkan pukul 12.30 WIB dan guru pun memberitahukan bahwa waktu diskusi sudah selesai. Kegiatan 88 selanjutnya dilanjutkan dengan membahas bersama hasil diskusi masingmasing kelompok. Guru membagi papan tulis menjadi 4 bagian. Guru menawarkan kepada siswa dan bertanya: ”Siapa yang mau menuliskan hasil diskusi kelompok kalian di depan kelas dan menjelaskan kepada teman-teman yang lain, angkat tangan?” Siswa berebut untuk menuliskan jawabannya di depan kelas dengan mengangkat tangan mereka. Guru kemudian menunjuk 4 kelompok yang berbeda untuk menuliskan hasil diskusi kelompoknya. Kelompok tersebut adalah kelompok 1, kelompok 3, kelompok 4, dan kelompok 6. Kelompok 1 mengerjakan LKS V kegiatan 1 nomor 1 yaitu mencari luas permukaan lempeng logam yang diperlukan untuk membuat alat pengumpul sampah yang berbentuk prisma segitiga. Kelompok 3 mengerjakan LKS V kegiatan 1 nomor 2 yaitu mencari tinggi bidang tegak dan luas permukaan limas segiempat beraturan yang mempunyai panjang rusuk alas 14 cm dan panjang rusuk tegaknya adalah 25 cm. kelompok 4 mengerjakan LKS V kegiatan 1 nomor 3 yaitu mencari luas permukaan tenda dan biaya sewa tenda. Kelompok 6 mengerjakan LKS V kegiatan 1 nomor 4 yaitu menentukan banyak genting yang diperlukan untuk menutupi atap rumah yang berbentuk limas segiempat. Setelah selesai menuliskan jawabannya, guru meminta keempat siswa tersebut untuk menjelaskan kepada kelompok yang lain secara bergantian. Awalnya mereka takut untuk menjelaskan kepada teman yang lain, tapi akhirnya salah satu siswa yaitu siswa dari kelompok 3 yang berani mempresentasikan jawabannya. Setelah itu bertanya kepada teman-temannya: 89 “teman-teman, jawaban kelompok saya sudah benar atau belum?” Temantemannya menjawab sudah betul. Siswa dari kelompok satu akhirnya berani presentasi setelah siswa dari kelompok 3 berani presentasi. Dengan sedikit malu dia menjelaskan kepada teman yang lain, dan kemudian bertanya apakah ada kelompok lain yang jawabannya berbeda. Semua siswa menjawab tidak ada. Tetapi kemudian ada salah satu kelompok yaitu kelompok 5 yang menjawab bahwa meskipun jaawabannya sama tetapi caranya berbeda. Cara yang digunakan dari kelompok 1 adalah dengan mencari luas sisi lempeng logam satu persatu dan cara yang dilakukan oleh kelompok 5 adalah dengan mencari luas permukaan pengumpul sampah yang berbentuk prisma segitiga kemudian dikurangi luas sisi prisma yang terbuka. Karena waktu sudah menunjukkan pukul 12.50 WIB, guru meminta kelompok tersebut untuk memberitahukan cara yang dilakukan kepada teman yang lain secara lisan. Setelah itu, guru meminta siswa yang masih ada di depan kelas untuk duduk kembali di bangkunya meskipun ada 2 siswa yang belum presentasi. Guru melihat jawaban siswa yang belum presentasi dan menyampaikan bahwa jawaban mereka sudah benar. c) Penutup Guru meminta masing kelompok untuk mengumpulkan LKS mereka. Guru meminta siswa untuk kemas-kemas dan setelah selesai, guru memimpin doa. Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam. 3) Pertemuan ke-3 90 Pertemuan ke-3 dilaksanakan pada hari Kamis 07 Mei 2009 pukul 10.05 WIB sampai dengan 11.20 WIB. Materi yang diajarkan pada pertemuan terakhir siklus II ini adalah volume prisma dan limas. Adapun kegiatan pada pertemuan ke-3 adalah sebagai berikut: a) Kegiatan Awal Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari yaitu volume prisma dan limas dan menyampaikan tujuan pembelajarannya. Guru mengingatkan siswa tentang materi sebelumnya yang berhubungan dengan volume prisma dan limas adalah rumus volume kubus dan balok. b) Kegiatan Inti Guru meminta siswa untuk duduk sesuai dengan kelompoknya. Kemudian guru membagikan LKS VI kepada masing-masing kelompok dan meminta mereka untuk mendiskusikan permasalahan yang ada di dalamnya selama kurang lebih 20 menit. Diskusi dimulai pada pukul 10.12 WIB. Seperti biasa guru berkeliling dari satu kelompok ke kelompok yang lain untuk melihat diskusi yang dilakukan oleh tiap-tiap kelompok dan membantu kelompok yang mengalami kesulitan. Peneliti bersama dengan pengamat independen mengamati kinerja kelompok yang menjadi objek pengamatan mereka. 91 Gambar 4. Guru sedang membantu kelompok diskusi dan pengamat sedang mengamati kerja kelompok. Siswa mulai sibuk dengan diskusi kelompoknya. Mereka mengerjakan LKS VI kegiatan 1 yaitu menemukan rumus volume prisma dan limas terlebih dahulu. Untuk memperjelas ilustrasi gambar yang sudah ada di LKS VI kegiatan 1 nomor 2, sambil berkeliling guru menunjukkan media berupa kerangka kubus yang didalamnya terdapat diagonal-diagonal ruang kubus yang berpotongan di satu titik kepada masing- masing kelompok. Setelah siswa selesai mengerjakan LKS VI kegiatan 1, siswa melanjutkan mengerjakan LKS VI kegiatan 2 yaitu menyelesaiakan soal-soal yang berkaitan dengan volume prisma dan limas. Ada beberapa kelompok yang tampak lancar mengerjakan soal-soal tersebut tetapi ada juga yang tampak kebingungan. Kelompok tersebut bertanya kepada guru bagaimana menyelesaikan soal pada LKS VI kegiatan 2 nomor 1. Guru mengingatkan siswa bahwa waktu diskusi sudah selesai ketika jam menunjukkan pukul 10.30 WIB. Guru meminta 2 kelompok untuk mempresentasikan hasil kegiatan 1 yaitu menentukan rumus volume prisma dan limas. Masing-masing kelompok mempresentasikan sebuah soal. Setiap kelompok saling berebut untuk mempresentasikan hasil kelompoknya. 92 Akhirnya guru memilih dua kelompok yaitu kelompok 2 dan kelompok 4 untuk maju ke depan kelas. Mereka mempresentasikan hasil kerja kelompoknya secara bergantian. Kelompok 2 mempresentasikan jawaban LKS VI kegiatan 1 nomor 1 yaitu mencari rumus volume prisma. Rumus volume prisma adalah luas alas prisma × tinggi prisma. Kelompok 4 mempresentasikan jawaban LKS VI kegiatan 1 nomor 2 yaitu mencari rumus volume limas. Rumus volume limas adalah 1 ×luas alas limas×tinggi limas. Dari presentasi tersebut ternyata 3 semua kelompok menanggapi bahwa hasilnya sama dengan hasil kerja kelompoknya. Guru memberikan kesempatan kepada 2 kelompok lagi untuk menuliskan jawaban LKS VI kegiatan 2. Kelompok yang presentasi LKS VI kegiatan 2 adalah kelompok 1 dan kelompok 5. Kelompok 1 mengerjakan LKS VI kegiatan 2 nomor 1 yaitu mencari volume air dalam aquarium berbentuk prisma yang alasnya trapesium jika aquarium tersebut berisi air 4/5 bagian. Kelompok 5 mengerjakan LKS VI kegiatan 2 nomor 2 yaitu menentukan volume piramida berbentuk limas segiempat beraturan dengan rusuk alas 136 m dan tinggi limas 148 m. Guru membagi papan tulis menjadi 2 bagian agar mereka dapat menuliskan jawabannya secara bersamaan. Setelah mereka selesai menuliskan jawabannya. Mereka mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya kepada teman-temannya secara bergantian. Siswa yang mengerjakan kegiatan 2 nomor 1 presentasi terlebih dahulu kemudian menanyakan kepada kelompok lain apakah ada hasil jawaban yang berbeda dan kelompok lain menanggapi bahwa 93 hasil mereka sama. Ada salah satu siswa menanggapi bahwa hasilnya sama tetapi caranya sedikit berbeda. Dalam mencari volume air, kelompoknya mencari volume akuarium dulu baru kemudian mencari volume air dengan cara mengalikan 4/5 dengan volume akuarium yang sudah ditemukan. Hal ini sedikit berbeda dengan cara yang dilakukan kelompok yang presentasi. Kelompok tersebut, dalam mencari volume air tidak mencari volume akuarium dulu tetapi langsung mencari volume air dengan rumus 4/5 volume akuarium atau 4/5 kali luas alas akuarium kali tinggi akuarium. Siswa yang presentasi tampak kebingungan. Untuk mengatasi hal tersebut, guru mengatakan bahwa pada prinsipnya kedua cara tersebut sebenarnya sama saja, hanya langkahlangkahnya saja yang berbeda dan kedua cara tersebut benar. Setelah selesai, siswa yang lain mempresentasikan jawaban LKS VI kegiatan 2 nomor 2. Presentasinya lebih lancar dan tanggapan kelompok lain adalah hasil mereka sama dan cara yang dilakukan adalah sama. c) Penutup Guru meminta setiap kelompok untuk mengumpulkan lembar jawaban LKS VI dan kemudian siswa diminta untuk duduk di bangkunya sendirisendiri karena akan diadakan tes akhir siklus II. Guru membagikan soal tes kepada siswa. Siswa mulai mengerjakan. Waktu yang diberikan adalah 30 menit. Setelah 30 menit berlalu bel tanda jam pelajaran berakhir. Guru meminta siswa untuk segera mengumpulkan lembar jawabannya. Siswa tidak segera mengumpulkan karena mereka belum selesai. Guru menegaskan lagi agar segera mengumpulkan jawabannya tersebut. Akhirnya siswa pun maju 94 untuk mengumpulkan lembar jawaban miliknya. Setelah semua siswa mengumpulkan, guru pun akhirnya menutup pembelajaran dengan salam. c. Data Hasil Observasi, Angket, Tes, dan Wawancara 1) Data Hasil Observasi a) Data hasil observasi krestivitas siswa Pada pertemuan pertama observasi dilakukan oleh peneliti bersama dua pengamat independen yaitu Supriyono dan Nur Arliana Herawati. Observasi ini dilakukan berdasarkan pedoman observasi kreativitas siswa. Untuk mengamati kreativitas siswa, setiap pengamat mengamati 2 kelompok diskusi. Hasil observasi siklus II pertemuan pertama adalah sebagai berikut: 1. Keenam kelompok telah mampu menemukan banyak jawaban yaitu menemukan berbagai bentuk jaring-jaring prisma dan limas. Contohnya: mereka menemukan berbagai bentuk jaring-jaring prisma dan berbagai bentuk jaring-jaring limas. 2. Ada 3 kelompok yang sudah mampu mengembangkan informasi dan memahami permasalahan yang disajikan. Contohnya: siswa sudah paham maksud soal yang ada di LKS dan mampu menggali informasi dari gambar yang disajikan di LKS atau dari media yang disediakan. 3. Ada 3 kelompok yang sudah mampu mengembangkan idenya dan mengusahakan agar hasil kerja kelompoknya berbeda dengan kelompok lain. 95 Contohnya: ketika menuliskan bentuk jaring-jaring prisma atau limas yang mereka temukan, mereka berusaha untuk menuliskan jaring-jaring yang berbeda. 4. Ada 5 kelompok telah menjawab soal dengan rinci yaitu menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan kemudian menuliskan langkah-langkah jawabannya secara runtut. 5. Ada 4 kelompok yang aktif bertanya untuk meyakinkan bahwa langkahlangkah untuk mencari jawaban yang dilakukan kelompoknya sudah benar. Contohnya: siswa menanyakan kepada guru apakah langkah yang dilakukan untuk mengerjakan soal sudah benar atau belum. 6. keenam kelompok menpunyai rasa ingin tahu yang besar dengan bertanya atau membaca buku. 7. Ada 3 kelompok yang sudah mulai menunjukkan daya imajinasinya dengan menuangkan idenya ke dalam gambar. 8. Keenam kelompok antusias untuk menyelesaikan permasalahan dalam LKS. Contohnya: setelah LKS dan media pembelajaran dibagikan, siswa langsung mengerjakan soal-soal yang ada di LKS. 9. Keenam kelompok sudah mulai berani untuk mempresentasikan jawabannya. Contohnya: mereka saling berebut untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas. 96 10. Masing-masing kelompok menghargai hasil pekerjaannya dan hasil pekerjaan kelompok lain serta menghargai keberadaan orang lain. Observasi pada pertemuan ke-2 dilakukan oleh peneliti bersama dengan dua pengamat independen yaitu Supriyono dan Nur Arliana Herawati. Hasil pengamatannya adalah sebagai berikut: 1. Masing-masing kelompok mempunyai cara tersendiri untuk mengerjakan soal. Contohnya: ketika mencari luas permukaan lempeng logam untuk membuat pengumpul sampah berbentuk prisma segitiga, ada yang mencarinya dengan mencari luas sisi-sisinya dan ada yang mencari luas prisma terlebih dahulu kemudian dikurangi dengan luas sisi yang terbuka. 2. Ada 4 kelompok yang sudah mampu mengembangkan informasi dari soal untuk mencari penyelesaian dan mengubah bentuk soal cerita ke dalam bentuk matematika. Contohnya: dengan membaca soal dan melihat gambar, siswa mampu menggali informasi dari soal tersebut untuk menentukan langkah penyelesaian. 3. siswa sudah mulai mampu menghasilkan jawaban yang lain daripada yang lain. Contohnya: siswa menggunakan caranya sendiri untuk menyelesaikan soal yang ada. 4. Lima kelompok sudah mampu memberikan jawaban secara rinci atau detail. 97 Contonya: ketika mengerjakan soal, siswa menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan kemudian menuliskan langkah-langkah penyelesaiannya. 5. Setiap kelompok yakin terhadap pekerjaannya sehingga mampu menilai pekerjaannya tersebut benar atau salah. 6. Setiap kelompok mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi (bertanya dengan guru, teman, atau peneliti serta membaca buku). 7. Ada tiga kelompok yang sudah mulai melihatkan daya imajinasinya dengan melihat gambar sebagai ilustrasi dari soal. 8. Setiap kelompok sangat antusias untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dalam LKS. Contohnya: masing-masing kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan soal-soal yang ada. 9. Setiap kelompok sudah mulai berani untuk mempresentasikan jawabannya di depan kelas dan mempertahankan jawabannya tersebut. Contohnya: mereka saling berebut untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. 10. Masing-masing kelompok saling menghargai satu dengan yang lainnya. Pada pertemuan ke-3, observasi dilakukan oleh peneliti dan satu pengamat independen yaitu Supriyono. Masing-masing pengamat mengamati 3 kelompok diskusi. Hasil pengamatan pertemuan ke-3 ini adalah : 1. Setiap kelompok aktif bertanya dan menggali berbagai macam ide untuk menyelesaikan permasalahan. 98 Contohnya: siswa mencari ide-ide penyelesaian yang tepat untuk mencari volume air yang ada di dalam aquarium berbentu prisma dengan alas prisma berbentuk trapesium dan untuk menyelesaikan soal-soal yang lain. 2. Setiap kelompok sudah mampu mengubah bentuk soal cerita ke dalam model matematika dan mengembangkan informasi dari soal tersebut. Contohnya: dengan melihat media berbentuk kubus yang didalamnya ada limas, siswa mampu menemukan rumus volume prisma. Dengan membaca soal dan melihat gambar siswa memahami maksud soal dan segera mencari langkah penyelesaian. 3. Setengah dari kelompok yang ada mulai mampu menghasilkan jawaban yang lain dari pada yang lain. Contohnya: siswa tidak hanya mencontek tapi mereka berusaha sendiri untuk menyelesaiakan soal yang ada. 4. Setiap kelompok sudah mampu menjawab pertanyaan secara rinci. Contohnya: ketika menyelesaikan soal, mereka menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan kemudian menuliskan langkah penyelesaian secara runtut. 5. Ada 4 kelompok yang sudah mampu menilai jawabannya dan mengecek jawabannya tersebut. Contohnya: siswa mengecek jawabannya, jika ada yang salah siswa kemudian membenarkan jawabannya tersebut. 6. Setiap kelompok mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. 99 Contohnya: untuk mengetahui sesuatu, siswa bertanya kepada orang lain atau membaca buku. 7. Setengah dari kelompok yang ada sudah menampakkan daya imajinasinya. Contohnya: ketika menentukan volume piramida, siswa membayangkan bentuk piramida. 8. Ada 2 kelompok yang enggan mengerjakan LKS karena soalnya terlalu susah. 9. Setiap kelompok berani untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas. Contohnya: siswa berebut untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya. 10. Masing-masing kelompok menghargai satu dengan yang lain dan menghargai keberadaan orang lain. Hasil observasi kreativitas siswa siklus II dapat dilihat pada lampiran C.1. Dibawah ini disajikan tabel analisis hasil observasi kreativitas siswa pada siklus II. Tabel 4.6. Hasil observasi kreativitas siswa siklus II Aspek yang Diamati Persentase Kualifikasi Kemampuan berpikir lancar (fluency) 81,25% Tinggi Kemampuan berpikir luwes(fleksibilitas) 65,63% Sedang Kemampuan berpikir orisinal (orisinalitas) 56,25% Sedang Kemampuan memperinci (elaborasi) 65,63% Sedang Kemampuan menilai (evaluasi) 75% Tinggi Rasa ingin tahu 81,25% Tinggi Bersifat imajinatif 53,13% Sedang Merasa tertantang oleh kemajemukan 71,88% Tinggi Berani mengambil resiko 87,50% Tinggi Menghargai 71,88% Tinggi b) Data hasil observasi kegiatan pembelajaran 100 Pada pertemuan pertama observasi dilakukan oleh peneliti dan dua pengamat independen yaitu Supriyono dan Nur Arliana Herawati selama pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan berdasarkan pedoman observasi kegiatan pembelajaran. Selain itu peneliti juga membuat catatan lapangan. Hasil dari pengamatan adalah: 1. Guru sudah mempersiapkan kegiatan pembelajaran dengan baik karena guru telah merumuskan topik diskusi, merumuskan tujuan pembelajaran, merumuskan petunjuk diskusi, dan menyiapkan peralatan dan media yang diperlukan. 2. Pelaksanaan pembelajaran sudah baik karena guru menyampaikan tujuan pembelajaran, mengkomunikasikan topik diskusi, siswa dalam kelompok leluasa melakukan diskusi serta aktif bertanya, guru tidak memberikan jawaban secara langsung tetapi mendorong siswa untuk menemukan jawabannya sendiri, kelompok diskusi mempresentasikan hasil diskusi, dan siswa mampu membuat generalisasi. 3. Pada penutup pembelajaran guru bersama siswa lupa membuat kesimpulan dari pembelajaran yang sudah dilaksanakan dan lupa melakukan refleksi. Siswa sudah mengumpulkan hasil diskusi. Observasi pada pertemuan ke-2 dilakukan oleh peneliti bersama dua pengamat independen yaitu Supriyono dan Nur Arliana Herawati. Observasi dilakukan berdasarkan pedoman observasi kegiatan pembelajaran. Selain itu, peneliti juga membuat catatan lapangan. Hasil dari pengamatan adalah sebagai berikut: 101 1. Guru telah mempersiapkan kegiatan pembelajaran dengan baik yaitu dengan merumuskan masalah sebagai topik diskusi, merumuskan tujuan pembelajaran, merumuskan petunjuk atau pengarahan kegiatan pembelajaran, serta menyiapkan peralatan dan media yang diperlukan. 2. Pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik karena guru telah menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa dan menyampaikan topik pembelajaran, siswa pun secara aktif melakukan diskusi serta mempresentasikan hasilnya. 3. Pada kegiatan penutup guru dengan siswa lupa membuat kesimpulan dan melakukan refleksi setelah mereka membahas topik masalah dan peyelesaiannya. Observasi pada pertemuan ke-3 dilakukan oleh peneliti dan satu pengamat independen yaitu Supriyono. Selain melakukan observasi, peneliti juga membuat catatan lapangan. Hasil pengamatannya adalah sebagai berikut: 1. Guru telah menyiapkan pembelajaran dengan baik yaitu dengan menetapkan topik permasalahan diskusi, merumuskan tujuan, merumuskan petunjuk jalannya diskusi, dan mempersiapkan peralatan dan media yang diperlukan. 2. Pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari guru telah manyampaikan topik diskusi, menjelaskan jalannya diskusi, memberikan pujian terhadap siswa tergiat, dan tidak memberikan jawaban langsung, siswa juga leluasa berdiskusi dan bertanya, membuat generalisasi serta mempresentasikan hasil diskusinya. 102 3. Pembelajaran ditutup dengan membahas topik masalah dan penyelesaian, membuat kesimpulan dan melakukan refleksi terhadap pembelajaran, serta setiap kelompok mengumpulkan hasil diskusi. Hasil observasi kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada lampiran C.2. Berikut ini tabel analisis hasil observasi kegiatan pembelajaran siklus II. Tabel 4.7. Hasil observasi kegiatan pembelajaran siklus II Aspek yang diamati Persentase Kualifikasi Persiapan pembelajaran 100% Baik Pelaksanaan pembelajaran 84,85% Baik Penutup pembelajaran 66,67% Baik 2) Data Hasil Angket a) Data hasil angket kreativitas siswa Angket kreativitas siswa diberikan pada akhir siklus II yaitu pada pertemuan ke-3. Berdasarkan hasil angket kreativitas siswa dari 38 siswa, menunjukkan kemampuan berpikir lancar, kemampuan berpikie luwes, kemampuan berpikir orisinal, kemampuan memperinci, kemampuan menilai, rasa ingin tahu, berani mengambil resiko, dan rasa menghargai sudah mencapai indikator. Beberapa contoh hasil angket kreativitas siklus II dapat dilihat dilampiran C.3. Di bawah ini adalah tabel analisis hasil angket kreativitas siklus II. Tabel 4.8. Hasil angket kreativitas siswa siklus II Aspek yang Diamati Persentase Kualifikasi Kemampuan berpikir lancar (fluency) 67,89% Tinggi Kemampuan berpikir luwes(fleksibilitas) 71,05% Tinggi Kemampuan berpikir orisinal (orisinalitas) 69,47% Tinggi Kemampuan memperinci (elaborasi) 76,97% Tinggi Kemampuan menilai (evaluasi) 76,32% Tinggi Rasa ingin tahu 80,26% Tinggi Bersifat imajinatif 65,13% Sedang Merasa tertantang oleh kemajemukan 58,55% Sedang Berani mengambil resiko 74,74% Tinggi Menghargai 89,47% Tinggi 103 b) Data hasil angket respons siswa Angket respons siswa diberikan pada akhir siklus II yaitu pada pertemuan ke-3. Berdasarkan hasil angket dari 38 siswa, menunjukkan bahwa semua aspek termasuk dalam kategori baik. Beberapa contoh hasil angket siklus II dapat dilihat di lampiran C.4. Di bawah ini adalah tabel analisis hasil angket respons siswa siklus II. Tabel 4.9. Hasil angket respons siswa siklus II Aspek yang Diamati Persentase Kualifikasi Mengembangkan kemampuan bertanya, 77,63% Baik berkomunikasi, dan menyimpulkan bahasan. Mengembangkan kemampuan berpikir sendiri dalam 88,16% Baik memecahkan masalah Kemampuan siswa memberikan pendapat 85,53% Baik Kemampuan menemukan sendiri pola-pola atau 88,16% Baik struktur-struktur melalui serangkaian pengalaman Siswa belajar mandiri 84,21% Baik Pemahaman terhadap bahan pelajaran 75% Baik Minat belajar siswa 80,26% Baik 3) Data Hasil Tes Tes yang diberikan pada setiap akhir siklus ini adalah tes dalam bentuk soal uraian. Tes akhir siklus II terdiri dari dua buah soal uraian. Hasil tes menunjukan kreativitas siswa mencapai kategori baik. Sebagian besar siswa sudah mampu menemukan berbagai jawaban. Sebagian besar siswa menjawab pertanyaan secara rinci dan mampu membuat hubungan-hubungan. Siswa sudah mampu mengilustrasikan soal ke dalam gambar. Rata-rata nilai tes siklus II adalah 7,07 dan termasuk dalam kualifikasi baik. Hasil tes akhir siklus II dapat dilihat pada lampiran D.5. 4) Data Hasil Wawancara 104 Pada akhir siklus II juga diadakan wawancara dengan guru dan dengan siswa. Dari wawancara dengan guru didapatkan bahwa guru memandang siswa sangat antusias terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Selain itu guru memandang bahwa siswa-siswanya sudah menunjukkan kemampuan kreatifnya. Guru menyadari bahwa kreativitas siswa sangat penting dan selama proses pembelajaran pada siklus II sudah diupayakan untuk mengembangkan kreativitas siswa tersebut. Guru memandang bahwa siswa sudah mampu mengembangkan gagasan-gagasan dari suatu permasalahan dan mulai berani untuk mengungkapkan gagasan-gagasan tersebut. Guru memandang dengan adanya media, diskusi, dan penemuan serta dengan adanya soal-soal openended dan pemecahan masalah mamacu siswa untuk menemukan banyak jawaban dan meyelesaikan masalah dengan berbagai cara. Hasil wawancara dengan guru dapat dilihat di lampiran C.5. Dari hasil wawancara dengan siswa didapatkan bahwa mereka senang dengan pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Mereka merasa senang karena mereka diberi kebebasan untuk mengungkapkan ide dan melakukan kegiatan sendiri. Selain itu dengan adanya media mereka mampu menemukan konsep sendiri. Siswa sangat tertantang untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di LKS. Mereka juga aktif bertanya kepada guru, peneliti, atau teman yang lain jika mereka kesulitan atau ada permasalahan yang belum mereka pahami. Selain bertanya, mereka juga membaca buku yang mereka miliki. Mereka berusaha mengerjakaan sendiri soal yang sulit meskipun terkadang kalau sudah benar-benar tidak bisa mencontek milik temannya. Mereka cenderung 105 senang dan menghargai hasil kerjanya sendiri serta ikut senang jika temannya mendapat nilai bagus. Hal ini memacu mereka untuk lebih giat belajar lagi. Hasil wawancara dengan siswa dapat dilihat di lampiran C.6. d. Refleksi Refleksi dilakukan oleh peneliti dengan guru setelah tindakan yang dilakukan pada siklus II berakhir. Dari hasil diskusi antara guru dengan peneliti diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran yang sudah dilakukan telah mampu meningkatkan kreativitas siswa kelas VIII-A SMP N 1 Tegalrejo Magelang. Para siswa mampu mengembangkan kemampuan kreatifnya dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang diberikan oleh guru. Pembelajaran yang telah dilakukan juga telah melatih siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep serta melatih kerja sama diantara siswa tersebut melalui diskusi kelompok. selain itu, siswa juga lebih berani mengungkapkan ide dan malakukan presentasi di depan kelas. Meskipun demikian, pembelajaran pada siklus II juga masih mengalami beberapa hambatan yaitu ada beberapa soal latihan yang belum sempat dibahas sehingga siswa belum bisa menilai langkah-langkah untuk mencari jawaban yang dilakukannya sudah benar atau belum. Soal-soal yang diberikan juga masih kurang karena harus melihat alokasi waktu yang sudah direncanakan. Selain itu, pada akhir pembelajaran tidak membuat kesimpulan dan melakukan refleksi sehingga guru tidak mengetahui sub materi apa yang kurang dipahami oleh siswa. 106 B. Pembahasan Dari deskripsi hasil penelitian telah dipaparkan bagaimana proses pembelajaran matematika untuk meningkatkan kreativitas siswa SMP N 1 Tegalrejo Magelang kelas VIII-A pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar. Pembelajaran matematika tersebut dilakukan dengan metode diskusi. Penggunaan metode diskusi ini bertujuan agar siswa dapat mengemukakan pendapatnya dan saling bertukar pikiran serta membiasakan siswa untuk toleran terhadap pendapat orang lain. Hal ini, sesuai dengan pendapat Sugihartono (2007:83), bahwa metode diskusi mendorong siswa untuk mampu mengemukakan pendapat secara konstruktif serta membiasakan siswa untuk bersikap toleran pada pendapat orang lain. Selain itu dengan adanya diskusi siswa mampu mengembangkan kreativitas mereka dalam menyelesaikan suatu masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat Syaiful Bahri Djamarah (2002:99) bahwa salah satu kekuatan metode diskusi adalah merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan-prakarsa, dan terobosan baru dalam pemecahan masalah. Pembelajaran matematika ini juga dilaksanakan dengan metode penemuan terbimbing. Dengan metode ini siswa mampu menemukan sendiri berbagai konsep matematika yang dicari seperti rumus volume kubus dan balok, rumus volume prisma dan limas, serta mampu menemukan berbagai macam bentuk jaring-jaring bangun ruang sisi datar. Dalam proses penemuan tersebut guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Hal ini sesuai dengan pendapat Erman Suherman (2003: 213), bahwa dalam penemuan terbimbing 107 aktivitas siswa untuk belajar sendiri sangat berpengaruh, hasil (bentuk) akhir harus ditemukan sendiri oleh siswa, prasyarat-prasyarat yang diperlukan sudah dimiliki siswa, dan guru hanya bertindak sebagai pengarah dan pembimbing. Dengan digunakannya metode ini siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran, lebih memahami materi, mampu mentransfer pengetahuan yang ia dapatkan, serta puas terhadap apa yang sudah ditemukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Erman Suherman (2005:14), bahwa kekuatan dari metode penemuan terbimbing adalah Siswa aktif dalam kegiatan belajar sebab ia berfikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir, siswa memahami benar bahan pelajaran sebab mengalami sendiri proses menemukannya, siswa merasa puas sebab ia menemukan sendiri, siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks, dan metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri. Guru melakukan persiapan-persiapan sebelum pembelajaran dimulai seperti merumuskan topik pembelajaran, merumuskan tujuan, membuat petunjuk diskusi, dan mempersiapkan media serta peralatan yang dibutuhkan selama pembelajaran. Setelah itu, kegiatan pembelajaran dimulai dengan pemberian apersepsi untuk mengingatkan siswa terhadap materi yang sudah dipelajari dan berkaitan dengan materi yang akan diajarkan. Setelah itu, guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok untuk mendiskusikan masalah yang ada. Permasalahan-permasalahan disajikan dalam lembar kegiatan siswa (LKS). Siswa diharapkan merasa tertantang untuk menyelesaikan 108 permasalahan-permasalahan tersebut. Dalam LKS tersebut diberikan soal-soal penemuan, soal-soal open-ended, dan soal-soal pemecahan masalah. Soal-soal penemuan diberikan agar siswa mampu menemukan sendiri konsep-konsepnya dan hasil temuan siswa tersebut diharapkan lain daripada yang lain. Soal-soal open-ended diberikan agar siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir lancarnya seperti siswa mampu menyelesaikan masalah dengan berbagai cara atau menemukan berbagai jawaban, agar siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir luwesnya seperti siswa mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran dalam menyelesaikan masalah, dan siswa mampu mengembangkan kemampuan menilainya seperti mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka. Hal ini sesuai dengan pendapat Nohda dalam Erman Suherman (2003:124), bahwa tujuan dari pemberian soal open-ended adalah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa. Soal-soal mengembangkan menggolongkan pemecahan kemampuan hal-hal masalah diberikan berpikir menurut agar luwesnya kategorinya, agar siswa mampu seperti mampu siswa mampu mengembangkan kemampuan memerincinya seperti mampu mencari arti yang lebih mendalam terhadap pemecahan masalah dengan melakukan langkahlangkah yang terperinci. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahmadi Widdiharto (2004:11-12), bahwa kelebihan soal pemecahan masalah adalah mendorong siswa lebih terlatih dalam problem solving skill, mendorong siswa untuk berpikir alternatif, melatih keruntutan berpikir logis siswa. 109 Untuk menyelesaikan permasalahan dalam LKS dan lebih mudah dalam proses menemukan, digunakan media pembelajaran. Media tersebut berupa model-model bangun ruang sisi datar yang terbuat dari kertas asturo. Dengan adanya media tersebut diharapkan siswa mampu mengembangkan daya imajinasinya. Setelah kegiatan diskusi selesai, dilanjutkan dengan pembahasan. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan siswa yang lain memberikan tanggapan. Dengan adanya presentasi diharapkan siswa berani untuk mengemukakan jawabannya dan memberi alasan yang logis mengapa jawabannya seperti itu. Pada akhir pembelajaran, siswa membuat laporan hasil diskusi dan mengumpulkannya. Laporan ini sangat bermanfaat bagi siswa dan juga bagi guru. Dengan adanya laporan siswa mengetahui hasil setiap kelompok dan guru mengetahui apakah konsep yang diajarkaan sudah dipahami siswa atau belum. Hal ini sesuai dengan pendapat Herman Hudojo (2005:85), bahwa diskusi kelompok akan lebih bermanfaat bila setiap kelompok melaporkan hasil kegiatannya kepada kelas secara keseluruhan. Laporan ini bermanfaat bagi siswa sebab mereka dapat saling mengetahui hasil setiap kelompok, mungkin hasilnya sama namun cara penyelesaiannya berbeda. Ini berarti pengalaman belajar para siswa bertambah. Setiap siswa memberikan pendapatnya sehingga laporan-laporan itu menjadi lebih baik. Demikian pula guru dapat mengetahui apakah konsepkonsep yang telah diberikan dapat dipahami oleh para siswanya. Apabila terjadi kesalahpahaman terhadap suatu konsep, guru dapat segera meluruskan kesalahpahaman pengertian itu. 110 Berdasarkan hasil observasi kegiatan pembelajaran pada siklus I, 75% kegiatan pembelajaran sudah terlaksana. Guru telah menyiapkan kegiatan pembelajaran yaitu dengan merumuskan topik diskusi, merumuskan tujuan pembelajaran, serta menyiapkan peralatan dan media yang diperlukan. Kegiatan inti pembelajaran juga berjalan cukup baik. Guru menyampaikan topik diskusi kepada siswa serta meminta siswa untuk mendiskusikannya. Kegiatan diskusi berjalan dengan baik. Pada kegiatan penutup, guru membahas permasalahan yang ada tetapi lupa melakukan refleksi dan membuat kesimpulan. Sedangkan pada siklus II, persentase hasil observasi kegiatan pembelajaran terjadi peningkatan menjadi 83,84%. Pada siklus II, guru telah mempersiapkan pembelajaran dengan baik. Pelaksanaan pembelajaran juga sudah dilakukan sesuai dengan rencana yang dibuat meskipun kadang ada hal yang dilupakan ketika pembelajaran berlangsung. Kegiatan penutup pembelajaran juga sudah dilaksanakan dengan cukup baik yaitu dengan membahas permasalahan dan melakukan refleksi serta membuat kesimpulan dari materi yang sudah dipelajari. Siswa juga merespons baik terhadap pembelajaran yang sudah dilakukan. Berdasarkan hasil wawancara, siswa merasa senang dengan pembelajaran yang sudah dilakukan karena mereka diberikan keleluasaan untuk mengungkapkan ide dan bertukar pikiran. Dengan adanya media, mereka merasa terbantu untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Dari hasil angket respons siswa juga dapat dilihat bahwa pada siklus I siswa merespons baik kegiatan pembelajaran dengan persentase 75,19%. Sebagian 111 besar siswa sudah mampu mengembangkan kemampuan sendiri dalam memecahkan masalah yaitu siswa mampu menggunakan idenya untuk menemukan berbagai bentuk jaring-jaring kubus dan balok, menggunakan berbagai konsep untuk menghitung luas permukaan kubus dan balok serta untuk menghitung volume kubus dan balok. Sebagian siswa mampu menemukan sendiri pola-pola atau struktur-struktur melalui serangkaian pengalaman yaitu siswa mampu menemukan rumus volume kubus dan balok serta menggunakan rumus tersebut untuk menyelesaikan soal yang terkait dengan volume kubus dan balok. Ketika tes akhir siklus I berlangsung, sebagian besar siswa mengerjakan soal tes tersebut sendiri meskipun ada beberapa siswa yang mencari-cari kesempatan untuk melirik pekerjaan temannya. Siswa juga mampu mamahami pelajaran dengan baik dan mempunyai minat untuk belajar. Karena siswa belum terbiasa dengan metode diskusi, siswa masih ragu-ragu untuk mengemukakan pendapatnya. Pada siklus II persentase hasil angket respons siswa meningkat menjadi 82,71%. Hal ini terjadi karena siswa sudah terbiasa dengan kegiatan diskusi sehingga siswa sudah berani mengemukakan pendapatnya dan melakukan kominukasi dengan baik. Mereka secara lancar mengungkapkan ide-ide untuk menemukan berbagai bentuk jaring-jaring prisma dan limas dengan menggunakan media yang sudah disediakan. Mereka juga mampu menggunakan konsep-konsep yang mereka miliki untuk menyelesaiakan soal-soal yang terkait dengan luas permukaan prisma dan limas serta volume prisma dan limas. Mereka semakin percaya diri ketika mengerjakan tes akhir siklus II. 112 Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk meningkatkan kreativitas siswa, maka pembelajaran matematika dilaksanakan sedemikian rupa sehingga dapat mengarahkan siswa agar mengembangkan kreativitasnya yang meliputi kemampuan berpikir lancar, kemampuan berpikir luwes, kemampuan berpikir orisinil, kemampuan memperinci, kemampuan menilai, rasa ingin tahu yang tinggi, bersifat imajinatif, merasa tertantang oleh kemajemukan, berani mengambil resiko, dan menghargai. Penjelasan akan diuraikan seperti berikut: 1. Kemampuan berpikir lancar (fluency) Pada setiap pertemuan guru selalu mendorong siswa untuk mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan supaya kemampuan berpikir lancar yang dimiliki siswa dapat berkembang. Hal ini sesuai dengan pendapat Guilford dalam Dedi Supriadi (1994:7) bahwa kemampuan beripikir lancar adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan. Menurut S. C. Utami Munandar (1999:88) perilaku siswa yang menunjukkan kemampuan berpikir lancar adalah siswa mengajukan banyak pertanyaan, menjawab dengan sejumlah jawaban, lancar mengungkapkan gagasan-gagasan, dan dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada suatu objek atau situasi. Berdasarkan hasil observasi kreativitas siswa pada siklus I, aspek kemampuan berpikir lancar (fluency) telah mencapai kategori tinggi dengan persentase 71,43%. Hasil observasi menunjukkan bahwa ide-ide yang dikeluarkan para siswa sudah cukup banyak seperti ide-ide untuk menemukan berbagai bentuk jaring-jaring kubus dan balok, ide-ide untuk menyelesaikan 113 permasalahan yang terkait dengan luas permukaan kubus dan balok, serta ideide untuk menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan volume kubus dan balok. Untuk menemukan berbagai bentuk jaring-jaring kubus dan balok, siswa menggunakan media yang sudah disediakan yaitu model kubus dan balok dari kertas asturo. Selain itu, siswa juga sudah mampu menyelesaikan permasalahan dengan berbagai cara atau menemukan jawaban yang berbedabeda. Siswa dengan kemampuan lancarnya mampu menemukan sendiri konsep-konsep matematika seperti menemukan sendiri rumus volume kubus dan balok. Berdasarkan angket kreativitas siswa, aspek kemampuan berpikir lancar (fluency) mencapai kategori sedang dengan persentase 57,89%. Terjadi selisih yang cukup besar antara persentase hasil observasi kreativitas siswa dengan persentase hasil angket kreativitas siswa. Hal ini terjadi karena sebagian siswa masih merasa bahwa mereka memendam gagasan yang dimilikinya serta sulit melihat kesalahan atau kekurangan dalam suatu objek atau situasi. Pada siklus II, aspek kemampuan berpikir lancar (fluency) mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil observasi, aspek ini tetap dalam kategori tinggi namun terjadi kenaikan persentase menjadi 81,25%. Peningkatan ini terjadi karena siswa sudah terbiasa diskusi sehingga mereka tidak takut untuk mengungkapkan ide-ide mereka. Semakin banyak ide yang diungkapkan semakin banyak pula cara untuk menyelesaikan permasalahan 114 dan jawaban yang dihasilkan juga bervariasi. Pada siklus II ini, siswa berhasil menemukan berbagai bentuk jaring-jaring prisma dan limas dengan bantuan media yang sudah disediakan. Siswa juga mampu menyelesaikan permasalahan yang ada di LKS terkait dengan luas permukaan prisma dan limas serta terkait dengan volume prisma dan limas. Berdasarkan angket kreativitas siswa, aspek ini mencapai kategori tinggi dengan persentasenya adalah 67,89%. Peningkatan ini terjadi karena sebagian besar siswa sudah mampu mengungkapkan gagasan-gagasan yang dimilikinya, mampu mencetuskan berbagai penyelesaian masalah, serta memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal. 2. Kemampuan berpikir luwes (fleksibilitas) Menurut Silverman dalam Rena B Lewis (2003:380), kemampuan berpikir luwes (fleksibilitas) merupakan kemampuan untuk mengganti bentuk, mengembangkan informasi, atau mengubah pandangan. Perilaku siswa yang menunjukkan kemampuan berpikir luwes menurut S. C. Utami Munandar (1999:89) yaitu: siswa memberikan aneka ragam penggunaan tidak lazim terhadap suatu objek, memberikan macam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah, menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda, memberikan pertimbangan terhadap situasi yang berbeda dengan yang diberikan dengan orang lain, memikirkan bermacam-macam cara untuk menyelesaikan permasalah, menggolongkan hal-hal menurut pembagian (kategori yang berbeda-beda), dan mampu mengubah arah pemikiran. Agar kemampuan berpikir luwes yang ada pada siswa dapat berkembang, guru 115 memberikan permasalahan dalam bentuk soal pemecahan masalah dan openended. Berdasarkan hasil observasi kreativitas siswa pada siklus I, aspek kemampuan berpikir luwes (fleksibilitas) mencapai kategori sedang dengan persentase 60,71%. Hasil observasi pada siklus I menunjukkan bahwa sebagian siswa sudah mampu melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda serta mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran ketika menyelesaikan suatu masalah. Selain itu, mereka sudah mampu menggali informasi dari permasalahan yang disajikan meskipun terkadang mereka sulit memahami maksud dari soal-soal yang diberikan. Data hasil angket kreativitas siswa juga menunjukkan bahwa aspek ini mencapai kategori sedang dengan persentase 56,32%. Dari angket kreativitas siswa dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa merasa bahwa mereka mampu menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi. Selain itu, mereka juga mampu menerapkan konsep dengan cara yang berbeda-beda dan mampu mengubah cara pendekatan dan pemikiran tetapi mereka belum mampu menggolongkan hal-hal menurut pembagian atau kategori yang berbeda-beda. Pada siklus II terjadi peningkatan pada aspek kemampuan berpikir luwes ini. Pada siklus II ini hampir semua siswa sudah mampu melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran, mengubah soal kedalam model matematika, serta menggali informasi dari permasalahan yang ada. Berdasarkan hasil observasi, 116 terjadi peningkatan persentase menjadi 65,63% dan termasuk dalam kategori sedang. Berdasarkan hasil angket kreativitas siswa, terjadi peningkatan dari kategori sedang menjadi kategori tinggi dengan persentase 71,05%. Siswa merasa mereka mampu menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang berbeda. Mereka juga mampu melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda serta mampu menggolongkan hal-hal menurut pembagian atau kategori yang berbeda-beda. Selain itu, siswa sudah mampu mengubah soal cerita ke dalam bentuk matematika. 3. Kemampuan berpikir orisinal (orisinalitas) Pada pembelajaran matematika ini, guru mendorong siswa untuk mengeluarkan ide yang orisinil dari dalam diri siswa. Berdasarkan observasi pada siklus I, sebagian siswa sudah mampu mengeluarkan ide-idenya dalam menyelesaikan suatu permasalahan dan mampu menghasilkan ungkapan yang unik. Selain itu, mereka menganalisis permasalahan yang ada ketika menyelesaikan permasalahan tersebut. Meskipun demikian, siswa masih kesulitan membuat kombinasi-kombinasi dari unsur-unsur yang sudah ada dan terkadang masih menggunakan cara-cara yang lama. Hasil observasi pada siklus I menunjukkan bahwa aspek ini mencapai kategori sedang dengan persentase 57,14%. Berdasarkan angket kreativitas siswa, aspek ini mencapai kategori sedang dengan persentase 61,58%. Siswa merasa bahwa mereka mampu mengungkapkan ide-ide dalam menyelesaikan 117 permasalahan dan menghasilkan sesuatu yang unik tetapi belum mampu membuat kombinasi dari unsur-unsur yang sudah ada. Berdasarkan hasil observasi kreativitas, pada aspek ini tidak terjadi peningkatan pada siklus II bahkan mengalami penurunan persentase. Hal ini disebabkan ide-ide yang dihasilkan hampir sama dengan ide-ide yang dikeluarkan sebelumnya. Siswa juga belum mampu membuat kombinasikombinasi dari unsur-unsur yang sudah ada. Pada siklus II aspek ini termasuk dalam kategori sedang dengan persentase 56,25%. Sedangkan berdasarkan hasil angket kreativitas siswa, aspek ini mengalami peningkatan pada siklus II. Hasil angket menunjukkan bahwa aspek ini mencapai kategori tinggi dengan persentase 69,47%. Peningkatan ini terjadi karena sebagian siswa sudah merasa mampu mengungkapkan ide-ide mereka dan mampu mengungkapkan sesuatu yang unik serta mampu membuat kombinasi-kombinasi dari unsurunsur yang sudah ada. 4. Kemampuan memperinci (elaborasi) Kemampuan memerinci adalah kemampuan untuk menyampaikan dan mengembangkan ide serta menguraikan ide tersebut secara terperinci. Hal ini sesuai dengan pernyataan Silverman dalam Rena B Lewis (2003) bahwa elaborasi (kemampuan memerinci) adalah kemampuan untuk menyampaikan dan mengembangkan ide secara terperinci. Berdasarkan observasi pada siklus I, siswa sudah mampu menguraikan idenya secara terperinci meskipun terkadang menjawab soal secara langsung tanpa menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan. Selain itu, sebagian 118 siswa sudah mampu menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. Hasil observasi pada siklus I menunjukkan bahwa aspek kemampuan memperinci ini mencapai kategori sedang dengan presentase 50%. Data hasil angket kreativitas juga menunjukkan bahwa aspek kemampuan memperinci ini mencapai kategori sedang dengan persentase 63,82%. Siswa merasa mereka sudah mampu mengembangkan suatu gagasan tetapi mereka masih melakukan langkah-langkah secara garis besarnya saja. Siswa juga mengembangkan atau memperkaya gagasan untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Pada siklus II terjadi peningkatan pada aspek ini. Berdasarkan hasil observasi, aspek ini mencapai kategori yang sama dengan siklus I yaitu kategori sedang namun terjadi peningkatan persentase menjadi 65,63%. Peningkatan ini terjadi karena berdasarkan hasil observasi kreativitas pada siklus II, siswa sudah mampu menyelesaikan permasalahan dengan langkahlangkah yang runtut dan rinci. Mereka sudah menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan kemudian melakukan langkah-langkah penyelesaian. Selain itu, siswa mampu menambahkan dan memperinci detil-detil suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. Siswa juga telah mampu mengembangkan gagasan untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Berdasarkan hasil angket, aspek ini mencapai kategori tinggi dengan persentase 76,97%. Dari hasil angket diketahui bahwa siswa mampu menyelesaikan sesuatu secara rinci dengan menuliskan apa yang ditanyakan 119 dan diketahui kemudian melakukan langkah-langkah penyelesaian serta mampu mengembangkan dan memperkaya suatu gagasan. 5. Kemampuan menilai (evaluasi) Pada setiap pertemuannya, guru telah mendorong siswa untuk membuat rencana ketika menyelesaikan permasalahan serta mampu mengambil langkah terhadap sesuatu yang terbuka. Hal ini sesuai dengan pernyataan S. C. Utami Munandar (1992) bahwa kemampuan menilai (evaluasi) adalah kemampuan untuk menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pernyatan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijakasana. Seseorang yang sudah memiliki kemampuan menilai maka dia mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka serta mampu mencetuskan gagasan dan melaksanakan gagasan tersebut. Pada sikus I para siswa sudah mampu merencanakan sesuatu untuk menyelesaikan permasalahan. Mereka berdiskusi merencanakan langkah-langkahnya kemudian mereka melaksanakan langkah-langkah yang sudah direncanakan tersebut. Ketika menghadapi suatu soal terbuka, pada awalnya mereka bingung. Kemudian mereka bertanya kepada peneliti atau guru dan akhirnya mengetahui bahwa soal terbuka dapat diselesaikan dengan cara yang berbeda atau dapat menghasilkan jawaban yang berbeda. Setelah itu, mereka mulai mampu mengambil langkah penyelesaian terhadap permasalahan terbuka tersebut. Berdasarkan hasil observasi, aspek kemampuan menilai (evaluasi) mencapai kategori sedang dengan persentase 60,71%. Sedangkan berdasarkan 120 angket kreativitas siswa, aspek ini mencapai kategori tinggi dengan persentase 68,95%. Dari hasil angket diketahui bahwa siswa telah mampu membuat rencana penyelesaian dan melaksanakan rencana tersebut. Pada siklus II terjadi peningkatan pada aspek ini. Peningkatan ini terjadi karena hampir semua kelompok telah membuat rencana penyelesaian serta membuat patokan penilaian. Mereka mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka dan menganalisisnya dengan selalu menanyakan “mengapa”. Ketika diskusi kelompok, setiap siswa mengemukakan pendapat dan bertahan terhadap pendapatnya. Berdasarkan hasil observasi, aspek kemampuan menilai (evaluasi) mencapai kategori tinggi dengan persentase 75%. Data hasil agket kreativitas juga menunjukan bahwa aspek ini mencapai kategori tinggi dengan persentase 76,32%. Peningkatan ini terjadi karena hampir semua siswa memenuhi kriteria-kriteria yang ada pada aspek ini yaitu siswa mampu menganalisis masalah dengan menanyakan “mengapa”, membuat rencana penyelesaian, membuat patokan penilaian, dan mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka. 6. Rasa ingin tahu Pada siklus I rasa ingin tahu yang dimiliki siswa cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari siswa aktif bertanya ketika ada hal yang tidak dipahami atau untuk meyakinkan bahwa langkah yang mereka lakukan sudah benar atau belum. Selain itu, mereka juga membaca buku pegangan matematika ketika ada hal yang belum diketahuinya. 121 Berdasarkan hasil observasi, aspek rasa ingin tahu ini mencapai kategori tinggi dengan persentase 71,43%. Data hasil angket juga menunjukkan bahwa aspek rasa ingin tahu ini mencapai kategori tinggi dengan persentase 70,39%. Selisih antara persentase hasil observasi kreativitas dengan persentase angket kreativitas hanya sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa ada kesesuaian antara hasil pengamatan yang dilakukan pengamat dengan pendapat siswa yang dilihat dari hasil angket. Pada siklus II terjadi peningkatan pada aspek rasa ingin tahu ini. Peningkatan ini terjadi karena setiap siswa sering menanyakan hal-hal yang tidak mereka ketahui atau bertanya untuk meyakinkan apakah langkah-langkah yang dilakukan sudah benar. Siswa juga membaca-baca buku dan menggunakan berbagai media pembelajaran untuk memperdalam konsep dan mencari gagasan-gagasan baru. Hasil observasi menunjukkan bahwa aspek ini mencapai kategori tinggi dan terjadi kenaikan persentase dari siklus sebelumnya menjadi 81,25%. Data hasil angket kreativitas siswa juga menunjukkan adanya kenaikan persentase dari siklus sebelumnya menjadi 80,26% dan termasuk dalam kategori tinggi. Pada siklus II ini juga terjadi kesesuaian antara pengamatan yang dilakukan oleh pengamat dengan pendapat siswa yang diambil lewat angket karena selisih antara persentase keduanya hanya sedikit. Dari data-data tersebut dapat dikatakan bahwa siswa telah mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat S. C. Utami Munandar (1992) bahwa definisi dari rasa ingin tahu adalah selalu terdorong untuk mengetahui lebih 122 banyak, mengajukan banyak pertanyaan, selalu memperhatikan orang, objek, dan situasi, serta peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui atau meneliti. 7. Imajinatif Pada siklus I daya imajinatif siswa belum tampak. Hal ini dapat dilihat bahwa siswa belum mampu mengilustrasikan soal dalam bentuk gambar. Dari media yang digunakan, siswa belum mampu mengekplorasinya. Berdasarkan hasil observasi, aspek imajinatif ini mencapai kategori sedang dengan persentase 35,71%. Hal ini terjadi karena pengamat mengalami kesulitan untuk melihat daya imajinasi yang dimiliki siswa. Pengamat hanya mampu melihat daya imajinasi siswa dari hasil interpretasi gambar yang dilakukan dan dari peragaan yang dilakukan siswa. Data hasil angket kreativitas juga menunjukkan bahwa aspek imajinatif termasuk dalam kategori sedang dengan persentase 66,45%. Persentase hasil angket kreativitas siswa lebih tinggi dari persentase hasil observasi kreativitas dan selisih persentase diantara keduanya cukup banyak. Hal ini terjadi karena, beberapa kriteria dari aspek tidak dapat terlihat dalam pengamatan tetapi dapat dilihat lewat angket seperti siswa memikirkan hal-hal yang belum pernah terjadi dan siswa memikirkan bagaimana jika melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan orang lain. Berdasarkan pengamatan, Pada siklus II terjadi peningkatan pada aspek ini. Siswa sudah mampu mengilustrasikan permasalahan dalam bentuk gambar dan mampu mengeksplorasi suatu media. Selain itu, siswa sudah mampu memperagakan sesuatu yang belum pernah terjadi serta mampu mengimpretasi 123 suatu gambar. Hasil observasi menunjukkan bahwa aspek ini termasuk dalam kategori sedang dan terjadi peningkatan persentase menjadi 53,13%. Berdasarkan data hasil angket kreativitas, pada aspek ini terjadi penurunan persentase. Aspek imajinatif ini termasuk dalam kategori yang sama dengan kategori pada siklus sebelumnya yaitu sedang dengan persentase 65,13%. Penurunan persentase hasil angket ini tidak terlalu signifikan. Dari data-data di siklus II dapat dikatakan bahwa siswa sudah menampakkan daya imajinasinya meskipun belum maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat S. C. Utami Munandar (1992) bahwa definisi dari imajinatif adalah mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang tidak atau belum pernah terjadi dan menggunakan khayalan tetapi mengetahui perbedaan antara khayalan dan kenyataan. 8. Merasa tertantang oleh kemajemukan Hasil pengamatan pada siklus I menunjukkan bahwa siswa merasa tertantang terhadap kemajemukan. Mereka antusias untuk mengerjakan soalsoal yang ada dalam LKS meskipun soal-soal tersebut sulit. Para siswa juga melibatkan diri dalam kegiatan diskusi meskipun ada siswa yang malah asyik bercanda atau hanya diam saja. Data hasil observasi pada siklus I ini menunjukkan bahwa aspek merasa tertantang terhadap kemajemukan mencapai kategori sedang dengan persentase 60,71%. Data hasil angket kreativitas siswa juga menunjukkan bahwa aspek merasa tertantang terhadap kemajemukan ini mencapai kategori sedang dengan persentase 50%. 124 Pada siklus II terjadi peningkatan pada aspek ini. Peningkatan ini terjadi karena hampir semua siswa terdorong untuk mengatasi masalah yang sulit dan menerima tugas-tugas yang diberikan guru meskipun tersebut sulit dan banyak. Berdasarkan data hasil observasi, aspek merasa tertantang oleh kemajemukan ini mencapai kategori tinggi dengan persentase 71,88%. Data hasil angket kreativitas siswa juga menunjukkan adanya peningkatan pada aspek ini. Persentasenya meningkat menjadi 58,55% dan termasuk kategori sedang. Terjadi selisih cukup banyak antara persentase hasil observasi kreativitas siswa dengan persentase hasil angket. Hal ini disebabkan karena meskipun siswa sudah berusaha untuk menyelesaikan permasalahan tersebut tetapi mereka tetap merasa kesulitan dalam menyelesaikannya. Dari data-data tersebut dapat dikatakan bahwa siswa telah merasa tertantang oleh kemajemukan. Hal ini sesuai dengan pendapat S. C. Utami Munandar (1992) bahwa definisi dari merasa tertantang oleh kemajemukan adalah terdorong untuk mengatasi masalah yang sulit, merasa tertantang oleh situasi-situasi yang rumit, dan lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit. 9. Berani mengambil resiko Pada siklus I, sebagian siswa terlihat masih takut untuk mempresentasikan hasil diskusinya meskipun sebagian siswa yang lain sudah mulai berani presentasi. Siswa masih takut mendapatkan kritik ketika sedang presentasi. Ketika presentasi berlangsung, siswa yang tidak presentasi jarang memberikan tanggapan. Sebagian siswa masih takut memberikan jawabannya 125 karena takut kalau jawabannya salah. Berdasarkan hasil observasi, aspek berani mengambil resiko mencapai kategori sedang dengan presentase 64,29%. Sedangkan data hasil angket kreativitas siswa menunjukkan bahwa aspek berani mengambil resiko ini mencapai kategori tinggi dengan persentase 77,37%. Berdasarkan hasil observasi pada siklus II, terjadi peningkatan pada aspek ini. Data hasil observasi menunjukkan bahwa aspek berani mengambil resiko termasuk ke dalam kategori tinggi dengan persentase 87,50%. Peningkatan ini terjadi karena hampir semua kelompok berani presentasi di depan kelas dan tidak mendapatkan kritik. Setiap kelompok berani memberikan jawaban meskipun jawabannya belum tentu benar. Mereka juga berani mempertahankan pendapat mereka meskipun mendapat kritik dari teman yang lain. Sedangkan berdasarkan data angket kreativitas tidak terjadi peningkatan pada aspek ini. Data angket kreativitas menunjukkan bahwa aspek berani mengambil resiko termasuk ke dalam kategori tinggi dengan persentase 74,74%. Terjadi penurunan persentase hasil angket kreativitas pada siklus II ini. Hal ini terjadi karena siswa mungkin merasa soal yang diberikan terlalu sulit sehingga mereka takut mengalami kegagalan ketika mengerjakan soal serta takut mendapatkan kritik dari teman yang lain. Berdasarkan data-data tersebut dapat dikatakan bahwa siswa mempunyai sifat berani mengambil resiko. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan S. C. Utami Munandar (1992) bahwa definisi dari berani mengambil resiko adalah berani memberikan jawaban 126 meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal atau mendapat kritik, dan tidak menjadi ragu-ragu karena ketidakjelasan, hal-hal yang tidak konvensional, atau yang kurang bersetruktur. 10. Menghargai Pada siklus I terlihat bahwa siswa saling menghargai antara yang satu dengan yang lain, mereka menghargai pendapatnya dan menghargai pendapat orang lain ketika melakukan diskusi. Mereka menghargai kemampuan yang dimiliki dengan cara mengeluarkan ide-idenya. Siswa menghargai kebebasan yang diberikan kepada mereka ketika berdiskusi. Data hasil observasi menunjukkan bahwa aspek ini mencapai kategori tinggi dengan persentase 67,86%. Data hasil kreativitas siswa juga menunjukkan bahwa aspek menghargai ini mencapai kategori tinggi dengan persentase 86,84%. Terjadi selisih cukup banyak antara persentase hasil observasi kreativitas dengan persentase hasil angket kreativitas. Hal ini terjadi karena pengamat memandang sebagian siswa belum memenuhi kriteria dari aspek menghargai tetapi siswa sudah merasa memenuhi kriteria dari aspek tersebut. Pada siklus II terjadi peningkatan pada siklus ini. Berdasarkan hasil observasi, aspek ini mengalami peningkatan persentase dari siklus sebelumnya menjadi 71,88% dan termasuk ke dalam kategori tinggi. Penigkatan terjadi karena pengamat melihat bahwa hampir semua siswa telah mampu menghargai bakat yang ada pada dirinya, menghargai hak-hak yang telah diberikan kepada dirinya dan menghargai hak orang lain, mereka menghargai 127 kesempatan yang telah diberikan kepadanya, serta mereka mneghargai keberadaan orang lain. Data hasil angket juga menunjukkan adanya peningkatan persentase dari siklus sebelumnya menjadi 89,47% dan termasuk ke dalam kategori tinggi. Peningkatan persentase hasil angket ini terjadi karena hampir semua siswa memenuhi kriteria dari aspek menghargai. Data-data tersebut memperlihatkan bahwa siswa memiliki sifat menghargai. Dari penjelasan diatas diperoleh bahwa kreativitas siswa masih berada dalam kategori sedang pada siklus I, dan telah mencapai kategori tinggi pada siklus II. Data tersebut juga didukung oleh rata-rata nilai tes kelas yaitu pada siklus I sebesar 6,13 dan pada siklus II menjadi 7,07. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran D. Data-data yang telah dideskripsikan merupakan implikasi dari tindakan yang telah dilakukan selama pembelajaran matematika berlangsung. Dalam hal ini peneliti menganggap bahwa hasil yang diperoleh dapat menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. C. Keterbatasan Penelitian Penelitian yang dilaksanakan di SMP N 1 Tegalrejo Magelang ini memiliki keterbatasan-keterbatasan, diantaranya: 1. Pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan berbeda-beda pada siklus I dan siklus II karena materi yang dipelajari pada setiap siklusnya berbeda meskipun pokok bahasannya sama. 128 2. Guru dan siswa terkadang lupa membuat kesimpulan dan melakukan refleksi sehingga guru tidak mengetahui materi apa yang belum dipahami oleh siswa. 3. Karena keterbatasan waktu, soal-soal latihan yang diberikan juga masih kurang sehingga siswa tidak mempunyai kesempatan untuk menyelesaikan berbagai variasi soal. 129 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Kreativitas siswa mengalami peningkatan serta mencapai kategori tinggi setelah dilaksanakan pembelajaran matematika di kelas VIII-A SMP N 1 Tegalrejo Magelang pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar (BRSD). Peningkatan dapat dilihat dari segi afektif dan kognitifnya dengan data sebagai berikut: a. Data hasil observasi kreativitas siswa menunjukkan kreativitas siswa pada siklus I mencapai kategori sedang dengan persentase 60% dan pada siklus II meningkat menjadi 70,94% dengan kategori tinggi. b. Data hasil angket kreativitas siswa menunjukkan kreativitas siswa pada siklus I mencapai kategori sedang dengan persentase 65,96% dan pada siklus II meningkat menjadi 72,99% dengan kategori tinggi. c. Data hasil angket respons siswa pada siklus I sebesar 75,19% dengan kategori baik dan meningkat menjadi 82,71% dengan kategori baik pada siklus II. d. Rata-rata nilai tes akhir siklus yaitu sebesar 6,13 dengan kategori cukup baik pada siklus I dan meningkat menjadi 7,07 dengan kategori baik pada siklus II. 2. Adapun deskripsi kegiatan pembelajaran matematika untuk meningkatkan kreativitas siswa adalah sebagai berikut: 130 a. Guru melakukan persiapan dengan merumuskan topik diskusi, merumuskan tujuan pembelajaran, merumuskan petunjuk pembelajaran, dan menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan. b. Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan mengingatkan siswa terhadap materi sebelumnya yang merupakan prasyarat untuk mempelajari materi yang dipelajari. c. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok yang terdiri dari 6-7 siswa dan memberikan Lembar Kegiatan Siswa(LKS) kepada masing-masing kelompok untuk didiskusikan. LKS yang diberikan berisi soal-soal penemuan, soal-soal open-ended, dan soal-soal pemecahan masalah. Dengan adanya soal-soal penemuan, siswa berhasil menemukan berbagai bentuk jaring-jaring kubus, jaring-jaring balok, jaring-jaring prisma, dan jaring-jaring limas, serta mampu menemukan rumus volume kubus, rumus volume balok, rumus volume prisma, dan rumus volume limas. Dengan adanya soal-soal open-ended, siswa mampu menentukan berbagai cara untuk menyelesaikan masalah itu atau menemukan berbagai jawaban. Dengan adanya soal-soal pemecahan masalah siswa mampu memperinci permasalahan sehingga mampu mengungkapkan berbagai ide untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Siswa juga dapat menggunakan beberapa konsep serta mengkombinasikan konsep tersebut untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang diberikan. Hampir semua soal di 131 dalam LKS diberi ilustrasi gambar. Hal ini dilakukan untuk mempermudah siswa dalam menyelesaikan soal tersebut dan untuk melihat seberapa besar daya imajinasi yang dimiliki siswa. d. Setiap kelompok melakukan diskusi. Dengan adanya diskusi siswa mampu merencanakan langkah penyelesaian di kelompoknya. Siswa dapat saling bertukar pikiran dengan teman-teman satu kelompoknya. Siswa juga tidak takut mendapat soal-soal yang sulit dan akan menyelesaikan soal-soal. Diskusi adalah wadah bagi siswa untuk belajar menghargai antara siswa satu dengan yang lainnya. e. Untuk membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, guru memberikan media pembelajaran kepada masing-masing kelompok. f. Guru memberikan bimbingan kepada kelompok ketika berdiskusi. g. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya kemudian ditanggapi oleh teman sekelas. h. Guru bersama siswa melakukan pembahasan terhadap masalah dan penyelesaiannya. i. Setiap kelompok membuat laporan hasil diskusi dan dikumpulkan kepada guru. 3. Proses pembelajaran berlangsung dengan baik, hal ini dapat dilihat dari hasil observasi kegiatan pembelajaran yang meningkat dari siklus I sebesar 75% dengan kategori baik menjadi 83,84% dengan kategori baik pada siklus II. 132 B. Saran Berdasarkan pengalaman peneliti selama pelaksanaan penelitian, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain: 1. Dalam pembelajaran untuk meningkatkan kreativitas siswa sebaiknya disediakan alokasi waktu yang cukup sehingga siswa lebih leluasa dalam menggali kreativitas yang dimilikinya. 2. Memberikan soal-soal dengan variasi yang berbeda-beda sehingga siswa mempunyai banyak pengalaman dalam menyelesaikan soal. Selain itu, sediakan pula alat peraga untuk mempermudah siswa dalam memahami permasalahan dan menumbuhkan daya imajinasinya. 3. Berikan keleluasaan kepada siswa untuk melakukan kegiatan sendiri sehingga kemampuan kreatifnya muncul. 133 DAFTAR PUSTAKA Abdul Majid. (2007). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Agnes Tri Harjaningrum. (2007). Peranan Orang Tua Dan Praktisi Dalam Membangun Tumbuh Kembang Anak Berbakat Melalui Pemahaman Teori Dan Teori Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Groop. Alfred S. Posamentier.(1990). Teaching Secondary School Mathematics Tecniquis and Enrichment Units Third Edition. Columbus: Ohio Merril Publishing Company. A. M. Slamet Soewandi. (2005). Perspektif Pembelajaran Berbagai Bidang Studi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Conny Semiawan, dkk . (1987). Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: PT. Gramedia. Crayonpedia. (2008). Bangun Ruang Sisi Datar. http://crayonpedia.com/2008/10/18/bangun ruang sisi datar/. Diakses 10 Februari 2009. Dedi Supriadi. (1994). Kreativitas, Kebudayaan, Dan Perkembangan IPTEK. Bandung: Alfabeta. Donal D. Paige dkk. (1982). Elementary Mathematical Methods Second Edition. New York: United States of America. Erman Suherman. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematikan, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universita Pendidikan Indonesia. Fefi Yulita. (2008). Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VI SD Melalui Penggunaan Media Bangun Ruang. http://inteplanen.dk/query. Diakses 10 Februari 2009. Hamzah B. Uno. (2007). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. Herman Hudojo. (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Jurusan Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Malang. 134 Ismul Farikhah. (2009). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Siswa Kelas X MA Wahid Hasyim Sleman dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-Ended. http://digilib.uin-suka.ac.id /gdl.php. Diakses 28 Juli 2009. Lalu Muhammad Fauzi. 2009. Pendekatan Problem Solving Matematika pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). http://ulfiyahanan.blogspot.com/2009/01/21/pendekatan problem solvingmatematika/. Diakses 01 Mei 2009. Lorin W. Anderson Ed. (2001). A Taxonomy for Learning, Theaching, and Assessing, A Revition of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives Complete Edition. New York: Addison Wesley Longman, Lnc. Martiningsih. (2007). Macam-macam Metode Pembelajaran. http://martiningsih.com/2007/12/18/macam-macam metode pembelajaran/. Diakses 28 Juli 2009. Muhammad Ali. (2001). Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo. Muhammad Thohir. 2008. Masalah Revisi Ranah Kognitif Dalam Taksonomi Bloom. http://mthohir.wordpress.com/2008/10/16/masalah-revisi-ranahkognitif-dalam-taksonomi-bloom/. Diakses 17 Desember 2008. Muhibbinsyah. (1997). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mumun Syaban. (2008). Menggunakan Open-Ended untuk Memotivasi Berfikir Matematika. http://educare.e-fkipunla.net/index2.php?option= com_content&do_pdf= 1&id=54. Diakses pada tanggal 01 Mei 2009. National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). (2000). Principles and Standars for School Mathematics. Reston, VA: NCTM, Inc. Noeng Muhadjir. (2003). Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: Rake Sarakin. Rachmadi Widdiharto. (2004). Model-model Pembelajaran Matematika SMP: Makalah Diklat Instruktur/Pengembangan Matematika SMP Jenjang Dasar. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika Yogyakarta. Rena B Lewis, dkk. (2003). Teaching Special Students in General Education Classrooms, Sixth Edition. New Jersey: Merrill Prentice Hall. 135 Retno Kusmartarti. (2001). Studi penguasaan konsep segi empat dan jenisjenisnya pada siswa kelas 2 SMP Negeri 2 Mlati, Sleman tahun ajaran 2000/2001. Skripsi Yogyakarta: Program studi pendidikan matematika FMIPA UNY. Sardiman A.M. (2005). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Suparlan. (2007). Diskusi: Metode Mengajar untuk Mengasah Otak, Bukan Otot dan untuk Mengembangkan Sikap Saling Menghormati, Bukan Menang Sendiri. http://suparlan.com/.../. Diakses 28 Juli 2009. Sumadi Suryabrata. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Syarifuddin Asdoris. (2008). Pembelajaran Matematika. http://syarifartikel.blogspot.com/2008/11/pembelajaran-matematika-disd.html - 84k. Diakses tanggal 10 Februari 2009. Tony Buzan. (2003). Sepuluh Cara Jadi Orang Yang Jenius Kreatif. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Utami Munandar S. C. (1992). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT. Grasindo. Utami Munandar S. C. (1999). Kreativitas dan Keberbakatan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Utami Munandar S. C. (1999). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat . Jakarta: PT. Rineka Cipta. Wikipedia. (2008). Pembelajaran. http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran 19k. Diakses tanggal 10 Februari 2009. Zainal Mutaqqien. (2009). Pengertian dan Hakekat Pembelajaran. http://elmuttaqie.wordpress.com/2008/11/18/pengertian-dan-hakekatpembelajaran/ - 13k. Diakses tanggal 10 Februari 2009.