BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 1960-an hingga 1990-an, perekonomian 23 negara Asia Timur tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan negara di kawasan lainnya di dunia. Sebagian besar dari pencapaian tersebut ditunjang oleh pertumbuhan yang mengesankan di delapan negara Asia Timur (High Performing East Asian Economies/HPAEs), yaitu Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hongkong, Singapura, Thailand, Malaysia, dan Indonesia, dengan rata-rata pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita lebih dari 4% per tahunnya. Bahkan dalam periode 1980-an hingga awal 1990-an, perekonomian Thailand, Malaysia, Indonesia, Filipina, Singapura, dan Korea Selatan (ASEAN-5 plus Korea Selatan) mengalami tingkat pertumbuhan dalam kisaran 8%-12%.1 Delapan negara di Asia Timur yaitu Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hongkong, Singapura, Thailand, Malaysia, dan Indonesia sampai dengan tahun 1996 dikenal dengan sebutan “keajaiban dari Asia Timur” (East Asian Miracle). Sebutan tersebut muncul sebagai suatu bentuk apresiasi negara-negara lain terhadap pertumbuhan ekonomi ke delapan negara tersebut yang dinilai sangat dramatis selama lebih dari tiga dekade. Bahkan empat negara di Asia Timur, yaitu Hongkong, Korea Selatan, Singapura, dan Taiwan mendapat julukan sebagai “The 1 Shinta R. I. Soekro. 2008. Bangkitnya Perekonomian Asia Timur: Satu Dekade Setelah Krisis. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, hal. 1. 1 2 Four Tigers” karena dinilai memiliki kekuatan yang sangat besar dalam mempengaruhi performa ekonomi dunia. 2 Negara-negara berkembang di Asia pada awalnya menerapkan strategi substitusi impor, tetapi strategi ini ternyata memiliki banyak kelemahan. Salah satunya adalah proteksi yang berlebihan, yang membuat infant industries tidak pernah dewasa. Karena strategi substitusi impor banyak kelemahannya, sebagian negara berkembang beralih ke strategi promosi ekspor. Dengan menerapkan strategi promosi ekspor, negara-negara Asia Timur yang dimotori oleh Jepang, diikuti Empat Macan Asia (Korea, Taiwan, Singapura, dan Hongkong) serta Tiga Anak Macan (Malaysia, Thailand, dan Indonesia), yang pada mulanya merupakan negara-negara agraris berhasil “naik kelas” menjadi negara-negara industri baru.3 Pertumbuhan pesat ekonomi Korea Selatan dimulai ketika Presiden Park Chung-hee mencanangkan strategi orientasi ekspor pada awal tahun 1960-an. Ini juga menandakan dimulainya peran utama pemerintah dalam pembangunan Korea Selatan. Masa Park Chung-hee merupakan masa take-off. Pemerintah memberikan inisiatif untuk mempromosikan ekspor, mengkonstruksikan industri dasar dan menyediakan infrastruktur sosial. Berikutnya, dekade 1970-an, pemerintah Korea mengembangkan perindustrian berat dan kimia dalam negeri (1973-1980). Pemerintah berikutnya melakukan penyesuaian struktural dan liberalisasi perekonomian (1980-1985). Mulai masa ini terlihat pemerintah mulai keras terhadap Chaebol. Presiden Kim Young Sam (1990-an) misalnya mengeluarkan kebijakan anti Chaebol dengan menegakkan good governance. Kebijakan 2 3 Ibid, hal. 11. Deliarnov. 2006. Ekonomi Politik. Jakarta: Erlangga, hal. 88. 3 pemerintah Korea ini berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonominya dan menjadi salah satu macan Asia.4 Kebangkrutan banyak Chaebol yang dialami pada awal tahun 1997, yang diikuti krisis ekonomi Asia, memposisikan Korea Selatan pada jurang krisis. Krisis ekonomi yang menimpa pada November 1997, mengharuskan pemerintah Korea Selatan untuk mereformasi kebijakan pembangunan perekonomiannya. Dalam hal ini, reformasi kebijakan pembangunan ekonomi pemerintah dilakukan dengan mengikutsertakan IMF melalui stand by arrangements yang disepakati keduanya pada 3 Desember 1997.5 Meskipun tingkat inflasi Korea Selatan sempat mengalami peningkatan yaitu dari sebesar 4,4% (tahun 1997) menjadi 7,5% (tahun 1998), namun seperti halnya Thailand, Korea Selatan merupakan negara yang berhasil dengan cepat keluar dari cengkeraman krisis ekonomi pada tahun 1999. Kesuksesan Korea Selatan untuk keluar dari krisis tersebut diindikasikan dengan terus membaiknya kondisi ekonomi setelah krisis yang antara lain tercermin dari tingkat inflasi yang menurun tajam menjadi 1,8% pada akhir tahun 1999.6 Dengan segala kebijakan pemulihan kinerja ekonomi yang telah ditempuh, terbukti sepuluh tahun setelah krisis, struktur perekonomian Korea Selatan tidak terlalu menunjukkan perbedaan yang signifikan. Berdasarkan struktur perekonomian ini dapat disimpulkan bahwa perekonomian Korea Selatan mempunyai struktur yang cukup kuat dalam menghadapi krisis ekonomi dengan 4 Syamsul Hadi, dkk. 2004. Strategi Pembangunan Indonesia Pasca IMF: Ed. 1. Jakarta: Granit, hal. 137. 5 Ibid, hal. 139. 6 Shinta R. I. Soekro. Opcit, hal. 34. 4 didukung kebijakan yang berorientasi pada perbaikan iklim investasi untuk memelihara stabilitas pertumbuhan.7 Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa Korea Selatan dan negara-negara berkembang di Asia lainnya mengubah strategi ekonomi mereka, yaitu dari substitusi impor menjadi orientasi ekspor. ”Although South Korea is banking on high-technology as the wave of the future, it remains a highly diversified export-oriented economy with many thriving low and medium technology operations.” 8 Pada tahun 2011 lalu, nilai ekspor Korea Selatan menduduki peringkat ketujuh 9 dan nilai impornya menduduki peringkat kesembilan.10 Perkembangan industri di Korea Selatan bisa dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama yaitu setelah berakhirnya perang Korea antara tahun 1953 hingga tahun 1962. Korea Selatan melakukan metode pergantian impor menjadi ekspor, hal ini disebabkan karena inflasi yang terjadi, kurangnya pendapatan negara, pasaran yang terbatas, dan beban utang yang tinggi karena peperangan. Berbagai rangsangan diberikan untuk mengekspor barang ke luar negeri termasuk pembebasan pajak perdagangan bagi para pengekspor. Untuk mendapatkan pasaran, mereka harus mengeluarkan produk yang dapat memenuhi keinginan pasar. Oleh karena itu, industri mobil dan perangkat listrik Korea Selatan dapat 7 Shinta R. I. Soekro. Opcit, hal. 67. Christine Genzberger. Korea Business: The Portable Encyclopedia for Doing Business with Korea. USA: World Trade Press, hal. 2. 9 https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/rankorder/2078rank.html diakses tanggal 22 September 2012. 10 https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/rankorder/2087rank.html diakses tanggal 22 September 2012. 8 5 bersaing dan berkembang pesat karena produk-produk tersebut memenuhi selera dan kebutuhan konsumen masa kini. 11 Komoditas manufaktur dewasa ini telah menjadi pendorong utama di balik perluasan ekspor negara-negara berkembang. Dalam kurun waktu 1987-1991, dua-pertiga total ekspor negara-negara berkembang (jika migas dikeluarkan persentasenya menjadi 80%) di Asia adalah komoditas manufaktur. Empat negara industri baru Asia (Hong Kong, Taiwan, Korea Selatan, dan Singapura) menguasai sekitar 50% dari total ekspor tersebut, dan empat negara lainnya (Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand) menguasai 8%.12 Setelah kebangkrutan pemerintah yang disebabkan oleh perang, Korea Selatan menjadi kediktatoran militer, yang dipimpin oleh Jenderal Park tahun 1961. Park adalah pembangun kembali ekonomi Korea Selatan. Langkah demi langkah, dia mengembangkan sektor industri. Aliran masuk FDI (FDI inflow) pertama masuk pada tahun 1962. Strategi pembangunan pemerintah berdasarkan pinjaman luar negeri, terutama dari Amerika Serikat, Jepang, dan Inggris. Setelah Park dibunuh tahun 1979, Korea Selatan akhirnya menjadi republik presidensial tahun 1987. Mereka memulai strategi pembangunan ekonomi yang baru dengan menekan lebih banyak aliran masuk FDI daripada pinjaman luar negeri. Strategi ini berhasil, FDI tumbuh dengan baik. Investor dapat dengan mudah melihat apakah perusahaannya dapat berinvestasi di Korea Selatan atau tidak.13 11 Ann Wan Seng. 2007. Rahasia Bisnis Orang Korea: Keajaiban Ekonomi di Sungai Han. Jakarta: Hikmah (PT Mizan Publika), hal. 200. 12 Rhenald Kasali. 2005. Sembilan Fenomena Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, hal. 60. 13 Roger Ramp. 2009. Foreign Direct Investment in Emerging Markets-Vietnam and Korea. Germany: GRIN Verlag, hal. 10. 6 Kemudian pada tahun 1989, Korea menjadi satu dari anggota pertama APEC (Asia-Pacific Economic Cooepration). Organisasi ini bekerja untuk penghapusan dan liberalisasi tarif dan membangun area perdagangan bebas di kawasan Samudera Pasifik. Pasar FDI menjadi lebih dan lebih terliberalisasi. Korea Selatan menjadi anggota pendiri GATT tahun 1994, WTO tahun 1995, dan anggota OECD tahun 1996. Pada tahun 1997, selama krisis Asia, ekonomi Korea Selatan sangat kuat, Korea bersama dengan Jepang mengatasi masalah selama krisis ini terjadi dan pada akhirnya mereka bisa bangkit degan cepat dari krisis ini. Sejak tahun 2000, FDI masuk pada industri daging dan grosir, dan hampir setiap sektor terbuka untuk FDI. Sekarang Korea Selatan menduduki ekonomi terbesar keempat di Asia 14 dan menempati urutan kelima belas di dunia berdasarkan PDB.15 Mempertimbangkan tingginya hubungan ekonomi Korea dengan dunia luar, maka Korea secara aktif mempromosikan kebijakan perdagangan luar negeri guna memperluas pasar impor luar negeri dan penguasaan energi dan sumber daya secara stabil dengan membuka pasar yang saling menguntungkan di bidang industri, pertanian, pelayanan, dsb dengan negara-negara dagang utama. Pada awalnya Korea bersandar pada strategi pertumbuhan yang berpusat pada bidang ekspor, sebuah strategi yang digunakan oleh Amerika, Jepang, Uni-Eropa dan sebagainya. Namun akhir-akhir ini, Korea juga aktif berusaha untuk memperluas perdagangan dan membentuk kerjasama secara luas dengan wilayah ekonomi 14 15 Ibid, hal. 11. http://id.wikipedia.org/wiki/Korea_Selatan diakses tanggal 23 September 2012. 7 yang sedang berkembang akhir-akhir ini yakni BRICs, ASEAN, Amerika Latin, dan sebagainya.16 Peningkatan kerjasama ekonomi Korea Selatan dengan ASEAN, salah satunya dibuktikan dengan adanya ASEAN+3. Sejak krisis ekonomi 1997 di kawasan Asia, negara-negara ASEAN telah menunjukkan ketidakmampuan untuk mengatasi krisis tersebut. Situasi ini memicu mereka untuk berpaling kepada negara tetangga terdekatnya di kawasan Asia Timur, yaitu Jepang, Cina, dan Korea Selatan. Kenyataan ini mendorong terbentuknya kerja sama di antara negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur melalui forum ASEAN+3. Dua hal yang menjadi landasan kerja sama di kawasan Asia Timur ini adalah prinsip saling ketergantungan dan saling melengkapi.17 Ternyata Korea Selatan tidak hanya bergabung dalam APEC dan ASEAN+3, tetapi juga ARF. Sebagai wujud kesadaran bersama bahwa situasi aman dan damai di wilayah Asia Pasifik bersifat saling berkaitan, maka dibentuklah ASEAN Regional Forum (ARF) pada tahun 1994. ARF memiliki tiga agenda utama, yaitu peningkatan rasa saling percaya, pengembangan diplomasi yang bersifat preventif, pengembangan cara pendekatan terbaik untuk mengatasi konflik. Negara-negara yang turut berpartisipasi dalam forum ini bukan hanya anggota-anggota ASEAN, tetapi juga Australia, Kanada, Cina, Uni Eropa, India, Jepang, Republik Demokratik Korea (Korea Utara), Republik Korea (Korea 16 http://idn.mofat.go.kr/worldlanguage/asia/idn/about/bis/index.jsp diakses tanggal 25 September 2012. 17 Ratna Shofi Inayati. 2006. Ambiguitas Perdamaian. Jakarta: LIPI, hal. 40. 8 Selatan), Mongolia, Selandia Baru (New Zealand), Pakistan, Papua Nugini, Federasi Rusia, dan Amerika Serikat. 18 Selain menggunakan ASEAN+3 untuk memperkuat posisinya di kawasan Asia Tenggara, Korea Selatan menggunakan kebudayaannya yang beragam (tarian, lagu, makanan, pakaian, dll) sebagai sarana untuk mempertahankan eksistensinya. Dengan popularitas drama Jepang yang berkurang, muncullah drama TV Korea pada akhir 1990an dan awal 2000an. Luapan kebudayaan pop Korea-film, musik pop, dan terutama drama TV ke seluruh Asia Timur kemudian dikenal sangat cepat sebagai "Korean Wave".19 Korean wave pertama mendapat perhatian masyarakat pada pertengahan 1990an di Cina, ketika musik pop Korea mendapat popularitas di kalangan muda Cina. Akhir 1990an, Korean Wave menyebar ke Taiwan, Hong Kong, Jepang, dan banyak negara-negara Asia Tenggara. Tahun 2000, Korean Wave sepenuhnya menyebar dan menjangkau Amerika Latin, Asia Tengah, Afrika Utara, dan bahkan Eropa Timur. Pada tahun 2004 dan 2005, blockbuster serial TV lainnya menyapu sepanjang Asia Timur dan Tenggara. Korea Film Festival juga diselenggarakan pada November 2008 di Singapura. 20 Dengan penyebaran Korean Wave yang semakin berkembang pesat di negara-negara Asia Tenggara, hal ini sangat berguna tentunya bagi pemerintah Korea Selatan untuk melebarkan eksistensinya. Korea Selatan tidak hanya 18 Suhardi, M.Pd. 2010. Serba Tahu Tentang Dunia. Yogyakarta: Pustaka Anggrek, hal. 11-12. Chua Beng Huat dan Koichi Iwabuchi. 2006. East Asian Pop Culture: Analysing the Korean Wave. Hong Kong: Hong Kong University Press, hal. 2. 20 Joong Keun Kim. 2010. The Korean Wave: Korea’s Soft Power in Southeast Asia dalam Korea’s Changing Roles in Southeast Asia: Expanding Influence and Relations. Singapore: ISEAS, hal. 284. 19 9 mempunyai pengaruh yang besar di kawasannya, yaitu Asia Timur, tetapi juga di kawasan lainnya, yaitu Asia Tenggara. Kemudian ditambah dengan bergabungnya Korea Selatan dalam kerjasama-kerjasama ekonomi regional, seperti APEC, ASEAN+3, dll. Penulis melihat isu-isu tersebut sebagai suatu sarana diplomasi soft power yang digunakan Korea Selatan untuk mendapatkan power yang lebih dalam menjalin hubungan dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Oleh karena alasan-alasan tersebut, penulis mengangkat judul ”Peran Soft Power Korea Selatan dalam Hubungannya dengan Negara-Negara di Kawasan Asia Pasifik”. 1.2 Rumusan Masalah Fokus utama dari penulisan skripsi ini adalah hubungan Korea Selatan dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik melalui kerjasama-kerjasama yang telah dijalin selama ini dan peran soft power-nya dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik tersebut. Berdasarkan pembatasan dan fokus permasalahan di atas, maka penulis memfokuskan penelitian ini menjadi tiga permasalahan yaitu: 1. Bagaimana peran soft power Korea Selatan dalam kerjasama regional di kawasan Asia Pasifik? 2. Bagaimana perkembangan soft power Korea Selatan sejauh ini? 3. Bagaimana dampak soft power Korea Selatan terhadap beberapa negara di kawasan Asia Pasifik? 1.3 10 Tujuan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjawab permasalahan yang ada pada penelitian ini. Adapun tujuan-tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk dapat mengetahui peran soft power Korea Selatan dalam kerjasama regional di kawasan Asia Pasifik. 2. Untuk dapat mengetahui perkembangan soft power Korea Selatan sejauh ini. 3. Untuk dapat mengetahui dampak soft power Korea Selatan terhadap beberapa negara di kawasan Asia Pasifik. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Sebagai referensi dalam menjelaskan peran soft power Korea Selatan dalam kerjasama regional di kawasan Asia Pasifik. 2. Sebagai referensi dalam menjelaskan perkembangan soft power Korea Selatan sejauh ini. 3. Sebagai referensi dalam menjelaskan dampak soft power Korea Selatan terhadap beberapa negara di kawasan Asia Pasifik. 4. Lebih lanjut, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pelajaran dan memperkaya pengetahuan para pembaca yang berminat pada bidang Hubungan Internasional secara khusus. 1.5 Sistematika Penelitian 11 Penelitian ini akan terdiri atas lima bab yaitu Pendahuluan, Kerangka Berpikir, Metode Penelitian, Hasil dan Pembahasan, Penutup. Sistematika penelitian ini akan diuraikan sebagaimana berikut : 1) Bab I – Pendahuluan Bab I adalah bagian awal serta pendahuluan dari keseluruhan ruang lingkup penelitian yang akan dibahas. Pada bab ini, terdiri dari beberapa sub-bab antara lain latar belakang pemilihan judul penelitian, rumusan masalah yang berisi permasalahan-permasalahan yang akan dikaji lebih mendalam, tujuan penelitian yang merupakan tujuan dari peneliti dalam melalukan penelitian ini, kegunaan penelitian yang berisikan manfaat dari penelitian, dan yang terakhir adalah sub-bab sistematika penulisan dan penyusunan dalam penelitian ini. 2) Bab II – Kerangka Berpikir Bab II merupakan isi dari kerangka berpikir dari penelitian ini. Kerangka berpikir berisikan tentang teori-teori dan konsep yang akan digunakan dalam penelitan. Penelitian yang digunakan akan berdasarkan kepada teori-teori dan paradigma yang telah dipaparkan pada kerangka berpikir. Adapun teori dan konsep-konsep yang digunakan adalah Regionalisme Ekonomi, Soft power, Investasi Asing Langsung (FDI), Perdagangan, Kebudayaan, dan Kepentingan Nasional. Dalam bab ini, selain berisikan teori dan konsep, ada tinjauan kepustakaan yang akan 12 dipaparkan terlebih dahulu. Tinjauan kepustakaan ini tentunya memiliki relevansi terhadap penelitian ini. 3) Bab III – Metodologi Penelitian Bab ini akan memaparkan metodologi penelitian yang digunakan, yaitu deskriptif kualitatif, dengan cara pengumpulan data melalui studi pustaka dan studi lapangan. Penelitian ini juga akan dilakukan secara deskriptif analitis, yaitu dengan menguraikan situasi dan peristiwa yang sudah terjadi dan pasti yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian ini, sehingga tidak mengkaji hipotesa ataupun membuat prediksi apa yang akan terjadi. Penelitian kualitatif juga bersifat empiris karena menggunakan teknik pengumpulan data seperti studi kasus, pengalaman pribadi, kehidupan nyata, wawancara, pengamatan sejarah, maupun penglihatan yang bersifat visual untuk memahami dan menelaah masalah tertentu. 4) Bab IV – Hasil dan Pembahasan Bab IV merupakan bagian yang paling penting dan menjadi intisari dari penelitian ini, karena di dalam bab ini akan diuraikan segala penjelasan mengenai objek penelitian. Pada bab ini diperlukan analisis yang mendalam serta data-data yang relevan untuk menjawab rumusan masalah yang ada. Bab ini akan berisi data-data yang diperoleh dari pencarian data mengenai hubungan Korea Selatan dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik melalui kerjasama-kerjasama regionalisme dan 13 peran soft power Korea Selatan dalam hubungannya dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik tersebut. 5) BAB V – Penutup Bab ini merupakan bagian penutup sekaligus akhir dari penulisan tugas akhir ini, yang di dalamnya terdiri dari kesimpulan dan saran. Dalam kesimpulan akan dibahas secara ringkas mengenai bab-bab sebelumnya secara keseluruhan serta jawaban atas rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian. Sedangkan saran merupakan masukan yang diberikan peneliti terhadap penelitian ini. - Daftar Pustaka - Lampiran