reaksi

advertisement
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Respon
Respon dalam kamus Sosiologi Antropologi adalah aktifitas atau tanggapan
(reaksi) terhadap suatu kondisi ( situasi stimulus) dimana kondisi itu harus
dihadapi (Yacub Al-Barry, 2001: 134).
Sedangkan Wasty Soemanto mengartikan respon yang berarti tanggapan,
yang merupakan serapan yaitu apa yang diterima oleh panca indra, bayangan
dalam angan-angan, pendapat, pandangan, sambutan dan reaksi (1998: 26).
Menurut Berlo ( Rusmialdi, 1983: 57), respon adalah segala sesuatu yang
dilakukan seseorang terhadap ransangan atau akibat merasakan rangsangan.
Respon adalah reaksi yang dilakukan seseorang terhadap ransangan atau
prilaku yang dihadirkan oleh rangsangan. Selanjutnya respon dapat dibagi
dalam dua katagori, yaitu:
1. Overt Response, adalah respon yang dapat dilihat orang lain
2. Convert Response, adalah respon yang tidak dapat dilihat oleh orang
lain, sifatnya adalah pribadi.
10
Respon yang muncul pada diri manusia selalu dengan urutan sementara, raguragu, dan hati-hati yang dikenal dengan Trial Response, artinya terpelihara
jika organisme merasakan dari rangsangan yang datang. Respon dapat
menjadi suatu kebiasaan dengan urutan sebagai berikut:
1. Penyajian rangsangan
2. Pandangan dari rangsangan
3. Interpretasi dari rangsangan
4. Menanggapi rangsangan
5. Pandangan akibat menanggung rangsangan
6. Interpretasi akan akibat dan membuat tanggapan lebih lanjut
7. Membangun hubungan rangsangan-rangsangan yang mantap.
Dalam kamus sosiologi, respon diartikan sebagai prilaku yang merupakan
konsekuensi dari prilaku sebelumnya sebagai tanggapan atau jawaban suatu
persoalan atau masalah tertentu ( Soerjono Soekanto, 1993:328). Respon
merupakan reaksi, artinya pengiyaan atau penolakan, serta sikap acuh tak
acuh terhadap apa yang disampaikan oleh komunikator dalam pesannya.
Menurut paradigma definisi sosial Webber (Ritzer,2003:146) tentang
tindakan sosial, respon adalah tindakan yang penuh arti dari individu
sepanjang tindakan itu memiliki makna subyektif bagi dirinya dan diarahkan
pada orang lain. Tindakan sosial yang dimaksud dapat berupa tindakan yang
bersifat membatin atau bersifat subyektif yang mungkin terjadi karena
pengaruh dari situasi atau dapat juga merupakan tindakan pengulangan
dengan sengaja akibat dari situasi serupa.
11
Kemudian Abidin (dalam Susanto,1997:51-57) memberikan pengertian
respon adalah reduksi yang dilakukan seseorang terhadap rangsangan, atau
prilaku yang dihadirkan rangsangan.
Respon dibedakan menjadi opini (pendapat) dan sikap, dimana pendapat atau
opini adalah jawaban terbuka (overt) terhadap suatu persoalan dinyatakan
dengan kata-kata yang diucapkan atau ditulis. Sedangkan sikap merupakan
reaksi yang tertutup (convert) dan bersifat emosional, merupakan tandensi
untuk memberi reaksi positif atau negatif terhadap orang-orang, obyek atau
situasi tertentu.
Berdasarkan beberapa penjelasan tentang respon dapat disimpulkan bahwa
respon merupakan perilaku, sikap atau reaksi sebagai suatu tanggapan atau
tindakan yang dilakukan yang merupakan akibat adanya rangsanganrangsangan yang terjadi sebelumnya.
Menurut Sarlito Wirawan (2002:97) Respon memiliki dua Model yaitu:
1. Respon Positif
Respon dikatakan positif apabila masyarakat mempunyai tanggapan
atau reaksi positif dimana mereka dengan antusias ikut berpartisipasi
atau mendukung suatu kejadian.
Dalam hal ini yaitu tentang respon PKL terhadap pembangunan M3,
apabila respon mereka (PKL) positif, itu berarti mereka mendukung
dan setuju dengan adanya pembangunan M3.
12
2. Respon Negatif
Respon dikatakan negatif apabila masyarakat mempunyai tanggapan
atau reaksi negatif dimana mereka dengan tidak ikut berpartisipasi
atau mendukung suatu kejadian.
Dalam hal ini yaitu tentang respon PKL terhadap pembangunan M3,
apabila respon mereka (PKL) negatif, itu berarti mereka tidak
mendukung dan tidak setuju dengan adanya pembangunan M3.
B. Pedagang Kaki Lima (PKL)
1. Pengertian Pedagagang Kaki Lima
Menurut Sidharta (2002:35), secara umum dapat didefiniskan bahwa
Pedagang Kaki Lima (PKL) adalah pedagang informal yang menempati
kaki lima (trotoar-pedestrian) yang keberadaannya tidak boleh mengganggu
fungsi publik, baik ditinjau dari aspek ekonomi, sosial, fisik visual,
lingkungan dan pariwisata.
Istilah PKL erat kaitannya dengan istilah di Prancis tentang pedestrian untuk
pejalan kaki di sepanjang jalan raya, yaitu Trotoir (baca: trotoar). Di
sepanjang jalan raya kebanyakan berdiri bangunan bertingkat. Pada lantai
paling bawah biasanya disediakan ruang untuk pejalan kaki (trotoir) selebar
5 kaki (5 feet setara dengan 1,5 m). Pada perkembangan berikutnya para
pedagang informal akan menempati trotoir tersebut, sehingga disebut
dengan istilah Pedagang Lima Kaki, sedangkan di Indonesia disebut
Pedagang Kaki Lima atau PKL. (Widjajanti, 2000:28).
13
PKL merupakan kelompok tenaga kerja yang banyak di sektor informal.
Pandangan Bromley, pekerjaan pedagang kaki lima merupakan jawaban
terakhir yang berhadapan dengan proses urbanisasi yang berangkai dengan
migrasi desa ke kota yang besar, pertumbuhan penduduk yang pesat,
pertumbuhan kesempatan kerja yang lambat di sektor industri, dan
penyerapan teknologi yang padat moral, serta keberadaan tenaga kerja yang
berlebihan.
2. Ciri-Ciri PKL
PKL menurut Abidin (1992:100) mempunyai ciri-ciri yang tidak jauh
berbeda dengan ciri-ciri pokok sektor informal, yaitu:
a. Kelompok ini merupakan pedagang yang terkadang juga menjadi
produsen sekaligus, misalnya pedagang makanan dan minuman yang
dimasak sendiri.
b. Perkataan PKL memberikan konotasi bahwa mereka umumnya
menjajakan barang-barang dagangannya pada gelaran tikar atau
pinggir-pinggir jalan, atau di muka toko yang dianggap strategis.
c. PKL biasanya menjual barang eceran.
d. PKL umumnya bermodal kecil bahkan tidak jarang mereka
merupakan alat bagi pemilik modal dengan mendapatkan sekedar
komisi sebagai imbalan jerih payah.
e. Pada umumnya PKL merupakan kelompok marginal bahkan ada pula
yang tergolong kelompok submarginal.
14
f. Pada umumnya kualitas barang yang diperdagangkan oleh para PKL
mengkhususkan diri dalam penjualan barang-barang cacat sedikit
dengan harga yang lebih murah.
g. Omset penjualan PKL ini umumnya tidak besar. Para pembeli
umumnya merupakan pembeli yang berdaya beli rendah.
h. Kasus dimana PKL berhasil secara ekonomis sehingga akhirnya dapat
menaiki tangga dalam jenjang hirarki pedagang sukses agak langka
atau jarang terjadi.
i. Barang yang ditawarkan PKL biasanya tidak standar dan "shifting"
jenis barang yang diperdagangkan seringkali terjadi.
j. Tawar-menawar antara penjual dan pembeli merupakan relasi diri
yang khusus usaha perdagangan para PKL.
k. Terdapat jiwa kewiraswastaan yang kuat.
C. Pembangunan Metro Mega Mall (M3)
1. Latar Belakang Pembangunan M3
a. Pemenuhan Infrastruktur dan fasilitas kota yang memadai seperti
Perdagangan, perkantoran, rekreasi, dan sebagainya.
b. Kondisi pasar khususnya Pasar Cendrawasih, Shopping Center dan
ruko juga taman parkir yang terletak di jantung kota kondisinya:
1. HGB diatas HPL telah berakhir tahun 2000
2. Fisik pasar yang tidak layak lagi karena telah berumur 28
tahun
3. Dari segi estetika kota, tidak lagi mencerminkan desain pasar
kota
15
4. Khususnya taman parkir banyaknya PKL dan hamparan yang
berjualan di badan Jalan (Jalan. Cut Nyakdien, Jalan. Agus
Salim, Jalan. Kh. Arsyad), yang mana mengganggu kelancaran
lalu lintas, kebersihan kota, keindahan kota. (sumber:
Dokumen Dinas Pasar Kota Metro Tahun 2007).
2. Dasar Pelaksanaan M3
a. Pembentukan TIM: SK Walikota Metro Nomor:173/KPTS/D.10/
2007, tanggal 26 Juni 2007
b. Persetujuan DPRD kota Metro Nomor: 800/651/DPRD/2007,
tanggal 22 November 2007
c.
Perjanjian Kerja Sama antara Pemerintah Daerah Kota Metro
dengan PT. Nolimax Jaya Nomor: 20/KSAD-L/02/2007, dan
Nomor: 167/PKS/NJ/2007, tanggal 19 Desember 2007.
(Sumber: Dokumen Dinas Pasar Kota Metro Tahun 2007).
3. Manfaat dan Tujuan Pembangunan M3
a. Meningkatkan aktivitas ekonomi masyarakat perkotaan, menambah
ruang perdagangan yang memadai dan ruang perkantoran
b. Meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kota Metro
c. Memperluas akses ekonomi dan memperluas lapangan pekerjaan.
(sumber: Dokumen Dinas Pasar Kota Metro)
16
4. Tahapan-tahapan Rencana Pembangunan M3
a. Tahapan yang akan dilalui proyek dilaksanakan:

Mengadakan sosialisasi kepada pedagang ruko, toko, dan
kaki lima secara berkelanjutan khusus membicarakan
masalah pembangunan dan harga jual.

Berkordinasi dengan instansi terkait.
b. Proses penunjukan calon investor:

Pengajauan proposal dari pengembang kepada pemerintah

Melakukan ekspose

Melakukan evaluasi tim

Pengajuan persetujuan kepada DPRD Kota Metro

Penandatanganan PKS (Perjanjan kerjasama).
(Sumber: Dokumen Dinas Pasar Kota Metro Tahun 2007)
5. Tahapan-tahapan Proses Pembangunan M3
a. Metro Mega Mall tahap I
Metro Mega Mall tahap I ini dibangun diatas lahan seluas 1,2 Ha,
dimana sebalah barat berbatasan dengan Jalan KH. Arsyad dan sebelah
selatan dengan Jalan Jendral Sudirman. Diatas lahan bekas taman parkir
dan ruko yang berjumlah 58 unit. Area tahap pertama ini terdiri dari
Ruko dan Pasar Modern, yang dilengkapi juga oleh fasilitas umum
seperti kantor pengelola, parkir, toilet umum, musolah dan gardu
keamanan.
17
b. Metro Mega Mall tahap II
Metro Mega Mall tahap II ini rencananya akan dibangun diatas lahan
seluas 1,2 Ha, setelah pembangunan tahap pertama selesai. Lokasinya
di Shopping Center, dengan batas sebelah barat berbatasan dengan
Jalan Baru, sebelah timur dengan Jalan Imam Bonjol, sebelah utara
dengan Jalan KH Arsyad dan sebelah selatan dengan Jalan Jendral
Sudirman. Area tahap ke dua ini terdiri dari Ruko, Mall dan area Kios
Pedagang kaki lima.
(sumber: addendum PKS Pemkot Metro dan PT. Nolimax)
D. Kerangka Pikir
Metro adalah kota baru yang mempunyai akses dengan jalur lintas sumatra,
artinya suatu kota yang mempunyai lokasi strategis. Penduduk Metro sekitar 152
ribu jiwa yang terdiri dari petani, pegawai, usahawan/pelaku jasa yang mana
dengan mengarah pada kota yang mempunyai arah kegiatan jasa ( sumber:
Dokumen Dinas Pasar Kota Metro tahun 2008). Untuk itu kota Metro harus
didukung oleh saraana dan prasarana pusat jasa yang memadai dan yang baik.
Namun, kondisi pasar yang dimiliki Kota Metro, yakni Shopping Center adalah
HGB ( Hak Guna Bangunan) diatas HPL ( Hak Pengelolaan Lahan) telah berakhir
tahun 2000; dari segi estetika Kota, area Shopping Center Tidak lagi
mencerminkan desain pasar kota; khususnya taman parkir banyaknya pedagang
kaki lima dan hamparan yang berjualan i badan jalan ( Jalan Cut Nyak Dien, Jalan
Agus Salim, Jalan KH. Arsyad) yang mana mengganggu kelancaran lalu lintas,
18
kebersihan kota dan keindahan kota (Sumber: Dokumen Dinas Pasar Tahun
2008). Maka Pemerintah Kota Metro mengeluarkan kebijakan penataan
pembangunan Pasar Kota Metro dengan membangun kawasan Metro Mega Mall.
Rencana pembangunan ini dimulai dari pembangunan area seluas 2,53 Ha, dengan
konsep urban renewal, membongkar dan membangun kembali tanpa merubah
fungsi yang sudah ada saat ini, yaitu fungsi perdagangan dan jasa.
Untuk melaksanakan Pembangunan ini, Pemerintah Kota Metro berkerjasama
dengan PT. Nolimax selaku pengembang Pembangunan Metro Mega Mall.
Namun dalam proses pembangunanya terdapat berbagai masalah yang muncul
salah satunya adalah Respon dari PKL sehingga terjadi ketidak sepahaman antara
pemerintah Kota Metro dengan Para PKL. Dari hal tersebut peneliti merasa perlu
diadakan suatu penelitian untuk melihat respon pedagang kaki lima terhadap
pembangunan Metro Mega Mall.
Penelitian ini menggunakan dua Model respon Sarlito Wirawan Untuk Mengukur
Respon Pegagang Kaki Lima mengenai Pembangunan Metro Mega Mall, yaitu
respon positif dan respon negatif. Alasan peneliti menggunakan dua bentuk respon
tesebut adalah karena dua model respon tesebut dirasakan sesuai dengan keadaan
atau kondisi yang ada
di dalam respon pedagang kaki lima mengenai
pembangunan Metro Mega Mall yaitu respon positif dan respon negatif yang
diberikan pedagang Pedagang Kaki Lima. Model ini akan mempermudah peneliti
dalam menjawab rumusan masalah dari penelitian ini berupa: “Bagaimana Respon
Pedagang Kaki Lima Pasar Cendrawasih Mengenai Pembangunan Metro Mega
Mall (M3) Kota Metro?”
19
Bagan 1. Kerangka Pikir
Latar Belakang Masalah:
1. Pemenuhan Infrastruktur dan fasilitas kota yang
memadai
2. Kondisi pasar yang kurang mencerminkan desain pasar
kota
3. Banyaknya PKL dan kamparan yang berjualan di badan
jalan sehingga mengganggu kelancaran lalulintas
PEMBANGUNAN METRO MEGA MALL
RESPON PEDAGANG KAKI LIMA
Sangat
Setuju
Setuju
Kurang
Setuju
Tidak
Setuju
Sangat
Tidak
Setuju
Download