ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (Studi Kasus PT Isuzu Astra Motor Indonesia Assy Plant Pondok Ungu) Oleh: MOHAMMAD ARYA WICAKSONO I34053879 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 ABSTRACT In general, this research aims to find out Corporate Social Responsbility (CSR) activities as a community development efforts in supporting the company's success with the community environment. The specific objective is to (1) explains how to view the company in implementing corporate social responsibility, (2) describe the community development approach and the implementation of CSR activities of companies, (3) describes the level of community participation for the company CSR activities, (4) explain the impact of CSR activities companies that felt by the public, (5) analyze the relationship between characteristics community participation and the impact phase CSR activities the company. The method used in this study are qualitative and quantitative data. Samples taken as many as 40 respondents who represent the Medan Satria village community. Based on research results, as a whole can be explained that the CSR activities are PT IAMI APPU company's efforts to develop the company within the community even though most communities have not participated fully to the company's CSR activities. There are several things that can be suggested Keywords : Corporate Social Responsbility (CSR), community development, community participation RINGKASAN MOHAMMAD ARYA WICAKSONO. Analisis Tingkat Partisipasi Warga dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Studi Kasus PT Isuzu Astra Motor Indonesia Assy Plant Pondok Ungu (Di bawah bimbingan FREDIAN TONNY). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan CSR sebagai upaya pengembangan masyarakat dalam mendukung keberhasilan perusahaan dengan komunitas lingkungannya. Adapun tujuan khususnya adalah (1) menjelaskan cara pandang perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, (2) menjelaskan pendekatan pengembangan masyarakat dan implementasi kegiatan CSR perusahaan, (3) menjelaskan tingkat partisipasi masyarakat terhadap kegiatan CSR perusahaan, (4) menjelaskan dampak kegiatan CSR perusahaan yang dirasakan oleh masyarakat, (5) menganalisis hubungan antara karakterisitik komunitas, tahap partisipasi dan dampak kegiatan CSR perusahaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dan triangulasi yang terdiri dari metode pengumpulan data kualitatif berupa wawancara mendalam, pengamatan berperan serta dan penelusuran dokumen. Sedangkan metode penelitian survei dengan menggunakan kuesioner. Penelitian dilakukan di PT. ISUZU Astra Motor Indonesia Assy Plant Pondok Ungu (PT. IAMI APPU) Jl. Kaliabang Raya No. 1 Pondok Ungu, Bekasi Utara. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Penelitian secara keseluruhan dilakukan selama sembilan bulan, yaitu mulai bulan Mei 2009 sampai Januari 2010. Subyek tineliti terdiri dari informan dan responden. Dalam hal ini, informan adalah pihak perusahaan (Isuzu) selaku pemberi informasi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan dan responden adalah masyarakat (pihak luar). Pemilihan informan dilakukan dengan teknik “bola salju” (snow ball sampling), sedangkan pemilihan subyek tineliti (responden) dipilih secara random sampling (secara acak), yaitu pengambilan sampel acak sederhana (Simple Random Sampling). Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat Kelurahan Medan Satria RW 07 Bekasi Barat yang mengikuti program CSR. Unit analisis dari responden yang dipilih adalah individu. Sampel yang diambil sebanyak 40 responden yang mewakili komunitas kelurahan Medan Satria. Penentuan responden dan informan akan dilakukan di lapangan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari subyek tineliti yang terdiri dari informan dan responden melalui wawancara mendalam dan pengamatan berperan serta pengisian kuesioner. Data sekunder merupakan dokumen-dokumen yang terkait dengan Isuzu dalam melakukan tanggung jawab sosial perusahaan, seperti data profil perusahaan, arsip kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan, serta dokumen kebijakan perusahaan. Teknik pengambilan data yang dilakukan adalah pertama, melalui penelusuran pustaka (buku, artikel, laporan penelitian, dokumen) yang relevan dengan kajian penelitian. Kedua, wawancara mendalam dengan pihak manajemen PT Isuzu, perencana dan pelaksana program, serta informan. Ketiga, wawancara responden dengan alat bantu kuesioner. Data yang terkumpul kemudian diolah. Pengolahan data kualitatif dengan cara teknik dan analisis data yang dilakukan melalui tiga jalur analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan untuk data kuantitatif, diolah dengan proses editing, coding, scoring, entry, cleaning, dan analisis data dengan menggunakan program Microsoft exel dan SPSS 13.0 for Windows. Kemudian digunakan tabulasi silang untuk menjelaskan hubungan kausal dan uji Korelasi Rank Spearmen dengan α 5 %. Uji Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel. Sedangkan tabulasi silang digunakan untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat terhadap program CSR perusahaan dan arah hubungannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara pandang PT IAMI APPU dalam memandang CSR sebagai upaya pengembangan masyarakat termasuk dalam kategori pertama, yakni sekedar basa basi atau keterpaksaan, dimana perusahaan mempraktekkan CSR hanya karena ekternal driven (faktor ekternal) dan reputation driven (karena ingin mendongkrak citra perusahaan). Selain itu PT IAMI APPU juga memandang CSR sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance) dan dorongan yang tulus dari dalam (internal driven). Strategi PT. IAMI APPU dalam upayanya merangkul masyarakat pada kegiatan CSR perusahaan dapat dilihat dari pendekatan pengembangan masyarakatnya secara direktif (instruktif). Kegiatan CSR PT IAMI APPU mencakup dalam kategori bidang sosial, ekonomi dan lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat partisipasi komunitas termasuk dalam tahap partisipasi terapi (berdasarkan delapan tangga partisipasi) atau tidak ada partisipasi (berdasarkan tingkat pembagian kekuasaannya). Dampak keseluruhan yang dirasakan oleh hampir separuh komunitas pada penelitian ini termasuk dalam kategori sedang dan sisanya termasuk dalam kategori rendah, dengan rincian yaitu dampak ekonomi, sosial dan lingkungan yang termasuk dalam kategori sedang. Oleh karena itu secara keseluruhan dapat dijelaskan bahwa dari kegiatan CSR PT IAMI APPU terdapat upaya perusahaan untuk mengembangkan masyarakat di lingkungan perusahaan walaupun sebagian besar komunitas belum berpartisipasi penuh terhadap kegiatan CSR perusahaan. Dalam artian, responden hanya menerima bantuan, tidak mengembangkan sumber daya yang dimiliki komunitas. Hal ini terlihat dari lebih banyaknya jenis kegiatan-kegiatan CSR perusahaan yang bersifat charity. Terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan saran, yaitu: (1) sebaiknya dibuat divisi khusus pada perusahan untuk menangani kegiatan CSR, (2) sebaiknya terdapat pengalokasian dana khusus untuk kegiatan CSR, (3) Perlu penambahan jumlah personil SDM untuk menangani kegiatan CSR, (4) sebaiknya kegiatan CSR yang dilakukan lebih banyak menambahkan kegiatan yang berbasiskan pengembangan masyarakat, (4) Perlu ada pendefinsian kebutuhan bersama masyarakat, (5) Monitoring dan evaluasi sebaiknya rutin dilakukan untuk melihat perkembangan kegiatan CSR yang telah dilakukan. ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (Studi Kasus PT Isuzu Astra Motor Indonesia Assy Plant Pondok Ungu) Oleh: MOHAMMAD ARYA WICAKSONO I34053879 Skripsi Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh: Nama : Mohammad Arya Wicaksono NRP : I34053879 Mayor : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Judul : Analisis Tingkat Partisipasi Warga dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Kasus PT Isuzu Astra Motor Indonesia Assy Plant Pondok Ungu) dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS NIP. 19580214 198503 1 004 Mengetahui, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Ketua Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003 Tanggal Lulus: ____________ PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA STUDI PUSTAKA YANG BERJUDUL ”ANALISIS TANGGUNG JAWAB TINGKAT SOSIAL PARTISIPASI PERUSAHAAN” WARGA BELUM DALAM PERNAH DIAJUKAN DAN DITULIS PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK/ LEMBAGA LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, Januari 2010 Mohammad Arya Wicaksono I34053879 RIWAYAT HIDUP PENULIS Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 2 Mei 1987. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara keluarga Bapak Soedibyo dan Ibu Hilda Zainal. Pada tahun 1992 hingga 1993, penulis memulai pendidikan formal dari TK Islam Al-Azhar Jakapermai Bekasi Barat. Kemudian pendidikan SD penulis ditempuh dari tahun 1993 hingga 1999 di SD Islam Al-Azhar Jakapermai Bekasi Barat. Penulis melanjutkan pendidikan tingkat pertama di SLTP Islam Al-Azhar Jakapermai Bekasi Barat dari tahun 1999 hingga 2002, dan setelah itu penulis melanjutkan di SMA Taruna Nusantara Magelang dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB), dengan Mayor Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia dan Supporting Course. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan, yaitu Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) sebagai anggota Divisi Jurnalistik (2007-2009). KATA PENGANTAR Segala Puji dan Syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kesabaran, pengetahuan, dan kenikmatan kepada penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Tingkat Partisipasi Warga dalam Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) sebagai Upaya Pengembangan Masyarakat. (Studi Kasus PT Isuzu Astra Motor Indonesia Assy Plant Pondok Ungu (PT. IAMI APPU) Jl. Kaliabang Raya No. 1 Pondok Ungu, Bekasi Utara)” di bawah Bimbingan Ir. Fredian Tonny, MS. Skripsi ini merupakan suatu karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Melalui skripsi ini, penulis mencoba untuk mengetahui penarapan tanggung jawab sosial perusahaan PT. IAMI APPU, khususnya pada program community development yang dijalankan perusahaan. Bogor, Januari 2010 Penulis PRAKATA Satu hal yang penulis sadari bahwa penulisan dan penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan moril dan materiil berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis hendak menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tulus kepada: 1. Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS, selaku pembimbing skripsi yang telah mengarahkan dan memberi masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 2. Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, MA, selaku pembimbing akademik selama peneliti menjadi mahasiswa KPM. 3. Dr. Ir. Arya H. Dharmawan MSc dan Martua Sihaloho, SP, MSi selaku dosen penguji pada sidang skripsi yang telah memberikan saran serta perbaikan. 4. Seluruh pihak manajamen (Bapak Heru dan Bapak Samsu) dan staf (Bapak Ucok, Bapak Syahri, dan Bapak Suherman) PT Isuzu Astra Motor Indonesia Assy Plant Pondok Ungu (PT. IAMI APPU) serta pihak RT dan RW 07 Kelurahan Medan Satria yang banyak membantu dalam proses penelitian sehingga dapat berjalan dengan lancar. 5. Seluruh pihak Lingkar Studi CSR, yang telah memberikan kesempatannya untuk berbagi ilmu dan berdiskusi mengenai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan 6. Keluargaku yang tercinta, Ayah, Ibu, Arzia dan Arqia yang telah memberikan kasih sayang, dukungan dan doanya tiada henti. Semoga Allah membalas dengan surga-Nya. 7. Shely Septiana S. yang selalu ada dan mendukung serta memberikan semangatnya dan keluarga besar Ahwan Setiawan atas semua kebaikan dan perhatiannya. 8. Teman-temanku (Cuple, Oji, Mimi, Idham, Oel, Reni, Ia, Tia, Yayan, Wewen) dan teman-teman kosanku (Eca, Angga dan Baqi) atas segala peristiwa- peristiwa yang telah kita lalui bersama. Terimakasih telah memberikan warna dalam hari-hari yang penuh canda, tawa, dan kasih sayang serta kebersamaannya. Eka W. L. sebagai pengajar pengolah data kuantitatif, terima kasih atas bimbingannya. Reza, Jarot dan Tari sebagai teman satu bimbingan yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis. Anggi, Uti, Cici, Mas Anton, Sinta dan rekan - rekan KPM atas kesedian mereka untuk meminjamkan bukunya kepada penulis untuk menemukan literatur. KPM’ERS 42 lainnya atas segala perjuangan yang telah kita lewati bersama, semangat dan perhatiannya. Semoga dengan rahmat-Nya, kita diberi kemudahan dalam mencapai kesuksesan. 9. Seluruh Dosen KPM IPB, terimakasih telah memberikan dukungan dan pengajaran terbaik kepada kami. 10. Ibu Susi, Mba Maria dan Mba Nisa selaku staf administrasi yang telah membantu dalam urusan akademik dalam perkuliahan. Serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis ucapkan satu per satu. Terima kasih, semoga Allah membalasnya dengan hal yang lebih baik. Amin. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ............................................................................................................... iv DAFTAR TABEL ..................................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ................................................................................................viii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. ix BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................. 3 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 5 1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................................ 5 BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL ................................................................. 6 2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................................................. 6 2.1.1 Konsep Pengembangan Masyarakat .......................................................................... 6 2.1.1.1 Partisipasi dan Keberlanjutan dalam Pengembangan Masyarakat ......... 6 2.1.1.2 Definisi Pengembangan Masyarakat ...................................................... 7 2.1.1.3 Prinsip-prinsip Pengembangan Masyarakat ......................................... 10 2.1.1.4 Pendekatan Pengembangan Masyarakat .............................................. 15 2.1.2 Konsep Pemberdayaan Masyarakat ......................................................................... 17 2.1.2.1 Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Upaya Pembangunan Sosial ....... 17 2.1.2.2 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ................................................ 18 2.1.3 Partisipasi ........................................................................................................................ 19 2.1.3.1 Pengertian Partisipasi ........................................................................... 19 2.1.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi.................................... 23 2.1.4 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan(Corporate Social Responsbility ........... 25 2.1.4.1 Sejarah dan Definisi Corporate Social Responsibility (CSR).............. 25 2.1.4.2 Cara Pandang Perusahaan Terhadap CSR ........................................... 28 2.1.4.3 Menyusun Perencanaan Strategis Program CSR ................................. 29 2.1.5 Implementasi Program CSR ...................................................................................... 32 2.1.6 Karakteristik CSR ......................................................................................................... 36 2.1.7 Dampak CSR bagi Masyarakat ................................................................................. 37 iv 2.2 Kerangka Pemikiran .......................................................................................... 39 2.3 Hipotesa ............................................................................................................. 41 2.3.1 Hipotesa Pengarah ........................................................................................................ 41 2.3.2 Hipotesa Uji .................................................................................................................... 41 2.4 Definisi Operasional .......................................................................................... 42 BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 46 3.1 Pendekatan Penelitian........................................................................................ 46 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................... 46 3.3 Pemilihan Subyek Penelitian ............................................................................. 47 3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................................... 47 3.4.1 Wawancara Mendalam ................................................................................................ 48 3.4.2 Penelusuran Dokumen ................................................................................................. 49 3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................................................... 49 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI ............................................................... 52 4.1 PT Isuzu Astra Motor Indonesia Assy Plant Pondok Ungu .............................. 52 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ....................................................................................... 52 4.1.2 Batas Wilayah dan Letak Geografis PT. Isuzu Astra Motor Indonesia Assy Plant Pondok Ungu (PT. IAMI APPU) ........................................................ 53 4.1.3 Visi dan Misi PT Isuzu Astra Motor Indonesia .................................................... 53 4.1.4 Sumber Daya Manusia dan Struktrur Organisasi ................................................ 54 4.1.5 CSR PT Isuzu Astra Motor Indonesia APPU ....................................................... 56 4.2 Komunitas Kelurahan Medan Satria RW 07 ..................................................... 58 4.2.1 Kondisi Geografis RW 07, Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan Satria ................................................................................................................................. 58 4.2.2 Kependudukan di RW 07 ............................................................................................ 59 4.2.3 Kondisi Sosial Ekonomi di RW 07 .......................................................................... 59 4.2.4 Penerima Kegiatan CSR PT IAMI APPU ............................................................. 59 4.6 Ikhtisar ............................................................................................................... 60 BAB V PANDANGAN PERUSAHAAN DAN STRATEGI PENDEKATAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT DALAM IMPLEMENTASI CSR ............................................................................................................ 63 v 5.1 Pandangan PT Isuzu Astra Motor Indonesia Assy Plant Pondok Ungu (PT. IAMI APPU) Mengenai CSR (Corporate Social Responsbility) ..................... 63 5.2 Strategi Pendekatan Pengembangan Masyarakat PT IAMI APPU dalam Menjalankan Kegiatan CSR ............................................................................. 67 5.3 Implementasi CSR Perusahaan kepada Masyarakat.......................................... 69 5.4 Ikhtisar ............................................................................................................... 73 BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK KOMUNITAS, TAHAP PARTISIPASI DAN DAMPAK KEGIATAN CSR ............... 81 6.1 Karakteristik Demografis .................................................................................. 81 6.1.1 Jenis Kelamin ................................................................................................................. 81 6.1.2 Umur ................................................................................................................................. 81 6.1.3 Tingkat Pendidikan ....................................................................................................... 81 6.1.4 Pekerjaan ......................................................................................................................... 82 6.1.5 Pendapatan ...................................................................................................................... 82 6.1.6 Besar Keluarga ............................................................................................................... 83 6.2 Tingkat Partisipasi Komunitas Kelurahan Medan Satria .................................. 83 6.3 Dampak Kegiatan CSR PT. IAMI APPU Terhadap Komunitas Kelurahan Medan Satria ..................................................................................................... 86 6.3.1 Dampak Ekonomi ......................................................................................................... 86 6.3.2 Dampak Sosial ............................................................................................................... 87 6.3.3 Dampak Lingkungan .................................................................................................... 87 6.3.4 Dampak Keseluruhan ................................................................................................... 88 6.4 Hubungan Antara Karakteristik Komunitas dengan Tahap Partisipasi ............. 88 6.5 Hubungan Antara Tahap Partisipasi dengan Dampak Kegiatan CSR ............... 89 BAB VII ANALISIS TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT ................. 90 BAB VIII PENUTUP ................................................................................................ 94 8.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 94 8.2 Saran .................................................................................................................. 96 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 97 vi DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Tangga Partisipasi Masyarakat ..................................................................... 20 Tabel 2. Program Operasional CSR yang Diadaptasi oleh Natural Resource Canada........................................................................................................ 34 Tabel 3. Karakteristik CSR ......................................................................................... 37 Tabel 4. Perbandingan Sistem AGC dan AFC ............................................................ 61 Tabel 5. Cara Pandang Perusahaan dalam Memandang Corporate Social Responsbility (CSR) ................................................................................... 75 Tabel 6. Kegiatan-Kegiatan CSR yang Dilaksanakan PT. IAMI APPU di Kecamatan Medan Satria RW 007 ............................................................. 78 Tabel 7. Sebaran Komunitas Berdasarkan Jenis Kelamin .......................................... 81 Tabel 8. Sebaran Komunitas Berdasarkan Umur ........................................................ 81 Tabel 9. Sebaran Komunitas Berdasarkan Tingkat Pendidikan .................................. 82 Tabel 10. Sebaran Komunitas Berdasarkan Pekerjaan ............................................... 82 Tabel 11. Sebaran Komunitas Berdasarkan Pendapatan ............................................. 83 Tabel 12. Sebaran Komunitas Berdasarkan Besar Keluarga ...................................... 83 Tabel 13. Tingkatan Partisipasi ................................................................................... 84 Tabel 14. Sebaran Komunitas Berdasarkan Tingkat Partisipasi ................................. 84 Tabel 15. Sebaran Komunitas Berdasarkan Kategori Dampak Ekonomi ................... 87 Tabel 16. Sebaran Komunitas Berdasarkan Kategori Dampak Sosial ........................ 87 Tabel 17. Sebaran Komunitas Berdasarkan Kategori Dampak Sosial ........................ 88 Tabel 18. Sebaran Komunitas Berdasarkan Kategori Dampak Kegiatan CSR ........... 88 Tabel 19. Koefisien Korelasi Spearman Antara Karakteristik Komunitas dengan Tahap Partisipasi......................................................................................... 89 vii DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Kerangka Pemikiran Tingkat Partisipasi Warga dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ......................................................................... 40 Gambar 2. Struktur Koordinasi CSR PT. IAMMI APPU .................................... 57 Gambar 3. Proses Pengauditan Melalui Sistem AFC ............................................ 62 Gambar 4. Cakupan CSR PT. IAMI....................................................................... 73 Gambar 5. Tahap Partisipasi Komunitas dan Karakteristik CSR ...................... 92 viii DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Matriks Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data ......................... 101 Lampiran 2. Status Penilaian Astra Green Company................................................ 104 Lampiran 3. Kebijakan Perusahaan PT. IAMI APPU............................................... 105 Lampiran 4. Kebijakan Lingkungan PT. IAMI APPU ............................................. 106 Lampiran 5. Hasil Uji Korelasi Spearman ................................................................ 107 Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian ........................................................................ 108 Lampiran 7. Panduan Pertanyaan .............................................................................. 111 Lampiran 8. Kuesioner Penelitian ............................................................................. 115 ix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia usaha semakin menyadari bahwa perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja, namun juga memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya. Upaya perusahaan dalam meningkatkan peran mereka dalam pembangunan kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan membutuhkan sinergi multipihak yang solid dan baik. Sinergi yang diharapkan adalah, adanya kemitraan antara perusahaan, pemerintah dan komunitas atau masyarakat. Kemitraan ini, tidaklah bersifat pasif dan statis. Kemitraan ini merupakan tanggung jawab bersama secara sosial antar stakeholeder. Mau tidak mau perusahaan dalam usahanya beradaptasi dengan komunitas lokal akan berusaha memahami kepentingan lokal yang ada dalam rangka membina hubungan kerjasama antar stakeholder. Usaha membuka jalinan hubungan kerjasama dengan stakeholder lokal pada dasarnya merupakan suatu prinsip peningkatan pola kehidupan lokal dan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responbility (CSR). Pelaksanaan CSR yang dilakukan oleh berbagai perusahaan maupun instansi memiliki berbagai keuntungan. Contohnya di Inggris, sebuah survei membuktikan, bahwa 86 persen konsumen merasa melihat suatu citra positif sebuah perusahaan jika mereka melihat perusahaan tersebut benar-benar melakukan sesuatu untuk menjadikan dunia suatu tempat yang lebih baik” (Acces Ommibus Survay 1997). Selain itu, Di Amerika, tahun 1999, survei lembaga Environic menyatakan sepertiga konsumen di Amerika Serikat yang menyukai produk-produk dari perusahaan yang memiliki visi bisnis pembangunan masyarakat yang lebih baik. Sedangkan di Indonesia, data riset majalah SWA atas 45 perusahaan menunjukkan CSR bermanfaat memelihara dan meningkatkan citra perusahaan (37.38%), hubungan baik dengan masyarakat (16.82%), dan 2 mendukung operasional perusahaan (10.28%) (Sinar Harapan 16/03/2006)1. Hal ini membuktikan bahwa sudah saatnya bagi setiap perusahaan maupun instansi untuk memperhatikan CSR karena banyak manfaat positif yang dapat diperoleh dalam pengaplikasiannya. Diharapkan bagi seluruh stakeholders dapat bersamasama bekerjasama mengembangkan CSR, sehingga sustainability (human, economic, social maupun environtment) dapat terwujud. CSR adalah konsep moral dan etis berciri umum, oleh karena itu pada tataran praktisnya harus diwujudkan ke dalam program-program kongkrit. Menurut Achda (2006) dalam Febriana (2008) salah satu bentuk aktualisasi CSR adalah pengembangan masyarakat atau Community Development (CD). Program CSR seharusnya tidak hanya bersifat charity, melainkan harus diikuti strategi pemberdayaan guna mengangkat fungsi sosial masyarakat dengan harapan masyarakat menjadi mandiri. Dalam kaitan partisipasi dengan pengembangan masyarakat, menurut Ife (1995) dalam Febriana (2008) salah satu prinsip pengembangan masyarakat adalah partisipasi. Partisipasi dalam pengembangan komunitas harus menciptakan keterlibatan aktif semua orang dalam masyarakat tersebut pada proses kegiatan masyarakat. Oleh karena itu, pendekatan pengembangan komunitas selalu mengoptimalkan partisipasi dengan tujuan semua warga ikut terlibat dalam tahap partisipasi. Meskipun berbagai program dan kebijakan yang telah dilakukan perusahaan telah dirancang sedemikian rupa agar langsung mengena pada sasaran yang diinginkan, namun tanpa partisipasi atau keterlibatan masyarakat lokal secara penuh dalam mendukung program tersebut, maka program tersebut tidak akan berjalan sinambung. Keterlibatan masyarakat lokal sebagai sentral pembangunan akan sangat membantu dalam upaya mensosialisasikan program atau kebijakan perusahaan agar manfaatnya dapat dirasakan secara nyata oleh masyarakat. Proses pelaksanaan program tanggung jawab sosial tersebut pada praktiknya banyak yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat setempat, karena 1 Data diperoleh dari website Megawati Institute yang menjabarkan CSR dalam fakta dan data. http://www.megawati-institute.org/pemikiran/corporate-social-responsibility-realita-danperkembangan.html 3 memang tidak didasarkan kepada aspirasi dan tuntutan mereka Setiap perusahaan memiliki interpretasi yang berbeda tentang tanggung jawab sosial ini. Ada perusahaan yang sudah bertanggung jawab dengan hanya memberikan bantuan ala kadarnya kepada masyarakat dalam bentuk sumbangan-sumbangan rutin sebagai pemenuhan kewajiban dari UU Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007 Pasal 74 Ayat 1 yang menyatakan bahwa “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan”. Dalam hal ini, tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah Corporate Social Responsibility (CSR), namun ada juga yang sudah membuat program tanggung jawab sosial dalam bentuk kegiatan community development yang menekankan pada aspek pemberdayaan. Kebijakan dan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan saling berkaitan. Hal-hal tersebut akan mempengaruhi bentuk dan program yang akan dijalankan dalam mengatasi permasalahan sosial yang dihadapi di sekitar lingkungan perusahaan. Bentuk dan program tanggung jawab ini akan membawa dampak positif maupun negatif, sehingga dapat dilihat keberhasilan dan keuntungan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang yang didapat dari pelaksanaan tanggung jawab sosial tersebut. Hal yang akan menjadi pertanyaan secara garis besar dari penjelasan di atas yaitu bagaimana kegiatan CSR sebagai upaya pengembangan masyarakat dalam mendukung keberhasilan perusahaan dengan komunitas lingkungannya. 1.2 Perumusan Masalah Cara pandang perusahaan memandang CSR atau alasan perusahaan menerapkan CSR bisa diklasifasikan sebagai berikut ; Pertama, sekedar basi-basi dan keterpaksaan. CSR dipraktekkan karena faktor eksternal (external driven). Pemenuhan tanggung jawab lebih karena keterpaksaan akibat tuntutan ketimbang kesukarelaan. Sedangkan reputation driven merupakan motivasi pelaksanaan CSR adalah untuk mendongkrak citra perusahaan. Niatan untuk menyumbang masih bersifat kosmetik. CSR diimplementasikan sebagai upaya dalam konteks ke-PRan diliputi kemauan meraih kesempatan untuk melakukan publikasi positif. 4 Kedua, sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance). CSR dimplementasikan karena memang ada regulasi, hukum, dan aturan yang memaksanya. Salah satu contohnya adalah karena adanya market driven. Kesadaran tentang pentingnya mengimplemntasikan CSR ini menjadi tren seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarkat global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial. Driven lain yang sanggup memaksa perusahaan untuk mempraktekkan CSR adalah adanya penghargaan-penghargaan (reward) yang diberikan oleh segenap institusi atau lembaga. Misalnya CSR Award baik yang regional maupun global. Ketiga, yakni beyond compliance alias compliance plus. CSR diimplementasikan karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam (internal driver). Perusahaan telah menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan bisnisnya, melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan. Hal yang menarik perhatian untuk dikaji terkait dengan hal tersebut yaitu, bagaimana cara pandang perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan? Teori mengenai cara pandang perusahaan terhadap CSR tersebut dapat mengemukakan pertanyaan selanjutnya yaitu bagaimana pendekatan pengembangan masyarakat dan implementasi kegiatan CSR perusahaan? Pertanyaan tersebut terkait dengan penerapan CSR untuk memantapkan tujuan dan mencapai program yang bermanfaat. Strategi pengembangan masyarakat dalam program CSR perusahaan berkaitan dengan jenis-jenis kegiatan yang diimplementasikan perusahaan. Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana tingkat partisipasi masyarakat terhadap kegiatan CSR perusahaan? Hal ini berkaitan dengan faktor internal individu yang mengikuti kegiatan CSR dalam delapan tingkatan partisipasi, yaitu manipulasi, terapi, pemberitahuan, konsultasi, penentraman, kemitraan, pendelegasian kekuasaan dan kontrol masyarakat. Bukti nyata bahwa perusahaan telah melakukan program CSR terlihat dalam manfaat yang diperoleh perusahaan maupun komunitas lokal, karena 5 keduanya merupakan stakeholder (pemangku kepentingan) yang sangat terkait dengan pelaksanaan program CSR. Berdasarkan hal tersebut, maka pertanyaan berikutnya adalah bagaimana dampak kegiatan CSR perusahaan yang dirasakan oleh masyarakat? Kemudian pertanyaan terkahir yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai keterkaitan antara karakteristik komunitas, tahap partisipasi dan dampak kegiatan CSR yaitu apakah terdapat hubungan antara karakterisitik komunitas, tahap partisipasi dan dampak kegiatan CSR perusahaan? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini yaitu untuk menggambarkan bagaimana kegiatan CSR sebagai upaya pengembangan masyarakat dalam mendukung keberhasilan perusahaan dengan komunitas lingkungannya. Adapun tujuan utama tersebut dapat dijawab melalui tujuan-tujuan khusus penelitian ini yaitu: 1. Menjelaskan cara pandang perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. 2. Menjelaskan pendekatan pengembangan masyarakat dan implementasi kegiatan CSR perusahaan. 3. Menjelaskan tingkat partisipasi masyarakat terhadap kegiatan CSR perusahaan. 4. Menjelaskan dampak kegiatan CSR perusahaan yang dirasakan oleh masyarakat. 5. Menganalisis hubungan antara karakterisitik komunitas, tahap partisipasi dan dampak kegiatan CSR perusahaan 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjawab permasalahan yang menjadi bahasan utama dan menambah literatur bagi kalangan akademisi dalam mengkaji tanggung jawab sosial perusahaan. Selain itu, hasil penulisan ini diharapkan bermanfaat juga bagi kalangan non-akademis yaitu masyarakat, swasta, dan pemerintah dalam penerapan tanggung jawab sosial perusahaan. BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Pengembangan Masyarakat 2.1.1.1 Partisipasi dan Keberlanjutan dalam Pengembangan Masyarakat Prinsip dasar pembangunan komunitas (community development) yang bersumber dari dunia usaha (perusahaan) dan pemerintah pada dasarnya masih memandang komunitas lokal termasuk di dalamnya komunitas asli, sebagai obyek yang harus diperhatikan dan dirubah agar dapat setara kehidupannya dengan komunitas lainnya dan mandiri. Banyak anggapan dari komunitas asli dan komunitas lokal melihat industri sebagai sesuatu yang tidak menguntungkan bahkan lebih merupakan suatu bencana. Anggapan ini didasari adanya posisi pemerintah dan dunia usaha (industri) adalah sebagai pendatang dengan kekuatan ekonomi dan politik yang mencari kehidupan di wilayah komunitas lokal. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah dan pihak perusahaan seharusnya memastikan keberlanjutan investasinya pada pengembangan infrastruktur sosial melalui program-program keterlibatan komunitas sehingga komunitas lokal terutama komunitas asli dapat mengembangkan kemampuannya. Lancar atau terhambatnya jalan sebuah korporasi tergantung pada kepekaan perusahaan dalam memperhatikan dan mengingat gejala sosial budaya yang ada disekitarnya, seperti munculnya kecemburuan sosial akibat dari pola hidup dan pendapatan yang sangat jauh berbeda antara perusahaan (pegawai perusahaan) dengan komunitas sekitar. Dalam kenyataannya, komunitas lokal tidak hanya berdiri pada sisi lingkungan sosial perusahaan, akan tetapi juga berada di dalam perusahaan sebagai karyawan atau pegawai. Untuk itu diperlukan suatu wadah program yang berguna untuk menciptakan kemandirian komunitas lokal untuk menata sosial ekonomi mereka sendiri, maka diciptakan suatu wadah yang berbasis pada komunitas yang sering disebut sebagai community development yang mempunyai tujuan untuk pemberdayaan komunitas (empowerment). Menurut Rudito dan Famiola (2007), indikator keberhasilan suatu program pembangunan komunitas dapat dilihat dari bentuk-bentuk kebersamaan yang dijalin antar pihak-pihak pemerintah, perusahaan dan komunitas lokal yang 7 tergambar dalam partisipasi dan keberlanjutan (sutainability). Partisipasi dapat dilihat sebagai keterlibatan para pihak di dalam mengelola program-program community development. Secara mendasar, partisipasi bukanlah milik dari komunitas lokal, akan tetapi semua pihak harus berpartisipasi. Sedangkan, keberlanjutan adalah strategi program yang dipakai untuk menunjang kemandirian komunitas/komunitas yang dapat dilihat dari sisi-sisi manusia (human), sosial (social), lingkungan (environment) dan ekonomi (economic), sehingga dengan adanya keberlanjutan, suatu usaha dapat dinikmati tidak hanya oleh generasi pada masa sekarang saja, akan tetapi juga oleh generasi selanjutnya dalam bentuk alih teknologi maupun bentuk pola hidup yang berbeda dari sebelumnya. Salah satu perangkat dalam melaksanakan community development yang baik adalah menempatkan audit sosial sebagai perangkat terakhir untuk menjadi awal dalam proses selanjutnya. 2.1.1.2 Definisi Pengembangan Masyarakat Kantor Pemerintahan Kolonial Inggris mengadakan serangkaian konferensi musim panas mengenai administrasi negara jajahan di Afrika pada tahun 1947. Kemudian pada tahun 1948, konferensi tersebut menghasilkan definisi mengenai ‘Pendidikan Massa’ dan memutuskan bahwa pada masa yang akan datang terminologi tersebut sebaiknya diganti dengan nama ‘Pengembangan Masyarakat’. Mereka mendefinisikan pengembangan masyarakat sebagai: “Suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan komunitas melalui partisipasi aktif, dan jika memungkinkan, berdasarkan inisiatif masyarakat …. Hal ini meliputi berbagai kegiatan pembangunan di tingkat distrik, baik dilakukan oleh pemerintah ataupun lembagalembaga non pemerintah …. [pengembangan masyarakat] harus dilakukan melalu gerakan yang kooperatif dan harus berhubungan dengan bentuk pemerintahan lokal terdekat.” (Colonial Office 1954: appendix D, h.49 dalam Rukminto 2005) Pemerintah kolonial Inggris dalam perkembangannya mengadopsi definisi pengembangan masyarakat yang lebih singkat dari definisi yang dikembangkan pada 1948. Hal ini dilakukan ketika mereka memperkenalkan konsep pengembangan masyarakat di Malaysia: “Pengembangan masyarakat adalah suatu 8 gerakan yang dirancang guna meningkatkan taraf hidup keseluruhan masyarakat melalui partisipasi aktif dan inisiatif dari masyarakat”. Dunham (1958) dalam Rukminto (2003) mendefinisikan pengembangan masyarakat sebagai “berbagai upaya yang terorgansir yang dilakukan guna meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat, terutama melalui usaha yang kooperatif dan mengembangkan kemandirian dari masyarakat pedesaan, tetapi hal tersebut dilakukan dengan bantuan teknis dari pemerintah ataupun lembagalembaga sukarela”. Pendapat lain menyatakan bahwa Pengembangan Masyarakat (community development) adalah kegiatan pembangunan komunitas yang dilakukan secara sistematis, terencana dan diarahkan untuk memperbesar akses komunikasi guna mencapai kondisi sosial, ekonomi dan kualitas kehidupan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan pembangunan sebelumnya (Budimanta 2002 dalam Rudito 2007). Secara hakekat, community development merupakan suatu proses adaptasi sosial budaya yang dilakukan oleh industri, pemerintah pusat dan daerah terhadap kehidupan komunitas lokal (Rudito 2003). Tahapan pengembangan masyarakat yang biasa dilakukan pada Organisasi Pelayanan Masyarakat, antara kelompok yang satu dengan yang lain memang terdapat perbedaan dan kesamaannya. Tetapi secara umum dari beberapa variasi yang ada, penulis meihat pada dasarnya tahapan yang dilakukan mencakup beberapa tahapan sebagai berikut (Rukminto 2003): 1. Tahap persiapan. Tahap persiapan ini didalamnya terdapat tahap (a) Penyiapan Petugas; dan (b) Penyiapan Lapangan. Penyiapan tugas diperlukan untuk menyamakan persepsi antar anggota tim agen perubah (change agent) mengenai pendekatan apa yang akan dipilih dalam melakukan pengembangan masyarakat. Sedangkan tahap Penyiapan Lapangan, petugas pada awalnya melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran, baik secara informal maupun formal. 2. Tahap Assessment. Proses yang dilakukan disini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan=felt needs) dan juga sumber daya yang dimiliki klien. 9 3. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan. Agen Perubah (community worker) secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mereka mengatasinya. 4. Tahap Pemformulasian Rencana Aksi. Agen perubah (community worker) membantu masing-masing kelompok untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada. 5. Tahap Pelaksanaan (Implementasi) Program atau Kegiatan. Merupakan tahap yang paling krusial (penting) dalam proses pengembangan masyarakat, karena sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja sama antar agen perubah dan warga masyarakat, maupun kerja sama antar warga. 6. Tahap Evaluasi Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan perugas terhadap program yang sedang berjalan pada pengembangan masyarakat sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga. 7. Tahap Terminasi Merupakan tahap ‘pemutusan’ hubungan secara formal dengan komunitas sasaran. Terminasi dilakukan bukan karena masyarakat sudah dapat dianggap ‘mandiri’, tetapi tidak jarang terjadi karena proyek sudah harus dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya, atau karena anggaran dana sudah tidak ada yang mau meneruskan. Tahapan di atas merupakan tahapan siklikal yang dapat berputar seperti suatu siklus guna mencapai perubahan yang lebih baik, terutama setelah dilakukan evaluasi proses (monitoring) terhadap pelaksanaan kegiatan yang ada. Meskipun siklus dapat berbalik di beberapa tahapan lainnya. 10 2.1.1.3 Prinsip-prinsip Pengembangan Masyarakat Menurut Jim Ife (1995) dalam Nasdian (2006) memaparkan 22 prinsip pengembangan masyarakat sebagai berikut: 1. Integrated Development (Pembangunan Terpadu) Proses pengembangan masyarakat tidak berjalan secara parsial, tetapi merupakan satu kesatuan proses pembangunan yang mencakup aspek sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, lingkungan, dan personal. 2. Confronting Structural Disadvantage (Konfrontasi dengan Kebatilan Struktural) Prinsip ini mengakar pada perspektif keadilan sosial dalam pengembangan masyarakat. Seorang community workers harus menyadari adanya cara-cara dimana tekanan pada suatu kelas, gender, suku bangsa berlangsung kompleks. Seorang community workers perlu lebih kritis terhadap latar belakang warga komunitas, ras, jenis kelamin, sikap berdasarkan kelas warga komunitas dan partisipasi warga komunitas pada struktur penindasan tersebut. Oleh karena itu community workers harus waspada serta memperhitungkan kompleksitas yang ditemukan suatu komunitas. Dengan kata lain pekerjaan community workers tergantung dengan berbagai faktor kontekstual. 3. Human Rights (Hak Asasi Manusia) Struktur masyarakat dan program yang dikembangkan tidak melanggar hak asasi manusia. Oleh karena itu, program pengembangan masyarakat harus mengacu pada prinsip-prinsip dasar hak asasi manusia yang meliputi hak untuk mendapatkan kehidupan yang layak, hak ikut serta dalam kehidupan cultural, hak untuk memperoleh perlindungan keluarga, dan hak untuk selfdetermination. 4. Sustainability (Keberlanjutan) Program pengembangan masyarakat berada dalam kerangka sustainability yang berupaya untuk mengurangi ketergantungan pada sumberdaya yang tidak tergantikan (non-reneweble) dan menggantikannya dengan sumberdaya yang dapat diperbaharui. 5. Empowerment (Pemberdayaan) 11 Makna pemberdayaan adalah “membantu” komunitas dengan sumberdaya, kesempatan, keahlian, dan pengetahuan agar kapasitas komunitas meningkat sehingga dapat berpartisipasi untuk menentukan masa depan warga komunitas. 6. The Personal and The Political (Pribadi dan Politik) Pengembangan masyarakat perlu membangun keterkaitan antara aspek pribadi dan politik dan isu umum. Keterkaitan tersebut terjalin apabila kebutuhan individu, masalah, aspirasi, penderitaan, dan prestasi yang dirasakan dapat diwujudkan dalam bentuk tindakan yang efektif di tingkat komunitas yang kemudian menjadi suatu kekuatan komunitas. 7. Community Owenership (Kepemilikan Komunitas) Kepemilikan komunitas ini dapat dipandang dalam dua tingkatan yaitu kepemilikan pada benda material dan kepemilikan pada proses dan struktur yang ada. 8. Self-Reliance (Kemandirian) Prinsip ini mengimplikasikan agar warga komunitas mencari atau berusaha menggunakan sumberdaya sendiri apabila memungkinkan daripada menyandarkan diri pada bantuan luar. Hal ini dapat ditunjukan pada berbagai bentuk sumberdaya, baik keuangan, teknik, sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Kemandirian merupakan prinsip kunci dalam mengidentifikasi dan memanfaatkan sumberdaya untuk menciptakan proses pembangunan yang berkelanjutan dengan menggunakan potensi lokal. 9. Independence from the State (Ketidaktergantungan pada Pemerinah) Prinsip ini berkaitan erat dengan kemandirian suatu komunitas. Community workers tidak boleh menggantungkan bantuan dari masyarakat secara berlebihan karena dapat menimbulkan kelemahan pada kekuatan berbasis komunitas. Namun bantuan dari pemerintah kadang diperlukan dalam memulai proses pembangunan. Dalam hal ini pemerintah berperan sebagai sponsor pengembangan masyarakat dan respon dari pemerintah merupakan kebutuhan untuk mewujudkan dukungan pemerintah terhadap program pengembangan masyarakat. 10. Immediate Goals and Ultimate Vision (Tujuan dan Visi) 12 Tujuan dan visi harus menjadikan perhatian dalam pendekatan pengembangan masyarakat. Tindakan untuk tujuan langsung tidak dibenarkan bila tidak sesuai dengan visi jangka panjang dan sebaliknya. Dalam pengembangan masyarakat perlu dipertahankan keseimbangan antara jangka pendek dan visi masyarakat. Dalam hal ini perlu upaya untuk menghubungkan dan membuat relevansi antara keduanya. 11. Organic Development (Pembangunan Bersifat Organik) Penerapan pembangunan yang bersifat organik memiliki suatu pengertian bahwa terdapat hubungan yang kompleks antara warga komunitas dan lingkungannya. 12. The Pace of Development (Kecepatan Gerak Pembangunan) Prinsip ini menekankan agar proses pembangunan dibiarkan berjalan dengan sendirinya dan tidak dipercepat. Keberhasilan pengembangan komunitas akan bergantung pada dinamika komunitasnya. Secara alamiah, pengembangan masyarakat adalah proses jangka panjang dan merupakan proses belajar komunitas. 13. External Experties (Keahlian Pihak Luar) Keahlian dan pengalaman seseorang serta pengalaman pembangunan disuatu tempat dipelajari dan dikembangkan sesuai dengan tradisi masyarakat setempat dan lingkungan serta sesuai dengan emampuan dan cara masyarakat. Oleh karena itu, komunikasi horizontal (belajar dari sesama, bukan ditentukan konsultan) merupakan prasyarat dalam program pengembangan masyarakat. 14. Community Building (Membangun Komunitas) Melibatkan proses mendorong orang untuk bekerjasama, lebih bergantung satu sama lain dalam menyelesaikan sesuatu. Prinsip ini mencari cara dimana setiap orang dapat memberikan kontribusi dan menjadi dihargai oleh orang lain. Oleh karena itu, program pengembangan masyarakat mencakup penguatan interaksi sosial di tingkat komunitas, mengajak kebersamaan, menterjemahkan melalui dialog, pemahaman, dan tindakan sosial. Pengembangan masyarakat membawa warga komunitas ke dalam kegiatan bersama, penyelesaian masalah bersama, dan memperkuat interaksi yang bersifat formal dan informal. 13 15. Process and Outcome (Proses dan Hasilnya) Dalam pengembangan masyarakat proses dan hasil merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan saling menunjang sehingga keduanya menjadi penting. 16. The Integrity of the Process (Keterpaduan Proses) Proses yang dugunakan untuk mencapai tujuan harus sesuai dengan hasil yang diharapkan, keberlanjutan, keadilan sosial, dan lain-lain. 17. Non-Violence (Tanpa Kekerasan) Prinsip ini berusaha menemukan cara untuk melawan berbagai bentuk kekerasan baik kekerasan fisik maupun kekerasan struktural dengan mengubah lembaga yang ada dan struktur sosial masyarakat. 18. Inclusivenes (Inklusif) Penerapan prinsip ini menekankan agar community workers tetap menghargai orang lain walaupun orang tersebut berlawanan pandangan. Meskipun orang lain tidak setuju dengan gagasan, nilai, dan politik suatu komunitas tetapi tetap menghargainya dan berusaha merangkulnya daripada mengasingkannya. 19. Consensus (Konsensus) Prinsip ini tidak sekedar persetujuan untuk menerima keinginan dari pihak mayoritas. Lebih jauh penerapannya adalah lebih jauh penerapannya adalah agar orang-oarang yang teribat dalam mencari penyelesaian terhadap suatu masalah dan menyadari betul-betul bahwa keputusan yang diambil adalah baik. 20. Cooperation (Kerjasama) Pendekatan pengembangan komunitas berusaha membuat kerjasama pada tindakan masyarakat setempat, dengan cara membuat orang-orang bersama dan mencari untuk member imbalan pada perilaku kerjasama. Peningkatan pengembangan komunitas yang berlandaskan pada konsensus dan tanpa kekerasan memerlukan struktur untuk bekerjasama (cooperation) daripada struktur persaingan (competition). Pada tingkat dasar, pengembangan komunitas dapat menghasilkan koperasi dari kegiatan komunitas dengan mengajak orang, bersama-sama menemukan perilaku koperasi dari individu atau kelompok. Dengan koperasi akan mampu sharing perasaan dan 14 permasalahan yang dihadapi, sehingga dalam jangka waktu panjang akan mampu memecahkan segala persoalan yang dihadapi bersama dalam komunitas. 21. Participation (Partisipasi) Partisipasi dalam pengembangan komunitas harus menciptakan peran serta yang maksimal dengan tujuan agar semua orang dalam masyarakat tersebut dapat melibatkan secara aktif pada proses dan kegiatan masyarakat. Oleh karena itu pendekatan pengembangan komunitas selalu mengoptimalkan partisipasi, dengan tujuan semua warga ikut terlibat dalam proses pengambilan keputusan pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan dalam proses implementasi serta evaluasi. Melalui peran serta warga komunitas maka akan diperoleh proses belajar satu sama lain, mereka dapat mengubah secara alamiah kegiatan tradisional yang eksklusif menjadi kegiatan yang partisipatif, dan secara sportif mereka menjadi tergantung satu sama lain. 22. Defining Need (Mendefinisikan Kebutuhan) Proses pengidentifikasian kebutuhan merupakan salah satu tugas yang harus dijalankan oleh community workers dalam pengembangan komunitas, pendekatan harus mencari persetujuan dari berbagai macam kebutuhan. Untuk itu peranan community workers yang sangat penting adalah membangun konsensus dari beragam kebutuhan warga komunitas. Batasan kebutuhan datang dari anggota komunitas itu sendiri. Oleh karena itu, sangat penting dilakukan suatu dialog untuk merumuskan kebutuhan tersebut. Melalui dialog diharapkan dapat dirumuskan sesuatu yang benar-benar menjadi kebutuhan anggota komunitas, bukan keinginan. Disamping itu, pengembangan komunitas mampu mengartikulasikan titik temu antara kebutuhan dan tindakan yang harus dilakukan. Seiring dengan berjalannya waktu, terdapat lima prinsip yang telah ditambahkan oleh Ife selain 22 prinsip pengembangan masyarakat yang telah dijelaskan sebelumnya. Ife (2002:200-225) seperti dikutip oleh Nasdian (2006) membagi prinsip-prinsip Community Development dalam tiga bagian penting, yaitu ekologi, keadilan sosial, nilai-nilai lokal, proses, serta global-lokal, secara rinci dikemukakan sebagai berikut : 15 1. Prinsip ekologis, ada beberapa prinsip dalam kaitannya dengan masalah ekologi, yaitu: holistik, keberlanjutan, keanekaragaman, pembangunan organis, dan keseimbangan. 2. Prinsip keadilan sosial, yaitu: menghilangkan ketimpangan struktural, memusatkan perhatian pada wacana yang merugikan (Addressing discourses of disadvantage), pemberdayaan, mendefiniskan kebutuhan, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. 3. Menghargai nilai-nilai lokal, yaitu: pengetahuan lokal, budaya lokal, sumberdaya lokal, keterampilan lokal, dan menghargai proses lokal. 4. Proses, yaitu: proses, hasil, dan visi, keterpaduan proses, peningkatan kesadaran, partisipasi, kooperasi dan konsensus, tahapan pembangunan, perdamaian dan anti kekerasan, inklusif, dan membangun komunitas. 5. Prinsip global dan lokal, yaitu: hubungan antara global dan lokal dan praktik Anti Penjajah (Anti-colonialist practice). 2.1.1.4 Pendekatan Pengembangan Masyarakat Menurut Rothman (1970) dalam Nasdian (2006) menyatakan bahwa dengan mempertimbangkan berbagai cara maka pendekatan-pendekatan untuk pengembangan masyarakat dapat diklasifikasikan. Menurutnya, tiga klasifikasi utama pengembangan masyarakat: (1) pembangunan lokalitas (locality development); (2) perencanaan sosial (social planning); dan (3) aksi sosial (social action). Mengingat pengertian tentang pengembangan masyarakat yang mempunyai tujuan mengembangkan tingkat kehidupan dan mempunyai cakupan seluruh komunitas, dapat dinyatakan bahwa pengembangan masyarakat adalah pembangunan alternatif yang komprehensif dan berbasis komunitas. Meskipun demikian, dari segi tujuan, beberapa praktisi pengembangan masyarakat dapat menunjukkan adanya pendekatan-pendekatan yang bersifat spesifik dan tidak selalu bersifat multi-objective (banyak tujuan) dalam satu kali pelaksanaan. Berikut beberapa pendekatan pengembangan yang pernah dilakukan (long, et al eds, 1973) dalam Nasdian (2006): (1) Pendekatan komunitas; (2) Pendekatan kemandirian informasi; (3) Pendekatan pemecahan masalah; (4) Pendekatan demonstrasi; (5) Pendekatan eksperimen; dan (6) Pendekatan konflik-kekuatan. 16 Sedangkan menurut Batten (1967) dalam Adi (2003) menyatakan bahwa pendekatan dalam pengembangan masyarakat terbagi menjadi dua, yaitu: 1. Pendekatan direktif (instruktif). Pendekatan ini dilakukuan berdasarkan asumsi bahwa community worker mengetahui apa yang dibutuhkan dan apa yang baik untuk masyarakat. Dalam pendekatan ini peranan community worker bersifat lebih dominan karena prakarsa kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan lebih banyak berasal dari community worker. Community worker-lah yang menetapkan apa yang baik atau buruk bagi masyarakat, cara-cara apa yang perlu dilakukan untuk memperbaikinya, dan selanjutnya menyediakan sarana yang diperlukan untuk perbaikan tersebut. Dalam prakteknya community worker memang mungkin menanyakan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat atau cara apa yang perlu dilakukan untuk menangani suatu masalah, tetapi jawaban yang muncul dari suatu masyarakat selalu diukur dari segi ‘baik’ dan ‘buruk’ menurut community worker. 2. Pendekatan Non-Direktif (Partisipatif). Pendekatan ini dilakukan berlandaskan asumsi bahwa masyarakat tahu apa yang sebenarnya mereka butuhkan dan apa yang baik untuk mereka. Pada pendekatan ini community worker tidak menempatkan diri sebagai orang yang menetapkan ‘baik’ atau ‘buruk’ bagi suatu masyarakat. Pemeran utama dalam perubahan masyarakat adalah masyarkat itu sendiri, community worker lebih bersifat menggali dan mengembangkan potensi masyarakat. Masyarakat diberikan kesempatan untuk membuat analisis dan mengambil keputusan yang berguna bagi mereka sendiri, serta mereka diberi kesempatan penuh dalam penentuan cara-cara untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Peran community worker disini berubah menjadi katalisator, pemercepat perubahan (enabler) yang mampu mempercepat terjadinya perubahan dalam suatu masyarakat. Dengan menggunakan pendekatan ini, community worker berusaha untuk merangsang tumbuhnya kemampuan masyarakat untuk menentukan arah langkahnya sendiri (self-determination) dan kemampuan untuk menolong dirinya sendiri (self-help) (Batten, 1967: h.11) dalam Adi (2003). Tujuan dari pendekatan ini adalah agar masyarakat memperoleh pengalaman belajar untuk 17 mengembangkan dirinya melalui pemikiran dan tindakan yang dirumuskan oleh mereka. Untuk terciptanya kondisi masyarakat yang mendukung pendekatan NonDirektif maka community worker dapat melakukan tugas sebagai berikut (Batten, 1967: h. 13-14) dalam Adi (2003), yaitu: (a) Menumbuhkan keinginan untuk bertindak; (b) Memberikan informasi, jika dibutuhkan, tentang pengalaman kelompok lain; (c) Membantu masyarakat untuk membuat analisis situasi secara sistematik tentang hakekat dan penyebab dari masalah; dan (4) Menghubungkan masyarakat dengan sumber yang dapat dimanfaatkan. 2.1.2 Konsep Pemberdayaan Masyarakat 2.1.2.1 Pemberdayaan Masyarakat sebagai Upaya Pembangunan Sosial Upaya pembangunan sosial pada dasarnya merupakan suatu upaya pemberdayaan masyarakat. Bagi seorang pelaku perubahan, hal yang dilakukan terhadap klien mereka adalah upaya memberdayakan klien dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Payne (1997:h.226) dalam Rukminto (2003) mengemukakan bahwa suatu proses pemberdayaan (empowerment), sebagai berikut: “Membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya”. Shardlow (1998:h.32) dalam Rukminto (2003) mengemukakan bahwa pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengkontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Tidak jauh berbeda dengan prinsip Biestek (1961) dalam bidang sosial dan kesejahteraan sosial yakni mendorong klien untuk menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi sehingga mereka mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh. 18 2.1.2.2 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat Menurut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007), pemberdayaan masyarakat mencakup pengertian community development (pembangunan masyarakat) dan community-based development (pembangunan yang bertumpu pada masyarakat), dan tahap selanjutnya muncul istilah community-driven development yang diterjemahkan sebagai pembangunan yang diarahkan masyarakat atau diistilahkan pembangunan yang digerakkan masyarakat. Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat bersangkutan. Masyarakat yang sehat fisik dan mental, terdidik dan kuat serta inovatif, tentu memiliki keberdayaan yang tinggi. Keberdayaan masyarakat adalah unsur-unsur yang memungkinkan masyarakat untuk bertahan (survive) dan dalam pengertian dianamis mengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Keberdayaan masyarakat ini menjadi sumber dari apa yang dalam wawasan politik pada tingkat nasional disebut ketahanan nasional. Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat Indonesia yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain, memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. Kristiadi (1977) dalam Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007) melihat bahwa ujung dari pemberdayaan masyarakat harus membuat swadiri, mampu mengurusi dirinya sendiri, swadana, mampu biayai keperluan sendiri, dan swasembada, mampu memenuhi kebutuhannya sendiri secara berkelanjutan. Dalam pengertian konvensional, konsep pemberdayaan sebagai terjemahan empowerment mengandung dua pengertian, yaitu (1) to give power or authority to atau memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan, atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain, (2) to give ability atau to enable atau usaha untuk memberi kemampuan atau keberdayaan (Wrihatnolo dan Dwidjowijoto 2007). Selanjutnya, Dubois dan Miley (1977) mengemukakan bahwa dasar-dasar pemberdayaan antara lain meliputi: 1. Pemberdayaan adalah proses kerja sama antara klien dan pelaksana kerja secara bersama-sama yang bersifat mutual benefit. 19 2. Proses pemberdayaan memandang sistem klien sebagai komponen dan kemampuan yang memberikan jalan ke sumber penghasilan dan memberikan kesempatan. 3. Klien harus merasa dirinya sebagai agen bebas yang dapat mempengaruhi. 4. Kompetensi diperoleh atau diperbaiki melalui pengalaman hidup, pengalaman khusus yang kuat daripada keadaan yang menyatakan apa yang dilakukan. 5. Pemberdayaan meliputi jalan ke sumber-sumber penghasilan dan kapasitas untuk menggunakan sumber-sumber pendapatan tersebut secara efektif. 6. Proses pemberdayaan adalah masalah yang dinamis, sinergis, pernah berubah, dan evolusioner yang selalu memiliki banyak solusi. 7. Pemberdayaan adalah pencapaian melalui struktur-struktur pararel dari perseorangan dan perkembangan masyarakat. 2.1.3 Partisipasi 2.1.3.1 Pengertian Partisipasi Menurut Nasdian (2006), pemberdayaan merupakan jalan atau sarana menuju partisipasi. Sebelum mencapai tahap tersebut, tentu saja dibutuhkan upaya-upaya pengembangan atau pemberdayaan masyarakat. Partisipasi dapat diartikan sebagai keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan yang diadakan pihak lain (kelompok, asosiasi, organisasi, dan sebagainya), dimana keikutsertaannya diwujudkan dalam bentuk pencurahan tenaga, pikiran dan/atau dana (material). Cohen dan Uphoff (1977) dalam Febriana (2008) membagi partisipasi ke dalam beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut: 1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud di sini yaitu pada saat perencanaan suatu kegiatan. 2. Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata pada tahap ini dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek. 20 3. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukkan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya. 4. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Adanya partisipasi masyarakat dapat ditunjukkan oleh terjadinya pembagian ulang kekuasaan yang adil (redistribution of power) antara penyedia kegiatan dan kelompok masyarakat penerima kegiatan. Partisipasi masyarakat tersebut bertingkat, sesuai dengan gradasi derajat wewenang dan tanggung jawab yang dapat dilihat dalam proses pengambilan keputusan. Gradasi peserta dapat digambarkan dalam Tabel 1 sebagai sebuah tangga dengan delapan tingkatan yang menunjukkan peningkatan partisipasi tersebut (Arnstein 1969 dalam Zoebir, 2008)2: Tabel 1. Tangga Partisipasi Masyarakat No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Tangga/Tingkatan Partisipasi Manipulasi (Manipulation) Terapi (Therapy) Pemberitahuan (Informing) Konsultasi (Consultation) Penentraman (Placation) Kemitraan (Partnership) Pendelegasian Kekuasaan (Delegated Power) Kontrol Masyarakat (Citizen Control) Hakekat Kesertaan Tingkatan Pembagian Kekuasaan Permainan oleh pemerintah Sekedar agar masyarakat tidak marah/mengobati Sekedar pemberitahuan searah/sosialisasi Masyarakat didengar, tapi tidak selalu dipakai sarannya Saran masyarakat diterima tapi tidak selalu dilaksanakan Tidak ada partisipasi Tokenism/sekedar justifikasi agar mengiyakan Timbal-balik dinegosiasikan Masyarakat diberi kekuasaan (sebagian atau seluruh program) Sepenuhnya dikuasi oleh masyarakat Tingkat kekuasaan ada di masyarakat Sumber: Arsntein (1969:217) dalam Setiawan (2003)3 2 http://zuryawanisvandiarzoebir.wordpress.com/2008/08/13/proposal-penelitian-partisipasimasyarakat-dalam-penyusunan/ 3 www.psppr-ugm.net/jurnalpdf/Bobi.pdf 21 Arsntein (1969) dalam Zoebir menjelaskan bahwa terdapat apa yang ia sebut sebagai “ladder of citizen participation” atau tangga partisipasi masyarakat seperti yang terlihat pada Tabel 1 Berbagai tingkatan kesertaan dapat diidentifikasikan, mulai dari tanpa partisipasi sampai pelimpahan kekuasaan. Pengelola tradisional selalu enggan untuk melewati tingkat tanpa partisipasi dan tokenism, dengan keyakinan bahwa masyarakat biasanya apatis, membuang-buang waktu, pengelola mempunyai tanggung jawab untuk melakukannya berdasar kaidah-kaidah ilmiah, serta lembaga-lembaga masyarakat mempunyai tugas berdasarkan hukum yang tidak dapat dilimpahkan ke pihak lain. Sebaliknya, masyarakat semakin meningkat kesadarannya dengan mengharapkan partisipasi yang lebih bermanfaat, yang dalam keyakinan mereka termasuk pula pelimpahan sebagian kekuasaan. Hal ini berkaitan dengan pendeskripsian partisipasi sebagai hasil sebuah program penerapan baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun perusahaan oleh Famiola dan Rudito (2007) : 1. Pasif, yaitu bentuk partisipasi yang tidak menuntut respon partisipan untuk terlibat banyak. Biasanya perusahaan akan meminta seseorang dari anggota komunitas (misalnya ketua RT, atau orang yang berpengaruh) untuk mengumpulkan tanda tangan dari beberapa orang yang dikenal oleh orang yang dihubungi oleh perusahaan ini, tanda tangan tersebut biasanya menyatakan kesediaan penduduk dan dukungan penduduk terhadap perusahaan. Orang suruhan perusahaan tersebut biasanya diberi biaya cukup berikut juga dengan orang-orang yang menandatangi kertas persetujuan yang bersangkutan. 2. Terapi (therapy). Partisipasi yang melibatkan anggota komunitas lokal, dan anggota komunitas lokal memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan tetapi jawaban anggota komunitas tidak mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dan tidak ada pengaruh dalam usaha mempengaruhi keadaan. Bentuk ini seperti sebuah dengar pendapat dengan mengumpulkan beberapa penduduk lokal untuk saling tanya jawab dengan perusahaan sedangkan pendapat dari penduduk lokal sama sekali tidak 22 dapat mempengaruhi kedudukan program perusahaan yang sedang berjalan. 3. Konsultasi (consultation). Bentuk partisipasi dimana anggota komunitas diberikan pendampingan dan konsultasi oleh semua pihak (pemerintah dan perusahaan) sehingga pandangan-pandangan diperhitungkan dan tetap dilibatkan dalam menentukan keputusan. Dalam model ini wakil dari penduduk lokal, biasanya adalah para pemuka adat, agama, dan pemerintahan kampung diberikan hak untuk menjelaskan pandangannya terhadap kondisi wilayahnya sendiri. 4. Penenangan (Placation), suatu bentuk partisipasi dengan materi, artinya anggota komunitas diberikan insentif tertentu. Atau beberapa tokoh komunitas diberikan insentif tertentu untuk kepentingan perusahaan atau pemerintah seingga tidak mewakilkan komunitas secara keseluruhan. Dalam konteks ini para wakil penduduk lokal, seperti para pemuka adat, agama dan pemerintahan kampung diberikan benda-benda materi sebagai “hadiah” dari perusahaan sehingga para pemuka ini segan berbicara untuk menentang program. 5. Kerjasama (partnership), partisipasi fungsional dimana semua pihak mewujudkan keputusan bersama (antara perusahaan, pemerintah dan komunitas). Suatu bentuk partisipasi yang melibatkan para pemuka komunitas dan atau ditambah dengan orang-orang lainnya sebagai penduduk lokal, duduk berdampingan dengan wakil dari pemerintah daerah, dalam hal ini bisa dari pihak kabupaten, kecamatan dan bahkan dinas terkait serta perusahaan secara bersama-sama merancang sebuah program yang akan diterapkan pada komunitas. 6. Pendelegasian wewenang (delegated power), suatu bentuk partisipasi yang aktif, dimana anggota komunitas melakukan perencanaan, implementasi dan monitoring. Dalam hal ini anggota komunitas lokal diberikan keleluasaan untuk melaksanakan sebuah program dengan cara ikut memberikan proposal bagi pelaksanaan program dengan cara ikut memberikan proposal bagi pelaksanaan program dan bahkan pengutamaan pembuatan proposal adalah pada penduduk lokal sekitar perusahaan 23 tersebut berdiri, atau proyek atau program yang akan diterapkan tersebut ada. 7. Pengawasan oleh komunitas (citizen control), dalam model ini sudah terbentuk independensi dari monitoring oleh komunitas lokal terhadap perusahaan dan juga pemerintah. Monitoring yang dapat dilakukan oleh komunitas lokal biasanya adalah berupa pendapat yang biasa diletakkan di pusat informasi bagi perusahaan seperti public hearing center. 2.1.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Partisipasi masyarakat dalam suatu program dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Pangestu (1995) dalam Febriana (2008) faktor-faktor tersebut antara lain: 1. Faktor internal Mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga, jumlah pendapatan, dan pengalaman berkelompok. 2. Faktor Eksternal Meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola proyek dengan sasaran dapat mempengaruhi partisipasi karena sasaran dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan pihak pengelola positif dan menguntungkan mereka. Selain itu, bila didukung dengan pelayanan pengelolaan kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran, maka sasaran tidak akan ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam proyek tersebut. Selain itu, menurut Murray dan Lappin (1967) yang dikutip Matrizal (2005), faktor internal lain yang mempengaruhi partisipasi seseorang adalah lama tinggal. Semakin lama tinggal di suatu tempat, semakin besar rasa memiliki dan perasaan dirinya sebagian bagian dari lingkungannya, sehingga timbul keinginan untuk selalu menjaga dan memelihara lingkungan dimana dia tinggal. Pekerjaan utama juga mempengaruhi partisipasi seseorang dalam suatu kegiatan. Jika pekerjaan utama seseorang membutuhkan waktu yang banyak maka partisipasi orang tersebut dalam suatu kegiatan akan rendah. Hal ini karena waktu 24 untuk ikut serta dalam kegiatan yang berlangsung di luar pekerjaan utama tersebut akan berkurang (Silaen 1998). Silaen (1998) dalam penelitiannya menyatakan bahwa semakin tua umur seseorang maka penerimaannya terhadap hal-hal baru semakin rendah. Hal ini karena orang yang masuk dalam golongan tua cenderung selalu bertahan dengan nilai-nilai lama sehingga diperkirakan sulit menerima hal-hal yang sifatnya baru. Tamarli (1994) juga menyatakan bahwa umur merupakan faktor yang mempengaruhi partisipasi. Semakin tua seseorang, relatif berkurang kemampuan fisiknya dan keadaan tersebut akan mempengaruhi partisipasi sosialnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi penerimaan sesorang terhadap sesuatu hal yang baru. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah baginya untuk menerima hal-hal baru yang ada di sekitarnya. Jumlah beban keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi anggota, yang dinyatakan dalam besarnya jumlah jiwa yang ditanggung oleh anggota dalam keluarga. Semakin besar jumlah beban keluarga menyebabkan waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan akan berkurang karena sebagian besar waktunya digunakan untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarga (Ajiswarman 1996). Namun, hasil penelitian yang berbeda diungkapkan oleh Nurlaela (2004) bahwa tingkat pendapatan seseorang tidak mempengaruhi partisipasi orang tersebut dalam suatu kegiatan. Seseorang yang memiliki tingkat pendapatan rendah dan seseorang yang memiliki tingkat pendapatan tinggi menunjukkan jumlah persentase partisipasi yang relatif sama. Faktor eksternal lain yang mempengaruhi partisipasi selain pelayanan yaitu metode kegiatan. Metode kegiatan yang dua arah atau interaktif dapat lebih meningkatkan partisipasi seseorang (Arifah 2002). 25 2.1.4 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan(Corporate Social Responsibility) 2.1.4.1 Sejarah dan Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)4 Gema CSR makin terasa pada tahun 1950-an. Pada waktu itu, persoalanpersoalan kemisikinan dan keterbelakangan yang semula terabaikan mulai mendapatkan perhatian lebih luas dari berbagai kalangan. Mereka menganggap bahwa buku yang bertajuk Social Responsibilities of the Bussinessman karya Howard R. Bowen yang ditulis pada tahun 1953 merupakan literatur awal yang menjadi tonggak sejarah modern CSR dan karena karyanya tersebut, Bowen disebut “Bapak CSR”. Buku berjudul “Silent Spring” karya Rachel Carson pun jugu turut meramaikan dekade ini yang menceritakan bahwa betapa mematikannya pestisida bagi lingkungan dan kehidupan. Ia ingin menyadarkan bahwa tingkah laku perusahaan mesti dicermati sebelum berdampak kehancuran. Tahun 1996 muncul pemikiran tentang korporasi yang lebih manusiawi dalam “The Future Capitalism” yang ditulis Lester Thurow. Menurutnya kapitalisme tidak hanya berkutat pada masalah ekonomi, namun juga memasukkan unsur sosial dan lingkungan yang menjadi basis apa yang nantinya disebut suistainable society. Sedangkan pada dasarwasa 1970-an, terbitlah “The Limits to Growth”. Buku ini merupakan hasil pemikiran para cendikiawan dunia yang tergabung dalam Club of Rome. Buku ini menceritakan bahwa bumi yang kita pijak ini mempunyai keterbatasan daya dukung. Sementari disisi lain, manusia bertambah secara eksponensial. Oleh karena itu, exploitasi alam harus dilakukan secara hati-hati supaya pembangunan dapat dilakukan secara berkelanjutan. Di era 1980-an, banyak perusahaan yang menggeser konsep filantropinya kearah Community Development, yakni kegiatan kedermawanan yang makin berkembang kearah pemberdayaan masyarakat. Dasawarsa 1990-an, Community Development menjadi suatu akitivitas yang lintas sektor karena mencakup aktivitas produktif maupun sosial dan juga lintas pelaku sebagai konsekuensi berkembangnya keterlibatan berbagai pihak. Pada tahun 1992 dalam KTT Bumi (Earth Summit) yang diadakan di Rio de Jenairo Brazil menegaskan konsep 4 Yusuf Wibisono. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsbility. Gresik : Fascho Publishing. 26 pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang didasarkan atas perlindungan lingkungan hidup, pembangunan ekonomi dan sosial sebagai hasil yang mesti dilakukakan. Konsep “3P” (profit, people dan planet) dalam buku karangan John Elkington pada tahun 1997 yang berjudul “Cannibals with Forks, The Triple Bottom Line of Twentieth Century Business” menerangkan bahwa bukan cuma profit yang diburu, namun juga harus memberikan kontribusi positif kepada masyarakat (people) dan ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Gaung CSR makin bergema setelah diselenggarakannya World Summit on Sustainable Development (WWSD tahun 2002 di Johannesburg Afrika Selatan. Sejak saat inilah, definisi CSR mulai berkembang. Definisi dari CSR telah banyak dikemukakan oleh berbagai pihak atau instansi, salah satunya yaitu definisi yang diungkapkan oleh The Word Business Council for Sustainable Development (WBCSD), sebuah lembaga internasional yang berdiri tahun 1995. Dalam lembaga tersebut, CSR didefinisikan sebagai komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara luas. Definisi lainnya dikemukakan oleh World Bank yang memandang sebagai komitmen dunia usaha yang mengkontribusikan keberlanjutan usaha pembangunan ekonomi melalui peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara luas untuk meningkatkan kualitas hidup demi kemajuan bisnis maupun kemajuan pembangunan. Dalam versi Indonesia, secara etimologis CSR diartikan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan, tanggung jawab sosial korporasi atau tanggung jawab sosial dunia usaha. Bulan September 2004 lalu, ISO (International Standard Organization) sebagai induk organisasi standarisasi internasional, berinisiatif mengundang berbagai pihak untuk membentuk tim yang membidangi lahirnya paduan dan standarisasi untuk tanggung jawab sosial (social responbility) yang bakal diberi nama ISO 26000: Guidance Standard on Social Responbility. Terdapat empat agenda pokok yang menjadi program kerja mereka, diantaranya adalah 27 menyiapkan draf kerja tim hingga 2006, penyusunan draft ISO 26.000 hingga Desember 2007, finalisasi draf akhir ISO 26000 pada bulan September 2008 dan ratifikasi serta launching ISO 26000 sebagai standar internasional pada Oktober 2008. Implementasi CSR di perusahaan pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama adalah terkait dengan komitmen pemimpinnya. Kedua, menyangkut ukuran dan kematangan perusahaan. Perusahaan besar dan mapan lebih mempunyai potensi memberi kontribusi. Ketiga, regulasi dan sistem perpajakan yang diatur pemerintah. Semakin kondusif regulasi atau semakin besar insentif pajak yang diberikan, akan lebih berpotensi memberi semangat kepada perusahaan untuk berkontribusi kepada masyarakat. Tahap-tahap dalam penerapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan pada umumnya yaitu: 1. Tahap perencanaan. Tahap ini terdiri dari 3 langkah utama yaitu Awareness Building, CSR Assesment, dan CSR Manual Building. Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran perusahaan mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen. CSR Assesment merupakan upaya untuk memetakan kodisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif. Pada tahap membangun CSR manual, perencanaan merupakan inti dalam memberikan petunjuk pelaksanaan CSR bagi konsumen perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan efisien. 2. Tahap implementasi. Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang harus diperhatikan seperti pengorganisasian, penyusunan untuk menempatkan orang sesuai dengan jenis tugas, pengarahan, pengawasan, pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana, serta penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan. Tahap implementasi terdiri dari 3 langkah utama yaitu sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi. 28 3. Tahap evaluasi. Tahap ini perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR sehingga membantu perusahaan untuk memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian perusahaan dalam implementasi CSR sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi. 4. Pelaporan. Pelaporan perlu dilakukan untuk membangun sistem informasi, baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. 2.1.4.2 Cara Pandang Perusahaan terhadap CSR Wibisono (2007) menjelaskan bahwa perusahaan memiliki berbagai cara pandang dalam memandang CSR. Berbagai cara pandang perusahaan terhadap CSR yaitu: 1. Sekedar basa-basi atau keterpaksaan. Perusahaan mempraktekkan CSR karena external driven (faktor eksternal), environmental driven (karena terjadi masalah lingkungan dan reputation driven (karena ingin mendongkrak citra perusahaan). 2. Sebagai upaya memenuhi kewajiban (compliance). CSR dilakukan karena terdapat regulasi, hukum, dan aturan yang memaksa perusahaan menjalankannya. 3. CSR diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari dalam (internal driven). Perusahaan menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan bisnisnya saja, melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan. Adapun pengamatan dari Hamann dan Acutt (2003) dalam Ambadar (2008) yang menyatakan bahwa terdapat dua motivasi utama yang mendasari mengapa banyak perusahaan ikut-ikutan program CSR tanpa memahami fungsi sebenarnya. Pertama bersifat akomodatif, kebijakan bisnis yang hanya bersifat kosmetik, seadanya (seperficial), dan tidak lengkap (partial). CSR dilakukan untuk memberi citra sebagai perusahaan yang tanggap terhadap kepentingan sosial. Kedua, bersifat legitimatif dengan tujuan untuk memengaruhi wacana. 29 Namun program CSR yang bersifat wacana itu pun sudah bermanfaat sebagai langkah awal dalam proses perubahan menjadi program CSR yang benar. 2.1.4.3 Menyusun Perencanaan Strategis Program CSR Berdasarakan pemikiran Wibisono (2007), secara umum perencanaan terbagi menjadi perencanaan jangka panjang (rencana operasional) dan rencana jangka panjang (rencana strategis). Umumnya berkisar satu tahun untuk rencana jangka pendek dan di atas lima tahun untuk rencana jangka panjang. Langkahlangkah yang biasa ditempuh antara lain meliputi: 1. Menetapkan Visi Visi merupakan gambaran dari sesuatu yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Diupayakan agar visi yang dibuat berdasarkan SMART, specifik, measurable (terukur), achieveable (dapat digapai), realistic (masuk akal), dan time-bound (alokasi waktu) 2. Memformulasikan Misi Misi mendiskripsikan alasan mengapa perusahaan perlu melakukan program CSR. Misi mengembangkan harapan pada karyawan dan mengkomunikasikan pandangan umum dari perusahaan serta merupakan cara untuk mencapai visi yang diinginkan. 3. Menetapkan Tujuan Tujuan merupakan hasil akhir atau wujud kongkret dari sebuah visi. Tujuan merumuskan apa yang akan diselesaikan oleh perusahaan dan kapan akan diselesaikan dan sebaiknya diukur jika memungkinkan. 4. Menetapkan kebijakan Kebijakan merupakan pedoman umum sebagai acuan pelaksanaan program CSR yang akan di jalankan. 5. Merancang Struktur Organisasi Pelaksanaan program CSR dapat ditempatkan pada posisi yang berbeda pada masing-masing perusahaan. Hal ini tergantung dari komitmen manajemen, besar kecilnya dana atau kegiatan yang dikelola serta harapan dan kebutuhan. Sebagai kegiatan yang bersifat strategis, 30 maka idealnya program CSR ditempatkan pada posisi struktur yang strategis dalam perusahaan. 6. Menyediakan SDM Keberhasilan pelaksanaan program CSR tidak dapat dilepaskan dari peranan SDM yang terlibat di dalamnya. SDM merupakan aset perusahaan yang sangat berharga sebagai penopang utama dalam pencapaian tujuan perusahaan. Pokok-pokok kualifikasi yang mesti dimiliki oleh SDM penggiat CSR antara lain: 1. Memiliki pengetahuan yang luas 2. Mempunyai karakter yang baik misalnya loyal 3. Mempunyai semangat kerja sama yang tinggi 4. Mempunyai etos kerja yang baik 5. Penuh inisiatif 6. Bersikap pro aktif bukan reaktif 7. Memiliki kestabilan emosi dan tingkah laku sopan / ramah 8. Memiliki kesederhanaan 9. Mempunyai kemauan baik dan optimis 10. Memiliki sensitifitas / kepekaan sosial yang tinggi 11. Supel dan kreatif 12. Pandai berkomunikasi secara verbal maupun non verbal 13. Mempunyai daya analisa yang tajam Corporate Forum for Community Development (CFCD) mengidentifikasi keterampilan pokok SDM yang perlu dimiliki oleh pelaku CSR sebagai berikut: 1. Keterampilan berkomunikasi dan mempengaruhi orang lain. 2. Keterampilan bekerja dengan atau di dalam tim 3. Keterampilan mengedukasi 4. Keterampilan menyediakn sumberdaya yang diperlukan 5. Keterampilan menulis 6. Keterampilan memotivasi, membangun antusiasme dan menggerakkan orang 7. Keterampilan mengelola konflik 8. Keterampilan melakukan advokasi 31 9. Keterampilan melakukan persentasi di depan publik 10. Keterampilan bekerja menggunakan media 11. Keterampilan manajemen dan mengorganisasi 12. Keterampilan melakukan riset / penelitian Unsur sentral perencanaan strategis bidang publik terdapat pada akronim SWOT, yang diangkat dari model kebijakan Harvard. SWOT merupakan kepanjangan dari strengths (kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities (peluang), dan threats (ancaman), yang dikaji dari masyarakat, sebagai dasar bagi penyusunan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran dalam bidang isu-isu kunci. Sorkin, Ferris, dan Hudak (1984) dalam Djunaedi (2000) mengidentifikasi unsur penting lainnya, yaitu langkah-langkah dasar perencanaan strategis di tingkat masyarakat, yang terdiri dari: 1. Mengkaji lingkungan (scan the environment) 2. Memilih isu-isu kunci (select key issues); 3. Merumuskan pernyataan misi atau tujuan umum/visi (set mission statements or broad goals); 4. melakukan kajian eksternal dan internal (undertake external dan internal analyses); 5. Mengembangkan tujuan, sasaran, dan strategi yang terkait dengan tiap isu kunci (develop goals, objectives, and strategies with respect to each issue); 6. Mengembangkan rencana implementasi untuk menjalankan tindakantindakan strategis (develop an implementation plan to carry out strategic actions); 7. Memantau, memperbarui, dan mengkaji (monitor, update, dan scan). Djunaedi (2000) dalam Wibisono (2007) juga mengemukakan bahwa sebelum tahun 1980an, para perencana perusahaan dan perencana perkotaan tidak pernah saling berkomunikasi untuk bertukar cara berpikir perencanaan. Pada awal 1980an, komunikasi antara dua pihak tersebut terjalin, dan perencana perkotaan meminjam pendekatan perencanaan strategis, yang biasa dipakai di bidang usaha, ke bidang perencanaan perkotaan. Berdasar bahan-bahan dari literatur, dikaji sifatsifat perencanaan strategis perusahaan dan kemungkinannya untuk diterapkan 32 dalam perencanaan publik. Secara singkat, kajian ini menghasilkan temuan bahwa perencanaan strategis perusahaan mempunyai sifat-sifat: 1. Berorientasi lebih menuju ke tindakan, hasil, dan implementasi; 2. Mempromosikan partisipasi yang lebih luas dan beragam dalam proses perencanaannya; 3. Lebih menekankan pada pemahaman masyarakat terhadap konteks ingkungannya, mengidentifikasi peluang dan ancaman terhadap masyarakat melalui kajian lingkungan; 4. Mengandung perilaku kompetitif (bersaing) di pihak masyarakat; 5. Menekankan kajian kekuatan dan kelemahan masyarakat dalam konteks peluang dan ancaman. 2.1.5 Implementasi Program CSR Menurut Wibisono (2007), contoh lingkup program CSR yang disarikan dari beberapa perusahaan terkemuka adalah: 1. Bidang Sosial antara lain: a. Pendidikan/Pelatihan b. Kesehatan c. Kesejahteraan sosial d. Kepemudaan/Kewanitaan e. Keagamaan f. Kebudayaan g. Penguatan kelembagaan h. Dan lain-lain 2. Bidang Ekonomi antara lain: a. Kewirausahaan b. Pembinaan UKM c. Agribisnis d. Pembukaan lapangan kerja e. Sarana dan prasarana ekonomi f. Usaha produktif lainnya 3. Bidang Lingkungan antara lain: 33 a. Penggunaan energi secara efisien b. Proses produksi yang ramah lingkungan c. Pengendalian polusi d. Penghijauan e. Pengelolaan air f. Pelestarian alam g. Pengembangan ekowisata h. Penyehatan lingkungan i. Perumahan dan pemukiman Contoh lain tentang program operasional CSR yang diklasifikasikan dalam beberapa bidang adalah adaptasi dari Natural Resource Canada yang tersaji dalam Tabel 2 berikut ini: 34 Tabel 2. Program Operasional CSR yang Diadaptasi oleh Natural Resource Canada Bidang-Bidang Program CSR Program CSR yang bisa dilakukan • • • Komunitas dan Masyarakat Luas • • • • • Program-program karyawan • • • Program-Program Penanganan/Produk • • • • • • Program-Program Lingkungan • • • Mempekerjakan tenaga lokal Membeli produk lokal Mendukung karyawan yang bersedia menjadi sukarelawan Jadwal kerja yang disesuaikan dengan kebituhan lokal Filantropi Kajian dampak sosial • Keberagaman ditempat bekerja (khususnya dalam manajemen) Keseimbangan kerja (misalnya waktu yang fleksibel) Bagi hasil/opsi saham Manfaat bagi karyawan paruh waktu Pelatihan/kemajuan karir • Program penanganan produk Program pelanelan Informasi kesehatan dan lingkungan pada produk dan jasa • • Rancangan lingkungan (mengembangkan produk yang ekoefisien) Manajemen daur ulang Program pengadaan berwawasan lingkungan Manajemen B3 Evaluasi lingkungan atas investasi/proyek modal Program gas rumah kaca • • • • • • • • • • • • • • • Program yang mengembangkan masyarakat Pemantauan HAM Program diversity pemasok Program untuk penduduk setempat Program merespon kondisi darurat Latihan kepekaan kultural bagi para staf Partisipasi karyawan dalam pengambilan keputusan Kesehatan dan Keselamatan kerja Saluran komunikasi yang terbuka antara karyawan dan manajer Survei kepuasan karyawan Program bantuan karyawan/insentif Kajian pelanggan Komunikasi dengan pelanggan berdasarkan standar perusahaan Keterlibatan pelanggan dalam pengembangan produk Program energi alternatif Program efesiensi sumberdaya (air, bahan baku, energi) Manajemen emisi (udara, tanah, air) Transportasi dan distribusi Program ekologi industry/program memadukan produk sampingan 35 Bidang-Bidang Program CSR Program CSR yang bisa dilakukan Memasukkan data kontribusi • Situs Web sosial ke daam laporan • Laporan disesuaikan tahunan fasilitas lokal • Membuat laporan tersendiri • Berbagai laporan tentang lingkungan hidup pemerintahan Program-Program • Membuat laporan tersendiri Komunikasi dan tentang lingkungan hidup Pelaporan • Membuat laporan tersendiri tentang tanggung jawab sosial korporat • Kombinasi laporan sosial, ekonomi dan lingkungan • Semua informasi tentang program atau kegiatan yang dijalankan perusahaan untuk melibatkan pemegang saham dalam hal-hal yang bersifat non financial • Semua informasi tentang cara yang dilakukan perusahaan Pemegang Saham tentang cara yang dilakukan perusahaan dalam menyempaikan informasi kepada pemegang saham minoritas yang memungkinkan mereka bisa berpartisipasi secara efektif dalam pengambilan keputusan perusahaan • Kajian atas pemasok • Audit pemasok (lingkungan, kondisi kerja, • Pelatihan atau bekerja Program-Program pekerja anak) bersama pemasok utnuk Pemasok • Komunikasi dengan memperbaiki kinerja pemasok • Kode etik • Sistem penunjang kode Program tataetik • Sistem akuntabilitas pamong/pedoman • Kajian investasi (HAM, perilaku lingkungan hidup) Sumber: Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (2007) • Contoh bentuk dan jenis kegiatan Bina Lingkungan Perusahaan BUMN dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1. Bencana Alam a. Bantuan korban bencana banjir b. Bantuan koran bencana kekeringan c. Bantuan korban kebakaran d. Bantuan korban angin topan / angin ribut / angin puyuh dll. 2. Pendidikan dan atau pelatihan a. Program beasiswa / anak asuh b. Bantuan sarana pendidikan c. Bantuan perpustakaan sekolah 36 d. Bantuan pelatihan ketrampilan Karang Taruna dll 3. Peningkatan Kesehatan a. Pengobatan umum b. Khitanan massal c. Program kegiatan olah raga dan kesehatan d. Bantuan sarana olah raga 4. Pengembangan prasarana & sarana umum a. Perbaikan/pembangunan sarana jalan b. Perbaikan/pembangunan saluran sanitasi/saluran air hujan c. Perbaikan/pembangunan balai desa/tempat pertemuan d. Perbaikan/pembangunan sarana usaha (workshop) e. Program penghijauan 5. Sarana Ibadah a. Perbaikan/pembangunan tempat ibadah (masjid, mushola, dll) b. Bantuan peringatan hari besar dan kegiatan keagamaan c. Kegiatan pengajian umum, sema’an Al Qur’an, haul, majelis dzikir, istigozah, dll 2.1.6 Karakteristik CSR Kontribusi Governance suatu untuk perusahaan meningkatkan dalam aktualisasi kesejahteraan Good masyarakat Corporate mengalami metamorfosis, dari yang bersifat charity menjadi aktivitas yang lebih menekankan pada pencipataan kemandirian masyarakat, yakni program pemberdayaan (Ambaddar, 2008). Metamorfosis kontibusi perusahaan tersebut diungkapkan oleh Za’im Zaidi (2003) dalam Ambaddar (2008), yaitu dapat dilihat dalam Tabel 3 berikut: 37 Tabel 3. Karakteristik CSR Paradigma Charity Philantropy Good Corporate Citizenship (GCG) Motivasi Agama, tradisi, adaptasi Norma, etika dan hukum universal Pencerahan diri dan rekonsiliasai dengan ketertiban sosial Misi Mengatasi masalah setempat Mencari dan mengatasi akar masalah Memberikan kontribusi terhadap masyarakat Pengelolaan Jangka pendek, mengatasi masalah sesaat Terencana, terorganisasi dan terperogram Terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan Pengorganisasian Kepanitiaan Yayasan/dana abadi/profesionalitas Keterlibatan baik dana maupun sumberdaya lain Penerima manfaat Orang miskin Masyarakat luas Masyarakat luas dan perusahaan Kontribusi Hibah sosial Hibah pembangunan Hibah (sosial dan pembangunan serta keterlibatan sosial) Inspirasi Kewajiban Kepentingan bersama Sumber: Za’im Zaidi, Sumbangan Sosial Perusahaan (2003) dalam Ambaddar (2008) 2.1.7 Dampak CSR bagi Masyarakat Menurut Ambadar (2008), secara empirik dalam mengukur dampak CSR dapat ditransformasikan ke dalam beberapa variabel pokok yaitu adanya peningkatan dalam: kualitas SDM, kelembagaan, tabungan, konsumsi dan inovasi (TKI) dari rumah tangga warga masyarakat, dengan membandingkan data dasar (base line data) dengan periode akhir proyek: 1. Tabungan: a. Adanya peningkatan saldo tabungan anggota binaan baik di bank maupun di lembaga keuangan lain b. Peningkatan jenis, jumlah, mutu dan nilai harta rumah tangga 2. Konsumsi: a. Peningkatan rata-rata jumlah pendapatan rumah tangga perperiode b. Peningkatan jenis, jumlah dan mutu konsumsi rumah tangga perperiode 38 c. Penerapan pengelolaan Ekonomi Rumah Tangga (ERT) secara tepat guna 3. Investasi: a. Peningkatan jumlah unit dan ragam sektor usaha b. Peningkatan jumlah orang yang melakukan kegiatan usaha c. Peningkatan nilai penjualan produk usaha perperiode d. Peningkatan volume penjualan atas komoditi-komoditi lama e. Peningkatan jumlah laba/pendapatan usaha perperiode f. Peningkatan modal sendiri dari unit-unit usaha bertambah g. Peningkatan aset usaha dari seluruh unit h. Peningkatan kualitas usaha 4. Sumber daya manusia: a. Peningkatan jenis, jumlah dan frekuensi kegiatan pelatihan bagi warga masyarakat b. Peningkatan jumlah orang yang telah mengikuti pelatihan dari berbagai jenis yang ada c. Peningkatan jumlah orang yang telah memiliki kemampuan untuk memperluas usaha d. Peningkatan jumlah orang yang telah dapat membuat akuntansi dan memonitor e. Peningkatan jumlah orang yang telah memiliki akses dan dapat mengelola keuangan usaha f. Peningkatan jumlah orang yang telah menguasi teknologi produksi yang relatif canggih g. Peningkatan jumlah orang yang telah dilatih dan aktif mengelola organisasi h. Peningkatan kualitas sumber daya masyarakat sekitar 5. Kelembagaan: a. Tumbuhnya lembaga keuangan pada masyarakat sasaran b. Tumbuhnya sistem jaringan antarkelembagaan yang ada termasuk lembaga keuangan c. Tumbuhnya lembaga yang bersikap korporatif 39 2.2 Kerangka Pemikiran Masyarakat sebagai salah satu stakeholder dalam perusahaan mempunyai peranan yang penting dalam keberlanjutan suatu perusahaan. Jika perusahaan ingin sustain, maka ia perlu memperhatikan 3P, yakni, bukan cuma profit yang diburu, namun juga harus memberikan kontribusi positif kepada masyarakat (people) dan ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Pengertian CSR sangat beragam. Intinya, CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, tetapi untuk pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga, dan berkelanjutan. Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan dan bahkan sering diidentikkan dengan CSR adalah corporate giving (charity), corporate philanthropy, corporate community relations, dan community development. Keempat nama itu bisa dimaknai sebagai dimensi atau pendekatan CSR. Jika corporate giving bermotif amal atau charity, corporate philanthropy bermotif kemanusiaan dan Good Corporate Governance (GCG) bermotifkan kepada menciptakan nilai tambah untuk semua stakeholder. Oleh karena itu, masyarakat sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari perusahaan, maka perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesarbesarnya kepada mereka. Selain itu juga perlu disadari bahwa operasi perusahaan berpotensi memberi dampak kepada masyarakat. Karenanya pula perusahaan perlu untuk melakukan berbagai kegiatan yang menyetuh kebutuhan masyarkat (sosial, ekonomi dan lingkungan) agar diharapkan dapat memberikan dampak yang positif bagi mereka. Dampak bagi masyarakat dalam bidang sosial, ekonomi dan lingkungan merupakan sebagai akibat adanya pengimplementasian program CSR yang dikategorikan pula dalam bidang sosial, ekonomi dan lingkungan. Program CSR akan berjalan dengan baik jika didukung dengan keterlibatan masyarakat secara aktif. Tinggi rendahnya partisipasi dalam program ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik intrenal maupun external individu. Faktor internal meliputi variabel usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah beban keluarga dan lama 40 Cara Pandang Perusahaan Terhadap CSR: 1. External Driven, environmental driven, reputation driver 2. Compliance 3. Internal Driven Pendekatan Pengembangan Masyarakat : 1. Direktif (Instruktif) 2. Non-Direktif (Partisipatif) Implementasi Kegiatan CSR : • • • Ekonomi Sosial Lingkungan Dimensi dan Karakteristik CSR 1. Charity 2. Philantropy Corporate 3. Good Citizenship (GCG) Dampak CSR bagi Masyarakat 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Tingkatan Partisipasi Masayarakat Manipulasi Terapi Pemberitahuan Konsultasi Penenangan Kemitraan Pendelegasian Kekuasaan Kontrol Masyarakat Faktor Intrernal (Karakterisitik Individu) • • • • • Umur Tingkat Pendidikan Tingkat Pendapatan Jumlah Beban Keluarga Lama Tinggal Keterangan : : Mempengaruhi Gambar 1. Kerangka Pemikiran Tingkat Partisipasi Warga dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan tinggal. Pengimplementasian program CSR perusahaan juga didasari pada dua pendekatan pengembangan masyarakat, yaitu pendekatan secara direktif dan pendekatan secara non-direktif. Pendekatan direktif dilakukuan berdasarkan asumsi bahwa community worker mengetahui apa yang dibutuhkan dan apa yang 41 baik untuk masyarakat. Sedangkan pendekatan non-direktif dilakukan berlandaskan asumsi bahwa masyarakat tahu apa yang sebenarnya mereka butuhkan dan apa yang baik untuk mereka. Pendekatan pengembangan masyarakat tersebut didukung oleh perencanaan program strategis CSR perusahaan yang baik meliputi penetapan visi, misi serta tujuan program. Kemudian dilanjutkan dengan menetapkan kebijakan, merancang struktur organisasi dan penyedian SDM. Cara pandang perusahaan terhadap CSR mempengaruhi perencanaan program strategis CSR perusahaan tersebut. Cara pandang tersebut dikategorikan menjadi tiga jenis, yang pertama yaitu sekedar basa basi atau keterpaksaan (external driven). Selain itu, masih dalam kategori pertama, terdapat environmental driven dimana praktek CSR perusahaan dilakukan karena terjadinya masalah lingkungan dan reputation driven yang dilakukan perusahaan untuk mendongkrak citranya. Kategori kedua yaitu sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance) dan yang ketiga yaitu CSR diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari dalam (internal driven). 2.3 Hipotesa 2.3.1 Hipotesa Pengarah Cara perusahaan dalam memandang CSR diduga dilaksanakan dari segi external driven, reputation driven, compliance dan internal driven. Selain itu, strategi pengimplementasian CSR perusahaan diduga menggunakan pendekatan pengembangan masyarakat secara non-direktif (partisipatif) atau bahkan kombinasi pendekatan direktif dan non-direktif dalam upaya pendekatan pengembangan masyarakat. Pelaksanaan kegiatan CSR perusahaan diduga mempunyai jenis program di bidang sosial, ekonomi dan lingkungan. Karakteristik CSR perusahaan diduga masih cenderung dalam bentuk charity dan philantrophy. 2.3.2 Hipotesa Uji 1. Ada hubungan antara faktor internal (karakteristik individu) dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan CSR perusahaan 42 2. Ada hubungan antara tingkat partisipasi masyarakat dengan dampak dalam pengimplementasian program CSR perusahaan. 2.4 Definisi Operasional 1. Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat dalam individu responden yang dapat memotivasi diri atau merupakan dorongan dalam diri untuk ikut berpartisipasi dalam program CSR. Faktor intrenal meliputi umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah beban keluarga dan lama tinggal. 2. Usia adalah lama hidup responden dari sejak lahir sampai ketika diwawancarai. Rentang usia diukur dalam jumlah tahun berdasarkan sebaran yang didapat dari rata-rata data lapang. 3. Tingkat pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti responden. Diukur berdasarkan jenjang pendidikan formal terakhir dengan enam kategori, yaitu tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tidak tamat SMP, tamat SMP, tidak tamat SMA, dan tamat SMA. 4. Tingkat pendapatan adalah rata-rata hasil kerja berupa uang yang diperoleh warga tiap bulan. Tingkat pendapatan diukur berdasarkan batas UMR Kota Bekasi tahun 2009, yaitu Rp. 994.000 dan dikategorikan menjadi: Rendah: < Rp. 994.000 Sedang: Rp. 994.000 s/d 1.998.000 Tinggi: > Rp. 1.998.000 5. Jumlah beban keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang masih tinggal dalam satu rumah atau tidak yang masih menjadi tanggungan keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dikelompokkan berdasarkan kriteria BKKBN (keluarga kecil ≤ 4 orang, keluarga sedang 5-6 orang, keluarga besar ≥ 7 orang) 6. Lama tinggal yaitu lamanya responden tinggal di tempat ini sampai dengan dilakukan wawancara. Dikukur dengan satuan tahun. Tinggi rendahnya akan didapat dari rata-rata data lapang. 43 7. Tingkatan partisipasi adalah keikutsertaan anggota dalam semua tahapan kegiatan sesuai dengan gradasi derajat wewenang dan tanggungjawab yang dapat dilihat dalam proses pengambilan keputusan. Adapun kedelapan tingkatan partisipasi tersebut yaitu , tahap manipulasi, terapi, pemberitahuan, konsultasi, penenangan, kemitraan, pendelegasian kekusaan, dan kontrol masyarakat. Skor penilaian berdasarakan tanggapan responden dalam menanggapi tindakan perusahaan kepada reponden pada kegiatan CSR yang dikategorikan menjadi tiga, yaitu tidak pernah, kadang-kadang dan selalu. Skor bernilai 1 untuk kategori tidak pernah Skor bernilai 2 untuk kategori kadang-kadang Skor bernilai 3 untuk kategori selalu 8. Tahap manipulasi, dinyatakan sebagai bentuk partisipasi yang tidak menuntut respon partisipan untuk terlibat banyak dalam suatu kegiatan. Pihak perusahaan sangat dominan pada tahap awal ini. 9. Tahap terapi, bentuk ini seperti sebuah dengar pendapat dengan mengumpulkan beberapa penduduk lokal untuk saling tanya jawab dengan perusahaan sedangkan pendapat dari penduduk lokal sama sekali tidak dapat mempengaruhi kedudukan program perusahaan yang sedang berjalan. 10. Tahap pemberitahuan yaitu sekedar pemberitahuan searah atau sosialisasi dari perusahaan kepada responden. 11. Tahap konsultasi, yaitu partisipasi dimana anggota komunitas diberikan pendampingan dan konsultasi oleh semua pihak (pemerintah dan perusahaan) sehingga pandangan-pandangan diperhitungkan dan tetap dilibatkan dalam menentukan keputusan. 12. Tahap penenangan merupakan suatu bentuk partisipasi dengan materi, artinya ketika akan muncul suatu konflik antara perusahaan dan masyarakat, anggota komunitas diberikan insentif tertentu sehingga mereka segan berbicara untuk menentang program. 44 13. Tahap kemitraan, yaitu partisipasi fungsional dimana semua pihak mewujudkan keputusan bersama (antara perusahaan, pemerintah dan komunitas) dalam suatu negosiasi. 14. Tahap pendelegasian kekuasaan, bentuk partisipasi yang aktif, dimana anggota komunitas melakukan perencanaan, implementasi dan monitoring. 15. Tahap kontrol masyarakat yaitu model yang sudah terbentuk independensi dari monitoring oleh komunitas lokal terhadap perusahaan dan juga pemerintah. 16. Dampak CSR bagi masyarakat merupakan perubahan yang dirasakan masyarakat setelah menerima program pengimplementasian CSR. Dampak ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. 17. Dampak Ekonomi adalah perubahan yang dirasakan masyarakat setelah menerima program pengimplementasian CSR pada variabel perolehan kesempatan kerja, kesempatan berusaha, upah kerja, pendapatan warga, dan kesejahteraan warga. Dampak ekonomi rendah, yaitu skor 5-8 Dampak ekonomi sedang, yaitu skor 9-12 Dampak ekonomi tingi, yaitu skor 13-15 18. Dampak Sosial adalah perubahan yang dirasakan masyarakat setelah menerima program pengimplementasian CSR pada variabel kepercayaan warga terhadap perusahaan, kerjasama warga, solidaritas warga, akses warga terhadap sarana pendidikan, peran perempuan, peran pemuda/karangtaruna, kesempatan warga dalam mengambil keputusan, peluang konflik dan penyelesaian konflik. Dampak sosial rendah, yaitu skor 5-8 Dampak sosial rendah, yaitu skor 9-12 Dampak sosial tinggi, yaitu skor 13-15 19. Dampak Lingkungan adalah perubahan yang dirasakan masyarakat setelah menerima program pengimplementasian CSR pada variabel akses sarana transportasi dan kerusakan lingkungan. Dampak lingkungan rendah, yaitu skor 2-3 Dampak lingkungan rendah, yaitu skor 4-5 45 Dampak lingkungan tinggi, yaitu skor 6 20. Dampak keseluruhan diukur melalui penilaian masyarakat terhadap dampak sosial, ekonomi dan lingkungan dan jumlah skor yang didapat pada dampak-dampak tersebut. Rendah , yaitu skor 12-20 Sedang, yaitu skor 21-28 Tinggi, yaitu skor 29-36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam upaya menggambarkan bagaimana kegiatan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat dalam kerangka tanggung jawab sosial perusahaan melalui metode studi kasus pada PT. Isuzu Astra Motor Indonesia. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam dan rinci tentang cara pandang perusahaan terhadap CSR yang terdapat di Isuzu beserta perencanaan program strategis perusahaan, kemudian memahami bentuk strategi pendekatan pengembangan masyarkat yang digunakan perusahaan dalam penerapan tanggung jawab sosialnya dan mengetahui jenis-jenis program yang diimplementasikan dalam bidang sosial, ekonomi dan budaya. Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat partisipasi masyarakat terhadap program CSR perusahaan dan menganalisis dampak sosial, ekonomi dan lingkungan pada program CSR tersebut bagi masyarakat. Strategi yang dipilih adalah studi kasus dan survei. Studi kasus merupakan salah satu strategi dalam penelitian yang berarti memilih suatu kejadian atau gejala khusus untuk diteliti dengan menerpakan berbagai metode (Stake dalam Sitorus 1998). Studi kasus yang dipilih adalah kasus intrinsik, yaitu studi kasus dilakukan karena peneliti ingin mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang suatu kasus. Sedangkan dalam survei, informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. Umumnya, pengertian survei dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi (Singarimbun, 2006) 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di PT Isuzu Astra Motor Indonesia Assy Plant Pondok Ungu (PT. IAMI APPU) Jl. Kaliabang Raya No. 1 Pondok Ungu, Bekasi Utara. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Sebelum menentukan lokasi penelitian, peneliti telah melakukan observasi melalui 47 penelusuran kepustakaan surat kabar, buku, hasil penelitian dari beberapa peneliti, internet, serta beberapa narasumber yang memberikan informasi mengenai perusahaan yang telah melakukan tanggung jawab sosialnya. Setelah dilakukan penelusuran melalui kepustakaan, akhirnya peneliti memilih Isuzu sebagai lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai Januari 2010. 3.3 Pemilihan Subyek Penelitian Subyek tineliti terdiri dari informan dan responden. Informan merupakan pihak yang memberikan keterangan tentang pihak lain dan lingkungannya, sedangkan responden merupakan pihak yang memberi keterangan tentang diri dan kegiatan yang dilaksanakannya. Dalam hal ini, informan adalah pihak perusahaan (Isuzu) selaku pemberi informasi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan dan responden adalah masyarakat (pihak luar). Pemilihan informan dilakukan dengan teknik “bola salju” (snow ball sampling) dari koordinator hingga staff yang menangani kegiatan CSR di perusahaan tersebut, sedangkan pemilihan subyek tineliti (responden) dipilih secara random sampling (secara acak), yaitu pengambilan sampel acak sederhana (Simple Random Sampling). Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat Kelurahan Medan Satria RW 07 Bekasi Barat yang mengikuti program CSR yakni berjumlah 106 jiwa. Unit analisis dari reponden yang dipilih adalah individu. Sampel yang diambil sebanyak 40 responden yang mewakili komunitas Kelurahan Medan Satria. Penentuan responden dan informan akan dilakukan di lapangan. 3.4 Metode Pengumpulan Data Peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data untuk memperoleh pemahaman tentang penerapan tanggung jawab sosial perusahaan Isuzu. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode triangulasi dan metodologi penelitian survei. Metode triangulasi dalam penelitian ini teridiri dari metode pengumpulan data kualitatif berupa wawancara mendalam, pengamatan berperanserta dan penelusuran dokumen. Sedangkan metode penelitian survei dengan menggunakan kuesioner. 48 Metode pengumpulan data digunakan untuk memperoleh data primer dan data sekunder yang berguna dalam menjawab pertanyaan penelitian. Data primer diperoleh dari subyek tineliti yang terdiri dari informan dan responden melalui wawancara mendalam dan pengisian kuesioner. Data sekunder merupakan dokumen-dokumen yang terkait dengan Isuzu dalam melakukan tanggung jawab sosial perusahaan, seperti data profil perusahaan, arsip kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan, serta dokumen kebijakan perusahaan. Teknik pengambilan data yang dilakukan adalah pertama, melalui penelusuran pustaka (buku, artikel, laporan penelitian, dokumen) yang relevan dengan kajian penelitian. Kedua, wawancara mendalam dengan pihak manajemen PT Isuzu, perencana dan pelaksana program, serta informan. 3.4.1 Wawancara Mendalam Wawancara mendalam dilakukan untuk memperkenalkan peneliti, mengenal subjek peneliti, mendapatkan data tentang program tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan. Wawancara mendalam juga dilakukan untuk mengetahui strategi yang digunakan perusahaan dalam mewujudkan tanggung jawab sosial perusahaan. Wawancara mendalam dilakukan dengan berkunjung secara resmi ke perusahaan yang ditujukan kepada pihak manajemen perusahaan serta masyarakat penerima program CSR. Peneliti menggunakan panduan pertanyaan dan tape recorder dalam yang mendukung peneliti untuk membuat catatan harian yang merupakan data primer dalam penelitian ini. Wawancara tidak dilakukan satu kali, namun peneliti mendatangi subjek tineliti kembali untuk memastikan apa yang diceritakan oleh subjek tineliti merupakan hal yang sebenarnya (klarifikasi). Kunjungan yang berulang juga dilakukan untuk menjalin rapport (kedekatan) antara peneliti dan subjek tineliti. Frekuensi wawancara tertinggi dilakukan peneliti pada pihak manajemen perusahaan dan masyarakat penerima program sesuai dengan informasi yang dibutuhkan peneliti. 49 3.4.2 Penelusuran Dokumen Penelusuran dokumen dilakukan untuk mendapatkan jawaban-jawaban serta data-data yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum baik berupa dokumen pribadi maupun dokumen resmi. Penelusuran yang dilakukan peneliti berasal dari dokumen-dokumen yang terkait dengan bentuk kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan PT Isuzu, seperti data profil perusahaan, arsip kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan, serta dokumen kebijakan perusahaan. Peneliti juga melakukan penelusuran dokumen dengan pencarian data dan informasi dari internet, buku, dan karya ilmiah (hasil penelitian) untuk mendukung analisis dalam penelitian ini. 3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai kegiatan pengembangan masyarakat dalam tanggung jawab sosial perusahaan, bagaimana pandangan masyarakat mengenai Corporate Social Responsibility (CSR), strategi pengimplementasian perusahaan dalam menerapkan program, serta dampak yang diperoleh masyarakat yang menerima program. Untuk data kualitatif, teknik dan analisis data dilakukan melalui tiga jalur analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. 3.5.1 Reduksi Data Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan dan berlangsung selama penelitian berlangsung. Reduksi data dilakukan dengan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu serta mengorganisasikan data sedemikian rupa hingga dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan akhir. Peneliti melakukan reduksi data dengan cara membuat catatan lapangan berdasarkan hasil wawancara dengan informan maupun responden. Pemusatan perhatian dilakukan dengan memfokuskan pertanyaan pada pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian. 50 3.5.2 Penyajian Data Penyajian data dalam hal ini digambarkan dengan sekumpulan informasi tersusun yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk teks naratif berupa catatan lapangan yang kemudian diperkuat dan atau dilengkapi dengan bentuk lainnya yaitu matriks dan bagan. Bentuk matriks dan bagan merupakan hasil dari gabungan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang terpadu, sehingga memudahkan untuk melihat kejadian yang terjadi. 3.5.3 Penarikan kesimpulan Penarikan kesimpulan yang mencakup verifikasi atas kesimpulan terhadap data yang dianalisis agar menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. Kesimpulan-kesimpulan yang didapatkan selama peneitian dihasilkan dengan cara memikirkan ulang selam penulisan, meninjau kembali dan bertukar dengan teman dan pembimbing skripsi. Sedangkan untuk data kuantitatif yang diperoleh kemudian diolah dengan proses editing, coding, scoring, entry, cleaning, dan analisis data dengan menggunakan program Microsoft exel dan SPSS 13.0 for Windows. Pemberian skor terhadap setiap pertanyaan dari masing-masing variabel, kemudian nilai skor tersebut dijumlahkan. Selanjutnya dikategorikan dengan menggunakan interval kelas. Interval kelas dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: Interval kelas (Ik)= Skor Maksimum- Skor minimum ∑ kategori Kemudian digunakan tabulasi silang untuk menjelaskan hubungan kausal dan uji Korelasi Rank Spearmen dengan α 5 persen. Uji Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel. Sedangkan tabulasi silang digunakan untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat terhadap program CSR perusahaan dan arah hubungannya. Untuk uji Rank Spearman digunakan P value ≤ 0,05 maka tolak Ho pada α 5 persen, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara dua variabel yang diuji. 51 Pengujian ini menggunakan software SPSS 13.0 for windows. Rumus Korelasi Rank Spearman yang digunakan adalah: Dimana: Di = beda antara 2 pengamatan berpasangan N = total pengamatan P = koefisien korelasi spearmen BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 PT Isuzu Astra Motor Indonesia Assy Plant Pondok Ungu 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Tanggal 3 Mei 1974 PT. Pantja Motor secara resmi didirikan sebagai anak perusahaan dari PT. Pantja Niaga. Kemudian pada tanggal 21 Juni 1981, PT. Pantja Motor memperluas assembling-nya dengan sebuah assembling PT. Insan Apolo yang berada di Jalan Kali Abang No. 1 Pondok Ungu, Bekasi dan juga yang berada di Jalan Karang Bolong Raya No. 24 Ancol Barat, Jakarta Utara. Di tahun 1988 PT. Unitras Pertama membeli 68 persen saham PT. Pantja Motor dan sisanya tetap dimiliki oleh PT. Pantja Niaga. Pada tahun 1991 PT. Astra International Tbk menjadi pemilik mayoritas PT. Pantja Motor dengan 75 persen saham yang dibeli melalui PT. Aryaloka Sentana dari PT Unitras Pertama. Di tahun yang sama Isuzu Panther TBR 52, 2300 cc Diesel Direct Injection diluncurkan ke pasar. Pada Agustus 2007, gedung head office Isuzu diresmikan, seluruh kegiatan dipindahkan di gedung baru. Akhirnya pada tahun 2008, penanda tanganan DTS (Deed of Transfer of Shares) dilaksanakan pada tgl 4 Februari 2008, saham yang dilepas PT. Arya Kharisma kepada Isuzu Motor Ltd sebanyak 14.88 persen, sehingga komposisi saham berubah menjadi PT. Arya Kharisma (Astra Internasional) 49,88 persen, Isuzu Motors Ltd 49.88 persen dan PT. PPI (Planning Production Inventory) sebanyak 10.12 persen. PT. Pantja Motor secara resmi bergabung dengan PT. ASTRA Internasional Tbk pada 14 April 2008, dan sebelumnya pada tanggal 5 April 2008 telah berganti nama menjadi PT. Isuzu Astra Motor Indonesia (PT. IAMI). PT. Isuzu Astra Motor Indonesia tergabung dalam grup Astra Motor III (Asmo III) yang terdiri dari perusahaan-perusahaan agen tunggal maupun distributor untuk merk ISUZU, Daihatsu, Nissan Diesel, Peugeot dan BMW (hanya distributor) menggunakan Sistem Manajemen Astra yaitu manajemen TQC (Total Quality Control), dimana dalam peningkatan kualitasnya berdasarkan data-data statistik dan harus mengikutsertakan karyawannya, mulai dari tingkat bawah hingga manajemen, sehingga tercapai kepuasan pelanggan dan juga kepuasan kerja karyawan itu sendiri. 53 4.1.2 Batas Wilayah dan Letak Geografis PT. Isuzu Astra Motor Indonesia Assy Plant Pondok Ungu (PT. IAMI APPU) APPU PT. Isuzu Astra Motor Indonesia beralamat di Jl. Kali Abang No. 1 Pondok Ungu, Kecamatan Medan Satria, Pondok Ungu, Kota Bekasi, Jawa Barat. Menurut letak geografisnya, area PT. Isuzu Astra Motor Indonesia memiliki perbatasan wilayah sebagai berikut: sebelah utara : Kantor Kecamatan Medan Satria Kota Bekasi sebeleah selatan : PT. GMBI sebelah timur : PT. Bakrie Tosanjaya sebelah barat : PT. Express Area industri PT. Isuzu Astra Motor Indonesia mempunyai luas 28.330 m2 dan dengan luas bangunan 13.180 m2. Fasilitas pendukung yang terdapat di area PT. Isuzu Astra Motor Indonesia ialah musholla, kantin, ruang makan, loker bagi karyawan, toilet, lapangan parkir, taman, koperasi karyawan dan beberapa fasilitas pendukung lainnya. 4.1.3 Visi dan Misi PT Isuzu Astra Motor Indonesia PT Isuzu Astra Motor Indonesia memiliki visi dan misi dimana visi dan misi tersebut dinyatakan sebagai tujuan akhir perusahaan. Berdasarkan kebijakan perusahaan, maka PT. IAMI mempunyai visi yaitu sebagai perusahaan agen tunggal pemegang merek mobil Isuzu memahami pentingnya tanggungjawab perusahaan dibidang kualitas, lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja, sosial, hubungan industrial dan keamanan sebagai akibat yang timbul dari proses bisnis perusahaan. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka PT Isuzu Astra Motor Indonesia memiliki misi untuk: 1. Memenuhi dan mematuhi peraturan perundangan, persyaratan lain yang berlaku, serta menjalin hubungan baik dengan pemerintah, masyarakat, supplier, seluruh karyawan dan pihak-pihak terkait. 2. Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, kecelakaan dan penyakit akibat kerja 3. Memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan dengan memenuhi persyaratan Q, C, D, S, M, E (Quality, Cost, Delivery, Safety, Morale, dan Environment). 54 4. Menerapkan etika bisnis dan etika kerja sesuai dengan Catur Darma dan Prinsip Dasar Astra dalam praktek bisnis sehari-hari 5. Melakukan aktivitas sosial guna menumbuhkan kepercayaan para stakeholder 6. Menyelenggarakan fungsi keamanan yang kondusif dan terciptanya rasa aman terbebas dari Ancaman, Tantangan, Hambatan, Gangguan dan Bahaya (ATHGB) dan bekerja sama dengan aparat keamanan terkait 7. Melakukan perbaikan secara terus-menerus dalam penerapan sistem manajemen dan berpedoman pada Catur Darma Astra. 4.1.4 Sumber Daya Manusia dan Struktrur Organisasi PT. Isuzu Astra Motor Indonesia saat ini memiliki jumlah karyawan tetap sebanyak 214 orang. PT. Isuzu Astra Motor Indonesia dipimpin oleh Board of Director, 1 orang Director in Charge, dan 1 orang direktur produksi manufacture yang membawahi Assy Plant, Departemen Personalia, dan General Affair (PGA). Departement Assy Plant, yang dipimpin oleh Plant Manager, membawahi enam seksi yaitu Planning Production Inventory Control (PPIC), Produksi, Quality Control, Technical Service (TekSer), PDCA dan Environmental Health and Safety (EHS). Berikut ini uraian tugas masing-masing seksi: 1. Seksi PPIC (Planning Production Inventory Control) Seksi ini bertugas mengontrol, mendata barang-barang yang dibutuhkan dalam proses produksi, bertanggung jawab dalam pembuatan jadwal proses dan jumlah produksi yang dihasilkan. Karyawan tetap yang ada di seksi ini adalah 20 orang, dengan komposisi 19 orang pria dan satu orang wanita dan lima orang karyawan kontrak. 2. Seksi Produksi Seksi ini bertanggung jawab mengatur keseluruhan proses produksi. Mulai dari merakit kendaraan, pembentukkan sampai dengan manganalisis tipe-tipe yang dikeluarkan, serta membuat suatu petunjuk kerja yang kemudian disampaikan ke seksi lain. Seksi produksi ini juga berfungsi sebagai seksi Research and Development yang bertugas 55 merencanakan produksi baru/mengolah produksi agar sesuai kebutuhan dalam pemasaran. Dalam proses produksi, seksi ini dibagi lagi menjadi beberapa pos produksi, antara lain Body Shop, Paint Shop, Sub Assy & Balck Dipping, Trimming Cabin, TCF dan Recty. Dibandingkan dengan pekerjaan dibidang administrasi, beban kerja di seksi produksi ini terolong sedang, dengan beban kerja yang berat ada pada bagian Body Shop dan Paint Shop. Seksi Produksi dikepalai oleh Supervisor. Masing-masing pos dikepalai oleh seorang Foreman. Foreman membawahi sekelompok operator yang diketuai oleh Group Leader. 3. Seksi Quality Control Bertanggung jawab mengendalikan (controlling) kualitas hasil produksi, baik produk hasil dari tiap proses maupun hasil akhir. Selain itu, seksi ini juga mendata penerimaan material lokal maupun non lokal dan mengendalikan daftar barang yang dibutuhkan. 4. Seksi Technical Service Bertugas merawat, memperbaiki, mengembangkan, dan memodifikasi semua equipment dan tools yang digunakan dalam proses produksi, serta bertanggung jawab terhadap kelancaran arus listrik dan bangunan 5. Seksi PDCA (Plan, Do, Check, Action) Bertugas dalam perencanaan, kegiatan, pengawasan, dan review program di setiap seksi perusahaan 6. Seksi Enviroment Health and Safety (EHS) Bertanggung jawab terhadap seluruh aspek yang berkaitan dengan Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LK3) dan untuk mensukseskan kebijakan serta komitmen perusahaan tentang LK3. EHS juga bertanggung jawab terhadap operasional Waste Water Treatment (WWT), Incenerator, pemenuhan undang-undang K3 dan lingkungan dan upaya-upaya untuk memenuhi cleaner production, clear technology, serta pengupayaan zero accident. 56 Selain dalam bidang keselamatan, EHS juga memiliki tanggung jawab terhadap kesehatan karyawan. Salah satu wujud tanggung jawab tersebut adalah dengan adanya klinik kesehatan milik perusahaan. Namun, klinik di perusahaan ini tidak banyak dimanfaatkan oleh karyawan dengan alasan karyawan lebih suka mendapat pelayanan dari dokter ahli. Perusahaan juga menyediakan ruang P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) dan obat-obatan P3K pada 13 kotak obat yang tersebar di area perusahaan untuk menghadapi keadaan darurat. Perusahaan mulai menerapkan gizi kerja dalam rangka mengembangkan peran serta EHS dalam menjamin kesehatan dan keselamatan kerja. Salah satu wujud penerapan gizi kerja adalah dengan menyediakan makan siang yang memenuhi kebutuhan gizi para karyawan dan selera para karyawan. Peran ini penting dalam meningkatkan status gizi para karyawan sehingga dapat terhindar dari gangguan kesehatan akibat gizi, baik gizi kurang maupun lebih, sehingga produktivitas dapat meningkat. 4.1.5 CSR PT Isuzu Astra Motor Indonesia APPU PT. IAMI APPU telah melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) sejak tahun 2001. Penerapan CSR PT. IAMI APPU dilakukan berdasarkan kebijakan perusahaan yang tercantum dalam visi dan misi PT. IAMI. Hal tersebut tersurat dalam butir nomor lima dari kebijakan perusahaan yang menyatakan bahwa PT IAMI melakukan aktivitas sosial guna menumbuhkan kepercayaan pada stakeholder. Selain kebijakan perusahaan, CSR PT IAMI APPU juga dilakukan berdasarkan kebijakan lingkungan yang menyatakan bahwa ingin mewujudkan sebagai perusahaan yang ramah lingkungan (environmental friendly company) serta berpartisipasi aktif dalam tanggung jawab sosial terhadap masyarakat (community development). Kedua Kebijakan ini masing-masing disahkan oleh Ecexutive in Charge CSR. Adapun struktur koordinasi yang terdapat dalam komite CSR PT. IAMI APPU yang terlihat pada Gambar 2 berikut: 57 Board of Directors Director In Charge Management Representative Head Secretary Area Employee (AIRA) Area Supplier Area Customer Area Shareholder Area Community Area Government Area Environment Marketing After Sales Product Development Production Engineering PPIC Budget & Accounting Information System HRD GA APPU PDC CKD Sparepart Gambar 2. Struktur Koordinasi CSR PT. IAMMI APPU Kegiatan CSR PT IAMI APPU dalam struktur organisasi perusahaan ditangani oleh seksi Enviroment Health and Safety (EHS). Seksi ini dibentuk karena tanggapan dari munculnya sistem manajeman lingkungan yang dirilis oleh PT. Astra International (PT. AI) sebagai induk perusahaan pada tahun 2000. Sistem ini dikenal dengan sebutan Astra Green Company (AGC). AGC merupakan sebuah manajeman yang secara sadar meletakkan pertimbangan perlindungan dan pembangunan lingkungan, keselamatan, dan kesehatan 58 “stakeholder” dalam setiap pengambilan keputusan bisnisnya sebagai wujud nyata tanggung jawab dan upaya memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan pembangunan berkelanjutan. Empat pilar yang mendukung sistem manajeman AGC ialah Green Strategy, Green Process, Green Product dan Green Employee. AGC juga digunakan sebagai alat untuk melakukan self assesment/internal audit yang berguna untuk mengetahui kinerja perusahaan khusunya mengenai Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LK3). Status penilaian AGC dibagi menjadi 5 warna sebagai simbol peringkat dari terbaik, yakni Emas, Hijau, Biru, Merah dan Hitam (Lampiran 2). Kemudian pada tahun 2007, selain sistem AGC, PT. Astra International menambah sistem baru yang bernama Astra Friendly Company (AFC). Sistem ini dibuat untuk menilai kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Adapun tiga pilar yang membangun sistem ini ialah konsep Value, Mindset dan Behavior. Namun sampai saat ini kegiatan CSR PT. IAMI APPU diaudit berdasarkan kriteria sistem penilaian AGC dikarenakan perusahaan belum siap untuk diaudit berdasarkan sistem AFC. Beberapa kriteria penilaian mengenai tanggung jawab sosial perusahaan terhadap “stkakeholder” masyarakat juga terdapat di dalam audit AGC, akan tetapi tidak selengkap pada kriteria penilaian berdasarakan audit AFC. Proses pengauditan melalui sistem AFC dilakukan berdasarkan permintaan dari kesiapan PT. IAMI APPU untuk diaudit kepada PT. Astra International. Kedua sistem tersebut, baik AFC dan AGC diharapkan dapat mencapai prestasi perusahaan dalam keseimbangan Triple Bottom Line, yakni dalam bidang ekonomi, sosial dan lingkungan. Jadi perusahaan tidak hanya mengharapkan keuntungan laba dari penjualan produknya (ekonomi), akan tetapi juga peduli terhadap lingkungan sosial (hubungan yang baik dengan masyarakat, konsumen, pemasok, dan pemerintah) dan lingkungan alam sekitar perusahaan demi kelancaran keberlansungan hidupnya bisnis PT. Isuzu Astra Motor Indonesia. 4.2 Komunitas Kelurahan Medan Satria RW 07 4.2.1 Kondisi Geografis RW 07, Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan Satria Secara geografis, RW 07 merupakan wilayah pemukiman padat penduduk yang terdiri dari 7 RT. RW 04 terletak di wilayah Kelurahan Medan Satria, 59 Kecamatan Medan Satria, Kotamdaya Bekasi Utara. Wilayah ini merupakan rawan banjir ketika musim hujan. Fasilitas umum yang terdapat di RW 07 antara lain sekolah, mushola, kantor RW dan posyandu. Sebelah timur dan utara RW 07 berbatasan dengan D.K.I Jakarta. Bagian Barat RW 07 berbatasan dengan Kelurahan Pejuang. Sedangkan sebelah selatan RW 07 berbatasan dengan Kelurahan Kalibaru. 4.2.2 Kependudukan di RW 07 Jumlah penduduk RW 07 adalah 1792 jiwa dengan komposisi laki-laki sebanyak 928 jiwa dan perempuan sebanyak 864 jiwa. Jumlah Kepala Keluarga (KK) di RW 07 sebanyak 457 KK. Dari sejumlah 1792 jiwa jumlah penduduk RW 07, terdapat 36 jiwa yang tergolong yatim dan 75 orang janda. 4.2.3 Kondisi Sosial Ekonomi di RW 07 Merujuk monografi RW 07 Tahun 2009, Mayoritas mata pencaharian yang terdapat pada RW 07 ialah pegawai swasta sebanyak 175 orang. Pekerjaan lainnya ialah sebagai Pegawai negeri yang berjumlah 10 orang, wiraswasta sebanyak 60 orang dan sisanya sebanyak 209 orang merupakan pengangguran atau tidak bekerja. Adapun kegiatan organisasi yang dilakukan di RW 07 adalah: (1) Karang taruna, (2) Badan Musyawarah (Bamus), dan (3) Forum Betawi Rempug (FBR). 4.2.4 Penerima Kegiatan CSR PT IAMI APPU Penerima kegiatan dipilih oleh pihak RT dan RW. Kriteria pemilihan penerima kegiatan ditentukan oleh perusahaan. Jumlah total penerima kegiatan CSR PT IAMI APPU di Kelurahan Medan Satria RW 07 sebanyak 106 orang. Sebagian besar jumlah penerima kegiatan santunan beras kepada para janda, yakni berjumlah 65 orang. Kemudian sebanyak 26 orang menerima kegiatan anak asuh, 6 orang mengikuti kegiatan beasiswa, 4 orang mendapat bantuan modal tanpa bunga. Sedangkan sisanya yaitu kegiatan perbaikan becak dan perbaikan rumah, masing-masing 1 orang pada kegiatan tersebut. 60 4.6 Ikhtisar Sebelum PT. Isuzu Astra Motor Indonesia (PT. IAMI) secara resmi bergabung dengan PT. ASTRA Internasional Tbk pada 5 April 2008, perusahaan ini bernama PT. Pantja Motor. Awalnya, PT. Pantja Motor secara resmi didirikan sebagai anak perusahaan dari PT. Pantja Niaga pada tanggal 3 Mei 1974. Kemudian pada tanggal 21 Juni 1981, PT. Pantja Motor memperluas assemblingnya dengan sebuah assembling PT. Insan Apolo yang berada di Jalan Kali Abang No. 1 Pondok Ungu, Bekasi dan juga yang berada di Jalan Karang Bolong Raya No. 24 Ancol Barat, Jakarta Utara. Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya pada 14 April 2008, PT. Pantja Motor secara resmi bergabung dengan PT. ASTRA Internasional dengan menggunakan sistem manajemen astra yaitu manajemen TQC (Total Quality Control), dimana dalam peningkatan kualitasnya berdasarkan data-data statistik dan harus mengikutsertakan karyawannya, mulai dari tingkat bawah hingga manajemen, sehingga tercapai kepuasan pelanggan dan juga kepuasan kerja karyawan itu sendiri. Penerapan CSR PT. IAMI APPU dilakukan berdasarkan tanggapan dari kebijakan perusahaan yang tercantum dalam visi dan misi PT. IAMI. Berdasarakan visi perusahaan, yakni “sebagai perusahaan agen tunggal pemegang merek mobil Isuzu memahami pentingnya tanggung jawab perusahaan dibidang kualitas, lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja, sosial, hubungan industrial dan keamanan sebagai akibat yang timbul dari proses bisnis perusahaan”. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab untuk peduli terhadap lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Selain visi perusahaan, kegiatan CSR PT. IAMI APPU juga didukung dengan misi perusahaan pada butir nomor satu dan lima dari kebijakan perusahaan (Lampiran 3). Kebijakan lingkungan pun turut mendukung kegiatan CSR PT IAMI APPU yang menyatakan bahwa PT. IAMI ingin mewujudkan sebagai perusahaan yang ramah lingkungan (environmental friendly company) serta berpartisipasi aktif dalam tanggung jawab sosial terhadap masyarakat (community development) (Lampiran 4). Kegiatan CSR PT IAMI APPU dalam struktur organisasi perusahaan ditangani oleh seksi Enviroment Health and Safety (EHS). Seksi ini dibentuk 61 karena munculnya sistem manajeman lingkungan yang dirilis oleh PT. Astra International (PT. AI) sebagai induk perusahaan pada tahun 2000. Sistem ini dikenal dengan sebutan Astra Green Company (AGC). AGC merupakan sebuah manajeman yang secara sadar meletakkan pertimbangan perlindungan dan pembangunan lingkungan, keselamatan, dan kesehatan “stakeholder” dalam setiap pengambilan keputusan bisnisnya sebagai wujud nyata tanggung jawab dan upaya memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan pembangunan berkelanjutan. Empat pilar yang mendukung sistem manajeman AGC ialah Green Strategy, Green Process, Green Product dan Green Employee. AGC juga digunakan sebagai alat untuk melakukan self assesment/internal audit yang berguna untuk mengetahui kinerja perusahaan khusunya mengenai Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LK3). Status penilaian AGC dibagi menjadi 5 warna sebagai simbol peringkat dari terbaik, yakni Emas, Hijau, Biru, Merah dan Hitam. Tabel 4. Perbandingan Sistem AGC dan AFC Program Dirilis Pilar Cakupan audit Audit mengenai AGC Astra Green Company Tahun 2000 1. Green Strategy 2. Green Process 3. Green Product 4. Green Employee Seksi Environment Healty and Saftey (EHS) LK3 AFC Astra Friendly Company Tahun 2007 1. Value 2. Mindset 3. Behavior Perusahaan (PT. IAMI) CSR Kemudian pada tahun 2007, selain sistem AGC, PT. Astra International menambah sistem baru yang bernama Astra Friendly Company (AFC). Sistem ini dibuat untuk menilai kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Adapun tiga pilar yang membangun sistem ini ialah konsep Value, Mindset dan Behavior. Namun sampai saat ini kegiatan CSR PT. IAMI APPU diaudit berdasarkan kriteria sistem penilaian AGC dikarenakan perusahaan belum siap untuk diaudit berdasarkan sistem AFC. Beberapa kriteria penilaian mengenai tanggung jawab sosial perusahaan terhadap “stakeholder” masyarakat juga terdapat di dalam audit AGC, akan tetapi tidak selengkap pada kriteria penilaian berdasarakan audit AFC. 62 Proses pengauditan melalui sistem AFC dilakukan berdasarkan permintaan dari kesiapan PT. IAMI APPU untuk diaudit kepada PT. Astra International. Sustainable Development Sustainable Business Penyusunan Kriteria Mengacu Pada AGC Social Environment AFC Economic THE TRIPLE BOTTOM LINE Semua Stakeholder Terpenuhi Haknya Lingkup CSR Gambar 3. Proses Pengauditan Melalui Sistem AFC Kedua sistem tersebut, baik AFC dan AGC diharapkan dapat mencapai prestasi perusahaan dalam keseimbangan Triple Bottom Line, yakni dalam bidang ekonomi, sosial dan lingkungan. Jadi perusahaan tidak hanya mengharapkan keuntungan laba dari penjualan produknya (ekonomi), akan tetapi juga peduli terhadap lingkungan sosial (hubungan yang baik dengan masyarakat, konsumen, pemasok, dan pemerintah) dan lingkungan alam sekitar perusahaan demi kelancaran keberlansungan hidupnya bisnis PT. Isuzu Astra Motor Indonesia. Selain perusahaan, gambaran umum wilayah komunitas Kelurahan Medan Satria perlu dijelaskan, karena mereka berbatasan langsung dengan PT. IAMI APPU. Secara geografis, RW 07 merupakan wilayah pemukiman padat penduduk yang terdiri dari 7 RT. RW 04 terletak di wilayah Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan Satria, Kotamdaya Bekasi Utara. Wilayah ini merupakan rawan banjir ketika musim hujan. Fasilitas umum yang terdapat di RW 07 antara lain sekolah, mushola, kantor RW dan posyandu. Sebelah timur dan utara RW 07 berbatasan dengan D.K.I Jakarta. Bagian Barat RW 07 berbatasan dengan Kelurahan Pejuang. Sedangkan sebelah selatan RW 07 berbatasan dengan Kelurahan Kalibaru. 63 BAB V PANDANGAN PERUSAHAAN DAN STRATEGI PENDEKATAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT DALAM IMPLEMENTASI CSR 5.1 Pandangan PT Isuzu Astra Motor Indonesia Assy Plant Pondok Ungu (PT. IAMI APPU) Mengenai CSR (Corporate Social Responsibility) Berdasarkan penuturan dari salah satu staf EHS PT IAMI APPU, CSR merupakan penerapan secara sistematis dan struktur tanggung jawab perusahaan terhadap pemenuhan kebutuhan stakeholder. Definisi tersebut dikemukakan oleh Bapak UC sebagai salah satu staf EHS PT IAMI sebagai berikut: “PT. IAMI tidak mendefinisikan pengertian CSR secara tersendiri, akan tetapi definisi CSR menurut PT. Isuzu berpedoman kepada Astra Internasional, yakni penerapan secara sistematis dan struktur tanggung jawab perusahaan terhadap pemenuhan kebutuhan stakeholder: pemegang saham ,masyarakat sekitar, karyawan, supplier, customer/pelanggan, lingkungan dan K3.” (Bp. UC) Hal ini sesuai dengan visi PT. Astra Internasional sebagai induk perusahaan, yaitu: 1. Menjadi perusahaan yang terbaik dalam pengaturan manajeman di wilayah Asia Pasifik dengan penekanan kepada kemampuan membangun pengembangan sumber daya manusia, struktur keuangan yang kuat, kepuasan pelanggan dan pengefesiensian. 2. Menjadi perusahaan yang bertanggung jawab dan ramah lingkungan. Butir kedua menjelaskan bahwa PT. Astra Internasional sebagai induk perusahaan dari PT. IAMI ingin memperlihatkan sebagai perusahaan yang dapat bertanggung jawab terhadap stakeholder yang terkait dengan aktivitas bisnis perusahaan serta peduli terhadap lingkungan. Kebijakan perusahaan PT. IAMI APPU yang menyatakan bahwa Isuzu memahami pentingnya tanggung jawab perusahaan dibidang kualitas, lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja, sosial, hubungan industrial dan security sebagai akibat yang timbul dari proses bisnis perusahaan; dan kebijakan lingkungan PT. IAMI APPU yang ingin mewujudkan sebagai perusahaan yang ramah lingkungan (environmental friendly company) serta berpartisipasi aktif dalam tanggung jawab sosial terhadap masyarakat (community development) memperlihatkan bahwa PT. 64 IAMI telah memiliki pandangan terhadap Corporate Social Responsbility (CSR). PT. IAMI memandang CSR sebagai suatu upaya perusahaan dalam rangka pemenuhan kebutuhan masing-masing stakeholder (pemangku kepentingan), yakni shareholder (pelanggan), (pemegang supplier saham), (pemasok), employee community (karyawan), (masyarkat), customer government (pemerintah) dan environment (lingkungan). Tiga cara pandang perusahaan dalam memandang CSR (Corporate Social Responsbility) sebagai upaya dalam pengembangan masyarakat yaitu: 1. Sekedar basa basi atau keterpaksaan, dimana perusahaan mempraktekkan CSR hanya karena ekternal driven (faktor ekternal), environmental driven (karena terjadi masalah lingkungan), serta reputation driven (karena ingin mendongkrak citra perusahaan). 2. Sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance), dimana CSR yang dilakukan karena terdapat regulasi, hukum, dan aturan yang memaksanya. 3. CSR diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari dalam (internal driven), perusahaan telah menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan bisnisnya, melainkan juga tanggung jawab sosial lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa cara perusahaan dalam memandang Corporate Social Responsbility (CSR) termasuk dalam kategori pertama, kedua dan ketiga. Untuk kategori yang pertama lebih mengarah kepada external driven (faktor eksternal) dan reputation driven (ingin mendongkrak citra perusahaan). Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Bapak SA sebagai koordinator EHS PT IAMI APPU: “Masyarakat diharapkan dapat membantu dalam kelancaran aktivitas perusahaan. Untuk sampai saat ini tidak pernah di ganggu oleh warga. Lain halnya dengani perusahaan yang lain, jika ada truk yang masuk ke wilayah sekitar ini terdapat biaya turun dari masyarakat setempat. Untungnya hubungan dengan warga, jajaran militer dan tokoh-tokoh masyarakat juga bagus. Sampe saat ini Alhamdulillah baik-baik saja.” (Bp. SA) 65 Ungkapan ini menjelaskan bahwa adanya oknum-oknum penguasa wilayah dari lingkungan sekitar perusahaan yang sering memaksa meminta upah tambahan dengan alasan biaya transportasi dan keamanan karena membawa muatan ke wilayah mereka. Akan tetapi, dikarenakan PT. IAMI APPU sering melaksanakan kegiatan CSR, maka perusahaan menjadi tidak diganggu oleh oknum-oknum tersebut, justru sebaliknya perusahaan dilindungi oleh masyarakat. Koordinator EHS PT. IAMI sangat dekat dengan tokoh-tokoh masyarakat ketika kegiatan CSR diadakan seperti ketua Forum Betawi Rempug (FBR), Ketua RT, Ketua RW, Lurah, Camat, Polisi dan tokoh penting lainnya. Kemudian, untuk kategori external driven khususnya reputation driven dinyatakan oleh Bapak SY sebagai seorang staf EHS PT. IAMI APPU: “Harapan dari isuzu dari masyarakat ialah mereka dapat menjadi rekan. Kita tidak mau mereka terpisah dari perusahaan karena sekalian jual image ke perusahaan. Tanpa publikasi ke media pun sudah dapat market. Misal pada saat ada kegiatan idhul Qurban, biasanya yang dikenal itu dari isuzu. Walaupun mereka tidak memiliki daya beli, tapi kan bisa memberi informasi ke saudara-saudarannya.” (Bp. SY) Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan yang diutarakan oleh koordinator EHS PT. IAMI APPU: “….Citra perusahaan jadi terbangun dikarenakan program CSR….” (Bp. SA) Jika disimpulkan, maka kegiatan CSR yang dilakukan PT. IAMI APPU mengharapkan adanya timbal balik dari pelaksanaan kegiatannya tersebut yakni berupa peningkatan nama baik perusahaan. Walaupun timbal balik yang didapatkan tidak berbentuk materi, tetapi dengan nama baik perusahaan terangkat maka secara tidak langsung media promosi ikut berjalan seiring dengan kegiatan CSR yang dilakukan. Kemudian cara pandang PT. IAMI yang berikutnya adalah sebagai usaha untuk memenuhi kewajiban (compliance). Hal ini dibuktikan dengan adanya dukungan terhadap pelaksanaan peraturan atau regulasi pemerintah mengenai pelaksanaan kegiatan CSR yang ditulis dalam Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 40 Tentang Perseroan Terbatas Bab V Pasal 74 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Pernyataan ini diungkapkan oleh Bapak UC sebagai staf EHS PT. IAMI APPU sebgagai berikut: 66 “...CSR mengikuti UU.40 dan president letter astra international…” (Bp. UC) Dalam president letter astra international tahun 2005, terdapat lima hal yang harus dibenahi secara konsisten agar mencapai operational excellence: 1. Kultur 2. Kaderisasi kepimpinan 3. Good Corporate Governance (GCG) 4. Penerapan Risk Management dan Astra Management System (AMS) 5. Penerapan Corporate Social Responsbility (CSR) Selain mematuhi peraturan pemerintah dan president letter astra international (2005), CSR PT. IAMI juga dilaksanakan berdasarkan kebijakan perusahaan yang mengacu kepada surat keputusan pimpinan PT. Astra Internasional. Surat keputusan tersebut diturunkan menjadi kebijakan perusahaan dan lingkungan. Wujud nyata dari pelaksanaan CSR di bidang lingkungan ini adalah PT. IAMI terus berupaya mematuhi pedoman-pedoman pengelolaan lingkungan hidup sebagai akibat dari aktivitas bisnis perusahaan yang menghasilkan polusi dan limbah. Oleh karena itu, perusahaan melaksanakannya berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 127/MENLH/2002 yang diaudit berdasarkan sistem Astra Green Company (AGC). Cara pandang perusahaan mengenai CSR pada kategori ketiga (internal driven) pada PT. IAMI APPU dapat dibuktikan dari kegiatan-kegiatan CSR seperti bantuan dana dalam beasiswa pendidikan bagi anak-anak yatim piatu, santunan bagi janda-janda yang tidak mampu, sunatan masal, pembagian daging idul kurban, bakti sosial kepada korban bencana alam. Peningkatan kesejahteraan masyarakat merupakan upaya yang dilakukan PT. IAMI APPU agar terjadi hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan masyarakat. Hal ini diperkuat dengan suatu penuturan dari koordinator EHS PT IAMI APPU sebagai berikut: “Perusahaan memberikan suatu aktivitas yang berguna untuk masyarakat sekitar. Kegunaannya bermacam-macam, ada yang untuk pendidikan, ekonomi dan sosial. Terdapat kepedulian dari perusahaan untuk meningkatkan derajat masyarakat sekitar.” (Bp. SA) Ungkapan tersebut menguatkan cara pandang perusahaan dalam kategori internal driven. Kategori ini berarti bahwa perusahaan telah menyadari bahwa tanggung 67 jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan bisnisnya, melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan. PT IAMI APPU belum pernah mengalami konflik dengan warga sekitar yang tinggal di dekat perusahaan selama menjalankan aktivitas dan berbagai kegiatan lainnya. Pernyataan tersebut dinyatakan oleh Bapak SY sebagai berikut: “Konflik tidak terjadi, malah persahabatan. Contoh waktu itu ada kegiatan CSR “go green with astra”, penanaman bibit pohon tiap karyawan dilakukan secara simbolis oleh pihak manajemen sebanyak 10 pohon untuk ditanam di Medan Satria. Pada acara ini persiapan acara didukung sekali oleh masyarakat mulai dari penyiapan tenda, konsumsi, logistik dan lainnya.” (Bp. SY) 5.2 Strategi Pendekatan Pengembangan Masyarakat PT IAMI APPU dalam Menjalankan Kegiatan CSR PT. IAMI APPU selalu berupaya dalam menerapkan kegiatan CSR (Corporate Social Responsbility) atau tanggung jawab sosialnya. Penerapannya dilakukan dengan berbagai macam strategi untuk memenuhi hak-hak masyarakat sebagai salah satu pemangku kepentingan (stakeholder). Tentu saja dari sekian banyak masyarakat yang ada di wilayah sekitar perusahaan, banyak pula kebutuhan-kebutuhan yang ingin dicukupi oleh masyarakat. Adapun langkahlangkah yang diambil adalah sebagai berikut: 1. Pelaksanaan CSR PT. IAMI APPU dijalankan berdasarkan “activity plan” yang diberikan oleh “executive in charge” perusahaan. Kegiatan CSR masuk ke dalam kegiatan EHS. 2. Menanggapi dari “activity plan” tersebut, maka pekerja EHS membuat proposal kegiatan untuk disetujui oleh pihak manajeman. Jika kegiatan CSR ini diluar dari “activity plan”, maka kegiatan CSR masuk ke dalam kategori kegiatan internal Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) PT. IAMI APPU. Pembentukan panitia kegiatan CSR biasanya diambil dari para pekerja EHS. Dalam proses pembuatan proposal, panitia sudah memikirkan kegiatan yang akan diberikan kepada masyarakat setelah melalui proses dialog dengan pihak RT/RW sebagai wakil dari masyarakat penerima program CSR. 68 3. Setelah proposal disetujui, maka panitia turun ke lapangan, berkoordinasi dengan pihak RT/RW dan warga setempat. Misal, kegiatan bantuan dana kepada janda-janda yang tidak mampu. Jadi, panitia EHS bersama RT/RW menyeleksi janda-janda tersebut yang berhak mendapatkan bantuan. 4. Jika kegiatan sudah terlakasana, selanjutnya adalah proses pelaporan dari panitia EHS kepada perusahaan. Evaluasi dan monitoring per bulannya dibantu oleh pihak RT/RW. Oleh karena itu, pihak perusahaan harus pandai memprioritaskan kebutuhan utama masyarakat yang disesuaikan juga dengan anggaran CSR perusahaan. Strategi PT. IAMI APPU dalam upayanya merangkul masyarakat pada kegiatan CSR perusahaan dapat dilihat berdasarkan pendekatan pengembangan masyarakat melalui dua pendekatan dalam pengembangan masyarakat yang dikemukakan oleh Batten (1967) dalam Adi (2003) yaitu: 1. Pendekatan direktif (instruktif). Pendekatan ini dilakukuan berdasarkan asumsi bahwa community worker mengetahui apa yang dibutuhkan dan apa yang baik untuk masyarakat. Dalam pendekatan ini peranan community worker bersifat lebih dominan karena prakarsa kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan lebih banyak berasal dari community worker. Community worker-lah yang menetapkan apa yang baik atau buruk bagi masyarakat, cara-cara apa yang perlu dilakukan untuk memperbaikinya, dan selanjutnya menyediakan sarana yang diperlukan untuk perbaikan tersebut. Dalam prakteknya community worker memang mungkin menanyakan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat atau cara apa yang perlu dilakukan untuk menangani suatu masalah, tetapi jawaban yang muncul dari suatu masyarakat selalu diukur dari segi ‘baik’ dan ‘buruk’ menurut community worker. 2. Pendekatan Non-Direktif (Partisipatif). Pendekatan ini dilakukan berlandaskan asumsi bahwa masyarakat tahu apa yang sebenarnya mereka butuhkan dan apa yang baik untuk mereka. Pada pendekatan ini community worker tidak menempatkan diri sebagai orang yang menetapkan ‘baik’ atau ‘buruk’ bagi suatu masyarakat. Pemeran utama dalam perubahan masyarakat adalah masyarkat itu sendiri, 69 community worker lebih bersifat menggali dan mengembangkan potensi masyarakat. Masyarakat diberikan kesempatan untuk membuat analisis dan mengambil keputusan yang berguna bagi mereka sendiri, serta mereka diberi kesempatan penuh dalam penentuan cara-cara untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan memiliki strategi pendekatan pengembangan masyarakat yang lebih berpihak ke dalam kategori satu, yaitu pendekatan direktif (instruktif). Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Bapak SY sebagai salah satu staf EHS PT. IAMI APPU: “Cara pengidentifikasian kebutuhan masyarakat yaitu inisiatif dari PT IAMI yg nantinya akan ada proses dialog ke masyarakat setempat. Tetapi policy atau kebijakan masih dominan dilakukan oleh perusahaan. Kadang tim perusahaan mendatangi ke lokasi bersama RW atau sebaliknya.” (Bp. SY) Ungkapan ini jika dikaitkan dengan langkah-langkah dalam penyusunan kegiatan CSR, yakni pembuatan proposal berdasarkan “activity plan” perusahaan, maka hal tersebut menunjukkan memang sudah ada inisiatif perusahaan dari awal untuk menentukan program yang sebaiknya ditujukan untuk masyarakat. Masyarakat bersifat pasif dalam artian hanya menunggu program CSR yang diberikan oleh perusahaan. Penghubung antara masyarakat dengan pihak perusahaan adalah pengurus Rumah Tangga (RT) atau Rumah Warga (RW). Memang perusahaan menanyakan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, tetapi proses dialog yang lebih intensif masih terbatas di tingkatan panitia EHS dengan pengurus RT/RW. Walaupun pihak RT/RW mengajukan ide atau saran, kebijakan perusahaan lebih dominan untuk mengambil keputusan. Masyarakat belum bisa mengambil keputusan dan mengutarakannya secara langsung kepada pihak perusahaan. 5.3 Implementasi CSR Perusahaan kepada Masyarakat Kegiatan pengimplementasian CSR PT. IAMI APPU dikenal dengan nama “Isuzu Berhati Berbagi” yang dirilis pada tahun 2007. Nama ini diambil karena Isuzu ingin menunjukkan kepeduliannya terhadap masyarakat dengan memberikan kegiatan sosial yang berguna bagi masyarakat. Kegiatan CSR lebih banyak di terapkan di PT. IAMI APPU daripada kantor PT. IAMI pusat (Head Office) yang 70 berada di kawasan industri Sunter, Jakarta Utara. Hal ini dikarenakan letak kantor pusat berada di kawasan industri, jadi PT. IAMI Head Office Sunter dikelilingi oleh kantor-kantor perusahaan lain. Lain halnya dengan dengan PT. IAMI APPU yang berbatasan langsung dengan masyarakat di Kecamatan Medan Satria. Oleh karena itu Kecamatan Medan Satria terpilih sebagai kawasan masyarakat yang terdekat dari perusahaan untuk pelaksanaan kegiatan CSR perusahaan (zona ring I). Adapun anggaran dana untuk kegiatan CSR PT. ISUZU IAMI APPU berasal dari dua sumber, yakni Lembaga Amal Zakat Infaq dan Sodaqoh (LAZIS) Astra dan Dewan Kemakmuran Mesjid (DKM) PT. IAMI APPU. Dana LAZIS Astra diperoleh dari masing-masing anak perusahaan astra, sedangkan dana DKM PT. IAMI APPU diperoleh dari sumbangan yang diberikan oleh karyawan PT. IAMI APPU. Pada umumnya dana dari LAZIS Astra digunakan untuk kegiatan CSR yang sifatnya besar ataupun insidental seperti pembagian daging kurban pada hari raya Idhul Qurban dan sunatan masal. Hal ini seperti yang diutarakan kembali oleh Bapak SY (staf EHS PT. IAMI APPU): “……Kalo dana dari LAZIS Astra bisa dihitung dengan jari. Kalo ada kegiatan rutin saja seperti sunatan massal dan pembagian daging kurban……” (Bp. SY) Pernyataan ini menunjukkan bahwa dana kegiatan CSR ada juga yang berasal dari sumber lain yakni DKM PT. IAMI. Sebagai bentuk tanggung jawab atas penggunaan dana DKM yang berasal dari karyawan PT. IAMI APPU, maka panitia EHS melaporkan kegiatan CSR yang sudah dilaksanakan dengan pemberitahuan informasi mulai dari deskripsi kegiatan sampai arus perputaran uang melalui media majalah dinding DKM PT. IAMI APPU. DKM tersebut merupakan suatu lembaga yang tidak termasuk ke dalam struktur organisasi formal perusahaan. Oleh karena itu, ketika kegiatan CSR dilaporkan kepada Astra Internasional, pekerja EHS hanya mengatasnamakan PT. IAMI sebagai perwakilan dari pelaksanaan kegiatan CSR tersebut. Pernyataan ini diungkapkan oleh salah Bapak UC sebagai staf EHS PT. IAMI APPU: 71 “Program yang ada masuk dalam agenda DKM, tetapi ketika pelaporan setahun sekali ke kantor pusat sudah tidak membawa nama DKM lagi melainkan perusahaan.” (Bp. UC) Kegiatan-kegiatan CSR yang dilaksanakan PT. IAMI APPU di Kecamatan Medan Satria RW 007 sebagai berikut : 1. Sumbangan kepada anak yatim atau anak asuh Jumlah anak yatim yang diberikan sumbangan sebanyak 26 orang. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2008. Setiap anak yatim diberikan Rp 40.000 per bulan. Sumber dana kegiatan ini berasal dari DKM. 2. Beasiswa pendidikan LAZIS Astra Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 6 Juni 2008. Beasiswa diberikan untuk 30 orang dimulai dari jenjang SD sampai dengan SMP. Untuk tingkat SD, tiap orang memperoleh Rp 60.000 per bulan, sedangkan untuk tingkat SMP Rp 70.000 per bulan. Penerima beasiswa dipilih berdasarkan kriteria anak tersebut berstatus yatim, penghasilan keluarga kurang dari Rp 300.000/bulan per kepala, dan memiliki kemauan sekolah yang tinggi. Pemberian beasiswa ini diutamakan dari wilayah Ring I perusahaan. 3. Sumbangan beras kepada janda-janda Kegiatan pertama dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2008, kemudian tiap 3 bulan mereka mendapatkan beras sebanyak 5 Kg. Sumber dana berasal dari DKM. Jumlah janda yang menerima sumbangan beras ini sebanyak 65 orang. 4. Sunatan Massal Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 5 Juli 2008 dengan peserta sebanyak 95 orang dari 100 formulir yang diedarkan. Sunatan masal diberikan secara gratis oleh perusahaan. Sumber dana kegiatan ini berasal dari perusahaan. Kegiatan tersebut dilaksanakan atas dasar activity plan CSR Isuzu. Sumber dana berasal dari LAZIS Astra. 5. Bantuan modal tanpa bunga Program ini merupakan salah satu upaya PT. IAMI APPU untuk memberdayakan kemampuan masyarakat sekitar dengan usaha 72 pembuatan kripik yang didisribusikan ke warung-warung sekitar lingkungan tempat mereka tinggal. Pemilihan penerima modal ini berdasarkan kriteria dipilih RT setempat berdasarkan orang tersebut berstatus janda, penghasilan kurang dari Rp 300.000 per bulan per kepala. Penerima modal ini sebanyak 4 orang. Modal diberikan sebesar Rp 250.000 per orang. Pengembalian modal di monitoring oleh pihak RT dalam jangka 10 bulan. Perusahaan tidak memberikan beban bunga kepada masyarakat, laba dari modal tersebut sepenuhnya diberikan kepada mereka. Sumber dana dari kegiatan ini berasal dari DKM. Keberlanjutan dari usaha ini, pihak perusahaan masih dalam tahap penelitian terhadap aspek kenaikan taraf ekonomi keluarga akibat dari program ini. 6. Perbaikan becak Penerima kegiatan ini berjumlah 1 orang yang dilaksanakan pada tanggal 23 Februari 2008. Pemilihan penerima bantuan didasari atas inisiatif untuk pemberdayaan sesuai keahlian yang dimiliki seseorang. Penerima hanya dipilih 1 orang karena terkait dengan ungkapan “memberi pancing, jangan memberi umpan”. Perusahaan mengharapkan agar tidak menimbulkan kesan memanjakan warga tetapi justru menginisiatifkan warga untuk berkompetisi bila ingin mendapatkan bantuan. Perbaikan becak dilakukan oleh DKM. Bahan baku untuk perbaikan becak ini dengan membeli bahan baru. Sumber dana dari kegiatan ini berasal dari DKM. 7. Bedah rumah Renovasi rumah dilakukan pada tanggal 4 Mei 2008. Renovasi memakan 1 minggu. Kegiatan dilaksanakan karena status pemiliknya janda tanpa keluarga di Bekasi, dan melihat kondisi rumahnya sangat tidak layak untuk dihuni. Bahan baku renovasi berasal dari perusahaan. Pekerja yang melakukan renvoasi rumah berasal dari pekerja sekitar lingkungan RW. 8. Go green with Astra 73 Kegiatan peduli lingkungan berdasarkan instruksi PT. Astra International dalam mewujudkan kepeduliannya terhadap lingkungan dengan menanamkan bibit pohon sebanyak jumlah karyawan yang ada di perusahaan tersebut. PT. IAMI APPU memiliki 214 karyawan. Kegiatan berlangsung selama 20 Februari 2008 sampai dengan 5 Juni 2008. Peresmian secara simbolis bekerja sama dengan masyarakat RW 007. Masyarakat membantu dalam perlengkapan logistik acara baik dari persiapan tenda, kursi, dan lain-lain. Bibit berasal dari perusahaan. Acara dihadari oleh pejabat perusahaan dan pemerintah. Namun dalam pelaksanaannya, penanaman tidak dilakukan oleh seluruh karyawan perusahaan dikarenakan alasan efisiensi. Jadi penanaman yang seharusnya oleh karyawan, digantikan oleh polisi. 5.4 Ikhtisar Pengertian CSR menurut PT. IAMI ialah, penerapan secara sistematis dan struktur tanggung jawab perusahaan terhadap pemenuhan kebutuhan stakeholder. Cakupan Stakeholder CSR yang dimaksud dapat dilihat dalam bagan berikut: Lingkungan Pemegang Saham Supplier Perusahaan Karyawan Customer Keluarga Karyawan Masyarakat sekitar & Nasional Pemerintah Lokal & Nasional Gambar 4. Cakupan CSR PT. IAMI 74 Gambar 4 menjelaskan bahwa PT. IAMI mempunyai hubungan dengan berbagai macam stakeholder dalam aktivitas bisnisnya. Oleh karena itu, agar kegiatan perusahaan dapat berlansung dengan baik dan lancar, perusahaan berusaha untuk memenuhi hak-hak pemangku kepentingan dari cakupan internal perusahaannya sampai dengan cakupan yang lebih luas, yaitu pemerintah lokal dan nasional. Cakupan internal terdiri dari tanggung jawab terhadap para pemegang saham dan karyawan. Kemudian cakupan yang lebih luas adalah pemenuhan terhadap hak-hak customer, supplier, lingkungan, masyarakat dan pemerintah. Berdasarkan Tabel 5, maka dapat disimpulkan bahwa cara perusahaan dalam memandang Corporate Social Responsbility (CSR) termasuk dalam kategori pertama, kedua dan ketiga. Untuk kategori yang pertama lebih mengarah kepada external driven (faktor eksternal) dan reputation driven (ingin mendongkrak citra perusahaan). 75 Tabel 5. Cara Pandang Perusahaan dalam Memandang Corporate Social Responsbility (CSR) Cara Pandang Perusahaan Sekedar Basa-Basi atau Keterpaksaan: Faktor ekternal (eksternal driven) Masalah lingkungan (Environmental driven) Mendongkrak citra perusahaan (Reputation driven) Sebagai Upaya Memenuhi Kewajiban (compliance) Tulus dari perusahaan (internal driven) Implementasi CSR PT. IAMI APPU 1. Dikarenakan PT. IAMI APPU sering melaksanakan kegiatan CSR, maka perusahaan menjadi tidak diganggu oleh oknum-oknum yang tidak betanggunga jawab dalam pemungutan liar kepada pihak perusahaan, justru sebaliknya perusahaan dilindungi oleh masyarakat. Koordinator EHS PT. IAMI sangat dekat dengan tokoh-tokoh masyarakat ketika kegiatan CSR diadakan seperti ketua Forum Betawi Rempug (FBR), Ketua RT, Ketua RW, Lurah, Camat, Polisi dan tokoh penting lainnya. (Faktor Ekternal) 2. Kegiatan CSR yang dilakukan PT. IAMI APPU mengharapkan adanya timbal balik dari pelaksanaan kegiatannya tersebut yakni berupa peningkatan nama baik perusahaan. Walaupun timbal balik yang didapatkan tidak berbentuk materi, tetapi dengan nama baik perusahaan terangkat maka secara tidak langsung media promosi ikut berjalan seiring dengan kegiatan CSR yang dilakukan. (Mendongkrak Citra Perusahaan) Dalam pelaksanaan kegiatan CSR, PT. IAMI berusaha mematuhi regulasi yang berlaku, yaitu : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 40 Tentang Perseroan Terbatas Bab V Pasal 74. 2. President letter Astra (2005) 3. Kebijakan Perusahaan 4. Kebijakan Lingkungan 5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 127/MENLH/2002 yang diaudit berdasarkan sistem Astra Green Company (AGC) Kegiatan-kegiatan CSR seperti bantuan bakti sosial kepada korban bencana alam dan bantuan kepada orang yang terkena penyakit berat. 76 Strategi PT. IAMI APPU dalam upayanya merangkul masyarakat pada kegiatan CSR perusahaan dapat dilihat berdasarkan pendekatan pengembangan masyarakat melalui dua pendekatan dalam pengembangan masyarakat yang dikemukakan oleh Batten (1967) dalam Adi (2003) yaitu: 1. Pendekatan direktif (instruktif). Pendekatan ini dilakukuan berdasarkan asumsi bahwa community worker mengetahui apa yang dibutuhkan dan apa yang baik untuk masyarakat. Dalam pendekatan ini peranan community worker bersifat lebih dominan karena prakarsa kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan lebih banyak berasal dari community worker. Community worker-lah yang menetapkan apa yang baik atau buruk bagi masyarakat, cara-cara apa yang perlu dilakukan untuk memperbaikinya, dan selanjutnya menyediakan sarana yang diperlukan untuk perbaikan tersebut. Dalam prakteknya community worker memang mungkin menanyakan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat atau cara apa yang perlu dilakukan untuk menangani suatu masalah, tetapi jawaban yang muncul dari suatu masyarakat selalu diukur dari segi ‘baik’ dan ‘buruk’ menurut community worker. 2. Pendekatan Non-Direktif (Partisipatif). Pendekatan ini dilakukan berlandaskan asumsi bahwa masyarakat tahu apa yang sebenarnya mereka butuhkan dan apa yang baik untuk mereka. Pada pendekatan ini community worker tidak menempatkan diri sebagai orang yang menetapkan ‘baik’ atau ‘buruk’ bagi suatu masyarakat. Pemeran utama dalam perubahan masyarakat adalah masyarkat itu sendiri, community worker lebih bersifat menggali dan mengembangkan potensi masyarakat. Masyarakat diberikan kesempatan untuk membuat analisis dan mengambil keputusan yang berguna bagi mereka sendiri, serta mereka diberi kesempatan penuh dalam penentuan cara-cara untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Jika ditarik kesimpulan, maka perusahaan memiliki strategi pendekatan pengembangan masyarakat yang lebih berpihak ke dalam kategori satu, yaitu pendekatan direktif (instruktif). Memang sudah ada inisiatif perusahaan dari awal untuk menentukan program yang sebaiknya ditujukan untuk masyarakat. 77 Masyarakat bersifat pasif dalam artian hanya menunggu program CSR yang diberikan oleh perusahaan. Penghubung antara masyarakat dengan pihak perusahaan adalah pengurus Rumah Tangga (RT) atau Rumah Warga (RW). Perusahaan menanyakan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, tetapi proses dialog yang lebih intensif masih terbatas di tingkatan panitia EHS dengan pengurus RT/RW. Walaupun pihak RT/RW mengajukan ide atau saran, kebijakan perusahaan lebih dominan untuk mengambil keputusan. Masyarakat belum bisa mengambil keputusan dan mengutarakannya secara langsung kepada pihak perusahaan. Kegiatan pengimplementasian CSR PT. IAMI APPU dikenal dengan nama “Isuzu Berhati Berbagi” yang dirilis pada tahun 2007. Anggaran dana untuk kegiatan CSR PT. ISUZU IAMI APPU berasal dari dua sumber, yakni Lembaga Amal Zakat Infaq dan Sodaqoh (LAZIS) Astra dan Dewan Kemakmuran Mesjid (DKM) PT. IAMI APPU. Dana LAZIS Astra diperoleh dari masing-masing anak perusahaan astra, sedangkan dana DKM PT. IAMI APPU diperoleh dari sumbangan yang diberikan oleh karyawan PT. IAMI APPU. Sebagai bentuk tanggung jawab atas penggunaan dana DKM yang berasal dari karyawan PT. IAMI APPU, maka panitia EHS melaporkan kegiatan CSR yang sudah dilaksanakan dengan pemberitahuan informasi mulai dari deskripsi kegiatan sampai arus perputaran uang melalui media majalah dinding DKM PT. IAMI APPU. DKM tersebut merupakan suatu lembaga yang tidak termasuk ke dalam struktur organisasi formal perusahaan. Oleh karena itu, ketika kegiatan CSR dilaporkan kepada Astra Internasional, pekerja EHS hanya mengatasnamakan PT. IAMI sebagai perwakilan dari pelaksanaan kegiatan CSR tersebut. Kegiatankegiatan CSR yang dilaksanakan PT. IAMI APPU di Kecamatan Medan Satria RW 007 dapat dilihat pada Tabel 6. 78 Tabel 6. Kegiatan-Kegiatan CSR yang Dilaksanakan PT. IAMI APPU di Kecamatan Medan Satria RW 07 Jenis Kegiatan No. CSR PT. IAMI APPU Sumbangan kepada anak 1. yatim/anak asuh (sosial) charity Tanggal Pelaksanaan Jumlah Peserta Kegiatan Sumber Anggaran Dana 4 Mei 2008 26 orang DKM PT.IAMI APPU Setiap anak yatim diberikan Rp 40.000 per bulan. Deskripsi Kegiatan 2. Beasiswa pendidikan LAZIS Astra (sosial) charity 6 Juni 2008 6 orang LAZIS ASTRA Beasiswa diberikan dari jenjang SD sampai dengan SMP. Untuk tingkat SD, tiap orang memperoleh Rp 60.000 per bulan . Sedangkan untuk tingkat SMP Rp 70.000 per bulan (bulan/tahun). Penerima beasiswa dipilih berdasarkan kriteria anak tersebut berstatus yatim, penghasilan keluarga kurang dari Rp 300.000/bulan per kepala, dan memiliki kemauan sekolah yang tinggi. Pemberian beasiswa ini diutamakan dari wilayah Ring I perusahaan. 3. Sumbangan beras kepada jandajanda (sosial) charity 4 Mei 2008 65 orang DKM PT.IAMI APPU Tiap 3 bulan mereka mendapatkan beras sebanyak 5 Kg 4. Sunatan Massal (sosial) charity 5 Juli 2008 3 orang LAZIS ASTRA Sunatan masal diberikan secara gratis oleh perusahaan 79 No. Jenis Kegiatan CSR PT. IAMI APPU Tanggal Pelaksanaan 5. Bantuan modal tanpa bunga (ekonomi) Philantrophy --- 6. Perbaikan becak (ekonomi) Philantrophy 7. Bedah Rumah (lingkungan) charity Jumlah Peserta Kegiatan Sumber Anggaran Dana 4 orang DKM PT.IAMI APPU 23 Februari 2008 1 orang DKM PT.IAMI APPU 4 Mei 2008 1 orang DKM PT.IAMI APPU Deskripsi Kegiatan Pemilihan penerima modal ini berdasarkan kriteria dipilih RT setempat berdasarkan orang tersebut berstatus janda, penghasilan kurang dari Rp 300.000 per bulan per kepala. Modal diberikan sebesar Rp 250.000 per orang. Pengembalian modal di monitoring oleh pihak RT dalam jangka 10 bulan. Perusahaan tidak memberikan beban bunga kepada masyarakat, laba dari modal tersebut sepenuhnya diberikan kepada mereka Pemilihan penerima bantuan didasari atas inisiatif untuk pemberdayaan sesuai keahlian yang dimiliki seseorang. Perusahaan mengharapkan agar menginisiatifkan warga untuk berkompetisi bila ingin mendapatkan bantuan. Perbaikan becak dilakukan oleh DKM. Bahan baku untuk perbaikan becak ini dengan membeli bahan baru. Renovasi memakan 1 minggu. Kegiatan dilaksanakan karena status pemiliknya janda tanpa keluarga di bekasi, dan melihat kondisi rumahnya sangat tidak layak untuk dihuni. Bahan baku renovasi berasal dari perusahaan. Pekerja yang melakukan renvoasi rumah berasal dari pekerja sekitar lingkungan RW. 80 No. 8. Jenis Kegiatan CSR PT. IAMI APPU Go green with Astra (Lingkungan) GCG Tanggal Pelaksanaan 20 Februari 2008 Jumlah Peserta Kegiatan --- Sumber Anggaran Dana Deskripsi Kegiatan Penanaman bibit pohon sebanyak jumlah karyawan yang ada di perusahaan tersebut. PT. IAMI APPU memiliki 214 karyawan. Peresmian secara simbolis bekerja sama dengan masyarakat RW 007. Masyarakat membantu dalam perlengkapan logistik acara baik dari persiapan tenda, kursi, dan lainPT. Astra lain. Bibit berasal dari Internasional perusahaan. Acara dihadari oleh pejabat perusahaan dan pemerintah. Namun dalam pelaksanaannya, penanaman tidak dilakukan oleh seluruh karyawan perusahaan dikarenakan alasan efisiensi. Jadi penanaman yang seharusnya oleh karyawan, digantikan oleh polisi. Menurut Wibisono (2007), contoh lingkup program CSR yang disarikan dari beberapa perusahaan terkemuka terbagi menjadi tiga kategori yakni bidang sosial, ekonomi dan lingkungan. Jika pernyataan tersebut dikaitkan dengan implementasi CSR PT. IAMI APPU, maka kegiatan yang termasuk dalam kategori bidang sosial adalah kegiatan sumbangan kepada anak yatim/anak asuh, beasiswa pendidikan LAZIS Astra, sumbangan beras kepada janda-janda dan sunatan masal. Sedangkan kegiatan seperti bantuan modal tanpa bunga dan perbaikan becak termasuk ke dalam CSR bidang ekonomi. Dua sisanya yakni kegiatan bedah rumah dan go green with Astra termasuk dalam kegiatan CSR dalam bidang lingkungan. BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK KOMUNITAS, TAHAP PARTISIPASI DAN DAMPAK KEGIATAN CSR 6.1 Karakteristik Demografis 6.1.1 Jenis Kelamin Komunitias penelitian sebagian besar (90%) terdiri dari perempuan dan sisanya (10%) adalah laki-laki (Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Sebaran Komunitas Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total n 4 36 40 % 10.0 90.0 100.0 6.1.2 Umur Umur merupakan variabel yang digunakan untuk mengetahui masa hidup responden dari lahir sampai dengan penelitian ini berlangsung. Umur responden berkisar antara 25-80 tahun. Sebanyak separuh (50%) komunitas merupakan dewasa madya. Hampir sepertiga (30%) komunitas termasuk tahap usia lanjut dan sisanya termasuk dewasa awal. Kisaran umur yang telah ditentukan merupakan tahap perkembangan manusia berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980). Sebaran komunitas berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Sebaran Komunitas Berdasarkan Umur Usia Dewasa Awal (18-40) Dewasa Madya (41-60) Usia Lanjut (>60) Total n 8 20 12 40 % 20.0 50.0 30.0 100.0 6.1.3 Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan yaitu jenjang terakhir sekolah formal responden yang pernah ditamatkan. Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa persentase terbesar 82 (32.5%) komunitas tidak pernah mengenyam bangku pendidikan. Sedangkan persentase terendah komunitas berpendidikan tidak tamat SMP dan tamat SMA yaitu masing-masing sebesar 2.5 persen Tabel 9. Sebaran Komunitas Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tidak Tamat SMP Tamat SMP Tidak Tamat SMA Tamat SMA Total n 13 12 7 1 4 2 1 40 % 32.5 30.0 17.5 2.5 10.0 5.0 2.5 100.0 6.1.4 Pekerjaan Berdasarkan penelitian yang tersaji dalam Tabel 10 diketahui bahwa persentase terbesar (57.5%) komunitas merupakan Ibu Rumah Tangga atau tidak bekerja. Persentase terbesar kedua (20.0%) adalah pedagang, sedangkan presentase terkecil (2,5%) komunitas merupakan pegawai swasta. Tabel 10. Sebaran Komunitas Berdasarkan Pekerjaan Jenis Pekerjaan Pegawai swasta Wiraswasta Pedagang IRT/tidak bekerja Lain-lain Total n 1 2 8 23 6 40 % 2.5 5.0 20.0 57.5 15.0 100.0 6.1.5 Pendapatan Data pada Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian besar (77.5%) komunitas termasuk dalam kategori berpendapatan rendah yaitu dibawah Upah Minimum Regional (UMR) kota Bekasi (Rp 994.000,-), sedangkan persentase terendah (2.5%) merupakan komunitas dengan pendapatan tinggi. 83 Tabel 11. Sebaran Komunitas Berdasarkan Pendapatan Besar Pendapatan Rendah (<994000) Sedang (994000-1988000) Tinggi (>1988000) Total n 31 8 1 40 % 77.5 20.0 2.5 100.0 6.1.6 Besar Keluarga Berdasarkan BKKBN, keluarga dibagi menjadi tiga kategori yaitu keluarga kecil yang terdiri kurang dari 4 anggota keluarga, keluarga sedang 5 sampai 6 anggota keluarga, dan keluarga besar lebih dari sama dengan 7 anggota keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (80%) komunitas memiliki keluarga kecil, sebanyak 15 persen termasuk keluarga sedang, dan sisanya (5%) termasuk keluarga besar. Sebaran komunitas berdasarkan besar keluarga dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Sebaran Komunitas Berdasarkan Besar Keluarga Besar Keluarga Keluarga kecil (≤4) Keluarga sedang (5-6) Keluarga besar (≥7) Total n 32 6 2 40 % 80.0 15.0 5.0 100.0 6.2 Tingkat Partisipasi Komunitas Kelurahan Medan Satria Partisipasi masyarakat dapat ditunjukkan oleh terjadinya pembagian ulang kekuasaan yang adil (redistribution of power) antara penyedia kegiatan dan kelompok masyarakat penerima kegiatan. Partisipasi masyarakat tersebut bertingkat, sesuai dengan gradasi derajat wewenang dan tanggungjawab yang dapat dilihat dalam proses pengambilan keputusan. Gradasi komunitas tersebut disajikan dalam Tabel 13 sebagai sebuah tangga dengan delapan tingkatan yang menunjukkan peningkatan partisipasi tersebut (Arnstein 1969 dalam Zoebir 2008). 84 Tabel 13. Tingkatan Partisipasi No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Tangga/Tingkatan Partisipasi Manipulasi (Manipulation) Terapi (Therapy) Pemberitahuan (Informing) Konsultasi (Consultation) Penenangan (Placation) Kemitraan (Partnership) Pendelegasian Kekuasaan (Delegated Power) Kontrol Masyarakat (Citizen Control) Tingkatan Pembagian Kekuasaan Hakekat Kesertaan Permainan oleh pemerintah Sekedar agar masyarakat tidak marah/mengobati Sekedar pemberitahuan searah/sosialisasi Masyarakat didengar, tapi tidak selalu dipakai sarannya Saran masyarakat diterima tapi tidak selalu dilaksanakan Timbal-balik dinegosiasikan Masyarakat diberi kekuasaan (sebagian atau seluruh program) Tidak ada partisipasi Tokenisme/sekedar justifikasi agar mengiyakan Tingkat kekuasaan ada di masyarakat Sepenuhnya dikuasi oleh masyarakat Sumber: Arsntein (1969:217) dalam Setiawan (2003) Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh (55%) komunitas berada pada tingkatan partisipasi terapi, satu perempat (25%) komunitas berada pada tingkatan pemberitahuan, dan satu perlima (20%) komunitas berada pada tingkatan penenangan. Komunitas tidak berada pada tingkatan partisipasi manipulasi, konsultasi, kemitraan, pendelegasian kekuasaan dan kontrol masyarakat. Sebaran komunitas berdasarkan tangga partisipasi dapat dilihat pada Tabel 14: Tabel 14. Sebaran Komunitas Berdasarkan Tingkat Partisipasi No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Tingkat Partisipasi Manipulasi Terapi Pemberitahuan Konsultasi Penenangan Kemitraan Pendelegasian Kekuasaan Kontrol Masyarakat Total n 0 22 10 0 8 0 0 0 40 % 0.0 55.0 25.0 0.0 20.0 0.0 0.0 0.0 100.0 85 Tabel 14 menunjukkan bahwa lebih dari setengah (55%) komunitas masih berada pada tahap partisipasi terapi. Hal ini berarti perusahaan melakukan kegiatan CSR agar masyarakat tidak marah atau sekedar mengobati jika ada aktivitas perusahaan yang berada di sekitar lingkungan masyarakat namun perusahaan tersebut tidak peduli terhadap lingkungan masyarakat sekitar. Jadi ada upaya perusahaan untuk merangkul masyarakat melalui kegiatan CSR perusahaan. Tingkat partisipasi terapi digambarkan pada kondisi seperti kegiatan CSR yang berlangsung dalam sekali waktu (seperti bencana alam dan hari raya), bantuan diberikan dalam bentuk uang atau bahan makanan pokok, dan pengorganisasian dilakukan oleh perusahaan. Mengacu pada Gambar 13, apabila delapan tahap partisipasi dikategorikan menjadi tiga bagian yakni berdasarkan tingkat pembagian kekuasaannya, maka tingkat partisipasi terapi menempati tingkat pembagian kekuasaan pada tahap tidak ada partisipasi masyarakat sebesar 55 persen. Hal ini secara tidak langsung menggambarkan bahwa lebih dari separuh komunitas tidak berpartisipasi dalam kegiatan CSR yang dilakukan PT. IAMI APPU. Kemudian, dapat dilihat kembali dari Gambar 13, partisipasi masyarakat pada kegiatan CSR pada PT. IAMI APPU telah merangkak ke tahap selanjutnya yang lebih tinggi. Sebanyak 45 persen komunitas berada pada tingkatan pembagian kekuasaan tokenisme. Hal ini dapat dilihat bahwa perusahaan telah mensosialisasikan kegiatan kepada masyarakat dan kegiatan sudah ditentukan oleh perusahaan (tahap partisipasi pemberiahuan), pihak perusahaan selalu hadir dalam setiap kegiatan CSR dan hanya segelintir anggota masyarakat yang ikut serta dalam mengurusi kegiatan CSR, selebihnya adalah perusahaan (tingkat patisipasi penenangan). 86 0% 0% 8. Kontrol Masyarakat 0% 7. Pendelegasian Kekuasaan 20% 0% 6. Kemitraan Kekuasaan di = 0% Masyarakat 5. Penenangan 25% 4. Konsultasi Tokenisme = 45 % 55% 3. Pemberitahuan 0% 2. Terapi 1. Manipulasi Tidak Ada Partisipasi = 55% Gambar 13. Kategori Tahap Partisipasi Komunitas Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kegiatan CSR yang dilakukan PT. IAMI APPU belum sepenuhnya melibatkan masyarakat untuk ikut serta dalam proses perencanaan kegiatan sampai evaluasi. Masyarakat belum memiliki kekuasaan akan pelaksanaan kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT. IAMI APPU. 6.3 Dampak Kegiatan CSR PT. IAMI APPU Terhadap Komunitas Kelurahan Medan Satria 6.3.1 Dampak Ekonomi Dampak ekonomi merupakan dampak yang memberikan dampak penambahan pendapatan ekonomis bagi masyarakat penerima kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT. IAMI APPU. Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 15 menunjukkan bahwa dampak ekonomi yang dirasakan oleh sebagian besar (60%) komunitas masih relatif sedang. Hanya sebagian kecil (12.5%) komunitas saja yang merasakan bahwa dampak ekonomi yang dirasakan relatif tinggi. Hal ini dikarenakan jenis program yang diterima sebagian besar komunitas masih bersifat charity dan philantropy, sedangkan sebagian kecil komunitas yang merasakan 87 dampak ekonomi yang relatif tinggi mendapatkan bantuan kegiatan CSR berupa peminjaman modal yang memungkinkan komunitas melakukan kegiatan produktif yang dapat menambah pendapatan keluarga. Tabel 15. Sebaran Komunitas Berdasarkan Kategori Dampak Ekonomi Dampak Ekonomi Rendah Sedang Tinggi Total n 11 24 5 40 % 27.5 60.0 12.5 100.0 6.3.2 Dampak Sosial Dampak sosial merupakan dampak yang lebih bersifat jalinan hubungan sosial antara masyarakat dengan perusahaan maupun antara masyarakat dengan masyarakat seperti tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan, konflik yang terjadi, dan solidaritas serta kerjasama antar warga. Tabel 16 menunjukkan bahwa hampir seluruh (90%) komunitas merasakan bahwa dampak sosial relatif sedang dan sisanya dampak sosial yang dirasakan komunitas relatif tinggi. Secara umum dapat dijelaskan bahwa hampir seluruh komunitas menganggap bahwa hubungan antara masyarakat dan perusahaan memiliki hubungan yang baik. Tabel 16. Sebaran Komunitas Berdasarkan Kategori Dampak Sosial Dampak Sosial Rendah Sedang Tinggi Total n 0 36 4 40 % 0 90 10 100 6.3.3 Dampak Lingkungan Dampak lingkungan merupakan dampak akibat berjalannya kegiatan produksi bisnis perusahaan seperti pengelolaan lingkungan hidup dan penambahan infrastrukur wilayah perusahaan tersebut. Tabel 17 memperlihatkan bahwa sebagian besar (95%) komunitas merasakan bahwa dampak lingkungan dalam kategori sedang. Hal ini sesuai dengan perolehan sertifikat ISO 14001 oleh PT. IAMI APPU yang menunjukkan bahwa perusahaan telah mengelola 88 lingkungan dan limbah dengan baik. Hanya sedikit komunitas (5%) menyatakan bahwa dampak lingkungan yang dirasakan rendah. Tabel 17. Sebaran Komunitas Berdasarkan Kategori Dampak Sosial Dampak Lingkungan Rendah Sedang Tinggi Total n 2 38 0 40 % 5 95 0 100 6.3.4 Dampak Keseluruhan Dampak keseluruhan merupakan penggabungan dari dampak ekonomi, sosial dan lingkungan. Tabel 18 menunjukkan bahwa sebesar 47.5 persen merasakan bahwa dampak secara keseluruhan relatif sedang dan sebesar 42.5 persen merasakan bahwa (10%) dampak secara keseluruhan relatif rendah. Hanya sebagian kecil komunitas saja yang merasakan dampak keseluruhan dirasakan relatif tinggi. Tabel 18. Sebaran Komunitas Berdasarkan Kategori Dampak Kegiatan CSR Dampak Keseluruhan Rendah Sedang Tinggi Total n 17 19 4 40 % 42.5 47.5 10.0 100.0 6.4 Hubungan antara Karakteristik Komunitas dengan Tahap Partisipasi Berdasarkan uji korelasi Spearman, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik komunitas dengan tahap partisipasi. Hal ini diduga karena terdapat variabel lain diluar penelitian yang berhubungan dengan tahap partisipasi seperti faktor eksternal yang meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola proyek dengan sasaran (pelayanan) dan metode kegiatan dua arah yang interaktif sehingga dapat lebih meningkatkan partisipasi seseorang (Arifah 2002). 89 Tabel 19. Koefisien Korelasi Spearman Antara Karakteristik Komunitas dengan Tahap Partisipasi Variabel Usia Tingkat Pendidikan Tingkat Pendapatan Jumlah Keluarga Lama Tinggal Tahap partisipasi -0.187 0.070 -0.197 0.234 -0.109 6.5 Hubungan antara Tahap Partisipasi dengan Dampak Kegiatan CSR Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman, hubungan antara tahap partisipasi dan dampak kegiatan CSR menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan nyata (r=0.016, p>0.05) antara tahap partisipasi dengan dampak kegiatan CSR. Hal ini diduga bahwa berdasarkan hasil observasi lapangan, karakteristik masyarakat penerima program bantuan kegiatan memang masih bersifat pasif dan tergantung terhadap perusahaan, sehingga apabila masyarakat dengan karakteristik seperti yang disebutkan diatas harus melakukan tahap pada tangga partisipasi yang semakin tinggi (kearah kontrol masyarakat) maka komunitas belum siap untuk menerimanya. Kebelumsiapan komunitas menyebabkan dampaknya akan semakin tidak kentara. BAB VII ANALISIS TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT Kegiatan CSR PT IAMI APPU dalam struktur organisasi perusahaan ditangani oleh seksi Enviroment Health and Safety (EHS). Seksi ini dibentuk karena munculnya sistem manajeman lingkungan yang dirilis oleh PT. Astra International (PT. AI) sebagai induk perusahaan pada tahun 2000. Sistem ini dikenal dengan sebutan Astra Green Company (AGC). AGC merupakan sebuah manajeman yang secara sadar meletakkan pertimbangan perlindungan dan pembangunan lingkungan, keselamatan, dan kesehatan “stakeholder” dalam setiap pengambilan keputusan bisnisnya sebagai wujud nyata tanggung jawab dan upaya memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan pembangunan berkelanjutan. PT IAMI APPU memiliki pandangan tersendiri dalam memandang CSR (Tabel 5). Wibisono (2007) menjelaskan bahwa perusahaan memiliki berbagai cara pandang dalam memandang CSR. Berbagai cara pandang perusahaan terhadap CSR yaitu: 1. Sekedar basa-basi atau keterpaksaan. Perusahaan mempraktekan CSR karena external driven (faktor eksternal), environmental driven (karena terjadi masalah lingkungan dan reputation driven (karena ingin mendongkrak citra perusahaan). 2. Sebagai upaya memenuhi kewajiban (compliance). CSR dilakukan karena terdapat regulasi, hukum, dan aturan yang memaksa perusahaan menjalankannya. 3. CSR diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari dalam (internal driven). Perusahaan menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan bisnisnya saja, melainkan juga tannggunga jawab sosial dan lingkungan. Jika dikaitkan dengan teori yang telah dijelaskan sebelumnya, maka implementasi kegiatan CSR PT IAMI APPU dapat dikategorikan dalam kategori pertama (faktor eksternal dan ingin mendongkrak citra perusahaan), kedua (sebagai upaya memenuhi kewajiban) dan ketiga (dorongan yang tulus dari 91 dalam). Hal ini membuktikan bahwa memang adanya suatu fenomena tanggung jawab sosial yang terjadi di perusahaan tersebut sebagai upaya pengembangan masyarakat. Apabila dianalisis berdasarakan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat yang dikemukakan oleh Ife (1995) dalam Nasdian (2006), maka tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh PT IAMI APPU melalui kegiatan CSR perusahaan sudah berbasis Defining Need (mendefinisikan kebutuhan) tetapi hanya sebatas dialog dengan pihak RT dan RW saja belum sampai pada dialog langsung bersama penerima kegiatan. Hal ini diperkuat dengan teori pendekatan pengembangan masyarakat Batten (1967) dalam Adi (2003) yang menunjukkan bahwa pendekatan pengembangan masyarakat yang digunakan PT IAMI APPU dalam upaya merangkul masyarakat pada kegiatan CSR lebih condong menggunakan pendekatan direktif (instruktif) dari pada pendekatan non-direktif (partisipatif). Hal ini ditunjukkan oleh adanya inisiatif perusahaan dari awal untuk menentukan program yang sebaiknya ditujukan untuk masyarakat. Masyarakat bersifat pasif dalam artian hanya menunggu program CSR yang diberikan oleh perusahaan. Penghubung antara masyarakat dengan pihak perusahaan adalah pengurus Rumah Tangga (RT) atau Rumah Warga (RW). Perusahaan menanyakan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, tetapi proses dialog yang lebih intensif masih terbatas di tingkatan panitia EHS dengan pengurus RT/RW. Walaupun pihak RT/RW mengajukan ide atau saran, kebijakan perusahaan lebih dominan untuk mengambil keputusan. Masyarakat belum bisa mengambil keputusan dan mengutarakannya secara langsung kepada pihak perusahaan. Apabila dilihat dari tingkat partisipasi komunitas dalam mengikuti kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT IAMI APPU berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat (Ife 1995 dalam Nasdian 2006), maka CSR tersebut belum berbasiskan pada prinsip pemberdayaan, kemandirian dan partisipasi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian kuantitatif yang dikembangkan dari teori delapan tahap atau tangga partisipasi (Arnsten 1969). Berdasarkan Gambar 5, hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh (55%) komunitas berada pada tingkatan partisipasi terapi, satu perempat (25%) komunitas berada pada 92 tingkatan pemberitahuan, dan satu perlima (20%) komunitas berada pada tingkatan penenangan. Komunitas tidak berada pada tingkatan partisipasi manipulasi, konsultasi, kemitraan, pendelegasian kekuasaan, dan kontrol masyarakat. Charity Good Corporate Citizenship (GCG) Philantropy 0% 0% 8. Kontrol Masyarakat 0% 7. Pendelegasian Kekuasaan 20% 0% Kekuasaan di = 0% Masyarakat 6. Kemitraan 5. Penenangan 25% 4. Konsultasi Tokenisme = 45 % 55% 3. Pemberitahuan 0% 2. Terapi 1. Manipulasi Tidak Ada Partisipasi = 55% Gambar 5. Tahap Partisipasi Komunitas dan Karakteristik CSR Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat juga bahwa karekteristik CSR perusahaan berada pada posisi Charity dan Philantropy yang mengarah kepada Good Corporate Citizenship (GCG). Hal ini dibuktikan oleh kegiatan-kegiatan Charity dalam bentuk sumbangan kepada yatim piatu, beasiswa pendidikan, sumbangan beras, sunatan massal, dan bedah rumah. Kegiatan ini dapat dikategorikan dalam Charity pada karakteristik CSR yang telah dikemukakan oleh Za’im Zaidi (2003) karena kegiatan dilakukan hanya bersifat jangka pendek yang berarti belum memberdayakan komunitas di wilayah tersebut. Kegiatan yang dikategorikan Philantrophy dalam bentuk bantuan modal tanpa bunga dan perbaikan becak. Bagi pihak perusahaan, kedua kegiatan ini sebagai langkah awal untuk memberdayakan masyarakat walau dengan jumlah anggota yang sedikit. Kemudian kegiatan yang termasuk dalam Good Corporate Citizenship (GCG) 93 adalah Go Green With Astra yakni penanaman bibit pohon di sekitar kawasan perusahaan. Persentase tahapan partisipasi pada Gambar 5 memperlihatkan bahwa tidak adanya partisipasi pada kategori GCG, namun kegiatannya termasuk dalam GCG. Hal ini dikarenakan penanaman tidak dilakukan langsung oleh masyarakat. Mereka hanya sebatas membantu di bagian logistik perlengkapan persiapan acara saja. Berdasarkan Gambar 5, jika posisi masyarakat terus bergerak ke arah kanan, maka kekuasaan akan berada pada tangga partisipasi kontrol masyarakat. Masyarakat diharapkan dapat menjadi mandiri dan menentukan sendiri apa yang menjadi kebutuhannya serta dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk mencapai kebutuhan masyarakat. Pada saat proses kegiatan CSR belangsung, sebaiknya perusahaan juga membekali masyarakat dengan pelatihanpelatihan untuk mengembangkan sumberdaya yang ada sehingga ketika mereka berada pada tangga partisipasi yang paling tinggi yakni kontrol masyarakat maka masyarakat akan bijaksana dalam mengambil keputusan, bukan pemberontakan ataupun konflik yang sama sekali tidak diharapkan oleh perusahaan jika masyarakat telah berada pada puncak tahap partisipasi. Oleh karena itu, kegiatan yang kooperatif antara pihak masyarakat dan perusahaan sangat dibutuhkan dalam melancarkan kegiatan CSR ini untuk tercapainya suatu titik temu antara keinginan kedua belah pihak. Pada kondisi tersebut, kedua belah pihak akan saling sejajar dalam bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama secara berkelanjutan. BAB VIII PENUTUP 8.1 Kesimpulan Kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) PT IAMI APPU dilaksanakan sejak tahun 2001. Kegiatan ini dalam struktur organisasi perusahaan ditangani oleh seksi Enviroment Health and Safety (EHS). Seksi EHS dibentuk karena tanggapan dari munculnya sistem manajeman lingkungan yang dirilis oleh PT. Astra International (PT. AI) sebagai induk perusahaan pada tahun 2000. Sistem ini dikenal dengan sebutan Astra Green Company (AGC). AGC merupakan sebuah manajeman yang secara sadar meletakkan pertimbangan perlindungan dan pembangunan lingkungan, keselamatan, dan kesehatan “stakeholder” dalam setiap pengambilan keputusan bisnisnya sebagai wujud nyata tanggung jawab dan upaya memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan pembangunan berkelanjutan. Cara pandang PT IAMI APPU dalam memandang CSR sebagai upaya pengembangan masyarakat termasuk dalam kategori pertama, yakni sekedar basa basi atau keterpaksaan, dimana perusahaan mempraktekkan CSR hanya karena ekternal driven (faktor ekternal) dan reputation driven (karena ingin mendongkrak citra perusahaan). Selain itu PT IAMI APPU juga memandang CSR sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance), dimana CSR yang dilakukan karena terdapat regulasi, hukum, dan aturan yang memaksanya. Adanya kegiatankegiatan CSR perusahaan seperti bantuan bakti sosial kepada korban bencana alam dan bantuan kepada orang yang terkena penyaki berat membuat PT IAMI termasuk dalam kategori terakhir, yaitu dorongan yang tulus dari dalam (internal driven), dimana perusahaan telah menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan bisnisnya, melainkan juga tanggung jawab sosial di lingkungan sekitar masyarakat. Strategi PT. IAMI APPU dalam upayanya merangkul masyarakat pada kegiatan CSR perusahaan dapat dilihat dari pendekatan pengembangan masyarakatnya secara direktif (instruktif). Memang sudah ada inisiatif perusahaan 95 dari awal untuk menentukan program yang sebaiknya ditujukan untuk masyarakat. Masyarakat bersifat pasif dalam artian hanya menunggu program CSR yang diberikan oleh perusahaan. Penghubung antara masyarakat dengan pihak perusahaan adalah pengurus Rumah Tangga (RT) atau Rumah Warga (RW). Perusahaan menanyakan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, tetapi proses dialog yang lebih intensif masih terbatas di tingkatan panitia EHS dengan pengurus RT/RW. Walaupun pihak RT/RW mengajukan ide atau saran, kebijakan perusahaan lebih dominan untuk mengambil keputusan. Masyarakat belum bisa mengambil keputusan dan mengutarakannya secara langsung kepada pihak perusahaan. Adapun kegiatan CSR PT IAMI APPU yang termasuk dalam kategori bidang sosial adalah kegiatan sumbangan kepada anak yatim/anak asuh, beasiswa pendidikan LAZIS Astra, sumbangan beras kepada janda-janda dan sunatan massal. Sedangkan kegiatan seperti bantuan modal tanpa bunga dan perbaikan becak termasuk ke dalam CSR bidang ekonomi. Dua sisanya yakni kegiatan bedah rumah dan go green with Astra termasuk dalam kegiatan CSR dalam bidang lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi komunitas termasuk dalam tahap partisipasi terapi (berdasarkan delapan tangga partisipasi) atau tidak ada partisipasi (berdasarkan tingkat pembagian kekuasaannya). Hal ini berarti perusahaan melakukan kegiatan CSR agar masyarakat tidak marah atau sekedar mengobati jika ada aktivitas perusahaan yang berada di sekitar lingkungan masyarakat. Jadi ada upaya perusahaan untuk merangkul masyarakat melalui kegiatan CSR perusahaan. Tingkat partisipasi terapi digambarkan pada kondisi seperti kegiatan CSR yang berlangsung dalam sekali waktu (seperti bencana alam dan hari raya), bantuan diberikan dalam bentuk uang atau bahan makanan pokok, dan pengorganisasian dilakukan oleh perusahaan. Dampak keseluruhan yang dirasakan oleh hampir separuh komunitas pada penelitian ini termasuk dalam kategori sedang dan sisanya termasuk dalam kategori rendah, dengan rincian yaitu dampak ekonomi, sosial dan lingkungan yang termasuk dalam kategori sedang. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik komunitas dengan tahap partisipasi dan tidak terdapat hubungan signifikan antara tahap 96 partisipasi dengan dampak kegiatan CSR. Secara keseluruhan dapat dijelaskan bahwa dari kegiatan CSR PT IAMI APPU terdapat upaya perusahaan untuk mengembangkan masyarakat di lingkungan perusahaan walaupun sebagian besar komunitas belum berpartisipasi penuh terhadap kegiatan CSR perusahaan. Dalam artian, komunitas hanya menerima bantuan dan perusahaan belum sepenuhnya mengembangkan sumber daya komunitas. Hal ini terlihat dari lebih banyaknya jenis kegiatan-kegiatan CSR perusahaan yang bersifat charity seperti sumbangan kepada anak yatim, pemberian beasiswa pendidikan, sumbangan beras kepada janda-janda dan bedah rumah. 8.2 Saran Sesuai dengan fenomena yang terjadi di PT ISUZU APPU, maka terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan saran, yaitu: 1. Sebaiknya dibuat divisi khusus pada perusahan untuk menangani kegiatan CSR, sehingga penganan kegiatan CSR tidak bertumpang tinding dengan seksi SHS. 2. Sebaiknya terdapat pengalokasian dana khusus untuk kegiatan CSR yang bukan berasal dari pengumpulan dana karyawan atau DKM perusahaan. 3. Perlu penambahan jumlah personil SDM untuk menangani kegiatan CSR perusahaan sehingga kegiatan CSR lebih terpantau dan berkembang lebih baik. 4. Sebaiknya kegiatan CSR yang dilakukan lebih banyak menambahkan kegiatan yang berbasiskan pengembangan masyarakat, sehingga masyarakat pada akhirnya mampu mengelola sendiri sumberdaya yang ada untuk mencapai kesejahteraan bersama. 5. Perlu adanya pendefinsian kebutuhan yang dilakukan bersama masyarakat untuk mencapai kegiatan yang berbasiskan pengembangan masyarakat dan akhirnya mencapai proses tertinggi yaitu GCG. 6. Monitoring dan evaluasi sebaiknya rutin dilakukan untuk melihat perkembangan kegiatan CSR yang telah dilakukan. 97 DAFTAR PUSTAKA Adi, Isbandi Rukminto. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Ajiswarman. 1996. Partisipasi Perantau Minang dalam Pembangunan Pedesaan (Studi Kasus : Kelompok Tani Subur Jaya, Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Kabuapaten Bogor, Jawa Barat). Skripsi. IPB. Bogor. Ambadar, Jackie. 2008. CSR dalam Praktik di Indonesia. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. Amri, Mulya, dan Wicaksono Sarosa. 2008. CSR untuk Penguatan Kohesi Sosial. Jakarta : Indonesia Business Links. Arifah, N. 2002. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Petani dalam Program Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) (Studi Kasus di Kelompok Tani Subur Jaya, Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Skripsi. IPB. Bogor. Arnstein, Sherry R. 1969. A Ladder of Citizen Participation. Http://www.lithgowschmidt.dk/sherry-arnstein/ladder-of-citizen-participation.pdf. [diakses tanggal 13 Juli 2009] Febriana, Yohana Desi. 2008. Partisipasi Masyarakat dalam Program Corporate Social Responsbility “Kampung Siaga Indosat” (Studi Kasus : RW 04, Kelurahan Maggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan). Skripsi. IPB. Bogor. Herlin, Fauzia. 2008. Analisis Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Coorporate Social Responsbility/CSR) sebagai upaya Pengembangan Masyarakat (Studi Kasus Pengembangan Perekonomian Lokal Melalui Program Kemitraan PT ANTAM Tbk di Tanjung Barat, Jakarta). Skripsi. IPB. Bogor. Ibrahim, Linda D.. 2006. Memanfaatkan Modal Sosial Komunitas Lokal dalam Program Kepedulian Korporasi. Jakarta : PIRAC. Matrizal, Ibni. 2005. Partisipasi Masyarakat dalam program Pengelolan Sampah Pemukiman di Kota Banda Aceh-Naggroe Aceh Darussalam. Tesis. Program Pascasarjana. IPB. Bogor. Mikkelsen, Britha. 1999. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. 98 Mulyadi, Devi. 2007. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) dalam Usaha Pengembangan Masyarakat (Studi Kasus PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, Jalan Raya Gatot Subroto Kav. 52 Jakarta. Skripsi. IPB. Bogor. Nasdian, Fredian Tonny. 2006. Pengembangan Masyarakat (Community Development). Bogor: Bagian Sosiologi pedesaan dan Pengembangan Masyarakat Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor. Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia. Nurlaela, Santi. 2004. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Partisipasi Petani dalam Proyek Reboisasi Pola Hutan Kemasyarakatan HKm : Kasus Desa Tiwingan Baru, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Propinsi Kalimantan Selatan. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Pratiwi, Ayu Tri. 2008. Tingkat Partisipasi Warga dalam Penyelenggaraan Radio Komunitas (Kasus : Radio Komunitas Suara Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Skripsi. IPB. Bogor. Radyati, Maria R. Nindita. 2008. CSR untuk Pemberdayaan Ekonomi Lokal. Jakarta : Indonesia Business Links. Rudito, Bambang dan Adi Prasetijo, Kusairi (Ed). 2003. Akses Peran Serta Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan dan ICSD. Rudito, Bambang, dan Melia Famiola. 2007. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia. Bandung : Rekayasa Sains. Rukminto, Isbandi. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Prakti)s. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Satrio, Hendri Budi. 2002. Evaluasi Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Swasta (Coorporate Social Responsbility) Sebagai Alat Komunikasi Perusahaan. Tesis. UI. Jakarta. Setianingrum, Ingelia Putri. 2007. Analisis Community Development sebagai Bentuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Kasus PT ISM Bogasari Flour Mils, Jalan Raca Cilincing, Tanjung Priok, Jakarta Utara). Skripsi. IPB. Bogor. Setiawan, Bobi B. 2005. Hak Masyarakat dalam Proses Penyusunan dan Implementasi Kebijakan Tata Ruang. Http://www.pspprugm.net/jurnalpdf/Bobi.pdf. [diakses tanggal 26 April 2009] 99 Silaen, Rosintan B. J. 1998. Partisipasi Anggota Kelompok Masyarakat Desa Tertinggal pada Kegiatan Proyek Inpres Desa Tertinggal (IDT). Skripsi. Jurusan Soial Ekonomi. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 2006. Metode Penelitian Survei. Jakarta Barat : Pustaka LP3ES Indonesia. Siregar, Budi Baik. 2004. Kedermawanan Alam Kalimantan “Sebuah Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Kalimantan Tengah”. Jakarta : Piramedia. Sitorus, MT. Felix. 1998. Penelitian Kualitatf Suatu Perkenalan. Bogor : Kelompok Dokumentasi Ilmu-Ilmu Soial. Sukada, Sonny, Pamadi Wibowo, Katamsi Ginano, Jalal, Irpan Kadir dan Taufik Rahman. 2006. CSR For Better Life : Indonesian Conttext Membumikan Bisnis Berkelanjutan Memahami Konsep & Praktik Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Jakarta : Indonesia Business Links. Suprapto, Siti Adiprigandari Adiwoso. 2006. Pola Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Lokal di Jakarta. Jakarta : PIRAC. Tamarli. 1994. Partisipasi Petani dalam Penyuluhan dan Penerapan Program Supra Insus. Tesis. Program Pascasarjana. IPB. Bogor. Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility. Gresik : Fascho Publishing. Wrihatnolo, Randy R., dan Riant Nugroho Dwidjowijoto. 2007. Manajemen Pemberdayaan “Sebuah Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan masyarakat”. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. Zoebir, Zuryawan Isvandir. 2008. Partisipasi Masyarakat dalam Penyusunan Peraturan Daerah. Http://zuryawanisvandiarzoebir.wordpress.com/2008/08/13/proposalpenelitian-partisipasi-masyarakat-dalam-penyusunan/. [diakses tanggal 26 April 2009]. LAMPIRAN Lampiran 1. Matriks Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data No 1. Tujuan Profil PT Isuzu Data yang dibutuhkan Variabel 1. 2. Bidang usaha PT Isuzu Lokasi Kantor PT Isuzu: Letak kantor, batas-batas kantor, luas kantor. 1. 2. 3. 4. 5. 2. 3. 4. Mengetahui cara pandang perusahaan terhadap CSR Mengetahui perencanaan program strategis CSR perusahaan Mengetahui pendekatan pengembangan masyarakat yang digunakan perusahaan untuk pengimplementasian 1. Pandangan perusahaan: 1. External driven, environmental driven, reputation driven 2. Compliance 3. Internal driven 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. Visi Misi Tujuan Kebijakan Struktur Organiasi Penyediaan SDM Direktif Non-Direktif Prinsip-prinsip Pengembangan Masyarakat 1. 1. 1. 2. Sejarah didirikannya PT Isuzu Bidang-bidang usaha PT Isuzu Letak kantor PT Isuzu Batas-batas kantor PT Isuzu Luas kantor PT Isuzu Penyebab mengapa perusahaan tersebut menjalankan CSR Perangkat lengkap aktivitas CSR perusahaan Cara Community worker dalam mendekati masyarakat Kesempatan Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data 1. Studi literatur 2. Wawancara 3. Pengamatan 1. Pengumpulan data 2. Reduksi data 3. Penyajian data Sumber Data 1. Data Sekunder: data dari PT Isuzu 2. Data Primer: Pegawai PT Isuzu 1. Data 1. Sekunder: 2. data dari PT 3. Isuzu 2. Data Primer: Pegawai PT Isuzu 1. Data 1. Sekunder: 2. data dari PT 3. Isuzu 2. Data Primer: Pegawai PT Isuzu 1. Data 1. Sekunder: 2. data dari PT 3. Isuzu 2. Data Primer: Studi literatur Wawancara Pengamatan 1. Studi literatur Wawancara Pengamatan 1. Studi literatur Wawancara Pengamatan 1. 2. 3. 2. 3. 2. 3. Pengumpulan data Reduksi data Penyajian data Pengumpulan data Reduksi data Penyajian data Pengumpulan data Reduksi data Penyajian data 101 program CSR 5. 6. Mengetahui jeni-jenis 1. program CSR perusahaan 2. 3. Menjelaskan tingkat partisipasi masyarkat terhadap program CSR 1. 2. 3. 7. Menganalisis dampak yang dirasakan bagi masyarakat pada pelaksanaan program CSR Bidang sosial Bidang ekonomi Bidang lingkungan Tahap partisipasi a. Perencanaan b. Pelaksanaan c. Menikmati hasil d. Evaluasi Faktor internal (umur, tingkat pendidikan, jumlah pendapatan, jumlah beban keluarga dan lama tinggal) Faktor Eksternal (metode dan kualitas pelayanan kegiatan) 1. Dampak Sosial • Kepercayaan warga terhadap perusahaan • Kerjasama warga • Solidaritas warga • Akses warga terhadap sarana pendidikan • Peran perempuan masyarakat menyalurkan kebutuhannya kepada perusahaan Kegiatan CSR yang berbasiskan masyarakat pada program CSR di bidang ekonomi, sosial dan lingkungan Pegawai PT Isuzu, observasi lapang. 1. 1. Data Sekunder: data dari PT Isuzu 2. Data Primer: Pegawai PT Isuzu, observasi lapang. 1. Tingkat 1. Data partisipasi/peran Sekunder: serta masyarakat laporan CSR dalam setiap dari PT tahapan program Isuzu, yang dilaksanakan 2. Data Primer: 2. Masyarakat yang Pegawai PT mengikuti Isuzu, program kuesioner, observasi lapang, masyarakat sasaran program 1. Pandangan 1. Data masyarakat Sekunder: terhadap program laporan CSR CSR sesudah dari PT menerima Isuzu, data program. pemerintah setempat dan data instansi 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. Studi literatur Wawancara Pengamatan 1. Studi literatur Wawancara mendalam Pengamatan berperan serta Penyebaran kuesioner 1. Studi literatur Wawancara mendalam Pengamatan berperan serta Penyebaran kuesioner 1. Pengumpulan data 2. Reduksi data 3. Tabulasi silang 4. Penyajian data 5. Analisis data 2. 3. 2. 3. 4. 5. Pengumpulan data Reduksi data Penyajian data Pengumpulan data Reduksi data Tabulasi silang Penyajian data Analisis data 102 • Peran pemuda/karangtaruna • Kesempatan warga dalam mengambil keputusan • Peluang konflik • Penyelesaian konflik. 2. Dampak Ekonomi • Perolehan kesempatan kerja • Kesempatan berusaha • Upah kerja • Pendapatan warga • Kesejahteraan warga. 3. Dampak Lingkungan • Akses sarana transportasi • Kerusakan lingkungan • Kesadaran masyarakat untuk konservasi. 2. terkait Data Primer: Pegawai PT Isuzu, kuesioner, observasi lapang, masyarakat sasaran program 103 Lampiran 2. Status Penilaian Astra Green Company MERAH HITAM 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Mempunyai IPAL (bila diperlukan) Melakukan Pengolahan Air limbah Konsentrasi air limbah ≤ 500% dari BMAL (izin) Mempuyai alat pengendalian pencemaran udara Melakukan pengendalaian pencemaran udara Konsentrasi emisi udara ≤ 500% dari BME (izin) Mengelola limbah B3 dan mempunyai dampak terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat Mempunyai dokumen AMDAL atau RKP/RKL yang disetujui instansi yang berwenang 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. Mempunyai izin pembuangan air limbah (apabila telah diwajibkan) Swapantau air limbah minimal 1x per bulan Melaporkan hasil swapantau air limbah Mempunyai alat ukur debit dan berfungsi dengan baik Melakukan pengukuran debit harian Kadar air limbah memenuhi BMAL/izin Beban air limbah memenuhi BMAL/izin Mempunyai izin untuk dumping ke laut Stack dilengkapi dengan sampling hole dan peralatan pendukung lainnya Stack dilengkapi dengan alat pemantauan udara (CEM) Melakukan pengukuran emisi udara (harian atau setiap 6 bulanan) Melaporkan hasil pemantauan hasil udara Emisi udara memenuhi BME Mempunyai semua izin pengelolaan limbah B3 untuk semua aspek Melakukan pelaporan pengelolaan LB3 Penyimpanan L-B3 dilakukan sesuai izin Pengelolan L-B3 di lokasi (on site incenerator) dilakukan sesuai persyaratan Pengelolaan L-B3 (on site landfill) dikelola dengan baik sesuai izin Melakukan persyaratan-persyaratan dalam AMDAL dan RKL/RPL Melakukan pelaporan UKL atau UPL HIJAU EMAS 29. Telah melakukan kegiatan swapantau air limbah dan melaporkan swapantau air limbah kepada instansi terkait (paling tidak 20 data swa pantau per bulan) 30. IPAL yang ada terawat dan berfungsi dengan baik 31. Konsentrasi air limbah yang dihasilkan < 50% BMAL (izin) 32. Beban pencemaran yang idhasilkan < 50 % BMAL (izin) 33. Emisi udara < 50% BME 34. Peralatan pengendalian pencemaran udara terawat dengan baik 35. Telah melakukan minimilasi limbah lebih dari 50% dan total limbah B3 yang dihasilkan 36. Telah mempunyai pengelolaan sumber daya yang baik 37. Telah melakukan housekeeping dengan baik 38. Telah melakukan penggunaan dan konservasi air dengan baik 39. Penggunaan bahan baku yang efesien 40. Mempunyai komitmen dan kebijakan lingkungan yang kuat 41. Mempunyai organisasi pengelolaan lingkungan yang layak untuk mencapai target dan objektif pengelolaan lingkungan yang ada 42. Mempunyai sitem STD (Sistem Tanggap Darurat) yang baik 47. Konsentrasi air limbah yang dihasilkan < 5% dari BMAL (izin) 48. Beban pencemaran air limbah < 5% dari BMAL (izin) 49. Emisi udara < 5% Baku Mutu Emisi Udara 50. Perusahaan telah melakukan upaya minimisasi limbah B3 lebih dari 95% total limbah B3 yang dihasilkan 51. Perusahaan telah melakukan kegiatan pengembangan masyarakat 43. Mempunyai organisasi yang bertanggung jawab dalam kegiatan dan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat 44. Berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan disekitar lokasi kegiatan perusahaan 45. Mempunyai hubungan yang baik dengan masyarakat disekitar lokasi kegiatan perusahaan 46. Mengikutsertakan masyarakat dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada masyarakat sekitar baik langsung maupun tidak langsung 104 Lampiran 3. Kebijakan Perusahaan PT. IAMI APPU 105 Lampiran 4. Kebijakan Lingkungan PT. IAMI APPU 106 Lampiran 5. Hasil Uji Korelasi Spearman Hubungan Antara Karakteristik Komunitas, Tahap Partisipasi dan Dampak Kegiatan CSR Perusahaan Correlations Spearman's rho age_res pddk_res pdpt_res lm_tggl bsrkel tk_prtisipasi_8 Dmpak_3 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N age_res pddk_res pdpt_res 1.000 -.653** .029 . .000 .860 40 40 40 -.653** 1.000 .122 .000 . .453 40 40 40 .029 .122 1.000 .860 .453 . 40 40 40 .606** -.569** .078 .000 .000 .632 40 40 40 -.245 .138 .037 .128 .397 .822 40 40 40 -.187 .070 -.197 .248 .667 .223 40 40 40 .012 .182 -.163 .942 .262 .316 40 40 40 lm_tggl .606** .000 40 -.569** .000 40 .078 .632 40 1.000 . 40 .020 .901 40 -.109 .504 40 -.071 .664 40 bsrkel -.245 .128 40 .138 .397 40 .037 .822 40 .020 .901 40 1.000 . 40 .234 .147 40 -.040 .804 40 tk_ prtisipasi_8 -.187 .248 40 .070 .667 40 -.197 .223 40 -.109 .504 40 .234 .147 40 1.000 . 40 .016 .922 40 Dmpak_3 .012 .942 40 .182 .262 40 -.163 .316 40 -.071 .664 40 -.040 .804 40 .016 .922 40 1.000 . 40 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). 107 108 Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian 1. Sumbangan kepada anak yatim atau anak asuh 2. Beasiswa pendidikan LAZIS Astra 3. Sumbangan beras kepada janda 109 4. Sunatan Massal 5. Bantuan modal tanpa bunga 6. Perbaikan becak 110 7. Bedah rumah 8. Go green with Astra 111 Lampiran 7. Panduan Pertanyaan PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM Informan : Pihak PT. ISUZU ASTRA MOTOR INDONESIA Hari/tanggal wawancara : Lokasi wawancara : Nama dan umur informan : Jabatan : Pertanyaan Penelitian Cara Pandang Perusahaan 1. Bagaimanakah definisi CSR menurut PT. ISUZU ASTRA MOTOR INDONESIA? 2. Bagaimanakah tanggapan perusahaan mengenai lingkungan alam dalam kaitannya dengan aktivitas perusahaan PT. ISUZU ASTRA MOTOR INDONESIA? 3. Menurut perusahaan, bagaimanakah opini tentang masyarakat sebagai salah satu stakeholder yang terdapat disekitar berdirinya perusahaan? 4. Apakah terdapat kebijakan perusahaan yang membahas mengenai CSR? 5. Jika ya,maka bagaimanakah peraturan CSR tersebut dapat dicantumkan dalam kebijakan perusahaan? 6. Bagaimanakah tanggapan perusahaan mengenai membangun citra positif perusahaan dengan kegiatan CSR? 7. Bagaimanakah PT. ISUZU ASTRA MOTOR INDONESIA menanggapi perusahaan lain yang juga bergerak di bidang manufaktur dalam kaitannya dengan pelaksanaan CSR? 8. Bagaimanakah menanggapi masalah-masalah atau isu-isu yang mengakibatkan menurunnya citra perusahaan akibat konflik dengan masyarakat? 9. Apakah terdapat anggaran khusus dari perusahaan yang diperuntukkan bagi pelaksanaan CSR? 112 10. Apakah terdapat divisi khusus dari perusahaan yang diperuntukkan bagi pelaksanaan CSR? 11. Apakah CSR dilaksanakan karena ada regulasi yang mengaturnya (di bawah peraturan pemerintah)? 12. Apakah terdapat kerugian yang dirasakan oleh perusahaan (baik dari segi materiil maupun SDM) dalam menjalankan program CSR? 13. Terkait dengan tahap perencanaan sebelum program dimulai, maka strategi apakah yang dilakukan pada tahap ini?apakah melalui rapat staf atau melibatkan beberapa pihak sebagai perwakilan dari sasaran program? 14. Jika dilihat pada pelaksanaannya, maka strategi spesifik apakah yang digunakan yang berbeda dengan situasi pada saat perencanaa? 15. Apakah terdapat evaluasi terhadap program yang dijalankan? Jika ya,maka bagaimanakah proses evaluasi tersebut berjalan? 16. Setelah program dijalankan, maka adakah laporan dari hasil yang didapatkan? Jika ada, maka seperti apakah mekanisme laporan tersebut? 17. Dalam perencanaan maupun, maupun evaluasi dan pelaporan, apakah ada pihak sasaran yang terlibat dalam menyusun strategi program? 18. Dengan siapakah pihak pembuat program mempertanggungjawabkan programnya? 19. Bagaimanakah cara yang dilakukan PT. ISUZU ASTRA MOTOR INDONESIA dalam menarik simpati sasaran untuk bergabung dalam program yang diselenggarakan? 20. Apakah tujuan utama perusahaan dalam melakukan CSR? 21. Manfaat seperti apakah yang ingin diperoleh perusahaan dengan menjalankan CSR? 22. Dalam kenyataannya, manfaat apa saja yang telah didapatkan PT. ISUZU ASTRA MOTOR INDONESIA dengan menerapkan CSR? 23. Bagaimanakah perolehan keuntungan yang diperoleh perusahaan dari segi materi? 24. Dari segi sosial, apakah citra positif perusahaan tersebut terbangun? 25. Dari sisi masyarakat, apakah perusahaan merasakan bahwa perusahaan memperoleh manfaat yang cukup signifikan? 113 26. Dengan kegiatan CSR yang telah dijalankan, apakah perusahaan pernah mendapatkan penghargaan?Jika ya, bagaimanakah penghargaan tersebut diperoleh? Perencanaan Program Strategis Perusahaan 27. Apa visi perusahaan tentang kebijakan CSR? 28. Apa misi perusahaan tentang kebijakan CSR? 29. Apa tujuan perusahaan dalam melaksanakan program CSR? (merumuskan apa yang akan diselesaikan oleh perusahaan dan kapan akan diselesaikan dan indikator keberhasilannya serta hasil keberhasilan tersebu? 30. Bila terdapat kebijakan dalam melaksanakan program CSR, sebutkan macam kebijakan tersebut! 31. Apakah pelaksanaan program CSR ditempatkan pada posisi yang berbeda atau menyatu dengan divisi lain dengan struktur organisasi? 32. Apakah terdapat kualifikasi-kualifikasi SDM yang menempati dan menjalankan program CSR?bila ada, apa saja yang menjadi kualifikasi SDM tersebut? Pendekatan Pengembangan Masyarakat 33. Bagaimanakah cara anda bergerak dalam mendekati masyarakat? 34. Siapakah yang mendefinisikan kebutuhan pada pengimplementasian program? 35. Jika masyarakat sudah mandiri, apa yang akan anda lakukan terhadap masyarakat tersebut? Implementasi Program 36. Program CSR apa saja yang telah dijalankan oleh PT. ISUZU ASTRA MOTOR INDONESIA? Bidang Sosial: a. Pendidikan/Pelatihan? b. Kesehataan? c. Kesejahteraan sosial? d. Kepemudaan/Kewanitaan? 114 e. Keagamaan? f. Kebudayaan? g. Penguatan kelembagaan? h. Lainnya…..? Bidang Ekonomi: i. Kewirausahaan? j. Pembinaan UKM? k. Pembukaan lapangan kerja? l. Sarana prasarana ekonomi? m. Lainnya….? Bidang Lingkungan: n. Penggunaan energi secara efisien? o. Proses produksi yang ramah lingkungan? p. Pengendalian polusi? q. Penghijauan? r. Pengelolaan air? s. Pelestarian alam? t. Pengembangan ekowisata? u. Penyehatan lingkungan? v. Perumahan dan pemukiman? w. Lainnya….? 115 Lampiran 8. Kuesioner Penelitian Nomor Responden Nama Enumerator Tanggal Survei Tanda Tangan KUESIONER Kuesioner ini diberikan dalam rangka penyusunan tugas akhir M. Arya Wicaksono Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tahapan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat dalam program tanggung jawab sosial perusahaan/corporate social responsbility) yang diberikan oleh PT. ISUZU ASTRA MOTOR INDONESIA ASSY PLANT PONDOK UNGU (PT. IAMI APPU). Untuk itu, dimohon agar anda menjawab seluruh pertanyaan yang ada dengan baik dan sejujur-jujurnya. Jawaban yang anda berikan akan dijamin kerahasiaannya dan tidak ada kaitannya dengan status anda di masyarakat. Karakteristik Responden 1 Nama 2 Jenis Kelamin 1. Laki-laki 3 Usia 4 Alamat Lengkap ............................................................................. Tahun Jl............................................................................................RT: ............ RW: ............ No: ............ Kode Pos: ............... Kelurahan .............................. Kecamatan ........................... Kabupaten/Kota ................................................................... 5 Nomor Telepon 6 Pekerjaan Utama 7 Pendikan terakhir 8 Pendapatan 9 10 11 Jumlah Beban Keluarga Lama Tinggal di Lokasi Jenis Program CSR .............................................................................................. 2. Perempuan .............................................................................................. 1. Petani 5. Wiraswasta 2. Pegawai Negeri 6. Pedagang 3. Pegawai Swasta 7. IRT 4. TNI/Polri 8. Lainnya 4. S1 1. TK/SD 5. S2/S3 2. SMP/SMA/SMK 6. Lainnya 3. Akademi/Diploma ...................... . …………………………………………………… / Bulan …………………………………………………… Orang …………………………………………………… Tahun …………………………………………………… 116 A. Tingkat Partisipasi Keterangan : 1 = Tidak Pernah No 2 = Kadang-Kadang Pernyataan Skala I. Manipulasi 1 2 3 4 2 1 2 3 1 2 3 1 2 3 masyarakat sekitar Kegiatan CSR berlangsung dalam sekali waktu (Bencana alam, Hari Raya, dll) Kegiatan yang dilakukan perusahaan adalah untuk meredamkan amarah warga masyarakat Perusahaan mensosialisasikan kegiatan kepada masyarakat Pemberitahuan kegiatan CSR disampaikan melalui media berita, pamphlet, poster Kegiatan CSR sudah ditentukan oleh peusahaan sebelumnya Perusahaan memberikan jawaban yang sulit dipahami ketika masyarakat bertanya mengenai kegiatan CSR tersebut IV. Konsultasi 1 3 Perusahaan kenal baik dengan tokoh-tokoh penting III. Pemberitahuan 4 2 tertentu, misalnya menggunakan produk isuzu Pengorganisasian dilakukan oleh perusahaan 3 1 Perusahaan memberikan bantuan, tetapi dengan syarat-syarat 3 2 3 mendukung kegiatan CSR Bantuan diberikan dalam bentuk uang 1 2 Perusahaan meminta tanda tangan masyarakat untuk 2 4 1 Perusahaan menjanjikan akan memberikan bantuan II. Terapi 1 3 = Selalu Masyarakat duduk bersama dengan perusahaan untuk melakukan tanya jawab dalam merencanakan kegiatan CSR Pihak perusahaan selalu hadir dalam setiap kegiatan CSR Masyarakat mulai memiliki keinginan bekerjasama dengan 3 perusahaan (joint project) untuk melakukan kegiatan CSR berdasarkan kebutuhan masyarakat 4 Pendapat masyarakat sering diperhitungkan dalam pengambilan keputusan* V. Penenangan 1 2 Masyarakat pernah mengalami konflik dengan kegiatan CSR Terdapat pihak ke-3/pelerai (misal Pak RT) masalah antara perusahaan dan masyakat jika terjadi konflik sebelum dibawa 117 ke lembaga formal Masyarakat ikut memberi saran (menentukan jenis program 3 dll) kegiatan CSR namun saran masyarakat tidak selalu digunakan (keputusan tetap dipertimbangkan oleh perusahaan) 4 Hanya segelintir anggota masyarakat yang ikut serta dalam mengurusi kegiatan CSR, selebihnya adalah perusahaan VI. Kemitraan 1 Saran masyarakat dipadupadankan dengan saran perusahaan 2 Ikut menentukan jenis program 3 Ikut organisasi kegiatan CSR Masyarakat 4 dan perusahaan sepakat untuk 1 2 3 1 2 3 1 2 3 berbagi perencanaan dan pengambilan keputusan melalui struktur tanggungjawab kebijakan bersama VII. Pendelegasian Kekuasaan 1 Ikut menyediakan sarana dan prasarana 2 Ikut menyediakan tenaga fisik 3 Warga masyarakat memiliki kewenangan keputusan yang dominan atas rencana atau pada program tertentu Warga mulai melaksanakan kegiatan CSR nya sendiri mulai 4 dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dengan sedikit bantuan perusahaan VIII. Kontrol Masyarakat 1 2 3 4 Program sepenuhnya ditentukan oleh masyarakat Perusahaan menempatkan dirinya sebagai “warga negara” yang memiliki derajat yang sama dengan masyarakat Perusahaan dan masyarakat bersama-sama menyamakan visi, kesepakatan, dan komitmen kegiatan CSR Masyarakat bertanggung jawab penuh terhadap kebijakan dan aspek manajerial 118 B. Dampak Keterangan : 1 = Tidak Pernah No 2 = Kadang-Kadang 3 = Selalu Pernyataan A. Dampak Ekonomi 1 Membuka kesempatan kerja 2 Membuka kesempatan berusaha 3 Mendorong peningkatan upah kerja 4 Meningkatkan pendapatan warga 5 Meningkatnya kesejahteraan warga B. Dampak Sosial 1 Meningkatkan kepercayaan warga terhadap perusahaan 2 Meningkatkan kerjasama warga 3 Meningkatkan solidaritas warga 4 Melibatkan peran perempuan 5 Membuka peluang konflik* C. Dampak Lingkungan 1 Meningkatkan akses terhadap sarana transportasi 2 Meningkatnya kerusakan lingkungan* Skala 1 2 3 1 2 3 1 2 3