PEMBELAJARAN MEMBACA CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN QUANTUM LEARNING Ruri Hikmawanti 09.21.0070 [email protected] STKIP Siliwangi Bandung ABSTRAK Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia memiliki aspek yang menjadi standar kompetensi, yaitu aspek kemampuan berbahasa terdiri dari empat keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan membaca sebagai salah satu cara dari empat keterampilan berbahasa, yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Membaca adalah kegiatan menerima dan memperoleh informasi melalui bahasa tulis yang merupakan bentuk komunikasi tulisan. Dengan membaca seseorang mampu mendapatkan pengetahuan atau informasi. Membaca merupakan salah satu materi dari Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas X yang perlu dipelajari dan dipraktikan melalui membaca sastra. Dalam membaca karya sastra, khususnya novel dan cerita pendek siswa dituntut untuk mengetahui mengenai unsur intrinsik dan ekstrinsik pembangun suatu karya sastra. Atas dasar asumsi di atas penulis mendapat inisiatif untuk mengadakan penelitian dalam skripsi ini dengan judul pembelajaran membaca cerita pendek dengan menggunakan quantum learning. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, karena melihat permasalahan dan tujuan penelitian. Sebagai bahan populasi penulis mengadakan penelitian terhadap siswa kelas X SMA dengan jumlah 31 orang siswa. Data yang diambil dilakukan dengan tes awal dan tes akhir yang kemudian diolah menjadi skor dan nilai. Hasil nilai pretest yang tertinggi yakni 90 dan nilai terendah yakni 23. Skor rata-rata yang diperoleh adalah 20 dan nilai rata-rata yang didapat dalam pretest adalah 68 sedangkan nilai postest yang tertinggi yakni 93 dan nilai terendah yakni 63. Skor rata-rata yang diperoleh adalah 24 dan nilai rata-rata yang didapat dalam postest adalah 79. Maka, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran membaca cerita pendek dengan metode quantum learning bisa meningkatkan kemampuan siswa, sehingga lebih efektif dalam pembelajaran menulis cerita pendek. Kata kunci : Cerita Pendek, Metode Quantum Learning PENDAHULUAN Proses pembelajaran cerita pendek, terkadang membuat siswa mengalami kesulitan dalam melakukan analisis unsur intrinsik. Kesulitan siswa ini didasarkan kepada hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas X SMA. Siswa cenderung hanya membaca sekilas untuk mengetahui inti ceritanya saja tanpa memperhatikan unsur-unsur cerita tersebut. Siswa juga kurang memiliki motivasi dan minat dalam membaca. Selain itu fasilitas yang terdapat di sekolah ini masih kurang memadai dan pemebelajaran masih konvensional. Berdasarkan permasalahan di atas, penulis berencana menerapkan quantum learning. Quantum learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif untuk semua umur. Quantum learning juga di definisikan sebagai “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya”. Gaya belajar dengan mengacu pada otak kanan dan otak kiri menjadi ciri khas quantum learning. Dalam Quantum learning bahwa proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala sesuatunya dapat berarti setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi sampai sejauh mana fasilitator mengubah belajar berlangsung. Hubungan dinamis dalam lingkungan kelas merupakan landasan dan kerangka untuk belajar Dengan begitu pembelajar dapat mememori, membaca, menulis, dan membuat peta pikiran dengan cepat. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk memilih judul “Pembelajaran Membaca Cerita Pendek Menggunakan Quantum Learning Di Kelas X SMA”. Batasan Masalah Mengingat masalah yang tercakup dalam penelitian ini sangat luas maka penulis membatasinya sebagai berikut. 1. Objek penelitian ini adalah menerapkan pembelajaran yang digunakan guru untuk memotivasi siswa memahami cerita pendek. 2. Objek penelitian ini adalah hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan pembelajaran quantum learning. 3. Materi pembelajaran bahasa Indonesia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pada pembelajaran membaca cerita pendek. novelet, maupun cerita pendek (cerpen). Perbedaan berbagai macam bentuk dalam karya fiksi itu pada dasarnya hanya terletak pada kadar panjangpendeknya isi cerita, kompleksitas isi cerita, serta jumlah pelaku yang mendukung cerita itu sendiri (Aminuddin, 2009:66). Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah di atas maka dapat ditentukan rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagaimana hasil pembelajaran membaca cerita pendek dengan menggunakan quantum learning? 2. Bagaimanakah tingkat keberhasilan siswa pembelajaran membaca cerita pendek dengan menggunakan quantum learning? 3. Efektifkah pembelajaran membaca cerita pendek dengan menggunakan quantum learning? Keindahan suatu karya sastra tercermin dari keserasian, keharmonisan antara keindahan bentuk dan keindahan isi (Tarigan, 2008:141). Jadi suatu karya sastra dikatakan indah jika memiliki keserasian dan keharmonisan antara bentuk dan isinya. KAJIAN TEORI DAN METODE Membaca Kegiatan membaca sebagai kegiatan berbahasa, kegiatan menerima informasi melalui bahasa tulis. Proses membaca sebagai proses perubahan wujud/lambang/tanda/tulisan menjadi wujud makna, sebagai proses berbahasa (Suhendar dan Supinah, 1992:19). Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui kata-kata/bahasa tulis (Tarigan, 2008:7). Membaca adalah satu dari empat kemampuan bahasa pokok dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan (Tampubolon, 2008:5). Berdasarkan beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa membaca adalah kegiatan menerima dan memperoleh informasi melalui bahasa tulis yang merupakan bentuk komunikasi tulisan. Sastra Prosa dalam kesastraan juga disebut fiksi (fiction), teks naratif (narrative text), atau wacana naratif (narrative discourse) dalam pendekatan struktural dan semiotik. Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan (disingkat: cerkan) atau cerita khayalan. Hal itu disebabkan fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran sejarah (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2010:2). Karya fiksi lebih lanjut masih dibedakan dalam berbagai macam bentuk, baik itu roman, novel, Bahasa sastra pada umumnya bersifat konotatif yang berhubungan dengan emosi dan nilai-nilai, berbeda dengan bahasa ilmiah yang bersifat denotatif karena mengemukakan fakta-fakta. Cerita Pendek (Cerpen) Edgard Alan Poe mengatakan bahwa cerpen merupakan prosa fiksi yang dibaca selesai sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah jam sampai 2 jam yang agak sulit jika dilakukan untuk sebuah novel (Nurgiantoro, 2010:10). Ajip rosidi memberi batasan dan keterangan bahwa “cerpen adalah cerita yang pendek dan merupakan suatu kebulatan ide. Dalam kesingkatan dan kepadatannya itu, sebuah cerpen adalah lengkap, bulat, dan singkat. Semua bagian dari sebuah cerpen harus terikat pada suatu kesatuan jiwa (Tarigan, 2011:180). Menurut Plato, cerpen (karya sastra) adalah tiruan dari kehidupan nyata. Karya sastra dapat memberi arti kehidupan bagi manusia. Jadi, karya sastra itu mampu menghibur dan bermanfaat untuk pembacanya (Tim Edukatif, 2007:86). Berdasarkan beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa cerpen adalah cerita pendek yang memiliki cerita singkat dan lengkap, cerpen memiliki satu tema utama dan gagasan yang biasanya bersifat tunggal dan tidak rumit. Quantum learning Quantum learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti untuk semua umur. Quantum learning mengutamakan percepatan belajar dengan cara parsitipatori peserta didik dalam melihat potensi diri dalam kondisi penguasaan dini. Gaya belajar dengan mengacu pada otak kanan dan otak kiri menjadi ciri khas quantum learning. Quantum learning menerangkan bahwa proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala sesuatunya dapat berarti; setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi sampai sejauh mana fasilitator mengubah belajar berlangsung. Hubungan dinamis dalam lingkungan kelas merupakan landasan dan kerangka untuk belajar (DePorter dan Hernacki, 2009:98). Adapun langkah-langkah dalam pengaplikasian quantum learning dalam pembelajaran adalah sebagai berikut (Dikrulah 2013) 1. Kekuatan Ambak 2. Penataan lingkungan belajar 3. Memupuk sikap juara 4. Bebaskan gaya belajarnya 5. Membiasakan mencatat 6. Membiasakan membaca 7. Jadikan anak lebih kreatif 8. Melatih kekuatan memori Metode Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu mengumpulkan data sebanyakbanyaknya mengenai faktor-faktor yang merupakan pendukung terhadap kualitas belajar mengajar, kemudian menganalisis faktor-faktor tersebut untuk dicari peranannya terhadap prestasi (Arikunto, 2006:108). Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan kata lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan (Sudjana dan Ibrahim, 2009:64). Adapun yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas X dengan jumlah siswa laki-laki 18 orang dan siswa perempuan 13 orang. Untuk mengolah data, penulis menjumlahkan setiap skor siswa sehingga diketahui skor perolehan setiap siswa dan mengetahui nilai akhir siswa dalam setiap tes, kemudian menganalisis data berdasarkan kriteria penilaian membaca cerpen berdasarkan hasil tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memperolah data hasil penelitian berupa skor tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) kemudian diolah dan dianalisis untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran membaca cerita pendek. Penilaian dilakukan dengan mengacu kepada enam aspek, yaitu: 1. Tema 2. Tokoh dan Penokohan 3. Alur/Plot 4. Setting/Lattar 5. Amanat 6. Keterkaitan kutipan cerpen dengan kehidupan sehari-hari Dari keenam aspek yang dinilai rata-rata siswa dapat menjawab pertanyaan dengan baik, tetapi siswa mengalami kesulitan dalam menentukan tema suatu cerita. Dalam pembahasan pada hasil penelitian ini penulis ingin membuktikan bahwa kebenaran hipotesis yang diajukan pada bab terdahulu yaitu bahwa pelaksanaan pembelajaran membaca cerita pendek sangat cocok dengan menggunakan quantum learning dan tingkat keberhasilan pembelajaran membaca cerita pendek siswa meningkat 4 skor dari menjadi 20 menjadi 24 dengan quantum learning sehingga pembelajaran quantum learning sangat efektif untuk pembelajaran membaca cerita pendek dengan nilai rata-rata pretes 68 dan nilai postes 79. Hasil ini memang masih belum sempurna namun, terjadi peningkatan 11 poin dibanding sebelum menggunakan quantum learning. Jadi, pembelajaran membaca cerita pendek dengan menggunakan quantum learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. SIMPULAN Berdasarkan serangkaian pembelajaran, pengolahan, dan analisis yang telah dilakukan simpulan hasil penelitian ini adalah : 1. Berdasarkan hasil perhitungan data dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan quantum learning siswa kelas X SMA mampu membaca cerita pendek sehingga bisa menganalisis unsur-unsur intrinsik cerita pendek dan dapat mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. 2. Berdasarkan hasil analisis data, penulis dapat menyimpulkan bahwa adanya perbedaan rata-rata hasil tes tersebut. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran keterampilan membaca cerita pendek dengan Quantum Learning ternyata dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca cerita pendek. 3. Membaca Cerita Pendek dengan Quantum Learning sudah efektif digunakan dalam menganalisis unsur intrinsik cerita pendek dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari pada siswa kelas X SMA. Penggunaan Quantum Learning dalam pembelajaran dalam membaca cerita pendek di kelas X dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis unsur intrinsik dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari secara signifikan. Hal ini tampak pada hasil sebelum dan sesudah melakukan pembelajaran dan peningkatan yang cukup signifikan. DAFTAR PUSTAKA Aminuddin, 2009. Pengantar apresiasi karya sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Deporter, Bobbi dan Hernacki, Mike. 2009. Quantum Learning. Bandung : Kaifa. Dikrullah, Dikdik. Penerapan Model Pembelajaran Quantum Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi (Tik). Unggah pada tanggal 20 April 2013 pukul 11:05 http://cs.upi.edu/uploads/paper_skripsi_d ik/ Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : UGM. Sudjana dan Ibrahim. 2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Suhendar, M.E. dan Supinah, Pien. 1992. Seri Materi Kuliah MKDU Bahasa Indonesia. Bandung : Pionir Jaya Tampubolon, DP. 2008. Kemampuan Membaca. Bandung: Angkasa. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa. Tim Edukatif. 2007. Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA kelas X. Jakarta: Erlangga.