PERAN DAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL

advertisement
PERAN DAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
TERHADAP KESINAMBUNGAN PEREKONOMIAN
INDONESIA
Orasi Ilmiah dalam rangka Dies Natalis
Trisakti School of Management ke-38
Jakarta, 30 November 2012
Oleh:
Dr. Ir. Arif Budimanta, M.Sc
Yang terhormat,
Ketua Senat dan Guru Besar Trisakti School of Management
Ketua Dewan Penyantun serta segenap Pengurus Yayasan Trisakti
Ketua dan Sekretaris Lembaga, Ketua Unit Pelaksana Teknis, dan Ketua Jurusan di
lingkungan STIE Trisakti,
Segenap para Dosen, Mahasiswa, Karyawan, dan alumni STIE Trisakti, serta
Para tamu undangan dan hadirin yang saya terhormat
Assalamualaikum Wr. Wb, Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua,
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat,
berkat, anugerah, dan kasih sayangNya kepada kita semua, sehingga kita dapat berkumpul
hari ini dalam acara Dies Natalis Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti (Trisakti School of
Management) yang ke-38.
Pada saat yang berbahagia ini, saya benar-benar merasakan kehormatan atas diberinya
kesempatan untuk menyampaikan pandangan saya sesuai dengan tema yang dimintakan oleh
panitia yaitu mengenai :
“Peran dan Tanggungjawab Sosial Perusahaan terhadap Kesinambungan
Perekonomian Indonesia”
Hadirin yang saya hormati,
Tema besar ini kita pilih karena saya yakin, semua yang ada di ruangan ini bersepakat
bahwa sudah bukan saatnya lagi kita berfikir partikulatif mengenai pembangunan ekonomi
kita dan sudah saatnya untuk tidak lagi berfikiran pragmatis terhadap keberlangsungan
kegiatan ekonomi yang baik dimasa yang akan datang.
Beberapa hari yang lalu saya baru saja pulang dari Jenewa untuk mengikuti konperensi
parlemen dunia mengenai Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization).
Konperensi yang membahas tema mengenai peran perdagangan dalam mengurangi
kemiskinan dan lapangan kerja setidaknya mengungkapkan dua hal yang menurut saya
penting untuk saya sampaikan dalam forum ini. Pertama krisis ekonomi yang berlangsung
saat ini akan semakin kompleks dan memberi dampak ganda. Ketimpangan antar dan
intranegara diperkirakan kian meningkat dan menjadi tantangan yang lebih besar di masa
depan. Kedua
agenda perdagangan bebas yang selama ini dipromosikan ternyata tidak
membawa korelasi yang nyata terhadap penurunan kemiskinan yang ditunjukkan dengan
sasaran agenda tujuan pembangunan milenium tahun 2015 tentang kemiskinan yang besar
kemungkinan tidak tercapai.
Krisis keuangan yang terjadi saat ini di Amerika Serikat dan sebagian di Eropa telah
memberikan pembelajaran dan refleksi kepada banyak ekonom, developmentalist, atau
akademisi bahkan usahawan serta para profesional tentang makna ilmu ekonomi, ilmu
manajemen dalam perkembangan kehidupan dan peradaban manusia.
Gerakan 99 persen (occupy wall street) yang dimotori oleh salah seorang akademisi asal
Amerika Serikat David Graeber memberikan makna kepada kita semua tentang arti penting
keadilan sosial, etika kemanusiaan dalam siklus ekonomi maupun bisnis.
Selama ini disadari atau tidak, demi mengejar pertumbuhan seringkali faktor-faktor
lain yang sesungguhnya jauh lebih penting justru diabaikan sehingga eksploitasi sumberdaya
seringkali “dimaklumkan”, pemerataan pembangunan “dikesampingkan”, dan kedaulatan
negara kerap “digadaikan” karenanya. Indikator semu itu pula yang telah membuat berpuluhpuluh tahun bangsa ini terlena dan lupa akan sebuah konsep kesinambungan ekonomi.
Kesinambungan ekonomi perlu ditata dan dibuatkan strategi, karena walau
bagaimanapun perekonomian Indonesia tidak hanya ada untuk hari ini, tidak hanya untuk
tahun ini, tetapi untuk dimasa-masa yang akan datang.
Sesungguhnya negara-negara maju juga memiliki kesadaran dan agenda yang sama
untuk membuat perekonomiannya berkesinambungan, tetapi perlu diingat bahwa paradigma
ekonomi yang dijalankan oleh masing-masing negara tentu tidak sama sehingga tidak perlu
terkejut bahwa ada sebagian negara sengaja tega “mematikan” ekonomi negara lainnya
dengan cara mengambil surplus value yang terlalu besar dari kegiatan perusahaanperusahaannya di negara-negara lain. Tujuannya mungkin sama yakni untuk kesinambungan
ekonomi negaranya. Tapi apakah apakah cara yang seperti itu kemudian yang harus
diterapkan?
Josep E. Stiglitz (2010) mengatakan problematika sosial suatu negara merupakan
cerminan dari paradigma ekonomi yang dianut dari negara tersebut. Masalah ketimpangan,
kemiskinan, minimnya kesempatan kerja, daya saing Indonesia yang lemah, inefisensi
birokrasi, persoalan lingkungan hidup, adalah persoalan keseharian yang kita hadapi setiap
hari. Semua itu adalah problem sosial yang kita hadapi bersama pada saat ini.
Persoalannya kemudian bagi kita adalah, bagaimana kita mengatasinya. Kebijakan
ekonomi yang selama ini dijalankan ternyata belum bisa membebaskan dan memerdekakan
masyarakat dari jebakan kolonialisme ekonomi.
Kita melihat banyak negara yang mengandalkan model pembangunan dengan corak
paradigma kapitalis pada akhirnya membawa ketimpangan antar warga yang sangat tajam,
membangkrutkan negara pada satu sisi, tetapi negara tersebut tetap memiliki jutawan kelas
dunia pada sisi lain.
Kita juga melihat negara-negara yang mengadopsi corak ekonomi yang sosialis pada
akhirnya tercerai berai, dan tidak berhasil mengangkat kesejahteraan rakyatnya sesuai dengan
corak yang diyakininya.
Sesungguhnya dari berbagai krisis yang telah kita saksikan di berbagai negara maupun
yang kita lewati sendiri, mengandung pelajaran berharga mengenai arti penting paradigma
maupun ideologi dalam membangun bangsa.
Indonesia terus dapat bertahan dari segala kerapuhan, karena kita memiliki ideologi dan
konsepsi kehidupan berbangsa dan bernegara. Ibarat rumah, maka ideologi dan konsepsi
inilah yang menyangga kehidupan kebangsaan kita menghadapi gempuran zaman. Betapa
suatu ideologi, konstitusi, dan rasa sebagai negara kesatuan menjadi semangat tersendiri yang
sulit dijelaskan oleh berbagai aliran ekonomi ortodoks seperti kapitalisme, sosialisme, dan
lain sebagainya.
Keunikan nilai yang telah dibangun oleh para pendiri bangsa ini berdasarkan kondisi
masyarakat inilah yang bila dijalankan secara konsisten akan menjadi bentuk paling tepat
dalam mencapai tujuan-tujuan bangsa sebagaimana disebutkan dalam pembukaan UUD 45.
Berfokus dalam hal ekonomi, maka paradigma ekonomi seperti apa yang seharusnya
dijalankan oleh Indonesia agar kerapuhan ekonomi dapat berbalik arah menjadi kekuatan
ekonomi yang berkesinambungan.
Sesuai dengan ideologi yang kita miliki maka menurut saya bangunan ekonomi
Pancasila adalah sebuah sistem yang dibangun berdasarkan semangat ke-Indonesiaan. Ia
tidak kapitalis, tidak pula sosialis. Ekonomi Pancasila adalah suatu tandingan ideologis atau
ideologi alternatif dari sistem ekonomi kapitalis maupun sosialis.
Sistem ekonomi Pancasila merupakan penjabaran dari semangat Pancasila dalam
perekonomian dan kesejahteraan yang bertujuan untuk mengkoreksi sistem ekonomi yang
berwatak kolonial.
Ekonomi Pancasila adalah sistem pengaturan hubungan antar negara dan warganegara
yang ditujukan untuk memajukan kemanusian dan peradaban, memperkuat persatuan
nasional melalui proses usaha bersama/gotong royong, dengan melakukan distribusi akses
ekonomi yang adil bagi seluruh warganegara yang dilandasi oleh nilai-nilai etik
pertanggungan jawaban kepada Tuhan yang Maha Esa (Budimanta, 2012).
Bagaimana paradigma ekonomi pancasila ini di implementasikan dalam mencapai
kesinambungan ekonomi? Ekonomi Pancasila tidak akan pernah dapat terlaksana apabila
tidak dinternasilakan dalam nilai-nilai kehidupan para pendukungnya dalam siklus kegiatan
ekonomi. Para pendukung ataupun agen-agen tersebut adalah para pelaku aktivitis yang ada
dalam struktur kehidupan ekonomi dalam berbagai tingkatannya termasuk didalamnya para
pelaku usaha ataupun perusahaan negara maupun swasta. Dalam konteks dunia usaha/bisnis
nilai-nilai etis ini salah satunya dikonseptualisasikan dengan tanggung jawab sosial
perusahaan atau corporate social responsibility. Edward Freeman dan Velamuri (2006)
mengatakan ”we cannot seperate business from ethic”
Saudara-Saudara sekalian yang saya hormati,
Melihat struktur Pertumbuhan ataupun Produk Domestik Bruto (PDB) kita, sektor
swasta menempati ruang yang cukup besar didalamnya. Misalnya saja sektor “industri
pengolahan”, “konstruksi”, “pengangkutan dan komunikasi” serta “perdagangan, hotel, dan
restoran” yang tumbuh cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir memiliki kontribusi cukup
besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Pada tahun 2011 saja Badan Pusat
Statistik mencatat pertumbuhan sebesar 6,7 persen untuk sektor industri pengolahan, 7,8
persen untuk konstruksi, 9.2 persen untuk pengangkutan dan komunikasi serta 10,2 persen
untuk perdagangan, hotel dan restoran. Besarnya kontribusi sektor-sektor ini terhadap PDB
tentunya juga dapat diartikan bahwa “kue” kemajuan ekonomi yang dinikmati oleh sektorsektor ini cukup besar. Demikian pula sektor pertambangan yang meskipun dalam beberapa
tahun belakangan pertumbuhannya sangat kecil bahkan melambat (-0,3) pada tahun 2011,
tetapi kontribusinya terhadap PDB nasional cukup besar yakni 11,9 persen.
Semakin besarnya ruang yang ditempati oleh agen-agen atau perusahaan swasta
tentunya juga sepatutnya diikuti oleh semakin besarnya rasa tanggungjawab sosial
didalamnya. Karena walau bagaimanapun dalam sebuah kegiatan ekonomi sedikit banyak
akan menimbulkan eksternalitas terhadap lingkungan sekitarnya, oleh karena itu selain
melalui pajak yang dikenakan pemerintah, seyogyanya perusahaan juga perlu untuk
mengelola tanggungjawab sosialnya guna mereduksi dampak dari eksternalitas negatifnya.
Dalam sudut pandang ekonomi makro, kemajuan ekonomi biasanya menimbulkan efek
berupa meningkatnya harga-harga atau dikenal dengan inflasi. Oleh karena itu tanpa adanya
perubahan pendapatan masyarakat akan menyebabkan menurunnya daya beli yang pada
akhirnya mengurangi kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu perlu ada sebuah upaya dari
pelaku usaha dalam bentuk tanggungjawab sosial yang tujuannya untuk melakukan
pemberdayaan masyarakat sehingga pada tahap berikutnya masyakat akan mampu
meningkatkan pendapatannya. Dengan kalimat lain saya ingin menegaskan bahwa
tanggungjawab sosial bagi perusahaan merupakan suatu yang memang sudah seharusnya
dilakukan perusahaan, sehingga tidak boleh lagi dianggap sebagai beban apalagi penghambat
bagi perekonomian. Tanggung jawab sosial perusahaan adalah makna lain dari nilai
kegotongroyongan.
Hadirin yang saya hormati,
Sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar serta kekayaan alam yang
melimpah, Indonesia perlu menjaga kesinambungan
hubungan antara ekonomi, sosial
masyarakat, serta lingkungan. Karena potensi konflik yang ditimbulkan oleh sebuah aktivitas
usaha akan besar apabila salah satunya terganggu atau merasa diperlakukan tidak adil. Oleh
karena itu saya berpendapat bahwa harus ada sebuah tanggung jawab sosial dari perusahaan
atau pemilik usaha terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan
lingkungan dalam berbagai aspek.
Pada kesempatan ini saya ingin kembali mengingatkan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan atau Corporate Social responsibility (CSR)
merupakan suatu elemen yang
penting dalam kerangka sustainability, yang mencakup aspek ekonomi, lingkungan dan sosial
budaya. Corporate social responsibility merupakan proses penting dalam pengelolaan biaya
dan keuntungan kegiatan bisnis dengan stakeholders baik secara internal (pekerja,
shareholders dan penanam modal) maupun eksternal (kelembagaan pengaturan umum,
anggota-anggota masyarakat, kelompok masyarakat sipil dan perusahaan lain), dimana tidak
hanya terbatas pada konsep pemberian dana saja, tapi konsepnya sangat luas dan tidak
bersifat statis dan pasif, akan tetapi merupakan hak dan kewajiban yang dimiliki bersama
antar stakeholders.
Alasan penting mengapa suatu perusahaan harus melakukan Corporate Social
Responsibility adalah untuk mendapatkan keuntungan sosial, mencegah konflik dan
persaingan yang terjadi, kesinambungan usaha/bisnis, pengelolaan sumber daya alam serta
pemberdayaan masyarakat dan sebagai License to Operate. Jadi implementasi Corporate
Social Responsibility (CSR) bagi perusahaan, tidak hanya mendapatkan keuntungan ekonomi
semata, tetapi juga keuntungan secara sosial dan lingkungan dimana pada akhirnya turut
mempengaruhi keberlanjutan perusahaan serta mencegah terjadinya konflik.
Menurut Philip Kotler dan Nancy Lee (2005) CSR memiliki sejumlah manfaat antara
lain meningkatkan pangsa pasar dan penjualan, memperkuat posisi merek, mempertinggi citra
perusahaan,
meningkatkan
kecakapan,
kemampuan
ataupu
memotivasi
karyawan,
menurunkan biaya operasi ataupun meningkatkan kepercayaan kepada para investor.
Mengenai makna dari tanggung jawab sosial (CSR) itu sendiri, terdapat berbagai
definisi yang pernah dikemukakan, dan definisi ini juga semakin berkembang seiring dengan
perkembangan dunia global. World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)
pada tahun 1995, mendefinisikan CSR sebagai suatu komitmen bisnis untuk berkontribusi
dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan,
keluarga karyawan tersebut, berikut masyarakat setempat (lokal) dan masyarakat secara
keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan.
Didalam ISO 26000;2010 mengenai tanggung jawab sosial juga disebutkan bahwa
CSR haruslah dapat memenuhi harapan stakeholder atau pemangku kepentingan yang
berkembang seiring dengan tumbuhnya aktivitas perusahaan, serta harus sesuai dan konsisten
dengan aturan hokum yang berlaku, baik nasional maupun internasional.
Dari perkembangan pemahaman CSR selama ini bahwa ada perubahan paradigma
dalam melihat definisi CSR tersebut, yaitu (1) bahwa perusahaan agar dapat mencapai
kesuksesan jangka panjang maka sangat tergantung kepada hubungan dengan semua
pemangku kepentingan (stakeholder) dan mengadopsi praktik manajemen yang bertanggung
jawab, (2)
bagaimana dunia usaha juga harus memberikan kontribusi positif kepada
masyarakat di mana ia beroperasi, dan (3) adalah bagaimana kegiatan usaha tersebut harus
memiliki validitas komersial untuk memastikan bahwa mereka tetap bisa berkelanjutan dari
waktu ke waktu – tidak hanya secara ekonomi tetapi juga lingkungan dan sosial. Stakeholder
atau pemangku kepentingan juga jauh berkembang. Jika awal hanya berfokus kepada internal
perusahaan saja, namun sekarang juga harus memperhatikan stakeholder lain diluar
perusahaan (eksternal), dimana ini semua mempunyai perlakuan yang sama.
Edward Freeman dan Velamuri (2006) mengkatakan ada empat level komitmen yang
harus dibangun oleh perusahaan agar dapat menerapkan CSR yang prima yaitu :
yang
pertama adalah menyepakati preposisi nilai-nilai dasar perusahaan yang dipahami dengan
baik sebagai code of conduct maupun code of ethic bagi pekerja, suplier, komunitas maupun
lembaga pembiayaan. Kedua adalah membangun kerjasama dengan para pemangku
kepentingan secara berkesinambungan. Artinya sekali kita menyepakati nilai-nilai dasar
tersebut dengan para pihak maka harus terus menerus diperjuangkan untuk dapat bertahan
dan bekelanjutan. Ketiga adalah memahami isyu-isyu sosial dan kemasyarakan yang luas.
Karena seringkali banyak persoalan internal yang berkembang di dunia usaha berasal dari
faktor eksternal, maka memahami soal-soal ini menjadi penting untuk mencari jalan keluar
penyelesaikannya dengan para pemangku kepentingan yang lain. Misalnya pada saat ini yang
marak adalah persoalan upah buruh yang bukan saja dikeluhakan oleh buruh tetapi juga oleh
pengusaha. Apakah persoalan kita sebenarnya di upah buruh atau pada soal pengendalian
inflasi atau jaminan sosial warga negara yang penyelesaiannya justru harusnya datang dari
negara. Keempat adalah kepemimpinan yang beretika. Kepemimpinan yang beretika atau
bermoral adalah pemimpin yang dapat membatasi tindakannya dari perbuatan-perbuatan
tercela dan memiliki konotasi negatif dimata masyarakat, mempromosikan nilai-nilai positif
dan memiliki kesetiakawanan sosial.
Dalam konteks ini maka peran CSR dalam pembangunan bangsa maupun pembangunan
wawasan kebangsaan, terutama perekonomian bangsa tidak boleh diabaikan begitu saja. CSR
bagi saya mempunyai landasan konseptual yang kuat untuk dapat dikatakan bahwa peran
CSR memiliki peran yang signifikan bagi pembangunan nasional.
CSR DAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Hadirin sekalian yang saya hormati,
Pembangunan nasional hendaknya dimaknai dengan pengembangan kesejahteraan
masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Apabila dilihat bentuk masyarakat Indonesia maka
akan tergambar di pengetahuan kita akan adanya keanekaragaman tipe masyarakatnya, baik
secara sukubangsa atau plural, maupun secara kebudayaan dan pola kehidupan atau
multikultur.
Sebagai anak bangsa, tentunya kita tidak dapat melupakan akan tanggung jawab kita
untuk secara fokus ikut memikirkan perkembangan kesejahteraan bangsa secara umum.
Bentuk-bentuk keanekaragaman baik sukubangsa maupun kebudayaan serta pola hidup
menuntut kita untuk berfikir kontekstual. Hal ini berkaitan dengan keanekaragaman yang
secara rasa akan beranekaragam juga rasa sejahtera dari masing-masing kelompok
masyarakat.
Perusahaan yang beraktivitas di Indonesia tentunya tidak hanya membantu negara atau
nasional dalam bentuk pemasukkan pajak yang pada akhirnya dikelola oleh negara dan
dikembalikan ke masyarakat secara proporsional, tetapi juga perusahaan mempunyai
tanggung jawab sosial terhadap lingkungan sekitarnya yang dalam hal ini masyarakat sekitar
beropersinya perusahaan. Usaha mensejahterakan masyarakat sekitar aktivitas usaha tentunya
mengarah pada bentuk kehidupan yang kontekstual, artinya bahwa pada masing-masing
masyarakat akan mempunyai kebutuhan dan kesejahteraan yang berbeda-beda.
Keperbedaan bentuk kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat di lokasi perusahaan
secara langsung mendorong program tanggung jawab sosial perusahaan akan lebih tepat
sasaran dibandingkan dengan model kesamarataan yang selama ini diagungkan oleh
pemerintah. Kesamarataan yang sering dilakukan pemerintah pada umumnya menerapkan
program yang sama yang tidak membedakan bentuk-bentuk kebutuhan yang secara
kontekstual tentunya berbeda-beda. Tidak sedikit program-program yang mengandalkan
kesamarataan tidak tepat sasaran. Hal ini banyak disebabkan perbedaan kebutuhan dari
masing-masing masyarakat yang tinggal tersebar di seluruh bagian negara ini.
Tanggung jawab sosial perusahaan
pada dasarnya bukanlah sebuah beban bagi
perusahaan yang beraktivitas, akan tetapi lebih besar dimaknai sebagai usaha perusahaan
untuk beradaptasi dengan kehidupan sosial masyarakat, menjalin kesalingpercayaan antara
perusahaan dan masyarakat. Perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia pada
dasarnya tersebar juga di seluruh bagian negara ini, dan ini mengakibatkan masing-masing
perusahaan akan lebih tahu bentuk kebutuhan dan bentuk kesejahteraan yang diperlukan oleh
masyarakat yang ada di sekitar perusahaan.
CSR pada akhirnya dapat dijadikan tolak ukur bagi pembangunan nasional yang bersifat
kontekstual yang mengikuti pola-pola budaya dan juga kehidupan masyarakat Indonesia yang
berbeda-beda. CSR memang mempunyai beberapa tahapan yang pada dasarnya sesuai
dengan kondisi masyarakat sekitar perusahaan, seperti adanya program pembangunan
masyarakat atau community development.
Saya sering melihat banyak kerancuan ketika khalayak umum mulai mendefinisikan
antara CSR dan comdev. CSR adalah prinsip-prinsip atau konsep pengejawantahan dari
pembangunan berkelanjutan, dan comdev adalah bagi saya adalah program pengejawantahan
wujud CSR kepada eksternal yang ada dilingkungan perusahaan. Program comdev ini
mempunyai tiga tahapan program yaitu hubungan komuniti (community relation), pelayanan
komuniti (community services) dan pada akhirnya mengarah pada pemberdayaan komuniti
(community empowerment), Budimanta (2003). . Sebagai contoh,tahapan comdev dapat
dilakukan mula-mula pada tahap dengan pemberian bantuan pembangunan infrastruktur yang
dapat menunjang terlaksananya program Community Relation dan Community Empowerment,
kemudian pada tahap berikutnya dapat dilanjutkan dengan pemberian bantuan berupa bantuan
pendidikan, bantuan kesehatan, melestarikan dan mempromote budaya lokal, kemudian
dilanjutkan
dengan
tahapan
community
empowerment
dengan
cara
melakukan
pengembangan komoditi lokal berpotensial untuk peningkatan perekonomian masyarakat,
pengembangan UKM lokal untuk pengolahan lanjut dari komoditi lokal, peningkatan
kapasitas masyarakat dalam mengelola usaha dan keterampilan teknis usaha, penguatan
institusi/lembaga lokal (baik pemerintahan maupun non pemerintah) melalui peningkatan
kapasitas leadership dalam pengelolaan lembaga, hingga melakukan kemitraan dengan
penyedia jasa dan barang tingkat lokal untuk kebutuhan operasi produksi, Artinya tanggung
jawab sosial perusahaan dalam bentuk pelaksanaan program comdev ini diharapkan dapat
berbagi kuasa antara perusahaan dengan masyarakat sekitar dan hal ini tergambar dengan
masuknya masyarakat kedalam rantai suplai (supply chain)
Saudaara-saudara sekalian,
Pembangunan nasional tentunya mempunyai kesamaan tujuan dengan CSR yaitu
memajukan kesehajteraan umum melalui pemberdayaan masyarakat, dan ini merupakan
sebuah tujuan yang sulit untuk dinyatakan apakah sebuah perusahaan sudah melakukan
proses pemajuan atau belum. Sehingga untuk secara mudah dinyatakan sebagai perusahaan
sudah melakukan CSR dan dipahami oleh pemerintah, maka biasanya perusahaan hanya
melakukan pelayanan komuniti (community services) biasanya berupa pembangunan saranasarana tertentu seperti ibadah (mesjid, gereja), kesehatan (puskesmas), pendidikan (sekolah).
Sedangkan usaha untuk pemberdayaan masyarakat (community empowerment) lebih banyak
tidak dilakukan, hal ini bukan saja karena memakan waktu yang relatif lama, tetapi juga
hasilnya tidak dapat diabadikan secara gambar.
Keberhasilan perusahaan dalam pemberdayaan masyarakat dan penyelamatan
lingkungan serta penghematan energi tentunya mendapatkan apresiasi dengan adanya
PROPER emas. Artinya pemaknaan perusahaan melakukan pemberdayaan masyarakat tidak
dapat lagi diabaikan, sehingga perusahaan dalam melakukan CSR tidak hanya mencari fakta
fisik yang dapat diabadikan tetapi juga usaha perusahaan dalam keberlanjutan ekonomi
masyarakat dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini disebabkan sifat perusahaan dalam
melakukan CSR selalu bersifat kontekstual, sesuai dengan kondisi masyarakat lokal sekitar
perusahaan. Apalagi banyak perusahaan-perusahaan besar beroperasi di daerah-daerah
terpencil yang sulit terjangkau dari pusat, tetapi dapat meningkatkan perekonomian
masyarakat yang biasanya sulit atau bahkan tidak memiliki akses dari pusat pemerintahan.
PENUTUP
Hadirin yang saya hormati,
Sampailah kita pada bagian akhir dari pidato ini. Sekarang kita berada di Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti atau Trisakti School of Management. Kata Trisakti
mengingatkan saya akan Pidato Bung Karno pada tahun 1963 yang intinya mengajarkan
kepada kita bahwa sebuah bangsa harus
(1) berdaulat secara politik, (2) mandiri secara
ekonomi, dan (3) berkepribadian secara sosial-budaya. Tiga pesan inilah yang kemudian kita
kenal dengan istilah Trisakti.
Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan perusahaan sebagai tanggungjawab
sosialnya akan membuat bangsa kita semakin berdaulat secara politik, karena hal ini akan
semakin mendekatkan jarak atau ketimpangan sosial sehingga diharapkan resistensi sosial
politik yang timbul dari ketimpangan ini dapat dihindari.
Pemberdayaan masyarakat yang dikakukan sebagai tanggungjawab sosial perusahaan
juga akan membuat kita semakin mandiri secara ekonomi. selama ini kita memiliki
“ketergantungan” ekonomi yang cukup tinggi sehingga membuat ekonomi kita belum
mandiri. Besarnya utang pemerintah, relatif tingginya komponen impor dalam produksi,
dibanjirinya pasar domestik oleh barang impor menjadi beberapa peringatan bahwa ekonomi
kita belum mandiri. Oleh karena itu tanggungjawab sosial perusahaan dalam pemberdayaan
masyarakat dibutuhkan untuk mengubah itu semua dan membuat perekonomian kita lebih
mandiri.
Pemberdayaan masyarakat yang dikakukan sebagai tanggungjawab sosial perusahaan
juga akan memperkuat kepribadian kita secara sosial budaya. Dimana program atau kegiatan
ini mengajarkan kembali kepada kita bahwa Indonesia memiliki budaya gotong-royong dan
tanggungjawab sosial inilah sebagai contoh nyata wujud gotong royong untuk maju dan
berkebang serta tumbuh bersama masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan.
Hadirin yang saya hormati,
Akhirnya CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan bukanlah sebuah momok yang
besar bagi perusahaan, tetapi sebuah jawaban dalam membangun kepercayaan masyarakat
terhadap perusahaan dan kebersinambungannya ekonomi masyarakat lokal. Sehingga
tanggungjawab sosial ini dapat menjadi sebuah hal “kecil” dari perusahaan tapi memiliki
dampak besar bagi kesinambungan perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat.
Sebelum saya akhiri pidato ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh civitas
STIE Trisakti yang telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk menyampaikan
pandangan dalam rangka Dies Natalis STIE Trisakti ke-38 ini.
Terimakasih kepada semua hadirin yang dengan penuh kesabaran dan perhatian telah
mengikuti orasi ilmiah ini. Tiada gading yang tak retak, dengan prinsip ini menyadari bahwa
masih banyak hal yang kurang di dalam pidato saya ini. Oleh karena itu, perkenankanlah saya
dengan segala kerendahan hati mohon maaf yang tulus apabila ada ungkapan, tutur kata, atau
tingkah laku yang kurang berkenan di hati para hadirin. Kiranya apa yang sudah saya
sampaikan dapat menjadi wawasan dan pemikiran baru akan pentingnya sebuah
tanggungjawab sosial perusahaan terhadap perekonomian Indonesia.
Harapan saya tanggungjawab sosial ini dapat semakin mempererat hubungan antar
pihak dalam roda perekonomian bangsa ini sehingga kita dapat bergotong-royong
menciptakan perekonomian Indonesia yang sehat, dinamis, dan berkeadilan yang mampu
membawa kesejahteraan kepada seluruh rakyat.
Tentunya harapan ini membutuhkan peran serta kita semua, baik peneliti atau
perguruan tinggi, kementerian atau dinas terkait, kebijakan pemerintah dalam hal peraturan,
maupun kepedulian kita serta pelaku usaha itu sendiri.
Demikian saya sampaikan. Atas segala perhatiannya, sekali lagi saya mengucapkan
terima kasih.
Wassalamualaikum wr.wb, salam sejahtera bagi kita semua
Jakarta, 30 November 2012
Dr. Ir. Arif Budimanta, MSc
PUSTAKA ACUAN
Budimanta, Arif 2012. Ekonomi Pancasila Ekonomi Kita.
08/th.VI/Agustus 2012.
Majelis, Edisi No.
............. 2007. Kekuasaan dan Penguasaan Sumber Daya Alam : Studi Kasus Penambangan
Timah di Bangka. Penerbit ICSD dan Ford Foundation
............. 2003 Prinsip-prinsip Community Development’ dalam Akses Peran Serta
Masyarakat, Jakarta: Sinar Harapan dan Indonesia Center for Sustainable
Development
---------- 2002 Prinsip dan Keberadaan Program Community Development di Indonesia.
Makalah yang disajikan pada Dialog Regional Sulawesi Menuju Indonesia
Baru;Mencari Format Program Pengembangan Masyarakatyang Mencerminkan
Keadilan, Kolaka 10-11 Juni .
Budimanta Arif, Rudito Bambang, Prestyo Adi 2004. Corporate Social Responsibility;
Jawaban Bagi Model Pembangunan Indonesia Masa Kini. Penerbit ICSD, Jakarta.
Byrne Janet (ed), 2012. The Occupy Handbook. Back Bays Book.
Freeman Edward dan Raakhrina Velamuri 2006. A New Approach to CSR; Company
Stakeholder Responsibility. Palgrave Macmillan.
Kotler Philip dan Nacy Lee 2005. Corporate Social responsibility; Doing The Most Good for
Your Company and Your Cause. Jhon Willey and Sons Inc, USA.
Rodrik Dani 2011. The Globalizaztion Paradox; Democracy and The Future of The World
Economy. Norton Company, London New York.
Rudito, Bambang dkk. 2003 Akses Peran Serta Masyarakat: lebih jauh memahami
community development, Jakarta: ICSD danPustaka Sinar Harapan.
Stiglitz, E Joseph 2010. Freefall: America, Free Markets, and the Sinking of the World
Economy. Penerbit Norton, Amerika Serikat
........... . 2012. The Price of Inequality: How Today's Divided Society Endangers Our Future.
Penerbit Norton, Amrika Serikat.
Svendsen, Ann 1998 The Stakeholder Strategy, San Fransisco: Berrett-Koehler Publishers,
Inc. Warhurst, Alyson 2002 Proposal to The Extractive Industries Review:
Scoping Studyin The Area of Armed Conflict and Corporate Social
Responsibility, The University of Warwick.
The Corporate Social Responsibility Newswire Service 2003 Business Impact of ‘CSR
Surgery’, CSR wire.
Zelizer A. Viviana. 2011. Economic Lives; How Culture Shapes The Economy. Princeton
University Press.
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Dr. Ir. Arif Budimanta M.Sc.
Tempat / Tanggal Lahir Kelahiran
: Medan 15 Maret, 1968
Email
: [email protected]
twitter; budimanta
www.budimanta.com
Alamat
: DPR RI
Gedung Nusantara III R. 719
Jalan Gatot Subroto Jakarta
Telp/Facs. 6221 5256267
Rawamangun Muka Golf
Komplek UI No 3 Jakarta
Menamatkan pendikan Sarjana dari Institut Pertanian Bogor, kemudian melanjutkan studi
Magister dengan konsentrasi Ekonomi Sumber Daya Alam dan menyelesaikan program
Doktor dengan Disertasi mengenai politik ekonomi penguasaan sumber daya alam melalui
pendekatan Antropologi di Universitas Indonesia.
Saat ini Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia (DPR RI) periode 2009-20014 Nomor
Anggota A-341 mewakili Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Daerah Pemilihan Kota
Bogor dan Kabupaten Cianjur. Di DPR RI membidangi Keuangan Negara, Kebijakan Fiskal
dan Moneter, Perencanaan dan Pengawasan Pembangunan serta Perbankan.
Wakil Ketua Fraksi PDI Perjuangan di MPR RI, anggota Badan Kerja Sama Antar Parlemen,
Anggota Kerjasama Parlemen Indonesia - Amerika Serikat dan Indonesia – Polandia.
Selama bertugas di DPR RI membangun jaringan dengan anggota parlemen lain dalam satu
Kaukus Ekonomi Konstitusi. Mengembangkan dan memperjuangkan masuknya Indikator
Kesejahteraan dalam UU APBN.
Beberepa kali diutus menjadi delegasi DPR RI yang membidangi isyu ekonomi dalam
pertemuan parlemen ASEAN (AIPA) ataupun parlemen ASIA (IPA) serta pertemuan
Parlemen Dunia (IPU) .
RIWAYAT PEKERJAAN







Dosen Universitas Indonesia, Pasca Sarja Ilmu Lingkungan sampai dengan saat ini.
Pengajar luar biasa di Magister Perencaaan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia sampai tahun 2010.
Dosen Luar Biasa pada Program MBA Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB Bandung
sampai dengan tahun 2007. Pengasuh Mata Kuliah Etika Bisnis dan Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan.
Direktur Eksekutif Megawati Institute, sejak 2008 sampai dengan saat ini.
Konsultan Pembangunan, Pertambangan dan Migas sejak tahun 1990 sampai dengan
2009.
Staf Ahli Direksi PT. Timah Tbk yang membidangi sustainable development dan CSR
tahun 1999- 2002.
Pendiri dan Penasehat Senior Indonesia Center for Sustainable Development.
Tulisan yang terpublikasi antara lain :














Ekonomi Pancasila Ekonomi Kita. Majalah Majelis Edisi No 8 Agustus 2012.
Besaran Subsidi BBM, harian Kompas Rabu 14 Maret 2012
Pentingnya Pertumbuhan Ekonomi Berkualitas, kolom Pakar Harian Media Indonesia 9
April 2012
APBN adalah hak rakyat, majalah Mingguan Tempo edisi 14 April 2012
Pembangunan BerperiKemanusiaan, Harian Republika, 7 April 2011
Antara Davos dan Cianjur, harian Kompas Sabtu 29 Januari 2011.
APBN adalah Hak Rakyat, Harian Kompas 2010.
Kekuasaan dan Penguasaan Sumber Daya Alam: Studi Kasus Penambangan Timah di
Bangka, ISBN 979-16561-3-9
Memberlanjutkan Pembangunan di Perkotaan Melalui Pembangunan Berkelanjutan di
dalam Buku Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam Abad 21”. Penerbit
Yayasan Sugijanto Soegijoko bekerjasama dengan Urban and Regional Development
Institute (URDi), 2005. ISBN. 979-9242-92-4.
Menghitung Kerugian Ekonomi Akibat Erosi Tanah: Aplikasi Metode Replacement Cost”
di dalam Buku Proceeding Natural Resources and Environmental Accounting,
Purwokerto, Februari- 2003, Penerbit BPFE – Yogjakarta. ISBN. 979-503-466-9.
Reorientasi Strategi Pembangunan Berkelanjuta: Memaksimalkan Peran Pemimpin di
dalam Pengelolaan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”. di dalam Buku
Proceeding Natural Resources and Environmental Accounting, Purwokerto - Februari2003. Penerbit BPFE – Yogjakarta. ISBN. 979-503-465-0
Indonesian Journal for Sustainable Future Vol 1 No. 1 Juli 2005, Rubrik Tinjauan Buku
dengan Judul “Confessions of anEconomic Hit Man” – John Perkins.
Seri Kajian Sustainable Future Environmental Leadership, Penerbit ICSD, Mei 2005.
ISBN. 979-99443-0-9
Prinsip Pengelolaan Community Development di Dunia Pertambangan” di dalam Buku
Akses Peran Serta Masyarakat: Lebih Jauh Memahami Community Development.
Penerbit Pustaka Sinar harapan-Indonesia Center for Sustainable Development, 2002.
ISBN. 979-416-775-4




Komunikasi Lintas Budaya” di dalam di dalam Buku Akses Peran Serta Masyarakat:
Lebih Jauh Memahami Community Development. Penerbit Pustaka Sinar harapanIndonesia Center for Sustainable Development, 2003. ISBN. 979-416-775-4
Corporate Social Responsibility: Jawaban Bagi Model pembangunan Indonesia Masa
Kini. Indonesia Center for Sustainable Development, 2004. ISBN 979-97278-2-0
Portrait of Artisan Mining (Tambang Rakyat) in Bangka Island”. Paper Presented in
International Symposium of Anthropology at Andalas University, Padang 2001.
Indonesia Masa Kini dan Masa Depan dalam Menuju Kemandirian Indonesia”. Forum
Dialog Indonesia, 1997.
KEANGGOTAAN PROFESIONAL
 Global Development Network
 Persatuan Insinyur Indonesia (PII)
Download