MODEL TANGGUNG JAWAB SOSIAL INDUSTRI DALAM PEMANFAATAN HASIL-HASIL RISET IPTEK1 Oleh: Dr. Johannes, S.E., M.Si. 2 1. Tanggung jawab sosial Dalam hubungan bisnis dan pemangku kepentingan (stakeholder) pada tahap awal diakui bahwa tanggung jawab sosial adalah fungsi pemerintah, bukan tanggung jawab bisnis ataupun perusahaan. Pendapat ini tentunya terjadi pada awal dekade dimana hasil alam masih berlimpah, persaingan industri tidak ketat, dan tuntutan pemangku kepentingan terhadap perusahaan belum tinggi. Dapat dicatata pendapat Friedman dalam Robin, F (2008) hal 232. menuliskan bahwa The business of business is to maximise profits, to earn a good return on capital invested and to be good corporate citizen obeying the law- no more and no less. Sejalan evolusi pada seluruh bidang, termasuk adanya globalisasi, hal demikian berubah drastis. Dalam perkembangan bisnis baru, diakui bahwa tanggung jawab sosial perusahaan yang dikenal sebagai Community Social Responsibility (CSR) adalah fungsi perusahaan. Adapun “desakan” untuk itu bersumber dari banyak hal baik karena tekanan global maupun regional. Bilamana dikaitkan fungsi maka ini dilakukan secara sukarela (voluntary) bukan karena adanya paksaan dari luar, utamanya dari pemerintah. Lebih dari itu, pembeda terminologi CSR dengan penerapan sebelumnya terletak kepada fungsi “tanggung jawab ” yang bermakna bahwa CSR sifatnya datang dari perusahaan. Banyak konsep CSR yang dipubllikasikan, Wibisono (2007) melaporkan CSR bahwa CSR didefinisikan sebagai komitmen dunia usaha untuk terusmenerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontibusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas. Dalam versi World Bank CSR didefinisikan sebagai “the comitment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representatives the local community and society at large to improve quality of life, in ways that are both and good fo business development” Dalam batasan demikian, maka CSR sesungguhnya merupakan konsep dan program yang menucnul secara sukarela, karena perusahaan menganggap penting sehingga harus diformulasikan sedemikian rupa. Selanjutnya, di dalam konsep CSR terdapat berbagai aspek seperti nilai, kultur, kompetensi, sejarah 1 Disampaikan pada Lokakarya Penyusunan Etika Bisnis Kerjasama Kementrian Negara Riset dan Teknologi dan Universitas Jambi, 9 Juni 2009 2 Dosen Fakultas Ekonomi Jurusan manajemen dan Program Magister Manajemen Pascasarjana Universitas Jambi. Model Tanggung jawab Sosial Dalam Pemanfaatan Hasil Ristek, Jambi 9 Juni 2009 1 perusahaan bahkan etika yang dijadikan dasar bertindak oleh seluruh pihak internal manajemen perusahaan . Isu terkait dengan CSR senantiasa mengalami perubahan sesuai dengan dinamika dan kesadaran tetang kebutuhan bersama. Isu yang terkait utamnya adalah Good Corporate Governance, Sustainable Development, sampai ke Daya Saing. Bilamana isu ini disimak lebih dalam, maka ditemukan bahwa penerapan CSR saling menopang dengan dimensi-dimensi tersebut. Bila dikatikan dengan corporate governance maka penakanan CSR adalah pelibatan stakeholder dalam tatakelola perusahaan. Semantara itu bila dikaitkan dengan isu keberlanjutan, penekanannya adalah bahwa bisnis yang dapat berkelanjutan apabila didukung oleh pemangku kepentingan. Selanjutnya bila dikaitkan dengan konsep daya saing, maka sisi pelaksanaan CSR adalah dalam rangka membangun daya saing bisnis baik di tingkat regional maupun global (Zadek, 2006) Dalam hubungannya dengan tanggung jawab sosial, prinsip sederhana yang mendasari perkembangannya adanya satu pengakuan prinsip mutualisme, dimana antara perusahaan dan masyarakat harus hidup berdampingan dan saling memberikan manfaat bersama. Hal ini kemudian diakui oleh bisnis bahwa hanya dengan masyarakat – yang dikenal juga dengan sebutan stakeholder yang kuat – maka bisnis dapat berkembang dengan baik. Dalam perkembangan yang lebih lanjut, perkembangan teknologi menjadi isu yang paling dominan sebagai bagian daripada tanggung jawab sosial. Teknologi cloning misalnya telah berkembang demikian pesat, akan tetapi tetap dilaksanakan untuk mengapresiasi keberdaan daripada manusia dan masyarakat. Demikian juga dengan teknologi transgenik di bidang budidaya secara teknologi telah lolos akan tetapi secara sosial dan kemasyarakatan masih terus dipertanyakan. Sesuai dengan penjelasan di atas, fokus diskusi pada studi ini adalah bagaimanakah model pengembangan tanggung jawab sosial perusahaan dalam presfektif penggunaan hasil penelitian dan teknologi. 2. Tanggung jawab sosial Perusahaan Tanggung jawab sosial dewasa ini sudah menjadi bagian daripada orientasi bisnis. Prinsip ketergantngan dan manfaat bersama ternyata menjadi landasan utama dalam penyelenggaraan atau implementasi program tanggung jawab sosial. Terminologi Tanggung jawab Sosial (social responsibility) sendiri terkait dengan banyak istilah. Waddock dalam Meehan (2006) menjelaskan 9 istilah yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial: 1) corporate social responsibility (CSR), 2) corporate social perfomance (CSP), 3) alternative CSR3c, 4) Corporate responsibility, 5) Stakeholder approcah, 6) Business ethics and values, inclding nature-based values, 7) Boundary-spanning functions including, 8) Corporate Community Involvement (CCI), dan 9) Corporate Citizenship (CC). Model Tanggung jawab Sosial Dalam Pemanfaatan Hasil Ristek, Jambi 9 Juni 2009 2 Substansi daripada istilah ini dari masa ke masa mengalami perubahan. Pada tahun 60an, tanggung jawab sosial lebih berintikan “charity” perusahaan kepada lingkungan yang mengambil berbagai bentuk, berbeda antara satu perusahaan terhadap perusahaan lain. Sudah tentu, model charity seperti itu susah untuk dievaluasi manfaat dan dampaknya. Model pyramida yang dikembangkan Carrol sangat dominan dalam penjelasan tanggung jawab sosial, Caroll menjelaskan kaitan antara satu bidang tanggung jawab sosial korporasi dengan bidang lain. Dari semua model di atas, salah satu yang dominan dikembangkan sekarang ini ada model pendekatan yang dikembangkan yaitu model pendekatan stakeholder (5). Model ini menjelaskan rinci peran pemangku kepentingan dan fungsinya kepada perusahaan. Dengan identifikasi peran dan kepentingan, maka perusahaan dapat mengintegrasikannya ke dalam satu pencapaian tujuan. Sementara Meehan sendiri lebih menggunakan model 3C-SR, dimana inti dari 3C adalah Commitment, Consistency dan Connection, dan patut dicatat tidak kedua model ini sesungguhnya berbeda pandangna, pada model 3C lebih menekankan konsep yang kemudian diurut menjadi operasional. Di Indonesia, masalah tanggung jawab sosial bisnis menjadi isu yang belum terslesaikan dengan baik. Menurut UU No 40 Tahun 2007, tentang Perseroan Terbatas telah dinyatakan bahwa tanggung jawab Sosial adalah bagian daripada tugas perseroan, oleh karena itu perseroan harus menyediakan dana. Artinya komponen biaya tanggung jawab sosial bukan lagi didasarkan kepada skema kalau perusahaan punya dana, akan tetapi di awal perusahaan telah diharuskan mencantumkan dana tanggung jawab sosial. Konsep ini menjustifikasi anggaran di tingkat manajemen puncak yang belum tentu mendapat pengesahan. Lebih dari itu, perseroan diharuskan menyampaikan laporan. Selain aturan ini masih ada program lain bersifat insentif dan fasilitatif, yaitu PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan) yang dimaksudkan untuk mendorong perusahaan peserta meningkatkan prestasi mereka dalam program lingkungan hidup secara luas. Sesuai dengan prinsip dasar PROPER dari Kementerian Lingkungan Hidup mendorong penataan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan melalui instrumen insentif dan diseinsentif reputasi dengan pelibatan masyarakat dan sekaligus sebagai wujud dari pelaksanaan UU Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 23/1997 pasal 5 ayat 2 tentang hak masyarakat atas infomasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup. Perusahaan yang terlibat dalam program mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, karena hasil peringkat dimumkan terbuka, yang baik diberi hadiah, pihak manajemen merasa manfaat langsung. Walau program ini tidak bisa disamakan dengan program tanggung jawab sosial, karena kecenderungan pada program ini adalah masalah lingkungan. Bersamaan dengan pandangan ini dikenal istilah stakeholder dalam terminologi Indonesia dikenal sebagai pemangku kepentingan . Jadi kalau tuga perusahaan pada awalnya adalah untuk menciptakan keuntungan kepada pemilik saham (shareholder), maka tugas ini telah berobah menjadi memberikan manfaat Model Tanggung jawab Sosial Dalam Pemanfaatan Hasil Ristek, Jambi 9 Juni 2009 3 kepada stakeholder. Dari hasil penelusuran studi literatur diketahui bahwa banyak penulis mengacu kepada pendapat Carol (1979) yang mengidentifikasi bahwa tanggung jawab sosial perusahaan adalah: 1) ekonomi, 2) legal, 3) ethical, 4) diskresionary. Masing-masing tanggung jawab sosial ini dijelaskan sebagai berikut (Jamali, D. 208) 1) Ekonomi mislanya berkaitan dengan menyediakan ROI kepada pemegang saham, menciptakan pekerjaan dan pengupahan yang adil, menemukan sumberdaya baru, mempromosikan penggunaan teknologi lanjutan, inovasi, dan menciptakan barang dan jasa yang baru. 2) Legal berkaitan dengan peran perusahaan memainkan peran sesuai dengan peraturan dan prosedur. Dalam kaitan ini masyarakat mengharapkan agar perusahaan dapat memenuhi visi dan misi yang diusungnya. 3) Etika diharapkan agar pelaku bisnis mempunyai moral, etika kerja dimana perusahaan berada. Etika tidak harus sesuai dengan apa yang diatur dalam aturan formal, akan tetapi dapat memenuhi harapan masyarakat terhadap perusahaan , misalnya menghargai masyarakat, menghidnari pencideraan masyarakat, dan mencegah adanya bencana bagi masyarakat. 4) Berkaitan dengan penilaian, pilihan perusahaan dalam hal kegiatan yang diharapkan kembali kepada masyarakat. Tentang dampak hubungan baik antara perusahaan dengan pemangku kepentingan , Kotter J dan James (1992) dalam Svendensen et.al. (2000) laporannya tentang Corporate Culture yang dilaporkan Harvard, menunjukkan bahwa selama 11 tahun pemantauannya menunjukkan bahwa dari sisi: pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan karyawan, perusahaan yang berorienatasi keapada stakeholder berikenerja lebih baik dbanding dengan perusahaan yang berorientasi pada pemegang saham. Dicatat juga bahwa manajemen yang menerapkan visi lebih memberikan fokus kepada stakeholder daripada pemegang saham. Laporan ini senada dengan hasil penelitian tentang Living Company (1997) dimana ditemukan bahwa perusahaan yang berorientasi kepada pemangku kepentingan tetap berada pada hubungan yang harmonis dengan lingkungan nya dengan tetap menjada hubungan kuat dengan lingkungan. Hal demikian dimungkinkan karena manfaat yang diterima perusahaan yang berorientasi kepada pelanggan akan memberikan manfaat yang berkelanjutan terhadap perusahaan . 3. Model Tanggung jawab Sosial Dalam Pemanfaatan Hasil Riste dan Teknologi Tanggung jawab Sosial semakin menemukan posisinya pada perusahaan dewasa ini. Bentuknya dalam era otonomi daerah juga disebut Community Model Tanggung jawab Sosial Dalam Pemanfaatan Hasil Ristek, Jambi 9 Juni 2009 4 Development. Dalam konteks ini model dapat dilihat sebagai satu urutan yang dapat diterapkan oleh perusahaan guna mencapai tujuan. Adapun model penerapan tanggung jawab sosial untuk pemanfaatan teknologi dapat dilihat pada Gambar 1. berikut. INTERNALISASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL KE DALAM STRATEGI BISNIS BAIK JANGKA PENDEK MAUPUN JANGKA PANJANG. MONITORING DAN EVALUASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL BISNIS DALAM PEMANFAATAN HASIL RISET IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB KE DALAM BENTUK PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN DI BIDANG PEMANFAATAN HASIL RISET Gambar 1. Model Siklus Penerapan tanggung jawab sosial bisnis 1. Internalisasi ke dalam strategi Langkah pertama sebagaimana terlihat pada Gambar 1. adalah keharusan menginternaliasi tanggung jawab sosial kepada ke dalam praktek bisnis. Internalisasi maksudnya adalah menjadikan permasalahan tanggung jawab sosial sebagai bagian daripada strategi perusahaan. Hal ini perlu diingatkan karena dalam paradigma bisnis modern bahwa hubungan pelanggan dan perusahaan adalah aset yang harus dikelola manajer. Elm, H. (2006) dalam laporannya tentang pelaksanaan CSR di Eropa Timur masih sering dilihat sebagai program Charity, bukan sebagai sesuatu yang eksplisit, tertuang sebagai bagian daripada strategi. Apa yang dikemukakan oleh Mehaan dengan model 3C-SR harus menjadi awal internalisasi yaitu membangun komitmen. Sementara itu membangun komitmen haruslah dimulai dengan adanya pemahaman yang mendalam oleh pihak manajemen terhadap CSR. Untuk itu harus diakui bahwa Model Tanggung jawab Sosial Dalam Pemanfaatan Hasil Ristek, Jambi 9 Juni 2009 5 manfaat CSR sebagai bagian daripada intangible aset tidaklah instan, akan tetapi perlahan-lahan pada jangka panjang. Wibisono (2007) menjelaskan manfaat CSR: 1) mempertahankan dan mendongkrak brand image perusahaan, 2) memperoleh license to operate, 3) mereduksi risiko bisnis perusahaan, 4) melebarkan akses sumberdaya, 5) membentangkan akses menuju market, 6) mereduksi biaya, 7) memperbaiki hubungan dengan pemangku kepentingan, 8) memperbaiki hubungan dengan regulator, 9) meningkatkan semangat produktivitas, dan 10) peluang mendapatkan penghargaan. Peran pemerintah dalam di atas adalah penting. Pemerintah sebagai pemegang wewenang harus melakukan pemeriksaan terhadap strategi perusahaan dalam menginternalisasikan permasalahan tanggung jawab sosial ke dalam permasalahan internal perusahaan . Sebagai catatan dapat disampaikan temuan Albareda, L. et.al. (2006) tentang peran pemerintah dalam implementasi CSR: di Inggris lebih sifatnya sistemik terhadap orientasi peran pemerintah dan swasta. Sementara di Itali sifatnya lebih ekstensif, dan melakukan pendekatan multi stakeholder dan multi level. Pentingnya internalisasi CSR dalam strategi akan menentukan keberhasilan program CSR itu sendiri. Galbreath (2009), dalam studinya menjelaskan bahwa upaya perusahaan mengintergrasikan ataupun merealisasikan CSR dalam strategi perusahaan secara integratif tidak menunjukkan perubahan yang mendasar. Permasalahan dalam implementasi CSR baru sebatas popularitas belum menyentuh permasalahan yang mendasar. Oleh karena itu, pekerjaan utama secara bisnis dalam mengimplementasikan CSR adalah “mengadopsi” nya menjadi bagian strategi perusahaan . 2. Implementasi Marten J.H.K, dkk. (2007) dalam studi kasus tentang CSR mengidentifikasi konflik yang pernah terjadi antara perusahaan Multinasional dengan masyarakat sekitar. Identifikasi mereka menunjukkan berbagai hal: 1) berkurangnya sumber ait, rendahnya kepedulian terhadap perekonomian masyarakat dan pengawasan perusahaan yang berlebihan, 3) hilangnya jalan setapak dan terancamnya fungsi pembangunan kerekatan sosial. Oleh karena itu adapun implementasi CSR didasarkan kepada permasalahan yang dihadapi perusahaan terhadap pemangku kepentingan. Dalam hal ini harus dibedakan mana pemangku kepentingan primer dan sekunder. Stakeholder primer mempunyai kepentingan yang langsung berhubungan dengan masa depan perusahaan. Yang termasuk stakeholder primer yaitu pemegang saham dan investor, karyawan, pelanggan, pemasok dan penduduk dimana perusahaan beroperasi. Beberapa ahli menambahkan stakeholder primer meliputi individu atau kelompok yang berkepentingan terhadap sumber daya alam, spesies bukan manusia, dan generasi yang akan datang (Wheeler dan Sillanpää, 1997). Sedangkan stakeholder sekunder adalah mereka yang tidak menerima dampak Model Tanggung jawab Sosial Dalam Pemanfaatan Hasil Ristek, Jambi 9 Juni 2009 6 langsung; diantaranya media, kelompok pemerhati (pressure groups), atau kelompok sosial lain dimana perusahaan berada. Fungsi pemerintah dalam hal ini sangat penting untuk memeriksa cakupan dan implementasinya di lapangan. Jamali (2008) mendasarkan pelaksanaan CSR atas pendekatan pemangku kepentingan (stakeholder). Dari hasil identifikasi yang dilakukan, dapat dilihat kategori pemangku kepentingan dan harapannya terhadap perusahaan . Gambar 1. Jenis Pemangku kepentingan dan Harapan kepada perusahaan . No. 1 Pemangku kepentingan Karyawan 2 Pemasok 3 Pelanggan 4 Masyarakat Harapan dipilah menjadi nilai Kesehatan dan keamanan bekerja Pengembangan keahlian bekerja Kesejahteraan dan kepuasan pekerja Kualitas pekerjaan Keadilan sosial Kemitran antara perusahaan yang memberikan order dan pemasok. Pemilihan dan analisis sistem pasokan Kualitas produk Keamanan pelanggan selama menggunakan produk Perlindungan Konsumen Transparansi informasi produk Menicptakan dan menambah nilai kepada masyarakat Keamanan lingkungan dan produksi Sumber. Longo et.a., dalam Jamali, D. (2008). Hal. 217. Masing-masing pemangku kepentingan ini mempunyai harapan yang berbeda terhadap perusahaan. Oleh karena itu, program dan kegiatan harus didasarkan kepada identifikasi pemangku kepentingan secara seksama. Implementasi bagaimanapun tidak berjalan mulus. Untuk kasus Indonesia misalnya telah didapat didapat dua Undang-undang yang mengharuskan korporasi menerapkan yaitu Undang-undang tentang penanaman modal dan Undang-undang Perseroan Terbatas. Akan tetapi kenyataan ini masih dihadapkan kepada kendala yaitu: 1) Isu tentang CSR masih lebih sebatas khabar baik, akan tetapi pelaksanaannya masih langka. Robin (2008) melaporkan ada tiga kondisi yang dihadapi dalam penerapan CSR i) biaya yang ditimbulkan oleh CSR bisa saja tidak dikenal, ii) keputusan yang berkaitan dengan kompetensi yang tidak dipunyai oleh perusahaan , dan iii) CSR mungkin Model Tanggung jawab Sosial Dalam Pemanfaatan Hasil Ristek, Jambi 9 Juni 2009 7 akan berkaitan dengan lingkup sosial yang lebih luas, pemerintah dan masyarakat, hal ini membuat perusahaan akan berfikir ulang. 2) Untuk kasus Indonesia, sebagaimana dilaporkan oleh Pradjoto (2007) dalam Kompas: perusahaan melihat CSR sebagai biaya yang kemudian menjadikan biaya operasional perusahaan meningkat. Pandangan demikian tentunya berbeda dengan makna daripada CSR yang lebih menekankan kepada tanggung jawab perusahaan ketimbang sekedar perbuatan baik. Adapun tantangan demikian mengisyaratkan bahwa keterlibatan pemangku kepentingan mutlak dalam mengimplementasikan program CSR. Pendekatan partisipatif dengan berbagai bentuk akan menopang keberhasilan perusahaan dalam mengimplementasikan program CSR. 3. Monitoring dan Evaluasi Adapun pertimbangan utama dalam menerapkan CSR adalah manfaat, baik yang berwujud nyata (tangible) dan tidak nyata (intangible). Oleh karena itu manfaat yang diharapkan senantiasa harus mendapat dipantau dan dievaluasi. Penerapan CSR di Indonesia dapat dikatkaan terlambat, hal ini bila dilihat praktek yang dilaksanakan oleh perusahaan besar di Indonesia CSR masih cenderung bersifa niat baik (charity). Keluarnya UU No. 40 tahun 2007, tentang Perseroan Terbatas secara eksplisit mencantumkan Tanggung jawab Sosial sebagai bagian daripada kegiatan perusahaan . Secara singkat dapat disimpulkan bahwa setiap perseroan wajim mencantumkan dana untuk tanggung jawab sosial, melaksanakan, dan melaporkannya ke pemerintah setiap tahunnya. Bahakan bagi perseroan yang tidak melaksanakan wajib dikenakan sangsi. Pelaporan demikian tentunya menjadi bagian daripada kesempatan yang memungkinkan pemerintah, salah satu dari pemangku kepentingan untuk terlibat dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial. Walau harus diakui bahwa upaya menerbitkan PP yang beriaktan dengan tanggung jawab sosial lini masih mengalami hambatan. 4. Tanggung jawab sosial dan teknologi Riset Iptek Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang demikian pesat. Dari sisi ilmu ekonomi bahkan telah berkembang aliran New Economy yang meyakini bahwa ekonomi yang berkembang pesat adalah yang digerakkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena ini akan memberikan nilai tambah lebih besar kepada negara daripada menghasilkan bahan mentah yang menopang perekonomian. Sehingga kemajuan bangsa dan negara ditentukan anggaran yang tersedia untuk Riset dan Pengembangan (R&D). Perkembangan teknologi senantaisa tidak terbatas, karena selalu terbuka ruang untuk Model Tanggung jawab Sosial Dalam Pemanfaatan Hasil Ristek, Jambi 9 Juni 2009 8 mengimpelementasikannya. Dari hasil penelusuran pada situs http://id.wikipedia.org/wiki/ Kategori:Teknologi, ditemukan 33 kategori teknologi. Adapun kategori ini adalah sebagai berikut: alat, bahan peledak, digital, elektorinika, fotographi, informasi, lingkungan, luar angkasa, mesin, militer, optik, otomasi, percetakan, penghargaan sains, pertanian, pendidikan, program luar angkasa, proses industri, robot, sejarah teknologi, sistem, suara, teknik, dan teknologi televisi. Berkaitan dengan kategori teknologi di atas, pada dasarnya ada dua sumber teknologi bagi perusahaan yaitu internal dan eksternal, yang lebih dikenal sebagai outsourcing. Dalam hal outsourcing, keterlibatan mitra menyediakan teknologi bagi satu perusahaan sangat dimungkinkan. Teknologi bagi perusahaan telah menjadi bagian daripada kpts yang harus disiapkan untuk menopang daya saingnya. Akan tetapi pedoman untuk menerapkan teknologi dan ilmu pengetahuan diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Menjunjung Nilai luhur. Nilai luhur bagaimanapun harus diutamakan, karena nilai kemanusiaan melekat kepada ciptaan yang lebih tinggi. Untuk kasus cloning bagaimanapun hal ini tidak akan pernah mendapat tempat karena melecehkan manusia sebagai ciptaan yang maha kuasa. 2. Perusahaan menyusun praktik penggunaan teknologi dan ilmu pengetahuan dalam bentuk etika ataupun konduk, sehingga prinsip akuntabilitas tetap terpelihara sehingga memungkinkan temuan dan inovasi berjalan dengan baik. 3. Menopang keberlanjutan lingkungan. Teknologi bagaimanapun harus mepertimbangkan keberlanjutan lingkungan secara utuh untuk generasi sekarang dan yang akan datang. 4. Perusahaan harus menggunakan teknologi secara bertanggungjawab sehingga dapat memperbaiki kualitas perusahaan secara khusus dan kualitas masyarakat beserta lingkungan secara umum. 5. Peran pemerintah harus bersifat fasilitatif, sehingga dapat mendorong lahirnya berbagai temuan yang dapat menopang pembangunan bangsa secara keseluruhan. 5. Kesimpulan Adapun praktik penerapan CSR yang menjadi populer saat ini haruslah juga mengakomodasi isu-isu yang berkembang. Isu tentang pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi bagaimanapun harus menjadi bagian daripada strategi perusahaan sehingga setiap perusahaan dapat menyiapakan pedoman (konduk) yang menopang praktik dan pemanfaatan teknologi sebagai bagian daripada tanggung jawab sosial perusahaan . Dukungan terhadap praktik Tanggung jawab Sosial perusahaan baik berisfat Undang-undang dan peraturan yang bersifat lolak senantiasa harus dipahami bukan sebagai beban perusahaan , akan tetapi sebagai tanggung jawab perusahaan untuk turut menopang pembangunan yang lebih luas. Model Tanggung jawab Sosial Dalam Pemanfaatan Hasil Ristek, Jambi 9 Juni 2009 9 Daftar Pustaka Albarade. L.2008. Corporate responsibility, governance and accountability: from self-regulation to co-regulation, Corporate Governance, Vol. 8.4 2008, pp 430-439. Albarade, L. et.al. The government’s role in promoting corporate responsibility: a comparative, Corporate Governance, Vol. 8.4 2008, pp 386-400 Hoffman. R.C., 2007. Corporate social responsibility inovasi the 1920s: an institutional Perspective, Journal of Management History pp. 55-73, Perdue School of Business, Salisbury University, Salisbury, Maryland, USA . Galbreath, J. 2009. Building corporate social responsibility into strategy, Garaduate School of Business, Curtin University of Technology, Perth, Australia, European Business Review, Vol. pp. 109-127 Jamali, D. 2008. A Stakeholder Approach to Corporate Social Responsibility: A Fresh Perspective into Theory and Practice, Journal of Business Ethics, 82: pp. 213–231 Kementrian Negara Ristek., 2009. Enam Fokus Program Kementrian Negara Riset dan Teknologi, http://www.ristek.go.id/index.php, 4 juni 2009. Meehan. J.et.al. 2006. Corporate social responsibility: the 3C-SR model, International Journal of Social Economics, Vol. 33 No. 5/6. pp. 386-398. Pradjoto (2007). Tanggung jawab Sosial Korporasi, Kompas 23 Juli 2007, http://www. kompas. com/kompas-cetak/0707/23/utama/3711215. Republik Indonesia, 2007. Undang-undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007, tentang Perseroan Terbatas, Mentri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indoensia, Jakarta. Robin, F. 2008. Why community cocial responsibility should be popularised but not imposed, Corporate Governance, Vol. 8, No. 3. pp. 330 – 341. Svendensen, et.al. 2000. Measuring The Business Value Of stakeholder Relationships, Part One. The Center for Innovation Management, Simon Fraser University. Model Tanggung jawab Sosial Dalam Pemanfaatan Hasil Ristek, Jambi 9 Juni 2009 10 McManus, T.2007. The business strategy corporate social responsibility “mashup” Department of Management and General Business, Frank G. Zarb School of Business New York Marten.J.H., dkk., 2007. Corporate Social Responsibilitu Perusahaan Multinasional Kepada Masyarakat Sekitar: sudi Kasus, Usahawan No. 03. Tahun. XXXVI, hal. 9-18. Wibisono, Y. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility), Fascho Publlishing, Gresik, Indonesia. Zadek, S. 2006. Corporate responsibility and competitiveness`at the macro level Responsible competitiveness: reshaping global markets through responsible business practices, Corporate Governance, Vol. 6. no 4. pp 334-348. Emerald Group Publishing Limited. Model Tanggung jawab Sosial Dalam Pemanfaatan Hasil Ristek, Jambi 9 Juni 2009 11