1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran penting bank sebagai kreator tumbuhnya perekonomian suatu negara. Bank dapat dikatakan sebagai nadinya perekonomian negara. Oleh karena itu, perkembangan suatu bank di suatu negara dapat dijadikan ukuran keberhasilan suatu negara yang bersangkutan. Semakin maju suatu negara, maka semakin besar peranan perbankan mengendalikan negara tersebut. Artinya keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah dan masyarakat (Kodar Riyati, 2011: 1). Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat baik yaitu 6,3% per Agustus 2012 (Berita Resmi Statistik No. 54/08/Th. XV, 6 Agustus 2012). Namun pertumbuhan ekonomi tersebut tidak diikuti dengan pemerataan perekonomian dimana dapat dilihat dari rendahnya tingkat kesejahteraan penduduk, dimana masih terdapat sekitar 11,96% rakyat yang hidup dibawah standar ekonomi di Indonesia (Berita Resmi Statistik No. 45/07/Th. XV, 2 Juli 2012). Oleh karena itu petumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional di berbagai sektor sangat perlu dipacu secara maksimal sehingga perekonomian nasional bisa bersaing dengan negaranegara maju di dunia. 2 Dalam mewujudkan pembangunan nasional dan maksimalisasi pertumbuhan ekonomi, peran lembaga keuangan sangatlah diperlukan sebagai pihak yang menjamin ketersediaan dana dengan memberikan kredit atau pembiayaan kepada sektor perekonomian. Lembaga keuangan yang mendominasi penyaluran kredit atau pembiayaan dalam pembangunan ekonomi adalah perbankan. Fungsi bank sebagai lembaga intermediasi khususnya dalam penyaluran kredit mempunyai peranan penting bagi pergerakan roda perekonomian secara keseluruhan dan memfaasilitasi pertumbuhan ekonomi. Dimana pada level ekonomi makro bank merupakan alat dalam menetapkan kebijakan moneter sedangkan pada level mikro ekonomi bank merupakan sumber utama pembiayaan bagi para pengusaha maupun individu (Konch dalam jurnaal ekonomi (Renni Waty, 2012: 62). Pengalokasian dana yang cukup besar membuat bank harus berhati-hati dalam melemparkan pembiayaan atau kredit kepada debitur. Setiap rencana penyaluran pembiayaan atau kredit haruslah didukung oleh adanya tambahan modal, apabila tidak maka penyaluran pembiayaan atau kredit akan berdampak pada CAR bank tersebut. Sehingga penting bagi manajemen bank untuk menentukan kebijakan struktur modal dalam mendukung kegiatan operasional bank, khususnya dalam penyaluran pembiayaan atau kredit. Lebih lanjut mengenai masalah bank sebagai lembaga intermedaiasi, bank haruslah menghubungkan nasabah yang bersifat 3 surplus dengan pihak nasabah yang defisit. Nasabah dalam keadaan surplus menyimpan uang di bank dalam bentuk tabungan, giro, dan juga deposito. Sedangkan nasabah yang dalam keadaan defisit atau debitur meminjam dana di bank dalam bentuk kredit konvensional atau pun pembiayaan berbasis syariah, dengan terjalinnya ketersinambungan antara nasabah dan bank maka bank sebagai lembaga intermediasi sudah menjalankan perannya dengan baik. Kepercayaan terhadap lembaga perbankan menjadi sangat penting agar fungsi intermediasi dapat berjalan dengan baik. Fungsi intermediasi yang berjalan dengan baik menciptakan penggunaan dana yang optimal dan efisien. Hal ini akan berdampak pada meningkatnya aktivitas produktif dari dana yang dipinjamkan sehingga output aktivitas produksi akan meningkat dan lapangan kerja baru yang banyak bermunculan menambah taraf kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Variabel yang digunakan mengukur tingkat keberhasiilan intermediasi suatu bank dapat digunakan loan to asset ratio yaitu rasio kemampuan bank memberikan kredit/pembiayaan menggunakan total aset yang dimilikinya dan financing to deposit ratio yaitu merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan suatu bank dalam menyediakan dana kepada debiturnya dengan modal yang dimiliki oleh bank maupun dana yang dapat dikumpulkan dari masyarakat, kedua variabel ini adalah rasio likuiditas yang digunakan untuk menghitung tingkat intermediasi perbankan. Semakin besar rasio ini menunjukan bahwa rasio likuiditas 4 bank semakin rendah karena bank hanya bermain pada pembiayaan dan melupakan faktor profitabilitas bank sehingga bank rentan sekali terkena likuiditas macet. Menurut peraturan standar BI FDR yang baik itu berkisar antara 85%-110%. Sedangkan untuk LAR sendiri tidak ada ketentuan yang berlaku di BI maupun perbankan. Dengan meningkatnya harga barang yang signifikan, membuat masyarakat harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk membeli barang atau jasa yang kuantitasnya sama tetapi berbeda harga, sehingga banyak masyarakat yang sebagian besar pelaku ekonomi meminjam dana dari bank. Hal ini lah yang menyebabkan inflasi disuatu tempat atau negara merangkak naik, dengan naiknya inflasi sangat erat dengan jumlah harga kurs mata uang yang tidak sama lagi harganya. Kompleksitas inflasi yang berdampak pada semua sektor ekonomi. Menyebabkan target pencapaian inflasi menjadi sasaran utama kebijakan moneter di Indonesia, kenaikan inflasi seterusnya akan direspon oleh otoritas yang memegang penuh kebijakan moneter, sehingga pemegang otoritas dapat mengambil kebijakan moneter yang kontraktif. Seperti menaikan suku bunga Bank Indonesia, pengaruh dari naiknya suku bunga atau BI rate berdampak pada suku bunga konvensional sehingga banyak nasabah yang menabung di bank konvensional, hal ini berdampak baik pada sektor pembiayaan di perbankan syariah yang tidak berpengaruh pada suku bunga acuan Bank Indonesia, sehingga selisih antara dana pihak ke tiga dan juga dana yang 5 dilempar ke nasabah yang defisit dana akan tercapai, menurut standar peraturan BI LDR atau FDR yang baik itu berkisar antara 85%-110%. Tingkat keberhasilan intermegiasi bank syariah juga akan berpengaruh terhadap gross domestic product (GDP), hal ini sangat mungkin dikarnakan GDP adalah jumlah pendapatan rumah tangga keluarga di suatu negara dalam penyerahan faktor-faktor produksi selama jangka waktu satu tahun. Dengan adanya kenaikan pendapatan keluarga, maka konsumsi rumah tangga pun akan naik. Antara konsumsi, tabungan, dan investasi sangat erat kaitanya, sehingga menurut Keynes yang dikenal psychological consumption yang membahas tingkah laku masyarakat dalam konsumsi jika dihubungkan dengan pendapatan. Dalam penelitian ini penulis mengambil 3 sampel bank besar Syariah di Indonesia yaitu Bank Syariah Mandir, Bank Muamalat Indonesia, dan juga Bank Syariah Mega Indonesia. Alasan mengapa penulis mengambil 3 bank itu karena ke tiga bank itu memliki tingkat FDR yang tinggi dijajaran 11 perbankan Syariah di Indonesia, dan juga bila penulis mengambil sampel penelitian perbankan Syariah se Indonesia, maka akan dikhawatirkan hasil dari penelitian ini tidak signifikan dikarnakan adanya fenomena gap antara jumlah aset yang dimiliki bank yang masih kecil dan berkembang. Kemampuan sebuah bank syariah untuk memikat hati masyarakat juga tidak perlu diragukan lagi dari ke tiga sampel bank syariah di atas serta berbagai prestasi yang sudah diperoleh oleh bank tersebut. 6 Penelitian yang dilakukan Aziz Yahya yang berjudul “Analisis Pengaruh Variabel makro dan mikro terhadap Financing To Deposit Ratio FDR” menyatakan bahwa Bi rate secara parsial tidak berpengaruh terhadap FDR, tetapi Inflasi berpengaruh sangat kuat terhadap FDR. Hal ini bertolak belakang dari hasil penelitian Seandy Nandadipa yang berjudul “ Analisis Pengaruh CAR, NPL, Inflasi, Pertumbuhan DPK, dan Exchange Rate terhadap LDR”, menyatakan bahwa Inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap LDR yang dianalogikan menjadi FDR, yang menjadikan inflasi negatif dalam penilitian ini adalah kecendrungan masyarakat memegang/menahan uang dari pada menabungkanya ke bank. Berdasaarkan pemaparan masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk mengkaji dan melakukan penelitian karna untuk mengetahui adakah pengaruh antara variabel makro terhadap intermediasi bank syariah, serta variabel apa saja yang sangat mempengaruhi intermediasi bank syariah itu sendiri. Maka penulis mengangkat tema “ANALISIS PENGARUH INFLASI, GROSS DOMESTIC PRODUCT, DAN BI RATE TERHADAP FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR) BANK SYARIAH” 7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka penulis merumuskan beberapa masalah yaitu : 1. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap Financing To Deposit Ratio(FDR) bank syariah? 2. Bagaimana pengaruh Gross Domestic Product terhadap Financing To Deposit Ratio (FDR) bank syariah? 3. Bagaimana pengaruh Suku Bunga BI terhadap Financing To Deposit Ratio (FDR) bank syariah? 4. Bagaimana pengaruh Inflasi, GDP, dan BI Rate secara simultan terhadap Financing To Deposit Ratio (FDR) bank syariah?