TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Botani Coleus

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Botani Coleus amboinicus Lour
Tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) adalah terna sekuler
tahunan atau agak menyerupai semak, tidak berumbi, percabangan agak berbentuk
galah, berbulu halus pada saat muda, dan lokos jika tua. Daun berhadapan, tunggal,
tebal, berdaging, bundar telur melebar, agak bundar atau berbentuk seperti jantung,
dengan luas 5-7 cm x 4-6 cm, permukaan atas berbulu halus tersebar dan pada bagian
pertulangan daunnya berambut panjang, tepi daun beringgit kasat sampai bergigi
kecuali pada bagian pangkal. Panjang tangkai daun 2-4,5 cm dan berbulu halus
(Siagian dan Rahayu, 2000).
Rangkaian bunga terdiri atas 10-20 bunga yang tersusun rapat dalam suatu
gelungan menyerupai bulir, panjang rakis 10-20 cm, berdaging, dan berbulu halus.
Daun pelindung bundar telur melebar, panjang 3-4 cm dan ujung meruncing. Daun
kelopak berbentuk lonceng, panjang 2-4 mm, berbulu panjang dan berkelenjar,
berukuran tidak sama, bergigi 5; gigi atas bundar telur melebar, tumpul; gigi lateral
dan bawah meruncing. Daun mahkota biru, melengkung, panjang 8-12 mm, panjang
tabung 3-4 mm, menyerupai terompet; labium atas pendek, tegak, berbulu sangat
halus; labium bawah panjang dan cekung. Tangkai sari bersatu di bagian bawah
membentuk tabung dan mengelilingi putik. Berbiji satu coklat pucat, permukaannya
licin, agak bulat, pipih dan berukuran 0,7x0,5 mm (Siagian dan Rahayu, 2000).
Tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) diperlihatkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Tanaman Bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour)
Sumber: Dokumentasi penelitian (2012)
3
Coleus amboinicus Lour merupakan nama universal tanaman bangun-bangun.
Tanaman ini biasanya diramu menjadi bahan pembuat obat tradisional atau
dikonsumsi oleh ibu yang sedang hamil dan menyusui sebagai sayuran yang dimasak
maupun lalapan. Tanaman ini dapat dijumpai hampir diseluruh wilayah Indonesia
dengan berbagai nama. Di daerah Sumatera, Torbangun dikenal dengan nama
Bangun-bangun atau Tarbangun (Damanik et al., 2001), sedangkan di daerah Jawa
atau daerah lainnya, daun Torbangun dikenal dengan nama Ajeran, Acerang, daun
Kucing, daun Kambing, dan Majha Nereng (Madura). Di daerah sekitar Nusa
Tenggara, dikenal dengan nama Iwak dan Kumu Etu (Depkes, 1989). Daun
Torbangun dikenal berbau sangat aromatik, rasanya agak pedas dan agak asam,
menyebabkan rasa getir dan rasa tebal di lidah.
Tanaman ini dalam susunan taksonomi diklasifikasikan (Keng, 1978) seperti
berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Phanerogamae
Subdivisi
: Spermatophyta
Klas
: Angiospermae
Ordo
: Tubiflorae
Family
: Lamiaceae (Labialae)
Sub Family
: Oscimoidae
Genus
: Coleus
Species
: Coleus amboinicus Lour
Tanaman ini memiliki khasiat sebagai analgetik, obat luka, obat batuk, dan
sariawan (Depkes, 1989). Selain itu, daun Torbangun juga dikenal sebagai antiseptik.
Wijayakusuma et al. (1996), menyatakan bahwa Coleus amboinicus Lour
mengandung minyak esensial yang tersusun atas carvacrol, isoprophyl-o-cresol,
phenol dan sineol. Dalam 120 kg daun Torbangun segar terkandung 25 ml minyak
esensial (kandungan minyaknya ± 0,2%) sehingga menimbulkan efek antiseptik yang
efektif.
Daun Torbangun juga mengandung kalium yang dapat membersihkan darah,
mencegah infeksi, mengurangi rasa nyeri, menimbulkan rasa tenang, dan dapat
menciutkan selaput lendir. Rasa tenang yang dihasilkan oleh daun ini dapat
4
mengurangi stres yang timbul akibat cuaca panas. Cuaca panas dapat menimbulkan
stres sehingga menurunkan nafsu makan, sekresi air susu, dan bobot badan
(Mepham, 1987).
Menurut Damanik et al. (2006), daun Torbangun juga dapat memberikan
manfaat bagi kesehatan dan pertumbuhan bayi yang ibunya mengkonsumsi daun
Torbangun karena daun ini dapat meningkatkan sekresi air susu ibu. Peningkatan
volume air susu terjadi karena adanya peningkatan aktivitas sel epitel yang ditandai
dengan meningkatnya DNA dan RNA kelenjar mammae.
Komposisi zat gizi daun Torbangun yang terdapat dalam Komposisi Zat Gizi
Pangan Indonesia (Mahmud et al., 1990) menyebutkan bahwa dalam 100 gram daun
Torbangun mengandung lebih banyak kalsium, besi dan karoten total dibandingkan
dengan daun Katuk (Sauropus androgynus). Data selengkapnya tentang komposisi
zat gizi daun Torbangun dan daun Katuk tercantum dalam Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Daun Torbangun dan Katuk
Zat Gizi
Torbangun
Katuk
Energi (kal)
27,0
59
Protein (g)
1,3
6,4
Lemak (g)
0,6
1,0
Hidrat arang (g)
4,0
9,9
Serat (g)
1,0
1,5
Abu (g)
1,6
1,7
Kalsium (mg)
279
233
Fosfor (mg)
40
98
13,6
3,5
13288
10020
Vitamin A
-
-
Vitamin B1
0,16
-
Vitamin C
5,1
164
Air (%)
92,5
81
Besi (mg)
Karoten total (µg)
Sumber: Mahmud et al. (1990)
5
Pemanfaatan Daun Bangun-Bangun
Daun bangun-bangun biasa diolah oleh masyarakat etnis Batak dalam bentuk
sayur sop. Sayur sop ini diberikan kepada ibu yang baru melahirkan. Mereka percaya
bahwa sayur sop daun bangun-bangun dapat meningkatkan produksi air susu ibu
(ASI) (Damanik et al., 2001 dan 2004).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Damanik et al. (2006),
menyatakan bahwa pada saat minggu kedua (hari ke-14 hingga ke-28 setelah
suplementasi sayur sop daun bangun-bangun), wanita yang telah mengkonsumsi
daun sop bangun-bangun tetap mengalami peningkatan kuantitas dan kualitas ASI.
Daun bangun-bangun mampu meningkatkan kesehatan wanita pasca melahirkan,
berperan sebagai uterus cleansing agent, dan dalam bentuk sop, daun bangun-bangun
dapat menggantikan energi yang hilang selama proses melahirkan.
Damanik (2005) dan Warsiki et al. (2009) menyatakan bahwa dengan
mengkonsumsi daun bangun-bangun dapat meningkatkan mineral dalam air susu,
seperti zat besi, kalium, seng dan magnesium serta meningkatkan berat badan bayi.
Tanaman tersebut mengandung unsur mineral mikro antara lain Cu dan Zn yang
berperan penting dalam penyusunan struktur tubuh dan dalam proses fisiologis
ternak, baik untuk pertumbuhan maupun pemeliharaan kesehatan.
Litter
Litter adalah suatu material alas lantai yang berfungsi sebagai penyerap,
sehingga dapat mengurangi tingkat kebasahan lantai kandang, mengurangi materi
feses (nitrogen), menyerap uap air, dan menyediakan lingkungan yang dapat
membantu agar terjaga dari debu. Maka dari itu pengawasan terhadap kualitas litter
sangat penting diperhatikan dalam manajemen perkandangan, karena jika litter tidak
dapat dijaga pada kondisi yang ideal, maka akan menjadi sarang bakteri dan kondisi
yang tidak sehat saat periode produksi menyebabkan berbagai permasalahan,
diantaranya: taraf amonia meningkat (menghasilkan bau), jumlah bakteri pathogen
meningkat, bulu yang kotor, kemerahan pada bantalan kaki, memar atau melepuh
dan secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap berat badan,
pertambahan berat badan, konsumsi pakan dan konversi pakan ayam broiler (Widodo
et al., 2009).
6
Zeolit
Struktur Kimia
Menurut Flanigen et al. (1993), zeolit adalah kristal terhidrasi dari kelompok
alumino silikat yang mengandung kation yang dapat dipertukarkan dari logam alkali
(golongan IA) seperti natrium dan kalium maupun alkali tanah (golongan IIA) seperti
magnesium dan kalsium. Struktur mineral zeolit berupa kompleks polimer anorganik,
membentuk kerangka berongga yang sangat panjang dan berbentuk tetrahedron dari
AlO4 dan SiO4, satu sama lain dihubungkan oleh ion-ion oksigen. Rongga-rongga
dalam kerangka tersebut membentuk saluran yang meliputi sekitar 50% dari volume
zeolit, pada kondisi normal rongga tersebut terisi oleh kation logam dan molekul air.
Rongga pori dari kristal zeolit tersebut berukuran sekitar 0,3-0,8 nm. Rumus umum
zeolit menurut Gottardi (1978) adalah:
(Mx+My2+) (Al(x+2y) Sin-(x+2y) O2n). MH2O
M+ dan M2+ adalah kation monovalen (Na, K) dan divalen (Mg, Ca, Sr, dan
Ba), x dan y adalah bilangan tertentu, m adalah jumlah molekul air kristal dan n
adalah muatan ion logam.
Pembentukan dan Jenis Zeolit
Menurut Minato (1988), pembentukan deposit mineral zeolit di alam
berlangsung pada jutaan tahun yang lalu dalam lebih dari 1.000 macam cara yaitu di
dalam gunung berapi dan batuan sedimen. Pembentukan mineral zeolit alam diduga
merupakan hasil reaksi antara debu vulkanik dengan air garam, beberapa zeolit juga
terbentuk dari proses hidrotermal seperti pada kabasit, erionit, dan filipsit.
Pembentukan zeolit alam tergantung pada komposisi batuan induk, temperatur,
tekanan-tekanan parsial dari air, pH, dan aktivitas-aktivitas ion tertentu (Saputra,
2006). Hingga kini ditemukan sekitar 40 jenis zeolit alam. Jenis yang banyak
terdapat di Indonesia adalah jenis Klinoptilolit dan Mordenit (Mumpton,1993).
Zeolit Alam
Zeolit alam memiliki struktur yang berbeda-beda tergantung dari lokasi
ditemukannya. Pada umumnya jenis zeolit yang ditemukan di Indonesia adalah
modernit dan klinoptilolit dengan kandungan yang sangat bervariasi. Modernit
umumnya banyak mengandung aluminium sehingga memiliki kemampuan menyerap
7
air lebih tinggi dibandingkan menyerap hidrokarbon (gas). Sebaliknya klinoptilolit
umumnya banyak mengandung silikat sehingga kemampuan menyerap hidrokarbon
lebih tinggi dibandingkan menyerap air (Muchtar, 2005).
Peranan Penambahan Zeolit pada Ransum
Aclinop adalah singkatan dari Aquatic Clinoptilolite, yakni zeolit golongan
klinoptilolit (Na4K4)(Al8Si40O96).24H2O adalah zeolit alam yang biasa digunakan
sebagai pakan dan pangan aditif, serta sebagai penyerap gas dan bau. Kemampuan
klinoptilolit ini berasal dari banyaknya pori-pori dan ketahanan yang tinggi terhadap
suhu ekstrim. Klinoptilolit juga dapat menyerap amonia dan gas beracun lainnya dari
udara dan berperan sebagai filter, baik bagi tujuan kesehatan dan penghilang bau
(Polat et al., 2004). Susilawati (2002) melaporkan bahwa penambahan zeolit dalam
ransum memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap kandungan
amonia ekskreta. Kandungan amonia pada ekskreta yang diberi ransum yang
mengandung zeolit 5 dan 7% nyata lebih tinggi (P<0,05) daripada ransum yang
mengandung zeolit 2,5% serta nyata lebih tinggi daripada ransum yang tidak
mengandung zeolit (kontrol). Zeolit memiliki kemampuan yang tinggi dalam
menyerap amonia yang terdapat dalam saluran pencernaan. Dalam saluran
pencernaan zeolit akan mengikat amonia yang dihasilkan oleh mikroflora saluran
pencernaan untuk selanjutnya dikeluarkan bersama-sama dengan ekskreta, sehingga
ekskreta ayam dengan ransum yang mengandung zeolit akan mengandung amonia
dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan ayam yang diberi ransum
tanpa penambahan zeolit.
Peranan Penaburan Zeolit pada Litter
Umumnya peternak ayam broiler di Indonesia menjalankan usaha
pemeliharaan menggunakan kandang sistem all in all out dengan litter atau dikenal
dengan sistem postal. Pada satu sisi sistem ini selain memberikan keuntungan bagi
peternak dalam pengelolaan dan secara finansial menguntungkan, disisi lain
menimbulkan masalah baru yang berkaitan erat dengan keterbatasan litter dalam
menyerap air feses, sehingga litter menjadi basah dan menggumpal. Ditinjau dari
aspek kesehatan hewan, litter yang basah merupakan salah satu sumber penyebab
penyakit karena merupakan media untuk pertumbuhan mikroorganisme bibit
8
penyakit seperti virus, bakteri, telur cacing dan lain sebagainya. Kondisi tersebut
juga berdampak negatif terhadap kelembababan kandang, polusi kandang dan
mengganggu peternak dan ternak peliharaan akibat terbebasnya gas amoniak. Zeolit
dapat berfungsi mengatasi persoalan polusi kandang karena didukung sifatnya yang
dapat mempertukarkan ion secara selektif serta mampu menyerap air dan mengikat
gas amoniak tersebut (Pattiselanno dan Sangle, 2005).
Zeolit alam dapat menyerap CO, CO2, SO2, H2S, NH3, HCHO, Ar, O2, N2,
H2O, He, H2, Kr, Xe, CH3OH dan gas lainnya. Zeolit dapat digunakan untuk
mengumpulkan gas-gas tersebut dan berfungsi sebagai pengontrol bau. Zeolit dapat
digunakan dalam kandang pada peternakan intensif karena secara signifikan dapat
menurunkan kandungan amonia dan H2S yang menyebabkan bau yang tidak
diinginkan (Polat et al., 2004). Zeolit menyebabkan percepatan pada penguraian
NH3. Gas amonia (NH3) tersebut ditangkap oleh zeolit namun tidak ditahannya
melainkan dilepaskan terhadap sistem yang miskin NH3 (udara), kemudian
mengambil lagi NH3 dari sistem yang kaya akan NH3 dan melepaskannya lagi
sampai keseimbangan tercapai. Hal ini menyebabkan kadar NH3 dalam pupuk
berkurang. Ini dilakukan karena zeolit mempunyai sifat reversible setelah diaktivasi
(Estiaty et al., 2005). Penambahan zeolit pada litter akan mengurangi kelembaban
litter sehingga menghambat perkembangan dan kerja bakteri pengurai sulfur,
hasilnya produksi gas hidrogen sulfida dapat dikurangi (Sutamba, 2011).
Peranan Zeolit pada Sektor Pertanian
Pengaplikasian zeolit dalam sektor pertanian, yakni dapat meningkatkan
produksi tanaman, mengurangi jumlah penggunaan pupuk, dan meningkatkan
serapan hara (Castaldi et al., 2005), oleh karena itu zeolit dapat digunakan sebagai
pupuk, selain itu zeolit juga dapat digunakan sebagai carrier, stabilizer, dan khelator
tanpa mengubah struktur kristalnya. Zeolit juga biasanya dapat meningkatkan pH
tanah (Perez et al., 2008) karena sifatnya yang alkali (Mumpton,1999), mengurangi
pencucian nitrat dan amonium (Perez et al., 2008), meningkatkan konsentrasi P,K,
dan Ca dalam tanah karena zeolit juga dapat menyerap hara tersebut dari penggunaan
pupuk (Ahmed et al., 2010).
9
Standar Kualitas Kompos
Pabrik kompos di Asia pada umumnya memproduksi kompos dari beberapa
macam bahan dasar seperti kombinasi antara limbah agroindustri dan kotoran ternak.
Tipe dan kualitas kompos sering berubah-ubah sehingga perlu adanya standarisasi
baku mutu kompos. Standar kualitas kompos ditunjukkan pada Tabel 2 (SNI, 2004).
Tabel 2. Standar Kualitas Kompos
Unsur
Satuan
Kadar air
Minimum
%
pH
50
6,80
7,49
32
C-organik
%
9,80
N total
%
0,40
C/N
Maksimum
10
20
P₂O₅
%
0,10
K₂O
%
0,20
*
CaO
%
*
25,50
MgO
%
*
0,60
Fe
%
*
2,00
Mn
%
Cu
Mg/kg
*
100
Zn
Mg/kg
*
500
0,10
Keterangan: * Nilainya lebih besar daripada minimum atau lebih kecil daripada maksimum
Sumber: Standar Nasional Indonesia (2004)
Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman
Pertumbuhan dan produktivitas tanaman yang optimal selain ditentukan oleh
kualitas bahan tanam yang digunakan, juga ditentukan oleh faktor lingkungan. Faktor
lingkungan yang penting, diantaranya adalah ketersediaan hara pada media tanam.
Ketersediaan hara pada media tanam dapat dilakukan melalui usaha pemupukan,
diantaranya dengan penggunaan pupuk organik seperti pupuk kandang pada
budidaya tanaman obat (Susanti et al., 2008).
Nutrisi tanaman mengacu kepada bagaimana tanaman mendapatkan,
menyebarkan, dan menggunakan unsur-unsur hara dalam berbagai proses dan reaksi
yang berlangsung di dalam tanaman bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
10
Unsur-unsur tersebut disebut hara tanaman (plant nutrients). Semua proses atau
reaksi alih bentuk hara menjadi bagian sel atau digunakan untuk berbagai proses
energi di dalam tanaman hidup disebut metabolisme, oleh karena itu nutrisi tanaman
dan metabolisme tanaman berhubungan sangat erat. Dalam arti luas, nutrisi tanaman
meliputi proses serapan dan asimilasi hara, fungsi hara dalam metabolisme, dan
kontribusinya terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman (Munawar, 2011).
Peranan Unsur Hara Makro N, P, K, Ca dan Mg
Unsur hara makro adalah unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah besar (0,1-5%). Nirogen bersama-sama P dan K sering disebut juga hara
primer, karena merupakan unsur yang paling sering menjadi faktor pembatas
pertumbuhan tanaman. Unsur Ca dan Mg termasuk dalam unsur hara sekunder, yang
jumlahnya di dalam tanah pada umumnya dapat mencukupi kebutuhan tanaman
(Munawar, 2011).
Kandungan N di dalam jaringan tanaman sekitar 2-4% bobot kering tanaman.
Nitrogen merupakan penyusun dari banyak senyawa organik penting di dalam
tanaman, seperti asam-asam amino, protein, dan asam nukleat, dan merupakan
bagian dari proses yang terlibat dalam sintesis dan transfer energi. Nitrogen
merupakan bagian dari klorofil yang bertanggungjawab terhadap fotosintesis.
Nitrogen membantu pertumbuhan tanaman, peningkatan produksi biji dan buah, dan
meningkatkan kualitas daun dan pakan ternak (Munawar, 2011).
Fosfor (P) merupakan salah satu unsur hara esensial yang memiliki
reaktivitas tinggi terhadap partikel tanah. Kondisi tersebut menyebabkan, jika P larut
dari pupuk diberikan ke dalam tanah, P akan cepat mengalami reaksi dengan partikel
liat dan senyawa-senyawa Fe dan Al di dalam tanah kemudian akan berubah menjadi
bentuk-bentuk tidak atau kurang tersedia bagi tanaman. Proses ini lazim disebut
dengan fiksasi P. Fosfor mempunyai fungsi dan peran yang sangat vital dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Fungsi yang paling esensial adalah
keterlibatannya dalam penyimpanan dan transfer energi di dalam tanaman. Fosfor
merupakan bagian esensial proses fotosintesis dan metabolisme karbohidrat sebagai
fungsi regulator pembagian hasil fotosintesis antara sumber dan organ reproduksi,
pembentukan inti sel, pembelahan dan perbanyakan sel, pembentukan lemak dan
albumin, organisasi sel, dan pengalihan sifat-sifat keturunan (Havlin et al., 2005).
11
Penambahan kalium (K) ke dalam larutan tanah, terutama dengan dosis tinggi
akan meningkatkan jumlah K dapat ditukar dan K terfiksasi. Hal sebaliknya,
penyerapan K oleh tanaman atau pelindian K cenderung akan mengubah K terfiksasi
menjadi bentuk lebih tersedia. Unsur K esensial dalam fotosintesis karena terlibat di
dalam sintesis ATP, produksi dalam aktivitas enzim-enzim fotosintesis (seperti
RuBP karboksilase), penyerapan CO2 melalui mulut daun, dan menjaga
keseimbangan listrik selama fotofosforilasi di dalam kloroplas. Kalium juga terlibat
dalam pengangkutan hasil-hasil fotosintesis (assimilate) dari daun melalui floem ke
jaringan organ reproduktif dan penyimpanan (buah, biji, ubi, dan lain-lain) (Havlin et
al., 2005).
Kalsium (Ca) merupakan hara makro esensial yang terangkut dalam tanaman
melalui
aliran
transpirasi.
Defisiensi
Ca
biasanya
berhubungan
dengan
ketidakmampuan tanaman untuk memindahkan Ca cukup ke bagian tanaman. Unsur
ini memainkan peranan penting di dalam tanaman. Kalsium menjadi bagian dari
struktur sel, yaitu dinding dan membran sel, dan diperlukan dalam pembentukan atau
pembelahan sel-sel baru, yakni yang terdapat pada benang-benang (spindels) miosis.
Selain itu, unsur Ca juga memainkan peranan penting di dalam pemanjangan sel dan
menjaga struktur membran di dalam tanaman (Havlin et al., 2005).
Peran penting Magnesium (Mg) di dalam tanaman adalah sebagai komponen
molekul klorofil pada semua tanaman hijau, dan berperan penting pada hampir
seluruh metabolisme tanaman dan sintesis protein (Jones, 1998) . Pengangkutan Mg
di dalam tanaman sama seperti Ca, yang bergerak ke atas dalam sistem transpirasi.
Namun, perbedaannya adalah Mg bersifat mobil di dalam floem, sehingga dapat
ditranslokasikan dari bagian tanman yang tua ke bagian yang lebih muda (Munawar,
2011).
Peranan Unsur Hara Mikro Fe, Mn, Cu, dan Zn
Unsur hara mikro meliputi sejumlah unsur yang dibutuhkan oleh tanaman
dalam jumlah sangat sedikit, sehingga sering disebut juga sebagai unsur minor.
Unsur hara mikro memainkan banyak peran kompleks di dalam nutrisi tanaman,
terutama di dalam sistem enzim. Beberapa unsur mikro merupakan bagian esensial
dari reaksi kompleks pada proses fotosintesis dan proses metabolisme yang lain
(Munawar, 2011).
12
Unsur besi (Fe) diperlukan untuk berfungsinya sejumlah enzim di dalam
tanaman, terutama yang terlibat di dalam reaksi oksidasi dan reduksi di dalam
respirasi dan fotosintesis (Havlin et al., 2005). Besi berfungsi sebagai katalis atau
bagian dari sistem enzim yang terkait dalam pembentukan klorofil (Munawar, 2011).
Mangan (Mn) penting bagi pembentukan kloroplas dan terlibat di dalam
aktivitas enzim pada fotosintesis, respirasi, dan metabolisme N. Ion Mn2+
mengaktifkan beberapa enzim, seperti dekarboksilase dan dehidrogenase yang
terlibat dalam siklus Krebs pada unsur ini diperlukan evolusi oksigen di dalam
fotosintesis (Munawar, 2011).
Di dalam tanaman, unsur tembaga (Cu) merupakan komponen esensial
sejumlah enzim tanaman, seperti diamin oksidase, askorbat oksidase, o-difenol
oksidase, sitokrom-c oksidase, superoksid dismutase, plastosianin oksidase, dan
kuinol oksidase. Tanpa adanya pasokan Cu yang cukup, enzim-enzim tersebut tidak
akan aktif dan menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Munawar,
2011).
Tanaman menyerap seng (Zn) sebagai kation Zn2+ dan sebagai kompleks
organik sintetis alami. Di dalam tanaman, Zn berperan sebagai komponen enzimenzim atau ko-faktor sejumlah enzim termasuk triptofan dan auksin (hormon
pertumbuhan tanaman). Kegunaan unsur mikro Zn bagi pertumbuhan tanaman
adalah sebagai pembentukan hormon tumbuh, katalis pembentukan protein, dan
pematangan biji (Hardjowigeno, 2007).
13
Download