Modul Pendidikan Agama Islam [TM14].

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
ISLAM DAN
GLOBALISASI
Modul ini mengupas tentang Islam dan Globalisasi
Fakultas
Program Studi
Fakultas Ekonomi
Akuntansi
OL
Kode MK
Disusun Oleh
13
A11323EL
B-402-2
Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si
Abstract
Kompetensi
Modul ini akan mengelaborasi tentang
Islam dan Globalisasi
Diharapkan mahasiswa mengerti
tentang Islam dan Globalisasi
Islam dan Globalisasi
A. MUSLIM DAN FENOMENA GLOBALISASI
Dunia berubah, komunikasi antar manusia menjadi tanpa batas, kemajuan ilmu teknologi,
komunikasi, transportasi, dan turisme, telah menjadikan dunia sebagai ‘desa besar’. Ditengah
situasi dunia yang berubah itu, dunia Islam mencanangkan abad ke-15 Hijriyah ini sebagai abad
kebangkitan kembali Islam.Walaupun pelecehan menerpa, umat Islam harus tetap optimis
menghadapinya.
Kebangkitan masa depan tidak bisa hanya dengan mambanggakan kejayaan manusia
masa lalu (glory of the past), melainkan dengan mengangkat derajat umat melalui kualitas iman
dan ilmu. Bukan tugas yang ringan bagi kaum muslimin untuk mengangkat kualitas yang besar
jumlahnya, apalagi mayoritas negara-negara Islam berpendapatan rendah.
Banyak tantangan menghadang umat, tanpa analisa dan perencanaan strategis, umat tidak
akan mencapai tujuan bersama untuk mencapai kebangkitan. Umat Islam dapat belajar dari
sejarah renaissance Barat. Mantan presiden Amerika Serikat, Richard Nixon, dalam buku
terakhirnya sebelum meninggal, Seize The Moment: America’s Challenge in a One-Superpower
World, mengatakan Barat berhutang besar kepada umat Islam di dunia untuk renaissance pada
abad ke-15.
B. ISLAM AGAMA UNIVERSAL
Secara tekstual sejak abad ke 14 yang lalu Al-quran telah menegaskan bahwa Islam
adalah ajaran universal. Kebenaran ajaranya melampaui batas-batas suku, etnis, bangsa dan
bahasa. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika berbagai seruan Al-Quran banyak sekali
menggunakan ungkapan yang berciri kosmopolitanisme ataupun globalisme. misalnya saja
banyak firman allah swt yang memulai seruan-Nya dengan ungkapan “wahai manusia….” Lebih
dari itu, karena Islam sebagai agama penutup, maka dengan sendirinya jangkauan dakwah dalam
Islam mestilah mendunia, Islam bukan agama suku, rasial dan parochial sebagaimana agamaagama tedahulu yang hanya dialamatkan pada suatu kaum tertentu.
Islam satu-satunya agama universal dan memiliki kesempurnaan di segala aspek yang
dapat diaplikasikan oleh manusia dalam kehidupannya. Islam satu-satunya ideologi yang dapat
2016
2
Pendidikan Agama Islam
Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
menuntun manusia untuk mencari kesempurnaan yang menjadi idamannya. Walaupun agama
Islam merupakan agama terakhir tetapi di sinilah letak keutamaan dan kesempurnaan agama ini
dibandingkan dengan agama-agama lainnya, baik itu agama samawi yang turun dari Allah
maupun agama atau jalan hidup yang lahir dari ide dan pengalaman spiritual seseorang.
Islam datang sebagai penyempurna bagi agama-agama yang telah datang sebelumnya.
Dan Rasulullah sebagai pembawa dan pengemban risalah Ilahi merupakan nabi terakhir yang
setelahnya tidak akan ada lagi Nabi dan Rasul. Allah berfirman dalam surat al-Maidah yang
masyhur sebagai ayat yang terakhir turun:
ِ
ِ
ِ
ِْ ‫يت لَ ُكم‬
)3 :‫اْل ْس ََل َم ِدينًا(املائدة‬
ُ ‫ت لَ ُك ْم دينَ ُك ْم َوأَْْتَ ْم‬
ُ ‫الْيَ ْوَم أَ ْك َم ْل‬
ُ ُ ‫ت َعلَْي ُك ْم ن ْع َم ِِت َوَرض‬
“Hari ini telah aku sempurnankan bagi kamu agamamu (Islam) dan telah aku sempurnakan
segala nikmatku kepadamu dan akupun ridha Islam sebagai agamamu.” Al-Maidah (5): 3
Ayat ini menyiratkan bahwa sejak hari itu, setelah segala perintah dan hukum-hukum
Allah kurang lebih selama 23 tahun lamanya secara sempurna sampai kepada Rasulullah SAW,
maka tugas dan risalah Rasulullah pun berakhir. Artinya era kenabian atau nubuwah telah
berakhir. Ayat ini banyak dibicarakan dan dibahas oleh para mufassir, sebab ayat ini memiliki
posisi yang sangat penting dan krusial dalam kelangsungan aqidah dan keyakinan.
Oleh karena itu, dengan sifat kesempurnaan yang dimilki oleh Islam maka ia mampu
menjawab segala tantangan dan persoalan hidup yang dihadapi oleh manusia, tidak ada suatu
masalah dan problem kehidupan kecuali Islam mampu menjawab dan memberikan solusi
untuknya. Islam sebuah agama yang tidak membedakan satu kelompok dengan kelompok yang
lainnya, di mata Islam semua manusia adalah sama, tidak terdapat perbedaan jasmani antara satu
dengan yang lainya. Kulit putih sama dengan orang kulit hitam, orang Arab sederajat dengan
non-Arab, Si kaya sama posisinya dengan si miskin, dan sebagainya. Tetapi bukan berarti Islam
tidak mengenal perbedaan dan tingkatan, tetapi Islam membedakan derajat dan tingkatan
seseorang bukan dari segi lahiriah, semuanya sama sebagai insan tetapi yang membedakannya
adalah dari tingkat eksistensinya. Semakin dekat ia dengan sumber wujud (Tuhan) maka semakin
kuat keimanan dan ketakwaannya.
Rahasia keuniversalan Islam terletak pada doktrin dan ajarannya yang sesuai dan sejalan
dengan fitrah manusia, sehingga tidak terjadi kebimbangan dan keraguan bagi orang yang telah
percaya dan meyakini agama tesebut, lain halnya dengan agama-agama yang lainnya, misalnya
2016
3
Pendidikan Agama Islam
Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
agama Kristen, dimana doktrin dan ajaran serta keyakinan yang terdapat di dalamnya, antara
satu dengan yang lainnya terdapat pertentangan sehingga tidak membuat pemeluknya tenang dan
mantap, malah sebaliknya membuat mereka bimbang dan ragu dengan apa yang mereka yakini.
Keyakinan kepada Tuhan yang satu tetapi tiga atau trinitas sampai detik ini tidak mampu
terjawab dengan baik dan memuaskan. Semakin dipikirkan dan direnungi bukannya menambah
ketenangan dan keyakinan tetapi sebaliknya malah memunculkan keraguan dan kebimbangan.
Sehingga yang terjadi di kalangan pemeluk kristen adalah semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang
maka
semakin
tinggi tingkat keraguan dan kebimbangan dia kepada keyakinan agama Kristen. Dan
kenyataannya orang-orang yang tidak percaya dengan trinitas adalah dari golongan ilmuan dan
cendekiawan.
Bukankah dalam sejarah pernah terjadi pertentangan yang sengit dan tajam antara ilmuan
dan golongan gereja dimana pengikut gereja ingin mempertahankan doktrin gereja atau Kristen
yang
bertentangan
dengan
akal
pikiran
dan
logika.
Di sisi lain para ilmuan yang lebih mendahulukan akal dan logika dalam kehidupannya tidak
mampu merasionalkan keyakinan dan doktrin Kristen tersebut sehingga konsekuensinya mereka
menolak dan tidak menerima doktrin-doktrin tersebut.
Terjadinya pertentangan antara akal dan keimananan disebabkan oleh jauhnya keyakinan
dan ajaran-ajaran kristen atau gereja dari fitrah manusia. Jika sebuah agama atau ideologi telah
bertentangan dengan fitrah manusia maka sebagai konsekuensinya agama itu tidak akan kekal
dan akan ditinggalkan oleh pengikutnya, sebab fitrah tidak lain perwujudan dari diri manusia itu
sendiri dan telah ada sejak manusia itu diciptakan dan dia tidak akan pernah mengalami
perubahan, senantiasa eksis serta memilki sifat suci, karena itu hanya padanyalah Allah
mentajallikan atau mewujudkan diri-Nya, sebab terdapat kesesuaian sifat dari keduanya, yaitu
Allah memilki sifat yang eksis, kekal dan tidak pernah mengalami perubahan, demikian pula
dengan fitrah atau ruh manusia. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-A’raf ayat 172
yang terkenal dengan ayat mitsaq (pengambilan bai’at atau perjanjian).
ِ
ِ
ِ ‫ك ِمن ب ِن‬
‫ت بَِربِ ُك ْم قَالُوا بَلَى َش ِه ْد َن‬
َ َ ْ َ ُّ‫َخ َذ َرب‬
ُ ‫آد َم م ْن ظُ ُهوِره ْم ذُ ِريَّتَ ُه ْم َوأَ ْش َه َد ُه ْم َعلَى أَنْ ُفس ِه ْم أَلَ ْس‬
َ ‫َوإِ ْذ أ‬
ِِ
ِ ِ
)172 :‫ي (األعراف‬
َ ‫أَ ْن تَ ُقولُوا يَ ْوَم الْقيَ َامة إِ َّن ُكنَّا َع ْن َه َذا َغافل‬
2016
4
Pendidikan Agama Islam
Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka
dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini
Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami
(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” (QS. Al-A’raf:
172)
Oleh karena itu, fitrah tidak pernah salah dalam menentukan misdaq kebenaran dan tidak
akan binasa dan sirna dari diri manusia, hanya saja kekuatan cahayanya bisa mengalami
keredupan. Jadi hanya Islamlah satu-satunya agama yang mampu menyelamatkan dan menjawab
segala problema dan dilema kehidupan manusia.
ِ ِ
ِْ ِ‫اّلل‬
)19 :‫اْل ْس ََل ُم (آل عمران‬
َّ ‫ين ِعْن َد‬
َ ‫إ َّن الد‬
”Sesungguhnya agama yang diterima disisi Allah hanya Islam saja”. (Qs. al-Imran [3] : 19)
Oleh karena itu, Islam tidak pernah bertentangan dengan syariat yang dibawa oleh nabinabi ulul azmi sebelumnya. Dan kalaupun terdapat perbedaan antara syariat nabi yang satu
dengan yang lainnya maka itu hanya terletak pada masalah-masalah juz’i saja dan bukan pada
inti dari ajaran itu serta itu juga tidak bermakna sebagai pembatalan terhadap syariat yang lain
(sebelumnya), sebab terkadang sebuah ajaran atau syariat disesuaikan dengan kondisi yang
dimiliki dan dihadapi oleh daerah atau zaman itu. Adapun nasakh-mansukh yang berfungsi
sebagai pembatalan atau bermakna tidak benarnya syariat nabi-nabi sebelumnya, hal ini tidak
pernah terjadi di dalam agama samawi, sebab pengatur dan pembuat undang-undang bagi
manusia hanya Allah semata dan segala sesuatu yang datang dari Allah mempunyai sifat hak dan
benar. Allah berfirman dalam surah al-Ahzab ayat 4 :
ِ َّ ‫اْلَ َّق وُهو يَ ْه ِدي‬
)4 :‫يل (األحزاب‬
ُ ‫اّللُ يَ ُق‬
َّ ‫َو‬
َ َ ْ ‫ول‬
َ ‫السب‬
“Dan Allah hanya berkata yang benar dan hanya Dialah satu-satunya yang menunjuki jalan
kebenaran”.(Qs. al-Ahzab [33] : 4)
Berdasarkan pemikiran di atas, maka kita akan mampu membuktikan akan universalitas
agama Islam terhadap agama-agama lainnya. Manusia sebagaimana makhluk hidup lainnya
dalam mempertahankan dirinya supaya tetap eksis maka ia harus berusaha dan bekerja keras
sehingga segala harapan dan tujuan hidupnya dapat tercapai. Adapun tujuan hidup manusia
2016
5
Pendidikan Agama Islam
Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sangat jauh berbeda dengan makhluk yang lainnya, karena manusia walaupun pada satu sisi
memiliki persamaan dengan makhluk lainnya akan tetapi pada sisi eksistensinya sangat jauh
berbeda dengan yang lain. Oleh karena itu, Tuhan memberikan dua kelebihan yaitu akal dan ruh
atau fitrah kepada manusia, sehingga ia dapat mewujudkan kesempurnaan dirinya.
Adapun kesempurnaan atau keutamaan yang menjadi target dan tujuan manusia tidak
terletak pada sesuatu yang bersifat materi seperti harta, pangkat dan jabatan, sebab semua itu
akan punah dan binasa. Sedangkan fitrah (ruh) manusia memilki sifat yang kekal dan tidak akan
binasa. Namun terkadang manusia menyangka bahwa semua keindahan dan kesempurnaan yang
ada di dunia ini adalah sesuatu yang hakiki dan kekal dan menjadi tujuan dari hidupnya.
Karena tidak adanya relevansi antara hakikat penciptaan manusia dengan segala ajaran
dan aturan hidup yang ada di dalam kitab-kitab agama lainnya atau yang diajarkan oleh agamaagama lainnya maka ia tidak dapat diterima sebagai jalan untuk menyelamatkan dan
mengantarkan
manusia
kepada
kesempurnaan
hidupnya.
Kendatipun manusia memiliki fitrah, namun tidak secara otomatis dia dapat mengetahui hakikat
kesempurnaan dirinya dan cara dapat meraihnya. Hal ini disebabkan oleh banyaknya godaan,
tipu daya, serta rintangan yang mengganggunya sehingga membuatnya tertipu dengan berbagai
fatamorgana kebenaran. Oleh sebab itu Sang Pencipta yang sangat mengetahui kapasitas dan
kemampuan yang dimiliki oleh manusia, tidak membiarkan manusia begitu saja di dalam
kebingungan dan keraguan tentang apa yang harus dia lakukan untuk meraih kesempurnaan dan
kebahagian hidup, namun dengan kebesaran-Nya Dia tetap menuntun dan mengawasinya. Dan
hal ini sesuai dengan firman-Nya:
)50 :‫قَ َال َربُّنَا الَّ ِذي أ َْعطَى ُك َّل َش ْيء َخ ْل َقهُ ُثَّ َه َدى (طه‬
“…Tuhan Kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan bentuk kejadian kepada segala sesuatu,
kemudian memberinya petunjuk.“ (Qs. Thaha [21]:50)
Oleh karena itu, penyempurna (mukammil) dan penuntun hakiki hanya milik Allah saja,
sebab untuk terjalinnya sebuah hubungan yang erat dan selaras antara dua bagian yaitu antara
pencipta kesempurnaan dan penuntun atau pembuat konstitusi sangat membutuhkan keahlian
yang luar biasa, sementara yang paling mengetahui tentang hakikat antara keduanya serta
kebutuhan manusia hanya sang pencipta saja, oleh karena itu kedua hal ini merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan.
2016
6
Pendidikan Agama Islam
Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dan yang dimaksud dengan penyempurna dan berfungsi sebagai jalan hidayah bagi
manusia tidak lain adalah agama. Yakni suatu agama yang tidak bertentangan dengan hakikat
penciptaan manusia, sehingga dia dapat mengantarkan manusia kepada tujuan yang ingin
diraihnya (kesempurnaan dan kebahagiaan hakiki). Oleh karena itu, kita tidak akan melihat
terjadinya pertentangan antara akal dan ilmu pengetahuan sebagai tempat amal shalih dengan
fitrah atau ruh manusia yang menjadi tempat tajallinya sang pencipta. Maka itu dalam al-Qur’an,
iman dan amal shalih tidak pernah terpisahkan.
Dengan demikian, pada hakikatnya secara fitrah manusia butuh kepada agama dan itupun
hanya agama samawi, dan di antara agama samawi hanya agama Islam yang dengan alQur’annya tetap terpelihara keorisinilannya, agama yang turun dan datang dari Sang ٍPencipta.
Dan apabila manusia mencari kesempurnaan maknawi dan hakiki melalui agama selain agama
samawi (Islam) maka niscaya ia tidak akan mendapatkannya dan ini telah diibuktikan oleh
sejarah dan pengalaman.
C. ISLAM DAN PERDAMAIAN
Wajah Islam di pentas global, agaknya selalu beriring dengan label anarkis dan anti
kebebasan. Cap fundamental, ektrim dan bahkan teroris seakan sangat akrab dengan komunitas
‘orang’ yang memeluk Islam. Generalisasi perilaku ‘sekelompok’ muslim seringkali menjadi
justifikasi muka Islam sebagai agama, sehingga label-label negatif tadi selalu pantas untuk
diembelkan dengan Islam. Lantas, benarkah Islam sebagai dogma mempunyai agenda
kekerasan? atau justru Islam itu sebenarnya yang selalu membawa pesan perdamaian? Disini
penulis mencoba menelisik kebenaran asumsi-asumsi di atas.
Perdamaian merupakan hal yang esensial dalam kehidupan manusia, karena dalam
kedamaian itu terciptanya dinamika yang sehat, harmonis dan humanis dalam setiap interaksi
antar sesama. Dalam suasana aman dan damai, manusia akan hidup dengan penuh ketenangan
dan kegembiraan juga bisa melaksanakan kewajiban dalam bingkai perdamaian. Oleh karena itu,
kedamaian merupakan hak mutlak setiap individu sesuai dengan entitasnya sebagai makhluk
yang mengemban tugas sebagai pembawa amanah Tuhan untuk memakmurkan dunia ini.
Bahkan kehadiran damai dalam kehidupan setiap mahluk merupakan tuntutan, karena dibalik
ungkapan damai itu menyimpan keramahan, kelembutan, persaudaraan dan keadilan.
2016
7
Pendidikan Agama Islam
Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dari paradigma ini, Islam diturunkan oleh Allah SWT ke muka bumi dengan perantaraan
seorang Nabi yang diutus kepada seluruh manusia untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam, (QS.
21:107) dan bukan hanya untuk pengikut Muhammad semata. Islam pada intinya bertujuan
menciptakan perdamaian dan keadilan bagi seluruh manusia, sesuai dengan nama agama ini:
yaitu al-Islām. Menurut Muhammad al-Ghazāli, dalam bukunya al-Ta’aşşub wa al-Tasāmuh
Bayn al-Masihiyah wa al-Islām, secara leksikal dalam bahasa al-Qur`ān, Islam bukan nama dari
agama tertentu, melainkan nama dari persekutuan agama yang dibawa oleh Nabi-Nabi dan
dinisbatkan kepada seluruh pengikut mereka.
Itulah misi dan tujuan diturunkannya Islam kepada manusia. Karena itu, Islam diturunkan
tidak untuk memelihara permusuhan atau menyebarkan dendam kesumat di antara umat manusia.
Konsepsi dan fakta-fakta sejarah Islam menunjukan, bagaimana sikap tasāmuh (toleran) dan
kasih sayang kaum muslimin terhadap pemeluk agama lain, baik yang tergolong ke dalam ahl alKitab maupun kaum mushrik, bahkan terhadap seluruh makhluk, Islam mendahulukan sikap
kasih sayang, keharmonisan dan kedamaian.
Di antara bukti konkrit dari perhatian Islam terhadap perdamaian adalah dengan
dirumuskannya Piagam Madinah (sahifah al-madinah) yang oleh kebanyakan penulis dan
peneliti sejarah Islam serta para pakar politik Islam disebut sebagai konstitusi negara Islam
pertama.
Piagam Madinah menjadi instrumen penting atas kelahiran sebuah institusi yang
berorientasi pada perdamaian dan kebersamaan. Hal inilah yang menarik, sehingga para pakar
sejarah dan ilmuwan sangat interested terhadap permasalahan ini. Karena lahirnya sebuah negara
yang mengusung nilai-nilai kemanusiaan, persamaan hak dan kebebasan kepada rakyatnya
belum pernah terjadi di seantero jagad raya ini, terlebih di kawasan Arab. Penting untuk diingat,
bahwa nilai-nilai kemanusiaan universal yang terkandung dalam Piagam Madinah sangat jauh
lebih tua ketimbang isu HAM yang dijual oleh PBB yang tercermin dalam The Universal
Declaration of Human Right pada Desember 1948.
Dalam ungkapan teks agama, perdamaian sering dibahasakan dengan al-aman, kemudian
oleh ulama fiqh, dalam terjemahan sistem formalnya, perdamaian sering dibahasakan dengan alsulh, al-hudnah, al-mu’ahadah dan aqd al-zimmah. Dalam kamus al-Muhit karangan Fairus
Abadi, al-sulh disepadankan dengan al-salam. Keduanya mempunyai arti yang sama yaitu peace,
yang jika diterjemahkan berarti perdamaian dan kerukunan. Namun dalam terminologinya, al2016
8
Pendidikan Agama Islam
Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
şulh adalah perpindahan dari hak atau pengakuan dengan konpensasi untuk mengakhiri atau
menghindari terjadinya perselisihan.
Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa terjadinya perdamaian setelah adanya pertikaian
atau takut terjadinya perselisihan dengan melakukan upaya preventif terhadap hal tersebut. Lain
lagi menurut Ibn Qudāmah, al-Sulh berarti sebuah kesepakatan (ma’āqadah) yang berorientsi
pada perbaikan antara dua pihak yang bertikai. Sedangkan Prof Zuhayli mendefinisikan al-Şulh
sama dengan al-Hudnah yaitu berdamai (muşalahah) dengan ahl al-harb (musuh perang) untuk
menghentikan perang dalam batas waktu tertentu dengan konpensasi dan tetap mengakui
agamanya atau tidak, meskipun tidak di bawah otoritas pemerintah Islam. Sedangkan
terminologi al-amān, adalah sebuah kesepakatan untuk menghentikan peperangan dan
pembunuhan dengan pihak musuh.
Dari beberapa definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa konsep al-Şulh lebih umum,
karena tidak spesifik berkaitan dengan perdamaian dalam posisi sebagai lawan perang. Hal ini
karena al-sulh merupakan solusi atas dimensi konflik yang terjadi dalam semua lini interaksi
sosial, dari komunitas yang paling kecil hingga yang paling besar. Hal ini terlihat dari beberapa
bentuk klasifikasi al-Sulh yang di antaranya adalah:
1. Perdamaian antara penegak keadilan dengan kelompok separatis (ahl al-baghy).
2. Perdamaian antara suami istri ketika takut terjadinya perceraian.
3. Perdamaian antara dua sengketa pembunuhan.
4. Perdamaian antara kaum muslimin dengan kaum kafir.
5. Perdamaian dua sengketa dalam harta.
Sedangkan al-amān terdiri dari dua bentuk, yaitu yang bersifat khusus (khās) dan umum
(‘ām). Perjanjian perdamaian yang bersifat khusus yaitu yang terdiri dari kelompok dengan
jumlah terbatas, sedangkan yang umum adalah dari jumlah yang tidak terbatas dan yang berhak
melakukan negoisasi perundingan perdamaian adalah pemimpin.
Semua konsepsi pengertian perdamaian seperti yang tersurat di atas merupakan wacana
damai dari sudut pandang fiqhiyah (juristik), dan itu umumnya masih dilatarbelakangi oleh
adanya klasifikasi wilayah yang berdasarkan identitas agama, seperti dār al-islām dan dār alharb. Bahkan lebih spesifik lagi, menurut Sidiq Hasan, bentuk wilayah Islam ada tiga kategori,
yaitu: (a. wilayah al-haram yang tidak boleh dikunjungi oleh kaum kafir dalam kondisi apapun
baik kafir dhimmi maupun harbi. (b). Hijaz yaitu daerah yang meliputi Yamamah, Yaman, Najd
2016
9
Pendidikan Agama Islam
Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dan Madinah. Daerah kawasan ini boleh dikunjungi oleh kaum kafir dengan proses perizinan,
akan tetapi tidak boleh bermukim melebihi tiga hari seperti halnya musafir. (c). Seluruh daerahdaerah kawasan Islam. Daerah ini bermukim bagi kaum kafir setelah ada perjanjian damai. (M
Sidiq Hasan, al-Din al-Kholis, 1995). Meskipun saat ini ada yang beranggapan bahwa klasifikasi
itu tak lebih dari fiksi belaka, mengingat realitas hubungan dunia global, hampir semua negara
dari pelbagai latar belakang ideologi telah menjamin persahabatan.
Banyak kalangan memahami perdamaian sebagai keadaan tanpa perang atau konflik.
Pemahaman seperti ini merupakan contoh dari definisi negatif perdamaian. Secara negatif,
perdamaian didefinisikan sebagai situasi absennya perang dan/atau berbagai bentuk kekerasan
lainnya. Definisi ini memang sederhana dan mudah difahami, namun melihat realitas yang ada,
banyak masyarakat tetap mengalami penderitaan akibat kekerasan yang tidak nampak dan
ketidakadilan. Melihat kenyataan ini, maka terjadilah perluasan definisi perdamaian dan
muncullah definisi perdamaian positif. Definisi positif dari perdamaian adalah absennya
kekerasan struktural atau terciptanya keadilan sosial. Perdamaian dalam konsep ini meliputi
semua aspek tentang masyarakat yang baik, seperti: terpenuhinya hak asasi yang bersifat
universal, kesejahteraan ekonomi, keseimbangan ekologi dan nilai-nilai pokok lainnya.
Berdasarkan konsep ini, perdamaian bukan hanya merupakan masalah pengendalian dan
pengurangan tercapainya semua aspek tersebut, namun perdamaian merupakan konsep yang
cukup luas dan pencapaiannya membutuhkan proses yang panjang. Untuk mencapai kondisi
tersebut, kita memerlukan suatu gerakan yang sinergis, bukan gerarakan yang terpisah-pisah.
Maka, gerakan yang memperjuangkan hak kaum puriveral, tuntutan supremasi hukum, atau
gerakan yang menentang pelanggaran hak azazi manusia, dan sebagainya seharusnya tidak lagi
dilihat sebagai suatu gerakan yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan suatu gerakan yang selaras
dengan tujuan yang sama, yaitu perdamaian.
Nah, dari uraian tadi, akankah masih relevan untuk melabelkan Islam dengan kekerasan?
Atau justru, orang-orang yang menuding Islam sebagai ‘referensi’ kekerasan, merupakan
kelompok yang sedang menciptakan kekerasan itu sendiri!
D. MISI KEMANUSIAAN DAN ISLAM
Allah SWT berfirman dalam surat al-Fath[48]: 29:
2016
10
Pendidikan Agama Islam
Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Wallahuálam.
ِ َّ َِّ ‫ول‬
)29 :‫ين َم َعهُ أ َِشدَّاءُ َعلَى الْ ُكفَّا ِر ُر ََحَاءُ بَْي نَ ُه ْم(الفتح‬
ُ ‫ُُمَ َّمد َر ُس‬
َ ‫اّلل َوالذ‬
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka……”. [TQS. Al-Fath : 29]
Apabila kita menyaksikan tayangan yang paling sering muncul di layar kaca akhir-akhir
ini, pasti kita akan mendapatkan betapa luar biasanya kebrutalan tentara Israel membantai warga
Palestina dan menyerang rombongan Freedom Flotilla. Padahal seluruh dunia mengetahui
bahwa misi yang dibawa oleh rombongan tersebut adalah memberi bantuan untuk warga
Palestina yang telah lama diinvasi, diblokade dan ditutup aksesnya dari dunia internasional.
Dengan akal sehat tentu kita akan sepakat menilai bahwa tindakan Israel adalah tindakan
yang biadab. Namun, apabila kita melihat respon yang diberikan oleh para pemimpin dunia
internasional justru malah menunjukkan sikap yang aneh dan cenderung hipokrit. Mereka tidak
berani memberikan tindakan yang tegas atas kebrutalan tindakan Israel tersebut. Dengan dalih
misi kemanusiaan mereka menyembunyikan sifat pengecut mereka. Misi kemanusiaan yang
mereka maksud adalah hanya sebatas mengirimkan bantuan makanan, pakaian, dan obat-obatan
semata. Padahal kita tahu bahwa di Palestina saat ini ada dua pihak yang harus diselesaikan
dengan penyelesaian yang berbeda. Pihak pertama adalah korban invasi, yang memang bisa
dibantu atau diselesaikan dengan mengirimkan bantuan logistik dan lain-lain untuk dapat
memulihkan kondisi mereka. Pihak kedua adalah penjajah, yang hanya bisa diusir oleh bala
bantuan tentara yang dikirim untuk memberi perimbangan perlawanan atau bahkan mampu
mengusir tentara penjajah Israel dari bumi Palestina. Dua pihak ini harus diselesaikan dengan
segera dan secara simultan agar dapat menciptakan perdamaian di kawasan Palestina.
Ironis rasanya apabila kita hanya memberikan bantuan logistik pada para korban invasi,
namun tidak mengusir penjajahnya. Sama halnya dengan ketika kita melihat anak kecil yang
sedang dipukuli oleh orang dewasa hingga babak belur kemudian kita hanya memberi permen
karet dan obat-obatan pada anak kecil tersebut agar tidak menangis, tanpa menghentikan
penyiksaan dan mengusir/ menjauhkan orang dewasa yang menyiksa dari anak kecil tersebut.
Tindakan ini merupakan tindakan yang tidak bisa diterima akal. Padahal sebagai manusia, kita
diberikan kelebihan jika dibandingkan dengan makhluk Allah yang lainnya yaitu berupa potensi
indera yang sempurna dan akal yang sehat. Allah swt mencela dan mengancam orang-orang yang
tidak mau berpikir dan mengerahkan segenap potensi yang dimilikinya dengan perumpamaan
2016
11
Pendidikan Agama Islam
Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yang cukup tegas, yaitu disamakan dengan hewan ternak di dunia dan dikumpulkan di neraka
kelak di akhirat. Allah SWT berfirman:
ِ ِ
ِ ‫س ََلم قُلُوب َل ي ْف َقهو َن ِِبا وََلم أ َْعي َل ي ب‬
ِ
ِْ ‫اِلِ ِن و‬
‫ص ُرو َن ِِبَا َوََلُْم آ َذان َل‬
ُْ ُ ُْ َ َ ُ َ
ُْ ِ ْ‫اْلن‬
َ ْ ‫َولََق ْد َذ َرأْ َن ِلَ َهن ََّم َكث ًريا م َن‬
ِ
ِ ِ
ِ
ِْ ‫اِلِ ِن و‬
ِ ْ‫اْلن‬
‫س ََلُْم‬
َ ِ‫َض ُّل أُولَئ‬
َ ِ‫يَ ْس َمعُو َن ِِبَا أُولَئ‬
َ ‫ك َك ْاألَنْ َع ِام بَ ْل ُه ْم أ‬
َ ْ ‫ك ُه ُم الْغَافلُونَ َولََق ْد َذ َرأْ َن ِلَ َهن ََّم َكث ًريا م َن‬
ِ ‫قُلُوب َل ي ْف َقهو َن ِِبا وََلم أ َْعي َل ي ب‬
‫َض ُّل‬
َ ِ‫ص ُرو َن ِِبَا َوََلُْم آذَان َل يَ ْس َمعُو َن ِِبَا أُولَئ‬
َ ‫ك َك ْاألَنْ َع ِام بَ ْل ُه ْم أ‬
ُْ ُ ُْ َ َ ُ َ
)179 :‫ك ُه ُم الْغَافِلُو َن(األعراف‬
َ ِ‫أُولَئ‬
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia,
mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan
mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan
Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayatayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah
orang-orang yang lalai” [TQS. Al-A’raf: 179)
Baik nash syara maupun fakta dilapangan menggambarkan bahwa Israel merupakan
bangsa biadab yang tidak mengenal bahasa perdamaian. Bahkan istilah bangsa kera pun
dinisbatkan khusus untuk mereka. Israel sudah sering kali melanggar perjanjian perdamaian yang
telah disepakati. Mereka hanya mengerti bahasa perang, bahkan rombongan relawanpun mereka
serang
dan
perangi
tanpa
ada
keraguan
apalagi
penyesalan.
Oleh karena itu, misi kemanusiaan yang saat ini dijalankan oleh masyarakat dunia masih
belum cukup. Logika berpikir yang digunakan harus lebih diperdalam dengan memberikan solusi
kongkrit dalam mewujudkan perdamaian di Palestina yaitu dengan mengerahkan pasukan untuk
mengusir penjajah Israel dari bumi Palestina. Dengan terusirnya penjajah maka perdamaian akan
segera terwujud dan misi kemanusiaan di Palestina akan dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Hal itu dapat diwujudkan apabila umat Islam memiliki kekuatan politik yang riil untuk
melindungi kaum muslim di seluruh dunia. Kekuatan itu adalah Daulah Khilafah Islamiyah yang
akan menjaga umat Islam dari serangan musuh. Oleh karena itu, dakwah dalam rangka
memberikan penyadaran kepada masyarakat akan urgensi Khilafah menjadi penting. Agar
musuh-musuh Islam akan berpikir ribuan kali sebelum mereka menyerang umat Islam.
Allahumma inna nas-aluka daulatan khilafatan rasyidatan ‘ala minhaji an-nubuwwah, tu’izzu
biha al-Islama wa ahlahu wa tudzillu bila al-kuffara wa ahlahu. Wallahu a’lam bi ash-shawab
2016
12
Pendidikan Agama Islam
Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Hatim, Dr. Muhammad Abd al-Qadir. 2002. Al-I’lam fi al-Qur’an al-Karim. Kairo: alHai’ah al-Masriyyah al-‘Ammah lil-Kitab.
Wahyuddin, Achmad, dan M. Ilyas dkk, Pendidkan Agama Islam untuk Perguruan
Tinggi , Grasindo: Jakarta 2009.
Departemen Agama Republik Indonesia. 2006. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta:
CV. Naladana.
Dewan Redaksi. 2010. Ensiklopedi Metodologi Al-Quran. Jakarta: Kalam Publika.
Agustian A.g. 2001. ESQ Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan
Spiritual. Arga. Jakarta.
Al-Hufiy, A.M. 2000. Keteladanan Akhlak Nabi Muhammad SAW. Pustaka Setia.
Bandung.
Al-Sya'rani, A A. 2004. 99 Akhlak Sufi: Meniti jalan surga bersama orang-orang
Suci.
Mizan Media Utama. Bandung.
Departemen Agama. 1971. Al-Quran dan terjemahannya. Departemen
Jakarta.
Sanusi A. 2006. Jalan Kebahagiaan. Gema Insani Press. Jakarta.
2016
13
Pendidikan Agama Islam
Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Agama.
Download