Analisis Tingkat Partisipasi Warga dalam Tanggung Jawab Sosial

advertisement
 ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM
TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
(Studi Kasus PT Isuzu Astra Motor Indonesia Assy Plant Pondok Ungu)
Oleh:
MOHAMMAD ARYA WICAKSONO
I34053879
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
ABSTRACT
In general, this research aims to find out Corporate Social Responsbility
(CSR) activities as a community development efforts in supporting the company's
success with the community environment. The specific objective is to (1) explains
how to view the company in implementing corporate social responsibility, (2)
describe the community development approach and the implementation of CSR
activities of companies, (3) describes the level of community participation for the
company CSR activities, (4) explain the impact of CSR activities companies that
felt by the public, (5) analyze the relationship between characteristics community
participation and the impact phase CSR activities the company. The method used
in this study are qualitative and quantitative data. Samples taken as many as 40
respondents who represent the Medan Satria village community. Based on
research results, as a whole can be explained that the CSR activities are PT IAMI
APPU company's efforts to develop the company within the community even
though most communities have not participated fully to the company's CSR
activities. There are several things that can be suggested
Keywords : Corporate Social Responsbility (CSR), community development,
community participation
RINGKASAN
MOHAMMAD ARYA WICAKSONO. Analisis Tingkat Partisipasi Warga
dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Studi Kasus PT Isuzu Astra Motor
Indonesia Assy Plant Pondok Ungu (Di bawah bimbingan FREDIAN TONNY).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan CSR sebagai upaya
pengembangan masyarakat dalam mendukung keberhasilan perusahaan dengan
komunitas lingkungannya. Adapun tujuan khususnya adalah (1) menjelaskan cara
pandang perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, (2)
menjelaskan pendekatan pengembangan masyarakat dan implementasi kegiatan
CSR perusahaan, (3) menjelaskan tingkat partisipasi masyarakat terhadap kegiatan
CSR perusahaan, (4) menjelaskan dampak kegiatan CSR perusahaan yang
dirasakan oleh masyarakat, (5) menganalisis hubungan antara karakterisitik
komunitas, tahap partisipasi dan dampak kegiatan CSR perusahaan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dan triangulasi
yang terdiri dari metode pengumpulan data kualitatif berupa wawancara
mendalam, pengamatan berperan serta dan penelusuran dokumen. Sedangkan
metode penelitian survei dengan menggunakan kuesioner. Penelitian dilakukan di
PT. ISUZU Astra Motor Indonesia Assy Plant Pondok Ungu (PT. IAMI APPU) Jl.
Kaliabang Raya No. 1 Pondok Ungu, Bekasi Utara. Pemilihan lokasi dilakukan
secara sengaja (purposive). Penelitian secara keseluruhan dilakukan selama
sembilan bulan, yaitu mulai bulan Mei 2009 sampai Januari 2010.
Subyek tineliti terdiri dari informan dan responden. Dalam hal ini,
informan adalah pihak perusahaan (Isuzu) selaku pemberi informasi mengenai
tanggung jawab sosial perusahaan dan responden adalah masyarakat (pihak luar).
Pemilihan informan dilakukan dengan teknik “bola salju” (snow ball sampling),
sedangkan pemilihan subyek tineliti (responden) dipilih secara random sampling
(secara acak), yaitu pengambilan sampel acak sederhana (Simple Random
Sampling). Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat Kelurahan
Medan Satria RW 07 Bekasi Barat yang mengikuti program CSR. Unit analisis
dari responden yang dipilih adalah individu. Sampel yang diambil sebanyak 40
responden yang mewakili komunitas kelurahan Medan Satria. Penentuan
responden dan informan akan dilakukan di lapangan.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari subyek tineliti yang terdiri dari
informan dan responden melalui wawancara mendalam dan pengamatan berperan
serta pengisian kuesioner. Data sekunder merupakan dokumen-dokumen yang
terkait dengan Isuzu dalam melakukan tanggung jawab sosial perusahaan, seperti
data profil perusahaan, arsip kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan, serta
dokumen kebijakan perusahaan. Teknik pengambilan data yang dilakukan adalah
pertama, melalui penelusuran pustaka (buku, artikel, laporan penelitian, dokumen)
yang relevan dengan kajian penelitian. Kedua, wawancara mendalam dengan
pihak manajemen PT Isuzu, perencana dan pelaksana program, serta informan.
Ketiga, wawancara responden dengan alat bantu kuesioner.
Data yang terkumpul kemudian diolah. Pengolahan data kualitatif dengan
cara teknik dan analisis data yang dilakukan melalui tiga jalur analisis data
kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Sedangkan untuk data kuantitatif, diolah dengan proses editing, coding, scoring,
entry, cleaning, dan analisis data dengan menggunakan program Microsoft exel
dan SPSS 13.0 for Windows. Kemudian digunakan tabulasi silang untuk
menjelaskan hubungan kausal dan uji Korelasi Rank Spearmen dengan α 5 %. Uji
Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel.
Sedangkan tabulasi silang digunakan untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang
berhubungan dengan partisipasi masyarakat terhadap program CSR perusahaan
dan arah hubungannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara pandang PT IAMI APPU dalam
memandang CSR sebagai upaya pengembangan masyarakat termasuk dalam
kategori pertama, yakni sekedar basa basi atau keterpaksaan, dimana perusahaan
mempraktekkan CSR hanya karena ekternal driven (faktor ekternal) dan
reputation driven (karena ingin mendongkrak citra perusahaan). Selain itu PT
IAMI APPU juga memandang CSR sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban
(compliance) dan dorongan yang tulus dari dalam (internal driven). Strategi PT.
IAMI APPU dalam upayanya merangkul masyarakat pada kegiatan CSR
perusahaan dapat dilihat dari pendekatan pengembangan masyarakatnya secara
direktif (instruktif). Kegiatan CSR PT IAMI APPU mencakup dalam kategori
bidang sosial, ekonomi dan lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian, tingkat partisipasi komunitas termasuk dalam
tahap partisipasi terapi (berdasarkan delapan tangga partisipasi) atau tidak ada
partisipasi (berdasarkan tingkat pembagian kekuasaannya). Dampak keseluruhan
yang dirasakan oleh hampir separuh komunitas pada penelitian ini termasuk
dalam kategori sedang dan sisanya termasuk dalam kategori rendah, dengan
rincian yaitu dampak ekonomi, sosial dan lingkungan yang termasuk dalam
kategori sedang. Oleh karena itu secara keseluruhan dapat dijelaskan bahwa dari
kegiatan CSR PT IAMI APPU terdapat upaya perusahaan untuk mengembangkan
masyarakat di lingkungan perusahaan walaupun sebagian besar komunitas belum
berpartisipasi penuh terhadap kegiatan CSR perusahaan. Dalam artian, responden
hanya menerima bantuan, tidak mengembangkan sumber daya yang dimiliki
komunitas. Hal ini terlihat dari lebih banyaknya jenis kegiatan-kegiatan CSR
perusahaan yang bersifat charity.
Terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan saran, yaitu: (1) sebaiknya
dibuat divisi khusus pada perusahan untuk menangani kegiatan CSR, (2)
sebaiknya terdapat pengalokasian dana khusus untuk kegiatan CSR, (3) Perlu
penambahan jumlah personil SDM untuk menangani kegiatan CSR, (4) sebaiknya
kegiatan CSR yang dilakukan lebih banyak menambahkan kegiatan yang
berbasiskan pengembangan masyarakat, (4) Perlu ada pendefinsian kebutuhan
bersama masyarakat, (5) Monitoring dan evaluasi sebaiknya rutin dilakukan untuk
melihat perkembangan kegiatan CSR yang telah dilakukan.
ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM
TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
(Studi Kasus PT Isuzu Astra Motor Indonesia Assy Plant Pondok Ungu)
Oleh:
MOHAMMAD ARYA WICAKSONO
I34053879
Skripsi
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh:
Nama : Mohammad Arya Wicaksono
NRP
: I34053879
Mayor : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Judul : Analisis Tingkat Partisipasi Warga dalam Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan (Studi Kasus PT Isuzu Astra Motor Indonesia Assy Plant
Pondok Ungu)
dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS
NIP. 19580214 198503 1 004
Mengetahui,
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Ketua
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS
NIP. 19550630 198103 1 003
Tanggal Lulus: ____________
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA STUDI PUSTAKA YANG
BERJUDUL
”ANALISIS
TANGGUNG
JAWAB
TINGKAT
SOSIAL
PARTISIPASI
PERUSAHAAN”
WARGA
BELUM
DALAM
PERNAH
DIAJUKAN DAN DITULIS PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA
LAIN MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI
MERUPAKAN
HASIL
KARYA
SAYA
SENDIRI
DAN
TIDAK
MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU
DITERBITKAN OLEH PIHAK/ LEMBAGA LAIN KECUALI SEBAGAI
BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Januari 2010
Mohammad Arya Wicaksono
I34053879
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 2 Mei 1987. Penulis merupakan
anak pertama dari tiga bersaudara keluarga Bapak Soedibyo dan Ibu Hilda Zainal.
Pada tahun 1992 hingga 1993, penulis memulai pendidikan formal dari TK Islam
Al-Azhar Jakapermai Bekasi Barat. Kemudian pendidikan SD penulis ditempuh
dari tahun 1993 hingga 1999 di SD Islam Al-Azhar Jakapermai Bekasi Barat.
Penulis melanjutkan pendidikan tingkat pertama di SLTP Islam Al-Azhar
Jakapermai Bekasi Barat dari tahun 1999 hingga 2002, dan setelah itu penulis
melanjutkan di SMA Taruna Nusantara Magelang dan lulus pada tahun 2005.
Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui
jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB), dengan Mayor Departemen
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia
dan Supporting Course. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif
dalam organisasi kemahasiswaan, yaitu Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) sebagai anggota
Divisi Jurnalistik (2007-2009).
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan, kesabaran, pengetahuan, dan kenikmatan kepada penulis
dalam penyelesaian penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Tingkat Partisipasi
Warga dalam Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social
Responsibility/CSR) sebagai Upaya Pengembangan Masyarakat. (Studi Kasus PT
Isuzu Astra Motor Indonesia Assy Plant Pondok Ungu (PT. IAMI APPU) Jl.
Kaliabang Raya No. 1 Pondok Ungu, Bekasi Utara)” di bawah Bimbingan Ir.
Fredian Tonny, MS.
Skripsi ini merupakan suatu karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor. Melalui skripsi ini, penulis mencoba untuk mengetahui penarapan
tanggung jawab sosial perusahaan PT. IAMI APPU, khususnya pada program
community development yang dijalankan perusahaan.
Bogor, Januari 2010
Penulis
PRAKATA
Satu hal yang penulis sadari bahwa penulisan dan penyelesaian skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan moril dan materiil berbagai pihak. Dalam kesempatan
ini penulis hendak menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tulus
kepada:
1. Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS, selaku pembimbing skripsi yang telah
mengarahkan dan memberi masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik.
2. Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, MA, selaku pembimbing akademik selama peneliti
menjadi mahasiswa KPM.
3. Dr. Ir. Arya H. Dharmawan MSc dan Martua Sihaloho, SP, MSi selaku dosen
penguji pada sidang skripsi yang telah memberikan saran serta perbaikan.
4. Seluruh pihak manajamen (Bapak Heru dan Bapak Samsu) dan staf (Bapak
Ucok, Bapak Syahri, dan Bapak Suherman) PT Isuzu Astra Motor Indonesia
Assy Plant Pondok Ungu (PT. IAMI APPU) serta pihak RT dan RW 07
Kelurahan Medan Satria yang banyak membantu dalam proses penelitian
sehingga dapat berjalan dengan lancar.
5. Seluruh pihak Lingkar Studi CSR, yang telah memberikan kesempatannya
untuk berbagi ilmu dan berdiskusi mengenai Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan
6. Keluargaku yang tercinta, Ayah, Ibu, Arzia dan Arqia yang telah memberikan
kasih sayang, dukungan dan doanya tiada henti. Semoga Allah membalas
dengan surga-Nya.
7. Shely Septiana S. yang selalu ada dan mendukung serta memberikan
semangatnya dan keluarga besar Ahwan Setiawan atas semua kebaikan dan
perhatiannya.
8. Teman-temanku (Cuple, Oji, Mimi, Idham, Oel, Reni, Ia, Tia, Yayan, Wewen)
dan
teman-teman kosanku (Eca, Angga dan Baqi) atas segala peristiwa-
peristiwa yang telah kita lalui bersama. Terimakasih telah memberikan warna
dalam hari-hari yang penuh canda, tawa, dan kasih sayang serta
kebersamaannya. Eka W. L. sebagai pengajar pengolah data kuantitatif, terima
kasih atas bimbingannya. Reza, Jarot dan Tari sebagai teman satu bimbingan
yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis. Anggi, Uti,
Cici, Mas Anton, Sinta dan rekan - rekan KPM atas kesedian mereka untuk
meminjamkan bukunya kepada penulis untuk menemukan literatur. KPM’ERS
42 lainnya atas segala perjuangan yang telah kita lewati bersama, semangat
dan perhatiannya. Semoga dengan rahmat-Nya, kita diberi kemudahan dalam
mencapai kesuksesan.
9. Seluruh Dosen KPM IPB, terimakasih telah memberikan dukungan dan
pengajaran terbaik kepada kami.
10. Ibu Susi, Mba Maria dan Mba Nisa selaku staf administrasi yang telah
membantu dalam urusan akademik dalam perkuliahan. Serta seluruh pihak
yang tidak dapat penulis ucapkan satu per satu. Terima kasih, semoga Allah
membalasnya dengan hal yang lebih baik. Amin.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 5
1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................................ 5
BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL ................................................................. 6
2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................................................. 6
2.1.1 Konsep Pengembangan Masyarakat .......................................................................... 6 2.1.1.1 Partisipasi dan Keberlanjutan dalam Pengembangan Masyarakat ......... 6
2.1.1.2 Definisi Pengembangan Masyarakat ...................................................... 7
2.1.1.3 Prinsip-prinsip Pengembangan Masyarakat ......................................... 10
2.1.1.4 Pendekatan Pengembangan Masyarakat .............................................. 15
2.1.2 Konsep Pemberdayaan Masyarakat ......................................................................... 17 2.1.2.1 Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Upaya Pembangunan Sosial ....... 17
2.1.2.2 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ................................................ 18
2.1.3 Partisipasi ........................................................................................................................ 19 2.1.3.1 Pengertian Partisipasi ........................................................................... 19
2.1.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi.................................... 23
2.1.4 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan(Corporate Social Responsbility ........... 25 2.1.4.1 Sejarah dan Definisi Corporate Social Responsibility (CSR).............. 25
2.1.4.2 Cara Pandang Perusahaan Terhadap CSR ........................................... 28
2.1.4.3 Menyusun Perencanaan Strategis Program CSR ................................. 29
2.1.5 Implementasi Program CSR ...................................................................................... 32 2.1.6 Karakteristik CSR ......................................................................................................... 36 2.1.7 Dampak CSR bagi Masyarakat ................................................................................. 37 iv
2.2 Kerangka Pemikiran .......................................................................................... 39
2.3 Hipotesa ............................................................................................................. 41
2.3.1 Hipotesa Pengarah ........................................................................................................ 41 2.3.2 Hipotesa Uji .................................................................................................................... 41 2.4 Definisi Operasional .......................................................................................... 42
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 46
3.1 Pendekatan Penelitian........................................................................................ 46
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................... 46
3.3 Pemilihan Subyek Penelitian ............................................................................. 47
3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................................... 47
3.4.1 Wawancara Mendalam ................................................................................................ 48 3.4.2 Penelusuran Dokumen ................................................................................................. 49 3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................................................... 49
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI ............................................................... 52
4.1 PT Isuzu Astra Motor Indonesia Assy Plant Pondok Ungu .............................. 52
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ....................................................................................... 52 4.1.2 Batas Wilayah dan Letak Geografis PT. Isuzu Astra Motor Indonesia
Assy Plant Pondok Ungu (PT. IAMI APPU) ........................................................ 53 4.1.3 Visi dan Misi PT Isuzu Astra Motor Indonesia .................................................... 53 4.1.4 Sumber Daya Manusia dan Struktrur Organisasi ................................................ 54 4.1.5 CSR PT Isuzu Astra Motor Indonesia APPU ....................................................... 56 4.2 Komunitas Kelurahan Medan Satria RW 07 ..................................................... 58
4.2.1 Kondisi Geografis RW 07, Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan
Satria ................................................................................................................................. 58 4.2.2 Kependudukan di RW 07 ............................................................................................ 59 4.2.3 Kondisi Sosial Ekonomi di RW 07 .......................................................................... 59 4.2.4 Penerima Kegiatan CSR PT IAMI APPU ............................................................. 59 4.6 Ikhtisar ............................................................................................................... 60
BAB V
PANDANGAN PERUSAHAAN DAN STRATEGI PENDEKATAN
PENGEMBANGAN MASYARAKAT DALAM IMPLEMENTASI
CSR ............................................................................................................ 63
v
5.1 Pandangan PT Isuzu Astra Motor Indonesia Assy Plant Pondok Ungu (PT.
IAMI APPU) Mengenai CSR (Corporate Social Responsbility) ..................... 63
5.2 Strategi Pendekatan Pengembangan Masyarakat PT IAMI APPU dalam
Menjalankan Kegiatan CSR ............................................................................. 67
5.3 Implementasi CSR Perusahaan kepada Masyarakat.......................................... 69
5.4 Ikhtisar ............................................................................................................... 73
BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK KOMUNITAS,
TAHAP PARTISIPASI DAN DAMPAK KEGIATAN CSR ............... 81
6.1 Karakteristik Demografis .................................................................................. 81
6.1.1 Jenis Kelamin ................................................................................................................. 81 6.1.2 Umur ................................................................................................................................. 81 6.1.3 Tingkat Pendidikan ....................................................................................................... 81 6.1.4 Pekerjaan ......................................................................................................................... 82 6.1.5 Pendapatan ...................................................................................................................... 82 6.1.6 Besar Keluarga ............................................................................................................... 83 6.2 Tingkat Partisipasi Komunitas Kelurahan Medan Satria .................................. 83
6.3 Dampak Kegiatan CSR PT. IAMI APPU Terhadap Komunitas Kelurahan
Medan Satria ..................................................................................................... 86
6.3.1 Dampak Ekonomi ......................................................................................................... 86 6.3.2 Dampak Sosial ............................................................................................................... 87 6.3.3 Dampak Lingkungan .................................................................................................... 87 6.3.4 Dampak Keseluruhan ................................................................................................... 88 6.4 Hubungan Antara Karakteristik Komunitas dengan Tahap Partisipasi ............. 88
6.5 Hubungan Antara Tahap Partisipasi dengan Dampak Kegiatan CSR ............... 89
BAB VII ANALISIS TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT ................. 90
BAB VIII PENUTUP ................................................................................................ 94
8.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 94
8.2 Saran .................................................................................................................. 96
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 97 vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Tangga Partisipasi Masyarakat ..................................................................... 20 Tabel 2. Program Operasional CSR yang Diadaptasi oleh Natural Resource
Canada........................................................................................................ 34 Tabel 3. Karakteristik CSR ......................................................................................... 37 Tabel 4. Perbandingan Sistem AGC dan AFC ............................................................ 61 Tabel 5. Cara Pandang Perusahaan dalam Memandang Corporate Social
Responsbility (CSR) ................................................................................... 75 Tabel 6. Kegiatan-Kegiatan CSR yang Dilaksanakan PT. IAMI APPU di
Kecamatan Medan Satria RW 007 ............................................................. 78 Tabel 7. Sebaran Komunitas Berdasarkan Jenis Kelamin .......................................... 81 Tabel 8. Sebaran Komunitas Berdasarkan Umur ........................................................ 81 Tabel 9. Sebaran Komunitas Berdasarkan Tingkat Pendidikan .................................. 82 Tabel 10. Sebaran Komunitas Berdasarkan Pekerjaan ............................................... 82 Tabel 11. Sebaran Komunitas Berdasarkan Pendapatan ............................................. 83 Tabel 12. Sebaran Komunitas Berdasarkan Besar Keluarga ...................................... 83 Tabel 13. Tingkatan Partisipasi ................................................................................... 84 Tabel 14. Sebaran Komunitas Berdasarkan Tingkat Partisipasi ................................. 84 Tabel 15. Sebaran Komunitas Berdasarkan Kategori Dampak Ekonomi ................... 87 Tabel 16. Sebaran Komunitas Berdasarkan Kategori Dampak Sosial ........................ 87 Tabel 17. Sebaran Komunitas Berdasarkan Kategori Dampak Sosial ........................ 88 Tabel 18. Sebaran Komunitas Berdasarkan Kategori Dampak Kegiatan CSR ........... 88 Tabel 19. Koefisien Korelasi Spearman Antara Karakteristik Komunitas dengan
Tahap Partisipasi......................................................................................... 89 vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Tingkat Partisipasi Warga dalam Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan ......................................................................... 40 Gambar 2. Struktur Koordinasi CSR PT. IAMMI APPU .................................... 57 Gambar 3. Proses Pengauditan Melalui Sistem AFC ............................................ 62 Gambar 4. Cakupan CSR PT. IAMI....................................................................... 73 Gambar 5. Tahap Partisipasi Komunitas dan Karakteristik CSR ...................... 92 viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Matriks Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data ......................... 101 Lampiran 2. Status Penilaian Astra Green Company................................................ 104 Lampiran 3. Kebijakan Perusahaan PT. IAMI APPU............................................... 105 Lampiran 4. Kebijakan Lingkungan PT. IAMI APPU ............................................. 106 Lampiran 5. Hasil Uji Korelasi Spearman ................................................................ 107 Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian ........................................................................ 108 Lampiran 7. Panduan Pertanyaan .............................................................................. 111 Lampiran 8. Kuesioner Penelitian ............................................................................. 115 ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia usaha semakin menyadari bahwa perusahaan tidak lagi dihadapkan
pada tanggung jawab yang berpijak pada nilai perusahaan yang direfleksikan
dalam kondisi keuangannya saja, namun juga memperhatikan aspek sosial dan
lingkungannya. Upaya perusahaan dalam meningkatkan peran mereka dalam
pembangunan kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan membutuhkan
sinergi multipihak yang solid dan baik. Sinergi yang diharapkan adalah, adanya
kemitraan antara perusahaan, pemerintah dan komunitas atau masyarakat.
Kemitraan ini, tidaklah bersifat pasif dan statis. Kemitraan ini merupakan
tanggung jawab bersama secara sosial antar stakeholeder. Mau tidak mau
perusahaan dalam usahanya beradaptasi dengan komunitas lokal akan berusaha
memahami kepentingan lokal yang ada dalam rangka membina hubungan
kerjasama antar stakeholder. Usaha membuka jalinan hubungan kerjasama dengan
stakeholder lokal pada dasarnya merupakan suatu prinsip peningkatan pola
kehidupan lokal dan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan atau
corporate social responbility (CSR).
Pelaksanaan CSR yang dilakukan oleh berbagai perusahaan maupun
instansi memiliki berbagai keuntungan. Contohnya di Inggris, sebuah survei
membuktikan, bahwa 86 persen konsumen merasa melihat suatu citra positif
sebuah perusahaan jika mereka melihat perusahaan tersebut benar-benar
melakukan sesuatu untuk menjadikan dunia suatu tempat yang lebih baik” (Acces
Ommibus Survay 1997). Selain itu, Di Amerika, tahun 1999, survei lembaga
Environic menyatakan sepertiga konsumen di Amerika Serikat yang menyukai
produk-produk dari perusahaan yang memiliki visi bisnis pembangunan
masyarakat yang lebih baik. Sedangkan di Indonesia, data riset majalah SWA atas
45 perusahaan menunjukkan CSR bermanfaat memelihara dan meningkatkan citra
perusahaan (37.38%), hubungan baik dengan masyarakat (16.82%), dan
2
mendukung operasional perusahaan (10.28%) (Sinar Harapan 16/03/2006)1. Hal
ini membuktikan bahwa sudah saatnya bagi setiap perusahaan maupun instansi
untuk memperhatikan CSR karena banyak manfaat positif yang dapat diperoleh
dalam pengaplikasiannya. Diharapkan bagi seluruh stakeholders dapat bersamasama bekerjasama mengembangkan CSR, sehingga sustainability (human,
economic, social maupun environtment) dapat terwujud.
CSR adalah konsep moral dan etis berciri umum, oleh karena itu pada
tataran praktisnya harus diwujudkan ke dalam program-program kongkrit.
Menurut Achda (2006) dalam Febriana (2008) salah satu bentuk aktualisasi CSR
adalah pengembangan masyarakat atau Community Development (CD). Program
CSR seharusnya tidak hanya bersifat charity, melainkan harus diikuti strategi
pemberdayaan guna mengangkat fungsi sosial masyarakat dengan harapan
masyarakat menjadi mandiri. Dalam kaitan partisipasi dengan pengembangan
masyarakat, menurut Ife (1995) dalam Febriana (2008) salah satu prinsip
pengembangan masyarakat adalah partisipasi. Partisipasi dalam pengembangan
komunitas harus menciptakan keterlibatan aktif semua orang dalam masyarakat
tersebut pada proses kegiatan masyarakat. Oleh karena itu, pendekatan
pengembangan komunitas selalu mengoptimalkan partisipasi dengan tujuan semua
warga ikut terlibat dalam tahap partisipasi.
Meskipun berbagai program dan kebijakan yang telah dilakukan
perusahaan telah dirancang sedemikian rupa agar langsung mengena pada sasaran
yang diinginkan, namun tanpa partisipasi atau keterlibatan masyarakat lokal
secara penuh dalam mendukung program tersebut, maka program tersebut tidak
akan berjalan sinambung. Keterlibatan masyarakat lokal sebagai sentral
pembangunan akan sangat membantu dalam upaya mensosialisasikan program
atau kebijakan perusahaan agar manfaatnya dapat dirasakan secara nyata oleh
masyarakat.
Proses pelaksanaan program tanggung jawab sosial tersebut pada
praktiknya banyak yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat setempat, karena
1
Data diperoleh dari website Megawati Institute yang menjabarkan CSR dalam fakta dan
data.
http://www.megawati-institute.org/pemikiran/corporate-social-responsibility-realita-danperkembangan.html
3
memang tidak didasarkan kepada aspirasi dan tuntutan mereka Setiap perusahaan
memiliki interpretasi yang berbeda tentang tanggung jawab sosial ini. Ada
perusahaan yang sudah bertanggung jawab dengan hanya memberikan bantuan ala
kadarnya kepada masyarakat dalam bentuk sumbangan-sumbangan rutin sebagai
pemenuhan kewajiban dari UU Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007 Pasal 74
Ayat 1 yang menyatakan bahwa “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya
di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan”. Dalam hal ini, tanggung jawab sosial
dan lingkungan adalah Corporate Social Responsibility (CSR), namun ada juga
yang sudah membuat program tanggung jawab sosial dalam bentuk kegiatan
community development yang menekankan pada aspek pemberdayaan.
Kebijakan dan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan saling
berkaitan. Hal-hal tersebut akan mempengaruhi bentuk dan program yang akan
dijalankan dalam mengatasi permasalahan sosial yang dihadapi di sekitar
lingkungan perusahaan. Bentuk dan program tanggung jawab ini akan membawa
dampak positif maupun negatif, sehingga dapat dilihat keberhasilan dan
keuntungan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang yang
didapat dari pelaksanaan tanggung jawab sosial tersebut. Hal yang akan menjadi
pertanyaan secara garis besar dari penjelasan di atas yaitu bagaimana kegiatan
CSR sebagai upaya pengembangan masyarakat dalam mendukung
keberhasilan perusahaan dengan komunitas lingkungannya.
1.2 Perumusan Masalah
Cara pandang perusahaan memandang CSR atau alasan perusahaan
menerapkan CSR bisa diklasifasikan sebagai berikut ; Pertama, sekedar basi-basi
dan keterpaksaan. CSR dipraktekkan karena faktor eksternal (external driven).
Pemenuhan tanggung jawab lebih karena keterpaksaan akibat tuntutan ketimbang
kesukarelaan. Sedangkan reputation driven merupakan motivasi pelaksanaan CSR
adalah untuk mendongkrak citra perusahaan. Niatan untuk menyumbang masih
bersifat kosmetik. CSR diimplementasikan sebagai upaya dalam konteks ke-PRan diliputi kemauan meraih kesempatan untuk melakukan publikasi positif.
4
Kedua, sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance). CSR
dimplementasikan karena memang ada regulasi, hukum, dan aturan yang
memaksanya. Salah satu contohnya adalah karena adanya market driven.
Kesadaran tentang pentingnya mengimplemntasikan CSR ini menjadi tren seiring
dengan semakin maraknya kepedulian masyarkat global terhadap produk-produk
yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah
sosial. Driven lain yang sanggup memaksa perusahaan untuk mempraktekkan
CSR adalah adanya penghargaan-penghargaan (reward) yang diberikan oleh
segenap institusi atau lembaga. Misalnya CSR Award baik yang regional maupun
global.
Ketiga,
yakni
beyond
compliance
alias
compliance
plus.
CSR
diimplementasikan karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam (internal
driver). Perusahaan telah menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan lagi
sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan bisnisnya,
melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan. Hal yang menarik
perhatian untuk dikaji terkait dengan hal tersebut yaitu, bagaimana cara
pandang
perusahaan
dalam
melaksanakan
tanggung
jawab
sosial
perusahaan?
Teori mengenai cara pandang perusahaan terhadap CSR tersebut dapat
mengemukakan
pertanyaan
selanjutnya
yaitu
bagaimana
pendekatan
pengembangan masyarakat dan implementasi kegiatan CSR perusahaan?
Pertanyaan tersebut terkait dengan penerapan CSR untuk memantapkan tujuan
dan mencapai program yang bermanfaat.
Strategi pengembangan masyarakat
dalam program CSR perusahaan berkaitan dengan jenis-jenis kegiatan yang
diimplementasikan perusahaan.
Pertanyaan
berikutnya
adalah
bagaimana
tingkat
partisipasi
masyarakat terhadap kegiatan CSR perusahaan? Hal ini berkaitan dengan
faktor internal individu yang mengikuti kegiatan CSR dalam delapan tingkatan
partisipasi, yaitu manipulasi, terapi, pemberitahuan, konsultasi, penentraman,
kemitraan, pendelegasian kekuasaan dan kontrol masyarakat.
Bukti nyata bahwa perusahaan telah melakukan program CSR terlihat
dalam manfaat yang diperoleh perusahaan maupun komunitas lokal, karena
5
keduanya merupakan stakeholder (pemangku kepentingan) yang sangat terkait
dengan pelaksanaan program CSR. Berdasarkan hal tersebut, maka pertanyaan
berikutnya adalah bagaimana dampak kegiatan CSR perusahaan yang
dirasakan oleh masyarakat? Kemudian pertanyaan terkahir yang akan dibahas
dalam penelitian ini sebagai keterkaitan antara karakteristik komunitas, tahap
partisipasi dan dampak kegiatan CSR yaitu apakah terdapat hubungan antara
karakterisitik komunitas, tahap partisipasi dan dampak kegiatan CSR
perusahaan?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini yaitu untuk menggambarkan bagaimana
kegiatan CSR sebagai upaya pengembangan masyarakat dalam mendukung
keberhasilan perusahaan dengan komunitas lingkungannya. Adapun tujuan
utama tersebut dapat dijawab melalui tujuan-tujuan khusus penelitian ini yaitu:
1. Menjelaskan cara pandang perusahaan dalam melaksanakan tanggung
jawab sosial perusahaan.
2. Menjelaskan pendekatan pengembangan masyarakat dan implementasi
kegiatan CSR perusahaan.
3. Menjelaskan tingkat partisipasi masyarakat terhadap kegiatan CSR
perusahaan.
4. Menjelaskan dampak kegiatan CSR perusahaan yang dirasakan oleh
masyarakat.
5. Menganalisis hubungan antara karakterisitik komunitas, tahap partisipasi
dan dampak kegiatan CSR perusahaan
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjawab permasalahan yang
menjadi bahasan utama dan menambah literatur bagi kalangan akademisi dalam
mengkaji tanggung jawab sosial perusahaan. Selain itu, hasil penulisan ini
diharapkan bermanfaat juga bagi kalangan non-akademis yaitu masyarakat,
swasta, dan pemerintah dalam penerapan tanggung jawab sosial perusahaan.
BAB II
PENDEKATAN KONSEPTUAL
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Konsep Pengembangan Masyarakat
2.1.1.1 Partisipasi dan Keberlanjutan dalam Pengembangan Masyarakat
Prinsip dasar pembangunan komunitas (community development) yang
bersumber dari dunia usaha (perusahaan) dan pemerintah pada dasarnya masih
memandang komunitas lokal termasuk di dalamnya komunitas asli, sebagai obyek
yang harus diperhatikan dan dirubah agar dapat setara kehidupannya dengan
komunitas lainnya dan mandiri. Banyak anggapan dari komunitas asli dan
komunitas lokal melihat industri sebagai sesuatu yang tidak menguntungkan
bahkan lebih merupakan suatu bencana. Anggapan ini didasari adanya posisi
pemerintah dan dunia usaha (industri) adalah sebagai pendatang dengan kekuatan
ekonomi dan politik yang mencari kehidupan di wilayah komunitas lokal. Untuk
mengatasi hal tersebut, pemerintah dan pihak perusahaan seharusnya memastikan
keberlanjutan investasinya pada pengembangan infrastruktur sosial melalui
program-program keterlibatan komunitas sehingga komunitas lokal terutama
komunitas asli dapat mengembangkan kemampuannya.
Lancar atau terhambatnya jalan sebuah korporasi tergantung pada
kepekaan perusahaan dalam memperhatikan dan mengingat gejala sosial budaya
yang ada disekitarnya, seperti munculnya kecemburuan sosial akibat dari pola
hidup dan pendapatan yang sangat jauh berbeda antara perusahaan (pegawai
perusahaan) dengan komunitas sekitar. Dalam kenyataannya, komunitas lokal
tidak hanya berdiri pada sisi lingkungan sosial perusahaan, akan tetapi juga berada
di dalam perusahaan sebagai karyawan atau pegawai. Untuk itu diperlukan suatu
wadah program yang berguna untuk menciptakan kemandirian komunitas lokal
untuk menata sosial ekonomi mereka sendiri, maka diciptakan suatu wadah yang
berbasis pada komunitas yang sering disebut sebagai community development
yang mempunyai tujuan untuk pemberdayaan komunitas (empowerment).
Menurut Rudito dan Famiola (2007), indikator keberhasilan suatu
program pembangunan komunitas dapat dilihat dari bentuk-bentuk kebersamaan
yang dijalin antar pihak-pihak pemerintah, perusahaan dan komunitas lokal yang
7
tergambar dalam partisipasi dan keberlanjutan (sutainability). Partisipasi dapat
dilihat sebagai keterlibatan para pihak di dalam mengelola program-program
community development. Secara mendasar, partisipasi bukanlah milik dari
komunitas lokal, akan tetapi semua pihak harus berpartisipasi. Sedangkan,
keberlanjutan adalah strategi program yang dipakai untuk menunjang kemandirian
komunitas/komunitas yang dapat dilihat dari sisi-sisi manusia (human), sosial
(social), lingkungan (environment) dan ekonomi (economic), sehingga dengan
adanya keberlanjutan, suatu usaha dapat dinikmati tidak hanya oleh generasi pada
masa sekarang saja, akan tetapi juga oleh generasi selanjutnya dalam bentuk alih
teknologi maupun bentuk pola hidup yang berbeda dari sebelumnya. Salah satu
perangkat dalam melaksanakan community development yang baik adalah
menempatkan audit sosial sebagai perangkat terakhir untuk menjadi awal dalam
proses selanjutnya.
2.1.1.2 Definisi Pengembangan Masyarakat
Kantor
Pemerintahan
Kolonial
Inggris
mengadakan
serangkaian
konferensi musim panas mengenai administrasi negara jajahan di Afrika pada
tahun 1947. Kemudian pada tahun 1948, konferensi tersebut menghasilkan
definisi mengenai ‘Pendidikan Massa’ dan memutuskan bahwa pada masa yang
akan datang terminologi tersebut sebaiknya diganti dengan nama ‘Pengembangan
Masyarakat’. Mereka mendefinisikan pengembangan masyarakat sebagai:
“Suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup
keseluruhan komunitas melalui partisipasi aktif, dan jika memungkinkan,
berdasarkan inisiatif masyarakat …. Hal ini meliputi berbagai kegiatan
pembangunan di tingkat distrik, baik dilakukan oleh pemerintah ataupun lembagalembaga non pemerintah …. [pengembangan masyarakat] harus dilakukan melalu
gerakan yang kooperatif dan harus berhubungan dengan bentuk pemerintahan
lokal terdekat.” (Colonial Office 1954: appendix D, h.49 dalam Rukminto 2005)
Pemerintah kolonial Inggris dalam perkembangannya mengadopsi definisi
pengembangan masyarakat yang lebih singkat dari definisi yang dikembangkan
pada 1948. Hal ini dilakukan ketika mereka memperkenalkan konsep
pengembangan masyarakat di Malaysia: “Pengembangan masyarakat adalah suatu
8
gerakan yang dirancang guna meningkatkan taraf hidup keseluruhan masyarakat
melalui partisipasi aktif dan inisiatif dari masyarakat”.
Dunham (1958) dalam Rukminto (2003) mendefinisikan pengembangan
masyarakat sebagai “berbagai upaya yang terorgansir yang dilakukan guna
meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat, terutama melalui usaha yang
kooperatif dan mengembangkan kemandirian dari masyarakat pedesaan, tetapi hal
tersebut dilakukan dengan bantuan teknis dari pemerintah ataupun lembagalembaga sukarela”. Pendapat lain menyatakan bahwa Pengembangan Masyarakat
(community development) adalah kegiatan pembangunan komunitas yang
dilakukan secara sistematis, terencana dan diarahkan untuk memperbesar akses
komunikasi guna mencapai kondisi sosial, ekonomi dan kualitas kehidupan yang
lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan pembangunan sebelumnya
(Budimanta 2002 dalam Rudito 2007). Secara hakekat, community development
merupakan suatu proses adaptasi sosial budaya yang dilakukan oleh industri,
pemerintah pusat dan daerah terhadap kehidupan komunitas lokal (Rudito 2003).
Tahapan pengembangan masyarakat yang biasa dilakukan pada Organisasi
Pelayanan Masyarakat, antara kelompok yang satu dengan yang lain memang
terdapat perbedaan dan kesamaannya. Tetapi secara umum dari beberapa variasi
yang ada, penulis meihat pada dasarnya tahapan yang dilakukan mencakup
beberapa tahapan sebagai berikut (Rukminto 2003):
1. Tahap persiapan.
Tahap persiapan ini didalamnya terdapat tahap (a) Penyiapan Petugas; dan
(b) Penyiapan Lapangan. Penyiapan tugas diperlukan untuk menyamakan
persepsi antar anggota tim agen perubah (change agent) mengenai
pendekatan apa yang akan dipilih dalam melakukan pengembangan
masyarakat. Sedangkan tahap Penyiapan Lapangan, petugas pada awalnya
melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran,
baik secara informal maupun formal.
2. Tahap Assessment.
Proses yang dilakukan disini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah
(kebutuhan yang dirasakan=felt needs) dan juga sumber daya yang dimiliki
klien.
9
3. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan.
Agen Perubah (community worker) secara partisipatif mencoba melibatkan
warga untuk berpikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana
cara mereka mengatasinya.
4. Tahap Pemformulasian Rencana Aksi.
Agen perubah (community worker) membantu masing-masing kelompok
untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang akan
mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.
5. Tahap Pelaksanaan (Implementasi) Program atau Kegiatan.
Merupakan
tahap
yang
paling
krusial
(penting)
dalam
proses
pengembangan masyarakat, karena sesuatu yang sudah direncanakan
dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila
tidak ada kerja sama antar agen perubah dan warga masyarakat, maupun
kerja sama antar warga.
6. Tahap Evaluasi
Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan perugas terhadap
program yang sedang berjalan pada pengembangan masyarakat sebaiknya
dilakukan dengan melibatkan warga.
7. Tahap Terminasi
Merupakan tahap ‘pemutusan’ hubungan secara formal dengan komunitas
sasaran. Terminasi dilakukan bukan karena masyarakat sudah dapat
dianggap ‘mandiri’, tetapi tidak jarang terjadi karena proyek sudah harus
dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang ditetapkan
sebelumnya, atau karena anggaran dana sudah tidak ada yang mau
meneruskan.
Tahapan di atas merupakan tahapan siklikal yang dapat berputar seperti
suatu siklus guna mencapai perubahan yang lebih baik, terutama setelah dilakukan
evaluasi proses (monitoring) terhadap pelaksanaan kegiatan yang ada. Meskipun
siklus dapat berbalik di beberapa tahapan lainnya.
10
2.1.1.3 Prinsip-prinsip Pengembangan Masyarakat
Menurut Jim Ife (1995) dalam Nasdian (2006) memaparkan 22 prinsip
pengembangan masyarakat sebagai berikut:
1. Integrated Development (Pembangunan Terpadu)
Proses pengembangan masyarakat tidak berjalan secara parsial, tetapi
merupakan satu kesatuan proses pembangunan yang mencakup aspek sosial,
ekonomi, politik, kebudayaan, lingkungan, dan personal.
2. Confronting
Structural
Disadvantage
(Konfrontasi
dengan
Kebatilan
Struktural)
Prinsip ini mengakar pada perspektif keadilan sosial dalam pengembangan
masyarakat. Seorang community workers harus menyadari adanya cara-cara
dimana tekanan pada suatu kelas, gender, suku bangsa berlangsung kompleks.
Seorang community workers perlu lebih kritis terhadap latar belakang warga
komunitas, ras, jenis kelamin, sikap berdasarkan kelas warga komunitas dan
partisipasi warga komunitas pada struktur penindasan tersebut. Oleh karena itu
community workers harus waspada serta memperhitungkan kompleksitas yang
ditemukan suatu komunitas. Dengan kata lain pekerjaan community workers
tergantung dengan berbagai faktor kontekstual.
3. Human Rights (Hak Asasi Manusia)
Struktur masyarakat dan program yang dikembangkan tidak melanggar hak
asasi manusia. Oleh karena itu, program pengembangan masyarakat harus
mengacu pada prinsip-prinsip dasar hak asasi manusia yang meliputi hak
untuk mendapatkan kehidupan yang layak, hak ikut serta dalam kehidupan
cultural, hak untuk memperoleh perlindungan keluarga, dan hak untuk selfdetermination.
4. Sustainability (Keberlanjutan)
Program pengembangan masyarakat berada dalam kerangka sustainability
yang berupaya untuk mengurangi ketergantungan pada sumberdaya yang tidak
tergantikan (non-reneweble) dan menggantikannya dengan sumberdaya yang
dapat diperbaharui.
5. Empowerment (Pemberdayaan)
11
Makna pemberdayaan adalah “membantu” komunitas dengan sumberdaya,
kesempatan, keahlian, dan pengetahuan agar kapasitas komunitas meningkat
sehingga dapat berpartisipasi untuk menentukan masa depan warga komunitas.
6. The Personal and The Political (Pribadi dan Politik)
Pengembangan masyarakat perlu membangun keterkaitan antara aspek pribadi
dan politik dan isu umum. Keterkaitan tersebut terjalin apabila kebutuhan
individu, masalah, aspirasi, penderitaan, dan prestasi yang dirasakan dapat
diwujudkan dalam bentuk tindakan yang efektif di tingkat komunitas yang
kemudian menjadi suatu kekuatan komunitas.
7. Community Owenership (Kepemilikan Komunitas)
Kepemilikan komunitas ini dapat dipandang dalam dua tingkatan yaitu
kepemilikan pada benda material dan kepemilikan pada proses dan struktur
yang ada.
8. Self-Reliance (Kemandirian)
Prinsip ini mengimplikasikan agar warga komunitas mencari atau berusaha
menggunakan
sumberdaya
sendiri
apabila
memungkinkan
daripada
menyandarkan diri pada bantuan luar. Hal ini dapat ditunjukan pada berbagai
bentuk sumberdaya, baik keuangan, teknik, sumberdaya alam dan sumberdaya
manusia. Kemandirian merupakan prinsip kunci dalam mengidentifikasi dan
memanfaatkan sumberdaya untuk menciptakan proses pembangunan yang
berkelanjutan dengan menggunakan potensi lokal.
9. Independence from the State (Ketidaktergantungan pada Pemerinah)
Prinsip ini berkaitan erat dengan kemandirian suatu komunitas. Community
workers tidak boleh menggantungkan bantuan dari masyarakat secara
berlebihan karena dapat menimbulkan kelemahan pada kekuatan berbasis
komunitas.
Namun bantuan dari pemerintah kadang diperlukan dalam
memulai proses pembangunan. Dalam hal ini pemerintah berperan sebagai
sponsor pengembangan masyarakat dan respon dari pemerintah merupakan
kebutuhan untuk mewujudkan dukungan pemerintah terhadap program
pengembangan masyarakat.
10. Immediate Goals and Ultimate Vision (Tujuan dan Visi)
12
Tujuan dan visi harus menjadikan perhatian dalam pendekatan pengembangan
masyarakat. Tindakan untuk tujuan langsung tidak dibenarkan bila tidak
sesuai dengan visi jangka panjang dan sebaliknya. Dalam pengembangan
masyarakat perlu dipertahankan keseimbangan antara jangka pendek dan visi
masyarakat. Dalam hal ini perlu upaya untuk menghubungkan dan membuat
relevansi antara keduanya.
11. Organic Development (Pembangunan Bersifat Organik)
Penerapan pembangunan yang bersifat organik memiliki suatu pengertian
bahwa terdapat hubungan yang kompleks antara warga komunitas dan
lingkungannya.
12. The Pace of Development (Kecepatan Gerak Pembangunan)
Prinsip ini menekankan agar proses pembangunan dibiarkan berjalan dengan
sendirinya dan tidak dipercepat. Keberhasilan pengembangan komunitas akan
bergantung pada dinamika komunitasnya. Secara alamiah, pengembangan
masyarakat adalah proses jangka panjang dan merupakan proses belajar
komunitas.
13. External Experties (Keahlian Pihak Luar)
Keahlian dan pengalaman seseorang serta pengalaman pembangunan disuatu
tempat dipelajari dan dikembangkan sesuai dengan tradisi masyarakat
setempat dan lingkungan serta sesuai dengan emampuan dan cara masyarakat.
Oleh karena itu, komunikasi horizontal (belajar dari sesama, bukan ditentukan
konsultan) merupakan prasyarat dalam program pengembangan masyarakat.
14. Community Building (Membangun Komunitas)
Melibatkan proses mendorong orang untuk bekerjasama, lebih bergantung satu
sama lain dalam menyelesaikan sesuatu. Prinsip ini mencari cara dimana
setiap orang dapat memberikan kontribusi dan menjadi dihargai oleh orang
lain. Oleh karena itu, program pengembangan masyarakat mencakup
penguatan interaksi sosial di tingkat komunitas, mengajak kebersamaan,
menterjemahkan
melalui
dialog,
pemahaman,
dan
tindakan
sosial.
Pengembangan masyarakat membawa warga komunitas ke dalam kegiatan
bersama, penyelesaian masalah bersama, dan memperkuat interaksi yang
bersifat formal dan informal.
13
15. Process and Outcome (Proses dan Hasilnya)
Dalam pengembangan masyarakat proses dan hasil merupakan dua hal yang
tidak dapat dipisahkan dan saling menunjang sehingga keduanya menjadi
penting.
16. The Integrity of the Process (Keterpaduan Proses)
Proses yang dugunakan untuk mencapai tujuan harus sesuai dengan hasil yang
diharapkan, keberlanjutan, keadilan sosial, dan lain-lain.
17. Non-Violence (Tanpa Kekerasan)
Prinsip ini berusaha menemukan cara untuk melawan berbagai bentuk
kekerasan baik kekerasan fisik maupun kekerasan struktural dengan
mengubah lembaga yang ada dan struktur sosial masyarakat.
18. Inclusivenes (Inklusif)
Penerapan prinsip ini menekankan agar community workers tetap menghargai
orang lain walaupun orang tersebut berlawanan pandangan. Meskipun orang
lain tidak setuju dengan gagasan, nilai, dan politik suatu komunitas tetapi tetap
menghargainya dan berusaha merangkulnya daripada mengasingkannya.
19. Consensus (Konsensus)
Prinsip ini tidak sekedar persetujuan untuk menerima keinginan dari pihak
mayoritas. Lebih jauh penerapannya adalah lebih jauh penerapannya adalah
agar orang-oarang yang teribat dalam mencari penyelesaian terhadap suatu
masalah dan menyadari betul-betul bahwa keputusan yang diambil adalah
baik.
20. Cooperation (Kerjasama)
Pendekatan pengembangan komunitas berusaha membuat kerjasama pada
tindakan masyarakat setempat, dengan cara membuat orang-orang bersama
dan mencari untuk member imbalan pada perilaku kerjasama. Peningkatan
pengembangan komunitas yang berlandaskan pada konsensus dan tanpa
kekerasan memerlukan struktur untuk bekerjasama (cooperation) daripada
struktur persaingan (competition). Pada tingkat dasar, pengembangan
komunitas dapat menghasilkan koperasi dari kegiatan komunitas dengan
mengajak orang, bersama-sama menemukan perilaku koperasi dari individu
atau kelompok. Dengan koperasi akan mampu sharing perasaan dan
14
permasalahan yang dihadapi, sehingga dalam jangka waktu panjang akan
mampu memecahkan segala persoalan yang dihadapi bersama dalam
komunitas.
21. Participation (Partisipasi)
Partisipasi dalam pengembangan komunitas harus menciptakan peran serta
yang maksimal dengan tujuan agar semua orang dalam masyarakat tersebut
dapat melibatkan secara aktif pada proses dan kegiatan masyarakat. Oleh
karena itu pendekatan pengembangan komunitas selalu mengoptimalkan
partisipasi, dengan tujuan semua warga ikut terlibat dalam proses pengambilan
keputusan pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan dalam proses
implementasi serta evaluasi. Melalui peran serta warga komunitas maka akan
diperoleh proses belajar satu sama lain, mereka dapat mengubah secara
alamiah kegiatan tradisional yang eksklusif menjadi kegiatan yang partisipatif,
dan secara sportif mereka menjadi tergantung satu sama lain.
22. Defining Need (Mendefinisikan Kebutuhan)
Proses pengidentifikasian kebutuhan merupakan salah satu tugas yang harus
dijalankan oleh community workers dalam pengembangan komunitas,
pendekatan harus mencari persetujuan dari berbagai macam kebutuhan. Untuk
itu peranan community workers yang sangat penting adalah membangun
konsensus dari beragam kebutuhan warga komunitas. Batasan kebutuhan
datang dari anggota komunitas itu sendiri. Oleh karena itu, sangat penting
dilakukan suatu dialog untuk merumuskan kebutuhan tersebut. Melalui dialog
diharapkan dapat dirumuskan sesuatu yang benar-benar menjadi kebutuhan
anggota komunitas, bukan keinginan. Disamping itu, pengembangan
komunitas mampu mengartikulasikan titik temu antara kebutuhan dan
tindakan yang harus dilakukan.
Seiring dengan berjalannya waktu, terdapat lima prinsip yang telah
ditambahkan oleh Ife selain 22 prinsip pengembangan masyarakat yang telah
dijelaskan sebelumnya. Ife (2002:200-225) seperti dikutip oleh Nasdian (2006)
membagi prinsip-prinsip Community Development dalam tiga bagian penting,
yaitu ekologi, keadilan sosial, nilai-nilai lokal, proses, serta global-lokal, secara
rinci dikemukakan sebagai berikut :
15
1. Prinsip ekologis, ada beberapa prinsip dalam kaitannya dengan masalah
ekologi, yaitu: holistik, keberlanjutan, keanekaragaman, pembangunan
organis, dan keseimbangan.
2. Prinsip keadilan sosial, yaitu: menghilangkan ketimpangan struktural,
memusatkan perhatian pada wacana yang merugikan (Addressing
discourses of disadvantage), pemberdayaan, mendefiniskan kebutuhan,
dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
3. Menghargai nilai-nilai lokal, yaitu:
pengetahuan lokal, budaya lokal,
sumberdaya lokal, keterampilan lokal, dan menghargai proses lokal.
4. Proses, yaitu: proses, hasil, dan visi, keterpaduan proses, peningkatan
kesadaran, partisipasi, kooperasi dan konsensus, tahapan pembangunan,
perdamaian dan anti kekerasan, inklusif, dan membangun komunitas.
5. Prinsip global dan lokal, yaitu: hubungan antara global dan lokal dan
praktik Anti Penjajah (Anti-colonialist practice).
2.1.1.4 Pendekatan Pengembangan Masyarakat
Menurut Rothman (1970) dalam Nasdian (2006) menyatakan bahwa
dengan mempertimbangkan berbagai cara maka pendekatan-pendekatan untuk
pengembangan masyarakat dapat diklasifikasikan. Menurutnya, tiga klasifikasi
utama
pengembangan
masyarakat:
(1)
pembangunan
lokalitas
(locality
development); (2) perencanaan sosial (social planning); dan (3) aksi sosial (social
action). Mengingat pengertian tentang pengembangan masyarakat yang
mempunyai tujuan mengembangkan tingkat kehidupan dan mempunyai cakupan
seluruh komunitas, dapat dinyatakan bahwa pengembangan masyarakat adalah
pembangunan alternatif yang komprehensif dan berbasis komunitas. Meskipun
demikian, dari segi tujuan, beberapa praktisi pengembangan masyarakat dapat
menunjukkan adanya pendekatan-pendekatan yang bersifat spesifik dan tidak
selalu bersifat multi-objective (banyak tujuan) dalam satu kali pelaksanaan.
Berikut beberapa pendekatan pengembangan yang pernah dilakukan (long, et al
eds, 1973) dalam Nasdian (2006): (1) Pendekatan komunitas; (2) Pendekatan
kemandirian informasi; (3) Pendekatan pemecahan masalah; (4) Pendekatan
demonstrasi; (5) Pendekatan eksperimen; dan (6) Pendekatan konflik-kekuatan.
16
Sedangkan menurut Batten (1967) dalam Adi (2003) menyatakan bahwa
pendekatan dalam pengembangan masyarakat terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Pendekatan direktif (instruktif).
Pendekatan ini dilakukuan berdasarkan asumsi bahwa community worker
mengetahui apa yang dibutuhkan dan apa yang baik untuk masyarakat. Dalam
pendekatan ini peranan community worker bersifat lebih dominan karena prakarsa
kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan lebih banyak berasal dari community
worker. Community worker-lah yang menetapkan apa yang baik atau buruk bagi
masyarakat, cara-cara apa yang perlu dilakukan untuk memperbaikinya, dan
selanjutnya menyediakan sarana yang diperlukan untuk perbaikan tersebut. Dalam
prakteknya community worker memang mungkin menanyakan apa yang menjadi
kebutuhan masyarakat atau cara apa yang perlu dilakukan untuk menangani suatu
masalah, tetapi jawaban yang muncul dari suatu masyarakat selalu diukur dari
segi ‘baik’ dan ‘buruk’ menurut community worker.
2. Pendekatan Non-Direktif (Partisipatif).
Pendekatan ini dilakukan berlandaskan asumsi bahwa masyarakat tahu apa
yang sebenarnya mereka butuhkan dan apa yang baik untuk mereka. Pada
pendekatan ini community worker tidak menempatkan diri sebagai orang yang
menetapkan ‘baik’ atau ‘buruk’ bagi suatu masyarakat. Pemeran utama dalam
perubahan masyarakat adalah masyarkat itu sendiri, community worker lebih
bersifat menggali dan mengembangkan potensi masyarakat. Masyarakat diberikan
kesempatan untuk membuat analisis dan mengambil keputusan yang berguna bagi
mereka sendiri, serta mereka diberi kesempatan penuh dalam penentuan cara-cara
untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.
Peran community worker disini berubah menjadi katalisator, pemercepat
perubahan (enabler) yang mampu mempercepat terjadinya perubahan dalam suatu
masyarakat. Dengan menggunakan pendekatan ini, community worker berusaha
untuk merangsang tumbuhnya kemampuan masyarakat untuk menentukan arah
langkahnya sendiri (self-determination) dan kemampuan untuk menolong dirinya
sendiri (self-help) (Batten, 1967: h.11) dalam Adi (2003). Tujuan dari pendekatan
ini
adalah
agar
masyarakat
memperoleh
pengalaman
belajar
untuk
17
mengembangkan dirinya melalui pemikiran dan tindakan yang dirumuskan oleh
mereka.
Untuk terciptanya kondisi masyarakat yang mendukung pendekatan NonDirektif maka community worker dapat melakukan tugas sebagai berikut (Batten,
1967: h. 13-14) dalam Adi (2003), yaitu: (a) Menumbuhkan keinginan untuk
bertindak; (b) Memberikan informasi, jika dibutuhkan, tentang pengalaman
kelompok lain; (c) Membantu masyarakat untuk membuat analisis situasi secara
sistematik tentang hakekat dan penyebab dari masalah; dan (4) Menghubungkan
masyarakat dengan sumber yang dapat dimanfaatkan.
2.1.2 Konsep Pemberdayaan Masyarakat
2.1.2.1 Pemberdayaan Masyarakat sebagai Upaya Pembangunan Sosial
Upaya pembangunan sosial pada dasarnya merupakan suatu upaya
pemberdayaan masyarakat. Bagi seorang pelaku perubahan, hal yang dilakukan
terhadap klien mereka adalah upaya memberdayakan klien dari keadaan tidak atau
kurang berdaya menjadi mempunyai daya guna mencapai kehidupan yang lebih
baik. Payne (1997:h.226) dalam Rukminto (2003) mengemukakan bahwa suatu
proses pemberdayaan (empowerment), sebagai berikut: “Membantu klien
memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang
akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek
hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui
peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia
miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya”.
Shardlow (1998:h.32) dalam Rukminto (2003) mengemukakan bahwa
pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun
komunitas berusaha mengkontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan
untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Tidak jauh
berbeda dengan prinsip Biestek (1961) dalam bidang sosial dan kesejahteraan
sosial yakni mendorong klien untuk menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan
dalam kaitan dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi sehingga
mereka mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh.
18
2.1.2.2 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007), pemberdayaan masyarakat
mencakup pengertian community development (pembangunan masyarakat) dan
community-based development (pembangunan yang bertumpu pada masyarakat),
dan tahap selanjutnya muncul istilah community-driven development yang
diterjemahkan sebagai pembangunan yang diarahkan masyarakat atau diistilahkan
pembangunan yang digerakkan masyarakat. Keberdayaan dalam konteks
masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan
membangun keberdayaan masyarakat bersangkutan. Masyarakat yang sehat fisik
dan mental, terdidik dan kuat serta inovatif, tentu memiliki keberdayaan yang
tinggi. Keberdayaan masyarakat adalah unsur-unsur yang memungkinkan
masyarakat
untuk
bertahan
(survive)
dan
dalam
pengertian
dianamis
mengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Keberdayaan masyarakat ini
menjadi sumber dari apa yang dalam wawasan politik pada tingkat nasional
disebut ketahanan nasional. Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat Indonesia yang dalam
kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan. Dengan kata lain, memberdayakan adalah memampukan dan
memandirikan masyarakat.
Kristiadi (1977) dalam Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007)
melihat
bahwa ujung dari pemberdayaan masyarakat harus membuat swadiri, mampu
mengurusi dirinya sendiri, swadana, mampu biayai keperluan sendiri, dan
swasembada, mampu memenuhi kebutuhannya sendiri secara berkelanjutan.
Dalam pengertian konvensional, konsep pemberdayaan sebagai terjemahan
empowerment mengandung dua pengertian, yaitu (1) to give power or authority to
atau memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan, atau mendelegasikan otoritas ke
pihak lain, (2) to give ability atau
to enable atau usaha untuk memberi
kemampuan atau keberdayaan (Wrihatnolo dan Dwidjowijoto 2007). Selanjutnya,
Dubois dan Miley (1977) mengemukakan bahwa dasar-dasar pemberdayaan
antara lain meliputi:
1. Pemberdayaan adalah proses kerja sama antara klien dan pelaksana kerja
secara bersama-sama yang bersifat mutual benefit.
19
2. Proses pemberdayaan memandang sistem klien sebagai komponen dan
kemampuan yang memberikan jalan ke sumber penghasilan dan
memberikan kesempatan.
3. Klien harus merasa dirinya sebagai agen bebas yang dapat mempengaruhi.
4. Kompetensi diperoleh atau diperbaiki melalui pengalaman hidup,
pengalaman khusus yang kuat daripada keadaan yang menyatakan apa
yang dilakukan.
5. Pemberdayaan meliputi jalan ke sumber-sumber penghasilan dan kapasitas
untuk menggunakan sumber-sumber pendapatan tersebut secara efektif.
6. Proses pemberdayaan adalah masalah yang dinamis, sinergis, pernah
berubah, dan evolusioner yang selalu memiliki banyak solusi.
7. Pemberdayaan adalah pencapaian melalui struktur-struktur pararel dari
perseorangan dan perkembangan masyarakat.
2.1.3 Partisipasi
2.1.3.1 Pengertian Partisipasi
Menurut Nasdian (2006), pemberdayaan merupakan jalan atau sarana
menuju partisipasi. Sebelum mencapai tahap tersebut, tentu saja dibutuhkan
upaya-upaya pengembangan atau pemberdayaan masyarakat. Partisipasi dapat
diartikan sebagai keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan yang diadakan
pihak
lain
(kelompok,
asosiasi,
organisasi,
dan
sebagainya),
dimana
keikutsertaannya diwujudkan dalam bentuk pencurahan tenaga, pikiran dan/atau
dana (material). Cohen dan Uphoff (1977) dalam Febriana (2008) membagi
partisipasi ke dalam beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:
1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan
masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang
dimaksud di sini yaitu pada saat perencanaan suatu kegiatan.
2. Tahap
pelaksanaan,
yang
merupakan
tahap
terpenting
dalam
pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya.
Wujud nyata pada tahap ini dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu
partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi,
dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek.
20
3. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap
ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukkan demi
perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.
4. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan
partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek.
Adanya partisipasi masyarakat dapat ditunjukkan oleh terjadinya
pembagian ulang kekuasaan yang adil (redistribution of power) antara penyedia
kegiatan dan kelompok masyarakat penerima kegiatan. Partisipasi masyarakat
tersebut bertingkat, sesuai dengan gradasi derajat wewenang dan tanggung jawab
yang dapat dilihat dalam proses pengambilan keputusan. Gradasi peserta dapat
digambarkan dalam Tabel 1 sebagai sebuah tangga dengan delapan tingkatan yang
menunjukkan peningkatan partisipasi tersebut (Arnstein 1969 dalam Zoebir,
2008)2:
Tabel 1. Tangga Partisipasi Masyarakat
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tangga/Tingkatan
Partisipasi
Manipulasi
(Manipulation)
Terapi
(Therapy)
Pemberitahuan
(Informing)
Konsultasi
(Consultation)
Penentraman
(Placation)
Kemitraan
(Partnership)
Pendelegasian
Kekuasaan
(Delegated Power)
Kontrol Masyarakat
(Citizen Control)
Hakekat Kesertaan
Tingkatan Pembagian
Kekuasaan
Permainan oleh pemerintah
Sekedar agar masyarakat
tidak marah/mengobati
Sekedar pemberitahuan
searah/sosialisasi
Masyarakat didengar, tapi
tidak selalu dipakai sarannya
Saran masyarakat diterima
tapi tidak selalu dilaksanakan
Tidak ada partisipasi
Tokenism/sekedar
justifikasi agar
mengiyakan
Timbal-balik dinegosiasikan
Masyarakat diberi kekuasaan
(sebagian atau seluruh
program)
Sepenuhnya dikuasi oleh
masyarakat
Tingkat kekuasaan ada di
masyarakat
Sumber: Arsntein (1969:217) dalam Setiawan (2003)3
2
http://zuryawanisvandiarzoebir.wordpress.com/2008/08/13/proposal-penelitian-partisipasimasyarakat-dalam-penyusunan/
3
www.psppr-ugm.net/jurnalpdf/Bobi.pdf
21
Arsntein (1969) dalam Zoebir menjelaskan bahwa terdapat apa yang ia
sebut sebagai “ladder of citizen participation” atau tangga partisipasi masyarakat
seperti yang terlihat pada Tabel 1 Berbagai tingkatan kesertaan dapat
diidentifikasikan, mulai dari tanpa partisipasi sampai pelimpahan kekuasaan.
Pengelola tradisional selalu enggan untuk melewati tingkat tanpa partisipasi dan
tokenism, dengan keyakinan bahwa masyarakat biasanya apatis, membuang-buang
waktu, pengelola mempunyai tanggung jawab untuk melakukannya berdasar
kaidah-kaidah ilmiah, serta lembaga-lembaga masyarakat mempunyai tugas
berdasarkan hukum yang tidak dapat dilimpahkan ke pihak lain. Sebaliknya,
masyarakat semakin meningkat kesadarannya dengan mengharapkan partisipasi
yang lebih bermanfaat, yang dalam keyakinan mereka termasuk pula pelimpahan
sebagian kekuasaan.
Hal ini berkaitan dengan pendeskripsian partisipasi sebagai hasil sebuah
program penerapan baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun perusahaan oleh
Famiola dan Rudito (2007) :
1. Pasif, yaitu bentuk partisipasi yang tidak menuntut respon partisipan untuk
terlibat banyak. Biasanya perusahaan akan meminta seseorang dari
anggota komunitas (misalnya ketua RT, atau orang yang berpengaruh)
untuk mengumpulkan tanda tangan dari beberapa orang yang dikenal oleh
orang yang dihubungi oleh perusahaan ini, tanda tangan tersebut biasanya
menyatakan kesediaan penduduk dan dukungan penduduk terhadap
perusahaan. Orang suruhan perusahaan tersebut biasanya diberi biaya
cukup berikut juga dengan orang-orang yang menandatangi kertas
persetujuan yang bersangkutan.
2. Terapi (therapy). Partisipasi yang melibatkan anggota komunitas lokal,
dan anggota komunitas lokal memberikan jawaban atas pertanyaan yang
diberikan tetapi jawaban anggota komunitas tidak mempunyai pengaruh
terhadap kebijakan dan tidak ada pengaruh dalam usaha mempengaruhi
keadaan.
Bentuk
ini
seperti
sebuah
dengar
pendapat
dengan
mengumpulkan beberapa penduduk lokal untuk saling tanya jawab dengan
perusahaan sedangkan pendapat dari penduduk lokal sama sekali tidak
22
dapat mempengaruhi kedudukan program perusahaan yang sedang
berjalan.
3. Konsultasi (consultation). Bentuk partisipasi dimana anggota komunitas
diberikan pendampingan dan konsultasi oleh semua pihak (pemerintah dan
perusahaan) sehingga pandangan-pandangan diperhitungkan dan tetap
dilibatkan dalam menentukan keputusan. Dalam model ini wakil dari
penduduk lokal, biasanya adalah para pemuka adat, agama, dan
pemerintahan kampung diberikan hak untuk menjelaskan pandangannya
terhadap kondisi wilayahnya sendiri.
4. Penenangan (Placation), suatu bentuk partisipasi dengan materi, artinya
anggota komunitas diberikan insentif tertentu. Atau beberapa tokoh
komunitas diberikan insentif tertentu untuk kepentingan perusahaan atau
pemerintah seingga tidak mewakilkan komunitas secara keseluruhan.
Dalam konteks ini para wakil penduduk lokal, seperti para pemuka adat,
agama dan pemerintahan kampung diberikan benda-benda materi sebagai
“hadiah” dari perusahaan sehingga para pemuka ini segan berbicara untuk
menentang program.
5. Kerjasama (partnership), partisipasi fungsional dimana semua pihak
mewujudkan keputusan bersama (antara perusahaan, pemerintah dan
komunitas). Suatu bentuk partisipasi yang melibatkan para pemuka
komunitas dan atau ditambah dengan orang-orang lainnya sebagai
penduduk lokal, duduk berdampingan dengan wakil dari pemerintah
daerah, dalam hal ini bisa dari pihak kabupaten, kecamatan dan bahkan
dinas terkait serta perusahaan secara bersama-sama merancang sebuah
program yang akan diterapkan pada komunitas.
6. Pendelegasian wewenang (delegated power), suatu bentuk partisipasi yang
aktif, dimana anggota komunitas melakukan perencanaan, implementasi
dan monitoring. Dalam hal ini anggota komunitas lokal diberikan
keleluasaan untuk melaksanakan sebuah program dengan cara ikut
memberikan proposal bagi pelaksanaan program dengan cara ikut
memberikan proposal bagi pelaksanaan program dan bahkan pengutamaan
pembuatan proposal adalah pada penduduk lokal sekitar perusahaan
23
tersebut berdiri, atau proyek atau program yang akan diterapkan tersebut
ada.
7. Pengawasan oleh komunitas (citizen control), dalam model ini sudah
terbentuk independensi dari monitoring oleh komunitas lokal terhadap
perusahaan dan juga pemerintah. Monitoring yang dapat dilakukan oleh
komunitas lokal biasanya adalah berupa pendapat yang biasa diletakkan di
pusat informasi bagi perusahaan seperti public hearing center.
2.1.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi
Partisipasi masyarakat dalam suatu program dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Menurut Pangestu (1995) dalam Febriana (2008) faktor-faktor
tersebut antara lain:
1. Faktor internal
Mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu
tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu
mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga, jumlah
pendapatan, dan pengalaman berkelompok.
2. Faktor Eksternal
Meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola proyek dengan
sasaran dapat mempengaruhi partisipasi karena sasaran dengan sukarela
terlibat dalam suatu proyek jika sambutan pihak pengelola positif dan
menguntungkan mereka. Selain itu, bila didukung dengan pelayanan
pengelolaan kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran, maka
sasaran tidak akan ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam proyek tersebut.
Selain itu, menurut Murray dan Lappin (1967) yang dikutip Matrizal
(2005), faktor internal lain yang mempengaruhi partisipasi seseorang adalah lama
tinggal. Semakin lama tinggal di suatu tempat, semakin besar rasa memiliki dan
perasaan dirinya sebagian bagian dari lingkungannya, sehingga timbul keinginan
untuk selalu menjaga dan memelihara lingkungan dimana dia tinggal.
Pekerjaan utama juga mempengaruhi partisipasi seseorang dalam suatu
kegiatan. Jika pekerjaan utama seseorang membutuhkan waktu yang banyak maka
partisipasi orang tersebut dalam suatu kegiatan akan rendah. Hal ini karena waktu
24
untuk ikut serta dalam kegiatan yang berlangsung di luar pekerjaan utama tersebut
akan berkurang (Silaen 1998).
Silaen (1998) dalam penelitiannya menyatakan bahwa semakin tua umur
seseorang maka penerimaannya terhadap hal-hal baru semakin rendah. Hal ini
karena orang yang masuk dalam golongan tua cenderung selalu bertahan dengan
nilai-nilai lama sehingga diperkirakan sulit menerima hal-hal yang sifatnya baru.
Tamarli (1994) juga menyatakan bahwa umur merupakan faktor yang
mempengaruhi partisipasi. Semakin tua seseorang, relatif berkurang kemampuan
fisiknya dan keadaan tersebut akan mempengaruhi partisipasi sosialnya.
Tingkat pendidikan mempengaruhi penerimaan sesorang terhadap sesuatu
hal yang baru. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah
baginya untuk menerima hal-hal baru yang ada di sekitarnya. Jumlah beban
keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi anggota,
yang dinyatakan dalam besarnya jumlah jiwa yang ditanggung oleh anggota
dalam keluarga. Semakin besar jumlah beban keluarga menyebabkan waktu untuk
berpartisipasi dalam kegiatan akan berkurang karena sebagian besar waktunya
digunakan untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarga
(Ajiswarman 1996).
Namun, hasil penelitian yang berbeda diungkapkan oleh Nurlaela (2004)
bahwa tingkat pendapatan seseorang tidak mempengaruhi partisipasi orang
tersebut dalam suatu kegiatan. Seseorang yang memiliki tingkat pendapatan
rendah dan seseorang yang memiliki tingkat pendapatan tinggi menunjukkan
jumlah persentase partisipasi yang relatif sama.
Faktor eksternal lain yang mempengaruhi partisipasi selain pelayanan
yaitu metode kegiatan. Metode kegiatan yang dua arah atau interaktif dapat lebih
meningkatkan partisipasi seseorang (Arifah 2002).
25
2.1.4 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan(Corporate Social Responsibility)
2.1.4.1 Sejarah dan Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)4
Gema CSR makin terasa pada tahun 1950-an. Pada waktu itu, persoalanpersoalan kemisikinan dan keterbelakangan yang semula terabaikan mulai
mendapatkan perhatian lebih luas dari berbagai kalangan. Mereka menganggap
bahwa buku yang bertajuk Social Responsibilities of the Bussinessman karya
Howard R. Bowen yang ditulis pada tahun 1953 merupakan literatur awal yang
menjadi tonggak sejarah modern CSR dan karena karyanya tersebut, Bowen
disebut “Bapak CSR”. Buku berjudul “Silent Spring” karya Rachel Carson pun
jugu
turut
meramaikan
dekade
ini
yang
menceritakan
bahwa
betapa
mematikannya pestisida bagi lingkungan dan kehidupan. Ia ingin menyadarkan
bahwa tingkah laku perusahaan mesti dicermati sebelum berdampak kehancuran.
Tahun 1996 muncul pemikiran tentang korporasi yang lebih manusiawi
dalam “The Future Capitalism” yang ditulis Lester Thurow. Menurutnya
kapitalisme tidak hanya berkutat pada masalah ekonomi, namun juga
memasukkan unsur sosial dan lingkungan yang menjadi basis apa yang nantinya
disebut suistainable society. Sedangkan pada dasarwasa 1970-an, terbitlah “The
Limits to Growth”. Buku ini merupakan hasil pemikiran para cendikiawan dunia
yang tergabung dalam Club of Rome. Buku ini menceritakan bahwa bumi yang
kita pijak ini mempunyai keterbatasan daya dukung. Sementari disisi lain,
manusia bertambah secara eksponensial. Oleh karena itu, exploitasi alam harus
dilakukan secara hati-hati supaya pembangunan dapat dilakukan secara
berkelanjutan.
Di era 1980-an, banyak perusahaan yang menggeser konsep filantropinya
kearah Community Development, yakni kegiatan kedermawanan yang makin
berkembang kearah pemberdayaan masyarakat. Dasawarsa 1990-an, Community
Development menjadi suatu akitivitas yang lintas sektor karena mencakup
aktivitas produktif maupun sosial dan juga lintas pelaku sebagai konsekuensi
berkembangnya keterlibatan berbagai pihak. Pada tahun 1992 dalam KTT Bumi
(Earth Summit) yang diadakan di Rio de Jenairo Brazil menegaskan konsep
4
Yusuf Wibisono. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsbility.
Gresik : Fascho Publishing. 26
pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang didasarkan atas
perlindungan lingkungan hidup, pembangunan ekonomi dan sosial sebagai hasil
yang mesti dilakukakan.
Konsep “3P” (profit, people dan planet) dalam buku karangan John
Elkington pada tahun 1997 yang berjudul “Cannibals with Forks, The Triple
Bottom Line of Twentieth Century Business” menerangkan bahwa bukan cuma
profit yang diburu, namun juga harus memberikan kontribusi positif kepada
masyarakat (people) dan
ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan
(planet). Gaung CSR makin bergema setelah diselenggarakannya World Summit
on Sustainable Development (WWSD tahun 2002 di Johannesburg Afrika Selatan.
Sejak saat inilah, definisi CSR mulai berkembang.
Definisi dari CSR telah banyak dikemukakan oleh berbagai pihak atau
instansi, salah satunya yaitu definisi yang diungkapkan oleh The Word Business
Council for Sustainable Development (WBCSD), sebuah lembaga internasional
yang berdiri tahun 1995. Dalam lembaga tersebut, CSR didefinisikan sebagai
komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi
secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan
peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga
peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara luas.
Definisi lainnya dikemukakan oleh World Bank yang memandang sebagai
komitmen
dunia
usaha
yang
mengkontribusikan
keberlanjutan
usaha
pembangunan ekonomi melalui peningkatan kualitas komunitas lokal dan
masyarakat secara luas untuk meningkatkan kualitas hidup demi kemajuan bisnis
maupun kemajuan pembangunan. Dalam versi Indonesia, secara etimologis CSR
diartikan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan, tanggung jawab sosial
korporasi atau tanggung jawab sosial dunia usaha.
Bulan September 2004 lalu, ISO (International Standard Organization)
sebagai induk organisasi standarisasi internasional, berinisiatif mengundang
berbagai pihak untuk membentuk tim yang membidangi lahirnya paduan dan
standarisasi untuk tanggung jawab sosial (social responbility) yang bakal diberi
nama ISO 26000: Guidance Standard on Social Responbility. Terdapat empat
agenda pokok yang menjadi program kerja mereka, diantaranya adalah
27
menyiapkan draf kerja tim hingga 2006, penyusunan draft ISO 26.000 hingga
Desember 2007, finalisasi draf akhir ISO 26000 pada bulan September 2008 dan
ratifikasi serta launching ISO 26000 sebagai standar internasional pada Oktober
2008.
Implementasi CSR di perusahaan pada umumnya dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Pertama adalah terkait dengan komitmen pemimpinnya. Kedua,
menyangkut ukuran dan kematangan perusahaan. Perusahaan besar dan mapan
lebih mempunyai potensi memberi kontribusi. Ketiga, regulasi dan sistem
perpajakan yang diatur pemerintah. Semakin kondusif regulasi atau semakin besar
insentif pajak yang diberikan, akan lebih berpotensi memberi semangat kepada
perusahaan untuk berkontribusi kepada masyarakat.
Tahap-tahap dalam penerapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan pada
umumnya yaitu:
1. Tahap perencanaan. Tahap ini terdiri dari 3 langkah utama yaitu
Awareness Building, CSR Assesment, dan CSR Manual Building.
Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun
kesadaran perusahaan mengenai arti penting CSR dan komitmen
manajemen. CSR Assesment merupakan upaya untuk memetakan kodisi
perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan
prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun
struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif.
Pada tahap membangun CSR manual, perencanaan merupakan inti dalam
memberikan petunjuk pelaksanaan CSR bagi konsumen perusahaan.
Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan keseragaman
pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya
pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan efisien.
2. Tahap implementasi. Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang harus
diperhatikan seperti pengorganisasian, penyusunan untuk menempatkan
orang sesuai dengan jenis tugas, pengarahan, pengawasan, pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan rencana, serta penilaian untuk mengetahui tingkat
pencapaian tujuan. Tahap implementasi terdiri dari 3 langkah utama yaitu
sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi.
28
3. Tahap evaluasi. Tahap ini perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke
waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR sehingga
membantu perusahaan untuk memetakan kembali kondisi dan situasi serta
capaian
perusahaan
dalam
implementasi
CSR
sehingga
dapat
mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi.
4. Pelaporan. Pelaporan perlu dilakukan untuk membangun sistem informasi,
baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan
keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.
2.1.4.2 Cara Pandang Perusahaan terhadap CSR
Wibisono (2007) menjelaskan bahwa perusahaan memiliki berbagai cara
pandang dalam memandang CSR. Berbagai cara pandang perusahaan terhadap
CSR yaitu:
1.
Sekedar basa-basi atau keterpaksaan. Perusahaan mempraktekkan CSR
karena external driven (faktor eksternal), environmental driven (karena
terjadi masalah lingkungan dan reputation driven (karena ingin
mendongkrak citra perusahaan).
2.
Sebagai upaya memenuhi kewajiban (compliance). CSR dilakukan karena
terdapat regulasi, hukum, dan aturan yang memaksa perusahaan
menjalankannya.
3.
CSR diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari dalam
(internal driven). Perusahaan menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan
sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan
bisnisnya saja, melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Adapun pengamatan dari Hamann dan Acutt (2003) dalam Ambadar
(2008) yang menyatakan bahwa terdapat dua motivasi utama yang mendasari
mengapa banyak perusahaan ikut-ikutan program CSR tanpa memahami fungsi
sebenarnya. Pertama bersifat akomodatif, kebijakan bisnis yang hanya bersifat
kosmetik, seadanya (seperficial), dan tidak lengkap (partial). CSR dilakukan
untuk memberi citra sebagai perusahaan yang tanggap terhadap kepentingan
sosial. Kedua, bersifat legitimatif dengan tujuan untuk memengaruhi wacana.
29
Namun program CSR yang bersifat wacana itu pun sudah bermanfaat sebagai
langkah awal dalam proses perubahan menjadi program CSR yang benar.
2.1.4.3 Menyusun Perencanaan Strategis Program CSR
Berdasarakan pemikiran Wibisono (2007), secara umum perencanaan
terbagi menjadi perencanaan jangka panjang (rencana operasional) dan rencana
jangka panjang (rencana strategis). Umumnya berkisar satu tahun untuk rencana
jangka pendek dan di atas lima tahun untuk rencana jangka panjang. Langkahlangkah yang biasa ditempuh antara lain meliputi:
1. Menetapkan Visi
Visi merupakan gambaran dari sesuatu yang ingin dicapai pada masa
yang akan datang. Diupayakan agar visi yang dibuat berdasarkan
SMART, specifik, measurable (terukur), achieveable (dapat digapai),
realistic (masuk akal), dan time-bound (alokasi waktu)
2. Memformulasikan Misi
Misi mendiskripsikan alasan mengapa perusahaan perlu melakukan
program CSR. Misi mengembangkan harapan pada karyawan dan
mengkomunikasikan
pandangan
umum
dari
perusahaan
serta
merupakan cara untuk mencapai visi yang diinginkan.
3. Menetapkan Tujuan
Tujuan merupakan hasil akhir atau wujud kongkret dari sebuah visi.
Tujuan merumuskan apa yang akan diselesaikan oleh perusahaan dan
kapan akan diselesaikan dan sebaiknya diukur jika memungkinkan.
4. Menetapkan kebijakan
Kebijakan merupakan pedoman umum sebagai acuan pelaksanaan
program CSR yang akan di jalankan.
5. Merancang Struktur Organisasi
Pelaksanaan program CSR dapat ditempatkan pada posisi yang
berbeda pada masing-masing perusahaan. Hal ini tergantung dari
komitmen manajemen, besar kecilnya dana atau kegiatan yang dikelola
serta harapan dan kebutuhan. Sebagai kegiatan yang bersifat strategis,
30
maka idealnya program CSR ditempatkan pada posisi struktur yang
strategis dalam perusahaan.
6. Menyediakan SDM
Keberhasilan pelaksanaan program CSR tidak dapat dilepaskan dari
peranan SDM yang terlibat di dalamnya. SDM merupakan aset
perusahaan yang sangat berharga sebagai penopang utama dalam
pencapaian tujuan perusahaan. Pokok-pokok kualifikasi yang mesti
dimiliki oleh SDM penggiat CSR antara lain:
1. Memiliki pengetahuan yang luas
2. Mempunyai karakter yang baik misalnya loyal
3. Mempunyai semangat kerja sama yang tinggi
4. Mempunyai etos kerja yang baik
5. Penuh inisiatif
6. Bersikap pro aktif bukan reaktif
7. Memiliki kestabilan emosi dan tingkah laku sopan / ramah
8. Memiliki kesederhanaan
9. Mempunyai kemauan baik dan optimis
10. Memiliki sensitifitas / kepekaan sosial yang tinggi
11. Supel dan kreatif
12. Pandai berkomunikasi secara verbal maupun non verbal
13. Mempunyai daya analisa yang tajam
Corporate Forum for Community Development (CFCD) mengidentifikasi
keterampilan pokok SDM yang perlu dimiliki oleh pelaku CSR sebagai berikut:
1. Keterampilan berkomunikasi dan mempengaruhi orang lain.
2. Keterampilan bekerja dengan atau di dalam tim
3. Keterampilan mengedukasi
4. Keterampilan menyediakn sumberdaya yang diperlukan
5. Keterampilan menulis
6. Keterampilan memotivasi, membangun antusiasme dan menggerakkan
orang
7. Keterampilan mengelola konflik
8. Keterampilan melakukan advokasi
31
9. Keterampilan melakukan persentasi di depan publik
10. Keterampilan bekerja menggunakan media
11. Keterampilan manajemen dan mengorganisasi
12. Keterampilan melakukan riset / penelitian
Unsur sentral perencanaan strategis bidang publik terdapat pada akronim
SWOT, yang diangkat dari model kebijakan Harvard. SWOT merupakan
kepanjangan dari strengths (kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities
(peluang), dan threats (ancaman), yang dikaji dari masyarakat, sebagai dasar bagi
penyusunan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran dalam bidang isu-isu
kunci. Sorkin, Ferris, dan Hudak (1984) dalam Djunaedi (2000) mengidentifikasi
unsur penting lainnya, yaitu langkah-langkah dasar perencanaan strategis di
tingkat masyarakat, yang terdiri dari:
1. Mengkaji lingkungan (scan the environment)
2. Memilih isu-isu kunci (select key issues);
3. Merumuskan pernyataan misi atau tujuan umum/visi (set mission
statements or broad goals);
4. melakukan kajian eksternal dan internal (undertake external dan internal
analyses);
5. Mengembangkan tujuan, sasaran, dan strategi yang terkait dengan tiap isu
kunci (develop goals, objectives, and strategies with respect to each
issue);
6. Mengembangkan rencana implementasi untuk menjalankan tindakantindakan strategis (develop an implementation plan to carry out strategic
actions);
7. Memantau, memperbarui, dan mengkaji (monitor, update, dan scan).
Djunaedi (2000) dalam Wibisono (2007) juga mengemukakan bahwa
sebelum tahun 1980an, para perencana perusahaan dan perencana perkotaan tidak
pernah saling berkomunikasi untuk bertukar cara berpikir perencanaan. Pada awal
1980an, komunikasi antara dua pihak tersebut terjalin, dan perencana perkotaan
meminjam pendekatan perencanaan strategis, yang biasa dipakai di bidang usaha,
ke bidang perencanaan perkotaan. Berdasar bahan-bahan dari literatur, dikaji sifatsifat perencanaan strategis perusahaan dan kemungkinannya untuk diterapkan
32
dalam perencanaan publik. Secara singkat, kajian ini menghasilkan temuan bahwa
perencanaan strategis perusahaan mempunyai sifat-sifat:
1. Berorientasi lebih menuju ke tindakan, hasil, dan implementasi;
2. Mempromosikan partisipasi yang lebih luas dan beragam dalam proses
perencanaannya;
3. Lebih menekankan pada pemahaman masyarakat terhadap konteks
ingkungannya,
mengidentifikasi
peluang
dan
ancaman
terhadap
masyarakat melalui kajian lingkungan;
4. Mengandung perilaku kompetitif (bersaing) di pihak masyarakat;
5. Menekankan kajian kekuatan dan kelemahan masyarakat dalam konteks
peluang dan ancaman.
2.1.5 Implementasi Program CSR
Menurut Wibisono (2007), contoh lingkup program CSR yang disarikan
dari beberapa perusahaan terkemuka adalah:
1. Bidang Sosial antara lain:
a. Pendidikan/Pelatihan
b. Kesehatan
c. Kesejahteraan sosial
d. Kepemudaan/Kewanitaan
e. Keagamaan
f. Kebudayaan
g. Penguatan kelembagaan
h. Dan lain-lain
2. Bidang Ekonomi antara lain:
a. Kewirausahaan
b. Pembinaan UKM
c. Agribisnis
d. Pembukaan lapangan kerja
e. Sarana dan prasarana ekonomi
f. Usaha produktif lainnya
3. Bidang Lingkungan antara lain:
33
a. Penggunaan energi secara efisien
b. Proses produksi yang ramah lingkungan
c. Pengendalian polusi
d. Penghijauan
e. Pengelolaan air
f. Pelestarian alam
g. Pengembangan ekowisata
h. Penyehatan lingkungan
i. Perumahan dan pemukiman
Contoh lain tentang program operasional CSR yang diklasifikasikan dalam
beberapa bidang adalah adaptasi dari Natural Resource Canada yang tersaji
dalam Tabel 2 berikut ini:
34
Tabel 2. Program Operasional CSR yang Diadaptasi oleh Natural Resource
Canada
Bidang-Bidang
Program CSR
Program CSR yang bisa dilakukan
•
•
•
Komunitas dan
Masyarakat Luas
•
•
•
•
•
Program-program
karyawan
•
•
•
Program-Program
Penanganan/Produk
•
•
•
•
•
•
Program-Program
Lingkungan
•
•
•
Mempekerjakan tenaga lokal
Membeli produk lokal
Mendukung karyawan yang
bersedia menjadi
sukarelawan
Jadwal kerja yang
disesuaikan dengan
kebituhan lokal
Filantropi
Kajian dampak sosial
•
Keberagaman ditempat
bekerja (khususnya dalam
manajemen)
Keseimbangan kerja
(misalnya waktu yang
fleksibel)
Bagi hasil/opsi saham
Manfaat bagi karyawan
paruh waktu
Pelatihan/kemajuan karir
•
Program penanganan produk
Program pelanelan
Informasi kesehatan dan
lingkungan pada produk dan
jasa
•
•
Rancangan lingkungan
(mengembangkan produk
yang ekoefisien)
Manajemen daur ulang
Program pengadaan
berwawasan lingkungan
Manajemen B3
Evaluasi lingkungan atas
investasi/proyek modal
Program gas rumah kaca
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Program yang
mengembangkan
masyarakat
Pemantauan HAM
Program diversity
pemasok
Program untuk
penduduk setempat
Program merespon
kondisi darurat
Latihan kepekaan
kultural bagi para staf
Partisipasi karyawan
dalam pengambilan
keputusan
Kesehatan dan
Keselamatan kerja
Saluran komunikasi
yang terbuka antara
karyawan dan manajer
Survei kepuasan
karyawan
Program bantuan
karyawan/insentif
Kajian pelanggan
Komunikasi dengan
pelanggan berdasarkan
standar perusahaan
Keterlibatan pelanggan
dalam pengembangan
produk
Program energi
alternatif
Program efesiensi
sumberdaya (air, bahan
baku, energi)
Manajemen emisi
(udara, tanah, air)
Transportasi dan
distribusi
Program ekologi
industry/program
memadukan produk
sampingan
35
Bidang-Bidang
Program CSR
Program CSR yang bisa dilakukan
Memasukkan data kontribusi • Situs Web
sosial ke daam laporan
• Laporan disesuaikan
tahunan
fasilitas lokal
• Membuat laporan tersendiri
• Berbagai laporan
tentang lingkungan hidup
pemerintahan
Program-Program
• Membuat laporan tersendiri
Komunikasi dan
tentang lingkungan hidup
Pelaporan
• Membuat laporan tersendiri
tentang tanggung jawab
sosial korporat
• Kombinasi laporan sosial,
ekonomi dan lingkungan
• Semua informasi tentang program atau kegiatan yang
dijalankan perusahaan untuk melibatkan pemegang saham
dalam hal-hal yang bersifat non financial
• Semua informasi tentang cara yang dilakukan perusahaan
Pemegang Saham
tentang cara yang dilakukan perusahaan dalam
menyempaikan informasi kepada pemegang saham minoritas
yang memungkinkan mereka bisa berpartisipasi secara efektif
dalam pengambilan keputusan perusahaan
• Kajian atas pemasok
• Audit pemasok
(lingkungan, kondisi kerja,
• Pelatihan atau bekerja
Program-Program
pekerja anak)
bersama pemasok utnuk
Pemasok
• Komunikasi dengan
memperbaiki kinerja
pemasok
• Kode etik
• Sistem penunjang kode
Program tataetik
• Sistem akuntabilitas
pamong/pedoman
• Kajian investasi (HAM,
perilaku
lingkungan hidup)
Sumber: Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (2007) •
Contoh bentuk dan jenis kegiatan Bina Lingkungan Perusahaan BUMN
dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Bencana Alam
a. Bantuan korban bencana banjir
b. Bantuan koran bencana kekeringan
c. Bantuan korban kebakaran
d. Bantuan korban angin topan / angin ribut / angin puyuh dll.
2. Pendidikan dan atau pelatihan
a. Program beasiswa / anak asuh
b. Bantuan sarana pendidikan
c. Bantuan perpustakaan sekolah
36
d. Bantuan pelatihan ketrampilan Karang Taruna dll
3. Peningkatan Kesehatan
a. Pengobatan umum
b. Khitanan massal
c. Program kegiatan olah raga dan kesehatan
d. Bantuan sarana olah raga
4. Pengembangan prasarana & sarana umum
a. Perbaikan/pembangunan sarana jalan
b. Perbaikan/pembangunan saluran sanitasi/saluran air hujan
c. Perbaikan/pembangunan balai desa/tempat pertemuan
d. Perbaikan/pembangunan sarana usaha (workshop)
e. Program penghijauan
5. Sarana Ibadah
a. Perbaikan/pembangunan tempat ibadah (masjid, mushola, dll)
b. Bantuan peringatan hari besar dan kegiatan keagamaan
c. Kegiatan pengajian umum, sema’an Al Qur’an, haul, majelis dzikir,
istigozah, dll
2.1.6 Karakteristik CSR
Kontribusi
Governance
suatu
untuk
perusahaan
meningkatkan
dalam
aktualisasi
kesejahteraan
Good
masyarakat
Corporate
mengalami
metamorfosis, dari yang bersifat charity menjadi aktivitas yang lebih menekankan
pada pencipataan kemandirian masyarakat, yakni program pemberdayaan
(Ambaddar, 2008). Metamorfosis kontibusi perusahaan tersebut diungkapkan oleh
Za’im Zaidi (2003) dalam Ambaddar (2008), yaitu dapat dilihat dalam Tabel 3
berikut:
37
Tabel 3. Karakteristik CSR
Paradigma
Charity
Philantropy
Good Corporate
Citizenship (GCG)
Motivasi
Agama, tradisi,
adaptasi
Norma, etika dan
hukum universal
Pencerahan diri dan
rekonsiliasai dengan
ketertiban sosial
Misi
Mengatasi
masalah
setempat
Mencari dan mengatasi
akar masalah
Memberikan
kontribusi terhadap
masyarakat
Pengelolaan
Jangka pendek,
mengatasi
masalah sesaat
Terencana, terorganisasi
dan terperogram
Terinternalisasi dalam
kebijakan perusahaan
Pengorganisasian
Kepanitiaan
Yayasan/dana
abadi/profesionalitas
Keterlibatan baik dana
maupun sumberdaya
lain
Penerima
manfaat
Orang miskin
Masyarakat luas
Masyarakat luas dan
perusahaan
Kontribusi
Hibah sosial
Hibah pembangunan
Hibah (sosial dan
pembangunan serta
keterlibatan sosial)
Inspirasi
Kewajiban
Kepentingan bersama
Sumber: Za’im Zaidi, Sumbangan Sosial Perusahaan (2003) dalam Ambaddar (2008)
2.1.7 Dampak CSR bagi Masyarakat
Menurut Ambadar (2008), secara empirik dalam mengukur dampak CSR
dapat ditransformasikan ke dalam beberapa variabel pokok yaitu adanya
peningkatan dalam: kualitas SDM, kelembagaan, tabungan, konsumsi dan inovasi
(TKI) dari rumah tangga warga masyarakat, dengan membandingkan data dasar
(base line data) dengan periode akhir proyek:
1. Tabungan:
a. Adanya peningkatan saldo tabungan anggota binaan baik di bank
maupun di lembaga keuangan lain
b. Peningkatan jenis, jumlah, mutu dan nilai harta rumah tangga
2. Konsumsi:
a. Peningkatan rata-rata jumlah pendapatan rumah tangga perperiode
b. Peningkatan jenis, jumlah dan mutu konsumsi rumah tangga
perperiode
38
c. Penerapan pengelolaan Ekonomi Rumah Tangga (ERT) secara tepat
guna
3. Investasi:
a. Peningkatan jumlah unit dan ragam sektor usaha
b. Peningkatan jumlah orang yang melakukan kegiatan usaha
c. Peningkatan nilai penjualan produk usaha perperiode
d. Peningkatan volume penjualan atas komoditi-komoditi lama
e. Peningkatan jumlah laba/pendapatan usaha perperiode
f. Peningkatan modal sendiri dari unit-unit usaha bertambah
g. Peningkatan aset usaha dari seluruh unit
h. Peningkatan kualitas usaha
4. Sumber daya manusia:
a. Peningkatan jenis, jumlah dan frekuensi kegiatan pelatihan bagi
warga masyarakat
b. Peningkatan jumlah orang yang telah mengikuti pelatihan dari
berbagai jenis yang ada
c. Peningkatan jumlah orang yang telah memiliki kemampuan untuk
memperluas usaha
d. Peningkatan jumlah orang yang telah dapat membuat akuntansi dan
memonitor
e. Peningkatan jumlah orang yang telah memiliki akses dan dapat
mengelola keuangan usaha
f. Peningkatan jumlah orang yang telah menguasi teknologi produksi
yang relatif canggih
g. Peningkatan jumlah orang yang telah dilatih dan aktif mengelola
organisasi
h. Peningkatan kualitas sumber daya masyarakat sekitar
5. Kelembagaan:
a. Tumbuhnya lembaga keuangan pada masyarakat sasaran
b. Tumbuhnya sistem jaringan antarkelembagaan yang ada termasuk
lembaga keuangan
c. Tumbuhnya lembaga yang bersikap korporatif
39
2.2 Kerangka Pemikiran
Masyarakat sebagai salah satu stakeholder dalam perusahaan mempunyai
peranan yang penting dalam keberlanjutan suatu perusahaan. Jika perusahaan
ingin sustain, maka ia perlu memperhatikan 3P, yakni, bukan cuma profit yang
diburu, namun juga harus memberikan kontribusi positif kepada masyarakat
(people) dan ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet).
Pengertian CSR sangat beragam. Intinya, CSR adalah operasi bisnis yang
berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara
finansial, tetapi untuk pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik,
melembaga, dan berkelanjutan. Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan dan
bahkan sering diidentikkan dengan CSR adalah corporate giving (charity),
corporate philanthropy, corporate community relations, dan community
development. Keempat nama itu bisa dimaknai sebagai dimensi atau pendekatan
CSR. Jika corporate giving bermotif amal atau charity, corporate philanthropy
bermotif kemanusiaan dan Good Corporate Governance (GCG) bermotifkan
kepada menciptakan nilai tambah untuk semua stakeholder. Oleh karena itu,
masyarakat sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari perusahaan, maka
perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesarbesarnya kepada mereka. Selain itu juga perlu disadari bahwa operasi perusahaan
berpotensi memberi dampak kepada masyarakat. Karenanya pula perusahaan
perlu untuk melakukan berbagai kegiatan yang menyetuh kebutuhan masyarkat
(sosial, ekonomi dan lingkungan) agar diharapkan dapat memberikan dampak
yang positif bagi mereka.
Dampak bagi masyarakat dalam bidang sosial, ekonomi dan lingkungan
merupakan sebagai akibat adanya pengimplementasian program CSR yang
dikategorikan pula dalam bidang sosial, ekonomi dan lingkungan. Program CSR
akan berjalan dengan baik jika didukung dengan keterlibatan masyarakat secara
aktif. Tinggi rendahnya partisipasi dalam program ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor, baik intrenal maupun external individu. Faktor internal meliputi variabel
usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah beban keluarga dan lama
40
Cara Pandang Perusahaan Terhadap CSR:
1. External Driven, environmental driven, reputation driver
2. Compliance
3. Internal Driven
Pendekatan Pengembangan Masyarakat :
1. Direktif (Instruktif)
2. Non-Direktif (Partisipatif)
Implementasi Kegiatan CSR :
•
•
•
Ekonomi
Sosial
Lingkungan
Dimensi dan
Karakteristik CSR
1. Charity
2. Philantropy
Corporate
3. Good
Citizenship (GCG)
Dampak CSR
bagi Masyarakat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tingkatan Partisipasi Masayarakat
Manipulasi
Terapi
Pemberitahuan
Konsultasi
Penenangan
Kemitraan
Pendelegasian Kekuasaan
Kontrol Masyarakat
Faktor Intrernal
(Karakterisitik Individu)
•
•
•
•
•
Umur
Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendapatan
Jumlah Beban Keluarga
Lama Tinggal
Keterangan :
: Mempengaruhi
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Tingkat Partisipasi Warga dalam Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan
tinggal. Pengimplementasian program CSR perusahaan juga didasari pada dua
pendekatan pengembangan masyarakat, yaitu pendekatan secara direktif dan
pendekatan secara non-direktif. Pendekatan direktif dilakukuan berdasarkan
asumsi bahwa community worker mengetahui apa yang dibutuhkan dan apa yang
41
baik
untuk
masyarakat.
Sedangkan
pendekatan
non-direktif
dilakukan
berlandaskan asumsi bahwa masyarakat tahu apa yang sebenarnya mereka
butuhkan dan apa yang baik untuk mereka.
Pendekatan
pengembangan
masyarakat
tersebut
didukung
oleh
perencanaan program strategis CSR perusahaan yang baik meliputi penetapan
visi, misi serta tujuan program. Kemudian dilanjutkan dengan menetapkan
kebijakan, merancang struktur organisasi dan penyedian SDM. Cara pandang
perusahaan terhadap CSR mempengaruhi perencanaan program strategis CSR
perusahaan tersebut. Cara pandang tersebut dikategorikan menjadi tiga jenis, yang
pertama yaitu sekedar basa basi atau keterpaksaan (external driven). Selain itu,
masih dalam kategori pertama, terdapat environmental driven dimana praktek
CSR perusahaan dilakukan karena terjadinya masalah lingkungan dan reputation
driven yang dilakukan perusahaan untuk mendongkrak citranya. Kategori kedua
yaitu sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance) dan yang ketiga
yaitu CSR diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari dalam
(internal driven).
2.3 Hipotesa
2.3.1 Hipotesa Pengarah
Cara perusahaan dalam memandang CSR diduga dilaksanakan dari segi
external driven, reputation driven, compliance dan internal driven. Selain
itu, strategi pengimplementasian CSR perusahaan diduga menggunakan
pendekatan pengembangan masyarakat secara non-direktif (partisipatif)
atau bahkan kombinasi pendekatan direktif dan non-direktif dalam upaya
pendekatan pengembangan masyarakat. Pelaksanaan kegiatan CSR
perusahaan diduga mempunyai jenis program di bidang sosial, ekonomi
dan lingkungan. Karakteristik CSR perusahaan diduga masih cenderung
dalam bentuk charity dan philantrophy.
2.3.2 Hipotesa Uji
1. Ada hubungan antara faktor internal (karakteristik individu) dengan
tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan CSR perusahaan
42
2. Ada hubungan antara tingkat partisipasi masyarakat dengan dampak dalam
pengimplementasian program CSR perusahaan.
2.4 Definisi Operasional
1. Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat dalam individu
responden yang dapat memotivasi diri atau merupakan dorongan dalam
diri untuk ikut berpartisipasi dalam program CSR. Faktor intrenal meliputi
umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah beban keluarga dan
lama tinggal.
2. Usia adalah lama hidup responden dari sejak lahir sampai ketika
diwawancarai. Rentang usia diukur dalam jumlah tahun berdasarkan
sebaran yang didapat dari rata-rata data lapang.
3. Tingkat pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang pernah
diikuti responden. Diukur berdasarkan jenjang pendidikan formal terakhir
dengan enam kategori, yaitu tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD,
tidak tamat SMP, tamat SMP, tidak tamat SMA, dan tamat SMA.
4. Tingkat pendapatan adalah rata-rata hasil kerja berupa uang yang
diperoleh warga tiap bulan. Tingkat pendapatan diukur berdasarkan batas
UMR Kota Bekasi tahun 2009, yaitu Rp. 994.000 dan dikategorikan
menjadi:
Rendah: < Rp. 994.000
Sedang: Rp. 994.000 s/d 1.998.000
Tinggi: > Rp. 1.998.000
5. Jumlah beban keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang masih
tinggal dalam satu rumah atau tidak yang masih menjadi tanggungan
keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dikelompokkan berdasarkan
kriteria BKKBN (keluarga kecil ≤ 4 orang, keluarga sedang 5-6 orang,
keluarga besar ≥ 7 orang)
6. Lama tinggal yaitu lamanya responden tinggal di tempat ini sampai
dengan dilakukan wawancara. Dikukur dengan satuan tahun. Tinggi
rendahnya akan didapat dari rata-rata data lapang.
43
7. Tingkatan partisipasi adalah keikutsertaan anggota dalam semua tahapan
kegiatan sesuai dengan gradasi derajat wewenang dan tanggungjawab
yang dapat dilihat dalam proses pengambilan keputusan. Adapun
kedelapan tingkatan partisipasi tersebut yaitu , tahap manipulasi, terapi,
pemberitahuan,
konsultasi,
penenangan,
kemitraan,
pendelegasian
kekusaan, dan kontrol masyarakat. Skor penilaian berdasarakan tanggapan
responden dalam menanggapi tindakan perusahaan kepada reponden pada
kegiatan CSR yang dikategorikan menjadi tiga, yaitu tidak pernah,
kadang-kadang dan selalu.
Skor bernilai 1 untuk kategori tidak pernah
Skor bernilai 2 untuk kategori kadang-kadang
Skor bernilai 3 untuk kategori selalu
8. Tahap manipulasi, dinyatakan sebagai bentuk partisipasi yang tidak
menuntut respon partisipan untuk terlibat banyak dalam suatu kegiatan.
Pihak perusahaan sangat dominan pada tahap awal ini.
9. Tahap terapi, bentuk ini seperti sebuah dengar pendapat dengan
mengumpulkan beberapa penduduk lokal untuk saling tanya jawab dengan
perusahaan sedangkan pendapat dari penduduk lokal sama sekali tidak
dapat mempengaruhi kedudukan program perusahaan yang sedang
berjalan.
10. Tahap pemberitahuan yaitu sekedar pemberitahuan searah atau sosialisasi
dari perusahaan kepada responden.
11. Tahap konsultasi, yaitu partisipasi dimana anggota komunitas diberikan
pendampingan dan konsultasi oleh semua pihak (pemerintah dan
perusahaan) sehingga pandangan-pandangan diperhitungkan dan tetap
dilibatkan dalam menentukan keputusan.
12. Tahap penenangan merupakan suatu bentuk partisipasi dengan materi,
artinya ketika akan muncul suatu konflik antara perusahaan dan
masyarakat, anggota komunitas diberikan insentif tertentu sehingga
mereka segan berbicara untuk menentang program.
44
13. Tahap kemitraan, yaitu partisipasi fungsional dimana semua pihak
mewujudkan keputusan bersama (antara perusahaan, pemerintah dan
komunitas) dalam suatu negosiasi.
14. Tahap pendelegasian kekuasaan, bentuk partisipasi yang aktif, dimana
anggota komunitas melakukan perencanaan, implementasi dan monitoring.
15. Tahap kontrol masyarakat yaitu model yang sudah terbentuk independensi
dari monitoring oleh komunitas lokal terhadap perusahaan dan juga
pemerintah.
16. Dampak CSR bagi masyarakat merupakan perubahan yang dirasakan
masyarakat setelah menerima program pengimplementasian CSR. Dampak
ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan.
17. Dampak Ekonomi adalah perubahan yang dirasakan masyarakat setelah
menerima program pengimplementasian CSR pada variabel perolehan
kesempatan kerja, kesempatan berusaha, upah kerja, pendapatan warga,
dan kesejahteraan warga.
Dampak ekonomi rendah, yaitu skor 5-8
Dampak ekonomi sedang, yaitu skor 9-12
Dampak ekonomi tingi, yaitu skor 13-15
18. Dampak Sosial adalah perubahan yang dirasakan masyarakat setelah
menerima program pengimplementasian CSR pada variabel kepercayaan
warga terhadap perusahaan, kerjasama warga, solidaritas warga, akses
warga
terhadap
sarana
pendidikan,
peran
perempuan,
peran
pemuda/karangtaruna, kesempatan warga dalam mengambil keputusan,
peluang konflik dan penyelesaian konflik.
Dampak sosial rendah, yaitu skor 5-8
Dampak sosial rendah, yaitu skor 9-12
Dampak sosial tinggi, yaitu skor 13-15
19. Dampak Lingkungan adalah perubahan yang dirasakan masyarakat setelah
menerima program pengimplementasian CSR pada variabel akses sarana
transportasi dan kerusakan lingkungan.
Dampak lingkungan rendah, yaitu skor 2-3
Dampak lingkungan rendah, yaitu skor 4-5
45
Dampak lingkungan tinggi, yaitu skor 6
20. Dampak keseluruhan diukur melalui penilaian masyarakat terhadap
dampak sosial, ekonomi dan lingkungan dan jumlah skor yang didapat
pada dampak-dampak tersebut.
Rendah , yaitu skor 12-20
Sedang, yaitu skor 21-28
Tinggi, yaitu skor 29-36
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam
upaya menggambarkan bagaimana kegiatan pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat dalam kerangka tanggung jawab sosial perusahaan melalui metode
studi kasus pada PT. Isuzu Astra Motor Indonesia. Pendekatan kualitatif
digunakan untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam dan rinci tentang
cara pandang perusahaan terhadap CSR yang terdapat di Isuzu beserta
perencanaan program strategis perusahaan, kemudian memahami bentuk strategi
pendekatan pengembangan masyarkat yang digunakan perusahaan dalam
penerapan tanggung jawab sosialnya dan mengetahui jenis-jenis program yang
diimplementasikan dalam bidang sosial, ekonomi dan budaya. Sedangkan
pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat
partisipasi masyarakat terhadap program CSR perusahaan dan menganalisis
dampak sosial, ekonomi dan lingkungan pada program CSR tersebut bagi
masyarakat.
Strategi yang dipilih adalah studi kasus dan survei. Studi kasus merupakan
salah satu strategi dalam penelitian yang berarti memilih suatu kejadian atau
gejala khusus untuk diteliti dengan menerpakan berbagai metode (Stake dalam
Sitorus 1998). Studi kasus yang dipilih adalah kasus intrinsik, yaitu studi kasus
dilakukan karena peneliti ingin mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang
suatu kasus. Sedangkan dalam survei, informasi dikumpulkan dari responden
dengan menggunakan kuesioner. Umumnya, pengertian survei dibatasi pada
penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili
seluruh populasi (Singarimbun, 2006)
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di PT Isuzu Astra Motor Indonesia Assy Plant
Pondok Ungu (PT. IAMI APPU) Jl. Kaliabang Raya No. 1 Pondok Ungu, Bekasi
Utara. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Sebelum
menentukan lokasi penelitian, peneliti telah melakukan observasi melalui
47
penelusuran kepustakaan surat kabar, buku, hasil penelitian dari beberapa peneliti,
internet, serta beberapa narasumber yang memberikan informasi mengenai
perusahaan yang telah melakukan tanggung jawab sosialnya. Setelah dilakukan
penelusuran melalui kepustakaan, akhirnya peneliti memilih Isuzu sebagai lokasi
penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai Januari 2010.
3.3 Pemilihan Subyek Penelitian
Subyek tineliti terdiri dari informan dan responden. Informan merupakan
pihak yang memberikan keterangan tentang pihak lain dan lingkungannya,
sedangkan responden merupakan pihak yang memberi keterangan tentang diri dan
kegiatan yang dilaksanakannya. Dalam hal ini, informan adalah pihak perusahaan
(Isuzu) selaku pemberi informasi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan dan
responden adalah masyarakat (pihak luar). Pemilihan informan dilakukan dengan
teknik “bola salju” (snow ball sampling) dari koordinator hingga staff yang
menangani kegiatan CSR di perusahaan tersebut, sedangkan pemilihan subyek
tineliti (responden) dipilih secara random sampling (secara acak), yaitu
pengambilan sampel acak sederhana (Simple Random Sampling). Populasi dalam
penelitian ini adalah semua masyarakat Kelurahan Medan Satria RW 07 Bekasi
Barat yang mengikuti program CSR yakni berjumlah 106 jiwa. Unit analisis dari
reponden yang dipilih adalah individu. Sampel yang diambil sebanyak 40
responden yang mewakili komunitas Kelurahan Medan Satria. Penentuan
responden dan informan akan dilakukan di lapangan.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data untuk
memperoleh pemahaman tentang penerapan tanggung jawab sosial perusahaan
Isuzu. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode triangulasi dan
metodologi penelitian survei. Metode triangulasi dalam penelitian ini teridiri dari
metode pengumpulan data kualitatif berupa wawancara mendalam, pengamatan
berperanserta dan penelusuran dokumen. Sedangkan metode penelitian survei
dengan menggunakan kuesioner.
48
Metode pengumpulan data digunakan untuk memperoleh data primer dan
data sekunder yang berguna dalam menjawab pertanyaan penelitian. Data primer
diperoleh dari subyek tineliti yang terdiri dari informan dan responden melalui
wawancara mendalam dan pengisian kuesioner. Data sekunder merupakan
dokumen-dokumen yang terkait dengan Isuzu dalam melakukan tanggung jawab
sosial perusahaan, seperti data profil perusahaan, arsip kegiatan tanggung jawab
sosial perusahaan, serta dokumen kebijakan perusahaan. Teknik pengambilan data
yang dilakukan adalah pertama, melalui penelusuran pustaka (buku, artikel,
laporan penelitian, dokumen) yang relevan dengan kajian penelitian. Kedua,
wawancara mendalam dengan pihak manajemen PT Isuzu, perencana dan
pelaksana program, serta informan.
3.4.1 Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam dilakukan untuk memperkenalkan peneliti,
mengenal subjek peneliti, mendapatkan data tentang program tanggung jawab
sosial yang dilakukan perusahaan. Wawancara mendalam juga dilakukan untuk
mengetahui strategi yang digunakan perusahaan dalam mewujudkan tanggung
jawab sosial perusahaan. Wawancara mendalam dilakukan dengan berkunjung
secara resmi ke perusahaan yang ditujukan kepada pihak manajemen perusahaan
serta masyarakat penerima program CSR.
Peneliti menggunakan panduan pertanyaan dan tape recorder dalam yang
mendukung peneliti untuk membuat catatan harian yang merupakan data primer
dalam penelitian ini. Wawancara tidak dilakukan satu kali, namun peneliti
mendatangi subjek tineliti kembali untuk memastikan apa yang diceritakan oleh
subjek tineliti merupakan hal yang sebenarnya (klarifikasi). Kunjungan yang
berulang juga dilakukan untuk menjalin rapport (kedekatan) antara peneliti dan
subjek tineliti. Frekuensi wawancara tertinggi dilakukan peneliti pada pihak
manajemen perusahaan dan masyarakat penerima program sesuai dengan
informasi yang dibutuhkan peneliti.
49
3.4.2 Penelusuran Dokumen
Penelusuran dokumen dilakukan untuk mendapatkan jawaban-jawaban
serta data-data yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum baik berupa
dokumen pribadi maupun dokumen resmi. Penelusuran yang dilakukan peneliti
berasal dari dokumen-dokumen yang terkait dengan bentuk kegiatan tanggung
jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan PT Isuzu, seperti data profil
perusahaan, arsip kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan, serta dokumen
kebijakan perusahaan. Peneliti juga melakukan penelusuran dokumen dengan
pencarian data dan informasi dari internet, buku, dan karya ilmiah (hasil
penelitian) untuk mendukung analisis dalam penelitian ini.
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan untuk memperoleh
informasi mengenai kegiatan pengembangan masyarakat dalam tanggung jawab
sosial perusahaan, bagaimana pandangan masyarakat mengenai Corporate Social
Responsibility (CSR), strategi pengimplementasian perusahaan dalam menerapkan
program, serta dampak yang diperoleh masyarakat yang menerima program.
Untuk data kualitatif, teknik dan analisis data dilakukan melalui tiga jalur analisis
data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
3.5.1 Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan dan berlangsung selama penelitian
berlangsung. Reduksi data dilakukan dengan menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu serta mengorganisasikan data
sedemikian rupa hingga dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan akhir. Peneliti
melakukan reduksi data dengan cara membuat catatan lapangan berdasarkan hasil
wawancara dengan informan maupun responden. Pemusatan perhatian dilakukan
dengan memfokuskan pertanyaan pada pertanyaan yang ingin dijawab dalam
penelitian.
50
3.5.2 Penyajian Data
Penyajian data dalam hal ini digambarkan dengan sekumpulan informasi
tersusun yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Penyajian data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk teks naratif
berupa catatan lapangan yang kemudian diperkuat dan atau dilengkapi dengan
bentuk lainnya yaitu matriks dan bagan. Bentuk matriks dan bagan merupakan
hasil dari gabungan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang terpadu,
sehingga memudahkan untuk melihat kejadian yang terjadi.
3.5.3 Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan yang mencakup verifikasi atas kesimpulan terhadap
data yang dianalisis agar menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh.
Kesimpulan-kesimpulan yang didapatkan selama peneitian dihasilkan dengan cara
memikirkan ulang selam penulisan, meninjau kembali dan bertukar dengan teman
dan pembimbing skripsi.
Sedangkan untuk data kuantitatif yang diperoleh kemudian diolah dengan
proses editing, coding, scoring, entry, cleaning, dan analisis data dengan
menggunakan program Microsoft exel dan SPSS 13.0 for Windows. Pemberian
skor terhadap setiap pertanyaan dari masing-masing variabel, kemudian nilai skor
tersebut dijumlahkan. Selanjutnya dikategorikan dengan menggunakan interval
kelas.
Interval kelas dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
Interval kelas (Ik)= Skor Maksimum- Skor minimum
∑ kategori
Kemudian digunakan tabulasi silang untuk menjelaskan hubungan kausal
dan uji Korelasi Rank Spearmen dengan α 5 persen. Uji Korelasi Rank Spearman
digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel. Sedangkan tabulasi silang
digunakan untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang berhubungan dengan
partisipasi masyarakat terhadap program CSR perusahaan dan arah hubungannya.
Untuk uji Rank Spearman digunakan P value ≤ 0,05 maka tolak Ho pada α 5
persen, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara dua variabel yang diuji.
51
Pengujian ini menggunakan software SPSS 13.0 for windows. Rumus Korelasi
Rank Spearman yang digunakan adalah:
Dimana:
Di = beda antara 2 pengamatan berpasangan
N = total pengamatan
P = koefisien korelasi spearmen
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI
4.1 PT Isuzu Astra Motor Indonesia Assy Plant Pondok Ungu
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Tanggal 3 Mei 1974 PT. Pantja Motor secara resmi didirikan sebagai anak
perusahaan dari PT. Pantja Niaga. Kemudian pada tanggal 21 Juni 1981, PT.
Pantja Motor memperluas assembling-nya dengan sebuah assembling PT. Insan
Apolo yang berada di Jalan Kali Abang No. 1 Pondok Ungu, Bekasi dan juga
yang berada di Jalan Karang Bolong Raya No. 24 Ancol Barat, Jakarta Utara.
Di tahun 1988 PT. Unitras Pertama membeli 68 persen saham PT. Pantja
Motor dan sisanya tetap dimiliki oleh PT. Pantja Niaga. Pada tahun 1991 PT.
Astra International Tbk menjadi pemilik mayoritas PT. Pantja Motor dengan 75
persen saham yang dibeli melalui PT. Aryaloka Sentana dari PT Unitras Pertama.
Di tahun yang sama Isuzu Panther TBR 52, 2300 cc Diesel Direct Injection
diluncurkan ke pasar. Pada Agustus 2007, gedung head office Isuzu diresmikan,
seluruh kegiatan dipindahkan di gedung baru. Akhirnya pada tahun 2008, penanda
tanganan DTS (Deed of Transfer of Shares) dilaksanakan pada tgl 4 Februari
2008, saham yang dilepas PT. Arya Kharisma kepada Isuzu Motor Ltd sebanyak
14.88 persen, sehingga komposisi saham berubah menjadi PT. Arya Kharisma
(Astra Internasional) 49,88 persen, Isuzu Motors Ltd 49.88 persen dan PT. PPI
(Planning Production Inventory) sebanyak 10.12 persen.
PT. Pantja Motor secara resmi bergabung dengan PT. ASTRA
Internasional Tbk pada 14 April 2008, dan sebelumnya pada tanggal 5 April 2008
telah berganti nama menjadi PT. Isuzu Astra Motor Indonesia (PT. IAMI). PT.
Isuzu Astra Motor Indonesia tergabung dalam grup Astra Motor III (Asmo III)
yang terdiri dari perusahaan-perusahaan agen tunggal maupun distributor untuk
merk ISUZU, Daihatsu, Nissan Diesel, Peugeot dan BMW (hanya distributor)
menggunakan Sistem Manajemen Astra yaitu manajemen TQC (Total Quality
Control), dimana dalam peningkatan kualitasnya berdasarkan data-data statistik
dan harus mengikutsertakan karyawannya, mulai dari tingkat bawah hingga
manajemen, sehingga tercapai kepuasan pelanggan dan juga kepuasan kerja
karyawan itu sendiri.
53
4.1.2 Batas Wilayah dan Letak Geografis PT. Isuzu Astra Motor Indonesia
Assy Plant Pondok Ungu (PT. IAMI APPU)
APPU PT. Isuzu Astra Motor Indonesia beralamat di Jl. Kali Abang No. 1
Pondok Ungu, Kecamatan Medan Satria, Pondok Ungu, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Menurut letak geografisnya, area PT. Isuzu Astra Motor Indonesia memiliki
perbatasan wilayah sebagai berikut:
sebelah utara
: Kantor Kecamatan Medan Satria Kota Bekasi
sebeleah selatan
: PT. GMBI
sebelah timur
: PT. Bakrie Tosanjaya
sebelah barat
: PT. Express
Area industri PT. Isuzu Astra Motor Indonesia mempunyai luas 28.330 m2
dan dengan luas bangunan 13.180 m2. Fasilitas pendukung yang terdapat di area
PT. Isuzu Astra Motor Indonesia ialah musholla, kantin, ruang makan, loker bagi
karyawan, toilet, lapangan parkir, taman, koperasi karyawan dan beberapa fasilitas
pendukung lainnya.
4.1.3 Visi dan Misi PT Isuzu Astra Motor Indonesia
PT Isuzu Astra Motor Indonesia memiliki visi dan misi dimana visi dan
misi tersebut dinyatakan sebagai tujuan akhir perusahaan. Berdasarkan kebijakan
perusahaan, maka PT. IAMI mempunyai visi yaitu sebagai perusahaan agen
tunggal pemegang merek mobil Isuzu memahami pentingnya tanggungjawab
perusahaan dibidang kualitas, lingkungan, keselamatan dan
kesehatan kerja,
sosial, hubungan industrial dan keamanan sebagai akibat yang timbul dari proses
bisnis perusahaan. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka PT Isuzu Astra Motor
Indonesia memiliki misi untuk:
1. Memenuhi dan mematuhi peraturan perundangan, persyaratan lain yang
berlaku, serta menjalin hubungan baik dengan pemerintah, masyarakat,
supplier, seluruh karyawan dan pihak-pihak terkait.
2. Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, kecelakaan dan penyakit
akibat kerja
3. Memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan dengan memenuhi
persyaratan Q, C, D, S, M, E (Quality, Cost, Delivery, Safety, Morale, dan
Environment).
54
4. Menerapkan etika bisnis dan etika kerja sesuai dengan Catur Darma dan
Prinsip Dasar Astra dalam praktek bisnis sehari-hari
5. Melakukan aktivitas sosial guna menumbuhkan kepercayaan para
stakeholder
6. Menyelenggarakan fungsi keamanan yang kondusif dan terciptanya rasa
aman terbebas dari Ancaman, Tantangan, Hambatan, Gangguan dan
Bahaya (ATHGB) dan bekerja sama dengan aparat keamanan terkait
7. Melakukan perbaikan secara terus-menerus dalam penerapan sistem
manajemen dan berpedoman pada Catur Darma Astra.
4.1.4 Sumber Daya Manusia dan Struktrur Organisasi
PT. Isuzu Astra Motor Indonesia saat ini memiliki jumlah karyawan tetap
sebanyak 214 orang. PT. Isuzu Astra Motor Indonesia dipimpin oleh Board of
Director, 1 orang Director in Charge, dan 1 orang direktur produksi manufacture
yang membawahi Assy Plant, Departemen Personalia, dan General Affair (PGA).
Departement Assy Plant, yang dipimpin oleh Plant Manager, membawahi enam
seksi yaitu Planning Production Inventory Control (PPIC), Produksi, Quality
Control, Technical Service (TekSer), PDCA dan Environmental Health and Safety
(EHS). Berikut ini uraian tugas masing-masing seksi:
1. Seksi PPIC (Planning Production Inventory Control)
Seksi ini bertugas mengontrol, mendata barang-barang yang
dibutuhkan dalam proses produksi, bertanggung jawab dalam pembuatan
jadwal proses dan jumlah produksi yang dihasilkan. Karyawan tetap yang
ada di seksi ini adalah 20 orang, dengan komposisi 19 orang pria dan satu
orang wanita dan lima orang karyawan kontrak.
2. Seksi Produksi
Seksi ini bertanggung jawab mengatur keseluruhan proses
produksi. Mulai dari merakit kendaraan, pembentukkan sampai dengan
manganalisis tipe-tipe yang dikeluarkan, serta membuat suatu petunjuk
kerja yang kemudian disampaikan ke seksi lain. Seksi produksi ini juga
berfungsi sebagai seksi Research and Development yang bertugas
55
merencanakan produksi baru/mengolah produksi agar sesuai kebutuhan
dalam pemasaran.
Dalam proses produksi, seksi ini dibagi lagi menjadi beberapa pos
produksi, antara lain Body Shop, Paint Shop, Sub Assy & Balck Dipping,
Trimming Cabin, TCF dan Recty. Dibandingkan dengan pekerjaan
dibidang administrasi, beban kerja di seksi produksi ini terolong sedang,
dengan beban kerja yang berat ada pada bagian Body Shop dan Paint Shop.
Seksi Produksi dikepalai oleh Supervisor. Masing-masing pos dikepalai
oleh seorang Foreman. Foreman membawahi sekelompok operator yang
diketuai oleh Group Leader.
3. Seksi Quality Control
Bertanggung jawab mengendalikan (controlling) kualitas hasil
produksi, baik produk hasil dari tiap proses maupun hasil akhir. Selain itu,
seksi ini juga mendata penerimaan material lokal maupun non lokal dan
mengendalikan daftar barang yang dibutuhkan.
4. Seksi Technical Service
Bertugas
merawat,
memperbaiki,
mengembangkan,
dan
memodifikasi semua equipment dan tools yang digunakan dalam proses
produksi, serta bertanggung jawab terhadap kelancaran arus listrik dan
bangunan
5. Seksi PDCA (Plan, Do, Check, Action)
Bertugas dalam perencanaan, kegiatan, pengawasan, dan review
program di setiap seksi perusahaan
6. Seksi Enviroment Health and Safety (EHS)
Bertanggung jawab terhadap seluruh aspek yang berkaitan dengan
Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LK3) dan untuk
mensukseskan kebijakan serta komitmen perusahaan tentang LK3. EHS
juga bertanggung jawab terhadap operasional Waste Water Treatment
(WWT), Incenerator, pemenuhan undang-undang K3 dan lingkungan dan
upaya-upaya untuk memenuhi cleaner production, clear technology, serta
pengupayaan zero accident.
56
Selain dalam bidang keselamatan, EHS juga memiliki tanggung jawab
terhadap kesehatan karyawan. Salah satu wujud tanggung jawab tersebut adalah
dengan adanya klinik kesehatan milik perusahaan. Namun, klinik di perusahaan
ini tidak banyak dimanfaatkan oleh karyawan dengan alasan karyawan lebih suka
mendapat pelayanan dari dokter ahli. Perusahaan juga menyediakan ruang P3K
(Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) dan obat-obatan P3K pada 13 kotak obat
yang tersebar di area perusahaan untuk menghadapi keadaan darurat.
Perusahaan mulai menerapkan gizi kerja dalam rangka mengembangkan
peran serta EHS dalam menjamin kesehatan dan keselamatan kerja. Salah satu
wujud penerapan gizi kerja adalah dengan menyediakan makan siang yang
memenuhi kebutuhan gizi para karyawan dan selera para karyawan. Peran ini
penting dalam meningkatkan status gizi para karyawan sehingga dapat terhindar
dari gangguan kesehatan akibat gizi, baik gizi kurang maupun lebih, sehingga
produktivitas dapat meningkat.
4.1.5 CSR PT Isuzu Astra Motor Indonesia APPU
PT. IAMI APPU telah melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR) sejak tahun 2001. Penerapan CSR PT. IAMI APPU dilakukan
berdasarkan kebijakan perusahaan yang tercantum dalam visi dan misi PT. IAMI.
Hal tersebut tersurat dalam butir nomor lima dari kebijakan perusahaan yang
menyatakan bahwa PT IAMI melakukan aktivitas sosial guna menumbuhkan
kepercayaan pada stakeholder. Selain kebijakan perusahaan, CSR PT IAMI APPU
juga dilakukan berdasarkan kebijakan lingkungan yang menyatakan bahwa ingin
mewujudkan sebagai perusahaan yang ramah lingkungan (environmental friendly
company) serta berpartisipasi aktif dalam tanggung jawab sosial terhadap
masyarakat (community development). Kedua Kebijakan ini masing-masing
disahkan oleh Ecexutive in Charge CSR. Adapun struktur koordinasi yang
terdapat dalam komite CSR PT. IAMI APPU yang terlihat pada Gambar 2 berikut:
57
Board
of
Directors
Director
In
Charge
Management
Representative
Head
Secretary
Area Employee (AIRA)
Area Supplier
Area Customer
Area Shareholder
Area Community
Area Government
Area Environment
Marketing
After Sales
Product Development
Production Engineering
PPIC
Budget & Accounting
Information System
HRD
GA
APPU
PDC
CKD
Sparepart
Gambar 2. Struktur Koordinasi CSR PT. IAMMI APPU
Kegiatan CSR PT IAMI APPU dalam struktur organisasi perusahaan
ditangani oleh seksi Enviroment Health and Safety (EHS). Seksi ini dibentuk
karena tanggapan dari munculnya sistem manajeman lingkungan yang dirilis oleh
PT. Astra International (PT. AI) sebagai induk perusahaan pada tahun 2000.
Sistem ini dikenal dengan sebutan Astra Green Company (AGC). AGC
merupakan sebuah manajeman yang secara sadar meletakkan pertimbangan
perlindungan dan pembangunan lingkungan, keselamatan, dan kesehatan
58
“stakeholder” dalam setiap pengambilan keputusan bisnisnya sebagai wujud nyata
tanggung jawab dan upaya memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan
pembangunan berkelanjutan. Empat pilar yang mendukung sistem manajeman
AGC ialah Green Strategy, Green Process, Green Product dan Green Employee.
AGC juga digunakan sebagai alat untuk melakukan self assesment/internal audit
yang berguna untuk mengetahui kinerja perusahaan khusunya mengenai
Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LK3). Status penilaian AGC
dibagi menjadi 5 warna sebagai simbol peringkat dari terbaik, yakni Emas, Hijau,
Biru, Merah dan Hitam (Lampiran 2).
Kemudian pada tahun 2007, selain sistem AGC, PT. Astra International
menambah sistem baru yang bernama Astra Friendly Company (AFC). Sistem ini
dibuat untuk menilai kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Adapun
tiga pilar yang membangun sistem ini ialah konsep Value, Mindset dan Behavior.
Namun sampai saat ini kegiatan CSR PT. IAMI APPU diaudit berdasarkan
kriteria sistem penilaian AGC dikarenakan perusahaan belum siap untuk diaudit
berdasarkan sistem AFC. Beberapa kriteria penilaian mengenai tanggung jawab
sosial perusahaan terhadap “stkakeholder” masyarakat juga terdapat di dalam
audit AGC, akan tetapi tidak selengkap pada kriteria penilaian berdasarakan audit
AFC. Proses pengauditan melalui sistem AFC dilakukan berdasarkan permintaan
dari kesiapan PT. IAMI APPU untuk diaudit kepada PT. Astra International.
Kedua sistem tersebut, baik AFC dan AGC diharapkan dapat mencapai
prestasi perusahaan dalam keseimbangan Triple Bottom Line, yakni dalam bidang
ekonomi, sosial dan lingkungan. Jadi perusahaan tidak hanya mengharapkan
keuntungan laba dari penjualan produknya (ekonomi), akan tetapi juga peduli
terhadap lingkungan sosial (hubungan yang baik dengan masyarakat, konsumen,
pemasok, dan pemerintah) dan lingkungan alam sekitar perusahaan demi
kelancaran keberlansungan hidupnya bisnis PT. Isuzu Astra Motor Indonesia.
4.2 Komunitas Kelurahan Medan Satria RW 07
4.2.1 Kondisi Geografis RW 07, Kelurahan Medan Satria, Kecamatan
Medan Satria
Secara geografis, RW 07 merupakan wilayah pemukiman padat penduduk
yang terdiri dari 7 RT. RW 04 terletak di wilayah Kelurahan Medan Satria,
59
Kecamatan Medan Satria, Kotamdaya Bekasi Utara. Wilayah ini merupakan
rawan banjir ketika musim hujan. Fasilitas umum yang terdapat di RW 07 antara
lain sekolah, mushola, kantor RW dan posyandu.
Sebelah timur dan utara RW 07 berbatasan dengan D.K.I Jakarta. Bagian
Barat RW 07 berbatasan dengan Kelurahan Pejuang. Sedangkan sebelah selatan
RW 07 berbatasan dengan Kelurahan Kalibaru.
4.2.2 Kependudukan di RW 07
Jumlah penduduk RW 07 adalah 1792 jiwa dengan komposisi laki-laki
sebanyak 928 jiwa dan perempuan sebanyak 864 jiwa. Jumlah Kepala Keluarga
(KK) di RW 07 sebanyak 457 KK. Dari sejumlah 1792 jiwa jumlah penduduk
RW 07, terdapat 36 jiwa yang tergolong yatim dan 75 orang janda.
4.2.3 Kondisi Sosial Ekonomi di RW 07
Merujuk monografi RW 07 Tahun 2009, Mayoritas mata pencaharian yang
terdapat pada RW 07 ialah pegawai swasta sebanyak 175 orang. Pekerjaan lainnya
ialah sebagai Pegawai negeri yang berjumlah 10 orang, wiraswasta sebanyak 60
orang dan sisanya sebanyak 209 orang merupakan pengangguran atau tidak
bekerja. Adapun kegiatan organisasi yang dilakukan di RW 07 adalah: (1) Karang
taruna, (2) Badan Musyawarah (Bamus), dan (3) Forum Betawi Rempug (FBR).
4.2.4 Penerima Kegiatan CSR PT IAMI APPU
Penerima kegiatan dipilih oleh pihak RT dan RW. Kriteria pemilihan
penerima kegiatan ditentukan oleh perusahaan. Jumlah total penerima kegiatan
CSR PT IAMI APPU di Kelurahan Medan Satria RW 07 sebanyak 106 orang.
Sebagian besar jumlah penerima kegiatan santunan beras kepada para janda, yakni
berjumlah 65 orang. Kemudian sebanyak 26 orang menerima kegiatan anak asuh,
6 orang mengikuti kegiatan beasiswa, 4 orang mendapat bantuan modal tanpa
bunga. Sedangkan sisanya yaitu kegiatan perbaikan becak dan perbaikan rumah,
masing-masing 1 orang pada kegiatan tersebut.
60
4.6 Ikhtisar
Sebelum PT. Isuzu Astra Motor Indonesia (PT. IAMI) secara resmi
bergabung dengan PT. ASTRA Internasional Tbk pada 5 April 2008, perusahaan
ini bernama PT. Pantja Motor. Awalnya, PT. Pantja Motor secara resmi didirikan
sebagai anak perusahaan dari PT. Pantja Niaga pada tanggal 3 Mei 1974.
Kemudian pada tanggal 21 Juni 1981, PT. Pantja Motor memperluas assemblingnya dengan sebuah assembling PT. Insan Apolo yang berada di Jalan Kali Abang
No. 1 Pondok Ungu, Bekasi dan juga yang berada di Jalan Karang Bolong Raya
No. 24 Ancol Barat, Jakarta Utara. Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya
pada 14 April 2008, PT. Pantja Motor secara resmi bergabung dengan PT.
ASTRA Internasional dengan menggunakan sistem manajemen astra yaitu
manajemen TQC (Total Quality Control), dimana dalam peningkatan kualitasnya
berdasarkan data-data statistik dan harus mengikutsertakan karyawannya, mulai
dari tingkat bawah hingga manajemen, sehingga tercapai kepuasan pelanggan dan
juga kepuasan kerja karyawan itu sendiri.
Penerapan CSR PT. IAMI APPU dilakukan berdasarkan tanggapan dari
kebijakan perusahaan yang tercantum dalam visi dan misi PT. IAMI.
Berdasarakan visi perusahaan, yakni “sebagai perusahaan agen tunggal pemegang
merek mobil Isuzu memahami pentingnya tanggung jawab perusahaan dibidang
kualitas, lingkungan, keselamatan dan
kesehatan kerja, sosial, hubungan
industrial dan keamanan sebagai akibat yang timbul dari proses bisnis
perusahaan”. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab
untuk peduli terhadap lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial. Selain visi perusahaan, kegiatan CSR PT. IAMI APPU juga didukung
dengan misi perusahaan pada butir nomor satu dan lima dari kebijakan perusahaan
(Lampiran 3). Kebijakan lingkungan pun turut mendukung kegiatan CSR PT
IAMI APPU yang menyatakan bahwa PT. IAMI ingin mewujudkan sebagai
perusahaan yang ramah lingkungan (environmental friendly company) serta
berpartisipasi aktif dalam tanggung jawab sosial terhadap masyarakat (community
development) (Lampiran 4).
Kegiatan CSR PT IAMI APPU dalam struktur organisasi perusahaan
ditangani oleh seksi Enviroment Health and Safety (EHS). Seksi ini dibentuk
61
karena munculnya sistem manajeman lingkungan yang dirilis oleh PT. Astra
International (PT. AI) sebagai induk perusahaan pada tahun 2000. Sistem ini
dikenal dengan sebutan Astra Green Company (AGC). AGC merupakan sebuah
manajeman yang secara sadar meletakkan pertimbangan perlindungan dan
pembangunan lingkungan, keselamatan, dan kesehatan “stakeholder” dalam setiap
pengambilan keputusan bisnisnya sebagai wujud nyata tanggung jawab dan upaya
memberikan
kontribusi
positif
kepada
masyarakat
dan
pembangunan
berkelanjutan. Empat pilar yang mendukung sistem manajeman AGC ialah Green
Strategy, Green Process, Green Product dan Green Employee. AGC juga
digunakan sebagai alat untuk melakukan self assesment/internal audit yang
berguna untuk mengetahui kinerja perusahaan khusunya mengenai Lingkungan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LK3). Status penilaian AGC dibagi menjadi 5
warna sebagai simbol peringkat dari terbaik, yakni Emas, Hijau, Biru, Merah dan
Hitam.
Tabel 4. Perbandingan Sistem AGC dan AFC
Program
Dirilis
Pilar
Cakupan audit
Audit mengenai
AGC
Astra Green Company
Tahun 2000
1. Green Strategy
2. Green Process
3. Green Product
4. Green Employee
Seksi Environment Healty and Saftey
(EHS)
LK3
AFC
Astra Friendly Company
Tahun 2007
1. Value
2. Mindset
3. Behavior
Perusahaan (PT. IAMI)
CSR
Kemudian pada tahun 2007, selain sistem AGC, PT. Astra International
menambah sistem baru yang bernama Astra Friendly Company (AFC). Sistem ini
dibuat untuk menilai kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Adapun
tiga pilar yang membangun sistem ini ialah konsep Value, Mindset dan Behavior.
Namun sampai saat ini kegiatan CSR PT. IAMI APPU diaudit berdasarkan
kriteria sistem penilaian AGC dikarenakan perusahaan belum siap untuk diaudit
berdasarkan sistem AFC. Beberapa kriteria penilaian mengenai tanggung jawab
sosial perusahaan terhadap “stakeholder” masyarakat juga terdapat di dalam audit
AGC, akan tetapi tidak selengkap pada kriteria penilaian berdasarakan audit AFC.
62
Proses pengauditan melalui sistem AFC dilakukan berdasarkan permintaan dari
kesiapan PT. IAMI APPU untuk diaudit kepada PT. Astra International.
Sustainable Development
Sustainable Business
Penyusunan Kriteria
Mengacu Pada AGC
Social
Environment
AFC
Economic
THE TRIPLE BOTTOM LINE
Semua Stakeholder
Terpenuhi Haknya
Lingkup
CSR
Gambar 3. Proses Pengauditan Melalui Sistem AFC
Kedua sistem tersebut, baik AFC dan AGC diharapkan dapat mencapai
prestasi perusahaan dalam keseimbangan Triple Bottom Line, yakni dalam bidang
ekonomi, sosial dan lingkungan. Jadi perusahaan tidak hanya mengharapkan
keuntungan laba dari penjualan produknya (ekonomi), akan tetapi juga peduli
terhadap lingkungan sosial (hubungan yang baik dengan masyarakat, konsumen,
pemasok, dan pemerintah) dan lingkungan alam sekitar perusahaan demi
kelancaran keberlansungan hidupnya bisnis PT. Isuzu Astra Motor Indonesia.
Selain perusahaan, gambaran umum wilayah komunitas Kelurahan Medan
Satria perlu dijelaskan, karena mereka berbatasan langsung dengan PT. IAMI
APPU. Secara geografis, RW 07 merupakan wilayah pemukiman padat penduduk
yang terdiri dari 7 RT. RW 04 terletak di wilayah Kelurahan Medan Satria,
Kecamatan Medan Satria, Kotamdaya Bekasi Utara. Wilayah ini merupakan
rawan banjir ketika musim hujan. Fasilitas umum yang terdapat di RW 07 antara
lain sekolah, mushola, kantor RW dan posyandu. Sebelah timur dan utara RW 07
berbatasan dengan D.K.I Jakarta. Bagian Barat RW 07 berbatasan dengan
Kelurahan Pejuang. Sedangkan sebelah selatan RW 07 berbatasan dengan
Kelurahan Kalibaru.
63
BAB V
PANDANGAN PERUSAHAAN DAN STRATEGI
PENDEKATAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT DALAM
IMPLEMENTASI CSR
5.1 Pandangan PT Isuzu Astra Motor Indonesia Assy Plant Pondok Ungu
(PT. IAMI APPU) Mengenai CSR (Corporate Social Responsibility)
Berdasarkan penuturan dari salah satu staf EHS PT IAMI APPU, CSR
merupakan penerapan secara sistematis dan struktur tanggung jawab perusahaan
terhadap pemenuhan kebutuhan stakeholder. Definisi tersebut dikemukakan oleh
Bapak UC sebagai salah satu staf EHS PT IAMI sebagai berikut:
“PT. IAMI tidak mendefinisikan pengertian CSR secara tersendiri, akan
tetapi definisi CSR menurut PT. Isuzu berpedoman kepada Astra
Internasional, yakni penerapan secara sistematis dan struktur tanggung jawab
perusahaan terhadap pemenuhan kebutuhan stakeholder: pemegang saham
,masyarakat sekitar, karyawan, supplier, customer/pelanggan, lingkungan dan
K3.” (Bp. UC)
Hal ini sesuai dengan visi PT. Astra Internasional sebagai induk perusahaan,
yaitu:
1. Menjadi perusahaan yang terbaik dalam pengaturan manajeman di wilayah
Asia Pasifik dengan penekanan kepada kemampuan membangun
pengembangan sumber daya manusia, struktur keuangan yang kuat,
kepuasan pelanggan dan pengefesiensian.
2. Menjadi perusahaan yang bertanggung jawab dan ramah lingkungan.
Butir kedua menjelaskan bahwa PT. Astra Internasional sebagai induk perusahaan
dari PT. IAMI ingin memperlihatkan sebagai perusahaan yang dapat bertanggung
jawab terhadap stakeholder yang terkait dengan aktivitas bisnis perusahaan serta
peduli terhadap lingkungan.
Kebijakan perusahaan PT. IAMI APPU yang menyatakan bahwa Isuzu
memahami pentingnya tanggung jawab perusahaan dibidang kualitas, lingkungan,
keselamatan dan kesehatan kerja, sosial, hubungan industrial dan security sebagai
akibat yang timbul dari proses bisnis perusahaan; dan kebijakan lingkungan PT.
IAMI APPU yang ingin mewujudkan sebagai perusahaan yang ramah lingkungan
(environmental friendly company) serta berpartisipasi aktif dalam tanggung jawab
sosial terhadap masyarakat (community development) memperlihatkan bahwa PT.
64
IAMI telah memiliki pandangan terhadap Corporate Social Responsbility (CSR).
PT. IAMI memandang CSR sebagai suatu upaya perusahaan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan masing-masing stakeholder (pemangku kepentingan),
yakni
shareholder
(pelanggan),
(pemegang
supplier
saham),
(pemasok),
employee
community
(karyawan),
(masyarkat),
customer
government
(pemerintah) dan environment (lingkungan).
Tiga cara pandang perusahaan dalam memandang CSR (Corporate Social
Responsbility) sebagai upaya dalam pengembangan masyarakat yaitu:
1. Sekedar
basa
basi
atau
keterpaksaan,
dimana
perusahaan
mempraktekkan CSR hanya karena ekternal driven (faktor ekternal),
environmental driven (karena terjadi masalah lingkungan), serta
reputation driven (karena ingin mendongkrak citra perusahaan).
2. Sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance), dimana CSR
yang dilakukan karena terdapat regulasi, hukum, dan aturan yang
memaksanya.
3. CSR diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari
dalam (internal driven), perusahaan telah menyadari bahwa tanggung
jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan
profit demi kelangsungan bisnisnya, melainkan juga tanggung jawab
sosial lingkungan.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa cara perusahaan
dalam memandang Corporate Social Responsbility (CSR) termasuk dalam
kategori pertama, kedua dan ketiga. Untuk kategori yang pertama lebih mengarah
kepada external driven (faktor eksternal) dan reputation driven (ingin
mendongkrak citra perusahaan). Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Bapak SA
sebagai koordinator EHS PT IAMI APPU:
“Masyarakat diharapkan dapat membantu dalam kelancaran aktivitas
perusahaan. Untuk sampai saat ini tidak pernah di ganggu oleh warga. Lain
halnya dengani perusahaan yang lain, jika ada truk yang masuk ke wilayah
sekitar ini terdapat biaya turun dari masyarakat setempat. Untungnya
hubungan dengan warga, jajaran militer dan tokoh-tokoh masyarakat juga
bagus. Sampe saat ini Alhamdulillah baik-baik saja.” (Bp. SA)
65
Ungkapan ini menjelaskan bahwa adanya oknum-oknum penguasa wilayah dari
lingkungan sekitar perusahaan yang sering memaksa meminta upah tambahan
dengan alasan biaya transportasi dan keamanan karena membawa muatan ke
wilayah mereka. Akan tetapi, dikarenakan PT. IAMI APPU sering melaksanakan
kegiatan CSR, maka perusahaan menjadi tidak diganggu oleh oknum-oknum
tersebut, justru sebaliknya perusahaan dilindungi oleh masyarakat. Koordinator
EHS PT. IAMI sangat dekat dengan tokoh-tokoh masyarakat ketika kegiatan CSR
diadakan seperti ketua Forum Betawi Rempug (FBR), Ketua RT, Ketua RW,
Lurah, Camat, Polisi dan tokoh penting lainnya. Kemudian, untuk kategori
external driven khususnya reputation driven dinyatakan oleh Bapak SY sebagai
seorang staf EHS PT. IAMI APPU:
“Harapan dari isuzu dari masyarakat ialah mereka dapat menjadi rekan. Kita
tidak mau mereka terpisah dari perusahaan karena sekalian jual image ke
perusahaan. Tanpa publikasi ke media pun sudah dapat market. Misal pada
saat ada kegiatan idhul Qurban, biasanya yang dikenal itu dari isuzu.
Walaupun mereka tidak memiliki daya beli, tapi kan bisa memberi informasi
ke saudara-saudarannya.” (Bp. SY)
Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan yang diutarakan oleh koordinator EHS
PT. IAMI APPU:
“….Citra perusahaan jadi terbangun dikarenakan program CSR….” (Bp. SA)
Jika disimpulkan, maka kegiatan CSR yang dilakukan PT. IAMI APPU
mengharapkan adanya timbal balik dari pelaksanaan kegiatannya tersebut yakni
berupa peningkatan nama baik perusahaan. Walaupun timbal balik yang
didapatkan tidak berbentuk materi, tetapi dengan nama baik perusahaan terangkat
maka secara tidak langsung media promosi ikut berjalan seiring dengan kegiatan
CSR yang dilakukan. Kemudian cara pandang PT. IAMI yang berikutnya adalah
sebagai usaha untuk memenuhi kewajiban (compliance). Hal ini dibuktikan
dengan adanya dukungan terhadap pelaksanaan peraturan atau regulasi pemerintah
mengenai pelaksanaan kegiatan CSR yang ditulis dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 40 Tentang Perseroan Terbatas Bab V
Pasal 74 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Pernyataan ini
diungkapkan oleh Bapak UC sebagai staf EHS PT. IAMI APPU sebgagai berikut:
66
“...CSR mengikuti UU.40 dan president letter astra international…” (Bp.
UC)
Dalam president letter astra international tahun 2005, terdapat lima hal
yang harus dibenahi secara konsisten agar mencapai operational excellence:
1. Kultur
2. Kaderisasi kepimpinan
3. Good Corporate Governance (GCG)
4. Penerapan Risk Management dan Astra Management System (AMS)
5. Penerapan Corporate Social Responsbility (CSR)
Selain mematuhi peraturan pemerintah dan president letter astra
international (2005), CSR PT. IAMI juga dilaksanakan berdasarkan kebijakan
perusahaan yang mengacu kepada surat keputusan pimpinan PT. Astra
Internasional. Surat keputusan tersebut diturunkan menjadi kebijakan perusahaan
dan lingkungan. Wujud nyata dari pelaksanaan CSR di bidang lingkungan ini
adalah PT. IAMI terus berupaya mematuhi pedoman-pedoman pengelolaan
lingkungan hidup sebagai akibat dari aktivitas bisnis perusahaan yang
menghasilkan polusi dan limbah. Oleh karena itu, perusahaan melaksanakannya
berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 127/MENLH/2002 yang
diaudit berdasarkan sistem Astra Green Company (AGC).
Cara pandang perusahaan mengenai CSR pada kategori ketiga (internal
driven) pada PT. IAMI APPU dapat dibuktikan dari kegiatan-kegiatan CSR
seperti bantuan dana dalam beasiswa pendidikan bagi anak-anak yatim piatu,
santunan bagi janda-janda yang tidak mampu, sunatan masal, pembagian daging
idul kurban, bakti sosial kepada korban bencana alam. Peningkatan kesejahteraan
masyarakat merupakan upaya yang dilakukan PT. IAMI APPU agar terjadi
hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan masyarakat. Hal ini diperkuat
dengan suatu penuturan dari koordinator EHS PT IAMI APPU sebagai berikut:
“Perusahaan memberikan suatu aktivitas yang berguna untuk masyarakat
sekitar. Kegunaannya bermacam-macam, ada yang untuk pendidikan,
ekonomi dan sosial. Terdapat kepedulian dari perusahaan untuk
meningkatkan derajat masyarakat sekitar.” (Bp. SA)
Ungkapan tersebut menguatkan cara pandang perusahaan dalam kategori internal
driven. Kategori ini berarti bahwa perusahaan telah menyadari bahwa tanggung
67
jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi
kelangsungan bisnisnya, melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan.
PT IAMI APPU belum pernah mengalami konflik dengan warga sekitar
yang tinggal di dekat perusahaan selama menjalankan aktivitas dan berbagai
kegiatan lainnya. Pernyataan tersebut dinyatakan oleh Bapak SY sebagai berikut:
“Konflik tidak terjadi, malah persahabatan. Contoh waktu itu ada kegiatan
CSR “go green with astra”, penanaman bibit pohon tiap karyawan dilakukan
secara simbolis oleh pihak manajemen sebanyak 10 pohon untuk ditanam di
Medan Satria. Pada acara ini persiapan acara didukung sekali oleh
masyarakat mulai dari penyiapan tenda, konsumsi, logistik dan lainnya.” (Bp.
SY)
5.2 Strategi Pendekatan Pengembangan Masyarakat PT IAMI APPU dalam
Menjalankan Kegiatan CSR
PT. IAMI APPU selalu berupaya dalam menerapkan kegiatan CSR
(Corporate Social Responsbility) atau tanggung jawab sosialnya. Penerapannya
dilakukan dengan berbagai macam strategi untuk memenuhi hak-hak masyarakat
sebagai salah satu pemangku kepentingan (stakeholder). Tentu saja dari sekian
banyak masyarakat yang ada di wilayah sekitar perusahaan, banyak pula
kebutuhan-kebutuhan yang ingin dicukupi oleh masyarakat. Adapun langkahlangkah yang diambil adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan CSR PT. IAMI APPU dijalankan berdasarkan “activity plan”
yang diberikan oleh “executive in charge” perusahaan. Kegiatan CSR
masuk ke dalam kegiatan EHS.
2. Menanggapi dari “activity plan” tersebut, maka pekerja EHS membuat
proposal kegiatan untuk disetujui oleh pihak manajeman. Jika kegiatan
CSR ini diluar dari “activity plan”, maka kegiatan CSR masuk ke dalam
kategori kegiatan internal Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) PT. IAMI
APPU. Pembentukan panitia kegiatan CSR biasanya diambil dari para
pekerja EHS. Dalam proses pembuatan proposal, panitia sudah
memikirkan kegiatan yang akan diberikan kepada masyarakat setelah
melalui proses dialog dengan pihak RT/RW sebagai wakil dari masyarakat
penerima program CSR.
68
3. Setelah proposal disetujui, maka panitia turun ke lapangan, berkoordinasi
dengan pihak RT/RW dan warga setempat. Misal, kegiatan bantuan dana
kepada janda-janda yang tidak mampu. Jadi, panitia EHS bersama RT/RW
menyeleksi janda-janda tersebut yang berhak mendapatkan bantuan.
4. Jika kegiatan sudah terlakasana, selanjutnya adalah proses pelaporan dari
panitia EHS kepada perusahaan. Evaluasi dan monitoring per bulannya
dibantu oleh pihak RT/RW.
Oleh karena itu, pihak perusahaan harus pandai memprioritaskan kebutuhan
utama masyarakat yang disesuaikan juga dengan anggaran CSR perusahaan.
Strategi PT. IAMI APPU dalam upayanya merangkul masyarakat pada
kegiatan CSR perusahaan dapat dilihat berdasarkan pendekatan pengembangan
masyarakat melalui dua pendekatan dalam pengembangan masyarakat yang
dikemukakan oleh Batten (1967) dalam Adi (2003) yaitu:
1. Pendekatan direktif (instruktif).
Pendekatan ini dilakukuan berdasarkan asumsi bahwa community worker
mengetahui apa yang dibutuhkan dan apa yang baik untuk masyarakat.
Dalam pendekatan ini peranan community worker bersifat lebih dominan
karena prakarsa kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan lebih banyak
berasal dari community worker. Community worker-lah yang menetapkan
apa yang baik atau buruk bagi masyarakat, cara-cara apa yang perlu
dilakukan untuk memperbaikinya, dan selanjutnya menyediakan sarana
yang diperlukan untuk perbaikan tersebut. Dalam prakteknya community
worker memang mungkin menanyakan apa yang menjadi kebutuhan
masyarakat atau cara apa yang perlu dilakukan untuk menangani suatu
masalah, tetapi jawaban yang muncul dari suatu masyarakat selalu diukur
dari segi ‘baik’ dan ‘buruk’ menurut community worker.
2. Pendekatan Non-Direktif (Partisipatif).
Pendekatan ini dilakukan berlandaskan asumsi bahwa masyarakat tahu apa
yang sebenarnya mereka butuhkan dan apa yang baik untuk mereka. Pada
pendekatan ini community worker tidak menempatkan diri sebagai orang
yang menetapkan ‘baik’ atau ‘buruk’ bagi suatu masyarakat. Pemeran
utama dalam perubahan masyarakat adalah masyarkat itu sendiri,
69
community worker lebih bersifat menggali dan mengembangkan potensi
masyarakat. Masyarakat diberikan kesempatan untuk membuat analisis
dan mengambil keputusan yang berguna bagi mereka sendiri, serta mereka
diberi kesempatan penuh dalam penentuan cara-cara untuk mencapai
tujuan yang mereka inginkan.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan
memiliki strategi pendekatan pengembangan masyarakat yang lebih berpihak ke
dalam kategori satu, yaitu pendekatan direktif (instruktif). Hal ini sebagaimana
dinyatakan oleh Bapak SY sebagai salah satu staf EHS PT. IAMI APPU:
“Cara pengidentifikasian kebutuhan masyarakat yaitu inisiatif dari PT IAMI
yg nantinya akan ada proses dialog ke masyarakat setempat. Tetapi policy
atau kebijakan masih dominan dilakukan oleh perusahaan. Kadang tim
perusahaan mendatangi ke lokasi bersama RW atau sebaliknya.” (Bp. SY)
Ungkapan ini jika dikaitkan dengan langkah-langkah dalam penyusunan kegiatan
CSR, yakni pembuatan proposal berdasarkan “activity plan” perusahaan, maka hal
tersebut menunjukkan memang sudah ada inisiatif perusahaan dari awal untuk
menentukan program yang sebaiknya ditujukan untuk masyarakat. Masyarakat
bersifat pasif dalam artian hanya menunggu program CSR yang diberikan oleh
perusahaan. Penghubung antara masyarakat dengan pihak perusahaan adalah
pengurus Rumah Tangga (RT) atau Rumah Warga (RW). Memang perusahaan
menanyakan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, tetapi proses dialog yang
lebih intensif masih terbatas di tingkatan panitia EHS dengan pengurus RT/RW.
Walaupun pihak RT/RW mengajukan ide atau saran, kebijakan perusahaan lebih
dominan untuk mengambil keputusan. Masyarakat belum bisa mengambil
keputusan dan mengutarakannya secara langsung kepada pihak perusahaan.
5.3 Implementasi CSR Perusahaan kepada Masyarakat
Kegiatan pengimplementasian CSR PT. IAMI APPU dikenal dengan nama
“Isuzu Berhati Berbagi” yang dirilis pada tahun 2007. Nama ini diambil karena
Isuzu ingin menunjukkan kepeduliannya terhadap masyarakat dengan memberikan
kegiatan sosial yang berguna bagi masyarakat. Kegiatan CSR lebih banyak di
terapkan di PT. IAMI APPU daripada kantor PT. IAMI pusat (Head Office) yang
70
berada di kawasan industri Sunter, Jakarta Utara. Hal ini dikarenakan letak kantor
pusat berada di kawasan industri, jadi PT. IAMI Head Office Sunter dikelilingi
oleh kantor-kantor perusahaan lain. Lain halnya dengan dengan PT. IAMI APPU
yang berbatasan langsung dengan masyarakat di Kecamatan Medan Satria. Oleh
karena itu Kecamatan Medan Satria terpilih sebagai kawasan masyarakat yang
terdekat dari perusahaan untuk pelaksanaan kegiatan CSR perusahaan (zona ring
I).
Adapun anggaran dana untuk kegiatan CSR PT. ISUZU IAMI APPU
berasal dari dua sumber, yakni Lembaga Amal Zakat Infaq dan Sodaqoh (LAZIS)
Astra dan Dewan Kemakmuran Mesjid (DKM) PT. IAMI APPU. Dana LAZIS
Astra diperoleh dari masing-masing anak perusahaan astra, sedangkan dana DKM
PT. IAMI APPU diperoleh dari sumbangan yang diberikan oleh karyawan PT.
IAMI APPU. Pada umumnya dana dari LAZIS Astra digunakan untuk kegiatan
CSR yang sifatnya besar ataupun insidental seperti pembagian daging kurban pada
hari raya Idhul Qurban dan sunatan masal. Hal ini seperti yang diutarakan kembali
oleh Bapak SY (staf EHS PT. IAMI APPU):
“……Kalo dana dari LAZIS Astra bisa dihitung dengan jari. Kalo ada
kegiatan rutin saja seperti sunatan massal dan pembagian daging
kurban……” (Bp. SY)
Pernyataan ini menunjukkan bahwa dana kegiatan CSR ada juga yang berasal dari
sumber lain yakni DKM PT. IAMI.
Sebagai bentuk tanggung jawab atas penggunaan dana DKM yang berasal
dari karyawan PT. IAMI APPU, maka panitia EHS melaporkan kegiatan CSR
yang sudah dilaksanakan dengan pemberitahuan informasi mulai dari deskripsi
kegiatan sampai arus perputaran uang melalui media majalah dinding DKM PT.
IAMI APPU. DKM tersebut merupakan suatu lembaga yang tidak termasuk ke
dalam struktur organisasi formal perusahaan. Oleh karena itu, ketika kegiatan
CSR
dilaporkan
kepada
Astra
Internasional,
pekerja
EHS
hanya
mengatasnamakan PT. IAMI sebagai perwakilan dari pelaksanaan kegiatan CSR
tersebut. Pernyataan ini diungkapkan oleh salah Bapak UC sebagai staf EHS PT.
IAMI APPU:
71
“Program yang ada masuk dalam agenda DKM, tetapi ketika pelaporan
setahun sekali ke kantor pusat sudah tidak membawa nama DKM lagi
melainkan perusahaan.” (Bp. UC)
Kegiatan-kegiatan CSR yang dilaksanakan PT. IAMI APPU di Kecamatan
Medan Satria RW 007 sebagai berikut :
1. Sumbangan kepada anak yatim atau anak asuh Jumlah anak yatim yang diberikan sumbangan sebanyak 26 orang.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2008. Setiap anak yatim
diberikan Rp 40.000 per bulan. Sumber dana kegiatan ini berasal dari
DKM.
2. Beasiswa pendidikan LAZIS Astra
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 6 Juni 2008. Beasiswa
diberikan untuk 30 orang dimulai dari jenjang SD sampai dengan SMP.
Untuk tingkat SD, tiap orang memperoleh Rp 60.000
per bulan,
sedangkan untuk tingkat SMP Rp 70.000 per bulan. Penerima beasiswa
dipilih berdasarkan kriteria anak tersebut berstatus yatim, penghasilan
keluarga kurang dari
Rp 300.000/bulan per kepala, dan memiliki
kemauan sekolah yang tinggi. Pemberian beasiswa ini diutamakan dari
wilayah Ring I perusahaan.
3. Sumbangan beras kepada janda-janda
Kegiatan pertama dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2008, kemudian
tiap 3 bulan mereka mendapatkan beras sebanyak 5 Kg. Sumber dana
berasal dari DKM. Jumlah janda yang menerima sumbangan beras ini
sebanyak 65 orang.
4. Sunatan Massal
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 5 Juli 2008 dengan peserta
sebanyak 95 orang dari 100 formulir yang diedarkan. Sunatan masal
diberikan secara gratis oleh perusahaan. Sumber dana kegiatan ini
berasal dari perusahaan. Kegiatan tersebut dilaksanakan atas dasar
activity plan CSR Isuzu. Sumber dana berasal dari LAZIS Astra.
5. Bantuan modal tanpa bunga
Program ini merupakan salah satu upaya PT. IAMI APPU untuk
memberdayakan kemampuan masyarakat sekitar dengan usaha
72
pembuatan kripik yang didisribusikan ke warung-warung sekitar
lingkungan tempat mereka tinggal. Pemilihan penerima modal ini
berdasarkan kriteria dipilih RT setempat berdasarkan orang tersebut
berstatus janda, penghasilan kurang dari Rp 300.000 per bulan per
kepala. Penerima modal ini sebanyak 4 orang. Modal diberikan sebesar
Rp 250.000 per orang. Pengembalian modal di monitoring oleh pihak
RT dalam jangka 10 bulan. Perusahaan tidak memberikan beban bunga
kepada masyarakat, laba dari modal tersebut sepenuhnya diberikan
kepada mereka. Sumber dana dari kegiatan ini berasal dari DKM.
Keberlanjutan dari usaha ini, pihak perusahaan masih dalam tahap
penelitian terhadap aspek kenaikan taraf ekonomi keluarga akibat dari
program ini.
6. Perbaikan becak
Penerima kegiatan ini berjumlah 1 orang yang dilaksanakan pada
tanggal 23 Februari 2008. Pemilihan penerima bantuan didasari atas
inisiatif untuk pemberdayaan sesuai keahlian yang dimiliki seseorang.
Penerima hanya dipilih 1 orang karena terkait dengan ungkapan
“memberi
pancing,
jangan
memberi
umpan”.
Perusahaan
mengharapkan agar tidak menimbulkan kesan memanjakan warga
tetapi justru menginisiatifkan warga untuk berkompetisi bila ingin
mendapatkan bantuan. Perbaikan becak dilakukan oleh DKM. Bahan
baku untuk perbaikan becak ini dengan membeli bahan baru. Sumber
dana dari kegiatan ini berasal dari DKM.
7. Bedah rumah
Renovasi rumah dilakukan pada tanggal 4 Mei 2008. Renovasi
memakan 1 minggu. Kegiatan dilaksanakan karena status pemiliknya
janda tanpa keluarga di Bekasi, dan melihat kondisi rumahnya sangat
tidak layak untuk dihuni. Bahan baku renovasi berasal dari perusahaan.
Pekerja yang melakukan renvoasi rumah berasal dari pekerja sekitar
lingkungan RW.
8. Go green with Astra
73
Kegiatan peduli lingkungan berdasarkan instruksi PT. Astra
International
dalam
mewujudkan
kepeduliannya
terhadap
lingkungan dengan menanamkan bibit pohon sebanyak jumlah
karyawan yang ada di perusahaan tersebut. PT. IAMI APPU
memiliki 214 karyawan. Kegiatan berlangsung selama 20 Februari
2008 sampai dengan 5 Juni 2008. Peresmian secara simbolis
bekerja sama dengan masyarakat RW 007. Masyarakat membantu
dalam perlengkapan logistik acara baik dari persiapan tenda, kursi,
dan lain-lain. Bibit berasal dari perusahaan. Acara dihadari oleh
pejabat
perusahaan
dan
pemerintah.
Namun
dalam
pelaksanaannya, penanaman tidak dilakukan oleh seluruh karyawan
perusahaan dikarenakan alasan efisiensi. Jadi penanaman yang
seharusnya oleh karyawan, digantikan oleh polisi.
5.4 Ikhtisar
Pengertian CSR menurut PT. IAMI ialah, penerapan secara sistematis dan
struktur tanggung jawab perusahaan terhadap pemenuhan kebutuhan stakeholder.
Cakupan Stakeholder CSR yang dimaksud dapat dilihat dalam bagan berikut:
Lingkungan
Pemegang Saham
Supplier
Perusahaan
Karyawan
Customer
Keluarga Karyawan
Masyarakat sekitar & Nasional
Pemerintah Lokal & Nasional
Gambar 4. Cakupan CSR PT. IAMI
74
Gambar 4 menjelaskan bahwa PT. IAMI mempunyai hubungan dengan
berbagai macam stakeholder dalam aktivitas bisnisnya. Oleh karena itu, agar
kegiatan perusahaan dapat berlansung dengan baik dan lancar, perusahaan
berusaha untuk memenuhi hak-hak pemangku kepentingan dari cakupan internal
perusahaannya sampai dengan cakupan yang lebih luas, yaitu pemerintah lokal
dan nasional. Cakupan internal terdiri dari tanggung jawab terhadap para
pemegang saham dan karyawan. Kemudian cakupan yang lebih luas adalah
pemenuhan terhadap hak-hak customer, supplier, lingkungan, masyarakat dan
pemerintah.
Berdasarkan Tabel 5, maka dapat disimpulkan bahwa cara perusahaan
dalam memandang Corporate Social Responsbility (CSR) termasuk dalam
kategori pertama, kedua dan ketiga. Untuk kategori yang pertama lebih mengarah
kepada external driven (faktor eksternal) dan reputation driven (ingin
mendongkrak citra perusahaan).
75
Tabel 5. Cara Pandang Perusahaan dalam Memandang Corporate Social
Responsbility (CSR)
Cara Pandang Perusahaan
Sekedar Basa-Basi atau
Keterpaksaan:
Faktor ekternal
(eksternal driven)
Masalah lingkungan
(Environmental driven)
Mendongkrak citra perusahaan
(Reputation driven)
Sebagai Upaya Memenuhi Kewajiban
(compliance)
Tulus dari perusahaan
(internal driven)
Implementasi CSR PT. IAMI APPU
1. Dikarenakan PT. IAMI APPU sering
melaksanakan kegiatan CSR, maka
perusahaan menjadi tidak diganggu
oleh oknum-oknum yang tidak
betanggunga jawab dalam pemungutan
liar kepada pihak perusahaan, justru
sebaliknya perusahaan dilindungi oleh
masyarakat. Koordinator EHS PT.
IAMI sangat dekat dengan tokoh-tokoh
masyarakat ketika kegiatan CSR
diadakan seperti ketua Forum Betawi
Rempug (FBR), Ketua RT, Ketua RW,
Lurah, Camat, Polisi dan tokoh penting
lainnya. (Faktor Ekternal)
2. Kegiatan CSR yang dilakukan PT.
IAMI APPU mengharapkan adanya
timbal
balik
dari
pelaksanaan
kegiatannya tersebut yakni berupa
peningkatan nama baik perusahaan.
Walaupun
timbal
balik
yang
didapatkan tidak berbentuk materi,
tetapi dengan nama baik perusahaan
terangkat maka secara tidak langsung
media promosi ikut berjalan seiring
dengan kegiatan CSR yang dilakukan.
(Mendongkrak Citra Perusahaan)
Dalam pelaksanaan kegiatan CSR, PT.
IAMI berusaha mematuhi regulasi yang
berlaku, yaitu :
1. Undang-Undang Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 40 Tentang
Perseroan Terbatas Bab V Pasal 74.
2. President letter Astra (2005)
3. Kebijakan Perusahaan
4. Kebijakan Lingkungan
5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
No. 127/MENLH/2002 yang diaudit
berdasarkan sistem Astra Green
Company (AGC)
Kegiatan-kegiatan CSR seperti bantuan
bakti sosial kepada korban bencana alam
dan bantuan kepada orang yang terkena
penyakit berat.
76
Strategi PT. IAMI APPU dalam upayanya merangkul masyarakat pada
kegiatan CSR perusahaan dapat dilihat berdasarkan pendekatan pengembangan
masyarakat melalui dua pendekatan dalam pengembangan masyarakat yang
dikemukakan oleh Batten (1967) dalam Adi (2003) yaitu:
1. Pendekatan direktif (instruktif).
Pendekatan ini dilakukuan berdasarkan asumsi bahwa community worker
mengetahui apa yang dibutuhkan dan apa yang baik untuk masyarakat.
Dalam pendekatan ini peranan community worker bersifat lebih dominan
karena prakarsa kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan lebih banyak
berasal dari community worker. Community worker-lah yang menetapkan
apa yang baik atau buruk bagi masyarakat, cara-cara apa yang perlu
dilakukan untuk memperbaikinya, dan selanjutnya menyediakan sarana
yang diperlukan untuk perbaikan tersebut. Dalam prakteknya community
worker memang mungkin menanyakan apa yang menjadi kebutuhan
masyarakat atau cara apa yang perlu dilakukan untuk menangani suatu
masalah, tetapi jawaban yang muncul dari suatu masyarakat selalu diukur
dari segi ‘baik’ dan ‘buruk’ menurut community worker.
2. Pendekatan Non-Direktif (Partisipatif).
Pendekatan ini dilakukan berlandaskan asumsi bahwa masyarakat tahu apa
yang sebenarnya mereka butuhkan dan apa yang baik untuk mereka. Pada
pendekatan ini community worker tidak menempatkan diri sebagai orang
yang menetapkan ‘baik’ atau ‘buruk’ bagi suatu masyarakat. Pemeran
utama dalam perubahan masyarakat adalah masyarkat itu sendiri,
community worker lebih bersifat menggali dan mengembangkan potensi
masyarakat. Masyarakat diberikan kesempatan untuk membuat analisis
dan mengambil keputusan yang berguna bagi mereka sendiri, serta mereka
diberi kesempatan penuh dalam penentuan cara-cara untuk mencapai
tujuan yang mereka inginkan.
Jika ditarik kesimpulan, maka perusahaan memiliki strategi pendekatan
pengembangan masyarakat yang lebih berpihak ke dalam kategori satu, yaitu
pendekatan direktif (instruktif). Memang sudah ada inisiatif perusahaan dari awal
untuk menentukan program yang sebaiknya ditujukan untuk masyarakat.
77
Masyarakat bersifat pasif dalam artian hanya menunggu program CSR yang
diberikan oleh perusahaan. Penghubung antara masyarakat dengan pihak
perusahaan adalah pengurus Rumah Tangga (RT) atau Rumah Warga (RW).
Perusahaan menanyakan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, tetapi proses
dialog yang lebih intensif masih terbatas di tingkatan panitia EHS dengan
pengurus RT/RW. Walaupun pihak RT/RW mengajukan ide atau saran, kebijakan
perusahaan lebih dominan untuk mengambil keputusan. Masyarakat belum bisa
mengambil keputusan dan mengutarakannya secara langsung kepada pihak
perusahaan.
Kegiatan pengimplementasian CSR PT. IAMI APPU dikenal dengan nama
“Isuzu Berhati Berbagi” yang dirilis pada tahun 2007. Anggaran dana untuk
kegiatan CSR PT. ISUZU IAMI APPU berasal dari dua sumber, yakni Lembaga
Amal Zakat Infaq dan Sodaqoh (LAZIS) Astra dan Dewan Kemakmuran Mesjid
(DKM) PT. IAMI APPU. Dana LAZIS Astra diperoleh dari masing-masing anak
perusahaan astra, sedangkan dana DKM PT. IAMI APPU diperoleh dari
sumbangan yang diberikan oleh karyawan PT. IAMI APPU. Sebagai bentuk
tanggung jawab atas penggunaan dana DKM yang berasal dari karyawan PT.
IAMI APPU, maka panitia EHS melaporkan kegiatan CSR yang sudah
dilaksanakan dengan pemberitahuan informasi mulai dari deskripsi kegiatan
sampai arus perputaran uang melalui media majalah dinding DKM PT. IAMI
APPU. DKM tersebut merupakan suatu lembaga yang tidak termasuk ke dalam
struktur organisasi formal perusahaan. Oleh karena itu, ketika kegiatan CSR
dilaporkan kepada Astra Internasional, pekerja EHS hanya mengatasnamakan PT.
IAMI sebagai perwakilan dari pelaksanaan kegiatan CSR tersebut. Kegiatankegiatan CSR yang dilaksanakan PT. IAMI APPU di Kecamatan Medan Satria
RW 007 dapat dilihat pada Tabel 6.
78
Tabel 6. Kegiatan-Kegiatan CSR yang Dilaksanakan PT. IAMI APPU di
Kecamatan Medan Satria RW 07
Jenis Kegiatan
No.
CSR PT. IAMI
APPU
Sumbangan
kepada anak
1.
yatim/anak asuh
(sosial) charity
Tanggal
Pelaksanaan
Jumlah
Peserta
Kegiatan
Sumber
Anggaran
Dana
4 Mei 2008
26 orang
DKM
PT.IAMI
APPU
Setiap anak yatim
diberikan Rp 40.000 per
bulan.
Deskripsi Kegiatan
2.
Beasiswa
pendidikan
LAZIS Astra
(sosial) charity
6 Juni 2008
6 orang
LAZIS
ASTRA
Beasiswa diberikan dari
jenjang SD sampai
dengan SMP. Untuk
tingkat SD, tiap orang
memperoleh Rp 60.000
per bulan . Sedangkan
untuk tingkat SMP Rp
70.000 per bulan
(bulan/tahun). Penerima
beasiswa dipilih
berdasarkan kriteria anak
tersebut berstatus yatim,
penghasilan keluarga
kurang dari Rp
300.000/bulan per kepala,
dan memiliki kemauan
sekolah yang tinggi.
Pemberian beasiswa ini
diutamakan dari wilayah
Ring I perusahaan.
3.
Sumbangan beras
kepada jandajanda (sosial)
charity
4 Mei 2008
65 orang
DKM
PT.IAMI
APPU
Tiap 3 bulan mereka
mendapatkan beras
sebanyak 5 Kg
4.
Sunatan Massal
(sosial) charity
5 Juli 2008
3 orang
LAZIS
ASTRA
Sunatan masal diberikan
secara gratis oleh
perusahaan
79
No.
Jenis Kegiatan
CSR PT. IAMI
APPU
Tanggal
Pelaksanaan
5.
Bantuan modal
tanpa bunga
(ekonomi)
Philantrophy
---
6.
Perbaikan becak
(ekonomi)
Philantrophy
7.
Bedah Rumah
(lingkungan)
charity
Jumlah
Peserta
Kegiatan
Sumber
Anggaran
Dana
4 orang
DKM
PT.IAMI
APPU
23 Februari
2008
1 orang
DKM
PT.IAMI
APPU
4 Mei 2008
1 orang
DKM
PT.IAMI
APPU
Deskripsi Kegiatan
Pemilihan penerima
modal ini berdasarkan
kriteria dipilih RT
setempat berdasarkan
orang tersebut berstatus
janda, penghasilan
kurang dari Rp 300.000
per bulan per kepala.
Modal diberikan sebesar
Rp 250.000 per orang.
Pengembalian modal di
monitoring oleh pihak
RT dalam jangka 10
bulan. Perusahaan tidak
memberikan beban bunga
kepada masyarakat, laba
dari modal tersebut
sepenuhnya diberikan
kepada mereka
Pemilihan penerima
bantuan didasari atas
inisiatif untuk
pemberdayaan sesuai
keahlian yang dimiliki
seseorang. Perusahaan
mengharapkan agar
menginisiatifkan warga
untuk berkompetisi bila
ingin mendapatkan
bantuan. Perbaikan becak
dilakukan oleh DKM.
Bahan baku untuk
perbaikan becak ini
dengan membeli bahan
baru.
Renovasi memakan 1
minggu. Kegiatan
dilaksanakan karena
status pemiliknya janda
tanpa keluarga di bekasi,
dan melihat kondisi
rumahnya sangat tidak
layak untuk dihuni.
Bahan baku renovasi
berasal dari perusahaan.
Pekerja yang melakukan
renvoasi rumah berasal
dari pekerja sekitar
lingkungan RW.
80
No.
8.
Jenis Kegiatan
CSR PT. IAMI
APPU
Go green with
Astra
(Lingkungan)
GCG
Tanggal
Pelaksanaan
20 Februari
2008
Jumlah
Peserta
Kegiatan
---
Sumber
Anggaran
Dana
Deskripsi Kegiatan
Penanaman bibit pohon
sebanyak jumlah
karyawan yang ada di
perusahaan tersebut. PT.
IAMI APPU memiliki
214 karyawan. Peresmian
secara simbolis bekerja
sama dengan masyarakat
RW 007. Masyarakat
membantu dalam
perlengkapan logistik
acara baik dari persiapan
tenda, kursi, dan lainPT. Astra
lain. Bibit berasal dari
Internasional
perusahaan. Acara
dihadari oleh pejabat
perusahaan dan
pemerintah. Namun
dalam pelaksanaannya,
penanaman tidak
dilakukan oleh seluruh
karyawan perusahaan
dikarenakan alasan
efisiensi. Jadi penanaman
yang seharusnya oleh
karyawan, digantikan
oleh polisi.
Menurut Wibisono (2007), contoh lingkup program CSR yang disarikan
dari beberapa perusahaan terkemuka terbagi menjadi tiga kategori yakni bidang
sosial, ekonomi dan lingkungan. Jika pernyataan tersebut dikaitkan dengan
implementasi CSR PT. IAMI APPU, maka kegiatan yang termasuk dalam
kategori bidang sosial adalah kegiatan sumbangan kepada anak yatim/anak asuh,
beasiswa pendidikan LAZIS Astra, sumbangan beras kepada janda-janda dan
sunatan masal. Sedangkan kegiatan seperti bantuan modal tanpa bunga dan
perbaikan becak termasuk ke dalam CSR bidang ekonomi. Dua sisanya yakni
kegiatan bedah rumah dan go green with Astra termasuk dalam kegiatan CSR
dalam bidang lingkungan.
BAB VI
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK KOMUNITAS,
TAHAP PARTISIPASI DAN DAMPAK KEGIATAN CSR
6.1 Karakteristik Demografis
6.1.1 Jenis Kelamin
Komunitias penelitian sebagian besar (90%) terdiri dari perempuan dan
sisanya (10%) adalah laki-laki (Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Sebaran Komunitas Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
n
4
36
40
%
10.0
90.0
100.0
6.1.2 Umur
Umur merupakan variabel yang digunakan untuk mengetahui masa hidup
responden dari lahir sampai dengan penelitian ini berlangsung. Umur responden
berkisar antara 25-80 tahun. Sebanyak separuh (50%) komunitas merupakan
dewasa madya. Hampir sepertiga (30%) komunitas termasuk tahap usia lanjut
dan sisanya termasuk dewasa awal. Kisaran umur yang telah ditentukan
merupakan tahap perkembangan manusia berdasarkan teori perkembangan
Hurlock (1980). Sebaran komunitas berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Sebaran Komunitas Berdasarkan Umur
Usia
Dewasa Awal (18-40)
Dewasa Madya (41-60)
Usia Lanjut (>60)
Total
n
8
20
12
40
%
20.0
50.0
30.0
100.0
6.1.3 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yaitu jenjang terakhir sekolah formal responden yang
pernah ditamatkan. Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa persentase terbesar
82
(32.5%) komunitas tidak pernah mengenyam bangku pendidikan. Sedangkan
persentase terendah komunitas berpendidikan tidak tamat SMP dan tamat SMA
yaitu masing-masing sebesar 2.5 persen
Tabel 9. Sebaran Komunitas Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tidak Tamat SMP
Tamat SMP
Tidak Tamat SMA
Tamat SMA
Total
n
13
12
7
1
4
2
1
40
%
32.5
30.0
17.5
2.5
10.0
5.0
2.5
100.0
6.1.4 Pekerjaan
Berdasarkan penelitian yang tersaji dalam Tabel 10 diketahui bahwa
persentase terbesar (57.5%) komunitas merupakan Ibu Rumah Tangga atau tidak
bekerja. Persentase terbesar kedua (20.0%) adalah pedagang, sedangkan
presentase terkecil (2,5%) komunitas merupakan pegawai swasta.
Tabel 10. Sebaran Komunitas Berdasarkan Pekerjaan
Jenis Pekerjaan
Pegawai swasta
Wiraswasta
Pedagang
IRT/tidak bekerja
Lain-lain
Total
n
1
2
8
23
6
40
%
2.5
5.0
20.0
57.5
15.0
100.0
6.1.5 Pendapatan
Data pada Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian besar (77.5%)
komunitas termasuk dalam kategori berpendapatan rendah yaitu dibawah Upah
Minimum Regional (UMR) kota Bekasi (Rp 994.000,-), sedangkan persentase
terendah (2.5%) merupakan komunitas dengan pendapatan tinggi.
83
Tabel 11. Sebaran Komunitas Berdasarkan Pendapatan
Besar Pendapatan
Rendah (<994000)
Sedang (994000-1988000)
Tinggi (>1988000)
Total
n
31
8
1
40
%
77.5
20.0
2.5
100.0
6.1.6 Besar Keluarga
Berdasarkan BKKBN, keluarga dibagi menjadi tiga kategori yaitu
keluarga kecil yang terdiri kurang dari 4 anggota keluarga, keluarga sedang 5
sampai 6 anggota keluarga, dan keluarga besar lebih dari sama dengan 7 anggota
keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (80%) komunitas
memiliki keluarga kecil, sebanyak 15 persen termasuk keluarga sedang, dan
sisanya (5%) termasuk keluarga besar. Sebaran komunitas berdasarkan besar
keluarga dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Sebaran Komunitas Berdasarkan Besar Keluarga
Besar Keluarga
Keluarga kecil (≤4)
Keluarga sedang (5-6)
Keluarga besar (≥7)
Total
n
32
6
2
40
%
80.0
15.0
5.0
100.0
6.2 Tingkat Partisipasi Komunitas Kelurahan Medan Satria
Partisipasi masyarakat dapat ditunjukkan oleh terjadinya pembagian ulang
kekuasaan yang adil (redistribution of power) antara penyedia kegiatan dan
kelompok masyarakat penerima kegiatan. Partisipasi masyarakat tersebut
bertingkat, sesuai dengan gradasi derajat wewenang dan tanggungjawab yang
dapat dilihat dalam proses pengambilan keputusan. Gradasi komunitas tersebut
disajikan dalam Tabel 13 sebagai sebuah tangga dengan delapan tingkatan yang
menunjukkan peningkatan partisipasi tersebut (Arnstein 1969 dalam Zoebir
2008).
84
Tabel 13. Tingkatan Partisipasi
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tangga/Tingkatan
Partisipasi
Manipulasi
(Manipulation)
Terapi
(Therapy)
Pemberitahuan
(Informing)
Konsultasi
(Consultation)
Penenangan
(Placation)
Kemitraan
(Partnership)
Pendelegasian
Kekuasaan
(Delegated Power)
Kontrol Masyarakat
(Citizen Control)
Tingkatan
Pembagian
Kekuasaan
Hakekat Kesertaan
Permainan oleh pemerintah
Sekedar agar masyarakat tidak
marah/mengobati
Sekedar pemberitahuan
searah/sosialisasi
Masyarakat didengar, tapi tidak
selalu dipakai sarannya
Saran masyarakat diterima tapi tidak
selalu dilaksanakan
Timbal-balik dinegosiasikan
Masyarakat diberi kekuasaan
(sebagian atau seluruh program)
Tidak ada
partisipasi
Tokenisme/sekedar
justifikasi agar
mengiyakan
Tingkat kekuasaan
ada di masyarakat
Sepenuhnya dikuasi oleh
masyarakat
Sumber: Arsntein (1969:217) dalam Setiawan (2003)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh (55%) komunitas
berada pada tingkatan partisipasi terapi, satu perempat (25%) komunitas berada
pada tingkatan pemberitahuan, dan satu perlima (20%) komunitas berada pada
tingkatan penenangan. Komunitas tidak berada pada tingkatan partisipasi
manipulasi, konsultasi, kemitraan, pendelegasian kekuasaan dan kontrol
masyarakat. Sebaran komunitas berdasarkan tangga partisipasi dapat dilihat pada
Tabel 14:
Tabel 14. Sebaran Komunitas Berdasarkan Tingkat Partisipasi
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tingkat Partisipasi
Manipulasi
Terapi
Pemberitahuan
Konsultasi
Penenangan
Kemitraan
Pendelegasian Kekuasaan
Kontrol Masyarakat
Total
n
0
22
10
0
8
0
0
0
40
%
0.0
55.0
25.0
0.0
20.0
0.0
0.0
0.0
100.0
85
Tabel 14 menunjukkan bahwa lebih dari setengah (55%) komunitas masih
berada pada tahap partisipasi terapi. Hal ini berarti perusahaan melakukan
kegiatan CSR agar masyarakat tidak marah atau sekedar mengobati jika ada
aktivitas perusahaan yang berada di sekitar lingkungan masyarakat namun
perusahaan tersebut tidak peduli terhadap lingkungan masyarakat sekitar. Jadi ada
upaya perusahaan untuk merangkul masyarakat melalui kegiatan CSR perusahaan.
Tingkat partisipasi terapi digambarkan pada kondisi seperti kegiatan CSR yang
berlangsung dalam sekali waktu (seperti bencana alam dan hari raya), bantuan
diberikan dalam bentuk uang atau bahan makanan pokok, dan pengorganisasian
dilakukan oleh perusahaan.
Mengacu pada Gambar 13, apabila delapan tahap partisipasi dikategorikan
menjadi tiga bagian yakni berdasarkan tingkat pembagian kekuasaannya, maka
tingkat partisipasi terapi menempati tingkat pembagian kekuasaan pada tahap
tidak ada partisipasi masyarakat sebesar 55 persen. Hal ini secara tidak langsung
menggambarkan bahwa lebih dari separuh komunitas tidak berpartisipasi dalam
kegiatan CSR yang dilakukan PT. IAMI APPU. Kemudian, dapat dilihat kembali
dari Gambar 13, partisipasi masyarakat pada kegiatan CSR pada PT. IAMI APPU
telah merangkak ke tahap selanjutnya yang lebih tinggi. Sebanyak 45 persen
komunitas berada pada tingkatan pembagian kekuasaan tokenisme. Hal ini dapat
dilihat bahwa perusahaan telah mensosialisasikan kegiatan kepada masyarakat dan
kegiatan sudah ditentukan oleh perusahaan (tahap partisipasi pemberiahuan),
pihak perusahaan selalu hadir dalam setiap kegiatan CSR dan hanya segelintir
anggota masyarakat yang ikut serta dalam mengurusi kegiatan CSR, selebihnya
adalah perusahaan (tingkat patisipasi penenangan).
86
0%
0% 8. Kontrol Masyarakat
0% 7. Pendelegasian Kekuasaan
20%
0%
6. Kemitraan
Kekuasaan
di
= 0%
Masyarakat
5. Penenangan
25% 4. Konsultasi
Tokenisme = 45 %
55% 3. Pemberitahuan
0%
2. Terapi
1. Manipulasi
Tidak Ada Partisipasi = 55%
Gambar 13. Kategori Tahap Partisipasi Komunitas
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kegiatan CSR yang
dilakukan PT. IAMI APPU belum sepenuhnya melibatkan masyarakat untuk ikut
serta dalam proses perencanaan kegiatan sampai evaluasi. Masyarakat belum
memiliki kekuasaan akan pelaksanaan kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT.
IAMI APPU.
6.3 Dampak Kegiatan CSR PT. IAMI APPU Terhadap Komunitas
Kelurahan Medan Satria
6.3.1 Dampak Ekonomi
Dampak ekonomi merupakan dampak yang memberikan dampak
penambahan pendapatan ekonomis bagi masyarakat penerima kegiatan CSR yang
dilakukan oleh PT. IAMI APPU. Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 15
menunjukkan bahwa dampak ekonomi yang dirasakan oleh sebagian besar (60%)
komunitas masih relatif sedang. Hanya sebagian kecil (12.5%) komunitas saja
yang merasakan bahwa dampak ekonomi yang dirasakan relatif tinggi. Hal ini
dikarenakan jenis program yang diterima sebagian besar komunitas masih bersifat
charity dan philantropy, sedangkan sebagian kecil komunitas yang merasakan
87
dampak ekonomi yang relatif tinggi mendapatkan bantuan kegiatan CSR berupa
peminjaman modal yang memungkinkan komunitas melakukan kegiatan produktif
yang dapat menambah pendapatan keluarga.
Tabel 15. Sebaran Komunitas Berdasarkan Kategori Dampak Ekonomi
Dampak Ekonomi
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
n
11
24
5
40
%
27.5
60.0
12.5
100.0
6.3.2 Dampak Sosial
Dampak sosial merupakan dampak yang lebih bersifat jalinan hubungan
sosial antara masyarakat dengan perusahaan maupun antara masyarakat dengan
masyarakat seperti tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan, konflik
yang terjadi, dan solidaritas serta kerjasama antar warga. Tabel 16 menunjukkan
bahwa hampir seluruh (90%) komunitas merasakan bahwa dampak sosial relatif
sedang dan sisanya dampak sosial yang dirasakan komunitas relatif tinggi. Secara
umum dapat dijelaskan bahwa hampir seluruh komunitas menganggap bahwa
hubungan antara masyarakat dan perusahaan memiliki hubungan yang baik.
Tabel 16. Sebaran Komunitas Berdasarkan Kategori Dampak Sosial
Dampak Sosial
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
n
0
36
4
40
%
0
90
10
100
6.3.3 Dampak Lingkungan
Dampak lingkungan merupakan dampak akibat berjalannya kegiatan
produksi
bisnis
perusahaan
seperti
pengelolaan
lingkungan
hidup
dan
penambahan infrastrukur wilayah perusahaan tersebut. Tabel 17 memperlihatkan
bahwa sebagian besar (95%) komunitas merasakan bahwa dampak lingkungan
dalam kategori sedang. Hal ini sesuai dengan perolehan sertifikat ISO 14001 oleh
PT. IAMI APPU yang menunjukkan bahwa perusahaan telah mengelola
88
lingkungan dan limbah dengan baik. Hanya sedikit komunitas (5%) menyatakan
bahwa dampak lingkungan yang dirasakan rendah.
Tabel 17. Sebaran Komunitas Berdasarkan Kategori Dampak Sosial
Dampak Lingkungan
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
n
2
38
0
40
%
5
95
0
100
6.3.4 Dampak Keseluruhan
Dampak keseluruhan merupakan penggabungan dari dampak ekonomi,
sosial dan lingkungan. Tabel 18 menunjukkan bahwa sebesar 47.5 persen
merasakan bahwa dampak secara keseluruhan relatif sedang dan sebesar 42.5
persen merasakan bahwa (10%) dampak secara keseluruhan relatif rendah. Hanya
sebagian kecil komunitas saja yang merasakan dampak keseluruhan dirasakan
relatif tinggi.
Tabel 18. Sebaran Komunitas Berdasarkan Kategori Dampak Kegiatan CSR
Dampak Keseluruhan
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
n
17
19
4
40
%
42.5
47.5
10.0
100.0
6.4 Hubungan antara Karakteristik Komunitas dengan Tahap Partisipasi
Berdasarkan uji korelasi Spearman, tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara karakteristik komunitas dengan tahap partisipasi. Hal ini diduga
karena terdapat variabel lain diluar penelitian yang berhubungan dengan tahap
partisipasi seperti faktor eksternal yang meliputi hubungan yang terjalin antara
pihak pengelola proyek dengan sasaran (pelayanan) dan metode kegiatan dua arah
yang interaktif sehingga dapat lebih meningkatkan partisipasi seseorang (Arifah
2002).
89
Tabel 19. Koefisien Korelasi Spearman Antara Karakteristik Komunitas dengan
Tahap Partisipasi
Variabel
Usia
Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendapatan
Jumlah Keluarga
Lama Tinggal
Tahap partisipasi
-0.187
0.070
-0.197
0.234
-0.109
6.5 Hubungan antara Tahap Partisipasi dengan Dampak Kegiatan CSR
Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman, hubungan antara tahap
partisipasi dan dampak kegiatan CSR menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan
nyata (r=0.016, p>0.05) antara tahap partisipasi dengan dampak kegiatan CSR.
Hal ini diduga bahwa berdasarkan hasil observasi lapangan, karakteristik
masyarakat penerima program bantuan kegiatan memang masih bersifat pasif dan
tergantung
terhadap
perusahaan,
sehingga
apabila
masyarakat
dengan
karakteristik seperti yang disebutkan diatas harus melakukan tahap pada tangga
partisipasi yang semakin tinggi (kearah kontrol masyarakat) maka komunitas
belum siap untuk menerimanya. Kebelumsiapan komunitas menyebabkan
dampaknya akan semakin tidak kentara.
BAB VII
ANALISIS TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT
Kegiatan CSR PT IAMI APPU dalam struktur organisasi perusahaan
ditangani oleh seksi Enviroment Health and Safety (EHS). Seksi ini dibentuk
karena munculnya sistem manajeman lingkungan yang dirilis oleh PT. Astra
International (PT. AI) sebagai induk perusahaan pada tahun 2000. Sistem ini
dikenal dengan sebutan Astra Green Company (AGC). AGC merupakan sebuah
manajeman yang secara sadar meletakkan pertimbangan perlindungan dan
pembangunan lingkungan, keselamatan, dan kesehatan “stakeholder” dalam setiap
pengambilan keputusan bisnisnya sebagai wujud nyata tanggung jawab dan upaya
memberikan
kontribusi
positif
kepada
masyarakat
dan
pembangunan
berkelanjutan.
PT IAMI APPU memiliki pandangan tersendiri dalam memandang CSR
(Tabel 5). Wibisono (2007) menjelaskan bahwa perusahaan memiliki berbagai
cara pandang dalam memandang CSR. Berbagai cara pandang perusahaan
terhadap CSR yaitu:
1. Sekedar basa-basi atau keterpaksaan. Perusahaan mempraktekan CSR
karena external driven (faktor eksternal), environmental driven (karena
terjadi masalah lingkungan dan reputation driven (karena ingin
mendongkrak citra perusahaan).
2. Sebagai upaya memenuhi kewajiban (compliance). CSR dilakukan karena
terdapat regulasi, hukum, dan aturan yang memaksa perusahaan
menjalankannya.
3. CSR diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari dalam
(internal driven). Perusahaan menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan
sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan
bisnisnya saja, melainkan juga tannggunga jawab sosial dan lingkungan.
Jika dikaitkan dengan teori yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
implementasi kegiatan CSR PT IAMI APPU dapat dikategorikan dalam kategori
pertama (faktor eksternal dan ingin mendongkrak citra perusahaan), kedua
(sebagai upaya memenuhi kewajiban) dan ketiga (dorongan yang tulus dari
91
dalam). Hal ini membuktikan bahwa memang adanya suatu fenomena tanggung
jawab sosial yang terjadi di perusahaan tersebut sebagai upaya pengembangan
masyarakat.
Apabila dianalisis berdasarakan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat
yang dikemukakan oleh Ife (1995) dalam Nasdian (2006), maka tanggung jawab
sosial yang dilakukan oleh PT IAMI APPU melalui kegiatan CSR perusahaan
sudah berbasis Defining Need (mendefinisikan kebutuhan) tetapi hanya sebatas
dialog dengan pihak RT dan RW saja belum sampai pada dialog langsung
bersama penerima kegiatan. Hal ini diperkuat dengan teori pendekatan
pengembangan masyarakat Batten (1967) dalam Adi (2003) yang menunjukkan
bahwa pendekatan pengembangan masyarakat yang digunakan PT IAMI APPU
dalam upaya merangkul masyarakat pada kegiatan CSR lebih condong
menggunakan pendekatan direktif (instruktif) dari pada pendekatan non-direktif
(partisipatif).
Hal ini ditunjukkan oleh adanya inisiatif perusahaan dari awal untuk
menentukan program yang sebaiknya ditujukan untuk masyarakat. Masyarakat
bersifat pasif dalam artian hanya menunggu program CSR yang diberikan oleh
perusahaan. Penghubung antara masyarakat dengan pihak perusahaan adalah
pengurus Rumah Tangga (RT) atau Rumah Warga (RW). Perusahaan menanyakan
apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, tetapi proses dialog yang lebih intensif
masih terbatas di tingkatan panitia EHS dengan pengurus RT/RW. Walaupun
pihak RT/RW mengajukan ide atau saran, kebijakan perusahaan lebih dominan
untuk mengambil keputusan. Masyarakat belum bisa mengambil keputusan dan
mengutarakannya secara langsung kepada pihak perusahaan.
Apabila dilihat dari tingkat partisipasi komunitas dalam mengikuti
kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT IAMI APPU berdasarkan prinsip-prinsip
pengembangan masyarakat (Ife 1995 dalam Nasdian 2006), maka CSR tersebut
belum berbasiskan pada prinsip pemberdayaan, kemandirian dan partisipasi. Hal
ini didukung oleh hasil penelitian kuantitatif yang dikembangkan dari teori
delapan tahap atau tangga partisipasi (Arnsten 1969). Berdasarkan Gambar 5,
hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh (55%) komunitas berada
pada tingkatan partisipasi terapi, satu perempat (25%) komunitas berada pada
92
tingkatan pemberitahuan, dan satu perlima (20%) komunitas berada pada
tingkatan penenangan. Komunitas tidak berada pada tingkatan partisipasi
manipulasi, konsultasi, kemitraan, pendelegasian kekuasaan, dan kontrol
masyarakat.
Charity
Good Corporate
Citizenship
(GCG) Philantropy
0%
0% 8. Kontrol Masyarakat
0% 7. Pendelegasian Kekuasaan
20%
0%
Kekuasaan
di
= 0%
Masyarakat
6. Kemitraan
5. Penenangan
25% 4. Konsultasi
Tokenisme = 45 %
55% 3. Pemberitahuan
0%
2. Terapi
1. Manipulasi
Tidak Ada Partisipasi = 55%
Gambar 5. Tahap Partisipasi Komunitas dan Karakteristik CSR
Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat juga bahwa karekteristik CSR
perusahaan berada pada posisi Charity dan Philantropy yang mengarah kepada
Good Corporate Citizenship (GCG). Hal ini dibuktikan oleh kegiatan-kegiatan
Charity dalam bentuk sumbangan kepada yatim piatu, beasiswa pendidikan,
sumbangan beras, sunatan massal, dan bedah rumah. Kegiatan ini dapat
dikategorikan dalam Charity pada karakteristik CSR yang telah dikemukakan oleh
Za’im Zaidi (2003) karena kegiatan dilakukan hanya bersifat jangka pendek yang
berarti belum memberdayakan komunitas di wilayah tersebut. Kegiatan yang
dikategorikan Philantrophy dalam bentuk bantuan modal tanpa bunga dan
perbaikan becak. Bagi pihak perusahaan, kedua kegiatan ini sebagai langkah awal
untuk memberdayakan masyarakat walau dengan jumlah anggota yang sedikit.
Kemudian kegiatan yang termasuk dalam Good Corporate Citizenship (GCG)
93
adalah Go Green With Astra yakni penanaman bibit pohon di sekitar kawasan
perusahaan. Persentase tahapan partisipasi pada Gambar 5 memperlihatkan bahwa
tidak adanya partisipasi pada kategori GCG, namun kegiatannya termasuk dalam
GCG. Hal ini dikarenakan penanaman tidak dilakukan langsung oleh masyarakat.
Mereka hanya sebatas membantu di bagian logistik perlengkapan persiapan acara
saja.
Berdasarkan Gambar 5, jika posisi masyarakat terus bergerak ke arah
kanan, maka kekuasaan akan berada pada tangga partisipasi kontrol masyarakat.
Masyarakat diharapkan dapat menjadi mandiri dan menentukan sendiri apa yang
menjadi kebutuhannya serta dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan
untuk mencapai kebutuhan masyarakat. Pada saat proses kegiatan CSR
belangsung, sebaiknya perusahaan juga membekali masyarakat dengan pelatihanpelatihan untuk mengembangkan sumberdaya yang ada sehingga ketika mereka
berada pada tangga partisipasi yang paling tinggi yakni kontrol masyarakat maka
masyarakat akan bijaksana dalam mengambil keputusan, bukan pemberontakan
ataupun konflik yang sama sekali tidak diharapkan oleh perusahaan jika
masyarakat telah berada pada puncak tahap partisipasi. Oleh karena itu, kegiatan
yang kooperatif antara pihak masyarakat dan perusahaan sangat dibutuhkan dalam
melancarkan kegiatan CSR ini untuk tercapainya suatu titik temu antara keinginan
kedua belah pihak. Pada kondisi tersebut, kedua belah pihak akan saling sejajar
dalam bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama secara berkelanjutan.
BAB VIII
PENUTUP
8.1 Kesimpulan
Kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) PT IAMI APPU
dilaksanakan sejak tahun 2001. Kegiatan ini dalam struktur organisasi perusahaan
ditangani oleh seksi Enviroment Health and Safety (EHS). Seksi EHS dibentuk
karena tanggapan dari munculnya sistem manajeman lingkungan yang dirilis oleh
PT. Astra International (PT. AI) sebagai induk perusahaan pada tahun 2000.
Sistem ini dikenal dengan sebutan Astra Green Company (AGC). AGC
merupakan sebuah manajeman yang secara sadar meletakkan pertimbangan
perlindungan dan pembangunan lingkungan, keselamatan, dan kesehatan
“stakeholder” dalam setiap pengambilan keputusan bisnisnya sebagai wujud nyata
tanggung jawab dan upaya memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan
pembangunan berkelanjutan.
Cara pandang PT IAMI APPU dalam memandang CSR sebagai upaya
pengembangan masyarakat termasuk dalam kategori pertama, yakni sekedar basa
basi atau keterpaksaan, dimana perusahaan mempraktekkan CSR hanya karena
ekternal driven (faktor ekternal) dan reputation driven (karena ingin mendongkrak
citra perusahaan). Selain itu PT IAMI APPU juga memandang CSR sebagai upaya
untuk memenuhi kewajiban (compliance), dimana CSR yang dilakukan karena
terdapat regulasi, hukum, dan aturan yang memaksanya. Adanya kegiatankegiatan CSR perusahaan seperti bantuan bakti sosial kepada korban bencana
alam dan bantuan kepada orang yang terkena penyaki berat membuat PT IAMI
termasuk dalam kategori terakhir, yaitu dorongan yang tulus dari dalam (internal
driven), dimana perusahaan telah menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan
lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan
bisnisnya, melainkan juga tanggung jawab sosial di lingkungan sekitar
masyarakat.
Strategi PT. IAMI APPU dalam upayanya merangkul masyarakat pada
kegiatan CSR perusahaan dapat dilihat dari pendekatan pengembangan
masyarakatnya secara direktif (instruktif). Memang sudah ada inisiatif perusahaan
95
dari awal untuk menentukan program yang sebaiknya ditujukan untuk masyarakat.
Masyarakat bersifat pasif dalam artian hanya menunggu program CSR yang
diberikan oleh perusahaan. Penghubung antara masyarakat dengan pihak
perusahaan adalah pengurus Rumah Tangga (RT) atau Rumah Warga (RW).
Perusahaan menanyakan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, tetapi proses
dialog yang lebih intensif masih terbatas di tingkatan panitia EHS dengan
pengurus RT/RW. Walaupun pihak RT/RW mengajukan ide atau saran, kebijakan
perusahaan lebih dominan untuk mengambil keputusan. Masyarakat belum bisa
mengambil keputusan dan mengutarakannya secara langsung kepada pihak
perusahaan.
Adapun kegiatan CSR PT IAMI APPU yang termasuk dalam kategori
bidang sosial adalah kegiatan sumbangan kepada anak yatim/anak asuh, beasiswa
pendidikan LAZIS Astra, sumbangan beras kepada janda-janda dan sunatan
massal. Sedangkan kegiatan seperti bantuan modal tanpa bunga dan perbaikan
becak termasuk ke dalam CSR bidang ekonomi. Dua sisanya yakni kegiatan bedah
rumah dan go green with Astra termasuk dalam kegiatan CSR dalam bidang
lingkungan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi komunitas
termasuk dalam tahap partisipasi terapi (berdasarkan delapan tangga partisipasi)
atau tidak ada partisipasi (berdasarkan tingkat pembagian kekuasaannya). Hal ini
berarti perusahaan melakukan kegiatan CSR agar masyarakat tidak marah atau
sekedar mengobati jika ada aktivitas perusahaan yang berada di sekitar lingkungan
masyarakat. Jadi ada upaya perusahaan untuk merangkul masyarakat melalui
kegiatan CSR perusahaan. Tingkat partisipasi terapi digambarkan pada kondisi
seperti kegiatan CSR yang berlangsung dalam sekali waktu (seperti bencana alam
dan hari raya), bantuan diberikan dalam bentuk uang atau bahan makanan pokok,
dan pengorganisasian dilakukan oleh perusahaan. Dampak keseluruhan yang
dirasakan oleh hampir separuh komunitas pada penelitian ini termasuk dalam
kategori sedang dan sisanya termasuk dalam kategori rendah, dengan rincian yaitu
dampak ekonomi, sosial dan lingkungan yang termasuk dalam kategori sedang.
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik komunitas
dengan tahap partisipasi dan tidak terdapat hubungan signifikan antara tahap
96
partisipasi dengan dampak kegiatan CSR. Secara keseluruhan dapat dijelaskan
bahwa dari kegiatan CSR PT IAMI APPU terdapat upaya perusahaan untuk
mengembangkan masyarakat di lingkungan perusahaan walaupun sebagian besar
komunitas belum berpartisipasi penuh terhadap kegiatan CSR perusahaan. Dalam
artian, komunitas hanya menerima bantuan dan perusahaan belum sepenuhnya
mengembangkan sumber daya komunitas. Hal ini terlihat dari lebih banyaknya
jenis kegiatan-kegiatan CSR perusahaan yang bersifat charity seperti sumbangan
kepada anak yatim, pemberian beasiswa pendidikan, sumbangan beras kepada
janda-janda dan bedah rumah.
8.2 Saran
Sesuai dengan fenomena yang terjadi di PT ISUZU APPU, maka terdapat
beberapa hal yang dapat dijadikan saran, yaitu:
1. Sebaiknya dibuat divisi khusus pada perusahan untuk menangani kegiatan
CSR, sehingga penganan kegiatan CSR tidak bertumpang tinding dengan seksi
SHS.
2. Sebaiknya terdapat pengalokasian dana khusus untuk kegiatan CSR yang
bukan berasal dari pengumpulan dana karyawan atau DKM perusahaan.
3. Perlu penambahan jumlah personil SDM untuk menangani kegiatan CSR
perusahaan sehingga kegiatan CSR lebih terpantau dan berkembang lebih
baik.
4. Sebaiknya kegiatan CSR yang dilakukan lebih banyak menambahkan kegiatan
yang berbasiskan pengembangan masyarakat, sehingga masyarakat pada
akhirnya mampu mengelola sendiri sumberdaya yang ada untuk mencapai
kesejahteraan bersama.
5. Perlu adanya pendefinsian kebutuhan yang dilakukan bersama masyarakat
untuk mencapai kegiatan yang berbasiskan pengembangan masyarakat dan
akhirnya mencapai proses tertinggi yaitu GCG.
6. Monitoring
dan
evaluasi
sebaiknya
rutin
dilakukan
untuk
melihat
perkembangan kegiatan CSR yang telah dilakukan. 97
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Ajiswarman. 1996. Partisipasi Perantau Minang dalam Pembangunan Pedesaan
(Studi Kasus : Kelompok Tani Subur Jaya, Desa Ciherang, Kecamatan
Dramaga, Kabuapaten Bogor, Jawa Barat). Skripsi. IPB. Bogor.
Ambadar, Jackie. 2008. CSR dalam Praktik di Indonesia. Jakarta : PT Elex Media
Komputindo.
Amri, Mulya, dan Wicaksono Sarosa. 2008. CSR untuk Penguatan Kohesi Sosial.
Jakarta : Indonesia Business Links.
Arifah, N. 2002. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Petani
dalam Program Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT)
(Studi Kasus di Kelompok Tani Subur Jaya, Desa Ciherang, Kecamatan
Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Skripsi. IPB. Bogor.
Arnstein, Sherry R. 1969. A Ladder of Citizen Participation. Http://www.lithgowschmidt.dk/sherry-arnstein/ladder-of-citizen-participation.pdf. [diakses
tanggal 13 Juli 2009]
Febriana, Yohana Desi. 2008. Partisipasi Masyarakat dalam Program Corporate
Social Responsbility “Kampung Siaga Indosat” (Studi Kasus : RW 04,
Kelurahan Maggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan). Skripsi. IPB.
Bogor.
Herlin, Fauzia. 2008. Analisis Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Coorporate
Social Responsbility/CSR) sebagai upaya Pengembangan Masyarakat
(Studi Kasus Pengembangan Perekonomian Lokal Melalui Program
Kemitraan PT ANTAM Tbk di Tanjung Barat, Jakarta). Skripsi. IPB.
Bogor.
Ibrahim, Linda D.. 2006. Memanfaatkan Modal Sosial Komunitas Lokal dalam
Program Kepedulian Korporasi. Jakarta : PIRAC.
Matrizal, Ibni. 2005. Partisipasi Masyarakat dalam program Pengelolan Sampah
Pemukiman di Kota Banda Aceh-Naggroe Aceh Darussalam. Tesis.
Program Pascasarjana. IPB. Bogor.
Mikkelsen, Britha. 1999. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya
Pemberdayaan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
98
Mulyadi, Devi. 2007. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social
Responsibility) dalam Usaha Pengembangan Masyarakat (Studi Kasus PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk, Jalan Raya Gatot Subroto Kav. 52 Jakarta.
Skripsi. IPB. Bogor.
Nasdian, Fredian Tonny. 2006. Pengembangan Masyarakat (Community
Development). Bogor: Bagian Sosiologi pedesaan dan Pengembangan
Masyarakat Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Institut Pertanian Bogor.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.
Nurlaela, Santi. 2004. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat
Partisipasi Petani dalam Proyek Reboisasi Pola Hutan Kemasyarakatan
HKm : Kasus Desa Tiwingan Baru, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar,
Propinsi Kalimantan Selatan. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi. Fakultas
Pertanian. IPB. Bogor.
Pratiwi, Ayu Tri. 2008. Tingkat Partisipasi Warga dalam Penyelenggaraan Radio
Komunitas (Kasus : Radio Komunitas Suara Kencana, Kecamatan Tanah
Sareal, Kota Bogor. Skripsi. IPB. Bogor.
Radyati, Maria R. Nindita. 2008. CSR untuk Pemberdayaan Ekonomi Lokal.
Jakarta : Indonesia Business Links.
Rudito, Bambang dan Adi Prasetijo, Kusairi (Ed). 2003. Akses Peran Serta
Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan dan ICSD.
Rudito, Bambang, dan Melia Famiola. 2007. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan di Indonesia. Bandung : Rekayasa Sains.
Rukminto, Isbandi. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas (Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan
Prakti)s. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Satrio, Hendri Budi. 2002. Evaluasi Program Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan Swasta (Coorporate Social Responsbility) Sebagai Alat
Komunikasi Perusahaan. Tesis. UI. Jakarta.
Setianingrum, Ingelia Putri. 2007. Analisis Community Development sebagai
Bentuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Kasus PT ISM Bogasari
Flour Mils, Jalan Raca Cilincing, Tanjung Priok, Jakarta Utara). Skripsi.
IPB. Bogor.
Setiawan, Bobi B. 2005. Hak Masyarakat dalam Proses Penyusunan dan
Implementasi
Kebijakan
Tata
Ruang.
Http://www.pspprugm.net/jurnalpdf/Bobi.pdf. [diakses tanggal 26 April 2009]
99
Silaen, Rosintan B. J. 1998. Partisipasi Anggota Kelompok Masyarakat Desa
Tertinggal pada Kegiatan Proyek Inpres Desa Tertinggal (IDT). Skripsi.
Jurusan Soial Ekonomi. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 2006. Metode Penelitian Survei. Jakarta
Barat : Pustaka LP3ES Indonesia.
Siregar, Budi Baik. 2004. Kedermawanan Alam Kalimantan “Sebuah
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Kalimantan
Tengah”. Jakarta : Piramedia.
Sitorus, MT. Felix. 1998. Penelitian Kualitatf Suatu Perkenalan. Bogor :
Kelompok Dokumentasi Ilmu-Ilmu Soial.
Sukada, Sonny, Pamadi Wibowo, Katamsi Ginano, Jalal, Irpan Kadir dan Taufik
Rahman. 2006. CSR For Better Life : Indonesian Conttext Membumikan
Bisnis Berkelanjutan Memahami Konsep & Praktik Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan. Jakarta : Indonesia Business Links.
Suprapto, Siti Adiprigandari Adiwoso. 2006. Pola Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan Lokal di Jakarta. Jakarta : PIRAC.
Tamarli. 1994. Partisipasi Petani dalam Penyuluhan dan Penerapan Program
Supra Insus. Tesis. Program Pascasarjana. IPB. Bogor.
Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social
Responsibility. Gresik : Fascho Publishing.
Wrihatnolo, Randy R., dan Riant Nugroho Dwidjowijoto. 2007. Manajemen
Pemberdayaan “Sebuah Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan
masyarakat”. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
Zoebir, Zuryawan Isvandir. 2008. Partisipasi Masyarakat dalam Penyusunan
Peraturan
Daerah.
Http://zuryawanisvandiarzoebir.wordpress.com/2008/08/13/proposalpenelitian-partisipasi-masyarakat-dalam-penyusunan/. [diakses tanggal 26
April 2009].
LAMPIRAN
Lampiran 1. Matriks Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data
No
1.
Tujuan
Profil PT Isuzu
Data yang
dibutuhkan
Variabel
1.
2.
Bidang usaha PT Isuzu
Lokasi Kantor PT Isuzu:
Letak kantor, batas-batas
kantor, luas kantor.
1.
2.
3.
4.
5.
2.
3.
4.
Mengetahui cara pandang
perusahaan terhadap CSR
Mengetahui perencanaan
program strategis CSR
perusahaan
Mengetahui
pendekatan
pengembangan masyarakat
yang digunakan perusahaan
untuk pengimplementasian
1. Pandangan perusahaan:
1. External driven,
environmental driven,
reputation driven
2. Compliance
3. Internal driven
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
Visi
Misi
Tujuan
Kebijakan
Struktur Organiasi
Penyediaan SDM
Direktif
Non-Direktif
Prinsip-prinsip
Pengembangan Masyarakat
1.
1.
1.
2.
Sejarah
didirikannya PT
Isuzu
Bidang-bidang
usaha PT Isuzu
Letak kantor PT
Isuzu
Batas-batas kantor
PT Isuzu
Luas kantor PT
Isuzu
Penyebab
mengapa
perusahaan
tersebut
menjalankan CSR
Perangkat lengkap
aktivitas CSR
perusahaan
Cara Community
worker dalam
mendekati
masyarakat
Kesempatan
Metode
Pengumpulan
Data
Metode
Pengolahan dan
Analisis Data
1. Studi literatur
2. Wawancara
3. Pengamatan
1. Pengumpulan
data
2. Reduksi data
3. Penyajian data
Sumber Data
1. Data
Sekunder:
data dari PT
Isuzu
2. Data Primer:
Pegawai PT
Isuzu
1.
Data
1.
Sekunder:
2.
data dari PT 3.
Isuzu
2. Data Primer:
Pegawai PT
Isuzu
1. Data
1.
Sekunder:
2.
data dari PT 3.
Isuzu
2. Data Primer:
Pegawai PT
Isuzu
1. Data
1.
Sekunder:
2.
data dari PT 3.
Isuzu
2. Data Primer:
Studi literatur
Wawancara
Pengamatan
1.
Studi literatur
Wawancara
Pengamatan
1.
Studi literatur
Wawancara
Pengamatan
1.
2.
3.
2.
3.
2.
3.
Pengumpulan
data
Reduksi data
Penyajian data
Pengumpulan
data
Reduksi data
Penyajian data
Pengumpulan
data
Reduksi data
Penyajian data
101 program CSR
5.
6.
Mengetahui
jeni-jenis 1.
program CSR perusahaan
2.
3.
Menjelaskan
tingkat
partisipasi
masyarkat
terhadap program CSR
1.
2.
3.
7.
Menganalisis dampak yang
dirasakan bagi masyarakat
pada pelaksanaan program
CSR
Bidang sosial
Bidang ekonomi
Bidang lingkungan
Tahap partisipasi
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
c. Menikmati hasil
d. Evaluasi
Faktor internal (umur,
tingkat pendidikan, jumlah
pendapatan, jumlah beban
keluarga dan lama tinggal)
Faktor Eksternal (metode
dan kualitas pelayanan
kegiatan)
1. Dampak Sosial
• Kepercayaan warga
terhadap perusahaan
• Kerjasama warga
• Solidaritas warga
• Akses warga terhadap
sarana pendidikan
• Peran perempuan
masyarakat
menyalurkan
kebutuhannya
kepada perusahaan
Kegiatan CSR
yang berbasiskan
masyarakat pada
program CSR di
bidang ekonomi,
sosial dan
lingkungan
Pegawai PT
Isuzu,
observasi
lapang.
1.
1. Data
Sekunder:
data dari PT
Isuzu
2. Data Primer:
Pegawai PT
Isuzu,
observasi
lapang.
1. Tingkat
1. Data
partisipasi/peran
Sekunder:
serta masyarakat
laporan CSR
dalam setiap
dari PT
tahapan program
Isuzu,
yang dilaksanakan 2. Data Primer:
2. Masyarakat yang
Pegawai PT
mengikuti
Isuzu,
program
kuesioner,
observasi
lapang,
masyarakat
sasaran
program
1. Pandangan
1. Data
masyarakat
Sekunder:
terhadap program
laporan CSR
CSR sesudah
dari PT
menerima
Isuzu, data
program.
pemerintah
setempat
dan data
instansi
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
Studi
literatur
Wawancara
Pengamatan
1.
Studi
literatur
Wawancara
mendalam
Pengamatan
berperan
serta
Penyebaran
kuesioner
1.
Studi
literatur
Wawancara
mendalam
Pengamatan
berperan
serta
Penyebaran
kuesioner
1. Pengumpulan
data
2. Reduksi data
3. Tabulasi silang
4. Penyajian data
5. Analisis data
2.
3.
2.
3.
4.
5.
Pengumpulan
data
Reduksi data
Penyajian data
Pengumpulan
data
Reduksi data
Tabulasi silang
Penyajian data
Analisis data
102 • Peran
pemuda/karangtaruna
• Kesempatan warga
dalam mengambil
keputusan
• Peluang konflik
• Penyelesaian konflik.
2. Dampak Ekonomi
• Perolehan kesempatan
kerja
• Kesempatan berusaha
• Upah kerja
• Pendapatan warga
• Kesejahteraan warga.
3. Dampak Lingkungan
• Akses sarana
transportasi
• Kerusakan lingkungan
• Kesadaran masyarakat
untuk konservasi.
2.
terkait
Data Primer:
Pegawai PT
Isuzu,
kuesioner,
observasi
lapang,
masyarakat
sasaran
program
103 Lampiran 2. Status Penilaian Astra Green Company
MERAH
HITAM
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Mempunyai IPAL (bila diperlukan)
Melakukan Pengolahan Air limbah
Konsentrasi air limbah ≤ 500% dari
BMAL (izin)
Mempuyai alat pengendalian
pencemaran udara
Melakukan pengendalaian
pencemaran udara
Konsentrasi emisi udara ≤ 500% dari
BME (izin)
Mengelola limbah B3 dan
mempunyai dampak terhadap
lingkungan dan kesehatan
masyarakat
Mempunyai dokumen AMDAL atau
RKP/RKL yang disetujui instansi
yang berwenang
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
Mempunyai izin pembuangan air
limbah (apabila telah diwajibkan)
Swapantau air limbah minimal 1x per
bulan
Melaporkan hasil swapantau air
limbah
Mempunyai alat ukur debit dan
berfungsi dengan baik
Melakukan pengukuran debit harian
Kadar air limbah memenuhi
BMAL/izin
Beban air limbah memenuhi
BMAL/izin
Mempunyai izin untuk dumping ke
laut
Stack dilengkapi dengan sampling
hole dan peralatan pendukung lainnya
Stack dilengkapi dengan alat
pemantauan udara (CEM)
Melakukan pengukuran emisi udara
(harian atau setiap 6 bulanan)
Melaporkan hasil pemantauan hasil
udara
Emisi udara memenuhi BME
Mempunyai semua izin pengelolaan
limbah B3 untuk semua aspek
Melakukan pelaporan pengelolaan LB3
Penyimpanan L-B3 dilakukan sesuai
izin
Pengelolan L-B3 di lokasi (on site
incenerator) dilakukan sesuai
persyaratan
Pengelolaan L-B3 (on site landfill)
dikelola dengan baik sesuai izin
Melakukan persyaratan-persyaratan
dalam AMDAL dan RKL/RPL
Melakukan pelaporan UKL atau UPL
HIJAU
EMAS
29. Telah melakukan kegiatan swapantau
air limbah dan melaporkan swapantau
air limbah kepada instansi terkait
(paling tidak 20 data swa pantau per
bulan)
30. IPAL yang ada terawat dan berfungsi
dengan baik
31. Konsentrasi air limbah yang
dihasilkan < 50% BMAL (izin)
32. Beban pencemaran yang idhasilkan <
50 % BMAL (izin)
33. Emisi udara < 50% BME
34. Peralatan pengendalian pencemaran
udara terawat dengan baik
35. Telah melakukan minimilasi limbah
lebih dari 50% dan total limbah B3
yang dihasilkan
36. Telah mempunyai pengelolaan
sumber daya yang baik
37. Telah melakukan housekeeping
dengan baik
38. Telah melakukan penggunaan dan
konservasi air dengan baik
39. Penggunaan bahan baku yang efesien
40. Mempunyai komitmen dan kebijakan
lingkungan yang kuat
41. Mempunyai organisasi pengelolaan
lingkungan yang layak untuk
mencapai target dan objektif
pengelolaan lingkungan yang ada
42. Mempunyai sitem STD (Sistem
Tanggap Darurat) yang baik
47. Konsentrasi air limbah yang
dihasilkan < 5% dari BMAL (izin)
48. Beban pencemaran air limbah < 5%
dari BMAL (izin)
49. Emisi udara < 5% Baku Mutu Emisi
Udara
50. Perusahaan telah melakukan upaya
minimisasi limbah B3 lebih dari 95%
total limbah B3 yang dihasilkan
51. Perusahaan telah melakukan kegiatan
pengembangan masyarakat
43. Mempunyai organisasi yang
bertanggung jawab dalam kegiatan
dan pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat
44. Berperan aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan disekitar lokasi
kegiatan perusahaan
45. Mempunyai hubungan yang baik
dengan masyarakat disekitar lokasi
kegiatan perusahaan
46. Mengikutsertakan masyarakat dalam
pengambilan keputusan yang
berdampak pada masyarakat sekitar
baik langsung maupun tidak langsung
104 Lampiran 3. Kebijakan Perusahaan PT. IAMI APPU
105 Lampiran 4. Kebijakan Lingkungan PT. IAMI APPU
106 Lampiran 5. Hasil Uji Korelasi Spearman
Hubungan Antara Karakteristik Komunitas, Tahap Partisipasi dan Dampak Kegiatan CSR Perusahaan
Correlations
Spearman's rho
age_res
pddk_res
pdpt_res
lm_tggl
bsrkel
tk_prtisipasi_8
Dmpak_3
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
age_res
pddk_res
pdpt_res
1.000
-.653**
.029
.
.000
.860
40
40
40
-.653**
1.000
.122
.000
.
.453
40
40
40
.029
.122
1.000
.860
.453
.
40
40
40
.606**
-.569**
.078
.000
.000
.632
40
40
40
-.245
.138
.037
.128
.397
.822
40
40
40
-.187
.070
-.197
.248
.667
.223
40
40
40
.012
.182
-.163
.942
.262
.316
40
40
40
lm_tggl
.606**
.000
40
-.569**
.000
40
.078
.632
40
1.000
.
40
.020
.901
40
-.109
.504
40
-.071
.664
40
bsrkel
-.245
.128
40
.138
.397
40
.037
.822
40
.020
.901
40
1.000
.
40
.234
.147
40
-.040
.804
40
tk_
prtisipasi_8
-.187
.248
40
.070
.667
40
-.197
.223
40
-.109
.504
40
.234
.147
40
1.000
.
40
.016
.922
40
Dmpak_3
.012
.942
40
.182
.262
40
-.163
.316
40
-.071
.664
40
-.040
.804
40
.016
.922
40
1.000
.
40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
107 108
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian
1. Sumbangan kepada anak yatim atau anak asuh 2. Beasiswa pendidikan LAZIS Astra 3. Sumbangan beras kepada janda
109
4. Sunatan Massal
5. Bantuan modal tanpa bunga
6. Perbaikan becak
110
7. Bedah rumah
8. Go green with Astra
111
Lampiran 7. Panduan Pertanyaan
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
Informan
: Pihak PT. ISUZU ASTRA MOTOR INDONESIA
Hari/tanggal wawancara
:
Lokasi wawancara
:
Nama dan umur informan
:
Jabatan
:
Pertanyaan Penelitian
Cara Pandang Perusahaan
1. Bagaimanakah definisi CSR menurut PT. ISUZU ASTRA MOTOR
INDONESIA?
2. Bagaimanakah tanggapan perusahaan mengenai lingkungan alam dalam
kaitannya dengan aktivitas perusahaan PT. ISUZU ASTRA MOTOR
INDONESIA?
3. Menurut perusahaan, bagaimanakah opini tentang masyarakat sebagai salah
satu stakeholder yang terdapat disekitar berdirinya perusahaan?
4. Apakah terdapat kebijakan perusahaan yang membahas mengenai CSR?
5. Jika ya,maka bagaimanakah peraturan CSR tersebut dapat dicantumkan dalam
kebijakan perusahaan?
6. Bagaimanakah tanggapan perusahaan mengenai membangun citra positif
perusahaan dengan kegiatan CSR?
7. Bagaimanakah PT. ISUZU ASTRA MOTOR INDONESIA menanggapi
perusahaan lain yang juga bergerak di bidang manufaktur dalam kaitannya
dengan pelaksanaan CSR?
8. Bagaimanakah
menanggapi
masalah-masalah
atau
isu-isu
yang
mengakibatkan menurunnya citra perusahaan akibat konflik dengan
masyarakat?
9. Apakah terdapat anggaran khusus dari perusahaan yang diperuntukkan bagi
pelaksanaan CSR?
112
10. Apakah terdapat divisi khusus dari perusahaan yang diperuntukkan bagi
pelaksanaan CSR?
11. Apakah CSR dilaksanakan karena ada regulasi yang mengaturnya (di bawah
peraturan pemerintah)?
12. Apakah terdapat kerugian yang dirasakan oleh perusahaan (baik dari segi
materiil maupun SDM) dalam menjalankan program CSR?
13. Terkait dengan tahap perencanaan sebelum program dimulai, maka strategi
apakah yang dilakukan pada tahap ini?apakah melalui rapat staf atau
melibatkan beberapa pihak sebagai perwakilan dari sasaran program?
14. Jika dilihat pada pelaksanaannya, maka strategi spesifik apakah yang
digunakan yang berbeda dengan situasi pada saat perencanaa?
15. Apakah terdapat evaluasi terhadap program yang dijalankan? Jika ya,maka
bagaimanakah proses evaluasi tersebut berjalan?
16. Setelah program dijalankan, maka adakah laporan dari hasil yang didapatkan?
Jika ada, maka seperti apakah mekanisme laporan tersebut?
17. Dalam perencanaan maupun, maupun evaluasi dan pelaporan, apakah ada
pihak sasaran yang terlibat dalam menyusun strategi program?
18. Dengan
siapakah
pihak
pembuat
program
mempertanggungjawabkan
programnya?
19. Bagaimanakah cara yang dilakukan PT. ISUZU ASTRA MOTOR
INDONESIA dalam menarik simpati sasaran untuk bergabung dalam program
yang diselenggarakan?
20. Apakah tujuan utama perusahaan dalam melakukan CSR?
21. Manfaat seperti apakah yang ingin diperoleh perusahaan dengan menjalankan
CSR?
22. Dalam kenyataannya, manfaat apa saja yang telah didapatkan PT. ISUZU
ASTRA MOTOR INDONESIA dengan menerapkan CSR?
23. Bagaimanakah perolehan keuntungan yang diperoleh perusahaan dari segi
materi?
24. Dari segi sosial, apakah citra positif perusahaan tersebut terbangun?
25. Dari sisi masyarakat, apakah perusahaan merasakan bahwa perusahaan
memperoleh manfaat yang cukup signifikan?
113
26. Dengan kegiatan CSR yang telah dijalankan, apakah perusahaan pernah
mendapatkan penghargaan?Jika ya, bagaimanakah penghargaan tersebut
diperoleh?
Perencanaan Program Strategis Perusahaan
27. Apa visi perusahaan tentang kebijakan CSR?
28. Apa misi perusahaan tentang kebijakan CSR?
29. Apa tujuan perusahaan dalam melaksanakan program CSR? (merumuskan apa
yang akan diselesaikan oleh perusahaan dan kapan akan diselesaikan dan
indikator keberhasilannya serta hasil keberhasilan tersebu?
30. Bila terdapat kebijakan dalam melaksanakan program CSR, sebutkan macam
kebijakan tersebut!
31. Apakah pelaksanaan program CSR ditempatkan pada posisi yang berbeda atau
menyatu dengan divisi lain dengan struktur organisasi?
32. Apakah
terdapat
kualifikasi-kualifikasi
SDM
yang
menempati
dan
menjalankan program CSR?bila ada, apa saja yang menjadi kualifikasi SDM
tersebut?
Pendekatan Pengembangan Masyarakat
33. Bagaimanakah cara anda bergerak dalam mendekati masyarakat?
34. Siapakah yang mendefinisikan kebutuhan pada pengimplementasian program?
35. Jika masyarakat sudah mandiri, apa yang akan anda lakukan terhadap
masyarakat tersebut?
Implementasi Program
36. Program CSR apa saja yang telah dijalankan oleh PT. ISUZU ASTRA
MOTOR INDONESIA?
Bidang Sosial:
a. Pendidikan/Pelatihan?
b. Kesehataan?
c. Kesejahteraan sosial?
d. Kepemudaan/Kewanitaan?
114
e. Keagamaan?
f. Kebudayaan?
g. Penguatan kelembagaan?
h. Lainnya…..?
Bidang Ekonomi:
i. Kewirausahaan?
j. Pembinaan UKM?
k. Pembukaan lapangan kerja?
l. Sarana prasarana ekonomi?
m. Lainnya….?
Bidang Lingkungan:
n. Penggunaan energi secara efisien?
o. Proses produksi yang ramah lingkungan?
p. Pengendalian polusi?
q. Penghijauan?
r. Pengelolaan air?
s. Pelestarian alam?
t. Pengembangan ekowisata?
u. Penyehatan lingkungan?
v. Perumahan dan pemukiman?
w. Lainnya….?
115
Lampiran 8. Kuesioner Penelitian
Nomor Responden
Nama Enumerator
Tanggal Survei
Tanda Tangan
KUESIONER
Kuesioner ini diberikan dalam rangka penyusunan tugas akhir M. Arya
Wicaksono Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas
Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui tahapan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat dalam program tanggung jawab sosial
perusahaan/corporate social responsbility) yang diberikan oleh PT. ISUZU
ASTRA MOTOR INDONESIA ASSY PLANT PONDOK UNGU (PT. IAMI
APPU). Untuk itu, dimohon agar anda menjawab seluruh pertanyaan yang ada
dengan baik dan sejujur-jujurnya. Jawaban yang anda berikan akan dijamin
kerahasiaannya dan tidak ada kaitannya dengan status anda di masyarakat.
Karakteristik Responden
1
Nama
2
Jenis Kelamin
1. Laki-laki
3
Usia
4
Alamat Lengkap
............................................................................. Tahun
Jl............................................................................................RT:
............ RW: ............ No: ............ Kode Pos: ...............
Kelurahan .............................. Kecamatan ...........................
Kabupaten/Kota ...................................................................
5
Nomor Telepon
6
Pekerjaan Utama
7
Pendikan terakhir
8
Pendapatan
9
10
11
Jumlah Beban
Keluarga
Lama Tinggal di
Lokasi
Jenis Program CSR
..............................................................................................
2. Perempuan
..............................................................................................
1. Petani
5. Wiraswasta
2. Pegawai Negeri
6. Pedagang
3. Pegawai Swasta
7. IRT
4. TNI/Polri
8. Lainnya
4. S1
1. TK/SD
5. S2/S3
2. SMP/SMA/SMK
6. Lainnya
3. Akademi/Diploma
......................
.
…………………………………………………… / Bulan
…………………………………………………… Orang
…………………………………………………… Tahun
……………………………………………………
116
A. Tingkat Partisipasi
Keterangan :
1 = Tidak Pernah
No
2 = Kadang-Kadang
Pernyataan
Skala
I. Manipulasi
1
2
3
4
2
1
2
3
1
2
3
1
2
3
masyarakat sekitar
Kegiatan CSR berlangsung dalam sekali waktu (Bencana
alam, Hari Raya, dll)
Kegiatan
yang
dilakukan
perusahaan
adalah
untuk
meredamkan amarah warga masyarakat
Perusahaan mensosialisasikan kegiatan kepada masyarakat
Pemberitahuan kegiatan CSR disampaikan melalui media
berita, pamphlet, poster
Kegiatan CSR sudah ditentukan oleh peusahaan sebelumnya
Perusahaan memberikan jawaban yang sulit dipahami ketika
masyarakat bertanya mengenai kegiatan CSR tersebut
IV. Konsultasi
1
3
Perusahaan kenal baik dengan tokoh-tokoh penting
III. Pemberitahuan
4
2
tertentu, misalnya menggunakan produk isuzu
Pengorganisasian dilakukan oleh perusahaan
3
1
Perusahaan memberikan bantuan, tetapi dengan syarat-syarat
3
2
3
mendukung kegiatan CSR
Bantuan diberikan dalam bentuk uang
1
2
Perusahaan meminta tanda tangan masyarakat untuk
2
4
1
Perusahaan menjanjikan akan memberikan bantuan
II. Terapi
1
3 = Selalu
Masyarakat duduk bersama dengan perusahaan untuk
melakukan tanya jawab dalam merencanakan kegiatan CSR
Pihak perusahaan selalu hadir dalam setiap kegiatan CSR
Masyarakat mulai memiliki keinginan bekerjasama dengan
3
perusahaan (joint project) untuk melakukan kegiatan CSR
berdasarkan kebutuhan masyarakat
4
Pendapat
masyarakat
sering
diperhitungkan
dalam
pengambilan keputusan*
V. Penenangan
1
2
Masyarakat pernah mengalami konflik dengan kegiatan CSR
Terdapat pihak ke-3/pelerai (misal Pak RT) masalah antara
perusahaan dan masyakat jika terjadi konflik sebelum dibawa
117
ke lembaga formal
Masyarakat ikut memberi saran (menentukan jenis program
3
dll) kegiatan CSR namun saran masyarakat tidak selalu
digunakan
(keputusan
tetap
dipertimbangkan
oleh
perusahaan)
4
Hanya segelintir anggota masyarakat yang ikut serta dalam
mengurusi kegiatan CSR, selebihnya adalah perusahaan
VI. Kemitraan
1
Saran masyarakat dipadupadankan dengan saran perusahaan
2
Ikut menentukan jenis program
3
Ikut organisasi kegiatan CSR
Masyarakat
4
dan
perusahaan
sepakat
untuk
1
2
3
1
2
3
1
2
3
berbagi
perencanaan dan pengambilan keputusan melalui struktur
tanggungjawab kebijakan bersama
VII. Pendelegasian Kekuasaan
1
Ikut menyediakan sarana dan prasarana
2
Ikut menyediakan tenaga fisik
3
Warga masyarakat memiliki kewenangan keputusan yang
dominan atas rencana atau pada program tertentu
Warga mulai melaksanakan kegiatan CSR nya sendiri mulai
4
dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dengan sedikit
bantuan perusahaan
VIII. Kontrol Masyarakat
1
2
3
4
Program sepenuhnya ditentukan oleh masyarakat
Perusahaan menempatkan dirinya sebagai “warga negara”
yang memiliki derajat yang sama dengan masyarakat
Perusahaan dan masyarakat bersama-sama menyamakan visi,
kesepakatan, dan komitmen kegiatan CSR
Masyarakat bertanggung jawab penuh terhadap kebijakan dan
aspek manajerial
118
B. Dampak
Keterangan :
1 = Tidak Pernah
No
2 = Kadang-Kadang
3 = Selalu
Pernyataan
A. Dampak Ekonomi
1
Membuka kesempatan kerja
2
Membuka kesempatan berusaha
3
Mendorong peningkatan upah kerja
4
Meningkatkan pendapatan warga
5
Meningkatnya kesejahteraan warga
B. Dampak Sosial
1
Meningkatkan kepercayaan warga terhadap perusahaan
2
Meningkatkan kerjasama warga
3
Meningkatkan solidaritas warga
4
Melibatkan peran perempuan
5
Membuka peluang konflik*
C. Dampak Lingkungan
1
Meningkatkan akses terhadap sarana transportasi
2
Meningkatnya kerusakan lingkungan*
Skala
1
2
3
1
2
3
1
2
3
Download