VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

advertisement
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Model komunikasi yang dikembangkan Dinas Pendidikan Kabupaten Nias
Utara dalam pelaksanaan program pelatihan peningkatan mutu guru tahun
anggaran 2013 dengan menggunakan tiga model komunikasi yaitu: (a) model
komunikasi linier, (b) model komunikasi interaktif, dan (c) model komunikasi
transaksional. Model komunikasi linier terjadi pada pembukaan dan
penutupan pelatihan. Model komunikasi interaktif terjadi selama pelaksanaan
pelatihan pada pembelajaran. Model transaksional terjadi pada saat praktek
penggunaan alat laboratorium.
2. Model komunikasi transaksional merupakan model komunikasi yang mampu
meningkatkan antusias dan intensitas keterlibatan peserta pelatihan dalam
proses pelaksanaan pelatihan sehingga menciptakan rasa tanggung jawab pada
orang-orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut.
3. Potensi-potensi yang ada dalam pelaksanaan pelatihan peningkatan mutu guru
yang dilaksanakan Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Utara adalah: SDM
penyelenggara pelatihan, homogenitas budaya, latar belakang pendidikan
peserta, instruktur yang berpengalaman lebih banyak dari peserta, instruktur
berpendidikan lebih tinggi dari peserta pelatihan. Potensi tersebut telah
terintegrasi dalam proses komunikasi dalam proses pelaksanaan pelatihan
peningkatan mutu guru.
127
128
4. Berdasarkan perspektif guru sebagai peserta pelatihan, efektivitas komunikasi
oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Utara dalam pelaksanaan program
pelatihan peningkatan mutu guru tahun anggaran 2013 termasuk dalam
kategori tinggi.
5. Faktor-faktor personal dan situasional guru peserta pelatihan peningkatan
mutu guru tahun anggaran 2013, yang berpengaruh nyata terhadap efektivitas
komunikasi adalah meliputi: motivasi, komunikator, media, dan pengurangan
gangguan. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut: semakin tinggi motivasi maka semakin tinggi
juga efektivitas komunikasi, semakin bagus komunikator maka semakin tinggi
efektivitas komunikasi, semakin bagus media maka semakin tinggi efektivitas
komunikasi, dan semakin tinggi pengurangan gangguan maka semakin tinggi
efektivitas komunikasi.
6. Indikator-indikator pada variabel yang berpengaruh signifikan dengan capaian
relatif rendah antara lain:
a. Variabel motivasi, terdiri dari: rendahnya motivasi peserta mengetahui
tantangan-tantangan yang bermanfaat untuk peningkatan profesinya,
motivasi peserta untuk dilatih cara mengatasi tantangan dalam profesinya,
rendahnya motivasi peserta untuk memperoleh keterampilan menganalisis
kebutuhan peningkatan mutu profesinya, rendahnya motivasi peserta untuk
semakin terampil dalam menyusun strategi yang baik dalam meningkatkan
mutu profesinya.
129
b. Variabel
Komunikator,
terdiri
dari:
komunikator
tidak
mampu
memberikan teguran yang sesuai dengan kondisi kesalahan yang dilakukan
oleh peserta pelatihan, komunikator tidak mampu memberikan informasiinformasi mengenai materi pelatihan kepada peserta untuk membantu
untuk peningkatan mutu guru.
c.
Variabel Media, terdiri dari: audio-visual pada media tidak dapat
membantu peserta pelatihan memahami tujuan materi pelatihan, warnawarna pada media tidak dapat membantu peserta untuk memahami tujuan
materi pelatihan, media tidak dapat mendukung pemahaman peserta secara
komprehensif dalam mengembangkan profesinya.
d. Variabel pengurangan gangguan, terdiri dari: kesulitan peserta pelatihan
untuk konfirmasi dengan orang yang diharapkan membantu penjelasan
materi pelatihan, tidak adanya percaya diri pada peserta berkomunikasi
kepada instruktur.
6.2 Saran
Saran dalam penelitian ini ditujukan kepada komponen Dinas Pendidikan
Kabupaten Nias Utara sebagai pemegang kepentingan dan sebagai pelaksana
operasional kegiatan pelayanan pendidikan guna meningkatkan kualitas dalam
pelaksanaan pelatihan-pelatihan di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Nias
Utara. Adapun saran dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Pelatihan peningkatan mutu guru yang dilaksanakan Dinas Pendidikan
Kabupaten Nias Utara pada umumnya telah dialaksanakan dengan baik.
Model komunikasi transaksional merupakan model komunikasi yang mampu
130
menciptakan tanggung jawab kepada peserta pelatihan sehingga sebaiknya
lebih ditingkatkan kualitas penerapannya dalam proses pelaksanaan pelatihan
peningkatan mutu guru sehingga bisa mendukung tercapainya pencapaian
tujuan pelaksanaan pelatihan peningkatan mutu guru.
2. Indikator-indikator dengan capaian yang masih rendah dari variabel penelitian
yang berpengaruh nyata yang perlu diperbaiki antara lain:
a. Memberikan tindakan khusus (misalnya: pemberian angket mengenai
tantangan profesi guru dan manfaat mengatasinya) untuk menyadarkan
peserta pelatihan mengenai perlunya mereka mengetahui tantangantantangan dalam profesi mereka sehingga perlu adanya persiapan dan
strategi yang baik dalam mengatasi tantangan tersebut.
b. Komunikator/instruktur pelatihan sebaiknya yang lebih disegani oleh
peserta pelatihan misalnya instruktur yang berasal dari perguruan tinggi
atau universitas yang baik sehingga informasi-informasi dan teguranteguran yang diberikan oleh instruktur lebih diakui oleh peserta pelatihan.
c. Menggunakan media yang dapat mendukung pemahaman peserta
mengenai tujuan pelatihan, khususnya pada audio-visual, warna-warna
yang digunakan sehingga media tersebut dapat komprehensif dalam
mengembangkan profesi guru peserta pelatihan.
d. Memperbanyak dan mempermudah akses peserta pelatihan untuk
konfirmasi dengan orang yang diharapkan membantu penjelasan materi
pelatihan,
dan
menumbuhkan
berkomunikasi kepada instruktur.
rasa
percaya
diri
pada
peserta
131
3. Penelitian ini menjadi komprehensif apabila dilanjutkan dengan penelitian
untuk melihat outcange atau penerapan guru peserta pelatihan di sekolah
tempat mereka mengajar pelatihan mengenai materi-materi yang telah mereka
terima pada saat pelatihan.
Download