TINJAUAN PUSTAKA Zeolit Nama zeolit ini berasal dari bahasa Yunani yaitu “Zeni" dan “Lithos" yang berarti batu yang mendidih, karena apabila dipanaskan akan membuih dan mengeluarkan air (Lefond, 1983). Zeolit merupakan mineral mikro yang dapat digunakan dalam ransum sebagai sumber mineral. Kelompok mineral ini merupakan kelompok mineral yang berasal dari logam-logam alkali dan alkali tanah (terutama Ca dan Na). Menurut Harjanto (1987) zeolit bersifat sebagai penyaring molekul dan penukar ion yang dalam penggunaannya dapat meningkatkan efisiensi pakan ternak. Struktur zeolit yang berpori juga membuat zeolit dapat menyerap senyawa yang bersifat cairan, menyaring yang berukuran halus, menukar ion serta sebagai katalisator. Sifat Kimia dan Fisika Mineral zeolit adalah kelompok mineral alumunium silikat terhidrasi LmAlxSiyOz ∙ nH2O, dari logam alkali dan alkali tanah (terutama Ca,dan Na), m, x, y, dan z merupakan bilangan 2 hingga 10, n koefisiensien dari H2O, serta L adalah logam. Zeolit secara empiris ditulis x/n Mn+ [(AlO2)x (SiO2)y] · zH2O. Komponen pertama Mn+ adalah sumber kation yang dapat bergerak bebas dan dapat dipertukarkan secara sebagian atau secara sempurna oleh kation lain (Ginting et al., 2007). Beberapa spesimen zeolit berwarna putih, kebiruan, kemerahan, coklat, dan lain-lain, karena hadirnya oksida besi atau logam lainnya. Densitas zeolit antara 2,0 2,3 g/cm3, dengan bentuk halus dan lunak. Kilap yang dimiliki bermacam-macam. Struktur zeolit dapat dibedakan dalam tiga komponen yaitu rangka aluminosilikat, ruang kosong saling berhubungan yang berisi kation logam, dan molekul air dalam fase occluded (Harben dan Kuzvart, 1996). Morfologi dan Sistem Kristal Zeolit berbentuk kristal aluminosilikat terhidrasi yang mengandung muatan positif dari ion-ion logam alkali dan alkali tanah dalam kerangka kristal tiga dimensi (Hay, 1966), dengan setiap oksigen membatasi antara dua tetrahedra. Zeolit pada dasarnya memiliki tiga variasi struktur yang berbeda yaitu: a) struktur seperti rantai (chain-like structure), dengan bentuk kristal acicular dan prismatic, contoh: natrolit, b) struktur seperti lembaran (sheet-like structure), dengan bentuk kristal platy atau tabular biasanya dengan basal cleavage baik, contoh: heulandit, c) struktur rangka, dimana kristal yang ada memiliki dimensi yang hampir sama, contoh: kabasit. Zeolit mempunyai kerangka terbuka, sehingga memungkinkan untuk melakukan adsorpsi Ca bertukar dengan 2(Na,K) atau CaAl dengan (Na,K)Si. Morfologi dan struktur kristal yang terdiri dari rongga-rongga yang berhubungan ke segala arah menyebabkan permukaan zeolit menjadi luas. Morfologi ini terbentuk dari unit dasar pembangunan dasar primer yang membentuk unit dasar pembangunan sekunder dan begitu seterusnya. Pemanfaatan Zeolit pada Peternakan Ayam Broiler Zeolit dewasa ini semakin dimaksimalkan pemanfaatannya di bidang peternakan. Terutama dalam peternakan ayam broiler, zeolit dapat dimanfaatkan sebagai penurun kandungan amonia dan H2S yang tidak diinginkan bila ditaburkan dalam litter (Polat et al., 2004). Selain itu, menurut Kocakuşak et al., (2001) sifat zeolit yang mempunyai daya serap tinggi sehingga dapat menahan air hingga 60% dari bobotnya karena mempunyai struktur kristal yang porositasnya tinggi. Molekul air di pori-pori dapat dengan mudah menguap atau diserap kembali tanpa merusak struktur zeolit. Sementara dalam pemanfaatannya untuk ransum, zeolit dapat digunakan sebagai sumber mineral. Zeolit memiliki sifat menyaring molekul dan penukar ion sehingga dapat meningkatkan efisiensi pakan ternak. Mekanisme aksi zeolit dalam pencernaan ternak diperkirakan terpusat pada struktur klinoptilolit yang stabil pada lingkungan asam dan dapat melakukan pertukaran ion serta penyerapan tanpa terjadi pencernaan zeolit (Papaioannou et al., 2002). Hasil penelitian Yenita (1993) menunjukkan bahwa penambahan zeolit pada taraf 0, 3 dan 6% berpengaruh nyata memperbaiki penambahan bobot potong dan konversi ransum, tetapi tidak berpengaruh terhadap konsumsi ransum. Penggunaan dan Peran Zeolit dalam Ransum Mekanisme aksi zeolit dalam pencernaan ternak menurut hasil penelitian Cool dan Willard (1982) adalah dengan mengurangi pembentukan NH4+ dalam saluran pencernaan. Reaksi NH4+ + OH- akan menghasilkan NH3 + H2O. Jika 4 pembentukan NH4+ dapat dihambat maka pembentukan NH3 yang merupakan senyawa beracun juga dapat dikurangi. Cool dan Willard (1982) yang melakukan penelitian pada ternak babi menunjukkan bahwa senyawa NH4+ terikat pada struktur zeolit mulai dari lambung sampai akhir duodenum, secara bertahap kemudian dilepas di saluran pencernaan bagian bawah karena pengaruh pH lumen usus. Kenyataan ini dibuktikan dengan meningkatnya konsentrasi NH4+ sebesar 10 kali pada jejunum dalam saluran pencernaan babi. Zeolit menukar kation Na+ ketika berada di duodenum sehingga aliran digesta mulai dari lambung sampai duodenum diperlambat, hal ini mengakibatkan proses deaminasi protein meningkat. Penggunaan dan Peran Zeolit pada Litter Zeolit alam dapat menyerap CO, CO2, SO2, H2S, NH3, HCHO, Ar, O2, N2, H2O, He, H2, Kr, Xe, CH3OH dan gas lainnya. Zeolit dapat digunakan untuk mengumpulkan gas-gas tersebut dan berfungsi sebagai pengontrol bau. Zeolit dapat digunakan dalam kandang pada peternakan intensif karena secara signifikan dapat menurunkan kandungan amonia dan H2S yang menyebabkan bau yang tidak diinginkan (Polat et al., 2004). Sifat zeolit lainnya yang menyebabkan zeolit cocok ditambahkan dalam litter adalah daya serapnya yang tinggi. Zeolit dapat menahan air hingga 60% dari bobotnya, karena mempunyai struktur kristal yang porositasnya tinggi. Molekul air di pori-pori dapat dengan mudah menguap atau diserap kembali tanpa merusak struktur zeolit (Kocakuşak et al., 2001). Palczar dan Chan (1986) menyatakan bahwa produk ekskresi hewan yang terbuang ke tanah akan diuraikan oleh mikroba-mikroba yang menguraikan protein sisa menjadi asam amino. Mikroba pengurai protein dapat hidup dan berkembang dengan pesat dalam keadaan yang lembab. Asam amino selanjutnya akan mengalami deaminasi oleh mikroba dan menghasilkan gas-gas amonia (proses amonification). O’Halloran (1993) menambahkan bahwa penguapan gas amonia dari manur hewan merupakan mekanisme utama dari proses kehilangan nitrogen dalam manur hewan. Palczar dan Chan (1986) juga menambahkan asam amino yang memiliki unsur sulfur (seperti sistin dan metionin) kemudian akan dipecah menjadi komponen yang lebih sederhana oleh mikroba sehingga sulfur terlepas sebagai gas hidrogen sulfida. Mikroba yang dapat menghasilkan gas H2S biasanya berupa mikroba yang berasal 5 dari genus Desulfovibrio dan proses pemecahan bahan organik yang mengandung sulfur ini disebut putrefaction. Gas hidrogen sulfida akan dioksidasi oleh bakteri sulfur seperti Thiobacillus menjadi bentuk sulfat dan dalam keadaan O2 tinggal sedikit maka bakteri pereduksi sulfat seperti spirillum mereduksi senyawa sulfat menjadi hidrogen sulfida kembali. Reaksinya adalah sebagai berikut: H2SO4 + 4 H2 H2S + 4 H2O Penambahan zeolit pada litter akan mengurangi kelembaban litter sehingga menghambat perkembangan dan kerja bakteri pengurai sulfur, hasilnya produksi gas hidrogen sulfida dapat dikurangi. Ayam Broiler Karakteristik ayam broiler modern menurut Pond et al. (1995) adalah pertumbuhan yang cepat, banyak penimbunan lemak pada bagian dada dan otot-otot daging, serta aktivitasnya relatif lebih rendah dibandingkan dengan jenis ayam petelur. Ayam broiler merupakan ayam muda jantan atau betina yang menghasilkan daging dan umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan bobot potong antara 1,2-1,9 kg/ekor (Kartasudjana, 2005). Karkas Ayam Karkas ayam pedaging menurut BSN (1995) ialah bagian dari ayam pedaging hidup, setelah dipotong, dibului, dikeluarkan organ dalam dan lemak abdominalnya, dipotong kepala dan leher serta kedua kakinya (ceker). Karkas unggas biasanya dijual kepada konsumen dalam bentuk karkas utuh, belahan karkas kiri dan kanan, seperempat karkas atau potongan-potongan karkas yang lebih kecil. Persentase karkas ayam broiler menurut Moreng dan Avens (1985) berkisar antara 60-70%. Persentase pemotongan pada ayam broiler, ayam lokal dan kalkun meningkat selama pertumbuhan, peningkatan umur dan kenaikan bobot potong. Pada itik dan unggas yang lebih kecil misalnya burung puyuh, persentase pemotongan selama pertumbuhan secara relatif adalah konstan (Soeparno, 1994). Pada umur yang sama, ayam broiler dan kalkun jantan mempunyai persentase karkas yang lebih tinggi daripada betina (Moran, 1977). 6 Saluran Pencernaan Pencernaan dapat didefinisikan sebagai proses perombakan protein, lemak, dan karbohidrat menjadi bagian yang lebih kecil sehingga mudah diserap. Dalam prosesnya tentunya terdapat organ-organ penting yang diperlukan untuk menunjang penyerapan zat-zat makanan yang dimakan sehingga dapat dimanfaatkan dengan baik (Putnam, 1991). Gambar 1. Saluran Pencernaan Ayam Broiler (Sturkie, 2000) Mulut Mulut menghasilkan saliva yang mengandung amilase dan maltase saliva, tetapi pemecahan bahan pakan di mulut ini kecil sekali karena mulut hanya digunakan untuk lewat sesaat. Saliva mulut, selain mengandung kedua enzim tersebut juga digunakan untuk membasahi pakan agar mudah ditelan. Produksi saliva 7-30 ml per hari, tergantung jenis pakan. Sekresi saliva dipacu oleh saraf parasimpatik (Sturkie, 2000). Oesophagus Oesophagus merupakan saluran lunak dan elastis yang mudah mengalami pemekaran apabila ada bolus (pakan) yang masuk. Oesophagus memanjang dari pharinx hingga proventrikulus melewati tembolok (crop). Organ ini menghasilkan mukosa yang berfungsi untuk melicinkan pakan menuju tembolok (Sturkie, 2000). Tembolok (Crop) Tembolok adalah modifikasi dari oesophagus. Fungsi utama tembolok adalah untuk menyimpan pakan sementara, terutama pada saat ayam makan dalam jumlah banyak. Jenis makanan atau benda lain yang mempunyai ukuran besar dapat menyumbat saluran tembolok. Jika hal ini terjadi maka makanan yang ada dalam 7 saluran tembolok tidak dapat lewat dan akan terjadi fermentasi. Kapasitas tembolok mampu menampung pakan hingga 250 g (Sturkie, 2000). Proventrikulus Proventrikulus disebut juga perut kelenjar atau glandular stomach yang mensekresikan pepsinogen dan HCl untuk mencerna protein dan lemak. Pada proventrikulus lintasan pakan sangat cepat masuk ke empedal melalui isthmus proventrikulus sehingga secara nyata belum sempat dicerna.sekresi pepsinogen dan HCl tergantung pada stimulasi saraf vagus, pakan yang melintas dan aksi cairan gastrik. Pada keadaan tidak makan, sekresi glandula perut ini 5-20 ml/jam dan mampu mencapai 40 ml ketika ada pakan (Sturkie, 2000). Empedal atau Rempela (gizzard) Empedal atau rempela (gizzard) disebut juga perut muskular yang merupakan perpanjangan dari proventrikulus. Fungsi utama empedal adalah memecah atau melumatkan pakan dan mencampurnya dengan air menjadi pasta (chyme). Kekuatan empedal dipengaruhi dari kebiasaan makan ayam, ayam yang hidup bebas berkeliaran memiliki empedal yang lebih kuat daripada empedal ayam yang dikurung dengan pakan yang lebih lunak. Empedal mensekresikan coilin untuk melindungi permukaan empedal terhadap lerusakan yang disebabkan oleh pakan atau benda lain yang tertelan (Scanes et al., 2004). Usus Halus Usus halus merupakan tempat terjadinya pencernaan secara enzimatis. Usus halus terbagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum, jejunum dan ileum. Duodenum adalah bagian paling atas dari usus halus. Duodenum merupakan tempat terjadinya pencernaan yang paling aktif dengan hidrolisis dari nutrient kasar yang berupa pati lemak dan protein. Penyerapan hasil pencernaan sebagian besar terjadi di duodenum ini. Duodenum mensekresikan enzim dari pankreas dan dari getah empedu. Selanjutnya proses pencernaan terjadi di jejunum. Jejunum adalah kelanjutan duodenum yang berfungsi seperti duodenum yaitu penyerapan makanan yang belum selesai saat di duodenum. Lalu proses pencernaan berlanjut ke ileum, dimana ileum merupakan kelanjutan dari jejunum dengan fungsi yang sama yaitu penyerapan 8 makanan dan pencernaan secara enzimatis. Panjang dari usus halus ini bervariasi tergantung pada kebiasaan makan dari ayam tersebut (Scanes et al., 2004). Sekum Sekum terdiri atas dua seka atau saluran buntu yang berukuran panjang 17-20 cm. Beberapa nutrien yang tidak tercerna mengalami dekomposisi oleh mikrobia sekum, tetapi jumlah dan penyerapannya kecil sekali. Beberapa jenis penyakit (misalnya koksidiosis pada ayam dan blackhead pada kalkun) dapat berkembang dengan baik pada sekum (Scanes et al., 2004). Usus Besar Usus besar dinamakan juga intestinum crasum, merupakan tempat terjadinya perombakan partikel pakan yang tidak tercerna oleh mikroorganisme menjadi feses. Bagian ini juga merupakan muara ureter dari ginjal, sehingga urin dan feses akan keluar menjadi satu dan disebut ekskreta. Feses dan urin juga akan mengalami penyerapan air sekitar 72-75%. Disini juga terdapat muara saluran reproduksi, dan proses pencernaan akan berakhir di kloaka, dimana kloaka adalah tempat keluarnya ekskreta dan juga telur pada ayam betina. Pakan dalam saluran pencernaan ayam kurang lebih empat jam (Scanes et al., 2004). Organ Dalam Ayam Broiler Organ dalam ayam broiler yang diamati pada penelitian ini antara lain hati, ginjal dan pankreas. Hati Menurut Tanudimadja (1981), hati terdiri dari dua gelambir yang besar, berwarna coklat kemerahan, terletak pada lengkungan duodenum dan rempela. Ressang (1984) menyatakan bahwa salah satu fungsi hati adalah untuk menyaring racun yang masuk kedalam darah. Hati yang mengalami keracunan akan memperlihatkan kelainan secara fisik, yaitu adanya perubahan warna hati, pembengkakan, pengecilan pada salah satu lobi atau tidak adanya kantong empedu. Nilai kisaran bobot hati menurut Putnam (1991) yaitu antara 1,70-2,80% dari bobot hidup. 9 Ginjal Ginjal pada unggas terletak di belakang paru-paru dan berjumlah dua buah. Saluran ureter menghubungkan antara ginjal dan kloaka (Bell dan Weaver, 2002). Ginjal berperan dalam mempertahankan keseimbangan susunan darah dengan mengeluarkan zat-zat seperti air yang berlebih, sisa-sisa metabolisme, garam-garam organik dan bahan-bahan lain yang terlarut dalam darah (Ressang, 1984). Ginjal merupakan organ yang menyaring plasma dari darah dan secara selektif menyerap kembali air serta unsur-unsur berguna dari filtrat, yang pada akhirnya mengeluarkan kelebihan dan produk buangan plasma. Hampir semua jenis ternak bentuk ginjalnya seperti kacang (Frandson, 1992). Sturkie (2000) menyatakan fungsi utama ginjal adalah mereduksi urin melalui filtrasi darah sehingga air dan limbah metabolisme disekresikan. Proses yang selanjutnya terjadi yaitu reabsorbsi beberapa nutrien (misalnya glukosa dan elektrolit) yang kemungkinan digunakan kembali oleh tubuh. Pankreas Pankreas adalah organ yang berwarna merah terletak antara lipatan duodenal loop yang berfungsi untuk mensekresikan enzim amilase, protease dan lipase untuk membantu pencernaan karbohidrat, potein dan lemak. Bobot pankreas berkisar antara 2,5-4 g pada ayam dewasa (Sturkie, 2000). Pankreas merupakan salah satu aksesoris organ pencernaan yang mempunyai peranan penting pada pencernaan unggas, yakni terdapat kelenjar endokrin dan eksokrin yang secara fisiologis mempunyai peranan yang sangat berbeda. Kelenjar endokrin berfungsi untuk menghasilkan hormon insulin, glukagon, somatostatin dan polipeptida. Fungsi kelenjar eksokrin adalah menghasilkan dan mengeluarkan cairan yang berhubungan pencernaan dan penyerapan yang dibutuhkan dalam usus halus (Scanes et al., 2004). 10