HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DAN SUSU DOT DENGAN TAMBAHAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA PERKEMBANGAN BICARA BAYI USIA 9-12 BULAN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi S1 Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Disusun oleh : TITIK DWI RAHAYU J 120 151 085 PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016 i HALAMAN PERSETUJUAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DAN SUSU DOT DENGAN TAMBAHAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA PERKEMBANGAN BICARA BAYI USIA 9-12 BULAN PUBLIKASI ILMIAH oleh : TITIK DWI RAHAYU J 120 151 085 Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh: Dosen Pembimbing Agus Widodo, S.Fis, M.Fis NIK. 11018 i i ii HALAMAN PENGESAHAN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DAN SUSU DOT DENGAN TAMBAHAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA PERKEMBANGAN BICARA BAYI USIA 9-12 BULAN Oleh : TITIK DWI RAHAYU J 120 151 085 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Jumat, 6 Januari 2017 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat Dewan Penguji 1. Agus Widodo, S.Fis., M.Fis (Ketua Dewan Penguji) 2. Wahyuni, S.Fis., M.Kes (Anggota 1 Dewan Penguji) 3. Isnaini Herawati, S.Fis, M.Sc (Anggota II Dewan Penguji) Dekan, Dr. Suwadji., M.Kes NIP. 19531123 198303 1 002 ii iiiii (………………………..) (………………………..) (………………………..) PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya. Surakarta, 6 Januari 2017 Penulis TITIK DWI RAHAYU J 120 151 085 iii iii iii iv HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DAN SUSU DOT DENGAN TAMBAHAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA PERKEMBANGAN BICARA BAYI USIA 9-12 BULAN Abstrak Reflek rooting merupakan proses awal menyusui dimana bayi mencari puting susu, yang diikuti refleks sucking dan swallowing. Reflek tersebut muncul saat pemberian susu baik ASI/susu dot. Pemberian ASI saja tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, sehingga saat usia 6 bulan bayi akan mengalami fase MP-ASI dimana bayi tidak hanya menghisap dan menelan saja, tetapi juga mengunyah makanan yang melibatkan otot-otot pembentuk suara dan sangat berperan penting pada perkembangan bicara. Proses bicara dihasilkan oleh vibrasi pita suara, bunyi dibentuk oleh getaran bibir, lidah dan palatum. Sampel: 60 bayi. Jenis penelitian iniObservasional dengan rancangan penelitian Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel secara Purposive Sampling. Pengukuran kemampuan bicara menggunakan alat ukur Early Language Milestone Scale-2 (ELMS-2). Analisis statistic menggunakan Chi Squere dengan degree of confident sebesar 95% (ρ = 0,05). Hasil Penelitian:ρ = 0,023 (ρ≤0,05) yang artinya H0ditolak dan Hα diterima.Sehingga ada hubungan antara ASI dan Susu Dot dengan tambahan MP-ASI pada kemampuan bicara bayi usia 9-12 bulan di Baby Spa Sarila Family Care Sragen. Kata Kunci: Perkembangan bicara bayi, ASI, Susu Dot dan MP-ASI Abstacts Reflek rooting is early process of breastfeeding where the baby looking for the nipple followed refleks sucking and swallowing. The refleks appears when baby giving breastfeed or breastfeed pacifier. Breastfeeding will not be enough to supply nutritional needs of baby, so at the age of 6 months through a phase of complementary feeding where the baby not only suck and swallow, but chewing food its involves muscle verbal shaper which plays an important role in development of verbal. Verbal process be produced by vibration of the vocal cords. While sound created by lip, tongue, and palatumvibration.Sample: 60 babies. Type of this research is Observasional with design research Cross Sectional. Sampling technique this research is Purposive Sampling. Measuring instrument of verbal ability using Early Language Milestone Scale-2 (ELMS-2). Statistic analysis using Chi Squere with degree of confident 95% (ρ = 0,05). Result:With ρ = 0,023 (ρ ≤ 0,05) which mean H0 ignoredor Ha accepted. It can be concluded that there is relation between breastfeed, breastfeed pacifier and complementary feeding to verbal development of baby aged 9 – 12 months in Baby Spa Sarila Family Care Sragen. Keywords : verbal development of baby, breastfeed, breastfeed pacifier and complementary feeding. 1 1. PENDAHULUAN Proses perkembangan awal dimulai dengan mekanisme reflek sebagai stimulasi dasar untuk maturasi otak, diantaranya reflek primitif atau long life reflekyang lama kelamaan akan menghilang seiring bertambahnya usia bayi (Takarini, 2013).Reflek rooting merupakan proses awal menyusui dimana bayi mencari puting susu, yang kemudian diikuti refleks sucking dan swallowing. Refleks tersebut muncul saat pemberian ASI maupun susu formula lewat botol susu dot (Roesli, 2008). Seiring bertambahnya usia bayi, pemberian ASI saja tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, sehingga pada saat usia 6 bulan bayi akan mengalami fase MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) dimana pada bayi sehat tidak hanya menghisap dan menelan saja, tetapi juga mengunyah makanan yang melibatkan otot-otot pembentuk suara dan sangat berperan penting pada perkembangan kemampuan bicara. Proses bicara dihasilkan oleh vibrasi getaran pita suara, sedangkan bunyi dibentuk oleh getaran bibir, lidah dan palatum (langit-langit rongga mulut). Kemampuan bicara melibatkan perkembangan sensorimotor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kemampuan reseptif (mendengar dan memahami) terjadi di otak kiri area Wernick dan kemampuan ekspresif (berbicara) di area Broca (Ambarwati, 2014). Tahapan-tahapan bicara pada usia 9-12 bulan adalah babbling, echolalia dan true speech. Tahap babbling (pengulangan suara atau kombinasi konsonan dan vocal) pada bayi usia 9 bulan, misalnya “ma-ma”, “ba-ba” dan “wa-wa”. Memasuki usia 10 bulan bayi mulai meniru suara yang di dengar (tahap echolalia), serta ia juga akan menggunakan ekspresi wajah atau isyarat tangan ketika ingin meminta sesuatu. Pada usia 12 bulan bayi memasuki tahap true speech adalah anak dengan sengaja menggunakan pola bunyi konvensional (katakata) yang merupakan respon terhadap situasi tertentu dari lingkungannya (Apel dan Masterson, 2012). Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, bagaimana hubungan pemberian ASI dan Susu dot dengan tambahan MP-ASI pada perkembangan bicara bayi usia 9-12 bulan?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian ASI dan Susu dot dengan tambahan MP-ASI pada perkembangan bicara bayi usia 9-12 bulan. Tujuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis terhadap perkembangan bicara bayi usia 9-12 bulan. Manfaat 2 teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pengembangan keilmuan tentang pemberian ASI, Susu dot dan MP-ASI pada kemampuan bicara bayi. Manfaat praktispenelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat sebagai berikut : (1) Bagi orang tua bayi: dapat menambah pengetahuan tentang perkembangan bicara pada bayi. (2) Bagi fisioterapi: dapat memperbanyak referensi sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran ilmu fisioterapi. (3) Bagi peneliti: dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut bagi peneliti selanjutnya mengenai aspek yang sama secara mendalam. 2. METODE Jenis penelitian ini adalah Observasional dengan rancangan penelitian Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel secara Purposive Sampling. Jalannya penelitian, sebagai berikut: (1) Pemilihan sampel, berdasarkan kriteria inklusi dan ekskulsi. (2) Pemberian penjelasan pada subjek tentang maksud dan tujuan penelitian ini. Penjelasan ini diberikan kepada para orang tua dari bayi yang menjadi sampel dalam penelitian ini. (3) Peneliti melakukan distribusi dan wawancara kuesioner. (4) Melakukan pengolahan dan analisis data. (5) Dilakukan uji normalitas data yang dikumpulkan dan selanjutkan dilakukan uji korelasi untuk mendapatkan ada atau tidak hubungan dari penelitian. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan selama bulan Oktober sampai dengan November 2016 di Baby Spa Sarila Family Care Sragen. Peneliti mendapatkan data 60 responden yang dapat dilakukan penelitian. Subyek penelitian terbagi menjadi 3 kelompok, dengan 20 responden ASI ditambah MP-ASI, 20 responden Susu dot ditambah MP-ASI serta 20 responden ASI dan Susu dot ditambah MP-ASI. Pengambilan data pertama adalah responden yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Setelah itu orang tua responden mengisi kuisioner sesuai kelompok responden. Dari ketiga kelompok responden penelitian dikumpulkan untuk menentukan perkembangan bicara dan peneliti akan melakukan perbandingan untuk mencari adanya hubungan antara ketiganya. 3 Tabel 3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia dan Perkembangan Bicara Sesuai ELMS-2 Usia Perkembangan bicara (bulan) Sesuai Tidak sesuai Total N % N % N % 9 5 8,3 10 16,7 15 25,0 10 7 11,7 8 13,3 15 25,0 11 11 18,3 4 6,7 15 25,0 12 13 21,7 2 3,3 15 25,0 Total 33 60 % 27 40 % 60 100 % Berdasarkan karakteristik usia subyek penelitian yang dikaitkan dengan perkembangan bicara diketahui bahwa usia 9 bulan lebih banyak mengalami perkembangan bicara yang tidak sesuai sebesar 16,7 %, sedangkan pada usia 12 bulan lebih banyak mengalami perkembangan bicara yang sesuai sebesar 21,7 %. Tabel 3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Perkembangan Bicara Sesuai ELMS-2 Jenis Kelamin Perkembangan bicara Sesuai Tidak Total sesuai n % N % N % Laki-laki 12 22,3 23 42,7 35 65,0 Perempuan 20 28,0 5 7,0 25 35,0 Total 33 50,3 27 49,7 60 100 % % % Berdasarkan tabel diatas memperlihatkan bahwa laki-laki lebih banyak mengalami perkembangan bicara yang tidak sesuai yaitu sebesar 42,7 %, lebih tinggi dibandingkan perempuan yang hanya 7 %. Tabel 3.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Tekstur MP-ASI dan Perkembangan Bicara Sesuai ELMS-2 Tekstur Perkembangan bicara MP-ASI Sesuai Tidak sesuai Total n % N % N % Padat 25 41,7 12 20,0 37 61,7 Halus 9 14,9 14 23,4 23 38,3 Total 34 56,6 % 26 4 43,4 % 60 100 % Berdasarkan tabel diatas memperlihatkan bahwa bayi yang menggunakan MPASI dengan tekstur padat perkembangan bicara sesuai 41,7 % lebih tinggi dibandingkan MP-ASI dengan tekstur halus hanya 14,9 %. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji korelasi Chi-Square untuk menganalisa adakah hubungan antar variabel. Tabel 3.4 Analisis Penggunaan ASI/Susu dot dan MP-ASI Terhadap Perkembangan Bicara Bayi di Baby Spa Sarila Family Care Sragen Penilaian ELMS-2 Sesuai Tidak sesuai Total Penggunaan ASI/Susu dot dan MPASI p-value ASI+MPSusu dot+ ASI+Susu Total ASI MPASI dot-MPASI n % N % n % N % 18 29,9 6 9,9 12 20,0 36 59,8 0,023 5 8,4 11 18,4 8 13,4 24 40,2 23 38,3 17 28,3 20 33,4 60 ket Hα diterima 100 Berdasarkan hasil uji Chi-Square diketahui bahwa nilai p-value 0,023 < 0,05, maka H0 ditolak dan Hα diterima. Kesimpulannya adalah ada hubungan yang signifikan antara penggunaan ASI dan Susu dot dengan tambahan Makanan Pendamping ASI padaperkembangan bicara bayi usia 9-12 bulan di Baby Spa Sarila Family Care Sragen. Deteksi Dini Keterlambatan Bicara American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan agar melakukan surveilans perkembangan (developmental surveillance) pada setiap kontrol anak sehat dan melakukan skrining perkembangan (developmental screening) pada anak usia 9,18, dan 30 bulan. Menurut laporan IDAI dalam buku bedah ASI kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah 2008. Pada bayi yang mendapatkan asupan ASI jarang mengalami keterlambatan atau gangguan dalam perkembangan bicara dan bahasa. ASI memiliki jumlah kadar lemak yang tinggi yang bermanfaat dalam membantu pertumbuhan otak yang cepat saat masih bayi. Seorang bayi menggerakkan lidahnya, menggulungnya dari bagian depan ke belakang untuk menghisap ASI. Bagian-bagian dalam gerakan ini baik, sebab ini adalah bagian terpenting dalam perkembangan rahang bayi (Palmer, 2008). Dalam proses bicara rahang berfungsi untuk memberikan ruang gerak lidah selama berbicara, gerakan rahang akan naik dan turun pada saat mengucapkan kata “aa…ee” (Alphonce et al, 2000). Perbedaan antara gerakan lidah dan posisi lidah pada bayi saat menghisap ASI dan Susu dotadalah karena sifat dari lateks puting buatan (Palmer, 1998). Proses menyusu lewat dot membuat bayi tidak perlu bersusah-payah menghisap, karena 5 adanya gravitasi bumi susu mengalir dari botol dot ke dalam mulut bayi. Dot tidak perlu mencapai rongga mulut, lidah bayi tidak perlu bersusah payah memerah susu, menghisap dengan bibir susu tetap megalir dari dot. Saat menghisap dot akan memberikan tekanan abnormal pada bibir, lidah, langit-langit mulut dan lengkung gigi-geligi (archus dentalis) yangmengganggu gerakan mengunyah. Hal itu akan berdampak pada perkembangan otot-otot mulut, wajah dan langit-langit mulut yang merupakan otot penggerak berbicara. Sehingga mempengaruhi gangguan artikulasi bicara, perkembangan dan kemampuan bicara pada bayi (Gartner et al, 2005). Menurut Laura Dver (2009), orang tua dianjurkan menghentikan penggunaan dot setelah bayi mencapai usia 10 bulan. Menurut D.C. Bahr penulis buku “ Oral Motor Assesment and Treatment“, dot ataupun cangkir sedot dapat mengancam perkembangan otot-otot mulut karena keduanya hanya membuat bayi menggerakkan lidahnya ke depan dan ke belakang. Dengan bertambahnya usia bayi harus bisa menggerakkan lidahnya ke segala arah, apabila bayi kesulitan menggerakkan lidahnya ke segala arah maka resiko terjadi keterlambatan perkembangan bicara sesuai ELMS-2. Lidah berfungsi untuk menghisap makanan, ujung lidah digunakan untuk menghasilkan bunyi t, d, k dan g. Sedangkan lidah bagian belakang menghasilkan bunyi k dan g. Pada masa pembentukan proses makan yang benar, anak usia balita perlu belajar mengenali berbagai jenis tekstur makanan seimbang. Karena proses menghisap (sucking) dot jelas lebih mudah dibanding mengunyah makanan, sehingga proses makan dapat terganggu (Kerwin, 1999). Masalah makan membuat gerakan lidah yang tidak terkoordinasi selama pengiriman bolus makanan ke bagian belakang mulut untuk memulai reflek menelan (Stevenson, 2000). Pengenalan makanan dengan tekstur kasar tidak hanya penting untuk alasan gizi, tetapi juga untuk perkembangan ketrampilan motorik oral. Tekstur makanan kasar membuat bayi mengunyah makanan yang akan membantu penguatan rahang, otot bibir dan lidah. Pengenalan makanan padat tujuannya untuk merangsang sistem-sistem digestive, dimana proses terpenting pada saat mengunyah dan menelan makanan. Aspek tersebut penting dikarenakan pada area pita suara adanya proses mekanisme peristaltic yang menghasilkan berbagai jenis gelombang suara. Udara melewati lorong yang dinamakan faring. Dari faring, udara melewati dua lintasan, yaitu melalui hidung dan melalui rongga mulut. Lidah, bibir dan hidung bertindak sebagai sebagai modulator untuk menghasilkan berbagai bunyi yang berbeda. (Furui, 2001). 6 4. PENUTUP Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu ada hubungan antara ASI dan susu dot dengan tambahan Makanan Pendamping ASI pada perkembangan bicara bayi usia 9-12 bulan di Baby Spa Sarila Family Care Sragen. Saran-saran yang dapat diajukan berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah diperoleh, yakni: (1) Dalam memberikan manfaat untuk meningkatkan pengetahuan tentang perkembangan bicara pada bayi diharapkan penelitian yang akan datang lebih baik lagi. (2) Penelitian ini dapat menjadikan Early Language Milestone Scale 2 (ELMS) sebagai alat ukur untuk menilai adanya keterlambatan kemampuan bicara pada anak. . 5. DAFTAR PUSTAKA Apel, K. & Masterson, J. 2012. Beyond Baby Talk. From Spelling to Speaking: A Guide To Language and Literacy Development for Parents and Caregivers. New York, NY: Three Rivers Press. Furui S, 2001.Digital Speech Processing, Synthesis and Recognition. Marcel Dekker Inc: New York. Gartner LM, Morton J, Lawrence RA, et al. 2005. Breastfeeding and the use of human milk. Journal ofAmerican Academy Pediatrics. Vol. 15(2):496–506. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang DKI Jakarta, 2008. Bedah ASI Kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. Jakarta: Balai Penerbit FKUI: 45-55. Kerwin, M.L.E. (2003). Pediatric Feeding Disorders. The Behavior Analyst Today: 160-174. Laura A. Jana, & Jennifer Shu, 2008. Food Fights: Winning the Nutritional Challenges of Parenthood Armed with Insight, Humor and a Bottle of Ketchup.Journal of American Academy Pediatric. Vol. 5 (3):45-48 7